aliran filsafat pendidikan
Post on 03-Jul-2015
203 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN
Di dunia dikenal beberapa aliran utama filsafat pendidikan yang di antaranya dapat
disajikan berikut ini:
1. Perennialisme
a. Berhubungan dengan perihal sesuatu yang terakhir. Cenderung menekankan seni dan
sains dengan dimensi perennial yang bersifat integral dengan sejarah manusia.
b. Pertama yang harus diajarkan adalah tentang manusia, bukan mesin atau teknik.
Sehingga tegas aspek manusiawinya dalam sains dan nalar dalam setiap tindakan.
c. Mengajarkan prinsip-prinsip dan penalaran ilmiah, bukan fakta.
d. Mencari hukum atau ide yang terbukti bernilai bagi dunia yang kita diami.
e. Fungsi pendidikan adalah untuk belajar hal-hal tersebut dan mencari kebenaran baru yang
mungkin.
f. Orientasi bersifat philosophically-minded. Jadi, fokus pada perkembangan personal.
g. Memiliki dua corak:
1. Perennial Religius: Membimbing individu kepada kebenaran utama (doktrin, etika
dan penyelamatan religius). Memakai metode trial and error untuk memperoleh
pengetahuan proposisional.
2. Perennial Sekuler: Promosikan pendekatan literari dalam belajar serta pemakaian
seminar dan diskusi sebagai cara yang tepat untuk mengkaji hal-hal yang terbaik bagi
dunia (Socratic method). Disini, individu dibimbing untuk membaca materi
pengetahuan secara langsung dari buku-buku sumber yang asli sekaligus teks modern.
Pembimbing berfungsi memformulasikan masalah yang kemudian didiskusikan dan
disimpulkan oleh kelas. Sehingga, dengan iklim kritis dan demokratis yang dibangun
dalam kultur ini, individu dapat mengetahui pendapatnya sendiri sekaligus
menghargai perbedaan pemikiran yang ada.
2. Esensialisme
a) Berkaitan dengan hal-hal esensial atau mendasar yang seharusnya manusia tahu dan
menyadari sepenuhnya tentang dunia dimana mereka tinggal dan juga bagi
kelangsungan hidupnya.
b) Menekankan data fakta dengan kurikulum yang tampak bercorak vokasional.
c) Konsentrasi studi pada materi-materi dasar tradisional seperti: membaca, menulis, sastra,
bahasa asing, matematika, sejarah, sains, seni dan musik.
d) Pola orientasinya bergerak dari skill dasar menuju skill yang bersifat semakin kompleks.
e) Perhatian pada pendidikan yang bersifat menarik dan efisien.
f) Yakin pada nilai pengetahuan untuk kepentingan pengetahuan itu sendiri.
g) Disiplin mental diperlukan untuk mengkaji informasi mendasar tentang dunia yang
didiami serta tertarik pada kemajuan masyarakat teknis.
3. Progresivisme
a) Suka melihat manusia sebagai pemecah persoalan (problem-solver) yang baik.
b) Oposisi bagi setiap upaya pencarian kebenaran absolut.
c) Lebih tertarik kepada perilaku pragmatis yang dapat berfungsi dan berguna dalam hidup.
d) Pendidikan dipandang sebagai suatu proses.
e) Mencoba menyiapkan orang untuk mampu menghadapi persoalan aktual atau potensial
dengan keterampilan yang memadai.
f) Mempromosikan pendekatan sinoptik dengan menghasilkan sekolah dan masyarakat bagi
humanisasi.
g) Bercorak student-centered.
h) Pendidik adalah motivator dalam iklim demoktratis dan menyenangkan.
i) Bergerak sebagai eksperimentasi alamiah dan promosi perubahan yang berguna untuk
pribadi atau masyarakat.
4. Rekonstruksionisme
a) Promosi pemakaian problem solving tetapi tidak harus dirangkaikan dengan
penyelesaian problema sosial yang signifikan.
b) Mengkritik pola life-adjustment (perbaikan tambal-sulam) para Progresivist.
c) Pendidikan perlu berfikir tentang tujuan-tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Untuk
itu pendekatan utopia pun menjadi penting guna menstimuli pemikiran tentang dunia
masa depan yang perlu diciptakan.
d) Pesimis terhadap pendekatan akademis, tetapi lebih fokus pada penciptaan agen
perubahan melalui partisipasi langsung dalam unsur-unsur kehidupan.
e) Pendidikan berdasar fakta bahwa belajar terbaik bagi manusia adalah terjadi dalam
aktivitas hidup yang nyata bersama sesamanya.
f) Learn by doing! (Belajar sambil bertindak).
5. Eksistensialisme
a) Menekankan pada individual dalam proses progresifnya dengan pemikiran yang merdeka
dan otentik.
b) Pada dasarnya perhatian dengan kehidupan sebagai apa adanya dan tidak dengan
kualitas-kualitas abstraknya.
c) Membantu individu memahami kebebasan dan tanggung jawab pribadinya. Jadi,
menggunakan pendidikan sebagai jalan mendorong manusia menjadi lebih terlibat dalam
kehidupan sebagaimana pula dengan komitmen tindakannya.
d) Individu seharusnya senantiasa memperbaiki diri dalam kehidupan dunia yang terus
berubah.
e) Menekankan pendekatan “I-Thou” (Aku-Kamu) dalam proses pendidikan, baik guru
maupun murid.
f) Promosikan pendekatan langsung-mendalam (inner-directed) yang humanistik; dimana
siswa bebas memilih kurikulum dan hasil pendidikannya.
6. Behavioral Engineering (Rekayasa Perilaku)
a) Kehendak bebas adalah ilusi (Free-will is illusory).
b) Percaya bahwa sikap manusia kebanyakan merefleksikan tingkah laku dan tindakan yang
terkondisikan oleh lingkungan.
c) Memakai metode pengkondisian sebagai cara untuk mengarahkan sikap manusia.
d) Pendidik perlu membangun suatu lingkungan pendidikan dimana individu didorong
melalui ganjaran dan hukuman untuk kebaikan mereka dan orang lain.
ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN
TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT ILMU
DOSEN PENGASUH :
Prof. Dr. Belferik Manullang, MPd
Dr. Ibrahim Gultom,. MPd
LILY
8106121014
PRODI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2010
FILSAFAT HEDONISME DAN ADAPTASI
TUGAS MATA KULIAH TEORI BELAJAR DAN INSTRUKSIONAL
DOSEN PENGASUH :
Prof. Dr. Mhd. Badiran, MPd
Dr. Sahat Siagian. MPd
MARLINA SIREGAR
8106121015
PRODI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2010
FILSAFAT HEDONISME
A. PENDAHULUAN
Salah satu aliran aksiolgis dalam filsafat adalah Hedonisme. Hedonisme erat kaitannya
dengan Epicurus. Sebab dialah yang menggagas hedonisme.
Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan
kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi para penganut paham ini, bersenang-senang,
pesta-pora, dan pelesiran merupakan tujuan utama hidup, entah itu menyenangkan bagi orang
lain atau tidak. Karena mereka beranggapan hidup ini hanya 1x, sehingga mereka merasa ingin
menikmati hidup senikmat-nikmatnya. di dalam lingkungan penganut paham ini, hidup
dijalanani dengan sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas. Dari
golongan penganut paham ini lah muncul Nudisme (gaya hidup bertelanjang). Pandangan
mereka terangkum dalam pandangan Epikuris yang menyatakan,”Bergembiralah engkau hari ini,
puaskanlah nafsumu, karena besok engkau akan mati.”
B. TEORI HEDONISME
Pengajaran atau konsep moral dari Hedonisme adalah menyamakan kebaikan dengan
kesenangan. Jadi semua kesenangan dan kenikmatan secara fisik selalu membawa kebaikan.
Pandangan hidup ini mengajarkan pada pengikut atau mereka yang siap mengikutinya bahwa
pemujaan terhadap kesenangan dan kenikmatan dunia harus dikejar, dan itulah tujuan hidup yang
paling hakiki bagi manusia. Pandangan hidup seperti inilah yang sekarang ini banyak dan hampir
semua umat manusia meng-amininya dan menjadikannya sebagai tolok ukur dalam gaya hidup.
Teori ini juga cenderung mengajarkan, bahwa untuk mendapat kesenangan dan
kenikmatan dan kebahagiaan, tidak perlu menunggu di surga, karena pada dasarnya, mereka
tidak mempercayai adanya kebahagiaan di surga, dan kalimat yang sering diucapkan oleh para
hedonis:” kita tidak perlu pergi ke surga untuk mengalami kebahagiaan, karena di dunia ini,
kenikmatan dan kebahagiaan serta kesenangan telah tersedia dan dapat kita miliki
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hedonisme diartikan sebagai pandangan yang
menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup (KBBI, edisi
ketiga, 2001). Secara general, hedonisme bermakna, kesenangan merupakan satu-satunya
manfaat atau kebaikan. Dengan demikian hedonisme bisa didefinisikan sebagai sebuah doktrin
(filsafat etika) yang berpegangan bahwa tingkah laku itu digerakkan oleh keinginan atau hasrat
terhadap kesenangan dan menghindar dari segala penderitaan.
C. MENGENAL EPICURUS
Greek philosopher who believed that the world is a random combination of atoms and
That pleasure is the highest good (341-270 BC). (wordnetweb.princeton.edu/perl/webwn ).
Fokus pemikirannya bahwa tujuan hidup manusia adalah mencapai kenyamanan batin, dan
kebebasan dari rasa sakit. Seluruh sensasi keinginan adalah fitrah, dan layak untuk di puaskan.
Intinya, karena manusia akan mati, maka manusia harus senang.
(http://mbethy.multiply.com/journal/item/12)
Pendapat Epicurus tentang agama dan Tuhan
“…Atau Tuhan mau menghapuskan keburukan, tetapi tidak mampu. Atau sebenarnya ia mampu,
tetapi tidak mau. Atau ia tidak mampu dan tidak mau. Jikalau ia mau, tetapi tidak mampu, ia
lemah…. Jikalau ia mampu, tetapi tidak mau, dia jahat…. Tetapi, jikalau Tuhan mampu dan mau
menghapuskan kejahatan, … lantas bagaimana kejahatan ada di dunia?”
(Lee Strobel, The Case for Faith, Zondervan, 2000:25. bdk. Teodice. (2006:230).
(http://www.mail-archive.com/ppiindia@yahoogroups.com/msg66868.html)
Pandangan Epicurus tentang kenikmatan
“Epicurus merekomendasikan kepada kita untuk mengejar kesenangan dan kebahagiaan, namun
harus diingat, dia tidak pernah mengajarkan bahwa kita harus menjalani kehidupan dengan
mementingkan diri sendiri (selfish) yang berdampak kepada terhalangnya kesenangan dan
kebahagiaan untuk orang lain.” (http://omnilogos.blogspot.com/2009/05/epistemologi-
hedonisme-epicurus.html)
Bagi Epicurus, kesenangan yang paling tinggi adalah tranquility (kesejahteraan dan bebas
dari rasa takut) yang hanya bisa diperoleh dari ilmu pengetahuan (knowledge), persahabatan
(friendship) dan hidup sederhana (virtuous and temperate life). Ia juga mengakui adanya
perasaan-perasaan akan kesenangan sederhana (enjoyment of simple pleasures), namun Epicurus
mengartikan kesenangan sebagai sesuatu yang harus jauh dari hasrat-hasrat jasmaniah (bodily
desires), semisal seks dan hawa nafsu. (http://pwkpersis.wordpress.com/2008/03/20/mengenal-
hedonisme-lebih-dekat/)
Epicureanisme dianggap oleh beberapa kalangan sebagai bentuk hedonisme kuno.
Epicurus mengidentifikasikan “kesenangan” dengan “kesentosaan” (tranquility) dan penekanan
kepada reduksi hasrat berlebih terhadap perolehan spontan kesenangan (the immediate
acquisition of pleasure).
Jadi menurut Epicurus, kesenangan bukanlah sesuatu yang pada dasarnya menyenangkan,
justru kesenangan adalah kondisi sejahtera. Karena menurut dia kesenangan itu relatif. Dengan
demikian, Epicureanisme melepaskan diri dari proposisi yang sebelumnya: kesenangan dan
“manfaat yang utama” (the highest good) itu sejajar, Epicurus mengklaim bahwa kesenangan
yang paling tinggi tercapai dari sesuatu yang sederhana, semisal kehidupan sederhana yang
dijalani bersama teman-teman dan dari diskusi-diskusi filosofis. Dia menekankan bahwa,
bukanlah hal baik jika seseorang melakukan sesuatu yang membuat seseorang yang lain (teman)
merasa baik, yang apabila dengan pengalaman perbuatan tersebut seseorang justru meremehkan
pengalaman-pengalaman yang akan datang dan membuat seseorang yang lain merasa tidak lagi
nyaman. Sayangnya, Epicurus tidak menjelaskan sistem sosial etikanya secara panjang lebar.
Dengan arti lain, sistem sosial etikanya Epicurus mengalami kebuntuan pada tataran
fungsionalisasi(utopia).
Ide mendasar dibalik makna hedonis mengajarkan kepada kita bahwa setiap tindakan
yang baik, bisa diukur pada seberapa banyak kesenangan dan seberapa kecil penderitaan yang
bisa diproduksi. Dalam koridor teoretis, hedonisme pun bertalian dengan sistem filsafat etika
yang lainnya seperti utilitarianisme, egoisme dan permisifisme. Dalam terma singkatnya, seorang
hedonis akan mengarahkan segala usahanya untuk memaksimalkan “rasio” ini (pleasure over
pain).
Beberapa abad setelah Epicurus, datang John Stuart Mill (1806-1873) seorang filosof
utilitarianisme berkebangsaan Inggris dan Jeremy Bentham (1748-1832), seorang filosof Inggris,
yang juga pendiri University College London (UCL), keduanya menetapkan beberapa prinsip
fundamental hedonisme berdasarkan teori etika utilitarianisme (paham yang mengatakan bahwa
manusia dalam tindakannya selalu mencari untung dan manfaat).
Menurut mereka, nilai-nilai utilitarianisme merupakan sebuah pijakan dasar bagi
berdirinya nilai-nilai filsafat hedonisme dalam seluruh tindakan yang mengarah kepada proses
pencapaian kebahagiaan yang paling besar bagi seluruh manusia. Meskipun konsekwen dengan
pencarian kebahagiaan atau kesenangan, ada sedikit perbedaan pandangan nilai-nilai hedonistik
antara Bentham dengan Mill yang berkaitan dengan ekspostulat (gagasan) mengenai prinsip-
prinsip tentang “manfaat” itu sendiri. Sedikitnya ada dua aliran pemikiran mengenai hedonisme:
1. Aliran pertama, yang dipromotori oleh Jeremy Bentham, lebih meyakini pendekatan
kuantitatif. Bentham meyakini bahwa nilai-nilai mendasar tentang sebuah kesenangan bisa
dimengerti secara kuantitatif. Pada dasarnya, dia percaya bahwa nilai-nilai kesenangan bisa
dipacu oleh kesenangan lain yang dipengaruhi oleh durasi waktu (intensitas). Jadi, bukan hanya
jumlah kesenangan, intensitas dan seberapa lama kesenangan tersebut bisa dinikmati, juga bisa
mempengaruhi“jumlah”.
2. Aliran yang kedua, vis a vis kelompok pertama, yang diwakili oleh John Stuart Mill, yang
menganjurkan pendekatan kualitatif. Mill lebih meyakini adanya perbedaan level kesenangan,
yang mana kualitas kesenangan tertingi, lebih baik dari kualitas kesenangan yang lebih rendah.
Mill juga berpendapat bahwa, makhluk rendahan (simpler beings) semisal babi, punya jalan
termudah untuk memperoleh kesenangan yang sederhana (simpler pleasure); selama mereka
(simpler beings, Pen) tidak disibukkan oleh segmen kehidupan yang lain, mereka bisa dengan
mudah menuruti kesenangan mereka tersebut.
Sedangkan makhluk yang lebih kompleks (elaborate beings), terbentur predisposisi
(kecenderungan) untuk memusatkan perhatiannya kepada persoalan yang lain (dalam
kehidupan), oleh karena itu, memperoleh waktu yang sedikit untuk kesenangan. Maka dengan
demikian, mereka (elaborate beings, Pen) akan menemukan kesulitan untuk menikmati
“kesenangan yang sederhana” yang dilakukan oleh simpler beings, dengan jalan dan cara yang
sama.
Namun permasalahan yang muncul adalah: pertama, pada umumnya, setiap kesenangan
tidak memiliki kesamaan sifat atau ciri, meskipun fakta mengatakan bahwa “kesenangan”
tersebut bisa dilihat sebagai “sesuatu yang menyenangkan” (pleasurable). Lagipula, standar yang
berlaku untuk sesuatu yang dikatakan “menyenangkan” bermacam-macam. Semisal sadisme,
yang sebagian orang menganggap sebagai sebuah kesenangan dan hobi. Sejatinya, pendekatan
kuantitatif dan kualitatif harus diposisikan dan dipandang sebagai dua pendekatan yang
komplementer.
Kedua, seseorang akan merasa keberatan, jika ketika seseorang yang lain mendapatkan
kesenangan mungkin yang lain akan merasakan penderitaan, yang mengakibatkan terjadinya
kontradiksi mengenai tindakan moral. Hal ini menjadi kontradiksi jika kita melihat dari
perspektif absolutisitas moral. Sementara dari sudut pandang relativitas moral, tidak akan pernah
terjadi kontradiksi. Dua persoalan inilah, yang dicap oleh filosof Henry Sidgwick dalam bukunya
“The Method of Ethics” (1963) sebagai “paradox of hedonism”.
Banyak yang melihat, hedonisme tidak punya kaitan dengan egoisme. Tapi anehnya,
utilitarianismenya John Stuart Mill terkadang diklasifikasikan sebagai sebuah bentuk hedonisme,
yang mana klasifikasi tersebut juga membenarkan tindakan moral melalui kontribusi berikutnya
kepada manfaat tertinggi dan kebahagiaan. Hal ini juga—bisa dikatakan—ama dengan
hedonisme altruistik (altruisme; paham mendahulukan orang lain). Mengingat, diantara doktrin-
doktrin hedonistik ada yang mengajarkan untuk melakukan apa saja yang bisa membuat
kebahagiaan pribadi seseorang (via usaha yang panjang), Mill juga menyetujui tindakan-tindakan
yang dapat membuat orang-orang bahagia. Dengan arti lain, menyandingkan individualisme
dengan kolektifisme.
Adalah benar bahwa, Epicurus merekomendasikan kepada kita untuk mengejar
kesenangan dan kebahagiaan, namun harus diingat, dia tidak pernah mengajarkan bahwa kita
harus menjalani kehidupan dengan mementingkan diri sendiri (selfish) yang berdampak kepada
terhalangnya kesenangan dan kebahagiaan untuk orang lain.
C. LEBIH JAUH TENTANG EPICURUS
1. Epicurus was an early thinker to develop the notion of justice as a social contract. He
defined justice as an agreement “neither to harm nor be harmed……
2. Epicurus defined philosophy as the art of making life happy and strictly subordinated
metaphysics to ethics, naming pleasure as the highest.
3. Happiness is an essential part of every life.
D. PANDANGAN ISLAM TENTANG KENIKMATAN HIDUP
Dalam doa sapu jagat kita berdoa: Ya Allah berikanlah kepada kami kebahagiaan di
dunia dan kebahagiaan di akhirat serta jauhkanlah kami dari siksa api neraka. Islam
menghendaki umatnya menikmati kehidupan ini. Islam juga memberikan jalan menuju hidup
yang penuh dengan kesenangan itu yakni dengan ibadah. Kebahagiaan berasal dari hati yang
tenang, sedangkan hati yang tenang berasal dari jiwa yang selalu mengigat Allah. Dan mengingat
Allah merupakan substansi dari Ibadah. Tiada substansi tanpa aksidensi. Bahkan menurut filsafat
eksistensialisme, aksidensi mendahului substansi. Ini berarti, untuk mencapai hati yang tenang,
butuh ibadah dengan demikian ketenangan hidup akan bisa diraih.
FILSAFAT ADAPTASI
Filsafat pragmatisme Amerika
Filsafat pragmatisme adalah sesuatu yang asli berasal dari AS. Sistem filsafat ini lebih
menekankan hasil daripada metode, menerima beraneka ragam metode dan pendekatan
untuk menghasilkan pengetahuan. Iklim pragmatis di AS lebih menekankan pada
bagaimana manusia menjalani proses-prosesnya dan tidak terlalu menekankan pada apa
atau siapakah manusia itu.
Dicetuskan oleh kelompok orang muda yang upper class dari Boston, a.l. William James
Konsep utama : perilaku manusia digerakkan oleh belief yang dimiliki. Belief
berkembang menurut prinsip evolusi “survival of the fittest”, yang dipertahankan adalah
yang paling dibutuhkan manusia. Melalui proses inilah terbentuk perilaku manusia dan
habit.
Teori Evolusi Darwin
Pada saat manusia berinteraksi dengan lingkungannya, ia harus beradaptasi.
Proses adaptasi inilah yang menyebabkan terjadinya seleksi alam, baik dalam artian
kelompok species yang unggul (Darwin) maupun dalam arti karakteristik dari species
yang bertahan, misalnya anggota tubuh (Spencer).
Proses adaptasi sifatnya spesifik, hanya berlaku untuk lingkungan tertentu. Suatu
kelompok species yang well-adapted dalam suatu lingkungan bisa saja tidak dapat
beradaptasi pada lingkungan lain.
Sebagai seorang dualist yang percaya pada pemisahan mind-body, Darwin
mengaplikasikan juga pandangannya ini kepada perkembangan fungsi mental makhluk
hidup. Kelompok makhluk hidup yang paling sukses dalam beradaptasi dengan
lingkungannya adalah mereka yang memiliki fungsi mental paling tinggi, dalam hal ini
adalah manusia.
Pentingnya adaptasi ini menyebabkan aliran fungsionalisme sering dipandang sebagai
‘psychology of adaptation’.
Sir Francis Galton
Sepupu Darwin yang banyak menerapkan teori Darwin ke dalam bidang psikologi.
Menekankan pada aspek hereditary (bawaan) sebagai penentu kualitas fungsi mental
manusia. Lingkungan tidak berperan. Berdasarkan studinya pada keluarga-keluarga
terpandang, ia menyimpulkan bahwa kecerdasan adalah sesuatu yang diturunkan.
Sejalan dengan pandangan teori Darwin, ia juga percaya akan adanya variasi yang
konstan dalam fungsi mental, yang dikenal sebagai individual difference.
Adanya perbedaan individual ini membawanya kepada pemikiran perlunya pengukuran
akan perbedaan fungsi mental manusia. Hal ini dapat dilakukan melalui statistic dan
teknik pengetesan sebagai pengukuran kapasitas mental manusia.
Kecerdasan/inteligensi manusia dapat diukur melalui ketajaman penginderaannya.
Mereka yang memiliki penginderaan yang tajam adalah mereka yang cerdas.Selanjutnya
hasil pengukuran ini harus dapat dituangkan ke dalam penggolongan manusia sesuai
tingkat kecerdasannya. Hal ini dpat dilakukan melalui teknik statistik psikologi.
Galton juga percaya bahwa kelompok ras yang berbeda dari manusia bertahan di bagian
yang berbeda-beda di bumi ini sebagai hasil dari adaptasi terhadap lingkungan mereka.
William James
Seorang pendahulu yang dianggap paling penting untuk aliran fungsionalisme.
Pendidikan awalnya adalah seorang dokter dan ia pertama kali mengajar fisiologis di
Harvard pada tahun 1872. Semenjak tahun 1878 ia mendalami filsafat dan psikologi serta
mendapat gelar professor untuk kedua bidang tsb. Menurut Lundin (1991), James lebih
muncul sebagai seorang filsuf daripada seorang psikolog. Pengaruhnya sangat kuat pada
aliran fungsionalisme, terutama kelompok Chicago school.
Karya utamanya adalah Principles of Psychology. Karya yang sering dijadikan rujukan
untuk mahasiswa psikologi tahun awal adalah Psychology : Briefer Course.
Definisi dan ruang lingkup psikologi. Psychology is the science of mental life, both of
its phenomenon and of their conditions” Fenomena adalah subyek dan kondisi adalah
proses fisiologis di otak. Psikologi adalah natural science.
Metode psikologi. Ada tiga metode utama dalam psikologi:
o Introspection
Merupakan metode penting dan utama dalam psikologi. Introspeksi yang
dimaksud sangat berbeda dengan introspeksi dalam aliran strukturalisme. Bagi
James, introspeksi adalah kecenderungan alamiah manusia, kemampuan untuk
menyadari apa yang telah terjadi.
o Experimentation
James mengakui metode ini sebagai metode penting namun tidak pernah
melakukannya sendiri. Ia menganggap metode ini perlu dieksplorasi lebih lanjut.
o Comparative method
Metode tambahan yang dapat digunakan untuk psikologi anak-anak, binatang,
orang primitif, dan penderita gangguan mental.
Dalam pandangan-pandangannya yang lain, tampak jelas bahwa bagi James, proses
fisiologis di otak dan di dalam tubuh manusia adalah representasi dari proses mental dan
hal ini adalah penentu tingkah laku dan menentukan bagaimana manusia mempersepsikan
lingkungan. James juga mengakui adanya proses habituasi yang otomatis dan semakin
tidak disadari, meskipun meninggalkan jejak dalam benak manusia. Baginya, proses
mind lebih penting daripada elemen-elemen mind itu sendiri. Pandangan ini terwakili
dengan jelas dalam teorinya tentang emosi, bersama-sama Carl Lange, yang dikenal
sebagai James-Lange Theory. (Baca pandangan James tentang habit, instintct, emotion,
reason dan memory, Lundin hal 104-106)
James dikenal sebagai salah seorang psikolog terbesar Amerika. Sebagai pribadi ia juga
diakui populer dan charming, serta kemampuan menulisnya sangat mengagumkan. Ia
juga dikenal sebagai seorang penentang keras aliran strukturalisme dari Wundt.
Meskipun pada masanya idenya sangat berpengaruh, dengan berlalunya waktu hanya
sedikit pandangannya yang bertahan hingga masa kini.
Ciri Fungsionalisme
Lebih menekankan pada fungsi mental daripada elemen-elemen mental.
Fungsi-fungsi psikologis adalah adaptasi terhadap lingkungan sebagaimana adaptasi
biologis Darwin. Kemampuan individu untuk berubah sesuai tuntutan dalam
hubungannya dengan lingkungan adalah sesuatu yang terpenting
Fungsionalisme juga sangat memandang penting aspek terapan atau fungsi dari psikologi
itu sendiri bagi berbagai bidang dan kelompok manusia.
Aktivitas mental tidak dapat dipisahkan dari aktivitas fisik, maka stimulus dan respon
adalah suatu kesatuan
Psikologi sangat berkaitan dengan biologi dan merupakan cabang yang berkembang dari
biologi. Maka pemahaman tentang anatomi dan fungsi fisiologis akan sangat membantu
pemahaman terhdap fungsi mental.
Menerima berbagai metode dalam mempelajari aktivitas mental manusia. Meskipun
sebagian besar riset di Uni. Chicago (pusat berkembangnya aliran fungsionalisme)
menggunakan metode eksperimen, pada dasarnya aliran fungsionalisme tidak berpegang
pada satu metode inti. Metode yang digunakan sangat tergantung dari permasalahan yang
dihadapi
Tokoh-tokoh
John Dewey (1859-1952)
Latar belakangnya adalah seorang guru dan mendapat gelar PH.D dalam bidang filsafat.
Ia kemudian mengajar di University of Chicago dan ikut dalam perkembangan
fungsionalisme di Chicago. Tahun 1904 pindah ke Columbia University dan tinggal di
sana hingga akhir hayatnya.
Pandangan utamanya bahwa sebuah aksi psikologis adlaah suatu kesatuan yang utuh,
tidak dapat dipecah ke dalam bagian-bagian atau elemen (seperti yang dilakukan oleh
strukturalisme). Maka setiap psychological events tidak bisa dipandang sebagai konstruk-
konstruk abstrak. Akan lebih bermanfaat apabila difokuskan pada fungsi psy. Events
tersebut, yaitu dalam konteksnya sebagai adaptasi manusia. Contoh : anak yang
mengulurkan jarinya sebagai respon adanya api dan terbakar.
James Rowland Angell (1867-1949)
Berasal dari keluarga terpelajar, ayah dan kakeknya pernah menjabat sebagai rektor dari
universitas besar di AS. Ia memperoleh gelar M.A. dari Harvard dan menjadi murid
William James di sana. Sepanjang karirnya ia tidak pernah mendapat gelar Ph.D namun
memperoleh 23 gelar doktor honoris causa. Ia menjabat kepala departemen psikologi dan
pernah menjabat sebagai presiden dari APA.
Angell adalah seorang yang kritikal terhadap strukturalisme. Pada masa keaktifannya,
aliran fungsionalisme sedang berkembang dan berjuang untuk memperoleh tempat yang
mapan dalam khasanah dunia ilmu sehingga juga memunculkan banyak kritik terhadap
aliran strukturalisme yang sudah lebih dlu mapan. Baginya, psychological entity tidak
ada yang dapat dipisah-pisah seperti sel dalam ilmu biologi. Psychological entity adalah
sebuah kompleks yang kita kenal sebagai persepsi. Hal ini jelas tidak sejalan dengan
strukturalisme.
Functional psychology adalah sebuah studi tentang operasi mental, mempelajari fungsi-
fungsi kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya.
Fungsionalisme menekankan pada totalitas dalam hubungan mind and body.
Harvey A. Carr (1873-1954)
Carr menggantikan Angell sebagai Kepala Departemen Psikologi di Chicago setelah
menerima gelar Ph.Dnya. Pada masa ini fungsionalisme sudah menjadi aliran yang
mapan dan tidak terlalu bersaing lagi dengan strukturalisme
Bagi Carr, aspek penting dari psikologi adalah perilaku adaptif manusia. Ia menjelaskan
berbagai fungsi mental manusia (perception, learning, emotion dan thinking )dengan
kerangka berpikir perilaku adaptif manusia.
Sumbangan
Mengembangkan ruang lingkup psikologi dari segi kelompok subyek (anak, binatang)
maupun bidang kajian (psikologi abnormal, psychological testing, psikologi terapan). Hal
ini dimungkinkan karena aliran fungsionalisme lebih terbuka kepada perbedaan
individual dan bidang aplikasi daripada strukturalisme. Salah satu pelopor psychological
testing adalah James McKeen Cattell, mantan murid Wundt. Selanjutnya bidang
psychological testing ini menjadi salah satu bidang kajian penting dan paling populer
dalam psikologi.
Memperkenalkan pentingnya perilaku nyata sebagai representasi dari aktivitas mental.
Pandangan ini mempersiapkan jalan bagi berkembangnya aliran baru, behaviorisme yang
berpegang pada perilaku nyata sebagai satu-satunya obyek psikologi
Memperkenalkan konsep penyesuaian diri sebagai obyek psikologi. Konsep adaptasi dan
adjustmen ini menjadi konsep yang sangat penting dan sentral bagi beberapa bidang studi
psikologi selanjutnya, seperti kesehatan mental dan psikologi abnormal.
Kritik terhadap Fungsionalisme
Kritik utama dari aliran strukturalisme adalah lebih pentingnya isi/elemen mental
daripada prosesnya. Pada masa dimana terjadi persaingan ketat antara fungsionalisme dan
strukturalisme, kritik ini cukup mendapat perhatian penting.
Kurang adanya fokus yang jelas dan terarah dalam aliran fungsionalisme. Para tokoh
tidak pernah terlalu jelas dan elaboratif dalam mengungkapkan konsep-konsepnya dalam
karya mereka. Akibatnya aliran ini dianggap tidak terlalu utuh dan terintegrasi dan
berdampak pada posisinya yang kurang kuat sebagai sebuah sistem.
Bersifat teleological, sesuatu ditentukan oleh tujuannya. Hal ini menggambarkan
orientasi pragmatisme yang seringkali dikritik sebagai lebih berorientasi pada hasil dan
tidak memperhatikan proses.
Terlalu eklektik, mencampurkan berbagai ide dan konsep dari beragam sumber sehingga
terkesan kompromistis dan kehilangan bentuk asli. Pada dasarnya, fungsionalisme
memang tidak ingin muncul sebagai sebuah aliran yang strict dan lebih memilih untuk
dapat lebih fleksibel dalam mencapai tujuan-tujuannya.
Fungsionalisme tidak bertahan lama juga sebagai sebuah aliran, sama seperti strukturalisme yang
sering ditentangnya. Meskipun demikian, banyak ide-ide aliran ini yang kemudian diserap oleh
aliran besar psikologi modern di AS.
top related