bab ii tinjauan pustaka 2.1 penelitian...
Post on 08-Dec-2020
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Khasanah (2013), penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi
pelaksanaan bauran pemasaran jamu Tolak Angin, keputusan pembelian jamu
Tolak Angin, mengetahui besarnya pengaruh pelaksanaan bauran pemasaran secara
simultan maupun parsial serta mengetahui dan menganalisis variabel bauran
pemasaran yang berpengaruh paling besar terhadap keputusan konsumen dalam
pembelian jamu Tolak Angin di Surakarta. Metode dasar yang digunakan adalah
deskriptif. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi dan regresi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel bauran pemasaran
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian jamu Tolak Angin di
Surakarta.
Soewito (2013), penelitian ini bertujuan untuk mengaruh baik secara
simultan dan parsial dari kualitas produk, merek dan desain terhadap keputusan
pembelian. Desain penelitian menggunakan survey, dan metode penelitian
menggunakan metode asosiatif. Instrumen penelitian menggunakan skala Likert,
dan teknik analisis menggunakan regresi linier berganda, mengingat model tersusun
atas sejumlah hubungan kausal antar variabel laten. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kualitas produk, merek, dan desain berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pembelian konsumen baik secara simultan maupun secara parsial.
Tambunan (2012), bertujuan untuk mengetahui pengaruh citra merek,
persepsi kualitas, dan harga terhadap keputuan pembelian. Pengambilan sampel
menggunakan accidental sampling, dan metode analisis data yang digunakan adalah
10
analisis ststistik deskriptif dan analisis regresi. Analisis regresi meliputi uji validitas
dan realibilitas, uji asumsi klasik, analisis regresi berganda, uji determinasi, uji
Goodness of Fit melaluiuji F dan uji t. Hasil penelitian membuktikan bahwa citra
merek, persepsi kualitas, dan harga mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap variabel dependent yaitu keputusan pembelian Bandeng Presto.
Martopo (2015) penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
kualitas produk terhadap keputusan pembelian jamu Tolak Angin PT. Sido Muncul,
pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian jamu Tolak Angin PT. Sido
Muncul, pengaruh daya tarik iklan terhadap keputusan pembelian jamu Tolak
Angin PT. Sido Muncul, dan pengaruh kualitas produk, citra merek, dan daya tarik
iklan terhadap keputusan pembelian jamu Tolak Angin PT. Sido Muncul. Jenis
penelitian ini adalah survey. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi
berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas produk, citra merek,
daya tarik iklan berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian produk jamu
Tolak Angin PT. Sido Muncul.
Mundhofar (2012) tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor
kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas dan loyalitas merek berpengaruh
secara simultan dan secara parsial terhadap brand equity notebook merek Tosiba di
Kecamatan Boureno Bojonegoro. Pengujian hipotesis secara simultan dengan
menggunakan uji F, diperoleh Fhitung sebesar 15,343 dan Ftabel sebesar 2,45 pada df
4 dan 95 dengan tingkat keyakinan () 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima yang
berarti kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi kualitas, loyalitas merek secara
bersama-sama berpengaruh terhadap brand equity.. Nilai Adjusted R Square
11
sebesar 0,567 berarti variabel bebas X1, X2, X3, dan X4 dapat menjelaskan variabel
terikat Y sebesar 56,7%. Nilai R sebesar 0,726 yang berarti bahwa variabel bebas
X1, X2, X3, dan X4 dengan variabel terikat Y adalah kuat dan positif. Hasil analisis
tersebut dapat diambil rekomendasi yaitu terdapat pengaruh antara kesadaran
merek, asosiasi merek, persepsi kualitas, loyalitas merek terhadap brand, hal ini
berarti animo masyarakat Kecamatan Boureno Bojonegoro dalam membeli
notebook Tosiba Cukup tinggi.
2.2 Kerangka Teori
2.2.1 Kualitas produk
Kualitas produk adalah kemampuan suatu produk dalam memperagakan
fungsinya, hal itu termasuk keseluruhan durabilitas, reliabilitas, ketepatan,
kemudahan pengoperasian dan reparasi produk juga dalam atribut produk lainnya
(Budi Hermawan, 2011).
Menurut Firmansyah et al. ( 2014) Kualitas produk adalah keadaan fisik,
fungsi dan sifat produk yang bersangkutan tersebut mampu memenuhi selera dan
kebutuhan konsumen dengan memuaskan, sesuai nilai uang yang telah dikeluarkan.
Menurut Mandey Jilly (20012) ada beberapa tahap untuk mengelola kualitas
suatu produk, antara lain :
a. Perencanaan untuk kualitas
Meliputi dua hal yaitu kinerja kualitas, berkaitan dengan keistimewaan kinerja
suatu produk dan keandalan kualitas, berkaitan dengan konsistensi kualitas
produk dari unit ke unit.
b. Mengorganisasi untuk kualitas
12
Demi untuk menjaga kualitas produk dalam memproduksi barang dan jasa yang
berkualitas memerlukan suatu usaha dari seluruh bagian dalam organisai.
c. Pengarahan untuk kualitas
Pengarahn kualitas yaitu para menejer perusahaan haruslah memotivasi
karyawan untuk mencapai tujuan kualitas.
Menurut Krisnasakti (2012) jika perusahaan ingin mempertahakan
keunggulan kompetitifnya dalam kedudukan di dalam pangsa pasar, perusahaan
tersebut haruslah mengerti aspek dimensi apa saja yang digunakan oleh konsumen
untuk membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut dengan produk pesaing.
Dimensi kualitas produk yaitu :
a. Performance (kinerja), berhubungan dengan karakteristik operasi dasar dari
sebuah produk.
b. Durability (daya tahan), yang berarti berapa lama atau umur produk yang
bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin besar
frekuensi pemakaian konsumen terhadap produk maka semakin besar pula
daya tahan produk.
c. Conformance to Specifications (kesesuaian dengan spesifikasi) yaitu sejauh
mana karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi spesifikasi
tertentu dari konsumen atau tidak ditemukannya cacat pada produk.
d. Features (fitur) adalah karakteristik produk yang dirancang untuk
menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan konsumen
terhadap produk.
13
e. Reliability (reliabilitas) adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja dengan
memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin kecil
kemungkinan terjdinya kerusakan maka produk tersebut dapat diandalkan.
f. Aesthetics (estetika) berhubungan dengan bagaimana penampilan produk bisa
dilihat dari tampak, rasa, bau, dan bentuk dari produk.
g. Perceived Quality (kesan kualitas) persepsi konsumen terhadap produk didapat
dari harga, merek, periklanan, reputasi, dan Negara asal.
Menurut Bilondatu (2013), Adapun tujuan dari kualitas produk adalah sebagai
berikut :
a. Mengusahakan agar barang hasil produksi dapat mencapai standart yang telah
ditetapkan.
b. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin.
c. Mengusakan agar biaya desain produksi tertentu menjadi sekecil mungkin
d. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.
Penjelasan diatas tentang kualitas produk, maka dapat disimpulkan bahwa
kualitas produk adalah keseluruhan barang dan jasa yang berkaitan dengan
keinginan dan kebutuhan konsumen yang secara keunggulan produk sudah layak
diperjualkan atau dipasarkan sesuai harapan, keinginan serta kebutuhan akan
pelanggan. Produsen yang tidak memperhatikan kualitas produk yang
diperjualbelikan akan menanggung tidak loyalnya konsumen sehingga penjualan
produknya akan cenderung menurun. Jika produsen memperhatikan kualitas
produk serta strandarisai mutu produk, bahkan diperkuat dengan periklanan dan
14
harga yang wajar maka konsumen tidak akan berpikir panjang untuk melakukan
pembelian terhadap produk.
2.2.2 Harga
Menurut Baedowi dan Maftuh (2013) mengatakan bahwa harga adalah
jumlah uang yang dibebankan untuk sebuah produk atau jasa. Dalam arti luas, harga
adalah jumlah atau nilai yang konsumen pertukarkan pada produk maupun jasa
untuk mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa.
Menurut Jilly Bernadette (2012) dalam menentukan kebijaksanaan harga
ada 3 kemungkinan yaitu :
a. Penetapan harga diatas harga pesaing
Cara ini dapat dilakukan kalau suatu perusahaan mampu meyakinkan
konsumen bahwa barang yang dijual mempunyai kualitas lebih baik, bentuk yang
lebih menarik dan mempunyai kelebihan lain dari barang yang sejenis yang telah
ada di pasar.
b. Penetapan harga dibawah harga pesaing
Kondisi seperti ini merupakan produk atau barang yang dijual baru di
perkenalkan dan belum stabil kedudukannya di pasar.
c. Mengikuti harga pesaing
Cara ini merupakan pilihan perusahaan untuk mempertahankan pasar
langganan tidak beralih ke tempat lain atau pada produk yang sejenisnya.
Bentuk pengawasan pemerintah dapat diwujudkan dalam bentuk seperti
penentuan harga maksimum dan minimum, diskriminasi harga, serta praktek-
praktek lain yang mendorong atau mencegah usaha-usaha ke arah monopoli.
15
Menurut Sukotjo dan Radix (2010), ada empat hal yang menjadi tujuan
penetapan harga, yaitu :
a. Bertujuan berorientasi pada laba
Setiap perusahaan selalu memilih harga yang dapat menghasilkan laba yang
maksimum. Dalam kondisi persaingan yang ketat dan serba kompleks
penerapannya sangat sulit untuk dilakukan.
b. Bertujuan berorientasi pada volume
Dimana harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume
penjualan, nilai penjualan, ataupun untuk menguasai pangsa pasar.
c. Bertujuan berorientasi pada citra
Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau
mempertahankan citra perusahaan. Sebaliknya dengan harga rendah dipergunakan
untuk membentuk citra nilai tertentu.
d. Bertujuan stabilitas harga
Menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga
suatu perusahaan dan harga pemimpin industri.
e. Bertujuan oleh faktor-faktor lain
Untuk mencegah masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas konsumen,
mendukung penjualan ulang atau menghindari campur tangan pemerintah.
Uraian diatas tentang harga dapat ditarik garis besar yaitu, harga merupakan
salah satu variabel yang harus dikendalikan secara benar dan tepat sasaran, karena
harga akan sangat berpengaruh terhadap beberapa aspek kegiatan perusahaan, baik
16
menyangkut kegiatan penjualan perusahaan maupun pada aspek keuntungan yang
ingin dicapai oleh perusahaan.
2.2.3 Asosiasi Merek
Brand association adalah segala kesan yang muncul di benak seseorang
yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek. Kesan-kesan yang terkait
merek akan meningkat dengan semakin banyaknya pengalaman konsumen dalam
mengkonsumsi suatu merek atau dengan semakin seringnya penampakan merek
tersebut dalam strategi komunikasi, ditambah lagi jika kaitan tersebut didukung
oleh suatu jaringan dari kaitan-kaitan lain.
Menurut Budi Hermawan (2011) asosiasi merek (brand association)
menunjukkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam
kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga,
dan lainnya, sesuatu yang berhubungan dengan merek dalam ingatan konsumen.
Asosiasi merek dapat menciptakan suatu nilai bagi perusahaan dan para pelanggan,
karena ia dapat membantu proses penyusunan informasi untuk membedakan merek
satu dengan merek yang lain.
Terdapat lima keuntungan dalam asosiasi merek, yaitu :
a. Dapat membantu proses penyusunan informasi. Asosiasi – asosiasi yang terdapat
pada suatu merek, dapat membantu mengikhtisarkan sekumpulan fakta dan
spesifikasi yang dapat dengan mudah dikenali oleh pelanggan.
17
b. Perbedaan. Suatu asosiasi mampu memberikan landasan yang sangat penting
bagi perusahaan untuk membedakan produk yang dibuat, dari merek satu dengan
merek yang lainnya.
c. Asalan untuk membeli. Asosiasi merek sangat membantu konsumen untuk
mengambil keputusan untuk membeli produk tersebut atau tidak.
d. Penciptaan sikap atau perasaan positif. Asosiasi merek dapat merangsang
perasaan positif yang akan memberikan dampak positif terhadap produk yang
bersangkutan.
e. Landasan untuk perluasan. Asosiasi merek dapat menghasilkan landasan bagi
perusahaan untuk melakukan perluasan merek, yaitu dengan menciptakan rasa
kesesuaian antara suatu merek dan sebuah produk baru (Supriyadi et al. 2016).
Uraian diatas tentang asosiasi merek, dapat disimpulkan adalah sesuatu
yang berkaitan dengan ingatan mengenai sebuah produk. Asosiasi ini tidak hanya
eksis, namun juga memiliki suatu tingkat kekuatan. Keterikatan pada suatu merek
akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakan untuk
mengkomunikasikannya. Asosiasi merek dapat menciptakan suatu nilai bagi
perusahaan dan pelanggan, karena asosiasi merek dapat membantu proses
penyusunan informasi untuk membedakan merek satu dengan yang lainnya.
2.2.4 Iklan
Menurut Hendri dan Sumanto (2010) iklan adalah suatu bentuk promosi
produksi atau pelayanan non individu yang dilakukan olah sponsor atau sebuah
18
perusahaan perorangan tertentu yang bisa di identifikasi dan yang membayar biaya
komunikasi.
Menurut Lee dan Johnson (2007) iklan adalah suatu bentuk komunikasi
komersial dan nonpersonal tentang sebuah perusahaan dan produk-produknya yang
ditransmisikan melalui media yang bersifat massal seperti televisi, radio, koran,
majalah, dirrect mail (pengeposan langsung), reklame luar ruangan, atau kendaraan
umum untuk mempromosikan barang atau jasa tanpa melakukan kontak langsung
untuk mempengaruhi konsumen dalam melakukan tindakan atau keputusan
pembelian.
Menurut Krisnasakti Anggar (2012) iklan adalah sebagai bentuk komunikasi
nonpersonal yang bertujuan menjual pesan-pesan persuasif dari sponsor yang jelas
untuk mempengaruhi orang membeli produk dengan membayar sejumlah harga
atau biaya untuk media.
Uraian diatas tentang iklan, maka dapat disimpulkan bahwa iklan merupakan
suatu bentuk komunikasi baik melalui media massa sebagaimana bertujuan untuk
mempengaruhi konsumen untuk bertindak terhadap produk dan jasa yang
ditawarkan, dan suatu alat menyampaikan informasi tentang barang atau jasa
kepada publik tanpa mengadakan kontak langsung serta pemasang iklan harus
membayar dengan tarif yang tertentu.
2.2.5 Atribut Produk
Menurut Agriyani dan Hesty (2013) atribut merupakan pengembangan
suatu produk atau jasa yang melibatkan penentuan manfaat yang akan diberikan,
dan juga karakteristik yang melengkapi fungsi dasar produk. Produk yang
19
dihasilkan oleh suatu perusahaan harus memiliki ciri khas tertentu fungsinya tentu
untuk membedakan produk serupa atau sejenisnya dari perusahaan lain, ciri atau
unsur tersebut adalah atribut produk.
Atribut produk adalah unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh
konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Atribut produk
meliputi merek, kemasan, jaminan (garansi) pelayanan dan sebagainya.
a. Merek
Keahlian paling unik dari pemasar profesional adalah kemampuannya untuk
menciptakan, memelihara, melindungi dan meningkatkan merek. Para pemasar
mengatakan bahwa “pemberian merek adalah seni dan landasan pemasaran”. Istilah
Brand mempunyai pengertian yang luas, dan oleh beberapa ahli pemasaran telah
dirumuskan sebagai berikut :
1) Brand adalah suatu nama, istilah, simbol, desain atau kombinasinya yang
dimaksudkan untuk memberi tanda pengenal barang atau jasa dari seorang
penjual atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari barang-
barang yang dihasilkan oleh pesaing.
2) Merek adalah nama atau simbol yang bersifat membedakan (seperti logo, cap
atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang
penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu, dengan demikian
membedakannya dari barang atau jasa yang dihasilkan kompetitor. Suatu
merek pada gilirannya memberi tanda pada konsumen mengenai sumber
produk tersebut, dan melindungi konsumen maupun produsen dari para
20
kompetitor yang berusaha memberikan produk-produk yang tampak identik
(Soewito Yudhi, 2013)
b. Kemasan
Pengemas merupakan proses yang berkaitan dengan perancangan dan
pembuatan wadah atau pembungkus untuk suatu produk. Pemberian kemasan pada
suatu produk dapat memberikan manfaat komunikasi, fungsional dan manfaat
perseptual.
c. Pemberian label
Label merupakan bagian dari suatu produk yang menyampaikan informasi
mengenai produk dan penjual. Sebuah label bisa merupakan bagian dari kemasan,
atau bisa pula merupakan etika (tanda pengenal) yang dipasangkan pada produk.
Secara garis besar terdapat tiga macam label, yaitu :
1) Brand label, yaitu nama merek yang diberikan pada produk atau dicantumkan
pada kemasan.
2) Descriptive label yaitu label yang memberikan informasi obyektif mengenai
penggunaan, pembuatan, perawatan atau perhatian dan kinerja produk, serta
karakteristik lainnya yang berhubungan dengan produk.
3) Grade label yaitu label yang mengidentifikasi penilaian kualitas produk
(products judged quality) dengan satu huruf, angka atau kata.
d. Layanan Pelengkap
Dewasa ini produk apapun tidak terlepas dari unsur jasa atau layanan, baik
itu jasa sebagai produk inti (jasa murni) maupun jasa sebagai pelengkap. Produk
21
inti umumnya sangat bervariasi antara tipe bisnis yang satu dengan tipe yang lain,
tetapi layanan pelengkapnya memiliki kemasan.
e. Jaminan (garansi)
Jaminan adalah janji yang merupakan kewajiban produsen atas produknya
kepada konsumen dimana para konsumen akan diberi ganti rugi bila produk
ternyata tidak bisa berfungsi sebagaimana yang diharapkan atau dijanjikan.
Uraian diatas tentang atribut produk, dapat disimpulkan atribut suatu produk
merupakan salah satu pertimbangan konsumen dalam menilai kepuasan setelah
membeli suatu produk, untuk itu sangatlah penting untuk mengetahui penilaian
konsumen terhadap atribut produk yang dihasilkan sebuah. Mengingat persaingan
yang semakin ketat dimana semakin banyak produk sejenis dengan berbagai
macam merek telah banyak beredar dipasar, untuk itu atribut produk menjadi
bagian yang sangat penting dari suatu produk, tentunya untuk mmberikan ciri khas
dari produk tersebut.
2.2.6 Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian menurut Retor Sisilya (2014) adalah suatu pemilihan
dari dua atau lebih dalam alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa
seseorang mampu membuat suatu keputusan, harus tersedia adanya beberapa
alternatif pilihan. Bentuk dari pada proses pengambilan keputusan tersebut dapat
digolongkan sebagai berikut :
a. Fully Planned Purchase, baik produk dan merek sudah dipilih sebelumnya.
Dalam hal ini biasanya seperti barang otomotif, namun dapat juga terjadi
dengan keterlibatan pembelian yang tergolong rendah seperti kebutuhan rumah
22
tangga. Planned purchase dapat dialihkan dengan taktik marketing misalnya
pengurangan harga, kupon, atau aktivitas promosi lainnya.
b. Partially Planned Purchase, dengan tujuan awal untuk membeli produk yang
sudah ada tetapi pemilihan merek ditunda sampai saat pembelajaran.
Keputusan akhir dapat dipengaruhi oleh discount harga, atau display produk.
c. Unplanned Purchase, di dalam memilih produk maupun merek dipilih langsung
dari tempat pembelian. Hal ini konsumen sering memanfaatkan media baca
katalog dan produk pajangan sebagai pengganti daftar belanja. Dengan kata
lain, sebuah pajangan mampu memicu, mengingatkan, seseorang akan
kebutuhan dan menimbulkan keinginan konsumen untuk melakukan
pembelian.
Saputro dan Hatane (2013) menjelaskan bahwa faktor pendorong yang sangat
kuat dalam pengambilan keputusan konsumen dipengaruhi oleh seseorang yang
memiliki keterlibatan dalam keputusan pembelian, antara lain :
a. Intitator adalah orang yang menyadari pertama kali adanya kebutuhan yang
belum terpenuhi dan berinisiatif mengkhususkan untuk membeli produk
tertentu.
b. Influencer adalah orang yang sering berperan sebagai pemberi pengaruh karena
pandangan nasihat atau pendapatnya mempengaruhi keputusan akan
pembeliannya.
c. Decider adalah orang berperan sebagai pengambil keputusan dalam
menentukan apakah produk tersebut akan dibeli, produk apa yang akan dibeli,
bagaimana cara membelinya, dan dimana produk itu bisa dibeli.
23
d. Buyer adalah orang yang melakukan pembelian aktual.
e. User adalah orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk yang telah
dibeli.
Uraian tentang keputusan pembelian maka dapat disimpulkan bahwa suatu
bentuk keputusan seseorang dimana konsumen berhak memilih salah satu dari
beberapa alternatif pilihan yang ada dan proses integrasi yang mengkombinasi
sikap pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan
memilih salah satu dalam alternatif tersebut sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan.
2.2.7 Konsep Keputusan Pembelian
Menurut Supriyadi et al. (2016), mengemukakan bagaimana seseorang
didalam pengambilan keputusan pembelian suatu produk. Keputusan pembelian
yang dilakukan melalui beberapa tahap yaitu :
a. Pengenalan Masalah
Proses pembelian berawal saat konsumen mengenali masalah atau kebutuhan,
yang dipicu oleh rangsangan internal dan rangsangan eksternal.
b. Pencarian Infromasi
Konsumen sebelum menentukan pilihan, terkadang lebih dulu mencari informasi
yang lebih banyak. Sumber informasi yaitu sumber pribadi (keluarga, teman,
tetangga), sumber komersial (iklan, wiraniaga, agen, kemasan), sumber publik
(media massa, dan organisasi penilaian konsumen), sumber pengalaman
(penanganan, pemeriksaan dan menggunakan produk).
c. Evaluasi Alternatif
24
Konsumen memiliki sikap beragam dalam memandang atribut produk yang
relevan dan penting menurut manfaat yang mereka inginkan. Kumpulan dari
keyakinan atas merek tertentu akan membentuk citra merek, kemudian disaring
melalui dampak persepsi selektif, distorsi selektif dan ingatan selektif.
d. Keputusan Pembelian
Tahap evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas merek-merek yang
ada didalam kumpulan pilihan. Faktor orang lain dan situasi yang tidak dapat
diantisipasi yang dapat mengubah niat pembelian termasuk faktor-faktor
penghambat pembelian. Konsumen dapat membuat lima sub keputusan pembelian
dalam melaksanakan niat pembelian yaitu keputusan merek, keputusan pemasok,
keputusan kuantitas, keputusan waktu dan keputusan metode pembayaran.
e. Perilaku setelah Pembelian
Sebuah perusahaan haruslah memantau kepuasan setelah pembelian produk,
tindakan setelah pembelian dan pemakaian produk, tentu tujuan utamanya adalah
agar konsumen melakukan pembelian ulang dan menjadi pelanggan setia.
Gambar 2.1 Model Proses Keputusan Pembelian
Sumber : Weenas Jackson (2013)
Model ini menekankan bahwa proses keputusan pembelian dimulai sebelum
tindakan membeli dan mempunyai konsekuensi yang tinggi dan panjang setelah
membeli. Pada evaluasi alternatif dan keputusan pembelian terdapat minat membeli
Pengenalan
Kebutuhan
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Keputusan
Pembelian
Perilaku Setelah
Pembelian
25
awal, untuk mengukur kecenderungan konsumen untuk melakukan suatu tindakan
tertentu terhadap produk secara keseluruhan.
2.2.8 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan latar belakang serta beberapa telaah pustaka pada kerangka
teori yang telah diuraikan serta pemahaman terhadap penelitian sebelumnya, maka
peneliti dapat menyusun kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
2.2.9 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan beberapa penjelasan dari teori dan hasil penelitian sebelumnya,
maka untuk dapat menjawab permasalahan dan guna mencapai tujuan penelitian,
telah dirumuskan hipotesis penelitian, yaitu:
1. Atribut produk yang terdiri dari kualitas produk, harga, asosiasi merek, dan iklan
berpengaruh nyata secara simultan terhadap keputusan pembelian obat herbal
Tolak Angin Sido Muncul di Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo.
Kualitas Produk (X1)
Keputusan Pembelian
(Y)
Harga (X2)
Asosiasi Merek (X3)
Iklan (X4)
top related