allium sativum l.) dan ekstrak etanol rimpang temulawak
TRANSCRIPT
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL UMBI BAWANG PUTIH
(Allium sativum L.) DAN EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMULAWAK
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SETELAH PEMBERIAN ANTIDOT
Na2CaEDTA TERHADAP KADAR TIMBAL (Pb) DARAH TIKUS
DENGAN METODE SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Euthalia Sintami Putri
NIM: 058114080
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2009
ii
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL UMBI BAWANG PUTIH
(Allium sativum L.) DAN EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMULAWAK
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SETELAH PEMBERIAN ANTIDOT
Na2CaEDTA TERHADAP KADAR TIMBAL (Pb) DARAH TIKUS
DENGAN METODE SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOM
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Euthalia Sintami Putri
NIM: 058114080
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2009
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL UMBI BAWANG PUTIH
(Allium sativum L.) DAN EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMULAWAK
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SETELAH PEMBERIAN ANTIDOT
Na2CaEDTA TERHADAP KADAR TIMBAL (Pb) DARAH TIKUS
DENGAN METODE SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOM
Yang diajukan oleh:
Euthalia Sintami Putri
NIM: 058114080
Skripsi ini telah disetujui oleh:
Pembimbing
(Ipang Djunarko, S. Si, Apt.) Tanggal: 2 Februari 2009
iv
Pen gesahan Skripsi Berjudul
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL UMBI BAWANG PUTIH
(Allium sativum L.) DAN EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMULAWAK
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SETELAH PEMBERIAN ANTIDOT
Na2CaEDTA TERHADAP KADAR TIMBAL (Pb) DARAH TIKUS
DENGAN METODE SPEKTROSKOPI SERAPAN ATOM
Oleh:
Euthalia Sintami Putri NIM: 058114080
Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
pada tanggal : 2 Februari 2009
Mengetahui Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Dekan
(Rita Suhadi, M. Si., Apt.) Pembimbing: (Ipang Djunarko, S. Si., Apt.) Panitia Penguji: 1. Ipang Djunarko, S. Si., Apt. .........................................
2. Drs. Sulasmono, Apt. .........................................
3. Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt. .........................................
iv
v
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam
segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka
yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil
sesuai dengan rencana Allah” (Rm 8:28)
Skripsi ini kupersembahkan untuk
Allah Bapa di Kerajaan Surga, Tuhan Yesus Kristus dan Allah Roh Kudus
Bapak, Ibu, Kak Robet, Kak Bhanu
Sahabat-sahabatku tercinta
Dan Almamaterku
Aku mengasihi kalian semua
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Bapa yang Maha Kuasa
atas segala kasih karunia, berkat, dan kebaikan-Nya sehingga skripsi dengan judul
“Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Umbi Bawang Putih (Allium sativum L.)
dan Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) setelah
Pemberian Antidot Na2CaEDTA terhadap Kadar Timbal (Pb) Darah Tikus dengan
Metode Spektroskopi Serapan Atom” dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
pada Program Studi Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Selama penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USD.
2. Ipang Djunarko, S. Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu, tenaga, dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
3. Drs. Sulasmono, Apt., selaku dosen penguji atas pengarahan dan kesediannya
menguji.
4. Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt., selaku dosen penguji atas pengarahan dan
kesediannya menguji.
5. Mas Parjiman, Mas Heru, Mas Kayat, Mas Sigit, Mas Wagiran, Mas Andri,
Mas Yuwono, Mas Ottok dan Pak Parlan yang telah memberikan bantuan
yang sangat berharga selama pelaksanaan penelitian.
vii
6. Karyawan Merapi Farma atas serbuk umbi bawang putih dan serbuk rimpang
temulawak, serta Bu Astuti dan segenap karyawan LPPT Unit I UGM yang
telah banyak membantu dalam penelitian skripsi ini.
7. Bapak, Ibu, Kak Robet, dan Kak Bhanu atas doa dan dukungan yang tidak
kenal lelah.
8. Mba Sisil, Mba Fila, dan Yudi atas kerjasama, canda tawa, keluh kesah, dan
semangat selama penelitian dan penyusunan skripsi.
9. Sekar, Nolen, Anna, Illon, Lina, dan teman-teman “Kos Pelangi” atas
semangat dan dukungannya, Mas Ardian, Vika, Rita, Suci, Made, Bambi, Sasa
atas dukungan doa dan nasehat-nasehatnya.
10. Teman-teman angkatan 2005, atas kebersamaan dan suka-dukanya selama
menjalani tahun-tahun kuliah di Farmasi.
11. Semua pihak yang telah banyak membantu penyusunan skripsi ini yang tak
dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tak lepas dari
segala keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi
ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan
dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
viii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 2 Februari 2009
Penulis,
Euthalia Sintami Putri
ix
INTISARI
Polusi timbal merupakan masalah lingkungan yang mengancam kesehatan manusia terutama potensial merusak sistem saraf dan otak. Na2CaEDTA yang biasa digunakan sebagai terapi antidot memiliki banyak efek samping, yaitu defisiensi zink, anemia, dan nekrosis sel tubular ginjal. Sehingga perlu dikembangkan senyawa dari tanaman yang dapat membantu kerja antidot menurunkan kadar timbal darah. Berdasarkan penelitian, bawang putih dan temulawak dapat menurunkan kadar timbal darah.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh dan lama waktu yang efektif pada pemberian ekstrak etanol umbi bawang putih (Allium sativum L.) dan ekstrak etanol rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) setelah pemberian antidot Na2CaEDTA dalam menurunkan kadar timbal darah tikus. Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak pola satu arah.
Na2CaEDTA, ekstrak etanol umbi bawang putih, dan ekstrak etanol rimpang temulawak diberikan selama 10 hari setelah pemejanan timbal asetat 0,5 g/kg BB/oral/hari/tikus selama 30 hari. Besarnya kadar timbal darah sampel ditentukan dengan metode spektroskopi serapan atom. Perbedaan kadar timbal kelompok perlakuan dianalisis dengan taraf kepercayaan 95%. Data yang diperoleh kemudian diolah secara statistik dengan uji Kruskal Wallis dan uji Friedman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian Na2CaEDTA, ekstrak etanol umbi bawang putih, dan ekstrak etanol rimpang temulawak dapat menurunkan kadar timbal darah sebesar 87,55% dalam waktu 5 hari.
Kata kunci: timbal, Allium sativum L., Curcuma xanthorrhiza Roxb.,
ekstrak etanol, Na2CaEDTA, spektroskopi serapan atom.
x
ABSTRACT
Lead pollution is an environment problems that threat man’s health and potentially interfere nervous system and brain. Na2CaEDTA has been used as antidote, but have many adverse effects, include zinc deficiency, anemia, and renal tubular necrosis. The explore of plants compounds to help antidot to reduce blood lead level is need. At previous study, garlic and turmeric can reduce blood lead level.
The aim of this study is want to know the influence of ethanol extract of garlic bulb (Allium sativum L.) and ethanol extract of tumeric rhizome (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) after antidote Na2CaEDTA administration against blood lead level in rat. This study was pure experimental study with complete randomized design.
Na2CaEDTA, ethanol extract of garlic bulb, and ethanol extract of tumeric rhizome given for 10 days after 0,5 g/kg BB/orally/day/rat lead acetat for 30 days. Blood lead level was determined by atomic absorption spectroscopy method. Difference of blood lead level were analysed with 95% of confidence interval. The result was analyzed statistically by using Kruskal-Wallis test and Friedman test.
The study’s result showed that administration Na2CaEDTA, ethanol extract of garlic bulb, and ethanol extract of tumeric rhizome can reduce blood lead level until 87,55% in 5 days.
Keywords: lead, Allium sativum L., Curcuma xanthorrhiza Roxb.,
ethanol extract, Na2CaEDTA, atomic absorption spectroscopy.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................... v
PRAKATA ............................................................................................. vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................... viii
INTISARI .............................................................................................. ix
ABSTRACT ............................................................................................ x
DAFTAR ISI .......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xix
BAB I PENGANTAR ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
1. Permasalahan .............................................................................. 3
2. Keaslian penelitian ...................................................................... 4
3. Manfaat penelitian ...................................................................... 5
B. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA .................................................. 6
A. Timbal ............................................................................................... 6
1. Farmakokinetika timbal ............................................................... 6
2. Keracunan timbal ......................................................................... 7
xii
3. Mekanisme keracunan timbal ...................................................... 8
B. Penanganan Keracunan ..................................................................... 9
1. Terapi suportif .............................................................................. 9
2. Penyidikan jenis racun penyebab ................................................. 10
3. Terapi antidot ............................................................................... 10
C. Kalsium Disodium Edatat (Na2CaEDTA) ........................................ 11
1. Farmakokinetika Na2CaEDTA .................................................... 12
2. Indikasi ........................................................................................ 12
Dosis dan cara pemberian ................................................................. 13
4. Efek samping ............................................................................... 13
5. Mekanisme aksi Na2CaEDTA ..................................................... 13
D. Bawang Putih (Allium sativum L.) .................................................... 14
1. Taksonomi tanaman .................................................................... 14
2. Deskripsi simpisia ....................................................................... 14
3. Kandungan kimia ........................................................................ 15
4. Khasiat dan penggunaan ............................................................. 16
E. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) ..................................... 16
1. Taksonomi tanaman .................................................................... 16
2. Deskripsi simpisia ....................................................................... 17
3. Kandungan kimia ........................................................................ 17
4. Khasiat dan penggunaan ............................................................. 17
F. Maserasi ............................................................................................ 18
G. Spektroskopi Serapan Atom (SSA) .................................................. 19
xiii
H. Validasi Metode ................................................................................. 22
1. Akurasi ......................................................................................... 22
2. Presisi ........................................................................................... 23
3. Linearitas dan rentang .................................................................. 23
4. Spesifisitas ................................................................................... 24
5. Limit of detection (LOD) dan limit of quantitation (LOQ) .......... 24
I. Landasan Teori .................................................................................. 25
J. Hipotesis ........................................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................... 28
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................... 28
B. Variabel dan Definisi Operasional ..................................................... 28
1. Variabel utama ............................................................................. 28
2. Variabel pengacau ....................................................................... 28
3. Definisi operasional ..................................................................... 29
C. Bahan atau Materi Penelitian ............................................................. 30
D. Alat atau Instrumen Penelitian ........................................................... 30
E. Tata Cara Penelitian ........................................................................... 30
1. Identifikasi simplisia dan serbuk simplisia .................................... 30
2. Preparasi bahan .............................................................................. 31
3. Persiapan hewan uji ........................................................................ 33
4. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji ...................................... 33
5. Pengukuran kadar timbal darah ...................................................... 35
F. Analisis Hasil ...................................................................................... 36
xiv
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 38
A. Identifikasi Simplisia dan Serbuk Simplisia ...................................... 38
B. Pembuatan Ekstrak Etanol Tanaman .................................................. 39
C. Pengukuran Kadar Timbal Darah ....................................................... 41
1. Kurva baku timbal .......................................................................... 41
2. Kadar timbal darah akibat penawarracunan pemberian ekstrak
etanol bawang putih dan ekstrak etanol rimpang temulawak
setelah pemberian Na2CaEDTA ................................................. 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 56
A. Kesimpulan ........................................................................................ 56
B. Saran ................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 57
LAMPIRAN ........................................................................................... 62
BIOGRAFI PENULIS .......................................................................... 117
xv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Kriteria koefisien variasi (KV) laboratorium yang dapat
diterima .............................................................................. 23
Tabel II. Parameter validasi metode yang dipersyaratkan untuk
setiap kategori .................................................................... 25
Tabel III. Syarat karakteristik validasi metode analisis logam berat
dengan spektroskopi ........................................................... 25
Tabel IV Nilai linearitas kurva baku timbal hasil pengukuran
dengan metode spektrometri serapan atom ........................ 44
Tabel V Nilai koefisien variasi (KV) kontrol dan perlakuan ........... 45
Tabel VI Nilai rata-rata kadar timbal darah (ppm) hasil pengukuran
dengan metode spektrometri serapan atom ........................ 46
Tabel VII. Hubungan perbedaan kadar timbal secara statistik ............ 47
Tabel VIII. Persen perubahan kadar timbal darah kelompok perlakuan
dibandingkan kelompok kontrol setelah kondisi
praperlakuan ....................................................................... 48
Tabel IX. Hasil pengujian sensitifitas detektor spektrometer serapan
atom .................................................................................... 64
Tabel X. Hasil pengujian linearitas detektor spektrometer serapan
atom .................................................................................... 64
Tabel XI. Perbandingan hasil pembacaan dan standar ....................... 64
Tabel XII. Kadar timbal darah (ppm) selama 45 hari dan perkiraan
xvi
kadar hari ke-30 ................................................................. 72
Tabel XIII. Hasil kadar timbal terlarut dengan metode spektroskopi
serapan atom pada hari ke-0............................................... 72
Tabel XIV. Hasil kadar timbal terlarut dengan metode spektroskopi
serapan atom pada hari ke-15............................................. 73
Tabel XV. Hasil kadar timbal terlarut dengan metode spektroskopi
serapan atom pada hari ke-30............................................. 74
Tabel XVI. Hasil kadar timbal terlarut dengan metode spektroskopi
serapan atom pada hari ke-35............................................. 76
Tabel XVII. Hasil kadar timbal terlarut dengan metode spektroskopi
serapan atom pada hari ke-40............................................. 77
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema penghambatan sintesis heme oleh timbal ............ 8
Gambar 2. Peran kalsium dalam pelepasan neurotransmitter ........... 9
Gambar 3. Struktur kalsium disodium edetat ................................... 11
Gambar 4. Struktur selenometionin dan selenosistein ...................... 15
Gambar 5. Struktur γ -glutamil-Se-metil-L-selenosistein ................ 15
Gambar 6. Skema metabolisme selenometionin menjadi
Selenosistein ................................................................... 16
Gambar 7. Struktur molekul curcumin ............................................. 17
Gambar 8. Instrumentasi spektrometer serapan atom .................................... 19
Gambar 9. Skema proses atomisasi sampel. M : logam (metal);
M*: atom yang tereksitasi. Pada SSA yang diukur adalah
M’ yaitu atom dalam keadaan ground state .................... 20
Gambar 10. Pembagian zona nyala pada pembakar pada spektrometer
serapan atom ................................................................... 20
Gambar 11. Lampu katoda berongga (hollow cathode lamp) pada
SSA dan bagian-bagiannya ............................................. 21
Gambar 8. Kurva baku pengukuran larutan timbal hari ke-0 sebelum
pemejanan timbal asetat ............................................................................. 42
Gambar 9. Kurva baku pengukuran larutan timbal hari ke-15 setelah
pemejanan timbal selama 15 hari ........................................................ 42
Gambar 10. Kurva baku pengukuran larutan timbal hari ke-30 setelah
pemejanan timbal selama 30 hari ........................................................ 42
xviii
Gambar 11. Kurva baku pengukuran larutan timbal hari ke-35 setelah
kondisi praperlakuan selama 30 hari dan pemberian
Na2CaEDTA dilanjutkan ekstrak etanol umbi bawang putih
dan ekstrak etanol rimpang temulawak selama 5 hari .... 43
Gambar 12. Kurva baku pengukuran larutan timbal hari ke-40 setelah
kondisi praperlakuan selama 30 hari dan pemberian
Na2CaEDTA yang dilanjutkan ekstrak etanol umbi
bawang putih dan ekstrak etanol rimpang temulawak
selama 10 hari .................................................................................................... 43
Gambar 13. Profil farmakokinetika timbal ......................................... 49
Gambar 14. Reaksi pembentukan khelat timbal-Na2CaEDTA ........... 54
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil determinasi Allium sativum L. dan Curcuma
xanthorrhiza Roxb. ....................................................................................... 62
Lampiran 2. Formulir hasil kalibrasi internal spektrometer serapan
atom Hitachi Z-8000 Polarized Zeeman ......................... 63
Lampiran 3. Foto tanaman bawang putih ............................................ 66
Lampiran 4. Foto tanaman temulawak ................................................ 66
Lampiran 5. Foto umbi bawang putih ................................................. 66
Lampiran 6. Foto rimpang temulawak ................................................ 67
Lampiran 7. Foto maserasi .................................................................. 67
Lampiran 8. Ekstrak etanol umbi bawang putih .................................. 67
Lampiran 9. Ekstrak etanol rimpang temulawak ................................. 63
Lampiran 10. Destruksi sampel darah dengan wet chemical method .... 68
Lampiran 11. Foto filtrat sampel hasil destruksi ................................... 68
Lampiran 12. Foto spektrometer serapan atom Hitachi Z-8000
Polarized Zeeman ............................................................ 69
Lampiran 13. Perhitungan konsentrasi timbal asetat ............................. 69
Lampiran 14. Perhitungan dosis dan konsentrasi Na2CaEDTA ............ 70
Lampiran 15. Perhitungan konsentrasi dan dosis pemberian ekstrak
etanol umbi bawang putih dan ekstrak etanol rimpang
temulawak ....................................................................... 70
Lampiran 16. Kadar timbal darah setelah pemejanan timbal hasil
xx
orientasi selama 45 hari .................................................. 72
Lampiran 17. Hasil kadar timbal dalam darah sampel ......................... 72
Lampiran 18. Uji distribusi kadar timbal darah dengan Shapiro-Wilk . 79
Lampiran 19. Hasil uji signifikansi kadar timbal dalam darah sampel
dengan metode Kruskal-Wallis ...................................... 80
Lampiran 20. Hasil uji signifikansi kadar timbal darah kontrol
aquadest dengan metode Friedman ................................ 96
Lampiran 21. Hasil uji signifikansi kadar timbal darah kontrol
timbal (Pb) dengan metode Friedman ............................. 99
Lampiran 22. Hasil uji signifikansi kadar timbal darah kontrol
Na2CaEDTA dengan metode Friedman .......................... 102
Lampiran 23. Hasil uji signifikansi kadar timbal darah perlakuan
Na2CaEDTA yang dilanjutkan dengan ekstrak etanol umbi
bawang putih dengan metode Friedmann ....................... 105
Lampiran 24. Hasil uji signifikansi kadar timbal darah perlakuan
Na2CaEDTA yang dilanjutkan dengan ekstrak etanol
rimpang temulawak dengan metode Friedman ............... 108
Lampiran 25. Hasil uji signifikansi kadar timbal darah perlakuan
Na2CaEDTA yang dilanjutkan dengan ekstrak etanol
bawang putih dan ekstrak etanol rimpang temulawak
dengan metode Friedman ................................................ 111
Lampiran 26. Histogram standar deviasi kadar timbal pada pengukuran
hari ke-0 .......................................................................... 114
xxi
Lampiran 27. Histogram standar deviasi kadar timbal pada pengukuran
hari ke-15 ........................................................................ 114
Lampiran 28. Histogram standar deviasi kadar timbal pada pengukuran
hari ke-30 setelah kondisi praperlakuan.......................... 115
Lampiran 29. Histogram standar deviasi kadar timbal pada pengukuran
hari ke-35 setelah kondisi praperlakuan dan pemberian
antidot Na2CaEDTA dilanjutkan ekstrak etanol umbi
bawang putih dan ekstrak etanol rimpang temulawak
selama 5 hari .................................................................. 115
Lampiran 30. Histogram standar deviasi kadar timbal pada pengukuran
hari ke-40 setelah kondisi praperlakuan dan pemberian
antidot Na2CaEDTA dilanjutkan ekstrak etanol umbi
bawang putih dan ekstrak etanol rimpang temulawak
selama 10 hari ................................................................ 116
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Masyarakat di kota besar dan berdiam di pinggir jalan dengan
transportasi kendaraan bermotor yang padat serta di lingkungan industri,
merupakan kelompok yang rentan terhadap pencemaran timbal (Pb) (Nordberg,
1998). Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya jumlah emisi Pb, dalam bentuk
gas, yang dilepas ke udara bebas. Emisi Pb merupakan hasil samping pembakaran
Pb tetraetil (TEL / Tetra Ethyl Lead) yang ditambahkan ke dalam bahan bakar
kendaraan bermotor dan berfungsi sebagai antiknock (menaikkan bilangan oktan)
pada mesin-mesin kendaraan (Ardyanto, 2005).
Timbal adalah logam yang sudah ada dalam keseharian manusia sejak
lebih dari 5000 tahun yang lalu. Sumber utama paparan timbal yaitu cat, air
minum, makanan, debu, tanah, dan asap kendaraan bermotor. Efek toksik yang
timbul akibat keracunan timbal, berhubungan dengan abnormalitas darah, sistem
saraf pusat, sistem reproduksi, dan saluran urin. Hiperaktivitas, anoreksia,
penurunan aktivitas bermain, penurunan IQ (Intelligence Quotient), dan menjadi
pasif di sekolah, terjadi pada anak-anak dengan BLL (Blood Lead Level) tinggi
Pada tahun 1991, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) USA
menetapkan kadar toksik timbal yaitu BLL ≥10 µg/dl dan terapi dilakukan bila
BLL ≥15 µg/dl (Papanikolau, 2005). Salah satu cara pengukuran BLL yaitu
dengan menggunakan metode Spektroskopi Serapan Atom (SSA). Karena metode
2
ini merupakan salah satu metode pengukuran timbal di dalam darah yang sensitif
dan spesifik dibandingkan metode lainnya, misalnya double extraction dengan
metode Dithizone. Menurut Ebdon (1998), LOD untuk pengukuran timbal
menggunakan spektrometer serapan atom adalah 0,015 ppm.
Pengobatan keracunan timbal anorganik biasanya meliputi penghentian
paparan dengan segera, perawatan suportif, dan penggunaan terapi khelasi secara
bijaksana (Katzung, 2004). Salah satu terapi khelasi timbal yaitu pemberian
disodium kalsium edetat (Na2CaEDTA). Penatalaksanaan terapi keracunan timbal
yaitu dengan pemberian Na2CaEDTA dengan dosis 30 mg/kg BB dalam 2-3 dosis
terbagi (setiap 8-12 jam) secara IM selama 2-5 hari (Kosnett, 2006). Akan tetapi,
terapi khelasi dengan Na2CaEDTA dapat menimbulkan beberapa efek samping,
antara lain nekrosis sel tubular ginjal, hematuria, proteinuria, mialgia, sakit
kepala, mual, muntah, anemia, dan defisiensi zink (Dollery, 1999).
Mengingat pemberian Na2CaEDTA memiliki beberapa efek samping,
maka perlu dikembangkan senyawa yang berasal dari alam yang dapat
menurunkan kadar timbal dalam darah serta mudah didapatkan oleh masyarakat.
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya penghasil bahan tanaman obat
tradisional, antara lain umbi bawang putih (Allium sativum L.) dan rimpang
temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.).
Umbi bawang putih mengandung senyawa selenium organik dalam
bentuk asam selenoamino, selenometionin, dan selenosistein, yang merupakan
komponen penting sisi aktif enzim antioksidan glutation peroksidase, thioredoxin
reductase, dan selenoenzim lainnya (Majeed, Bammi, Badmaev, Prakash, and
3
Nagabhushanam, 2005). Selenium memberikan aksi profilaksis terhadap efek
timbal, yaitu memperbesar kapasitas antioksidan endogen sel dengan
meningkatkan aktivitas superoksida dismutase, glutation reduktase, dan senyawa
glutation lainnya (Othman and El Missiry, 1998). Fedelia (2008) meneliti tentang
pengaruh ekstrak etanol umbi bawang putih dosis 200 mg/kg BB setelah
pemberian Na2CaEDTA yang terbukti mampu menurunkan kadar timbal darah
dan memiliki efek terapi yang sinergis untuk menurunkan kadar timbal jika
digunakan selama 10 hari. Komponen utama yang terkandung dalam rimpang
temulawak adalah senyawa kurkuminoid. Ditinjau dari stuktur kimianya, ternyata
senyawa kurkuminoid dapat berpotensi sebagai chelating agent karena
mempunyai struktur elektron bebas dan memungkinkan untuk mengikat logam
berat (Pan et al., 1999). Menurut Astoro (2008), pemberian ekstrak etanol
rimpang temulawak setelah pemberian antidot Na2CaEDTA, mampu menurunkan
kadar timbal darah dalam kurun waktu 10 hari pemberian.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas ekstrak etanol umbi
bawang putih dan ekstrak etanol rimpang temulawak yang diberikan bersamaan
dalam menurunkan kadar timbal darah tikus setelah pemberian Na2CaEDTA.
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
a. Bagaimana pengaruh pemberian ekstrak etanol umbi bawang putih dan
ekstrak etanol rimpang temulawak setelah pemberian antidot Na2CaEDTA
dalam menurunkan kadar timbal darah tikus?
4
b. Berapa lama waktu pemberian ekstrak etanol umbi bawang putih dan ekstrak
etanol rimpang temulawak setelah pemberian antidot Na2CaEDTA yang
efektif dalam menurunkan kadar timbal darah tikus?
2. Keaslian penelitian
Sejauh pengetahuan penulis belum pernah dilakukan penelitian yang
memberikan laporan resmi tentang pengaruh ekstrak etanol umbi bawang putih
dan ekstrak etanol rimpang temulawak setelah pemberian antidot Na2CaEDTA
terhadap kadar timbal darah tikus. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan
dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Fedelia (2008) dan Astoro
(2008). Hal yang berbeda dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu
pemberian ekstrak etanol umbi bawang putih dan ekstrak etanol rimpang
temulawak yang diberikan bersamaan untuk melihat pengaruhnya terhadap kadar
timbal darah.
Penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan kadar timbal di dalam
darah antara lain: Pengaruh Infus Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza
Roxb.) terhadap Kondisi Parameter Pemeriksaan Darah Tikus Putih yang Diberi
Larutan Timbal Anorganik (Sugiharto, 2003); Efek Pemberian Plumbum (Timah
Hitam) Anorganik pada Tikus Putih (Rottus norvegicus) (Hariono, 2005); Daya
Terapi Anti Racun Natrium Edetat dan Perasan Mentimun (Cucumis sativus L.)
terhadap Timbal (Pb) (Wahyunengsih, Fedelia, Astoro, Putri, 2007); Pengaruh
Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) setelah
Pemberian Antidot Natrium Kalsiumedetat terhadap Kadar Timbal Darah Tikus
dengan Metode Spektroskopi Serapan Atom (Astoro,2008); Pengaruh Ekstrak
5
Etanol Umbi Bawang Putih (Allium sativum L.) setelah Pemberian Na2CaEDTA
terhadap Kadar Timbal Darah Tikus dengan Metode Spektroskopi Serapan Atom
(Fedelia, 2008).
3. Manfaat penelitian
Penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak etanol umbi bawang
putih dan ekstrak etanol rimpang temulawak setelah pemberian antidot
Na2CaEDTA terhadap kadar timbal darah tikus diharapkan memiliki beberapa
manfaat, antara lain:
a. Manfaat teoritis, yaitu untuk melengkapi dan memperkaya teori yang telah ada
mengenai terapi penawarracunan timbal.
b. Manfaat praktis, yaitu dapat digunakan sebagai acuan terapi alternatif
penawarracunan timbal dari tanaman bawang putih dan temulawak.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengenai pengaruh pemberian ekstrak etanol umbi
bawang putih dan ekstrak etanol rimpang temulawak setelah pemberian antidot
Na2CaEDTA terhadap kadar timbal darah tikus ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol umbi bawang putih dan
ekstrak etanol rimpang temulawak setelah pemberian antidot Na2CaEDTA
dalam menurunkan kadar timbal darah tikus.
2. Mengetahui lama waktu pemberian ekstrak etanol umbi bawang putih dan
ekstrak etanol rimpang temulawak setelah pemberian antidot Na2CaEDTA
yang efektif dalam menurunkan kadar timbal darah tikus.
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Timbal
1. Farmakokinetika timbal
Timbal dapat masuk ke dalam tubuh lewat makanan dan minuman yang
diabsorbsi melalui usus, inhalasi dan melalui kulit. Absorbsi timbal melalui
inhalasi sangat tergantung pada ukuran partikel (Papanikolaou, 2005). Partikel
yang lebih kecil dari 10 µg dapat tertahan di paru-paru, sedangkan pertikel yang
lebih besar akan tertahan di saluran pernafasan bagian atas (DeRoss, 1997).
Timbal yang telah mencapai alveoli paru siap untuk diabsorpsi darah (Manahan,
2003). Pada orang dewasa, Pb yang diabsorbsi melalui usus sekitar 5-10%,
sedangkan pada anak-anak usia 3 bulan sampai 8 tahun dapat mencapai 50%
(Darmono, 1995). Timbal memiliki banyak kesamaan mekanisme transport seperti
kalsium di dalam saluran pencernaan. Absorpsi timbal akan menurun seiring
dengan peningkatan asupan kalsium dan demikian juga sebaliknya (Manahan,
2003).
Logam ini dapat terdeteksi dalam tiga jaringan utama menjadi tiga
kompartemen. Pertama, di dalam darah Pb terikat dalam eritrosit dan mempunyai
waktu paruh sekitar 25-30 hari. Kedua, di dalam jaringan lunak (misalnya, hati
dan ginjal), mempunyai waktu paruh sekitar beberapa bulan. Ketiga, tulang dan
jaringan keras (kalsifikasi) seperti gigi, tulang rawan, dan sebagainya (Darmono,
7
1995). Hampir sekitar 90% Pb dalam tubuh terdapat dalam tulang, yang waktu
paruhnya mencapai 20 tahun (Manahan, 2003).
Pb diekskresikan terutama melalui urin, selain itu juga melalui tinja,
keringat, dan air susu ibu serta didepositkan dalam rambut dan kuku (Darmono,
1995).
2. Keracunan timbal
Kelebihan timbal memberikan efek toksik multisistemik melalui minimal
tiga mekanisme, yaitu melalui aktivitas hambatan enzim, sebagai konsekuensi
ikatan pada gugus sulfhidril (-SH); dengan mempengaruhi aksi kation esensial,
terutama kalsium, zat besi dan seng; dan dengan mengubah struktur reseptor serta
membran sel (Katzung, 2004).
Keracunan Pb akut sudah jarang terjadi. Hal ini biasanya akibat inhalasi
industri dari sejumlah besar asap oksida, atau pada anak-anak akibat masuknya
dosis oral yang besar dari timbal yang ada pada cat yang mengandung timbal
(Katzung, 2004). Hal ini dapat mengakibatkan nyeri perut, anemia, ensefalopati
(Kosnett, 2006), rasa haus, mual, muntah, konstipasi, insomnia, tremor, konvulsi
(Sjamsudin dan Suyatna, 2007).
Gejala yang ditimbulkan pada keracunan Pb kronis, antara lain anoreksia,
lelah, malaise, sakit kepala, depresi, kelemahan otot kaki dan tangan, anemia,
neuropati perifer (Katzung, 2004).
Timbal mengakibatkan kerusakan reversibel pada ginjal akibat efek
sampingnya terhadap tubulus proksimal. Hal ini akan mengganggu kerja ginjal
dalam mengabsorbsi glukosa, fosfat, dan asam amino. Efek jangka panjangnya
8
yaitu terjadi penurunan fungsi ginjal, termasuk atropi glomular, fibrosis
interstisial, dan sklerosis pembuluh darah (Manahan, 2003).
3. Mekanisme keracunan timbal
a. Efek timbal terhadap sintesis heme
Efek hematotoksisitas timbal adalah menghambat sebagian besar enzim
yang berperan dalam biosintesis heme. Timbal (Pb) menghambat enzim sulfhidril
untuk mengikat delta-Aminolevulinic Acid (δ-ALA) menjadi porpobilinogen, serta
portoporfirin IX menjadi Hb. Hal ini menyebabkan anemia dan adanya basofilik
stipling, yang terjadi karena retensi dari DNA ribosoma dalam sitoplasma eritrosit
sehingga mengganggu sintesis protein (Darmono, 1995).
Enzim yang paling rentan terhadap penghambatan timbal yaitu delta-
Aminolevulinic Acid Dehydrogenase (δ-ALAD) dan ferrochelatase. Efek yang
paling berperan adalah hambatan pada reaksi enzimatik ferrochelatase, dimana
ferrochelatase mengkatalisis penggabungan besi ferro ke dalam cincin heme
(Goldstein, 1994). Inhibisi pada δ-ALAD berhubungan dengan konsentrasi Pb
dalam darah. Hampir 50% aktivitas enzim ini dihambat pada kadar Pb darah di
atas 15 µg/dL (DeRoos, 1997).
Gambar 1. Skema penghambatan sintesis heme oleh timbal (Ava, 2000)
9
b. Kompetisi timbal dengan kalsium
Kalsium masuk ke dalam ujung presinapsis melalui kanal kalsium akibat
respon dari rangsangan depolarisasi. Di dalam sel, kalsium akan mengaktifkan
kalmodulin, yang mengawali pembentukan vesikel asetilkolin bersama membran
plasma dan akhirnya terjadi pelepasan asetilkolin. Timbal akan menghambat
kalsium secara kompetitif, yang berakibat terhambatnya pelepasan asetilkolin
untuk transmisi saraf, sehingga menyebabkan kurang berfungsinya asetilkolin
dalam perannya sebagai neurotransmitter (Clarkson, 1987). Gejala yang
ditimbulkan yaitu lelah, ingatan yang berkurang, sakit kepala, tremor otot
(Manahan, 2003).
Gambar 2. Peran kalsium dalam pelepasan neurotransmitter (Clarkson, 1987)
B. Penanganan Keracunan
Menurut Donatus (1997), penangan keracunan bahan berbahaya meliputi
terapi suportif, penyidikan jenis racun penyebab, dan terapi antidot.
1. Terapi suportif
Merupakan tindakan pertolongan pertama untuk memperbaiki kondisi
dan menyelamatkan jiwa penderita. Tindakan ini memelihara fungsi vital
(pernafasan dan peredaran darah) sehingga penderita selamat serta lebih mudah
10
dan kooperatif untuk menjalani terapi antidot berikutnya. Terapi suportif harus
dilakukan dengan cepat dan sesegera mungkin. Tindakan terapi suportif meliputi:
a. Jauhkan penderita dari sumber racun.
b. Periksa tanda vital dan bersihkan jalan nafas. Bila penderita memakai gigi
palsu, harus dilepas.
c. Periksa pulsus dan pupil.
d. Berikan pernafasan buatan dan atau oksigen, serta bila perlu pijit luar jantung
dan siapkan infus.
e. Bila penderita kejang dapat diberikan antikejang, dan bila tekanan darahnya
turun atau dehidrasi dapat diberi infus elektrolit (Donatus, 1997).
2. Penyidikan jenis racun penyebab
Penyidikan jenis racun penyebab merupakan tindakan penting untuk
menentukan pilihan tindakan terapi antidot. Tindakan ini dilakukan dengan cara :
a. Wawancara dengan penderita atau pengantar
b. Pemeriksaan gejala-gejala keracunan yang ada secara sistematis
c. Pemeriksaan wadah dan sisa bahan penyebab yang dicurigai, muntahan, air
kencing, atau darah penderita.
d. Pengiriman bahan pada butir c ke laboratorium (Donatus, 1997).
3. Terapi antidot
Terapi antidot adalah tata cara yang khusus ditujukan untuk membatasi
intensitas (kekuatan) efek toksik zat kimia atau menyembuhkan efek toksik yang
ditimbulkan, sehingga bermanfaat dalam mencegah timbulnya bahaya lebih lanjut.
Sasaran terapi antidot adalah pengurangan intensitas efek toksik (Donatus, 1997).
11
Strategi penatalaksanaan terapi antidot dapat dilakukan dengan cara :
a. Penghambatan keefektifan absorpsi bahan berbahaya
b. Penghambatan keefektifan distribusi bahan berbahaya
c. Peningkatan keefektifan metabolisme dan ekskresi (eliminasi) bahan
berbahaya (Donatus, 1997).
C. Kalsium Disodium Edetat (Na2CaEDTA)
Agen khelasi merupakan obat yang digunakan untuk mencegah atau
membalik efek toksik dari suatu logam berat atau pada enzim atau sasaran seluler
lain untuk mempercepat eliminasi logam tersebut dari dalam tubuh. Agen khelasi
adalah molekul fleksibel dengan dua atau lebih kelompok elektronegatif yang
membentuk ikatan koordinasi kovalen yang stabil dengan kation logam (Katzung,
2004).
Ligan khelasi, termasuk kelompok gugus fungsional –OH, -SH dan –NH,
dapat mendonasikan elektronnya untuk membentuk ikatan koordinasi dengan
logam. Ikatan ini secara efektif akan menghalangi interaksi logam dengan
kelompok fungsional yang hampir sama, yang juga dimiliki oleh enzim, koenzim,
nukleofil seluler dan membran. Sebagian chelator memiliki selektifitas yang
terbatas, sehingga dapat mengkhelasi logam esensial seperti Cu2+ dan Zn2+ yang
sangat vital untuk fungsi tubuh (Katzung, 2004).
Na O C
O
CH2
N
H2C
C O
Ca
O C
CH2
N
O
H2CCH2
H2C C O
O
Na
O
Gambar 3. Struktur kalsium disodium edetat (Katzung, 2004)
12
Na2CaEDTA telah digunakan sebagai agen khelasi untuk meningkatkan
eliminasi logam-logam toksik, salah satunya yaitu timbal. Eliminasi logam-logam
endogen, seperti zink, mangan, besi dan tembaga, juga terjadi pada tingkat rendah
(Kosnett, 2006).
1. Farmakokinetika Na2CaEDTA
Absorpsi Na2CaEDTA pada saluran gastrointestinal setelah pemberian
secara oral sangat rendah. Hal ini disebabkan karena terjadi peruraian khelat
kalsium pada pH lambung, yang mengakibatkan meningkatnya absorpsi timbal di
saluran pencernaan. Maka, pemberian secara oral dihindari (Dollery, 1999).
Na2CaEDTA memiliki waktu paruh 20-60 menit, dan 50% dari dosis
yang diberikan akan diekskresikan melalui urin kurang dari 1 jam. Peningkatan
ekskresi timbal melalui urin terjadi kurang dari 1 jam setelah pemberian
Na2CaEDTA dan diikuti dengan penurunan kadar timbal di dalam darah selama
terapi berlangsung. Na2CaEDTA mengakibatkan pelepasan timbal dari jaringan
lunak dan tulang. Orang yang terpapar timbal kadar tinggi, penghentian terapi
Na2CaEDTA akan mengakibatkan peningkatan kadar timbal di dalam darah
sebagai dampak penyeimbangan kadar timbal di dalam tulang dengan kadar
timbal di dalam jaringan lunak yang rendah (Kosnett, 2006).
2. Indikasi
Na2CaEDTA diindikasikan untuk menurunkan kadar timbal di dalam
darah dan meningkatkan ekskresi timbal di urin pada individu intoksikasi timbal
kadar tinggi dengan gejala atau tanpa gejala (Kosnett, 2006).
13
3. Dosis dan cara pemberian
Untuk terapi keracunan timbal kronis dengan gejala ensefalopati dan
kadar timbal darah lebih dari 150mcg/dL, maka diberikan Na2CaEDTA dengan
dosis 30 mg/kg BB dalam 2-3 dosis terbagi (setiap 8-12 jam) secara IM selama 2-
5 hari (Kosnett, 2006). Pemberian Na2CaEDTA diselingi dengan periode istirahat
(tidak dilakukan pemberian Na2CaEDTA), karena pemberian Na2CaEDTA secara
terus menerus akan meningkatkan nefrotoksisitas dan dapat mengakibatkan gagal
ginjal (Chisolm, 1990).
4. Efek samping
Terapi khelasi dengan Na2CaEDTA dapat menimbulkan beberapa efek
samping, antara lain nekrosis sel tubular ginjal, demam, hematuria, proteinuria,
mialgia, sakit kepala, nyeri abdominal, mual, anemia, muntah, dan defisiensi zink
(Dollery, 1999).
5. Mekanisme aksi Na2CaEDTA
Pada pH cairan tubuh, Na2CaEDTA akan berikatan dengan ion logam
polivalen membentuk komplek atau khelat tidak terion yang larut air dan lebih
stabil. Kalsium pada Na2CaEDTA akan digantikan oleh timbal dan khelat tersebut
akan masuk ke dalam cairan tubuh. Na2CaEDTA akan dengan cepat mengkhelat
logam yang terdapat di kompartemen ekstraseluler dan sebagian kecil logam yang
terdapat di kompartemen intraseluler yang dapat dijangkau. Pada kompartemen
intraseluler yang tidak bisa dijangkau, maka secara bertahap ion logam akan
berkurang karena berpindah ke cairan ekstraseluler sesuai dengan gradien kadar
(Dollery, 1999). Timbal pada jaringan lunak akan terdistribusi kembali ke tulang
14
(Anonim, 2008a) dan akan mengakibatkan redistribusi timbal ke otak jika terapi
khelasi Na2CaEDTA dihentikan (Ashton, 1991).
Khelat yang terbentuk akan diekskresikan dengan cepat dan utuh melalui
ginjal. Dengan mekanisme ini, timbal dapat dihilangkan dari plasma, saluran
gastrointestinal, jaringan lunak, dan lapisan tulang (Dollery, 1999). Obat ini
diberikan sebagai suatu garam kalsium dinatrium untuk mencegah kekurangan
kalsium yang secara potensial dapat membahayakan jiwa (Katzung, 2004).
D. Bawang Putih (Allium sativum L.)
1. Taksonomi tanaman
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Liliales
Suku : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium sativum L. (Hidayat, 1991).
2. Deskripsi simplisia
Umbi lapis berupa umbi majemuk berbentuk hampir bundar, garis
tengahnya 4-6 cm, terdiri dari 8-20 siung seluruhnya diliputi 3-5 selaput tipis
serupa kertas berwarna agak putih, tiap siung diselubungi oleh 2 selaput serupa
kertas, selaput luar warna agak putih dan agak longgar, selaput dalam warna
merah muda dan melekat pada bagian padat dari siung tetapi mudah dikupas;
15
siung bentuk membulat di bagian punggung, bidang samping rata atau agak
bersudut (Anonim, 1995a).
3. Kandungan kimia
Kandungan kimia umbi bawang putih antara lain tanin, minyak atsiri,
dialilsulfida, aliin, alisin, enzim aliinase, vitamin K, B6, C (Anonim, 1995a),
terpen termasuk sitral, geraniol, linalool, α- dan β-phellandrene, protein, mineral,
lipid, asam amino (Newall, 1996); Ca, K, Fe, Mg, Na, Zn, P, Mn, dan selenium
(Anonim, 2008c). Kadar selenium kurang lebih 0,015 µg tiap gram bawang putih
(Izgi, Gucer, Jaćimović, 2005).
Selenium di dalam tanaman terdapat dalam bentuk asam selenoamino,
selenometionin, dan selenosistein (gambar 4), sedangkan γ-glutamil-Se-metil-L-
selenosistein (gambar 5) merupakan sumber utama metilselenosistein yang
terdapat pada bawang putih (Majeed et al, 2005). Selenometionin akan
dimetabolisme menjadi selenosistein yang kemudian berikatan dengan
selenoprotein. Selenium dalam bentuk selenosistein merupakan komponen
penting enzim antioksidan yaitu glutation peroksidase.
H3C
Se
OH
NH2
O
HSe OH
O
NH2 (a) (b)
Gambar 4. Struktur selenometionin dan selenosistein (a) selenometionin (b) selenosistein
NH
SeH
O OH
NH2
O
O OH
Gambar 5. Struktur γ -glutamil-Se-metil-L-selenosistein
16
Gambar 6. Skema metabolisme selenometionin menjadi selenosistein (Anonim, 2008b)
4. Khasiat dan penggunaan
Penggunaan bawang putih di masyarakat biasanya digunakan sebagai
diaforetik, ekspektoran, spasmolitik, antiseptik, antikoagulan, antihistamin,
bakteriostatik (Soedibyo, 1998), dan terapi hipertensi ringan. Ekstrak etanol umbi
bawang putih dosis 200 mg/kg BB setelah pemberian Na2CaEDTA terbukti
mampu menurunkan kadar timbal darah dan memiliki efek terapi yang sinergis
untuk menurunkan kadar timbal jika digunakan selama 10 hari (Fedelia, 2008).
E. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
1. Taksonomi tanaman
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma xanthorrhiza Roxb. (Hidayat, 1991).
17
2. Deskripsi simplisia
Keping tipis, bentuk bundar atau jorong, ringan, keras, rapuh, garis
tengah sampai 6 cm, tebal 2-5 mm; permukaan luar berkerut, warna coklat kuning
sampai coklat; bidang irisan berwarna coklat kuning buram, melengkung tidak
beraturan, tidak rata, sering dengan tonjolan melingkar pada batas antara silinder
pusat dengan korteks; korteks sempit, tebal 3-4 mm. bekas patahan berdebu,
warna kuning jingga sampai coklat jingga terang (Anonim, 1979).
3. Kandungan kimia
Kandungan kimia rimpang temulawak antara lain minyak atsiri (6%),
yang terdiri dari monoterpen dan seskuiterpen. Senyawa berwarna (5%) yaitu
kurkuminoid, dimana 50-60% merupakan campuran dari kurkumin,
monodesmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin (Anonim, 1999), pati,
flavonoid, dan beberapa kation (Fe, Ca, Na, dan K) (Sugiharto, 2006).
Gambar 7. Struktur molekul kurkumin (Anonim, 1999)
4. Khasiat dan penggunaan
Penggunaan temulawak di masyarakat biasanya digunakan sebagai
antiinflamasi, antipiretik, menurunkan kolesterol, pelancar ASI, obat sembelit,
demam, cacar air, nyeri sendi (Soedibyo, 1998), asma, batuk, epilepsi, perdarahan,
jaundice, gigitan serangga, dan penyakit kulit. Ekstrak etanol rimpang temulawak
setelah pemberian antidot Na2CaEDTA, mampu menurunkan kadar timbal darah
dalam kurun waktu 10 hari pemberian (Astoro, 2008).
18
F. Maserasi
Maserasi adalah salah satu cara penyarian dengan merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari yang sesuai di wadah yang tertutup pada suhu
kamar. Proses maserasi berlangsung secara dinamis dan terbagi menjadi beberapa
tahapan. Pertama-tama, larutan penyari harus berdifusi ke dalam sel, kemudian
melarutkan metabolit, dan akhirnya berdifusi keluar dari sel bersama metabolit
yang terekstraksi (Sarker,2006).
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat
aktif yang mudah larut di dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan
dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. Keuntungan maserasi adalah
cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana (Anonim,1986) serta
mencegah terjadinya degradasi metabolit termolabil. Sedangkan kerugiannya
adalah pengerjaannnya lama dan beberapa senyawa tidak terekstraksi dengan baik
karena kelarutannya rendah pada suhu kamar (Sarker,2006).
Etanol dipertimbangkan sebagai penyari karena lebih selektif bila
dibandingkan dengan air, sulit ditumbuhi kapang dan kuman dalam etanol 20% ke
atas, tidak beracun, netral, absorbsinya baik, etanol dapat bercampur dengan air
pada segala perbandingan, dan panas yang diperlukan saat pemekatan sedikit.
Kerugiannya yaitu harga etanol yang mahal (Anonim,1986).
Etanol dapat melarutkan alkaloida basa, minyak menguap, glikosida,
kurkumin, kumarin, antrakinon, flavonoid, steroid, damar dan klorofil. Lemak,
malam, tanin dan saponin hanya sedikit larut, dengan demikian zat pengganggu
yang larut hanya terbatas (Anonim, 1986).
19
G. Spektroskopi Serapan Atom (SSA)
Metode AAS sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah.
Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap
cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya.
Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah
tingkat elektronik suatu atom. Transisi elektronik suatu atom bersifat spesifik.
dengan absorbsi energi berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pada
keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ke tingkat eksitasi. Spektrum atomik
untuk masing-masing unsur terdiri atas garis-garis resonansi (Khopkar, 1990).
Gambar 8. Instrumentasi spektrometer serapan atom
Keberhasilan analisis ini tergantung pada proses eksitasi dan cara
memperoleh garis resonansi yang tepat. Temperatur nyala harus sangat tinggi.
Pengendalian temperatur nyala penting sekali. Dibutuhkan kontrol tertutup dari
temperatur yang digunakan untuk eksitasi. Kenaikkan temperatur menaikkan
efisiensi atomisasi. Tenaga radiasi emisi akan menentukan jumlah atom
tereksitasi. Umumnya bahan bakar yang digunakan adalah propana, butana,
hidrogen dan asetilen, sedangkan oksidatornya adalah udar, oksigen, N2O dan
asetilen. Logam-logam yang mudah diuapkan seperti Cu, Pb, Zn, Cd, umumnya
ditentukan dengan suhu rendah (Khopkar, 1990).
20
Atomisasi dapat dilakukan baik dengan nyala maupun dengan tungku.
untuk mengubah unsur metalik menjadi uap atau hasil disosiasi diperlukan energi
panas. Temperatur harus benar-benar terkendali dengan sangat hati-hati agar
proses atomisasinya sempurna (Khopkar, 1990). Broekaert (2002) menyebutkan
bahwa oksidan terdiri dari N2O atau udara. Campuran udara dan asetilen
menghasilkan temperatur sebesar 2300°K.
Ionisasi harus dihindarkan dan ini dapat terjadi bila temperatur terlalu
tinggi. Atomisasi sempurna masih sulit untuk tercapai, sehingga digunakan
tungku grafit yang dengan mudah dalam beberapa detik dapat mencapai
temperatur 2000-3000 0K (Khopkar, 1990).
Gambar 9. Skema proses atomisasi sampel.
M : logam (metal); M*: atom yang tereksitasi. Pada SSA yang diukur adalah M’ yaitu atom dalam keadaan ground state
(Bassett, Denney, Jeffery, Mendham, 1994)
Gambar 10. Pembagian zona nyala pada pembakar
pada spektrometer serapan atom (Skoog, West, Holler, 1994)
Zona nyala pada SSA yaitu primary combustion zone, interzonal region
dan secondary combustion zone (gambar 10). Penyerapan paling baik terjadi pada
21
interzonal region. Pada zona ini, atom dalam keadaan gas segera menyerap energi
radiasi yang diemisikan oleh lampu katoda berongga (Skoog, West, Holler, 1994).
Selain itu, juga terjadi kesetimbangan kombinasi dengan radikal. Pada zona ini
merupakan bagian terpanas dari nyala dan merupakan bagian yang dipilih dalam
analisis spektrometri (Ebdon, 1998).
Karena banyaknya interferensi dan efek nyala yang tersedot balik dan
dapat mengakibatkan ledakan, maka nyala mulai kurang digunakan, dan sebagai
gantinya digunakan proses atomisasi tanpa nyala, misalnya menggunakan tungku
grafit. Pada tungku grafit temperatur dapat dikendalikan secara elektris. Biasanya
temperatur dinaikkan secara bertahap, untuk menguapkan dan sekaligus
mendisosiasi senyawa yang dianalisis (Khopkar, 1990).
Seperangkat sumber yang dapat memberikan garis emisi yang tajam dari
suatu unsur spesifik tertentu dikenal sebagai lampu pijar hollow cathode.
Gambar 11. Lampu katoda berongga (hollow cathode lamp)
pada SSA dan bagian-bagiannya (Levinson,2006)
Lampu ini memiliki dua elektroda, satu di antaranya berbentuk silinder
dan terbuat dari unsur yang sama dengan unsur yang dianalisis. Lampu ini diisi
dengan gas mulia bertekanan rendah. Dengan pemberian tegangan pada arus
tertentu, logam mulai memijar, dan atom-atom logam katodanya akan teruapkan
dengan permercikan. Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada
22
panjang gelombang- panjang gelombang tertentu. Suatu garis yang diinginkan
dapat diisolasi dengan suatu monokromator (Khopkar, 1990).
H. Validasi Metode
Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap
parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan
bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita,
2004). Validasi metode bioanalisis adalah suatu prosedur untuk menyatakan
bahwa suatu metode analisis yang digunakan untuk mengukur suatu analit di
dalam matriks biologi dapat dipercaya dan memiliki tingkat keterulangan yang
baik untuk mencapai tujuannya yaitu mengukur suatu analit dengan tingkat
akurasi dan presisi yang sesuai (Chan, Lam, Lee, Zhang, 2004). Parameter–
parameter validitas metode analisis meliputi akurasi, presisi, linieritas, rentang,
spesifisitas, LOD, dan LOQ (Anonim, 2007).
1. Akurasi
Akurasi dari suatu metode analisis merupakan kedekatan hasil
pengukuran yang diperoleh dengan metode tersebut dengan nilai sebenarnya.
Akurasi dari suatu metode analisis sebaiknya disajikan dalam rentang. Akurasi
dihitung sebagai presentase recovery pengujian sejumlah analit yang diketahui
jumlahnya atau sebagai perbedaan antara rata–rata dan nilai sebenarnya yang bisa
diterima, bersama dengan taraf kepercayaan (Anonim, 2007). Menurut Chan et.al
(2004), rentang persentase recovery untuk suatu metode bioanalisis berkisar
antara 80-120%.
23
2. Presisi
Presisi dari suatu metode analisis adalah derajat kesesuaian antara hasil
pengukuran ketika metode tersebut diaplikasikan secara berulang – ulang pada
sampel yang homogen. Presisi biasanya ditunjukkan dengan standar deviasi atau
koefisien variasi dari sebuah seri pengukuran. Presisi dapat dijadikan ukuran dari
salah satu derajat reproduksibilitas atau repeatabilitas suatu metode analisis dalam
kondisi pekerjaan yang normal. Reproduksibilitas mengacu pada penggunaan
prosedur analisis di laboratorium yang berbeda. Intermediate precission
menyatakan variasi dalam laboratorium, seperti hari berbeda, analisis yang
berbeda atau peralatan dalam laboratorium yang sama. Repeatabilitas mengacu
penggunaan metode analisis dalam laboratorium pada suatu periode tertentu
dengan analis yang sama dengan peralatan yang sama. (Anonim, 2007).
Kriteria seksama diberikan jika metode memberikan simpangan baku
relatif atau koefisien variasi 2% atau kurang, tapi sangat fleksibel tergantung
kondisi analit yang diperiksa, jumlah sampel dan kondisi laboratorium. Menurut
Harmita (2004), koefisien variasi (KV) yang dapat diterima terdapat pada tabel I.
Tabel I. Kriteria koefisien variasi (KV) laboratorium yang dapat diterima
Kadar analit KV (%) ≥1% 2,5 0,1% 5 1 ppm 16 1ppb 32
3. Linearitas dan rentang
Linieritas suatu prosedur analisis merupakan kemampuan untuk
mendapatkan hasil uji secara langsung atau secara matematis, proporsional
dengan konsentrasi analit di dalam sampel dengan pemberian rentang. Sebagai
24
parameter adanya hubungan linier digunakan koefisien korelasi (r). Persyaratan
data linieritas yang biasa diterima jika memenuhi nilai koefisien korelasi (r) >0,99
(Christian, 2004). Rentang adalah jarak antara level terbawah dan teratas dari
metode analisis yang telah dipakai untuk mendapatkan presisi, linieritas dan
akurasi yang bisa diterima (Anonim, 2007).
4. Spesifisitas
Spesifisitas didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengukur dengan
baik komponen lain dalam analit yang mungkin ada seperti pengotor, produk
degradasi, dan komponen matriks (Anonim, 2007).
5. Limit of detection (LOD) dan limit of quantitation (LOQ)
LOD adalah kadar terkecil analit yang masih dapat di deteksi, tetapi tidak
secara kuantitatif pada kondisi percobaan yang dinyatakan. LOQ merupakan
adalah kadar terkecil analit dalam sampel yang dapat ditetapkan dengan presisi
dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi percobaan yang dinyatakan.
Validasi metode analisis dapat digolongkan menjadi 4 kategori, yaitu:
a. Kategori I, mencakup metode-metode analisis kuantitatif, untuk menetapkan
komponen-komponen utama bahan obat atau zat aktif dalam sediaan farmasi.
b. Kategori II, mencakup metode-metode analisis kualitatif dan kuantitatif yang
digunakan untuk analisis impurities atau degradation compounds dalam
sediaan farmasi.
c. Kategori III, mencakup metode-metode analisis yang digunakan untuk
menentukan karakteristik penampilan suatu sediaan farmasi.
d. Kategori IV merupakan tes identifikasi (Anonim, 2007).
25
Tabel II. Parameter validitas metode yang dipersyaratkan untuk setiap kategori
Parameter analisis Kategori I Kategori II Kategori III Kategori IV Kuantitatif Kualitatif Akurasi Ya Ya * * Tidak Presisi Ya Ya Tidak Ya Tidak LOD Tidak Tidak Ya * Ya LOQ Tidak Ya Tidak * Tidak
Linearitas Ya Ya Tidak * Tidak Range Ya Ya * * Tidak
* = mungkin tidak diperlukan, tergantung sifat spesifik tes (Anonim, 2007)
Menurut Chan et.al (2004), karakteristik validasi metode kuantitatif pada
logam berat, termasuk timbal, dengan spektroskopi meliputi:
Tabel III. Syarat karakteristik validasi metode analisis logam berat dengan spektroskopi
Karakteristik Identifikasi Uji kemurnian
Pengujian kadar logam Kuantitatif Limit
Akurasi - + - +
Presisi
Repeatibilitas - + - +
Intermediate precision - - - +
Spesifisitas + + + +
LOD - - + -
LOQ - + - -
Linearitas - + - +
Rentang - + - + - : karakteristik tidak biasa dilakukan. +: karakteristik biasa dilakukan
Terdapat 3 prinsip dasar yang perlu diketahui untuk meningkatkan
validitas percobaan. Prinsip-prinsip dasar tersebut meliputi replikasi, randomisasi
dan adanya kontrol (Nazir, 2005).
I. Landasan Teori
Paparan timbal yang terus-menerus akan mengakibatkan kondisi
keracunan kronis dengan gejala yang ditimbulkan antara lain anoreksia, lelah,
malaise, sakit kepala, depresi, kelemahan otot kaki dan tangan, anemia, neuropati
perifer (Katzung, 2004).
26
Na2CaEDTA biasa digunakan untuk terapi penawarracunan timbal.
Kalsium pada Na2CaEDTA akan berikatan dengan timbal menghasilkan khelat
yang kurang toksik dan lebih polar sehingga lebih mudah diekskresikan. Akan
tetapi, terapi khelasi dengan Na2CaEDTA dapat menimbulkan beberapa efek
samping, antara lain nekrosis sel tubular ginjal, hematuria, proteinuria, mialgia,
sakit kepala, mual, muntah, anemia, dan defisiensi zink (Dollery, 1999).
Bawang putih dan temulawak mempunyai aktivitas terapetik potensial
untuk mengatasi keracunan timbal. Senyawa pada bawang putih yang diduga
dapat mengurangi kadar timbal adalah selenium, sedangkan pada temulawak
adalah kurkumin. Penelitian mengenai umbi bawang putih dan rimpang
temulawak telah banyak dilakukan. Senapati, Dey, Dwivedi, dan Swarup (2001)
telah meneliti efek ekstrak bawang putih dosis 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB, dan
400 mg/kg BB, dapat menurunkan kadar timbal darah tikus. Fedelia (2008)
meneliti tentang pengaruh ekstrak etanol umbi bawang putih dosis 200 mg/kg BB
setelah pemberian Na2CaEDTA yang terbukti mampu menurunkan kadar timbal
darah dan memiliki efek terapi yang sinergis untuk menurunkan kadar timbal jika
digunakan selama 10 hari.
Penelitian mengenai rimpang temulawak yang pernah dilakukan
sebelumnya yaitu efek rimpang temulawak terhadap kondisi parameter
pemeriksaan darah tikus yang diberi larutan timbal anorganik (Sugiharto, 2003
dan 2006). Menurut Astoro (2008), pemberian ekstrak etanol rimpang temulawak
setelah pemberian antidot Na2CaEDTA, mampu menurunkan kadar timbal darah
dalam kurun waktu 10 hari pemberian.
27
Penelitian tentang efek pemberian timbal anorganik pada tikus putih
telah dilakukan oleh Hariono (2005). Hasilnya, timbal dalam darah tikus
mencapai kadar 0,75 µg/ml dalam kurun waktu 4 minggu. Menurut hasil
penelitian orientasi sebelumnya, pemejanan timbal selama 45 hari telah mencapai
kadar toksik sebesar 0,75 ppm (Wahyunengsih, Fedelia, Astoro, Putri, 2007).
Maka dilakukan pemejanan timbal asetat selama 30 hari yang dilanjutkan dengan
pemberian Na2CaEDTA, ekstrak etanol umbi bawang putih, dan ekstrak etanol
rimpang temulawak selama 10 hari setelah pemejanan timbal. Keefektifan ketiga
bahan tersebut dapat diketahui dengan mengukur kadar timbal darah tikus dengan
metode spektroskopi serapan atom.
J. Hipotesis
Pemberian ekstrak etanol umbi bawang putih dan ekstrak etanol rimpang
temulawak setelah pemberian Na2CaEDTA memiliki efek yang sinergis dalam
menurunkan kadar timbal darah tikus.
28
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimental murni dengan
rancangan acak pola satu arah.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel utama
a. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu dosis senyawa uji.
1) Dosis antidot Na2CaEDTA 189 mg/kg BB tikus.
2) Dosis ekstrak etanol umbi bawang putih 200 mg/kg BB tikus dan dosis
ekstrak etanol rimpang temulawak 137,61 mg/kg BB tikus.
b. Variabel tergantung : kadar timbal darah tikus yang diukur setelah perlakuan.
2. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali :
1) Subyek uji : tikus putih galur Wistar
2) Jenis kelamin hewan uji : tikus betina
3) Umur hewan uji : 1,5 - 2 bulan
4) Berat badan hewan uji : 100 - 150 gram
5) Cara pemberian bahan uji : peroral
6) Bobot dan jenis pakan : pelet tipe BR2 10 g/hari/ekor
7) Air minum hewan uji : aquadest
29
8) Suhu penyarian (27-28 0C), cara penyarian (maserasi), dan lama penyarian
(5 hari) ekstrak etanol tanaman.
9) Daerah asal (lingkungan tempat tumbuh) tanaman bawang putih dan
temulawak yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan ekstrak
etanol umbi bawang putih dan ekstrak rimpang etanol temulawak.
b. Variabel pengacau tak terkendali :
1) Perbedaan kondisi patologis (fungsi organ) tiap hewan uji
2) Profil farmakokinetika timbal yang berbeda pada hewan uji
3) Kadar selenium dan kurkumin di dalam ekstrak etanol tanaman
3. Definisi operasional
a. Senyawa toksik yang digunakan adalah timbal asetat dosis 0,5 g/kg BB tikus
yang diberikan selama 30 hari.
b. Ekstrak etanol adalah :
ekstrak etanol umbi bawang putih yaitu hasil ekstraksi dengan metode
maserasi menggunakan etanol 45% dan ekstrak etanol rimpang temulawak
yaitu hasil ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan etanol 80%.
c. Uji daya antidot adalah uji potensi penawarracunan menggunakan antidot
Na2CaEDTA dosis 189 mg/kg BB tikus, kemudian setelah 2 jam dilanjutkan
dengan pemberian ekstrak etanol umbi bawang putih dosis 200 mg/kg BB
tikus dan ekstrak etanol rimpang temulawak dosis 137,61 mg/kg BB tikus
untuk menurunkan kadar Pb darah setelah pemberian Pb asetat selama 30 hari.
d. Kadar timbal darah adalah kadar Pb dalam darah tikus, diukur menggunakan
metode spektrofotometri serapan atom dalam satuan ppm.
30
C. Bahan atau Materi Penelitian
Bahan yang digunakan adalah serbuk umbi bawang putih dan serbuk
rimpang temulawak (Merapi Farma), tikus betina (Laboratorium Farmakologi dan
Toksikologi Fakultas Farmasi USD), timbal asetat (Merck), aquadest, etanol 45%
(p.a.), etanol 80% (p.a.), Na2CaEDTA (Merck), NaCl (teknis), HNO3 65% (p.a.
Merck), HClO4 37% (p.a. Merck), larutan standar timbal 1000 ppm (Merck),
kertas alumunium, kertas saring.
D. Alat atau Instrumen Penelitian
Alat yang digunakan adalah spektrofotometer serapan atom (Hitachi Z-
8000 Polarized Zeeman), timbangan analitik (Mettler Toledo PL303), heater
(Barnstead Thermolyne Cimarec®), hot plate (Heidolph MR2002), alat maserasi
(Innova 2100 Plateform Shaker), oven, corong Buchner, pompa vakum, alat-alat
gelas (Pyrex), pipet mikro 200-1000µl (GILSON Z 64581D), yellowtip, pipa
kapiler tanpa heparin, eppendorf, spuit injeksi oral dan intramuskular.
E. Tata Cara Penelitian
1. Identifikasi simplisia dan serbuk simplisia
Identifikasi simplisia dan serbuk simplisia dilakukan untuk memastikan
kebenaran umbi bawang putih (Allii Sativi Bulbus) dan rimpang temulawak
(Curcumae Rhizoma), dengan cara mencocokkan dengan buku acuan dan
simplisia diidentifikasi secara makroskopis dan mikroskopis di Laboratorium
Farmakognosi Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
31
2. Preparasi bahan
a. Penyiapan serbuk umbi bawang putih dan rimpang temulawak.
Pengumpulan, pengeringan dan pembuatan serbuk umbi bawang putih
dan serbuk rimpang temulawak dilakukan di kebun obat Merapi Farma
Kaliurang. Umbi bawang putih berasal dari daerah Brebes, Jawa Tengah.
Sedangkan rimpang temulawak berasal dari daerah Kulonprogo. Serbuk umbi
bawang putih dan rimpang temulawak disimpan pada suhu kamar (25ºC)
untuk mencegah tumbuhnya kapang dan jamur, kontaminasi mikroba dan
rusaknya zat aktif.
b. Pembuatan ekstrak etanol umbi bawang putih dan rimpang temulawak.
• Ekstrak etanol umbi bawang putih
Umbi bawang putih dibuat dalam bentuk sediaan ekstrak dengan
metode maserasi. Ekstrak etanol dibuat dengan memasukkan 20 g serbuk
umbi bawang putih ke dalam erlenmeyer, kemudian dituangi dengan 200
ml etanol 45%, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya,
sambil berulang-ulang digojog.
Setelah 5 hari, sari difiltrasi dengan corong Buchner dan pompa
vakum. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya, kemudian difiltrasi
kembali dengan corong Buchner dan pompa vakum, sehingga diperoleh
seluruh sari sebanyak 200 ml. Bejana ditutup, dibiarkan di tempat sejuk,
terlindung dari cahaya, selama 2 hari. Setelah 2 hari, dilakukan proses
pemekatan. Pemekatan dilakukan dengan cara penguapan dalam oven
pada suhu 50°C hingga diperoleh ekstrak kental (Anonim, 1986).
32
• Ekstrak etanol rimpang temulawak
Rimpang temulawak dibuat dalam bentuk sediaan ekstrak dengan
metode maserasi. Ekstrak etanol dibuat dengan memasukkan 20 g serbuk
rimpang temulawak ke dalam erlenmeyer, kemudian dituangi dengan 200
ml etanol 80%, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya,
sambil berulang-ulang digojog.
Setelah 5 hari, sari difiltrasi dengan corong Buchner dan pompa
vakum. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya, kemudian difiltrasi
kembali dengan corong Buchner dan pompa vakum, sehingga diperoleh
seluruh sari sebanyak 200 ml. Bejana ditutup, dibiarkan di tempat sejuk,
terlindung dari cahaya, selama 2 hari. Setelah 2 hari, dilakukan proses
pemekatan. Pemekatan dilakukan dengan cara penguapan dalam oven
pada suhu 40°C hingga diperoleh ekstrak kental (Anonim, 1986).
c. Pembuatan larutan timbal asetat.
Timbal yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbal asetat
(Pb(CH3COO)2.3H2O) berupa serbuk halus berwarna putih. Serbuk timbal
asetat ditimbang lebih kurang 4,00 gram kemudian ditambah dengan
aquadest mendidih (100ºC) hingga volumenya 100,0 ml (Anonim, 1995b).
Larutan yang diperoleh adalah larutan timbal asetat dengan konsentrasi
0,04 mg/L. Larutan timbal asetat dipejankan ke hewan uji dengan dosis
sebesar 0,5g/kg BB tikus (Hariono, 2005) secara per oral selama 30 hari
dengan volume pemberian disesuaikan dengan berat badan tiap hewan uji.
33
d. Pembuatan larutan Na2CaEDTA.
Na2CaEDTA ditimbang lebih kurang 7,56 g kemudian dilarutkan dengan
larutan saline (NaCl 0,9% 0,1 N) (Lacy, Amstrong, Goldman, Lance, 2003)
hingga 500 ml. Konsentrasi larutan Na2CaEDTA yang diperoleh adalah
0,01512 mg/L. Larutan saline digunakan sebagai pelarut karena sifatnya yang
mirip dengan cairan fisiologis tubuh manusia. Dosis antidot Na2CaEDTA
yang dipejankan sebesar 189 mg/kg BB tikus hasil konversi dari dosis untuk
manusia sebesar 30 mg/kg BB (Katzung, 2004) secara i.m. selama 10 hari
dengan volume pemberian disesuaikan dengan berat badan tiap hewan uji.
3. Persiapan hewan uji
Persiapan hewan uji dilakukan beberapa bulan sebelum penelitian ini
dilakukan, yaitu dengan cara 10 pasang tikus jantan dan betina dikawinkan
sehingga bunting. Setelah dua puluh hari masa organogenesis dan dilahirkan,
anak tikus yang berumur 3 minggu dipisahkan dari induknya. Tikus betina
yang berumur 6 - 8 minggu dipilih sebagai hewan uji.
4. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji
Hewan uji dibagi menjadi 6 kelompok, masing-masing berjumlah 7 ekor, yaitu:
Kelompok I = kontrol negatif aquadest.
Kelompok II = kontrol positif timbal dosis 0,5 g/kgBB selama kondisi
praperlakuan.
Kelompok III = perlakuan Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB selama 10 hari
setelah kondisi praperlakuan.
34
Kelompok IV = perlakuan Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB, dilanjutkan
dengan ekstrak etanol umbi bawang putih dosis 200 mg/kgBB
selama 10 hari setelah kondisi praperlakuan.
Kelompok V = perlakuan Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB, dilanjutkan
dengan ekstrak etanol rimpang temulawak dosis 137,61
mg/kgBB selama 10 hari setelah kondisi praperlakuan.
Kelompok VI = perlakuan Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB, dilanjutkan
dengan ekstrak etanol umbi bawang putih dosis 200 mg/kgBB
dan dilanjutkan ekstrak etanol rimpang temulawak dosis
137,61 mg/kgBB selama 10 hari setelah kondisi praperlakuan.
Pada kondisi praperlakuan, larutan Pb asetat 0,5 g/kgBB dipejankan
secara p.o. (Hariono, 2005) selama 30 hari dengan menganalogikan pejanan
Pb kronis dan akumulatif pada manusia, sedangkan kontrol negatif diberi
aquadest. Setelah pemejanan Pb asetat selama 30 hari, kadar Pb dalam darah
mencapai lebih dari 0,75 ppm (Wahyunengsih et al, 2007, Hariono, 2005).
Na2CaEDTA 189 mg/kgBB diberikan secara i.m. selama 10 hari setelah
kondisi praperlakuan yang merupakan hasil konversi dari dosis manusia 30
mg/kg BB/hari. Ekstrak etanol umbi bawang putih 200 mg/kgBB (Senapati,
2001) dan ekstrak etanol rimpang temulawak 137,61 mg/kgBB diberikan 2
jam secara p.o. setelah pemejanan Na2CaEDTA. Jeda waktu pemberian
ekstrak tanaman selama 2 jam ini dimaksudkan untuk menghindari interaksi
Na2CaEDTA dengan ekstrak etanol tanaman. Dipilih jeda waktu selama 2
jam, karena t1/2 eliminasi Na2CaEDTA yaitu 20-60 menit (Kosnett, 2006).
35
5. Pengukuran kadar timbal darah
a. Preparasi sampel
Darah tikus diambil dari sinus orbitalis mata, ditampung di effendrof,
kemudian ditimbang (harus lebih dari 0,5 g). Sampel didestruksi pada suhu
200°C dengan HNO3 p 10-15 ml dan HClO4 0,5 ml hingga jernih, tidak
berasap kuning dan volume yang tersisa 1-2 mL, kemudian didinginkan.
Sampel hasil destruksi disaring dengan kertas saring. Filtrat kemudian
diencerkan dengan aquadest hingga volumenya tepat 10 ml.
b. Pengaturan spektrofotometer serapan atom (SSA)
Sumber Cahaya : hollow cathode lamp (timbal)
Arus lampu : 7,5 mA
Panjang gelombang : 283,3 nm
Celah : 1,3 nm
Pengatom : standar burner
Oksidan : udara
Tekanan oksidan : 1,60 kg/cm2 (9,5 L/menit)
Bahan bakar : C2H2 (asetilena)
Tekanan bahan bakar : 0,30 kg/cm2 (2,3 L/menit)
Tinggi burner : 7,5 mm
c. Pembuatan kurva baku
1) Pembuatan larutan baku timbal
Larutan standar timbal 1000 ppm diambil sebanyak 1 ml kemudian
ditambah aquadest hingga 10 ml. Larutan yang diperoleh adalah larutan
36
stok timbal konsentrasi 100 ppm. Dari larutan ini, dibuat seri larutan baku
dengan konsentrasi 0,5 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm dan 8 ppm.
2) Pembuatan kurva baku timbal
Kurva baku dibuat dengan mengukur nilai serapan seri kadar
larutan baku timbal pada λ = 283,3 nm menggunakan SSA.
d. Penentuan kadar timbal darah kelompok hewan uji
Nilai serapan dan rata-rata konsentrasi yang diperoleh (ppm) dihitung
dengan rumus, sehingga diperoleh kadar timbal dalam sampel.
( )( )( ) npengencerafaktor gramberat
volumeblanko ppm-sampellarutan ppm(ppm) PbKadar ×=
F. Analisis Hasil
Data perlakuan yang diperoleh dibandingkan dengan data kontrol. Pada
kondisi praperlakuan, kadar timbal dibandingkan dengan kontrol negatif dan
positif untuk mengetahui kadar di dalam darah sebelum diberi perlakuan. Setelah
diberi perlakuan, kadar timbal darah perlakuan dibandingkan dengan kontrol
Na2CaEDTA. Untuk kepentingan statistik, maka hipotesis nul (H0) dirumuskan
tidak terdapat perbedaan bermakna kadar timbal antara kontrol Na2CaEDTA
dengan perlakuan ekstrak etanol tanaman setelah pemberian Na2CaEDTA.
Dalam suatu penelitian hayati, yang menggunakan matriks biologi, taraf
kepercayaan yang masih diperbolehkan yaitu lebih besar dari 80% (Chan et.al,
2004). Dalam penelitian ini digunakan taraf kepercayaan 95% karena dalam
penelitian dilakukan pengendalian beberapa variabel pengacau yang dapat
dikendalikan, sehingga dengan demikian diharapkan kesalahan yang akan terjadi
37
selama penelitian berlangsung sebesar 5%. Langkah awal dilakukan pengujian
normalitas data. Jika hasilnya normal maka analisis statistiknya menggunakan
ANOVA. Jika menunjukkan hasil yang tidak normal, analisis statistik yang
digunakan adalah Kruskal-Wallis dan Friedman. Analisis Kruskal-Wallis
digunakan untuk mengetahui perbedaan kadar timbal darah antarkelompok dan
dilanjutkan dengan analisis Mann-Whitney. Uji Friedman untuk mengetahui
perbedaan kadar timbal darah antarhari pengukuran yang berbeda dalam satu
kelompok, kemudian dilanjutkan dengan analisis Wilcoxon.
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi Simplisia dan Serbuk Simplisia
Dalam penelitian ini dilakukan identifikasi simplisia dan serbuk simplisia
untuk memastikan kebenaran umbi bawang putih (Allii Sativi Bulbus) dan
rimpang temulawak (Curcumae Rhizoma), dengan cara mencocokkan dengan
menggunakan buku acuan dan simplisia diidentifikasi di Laboratorium
Farmakognosi Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Pemeriksaan makroskopis terhadap umbi bawang putih dilakukan dengan
mengamati warna, bau, dan rasa, yaitu warna umbi putih kekuningan; bau khas
aromatik tajam; rasa agak pedas; lama-kelamaan menimbulkan rasa agak tebal di
bibir. Dari hasil pengamatan penampang melintang umbi bawang putih secara
mikroskopik terlihat adanya epidermis, hipodermis, berkas pembuluh, parenkim.
Hasil pengamatan mikroskopik yang diperoleh yaitu adanya sel
parenkim, sel parenkim dengan tetes minyak, epidermis luar dengan parenkim,
trakea, dan serabut sklerenkim. Hasil tersebut setelah dicocokkan dengan acuan
baku (Anonim, 1995), memang benar sebagai fragmen penyusun serbuk umbi
bawang putih. Menurut Anonim (1995), sebagai fragmen pengenal untuk umbi
bawang putih yaitu parenkim berisi protein dan tetes minyak, epidermis dan
trakea, serat-serat jernih dan panjang.
Pemeriksaan makroskopis terhadap rimpang temulawak dilakukan
dengan mengamati bentuk, warna, bau dan rasa. Dari hasil pengamatan
39
penampang melintang rimpang temulawak secara mikroskopik terlihat adanya
rambut penutup, epidermis, hipodermis, periderm, berkas pembuluh kolateral,
sklerenkim, parenkim korteks, sel minyak, butir pati, endodermis, dan parenkim
silinder pusat. Bau khas aromatik, rasa pahit.
Hasil pengamatan mikroskopik yang diperoleh yaitu adanya fragmen
berkas pembuluh dengan trakeida, rambut penutup tipe non glanduler, butir pati
dengan tipe amilum eksentris, sel minyak berwarna kuning dan parenkim korteks.
Hasil tersebut setelah dicocokkan dengan acuan baku (Anonim, 1979), memang
benar sebagai fragmen penyusun serbuk rimpang temulawak. Menurut Anonim
(1979), sebagai fragmen pengenal untuk rimpang temulawak yaitu butir pati,
fragmen parenkim dengan sel minyak, fragmen berkas pembuluh, dan warna
kuning yang intensif.
B. Pembuatan Ekstrak Etanol Tanaman
Menurut FAO (Food and Agriculture Organization) (Anonim, 2004)
pelarut yang paling baik digunakan dalam penyiapan ekstrak kurkumin adalah
etanol, karena kurkumin terlarut sempurna di dalam etanol, yaitu 1 mg kurkumin
per 1 ml etanol. Maka, dalam pembuatan ekstrak etanol rimpang temulawak
digunakan etanol 80%, dengan tujuan agar kadar kurkumin di dalam ekstrak
besar. Menurut Ridha (2005), metode ekstraksi terbaik untuk umbi bawang putih
yaitu ekstraksi menggunakan air pada suhu 60oC dengan lama ekstraksi 4 jam.
Sedangkan ekstraksi menggunakan etanol diperoleh hasil terbaik saat ekstraksi
40
dilakukan pada suhu kamar. Sehingga dalam pembuatan ekstrak etanol umbi
bawang putih digunakan etanol 45% (Anonim, 1986).
Serbuk simplisia kering diekstraksi dengan pelarut etanol dengan metode
maserasi untuk mendapatkan ekstrak etanolik tanaman yang akan digunakan
sebagai ekstrak uji. Penyari akan menembus dinding sel dan melarutkan zat aktif
yang sesuai dengan kepolaran penyari. Karena adanya perbedaan konsentrasi
antara larutan zat aktif dalam sel yang lebih tinggi, maka zat aktif dalam sel
tersebut akan terdesak keluar sampai terjadi kesetimbangan konsentrasi. Etanol
dapat melarutkan alkaloida basa, minyak menguap, glikosida, kurkumin, kumarin,
antrakinon, flavonoid, steroid, damar dan klorofil. Lemak, malam, tanin dan
saponin hanya sedikit larut, dengan demikian zat pengganggu yang larut hanya
terbatas (Anonim, 1986). Metode penyarian yang dipilih adalah metode maserasi
dengan pengadukan terus-menerus karena metode ini sederhana, mudah untuk
dilakukan, tidak memerlukan panas tinggi dan cairan penyari yang diperlukan
lebih sedikit bila dibandingkan metode perkolasi. Pengadukan bertujuan untuk
memaksimalkan proses penyarian zat aktif dari bahan tanaman dan memperbesar
kontak serbuk dengan cairan penyari sehingga cairan penyari akan membasahi
serbuk secara merata. Pengadukan diperlukan untuk menjaga derajat perbedaan
konsentrasi yang besar antara larutan di dalam sel dan larutan di luar sel.
Dalam pembuatan ekstrak ada saat dimana maserat yang diperoleh
ditampung di dalam bejana tertutup dan dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari
cahaya, selama 2 hari. Tujuannya yaitu untuk mengendapkan zat-zat yang tidak
diperlukan tetapi ikut larut dalam cairan penyari, misalnya tanin, lipid, dan
41
klorofil. Proses ini dilakukan dalam wadah yang tertutup untuk menghindari
tumbuhnya bakteri dan jamur pada ekstrak. Pemekatan dilakukan dengan cara
penguapan hingga diperoleh ekstrak kental (Anonim, 1986). Tujuan pemekatan
ekstrak adalah untuk menguapkan cairan penyari dan air, karena air dapat menjadi
media pertumbuhan kapang, jamur dan bakteri pada ekstrak.
C. Pengukuran Kadar Timbal Darah
Pengukuran kadar timbal di dalam darah tikus menggunakan metode
spektrometri serapan atom. Prinsip dasar dari metode ini yaitu adanya penyerapan
sumber radiasi (sinar ultraviolet) oleh atom-atom netral dalam keadaan gas yang
berada dalam nyala, dengan udara sebagai oksidan dan asetilen sebagai bahan
bakarnya. Atom-atom netral ini mempunyai sifat yang khas yaitu akan menyerap
radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh lampu katoda (hollow cathode
lamp). Jumlah radiasi yang diserap oleh atom sesuai dengan jumlah energi yang
diperlukan untuk tereksitasi ke salah satu tingkat energi eksitasi. Sinar radiasi
yang dipancarkan akan diukur pada panjang gelombang (λ) tertentu.
1. Kurva baku timbal
Kurva baku larutan timbal berasal dari seri larutan baku timbal dengan
konsentrasi 0,5 ppm, 1 ppm, 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, dan 8 ppm. Serapan seri
larutan baku ini dibaca pada λ 283,3 nm dengan spektrometer serapan atom.
Larutan baku selalu dibuat baru sebab senyawa timbal di dalam larutan kurang
stabil sehingga akan mempengaruhi hasil pengukuran. Dalam pengukuran kadar
timbal darah tikus pada hari ke-0, ke-15, ke-30, ke-35, dan ke-40, dilakukan
42
penentuan kurva baku untuk setiap pengukuran. Data hasil penentuan kurva baku
dapat dilihat pada gambar-gambar berikut:
Gambar 5. Kurva baku pengukuran larutan timbal hari ke-0 sebelum pemejanan timbal
asetat (Y= 1,5122.10-3X - 8,6361.10-4; r =0,99903)
Gambar 6. Kurva baku pengukuran larutan timbal hari ke-15 setelah pemejanan timbal
selama 15 hari (Y= 1,8513.10-3X - 2,8387.10-4; r =0,99973)
Gambar 7. Kurva baku pengukuran larutan timbal hari ke-30 setelah pemejanan timbal
selama 30 hari (Y= 2,0978.10-3X - 7,0052.10-4; r =0,99785)
43
Gambar 8. Kurva baku pengukuran larutan timbal hari ke-35 setelah kondisi
praperlakuan selama 30 hari dan pemberian Na2CaEDTA yang dilanjutkan ekstrak etanol umbi bawang putih dan ekstrak etanol rimpang temulawak selama 5 hari
(Y= 2,0978.10-3X - 7,0052.10-4; r =0,99785)
Gambar 9. Kurva baku pengukuran larutan timbal hari ke-40 setelah kondisi
praperlakuan selama 30 hari dan pemberian Na2CaEDTA yang dilanjutkan ekstrak etanol umbi bawang putih dan ekstrak etanol rimpang temulawak selama 10 hari
(Y= 2,5087.10-3X - 9,0077.10-4; r =0,99883)
Dari penentuan kurva baku akan diperoleh persamaan kurva baku yang
akan digunakan dalam penentuan kadar timbal di dalam darah. Parameter suatu
kurva baku dikatakan baik dapat dilihat dari harga koefisien korelasi (r). Harga
koefisien korelasi yang mendekati satu menunjukkan bahwa antara kadar dengan
serapan memiliki hubungan yang linear yang bagus (Christian, 2004), sehingga
perubahan nilai serapan berbanding lurus dengan perubahan kadar timbal.
44
Dari table IV dapat dilihat bahwa setiap kali penentuan kurva baku
diperoleh harga koefisien korelasi yang mendekati satu, hal ini menunjukkan
adanya hubungan linier antara kadar timbal dengan absorbansi, dengan demikian
syarat linearitas dari suatu metode analisis telah terpenuhi.
Tabel IV. Nilai linearitas kurva baku timbal hasil pengukuran dengan metode spektrometri serapan atom
Kurva baku timbal Linearitas (r) Hari ke-0 0,99903 Hari ke-15 0,99973 Hari ke-30 0,99785 Hari ke-35 0,99785 Hari ke-40 0,99883
Dalam penelitian ini tidak dilakukan validasi metode. Parameter-
parameter validitas suatu metode analisis meliputi, akurasi, presisi, spesifisitas,
linearitas, rentang, LOD (Limit of Detection), dan LOQ (Limit of Quantitation).
Dalam penelitian ini, tidak dapat dilakukan perhitungan recovery yang merupakan
parameter dari akurasi yang nantinya akan menentukan taraf kepercayaan dari
suatu metode penelitian. Sehingga dalam penelitian ini, taraf kepercayaan
terhadap metode penelitian rendah. Presisi adalah ukuran keterulangan suatu
metode analisis dan dinyatakan dalam simpangan baku relatif atau koefisien
korelasi (KV). Kriteria seksama diberikan jika metode memberikan simpangan
baku relatif atau koefisien variasi kurang dari 2%, akan tetapi hal ini sangat
fleksibel tergantung dari kondisi analit yang diperiksa, jumlah sampel dan kondisi
laboratorium. Menurut Harmita (2004), koefisien variasi (KV) pada penelitian
dengan kadar analit 0,1% – 1 ppm yaitu kurang dari 16%. Dari tabel V dapat
dilihat bahwa harga KV untuk sebagian besar kelompok perlakuan pada penelitian
ini lebih besar dari 16%, Hal ini menunjukkan bahwa presisi metode ini kurang
45
baik. Hal ini dimungkinkan karena adanya variasi sistem metabolisme hewan uji,
yang mengakibatkan kadar timbal di dalam darah menjadi bervariasi juga.
Selain itu, juga tidak dilakukan penentuan LOQ, LOD dan rentang,
melainkan hanya dilakukan optimasi dan kalibrasi alat (spektrometer serapan
atom) yang digunakan (lampiran 2). Kalibrasi alat dilakukan oleh LPPT Unit I
UGM setiap satu tahun sekali, yaitu setiap bulan Agustus, sedangkan optimasi alat
dilakukan setiap kali akan dilakukan pengukuran menggunakan spektrometer
serapan atom. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan metode acak (random)
dalam pemilihan sampel, adanya kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, serta
kontrol penangan hewan uji. Kesahihan data berdasarkan linearitas kurva baku
yang diperoleh dan nilai koefisien variasi (KV) perlakuan terhadap kontrol.
Tabel V. Nilai koefisien variasi (KV) kontrol dan perlakuan
Hari pengukuran
Koefisien variasi (KV) (%) Kelompok
I Kelompok
II Kelompok
III Kelompok
IV Kelompok
V Kelompok
VI Hari ke-0 249,62 0,00 0,00 137,43 0,00 0,00
Hari ke-15 64,86 90,80 27,49 17,14 18,64 15,93
Hari ke-30 26,66 21,38 65,59 61,34 41,82 65,10
Hari ke-35 23,53 58,06 25,72 16,94 23,71 80,60
Hari ke-40 25,02 19,25 111,40 276 303,33 81,91
Ket.: Kelompok I = kontrol negatif aquadest Kelompok II = kontrol positif timbal dosis 0,5 g/kgBB selama 30 hari
Kelompok III = kontrol Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB selama 10 hari setelah praperlakuan timbal dosis 0,5 g/kgBB selama 30 hari
Kelompok IV = kelompok Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB dilanjutkan ekstrak etanol umbi bawang putih dosis 200mg/kgBB selama 10 hari setelah
praperlakuan timbal dosis 0,5 g/kgBB selama 30 hari Kelompok V = kelompok Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB dilanjutkan dengan ekstrak
etanol rimpang temulawak dosis 137,61 mg/kgBB selama 10 hari setelah praperlakuan timbal dosis 0,5 g/kgBB selama 30 hari
Kelompok VI = kelompok Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB dilanjutkan dengan ekstrak etanol umbi bawang putih dosis 200 mg/kgBB dan dilanjutkan dengan ekstrak etanol rimpang temulawak dosis 137,61 mg/kgBB selama
10 hari setelah praperlakuan timbal dosis 0,5 g/kgBB selama 30 hari
Dalam penelitian ini, parameter spesifisitas dan lineritas telah terpenuhi.
Metode spektroskopi serapan atom adalah metode yang spesifik, dimana pada
metode ini digunakan lampu katoda yang spesifik untuk timbal, sehingga yang
46
akan terukur hanya timbal yang terkandung di dalam sampel. Meskipun demikian,
akan lebih baik bila pada penelitian selanjutnya, dilakukan validasi metode
spektroskopi serapan atom untuk pengukuran kadar timbal di dalam darah.
2. Kadar timbal darah akibat penawarracunan pemberian ekstrak etanol
bawang putih dan ekstrak etanol rimpang temulawak setelah pemberian
Na2CaEDTA
Berdasarkan nilai serapan sampel yang terbaca, akan diperoleh kadar
timbal terukur, hasil kadar timbal darah tikus dapat dilihat pada lampiran 17. Nilai
rata-rata kadar timbal darah dari setiap kelompok perlakuan, pada setiap
pengukuran, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel VI. Nilai rata-rata kadar timbal darah (ppm) hasil pengukuran dengan metode spektrometri serapan atom
Kelompok perlakuan
x ± SD Hari ke-0 Hari ke-15 Hari ke-30 Hari ke-35 Hari ke-40
I 0,26±0,649 9,67±6,272 3,71±0,989 16,65±3,917 5,97±1,494
II 0,00±0,000 32,64±29,637 12,07±2,581 27,88±16,186 4,02±0,774
III 0,00±0,000 20,46±5,624 7,85±5,149 24,44±6,286 2,15±2,395
IV 1,05±1,443 14,77±2,532 8,38±5,140 28,94±4,903 0,10±0,276
V 0,00±0,000 13,73±2,560 12,45±5,207 41,70±9,887 0,03±0,091
VI 0,00±0,000 21,65±3,449 3,92±2,552 3,47±2,797 16,26±13,319
Ket.: Kelompok I = kontrol negatif aquadest Kelompok II = kontrol positif timbal dosis 0,5 g/kgBB selama 30 hari
Kelompok III = kontrol Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB selama 10 hari setelah praperlakuan timbal dosis 0,5 g/kgBB selama 30 hari
Kelompok IV = kelompok Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB dilanjutkan ekstrak etanol umbi bawang putih dosis 200mg/kgBB selama 10 hari setelah
praperlakuan timbal dosis 0,5 g/kgBB selama 30 hari Kelompok V = kelompok Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB dilanjutkan dengan ekstrak
etanol rimpang temulawak dosis 137,61 mg/kgBB selama 10 hari setelah praperlakuan timbal dosis 0,5 g/kgBB selama 30 hari
Kelompok VI = kelompok Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB dilanjutkan dengan ekstrak etanol umbi bawang putih dosis 200 mg/kgBB dan dilanjutkan dengan ekstrak etanol rimpang temulawak dosis 137,61 mg/kgBB selama
10 hari setelah praperlakuan timbal dosis 0,5 g/kgBB selama 30 hari
Dari tabel VI, dapat dilihat bahwa sebagian besar hasil pengukuran kadar
timbal darah yang diperoleh memiliki nilai standar deviasi (SD) yang cukup besar.
Hal ini menunjukkan adanya perbedaan kadar timbal darah yang cukup besar
47
Tabel VII. Hubungan perbedaan kadar timbal secara statistik Hari
pengukuran
Kelompok perlakuan I II III IV V VI
Hari ke-0
I TB TB TB TB TB
II TB TB TB TB TB
III TB TB TB TB TB
IV TB TB TB TB TB
V TB TB TB TB TB
VI TB TB TB TB TB
Hari ke-15
I B B TB TB B
II B TB TB B TB
III B TB B B TB
IV TB TB B TB B
V TB B B TB B
VI B TB TB B B
Hari ke-30
I B TB TB B TB
II B TB TB TB B
III TB TB TB TB TB
IV TB TB TB TB TB
V B TB TB TB B
VI TB B TB TB B
Hari ke-35
I TB B B B B
II TB TB TB TB B
III B TB TB B B
IV B TB TB B B
V B TB B B B
VI B B B B B
Hari ke-40
I B B B B TB
II B B B B TB
III B B B B B
IV B B B TB B
V B B B TB B
VI TB TB B B B
Ket.: Kelompok I = kontrol negatif aquadest Kelompok II = kontrol positif timbal dosis 0,5 g/kgBB selama 30 hari
Kelompok III = kontrol Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB selama 10 hari setelah praperlakuan timbal dosis 0,5 g/kgBB selama 30 hari
Kelompok IV = kelompok Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB dilanjutkan ekstrak etanol umbi bawang putih dosis 200mg/kgBB selama 10 hari setelah
praperlakuan timbal dosis 0,5 g/kgBB selama 30 hari Kelompok V = kelompok Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB dilanjutkan dengan ekstrak
etanol rimpang temulawak dosis 137,61 mg/kgBB selama 10 hari setelah praperlakuan timbal dosis 0,5 g/kgBB selama 30 hari
Kelompok VI = kelompok Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB dilanjutkan dengan ekstrak etanol umbi bawang putih dosis 200 mg/kgBB dan dilanjutkan dengan ekstrak etanol rimpang temulawak dosis 137,61 mg/kgBB selama
10 hari setelah praperlakuan timbal dosis 0,5 g/kgBB selama 30 hari
TB = berbeda tidak bermakna B = berbeda bermakna
48
antarhewan uji dalam satu kelompok perlakuan. Nilai SD yang cukup besar ini,
dapat disebabkan oleh perbedaan fungsi fisiologis hewan uji, yang mempengaruhi
farmakokinetika timbal di dalam tubuh setiap hewan uji.
Selain melihat adanya perbedaan kadar timbal darah antara kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan, dilihat juga persentase perubahan kadar timbal
darah yang terjadi pada kelompok perlakuan setelah pemejanan timbal asetat
selama 30 hari (kondisi praperlakuan) bila dibandingkan dengan kontrol positif,
untuk mengetahui efektifitas penggunaan Na2CaEDTA bersama dengan ekstrak
etanol tanaman dibandingkan dengan pemberian Na2CaEDTA tunggal, dalam
menurunkan kadar timbal di dalam darah.
Tabel VIII. Persen perubahan kadar timbal darah kelompok perlakuan dibandingkan kelompok kontrol setelah kondisi praperlakuan
Kelompok III
Kelompok IV
Kelompok V
Kelompok VI
Kelompok II
Hari ke-35 - 12,34% + 3,80% + 49,57% - 87,55%
Hari ke-40 - 46,52% - 97,51% - 99,25% + 304,48% Ket.: Kelompok II = kontrol positif timbal dosis 0,5 g/kgBB selama 30 hari
Kelompok III = kontrol Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB selama 10 hari setelah praperlakuan timbal dosis 0,5 g/kgBB selama 30 hari
Kelompok IV = kelompok Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB dilanjutkan ekstrak etanol umbi bawang putih dosis 200mg/kgBB selama 10 hari setelah
praperlakuan timbal dosis 0,5 g/kgBB selama 30 hari Kelompok V = kelompok Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB dilanjutkan dengan ekstrak
etanol rimpang temulawak dosis 137,61 mg/kgBB selama 10 hari setelah praperlakuan timbal dosis 0,5 g/kgBB selama 30 hari
Kelompok VI = kelompok Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB dilanjutkan dengan ekstrak etanol umbi bawang putih dosis 200 mg/kgBB dan dilanjutkan dengan ekstrak etanol rimpang temulawak dosis 137,61 mg/kgBB selama
10 hari setelah praperlakuan timbal dosis 0,5 g/kgBB selama 30 hari + : peningkatan kadar timbal darah - : penurunan kadar timbal darah
Dari gambar 13 terlihat profil farmakokinetika timbal di dalam tubuh
hewan uji selama 30 hari masa praperlakuan (pemejanan timbal asetat dosis 0,5
g/kgBB tikus) dan 10 hari pemberian Na2CaEDTA dilanjutkan pemberian ekstrak
49
etanol tanaman. Pada hari ke-0, kadar timbal darah masih sangat kecil, bahkan
sebagian besar hewan uji menunjukkan hasil pengukuran kadar timbal sebesar 0
ppm. Akan tetapi harga 0 ppm ini bukanlah harga mutlak, melainkan karena kadar
timbal di dalam darah terlalu kecil dan berada di bawah LOD (Limit of Detection),
sehingga tidak dapat dideteksi oleh spektrometer serapan atom.
Gambar 13. Profil farmakokinetika timbal. Garis putus-putus (- - - -) menunjukkan
pemejanan timbal asetat dilakukan selama 30 hari (kondisi praperlakuan).
Menurut Ebdon (1998), LOD untuk pengukuran timbal menggunakan
spektrometer serapan atom adalah 0,015 ppm. Kadar timbal darah antarkelompok
perlakuan juga menunjukkan hasil yang berbeda tidak bermakna. Hal ini
disebabkan belum dilakukan pemejanan timbal asetat, sehingga kadar timbal di
dalam darah masih sangat kecil. Selain itu, juga dilakukan pengendalian variabel
pengacau, yaitu makanan dan minuman hewan uji. Akan tetapi, ada beberapa
hasil pengukuran kadar timbal yang lebih besar dari 0 ppm, hal ini disebabkan
karena di dalam aquadest dan makanan hewan uji juga mengandung timbal.
50
Pada pengukuran hari ke-15 terlihat bahwa terjadi peningkatan kadar
timbal darah untuk semua kelompok perlakuan. Kadar timbal darah kelompok II,
III, dan VI menunjukkan hasil yang berbeda bermakna, sedangkan kelompok IV
dan V menunjukkan hasil yang berbeda tidak bermakna, bila dibandingkan
dengan kelompok I. Hal ini karena selama 15 hari telah dilakukan pemberian
timbal asetat dan timbal telah terakumulasi di dalam darah. Kelompok kontrol
negatif aquadest juga mengalami peningkatan kadar timbal darah, yang
disebabkan timbal yang terkandung di dalam air minum. Akan tetapi peningkatan
yang terjadi pada kelompok kontrol negatif ini paling kecil bila dibandingkan
dengan kelompok lainnya, karena pada kelompok kontrol negatif aquadest tidak
dilakukan pemberian timbal asetat.
Semua kelompok perlakuan mengalami penurunan kadar timbal darah
yang signifikan pada hari ke-30 bila dibandingkan dengan kadar timbal pada hari
ke-15. Kadar timbal darah kelompok II dan V menunjukkan hasil yang berbeda
bermakna, sedangkan kelompok III, IV, dan VI menunjukkan hasil yang berbeda
tidak bermakna, bila dibandingkan dengan kelompok I. Penurunan ini
dikarenakan timbal telah mengalami distribusi ke dalam jaringan lunak (hati, otak,
ginjal, dll.) dan jaringan keras (kuku, gigi, dan tulang). Selain itu, ada sebagian
kecil timbal yang telah diekskresikan sehingga kadar timbal di dalam darah
menurun.
Terjadi variasi kadar timbal pada setiap kelompok perlakuan selama
masa praperlakuan (30 hari), padahal setiap kelompok perlakuan tersebut sama-
sama menerima timbal asetat (kecuali kelompok kontrol negatif aquadest). Hal ini
51
dimungkinkan karena adanya perbedaan faktor fisiologis hewan uji, yang tidak
dapat dikendalikan, yang berpengaruh terhadap farmakokinetika timbal di dalam
tubuh hewan uji.
Pada pengukuran kadar timbal hari ke-35, kadar timbal darah kelompok
III, IV, V dan VI menunjukkan hasil yang berbeda bermakna, bila dibandingkan
dengan kelompok I. Hasil ini disebabkan telah dilakukan pemberian Na2CaEDTA
dan ekstrak etanol tanaman selama 5 hari. Sedangkan kelompok II menunjukkan
hasil yang berbeda tidak bermakna, bila dibandingkan dengan kelompok I, karena
pada kelompok II tidak diberikan perlakuan pemberian Na2CaEDTA dan ekstrak
etanol tanaman. Selain itu, terlihat bahwa hampir semua kelompok perlakuan
mengalami peningkatan kadar timbal bila dibandingkan kadar timbal pada hari ke-
30. Hal ini dikarenakan pemberian Na2CaEDTA dan ekstrak etanol tanaman akan
meningkatkan ekskresi timbal dari dalam darah. Akibat dari penghentian
pemejanan timbal dan ekskresi timbal yang cukup besar dari dalam darah,
mengakibatkan terlepasnya (redistribusi) timbal yang tadinya sudah berada di
dalam jaringan lunak dan jaringan keras ke dalam darah untuk menyeimbangkan
kadar timbal di dalam darah dengan kadar timbal di dalam jaringan lunak dan
jaringan keras, sehingga terjadi peningkatan kadar timbal pada hari ke-35.
Akan tetapi, kejadian di atas tidak berlaku untuk kelompok perlakuan
Na2CaEDTA dilanjutkan ekstrak etanol umbi bawang putih dan ekstrak etanol
rimpang temulawak. Karena pada kelompok ini, pada pengukuran kadar timbal
hari ke-35 terjadi penurunan kadar timbal yang signifikan bila dibandingkan
kelompok kontrol positif (kontrol timbal), yaitu sebesar 87,55%. Peristiwa ini
52
disebabkan karena kandungan kalsium (Ca) yang terdapat di dalam ekstrak etanol
umbi bawang putih dan ekstrak etanol rimpang temulawak, menghambat proses
redistribusi timbal dari jaringan keras dan jaringan lunak ke dalam darah. Proses
redistribusi ini merupakan proses untuk menyeimbangkan kadar timbal di dalam
darah dengan kadar timbal di dalam jaringan lunak dan jaringan keras akibat dari
penghentian pemejanan timbal dan ekskresi timbal yang cukup besar dari dalam
darah. Menurut Kosnett (2006) dan Manahan (2003), peningkatan uptake kalsium
akan menghambat proses absorpsi timbal di dalam tubuh, dan demikian pula
sebaliknya, penurunan uptake kalsium akan meningkatkan absorpsi timbal di
dalam tubuh.
Kadar timbal yang masih terkandung di dalam darah berasal dari timbal
yang terdeposit di dalam jaringan lunak dan jaringan keras yang mulai
teredistribusi ke dalam darah secara perlahan-lahan. Sehingga, pemberian
Na2CaEDTA dilanjutkan ekstrak etanol umbi bawang putih dan ekstrak etanol
rimpang temulawak belum memberikan efek yang signifikan dalam menurunkan
kadar timbal darah, hal ini ditunjukkan dari kecilnya perubahan kadar timbal yang
terjadi antara hari ke-30 dan hari ke-35. Meskipun demikian, hal inilah yang
menjadi kelebihan dari pemberian Na2CaEDTA dilanjutkan ekstrak etanol umbi
bawang putih dan ekstrak etanol rimpang temulawak, yaitu tidak terjadi
peningkatan kadar timbal darah yang cukup tinggi seperti pada kelompok lainnya,
melainkan terjadi penurunan kadar timbal di dalam darah. Karena peningkatan
kadar timbal darah yang cukup tinggi yang terjadi pada kelompok lainnya, tidak
53
dapat diprediksi, sehingga ditakutkan dapat mencapai kadar toksik yang dapat
membahayakan jiwa.
Pada hari ke-40, hampir semua kelompok perlakuan mengalami
penurunan kadar timbal di dalam darah bila dibandingkan kelompok kontrol
positif, bahkan untuk kelompok perlakuan Na2CaEDTA dilanjutkan ekstrak etanol
umbi bawang putih terjadi penurunan sebesar 97,51% dan kelompok perlakuan
Na2CaEDTA dilanjutkan ekstrak etanol rimpang temulawak terjadi penurunan
sebesar 99,25%. Akan tetapi, hal ini tidak terjadi pada kelompok perlakuan
Na2CaEDTA dilanjutkan ekstrak etanol umbi bawang putih dan ekstrak etanol
rimpang temulawak. Karena pada kelompok ini, pada hari ke-40, kadar timbal di
dalam darah mengalami peningkatan sebesar 304,48%, bila dibandingkan dengan
kelompok kontrol positif. Peristiwa ini disebabkan karena pada hari ke-40 terjadi
peningkatan redistribusi timbal yang berada di dalam jaringan lunak dan jaringan
keras ke dalam darah. Sedangkan pada kelompok perlakuan lainnya, hal ini telah
terjadi pada hari ke-35. Akan tetapi redistribusi yang terjadi ini tidak terlalu besar
bila dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat profil
farmakokinetika timbal bila dilakukan pengukuran kadar timbal pada hari ke-3
setelah pemberian Na2CaEDTA dilanjutkan ekstrak etanol umbi bawang putih dan
ekstrak etanol rimpang temulawak dan bila pemberian Na2CaEDTA dilanjutkan
ekstrak etanol umbi bawang putih dan ekstrak etanol rimpang temulawak
diperpanjang hingga 15 hari.
54
Pada pemberian Na2CaEDTA, akan terbentuk khelat timbal dengan
Na2CaEDTA, dimana kalsium pada Na2CaEDTA akan digantikan oleh timbal.
Hal ini dikarenakan timbal dapat membentuk kompleks yang lebih stabil dengan
Na2EDTA dibandingkan dengan kalsium. Kompleks ini juga bersifat lebih polar,
sehingga mudah diekskresikan melalui ginjal dan akan ditemukan di dalam urin.
Reaksi pembentukan khelat timbal dengan Na2CaEDTA, yaitu:
Na O C
O
CH2
N
H2C
C O
Ca
O C
CH2
N
O
H2CCH2
H2C C O
O
Na
O
+ Pb2+ O
Pb
ON N
O
OO
O
O
O
+ Ca2+
(14)
Senyawa selenium yang terdapat di dalam umbi bawang putih
memberikan aksi profilaksis terhadap efek timbal, yaitu memperbesar kapasitas
antioksidan endogen sel dengan meningkatkan aktivitas superoksida dismutase,
glutation reduktase, dan senyawa glutation lainnya (Othman and El Missiry,
1998). Akibatnya, proses eliminasi timbal di dalam tubuh dipercepat dan dapat
mengurangi efek toksik timbal di dalam tubuh. Sedangkan dalam rimpang
temulawak mengandung senyawa kurkuminoid, yang bila ditinjau dari stuktur
kimianya, ternyata senyawa kurkuminoid berpotensi sebagai chelating agent
karena mempunyai struktur elektron bebas dan memungkinkan untuk mengikat
logam berat (Pan et al., 1999). Maka, proses distribusi timbal untuk masuk ke
dalam jaringan keras dan jaringan lunak dapat dihambat. Akibatnya, timbal tetap
berada di dalam darah dalam bentuk bebas dan tidak terikat dengan senyawa
endogen, sehingga proses eliminasi dari tubuh akan lebih cepat dan dapat
mengurangi efek toksik timbal di dalam tubuh.
55
Kedua senyawa esensial dan kandungan kalsium yang terkandung di
dalam kedua tanaman inilah yang meningkatkan efektifitas kerja dari
Na2CaEDTA, dimana mekanisme kerja dari Na2CaEDTA yaitu meningkatkan
eliminasi timbal dari dalam tubuh. Sehingga, akibat penurunan aktifitas timbal
dalam membentuk khelat dengan senyawa endogen tubuh dan timbal banyak
terdapat dalam bentuk bebas di dalam tubuh, maka timbal akan menjadi lebih
mudah untuk diekskresikan dari dalam tubuh oleh Na2CaEDTA. Maka,
penawarracunan timbal menjadi lebih cepat, lama terapi dengan Na2CaEDTA
menjadi lebih singkat, dan efek samping yang ditimbulkan oleh Na2CaEDTA
dapat diminimalisir.
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pengaruh pemberian ekstrak etanol umbi bawang putih dan ekstrak etanol
rimpang temulawak setelah pemberian antidot Na2CaEDTA yaitu dapat
menurunkan kadar timbal darah pada tikus dengan lebih cepat.
2. Lama waktu pemberian ekstrak etanol umbi bawang putih dan ekstrak etanol
rimpang temulawak setelah pemberian antidot Na2CaEDTA yang efektif dalam
menurunkan kadar timbal darah tikus sebesar 87,55% adalah selama 5 hari.
B. Saran
1. Perlu dilakukan validasi metode pengukuran kadar timbal darah dengan
metode spektroskopi serapan atom, karena dalam penelitian ini tidak dilakukan
presisi dan recovery, serta harga KV yang terlalu besar.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui profil farmakokinetika
timbal secara lebih mendetail dengan melakukan pengukuran kadar timbal
pada hari ke-3 setelah pemberian Na2CaEDTA dilanjutkan ekstrak etanol
umbi bawang putih dan ekstrak etanol rimpang temulawak dan bila perlakuan
diperpanjang hingga 15 hari.
3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan pemberian ekstrak etanol tanaman
tanpa pemberian antidot Na2CaEDTA, untuk melihat efektifitas ekatrak
tanaman dalam menurunkan kadar timbal di dalam darah.
57
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979, Materia Medika Indonesia, Jilid III, 64-70, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1986, Sediaan Galenik, Edisi I, 2-4, 6-7, 10-16, 71, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1995a, Materia Medika Indonesia, Jilid VI, 20-23, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1995b, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 7, 16, 1201, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1999, WHO Monographs on Selected Medicinal Plants, Volume 1, 115-
125, World Health Organization, Geneva. Anonim, 2004, Curcumin Chemical and Technical Assesment (CTA),
http://www.ftp.fao.org.pdf, diakses tanggal 20 Januari 2009. Anonim, 2007, US Pharmacopeia 30-NF25, Lawrence, The United States
Pharmacopeial Convention, United State of America. Anonim, 2008a, Calcium Disodium Versenate Injection (3M),
http://www.drugs.com/pdr/edetate-calcium-disodium.html, diakses tanggal 5 Juli 2007.
Anonim, 2008b, Selenium Select,
http://www.supplementspot.com/seleniumselect.html, diakses tanggal 30 Maret 2008.
Anonim, 2008c, Garlic, http://www.nal.usda.gov/fnic/foodcomp/cgi-
bin/list_nut_edit.pl, diakses tanggal 20 Februari 2009. Ardyanto, D., 2005, Deteksi Pencemaran Timah Hitam (Pb) dalam Darah
Masyarakat yang Terpejan Timbal (Plumbum), http://www.journal.unair.ac.id.pdf.html, diakses pada tanggal 30 November 2008.
Ashton, C., 1991, An Oral Treatment for Lead Toxicity,
http://www.pubmedcentral.nih.gov.pdf, diakses tanggal 4 Desember 2008
Astoro, H. Y., 2008, Pengaruh Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak (Curcuma
xanthorrhiza Roxb.) setelah Pemberian Antidot Natrium Kalsiumedetat
58
terhadap Kadar Timbal Darah Tikus dengan Metode Spektroskopi Serapan Atom, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Ava, 2000, Genetic Susceptibility to Lead Poisoning, http://www.pubmedcentral.nih.gov.pdf, diakses pada tanggal 2 Desember 2008.
Bassett, J., Denney, R.C., Jeffery, G.H., Mendham, J., 1994, Vogel’s Textbook of
Quantitative Inorganic Analysis Including Elementary Instrumental Analysis, edisi 4, 942, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Broekaert, J., 2002, Analytical Atomic Spectrometry with Flames and Plasmas,
148,158-161,164, Wiley-VCH Verlag GmbH, Germany. Chan, C.C., Lam, H., Lee, Y.C., Zhang, X.M., 2004, Analytical Method
Validation and Instrument Performance Verification, 110, John Wiley & Sons Inc., New Jersey
Chisolm, J. J., 1990, Evaluation of the Potential Role of Chelation Therapy in
Treatment of Low to Moderate Lead Exposure, http://www.pubmedcentral.nih.gov.pdf, diakses tanggal 4 Desember 2008
Christian, G.D., 2004, Analitycal Chemistry, edisi 6, 107, John Wiley, United
State of America. Clarkson, T.W., 1987, Metal Toxicity in the Central Nervous System,
Environmental Health Perspectives, Vol. 75, 59-64, http://www.pubmedcentral.nih.gov.pdf, diakses tanggal 25 April 2008
Darmono, 1995, Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup, 62-64, 96-97, UI
Press, Jakarta. DeRoss, Fj., 1997, Smelters and Metal Reclaimenrs in Occupational, Industrial,
and Environmental Toxicology, 291-330 , Mosby-Year Book, New York Dollery, C., 1999, Therapetic Drugs, Volume 1, 2nd edition, E1-E2, Churchill
Livingstone, Edinburgh Donatus, I. A., 1997, Penanganan dan Pertolongan Pertama Keracunan Bahan
Berbahaya, 1, Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Ebdon, L., 1998, An Introduction to Analytical Atomic Spectrometry, 17-50, John
Wiley & Sons Ltd., England.
59
Fedelia, F., 2008, Pengaruh Ekstrak Etanol Umbi Bawang Putih (Allium sativum L.) setelah Pemberian Na2CaEDTA terhadap Kadar Timbal Darah Tikus dengan Metode Spektroskopi Serapan Atom, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Goldstein, B.D. and Kiper, H.M., 1994, Hematologic Disorder In Levy and
Wegman (eds): Occupational Health Recognizing and Preventing work-Related Disease,3rd ed., Little Brown and Company, United State of America.
Hariono, B., 2005, Efek Pemberian Plumbum (timah Hitam) Anorganik pada
Tikus Putih (Rottus norvegicus), http://jvs.ugm.ac.id/pdf/vol232/Bambang.pdf, diakses tanggal 14 Desember 2008
Harmita, 2004, Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya,
Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No.3, 117 – 135, http://jurnal.farmasi.ui.ac.id/pdf/2004/v01n03/Harmita010301.pdf, diakses tanggal 21 November 2008.
Hidayat, S.S.S., Hutapea, J.R., 1991, Inventaris Tanaman Obat, Cetakan I, 26-27,
192-193, Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta.
Izgi, B., Gucer, S., and Jaćimović, R., 2005, Determination of Selenium in Garlic
(Allium sativum) and Onion (Allium cepa) by Electro Thermal Atomic Absorption Spectrometry, Ljubljana, http://www.sciencedirect.com/science?ob=PublicationURL&tockey=%23TOC%235037%, diakses tanggal 24 September 2007.
Katzung, B. G., 2004, Farmakologi Dasar dan Klinik, 428-429, EGC, Jakarta. Khopkar, S.M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, 274-287, UI Press, Jakarta. Kosnett, M.J., 2006, Poisoning and Drug Overdose, 5th edition, 446-448,
McGraw-Hill, California Lacy, C.F., Amstrong, L.L., Goldman, M.P., Lance, L.L., 2003, Drug Information
Handbook, 11th edition, 467, Lexi-comp Inc., Hudson. Levinson, R., 2006, Modern Chemical Techniques, The Royal Society of
Chemistry: Atomic Absorption Spectrometry, http://www.chemsoc.org/pdf/LearnNet/rsc/AA_txt.pdf, diakses 20 Oktober 2007 .
60
Majeed, M., Bammi, R. K., Badmaev, V., Prakash, S., Nagabhushanam, K., 2005, Compositions Containing Allium sativum Linn. (Garlic) Naturally Enriched with Organic Selenium Compounds for Nutritional Supplementation, New Jersey, http://www.freepatentsonline.com/20060240126.pdf, diakses tanggal 24 September 2007.
Manahan, S. E., 2003, Toxicological Chemistry and Biochemistry, 3rd edition,
207-231, CRC Press, USA. Nazir, M., 2005, Metode Penelitian, 223-226, Ghalia Indonesia, Bogor. Newall, C.A., 1996, Herbal Medicines: A Guide for Health Care Professionalls,
129, The Pharmaceutical Press, London. Nordberg, G., 1998, Metal: Chemical Properties and Toxicology, Encyclopedia of
Occupational Health and Safety, ILO, Geneva. Othman, A.I., El Missiry, M.A., 1998, Role of Selenium Against Lead Toxicity in
Male Rats, http://www.interscience.wiley.com/rss/journal/38998, diakses tanggal 26 Agustus 2007.
Pan MH, Huang TM, dan Lin JK, 1999. Biottransformation of Curcumin
Through Reduction and Glucuronidation in Mice, Drug Metabolism and Disposition 27(1): 486-494, http://www.dmd.aspetjournals.org.pdf, diakses tanggal 14 Desember 2008.
Papanikolau, N. C., 2005, Lead Toxicity Update,
http://www.journals.indexcopernicus.com/fulltxt.php, diakses tanggal 1 Oktober 2008.
Ridha, A. S., 2005, Pengaruh Suhu, Jenis Pelarut, dan Waktu Ekstraksi terhadap
Rendemen Total Senyawa Terekstrasi dalam Ekstrak Umbi Lapis Bawang Putih (Allium sativum L.), http://www.bahan-alam.fa.itb.ac.id, diakses tanggal 21 Januari 2009
Sarker, S. D., 2006, Natural Product Isolation, 2nd edition, 27-46, Humana Press,
New Jersey Senapati, S.K., Dey, S., Dwivedi, S.K., Swarup, D., 2001, Effect of Garlic
(Allium sativum L.) Extract on Tissue Lead Level in Rats, http://www.epa.gov/lead, diakses tanggal 20 November 2008.
Sjamsudin, U., Suyatna, F.D., 2007, Keracunan Pb,
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10KeracunanPb013.pdf, diakses tanggal 30 November 2008.
61
Skoog, D.A., West, D.M., dan Holler, F.J., 1994, Analytical Chemistry : An
Introduction, sixth edition, 457, Saunders College Publishing, USA. Soedibyo, M., 1998, Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan, 1, 73-74,
Balai Pustaka, Jakarta. Sugiharto, 2003, Pengaruh Infus Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza
Roxb.) terhadap Kondisi Parameter Pemeriksaan Darah Tikus Putih yang Diberi Larutan Timbal Anorganik, http://www.adln.unair.ac.id, diakses tanggal 30 Jnauari 2009.
Sugiharto, 2006, Efek Rimpang Temulawak terhadap Jumlah Eritrosit, Kadar Pb
dan Cd dalam Darah Tikus yang diberi Larutan Pb(NO3)2 dan CdCl2, http://www.journal.discoveryindonesia.com.pdf, diakses tanggal 30 November 2008.
Wahyunengsih, C.T., Fedelia, F., Astoro, H.Y., Putri, E.S., 2007, Daya Terapi
Anti Racun Natrium Edetat dan Perasan Mentimun (Cucumis sativus L.) terhadap Timbal (Pb), Laporan Penelitian, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
63
Lampiran 2. Formulir hasil kalibrasi internal spektrometer serapan atom
Hitachi Z-8000 Polarized Zeeman
1. Identitas alat
a. Nama alat : AAS
b. Merek : Hitachi
c. Tipe/ No. Seri : Z-8000
d. Kapasitas : 300 sampel/ bulan
2. Pemilik alat
a. Nama : LPPT-UGM
b. Alamat : Jl. Kaliurang Km 4 Yogyakarta
3. Standar/ kalibrator
a. Nama : standard solution (Cu, Cd, Cr, Mn, Ni, Pb, Zn) (Merck)
b. Ketelusuran : Cu, Cd, Mn, Ni, Pb, Zn = SRM 682
Cr = SRM 3112 α
4. Pelaksanaan kalibrator
a. Tanggal : 6-8 Agustus 2007
b. Tempat : LPPT unit I
c. Suhu ruangan : 26°C
d. Kelembaban : 62%
5. Hasil kegiatan
a. Uji sensitifitas detektor
Menggunakan logam Cu 5,0 ppm
64
Tabel IX. Hasil pengujian sensitifitas detektor spektrometer serapan atom
Pembacaan Rata-rata 0,1266 0,1263 0,1261 SD = 2,52 x 10-4
0,1263 RSD = 0,20% Keterangan : untuk kadar Cu 5,0 ppm, ketidakpastian 0,20%
b. Uji linearitas detektor
Linearitas detektor diuji dengan menggunakan konsentrasi logam Cu 0,5-
8,0 ppm
Tabel X. Hasil pengujian linearitas detektor spektrometer serapan atom
Konsentrasi Cu (ppm) Absorbansi rerata Persamaan regrasi linear 0,5 0,0134
Y = 9,78 X + 0,0210 r = 0,9972
1,0 0,0256 2,0 0,0509 4,0 0,0998 8,0 0,1937 16,0 0,3733
c. Uji perbandingan hasil pembacaan dan standar
Tabel XI. Perbandingan hasil pembacaan dan standar
Pembacaan (ppm) Standar (ppm) Koreksi 0,56 0,5 12,00% 0,90 1 10,00% 1,95 2 2,50% 4,03 4 0,755 7,99 8 0,13% 15,65 16 2,19%
66
Lampiran 3. Foto tanaman bawang putih
Lampiran 4. Foto tanaman temulawak
Lampiran 5. Foto umbi bawang putih
67
Lampiran 6. Foto rimpang temulawak
Lampiran 7. Foto maserasi
Lampiran 8. Ekstrak etanol umbi bawang putih
68
Lampiran 9. Ekstrak etanol rimpang temulawak
Lampiran 10. Destruksi sampel darah dengan wet chemical method
Lampiran 11. Foto filtrat sampel hasil destruksi
69
Lampiran 12. Foto spektrometer serapan atom Hitachi Z-8000 Polarized
Zeeman
Lampiran 13. Perhitungan konsentrasi timbal asetat
Timbal asetat dengan dosis 500 mg/kgBB diberikan secara oral.
Konsentrasi timbal asetat dihitung dengan rumus:
V C BB D ×=×
Keterangan:
D = dosis timbal asetat (mg/kgBB)
BB = berat badan tikus (kg)
C = konsentrasi timbal asetat (mg/mL)
V = volume larutan timbal asetat yang diberikan (mL) (½ volume maksimal,
volume maksimalnya yaitu 5 mL)
Konsentrasi larutan timbal asetat = mL
kgBBkgmg5,2
2,0/500 ×
= 40 mg/mL
70
Lampiran 14. Perhitungan dosis dan konsentrasi Na2CaEDTA
Dosis Na2CaEDTA 30 mg/kgBB (Kosnett, 2006) secara intramuskular.
Dosis Na2CaEDTA pada manusia 70 kg = 2100 mg/70 kgBB
Faktor konversi dosis manusia 70 kg ke tikus 200 g = 0,018
Dosis Na2CaEDTA pada tikus 200 g = 2100 mg/kg x 0,018
= 37,8 mg/200g
= 189 mg/kg BB
Konsentrasi Na2CaEDTA = mL
kgBBkgmg5,2
2,0/189 ×
= 15,12 mg/mL = 1512 mg/100 mL
Lampiran 15. Perhitungan konsentrasi dan dosis pemberian ekstrak etanol
umbi bawang putih dan ekstrak etanol rimpang temulawak
1. Perhitungan konsentrasi dan dosis pemberian ekstrak etanol umbi bawang
putih
Dosis ekstrak etanol umbi bawang putih 200 mg/kgBB (Senapati et al, 2001)
secara oral.
Konsentrasi ekstrak etanol bawang putih = mL
kgBBkgmg5,2
2,0/200 ×
= 16 mg/mL
= 80 mg/50mL
71
2. Perhitungan konsentrasi dan dosis pemberian ekstrak etanol rimpang
temulawak
Dosis rimpang temulawak yang biasa digunakan manusia dengan berat
badan 50 kg sebagai ramuan dalam obat tradisional adalah 2 ruas jari per hari.
Dua ruas jari rimpang temulawak beratnya ± 80 g dalam bentuk bahan
basah. Berdasarkan data ektraksi: 2 kg bahan basah setelah dikeringkan menjadi
250 g bahan kering. Bahan kering sebanyak 250 g tersebut diekstraksi menjadi
27,31 g, maka :
2 kg = 2000 g (bahan basah ) → 250 g (bahan kering) → terjadi
penyusutan sebesar 8 kali (penyusutan 1).
250 g → ekstraksi → 27,31 g (ekstrak kering) → terjadi penyusutan
9,154 kali (penyusutan 2).
Sehingga dapat dilakukan perhitungan besarnya dosis yang biasa
digunakan untuk ramuan tradisional sebagai berikut :
Berat rimpang 2 ruas jari dianggap 80 g maka,
80 g (bahan basah ) : 8 (dari penyusutan 1) = 10 g (bahan kering)
10 g (bahan kering) : 9,154 (dari penyusutan 2) =1,092 g (ekstrak kering)
Jadi besarnya dosis ekstrak temulawak yang dikonsumsi manusia
Indonesia (50 kg) adalah 1,092 g/hari. Untuk manusia dengan berat badan 70 kg
0,018 x 1,529 g = 27,522 mg / 200 g BB
= 137,61 mg/kg BB
72
Lampiran 16. Kadar timbal darah setelah pemejanan timbal hasil orientasi
selama 45 hari
Tabel XII. Kadar timbal darah (ppm) selama 45 hari dan perkiraan kadar hari ke-30
Replikasi Kadar timbal darah Perkiraan kadar timbal darah hari ke-30 Hari ke-0 Hari ke-45 Selisih (∆)
1 2,08 6,21 4,31 2,75 2 2,18 3,78 1,60 1,07 3 0,58 3,88 3,30 2,20 4 0,98 4,60 3,62 2,41 5 1,44 4,38 2,94 1,96 6 2,80 4,87 2,07 1,38 7 2,87 3,95 1,08 0,72
(Wahyunengsih et al, 2007)
Lampiran 17. Hasil kadar timbal dalam darah sampel
Kadar timbal darah sebenarnya dihitung dengan rumus:
( )( )( )gramberat
volumeblanko ppm-sampellarutan ppm(ppm) PbKadar =
Keterangan rumus:
Volume filtrat sampel = 10 mL.
Tabel XIII. Hasil kadar timbal terlarut pengukuran dengan metode spektroskopi serapan atom pada hari ke-0 (kondisi praperlakuan)
Kelompok Replikasi Berat
sampel (gram)
Kadar timbal (ppm) SD KV Terukur Sebenarnya X
I
1 1,133 0,18 1,59
0,26 0,649 249,62
2 1,163 -0,24 0,00 3 1,142 -0.98 0,00 4 1,109 -0.87 0,00 5 1,216 -0.82 0,00 6 1,072 -0.93 0,00
II
1 1,103 -0,64 0,00
0,00 0,000 0,00 2 1,280 -1,13 0,00 3 1,062 -1,10 0,00 4 0,934 -1,80 0,00 5 1,289 -2,05 0,00
73
III
1 1,475 -2,38 0,00
0,00 0,000 0,00
2 1,289 -2,72 0,00 3 1,397 -2,83 0,00 4 1,434 -3,38 0,00 5 1,373 -3,49 0,00 6 1,133 -3,32 0,00 7 1,435 -3,76 0,00
IV
1 1,289 -4,52 0,00
1,05 1,443 137,43
2 0,766 0,31 4,05 3 1,340 0,19 1,42 4 1,332 0,11 0,83 5 1,220 0,13 1,07 6 1,112 -0,27 0,00 7 1,113 -0,04 0,00
V
1 1,497 -0,35 0,00
0,00 0,000 0,00
2 1,327 -0,45 0,00 3 1,208 -0,61 0,00 4 1,254 -0,67 0,00 5 1,493 -0,82 0,00 6 1,283 -0,78 0,00 7 1,518 -0,79 0,00
VI
1 1,328 -3,83 0,00
0,00 0,000 0,00
2 1,515 -3,66 0,00 3 1,345 -3,68 0,00 4 1,595 -3,86 0,00 5 1,413 -4,19 0,00 6 1,450 -4,19 0,00 7 1,229 -4,47 0,00
Ket: Blanko = 0,00 ppm
Tabel XIV. Hasil kadar timbal terlarut pengukuran dengan metode
spektroskopi serapan atom pada hari ke-15 (kondisi praperlakuan)
Kelompok Replikasi Berat
sampel (gram)
Kadar timbal (ppm) SD KV Terukur Sebenarnya X
I
1 1,038 0,69 6,65
9,67 6,272 64,86
2 0,956 1,02 10,67 3 0,825 0,51 6,18 4 0,947 0,50 5,28 5 1,038 0,76 7,32 6 0,918 2,01 21,90
74
II
1 0,810 1,16 14,32
32,64 29,637 90,802 1,186 2,63 22,18 3 0,607 5,16 85,01 4 1,246 1,99 15,97 5 0,731 1,88 25,72
III
1 1,297 2,43 18,74
20,46 5,624 27,49
2 0,715 2,02 28,25 3 1,260 2,64 20,95 4 1,267 1,46 11,52 5 0,990 2,52 25,45 6 1,261 2,04 16,18 7 1,356 3,00 22,12
IV
1 1,130 2,14 18,94
14,77 2,532 17,14
2 1,183 1,51 12,76 3 1,288 2,00 15,53 4 1,221 1,88 15,40 5 1,231 1,33 10,80 6 1,247 1,91 15,32 7 0,976 1,43 14,65
V
1 1,010 1,27 12,57
13,73 2,560 18,64
2 1,060 1,79 16,89 3 1,022 1,13 11,06 4 0,886 0,96 10,84 5 1,007 1,64 16,29 6 0,894 1,42 15,88 7 0,898 1,13 12,58
VI
1 0,991 2,72 27,45
21,65 3,449 15,93
2 0,990 2,48 25,05 3 1,144 2,17 18,97 4 0,892 1,87 20,96 5 0,952 2,07 21,74 6 1,049 1,89 18,02 7 0,936 1,81 19,34
Ket: Blanko = 0,00 ppm
Tabel XV. Hasil kadar timbal terlarut pengukuran dengan metode spektroskopi serapan atom pada hari ke-30 (kondisi praperlakuan)
Kelompok Replikasi Berat
sampel (gram)
Kadar timbal (ppm) SD KV Terukur Sebenarnya X
I 1 0,963 0,34 3,53 3,71 0,989 26,66 2 0,809 0,18 2,22
75
3 1,004 0,31 3,09 4 0,997 0,42 4,21 5 1,008 0,51 5,06 6 0,724 0,30 4,14
II
1 0,561 0,78 13,90
12,07 2,581 21,38 2 0,904 1,08 11,95 3 0,673 0,56 8,32 4 0,884 0,99 11,20 5 0,681 1,02 14,98
III
1 1,058 1,53 14,46
7,85 5,149 65,59
2 0,923 1,26 13,65 3 0,827 0,91 11,00 4 1,121 0,64 5,71 5 0,848 0,21 2,48 6 0,943 0,52 5,51 7 0,712 0,15 2,11
IV
1 1,186 0,12 1,01
8,38 5,140 61,34
2 0,970 0,25 2,58 3 0,578 0,58 10,03 4 0,465 0,46 9,89 5 0,632 0,96 15,19 6 0,859 0,63 7,33 7 0,776 0,98 12,63
V
1 0,998 0,92 9,22
12,45 5,207 41,82
2 1,276 0,63 4,94 3 1,144 1,16 10,14 4 1,040 1,29 12,40 5 0,829 1,40 16,89 6 1,026 2,14 20,86 7 0,958 1,22 12,73
VI
1 0,679 0,12 1,77
3,92 2,552 65,10
2 0,870 0,62 7,13 3 0,902 0,72 7,98 4 0,827 0,23 2,78 5 0,977 0,17 1,74 6 0,873 0,26 2,98 7 0,848 0,26 3,07
Ket: Blanko = 0,00 ppm
76
Tabel XVI. Hasil kadar timbal terlarut pengukuran dengan metode spektroskopi serapan atom pada hari ke-35
Kelompok Replikasi Berat
sampel (gram)
Kadar timbal (ppm) SD KV Terukur Sebenarnya X
I
1 0,615 1,25 20,33
16,65 3,917 23,53
2 1,112 1,28 11,51 3 1,105 1,31 11,86 4 0,844 1,58 18,72 5 1,013 1,96 19,35 6 0,920 1,67 18,15
II
1 1,091 1,80 16,50
27,88 16,186 58,062 0,911 1,76 19,32 3 0,818 1,95 23,84 4 0,867 2,03 23,41 5 0,380 2,14 56,32
III
1 0,814 2,08 25,55
24,44 6,286 25,72
2 0,884 2,22 25,11 3 0,599 2,24 37,40 4 1,018 1,97 19,35 5 1,035 2,06 19,90 6 0,985 1,96 19,90 7 0,809 1,93 23,86
IV
1 0,953 2,24 23,50
28,94 4,903 16,94
2 0,747 2,40 32,13 3 0,789 2,17 27,50 4 0,642 2,45 38,16 5 0,920 2,45 26,63 6 0,949 2,77 29,19 7 0,887 2,26 25,48
V
1 0,733 3,06 41,75
41,70 9,887 23,71
2 0,711 3,14 44,16 3 0,908 3,06 33,70 4 0,825 3,39 41,09 5 0,896 3,40 37,95 6 0,796 4,91 61,68 7 0,957 3,02 31,56
VI
1 0,932 0,50 5,36
3,47 2,797 80,602 1,018 0,68 6,68 3 0,829 0,39 4,70 4 0,951 0,54 5,68 5 0,700 0,13 1,86
77
6 0,805 -0,01 0,00 7 1,034 -0,06 0,00
Ket: Blanko = 0,00 ppm
Tabel XVII. Hasil kadar timbal terlarut pengukuran dengan metode spektroskopi serapan atom pada hari ke-40
Kelompok Replikasi Berat
sampel (gram)
Kadar timbal (ppm) SD KV Terukur Sebenarnya X
I
1 0,811 0,68 7,40
5,97 1,494 25,02
2 1,244 0,83 6,03 3 0,884 0,49 4,64 4 0,830 0,57 5,90 5 0,741 0,66 7,83 6 0,999 0,48 4,00
II
1 0,871 0,46 4,36
4,02 0,774 19,25 2 1,027 0,38 2,92 3 1,055 0,48 3,79 4 1,078 0,51 3,99 5 1,013 0,59 5,03
III
1 1,111 0,34 2,34
2,15 2,395 111,40
2 0,676 0,56 7,10 3 0,850 0,14 0,71 4 0,684 0,17 1,32 5 0,704 0,28 2,84 6 0,823 0,14 0,73 7 0,627 -0,07 0,00
IV
1 0,911 0,06 0,00
0,10 0,276 276,00
2 0,823 0,14 0,73 3 0,562 -0,09 0,00 4 0,554 -0,22 0,00 5 0,643 -0,11 0,00 6 1,038 0,02 0,00 7 1,199 -0,22 0,00
V
1 0,623 -0,04 0,00
0,03 0,091 303,33
2 1,238 0,11 0,24 3 1,112 0,00 0,00 4 0,771 -0,05 0,00 5 0,813 -0,13 0,00 6 0,816 -0,11 0,00 7 0,911 -0,18 0,00
VI 1 0,761 0,54 6,04 16,26 13,319 81,91
78
2 1,147 0,34 2,27 3 0,514 1,95 36,38 4 1,175 0,24 1,36 5 0,916 1,87 19,54 6 0,897 2,14 22,97 7 0,858 2,25 25,29
Ket: Blanko = 0,08 ppm
Keterangan tabel XII, XIII, XIV, XV dan XVI:
Kelompok I = kontrol negatif aquadest
Kelompok II = kontrol positif timbal dosis 0,5 g/kg BB selama 30 hari
Kelompok III = kontrol Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB selama 10 hari setelah
kondisi praperlakuan timbal dosis 0,5 g/kg BB selama 30 hari
Kelompok IV = perlakuan Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB yang dilanjutkan
dengan ekstrak etanol umbi bawang putih dosis 200 mg/kgBB
selama 10 hari setelah kondisi praperlakuan timbal dosis 0,5 g/kg
BB selama 30 hari
Kelompok V = perlakuan Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB yang dilanjutkan
dengan ekstrak etanol rimpang temulawak dosis 137,61 mg/kgBB
selama 10 hari setelah kondisi praperlakuan timbal dosis 0,5 g/kg
BB selama 30 hari
Kelompok VI = perlakuan Na2CaEDTA dosis 189 mg/kgBB yang dilanjutkan
dengan ekstrak etanol umbi bawang putih dosis 200 mg/kgBB dan
ekstrak etanol rimpang temulawak dosis 137,61 mg/kgBB selama
10 hari setelah kondisi praperlakuan timbal dosis 0,5 g/kg BB
selama 30 hari
79
Lampiran 18. Uji distribusi kadar timbal darah dengan Shapiro-Wilk
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Kadar Timbal Darah hari ke-0 .494 39 .000 .359 39 .000
Kadar Timbal Darah hari ke-15 .225 39 .000 .596 39 .000
Kadar Timbal Darah hari ke-30 .132 39 .086 .934 39 .024
Kadar Timbal Darah hari ke-35 .093 39 .200* .965 39 .256
Kadar Timbal Darah hari ke-40 .275 39 .000 .624 39 .000
* This is a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction
80
Lampiran 19. Hasil uji signifikansi kadar timbal dalam darah sampel dengan
metode Kruskal-Wallis
Kruskal-Wallis Test Ranks
6 20.925 17.507 17.507 28.507 17.507 17.50
396 7.675 28.007 26.577 15.007 13.867 29.43
396 11.835 29.807 20.007 20.717 29.007 10.29
396 12.085 20.207 21.367 27.007 34.297 4.00
396 30.675 25.607 18.937 8.367 8.007 31.57
39
Kelompok perlakuankontrol pensuspensikontrol Pbkontrol Pb --> Na2CaEDTAPb --> Na2CaEDTA --> ekstrak etanol umbi bawang putihPb --> Na2CaEDTA --> ekstrak etanol rimpang temulawakPb-->Na2CaEDTA-->ekstrak bawang putih-->ekstrak temulawTotalkontrol pensuspensikontrol Pbkontrol Pb --> Na2CaEDTAPb --> Na2CaEDTA --> ekstrak etanol umbi bawang putihPb --> Na2CaEDTA --> ekstrak etanol rimpang temulawakPb-->Na2CaEDTA-->ekstrak bawang putih-->ekstrak temulawTotalkontrol pensuspensikontrol Pbkontrol Pb --> Na2CaEDTAPb --> Na2CaEDTA --> ekstrak etanol umbi bawang putihPb --> Na2CaEDTA --> ekstrak etanol rimpang temulawakPb-->Na2CaEDTA-->ekstrak bawang putih-->ekstrak temulawTotalkontrol pensuspensikontrol Pbkontrol Pb --> Na2CaEDTAPb --> Na2CaEDTA --> ekstrak etanol umbi bawang putihPb --> Na2CaEDTA --> ekstrak etanol rimpang temulawakPb-->Na2CaEDTA-->ekstrak bawang putih-->ekstrak temulawTotalkontrol pensuspensikontrol Pbkontrol Pb --> Na2CaEDTAPb --> Na2CaEDTA --> ekstrak etanol umbi bawang putihPb --> Na2CaEDTA --> ekstrak etanol rimpang temulawakPb-->Na2CaEDTA-->ekstrak bawang putih-->ekstrak temulawTotal
Kadar TimbalDarah hari ke-0
Kadar TimbalDarah hari ke-15
Kadar TimbalDarah hari ke-30
Kadar TimbalDarah hari ke-35
Kadar TimbalDarah hari ke-40
N Mean Rank
81
Test Statisticsa,b
15.343 19.972 16.242 30.415 29.8865 5 5 5 5
.009 .001 .006 .000 .000
Chi-SquaredfAsymp. Sig.
Kadar TimbalDarah hari
ke-0
Kadar TimbalDarah hari
ke-15
Kadar TimbalDarah hari
ke-30
Kadar TimbalDarah hari
ke-35
Kadar TimbalDarah hari
ke-40
Kruskal Wallis Testa.
Grouping Variable: Kelompok perlakuanb.
Mann-Whitney Test
Ranks
6 6.42 38.505 5.50 27.50
116 3.83 23.005 8.60 43.00
116 3.50 21.005 9.00 45.00
11
6 4.50 27.005 7.80 39.00
116 8.00 48.005 3.60 18.00
11
Kelompok perlakuankontrol pensuspensikontrol PbTotalkontrol pensuspensikontrol PbTotalkontrol pensuspensikontrol PbTotal
kontrol pensuspensikontrol PbTotalkontrol pensuspensikontrol PbTotal
Kadar TimbalDarah hari ke-0
Kadar TimbalDarah hari ke-15
Kadar TimbalDarah hari ke-30
Kadar TimbalDarah hari ke-35
Kadar TimbalDarah hari ke-40
N Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
12.500 2.000 .000 6.000 3.00027.500 23.000 21.000 27.000 18.000
-.913 -2.373 -2.739 -1.643 -2.191.361 .018 .006 .100 .028
.662a
.017a
.004a
.126a
.030a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Kadar TimbalDarah hari
ke-0
Kadar TimbalDarah hari
ke-15
Kadar TimbalDarah hari
ke-30
Kadar TimbalDarah hari
ke-35
Kadar TimbalDarah hari
ke-40
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Kelompok perlakuanb.
82
Mann-Whitney Test
Ranks
6 7.58 45.507 6.50 45.50
136 4.17 25.007 9.43 66.00
136 5.33 32.007 8.43 59.00
13
6 4.08 24.507 9.50 66.50
136 9.83 59.007 4.57 32.00
13
Kelompok perlakuankontrol pensuspensikontrol Pb --> Na2CaEDTATotalkontrol pensuspensikontrol Pb --> Na2CaEDTATotalkontrol pensuspensikontrol Pb --> Na2CaEDTATotal
kontrol pensuspensikontrol Pb --> Na2CaEDTATotalkontrol pensuspensikontrol Pb --> Na2CaEDTATotal
Kadar TimbalDarah hari ke-0
Kadar TimbalDarah hari ke-15
Kadar TimbalDarah hari ke-30
Kadar TimbalDarah hari ke-35
Kadar TimbalDarah hari ke-40
N Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
17.500 4.000 11.000 3.500 4.00045.500 25.000 32.000 24.500 32.000-1.080 -2.429 -1.429 -2.507 -2.429
.280 .015 .153 .012 .015
.628a
.014a
.181a
.008a
.014a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Kadar TimbalDarah hari
ke-0
Kadar TimbalDarah hari
ke-15
Kadar TimbalDarah hari
ke-30
Kadar TimbalDarah hari
ke-35
Kadar TimbalDarah hari
ke-40
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Kelompok perlakuanb.
83
Mann-Whitney Test
Ranks
6 5.75 34.50
7 8.07 56.50
136 4.67 28.00
7 9.00 63.00
136 5.33 32.00
7 8.43 59.00
13
6 3.50 21.00
7 10.00 70.00
136 10.50 63.00
7 4.00 28.00
13
Kelompok perlakuankontrol pensuspensiPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol umbi bawang putihTotalkontrol pensuspensiPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol umbi bawang putihTotalkontrol pensuspensiPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol umbi bawang putihTotal
kontrol pensuspensiPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol umbi bawang putihTotalkontrol pensuspensiPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol umbi bawang putihTotal
Kadar TimbalDarah hari ke-0
Kadar TimbalDarah hari ke-15
Kadar TimbalDarah hari ke-30
Kadar TimbalDarah hari ke-35
Kadar TimbalDarah hari ke-40
N Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
13.500 7.000 11.000 .000 .00034.500 28.000 32.000 21.000 28.000-1.222 -2.000 -1.429 -3.000 -3.156
.222 .046 .153 .003 .002
.295a
.051a
.181a
.001a
.001a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Kadar TimbalDarah hari
ke-0
Kadar TimbalDarah hari
ke-15
Kadar TimbalDarah hari
ke-30
Kadar TimbalDarah hari
ke-35
Kadar TimbalDarah hari
ke-40
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Kelompok perlakuanb.
84
Mann-Whitney Test
Ranks
6 7.58 45.50
7 6.50 45.50
136 4.67 28.00
7 9.00 63.00
136 3.67 22.00
7 9.86 69.00
13
6 3.50 21.00
7 10.00 70.00
136 10.50 63.00
7 4.00 28.00
13
Kelompok perlakuankontrol pensuspensiPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol rimpang temulawakTotalkontrol pensuspensiPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol rimpang temulawakTotalkontrol pensuspensiPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol rimpang temulawakTotal
kontrol pensuspensiPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol rimpang temulawakTotalkontrol pensuspensiPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol rimpang temulawakTotal
Kadar TimbalDarah hari ke-0
Kadar TimbalDarah hari ke-15
Kadar TimbalDarah hari ke-30
Kadar TimbalDarah hari ke-35
Kadar TimbalDarah hari ke-40
N Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
17.500 7.000 1.000 .000 .00045.500 28.000 22.000 21.000 28.000-1.080 -2.000 -2.857 -3.000 -3.156
.280 .046 .004 .003 .002
.628a
.051a
.002a
.001a
.001a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Kadar TimbalDarah hari
ke-0
Kadar TimbalDarah hari
ke-15
Kadar TimbalDarah hari
ke-30
Kadar TimbalDarah hari
ke-35
Kadar TimbalDarah hari
ke-40
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Kelompok perlakuanb.
85
Mann-Whitney Test
Ranks
6 7.58 45.50
7 6.50 45.50
136 4.33 26.00
7 9.29 65.00
136 8.00 48.00
7 6.14 43.00
13
6 10.50 63.00
7 4.00 28.00
136 5.83 35.00
7 8.00 56.00
13
Kelompok perlakuankontrol pensuspensiPb-->Na2CaEDTA-->ekstrakbawang putih-->ekstrak temulawakTotalkontrol pensuspensiPb-->Na2CaEDTA-->ekstrakbawang putih-->ekstrak temulawakTotalkontrol pensuspensiPb-->Na2CaEDTA-->ekstrakbawang putih-->ekstrak temulawakTotal
kontrol pensuspensiPb-->Na2CaEDTA-->ekstrakbawang putih-->ekstrak temulawakTotalkontrol pensuspensiPb-->Na2CaEDTA-->ekstrakbawang putih-->ekstrak temulawakTotal
Kadar TimbalDarah hari ke-0
Kadar TimbalDarah hari ke-15
Kadar TimbalDarah hari ke-30
Kadar TimbalDarah hari ke-35
Kadar TimbalDarah hari ke-40
N Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
17.500 5.000 15.000 .000 14.00045.500 26.000 43.000 28.000 35.000-1.080 -2.286 -.857 -3.004 -1.000
.280 .022 .391 .003 .317
.628a
.022a
.445a
.001a
.366a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Kadar TimbalDarah hari
ke-0
Kadar TimbalDarah hari
ke-15
Kadar TimbalDarah hari
ke-30
Kadar TimbalDarah hari
ke-35
Kadar TimbalDarah hari
ke-40
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Kelompok perlakuanb.
86
Mann-Whitney Test
Ranks
5 6.50 32.507 6.50 45.50
125 7.00 35.007 6.14 43.00
125 8.40 42.007 5.14 36.00
12
5 5.60 28.007 7.14 50.00
125 9.00 45.007 4.71 33.00
12
Kelompok perlakuankontrol Pbkontrol Pb --> Na2CaEDTATotalkontrol Pbkontrol Pb --> Na2CaEDTATotalkontrol Pbkontrol Pb --> Na2CaEDTATotal
kontrol Pbkontrol Pb --> Na2CaEDTATotalkontrol Pbkontrol Pb --> Na2CaEDTATotal
Kadar TimbalDarah hari ke-0
Kadar TimbalDarah hari ke-15
Kadar TimbalDarah hari ke-30
Kadar TimbalDarah hari ke-35
Kadar TimbalDarah hari ke-40
N Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
17.500 15.000 8.000 13.000 5.00045.500 43.000 36.000 28.000 33.000
.000 -.406 -1.543 -.732 -2.0301.000 .685 .123 .464 .042
1.000a
.755a
.149a
.530a
.048a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Kadar TimbalDarah hari
ke-0
Kadar TimbalDarah hari
ke-15
Kadar TimbalDarah hari
ke-30
Kadar TimbalDarah hari
ke-35
Kadar TimbalDarah hari
ke-40
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Kelompok perlakuanb.
87
Mann-Whitney Test
Ranks
5 4.50 22.50
7 7.93 55.50
125 8.80 44.00
7 4.86 34.00
125 8.00 40.00
7 5.43 38.00
12
5 4.60 23.00
7 7.86 55.00
125 10.00 50.00
7 4.00 28.00
12
Kelompok perlakuankontrol PbPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol umbi bawang putihTotalkontrol PbPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol umbi bawang putihTotalkontrol PbPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol umbi bawang putihTotal
kontrol PbPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol umbi bawang putihTotalkontrol PbPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol umbi bawang putihTotal
Kadar TimbalDarah hari ke-0
Kadar TimbalDarah hari ke-15
Kadar TimbalDarah hari ke-30
Kadar TimbalDarah hari ke-35
Kadar TimbalDarah hari ke-40
N Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
7.500 6.000 10.000 8.000 .00022.500 34.000 38.000 23.000 28.000-1.932 -1.868 -1.218 -1.543 -3.034
.053 .062 .223 .123 .002
.106a
.073a
.268a
.149a
.003a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Kadar TimbalDarah hari
ke-0
Kadar TimbalDarah hari
ke-15
Kadar TimbalDarah hari
ke-30
Kadar TimbalDarah hari
ke-35
Kadar TimbalDarah hari
ke-40
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Kelompok perlakuanb.
88
Mann-Whitney Test
Ranks
5 6.50 32.50
7 6.50 45.50
125 9.00 45.00
7 4.71 33.00
125 6.40 32.00
7 6.57 46.00
12
5 4.20 21.00
7 8.14 57.00
125 10.00 50.00
7 4.00 28.00
12
Kelompok perlakuankontrol PbPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol rimpang temulawakTotalkontrol PbPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol rimpang temulawakTotalkontrol PbPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol rimpang temulawakTotal
kontrol PbPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol rimpang temulawakTotalkontrol PbPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol rimpang temulawakTotal
Kadar TimbalDarah hari ke-0
Kadar TimbalDarah hari ke-15
Kadar TimbalDarah hari ke-30
Kadar TimbalDarah hari ke-35
Kadar TimbalDarah hari ke-40
N Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
17.500 5.000 17.000 6.000 .00045.500 33.000 32.000 21.000 28.000
.000 -2.030 -.081 -1.868 -3.0341.000 .042 .935 .062 .002
1.000a
.048a
1.000a
.073a
.003a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Kadar TimbalDarah hari
ke-0
Kadar TimbalDarah hari
ke-15
Kadar TimbalDarah hari
ke-30
Kadar TimbalDarah hari
ke-35
Kadar TimbalDarah hari
ke-40
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Kelompok perlakuanb.
89
Mann-Whitney Test
Ranks
5 6.50 32.50
7 6.50 45.50
125 6.60 33.00
7 6.43 45.00
125 10.00 50.00
7 4.00 28.00
12
5 10.00 50.00
7 4.00 28.00
125 5.00 25.00
7 7.57 53.00
12
Kelompok perlakuankontrol PbPb-->Na2CaEDTA-->ekstrakbawang putih-->ekstrak temulawakTotalkontrol PbPb-->Na2CaEDTA-->ekstrakbawang putih-->ekstrak temulawakTotalkontrol PbPb-->Na2CaEDTA-->ekstrakbawang putih-->ekstrak temulawakTotal
kontrol PbPb-->Na2CaEDTA-->ekstrakbawang putih-->ekstrak temulawakTotalkontrol PbPb-->Na2CaEDTA-->ekstrakbawang putih-->ekstrak temulawakTotal
Kadar TimbalDarah hari ke-0
Kadar TimbalDarah hari ke-15
Kadar TimbalDarah hari ke-30
Kadar TimbalDarah hari ke-35
Kadar TimbalDarah hari ke-40
N Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
17.500 17.000 .000 .000 10.00045.500 45.000 28.000 28.000 25.000
.000 -.081 -2.842 -2.847 -1.2181.000 .935 .004 .004 .223
1.000a
1.000a
.003a
.003a
.268a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Kadar TimbalDarah hari
ke-0
Kadar TimbalDarah hari
ke-15
Kadar TimbalDarah hari
ke-30
Kadar TimbalDarah hari
ke-35
Kadar TimbalDarah hari
ke-40
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Kelompok perlakuanb.
90
Mann-Whitney Test
Ranks
7 5.50 38.50
7 9.50 66.50
147 9.86 69.00
7 5.14 36.00
147 7.29 51.00
7 7.71 54.00
14
7 5.43 38.00
7 9.57 67.00
147 10.21 71.50
7 4.79 33.50
14
Kelompok perlakuankontrol Pb --> Na2CaEDTAPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol umbi bawang putihTotalkontrol Pb --> Na2CaEDTAPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol umbi bawang putihTotalkontrol Pb --> Na2CaEDTAPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol umbi bawang putihTotal
kontrol Pb --> Na2CaEDTAPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol umbi bawang putihTotalkontrol Pb --> Na2CaEDTAPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol umbi bawang putihTotal
Kadar TimbalDarah hari ke-0
Kadar TimbalDarah hari ke-15
Kadar TimbalDarah hari ke-30
Kadar TimbalDarah hari ke-35
Kadar TimbalDarah hari ke-40
N Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
10.500 8.000 23.000 10.000 5.50038.500 36.000 51.000 38.000 33.500-2.241 -2.108 -.192 -1.855 -2.596
.025 .035 .848 .064 .009
.073a
.038a
.902a
.073a
.011a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Kadar TimbalDarah hari
ke-0
Kadar TimbalDarah hari
ke-15
Kadar TimbalDarah hari
ke-30
Kadar TimbalDarah hari
ke-35
Kadar TimbalDarah hari
ke-40
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Kelompok perlakuanb.
91
Mann-Whitney Test
Ranks
7 7.50 52.50
7 7.50 52.50
147 10.00 70.00
7 5.00 35.00
147 6.14 43.00
7 8.86 62.00
14
7 4.29 30.00
7 10.71 75.00
147 10.43 73.00
7 4.57 32.00
14
Kelompok perlakuankontrol Pb --> Na2CaEDTAPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol rimpang temulawakTotalkontrol Pb --> Na2CaEDTAPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol rimpang temulawakTotalkontrol Pb --> Na2CaEDTAPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol rimpang temulawakTotal
kontrol Pb --> Na2CaEDTAPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol rimpang temulawakTotalkontrol Pb --> Na2CaEDTAPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol rimpang temulawakTotal
Kadar TimbalDarah hari ke-0
Kadar TimbalDarah hari ke-15
Kadar TimbalDarah hari ke-30
Kadar TimbalDarah hari ke-35
Kadar TimbalDarah hari ke-40
N Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
24.500 7.000 15.000 2.000 4.00052.500 35.000 43.000 30.000 32.000
.000 -2.236 -1.214 -2.878 -2.7971.000 .025 .225 .004 .005
1.000a
.026a
.259a
.002a
.007a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Kadar TimbalDarah hari
ke-0
Kadar TimbalDarah hari
ke-15
Kadar TimbalDarah hari
ke-30
Kadar TimbalDarah hari
ke-35
Kadar TimbalDarah hari
ke-40
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Kelompok perlakuanb.
92
Mann-Whitney Test
Ranks
7 7.50 52.50
7 7.50 52.50
147 7.14 50.00
7 7.86 55.00
147 9.00 63.00
7 6.00 42.00
14
7 11.00 77.00
7 4.00 28.00
147 5.00 35.00
7 10.00 70.00
14
Kelompok perlakuankontrol Pb --> Na2CaEDTAPb-->Na2CaEDTA-->ekstrak bawangputih-->ekstrak temulawakTotalkontrol Pb --> Na2CaEDTAPb-->Na2CaEDTA-->ekstrak bawangputih-->ekstrak temulawakTotalkontrol Pb --> Na2CaEDTAPb-->Na2CaEDTA-->ekstrak bawangputih-->ekstrak temulawakTotal
kontrol Pb --> Na2CaEDTAPb-->Na2CaEDTA-->ekstrak bawangputih-->ekstrak temulawakTotalkontrol Pb --> Na2CaEDTAPb-->Na2CaEDTA-->ekstrak bawangputih-->ekstrak temulawakTotal
Kadar TimbalDarah hari ke-0
Kadar TimbalDarah hari ke-15
Kadar TimbalDarah hari ke-30
Kadar TimbalDarah hari ke-35
Kadar TimbalDarah hari ke-40
N Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
24.500 22.000 14.000 .000 7.00052.500 50.000 42.000 28.000 35.000
.000 -.319 -1.342 -3.137 -2.2361.000 .749 .180 .002 .025
1.000a
.805a
.209a
.001a
.026a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Kadar TimbalDarah hari
ke-0
Kadar TimbalDarah hari
ke-15
Kadar TimbalDarah hari
ke-30
Kadar TimbalDarah hari
ke-35
Kadar TimbalDarah hari
ke-40
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Kelompok perlakuanb.
93
Mann-Whitney Test
Ranks
7 9.50 66.50
7 5.50 38.50
14
7 7.86 55.00
7 7.14 50.00
14
7 6.00 42.00
7 9.00 63.00
14
7 4.57 32.00
7 10.43 73.00
14
7 7.57 53.00
7 7.43 52.00
14
Kelompok perlakuanPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol umbi bawang putihPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol rimpang temulawakTotalPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol umbi bawang putihPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol rimpang temulawakTotalPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol umbi bawang putihPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol rimpang temulawakTotal
Pb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol umbi bawang putihPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol rimpang temulawakTotalPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol umbi bawang putihPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol rimpang temulawakTotal
Kadar TimbalDarah hari ke-0
Kadar TimbalDarah hari ke-15
Kadar TimbalDarah hari ke-30
Kadar TimbalDarah hari ke-35
Kadar TimbalDarah hari ke-40
N Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
10.500 22.000 14.000 4.000 24.00038.500 50.000 42.000 32.000 52.000-2.241 -.319 -1.342 -2.619 -.105
.025 .749 .180 .009 .917
.073a
.805a
.209a
.007a
1.000a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Kadar TimbalDarah hari
ke-0
Kadar TimbalDarah hari
ke-15
Kadar TimbalDarah hari
ke-30
Kadar TimbalDarah hari
ke-35
Kadar TimbalDarah hari
ke-40
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Kelompok perlakuanb.
94
Mann-Whitney Test
Ranks
7 9.50 66.50
7 5.50 38.50
14
7 4.14 29.00
7 10.86 76.00
14
7 9.14 64.00
7 5.86 41.00
14
7 11.00 77.00
7 4.00 28.00
14
7 4.00 28.00
7 11.00 77.00
14
Kelompok perlakuanPb --> Na2CaEDTA --> ekstrak etanolumbi bawang putihPb-->Na2CaEDTA-->ekstrak bawangputih-->ekstrak temulawakTotalPb --> Na2CaEDTA --> ekstrak etanolumbi bawang putihPb-->Na2CaEDTA-->ekstrak bawangputih-->ekstrak temulawakTotalPb --> Na2CaEDTA --> ekstrak etanolumbi bawang putihPb-->Na2CaEDTA-->ekstrak bawangputih-->ekstrak temulawakTotal
Pb --> Na2CaEDTA --> ekstrak etanolumbi bawang putihPb-->Na2CaEDTA-->ekstrak bawangputih-->ekstrak temulawakTotalPb --> Na2CaEDTA --> ekstrak etanolumbi bawang putihPb-->Na2CaEDTA-->ekstrak bawangputih-->ekstrak temulawakTotal
Kadar TimbalDarah hari ke-0
Kadar TimbalDarah hari ke-15
Kadar TimbalDarah hari ke-30
Kadar TimbalDarah hari ke-35
Kadar TimbalDarah hari ke-40
N Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
10.500 1.000 13.000 .000 .00038.500 29.000 41.000 28.000 28.000-2.241 -3.003 -1.469 -3.134 -3.258
.025 .003 .142 .002 .001
.073a
.001a
.165a
.001a
.001a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Kadar TimbalDarah hari
ke-0
Kadar TimbalDarah hari
ke-15
Kadar TimbalDarah hari
ke-30
Kadar TimbalDarah hari
ke-35
Kadar TimbalDarah hari
ke-40
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Kelompok perlakuanb.
95
Mann-Whitney Test
Ranks
7 7.50 52.50
7 7.50 52.50
14
7 4.00 28.00
7 11.00 77.00
14
7 10.71 75.00
7 4.29 30.00
14
7 11.00 77.00
7 4.00 28.00
14
7 4.00 28.00
7 11.00 77.00
14
Kelompok perlakuanPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol rimpang temulawakPb-->Na2CaEDTA-->ekstrakbawang putih-->ekstrak temulawakTotalPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol rimpang temulawakPb-->Na2CaEDTA-->ekstrakbawang putih-->ekstrak temulawakTotalPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol rimpang temulawakPb-->Na2CaEDTA-->ekstrakbawang putih-->ekstrak temulawakTotal
Pb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol rimpang temulawakPb-->Na2CaEDTA-->ekstrakbawang putih-->ekstrak temulawakTotalPb --> Na2CaEDTA --> ekstraketanol rimpang temulawakPb-->Na2CaEDTA-->ekstrakbawang putih-->ekstrak temulawakTotal
Kadar TimbalDarah hari ke-0
Kadar TimbalDarah hari ke-15
Kadar TimbalDarah hari ke-30
Kadar TimbalDarah hari ke-35
Kadar TimbalDarah hari ke-40
N Mean Rank Sum of Ranks
Test Statisticsb
24.500 .000 2.000 .000 .00052.500 28.000 30.000 28.000 28.000
.000 -3.130 -2.875 -3.134 -3.2581.000 .002 .004 .002 .001
1.000a
.001a
.002a
.001a
.001a
Mann-Whitney UWilcoxon WZAsymp. Sig. (2-tailed)Exact Sig. [2*(1-tailedSig.)]
Kadar TimbalDarah hari
ke-0
Kadar TimbalDarah hari
ke-15
Kadar TimbalDarah hari
ke-30
Kadar TimbalDarah hari
ke-35
Kadar TimbalDarah hari
ke-40
Not corrected for ties.a.
Grouping Variable: Kelompok perlakuanb.
96
Lampiran 20. Hasil uji signifikansi kadar timbal darah kontrol aquadest
dengan metode Friedman
Tests of Normality
.492 6 .000 .496 6 .000
.313 6 .068 .733 6 .013
.169 6 .200* .984 6 .969
.315 6 .063 .798 6 .056
.165 6 .200* .946 6 .704
Kadar TimbalDarah hari ke-0Kadar TimbalDarah hari ke-15Kadar TimbalDarah hari ke-30Kadar TimbalDarah hari ke-35Kadar TimbalDarah hari ke-40
Statistic df Sig. Statistic df Sig.Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
This is a lower bound of the true significance.*.
Lilliefors Significance Correctiona.
Friedman Test
Ranks
1.00
3.67
2.17
4.83
3.33
Kadar TimbalDarah hari ke-0Kadar TimbalDarah hari ke-15Kadar TimbalDarah hari ke-30Kadar TimbalDarah hari ke-35Kadar TimbalDarah hari ke-40
Mean Rank
Test Statisticsa
620.667
4.000
NChi-SquaredfAsymp. Sig.
Friedman Testa.
97
Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N Mean Rank Sum of Ranks Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 0a .00 .00 ke-15 - Kadar Timbal Positive Ranks 6b 3.50 21.00 Darah hari ke-0 Ties 0c Total 6 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 0d .00 .00 ke-30 - Kadar Timbal Positive Ranks 6e 3.50 21.00 Darah hari ke-0 Ties 0f Total 6 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 0g .00 .00 ke-35 - Kadar Timbal Positive Ranks 6h 3.50 21.00 Darah hari ke-0 Ties 0i Total 6 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 0j .00 .00 ke-40 - Kadar Timbal Positive Ranks 6k 3.50 21.00 Darah hari ke-0 Ties 0l Total 6 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 6m 3.50 21.00 ke-30 - Kadar Timbal Positive Ranks 0n .00 .00 Darah hari ke-15 Ties 0o Total 6 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 1p 2.00 2.00 ke-35 - Kadar Timbal Positive Ranks 5q 3.80 19.00 Darah hari ke-15 Ties 0r Total 6 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 3s 5.00 15.00 ke-40 - Kadar Timbal Positive Ranks 3t 2.00 6.00 Darah hari ke-15 Ties 0u Total 6 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 0v .00 .00 ke-35 - Kadar Timbal Positive Ranks 6w 3.50 21.00 Darah hari ke-30 Ties 0x Total 6 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 1y 1.00 1.00 ke-40 - Kadar Timbal Positive Ranks 5z 4.00 20.00 Darah hari ke-30 Ties 0aa Total 6 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 6bb 3.50 21.00 ke-40 - Kadar Timbal Positive Ranks 0cc .00 .00 Darah hari ke-35 Ties 0dd Total 6
98
a. Kadar Timbal Darah hari ke-15 < Kadar Timbal Darah hari ke-0 b. Kadar Timbal Darah hari ke-15 > Kadar Timbal Darah hari ke-0 c. Kadar Timbal Darah hari ke-15 = Kadar Timbal Darah hari ke-0 d. Kadar Timbal Darah hari ke-30 < Kadar Timbal Darah hari ke-0 e. Kadar Timbal Darah hari ke-30 > Kadar Timbal Darah hari ke-0 f. Kadar Timbal Darah hari ke-30 = Kadar Timbal Darah hari ke-0 g. Kadar Timbal Darah hari ke-35 < Kadar Timbal Darah hari ke-0 h. Kadar Timbal Darah hari ke-35 > Kadar Timbal Darah hari ke-0 i. Kadar Timbal Darah hari ke-35 = Kadar Timbal Darah hari ke-0 j. Kadar Timbal Darah hari ke-40 < Kadar Timbal Darah hari ke-0 k. Kadar Timbal Darah hari ke-40 > Kadar Timbal Darah hari ke-0 l. Kadar Timbal Darah hari ke-40 = Kadar Timbal Darah hari ke-0 m. Kadar Timbal Darah hari ke-30 < Kadar Timbal Darah hari ke-15 n. Kadar Timbal Darah hari ke-30 > Kadar Timbal Darah hari ke-15 o. Kadar Timbal Darah hari ke-30 = Kadar Timbal Darah hari ke-15 p. Kadar Timbal Darah hari ke-35 < Kadar Timbal Darah hari ke-15 q. Kadar Timbal Darah hari ke-35 > Kadar Timbal Darah hari ke-15 r. Kadar Timbal Darah hari ke-35 = Kadar Timbal Darah hari ke-15 s. Kadar Timbal Darah hari ke-40 < Kadar Timbal Darah hari ke-15 t. Kadar Timbal Darah hari ke-40 > Kadar Timbal Darah hari ke-15 u. Kadar Timbal Darah hari ke-40 = Kadar Timbal Darah hari ke-15 v. Kadar Timbal Darah hari ke-35 < Kadar Timbal Darah hari ke-30 w. Kadar Timbal Darah hari ke-35 > Kadar Timbal Darah hari ke-30 x. Kadar Timbal Darah hari ke-35 = Kadar Timbal Darah hari ke-30 y. Kadar Timbal Darah hari ke-40 < Kadar Timbal Darah hari ke-30 z. Kadar Timbal Darah hari ke-40 > Kadar Timbal Darah hari ke-30 aa. Kadar Timbal Darah hari ke-40 = Kadar Timbal Darah hari ke-30 bb. Kadar Timbal Darah hari ke-40 < Kadar Timbal Darah hari ke-35 cc. Kadar Timbal Darah hari ke-40 > Kadar Timbal Darah hari ke-35 dd. Kadar Timbal Darah hari ke-40 = Kadar Timbal Darah hari ke-35
Test Statisticsc
Kadar Timbal Darah hari ke-15 - Kadar Timbal Darah hari ke-0
Kadar Timbal Darah hari ke-30 - Kadar Timbal Darah hari ke-0
Kadar Timbal Darah hari ke-35 - Kadar Timbal Darah hari ke-0
Kadar Timbal Darah hari ke-40 - Kadar Timbal Darah hari ke-0
Z -2.201a -2.201a -2.201a -2.201a
Asymp. Sig. (2-tailed) .028 .028 .028 .028
Kadar Timbal Darah hari ke-30 - Kadar Timbal
Darah hari ke-15
Kadar Timbal Darah hari ke-35 - Kadar Timbal
Darah hari ke-15
Kadar Timbal Darah hari ke-40 - Kadar Timbal
Darah hari ke-15
Kadar Timbal Darah hari ke-35 - Kadar Timbal
Darah hari ke-30 Z -2.201b -1.782a -.943b -2.201a
Asymp. Sig. (2-tailed) .028 .075 .345 .028
Kadar Timbal Darah hari ke-40 - Kadar Timbal
Darah hari ke-30
Kadar Timbal Darah hari ke-40 - Kadar Timbal
Darah hari ke-35 Z -1.992a -2.201b
Asymp. Sig. (2-tailed) .046 .028a Based on negative ranks. b Based on positive ranks. c Wilcoxon Signed Ranks Test
99
Lampiran 21. Hasil uji signifikansi kadar timbal darah kontrol timbal (Pb)
dengan metode Friedman
Tests of Normalityb
.392 5 .011 .693 5 .008
.168 5 .200* .968 5 .860
.399 5 .009 .725 5 .017
.184 5 .200* .988 5 .974
Kadar TimbalDarah hari ke-15Kadar TimbalDarah hari ke-30Kadar TimbalDarah hari ke-35Kadar TimbalDarah hari ke-40
Statistic df Sig. Statistic df Sig.Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
This is a lower bound of the true significance.*.
Lilliefors Significance Correctiona.
Kadar Timbal Darah hari ke-0 is constant. It has been omitted.b.
Friedman Test
Ranks
1.00
4.40
3.00
4.60
2.00
Kadar TimbalDarah hari ke-0Kadar TimbalDarah hari ke-15Kadar TimbalDarah hari ke-30Kadar TimbalDarah hari ke-35Kadar TimbalDarah hari ke-40
Mean Rank
Test Statisticsa
519.040
4.001
NChi-SquaredfAsymp. Sig.
Friedman Testa.
100
Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N Mean Rank Sum of Ranks Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 0a .00 .00 ke-15 - Kadar Timbal Positive Ranks 5b 3.00 15.00 Darah hari ke-0 Ties 0c Total 5 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 0d .00 .00 ke-30 - Kadar Timbal Positive Ranks 5e 3.00 15.00 Darah hari ke-0 Ties 0f Total 5 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 0g .00 .00 ke-35 - Kadar Timbal Positive Ranks 5h 3.00 15.00 Darah hari ke-0 Ties 0i Total 5 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 0j .00 .00 ke-40 - Kadar Timbal Positive Ranks 5k 3.00 15.00 Darah hari ke-0 Ties 0l Total 5 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 5m 3.00 15.00 ke-30 - Kadar Timbal Positive Ranks 0n .00 .00 Darah hari ke-15 Ties 0o Total 5 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 2p 3.50 7.00 ke-35 - Kadar Timbal Positive Ranks 3q 2.67 8.00 Darah hari ke-15 Ties 0r Total 5 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 5s 3.00 15.00 ke-40 - Kadar Timbal Positive Ranks 0t .00 .00 Darah hari ke-15 Ties 0u Total 5 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 0v .00 .00 ke-35 - Kadar Timbal Positive Ranks 5w 3.00 15.00 Darah hari ke-30 Ties 0x Total 5 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 5y 3.00 15.00 ke-40 - Kadar Timbal Positive Ranks 0z .00 .00 Darah hari ke-30 Ties 0aa Total 5 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 5bb 3.00 15.00 ke-40 - Kadar Timbal Positive Ranks 0cc .00 .00 Darah hari ke-35 Ties 0dd Total 5
101
a. Kadar Timbal Darah hari ke-15 < Kadar Timbal Darah hari ke-0 b. Kadar Timbal Darah hari ke-15 > Kadar Timbal Darah hari ke-0 c. Kadar Timbal Darah hari ke-15 = Kadar Timbal Darah hari ke-0 d. Kadar Timbal Darah hari ke-30 < Kadar Timbal Darah hari ke-0 e. Kadar Timbal Darah hari ke-30 > Kadar Timbal Darah hari ke-0 f. Kadar Timbal Darah hari ke-30 = Kadar Timbal Darah hari ke-0 g. Kadar Timbal Darah hari ke-35 < Kadar Timbal Darah hari ke-0 h. Kadar Timbal Darah hari ke-35 > Kadar Timbal Darah hari ke-0 i. Kadar Timbal Darah hari ke-35 = Kadar Timbal Darah hari ke-0 j. Kadar Timbal Darah hari ke-40 < Kadar Timbal Darah hari ke-0 k. Kadar Timbal Darah hari ke-40 > Kadar Timbal Darah hari ke-0 l. Kadar Timbal Darah hari ke-40 = Kadar Timbal Darah hari ke-0 m. Kadar Timbal Darah hari ke-30 < Kadar Timbal Darah hari ke-15 n. Kadar Timbal Darah hari ke-30 > Kadar Timbal Darah hari ke-15 o. Kadar Timbal Darah hari ke-30 = Kadar Timbal Darah hari ke-15 p. Kadar Timbal Darah hari ke-35 < Kadar Timbal Darah hari ke-15 q. Kadar Timbal Darah hari ke-35 > Kadar Timbal Darah hari ke-15 r. Kadar Timbal Darah hari ke-35 = Kadar Timbal Darah hari ke-15 s. Kadar Timbal Darah hari ke-40 < Kadar Timbal Darah hari ke-15 t. Kadar Timbal Darah hari ke-40 > Kadar Timbal Darah hari ke-15 u. Kadar Timbal Darah hari ke-40 = Kadar Timbal Darah hari ke-15 v. Kadar Timbal Darah hari ke-35 < Kadar Timbal Darah hari ke-30 w. Kadar Timbal Darah hari ke-35 > Kadar Timbal Darah hari ke-30 x. Kadar Timbal Darah hari ke-35 = Kadar Timbal Darah hari ke-30 y. Kadar Timbal Darah hari ke-40 < Kadar Timbal Darah hari ke-30 z. Kadar Timbal Darah hari ke-40 > Kadar Timbal Darah hari ke-30 aa. Kadar Timbal Darah hari ke-40 = Kadar Timbal Darah hari ke-30 bb. Kadar Timbal Darah hari ke-40 < Kadar Timbal Darah hari ke-35 cc. Kadar Timbal Darah hari ke-40 > Kadar Timbal Darah hari ke-35 dd. Kadar Timbal Darah hari ke-40 = Kadar Timbal Darah hari ke-35
Test Statisticsc
Kadar Timbal Darah hari ke-15 - Kadar Timbal Darah hari ke-0
Kadar Timbal Darah hari ke-30 - Kadar Timbal Darah hari ke-0
Kadar Timbal Darah hari ke-35 - Kadar Timbal Darah hari ke-0
Kadar Timbal Darah hari ke-40 - Kadar Timbal Darah hari ke-0
Z -2.023a -2.023a -2.023a -2.023a
Asymp. Sig. (2-tailed) .043 .043 .043 .043
Kadar Timbal Darah hari ke-30 - Kadar Timbal
Darah hari ke-15
Kadar Timbal Darah hari ke-35 - Kadar Timbal
Darah hari ke-15
Kadar Timbal Darah hari ke-40 - Kadar Timbal
Darah hari ke-15
Kadar Timbal Darah hari ke-35 - Kadar Timbal
Darah hari ke-30 Z -2.023b -.135a -2.023b -2.023a
Asymp. Sig. (2-tailed) .043 .893 .043 .043
Kadar Timbal Darah hari ke-40 - Kadar Timbal
Darah hari ke-30
Kadar Timbal Darah hari ke-40 - Kadar Timbal
Darah hari ke-35 Z -2.023b -2.023b
Asymp. Sig. (2-tailed) .043 .043a Based on negative ranks. b Based on positive ranks. c Wilcoxon Signed Ranks Test
102
Lampiran 22. Hasil uji signifikansi kadar timbal darah kontrol Na2CaEDTA
dengan metode Friedman
Tests of Normalityb
.106 7 .200* .991 7 .994
.232 7 .200* .883 7 .242
.287 7 .084 .791 7 .033
.244 7 .200* .815 7 .058
Kadar TimbalDarah hari ke-15Kadar TimbalDarah hari ke-30Kadar TimbalDarah hari ke-35Kadar TimbalDarah hari ke-40
Statistic df Sig. Statistic df Sig.Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
This is a lower bound of the true significance.*.
Lilliefors Significance Correctiona.
Kadar Timbal Darah hari ke-0 is constant. It has been omitted.b.
Friedman Test
Ranks
1.07
4.29
2.86
4.71
2.07
Kadar TimbalDarah hari ke-0Kadar TimbalDarah hari ke-15Kadar TimbalDarah hari ke-30Kadar TimbalDarah hari ke-35Kadar TimbalDarah hari ke-40
Mean Rank
Test Statisticsa
725.928
4.000
NChi-SquaredfAsymp. Sig.
Friedman Testa.
103
Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N Mean Rank Sum of Ranks Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 0a .00 .00 ke-15 - Kadar Timbal Positive Ranks 7b 4.00 28.00 Darah hari ke-0 Ties 0c Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 0d .00 .00 ke-30 - Kadar Timbal Positive Ranks 7e 4.00 28.00 Darah hari ke-0 Ties 0f Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 0g .00 .00 ke-35 - Kadar Timbal Positive Ranks 7h 4.00 28.00 Darah hari ke-0 Ties 0i Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 0j .00 .00 ke-40 - Kadar Timbal Positive Ranks 6k 3.50 21.00 Darah hari ke-0 Ties 1l Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 7m 4.00 28.00 ke-30 - Kadar Timbal Positive Ranks 0n .00 .00 Darah hari ke-15 Ties 0o Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 2p 3.00 6.00 ke-35 - Kadar Timbal Positive Ranks 5q 4.40 22.00 Darah hari ke-15 Ties 0r Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 7s 4.00 28.00 ke-40 - Kadar Timbal Positive Ranks 0t .00 .00 Darah hari ke-15 Ties 0u Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 0v .00 .00 ke-35 - Kadar Timbal Positive Ranks 7w 4.00 28.00 Darah hari ke-30 Ties 0x Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 6y 4.50 27.00 ke-40 - Kadar Timbal Positive Ranks 1z 1.00 1.00 Darah hari ke-30 Ties 0aa Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 7bb 4.00 28.00 ke-40 - Kadar Timbal Positive Ranks 0cc .00 .00 Darah hari ke-35 Ties 0dd Total 7
104
a. Kadar Timbal Darah hari ke-15 < Kadar Timbal Darah hari ke-0 b. Kadar Timbal Darah hari ke-15 > Kadar Timbal Darah hari ke-0 c. Kadar Timbal Darah hari ke-15 = Kadar Timbal Darah hari ke-0 d. Kadar Timbal Darah hari ke-30 < Kadar Timbal Darah hari ke-0 e. Kadar Timbal Darah hari ke-30 > Kadar Timbal Darah hari ke-0 f. Kadar Timbal Darah hari ke-30 = Kadar Timbal Darah hari ke-0 g. Kadar Timbal Darah hari ke-35 < Kadar Timbal Darah hari ke-0 h. Kadar Timbal Darah hari ke-35 > Kadar Timbal Darah hari ke-0 i. Kadar Timbal Darah hari ke-35 = Kadar Timbal Darah hari ke-0 j. Kadar Timbal Darah hari ke-40 < Kadar Timbal Darah hari ke-0 k. Kadar Timbal Darah hari ke-40 > Kadar Timbal Darah hari ke-0 l. Kadar Timbal Darah hari ke-40 = Kadar Timbal Darah hari ke-0 m. Kadar Timbal Darah hari ke-30 < Kadar Timbal Darah hari ke-15 n. Kadar Timbal Darah hari ke-30 > Kadar Timbal Darah hari ke-15 o. Kadar Timbal Darah hari ke-30 = Kadar Timbal Darah hari ke-15 p. Kadar Timbal Darah hari ke-35 < Kadar Timbal Darah hari ke-15 q. Kadar Timbal Darah hari ke-35 > Kadar Timbal Darah hari ke-15 r. Kadar Timbal Darah hari ke-35 = Kadar Timbal Darah hari ke-15 s. Kadar Timbal Darah hari ke-40 < Kadar Timbal Darah hari ke-15 t. Kadar Timbal Darah hari ke-40 > Kadar Timbal Darah hari ke-15 u. Kadar Timbal Darah hari ke-40 = Kadar Timbal Darah hari ke-15 v. Kadar Timbal Darah hari ke-35 < Kadar Timbal Darah hari ke-30 w. Kadar Timbal Darah hari ke-35 > Kadar Timbal Darah hari ke-30 x. Kadar Timbal Darah hari ke-35 = Kadar Timbal Darah hari ke-30 y. Kadar Timbal Darah hari ke-40 < Kadar Timbal Darah hari ke-30 z. Kadar Timbal Darah hari ke-40 > Kadar Timbal Darah hari ke-30 aa. Kadar Timbal Darah hari ke-40 = Kadar Timbal Darah hari ke-30 bb. Kadar Timbal Darah hari ke-40 < Kadar Timbal Darah hari ke-35 cc. Kadar Timbal Darah hari ke-40 > Kadar Timbal Darah hari ke-35 dd. Kadar Timbal Darah hari ke-40 = Kadar Timbal Darah hari ke-35
Test Statisticsc
Kadar Timbal Darah hari ke-15 - Kadar Timbal Darah hari ke-0
Kadar Timbal Darah hari ke-30 - Kadar Timbal Darah hari ke-0
Kadar Timbal Darah hari ke-35 - Kadar Timbal Darah hari ke-0
Kadar Timbal Darah hari ke-40 - Kadar Timbal Darah hari ke-0
Z -2.366a -2.366a -2.371a -2.201a
Asymp. Sig. (2-tailed) .018 .018 .018 .028
Kadar Timbal Darah hari ke-30 - Kadar Timbal
Darah hari ke-15
Kadar Timbal Darah hari ke-35 - Kadar Timbal
Darah hari ke-15
Kadar Timbal Darah hari ke-40 - Kadar Timbal
Darah hari ke-15
Kadar Timbal Darah hari ke-35 - Kadar Timbal
Darah hari ke-30 Z -2.366b -1.352a -2.366b -2.366a
Asymp. Sig. (2-tailed) .018 .176 .018 .018
Kadar Timbal Darah hari ke-40 - Kadar Timbal
Darah hari ke-30
Kadar Timbal Darah hari ke-40 - Kadar Timbal
Darah hari ke-35 Z -2.197b -2.366b
Asymp. Sig. (2-tailed) .028 .018a Based on negative ranks. b Based on positive ranks. c Wilcoxon Signed Ranks Test
105
Lampiran 23. Hasil uji signifikansi kadar timbal darah perlakuan
Na2CaEDTA yang dilanjutkan dengan ekstrak etanol umbi
bawang putih dengan metode Friedman
Tests of Normality
.257 7 .180 .772 7 .021
.239 7 .200* .941 7 .647
.187 7 .200* .949 7 .717
.194 7 .200* .919 7 .460
.504 7 .000 .453 7 .000
Kadar TimbalDarah hari ke-0Kadar TimbalDarah hari ke-15Kadar TimbalDarah hari ke-30Kadar TimbalDarah hari ke-35Kadar TimbalDarah hari ke-40
Statistic df Sig. Statistic df Sig.Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
This is a lower bound of the true significance.*.
Lilliefors Significance Correctiona.
Friedman Test
Ranks
1.93
3.86
3.00
5.00
1.21
Kadar TimbalDarah hari ke-0Kadar TimbalDarah hari ke-15Kadar TimbalDarah hari ke-30Kadar TimbalDarah hari ke-35Kadar TimbalDarah hari ke-40
Mean Rank
Test Statisticsa
725.956
4.000
NChi-SquaredfAsymp. Sig.
Friedman Testa.
106
Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N Mean Rank Sum of Ranks Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 0a .00 .00 ke-15 - Kadar Timbal Positive Ranks 7b 4.00 28.00 Darah hari ke-0 Ties 0c Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 1d 2.00 2.00 ke-30 - Kadar Timbal Positive Ranks 6e 4.33 26.00 Darah hari ke-0 Ties 0f Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 0g .00 .00 ke-35 - Kadar Timbal Positive Ranks 7h 4.00 28.00 Darah hari ke-0 Ties 0i Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 4j 2.50 10.00 ke-40 - Kadar Timbal Positive Ranks 0k .00 .00 Darah hari ke-0 Ties 3l Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 6m 4.33 26.00 ke-30 - Kadar Timbal Positive Ranks 1n 2.00 2.00 Darah hari ke-15 Ties 0o Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 0p .00 .00 ke-35 - Kadar Timbal Positive Ranks 7q 4.00 28.00 Darah hari ke-15 Ties 0r Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 7s 4.00 28.00 ke-40 - Kadar Timbal Positive Ranks 0t .00 .00 Darah hari ke-15 Ties 0u Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 0v .00 .00 ke-35 - Kadar Timbal Positive Ranks 7w 4.00 28.00 Darah hari ke-30 Ties 0x Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 7y 4.00 28.00 ke-40 - Kadar Timbal Positive Ranks 0z .00 .00 Darah hari ke-30 Ties 0aa Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 7bb 4.00 28.00 ke-40 - Kadar Timbal Positive Ranks 0cc .00 .00 Darah hari ke-35 Ties 0dd Total 7
107
a. Kadar Timbal Darah hari ke-15 < Kadar Timbal Darah hari ke-0 b. Kadar Timbal Darah hari ke-15 > Kadar Timbal Darah hari ke-0 c. Kadar Timbal Darah hari ke-15 = Kadar Timbal Darah hari ke-0 d. Kadar Timbal Darah hari ke-30 < Kadar Timbal Darah hari ke-0 e. Kadar Timbal Darah hari ke-30 > Kadar Timbal Darah hari ke-0 f. Kadar Timbal Darah hari ke-30 = Kadar Timbal Darah hari ke-0 g. Kadar Timbal Darah hari ke-35 < Kadar Timbal Darah hari ke-0 h. Kadar Timbal Darah hari ke-35 > Kadar Timbal Darah hari ke-0 i. Kadar Timbal Darah hari ke-35 = Kadar Timbal Darah hari ke-0 j. Kadar Timbal Darah hari ke-40 < Kadar Timbal Darah hari ke-0 k. Kadar Timbal Darah hari ke-40 > Kadar Timbal Darah hari ke-0 l. Kadar Timbal Darah hari ke-40 = Kadar Timbal Darah hari ke-0 m. Kadar Timbal Darah hari ke-30 < Kadar Timbal Darah hari ke-15 n. Kadar Timbal Darah hari ke-30 > Kadar Timbal Darah hari ke-15 o. Kadar Timbal Darah hari ke-30 = Kadar Timbal Darah hari ke-15 p. Kadar Timbal Darah hari ke-35 < Kadar Timbal Darah hari ke-15 q. Kadar Timbal Darah hari ke-35 > Kadar Timbal Darah hari ke-15 r. Kadar Timbal Darah hari ke-35 = Kadar Timbal Darah hari ke-15 s. Kadar Timbal Darah hari ke-40 < Kadar Timbal Darah hari ke-15 t. Kadar Timbal Darah hari ke-40 > Kadar Timbal Darah hari ke-15 u. Kadar Timbal Darah hari ke-40 = Kadar Timbal Darah hari ke-15 v. Kadar Timbal Darah hari ke-35 < Kadar Timbal Darah hari ke-30 w. Kadar Timbal Darah hari ke-35 > Kadar Timbal Darah hari ke-30 x. Kadar Timbal Darah hari ke-35 = Kadar Timbal Darah hari ke-30 y. Kadar Timbal Darah hari ke-40 < Kadar Timbal Darah hari ke-30 z. Kadar Timbal Darah hari ke-40 > Kadar Timbal Darah hari ke-30 aa. Kadar Timbal Darah hari ke-40 = Kadar Timbal Darah hari ke-30 bb. Kadar Timbal Darah hari ke-40 < Kadar Timbal Darah hari ke-35 cc. Kadar Timbal Darah hari ke-40 > Kadar Timbal Darah hari ke-35 dd. Kadar Timbal Darah hari ke-40 = Kadar Timbal Darah hari ke-35
Test Statisticsc
Kadar Timbal Darah hari ke-15 - Kadar Timbal Darah hari ke-0
Kadar Timbal Darah hari ke-30 - Kadar Timbal Darah hari ke-0
Kadar Timbal Darah hari ke-35 - Kadar Timbal Darah hari ke-0
Kadar Timbal Darah hari ke-40 - Kadar Timbal Darah hari ke-0
Z -2.366a -2.028a -2.366a -1.826b
Asymp. Sig. (2-tailed) .018 .043 .018 .068
Kadar Timbal Darah hari ke-30 - Kadar Timbal
Darah hari ke-15
Kadar Timbal Darah hari ke-35 - Kadar Timbal
Darah hari ke-15
Kadar Timbal Darah hari ke-40 - Kadar Timbal
Darah hari ke-15
Kadar Timbal Darah hari ke-35 - Kadar Timbal
Darah hari ke-30 Z -2.028b -2.366a -2.366b -2.366a
Asymp. Sig. (2-tailed) .043 .018 .018 .018
Kadar Timbal Darah hari ke-40 - Kadar Timbal
Darah hari ke-30
Kadar Timbal Darah hari ke-40 - Kadar Timbal
Darah hari ke-35 Z -2.366b -2.366b
Asymp. Sig. (2-tailed) .018 .018a Based on negative ranks. b Based on positive ranks. c Wilcoxon Signed Ranks Test
108
Lampiran 24. Hasil uji signifikansi kadar timbal darah perlakuan
Na2CaEDTA yang dilanjutkan dengan ekstrak etanol
rimpang temulawak dengan metode Friedman
Tests of Normalityb
.245 7 .200* .862 7 .158
.193 7 .200* .977 7 .946
.259 7 .172 .861 7 .155
.504 7 .000 .453 7 .000
Kadar TimbalDarah hari ke-15Kadar TimbalDarah hari ke-30Kadar TimbalDarah hari ke-35Kadar TimbalDarah hari ke-40
Statistic df Sig. Statistic df Sig.Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
This is a lower bound of the true significance.*.
Lilliefors Significance Correctiona.
Kadar Timbal Darah hari ke-0 is constant. It has been omitted.b.
Friedman Test
Ranks
1.43
3.43
3.57
5.00
1.57
Kadar TimbalDarah hari ke-0Kadar TimbalDarah hari ke-15Kadar TimbalDarah hari ke-30Kadar TimbalDarah hari ke-35Kadar TimbalDarah hari ke-40
Mean Rank
Test Statisticsa
726.388
4.000
NChi-SquaredfAsymp. Sig.
Friedman Testa.
109
Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N Mean Rank Sum of Ranks Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 0a .00 .00 ke-15 - Kadar Timbal Positive Ranks 7b 4.00 28.00 Darah hari ke-0 Ties 0c Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 0d .00 .00 ke-30 - Kadar Timbal Positive Ranks 7e 4.00 28.00 Darah hari ke-0 Ties 0f Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 0g .00 .00 ke-35 - Kadar Timbal Positive Ranks 7h 4.00 28.00 Darah hari ke-0 Ties 0i Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 0j .00 .00 ke-40 - Kadar Timbal Positive Ranks 1k 1.00 1.00 Darah hari ke-0 Ties 6l Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 3m 5.00 15.00 ke-30 - Kadar Timbal Positive Ranks 4n 3.25 13.00 Darah hari ke-15 Ties 0o Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 0p .00 .00 ke-35 - Kadar Timbal Positive Ranks 7q 4.00 28.00 Darah hari ke-15 Ties 0r Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 7s 4.00 28.00 ke-40 - Kadar Timbal Positive Ranks 0t .00 .00 Darah hari ke-15 Ties 0u Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 0v .00 .00 ke-35 - Kadar Timbal Positive Ranks 7w 4.00 28.00 Darah hari ke-30 Ties 0x Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 7y 4.00 28.00 ke-40 - Kadar Timbal Positive Ranks 0z .00 .00 Darah hari ke-30 Ties 0aa Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 7bb 4.00 28.00 ke-40 - Kadar Timbal Positive Ranks 0cc .00 .00 Darah hari ke-35 Ties 0dd Total 7
110
a. Kadar Timbal Darah hari ke-15 < Kadar Timbal Darah hari ke-0 b. Kadar Timbal Darah hari ke-15 > Kadar Timbal Darah hari ke-0 c. Kadar Timbal Darah hari ke-15 = Kadar Timbal Darah hari ke-0 d. Kadar Timbal Darah hari ke-30 < Kadar Timbal Darah hari ke-0 e. Kadar Timbal Darah hari ke-30 > Kadar Timbal Darah hari ke-0 f. Kadar Timbal Darah hari ke-30 = Kadar Timbal Darah hari ke-0 g. Kadar Timbal Darah hari ke-35 < Kadar Timbal Darah hari ke-0 h. Kadar Timbal Darah hari ke-35 > Kadar Timbal Darah hari ke-0 i. Kadar Timbal Darah hari ke-35 = Kadar Timbal Darah hari ke-0 j. Kadar Timbal Darah hari ke-40 < Kadar Timbal Darah hari ke-0 k. Kadar Timbal Darah hari ke-40 > Kadar Timbal Darah hari ke-0 l. Kadar Timbal Darah hari ke-40 = Kadar Timbal Darah hari ke-0 m. Kadar Timbal Darah hari ke-30 < Kadar Timbal Darah hari ke-15 n. Kadar Timbal Darah hari ke-30 > Kadar Timbal Darah hari ke-15 o. Kadar Timbal Darah hari ke-30 = Kadar Timbal Darah hari ke-15 p. Kadar Timbal Darah hari ke-35 < Kadar Timbal Darah hari ke-15 q. Kadar Timbal Darah hari ke-35 > Kadar Timbal Darah hari ke-15 r. Kadar Timbal Darah hari ke-35 = Kadar Timbal Darah hari ke-15 s. Kadar Timbal Darah hari ke-40 < Kadar Timbal Darah hari ke-15 t. Kadar Timbal Darah hari ke-40 > Kadar Timbal Darah hari ke-15 u. Kadar Timbal Darah hari ke-40 = Kadar Timbal Darah hari ke-15 v. Kadar Timbal Darah hari ke-35 < Kadar Timbal Darah hari ke-30 w. Kadar Timbal Darah hari ke-35 > Kadar Timbal Darah hari ke-30 x. Kadar Timbal Darah hari ke-35 = Kadar Timbal Darah hari ke-30 y. Kadar Timbal Darah hari ke-40 < Kadar Timbal Darah hari ke-30 z. Kadar Timbal Darah hari ke-40 > Kadar Timbal Darah hari ke-30 aa. Kadar Timbal Darah hari ke-40 = Kadar Timbal Darah hari ke-30 bb. Kadar Timbal Darah hari ke-40 < Kadar Timbal Darah hari ke-35 cc. Kadar Timbal Darah hari ke-40 > Kadar Timbal Darah hari ke-35 dd. Kadar Timbal Darah hari ke-40 = Kadar Timbal Darah hari ke-35
Test Statisticsc
Kadar Timbal Darah hari ke-15 - Kadar Timbal Darah hari ke-0
Kadar Timbal Darah hari ke-30 - Kadar Timbal Darah hari ke-0
Kadar Timbal Darah hari ke-35 - Kadar Timbal Darah hari ke-0
Kadar Timbal Darah hari ke-40 - Kadar Timbal Darah hari ke-0
Z -2.366a -2.366a -2.366a -1.000a
Asymp. Sig. (2-tailed) .018 .018 .018 .317
Kadar Timbal Darah hari ke-30 - Kadar Timbal
Darah hari ke-15
Kadar Timbal Darah hari ke-35 - Kadar Timbal
Darah hari ke-15
Kadar Timbal Darah hari ke-40 - Kadar Timbal
Darah hari ke-15
Kadar Timbal Darah hari ke-35 - Kadar Timbal
Darah hari ke-30 Z -.169b -2.366a -2.366b -2.366a
Asymp. Sig. (2-tailed) .866 .018 .018 .018
Kadar Timbal Darah hari ke-40 - Kadar Timbal
Darah hari ke-30
Kadar Timbal Darah hari ke-40 - Kadar Timbal
Darah hari ke-35 Z -2.366b -2.366b
Asymp. Sig. (2-tailed) .018 .018a Based on negative ranks. b Based on positive ranks. c Wilcoxon Signed Ranks Test
111
Lampiran 25. Hasil uji signifikansi kadar timbal darah perlakuan
Na2CaEDTA yang dilanjutkan dengan ekstrak etanol
bawang putih dan ekstrak etanol rimpang temulawak
dengan metode Friedman
Tests of Normalityb
.204 7 .200* .909 7 .392
.345 7 .012 .789 7 .032
.242 7 .200* .866 7 .172
.207 7 .200* .914 7 .423
Kadar TimbalDarah hari ke-15Kadar TimbalDarah hari ke-30Kadar TimbalDarah hari ke-35Kadar TimbalDarah hari ke-40
Statistic df Sig. Statistic df Sig.Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
This is a lower bound of the true significance.*.
Lilliefors Significance Correctiona.
Kadar Timbal Darah hari ke-0 is constant. It has been omitted.b.
Friedman Test
Ranks
1.14
4.57
2.86
2.57
3.86
Kadar TimbalDarah hari ke-0Kadar TimbalDarah hari ke-15Kadar TimbalDarah hari ke-30Kadar TimbalDarah hari ke-35Kadar TimbalDarah hari ke-40
Mean Rank
Test Statisticsa
719.478
4.001
NChi-SquaredfAsymp. Sig.
Friedman Testa.
112
Wilcoxon Signed Ranks Test Ranks N Mean Rank Sum of Ranks Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 0a .00 .00 ke-15 - Kadar Timbal Positive Ranks 7b 4.00 28.00 Darah hari ke-0 Ties 0c Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 0d .00 .00 ke-30 - Kadar Timbal Positive Ranks 7e 4.00 28.00 Darah hari ke-0 Ties 0f Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 0g .00 .00 ke-35 - Kadar Timbal Positive Ranks 5h 3.00 15.00 Darah hari ke-0 Ties 2i Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 0j .00 .00 ke-40 - Kadar Timbal Positive Ranks 7k 4.00 28.00 Darah hari ke-0 Ties 0l Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 7m 4.00 28.00 ke-30 - Kadar Timbal Positive Ranks 0n .00 .00 Darah hari ke-15 Ties 0o Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 7p 4.00 28.00 ke-35 - Kadar Timbal Positive Ranks 0q .00 .00 Darah hari ke-15 Ties 0r Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 4s 4.75 19.00 ke-40 - Kadar Timbal Positive Ranks 3t 3.00 9.00 Darah hari ke-15 Ties 0u Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 4v 4.25 17.00 ke-35 - Kadar Timbal Positive Ranks 3w 3.67 11.00 Darah hari ke-30 Ties 0x Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 2y 2.00 4.00 ke-40 - Kadar Timbal Positive Ranks 5z 4.80 24.00 Darah hari ke-30 Ties 0aa Total 7 Kadar Timbal Darah hari Negative Ranks 2bb 2.50 5.00 ke-40 - Kadar Timbal Positive Ranks 5cc 4.60 23.00 Darah hari ke-35 Ties 0dd Total 7
113
a. Kadar Timbal Darah hari ke-15 < Kadar Timbal Darah hari ke-0 b. Kadar Timbal Darah hari ke-15 > Kadar Timbal Darah hari ke-0 c. Kadar Timbal Darah hari ke-15 = Kadar Timbal Darah hari ke-0 d. Kadar Timbal Darah hari ke-30 < Kadar Timbal Darah hari ke-0 e. Kadar Timbal Darah hari ke-30 > Kadar Timbal Darah hari ke-0 f. Kadar Timbal Darah hari ke-30 = Kadar Timbal Darah hari ke-0 g. Kadar Timbal Darah hari ke-35 < Kadar Timbal Darah hari ke-0 h. Kadar Timbal Darah hari ke-35 > Kadar Timbal Darah hari ke-0 i. Kadar Timbal Darah hari ke-35 = Kadar Timbal Darah hari ke-0 j. Kadar Timbal Darah hari ke-40 < Kadar Timbal Darah hari ke-0 k. Kadar Timbal Darah hari ke-40 > Kadar Timbal Darah hari ke-0 l. Kadar Timbal Darah hari ke-40 = Kadar Timbal Darah hari ke-0 m. Kadar Timbal Darah hari ke-30 < Kadar Timbal Darah hari ke-15 n. Kadar Timbal Darah hari ke-30 > Kadar Timbal Darah hari ke-15 o. Kadar Timbal Darah hari ke-30 = Kadar Timbal Darah hari ke-15 p. Kadar Timbal Darah hari ke-35 < Kadar Timbal Darah hari ke-15 q. Kadar Timbal Darah hari ke-35 > Kadar Timbal Darah hari ke-15 r. Kadar Timbal Darah hari ke-35 = Kadar Timbal Darah hari ke-15 s. Kadar Timbal Darah hari ke-40 < Kadar Timbal Darah hari ke-15 t. Kadar Timbal Darah hari ke-40 > Kadar Timbal Darah hari ke-15 u. Kadar Timbal Darah hari ke-40 = Kadar Timbal Darah hari ke-15 v. Kadar Timbal Darah hari ke-35 < Kadar Timbal Darah hari ke-30 w. Kadar Timbal Darah hari ke-35 > Kadar Timbal Darah hari ke-30 x. Kadar Timbal Darah hari ke-35 = Kadar Timbal Darah hari ke-30 y. Kadar Timbal Darah hari ke-40 < Kadar Timbal Darah hari ke-30 z. Kadar Timbal Darah hari ke-40 > Kadar Timbal Darah hari ke-30 aa. Kadar Timbal Darah hari ke-40 = Kadar Timbal Darah hari ke-30 bb. Kadar Timbal Darah hari ke-40 < Kadar Timbal Darah hari ke-35 cc. Kadar Timbal Darah hari ke-40 > Kadar Timbal Darah hari ke-35 dd. Kadar Timbal Darah hari ke-40 = Kadar Timbal Darah hari ke-35
Test Statisticsc
Kadar Timbal Darah hari ke-15 - Kadar Timbal Darah hari ke-0
Kadar Timbal Darah hari ke-30 - Kadar Timbal Darah hari ke-0
Kadar Timbal Darah hari ke-35 - Kadar Timbal Darah hari ke-0
Kadar Timbal Darah hari ke-40 - Kadar Timbal Darah hari ke-0
Z -2.366a -2.366a -2.023a -2.366a
Asymp. Sig. (2-tailed) .018 .018 .043 .018
Kadar Timbal Darah hari ke-30 - Kadar Timbal
Darah hari ke-15
Kadar Timbal Darah hari ke-35 - Kadar Timbal
Darah hari ke-15
Kadar Timbal Darah hari ke-40 - Kadar Timbal
Darah hari ke-15
Kadar Timbal Darah hari ke-35 - Kadar Timbal
Darah hari ke-30 Z -2.366b -2.366b -.845b -.507b
Asymp. Sig. (2-tailed) .018 .018 .398 .612
Kadar Timbal Darah hari ke-40 - Kadar Timbal
Darah hari ke-30
Kadar Timbal Darah hari ke-40 - Kadar Timbal
Darah hari ke-35 Z -1.690a -1.521a
Asymp. Sig. (2-tailed) .091 .128a Based on negative ranks. b Based on positive ranks. c Wilcoxon Signed Ranks Test
114
Lampiran 26. Histogram standar deviasi kadar timbal pada pengukuran hari
ke-0
Pb-->Na2CaEDTA--
>ekstrakbawang putih--
>ekstraktemulawak
Pb -->Na2CaEDTA -->ekstrak etanol
rimpangtemulawak
Pb -->Na2CaEDTA -->ekstrak etanolumbi bawang
putih
kontrol Pb -->Na2CaEDTA
kontrol Pbkontrolpensuspensi
Kelompok perlakuan
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
-1.00
-2.00
Mea
n Ka
dar T
imba
l Dar
ah h
ari k
e-0
Error bars: +/- 2.00 SD
Lampiran 27. Histogram standar deviasi kadar timbal pada pengukuran hari
ke-15
Pb-->Na2CaEDTA--
>ekstrakbawang putih--
>ekstraktemulawak
Pb -->Na2CaEDTA --
> ekstraketanol rimpang
temulawak
Pb -->Na2CaEDTA --
> ekstraketanol umbi
bawang putih
kontrol Pb -->Na2CaEDTA
kontrol Pbkontrolpensuspensi
Kelompok perlakuan
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
-20.00
-40.00
Mea
n Ka
dar T
imba
l Dar
ah h
ari k
e-15
Error bars: +/- 2.00 SD
115
Lampiran 28. Histogram standar deviasi kadar timbal pada pengukuran hari ke-30 setelah kondisi praperlakuan
Pb-->Na2CaEDTA--
>ekstrakbawang putih--
>ekstraktemulawak
Pb -->Na2CaEDTA -->ekstrak etanol
rimpangtemulawak
Pb -->Na2CaEDTA -->ekstrak etanolumbi bawang
putih
kontrol Pb -->Na2CaEDTA
kontrol Pbkontrolpensuspensi
Kelompok perlakuan
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
-5.00
Mean
Kad
ar T
imba
l Dar
ah h
ari k
e-30
Error bars: +/- 2.00 SD
Lampiran 29. Histogram standar deviasi kadar timbal pada pengukuran hari ke-35 setelah kondisi praperlakuan dan pemberian antidot Na2CaEDTA dilanjutkan ekstrak etanol umbi bawang putih dan ekstrak etanol rimpang temulawak selama 5 hari
Pb-->Na2CaEDTA--
>ekstrakbawang putih--
>ekstraktemulawak
Pb -->Na2CaEDTA --
> ekstraketanol rimpang
temulawak
Pb -->Na2CaEDTA --
> ekstraketanol umbi
bawang putih
kontrol Pb -->Na2CaEDTA
kontrol Pbkontrolpensuspensi
Kelompok perlakuan
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
-10.00
Mean
Kad
ar T
imba
l Dar
ah h
ari k
e-35
Error bars: +/- 2.00 SD
116
Lampiran 30. Histogram standar deviasi kadar timbal pada pengukuran hari ke-40 setelah kondisi praperlakuan dan pemberian antidot Na2CaEDTA dilanjutkan ekstrak etanol umbi bawang putih dan ekstrak etanol rimpang temulawak selama 10 hari
Pb-->Na2CaEDTA--
>ekstrakbawang putih--
>ekstraktemulawak
Pb -->Na2CaEDTA --
> ekstraketanol rimpang
temulawak
Pb -->Na2CaEDTA --
> ekstraketanol umbi
bawang putih
kontrol Pb -->Na2CaEDTA
kontrol Pbkontrolpensuspensi
Kelompok perlakuan
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
-10.00
Mea
n K
adar
Tim
bal D
arah
har
i ke-
40
Error bars: +/- 2.00 SD
117
BIOGRAFI PENULIS
Penulis yang bernama lengkap Euthalia Sintami Putri
adalah anak ketiga dari pasangan Bapak Petrus
Nolascus Sumadi, S. Pd. dan Ibu Martina Sudarti, lahir
di Jambi pada tanggal 27 Agustus 1987. Penulis
menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK
Xaverius 1 Jambi pada tahun 1992-1993, dilanjutkan di
SD Xaverius 1 Jambi pada tahun 1993-1999. Kemudian
melanjutkan di SLTP Xaverius 1 Jambi pada tahun
1999-2002.
Tahun 2002-2005 penulis menempuh pendidikan di SMA Stella Duce 1
Yogyakarta dan kemudian dilanjutkan studi untuk jenjang S-1 di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama kuliah, penulis pernah menjadi
Asisten Praktikum Botani Dasar, Kimia Dasar, Kimia Analisis, Farmasi Fisika II
dan Bioanalisis. Selain itu, penulis juga aktif dalam Badan Perwakilan Mahasiswa
Fakultas (BPMF) Farmasi 2005/2006 (Bendahara), Ketua BPMF Farmasi
2006/2007, serta aktif di berbagai kepanitiaan seperti Inisisasi Fakultas Farmasi
TITRASI 2008 (Stearing Comite), Inisiasi Universitas Sanata Dharma INSADHA
2007 (Sekretaris 1), Inisisasi Fakultas Farmasi TITRASI 2006 (Konseptor),
Pharmacy Event Cup 2006 (Sie. Konsumsi), Pharmacy Performance “REAKSI”
2005 (Sie. Dana dan Usaha). Penulis pernah mengikuti dan menjadi peserta
terseleksi Program Kreativitas Mahasiswa 2007 dengan judul penelitian Daya
Terapi Antiracun Natrium-kalsiumedetat dan Perasan Mentimun (Cucumis sativus
L.) terhadap Timbal (Pb) yang diadakan Direktorat Pendidikan Tinggi.