8/skripsi kakak... · web viewberdasarkan pengamatan, di sma n 1 kebak kramat telah dikembangkan...
Post on 14-Mar-2019
216 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar seringkali berorientasi pada terselesaikannya
materi pembelajaran saja bukan pada ketercapaian tujuan pembelajaran yakni
peningkatan kompetensi siswa. Kompetensi diantaranya kemandirian siswa dalam
pembelajaran. Dapat katakan bahwa model-model pembelajaran yang diterapkan
selama ini cenderung terlalu teoritik dan melupakan peningkatan kompetensi pada
diri siswa.
Berdasarkan pengamatan, pembelajaran biologi di SMAN 1 Kebak
Kramat menunjukkan bahwa masih rendahnya kemandirian siswa saat
pembelajaran berlangsung, selain itu cara mengajar guru yang masih konvensional
seperti ceramah membuat kejenuhan serta konsentrasi belajar siswa terhadap
pelajaran berkurang. Kenyataan yang diamati menunjukan pemahanan siswa
terhadap materi masih rendah dan rendahnya kemandirian siswa terlihat dari
bergantungnya proses pembelajaran pada guru.
Adanya model baru dalam pembelajaran diharapkan mampu mengubah
pola
(Permasalahan pembelajara konvensional meninggalkan masalah salah
satunya pada kemandirian belajar) Pembelajaran merupakan proses
komunikasi antara guru dan peserta didik (Widianto:2007). Proses
komunikasi yang terjadi tidak selamanya berjalan dengan lancar, bahkan
proses tersebut dapat menimbulkan salah pengertian, ataupun salah konsep.
Hal tersebut menyebabkan seorang guru yang hendak menggunakan metode dan
model ter tentu harus dapat menentukan model yang tepat untuk
mendukung sebuah proses pembelajaran yang baik.
(E-learing merupakan salah satu alternative), keunggulan, kelemahan e
learning.
Moodle (dan pertimbangan keunggulan moodle), dikaitkan dengan
moodle sebagai alternative untuk meningkatkan kemandirian belajar. Proses
komunikasidalam pembelajaran sangat didukung oleh sarana dan media
komunikasi (Kriswanto: 2009). Salah satu sarana yang dapat memfasilitasi
komunikasi yang baik adalah computer. Dalam dunia pendidikan, komputer
memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Khusus dalam pembelajaran biologi, banyak hal abstrak atau imajinatif yang
sulit dipikirkan peserta didik dapat di presentasikan melalui simulasi
komputer. Hal ini tentu saja akan lebih menyederhanakan jalan pikiran
peserta didik alam memahami biologi.
Pada prinsipnya computer merupakan sarana yang dapat mengatasi
beberapa kendala dalam proses pembelajaran. Pada saat sekarang komputer
sudah memasyarakat, namun penggunaannya sebagai alat bantu didalam
proses belajar mengajar masih sangat kurang. Perkembangan teknologi
informasi (TI) yang pesat menciptakan kultur baru bagi semua orang di seluruh
dunia. Salah satu produk integrasi teknologi informasi ke dalam dunia
pendidikan adalah e-learning atau electronic learning. E-learning sebuah
alternatif dalam proses pembelajaran. Thompson, dkk. (dalam Yaniawati,
2000) menyatakan:
"E-learning is instructional content or learning experiences delivered
or enabled by electronic technology."
Pemanfaatan teknologi elektronik dalam pembelajaran memberi penguatan
terhadap pola perubahan paradigma pembelajaran. Sistem e-learning
merupakan bentuk implementasi pembelajaran yang memanfaatkan teknologi
dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Dengan demikian proses
pembelajaran ini dapat dilakukan baik dengan synchronous maupun
asynchronous. Synchronous adalah proses pembelajaran yang dilakukan dalam
waktu yang sama, sedangkan asynchronous pembelajaran yang dilakukan
dalam waktu yang berbeda.
Berdasarkan pengamatan, di SMA N 1 Kebak Kramat telah dikembangkan
sebuah kelas dengan LCD dan seperangkat computer untuk setiap siswa, serta
sudah dikembangkan pula system jaringan terpadu yang menghubungkan
jaringan internet, dan jaringan internet, dengan adanya fasilitas ini untuk
mengatasi penguasaan konsep biologi, maka mampu untuk dikembangkan
pembelajaran e-learning.
Siswa sebenarnya cukup adaptif dalam merespon perkembangan teknologi
dan informasi hal ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang mampu
mengoperasikan personal komputer. Kendala yang dihadapi dalam
pembelajaran adalah kurangnya kemandirian dalam proses pembelajaran, antara
lain adalah masih mendominasinya penggunaan metode ceramah, pembelajaran
yang masih terpusat pada guru (teacher centered learning), serta kurangnya
pengoptimalan penggunaan jaringan internet dalam pembelajaran padahal siswa
memiliki ketrampilan dalam mengoperasikan personal komputer.
Salah satu alternatif yang diajukan untuk meningkatkan kemandirian dalam
proses pembelajaran adalah dengan implementasi e-learning. Pembelajaran e-
learning merupakan pembelajaran yang juga menekankan pembelajaran yang
mampu meningkatkan belajar mandiri. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai
sumber bahan ajar siswa yang interaktif dan menarik. Sumber bahan ajar yang
diterapkan pada e-learning ini membahas tentang Keanekaragaman Bryophyta
Berdasar Morfologi dan Senyawa Metabolit Sekunder serta peranannya bagi
kehidupan. Model pembelajaran e-learning dipilih karena memiliki kerakteristik
yang sesuai dengan pembelajaran biologi.
Modul merupakan paket belajar mandiri yang meliputi serangkaian
pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk
membantu peserta didik mencapai tujuan belajar. Modul merupakan suatu proses
pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara logis,
sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik. Modul
yang digunakan pada pembelajaran Biologi di kelas X SMA Negeri 1 Kebak
Kramat ini membahas tentang Bryophyta meliputi ciri-ciri, struktur, habitat, cara
hidup, reproduksi, serta peranannya bagi kehidupan. Peranannya yang dibahas
adalah dalam proses identifikasi senyawa metabolit sekunder yang berguna untuk
industri jamu. Prosedur dan hasil penelitian selanjutnya disusun dalam tulisan
yang logis dan sistematis sehingga dapat digunakan sebagai sumber belajar
siswa.
Pembelajaran dengan penggunaan model e-learnig dan modul diharapkan
dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan judul penelitian sebagai
berikut: ”IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN E-LEARNING MOODEL
TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA: KASUS
PEMBELAJARAN KLASIFIKASI BRYOPHYTA DI SMA.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka barbagai permasalahan
dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Model ceramah membuat siswa kurang temotivasi.
2. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher center), sedangkan
siswa hanya menerima pelajaran secara pasif yang berpengaruh pada
kemandirian siswa
3. Untuk meningkatkan kemandirian siswa perlu dikembangkan model
pembelajaran e-learning dan model pembelajaran modul.
B. Pembatasan Masalah
Dalam Penelitian peneliti membatasi masalah sebagai berikut:
1. Subyek penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X semester genap SMA
Negeri 1Kebak Kramat Tahun Ajaran 2010/2011
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini dibatasi pada:
a. Materi pembelajaran biologi pada kompetensi dasar
Mendeskripsikan cirri-ciri Divisio dalam dunia Tumbuhan dan
Peranannya bagi Kelangsungan hidup di bumi.
b. Metode pembelajaran yang meliputi:
1) Model pembelajaran E-learning yang digunakan dengan
soft moodle yang dapat digunakan secara bebas sebagai
produk open source dibawah lisensi GNU.
2) Model pembelajaran modul yang digunakan adalah
modul hasil penelitian Keanekaragaman Bryophyta
Berdasar Morfologi dan Senyawa Metabolit Sekunder
di Kecamatan Karanganyar.
3) Model konvensional yakni metode yang biasa dipakai
di SMA Negeri 1 Kebak Kramat
c. Aspek yang diteliti adalah kemandirian siswa yang
didefinisikan sebagai kemampuan siswa untuk melakukan
kegiatan belajar yang bertumpu pada aktifitas dan tanggung
jawab dengan dorongan oleh kekuatan dari dalam diri sendiri
dalam usaha mencapau tujuan yang diharapkan bernilai dan
bermanfaat.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh antara model pembelajaran e-learning dengan model
pembelajaran modul hasil penelitian Keanekaragaman Bryophyta
Berdasar Morfologi dan Senyawa Metabolit Sekunder di Kecamatan
Karanganyar terhadap kemandirian siswa kelas X SMA Kebak Kramat
pada sub pokok bahasan Plantae semester II tahun 2010/2011.
2. Adakah pengaruh siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi,
kemandirian belajar sedang dan kemandirian belajar rendah terhadap
prestasi belajar siswa pada sub pokok bahasan Plantae semester II
tahun 2010/2011.
3. Adakah interaksi pembelajaran e-learning dan model pembelajaran
modul hasil penelitian Keanekaragaman Bryophyta Berdasar
Morfologi dan Senyawa Metabolit Sekunder di Kecamatan
Karanganyar dengan kemandirian siswa kelas X SMA Kebak Kramat
pada sub pokok bahasan Plantae semester II tahun 2010/2011.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui seberapa besar dari:
1. Pengaruh antara model pembelajaran e-learning dengan model
pembelajaran modul modul hasil penelitian Keanekaragaman
Bryophyta Berdasar Morfologi dan Senyawa Metabolit Sekunder di
Kecamatan Karanganyar terhadap kemandirian siswa pada sub pokok
bahasan Plantae semester II tahun 2010/2011.
2. Pengaruh siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi,
kemandirian belajar sedang dan kemandirian belajar rendah terhadap
prestasi belajar siswa pada sub pokok bahasan Plantae semester II
tahun 2010/2011.
3. Interaksi pembelajaran e-learning dan model pembelajaran modul hasil
penelitian Keanekaragaman Bryophyta Berdasar Morfologi dan
Senyawa Metabolit Sekunder di Kecamatan Karanganyar dengan
kemandirian siswa pada sub pokok bahasan Plantae semester II tahun
2010/2011.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi Siswa
a. Memberikan pengalaman secara nyata kepada siswa melalui
pengimplementasian E-learning sebagai pemicu munculnya kemandirian
siswa dalam pembelajaran Biologi.
b. Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa lebih
semangat dalam belajar.
c. Membangun budaya belajar mandiri ,mendasar, menyeluruh, dan terpadu
2. Bagi Guru
a. Menyajikan sebuah alternatif bagi Guru untuk mengatasi masalah
pembelajaran yang membutuhkan penyelesaian melalui penggunaan
metode pembelajaran yang bervariasi.
b. Memberikan masukan bagi guru mengenai manfaat implementasi e-
learning untuk meningkatkan kemandirian siswa dalam pembelajaran
Biologi.
c. Mendorong guru untuk melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif dan menyenangkan.
3. Bagi sekolah
a. Hasil penelitian dapat digunakan untuk referensi peningkatan kemandirian
siswa dalam pembelajaran Biologi pada tahap berikutnya.
b. Hasil penelitian dapat digunakan untuk perbaikan proses pembelajaran
secara umum pada tahap berikutnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Model Pembelajaran E-learning
1) Pengertian E-learning
Sampai sekarang masih belum ada standard yang baku baik dalam
hal definisi maupun implementasi e-learning. Hal ini menjadikan banyak
orang mempunyai konsep yang bermacam-macam. E-learning merupakan
kependekan dari electronic learning. Salah satu definisi umum dari e-learning
diberikan oleh Gilbert & Jones dalam Surjono 2007), yaitu: pengiriman materi
pembelajaran melalui suatu media elektronik seperti Internet, intranet/extranet,
satelit, broadcast, audio/video tape, interactive TV, CDROM, dan computer-
based training (CBT). Definisi yang hampir sama diusulkan juga oleh the
Australian National Training Authority yakni meliputi aplikasi dan proses
yang menggunakan berbagai media elektronik seperti internet, audio/video
tape, interactive TV and CD-ROM guna mengirimkan materi pembelajaran secara
lebih fleksibel.
C.Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pengajaran
dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau
internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada
pula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang
dilakukan melalui media internet. Sedangkan Dong (dalam Kamarga, 2002)
mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui
perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai
dengan kebutuhannya.
Wahono mendefinisikan e-learning sebagai sistem atau konsep pendidikan
yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar
(ilmukomputer.com). E-learning merupakan bentuk pembelajaran konvensional
yang dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet
(Murnomo,2006:124). Sehingga dapat disimpulkan bahwa e-learning merupakan
pembelajaran konvensional yang berbentuk pembelajaran jarak jauh dengan
memanfaatkan teknologi komputer (informasi) baik secara formal maupun
informal.
Pengembangan model e-learning perlu dirancang secara cermat
sesuai tujuan yang diinginkan. Jika kita setuju bahwa e-learning di
dalamnya juga termasuk pembelajaran berbasis internet, maka pendapat
Haughey perlu dipertimbangkan dalam pengembangan e-learning.
Pengembangan e-learning tidak semata-mata hanya menyajikan materi
pelajaran secara on-line saja, namun harus komunikatif dan menarik.
Materi pelajaran didesain selah peserta didik belajar di hadapan pengajar
melalui layar komputer yang dihubungkan melalui jaringan internet. Untuk
dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan diminati, Onno W. Purba
(2002) mensyaratkan tiga hal yang harus dipenuhi dalam merancang e-
learning,yaitu sederhana, personal dan cepat. Sistem yang sederhana
akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi dan menu
yang ada, dengan kemudahan pada panel yang disediakan akan mengurangi
pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar peserta
dapat diefisiensikan untuk proses belajar itu sendiri dan bahkan para
pengajar menggunakan sistem e-learning nya.
2) Komponen -komponen Pembelajaran E-learning
Dalam pembelajaran terdapat komponen-komponen yang penting untuk
menunjang dalam pembelajaran, begitu juga dengan e-learning tidak bisa lepas
dari komponen-komponen pembelajaran sebagai berikut:
a) Tujuan Pembelajaran.
Suatu rumusan yang menunjukkan dan menjelaskan hal yang ingin di capai.
Tujuan tersebut menunjukkan dan menjelaskan perubahan apa yang harus terjadi
dan yang dialami oleh mahasiswa, seperti perubahan pola pikir, perasaan dan
tingkah laku mahasiswa. Jadi tujuan pelatihan merupakan orientasi
penyelenggaraan pembelajaran yang ditujukan untuk mengembangkan
pengetahuan, sikap dan ketrampilan mahasiswa.
b) Bahan Belajar
Merupakan subtansi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran oleh
karena itu bahan merupakan salah satu dosen bagi mahasiswa yang disebut juga
sebagai dosen yaitu sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pembelajaran. Ini
berupa bahan ajar yang di upload ke web-site. Bahan atau materi belajar dapat
berupa paket atau modul belajar yang disusun berdasarkan sistematika bahan
belajar tertentu, kurikulum tertentu serta inisiasi untuk melaksanakan belajar
secara on-line.
c) Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran merupakan interaksi yang terjadi dalam proses pelatihan,
Interaksi tersebut dapat terjadi antara dosen dengan mahasiswa, interaksi dalam
kegiatan belajar dan ineraksi lain dalam proses atau situasi pembelajaran. Interaksi
disini adalah melalui chating, email dan tutorial face to face
d) Metode Pembelajaran
Merupakan metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk menujang
pencapaian tujuan pembelajaran pelatihan. Metode pembelajaran dalam pelatihan
merupakan suatu cara dalam mereaksi terhadap stimulus dengan memperhatikan
isyarat guna menunjang tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan oleh dosen
dalam upaya membelajarkan mahasiswa. Jadi metode belajar yang digunakan
dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan materi pembelajaran pelatihan
e) Media atau Sarana Pembelajaran
Media atau sarana pembelajaran merupakan komponen masukan yang dapat
membantu pelaksanaan proses pembelajaran pelatihan. Media atau sarana
pembelajaran dapat berupa sumber, alat, bahan yang diperlukan untuk kegiatan
belajar.
f) Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi merupakan bagian terpenting dalam proses pembelajaran karena dengan
evaluasi dapat ditentukan tingkatan keberhasislan suatu program, sekaligus juga
dapat diukur hasil-hasil yang dicapai oleh suatu program. Evaluasi dimaksudkan
untuk memperoleh informasi mengenai jarak antara situasi yang ada dan situasi
yang diharapkan untuk mendapatkan informasi mengenai jarak yang
memgambarkan informasi yang diharapkan. Jadi evaluasi merupakan tindakan
atau proses untuk menentukan nilai sesuatu, atau dapat diartikan sebagai tindakan
atau proses untuk menentukan nilai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan
pendidikan. Evaluasi pendidikan merupakan satu proses penaksiran terhadap
kemajuan pertumbuhan dan perkembangan anak menuju ke tujuan kurikulum.
Langkah-langkah evaluasi meliputi ; (a) formulasi tujuan-tujuan pokok daripada
kurikulum; (b) definisi dan klasifikasi tujuan-tujuan pokok; (c) seleksi mengenai
tes-tes dan ukuran-ukuran yang tersedia untuk tiap tujuan pokok; (d) konstruksi
skala-skala tes atau teknik-teknik yang dibutuhkan; (e) aplikasi daripada macam-
macam tes dan teknik yang formal dan informal untuk ukuran pertumbuhan dan
perkembangan individu. Teknik-teknik evaluasi dapat dilakukan melalui : tes
objektif, dan teknik observasi, ujian lesan dan bentuk essay, kuesioner,
wawancara, rating scahe, laporan pribadi, teknik proyektif, metode sosiometri,
studi kasus, dan komulatif. (Raharjo, 2005:11-13)
3) Karakteristik e-learning
E-learning mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a) Memanfaatkan jasa teknologi elektronik; di mana guru dan mahasiswa,
mahasiswa dan sesama mahasiswa atau guru dan sesame guru dapat
berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal- hal
yang protokoler.
b) Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer
networks).
c) Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials)
disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan mahasiswa
kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya.
d) Memanfaatkan jadwal pembelajaran kurikulum, hasil kemajuan belajar
dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat
setiap saat di komputer.
2. Model Pembelajaran Modul
1) Pengertian Modul
Modul merupakan paket belajar mandiri yang meliputi serangkaian
pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk
membantu peserta didik mencapai tujuan belajar. Tujuan utama sistem modul
adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di sekolah, baik
waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal.
(Mulyasa, 2006:148)
Modul merupakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan
untuk melibatkan sebanyak mungkin karakteristik peserta didik. Pengalaman
belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan
pembelajara seefektif dan seefisien mungkin, serta memungkinkan peserta didik
untuk melakukan pembelajaran secara aktif, tidak sekedar membaca dan
mendengar, tetapi modul memberikan kesempatan untuk bermain peran (role
playing), simulasi dan diskusi.
Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga
peserta didik dapat mengetahui kapan dia memulai dan mengakhiri suatu modul,
dan tidak menimbulkan pertanyaan apa yang harus dilakukan atau dipelajari.
Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar
peserta didik, terutama untuk mengukur pencapaian tujuan belajar peserta didik
dalam mencapai ketuntasan belajar.
2) K omponen-Komponen Modul
Pembelajaran dengan sistem modul menurut Mulyasa (2006:149),
melibatkan beberapa komponen, seperti: lembar kegiatan peserta didik, lembar
kerja, kunci lembar kerja, lembar soal, lembar jawaban, dan kunci jawaban.
Berbagai komponen tersebut selanjutnya dikemas dalam format modul sebagai
berikut:
a) Pendahuluan yang berisi deskripsi umum, seperti materi yang disajikan,
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang akan dicapai setelah belajar;
termasuk kemampuan awal yang harus dimiliki untuk mempelajari modul
tersebut.
b) Tujuan pembelajaran yang berisi tujuan – tujuan pembelajaran khusus yang
harus dicapai oleh setiap peserta didik setelah mempelajari modul.
c) Tes awal yang berguna untuk menetapkan posisi peserta didik, dan
mengetahui kemampuan awalnya, untuk menentukan dari mana siswa harus
memulai belajar, dan apakah perlu untuk mempelajari modul tersebut atau
tidak.
d) Pengalaman belajar yang merupakan rincian materi untuk setiap tujuan
pembelajaran khusus, yang berisi sejumlah materi, diikuti dengan penilaian
formatif sebagai balikan bagi peserta didik tentang tujuan belajar yang
dicapainya.
e) Sumber belajar yang menyajikan sumber – sumber yang dapat ditelusuri dan
digunakan oleh peserta didik.
f) Tes akhir yang sama dengan isi tes awal, hanya lebih difokuskan pada tujuan
akhir setiap modul.
Penyusunan modul sebagai sumber belajar harus dilakukan secara
sistematis dengan mengikuti kaidah yang telah ditetapkan. Penyusunan modul
dengan memperhatikan komponen-komponen yang telah diuraikan di atas
dilakukan agar diperoleh modul yang lengkap dan terstruktur sehingga
mempermudah peserta didik dalam mempelajari materi pembelajaran yang
terdapat dalam modul tersebut.
3) Karakteristik Modul
Menurut Mulyasa (2006: 43-44) , pembelajaran dengan sistem modul
memiliki karakteristik sebagai berikut :
a) Setiap modul harus memberikan informasi dan memberikan petunjuk
pelaksanaan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang
peserta didik, bagaimana melakukannya, dan sumber belajar apa yang
harus digunakan.
b) Modul merupakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan
untuk melibatkan sebanyak mungkin karakteristik peserta didik. Dalam
hal ini setiap modul harus: memungkinkan peserta didik mengalami
kemajuan belajar sesuai dengan kemampuannya; memungkinkan peserta
didik mengukur kemajuan belajar yang telah diperoleh; dan
memfokuskan peserta didik pada tujuan pembelajaran yang spesifik dan
dapat diukur.
c) Pengalaman belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta
didik mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin,
serta memungkinkan peserta didik untuk melakukan pembelajaran secara
aktif tidak sekedar mebaca dan mendengar, tetapi lebih dari itu, modul
memberikan kesempatan untuk bermain peran (role playing), simulasi,
dan berdiskusi.
d) Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga
peserta didik dapat mengetahui kapan dia memulai dan kapan
mengakhiri suatu modul, dan tidak menimbulkan pertanyaan mengenai
apa yaang harus dilakukan, atau dipelajari.
e) Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan
belajar peserta didik, terutama untuk memberikan umpan balik bagi
peserta didik dalam mencapai ketuntasan belajar. Pengukuran ini juga
merupakan suatu kriteria atau standard kelengkapan kelengkapan modul.
Modul hasil penelitian yang digunakan sudah sesuai karakteristik modul
karena dilengkapi dengan petunjuk penggunaan sehingga peserta didik
mengetahui apa yang harus dilakukan. Materi pembelajaran dalam modul juga
telah disajikan secara logis dan sistematis yang disusun berdasarkan data hasil
penelitian yang dilakukan di laboratorium. Modul ini juga dilengkapi tes awal
dan tes akhir sebagai mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar dan
ketuntasan belajar peserta didik.
4) Manfaat Modul
Pembelajaran dengan sistem modul mempunyai keunggulan diantaranya:
berfokus pada kemampuan individual peserta didik, adanya kontrol terhadap hasil
belajar melalui penggunaan standar kompetensi dalam setiap modul yang harus
dicapai oleh peserta didik, dan adanya relevansi kurikulum yang ditunjukan
dengan adanya tujuan dan cara pencapaiannya, sehingga peserta didik dapat
mengetahui keterkaitan antara pembelajaran dan hasil yang akan diperolehnya.
Manfaat pembelajaran dengan modul seperti yang diungkapkan dalam
hasil penelitian oleh Acelajado (2005:310) sebagai berikut:
Using the modular teaching approach as intervention, this study yielded
the following conclusions : (1) the use of modular teaching approach has
made significant improvement in the learners’ achievement, persistence,
and confidence in learning, regardless of their abilities. (2) The modular
teaching approach has positive effects on the respondents’ achievement,
persistence, and confidence levels most especially among the respondents
from the low ability group.
Penggunaan modul dalam pembelajaran bermanfaat memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap perbaikan prestasi belajar siswa. Pembelajaran
dengan modul juga berpengaruh positif terhadap aktivitas belajar siswa yang
ditunjukkan dengan meningkatnya ketekunan dan rasa percaya diri siswa.
Pembelajaran dengan modul dapat berpengaruh positif terhadap aktivitas
belajar yang dilakukan siswa. Aktivitas belajar siswa akan meningkat dengan
digunakannya modul sebagai sumber belajar siswa. Penggunaan modul sebagai
sumber belajar siswa dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengembangkan pengetahuannya.(Michael E. Rogers, 2004: 37).
3. K e ma ndi rian B e la j ar
1) P e ng er ti a n K e m a ndi r i a n B e l a j a r
Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti berdiri sendiri,
tidak tergantung kepada orang lain. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1996:625) kemandirian adalah “keadaan dapat berdiri sendiri tanpa
tergantung pada orang lain”. Kemandirian yang diwujudkan melalui
tingkah laku menunjukkan sikap mandiri atau tingkah laku mandiri. Robert Tai dkk
(2007: 27) menyatakan “Autonomous learning is the seed of scientific research”.
Kemandirian belajar merupakan dasar bagi penelitian ilmiah. Sementara itu
Hermann Holstein (1987:6) mengartikan “Mandiri sebagai bekerja sendiri
(berswakarsa)”. Sedangkan Suharsimi Arikunto (1990:108) mengemukakan
“Membantu siswa untuk mandiri berarti menolong mereka dari bantuan orang
lain”. Jadi dalam melakukan aktifitas menekankan pada kebebasan melakukan
sesuatu secara langsung, bebas dari rasa takut.
Perkembangan dalam bidang teknologi pembelajaran menekankan pada
pentingnya kemandirian dalam belajar. Penerapan sistem pembelajaran tuntas,
pengajaran perorangan, sistem modul, cara belajar siswa aktif dan pendekatan
ketrampilan proses serta pembelajaran inkuiri semuanya menekankan pada
aktifitas belajar siswa yang tinggi. Murid ditingkatkan peranannya sehingga
benar-benar menjadi subyek dalam proses belajar mengajar. Mereka benar-benar
dipandang sebagai individu yang sedang berusaha meningkatkan kemampuannya
melalui penguasaan berbagai pengetahuan, ketrampilan, nilai-nilai dan sikap. Jadi
belajar mandiri bermakna belajar yang dilakukan oleh siswa dengan penuh
tanggung jawab atas keberhasilan belajarnya tanpa tergantung orang lain. Hal ini
sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Mel Silberman (2007: 182)
yaitu: “Belajar kelas penuh (full class) dan belajar kolaboratif dapat
diperkaya dengan aktifitas belajar mandiri. Ketika para peserta didik belajar
atas kemauan sendiri, mereka mengembangkan kemampuan memfokuskan dan
mereflesikan. Bekerja atas kemauan sendiri juga memberi mereka kesempatan
untuk bertanggung jawab secara pribadi terhadap belajarnya”. Kemandirian
dalam belajar merupakan hal elementer dan langsung dialami oleh siswa. Dengan
kemandirian ini siswa akan mampu bersikap mandiri dalam memecahkan
masalah-masalah yang dihadapinya, terutama dalam belajar. Dari hal ini
tampak bahwa belajar mandiri lebih menekankan pada apa yang terjadi dalam
diri siswa. Dalam belajar mandiri ini pula siswa dituntut untuk dapat
menemukan masalahnya secara mandiri melalui dokumen-dokumen yang
berorientasi pada tujuan belajar.
Perwujudan belajar mandiri dapat dapat berupa belajar sendiri, belajar
kelompok ataupun belajar klasikal. Hal ini sesuai dengan pendapat Hermann
Holstein (1987:V) bahwa: Dengan belajar mandiri tidak berarti murid murid
belajar secara individualistik, bahkan sebaliknya, situasi dibina untuk belajar
kelompok dan setiap murid menjadi partner sesamanya. Dalam berkelompok itu
ditanamkan rasa kebersamaan, kesadaran untuk bekerja sama dan gotong royong,
saling membantu dan mengoreksi tanpa rasa takut tersinggung, menghargai
pendapat dan pendirian sesamanya serta mampu membedakan antara seseorang
sebagai persona dengan pendapat orang. Hal ini berarti mengarahkan murid tanpa
terasa olehnya menjadi anggota masyarakat yang pandai bermasyarakat serta
demokratis disamping dapat belajar tanpa memerlukan guru. Berangkat dari
pengertian belajar mandiri tersebut dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar
adalah kemauan siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang bertumpu pada
aktifitas dan tanggung jawab dengan didorong oleh kekuatan dari dalam diri
sendiri dalam usaha mencapai tujuan yang dianggap bernilai dan bermanfaat.
2) C i r i -c i r i K e m a ndi r i a n
Seseorang yang mandiri cenderung lebih tergantung pada diri sendiri dari
pada pihak lain, adanya akan ada sifat yang bebas dan kreatif. Rasa percaya
diri, inisiatif dan tanggung jawab dan tidak mudah terpengaruh oleh
lingkungan. Ciri- ciri kemandirian antara lain yaitu:
a) Adanya kecenderungan untuk berpendapat, berperilaku dan bertindak
atas kehendak sendiri dan tidak tergantung pada orang lain.
b) Mempunyai keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan.
c) Mampu berfikir dan bertindak secara kreatif penuh inisiatif dan
tidak sekedar meniru.
d) Mempunyai kecenderungan untuk mencapai tujuan yaitu
meningkatkan prestasinya.
e) Dalam menghadapi masalah mencoba menyelesaikan sendiri
tanpa bantuan orang lain.
f) Mampu menentukan sendiri tentang sesuatu yang harus
dilakukannya tanpa bimbingan dan pengarahan orang lain. (Sardiman,
1984: 105 – 107)
Dalam sistem belajar mandiri, siswa diharapkan belajar mandiri atau berkelompok
dengan bantuan seminimal mungkin dari orang lain. Sebab itu diperlukan kemauan
yang kuat dan disiplin yang tinggi dalam melaksanakan kegiatan belajarnya.
Kemauan yang kuat akan mendorong untuk tidak lekas putus asa dalam
menghadapai kesulitan, sedangkan disiplin yang tinggi diperlukan supaya kegiatan
belajarnya sesuai dengan jadwal waktu yang diaturnya sendiri. Menurut Jerrold
E.Kemp (1994:154) dalam Sri Wahyanti (2006), bahwa “belajar mandiri adalah
belajar yang sesuai dengan kecepatan sendiri”. Sistem belajar mandiri mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
a) Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan minat dan kebutuhan perorangan
siswa.
b) Siswa belajar dengan pelajuan (pacing).
c) Siswa belajar mandiri dilaksanakan sesuai tujuan yang akan dicapai, gaya
belajar, kemauan awal yang dimiliki dan minat masing-masing siswa.
d) Kegiatan belajar dikembangkan secara cermat dan teliti, bahan/materi
disusun menjadi langkah yang terpisah dan kecil,masing-masing
membahas satu konsep tunggal.
e) Kegiatan dan sumber pengajaran dengan memperhatikan sasaran
pengajaran.
f) Penguasaan siswa terhadap setiap langkah harus diperiksa sebelum ke
langkah selanjutnya.
3) Fa kto r - fa ktor K e m a n d i r i a n B e l a j a r
Perilaku mandiri tidak terbentuk secara mendadak tetapi melalui proses sejak
masa kanak-kanak. Dalam berperilaku mandiri antara individu satu dengan yang
lain berbeda, hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kemandirian individu dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor
dari dalam dan faktor dari luar individu.
Menurut Hasan Basri (1994:54) kemandirian belajar siswa dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor yang terdapat di dalam dirinya sendiri (factor
endogen) dan faktor-faktor yang terdapat di luar dirinya (faktor eksogen).
a) Faktor endogen (internal)
Faktor endogen (internal) adalah semua pengaruh yang bersumber dari dalam
dirinya sendiri, seperti keadaan keturunan dan konstitusi tubuhnya sejak
dilahirkan dengan segala perlengkapan yang melekat padanya. Segala sesuatu
yang dibawa sejak lahir adalah merupakan bekal dasar bagi pertumbuhan dan
perkembangan individu selanjutnya. Bermacam-macam sifat dasar dari ayah dan
ibu mungkin akan didapatkan didalam diri seseorang, seperti bakat, potensi
intelektual dan potensi pertumbuhan tubuhnya.
b) Faktor eksogen (eksternal)
Faktor eksogen (eksternal) adalah semua keadaan atau pengaruh yang berasal dari
luar dirinya, sering pula dinamakan dengan faktor lingkungan. Lingkungan
kehidupan yang dihadapi individu sangat mempengaruhi perkembangan
kepribadian seseorang, baik dalam segi negatif maupun positif. Lingkungan
keluarga dan masyarakat yang baik terutama dalam bidang nilai dan kebiasaan-
kebiasaan hidup akan membentuk kepribadian, termasuk pula dalam hal
kemandiriannya.
4) I ndik a tor K e m a ndi r i a n B e l a j a r
Dari uraian di atas dapat diambil pengertian bahwa kemandirian belajar adalah
keadaan seseorang yang dapat melakukan sendiri tanpa tergantung orang lain
dalam melakukan kegiatan belajar. Adapun indikator-indikator kemandirian
belajar dalam penelitian ini adalah:
a) Mencukupi kebutuhan sendiri.
b) Mengerjakan tugas rutin secara mandiri
c) Bertanggung jawab atas tindakannya sendiri.
d) Memiliki kemampuan inisiatif.
e) Mampu mengatasi masalah.
f) Percaya diri
g) Dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menentukan suatu pilihan.
h) Progresif (usaha mengejar prestasi).
top related