adversity quotient dengan perilaku menyontek pada …eprints.umm.ac.id › 34409 › 1 ›...
TRANSCRIPT
i
ADVERSITY QUOTIENT DENGAN PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA SMP
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
Rahma Fitrah
201210230311013
Oleh:
Rahma Fitrah
201210230311013
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
i
ADVERSITY QUOTIENT DENGAN PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA SMP
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang
sebagai salah satu persyaratan memperoleh Gelar
Sarjana Psikologi
Oleh :
Rahma Fitrah 201210230311013
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
ii
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Skripsi : Adversity Quotient Dengan Perilaku Menyontek Pada Siswa
SMP.
2. Nama Peneliti : Rahma Fitrah
3. NIM : 20121023031013
4. Fakultas : Psikologi
5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
6. Waktu Penelitian : 12 Desember 2015
Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 4 Januari 2016
Dewan Penguji
Ketua Penguji : Yuni Nurhamida, S.Psi, M. Si ( )
Anggota Penguji : 1. Ari Firmanto, S.Psi., M.Si ( )
2. Adhyatman Prabowo, S.Psi., M.Si ( )
3. Muhammad Shohib, S.Psi., M.Si ( )
Pembimbing I Pembimbing II
Yuni Nurhamida, S.Psi, M. Si Ari Firmanto, S.Psi., M.Si
Malang, 04 Januari 2016
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Dra.Tri Dayakisni, M.Si
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Rahma Fitrah
NIM : 201210230311013
Fakultas / Jurusan : Psikologi
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul :
Adversity Quotient dengan Perilaku Menyontek pada Siwa SMP
1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam
bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini telah disebutkan sumbernya.
2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan
Hak bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan
undang-undang yang berlaku.
Malang, Januari 2016
Mengetahui
Ketua Program Studi Yang menyatakan
Materai
Rp.6000
Yuni Nurhamida, S.Psi, M. Si Rahma Fitrah
iv
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah SWT, degan segala kebesaran, karunia dan izin-Nya peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Kekasih Allah, Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan pengikut jejak langkahnnya sampai hari akhir nanti.
Skripsi ini berjudul “Adversity Quotient Dengan Perilaku Menyontek Pada Siswa SMP”. Maksud penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi tingkat Strata 1 (S-1) di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Sebagai pribadi yang memiliki keterbatasan, peneliti menyadari bahwa kelancaran penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya dorongan, bantuan dan dukungan dari semua pihak. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si, selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
2. Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan yang bermanfaat hingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik
3. Ari Firmanto, S.Psi., M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah turut membimbing, memberikan arahan dan saran-saran yang bermanfaat hingga tahap akhir penyusunan skripsi ini
4. Diana Savitri, S.Psi, M.Psi selaku dosen wali yang telah mendukung dan memberikan pengarahan sejak awal perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang untuk semua ilmu yang Bapak dan Ibu berikan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini
6. Seluruh staff Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang atas pelayanan yang diberikan dari awal perkuliahan hingga terselesaiannya skripsi ini
7. Seluruh Staff TU, Kepala Sekolah, Guru dan BK SMP Negeri 2 Malang yang telah membantu berjalannya penelitian ini
8. Yang paling aku sayangi dari lubuk hatiku yang paling dalam kepada Abahku tercinta H.Dewarna Lasser dan Mamaku tersayang Hj. Ratnawaty yang telah mencurahkan kasih dan sayang, mengorbankan energi, waktu, materi, mendidik, merawat, mendoakan, dan support yang tiada henti hingga saya bisa sampai ke tahap ini, saya selalu membutuhkan restu dan keridhoan kalian agar langkah saya mewujudkan harapan-harapan selanjutnya senantiasa terasa ringan. Jazakumullah Khairan Katsiran, Ana Uhibbukafillah ya abah wa mama.
9. Kakak-kakak dan keluarga besar terima kasih atas segala nasihat, support, doa, dan dukungan moril dan materi. Jazakumullah Khairan Katsiran.
10. Untuk teman-teman Fakultas Psikologi universitas Muhammadiyah Malang angkatan tahun 2012, khususunya Kelas Psikologi A, teman-teman KKN26, Pusat
v
Layanan Psikologi (PLP), Organisasi LISFA, PSM GITA SURYA. Terima kasih untuk segala support, kebaikannya, keceriaan, hal positif yang kalian ajarkan kepadaku. Jazakumullah Khairan Katsiran
11. Dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, Jazakumullah Khairan Katsiran Akhir kata, tiada satupun karya manusia yang sempurna, saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk kebaikan bersama. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.
Malang, Januari 2016
Peneliti
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ........................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ x
PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
Abstrak ............................................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................................... 2
LANDASAN TEORI ............................................................................................... 5
Adversity Quotient .............................................................................................. 5
Perilaku Menyontek ............................................................................................ 7
Adversity Quotient dan Perilaku Menyontek ....................................................... 7
METODE PENELITIAN ....................................................................................... 11
Rancangan Penelitian ......................................................................................... 11
Subjek Penelitian ............................................................................................... 11
Variabel Penelitian ............................................................................................ 11
Instrumen Penelitian dan Reliabilitas Instrumen ................................................. 12
Prosedur Penelitian ............................................................................................ 15
HASIL PENELITIAN ............................................................................................ 17
Deskripsi Subjek Penelitian ............................................................................... 17
Tingkat Adversity Quotient ................................................................................ 17
Tingkat Menyontek ............................................................................................ 17
Deskripsi Hasil Analisa Hubungan Adversity Quotient dan
Perilaku Menyontek ........................................................................................... 17
Diskusi .............................................................................................................. 20
vii
SIMPULAN dan IMPLIKASI ............................................................................... 26
Simpulan ........................................................................................................... 25
Implikasi............................................................................................................ 25
REFERENSI ........................................................................................................... 26
LAMPIRAN ............................................................................................................ 28
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Tabel 1 : Format penilaian Skala Adversity Quotient ................................................. 13
Tabel 2 : Blue Print Skala Tryout Adversity Quotient ................................................. 13
Tabel 3 : Format Penilaian Skala Menyontek ............................................................. 15
Tabel 4 : Blue Print Try Out Skala Menyontek ........................................................... 15
Tabel 5 : Katagorisasi Adversity Quotient dan Menyontek .......................................... 17
Tabel 6 : Korelasi Adversity Quotient dan Menyontek ................................................ 18
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Bagan Hubungan Adversity Quotient dan Perilaku Menyontek ...................... 10
Gambar 2 : Perbandingan Skor Mean Adversity Quotient dan Perilaku
Menyontek berdasarkan Jenis Kelamin ......................................................... 18
Gambar 3 : Perbandingan Skor Mean Adversity Quotient dan
Perilaku Menyontek berdasarkan Tingkatan Kelas ........................................ 19
Gambar 4 : Perbandingan Skor Mean Adversity Quotient dan Perilaku
Menyontek berdasarkan Kelompok / Jenis Kelas .......................................... 19
x
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 : Instrumen Penelitian.............................................................................. 29
LAMPIRAN 2 : Data Kasar Adversity Quotient .............................................................. 47
LAMPIRAN 3 : Data Kasar Perilaku Menyontek ............................................................ 54
LAMPIRAN 4 : Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................................ 60
LAMPIRAN 5 : Hasil Analisa Data ................................................................................ 71
LAMPIRAN 6 : Rangkuman Hasil Perhitungan Mean Skor dan SD
Adversity Quotient dan Perilaku Menyontek berdasarkan
Jenis Kelamin, Tingkatan Kelas dan Kelompok Kelas ............................ 104
LAMPIRAN 7 : Data Kasar Entri SPSS ......................................................................... 109
LAMPIRAN 8 : Surat Keterangan Penelitian
LAMPIRAN 9 : Surat Ijin Peneitian
1
ADVERSITY QUOTIENT DENGAN PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA SMP
Rahma Fitrah
(201210230311013)
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Menyontek adalah permasalahan di dunia pendidikan yang belum menemukan jalan keluar. Sistem pendidikan Indonesia yang menggunakan tingginya skorsebagai tolak ukur kemajuan dan penguasaan ilmu siswa, menyebabkan masyarakat memandang prestasi belajar hanya dari skor akhir yang tinggi, bukan pada prosesnya. Pandangan tersebut menimbulkan tekanan pada siswa untuk mencapai nilai yang tinggi. Tuntutan menguasai standar kompetensi dengan tingkat kesulitan yang bervariasi menjadi tantangan tersendiri bagi diri siswa untuk mengerahkan segala usaha dan tak jarang menyontek menjadi pilihan untuk menyelesaikan kesulitan belajar yang dihadapi. Adversity Quotien terkait kemampuan seseorang bertindak mengatasi kesulitan diduga menjadi salah satu komponen psikologis yang diduga berhubungan dengan perilaku menyontek siswa. Desain penelitian ini adalah non-eksperimen kuantitatif dengan instrumen berupa skala Adversity Quotient dan Perilaku Menyontek yang disusun sendiri oleh peneliti. Terdapat 180 partisipan penelitian yang dipilih dengan teknik non-random sampling dengan model cluster sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara Adversity Quotient dan Menyontek yang ditunjukkan dengan nilai p = 0,000 dan nilai r sebesar -0,536. Artinya semakin tinggi Adversity Quotientyang dimiliki siswa-siswi tersebut maka semakin rendah perilaku menyontek yang dimunculkan begitupun sebaliknya. Kata Kunci: Adversity Quotient, Menyontek, Siswa SMP, Remaja Cheating is a problem in the world of education that has not found a way out. Indonesian education system that uses highscores as a measure of student progress and mastery of knowledge students, learning achievement led to public view only of the achievement of a high scores, rather than on the process. Therefore, that view led to pressure on students to achieve a high score. Demands to master the competency standards with varying levels of difficulty to challenge for the students to exert all efforts and cheat as an option to complete the learning difficulties encontered. Adversity Quotient related to a person’s ability to act to overcome difficulties is thought to be one of the psycological components that were related to the behavior of cheating students. This study design is non-experimental quantitative with instument in the form of Adversity Quotient scale and Cheating Behavior compiled by researcher. There are 180 study participants were selected by non-random sampling technique with model of cluster sampling. The result showed a significant negative correlation between Adversity Quotient and Cheating indicated with p = 0,000 and r value of = 0,536. This means that the higher the Adversity Quotient owned students, the lower cheating behavior that is raised and vice versa. Keyword: Adversity Quotient, Cheating, Junior High School, Adolescent
2
Pendidikan nasional Indonesia saat ini memiliki tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tujuan tersebut tercantum dalam Undang-undang nomor 2 tahun 1989 bab 2 pasal 4 yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2006), yang kemudian ditegaskan kembali dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tahun 2005 nomor 19 tahun 2005 bab 2 pasal 4, mengenai tujuan standar pendidikan nasional. Secara singkat, pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berkualitas secara utuh, yaitu yang bermutu dalam seluruh dimensinya: kepribadian, intelektual, dan kesehatannya. Kenyataan bahwa sistem pendidikan Indonesia yang menggunakan nilai dari tes atau evaluasi belajar terhadap materi yang diberikan sebelumnya untuk menunjukkan kemajuan dan penguasaan ilmu anak didik, menyebabkan masyarakat memandang prestasi belajar hanya dari pencapaian nilai yang tinggi, bukan pada prosesnya. Pandangan tersebut menimbulkan tekanan pada siswa untuk mencapai nilai yang tinggi. Tekanan yang dirasakan akan membuat siswa lebih berorientasi pada nilai, bukan pada ilmu. Siswa dapat mempersepsi ujian sebagai alat untuk menyusun peringkat dan dapat menyebabkan dirinya mengalami kegagalan, bukan sebagai instrumen yang dapat menunjukkan kemajuan dalam proses belajar (Sujana dan Wulan, 1994). Kemungkinan mengalami kegagalan diangggap sebagai ancaman dan merupakan stimulus yang tidak menyenangkan. Ada berbagai respon yang dilakukan siswa dalam menghadapi ancaman kegagalan, misalnya mempelajari materi secara teratur atau berlatih mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan guru. Ada pula siswa yang memberikan respon menghindari ancaman kegagalan tersebut dengan menyontek (Schweitzer & Gibson dalam Peer, E., Acquisti, A., and Shalvi, S. 2014). Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Frankly-Stokes dan Newstead (Anderman dan Mudrock, 2007) ditemukan bahwa bentuk perilaku menyontek yang paling sering dilakukan oleh siswa adalah memberi izin kepada orang lain untuk menyalin pekerjaan (72%), peringkat kedua adalah mengerjakan pekerjaan orang lain (66%), menyalin atau mencatat tanpa mencantumkan sumber literatur (66%), dan peringkat terakhir yaitu menyalin pekerjaan orang lain tanpa sepengetahuan yang bersangkutan (64%). Hasil survey Litbang Media Group pada tanggal 19 April 2007, yang dilakukan di enam kota besar di Indonesia (Makasar, Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Jakarta dan Medan), menyebutkan hampir 70 % responden menjawab pernah melakukan praktik menyontek ketika masih sekolah maupun kuliah. Artinya, mayoritas responden penelitian pernah melakukan kecurangan akademik berupa menyontek. Survey juga dilakukan disalah satu universitas negeri terkemuka di Bandung menyatakan bahwa 58 % responden pernah menyontek ketika di bangku SD, 78% di bangku SMP, 80% di SMA dan 37 % setelah masuk kuliah (cetak.kompas.com). Mengutip sebuah artikel dalam harian Jawa Pos yang memuat tentang hasil poling yang dilakukannya atas siswa-siswi SMP di Surabaya mengenai persoalan menyontek dengan hasil yang mengejutkan. Data itu menyebutkan bahwa, jumlah penyontek langsung tanpa malu- malu mencapai 89,6 %, langsung bertanya kepada teman mencapai 46,5 %, sedangkan 20% lebih berhati-hati menggunakan kode dan 14,9 % mengandalkan lirikan, jumlah responden yang lulus dari pengawasan “sensor” guru, sejumlah 65,%
3
Namun demikian pada kenyataannya tidak semua siswa setuju dengan intensitas perilaku menyontek. Berita juga mengutip mengenai siswa yang mengaku tidak mau menyontek dengan beberapa alasan diantaranya: menyontek menunjukkan bahwa siswa tidak percaya pada kemampuan sendiri, menyontek sebagai perbuatan membohongi diri sendiri, tidak menghargai diri sendiri, menyontek memberi dampak siswa tidak mempunyai keinginan untuk mencapai suatu prestasi dengan kemampuan sendiri karena tergantung pada orang lain dan pemalas (www.kabar-indonesia.com).
Perilaku menyontek sering dijumpai dikalangan pelajar, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Schab (dalam Sujana dan Wulan, 1994) menunjukkan 93% siswa menyatakan bahwa menyontek merupakan sesuatu yang normal dalam pendidikan. Pelajar yang sebagian besar berada pada tahap perkembangan remaja merasakan kesulitan dalam pembentukan kode moral karena ketidak konsistenan dalam konsep benar dan salah dalam kehidupan sehari-hari. Ketidak konsistenan membuat remaja bingung dan terhalang dalam proses pembentukan kode moral yang tidak hanya memuaskan tetapi akan membimbingnya untuk memperoleh dukungan sosial. Dalam studi skala besar, Steinberg dan rekan-rekannya melaporkan bahwa dua pertiga dari siswa dalam sampel mereka menunjukkan bahwa mereka telah mengkhianati tes di sekolah selama tahun ajaran lalu. Selain itu, hampir sembilan dari sepuluh peserta mengakui bahwa mereka telah disalin pekerjaan orang lain selama setahun terakhir (Steinberg, dalam Anderman dan Murdock, 2006).
Remaja dikenal sebagai masa transisi perubahan dari dalam diri yang meliputi perubahan fisik, kognitif dan emosi serta perubahan dari luar diri meliputi perubahan pada lingkungan sosial.Salah satu contoh kesulitan yang dialami oleh remaja saat menghadapi perubahan tersebut adalah kesulitan saat mereka memasuki masa transisi menuju sekolah lanjutan. Beberapa penelitian diantaranya yang dilakuakan Eccles dan Midgley (Santrock, 2002) meneliti masa transisi dari sekolah dasar ke sekolah lanjutan atau sekolah menengah pertama menemukan bahwa tahun pertama sekolah lanjutan atau Sekolah Menengah Pertama dapat menyulitkan siswa. Misalnya persepsi remaja tentang kehidupan sekolah mereka menurun di kelas tujuh. Mereka kurang puas terhadap sekolah, kurang bertanggungjawab terhadap sekolah atau kurang menyukai guru-guru mereka.
Orientasi siswa terhadap prestasi sekolah dan kepercayaan diri dalam menyelesaikan tugas sekolah menurun saat mereka memasuki SMP. Penelitian oleh Anderman, dkk (1998) Siswa mengadopsi motivasi tujuan pribadi mereka, karena menganggap kelas dan sekolah menekankan pencapaian berbagai jenis tujuan. Akibatnya, meningkatnya penekanan pada kemampuan peforma dan kinerja yang terkait dengan sekolah menengah, bersama dengan dampak bahwa meningkatnya persepsi akan budaya sekolah terhadap motivasi selama tahun sekolah menengah, dapat menyebabkan beberapa siswa kelas menengah menggunakan kecurangan sebagai sarana mengatasi lingkungan yang dianggap sebagai menekankan kemampuan dan kinerja. Pengamatan yang dilakukan oleh Challan (2004) adalah bahwa kekhawatiran tentang resiko tinggi pengujian adalah penyebab perilaku menyontek, terutama oleh mahasiswa setelah adanya pengalaman kesulitan memenuhi kompetensi keahlian minimal yang diperlukan untuk lulus SMA (Callahan, 2004).
Transisi dari sekolah dasar menuju sekolah lanjutan dapat menjadi sesuatu yang sangat sulit bagi remaja. Hal ini sejalan dengan yang dijelaskan oleh Stoltz (2000 dalam Diana Nidau, 2008) mengklasifikasikan tantangan atau kesulitan menjadi tiga: 1) social adversity, 2) workplace adversity, 3) individual adversity. Pada siswa Sekolah Menengah Pertama, setiap
4
siswa pasti akan menghadapi kesulitan, sehingga kemampuan masing-masing siswa untuk menyelesaikan kesulitan berpengaruh dalam sekolah dan cita-citanya.
Remaja awal mengalami perubahan yang drastis dalam hampir semua aspek kehidupannya. Remaja awal juga dikenal sebagai fase negatif, yaitu mudah merasakan perasaan negatif pada diri sendiri (Ahmadi & Sholeh, 2005). Seringkali hal ini menyebabkan keputusan-keputusan yang dibuat remaja awal bersifat emosional dan menjadi tidak efektif.
Hasil penelitian longitudinal Anderman (2006) menunjukkan bahwa menyontek sering dilakukan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dikarenakan adanya perubahan keadaan lingkungan belajar yang dialami siswa, yaitu siswa mengalami masa transisi dari sekolah dasar ke sekolah menengah, lalu perubahan struktur kelas yang kecil menjadi struktur kelas yang lebih besar, sehingga lingkungan sekolah menjadi lebih kompetitif. Adapun faktor yang menyebabkan siswa ingin menyontek, salah satu faktornya yaitu malas belajar (Schab, dalam Klausmeier, 1985). Menurut Thornburg (dalam Sujana & Wulan,1994) malas belajar akan menyebabkan siswa lebih memilih untuk menyontek, karena kemalasan merupakan alasan utama yang menjadikan siswa memiliki niat untuk menyontek. Malas belajar terkait dengan daya juang seorang siswa. Apakah seorang siswa berjuang dengan keras atau tidak untuk mendapat hasil yang diinginkan yaitu prestasi tinggi. Stoltz (2000) berpendapat bahwa pada dasarnya setiap orang memendam hasrat untuk mencapai kesuksesan, tidak terkecuali bagi siswa yang juga ingin mendapatkan prestasi belajar tinggi, namun kemalasanlah yang sebenarnya menjadi faktor penghambat siswa meraih kesuksesan.
Menyontek yang menjadi kebiasaan akan berakibat negatif bagi diri pelajar sendiri maupun dalam skala yang lebih luas. Pelajar yang terbiasa menyontek akan senang menggantungkan pencapaian hasil belajarnya pada orang lain atau sarana tertentu dan bukan pada kemampuan dirinya sendiri. Pelajar yang merasakan tingkat persaingan yang tinggi dan merasa tidak percaya diri dengan kemampuannya akan terdorong untuk menyontek. Beberapa dampak psikologis yang dapat dialami siswa saat terus menerus gagal dalam usaha mengatasi perubahan ada masa transisi dapat berupa penarikan diri secara psikologis yang ditandai dengan berkurangnya keterlibatan dan komitmen pada aktivitas yang sedang dilakukan siswa, rendahnya tingkat partisipasi dan aspirasi di kelas, rasa terasing atau aliensi, meningkatnya ketegangan dan rasa tidak puas dan bahkan siswa dapat melakukan penolakan pada pelajaran dan menolak bersikap kooperatif (Johnson dalam Puspitasari, 2012).
Berbagai hambatan yang dirasakan oleh siswa saat memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi dapat diatasi dengan adanya Adversity Quotient (AQ) pada diri siswa tersebut.Menurut Stoltz (2000), dalam meraih kesuksesan, bukan IQ (IntelligenceQuotient) ataupun EI (Emotional Intelligence) yang berperan besar, namun diperlukan AI (Adversity Intelligence). Adversity intelligence adalah kemampuan seseorang dalam berjuang menghadapi dan mengatasi masalah, hambatan atau kesulitan yang dimilikinya serta akan mengubahnya menjadi peluang keberhasilan dan kesuksesan; (Stoltz, 2000). Stoltz (2000) mengemukakakn dasar teori yang membaangun AQ dengan istilah the three bilding blocks of AQ, yaitu psikologi kognitif, psikoneuromunolgi, dan neurophysiology. Pada psikologi kognitif dalam 3 hal yaitu: a) locus of control, b) Learned Helplessness, c) Teori atribusi, gaya penjelasan dan optimisme. Selain itu, Stoltz (2000) merumuskan Adversity Quotient memiliki empat aspek pokok yaitu: 1) Control (C), 2) Origin dan Ownership (O2), 3) Reach, 4) Endurance (E).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Stoltz (2000), yang menemukan bahwa orang-orang yang memiliki Adversity Intelligence tinggi merupakan orang-orang yang
5
memiliki motivasi tinggi untuk meraih prestasi dan tujuan yang diinginkan. Mereka akan mengerjakan tugas sebaik mungkin, termasuk mencari informasi serta memanfaatkan peluang-peluang yang tersedia dalam hidupnya. Kesimpulannya individu tersebut akan berusaha aktif bertindak, tidak hanya bersikap pasif menunggu kesempatan datang. (Stoltz, 2000)
Penelitian telah menunjukkan bahwa siswa akan menggunakan berbagai strategi akademik berkaitan dengan orientasi tujuan pada lingkungan yang dirasakan menekankan. Siswa yang memanfaatkan strategi kognitif secara mendalam sering disengaja dan merupakan pilihan sadar mereka (Paris, Wasik, & Turner, dalam Anderman 1998). Akibat dari penggunaan strategi yang tepat, memungkinkan mereka untuk mengalahkan hasrat untuk terlibat dalam perilaku menyontek, karena bagi mereka menyontek berarti merusak usaha yang telah mereka kerahkan selama menggunakan strategi kognitifyang tepat. Penelitian yang dilakukan oleh Anderman (1998), menghasilkan temuan bahwa hubungan perilaku kecurangan (menyontek) dan senggunaan strategi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kecurangan (menyontek) terkait negatif dengan penggunaan Strategi Kognitif tingkat dalam dan berhubungan positif dengan penggunaan strategy self-handicapping.
Berdasarkan pemaparan diatas menunjukkan bahwa banyak faktor dan aspek dari Adversity Quotient yang turut berperan dalam perilaku menyontek. Menurut Poedjinugroho (Kompas, 2005, h. 4-5) permasalahan pokok dunia pendidikan Indonesia yang sebenarnya adalah perilaku menyontek. Perilaku menyontek dapat membuat seseorang menjadi pembohong publik sejak dini (Suara Merdeka, 2006, h. 18). Sebagian orang berpendapat bahwa siswa yang terbiasa menyontek di sekolah memiliki potensi untuk menjadi koruptor atau penipu ulung nantinya (Alhadza, 1998). Perilaku menyontek terjadi karena masyarakat memiliki pandangan bahwa prestasi belajar tercermin dari pencapaian nilai yang tinggi, sehingga membuat siswa terpaku untuk memperoleh nilai tinggi dengan cara apa pun.
Fakta-fakta di atas menunjukkan bahwa menyontek merupakan suatu permasalahan yang menarik untuk dikaji lebih lanjut dari tinjauan Psikologi. Kesadaran untuk memahami kapasitas diri, peka mengenali kesulitan yang dirasakan, diharapkan memotivasi pemerintah, para pendidik maupun siswa untuk mengatur strategi pendidikan agar dapat untuk menumbuhkan daya juang yang tinggi dan kemampuan beradaptasi yang baik dalam menghadapi kesulitan di bangku sekolah, dimana kemampuan ini mempersiapkan remaja untuk termotivasi secara mandiri mengerahkan kemampuan dirinya untuk berprestasi dan tujuan-tujuan yang ingin mereka capai dan menjadi pribadi yang sesuai cita-cita bangsa Indonesia. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengkaji: 1) Ada tidaknya hubungan antara Adversity Quotient dengan Perilaku Menyontek pada Siswa SMP , dan 2) menggambarkan Adversity Quotient serta Perilaku Menyontek pada siswa ditinjau dari perbedaan skor mean berdasarkan jenis kelamin, tingkatan kelas dan kelompok kelas yang terdiri dari kelas Unggulan dan Kelas Reguler. Adversity Quotient Dalam kamus bahasa Inggris, Adversity berasal dari kata adverse yang artinya kondisi tidak menyenangkan, kemalangan. Sedangkan qoutient menurut kamus bahasa inggris adalah derajat atau jumlah dari kualitas apesifik/karakteristik atau dengan kata lain yang mengukur kemampuan seseorang. Jadi dapat diartikan bahwa Adversity Qoutient adalah kemampuan seseorang dalam menghadapi kesulitan, masalah atau ketidakberuntungan. Stoltz (2000)
6
mengatakan AQ mempunyai tiga bentuk yaitu:1) AQ adalah suatu kerangka kerja konseptual yang baru untuk memahami dan meningkatkan semua segi kesuksesan, 2) AQ adalah suatu ukuran untuk mengetahui respons seseorang terhadap kesulitan, 3) AQ adalah serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respon terhadap kesulitan.
Adversity Quotient dalam penelitian ini adalah kemampuan seseorang dalam menentukan responnya agar dapat bertahan dalam kesulitan, mengatasi krisis, tantangan hidup,dan mampu merumuskan apa saja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah dengan dan mengerahkan kinerjanya untuk mengkolaborasikan berbagai aspek yang dipercaya secara ilmiah mampu mengubah hambatan menjadi peluang keberhasilan mencapai tujuan (Stoltz, 2000). Faktor-faktor yang mempengaruhi Adversity Quotient menurut Stoltz (2000) yaitu: 1) Daya Saing, 2) Produktivitas, 3) Kreativitas, 4) Motivasi, 5) Mengambil Resiko, 6) Perbaikan, 7) Ketekunan dan 8) Belajar.
Menurut Stoltz (2000) Adversity Quotient memiliki empat dimensi pokok yaitu: a) Control (C)mengungkap berapa banyak kendali yang seseorang rasakan terhadap sebuah peristiwa yang menimbulkan kesulitan. Dalam penelitian penelitian yang dilakukan oleh 74 mahasiswa pria yang memiliki IPK ≥3.5 di sebuah lembaga di timur Arab Saudi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan dan pengendalian diri berkorelasi secara signifikan dengan IPK (Muammar, 2011). Study oleh Buechela,Mechtenberga, dan Petersena (2014) menemukan bahwa kontrol diri dan jumlah teman berbakat mampu meningkatkan kinerja siswa. Temuan yang dilaporkan adalah bahwa seseorang dengan kontrol diri yang tinggi lebih mungkin untuk membangun relasi orang lain. Selain itu,berita positif tentang perilaku mengendalikan diri dari rekan-rekan mereka meningkatkan ketekunan dalam diri siswa, Selanjutnya b) Origin dan Ownership (O2)merupakan gabungan dari Origin (asal usul) dan Ownership (pengakuan), menjelaskan mengenai bagaimana seseorang memandang sumber masalah yang ada. Apakah ia cenderung memandang masalah yang terjadi bersumber dari dirinya atau dari faktor-faktor lain diluar dirinya dan mengacu sejauh mana seorang individu bertanggung jawab untuk perbaikan situasi kesulitan yang ia hadapi saat ini. Penelitian yang dilakukan oleh Cornista, G., & macasaet, C. (2012) responden dengan tingkat kepemilikan yang tinggi memiliki tingkat motivasi berprestasi yang tinggi pula, c) Reach (R)memiliki arti jangkauan, R menjelaskan sejauh mana kesulitan akan menjangkau bagian-bagian lain dalam kehidupan seseorang. Rendahnya nilai dari dimensi ini akan membuat kesulitan menyebar luas menjangkau segi-segi lain dari kehidupannya. Penelitian yang dilakukan oleh Cornista, G., & macasaet, C.(2012) melaporkan, mereka yang memiliki ketahanan yang tinggi memiliki inner ressource (sumber daya batin) yang tinggi. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Sachdev, (dalam Jain, 2012)melaporkan terdapat korelasi negatif yang signifikan antara jangkauan dan sress kerja staf TI, AQ tinggi memiliki dimensi Reach yang tinggi pula hal tersebut membuat ia cenderung mampu membatasi jangkauan kesulitan sehingga akan memungkinkan seseorang untuk berpikir jernih dan mempertimbangkan dalam mengambil tindakan (Stoltz, 2000) Adapun aspek keempat,d) Endurance (E) yang memiliki arti daya tahan, menjelaskan tentang bagaimana seseorang memandang jangka waktu berlangsungnya masalah yang muncul. Apabila endurance seseorang itu tinggi, maka akan semakin besar kemungkinan orang itu akan menganggap kesulitan adalah hal yang akan berlalu dan tidakberlangsung lama, begitupula sebaliknya. Penelitian oleh Cura, J., & Gozum, J. (2011) membuktikan hubungan antara Adversity Quotient dan Prestasi Matematika. Hasil yang dilaporkan dari penelitian
7
tersebut adalah, terdapat korelasi positif yang signifikan antara dimensi AQ seperti Kontrol, Kepemilikan dan Ketahanan dengan pencapaian prestasi Matematika responden. Perilaku Menyontek(Cheating) Perilaku menyontek(Cheating) adalah strategi yang digunakan siswa untuk meningkatkan kinerja (dalam hal ini kinerja yang dimaksud adalah nilai) mereka dengan cara yang tidak benar (Anderman, Griesinger & Westerfield, 1998). Menurut Gehring dan Pavela (dalam Pincus & Schmelkin 2003) perilaku menyontek(cheating) merupakan suatu tindakan curang yang disengaja dilakukan ketika seorang siswa mencari dan membutuhkan adanya pengakuan atas hasil belajarnya dari orang lain meskipun dengan cara yang tidak sah seperti memalsukan informasi terutama ketika dilaksanakan evaluasi akademis.
Berdasarkan pengertian diatas, dalam penelitian ini perilaku menyontek diartikan sebagai tindakan atau perilaku yang dilakukan dengan sengaja melakui cara-cara yang yang tidak jujur atau perbuatan curang dengan menghalalkan segala cara yang dilakukan siswa khususnya dalam pelaksanaan ujian ataupun penyelesaian tugas akademis untuk mencapai tujuan tertentu.
Anderman dan Mudrock (2007) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi Perilaku menyontek (Cheating). Faktor-faktor tersebut digolongkan ke dalam empat karakteristik, yaitu: 1) Karakteristik demographic (Gender, usia, status sosio-ekonomi dan agama), 2) Karakteristik akademik (Ability dan Area Subjek), 3) Karakteristik Motivasi (Self-Efficacy dan Goal Orientation), 4) Karakteristik Personality (Impulsivitas dan sensation-seeking,Self-Control dan Locus of Control)
Perilaku Menyontek Menurut Anderman dan Mudrock (2007) terbagi menjadi 3 katagori, yaitu: 1) Giving (memberi), taking (mengambil), or receiving (menerima informasi), 2) Menggunakan materi (bahan) yang terlarang, 3) Memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur atau proses untuk memperoleh keuntungan. Adversity Quotient dan Perilaku Menyontek Transisi dari sekolah dasar menuju sekolah lanjutan dapat menjadi sesuatu yang sangat sulit bagi remaja. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya pengalaman remaja dalam mengatasi perubahan yang terjadi perubahan struktur kelas, tingkat kesulitan belajar yang meningkat, membuat lingkungan sekolah menengah yang dialami remaja semakin menekan dan menjadi lebih kompetitif. Penjelasan mengenai keberhasilan dan kegagalan yang biasa ditanamkan pada siswa akan menyebabkan harapan yang mempengaruhi siswa untuk menentukan usaha mencapai keberhasilan dan menghindari kegagalan dimasa depan. Kesulitan beradaptasi pada lingkungan baru, kurangnya penguasaan akan materi pelajaran dan tuntutan berprestasi, menjadi tantangan tersendiri bagi siswa dalam mengarahkan kinerja dan menyelesaikan permasalahan yang mereka alami disekolah.
Stoltz (2000) berpendapat bahwa pada dasarnya setiap orang memendam hasrat untuk mencapai kesuksesan, tidak terkecuali bagi siswa yang juga ingin mendapatkan prestasi belajar tinggi. Kemungkinan mengalami kegagalan diangggap sebagai ancaman dan merupakan stimulus yang tidak menyenangkan. Ada berbagai respon yang dilakukan siswa dalam menghadapi ancaman kegagalan, misalnya mengerahkan usaha dan berjuang mempelajari materi secara teratur atau berlatih mengerjakan soal-soal latihan yang diberikan
8
guru. Ada pula siswa yang memberikan respon menghindari ancaman kegagalan tersebut dengan menyontek.
Adapun faktor yang menyebabkan siswa ingin menyontek, salah satu faktornya yaitu malas belajar (Schab, dalam Klausmeier, 1985). Menurut Thornburg (dalam Sujana & Wulan,1994) malas belajar akan menyebabkan siswa lebih memilih untuk menyontek, karena kemalasan merupakan alasan utama yang menjadikan siswa memiliki niat untuk menyontek. Malas belajar terkait dengan daya juang seorang siswa. Apakah seorang siswa berjuang dengan keras atau tidak untuk mendapat hasil yang diinginkan yaitu prestasi tinggi, namun kemalasanlah yang sebenarnya menjadi faktor penghambat siswa meraih kesuksesan. Adapun menyontek yang menjadi kebiasaan akan berakibat negatif bagi diri pelajar sendiri maupun dalam skala yang lebih luas. Pelajar yang terbiasa menyontek akan senang menggantungkan pencapaian hasil belajarnya pada orang lain atau sarana tertentu dan bukan pada kemampuan dirinya sendiri.
Suasana bersaing, tantangan menguasai kompetensi dan tingkat kesulitan pelajaran dilingkungan yang dirasakan siswa saat transisi jenjang pendidikan menuntut siswa bertanggungjawab dalam mengenali dan membatasi sumber-sumber masalahnya, mampu menerapkan kontrol diri yang baik atas dirinya untuk mengatur strategi-strategi mengembangkan kemampuan kognitifnya, dan bertahan dalam berjuang agar berhasil mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami dalam transisi jenjang pendidikan tersebut. Beberapa dampak psikologis yang dapat dialami siswa saat terus menerus gagal dalam usaha mengatasi perubahan ada masa transisi dapat berupa penarikan diri secara psikologis yang ditandai dengan berkurangnya keterlibatan dan komitmen pada aktivitas yang sedang dilakukan siswa, rendahnya tingkat partisipasi dan aspirasi di kelas, rasa terasing atau aliensi, meningkatnya ketegangan dan rasa tidak puas dan bahkan siswa dapat melakukan penolakan pada pelajaran dan menolak bersikap kooperatif terhadap peraturan sekolah misalnya memutuskan untuk mengambil cara-cara yang tidak benar untuk berprestasi atau mempertahankan nilai seperti menyontek.
Berdasarkan kajian terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang telah dibahas banyak membuktikan bahwa peforma siswa disekolah dipengaruhi oleh taraf Adversity Quotient yang mereka miliki, penelitian yang telah dilakukan melaporkan hasil bahwa seseorang dengan Adversity Quotient yang tinggi memiliki motivasi berprestasi dan kepercayaan diri yang, serta kecerdasan emosional yang tinggi pula. Penelitian pada dimensi-dimensi Adversity Quotient seperti Control, Origin and Ownership (asal-usul dan kepemilikan), Reach dan Endurande juga menjelaskan mengenai peformasi siswa disekolah. Dimana siswa dengan tingkat kontrol yang tinggi memiliki motivasi berprestasi yang tinggi serta responden dengan rendah tingkat kontrol memiliki kebiasaan kerja yang rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Cornista, G., & Macasaet, C. (2012) responden dengan tingkat kepemilikan yang tinggi memiliki tingkat motivasi berprestasi yang tinggi pula selain itu pada pekerja, kepemilikan yang tinggi menurunkan stress kerja dan membut tingkat kepuasan yang tinggi hal itu , mereka yang memiliki ketahanan yang tinggi memiliki inner ressource (sumber daya batin) yang tinggi korelasi positif yang signifikan antara dimensi AQ seperti Kontrol, Kepemilikan dan Ketahanan dengan pencapaian prestasi Matematika responden. Lebih lanjut Shen dan Chan (dalam Ying, 2014) juga menemukan dalam penelitiannya daya tahan memiliki efek negatif pada tekanan kerja.
9
Beberapa faktor dari Adversity Quotient seperti Motivasi berprestasi, ketekunan dan belajar memiliki pengaruh dalam mengurangi perilaku perilaku Menyontek. Menurut Gage dan Beliner (dalam Kumara) motivasi berprestasi adalah sesuatu yang memberikan energi kepada individu untuk mengarahkan dirinya pada aktifitas untuk mencapai prestasi. Motivasi berprestasi menjadi suatu hal yang penting karena memotivasi dapat menjadi sesuatu yang mendorong individu mencapai prestasi dalam tujuan pendidikan. Penelitian yang dilakukan oleh Stoltz (2000) menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai motivasi yang kuat mampu menciptakan peluang dalam kesulitan, artinya seseorang dengan motivasi yang kuat akan berupaya menyelesaikan kesulitan dengan menggunakan segenap kemampuan.
Gage dan Berliner (1976) mengemukakan beberapa ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi, yaitu: 1) memilih teman yang giat dalam kegiatan belajar. Seorang pelajar yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan memilih teman dalam mengerjakan tugas atau belajar bersama. Mereka akan memilih teman yang baik dan giat dalam belajar; 2) Tekun dalam mengerjakan tugas. Pelajar yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan memiliki ketekunan dan lebih suka mencari solusi atas permasalahan yang ditemuinya. Mereka akan dapat menyelesaikan permasalahan tersebut sesuai dengan waktu yang ditentukan; 3) mengetahui kemampuan belajar diri sendiri. Pelajar yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan menunjukkan kemampuan belajar yang baik meskipun dihadapkan pada tugas yang mendadak karena mereka dapat menetapkan tingkat kemampuan belajarnya. Menurut Carol Dweck (dalam Stoltz, 2000) membuktikan bahwa anak-anak yang merespon secara optimis akan banyak belajar dan lebih berprestasi dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki pola pesimistis ; 4) berusaha sendiri dalam mengerjakan tugas. Pelajar yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi memiliki ketahanan yang baik ketika mengalami suatu kegagalan. Mereka akan memandang kegagalan tersebutsebagai suatu akibat dari usahanya dibandingkan pengaruh dari luar, 5) dapat menyelesaikan tugas yang sulit. Pelajar yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan membuat susunan kegiatan dalam jangka panjang dari kegiatan pokok dan kegiatan sampingan. Susunan kegiatan tersebut akan mengarahkan mereka pada langkah-langkah pencapaian tujuan, meskipun dalam prosesnya harus dikerjakan dalam jangka waktu yang lebih panjang.
Berdasarkan penjelasan kelima ciri dari faktor motivasi berprestasi yang terdapat pada Adversity Quotient diduga memilki pengaruh langsung dalam meningkatkan kemampuan siswa untuk bertahan dan mengarahkan kinerja mereka pada kegiatan belajar dalam rangka menguasai kompetensi dengan tingkat kesulitan yang menjadi tuntutan setiap mata pelajaran di sekolah. Sejalan dengan pemaparan diatas, Adversity Quotient akan meningkatkan semangat juang siswa dalam belajar secara mandiri dengan strategi yang mendalam, kesadaran untuk mengasah kompetensi dan mengarahkan kemampuan untuk mencapai berprestasi dengan cara yang sportif. Adversity Quotient dirasa perlu untuk dikembangkan dalam rangka mengatasi permasalahan menyontek yang seringkali dilakukan siswa. Sehingga peneliti menduga akan ada hubungan dari Adversity Quotient yang memungkinkan terhadap rendahnya perilaku menyontek.
10
Gambar 1. Bagan Hubungan Adversity Quotient dan Perilaku Menyontek
Dihadapkan pada tuntutan pencapaian kompetensi dengan kerumitan yang lebih kompleks dan bervariasi disetiap materi pelajaran, tugas akademis serta uji
kompetensi
ADVERSITY QUOTIENT PADA DIRI SISWA
Memandang kesulitan yang dihadapi sebagai sesuatu yang bersifat stabil (berlangsung lama), sulit membangun harapan bahwa kesulitan yang dihadapi disekolah sulit diatasi, pesimis, enggan bertanggungjawab dan cenderung tidak profesional dalam menguasai kompetensi pada setiap mata pelajaran sehingga keterlibatan yang dalam belajar menjadi pasif, menggantungkan harapan pada orang lain, pencapaian kompetensi disetiap mata pelajaran kurang maksimal dan tidak kurang mandiri dalam belajar, mengerjakan tugas dan tes (ujian)
Memandang kesulitan yang dihadapi sebagai sesuatu yang bersifat sementara, sehingga mampu membangun harapan ntuk menyelesaikan kesulitan di sekolah, optimis dan bertanggungjawab dan profesional dalam menguasai kompetensi pada setiap mata pelajaran sehingga mendorong keterlibatan yang aktif dan mandiri dalam belajar, mengerjakan tugas dan tes (ujian)
Merasa perlu menyelesaikan kesulitan dalam memahami pelajaran, mengerjakan tugas dan ujian kompetensi dengan melibatkan diri pada bentuk-bentuk menyontek baik terlibat dalam dalam bentuk Giving, Taking Receiving, menggunakan peralatan terlarang selama ujian, plagiat dan memanfaatkan kelemahan prosedur dan pengawasan saat tes.
Merasa tidak perlu menyelesaikan kesulitan dalam memahami pelajaran, mengerjakan tugas dan ujian kompetensi dengan melibatkan diri pada bentuk-bentuk menyontek baik terlibat dalam dalam bentuk Giving, Taking Receiving, menggunakan peralatan terlarang selama ujian, plagiat dan memanfaatkan kelemahan prosedur dan pengawasan saat tes.
Perilaku Menyontek Rendah
Siswa mengalami Transisi jenjang pendidikan dari SD ke SMP
1. Control : Mempersepsikan seberapa besar kendali yang dimiliki untuk mengatasi kesulitan yang sedang dihadapi saat belajar, mengerjakan tugas sekolah maupun mengerjakan ujian/tes.
2. Origin & Ownership :Mempersepsikan apa yang menjadi penyebab kesulitan dalam memahami pelajaran, mengerjakan tugas sekolah, maupun mengerjakan dan siapa yang harus bertanggungjawab dalam memahami pelajaran, menyelesaikan kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolah dan ujian/tes yang menjadi tugasnya.
3. Reach:Mempersepsikan seberapa besar kesulitan yang sedang dihadapi dalam memahami pelajaran, mengerjakan tugas sekolah dan atau ujian/tes akan berkembang menjangkau atau mempengaruhiaspek /bagian-bagian lain dari kehidupan atau tidak.
4. Endurance : Mempersepsikan berapa lama waktu yang dilalui untuk mengatasi kesulitan memahami pelajaran, mengerjakan tugas sekolah, ujian/tes.
Adversity Quotient Tinggi Adversity Quotient
Perilaku Menyontek Tinggi
11
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian Berdasarkan tujuannya, penelitian ini menggunakan penelitian non-eksperimental dengan mengunakan metode penelitian kuantitatif korelasional yaitu untuk mengetahui hubungan antara Adversity Quotient dengan Perilaku Menyontek. Penelitian ini juga termasuk penelitian field study yang non-eksperimental dimana peneliti tidak dapat memanipulasi variabel-variabel yang ingin diteliti karena dilakukan pada situasi sehari-hari yang sudah terberi (Arikunto, 2006). Desain ini memiliki tujuan untuk megetahui hubungan dan interaksi diantara variabel-variabel psikologis,sosiologis, edukasional dalam struktur sosial. Subyek Penelitian Populasi penelitian ini adalah populasi siswa-siswi SMP Negeri 2 Malang yang masih aktif (terdaftar) menjadi pelajar disekolah tersebut. Sesuai dengan permasalahan penelitian, populasi yang akan diteliti harus memenuhi karakteristik yaitu berstatus Siswa/Pelajar yang berada di jenjang SMP. Pengambilan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe non-random sampling. Mengandung pengertian bahwa tidak semua orang dalam populasi tersebut memiliki kesempatan yang sama untuk dapat dijadikan subjek penelitian, (Arikunto, 2006). Teknik non-random sampling yang digunakan adalah cluster sampling. Adapun pengambilan sampel dengan metode ini dilakukan dari setiap strata tidak dilakukan terhadap individu, melainkan pada kelasnya (cluster). Populasi penelitian adalah seluruh siswa di SMP Negeri 2 Malang, terdiri atas tiga jenjang kelas, yaitu kelas VII, kelas VIII, dan kelas IX. Dari setiap jenjang dipilih 2 kelas tertentu yang sisiwa didalamnya kemudian dijadikan sample penelitian.
Menurut Arikunto (2006) melalui cara ini diharapkan sampel dapat terambil dan mewakili semua kelompok yang ada, sehingga tidak ada kelompok yang terabaikan. Selain itu diharapkan pengaruh tiap kelompok terhadap sampel dapat diabaikan. Tanpa stratifikasi, dapat terjadi sampel (atau sebagian besar sampel) yang terambil hanya akan terambil dari kelompok (strata) tertentu saja.
Besaran sample minimal menurut Arikunto (2006) untuk populasi penelitian kurang dari 100 orang lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih. Peneliti berusaha mendapatkan sample lebih dari jumlah minimum yang ditentukan agar semakin besar sample yang digunakan dan diharapkan akan semakin tepat dalam mewakili populasi dan memberikan hasil yang akurat. Variabel Penelitian Pada penelitian ini, terdapat dua variabel yaitu Variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Adapun variabel yang menjadi variabel bebas (X) yaitu Adversity Quotient, sedangkan variabel terikatnya (Y) yaitu Perilaku Menyontek.
12
Adversity Quotient dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam menentukan responnya agar dapat bertahan dalam kesulitan yang dihadapi saat belajar, memahami pelajaran, mengerjakan tugas dan ujian dengan mengerahkan empat dimensi Adversity Quotient yaitu: Control, Origin dan Ownership, Reach serta Endurande.
Adapun masing-masing aspek dalam Adversity Quotient pada penelitian ini memilik definisi operasional sebagai berikut:Control : Mempersepsikan seberapa besar kendali yang dimiliki untuk mengatasi kesulitan yang sedang dihadapi saat belajar, mengerjakan tugas sekolah maupun mengerjakan ujian/tes. Origin and Ownership: Mempersepsikan apa yang menjadi penyebab kesulitan dalam memahami pelajaran, mengerjakan tugas sekolah, maupun mengerjakan ujian/ tes dan siapa yang bertanggungjawab dalam memahami pelajaran, menyelesaikan kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolah dan ujian/tes yang menjadi tugasnya. Reach : Mempersepsikan seberapa besar kesulitan yang sedang dihadapi dalam memahami pelajaran, mengerjakan tugas sekolah dan atau ujian/tes akan berkembang menjangkau atau mempengaruhiaspek/bagian-bagian lain dari kehidupannya. Endurance: Mempersepsikan : Mempersepsikan berapa lama waktu yang dilalui untuk mengatasi kesulitan memahami pelajaran, mengerjakan tugas sekolah, ujian/tes.
Definisi operasional dari menyontek dalam penelitian ini yaitu tindakan atau perilaku yang dilakukan dengan sengaja melalui cara-cara yang yang tidak jujur atau perbuatan curang dengan menghalalkan segala cara yang dilakukan siswa dalam bentuk : 1) memberi, mengambil dan menerima informasi yang tidak diperbolehkan, 2) menggunakan materi dan peralatan yang tidak diperbolehkan dilihat selama ujian berlangsung (alat komunikasi, buku, catatan, kalkulator, dll), 3) Memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur atau proses untuk memperoleh keuntungan berupa jawaban khususnya dalam pelaksanaan ujian ataupun penyelesaian tugas akademis untuk mencapai tujuan tertentu. Instrumen Penelitian Instrumen Penelitian yang digunakan pada penelitian ini menggunakan dua buah skala yaitu, Skala PerilakuMenyontek dan Skala Adversity Qoutient). Kedua skala tersebut menggunakan model skala Likert. Dengan skala Likert, respon jawaban mengindikasikan derajat persetujuan terhadap item-item pernyataan.Pada penelitian ini skala likert dimodifikasi, dimana alternatif pilihan jawaban disusun menjadi empat respon yang terdiri dari pernyataan yang favorable (mendukung) dan unfavorable (tidak mendukung) terhadap objek sikap. Instrumen untuk mengukur Adversity Qoutient disusun sendiri oleh peneliti dngan menggunakan dimensi dari Adversity Quotient yang dirumuskan oleh Paul G Stoltz yaitu Control, Original and Ownership, Reach and Endurance dengan model Skala Likert yang alternatif penilaian skala terdiri dari SS (Sangat sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai). Dimana semakin tinggi skor total dari skala, maka semakin tinggi Adversity Quotient pada diri individu dan berlaku sebaliknya yaitu semakin rendah total skor dari skala maka semakin rendah pula Adversity Quotient pada diri individu. Teknik Skoring alat ukur Adverity Quotient dengan aturan yaitu, respon jawaban yang diberikan pada skala Adversity Quotient di- coding dengan skor 1-4 untuk item favorable dan item unfavorable diberi skor kebalikannya. Setelah melakukan coding seluruh item dijumlahkan untuk memperoleh skor total. Skor tinggi menandakan bahwa subjek memiliki AQ yang tinggi, sementara skor rendah menandakan subjek memiliki AQ rendah.
13
Tabel 1. Format penilaian Skala Adversity Quotient
Pernyataan Sangat Sesuai (SS)
Sesuai (S)
Tidak Sesuai (TS)
Sangat Tidak Sesuai (STS)
Unfavorable Saya menjadi malas pergi kesekolah karena banyak pelajaran yang sulit saya pahami
4 3 2 1
Tabel 2. Blue Print Skala Tryout Adversity Quotient Aspek Indikator Nomor Item Jumlah
Favorable Unfavorable CONTROL 1. Fokus pada apa yang
bisa mereka lakukan untuk menghadapi kemalangan bukan berfokus dan mengeluh tentang hal-hal diluar kendali mereka
6*, 12, 24 15, 20 5
2. Mempertahankan sikap bisa-melakukan bahkan ketika menghadapi tantangan yang luar biasa
29, 53 2, 33*, 43, 47 6
3. Mencari dukungan dari orang lain saat saat menangani masalah atau tantangan yang berada diluar kendali mereka
13* 7, 21 3
4. Mampu beradaptasi pada kesulitan, bertindak dengan hati-hati, melibatkan diri secara aktif dalam bertindak mengatasi masalah
38, 44 25, 30, 34 5
ORIGIN & OWNERSHIP
1. Bertanggungjawab pada semua kesalahan yang ia buat
4, 36 49, 55 4
2. Mengambil kepemilikan (merasa memiliki) untuk menyelesaian masalah bahkan jika bukan ia yang menyebabkan masalah-masalah yang ada
8, 22 3, 14, 32 5
3. Jelas dan objektif dalam mengevaluasi siapa dan apa yang menyebabkan masalah
1*, 35 10 3
14
REACH 1. Masih bisa memberikan perhatian penuh dan energi mereka pada area kehidupan mereka lainnya yang tidak terpengaruh oleh kemalangan yang dihadapi
11* 5*, 17 3
2. Mengelola kesulitan sehingga tidak berdampak negatif untuk kehidupan pribadinya (profesional)
9, 27, 31* 3
3. Tidak mengabaikan peran dan tanggungjawab lainnya yang penting untuk dilakukan selama periode kesulitanberlangsung
18, 39, 52* 46* 4
4. Optimis 45* 19, 51, 54 4
ENDURANCE 1. Menunjukkan ketekunan dan ketahanan ketika berada di kondisi yang suram atau membosankan
40, 41, 48 3
2. Tetap berharap bahwa kemalangan yang dihadapi pada akhirnya akan teratasi
42* 16, 23 3
3. Percaya diri 26, 28, 37, 50 4 TOTAL 23 32 55
Catatan : nomor item dengan tanda * = item yang tidak valid Berdasarkan hasil try out yang dilakukan, dilakukan uji validitas dan reliabitas dengan menggunakan SPSS 21.0 for windows. Dari uji validitas item-item pada skala Adversity Quotient yang dilakukan sebanyak 3 kali diperoleh 11 item gugur dari 55 item yang ada, sehingga menyisakan 44 item dengan indeks validitas bergerak antara 0,307- 0,654. Sedangkan reliabilitas dengan menggunakan Alpha Cronbach sebesar 0,920. Hal ini dapat disimpulkan bahwa instrumen Adversity Quotient yang dipakai dalam penelitian ini reliabel jika dibandingkan dengan syarat cronbach alpha yaitu 0,6 atau 60% (Priyatno,2011). Sedangkan instrumen untuk mengukur perilaku menyontek disusun sendiri oleh peneliti dengan menggunakan 3 katagori Perilau Menyontek yang dirumuskanoleh Anderman dan Mudrock (2007) yaitu: 1)giving, taking, receiving informasi yang tidak diperbolehkan, 2) menggunakan bahan terlarang, yang tidak diperbolehkan untuk digunakan selama ujian seperti buku catatatan, buku pelajaran, Handphone, catatan kecil, kalkulator, serta 3) Memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur atau proses untuk memperoleh keuntungan, dengan model Skala Likert yang alternatif penilaian skala terdiri dari SS (Sangat sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai). Dimana semakin tinggi skor total dari skala menyontek tersebut, maka semakn tinggi perilaku menyontek yang dilakukan individu dan berlaku sebaliknya yaitu semakin rendah skor total dari skala menyontek tersebut, maka semakin rendah pula perilaku menyonteknya.
Teknik Skoring alat ukur Perilaku Menyontek dengan aturan yaitu, respon jawaban yang diberikan pada skala Perilaku Menyontek di-coding dengan skor 1-4 untuk item favorable dan
15
item unfavorable diberi skor kebalikannya. Setelah melakukan coding seluruh item dijumlahkan untuk memperoleh skor total. Skor tinggi menandakan bahwa subjek memiliki kecenderungan perilaku menyontek yang tingi, sementara skor rendah menandakan subjek memiliki kecenderungan perilaku menyontek yang rendah. Tabel 3. Format Penilaian Skala Menyontek
Pernyataan Sangat
Sesuai (SS)
Sesuai (S)
Tidak Sesuai (TS)
Sangat Tidak Sesuai (STS)
Favorable Saya pernah ketahuan menyontek tetapi dibiarkan oleh guru
4 3 2 1
Tabel 4. Blue Print Try Out Skala Menyontek
NO KATEGORI NO ITEM JUMLAH FAVORABLE UNFAVORABLE
1 Giving(memberi)informasi yang tidak diperbolehkan
28, 30 6*, 13, 22 5
Taking(mengambil)informasi yang tidak diperbolehkan
7*, 25 9, 18 4
Receiving (menerima) informasi yang tidak diperbolehkan
1, 4 19, 31 4
2 Menggunakan bahan terlarang yang tidak diperbolehkan untuk digunakan selama ujian seperti buku catatatan, buku pelajaran, Handphone, catatan kecil, kalkulator
5, 10, 11, 23, 16, 24*, 27*, 33 8
3 Memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur atau proses untuk memperoleh keuntungan
a) Plagiat 2, 15*, 32 - 3 b) Menggunakan
kelemahan seseorang atau prosedur
3, 8, 20, 21, 29 12, 26 7
c) Menggunakan jasa oranglain
14*, 17 - 2
Total 20 13 33 Catatan : nomor item dengan tanda * = item yang tidak valid Dari uji validitas item-item pada skala menyontek yang dilakukan sebanyak 2 kali diperoleh 11 diperoleh 6 item gugur dari 33 item yang ada, sehingga menyisakan 27 item yang valid dengan indeks validitas bergerak antara 0,312- 0,790. Sedangkan dari uji reliabilitas didapatkan hasil nilai alpha yaitu 0,920 maka dapat disimpulkan bahwa instrumen ini reliabel jika dibandingkan dengan syarat cronbach alpha yaitu 0,6 atau 60% (Priyatno,2011) Prosedur dan Analisa Data Penelitian dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu :
1) Tahap Persiapan a. Membuat skala Adversity Quotient dan skala Menyontek b. Peneliti meminta izin kepada pihak SMP Negeri 2 Malang pada tanggal 28
November 2015
16
c. Melakukan pengujian skala Adversity Quotient dan skala Menyontek dengan metode try out. Adapun terdapat 4 kelas yang siswanya digunakan sebagai subjek try out yaitu kelas VII-H, VII-I, VIII-J dan VIII-E dengan jumlah total seluruh subjek tryout sebanyak 111 orang. Adapun pelaksanaan Try Out ini dilakukan pada tanggal 5 Desember 2015
d. Setelah data Try Out diperoleh penelitian melakukan input data dan menguji validitas dan reliabilitas kedua skala yang telah diujicobakan pada subjek try out dengan menggunakan SPSS 21.0. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, tersisa 44 item valid untuk skala Adversity Quotient dan 27 item valid untuk skala Menyontek. Diperoleh pula angka reliabilitas untuk skala Adversity Quotient 0,920 dan skala Perilaku Menyontek 0,920.
e. Pada skala Adversity Quotient dari 44 item yang valid, hanya dipilih sebanyak 33 item untuk dijadikan skala penelitian (sebaran item terdapat pada lampiran blueprint skala penelitian Adversity Quotient), sedangkan untuk skala PerilakuMenyontek peneliti menggunakan seluruh itemyang valid untuk dijadikan skala penelitian.
2) Tahap Pelaksanaan a. Peneliti membuat kesepakatan kepada pihak SMP Negeri 2 Malang untuk
melakukan penelitian sebelum rangkaian kegiatan class meetingdan liburan semester
b. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 12 Desember 2015 dengan jumlah subjek penelitian sebanyak 180 orang.
c. Peneliti membagikan kedua skala yang berisikan item-item yang telah valid kepada subjek penelitian dalam hal ini adalah siswa-siswi SMP Negeri 2 Malang. Adapun dalam pengambilan data penelitian diambil perwakilan 2 kelas pada setiap jenjangnya. Sample pada kelas pada jenjang kelas VII diambil dari kelas VII-A dan VII-J, sample dari jenjang kelas VIII diambil dari kelas VIII-B dan VIII-I, serta sample dari jenjang kelas IX diambil dari kelas IX-I dan IX-C.
3) Tahap Akhir
a. Peneliti memasukkan data penelitian ke dalam program excel yang kemudian dianalisis melalui apliasi SPSS versi 21.00
b. Melakukan uji asumsi normalitas dan Homogenitas data penelitian. Pengambilan keputusan hasil uji normalitas dan homogenitas dilakukan berdasarkan nilai signifikansi.
c. Setelah uji asumsi dilaku kan dan memperoleh hasil bahwa data berdistribusi normal dan homogen, peneliti melakukan uji hubungan melalui uji korelasi Product Moment Pearson. Metode ini dipilih karena dapat menguji arah korelasi antara kedua variabel dengan menghasilkan arah korelasi negatif atau positif (Idrus,2009). Selain itu juga dapat mengungkap besar kecilnya hubungan kedua variabel yang dinyatakan dengan koefisien korelasi (Idrus,2009).
17
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini diikuti oleh 180 siswa SMP Negeri 2 Malang yang terdiri dari siswa kelas VII hingga kelas IX dengan prosentasi 65,6% perempuan (118 orang) dan 34,4% laki-laki (62 orang). Sample dari kelas VII sebesar 33,9% (diwakili dari kelas VII-A yang terdiri dari 29 siswa dan VII-J yang terdiri dari 32 siswa), dari kelas VIII sebesar 32,3% (diwakili dari kelas VIII-B yang terdiri dari 30 siswa dan VIII-I yang terdiri dari 28 siswa), serta sample dari kelas IX sebesar 33,9% siswa (diwakili dari kelas IX-C yang terdiri dari 29 siswa dan IX-I yang terdiri dari 32 siswa). Adapun katagori Adversity Quotient dan menyontek pada subjek penelitian ditentukan berdasarkan nilai Tscore, dimana rentangan nilai di setiap katagori dijelaskan sebagai berikut: Tabel 5. Katagorisasi Adversity Quotient dan Menyontek
Variabel Mean Std Katagori Interval Tscore N Prosentase Adversity Quotient
2,02 0,705
Rendah 26,84 - 42,08 43 23,9
Sedang 42,09 - 57,32 91 50,6 Tinggi 57,33 - 72,57 46 25,6
Total Subjek 180 Menyontek
1,39 0,543
Rendah 32,5 - 52,75 115 63,9 Sedang 52,76 - 73, 02 60 33,3 Tinggi 73,03 - 93,27 5 2,8
Total Subjek 180 Berdasarkan angka prosentase yang ditunjukkan pada maka diketahui lebih banyak siswa yang memiliki Adversity Quotient dalam katagori sedang daripada siswa yang memiliki Adversity Quotient dalam katagori tinggi dan rendah, hal itu menunjukkan sebagian besar subjek memiliki Adversity Quotient yang tidak terlalu tinggi namun tidak pula terlalu rendah. Sejalan dengan, diketahui siswa yang memiliki perilaku menyontek dalam katagori rendah prosentasenya lebih besar dibandingkan prosentasi siswa yang memiliki perilaku menyontek dalam katagori tinggi. Sebelum melakukan uji korelasi, peneliti terlebih dahulu menguji kenormalan dan homogenitas data. Pengambilan keputusan hasil uji kenormalan data dengan kolmogorof – smirnov test dengan melihat nilai signifikani, menunjukkan signifikansi 0,746>0,05. Maka dapat dikatakan data berdistribusi normal. Adapun uji homogenitas menunjukkan nilai signifikansi pada levene test sebesar 0,778>0,05. Maka dapat dikatakan data homogen atau dengan kata lain data yang dianalisis berasal dari populasi yang tidak jauh berbeda variansinya. Setelah diperoleh hasil data yang normal dan homogen, maka peneliti menguji data dengan bantuan program SPSS versi 21.0 melalui uji korelasi Pearson. Adapun dari hasil koefisien korelasi Pearson (Tabel 6) terungkap bahwa ada hubungan pada tingkat signifikansi 1% antara Adversity Quotient dengan Menyontekpada subjek.
18
Tabel 6. Korelasi Adversity Quotient dan Menyontek Koefisien Korelasi Indeks Analisis Koefisien Korelasi -0,536 Koefisien Determinasi 0,287 Taraf kemungkinan kesalahan 1% (0,01) P (nilai signifikansi) 0,000 Nilai signifikansi 0,000 yang ditunjukkan pada tabel 6 bermakna nilai signifikansi lebih kecil dibandingkan dengan taraf signifikansi 0,01 yang digunakan. Hal ini menunjukkan hubungan Adversity Quotient dengan Perilaku Menyontek sangat signifikan. Adapun angka korelasi (r) -0,536 menunjukkan bahwa arah hubungan kedua variabel adalah negatif. Korelsi negatif yang signifikan ini membuktikan bahwa hipotesa yang diajukan pada penelitian ini diterima. Yaitu, semakin tinggi tingkat Adversity Quotient siswa maka semakin rendah Perilaku Menyontekyang dilakukan. Adapun berdasarkan acuan interpretasi koefisien korelasi (Sugiyono dalam Hasanah, 2013), hubungan kedua variabel tersebut termasuk dalam kategori tingkat hubungan yang sedang karena koefisien korelasinya berada di antara 0,40-0,599. Jika ditinjau dari angka korelasi (r) -0,533, juga dapat diketahui koefisien determinasi (r2) adalah 0,287. Hal tersebut menunjukkan terdapat sumbangan efektif sebesar 28,7% dari Adversity Quotient terhadap Perilaku Menyontek, sedangkan 71,3% berasal dari faktor lainnya. Pada penelitian ini, dilakukan perhitungan skor mean untuk menggambarkan skor mean Adversity Quotient dan Perilaku Menyontek siswa yang ditinjau dari tingkatan kelas, jenis kelamin dan juga kelompok kelas yang terbagi atas kelmpok kelas unggulan dan kelas Reguler(data lengkap perhitungan skor mean terlampir). Perbandingan skor mean Adversity Quotient dan Perilaku Menyontek berdasarkan jenis kelamin digambarkan dalam diagram berikut ini
Gambar 2. Perbandingan Skor MeanAdversity Quotient dan Perilaku Menyontek berdasarkan Jenis Kelamin Hasil perhitungan skor mean Adversity Quotient berdasarkan jenis kelamin yang ditinjau dari keseluruhan sample penelitian, tingkatan kelas, kelompok kelas menunjukkan secara konsisten bahwa siswa perempuan memiliki skor mean Adversity Quotient yang lebih tinggi daripada siswa laki-laki. Sejalan dengan itu, hasil perhitungan mean skor yang dilakukan pada variabel Perilaku Menyontek berdasarkan jenis kelamin yang ditinjau dari keseluruhan sample, tingkatan kelas, dan kelompok kelas menunjukkan secara konsisten bahwa siswa perempuan memiliki skor mean Perilaku Menyontek yang lebih rendah daripada siswa laki-laki.
99.97 98.0644.79 49.16
Perempuan Laki-laki
AQ MENYONTEK
19
Perbandingan skor mean Adversity Quotient dan Perilaku Menyontek berdasarkan tingkatan atau jenjang kelas digambarkan dalam diagram berikut ini
Gambar 3. Perbandingan Skor Mean Adversity Quotient dan Perilaku Menyontek berdasarkan Tingkatan Kelas Selanjutnya, berdasarkan tingkatan kelas yang ditinjau dari keseluruhan tingkatan kelas secara umum, tingkatan kelas kelompok kelas Unggulan, dan tingkatan kelas kelompok kelas Reguler skor mean juga menunjukkan nilai yang konsisten dimana skor mean Adversity Quotient yang tertinggi berada di tingkatan kelas VII dan yang terendah yaitu pada kelas IX. Adapun pada variabel perilaku menyontek berdasarkan tingkatan kelas yang ditinjau dari keseluruhan tingkatan kelas secara umum, tingkatan kelas kelompok Kelas Unggulan, dan tingkatan kelas kelompok kelas Reguler skor mean juga menunjukkan nilai yang konsisten dimana skor mean Perilaku Menyontek yang terendah berada di tingkatan kelas VII dan Perilaku Menyontek yang tertinggi pada kelas VIII dan IX Perbandingan skor mean Adversity Quotient dan Perilaku Menyontek berdasarkan Kelompok Kelas digambarkan dalam diagram berikut ini
Gambar 4. Perbandingan Skor Mean Adversity Quotient dan Perilaku Menyontek berdasarkan Kelompok / Jenis Kelas Temuan dariperhitungan skor mean Adversity Quotient berdasarkan kelompok kelas yakni Unggulan dan Reguler yang ditinjau dari keseluruhan tingkatan kelas (gabungan kelas VII, VIII, dan IX), maupun yang ditinjau dari masing-masing tingkatan kelas VII, VIII dan IX menunjukkan hasil yang konsisten dimana skor mean Adversity Quotient siswa yang berada di kelas Unggulan lebih tinggi daripada siswa di kelas Reguler.Demikian pula setelah melihat hasil perhitungan skor mean Perilaku Menyontek berdasarkan kelompok kelas yakni Unggulan dan Reguler yang ditinjau dari keseluruhan tingkatan kelas (gabungan kelas VII, VIII, dan IX), maupun yang ditinjau dari masing-masing tingkatan kelas VII, VIII dan IX menunjukkan hasil yang konsisten dimana skor mean Perilaku Menyontek siswa yang berada di kelas Unggulan lebih rendah daripada siswa di kelas Reguler.
100.82 97.7443.84 48.86
Unggulan Reguler
AQ Menyontek
96.84 96.12 66.0574.84 89.57 94.45
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX
AQ Menyontek
20
DISKUSI
Penelitian ini terfokus pada pengujian bagaimana Adversity Quotient dapat memiliki hubungan dengan perilaku menyontek yang dimunculkan oleh siswa-siswi di SMP Negeri 2 Malang. Diperoleh hasil berupa korelasi begatif yang signifikan sebesar -0,536 dan nilai signifikansi 0,000. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi tingkat Adversity Quotient siswa maka semakin rendah tingkat Perilaku Menyontekyang dimunculkan, demikian pula sebaliknya. Adversity Quotient yang tinggi mampu memperkuat kemampuan individu dalam menghadapi tantangan hidup sehari hari. Individu akan bertahan dalam menghadapi segala macam kesulitan sampai menemukan jalan keluar, memecahkan berbagai macam permasalahan, mereduksi hambatan dan rintangan dengan mengubah cara berfikir dan mengatur sikap terhadap kesulitan tersebut. Adversity Quotient dalam diri seseorang dijelaskan dijelaskan melalui beberapa aspek yang menyusunnya seperti Control, Origin dan Ownership, Reach dan Endurance. Jika ditinjau berdasarkan aspek Control, siswa dapat menekan perilaku menyontek dikarenakan kontrol yang baik dalam diri siswa memupuk sifat untuk mampu beradaptasi dalam kesulitan yang terjadi dan mengarahkannya bersikap hati-hati, membuat diri siswa fokus pada apa yang mereka lakukan untuk menghadapi kesulitan dalam belajar, mengerjakan tugas maupun ujian kompetensi, bersaing disekolah, konsisten mempertahankan sikap “bisa melakukan” sekalipun dihadapkan pada tantangan yang sulit dalam pelajaran serta aktif mencari dukungan untuk memecahkan masalah apabila kesulitan yang dihadapi berada diluar kendali mereka (Stoltz, 2000). Secara spesifik, kontrol yang lebih pada kesulitan adalah sumber besar dalam melakukan tindakan karena seseorang yang percaya mereka bisa mencapai hasil tertentu yang pasti, memiliki dorongan untuk bertindak (Bandura dalam Titus, 2013). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Buechela,Mechtenberga, dan Petersena (2014) yang menemukan bahwa kontrol diri dan jumlah teman berbakat mampu meningkatkan kinerja siswa. Temuan yang dilaporkan adalah bahwa seseorang dengan kontrol diri yang tinggi lebih mungkin untuk membangun relasi orang lain. Selain itu, kontrol yang baik dalam mdiri mereka juga diikuti dengan tinggunya ketekunan dalam diri siswa. Adapun jika ditinjau berdasarkan aspek Origin dan Ownership, dapat pula menjadi penyebab siswa mengurangi perilaku menyontek, karena pada dasarnya individu dengan Origin dan Ownership yang baik akan mampu mempersepsikan dan berpikir dengan jernih terkait apa yang menjadi penyebab kesulitan dan siapa yang bertanggungjawab mengatasi kesulitan tersebut hal itu, individu akan memilih mengambil langkah untuk keluar dari kondisi yang menutrutnya menyulitkan dan memusatkan perhatian mereka pada tujuan akhir (Stoltz, 2002). Pada individu dengan Origin dan Ownership yang tinggi cenderung mengalami emosi yang kuat dan ketidakpuasan ketika mereka gagal untuk mencapai hasil-hasil tertentu sehingga sangat sering ketidakpuasan menggerakkan individu kepada tindakan yang harus mereka pertanggungjawabkan sampai mereka mencapai hasil yang mereka inginkan (Mmedvec, Madey, dan Gilovic dalam Titus, 2013). Oleh karena itu apabila aspek ini bekerja dengan baik dalam diri seorang siswa maka ia akan menjadi jelas dan objektif dalam mengevaluasi siapa dan apa yang menyebabkan masalah, cenderung bertanggungjawab pada semua kesalahan yang ia buat, serta mudah memunculkan rasa memiliki (kepemilikan) untuk
21
menyelesaikan masalah yang dia hadapi saat memahami pelajaran, mengerjakan tugas, bahkan saat menghadapi uji kompetensi (tes). Penjelasan ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Cornista, G., & Macasaet, C. (2012) responden dengan tingkat origin and ownership yang tinggi memiliki tingkat motivasi berprestasi yang tinggi pula. Selanjutnya, aspekReachpada Adversity Quotient bertindak mengurangi perilaku menyontek pada diri siswa, karena individu denganReach yang baik memiliki kemampuan untuk mengatur “jangkauan” kesulitannya, membatasi dan menempatkan masalah (mengelompokkan masalah) sehingga kesulitan yang ia hadapi saat ini tidak menghalangi dirinya untuk tetap bersikap profesional menyelesaikan tanggungjawabnya yang lain (Stoltz, dalam Titus 2013). Seorang siswa dalam kesehariannya akan dihadapkan dengan tugas, ujian dan tuntutan kompetensi belajar yang bermacam-macam sesuai dengan mata pelajaran yang ia tempuh disetiap jenjangnya. Siswa dengan aspek Reach yang baik dalam dirinya akan mampu memberikan perhatian penuh dan mengerahkan energi mereka pada tugas dan tanggungawab yang lain tanpa terpengaruh oleh satu atau lebih kesulitan yang sebenarnya sedang mereka hadapi di mata pelajaran lain, bersikap profesional mengolah kesulitan agar tidak berdampak negatif untuk kehidupan pribadinya dan kehidupan orang lain, menunjukkan sikap optimis. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cornista, G., dan Macasaet, C. (2012) melaporkan, mereka yang memiliki Reach yang tinggi memiliki inner ressource (sumber daya batin) yang tinggi. Jika aspek reach bekerja dengan baik dalam diri siswa, ia akan Munculnya kesadaran untuk memberikan perhatian penuh perhatian penuh, optimis dan mempertahankan sikap profesional disetiap mata pelajaran, hal ini dirasa mampu mendorong mereka untuk menguasai kompetensi-kompetensi pada setiap mata pelajaran.Adapun sikap optimis ini dapat mereduksi keterlibatan mereka pada perilaku menyontek. Demikian pula terkait aspek Endurance yang tinggi pada Adversity Quotient juga turut berkontribusi dalam mengurangi hasrat siswa untuk menyontek karena individu akan cenderung memandang kesulitan yang ia hadapi adalah sesuatu yang bersifat sementara. Cara memandang kesulitan yang demikian secara tidak langsung memunculkan harapan bahwa kesulitan yang dihadapi saat ini pasti akan berlalu. Timbulnya harapan tersebut mendorong rasa percaya diri, selalu termotivasi untuk merasa sanggup sehingga tidak menyerah, hal ini akan membantu memperkuat diri siswa untuk terus menunjukkan ketekunan dan ketahanan ketika berada di kondisi yang suram atau membosankan. Sikap yang demikian membantu siswa untuk tidak putus asa saat mengalami kegagalan memahami materi pelajaran, memecahkan soal yang sulit saat mengerjakan tugas dan ujian kompetensi (tes). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cornista, G., & macasaet, C. (2012) melaporkan, mereka yang memiliki ketahanan yang tinggi memiliki inner ressource(sumber daya batin) yang tinggi pula. Endurance membangun harapan dalam diri siswa sehingga siswa termotivasi untuk mencoba dan memperbaiki kegagalan mereka dalam belajar. Adapun rasa kesanggupan yang muncul dalam diri siswa turut membuat siswa melibatkan dirinya secara aktif dalam belajar menguasai kompetensi disetiap mata pelajaran, secara mandiri memecahkan kesulitan pada tugas dan ujian, sehingga tidak menggantungkan harapan pada orang lain dan menjadikan menyontek sebagai jalan keluar. Penelitian oleh Cura, J., & Gozum, J. (2011) membuktikan hubungan antara Adversity Quotient dan Prestasi Matematika. Hasil yang dilaporkan dari penelitian tersebut adalah, terdapat korelasi positif yang signifikan antara dimensi Adversity
22
Quotient seperti Control, Kepemilikan dan Ketahanan dengan pencapaian prestasi Matematika responden. Adapun hasil penelitian juga membahas terkait beberapa temuan perbedaan Adversity Quotient dan Perilaku Menyontek jika ditinjau berdasarkan jenis kelamin, tingkatan kelas dan kelompok kelas siswa. Dari hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang terkait tingkat Adversity Quotient berdasarkan jenis kelamin dimana siswa perempuan memiliki skor mean Adversity Quotient yang lebih tinggi daripada laki-laki. Temuan penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dweck (Stoltz, 2000) yang mengungkapkan bahwa ada perbedaan respon pria dan respon wanita terhadap situasi yang sulit. Wanita cenderung menanggapi situasi sulit sebagai sesuatu yang bersifat tetap sedangkan pria menanggapi situasi sulit sebagai sesuatu yang bersifat sementara. Namun demikian, temuan mengapa Adversity Quotient pada remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan remaja laki-laki ini dapat dijelaskan dari pendapat Baldwin (2002 ) bahwa sumber stress pada remaja laki-laki dan perempuan umumnya sama, namun dampak beban ini berbeda padaremaja perempuan dan remaja laki-laki. Remaja perempuan lebih peka terhadap lingkungannya. Menurut penelitan motivasi mereka (remaja perempuan) lebih baik terkait kepekaan bertindak mengatasi masalah dibanding remaja laki-laki. Nilai mereka di sekolah lebih baik, mereka juga lebih menonjol. Selain itu tuntutan dan motivasi mereka lebih tinggi. Hal itu yang diduga secara tidak langsung mempengaruhi lebih tingginya Adversity Quotient pada siswa perempuan di jenjang SMP. Hasil penelitian juga menunjukkan skor mean Adversity Quotient berdasarkan tingkatan kelas menjelaskan bahwa skor mean Adversity Quotient yang tertinggi pada tingkatankelas VII dan yang terendah adalah kelas IX sehingga dari temuan ini diketahui semakin tinggi tingkatan kelas justeru semakin rendah pula Adversity Quotien atau dengan kata lain semakin tinggi usia seseorang justeru semakin rendah Adversity Quotient dalam dirinya. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang ditemukan oleh Videbeck (dalam Titus 2013) menjelaskan bahwa usia seseorang tampaknya mempengaruhi bagaimana dia mengadopsi kesulitan. Seseorang dengan usia muda sangat mungkin memiliki lebih sedikit kemampuan untuk menangani kesulitan, menggunakan firasat dan strategi koping kurang efektif dibandingkan dengan yang lebih tua. Kemungkinan lebih rendahnya Adversity Quotient yang dimiliki oleh kelas yang tingkatannya justeru lebih tinggi bisa jadi menurut peneliti salah satunya dikarenakan turunnya motivasi belajar atau sehingga memunculkan rasa malas untuk menekuni pelajaran. Karena menurut Stoltz (2000) seorang siswa dengan Adversity Quotient yang baik memiliki motivasi belajar yang tinggi sehingga keterlibatan yang lebih dalam kinerja dan ketekunan dalam belajar. Kondisi menurunnya motivasi belajar siswa yang dijelaskan oleh Sarwono (1994) salah satu faktor yang sering dianggap menurunkan motivasi siswa remaja untuk belajar adalah pelajaran yang dihadapi dan guru yang menyampaikan materi itu sendiri. Materi pelajaran sering dikeluhkan membosankanbagi para siswa, tingkat kesulitan semakin bertambah seiring meningkatnya tingkatan kelas dan cara pandang yang salah terkait pelajaran yakni menganggap pelajaran yang dihadapi tidak ada manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Bisa diduga siswa kelas IX memiliki Adversity Quotient yang paling rendah dikarenakan ketidaksiapan diri mengghadapi tuntutan yang lebih besar pada pecapaian Kompetensi Dasar yang lebih rumit dibanding tingkatan kelas yang lebih rendah. Namun demikian kondisi ini
23
juga dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini akan tetapi menurut Stotz (2000) juga turut mempengaruhi Adversity Quotient dalam diri diantaranya yaitu: Daya Saing, Produktivitas, Kreativitas, Motivasi, Mengambil Resiko, Perbaikan, Ketekunan dan Belajar. Hasil temuan ini tentunya dapat menjadi perhatian bagi pihak sekolah untuk mengevaluasi ulangi hal-hal apa saja yang perlu dibenahi pada sistem yang berlaku pada kegiatan belajar mengajar dan mengatur strategi belajar dan penugasan untuk penguasaan kompetensi yang lebih baik agar menyadarkan siswa bahwa tolak ukur keberhasilan belajar tidak hanya pada nilai akhir namun pada proses dan pencapaian kompetensi sesuai dengan standar sehingga siswa dapat mempersiapkan diri menghadapi tantangan belajar yang lebih kompleks di tingkatan yang lebih tinggi. Pada perilaku menyontek, temuan penelitian ini menunjukkan siswa laki-laki terlibat tinggi dalam menyontek dibandingkan siswa perempuan. Hal ini sejalan dengan hasil temuan penelitian yang menjelaskan bahwa pada Siswa Sekolah Pertama siswa laki-laki lebih mungkin untuk menyontek daripada perempuan. Begitupula penelitian yang dilakukan oleh laki-laki lebih banyak terlibat dalam perilaku menyontek daripada perempuan (Anderman & Mudrock,2007; Anderman dan Migley, 2004; McCbe, Trevino dan Butterfield, 2001;). Alasan perempuan terlibat lebih rendah dalam menyontek dijelaskan dari hasil penelitian dimanasebagian besar subjek perempuan mengatakan lebih cenderung merasa bersalah jika mereka menipu. Selain itu, karena perempuan memiliki standar moral yang tinggi daripada laki-laki. S (Baird dalam Anderman dan Midgley, 2004; Calabrese dan Cochran et al dalam Anderman dan Mudrock dalam Mudrock, 2007). Selanjutnya, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan kelas IX dalam Menyontek lebih tinggi daripada kelas VII dan VIII. Dengan kata lain temuan itu menunjukkan, semakin tinggi tingkatan kelas semakin tinggi pula perilaku menyontek. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Evans dan Craig (dalam Mudrock & Anderman, 2006), yang menyatakan bahwa siswa yang lebih tua pada Sekoah Menengah Pertama lebih cenderung melakukan perilaku mencontek daripada siswa yang usianya lebih muda. Temuan yang ketiga pada penelitian ini juga menjelaskan bahwa Adversity Quotient siswa yang berada di kelompok kelas Unggulan lebih tinggi dibandingkan siswa di kelompok kelas Reguler. Sejalan dengan itu, Perilaku Menyontek pada siswa di kelas Unggulan juga lebih rendah dibandingkan siswa di kelas Reguler. Temuan-temuan ini memperkuat hasil hipotesa yang terbukti terkait korelasi negatif antara Adversity Quotient dan Menyontek pada siswa.
Pada dasarnya banyak faktor yang mempengaruhi Adversity Quotient dan perilaku menyontek dalam diri individu. Jika memandang perbedaan tersebut dari perbedaan kelompok kelas, peneliti memilih menjelaskan kondisi ini dengan pembahasan melalui sudut pandang kebutuhan dan keterlibatan siswa pada peer group. Berpartisipasi dalam kegiatan kelompok sebaya adalah tahap utama pengembangan dan identitas remaja sering terkait erat dengan yang dari rekan-rekan mereka (Santor et al dalam Korir dan Klipkemboi, 2014). Bank dan Marlin (dalam Korir dan Klipkemboi, 2014) telah melakukan penelitian bahwa perilaku rekan lebih mungkin mempengaruhi remaja daripada perilaku orangtua. Tekanan teman sebaya mengacu pada pengaruh yang diberikan oleh kelompok sebaya dalam mendorong seseorang untuk mengubah sikap nya, nilai-nilai yang ada dalam dirinya dalam rangka untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok (Kirk dalam Korir dan Klipkemboi, 2014). Sejumlah siswa remaja melihat beberapa rekan-rekan mereka sebagai model peran. Model ini dapat menjadi sumber motivasi untuk mengambil tindakan. Pemodelan mengacu pada
24
perubahan individu dalam kognisi, perilaku, atau efek yang dihasilkan dari pengamatan orang lain (Ryan dalam Korir dan Klipkemboi, 2014)
Hal inilah yang menurut peneliti tidak lepas dalam memberi kontribusi terhadap kondisi Adversity Quotient dan Perilaku Menyontek pada siswa yang berada di kelompok kelas Unggulan dan Kelas Reguler. Pada siswa di kelompok kelas unggulan, pengaruh label sesama teman sebagai “siswa unggulan”, standar yang tinggi dan suasana bersaing yang tinggi secara tidak langsung jadi mendorong motivasi intrinsik mereka dalam belajar secara tekun untuk menguasai materi, berusaha menunjukkan peforma yang baik dalam penguasaan materi pelajaran, saat mengerjakan tugas, tes dan tanggungjawab akademik lainnya. Hal ini meningkatkan keterlibatan siswa untuk berusaha secara mandiri dan mengurangi hasrat mereka untuk menyontek.
Sebuah label rekan dapat berkontribusi terhadap pembangunan identitas positif untuk beberapa remaja tapi negatif identitas untuk orang lain (Downs & Rose, dalam Korir dan Klipkemboi, 2014). Sayangnya, terdapat pula kelompok yang dapat menerima label negatif para anggotanya, memasukkan mereka ke dalam identitas mereka, dan melalui proses penyimpangan sekunder, meningkatkan kadar menyimpang tingkah laku. Demikian halnya yang terjadi pada kelas Reguler, dapat diduga sikap kelompok sebaya yang menganggap perilaku menyontek adalah hal yang wajar akan mendorong pandangan diri siswa dikelas untuk turut melegalkan usaha tersebut. Menyontek yang dijadikan jalan keluar atas kesulitan akademik yang siswa rasakan mengurangi usaha siswa untuk terlibat secara aktif dalam belajar dan menguasai materi. Hal itu membuat siswa tidak mengembangkan Adversity Quotient menjadi lebih baik. Penelitian yang dilakukan oleh Scott, Frederict dan West (dalam Carrel, Malmstrom dan West) mengukur bagaimana pengaruh karakteristik teman sebaya terhadap perilaku curang individu. Hasil penelitian menjelaskanSatu siswa yang bersedia untuk dicontek akan mendorong kemungkinan meningkatnya pencontek sekitar 0,33-0,47, semakin tinggi perilaku menyontek pada teman sebaya maka akan meningkatkan kemungkinan individu untuk melakukan perilaku menyontek juga. Sejalan dengan itu, penjelasan mengenai pengaruh kelompok terhadap kinerja individu melalui hasil penelitian oleh Cohen (dalam Korir dan Klipkemboi, 2014) dalam studinya menemukan seseorang yang berteman dengan rekan yang baik telah ditemukan untuk menjadi serupa dalam hal frekuensi waktu yang dihabiskan untuk belajar di rumah. Landau (dalam Korir dan Klipkemboi, 2014) mendukung kesimpulan ini dengan menyatakan bahwa siswa yang peduli tentang belajar lebih mungkin untuk berasosiasi dengan rekan-rekan dan membangun minat belajar rekannya dibidang akademik dibandingkan mereka yang memiliki minat yang kurang dalam belajar. Kelompok sebaya mempengaruhi kebiasaan belajar anak dan pengembangan akademik (Wentzel & Caldwell, dalam Korir dan Klipkemboi, 2014). Kirk (dalam Korir dan Klipkemboi, 2014), yang berpendapat bahwa efek rekan memiliki pengaruh yang kuat pada kinerja akademik di kelas. Goethe (dalam Korir dan Klipkemboi, 2014) menemukan bahwa siswa yang lemah akan lebih baik ketika dikelompokkan dengan siswa yang lemah lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja siswa membaik jika mereka dengan siswa dari jenis mereka sendiri. Sacerdote (dalam Korir dan Klipkemboi, 2014) menemukan bahwa nilai siswa cenderung lebih tinggi ketika siswa memiliki rekan-rekan akademis yang luar biasa kuat.
25
SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil koefisien korelasi (r) sebesar -0,536 dengan nilai signifikansi 0,000 maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan kearah yang negatif antara Adversity Quotient dengan Menyontek pada siswa SMP. Adanya hubungan tersebut menunjukkan, semakin tinggi Adversity Quotient maka semakin rendah perilaku menyontek, demikian pula semakin rendah Adversity Quotient maka semakin tinggi pula perilaku menyontek. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa hipotesa dalam penelitian ini terbukti dan dapat diterima. Adapun sumbangan efektif yang diberikan Adversity Quotient terhadap Perilaku Menyontek sebesar 28,7%. Perhitungan skor mean pada masing-masing variabel untuk mendeskripsikan perbedaan Adversity Quotient dan Mencontek ditinjau dari jenis kelamin, tingkatan kelas serta kelompok kelas menjelaskan temuan, Adversity Quotient pada siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki, sejalan dengan itu skor mean menyontek berdasarkan jenis kelamin menunjukkan siswa perempuan memiliki tingkat menyontek lebih rendah daripada siswa laki-lak.Adapun perbedaan skor mean berdasarkan tingkatan kelas menunjukkan tingkat kelas yang memiliki Adversity Quotient paling tinggi adalah kelas VII dan yang paling rendah adalah kelas IX. Demikian pula skor mean perilaku menyontek berdasarkan tingkatan kelas menunjukkan kelas yang paling rendah keterlibatan pada menyontek adalah kelas VII dan yang paling tinggi adalah kelas IX. Selanjutnya, melihat perbedaan skor mean pada masing-masing variabel Adversity Quotient dan Mencontek ditinjau dari kelompok kelas siswa yaitu kelas unggulan dan kelas Reguler. Diketahui bahwa Adversity Quotient pada kelompok kelas unggulan lebih tinggi dibandingkan skelompok kelas reguler, Sejalan dengan itu skor mean mencontek berdasarkan kelompok kelas juga menunjukkan kelompok kelas Unggulan memiliki perilaku menyontek yang lebih rendah dibandingkan kelompok kelas reguler. Adapun implikasi dari penelitian ini yaitu menunjukkan bahwa Adversity Quotiet juga memiliki peranan yang dapat mendorong siswa untuk memunculkan atau tidak memunculkan perilaku menyontek di sekolah. Berdasarkan temuan bahwa Adversity Quotient siswa justru semakin rendah seiring tingginya tingkatan kelas siswa agar menjadi perhatian: 1) Bagi siswa hendaknya siswa menyadari bahwa seiring meningkatnya jenjang kelas sudah pasti tuntutan penguasaan kompetensi, tingkat kesulitan dan tantangan kerumitan belajar yang dihadapi akan semakin kompleks dimana hal tersebut dapat menggoyahkan daya juang. Jika kemampuan daya juang (Adversity Quotient) tidak dikembangkan sejak dini maka, kesulitan beradaptasi pada tuntutan pencapaian kompetensi belajar akan menjadi permasalahan yang akan ditemui siswa ditingkatan kelas yang lebih tinggi. Dengan menyadari perlunya membekali diri dengan mematangkan aspek-aspek Advesity Quotient yaitu control, origin and ownership, reach dan endurance pada diri sendiri, dapat membantu siswa lebih siap dan mantap mengerahkan kinerja secara aktif dan mandiri dalam menghadapi tantangan penguasaan kompetensi pelajaran yang lebih sulit di jenjang yang lebih tinggi sehingga tidak lagi memandang menyontek sebagai kebutuhan atau jalan keluar kesulitan yang dihadapi untuk memenuhi standar belajar. Sejalan dengan itu juga perlu siswa mengembangkan cara pandang dan tindakan yang positif dalam mengemban tugas akademik dimana tolak ukur keberhasilan belajar adalah pada penguasaan kompetensi bukan pada nilai akhir.
26
Bagi pendidik untuk lebih memperhatikan pentingnya menyusun strategi dalam mendidik siswa mengembangkan Adversity Quotientdalam diri siswa sejak berada di jenjang pertama, selain itu dapat pula mengadakan pelatihan sebagai salah satu solusi yang mendorong aspek-aspek Adversity Quotient dalam diri siswa dapat berkembang dengan baik. Misalnya melakukan pelatihan pengembangan aspek-aspek Control, Origin and Ownership, Reach dan Endurance untuk meningkatkan Adversity Quotient pada remaja yang digagas oleh Priyanka Jain (Jain, 2012). Sehingga dengan Adversity Quotient yang baik, sekolah tidak hanya memperkecil keterlibatan siswanya dalam perilaku menyontek namun juga untuk menunjang keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar serta mempersiapkan peserta didik untuk lebih matang menjalani jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan tantangan yang lebih sulit. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik meneliti Adversity Quotient agar mengembangkan skala dengan model yang lain agar penelitian terkait Adversity Quotient memiliki instrumen dan dapat diukur dengan cara yang lebih variatif. Bagi peneliti yang ingin meneliti tentang menyontek, dapat memperdalam perilaku menyontek pada pembahasan sosial kognitif dan kompetensi moral yang dimiliki oleh subjek. Saran tambahan terkait penelitian dengan judul yang sama adalah, ada baiknya lebih memperhatikankeseimbangan prosentase antara subjek laki-laki dan perempuan. REFERENSI Alhadza, A. (1998). Masalah Menyontek (Cheating) di Dunia Pendidikan
http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/38/MASALAH_MENYONTEK_DI_DUNIA_%20PENDIDIKAN.htm.
Anderman dan Mudrock. (2006). Motivational Perspectives on Student Cheating: Toward an Integrated Model of Academic Dishonesty. Educational Psychologist, 41(3), 129–145
Anderman, E. M., & Midgley, C. (2004). Change in Self-Reported Academic Cheating Across the Transition From Fiddle School to High School. Contemporary Educational Psychology, 29, 499-517
Anderman, E. M., Griesinger,T., dan Westerfield, G. (1998). Motivation and Cheating During Early Adolescence. Journal of Educational Psychology. 90, 1, 84-93.
Anderman, E.M., & Murdock, T.B. (2006). Psychology of Academic Cheating. New
Anderman, Erick M; Mudrock, Tamerra B. (Eds). (2007). Psychology of Academic Cheating. USA Alfie KohnAll Right of reproduction in any from reserved. www.scribd.com
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rieneka Cipta
Baldwin, R.D.(2002). Stress and Illnes in Adolescenes: Issue of Race and Gender. http://www.fidarticles.com
Buechela, Berno. Mechtenberga, Lydia, and Petersena Julia. (2014). Peer Effects and Students’ Self-Control. A Department of Economics, University of Hamburg.
27
Callahan, D. (2004). The cheating culture: Why more Americans are doing wrong to get ahead. Orlando, FL: Hartcourt.
Carrel, Scott E., Malmstrom, Frederick V., & West, James E. (Tanpa tahun). Peer Effects in Academic Cheating.The Journal Of Human Resources. XLIII. 1
Cornista, G., & Macasaet, C. (2012). Studied Adversity Quotient and Achievement Motivation of Third Year and Fourth Year Psychology Students of de la Salle Lipa. Retrieved in August, 2012, from http://www.peaklearning.com/documents/PEAK_GRI_cornista-macasaet.pdf
Cura, J., & Gozum, J. (2011).Correlational Study on Adversity Quotient and the Mathematics Achievement of Sophomore Students of College of Engineering and Technology in Pamantasan ng Lungsod ng Maynilaw.
Departemen Pendidikan Nasional Indonesia. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.http://www.unissula.ac.id/v1/download/Peraturan/PP_19_2005 STANDAR_NAS_PENDDKN.PDF.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2006. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989tentangSistemPendidikanNasional.http://www.dikti.org/uu_no2_1989.htm.
Gage N. L. and Berliner David C (1976). Educational psychology third edition. Boston : Houghton Mifflin Company
Hasanah, Khuswatun. (2013). Uji Koreasi Product Moment. Copyright 2013 StatistikaPendidikan.com. Accesed on Desember 28, 2015 from http://statistikapendidikan.com
Hendro & Taufiq. (2014). Contek Massal: Tidak Sah, Siswa SMPN 67 Ikut UN Susulan. Diunduh pada www.harianterbit.com-April 2015)
http://cetak.kompas.com/read/2009/11/25/14475866/Menyontek.Masih.Dilakukan.di.ITB
Idrus, Muhammad. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Jain, MS Priyanka. (2012). Dissertation Development Of A Programmme For Enhancing Adversity Quotient Of Std Vith Students. Department of education s.n.d.t. Women’s University
Klausmeier, H.J. 1985. Educational Psychology. New York: Harper and Row
Korir, Daniel K., & Klipkemboi, Felix.(2014). The Impact of School Environment and Peer Influences on Students’ Academic Performance in Vihiga County,Kenya. International Journal of Humanities and Social Science. Vol. 4, No. 5(1)
McCabe, D. L., Trevino, L.K. & Butterfield, K.D (2001). Cheating in Academic institutions: Adecademic of research. Ethic & Behaviour, 11(3), 219-232
28
Menyontek, Langkah Pertama Menjadi Koruptor (2006, 9 Septrember). SuaraMerdeka, hal 18.
Muammar, Omar. (2011). Intelligence and Self-Control Predict Academic Performance of Gifted and Non-gifted Students. Asia-Pacific Journal of Gifted and Talented Education, Volume 3, Issue 1, 2011 Intelligence and Self-Control. University of Dammam, Saudi Arabia
Peer, E., Acquisti, A., and Shalvi, S. (2014). “I Cheated, but Only a Little”: Partial Confessions to Unethical Behavior. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 106, No. 2, 202–217
Pincus, H. S. & Schmelkin, L. P. (2003). Faculty Perceptions of Academic Dishonesty. A Multidimensional Scaling Analysis. Journal of Higher education – volume 74, Number 2, pp. 196-209
Poedjinoegroho, B. (2005, 7 Januari). Biasa Menyontek Melahirkan Koruptor. Kompas, hal 49.
Priyatno, D. (2011). Buku saku analisisi atatistika data SPSS. Jakarta: PT. Usaha Nasional
Santrock, J.W. (2002). Life-Span development (Perkembangan Masa Hidup) edisi kelima. (Ter. Darmanik, J., & Chusairi, A). Jakarta: PT. Erlangga
Sarwono, S. (1994). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Stoltz. (2000). Adversity Quotient (Alih Bahasa: Hermaya, T). Jakarta: PT. Grasindo.
Sujana, Y.E., dan Wulan, R. (1994). Hubungan Antara Kecenderungan Pusat Kendali dengan Intensi Menyontek. Jurnal Psikologi, XXI, 2, Desember, 1-7. UNIA_%20PENDIDIKAN.htm. York: Academic Press.
Titus. (2013). Organizational Resilience and Adversity Quotient of Singapore. Companies. DOI: 10.7763/IPEDR. 2013. V65. 17
Ying Shen, Chao. (2014). The Relative Study of Gender Roles, and Job Stress and Adversity Quotient. The Journal of Global Business Management Volume 10 * Number 1
29
INSTRUMEN PENELITIAN
30
Blue Print Skala Try Out Adversity Quotient
ASPEK INDIKATOR NO ITEM JUMLAH FAVORABLE UNFAVORABL
E CONTROL 1. Fokus pada apa yang
bisa mereka lakukan untuk menghadapi kemalangan bukan berfokus dan mengeluh tentang hal-hal diluar kendali mereka
6, 12, 24 15, 20 5
2. Mempertahankan sikap bisa-melakukan bahkan ketika menghadapi tantangan yang luar biasa
29, 53 2, 33, 43, 47 6
3. Mencari dukungan dari orang lain saat saat menangani masalah atau tantangan yang berada diluar kendali mereka
13 7, 21 3
4. Mampu beradaptasi pada kesulitan, bertindak dengan hati-hati, melibatkan diri secara aktif dalam bertindak mengatasi masalah
38, 44 25, 30, 34 5
ORIGIN & OWNERSHIP
1. Bertanggungjawab pada semua kesalahan yang ia buat
4, 36 49, 55 4
2. Mengambil kepemilikan (merasa memiliki) untuk menyelesaian masalah bahkan jika bukan ia yang menyebabkan masalah-masalah yang ada
8, 22 3, 14, 32 5
31
3. Jelas dan objektif dalam mengevaluasi siapa dan apa yang menyebabkan masalah
1, 35 10 3
REACH 1. Masih bisa memberikan perhatian penuh dan energi mereka pada area kehidupan mereka lainnya yang tidak terpengaruh oleh kemalangan yang dihadapi
11 5, 17 3
2. Mengelola kesulitan sehingga tidak berdampak negatif untuk kehidupan pribadinya (profesional)
9, 27, 31 3
3. Tidak mengabaikan peran dan tanggungjawab lainnya yang penting untuk dilakukan selama periode kesulitanberlangsung
18, 39, 52 46 4
4. Optimis 45 19, 51, 54 4
ENDURANCE
1. Menunjukkan ketekunan dan ketahanan ketika berada di kondisi yang suram atau membosankan
40, 41, 48 3
2. Tetap berharap bahwa kemalangan yang dihadapi pada akhirnya akan teratasi
42 16, 23 3
3. Percaya diri 26, 28, 37, 50 4
TOTAL 23 32 55
32
Blue Print Skala Try OutPerilaku Menyontek
NO KATEGORI NO ITEM JUMLAH FAVORABLE UNFAVORABLE
1 Giving (memberi) informasi yang tidak diperbolehkan
28, 30 6, 13, 22 5
Taking (mengambil) informasi yang tidak diperbolehkan
7, 25 9, 18 4
Receiving (menerima) informasi yang tidak diperbolehkan
1, 4 19, 31 4
2 Menggunakan bahan terlarang (HP, catatan, buku, kalkultor, dll)
5, 10, 11, 23, 16, 24, 27, 33 8
3 Memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur atau proses untuk memperoleh keuntungan
a) Plagiat 2, 15, 32 - 3 b) Menggunaka
n kelemahan seseorang atau prosedur
3, 8, 20, 21, 29 12, 26 7
c) Menggunakan jasa oranglain
14, 17 - 2
Total 20 13 33
33
Skala Try Out Adversity Quotient
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM Assalamualaikum. Wr. Wb Dalam rangka menyelesaikan studi S1, Saya Rahma Fitrah Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang angkatan tahun 2012 diharuskan untuk melakukan penelitian. Oleh karena itu saya mengharapkan bantuan teman-teman untuk dapat bekerja sama memberikan keterangan dan penilaian pada penyataan-pernyataan yang ada dibawah ini yang berdasarkan diri teman-teman. Semua keterangan dan jawaban yang teman-teman berikan akan dijamin kerahasiaannya dan digunakan sebaik-baiknya hanya untuk kepentingan penelitian ini. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kerjasama yang baik ini
Peneliti
Rahma Fitrah Nama/ Inisial : Usia : Kelas : Jenis Kelamin : L / P (Lingkari salah satu)
PETUNJUK PENGISIAN 1
1. Baca dan pahami setiap pernyataan yang ada 2. Kemudian pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri teman-teman
dengan memberi tanda centang (√) pada kolom yang telah disediakan 3. Pilihan jawabannya adalah:
SS : Sangat Sesuai TS : Tidak Sesuai S : Sesuai STS : Sangat Tidak Sesuai
4. Apabila ingin memperbaii jawaban, berilah tanda samadengan (=) pada pilihan jawaban yang alah, kemudian beri tanda centang (√)pada pilihan jawaban yang baru.
5. Contoh Pengisian: No Pernyataan SS S TS STS 1 Saya tetap mengerjakan sendiri soal ujian
sekalipun soal-soalnya sangat sulit √
*Ket: Apabila anda memberikan tanda centang (√) pada kolom S, maka berarti Anda merasa pernyataan ‘Saya tetap mengerjakan sendiri soal ujian sekalipun soal-soalnya sangat sulit’, sesuai dengan diri anda
6. Jawablah secara jujur karena tidak ada jawaban yang salah.
7.Sebelum anda menyerahkan lembar ini, harap diperiksa kembali agar tidak ada pernyataan yang terlewat.
8. Selamat Mengerjakan, Good Luck
34
NO PERNYATAN SS S TS STS 1 Mengetahui guru sering membuat soal yang sulit membuat saya
semakin bersemangat belajar
2 Saya menjawab sembarangan soal ujian saat saya sudah lelah berpikir
3 Saat mengerjakan tugas kelompok saya menolak ketika disuruh mengerjakan tugas yang sulit karena saya merasa tidak mampu menyelesaikannya
4 Saya belajar jauh-jauh hari sebelum ujian 5 Meskipun orang lain sangat membutuhkan pertolongan, saya
menolak dimintai tolong apabila PR yang saya kerjakan belum selesai
6 Saya tetap mengerjakan sendiri soal ujian sekalipun soal-soalnya sangat sulit
7 Saat mengerjakan PR saya mengerjakan soal yang mudah saja, sedangkan jawaban soal yang sulit saya salin dari teman saya
8 Mata pelajaran yang sulit membuat saya semakin giat belajar 9 Mempelajari materi pelajaran yang banyak disekolah membuat
saya mudah sakit
10 Nilai-nilai saya tinggi tapi saya merasa tidak banyak memahami pelajaran saya
11 Saya tetap bersikap ramah kepada teman yang tidak mau membantu mengajari ketika saya bertanya kepadanya
12 Setiap hari saya meluangkan waktu untuk mengulang pelajaran dirumah
13 Saya tidak malu meminta tolong kepada teman yang lebih pintar untuk mengajari materi yang sulit dipahami
14 Saya mendapatkan nilai yang buruk pada pelajaran-pelajaran yang tidak saya sukai
15 Saya kewalahan mengerjakan PR yang terlalu banyak 16 Berkelompok dengan teman-teman yang tidak mau mengerjakan
tugas membuat saya ikut-ikutan malas mengerjakan
17 Permasalahan yang saya alami di sekolah membuat saya tidak bersemangat melakukan apapun
18 Walaupun sedang banyak tugas sekolah saya tetap membantu apabila dimintai tolong oleh orangtua
19 Beberapa pelajaran yang sulit saya pahami membuat saya meragukan kemampuan saya mencapai cita-cita
20 Saya sulit berkonsentrasi mengerjakan satu tugas jika ada tugas lain yang belum saya kerjakan
21 Saya takut bertanya kepada guru ketika ada materi pelajaran yang tidak saya mengerti
22 Saat ada teman kelompok tidak mau membantu mengerjakan tugas kelompok, saya tetap menyelesaikan tugas itu tepat waktu
23 Mengulang-ulang mempelajari materi yang sulit hanya membuat saya semakin bingung dan membuang-buang waktu saja
24 Saya tak akan menonton TV sebelum menyelesaikan tugas
35
sekolah 25 Saya mencontek untuk memperbaiki nilai-nilai saya yang rendah 26 Sampai kapanpun saya tidak akan mampu menunjukkan prestasi
yang baik
27 Saya mudah marah saat kepikiran tugas-tugas sekolah yang belum selesai
28 Saya merasa tidak percaya diri ketika melaksanakan ujian 29 Saya mudah mendapatkan ide untuk menyelesaikan tugas
sekolah
30 Boleh mencontek jawaban teman jika soal ujian terlalu sulit 31 Banyaknya tugas sekolah membuat saya berhenti dari
ekstrakulikuler yang saya ikuti
32 Saya jarang ikut membantu teman mengerjakan tugas kelompok 33 Saat waktu ujian sebentar lagi berakhir saya mudah panik ketika
banyak soal ujian yang belum saya kerjakan
34 Saya mudah stress jika sekelompok dengan teman-teman yang tidak mau mengerjakan tugas
35 Saya menyempatkan mempelajari materi terlebih dahulu sebelum guru menjelaskannya dikelas
36 Ketika ujian remedial saya tetap serius belajar meski saya tahu setinggi apapun nilai ujian remedial, guru tetap akan memberikan nilai standar.
37 Dengan kondisi saya saat ini saya ragu untuk bisa lulus SMP dengan nilai yang baik
38 Saya mempelajari materi ujian satu persatu secara berurutan agar lebih mudah memahami
39 Nilai-nilai saya tetap baik meskipun saya memiliki masalah dengan teman
40 Saya mencari cara lain untuk mempelajari materi jika penjelasan yang disampaikan guru sulit dimengerti
41 Walaupun bosan, saya tetap mengulang-ulang mempelajari materi sampai saya mengerti
42 Saya menyusun jadwal belajar saya agar dapat menyelesaikan tugas tepat waktu
43 Gugup membuat saya tidak dapat mengerjakan soal ujian dengan baik
44 Saya mengingat-ingat dengan baik apa yang sudah saya pelajari sebelum menuliskan jawaban pada lembar ujian
45 Saya yakin bahwa saya mempunyai kemampuan yang sama dengan yang lain untuk memahami materi
46 Saya membolos ekstrakulikuler ketika saya memiliki PR yang harus dikerjakan
47 Saya gampang menyerah ketika mengerjakan soal yang susah 48 Saya tidak berhenti mengerjakan soal sebelum menemukan
jawaban yang benar
49 Saya tidak merasa khawatir jika tidak bisa mengerjakan PR yang sulit karena saya bisa menyalin jawaban teman yang sudah
36
selesai 50 Saat saya mendapatkan nilai ujian yang tinggi itu hanya
keberuntungan saja
51 Semangat saya hancur saat saya mengetahui tugas yang harus saya kerjakan bertumpuk-tumpuk
52 Saya tetap aktif mengikuti ekstrakulikuler meskipun tugas sekolah saya banyak
53 Saya tetap mengerjakan PR sekalipun sedang sakit 54 Saya tidak pernah belajar dengan serius karena saya merasa
hasilnya sama saja
55 Setiap ujian saya tidak peduli dengan nilai yang saya dapatkan
37
Skala Try out Perilaku Menyontek
PETUNJUK PENGISIAN 2
1. Baca dan pahami setiap pernyataan yang ada 2. Kemudian pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri teman-teman
dengan memberi tanda centang (√) pada kolom yang telah disediakan 3. Pilihan jawabannya adalah:
SS : Sangat Sesuai TS : Tidak Sesuai S : Sesuai STS : Sangat Tidak Sesuai
4. Apabila ingin memperbaii jawaban, berilah tanda samadengan (=) pada pilihan jawaban yang alah, kemudian beri tanda centang (√)pada pilihan jawaban yang baru.
5. Contoh Pengisian: No Pernyataan SS S TS STS 1 Saya memiliki kode-kode rahasia dengan teman
untuk saling bertukar jawaban saat ujian √
*Ket: Apabila anda memberikan tanda centang (√) pada kolom TS, maka berarti Anda merasa pernyataan ‘Saya memiliki kode-kode rahasia dengan teman untuk saling bertukar jawaban saat ujian’, tidak sesuai dengan diri anda
6. Jawablah secara jujur karena tidak ada jawaban yang salah.
7.Sebelum anda menyerahkan lembar ini, harap diperiksa kembali agar tidak ada pernyataan yang terlewat.
8. Selamat Mengerjakan, Good Luck
NO PERNYATAAN SS S TS STS 1 Saya memiliki kode-kode rahasia dengan teman untuk saling
bertukar jawaban saat ujian
2 Saat mengerjakan tugas saya mengerjakan soal yang mudah saja sedangkan jawaban soal yang sulit saya salin dari teman saya yang sudah mengerjakan
3 Saat ujian saya tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mencontek ketika tidak ada teman yang menegur dan pengawas yang melihat
4 Saya menjawab sebagian besar soal ujian karena jawabannya diberitahu oleh teman
5 Saya mengirim dan menerima SMS yang berisi jawaban kepada teman
6 Saya segera keluar ruangan apabila selesai mengerjakan ujian agar tidak dicontek teman
7 Saya mencari tahu soal ulangan harian yang sudah dilaksanakan teman saya yang berada dikelas lain
8 Saya memilih kursi ditempat khusus untuk memudahkan saya bertukar jawaban dengan teman
9 Lebih baik membiarkan jawaban yang kosong daripada melihat
38
jawaban teman 10 Saat ujian saya berani membuka buku pelajaran untuk melihat
jawaban
11 Saya membuat catatan dalam bentuk kertas kecil ketika ulangan
12 Walaupun pengawas lengah saya tetap mengerjakan soal ujian sendiri sesuai dengan kemampuan saya
13 Saya pura-pura tidak mendengar saat ada teman yang meminta jawaban ketika ujian
14 Saya mentraktir teman agar dia mau memberikan saya jawaban
15 Saat mengerjakan tugas saya mencari jawaban di internet tanpa menuliskan daftar pustakanya
16 Sebelum ujian saya lebih suka menghafal materi pelajaran daripada membuat catatan kecil untuk disalin saat ujian berlangsung
17 Teman saya bersedia mengerjakan tugas saya apabila saya meminta tolong padanya
18 Saat saya mengetahui jawaban saya berbeda dengan teman, saya tetap menggunakan jawaban saya sendiri
19 Saat teman menawarkan bocoran jawaban saya menolak
20 Saat saya sulit menjawab soal ujian saya segera melihat jawaban teman yang tidak sengaja terbuka
21 Saya mencari posisi yang memungkinkan saya untukmencontek
22 Saya menutup kertas ujian saya agar tidak dilihat oleh orang lain
23 Sebelum ujian saya mempersiapkan buku dibawah meja untuk membantu saya menjawab soal ujian
24 Saya tidak menggunakan contekan yang saya buat meskipun ada kesempatan untuk menggunakannya
25 Saat ujian saya sering melihat dan segera mencatat jawaban teman tanpa sepengetahuan teman saya
26 Saya melaporkan teman yang mencontek jawaban saya
27 Saya segera memasukkan buku, catatan, HP, Kalkulator sebelum ujian dimulai
28 Saya memperbolehkan teman saya melihat dan menyalin jawaban saya ketika teman memintanya
29 Jarak kursi yang dekat membuat saya semakin leluasa untuk melihat jawaban teman ketika ujian
30 Saya membiarkan jawaban ujian saya terbuka agar dapat dilihat oleh teman saya
31 Saya menyelesaikan semua soal ujian tanpa bantuan teman saya
32 Saya meminjam buku PR milik teman yang sudah dia kerjakan untuk saya salin jawabannya.
33 Saat ujian saya sering menebak-nebak yang tidak saya ketahui daripada mengintip jawaban orang lain
39
Blue Print Skala Penelitian Adversity Quotient
ASPEK INDIKATOR NO ITEM JUMLAH FAVORABLE UNFAVORABLE
CONTROL 1. Fokus pada apa yang bisa mereka lakukan untuk menghadapi kemalangan bukan berfokus dan mengeluh tentang hal-hal diluar kendali mereka
7,15 9
3
2. Mempertahankan sikap bisa-melakukan bahkan ketika menghadapi tantangan yang luar biasa
1, 29 2
3. Mencari dukungan dari orang lain saat saat menangani masalah atau tantangan yang berada diluar kendali mereka
3,13 2
4. Mampu beradaptasi pada kesulitan, bertindak dengan hati-hati, melibatkan diri secara aktif dalam bertindak mengatasi masalah
24, 28 16 3
ORIGIN & OWNERSHIP
1. Bertanggungjawab pada semua kesalahan yang ia buat
2, 22 30, 33 4
40
2. Mengambil kepemilikan (merasa memiliki) untuk menyelesaian masalah bahkan jika bukan ia yang menyebabkan masalah-masalah yang ada
4 8, 20 3
3. Jelas dan objektif dalam mengevaluasi siapa dan apa yang menyebabkan masalah
21 6 2
REACH 1. Masih bisa memberikan perhatian penuh dan energi mereka pada area kehidupan mereka lainnya yang tidak terpengaruh oleh kemalangan yang dihadapi
11 1
2. Mengelola kesulitan sehingga tidak berdampak negatif untuk kehidupan pribadinya (profesional)
5, 18 2
3. Tidak mengabaikan peran dan tanggungjawab lainnya yang penting untuk dilakukan selama periode kesulitan berlangsung
12, 25 2
4. Optimis 31,32 2
41
ENDURANCE 1. Menunjukkan ketekunan dan ketahanan ketika berada di kondisi yang suram atau membosankan
26,27 2
2. Tetap berharap bahwa kemalangan yang dihadapi pada akhirnya akan teratasi
10,14 2
3. Percaya diri 17,19,23 3
TOTAL 12 21 33
Blue Print Skala Penelitian Perilaku Menyontek
NO KATEGORI NO ITEM JUMLAH FAVORABLE UNFAVORABLE
1 Giving(memberi)informasi yang tidak diperbolehkan
15, 27 13, 22 4
Taking (mengambil)informasi yang tidak diperbolehkan
25 9, 18 3
Receiving (menerima) informasi yang tidak diperbolehkan
1, 4 19, 14 4
2 Menggunakan bahan terlarang (HP, catatan, buku, kalkultor, dll)
5, 10, 11, 23, 6, 16 6
3 Memanfaatkan kelemahan seseorang, prosedur atau proses untuk memperoleh keuntungan
a) Plagiat 2, 7 - 2 b) Menggunakan
kelemahan seseorang atau prosedur
3, 8, 20, 21, 24 12, 26 7
c) Menggunakan jasa oranglain
17 - 1
Total 17 10 27
42
Skala Penelitian Adversity Quotient
Skala Penelitian
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM Assalamualaikum. Wr. Wb Dalam rangka menyelesaikan studi S1, Saya Rahma Fitrah Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang angkatan tahun 2012 sedang melakukan penelitian. Oleh karena itu saya mengharapkan bantuan saudara/i untuk dapat bekerja sama memberikan keterangan dan penilaian pada penyataan-pernyataan yang ada dibawah ini yang berdasarkan diri teman-teman. Semua keterangan dan jawaban yang saudara/i berikan akan dijamin kerahasiaannya dan digunakan sebaik-baiknya hanya untuk kepentingan penelitian ini. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kerjasama yang baik ini
Peneliti
Rahma Fitrah (081348180165) Nama/ Inisial : Usia : Kelas : Jenis Kelamin : L / P (Lingkari salah satu)
PETUNJUK PENGISIAN 1
1. Baca dan pahami setiap pernyataan yang ada 2. Kemudian pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri teman-
teman dengan memberi tanda centang (√) pada kolom yang telah disediakan 3. Pilihan jawabannya adalah:
SS : Sangat Sesuai TS : Tidak Sesuai S : Sesuai STS : Sangat Tidak Sesuai
4. Apabila ingin memperbaiki atau mengganti jawaban, berilah tanda samadengan (=) pada pilihan jawaban yang salah, kemudian beri tanda centang (√)pada pilihan jawaban yang baru.
5. Contoh Pengisian: No Pernyataan SS S TS STS 1 Saya kewalahan mengerjakan PR yang terlalu
banyak √
*Ket: Apabila anda memberikan tanda centang (√) pada kolom S, maka berarti Anda merasa pernyataan ‘Saya kewalahan mengerjakan PR yang terlalu banyak’, sesuai dengan diri anda
6. Jawablah secara jujur karena tidak ada jawaban yang salah. 7. Sebelum anda menyerahkan lembar ini, harap diperiksa kembali agar tidak ada
pernyataan yang terlewat. 8. Selamat Mengerjakan, Good Luck
43
NO PERNYATAN SS S TS STS 1 Saya menjawab sembarangan soal ujian saat saya sudah lelah
berpikir
2 Saya belajar jauh-jauh hari sebelum ujian 3 Saat mengerjakan PR saya mengerjakan soal yang mudah saja,
sedangkan jawaban soal yang sulit saya salin dari teman saya
4 Mata pelajaran yang sulit membuat saya semakin giat belajar 5 Mempelajari materi pelajaran yang banyak disekolah membuat
saya mudah sakit
6 Nilai-nilai saya tinggi tapi saya merasa tidak banyak memahami pelajaran saya
7 Setiap hari saya meluangkan waktu untuk mengulang pelajaran dirumah
8 Saya mendapatkan nilai yang buruk pada pelajaran-pelajaran yang tidak saya sukai
9 Saya kewalahan mengerjakan PR yang terlalu banyak 10 Berkelompok dengan teman-teman yang tidak mau mengerjakan
tugas membuat saya ikut-ikutan malas mengerjakan
11 Permasalahan yang saya alami di sekolah membuat saya tidak bersemangat melakukan apapun
12 Walaupun sedang banyak tugas sekolah saya tetap membantu apabila dimintai tolong oleh orangtua
13 Saya takut bertanya kepada guru ketika ada materi pelajaran yang tidak saya mengerti
14
Mengulang-ulang mempelajari materi yang sulit hanya membuat saya semakin bingung dan membuang-buang waktu saja
15 Saya tak akan menonton TV sebelum menyelesaikan tugas sekolah
16 Saya mencontek untuk memperbaiki nilai-nilai saya yang rendah 17 Sampai kapanpun saya tidak akan mampu menunjukkan prestasi
yang baik
18 Saya mudah marah saat kepikiran tugas-tugas sekolah yang belum selesai
19 Saya merasa tidak percaya diri ketika melaksanakan ujian 20 Saya jarang ikut membantu teman mengerjakan tugas kelompok 21 Saya menyempatkan mempelajari materi terlebih dahulu
sebelum guru menjelaskannya dikelas
22 Ketika ujian remedial saya tetap serius belajar meski saya tahu setinggi apapun nilai ujian remedial, guru tetap akan memberikan nilai standar.
23 Dengan kondisi saya saat ini saya ragu untuk bisa lulus SMP dengan nilai yang baik
24 Saya mempelajari materi ujian satu persatu secara berurutan agar lebih mudah memahami
25 Nilai-nilai saya tetap baik meskipun saya memiliki masalah dengan teman
26 Saya mencari cara lain untuk mempelajari materi jika penjelasan
44
yang disampaikan guru sulit dimengerti 27 Walaupun bosan, saya tetap mengulang-ulang mempelajari
materi sampai saya mengerti
28 Saya mengingat-ingat dengan baik apa yang sudah saya pelajari sebelum menuliskan jawaban pada lembar ujian
29 Saya gampang menyerah ketika mengerjakan soal yang susah 30 Saya tidak merasa khawatir jika tidak bisa mengerjakan PR yang
sulit karena saya bisa menyalin jawaban teman yang sudah selesai
31 Semangat saya hancur saat saya mengetahui tugas yang harus saya kerjakan bertumpuk-tumpuk
32 Saya tidak pernah belajar dengan serius karena saya merasa hasilnya sama saja
33 Setiap ujian saya tidak peduli dengan nilai yang saya dapatkan
45
Skala Penelitian Perilaku Menyontek
PETUNJUK PENGISIAN 2 1. Baca dan pahami setiap pernyataan yang ada 2. Kemudian pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri teman-teman
dengan memberi tanda centang (√) pada kolom yang telah disediakan 3. Pilihan jawabannya adalah:
SS : Sangat Sesuai TS : Tidak Sesuai S : Sesuai STS : Sangat Tidak Sesuai
4. Apabila ingin memperbaiki jawaban, berilah tanda samadengan (=) pada pilihan jawaban yang salah, kemudian beri tanda centang (√)pada pilihan jawaban yang baru.
5. Contoh Pengisian: No Pernyataan SS S TS STS 1 Saya menjawab sebagian besar soal ujian karena
jawabannya diberitahu oleh teman √
*Ket: Apabila anda memberikan tanda centang (√) pada kolom TS, maka berarti Anda merasa pernyataan ‘Saya menjawab sebagian besar soal ujian karena jawabannya diberitahu oleh teman, tidak sesuai dengan diri anda
6. Jawablah secara jujur karena tidak ada jawaban yang salah. 7. Sebelum anda menyerahkan lembar ini, harap diperiksa kembali agar tidak ada
pernyataan yang terlewat. 8. Selamat Mengerjakan, Good Luck
NO PERNYATAAN SS S TS STS 1 Saya memiliki kode-kode rahasia dengan teman untuk saling
bertukar jawaban saat ujian
2 Saat mengerjakan tugas saya mengerjakan soal yang mudah saja sedangkan jawaban soal yang sulit saya salin dari teman saya yang sudah mengerjakan
3 Saat ujian saya tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mencontek ketika tidak ada teman yang menegur dan pengawas yang melihat
4 Saya menjawab sebagian besar soal ujian karena jawabannya diberitahu oleh teman
5 Saya mengirim dan menerima SMS yang berisi jawaban kepada teman
6 Saat ujian saya sering menebak-nebak yang tidak saya ketahui daripada mengintip jawaban orang lain
7 Saya meminjam buku PR milik teman yang sudah dia kerjakan untuk saya salin jawabannya.
8 Saya memilih kursi ditempat khusus untuk memudahkan saya bertukar jawaban dengan teman
46
9 Lebih baik membiarkan jawaban yang kosong daripada melihat jawaban teman
10 Saat ujian saya berani membuka buku pelajaran untuk melihat jawaban
11 Saya membuat catatan dalam bentuk kertas kecil ketika ulangan
12 Walaupun pengawas lengah saya tetap mengerjakan soal ujian sendiri sesuai dengan kemampuan saya
13 Saya pura-pura tidak mendengar saat ada teman yang meminta jawaban ketika ujian
14 Saya menyelesaikan semua soal ujian tanpa bantuan teman saya
15 Saya membiarkan jawaban ujian saya terbuka agar dapat dilihat oleh teman saya
16 Sebelum ujian saya lebih suka menghafal materi pelajaran daripada membuat catatan kecil untuk disalin saat ujian berlangsung
17 Teman saya bersedia mengerjakan tugas saya apabila saya meminta tolong padanya
18 Saat saya mengetahui jawaban saya berbeda dengan teman, saya tetap menggunakan jawaban saya sendiri
19 Saat teman menawarkan bocoran jawaban saya menolak
20 Saat saya sulit menjawab soal ujian saya segera melihat jawaban teman yang tidak sengaja terbuka
21 Saya mencari posisi yang memungkinkan saya untukmencontek
22 Saya menutup kertas ujian saya agar tidak dilihat oleh orang lain
23 Sebelum ujian saya mempersiapkan buku dibawah meja untuk membantu saya menjawab soal ujian
24 Jarak kursi yang dekat membuat saya semakin leluasa untuk melihat jawaban teman ketika ujian
25 Saat ujian saya sering melihat dan segera mencatat jawaban teman tanpa sepengetahuan teman saya
26 Saya melaporkan teman yang mencontek jawaban saya
27 Saya memperbolehkan teman saya melihat dan menyalin jawaban saya ketika teman memintanya
Malang, 12 Desember 2015
Terima Kasih dan Semoga Sukses
47
DATA KASAR ADVERSITY QUOTIENT
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
53
53
54
DATA KASAR PERILAKU MENYONTEK
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
61
Uji Validitas dan Reliabilitas skala Try Out
Adversity Quotient Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 111 88,8
Excludeda 14 11,2
Total 125 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,917 55
Item-Total Statistics Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item_1 160,63 287,835 ,279 ,917
Item_2 160,37 282,181 ,431 ,916
Item_3 160,35 284,375 ,373 ,916
Item_4 160,49 279,779 ,555 ,915
Item_5 160,77 288,545 ,209 ,918
Item_6 160,09 287,319 ,243 ,917
Item_7 160,49 281,361 ,540 ,915
Item_8 160,59 283,245 ,417 ,916
Item_9 160,37 282,362 ,447 ,916
Item_10 160,73 285,126 ,343 ,916
Item_11 160,12 287,050 ,303 ,917
Item_12 160,57 282,811 ,500 ,915
Item_13 160,08 288,457 ,190 ,918
Item_14 160,84 283,610 ,399 ,916
Item_15 161,15 283,404 ,393 ,916
Item_16 160,33 283,133 ,390 ,916
Item_17 160,63 278,908 ,543 ,915
Item_18 159,94 285,660 ,379 ,916
Item_19 160,54 283,869 ,365 ,916
Item_20 161,31 286,305 ,320 ,917
Item_21 160,48 284,324 ,387 ,916
Item_22 160,37 284,981 ,361 ,916
62
Item_23 160,28 281,458 ,477 ,915
Item_24 160,74 281,595 ,455 ,915
Item_25 160,25 284,172 ,414 ,916
Item_26 159,93 283,777 ,481 ,915
Item_27 160,82 282,113 ,446 ,916
Item_28 160,37 284,217 ,419 ,916
Item_29 160,47 287,051 ,366 ,916
Item_30 160,18 284,076 ,347 ,917
Item_31 160,41 288,680 ,161 ,918
Item_32 160,22 284,298 ,498 ,915
Item_33 161,14 289,936 ,114 ,919
Item_34 161,17 284,434 ,332 ,917
Item_35 160,66 284,354 ,447 ,916
Item_36 160,34 282,554 ,514 ,915
Item_37 160,23 282,031 ,447 ,916
Item_38 160,23 283,726 ,480 ,915
Item_39 160,49 287,107 ,314 ,917
Item_40 160,18 286,713 ,382 ,916
Item_41 160,51 278,234 ,638 ,914
Item_42 160,50 285,561 ,300 ,917
Item_43 160,91 282,628 ,357 ,917
Item_44 159,99 284,918 ,427 ,916
Item_45 160,26 288,886 ,199 ,918
Item_46 160,52 284,652 ,313 ,917
Item_47 160,49 277,125 ,613 ,914
Item_48 160,45 285,923 ,304 ,917
Item_49 160,50 279,143 ,587 ,914
Item_50 160,39 284,512 ,353 ,916
Item_51 160,65 277,648 ,635 ,914
Item_52 160,54 284,614 ,306 ,917
Item_53 160,68 286,000 ,309 ,917
Item_54 160,14 279,452 ,651 ,914
Item_55 160,00 282,364 ,473 ,915
Case Processing Summary N %
Cases
Valid 111 88,8
Excludeda 14 11,2
Total 125 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
63
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,921 48
Item-Total Statistics Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item_2 139,65 244,030 ,433 ,919
Item_3 139,63 246,181 ,370 ,920
Item_4 139,77 242,217 ,539 ,918
Item_7 139,77 243,363 ,539 ,918
Item_8 139,86 245,118 ,415 ,919
Item_9 139,65 244,175 ,450 ,919
Item_10 140,01 246,936 ,338 ,920
Item_11 139,40 248,805 ,294 ,920
Item_12 139,85 244,931 ,487 ,919
Item_14 140,12 245,559 ,393 ,920
Item_15 140,43 245,120 ,397 ,920
Item_16 139,61 244,985 ,389 ,920
Item_17 139,91 241,210 ,536 ,918
Item_18 139,22 247,116 ,390 ,920
Item_19 139,82 245,876 ,355 ,920
Item_20 140,59 248,118 ,310 ,920
Item_21 139,76 246,222 ,381 ,920
Item_22 139,65 246,648 ,363 ,920
Item_23 139,56 243,231 ,484 ,919
Item_24 140,02 243,400 ,460 ,919
Item_25 139,53 245,906 ,415 ,919
Item_26 139,21 245,475 ,486 ,919
Item_27 140,10 244,581 ,422 ,919
Item_28 139,65 245,539 ,440 ,919
Item_29 139,75 248,590 ,368 ,920
Item_30 139,46 245,978 ,341 ,920
Item_32 139,50 245,961 ,504 ,919
Item_34 140,45 246,141 ,333 ,920
Item_35 139,94 245,951 ,455 ,919
Item_36 139,62 244,456 ,513 ,919
Item_37 139,50 243,798 ,453 ,919
Item_38 139,51 245,398 ,487 ,919
Item_39 139,77 248,254 ,336 ,920
64
Item_40 139,46 248,323 ,381 ,920
Item_41 139,79 240,384 ,640 ,917
Item_42 139,77 247,085 ,306 ,921
Item_43 140,19 244,137 ,369 ,920
Item_44 139,27 246,508 ,433 ,919
Item_46 139,80 246,615 ,303 ,921
Item_47 139,77 239,163 ,622 ,917
Item_48 139,73 247,254 ,317 ,920
Item_49 139,77 240,940 ,602 ,918
Item_50 139,67 246,315 ,349 ,920
Item_51 139,93 239,686 ,644 ,917
Item_52 139,82 246,985 ,281 ,921
Item_53 139,96 247,235 ,326 ,920
Item_54 139,42 241,665 ,646 ,918
Item_55 139,28 244,530 ,460 ,919
Case Processing Summary N %
Cases
Valid 111 88,8
Excludeda 14 11,2
Total 125 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,921 46
Item-Total Statistics Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item_2 133,42 229,519 ,440 ,919
Item_3 133,41 231,861 ,366 ,920
Item_4 133,54 228,196 ,527 ,918
Item_7 133,54 229,014 ,540 ,918
Item_8 133,64 230,796 ,413 ,919
Item_9 133,42 229,919 ,446 ,919
Item_10 133,78 232,389 ,344 ,920
Item_12 133,62 230,637 ,484 ,918
65
Item_14 133,89 230,897 ,405 ,919
Item_15 134,21 230,711 ,398 ,919
Item_16 133,39 230,512 ,393 ,919
Item_17 133,68 226,872 ,540 ,918
Item_18 132,99 232,773 ,385 ,919
Item_19 133,59 231,607 ,349 ,920
Item_20 134,36 233,578 ,314 ,920
Item_21 133,53 231,833 ,380 ,919
Item_22 133,42 232,210 ,364 ,920
Item_23 133,33 228,642 ,496 ,918
Item_24 133,79 229,038 ,462 ,919
Item_25 133,31 231,451 ,418 ,919
Item_26 132,98 231,036 ,489 ,918
Item_27 133,87 230,202 ,423 ,919
Item_28 133,42 231,101 ,443 ,919
Item_29 133,52 234,252 ,360 ,920
Item_30 133,23 231,417 ,347 ,920
Item_32 133,27 231,563 ,504 ,918
Item_34 134,23 231,703 ,334 ,920
Item_35 133,71 231,589 ,453 ,919
Item_36 133,40 230,151 ,511 ,918
Item_37 133,28 229,512 ,451 ,919
Item_38 133,29 231,298 ,472 ,919
Item_39 133,54 233,869 ,331 ,920
Item_40 133,23 233,890 ,379 ,919
Item_41 133,57 226,248 ,635 ,917
Item_42 133,55 232,813 ,299 ,920
Item_43 133,96 229,762 ,370 ,920
Item_44 133,05 231,952 ,441 ,919
Item_46 133,58 232,774 ,280 ,921
Item_47 133,54 224,960 ,622 ,917
Item_48 133,50 232,780 ,319 ,920
Item_49 133,55 226,668 ,603 ,917
Item_50 133,44 231,776 ,355 ,920
Item_51 133,70 225,374 ,648 ,917
Item_53 133,74 232,758 ,328 ,920
Item_54 133,20 227,469 ,642 ,917
Item_55 133,05 230,052 ,466 ,919
Case Processing Summary N %
Cases Valid 111 88,8
66
Excludeda 14 11,2
Total 125 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,920 44
Item-Total Statistics Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Item_2 127,56 214,303 ,448 ,919
Item_3 127,54 216,905 ,358 ,920
Item_4 127,68 213,385 ,518 ,918
Item_7 127,68 213,967 ,541 ,918
Item_8 127,77 215,903 ,403 ,919
Item_9 127,56 214,903 ,444 ,919
Item_10 127,92 217,293 ,341 ,920
Item_12 127,76 215,840 ,468 ,919
Item_14 128,03 215,499 ,419 ,919
Item_15 128,34 215,700 ,394 ,919
Item_16 127,52 215,615 ,385 ,919
Item_17 127,82 212,113 ,531 ,918
Item_18 127,13 217,511 ,391 ,919
Item_19 127,73 216,272 ,359 ,920
Item_20 128,50 218,543 ,307 ,920
Item_21 127,67 216,515 ,389 ,919
Item_22 127,56 216,940 ,370 ,919
Item_23 127,47 213,506 ,502 ,918
Item_24 127,93 213,977 ,463 ,919
Item_25 127,44 216,322 ,419 ,919
Item_26 127,12 215,886 ,493 ,918
Item_27 128,01 215,064 ,426 ,919
Item_28 127,56 215,649 ,461 ,919
Item_29 127,66 219,136 ,355 ,920
Item_30 127,37 216,235 ,350 ,920
Item_32 127,41 216,298 ,513 ,918
Item_34 128,36 216,560 ,335 ,920
Item_35 127,85 216,658 ,443 ,919
67
Item_36 127,53 215,233 ,503 ,918
Item_37 127,41 214,409 ,453 ,919
Item_38 127,42 216,374 ,462 ,919
Item_39 127,68 218,639 ,334 ,920
Item_40 127,37 218,544 ,389 ,919
Item_41 127,70 211,393 ,631 ,917
Item_43 128,10 214,872 ,363 ,920
Item_44 127,18 216,767 ,444 ,919
Item_47 127,68 210,039 ,624 ,917
Item_48 127,64 217,833 ,309 ,920
Item_49 127,68 211,818 ,598 ,917
Item_50 127,58 216,428 ,365 ,920
Item_51 127,84 210,573 ,643 ,917
Item_53 127,87 217,820 ,317 ,920
Item_54 127,33 212,261 ,654 ,917
Item_55 127,19 214,700 ,480 ,918
68
Perilaku Menyontek
Case Processing Summary N %
Cases Valid 111 88,8 Excludeda 14 11,2 Total 125 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
,904 33
Item-Total Statistics Scale Mean
if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted ITEM_1 57,49 137,270 ,535 ,900 ITEM_2 57,43 138,175 ,519 ,900 ITEM_3 57,61 138,349 ,521 ,900 ITEM_4 57,78 139,189 ,598 ,899 ITEM_5 57,97 139,645 ,589 ,899 ITEM_6 56,95 144,516 ,159 ,906 ITEM_7 57,11 143,188 ,224 ,905 ITEM_8 57,73 139,835 ,529 ,900 ITEM_9 57,28 137,367 ,572 ,899 ITEM_10 57,95 139,052 ,593 ,899 ITEM_11 57,94 142,841 ,372 ,902 ITEM_12 57,71 134,789 ,791 ,896 ITEM_13 57,26 141,595 ,310 ,903 ITEM_14 57,78 143,280 ,223 ,905 ITEM_15 56,94 144,987 ,140 ,906 ITEM_16 57,71 141,262 ,424 ,901 ITEM_17 57,41 139,298 ,492 ,900 ITEM_18 57,65 141,394 ,459 ,901 ITEM_19 57,42 138,537 ,494 ,900 ITEM_20 57,39 137,385 ,606 ,899 ITEM_21 57,73 137,763 ,640 ,898 ITEM_22 57,59 139,918 ,421 ,902 ITEM_23 57,90 140,326 ,510 ,900
69
ITEM_24 57,15 142,658 ,180 ,908 ITEM_25 57,61 140,330 ,470 ,901 ITEM_26 56,86 141,052 ,348 ,903 ITEM_27 57,43 140,957 ,265 ,905 ITEM_28 57,61 136,494 ,619 ,898 ITEM_29 57,58 137,592 ,646 ,898 ITEM_30 57,68 139,948 ,493 ,900 ITEM_31 57,48 136,888 ,576 ,899 ITEM_32 57,15 137,513 ,597 ,899 ITEM_33 57,52 140,706 ,404 ,902
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 111 88,8 Excludeda 14 11,2 Total 125 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
,920 27
Item-Total Statistics Scale Mean
if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted ITEM_1 45,02 109,054 ,559 ,916 ITEM_2 44,96 109,526 ,567 ,916 ITEM_3 45,14 109,815 ,561 ,916 ITEM_4 45,32 111,291 ,590 ,916 ITEM_5 45,50 111,670 ,584 ,916 ITEM_8 45,26 111,595 ,542 ,917 ITEM_9 44,81 109,391 ,582 ,916 ITEM_10 45,48 111,161 ,586 ,916 ITEM_11 45,47 114,251 ,390 ,919 ITEM_12 45,24 107,295 ,790 ,913 ITEM_13 44,79 113,275 ,312 ,921 ITEM_16 45,24 112,931 ,432 ,918 ITEM_17 44,94 111,532 ,475 ,918
70
ITEM_18 45,18 112,985 ,474 ,918 ITEM_19 44,95 110,462 ,502 ,917 ITEM_20 44,92 109,584 ,605 ,916 ITEM_21 45,26 109,740 ,654 ,915 ITEM_22 45,12 112,086 ,404 ,919 ITEM_23 45,43 112,211 ,510 ,917 ITEM_25 45,14 112,652 ,437 ,918 ITEM_26 44,39 112,821 ,349 ,920 ITEM_28 45,14 109,234 ,589 ,916 ITEM_29 45,11 109,443 ,670 ,915 ITEM_30 45,21 111,493 ,520 ,917 ITEM_31 45,01 109,245 ,568 ,916 ITEM_32 44,68 109,691 ,597 ,916 ITEM_33 45,05 112,633 ,397 ,919
71
HASIL ANALISA DATA
72
Uji Normalitas
Variables Entered/Removeda
Model Variables
Entered
Variables
Removed
Method
1 AQb . Enter
a. Dependent Variable: MENCONTEK
b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,536a ,288 ,284 9,332
a. Predictors: (Constant), AQ
b. Dependent Variable: MENCONTEK
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 6258,475 1 6258,475 71,858 ,000b
Residual 15502,919 178 87,095
Total 21761,394 179
a. Dependent Variable: MENCONTEK
b. Predictors: (Constant), AQ
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 102,241 6,636 15,406 ,000
AQ -,563 ,066 -,536 -8,477 ,000
a. Dependent Variable: MENCONTEK
Residuals Statisticsa Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 32,95 59,99 46,29 5,913 180
Residual -23,357 35,700 ,000 9,306 180
Std. Predicted Value -2,257 2,316 ,000 1,000 180
Std. Residual -2,503 3,825 ,000 ,997 180
a. Dependent Variable: MENCONTEK
73
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 180
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 9,30636816
Most Extreme Differences
Absolute ,051
Positive ,050
Negative -,051
Kolmogorov-Smirnov Z ,679
Asymp. Sig. (2-tailed) ,746
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
74
Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
VARIABEL Levene Statistic df1 df2 Sig.
,079 1 358 ,778
ANOVA
VARIABEL Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 252969,025 1 252969,025 2183,187 ,000
Within Groups 41481,972 358 115,871 Total 294450,997 359
75
Data demografi
Statistics JK KELAS
N Valid 180 180
Missing 0 0
Mean 1,34 Median 1,00 Mode 1 Std. Deviation ,477 Variance ,227 Minimum 1 Maximum 2
Percentiles
25 1,00
50 1,00
75 2,00
JK Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
P 118 65,6 65,6 65,6
L 62 34,4 34,4 100,0
Total 180 100,0 100,0
76
KELAS Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
7A 29 16,1 16,1 16,1
7J 32 17,8 17,8 33,9
8B 30 16,7 16,7 50,6
8I 28 15,6 15,6 66,1
9C 29 16,1 16,1 82,2
9I 32 17,8 17,8 100,0
Total 180 100,0 100,0
77
Zscore AQ dan Mencontek
Statistics Zscore(AQ) Zscore(MENCO
NTEK)
N Valid 180 180
Missing 0 0
Mean ,0000000 ,0000000
Median -,0772764 -,0267046
Mode -,12491a -,66157a
Std. Deviation 1,00000000 1,00000000
Variance 1,000 1,000
Minimum -2,31618 -1,74991
Maximum 2,25690 4,32665
Percentiles
25 -,6965464 -,7522643
50 -,0772764 -,0267046
75 ,7325382 ,6988551
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Zscore(AQ) Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
-2,31618 1 ,6 ,6 ,6
-2,03036 1 ,6 ,6 1,1
-1,93509 1 ,6 ,6 1,7
-1,83981 1 ,6 ,6 2,2
-1,74454 3 1,7 1,7 3,9
-1,64927 6 3,3 3,3 7,2
-1,55400 1 ,6 ,6 7,8
-1,45872 4 2,2 2,2 10,0
-1,36345 3 1,7 1,7 11,7
-1,26818 4 2,2 2,2 13,9
-1,17291 5 2,8 2,8 16,7
-1,07764 1 ,6 ,6 17,2
-,98236 5 2,8 2,8 20,0
-,88709 4 2,2 2,2 22,2
-,79182 3 1,7 1,7 23,9
-,69655 6 3,3 3,3 27,2
-,60127 3 1,7 1,7 28,9
-,50600 5 2,8 2,8 31,7
-,41073 7 3,9 3,9 35,6
-,31546 6 3,3 3,3 38,9
78
-,22018 9 5,0 5,0 43,9
-,12491 11 6,1 6,1 50,0
-,02964 1 ,6 ,6 50,6
,06563 6 3,3 3,3 53,9
,16090 4 2,2 2,2 56,1
,25618 5 2,8 2,8 58,9
,35145 4 2,2 2,2 61,1
,44672 9 5,0 5,0 66,1
,54199 11 6,1 6,1 72,2
,63727 4 2,2 2,2 74,4
,73254 5 2,8 2,8 77,2
,82781 5 2,8 2,8 80,0
,92308 3 1,7 1,7 81,7
1,01836 5 2,8 2,8 84,4
1,11363 2 1,1 1,1 85,6
1,20890 5 2,8 2,8 88,3
1,30417 4 2,2 2,2 90,6
1,39944 4 2,2 2,2 92,8
1,49472 4 2,2 2,2 95,0
1,58999 1 ,6 ,6 95,6
1,68526 1 ,6 ,6 96,1
1,78053 3 1,7 1,7 97,8
1,97108 1 ,6 ,6 98,3
2,16162 1 ,6 ,6 98,9
2,25690 2 1,1 1,1 100,0
Total 180 100,0 100,0
Zscore(MENCONTEK) Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
-1,74991 1 ,6 ,6 ,6
-1,56852 3 1,7 1,7 2,2
-1,47782 1 ,6 ,6 2,8
-1,38713 5 2,8 2,8 5,6
-1,29643 6 3,3 3,3 8,9
-1,20574 7 3,9 3,9 12,8
-1,11504 5 2,8 2,8 15,6
-1,02435 7 3,9 3,9 19,4
-,93365 4 2,2 2,2 21,7
-,84296 5 2,8 2,8 24,4
79
-,75226 8 4,4 4,4 28,9
-,66157 9 5,0 5,0 33,9
-,57087 4 2,2 2,2 36,1
-,48018 3 1,7 1,7 37,8
-,38948 4 2,2 2,2 40,0
-,29879 3 1,7 1,7 41,7
-,20809 5 2,8 2,8 44,4
-,11740 9 5,0 5,0 49,4
-,02670 6 3,3 3,3 52,8
,06399 9 5,0 5,0 57,8
,15469 6 3,3 3,3 61,1
,24538 5 2,8 2,8 63,9
,33608 3 1,7 1,7 65,6
,42677 3 1,7 1,7 67,2
,51747 9 5,0 5,0 72,2
,60816 4 2,2 2,2 74,4
,69886 5 2,8 2,8 77,2
,78955 6 3,3 3,3 80,6
,88024 4 2,2 2,2 82,8
,97094 4 2,2 2,2 85,0
1,06163 5 2,8 2,8 87,8
1,15233 3 1,7 1,7 89,4
1,24302 2 1,1 1,1 90,6
1,33372 2 1,1 1,1 91,7
1,42441 3 1,7 1,7 93,3
1,60580 2 1,1 1,1 94,4
1,69650 2 1,1 1,1 95,6
1,78719 1 ,6 ,6 96,1
1,96858 1 ,6 ,6 96,7
2,05928 1 ,6 ,6 97,2
2,33136 2 1,1 1,1 98,3
2,42206 2 1,1 1,1 99,4
4,32665 1 ,6 ,6 100,0
Total 180 100,0 100,0
Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Zscore(AQ) 180 -2,31618 2,25690 ,0000000 1,00000000
Zscore(MENCONTEK) 180 -1,74991 4,32665 ,0000000 1,00000000
Valid N (listwise) 180
80
Tscore AdversityQuotient dan Perilaku Menyontek dan Katagori
SUBJEK AQ MENYONTEK KATAGORI
AQ KATAGORI
MENYONTEK 1 52,56 43,38 Sedang Rendah 2 49,7 55,17 Sedang Sedang 3 45,89 53,36 Sedang Sedang 4 63,04 37,94 Tinggi Rendah 5 64,95 43,38 Tinggi Rendah 6 47,8 56,08 Sedang Sedang 7 33,51 70,59 Rendah Sedang 8 58,28 42,48 Tinggi Rendah 9 46,85 54,27 Sedang Sedang 10 60,18 42,48 Tinggi Rendah 11 53,51 55,17 Sedang Sedang 12 66,85 37,94 Tinggi Rendah 13 56,37 35,22 Sedang Rendah 14 54,47 53,36 Sedang Sedang 15 60,18 48,83 Tinggi Rendah 16 35,41 56,99 Rendah Sedang 17 35,41 58,8 Rendah Sedang 18 42,08 47,92 Rendah Rendah 19 72,57 38,85 Tinggi Rendah 20 54,47 52,45 Sedang Rendah 21 48,75 36,13 Sedang Rendah 22 67,81 56,08 Tinggi Sedang 23 41,13 50,64 Rendah Rendah 24 63,99 37,04 Tinggi Rendah 25 48,75 48,83 Sedang Rendah 26 59,23 39,76 Tinggi Rendah 27 43,99 58,8 Sedang Sedang 28 55,42 39,76 Sedang Rendah 29 56,37 47,01 Sedang Rendah 30 63,99 43,38 Tinggi Rendah 31 55,42 44,29 Sedang Rendah 32 38,27 55,17 Rendah Sedang 33 42,08 52,45 Rendah Rendah 34 48,75 36,13 Sedang Rendah 35 55,42 44,29 Sedang Rendah 36 55,42 37,04 Sedang Rendah 37 57,33 48,83 Tinggi Rendah 38 59,23 38,85 Tinggi Rendah 39 36,37 66,96 Rendah Sedang
81
40 48,75 46,11 Sedang Rendah 41 47,8 55,17 Sedang Sedang 42 38,27 49,73 Rendah Rendah 43 56,37 46,11 Sedang Rendah 44 53,51 53,36 Sedang Sedang 45 51,61 56,99 Sedang Sedang 46 50,66 47,92 Sedang Rendah 47 55,42 49,73 Sedang Rendah 48 48,75 45,2 Sedang Rendah 49 37,32 61,52 Rendah Sedang 50 57,33 51,55 Tinggi Rendah 51 55,42 41,57 Sedang Rendah 52 71,62 41,57 Tinggi Rendah 53 62,09 42,48 Tinggi Rendah 54 67,81 32,5 Tinggi Rendah 55 63,04 37,04 Tinggi Rendah 56 41,13 37,04 Rendah Rendah 57 47,8 56,08 Sedang Sedang 58 38,27 40,66 Rendah Rendah 59 43,03 48,83 Sedang Rendah 60 58,28 41,57 Tinggi Rendah 61 32,55 62,43 Rendah Sedang 62 67,81 41,57 Tinggi Rendah 63 60,18 37,04 Tinggi Rendah 64 46,85 55,17 Sedang Sedang 65 62,09 37,94 Tinggi Rendah 66 56,37 47,01 Sedang Rendah 67 54,47 50,64 Sedang Rendah 68 44,94 59,71 Sedang Sedang 69 65,9 41,57 Tinggi Rendah 70 51,61 43,38 Sedang Rendah 71 62,09 43,38 Tinggi Rendah 72 59,23 56,99 Tinggi Sedang 73 48,75 57,9 Sedang Sedang 74 55,42 50,64 Sedang Rendah 75 50,66 56,99 Sedang Sedang 76 58,28 43,38 Tinggi Rendah 77 47,8 47,92 Sedang Rendah 78 54,47 54,27 Sedang Sedang 79 54,47 52,45 Sedang Rendah 80 62,09 40,66 Tinggi Rendah 81 57,33 38,85 Tinggi Rendah 82 51,61 57,9 Sedang Sedang 83 55,42 46,11 Sedang Rendah
82
84 40,18 47,01 Rendah Rendah 85 33,51 60,62 Rendah Sedang 86 43,03 42,48 Sedang Rendah 87 47,8 55,17 Sedang Sedang 88 63,04 50,64 Tinggi Rendah 89 53,51 55,17 Sedang Sedang 90 58,28 42,48 Tinggi Rendah 91 50,66 44,29 Sedang Rendah 92 34,46 60,62 Rendah Sedang 93 55,42 39,76 Sedang Rendah 94 64,95 48,83 Tinggi Rendah 95 57,33 50,64 Tinggi Rendah 96 54,47 55,17 Sedang Sedang 97 53,51 49,73 Sedang Rendah 98 44,94 63,34 Sedang Sedang 99 50,66 59,71 Sedang Sedang
100 38,27 47,92 Rendah Rendah 101 45,89 60,62 Sedang Sedang 102 36,37 36,13 Rendah Rendah 103 43,99 73,31 Sedang Tinggi 104 55,42 48,83 Sedang Rendah 105 54,47 59,71 Sedang Sedang 106 29,7 93,27 Rendah Tinggi 107 37,32 36,13 Rendah Rendah 108 45,89 37,94 Sedang Rendah 109 52,56 57,9 Sedang Sedang 110 63,04 43,38 Tinggi Rendah 111 60,18 51,55 Tinggi Rendah 112 46,85 66,06 Sedang Sedang 113 43,03 74,22 Sedang Tinggi 114 41,13 63,34 Rendah Sedang 115 45,89 40,66 Sedang Rendah 116 60,18 37,04 Tinggi Rendah 117 63,99 34,31 Tinggi Rendah 118 69,71 42,48 Tinggi Rendah 119 33,51 47,92 Rendah Rendah 120 45,89 58,8 Sedang Sedang 121 47,8 54,27 Sedang Sedang 122 72,57 39,76 Tinggi Rendah 123 41,13 34,31 Rendah Rendah 124 52,56 49,73 Sedang Rendah 125 61,14 45,2 Tinggi Rendah 126 35,41 39,76 Rendah Rendah 127 33,51 60,62 Rendah Sedang
83
128 44,94 51,55 Sedang Rendah 129 40,18 37,94 Rendah Rendah 130 38,27 39,76 Rendah Rendah 131 62,09 48,83 Tinggi Rendah 132 42,08 44,29 Rendah Rendah 133 57,33 48,83 Tinggi Rendah 134 58,28 34,31 Tinggi Rendah 135 64,95 37,94 Tinggi Rendah 136 40,18 43,38 Rendah Rendah 137 43,03 49,73 Sedang Rendah 138 47,8 50,64 Sedang Rendah 139 54,47 40,66 Sedang Rendah 140 43,03 50,64 Sedang Rendah 141 35,41 57,9 Rendah Sedang 142 40,18 46,11 Rendah Rendah 143 46,85 45,2 Sedang Rendah 144 36,37 38,85 Rendah Rendah 145 43,03 39,76 Sedang Rendah 146 44,94 57,9 Sedang Sedang 147 64,95 42,48 Tinggi Rendah 148 52,56 48,83 Sedang Rendah 149 63,99 38,85 Tinggi Rendah 150 26,84 60,62 Rendah Sedang 151 43,99 43,38 Sedang Rendah 152 52,56 61,52 Sedang Sedang 153 32,55 74,22 Rendah Tinggi 154 39,22 61,52 Rendah Sedang 155 55,42 36,13 Sedang Rendah 156 47,8 56,08 Sedang Sedang 157 45,89 64,24 Sedang Sedang 158 48,75 51,55 Sedang Rendah 159 46,85 57,9 Sedang Sedang 160 51,61 64,24 Sedang Sedang 161 33,51 66,06 Rendah Sedang 162 44,94 56,99 Sedang Sedang 163 50,66 51,55 Sedang Rendah 164 32,55 69,69 Rendah Sedang 165 30,65 73,31 Rendah Tinggi 166 37,32 58,8 Rendah Sedang 167 37,32 64,24 Rendah Sedang 168 54,47 55,17 Sedang Sedang 169 47,8 50,64 Sedang Rendah 170 45,89 52,45 Sedang Rendah 171 31,6 66,96 Rendah Sedang
84
172 61,14 42,48 Tinggi Rendah 173 50,66 52,45 Sedang Rendah 174 48,75 50,64 Sedang Rendah 175 48,75 37,94 Sedang Rendah 176 46,85 59,71 Sedang Sedang 177 33,51 62,43 Rendah Sedang 178 40,18 67,87 Rendah Sedang 179 48,75 49,73 Sedang Rendah 180 48,75 51,55 Sedang Rendah
MAX 72,57 93,27 MIN 26,84 32,5 RANGE 45,73 60,77 KATAGORI 15,243 20,257
ADVERSITY QUOTIENT
26,84 - 42,08 Rendah 42,09 - 57,32 Sedang 57,33 - 72,57 Tinggi
PERILAKU MENYONTEK
32,5 - 52,75 Rendah 52,76 - 73, 02 Sedang 73,03 - 93,27 Tinggi
Katagorisasi Skor AQ dan Mencontek Berdasarkan Tscore
Katagorisasi Adversity Quotient
KATAGORI_AQ Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Rendah 43 23,9 23,9 23,9
Sedang 91 50,6 50,6 74,4
Tinggi 46 25,6 25,6 100,0
Total 180 100,0 100,0 Katagorisasi Menyontek
KATAGORI_MENCONTEK Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Rendah 115 63,9 63,9 63,9
Sedang 60 33,3 33,3 97,2
Tinggi 5 2,8 2,8 100,0
Total 180 100,0 100,0
85
Uji Korelasi Variables Entered/Removeda
Model Variables
Entered
Variables
Removed
Method
1 AQb . Enter
a. Dependent Variable: MENCONTEK
b. All requested variables entered.
Model Summary
Mo
del
R R
Squar
e
Adjust
ed R
Squar
e
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Chang
e
df1 df2 Sig. F
Change
1 ,536a ,288 ,284 9,332 ,288 71,858 1 178 ,000
a. Predictors: (Constant), AQ
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 6258,475 1 6258,475 71,858 ,000b
Residual 15502,919 178 87,095
Total 21761,394 179
a. Dependent Variable: MENCONTEK
b. Predictors: (Constant), AQ
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 102,241 6,636
15,406 ,000
AQ -,563 ,066 -,536 -8,477 ,000
a. Dependent Variable: MENCONTEK
Correlation
AQ MENCONTEK
AQ
Pearson Correlation 1 -,536**
Sig. (2-tailed)
,000
N 180 180
MENCONTEK
Pearson Correlation -,536** 1
Sig. (2-tailed) ,000
N 180 180
86
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Perhitungan Skor Mean dan Standar Deviasi Adversity Quotient dan Perilaku
Menyontek
Adversity Quotient Berdasarkan Jenis Kelamin
Group Statistics
JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
AQ P 118 99,97 11,109 1,023
L 62 98,06 9,176 1,165
Levene's Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
A
Q
Equal
variances
assumed
3,455 ,065 1,156 178 ,249 1,902 1,645 -1,344 5,147
Equal
variances not
assumed
1,227 145,990 ,222 1,902 1,550 -1,163 4,966
87
Adversity Quotient Berdasarkan Tingkatan Kelas Descriptives
AQ N Mean Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval
for Mean
Minimu
m
Maxim
um
Lower
Bound
Upper
Bound
KELAS-VII 61 101,52 10,406 1,332 98,86 104,19 81 123
KELAS-VIII 58 101,14 9,870 1,296 98,54 103,73 78 120
KELAS-IX 61 95,36 10,187 1,304 92,75 97,97 75 123
Total 180 99,31 10,496 ,782 97,77 100,85 75 123
ANOVA
AQ Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1444,403 2 722,201 6,994 ,001
Within Groups 18276,175 177 103,255 Total 19720,578 179
88
Adversity Quotient berdasarkan Kelompok Kelas
Group Statistics KELOMPO N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
AQ UNGGULAN 92 100,82 10,600 1,105
BIASA 88 97,74 10,211 1,088
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std.
Error
Differenc
e
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
AQ
Equal
variance
s
assumed
,688 ,408 1,98
2
178 ,049 3,077 1,552 ,013 6,140
Equal
variance
s not
assumed
1,98
3
177,9
90
,049 3,077 1,551 ,016 6,138
Menyontek berdasarkan Jenis Kelamin
Group Statistics JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
MENCONTEK P 118 44,79 11,542 1,063
L 62 49,16 9,407 1,195
89
Descriptives
MENCONTEK N Mean Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval
for Mean
Minimum Maximu
m
Lower
Bound
Upper Bound
KELAS-VII 61 43,79 9,329 1,195 41,40 46,18 27 69
KELAS-VIII 58 47,05 12,095 1,588 43,87 50,23 29 94
KELAS-IX 61 48,08 11,246 1,440 45,20 50,96 29 73
Total 180 46,29 11,026 ,822 44,67 47,92 27 94
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
MENC
ONTEK
Equal
variances
assumed
2,093 ,150 -
2,568
178 ,011 -4,373 1,703 -7,734 -1,012
Equal
variances
not
assumed
-
2,735
147,53
2
,007 -4,373 1,599 -7,533 -1,214
90
ANOVA
MENCONTEK Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 611,730 2 305,865 2,560 ,080
Within Groups 21149,664 177 119,490 Total 21761,394 179
Menyontek berdasarkan Kelompok Kelas
Group Statistics KELOMPO N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
MENCONTEK UNGGULAN 92 43,84 8,592 ,896
BIASA 88 48,86 12,643 1,348
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig.
(2-
tailed)
Mean
Differen
ce
Std.
Error
Differen
ce
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
MENCONTEK
Equal
variances
assumed
9,559 ,002 -3,132 178 ,002 -5,027 1,605 -8,194 -1,859
Equal
variances
not
assumed
-3,106 152,414 ,002 -5,027 1,618 -8,224 -1,829
91
Perhitungan Skor Mean Dan Standar Deviasi Adversity Quotient dan Perilaku Menyontek Berdasarkan
Kelas VII AQ & Perilaku Menyontek
Group Statistics
JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
AQ P 34 103,65 10,637 1,824
L 27 98,85 9,642 1,856
MENCONTEK P 34 40,94 9,085 1,558
L 27 47,37 8,495 1,635 Aspek-aspek AQ
Group Statistics
JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
C P 34 31,0588 3,70864 ,63603
L 27 28,5926 3,46698 ,66722
O P 34 30,9797 3,66768 ,62900
L 27 29,6704 3,15324 ,60684
R P 34 31,0082 3,94052 ,67579
L 27 30,1589 3,05196 ,58735
E P 34 32,8571 4,17653 ,71627
L 27 32,0630 4,18037 ,80451 Bentuk-bentuk Menyontek
Group Statistics
JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
GTR P 34 15,8026 4,03380 ,69179
L 27 18,0467 3,77960 ,72738
M_BHN_TERLARANG P 34 13,2359 2,89978 ,49731
L 27 15,6793 3,95681 ,76149
MM_KELEMAHAN P 34 15,6176 3,95440 ,67817
L 27 18,1111 2,96561 ,57073
92
Kelas VIII AQ & Perilaku Menyontek
Group Statistics
JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
AQ P 40 101,80 10,520 1,663
L 18 99,67 8,331 1,964
MENCONTEK P 40 46,45 13,399 2,119
L 18 48,39 8,712 2,053 Aspek-aspek AQ
Group Statistics JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
C P 40 30,4750 2,99562 ,47365
L 18 29,5556 3,36456 ,79303
O P 40 30,3603 3,14559 ,49736
L 18 28,3956 3,21554 ,75791
R P 40 30,3215 4,78223 ,75614
L 18 31,3494 3,90399 ,92018
E P 40 32,5358 3,99508 ,63168
L 18 32,3011 3,36409 ,79292 Bentuk-bentuk Menyontek
Group Statistics
JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
GTR P 40 17,1595 5,18368 ,81961
L 18 18,6361 4,32407 1,01919
M_BHN_TERLARANG P 40 15,6255 4,54025 ,71788
L 18 16,1094 4,31565 1,01721
MM_KELEMAHAN P 40 18,2000 6,06884 ,95957
L 18 18,2222 3,68711 ,86906
93
Kelas IX AQ & Perilaku Menyontek
Group Statistics
JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
AQ P 44 95,45 10,672 1,609
L 17 95,12 9,110 2,209
MENCONTEK P 44 46,25 10,946 1,650
L 17 52,82 10,916 2,647 Aspek-aspek AQ
Group Statistics
JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
C P 44 28,1364 3,61258 ,54462
L 17 28,1176 3,56865 ,86553
O P 44 28,5864 4,15320 ,62612
L 17 28,7594 2,41544 ,58583
R P 44 28,4414 3,89517 ,58722
L 17 28,9076 3,58953 ,87059
E P 44 30,9745 3,48353 ,52516
L 17 29,8306 3,97285 ,96356 Bentuk-bentuk Menyontek
Group Statistics
JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
GTR P 44 17,1905 4,42208 ,66665
L 17 20,2129 4,36651 1,05903
M_BHN_TERLARANG P 44 15,6823 4,46504 ,67313
L 17 16,5682 3,55914 ,86322
MM_KELEMAHAN P 44 17,9318 4,47940 ,67529
L 17 20,6471 5,12276 1,24245
94
Kelas VII Unggulan AQ & Perilaku Menyontek
Group Statistics
JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
AQ P 20 103,30 11,370 2,542
L 12 101,17 9,741 2,812
MENCONTEK P 20 42,00 10,177 2,276
L 12 48,08 6,417 1,852 Aspek-aspek AQ
Group Statistics JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
C P 20 30,9000 3,75430 ,83949
L 12 30,1667 3,24271 ,93609
O P 20 30,3880 3,66434 ,81937
L 12 30,0000 2,91765 ,84225
R P 20 30,9995 4,56668 1,02114
L 12 30,7142 2,95435 ,85285
E P 20 33,3570 4,30546 ,96273
L 12 32,1425 4,41206 1,27365 Bentuk-bentuk Menyontek
Group Statistics
JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
GTR P 20 16,4550 4,29246 ,95982
L 12 18,7875 2,91045 ,84018
M_BHN_TERLARANG P 20 13,1675 3,00628 ,67222
L 12 15,5550 3,64613 1,05255
MM_KELEMAHAN P 20 16,0000 4,49561 1,00525
L 12 18,0833 2,46644 ,71200
95
Kelas VIII Unggulan AQ & Perilaku Menyontek
Group Statistics
JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
AQ P 19 104,63 8,361 1,918
L 9 100,78 8,151 2,717
MENCONTEK P 19 44,84 8,415 1,930
L 9 46,00 7,246 2,415 Aspek-aspek AQ
Group Statistics JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
C P 19 31,1053 2,62244 ,60163
L 9 30,5556 3,16667 1,05556
O P 19 31,1684 2,52504 ,57928
L 9 27,7778 3,92833 1,30944
R P 19 31,9547 3,50540 ,80419
L 9 31,4278 3,97736 1,32579
E P 19 33,0084 3,32889 ,76370
L 9 33,1733 3,55450 1,18483 Bentuk-bentuk Menyontek
Group Statistics
JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
GTR P 19 16,7463 3,57642 ,82049
L 9 17,8778 3,31016 1,10339
M_BHN_TERLARANG P 19 15,2626 3,15613 ,72407
L 9 15,1833 4,74660 1,58220
MM_KELEMAHAN P 19 17,2632 3,39676 ,77927
L 9 17,2222 2,99073 ,99691
96
Kelas IX Unggulan AQ & Perilaku Menyontek
Group Statistics
JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
AQ P 28 96,04 11,632 2,198
L 4 102,75 8,655 4,328
MENCONTEK P 28 42,07 8,907 1,683
L 4 43,00 2,944 1,472
Aspek-aspek AQ
Group Statistics
JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
C P 28 28,3929 4,11267 ,77722
L 4 30,7500 2,50000 1,25000
O P 28 28,7307 4,12155 ,77890
L 4 29,4450 1,92258 ,96129
R P 28 28,5200 4,17825 ,78961
L 4 31,7850 3,93459 1,96729
E P 28 31,1736 3,71072 ,70126
L 4 33,2125 4,99976 2,49988
Bentuk-bentuk Menyontek
Group Statistics JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
GTR P 28 15,4875 3,74752 ,70822
L 4 16,3600 ,74301 ,37151
M_BHN_TERLARANG P 28 14,4050 3,40006 ,64255
L 4 16,2500 2,84768 1,42384
MM_KELEMAHAN P 28 16,3929 3,67513 ,69454
L 4 15,2500 1,70783 ,85391
97
Kelas VII Reguler AQ & Perilaku Menyontek
Group Statistics
JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
AQ P 14 104,14 9,891 2,643
L 15 97,00 9,479 2,448
MENCONTEK P 14 39,43 7,345 1,963
L 15 46,80 10,044 2,593 Aspek-aspek AQ
Group Statistics JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
C P 14 31,2857 3,77091 1,00782
L 15 27,3333 3,19970 ,82616
O P 14 31,8250 3,63515 ,97153
L 15 29,4067 3,40723 ,87974
R P 14 31,0207 2,98938 ,79895
L 15 29,7147 3,15669 ,81505
E P 14 32,1429 4,03151 1,07747
L 15 31,9993 4,14123 1,06926 Bentuk-bentuk Menyontek
Group Statistics
JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
GTR P 14 14,8707 3,57566 ,95564
L 15 17,4540 4,36207 1,12628
M_BHN_TERLARANG P 14 13,3336 2,84935 ,76152
L 15 15,7787 4,31355 1,11375
MM_KELEMAHAN P 14 15,0714 3,09998 ,82851
L 15 18,1333 3,39888 ,87759
98
Kelas VIII Reguler AQ & Perilaku Menyontek
Group Statistics
JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
AQ P 21 99,24 11,764 2,567
L 9 98,56 8,847 2,949
MENCONTEK P 21 47,90 16,784 3,662
L 9 50,78 9,795 3,265 Aspek-aspek AQ
Group Statistics JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
C P 21 29,9048 3,25430 ,71015
L 9 28,5556 3,43188 1,14396
O P 21 29,6290 3,51776 ,76764
L 9 29,0133 2,38356 ,79452
R P 21 28,8438 5,35818 1,16925
L 9 31,2711 4,06869 1,35623
E P 21 32,1081 4,55473 ,99392
L 9 31,4289 3,11489 1,03830
Bentuk-bentuk Menyontek
Group Statistics JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
GTR P 21 17,5333 6,37000 1,39005
L 9 19,3944 5,24226 1,74742
M_BHN_TERLARANG P 21 15,9538 5,56719 1,21486
L 9 17,0356 3,88816 1,29605
MM_KELEMAHAN P 21 19,0476 7,73612 1,68816
L 9 19,2222 4,20648 1,40216
99
Kelas IX Reguler AQ & Perilaku Menyontek
Group Statistics
JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
AQ P 16 94,44 9,011 2,253
L 13 92,77 8,156 2,262
MENCONTEK P 16 53,56 10,539 2,635
L 13 55,85 10,707 2,970 Aspek-aspek AQ
Group Statistics JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
C P 16 27,6875 2,57472 ,64368
L 13 27,3077 3,52100 ,97655
O P 16 28,3338 4,33168 1,08292
L 13 28,5485 2,57879 ,71523
R P 16 28,3038 3,46964 ,86741
L 13 28,0223 3,11457 ,86383
E P 16 30,6263 3,13026 ,78257
L 13 28,7900 3,13206 ,86868
Bentuk-bentuk Menyontek
Group Statistics JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
GTR P 16 20,1706 3,98634 ,99659
L 13 21,3985 4,33738 1,20297
M_BHN_TERLARANG P 16 17,9175 5,28849 1,32212
L 13 16,6662 3,84948 1,06765
MM_KELEMAHAN P 16 20,6250 4,58803 1,14701
L 13 22,3077 4,64372 1,28794
100
Kelompok Kelas Unggulan Gabungan Tingkat Kelas VII, VIII & IX AQ dan Perilaku Menyontek
Group Statistics
JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
AQ P 67 100,64 11,285 1,379
L 25 101,28 8,687 1,737
MENCONTEK P 67 42,84 9,121 1,114
L 25 46,52 6,391 1,278 Aspek-aspek AQ
Group Statistics JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
C P 67 29,9104 3,81278 ,46581
L 25 30,4000 3,00000 ,60000
O P 67 29,9167 3,69712 ,45167
L 25 29,1112 3,25391 ,65078
R P 67 30,2342 4,33277 ,52933
L 25 31,1424 3,37635 ,67527
E P 67 32,3457 3,87438 ,47333
L 25 32,6848 4,06708 ,81342 Bentuk-bentuk Menyontek
Group Statistics
JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
GTR P 67 16,1333 3,85413 ,47086
L 25 18,0716 2,89179 ,57836
M_BHN_TERLARANG P 67 14,2788 3,27221 ,39976
L 25 15,5324 3,84041 ,76808
MM_KELEMAHAN P 67 16,5224 3,83903 ,46901
L 25 17,3200 2,67270 ,53454
101
Pebedaan Skor Mean Di tiap jenjang kelompok kelas Unggulan Report
KELOMPOK_KELAS AQ MENCONTEK
KELAS-VII
Mean 102,50 44,28
N 32 32
Std. Deviation 10,677 9,330
KELAS-VIII
Mean 103,39 45,21
N 28 28
Std. Deviation 8,346 7,941
KELAS-IX
Mean 96,88 42,19
N 32 32
Std. Deviation 11,410 8,368
Total
Mean 100,82 43,84
N 92 92
Std. Deviation 10,600 8,592
102
Kelompok Kelas Reguler Gabungan Tingkat Kelas VII, VIII & IX AQ dan Perilaku Menyontek
Group Statistics
JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
AQ P 51 99,08 10,919 1,529
L 37 95,89 8,962 1,473
MENCONTEK P 51 47,35 13,787 1,931
L 37 50,95 10,706 1,760 Aspek-aspek AQ
Group Statistics JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
C P 51 29,5882 3,45356 ,48359
L 37 27,6216 3,31957 ,54573
O P 51 29,8255 3,98276 ,55770
L 37 29,0095 2,85244 ,46894
R P 51 29,2720 4,31883 ,60476
L 37 29,4986 3,51842 ,57843
E P 51 31,6527 3,99439 ,55933
L 37 30,7330 3,77465 ,62055 Bentuk-bentuk Menyontek
Group Statistics
JK N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
GTR P 51 17,6298 5,34074 ,74785
L 37 19,3119 4,77385 ,78482
M_BHN_TERLARANG P 51 15,8506 5,10336 ,71461
L 37 16,3962 3,97773 ,65394
MM_KELEMAHAN P 51 18,4510 6,13291 ,85878
L 37 19,8649 4,37266 ,71886
103
Pebedaan Skor Mean Di tiap jenjang kelompok kelas Unggulan Report
KELOMPOK_KELAS AQ MENCONTEK
KELAS-VII
Mean 100,45 43,24
N 29 29
Std. Deviation 10,176 9,463
KELAS-VIII
Mean 99,03 48,77
N 30 30
Std. Deviation 10,823 14,917
KELAS-IX
Mean 93,69 54,59
N 29 29
Std. Deviation 8,528 10,486
Total
Mean 97,74 48,86
N 88 88
Std. Deviation 10,211 12,643
104
RANGKUMAN DATA LENGKAP HASIL PERHITUNGAN MEAN SKOR DAN SD ADVERSITY
QUOTIENT DAN PERILAKU MENYONTEK BERDASARKAN JENIS KELAMIN, TINGKATAN
KELAS DAN KELOMPOK KELAS
105
Rangkuman Data Hasil Perhitungan Mean Skor dan SD Adversity Quotient dan Perilaku Menyontek berdasarkan Jenis Kelamin, Tingkatan Kelas dan Kelompok Kelas
ADVERSITY QUOTIENT
JK KELOMPOK KELAS
TINGKATAN KELAS
N MEAN SKOR
SD
Perempuan M = 99,97
SD = 11,109
Unggulan M = 100,82 SD = 10,60
KELAS VII M = 101,52 SD = 10,406
P = 20 103,30 11,370 L = 12 42,00 10,177
KELAS VIII M = 101,14 SD = 9,870
P= 19 104,63 8,361 L= 9 100,78 8,151
KELAS IX M = 95,36
SD = 10,187
P= 28 96,04 11,632 L= 4 102,75 102,75
Laki-Laki M = 98,06 SD = 9,176
Reguler M = 97,74 SD = 10,21
KELAS VII M = 101,52 SD = 10,406
P= 14 104,14 9,891 L= 15 97,00 9,479
KELAS VIII M = 101,14 SD = 9,870
P= 21 99,24 11,764 L= 9 98,56 8,874
KELAS IX M = 95,36
SD = 10,187
P= 16 94,44 9,011 L= 13 92,77 8,156
PERILAKU MENYONTEK
Perempuan M = 44,79 SD = 11,54
Unggulan M = 43,84 SD = 8,592
KELAS VII M = 43,79 SD = 9,392
P= 20 42,00 10,177 L= 12 48,08 6,417
KELAS VIII M = 47,05 SD = 12,09
P=19 44,84 8,415 L= 9 46,00 7,246
KELAS IX M =48,08 SD =11,02
P= 28 42,07 8,907 L= 4 43,00 2,944
Laki-Laki M = 79,16 SD = 9,40
Reguler M = 48,86 SD = 12,64
KELAS VII M = 43,79 SD = 9,392
P= 14 39,43 7,345 L= 15 46,80 10,044
KELAS VIII M = 47,05 SD = 12,09
P= 21 47,90 16,784 L= 9 50,79 9,795
KELAS IX M =48,08 SD =11,02
P= 16 53,56 10,539 L= 13 55,85 10,707
106
ADVERSITY QUOTIENT
N MEAN STD
UNGGULAN P 67 100,64 11,285 L 25 100,28 8,687
REGULER P 51 99,08 10,919 L 37 95,89 8,926
UNGGULAN KELAS VII 32 102,50 10,677
KELAS VIII 28 103,39 8,346 KELAS IX 32 96,88 11,410
REGULER KELAS VII 29 100,45 10,17
KELAS VIII 30 99,03 10,82 KELAS IX 29 93,69 8,52
KELAS VII P 34 103,65 10,637
L 27 98,85 9,085 KELAS VIII P 40 101,80 10,520
L 18 99,67 8,331 KELAS IX P 44 95,45 10,672
L 17 95,12 9,110
PERILAKU MENYONTEK
N MEAN STD
UNGGULAN P 51 47,35 13,787 L 37 50,95 10,706
REGULER P 67 42,84 9,121 L 25 46,52 6,391
UNGGULAN
KELAS VII 32 44,28 9,330 KELAS VIII 28 45,21 7,941 KELAS IX 32 42,19 8,36
REGULER KELAS VII 29 43,24 9,46
KELAS VIII 30 48,77 14,91 KELAS IX 29 54,59 10,48
KELAS VII P 34 40,94 9,085
L 27 40,37 8,495 KELAS VIII P 40 46,45 13,399
L 18 48,39 8,712 KELAS IX P 44 46,25 10,946
L 17 52,82 10,916
107
Perbedaan Mean Skor Dan SD Pada Aspek-Aspek Adversity Quotient
Berdasarkan Control Origin &
Ownership Reach Endurance
Mean Sd Mean Sd Mean Sd Mean Sd Jenis Kelamin
Laki-laki 28,74 3,45 29,05 2,99 30,16 3,52 31,52 3,98 Perempuan 29,77 3,65 29,87 3,80 29,81 4,33 32,04 3,92
Tingkatan KELAS VII 29,96 3,78 30,40 3,48 30,62 3,57 32,5 4,16 KELAS VIII 30,18 3,11 29,75 3,27 30,64 4,51 32,46 3,78 KELAS IX 28,13 3,57 28,63 3,73 28,57 3,78 30,65 3,62 Kelompok Kelas Secara Umum
Unggulan 30,04 3,60 29,69 3,58 30,48 4,09 32,43 3,90 Reguler 28,76 3,51 29,48 3,55 29,36 3,98 31,26 3,90
Unggulan
KELAS VII P 30,90 3,75 30,38 3,66 30,99 4,56 3,35 4,30 L 30,16 3,24 30,00 2,91 30,71 2,95 32,14 4,41
KELAS VIII P 31,10 2,62 31,16 2,52 31,95 3,50 33,00 3,32 L 30,55 3,16 27,77 3,92 31,42 3,97 3,17 3,55
KELAS IX P 28,39 4,11 28,73 4,12 28,52 4,17 31,17 3,71 L 30,75 2,50 29,44 1,92 31,78 3,93 33,21 4,99
Reguler
KELAS VII P 31,28 3,77 31,82 3,65 31,02 2,98 32,14 4,03 L 27,33 3,19 29,40 3,40 29,71 3,15 31,99 4,14
KELAS VIII P 29,90 3,25 29,62 3,51 28,84 5,35 32,10 4,55 L 28,55 3,43 29,01 2,38 31,27 4,06 31,42 3,11
KELAS IX P 27,68 2,57 28,33 4,33 28,30 3,46 30,62 3,13 L 27,30 3,52 28,54 2,57 28,02 3,11 28,79 3,13
108
Perbedaan Skor Mean dan SD Bentuk-bentuk mencontek
Berdasarkan
Giving, Takng, Receiving
Menggunakan peralatan
terlarang (Buku, HP, Kalkulator
dll)
Memanfaatkan kelemahan seseorang
(plagiat) dan prosedur
pengawasan Mean Sd Mean Sd Mean Sd
Jenis Kelamin Perempuan - 16,78 4,59 14,95 4,21 17,35 5,03 Laki-laki - 18,81 4,13 16,04 3,91 18,83 3,95
Tingkatan kelas KELAS VII - 16,79 4,05 14,317 3,59 16,72 3,73
KELAS VIII - 17,61 4,94 17,7 4,43 18,20 5,40 KELAS IX - 18,03 4,57 15,92 4,22 18,68 4,78
Kelompok Kelas Secara Umum
UNGGULAN - 16,66 3,70 14,61 3,45 16,73 3,56 REGULAR - 18,33 5,14 16,08 4,64 19,04 5,47
Tingkatan Kelas dan jenis kelamin
KELAS VII P 15,80 4,03 13,23 2,89 15,61 3,95 L 18,04 3,77 15,67 3,95 18,11 2,96
KELAS VIII P 17,15 5,18 15,62 4,54 18,20 6,06 L 18,63 4,32 16,10 4,31 18,22 3,68
KELAS IX P 17,19 4,42 15,68 4,46 17,93 4,47 L 20,21 4,36 16,56 3,55 20,64 5,12
Kelompok Kelas dan jenis kelamin
UNGGULAN P 16,13 3,54 14,27 3,27 16,52 3,83 L 18,07 2,89 15,53 3,84 17,32 2,67
REGULER P 17,62 5,34 15,85 5,10 18,45 6,13 L 19,31 4,77 16,39 3,97 19,86 4,37
Unggulan
KELAS VII P 16,45 4,29 13,16 3,00 16,00 4,49 L 18,78 2,91 15,55 3,64 18,08 2,46
KELAS VIII P 16,74 3,57 15,26 3,15 17,26 3,39 L 17,87 3,31 15,18 4,74 17,22 2,99
KELAS IX P 15,48 3,74 14,40 3,40 16,39 3,67 L 16,36 0,74 16,25 2,84 15,25 1,70
Reguler
KELAS VII P 14,87 3,57 13,33 2,84 15,07 3,09 L 17,45 4,36 15,77 4,31 18,13 3,39
KELAS VIII P 17,53 6,37 15,95 5,56 19,04 7,73 L 19,39 5,24 17,03 3,88 19,22 4,20
KELAS IX P 20,17 2,98 17,91 5,28 20,62 4,58 L 21,39 4,33 16,66 3,84 22,30 4,64
109
DATA KASAR ENTRI SPSS
110
110
111
111
112
112
113
113
114
114
115
115
116
116
117
117
118
118
119
119
120
120
121
122