al-qur'an dan iptek - · pdf fileb tujuan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah lebih...
TRANSCRIPT
INFORMASI KESEHATAN
AL-QUR'AN DAN IPTEK
l
Disusun Oleh :
DEASY ADE RATRI 201010201054
WAHYU HIDAYAT 201010201057
SUFIATUL LAILI 201010201069
NURMA PUTRININGRUM 201010201079
S1 – KEPERAWATAN
STIKES AISYIYAH YOGYAKARTATahun Ajaran 2010/2011
KATA PENGANTAR
Puja dan puja syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT
yang senantiasa memberikan rahmad, hidayah serta inayahNya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah “ Alqur'an dan IPTEK” ini tepat pada
waktunya.
Makalah ini kami susun guna melengkapi nilai tugas mata kuliah
Informasi Kesehatan.
Kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Saran dan
kritik selalu kami harapkan untuk perbaikan kualitas makalah ini. Semoga
bermanfaat bagi kita semua.
Yogyakarta, 11 April 2011
Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
A Latar BelakangTolak ukur era modern ini adalah sains dan teknologi. Sains dan
teknologimengalami perkembangan yang begitu pesat bagi kehidupan
manusia. Dalam setiap waktu para ahli dan ilmuwan terus mengkaji dan
Tolok ukur era modern ini adalah sains dan teknologi. Sains dan teknologi
meneliti sains dan teknologi sebagai penemuan yang paling canggih dan
modern. Keduanya sudah menjadi simbol kemajuan pada abad ini. Oleh
karena itu, apabila ada suatu bangsa atau negara yang tidak mengikuti
perkembangan sains dan teknologi, maka bangsa atau negara itu dapat
dikatakan negara yang tidak maju dan terbelakang. Islam adalah satu-
satunyanya agama samawi yang memberikan perhatian besar terhadap
ilmu pengetahuan. Islam tidak pernah mengekang umatnya untuk maju
dan modern. Justru Islam sangat mendukung umatnya untuk melakukan
research dan bereksperimen dalam hal apapun, termasuk sains dan
teknologi. Bagi Islam sains dan teknologi adalah termasuk ayat-ayat Allah
yang perlu digali dan dicari keberadaannya. Ayat-ayat Allah yang tersebar
di alam semesta ini, dianugerahkan kepada manusia sebagai khalifah di
muka bumi untuk diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Salah
satu keagungan ni’mat yg dikaruniakan Allah bagi umat Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah ni’mat ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kemajuan sains dan teknologi telah memberikan kemudahan-kemudahan
dan kesejahteraan bagi kehidupan manusia sekaligus merupakan sarana
bagi kesempurnaan manusia sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya
karena Allah telah mengaruniakan anugerah keni’matan kepada manusia
yg bersifat saling melengkapi yaitu anugerah agama dan keni’matan sains
teknologi
B TujuanTujuan dari pembuatan makalah ini adalah lebih memahami tentang
keterkaitan antara Alqur'an dengan kemajuan Ilmu pengetahuan dan
tekhnologi
C Ruang Lingkup Materi
Ahmad Y Samantho dalam makalahnya di ICAS Jakarta (2004)
mengatakan bahwa kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi dunia,
yang kini dipimpin oleh peradaban Barat satu abad terakhir ini,
mencegangkan banyak orang di pelbagai penjuru dunia. Kesejahteraan
dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan
Iptek modern tersebut membuat banyak orang lalu mengagumi dan
meniru-niru gaya hidup peradaban Barat tanpa dibarengi sikap kritis
terhadap segala dampak negatif dan krisis multidimensional yang
diakibatkannya. Peradaban Barat moderen dan postmodern saat ini
memang memperlihatkan kemajuan dan kebaikan kesejahteraan material
yang seolah menjanjikan kebahagian hidup bagi umat manusia. Namun
karena kemajuan tersebut tidak seimbang, pincang, lebih mementingkan
kesejahteraan material bagi sebagian individu dan sekelompok tertentu
negara-negara maju (kelompok G-8) saja dengan mengabaikan, bahkan
menindas hak-hak dan merampas kekayaan alam negara lain dan orang
lain yang lebih lemah kekuatan iptek, ekonomi dan militernya, maka
kemajuan di Barat melahirkan penderitaan kolonialisme-imperialisme
(penjajahan) di Dunia Timur & Selatan. Kemajuan Iptek di Barat, yang
didominasi oleh pandangan dunia dan paradigma sains (Iptek) yang
positivistik-empirik sebagai anak kandung filsafat-ideologi materialisme-
sekuler, pada akhirnya juga telah melahirkan penderitaan dan
ketidakbahagiaan psikologis/ruhaniah pada banyak manusia baik di Barat
maupun di Timur. Krisis multidimensional terjadi akibat perkembangan
Iptek yang lepas dari kendali nilai-nilai moral Ketuhanan dan agama. Krisis
ekologis, misalnya: berbagai bencana alam: tsunami, gempa dan
kacaunya iklim dan cuaca dunia akibat pemanasan global yang
disebabkan tingginya polusi industri di negara-negara maju; Kehancuran
ekosistem laut dan keracunan pada penduduk pantai akibat polusi yang
diihasilkan oleh pertambangan mineral emas, perak dan tembaga, seperti
yang terjadi di Buyat, Sulawesi Utara dan di Freeport Papua, Minamata
Jepang. Kebocoran reaktor Nuklir di Chernobil, Rusia, dan di India, dll.
Krisis Ekonomi dan politik yang terjadi di banyak negara berkembang dan
negara miskin, terjadi akibat ketidakadilan dan ’penjajahan’ (neo-
imperialisme) oleh negara-negara maju yang menguasai perekonomian
dunia dan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Negara-negara yang berpenduduk mayoritas Muslim, saat ini pada
umumnya adalah negara-negara berkembang atau negara terkebelakang,
yang lemah secara ekonomi dan juga lemah atau tidak menguasai
perkembangan ilmu pengetahuan dan sains-teknologi. Karena nyatanya
saudara-saudara Muslim kita itu banyak yang masih bodoh dan
lemah.Mereka menyerap begitu saja nilai-nilai, ideologi dan budaya
materialis (’matre’) dan sekular (anti Tuhan) yang dicekokkan melalui
kemajuan teknologi informasi dan media komunikasi Barat. Akibatnya
krisis-krisis sosial-moral dan kejiwaan pun menular kepada sebagian
besar bangsa-bangsa Muslim. Kenyataan memprihatikan ini sangat ironis.
Umat Islam yang mewarisi ajaran suci Ilahiah dan peradaban dan Iptek
Islam yang jaya di masa lalu, justru kini terpuruk di negerinya sendiri, yang
sebenarnya kaya sumber daya alamnya, namun miskin kualitas
sumberdaya manusianya (pendidikan dan Ipteknya). Ketidakadilan global
ini terlihat dari fakta bahwa 80% kekayaan dunia hanya dikuasai oleh 20 %
penduduk kaya di negara-negara maju. Sementara 80% penduduk dunia
di negara-negara miskin hanya memperebutkan remah-remah sisa
makanan pesta pora bangsa-bangsa negara maju. Islam, sebagai agama
penyempurna dan paripurna bagi kemanusiaan, sangat mendorong dan
mementingkan umatnya untuk mempelajari, mengamati, memahami dan
merenungkan segala kejadian di alam semesta. Berbeda dengan
pandangan dunia Barat yang melandasi pengembangan Ipteknya hanya
untuk kepentingan duniawi yang ’matre’ dan sekular, maka Islam
mementingkan pengembangan dan penguasaan Iptek untuk menjadi
sarana I badahpengabdian Muslim kepada Allah swt dan mengembang
amanat Khalifatullah di muka bumi untuk berkhidmat kepada kemanusiaan
dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil ’Alamin).
D Kajian TeoriQs Thaahaa ( 20 : 114 )
Artinya : Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan
janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al Qur'an sebelum
disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya
Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."
Qs Yunus ( 10 : 101 )
Artinya : Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi.
Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi
peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman".
Qs Al- mulk ( 67 : 3-4 )
Artinya : Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-
kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang
tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu
yang tidak seimbang?
Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali
kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu
pun dalam keadaan payah.
Qs Albaqarah ( 2 : 164 )
Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih
bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa
apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit
berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)
-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran
angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh
(terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan.
Qs Al – Mukminuun ( 23 : 12-14)
Artinya : Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah.Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).Kemudian air mani itu
Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah,
Pencipta Yang Paling Baik.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Qs Thaahaa ( 20 : 114 )
Artinya : Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan
janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al Qur'an sebelum
disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: "Ya
Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."
2. Qs Yunus ( 10 : 101 )
Artinya : Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi.
Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi
peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman".
Dalam ayat ini Allah menjelaskan perintah Nya kepada rasul Nya agar dia
menyuruh kaumnya untuk memperhatikan dengan mata kepala mereka
dan dengan akal budi mereka segala yang ada di langit dan di bumi.
Mereka diperintahkan agar merenungkan keajaiban langit yang penuh
dengan bintang-bintang, matahari dan bulan, keindahan pergantian malam
dan siang, air hujan yang turun ke bumi, menghidupkan bumi yang mati,
menumbuhkan tanam-tanaman, dan pohon-pohonan dengan buah-
buahan yang beraneka warna dan rasa. Hewan-hewan dengan bentuk
dan warna yang bermacam-macam hidup diatas bumi, memberi manfaat
yang tidak sedikit kepada manusia. Demikian pula keadaan bumi itu
sendiri yang terdiri dari gurun pasir, lembah yang terjal, dataran yang luas,
samudera yang penuh dengan berbagai ikan yang semuanya itu terdapat
tanda-tanda keesaan dan kekuasaan Allah SWT bagi orang-orang yang
berfikir dan yakin kepada penciptanya.
Akan tetapi mereka yang tidak percaya adanya pencipta alam ini,
membuat semua tanda-tanda keesaan dan kekuasaan Allah di alam ini
tidak akan bermanfaat baginya.
3. Qs Al- mulk ( 67 : 3-4 )
Artinya : Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-
kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang
tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu
yang tidak seimbang?
Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali
kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu
pun dalam keadaan payah.
4. Qs Albaqarah ( 2 : 164 )
Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih
bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa
apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit
berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)
-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran
angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh
(terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan.
Dialah yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya untuk keperluan
manusia. Sudah seharusnyalah manusia memperhatikan dan
merenungkan rahmat Allah yang maha suci itu. Karena dengan begitu,
akan bertambah yakinlah ia pada kekuasaan dan keesaan Nya, akan
bertmabha luas pulalah ilmu pengetahuannya mengenai alam ciptaan Nya
dan dapat pula dimanfaatkannya ilmu pengetahuan itu sebagaimana yang
dikehendaki oleh Allah yang maha mengetahui. Hendaklah selalu
diperhatikan dan diselidiki apa yang tersebut dalam ayat ini, yaitu :
1. Bumi yang dihuni manusia dan apa yang tersimpan
didalamnya tidak akan pernah habis baik didarat maupun dilaut
2. Langit dengan planet dan bintang-bintangnya semua berjalan
dan bergerak menurut tata tertib dan aturan Ilahi. Tidak ada yang
menyimpang dari aturan-aturan itu
3. Pertukaran malam dan siang dan perbedaan panjanng dan
pendeknya pada beberapa negeri karena perbedaan letaknya,
kesemuanya itu membawa faedah dan manfaat yang amat besar
bagi manusia
4. Bahtera berlayar dilautan untuk membawa manusia dari satu
negeri ke negeri yang lain dan untuk membawa barang-barang
perniagaan untuk memajukan perekonomian
5. Allah SWT menurunkan hujan dari langit sehingga dengan air
hujan itu bumi yang telah mati atau lekang dapat menjadi hidup dan
subur, dan segala macam hewan dapat pula melangsungkan
hidupnya
6. Pengendalian dan pengisaran angin dari suatu tempat ke
tempat yang lain adalah tanda dan bukti bagi kekuasaan Allah dan
kebesaran rahmatnya bagi manusia
7. Demikian pula, harus dipikirkan dan diperhatikan kebesaran
nikmat Allah kepada manusia dengan bertumpuk-tumpuknya awan
antara langit dan bumi. Ringkasnya, semua rahmat yang diciptakan
Allah termasuk apa yang tersebut dalam ayat 164 ini patut
dipikirkan dan direnungkan bahkan dibahas dan diteliti untuk
meresapkan keimanan yang mendalam dalam kalbu, dan untuk
memajukan ilmu pengetahuan yang juga membawa kepada
pengakuan akan keesaan dan kebesaran Allah.
5. Qs Al – Mukminuun ( 23 : 12-14)
Artinya : Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah.Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).Kemudian air mani itu
Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah,
Pencipta Yang Paling Baik.
Ayat-ayat di atas menerangkan tahap-tahap penciptaan manusia
dari suatu keadaan kepada keadaan lain, yang menunjukkan akan
kesempurnaan kekuasaan-Nya sehingga Dia Jalla wa ‘Alaa saja yang
berhak untuk diibadahi. Begitu pula penggambaran penciptaan Adam
‘Alaihis Salam yang Dia ciptakan dari suatu saripati yang berasal dari
tanah berwarna hitam yang berbau busuk dan diberi bentuk.
Tanah tersebut diambil dari seluruh bagiannya, sebagaimana
dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘AlaihiWaSallam : “Sesungguhnya
Allah menciptakan Adam dari segenggam (sepenuh telapak tangan) tanah
yang diambil dari seluruh bagiannya. Maka datanglah anak Adam
(memenuhi penjuru bumi dengan beragam warna kulit dan tabiat).Di
antara mereka ada yang berkulit merah, putih, hitam, dan di antara yang
demikian. Di antara mereka ada yang bertabiat lembut, dan adapula yang
keras, ada yang berperangai buruk (kafir) dan ada yang baik(Mukmin).”
(HR.Imam Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi, berkata Tirmidzi : ‘Hasan
shahih’.Dishahihkan oleh Asy Syaikh Nashiruddin Al Albani dalam Shahih
SunanTirmidzi juz 3 hadits 2355 dan Shahih Sunan Abu Daud juz 3 hadits
3925) Semoga Allah merahmati orang yang berkata dalam bait syi’irnya :
Diciptakan manusia dari saripati yang berbau busuk.
Dan ke saripati itulah semua manusiaakan kembali. Setelah Allah
Subhanahu wa Ta’ala menciptakan Adam ‘Alaihis Salam dari tanah. Dia
ciptakan pula Hawa ‘Alaihas Salam dari Adam. Dari Adam dan Hawa
‘Alaihimas Salam inilah terlahir anak-anak manusia di muka bumi dan
berketurunan dari air mani yang keluar daritulang sulbi laki-laki dan tulang
dada perempuan hingga hari kiamat nanti. (LihatTafsir Ibnu Katsir juz 3
halaman 457) Imam Thabari rahimahullah dan selainnya mengatakan
bahwa diciptakan anak Adam dari mani Adam dan Adam sendiri diciptakan
daritanah. (Lihat Tafsir Ath Thabari juz 9 halaman 202) Allah Subhanahu
wa Ta’ala menempatkan nuthfah (yakni air mani yang terpancar dari laki-
laki dan perempuan dan bertemu ketika terjadi jima’) dalam rahim seorang
ibu sampai waktu tertentu. Dia Yang MahaKuasa menjadikan rahim itu
sebagai tempat yang aman dan kokoh untuk menyimpan calon manusia.
Dari nuthfah, Allah jadikan ‘alaqah yaknisegumpal darah beku yang
bergantung di dinding rahim. Dari ‘alaqah menjadi mudhghah yakni
sepotong daging kecil yang belum memiliki bentuk. Setelah itu dari
sepotong daging bakal anak manusia tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala
kemudian membentuknya memiliki kepala, dua tangan, dua kaki dengan
tulang-tulang dan urat-uratnya. Lalu Dia menciptakan daging untuk
menyelubungi tulang-tulang tersebut agar menjadi kokoh dan kuat.
Ditiupkanlah ruh, lalu bergeraklah makhluk tersebut menjadi makhluk baru
yang dapat melihat, mendengar, dan meraba. (Bisa dilihat keterangan
tentang hal ini dalam kitab-kitab tafsir, antara lain dalam Tafsir Ath Thabari,
Tafsir Ibnu Katsir, dan lain-lain) Demikianlah kemahakuasaan Rabb
Pencipta segala sesuatu,sungguh dapat mengundang kekaguman dan
ketakjuban manusia yang mau menggunakanakal sehatnya. Semoga Allah
meridhai ‘Umar Ibnul Khaththab, ketika turun awalayat di atas (tentang
penciptaan manusia) terucap dari lisannya pujian :“Fatabarakallahu
ahsanul khaliqin” Maha Suci Allah, Pencipa Yang Paling Baik Lalu Allah
turunkan firman-Nya :“Fatabarakallahu ahsanul khaliqin” untuk melengkapi
ayat di atas. (Lihat Asbabun Nuzul oleh Imam Suyuthi, Tafsir Ibnu Katsir
juz 3 halaman 241, dan Aysarut Tafasir Abu Bakar Jabir Al Jazairi juz 3
halaman 507-508) Maha Kuasa Allah Tabaraka wa Ta’ala, Dia
memindahkan calon manusia dari nuthfah menjadi ‘alaqah. Dari ‘alaqah
menjadi mudhghah dan seterusnya tanpa membelah perut sang ibu
bahkan calon manusia tersebut tersembunyi dalam tiga kegelapan. Yang
dimaksud “tiga kegelapan” dalam ayat di atas adalah kegelapan dalam
selaput yang menutup bayi dalam rahim, kegelapan dalam rahim, dan
kegelapan dalam perut. Demikian yang dikatakan Ibnu ‘Abbas, Mujahid,
‘Ikrimah, Abu Malik, Adh Dhahhak, Qatadah, As Sudy, dan Ibnu Zaid.
(Lihat Tafsir Ibnu Katsir juz 4 halaman 46 dan keterangan dalam Adlwaul
Bayan juz 5 halaman 778) Sekarang kita lihat keterangan tentang kejadian
manusia dari hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘AlaihiWaSallam. Abi
‘Abdurrahman ‘Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata :Telah
menceritakan kepada kami Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan
beliau adalah yang selalu benar (jujur) dan dibenarkan. Beliau
bersabda :“Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan kejadiannya dalam
rahim ibunya selama 40 hari berupa nuthfah.Kemudian menjadi segumpal
darah selama itu juga (40 hari). Kemudian menjadi gumpalan seperti
sekerat daging selama itu pula. Kemudian diutus kepadanya seorang
Malaikat maka ia meniupkan ruh kepadanya dan ditetapkan empat
perkara, ditentukan rezkinya, ajalnya, amalnya, sengsara atau bahagia.
Demi Allah yang tiada illah selain Dia, sungguh salah seorang di antara
kalian ada yang beramal dengan amalan ahli Surga sehingga tidak ada di
antara dia dan Surga melainkan hanya tinggal sehasta, maka telah
mendahuluinya ketetapan takdir, lalu ia beramal dengan amalan ahli
neraka sehingga ia memasukinya. Dan sungguh salah seorang di antara
kalian ada yang beramal dengan amalan ahli neraka sehingga
tidak ada antara dia dan neraka melainkan hanya tinggal sehasta. Maka
telah mendahuluinya ketetapan takdir, lalu ia beramal dengan amalan ahli
Surga sehingga ia memasukinya.” (HR. Bukhari 6/303 -Fathul Bari dan
Muslim 2643, shahih) Berita Nubuwwah di atas mengabarkan bahwa
proses perubahan janin anak manusia berlangsung selama 120 hari
dalam tiga bentuk yang tiap-tiap bentuk berlangsung selama 40 hari. Yakni
40 hari pertama sebagai nuthfah, 40 hari kedua dalam bentuk segumpal
darah, dan 40 hari ketiga dalam bentuk segumpal daging. Setelah berlalu
120 hari, Allah perintahkan seorang Malaikat untuk meniupkan ruh dan
menuliskan untuknya 4 perkara di atas. Dalam riwayat lain : Malaikat
masuk menuju nuthfah setelah nuthfah itu menetap dalam rahim selama
40 atau 45 malam, maka Malaikat itu berkata : “Wahai Rabbku! Apakah
(nasibnya) sengsara atau bahagia?” Lalu ia menulisnya. Kemudian
berkata lagi : “Wahai Rabbku! Laki-laki atau perempuan?” Lalu ia
menulisnya dan ditulis (pula) amalnya, atsarnya[1], ajalnya, dan rezkinya,
kemudian digulung lembaran catatan tidak ditambah padanya dan tidak
dikurangi. (HR. Muslim dan Hudzaifah bin Usaid radhiallahu ‘anhu, shahih)
Dalam Ash Shahihain dari Anas bin Malik radhiallahu‘anhu dari Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : Allah mewakilkan seorang
Malaikat untuk menjaga rahim. Malaikat itu berkata : “Wahai Rabbku
Nuthfah, Wahai Rabbku! Segumpal darah, wahai Rabbku! Segumpal
daging.” Maka apabila Allah menghendaki untuk menetapkan
penciptaannya, Malaikat itu berkata : “Wahai Rabbku! Laki-laki atau
perempuan? Apakah (nasibnya) sengsara atau bahagia? Bagaimana
dengan rezkinya? Bagaimana ajalnya?” Maka ditulis yang demikian dalam
perut ibunya. (HR. Bukhari `11/477 -Fathul Bari dan Muslim 2646 riwayat
dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu).
Dari beberapa riwayat di atas, ulama menggabungkannya sehingga
dipahami bahwasanya Malaikat yang ditugasi menjaga rahim terus
memperhatikan keadaan nuthfah dan ia berkata : “Wahai Rabbku! Ini
‘alaqah, ini mudhghah” pada waktu-waktu tertentu saat terjadinya
perubahan dengan perintah Allah dan Dia Subhanahu wa Ta’ala Maha
Tahu. Adapun Malaikat yang ditugasi, ia baru mengetahui setelah
terjadinya perubahan tersebut karena tidaklah semua nuthfah akan
menjadi anak. Perubahan nuthfah itu terjadi pada waktu 40 hari yang
pertama dan saat itulah ditulis rezki, ajal, amal, dan sengsara atau
bahagianya. Kemudian pada waktu yang lain, Malaikat tersebut
menjalankan tugas yang lain yakni membentuk calon manusia tersebut
dan membentuk pendengaran, penglihatan, kulit, daging, dan tulang,
apakah calon manusia itu laki-laki ataukah perempuan. Yang demikian itu
terjadi pada waktu 40 hari yang ketiga saat janin berbentuk mudhghah dan
sebelum ditiupkannya ruh karena ruh baru ditiup setelah sempurna
bentuknya. Adapun sabda beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
Apabila telah melewati nuthfah waktu 42 malam, Allah mengutus padanya
seorang Malaikat, maka dia membentuknya dan membentuk
pendengarannya, panglihatannya, kulitnya, dagingnya, dan tulangnya.
Kemudian Malaikat itu berkata : “Wahai Rabbku! Laki-laki atau perempuan
”Al Qadhi ‘Iyadl dan selainnya mengatakan bahwasanya sabda beliau
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam di atas tidak menunjukkan dhahirnya dan
tidak benar pendapat yang membawakan hadits ini pada makna
dhahirnya. Akan tetapi yang dimaksudkan maka dia membentuknya dan
membentuk pendengarannya, penglihatannya dan seterusnya adalah
bahwasanya Malaikat itu menulis yang demikian, kemudian
pelaksanaannya pada waktu yang lain (pada waktu 40 hari yang ketiga)
dan tidak mungkin pada waktu 40 hari yang pertama. Urutan perubahan
tersebut sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam surat Al Mukminun ayat
12 sampai 14. (Lihat keterangan hal ini dalam Shahih Muslim Syarah
Imam An Nawawi, halaman 189-191) Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah
dalam Fathul Bari (II/484) membawakan secara ringkas perkataan Ibnu
Ash Shalah : “Adapun sabda beliau Shallallahu ‘AlaihiWaSallam dalam
hadits Hudzaifah bahwasanya pembentukan terjadi pada awal waktu 40
hari yang kedua. Sedangkan dalam dhahir hadits Ibnu Mas’ud dikatakan
bahwa pembentukan baru terjadi setelah calon anak manusia menjadi
mudhghah (segumpal daging). Maka hadits yang pertama (hadits
Hudzaifah) dibawa pengertiannya kepada pembentukan secara lafadh dan
secara penulisan saja belum ada perbuatan, yakni pada masa
itu disebutkan bagaimana pembentukan calon anak manusia dan Malaikat
yang ditugasi menuliskannya.” Dalam ta’liq kitab Tuhfatul Wadud
halaman 203-204 disebutkan bahwasanya hadits yang menyatakan
Malaikat membentuk nuthfah setelah berada di rahim selama 40 malam,
tidaklah bertentangan dengan hadits-hadits yang lain. Karena
pembentukan Malaikat atas nuthfah terjadi setelah nuthfah tersebut
bergantung di dinding rahim selama 40 hari yakni ketika telah berubah
menjadi mudhghah. Wallahu A’lam. Perubahan janin dari nuthfah menjadi
‘alaqah dan seterusnya itu berlangsung setahap demi setahap (tidak
sekaligus). Pada waktu 40 hari yang pertama, darah masih bercampur
dengan nuthfah, terus bercampur sedikit demi sedikit hingga sempurna
menjadi ‘alaqah pada 40 hari yang kedua, dan sebelum itu tidaklah ia
dinamakan ‘alaqah. Kemudian ‘alaqah bercampur dengan daging, sedikit
demi sedikit hingga berubah menjadi mudhghah. (Lihat Fathul Bari)
Tatkala telah sempurna waktu 4 bulan, ditiupkanlah ruh dan
hal ini telah disepakati oleh ulama. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah
membangun madzhabnya yang masyhur berdasarkan dhahir hadits Ibnu
Mas’ud bahwasanya anak ditiupkan ruh padanya setelah berlalu waktu 4
bulan. Karena itu bila janin seorang wanita gugur setelah sempurna 4
bulan, janin tersebut dishalatkan (telah memiliki ruh kemudian meninggal).
Diriwayatkan yang demikian juga dari Sa’id Ibnul Musayyib dan
merupakan salah satu dari pendapatnya Imam Syafi’i dan Ishaq.
Dinukilkan dari Imam Ahmad bahwasanya ia berkata : “Apabila janin telah
mencapai umur 4 bulan 10 hari, maka pada waktu yang 10 hari itu
ditiupkan padanya ruh dan dishalatkan atasnya (bila janin tersebut
gugur).” (Lihat Iqadzul Himam Al Muntaqa min Jami’ Al ‘Ulum wa Al Hikam
halaman 88-89 oleh Abi Usamah Salim bin ‘Ied Al Hilali)
Kita lihat dalam hadits Ibnu Mas’ud di atas bahwasanya penulisan
Malaikat terjadi setelah berlalu waktu 40 hari yang ketiga. Sedangkan
pada riwayat-riwayat di atas, penulisan Malaikat terjadi setelah waktu 40
hari yang pertama. Riwayat-riwayat tersebut tidaklah bertentangan.
Imam An Nawawi rahimahullah menerangkan dalam Syarah
Muslim (juz 5 halaman 191) setelah membawakan lafadh hadits dari Imam
Bukhari berikut ini : ‘Sesungguhnya penciptaan setiap kalian dikumpulkan
dalam rahim ibunya selama 40 hari (sebagai nuthfah). Kemudian menjadi
segumpal darah selama itu juga. Kemudian menjadi segumpal
daging selama itu juga. Kemudian Allah mengutus seorang Malaikat dan
diperintah (untuk menuliskan) empat perkara, rezkinya dan ajalnya,
sengsara atau bahagianya. Kemudian ditiupkan ruh padanya.’
Yang jelas penulisan takdir untuk janin di perut ibunya
bukanlah penulisan takdir yang ditetapkan untuk semua makhluk sebelum
makhluk itu dicipta. Karena takdir yang demikian telah ditetapkan 50.000
tahun sebelumnya, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam dari Abdullah bin ‘Amr radhiallahu ‘anhuma : “Sesungguhnya Allah
menetapkan takdir-takdir makhluknya lima puluh ribu tahun sebelum
menciptakan langit-langit dan bumi.” (HR. Muslim 2653, shahih) Dalam
hadits ‘Ubadah bin Shamit radhiallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu
‘AlaihiWaSallam, beliau bersabda : Pertama kali yang Allah ciptakan
adalah pena (Al Qalam). Lalu Dia berfirman kepadanya : “Tulislah!” Maka
pena menuliskan segala apa yang akan terjadi hingga hari kiamat. (HR.
Abu Daud 4700, Tirmidzi 2100, dan selain keduanya. Dishahihkan oleh
Syaikh Salim Al Hilali dalam Iqadzul Himam) Banyak nash yang
menyebutkan bahwa penetapan takdir seseorang apakah ia termasuk
orang yang bahagia atau sengsara telah ditulis terdahulu. Antara lain
dalam Shahihain dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu bahwasanya Nabi
Shallallahu ‘AlaihiWaSallam bersabda : “Tidak ada satu jiwa melainkan
Allah telah menulis tempatnya di Surga atau di neraka dan telah ditulis
sengsara atau bahagia.” Maka seorang laki-laki berkata : “Wahai
Rasulullah! Mengapa kita tidak mengikuti (saja) ketentuan kita (yang telah
ditulis) dan kita tinggalkan amal?” Maka beliau bersabda : “Beramal-lah,
maka setiap orang akan dimudahkan terhadap apa yang ditetapkan
baginya. Adapun orang yang bahagia akan dimudahkan baginya untuk
beramal dengan amalan orang yang bahagia. Adapun orang yang
sengsara akan dimudahkan baginya untuk beramal dengan amalan orang
yang sengsara.” Kemudian beliau membaca : “Adapun orang yang
memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa dan membenarkan
adanya pahala yang terbaik (Surga), maka Kami kelak akan menyiapkan
baginya jalan yang mudah.” (QS. Al Lail : 5-7) [HR. Bukhari 3/225 -Fathul
Bari dan Muslim 2647] Bahagia atau sengsara seseorang ditentukan oleh
akhir amalnya, sebagaimana diisyaratkan dalam hadits Ibnu Mas’ud di
atas. Demikian pula dalam hadits berikut, dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu
‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘AlaihiWaSallam, beliau
bersabda :“Sesungguhnya hanyalah amal-amal ditentukan pada akhirnya
(penutupnya).” (HR. Bukhari 11/330 -Fathul Bari). Catatan: [1] Artinya :
Jejak kehidupannya. [2] Ma’thuf merupakan istilah dalam ilmu nahwu yang
bermakna kurang lebih lafadh yang mengikuti lafadh tertentu yang terletak
sebelumnya. [3] Ma’thuf ‘alaih bermakna lafadh yang diikuti oleh lafadh
tertentu yang terletak sesudahnya
Asbabun Nuzul Dalam suatu riwayat dikemukaan bahwa pandangan Umar
sejalan dengan kehendak dalam empat hal, antara lain mengenai
turunnya ayat, Wa la qad khlaqal insane min sulalatim main thin (Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah) (Q.S 23 Al Mu’minun:12) sampai, Khalqan Akhar (…
mahluk berbentuk lain…) (Q.S 23 Al-Mu’minun: 14). Pada waktu
mendengar ayat tersebut, Umar berkata:Fa tabarakallahu ahsanul khaliqin
(Maka Maha Sucilah Allah Pencipta yang Paling Baik).” Maka turunlah
akhir ayat tersebut (Q.S Al-Mu’minun: 14) yang sejalan dengan ucapan
umar itu.
Pengkajian Berdasarkan keilmuan masing-masing Allah menjadikan
manusia dari khulasah (sari) tanah, artinya asal mulanya manusia itu
dijadikan Allah dari tanah. Menurut pendapat ahli pengetahuan bahwa
bumi ini sebagian dari matahari, sebab ia pada mula-mulanya sangat
panas dan bermyala-nyala, sebagaimana matahari itu. Tetapi lama
kelamaan menjadi dinginlah kulitnya yang terbelah keluar, sedang isinya
yang didalam masih panas juga. Pertimbangan yang terkenal dan
dihormati ilmuwan embriologi ini dinyatakan atas pembelajaran ayat al-
Quran sesuai dengan disiplinnya. Dan kesimpulannya bahwa Nabi
Muhammad SAW adalah utusan Allah. Kata alaqah dalam bahasa Arab
memiliki tiga arti. Pertama, berarti pacet atau lintah; kedua, berarti sesuatu
yang tertutup; dan ketiga, berarti segumpal darah. Dalam perbandingan
lintah air tawar dengan embrio pada tingkat alaqah, Profesor Moore
menemukan persamaan yang besar di antara keduanya. Dia
menyimpulkan bahwa embrio selama tingkatan alaqah kenampakannya
mirip dengan lintah itu. Profesor Moore menempatkan gambar sisi embrio
dengan sisi gambar seekor lintah. Dia memperlihatkan gambar gambar ini
kepada para ilmuwan di beberapa konferensi.Gambar Embrio Manusia Arti
kedua dari kata alaqah adalah sesuatu yang tergantung. Hal ini dapat kita
lihat dalam penggabungan embrio dengan uterus dalam rahim ibu selarna
masa alaqah. Arti ketiga kata alaqah adalah segumpal darah. Hal ini
berarti, sebagaimana yang diungkapkan Profesor Moore, bahwa embrio
selama selama fase alaqah melalui kejadian di dalam, seperti formasi
darah di dalam pembuluh darah tertutup, sampai putaran metabolisme
yang dilengkapi dengan plasenta. Selama fase alaqah, darah ditarik di
dalam pembuluh darah tertutup dan itulah mengapa embrio tampak
seperti segumpal darah, tampak juga seperti lintah. Kedua deskripsi itu
dijelaskan secara menakjubkan dengan kata alaqah di dalam al-Quran.
Bagaimana Nabi Muhammad SAW kemungkinan telah mengetahui
dirinya. Profesor Moore juga mempelajari embrio saat fase mudghah
(gumpalan seperti zat/ substansi). Dia mengambil lempengan tanah liat
yang kasar dan mengunyahnya ke dalam mulut. Kemudian
membandingkan lempengan itu dengan sebuah gambar embrio saat fase
mudghah. Profesor Moore me-nyimpullkan bahwa embrio saat fase
mudghah tampak jelas seperti gumpalan zat. Beberapa majalah di Kanada
menerbitkan beberapa pernyataan Profesor Moore. Lagipula, dia
menjelaskan dalam tiga Perkembangan embrio manusia acara TV di mana
dia menyoroti kesesuaian ilmu pengetahuan modern dengan apa yang
tersebut di dalam al-Quran selama 1400 tahun. Akibatnya, Profesor Moore
ditanya dengan pertanyaan seperti berikut: "Apakah hal ini berarti kamu
percaya bahwa al-Quran itu firman Allah?" Kemudian beliau menjawab:
"Saya tidak menemukan kesulitan dalam penemuan hal ini." Profesor
Moore juga ditanya: "Bagaimana Anda percaya dengan Nabi Muhammad
SAW jika Anda masih percaya dengan Yesus Kristus?" Dia menjawab:
"Saya percaya keduanya, karena keduanya dari sekolah yang sama."
Dengan demikian, semua ilmuwan modern yang ada di dunia
sekarang ini datang untuk mengetahui bahwa al-Quran itu adalah
pengetahuan yang diturunkan dari Allah.
BAB III
PENUTUP
A Kesimpulan
Dalam pandangan Isalam ternyata penguasaan ilmu dan teknologi sangat
dianjurkan hal ini terbukti dengan banyaknya ayat-ayat al-qur’an maupun
hadis Nabi SAW yang menganjurkan untuk menguasai iptek.
B Usul dan SaranAlangkah lebih baiknya jika kita menyeimbangkan pengetahuan kita, baik
itu ilmu agama dan ilmu pengetahuan, karena sesungguhnya keduanya
sangat berkaitan. Terbukti dengan pembahasan ayat-ayat Alqur'an di atas,
bahwasanya kebenaran alqur'an yang telah ada sejak beribu tahun yang
lalu bisa dibuktikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
jaman sekarang yang perkembangannya sangat pesat.
DAFTAR PUSTAKA
http://anti-islamlib.com/2009/10/ilmu-pengetahuan-dalam-perspektif-islam/
http://www.al-shia.org/html/id/books/001/01.html
http://blog.re.or.id/persepsi-islam-terhadap-perkembangan-sains-dan-
teknologi.htm
http://radenbeletz.com/ilmu-dan-teknologi-menurut-islam.html#more-584
http://www.khilafah1924.org/index2.php?
option=com_content&do_pdf=1&id=78
http://lapodding.wordpress.com/2009/07/06/sain-dan-teknologi-dalam-
pandangan-islam/
Hasan Basri Jumin, http://sultra.bkkbn.go.id/old/article_detail.php?aid=119
The house of Khilafah1924.org
http://www.khilafah1924.org Powered by Joomla! Generated: 22 March,
2010, 10:58