babiii 1 macam-macam jihad dan hukumnya
Post on 30-Jul-2015
140 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Macam-Macam Jihad Dan Hukumnya………………………………………………………………………………………75
BAB III
MACAM-MACAM JIHAD DAN HUKUMNYA
I. JIHAD MELAWAN ORANG KAFIR ASLI
A. Dasar Hubungan Antara Umat Islam Orang Kafir Asli
Para ulama’ berpendapat bahwasanya kekafiran adalah sebab pokok
peperangan. Dengan demikian berarti dasar hubungan antara kaum muslimin dengan
orang kafir adalah hubungan permusuhan (perang). Oleh karena itu para ulama’
menyatakan bahwasanya jihad itu hukumnya wajib meskipun mereka tidak memulai
menyerang kita, sebagaimana yang telah kita bahas dalam bab hukum jihad. Jumhur
mengatakan fardlu kifayah meskipun ada juga yang berpendapat fardlu ‘ain. Dalam
kondisi jihad fardlu kifayah, jumhur berpendapat minimal setahun sekali dan lebih
banyak lebih baik. Namun demikian, Imam boleh mengadakan hubungan damai dengan
kelompok tertentu dan dengan syarat-syarat tertentu jika hal itu diperlukan. Namun jika
tidak ada kebutuhan untuk itu maka imam tidak boleh mengadakan genjatan senjata
begitu saja tanpa adanya keperluan. Sedangkan Abu Hanifah berpendapat hal itu
diperbolehkan jika dalam kondisi darurat. Berkenaan dengan ini akan kami bahas
setelah ini – insya Allah -.
Dr. Abdulloh bin Ibrohim bin Ali At-Thuroiqi berkata:”Alasan bolehnya
(memerangi orang kafir meskipun mereka tidak memerangi) adalah nas-nas secara
umum yang memerintahkan untuk memerangi orang-orang kafir secara umum,
menunjukkan bahwa semua orang kafir -selain ahlul ‘ahdi- setelah sampai kepadanya
dakwah, darahnya menjadi mubah dan tidak makshum.
Dan hal ini telah dinyatakan oleh jumhur ulama’. (Lihat: Badai’ush Shonai’ VII/141,
Al-Mughni IX/530-531 dan As-Sailul Jarroor IV/522)
Sedangkan jika sudah didakwahi kemudian mereka besikap damai dan
membiarkan orang – orang yang mau masuk Islam akan tetapi mereka tidak mau masuk
Islam secara keseluruhan, menurut pendapat jumhur fuqoha hubungannya dibangun di
atas dasar hubungan peperangan (lihat Dalalati Nushush wal Ijma ‘ala Daf’il Qital lil Kufri wad
difa’ hal 54) kecuali kalau mereka mau membayar jizyah”.
Karena sesungguhnya menjadikan agama hanya untuk Alloh itu artinya
sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qoyyim:” Menjadikan kekafiran dan
Macam-Macam Jihad Dan Hukumnya………………………………………………………………………………………76
penganutnya rendah dan hina, serta membebani mereka dengan membayar jizyah untuk
setiap anggota keluarga dan budak mereka. Inilah bagian dari agama Alloh dan tidak ada
yang bertentangan dengan ini kecuali dengan membiarkan mereka mulia dan memeluk
agama mereka dengan sesuka mereka dengan tetap memiliki kekuatan dan suara.”
(Ahkamu Ahlidz Dzimmah, hal. 18)1
Ini adalah pendapat Imam Syafi’I (Lihat: Ar-Risalah karangan Asy-Syafi’I, hal. 300
dan Qowa’idul Ahkam Fii Masholihil Anaam, karangan Ibnu ‘Abdis Salam II/73) dan apa yang
terpahami dari perkataan para fuqaha’ dari madzhab Maliki, madzhab Hanbali dan
yang lainnya. (Lihat: Bidayatul Mujtahid I/384 dan Dalalatun nushush Wal Ijma’ ‘Ala Fardllil Kufri
Wad Difa’, hal.18) Kemudian mereka juga berelisih pendapat apakah kekafiran itu sebab
diperbolehkannya perang atau sebab diwajibkannya perang, dan yang nampak dari
perkataan madzhab Syafi’I bahwasannya kekafiran itu sebab diwajibkannya perang {lihat
Al Umm karangan As-Syafi’I IV / 172 dan Bidayatul Mujtahid karangan Ibnu Rusyd I / 385}, dan
begitu pula perkataan yang lain. Dan yang nampak dari perkataan Ibnu Taimiyyah
bahwasnnya kekafiran itu sebab diperbolehkanya perang bukan sebab diwajibkannya
perang.
Dan inilah pendapat sebagian kecil ‘ulama muashirin. [Diantaranya adalah
Syaikh Salman Hamdan (lihat: Dalalatun Nushush Wal Ijma’ ‘Ala Fardlil Qital Lil Kufri Wad
Difa’), Dr. Abdul Karim Zaidan (lihat: Majmu’ah Buhuts Fiqhiyyah, hal.23, risalah Majaster
yang diajukan di kuliyah syari’ah di Riyadl fakultas fikih tulisan Iyad Kamil Hilal)
Dalil-dalil yang dijadikan landasan:
Ayat-ayat yang memerintahkan untuk memerangi orang kafir secara keseluruhan
tanpa menyebutkan alasan kenapa mereka diperangi kecuali hanyalah karena
kekafiran mereka belaka. Seperti:
1. Firman Alloh:
دتموھمجث ویا المشركین حوقتلام فرالحشھرألالخنساذافإ“Apabila sudah habis bulan-bulan haram, maka bunuhlah orang-orang musyrik itu di mana
saja kalian jumpai mereka.” (QS. At-Taubah: 5)
Ibnul ‘Arobi berkata ketika membahas ayat ini:”Lafadz dalam ayat ini walaupun
asalnya terkhusus untuk orang-orang kafir penyembah patung di Arab, akan tetapi sebenarnya
ayat ini mencakup semua orang yang kafir tehadap Alloh. Adapun dengan kuatnya lafadz
hingga cakupan ayat ini di kembalikan kepada orang-orang musyrik Arab yang yang
mempunyai ikatan perjanjian serta orang-orang yang semacam mereka, maka pembahasan
1Lihat Al-Isti’anah bighoiril Muslimin
Macam-Macam Jihad Dan Hukumnya………………………………………………………………………………………77
tentang orang-orang kafir dari kalangan ahli kitab dan yang lainnya adalah mereka diperangi
karena adanya sebab disyari’atkannya pembunuhan pada mereka yaitu kesyirikan mereka,
namun ada penjelasa secara nas terhadap mereka ini dalam surat ini. (Ahkamul Qur’an II/901)
2. Firman Alloh:
ین كافة كما یقاتلونكم كافةركمشالا لواتوق“Dan perangilah orang-orang kafir secara keseluruhan sebagaimana mereka memerangi
kalian secara keseluruhan.” (QS. At-Taubah:36)
3. Firman Alloh:
یدلانوتكون فتنة ویكم حتى الوھتلقاو “Dan perangilah mereka sampai tidak ada fitnah dan agama itu hanyalah untuk Alloh.”
(QS. Al-Baqoroh:193)
Jumhur ahli tafsir menafsirkan “fitnah” dengan kekafiran, artinya perangilah mereka
sampai tidak ada kekafiran. (lihat: tafsir Ath-Thobari, II/113, Ibnul ‘Arobi, hal. 109 dan Ibnu Katsir,
I/227)
Al-Qurthubi ketika membicarakan ayat diatas berkata:”Ayat ini adalah perintah untuk
memerangi orang-orang kafir semua orang musyrik di setiap tempat …….dan ini adalah
perintah perang secara mutlak, tidak mesti mereka memulai berperang, dalilnya adalah firman
Alloh :
ن دیالن كووی“…. dan agama itu hanyalah untuk Alloh.”
Dan sabda Rosullloh shallallahu ‘alaihi wasallam :
الناس حتى یقولوا ال إلھ إال هللال اتأقن أرتأم“ Saya diperintahkan untuk mememrangi manusia sampai mengucapkan Lailaha Illallah.”
Ayat dan hadits ini menunjukkan bahwasanya sebab peperangan itu adalah kekafiran,
karena Alloh berfirman:
نةفتن كوتالى حت“Sampai tidak ada fitnah.” Maksudnya adalah sampai tidak ada kekafiran. Demikianlah Alloh
menjadikan tujuan disyari’atkannya perang adalah sampai tidak ada kekafiran dan ini adalah
jelas.”(Tafsir Al-Qurthubi II/353)
Macam-Macam Jihad Dan Hukumnya………………………………………………………………………………………78
Ibnul ‘Arobi ketika menafsirkan ayat ini beliau berkata:”Masalah kedua adalah
bahwasanya sebab disyari’atkannya pembunuhan itu adalah kekafiran sebagaimana yang
disebutkan dalam ayat ini, karena Alloh berfirman sampai tidak ada fitnah. Dengan demikian
Alloh menjadikan tujuannya adalah hilangnya kekafiran secara nas dan Alloh menerangkan
dalam ayat ini bahwasanya sebab pembunuhan yang menjadikan diperbolehkannya berperang
adalah kekafiran.” (Ahkamul Qur’an I/109)
4. Firman Alloh:
القتالم یكعلب كت“Diwajibkan atas kalian untuk berparang.”
Dan ayat-ayat yang lain. Dan apabila dikatakan bahwasanya ayat-ayat yang
memerintahkan perang secara umum bertentangan dengan ayat :
قتلوھمفام وكتلقان فإ“Maka jika mereka memerangi kalian, bunuhlah mereka!”
Ayat ini menunjukkan bahwasanya memerangi orang-orang kafir itu wajib jika mereka
memulai peperangan, maka sanggahan ini dijawab bahwa hal itu telah mansukh, dan
penjelasannya adalah sebagai berikut: Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam pada awalnya
diperintahkan untuk memaafkan dan berpaling dari orang-orang musyrik kemudian diijinkan
berperang jika mereka memulai peperangan kemudian diperintahkan untuk memulai
peperangan pada waktu-waktu tertentu sebagaimana yang tersebut dalam firman Alloh:
شھر الحرم فاقتلوا المشركین حیث وجدتموھمألالخنساذافإ“Apabila sudah habis bulan-bulan haram, maka bunuhlah orang-orang musyrik itu di mana
saja kalian jumpai mereka.” (QS. At-Taubah: 5)
Kemudian diperintahkan untuk memulai secara mutlak dimanapun dan kapanpun,
sebagaimana yang disebutkan dalam firman Alloh:
ال تكون فتنةى حتم وھتلقاو “Dan perangilah mereka sampai tidak ada fitnah.” (QS. Al-Baqoroh:193)
Dan
الینلذاواتلقا“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Alloh dan jari kemudian.”
Hal ini disebutkan dalam Syarkhul inayah ma’a syarkhi fathil qodir V / 441. karangan
Al-Babarty Al-Hanafi.
Macam-Macam Jihad Dan Hukumnya………………………………………………………………………………………79
Hal yang senada dengan ini juga dikatakan oleh Al-‘Aini dalam kitab Syarh beliau
terhadap kitab Al-Hidayah yang diberi nama Al-Binayah VI/493.
Al-Qurofi berkata:”Nas-nas Al-Qur’an secara dhohir menyebutkan bahwasanya
kekafiran dan kesyirikan adalah yang menjadi alasan peperangan, sebagaimana firman Alloh:
والمنافقین واغلظ علیھمر فالكاواھدجا“Berjihadlah melawan orang-orang kafir dan orang-orang munafiq serta bersikap keraslah
terhadap mereka.”
Dan
ین كافةركمشالا لواتوق“Dan perangilah orang-orang kafir secara keseluruhan.”
Dan juga sabda Rosulullh saw.;
بار كفمن والتقا“Perangilah siapa saja yang kafir kepada Alloh…”
Dan sifat yang menjadi alasan terhadap sebuah hukum itu menunjukkan bahwa sifat tersebut
menjadi penyebab dan bukan yang lain.” (Adz-Dzakhiroh: III/387)
5. Dan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Buroidah radiyallahu ‘anhu beliau
berkata: ”Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam apabila mengangkat seorang pimpinan pada
sebuah pasukan, beliau memberikan wasiat untuk bertaqwa kepada Alloh secara khusus
kepadanya dan juga kepada orang-orang yang bersamanya dengan baik, lalu bersabda:
دیثالح……..هللاسمباا زواغ“Berperanglah atas nama Alloh, di jalan Alloh, perangilah siapa saja yang kafir kepada
Alloh…...” (Shohih Muslim, Kitabul Jihad, no.3, hal.1357, Ahmad V/352, At-Tirmidzi, Kitabus Sair, bab
48, no. 1617, IV/162, Abu Dawud, Kitabul Jihad, bab Fii Du’aa’il Musyrikin, no.2613, III/37 dan lain-lain).
6. Dalam hadits lain Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
فقد عصم مني مالھ ونفسھ امن قالھفتى یقولوا ال إلھ إال هللا حاسلنال اتأقن أرتأم
حقھ وحسابھ على هللاإال ب“ Saya diperintahkan untuk mememrangi manusia sampai mengucapkan Lailaha Illallah,
maka barang siapa yang mengucapkannya harat dan jiwanya terjaga dariku kecuali memang
Macam-Macam Jihad Dan Hukumnya………………………………………………………………………………………80
karena haknya dan hisabnya terserah kepada Allah.” (Shohihul Bukhori, Kitabuz zakah, bab I,
no.1399, II/110 dan Shohih Muslim, Kitabul Iman, no.33, hal.52).
Demikianlah Alloh memerintahkan untuk memerangi orang-orang kafir dan musyrik
dengan memberikan alasan bahwa mereka itu orang-orang syirik dan kafir, tanpa memberikan
alasan yang lain selain syirik dan kafir.
7. Hadits yang berbunyi :
بعثني هللا إلى أن یقاتل أخر أمتي الدجال ال یبطل جور جائر و ال نذماضمادجھال
عدل عادل“ Jihad itu senantiasa berjalan sejak Allah mengutuskusampai umatku yang terakhir
memerangi dajjal, tidak akan bisa dibatalkan oleh kejahatan orang yang jahat dan keadilan
orang yang adil.” (Sunan Abi Dawud, Kitabul Jihad, bab. Fil Ghozwi ma’a A’immatil Juur, no.2532,
III/18, dan juga diriwayatkan oleh Sa’id bin Manshur dalam kitab As-Sunnah-Sunan II/152. Al-Hafidz
Ibnu Hajar berkata:”Pada sanadnya ada kelemahan.”)
8. Islam adalah agama yang bersifat universal, agama yang haq dan selainnya adalah
agama yang bathil. Semua yang tidak beragama islam maka dia adalah celaka, oleh karena itu
kewajiban muslimin adalah menyelamatkan manusia dari kecelakaan dengan wasilah yang
telah diberikan kepada mereka yaitu dimulai dengan dakwah kemudian dengan kekuatan
apabila manusia itu masuk islam maka tercapailah tujuannya kalau tidak maka mereka harus
masuk kedalam dzimmatul muslimin atau berdamai dalam jangka waktu tertentu kalau tidak
maka yang ada adalah perang (lihat Mabadi’u nidhomil hukmi fil Islam karanagnn Dr. Abdul Hamid
Mutawally hal 293). Sebagaimana disebutkan dalam hadits Buraidah :
من المشركین فادعھم إلي ثالث خصال أو خالل فأیتھن أجابوك ك دویت عا لقإذ
فاقبل منھم وكف عنھم“Apabila kamu menjumpai musuhmu dari orang-orang muusyrik maka tawarkanlah kepada
mereka tiga perkara, mana saja yang mereka pilih terimalah dan jangan ganggu mereka.”
Kemudian beliau menyebutkan tiga alternatif itu dengan urut yaitu : masuk Islam
kemudian bayar jizyah kemudian perang.
Hal ini lebih diperkuat dengan pendapat para ulama’ yang mengatakan bahwa jihad itu
hukum asalnya fardlu kifayah meskipun ada yang mengatakan fardlu ‘ain dan bisa menjadi
fardlu ‘ain dalam keadaan-keadaan tertentu. Dan tidak seorangpun yang mengatakan sunnah
Macam-Macam Jihad Dan Hukumnya………………………………………………………………………………………81
atau bahkan mubah. Jadi dengan demikian jihad itu hukumnya hanya berkisar antara fardlu
kifayah dan fardlu ‘ain saja.
Dalil-dalil yang menunjukkan tidak boleh berdamai dengan orang kafir kecuali
memang karena kebutuhan untuk berdamai.
أنتم األعلونولسلمي ادعوا إلوتا نوتھفال“Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yanng lebih tinggi
kedudukannya.” (QS. Muhammad: 35).
Ayat ini menunjukkan bahwasanya perdamaian bukan dasar hubungan dengan orang
kafir.
Adapun perdamaian yang diperbolehkan haruslah terbatas dalam jangka waktu tertentu,
tidak melebihi jangka waktu Sulhul Hudaibiyyah (kaji: Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an karanagan Al
Qurthubi VIII / 39 dan halaman setelahnya)
Dalil-dalil tentang wajibnya berbaro’ kepada orang kafir dan haramnya berwala’
kapada mereka.
ون الكافرین أولیاء من دون المؤمنیننمؤملاذتخیال“Janganlah orang-orang mukmin menjadikan orang-orang kafir sebagai wali dengan
meninggalkan orang-orang mukmin.” (QS. Ali Imron: 28)
كم أو ي وعدو ة وقد كفروا یاأیھا الذین ءامنوا التتخذوا عدو لیآء تلقون إلیھم بالمود
ن الحق یخرجون سول بما جآءكم م الر
ون إلیھم بالم ة وأنا أعلم بمآأخفیتم جھادا في سبیلي وابتغآء مرضاتي تسر ود
بیل ومآأعلنتم ومن یفعلھ منكم فقد ضل سوآء الس
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu
menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad),
karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran
yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman
kepada Allah, Rabbmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan
mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara
rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih
Macam-Macam Jihad Dan Hukumnya………………………………………………………………………………………82
mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di
antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang
lurus.” (QS Al-Mumtahah:1)
یاأیھا الذین ءامنوا ال تتخذوا الیھود والنصارى أولیآء بعضھم أولیآء بعض ومن
نكم فإنھ منھم یتو إن هللا الیھدي القوم الظالمین لھم م“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang yahudi dan
Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi
sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin,
maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (Al-Maidah: 51)
ذوا الذین اتخذوا دینكم ھزوا ولعبا من الذین أوتوا الكتاب یاأیھا الذین ءامنوا ال تتخ
من قبلكم والكفار أولیآء واتقوا هللا إن كنتم مؤمنین
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kemu mengambil menjadi pemimpinmu, orang-
orang yang membuat agamamu menjadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-
orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik).
Dan bertawakkallah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman.” (QS. 5:57)
منونؤیاومد قتجال“Kamu tidak akan mendapati sebuah kaum yang beriman kepada Alloh dan hari kemudian
berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Alloh dan Rosul-Nya.”(QS. Al-
Mujadalah: 22).
Hal ini menunjukkan bahwasanya memutuskan hubungan dengan orang – orang kafir itu
adalah suatu keharusan. Ini berarti tidak ada perdamaian dan tidak ada toleransi dengan musuh
akan tetapi yang ada adalah permusuhan dan peperangan. Dengan demikian maka peperangan
adalah dasar hubungan. (Lihat As-siyasah As-syar’iyyah karang khallaf hal 6)
Muhammad bin Abdul Wahhab berkata:”Sesungguhnya seseorang itu tidak akan lurus
Islamnya meskipun telah bertauhid kepada Alloh dan meninggalkan syirik kecuali jika ia
memusuhi orang-orang musyrik dan menyatakan dengan tegas kepada mereka kebencian dan
permusuhannya.” Dan beliau berdalil dengan ayat diatas.2
2 Al-Wala’ wal Baro’ fil Uslam 128
Macam-Macam Jihad Dan Hukumnya………………………………………………………………………………………83
Pendapat Madzahib Arba’ah
Madzhab Hanafi
Disebutkan dalam Syarhul ‘Inayah ‘ala Hidayah karangan Al-Babarty Al-Hanafi:”
Dan memerangi orang-orang kafir dan tidak mau membayar jizyah hukumnya adalah wajib
walaupun mereka tidak memulai memerangi dengan dalil ayat-ayat yang memerintahkan
perang secara umum.” ( Syarkhul inayah ma’a syarkhi fathil qodir V / 441).
As-Sarkhosi berkata:”Dulu Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam pertama kali
diperintahkan untuk memaafkan dan berpaling dari orang-orang musyrik…….Kemudian
beliau diperintahkan berperang jika mereka memulai peperangan…….Kemudian beliau
diperintahkan untuk memulai memerangi mereka.” (Al-Mabsuth X/2)
Al-Kasani berkata:” Jika belum sampai dakwah kepada mereka, maka hendaknya kaum
muslimin memulainya dengan mendakwahi mereka dengan lesan……Dan mereka tidak boleh
menyerang orang-orang kafir sebelum mendakwahi, sebab beriman itu meskipun wajib atas
mereka sebelum didakwahi dengan menggunakan akal, namun Alloh mengharamkan
memerangi mereka sebelum diutusnya Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam dan sebelum
sampai dakwah kepada mereka sebagai karunia dari Alloh kepada mereka dan menutup pintu
untuk baralasan bagi mereka walaupun sebenarnya tidak ada alasan bagi mereka.” (Badai’ush
Shonai’ IX/3404-3405).3
Madzhab Maliki
Ibnu Rusyd berkata:”Adapun tentang orang-orang yang diperangi para ulama’ telah
sepakat bahwasanya mereka itu adalah seluruh orang musyrik berlandaskan firman Alloh:
نة ون فتتكوالى حتم وھتلقاو “Dan perangilah mereka sampai tidak ada fitnah dan agama itu hanyalah untuk Alloh.”
(QS. Al-Baqoroh:193)
Kecuali sebuah riwayat dari Malik bahwasanya beliau berkata:”Tidak boleh memulai
untuk memerangi Habasyah dan Turki berdasarkan riwayat dari Rosululloh saw. bahwasanya
beliau bersada:
وذرتكمماة بشلحاواذر“Biarkanlah Habasyah selama mereka membiarkan kalian.” (HR. Abu dawud 4302 dan
An-Nasa’I VI/43-44, dari Abu Sakinah dari kalangan Muharririn beliau dari seorang sahabat
Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam dengan lafadz :
2Waqfat ma’ad Duktur Al-Buthi fi Kitabihi ‘anil Jihad karangan Abdul Akhir Hammad Al-Ghunaimi hal. 83-85
Macam-Macam Jihad Dan Hukumnya………………………………………………………………………………………84
ودعوكم واتركوا الترك ماتركوكمماة بشلحاوادع“Biarkanlah Habasyah (Ethiopia) selama mereka membiarkan kalian dan
tinggalkanlah At-Turk selama mereka meninggalkan kalian.” Hadits ini dinyatakan hasan
oleh Al-Albani dalam kitab Silsilatul Ahaditsush Shohihah no. 772)
Namun Imam Malik pernah ditanya tentang keshohihan atsar ini akan tetapi beliau tidak
mengakuinya dan berkata:”Semua orang senantiasa menjauhi berperang melawan
mereka.”(Bidayatul Mujtahid I/389)
Al-Qurofi ketika menyebutkan sebab-sebab dilakukannya jihad beliau berkata:”Sebab
pertama yang dianggap pokok dari diwajibkannya jihad adalah menghilangkan mungkarnya
kekafiran sebab sesungguhnya kekafiran adalan kemungkaran yang paling besar, dan
barangsiapa melihat kemungkaran dan ia mampu untuk menyingkirkannya, maka wajib
baginya untuk menyingkirkan kemungkaran tersebut. Hal ini disebutkan dalam firman Alloh
ال تكون فتى حتم وھتلقاو “Dan perangilah mereka sampai tidak ada fitnah dan agama itu hanyalah untuk Alloh.”
(QS. Al-Baqoroh:193)
Sedangkan yang dimaksud fitnah adalah kekafiran.” (Adz-Dzakhiroh: III/387)
Di dalam Al-Kafi karangan Ibnu Abdil Bar Al-Maliky disebutkan dan setiap orang
yang menolak untuk masuk islam atau membayar jizyah maka diperangi oleh karena itu orang
laki-laki yang berperang atau tidak berperang dibunuh apabila mereka sudah baligh.” Pada bab
Al-Muhadanah disebutkan “ apabila imam itu terpaksa untuk muhadanah dengan orang-orang
kafir harby maka imam boleh bernuhadanah dengan mereka apabila dia berpendapat harus
bermuhadanah” (Al-Kafi I / 466) Dengan demikian berarti hubungan awalnya adalah permusuhan
(peperangan)
Ibnu Rusyd berkata:”Orang-orang kafir itu diperangi hanyalah supaya mereka masuk
Islam dari kekafiran bukan untuk mencari kemenangan.” (Muqoddimat Ibnu Rusyd I/351)
Ibnul ‘Arobi ketika membahas ayat:
ة تنفال تكونى حتم وھتلقاو “Dan perangilah mereka sampai tidak ada fitnah dan agama itu hanyalah untuk Alloh.” (QS.
Al-Baqoroh:193)
Beliau berkata:”Masalah kedua: “Bahwasanya sebab pembunuhan adalah kekafiran
berlandaskan ayat ini, sebab Alloh swt. Berfirman: “sampai tidak ada fitnah” Alloh
menjadikan tujuannya adalah hilangnya kekafiran secara nas dan Dia menerangkan dalam ayat
ini bahwasanya sebab pembunuhan yang membolehkan untuk berperang adalah kekafiran.”
(Ahkamul Qur’an I/109)
Macam-Macam Jihad Dan Hukumnya………………………………………………………………………………………85
Al-Qurthubi ketika membicarakan ayat diatas berkata:”Ayat ini adalah perintah untuk
memerangi orang-orang kafir semua orang musyrik di setiap tempat …….dan ini adalah
perintah perang secara mutlak, tidak mesti mereka memulai berperang.”(Tafsir Al-Qurthubi II/353)
Madzhab Syafi’i
Dalam bab Hudnah pada kitab Al-Muhadzab karangan As-Sunnah-Syairazy Asy-
Syafi’I disebutkan:”…. Apabila tidak ada kemaslahatan dalam hudnah maka tidak boleh
mengadakan hudnah, karena Allah berfirman :
كمعم هللاوونلم و أنتم األعلالسوا إليدعوتا نوتھفال
“Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yanng lebih tinggi kedudukannya
dan Alloh bersam kalian.” (QS. Muhammad: 35).
Namun jika ada kemaslahatan seperti diharapkan mereka masuk Islam atau membayar
jizyah atau mereka mau menolong kita dalam memerangi yang lain, maka boleh
bermuhadanah dengan mereka selama empat bulan…” (Al-Muhadzdzab, II/259).
Mdzhab Hambali
Pada bab hudnah juga dalam kitab Kasyaful Qona’ karangan Al-Bahuti Al Hambali
disebutkan: “Hudnah tidak syah kecuali karena ada kemashlahatan, maka apabila Imam atau
wakilnya melihat ada kemashlahatan didalam bermuhadnah karena kelemahan kaum muslimin
untuk berperang atau beratnya peperangan atau diharapkan keislaman mereka atau mereka
membayar jizyah atau mashlahat – mashlahat yang lain maka bolehbermuhadanah “. (Kasyaful
Qona’ III / 111 – 112).
Ibnu Qudamah berkata:”Dan pasukan dikirimkan setiap tahun untuk menyergap
musuh di negara mereka.” (Al-Mughni X/360).
Al-Khuroqi berkata:”Ahlul kitab dan dan Majusi tidak harus didakwahi terlebih dulu,
karena dakwah sudah sampai kepada mereka. Sedangkan para penyembah berhala didakwahi
dahulu sebelum mereka diperangi.
Ibnu Qudamah dalam penjelasannya terhadap perkataan Al-Khuroqi diatas,
berkata:”Adapun perkataan beliau bahwasanya Ahlul kitab dan Majusi itu tidak mesti
didakwahi terlebih dahulu adalah secara umum, karena dakwah telah tesebar luas dan tidak
tersisa dari kalangan mereka yang belum mendengar dakwah kecuali sangat jarang sekali.
Adapun perkataan beliau bahwasanya para penyembah berhala mesti didakwahi dahulu
sebelum diserang, tidaklah secara umum, karena mereka yang sudah mendengar dakwah
tidaklah mesti didakwahi terlebih dahulu, namun jika diantara mereka ada yang belum
mendengar dakwah maka harus didakwahi terlebih dahulu, sebagaimana halnya ahlul kitab
Macam-Macam Jihad Dan Hukumnya………………………………………………………………………………………86
yang belum mendengar dakwah, mereka mesti didakwahi terlebih dahulu sebelum diserang.”
(Al-Mughni X/379)
Ibnu Taimiyah berkata:”Ketika turun surat At-Taubah, Nabi shalallahu ‘alaihi
wasallam diperintahkan untuk mendahului seluruh orang kafir dalam memerangi mereka baik
ahlul kitab maupun penyembah berhala, baik mereka memerangi maupun tidak.” (Ash-Shorimul
Maslul: 220)
Kalau ini sudah kita fahami maka harus diketahui bahwasanya ada beberapa golongan
orang yang tidak boleh diperangi dan ditumpahkan darahnya, yaitu orang-orang yang belum
sampai dakwah kepada mereka, orang-orang yang mengadakan akad perdamaian dengan kaum
muslimin, orang-orang yang bukan ahlul qital (yang disepakati oleh para ulama’ tentang
wanita dan anak-anak, sedangkan yang lain menurut jumhur tidak boleh dibunuh juga) dan
utusan. Dan ini akan kami bahas sesuai dengan babnya masing-masing.
Dengan demikian maka dapat kita katakan sebagai penjelasan dari semua ini bahwsanya
hubungan dasar dengan orang kafir yang jelas-jelas kita tahu bahwasanya mereka belum
pernah mendengar dakwah Islam (kerena menurut pendapat yang kuat bahwasanya jika
sebuah kaum yang belum kita ketahui sudah mendengar dakwah atau belum maka mereka
dianggap sudah mendengar dakwah karena secara umum sudah tersebar sehingga tidak ada
seorangpun yang belum mendengan dakwah kecuali orang-orang tertentu, lihat pembahasanya
dalam bab dakwah sebelum perang) maka hubungan dasar dengan mereka adalah hubungan
damai sampai mereka mendengar dakwah. Jika mereka mau masuk Islam atau mereka mau
membayar jizyah maka mereka aman. Namun kalau tidak maka hubungan dasar dengan
mereka adalah hubungan permusuhan/perang. Dan jika dalam keadaan darurat atau kalau
dibutuhkan kaum muslimin boleh membangun hubungan damai dengan orang-orang kafir.
Namun jika tidak ada kebutuhan untuk itu maka kaum muslimin tidak boleh begitu saja
membangun hubungan damai dengan orang-orang kafir. Untuk lebih jelasnya lihat
pembahasan muhadanah. Dr. Abdulloh bin Ath-Thuroiqi berkata: “Hubungan dengan orang
kafir sebelum didakwahi atau ketika sedang berlangsung proses dakwah kepada mereka
maka tidak diragukan lagi hubungan yang ada adalah hubungan damai .
Adapun setelah didakwahi kemudian mereka ngeyel dan memusuhi maka
hubungannya adalah hubungan permusuhan/peperangan.” 4
Dan juga golongan yang tidak boleh diperangi adalah orang-oranng yangbukan ahlul
qital. Dengan demikian maka orang yang diperangi adalah semua orang kafir selain anak-anak
dan perempuan atau orang-orang yang tidak mampu berperang. Lalu kita setelah itu bisa
katakan bahwasanya sebab disyari’atkannya perang itu adalah kekafiran dengan syarat
orang yang diperangi tersebut adalah ahlul qital (orang yang mapu berperang) dan bukan
3 lihat Al Isti’anah hal 97 – 129
Macam-Macam Jihad Dan Hukumnya………………………………………………………………………………………87
orang yang tidak mampu berperang, sebagaimana yang dikatakan Syaikh Abdul ‘Aziz bin
Abdulloh bin Bazz:
ین حیث وجدتموھم وخذوھم واقعدوا لھم كل مرصدركمشالا لوقتفا“……..maka bunuh orang-orang musyrik dimana saja kalian jumpai mereka,
tangkaplah dan intailah …….” Dalam ayat ini Alloh memerintahkan untuk membunuh
seluruh orang musyrik secara umum, dan menggantungkan sebuah hukum kepada suatu sifat
itu menunjukkan bahwa sifat tersebut merupakan sebab alasan. Maka ketika menggantungkan
hukum perang itu dengan orang-orang musyrik, kafir dan meninggalkan Islam dan tidak mau
masuk Islam, hal ini menunjukkan bahwasanya hal-hal tersebut merupakan penyebab mereka
diperangi. Maka alasan disyari’atkannya perang adalah kekafirang dengan syarat ia termasuk
orang yang mampu berperang, dan bukan orang selain mereka. Jika mereka termasuk orang
yang tidak berkecimpung dalam urusan perang, maka mereka kita perangi sampai mereka
masuk Islam atau membayar jizyah jika mereka dari kalangan Yahudi atau Nasrani atau
Majusi. Atau sampai mereka sampai masuk Islam saja tanpa ada pilihan yang lain, jika mereka
bukan dari tiga golongan tersebut dan jika mereka tidak mau masuk Islam, maka yang ada
adalah perang. Terkecuali orang-orang yang tidak berurusan dengan peperangan seperti
perempuan, anak-anak, orang buta, orang gila, pendeta, orang yang sibuk beribadah dalam
tempat ibadah mereka dan orang-orang yang tidak berurusan dengan peperangan karena
mereka tidak bisa berperang sebagaimana tang tersebut diatas, begitu pula orang tua renta,
mereka tidak diperangi menurut jumhur ulama’. Karena mereka adalah orang-orang yang tidak
ikut campur dalam peperangan. (Majmu’ Fatawa wa Maqolaat Mutanawwi’ah lisy-Syaikh Abdul ‘Aziz
bin Bazz III/191) Atau bisa juga kita katakan bahwasanya yang menjadi penyebab adalah
kemampuan berperang sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Rusyd dari sebagian
ulama’.Baliau mengatakan:” Dan sebab yang mewajibkan perang adalah diperselisihkan oleh
para ulama’ karena mereka berselisih pendapat tentan sebab yang mewajibkan membunuh.
Yang berpendapat bahwasanya yang menjadi penyebab adalah kekafiran, mereka tidak
mengecualikan seorangpun dari orang-orang musyrik dan mereka yang berpendapat
bahwasanya yang menjadi penyebab adalah kemampuan berperang pada larangan membunuh
perempuan padahal mereka adalah orang-orang kafir, mereka mengecualikan orang-orang
yang tidak mampu berperang dan tidak melibatkan diri dalam peperangan seperti petani dan
buruh.” (Bidayatul Mujtahid I/384) Dan para ulama’ berijma’ bahwasanya mereka-mereka yang
dikecualikan itu tetap diperangi jika mereka ikut berperang atau membantu dalam peperangan,
adapun selain mereka tetap diperangi baik mereka ikut berperang maupun tidak karena kalau
tidak demikian maka tidak ada bedanya atara mereka dan orang-orang yang masuk dalam
pengecualian. Oleh karena itu Al-Kasani berkata:”Pada dasarnya setiap orang yang bisa
berperang, halal dibunuh baik mereka ikut berperang maupun tidak dan semua orang yang
tidak mempunyai kemampuan untuk berperang tidak boleh dibunuh kecuali jika mereka nyata-
Macam-Macam Jihad Dan Hukumnya………………………………………………………………………………………88
nyata ikut berperang atau secara tidak langsung dengan memberikan pendapat, ketaatan,
motifasi atau yang lain ….. dan jika orang-orang yang tidak halal dibunuh sebagaimana yang
kami sebutkan diatas terbbunuh, maka tidak ada kewajiban diyat atau kafaroh kecuali taubat
dan istighfar, karena darah orang kafir itu tidak dibela kecuali dengan jaminan keamanan,
sedangkan jaminan keamanan itu tidak ada.” (Baai’ush Shonai’ IX/4308) 5
SYUBHAT DAN SANGGAHANNYA
Banyak dari kalangan mu’ashirin berpendapat bahwasanya sekedar kekafiran saja
bukanlah sebab peperangan, akan tetapi peperangan itu diwajibkan apabila orang-orang kafir
menyerang, artinya peperangan itu dilakukan jika orang-orang kafir menyerang. Dan ini
adalah penapat Jumhurul Bahitsin Al-Mu’ashirin. (Diantaranya adalah: Muhammad RosyidRidlo dalam Tafsir Al-Manar II\208,216, Abdul Wahab Kholaf dalam As-Sunnah-Siyasan Asy-
Syar’iyyah, hal. 77, Abdulloh bin zaid Ali Mahmud dalam Al-Jihad Al-Masyru’ Fil Islam, hal. 7 dan
Wahbah Az-Zuhaili dalam Al-‘Alaqot Ad-Dauliyah Fil Islam, hal.25 dan halaman selanjutnya).
Dengan demikian maka dasar hubungan antara kaum muslimin dan orang-orang kafir
adalah hubungan damai, dan kaum muslimin tidak boleh memerangi orang kafir kecuali jika
mereka memulai menyerang. Dan ini adalah pendapat jumhur fuqoha al Mua’shirin, [Misalnya
adalah: Muhammad Rosyid Ridlo (Tafsir Al-Manar XI/280), Mahmud Syaltut (Al-Islam ‘AWa syari’atan,
hal. 453), Muhammad Abu Zahroh (Al-‘Alaqot Ad-Dauliyah Fil Islam, hal. 47), Abdul Wahab Kholalaf
(As-SSiyasah Asy-Syar’iyah, hal. 77), Adulloh bin Zaid Ali Mahmud (Al-Jihad Al-Masyru’, hal.26-
27),As-Sayyid Sabiq (Fiqhus Sunnah III/13), Dr. Wahbah Az-Zuhaili (Al-‘Alaqot Ad-Daulifil Islam, hal.
94) dan Abdulloh Al-Maroghi (At-Tasyri’ Al-Islami lighoiril Muslimin, hal. 26)] mereka menyatakannya
dengan jelas-jelas sehingga tidak membutuhkan ijtihad didalam menyimpulkan perkataan–
perkataan mereka dengan demikian tidak perlu pula untuk kita paparkan.
Ada yang menisbatkan pendapat ini kepada madzhab Hanafi yang terdapat didalam kitab
Al-Mabsuth X/30: ”Dan pembunuhan baik disebabkan karena penyerangan sebagaimana
yang dikatakan oleh pata ulama’ kita atau disebabkan kesyirikan sebagaimana yang dikatakan
oleh penentang ulama’ kita.“ (dan lihat pula hal.81 pada juz yang sama) Dan terdapat dalam kitab
Al-‘Inayah V/437: ”Dan sebab peperangan adalah karena orang-orang kmemerangi kita.”
Namun perlu diperhatikan di disini bahwasanya pengarang kitab ini menyebutkan dalam hal.
441: “Sesungguhnya memerangi orang-orang kafir apabila mereka tidak mau masuk Islam dan
tidak mau mmbayar jizyah hukumnya adalah wajib walaupun mereka tidak mendahului
menyerang.” Dalam masalah ini ada pertentangan, oleh karena itu menurut saya, yang
dimaksud dengan perkataan madzhab Hanafi:”Peperangan sebabnya adalah penyerangan”
maksudnya memang orang-orang kafir itu pasti memerangi kita, karena hal itu sudah menjadi
kebiasaan mereka, dan maksudnya bukanlah mereka itu tidak akan memerangi kita kalau kita
7Waqfat ma’ad Duktur Al-Buthi fi Kitabihi ‘anil Jihad karangan Abdul Akhir Hammad Al-Ghunaimi hal.
Macam-Macam Jihad Dan Hukumnya………………………………………………………………………………………89
tidak memerangi mereka. Maka renungkanlah hal ini. Syaikhul Islam berkata:” Imam Malik
sepakat dengan pendapat madzhab Hanafi tersebut begitu pula Imam Ahmad dalam salah
satu dari kedua pendapat beliau.(Majmu’ Fatawa, XX/101)
Dalil-dalil mereka dan jawababannya:
1. Firman Alloh:
كم كافةنتلوایقاكمةین كافركمشالا لواتوق“Perangilah orang-orang kafir secara keseluruhan sebagaimana mereka memerangi
kalian secara keseluruhan.” (QS. At-Taubah: 36)
Ayat ini menunjukkan bahwa peperangan yang diperintahkan kepada kita adalah sebagai
balasan karena mereka memerangi kita, dan inilah penyebab peperangan tersebut.
Firman Allah
یندتالمعیل هللا الذین یقاتلونكم وال تعتدوا إن هللا ال یحبسبفيوا تلاوق“Dan berperanglah kalaian di jalan Alloh melawan orang-orang yang memerangi kalian dan
janganlah kaliam melampaui batas. Sesungguhnya Alloh tidak mencintai orang-orang yang
melampaui batas.”(QS. Al-Baqoroh: 190)
Dikatakan maksud ”Jangan melampaui batas” adalah jangan memulai untuk
memerangi orang-orang musyrik. (lihat: Zaadul Masiir karangan Ibnul Jauzi, I/197)
Jawaban:
Diatas telah lita sebutkan bahwasanya para ulama’ telah berijma’ bahwa perintah jihad
yang terakhir adalah memerangi orang-orang kafir meskipun mereka tidak memulai
peperangan. Oleh karena itu para ulama’ salaf ada yang berpendapat bahwasanya ayat ini telah
mansukh dengan ayatus saif sedangkan sebagian yang lain berpendapat bahwasanya ayat ini
tidaklah mansukh akan tetapi yang dimaksud jangan melampau batas adalah jangan
membunuh perempuan, anak-anak dan orang-orang yang tidak bisa berperang.
Imam Ath-Thobari berkata:”Para ahli tafsir berselisih pendapat tentang tafsiran ayat
ini. Sebagian mereka berpendapat bahwasanya ayat ini adalah ayat pertama yang
memerintahkan kaum muslimin untuk memerangi orang-oran musyrik. Mereka mengatakan
bahwasanya kaum muslimin diperintahkan untuk memerangi orang-orang musyrik yang
memerangi kaum muslimin dan membiarkan orang-orang musyrik yang membiarkan kaum
muslimin yang kemudian dinasakh dengan surat al-baro’ah.” (Tafsir At-Thobari III/561)
Kemudian beliau menukil perkataan itu dengan sanad beliau dari Ar-Robi’ bin Anas dan
Abdur Rohman bin bin Zaid bin Aslam, lalu beliau berkata:”Sedangkan yang lain
Macam-Macam Jihad Dan Hukumnya………………………………………………………………………………………90
mengatakan tidak seperti itu akan tetapi ayat tersebut adalah perintah dari Alloh untuk
memerangi orang-orang kafir dan ayat ini tidaklah mansukh, sedangkan melampau batas yang
dilarangan maksudnya adalah larangan membunuh perempuan dan anak-anak.” (Tafsir At-
Thobari III/562) Kemudian beliau menukil pendapat kedua tersebut dengan snad beliau dari
Umar bin Abdul Aziz, Mujahid dan Ibnu Abbas ra., lalu beliau lebih merojihkan (menguatkan)
pendapat yang kedua, karena pernyataan nasakh tanpa dalil adalah tahakkum sedangkan
tahakkum tidak bisa melemahkan seorangpun. Kemudian beliau mengatakan:”….Alloh
mengatakan kepada mereka:’Dan berperanglah atas dasar ketaatan kepada-Ku dan atas dasar
agama yang Ku syariatkan kepada kalian, dan dakwahilah orang-orang yang berpaing darinya
dan melakukan kesombongan dengan tangan dan lidahnya sampai mereka kembali mentaati-
Ku atau mereka membayar jizyah dengan penuh rendah diri jika mereka dari kalangan ahlul
kitab.’ Dan Alloh memerintahkan mereka orang-orang kafir yang bisa berperang dan
terkecuali orang-orang yang tidak bisa berperang seperti perempuan dan anak-anak mereka,
sesungguhnya mereka ini adalah merupakan harta dan dan budak bagi kaum muslimin jika
mereka menang…….”(Tafsir At-Thobari III/563-564)
2. Nash-nash yang menyeru kepada perdamai seperti firman Allah :
و عدمإنھ لكناطیالشتواخطلسلم كافة وال تتیعوا افيا نوا ادخلوأمن ذیالا یھیأ
ینبم“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian As-Silm secara keseluruhan, dan
janganlah kalian ikuti langkah-langkah syetan. Sesungguhya syetan itu musuh yang nyata
bagi kalian.” (QS. Al-Baqoroh: 208)
Jawaban:
Yang dimaksud dengan As-Silmu adalah Syari’at Islam dan hukum-hukumnya,
sebagaimana pendapat kebanyakan ahli tafsir dan hal ini dipelopori oleh syaikhul mufassirin
Ath-Thobari ra. atau yang dimaksud adalah ketaatan sebagaimana pendapat sebagian mereka.
(Lihat tafsir Ath-Thobari II/189, tafsir Ibnu Katsir I/247 dan Zaadul Masiir karangan Ibnul Jauzi I/224)
Dan tidak ada yang berpendapat perdamaian kecuali Qotadah dan orang-orang
mu’ashirin yang mengikuti beliau.6
لم فاجنح لھا وتوكل علي هللا إنھ ھو السمیع العلیملسلوانحجإنو
4Al-Isti’anah bighoiril Muslimin, hal 118
Macam-Macam Jihad Dan Hukumnya………………………………………………………………………………………91
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan
bertawakallah kepada Alloh. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (QS. Al-Anfal: 61)
Alloh berfirman tentang orang-orang munafiq:
وا منھم أولیآء حتى یھاجروا في ذ تتخ ا كفروا فتكونون سوآء فال م كفرون ك ت و ل ا ود و
یا وال ل و م ھ ن ا م فإن تولوا فخذوھم واقتلوھم حیث وجدتموھم والتتخذوهللا ل سبی
أو جآءوكم حصرت یثاق م إلى قوم بینكم وبینھم ن ین یصلوذ ل اال إ نصیرا
ن فإ م لوك ات وا قومھم ولو شآء هللا لسلطھم علیكم فلق ل ت یقاو أ م صدورھم أن یقاتلوك
لم فما جعل هللا لكم اعت ون د ج ت س م سبیال ھ علی زلوكم فلم یقاتلوكم وألقوا إلیكم الس
وا إلى الفتنة أرك وكم من أ ی نءاخرین یریدون أ نإ ا ف ھ ا فیسوویأمنوا قومھم كل مارد
لم و لم م حیث ثقفتموھم تلوھ ق كفوا أیدیھم فخذوھم وای یعتزلوكم ویلقوا إلیكم الس
بینا ھم ی ل ع م ك وأوالئكم جعلنا ل سلطانا م
“Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu
kalian menjadi sama dengan mereka. Maka janganlah kalian jadikan diantara mereka
penolong-penolong kalian.Maka jika mereka berpaling maka tawanlah dan bunuhlah mereka
dimana saja kalian menjumpai mereka, dan janganlah kalian menjadikan seorangpun
diantara mereka sebagai pelindung dan juga penolong, kecuali orang-orang yang meminta
perlindungan kepada suatu kaum, yang antara kalian dan kaum tersebut telah terikat
perjanjian damai atau orang-orang yang datang kepada kamu sedang hati mereka merasa
keberatan untuk memerangi kalian dan memerangi kaum mereka. Kalau Alloh menghendaki
tentu Alloh memberi kekuasaan kepada mereka untuk menguasai kalian, lalu pastilah mereka
memerangi kalian. Tetapi jika mereka membiarkan kalian dan tidak memerangi kalian serta
mengemukakan perdamaian kepada kalian, maka Alloh tidak memberi jalan kepada kalian
untuk melawan dan membunuh mereka. Kelak kalian akan mendapati kelompok yang lain,
yang bermaksud supaya aman dari kalian dan aman dari kaumnya, setiap kali mereka diajak
kembali kepada fitnah (syirik) merekapun terjun ke dalamnya. Karena itu jika mereka tidak
membiar kankalian dan tidak mau mengemukakan perdamaian kepada kalian serta tidak
menahan tangan mereka untuk memerangi kalian maka tawanlah mereka dan bunuhlah
mereka dimana saja kalian menjumpai mereka dan merekalah yang Kami berikan kepada
kalian alasan yang nyata untuk menawan dan membunuh mereka. ” (QS. An-Nisa’: 89-91)
Jawaban:
Macam-Macam Jihad Dan Hukumnya………………………………………………………………………………………92
Dalam ayat ini disebutkan bahwasanya perdamaian itu mereka yang mengajukan dan
bukan kaum muslimin dengan cara mereka menyatakan maksud mereka dan dengan syarat
mereka tidak ikut campur dalam memerangi kaum muslimin. Dan tidaklah cukup hal itu hanya
berupa sikap dan tidak dibarengi dengan pernyataan keadaan mereka kepada kaum muslimin.
Oleh karena itu hal ini termasuk bentuk perdamaian yang telah diatur syarat-syaratnya dalam
syari’at sebagaimana yang telah kita bahas dalam pembahasan tersendiri tentang sikap netral.
3. Allah tidak mensyari’atkan pemaksaan didalam beragama akan tetapi yang
diperintahkakepada manusia adalah agar memilih, sebagaimana firman Allah dalam kitab-Nya
:
دین قد تیبن الرشد من الغيالي فاهكرإال“Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar
dari jalan yang sesat.” (QS. Al-Baqoroh: 256)
من من في األرض كلھم جمیعا أفانت تكره الناس حتي یكون ألك ربء شاو ول
مؤمنین“Dan jikalau Tuhanmu menghendak, tentulah semua orang di muka bumi ini akan beriman.
Maka apakan kamu hendak memaksa semua manusia untuk menjadi orang-orang beriman?”
(QS. Yunus: 99)
Ini menunjukkan bahwasanya perang itu tidak disyari’atkan untuk memaksa manusia
masuk kedalam agama Islam. Dengan demikian maka dasar hubungan antara kaum muslimin
dengan ummat yang lain adalah perdamaian, bukan peperangan. (Lihat: As-Sunnah-Siyasah Asy-
Syar’iyyah, karangan Syaikh Kholaf, hal. 74)
Adapun ayat :
ن الرشد من الغيبیتدقدینالي فاهكرإال“Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar
dari jalan yang sesat.” (QS. Al-Baqoroh: 256)
Adalah bagi mereka yang mau membayar jizyah. (Lihat tafsir Ath-Thobari III/12 dan Ahkamul
Qur’an karangan Ibnul ‘Arobi)7
Jawaban:
Sesungguhnya selama orang kafir itu bebas memilih antara tiga pilihan; masuk Islam,
membayar jizyah dan perang, hal itu berarti tidak ada paksaan untuk masuk Islam, dan dengan
demikian juga tidak merubah status dasar hubungan perang antara umat Islam dengan orang
kafir. (Lihat Zaadul Masiir I/305)
5Al-Isti’anah bighoiril Muslimin, hal 120
Macam-Macam Jihad Dan Hukumnya………………………………………………………………………………………93
Dan juga pendapat ini dijawab bahwasanya tujuan peperangan melawan orang-orang
kafir adalah menundukkan mereka di bawah kekuasaan kaum muslimin dan menjalankan
syari’at Islam di dalamnya dan bukan maksudnya memaksa setiap individu mereka untuk
merubah agama mereka. (Majmu’ah Buhuts Fiqhiyyah karangan Dr. Abdul Karim Zaidan, hal. 56)
Atau hal ini juga dijawab bahwasanya Islam adalah agama yang bersifat universal,
agama yang haq dan selainnya adalah agama yang bathil. Semua yang tidak beragama islam
maka dia adalah celaka, oleh karena itu kewajibamn muslimin adalah menyelamatkan manusia
dari kecelakaan dengan wasilah yang telah diberikan kepada mereka yaitu dimulai dengan
dakwah kemudian dengan kekuatan apabila manusia itu masuk islam maka tercapailah
tujuannya kalau tidak maka mereka harus masuk kedalam dzimmatul muslimin atau berdamai
dalam jangka waktu tertentu kalau tidak maka yang ada adalah perang (lihat Mabadi’u nidhomil
hukmi fil Islam karanagnn Dr. Abdul Hamid Mutawally hal 293). Sebagaimana disebutkan dalam
hadits Buraidah :
یتھن أجابوك فأمن المشركین فادعھم إلي ثالث خصال أو خالل ك دوعیتلقا إذ
فاقبل منھم وكف عنھم“Apabila kamu menjumpai musuhmu dari orang-orang muusyrik maka tawarkanlah kepada
mereka tiga perkara, mana saja yang mereka pilih terimalah dan jangan ganggu mereka.”
Kemudian beliau menyebutkan tiga alternatif itu dengan urut yaitu : masuk Islam
kemudian bayar jizyah kemdian perang.
4. Alloh berfirman:
ن دیاركم أن تب ین ولم یخرجوكم م وھم الینھاكم هللا عن الذین لم یقاتلوكم في الد ر
إنما ینھاكم هللا عن الذین قاتلوكم في وتقسطوا إلیھم إن هللا یحب المقسطین
ن دیاركم وظاھروا على إخراجكم أن تولوھم ومن یتولھم ین وأخرجوكم م الد
الظالمون فأولئك ھم
“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang
yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya
melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena
agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu.
Macam-Macam Jihad Dan Hukumnya………………………………………………………………………………………94
Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang
zalim.” (QS. 60:8-9)
Jawaban:
Para ulama’ tafsir berselisih pendapat tentang ayat ini, apaka ayat ini mansukh atau tidak.
Berkata Ibnu Zaid dan Qotadah serta nukilan dari Ibnu Syihab Al-Khofaji
bahwasanya ayat ini mansukh dengan ayat-ayat qital dalam surat at-taubah dan ayat-
ayat qital yang lain.
Sekelompok ahli tafsir berpandapat bahwasanya ayat ini memperbolehkan untuk
berbuat baik atas ijin Alloh kepada perempuan dan anak-anak karena mereka adalah
termasuk golongan yang tidak boleh diperangi. Dan mereka berpendapat bahwasanya
ayat ini adalah muhkamah (tidak mansukh).
Mujahid berpendapat bahwasanya yang dimaksud dalam ayat ini adalah mereka yang
beriman di Mekah dan belum berhijroh, maka Alloh mengijinkan untuk berbuat baik
kepada mereka.
Sekelompok ahli tafsir berpendapat bahwasanya ayat ini sebagai rukhshohh untuk
berbuat baik kepada orang-orang yang tidak memerangi umat Islam dan sebagai dalil
atas bolehnya berbuat baik kepada mereka meskipun tidak boleh berwala’ kepada
mereka.
Dan Ibnu Jarir Ath-Thobari berkata:”Pendapat yang paling mendekati kebenaran
adalah pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud dalam ayat ini adalah semua orang
kafir yang tidak memerangi umat Islam, jika hal itu tidak sampai membuka rahasia umat Islam
atau menguatkan mereka dengan persenjataan.” (Lihat:Tafsir Ah-Thobari XXVIII/43 dan lihat Ayatul
Ahkam karangan Muhammad ‘Ali As-Sayis IV/139-140)
Sesungguhnya ayat pertama menerangkan bahwasanya Alloh tidaklah melarang kita
untuk berbuat baik dan adil kepada orang-orang kafir yang tidak memerangi kita, namun ayat
itu tidak menyatakan untuk tidak memerangi mereka. Dan berbuat baik itu tidaklah
bertentangan dengan memerangi mereka. Kita berbuat baik dan adil kepada mereka sebelum
berperang. Kemudian jika kita hendak memerangi mereka kitapun juga berbuat baik dan adil
kepada mereka dengan mendakwahi mereka sebelum menyerang. Dan jika kita memerangi
merekapun kita berbuat baik dan adil kepada mereka dengan tidak menmcincang mayat
mereka, tidak membunuh perempuan dan anak-anak serta adab-adab perang yang lain dalam
Islam. Dan jika perang telah usai dengan kemenangan di tangan umat Islam, maka kita tetap
berbuat baik kepada mereka dengan membuka peluang untuk membebaskan tawanan dan juga
berbuat adil dengan menebusnya serta yang lain-lainnya. Dengan demikian maka sebenarnya
perintah untuk berbuat baik dan adil kepada mereka tidaklah bertentangan dengan perintah
untuk memerangi mereka. Dengan demikian maka yang benar (wallohu a’lam) adalah
Macam-Macam Jihad Dan Hukumnya………………………………………………………………………………………95
pendapat yang dipilih oleh Ath-Thobari yaitu bahwasanya ayat tersebut tidaklah mansukh
dan tidak pula terkhususkan.
Orang yang memperhatikan kepada dua ayat tersebut ia akan memahami bahwasanya
dua ayat tersebut berbicara tentang dua macam manusia yang berbeda, namun kita akan
mendapatkan tidak ada perbedaan hukum antara kedua golongan manusia ini. Ayat yang
pertama membolehkan untuk berbuat baik kepada golongan yang pertama sedangkan ayat
yang kedua tidak melarang untuk berbuat baik kepada golongan yang kedua namun hanya
melarang untuk berwala’ kepada mereka dengan ketentuan bahwasanya wala’ juga terputus
dari golongan yang pertama berdasarkan keumuman ayat yang melarang untuk berwala’
kepada orang-orang kafir. Artinya berbuat baik dan adil itu bukan diperbolehkan kepada
orang kafir ghoiril muharibin (yang tidak memerangi) saja akan tetapi juga diperbolehkan
kepada orang-orang kafir muharibun juga. Dalilnya adalah ayat kedua yang melarang untuk
berwala’ kepada orang-orang kafir muharibun dan tidak melarang untuk berbuat baik dan adil
kepada mereka, bahkan ada nas-nas lain menerangkan atas bolehnnya hal itu kepada mereka.
Hal itu telah diingatkan oleh Imam Al-Mathlabi Muhammad bin Idris Asy-Syafi’I belau
mengatakan dalam kitab Ahkamul Qur’an yang ditulis oleh Al-Baihaqi :”Dan hubungan baik
dan harta, berlaku adil, berbicara lembut dan surat-menyurat berkaitan dengan hukum Alloh
bukanlah termasuk wala’ yang dilarang kepada orang-orang yang dilarang untuk memberikan
perwala’an kepada mereka karena memerangi umat Islam. Hal itu karena Alloh membolehkan
untuk berbuat baik dan adil kepada orang-orang musyrik yang tidak memerangi umat Islam
dan tidak mengharamkannya kepada mereka yang memusuhi, akan tetapi Alloh hanya
menyebutkan mereka yang memusuhi lalu Alloh melarang untuk berwala’ kepada mereka.
Sedangkan perwalian tidaklah sama dengan berbuat baik dan adil. Dahulu nabi mengambil
tebusan dari tawana perang Badar, Abu ‘Izzah Al-Jumahi diantara yang dibebaskan padahal
dia telah diketahui permusuhannya terhadap nabi baik dengan lisan maupun dirinya, dan
beliau juga membebaskan Tsumamah bin Utsal setelah perang Badar padahal dia sudah
dikenal permusuhannya terhadap Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliaupun
memerintahkan untuk membunuhnya namun beliau membebaskan setelah tertawan, dan
masuk Islamlah Utsamah dan memboikot makanan penduduk Mekkah lalu mereka meminta
kepada nabi untuk memberi makanan kepada mereka maka diijinkanlah oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam, dan Alloh berfirman
راوأسیویطعمون الطعام على حبھ مسكینا ویتیما“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan
orang yang ditawan.” (QS. 76:8)
Macam-Macam Jihad Dan Hukumnya………………………………………………………………………………………96
…… dan tawanan adalah termasuk orang-orang yang memusuhi Alloh dan Rosul-Nya.
(Ahkamul Qur’an II/193-194)8
5. Jumhurul Fuqoha berpendapat bahwasanya haram membunuh wanita, anak – anak,
orang tua dan orang yang semisal dengan mereka dalam pertempuran karena mereka tidak bisa
bereperang (lihat Al-Fatawa Al-Hindiyyah II/ 195, Hasyiatud Dasuki II / 176, Al-Kafi
karangan Ibnu Qudamah IV / 267, dan Al-Muhalla VII /471 masalah no. 926). Ini
menunjukkan bahwasanya memerangi orang – orang kafir itu adalah karena mereka
memerangi kita bukan karena sekedar kekafiran saja, karena kalau sebabnya itu hanya
kekafiran saja, maka pasti wajib membunuh setiap orang kafir yang mukallaf ( lihat al ‘Alaqot
Ad-Dauliyyah fil Islam karangan Az-Zuhaily hal 25-28 ) .
Jawaban:
Hadits-hadits yang melarang membunuh anak-anak dan perempuanhanyalah merupakan
dalil-dalil yang menjadi mukhoshshis dari perintah memerangi orang kafir secara umum. Lalu
jumhur ulama’ berpendapat bahwasanya anak-anak dan perempuan itu tidak boleh dibunuh
disebabkan karena mereka bukan orang yang layak untuk ikut berperang, sehingga mereka
menyamakan halnya dengan orang yang sakit, tua renta, para pendeta dan orang-orang
semacam mereka. Oleh karena itu mereka mengatakan bahwasanya orang-orang yang
diperangi adalah ahlul qital (orang yang layak berperang). Adapun mereka yang tidak
berpendapat bahwasanya alasan dilarangnya membunuh perempuan dan anak-anak itu karena
tidak mampu berperang, maka mereka tidak mengecualikan selain anak-anak dan perempuan.
Dengan demikian maka orang yang diperangi adalah semua orang kafir selain anak-anak dan
perempuan atau orang-orang yang tidak mampu berperang. Lalu kita setelah itu bisa katakan
bahwasanya sebab disyari’atkannya perang itu adalah kekafiran dengan syarat orang yang
diperangi tersebut adalah orang yang mapu berperang dan bukan orang yang tidak mampu
berperang, sebagaimana yang dikatakan Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdulloh bin Bazz di atas,
atau bisa juga kita katakan bahwasanya yang menjadi penyebab adalah kemampuan
berperang sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Rusyd dari sebagian ulama’.
Al-Qodli Abu Bakar Ibnul ‘Arobi dalam menjawab masalah ini mengatakan:”Jika
dikatakan;’kalau yang menyebabkan bolehnya dibunuh itu kekafiran, maka pasti semua orang
kafir dibunuh sedangkan anda membiarkan dari kalangan orang kafir itu perempuan, pendeta
dan orang-orang yang telah tersebut diatas’. Maka dijawab; sebenarnya kami membiarkan
mereka, padahal pada mereka ada alasan untuk boleh dibunuh karena ada manfaat dan
maslahat padanya. Adapun manfaatnya adalah menjadikannya budak bagi golongan yang
boleh dijadikan budak, maka dengan demikian ia menjadi harta dan pembantu, dan ini adalah
ghonimah yang Alloh halalkan. Sedangkan maslahatnya adalah sesungguhnya kalau pendeta
8 Waqfaat ma’ad Dukrur Al-Buthi hal. 111-112
Macam-Macam Jihad Dan Hukumnya………………………………………………………………………………………97
itu dibiarkan, hal tersebut akan mendorong para lelaki mereka untuk tidak ikut berperang
dengan demikian melemahlah peperangan mereka dan sedikitlah kelompok mereka kemudian
kita akan lebih banyak menguasai mereka.” (Ahkamul Qur’an I/109)9
7Waqfat ma’ad Duktur Al-Buthi fi Kitabihi ‘anil Jihad karangan Abdul Akhir Hammad Al-Ghunaimi hal.
top related