repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 55915 › chapter...

15
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ginjal 2.1.1 Anatomi Ginjal Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperitoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke medial. Cekungan ini disebut sebagai hilus renalis, yang di dalamnya terdapat apeks pelvis renalis dan struktur lain yang merawat ginjal, seperti pembuluh darah, sistem limfatik, dan sistem saraf. Besar dan berat ginjal sangat bervariasi; hal ini tergantung pada jenis kelamin, umur, serta ada tidaknya ginjal pada sisi yang lain. Dalam hal ini, ginjal lelaki relatif lebih besar ukurannya daripada perempuan. Pada orang yang mempunyai ginjal tunggal yang didapat sejak usia anak, ukurannya lebih besar daripada ginjal normal. Pada autopsi klinis didapatkan bahwa ukuran rerata ginjal orang dewasa adalah 11,5cm (panjang) x 6cm (lebar) x 3.5cm (tebal). Beratnya bervariasi antara 120 – 170 gram, atau kurang lebih 0.4 % dari berat bedan (Purnomo, 2011). 2.1.2 Struktur di sekitar ginjal Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrous tipis dan mengkilat yang disebut kapsula fibrosa (true capsule) ginjal, yang melekat pada parenkim ginjal. Di luar kapsul fibrosa terdapat jaringan lemak yang di sebelah luarnya dibatasi oleh fasia Gerota. Diantara kapsula fibrosa ginjal dengan kapsul Gerota terdapat rongga perirenal (Purnomo, 2011). Di sebelah kranial ginjal terdapat kelenjar anak ginjal atau glandula adrenal atau disebut juga kelenjar suprarenal yang berwarna kuning. Kelenjar adrenal bersama-sama ginjal dan jaringan lemak perirenal dibungkus oleh fasia Gerota. Fasia ini berfungsi sebagai barrier yang menghambat meluasnya perdarahan dari parenkim ginjal serta mencegah ekstravasasi urine pada saat Universitas Sumatera Utara

Upload: others

Post on 27-Feb-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 55915 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ginjal 2.1.1 Anatomi Ginjalc) Abses perirenal. Dikemudian

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ginjal

2.1.1 Anatomi Ginjal

Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga

retroperitoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya

menghadap ke medial. Cekungan ini disebut sebagai hilus renalis, yang di

dalamnya terdapat apeks pelvis renalis dan struktur lain yang merawat ginjal,

seperti pembuluh darah, sistem limfatik, dan sistem saraf.

Besar dan berat ginjal sangat bervariasi; hal ini tergantung pada jenis

kelamin, umur, serta ada tidaknya ginjal pada sisi yang lain. Dalam hal ini, ginjal

lelaki relatif lebih besar ukurannya daripada perempuan. Pada orang yang

mempunyai ginjal tunggal yang didapat sejak usia anak, ukurannya lebih besar

daripada ginjal normal. Pada autopsi klinis didapatkan bahwa ukuran rerata ginjal

orang dewasa adalah 11,5cm (panjang) x 6cm (lebar) x 3.5cm (tebal). Beratnya

bervariasi antara 120 – 170 gram, atau kurang lebih 0.4 % dari berat bedan

(Purnomo, 2011).

2.1.2 Struktur di sekitar ginjal

Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrous tipis dan mengkilat yang disebut

kapsula fibrosa (true capsule) ginjal, yang melekat pada parenkim ginjal. Di luar

kapsul fibrosa terdapat jaringan lemak yang di sebelah luarnya dibatasi oleh fasia

Gerota. Diantara kapsula fibrosa ginjal dengan kapsul Gerota terdapat rongga

perirenal (Purnomo, 2011).

Di sebelah kranial ginjal terdapat kelenjar anak ginjal atau glandula

adrenal atau disebut juga kelenjar suprarenal yang berwarna kuning. Kelenjar

adrenal bersama-sama ginjal dan jaringan lemak perirenal dibungkus oleh fasia

Gerota. Fasia ini berfungsi sebagai barrier yang menghambat meluasnya

perdarahan dari parenkim ginjal serta mencegah ekstravasasi urine pada saat

Universitas Sumatera Utara

Page 2: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 55915 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ginjal 2.1.1 Anatomi Ginjalc) Abses perirenal. Dikemudian

5

terjadi trauma ginjal. Selain itu, fasia Gerota dapat pula berfungsi sebagai barrier

dalam menghambat penyebaran infeksi atau menghambat metastasis tumor ginjal

ke organ di sekitarnya. Di luar fasia Gerota terdapat jaringan lemak

retroperitoneal yang terbungkus oleh peritoneum posterior. Rongga di antara

kapsula Gerota dan peritoneum ini disebut rongga pararenal (Purnomo, 2011),

Di sebelah posterior, ginjal dilindungi oleh berbagai otot punggung yang

tebal serta tulang rusuk ke XI dan XII, sedangkan di sebelah anterior dilindungi

oleh organ intraperitoneal. Ginjal kanan dikelilingi oleh hepar, kolon, dan

duodenum; sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh lien, lambung, pancreas,

jejenum, dan kolon (Purnomo, 2011).

Gambar 2.1. Rongga perirenal dan pararenal yang membatasi ginjal Sumber: Purnomo, 2011

2.1.3 Struktur Ginjal

Secara anatomis ginjal terbagi kepada 2 bagian, yaitu korteks dan medula

ginjal. Korteks ginjal terletak lebih superfisial dan di dalamnya terdapat berjuta –

juta nefron. Nefron merupakan unit fungsional terkecil ginjal. Medulla ginjal yang

terletak lebih profundus banyak terdapat duktuli atau saluran kecil yang

mengalirkan hasil ultrafiltrasi berupa urin. (Purnomo, 2011)

Nefron terdiri dari glomerulus, tubulus kontortus (TC) proksimalis, Loop

of Henle, tubulus kontortus (TC) distalis, dan duktus kolegentes.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 55915 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ginjal 2.1.1 Anatomi Ginjalc) Abses perirenal. Dikemudian

6

Gambar 2.2. Nefron Sumber: Purnomo, 2011

Sistem pelvikalises ginjal terdiri dari kaliks minor, infundibulum, kaliks

major, dan pielum/pelvis renalis. Mukosa sistem pelvikalises terdiri atas epitel

transisional dan dindingnya terdiri dari otot polos yang mampu berkontraksi untuk

mengalirkan urin sampai ke ureter (Purnomo, 2011).

Gambar 2.3. A : Irisan longitudinal ginjal, tampak korteks dan medulla ginjal . B :Sistem pelvikalises ginjal yang terdiri atas kaliks minor, ............................ .infundibulum, kaliks mayor, dan pelvis renalis Sumber : Purnomo, 2011

Universitas Sumatera Utara

Page 4: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 55915 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ginjal 2.1.1 Anatomi Ginjalc) Abses perirenal. Dikemudian

7

2.1.4 Fungsi Ginjal

Ginjal berperan dalam berbagai fungsi tubuh yang sangat penting bagi

kehidupan, yakni menyaring sisa hasil metabolisme dan toksin dari darah, serta

mempertahankan homeostasis cairan dan eletrolit tubuh, yang kemudian dibuang

melalui urin. Fungsi tersebut di antaranya adalah:

a) Mengontrol sekresi hormon aldosteron dan ADH (anti diuretic

hormone) yang berperan dalam mengatur jumlah cairan tubuh.

b) Mengatur metabolisme ion kalsium dan vitamin D.

c) Menghasilkan beberapa hormon, antara lain: eritropoetin yang

berperan dalam pembentukan sel darah merah, renin yang berperan

dalam mengatur tekanan darah, serta hormon prostaglandin yang

berguna dalam berbagai mekanisme tubuh (Purnomo, 2011).

2.2 Trauma Ginjal

2.2.1 Definisi

Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh berbagai

macam trauma baik tumpul maupun tajam. Trauma ginjal merupakan trauma

yang terbanyak pada sistem urogenitalia. Kurang lebih 10% dari trauma pada

abdomen mencederai ginjal (Purnomo, 2011).

2.2.2 Epidiomologi

Frekuensi cedera ginjal tergantung pada populasi pasien yang

dipertimbangkan. Trauma ginjal menyumbang sekitar 3% dari seluruh penerimaan

trauma dan sebanyak 10 % dari pasien yang mempertahankan trauma abdomen.

Dengan menggunakan Nasional Trauma Data Bank, Grimsby et al.

mengulas data cedera ginjal anak untuk menentukan mekanisme cedera dan

kelas, demografi, perawatan, dan pengaturan perawatan. Sebagian besar trauma

ginjal pada anak-anak ditemukan pada kelas rendah (79%) dan ditemukan trauma

tumpul (>90%). Cedera usia rata-rata adalah 13.7 tahun, yaitu 94% dari pasien

adalah berusia 5 sampai 18 tahun. Hanya 12% dari pasien dirawat di rumah sakit

Universitas Sumatera Utara

Page 5: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 55915 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ginjal 2.1.1 Anatomi Ginjalc) Abses perirenal. Dikemudian

8

anak. Meskipun sebagian besar anak-anak dirawat secara konservatif di rumah

sakit dewasa, tingkat nefrektomi tiga kali lebih tinggi dibandingkan pasien dirawat

di rumah sakit anak (Grimsby et al, 2014).

2.2.3 Etiologi

Cedera ginjal dapat terjadi secara:

a) Langsung akibat benturan yang mengenai daerah pinggang.

b) Tidak langsung, yaitu merupakan cedera deselerasi akibat pergerakan

ginjal secara tiba - tiba di dalam rongga retroperitoneum.

Jenis cedera yang mengenai ginjal dapat merupakan cedera tumpul, luka

tusuk, atau luka tembak. Goncangan ginjal di dalam rongga retroperitoneum

menyebabkan regangan pedikel ginjal sehingga menimbulkan robekan tunika

intima arteri renalis. Robekan ini akan memacu terbentuknya bekuan darah yang

selanjutnya dapat menimbulkan trombosis arteri renalis beserta cabang-

cabangnya. Cedera ginjal dapat dipermudah jika sebelumnya sudah ada kelainan

pada ginjal, seperti hidronefrosis, kista ginjal atau tumor ginjal (Purnomo, 2011).

Terdapat 3 penyebab utama dari trauma ginjal :

a) Trauma tumpul

Trauma tumpul biasanya terjadi karena kecelakaan kenderaan

bermotor, dan jatuh. Trauma tumpul dari tabrakan kendaraan

bermotor, jatuh dan tabrakan pribadi adalah penyebab utama

trauma ginjal

b) Trauma iatrogenik

Trauma iatrogenik dapat hasil dari operasi, retrograde pyelography,

percutaneous nephrostomy, dan percutaneous lithotripsy. Biopsi

ginjal juga dapat menyebabkan trauma ginjal

c) Trauma tajam

..................... Trauma tajam adalah seperti tikaman atau luka tembak pada daerah

......................abdomen bagian atas ataupun pinggang (Lusaya, 2015).

Universitas Sumatera Utara

Page 6: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 55915 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ginjal 2.1.1 Anatomi Ginjalc) Abses perirenal. Dikemudian

9

2.2.4 Klasifikasi

Menurut derajat berat ringannya kerusakan pada ginjal, trauma ginjal

dibedakan menjadi:

a) cedera minor.

b) cedera mayor.

c) cedera pada pedikel atau pembuluh darah ginjal.

Pembagian sesuai dengan skala cedera organ (organ injury scale) cedera

ginjal dibagi dalam 5 derajat sesuai dengan penemuan pada pemeriksaan

pencitraan maupum hasil eksplorasi ginjal. Sebagian besar (85%) trauma ginjal

merupakan cedera minor (derajat I dan II), 15% merupakan cedera mayor (derajat

III dan IV), dan 1% merupakan cedera pedikel ginjal (Purnomo, 2011).

Klasifikasi trauma ginjal menurut Sargeant dan Marquadt yang

dimodifikasi oleh Federle :

Tabel 2.1 Klasifikasi Trauma Ginjal

DERAJAT JENIS CEDERA GAMBARAN CEDERA

Derajat I - Kontusio

- Hematoma

- Mikroskopis atau hematuria gross,

..studi urologi yang normal.

- Subkapsular, nonexpanding tanpa

..parenkim laserasi

Derajat II - Hematoma

- Laserasi

- Nonexpanding hematoma perirenal

..dikonfirmasi ke ginjal.

- Retroperitoneum.

- <1.0 cm kedalaman parenkim dari

..korteks ginjal tanpa kemih extravasasi

Universitas Sumatera Utara

Page 7: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 55915 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ginjal 2.1.1 Anatomi Ginjalc) Abses perirenal. Dikemudian

10

Sumber: The American Association of the Surgery of Trauma (AAST), 2015

Gambar 2.4. Klasifikasi trauma ginjal menurut AAST

Sumber: The American Association of the Surgery of Trauma (AAST), 2015

2.2.5 Manifestasi Klinis

Tanda-tanda dan gejala trauma ginjal adalah :

Derajat III - Laserasi -< 1,0 cm kedalaman parenkim

korteks ginjal tanpa mengumpulkan

sistem ruptur atau extravasasi kemih.

Derajat IV - Laserasi

- Vaskular

- Laserasi parenkim memperpanjangkan

..melalui korteks ginjal, medula dan

..sistem pengumpulan.

- Arteri ginjal atau cedera vena utama

..mengandungi pendarahan.

Derajat V -Laserasi

- Vaskular

- Ginjal terbelah sepenuhnya.

- Avulsi pedikel ginjal, mungkin terjadi

..trombosis arteri renalis.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 55915 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ginjal 2.1.1 Anatomi Ginjalc) Abses perirenal. Dikemudian

11

a) Hematuria : Hematuria merupakan manifestasi yang umum

terjadi. Oleh karena itu, adanya darah dalam urin setelah suatu cedera

menunjukkan kemungkinan cedera ginjal. Namun demikian,

hematuria mungkin tidak akan muncul atau terdeteksi hanya melalui

pemeriksaan mikroskopik.

b) Nyeri mungkin terlokalisasi pada satu daerah panggul atau di atas

perut.

c) Syok atau tanda-tanda kehilangan darah.

d) Ekimosis pada daerah panggul atau kuadran atas perut.

e) Sebuah massa teraba mungkin merupakan retroperitoneal besar

hematoma atau kemungkinan ekstravasasi kemih.

f) Laserasi (luka) di abdomen lateral dan rongga panggul (Summerton et

al, 2014).

2.2.6 Komplikasi

Jika tidak mendapatkan perawatan cepat dan tepat, maka trauma mayor dan

trauma pedikel sering menimbulkan perdarahan yang hebat dan berakhir dengan

kematian. Terdapat beberapa komplikasi awal setelah cedera yaitu :

a) Delayed bleeding.

b) Urinary leakage.

c) Abses perirenal.

Dikemudian hari pasca cedera ginjal dapat menimbulkan komplikasi

lanjutan yaitu :

a) Hidronefrosis.

b) Pielonefritis kronis.

c) Hipertensi.

d) Fistula arteriovenosa.

e) Urolithiasis (Purnomo, 2011).

Universitas Sumatera Utara

Page 9: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 55915 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ginjal 2.1.1 Anatomi Ginjalc) Abses perirenal. Dikemudian

12

2.2.7 Diagnosis

Penilaian awal pada pasien trauma ginjal harus meliputi jalan nafas,

mengkontrol perdarahan yang tampak. Pada banyak kasus, pemeriksaan fisik

dilakukan sesuai dengan kondisi pasien. Apabila trauma ginjal dicurigai maka

harus dilakukan evaluasi lebih lanjut:

1) Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Indikasi yang memungkinkan bahwa terjadinya trauma ginjal meliputi

mekanisme deselerasi yang cepat seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan

bermotor dengan kecepatan yang laju, atau trauma langsung pada region flank.

Riwayat penyakit sebelumnya harus digali, apakah adanya disfungsi

organ sebelum terjadinya trauma dan adanya riwayat penyakit ginjal sebelumya

yang dapat memperberat trauma (Cachecho et al., 1994). Hidronefrosis, batu

ginjal, kista, atau tumor telah dilaporkan dapat menimbulkan komplikasi yang

berat (Sebastià et al., 1999).

Pemeriksaan fisik adalah suatu pemeriksaan yang harus dilakukan pada

pasien trauma. Stabilitas haemodinamik merupakan faktor utama dalam

pengelolaan semua trauma ginjal. Vital sign harus dicatat untuk mengevaluasi

pasien (Summerton et al., 2014).

Pada pemeriksaan fisik harus dinilai adanya trauma tumpul atau trauma

tembus pada region flank, lower thorax, dan abdomen atas. Pada luka tembus,

panjang luka tidak menggambarkan secara akurat kedalaman penetrasi. Penemuan

seperti hematuria, jejas, dan nyeri pada daerah pinggang, patah tulang iga bawah,

atau distensi abdomen dapat dicurigai adanya trauma pada ginjal (Summerton et

al., 2014).

Kecurigaan adanya cedera ginjal jika terdapat :

a) Trauma di daerah pinggang, punggung, dada sebelah bawah, dan perut

...................bahagian atas dengan disertai nyeri ataupun didapati adanya jejas pada

...................daerah tersebut.

b) Hematuria

c) Fraktur kosta sebelah bawah (T8-T12) atau fraktur prosesus spinosus

...................vertebra.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 55915 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ginjal 2.1.1 Anatomi Ginjalc) Abses perirenal. Dikemudian

13

d) Trauma tembus pada daerah abdomen atau pinggang.

e) Cedera deselerasi yang berat akibat jatuh dari ketinggian atau

kecelakaan lalu lintas (Purnomo, 2011).

2) Pemeriksaan Laboratorium

Urinalisa, darah rutin dan kreatinin merupakan pemeriksaan

laboratorium yang penting. Urinalisa merupakan pemeriksaan penting untuk

mengetahui adanya cedera pada ginjal. Hematuria mikroskopis atau gross, sering

terlihat tetapi tidak cukup sensitif dan spesifik untuk membedakan apakah suatu

trauma minor atau mayor (Buchberger et al., 1993). Tambahan pula, untuk trauma

ginjal yang berat seperti robeknya ureteropelvic junction, trauma pedikel ginjal,

atau trombosis arteri dapat tampil tanpa disertai dengan hematuria (Eastham et al,

1992).

Hematokrit serial dan vital sign merupakan pemeriksaan yang

digunakan untuk mengevaluasi pasien trauma. Penurunan hematokrit dan

kebutuhan untuk transfusi darah merupakan tanda kehilangan darah dan respon

terhadap resusitasi akan menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Peningkatan kreatinin dapat dikatakan sebagai tanda patologis pada ginjal.

3) Pemeriksaan Radiologi (Pencitraan)

Indikasi untuk melakukan pemeriksaan radiologi pada trauma ginjal

adalah gross hematuria, hematuria mikroskopik yang disertai syok, atau cedera

pada organ lain. Pada luka tembus, setiap kecurigaan adalah luka yang mengarah

pada ginjal maka perlu melakukan pemeriksaan radiologi tanpa memperhatikan

derajat hematuria.

a) Pemeriksaan Intravenous Urografi (IVU) atau disebut sebagai

Pielografi Intra Vena (PIV) atau Intravenous Pyelografi (IVP). Pemeriksaan IVP

adalah foto yang dapat mengambarkan keadaan sistem urinaria melalui bahan

kontras( dengan menyuntikkan bahan kontras dosis tinggi ±2ml/kgBB) digunakan

untuk menilai tingkat kerusakan ginjal dan menilai keadaan ginjal kontralateral.

Pemeriksaan IVU dilakukan apabila diduga terdapat :

i. Luka tusuk atau luka tembak yang mengenai ginjal.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 55915 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ginjal 2.1.1 Anatomi Ginjalc) Abses perirenal. Dikemudian

14

ii..Cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda hematuria

...........makroskopik.

iii. Cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda hematuria

...........mikroskopik dan disertai syok (Purnomo, 2011).

b) Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) dilakukan sebagai pemeriksaan

penunjang apabila diduga cedera tumpul pada ginjal yang menunjukkan tanda

hematuria mikroskopik tanpa disertai syok. Pemeriksaan USG ini dapat

menemukan adanya kontusio parenkim ginjal atau hematoma subkapsuler.

Dengan pemeriksaan ini dapat juga diperlihatkan ada atau tidak robekan kapsul

ginjal. Pemeriksaan USG pada ginjal dipergunakan :

i. Untuk mendeteksi keberadaan dan keadaan ginjal (hidronefrosis,

....kista, massa, atau pengkerutan ginjal) yang menunjukkan non

....visualized pada pemeriksaan IVU.

ii. Sebagai penuntun pada saat melakukan pungsi ginjal, atau

...........................nefrostomi perkutan (Purnomo, 2011).

Pada color Droppler ginjal dan arteri renalis, dapat menentukan adanya

penyempitan (stenosis) karena arteriosklerosis menyebabkan aliran darah ke ginjal

menurun (Purnomo, 2011).

c) Pemeriksaan Computed Tomography (CT) adalah teknik pencitraan

non invasive, yang lebih superior daripada USG. Pemeriksaan CT scan ini

dilakukan untuk menerangkan kelainan pada ginjal, arteri dan vena renalis, vena

kava, dan massa di retroperitoneal. Pemeriksaan CT scan dapat menunjukkan

adanya robekan jaringan ginjal, ekstravasasi kontras yang luas, dan adanya

nekrosis jaringan ginjal. Selain itu, pemeriksaan CT scan juga dapat mendeteksi

adanya trauma pada organ yang lain. Alat CT scan ini dapat mendeteksi kelainan

dalam waktu cepat (< 30 detik), sehingga dapat dipakai untuk menilai penyebab

kolik ureter atau ginjal. Pemeriksaan CT scan merupakan pemeriksaan radiologi

yang utama bagi pasien trauma ginjal dengan hemodinamik stabil (Purnomo,

2011).

Universitas Sumatera Utara

Page 12: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 55915 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ginjal 2.1.1 Anatomi Ginjalc) Abses perirenal. Dikemudian

15

2.2.8 Penatalaksanaan

Kebutuhan untuk eksplorasi ginjal dapat diprediksi dengan jenis cedera,

kebutuhan transfusi, darah urea nitrogen, dan kadar kreatinin, serta grade cedera

(Shariat et al., 2008). Namun, manajemen cedera ginjal mungkin dipengaruhi oleh

keputusan untuk mengeksplorasi atau mengamati luka di abdominal.

Table 2.2. Indikasi pemeriksaan CT scan pada kelainan urologi

Gambar 2.5. Pencitraan CT scan pada trauma ginjal

Sumber: Purnomo, 2011

Kecurigaan adanya massa di ginjal.

Penderajatan (staging) keganasan urologi.

Abses, urinoma, dan infeksi urogenitalia.

Kolik ureter atau ginjal.

Cedera pada urogenitalia (ginjal, buli-buli, ureter, dan

uretra).

Kecurigaan kelainan di retroperitoneum.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 55915 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ginjal 2.1.1 Anatomi Ginjalc) Abses perirenal. Dikemudian

16

Terapi yang dikerjakan pada trauma ginjal adalah :

1) Operasi dan Rekontruksi

Operasi ditujukan pada trauma ginjal mayor dengan tujuan untuk segera

menghentikan perdarahan. Selanjutnya mungkin perlu dilakukan debriment

reparasi ginjal (berupa renorafi atau penyambungan vaskuler) atau tidak jarang

harus dilakukan nefrektomi parsial bahkan nefrektomi total karena kerusakan

ginjal yang sangat berat. Semakin banyak pihak menganut pendekatan konservatif

untuk pasien trauma ginjal (Hammer dan Santucci, 2003). Pada trauma ginjal,

mayoritas ahli menganjurkan pendekatan transperitoneal (Robert et al., 1996).

Untuk menilai di tingkat acak secara prospektif nefrektomi, tingkat transfusi,

kehilangan darah, dan waktu operasi dalam menembus pasien trauma ginjal acak

kontrol vaskular atau tidak ada kontrol vascular adalah sebelum membuka fasia

Gerota. (Gonzalez et al., 1999)

Secara keseluruhan, 13 % pasien trauma ginjal yang membutuhkan

nefrektomi pada saat eksplorasi, umumnya nefrektomi dilakukan pada pasien

dengan riwayat syok, hemodinamik tidak stabil, dan skor trauma yang berat

(Davis et al., 2006). Pada luka tembak, rekonstruksi mungkin susah dilakukan

sehingga dibutuhkan nefrektomi (Wright et al., 2006).

Secara keseluruhan, perbaikan berhasil dicapai pada 89 % dari unit ginjal

dieksplorasi. Prinsip-prinsip manajemen operasi yang sukses termasuk kontrol

vaskular awal dan berbagai teknik bedah. Penyelamatan ginjal setelah trauma

utama dapat berhasil dilakukan dengan aman (McAninch et al., 1990). Pada

semua kasus, direkomendasikan penggunaan drainase retroperitoneal untuk

mengalirkan kebocoran urin.

2) Manajemen Non- Operatif / Konservatif

Perbedaan dalam pengelolaan trauma tumpul dan penetrasi adalah hasil

dari ketidakstabilan yang lebih besar dari pasien setelah trauma tembus dan

kemungkinan lebih tinggi dari cedera tumpul parah setelah senjata api dan luka

tusuk (Vanni dan Wessels, 2011).

Universitas Sumatera Utara

Page 14: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 55915 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ginjal 2.1.1 Anatomi Ginjalc) Abses perirenal. Dikemudian

17

a) Cedera ginjal tumpul

Manejemen non-operatif semakin banyak dipertimbangkan oleh pasien

trauma ginjal. Pada pasien yang stabil, melakukan perawatan suportif yaitu

dengan istirahat dan observasi. Semua kasus trauma ginjal derajat 1 dan 2 dapat

dirawat secara konservatif baik pada trauma tumpul ataupun trauma tembus.

Tetapi pada trauma ginjal derajat 3 telah menjadi kontroversi selama bertahun-

tahun (Alsikafi dan Rosenstein, 2006).

Mayoritas pasien dengan trauma ginjal derajat 4 dan 5 datang dengan

trauma penyerta dan akhirnya menjalani eksplorasi dan tingginya angka untuk

melakukan nefrektomi (Santucci et al., 2001). Pada pasien trauma ginjal derajat 4

dan 5 dapat dirawat secara konservatif dengan syarat kondisi haemodinamik

stabil. Pendekatan klinis yang sistematis adalah berdasarkan pada temuan klinis,

laboratorium, dan pemeriksaan penunjang radiologi.

b) Penetrasi trauma ginjal

Luka tembus telah mendekati pembedahan secara tradisional. Namun,

pendekatan sistematis berdasarkan evaluasi klinis, laboratorium dan radiologi

untuk meminimalkan eksplorasi negatif tanpa meningkatkan morbiditas dari

cedera terjawab (Armenakas et al., 1999). Selektif oleh manajemen non-operatif

untuk luka tusuk perut umumnya diterima untuk meningkatkan proporsi pusat

trauma (Jansen et al., 2013).

Perdarahan terus-menerus merupakan indikasi utama untuk eksplorasi

dan rekonstruksi. Dalam semua kasus cedera parah, manajemen non-operatif

harus mengambil langkah hanya setelah pementasan ginjal lengkap pada pasien

hemodinamik stabil (Buckley dan McAninch, 2006).

Luka tembak harus dieksplorasi hanya jika melibatkan hilus atau

disertai dengan tanda-tanda perdarahan terus, cedera ureter, atau laserasi pelvis

ginjal (Velmahos et al., 1998). Tembak kecepatan rendah dan luka tusuk minor

dapat dikelola secara konservatif dengan hasil yang diterima baik (Baniel dan

Schein, 1994). Sebaliknya, jaringan kerusakan dari cedera tembak kecepatan

tinggi bisa lebih luas dan nefrektomi diperlukan lebih sering.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 55915 › Chapter II.pdf?sequence=4... BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ginjal 2.1.1 Anatomi Ginjalc) Abses perirenal. Dikemudian

18

Pada pasien hemodinamik stabil tanpa peritonitis mampu menjalani

pemeriksaan klinis serial, cedera organ padat bukan kontra - indikasi untuk

manajemen non - operatif. Dalam pengaturan yang sesuai, manajemen non -

operatif cedera organ padat setelah tembak melukai dikaitkan dengan tingkat

keberhasilan yang tinggi dan penyelamatan organ (DuBose et al., 2007). Jika situs

penetrasi dengan luka tusukan adalah posterior ke garis aksila anterior, 88% dari

cedera ginjal tersebut dapat dikelola dengan non-operatif (Bernath et al., 1983).

Universitas Sumatera Utara