a. konsep keluarga 1. pengertian...
TRANSCRIPT
7
BAB II
KONSEP TEORI
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang di hubungkan oleh
perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional dan social dari individu-individu yang ada di dalamnya terlihat dari
pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama
(friedman, 1998).
keluarga sebagai perkumpulan dua atau lebih dari dua individu yang
tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam
peranannya masing- masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan. (Effendy, 1998)
“Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling
berinteraksi satu dengan lainnya, mempunyai peran masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya, 1978) ,
dikutip dari Setyowati, 2008)
Dari pengertian keluarga diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
keluarga adalah seperangkat bagian yang saling tergantung satu sama lain serta
memiliki perasaan beridentitas dan berbeda dari anggota dan tugas utama keluarga
8
adalah memelihara kebutuhan psikososial anggota-anggotanya dan kesejahteraan
hidupnya secara umum.
2. Tipe Keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai
macam pola kehidupan. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam
meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe
keluarga. Menurut Friedman (1998) Tipe keluarga ada 2 yaitu :
a. Tipe keluarga tradisional
1) Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari
suami, istri, dan anak (kandung atau angkat)
2) Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya :
kakek, nenek, keponakan, paman, bibi.
3) Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri
dari suami dan istri tanpa anak.
4) “Single Parent”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari
satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat).
Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.
5) “Single Adult”, yaitu suatu rumah tangga yang hanya
terdiri seorang dewasa (misalnya seorang yang telah
dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah).
9
b. Tipe keluarga non tradisional
1) The unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan
anak dari hubungan tanpa nikah.
2) The stepparent family
Keluarga dengan orang tua tiri
3) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak
ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah,
sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama :
sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau
membesarkan anaak bersama.
4) The non marital heterosexual cohibitang family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan
tanpa melalui pernikahan.
5) Gay and lesbian family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana suami-istri (marital partners).
6) Cohibitng couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
7) Group-marrige family
10
Beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat rumah
tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi
sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai-nilai,
hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan
saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,
pelayanan, dan tanggung jawab membesarkan anaknya.
9) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga atau saudara didalam waktu sementara, pada saat
orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
10) Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang
dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem
kesehatan mental.
11) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
11
mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan
dan kriminal dalam kehidupannya.
3. Struktur Keluarga
Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas :
a. Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi : (1) bersifat terbuka dan
jujur, (2) selalu menyelesaikan konflik keluarga, (3) berpikiran
positif, dan (4) tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.
Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :
1). Karakteristik pengirim :
a) Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat.
b) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.
c) Selalu meminta dan menerima umpan balik.
2). Karakteristik penerima :
a) Siap mendengarkan.
b) Memberi umpan balik.
c) Melakukan validasi.
b. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi
sosial yang diberikan.Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi
individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak, dan sebagainya.
Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu
dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi
12
kebutuhan anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka entah kemana
atau malah berdiam diri dirumah.
c. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu
untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain
kearah positif.
d. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar
atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga
juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan.
Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan
sistem nilai dalam keluarga.
Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi,
dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
4. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubugngan erat dengan fungsi internal keluarga, yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada
kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Keluarga yang
13
berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat
mengembangkan konsep diri positif.
Menurut ( Murwani, 2007 ) komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga
dalam melaksanakan fungsi afektif adalah :
1) Saling mengasuh; cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan
dukungan dari anggota yang lain. Maka, kemampuannya untuk
memberikan kasih sayang akan meningkat, yang pada akhirnya
tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan
intim didalam keluarga merupakan modal dasar dalam memberi
hubungan dengan orang lain diluar keluarga/masyarakat.
2) Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan
tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga
dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada
berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus
mengembangkan proses identifikasi yang positif sehingga anak-
anak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orang
tuanya.
14
Fungsi afektif merupakan “sumber energi” yang menentukan kebahagiaan
keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul
karena fungsi afektif didalam keluarga tidak dapat terpenuhi.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu, yang menghasilkan interaksi sosial. Sosialisasi dimulai sejak manusia
lahir.Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar
bersosialisasi.Keberhasilan perembangan individu dan keluarga dicapai melalui
interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam
sosialisasi.Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya, dan
perilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber
daya manusia.Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk
memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga
adalah untuk meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
seluruh anggoat keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian,
dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan tidak
seimbang antara suami dan istri hal ini menjadikan permasalahan yang berujung
pada perceraian.
15
e. Fungsi Perawatan atau Pemeliharan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau
merawat anggota keluarga yang sakit.Kemampuan keluarga dalam memberikan
asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga.Kesanggupan keluarga
melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga
yang dilaksanakan.Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti
sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.
5. Tugas Kesehatan Keluarga
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut : (Friedman, 1998)
a. Mengenal masalah kesehatan
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
e. Mempertahankan hubungan dengan ( menggunakan )
fasilitas kesehatan masyarakat
6. Tugas Perkembangan Keluarga
Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan. Seperti
individu-individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang
berturut-turut, keluarga juga mengalami tahap perkembangan yang berturut-turut.
Adapun tahap-tahap perkembangan menurut Duvall dan Miller dalam (Friedman,
1998) adalah :
16
a. Tahap I : keluarga pemula perkawinan dari sepasang insan
menandai bermulanya sebuah keluarga baru dan perpindahan dari
keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang intim.
b. Tahap II : keluarga sedang mengasuh anak dimulai dengan
kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan .
c. Tahap III : keluarga dengan anak usian pra sekolah dimulai ketika
anak pertama berusia dua setengah tahun, dan berakhir ketika anak
berusia lima tahun.
d. Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah dimulai ketika anak
pertama telah berusia enam tahun dan mulai masuk sekolah dasar
dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja.
e. Tahap V : keluarga dengan anak remaja dimulai ketika anak
pertama melewati umur 13 tahun, berlangsung selama enam hingga
tujuh tahun. Tahap ini dapat lebih singkat jika anak
meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih
tinggal dirumah hingga berumur 19 atau 20 tahun.
f. Tahap VI : keluarga yang melepas anak usia dewasa muda,
ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan
berakhir dengan “rumah kosong” ketika anak terakhir meninggalkan
rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada
berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal dirumah.
Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapan dari dan oleh anak-
anak untuk kehidupan dewasa yang mandiri.
17
g. Tahap VII : orang tua usia pertengahan dimulai ketika anak
terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau
kematian salah satu pasangan.
h. Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiun dan lansia dimulai
dengan salah stu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, hingga
salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lainnya
meninggal dan tugas tumbuh kembang lansia pada tahap ini adalah:
1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
3) Mempertahankan hubungan perkawinan
4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
B. Konsep Lansia
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang
maksimal. Setelah itu tubuh mulai menyusut karena berkurangnya jumlah sel-sel
yang ada didalam tubuh. Sebagai akibatnya tubuh juga akan mengalami
penurunan fungsi secara perlahan –lahan. Itulah yang dinamakan proses penuaan.
Orang yang lebih tua mengalami masalah dengan berbagai aktifitas hidup
sehari- hari yang termasuk mandi, berpakaian, makan, toilet, penahanan dan
mentransfer. Masalah-masalah ini kemampuan orang yang lebih tua sering
berdampak terhadap hidup mandiri, karena penurunan fungsional dimana semua
mempengaruhi kualitas hidup individu.
Penuaan adalah suatu proses menghilangnya perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
18
normalnya sehingga tidak dapat bertahap terhadap infeksi serta memperbaiki
kerusakan yang diderita (maryam, 2008)
Menjadi tua adalah suatu proses natural dan kadang-kadang tidak tampak
mencolok penuaan akan terjadi pada semua sistem tubuh manusia dan tidak pada
semua tubuh mengalami kemunduran pada waktu yang sama. Meskipun proses
menjadi tua merupakan gambaran yang universal, tidak seorang mengetahui
secara pasti penyebab penuaan atau mengapa manusia menjadi tua pada usia yang
berbeda-beda (pujiastuti, 2003)
1. Pengertian Lansia
Menurut UU NO. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan usia lanjut
adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.
Menua adalah suatu proses menghilangnya perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahap terhadap infeksi serta memperbaiki
kerusakan yang diderita.
Teori Menua menurut (maryam, 2008)
a. Teori Biologis
1) Teori Genetik
a) Teori Genetik Clock
Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah
terprogram secara genetik untuk spesies tertentu.teori ini
didasarkan pada kenyataan kenyataan bahwa spesies-
sepesies tertentu memiliki harapan hidup yang berbeda-
19
beda yang telah diputar menurut replikasi tertentu
sehingga bila jenis ini berhenti berputar ia akan mati.
b) Teori Interaksi Seluler
Teori ini menyatakan bahwa sel-sel satu sama lain
saling berinteraksi dan memengaruhi.keafdaan tubuh akan
baik-baik saja selama sel-sel masih berfungsi dalam suatu
hormon,tetapi bila tidak maka akan terjadi kegagalan
mekanisme dimana lama kelamaan sel-sel akan
mengalami degenerasi.
c) Teori Mutagenesis Somotik
Teori ini menyatakan bahwa penuaan terjadi karena
adanya mutasi somotik akibat pengaruh lingkungan yang
buruk.begitu terjadi pembelahan sel akan terjadi mutasi
spontan yang terus menerus berlangsung dan ahirnya
mengarah pada kematian sel.
2) Teori Non Genotik
Teori genetik menurut (pujiastuti, 2003)
a) Teori Autoimun
Teori ini menyatakan bahwa penuaan diakibatkan oleh
antibodi yang bereaksi terhadap sel normal dan merusaknya.reaksi
ini terjadi karena tubuh gagal mengenal sel yang normal ,dan
memproduksi sel yang salah.
20
Hal ini yang mendasari peningkatan penyakit auto imun pada usia
lanjut.ada jaringan tertentu yng tidak tahu terhadap sel tersebut
sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
b) Teori Radikal Bebas
Redikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang
tidak stabil karena mempunyaielektron yang tidak berpasangan
sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain yang
menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan pada tubuh.
Teori radikal bebas pada penuaan ditunjukkan oleh
hormon.perubahan hormon pada penuaan disebabkan oleh radikal
bebas dan akan menimbulkan efek patologis seperti kanker.
c) Teori Pembatasan Energi
Program pembatasan energi ditujukan untuk mengurangi
berat badan secara bertahap dalam beberapa tahun sampai
efesiensi metabolisme tercapai untuk hidup sehat dan panjang
umur.tinggi rendahnya diet mempengaruhi perkembangan umur
dan adanya penyakit.termasuk dalam program diet adalah
pantangan merokok, minum alkohol, dan mengendalikan
penyebabstres seperti kecemasan, frustrasi,atau stres yang
diakibatkan oleh kerja keras.
b. Teori Sosial
Teori sosial menurut (maryam, 2008)
1) Teori Interaksi Sosial
21
Teori ini menjelaskan mengapa usia lanjut
bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar
hal-hal yang dihargai masyarakat.kemampuan lansia
untuk terus menjalani interaksi sosial merupakan kunci
untuk mempertahankan status sosialnya berdasarkan
kemampuan bersosialisasi.
2) Teori Penarikan Diri
Teori ini menjelaskan seorang lansia dinyatakan
mengalami proses penuaan yang berhasil apabila ia
menarik diri dari pekerjaan yang terdahulu dan dapat
memutuskan diri dari personal pribadi serta
mempersiapkan diri dalam menghadapi kematianya.
3) Teori Aktivitas
Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang
sukses bergantung dari bagaimana lansia merasakan
kepuasan dalam melakukan aktivitas serta melakukan
mempertahankan aktivitas tersebutlebih penting
dibandingkan dari kuantitas dan aktivitas yang
dilakukan.dari satu sisi aktivitas lansia dapat menurun
tetapi disisi lain dapat juga dikembangkan, misalnya
sebagai ketua RT.
22
4) Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam siklus kehidupan
lansia.pengalaman hidup seseorang pada suatu saat
merupakani gambaran kelak pada saat ia menjadi
lansia.hal ini dapat
5) Teori perkembangan
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari
apa yang telah dialami lansia pada saat muda hingga
dewasa.
Teori perkembangan menjelaskan bagaimana
proses menjadi tua merupakan suatu tantangandan
bagainana jawaban lansia terhadap berbagai tantangan
tersebut yang dapat bernilai positif atau negatifakan
tetapi dalam teori ini tidak menggariskan bagaimana
cara menjadi tua yang diinginkan atau yang seharusnya
diterapkan oleh lansia tersebut.
6) Teori Stratifikasi Usia
Stratifikasi usia berdasarkan usia kronologi yang
menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan
kapasitas, peran, kewajiban, dan hak mereka
berdasarkan usia.
23
7) Teori Spiritual
Komponen spritual dan tumbuh kembang
merujuk pada pengertian hubungan individu dengan
alam semesta dan persepsi individu tentang arti
kehidupan.perkembangan kepercayaan antara orang dan
lingkunganya terjadi karena adanya kombinasi antara
nilai-nilai dan pengetahuan.
2. Perubahan pada Lansia
a. Perubahan Fisik dan Fungsional
1) Sel
a) Jumlah sel menurun atau lebih sedikit
b) Ukuran sel lebih besar
c) Jumlah cairan tubuh menurun atau berkurang
d) Jumlah cairan intraseluler menurun
2) Kardiovaskuler
a) Katup jantung menebal dan kaku
b) Kemampuan jantung memompa darah menurun atau
lemah(menurunya kontraksi dan volume)
c) Elastisitas pembuluh darah menurun
d) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
sehingga tekanan darah meningkat
3) Persarafan
a) Menurun hubungan persyarafan
24
b) Saraf panca indra mengecil
c) Berkurangnya respon motorik dan refleks
4) Vagina
a) Selaput lendir mengering
b) Jumlah sekresi menurun
5) Pendengaran
a) Terjadinya gangguan pendengaran
b) Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan
6) Penglihatan
a) Respon terhadap sinar menurun
b) Adaptasi terhadap gelap menurun
c) Akomodasi menurun
d) Lapang pandang menurun dan katarak
7) Kulit
a) Kulit menjadi keriput serta kulit kepala dan rambut
menipis
b) Rambut dalam hidung dan telinga menebal
c) Elastisitas kulit menurun
d) Rambut memutih(uban)
e) Kelenjar keringat menurun
f) Kuku keras dan rapuh
25
8) Belajar dan Memori
a) Kemampuan belajar masih ada tetapi relatif
menurub
b) Memori daya ingat menurun karena proses encoding
menurun
9) Endokrin
a) Jumlah produk hormon menurun
10) Vesika urinaria
a) Otot-otot melemah
b) kapasitasnya menurun dan retensi urin
11) Genitourinaria
a) Ginjal :mengecil , aliran darah kehinjal menurun ,
fungsi tibulus menurun sehingga kemampuan
mengonsentrasi urine ikut menurun
12) Gastrointestinal
a) Asam lambung menurun
b) Peristaltik menurun sehingga daya absorpsi juga
ikut menurun
c) Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ
aksesori menurun sehingga menyebabkan
berkurangnya produksi hormon dan enzim
pencernaan
26
13) Muskuloskeletal
a) Jumlah cairan tulang menurun sehingga mudah
Rapuh
b) Posisi badan menjadi bungkuk
c) Persendian membesar dan menjadi kaku , kram,
tremor, tendon mengerut dan mengalami sklerosi
b. Perubahan Mental
Faktor yang mempengaruhi perubahan mental
1) Perubahan fisik, khususnya organ perasaan
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan
5) Lingkungan
3. Peran Keluarga Terhadap Lansia
Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam
mempertahankan kesehatanya.peran keluarga dalam perawatan lansia antara lain
menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental,
mengantisipasi perubahan sosial ekonomi serta memberikan motivasi dan
memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan melaksanakan perananya terhadap
lansia, yaitu :
a. Melakukan pembicaraan terarah
b. Mempertahankan kehangatan keluarga
27
c. Membantu dalam hal transportasi
d. Membantu melakukan persiapan makanan bagi lansia
e. Memenuhi sumber-sumber keuangan
f. Memberikan kasih sayang
g. Menghormati dan menghargai
h. Bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia
i. Memberikan kasih sayang, menyediakan waktu, serta perhatian
kepada lansia
j. Jangan pernah menganggap lansia sebagai beban
4. Tugas Perkembangan Keluarga Berkaitan dengan Lansia menurut
(Friedman, 1998)
6) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
7) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
8) Mempertahankan hubungan perkawinan
9) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
10) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
28
C. Konsep Stroke Hemoragi
1. Pengertian
Stroke atau CVA adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah kebagian otak (suddharth, 2002)
Stroke hemoragi adalah stroke karena pecahnya pembuluh darah sehingga
menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu
daerah otak dan merusaknya.(pudiastuti, 2011)
Stroke hemoragi merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subaraknoid.Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada area otak
tertentu.(muttaqin, 2008)
Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi
cepat, berupa deficit neurologis fokal dan atau global, yang berlangsung 24 jam
atau lebih atau lamgsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan
oleh gangguan peredaran darah otak non traumatic. Bila gangguan peredaran
darah otak ini berlangsung sementara, beberapa detik hingga beberapa jam
(kebanyakan 10-20 menit), tapi kurang dari 24 jam, disebut sebagai serangan
iskemia otak sepintas (transient ischaemia attack = TIA) (mansjoer, 2000)
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragi adalah salah satu
jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak sehingga
darah tidak dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan otak mengalami
hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan.
29
2. Anatomi Fisiologi
a. Otak
Gambar 1.
Anatomi Otak
(http://nursingart.blogspot.com)
30
Otak manusia kira-kira merupakan 2% dari berat badan orang dewasa
(sekitar 3 lbs). Otak menerima 20% dari curah jantung dan memerlukan sekitar
20% pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energy setiap harinya.
Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energy dalam seluruh
tubuh manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi
glukosa.jaringan otak sangat rentan dan kebutuhan akan oksigen dan glukosa
melalui aliran darah adalah konstan. Metabolisme otak merupakan proses tetap
dan kontinu, tanpa ada masa istirahat. Bila aliran darah berhenti selama 10 detik
saja, maka kesadaran mungkin sudah akan hilang, dan penghentian dalam
beberapa menit saja dapat menimbulkan kerusakan ireversibel. Otak terdiri dari
empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil),
brainsterm (batang otak), dan diensefalon(price, 1995).
serebrum merupakan letak pusat-pusat saraf yang mengatur semua
kegiatan sensorik dan motorik, juga mengatur proses penalaran, ingatan, dan
intelegensi. Serebrum terdiri dari dua hemisfer, korteks serebri dan korpus
kalosum.Hemisfer serebri merupakan bagian yang terbesar dari otk. Masing-
masing terdiri ataskorteks, suatu selaput bagian luar dari sel-sel saraf, tersusun
dalam lapisan; dengan ketebalan sekitar 2 mm dan mengandung sekitar 70% dari
semua neuron dalam system persarafan.
Serat saraf, menjalar ke dan dari sel-sel tersebut, menghubungkan bagian
dari otak dan menghubungkan otak dengan medulla spinalis. Thalamus, basal
ganglia dan massa lain dari sel-sel saraf di dalam hemisfer serebri.
31
Korpus kolasum, merupakan lapisan tebal dari serat yang menghubungkan
hemisper serebri; melalui korpus kolasum terjadi pertukaran sensoris informasi.
Medulla oblongata adalah sehelai jaringan saraf yang sempit
bersambungan dengan pons di sebelah atas dan medulla spinalis disebelah
bawah.Medulla oblongata sebagian besar terdiri dari saraf.Medulla oblongata
mengandung sel-sel pusat jantung dan pusat pernapasan tempat jantung dan paru-
paru dikendalikan.
Medulla oblongata mengandung nucleus atau badan sel dari berbagai saraf
otak yang penting.Selain itu medulla mengandung “pusat-pusat vital” yang
berfungsi mengendalikan pernapasan dan system kardiovaskular.Oleh karena itu,
suatu cedera yang terjadi pada bagian ini dalam batang otak, dapat membawa
akibat yang sangat serius.
Sereblum adalah bagian terbesar dari otak belakang.Fungsi Sereblum
adalah untuk mengatursikap badan.Sereblum berperan penting dalam koordinasi
otot dan menjaga keseimbangan. Bila serabut kortiko-spinal yang melintas dari
korteks serebri ke sumsum tulang belakang mengalami penyilangan dan dengan
demikian mengendalikan gerakan sisi yang lain dari tubuh, maka hemisfer serebri
mengendalikan tonus otot dan sikap pada sisinya sendiri.
Cedera unilateral pada sereblum mengakibatkan gangguan pada sikap
dan tonus otot.Gerakan sangat tidak terkoordinir, seorang pasien yang menderita
gangguan tersebut mungkin tidak sanggup memasukkan makanan ke dalam
mulutnya sendiri, dan bahkan mengotori mukanya akibat makanan yang tercecer,
terombang-ambing sewaktu berjalan dan cenderung untuk jatuh kearah sisi badan
32
yang mendapat cedera. Semua gerakan sadar dan otot-otot anggota badan menjadi
lemah, dan cara bicara pun lambat.
a. Nervus Cranialis
1) Nervus olvaktorius
Saraf pembau yang keluar dari otak dibawa oleh dahi , membawa
rangsangan aroma (bau-bauan) dari rongga hidung ke otak .
2) Nervus optikus
Mensarafi bola mata , membawa rangsangan penglihatan ke otak .
3) Nervus Okulomotoris
Saraf ini bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital(otot
penggerak bola mata). Didalam saraf ini terkandung serabut-
serabut saraf otonom(para simpatis).saraf penggerak mata keluar
dari sebelah tangkai otak dan menuju ke lekuk mata yang berfungsi
mengangkat kelopak mata atas, selain itu mensarafi otot miring atas
mata dan otot lurus sisi mata.
4) Nervus troklearis
Bersifat motoris, mensarafi otot-otot orbital.saraf pemutar mata
yang pusatnya terletak dibelakang pusat saraf penggerak mata.
5) Nervus trigeminus
Bersifat majemuk(sensoris motoris), saraf ini mempunyai tiga buah
cabang. Fungsinya saraf kembar tiga, saraf ini merupakan saraf
otak besar, sarafnya yaitu:
33
a) Nervus oltamikus; sifatnya sensorik, mensarafi kulit kepala
bagian depan kelopak mata atas ,selaput lendir kelopak mata,dan
bola mata.
b) Nervus maksilaris; sifatnya sensoris mensarafi gigi-gigi
atas,bibir atas, palatum, batang hidung,rongga hidung, dan sinus
maksilaris.
c) Nervus mandibularis; sifatnya majemuk(sensori dan motoris).
Mensarafi otot-otot pengunyah.serabut-serabut sensorisnya
mensarafi gigi bawah, kulit daerah temporal, dan dagu.
6) Nervus abdusen
Sifatnya motoris, mensarafi otot-otot orbital.Fungsinya sebagai
saraf penggoyang sisi mata.
7) Nervus fasialis
Sifatnya majemuk(sensori dan motoris), serabut-serabut
motorisnya mensarafi otot-otot lidah dan selaput lendir rongga
mulut. Di dalamn saraf ini terdapat serabut-serabut saraf otonom
(parasimpatis) untuk wajah dan kulit kepala. Fungsinya sebagai
mimic wajah dan menghantarkan rasa pengecap.
8) Nervus auditoris
Sifatny sensoris, mensarafi alat pendengar, membawa rangsangan
dari pendengaran dan dari telinga ke otak.Fungsanya sebagai saraf
pendengar.
34
9) Nervus glosofaringeus
Sifatnya majemuk(sensoris dan motoris),mensarafi faring,tonsil,
dan lidah. Saraf ini dapat membawa rangsangan cita rasa ke otak.
10) Nervus vagus
Sifatnya majemuk(sensoris dan motoris), mengandung serabut-
serabut saraf motorik, sensorik, dan parasimpatis faring, laring,
paru-paru, esophagus, gaster intestinum minor, kelenjar-kelenjar
pencernaan dalam abdomen dan lain-lain. Fungsinya sebagai saraf
perasa.
11) Nervus asesorius
Sifatnya motoris dan mensarafi muskulus sternokleidomsatoid
dan muskulus trapezius.Fungsinya sebagai saraf tambahan.
12) Nervus hipoglosus
Sifatnya motoris dan mensarafi otot-otot lidah.Fungsinya sebagai
saraf lidah.Saraf ini terdapat didalam sumsum penyambung.
(Syarifuddin, 2003)
35
b. Sirkulasi darah otak
Gambar 2.
Anatomi Pembuluh Darah Otak
(sarafsehatsetiawan.blogspot.com)
36
Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi
oksigen total tubuh manusiauntuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh
dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Dalam rongga
cranium, keempat arteri ini saling berhubungan dan membentuk system
anastomosis, yaitu sirkulasi willisi (satyanegara, 2008)
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis komunis
kira-kira setinggi rawan tirpidea.Arteri karotis interna masuk ke dalam tengkorak
dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum, menjadi arteri serebri anterior
dan media. Arteri serebri anterior member suplai darah pada struktur-struktur
seperti nucleus kaudatus dan putamen basal ganglia, kapsula interna, korpus
kolosum dan bagian-bagian (terutama medial) lobus frontalis dan parietalis
serebri, termasuk korteks somestetik dan korteks motorik. Arteri serebri media
mensupli darah untuk lobus temporalis, pareantalis dan frontalis korteks serebri.
Arteri vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteri subklavia sisi yang
sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum, setinggi
perbatasan pons dan medulla oblongata.Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri
basilaris, terus berjalan sampai setinggi otak tengah, dan disini bercabang menjadi
dua membentuk sepasang arteri serebri posterior.Cabang-cabang system
vertebrobasilaris ini memperdarahi medulla oblongata, pons, sereblum, otak
tengah dan sebagian diensefalon. Arteri serebri posterior dan cabang-cabangnya
memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan
temporalis,apparatus koklearis dan organ-organ vestibular.
37
Darah di dalam jaringan kapiler otak akan dialirkan melalui venula-venula
(yang tidak mempunyai nama) ke vena serta di drainase ke sinus duramatris. Dari
sinus, melalui vena emisaria akan dialirkan ke vena-vena ekstrakranial.
3. Etiologi
a. Perdarahan intraserebral
Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena
hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,
membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan
edema otak. peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan
kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral
yang disebabkan karena hipertensi sering di jumpai di daerah putamen,
thalamus, pons, dan serebelum.
b. Perdarahan Subarakhnoid
Dapat terjadi karena trauma atau hipertensi, penyebab tersering
adalah kebocoran anurisma pada area sirkulus Willisi dan Malvormasi
arteri – vena kongenetal. Gejala-gejala pada umumnya mendadak,
peningkatan intracranial (TIK), perubahan tingkat kesadaran, sakit
kepala (mungkin hebat), vertigo, kacau mental, stupor sampai koma,
gangguan ocular, hemiparesis atau hemiplegic, mual muntah, iritasi
meningeal (kekakuan nukhal, kernig’s, Brudzinski’s positif,
Fotofobia, penglihatan ganda, peka rangsang, kegelisahan,
peningkatan suhu tubuh)
38
c. Perdarahan Serebral.
Factor risiko stroke
Beberapa factor penyebab stroke antara lain:
a. Hipertensi, merupakan factor risiko utama.
b. Penyakit kardiovaskular-embolisme serebral berasal dari
jantung.
c. Kolesterol darah tinggi.
d. Obesitas atau kegemukan.
e. Peningkatan hematokrit meningkatkan risiko infark serebral.
f. Riwayat penyakit diabetes mellitus.
g. Kontrasepsi oral (khususnya dengan hipertensi,merokok,dan
kadar estrogen tinggi)
h. Merokok
i. Penyalahgunaan obat (khususnya kokain)
j. Konsumsi alcohol.
(muttaqin, 2008)
4. Patofisiologis
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di
otak.Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai
oleh pembuluh darah yang tersumbat.Suplai darah ke otak dapat berubah (makin
lambat atau makin cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan
spasme vascular) atau karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru
39
dan jantung).Aterosklerosis sering sebagai factor penyebab infark pada
otak.Thrombus dapat berasal dari plak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada
area stenosis, tempat aliran darah mengalami perlambatan atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat dipecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai
emboli dalam aliran darah.Thrombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang
disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kogestri disekitar
area.Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark
itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang
sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukkan
perbaikan.Oleh karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi
perdarahan massif.Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septic infeksi
akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau
ensefalitis atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat
menyebabkan dilatasi aneurisme pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan
perdarahan serebral, jika aneurisme pecah atau rupture.
Perdarahan pada otak disebabkan oleh rupture arteriosklerotik dan
hipartensi pembuluh darah.perdarahan intrasirebral yang sangat luas akan lebih
sering menyebabkan kematian dibandingkan keseluruhan penyakit
serebrovaskular,karena perdarahan yang luas terjadi destruksi masa
otak,peningkatan tekanan intracranial dan yang lebih berat dapat mengakibatkan
herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen magnum.
40
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak,henisfer otak,dan
perdarahan sibatang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke bataang
otak.Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan
otak di nucleus kaudatus,thalamus dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat,dapat berkembang enuksia
serebral.perubahan yang oleh enuksia serebral dapat reversible untuk waktu 4
sampai 6 menit. Perubahan irreversible jika anoksia lebih dari 10 menit.Anoksia
serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti
jantung.
Selain kerusakan parenkin otak,akibat volume perdarahan yang relativ
banyak akan mengakibatkan peningkatan tekanan intracranial dan penurunan
tekanan perfusi otak serta gangguan drainase otak. Elemen-eleman vaso aktiv
darah yang keluar dan kaskade iskemik akibat menurunya tekanan
perfusi,menyebabkan saraf di area yg terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi.
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Jika volume darah lebih dari
60cc maka resiko kematian sebesar 93% pada perdarahan dalam dan 71% pada
perdarahan logar. Sedangkan jika terjadi perdarahan seregral dengan volume
antara 30 sampai 60cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75%,namun
volume darah 5cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal.
(muttaqin, 2008)
41
5. Manifestasi Klinis
Menurut WHO, dalam internasional Statistical Classification of Diseases
and lated Health Problem 10Th
Revision, stroke hemoragik dibagi atas:
a. Perdarahan intraserebral (PSI)
b. Perdarahan subarachnoid (PSA)
Stroke akibat PSI mempunyai gejala prodromal yang tidak jelas, kecuali
nyeri kepala karena hipertensi.Serangan serinh kali siang hari, saat aktivitas atau
emosi/marah.Sifat nyeri kepalanya hebat sekali.Mual dan muntah sering terdapat
pada permulaan serangan. Hemiparesis/hemiplegi biasanya terjadi sejak
permulaan serangan, kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma (65%
terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara ½ s.d. 2 jam, dan 12% terjadi setelah
2 jam, sampai 19 hari).
Pada pasien dengan PSA didapatkan gejala prodromal berupa nyeri kepala
hebat dan akut.Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi. Ada
gejala/tanda rangsangan meningeal. Edema papil dapat terjadi bila ada perdarahan
subhialoid karena pecahnya aneurisma pada a. komunikans anterior atau a. karotis
interna.
Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya gangguan
pembuluh darah dan lokasinya. Manifestasi klinis stroke akut dapat berupa:
1) Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya
hemiparesis) yang timbul mendadak.
42
2) Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan
(gangguan hemisensorik).
3) Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium,
letargi, stupor, atau koma).
4) Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, atau
kesulitan memahami ucapan).
5) Disartria (bicara pelo atau cadel).
6) Gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler) atau
diplopia.
7) Ataksia (trukal atau anggota badan).
8) Vertigo, mual dan muntah, atau nyeri kepala.
(mansjoer, 2000)
6. Komplikasi
a. Hipoksia serebral
Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi
darah adekuat ke otak.Fungsi otak bergantung pada
ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan.
b. Penurunan aliran darah serebral dan luasnya area cedera
Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah
jantung, dan itegritas pembuluh darah serebral.Hidrasi adekuat
(cairan intravena) harus menjamin penurunan viskositas darah
dan memperbaiki aliran darah serebral.Hipertensi atau
43
hipotensi ekstrem perlu dihindari untuk mencegah perubahan
pada aliran darah serebral dan potensi luasnya area cedera.
c. Embolisme serebral
Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard.
Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan
selanjutnya menurunkan aliran darah serebral.Disritmia dapat
mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan
penghentikan thrombus lokal. Selain itu disritmia dapat
menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.
(suddarth's, 2001)
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan stroke hemoragik
a. Terapi stroke hemoragik pada serangan akut
1) Saran operasi diikuti dengan pemeriksaan.
2) Masukkan klien ke unit perawatan saraf untuk dirawat di
bagian bedah saraf
3) Penatalaksanaan umum di bagian saraf
b. Penatalaksanaan khusus pada kasus:
1) Subarachnoid hemorrhage dan intraventricular hemorrhage
2) Kombinasi antara parenchymatous dan subarachnoid
hemorrhage
3) parenchymatous hemorrhage
44
c. neurologis
1) pengawasan tekanan darah dan konsentrasinya
2) control adanya edema yang dapat menyebabkan kematian
jaringan otak
d. terapi perdarahan dan perawatan pembuluh darah
1) antifibrinolitik untuk meningkatkan mikrosirkulasi dosis
kecil
a) aminocaproic acid 100-150ml% dalam cairan isotonic
2 kali selama 3-5 hari, kemudian 1 kali selama 1-3
hari.
b) antagonis untuk pencegahan permanen: Gordox dosis
pertama 300.000 IU kemudian 100.000 IU 4x per hari
IV; Contrical dosis pertama 30.000 ATU, kemudian
10.000 ATU x 2 per hari selam 5-10 hari.
2) Natrii Etamsylate (Dynone) 250 mg × 4 hari IV sampai 10
hari
3) Kalsium mengandung obat; Rutinium, Vicasolum,
Ascorbicum
4) Provilaksois Vasospasme
a) calcium-channelantagonist (Nimotop 50ml [10mg per
hari IV diberikan 2mg per jam selama 10-14 hari])
45
b) Awasi peningkatan tekanan darah sistolik klien 5-20
mg, koreksi gangguan irama jantung, terapi penyakit
jantung komorbid.
c) Profilaksis hipostatik pneumonia, emboli arteri
pulmonal, luka tekan, cairan purulen pada luka
kornea, kontraksi otot dini. Lakukan perawatan
respirasi, jantung, penatalaksanaan cairan dan
elektrolit, control terhadap tekanan edema jaringan
otak dan peningkatan TIK, perawatan klien secara
umum, dan penatalaksanaan pencegahan komplikasi.
d) Terapi infuse, pemantauan (monitoring) AGD,
tromboembolisme arteri pulmonal, keseimbangan
asam basa, osmolaritas darah dan urine, pemeriksaan
biokimia darah.
e) Berikan dexason 8+4+4+4 mg IV (pada kasus tanpa
DM, perdarahan internal, hipertensi maligna) atau
osmotic diuretic (dua hari sekali Rheugloman
(manitol) 15% 200ml IV diikuti oleh 20mg Lasix
minimal 10-15 hari kemudian).
e. Control adanya edema yang dapat menyebabkan kematian jaringan
otak.
f. Pengawasan tekanan darah dan konsentrasinya.
46
Perawatan umum klien dengan serangan stroke akut
a. Pengaturan suhu, atur suhu ruangan menjadi 18-20 derajat
celciuc.
b. Pemantauan (monitoring) keadaaan umum klien (EKG, nadi,
satursi O2, PO2, PCO2).
c. Pengukuran suhu tubuh tiap 2 jam.
d. Batasi makanan berkolesterol dan lemak (daging, durian,
alpukat, keju dan lainnya).
e. Pertahankan diet dengan gizi seimbang (banyak makan buah
dan sayuran).
f. Olahraga yang teratur.
(batticaca, 2008)
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Angiografi serebral :membantu menentukan penyebab stroke
secara spesifik, seperti perdarahan, atau obstruksi arteri.
Adanya titik okulasi atau rupture.
b. Scan CT : memperlihatkan adanya edema, hematoma,
iskemia dan adanya infark.
c. Pungsi lumbal : menunjukkan adanya tekanan normal dan
biasanya ada thrombosis, emboli serebral dan TIA. Tekanan
meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukkan
adanya hemoragik subarachnoid atau perdarahan intra
47
cranial. Kadar protein total meningkat pada kasus thrombosis
sehubungan dengan adanya proses inflamasi.
d. Magnetik resonance imaging (MRI) : menunjukkan daerah
yang mengalami infark, hemoragik, malformasi arteriovena
(MAV).
e. Ultrasonografi Doppler : mengidentifikasi penyakit
arteriovena (masalah system arteri karotis [aliran
darah/muncul plak]) arteriosklerotik)
f. Sinar X tengkorak : menggambarkan perubahan kelenjar
lempeng pineal daerah yang berlawanan dari massa yang
meluas; klasifikasi karotis interna terdapat pada thrombosis
serebral: klasifikasi parsial dinding aneurisma pada
perdarahan subarachnoid.
(Doenges, 2000)
48
D. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA LANSIA PASCA
STROKE
1. Pengkajian menurut friedman, 1998
a. Data identitas
Meliputi data-data dasar, yaitu :
1) Usia
Resiko terkena stroke pada saat usia semakin
lanjut. Sesudah lewat usia 35 tahun, besarnya
resiko menjadi dua kali lipat per satu dasawarsa.
2) Jenis kelamin
Pria beresiko lebih besar terkena stroke
dibandingkan dengan wanita pra monepouse. Pria
dan wanita.
3) Ras/suku bangsa
Orang kulit hitam lebih rawan terkena stroke
dibandingkan dengan orang kulit putih .sebagian
besar disebabkan karena orang kulit hitam lebih
banyak mengidap tekanan darah tinggi dan
diabetes.
4) Hipertensi
Tekanan darah tinggi meningkatkan resiko orang
terkena stroke iskemik dan stroke hemoragic.
49
Tekanan darah tinggi melemahkan serta merusak
pembuluh darah di dalam dan di sekitar otak
sehingga semua pembuluh darah tersebut rawan
pendarahan serta arterisklerosis. Terlalu banyak
mengkonsumsi garam, kurang berolahraga, serta
kelebihan berat badan ikut berperan dalam
menimbulkan tekanan darah tinggi.
5) Kebiasaan merokok
Orang yang merokok memiliki resiko terserang
stroke 2 atau 3 kali lebih besar dibandingkan dengan
orang yang tidak merokok. Merokok ikut
menyebabkan terbentuknya endapan lemak( plak )
dalam pembuluh arteri. Nikotin membuat jantung
bekerja lebih keras, meningkatkan denyut jantung
dan tekanan darah. Selain itu, karbon monoksida
dalam asap rokok menggeser oksigen yang ada
dalam darah, sehingga jumlah oksigen pada dinding
pembuluh arteri serta jaringan, termasuk jaringan
dalam otak akan menurun. Kombinasi merokok
dengan mengkonsumsi pil KB akan sangat
meningkatkan resiko stroke.
50
6) Pekerjaan
Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh
terhadap keluarga dalam melakukan pengobatan dan
perawatan pada angota keluarga yang sakit salah
satunya disebabkan karena hipertensi. Menurut
(Effendy,1998) mengemukakan bahwa
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena
tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada pada
keluarga misalnya keuangan.
7) Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi
keluarga dalam mengenal stroke beserta
pengelolaannya. Berpengaruh pula terhadap pola
pikir dan kemampuan untuk mengambil keputusan
dalam mengatasi masalah dengan tepat dan benar.
8) Status ekonomi social keluarga
Tingkat ekonomi keluarga mempengaruhi terhadap
pengambilan keputusan keluarga untuk mengambil
keputusan keluarga untuk membawa ke pelayanan
kesehatan atau merawat penderita stroke.
51
9) Aktivitas rekreasi dan waktu luang
Situasi yang rileks dalam keluarga dapat
menimbulkan relaksasi, sehingga tahapan perifer
menurun. Keluarga yang stress tidak
mengembangkan fungsi relaksasi akan terpengaruh
pada kondisi emosional atau psikologis anggotanya,
factor emosi ini menjadi pemicu peningkatan
tekanan darah.
10) Kebiasaan makan
Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang
dikosumsi oleh keluarga. Untuk penderita stroke
biasanya mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung garam, zat pengawet, serta emosi yang
tinggi.
11) Kebiasaan aktivitas
Aktifitas fisik yang keras dapat menambah
terjadinya peningkatan tekanan darah. Serangan
hipertensi dapat timbul sesudah atau waktu
melakukan kegiatan fisik, seperti olah raga
(Friedman, 1998).
52
b. Riwayat dan tahap perkembangan
Menurut Friedmen (1998:125), Riwayat keluarga mulai
lahir hingga saat ini termasuk riwayat perkembangan dan
kejadian serta pengalaman kesehatan yang unik atau
berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam kehidupan
keluarga yang belum terpenuhi berpengaruh terhadap
psikologis seseorang yang dapat mengakibatkan kecemasan.
1). Tahap perkembangan keluarga saat ini
Stroke sering ditemukan pada keluarga dengan
anggota keluarganya berusia lanjut ataupun yang
berusia lebih dari 65 tahun
2). Riwayat keluarga
Adanya salah satu keluarga atau orang tua yang
mempunyai riwayat hipertensi atau penyakit jantung,
DM dan sebagainya mempunyai risiko lebih besar
untuk terkena stroke.
c. Data lingkungan
1). Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik
seperti lantai rumah, penerangan dan fentilasi yang
baik dapat mengurangai faktor penyebab terjadinya
cedera pada penderita stroke fase rehabilitasi.
53
2). Karakteristik lingkungan
Menurut (friedman,1998) derajat kesehatan
dipengaruhi oleh lingkungan. Ketenangan lingkungan
sangat mempengaruhi derajat kesehatan tidak
terkecuali pada hipertensi
3). Fasilitas kesehatan lingkungan
Adanya fasilitas kesehatan sangat menentukan
pemulihan kesehatan, pencegahan penyakit serta
pengobatan.
4). Fasilitas transportasi
Transportasi yang memadahi sangat berpengaruh
terhadap kemampuan keluarga untuk menjangkau
fasilitas kesehatan.
d. Struktur keluarga
1) Struktur komunikasi
Berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama
anggota keluarga merupakan tugas keluarga dan
dapat menurunkan tingkat stress yang dapat
memicu terjadinya stroke.
2) Struktur kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga dipegang oleh
pengambil keputusan yang mempunyai hak dalam
menentukan masalah dan kebutuhan dalam
54
mengatasi masalah kesehatan stroke dalam
keluarga.
3) Struktur peran
Peran antar anggota keluarga menggambarkan
perilaku interpersonal yang berhubungan dengan
masalah kesehatan dalam posisi dan situasi
tertentu.
4) Nilai kepercayaan
Beban kasus keluarga stroke sangat tergantung
pada nilai kepercayaan akan kebutuhan terhadap
asuhan keperawatan keluarga.
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
Keluarga yang tidak menghargai anggota keluarganya
yang menderita hipertensi, maka akan menimbulkan
stressor tersendiri bagi penderita. Hal ini akan
menimbulkan suatu keadaan yang dapat menambah
seringnya terjadi serangan hipertensi karena kurangnya
partisipasi keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang sakit (Friedman, 1998).
2) Fungsi social.
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga
yang menderita stroke dalam bersosialisasi dengan
55
lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak memberikan
kebebasan pada anggotanya, maka akan mengakibatkan
anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan ini
mengancam status emosi menjadi labil dan mudah
stress.
2. Fungsi perawatan kesehatan
Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanganan masalah
stroke:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Ketidak sanggupan keluarga mengenal masalah pada stroke
salah satu factor penyebabnya adalah karena kurang
pengetahuan keluarga tentang stroke, apabila keluarga tidak
mampu mengenal masalah stroke, penyakit tersebut akan
mengakibatkan komplikasi.
b. Mengambil keputusan bagi anggota keluarga yang sakit
Ketidak mampuan keluarga dalam mengambil keputusan
serta dalam melakukan tindakan yang tepat tentang stroke
berhubungan dengan:
1). Tidak memahami mengenai sifat, berat dan
luasnya masalah stroke.
2). Ketidakmampuan keluarga dalam
memecahkan masalah karena kurangnya
pengetahuan dan sumber dana keluarga,
56
seperti: latar belakang pendidikan dan
keuangan keluarga.
3). Ketidakmampuan keluarga dalam memilih
tindakan diantara beberapa alternative
perawatan dan pengobatan terhadap stroke.
c. Merawat anggota keluarga yang sakit
Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang sakit berhubungan dengan:
1). Tidak mengetahui keadaan penyakit stroke, misalnya:
sifat penyakit, tanda dan gejala yang menyertai
stroke.
2). Kurangnya pengetahuan tentang prosedur perawatan
stroke.
d. ketidakmampuan keluarga untuk memelihara lingkungan
rumah yang dapat mempengaruhi stroke berhubungan
dengan:
1). Kurangnya pengetahuan akan pemanfaatan dan
keuntungan dari pemeliharaan lingkungan rumah.
2). Kurangnya sumberdaya keluarga misalnya: keuangan,
keadaan fisik rumah yang kurang memenuhi syarat.
3). Ketidakmampuan akan pentingnya sanitasi
lingkungan.
57
4). Kurangnya pengetahuan tentang usaha pencegahan
stroke.
e. ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada untuk pengobatan dan konsultasi
tentang stroke:
1). Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada
misalnya: posyandu, puskesmas dan bidan desa.
2). Tidak memahami keuntungan dan dalam
memanfaatkan fasilitas yang ada.
3). Tidak adanya fasilitas kesehatan disekitarnya.
f. koping keluarga
apabila terdapat stressor yang muncul dalam anggota
keluarga, sedangkan koping keluarga tidak efektif, maka ini
akan menjadi stress pada anggota keluarga yang menderita
stroke. Karena salah satu cara mengatasi kekambuhan yaitu
dengan menjaga diit yang teratur dan mengurangi stress.
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan tentang factor-faktor
yang mempertahankan respon atau tanggapan yang tidak sehat
dan menghalaangi perubahan yang diharapkan.
(Effendy, 1998)
58
Diagnosa yang mugkin timbul pada keluarga dengan stroke
antara lain:
a. Resiko injuri
b. Kerusakan mobilitas fisik
4. Fokus Intervensi
a. Resiko injuri
1) Respon Kognitif
a) Berikan penjelasan kepada keluarga tentang
manifestasi klinis resiko injuri sebagai tanda
dari penyakit stroke
b) Berikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga tentang cara mengatasi resiko injuri
2) Respon Afektif
a) Anjurkan kepada klien dan keluarga untuk
selalu memonitor tekanan darah
b) Motivasi klien dan keluarga untuk selalu
periksa ke pelayanan kesehatan terdekat
3) Respon Psikomotor
a. Anjurkan kepada keluarga untuk membawa
klien ke pelayanan kesehatan.
b. Motivasi klien untuk patuh atau kooperatif
dalam regimen pengobatan
59
b. Kerusakan mobilitas fisik
1) Respon Kognitif
a) Berikan pendidikan kesehatan kepada klien
dan keluarga tentang terjadinya kerusakan
mobilitas fisik sebagai manifestasi penyakit
stroke.
b) Berikan penyuluhan kepada keluarga tentang
perawatan anggota keluarga yang menderita
stroke.
2) Respon Afektif
a) Anjurkan keluarga untuk melatih ROM
pasif pada penderita stroke
b) Motivasi keluarga dan klien untuk melatih
ROM pasif sesuai gerakan yang diajarkan
3) Respon Psikomotor
a) Pertahankan untuk melakukan gerakan
ROM
b) Anjurkan keluarga untuk membawa ke
fisioterapi dan pengobatan tradisional ,
seperti akupuntur, terapi pijat dll.
c) Anjurkan keluarga untuk melakukan latihan
di tempat tidur. Lakukan latihan sebanyak 5
60
kali kemudian di tingkatkan perlahan
sebanyak 20 kali setiap latihan
61
Pathways
Kompresi
batang otak
Kegagalan
kardiovaskuler
dan pernapasan
koma
kematian
Depresi saraf
kardiovaskuler
dan pernapasan
Kehilangan
tonus otot 4. Defisit
perawatan
diri
Defisit neurologis
1. Penurunan
perfusi jaringan
serebral
Hemiplegi dan
hemiparesis
2. kerusakan
mobilitas fisik
Herniasi falk
serebri dan ke
foramen
magrum
Disartria,
afasia,
apraksia
3. Kerusakan
komunikasi
verbal
Infark
serebral
Kehilangan
kontrol volunter
Risiko
peningkatan
TIK
Kerusakan lobus
frontal
kapasitas,memori/fun
gsi intelektual
kortikal
Disfungsi
bahasa, dan
komunikasi
Pembuluh darah oklusi,
iskemik jaringan otak,
edema dan kongesti jar
ingan sekitar
Emboli serebral
Stroke
Perembesan darah ke parenkim otak,
penekanan jar otak, infark otak,
edema, hemiasi otak
Trombosis serebral Penyumbatan pembuluh
darah otak oleh bekuan
darah, lemak dan udara
Pendarahan intraserebral
Aterosklerosis,
hiperkoagulasi, artetis
Katup jantung rusak, miokard
infark, endokarditis, fibrilasi Aneurisma, malformasi,
arteriovenous
Faktor-faktor risiko stroke
Intake
nutrisi tidak
adekuat
5. perubahan
pemenuhan
nutrisi
Penurunan
tingkat
kesadaran
6. risiko
cidera/trauma
Kelemahan
fisik umum
Sumber : Arif Muttaqin 2008