8. bab 5
DESCRIPTION
.TRANSCRIPT
-
74
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
Bab ini menguraikan hasil penelitian dan analisis data mengenai penelitian
dengan judul Pengaruh Tingkat Kelembaban Kompres Cairan Betaine Polyhexanide
0,1 % terhadap Peningkatan Kepadatan Kolagen Luka Bakar Grade II A pada Tikus
Wistar Putih yang telah dilaksanakan di Laboratorium Faal Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya. Penelitian dilakukan dengan proses aklimatisasi tikus wistar
putih sebagai sampel selama 7 hari. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 24
November 4 Desember 2014. Sampel yang digunakan sebanyak 25 ekor yang
terdiri dari 5 kelompok yaitu 1 kelompok kontrol (perawatan luka menggunakan NS),
dan 4 kelompok perlakuan (perawatan luka menggunakan cairan Betaine
Polyhexanide 0,1% pada tingkat kelembaban yang berbeda-beda yaitu 50%, 60%,
70%, dan 80 %) tiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus putih.
Metode pengumpulan data dengan menghitung kepadatan kolagen
menggunakan scanning dot slide mikroskop OLYMPUS seri XC10 dan dilakukan
pengamatan memakai software OlvVIA (Viewer for Imaging Applications) dengan
pembesaran 400 kali, setiap sediaan diperiksa pada luas pandang 5 area kemudian
diambil rerata. Penghitungan data juga menggunakan metode double blind yaitu
penghitungan yang dilakukan oleh dua orang peneliti kemudian hasilnya direrata
dimana peneliti lain tidak mengetahui kelompok mana yang diberikan perlakuan
pada suatu sampel data (tidak teridentifikasi). Metode ini dilakukan untuk
menghindari kebiasan data.
-
75
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Induksi Luka Bakar Derajat II A
Pembuatan luka bakar pada sampel penelitian ini dibuat dengan cara
yang sama, yaitu menggunakan cetakan sterofoam berukuran 2x2 cm2
dibungkus kassa yang sebelumnya cetakan dan kassa dipanaskan terlebih
dahulu menggunakan air mendidih dengan suhu mencapai 980C menggunakan
heater lalu ditempelkan pada kulit tikus selama 30 detik (Gayline et al., 2000).
Hasil dari diinduksi luka bakar menunjukkan bahwa secara makroskopis
(melalui foto penampakan luka sesaat setelah induksi), warna jaringan kulit
berwarna lebih putih dengan tepi kemerahan bila dibandingkan jaringan sehat di
sekitarnya. Warna tersebut adalah indikasi klinis terjadinya luka bakar derajat II
A (Papp, et al., 2004).
Sebelum luka bakar derajat II A diberi perlakuan, pada hari ke-1
dilakukan pengukuran luas luka awal area luka bakar derajat II A. Pengamatan
dilakukan dengan cara diukur dengan penggaris sebagai skala ukur lalu difoto
Gambar 5.1 Foto Penampakan Luka Induksi Pada
Punggung Tikus
Hasil Luka
Induksi
-
76
menggunakan kamera Canon EOS 600D 18 Megapixel. Dimana metode untuk
pengambilan gambar dengan menempatkan kamera di atas luka dengan jarak
15 cm dan menempatkan penggaris dengan ujung angka nol berada sejajar
dengan tepi luka.
5.1.2. Kepadatan Kolagen Luka Bakar Derajat II A
Penghitungan jumlah kolagen menggunakan pembesaran 400x setelah
pencitraan gambar didapat dan telah diketahui daerah batas luka dengan
pewarnaan HE (Hematoxylin Eosin). Kepadatan kolagen diamati menggunakan
software OlyVIA (Viewer for Imaging Applications). Kepadatan serabut kolagen
dievaluasi menggunakan metode gridline. Penghitungan dilakukan dengan
membagi titik pertemuan berkas kolagen dengan jumlah (dermis) yang
diobservasi. Pada pertemuan antara garis vertikal dan horizontal dimodifikasi
sedemikian rupa dari metode grid of point sehingga menemukan titik pertemuan
dan diganti dengan tanda plus (+). Bagian kanan atas tanda plus (+) dianggap
sebagai titik tunjuk dan hanya dihitung apabila bagian kanan atas ini mengenai
serabut kolagen (Ashkani-Esfahani et al, 2012).
-
77
Kelompok perlakuan kompres cairan Betaine Polyhexanide 0,1% dengan kelembaban 70% memiliki jumlah persentase kepadatan kolagen yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok perlakuan kompres cairan Betaine Polyhexanide 0,1% dengan kelembaban 80%.
Kelompok perlakuan kompres cairan Betaine Polyhexanide 0,1% dengan kelembaban 60% memiliki jumlah persentase kepadatan kolagen yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok perlakuan kompres cairan Betaine Polyhexanide 0,1% dengan kelembaban 70% dan 80%.
A
D C
B
E
Gambar 5.1 Penghitungan Kepadatan Kolagen
Kelompok NS memiliki jumlah persentase kepadatan kolagen yang paling sedikit dibandingkan dengan kelompok perlakuan kompres cairan Betaine Polyhexanide 0,1% dengan kelembaban 50%, 60%, 70% dan 80%.
Kelompok perlakuan kompres cairan Betaine Polyhexanide 0,1% dengan kelembaban 50% memiliki jumlah persentase kepadatan kolagen yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok perlakuan kompres cairan Betaine Polyhexanide 0,1% dengan kelembaban 60%, 70% dan 80%.
Kelompok perlakuan kompres cairan Betaine Polyhexanide 0,1% dengan kelembaban 80% memiliki jumlah persentase kepadatan kolagen yang paling banyak dibandingkan dengan kelompok lainnya.
-
78
Luka hari ke-10 perawatan menggunakan kompres
cairan betaine polyhexanide 0.1% kelembaban 60%
Luka hari ke-10 perawatan menggunakan kompres
cairan betaine polyhexanide 0.1% kelembaban 50%
Luka hari ke-10 perawatan menggunakan kompres
Normal Salin
Gambar 5.2 Kondisi Luka Perawatan Hari ke-10
Luka hari ke-10 perawatan menggunakan kompres
cairan betaine polyhexanide 0.1% kelembaban 70%
Luka hari ke-10 perawatan menggunakan kompres
cairan betaine polyhexanide 0.1% kelembaban 80%
-
79
Berikut adalah hasil perhitungan rerata (mean) dan standart deviasi
(SD) pada semua kelompok :
Tabel 5.1 Rerata Presentase Kepadatan Kolagen Perlakuan Rerata SD
Normal Saline 26.88 + 1.21
Betaine Polyhexanide 0,1 % Kelembaban 50% 35.68 1.07
Betaine Polyhexanide 0,1 % Kelembaban 60% 42.24 1.31
Betaine Polyhexanide 0,1 % Kelembaban 70% 47.36 2.21
Betaine Polyhexanide 0,1 % Kelembaban 80% 59.68 2.08
Pada tabel diatas dapat terlihat serabut kolagen yang terbentuk
memiliki jumlah yang bervariasi pada tiap kelompok kontrol dan kelompok
perlakukan pada luka bakar derajat II A. Dari tabel diatas dapat menunjukan
rerata persentase kepadatan kolagen paling rendah adalah kelompok
perlakukan normal salin, yaitu sebesar 26.88 %, sedangkan rerata
persentase kepadatan kolagen paling tinggi adalah sebesar 59.68 % yaitu
pada kelompok perlakuan dengan kompres cairan Betaine Polyhexanide
0.1% dengan kelembaban 80%. Nilai Standar Deviasi (SD) pada tabel di atas
menunjukkan nilai dari akar simpangan baku dan menunjukkan besarnya
variasi dari setiap rererata kelompok.
Nilai SD kelompok yang semakin kecil dan mendekati nilai 0 berarti
bahwa data semakin bagus karena memiliki variasi yang sama atau
mendekati homogen (Sugiyono, 2011). Data diatas menunjukkan urutan nilai
SD kelompok dari yang paling kecil sampai paling besar adalah kelompok
kompres cairan Betaine Polyhexanide 0.1% dengan kelembaban 50%,
kelompok normal saline, kelompok 60%, 80% dan 70%,
-
80
5.2. Analisis Data
Setelah didapatkan data hasil penelitian, langkah selanjutnya adalah
melakukan pengujian statistik untuk megambil kesimpulan apakah hipotesis
diterima atau ditolak. Hasil penelitian dianalisis dengan software SPSS Statistik
17 dengan uji one way ANOVA dan uji Post Hoc tukey HSD. Agar bisa diuji
menggunakan uji one way ANOVA, maka data harus memenuhi beberapa
asumsi, diantaranya populasi populasi yang akan diuji berdistribusi normal
(diuji menggunakan uji Shapiro Wilk), varians dari populasi-populasi tersebut
adalah sama (diuji menggunakan uji Test of Homogenity Variance), dan sampel
tidak berhubungan satu dengan yang lain.
5.2.1. Uji Normalitas dan Homogenitas
Hasil uji normalitas data setelah sebelumnya dilakukan test Shapiro-Wilk
didapatkan nilai kepadatan kolagen pada kelompok hewan coba yang diberi
perawatan luka dengan kompres Betaine Polyhexanide 0.1% kelembaban 50%
(p=0.201), kelembaban 60% (p=0.490), kelembaban 70% (p=0.656),
kelembaban 80% (p=0.075), dan kontrol NS (p=0.492) dimana signifikansi pada
masing-masing kelompok lebih besar daripada 0,05 sehingga H0 diterima dan
berarti data jumlah serabut kolagen pada kelompok perlakukan maupun
kelompok kontrol berdistribusi normal.
Pengujian dapat dilanjutkan dengan uji homogenitas atau keragaman
data untuk mengetahui apakah data jumlah serabut kolagen pada kelompok
yang diberikan perlakuan dan kelompok kontrol normal saline memiliki variansi
-
81
yang sama atau homogen menggunakan Test of Homogenity of Variance. Pada
Test of Homogenity of Variance dapat dilihat bahwa nilai signifikansi p adalah
0,525. Ketentuan yang digunakan yaitu data dikatakan homogen bila p > 0,05
jadi dapat disimpulkan bahwa data tersebut mempunyai ragam yang homogen.
Dengan demikian, asumsi kesamaan varians untuk uji ANOVA sudah terpenuhi.
5.2.2. Uji One-Way ANOVA
Uji perbedaan antar kelompok yang diberikan perlakuan perawatan luka
dengan kompres Betaine Polyhexanide kelembaban 50, 60%, 70%, 80%, dan
kelompok kontrol NS menggunakan uji One Way ANOVA dengan selang
kepercayaan 95% atau taraf kesalahan 5%.
Tabel 5.2 Hasil Uji One-Way ANOVA Variabel Kelompok n Rerata + SD F P
Kepadatan
Kolagen
NS 5 26.88 + 1.21
Betaine Polyhexanide K_50% 5 35.68 1.07 279.329 0.000
Betaine Polyhexanide K_60% 5 42.24 1.31
Betaine Polyhexanide K_70% 5 47.36 2.21
Betaine Polyhexanide K_80% 5 59.68 2.08
Hasil uji ANOVA dari jumlah serabut kolagen pada semua kelompok
perlakuan didapatkan nilai signifikansi sebesar 0.000 (p < 0.05) dimana hasilnya
didapatkan adanya perbedaan antara kelompok perawatan luka bakar derajat II
A menggunakan kompres cairan betaine polyhexanide 0.1% dengan
kelembaban 50%, 60%, 70%, 80% dengan kelompok perawatan luka
menggunakan kompres NS.
-
82
5.2.3. Hasil Uji Post Hoc Tukey Homogeneous Subsets
Uji Post Hoc Tukey Homogeneous Subsets digunakan untuk mengetahui
kelompok mana yang memiliki perbedaan signifikan dan kelompok mana yang
tidak berbeda signifikan. Nilai kelompok pada satu kolom subsets menunjukkan
bahwa kelompok-kelompok tersebut tidak memiliki perbedaan bermakna,
sedangkan kelompok yang lainnya berada pada satu kolom subsets yang
berbeda maka kelompok-kelompok tersebut memiliki perbedaan bermakna.
Berikut adalah hasil uji post hoc tukey Homogeneous Subsets terhadap semua
kelompok.
Tabel 5.3 Hasil Uji Coba Tukey HSD Jumlah Serabut Kolagen Luka Bakar Derajat II A
Kelompok N Subsets for alpha = 0.05
1 2 3 4 5
NS 5 26.8800
Betaine Polyhexanide K_50% 5 35.6800
Betaine Polyhexanide K_60% 5 42.2400
Betaine Polyhexanide K_70% 5 47.3600
Betaine Polyhexanide K_80% 5 59.6800
Sig. 5 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Pada tabel Homogeneous Subsets diatas, data menunjukkan bahwa
kelompok normal salin berada pada kolom 1, sedangkan kelompok kompres
cairan Betaine Polyhexanide 0.1% kelembaban 50% berada pada kolom 2,
kelompok kompres cairan Betaine Polyhexanide 0.1% kelembaban 60% berada
pada kolom 3, kelompok kompres cairan Betaine Polyhexanide 0.1%
kelembaban 70% berada pada kolom 4, dan kelompok kompres cairan Betaine
Polyhexanide 0.1% kelembaban 80% berada pada kolom 5. Hal ini berarti
-
83
semua kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol memiliki perbedaan yang
bermakna dan semua kelompok perlakuan dapat meningkatkan kepadatan
kolagen dibandingkan dengan kelompok kontrol menggunakan perawatan luka
dengan kompres normal salin.