alkaloid karpaina

Upload: rizki-kanazawa-lubis

Post on 12-Jul-2015

270 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    1/65

    ' V I I M.\-; L OOlO~4

    KINETlKA FERMENTABILITAS DAUNKATUK (Sauropus androgynus L.Merr), DAUN PARE (Momordica charantia L.) DAN DAUN PEPAYA

    (Carica papaya L.) DI DALAM RUMEN SAPI

    SKRIPSIENTIN WARTINI

    JURUSAN ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAKFAKULTASPETERNAKAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR2002

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    2/65

    RINGKASAN

    Entin Wartini, D02497001. 2002. Kinetika Fermentabilitas Daun Katuk(Sauropus androgynus L. Merr), Daun Pare (Momordica charantia L.) dan DaunPepaya (Carica papaya L.) di Dalam Rumen Sapi. Skripsi. Jurusan Ilmu Nutrisidan Makanan Temak, Fakultas Petemakan. Institut Pertanian Bogor.Pembimbing Utama : Dr. Ir.H. Suryahadi, DEAPembimbing Auggota : Ir . Anita S. Tjakradidjaja, MRur. Sc

    Dauu katuk, daun pare dan daun pepaya merupakan dauu suplemeu yangtermasuk tanaman tradisional dan dipercaya memiliki potensi dalam meningkatkanproduksi susu. Ketiga jenis dauu tersebut cukup tersedia di Iapangan dan dapatdiperoleh dengau harga yang terjangkau. Walaupuu telah digunakan sebagaisuplemen untuk meningkatkan produksi susu, informasi mengenai metabolisme didalam rumen dari ketiga jenis daun tersebut belum banyak diketahui. Hal ini perIudiketahui karena proses degradasi di dalam rumen mempunyai peranan penting yangberpengaruh terhadap ketersediaan zat makanan bagi temak perah. Oleh karena itu,penelitian ini perIu dilakukan uutuk mengevaluasi ketiga jenis daun tersebutberdasarkan fermentabilitas dan kecernaan in vitro.

    Raucangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK)dengan pola faktorial 3 x 3 dengan jenis dauu sebagai faktor A dan lama fermentasi(1, 2 dan 3 jam) sebagai faktor B serta tiga kelompok cairan rumen sebagai ulangandigunakan untuk mempelajari fermentasi di dalam rumen, Sedangkan rancangan acakkelompok digunakan untuk mengetahui kecernaannya. Peubah yang dianalisa adalahkandungan nutrien (kadar air dan abu), konsentrasi amonia (NH3), produksi asamlemak terbang (VFA) total, populasi bakteri total dan populasi protozoa sertakecernaan bahan kering (KCBK) dan kecemaan bahan organik (KCBO). Datadianalisa dengan sidik ragam dan perbedaan diantara perlakuau diuji dengan kontrasortogonal.

    Ketiga jenis daun berpengaruh sangat nyata (P

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    3/65

    ABSTRACT

    Entin Wartini. 002497001. 2002. FermentabiIity Kinetics of Sauropus androgynusL. Merr, Momordica charantia L. and Carica papaya L. Leaves in The Rumen ofCows. Thesis. Department of Animal Nutrition and Feed Science. Faculty of AnimalScience. Bogor Agricultural University.Chief AdvisorMember Advisor : Dr. Ir. H. Suryahadi, DEA: Ir, Anita S. Tjakradidjaja, Mltur. Sc

    Sauropus androgynus L. Merr, Momordica charantia L. and Carica papaya L.Leaves are plant supplements which are used as stimulators for increasing milkproduction. However, informations about their metabolism in the rumen have not yetbeen known, these informations are importants for using them as supplements. Thus,this investigation is needed to evaluate their fennentability kinetics in an ill vitrofermentability and digestability experiment.

    This experiment was done using a factorial randomized block design 3 x 3 withplant supplements as factor A and fermentation period (1, 2 and 3 hour) as factor B ;three groups of rumen liquors were utilised as replications. The in vitro of thesupplements was studied using randomized block design. Variables measured wereammonia concentration (NH3), total VFA production, total bacterial and protozoalpopulations, as well as dry matter and organic matter digestibilities.

    TIle results revealed that plant supplements influenced significantly (P

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    4/65

    KINETlKA FERMENTABILITAS DAUN KATUK (Sauropus androgynus L.Merr), DAUN PARE (Momordica charantia L.) DAN DAUN PEPAYA

    (Carica papaya L.) DI DALAM RUMEN SAPI

    Skripsi in i merupakan salah satu syarat untuk memperolehgelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan

    Institut Pertanian Bogor

    Oleh:

    ENTIN WARTINID02497001

    JURUSAN ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAKFAKULTASPETERNAKAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR2002

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    5/65

    KJNETIKA FERMENTABILITAS DAUN KATVK (Sauropus androgynus L.Merr), DAUN PARE (Momordica charantia L.)DAN DAUN PEPAYA

    (Carica papaya L.) DI DALAM RUMEN SAPI

    OIeh:ENTIN WAR TINI

    D02497001

    Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapanKomisi Ujian Lisan pada tanggal 3 Mei 2002

    Menyetujui,

    Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

    ~~If. Anita S. Tjakradidjaja, Mkur. Scr. Ir. H Suryahadi, DEA

    Mengetahui,

    Ketua JUIUsan Dekanllmu Nutrisi dan Makanan TernakFakultas PeternakanInstitut Pertanian Bogar

    . Soedarmadi H, MSc.r. lr. Nahrowi, MSc.

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    6/65

    RIW AYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggaI 27 September 1978 sebagai anak keduadari pasangan Bapak Ata Husni dan Ibu Emuy Murdiah.

    Pendidikan penulis mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan tinggidiselesaikan di Bogor, yaitu Iulus dari SDN Cianten II pada tahun 1991, lulus dariSMPN Leuwiliang pada tahun 1994, Iulus dari SMU Insan Kami l pada tahun 1997.Kemudian pada tahun yang sama terdaftar sebagai mahasiswa Institut PertanianBogor, Fakultas peternakan, Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Temak melalui jalurUSMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

    Selama menyelesaikan studi di IPB, penulis aktif sebagai pengurus HI1v1ASITER(Himpunan Mahasiswa llmu Nutrisi dan Makanan Temak), KEPAL-D (KelompokPecinta Alam) dan juga pemah mengikuti berbagai pelatihan diantaranya pelatihanpemerahan susu sapi pada tahun 1999, pelatihan feed and food plus pada tahun 2000serta pelatihan islamic journalistic training pada tahun 2000.

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    7/65

    KATAPENGANTAR

    Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT serta sholawat dansalam semoga dilimpahkan kepada nabi Muhammad SAW, atas segala rahmat dankarunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

    Pada kesempatan in i , penulis illgin mempersembahkan karya ilmiah ini kepadaIbu dan Bapak serta Kakek dan Nenek tercinta yang senantiasa memberikan doa,dorongan semangat dan kasih sayang yang tak terhingga. Penulis juga inginmengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. lr. H. Suryahadi, DEAsebagai Pembimbing Utama dan Ir, Anita S. Tjakradidjaja, MRur.Sc sebagaiPembimbing Anggota yang telah banyak memberikan pengarahan, bimbingan dansaran-saran kepada penulis selama melakukan penelitian dan penulisan karya ilmiahini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada :

    1. Prof Dr. Toha Sutardi sebagai dosen Pembimbing Akademik serta segenap dosenFakuItas Peternakan yang telah memberikan nasihat dan saran kepada penulis.

    2. Ir. Sudarsono Jayadi MSc. selaku dosen penguji seminar yang telah memberikanmasukan dan saran yang berguna kepada penulis.

    3. Dr. lr. Luki Abdullah MS. Agr dan lr. Sudjana Natasasmita selaku dosen pengujisidang yang telah banyak memberikan pengarahan dan saran kepada penulis.

    4. Teh Ratna clan adik-adikku tersayang (Tatang, Daui, Elin dan Reky) yang selalumemberikan dorongan semangat, kasih sayang dan doanya selama ini, juga buatDeny atas pengertiau, kesabaran dan kasih sayangnya.

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    8/65

    5. Segenap keluarga di Cianten terutama mang Walta yang senantiasa memberikandoa, pengarahan dan bimbingan.

    6. Seluruh staf pegawai di Laboratorium Biokimia, Fisiologi dan MikrobiologiNutrisi (Mbak Yani), Laboratorium Nutrisi Ternak Perah (Mbak Dian dan PakAdi) yang telah banyak membantu selama penulis penelitian di Laboratorium,

    7. Henti dan Lilis atas persahabatan dan kekompakan selama kuliah di IPB, semogakisah kita akan selalu menjadi kenangan terindah.

    8. Rekan sepenelitianku Tinex atas keikhlasan bantuan dan kerjasamanya selama ini.9. Daui, Yunus, Fifi dan Nita serta warga Cappela juga semua ternan-ternan Nutrisi

    '34 atas dorongan semangat dan kerjasamanya selama ini.Penulis rnenyadari bahwa karya ilmiah in i masih jauh dari kesempumaan, besar

    harapan peuulis semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penuIismaupun pihak yang memerlukan pada umumnya. Amin .

    Bogor, Mei 2002

    Pellulis

    /

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    9/65

    DAFfAR lSI

    RINGKASAN .., , , , 1ABSTRACT iiRIW AYAT I-IIDUP ,.. ii iKATA PENGANTAR IVDAFTAR TABEL..... vmDAFTAR GA.MBAR IXDAFTAR LAMPIRAN xPENDAHlJLUAN , .

    Latar Belakang .Tujuan .Manfaat .Hipotesis ..

    TINJAUAN PUSTAKA .Jenis Daun Berpotensi sebagai Laktagogum ..

    .Katuk (Saw'opus androgynus (L.) Merr) .Pare (Momordica charantia L.) ..Pepaya (Carica papaya L.) .

    Fennentasi dalam Rumen ..Produksi NH3 dalam Rumen ..Produksi Volatile Fatty Acid (VFA) dalam Rumen ..Mikroba Rumen .Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik .

    MATERI DAN METODE .Waktu dan Tempat .Materi : .Metode .

    Halaman

    2222. . . ,J

    33579910II1214141414

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    10/65

    Peuhah yang Diamati.......................................................................... 15Uji Fermentahilitas.............................................................................. 15Rancangan Percohaan......................................................................... 20

    RAsa DAN PEMBAlIA.SAN 22Konsentrasi Amonia (Nl-h)................................................................. 22Produksi Asam Lemak Atsiri (VFA)... 25Populasi Bakteri Total........................................................................ 28Populasi Protozoa.............................................................................. 30Kecemaan Bahan Kering dan Bahan Organik 33

    KESIl\1PULAN 38SARAN......................................................................................................... 38DAFTAR PUSTAKA 39LAMPIRAN 44

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    11/65

    DAFfAR TABEL

    Nomor Halaman1. Komposisi Kimia Daun Katuk, Daun Pare dan Daun Pepaya.................. 42. Rataan Konsentrasi NH3 Ketiga Jenis Daun ,. 223. Rataan Produksi VFA Ketiga Jenis Daun............................................... 264. Rataan Populasi Bakteri Total Ketiga Jenis Daun............. 285. Rataan Populasi Protozoa Ketiga Jeuis Daun......................................... 316. Rataan KCBK dan KCBO Ketiga Jenis Daull......................................... 34

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    12/65

    DAFTAR GAMBAR

    NomOI Halaman1. Pengaruh Lama Fennentasi terhadap Konsentrasi NH3 242. Produksi VFA Ketiga Jenis Daun 273. Populasi Bakteri Total Ketiga Jenis Daun.............................................. 294. Populasi Protozoa Ketiga Jenis Daun 33

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    13/65

    DAFT AR LAMPIRAN

    Nomor Halaman1. Komposisi dan Pembuatan Media.. 452. Sidik Ragam Konsentrasi Amenia (NH3).............................................. 473. Uji Lanjut Kontras dan Polinomial Ortogonal Ketiga Jenis Daun

    terhadap Konsentrasi Amonia (NH3) 474. Sidik Ragam Produksi Asam Lemak Atsiri (VFA) 485. Uji Lanjut Kontras dan Polinomial Ortogonal Ketiga Jenis Daun

    terhadap Produksi Asam Lemak Atsiri (VFA) 486. Sidik Ragam Populasi Bakteri Total..................................................... 497. Uji Lanjut Kontras dan Polinomial Ortogonal Ketiga Jenis Daun

    terhadap Populasi Bakteri Total........ 498. Sidik Ragain Populasi Protozoa............................................................ 509. Uji Lanjut Kontras dan Polinomial Ortogonal Ketiga Jenis Daun

    terhadap Populasi Protozoa....... 5010. Sidik Ragain Keceruaan Bahan Kering (KCBK)........................ 5111. Uji Lanjut Kontras Ortogonal Ketiga Jenis Daun

    terhadap Kecernaan Bahan Kering (KCBK) 5112. Sidik Ragam Kecernaan Bahan Organik (KCBO) 5213. Uji Lanjut Kontras Ortogoual Ketiga Jenis Daun

    terhadap Kecernaau Bahan Organik (KCBO) 52

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    14/65

    PENDAHULUAN

    Latar BeJakangTernak rummansra khususnya ternak perah memiliki peranan yang sangat

    penting bagi kehidupan manusia terutama dalam menyediakan bahan makanan yangbernilai gizi tinggi seperti daging dan susu, Kurang terpenuhuinya kebutuhan zatmakanan pada ternak perah merupakan salah satu faktor penyebab menurunnyaproduksi dan berkurangnya bobot badan, Daun katuk, daun pare dan daun pepaya

    hanyalah sebagian kecil dari jenis daun yang berpotensi dalam meningkatkanproduksi susu.

    Daun katuk (Sauropus androgynus L. Merr) merupakan satu dari 15 jenistanaman obat tradisional yang seringkali digunakan sebagai perangsang produksi susu(laktagogum) selama rnasa Iaktasi (Anonymous, 199 I; Suhanniati et al., 1997 dalamSuprayogi, 2000). Prajonggo et al. (l983) menduga adanya kandungan sterol dalamtanaman in i yang kemungkinan mempunyai peranan dalam meningkatkan produksiAS! secara hormonal, beberapa tanaman yang mengandung sterol diketahuimempunyai sifat estrogenik.

    Pare (Momordica charantia L.) merupakan tanaman obat tradisional yang dapatdimanfaatkan dalam usaha peningkatan produksi susu, terutama bagian yang tidakdimakan oleh manusia seperti daun pare. Menurut Garcia et al. (1985), senyawagolongan steroid telah berhasil diisolasi dari bagian daun dan pucuk daun muda,senyawa tersebut adalah sitosterol dan stigmasterol.

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    15/65

    Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman obat tradisional yang memilikibanyak kegunaan, salah satunya yaitu dipercaya sebagai tanaman yang dapatmelancarkan produksi air susu terutama bagian daunnya. Kandungan gizi tanaman inisangat baik untuk temak laktasi karena mengandung protein dan vitamin A yangcukup tinggi yaitu masing-masing 32,52% dan 4489,5 I.U (Depkes RI, 1979).

    Ketiga jenis daun tersebut telah digunakan sebagai supleinen dalam upayameningkatkan produksi susu. Meskipun demikian, infonnasi mengenai metabolismedi dalam rumen belum banyak dijelaskan. Oleh karena itu perlu diketahui karenaproses degradasi di dalam rumen mempunyai peranan penting yang berpengaruhterhadap ketersediaan zat makanan bagi temak perah.

    TujuanPenelitian in i bertujuan uutuk mengevaluasi beberapa jenis daun yang berpotensi

    meningkatkau produksi susu berdasarkan fennentabilitas dan kecernaan ill vitro.

    ManfaatDengan penguJlan lll1 diharapkan dapat diperoleh gambaran mengeuat proses

    metabolisme ketiga jenis daun ini di dalam rumen ternak perah sehingga dapatdimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan produksi susu.

    HipotesisDaun katuk, daun pare dan daun pepaya mempuuyai potensi sebagai suplemen

    untuk meningkatkan produksi SU5U ditinjau dati fermentabilitas dan kecemaannyasecara in vitro.

    2

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    16/65

    TINJAUAN PUSTAKA

    Jenis Daun Berpotensi sebagai LaktagogumKa tuk (Sauropus androgynus (L.) Merr)

    Daun katuk (Sauropus androgynus (L.) Merr) termasuk tanaman semak yangtumbuh sepanjang tahun (Perennial) dengan tinggi 2 - 3 meter dan bentuk daunkecil-kecil. Pada pennukaan atas daunnya berwarna hijau keabu-abuan,sedangkan pada permukaan bawah berwarna hijau (Prajonggo dan Santa, 1997dalam Suprayogi, 2000). Tanaman tersebut dapat tumbuh baik di daerah denganketinggian 5 - 1300 mdpl (LIPI, 1980) dan banyak tersebar di Malaysia, Indonesia,China dan Vietnam. Menurut Prajonggo dan Santa (1997) dalam Suprayogi (2000),taksonomi dauu katuk adalah sebagai berikut :

    Divisi : SpermathophytaSub-divisi : AngiospermaeKelas : Dicotyledouea. Sub-kelas : MonocblamydeaeFamili : EuphorbiaceaeGenus : Sauropus

    Spesies : Sauropus androgynus (L.) MerrDalam bahasa loka1 (Sauropus androgynus (L.) Merr) dikenal dengan

    bennacam-macam nama, yaitu : katu (Jawa), katuk (Sunda), simanis (Minangkabau),cekop manis (Melayu) (Depkes IU, 1998).

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    17/65

    Daun katuk dikenal sebagai sumber vitamin A (Tabel 1) dalam bentuk karoten(provitamin A). Karoten yang banyak diketahui adalah alpha-, beta-, dan gamma-karoten (Winarno, 1982). Karoten yang paling penting untuk manusia adalah beta-karoten, karena mempunyai aktivitas provitamin A yang terbesar. Yuliani danMarwati, (1997) dalam Suprayogi (2000) melaporkan bahwa daun katuk dapatdigunakan sebagai makanan tambahan bagi ibn-ibn yang sedang menyusui,dikarenakan tingginya kadar protein dan vitamin A. Sutedja et al. (1997) do/amSuprayogi (2000) menyatakan bahwa sebaiknya daun katuk dimasak terlebih dahulusebelum dikonsumsi untuk menghilangkan sifat toksik dan efek nutrisi. Namun,pemasakan mempunyai resiko menurunkan nilai nutrisi (Yuliani dan Marwati, 1997dalam Suprayogi, 2000).

    Tabell. Komposisi Kimia Daun Katuk, Daun Pare dan Daun Pepaya.

    No. Kornposisi zat makananDaun katukl) Daun pare2) Daun pepaya3)

    . %BK .1. Air (%) 81 80 75;42. Energi (kal) 310,53 300,00 321,14 v3. Protein (%) v 33,68 25,5 32,52 v4. Lemak (%) ... 5,26 2,0 48,37 v5. Karbohidrat (%) .. 52,1l 60 48,376. Serat.(%) ,,~ ____3..,S9.___....... 2,5 C J7. Abu (%) v 8,95 , ; ; - - 18. Kalsium(%) 12,26 13,2 1,439. Fosfor (%) 5,16 33,3 2,5610. Zat besi (%) 0,l8 0,36 0,03311. Vitamin A (IU) 1903,8 4489,512. Vitamin B (%) 0,0025 0,00613. Vitamin C (%) 8,63 5,69

    Sumber (diolah) : 1) Direktorat Gizi Depkes RI (1992)2) FAG (1968)3) Direktorat Gizi Depkes RI (1979)

    4

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    18/65

    Tanaman katuk yang merupakan famili Euphorbiaceae banyak mengandungminyak atsiri, sterol, saponin, flavonoida, ttiterpen, asam-asam organik, asam-asamamino, alkaloida dan tannin (Hegnauer, 1964). Laporan mengenai katukmenyebutkan bahwa daun mengandung alkaloida papaverin (PPV), yang jikadikonsumsi secara rutin dapat menimbulkan efek rasa pusing, mabuk dan konstipasi(Padmavathi, 1990). Bender dan Ismail (1975) dafanz Suprayogi (2000) melaporkanbahwa manusia mengkonsumsi daun katuk rata-rata 180 g/orang/minggu. lui berartibahwa setiap orang akan mengkonsumsi PPV sebanyak satu gram dibandingkandengan dosis terapetik yaitu 200 mglhati. Selain itu juga disebutkan bahwakandungan PPY yang terdapat dalam daun katuk rata-rata 580 rug per 100 gdaun segar.

    Pare (Momordica charantia L.)

    Tanaman pare (Monzordica charantia L.) atau bitter gourd bukan merupakantanaruan asli Indonesia, melainkan berasal dati luar negeti yang beriklim panas(tropis). Para ahli tanaman memastikan sentrum utama tanaman pare terdapat di Asiatrap is, terutama daerah India bagian barat, yakni Assam dan Burma (Rukmana,1997).Pare merupakan tanaman setahun yang bersifat merambat (menjalar) denganperantaraan alat pemegang yang berbentuk pilin, batangnya panjang dan daunnyabercaugap menjari (Hendro, 1990). Daun pare berbentuk menjari dengan pennukaanatas berwarna hijau tua dan permukaan bawah hijau muda atau hijau kekuning-kuningan. Tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran rendahsampai ketinggian 500 mdpl (Rukmana, 1997).

    5

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    19/65

    Menurut Strassburger (1978) dalant JaIius (1992), p are d ik lasifik asik ansebagai berikut :

    Divis iSub-divisiKelasOrdoFamil iGenusSpesies

    : Spe rma tophy ta: Angiospennae: Dicoty ledoneae: Cucu rb i ta le s: Cucu rb i taceae: Momordi ca: M om ordica charan tia L.

    Di Indon esia pare memil ik i n am a yan g beraneka m acam un tuk setiap daerah,seperti di Sum atera: peria , pepare, kambeh, paria; di Jawa: pana, pare; di N usaT en ggara: paya, truwuk, p aita , p aIia k (W i ja ya ku sum a et al., 1996).

    Kandungan gizi buah pare cukup tiuggi, begitu juga bagian yang tidak dim akanmanusia seperti daun pare m em iliki kandungan gizi yan g leugkap, an tara lain : energi,protein , Iem ak, karbohidrat, m in eral dan vitam in (Tabel I).

    M euu ru t W ijayak usum a et al. (1996) kandungan kim ia yan g terdapat pada daunpare, an tara lain : m omordisin , m omordin , karan tin , asam trikosanik, resin , asamresin at, sapon in , v itam in A dan C serta m in yak lem ak. Momordistn dan karantin

    merupakan suatu zat sejen is glukosida yang m en im bulkau rasa pahit. Zat pen im bulrasa pahit tersebut m empuuyai n ila i sosial dan kegunaan yan g luas dalam pelayan ankesehatan m asyarakat, salah satunya yaitu sebagai bahan obat tradision al yan g dapatm en ingkatkan produksi air susu (R ukm ana, 1997).

    6

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    20/65

    Senyawa golongan steroid dari bagian daun dan pucuk daun muda telah berhasildiisolasi oIeh Garcia et al. (1985) honnon yang tennasuk senyawa steroid meliputiestrogen, gestagen, androgen dan andrenokortikoid serta prazatnya (kolesterol)(Nogrady, 1992). Lebih Ianjut Nogrady (1992) menjelaskan bahwa satu-satunyahonnon gestageo alami adalah progesteron, H-progesteron terkumpul dalam jaringankelenjar susu dengan jumlah tiga kali lebih besar dari kadar plasma. Penambahansenyawa steroid yang mempunyai potensi sebagai stimulator terhadap kinerjaestrogen dan progesteron akan meningkatkan perkembangan kelenjar susu untukmenghasilkan produksi susu yang maksimal.

    Pepaya (Caricapapaya L.) VPepaya (Carica papaya L.) berasal dati daerah tropis Amerika tengah, yaitu

    sekitar Meksiko Selatan dan Nikaragua, serta ada juga yang berasal dari India Barat(Soewito, 1990 dan Kalie, 1994). Tanaman pepaya merupakan tanaman herba yangberbentuk pohon dengan pertumbuhan yang sangat cepat. Tinggi tanaman berkisarantara 2 -10 meter dan tidak bercabang (Yon, 1994). Pepaya merupakan tanamanbuah menahun yang tumbuh pada tanab lembab yang subur dan tidak tergenang air,ditemukan dari dataran reudah sampai 1000 mdpl (Wijayakusuma et al., 1994).

    Menurut Villegas (1992), pepaya diklasifikasikan sebagai berikut :Divisi : SpermatophytaSub-divisi : AugiospermaeKelas : DicotyledoneaeOrdo : CaricalesFamili : Caricaceae

    7

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    21/65

    GenusSpesies

    : C311ca: Carica papaya L

    Nama daerah dari pepaya di Indonesia cukup bervariasi, antara lain: kabaelo,peute, pertek, pastelo, kalikih, pisang patuka (Sumatera); gedang, katela gantung,kates (Jawa); buah medung, pisang malaka, buah dong, majan, badas (Kalimantan);kampaja, padu (Nusa Tenggara); tele, palaki (Maluku) (Wijayakusuma et al., 1994).

    Daun pepaya mengandung vitamin A, B dan C serta mengandung kalsium,energi, protein, Iemak., karbohidrat dan posphor yang cukup tinggi (Tabel 1). Dengantingginya kandungan vitamin A maka daun pepaya dapat digunakan sebagai makanantambahau yang berpotensi dalam meningkatkan produksi susu.

    Kandungan kimia yang terdapat dalam daun pepaya antara lain: enzim papain,alkaloid karpaina, pseudo-karpaina, glikosid, karposid dan saponin, sakarosa,dekstrcsa, levu 1 0 sa (Wijayakusuma et al., 1994). Alkaloida karpaina dapatmenimhulkan rasa pahit pada daun pepaya yang masih muda yang terdapat sekitar0,25% dan mempunyai efek melemahkan otot jantung sehingga alkaloida ini tidakdigunakan dalam ilmu kedokteran (Heyne, 1987). Enzim papain merupakan hasil lainyang menarik dari daun pepaya. Menurut British Pharmaceutical Codex (1934) dalamDwinastiti (1992), papain adalah suatu enzim proteolitik (pemecah protein) tidakmurni atau campuran enzim-enzim yang dibuat dari getah pepaya yang mempunyaiaktifitas proteolitik minimum 20 unit per gram preparat.

    8

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    22/65

    Fermentasi dalam RumenPada temak ruminansia, proses penceruaan dapat terjadi secara mekanis dalam

    mulut, fermentatif oleh mikroba rumen dan secara hidrolitis oleh enzim-enzimpenceruaan. Proses fennentasi terjadi sebelum makanan mencapai lambung sejati "(Sutardi, 1980). Proses fennentasi dalam rumen dapat terus berlangsung karena :(a) makanau yang dikonsumsi dalam jumlah besar merupakan substrat bagi mikrobarumen, (b) produk proses fermentasi siap diabsorpsi melalui dinding rumen sehinggatidak tertimbun dan mengganggu reaksi enzim, (c) suhu rumen konstan, (d) karenapengaturan laju pengosongan, maka lumen selalu ada isinya, (e) sekresi saliva sangatbesar sehingga pH tidak banyak berubah, (f) rumen berada dalam kondisi anaerob,(g) kontraksi rumen menambah kontak enzim dengan substrat (Annison andLewis, 1959).

    Johnson (1966) menyatakan bahwa terdapat beberapa keuntungan denganadanya proses fennentasi in i antara lain:( I) produk fermentasi dapat disajikan dalambentuk mudah diserap usus, (2) dapat mencerua makanan kasar, (3) dapat makancepat dan mellampuug makanau dalamjumlah banyak, (4) dapat menggunakan NPN.Namun sebaliknya, proses fennentasi di dalam rumen mengakibatkan pemborosanenergi dalam bentuk gas methan (C~) yang terbuang dan protein bahan makananyang beruilai hayati tinggi mengalami degradasi menjadi amon ia ,

    Produksi NH3 dalam RumenAmonia adalah sumber nitrogen yang utama dan sangat penting untuk sintesis

    protein mikroorganisme rumen, Sebagian besar mikroba rumen (82%) menggunakan

    9

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    23/65

    NH3 (amenia) untuk perbanyakau diri, terutama dalam proses sintesis seinya(Sutardi,1979). Kadar amenia yang dibutuhkau untuk menunjang pertumbuhanmikroba rumen yang maksimum meuurut Sutardi (1979) berkisar antara 4 -12 ruM.

    Produksi amonia rumen dipengaruhi oleh kelarutan protein ran sum, jumlahprotein ran sum, lamanya bahan makanan dalam rumen dan pH rumen(Orskov, 1982). Menurut Satter dan Slyter (1974) konsentrasi NH3 sebesar5 mg% dalam rumen ternyata sudah cukup untuk pertumbuhan mikroba.Diatas konseutrasi tersebut pertumbuhan mikroba tidak dapat lagi ditingkatkan,dan kelebihan amon ia itu akan diserap oleh dinding rumen dan diekskresikandi dalam mine.

    Selain dihasilkan oleh protein, amonia juga dapat disumbangkan dari nitrogenbukan protein (NPN). Penggunaan 98% NPN saja sebagai sumber nitrogen tanpadibarengi dengan sumber protein lain dapat mempertahankan pertumbuhan danproduksi temak (Owens dan Bergen, 1983) .

    . Produksi Volatile Fatty Acid (VFA) dalam RumenHasil pencernaan karbohidrat dalam rumen adalah asam lemak atsiri (VFA)

    terutama terdiri dari asetat, propionat dan butirat yang merupakan sumber energi bagiteruak nnninansia. Selain itu dihasilkan pula asam lemak yang lain di dalam rumenseperti asam isobutirat, isovalerat, dan lain-lain. Banyakuya VFA yang dihasilkan didalam rumen sangat bervariasi yaitu antara 200 - 1500 mgllOO m l cairan rumen, Halini tergantung pada jenis ransum yang dikonsumsi (McDonald et al., 1988).

    10

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    24/65

    Sutardi (1978) menyatakan bahwa ransum yang banyak mengandung hijauanatau banyak mengandung selulosa akan meughasilkan proporsi asam asetat dan panasfermentasi yang tinggi. Sedangkan pemberian karbohldrat yang cepat tersedia akanmeningkatkan kadar asam propionat dan gIukosa darah. Selanjutnya Davies (1982)melaporkan bahwa peningkatan konsentrasi VFA mencenninkan peningkatankandungan protein dan karbohldrat pakan yang mudah larut.

    VF A mempunyai peran ganda yaitu sebagai sumber energi bagi ternak dansumber kerangka karbon untuk pembentukan protein mikroba (Sutardi et aI., 1983).Kadar VF A yang dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan mikroba mmen yangoptimal adalah berkisar antara 80 - 160 roM (Sutardi, 1979).

    Mikroba RumenKeberadaan mikroba yang bersifat anaerob di dalam rumen sangatlah penting

    terutama dalam proses fennentasi rumen, karena dapat melakukan berbagai jenisreaksi dan interaksi deugan makanan yang dikonsumsi ternak untuk menghasilkankomponen-komponen zat makanan yang dapat diserap dan selanjutnya dapatdimanfaatkan oleh teruak.

    Mikroba dalam rumen dapat ditemukan pada tiga lokasi yaitu menempel pada

    dinding rumen, bergabung dengan partikel makanan dan bebas dalam cairan rumen.Jumlah yang terbesar adalah yang tergabung deugan partikel makanan (Yokoyamadan Johnson, 1988). Selain itu pula dijelaskan bahwa mikroba yang paling banyakterdapat dalam rumen adalah bakteri dan protozoa dan sejumlah kecil fungi dan virus,

    11

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    25/65

    Meuurut Sutardi (1977), adan ya bakteri dan protozoa yan g hidup dalam rumenmenyebabkan rum in an sia dapat m encern a bahan m akan an yan g berkadar serat kasartinggi, Berbagai jen is m ikroba yang masing-masing memiliki produk ferm en tasian tara dan produk ferm en tasi akhir yang bennacam-macam menyebabkan kehidupandi da la m rumen me nja di k omp le ks.

    Bakteri merupakan biomassa organisme terbesar di dalam rum en , Hobson (1988)menyatakan bahwa jum lah bakteri hidup yan g dapat ditem ukan di dalam rum en bisam encapai 1010 - IOIl/m I cairan rum en dan sam pai 75% m elekat pada partikeImakanan (Orskov dan R yle, 1990).

    D iban din gkan bakteri, jumlah protozoa jauh Iebih sedik it hanya m encapai105 - ] 06/m l cairau rum en dengau pan jaug tubuh 25 - 250 um. Dari jumlah in ikelas cilia ta m erupakan jum lah yang terbesar dibandin gkan kelas flagelata(O rskov dan Ryle, 1990). Teruak yang makanannya tinggi akan gula terlarut(karbohidrat mudah terfermentasi}, maka jumlah protozoa dapat mencapai 4 jutase llm l c aira n rumen.

    Kecernaan Bahan Kering (KCBK) dan Kecernaan Bahan Organik (KenO)Kecern aan zat m akan an didefin isikan sebagai bagian yang tidak diekskresikan

    dalam feses, dim an a bagian la in nya diasum sikan diserap oleh tubuh tern ak dandinyatakan dalam persen dari bahan kering terkousu msi (M cD on ald et al., 1988).Beberapa faktor yang mempengaruhi kecernaan an tara la in : spesies hewan , ben tukfisik m akan au, jum lah bahan m akauan yang diberikan, kom posisi bahan m akan an ,

    12

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    26/65

    kemampuau ransum untuk dapat diguuakan oleh mikroba rumen (Maynard danLoosli, 1969; Tillmau et al., 1986).

    Hungate (1966) menyatakan bahwa pencemaan bahan makauan temak yangsempurna akau didapatkan bila waktu retensi bijauan dalam rumen cukup lama yangditunjang oleh laju pergantian yang lambat, laju fermentasi yang meuurun, volumerumen besar dan daya cerna yang meningkat.

    Nilai koefisien cerna BK dan BO menunjukkan derajat cerna pakan pada alat-alat penceruaan serta seberapa besar sumbangan suatu pakan bagi ternak. Hasilanalisis ini juga meuunjukkan kesanggupan temak untuk memanfaatkan suatu jenispakan terteutu,

    13

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    27/65

    MATERI DANMETODE

    Waktu dan Tempat

    Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2001 - Januari 2002 diLaboratorium Biokimia, Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi serta Laboratorium llmuNutrisi Ternak Perah, Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Temak, FakultasPetemakan - Institut Pertanian Bogor.

    MateriJenis daun yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: daun katuk yang

    diperoleh dari daerah Cinangneng - Ciampea Bogor, daun pare dan daun pepayayang diperoleh dari daerah Cimanggu - Bogor (ketiga jenis daun tersebut diambilbagian yang masih muda) serta cairan rumen dari tiga ekor sapi yang dipotong dirumab potong hewan Kotamadya Bogor.

    MetodePersia pan Sampel

    Ketiga jenis daun yaitu daun katuk, daun pare dan daun pepaya masing-masingditimbang sebanyak 5 kg dalam bentuk segar. Kemudian dijemur selama 4 - 5 hari.Setelah itu ditimbang kembali untuk memperoleh bobot kering matahari laiudimasukkan ke dalam oven 60C selama 24 jam kemudian ditimbang dan terakhirdilakukan penggilingan.

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    28/65

    Peubah yang DiamatiPeubah yang diamati dalam percobaan ini meliputi kadar air dan abu, konsentrasi

    NH3 dan produksi VFA, populasi bakteri total dan protozoa serta kecernaan bahankering (KCBK) dan kecernaan bahan organik (KCBO) in vitro.1. Kadar air dan kadar abu dianalisis dengan menggunakan metode Analisa

    Proksimat (Laconi dan Sofyan, 1996).2. NH3 dianalisis dengan Teknik Mikrodifusi Conway, sedangkan VFA total

    dianalisis dengan Teknik Destilasi Uap (General Laboratory Procedure, 1966).3. Populasi Bakteri Total dan protozoa dihitung dengan menggunakan metode yang

    diterangkan oleh Suryahadi (1990).4. KCBK dan KCBO ill vitro dianalisis dengan menggunakan metode Tilley and

    Terry (1963).

    Uji FermentabilitasProses Pembuatan Supernatan

    Satu gram sampel pakan dimasukkan ke dalam tabung fennentor polyethileneyang berisi 12 rnl larutan McDougall. Tabung fennentor tersebut laiu dimasukkan kedalam shakerbath yang bersuhu 39C hingga bahan yang ada dalam fermentormencapai suhu yang sarna. Setelah itu sebanyak 8 ml cairan rumen segar dimasukkanke dalam tabung fennentor tersebut, gas C02 dialirkan ke dalam tabung selama 30detik untuk menjaga kondisi anaerob. Tabung fermentor lalu ditutup dengan propkaret berventilasi dan diinkubasikan dengan lama waktu inkubasi tiga jam. Setelah itu

    15

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    29/65

    prop karet dibuka dan ke dalam tabung diteteskan 0,2 ml HgCb jenub untukmenghentikan aktivitas mikroba. Selanjutnya tabung-tabuug tersebut disentrifusadengan kecepatan 10000 rpm selama 10 meni t sehingga bagian supernatan akanterpisah dari efluennya. Supernatan yang diperoleh digunakan untuk pengukuranproduksi VF A dan konsentrasi amonia.Konsentrasi NH3

    Penentuan konsentrasi NH3 diukur dengan menggunakan metode MikrodifusiConway. Sebanyak satu mI supernatan pakan hijanan dan satu mI NazC03 jenuhmasing-masing diteteskan pada sisi yang bersebrangan dari cawan Conway yangsebelumnya telah diolesi vaselin disekeliling tepinya. Kemudiau satu mI H3B03berindikator merah metil dan brom kresol hijau diteteskan pada bagian tengah daricawan Conway. Setelah itu cawan ditutup rapat hingga udara tidak dapat masuk kedalam cawan, dan digoyang-goyangkan secara perlahau agar Na2C03 jenuh dansupematan bercampur, lalu didiamkan selama 24 jam dalam suhu kamar.

    Sampel dititrasi dengan H2S04 0,005 N hingga warnanya berubah menjadim erah kem bali dan volume H2S04 yang dipakai dicatat. Hal yang sama Jugadilakukan pada blanko (tanpa supernatan).

    Konsentrasi NH3 dihitung dengan rumus sebagai berikut :[NH3} mM =(a-b) x NHzS04 X 1000

    a =m1 H2S04 sampelb =m l H 2S04 blanko

    dellgan

    16

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    30/65

    Produksi VFA TotalPengukuran produksi VFA dilakukan dengan menggunakan Teknik Destilasi

    Uap. Setelah terdapat uap pada rangkaian tabung destilasi sebanyak 5 mI supematandimasukkan ke dalam rangkaian tabung destilasi tersebut yang ditambah satu mIH2S04 15%, kemudian tabung ditutup kembali. Destilat ditampung dengan gelasErlenmeyer yang telah diisi 5 mI NaOH 0,5 N. Setelah destilat mencapai 250 mI,gelas Erlenmeyer tersebut diangkat dari rangkaian tabung destilasi.

    Destilat kemudian diberi indikator phenolpthalein sebanyak 2 - 3 tetes dandititrasi dengan Hel 0,5 N hingga wama destilat berubah kembali dari merah menjadibening. Banyaknya Hel 0,5 N yang digunakan dapat dihitung dengan rumus berikut :

    VIN! =V2N2Cara yang sarna digunakan untuk mengukur produksi VFA dari blanko.

    Sedangkan banyaknya asam lemak dihitung dengan rumus berikut :VFA total =(x-y) x N HCI x 1000/5

    X ;;;::ml HCl blankoY =m1 HCl sampelPenghitungan Populasi Bakteri Total

    Populasi bakteri rumen dihitung dengan menggunakan metode pencacahankoloni dimana yang diperhitungkan hanya bakteri yang hidup. Prinsip perhitunganuya

    dengan

    adalah cairan rumen diencerkan secara serial Ialu dibiakkan dalam tabung Hungate.Langkah awal yaitu membuat media tumbuh yang spesifik dengan jenis

    bakteri yang dibiakkau yaitu dengan cara: bahau-bahan media dicampur laludimasukkan ke dalarn botol yang telah diautoc1ave. Campuran tersebut dipanaskan

    J 7

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    31/65

    sampai meudidih kemudiau didinginkau sambil dialiri gas CO2. Setelah dingiu laiucystein dimasukkan dan dikocok sebentar kemudian dicek pH, setelah itu didinginkaulagi dengan CO2 sampai teijadi perubahan warua dari kuning menjadi merah danberubah lagi menjadi kuning. Selanjutnya media dimasukkau ke dalam tabunghungate masing-masing sebanyak 5 m1 yang sebelumnya telah diisi bacto agarsebanyak 0,150 gram. 'Media lalu disterilkan dalam autoclave. Setelah Slapdigunakan untuk pembiakan bakteri, media agar dimasukkan ke dalam penangasair pada suhu 47C.

    C on toh cairan yang akan dikulturkan diencerkan terlebih dahulu dengan mediapengeuceran (Ogimoto dan Imai, 1980). Pengenceran dilakukan sebagai berikut:0,05 ml cairau rumen dimasukkan ke dalam 5 ml media pengencer. Selanjutnyadiambil kembali 0,05 m 1 lalu dimasukkan ke dalam 5 mlmedia pengencer berikutnya.Perlakuan tersebut dilakukan sampai 4 kali (4 sed tabung). Selanjutnya dari masing-masing sed pengenceran diambil sebanyak 0,1 ml lalu ditransfer ke media agar laludiputar sambil dialiri air dingin sehingga media dapat memadat secara merata padadinding tabung dalam. Selanjutuya diinkubasi selama 3 hari.

    Perhitungan jumlah bakteri dilakukan dengan cara: n/O.l x lOx bakteri/ ml,dimana 11 adalah jumlah koloni yang terdapat pada tabung seri pengenceran ke x.

    18

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    32/65

    Penghitungan Populasi ProtozoaPopulasi protozoa dihitung dengan mengguuakan larutau MFS (Methylene

    Formaline Saline). Cairan rumen dicampurkan dengau larutan formalin saline deuganperbandingan 1:1. Dua tetes campuran tersebut kemudian diletakkan pada countingchamber dengan ketebalan 0,2 rum, luas kotak terkecil 0,0625 mm' dan jumlah kotakpembacaan 16 x 16. Perhituugan jumlah protozoa dilakukan dengan mikros.~op padapembesaran 40 kali.

    Protozoa n------= -x lOOOO x FPml cairan rumen 5dengan n = Jumlah protozoa terhitung dalam counting chamber

    FP = Faktor pengenceranKCBK dan KCBO In Vitro

    Kecernaan bahan kering dan bahan organik diukur dengall menggunakan metodeTilley dan Terry (1963). Proses fennentasi dilakukan dalam dua tahap, tahap pertamaadalah fennentasi oleh mikroba rumen dan tahap kedua yaitu proses pencernaanproduk fermentasi oleh enzim pepsin.

    Proses fermentasi tahap pertama pada dasarnya sama dengan prosesfermentasi sebelumnya hanya proses ini berlangsung selama 24 jam. Setelah 24 jam,tabung fennentor diberi 0,2 ml HgCb untuk membunuh mikroba dan disentrifusapada 10000 rpm selama 10 men it, S upern atan dibuang dan filtrat diberi larutanpepSlll - He] sebanyak 20 ml. Setelah itu tabung diinkubasi lagi pada temperatur39C selama 24 jam tanpa tutup karet. Setelah diinkubasi disaring dengan kertas

    19

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    33/65

    Whatman No. 41 dengan bantuan pompa vacum dan dicuci dengan air panas. Hasilpenyaringan dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah diketahui beratnya.

    Bahan kering residu didapatkan dengan menguapkan air dalam oven 105Cselama 24 jam. Untuk memperoleh bahan organik residu, bahan dalam cawandipijarkan dalam tanur listrik pada suhu 600C selama 10 jam. Bahan kering ataubahan organik blanko diperoleh dengan membuat fenneutasi cairan rumen tanpasampeI dengan cara yang sama. Bahan kering at au bahan organik asal adalah bahankering atau bahan organik sampel yang digunakan. Koefisien cerna bahan kering danbahan organik diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

    % KCBK:::;: BKasal-(BKresidu - BK blanko) x 100%BK asal

    % KCBO :::;:BO asar - (BO residu - BO blallko) x l 00%BO asal

    Rancangan PercobaanDalam penelitian in i rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan

    Acak Kelompok (RAK) dengan pola faktorial 3 x 3, jenis daun sebagai faktor Adan lama fennentasi (1, 2 dan 3 jam) sebagai faktor B serta tiga kelompokcairan rumen sebagai ulangan. Rancangau in i digunakan untuk mempelajarifennentabilitas ketiga jenis daun tersebut di dalam rumen. Sedangkan RancanganAcak Kelompok diterapkan pada percobaan kecemaan bahan kering dan kecernaanbahan organik in vitro.

    20

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    34/65

    Model persamaan menurut Steel dan Tonie (1984) adalah sebagai berikut :Yijk = 11+ 1 : ' i + (X j + f3k+ af3jk + cijk dengan

    Yijk =Nilai pengamatan kelompok ke-i, faktor A ke-j dan faktor B ke-k11 = Rataan umum1: ; =Efek kelompok ke-i(X j =Efek faktor A, jenis daun ke-jf3k = Efek faktor B, lama fermentasi ke-kaf3jk =Efek interaksi faktor AB, jenis daun dengan lama fennentasi untuk A

    ke-j dan B ke-kCijk =Galat untuk kelompok ke-i, faktor A ke-j dan faktor B ke-k

    Model persamaan untuk kecemaan bahan kering dan kecemaan bahau organikmenuru t Steel dan Tonie ( J 984) adalah sebagai berikut :

    Yij = )l + 1 : ' i +a j+ cij denganVij = Nilai pengamatan dan kelompok ke-i dan perlakuan ke-j)l = Rataan umum

    = = Efek kelompok ke-iaj =Efek perlakuan jenis daun ke-j

    cij =Galat untuk kelompok ke-i, perlakuan ke-jData diolah dengan mengguuakan sidik ragam, jika didapat nilai yang berbeda

    uyata, dilakukan uji lanjut kontras ortogoual dan polinomial ortogonal (Steel danTonie, 1984).

    21

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    35/65

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Konsentrasi Amenia (NH3)Dalam setiap proses fennentasi asam amino dalam rum en akan selalu terbentuk

    amonia (NH3). Amenia tersebut merupakan sumber nitrogen yang utama dan sangatpent ing untuk sintesis protein m ikroorgan ism e rum en , Menurut Baldwin dan Allison(1983), sekitar 80% mikroorganisme rumen Iebih menyukai amon ia dibandingdengan peptida dan asam amino sebagai sumber nitrogen un tuk m em ben tuk protein

    tubuhnya. K ousen trasi am en ia di dalam rum en m erupakan keseim bangan an tarajumlah yang diproduksi, yang digunakan oleh mikroorganisme dan yang diserap olehrumen. Kousentrasi amonia bervariasi tergantuug jenis rnakanan (Hungate, 1966;Sutardi, 1979). Rataan konsentrasi NH3 yang dihasilkan secara in vitro ditunjukkanpada Tabel 2.

    Tabel 2. Rataan Konsentrasi NH3 Ketiga Jenis daunP e r l a l . : u al l Lama Fennentasi (jam) Rataan SE*1 2 3

    .................................... rnM .Daun katuk 25,28 3,08 23,75 1,87 25,05 1,22 24,69 1,128DaUB par e 21,55 0,79 24,272,16 25,44 1,90 23,75 1,048Daun pepaya 26,22 1,35 28,46 2,74 32,28 1,95 28,99 1,37ARataan SE* 24,35 1,23B 25;49 1,36 27,59 1,22A*. Rataan dengan superskrip yang berbeda pada kolom yang sama rnenunjukkan perbedaan pada(P

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    36/65

    Dari aualisa ragam dan uji lanjut kontras ortogonal, tern ya ta ketiga jenis dauntersebut m enun jukkan peugaruh yang berbeda-beda (P

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    37/65

    mengendapkannya, sehingga dapat mengharnbat keija protease. Selain itu juga,rendahnya konsentrasi amonia tersebut kemungkinan disebabkan karena banyaknyaprotein yang digunakan oleh mikroba rumen.

    Rataan amenia dan ketiga jenis daun tersebut melebihi kisaran normal dalammenunjang pertumbuhan mikroba rumen yang maksimum yang berkisar antara 4 - 12mM (Sutardi, 1979). Kemungkinan tingginya produksi arnonia tersebut berhubungandengan terjadinya akumulasi amonia akibat tidak terjadinya penyerapan amoniadalam fermentasi ill vitro.

    Lama fermentasi yang berbeda menunjukkan pengamb yang nyata (P

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    38/65

    Seperti yang terlihat pada Gambar 1 bahwa rata an konsentrasi NH3 pada daunpepaya mengalami peningkatan seiring dengan Iamanya proses fennentasi dari 1hingga 3 jam dengan persamaan regresi linier y = 3,03x + 22,927 denganR2 = 0,9778. Begitu juga halnya pada daun pare, rata an konsentrasi NH3 meningkatdengau persamaan regresi linier y = 1,945x + 19,863 dengan R2 = 0,9497. Sedangkankonsentrasi NH3 daun katuk menurun dad fennentasi 1 jam ke 2 jam, kemudianmeningkat dari fermentasi 2 jam ke 3 jam mengikuti persamaan regres!Iinier y = -0,115x + 24,923 dengan R2 = 0,0194. Terjadinya hal tersebut didugakarena pada fennentasi dari 1 jam ke 2 jam, konsentrasi amonia banyak yangdigunakan oleh mikroba untuk memenuhi kebutuhan proteinnya. Nilai R2 untukpersamaan Iinier daun katuk sangat rendah, nilai R2 untuk persamaan daun katukyang lebih besar diperoleh dari persamaan regresi kuadratik sebesar R2 "" Iuntukpersamaan y = 1,415x2 - 5,775x + 29,64. Dengan dem ikiau , produ ksi arnonia daunkatuk mengikuti pola regresi kuadratik dengan lama fennentasi I hingga 3 jam.

    Produksi Asam Lemak Atsiri (VFA)Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi temak rununans ia , Lebih

    kurang 60 - 75% ransum yang dimakan ternak ruminausia terdiri dari karbohidrat(Sutardi, 1978). Fermentasi karbohidrat dalam rumen terjadi melalui dua tahap.Tahap pertama adalah pemecahan karbohidrat kompleks menjadi gula sederhana,selanjutnya dari gula sederhana akan dihasilkan asam lemak atsiri (VFA) yangmerupakan sumber energi utama bagi ternak ruminansia (Owens dan Bergen, 1983;

    25

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    39/65

    Preston dan Leng, 1987). Tabel 3 dibawah ini menunjukkan rataan produksi VFAyang dihasilkan secara in vitro.

    Tabe13. Rataan Produksi VFA Ketiga Jenis daun

    Periakuan Lama Fermentasi Gam) Rataan SE*1 2 3.................................... mM .

    Daun katuk 117,42 20,62 105,71 28,89 99,09 24,80 107,4112,78BDaun pare 129,15 32,56 135,76 30,73 129,22 24,44 131,3814,7rDaunpepaya 149,17 10,92 122,49 37,52 125,85 33,57 132,51 15,45ARataan SE 131,92 12,46 121,32 16,86 118,05 14,75

    *. Rataan dengan superskrip yang berbeda pada kolom yang sarna rnenunjukkan perbedaan pada(P

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    40/65

    dan produksi VFA tertinggi, tetapi tidak untuk daun pare dan daun katuk dalammenghasilkan VFA.

    Rendalmya nilai rataan produksi VFA pada daun katuk diduga karena dalamdaun katuk sedikit sekali terdapat karbohidrat yang fermentabel seperti pati dan gula.Menurut Ranjhan (1980), karbohidrat yang mudah difermentasi sangat cepatdifermentasi dalam rumen, sedangkan selulosa dan hemiselulosa lebih lambat.Selanjutnya Wignjosoesastro (1982) menambahkan bahwa karbohidrat yang rnudahdifermentasi akan memberikan total VFA yang lebih tinggi.

    160~ 140 .E 120 ~-u, 100>If) 80 .. : . : :::J 60 ."C0. . . 40c,

    20Daun katuk

    oFermentasi 1 jam13Fermentasi 2 jamo Fermentasi 3 jam

    Daun pare Daun pepayaJenis Daun

    Gambar 2. Produksi VFA Ketiga Jenis Daun

    Lama fermentasi dari 1 sampai 3 jam tidak mengakibatkan produksi VFA yangberbeda dalam proses fermentasi ketiga jenis daun tersebut. Namun demikian,produksi VFA pada ketiga jenis daun tersebut semakin menurun dengan semakinlamanya proses fermentasi dari 1 hingga 3 jam (Gambar 2). Proses fermentasikarbohidrat menjadi VFA tampak agak berbeda dari proses degradasi proteinmenjadi NH3, dimana konsentrasi NH3 semakin meningkat dengan semakinlamanya proses degradasi.

    27

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    41/65

    Populasi Bakteri TotalPertum buhau dan aktiv itas m ikroba dalam rum en san gat tergan tun g pada kondisi

    lin gkungan rum en . K ondisi Iin gkuugan tersebut diautaranya berupa pH , tem peratur,ketersediaan substrat, adan ya zat antimikroba, populasi m ikroba tertentu, dan lain -lain . M ikroba yan g palin g banyak terdapat dalam rum en adalah bakteri dan protozoadan sejum lah kecil fun gi dan v irus (Yokoyam a dan John son , 1988). Bakteri rum enm empunyai peran an yan g san gat pen ting terhadap pencernaan dalam rum en(Pardi, 1995). R ataan populasi bakteri total pada ketiga jen is daun perlakuan terterapada Tabel4 .

    Tabel4 . R ataan Populasi Bakteri Total K etiga Jen is Daun

    Perlakual l Lam a Fenn en tasi (jam ) Rataan SE1 2 . . . ..J....................... L og CFU/ml cairan rumen .

    Daun katuk 9,00 0,14 8,86 0,37 9,54 0,55 9,13 0,22AD aun pare 8,22 0,85 7,32 1,50 7,95 1,36 7,83 0,65BD aun pepaya 9,40 0,75 9,23 0,24 8,43 0,25 9,02 O,28ARataan SE 8,87 0,37 8,47 0,54 8,64 0,49

    * ' Rataan dengan supership yang berbeda pada kolom yang sarna menunjukkan perbedaan pada(P

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    42/65

    sebesar 7,83 log CFU/ml carran rumen. Rendahnya nilai rataan populasi bakteriterse but berhubungan pula dengan tingginya produksi VFA yang dihasilkan padadaun pare. Dari Tabel 3 terlihat bahwa rataan produksi VFA yang dihasilkan sebesar131,38 1 1 1 M dan diduga daun pare merupakan bahan makanan yang mudahdifermentasi di dalam rumen. Namun, tingginya konsentrasi VFA tersebut cenderungdapat menurunkan pH rumen sehingga bakteri dalam rumen populasinya menjadiberkurang. Hal tersebut didukung oleh pendapat Piwonka dan Firkins (1996), sertaWeimer (1996), bahwa bahan-bahan yang mudah difermentasi di dalam rumencenderung meningkatkan konsentrasi VFA dan menurunkan pH cairan rumen,sedangkan mikroba rumen selulolitik sangat sensitif terhadap pH rendah dan tidakdapat tumbuh pada pH < 6,0 sehingga aktivitas selulolitik terganggu.- 10. . . . .

    OJ 9.5c; 9. . .aI-.~ 8.5ell. . . ..:.:~ 8mIn~ 7.S:: sc.a 7.

    Daun katuk

    El Fermentasi 1 jam!!IFerm entasi 2 jamoFermentasi 3 jam

    Daun pare Daun pepayaJenis Daun

    Gambar 3. Populasi Bakteri Total Ketiga Jenis daun

    29

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    43/65

    Selain dipengaruhi oleh jurnlah produksi VFA yang dihasilkan, rendahnya nilairataan populasi bakteri pada daun pare tersebut kernungkinan besar disebabkan olehrendahnya nilai rataan produksi amonia pada daun pare (TabeI 2) yaitu hanya sebesar23,75 rn M dibandingkan nilai rataan produksi amenia pada daun katuk dan daunpepaya karen a am en ia dibutuhkan sebagai sumber N untuk perumbuhan danpembentukan sel-sel rnikroba yang hidup di dalam rumen, terutama bakteri untukmengoptimalkan fermentasi hijauan (Demeyer, 1981; Preston dan Leng, 1987;Leng, 1991).

    Populasi bakteri total pada penelitian ini tidak dipengaruhi oleh lama fennentasi1 bingga 3 jam pada ketiga jenis daun tersebut.

    Populasi ProtozoaMeskipun keberadaan protozoa kurang begitu penting artinya di dalam rumen

    jika dibandingkau dengan bakteri, namun disisi lain peranannya perlu diperhatikankarena protozoa tersebut dapat membantu bakteri dalam mencema bahan makananyang berkadar serat kasar tinggi (Sutardi, 1977). Rataan populasi protozoa padapenelitian in i tertera pada Tabel 5.

    Dari hasil analisa ragalll dan uji lanjut kontras ortogonal, rataan populasi

    protozoa autar perlakuan berbeda nyata (P

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    44/65

    mengkousumsi karbohidrat fermentabel tersebut dengan baik. Disamping faktorVFA, adanya zat antinutrisi saponin diduga berpengaruh terhadap besarnya populasiprotozoa tersebut.

    Tabe15. Rataan Populasi Protozoa Ketiga Jeuis Daun

    Perlakuan Lama Fermentasi (jam) Rataan SE*1 2 3............................. Log sel/ml cairan rumen .

    Daun katuk 4,09 0,09 3,89 0,09 3,97 0, 12 3,98 0,06BDaun pareDaun pepaya

    4,25 0,044,27 0,05

    4,04 0,284,20 0,06

    3,95 0,304,24 0,03

    4,08 O,13B4,24 0,03A

    Rataan SE 4,20 0,04 4,05 0,09 4,05 0,11*. Rataan dengan superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan pacta

    (P

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    45/65

    kurang terpeuuhi, dan kemuugkinan protozoa akan memangsa bakteri karena jikasumber karbohidrat fermentabel berkurang, maka protozoa akan menelan bakteri danhidup dari bakteri in i , bersamaan dengan itu memperoleh tambahau sumber pati dadingesta rumen (Arora, ]989).

    Selaiu faktor VFA tersebut, adanya zat antinutrisi saponin yang dikandungdalam daun katuk juga diduga mempunyai pengaruh yang besar terhadap rendahnyanilai rataan populasi protozoa, dan kemungkinan jumlah saponin yang terkandungtersebut cukup tiuggi, Hal iui sesuai dengan pendapat Valdes et al. (1986) yangmenyatakan bahwa suplementasi sapon.in dalam ran sum dapat mengurangi jumlahprotozoa sedangkan jumlah bakteri meningkat, hal ini didukung pula oleh pendapatLalitha et al. (1996) yang menggunakan ekstrak saponin dad akar alfalfa.

    Kemungkinan tingginya kandungan saponin yang terdapat dalam daun katuktersebut meuunjukkan bah wa daun katuk sangat potensial dalam meningkatkanproduksi susu karena saponin merupakan suatu senyawa yang tennasuk dalamgolongan glikosida yang apabila dihidrolisa secara sempurna akan didapatkangula dan satu fraksi non gula yallg disebut sapogenin. Sapogenin dibagi menjadidua yaitu triterpenida dan steroida (Sunaryadi, 1999), steroida in.ilah yangmempunyai peranan dalam meningkatkau produksi air susu secara hormonalkarena beberapa tanamau yang mengaudung sterol diketahui mempunyai sifatestrogenik (Prajonggo et aI., 1983).

    Pendapat senada dikemukakan oleh Robinson (1991) bahwa beberapa sapoIllI1bekerja sebagai antimikroba dan pada beberapa tahun terakhir saponin tertentumenjadi penting karena dapat dipero leh dati beberapa tumbuh an dengan hasil yang

    32

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    46/65

    baik dan digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis hormon steroid yangdigunakan dalam bidang kesehatan.

    _ 4.3o'

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    47/65

    Kecern aan bahan organ ik m enun jukkan jum lah protein , Iem ak dan karbohidrat yangdapat dicerna, sedangkan serat kasar m erupakan faktor pembatas yang ikutm enen tukan besarnya koefisien cerua. TabeI 6 m enyajikan data n ilai ra ta an kecern aanbahan kerin g dan kecern aan bahan organ ik in vitro.

    Berdasarkan hasil sidik ragam dan uji Ianjut kon tras ortogon al, rata an kecernaanbahan kering an tar perlakuan sangat berbeda nyata (P

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    48/65

    kecernaan bahan organik yang lebih tinggi (P

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    49/65

    proses degradasi protein lebih rendah, sedaugkan proses ferm en tasi karbohidratcukup tin ggi, dengan reudahnya kon sen trasi NH3 yang dihasilkan tersebut m akaprotein yang lolos degradasi un tuk dim an faatkan oleh tem ak akan Iebih tinggi.N amun tin ggiuya protein by pass tersebut tidak m ampu m en in gkatkan n ilai kecernaanbahan kering dan bahan organ ik. Teijadinya hal tersebut kem ungkin an disebabkankaren a rendahnya kandungan zat m akan an yang terdapat dalam daun pare terutam akaudungau protein , Iem ak dan serat kasar (Tabel 1). Hal in i sesuai dengan pen jelasanMcDonald et aJ. (1990) bahw a faktor-faktor yan g m em pen garuhi kecernaan makananmeliputi komposisi bahan m akanan dan n ilai gizi ran sum , pen yediaan rn a kan an ,faktor hewan dan level pem berian makanan, Selain itu populasi m ikroba sangatmempengaruhi tin gkat kecern aan bahan kerin g ran sum .

    Selain faktor diatas kemungkin an ren dahnya n ilai rataan kecern aan bahan kerin gdan kecern aan bahan organ ik tersebut disebabkan oleh adanya suatu zat an tin utrisiyang dikandung dalam daun pare seperti m om ordisin atau karan tin .

    Seperti yan g terlihat pada Tabel 2 bahwa daun katuk rnem iliki kon sen trasi NH3yan g rcn dah, begitu juga pada produksi VFA yang dihasilkan (T abel 3 ). Rendahnyan iIa i rata an NH3 yang dihasilkan dalam rumen tersebut akan m en in gkatkan protein bypass pada organ pasca rum en sehingga protein yan g dibutuhkan oleh tern ak akanterpenuhi den gan baik. Pada Tabel 6 terliliat bahwa n ilai kecern aan bahan kering da nkecern aan bahan organ ik yan g dihasilkan oleh daun katuk cukup tinggi yaitu m asin g-m asin g sebesar 67,96 dan 65,24 . T inggin ya n ilai rataan tersebut diduga karen a daunkatuk mcngandung zat-zat m akauan yan g cukup tin ggi (Tabel 1).

    36

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    50/65

    Faktor lain yang menyebabkan tingginya uilai rataan kecernaan bahan kering dankecernaan bah an orgauik tersebut kemungkinan karena adanya suatu zat metabolitsekunder yang berpengaruh positif terhadap aktivitas enzim-enzim pencernaan pascarumen seperti adanya tanin yang terhidrolisis. Hal ini senada dengan pendapatCheeke dan Shull (1985) bahwa goIongan tanin terhidrolisis dapat dipecah denganasam mineral panas, menghasilkau gula dan asam-asam yang menjadi senyawapokokn ya, tan in terhidrolisis in i juga dapat dihidrolisis oIeh enzim-enzim saluranpencemaan,

    37

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    51/65

    KESIMPULAN

    Penggunaan daun katuk, daun pare serta daun pepaya secara umum mempunyai

    perbedaan dalam hal fennentabilitas dan kecemaannya secara in vitro. Daun pepayamenghasilkan nilai rataan yang tertinggi untuk semua peubah, kecuali populasibakteri total dibandingkan nilai rataan yang dihasilkan oleh kedua jenis daun lainnya.Namun, daun katuk berpotensi lebih baik dibaudingkan daun pare dan dauu pepayadalam hal fennentabilitas dan kecernaannya karena protein. yang terkandung dalamdaun katuk lebih mudah dicerna oleh mikroba rumen begitu juga di dalam organpasca rumen.

    Lama fermentasi dari I hingga 3 jam hanya mempengaruhi produksi amonia(NH3), tetapi tidak mengakibatkan perbedaan pada produksi VFA, populasi bakteritotal serta populasi protozoa dalam proses fennentasi ketiga jenis daun tersebut.

    SARANPerlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai lama fermentasi dan daun

    katuk, daun pare dan daun pepaya sehingga berpengaruh terhadap lajufenneutabilitasnya. Penggunaan dauu katuk diharapkan dapat dimanfaatkan lebihoptimal sebagai laktagogum.

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    52/65

    DAFTAR PUSTAKA

    J Annison, E. F. and D. Lewis. 1959. Metabolism in The Rumen. John Willey andSons Inc. New York.Arora, S. P. 1989. Pencemaan Mikroba pada Temak Ruminansia. Gadjah Mada

    University Press. Yogyakarta.Baldwin, R. 1. and M. J. Allison. 1983. Rumen metabolism. Journal of AnimalScience 57 : 461-477.Cheeke, P. R. and L. R. Shull. 1985. Natural Toxicants in Feeds and Poissonous

    Plants. AVI Publishing Co., Inc. Westport, Connecticut.

    Davies, H. 1. 1982. Nutrition and Growth Manual. Australia UniversitiesInternational Development Program, Canberra, P. 40-46.Demeyer, D. I. 1981. Rumen Microbes and Digestion of Plant Cell Wall. Agriculture

    and Environment. Elsevier Science. Pub!. Co., Amsterdam.Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1979. Farmakope Indonesia. Edisi ke-3.m . Jakarta.Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1981. Pemanfaatan Tanaman Obat

    Indonesia. Edisi ke-2. Jakarta.Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1992. Daftar Komposisi BahanMakanan , Bogor.Dwinastiti, A. 1992. Pengaruh varietas dan penambahan NaCI pada getah pepaya

    terhadap rendemen dan mutu papain. Jurusan Teknologi Industri Pertanian.Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

    FAO. 1968. Food Composition Table for Use in Africa. FAO and US Department ofHealth. Education and Welfare. Bethesda. Maryland.

    Garcia, 1. L., T. V. CapaJ, B. A. Villanuera and E. P. Salundary. 1985. Chemicalstudies of crude vegetable drug 1,Momordica charantia 1. Philipp. lournalScience 144 : 139-150.

    General Laboratory Procedures. 1966. Department of Dairy Science. University ofWisconsin. Madison.

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    53/65

    Hegnauer, R. 1964. Chemotaxonomie der Pflanzen. Band 4. Birkhauzer Verlag.Basel. p. 103-140.Hendro, S. 1990. Kunci Bercocok Tanam Sayur-sayur Penting di Indonesia. PenerbitSinar Bam. Bandung.Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Terjemahan oIeh Badan LitbangKehutanan. Sarana Jaya. Jakarta.

    ) Hungate, R. E. 1996. The Rumen and Its Microbe. 2nd Edition. Academic Press. NewYork.Jalius. 1992. Pemberian ekstrak daging buah pare (Momordica charantia L) pada

    tikus jantan dan pengarulmya terhadap spermatogenesis, Program PascaSarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

    J Johnson, R. R. 1966. Techniques and procedures for in vitro and in vivo rumenstudies. Journal of Animal Science. 25 : 855.

    Kalie, M. B. 1994. Bertanam Pepaya. Penerbit Swadaya. Jakarta.Laconi, E. B. dan Sofyan. 1996. Penuntun Praktikum Pengawasan Mutu Pakan,

    Institut Pertanian Bogor. Bogor.Lalitha, T., R. Seshadri., and L. V. Venkataraman. 1987. Isolation and properties of

    saponins from Madhuca butyraceae seeds. Journal Agriculture FoodChemistry 35 : 744-748.Leng, R. A. 1991. Aplication of Biotechnology to Nutrition of Animals 111

    Developing Countries. FAO. Rome.LIPI. 1980. Sayur-sayuran. PN Balai Pustaka. Jakarta. Hal 53.

    ,)Maynard, L. A. and J. K. Loosli, 1969. Animal Nutrition. 4th Edition. McGraw-HillBook Co. Inc. New York.

    ~ McDonald, P., R. A. Edwards and J. F. D. Greenhalgh. 1988. Animal Nutrition.4th Edition. Longman. Science and Technical Co. Publising in The US withJohn Willey Inc ., New York.

    Nogrady, T. 1992. Kimia Medisinal Pendekatan Secara Biokimia. Edisi ke-2.Penerbit Institut Teknologi Bandung. Bandung.

    Ogimoto, K. and S. Imai, 1981. Atlas of Rumen Microbiology. JSSP. Tokyo.

    40

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    54/65

    J Orskov, E. R. 1982. Protein Nutrition in Ruminants. Academic Press. London. NewYork.JOrskov, E. R. and M. Ryle. 1990. Energy Nutrition in Ruminants. Elsevier AppliedScience. London and New York.J Owens, F.H. and W. G. Bergen. 1983. Nitrogen metabolism of ruminant animals:

    historical perspective, Current Understanding and Future Implication. Journalof Animal Science 5 7 : 1145-1151

    Padmavathi, P. dan M. P. Rao. 1990. Nutritive Value of Sauropus androgynus (L.)Merr Leaves. Plant Food Huminity Nutrition 40 : 107-1 13.

    Pardi, L. A. 1995. Defaunasi pada Ternak Ruminansia. Oriza, Mataram UniversityPress. Hal: 1-5.

    Piwonka, E. 1., and J. L. Firkins. 1996. Effect of glucose fermentation on fiberdigestion by ruminal microorganism in vitro. Journal of Dairy Science79 : 2196-2206.

    Prajonggo, T. S., W. Djatmoko., T. Soernarno., J. L. Lunardi, 1983. PengaruhSauropus androgynus (L.) Merr terhadap Gambaran Histologi Kelenjar SusuMencit Betina yang Menyusui. Prosiding Kongres Nasional XI ISFI, Jakarta.Hal: 735-739.

    Preston, T. Rand R. A. Leng, 1987. Matching Ruminant Production System withAvailable Resources in The Tropic. Penambull Book. Armidale.Ranjhan, S. K. {"980.Animal Nutrition in The Tropic. Vikas. New Delhi.Robinson. T. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Terjernahan. Department

    of Biochemistry University of Massachusetts Amherst. Penerbit InstitutTeknologi Bandung. Bandung.Rukmana, R. 1997. Budidaya Pare. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

    J Satter, L. D., and L. L. Slyter. 1974. Effect of arnonia concentration on rumenmicrobial protein production in vitro. British Journal Nutrition 32: 199-204.

    Soebarinoto. 1986. Evaluasi beberapa hijauan leguminosa pohon sebagai sumberprotein untuk ternak. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogar. Bogar.

    Soewito. 1990. Memanfaatkan Lahan- 4 : Bercocok Tanam Pepaya. CV. TitikTerang. Jakarta.

    41

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    55/65

    Sumarto, A. W. 1984. Mempelajari pembuatan keju dengan menggunakan enzimpapain dari tanaman pepaya (Carica papaya L) sebagai koagulan. Skripsi.Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogar. Bogar.

    Sunaryadi. 1999. Ekstrasi dan isolasi saponin buah lerak (Sapindus rarak) sertapengujian daya defaunasinya. Thesis. Program Pascasarjana. Institut PertanianBogar. Bogor.

    Suprayogi, A. 2000. Studies on The Biological Effects of Sauropus androgynus (L.)Merr. Effects on Milk Production and TIle Possibilities of Induced PulmonaryDisorder in Lactating Sheep. Cuvillier Verlag Gottingen. Georg - August.Universitat Gottingen. Gottingen.

    Suryahadi. 1990. Penuntun Praktikum Ilmu Nutrisi Ruminansia. Pusat AntarUniversitas. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

    Sutardi, T . 1978. Ikhtisar Ruminologi. Baban Penataran Kursus Peternakan SapiPerah di Kayu Ambon, Lembang. Departemen Ilmu Makanan Temak.Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogar. Bogar.

    Sutardi, T. 1979. Ketahanan Protein Bahan Makanan terhadap Degradasi olehMikroba Rumen dan Manfaatnya bagi Peningkatan Produktivitas Temak.Pros. Seminar Penelitian Penunjang Peternakan, Lembaga PenelitianPeternakan, Bogar.

    JSutardi, T . 1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid I. D epartem en Ilm u Makanan Ternak.Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogar.Tilley, 1. M. A. and R . A. Terry. 1963. A Two Stage Technique for in vitro Digestion

    in Forage Crop. Journal British Grassland. Science 18 : 104-111.~Tillman, A. D., H. Hart adi., S. Reksohadiprodjo., S. Prawitokusumo dan S.

    , Lebdosoekodjo. 1986. Ilmu Makanan Tenak Dasar. Gadjah Mada UniversityPress. Fakultas Petemakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

    Valdes, F. R ., L. 1. Bush., A. L. Goetsch and F.N. Owen. 1986. Effect of steroidalsapogenins on ruminaIfermentation and on production of lactating dairycows. Journal of Dairy Science 69: 1547-1554.

    Van der Meer, 1 . M. and A. 1. H. Van Es. 1987. Optimal Degradation ofLignocellulosic Feeds by Ruminants and ill vitro Digestibility Test. I I I Vander Meer, 1. M., B. A. Rijkens and M. P. Ferranti (Eds): Degradation ofLignocellulosics in Ruminants and in Industrial Processes. Elsevier AppliedScience. Netherlands.

    42

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    56/65

    Van Soest, P. 1. 1982. Nutritional Ecology of The Ruminant. Durham and Downey.Inc Portland. New york.

    Villegas, V. N. 1992. Carica Papaya. L.P. 108-112. In Verheij, E. W. M. and R. E~Coronel (Eds) Plant Resources of South-East Asia; No.2. Edible Fruit andNutrition Proses Foundation. Bogor. Indonesia.

    Weimer, J. P. 1996. Why don't ruminaI bacteria digest cellulose faster? Journal ofDairy Science 79: 1496-1502.Wignjosoesastro, N. 1982. Production volatile fatty acids (VFA) pada domba yang

    menerima ransum berisi jerami dengan perlakuan NaOH dan bungkil kedelaiserta urea. Prosiding Litbang Peternakan. Puslitbang Petemakan. Departemenpertanian. Bogor.

    Wijayakusuma, H. dan A. S. Wirian. 1994. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia.Jilid III. Pustaka Kartini. Jakarta.Wijayakusuma, Hdan A. S. Wirian. 1996. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia.

    Jilid IV. Pustaka Kartini. Jakarta.Winarno, F. G., S. Fardiaz dan D. Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi Pangan, PT.

    Gramedia, hal 5. Jakarta.Winarno, F. G. 1982. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia. Jakarta. Hal: 120-125.Yon, R. M. 1994. General Characteristics of The Papaya. IIIR M. Yon (Ed) Papaya:

    Fruit Development, Postharvest Physiology, Handling and Marketing InASEAN. ASEAN Food Handling Bureau. Malaysia.

    \ Yokoyama, M. T and K A. Johnson. 1988. Microbiology of The Rumen andIntestine. In Church, D. C. (Eds). Digestive Physiology and Nutritional ofRuminant. New Jersey.

    43

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    57/65

    LAMPIRAN

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    58/65

    Lampirau 1. Komposisi dan Pembuatan Media1 . Media Pengenceran

    Bahan-bahan yang digunakan :Larutan mineral I 7,5 mlLarutan mineral II 7,5 m lCystein 0,05 gramNazCO) 0,3 gramResazurin 0.1% 0,05 mlAquades 100 mlCaranya : semua bahan dicampur dan dialiri gas CO2 sambil dikocok dengan

    steerer sampai berubah warna dari biru menjadi merah kemudian menjadi bening.Masukkan ke dalam tabung sebanyak 5 mllalu di autoclave.

    2. Media BHI (Brain Heart Infusion)Bahan-bahan yang digunakan :

    BHI powder 3,7 gramGlukosa 0,05 gramCellobiosa 0,05 gramStarch 0,05 gramCystein 0,05 gramHemin 0,05% 0,5 lU IResazurin 0,05 mlAquades 100 ml

    45

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    59/65

    , . , Saliva McDougallJ.A Lamtan Mikromineral

    - CaCh.2xH2O- MnChAxH20- CoCh.6xH2O- FeCh.6xH2O- Aquades

    B. Larutan Buffer rumen- NH4HCOiurea- NaHCO- Aquades

    C. Larutan Makromineral- Na2HP04 anhidrat- KH2P04 anhidrat- MgS04.7H20- Aquades

    13,2 gram10,0 gram1,0 gram8,0 gram100 ml

    3,038 gram335,0 gram1000 ml

    5,7 gram6,2 gram0,6 gram1000 ml

    D. Larutau Resazurin 0.1 % (w/v)E. Larutan Reduksi (dalam keadaan segar)

    - NaOH- Na2~.9H20- Aquades

    4,0 1 1 1 1625 mg5 Ill!

    Caranya : ke dalam botol yang berisi 400 1 1 1 1 air (aquades) ditambahkau 0,1 ml larutanmikrorn ineral, 200 m l Iarutan buffer rumen, 200 1111larutan makromineral, 1,0 mllarutan resazurin, 40 ml larutan pereduksi (campuran tersebut disiapkan sebelumpengambilan cairan rumen) lalu diberi gas CO2 dan direndain dalam shaker waterbathpada suhu 39 D C . Agar homogeu, larutan diaduk dengan pengaduk magnet. Sebelumcairan rumen ditarnbahkan, suhu hams 39 C dan media telah berubah warna dati birumenjadi merah terakhir menjadi bening. Menunjukkan reduksi telah sempuma.

    46

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    60/65

    Lampiran 2. Sidik Ragam Konsentrasi Amonia (NHJ)SK db JK KT FIllt. FO,05 FO,O}

    Blok 2 93,5025 46,7513 5,9475* 3,63 6,23PerIakuall 8 224,4611 28,0576 3,5694* 2,59 3,89A 2 140,1723 70,0862 8,9161** 3,63 6,23B 2 48,5860 24,2930 3,0905 3,63 6,23AB 4 35,7028 8,9257 1,1355 3,01 4,77Error 16 125,7689 7,8606Total 26 443,7326 17,0666

    Keterangan : * =nyata ; ** =sangat nyata

    Lampiran . . . , Uji Lanjut Kontras dan P olin om ial O rtogon al Ketiga Jenis dauo. : > .terhadap Konsentrasi Amenia (NH3)

    SK db JK KT Hit. FO,05 FO,O]Blok 2 93,5025 46,7513 5,9475* 3,63 6,23Perlakuan 8 224,46 I I 28,0576 3,5694* 2,59 3,89A (hijauan) 2 140,1723 70,0862 8,9161** 3,63 6,23Pr.kt vs py 1 136,1678 136,4678 17,3228** 4,49 8,53Pr vs kt 4,0045 4,0045 0,5094 4,49 8,53B (fennentasi) 2 48,5860 24,2930 3,0905 3,63 6,23Linier 47,2068 47,2068 6,0055* 4,49 8,53Kuadratik 1,3792 1,3792 0,1757 4,49 8,53AB 4 35,7028 8,9257 1,1355 3,01 4,77Error 16 125,7689 7,8606Total 26 443,7326 17,0666

    Keterangan : * = nyata ; ** = sangat nyata

    47

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    61/65

    Lampiran 4. Sidik Ragam Produksi Asam Lemak Atsiri (VFA)SK db JK KT Fhit. FO,05 FO,O l

    Blok 2 36280,8547 18140,4274 44,6379** 3,63 6,23Perlakuan 8 5489,5021 686,1878 1,6885 2,59 3,89A 2 3618,6772 1809,3386 4,4522* 3,63 6,23B 2 945,5394 472,7697 1,1633 3,63 6,23AB 4 925,2855 231,3214 0,5692 3,01 4,77Enol' 16 6502,2547 406,3909Total 26 48272,6115 1856,6389

    Keterangan : * =nyata ; * * =sangat nyata

    Lampi rau 5. Uji Lanjut Kontras dan Polinomial Ortogoual Ketiga Jenis daunterhadap Produksi Asam Lemak Atsiri (VFA)

    SK db JK KT But. FO,05 FO,OlBlok 2 36280,8547 18140,4274 44,6379** 3,63 6,23Perlakuan 8 5489,5021 686,I78 1,6885 2,59 3,89A (hijauan) 2 3618,6772 1809,3386 4,4522* 3,63 6,23Kt vs Py, Pr 1 3612,9424 3612,9424 8,8903** 4,49 8,53Prvs Py 5,7348 5,7348 0,0141 4,49 8,53B (fermeutasi) 2 945,5394 472,7697 1,1633 3,63 6,23Linier 1 865,1413 865,1413 2,1288 4,49 8,53Kuadratik 80,3980 80,3980 0,1978 4,49 8,53AB 4 925,2855 231,3214 0,5692 3,01 4,77EITol' 16 6502,2547 406,3909Total 26 48272,6115 1856,6389

    Keterangan: * = nyata ; * * = sangat nyata

    48

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    62/65

    Lampiran 6. Sidik Ragam Populasi Bakteri TotalSK db JK KT Fhit FO,05 FO,OI

    Blok 2 21,3829 10,6915 11,8636* 3,63 6,23Perlakuan 8 13,0337 1,6292 1,8078 2,59 3,89A 2 9,3923 4,6962 5,211 1* 3,63 6,23B 2 0,7331 0,3666 0,4068 3,63 6,23AB 4 2,9083 0,7271 0,8068 3,01 4,77Enol' 16 14,4196 0,9012Total 26 48,8362 1,8783

    Keterangan : * =: nyata

    Lampirau 7. Uji Lanjut Kontras dan Polinornial Ortogonal Ketiga Jenis daunterhadap Populasi Bakteri Total

    SK db JK KT Fhit. FO,OS FO,OIBlok 2 21,3829 10,6915 11,8636* 3,63 6,23PerIakuan 8 13,0337 1,6292 1,8078 2,59 3,89A (hijauan) 2 9,3923 4,6962 5,211 1* 3,63 6,23PrvsPy, Kt 1 9,3334 9,3334 10,3566** 4,49 8,53Pyvs Kt 0,0589 0,0589 0,0654 4,49 8,53B (fermeutasi) 2 0,7331 0,3666 0,4068 3,63 6,23Linier 0,2381 0,2381 0,2642 4,49 8,53Kuadratik 1 0,4949 0,4949 0,5492 4,49 8,53AB 4 2,9083 0,7271 0,8068 3,01 4,77Enor 16 14,4196 0,9012Total 26 48,8362 1,8783

    Keterangan : * =nyata ; ** = sangat nyata

    49

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    63/65

    Lampiran 8. Sidik Ragam Populasi ProtozoaSK db JK KT Fhit. FO,05 FO,OI

    Blok 2 0,4515 0,2258 4,5709* 3,63 6,23Perlakuan 8 0,4946 0,0618 1,2510 2,59 3,89A 2 0,2846 0,1423 2,8806 3,63 6,23B 2 0,1453 0,0727 1,4717 3,63 6,23AB 4 0,0647 0,0162 0,3279 3,01 4,77Error 16 0,7899 0,0494Total 26 1,7360 0,0668

    Keterangan : * = nyata

    Lampiran 9. Uji Lanjut Kontras dan Poliuomial Ortogonal Ketiga Jenis daunterhadap Populasi Protozoa

    SK db JK KT Fbit. FO,05 FO,OIBlok 2 0,4515 0,2258 4,5709* 3,63 6,23Perlakuan 8 0,4946 0,0618 1,2510 2,59 3,89A (hijauan) 2 0,2846 0,1423 2,8806 3,63 6,23Kt, Pr vs Py 0,2454 0,2454 4,9676* 4,49 8,53Kt vs Pr 0,0392 0,0392 0,7935 4,49 8,53B (fennentasi) 2 0,1453 0,0727 1,4717 3,63 6,23Lillier 0,1058 0,1058 2,1417 4,49 8,53Kuadratik 0,0395 0,0395 0,7996 4,49 8,53AB 4 0,0647 0,0162 0,3279 3,01 4,77Error 16 0,7899 0,0494Total 26 1,7360 0,0668

    Keterangan : * := nyata

    . r '~ 50

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    64/65

    Lampiran 10. Sidik Ragam Kecemaan Bahan Kering (KCBK)SK db JK KT Fhit. FO,OS FO,Ol

    Blok 2 301,2478 150,6239 28,3165** 6,94 18,00Perla kua n 2 1183,4735 591,7368 111,2434** 6,94 18,00Error 4 21,2772 5,3193Total 8 1505,9985 188,2498

    Keterangan: ** = sangat nyata

    Lampiran I]. Uji Lanjut Kontras Ortogonal Ketiga Jenis daun terhadap KecemaanBahan Kering (KCBK)

    SK db JK KT Fbi! . FO,05 FO,OlBlok 2 301,2478 150,6239 28,3165** 6,94 18,00Perlakuan 2 1183,4735 591,7368 111,2434** 6,94 18,00Prvs Py, Kt 366,3412 366,3412 68,8702** 7,71 21,20Kt vs Py 28, ]500 28,1500 5,2920 7,71 21,20En-or 4 21,2772 5,3 I93Total 8 150,9985 188,2498

    Keterangan : ** = sangat nyata

    51

  • 5/12/2018 Alkaloid Karpaina

    65/65

    Lampiran 12. Sidik Ragam Kecernaan Bahan Organik (KCBO)SK db JK KT Fhit. FO,05 FO,OI

    BIok 2 355,0708 177,5354 43,2454** 6,94 18,00Per l a kua n 2 2150,8258 1075,4129 261,9572** 6,94 18,00EITor 4 16,4211 4,1053Total 8 2522,3177 3 15,2897

    Keterangan : * * = sangat nyata

    Lam piran 13 . Uji Lanjut Kontras Ortogonal Ketiga Jenis daun terhadap KecemaanBahan Organik (KCBO)

    SK db JK KT Fhit. FO,05 FO,OIBlok 2 355,0708 177,5354 43,2454** 6,94 18,00Perlakuan 2 2150,8258 1075,4129 261,9572** 6,94 18,00Pr vs Py, Kt 683,3779 683,3779 166,4624** 7,71 21,20Kt vs Py 1 33,5654 33,5654 8,1761* 7,71 21,20Error 4 16,4211 4,1053Total 8 2522,3177 315,2897

    Keterangan : * =, nyata ~** = sangat nyata

    52