acara 2 kompor irac

28
LAPORAN PRAKTIKUM ENERGI ALTERNATIF UJI PERFORMASI KOMPOR “IRAC” BERBAHAN BAKAR BIOETANOL Oleh: Desi Puspitasari NIM A1H012006

Upload: agus-andrianto

Post on 04-Dec-2015

249 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

energi

TRANSCRIPT

Page 1: Acara 2 Kompor IRAC

LAPORAN PRAKTIKUM ENERGI ALTERNATIF

UJI PERFORMASI KOMPOR “IRAC” BERBAHAN BAKAR BIOETANOL

Oleh:Desi PuspitasariNIM A1H012006

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO

2015

Page 2: Acara 2 Kompor IRAC

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Etanol pada umumnya dibuat secara kimiawi, namun metode ini kurang

ramah lingkungan. Oleh karena itu, etanol perlu diproduksi menggunakan bantuan

mikroorganisme melalui proses fermentasi. Etanol hasil fermentasi menggunakan

mikroorganisme dikenal sebagai bioetanol. Bioetanol dapat dibuat dengan cara

peragian (fermentasi) terhadap bahan-bahan yang mengandung pati atau gula.

Sumber pati dapat berupa jagung, ubi kayu, kentang, ganyong, gembili, bit

dan lain-lain (Rama Prihandana dkk., 2007: 26). Bioetanol merupakan istilah

yang tidak asing lagi saat ini. Istilah bioetanol digunakan pada etanol yang

dihasilkan dari bahan baku tumbuhan melalui proses fermentasi. Pembuatan

etanol hasil fermentasi telah dilakukan sejak zaman dahulu yang dapat ditemukan

pada minuman beralkohol, seperti sake, arak, anggur, wine, dan minuman

memabukkan lainnya. Bioetanol dapat berasal dari berbagai macam bahan baku.

Ada tiga kategori bahan baku bioetanol yaitu bahan bergula, bahan berpati dan

bahan berserat.

Kompor bioetanol yang berada dimasyarakatsekarang ini hanya mampu

menyala dengan kadar alkohol tinggi,dimana harga bioetanol dengan kadar

alkohol tinggi memiliki hargayang lumayan mahal untuk tiap liternya. Maka

timbulah suatupermasalahan, diantaranya kompor tidak mau menyala dengan

kadaralkohol yang rendah, karena kebanyakan kompor bioetanol

masihmempergunakan besi atau sejenisnya sebagai ruang bakar. Jikakompor

Page 3: Acara 2 Kompor IRAC

bioetanol menggunakan kadar alkohol kurang dari 60%kebanyakan kompor

bioetanol akan cepat padam, karena air padakandungan bioetanol tidak bisa

menguap keseluruhan sehinggamenumpuk dan mengakibatkan kompor tidak mau

menyala.

Saat ini, penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar menjadi sangat penting.

Semakin sedikitnya sumber energi fosil yang ada di bumi dan semakin tingginya

pencemaran lingkungan menjadi faktor utama dibutuhkannya energi alternatif

yang lebih ramah lingkungan. Penggunaan bioetanol menjadi bahan bakar

kendaraan dapat menjadi sebuah alternatif yang aman, karena sumbernya berasal

dari tumbuhan dan dapat mengurangi pencemaran lingkungan.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini yaitu menguju performasi kompo IRAC berbahan

bakar bioetanol dari bahan baku molase, gula afkir, dan nira nipah. Parameter

yang diuji diantaranya, efisiensi kompor, waktu penyalaan awal, waktu yang

dibutuhkan untuk memasak 2 liter air, dan konsumsi bahan bakarnya.

Page 4: Acara 2 Kompor IRAC

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tumbuhan yang potensial untuk menghasilkan bioetanol antara lain tanaman

yang memiliki kadar karbohidrat tinggi, seperti tebu, nira, aren, sorgum, ubi kayu,

jambu mete (limbah jambu mete), garut, batang pisang, ubi jalar, jagung, bonggol

jagung, jerami, dan bagas (ampas tebu). Banyaknya variasi tumbuhan,

menyebabkan pihak pengguna akan lebih leluasa memilih jenis yang sesuai

dengan kondisi tanah yang ada. Sebagai contoh ubi kayu dapat tumbuh di tanah

yang kurang subur, memiliki daya tahan yang tinggi terhadap penyakit dan dapat

diatur waktu panennya, namun kadar patinya hanya 30 persen, lebih rendah

dibandingkan dengan jagung (70 persen) dan tebu (55 persen) sehingga bioetanol

yang dihasilkan jumlahnya pun lebih sedikit. Di sektor kehutanan bioetanol dapat

diproduksi dari sagu, siwalan dan nipah serta kayu atau limbah kayu.Bioetanol

merupakan istilah yang tidak asing lagi saat ini. Istilah bioetanol digunakan pada

etanol yang dihasilkan dari bahan baku tumbuhan melalui proses fermentasi.

Pembuatan etanol hasil fermentasi telah dilakukan sejak zaman dahulu yang dapat

ditemukan pada minuman beralkohol, seperti sake, arak, anggur, wine, dan

minuman memabukkan lainnya.

Ethanol adalah senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen, oksigen

dengan rumus molekul CH3CH2OH dan merupakan derivat senyawa hidrokarbon

yang mempunyai gugus hidroksil sehingga dapat dioksidasi. Ethanol dapat dibuat

dari berbagai bahan hasil pertanian.

Page 5: Acara 2 Kompor IRAC

Bioetanol diperoleh dari hasil fermentasi bahan yang mengandung gula.

Bioetanol diproduksi melalui proses fermentasi gula, baik yang berupa glukosa,

sukrosa, maupun fruktosa dengan bantuan ragi (yeast) terutama Saccharomyces

sp. atau bakteri Zymomonas mobilis. Pada proses ini gula akan dikonversi

menjadi etanol dan gas karbon dioksida (Erliza Hambali, dkk, 2007: 40).

Istilah fermentasi berasal dari “fevere” merupakan istilah latin yang berarti

mendidih. Istilah ini digunakan untuk menyebut adanya aktivitas yeast pada

ekstrak buah dan larutan malt serta bijian. Peristiwa pendidihan tersebut terjadi

sebagai akibat terbentuknya gelembung gas CO2 sebagai hasil dari proses

katabolisme gula dalam ekstrak (Djoko Wiyono, 1995: 1). Tuite (1992: 157-188),

mengatakan bahwa fermentasi didefinisikan sebagai suatu proses untuk mengubah

molekul glukosa menjadi etanol atau lebih dikenal dengan istilah bioetanol

(alkohol) dengan menggunakan mikroorganisme ragi. Fermentasi ini selain

menghasilkan etanol juga menghasilkan zat lain yaitu air. Produksi etanol oleh

mikroba selama proses fermentasi pada substrat gula atau bahan berpati telah ada

sejak zaman dahulu kala, sebagai contoh pada proses pembuatan anggur, bir dan

roti. Catatan sejarah menunjukkan bahwa proses pembuatan anggur maupun roti

telah ada pada tahun 2000 Sebelum Masehi (Rahayu dan Kapti Rahayu, 1988: 1).

Bioetanol dapat dihasilkan dari biomassa yang mengandung komponen pati

atau selulosa, seperti singkong, umbi garut, ubi jalar, tepung sagu, dan ganyong.

Dalam dunia industri, etanol umumnya digunakan sebagai bahan baku industri

turunan alkohol, campuran minuman keras, serta bahan baku farmasi dan

kosmetika (Erliza Hambali, dkk, 2007: 39).

Page 6: Acara 2 Kompor IRAC

Berdasarkan kadar alkoholnya etanol dapat dibagi menjadi tiga grade

sebagai berikut:

1. Grade industri dengan kadar alkohol 90-94%.

2. Grade netral dengan kadar alkohol 96-99,5%, umumnya digunakan untuk

minuman keras atau bahan baku farmasi.

3. Grade bahan bakar dengan kadar alkohol di atas 99,5%.

Bioetanol memiliki karakteristik yang lebih baik dibandingkan dengan

bensin berbasis petrochemical (Erliza Hambali, dkk, 2007: 50). Karakteristik

bioetanol tersebut antara lain:

1. Mengandung 35% oksigen, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pembakaran

dan mengurangi gas rumah kaca.

2. Memiliki nilai oktan yang lebih tinggi, sehingga dapat menggantikan fungsi

bahan aditif, seperti metil tertiary butyl eter dan tetra ethyl lead.

3. Mempunyai nilai oktan 96-113, sedangkan nilai oktan bensin hanya 85-96.

4. Bioetanol bersifat ramah lingkungan, karena gas buangnya rendah terhadap

senyawa-senyawa yang berpotensi sebagai polutan, seperti karbon monoksida,

nitrogen oksida, dan gas-gas rumah kaca.

5. Bioetanol mudah terurai dan aman karena tidak mencemari air.

6. Sebagai sumber energi dapat diperbaharui (renewable energy) dan proses

produksinya relatif lebih sederhana dibandingkan dengan proses produksi

bensin.

Page 7: Acara 2 Kompor IRAC

Bioethanol adalah hasil konversi dari bahan baku pati-patian, selulosa

(berasal dari tumbuh-tumbuhan) yang mempunyai kegunaan dan nilai jual yang

sangat tinggi . Kegunaan Bioethanol antara lain:

1. Dalam Industri Kimia

a. Sebagai bahan baku (raw material) untuk membuat senyawa kimia lain

seperti : Asetaldehid, Etil Asetat, Asam Asetat, Etilene Dibromida, Glycol,

Etil Klorida, dan semua Etil ester.

b. Bahan pembuat minuman keras (minuman beralkohol).

c. Bahan pelarut organik. Sebagai bahan pelarut dalam pembuatan cat, dan

bahan-bahan komestik.

2. Bidang Kedokteran, Farmasi dan Laboratorium

a. Sebagai bahan antiseptik.

b. Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri.

c. Sebagai cairan pengisi termometer karena ethanol membeku pada suhu

114oC.

d. Sebagai bahan pembuatan sejumlah besar obat-obatan dan juga sebagai

bahan pelarut atau sebagai bahan antara didalam pembuatan senyawa-

senyawa lain skala laboratorium.

3. Bahan Bakar Alternatif Kendaraan Bermotor. Bioethanol murni saat ini

dikembangkan sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak bumi.

Gasohol, merupakan bahan bakar ramah lingkungan yang dibuat dari campuran

gasoline dan ethanol.

Page 8: Acara 2 Kompor IRAC

Kompor merupakan tempat terjadinya proses pembakaran bahan bakar.

Kompor pemanas banyak digunakan untuk pengolahan pangan dan hasil

pertanian. Perfomansi suatu kompor pemanas dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti jenis bahan bakar, sistem aliran udara pembakaran untuk mensuplai

oksigen bagi pembakaran, serta bentuk dan bahan kompor. Bakan bakar yang

dapat digunakan pada kompor adalahbahan bakar cair, gas dan padat.

Page 9: Acara 2 Kompor IRAC

III. METODELOGI

A. Alat dan Bahan

1. Kompor IRAC

2. Bioetanol

3. Termometer infrared

4. Panci

5. Gelas ukur

6. Timbangan digital

7. Stopwatch

8. Kalkulator

9. Alat tulis

B. Prosedur Kerja

1. Alat dan bahan disiapkan.

2. Bioetanol diukur sebanyak 500 mL..

3. Air dimasukkan ke dalam panci sebanyak 2 liter.

4. Kompor bioetanol dinyalakan.

5. Suhu panci dan air diukur selama proses perebusan.

6. Waktu perebusan diukur.

7. Massa air menguap ditimbang.

8. Hasil dicatat pada lembar kerja.

Page 10: Acara 2 Kompor IRAC

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. pengamatan (Kompor IRAC Generasi I)Suhu (oC) 0 5 10 15 20 25 30

Tair 31 56 60 75 94 97 100Tdasar kompor 51 56 57 59 60 61 62Tdinding kompor 45 45 47 50 51 53 55Truang pembakaran 48 62 66 68 69 78 79Tcelah kompor dengan panic

36 38 41 48 57 6366

Tpermukaan panic 59 62 66 77 82 86 90

Cp air = 4,2 kj/kgoC

H = 16917 kj/kgoC

h = 2260 kj/kg

p = 0,8 kg/ml

I = 1 amp

Perhitungan:

1. Energi yang dimanfaatkan untuk memanaskan air

Qa = (Mair x Cp x ΔTair) + (Mu x h)

Qa = (2 kg x 4,2 kj/kgoC x 69, oC) + (0,2 kg x 2260 kj/kg)

Qa = 1031,6 kj

2. Energi yang tersedia dari bahan bakar

Qb = Mb x H

Qb = 0,16 x 0,8 kg/l x 15453,25 kj/kg

Qb = 2706,72 kj

Untuk menghitung efisiensi system kompor “IRAC” generasi 1 dengan rumus:

Page 11: Acara 2 Kompor IRAC

ɳ = QaQb

x 100 %

ɳ = 1031,62706,72

x 100 %

ɳ = 0,22 %

B. Pembahasan

Perpindahan panas adalah proses perpindahan energi yang diakibatkan oleh

perbedaan temperatur dalam sebuah sistem atau dua buah sistem yang saling

berhubungan. Sering kali kita menemukan istilah sistem, dimana sistem adalah

segala sesuatu yang ingin dipelajari.Sistem dapat berupa zat padat, fluida (cair dan

gas), atau campuran (cairan, gas dan padat).Air yang berada di bagian bawah

mendapatkan panas lebih dahulu, kemudian pindah ke bagian atas tempat suhu

dingin, dengan demikian suhu yang dingin indah ke bawah. Begitu seterusnya

sehingga kita melihat air yang dimasak itu turun naik.

Pada proses perebusan air menggunakan kompor IRAC, terjadi 3

perpindahan panas. Perpindahan panas dari api kompor ke air di dalam panci

terjadi secara konveksi. Karena air yang berada di bagian bawah mendapatkan

panas lebih dahulu, kemudian pindah ke bagian atas tempat suhu dingin, dengan

demikian suhu yang dingin indah ke bawah. Begitu seterusnya sehingga air yang

dimasak itu turun naik.

Perpindahan panas dari panci yang telah panas ke tangan terjadi secara

konduksi, karena tidak memerlukan zat penghantar yang bergerak. Dengan

otomatis panas mengenai tangan bila memegang panci. Sedangkan pada saat air

ditaruh dengan ada perbedaan jarak dengan panci, hal ini disebut  perpindahan

Page 12: Acara 2 Kompor IRAC

panas secara radiasi, karena perpindahan panas ini tidak membutuhkan zat

perantara.

Spesifikasi kompor IRAC dapat dilihat di tabel dibawah ini.

Tabel 2. Spesifikasi kompor IRAC ISubsistem Spesifikasi Dimensi Bahan

1. Dinding Kompor Silinder Senga. Diameter 0.20 mb. Tinggi 0.05 mc. Tebal 0.0005 m

2. Dasar kompor Lingkaran Alumuniuma. Diameter 0.11 mb. tebal 0.0005 m

3. Tangki bahan bakar

Tabung Seng

a. Diameter 0.20 mb. Tinggi 0.1 m

Kompor IRAC I mempunyai dimensi yaitu 58 cm x 25 cm x 25 cm. bagian

bawah penampungan bahan bakar disalurkan selang kemudian bahan bakar akan

dialirkan menuju ruang pembakaran.

Tabel 3. Spesifikasi Kompor IRAC IISubsistem Spesifikasi Dimensi Bahan

1. Dinding Kompor Silinder Senga. Diameter 0.20b. Tinggi 0.05c. Tebal 0.0005 m

2. Dasar kompor Lingkaran Alumuniuma. Diameter 0.11b. Tinggi 0.0005 m

3. Tangki bahan bakar

Balok Plastik

a. Panjang 0.11 mb. Lebar 0.065 mc. Tinggi 0.20 m

Kompor IRAC II mempunyai dimensi yaitu 58 cm x 25 cm x 30 cm.

Kompor IRAC II hampir mirip dengan IRAC I, hanya saja kompor ini

Page 13: Acara 2 Kompor IRAC

menggunakan listrik yaitu berupa healer yang dipasang di dalam tangki bahan

bakar sebagai tambahan panas untuk memanaskan bahan bakar.

Kompor yang digunakan saat praktikum adalah kompor IRAC berbahan

dasar bioetanol. Prinsip pengoperasian kompor IRAC yaitu dengan memanfaatkan

beda ketinggian antara tanki yang berisi bahan bakar berupa bioetanol cair melalui

dengan bagian ruang bakar kompor yang nantinya bioetanol akan mengalir terus

menerus saat dilakukan proses pemakaran sampai bioethanol pada tanki habis.

Hal-hal yang mempengaruhi waktu penyalaan kompor adalah sebagai

berikut:

1. Kapilaritas

Sifat kapilaritas minyak pada sumbu merupakan bagian yang terpenting

dalam sistim kompor sumbu. Naiknya minyak dari tangki minyak sampai ke

bagian atas melalui sumbu untuk selanjutnya terbakar sangat dipengaruhi oleh

sifat fisik minyak, diantaranya adalah kekentalan. Kekentalan menyebabkan

naik atau turunnya daya penetrasi minyak terhadap sumbu, angka kekentalan

yang tinggi menyebabkan daya penetrasi minyak turun. Tegangan permukaan

yang rendah memberikan kemampuan penetrasi dan penyebaran yang baik,

sifat pembasahan berkaitan dengan sudut kontak cairan sedangkan densitas

tidak banyak berpengaruh terhadap daya penetrasi.

Ketinggian yang dicapai suatu cairan dalam tabung kapiler dipengaruhi

pula oleh jari-jari tabung dan densitas cairan. Untuk kapilarisasi pada bahan

berpori, semakin rapat bahan tersebut maka akan semakin tinggi ketinggian

yang dapat dicapai oleh cairan.

Page 14: Acara 2 Kompor IRAC

Hal lain yang mempengaruhi daya kapilarisasi adalah jenis bahan

benang penyusun sumbu. Selain diakibatkan oleh perbedaan karakter dari

setiap jenis benang, kapilarisasi juga sangat erat dihubungkan dengan nilai

porositas sumbu. Ketinggian yang dapat dicapai oleh pergerakan minyak

sepanjang sumbu akan semakin cepat bila ukuran diameter pori sumbu

semakin kecil atau porositasnya semakin besar.

2. Viscositas

Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau

fluida. Viskositas diukur dari tahanannya untuk mengalir atau gesekan

dalamnya. Viskositas dapat dinyatakan oleh jumlah detik yang digunakan

oleh volume tertentu dan minyak untuk mengalir melalui lubang diameter

kecil tertentu. Semakin rendah jumlah detiknya berarti semakin rendah

viskositasnya. Jadi viskositas tidak lain menentukan kecepatan mengalirnya

suatu cairan. Suatu bahan apabila dipanaskan sebelum cair terlebih dahulu

menjadi viscous yaitu menjadi lunak dan dapat mengalir pelan-pelan.

Viskositas merupakan sifat yang sangat penting dalam penyimpanan

dan penggunaan bahan bakar minyak. Viskositas mempengaruhi derajat

pemanasan awal yang diperlukan untuk handling, penyimpanan dan atomisasi

yang memuaskan. Jika minyak terlalu kental, maka minyak akan sulit diserap

oleh sumbu.

3. Titik nyala

Page 15: Acara 2 Kompor IRAC

Titik nyala suatu bahan bakar adalah suhu terendah dimana bahan bakar

dipanaskan sehingga uap mengeluarkan nyala sebentar bila dilewatkan suatu

nyala api.

4. Panas jenis

Panas jenis adalah jumlah kkal yang diperlukan untuk menaikkan suhu

1kg minyak sebesar 1°C. Satuan panas jenis adalah kkal/kg°C. Besarnya

bervariasi mulai dari 0,22 hingga 0,28 tergantung pada specific gravity

minyak. Panas jenis menentukan berapa banyak steam atau energi listrik yang

digunakan untuk memanaskan minyak ke suhu yang dikehendaki. Minyak

ringan memiliki panas jenis yang rendah, sedangkan minyak yang lebih berat

memiliki panas jenis yang lebih tinggi.

5. Nilai kalor

Nilai kalor merupakan ukuran panas atau energi yang dihasilkan, dan

diukur sebagai nilai kalor kotor/gross calorific value atau nilai kalor netto/nett

calorific value. Perbedaannya ditentukan oleh panas laten kondensasi dari uap

air yang dihasilkan selama proses pembakaran. Nilai kalor kotor/gross

calorific value (GCV) mengasumsikan seluruh uap yang dihasilkan selama

proses pembakaran sepenuhnya terembunkan/terkondensasikan. Nilai kalor

netto (NCV) mengasumsikan air yang keluar dengan produk pengembunan

tidak seluruhnya terembunkan. Bahan bakar harus dibandingkan berdasarkan

nilai kalor netto.

6. Kadar air

Page 16: Acara 2 Kompor IRAC

Kadar air minyak pada umumnya sangat rendah sebab produk disuling

dalam kondisi panas. Batas maksimum 1% ditentukan sebagai standar.

Efiensi kompor adalah perbandingan antara panas berguna, yang diperlukan

untuk memasak dalam jumlah tertentu dari suhu awal sampai masak dengan panas

yang diberikan oleh bahan bakar, yang dipergunakan selama memasak tersebut

(Sudarno 2007).

Cara yang paling efektif untuk pengujian efisiensi suatu kompor adalah

dengan metode pemanasan air (water boiling test). WBT adalah simulasi kasar

dari proes pemasakan yang dapat membantu para perancang kompor/tungku untuk

mengetahui efektifitas dan efisieni energi panas yang ditransfer pada alat masak

(Bailis 2007).

Efisiensi sistem kompor adalah perbandingan antara jumah energi panas

yang digunakan pada sistem pengguna dengan energi panas bahan bakar terpakai.

Bila energi panas yang dihasilkan sistem adalah Qout, energi panas bahan bakar

terpakai adalah QIn, maka efisiensi sistem dinyatakan dengan (Abdullah K Dkk

1998):

Efesiensi = Qout/Qin

Dari hasil praktikum diperoleh data hasil pengamatan yang dapat dilihat

pada grafik dibawah ini.

Page 17: Acara 2 Kompor IRAC

0 5 10 15 20 25 300

20

40

60

80

100

120

f(x) = 2.62285714285714 x + 36.047619047619R² = 0.958868551402933

Perubahan suhu pada proses pendidihan air

suhu airLinear (suhu air)

waktu (menit )

suhu

(oC)

Gambar 1. Grafik Hubungan Perubahan Suhu Pada Proses Pendidihan Air.

Grafik diatas menunjukan kenaikan suhu pada saat pendidihan air yang

berlangsung selama 30 menit kenaikan suhu air cenderung stabil sampai suhu air

berada pada suhu 100oC hingga kemudian suhu air tersebut stabil. Data yang

diperoleh berupa massa air sisa, Cp dan suhu air dan data pengamatan lainnya

dapat dimasukkan ke dalam rumus perhitungan yang menunjukan energi yang

dimanfaatkan untuk memanaskan air sebesar 1031,6 kj. Sedangkan energi yang

tersedia dari bahan bakar sebesar 2706,72 kj.

Tingkat efisiensi dari penggunaan kompor biomassa “IRAC” sebesar 0,22 %

artinya penggunaan kompor tersebut masih sangat kurang efisien sehingga masih

perlu diperbaiki lagi dalam rancangan bentuk dan aspek lain dalam kompor

tersebut agar penggunaannya semakin efisien.

Hal ini terjadi karena perpindahan panas dari api ke dinding dan celah panci

terjadi secara bersamaan dan merata. Kemudian perubahan suhu pada dasar

kompor dan muka panci mengalami kenaikan naik turun tetapi tidak jauh

Page 18: Acara 2 Kompor IRAC

kenaikannya. Hal ini bisa dipengaruhi oleh perpindahan panas yang tidak merata.

Sedangkan pada suhu ruang bakar kenaikan dan turunnya suhu berbeda jauh hasil

perubahannya. Hal ini bisa karena aliran cairan bioetanol yang mungkin

terhambat.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Page 19: Acara 2 Kompor IRAC

A. Kesimpulan

1. Jenis bahan baku bioetanol akan mempengaruhi kinerja dari kompor IRAC

karena nyala api yang dihasilkan dari masing – masing bahan juga memiliki

perbedaan..

2. Kompor bioethanol bisa dikatakan belum efesien mengingat nyala api yang

dihasilkan tidak sebanding dengan penggunaan bioethanol pada proses

pembakaran di kompor IRAC tersebut.

B. Saran

Disarankan agar asisten menjelaskan cara penggunaan kompor IRAC dan

membiarkan praktikkan mengulangi apa yang dipraktikkan asisten.

DAFTAR PUSTAKA

Page 20: Acara 2 Kompor IRAC

Anonim. 2006. Bab II. On-line. http://digilib.unila.ac.id/2051/8/BAB%20II.pdf. Diakses tanggal 12 Juni 2015 pukul 21.06 WIB.

Abdullah K, dkk. 1998. Energi dan Listrik Pertanian. Bogor: IPB Press.

Bailis Rob et all. 2007. The Water Boiling Test (WBT). Household energy and health programm, shellfoundation. USA. 37

Sudarno. 2007. Peningkatan Efisiensi Kompor Minyak Tanah Bersumbu dengan Cara Meningkatkan Luas Area Api Sekunder. [Jurnal]. Ponorogo: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah.

Bambang, P., (2007), Potensi Sektor Pertanian Sebagai Hasil dan Pengguna Energi Terbarukan, Perspektif Vol. 6 No. 2 / Desember 2007. Hal 84 – 92.

Djoko Wiyono. (1995). Hand out teknologi fermentasi. Yogyakarta: Pascasarjana UGM

E. S. Rahayu dan Kapti Rahayu.(1988).Teknologi Minuman Beralkohol. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi UGM.

Erliza Hambali, Siti Mudjalipah, Armansyah Haloman Tambunan, Abdul Waries Pattiwiri, Roy Hendroko. (2007).Teknologi Bioenergi. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Karmawati, 2009.Tanaman Perkebunan Penghasil Bahan Bakar Nabati. IPB Press, Bogor.

Prihandana, Rama, Roy Hendarko. 2008. Energi Hijau. Jakarta : Penebar Swadaya

Rama Prihandana. (2007). Bioetanol Ubi Kayu Bahan Bakar Masa Depan. Jakarta: Agro Media Pustaka.

Tuite, M.F. (1992). Strategies for The Genetic Manipulation of Saccharomyces cerevisiae. Rev Biotech 12: 157-188