bab iii metodologi penelitian a. metode...
Post on 15-Aug-2019
216 Views
Preview:
TRANSCRIPT
27 Cucu Sumarni, 2016 PENGARUH MODEL QUANTUM LEARNING TIPE VAK (VISUAL, AUDITORY, KINESTHETIC) TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA MATERI SIFAT-SIFAT MAGNET (Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas V SDN KubangSepat I) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Untuk melakukan sebuah penelitian dibutuhkan suatu metode untuk
mencapai tujuan dari penelitian.Metode yang digunakan dalam penelitiaan ini
adalah quasi eksperimen, karena subjek yang akan diteliti merupakan siswa
yang terdaftar dengan kelasnya masing-masing sehingga tidak dimungkinkan
untuk membuat kelompok baru secara acak. Sugiyono (2011, hlm. 114)
mengemukakan bahwa “… kuasi eksperimen digunakan karena kenyataaanya
sulit mendapat kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian”.
Asmani (2011, hlm. 187) juga berpendapat bahwa metode kuasi
eksperimen yang mana mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat
berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan.Subjek penelitian dibagi atas dua kelompok yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.Kelompok eksperimen diberikan
perlakuan khusus yaitu pembelajaran IPA dengan menggunakan model
quantum learning tipe VAK, sedangkan kelompok kontrol menggunakan
pembelajaran secara konvensional.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian adalah
nonequivalent control group design. Peneliti memilih dua kelas yang ada.Satu
kelompok dijadikan sebagai kelas eksperimen yang diberikan perlakuan
(treatment)dan satu kelompok dijadikan sebagai kelas kontrol yang tidak
diberikan perlakuan (treatment).Kedua kelompok diberikan tes awal dan tes
akhir. Adapun desain penelitiannya sebagai berikut :
E O1 X1 O2
K O3 X2 O4
28
Cucu Sumarni, 2016 PENGARUH MODEL QUANTUM LEARNING TIPE VAK (VISUAL, AUDITORY, KINESTHETIC) TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA MATERI SIFAT-SIFAT MAGNET (Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas V SDN KubangSepat I) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan :
O1:Pretestkelas eksperimen
O2 :Posttest kelas eksperimen
O3 :Prettest kelas kontrol
O4 :Posttest kelas kontrol
X :Pembelajaran IPA dengan menggunakan model quantum learningtipe
VAK
C. Partisipan dan Tempat Penelitian
1. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010, hlm.
173). Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa SDN Kubang Sepat I.
Sampel adalah sebagian atau wakilpopulasi yang diteliti (Arikunto, 2010,
hlm. 174). Sampel dalam penelitian ini adalah kelas V Sekolah Dasar
Negeri Kubang Sepat I semester II, tahun ajaran 2015-2016 yang terdiri
dari dua kelas yaitu VA sebagai kelas eksperimen dan kelas VB sebagai
kelas kontrol yang diambil dengan teknik cluster random sampling(sampel
acak berkelompok) terhadap kelas untuk dijadikan kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Teknik cluster random sampling digunakan karena
pengacakan tidak dilakukan terhadap subyek penelitian secara individual,
melainkan dilakukan pada kelompok subyek yang telah terbentuk dalam
kelas masing-masing.
2. Tempat Penelitian
29
Cucu Sumarni, 2016 PENGARUH MODEL QUANTUM LEARNING TIPE VAK (VISUAL, AUDITORY, KINESTHETIC) TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA MATERI SIFAT-SIFAT MAGNET (Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas V SDN KubangSepat I) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini dilakukan di SDN Kubang Sepat 1 yang beralamat di
Kelurahan Citangkil Kecamatan Citangkil.Alasan peneliti melakukan
penelitian di SDN Kubang Sepat I karena sebelumnya pernah melakukan
observasi.Penelitian dilakukan di dua kelas yakni kelas VA dan kelas VB.
D. Instrumen Penelitian
Instrumenmerupakan alat pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian adalah tes dan
nontes. Tes merupakan suatu teknik ataucara yang digunakan dalam rangka
melaksanakan kegiatan pengukuran yang di dalamnya terdapat berbagai
pertanyaan, pertanyaan, atau serangkaian tugas yang dikerjakan atau dijawab
oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik (Riduwan,
2013, hlm. 76).Instrumen tes yang digunakan berupa tes obyektifberbentuk
uraian. Dengan tes berbentuk uraian ini akan memudahkan guru untuk menilai
hasil belajar siswa terhadap materi pembelajaran. Tes yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tes uraian sebanyak 10 soal. Tes obyektif yang akan
diberikan terdiri dari :
1. Pretest, diberikan untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas eksperimen
dan kelas kontrol sebelum dilakukannya tindakan.
2. Posttest, diberikan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol setelah dilakukannya tindakan.
Tahap awal sebelum instrument tes ini digunakan pada penelitian,
terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden di luar kelas eksperimen
dan kelas kontrol.Hasil uji coba instrument diolah menggunakan bantuan
software AnatesV4. Uji coba instrumen tes ini dilakukan untuk mengetahui
apakah soal tersebut telah memenuhi syarat tes yang baik yaitu :
1. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2010, hlm.211).
30
Cucu Sumarni, 2016 PENGARUH MODEL QUANTUM LEARNING TIPE VAK (VISUAL, AUDITORY, KINESTHETIC) TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA MATERI SIFAT-SIFAT MAGNET (Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas V SDN KubangSepat I) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi.
Sebaliknya jika instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas
rendah.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan software AnatestV4,
instrument yang dibuat memiliki kevalidan yang berbeda-beda. Hasil
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Rekapitulasi Hasil Korelasi Skor
No Nomor Butir Soal Korelasi Signifikansi
1. 1 0,778 Sangat Signifikan
2. 2 0,653 Signifikan
3. 3 0,606 Signifikan
4. 4 0,719 Sangat Signifikan
5 5 0,638 Signifikan
6. 6 0,621 Signifikan
7. 7 0,643 Signifikan
8. 8 0,646 Signifikan
9. 9 0,604 Signifikan
10. 10 0,643 Signifikan
Berdasarkan tabel 3.1 bahwa instrumen yang dibuat memiliki korelasi
yang berbeda antar setiap butir soal yakni 2 butir soal memiliki korelasi
yang sangat signifikan ataupun dapat diartikan soal tersebut memiliki
validitas yang tinggi sedangkan 8 soal memiliki korelasi yang signifikan
atau dapat diartikan soal tersebut memiliki validitas yang sedang.
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen
(Arifin, 2014, hlm. 258).Reliabel tes berhubungan dengan pertanyaan
31
Cucu Sumarni, 2016 PENGARUH MODEL QUANTUM LEARNING TIPE VAK (VISUAL, AUDITORY, KINESTHETIC) TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA MATERI SIFAT-SIFAT MAGNET (Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas V SDN KubangSepat I) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
apakah suatu tes teliti dan dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan.suatu tes dikatakan. Suatu tes dapat dikatakan reliabeljika
selalu memberikan hasil yang sama pada waktu atau kesempatan yang
berbeda. Cara perhitungan reliabilitas suatu tes yaitu :
Rho 1
2.
1
2 =
𝑛.∑ 𝑥𝑦 − (∑ 𝑥)(∑ 𝑦)
√[𝑛.∑ 𝑥2
− (∑ 𝑥)2] [ 𝑛.∑ 𝑦2− (∑ 𝑦)2
]
R 1.1 = 2𝑟
1 + 𝑟
Tabel 3.2
Indeks Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas Klasifikasi
< 0,20 Tidak ada hubungan
0,20 – 0,39 Habungan rendah
0,40 – 0,69 Hubungan cukup
0,70 – 0,89 Hubungan tinggi
0,90 – 1,00 Hubungan sangat tinggi
Berdasarkan hasil uji instrumen menunjukkan reliabiltas sebesar 0,80.
Sehingga dapat diartikan bahwa instrumen yang dibuat memiliki
reliabilitas yang tinggi.
3. Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara peserta didik yang pandai (menguasai materi) dengan peserta
didikyang kurang pandai (kurang/tidak menguasai materi) (Arifin, 2014,
hlm.133)
DP = 𝑅𝑈−𝑅𝐿
𝑛
Keterangan:
RU = jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar
32
Cucu Sumarni, 2016 PENGARUH MODEL QUANTUM LEARNING TIPE VAK (VISUAL, AUDITORY, KINESTHETIC) TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA MATERI SIFAT-SIFAT MAGNET (Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas V SDN KubangSepat I) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
RL= jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar
n = 27 % dari jumlah siswa
Tabel 3.3
Indeks Daya Pembeda
Koefisien Daya Pembeda Klasifikasi
0,4 – 0,69 Baik
0,2 – 0,39 Cukup
0,0 – 0,19 Buruk
Setelah dilakukan uji instrumen selanjutnaya dialakukan analisis hasil
uji instrument melalui software AnatestV4 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.4
Rekapitulasi Daya Pembeda
No Butir
Soal Koefiseien Daya Pembeda Klasifikasi
1 0,78 Sangat baik
2 0,25 Cukup
3 0,40 Baik
4 0,93 Sangat baik
5 0,59 Baik
6 0,43 Baik
7 0,53 Baik
8 0,50 Baik
9 0,43 Baik
10 0,43 Baik
Berdasarkan tabel 3.4 bahwa intrumen memiliki daya pembeda yang
berbeda pada setiap butir soal, yakni terdapat 2 butir soal yang memiliki
33
Cucu Sumarni, 2016 PENGARUH MODEL QUANTUM LEARNING TIPE VAK (VISUAL, AUDITORY, KINESTHETIC) TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA MATERI SIFAT-SIFAT MAGNET (Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas V SDN KubangSepat I) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
daya pembeda sangat baik yaitu nomor 1 dan 4.7 butir soal dengan daya
pembeda yang meiliki kategori baik yaitu nomor 3, 5, 6, 7, 8, 9, dan
10.Selanjutnya butir soal dengan kategori rendah hanya ada 1 yaitu nomor
2.
4. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal
pada tingkat kemampuan tertentu yang biasa dinyatakan dengan indeks
(Arifin, 2014, hlm. 134). Untuk menghitung tingkat kesukaran soal
berbentuk uraian, guru dapar menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Menghitung rata-rata skor untuk tiap butir soal dengan rumus :
Rata − rata =Jumlah skor siswa tiap soal
Jumlah siswa
b. Menghitung tingkat kesukaran dengan rumus :
Tingkat kesukaran =Rata − rata
Skor maksimal tiap soal
c. Membandingkan tingkat kesukaran dengan indeks sebagai berikut:
Tabel 3.5
Indeks Tingkat Kesukaran
Koefisien Tingkat Kesukaran Klasifikasi
0,0 – 0,29 Sukar
0,3 – 0,69 Sedang
0,70 – 1,00 Mudah
Setelah dilakukan uji instrumen maka dilakukan analisis hasil uji
instrumen untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesukaran yang dimiliki
setiap bitur soal. Hasil rekapitulasi tingkat kesukaran dapat dilihat pada tebel
berikut:
34
Cucu Sumarni, 2016 PENGARUH MODEL QUANTUM LEARNING TIPE VAK (VISUAL, AUDITORY, KINESTHETIC) TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA MATERI SIFAT-SIFAT MAGNET (Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas V SDN KubangSepat I) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.6
Rekapitulasi Hasil Tingkat Kesukaran
Nomor Butir
Soal
Koefisien Tingkat
Kesukaran Klasifikasi
1 0,39 Sedang
2 0,43 Sedang
3 0,20 Sukar
4 0,53 Sedang
5 0,70 Sangat mudah
6 0,71 Mudah
7 0,67 Sedang
8 0,46 Sedang
9 0,12 Sukar
10 0,62 Sedang
Berdasarkan tabel 3.6 tingkat kesukaran yang dimiliki setiap butir soal
berbeda-beda dengan 2 soal yang dinyatakan sukar, 6 soal dinyatakan sedang,
dan 2 soal dinyatakan mudah.
Instrument non tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara.Wawancara merupakan percakapan antara pewawancara dengan
narasumber.Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara langsung.Wawancara langsung adalah wawancara yang dilakukan
secara langsung antara pewawancara (interviewer) atau guru dengan orang
yang diwawancarai (interviewee)atau peserta didik tanpa melalui perantara
(Arifin, 2014, hlm. 158).Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi
tentang pembelajaran yang dilakukan guru dan hasil belajar siswa sebelum
dilakukan tindakan.
35
Cucu Sumarni, 2016 PENGARUH MODEL QUANTUM LEARNING TIPE VAK (VISUAL, AUDITORY, KINESTHETIC) TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA MATERI SIFAT-SIFAT MAGNET (Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas V SDN KubangSepat I) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu tahap persiapan,
tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Ketiga tahap tersebut dijelaskan sebagai
berikut:
Gambar 3.1
Prosedur Penelitian
Identifikasi Masalah
Perumusan Masalah
Uji coba instrumen penelitian
Studi Pustaka
Analisis instrumen penelitian
Pelaksanaan penelitian
36
Cucu Sumarni, 2016 PENGARUH MODEL QUANTUM LEARNING TIPE VAK (VISUAL, AUDITORY, KINESTHETIC) TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA MATERI SIFAT-SIFAT MAGNET (Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas V SDN KubangSepat I) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Analisis Data
Data pada penelitian akan dianalisis supaya dapat memberikan
gambaran yang jelas tentang masalah yang diteliti sehingga mengetahui
hipotesis itu diterima atau ditolak. Dalam penelitian ini, data yang dianalisis
adalah data yang didapatkan dari siswa berupa data tes awal (pre test) dan tes
akhir (post test) pada kegiatan pembelajaran. Data hasil tes akan dianalisis
menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud untuk membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2011:
208). Contoh statistik deskriptif adalah penyajian data melalui tabel,
grafik, diagram lingkaran, pictogram serta perhitungan persentase.
2. Statistik Inferensial
Simpulan
Posttest
Analisis data
Gain Gain
Pembelajaran dengan konvensional
Pembelajaran dengan
Menggunakan Quantum Learning tipe
VAK
Pretest
37
Cucu Sumarni, 2016 PENGARUH MODEL QUANTUM LEARNING TIPE VAK (VISUAL, AUDITORY, KINESTHETIC) TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA MATERI SIFAT-SIFAT MAGNET (Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas V SDN KubangSepat I) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk
menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi
dimana sampel diambil (Sugiyono, 2011: 209).
Data yang sudah didapat akan dianalisis dengan melakukan uji
normalitas, homogenitas, hipotesis dan perhitungan gain
ternormalisasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah data pretest,
posttest, dan gain pada tes tersebut berdistribusi normal atau tidak.
Normal uang dimaksud adalah jika sebaran data yang diperoleh
terdapat siswa yang memperoleh nilai rendah, sedang, dan tinggi.
Signifikansi data dikatakan normal harus dia atas 5% atau 0,05.
Adapaun perhitungan uji normalitas diperoleh dengan
menggunakan program Software Statistic Passage for
SocialScience (SPSS).
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengkaji apakah data berasal
dari populasi yang homogen atau tidak.
c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis menggunakan uji t dua sampel.Uji t dua sampel
ini merupakan uji perbandingan (uji komparatif). Tujuan dari uji
ini adalah untuk membandingkan apakah kedua data (variabel)
tersebut sama atau berbeda.
Perhitungan uji t diperoleh dengan menggunakan program
SPSSdengan cara memasukkan data yang akan diolah pada cell
baru kemudian pilih analisis compare score dan independent-
samples t test. Setelah dimasukkan data maka didapat output
berupa tabel uji t.
d. Perhitungan Gain Ternormalisasi
38
Cucu Sumarni, 2016 PENGARUH MODEL QUANTUM LEARNING TIPE VAK (VISUAL, AUDITORY, KINESTHETIC) TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA MATERI SIFAT-SIFAT MAGNET (Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas V SDN KubangSepat I) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Perhitungan gain ternormalisasi dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana peningkatan kemampuan hasil belajar siswa. Adapun
perhitungan gain ternormalisasi yaitu :
Normalisasi Gain (g) = 𝑠𝑘𝑜𝑟𝑝𝑜𝑠𝑡𝑒𝑠−𝑠𝑘𝑜𝑟𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠
𝑠𝑘𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚−𝑠𝑘𝑜𝑟𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚× 100%
Tafsiran presentasi nilai gain ternormalisasi adalah sebagai berikut
:
Tabel 3.7
Klasifikasi Normalisasi Gain
Koefisien Normalisasi Gain Klasifikasi
g ≥ 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g < 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
top related