91783029-asfiksia-neonatorum

14
Pengertian Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Hutchinson, 1967).Keadaan ini disertai dengan hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis.Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin (Gabriel Duc, 1971).Penilaian statistic dan pengalaman klinis atau patologi anatomis menunjukan bahwa keadaan ini merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir. Hal ini dibuktikan oleh Drage dan Berendes (1966) yang mendapatkan bahwa skor Apgar yang rendah sebagai manifestasi hipoksia berat pada bayi saat lahir akan memperlihatkan angka kematian yang tinggi. Haupt (1971) memperlihatkan bahwa frekuensi gangguan perdarahan pada bayi sebagai akibat hipoksia sangat tinggi.Asidosis, gangguan kerdiovaskular serta komplikasinya sebagai akibat langsung dari hipoksia merupakan penyebab utama kegagalan adaptasi bayi baru lahir (James, 1958). Kegagalan ini akan sering berlanjut menjadi sindrom gangguan pernafasan pada hari-hari pertama setelah lahir (James, 1959). Penyelidikan patologi anatomis yang dilakukan oleh Larrhoce dan Amakawa (1971) menunjukkan nekrosis berat dan difus pada jaringan otak bayi yang meninggal karena hipoksia. Karena itu tidaklah mengherankan bahwa sekuele neurologis sering ditemukan pada penderita asfiksia berat.Keadaan ini sangat menghambat pertumbuhan fisis dan mental bayi di kemudian hari.Untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan tersebut diatas, perlu dipikirkan tindakan istimewa yang tepat dan rasionil sesuai dengan perubahan yang mungkin terjadi pada penderita asfiksia. B. Etiologi Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama kelahiran dan kemudian disusul dengan pernafasan teratur. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin, akan terjadi asfiksia janin atau neonatus. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir.Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir ini merupakan kelanjutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama masa kehamilan, persalinan memegang peranan yang sangat penting untuk keselamatan bayi.Gangguan yang timbul pada akhir kehamilan atau persalinan hampir selalu disertai anoksia/hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia neonatus dan bayi mendapat perawatan yang adekuat dan maksimal pada saat lahir. Penyebab kegagalan pernafasan pada bayi, adalah : 1.Faktor ibu Hipoksia ibu dapat menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.Hipoksia ibu ini dapat terjadi kerena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anastesia dalam. Gangguan aliran darah uterus dapat mengurangi aliran darah pada uterus yang menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan janin. Hal ini sering ditemukan pada keadaan ; gangguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni, atau tetani uterus akibat penyakit atau obat, hipotensi mendadak pada ibu karna perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi dan lain-lain. 2. Faktor plasenta Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksi janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta, dan lain-lain.

Upload: beuty-savitri

Post on 21-Oct-2015

16 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 91783029-Asfiksia-Neonatorum

Pengertian

Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara

spontan dan teratur segera setelah lahir (Hutchinson, 1967).Keadaan ini disertai dengan

hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis.Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia ini

merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan

ekstrauterin (Gabriel Duc, 1971).Penilaian statistic dan pengalaman klinis atau patologi anatomis

menunjukan bahwa keadaan ini merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir.

Hal ini dibuktikan oleh Drage dan Berendes (1966) yang mendapatkan bahwa skor Apgar yang rendah

sebagai manifestasi hipoksia berat pada bayi saat lahir akan memperlihatkan angka kematian yang

tinggi.

Haupt (1971) memperlihatkan bahwa frekuensi gangguan perdarahan pada bayi sebagai akibat

hipoksia sangat tinggi.Asidosis, gangguan kerdiovaskular serta komplikasinya sebagai akibat langsung

dari hipoksia merupakan penyebab utama kegagalan adaptasi bayi baru lahir (James, 1958).

Kegagalan ini akan sering berlanjut menjadi sindrom gangguan pernafasan pada hari-hari pertama

setelah lahir (James, 1959). Penyelidikan patologi anatomis yang dilakukan oleh Larrhoce dan

Amakawa (1971) menunjukkan nekrosis berat dan difus  pada jaringan otak bayi yang meninggal

karena hipoksia. Karena itu tidaklah mengherankan bahwa sekuele neurologis sering ditemukan pada

penderita asfiksia berat.Keadaan ini sangat menghambat pertumbuhan fisis dan mental bayi di

kemudian hari.Untuk menghindari atau mengurangi kemungkinan tersebut diatas, perlu dipikirkan

tindakan istimewa yang tepat dan rasionil sesuai dengan perubahan yang mungkin terjadi pada

penderita asfiksia.

B. Etiologi

Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama kelahiran dan kemudian disusul

dengan pernafasan teratur. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari

ibu ke janin, akan terjadi asfiksia janin atau neonatus. Gangguan ini dapat timbul pada masa

kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir.Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir ini

merupakan kelanjutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama masa kehamilan, persalinan

memegang peranan yang sangat penting untuk keselamatan bayi.Gangguan yang timbul pada akhir

kehamilan atau persalinan hampir selalu disertai anoksia/hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia

neonatus dan bayi mendapat perawatan yang adekuat dan maksimal pada saat lahir.

Penyebab kegagalan pernafasan pada bayi, adalah :

1.Faktor ibu

Hipoksia ibu dapat menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.Hipoksia ibu ini dapat terjadi

kerena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anastesia dalam.

Gangguan aliran darah uterus dapat mengurangi aliran darah pada uterus yang menyebabkan

berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan janin. Hal ini sering ditemukan pada keadaan ; gangguan

kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni, atau tetani uterus akibat penyakit atau obat, hipotensi

mendadak pada ibu karna perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi dan lain-lain.

2. Faktor plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksi janin akan

terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan

plasenta, dan lain-lain.

3.Faktor fetus

Kompresi umbilikus akan mengakibatkan gangguan aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan

menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada

keadaan tali pusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir dan lain-

lain.

4.Faktor neonatus

Page 2: 91783029-Asfiksia-Neonatorum

Depresi pusat pernafasan pada BBL dapat terjadi karena ; pemakaian obat anastesi/analgetika yang

berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin, traoma yang

terjadi pada persalinan mosalnya perdarahan intra cranial, kelainan kongenital pada bayi masalnya

hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernafasan,hipoplasia paru dan lain-lain.

Patogenesis

a. Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah timbulah rangsangan terhadap nesofagus

sehingga jantung janin menjadi lambat. Bola kekurangan O2 ini terus berlangsung, maka nesofagus

tidak dapat dipengaruhi lagi.Timbulah kini rangsangan dari nefo simfatikus.Djj menjadi lebih cepat

akhirnya irregular dan menghilang.

b. Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin dalam

hipoksia :

* Jika Djj normal dan ada mekonium maka janin mulai hipoksia.

* Jika Djj > 160 x/ menit dan ada mekonium maka janin sedang hipoksia.

* Jika Djj < style > / menit dan ada mekonium maka janin dalam keadaan gawat.

c. Janin akan mengadakan pernafasan intra uterine dan bila kita periksa terdapat banyak air ketuban

dan mekonium dalam paru. Bronfus tersumbat dan terjadi atelekrasis bila janin lahir aveoli tidak

berkembang.

Macam-macam asfiksia neonatorum

Dapat dibagi menjadi :

1. Vigorus baby. Skor Apgar 7-10. Dalam hal ini bayi dianggap sehat tidak memerlukan tindakan

istimewa.

2. Mild-moderate asphyksia (asfiksia sedang). Skor APGAR 4-6 pada pemeriksaan fisik akan terlihat

frekuensi jantung > 100x/menit, tonus otot kurang baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.

3. a. Asfiksia berat skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari

100x / menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada.

b. Asfiksia berat dengan henti jantung, dimaksudkan dengan henti jantung adalah keadaan :

1. Bayi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap.

2. Bunyi jantung bayi menghilang post partum.

Tanda dan gejala klinis

Pada asfiksia tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan yang disebabkan oleh beberapa keadaan

diantaranya :

1. Hilang sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.

2. Terjadinya asidosis metabolic akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung

sehingga menimbulkan kelemahan jantung.

3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan tetap tingginya resistensi

pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah mengalami gangguan.

Gejala klinis

Bayi yang mengalami kekurangan O2 akan terjadi pernafasan yang cepat dalam periode yang singkat

apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan berhenti, denyut jantung juga menurun,

sedangkan tonus neuromuskular berkurang secara barangsur-angsur dan memasuki periode apnue

primer.

Gejala dan tanda asfiksia neonatorum yang khas antara lain meliputi pernafasan cepat, pernafasan

cuping hidung, sianosis, nadi cepat.

Page 3: 91783029-Asfiksia-Neonatorum

Gejala lanjut pada asfiksia :

1. Pernafasan megap-magap dalam

2. Denyut jantung terus menurun

3. Tekanan darah mulai menurun

4. Bayi terlihat lemas (flaccid)

5. Menurunnya tekanan O2 anaerob (PaO2)

6. Meningginya tekanan CO2 darah (PaO2)

7. Menurunnya PH (akibat acidosis respiratorik dan metabolik)

8. Dipakainya sumber glikogen tubuh anak metabolisme anaerob

9. Terjadinya perubahan sistem kardiovaskular

F. Prinsip dasar asfiksia pada BBL

Bayi dapat mengalami apnue dan menunjukan upaya pernafasan yang tidak cukup untuk kebutuhan

fentilasi paru-paru.Kondisi ini menyebabkan kurangnya pengambilan oksigen dan pengeluaran CO2.

Penyebab depresi bayi pada saat lahir ini mencakup :

1. Asfiksia intra uterin

2. Bayi kurang bulan

3. Obat-obat yang diberikan/diminum oleh ibu

4. Penyakit neuromuskular bawaan

5. Cacat bawaan

6. Hipoksia intra partum

Asfiksia berarti hopoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis. Bila proses ini berlangsung

terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak/kematian. Asfiksia juga mempengaruhi organ vital

lainnya. Pada bayi yang mengalami kekurangan oksigen akan terjadi pernafasan yang cepat dalam

periode yang singkat. Apabila asfiksia berlanjut gerakan pernafasan akan berhenti, denyut jantung

juga mulai menurun, sedangkan tonus neuromuskular berkurang  sacara berangsur-angsur dan bayi

memasuki periode apnue yang dikenal dengan nama apnue primer. Perlu diketahui bahwa pernafasan

yang megap-megap dan tonus otot yang juga turun terjadi akibat obat-obat yang diberikan pada

ibunya.Biasanya pemberian rangsangan dan oksigen selama periode apnue primer dapat merangsang

terjadinya pernafasan spontan.

Apabila asfiksia berlanjut bayi akan menunjukan megap-megap yang dalam, denyut jantung terus

menurun, dan bayi akan terlihat lemas (flaccid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi

memasuki periode apnue yang disebut apnue sekunder, selama apnue sekunder ini denyut jantung,

tekanan darah, dan kadar oksigen dalam darah(PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi

terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan

terjadi kecuali apabila resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian oksigen dimulai dengan

segera.

Gejala dan tanda-tanda asfiksia termasuk :

Tidak bernafas /bernafas megap-megap

Warna kulit kebiruan

Kejang

Panurunan kesadaran

Page 4: 91783029-Asfiksia-Neonatorum

G. Klasifikasi keparahan asfiksia

Pada kasus asfiksia ringan bayi dapat terkejut atau sangat waspada denan peningkatan tonus otot,

makan dengan buruk, dan frekuensi pernafasan normal atau cepat.Temuan ini biasanya berlangsung

selama 24-48 jam sebelum sembuh secara spontan.

Pada kasus asfiksia sedang bayi dapat letargi dan mengalami kesulitan pemberian makan.Bayi dapat

mengalami episode apnia kadang-kadang dan atau konvulsi selama beberapa hari.Masalah ini

biasanya sembuh dalam satu minggu, tetapi masalah perkembangan saraf mungkin ada.Pada kasus

asfiksia berat bayi dapat terkulai atau tidak sadar dan tidak makan.Konvulsi dapat terjadi selama

beberapa hari dan episode apnia yang berat dan sering umumnya terjadi. Bayi dapat membaik selama

beberapa minggu atau tidak dapat membaik sama sekali. Jika bayi ini dapat bertahan hidup mereka

biasanya menderita kerusakan otak permanen.

Jika asfiksia ringan

Jika bayi tidak mendapat oksigen ijinkan bayi mulai menyusui.Jika bayi mendapat oksigen atau

sebaliknya, tidak dapat menyusui berikan perasan ASI dengan metode pemberian makan alternatif.

Jika asfiksia sedang atau berat

Pasang selang IV dan berikan hanya cairan IV selama 12 jam pertama.

-         batasi volume cairan sampai 60 ml/kg BB selama hari pertama dan pantau haluaran urin.

-         Jika bayi berkemih kurang dari 6 kali/hari atau tidak menghasilkan urin jangan meningkatkan

volume cairan pada hari berikutnya, ketika jumlah urin mulai meningkat tingkatkan volume cairan IV

harian sesuai dengan kemajuan volume cairan. Tanpa memperhatikan usia bayi yaitu untuk bayi yang

berusia 4 hari, lanjutkan dari 60 ml/kg sampai 80 ml/kg sampai 100 ml/kg jangan langsung 120 ml/kg

pada hari pertama. Ketika konvulsi terkendali dan bayi menunjukan tanda-tanda peningkatan

respon.Ijinkan bayi mulai menyusui.Jika bayi tidak dapat menyusui berikan perasan ASI dengan

menggunakan metode pemberian makan alternatif.Berikan perawatan berkelanjutan.

--- http://novyana.wordpress.com/asfiksia-neonatorum/ ---

Page 5: 91783029-Asfiksia-Neonatorum

BAB IPENDAHULUAN

I. I    Latar Belakang        Asfiksia Neonatorum adalah Keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir.

Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama kelahiran dan kemudian disusul dengan pernafasan teratur, bila terdapat pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke Janin, akan terjadi asfiksia janin atau neonatus. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir.Towell (1966) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi yang terdiri dari: Faktor Ibu, Faktor plasenta, Faktor Fetus, Faktor Neonatus.Asfiksia neonatrum dibagi dalam:

1.      Vigrous Baby. Skor Apgar 7-10 dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan istimewa.

2.      Mild Moderate Asphyxia (Asfiksia sedang). Skor Apgar 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100 / menit, tonus otot kurang baik / baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.

3.         a). Asfiksia berat, skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/m, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada

b). Asfiksia berat dengan henti jantung, bunyi jantung terus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap, bunyi jantung bayi menghilang post partum. Dalam hal ini pemeriksaan fisik lainnya sesuai dengan yang ditemukan pada penderita asfiksia berat.

I. 2    Tujuan         I.2.1  Tujuan Umum

                  Setelah membuat laporan Asuhan Kebidanan, diharapkan mahasiswa dapat mengerti, memahami serta mampu membuat asuhan kebidanan Pada By. Ny. ”W” usia 1 hari dengan asfiksia

         I.2.2  Tujuan KhususAdapun tujuan yang dapat kita ambil dari penyusunan laporan ini adalah :

a.       Melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif  pada By. Ny. ” W” usia 1 hari dengan asfiksiab.      Mengidentifikasi diagnosa dan masalahc.       Mengidentifikasi masalah potensiald.      Mengidentifikasi kebutuhan yang harus dipenuhie.       Membuat rencana tindakanf.       Melaksanakan tindakang.      Melaksanakan evaluasi dan hasil tindakan

I. 3    Manfaata.       Mahasiswa      Mahasiswa dapat memahami tentang pentingnya asuhan bayi baru lahir dengan asfiksi.

Page 6: 91783029-Asfiksia-Neonatorum

b.      Bagi Institusi      Institusi dapat mengetahui sejauh mana mahasiswa akademi kebidanan Dian Husada

mampu membuat asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksi.c.       Bagi Lahan Praktek      RS dapat meningkatkan asuhan pelayanan yang komprehensif pada bayi baru lahir dengan

asfiksi.

I. 4    Metode PenulisanDidalam penulisan makalah ini yang digunakan adalah diskripsi dengan menggunakan studi kasus melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut varney meliputi langkah – langkah pendekatan pengumpulan data, identifikasi diagnosa dan masalah, identifikasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, intervensi, implementasi dan evalusi.

I. 5    Teknik Pengumpulan DataTeknik pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunsn ini adalah :

a. Wawancara      Yaitu dengan bertanya langsung kepada ibu klien tentang hal – hal yang berhubungan

dengan latar belakang kondisi kesehatan klien.

b.Observasi langsung      Yaitu melalui pengamatan langsung maupun pemeriksaan fisik dengan inspeksi, palpasi,

auskultasi dan perkusi.c. Studi dokumen

      Dengan melihat rekam medisd.      Studi literatur

   Yang melalui referensi dan literatur

I. 6    Sistematika PenulisanBAB I PENDAHULUANMelalui latar belakang masalah, tujuan penulisan, manfaat, metode penulisan, teknik pengumpulan data serta sistematika penulisan.BAB II TINJAUAN PUSTAKAPada tinjauan pustaka yang dibahas adalah Pengertian asfiksia, Etiologi asfiksia, Gambaran Klinis asfiksia, Kriteria Asfiksia Neonatorum, Tindakan pada asfiksia neonetorum, Patofisiologi asfiksia.BAB III TINJAUAN KASUSMeliputi 7 langkah manajemen Varney yaitu pengkajian data subyektif dan obyektif identifikasi diagnosa dan masalah, identifikasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, intervensi, implementasi dan evalusiBAB IV PEMBAHASANMembahas tentang kesenjangan teori dan praktek di lapangan, yaitu pada tinjauan kasus  By. Ny. “ W ” usia 1 hari dengan asfiksia.BAB V PENUTUPMeliputi kesimpulan dan saran

Page 7: 91783029-Asfiksia-Neonatorum

DAFTAR PUSTAKA

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

I.     PengertianNeonatorum  :Keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan tidak segara bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan.

( Rustam Mochtar 1998. Sinopsis Obstetri )Neonatorum  :Keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir.

(Sarwono  Prawirohardjo:2005:709)  Asfiksia Neonatorum  : Suatu keadaan bayi lahir yang gagal bernafas secara

   spontan dan teratur segera setelah lahir. (FKUI : 1985   : 1072)

II.  EtiologiPengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama kelahiran dan

kemudian disusul dengan pernafasan teratur, bila terdapat pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke Janin, akan terjadi asfiksia janin atau neonatus. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir.

Towell (1966) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi yang terdiri dari:

1. Faktor Ibu

-       Hipoksia Ibu, dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anastesia dalam.

-       Gangguan aliran darah uterus, menguranginya aliran darah uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plosenta dan demikian pula ke janin. Hal ini sering ditemukan pada keadaan gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak karena pendarahan, preeklamsi dll.

2. Faktor plasenta

Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusia plasenta, pendarahan plasenta, dll.

3. Faktor Fetus

Kompresi umbilicus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilicus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbang, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat dan lain-lain.

Page 8: 91783029-Asfiksia-Neonatorum

4. Faktor Neonatus

Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal yaitu:a). Pemakaian obat anastesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.b). Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya pendarahan intracranial.c). Kelainan congenital pada bayi misalnya hernia difragmita, atresia / stenosis saluran pernafasan dan lain-lain.

III.         Gambaran KlinisPernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa

kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transient). Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen selama kehamilan / persalinan, akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversible atau tidak bergantung kepada berat dan lamanya asfiksi.Hal ini sesuai dengan observasi klinis yang tampak pada bayi asfiksi.Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode Apnu (Primary Apneu) disertai dengan penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (Gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada pada periode apneu kedua (Secondary Apneu). (FKUI :1985:1073)

IV.         Kriteria Asfiksia NeonatorumPenilaian secara apgar score dianggap paling ideal dan telah banyak digunakan

dimana-mana. Patokan klinis yang dinilai adalah :1). Menghitung frekuensi Jantung2). Melihat usaha bernafas3). Menilai tonus otot4). Menilai reflek rangsangan5). Memperhatikan warna kulit.

Skor Apgar

Tanda 0 1 2 Jumlah nilaiFrekuensi Jantung

Tidak ada Kurang dari 100/m

Lebih dari 100/m

Usaha Bernafas Tidak ada Lambat, tidak teratur

Menangis kuat

Tonus Otot Lumpuh Ekstrimitas Flexi Sedikit

Gerakan Aktif

Refleks Tidak ada Gerakan sedikit MenangisWarna Biru / pucat Tubuh

kemerahan Tubuh dan ekstrimitas

Page 9: 91783029-Asfiksia-Neonatorum

ekstrimitas biru kemerahan

Asfiksia neonatrum dibagi dalam:1.      Vigrous Baby. Skor Apgar 7-10 dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan

istimewa.2.      Mild Moderate Asphyxia (Asfiksia sedang). Skor Apgar 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan

terlihat frekuensi jantung lebih dari 100 / menit, tonus otot kurang baik / baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada

3.      a). Asfiksia berat, skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/m, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada

b). Asfiksia berat dengan henti jantung, bunyi jantung terus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap, bunyi jantung bayi menghilang post partum. Dalam hal ini pemeriksaan fisik lainnya sesuai dengan yang ditemukan pada penderita asfiksia berat.

V.  Tindakan pada asfiksia neonetorum       Tujuan utama mengatasi asfiksia ialah untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dalam membatasi gejala sisa (sekuele) yang mungkin timbul dikemudikan hari.Tindakan pada bayi lazim disebut resusitasi bayi baru lahir.

Sebelum resusitasi dikerjakan, perlu diperhatikan bahwa:1. Faktor waktu sangat penting. Makin lama bayi menderita asfiksia, perubahan homeostatis

yang timbul makin berat, resusitasi akan lebih sulit.2. Riwayat kehamilan dan partus akan memberikan keterangan yang jelas tentang faktor

penyebab terjadinya depresi pernafasan pada bayi baru lahir.3. Resusitasi yang dilakukan harus adekuat sesuai dengan penilaian yang diperoleh pada bayi

baru lahir.

Prinsip dasar resusitasi yang perlu di ingat ialah1. Memberikan lingkungan yang baik pada bayi dan mengusahakan saluran pernafasan tetap

bebas serta merangsang timbulnya pernafasan. Yaitu agar agsigenasi dan pengeluaran CO2 berjalan lancer.

2. Memberikan bantuan pernafasan secara aktif pada bayi yang menunjukkan usaha pernafasan lemah.

Langkah-langkah Resusitasi-          Cegah pelepasan panas yang berlebihan, keringkan (hangatkan) dengan menyelimuti

seluruh tubuhnya terutama bagian kepala dengan handuk yang kering.-          Bebaskan jalan nafas, atur posisi. Isap lender  bersihkan jalan nafas bayi dengan hati-hati

dan pastikan bahwa jalan nafas bayi bebas dari hal-hal yang dapat mengalami masuknya udara ke dalam paru-paru, hal ini dapat dilakukan dengan:

         Ekstensi kepala dan leher sedikit lebih rendah dari tubuh bayi         Hisap lender pada mulut dan hidung bayi sehingga jalan nafas bersih dari cairan ketuban,

mekonium, lender dan rangsangan taktil, bila mengeringkan tubuh bayi dan penghisapan

Page 10: 91783029-Asfiksia-Neonatorum

lender (cairan ketuban dari mulut dan hidung) yang dasarnya merupakan tindakan rangsangan belum cukup untuk menimbulkan pernafasan yang udekuat pada bayi baru lahir dengan penyulit, maka diperlukan rangsangan taktil tambahan.

         Ada dua cara yang memadai dan cukup aman untuk memberikan rangsangan taktil, yaitu:1.      Menepukkan atau menyentil telapak kaki dan menggosok punggung bayi. Cara ini sering

kali menimbulkan pernapasan pada bayi yang mengalami depresi pernafasan yang ringan.2.      Menggosok punggung bayi secara cepat, mengusap atau mengelus tubuh, tungkai dari

kepala bayi juga merupakan rangsangan taktil tetapi rangsangan yang ditimbulkan lebih ringan dari menepuk, menyentil atau menggosok prosedur ini tidak dapat dilakukan pada bayi yang apnoe, hanya dilakukan pada bayi yang telah berusaha bernafas.

--- http://j3ffunk.blogspot.com/2011/08/asfiksia-neonatorum.html ---

Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. 

Atas dasar pengalaman klinis, Asfikia Neonaiorum dapat dibagi dalam :a. "Vigorous baby'' skor apgar 7-10, dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerkikan istimewa. b. "Mild-moderate asphyxia" (asfiksia sedang) skor apgar 4-6 pada pemeriksaan fisis akan terlihat frekuensi jantung lebih dari lOOx/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, refick iritabilitas tidak ada c. Asfiksia berat: skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisis ditemukan' frekuensi jantung kurang dari l00x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak adaAsfiksia berat dengan henti jantung yaitu keadaan : 1. Bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelu lahir lengkap.2. Bunyi jantung bayi menghilang post partum.II. ETIOLOGIAsfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan perlukaran gas atau pengangkutang O2 dari ibu kejanin. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. Hampir sehagian hes;ir asfiksia bayi baru lahir meriip;ik;in kcltiniutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama kehamilan dan persalinan. memegang peran penting untuk keselamatan bayi atau kelangsungan hidup yang sempurna tanpa gejala sisa.

Pengolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari:1. Faktor Ibu a. Hipoksia ibuTerjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anestesia dalam. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin. b. Gangguan aliran darah uterusMengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering ditemukan pada :

Page 11: 91783029-Asfiksia-Neonatorum

-Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau obat.- Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.- Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.2. Faktor plasentaPertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. .Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta dan lain-lain.3. Faktor fetusKompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pcmbuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir dan lain-lain. 4. Faktor NeonatusDepresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir dapat terjadi karena :1. Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.2. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah intrakranial. Kelainan konginental pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika atresia/stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.

III. PATOFISIOLOGIPernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primarg gasping” yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan.Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary apnea).Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah.Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh , sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak.Kerusakan sel otak yang terjadi menimbuikan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.IV. MAN1FESTASI KLINISAsfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksi janin yang menimbulkan tanda:- DJJ lebih dari 1OOx/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur

Page 12: 91783029-Asfiksia-Neonatorum

- Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala - Apnea- Pucat '- sianosis- penurunan terhadap stimulus.V. PENATALAKSANAAN KLINISa. Tindakan Umum- Bersihkan jalan nafas : kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir mudah mengalir, bila perlu digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari saluran nafas ayang lebih dalam.- Rangsang reflek pernafasan : dilakukan setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki menekan tanda achiles.- Mempertahankan suhu tubuh. b. Tindakan khusus- Asfiksia beratBerikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal. dapat dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan O2 yang diberikan tidak 30 cm H 20.Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan message jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan sternum 80 –100 x/menit.- Asfiksia sedang/ringanPasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30-60 detik. Bila gagal lakukan pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi ektensi maksimal beri Oz 1-2 1/mnt melalui kateter dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atas-bawah secara teratur 20x/menit- Penghisapan cairan lambung untuk mencegah regurgitasi

VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK- Pemeriksaan darah Kadar As. Laktat. kadar bilirubin, kadar PaO2, PH- Pemeriksaan fungsi paru- Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler- Gambaran patologi

DAFTAR PUSTAKA

- Manuaba, I. 1997.- Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan Kedokteran. Jakarta. EGC- Purwadianto. A. 2000. Kedaruralan Medik. Bina Rupa Aksara Jakarta- Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas. 1998, Edisi 1. Kedokteran Jakarta. EGC.- Wong. L Donna. 2004. Keperawatan Pediatrik. Edisi 1.Kedokteran. Jakarta. EGC.

--- http://medlinux.blogspot.com/2007/09/asfiksia-neonatorum.html ---