repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · web view...

52
1 VARIABILITAS HASIL TANGKAPAN JARING INSANG TETAP HUBUNGANNYA DENGAN KONDISI OSEANOGRAFI DI PERAIRAN KABUPATEN KOLAKA UTARA, SULAWESI TENGGARA ANDI LUTFI BAKPAS Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

Upload: others

Post on 25-Feb-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

1

VARIABILITAS HASIL TANGKAPAN JARING INSANG TETAP HUBUNGANNYA DENGAN KONDISI OSEANOGRAFI DI PERAIRAN

KABUPATEN KOLAKA UTARA, SULAWESI TENGGARA

ANDI LUTFI BAKPAS

SkripsiSebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

padaFakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANANJURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANANUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2011

Page 2: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

2

Judul Skripsi : Variabilitas hasil tangkapan jaring insang tetap hubungannya dengan kondisi oseanografi di perairan kab Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara.

Nama Mahasiswa : ANDI LUTFI BAKPAS

Nomor Pokok : L 231 06 011

Program Studi : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Skripsi telah diperiksa dan disetujui oleh:

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Prof. Dr. Ir. H. Musbir, M.Sc. Dr.Ir. Alfa F P Nelwan.M.Si NIP.196508101989111001 NIP 196601151995031002

Mengetahui,

Dekan

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Ketua Program Studi,

Prof. Dr. Ir. A. Niartiningsi, MS. Dr. Ir. Aisjah Farhum, M.Si.NIP. 196112011987032002 NIP. 196906051993032002

Tanggal Lulus:

Page 3: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

3

RIWAYAT HIDUP

Andi Lutfi Bakpas dilahirkan di Koroha pada tanggal 15

Januari 1988. Penulis adalah anak pertama dari tiga

bersaudara dari pasangan H. Andi Bakri dan Hj.Andi

Fausiah. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah

Dasar Negeri (SDN) I Koroha pada tahun 2000.

Melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah tingkat pertama di Sekolah

Menengah Pertama Negeri (SMPN) 3 Lasusua pada tahun 2000.

Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMK I Gunung sari

Makassar pada tahun 2003. Tahun 2006 penulis diterima melanjutkan

studi pada program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas

Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, Makassar melalui

jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB), Selama menempuh

pendidikan di Unhas penulis aktif di beberapa kegiatan kemahasiswaan di

antaranya sebagai Pengurus Fisheries Diving Club (FDC), Badan

Legislatif Mahasiswa Perikanan (BLM) dan pengurus Himpunan

Mahasiswa Perikanan - Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HMP

PSP).

Page 4: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

4

ABSTRAK

ANDI LUTFI BAKPAS. Variabilitas hasil tangkapan jaring insang tetap hubungannya dengan kondisi oseanografi di perairan kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara. Di bimbing oleh MUSBIR dan ALFA F.P. NELWAN.

Variabilitas hasil tangkapan perlu diketahui dalam upaya untuk menentukan jenis ikan yang dominan dan frekuensi kemunculan dari hasil tangkapan jaring insang tetap, serta hubungannya dengan kondisi oseanografi. Variabilitas hasil tangkapan di deskripsikan dengan komposisi relatif jenis ikan yang tertangkap selama 31 trip operasi penangkapan. Pola operasi penangkapan ditentukan dengan deskripsi frekuensi kemunculan kumulatif dari setiap jenis ikan. Kondisi oseanografi yang diamati adalah suhu permukaan laut; kecepatan arus; salinitas; kekeruhan, dan kedalaman perairan. Hubungan produksi ikan dengan perubahan kondisi oseanografi ditentukan menggunakan analisis regresi linear berganda. Jenis ikan yang tertangkap jkaring insang tetap selama 31 trip penangkapan adalah: 1) layang (Decapterus sp); 2) baronang (Siganus sp); 3) kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta); 4) peperek (Leiognathus sp); 5) cendro (Strongylura strongylura); 6) biji nangka (Upeneus sp). Deskripsi variabilitas hasil tangkapan menunjukkan jenis ikan layang dominan tertangkap dalam kurun waktu 31 trip penangkapan jaring insang tetap yakni sebesar 255 kg atau 57% dari total hasil tangkapan. Berdasarkan deskripsi frekuensi kemunculan menunjukkan jenis ikan layang tertangkap setiap trip dalam 31 trip penangkapan atau sebesar 100%. Frekuensi kemunculan jenis ikan biji nangka yang terendah yaitu 4 kali kemunculan dalam 31 trip penangkapan atau sebesar 12,9%. Perubahan kondisi oseanografi selama penelitian berdasarkan koefisien keragaman menunjukkan suhu permukaan laut dan salinitas terendah dibandingkan variabel oseanografi lainnya. Koefisien keragaman rendah mengindikasikan relatif tidak fluktuatif selama pengamatan. Hasil uji regresi linier berganda antara variabel oseanografi (kedalaman, kecepatan arus dan kecerahan) dengan total produksi ikan menunjukkan model regresi yang tidak signifikan. Model regresi yang tidak signifikan menunjukkan variabel oseanografi yang diuji belum dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap produksi ikan jaring insang tetap.

kata kunci: variabilitas, frekuensi kemunculan, oseanografi, jaring insang tetap,regresi linear berganda, Kolaka Utara.

Page 5: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

5

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunianya sehingga seluruh proses penelitian dengan judul “Variabilitas

hasil tangkapan jaring insang tetap hubungannya dengan kondisi

oseanografi di perairan Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara”

dapat terlaksana hingga pada tahap penulisan skripsi ini. Salam dan

shalawat atas junjungan Nabiyyullah Muhammad SAW suri teladan bagi

seluruh ummat manusia di muka bumi.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan dalam

memperoleh gelar sarjana pada jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu

Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Dalam

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak

yang telah memberikan dukungan dan bantuan yang sangat berarti, mulai

dari awal pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi ini. Penulis

sepantasnya menghaturkan terima kasih dan penghargaan sebesar-

besarnya kepada :

1. Kedua orang tua saya H. Andi Bakri dan Hj. Andi Fausiah beserta

keluarga besar tersayang atas segala dukungannya baik secara

materil maupun doanya untuk penulis sehingga memberi motivasi

kepada penulis untuk terus belajar dan berpikir tentang masa depan

penulis.

2. Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan ibu Prof. Dr. Ir. Hj. A.

Niartiningsi,MS. dan Ketua Jurusan Perikanan bapak Prof. Dr. Ir. H.

Musbir, M.Sc. dan Ketua Program Studi ibu Dr. Ir. Aisjah Farhum, M.Si.

atas dukungan dan kerja samanya selama ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musbir, M.Sc selaku pembimbing utama dan

sebagai pembimbing anggota bapak Dr.Ir.Alfa Nelwan, M.Si yang telah

banyak meluangkan waktu untuk membimbing, dan memberi saran-

saran yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyusun skripsi ini.

4. Tim penguji, Prof. Dr. Ir. Achmar Mallawa, DEA; Dr. Ir. Mukti Zainuddin,

M.Sc; Dr. Ir. Aisjah Farhum, M.Si yang telah memberikan saran dan

keritik dalam proses penyelesaian skripsi.

Page 6: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

6

5. Staf dosen pengajar dan pegawai Jurusan Perikanan. UNHAS yang

telah mengajar dan membimbing serta membantu kami selama masa

perkuliahan.

6. Terima kasih untuk keluar besar nelayan Kabupaten Kolaka Utara,

serta saudaraku Rusli yang telah mambantu selama penelitian di

lapangan.

7. Ady Jupri S.Pi, Akmaluddin S.Pi dan Akbar Marzuki S.Pi yang telah

banyak membantu dan kerjasamanya selama penyusunan loparan.

8. Keluarga besar Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan khususnya PSP

Unhas Angkatan 2006 dan anggota Fisheries Diving Club Unhas

Penyusunan dan penyajian skripsi ini, penulis menyadari masih jauh

dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Sehigga penulis

sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran dari pembaca

demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Penulis sangat

mengharpkan skripsi hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca

untuk pengembangan ilmu dan teknologi perikanan tangkap.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih bagi pembaca dan

sekaligus permohonan maaf bila dalam penulisan skripsi terdapat

kekeliruan di dalamnya sebab itu semua datangnya dari penulis dan bila

terdapat kelebihan semata-mata datangnya dari sang Khalik.

Makassar, Juli 2011

ANDI LUTFI BAKPAS

Page 7: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

7

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kabupaten Kolaka Utara memiliki luas wilayah daratan sebesar

3.391 km2 dan wilayah perairan laut diperkirakan seluas ± 5.000 km2,

dengan jumlah penduduk sebesar 113.317 jiwa. Berdasarkan kondisi

iklim, Kabupaten Kolaka Utara mempunyai ketinggian umumnya kurang

dari 1.000 meter dari permukaan laut dan berada di sekitar daerah

khatulistiwa maka daerah ini beriklim tropis. Suhu udara minimum

sekitar10°C dan maksimum 31°C atau rata-rata antara 24°C - 28°C.

Sebagian besar penduduk memiliki mata pencaharian sebagai petani dan

nelayan, namun demikian perairan laut seluas ± 5.000 belum

dimanfaatkan secara optimal untuk kegiatan usaha perikanan.

Kabupaten Kolaka Utara memiliki perairan laut yang luas mencapai

± 5.000 km2. Perairan ini belum dimanfaatkan secara optimal, khususya

untuk kegiatan usaha perikanan. Memanfaatkan potensi perikanan

tangkap di Kabupaten Kolaka Utara membutuhkan informasi lokasi

potensi penangkapan ikan, dimana lokasi potensi penangkapan ikan

berkaitan dengan ketersediaan ikan untuk penangkapan. Alasan utama

sebagian spesies ikan berada di suatu perairan disebabkan 3 hal pokok,

yaitu: (1) memilih lingkungan hidupnya yang sesuai dengan kondisi

tubuhnya; (2) mencari sumber makanan; (3) mencari tempat yang cocok

untuk pemijahan dan perkembangbiakan (Nomura dan Yamazaki 1977;

Laevastu dan Hayes 1981). Hal pokok tersebut akan menentukan

keberhasilan suatu operasi penangkapan.

Respon ikan terhadap perubahan kondisi lingkungan menyebabkan

sumberdaya ikan terdistribusi secara terbatas di perairan laut. Kondisi ini

mengindikasikan bahwa ketersediaan ikan pada suatu lokasi

penangkapan akan menentukan besarnya produksi ikan, menyebabkan

produksi ikan dari suatu jenis alat tangkap tidak akan sama pada setiap

trip penangkapan.

Page 8: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

8

Sebaran suhu permukaan laut (SPL) di Perairan Kabupaten Kolaka

Utara mengindikasikan adanya pencampuran massa air (DKP Kolaka

Utara 2003). Massa air hangat berada di sebelah timur dan utara,

sedangkan massa air yang lebih dingin terdapat di bagian selatan dan

barat. Akibat pertemuan massa air tersebut menyebabkan terjadinya

lapisan air tercampur yang diduga kaya akan nutrien. Kondisi salinitas di

perairan Kabupaten Kolaka Utara menunjukkan salinitas perairan tinggi

pada musim peralihan I (MP I) dan musim timur (MT). Pada musim barat

(MB) dan musim peralihan II (MPII) salinitas lebih rendah berdasarkan

data rata-rata bulanan. Kondisi arus laut menunjukkan kecepatan arus di

Teluk Bone cenderung tinggi, namun demikian pada bagian utara perairan

Kolaka utara menunjukkan kecepatan arus semakin berkurang dari timur

ke barat (DKP Kolaka Utara 2003).

Perikanan tangkap telah memberikan konstribusi yang sangat

nyata dalam pengembangan dan pembangunan Kolaka Utara, dimana

berdasarkan produksi perikanan tangkap sebesar 6.138,00 ton atau

sebesar 0,1% dari total produksi perikanan Indonesia yang mencapai

4.629.209 ton (DKP Kolaka Utara, 2003). Jenis industri pengolahan ikan

yang ada yaitu pengolahan ikan air tawar dan ikan air laut. Pengolahan

hasil ikan air tawar terdapat di Kecamatan Ranteangin, Pakue Utara dan

Pakue Barat, sedangkan pengolahan ikan laut lebih tersebar di

Kecamatan Ranteangin, Lasusua, Kodeoha, Watunohu dan Pakue Utara.

Adapun alat tangkap yang umumnya di gunakan masyarakat

nelayan Kolaka utara adalah alat tangkap Gillnet (jaring insang tetap) atau

dikenal dengan sebutan pukat. Keberhasilan pengoperasian jaring insang

tetap adalah mengetahui arah gerak renang ikan, karena alat tangkap ini

bersifat pasif. Sifat pasif dari alat tangkap ini menyebabkan perlu

diketahui lokasi yang memiliki ketersediaan ikan yang menjadi tujuan

utama penangkapan, dimana ketersediaan ikan pada suatu areal perairan

ditentukan oleh keadaan lingkungan. Kondisi perairan menjadi penting

untuk diketahui sejauhmana pengaruh perubahan kondisi oseanografi di

lokasi penangkapan jaring insang tetap pada perairan Kolaka Utara.

Page 9: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

9

Diketahuinya pengaruh kondisi oseanografi terhadap ketersediaan ikan

akan membantu untuk mengoptimalkan pengoperasian alat tangkap,

khususnya jaring insang tetap.

B. Tujuan dan KegunaanTujuan penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan variabilitas hasil tangkapan jaring insang tetap yang

dioperasikan pada perairan Kabupaten Kolaka Utara.

2. Mengetahui pengaruh parameter oseanografi terhadap hasil tangkapan

jaring insang tetap di perairan Kabupaten Kolaka Utara.

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan informasi untuk

penelitian selanjutnya. Selain itu hasil penelitian ini juga dapat digunakan

sebagai informasi awal untuk mengetahui daerah penangkapan ikan

potensil jaring insang tetap yang dioperasikan pada perairan Kolaka

Utara.

Page 10: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

10

2. TINJAUAN PUSTAKA

A. Alat Tangkap Jaring Insang TetapPengertian

Dalam bahasa Jepang gill net disebut dengan istilah “sasi ami”,

yang berdasarkan pemikiran bahwa tertangkapnya ikan-ikan pada gill net

ialah dengan proses bahwa ikan-ikan tersebut “menusukkan diri-sasu”

pada “jaring-ami”. Di Indonesia penamaan gill net ini beraneka ragam, ada

yang menyebutkan berdasarkan jenis ikan yang tertangkap (jaring kuro,

jaring udang dan lainnya), ada pula yang disertai dengan nama tempat

(jaring udang Bayeman), dan lain sebagainya. Tertangkapnya ikan-ikan

dengan gill net ialah dengan cara bahwa ikan-ikan tersebut terjerat (gilled)

pada mata jaring atupun terbelit-belit (entangled) pada tubuh jaring

Martasuganda (2002); Sudirman dan Mallawa (2004).

Klasifikasi jaring insangBerdasarkan letak alat tangkap di perairan, jaring insang terdiri dari:

jaring insang pemukaan, jaring insang pertengahan, dan jaring insang

dasar. Berdasarkan kedudukan alat saat dioperasikan adalah: jaring

insang hanyut (drift gillnet), yaitu jaring dibiarkan hanyut terbawa arus

setelah disetting, serta jaring insang tetap (fixed gillnet), yaitu jaring insang

yang dipasang menetap pada suatu perairan yang dalam pemasangannya

menggunakan jangkar sehingga tidak hanyut (Martasuganda, 2002).

Pada jaring insang tetap di bagian ujung jaring ataupun kedua

ujungnya diikatkan tali jangkar, sehingga posisi jaring menjadi tertentu

oleh letak jangkar. Pada sisi lain, gerakan turun naik dari gelombang akan

menyebabkan pula gerakan turun naik dari pelampung, gerakan ini akan

ditularkan ke tubuh jaring. Jika irama gerakan ini tidak seimbang,

ditambah oleh pengaruh-pengaruh lainnya dapat menyebabkan terjadinya

the rolling up of gillnet, yaitu peristiwa dimana tubuh jaring tidak lagi

terentang lebar, tetapi menjadi membulat. Dengan demikian, jaring tidak

berfungsi lagi sebagai penghalang/penjerat ikan (Sudirman dan Mallawa,

2004).

Page 11: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

11

Metode pengoprasian Setting

Pada saat melakukan setting, kapal diarahkan ke tengah kemudian

dilakukan pemasangan jaring insang tetap oleh anak buah kapal (ABK).

Jaring insang tetap dipasang tegak lurus terhadap arus sehingga nantinya

akan dapat menghadang gerombolan ikan, akhirnya ikan tertangkap

karena terjerat pada bagian operculum (penutup insang) atau dengan cara

terpuntal. Pemasangan jaring insang tetap sebaiknya bukan pada alur

pelayaran. Pertama yang diturunkan pada saat pengoperasian adalah

pelampung tanda, kemudian jangkar (pemberat) (Sudirman dan Mallawa,

2004).

Hauling

Setelah jaring terentang dengan sempurna, maka dalam waktu

tertentu, umumnya 2-5 jam dilakukan penarikan jaring. Pada saat

penarikan jaring, jaring diatur dengan baik agar memudahkan

pengoperasian selanjutnya ( Sudirman dan Mallawa, 2004). Setelah

dilakukan setting dan ikan yang telah terkumpul sudah cukup banyak,

maka dilakukan hauling dengan menarik jaring insang tetap dari perairan

ke permukaan (jaring ditarik keatas kapal). Setelah semua hasil tangkap

dan jaring ditarik kemudian baru dilakukan kegiatan penyortiran terhadap

hasil tangkapan.

Disain Pada umumnya yang disebutkan dengan jaring insang permukaan

ialah jaring dengan bentuk empat persegi panjang, mempunyai mata

jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring. Lebar jaring lebih

pendek jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan kata lain, jumlah

mesh depth lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah mesh size pada

arah panjang jaring (Nomura dan Yamazaki, 1977; Ayodhyoa, 1981).

Pada lembaran-lembaran jaring, pada bagian atas dilekatkan

pelampung (float) dan pada bagian bawah dilekatkan pemberat (sinker).

Dengan menggunakan dua gaya yang berlawanan arah, yaitu bouyancy

Page 12: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

12

dari float yang bergerak menuju keatas dan sinking force dari sinker

ditambah dengan berat jaring didalam air yang bergerak menuju kebawah,

maka jaring akan terentang (Gambar 1).

Gambar 1. Ilustrasi jaring insang tetap

B. Faktor oseanografiPerairan Indonesia pada umumnya dapat dibagi dua yakni perairan

dangkal yang berupa paparan dan perairan laut dalam. Paparan atau

perairan laut dangkal adalah zona laut terhitung mulai garis surut terendah

hingga pada kedalaman sekitar 120 – 200 m, yang kemudian biasanya di

susul dengan lereng yang lebih curam kearah laut (Nontji, 1993). Faktor

kedalaman sangat berpengaruh dalam pengamatan dinamika oseanografi

dan morfologi pantai seperti arus, ombak, dan transport sedimen.

Hutabarat dan Evans (1984) mengemukakan bahwa stratifikasi suhu

vertical, penetrasi cahaya, densitas dan kandungan zat-zat hara

berhubungan dengan kedalaman perairan.

Tiap spesies ikan menghendaki suhu optimum dan perubahan suhu

berpengaruh terhadap proses metabolisme, sehingga mempengaruhi

aktivitas ikan dalam mencari makan dan pertumbuhan ikan, selain itu juga

mempengaruhi kondisi massa air laut (Brotowidjoyo. Dkk. 1995). Ikan

mempunyai beberapa kondisi fisik dan biologi yang optimum, karenanya

menjadi sangat penting mengetahui kondisi optimum tersebut untuk

Page 13: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

13

memprediksi konsentrasi dan variabilitas dari suatu jenis ikan (Laevastu

dan Hayes, 1982).

Menurut Laevastu (1993), bahwa aktivitas ikan akan mengalami

berbagai variasi perubahan yang bersifat musiman, termasuk migrasi

musiman. Jadi ketersediaan ikan untuk ditangkap dan komposisi jenis

ikan yang tertangkap secara musiman sangat bervariasi. Beberapa

tingkah laku musiman merupakan sebagai akibat dari perubahan

lingkungan, walaupun beberapa perilaku musiman tersebut sudah

merupakan pembawaan. Selanjutnya Laevastu dan Hayes (1981)

menyatakan bahwa studi interaksi antara sumberdaya lingkungan dan

ikan adalah untuk memprediksi kelimpahan dan ketersediaan ikan

berdasarkan analisis kondisi lingkungan, karena variabel-variabel

lingkungan lebih mudah diukur dibandingkan sumberdaya ikan itu sendiri.

Variabilitas sinoptik umumnya dapat mempengaruhi distribusi horizontal

dan tingkah laku ikan secara vertikal. Musiman dan variabilitas yang

merupakan waktu yang lebih panjang dapat mempengaruhi distribusi

horizontal dan kelimpahan ikan dalam waktu yang lebih lama.

ArusArus tidak hanya berpengaruh terhadap pemasangan jaring insang

saja. Arus juga ternyata berpengaruh terhadap pola penyebaran ikan.

Arus berpengaruh terhadap pola renang ikan sehingga dengan

mengetahui tingkah laku renang ikan maka dapat diketahui daerah –

daerah mana saja yang terdapat banyak ikannya. Selain itu, arus

membawa telur dan anak–anak ikan dari spawning ground ke nursery

ground dan dari nusery ground ke feeding ground. Hal ini dapat menjadi

acuan untuk menentukan daerah penangkapan ikan yang baik karena

dengan terbawanya telur–telur dan anak–anak ikan ke feeding ground

oleh arus maka secara tidak langsung maupun langsung akan

merangsang ikan–ikan dewasa berkumpul di feeding ground untuk

mencari makan. Arus juga dapat membawa atau memindahkan nutrien

yang terdapat pada suatu perairan sehingga ikan akan berkumpul di

Page 14: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

14

daerah perairan yang banyak terdapat nutriennya untuk mencari makan

(Laevastu dan Hayes, 1981).

SuhuIkan bereaksi secara langsung terhadap perubahan lingkungan

yang dipengaruhi oleh arus dengan mengarahkan dirinya secara langsung

pada arus. Arus tampak jelas dalam organ mechanoreceptor yang terletak

garis mendatar pada tubuh ikan. Mechanoreceptor adalah reseptor yang

ada pada vertikal yang mampu memberikan informasi perubahan mekanis

dalam lingkungan seperti gerakan, tegangan atau tekanan. Biasanya

gerakan ikan selalu mengarah menuju arus. Fishing ground yang paling

baik biasanya terletak pada daerah batas antara dua arus atau di daerah

upwelling dan divergensi. Batas arus (konvergensi dan divergensi) dan

kondisi oseanografi dinamis yang lain (seperti eddies), berfungsi tidak

hanya sebagai perbatasan distribusi lingkungan bagi ikan, tetapi juga

menyebabkan pengumpulan ikan pada kondisi ini. Pengumpulan ikan-ikan

yang penting secara komersil biasanya berada pada tengah-tengah arus

eddies. Akumulasi plankton, telur ikan juga berada di tengah-tengah

antisiklon eddies (Anggraini, 2003). Pengumpulan ini berkaitan dengan

pengumpulan ikan dewasa dalam arus eddi (melalui rantai makanan).

Selain itu, Laevastu dan Hela (1970) menyatakan bahwa suhu di laut

mempengaruhi aktivitas metabolisme maupun pengembangbiakan

organisme. Disamping itu suhu berperan terhadap jumlah oksigen (O2)

terlarut dalam air.

SalinitasMenurut Nontji (1993), salinitas didefinisikan sebagai jumlah berat

garam yang terlarut dalam 1 liter air, biasanya dinyatakan dalam satuan 0/00 (per mil, gram perliter). Salinitas dipengaruhi oleh massa air oseanis di

bagian utara hingga bagian tengah perairan, dan massa air tawar dari

daratan yang mempengaruhi massa air di bagian selatan dan bagian utara

dekat pantai. Kondisi ini mempengaruhi densitas ikan, dan kebanyakan

kelompok ikan yang ditemukan dengan densitas tinggi (0,9 ikan/mł) pada

daerah bagian selatan dengan salinitas antara 29,36-31,84 ‰, dan

Page 15: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

15

densitas 0,4 ikan/mł di bagian utara  dengan salinitas 29,97-32,59 ‰. .

Densitas ikan tertinggi pada lapisan kedalaman 5-15 m (0,8 ikan/mł)

ditemukan pada daerah dengan salinitas ≥31,5 ‰ yaitu pada bagian utara

perairan. Dibagian selatan, densitas ikan tertinggi sebesar 0,6-0,7 ikan/mł

ditemukan pada daerah dengan salinitas ≤30,0 ‰. Pola pergeseran nilai

salinitas hampir sama di tiap kedalaman, dengan nilai yang makin

bertambah sesuai dengan makin dalam perairan.

Tidak semua organisme laut dapat hidup di air dengan konsentrasi

garam yang berbeda. Secara mendasar terdapat dua kelompok

organisme laut, yaitu organisme euryhaline ikan yang habitatnya hanya di

laut sedangkan stenohaline ikan yang habitanya hidup di dua perairan

seperti ikan salmon.

Page 16: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

16

3. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai April 2011,

bertempat di perairan Kabupaten Kolaka Utara. Lokasi penelitian

sebagaimana terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta lokasi penelitian. Titik-titik warna hijau adalah lokasi pengoperasian jaring insang tetap.

B. Alat dan BahanAlat yang di gunakan dalam penelitian ini adalah:

1 unit jaring insang tetap.

Thermometer untuk mengukur suhu permukaan laut.

Meteran untuk mengukur panjang dan lebar jaring insang

tetap.

Salinometer untuk mengukur salinitas permukaan air laut.

Layangan arus untuk mengukur kecepatan arus.

Batu dan tali duga untuk menentukan kedalaman perairan.

Kamera digital untuk dokumentasi.

GPS untuk penentuan posisi geografi lokasi penangkapan

ikan.

Seichi disk untuk mengukur kecerahan perairan.

Page 17: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

17

Stop wach mengukur waktu tempuh layangan arus.

Timbangan untuk menimbang jumlah hasil tangkapan.

Perangkat Lunak (SPSS ver. 15, Microsoft Excel 2007, dan

Microsoft Word 2007) untuk mengolah dan menganalisis

data.

Identifikasi ikan dilakukan dengan mencocokan nama ikan

yang disebut nelayan, serta gambar ikan berdasarkan

informasi yang terdapat di www.fishbase.org

C. Metode Pengambilan DataPenelitian ini bersifat eksplorasi, dimana semua data diperoleh

dengan melakukan pengukuran secara langsung di lapangan.

Pengambilan data dilakukan selama 31 trip penangkapan dengan

mengikuti operasi penangkapan jaring insang tetap, dengan demikian

lokasi sampling adalah daerah penangkapan ikan yang telah ditentukan

oleh nelayan.

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah hasil tangkapan

jaring insang tetap dan kondisi oseanografi. Data hasil tangkapan adalah

jumlah hasil tangkapan (kg) dari setiap jenis ikan yang tertangkap.

Parameter oseanografi yang diamati adalah: 1) suhu permukaan laut,

2) salinitas, 3) kecepatan arus, 4) kecerahan, dan 5) kedalaman.

Pengumpulan data setiap parameter dalam penelitian ini dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

Pengukuran suhuPengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan thermometer

dengan tingkat ketelitian 10C. Pengukuran dilakukan dengan mengambil

air laut pada bagian permukaan dan ditempatkan dalam wadah (ember)

selanjutnya diukur menggunakan thermometer. Pengukuran dilakukan

sebelum jaring insang tetap ditarik.

Pengukuran salinitas

Page 18: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

18

Salinitas diukur dengan menggunakan salinometer yang memiliki

tingkat ketelitian 1‰. Air laut diambil pada bagian permukaan dan

ditempatkan dalam suatu wadah (ember), selanjutnya salinometer

dimasukkan ke dalam ember. Pengukuran salinitas dilakukan sebelum

jaring insang tetap ditarik.

Pengukuran kecepatan arusKecepatan arus diukur dengan menggunakan layangan arus dan

stopwatch, dimana pengukuran dilakukan sebelum proses hauling

dilakukan. Pengukuran dilakukan dengan melepaskan layangan arus, dan

pada saat yang bersamaan stopwatch diaktifkan. Pada saat tali layangan

arus telah terentang sempurna stopwatch dihentikan, sehingga diperoleh

waktu tempuh layangan arus. Panjang tali layangan arus adalah 2 meter.

Kecepatan arus ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:

V= ST

dimana, V = kecepatan arus (m/dtk); S = panjang tali layangan arus (m);

T = waktu tempuh tali layangan arus sampai terentang sempurna (dtk).

Pengukuran kecerahanPengukuran kecerahan perairan dilakukan dengan menggunakan

seichi disk, yaitu piringan yang memiliki warna hitam dan putih.

Pengukuran dilakukan dengan menurunkan seichi disk secara perlahan-

lahan ke dalam perairan, ketika warna hitam dan putih pada seichi disk

tidak tampak dicatat kedalaman perairan. Selanjutnya secara perlahan –

lahan seici disk diangkat kembali, ketika warna hitam dan putih tampak

dicatat kedalaman perairan. Kecerahan perairan ditentukan dengan

persamaan berikut:

kecerahan(m)= jarak hilang+ jarak tampak2

Pengukuran kedalaman

Page 19: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

19

Kedalaman perairan (m) diukur dengan menggunakan batu dan tali

duga yang dilakukan pada setiap trip penangkapan sebelum penarikan

jaring dilakukan.

Pencatatan hasil tangkapanData hasil tangkapan yang dicatat adalah jumlah hasil tangkapan

(kg) dari setiap jenis ikan. Pengambilan data dilakukan dengan cara

menimbang setiap jenis hasil tangkapan yang dilakukan setiap hauling.

Dalam 1 trip penangkapan nelayan menarik jaring (hauling) berkisar 1-2

kali hauling. Ikan hasil tangkapan difoto guna melakukan identifikasi.

Nama ikan diketahui dari nelayan, selajutnya dikonfirmasi ulang

berdasarkan informasi yang terdapat di www.fishbase.org.

Pencatatan posisi lokasi penangkapan.Posisi geografi lokasi penangkapan ikan ditentukan berdasarkan

letak lintang dan bujur dengan menggunakan GPS (Global Positioning

System). Pengambilan data lokasi penangkapan ikan dilakukan pada

setiap trip penangkapan.

D. Analisis DataBerdasarkan tujuan penelitian, maka analisis data dilakukan untuk

mendeskripsikan variabilitas hasil tangkapan dan menghitung hubungan

jumlah hasil tangkapan dengan kondisi oseanografi.

a) Variabilitas hasil tangkapan Jumlah hasil tangkapan setiap jenis ikan

Jumlah hasil tangkapan pada setiap trip dari masing-masing jenis

ikan dideskripsikan menggunakan grafik. Deskripsi jumlah hasil

tangkapan untuk menunjukkan perubahan jumlah hasil tangkapan (kg)

pada setiap trip berdasarkan jenis ikan yang tertangkap.

Frekuensi kemunculan setiap jenis ikan hasil tangkapanFrekuensi kemunculan adalah berapa kali dalam 31 trip

penangkapan setiap jenis ikan tertangkap, yang dinyatakan dalam persen.

Deskripsi frekuensi kemunculan dilakukan dengan menggunakan tabel

Page 20: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

20

dan grafik batang. Deskripsi ini untuk menunjukkan peluang

tertangkapnya setiap jenis ikan dalam 31 trip.

Komposisi jenis ikan hasil tangkapan Komposisi hasil tangkapan selama 31 trip penangkapan ditentukan

berdasarkan kelimpahan relatif dari setiap jenis ikan, dengan persamaan

berikut:

Kelimpahan relatif (% )ikan kei=hasil tangkapan (kg ) ikan ke itotal hasil tangkapan (kg)

×100

dimana, i = jenis ikan yang tertangkap.

b) Hubungan jumlah hasil tangkapan dengan faktor oseanografi.Hubungan jumlah hasil tangkapan dengan faktor oseanografi

menggunakan uji statistik regresi berganda, dengan persamaan umum

sebagai berikut (Trihendradi, 2007):

yi= b0+b1xi1+…+bjXij+ei

dimana :

y1 = nilai variabel dependen pada kasus i

b0 = konstanta

j = jumlah variabel prediktor (independen)

bj = nilai koefisien variabel prediktor j

xij = nilai variabel prediktor j untuk kasus i

ei = error dari nilai pengamatan untuk kasus i

Berdasarkan persamaan tersebut diatas, maka model regresi

dalam penelitian ini sebagai berikut:

Y=a+b1 X1+b2X2+b3X 3+b4 X 4+b5 X5+e

dimana :

Y = jumlah hasil tangkapan

a = konstanta

b1…5 = nilai koefisien variabel faktor oseanografi

X1 = kecepatan arus dalam m/detik

X2 = suhu permukaan laut dalam 0C

Page 21: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

21

X3 = salinitas dalam ‰

X4 = kedalaman dalam meter

X5 = kekeruhan dalam meter

e = error dari nilai pengamatan

Dalam menentukan model regresi hasil tangkapan dengan faktor

oseanografi dilakukan dalam beberapa tahapan pengujian, sebagai

berikut:

Uji normalitasSalah satu syarat dalam uji regresi adalah data variabel tidak bebas

(dependen) harus terdistribusi normal, dalam penelitian ini variabel

tidak bebas adalah produksi ikan. Uji normalitas data produksi ikan

menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dan grafik normal

probability plot. Hipotesis untuk pengujian normalitas berdasarkan uji

Kolmogorov-Smirnov data produksi ikan adalah:

H0 = data produksi ikan terdistribusi normal

H1 = data produksi ikan tidak terdistribusi normal

Kaidah keputusan untuk menentukan data produksi ikan terdistribusi

normal atau tidak adalah:

Asymp. Sig < taraf signifikansi (α = 0.05), maka tolak H0

Asymp. Sig > taraf signifikansi (α = 0.05), maka terima H0

Uji kolinearitasUji ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara

variabel bebas (independen) diantara 5 faktor oseanografi yang diuji.

Jika terjadi korelasi antara variabel bebas, maka parameter yang

berkorelasi tidak dimasukkan dalam model regresi.

Koefisien KeragamanPerhitungan koefisien keragaman di lakukan untuk mengetahui variasi

perubahan kondisi oseanografi. Hal ini di lakukan untuk memenuhi

salah satu syarat dalam uji regresi, yaitu variable bebas harus

beragam. Persamaan koefisien keragaman ( Walpole, 1982 ) sebagai

berikut :

Page 22: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

22

V= SX x100%

Dimana:

V= Koefisien Keragaman

S= Simpangan baku

X= Nilai rata-rata

Analisis regresiModel regresi yang terbentuk dapat dikatakan signifikan atau tidak

ditentukan berdasarkan uji F, dimana nilai probabilitas α = 0,05.

Hipotesis dalam model regresi adalah:

H0 = koefisien regresi tidak signifikan

H1 = koefisien regresi signifikan

Kaidah keputusan adalah,

Jika probabilitas > 0,05, maka terima H0

Jika probabilitas < 0,05, maka tolak H0

Keseluruhan tahapan dalam membuat model regresi dihitung

menggunakan perangkat lunak SPSS ver. 15.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Page 23: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

23

A. Deskripsi Jaring Insang Tetap Perahu

Perahu yang digunakan untuk mengoperasikan jaring insang tetap

di perairan Sulawesi Tenggara, oleh masyarakat setempat di sebut lopi-

lopi. Perahu ini digunakan sebagai alat transportasi menuju ke lokasi

penangkapan dan mengangkut hasil tangkapan ke tempat pendaratan

ikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, ukuran perahu yang

digunakan mempunyai ukuran panjang (L) =5 meter, lebar (B)= 45 cm

dan tinggi (D)= 55 cm, dimana tenaga penggerak perahu masih

menggunakan dayung (Gambar 3).

Gambar 3. Perahu untuk mengoperasikanjaring insang tetap.

Kontruksi jaring insang tetap Jaring insang tetap yang dioperasikan nelayan di perairan Kolaka

Utara terbuat dari rangkaian PA continous filament, merupakan bahan

yang paling lunak dari semua bahan sintetis dalam kondisi basah, warna

putih mengkilat yang alami (Gambar 4). Ukuran mata jaring 1,5 inci pada

keseluruhan jaring, lebar jaring 1,5 m dan panjang jaring 85 m.

Page 24: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

24

Gambar 4. Jaring insang tetap yang digunakan selama penelitian

Metode PenangkapanPada saat nelayan tiba di daerah penangkapan ikan, yang pertama

dilakukan adalah menurunkan jaring sekitar jam 12 siang sampai jam 4

sore. Jaring diturunkan sampai kedalaman 0,5 meter dari permukaan. Bila

dianggap sudah banyak ikan yang terjerat atau terpuntal maka dilakukan

penarikan jaring, penarikan jaring dilakukan menggunakan tenaga

manusia. Setelah jaring terangkat maka pengambilan hasil tangkapan

dilakukan dengan mengambil satu persatu hasil tangkapan. Selanjutnya

jika operasi penangkapan akan dilakukan lagi, maka segera jaring

diturunkan.

B. Variabilitas Hasil Tangkapan

Jumlah dan jenis hasil tangkapanJenis ikan yang tertangkap selama 31 trip penangkapan sebanyak 6 jenis

ikan, yaitu 1) layang (Decapterus sp); 2) baronang (Siganus sp);

3) kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta); 4) peperek (Leiognatus sp);

5) cendro (Strongylura strongylura); 6) biji Nangka (Upeneus sp).

Produksi ikan tertinggi yang dapat dicapai pada setiap trip sebesar

15 kg, dan terendah 2 kg selama 31 trip penangkapan. Berdasarkan jenis

ikan pada setiap trip adalah jenis ikan kembung lelaki dan terendah

adalah jenis ikan biji nangka (Gambar 5).

Page 25: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

layang cendro baronang

biji nangka peperek kembung lelaki

0

5

10

15

Prod

uksi

(kg)

3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

Trip

0

5

10

15

Prod

uksi

(kg)

3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

Trip3 6 9 12 15 18 21 24 27 30

Trip

25

Gambar 5. Grafik produksi ikan jaring insang tetap dalam 31 trip penangkapan di perairan Kolaka Utara.

Walaupun produksi tertinggi yang dapat ditangkap jaring insang tetap

sebesar 15 kg, yaitu kembung lelaki namun secara rata-rata produksi

layang tertinggi dibandingkan jenis ikan lainnya, yaitu sebesar 8,23 kg

(Tabel 1). Deskripsi statistik pada Tabel 1 juga menunjukkan produksi

terendah jaring insang tetap sebesar 2 kg, yaitu jenis ikan layang dan biji

nangka. Perbedaan produksi berdasarkan deskripsi statistik menunjukkan

kegiatan penangkapan ikan jaring insang tetap sangat fluktuatif, walaupun

lokasi penangkapan setiap trip penangkapan relatif berdekatan.

Berdasarkan nilai variasi menunjukkan produksi kembung lelaki

lebih besar dibandingkan jenis ikan lainnya dengan nilai varians sebesar

18,17. Nilai variasi yang terendah adalah produksi ikan cendro dengan

nilai sebesar 0.57. Semakin besar nilai variasi menunjukkan variasi

produksi semakin fluktuatif selama 31 trip penangkapan (Tabel 1).

Page 26: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

26

Tabel 1. Deskripsi statistik produksi ikan dari jaring insang tetap selama 31 trip penangkapan di perairan Kolaka Utara. No Jenis ikan Maksimum

(kg)Minimal

(kg)Rataan

(kg)Variasi

1 kembung lelaki 15 4 7,83 18,172 Peperek 13 3 6,92 15,643 biji nangka 10 2 5,75 10,924 baronang 10 3 6,93 7,035 Cendro 6 4 4,29 0,576 Laying 14 2 8,23 8,48

Frekuensi kemunculanFrekuensi kemunculan dari setiap jenis ikan selama 31 trip

penangkapan menunjukkan layang memiliki peluang tertangkap lebih

besar dibandingkan jenis lainnya, karena setiap trip tertangkap atau

frekuensi kemunculannya sebesar 100%. Frekuensi kemunculan

terendah adalah jenis ikan biji nangka, dimana peluang tertangkap selama

31 trip penangkapan sebesar 12,9% atau sebanyak 4 kali dalam 31 trip

penangkapan (Tabel 2 dan Gambar 6).

Tabel 2. Frekuensi kemunculan setiap jenis ikan selama 31 trip pada pengoperasian jaring insang tetap di perairan Kolaka Utara.

Jenis hasil tangkapan

Frekuensi kemunculan

Frekuensi relatif

Persentase

Laying 31 1,000 100,0%Cendro 7 0,226 22,6%Baronang 8 0,258 25,8%biji nangka 4 0,129 12,9%Peperek 6 0,194 19,4%kembung lelaki 6 0,194 19,4%

Page 27: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

27

Gambar 6. Persentase frekuensi kemunculan dari enam jenis ikan yang tertangkap jaring insang tetap selama 31 trip penangkapan di perairan Kolaka Utara.

Komposisi jenis ikan hasil tangkapan Berdasarkan komposisi jenis ikan selama 31 penangkapan

menunjukkan jenis ikan layang dominan tertangkap atau sebesar 57 %

(255 kg). Produksi jenis ikan biji nangka terendah sebesar 5% atau 23

kg (Gambar 7).

Gambar 7. Komposisi jenis ikan berdasarkan total produksi selama 31 trip penangkapan jaring insang tetap di perairan Kolaka Utara.

Variabilitas hasil tangkapan jaring insang tetap yang dioperasikan

di perairan Kolaka Utara menunjukkan di dominasi ikan layang dengan

layang cendro baronang biji nangka

peperek kembung lelaki

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Jenis ikan

Pers

enta

se fr

ekue

nsi

9%

10%

5%

12%57%

6% Peperek

Kembung lelaki

Biji nangka

baronang

layang

cendro

Page 28: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

28

total produksi 255 kg selama 31 trip penangkapan atau sebesar 57%.

Dominasi ikan layang dari hasil tangkapan jaring insang tetap juga terlihat

dari frekuensi kemunculan yang mencapai 100% dan nilai variasi yang

lebih rendah dibandingkan jenis ikan lainnya. Deskripsi statistik

memberikan gambaran bahwa produksi ikan layang cenderung stabil

selama 31 trip penangkapan. Gambaran tersebut diatas menunjukkan di

lokasi penangkapan jaring insang tetap, jenis ikan yang dominan

tertangkap adalah ikan layang selama penelitian dilakukan. Dominannya

ikan layang tertangkap karena kedalaman pengoperasian jaring insang

tetap dan juga musim ikan layang selama penelitian dilakukan.

Berdasarkan jumlah produksi yang dapat dicapai dalam setiap

trip menunjukkan produksi ikan kembung lelaki tertinggi sebesar 15 kg,

Namun frekuensi kemunculan ikan kembung lelaki hanya 6 kali dalam 31

trip penangkapan atau sebesar 19,4% dengan variasi hasil tangkapan

tertinggi dibandingkan jenis ikan lainnya. Hal tersebut menunjukkan

produksi ikan kembung lelaki sangat fluktuatif dan berdasarkan komposisi

jenis ikan, kembung lelaki hanya sebesar 10% lebih rendah dibandingkan

ikan baronang yang tergolong kelompok ikan demersal.

Terdapatnya beberapa jenis ikan demersal, walaupun jaring insang

tetap dioperasikan pada bagian permukaan (± 2 m), namun berdasarkan

frekuensi kemunculan rendah. Tertangkapnya ikan-ikan kelompok

demersal kemungkinan pada lokasi penangkapan kedalaman perairan

rendah (10-20 m) yang juga masih merupakan kedalaman renang dari

kelompok ikan demersal.

Page 29: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

29

C. Kondisi Oseanografi

SalinitasPerubahan salinitas selama 31 trip penangkapan berada pada

kisaran 30 – 31 ‰. Perubahan tersebut menunjukkan salinitas cenderung

tidak berfluktuatif, sebagaimana hasil perhitungan koefisien keragaman

sebesar 1,6%. Nilai rata-rata salinitas selama 31 trip penangkapan

sebesar 30,3 ‰ (Gambar 8).

Gambar 8. Pola distribusi salinitas di lokasi penangkapan jaring insang tetap. Koefisien keragaman = 1,6%

Kecepatan arusPerubahan kec arus selama 31 trip penangkapan berada pada

kisaran 0,031-0,042 m/dtk, dengan nilai rata-rata kecepatan arus selama

31 trip penangkapan sebesar 0,035 m/dtk.Hasil perhitungan koefisien

keragaman sebesar 7,8%. Pola kecepatan arus menunjukkan pada akhir

trip penangkapan (April 2011) cenderung meningkat (Gambar 9).

Gambar 9. Pola distribusi kec arus di lokasi penelitian jaring insang tetap. Koefisien keragaman= 7,8%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

29.4

29.8

30.2

30.6

31

Trip

Salin

itas

(‰)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

0.030.0320.0340.0360.0380.04

0.0420.044

Trip

Kec

.Aru

s (m

/dtk

)

Page 30: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

30

KedalamanPerubahan kedalaman selama 31 trip penangkapan berada pada

kisaran 12-20m, dimana kedalaman tertinggi berada pada lokasi

penangkapan di trip kedua (Gambar 10). Hasil perhitungan koefisien

keragaman sebesar 10,8%, sedangkan rata-rata kedalaman selama 31

trip penangkapan sebesar 15,03 m (Gambar 10).

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

10121416182022

Trip

Keda

lam

an (m

)

Gambar 10. Pola distribusi kedalaman di lokasi penelitian jaring insang tetap . Koefisien keragaman= 10,8%

Kecerahan

Perubahan kecerahan perairan selama 31 trip penangkapan

berada pada kisaran 3,4-3,9 m. Kecerahan yang tertinggi berada di lokasi

penangkapan pada trip 6 (3020’24,4”LS dan 120055’41,3”BT), trip

11 (3020’48,8”LS dan 120055’41,3”BT) trip 17 (3020’49,3”LS

dan 120055’42,0”BT), trip 27 (3020’45,5”LS dan 120055’31,4”BT), trip 29

(3020’40,1”LS dan 120055’48,9”). Hasil perhitungan koefisien keragaman

sebesar 4,8%. Nilai rata-rata kecerahan selama 31 trip penangkapan

sebesar 3,6.m (Gambar 11).

Page 31: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

31

Gambar 11. Pola distribusi kekeruhan di lokasi penelitian jaring insang tetap. Koefisien keragaman=4,8%.

Suhu Permukaan Laut

Perubahan Suhu Permukaan Laut selama 31 trip penangkapan

berada pada kisaran 26-29 0C. Hasil perhitungan koefisien keragaman

sebesar 3,4%. Nilai rata-rata suhu permukaan laut selama 31 trip

penangkapan sebesar 27,90C (Gambar 12).

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

25.526

26.527

27.528

28.529

29.5

Trip

Suhu

per

muk

aan

laut

(0C)

Gambar 12. Pola distribusi suhu permukaan laut di lokasi penelitian jaring insang tetap. Koefisien keragaman= 3,4%.

D. Hubungan Parameter Oseanografi Dengan Hasil Tangkapan.

Parameter oseanografi yang dianalisis regeresi untuk mengetahui

hubungan dengan hasil tangkapan ditentukan berdasarkan koefisien

keragaman (Tabel 3) dan uji korelasi (Tabel 4).

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 313.13.23.33.43.53.63.73.83.9

4

Trip

Kec

erah

an (m

)

Page 32: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

32

Tabel 3. Nilai koefisien keragaman dari lima parameter oseanografi.No Parameter Oseanografi Koefisien keragaman (%)1 Salinitas 1,62 Suhu permukaan laut 3,43 Kecepatan arus 7,84 Kedalaman 10,85 Kecerahan 4,6

Tabel 4. Matriks korelasi produksi ikan dengan parameter oseanografi.

produksikec_arus suhu

salinitas kedalaman kekeruhan

produksi 1.00 0.22 0.04 -0.05 -0.28 0.15kec_arus 0.22 1.00 -0.13 -0.06 -0.13 0.30suhu 0.04 -0.13 1.00 0.37 -0.21 -0.11salinitas -0.05 -0.06 0.37 1.00 -0.14 -0.02kedalaman -0.28 -0.13 -0.21 -0.14 1.00 -0.20kecerahan 0.15 0.30 -0.11 -0.02 -0.20 1.00

Keterangan: korelasi pearson. Angka yang berwarna merah adalah signifikan

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan keragaman data parameter

kecepatan arus dan kedalaman lebih bervariasi dibandingkan parameter

oseanografi lainnya. Salah satu syarat dalam analisis regresi adalah

terdapat variabilitas pada variabel bebas (Ghozali, 2009). Pada Tabel 4

hasil analisis korelasi juga menunjukkan parameter kecepatan arus dan

kedalaman memiliki keeratan hubungan yang lebih besar dengan produksi

ikan dibandingkan dengan parameter oseanografi lainnya. Selain itu hasil

uji korelasi menunjukkan adanya keeratan hubungan yang signifikan

antara suhu permukaan laut dan salinitas, dengan demikian kedua

parameter tersebut bersifat kolinearitas sehingga tidak dapat digunakan

dalam uji regresi. Selanjutnya dalam uji regresi berganda, parameter

oseanografi yang dianalisis adalah kecepatan arus dan kedalaman.

Hasil uji normalitas produksi ikan berdasarkan uji Kolmogorov-

Smirnov menunjukkan nilai Asympt. 0,72 yang >0,05 berarti data produksi

ikan terdistribusi normal. Selain itu juga terlihat dari grafik normal

probability plot yang menunjukkan sebaran data berhimpit pada garis

normal (Gambar 13).

Page 33: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

Observed Cum Prob1.00.80.60.40.20.0

Expe

cted

Cum

Pro

b

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Dependent Variable: produksi33

Gambar 13. Grafik normal probability plot.

Hasil analisis regresi produksi ikan dengan parameter oseanografi

kecepatan arus dan kedalaman, dimana berdasarkan koefisien

determinan menunjukkan sebesar 0,11 atau koefisien determinan sebesar

10% (Tabel 5). Koefisien determinan menjelaskan bahwa produksi ikan

dipengaruhi kecepatan arus dan kedalaman sebesar 10%, sedangkan

lainnya disebabkan oleh faktor lain.

Tabel 5. Koefisien determinan model regresi

Keterangan: a Variabel bebas (Predictors): (Constant), kedalaman, Kecepatan arus b Variabel tak bebas (Dependent Variable): produksi

Selanjutnya uji signifikansi secara bersama-sama variabel bebas

dan tak bebas, berdasarkan uji F diperoleh nilai 1,75 dengan nilai

signifikansi 0,19. Nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, dimana

berdasarkan hipotesis model regresi menunjukkan tidak signifikan (Tabel

6). Model regresi yang tidak signifikan berarti variabel kecepatan arus dan

kedalaman belum dapat menjelaskan hubungannya dengan perubahan

produksi ikan selama 31 trip penangkapan.

Model R R SquareAdjusted R

SquareStd. Error of the

Estimate1 .333(a) .111 .048 4.7846

Page 34: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

34

Tabel 6. Uji Signifikansi (Anova)

Model Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

1 Regression 80.106 2 40.053 1.750 .192(a) Residual 640.990 28 22.893 Total 721.097 30

Keterangan: a Variabel bebas (Predictors): (Constant), kedalaman, kecepatan arus b Variabel tak bebas (Dependent Variable): produksi

Koefisien model regresi antara produksi ikan dengan parameter

oseanografi kecepatan arus dan kedalaman adalah, Y= 14,3+331,9X1-

0,8X2 (Tabel 7). Signifikansi dari model regresi pada koefiasien variabel

bebas menunjukkan lebih besar dari 0,05 yang dapat disimpulkan bahwa

produksi ikan jaring insang tetap tidak dipengaruhi oleh kecepatan arus

dan kedalaman.

Tabel 7. Uji signifikansi koefisien regresi

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients t Sig.

BStd. Error Beta

1 (Constant) 14.245 14.820 .961 .345 kec_arus 331.882 321.357 .185 1.033 .311 kedalaman -.772 .544 -.255 -1.418 .167

Keterangan : a Dependent Variable: produksi

Banyak faktor yang berpengaruh terhadap tidak signifikannya

suatu model regresi, diantara jumlah n (data) yang belum cukup untuk

menjelaskan bentuk hubungan dalam suatu model regresi (Ghozali,

2009). Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dapat dkatakan bahwa

fluktuasi kecepatan arus dan kedalaman dalam jangka pendek (31 trip

penangkapan) belum mampu menjelaskan hubungannya dengan produksi

ikan jaring insang tetap.

Keberhasilan operasi penangkapan ikan ditentukan oleh banyak

faktor, diantaranya adalah ketersediaan ikan pada lokasi penangkapan

dan reaksi ikan terhadap alat tangkap. Jaring insang tetap adalah alat

Page 35: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

35

tangkap pasif yang dipasang menetap, dengan demikian keberhasilan

operasi penangkapan alat ini bergantung pada keadaan perairan, atau

dengan kata lain tingkat visibilitas alat ini, semakin tampak oleh ikan maka

ikan akan cepat menghindar dari alat tangkap (Nomura dan Yamazaki,

1977).

Page 36: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

36

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama penelitian

dapat diketahui bahwa:

1. Parameter oseanograi yang digunakan dalam analisis regresi berganda

adalah kecepatan arus dan kedalaman. Model regresi menunjukkan

tidak signifikan, dimana berdasarkan koefisien determinan

menunjukkan kecepatan arus dan kedalaman berpengaruh terhadap

produksi ikan jaring insang tetap sebesar 10%.

2. Terdapat 6 jenis ikan yang tertangkap jaring insang tetap selama 31 trip

penangkapan. Jenis ikan layang dominan tertangkap sebesar 57%,

dengan frekuensi kemunculan sebesar 100%. Produksi terendah

adalah jenis ikan biji nangka sebesar 5% dengan frekuensi kemunculan

sebesar 12,9%.

B. SaranDiperlukan penelitian lebih lanjut dalam jangka waktu yang lebih

lama dengan menggunakan peralatan pengukuran kondisi oseanografi

dengan tingkat ketelitian yang lebih tinggi.

Page 37: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

37

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, N. 2003. Hubungan Suhu Permukaan Laut Terhadap Pola Musim Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Ayodhyoa, AU. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

Brotowidjoyo, M.D, Tribawono, D. dan Mulbyantoro, E. 1995. Pengantar Lingkungan Perairan dan Budidaya air. Liberty. Yogyakarta.

Ghozali, Imam. 2009. Ekonometrika. Teori, Konsep. Dan Aplikasi dengan SPSS 17. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan Dalam Hubungannya Dengan Alat, Metode dan Taktik Penangkapan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Bogor: Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor.

Hadian. 2005. Analisis Hasil Tangkapan Jaring Insang Hanyut Dengan Ukuran Mata Jaring 2 Inci di Teluk Jakarta. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Hutabarat dan Evans. 1984. Dinamika Oseanografi dan Morfologi Pantai. Universitas Indonesia.Jakarta.

Laevastu, T., 1993. Marine Climate, Weather And Fisheries. John Wiley & Sons, INC. New York.

Laevastu, T. and Hela, I. 1970. Fisheries Oceanography. Fishing News Books, London

Laevastu T, Hayes M. 1981. Fisheries Oceanography and Ecology. England. Fishing News Book, Ltd. 199 p.

Martasuganda, S. 2002. Jaring Insang (Gillnet). Bogor: Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Nomura M, dan Yamazaki T.1977. Fishing Techniques (1). Tokyo. Japan Internaional Cooperation Agency. P.

Nontji, A. 1993. Pengelolaan Sumberdaya Kelautan Indonesia dengan Tekanan Utama Pada Perairan Pesisir. Prosiding Seminar Dies Natalis Universitas Hang Tua. Surabaya.

Page 38: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789... · Web view repository.unhas.ac.idPuji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga

38

Santoso,Budy dan Ansyari, 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS. Andi Yogyakarta. Yogyakarta

Subani, W dan Barus, HR . 1972. Alat dan Cara Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 50. Edisi khusus. Jakarta.

Sudirman, dan Mallawa, Achmar. Teknik Penangkapan Ikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta

Sudjana. 1996. Metode statistik. Tarsito. Bandung.

Trihendradi, Cornelius. 2007. Kupas Tuntas Analisis Regresi. CV Andi Offset. Yogyakarta.

Walpole, RE. 1982. Pengantar Statistika. Ed ke-3. Sumantri B, Penerjemah. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Terjemahan dari: Introduction to Statistic. 3rd edition.