a. rinaldi k3 3c

24
MAKALAH TEKNIK PERAWATAN “KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA” Nama : A.RINALDI Kelas : 3C Mata Kuliah : Teknik Perawatan

Upload: bagus-arlan-prayogo

Post on 19-Dec-2015

250 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

tugas kalor jenis

TRANSCRIPT

Page 1: A. RINALDI K3 3c

MAKALAH TEKNIK PERAWATAN

“KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA”

Nama : A.RINALDI

Kelas : 3C

Mata Kuliah : Teknik Perawatan

POLITEKNIK NEGERI JAKARTAKampus UI – Depok

Kode Pos 16425 Telp. (021) 7270036 / 7270042 Fax. (021) 7270042Homepage (URL) http://www.pnj.ac.id

KATA PENGANTAR

Page 2: A. RINALDI K3 3c

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunianya sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada

waktunya yang berjudul “Keselamatan dan Kesehatan Kerja”.

Makalah ini berisikan tentang informasi pengertian K3. Diharapkan makalah ini dapat

memberikan informasi kepada kita semua tentang K3.

Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna , oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita semua.

 

JAKARTA,

8 DESEMBER 2014

A.RINALDI

Page 3: A. RINALDI K3 3c

A. Pengertian Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3)

Menurut Mondy (2008) keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan

dari luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan.

Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat

menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo,

patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran.

Sedangkan kesehatan kerja menurut Mondy (2008) adalah kebebasan dari

kekerasan fisik. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja

yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat

membuat stres emosi atau gangguan fisik.

Beberapa pendapat mengenai pengertian keselamatan dan kesehatan kerja

antara lain:

a)      Menurut Mangkunegara (2002) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu

pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah

maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil

karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.

b)      Menurut Suma’mur (2001), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk

menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja

di perusahaan yang bersangkutan.

c)      Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang

bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup

tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja

.

d)     Mathis dan Jackson (2002), menyatakan bahwa Keselamatan adalah merujuk pada

perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait

dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan

stabilitas emosi secara umum.

e)      Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000),

mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam

pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi

masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.

Page 4: A. RINALDI K3 3c

f)       Jackson (1999), menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja

menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja

yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.

Kesehatan pekerja bisa terganggu karena penyakit, stres, maupun karena

kecelakaan. Program kesehatan yang baik akan menguntungkan para pekerja secara

material, selain itu mereka dapat bekerja dalam lingkungan yang lebih nyaman,

sehingga secara keseluruhan para pekerja akan dapat bekerja secara lebih produktif

B.    Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Program keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk memberikan iklim

yang kondusif bagi para pekerja untuk berprestasi, setiap kejadian baik kecelakaan

dan penyakit kerja yang ringan maupun fatal harus dipertanggungjawabkan oleh

pihak-pihak yang bersangkutan (Rika Ampuh Hadiguna, 2009). Sedangkan menurut

Rizky Argama (2006), tujuan dari dibuatnya program keselamatan dan kesehatan

kerja adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan

penyakit akibat hubungan kerja. Beberapa tujuan program Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) adalah:

1.      Mencegah kerugian fisik dan finansial baik dari pihak karyawan dan perusahaan

2.      Mencegah terjadinya gangguan terhadap produktivitas perusahaan

3.      Menghemat biaya premi asuransi

4.      Menghindari tuntutan hukum dan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan

kepada karyawannya

C.    Penyebab Kecelakaan Kerja

Menurut Mangkunegara (2008) faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja,

yaitu:

1.      Keadaan Tempat Lingkungan Kerja

a)      Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang diperhitungkan

keamanannya.

b)      Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.

c)      Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.

Page 5: A. RINALDI K3 3c

2.      Pengaturan Udara

a)      Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor, berdebu,

dan berbau tidak enak).

b)      Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.

3.      Pengaturan Penerangan

a)      Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.

b)      Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.

4.      Pemakaian Peralatan Kerja

a)      Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.

b)      Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengamanan yang baik.

5.      Kondisi Fisik dan Mental Pegawai

a)      Stamina pegawai yang tidak stabil.

b)      Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara berpikir dan

kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap pegawai yang

ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja

terutama fasilitas kerja yang membawa risiko bahaya.

D.     Usaha Mencapai Keselamatan Kerja

Usaha – usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai keselamatan kerja dan

menghindari kecelakaan kerja antara lain:

a. Analisis Bahaya Pekerjaan (Job Hazard Analysis)

Job Hazard Analysis adalah suatu proses untuk mempelajari dan menganalisa

suatu jenis pekerjaan kemudian membagi pekerjaan tersebut ke dalam langkah

langkah menghilangkan bahaya yang mungkin terjadi.

Dalam melakukan Job Hazard Analysis, ada beberapa lagkah yang perlu dilakukan:

1)   Melibatkan Karyawan. Hal ini sangat penting untuk melibatkan karyawan dalam proses job hazard analysis. Mereka memiliki pemahaman yang unik atas pekerjaannya, dan hal tersebut merupakan informasi yang tak ternilai untuk menemukan suatu bahaya.

Page 6: A. RINALDI K3 3c

2)   Mengulas Sejarah Kecelakaan Sebelumnya.

Mengulas dengan karyawan mengenai sejarah kecelakaan dan cedera yang pernah terjadi, serta kerugian yang ditimbulkan, bersifat penting. Hal ini merupakan indikator utama dalam menganalisis bahaya yang mungkin akan terjadi di lingkungan kerja

3)   Melakukan Tinjauan Ulang Persiapan Pekerjaan. Berdiskusi dengan karyawan mengenai bahaya yang ada dan mereka ketahui di lingkungan kerja. Lakukan brainstorm dengan pekerja untuk menemukan ide atau gagasan yang bertujuan untuk mengeliminasi atau mengontrol bahaya yang ada.

4)   Membuat Daftar, Peringkat, dan Menetapkan Prioritas untuk Pekerjaan Berbahaya. Membuat daftar pekerjaan yang berbahaya dengan risiko yang tidak dapat diterima

atau tinggi, berdasarkan yang paling mungkin terjadi dan yang paling tinggi tingkat risikonya. Hal ini merupakan prioritas utama dalam melakukan job hazard analysis.

5)   Membuat Outline Langkah-langkah Suatu Pekerjaan.Tujuan dari hal ini adalah agar karyawan mengetahui langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mengerjakan suatu pekerjaan, sehingga kecelakaan kerja dapat diminimalisir.

b.      Risk Management

Risk Management dimaksudkan untuk mengantisipasi kemungkinan

kerugian/kehilangan (waktu, produktivitas, dan lain-lain) yang berkaitan dengan

program keselamatan dan penanganan hukum

c.       Safety Engineer

Memberikan pelatihan, memberdayakan supervisor/manager agar mampu

mengantisipasi/melihat adanya situasi kurang ‘aman’ dan menghilangkannya

d.      Ergonomika

Ergonomika adalah suatu studi mengenai hubungan antara manusia dengan

pekerjaannya, yang meliputi tugas-tugas yang harus dikerjakan, alat-alat dan

perkakas yang digunakan, serta lingkungan kerjanya.

Page 7: A. RINALDI K3 3c

Selain ke-empat hal diatas, cara lain yang dapat dilakukan adalah:

1.      Job Rotation

2.      Personal protective equipment

3.      Penggunaan poster/propaganda

4.      Perilaku yang berhati-hati

E.     Masalah kesehatan karyawan

Beberapa kasus yang menjadi masalaha kesehantan bagi para karyawan adalah:

a)Kecanduan alkohol & penyalahgunaan obat-obatan

Akibat dari beban kerja yang terlalu berat, para karyawan terkadang menggunakan

bantuan dari obata-obatan dan meminum alcohol untuk menghilangkan stress yang

mereka rasakan. Untuk mencegah hal ini, perusahaan dapat melkaukan pemeriksaan

rutin kepada karyawan tanpa pemberitahuan sebelumnya dan perusahaan tidak

memberikan kompromi dengan hal-hal yang merusak dan penurunan kinerja (missal:

absen, tidak rapi, kurang koordinasi, psikomotor berkurang)

b)                     Stress

Stres adalah suatu reaksi ganjil dari tubuh terhadap tekanan yang diberikan kepada

tubuh tersebut. Banyak sekali yang menjadi penyebab stress, namun beberapa

diantaranya adalah:

1.         Faktor Organisasional, seperti budaya perusahaan, pekerjaan itu sendiri, dan kondisi

kerja

2.         Faktor Organisasional seperti, masalah keluarga dan masalah finansial

c) Burnout

"Burnout” adalah kondisi terperas habis dan kehilangan energi psikis maupun

fisik. Biasanya hal itu disebabkan oleh situasi kerja yang tidak mendukung atau tidak

sesuai dengan kebutuhan dan harapan. Burnout mengakibatkan kelelahan emosional

dan penurunan motivasi kerja pada pekerja. Biasanya dialami dalam bentuk

kelelahan fisik, mental, dan emosional yang intens (beban psikologis berpindah ke

tampilan fisik, misalnya mudah pusing, tidak dapat berkonsentrasi, gampang sakit)

dan biasanya bersifat kumulatif

Page 8: A. RINALDI K3 3c

3.      Solusi Mengatasi Kecelakaan Kerja

Ada beberapa solusi yang dapat digunakan untuk mencegah atau mengurangi

resiko dari adanya kecelakaan kerja. Salah satunya adalah pengusaha membentuk

Panitia Pembina Kesehatan dan Keselamatan Kerja untuk menyusun program

keselamatan kerja. Beberapa hal yang menjadi ruang lingkup tugas panitia tersebut

adalah masalah kendali tata ruang kerja, pakaian kerja, alat pelindung diri dan

lingkungan kerja.

a.    Tata ruang kerja yang baik adalah tata ruang kerja yang dapat mencegah timbulnya

gangguan keamanan dan keselamatan kerja bagi semua orang di dalamnya. Barang-

barang dalam ruang kerja harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat

dihindarkan dari gangguan yang ditimbulkan oleh orang-orang yang berlalu lalang di

sekitarnya. Jalan-jalan yang dipergunakan untuk lalu lalang juga harus diberi tanda,

misalnya dengan garis putih atau kuning dan tidak boleh dipergunakan untuk

meletakkan barang-barang yang tidak pada tempatnya.

Kaleng-kaleng yang mudah bocor atau terbakar harus ditempatkan di tempat yang

tidak beresiko kebocoran. Jika perusahaan yang bersangkutan mengeluarkan sisa

produksi berupa uap, maka faktor penglihatan dan sirkulasi udara di ruang kerja juga

harus diperhatikan

b.    Pakaian kerja sebaiknya tidak terlalu ketat dan tidak pula terlalu longgar. Pakaian

yang terlalu longgar dapat mengganggu pekerja melakukan penyesuaian diri dengan

mesin atau lingkungan yang dihadapi. Pakaian yang terlalu sempit juga akan sangat

membatasi aktivitas kerjanya. Sepatu dan hak yang terlalu tinggi juga akan beresiko

menimbulkan kecelakaan. Memakai cincin di dekat mesin yang bermagnet juga

sebaiknya dihindari.

c.    Alat pelindung diri dapat berupa kaca mata, masker, sepatu atau sarung tangan. Alat

pelindung diri ini sangat penting untuk menghindari atau mengurangi resiko

kecelakaan kerja. Tapi sayangnya, para pekerja terkadang enggan memakai alat

pelindung diri karena terkesan merepotkan atau justru mengganggu aktivitas kerja.

Dapat juga karena perusahaan memang tidak menyediakan alat pelindung diri

tersebut.

d.   Lingkungan kerja meliputi faktor udara, suara, cahaya dan warna. Udara yang baik

dalam suatu ruangan kerja juga akan berpengaruh pada aktivitas kerja. Kadar udara

Page 9: A. RINALDI K3 3c

tidak boleh terlalu banyak mengandung CO2, ventilasi dan AC juga harus

diperhatikan termasuk sirkulasi pegawai dan banyaknya pegawai dalam suatu ruang

kerja. Untuk mesin-mesin yang menimbulkan kebisingan, tempatkan di ruangan

yang dilengkapi dengan peredam suara. Pencahayaan disesuaikan dengan kebutuhan

dan warna ruang kerja disesuaikan dengan macam dan sifat pekerjaan. (Slamet

Saksono, 1988: 104-111).

A.   Implementasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Dalam era industri seperti sekarang ini, tidak dapat kita pungkiri begitu banyak

perusahaan-perusahaan besar yang berdiri di Indonesia. Mulai dari perusahaan kelas

ringan sampai kelas berat ada. Sebagai perusahaan yang telah mempekerjakan orang-

orang di dalamnya, perusahaan diwajibkan untuk memberi perlindungan dalam

bidang kesehatan dan keselamatan kerja kepada setiap pihak di dalamnya agar

tercapai peningkatan produktivitas perusahaan.

Pemerintah sendiri sebenarnya cukup menaruh perhatian terhadap permasalahan

kesehatan dan keselamatan kerja ini. Berbagai macam produk perundang-undangan

dan peraturan-peraturan pendukung lainnya dikeluarkan untuk melindungi hak-hak

pekerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja mereka. Beberapa perusahaan

yang ada sebagian juga telah memiliki standar keamanan dan kesehatan kerja.

UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menjelaskan tentang

pentingnya perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja. Undang-

Undang tersebut berawal dari UU Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja.

UU Nomor 1 Tahun 1970 tersebut menjelaskan pentingnya keselamatan kerja baik

itu di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, dan di udara di wilayah

Republik Indonesia. Implementasinya diberlakukan di tempat kerja yang

menggunakan peralatan berbahaya, bahan B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya),

pekerjaan konstruksi, perawatan bangunan, pertamanan dan berbagai sektor

pekerjaan lainnya yang diidentifikasi memiliki sumber bahaya. Undang-undang

tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari perencanaan,

pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian,

penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan

aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.

Page 10: A. RINALDI K3 3c

Menurut Permenaker PER.05 / MEN / 1996 Bab I, salah satu upaya dalam

mengimplementasikan kesehatan dan keselamatan kerja adalah SMK3 (Sistem

Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja). SMK3 meliputi struktur organisasi,

perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang

dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan

pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian

resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang

aman, efisien dan produktif. SMK3 merupakan upaya integratif yang harus dilakukan

tidak hanya dilakukan oleh pihak manajemen tetapi juga para pekerja yang terlibat

langsung dengan pekerjaan.

Perundang-undangan yang dihasilkan tentu saja harus selalu diawasi dalam

proses implementasinya. Proses pengawasan tersebut diharapkan bisa menekan

angka kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya menghasilkan

angka zero accident yang memang merupakan tujuan dilaksanakannya SMK3.

Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada pelaksaannya

masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya personil

pengawasan, sumber daya manusia yang masih kurang memilki pengetahuan tentang

kesehatan dan keselamatan kerja serta perusahaan-perusahaan yang ternyata memang

belum memenuhi standar kesehatan dan keselamatan kerja.

Beberapa program yang dilaksanakan pemerintah dalam upaya mewujudkan

kesehatan dan keselamatan kerja diantaranya adalah :

1.    Kebijakan, Hukum, dan Peraturan

a.    Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Indonesia mempunyai kerangka hukum K3 yang ekstensif, sebagaimana

terlihat pada daftar peraturan perundang-undangan K3 yang terdapat dalam

Lampiran II. Undang-undang K3 yang terutama di Indonesia adalah Undang-Undang

No. 1/ 1970 tentang Keselamatan Kerja. Undang-undang ini meliputi semua tempat

kerja dan menekankan pentingnya upaya atau tindakan pencegahan primer.

Undang-Undang No. 23/ 1992 tentang Kesehatan memberikan ketentuan

mengenai kesehatan kerja dalam Pasal 23 yang menyebutkan bahwa kesehatan kerja

dilaksanakan supaya semua pekerja dapat bekerja dalam kondisi kesehatan yang baik

tanpa membahayakan diri mereka sendiri atau masyarakat, dan supaya mereka dapat

Page 11: A. RINALDI K3 3c

mengoptimalkan produktivitas kerja mereka sesuai dengan program perlindungan

tenaga kerja.

b.   Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Di antara negara-negara Asia, Indonesia termasuk negara yang telah

memberlakukan undang-undang yang paling komprehensif (lengkap) tentang sistem

manajemen K3 khususnya bagi perusahaan-perusahaan yang berisiko tinggi.

Peraturan tersebut (Pasal 87 UU no 13 Tahun 2003) menyebutkan bahwa “setiap

perusahaan yang mempekerjakan 100 karyawan atau lebih atau yang sifat proses atau

bahan produksinya mengandung bahaya karena dapat menyebabkan kecelakaan kerja

berupa ledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja diwajibkan

menerapkan dan melaksanakan sistem manajemen K3.

Audit K3 secara sistematis, yang dianjurkan Pemerintah, diperlukan untuk

mengukur praktik sistem manajemen K3. Perusahaan yang mendapat sertifikat

sistem manajemen K3 adalah perusahaan yang telah mematuhi sekurang-kurangnya

60 persen dari 12 elemen utama, atau 166 kriteria.

c.    Panitia Pembina K3 (P2K3)

Menurut Topobroto (Markkanen, 2004 : 15), Pembentukan Panitia Pembina K3

dimaksudkan untuk memperbaiki upaya penegakan ketentuan-ketentuan K3 dan

pelaksanaannya di perusahaan-perusahaan. Semua perusahaan yang mempekerjakan

lebih dari 50 karyawan diwajibkan mempunyai komite K3 dan mendaftarkannya

pada kantor dinas tenaga kerja setempat. Namun, pada kenyataannya masih ada

banyak perusahaan dengan lebih dari 50 karyawan yang belum membentuk komite

K3, dan kalau pun sudah, komite tersebut sering kali tidak berfungsi sebagaimana

seharusnya.

d.   Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)

Berdasarkan Undang-Undang No 3/ 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga

Kerja, Pemerintah mendirikan perseroan terbatas PT JAMSOSTEK. Undang-undang

tersebut mengatur jaminan yang berkaitan dengan :

(i)                 kecelakaan kerja [JKK],

(ii)               hari tua [JHT],

(iii)             kematian [JK], dan

(iv)             perawatan kesehatan [JPK].

Page 12: A. RINALDI K3 3c

Keikutsertaan wajib dalam Jamsostek berlaku bagi pengusaha yang

mempekerjakan 10 karyawan atau lebih, atau membayar upah bulanan sebesar1 juta

rupiah atau lebih. Pekerja yang mengalami kecelakaan kerja berhak atas manfaat/

jaminan yang meliputi (i) biaya transportasi, (ii) biaya pemeriksaan dan perawatan

medis, dan/ atau perawatan di rumah sakit, (iii) biaya rehabilitasi, dan (iv)

pembayaran tunai untuk santunan cacat atau santunan kematian.

B.    Konvensi-konvensi ILO yang berkaitan dengan K3

Pada tahun 2003, Indonesia masih belum meratifikasi Konvensi-konvensi

ILO yang berkaitan dengan K3 kecuali Konvensi ILO No 120/ 1964 tentang Higiene

(Komersial dan Perkantoran). Tetapi hingga tahun 2000, Indonesia sudah

meratifikasi seluruh Konvensi Dasar ILO tentang Hak Asasi Manusia yang

semuanya berjumlah delapan.

Karena Indonesia mayoritas masih merupakan negara agraris dengan sekitar

70% wilayahnya terdiri dari daerah pedesaan dan pertanian, Konvensi ILO yang

terbaru, yaitu Konvensi No. 184/ 2001 tentang Pertanian dan Rekomendasinya,

dianggap merupakan perangkat kebijakan yang bermanfaat. Tetapi secara luas

Indonesia dipandang tidak siap untuk meratifikasi Konvensi ini karena rendahnya

tingkat kesadaran K3 di antara pekerja pertanian. Tingkat pendidikan umum pekerja

pertanian di Indonesia juga rendah, rata-rata hanya 3 sampai 4 tahun di sekolah dasar

(Markkanen, 2004 : 16)

2.    Penegakan Hukum

Pemerintah Indonesia dalam melaksanakan peraturan hukum terkait K3 kemudian

membentuk lembaga-lembaga penunjang diantaranya :

a.    Direktorat Pengawasan Norma K3 di DEPNAKERTRANS

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, pengawasan/ inspeksi keselamatan kerja

telah didesentralisasikan dan tanggung jawab untuk pengawasan tersebut telah

dialihkan ke pemerintah provinsi sejak tahun 1984. Di Direktorat Jenderal

Pengawasan Ketenagakerjaan DEPNAKERTRANS, sekitar 1,400 pengawas

dilibatkan dalam pengawasan ketenagakerjaan secara nasional. Sekitar 400 pengawas

Page 13: A. RINALDI K3 3c

ketenagakerjaan memenuhi kualifikasi untuk melakukan pengawasan K3 di bawah

yurisdiksi Direktorat Pengawasan Norma K3 (PNKK).

b.   Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan

Pelayanan kesehatan kerja adalah tanggung jawab Pusat Kesehatan Kerja di bawah

Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan. Pusat ini dibagi menjadi (i) Seksi

Pelayanan Kesehatan Kerja, (ii) Seksi Kesehatan dan Lingkungan Kerja, dan (iii)

Unit Administrasi.

Pusat ini sudah menyusun Rencana Strategis Program Kesehatan Kerja untuk

melaksanakan upaya nasional. K3 merupakan salah satu program dalam mencapai

Visi Indonesia Sehat 2010, yang merupakan kebijakan Departemen Kesehatan saat

ini. Visi Indonesia Sehat 2010 dibentuk untuk mendorong pembangunan kesehatan

nasional, meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata dan terjangkau untuk

perorangan, keluarga, dan masyarakat .

c.    Dewan Tripartit National Keselamatan dan Kesehatan Kerja (DK3N)

Dewan K3 Nasional (DK3N) dibentuk oleh DEPNAKERTRANS pada tahun 1982

sebagai badan tripartit untuk memberikan rekomendasi dan nasihat kepada

Pemerintah di tingkat nasional. Anggota Dewan ini terdiri dari semua instansi

pemerintah yang terkait dengan K3, wakil-wakil pengusaha dan pekerja dan

organisasi profesi. Tugasnya adalah mengumpulkan dan menganalisa data K3 di

tingkat nasional dan provinsi, membantu DEPNAKERTRANS dalam membimbing

dan mengawasi dewan-dewan K3 provinsi, melakukan kegiatan-kegiatan penelitian,

dan menyelenggarakan program-program pelatihan dan pendidikan. Selama periode

1998-2002, DK3N telah menyelenggarakan sekurangkurangnya 27 lokakarya dan

seminar mengenai berbagai subyek di sektor-sektor industri terkait. DK3N juga telah

menerbitkan sejumlah buku dan majalah triwulan.

Pada hakikatnya kita memang tidak akan menemukan konsep dan realita yang

berjalan bersamaan, begitu pula dengan implementasi dari K3 yang belum bisa

berjalan maksimal apabila belum ada komitmen yang tegas dari berbagai pihak baik

pmerintah, pengusaha dan lembaga terkait lainnya dalam melaksanakan K3.