bab ii kajian teori a. kajian teori 1. efektivitas ii.pdf9 bab ii kajian teori a. kajian teori 1....
Post on 11-Aug-2021
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Efektivitas
A. Pengertian efektivitas pembelajaran
Efektivitas berasal dari kata dasar efektif. Kata efektif mempunyai arti
efek, pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil. Jadi efektivitas adalah
keaktifan, daya guna, adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan orang yang
melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju (Depdikbud:1990). Efektivitas
proses pembelajaran seharusnya ditinjau dari hubungan guru tertentu yang
mengajar kelompok siswa tertentu, di dalam situasi tertentu dalam usahanya
mencapai tujuan-tujuan instruksional tertentu. Efektivitas proses pembelajaran
berarti tingkat keberhasilan guru dalam mengajar kelompok siswa tertentu dengan
menggunakan metode tertentu untuk mencapai tujuan instruksional tertentu
(James. W Popham, 2008:221).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah
proses pembelajaran yang dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
B. Kriteria Pembelajaran yang Efektif
Indikator yang dapat digunakan untuk menentukan efektivitas dalam
proses pembelajaran adalah:
1. Pengorganisasian materi yang baik
2. Komunikasi yang efektif
3. Penguasaan dan antusiasme terhadap materi pelajaran
4. Sikap positif terhadap siswa
10
5. Pemberian nilai yang adil
6. Keluwesan dalam pendekatan pembelajaran
7. Hasil belajar siswa yang baik
C. Ciri-Ciri Pembelajaran Efektif
1. Berhasil mengantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan instruksional yang
telah ditetapkan
2. Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan siswa secara
aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan instruksional,
3. Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar.
D. Cara Mengetahui dan Mengukur Efektivitas Pembelajaran
1. Kualitas pembelajaran (Quality of insurance ), yaitu seberapa besar kadar
informasi yang disajikan hingga peserta didik dengan mudah dapat
mempelajari atau tingkat kesalahannya semakin kecil. Semakin kecil tingkat
kesalahan yang dilakukan berarti semakin efektif pembelajaran tergantung
dengan pencapaian penguasaan tujuan pengajaran tertentu.
2. Kesesuaian tingkat pembelajaran (Appropriate level of instruction), yaitu
sejauh mana guru memastikan tingkat kesiapan peserta didik dalam
menerima materi baru.
3. Insentif yaitu seberapa besar usaha guru memotivasi peserta didik untuk
menyelesaikan atau mengerjakan tugas-tugas dan mempelajari materi yang
diberikan. Makin besar motivasi yang diberikan maka makin besar pula
keaktifan peserta didik. Dengan demikian, pembelajaran akan efektif,
11
4. Waktu, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan
pembelajaran. Pembelajaran akan efektif apabila siswa dapat menyelesaikan
pelajaran sesuai dengan waktu yang ditentukan.
2. Metode Pembelajaran
Menurut Suprihatiningrum, 2012: 282 mengatakan bahwa metode
pembelajaran merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran,
operasionalisasi dari strategi pembelajaran dalam menyiasati perbedaan individual
siswa, meningkatkan daya serap materi bagi siswa, meningkatkan motivasi belajar
agar berdampak langsung terhadap pencapaian tujuan. Menurut Suami dan Asra
(2011:11) metode pembelajaran merupakan langkah penting yang dapat
menunjang keberhasilan pencapaian tujuan. Sedangkan menurut Hamdani (2010:
80) metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru untuk
menyampaikan pembelajaran kepada siswa karena penyampaian itu berlangsung
dalam interaksi edukatif yang dapat diartikan sebagai cara yang digunakan oleh
guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat pembelajaran
berlangsung sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.
Menurut Majid, 2013:193 metode pembelajaran adalah cara yang
digunakan oleh guru untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal.Menurut Suyono dan Hariyanto, 2011:19) metode pembelajaran adalah
seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan
pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan. Metode
pembelajaran dapat dianggap suatu prosedur atau proses yang teratur, suatu jalan
atau cara yang teratur untuk melakukan pembelajaran.
12
Menurut Aditya (2016:167) metode pembelajaran adalah suatu cara atau
strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Djamarah (2014:158)
metode adalah strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses belajar mengajar
karena setiap tujuan yang digunakan harus menggunakan metode yang tepat.
Sudjana (2011:76) juga menjelaskan metode adalah cara yang digunakan oleh
guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat kegiatan belajar
mengajar berllangsung dalam kelas. Sedangkan menurut Irham dan Wiyani
(2013:133) metode adalah pembelajaran yang berkaitan dengan pengertian
pembelajaran dalam konteks institusional dalam arti menekankan bagaimana guru
mengorganisasikan proses, langkah, dan tahap-tahap dalam pembelajaran.
Berdasarkan pendapat beberapa para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa
metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan
pembelajaran kepada siswa yang disesuaikan dengan karakteristik materi dan
karakteristik siswa yang sudah disusun dan direncanakan dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
3. Prinsip- Prinsip Metode Pembelajaran
Pemilihan metode harus didasari analisis kebutuhan dan analisis situasi di
kelas dan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah breakdown dari
standar kompetensi dan kompetensi dasar sehingga tujuan pembelajaran biasanya
lebih dari satu. Oleh karena itu guru bisa menggunakan lebih dari satu metode
pembelajaran dalam satu pertemuan. Berikut penjelasan mengenai prinsip
menetukan metode pembelajaran:
13
a. Prinsip tujuan dan motivasi belajar
Tujuan pembelajaran merupakan faktor utama penentu pemilihan
metode pembelajaran karena pembelajaran akan bermula pada tujuan
pembelajaran tersebut. Motivasi juga diperlukakan untuk siswa yang belajar.
Motivasi tinggi akan memengaruhi keseriusan dan keberhasilan belajar.
Motivasi ini berasal dari dalam diri siswa (instrinsik) dan dari laur siswa
(ekstrinsik) seperti guru dan materi pelajaran.
b. Prinsip kematangan dan perbedaan individual
Anak adalah pribadi yang unik dan memiliki gaya belajar yang
beragam.oleh karena itu, guru perlu memerhatikan pemilihan metode
pembelajaran sesuai dengan perbedaan individual serta tingkat kematangan
baik psikologis maupun fisiologis dari siswa.
c. Prinsip peluang dan pengalaman praktis
Sesuai dengan paradigma student centered, guru harus memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
Pengalaman langsung perlu diberikan kepada siswa agar makna dari
pembelajaran dapat dirasakan sendiri oleh siswa yang belajar.
d. Integrasi pemahaman dan pengalaman
Prior Knowdege (pengetahuan awal) yang dimiliki siswa merupakan
bekal untuk menentukan metode pembelajaran mana yang tepat. Pemahaman
dan pengalaman terdahulu akan mempermudah pemahaman terhadap materi
yang diajarkan.
14
e. Prinsip fungsional
Sesuatu dapat dikatakan belajar jika ada makna dan manfaat dari apa
yang dipelajari. Oleh kaena itu, penting memilih metode pembelajaran yang
mampu mengantarkan siswa kepada makna dan manfaat beajar.
f. Prinsip menggembirakan
Kesan membosanan dan menjemukan harus dilepaskan dari
pembelajaran. Pembelajaran harus di-setting dalam suasana yang
menyenangkan (joyful learning). Sesuatu yang menggembirakan akan turut
menentukan keberhasilan dalam belajar, karena siswa tidak perlu mengalami
situasi yang tegang dan tertekan dalam belajar.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan Metode Pembelajaran
Pemilihan metode pembelajaran tentu harus memperhatikan faktor-faktor
yang mendukung metode pembelajaran yang akan digunakan pada saat mengajar.
Pemilihan metode yang akan digunakan harus mempertimbangkan faktor-faktor
yang sesuai dengan keadaan siswa. Metode yang akan digunakan tentu sudah
dipersiapkan jauh sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pemilihan dan
penggunaan metode pembelajaran sangat mempengaruhi pencapaian dan
keberhasilan peserta didik. Peserta didik akan merasa bosan jika metode yang
digunakan oleh guru tidak menarik dan kurang kreatif. Sehingga tidak jarang
sebagian besar peserta didik kurang minat dan kurang menyukai dalam
pembelajaran yang ditunjukan dengan kurangnya respon dan antusias peserta
didik dalam pembelajaran Menurut Suprihatiningrum (2012 : 284), pemilihan dan
penentuan metode pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai
berikut:
15
a. Tujuan yang berbeda dari masing-masing materi.
Metode pembelajaran di tentukan oleh tujuan bukan tujuan ditentukan oleh
metode. Oleh karena itu, guru harus benar-benar teliti dlam memilih dan
menyesuaikan metode pembelajaran dengan tujuan yang telah ditetapkan.
b. Perbedaan latar belakang individual anak.
Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbdea-beda, baik kebiasaa,
minat, bakat, stastus sosial, motivasi, lingkungan keluarga, dan harapan
terhadap masa depan.
c. Perbedaan kondisi dan situasi dimana pendidikan berlangsung.
Situasi dan kondisi yang berlainan menuntut metode pembelajaran yang
berbeda. Guru harus mampu mengubah metode pembelajaran jika kelas tidak
terkondisikan dan menyesuaikan dengan suasana kelas. Misalnya ada siswa
yang sibuk sendiri atau mengantuk, maka guru harus mampu mengubah
metode pembelajaran tersebut menjadi lebih menarik, sehingga siswa lebih
memperhatikan pembelajaran, seperti bermain game atau belajar diluar kelas
untuk mencari suasana baru.
d. Perbedaan kemampuan dan pribadi guru
Tidak hanya siswa yang mempunyai kepridaian unik, guru juga memiliki
karakteristik individu yang berbeda-beda. Pemilihan metode pembelajaran
harus disesuaikan dengan kemampuan diri. Guru juga harus memilih metode
yang dikuasai dan dipahami karena jika guru memilih metode diluar
kemampuannya akan mempersulit diri sendiri dan menghambat tercapainya
tujuan pembelajaran.
16
e. Perbedaan fasilitas
Fasilitas dari segi kualitas atau kuantitas dapat mempengaruhi pemilihan
dan penerapan metode mengajar. Contohnya jika tujuan pembelajaran
membuktikan konsep melalui praktikum tentunya membutuhkan metode
eksperimen namun jika fasilitas laboratorium tidak ada, maka metode
eksperimen tidak dapat dilaksanakan
5. Pengembangan Metode Pembelajaran
Banyak ragam pilihan metode pembelajaran yang dapat dipilih dan
digunakan oleh guru sesuai dengan kebutuhan. Seorang guru tentu harus mampu
menyesuaikan metode yang akan digunakan dengan materi yang akan diajarkan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Berdasarkan hasil observasi ada 4
metode pembelajaran yang sering digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar
mengajar dan di dukung dengan pendapat beberapa ahli, Berikut adalah uraian
tentang pengembangan metode pembelajaran beserta kelebihan dan kekurangan
masing-masing:
1) Metode Ceramah
Menurut Suprihatiningrum (2012 : 286) metode ceramah adalah metode
yang paling banyak digunakan oleh guru. Matode ini adalah metode yang
penyampain materi dilakukan secara lisan yang dilakukan oleh guru kepada
siswa.
2) Metode tugas dan Resitasi
Menurut (Majid, 2013) dalam kamus besar Ilmu Pengetahuan tertulis
bahwa resitasi disebut sebagai metode belajar yang mengkombinasikan antara
17
hafalan, pengulangan, pembacaan pemeriksasaan dan pengujian atas diri
sendiri.
3) Metode Tanya Jawab
Menurut Hanafi, dkk (2018: 234) Metode tanya jawab adalah
penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid
menjawab
4) Metode Latihan (Drill)
Menurut Djamarah (2014 : 95) Sebagai sebuah metode, Drill adalah cara
guru membelajarkan siswa untuk mengembangkan keterampilan dankemahiran
serta dapat mengembangkan sikap dankebiasaan.
6. Home Visit (Kunjungan Rumah)
a. Pengertian Layanan Kunjungan Rumah (Home Visit)
Secara etimologis kata Home berasal dari kata benda berarti rumah
(tempat tinggal siswa dengan orang tua atau wali siswa). Sedangkan Visit
berasal dari kata benda berarti kunjungan, mengunjungi, berkunjung, datang
bertamu (Echols & Shadily 2010). Menurut Rahman (2006), home visit adalah
kegiatan pembimbing atau konselor mengunjungi tempat tinggal siswa yang
hanya dilakukan pada siswa yang membutuhkan layanan ini saja. Berdasarkan
beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan kunjungan rumah
adalah layanan pendukung bimbingan konseling yang diselenggarakan untuk
memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang
sedang siswa dihadapi dengan cara melakukan kunjungan di rumahnya.
Menurut Prayitno Tohirin (2007:228) kunjungan rumah bermakna
upaya mendeteksi kondisi keluarga dalam kaitannya dengan permasalahan
18
individu atau siswa yang menjadi tanggung jawab pembimbing atau konselor
dalam pelayanan bimbingan konseling. Kunjungan rumah dilakukan apabila
data siswa untuk kepentingan pelayanan bimbingan dan konseling belum atau
tidak diperoleh melalui wawancara dan angket. Selain itu, kunjungan rumah
juga dilakukan untuk melakukan cek silang berkenaan dengan data yang
diperoleh melalui angket dan wawancara.
Menurut Tohirin (2007:219) kunjungan rumah dapat dijadikan salah
satu teknik pengumpulan data siswa, cara ini dilakukan dengan mengunjungi
rumah siswa. Kunjungan rumah dilakukan untuk mengenal secara lebih dekat
lingkungan keluarga siswa. Secara psikologi dan sosial, kunjungan rumah akan
menimbulkan keakraban dan saling pengertian antara pihak sekolah dengan
orangtua siswa sehingga selain akan terwujud saling pengertian, juga akan
terwujud kerja sama yang baik antara pihak sekolah dengan orangtua siswa di
rumah. Kasturah menjelaskan, home visit dilakukan dengan cara kunjungan
guru ke rumah anak didik dan mengumpulkan siswa yang tempat tinggalnya
berdekatan maksimal 10 anak. Untuk jadwal pembelajaran di setiap kelas home
visit, para siswa akan mendapatkan mata pelajaran dua kali dalam satu minggu
dengan waktu pembelajaran yang ditetapkan.
Pendapat di atas dapat diartikan bahwa “Home Visit atau kunjungan
rumah adalah kegiatan konselor berkunjung ke rumah siswa untuk
mendapatkan data-data yang diperlukan dan melakukan pembelajaran sesuai
dengan situasi atau keadaan siswa. Dengan home visit para siswa dapat
menangkap pembelajaran secara visual dan audio karena mereka tidak
semuanya menguasai salah satu media pembelajaran tersebut. Ada yang harus
19
keduanya, seperti guru menulis dan siswa melihat langsung. Kasturah berharap
metode pembelajaran ini dapat berkembang di masa pandemi Covid-19, agar
siswa tetap mendapatkan pendidikan yang layak dan mudah dipahami.
Dalam penerapannya home visit ini bisa dilakukan dengan
kesepakatan sekolah dengan atas izin orang tua siswa. Guru mendatangi satu
persatu siswa secara bergilir setidaknya seminggu sekali melihat juga kondisi
sekolah masing-masing bisanya kapan. Baik guru yang akan memberikan
pembelajaran home visit maupun siswanya diharapkan tetap mematuhi protokol
kesehatan sebagai langkah antisipasi penularan covid-19 seperti memastikan
kondisi kesehatan guru dan siswa dalam keadaan sehat, wajib memakai masker
atau pelindung wajah, mencuci tangan dan mendapatkan surat tugas dari
sekolah yang bersangkutan (Sherly & Tim komunikasi publik diskominfo)
b. Tujuan Home Visit (Kunjungan Rumah)
Menurut Zainal Abidin (2010:122) kunjungan rumah bertujuan
untuk memperoleh data yang lebih lengkap dan akurat tentang siswa berkenaan
dengan masalah yang dihadapinya. Selain itu juga, bertujuan untuk
menggalang komitmen antara orang tua dan anggota keluarga lainnya dengan
pihak sekolah, khususnya berkenaan dengan pemecahan masalah klien.
Menurut Fajar Santoadi (2010:76-77) keluarga dalam layanan ini
dilibatkan sebagai penerima layanan informasi juga kemungkinan konseling
yang bertujuan kuratif . Selain itu keluarga menjadi sumber data yang berkaitan
dengan masalah siswa. Kunjungan rumah pada umumnya dilakukan untuk
kondisi-kondisi khusus terutama dalam persoalan berat, pelibatan keluarga
20
dengan layanan kunjungan ini dapat dikatakan cenderung mengemban fungsi
kuratif karena keterbatasan jumlah guru pembimbing di sekolah.
Menurut W.S Winkel (1991:298:299) orang tua cenderung
memberikan kesan yang baik tentang keluarganya. Seandainya petugas
bimbingan dapat tinggal dirumah siswa selama beberapa hari, dia akan
mendapat beberapa informasi yang lebih berharga dengan menyaksikan sendiri
keadaan dan suasana keluarga tetapi bertamu yang demikian tidak
dimungkinkan. Oleh karena itu, mengadakan kunjungan rumah merupakan seni
tersendiri dan menuntut keahlian dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Berdasarkan menurut para ahli layanan bimbingan dan konseling di
sekolah merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam upaya
menemukan pribadi, mengenai lingkungan dan merencanakan masa depan
siswa yang bersangkutan.
c. Komponen pokok yang berkenaan dengan Home Visit (Kunjungan Rumah).
Ada tiga komponen pokok berkenaan dengan kunjungan rumah,
yaitu sebagai berikut:
1) Kasus
Kunjungan rumah difokuskan pada penanganan kasus yang dialami
oleh klien (siswa) yang terkait dengan faktor-faktor keluarga. Kasus siswa
terlebih dahulu dianalisis, dipahami, disikapi, dan diberikan (dilaksanakan)
perlakuan awal tertentu dan selanjutnya diberikan pelayanan bimbingan dan
konseling yang memadai. Perlakuan awal terhadap kasus dilakukan melalui
kunjungan rumah. Hasil kunjungan rumah digunakan dalam pelayanan
bimbingan dan konseling. Kunjungan rumah juga dapat merupakan bagian
21
langsung atau tindak lanjut (follow up) pelayanan bimbingan dan konseling
terhadap kasus yang dimaksud.
2) Keluarga
Keluarga yang menjadi fokus kunjungan rumah meliputi kondisi-
kondisi yang menyangkut: a) orang tua atau wali siswa, b) anggota keluarga
yang lain, c) orang-orang yang tinggal dalam lingkungan keluarga, d)
kondisi fisik rumah, isinya dan lingkungannya, e) kondisi ekonomi dan
hubungan sosio emosional yang terjadi dalam keluarga. Semua kondisi-
kondisi yang berkenaan dengan keluarga diatas, dianalisis dan dicermati
dalam kaitannya dengan diri dan permasalahan siswa.
3) Konselor (pembimbing)
Konselor atau pembimbing bertindak sebagai perencana, pelaksanaan
sekaligus penggunanya hasil-hasil kunjungan rumah. Seluruh kegiatan
kunjungan rumah dikaitkan langsung dengan pelayanan bimbingan dan
konseling lainnya (Tohirin, 2007:230).
d. Teknik Home Visit
Dalam pelaksanaan layanan home visit tentunnya seorang konselor harus
mengetahui teknik yang dijadikan sebagai bahan yang harus disiapkan dengan
mengetahui teknik dalam pelaksanaan home visit seorang konselor lebih
matang di dalam perencanaan home visit. Adapun tekniknya sebagai berikut:
1) Format
Kunjungan rumah dapat dilakukan mengikuti format lapangan.
Melalui kunjungan rumah konselor (pembimbing) memasuki lapangan
permasalahan klien (siswa) yang menjangkau kehidupan keluarga klien
22
(siswa) sehingga dengan adanya jangkauan yang lebih luas, diharapkan
penanganan masalah klien dapat dilakukan secara lebih komprehensif dan
insentif.
2) Materi
Dalam perencanaan kunjungan rumah, seorang konselor
mempersiapkan berbagai informasi umum dan data tentang klien (siswa)
yang layak untuk diketahui oleh orangtua dan anggota keluarga lainnya
dengan catatan: a) tidak melanggar asas kerahasiaan klien (siswa), b)
semata-mata untuk pendalaman masalah dan penuntasan penanganannya
dan tidak merugikan klien (siswa).
3) Para klien (siswa)
Peran siswa dalam kegiatan kunjungan rumah, diwujudkan melalui
persetujuannya terhadap penyelenggara kunjungan rumah. Konselor atau
pembimbing perlu mempertimbangkan secara matang apakah siswa akan
dilibatkan atau tidak dalam pembicaraan antara konselor (pembimbing)
dengan anggota keluarga yang dikunjungi. Keterbukaan, obyektifitas,
kenyamanan, suasana, kelancaran kegiatan, serta dampak positif bagi siswa
dan keluarganya, menjadi pertimbangan dan kriteria keterlibatan siswa
4) Kegiatan
Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh konselor (pembimbing)
dalam melakukan kunjungan rumah adalah melakukan pembicaraan
(wawancara) dengan anggota keluarga kunci dan anggota keluarga lainnya
sesuai dengan permasalahan siswa. Selain itu juga melakukan pengamatan
(observasi) terhadap berbagai objek dalam keluarga (rumah) dikunjungi dan
23
lingkungan sekitarnya tentunya atas ijin pemilik rumah konselor
(pembimbing) tidak diperbolehkan memeriksa berbagai dokumen yang
dimiliki keluarga, kecuali keluarga yang bersangkutan menghendakinya.
5) Undangan terhadap keluarga
Apabila tidak memungkinkan untuk dilakukan, kunjungan rumah
dapat diganti dengan undangan terhadap keluarga. Orang tua atau anggota
keluarga lainnya dapat diundang misalnya ke sekolah atau tempat-tempat
lainnya sesuai dengan permasalahan siswa. Undangan terhadap keluarga
bukan pemanggilan. Oleh karena itu, konteksnya sebagai pelayanan
bimbingan dan konseling, maka harus dilakukan atas izin klien dan
dipersiapkan data materi yang akan dibicarakan serta ditentukan peran
siswa.
6) Waktu dan tempat
Kapan maupun berapa lama kunjungan rumah dilakukan
tergantung kepada perkembangan proses pelayanan terhadap siswa.
Kunjungan rumah dapat dilakukan pada awal atau bahkan sebelum
pelayanan. Ketika proses pelayanan sedang berlangsung atau sebagai tindak
lanjut dari pelayanan tertentu. Lamanya pembimbing berkunjung rumah
keluarga siswa juga tergantung materi yang dibicarakan dan kegiatan yang
dilakukan di dalam keluarga yang bersangkutan, bisa satu atau dua jam
bahkan lebih. Sesuai namanya, tempat pertemuan antara keluarga siswa
yang dikunjungi dengan pembimbing atau konselor adalah dirumah
keluarga siswa yang bersangkutan. Apabila kunjungan rumah diganti
dengan undangan keluarga , maka tempat pertemuannya bisa dilakukan di
24
tempat konselor, di sekolah, atau tempat lain berdasarkan kesepakatan
bersama.
7) Evaluasi
Untuk mengetahui hasil-hasil dari kunjungan rumah harus diadakan
evaluasi. Evaluasi terhadap pelaksanaan kunjungan rumah dalam konteks
pelayanan bimbingan dan koneling dapat mencakup proses dan hasilnya
(sejak dari perencanaan hingga akhir kegiatan). Evaluasi terhadap unsur-
unsur proses dilakukan secara berkelanjutan selama proses kunjungan
rumah berlangsung. Penilaian terhadap hasil-hasil kunjungan rumah dapat
diarahkan pada kelengkapan dan akurasi data yang diperoleh serta manfaat
data tersebut dalam pelayanan terhadap siswa.
e. Pelaksanaan Home Visit (Kunjungan Rumah)
Pelaksanaan kegiatan kunjungan rumah harus mengetahui tahap-tahap
dalam kunjungan rumah. Tujuannya yaitu untuk mendapatkan hasil dan
berjalan sesuai dengan tahapan yang ada. Adapun tahap yang harus ditempuh
oleh konselor adalah sebagai berikut:
1) Perencanaan
Pada tahap perencanaan hal-hal yang perlu dilakukan adalah
menentukan kasus dan siswa yang memerlukan kunjungan rumah,
menyiapkan data atau informasi pokok yang perlu dikomunikasikan dengan
keluarga yang akan ditemui dan menyiapkan kelengkapan administrasi.
25
2) Pelaksanaan
Pada tahap ini hal-hal yang harus dilakukan oleh seorang konselor
adalah:
1. Mengkomunikasikan rencana kegiatan kunjungan rumah kepada
berbagai pihak yang terkait (orang tua, wali kelas)
2. Melakukan kunjungan rumah dengan melakukan kegiatan-kegiatan
seperti bertemu orang tua atau anggota keluarga lainnya, dan
menyimpulkan hasil kegiatan.
3) Evaluasi
Pada tahap evaluasi, ada beberapa hal yang dilakukan oleh seorang
konselor sebagai berikut:
a. Mengevaluasi proses pelaksanaan kunjungan rumah.
b. Mengevaluasi kelengkapan dan keakuratan hasil kunjungan rumah
serta komitmen orang tua
c. Mengevaluasi penggunaan data hasil kunjungan rumah untuk
membantu menyelesaikan permasalahan siswa
4) Analisis hasil evaluasi
Kegiatan yang harus dilakukan adalah melakukan analisis terhadap
efektivitas penggunaan hasil kunjungan rumah terhadap pemecahan kasus
siswa
5) Tindak lanjut
Seorang konselor mempertimbangkan apakah perlu dilakukan
kunjungan rumah ulang atau lanjutan dan mempertimbangkan tindak lanjut
26
layanan dengan menggunakan data hasil kunjungan rumah yang lebih
lengkap dan akurat.
6) Laporan
Pembimbing melakukan kegiatan seperti menyusun laporan kegiatan
kunjungan rumah, menyampaikan laporan kunjungan rumah kepada
berbagai pihak terkait dan mendokumentasikan laporan kunjungan rumah
7) Prinsip-prinsip layanan Home Visit
Layanan ini dilakukan sesuai dengan rencana yang telah disiapkan
agar dapat berjalan sesuai dengan harapan. Ada berbagai hal yang harus
diperhatikan dalam pelaksanaan home visit sebagai berikut:
a. Mengadakan persiapan mental sebelumnya mengenai hal-hal
informasi apa yang ingin diperoleh
b. Informasi yang dapat disimpulkan biasanya mencakup letak rumah
seperti keadaan fisik di daerah rumah, ukuran, perlengkapan dan
sebagainya serta kebiasaan belajar siswa seperti belajar pada waktu
kapan, berinisiatif sendiri atau harus disuruh, belajar bersama teman
atau belajar sendiri.
c. Sesudah kembali dari kunjungan rumah, petugas bimbingan menyusun
laporan singkat tentang informasi yang diperoleh dengan
membedakan antara fakta serta data dan kesan pribadi yang
interpretasi informasi.
27
B. Kajian Penelitian
Terkait dengan tentang Penerapan Model Pembelajaran Home Visit Pada Masa
Pandemi Covid-19 di SDN Bajo Kabupaten Bima. Agar dapat memperoleh
gambaran yang jelas mengenai penelitian yang dilakukan, perlu kiranya
dikemukakan bahan sebagai perbandingan yang bersifat mendukung diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Konita Dian Dwita, Ade Irma Anggraeni dan Haryadi (2018) “Pengaruh Home
Visit dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa” menyimpulkan
bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan home
visit terhadap hasil belajar kemudian menganalisis pengaruh motivasi belajar
siswa terhadap hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukan bahwa
pelaksanaan layanan home visit berpengaruh positif terhadap hasil belajar
siswa, semakin baik pelaksanaan layanan home visit dan motivasi belajar
siswa, maka akan meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini berdasarkan
penelitian yang relavam terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaan peneliti
ini yaitu sama-sama menggunakan bidang ilmu dan jenjang sekolah yang
digunakan. Perbedaannya yaitu terletak pada masalah yang diungkap. Peneliti
ini mengungkap tentang efektivitas home visit sedangkan Konita dkk
mengungkap pengaruh home visit.
2. Eddy Abdullah (2019-2020) “Home Visit Oleh Guru Atau Wali Kelas dan
Motivasi Belajar Siswa” menyimpulkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan skenario home visit untuk meningkatkan kedisiplinan siswa,
motivasi belajar siswa dan interaksi yang baik antara wali kelas dan wali
murid. Hasil penelitian menunjukan bahwa motivasi siswa bervariatif, ada
28
yang motivasi belajarnya tinggi, sedang, rendah dan mulai kehilangan motivasi
dalam belajar. Siswa perlu mendapatkan perhatian khusus bagi siswa yang
motivasinya rendah dan siswa yang kehilangan motivasi agar dapat tumbuh
kembali motivasi belajarnya. Selain itu, masih banyak pelanggaran siswa
terhadap tata tertib sekolah. Penelitian ini berdasarkan penelitian yang relavan
terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaan penelitian di atas dengan
penelitian ini yaitu bidang ilmu dan jenjang sekolah yang digunakan.
Perbedaannya yaitu masalah yang diungkap dimana peneliti ini mengungkap
home visit dan motivasi belajar untuk siswa.
29
C. Kerangka Pikir
SSSSSSSSSSSSSSSS
Gambar 2.1 kerangka berpikir
Kondisi Lapangan
Berdasarkan hasil warancara dan observasi awal di
SDN Bajo bersama guru kelas. Pembelajaran
dilakukan secara luring selama pandemi covid-19.
Guru menyampaikan materi secara langsung selama
seminggu dengan dibatasi waktu. Pembelajaran
luring dilakukan karena kondisi media belajar
berupa hp dan jaringan internet yang kurang
memadai. Dengan waktu pembelajaran yang sangat
terbatas membuat siswa sulit memahami materi
yang disampaikan oleh guru.
Kondisi ideal
Pandemic Covid-19 telah
memberikan jalan baru di sektor
pendidikan sehingga pembelajaran
dilakukan secara jarak jauh (online).
Sedangkan pada kurikulum 2013,
siswa dituntut aktif dalam proses
pembelajaran dan mampu
beriteraksi dengan baik antara guru
dengan siswa. Sehingga diterapkan
home visit.
Temuan
Temuan di SDN Bajo didapatkan hasil bahwa kegiatan pembelajaran selama pandemi
covid-19 yang dilakukan adalah secara luring dengan dibatasi waktu pembelajarannya
sehingga tetap mematuhi protokol kesehatan. Pembelajaran secara luring dirasa kurang
efektif karena interaksi siswa dengan guru tidaklah banyak, daya ingat siswa berkurang.
Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif
yang terdiri dari 3 tahapan yaitu observasi, wawancara, dokumentasi.
Luaran
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah mendapatkan hasil perbandingan siswa
melakukan pembelajaran home visit di kondisi yang tidak memungkinkan untuk belajar
online dan hasil belajar siswa meningkat jauh lebih baik.
9
top related