80306508 referat sgb kade chintya ps

Upload: merlinda-juwita-simanjuntak

Post on 04-Apr-2018

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 80306508 Referat SGB Kade Chintya PS

    1/23

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Sindrom Guillain-barre (SGB) atau secara klinis sering disebut Poli Radikulo

    Neuropati inflamasi akut (PIA).(1) Sindrom Guillain Barre sering disebut juga acute

    inflamating demyelinating polyneuropathy atau acute ascending paralysis yang

    merupakan kelainan pada saraf perifer yang bersifat peradangan di luar otak dan

    medulla spinalis. Pada Sindrom ini sering dijumpai adanya kelemahan yang cepat

    atau bisa terjadi paralysis dari tungkai atas, tungkai bawah, otot-otot pernafasan dan

    wajah. Sindrom ini dapat terjadi pada segala umur dan tidak bersifat herediter dan

    dikenal sebagai Landrys Paralisis ascending. Pertama dideskripsikan oleh Landry,

    1859 menyebutnya sebagai suatu penyakit akut, ascending dan paralysis motorik

    dengan gagal napas.(3)

    Penyakit ini terdapat di seluruh dunia pada setiap musim, menyerang semua

    umur. Insidensi SGB bervariasi antara 0.6 sampai 1.9 kasus per 100.000 orang

    pertahun. Selama periode 42 tahun Central Medical Mayo Clinic melakukan penelitian

    mendapatkan insidensi rate 1.7 per 100.000 orang.8 SGB sering sekali berhubungan

    dengan infeksi akut non spesifik. Insidensi kasus SGB yang berkaitan dengan infeksi

    ini sekitar antara 56% - 80%, yaitu 1 sampai 4 minggu sebelum gejala neurologi

    timbul seperti infeksi saluran pernafasan atas atau infeksi gastrointestinal. 2,9

    Kelainan ini juga dapat menyebabkan kematian, pada 3 % pasien, yang disebabkan

    oleh gagal napas dan aritmia. Gejala yang terjadinya biasanya hilang 3 minggu setelah

    gejala pertama kali timbul. Sekitar 30 % penderita memiliki gejala sisa kelemahan

    setelah 3 tahun. Tiga persen pasien dengan SGB dapat mengalami relaps yang lebih

    ringan beberapa tahun setelah onset pertama.2,7,10 Bila terjadi kekambuhan atau tidakada perbaikan pada akhir minggu IV maka termasuk Chronic Inflammantory

    Demyelinating Polyradiculoneuropathy (CIDP). Sampai saat ini belum ada terapi

    spesifik untuk SGB. Pengobatan secara simtomatis dan perawatan yang baik dapat

    memperbaiki prognosisnya.(5,7)

  • 7/30/2019 80306508 Referat SGB Kade Chintya PS

    2/23

    1

    Belum diketahui angka kejadian penyakit ini di Indonesia. Insidens Sindrom ini

    termasuk jarang kira-kira 1 orang dalam 100.000. SGB jarang terjadi pada anak-anak,

    khususnya selama 2 tahun pertama kehidupan dan setelah umur tersebut frekuensinyacenderung meningkat. Frekuensi puncak pada usia dewasa muda. SGB tampil sebagai

    salah satu penyebab kelumpuhan yang utama di negara maju atau berkembang seperti

    Indonesia.(8)

    Umur termuda dilaporkan adalah 3 bulan dan tertua adalah 95 tahun. Sekitar 74

    % - 82 % kasus SGB terjadi setelah penderita mengalami penyakit panas yang

    biasanya dari infeksi saluran nafas atas. Dan insidensinya meningkat dengan tingginya

    infeksi Cytomegalo virus.

    Dari kasus penderita SGB, kebanyakan terjadi setelah penderita mengalami

    penyakit panas atau demam yang biasanya dari infeksi saluran pernapasan bagian atas

    (ISPA) dan saluran pencernaan.(4) Ditemukan juga ifeksi virus seperti sitomegalovirus,

    variola, morbili, parotitis, hepatitis A,B, atau C, rubella, influenza yang terjadi 2-4

    minggu sebelum terjadi Sindrom Guillain-Barre.(5,1). SGB juga ditemukan pada

    beberapa kasus dengan pascah imunisasi dan bedah minor.(1)

    Walaupun sindroma ini merupakan penyakit yang sebagian besar dapat

    mengalami kesembuhan fungsional yang sempurna, tetapi tidak jarang terjadi

    kematian karena perjalanan penyakitnya yang akut dan meluas ke bagian atas tubuh

    sehingga menimbulkan kegagalan pernafasan. Untuk itu pengawasan yang ketat dan

    penanganan yang baik pada penderita SGB sangat diperlukan untuk memperkecil

    angka kematiannya dan mengurangi gejala sisa defisit neurologisnya

  • 7/30/2019 80306508 Referat SGB Kade Chintya PS

    3/23

    1

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    I. SEJARAH

    Pada tahun 1859, seorang neurolog Perancis,Jean-Baptiste Landry

    pertama kali menulis tentang penyakit ini, sedangkan istilah landry ascending

    paralysis diperkenalkan oleh Westphal. Oslermenyatakan terdapatnya hubunganSGB

    dengan kejadian infeksi akut. Pada tahun 1916, Guillain, Barre dan Strohl

    menjelaskan tentang adanya perubahan khas berupa peninggian protein cairan

    serebrospinal (CSS) tanpa disertai peninggian jumlah sel. Keadaan ini disebutsebagai

    disosiasi sitoalbuminik. Nama SGB dipopulerkan oleh Draganescu dan Claudian.

    Menurut Lambertdan Murdermengatakan bahwa untuk menegakkandiagnosa SGB

    selain berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan CSS, juga adanya kelainan pada

    pemeriksaan EMG dapat membantu menegakkan diagnosa. Terdapat perlambatan

    kecepatan hantar saraf pada EMG. (1,8)

    II. DEFINISI

    SGB merupakan Polineuropati akut, bersifat simetris dan ascenden, yang

    biasanya terjadi 1 3 minggu dan kadang sampai 8 minggu setelah suatu

    infeksi akut. (1)

    SGB merupakan Polineuropati pasca infeksi yang menyebabkan terjadinya

    demielinisasi saraf motorik kadang juga mengenai saraf sensorik. (6)

    SGB ialah polineuropati yang menyeluruh, dapat berlangsung akut atau

    subakut, mungkin terjadi spontan atau sesudah suatu infeksi. (7)

  • 7/30/2019 80306508 Referat SGB Kade Chintya PS

    4/23

    1

    III. SINONIM

    Acute Inflammatory Demyelinating Polyneuropathy(1,2)

    Landry Guillain Barre Syndrome(3)

    Acute Inflammatory Polyneuropathy((3)

    Acute Autoimmune Neuropathy(3)

    Inflammatory Polyradiculoneuropathy(4)

    IV. INSIDENSI

    SGB terdapat di seluruh dunia pada setiap musim, tidak bersifat epidemidanmerupakan inflamasi poliradikuloneuropati kira-kira 1,5 kasus per 100.000 penduduk.

    SGB dapat terjadi pada semua orang tanpa membedakan usia maupun 3 ras. Insiden

    kejadian di seluruh dunia berkisar antara 0,6 1,9 per 100.000 penduduk. Insiden ini

    meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. SGB merupakan penyebab paralisis

    akut yang tersering di negara barat. 2 Di Amerika Serikat, insiden terjadinya SGB

    berkisar antara 0,6 1,7 per 100.000 penduduk.12 Rasio kejadian antara laki-laki dan

    perempuan adalah 1,1-1,.7 berbanding 1. Rentang usia penderita dari usia 2 bulan

    sampai 95 tahun. Di Amerika Serikat distribusi usia berkisar antara usia 15-35 tahun

    atau 50-75 tahun. Sedangkan di Cina kejadian pada usia 2-12 tahun pernah dilaporkan.

    (2)

    Sekitar 20% penderita berakhir dengan gagal nafas. Di negara barat gambaran yang

    sering muncul adalah subakut paralisis asending. Berhubungan dengan parestesis

    distal dan kehilangan refleks tendon dalam. Progresifitas berakhir pada minggu ke 4,

    dan keadaan biasanya tenang sebelum terjadi perbaikan secara lambat. Pada tahun

    1859, Landry menjelaskan 10 kasus dengan karakteristik paralisis asendens dan

    perubahan sensasi sensorik.9,12,13 Angka kematian rata-rata adalah 2-6%, yang

    secara umum disebabkan akibat komplikasi dari ventilasi, henti jantung, emboli paru,

    sepsis, bronkospasme, pneumotoraks, dan ARDS. Lebih dari 75 % penderita

  • 7/30/2019 80306508 Referat SGB Kade Chintya PS

    5/23

    1

    mengalami perbaikan sempurna atau hampir sempurna tanpa defisit neurologi atau

    hanya kelelahan dan kelemahan distal yang minimal. Sedangkan sebagian penderita

    yang lain, membutuhkan bantuan ventilasi akibat dari kelemahan bagian distal yangberat. Sekitar 15 % penderita berakhir dengan gejala sisa berupa defisit neurologi.(2,3)

    V. KLASIFIKASI

    Berikut terdapat klasifikasi dari SGB, yaitu: (3,5)

    1.Acute Motor-Sensory Axonal Neuropathy (AMSAN)

    Sering muncul cepat dan mengalami paralisis yang berat dengan perbaikan

    yang lambat dan buruk. Seperti tipe AMAN yang berhubungan dengan infeksi

    saluran cerna C jejuni. Patologi yang ditemukan adalah degenerasi akson dari

    serabut saraf sensorik dan motorik yang berat dengan sedikir demielinisasi.

    2.Acute Motor-Axonal Neuropathy (AMAN)

    Berhubungan dengan infeksi saluran cerna C jejuni dan titer antibody

    gangliosid meningkat (seperti, GM1, GD1a, GD1b). Penderita tipe ini memiliki

    gejala klinis motorik dan secara klinis khas untuk tipe demielinisasi dengan

    asending dan paralysis simetris. AMAN dibedakan dengan hasil studi

    elektrodiagnostik dimana didapatkan adanya aksonopati motorik. Pada biopsy

    menunjukkan degenerasi wallerian liketanpa inflamasi limfositik. Perbaikannya

    cepat, disabilitas yang dialami penderita selama lebih kurang 1 tahun.

    3.Miller Fisher Syndrome

    Variasi dari SGB yang umum dan merupakan 5 % dari semua kasus SGB.

    Sindroma ini terdiri dari ataksia, optalmoplegia dan arefleksia. Ataksia terlihatpada gaya jalan dan pada batang tubuh dan jarang yang meliputi ekstremitas.

    Motorik biasanya tidak terkena. Perbaikan sempurna terjadi dalam hitungan

    minggu atau bulan

    4. Chronic Inflammatory Demyelinative Polyneuropathy (CIDP)

  • 7/30/2019 80306508 Referat SGB Kade Chintya PS

    6/23

    1

    CIDP memiliki gambaran klinik seperti AIDP, tetapi perkembangan

    gejala neurologinya bersifat kronik. Pada sebagian anak, kelainan motorik lebih

    dominant dan kelemahan otot lebih berat pada bagian distal5.Acute pandysautonomia

    Tanpa sensorik dan motorik merupakan tipe SGB yang jarang terjadi.

    Disfungsi dari sistem simpatis dan parasimparis yang berat mengakibatkan

    terjadinya hipotensi postural, retensi saluran kemih dan saluran cerna, anhidrosis,

    penurunan salvias dan lakrimasi dan abnormalitas dari pupil.

    VI. ETIOLOGI

    Mikroorganisme penyebab belum pernah ditemukan pada penderita dan bukan

    merupakan penyakit yang menular juga tidak diturunkan secara herediter. Penyakit ini

    merupakan proses autoimun.(1,4) Tetapi sekitar setengah dari seluruh kasus terjadi

    setelah penyakit infeksi virus atau bakteri seperti dibawah ini :

    Infeksi virus : Citomegalovirus (CMV), Ebstein Barr Virus (EBV),

    enterovirus, Human Immunodefficiency Virus (HIV).(1,2,3,4)

    Infeksi bakteri : Campilobacter Jejuni, Mycoplasma Pneumonie. (1,2,3,4)

    Pascah pembedahan dan Vaksinasi .(1,2,3)

    50% dari seluruh kasus terjadi sekitar 1-3 minggu setelah terjadi penyakit

    Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) dan Infeksi Saluran Pencernaan (2,3,5)

  • 7/30/2019 80306508 Referat SGB Kade Chintya PS

    7/23

    1

    VII. PATOLOGI

    Pada pemeriksaan makroskopis tidak tampak jelas gambaran pembengkakan

    saraf tepi. Dengan mikroskop sinar tampak perubahan pada saraf tepi. Perubahan

    pertama berupa edema yang terjadi pada hari ke-tiga atau keempat, kemudian timbul

    pembengkakan dan iregularitas selubung mielin pada hari ke-lima, terlihat beberapa

    limfosit pada hari ke-sembilan dan makrofag pada hari ke-sebelas, poliferasi sel

    schwan pada hari ke-tigabelas. Perubahan pada mielin, akson, dan selubung schwan

    berjalan secara progresif, sehingga pada hari ke-enampuluh enam, sebagian radiks dan

    saraf tepi telah hancur.(5,8)Asbury dkk mengemukakan bahwa perubahan pertama yang

    terjadi adalah infiltrasi sel limfosit yang ekstravasasi dari pembuluh darah kecil pada

    endo dan epineural. Keadaan ini segera diikuti demielinisasi segmental. Bila

    peradangannya berat akan berkembang menjadi degenerasi Wallerian. Kerusakan

    mielin disebabkan makrofag yang menembus membran basalis dan melepaskan

    selubung mielin dari sel schwan dan akson.(5,8)

  • 7/30/2019 80306508 Referat SGB Kade Chintya PS

    8/23

    1

  • 7/30/2019 80306508 Referat SGB Kade Chintya PS

    9/23

    1

    VIII. PATOGENESIS

    Mekanisme bagaimana infeksi, vaksinasi, trauma, atau faktor lain yangmempresipitasi terjadinya demielinisasi akut pada SGB masih belum diketahui dengan

    pasti. Banyak ahli membuat kesimpulan bahwa kerusakan saraf yang terjadi pada

    sindroma ini adalah melalui mekanisme imunlogi. Bukti-bukti bahwa

    imunopatogenesa merupakan mekanisme yang menimbulkan jejas saraf tepi pada

    sindroma ini adalah: (8)

    1. Didapatkannya antibodi atau adanya respon kekebalan seluler (cell mediated

    immunity) terhadap agen infeksius pada saraf tepi.

    2. Adanya auto antibodi terhadap sistem saraf tepi.

    3. Didapatkannya penimbunan kompleks antigen antibodi dari peredaran pada

    pembuluh darah saraf tepi yang menimbulkan proses demielinisasi saraf tepi.(8)

    Proses demielinisasi saraf tepi pada SGB dipengaruhi oleh respon imunitas seluler dan

    imunitas humoral yang dipicu oleh berbagai peristiwa sebelumnya.(5,8) Pada SGB,

    gangliosid merupakan target dari antibodi. Ikatan antibodi dalam sistem imun tubuh

    mengaktivasi terjadinya kerusakan pada myelin. Alasan mengapa komponen normal

    dari serabut mielin ini menjadi target dari sistem imun belum diketahui, tetapi infeksi

    oleh virus dan bakteri diduga sebagai penyebab adanya respon dari antibodi sistem

    imun tubuh. Hal ini didapatkan dari adanya lapisan lipopolisakarida yang mirip

    dengan gangliosid dari tubuh manusia. Campylobacter jejuni, bakteri patogen yang

    menyebabkan terjadinya diare, mengandung protein membran yang merupakan tiruan

    dari gangliosid GM1. Pada kasus infeksi oleh Campylobacter jejuni, kerusakan

    terutama terjadi pada degenerasi akson. Perubahan pada akson ini menyebabkan

    adanya cross-reacting antibodi ke bentuk gangliosid GM1 untuk merespon adanyaepitop yang sama.(5) Berdasarkan adanya sinyal infeksi yang menginisisasi imunitas

    humoral maka sel-T merespon dengan adanya infiltrasi limfosit ke spinal dan saraf

    perifer. Terbentuk makrofag di daerah kerusakan dan menyebabkan adanya proses

    demielinisasi dan hambatan penghantaran impuls saraf.(5,7)

  • 7/30/2019 80306508 Referat SGB Kade Chintya PS

    10/23

    1

    IX. DIAGNOSIS

    Diagnosis SGB terutama ditegakkan secara klinis. SBG ditandai dengan timbulnyasuatu kelumpuhan akut yang disertai hilangnya refleks-refleks tendon dan didahului

    parestesi dua atau tiga minggu setelah mengalami demam disertai disosiasi

    sitoalbumin pada likuor dan gangguan sensorik dan motorik perifer. (6)

    X. GAMBARAN KLINIS

    SGB merupakan penyebab paralisis akut yang dimulai dengan rasa baal,

    parestesia pada bagian distal dan diikuti secara cepat oleh paralisis ke-empat

    ekstremitas yang bersifat asendens. Parestesia ini biasanya bersifat bilateral. Refleks

    fisiologis akan menurun dan kemudian menghilang sama sekali .(7) Kerusakan saraf

    motorik biasanya dimulai dari ekstremitas bawah dan menyebar secara progresif ke

    ekstremitas atas, tubuh dan saraf pusat. Kerusakan saraf motoris ini bervariasi mulai

    dari kelemahan sampai pada yang menimbulkan quadriplegia flacid. Keterlibatan

    saraf pusat, muncul pada 50 % kasus, biasanya berupafacial diplegia. Kelemahan otot

    pernapasan dapat timbul secara signifikan dan bahkan 20 % pasien memerlukan

    bantuan ventilator dalam bernafas.(8) Kerusakan saraf sensoris yang terjadi kurang

    signifikan dibandingkan dengan kelemahan pada otot. Rasa sakit dan kram juga dapat

    menyertai kelemahan otot yang terjadi terutama pada anak-anak. (3,6) Kelainan saraf

    otonom tidak jarang terjadi dan dapat menimbulkan kematian. Kelainan ini dapat

    menimbulkan takikardi, hipotensi atau hipertensi, aritmia bahkan cardiac arrest,

    facial flushing, sfingter yang tidak terkontrol, dan kelainan dalam berkeringat.

    Kerusakan pada susunan saraf pusat dapat menimbulkan gejala berupa disfagia,kesulitan dalam berbicara, dan yang paling sering (50%) adalah bilateralfacial palsy.

    (2) Gejala-gejala tambahan yang biasanya menyertai SGB adalah kesulitan

  • 7/30/2019 80306508 Referat SGB Kade Chintya PS

    11/23

    1

    untuk mulai BAK, inkontinensia urin dan alvi, konstipasi, kesulitan menelan dan

    bernapas, perasaan tidak dapat menarik napas dalam, dan penglihatan kabur(blurred

    visions).(3,6)

    Kelainan Motorik

    Manifestasi klinis utama penderita SGB adalah kelemahan otot-otot tubuh

    yang biasanya berkembang secara simetris sepanjang waktu dalam beberapa hari atau

    minggu.(3) Kelemahan umumnya dimulai dari tungkai bawah lalu meluas ke tubuh,

    otot-otot intercostalis, leher dan otot-otot wajah/cranial yang terkena paling belakang.

    Keadaan ini disebut Paralysis Ascending Landry. (3,7) Keadaan seperti ini dapat

    bertahan selama 10 sampai 14 hari (dari 90 kasus), setelah itu mengalami perbaikan.(3)

    Dan 20% dari kasus SGB bisa berlanjut dan terjadi kelumpuhan otot pernapasan. (4)

    Kelemahan otot dapat berkembang sangat cepat sehingga atrofi otot tidak terjadi.

    Tonus otot didapatkan menurun, reflek-refleks tendon menurun atau hilang dan tidak

    didapatkan reflek patologik. (3)15% terjadi kelumpuhan N.VII dan 3% terjadi

    oftalmoplegia disamping gejala klasik dari SGB. Dapat terjadi kelumpuhan otot

    pernapasan pada pasien yang berat. Sistem otonom dapat terkena sehingga terjadi

    hipotensi atau hipertensi (10-30%) dan aritmia (30%), bahkan dapat terjadi cardiac

    arrest.(3,5) Retensi urin dapat terjadi sekitar 15% kasus. (3)

    Kelainan sensorik

    Serangan penyakit ditandai dengan adanya parestesi (kesemutan) pada bagian

    distal anggota tubuh bawah yang dapat terjadi bersamaan dengan kelemahan otot.

    Sebagian besar keluhan ini didapat pada kaki dan kemudian baru tangan. (3)

    Gangguan obyektif sensorik jarang ditemukan, tetapi walaupun tidak menonjolkadang-kadang penderita merasakan penurunan rasa raba dan nyeri pada distribusi

    glove dan stocking. (4)

    Perasaan nyeri mungkin juga terjadi tetapi biasanya jarang dan dikatakan

    muncul belakangan.(7)

  • 7/30/2019 80306508 Referat SGB Kade Chintya PS

    12/23

    1

    XI. PEMERIKSAAN FISIK

    Pada pemeriksaan neurologis ditemukan adanya kelemahan otot yang bersifat difusdan paralisis. Refleks tendon akan menurun atau bahkan menghilang. Batuk yang

    lemah dan aspirasi mengindikasikan adanya kelemahan pada otot-otot intercostal.

    Tanda rangsang meningeal seperti perasat kernig dan kaku kuduk mungkin ditemukan.

    Refleks patologis seperti refleks Babinsky tidak ditemukan.3

    PENCETUS DEMIELINIASI

    75% dari sejumlah kasus SGB terjadi dalam 1-3 minggu infeksi yang akut, biasanya

    infeksi saluran pernapasan atau gastro intestinal. Kultur dan seroepidemiologi

    memperlihatkan 20 30% dari semua kasus yang terjadi di Amerika Utara, Eropa dan

    Australia disebabkan oleh karena infeksi atau reinfeksi dengan (Campylobacter

    jejuni). Pengkajian lebih difokuskan terhadap infeksi Campylobacter jejuni yang

    secara klinik bermanifestasi sebagai gastroenteritis. Bakteri ini muncul dan

    mempunyai peranan penting dalam bentuk axonal akut dari SGB yang terjadi

    epidemical didaerah Cina. Pencetus SGB lainnya adalah infeksi virus (HIV, Ebstein

    Barr virus. Cytomegalo virus). Mycoplasma pneumonial juga telah diidentifikasi

    sebagai infeksi pencetus terjadinya demielinas

    XII. DIAGNOSIS SINDROMA GUILLIAN BARRE (7)(2,4)

    XII.I. Untuk membuat diagnosis SGB criteria paling umum dipakai criteria Asbury

    AK., yaitu:a. Ciri-ciri yang perlu didiagnosiskan : (2,4)

    Terjadinya kelemahan yang progresif dan menyangkut lebih dari satu

    anggota gerak. Kelemahan biasanya hanya berupa paresis ringan pada kedua

    tungkai

  • 7/30/2019 80306508 Referat SGB Kade Chintya PS

    13/23

    1

    dengan atau tanpa ataksia ringan sampai lumpuh total pada keempat otot

    ekstremitas, otot tubuh, otot bulbar, otot wajah, dan ophthalmoplegia eksterna.

    Arefleksia: Biasanya terjadi arefleksia bagian distal dengan

    hiporefleksia proksimal.

    b. Ciri-ciri yang secara kuat menyokong diagnosis SGB (2,4).

    Ciri-ciri klinis:

    1. Progresivitas: gejala kelumpuhan otot meluas secara tepat tapi terhenti

    dalam 4 minggu.

    2. Simetris.

    3. Gangguan sensorik hanya ringan.

    4. Ikut terkenanya saraf otak. Saraf otak VII terkena sekitar 50% dan

    sering bilateral.

    5. Penyembuhan: biasanya mulai 2-4 minggu sesudah terhentinya

    progresif dari kelumpuhan.

    6. Gangguan saraf otonum

    Takikardia dan aritmia lain, hipotensi postural, hipertensi, gejala

    gangguan vasomotor.

    7. Tidak adanya febris pada awal kelumpuhan.

    8. EMG menunjukan adanya perlambatan kecepatan antar saraf dengan

    latensi distal yang memanjang.

    Ciri-ciri kelainan cairan serebrospinal yang sangat memperkuat

    diagnosis : (2,4)

    1. Jumlah protein dalam cairan serebro spinalis meningkat sesudah

    minggu pertama dari timbulnya gejala.

    2. Jumlah sel tidak melebihi 10/mm3

  • 7/30/2019 80306508 Referat SGB Kade Chintya PS

    14/23

    1

    c. Ciri-ciri yang membuat diagnosis meragukan : (2,4)

    1. Jumlah protein tidak meningkat 1-2 minggu sesudah timbul

    kelemahan otot.2. jumlah sel 11-50 sel mononuclear /mm3

    3. Kelemahan yang tetap asimetis

    4. jumlah sel dalam cairan serebo spinal >50/mm3

    d. Tanda-tanda yang menentang diagnosis SGB : (2,4)

    1. Adanya anamnesis pengangguan senyawa hexacarbon.

    2. Adanya metabolisme porphyrin abnormal.

    3. Riwayat diphteri yang baru, dengan ataupun tanpa miokarditis.

    4. Bila hanya didapat adalah gangguan sensorik saja.

    5. Adanya kepastian diagnosis lain seperti poliomyelitis, botulism,

    kelumpuhan karena histeri, adanya polineuropati toksik.

    XII.2. Kriteria diagnosis SGB dari National Institute of Neurological and

    Communicative Disorder and Stroke (NINCDS ) yaitu : (4)

    I. Gejala utama :

    A. Terjadinya kelemahan yang progresif dan menyangkut lebih dari satu anggota

    gerak. Kelemahan bisa hanya berupa paresis ringan pada kedua tungkai, dengan

    atau tanpa ataksia ringan sampai lumpuh total pada keempat otot ekstremitas,

    otot tubuh, otot bulbar, otot wajah dan opthalmoplegia eksterna.

    B. Arefleksia.

    Biasanya terjadi arefleksia bagian distal dengan hiporefleksia proksimal

  • 7/30/2019 80306508 Referat SGB Kade Chintya PS

    15/23

    1

    II . Gejala tambahan :

    1. Progresifitas: gejala kelemahan motorik berlangsung cepat, maksimal dalam 4minggu, 50% mencapai puncak dalam 2 minggu, 80% dalam 3 minggu, dan 90%

    dalam 4 minggu.

    2. Relatif simetris.

    3. Gejala gangguan sensibilitas ringan.

    4. Gejala saraf kranial, 50% terjadi parese N VII dan sering bilateral. Saraf otak lain

    dapat terkena khususnya yang mempersarafi lidah dan otot-otot menelan, kadang 50/mm3

    5. Adanya sel PMN dalam cairan serebrospinal

    6. Adanya batas gangguan sensibilitas yang jelas

    IV. Tanda-tanda yang menentang diagnosis SGB (4)

    1. Adanya anamnesis penggunaan senyawa hexacarbon, misalnya glue sniffing.

    2. Adanya metabolisme porphyrin abnormal seperti acute intermittent

    porphyria.

    3. Riwayat diphteri yang baru, dengan ataupun tanpa myocarditis.

    4. Tanda-tanda keracunan timah, ditandai dengan adanya kelemahan ekstremitas

    atas dengan wrist drop.5. Hanya didapat gangguan sensorik saja.

    6. Adanya kepastian diagnosis lain seperti poliomielitis, botulime, polineuropati

    toksik.

  • 7/30/2019 80306508 Referat SGB Kade Chintya PS

    17/23

    1

    XIII. TERAPI

    Sampai saat ini belum ada pengobatan spesifik untuk SGB, pengobatan terutama

    secara simptomatis. Tujuan utama penatalaksanaan adalah mengurangi gejala,

    mengobati komplikasi, mempercepat penyembuhan dan memperbaiki prognosisnya.

    Penderita pada stadium awal perlu dirawat di rumah sakit untuk terus dilakukan

    observasi tanda-tanda vital. Penderita dengan gejala berat harus segera di rawat di

    rumah sakit untuk memdapatkan bantuan pernafasan, pengobatan dan fisioterapi.

    Adapun penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah : (9)

    1. Sistem pernapasan (3,5)

    Gagal nafas merupakan penyebab utama kematian pada penderita SGB. Pengobatan

    lebih ditujukan pada tindakan suportif dan fisioterapi. Bila perlu dilakukan tindakan

    trakeostomi, penggunaan alat Bantu pernapasan (ventilator) bila vital capacity turun

    dibawah 50%.

    2. Fisioterapi

    Fisioterapi dada secara teratur untuk mencegah retensi sputum dan kolaps

    paru. Gerakan pasif pada kaki yang lumpuh mencegah kekakuan sendi. Segera setelah

    penyembuhan mulai (fase rekonvalesen), maka fisioterapi aktif dimulai untuk melatih

    dan meningkatkan kekuatan otot.(2)

    Imunoterapi

    Tujuan pengobatan SGB ini untuk mengurangi beratnya penyakit dan mempercepatkesembuhan ditunjukan melalui system imunitas.

    a.Plasma exchange therapy (PE)

  • 7/30/2019 80306508 Referat SGB Kade Chintya PS

    18/23

    1

    Plasmaparesis atau plasma exchange bertujuan untuk mengeluarkan faktor

    autoantibodi yang beredar. Pemakaian plasmaparesis pada SGB memperlihatkan hasil

    yang baik, berupa perbaikan klinis yang lebih cepat, penggunaan alat bantu nafas yanglebih sedikit, dan lama perawatan yang lebih pendek. Waktu yang paling efektif untuk

    melakukan PE adalah dalam 2 minggu setelah munculnya gejala. Jumlah plasma yang

    dikeluarkan perexchange adalah 40-50 ml/kg dalam waktu 7-10 hari dilakukan empat

    sampai lima kali exchange.(1,6)

    b. Imunoglobulin IV

    Intravenous inffusion of human Immunoglobulin (IVIg) dapat menetralisasi

    autoantibodi patologis yang ada atau menekan produksi auto antibodi tersebut. Ig juga

    dapat mempercepat katabolisme IgG, yang kemudian menetralisir antigen dari virus

    atau bakteri sehingga T cells patologis tidak terbentuk. Pengobatan dengan gamma

    globulin intravena lebih menguntungkan dibandingkan plasmaparesis karena efek

    samping/komplikasi lebih ringan. Pemberian IVIg ini dilakukan dalam 2 minggu

    setelah gejala muncul dengan dosis 0,4 g / kgBB /hari selama 5 hari. Pemberian PE

    dikombinasikan dengan IVIg tidak memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan

    dengan hanya memberikan PE atau IVIg.(2,5)

    c. Kortikosteroid

    Kebanyakan penelitian mengatakan bahwa penggunaan preparat steroid tidak

    mempunyai nilai/tidak bermanfaat untuk terapi SGB. Tetapi, digunakan pada SGB

    tipe CIDP.9,14

    Sebagian besar penderita (60-80 %) sembuh secara sempurna dalam waktuenam bulan. Mortalitas pasien Sindrom Guillain Barre adalah 3-5%. (Adel/KJB)

    XIV. DIAGNOSIS BANDING

    Poliomielitis

  • 7/30/2019 80306508 Referat SGB Kade Chintya PS

    19/23

    1

    Pada poliomyelitis ditemukan kelumpuhan disertai demam, tidak ditemukan

    gangguan sensorik, kelumpuhan yang tidak simetris, dan Cairan cerebrospinal

    pada fase awal tidal normal dan didapatkan peningkatan jumlah sel.(1,3)

    Myositis Akut

    Pada miositis akut ditemukan kelumpuhan akut biasanya proksimal,

    didapatkan kenaikan kadar CK (Creatine Kinase), dan pada Cairan

    serebrospinal normal. (5)

    Myastenia gravis (didapatkan infiltrate pada motor end plate, lelumpuhan tidak

    bersifat ascending) (1)

    CIPD (Chronic Inflammatory Demyelinating Polyradical Neuropathy)

    didapatkan progresifitas penyakit lebih lama dan lambat. Juga ditemukan

    adanya kekambuhan kelumpuhan atau pada akhir minggu keempat tidak ada

    perbaikan. (1)

    XV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    1. Pemeriksaan LCS

    Dari pemeriksaan LCS didapatkan adanya kenaikan kadar protein ( 1 1,5 g/dl ) tanpa

    diikuti kenaikan jumlah sel. Keadaan ini oleh Guillain (1961) disebut sebagai disosiasi

    albumin sitologis. Pemeriksaan cairan cerebrospinal pada 48 jam8 pertama penyakit

    tidak memberikan hasil apapun juga. Kenaikan kadar protein biasanya terjadi pada

    minggu pertama atau kedua. Kebanyakan pemeriksaan LCS pada pasien akan

    menunjukkan jumlah sel yang kurang dari 10/mm3 (albuminocytologic dissociation).

    2. Pemeriksaan EMG

    Gambaran EMG pada awal penyakit masih dalam batas normal, kelumpuhan terjadi

    pada minggu pertama dan puncaknya pada akhir minggu kedua dan pada akhir minggu

    ke tiga mulai menunjukkan adanya perbaikan.1 Pada pemeriksaan EMG minggu

    pertama dapat dilihat adanya keterlambatan atau bahkan blok dalam penghantaran

  • 7/30/2019 80306508 Referat SGB Kade Chintya PS

    20/23

    1

    impuls, gelombang F yang memanjang dan latensi distal yang memanjang, yang

    berarti adanya penurunan refleks sehubungan dengan perlambatan respon saraf

    sebagai karakteristik SGB. Bila pemeriksaan dilakukan pada minggu ke 2, akanterlihat adanya penurunan potensial aksi (CMAP) dari beberapa otot, dan menurunnya

    kecepatan konduksi saraf motorik.9 Pada pemeriksaan elektrofisiologi (EMG)

    didapati: Kecepatan hantaran saraf motorik dan sensorik melambat, Distal motor

    retensi memanjang, Kecepatan hantaran gelombang-f melambat menunjukkan

    perlambatan pada segmen proksimal dan radiks saraf.

    3. Pemeriksaan MRI

    Pemeriksaan MRI akan memberikan hasil yang bermakna jika dilakukan kira-kira

    pada hari ke-13 setelah timbulnya gejala. MRI akan memperlihatkan gambaran cauda

    equina yang bertambah besar. Hal ini dapat terlihat pada 95% kasus SGB.5,7,9

    1. Pemeriksaan serum CK biasanya normal atau meningkat sedikit.1

    2. Biopsi otot tidak diperlukan dan biasanya normal pada stadium awal. Pada stadium

    lanjut terlihat adanya denervation atrophy.1

    .

    4. NVC (Nerve Conduction Velocity) merekam perjalanan sinyal sepanjang saraf 60%

    lebih lambat dari normal. (1)

    XVI. KOMPLIKASI

    Komplikasi yang dapat terjadi adalah gagal napas, aspirasi makanan atau cairan ke

    dalam paru, pneumonia, meningkatkan resiko terjadinya infeksi, trombosis vena

    dalam, paralisis permanen pada bagian tubuh tertentu, dan

    kontraktur pada sendi. 8

  • 7/30/2019 80306508 Referat SGB Kade Chintya PS

    21/23

    1

    XVII. PROGNOSIS

    Pada umumnya penderita mempunyai prognosis yang baik, tetapi padasebagian kecil penderita dapat meninggal atau mempunyai gejala sisa.9 Penderita SGB

    dapat sembuh sempurna (75-90%) atau sembuh dengan gejala sisa berupa dropfoot

    atau tremor postural (25-36%).10 Penyembuhan dapat memakan waktu beberapa

    minggu samapai beberapa

    tahun. Menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke sekitar 30%

    penderita masih mengalami gejala sisa setelah 3 tahun (gejala sisa ringan dapat

    menetap pada penderita). Keluaran penderita akan menjadi sangat baik bila gejala-

    gejala dapat hilang dalam waktu 3 minggu sejak muncul gejala tersebut muncul. 2

    Kelainan ini juga dapat menyebabkan kematian, pada 3 % pasien, yang disebabkan

    oleh gagal napas dan aritmia. Gejala yang terjadinya biasanya hilang 3 minggu setelah

    gejala pertama kali timbul. Sekitar 30 % penderita memiliki gejala sisa kelemahan

    setelah 3 tahun. Tiga persen pasien dengan SGB dapat mengalami relaps yang lebih

    ringan beberapa tahun setelah onset pertama.2,7 Bila terjadi kekambuhan atau tidak ada

    perbaikan pada akhir minggu IV maka termasuk Chronic Inflammantory

    DemyelinatingPolyradiculoneuropathy (CIDP).1

    KESIMPULAN

    Sindroma Guillain Barre (SGB) adalah suatu penyakit pada susunan saraf yang terjadi

    secara akut dan menyeluruh, terutama mengenai radiks dan saraf tepi, kadang-kadang

    mengenai saraf otak yang didahului oleh infeksi akut non spesifik seperti infeksi

  • 7/30/2019 80306508 Referat SGB Kade Chintya PS

    22/23

    1

    saluran nafas dan saluran cerna. Penyebab infeksi yang paling sering adalah

    Campylobacter jejuni.5,7 Adapun gejala utama dari SGB adalah kelemahan yang

    bersifat progresif pada satu atau lebih ekstremitas dengan atau tanpa disertai ataxiadanarefleksia atau hiporefleksia yang bersifat general. Dari pemeriksaan LCS didapatkan

    peningkatan protein tanpa peningkatan jumlah sel (MN < 10 /ul). Dari pemeriksaan

    elektrodiagnostik terlihat adanya perlambatan atau blok pada konduksi impuls saraf.

    Diagnosa SGB terutama ditegakkan secara klinis, yaitu dari kriteria diagnostik SGB

    menurut The NationalInstitute of Neurological and Communicative Disorders and

    Stroke ( NINCDS) (10)Sampai saat ini belum ada pengobatan spesifik untuk SGB,

    pengobatan terutama secara simptomatis. Pada umumnya penderita mempunyai

    prognosis yang baik, tetapi pada sebagian kecil penderita dapat meninggal atau

    mempunyai gejala sisa. Kematian pada SGB disebabkan oleh gagal nafas dan aritmia.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Gilroy, John; Guillain-Barre Syndrome; in: BASIC NEUROLOGY; 3rd

    ed.; McGraw-Hill; New York;2000; 612-4

    2. Munandar A. Laporan Kasus Sindroma Guillan-Barre dan Tifus Abdominalis.

    Unit Neurologi RS Husada Jakarta. Available from : URL :

    http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/14SindormGuillainBarre93.pdf/14Sindo

  • 7/30/2019 80306508 Referat SGB Kade Chintya PS

    23/23

    rmGuillainBarre93.html. [diakses tanggal 3 September 2009].Last update ;

    2008.

    3. Adams, Raymond D.; Victor, Maurice; Guillain-Barre Syndrome; in: PRINCIPLE OF

    NEUROLOGY; 5 th ed.; McGraw-Hill, Inc.; New-York; 1993; 1126-1130

    4. Asbury AK. Guillain-Barre Syndrome : Historical Aspects. Ann Neurol. 1990 : 27 (s)

    : S2 - S6.

    5. Duss Peter. Sindrom Guillain-Barre dalam Diagnosis Topis Neurologi, Anatomy,

    Fisiologi, Tanda, Gejala, Edisi ke 2, Cetakan I. EGC, Jakarta, 1996 : 51.

    6. Fudiarto G. Pengobatan Sindroma Guillain-Barre Syndroma dengan Gamma Globulin.

    Pengalaman di Surabaya, Surabaya, Januari 1994.

    7. Japardi I. Sindroma Guillan-Barre. FK USU Bagian Bedah.Available from :

    URL : http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi46.pdf.

    [diakses tanggal 3 September 2009].Last update ; 2002.

    8. Mardjono Mahar, Sidharta Priguna. Sindroma Guillain-Barre : Neurologi Klinis Dasar,

    Cetakan ke 8. Dian Rakyat, Jakarta, 2000 :42, 87,176,421.

    9. Parry GJ. Diagnosis of Guillain-Barre Syndrome. In. Parry GJ. Guillain-Barre Syndrome.

    Thieme Medical Publishers Inc, New York. 1993 : 113 - 129.

    10. http://www.Files-of-DrsMed.tk