bab ii - media.unpad.ac.idmedia.unpad.ac.id/thesis/240110/2007/240110070058_2_3389.pdf · ukuran...
Post on 26-Mar-2019
225 Views
Preview:
TRANSCRIPT
FTIP001642/020
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Tanah
Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi,
yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil dari pelapukan batuan dan
bahan organik sebagai hasil dari pelapukan tumbuhan dan hewan, yang
merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi
akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk
wilayah dan lamanya waktu pembentukan (Sarief, 1993).
Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai
material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak
tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dari bahan-bahan organik yang
telah melapuk disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang kosong
diantara partikel-partikel padat tersebut (Braja, 1988).
Ukuran butiran yang membentuk bagian padat pada tanah memiliki ukuran
yang bervariasi. Tanah dapat disebut dengan kerikil (gravel), pasir (sand), lanau /
debu (silt) dan lempung (clay) tergantung dari ukuran partikel yang paling
dominan menyusun tanah tersebut. Berikut ini batasan ukuran butiran tanah
berdasarkan sistem United States Departement of Agriculture (USDA) :
Tabel 1. Batasan Ukuran Butiran Tanah
NamaGolongan
Ukuran Butiran (mm)
USDAKerikil Pasir Lanau/Debu Lempung
>2 2 – 0,06 0,06 – 0,002 <0,002Sumber : Braja M. Das Jilid 1 (1995).
Tanah yang tersebar di seluruh dunia, memiliki ciri-ciri dan karakteristik
khusus berdasarkan proses pembentukan dan bahan pembentuknya. Ilmu
klasifikasi tanah hadir sebagai sistem yang mengelompokkan tanah berdasarkan
ciri dan karakteristik serta faktor dan proses pembentukannya.
FTIP001642/021
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
7
Saat ini sistem klasifikasi yang digunakan di Indonesia meliputi klasifikasi
tanah sistem nasional, FAO, dan Soil Taxonomy dari Departemen Pertanian
Amerika Serikat. Berikut ini merupakan tabel padanan klasifikasi taksonomi tanah
berdasarkan sistem yang digunakan di Indonesia :
Tabel 2. Padanan Klasifikasi Taksonomi dan Penamaan Tanah
SistemDudal/Soepraptohardjo(1961)
Sistem PPT,Bogor(Modifikasi)(1983)
SistemFAO/UNESCO(1974)
SistemTaksonomiTanah(1975)
Aluvial AluvialKoluvialKambisol
FluvisolRegosolCambisol
EntisolsEntisolsInceptisols
Aluvial Hidromorf Gleisol Hidrik Fluvisol HydraquentAndosol Andosol Andosol AndisolsBrown Forest Soil Kambisol Cambisol InceptisolGlei Humus Gleisol Humik Gleysol AqueptGlei Humus Rendah Gleisol Gleysol AqueptGrumusol Grumusol Vertisol VertisolsHidromof Kelabu Podsilik Gleik Gleyic Acrisol AquultLaterit Ait Tanah Oksisol
Gleik/plintikPlinthicFerralsol
Aquox
Aluvial KambisolAluvialBrunizemNitosol
Oksisol
CambisolCambisolCambisolNitosolPhaeozem
Ferralsol
InceptisolsInceptisolsInceptisolsUltisolsAlfisolsMollisolsOxisols
Litosol LitosolRanker
LitosolRanker
LitosolsLithic Sub-Group
Mediteran Merah Kuning MediteranMediteran Molik
LuvisolPhaeozem
AlfisolsMollisols
Organosol Organosol Histosol HistosolsPlanosol Planosol Planosol AqualfPodsol Podsol Podzol SpodosolsPodsol Air Tanah Podsol Humik Humic Podzol SpodosolPodsolik Coklat Andosol Andosol Inceptisols
AndisolsPodsolik Coklat Kelabu Podsolik Acrisol UltisolsPodsolik Merah Kuning Podsolik Acrisol UltisolsRegosol Regosol
KambisolKoluvial
RegosolCambisolRegosol
EntisolsInceptisolsEntisols
Rendzina Renzina Rendzin rendolsSumber : Ilmu Tanah Pertanian, Dr. Ir. E. Saifuddin Sarief (1993).
FTIP001642/022
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
8
2.1.2 Permeabilitas
Menurut Soedarmo (1997) permeabilitas didefinisikan sebagai sifat bahan
berongga yang memungkinkan air atau fluida lainnya untuk menembus atau
merembes melalui hubungan antar pori. Bahan yang memiliki pori-pori kontinyu
untuk dilewati fluida disebut sebagai bahan permeable. Sementara menurut Sarief
(1993), permeabilitas adalah suatu sifat yang menyatakan laju pergerakan suatu
zat cair melalui suatu media berpori dan disebut pula konduktivitas hidrolik.
Karena kemampuan tanah dalam melewatkan air sangat dipengaruhi oleh
kadar air tanah, maka konduktivitas hidrolik dibagi menjadi dua yaitu
konduktivitas hidrolik pada tanah jenuh dan konduktivitas pada tanah tidak jenuh.
Konduktivitas hidrolik dalam keadaan jenuh dikenal pula dengan sebutan
permeabilitas tanah atau soil permeability (Dariah, 2006).
Secara kuantitatif permeabilitas dapat diartikan sebagai kecepatan
bergerak suatu cairan pada suatu media berpori dalam keadaan jenuh, dalam hal
ini air sebagai fluida dan tanah sebagai media berpori. Kecepatan dari laju
pergerakan air melalui pori tanah tersebut dibagi kedalam beberapa kelas. Berikut
merupakan kelas permeabilitas berdasarkan United Soil Survey :
Tabel 3. Kelas Permeabilitas Tanah
KelasKecepatan permeabilitas
KeteranganInci/jam Cm/jam
1 <0,05 <0,13 Sangat lambat2 0,05 – 0,20 0,13 – 0,51 Lambat3 0,20 – 0,80 0,51 – 2,00 Agak lambat4 0,80 – 2,50 2,00 – 6,35 Sedang5 2,50 – 5,00 6,35 – 12,70 Agak cepat6 5,00 – 10,00 12,70 – 25,40 Cepat7 >10,00 >25,40 Sangat cepat
Sumber : Ilmu Tanah Pertanian, Dr. Ir. E. Saifuddin Sarief (1993).
Untuk mendapatkan laju permeabilitas atau dapat disebut koefisien
permeabilitas (k), metode yang digunakan biasanya merupakan metode insitu,
atau pengukuran langsung di lapangan. Namun, seringkali diperlukan pengujian
permeabilitas di laborium. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat,
diperlukan sampel yang memiliki kondisi yang dapat mewakili keadaan tanah di
lapangan. Oleh karena itu, diperlukan sampel tanah utuh atau tidak terganggu
FTIP001642/023
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
9
(undisturbed soil sampel). Selain pengambilan sampel yang tepat, metode
pengukuran harus disesuaikan dengan jenis tanah.
Ada beberapa metode yang dapat dilakukan di laboratorium untuk
menetapkan nilai permeabilitas, tiga diantaranya adalah metode tinggi air konstan
(constant head method), metode tinggi air jatuh (falling head method) dan metode
tinggi aliran tetap dengan alat unit permeameter.
Pengukuran permeabilitas di laboratorium merupakan aplikasi dari
persamaan Darcy, yaitu pengukuran lolosan air pada suatu penampang melintang
(cross sectional) kolom tanah dalam keadaan jenuh dimana tanah bersifat seragam
(uniform) dan dapat dinyatakan dalam persamaan berikut := . .( )…(1)
dimana :
Ks : Konduktivitas hidrolik dalam keadaan jenuh (permeabilitas)v : volume air yang mengalir mengalui massa tanahL : panjang kolom tanahA : luas penampang contoh tanaht : jangka waktu mengalirnya airh1 : tinggi hodrolik pada tempat masuknya airh2 : tinggi hidrolik pada tempat keluarnya air
A. Metode Tinggi Air Tetap (Constant Head Method)
Pada pengukuran dengan metode ini, air bergerak berdasarkan gaya dari
tekanan konstan air melalui contoh tanah yang telah diketahui dimensinya dan laju
pengaliran air telah ditetapkan. Pengujian dengan metode ini biasanya digunakan
untuk menetapkan kesesuaian pasir dan gravel untuk kepentingan drainase dan
hanya diterapkan pada contoh tanah tertentu.
Metode ini terbatas pada material yang memiliki koefisien permeabilitas
mencapai 300 mm/hari atau lebih. Pengukuran dengan metode konstan biasanya
digunakan pada contoh tanah yang mewakili material yang akan digunakan untuk
permbuatan drainase permukaan, pasir dan material serupa lainnya. Contoh tanah
yang akan diuji dengan metode ini, harus terdiri dari jumlah contoh tanah yang
mewakili dimana seluruh agregat yang tertinggal pada ayakan dengan diameter 19
mm dihilangkan sebelumnya (California Department of Transportation, 1998).
FTIP001642/024
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
10
Gambar 1. Alat Uji Permeabilitas dengan Metode Constant Head.
Sumber : California Department of Transportation (1998).
Dalam pengukuran dengan metode ini, koefisien permeabilitas didapatkan dari := ...(2)
dimana :
k : koefisien permeabilitas (cm/detik atau cm/jam)Q : debit air yang keluar dari outletL : tebal specimen (cm)A : penampang melintang specimen (cm2)t : waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan debit selama pengujian (detik)h : tinggi air pada manometer yang menunjukkan tinggi tekanan terhadap
specimen (cm)
B. Metode Tinggi Air Jatuh (Falling Head Method)
Pengujian permeabilitas dengan metode tinggi jatuh atau tekanan berubah
adalah pengukuran yang hampir serupa dengan uji permeabilitas dengan metode
konsolidasi dimana contoh tanah yang diuji dipadatkan dengan cara diberi tekanan
yang berubah-ubah hingga memiliki tingkat kepadatan yang hampir sama dengan
kepadatan tanah di lapangan. Pada pengujian dengan metode ini, air bergerak
dengan tekanan dari jatuhan air melalui contoh tanah yang dimensinya telah
diketahui dan laju pengaliran diketahui. Posisi contoh tanah berada lebih rendah
daripada sumber air sehingga terdapat gaya tekan berupa laju aliran air melalui
massa tanah. Metode ini dapat digunakan untuk pengujian baik pada sampel tanah
granular maupun sampel tanah berbutir halus (Liu, C. and Evvet, Jack. B., 1984).
Nilai koefisien permeabilitas didapatkan dari penghitungan :
= 2,03 log ( )…(3)
FTIP001642/025
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
11
dimana :
k : koefisien permeabilitasA : luas potongan melintang benda uji (m2)a : luas pipa pengukur (m2)t : waktu pengukuran (detik)l : panjang sampel (m)h : (h1-h2) beda tinggi sembarang waktu t (m)(California Department of Transportation, 1998)
Gambar 2. Alat Uji Permeabilitas dengan Metode Falling Head.
Sumber : California Department of Transportation (1998).
C. Metode Aliran Air Konstan (Unit Permeameter)
Metode ini merupakan metode pengujian permeabilitas dengan alat yang
relatif sederhana. Terdiri dari sebuah rak yang terbuat dari besi berisi unit
permeameter yang disusun secara seri. Air dialirkan melalui siphon yang
menguhubungkan ring dengan ring berikutnya. Sistem aliran air dibuat satu arah
dan berputar (circulating water system) dimana kelebihan air langsung dibuang
melalui saluran pembuangan sedangkan pada sistem berputar kelebihan air
ditampung untuk selanjutnya dipompakan kembali kedalam sistem pengaliran air
(water supply). Air yang melewati massa tanah ditampung dalam jangka waktu
yang ditentukan dan diukur sebagai laju permeabilitas. Penghitungan koefisien
permeabilitas didapatkan dari persamaan Darcy (Dariah, 2006) :
FTIP001642/026
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
12
= × × …(4)
dimana :
k : koefisien permeabilitas (cm/jam)Q : banyaknya air yang mengalir setiap pengukuran (cm3)t : waktu pengukuran (jam)L : tebal contoh tanah (cm)h : tinggi permukaan air dari kolom tanah (cm)A : luas permukaan contoh tanah (m2)
Konduktivitas hidrolik pada tanah jenuh dalam hal ini permeabilitas
didefinisikan oleh Darcy untuk satu aliran vertikal. Sifat ini sangat dipengaruhi
oleh geometri ruang pori dan sifat dari cairan yang mengalir didalamnya. Ukuran
pori dan hubungan antar pori sangat menetukan apakah suatu penampang tanah
mempunyai permeabilitas yang tinggi atau rendah (Dariah, 2006).
Selain sifat dari hubungan antar pori dalam suatu penampang tanah,
permeabilitas juga dipengaruhi oleh sifat cairan yang mengalir didalamnya. Sifat
dari cairan yang dapat secara langsung berpengaruh terhadap permeabilitas adalah
kekentalan dan berat jenis cairan.
Tabel 4. Suhu Fluida (Air) terhadap Nilai Faktor Koreksi
Suhu (ºC) Faktor Koreksi Suhu (ºC) Faktor Koreksi10 1,3012 21 0,976111 1,2650 22 0,953112 1,2326 23 0,931113 1,1968 24 0,909714 1,1651 25 0,889315 1,1347 26 0,869416 1,1056 27 0,856217 1,0774 28 0,831818 1,0507 29 0,813919 1,0248 30 0,796120 1,0000
Sumber : California Departmen of Transportation (1998).
Pengukuran permeabilitas di laboratorium dapat mencapai keakuratan
maksimal pada pengukuran dengan suhu air 20ºC karena faktor koreksi pada suhu
20ºC adalah 1,000. Tabel diatas merupakan tabel faktor koreksi suhu pada fluida
air. Permeabilitas berbanding terbalik dengan sifat kekentalan zat cair dimana
FTIP001642/027
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
13
kekentalan zat cair berkurang seiring dengan meningkatnya suhu. Oleh karena itu
permeabilitas meningkat seiring dengan meningkatnya suhu cairan.
Selain berat jenis dan kekentalan cairan, terdapat faktor-faktor lain yang
mempengaruhi permeabilitas suatu penampang tanah, yaitu struktur, tekstur,
bobot isi, total porositas dan kandungan bahan organik.
2.1.3 Struktur Tanah
Struktur tanah adalah susunan atau agregasi partikel tanah primer (pasir,
debu, liat) menjadi berbagai kelompok partikel yang satu sama lain berbeda dalam
ukuran, bentuk dan warna (Rafi’i, 1990).
Struktur tanah merupakan salah satu sifat fisik yang penting, karena dapat
mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara tidak langsung berupa perbaikan
peredaran air, udara, panas dan aktivitas jasad hidup tanah, tersedianya unsur hara
bagi tanaman, perombakan bahan organik, dan mudah tidaknya akar tanaman
menembus tanah (Sarief, 1993).
Struktur tanah dapat dikatakan baik apabila terdapat penyebaran ruang pori
yang baik, yaitu terdapat ruang pori diantara dan di dalam agregat sehingga bisa
diisi oleh air dan udara (Sarief, 1993). Agregat tanah sebaiknya mantap sehingga
tidak mudah hancur karena adanya gaya dari luar misalnya pukulan butiran hujan.
Sehingga pori tanah tidak mudah rusak yang berdampak pada aerasi dan infiltrasi
tanah.
Secara umum struktur tanah dibagi menjadi dua kategori, yaitu struktur
tanah kohesif dan struktur tanah tak-berkohesif. Pada struktur tanah kohesif dibagi
kedalam dua kategori, yaitu struktur butiran tunggal (single grain) dimana setiap
butiran tanah berada pada posisi stabil dan bersentuhan satu sama lain dan struktur
butir sarang (honeycombed) dimana pasir halus dan lanau membentuk rantai
butiran. Bentuk dan pembagian ukuran butiran tanah serta kedudukannya
mempengaruhi kepadatan tanah.
Struktur tanah terbentuk dengan jalan penggabungan butiran primer tanah
oleh koloid pengikat tanah, yaitu koloid liat dan humus menjadi agregat primer.
Penggabungan agregat-agregat primer ini tersusun lagi menjadi bentukan-
bentukan yang masing-masing dibatasi oleh bidang-bidang permukaan tertentu.
FTIP001642/028
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
14
Agregat primer biasa disebut dengan struktur mikro dimana ukuran agregat
tersebut adalah 0,25 – 0,50 milimeter. Sedangkan agregat sekunder yang
merupakan struktur pada lapisan atas tanah biasa disebut struktur makro, dengan
ukuran sampai dengan 10 milimeter. Agregat yang lebih besar dari 10 milimeter
biasa disebut dengan bongkahan (Sarief, 1993).
Perubahan struktur tanah terjadi oleh pengaruh perubahan tekstur
sehubungan dengan adanya kelembaban dan pertukaran udara, juga oleh karena
pengambilan atau penambahan hara tanaman, mekanisme pertumbuhan akar dan
akibat pekerjaan organismee mikro dalam tanah (Rafi’i, 1990).
2.1.4 Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah yang
dinyatakan sebagai perbandingan proporsi relatif antara fraksi pasir (berdiameter
0,2 – 2,0 milimeter), liat (berdiameter 0,002 – 0,2 milimeter) dan debu
(berdiameter < 0,002 milimeter). Agregat dengan ukuran lebih dari 2 milimeter
seperti kerikil dan bebatuan kecil tidak tergolong sebagai fraksi tanah (Hanafiah,
2005).
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Berdasarkan atas
perbandingan banyaknya jumlah pasir, liat dan debu maka tanah dikelompokkan
ke dalam beberapa macam kelas tekstur. Dalam taksonomi tanah, kasar halusnya
tanah ditunjukkan dalam sebaran besar butiran. Sebaran besar butiran untuk fraksi
kurang dari 2 milimeter meliputi : berpasir, berlempung kasar, berlempung halus,
berdebu kasar, berdebu halus, berliat halus dan berliat sangat halus. Bila fraksi
halus (< 2 milimeter) jumlahnya sedikit sekali dan tanah terdiri dari kerikil, batu-
batu dan lain-lain maka disebut dengan fragmental (Hardjowigeno, 1995).
Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori makro atau
disebut dengan lebih porous. Tanah yang didominasi debu akan banyak memiliki
pori sedang agak porous, sedangkan tanah yang didominasi liat akan sedikit
memiliki pori mikro sehingga tidak porous (Hanafiah, 2005).
Dilapangan, tekstur tanah dapat ditentukan dengan memijit tanah basah
dengan jari, sambil dirasakan halus atau kasarnya, yaitu dirasakan adanya butiran
pasir, liat dan debu.
FTIP001642/029
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
15
Dalam segitiga tekstur tanah oleh USDA, tanah dibagi menjadi 12 kelas
tekstur. Tabel dibawah ini menunjukkan bahwa suatu tanah dikatakan bertekstur
pasir jika mengandung minimal 85 persen fraksi pasir, bertekstur debu jika
mengandung minimal 80 persen fraksi debu dan bertekstur liat jika mengandung
minimal 40 persen fraksi liat. Tanah dengan komposisi ideal adalah tanah dengan
komposisi 22,5 – 52,5 persen fraksi pasir, 30 – 50 persen fraksi debu dan 10 – 30
persen fraksi liat (Hanafiah, 2005).
Tabel 5. Proporsi Fraksi menurut Kelas Tekstur Tanah
No. Kelas tekstur tanahProporsi (%) fraksi tanah
Pasir Debu Liat1. Pasir (sandy) >85 <15 <102. Pasir berlempung (loam sandy) 70 – 90 <30 <153. Lempung berpasir (sandy loam) 40 – 87,5 <50 <204. Lempung (loam) 22,5 – 52,5 30 -50 10 -30
5.Lempung liat berpasir (sandy-clayloam)
45 – 80 <30 20 – 37,5
6.Lempung liat berdebu (sandy-siltloam)
<20 40 – 70 27,5 – 40
7. Lempung berliat (clay loam) 20 – 45 15 – 52,5 27,5 – 408. Lempung berdebu (silty loam) <47,5 50 – 87,5 <27,59. Debu (silt) <20 >80 <12,510. Liat berpasir (sandy-clay) 45 – 62,5 <20 37,5 – 57,511. Liat berdebu (silty-clay) <20 40 – 60 40 – 6012. Liat (clay) <45 <40 >40
Sumber : Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Dr. Ir. Kemas Ali Hanafiah, M.S. (2005).
2.1.5 Bobot Isi
Bobot isi adalah bobot tanah untuk setiap satuan volume tanah yang
dikering-ovenkan (Hanafiah, 2005). Bobot isi ditentukan oleh jumlah pori dan
padatan tanah, struktur tanah, kadar air dan bahan organik dalam tanah. Selain itu,
tekstur secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap bobot isi tanah karena
tekstur menentukan tingkat agregasi tanah (Hillel dalam Sofyan, 2003).
Makin padat suatu tanah, makin tinggi bobot isi, yang berarti makin sulit
meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Sebaliknya makin rendah bobot isi,
makin mudah bagi akar tanaman untuk berkembang (Hardjowigeno, 1995). Bobot
isi dapat digunakan sebagai metode pendugaan kepadatan tanah karena bobot isi
berbanding terbalik dengan jumlah pori dalam tanah.
FTIP001642/030
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
16
2.1.6 Porositas
Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat
dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara, sehingga
merupakan indicator aerasi dan drainase tanah (Hanafiah, 2005). Menurut
Soedarmo (1997) porositas adalah perbandingan antara isi pori dengan isi tanah
seluruhnya. Tanah yang berporous berarti tanah yang memiliki cukup ruang pori
untuk pergerakan air dan udara dalam tanah.
Besarnya porositas suatu kolom tanah dapat ditentukan dengan
penghitungan sebagai berikut : = × 100%...(5)
Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur dan
tekstur tanah. Porositas tanah dapat meningkat dengan meningkatnya kandungan
bahan organik dalam tanah. Tanah dengan struktur granular atau remah
mempunyai porositas lebih tinggi daripada tanah dengan struktur massif
(Hardjowigeno, 1995).
2.1.7 Profil Ujungberung
Berdasarkan informasi yang didapatkan dari situs resmi Kota Bandung,
Kecamatan Ujungberung dibentuk berdasarkan PP No. 16 Tahun 1987 tentang
perubahan batas wilayah Kota Madya daerah tingkat II Bandung dan Kabupaten
Daerah Tingkat II Bandung dan peraturan daerah Kota Bandung Nomor 07 tahun
2001 tentang pembentukan susunan organisasi kecamatan di lingkungan
pemerintah Kota Bandung. Secara geografis wilayah kecamatan Ujungberung
berada pada ketinggian 668 mdpl dan berbatasan dengan kecamatan Cibiru di
sebelah timur, kecamatan Arcamanik di sebelah barat, kecamatan Cilengkrang di
sebelah utara dan kecamatan Arcamanik Selatan di sebelah Selatan. Kecamatan
Ujungberung mempunyai luas wilayah 1.035,411 Ha dengan jumlah penduduk
67.144 jiwa terdiri dari 32.962 jiwa laki-laki dan 34.182 jiwa perempuan. Secara
administratif terbagi kedalam 7 kelurahan yaitu kelurahan Pasir Endah,
Cigending, Pasir Wangi, Pasir Jati, Pasanggrahan, Ujungberung dan Cisaranten
FTIP001642/031
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
17
Wetan. Secara keseluruhan, Kecamatan Ujungberung terbagi kedalam 71 RW dan
330 RT (www.bandung.go.id).
Dalam rancangan peraturan daerah tahun 2013-2025 wilayah Kecamatan
Ujungberung akan diarahkan menjadi kawasan perumahan, seni dan budaya,
industri dan pergudangan. Selain itu Kecamatan Ujungberung juga merupakan
wilayah yang diarahkan untuk menjadi kawasan pertanian terutama pertanian
tanaman pangan dengan intensifikasi lahan pertanian, bersama dengan kecamatan
lainnya yaitu Mandalajati dan Cibiru.
Tabel 6. Rencana Pengembangan Perumahan di Wilayah Kecamatan Se-Kota Bandung
Rencana Pengembangan Kawasan Perumahan di Kecamatn se-Kodya BandungKepadatan Tinggi Kepadatan Sedang Kepadatan Rendah
SukasariSukajadiCicendoAndirBandung KulonBojongloa KidulRegolBabakan CiparayBojongloa KalerAstana AnyarLengkongSumur BandungBuahbatuBatununggalKiaracondongAntapaniCibeuying Kidul
Bandung WetanBandung KidulCibeuying KalerMandalajatiArcamanikPadasariCibiru
CidadapUjungberungGede BageCinamboPanyileukan
Sumber : www.bandung.go.id.
Tabel 7. Rencana Pengembangan Kawasan Industri dan Pergudangan di BandungTimur
Rencana Pengembangan Kawasan Industri di Kecamatan se-KodyaBandung
Kawasan Industri Kawasan PergudanganUjungberungCibiruGede Bage
UjungberungCibiruGede Bage
Sumber : www.bandung.go.id.
FTIP001642/032
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
18
Berdasarkan peta sebaran jenis tanah yang diterbitkan oleh BPDAS
berdasarkan peta administrasi Jabar 2003, jenis tanah di Kecamatan Ujungberung
digolongkan pada jenis tanah Aluvial. Tanah ini disebut juga sebagai tubuh tanah
endapan, yang belum memiliki perkembangan profil yang baik. Memiliki tekstur
liat atau liat berpasir dengan kandungan pasir kurang dari 50 persen dengan
struktur pejal dengan konsistensi keras saat kering dan teguh saat basah. Bahan
induknya berasal dari bahan aluvial dan koluvial dengan keasaman bervariasi dari
asam, netral sampai basa (Sarief, 1993).
Pada umumnya, jenis tanah ini memiliki unsur hara dan bahan organik
rendah hingga rendah sekali dengan produktivitas rendah sampai tinggi. Jenis
tanah ini tersebar diseluruh kepulauan Indonesia dengan ketinggian tempat yang
beragam, tetapi umumnya memiliki bentuk wilayah bergelombang, berbukit
hingga bergunung. Tanaman yang biasa ditanam adalah padi (persawahan),
sayuran, buah-buahan, palawija, kelapa sawit, karet, cengkeh, kopi, lada dan lain-
lain.
2.1.8 Pupuk
Dalam arti luas pupuk ialah bahan yang digunakan untuk mengubah sifat
fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan
tanaman. Termasuk dalam pengertian ini adalah pemberian bahan kapur untuk
meningkatkan pH tanah, pemberian legin bersama benih kacang, serta pemberian
pembenah tanah untuk memperbaiki sifat fisik tanah (nasih.ugm.ac.id).
Berdasarkan bahan fasanya, pupuk terdiri dari dua jenis yaitu pupuk
organik dan pupuk buatan (anorganik). pupuk anorganik adalah pupuk hasil
proses rekayasa secara kimia, fisika dan atau biologi dan merupakan hasil industri
atau pabrik pembuat pupuk. Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar
atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau
hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang
digunakan untuk mensuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan
biologi tanah (Peraturan Menteri Pertanian No.6 Tahun 2011). Sementara pupuk
hayati digunakan sebagai nama kolektif untuk semua kelompok fungsional
FTIP001642/033
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
19
mikroba yang dapat berfungsi sebagai penyedia hara dalam tanah sehingga
tersedia bagi tanaman (Simanungkalit, 2006).
A. Effective Microorganisme (EM4)
Effective microorganisme atau lebih dikenal dengan EM4 adalah
campuran mikroorganismee yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman.
Sebagian besar mengandung bakteri penghasil asam laktat Lactobacillus sp., serta
dalam jumlah sedikit bakteri fotosintetik Streptomyces sp dan ragi (yeast). EM4
mampu meningkatkan dekomposisi limbah dan sampah organik, meningkatkan
ketersediaan nutrisi tanaman serta menekan aktivitas serangga hama dan
mikroorganismee pathogen (Anonim dalam Marsono dan Sigit, 2001).
Dalam jurnal penelitian drs. Amir Syrifuddin, MP. Pada tahun 2009,
dijelaskan bahwa mikroorganismee efektif (EM4) adalah suatu kultur
mikroorganismee cair yang digabungkan menjadi satu, mengandung bakteri
fotosintetik, ragi, Actinomycetes dan 90 persen bakteri genus Lactobacillus dan
genus Azotobacter yang dapat memfermentasikan bahan organik (kotoran hewan,
sampah, rumput dan sisa-sisa timbuhan) menjadi senyawa-senyawa organik,
sehingga dapat diserap langsung oleh tanaman untuk dapat tumbuh dan
berproduksi. Selain itu mikroorganismee dapat diaplikasikan sebagai inokulan
untuk meningkatkan keragaman dan populasi mikroorganismee di dalam tanah
dan selanjutnya dapat meningkatkan kesehatan, pertumbuhan dan produktivitas
tanaman.
EM4 diaplikasikan sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan
populasi mikroorganisme di dalam tanah yang selanjutnya dapat meningkatkan
kesehatan, pertumbuhan, kualitas dan kuantitas produksi tanaman secara
berkelanjutan.
Keuntungan dari penggunaan EM4 bagi tanah dan tanaman adalah :
Memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman, serta menekan
aktivitas serangga hama dan mikroorganismee patogen.
Meningkatkan dan menjaga kestabilan produksi tanaman.
(Marsono dan Sigit, 2001).
FTIP001642/034
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
20
B. Bahan organik
Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa tumbuhan dan atau
binatang yang sebagian atau seluruhnya telah mengalami dekomposisi dan
resintesa. Bahan demikian berada dalam proses melapuk aktif dan menjadi
mangsa jasad renik. Bahan organik terdiri dari jaringan aseli dan humus. Jaringan
aseli merupakan bahan-bahan yang belum mengalami dekomposisi dan
merupakan sumber energy jasad renik, sementara humus adalah bahan yang telah
terdekomposisi dan tersintesa secara menyeluruh, biasanya berwarna hitam atau
coklat dan bersifat koloidal (Soepardi, 1983).
Bahan organik sebagai residu tanaman dan hewan yang berada pada
permukaan tanah, berperan nyata dalam pengelolaan tanah. Secara umum, bahan
organik akan meningkatkan kondisi sifat fisik tanah yang erat kaitannya dengan
produktivitas tanah. Pupuk organik dapat mengurangi pengaruh merusak dari
pemadatan tanah yang diakibatkan oleh pupuk anorganik secara terus menerus.
Selain itu pupuk organik dapat meningkatkan kapasitas menahan air (Sukandi,
2001).
Sifat fisik dan kimia tanah sebagian besar dipengaruhi oleh liat dan humus.
Mereka berfungsi sebagai pusat kegiatan tanah dimana terjadi reaksi kimia dan
pertukaran ion-ion tertentu dan menahannya pada permukaan liat dan humus
sehingga ion-ion tersebut tidak hilang tercuci. Ion-ion tersebut lambat laun
dilepaskan kembali dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Karena muatan
permukaannya, mereka merupakan jembatan pengikat antara butiran-butiran
besar. Dengan demikian menjamin adanya struktur granuler yang mantap. Secara
praktis dapat dikatakan bahwa semua reaksi yang berlangsung dalam tanah baik
secara langsung maupun tidak langsung bersifat biokimia. Aktivitas organisme
tanah meliputi penghancuran sisa tanaman oleh insekta dan cacing hingga
akhirnya terdekomposisi oleh bakteri, jamur dan aktinomisetes. Bersamaan
dengan itu, terjadi pelepasan hara dari bentuk organik menjadi bentuk anorganik.
hasil aktivitas organisme dalam tanah (Soepardi, 1983).
Berdasarkan uaraian diatas, terlihat bahwa permeabilitas tanah memiliki
hubungan yang kompleks dan saling berkaitan dengan faktor-faktor lain baik pada
tanah yaitu struktur, tekstur, berat isi, porositas dan kandungan bahan organik
FTIP001642/035
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
21
dalam tanah maupun pada cairan yang bergerak melaluinya seperti berat jenis dan
suhu cairan.
2.2 Kerangka Pemikiran
Koefisien permeabilitas atau konduktivitas hidrolik jenuh (k), merupakan
besaran yang menunjukkan nilai laju pengaliran air melalui massa tanah pada
keadaan jenuh. Permeabilitas itu sendiri merupakan hubungan yang sangat
kompleks dan saling berpengaruh dari faktor-faktor sekitar baik internal maupun
eksternal, diantaranya struktur, tekstur, bobot isi, porositas, kandungan bahan
organik, berat jenis dan kekentalan fluida yang melewati massa tanah.
Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi lahan yang sangat luas.
Menurut informasi yang didapatkan dari situs resmi departemen pertanian
(www.deptan.go.id), sekitar 30.669.634 ha lahan pertanian tersebar di seluruh
Indonesia. Permeabilitas merupakan salah satu sifat fisik tanah yang berpengaruh
dan sangat penting diketahui dalam menentukan perencanaan pengolahan dan
pengelolaan lahan. Nilai permeabilitas merupakan parameter yang diperhitungkan
dalam beberapa analisa dan survey lahan diantaranya pada pendugaan besarnya
erosi di suatu daerah, analisa kesesuaian dan kemampuan lahan, sistem drainase
dan irigasi dan lain-lain.
Dengan rencana pengembangan daerah yang merencanakan Kecamatan
Ujungberung sebagai wilayah pengembangan perumahan, industri dan
pergudangan sekaligus pertanian pangan, maka nilai permeabilitas pada tanah
aluvial di Kecamatan Ujungberung dinilai penting untuk diketahui sebagai arahan
dalam menentukan pola pengelolaan dan pengolahan lahan.
Dalam bidang pertanian, karakteristik tanah Aluvual yang memiliki
kandungan bahan organic rendah dengan produktivitas rendah sampai tinggi,
memerlukan suplai bahan organik dalam meningkatkan kandungan unsur hara
tanah dan memaksimalkan produktivitas, oleh karena itu perlu diperhatikan
pengaruh pemupukan yang digunakan terhadap sifat fisik tanah agar pemanfaatan
tanah sebagai lahan pertanian yang optimal dapat berlangsung lama.
FTIP001642/036
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
22
Bahan organik merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
permeabilitas tanah karena bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah dan
menyebabkan tanah menjadi lebih mudah diolah, memperbaiki tekstur tanah yang
cenderung liat menjadi lebih berporous, memperbaiki agregat tanah, menurunkan
bobot isi dengan menambah ruang pori tanah yang pada akhirnya tentu saja
berpengaruh terhadap permeabilitas tanah. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Ketut Sudarsana pada tahun 1999, pemberian inokulan EM4 menunjukkan hasil
tidak berbeda nyata terhadap sifat fisik tanah maupun pertumbuhan dan produksi
jagung manis, namun hal ini diasumsikan pada faktor keasaman tanah dimana
tanah entisol sebagai petak percobaan memiliki reaksi yang terlalu masam dengan
pH 2,74 sehingga bakteri pelarut fosfat terutama asam laktat (Lactobacillus sp)
tidak bisa hidup dan berkembangbiak secara normal.
Menurut Sukandi (2001), bahan organik sebagai residu tanaman dan
hewan yang berada pada permukaan tanah, berperan nyata dalam pengelolaan
tanah. Pengaruh bahan organik akan meningkatkan kondisi sifat fisik tanah yang
erat kaitannya dengan produktivitas tanah. Pupuk organik dapat mengurangi
pengaruh merusak dari pemadatan tanah yang diakibatkan oleh penggunaan pupuk
mineral secara terus menerus.
Berdasarkan penelitian yang diujikan terhadap pohon mahoni, dosis pupuk
organik cair yang digunakan adalah 30ml/l air dengan frekuensi penyemprotan
setiap minggu selama masa penyemaian (Syarifuddin, 2009).
Dalam penelitian ini percobaan dibatasi pada penambahan bahan organik
yaitu pupuk organik cair dan pupuk hayati sebagai inokulan yang langsung
disiramkan kedalam tanah dan tidak menggunakan pertumbuhan dan produktivitas
tanaman sebagai parameter yang diamati. Perlakuan yang diberikan pada petak
percobaan berupa penyiraman pupuk organik cair dan pupuk hayati sebagai
inokulan diharapkan dapat meningkatkan aktivitas mikroorganismee untuk
memperbaiki ketersediaan kandungan unsur hara dan sifat fisik tanah terutama
permeabilitas.
FTIP001642/037
[2]
[3]
[1]
HA
K C
IPTA
DIL
IND
UN
GI U
ND
AN
G-U
ND
AN
G
Tidak diperkenankan m
engumum
kan, mem
ublikasikan, mem
perbanyak sebagian atau seluruh karya inidalam
bentuk apapun tanpa izin tertulis
Tidak diperkenankan m
engutip sebagian atau seluruh karya ini tanpa menyebut dan m
encantumkan sum
ber tulisan
Pengutipan hanya diberikan bagi kepentingan akadem
ik, penelitian, penulisan karya ilmiah dan penyusunan laporan
23
Percobaan terbatas pada pengamatan pengaruh penambahan bahan organik
terhadap permeabilitas tanah yang diuji dengan tiga alat uji yaitu tinggi air tetap
(constant head permeability test), tinggi air jatuh (falling head permeability test)
dan metode tinggi air pada aliran konstan dengan menggunakan alat unit
permeameter. Ketiga alat uji ini memiliki keunggulan karena pengujian dilakukan
terhadap contoh tanah tidak terganggu yang diharapkan dapat mewakili keadaan
tanah pada kondisi sebenarnya.
Pada dasarnya, ketiga alat uji memiliki karakteristik yang berbeda. Alat uji
constan head permeability test cenderung digunakan untuk contoh tanah dengan
jenis tanah berporous. Salah satu pengujian yang telah dilakukan dengan alat uji
ini adalah pengujian permeabilitas pada Phorous Aspalt (PA) yang dilakukan oleh
Sarwono dan Wardhani tahun 2007. Sedangkan falling head permeability test
cenderung digunakan pada tanah dengan butiran halus seperti yang dipaparkan
dalam penelitian “Komparasi Koefisien Permeabilitas pada Tanah Kohesif” oleh
Djarwanti tahun 2008. Namun belum adanya penelitian mengenai kesesuaian alat
uji baik Constant Head maupun Falling Head dan Unit Permeameter terhadap
tanah aluvial menjadi latar belakang dilakukannya penelitian ini.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk
membandingankan alat uji permeabilitas yang diharapkan dapat menjadi
penentuan dasar pemilihan alat uji yang sesuai untuk jenis tanah aluvial dan
mengetahui nilai permeabilitas serta pengaruh penambahan pupuk organik cair
dan pupuk hayati terhadap nilai permeabilitas tanah aluvial di petak percobaan
Kelurahan Pasirjati Kecamatan Ujungberung Kota Bandung.
top related