adkl kelm 5 jadi
TRANSCRIPT
LAPORAN
ANALISIS DAMPAK KESEHATAN LINGKUNGAN KADAR DEBU dan
ASPEK LINGKUNGAN FISIK serta PENGGUNAAN APD KARYAWAN
di Industri Pembuatan Traffic Lamp CV. QUIN
Jl. Ring Road Barat, Tundan, Tamantirto, Kasihan, Bantul Yogyakarta
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan (ADKL)
Disusun Oleh :
1. Hesti Palupi H.S (P07133110062)
2. Joko Harjono (P07133110066)
3. Okvendri Abrihari (P07133110079)
4. Riza Nurita Arum (P07133110084)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGA
2012
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Analisis Dampak
Kesehatan Lingkungan ini.
Laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Tuntas Bagyono, SKM, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kesehatan
Lingkungan Politeknik Kesehatan Kementerian Yogyakarta
2. Bambang Suwerda, S.ST,M.Sc selaku Dosen pengampu Mata Kuliah
Analisis Dampak Kesehatn Lingkungan.
3. Rekan-rekan tercinta mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan
yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas
bantuannya.
4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah banyak membantu.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan laporan ini. Harapan penulis semoga
laporan ini bermanfaat. Amin.
Yogyakarta, Mei 2010
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan
mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki
nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Dalam pelaksanaannya
mulai bahan dari bahan baku, proses pengolahan maupun hasil akhir
yang berupa hasil produksi dan hasil buangannya (sampah) banyak
diantaranya terdiri dari bahan bahan-bahan yang dapat mencemari
lingkungan seperti bahan logam, bahan organik, bahan korosif,
bahan-bahan gas, dan lain-lain bahan yang berbahaya, baik untuk
para pekerja maupun masyarakat disekitar proyek industri tersebut.
Begitu halnya dengan CV. Quin, yang mana di Indonesia hanya ada
satu untuk industri traffic lamp dan pembuatannya cukup banyak
jumlahnya.
Di Indonesia, industri pembuatan lampu lalu lintas bergerak di
bawah Dinas Perhubungan untuk membuat fasilitas atau
perlengkapan yang digunakan di jalan raya. CV. Quin selain
memproduksi rambu-rambu lalu lintas, juga membuat marka jalan,
lampu penerangan, paku marka. CV. Quin merupakan anak
perusahaan dari PT. Qumicon Indonesia yang berada di Jl. Kapt P.
Tendean 50 Yogyakarta yang juga merupakan kantor dari industri
tersebut. Kegiatan yang ada pada PT. Qumicon Indonesia terbagi
menjadi dua yaitu mekanik dan elektrik. Untuk kegiatan elektrik
berjalan di kantor dan kegiatan mekanik di CV. Quin.
Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa industri
pembuatan traffic lamp juga memberikan dampak yang dapat
merugikan kesehatan dan lingkungan sekitarnya, misalnya limbah dari
kamar mandi yang langsung dibuang ke sungai, limbah dari sisa-sisa
3
bahan pelumas seperti tiner, cat-cat yang langsung dibuang begitu
saja tanpa pengolahan terlebih dahulu, pembakaran bahan sisa uliran
besi dan APD bekas serta sampah-sampah yang dapat mencemari
lingkungan.
Untuk itu perlu adanya analisis dampak lingkungan terhadap
pabrik industri pembuatan traffic lamp CV. Quin yang berada di Jl.
Ring Road Barat Tundan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
Hal ini dilakukan agar masyarakat disekitar pabrik mengetahui dan
mengerti akan adanya kemungkinan pengaruh industri tersebut bagi
lingkungan dan masyarakat. CV. Quin berdiri sejak tahun 1995.
Proses produksi traffic lamp pada PT. Qumicon Indonesia itu
sendiri meliputi : perancangan bahan baku yang berupa komponen
elektronik dan penunjang, merakit komponen tersebut kemudian
dilakukan tes dan terakhir disatukan dengan tiang. Dalam hal ini,
pengendalian kualitas sangat dibutuhkan sebelum masuk ke proses
berikutnya. Dari kantor itu sendiri kemudian barang dikirim ke CV.
Quin untuk disatukan dan dikirim. Untuk kegiatan di CV. Quin
meliputi : pemotongan pipa besi dan alumunium, pengelasan dan
pengecatan.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada tanggal
26 Mei 2011, industri pembuatan traffic lamp CV. QUIN berada dekat
dengan perumahan penduduk tepatnya di belakang industri tersebut.
Pengolahan sisa produksi hanya dilakukan dengan pembakaran diluar
ruang produksi. didapatkan juga bahwa kadar debu yang tinggi yang
mengganggu kenyamanan pekerja yaitu sebesar 9,00 mg/m3 dan
suhu ruangan yaitu sebesar 32 0C. Sebagai gambaran awal, batas
timur pabrik berupa pemukiman penduduk, batas barat berupa jalan
raya, batas utara berupa pabrik susu bendera dan batas selatan
kampus Stikes Alma Ata. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka
4
perlu dilakukan penelitian tentang dampak proses produksi industri
pembuatan traffic lamp CV. Quin terhadap lingkungan.
B. Rumusan Masalah
Apakah kadar debu dan aspek lingkungan fisik serta penggunaan
APD karyawan di industri pembuatan traffic lamp CV. QUIN sudah
sesuai dengan baku mutu yang ada ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui intensitas kebisingan di CV. QUIN
2. Mengetahui pengetahuan karyawan tentang penggunaan APD
pada saat bekerja.
3. Mengetahui kadar debu udara ambient di lingkungan CV. QUIN
4. Mengetahui perkiraan dampak risiko pada karyawan dan
lingkungan sekitar CV. QUIN
D. Ruang Lingkup Penelitian
1. Lingkup Masalah
Penelitian ini membatasi pada dampak pencemaran udara dengan
paramater partikel debu serta kondisi fisik lingkungan kerja yaitu
suhu dan kebisingan serta penggunaan APD karyawan.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Jl. Ring Road Barat Tundan,
Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
3. Waktu
Waktu penelitian adalah bulan Mei - Juni 2012.
5
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Menambah khasanah keilmuan dan pengetahuan terutama pada
Analisis Dampak Kesehatan lingkungan.
2. Bagi CV. QUIN
Memberi gambaran tentang dampak kesehatan lingkungan disekitar
pabrik.
3. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang membutuhkan data
penelitian ini, sehingga dapat melakukan penelitian selanjutnya
dengan desain penelitian yang lebih sempurna.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Industri
Industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang mengolah
barang mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi
untuk dijadikan barang yang lebih tinggi kegunaannya. Secara umum
definisi mengenai industri bermacam-macam namun pada dasarnya
pengertiannya tidak berbeda satu sama lainnya, adapun definisi
menurut Sukirno industri adalah perusahaan yang menjalankan
kegiatan ekonomi yang tergolong dalam sektor sekunder. Kegiatan itu
antara lain adalah pabrik tekstil, pabrik perakitan dan pabrik
pembuatan rokok. Dari beberapa pengertian industri maka secara
garis besar dapat disimpulkan bahwa industri adalah kumpulan dari
beberapa perusahaan yang memproduksi barang-barang tertentu dan
menempati areal tertentu dengan output produksi berupa barang atau
jasa (Prabusetiawan, 2009).
Industrialisasi adalah pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi
atau setengah jadi. Dalam pelaksanaannya mulai dari bahan baku,
proses pengolahan maupun hasil akhir yang berupa hasil produksi
dan hasil buangannya (sampah) banyak diantaranya terdiri dari
bahan-bahan yang dapat mencemari lingkungan seperti bahan logam,
bahan organis, bahan korosif, bahan-bahan gas, dan lain-lain bahan
yang berbahaya, baik untuk para pekerja maupun masyarakat
disekitar proyek industri tersebut. (Supardi, 1994).
B. Pencemaran Udara
Pencemaran udara diartikan sebagai masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke
udara dan atau berubahnya tatanan udara oleh kegiatan manusia atau
oleh proses alam, sehingga kualitas udara turun sampai ke tingkat
7
tertentu yang menyebabkan udara berkurang atau tidak dapat
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Pencemaran udara memberikan dampak terhadap sistem
kehidupan makhluk hidup dan sistem yang tidak termasuk dalam
sistem kehidupan. Pencemaran udara mempengaruhi sistem
kehidupan makhluk hidup seperti gangguan kesehatan, ekosistem
yang berkaitan baik dengan manusia maupun yang tidak berkaitan
dengan manusia, serta ekonomi ekosistem.
Polusi adalah terjadinya pencemaran lingkungan yang akan
mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan dan terganggunya
kesehatan serta ketenangan hidup makhluk hidup (Supardi, 1994).
Apabila pencemaran udara tidak dapat dikendalikan lagi dan
melampaui ambang batas normal, maka akan mempunyai dampak
yang akan merugikan baik terhadap kesehatan/kehidupan dan
ekonomi.
Penyebab pencemaran udara oleh kegiatan manusia, seperti :
1. Debu/partikel dari kegiatan industri
2. Penggunaan bahan – bahan kimia yang disemprotkan
3. Gas buang hasil pembakaran bahan bakar fosil
Udara yang telah tercemar akan mengakibatkan gangguan pada
sistem pernafasan pada manusia. Gas tersebut akan menyerang
hidung, tenggorokan dan saluran nafas sampai ke paru – paru (Sunu
Pramudya, 2001).
C. Debu (Menurut Pudjiastuti, Pusat Kesehatan Kerja DEPKES 2002)
1. Pengertian
Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut
sebagai partikel yang melayang di udara (Suspended Particulate
Matter / SPM) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 500
mikron. Dalam Kasus Pencemaran udara baik dalam maupun di
ruang gedung (Indoor and Out Door Pollution) debu sering
8
dijadikan salah satu indikator pencemaran yang digunakan untuk
menunjukan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun
terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Partikel debu akan
berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan
melayang-layang di udara kemudian masuk ke dalam tubuh
manusia melalui pernafasan. Selain dapat membahayakan
terhadap kesehatan juga dapat mengganggu daya tembus
pandanng mata dan dapat mengadakan berbagai reaksi kimia
sehingga komposisi debu di udara menjadi partikel yang sangat
rumit karena merupakan campuran dari berbagai bahan dengan
ukuran dan bentuk yang relatif berbeda beda.
2. Macam – macam Debu
Dari sifatnya debu dikategorikan pada:
a. Sifat pengendapan, yaitu debu yang cenderung selalu
mengendap karena gaya grafitasi bumi.
b. Sifat permukaan basah, sifatnya selalu basah dilapisi oleh
lapisan air yang sangat tipis.
c. Sifat penggumpalan, karena sifat selalu basah maka debu
satu dengan yang lainnya cenderung menempel membentuk
gumpalan. Tingkat kelembaban di atas titik saturasi dan
adanya turbelensi di udara mempermudah debu membentuk
gumpalan.
d. Debu listrik statik, debu mempunyai sifat listrik statis yang
dapat menarik partikel lain yang berlawanan dengan demikian
partikel dalam larutan debu mempercepat terjadinya
penggumpalan.
e. Sifat opsis, partikel yang basah/lembab lainnya dapat
memancarkan sinar yang dapat terlihat dalam kamar gelap.
9
Dari macamnya debu juga dapat dikelompokan kedalam
Debu Organik (debu kapas, debu daun-daunan, tembakau dan
sebagainya), Debu Mineral (merupakan senyawa komplek : SiO2,
SiO3, arang batu dan lain-lain) dan Debu Metal (debu yang unsur
logam : Pb, Hg, Cd, Arsen, dan lain-lain). Dari segi karakter zatnya
debu terdiri atas debu fisik (debu tanah, batu, mineral, fiber), kimia
(mineral organik dan inorganik), biologis (virus, bakteri, kista) dan
debu radio aktif. Ditempat kerja jenis jenis debu ini dapat ditemui
di kegiatan pertanian, pengusaha keramik, batu kapur, batu bata,
pengusaha kasur, pasar tradisional, pedagang pinggir jalanan dan
lain-lain.
3. Ambang Batas Debu
Ukuran debu sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit
pada saluran pernafasan. Dari hasil penelitian ukuran tersebut
dapat mencapai target organ sebagai berikut :
a. 5-10 mikron = akan tertahan oleh saluran pernafasan
bagian atas
b. 3-5 mikron = akan tertahan oleh saluran pernafasan
bagian tengah
c. 1-3 mikron = sampai dipermukaan alveoli
d. 0,5-0,1 mikron = hinggap dipermukaan alveoli/selaput lendir
sehingga menyebabkan vibrosis paru
e. 0,1-0,5 mikron = melayang dipermukaan alveoli.
Menurut WHO 1996 ukuran debu partikel yang
membahayakan adalah berukuran 0,1 – 5 atau 10 mikron. Depkes
mengisyaratkan bahwa ukuran debu yang membahayakan
berkisar 0,1 sampai 10 mikron.
Berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja nomor :
SE-01/MEN/1997 tentang nilai ambang batas (NAB) faktor kimia di
udara lingkungan kerja, ditetapka NAB debu adalah 3,00 mg/m3.
10
4. Dampak Pencemaran Udara Oleh Debu
Kesehatan juga dapat menyebabkan gangguan sebagai berikut :
a. Gangguan estetik dan fisik seperti terganggunya
pemandangan dan pelunturan warna bangunan dan
pengotoran.
b. Merusak kehidupan tumbuhan yang terjadi akibat adanya
penutupan pori pori tumbuhan sehingga mengganggu
jalannya photosintesis
c. Merubah iklim global regional maupun internasional
d. Menganggu perhubungan/penerbangan yang akhirnya
menganggu kegiatan sosial ekonomi di masyarakat
e. Menganggu kesehatan manusia seperti timbulnya iritasi pada
mata, alergi, gangguan pernafasan dan kanker pada paru-
paru. Efek debu terhadap kesehatan sangat tergantung pada :
solubity (mudah larut), komposisi kimia, konsentrasi debu, dan
ukuran partikel debu.
5. Pengendalian dan Pencegahan
a. Terhadap sumbernya
Pengontrolan debu di ruang kerja terhadap sumbernya antara
lain :
1) Isolasi sumber agar tidak mngeluarkan debu di ruang
kerja dengan “Local Exhauster” atau dengan melengkapi
Water Sprayer pada cerobong asap.
2) Subtitusi alat yang mengeluarkan debu dengan yang tidak
mengeluarkan debu.
b. Pencegahan terhadap transmisi
1) Memakai metoda basah yaitu, penyiraman lantai dan
pengeboran basah (Wet Drilling)
2) Dengan alat (Scrubber, Electropresipitator, Ventilasi
Umum)
11
c. Pencegahan terhadap tenaga kerjanya
Antara lain menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dengan
menggunakan masker.
D. Suhu
Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata–rata dari
pergerakan molekul–molekul. Suhu suatu benda ialah keadaan yang
menentukan kemampuan benda tersebut, untuk memindahkan
(transfer) panas ke benda–benda lain atau menerima panas dari
benda–benda lain tersebut. Panas adalah energi yang dipindahkan
dari suatu obyek ke obyek lainnya karena adanya perbedaan suhu.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan
kerja perkantoran dan industri suhu : 18 – 28 0C.
Dalam sistem dua benda, benda yang kehilangan panas
dikatakan benda yang bersuhu lebih tinggi. Macam-macam
perpindahan panas, yaitu :
a. Konduksi Perpindahan panas dari suatu molekul ke molekul lain
di sekitarnya.
b. Konveksi Perpindahan panas yang disebabkan gerakan molekul
yang mempunyai energi lebih tinggi.
c. Radiasi Perpindahan panas oleh gelombang elektromagnetik.
Suhu pada umumnya diartikan sebagai besaran yang
menyatakan derajat panas dinginnya suatu benda. Skala suhu yang
biasa digunakan diantaranya Celcius, Fahrenheit, dan Kelvin.
Gangguan kesehatan akibat suhu yang tidak baik adalah :
- Sistemic disorder
- Heat stroke
- Heat exhaution
12
a. Skin disorder
- Prickly heat
b. Psychonneurotic disorder
- Heat fatique
- Tropical fatique
E. Kebisingan
1. Pengertian Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki karena
tidak sesuai dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat
menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan
manusia (Sasongko, 2000). Definisi lain dari kebisingan adalah
bunyi yang didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada
telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis manakala
bunyi-bunyi tersebut tidak diinginkan (Suma’mur, 1996).
Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki
sehingga mengganggu atau membahayakan kesehatan
(Kepmenkes RI No.261/MENKES/SK/11/1998). Kebisingan adalah
suara-suara yang tidak dikehendaki bagi manusia. Kualitas suatu
bunyi ditentukan oleh frekuensi dan intensitasnya (Suma’mur,
1996:57). Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per
detik/Hertz (Hz). Suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah
gelombang-gelombang sederhana dari beraneka frekuensi.
Intensitas atau arus energi per satuan luas yang dinyatakan dalam
desibel (dB) dengan memperbandingkannya dengan kekuatan
dasar 0,0002 dyne/cm2 yaitu kekuatan dari bunyi dengan
frekuensi 1000 Hz yang tepat didengar oleh telinga manusia,
dinyatakan dengan rumus :
SPL = 2010 log pPo
13
Dengan:
SPL (Sound Pressure Level) = arus tekanan suara (dB)
p = tegangan suara yang bersangkutan (Pa)
po = tegangan suara standar (0,0002 dyne/cm2 = 2x10-5 Pa)
(Dwi P. Sasongko, dkk, 2000:3).
Telinga manusia mampu mendengar frekuensi-frekuensi diantara
16 -20.000 Hz.
2. Pengukuran Kebisingan
Pengukuran kebisingan dilakukan untuk memperoleh data
kebisingan di perusahaan atau dimana saja dan mengurangi
tingkat kebisingan tersebut sehingga tidak menimbulkan
gangguan (Suma’mur, 1996). Alat yang digunakan dalam
pengukuran kebisingan adalah Sound Level Meter (SLM) dan
Noise Dosimeter (Tambunan, 2005:75). Sound Level Meter adalah
alat pengukur level kebisingan, alat ini mampu mengukur
kebisingan di antara 30-130 dB dan frekuensi-frekuensi dari 20-
20.000 Hz (Suma’mur, 1996). Noise Dosimeter adalah alat yang
digunakan untuk memonitor dosis kebisingan yang telah dialami
oleh seorang pekerja (Benjamin, 2005)
3. Tipe Kebisingan
Jenis kebisingan yang sering dijumpai menurut Suma’mur P. K.
(1996), yaitu :
a. Kebisingan yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang
luas (steady state wide band noise)
b. Kebisingan kontinyu dengan spektrum frekuensi sempit
(steady state narrow band noise)
14
c. Kebisingan terputus-putus (intermittent)
d. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise)
e. Kebisingan impulsif berulang.
4. Sumber Bising
Sumber kebisingan dapat diidentifikasi jenis dan bentuknya.
Kebisingan yang berasal dari berbagai peralatan memiliki tingkat
kebisingan yang berbeda dari suatu model ke model lain
(Sasongko, 2000). Proses pemotongan seperti proses
penggergajian kayu merupakan sebagian contoh bentuk benturan
antara alat kerja dan benda kerja yang menimbulkan kebisingan.
Penggunaan gergaji bundar dapat menimbulkan tingkat
kebisingan antara 80-120 dB (Tambunan, 2005). Kebisingan di
bagian moulding perum perhutani berasal dari penggunaan mesin
dalam proses produksi seperti gergaji mesin 115 dB, bor listrik 88
dB, dan mesin-mesin lain (Tambunan, 2005)
5. Nilai Ambang Batas (NAB)
Nilai Ambang Batas (NAB) adalah standar faktor tempat kerja
yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit
atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk
waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu
(KEPMENAKER No. Kep-51 MEN/1999). NAB kebisingan di
tempat kerja adalah intensitas suara tertinggi yang merupakan
nilai rata-rata, yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan hilangnya daya dengar yang menetap untuk waktu
kerja terus-menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam
seminggu (Budiono, 2003). Nilai ambang batas yang
diperbolehkan untuk kebisingan ialah 85 dBA, selama waktu
pemaparan 8 jam berturut-turut.
15
Berikut adalah pedoman pemaparan terhadap kebisingan
(NAB Kebisingan) berdasarkan lampiran Keputusan Menteri
Kesehatan No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja .
Tabel 1. Intensitas Kebisingan di Ruang Kerja
No.Tingkat Kebisingan
(dBA)
Pemaparan
Harian
1. 85 8 jam
2. 88 4 jam
3. 91 2 jam
4. 94 1 jam
5. 97 30 menit
6. 100 15 menit
Sumber : Kepmenkes No. 1405/Menkes/SK/XI/2002
6. Pengaruh Kebisingan
Pengaruh kebisingan pada tenaga kerja adalah adanya
gangguan-gangguan seperti di bawah ini (Departemen Kesehatan
RI, 2003) :
a. Gangguan Fisiologis
Gangguan fisiologis adalah gangguan yang mula-mula
timbul akibat kebisingan. Pembicaraan atau instruksi dalam
pekerjaan tidak dapat didengar secara jelas, pembicara
terpaksa berteriak-teriak selain memerlukan ekstra tenaga
juga menambah kebisingan (Departemen Kesehatan RI,
2003). Contoh gangguan fisiologis : naiknya tekanan darah,
nadi menjadi cepat, emosi meningkat, vasokontriksi pembuluh
16
darah (semutan), otot menjadi tegang atau metabolisme tubuh
meningkat. Semua hal ini sebenarnya merupakan mekanisme
daya tahan tubuh manusia terhadap keadaan bahaya secara
spontan (Priatna dan Pak Jenal, 2002). Kebisingan juga dapat
menurunkan kinerja otot yaitu berkurangnya kemampuan otot
untuk melakukan kontraksi dan relaksasi, berkurangnya
kemampuan otot tersebut menunjukkan terjadi kelelahan pada
otot (Suma’mur, 1996).
b. Gangguan Psikologis
Pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja adalah
mengurangi kenyamanan dalam bekerja, mengganggu
komunikasi, mengurangi konsentrasi dapat mengganggu
pekerjaan dan menyebabkan timbulnya kesalahan karena
tingkat kebisingan yang kecil pun dapat mengganggu
konsentrasi (Priatna, 2002) sehingga muncul sejumlah
keluhan yang berupa perasaan lamban dan keengganan
untuk melakukan aktivitas. Kebisingan mengganggu perhatian
tenaga kerja yang melakukan pengamatan dan pengawasan
terhadap suatu proses produksi atau hasil serta dapat
membuat kesalahan-kesalahan akibat terganggunya
konsentrasi. Kebisingan yang tidak terkendalikan dengan baik,
juga dapat menimbulkan efek lain yang salah satunya berupa
meningkatnya kelelahan tenaga kerja (Suma’mur, 1996).
Suara yang terlalu bising dan berlangsung lama dapat
menimbulkan stimulasi daerah di dekat area penerimaan
pendengaran primer yang akan menyebabkan sensasi suara
gemuruh dan berdenging, dengan timbulnya sensasi suara ini
akan menyebabkan pula stimulasi nucleus ventralateralis
thalamus yang akan menimbulkan inhibisi impuls dari
kumparan otot, dengan kata lain hal ini akan menggerakkan
17
atau menguatkan sistem inhibisi atau penghambat yang
berada pada thalamus (Ganong, 1999).
Apabila sistem aktivasi lebih kuat maka seseorang
dalam keadaan segar untuk bekerja, sebaliknya manakala
sistem penghambat lebih kuat maka seseorang dalam
keadaan kelelahan (Suma’mur, 1996).
c. Gangguan Patologis Organis
Pengaruh kebisingan terhadap alat pendengaran yang
paling menonjol adalahmenimbulkan ketulian yang bersifat
sementara hingga permanen (Departemen Kesehatan RI,
2003). Kebisingan dapat menurunkan daya dengar, dan tuli
akibat kebisingan (Budiono, 2003).
Ketulian akibat kebisingan yang ditimbulkan akibat
pemaparan terus-menerus dibagi menjadi dua yaitu :
1. Temporary deafness, yaitu kehilangan pendengaran
sementara.
2. Permanent deafness, yaitu kehilangan pendengaran secara
permanen atau disebut ketulian syaraf. Pada pekerja
permanent deafness harus dapat dikompensasi oleh
jamsostek atau rekomendasi dari dokter pemeriksa
kesehatan (Priatna, 2002).
7. Pengendalian Kebisingan
Pengendalian kebisingan di lingkungan kerja dapat dilakukan
upaya-upaya sebagai berikut (Kasjono dan Haryono, 2007) :
1. Pengendalian pada sumber
Beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam cara ini adalah
sebagai berikut :
a. Meredam bising/getaran yang ada
b. Mengurangi luas permukaan yang bergetar
18
c. Mengatur kembali tempat sumber
d. Mengatur waktu operasi mesin
e. Pengecilan atau pengurangan volume
f. Pembatasan jenis dan jumlah lalu lintas dan lainnya
2. Pengendalian pada media bising
Langkah – langkah yang bisa dilakukan dengan cara ini
adalah sebagai berikut :
a. Memperbesar jarak sumber bising dengan pekerjaan atau
bila sumber bising adalah lalu lintas pemukiman
b. Memasang peredam suara pada dinding dan langit–langit
c. Membuat ruang kontrol agar dapat dipergunakan
mengontrol pekerjaan dari ruang terpisah
d. Bila sumber bising adalah lalu lintas, bisa dilakukan
dengan penanaman pohon, pembuatan gundukan tanah,
pembuatan pagar, pembuatan jalur hijau
3. Pengendalian pada penerima
Pengendalian dengan cara ini dapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain :
a. Memberikan alat pelindung diri seperti ear plug, ear muff,
dan gelmet
b. Memberikan latihan dan pendidikan kesehatan dan
keselamatan kerja, khususnya tentang kebisingan dan
pengaruhnya agar pekerja disiplin dalam menggunakan alat
pelindung diri.
c. Tindakan pengamanan juga dapat dilakukan dengan cara
memindahkan tenaga kerja terkena bising.
F. APD (Alat Pelindung Diri)
Usaha pencegahan terhadap kemungkinan penyakit akibat kerja
dan kecelakaan kerja harus dilakukan untuk menghindari dan
mengurangi paparan dan risiko kebisingan. Salah satu upaya
19
pengendalian adalah melengkapi tenaga kerja dengan alat pelindung
diri (APD). Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja, khususnya pasal 9, 13, dan 14, mengatur tentang penyediaan
dan penggunaan alat pelindung diri (APD) di tempat kerja, baik bagi
pengusaha maupun bagi tenaga kerja (Budiono, 2003).
Fungsi dari perancangan alat pelindung diri adalah untuk
mencegah bahaya luar agar tidak mengenai tubuh pekerja
(International Labour OfficeGeneva, 1989 : 94). Alat pelindung diri
merupakan seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk
melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi
bahaya atau kecelakaan kerja (Budiono, 2003).
Kesadaran akan manfaat penggunaan APD perlu ditanamkan
pada setiap tenaga kerja. Dari suatu pengamatan yang dilakukan
terhadap 100 orang tenaga kerja di Jawa Barat (dari perusahaan
tekstil) pada tahun 2002, terlihat usaha-usaha yang dilakukan dalam
menanggulangi perasaan “ketidaknyamanan” dalam menggunakan
APD.
Perasaan tidak nyaman (risih, panas, berat, terganggu) yang
timbul pada saat menggunakan alat pelindung diri akan
mengakibatkan keengganan tenaga kerja menggunakannya dan
mereka memberi respon yang berbeda-beda (Budiono, 2003). Alasan
pekerja tidak mau memakai adalah tidak sadar/tidak mengerti, panas,
sesak, tidak enak dipakai, tidak enak dipandang, berat, mengganggu
pekerjaan, tidak sesuai dengan bahaya yang ada, tidak ada sangsi,
dan atasan juga tidak memakai (Santoso, 2004). Metode penentuan
APD melalui pengamatan operasi, proses, dan jenis material yang
dipakai telaah data-data kecelakaan dan penyakit belajar dari
pengalaman industri sejenis lainnya, bila ada perubahan proses,
mesin, dan material diatur dalam Peraturan Perundangan.
20
Jenis-jenis APD :
a. A.P. Kepala
Topi pelindung/pengaman (Safety Helmet) : melindungi kepala dari
benda keras, pukulan dan benturan, terjatuh dan terkena arus
listrik. Tutup kepala : melindungi kepala dari kebakaran, korosif,
uap-uap, panas/dingin. Hats/cap : melindungi kepala dari kotoran
debu atau tangkapan mesin-mesin berputar. Topi pengaman untuk
penggunaan yang bersifat umum dan pengaman dari tegangan
listrik yang terbatas.
b. A.P. Muka dan Mata ( Face Shield )
Fungsi : melindungi muka dan mata dari lemparan benda – benda
kecil, lemparan benda-benda panas, pengaruh cahaya, pengaruh
radiasi tertentu. Bahan pembuat alat pelindung muka dan mata ,
gelas/kaca biasa/plastik, gelas yang ditempa secara panas. Bila
pecah tidak menimbulkan bagian-bagian yang tajam, gelas dengan
laminasi aluminium dan lain-lain. Yang terbaik adalah jenis gelas
yang ditempa secara panas karena bila pecah tak menimbulkan
bagian-bagian yang tajam. Bila dipasang frame tak mudah lepas.
Dari plastik ada beberapa jenis tergantung dari bahan dasarnya
seperti : selulosa asetat, akrilik, poli karbonat.
c. A.P. Telinga
Sumbat telinga (ear plug) : dapat mengurangi intensitas suara 10
s/d 15 dB. Sumbat telinga yang baik adalah menahan frekuensi
tertentu saja, sedangkan frekuensi untuk bicara biasanya
(komunikasi) tidak terganggu. Kelemahan : tidak tepat ukurannya
dengan lubang telinga pemakai, kadang-kadang lubang telinga
kanan tidak sama dengan yang kiri. Bahan sumbat telinga : karet,
plastik keras, plastik yang lunak, lilin, kapas. Yang disenangi adalah
21
jenis karet dan plastic lunak, karena bisa menyesuaikan bentuk
dengan lubang telinga. Daya atenuasi (daya lindung) : 25-30 dB.
Ada kebocoran dapat mengurangi atenuasi + 15 dB
Dari lilin : bisa lilin murni dilapisi kertas kapas. Kelemahan : lekas
kotor dan kurang nyaman.
Tutup telinga ( ear muff ) : dapat mengurangi intensitas suara 20
s/d 30 dB. Atenuasinya : pada frekuensi 2800–4000 Hz sampai 42
dB (35–45 dB). Untuk frekuensi biasa 25-30 dB. Untuk keadaan
khusus dapat dikombinasikan antara tutup telinga dan sumbat
telinga sehingga dapat atenuasi yang lebih tinggi, tapi tak lebih dari
50 dB, karena hantaran suara melalui tulang masih ada.
d. A.P. Pernafasan
Memberikan perlindungan terhadap sumber-sumber bahaya seperti
: kekurangan oksigen, pencemaran oleh partikel (debu, kabut, asap
dan uap logam), pencemaran oleh gas atau uap.
e. A.P. Tangan dan A.P. Kaki
Pada industri ringan/tempat kerja biasa. Cukup dengan sepatu
yang baik. Sepatu pelindung (safety shoes) : dapat terbuat dari
kulit, karet, sintetik atau plastik. Untuk mencegah tergelincir dipakai
sol anti slip. Untuk mencegah tusukan dipakai sol dari logam.
Terhadap bahaya listrik sepatu seluruhnya harus di jahit atau
direkat tak boleh memakai paku.
G. Pengendalian Pencemaran Industri
Kemajuan teknologi yang diikuti dengan perkembangan industry
memang menciptakan kenikmatan dan kesejahteraan materi bagi
manusia, akan tetapi sebaliknya apabila kemajuan dan
perkembangan tersebut tidak dapat dikendalikan dapat menimbulkan
22
pencemaran yang berupa bahaya, kerugian dan gangguan–gangguan
dalam kelangsungan hidup manusia, terutama industri yang
menghasilkan produk sampling. Bahaya dan gangguan tersebut
bersifat negative dan pada taraf tertentu dapat mengganggu
kelestarian lingkungan, lebih jauh lingkungan tidak dapat
dimanfaatkan sebagaimana kualitas sebenarnya (Soebagyo, 1992).
Sebagai upaya pemerintah untuk mengatasi maupun
mengendalikan segala bentuk pencemaran sebagai produk samping
perusahaan industry, maka Menteri Perindustrian dalam surat
keputusannya Nomor : 20/M/SK/1/1986 telah mengeluarkan lingkup
tugas Departemen Perindustrian Dalam Pengendalian Pencemaran
Industri terhadap lingkungan hidup ( Soebagio,1992 ).
Dalam pasal 2 Surat Keputusan tersebut, diatur pengendalian
pencemaran industry, meliputi ( Soebagio,1992 ) :
1. Pencegahan pencemaran industry, baik dalam tahap perencanaan,
pembangunan ataupun pengoperasian industry yang terdiri dari :
a. Pemilihan lokasi, yang dikaitkan dengan rencana tata ruang.
b. Studi yang menyangkut dengan pengaruh dari pemilihan lokasi
industri terhadap kemungkinan pencemaran pada lingkungan
hidup yaitu Studi Analisis Dampak Lingkungan.
c. Pemilihan teknologi proses termasuk desain peralatan dalam
pembuatan produk industry dan penggunaan peralatan untuk
pencegahan pencemaran.
d. Pemilihan system pengadaan penyimpanan, pengolahan,
pengemasan dan pengangkutan bahan baku dan atau produk
industry terutama bahan beracun dan berbahaya.
e. Pemilihan teknologi pengolahan limbah industry termasuk daur
ulang limbah industry.
f. System pengawasan terhadap gejala dan timbulnya pencemaran
industry.
23
2. Penanggulangan pencemaran industry baik pada tahap
pembangunan maupun pada tahap operasinal yang terdiri dari :
a. Penetapan tentang berlakunya standar kualitas limbah bagi tiap
jenis bidang usaha industry serta penetapan tentang nilai
ambang batas bagi suatu lingkungan.
b. Penelitian pencemaran serta pemberian petunjuk untuk
mengatasinya.
c. Petunjuk mengenai penanganan limbah industry mencemarkan
lingkungan melalui cara penyimpanan sementara, daur ulang,
pemusnahan , pembangunan secara aman seperti penimbunan
di dalam tanah atau pengisolasian ke dasar laut dan lain
sebagainya, baik dalam bentuk turun tangan ataupun dalam
konsultasi.
3. Pencegahan merupakan hal yang pokok dalam memelihara
kesehatan lingkungan dalam bidang perindustrian, sebab pada
umumnya penyakit-penyakit yang terjadi akibat kerja di bidang
industri tidak bisa diobati secara sempurna ( Soebagio,1992 ).
Beberapa tindakan pencegahan antara lain :
a. Terhadap Tempat Kerja
1) Pemakaian alat pendingin untuk ruangan-ruangan yang
panas.
2) Pengisapan debu di ruangan dengan memakai alat pengisap
debu.
3) Pemberian istirahat yang cukup dan tepat sewaktu kerja.
4) Penyediaan alat-alat pertolongan pertama pada kecelakaan.
5) Menjaga kebersihan ruangan kerja.
6) Kalau memungkinkan diadakan substansi terhadap zat-zat
yang berbahaya, kalau tidak diadakan usaha perlindungan
yang baik terhadap bahaya yang mungkin terjadi.
7) Unit-unit operasi yang menimbulkan gas atau uap ke udara
harus memakai sistem tertutup dan ventilasi ke luar tempat.
24
8) Cara ventilasi keluar tempat harus menutupi unit operasi
sesempurna mungkin untuk menghindari pencemaran bahan
terhadap pekerja di ruangan lain atau lingkungan sekitarnya.
a) Sedapat mungkin bahan-bahan berbahaya diangkut
dengan alat pengangkut mekanik, jangan menggunakan
tenaga manusia.
b) Penyediaan saluran air untuk mencuci bahan berbahaya
baik yang tertumpah maupun yang sengaja.
c) Ventilasi umum untuk mengalirkan udara segar.
d) Usahakan jangan sampai terdapat pencemaran bahan
yang melebihi nilai ambang batasnya (NAB).
b. Terhadap manusianya
1) Jangan memperkerjakan orang yang berpenyakit seperti
penyakit paru-paru, penyakit ginjal dan penyakit hati
yang menahun.
2) Memberikan pengetahuan kepada para pekerja
mengenai bahaya dari bahan-bahan yang dipakai dan
mengenai keselamatan kerja.
3) Pemakaian pakaian pelindung waktu bekerja seperti
sarung tangan, kacamata pakaian kerja.
4) Pakaian pelindung harus dibersihkan atau dicuci setiap
hari.
5) Penyediaan masker udara dan masker gas
6) Membersihkan badan sebelum pulang kerja dan
sebelum makan dan minum
7) Memberikan pertolongan cepat bila terjadi kecelakaan
8) Pemeriksaan secara berkala 6-12 bulan sekali.
9) Peningkatan gizi para karyawan. Misalnya dengan
memberikan makanan bergizi pada waktu jam istirahat.
25
Umumnya masalah kesehatan dan sanitasi
diperkantoran dititikberatkan pada tindakan kuratif.
Mengenai usaha pencegahan pada faktor-faktor yang
menyebabkan sakit kurang mendapatkan perhatian.
Padahal kalau ingin menurunkan angka sakit para
karyawan, tindakan pencegahan merupakan peranan
penting ( Soebagio,1992 ). Juga aspek-aspek sosial dan
kejiwaan harus menjadi perhatian pula, misalnya salah
pilih pekerjaan atau ketidakcocokan dengan kawan-
kawan atau atasan, sering menimbulkan depresi
(Soebagio,1992).
H. Kerangka Konsep
I. Hipotesis
Ada hubungan antara kebisingan, suhu, pemakaian alat pelindung diri,
dan partikel debu udara ambient di industri pembuatan traffic lamp
(CV. QUIN) dengan penurunan kesehatan tenaga kerja .
26
Industri
Pembuat
an traffic
lamp
- Kebisingan- Partikel
debu- suhu
- Kedisiplinan penggunaan APD (masker, alat pelindung telinga)
- Jarak dengan permukiman
pekerja
- Sehat- Sakit
(gangguan pendengaran, ISPA, dan gangguan kenyamanan)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan menggunakan
pendekatan cross sectional kemudian penelitian ini akan dianalisis
secara deskriptif.
B. Waktu dan Tempat
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei – Juni 2012.
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitiannya adalah industri pembuatan traffic lamp “CV.
QUIN” Jl. Ring Road Barat Tundan, Tamantirto, Kasihan, Bantul
Yogyakarta. Pemeriksaan sampel di lakukan di laboratorium
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
C. Objek Penelitian
Obyek pada penelitian ini adalah parameter fisik seperti kebisingan,
debu dan suhu dari industri pembuatan traffic lamp “CV. QUIN” Jl.
Ring Road Barat Tundan, Tamantirto, Kasihan, Bantul Yogyakarta.
Serta keluhan karyawan industri yang bersangkutan.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel bebas
Keberadaan industri pembuatan traffic lamp CV. QUIN
Definisi operasional :
Keberadaan industri pembuatan traffic lamp CV. QUIN adalah
upaya untuk mengetahui keadaan atau kondisi dalam industri
tersebut pada saat melakukan proses produksi setiap jam kerja
produktif.
27
2. Variable terikat
a. Kebisingan
Definisi operasional :
Kebisingan adalah bunyi yang mengganggu dalam satuan dB
yang yang diperoleh dengan sound level meter yang merupakan
salah satu indikator kualitas fisik suatu industri.
b. Suhu.
Definisi operasional :
Suhu adalah derajat panas atau dingin dalam satuan 0C yang
terkandung pada suatu benda yang diukur dengan
menggunakan termometer.
c. Pemeriksaan debu
Debu adalah partikel yang melayang di udara dalam satuan
mg/m3 yang diperoleh dengan pengukuran debu menggunakan
Personal Dust Sampler (PDS) atau Low Volume Air Sampling
(LVAS).
E. Pengumpulan Data
1. Jenis data
Jenis data yang akan dianalisis berupa data kuantitatif (kadar
debu, kebisingan dan suhu).
2. Teknik pengambilan data
a. Data primer
Data didapatkan dari hasil pengambilan sampel debu industri
pembuatan traffic lamp yang kemudian diperiksa kadar debu
dalam udara serta pengukuran kebisingan di lokasi yang
berasal dari mesin yang digunakan dan suhu ruang industry
tersebut.
b. Data sekunder
Pengamatan secara langsung dari lingkungan sekitar lokasi
industri.
28
c. Cara pengumpulan data
Cara pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan debu
dan pengukuran tingkat kebisingan dan suhu langsung di
industri pembuatan traffic lamp.
F. Instrumen Pengumpulan data
1. Alat : Kuesioner
Untuk mengetahui dampak kesehatan lingkungan akibat industri
pembuatan traffic lamp CV. QUIN bagi tenaga kerja. Adapun
kuisioner berisi :
a. Identitas responden
b. Data tentang pengetahuan karyawan terhadap penggunaan
APD pada saat bekerja.
2. Untuk mengetahui dampak kesehatan lingkungan akibat industri
pembuatan traffic lamp CV. QUIN di lingkungan sekitar industry
dilakukan dengan pengamatan secara langsung pada lingkungan.
3. Bahan
Data primer meliputi sampel debu , kebisingan dan suhu di CV.
QUIN
Alat :
a. Pemeriksaan sampel debu
1) Almari pengering/oven
2) Pinset
3) Desikator
4) Neraca analitik
5) Personal Dust Sampler (PDS)
b. Kebisingan
1) Sound level meter
2) Formulir Bis-1 dan Bis-2
c. Suhu
1) Termohygrometer
29
G. Tahapan Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Penentuan lokasi penelitian
b. Perijinan
c. Melaksanakan survey pendahuluan
d. Menentukan parameter yang di ukur
e. Persiapan alat dan bahan
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pengamatan pada industri
b. Membagikan kuesioner pada para pekerja
c. Pengambilan sampel dan pengukuran parameter yang telah di
tentukan :
1) Pengambilan sampel debu
a. Pengambilan sampel partikel/debu
Alat dan bahan :
1. Glass fiber filter
2. PDS
3. Roll kabel
4. Almari pengering/oven
5. Pinset
6. Desikator
7. Neraca analitik
Cara kerja :
1. Glass fiber dikeringkan dalam almari
pengering/oven selama 1 jam suhu 105oC,
kemudian didinginkan dalam desikator selama 15
menit dan selanjutnya ditimbang dengan neraca
analitik sebagai berat A gram
2. Selanjutnya filter dipasang pada filter holder
30
3. Memasang inlet pada PDS setinggi 1,5 meter
selanjutnya mengatur kecepatan udara sebesar 2
lpm dengan menombol on lalu memutar pengaturan
lpm sampai bola pada angka 2 selanjutnya
dipaparkan selama 30 menit
4. Setelah sampling selesai, glass fiber diambil dan
dikeringkan dalam almari pengering/oven selama 1
jam suhu 105oC, kemudian didinginkan dalam
desikator selama 15 menit dan selanjutnya
ditimbang dengan neraca analitik sebagai berat B
gram
5. Menghitung kadar debu dengan rumus :
Kadar debu =
(B gram−A gram)Waktu pengambilansampel x LPM
x1000
b. Pemeriksaan suhu
Menggunakan thermohygrometer
Langkah-langkahnya :
1. Alat digantungkan ditembok
2. Biarkan sekitar 10-15 menit
3. Catat suhu yang tertera pada thermohygrometer
c. Pengukuran kebisingan
Alat dan Bahan :
1. Sound level meter
2. Alat tulis
3. Stopwatch
4. Formulir Bis – 1
5. Formulir Bis – 2
31
Langkah Kerja :
1. Menentukan titik sampling yang baik, jarak dari
dinding pemantul 2-3 meter
2. Mengecek baterai sound level meter dengan
menggeser tombol power
3. Meletakkan sound level meter pada ketinggian 1-1,2
meter dan mengarahkan mikrofon ke sumber suara
4. Menghidupkan SLM (Sound Level Meter) dengan
tombol switch on/off
5. Stel respon F (fast) pada jenis kebisingan kontinue
dan S (slow) pada kebisingan fluktuatif
6. Menekan tombol CAL untuk mengkalibrasi kemudian
menggeser ke range suara
7. Selanjutnya mencatat angka yang muncul pada
display setiap 5 detik terakhir
8. Mencatat dan memasukkan pada formulir bis-1
9. Melakukan pengukuran selama 10 menit, (120
angka)
10.Melakukan pengelompokan hasil pengukuran
dengan formulir bis-2
11.Menghitung tingkat kebisingan dengan rumus
sebagai berikut :
L = X+(P1)
(P1+P2)x C
Keterangan :
L = Tingkat kebisingan
X = Batas bawah kelas yang mengandung modus
32
P1 = Beda frekuensi kelas modus dengan kelas di
bawahnya
P2 = Beda frekuensi kelas modus dengan kelas di
atasnya
C = Lebar kelas
H. Pengolahan Data
Data-data yang telah diperoleh dari pengukuran selanjutnya dilakukan
analisis secara deskriptif kemudian dibandingkan dengan dengan Nilai
Ambang Batas (NAB) baku mutu debu, kebisingan, suhu,
kelembaban, dan pencahayaan yang telah dilakukan. Simpul ADKL
prediksi dampak, identifikasi dan evaluasi jalur pemajanan.
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi
Industri pembuatan traffic lamp CV. QUIN terletak di Jl. Ring
Road Barat Tundan, Tamantirto, Kasihan ,Bantul Yogyakarta. Industri
pembuatan traffic lamp memiliki luas lahan sekitar 2000 m2. Ruangan
di dalam industri pembuatan traffic lamp tersebut lantainya terbuat dari
campuran semen dan pasir (plester kasar) dan beratapkan asbes
dengan beberapa ventilasi kecil di bagian dinding selatan dan
beberapa kaca bening di atap. Selain itu, pada bagian atap terdapat
exhauster fan untuk mengurangi jumlah debu di ruangan sebanyak 12
buah tetapi yang beroperasi hanya 5 buah saja yang 7 tidak berfungsi
karena rusak dan belum diperbaiki. Dan juga terdapat banyak lampu.
Batas-batas industri pembuatan traffic lamp CV. QUIN :
- Sebelah Utara : Pabrik susu bendera
- Sebelah barat : Jalan raya
- Sebelah selatan : Kampus Stikes Alma Ata
- Sebelah timur : Pemukiman penduduk
Industri pembuatan traffic lamp CV. QUIN terdapat fasilitas
kebersihan seperti tempat cuci tangan dan dua buah kamar mandi
dilengkapi dengan jamban. Namun kedua fasilitas kebersihan yang
ada kondisinya buruk serta limbah dari kamar mandi yang langsung
dibuang ke lingkungan tanpa ada pengolahan lebih dulu. Setiap
harinya industri beroperasi dari jam 08.00-16.00 WIB. Jumlah
karyawan yang bekerja sekitar 25 orang.
34
B. Hasil
1. Intensitas Kebisingan
Berdasarkan hasil pengukuran kebisingan menggunakan sound
level meter pada tanggal 21 Juni 2012 diperoleh hasil pengukuran
sebgai berikut :
Formulir Bis- 1 (pengulangan I)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 66,6 70,5 60,2 60,6 57,9 57,4 66,6 56,3 56,5 56,4
2 70,5 69,0 56,8 58,4 69,1 59,4 65,7 55,9 55,5 59,4
3 66,9 69,3 58,7 58,5 66,8 56,2 66,5 59,5 54,9 56,2
4 64,2 68,8 67,1 60,2 66,9 59,5 62,2 56,2 55,8 55,0
5 69,2 64,9 67,4 67,9 58,0 56,6 58,2 54,3 60,1 54,9
6 67,7 67,0 66,0 66,8 66,7 64,9 57,7 54,9 57,5 58,5
7 68,2 66,5 66,4 67,5 67,9 64,5 67,4 54,8 56,6 57,7
8 63,0 70,6 61,4 68,1 67,3 65,3 58,9 55,7 55,3 60,4
9 65,0 69,3 56,8 64,5 65,2 66,0 57,3 66,5 57,2 56,0
10 67,0 55,5 56,5 59,8 66,3 64,0 67,0 66,1 56,0 56,1
11 66,0 66,4 56,8 57,7 59,5 55,3 56,7 60,9 57,0 56,0
12 69,7 60,5 59,0 54,0 72,4 56,4 56,3 54,6 60,4 58,2
Formulir Bis- 1 (pengulangan II)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
162,
1
57,
9
57,
1
69,
1
60,
7
63,
1
58,
7
60,
8
57,
9
56,
0
256,
5
60,
9
60,
4
68,
5
58,
2
57,
7
54,
2
68,
2
68,
5
57,
8
368,
5
61,
4
57,
4
60,
2
57,
0
55,
2
64,
7
71,
0
67,
9
58,
8
4 60, 56, 53, 62, 56, 56, 67, 69, 68, 67,
35
2 9 2 4 5 5 5 2 3 9
569,
6
59,
8
59,
0
57,
3
54,
3
60,
3
69,
4
62,
7
61,
9
59,
7
663,
8
59,
0621
54,
0
62,
4
58,
2
70,
1
57,
9
59,
0
60,
5
759,
9
69,
4
64,
4
64,
7
63,
1
60,
0
69,
5
55,
1
57,
2
62,
7
860,
8
67,
7
60,
9
60,
5
60,
7
65,
9
57,
8
53,
2
58,
7
58,
9
962,
3
58,
5
56,
5
53,
9
56,
8
68,
1
54,
1
56,
7
62,
3
56,
2
1
0
62,
3
59,
5
54,
9
58,
0
59,
7
67,
5
61,
3
59,
5
65,
8
54,
8
1
1
68,
2
60,
6
58,
3
62,
7
61,
2
60,
7
63,
1
64,
1
64,
7
57,
3
1
2
68,
3
58,
1
60,
2
63,
9
54,
7
55,
7
59,
8
60,
3
59,
9
58,
1
Formulir Bis- 1 (pengulangan III)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 60,6 73,3 67,4 61,0 69,8 56,7 64,0 57,7 66,2 58,1
2 59,9 75,0 66,9 60,8 70,1 64,3 66,5 59,1 69,5 68,0
3 59,2 71,3 67,0 65,8 66,5 63,2 61,6 59,3 71,4 68,8
4 59,3 59,4 68,1 61,7 68,7 66,5 57,2 67,3 68,6 67,8
5 59,6 66,0 64,9 62,9 68,1 67,8 55,7 56,5 69,3 67,7
6 55,5 62,1 66,9 60,8 67,0 56,7 56,2 64,2 67,0 68,5
7 54,8 67,5 67,8 67,1 65,4 56,4 58,2 65,7 70,2 68,4
8 73,5 67,8 69,8 67,4 56,5 56,0 59,1 56,4 70,7 69,0
9 68,5 68,5 66,5 68,8 57,4 57,1 56,9 54,8 70,0 67,9
10 72,1 69,0 68,4 61,3 55,9 56,5 58,5 55,0 67,7 67,3
36
11 71,5 66,5 69,4 58,5 57,8 66,3 56,5 55,8 67,0 67,3
12 74,6 66,8 65,5 66,9 55,9 63,7 55,5 58,5 65,4 70,4
Formulir Bis- 2 (pengulangan I)
Kelas
IntervalJumlah Prosen
Jumlah
Kumulatif
Persentase
Kumulatif
50-54 2 1,66 % 2 0,54 %
55-59 55 45,83 % 57 15,53%
60-64 16 13,33 % 73 19,89%
65-69 42 35 % 115 31,33%
70-74 5 4,16 % 120 32,69 %
Formulir Bis- 2 (pengulangan II)
Kelas
IntervalJumlah Prosen
Jumlah
Kumulatif
Persentase
Kumulatif
50-54 7 5,83 % 7 1,80%
55-59 43 35,83% 50 12,88%
60-64 44 36,66% 94 24,22%
65-69 23 19,16% 117 30,15%
70-74 3 2,5% 120 30,92%
Formulir Bis- 2 (pengulangan III)
37
Kelas
IntervalJumlah Prosen
Jumlah
Kumula
tif
Persentase
Kumulatif
50-54 36 30 % 36 8,35 %
55-59 16 13,33 % 52 12,06 %
60-64 53 44,16 % 105 24,36%
65-69 13 10,83 % 118 27,37 %
70-74 2 1,66% 120 27,84 %
Analisis tingkat kebisingan :
Pengulangan I
L = X+(P1)
(P1+P2)x C
= 55+(53)53+39
x 5
= 57,88
Pengulangan II
L = X+(P1)
(P1+P2)x C
= 60+(1)1+21
x 5
= 60,22
Pengulangan III
L = X+(P1)
(P1+P2)x C
= 60+(37)37+40
x 5
= 62,40
Rata-rata tingkat kebisingan :
= 57,88 + 60,22 + 62,40
38
3
= 60,16 dB
Tabel 1. Hasil Pengukuran Kebisingan
No. Pengulangan Hasil (dB)
1. Pertama 57,88
2. Kedua 60,22
3. Ketiga 62,40
Rata-rata 60,16
Hasil pengukuran kebisingan pada tabel diatas, tingkat
kebisingan tertinggi terjadi pada pengulangan ketiga yaitu sebesar
62,40 dB sedangkan untuk tingkat kebisingan terendah terjadi
pada pengulangan pertama yaitu sebesar 57,88 dB . Dalam hal ini
hanya diambil satu titik dengan 3 kali pengulangan. Dari ketiga
pengulangan tersebut tingkat kebisingan yang diukur masih
memenuhi Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan yaitu 85 dB.
Rata-rata hasil pengukuran kebisingan di CV. QUIN adalah
sebesar 60,16 dB.
2. Kadar Partikel Debu
Pengukuran kadar partikel debu dilakukan pada tanggal 06
Juni 2012. Berdasarkan hasil pengambilan sampel menggunakan
PDS (Personal Dust Sampler) 2 lpm dan pemerikasaan sampel
udara di Laboratorium Kimia Jurusan Kesehatan Lingkungan
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta diperoleh hasil pengukuran
sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil Penimbangan Kertas Saring
No. Awal /A (gram) Akhir /B (gram) Hasil (mg/m3)
39
1. 16,5581 16,5583 10
2. 17,2102 17,2108 30
3. 15,5148 16,5153 25
Rata-rata 21,66
Cara Perhitungan :
Titik 1 = (B gram−A gram)
Waktu pengambilansampel x LPMx1000
= 16,5583−16,5581 gram
10menit x2 lpmx1000
= 0,000220
x 1000
= 0,01 gram/m3 = 10 mg/m3
Titik 2 = (B gram−A gram)
Waktu pengambilansampel x LPMx1000
= 17,2108−17,2102 gram
10menit x2 lpmx1000
= 0,000620
x 1000
= 0,03 gram/m3 = 30 mg/m3
Titik 3 = (B gram−A gram)
Waktu pengambilansampel x LPMx1000
= 16,5153−16,5148 gram
10menit x2 lpmx1000
= 0,000520
x 1000
= 0,025 gram/m3 = 25 mg/m3
Hasil pengukuran partikel debu pada tabel diatas yaitu
kadar partikel debu tertinggi terdapat pada titik kedua yaitu
sebesar 30 mg/m3 sedangkan untuk kadar partikel debu terendah
terdapat pada tiitk pertama yaitu sebesar 10 mg/m3. Hasil
40
pengukuran partikel debu yang dilakukan pada 3 titik, ketiga titik
tersebut belum memenuhi baku mutu yang ada yaitu sebesar 3,00
mg/m3. Rata-rata hasil pengukuran kadar partikel debu adalah
21,66 mg/m3.
3. Pengukuran Suhu
Pada tanggal 29 Mei 2012 pukul 10.55 WIB dilakukan
pengukuran suhu dengan menggunakan thermohygrometer. Hasil
pengukuran sebagai berikut :
Tabel 3. Hasil pengukuran suhu
Titik Hasil (0C)
1. 33
2. 34
3. 31
Rata-rata 32,66
Dari tabel pengukuran suhu di atas, dapat diketahui bahwa
suhu ruangan tertinggi terdapat pada titik 2 yaitu sebesar 34 0C
sedangkan suhu ruangan terendah terdapat pada titik ketiga
yaitu sebesar 310C. Hasil pengukuran suhu yang dilakukan
pada 3 titik tersebut belum memenuhi baku mutu yang ada
yaitu sebesar 18-28 0C. Rata-rata hasil pengukuran suhu di CV.
QUIN adalah sebesar 32,66 0C.
4. Rekap Hasil Kuesioner Karyawan di CV.QUIN
No. Nama
Pendidi
kan
terakhir
Umur
(tahun)
Lama
kerja
(tahun)
P
1
P
2
P
3
P
4
P
5
P
6
P
7
P
8
P
9
P
10
1 Sukiman SMP 36 4 a b B B b B b a b C
2 Junadi SMP 42 3 a b B B B A a a b C
41
3 Tohir SMK 45 6 a a B A b B b a b C
4 Supardi SMP 41 1,5 a b B A b B b a b C
5 Herman SMK 39 2 a a B A b A a a b C
6 Hadi SMA 38 3,5 b a B B b B b a b C
7 Supriyono SMP 44 4 b a B A b A a b b C
8 Agus SMK 42 2 b a B A b A a b b B
9 Heru SMK 28 2 a b B B b B b a b C
10 Rusdi SMP 37 4 a b B B b B b a b C
11 Rahmad SMA 38 6 b c A A b B b a b C
12 Tono SMP 37 5 a a A B b A b a b B
13 Ahmad SMP 32 5 b c A A b B b a a A
14 Wagimin SMA 29 4 b b A B b A a a b B
15 Komar SMP 30 4 a c B B b A b a b C
16 Yanto SMK 44 12 a b B A b A b b a b
17 Darmono SMP 40 10 a a B B a A b b a b
18 Budi SMA 41 3 b b B A a A b a b b
Keterangan :
1. a. Sering b. Kadan-kadang c. Tidak sama sekali
2. a. 1 kali b. 2 kali c. 3 kali
3. a. Baik b. Cukup c. Buruk
untuk no. 3- 9
a. Ya b. Tidak
Dari 18 orang karyawan yang mengisi lembar kuesioner yang
diberikan, untuk pendidikan terakhir karyawan paling banyak
adalah lulusan SMP yaitu sebanyak 9 orang sedangkan sisanya
sebanyak 4 orang lulusan SMA dan sebanyak 5 orang lulusan
SMK. Untuk umur karyawan dibuat range dengan lebar kelas 5
dan dimulai dari umur 28 tahun. Dari hasil pengelompokkan umur
tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata umur karyawan tertinggi
42
pada range 38-42 tahun sebanyak 8 orang. Untuk lama bekerja
dibuat range dengan lebar kelas 3 dan dimulai dari 1 tahun. Dari
hasil pengelompokkan lama bekerja dapat diketahui bahwa rata-
rata lama bekerja tertinggi pada range 4-6 tahun sebanyak 9
orang.
5. Kedisiplinan Pemakaian Alat Pellindung Diri
Industri pembuatan traffic lamp CV. QUIN menyediakan
fasilitas APD bagi karyawannya yaitu berupa masker dan sarung
tangan. Berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada karyawan
di CV. QUIN tersebut dari 18 orang karyawan sebanyak 11 orang
sering menggunakan APD pada saat bekerja dan 7 orang lainnya
hanya kadang-kadang memakai APD pada saat bekerja. Untuk
penggantian APD berupa masker dan sarung tangan setiap
seminggu sekali diketahui sebanyak 8 orang karyawan hanya
berganti 1 kali kemudian ada 3 orang yang dalam seminggu
berganti masker dan sarung tangan sebanyak 3 kali dan untuk
lainnya sebanyak 7 orang dalam seminggu berganti 2 kali.
6. Kondisi Kesehatan Karyawan Saat Bekerja
Berdasarkan kuesioner yang sudah disebar sebanyak 4
orang merasa nyaman dengan kondisi tempat bekerja yang ada
namun 14 orang karyawan yang lain tidak merasa nyaman
dengan kondisi tempat bekerja di CV. QUIN. Sebagian besar
karyawan sebanyak 12 orang tidak mengalami gangguan
kesehatan tetapi ada 6 orang karyawan yang mengalami
gangguan berupa gangguan pendengaran dan gangguan
pernafasan.Selain itu 9 orang karyawan menyatakan sulit
43
berkonsentrasi dan juga 10 orang karyawan merasa mudah lelah
pada saat bekerja. Kemudian 9 orang karyawan merasakan tidak
sulit berkonsetrasi pada saat bekerja dan 8 orang karyawan tidak
mudah lelah pada saat bekerja. Untuk 16 orang karyawan tidak
merasa mengantuk pada saat bekerja sedangkan 2 orang
karyawan merasa mengantuk pada saat bekerja.
7. Opini Karyawan tentang Kondisi Fasilitas Kebersihan
Di dalam industri pembuatan traffic lamp CV. QUIN terdapat
fasilitas kebersihan seperti tempat cuci tangan dan kamar mandi.
Dari kuesioner yang disebar sebagian besar karyawan sebanyak
14 orang mempunyai kebiasaan mencuci tangan dengan sabun
setelah selesai bekerja dan pada saat akan istirahat siang namun
sebanyak 4 orang tidak melakukan cuci tangan dengan sabun.
Kemudian 15 orang karyawan tidak merasa puas dengan kondisi
fasilitas kebersihan yang ada dan 3 orang menyatakan puas.
Menurut 1 orang karyawan berpendapat bahwa kondisi fasilitas
baik lalu ada 6 orang karyawan berpendapat kondisi fasilitas
kebersihan yang ada cukup dan ada 11 orang karyawan
berpendapat kondisi fasilitas kebersihan yang ada buruk.
C. Pembahasan
1. Kebisingan
Kebisingan di industri pembuatan traffic lamp CV. QUIN
ditimbulkan oleh suara mesin pemotongan besi, pemotong
alumunium dan alat pengebor besi serta kegiatan pengelasan.
Pada saat dilakukan pengukuran kebisingan di CV. QUIN hanya
ada kegiatan pengelasan. Untuk mesin pemotongan besi dan
alumunium serta alat pengebor besi tidak beroperasi. Karena
pada saat dilakukan pengukuran intensitas kebisingan pekerjaan
44
yang harus dilakukan oleh karyawan pada saat itu hanya
pengelasan , tidak selalu setiap hari semua mesin dioperasikan.
Rata-rata hasil pengukuran kebisingan di CV. QUIN
adalah sebesar 60,16 dB. Hal tersebut menunjukkan tingkat
kebisingan masih memenuhi Nilai Ambang Batas (NAB)
Kebisingan yaitu 85 dBA atau setara dengan 95,625 dB sesuai
dengan Kepmenkes No. 1405/Menkes/SK/XI/2002 bahwa
seseorang berada di intensitas kebisingan 85 dBA maksimal 8
jam per hari. Sehingga, resiko kerusakan pendengaran kecil. Akan
tetapi jika dalam sehari semua mesin operasi dan juga ada
kegiatan pengelasan maka dimungkinkan intensitas kebisingan di
CV. QUIN akan melebihi ambang batas baku mutu kebisingan
pada lingkungan kerja.
Dampak yang dapat ditimbulkan bagi manusia dari
kebisingan yang melebihi ambang batas adalah gangguan fungsi
pendengaran. Menurut Suma’mur (1996) kebisingan dapat
mengakibatkan kelelahan dan menurut Benny (2002) kebisingan
dapat merusak indera pendengaran. Tingkat kebisingan yang
terlalu tinggi dapat diatasi dengan cara pengaturan tata letak
ruang harus sedemikian rupa agar tidak menimbulkan kebisingan,
perbaikan dan atau penggantian mesin-mesin yang telah aus
serta perawatan rutin secara berkala, misalnya pemeriksaan gerigi
pada mesin pewarnaan (roll drum) dan pemberian pelumas secara
berkala pada gerigi. Sedangkan pada pekerja, dapat dilakukan
dengan sumbat telinga ( ear plug ) dan tutup telinga ( ear muff ).
Hal ini dilakukan agar para karyawan yang bekerja pada bagian
yang berhubungan dengan kegiatan pengelasan serta
pemotongan besi dan alumunium telinga/pendengarannya dapat
terjaga dengan baik.
45
Kebisingan dari industry pembuatan traffic lamp tersebut
tidak mengganggu masyarakat di lingkungan sekitarnya karena
suara yang ditimbulkan dari mesin yang digunakan tidak terdengar
sampai keluar industry. Hanya berpengaruh pada lingkungan
internal industry pembuatan traffic lamp.
2. Partikel Debu
Hasil pengukuran kadar partikel debu tertinggi terdapat
pada titik kedua yaitu sebesar 30 mg/m3 sedangkan untuk kadar
partikel debu terendah terdapat pada tiitk pertama yaitu sebesar
10 mg/m3 . Rata-rata hasil pengukuran kadar partikel debu adalah
21,66 mg/m3. Berdasarkan surat edaran menteri tenaga kerja
nomor : SE-01/MEN/1997 tentang nilai ambang batas (NAB) faktor
kimia di udara lingkungan kerja, ditetapka NAB debu adalah 3,00
mg/m3. Kadar debu di CV. QUIN telah melebihi baku mutu
tersebut sehingga, mempunyai resiko yang besar terjadi
gangguan kesehatan pada sistem pernafasan pada karyawan
yang bekerja di CV. QUIN. Kadar debu yang tinggi di CV. QUIN
dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada system
pernafasan dan penyakit akibat kerja karena debu.
Pada saat dilakukan pengukuran kadar debu di lokasi
pada tanggal 06 Juni 2012 dengan menggunakan PDS (Personal
Dust Sampler), kami melakukan kesalahan berkaitan dengan
waktu sampling atau lama pemaparan pada buku pedoman
dituliskan 30 menit sedangkan kami hanya mengambil 10 menit.
Hal tersebut dilakukan dikarenakan pada waktu praktek/ujian kami
terbiasa dengan waktu pemaparan 10-15 menit, kalau 30 menit
terlalu lama. Tetapi akan berpengaruh pada hasil pengukuran
kadar debu yang dilakukan.
Selain itu, pada bagian atap terdapat exhauster fan untuk
mengurangi jumlah debu di ruangan sebanyak 12 buah tetapi
46
yang beroperasi hanya 5 buah saja yang 7 tidak berfungsi karena
rusak dan belum diperbaiki. Selain itu, tidak adanya ventilasi atau
lubang udara yang berfungsi untuk pertukaran udara dari dalam
ke luar menyebabkan tingginya kadar debu di industry pembuatan
traffic lamp (CV. QUIN). Pengendalian terhadap kadar debu di CV.
QUIN dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu pengontrolan
debu di ruang kerja terhadap sumbernya antara lain : memperbaiki
blower yang rusak supaya kadar debu yang tinggi dapat
berkurang. Selain itu bisa dilakukan pencegahan terhadap
transmisi seperti memakai metoda basah yaitu, penyiraman lantai,
pengeboran basahn(Wet Drilling), dengan alat (Scrubber,
Electropresipitator, Ventilasi Umum). Dan juga pencegahan
terhadap tenaga kerjanya antara lain menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD) dengan menggunakan masker.
3. Suhu
Dari pengukuran suhu yang dilakukan, dapat diketahui
bahwa suhu ruangan tertinggi terdapat pada titik 2 yaitu sebesar
340C hal ini disebabkan karena pada lokasi titik 2 tersebut
merupakan tempat pemotongan alumunium suhu tinggi / panas
karena banyak lampu neon yang menyala, sedangkan suhu
ruangan terendah terdapat pada titik ketiga yaitu sebesar 310C.
Rata-rata hasil pengukuran suhu di CV. QUIN adalah sebesar
32,660C. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang persyaratan
kesehatan lingkungan kerja perkantoran dan industry untuk baku
mutu suhu 18-28 0C. Dari hasil tersebut suhu ruangan di CV.
QUIN telah melewati baku mutu yang ada. Dampak dari suhu
yang panas tersebut dapat menyebabkan gangguan kenyamanan
pada karyawan di CV. QUIN pada saat bekerja karena suhu yang
panas para karyawan akan sulit untuk berkonsentrasi pada saat
47
bekerja serta dapat mempercepat kelelahan kerja para karyawan.
Pengendalian suhu ruangan yang panas dapat dilakukan dengan
penambahan alat penata udara seperti AC dan kipas angin. Selain
itu juga dilakukan penambahan ventilasi silang pada industry
pembuatan traffic lamp CV. QUIN supaya udara ruangan tidak
terlalu panas dan terjadi sirkulasi udara.
4. Kuesioner
Dari kuesioner yang sudah disebar pada 18 orang
karyawan di CV. QUIN sebagian besar karyawan menyatakan
bahwa kondisi fasilitas kebersihan/kamar yang ada di CV. QUIN
buruk. Dapat dilihat secara langsung pada lokasi bahwa bak
kamar mandi yang ada kotor dan airnya kotor. Selain itu juga
tempat untuk cuci tangan karyawan setelah selesai bekerja untuk
istirahat kurang memenuhi persyaratan. Sanitasi fasilitas
kebersihan yang ada kurang sehingga perlu dilakukan upaya
pemeliharaan fasilitas kebersihan yaitu dengan cara pembersihan
secara berkala terhadap fasilitas kebersihan tersebut. Apabila
fasilitas kebersihan yang ada sudah tidak layak dilakukan
penggantian alat kebersihan yang lama. Selanjutnya juga
dilakukan pembangunan tempat pencucian tangan yang
memenuhi persyaratan kesehatan sehingga karyawan yang
bekerja merasa lebih nyaman dengan fasilitas kebersihan yang
ada.
5. Kepedulian Masyarakat
Masyrakat beranggapan positif karena masyarakat tidak
merasa terganggu dengan keberadaan industry pembuatan traffic
lamp CV. QUIN.
6. Simpul ADKL
48
Berikut adalah simpul ADKL yaitu prediksi dampak di CV.
QUIN pada :
a. Simpul 1
Simpul ini berisi sumber pencemar, dalam hal ini di CV.
QUIN sumber pencemarnya adalah debu dan suhu dari proses
kegiatan di CV. QUIN. Untuk upaya pengendalian debu dapat
dilakukan dengan penyiraman lantai dan penambahan
scrubber. CV. QUIN telah melakukan upaya penanganan debu
dengan pemakaian masker bagi tenaga kerjanya. Selain itu
juga CV. QUIN telah memasang blower pada atap sebanyak 12
buah tetapi yang beroperasi hanya 5 buah lainnya tidak
beroperasi karena rusak.
b. Simpul 2
Media perambatan pencemar di CV. QUIN adalah udara.
Debu dapat berpindah tempat melaui udara, manusia yang
terus menerus terpapar oleh debu berisiko gangguan sistem
pernafasan. Sedang pada manusia yang bekerja akibat suhu
panas dapat mengganggu kenyamanan pada saat bekerja
beresiko gangguan pendengaran dan menimbulkan kelelahan
kerja.
c. Simpul 3
Yang terpajan pada kegiatan CV. QUIN adalah para
pekerja yang bekerja di CV. QUIN.
d. Simpul 4
Beberapa karyawan di CV. QUIN yang bekerja
menggunakan APD saat bekerja. Itupun hanya kadang-kadang.
Beberapa karyawan mengeluhkan gangguan kenyamanan
akibat suhu yang panas dan debu yang bertebaran.
7. Identifikasi dan Evaluasi Jalur Pemajanan
Lima elemen jalur pemajanan :
49
a. Sumber pencemar
Sumber pencemar di CV. QUIN berupa debu yang berasal dari
lantai yang kotor dan suhu panas yang berasal dari panas
lampu neon yang menyala terus-menerus serta kurangnya
ventilasi umum. Pencemaran udara yang berupa suhu dan
partikel debu telah di atas ambang batas.
b. Media lingkungan
Mekanisme transportasi polutan ke lingkungan dengan melalui
udara yang secara konveksi yaitu berupa perpindahan
pencemar melalui suatu media dalam hal ini media
perpindahan pencemar melalui aliran udara. Kecepatan udara
mempengaruhi luas penyebaran partikel debu. Bangunan dapat
menjadi penghalang partikel debu.
c. Titik pemajanan
Titik potensial terjadi kontak antara manusia dengan media
lingkungan tercemar yaitu terjadi pada udara tertutup di dalam
ruangan.
d. Lintas pemajanan
Pencemar yang berupa partikel debu kontak dengan manusia
melalui sistem pernapasan, kontak kulit, dan mata (indera
penglihat) dapat menyebabkan gangguan pernapasan, alergi,
dan iritasi mata. Masyarakat sekitar CV. QUIN tidak ada yang
pernafasan dan pendengarannya terganggu.
e. Populasi penerima (terpajan)
Orang yang terpajan atau berpotensi untuk terpajan adalah
mereka para pekerja di CV. QUIN.
8. Perkiraan Dampak Kesehatan
Pencemaran udara oleh debu dan suhu dan sanitasi yang
buruk tidak hanya berdampak terhadap makhluk hidup saja,
tetapi juga berdampak buruk pada lingkungan. Kemungkinan
50
perkiraan dampak terhadap kesehatan dikemudian hari yang
muncul jika karyawan dan lingkungan sekitar terus menerus
terpapar oleh debu dan suhu panas serta sanitasi yang buruk
adalah sebagai berikut :
a. Karyawan CV. QUIN
Pengaruh utama kadar debu terhadap karyawan yang
bekerja di CV. QUIN adalah apabila terhirup menyebabkan
gangguan sistem pernafasan, jika terkena mata dapat
menyebabkan iritasi pada mata. Dari hasil penelitian ukuran
tersebut dapat mencapai target organ sebagai berikut :
a. 5-10 mikron = akan tertahan oleh saluran pernafasan
bagian atas
b. 3-5 mikron = akan tertahan oleh saluran pernafasan
bagian tengah
c. 1-3 mikron = sampai dipermukaan alveoli
d. 0,5-0,1 mikron= hinggap dipermukaan alveoli/selaput
lendir sehingga menyebabkan vibrosis paru
e. 0,1-0,5 mikron = melayang dipermukaan alveoli.
Suhu yang panas apabila karyawan terpajan terus-
menerus akan mengakibatkan gangguan kenyamanan pada
saat bekerja seperti sulit berkonsentrasi saat bekerja. Selain
itu cepat mengalami kelelahan kerja. Dan juga karena suhu
yang panas dapat mengakibatkan karyawan mengalami
anemia.
Sanitasi yang buruk karena kondisi fasilitas
kebersihan yang kotor dan kumuh akan menyebabkan
gangguan kenyamanan bagi karyawan yang bekerja di CV.
QUIN.
b. Lingkungan
51
Debu yang tinggi akan menyebabkan udara di
lingkungan sekitarnya menjadi kotor dan tidak sehat. Suhu
yang panas juga akan menyebabkan lingkungan yang ada
pada area tersebut menjadi terasa panas. Sanitasi yang buruk
tentang kondisi fasilitas kebersihan akan mengganggu
lingkungan seperti pembuangan limbah dari kamar mandi dan
tempat cuci tangan yang tidak ada pengolahan limbahnya dan
langsung dibuang ke lingkungan sekitar akan menurunkan
kualitas lingkungan tersebut dan menimbulkan pencemaran
bagi lingkungan itu sendiri.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengukuran parameter-parameter yang
ditentukan dan didapatkan kesimpulan bahwa :
1. Rata-rata hasil pengukuran Intensitas kebisingan di CV.QUIN
adalah sebesar 60,16 dB. Dibandingkan dengan baku mutu yang
ada menurut Kep. MenKes No.1405/Menkes/SK/XI/2002 bahwa
seseorang berada di intensitas kebisingan 85 dBA atau setara
52
dengan 95,625 dB maksimal 8 jam per hari. Hal tersebut
menunjukkan tingkat kebisingan yang berada di CV. QUIN masih
memenuhi Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan.
2. Berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada karyawan di CV.
QUIN sebanyak 18 orang karyawan ada 11 orang yang sering
menggunakan APD pada saat bekerja dan 7 orang lainnya
hanya kadang-kadang memakai APD pada saat bekerja.
3. Rata-rata hasil pengukuran kadar partikel debu adalah 21,66
mg/m3. Berdasarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja nomor :
SE-01/MEN/1997 tentang nilai ambang batas (NAB) faktor kimia
di udara lingkungan kerja, ditetapkan NAB debu adalah 3,00
mg/m3. Hasil pengukuran yang dilakukan dibandingkan dengan
baku mutu yang ada telah melebihi baku mutu.
4. Dengan adanya analisis dampak kesehatan lingkungan yang di
lakukan pada CV. QUIN dapat memperkirakan dampak yang
ditimbulkan baik bagi karyawan dan lingkungan sekitar.
B. Saran
1. Bagi CV. QUIN sebaiknya dilakukan beberapa tindakan untuk
meningkatkan kenyamanan tempat kerja sehingga karyawan
yang bekerja apabila bekerja tidak merasa terganggu. Tindakan
yang perlu dilakukan seperti :
a. Memperbaiki exhaust fan yang rusak supaya dapat
beroperasi lagi dan kadar debu yang ada di CV. QUIN
dapat berkurang dan bisa mencapai di bawah baku mutu
yang ada. Dilakukan penyiraman lantai sebelum bekerja
atau dilakukan setelah bekerja supaya kadar debu yang
ada bisa berkurang.
b. Menambah jumlah ventilasi silang yang ada supaya
udara yang ada di dalam ruangan CV. QUIN bisa
berganti dengan udara luar sehingga tidak terlalu panas
53
dan pekerja merasa nyaman saat bekerja. Bisa juga
ditambahkan kipas angin dan sebaiknya pihak CV. QUIN
menghemat atau mengurangi penggunaan lampu neon
yang ada. Apabila tidak dipakai supaya dimatikan.
c. Bagi pihak CV. QUIN sebaiknya untuk masalah
penyediaan Alat Pelindung Diri (APD), setiap seminggu
sekali bagi karyawan yang bekerja agar dapat mengganti
APD 2 kali. Dan juga memperbaiki sarana fasilitas
kebersihan yang ada seperti kamar mandi dan WC serta
tempat cuci tangan yang layak.
2. Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut
tentang analisis dampak kesehatan lingkungan supaya
mengikuti langkah kerja yang benar sesuai pedoman yang ada
untuk setiap pemeriksaan parameter yang ditentukan
sehingga data atau hasil pengukuran yang diperoleh lebih
valid dan sesuai dengan kondisi yang terdapat pada lokasi
pengukuran.
54