5.2. analisa karakteristik arsitektur bangunan masjid 5.2...
TRANSCRIPT
158
5.2. Analisa Karakteristik Arsitektur Bangunan Masjid
5.2.1. Karakteristik Fungsi dan Ruang Bangunan Masjid
1. Fungsi dan Ruang Bangunan Masjid
Elemen-elemen utama atau pokok dari ruang dalam bangunan
masjid, menurut Sumalyo (2000) adalah tempat sholat, mihrab (tanda arah
kiblat), mimbar (tempat duduk memberikan ceramah), serambi dan tempat
wudhu. Minaret (menara) dan dikka adalah elemen pendukung atau
pelengkap yang tidak selalu ada di setiap masjid.
Elemen-elemen utama pada bangunan masjid Langgar Dalam,
masjid Baitul Aziz, masjid Al-Aqsa, Masjd Al-Makmur dan Masjid At-
Taqwa meliputi mihrab, mimbar, ruang sholat pria dan wanita, serambi dan
tempat wudhu, dan elemen ruang pelengkap yaitu menara masjid. Berikut
ini merupakan pembahasan dari fungsi dan elemen-elemen ruang pada
masjid-masjid tersebut, yaitu:
a. Mihrab
Mihrab merupakan tanda arah kiblat yang digunakan sebagai
tempat imam untuk memimpin sholat, terletak di sisi barat laut masjid.
Menurut Pijper (1947), salah satu karakter umum masjid jawa kuno
adalah berdenah bujur sangkar dan memiliki ruang tambahan pada
sebelah barat atau barat laut untuk mighrab.
Mihrab yang terdapat pada masjid Langgar Dalam, masjid Baitul
Aziz, masjid Al-Aqsa, masjdi Al-Makmur dan masjid At-Taqwa pada
umumnya memiliki bentuk yang sama. Mihrab pada kelima masjid ini
159
terletak di tengah pada dinding barat masjid, bentuk mihrab menjorok
keluar dan denahnya segi empat. Jarak imam dengan dinding mihrab di
depannya mencapai 1 sampai 2 meter, mihrab dibangun tidak lagi
berbentuk ceruk pada dinding, sebagai penanda kiblat, melainkan telah
menjadi bentuk ruang. Ambang mihrab berbentuk lengkung, bentuk
lengkung pada ambang mihrab berfungsi sebagai hiasan dan bentuk
langit-langit ruangan pada mihrab berbentuk lengkung, tetapi hanya
pada masjid At-Taqwa langit-langitnya berbentuk datar.
Mihrab pada masjid-masjid tersebut memiliki ornamen yang
berbeda-beda dan memiliki keunikannya masing-masing, dari kelima
masjid tersebut rata-rata mihrab menggunakan material dari keramik
sebagai ornamennya. Berbeda dengan mihrab yang terdapat pada
masjid Baitul Aziz yang berbentuk seperti gapura padureksan yang
kanan kirinya terbuat dari bata merah penuh dengan ragam hias
motifnya. Ornamentasi yang unik terlihat pada mihrab masjid Al-Makmur,
di atas mihrab terdapat ornamen dengan motif matahari, bunga lotus
emas dan piringan keramik yang berasal dari cina, sedangkan ornamen
yang terdapat pada mihrab masjid Al-Aqsa memiliki bentuk bunga yang
sedang mekar dan pada bagian kiri dan kanan atas mihrab terdapat
hiasan berbentuk jantung hati.
160
Gambar 5.41 Mihrab Masjid Langgar Dalem
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
Gambar 5.42 Mihrab Masjid Baitul Aziz
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
Gambar 5.43 Mihrab Masjid Al-Aqsa
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
Gambar 5.44 Mihrab Masjid Al-Makmur
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
Gambar 5.45 Mihrab Masjid At-Taqwa
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
161
b. Mimbar
Mimbar merupakan tempat yang digunakan untuk berkhotbah
atau memberi ceramah untuk menyampaikan suatu berita (pengumuman)
pada jamaah sholat. Pada kelima masjid dalam penelitian ini hanya dua
masjid yang memiliki mimbar, yaitu masjid Al-Aqsa dan masjid Al-
Makmur. Mimbar pada masjid Al-Aqsa ada dua buah yaitu terletak
mengapit diantara mihrab yaitu di bagian kanan dan kiri mihrab. Ambang
mimbar berbentuk lengkung, bentuk lengkung pada ambang mimbar
berfungsi sebagai hiasan yang berbahan dari keramik. Bentuk langit-
langit ruangan pada mimbar berbentuk lengkung dan memiliki 3 susunan
anak tangga, sedangkan mimbar pada masjid Al-Makmur memiliki
bentuk yang sama dengan masjid Al-Aqsa tetapi di dalam ruangnya
terdapat hiasan dari lapisan kuningan.
Gambar 5.46 Mimbar Masjid Al-Aqsa
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
162
c. Ruang Sholat
Ruang sholat pada masjid Langgar Dalam, masjid Baitul Aziz,
masjid Al-Aqsa, masjdi Al-Makmur dan masjid At-Taqwa pada umumnya
memiliki karakteristik struktur ruang yang sama. Terdiri atas dua ruangan
yaitu ruang sholat utama (ruang sholat pria) dan ruang sholat untuk
wanita (pawastren). Ruang sholat wanita terletak di sisi kanan ruang
sholat pria. Kedua ruangan tersebut berbentuk persegi yang dibatasi
dinding pada setiap sisinya dengan penonjolan pada bagian mihrab.
Pada ruang sholat utama (pria) terdapat 4 soko guru yang masih asli dan
materialnya dari kayu jati, tetapi pada masjid At-Taqwa tidak didapati
adanya 4 soko guru ini dikarenakan bangunan masjid direnovasi menjadi
masjid dengan bentuk arsitektur modern, tanpa menyisakan bangunan
aslinya.
Ruang sholat tambahan (selain ruang sholat utama dan
pawastren) didapati pada masjid Baitul aziz dan masjid Al-Makmur kedua
masjid tersebut memiliki ruang sholat tambahan yang dapat difungsikan
Gambar 5.47 Mimbar Masjid Al-Makmur
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
163
sebagai ruang untuk pertemuan masyarakat desa di sisi kiri ruang sholat
utama, sedangkan pada masjid At-Taqwa ruang sholat tambahan
terdapat pada lantai dua masjid.
Gambar 5.48 R.Sholat Utama dan Pawastren Masjid Langgar Dalem
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
Gambar 5.49 R. Sholat Masjid Baitul Aziz
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
164
Gambar 5.50 R.Sholat Utama Dan Pawastren Masjid Al-Aqsa
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
Gambar 5.51 R.Sholat Utama dan Pawastren Masjid Al-Makmur
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
Gambar 5.52 R.Sholat Masjid At-Taqwa
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
165
d. Serambi
Serambi merupakan ruangan terbuka atau ruangan di luar
bangunan inti masjid. Lantai pada serambi biasanya lebih rendah dari
lanatai masjidnya, hal ini dikarenakan ruanagan ini mempunyai nilai yang
lebih rendah dibanding dengan ruangan masjidnya disebabka ruangan
ini dianggap semi sakral dan ruangan masjidnya bersifat sakral.
Letak serambi pada masjid Langgar Dalam, masjid Baitul Aziz,
masjid Al-Aqsa, masjdi Al-Makmur dan masjid At-Taqwa pada umumnya
memiliki persamaan. Letak serambi pada masjid-masjid tersebut berada
di depan pintu masuk bangunan masjid dan terletak di luar ruangan
masjid. Pada masjid Langgar Dalam dan masjid Al-Aqsa memiliki dua
serambi yaitu serambi dalam dan serambi luar.
Serambi dalam pada masjid Langgar Dalam terdapat pintu gapura
padureksan yang kanan kirinya penuh dengan ragam hias motifnya,
sedangkan serambi masjid Al-aqsa berupa bangunan terbuka terbagi dua
yaitu serambi luar dan serambi dalam. Serambi luar berkuran panjang
9,50 m dan lebar 13,50 m. Pada serambi ini terdapat sebuah gapura kori
agung dengan tinggi ± 3m. Letak kori agung memisahkan antara serambi
luar dengan serambi dalam dan serambi dalam berukuran panjang 26,50
m dan lebar 22 m.
166
Gambar 5.53 Serambi Dalam dan Luar Masjid Langgar Dalem
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
Gambar 5.54 Serambi Masjid Baitul Aziz
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
Gambar 5.55 Serambi Dalam dan Luar Masjid Al-Aqsa
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
167
e. Tempat Wudhu
Tempat wudhu merupakan tempat yang digunakan untuk bersuci
sebelum beribadah. Letak tempat wudhu yang terdapat pada masjid
Langgar Dalam, masjid Baitul Aziz, masjid Al-Aqsa, masjdi Al-Makmur
dan masjid At-Taqwa pada umumnya memiliki persamaan. Letak tempat
wudhu pria berada di sisi kiri bangunan masjid, sedangkan tempat wudhu
untuk wanita berada di sisi kanan bangunan masjid.
Gambar 5.56 Serambi Masjid Al-Makmur
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
Gambar 5.57 Serambi Masjid At-Taqwa
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
168
f. Menara
Menara merupakan elemen ruang tambahan pada bangunan
masjid, letaknya berada di luar bangunan. Dari kelima masjid tersebut
hanya masjid Al-Aqsa yang memiliki menara. Posisi menara pada masjid
Al-Aqsa terletak di sebelah tenggara bangunan masjid. Denah menara
pada sisi utara dan selatan berukuran 10,475 m, sisi sebelah timur dan
barat berukuran 10,60 m, tinggi alas bangunan 1,30 m sedangkan denah
kaki menara berbentuk bujur sangkar dengan ukuran masing-masing sisi
9,50m. Menara masjid Al-Aqsa memiliki ketinggian sekitar 18 m.
R.Sholat Utama Pawastren T. Wudhu
Serambi Dalam Serambi Luar
Gambar 5.58 Elemen Ruang Masjid Langgar Dalem
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
169
R.Sholat Utama Pawastren R.Sholat tambahan
Serambi
Gambar 5.59 Elemen Ruang Masjid Baitul Aziz
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
Gambar 5.60 Elemen Ruang Masjid Al-Aqsa
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
R.Sholat Utama Pawastren Serambi dalam
Serambi luar
170
R.Sholat Utama Pawastren R.Sholat tambahan
Serambi
Gambar 5.61 Elemen Ruang Masjid Al-Makmur
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
Pawastren R.Sholat Utama Serambi
Gambar 5.62 Elemen Ruang Masjid At-Taqwa(Lantai 1)
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
171
2. Sirkulasi Ruang
Akses sirkulasi pada ruang yang terdapat pada bangunan masjid
difungsikan sebagai akses keluar masuk jama’ah menuju ruang sholat. Akses
masuk yang terdapat pada masjid Langgar Dalam, masjid Baitul Aziz, masjid
Al-Aqsa, masjdi Al-Makmur dan masjid At-Taqwa pada umumnya memiliki
persamaan. Akses utama pada ruang dalam masjid terdapat pada pintu
utama yang berada di depan masjid (sisi timur). Pada masjid Langgar Dalam
dan masjid Al-Aqsa terdapat akses tambahan, pada masjid Langgar Dalem
terdapat di sisi depan (sisi timur) dan sisi kanan (sisi utara) bangunan masjid,
sedangkan pada masjid Al-Aqsa terdapat di sisi depan (sisi timur), kanan (sisi
utara) dan kiri (sisi selatan) bangunan masjid.
R.Sholat tambahan/ pawastren
Gambar 5.63 Elemen Ruang Masjid At-Taqwa (Lantai 2)
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
172
Keterangan :
= Sirkulasi pengunjung dari sisi timur
= Sirkulasi pengunjung dari sisi selatan
Gambar 5.64 Denah Sirkulasi Ruang Dalam Masjid Langgar Dalem
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
Gambar 5.65 Denah Sirkulasi Ruang Dalam Masjid Baitul Aziz
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
173
Keterangan
= Sirkulasi pengunjung dari sisi timur
= Sirkulasi pengunjung dari sisi selatan
= Sirkulasi pengunjung dari arah utara
Gambar 5.66 Denah Sirkulasi Ruang Dalam Masjid Al-Aqsa
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
174
3. Orientasi Ruang
Fungsi utama bangunan masjid Langgar Dalam, masjid Baitul Aziz,
masjid Al-Aqsa, masjdi Al-Makmur dan masjid At-Taqwa adalah sebagai
bangungan peribadatan. Jadi Orientasi ruang pada masjid-masjid tersebut
mempunyai fungsi utama untuk beribadah (sholat) menghadap kearah kiblat
Gambar 5.67 Denah Sirkulasi Ruang Dalam Masjid Al-Makmur
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
Gambar 5.68 Denah Sirkulasi Ruang Dalam Masjid At-Taqwa
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
175
yang ada di Makkah, orientasi kiblat adalah titik orientasi dimana jemaah
menghadap pada saat melaksanakan sholat yaitu Ka’bah di Masjidil Haram.
Kiblat merupakan pusat orientasi pada saat melaksanakan ibadah shalat baik
itu pada saat shalat sendiri ataupun berjemaah. Kiblat merupakan arah
orientasi bangunan Masjid dan sholat bagi umat Islam tidak terpengaruh arah
orientasi jalan bangunan masjid atau orang sholat akan tetap mengarah ke
kiblat di Masjidil Haram meskipun tidak sejajar dengan bangunan disekitarnya
sehingga bangunan masjid-masjid tersebut memiliki orientasi ke arah barat.
5.2.2. Karakteristik Konstruksi dan Material Bangunan Masjid
1. Masjid Langgar Dalem
Atap bangunan masjid Langgar Dalam bertumpang tiga (tajug)
dengan mustaka yang terbuat dari tanah liat di pucaknya. Atap tumpang
tiga pada bangunan ini terdapat pada area ruang sholat utama (ruang
sholat pria) sedangkan bentuk atap limasan terdapat pada ruang sholat
wanita (pawastren) dan serambi masjid. Struktur atap terbuat dari kayu
dan penutup atap dari genteng tanah liat.
Struktur dinding menggunakan teknik pasangan batu bata merah
dan untuk menopang bagian rangka atap digunakan tiang soko guru,
untuk tiang soko guru menggunakan blandar jati sedangkan sebagai
penyangganya (umpak) menggunakan batu andesit yang dilapisi oleh
keramik. Bagian umpak yang tampak di atas permukaan lantai berbentuk
trapesium dengan penampang berbentuk bujur sangkar. Kusen, daun
pintu dan daun jendela menggunakan material kayu jati, kusen dan daun
176
pintu ada di enam tempat yaitu serambi depan (sisi timur) terdapat pintu 3
buah dan sisi kiri (sisi selatan) 2 buah dan 1 buah di sisi kanan (sisi
utara). Konstruksi pada bagian kaki bangunan yang meliputi pondasi di
buat dengan teknik konstruksi yaitu denahnya dibuat berbentuk kolam
yang diurug dengan pasir padas dan kapur, kemudian untuk
memperkeras permukaan lantai ditutup dengan ubin.
2. Masjid Baitul Aziz
Atap bangunan masjid Baitul Aziz bertumpang tiga (tajug) dengan
mustaka yang terbuat dari tanah liat di pucaknya. Atap ini di topang oleh
tiang-tiang kayu yang berdiri di atas umpak batu, dan rangka atap yang
Atap Tajug pada
r.sholat utama
Atap Limasan serambi
dalam dan luar
Atap Limasan pada
pawastren
Soko Guru pada
r.sholat utama
Dinding bata merah
Gambar 5.69 Konstruksi Bangunan Masjid Langgar Dalam
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
177
berbahan kayu jati di ekspos dan plafonnya juga naik mengikuti bentuk
atapnya. Atap tumpang tiga pada bangunan ini terdapat pada area ruang
sholat utama (ruang sholat pria) sedangkan bentuk atap limasan terdapat
pada ruang sholat wanita (pawastren), ruang sholat tambahan dan
serambi masjid. Struktur atap terbuat dari kayu dan penutup atap dari
genteng tanah liat.
Struktur dinding menggunakan teknik pasangan batu bata merah
dan untuk menopang bagian rangka atap digunakan tiang soko guru,
untuk tiang soko guru menggunakan kayu jati sedangkan sebagai
penyangganya (umpak) menggunakan batu andesit. Bagian umpak yang
tampak di atas permukaan lantai berbentuk balok dengan penampang
berbentuk segi empat. Pada serambi terdapat 12 buah tiang kayu jati
berebentuk segi empat dengan tinggi 4m. Tiang-tiang tersebut berfungsi
sebagai penyangga atap pada serambi. Kusen dan daun pintu pada
bangunan lama menggunakan material kayu jati, kusen, daun pintu dan
daun jendela ada di 5 tempat yaitu sisi belakang (sisi barat) ruang sholat
utama terdapat 3 buah, sisi kiri (sisi selatan) ruang sholat utama terdapat
2 buah dan sisi kanan (sisi utara) ruang sholat utama terdapat satu buah
pintu.
Pada ruang sholat utama (ruang sholat pria) konstruksi pada
bagian kaki bangunan yang meliputi pondasi di buat dengan teknik
konstruksi yaitu denahnya dibuat berbentuk kolam yang diurug dengan
pasir padas dan kapur, kemudian untuk memperkeras permukaan lantai
178
ditutup dengan ubin dan sekarang diganti keramik. Konstruksi kaki
bangunan selain ruang sholat utama yaitu bangunan tambahan yang
meliputi pawastren, ruang sholat tambahan dan pada serambi
menggunakan pondasi batu kali.
3. Masjid Al-Aqsa
Atap bangunan masjid Al-Aqsa bertumpang tiga dengan mustaka
yang terbuat dari tembaga di pucaknya. Atap ini di topang oleh tiang-tiang
kayu yang berdiri di atas umpak batu. Atap tumpang tiga pada bangunan
ini terdapat pada area ruang sholat utama (ruang sholat pria), bentuk
Atap Tajug pada
r.sholat utama
Atap limasan pada
pawastren
Atap limasan pada r.sholat
tambahan dan serambi
Soko guru pada
r.sholat utama
Dinding bata merah 12 buah tiang
penyangga pada
serambi
Gambar 5.70 Konstruksi Bangunan Masjid Baitul Aziz
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
179
atap limasan susun dua terdapat pada ruang sholat wanita (pawastren),
pada bagian serambi menggunakan atap limasan. Struktur atap terbuat
dari kayu dan penutup atap dari genteng tanah liat. Pada pawastren
rangka atap yang berbahan kayu jati di ekspos dan plafonnya juga naik
mengikuti bentuk atapnya.
Struktur dinding menggunakan teknik pasangan batu bata merah
dan untuk menopang bagian rangka atap digunakan 4 tiang soko guru
dan 4 tiang tambahan (soko rawa) dengan ketinggian 5 m, untuk tiang
soko guru dan soko rawa menggunakan kayu jati sedangkan sebagai
penyangganya (umpak) menggunakan batu andesit. Pada serambi luar
terdapat 8 buah tiang kayu jati berbentuk segi empat dengan tinggi 5m
dan 18 buah kolom beton. Tiang-tiang tersebut berfungsi sebagai
penyangga atap pada serambi. Kusen dan daun pintu pada bangunan
utama menggunakan material kayu jati, terdiri dari 5 buah pintu pada sisi
kanan (sisi utara) masjid, dan 5 buah pintu pada sisi kiri (sisi selatan).
Jendela berjumlah ada 4 buah sejajar dengan mihrab (sisi barat). Pintu
besar terdiri dari 5 buah pada sisi depan (sisi timur) dan kanan masjid
(sisi utara), sedangkan pada pawastren terdapat 3 buah pintu pada sisi
depan (sisi timur), 3 buah pintu pada sisi kanan (sisi utara) dan 3 buah
jendela.
Pada ruang sholat utama (ruang sholat pria) konstruksi pada
bagian kaki bangunan yang meliputi pondasi di buat dengan teknik
konstruksi yaitu denahnya dibuat berbentuk kolam yang diurug dengan
180
pasir padas dan kapur, kemudian untuk memperkeras permukaan lantai
ditutup dengan ubin dan sekarang diganti keramik. Konstruksi kaki
bangunan selain r.sholat utama yaitu bangunan tambahan yang meliputi
pawastren dan pada serambi menggunakan pondasi batu kali.
Konstruksi dan material dari bangunan menara yang ada di masjid
Al-Aqsa yaitu menggunakan atap tumpang bertingkat dua, yang ditutup
dengan atap sirap dan pada puncaknya terdapat mustaka. Atap tersebut
ditopang oleh empat saka pokok. Konstruksi pada kepala bangunan
terbuat dari kayu jati. Pada badan menara menggunakan material yang
merupakan pasangan batu bata merah tanpa perekat. Bagian kaki
merupakan bagian yang tersusun dari empat buah lis mendatar, Lis
yang terbawah merupakan lis atau pelipit yang terlebar, lis ini diatasnya
memiliki lebar yang sama, namun makin ke atas makin menyempit.
Gambar 5.71 Konstruksi Bangunan Masjid Al-Aqsa
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
Atap tajug pada
r.holat utama
Atap limasan susun 2
pada pawastren
Atap limasan pada
serambi
Dinding bata merah 4 soko guru dan 4
soko rawa pada
r.sholat utama
18 kolom beton pada
serambi
8 kolom kayu pada
serambi
181
4. Masjid Al-Makmur
Atap bangunan masjid Al-Makmur bertumpang tiga dengan
mustaka yang terbuat dari tanah liat di pucaknya. Atap ini di topang oleh
tiang-tiang kayu yang berdiri di atas umpak batu, dan rangka atap yang
berbahan kayu jati di ekspos dan plafonnya juga naik mengikuti bentuk
atapnya. Atap tumpang tiga pada bangunan ini terdapat pada area
r.sholat utama (r.sholat pria) sedangkan bentuk atap limasan terdapat
pada ruang sholat wanita (pawastren), ruang sholat tambahan dan
serambi masjid. Struktur atap terbuat dari kayu dan penutup atap dari
genteng tanah liat.
Struktur dinding menggunakan teknik pasangan batu bata merah
dan untuk menopang bagian rangka atap digunakan tiang soko guru,
untuk tiang soko guru menggunakan kayu jati sedangkan sebagai
penyangganya (umpak) menggunakan batu andesit. Bagian umpak yang
tampak di atas permukaan lantai berbentuk balok dengan penampang
berbentuk segi empat. Pada serambi terdapat 18 buah kolom beton yang
dilapisi keramik berbentuk segi empat dengan tinggi 4m. Tiang-tiang
tersebut berfungsi sebagai penyangga atap pada serambi. Kusen, daun
pintu dan daun jendela pada bangunan menggunakan material kayu jati,
terdapat kusen, daun pintu dan daun jendela 4 buah yaitu sisi depan (sisi
timur) masjid, sisi kiri (sisi selatan) ruang sholat utama terdapat 2 buah,
terdapat jendela pada sisi kanan (sisi utara) dan kiri (sisi selatan) ruang
182
sholat utama 4 buah dan 3 buah pada sisi depan (sisi timur) ruang sholat
utama.
Pada ruang sholat utama (ruang sholat pria) konstruksi pada
bagian kaki bangunan yang meliputi pondasi di buat dengan teknik
konstruksi yaitu denahnya dibuat berbentuk kolam yang diurug dengan
pasir padas dan kapur, kemudian untuk memperkeras permukaan lantai
ditutup dengan ubin dan sekarang diganti keramik. Konstruksi kaki
bangunan selain ruang sholat utama yaitu bangunan tambahan yang
meliputi pawastren, ruang sholat tambahan dan pada serambi
menggunakan pondasi batu kali.
Atap Tajug pada
r.sholat utama
Atap Limasan pada
pawastren
Atap Limasan pada
ruang tambahan
Atap Limasan pada
serambi
Dinding batu bata
merah
Soko Guru pada
r.sholat utama
18 kolom beton pada
serambi
Gambar 5.72 Konstruksi Bangunan Masjid Al-Makmur
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
183
5. Masjid At-Taqwa
Berbeda dari masjid-masjid sebelumnya, masjid At-Taqwa setelah
renovasi keseluruhan bangunannya pada tahun 2011, sudah dengan
tampilan yang modern tanpa menyisakan bentuk asli masjid yang
memiliki ciri khas arsitektur jawa. Keaslian masjid ini hanya tersisa dari
gapura paduraksa yang terletak di depan masjid yang masih terjaga
bentuk aslinya dari abad 16. Konstruksi atap pada masjid ini
menggunakan atap beton termasuk pada bentuk kubahnya yang
ditengah bangunan. Bangunan masjid At-Taqwa merupakan bangunan
berlantai dua. Dinding masjid menggunakan material bata ringan. Pada
relling tangga menggunakan material kayu bengkirai. Pada serambi
terdapat kolom beton sebanyak 8 buah. Kusen, daun pintu dan daun
jendela pada bangunan menggunakan material kayu jati dan kaca,
terdapat kusen dan daun pintu dan kaca 3 buah dan jendela 6 buah yaitu
sisi depan (sisi timur) masjid, sisi kiri (sisi selatan) ruang sholat utama
terdapat 5 buah jendela dan 2 buah pintu, terdapat jendela pada sisi
depan 2 buah dan 1 buah jendela di sisi kanan (sisi utara) ruang sholat
sholat utama, sedangkan pada lantai dua terdapat 7 buah jendela.
Pondasi yang digunakan adalah pondasi cor beton dan menggunakan
material penutup lantai granite dan plafon gypsum.
184
Karakteristik menurut aspek konstruksi dan material bangunan pada
masjid Langgar Dalam, masjid Baitul Aziz, masjid Al-Aqsa, masjid Al-Makmur
dan masjid At-Taqwa pada umumnya memilki persamaan. Pada masjid-
masjid tersebut menggunakan atap tajug tumpang tiga dan terdapat mustaka
pada puncaknya, atap tajug terdapat pada ruang sholat utama sedangkan
atap limasan terdapat pada pawastren, serambi dan ruang sholat tambahan.
Struktur dinding menggunakan teknik pasangan batu bata merah dan untuk
menopang bagian rangka atap digunakan tiang soko guru, untuk tiang soko
guru menggunakan kayu jati sedangkan sebagai penyangganya (umpak)
menggunakan batu andesit. Konstruksi pada kaki bangunan yang meliputi
pondasi menggunakan pasir padas dan kapur, pondasi ini hanya terdapat
Atap dan kubah beton
pada masjid
Dinding pasangan bata
ringan
8 kolom beton pada
serambi masjid
Gambar 5.73 Konstruksi Bangunan Masjid At-Taqwa
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
185
pada ruang sholat utama sedangkan pada ruangan lainnya yang merupakan
ruangan tambahan dari bangunan asli menggunakan pondasi batu kali.
Karakteristik yang dijelaskan di atas tersebut tidak terdapat pada
bangunan masjid At-Taqwa setelah renovasi pada tahun 2011, hal ini
dikarenakan bangunan aslinya telah dirobohkan dan diganti dengan
bangunan masjid dengan bentuk arsitektur modern.
5.2.3. Ragam Hias Pada Bangunan
1. Masjid Langgar Dalem
Masjid Langgar Dalem tidak banyak memiliki ragam hias, di dalam
masjid hanya memiliki dua panel hias yang terdapat pada gapura yang
memisahkan antara ruang sholat utama dengan serambi dalam dan
panel relief pada tangga trap undhak-undhakan pintu masuk serambi
luar. Gapura tersebut terbuat dari bahan batu bata merah kuno yang
telah difinishing dengan cat. Ragam hias yang terdapat pada gapura
tersebut merupakan ragam bentuk tumbuhan-tumbuhan, yaitu tanaman
sulur-sulur dan bunga.
Gambar 5.74 Gapura Masjid Langgar Dalem
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
Gambar 5.75 Prasati Masjid Langgar Dalem
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
186
Panel relief yang terdapat di serambi luar merupakan bentuk naga
(trisula dililit naga) atau disebut trisula pinulut naga, bentuk tersebut
menunjukan angaka tahun pembuatan bangunan tersebut yaitu 863
Hijriyah.
2. Bangunan Masjid Baitul Azis
Ragam hias yang terdapat pada masjid Baitul Aziz yaitu terdapat
pada pintu masuk, mihrab dan mimbar masjid. Pada pintu masuk
terdapat bentuk gapura yang terbuat dari batu bata merah dan di tengah
gapura tersebut terdapat pintu jati dan bagian atas pintu terdapat
lambang naga atau disebut trisula pinulut naga, bentuk tersebut
menunjukan angaka tahun pembuatan bangunan tersebut yaitu 863
Hijriyah.Seperti yang terdapat pada masjid Langgar Dalem.
Gambar 5.76 Lambang Naga Pada Masjid Baitul Aziz
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
187
Tempat pengimaman atau mihrab yang terbuat dari susunan batu
bata merah kuno yang pada sisi kanan dan kiri mihrab terdapat panel
hias yang memiliki ragam bentuk tumbuhan-tumbuhan, yaitu tanaman
sulur-sulur dan bunga.
Terdapat mimbar kuno yang masih terjaga keaslian dan memiliki
panel hias berupa naga di sisi atas mimbar yang terbuat dari kayu jati dan
diberi lilitan kain putih.
Gambar 5.77 Pintu dan Gapura Pada Masjid Baitul Aziz
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
Gambar 5.78 Ragam Hias Pada Mihrab Masjid Baitul Aziz
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
188
3. Masjid Al-Aqsa
Ragam hias yang terdapat pada masjid Al-Aqsa dapat terlihat
pada mihrab, gapura yang terdapat pada serambi dalam dan serambi
luar, tempat wudhu dan pada menara masjidnya. Ragam hias yang
terdapat pada mihrab memiliki bentuk bunga yang sedang mekar dan
pada bagian kiri dan kanan atas mihrab terdapat hiasan berbentuk
jantung hati.
Gambar 5.79 Ragam Hias Pada Mimbar Masjid Baitul Aziz
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
Gambar 5.80 Ragam Hias Mihrab Masjid Al-Aqsa
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
189
Panel hias yang terdapat pada gapura kori agung yang terletak di
serambi dalam dan gapura kembar yang terdapat pada serambi luar,
memiliki ragam bentuk tumbuhan-tumbuhan, yaitu tanaman sulur-sulur
dan bunga.
Gambar 5.81 Ragam Hias Gapura Kori Agung dan Gapura Kembar Masjid Al-Aqsa
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
190
Pada area masjid juga terdapat tempat wudhu kuno dari susunan
bata merah, dengan lubang pancuran berbentuk kepala arca berjumlah
delapan buah. Arca tersebut berbentuk kepala sapi.
Ragam hias yang unik juga dapat dilihat pada Menara Kudus
yang di sekelilingnya dihias dengan piringan-piringan bergambar yang
kesemuanya berjumlah 32 buah banyaknya. 20 buah diantaranya
berwarna biru serta berlukiskan masjid, manusia dengan unta dan pohon
Gambar 5.82 Gapura Kori Agung dan Gapura Kembar Masjid Al-Aqsa
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
Gambar 5.83 Ragam Hias Tempat Wudhu Kuno Masjid Al-Aqsa
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
191
kurma. Sedang 12 buah lainnya berwarna merah putih berlukiskan
kembang. Terdapat hiasan pola geometris berbentuk segi empat polos
pada kaki menara, sebelah kanan kiri tangga terdapat hiasan bentuk
tumpal berupa segitiga sama kaki polos. Hal lain yang terlihat pada
ornamen salib yunani bersudut 16 di setiap sudut bagian bawah tubuh
menara.
4. Masjid Al-Makmur
Ragam hias yang terdapat pada masjid Al-Makmur dapat terlihat
pada mihrab, mimbar dan gapura depan masjid. Ragam hias yang
terdapat pada mihrab memiliki bentuk matahari dan bunga yang sedang
mekar terletak di atas mihrab.
Ragam hias yang terdapat pada mimbar masjid yaitu memiliki
panel hias berupa naga di sisi atas mimbar. Mimbar tersebut terbuat dari
kayu jati. Panel hias yang terdapat pada gapura paduraksan yang
Gambar 5.84 Ragam Hias Mihrab dan Mimbar Masjid Al-Makmur
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
192
terletak di bagian depan masjid,memiliki ragam bentuk tumbuhan-
tumbuhan, yaitu tanaman sulur-sulur dan bunga.
5. Bangunan Masjid At-Taqwa
Ragam hias yang masih terjaga dan terlihat keasliannya atau
kekunoannya dapat dilihat dari bentuk gapura yang terdapat di depan
masjid yang masih berdiri kokoh sejak masjid ini dibangun dulu sekitar
abad ke 16. Panel hias yang terdapat pada gapura paduraksan yang
terletak di bagian depan masjid,memiliki ragam bentuk tumbuhan-
tumbuhan, yaitu tanaman sulur-sulur dan bunga.
Gambar 5.85 Ragam Hias Gapura Paduraksan Masjid Al-Makmur
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
193
5.3. Analisa Pengaruh Arsitektur Jawa dan Arsitektur Hindu Pada
Bangunan Masjid
5.3.1. Pengaruh Arsitektur Jawa Pada Bangunan Masjid
Karakteristik arsitektur Jawa yang mempengaruhi pada bentuk dan
tata ruang bangunan masjid Langgar Dalem, masjid Baitul Aziz, masjid Al-
Aqsa, masjid Al-Makmur dan masjid At-Taqwa dapat terlihat dari beberapa
aspek. Pengaruh arsitektur Jawa (rumah tradisional Jawa) pada arsitektur
bangunan masjid (arsitektur Islam), terkait erat hubungannya dengan fungsi
dan tata ruangnya. Mengingat sejarah bentuk bangunan masjid di Jawa
berasal dari rumah tradisional yang difungsikan sebagai masjid atau tempat
ibadah,rumah bentuk masjid dan tajug mempunyai denah bujur sangkar dan
bentuk inilah yang masih mempertahankan bentuk denah aslinya sampai
sekarang.
Hubungan fungsi dan tata ruang dalam arsitektur rumah tradisional
Jawa dengan arsitektur masjid yaitu bentuk ruang yang ada pada ruang
Gambar 5.86 Ragam Hias Gapura Paduraksan Masjid At-Taqwa
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
194
utama sholat masjid memiliki persamaan dengan ruang dalam rumah
tradisional Jawa, sedangkan serambi dari masjid serupa dengan
pendoponya. Fungsi ruang pada rumah tradisional Jawa selain sebagai
rumah tinggal juga digunakan sebagai tempat ibadah, dimana fungsi ruang-
ruang tersebut mempunyai persamaan dengan arsitektur islam. Seperti ruang
dalem selain untuk ruang publik/ruang tamu, pada hari-hari tertentu juga
sebagai tempat sholat berjamaah. Ruang sentong tengah selain untuk tempat
penyimpanan harta juga berfungsi sebagai mihrab, dimana fungsi ini sama
dengan dalam arsitektur Islam. Perbedaan mihrab (sentong tengah) pada
rumah tradisional Jawa dan mihrab pada masjid adalah mihrab pada rumah
tradisioanal Jawa terletak di dalam, sedangkan pada masjid menjorok keluar.
Karakteristik arsitektur Jawa terlihat dari perpaduan antara bentuk atap
tajug susun tiga pada ruang sholat utama dan atap limasan pada pawastren
dan serambi masjid. Atap ruang sholat utama pada masjid Baitul Aziz,
Gambar 5.87 Perbandingan Rumah Tradisional Jawa dengan Masjid
Sumber : Adinugroho, 2003
195
Langgar Dalem, Al-Aqsa dan Al-Makmur terbuat dari konstruksi kayu
berbentuk tajug yang terdiri atas tiga tingkat ( atap tumpang ). Antara satu
tingkat dengan tingkatan atap lainnya terdapat panil-panil kaca berwarna
yang dipasang penerangan alami. Tajug yang digunakan pada bangunan
“Tajug Payung Agung” tajug ini sering bertingkat lebih dari 3 atau 5, ada
yang menyebut bentuk Meru. Bentuk ini disangga oleh tiang utama atau soko
guru (Hamzuri, 1998). Menurut Ismunandar (2001), bangunan gunungan
(tajug /meru) lebih mengacu pada masyarakat Jawa, gunungan atau kayon
dianggap lambang jagad raya dengan puncak gunungnya yang meupakan
lambang keagungan dan Tuhan. Pada bagian tengah-tengah gunungan dari
hujan dan panas . Dari apa yang nampak tersebut dapat disimpulkan bahwa
bangunan bentuk gunungan yang semakin atas semakin mengerucut
tersebut diharapkan mendapat ketentraman lahir dan batin, serta selalu
berlindung dan tertuju kepada Tuhan Yang Maha Esa.
hal lain yang menunjukan karakteristik dari arsitektur jawa yaitu
dengan adanya soko guru yang terdapat pada ruang sholat utama dengan
denah berbentuk bujur sangkar, tetapi karakteristik pengaruh arsitektur Jawa
dari kelima masjid-masjid tersebut tidak didapati pada masjid At-Taqwa.Hal
ini dikarenakan wujud asli dari masjid ini telah dihancurkan dan digantikan
dengan wujud masjid yang bergaya arsitektur modern. Atap masjid
menggunakan atap beton, walaupun ruang sholat utama masih berbentuk
bujur sangkar tetapi tanpa adanya soko guru.
196
Gambar 5.88 Atap Tajug dan Limasan Masjid Langgar Dalem
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
Gambar 5.89 Soko Guru Masjid Langgar Dalem
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
Gambar 5.90 Atap Tajug dan Limasan Masjid Baitul Aziz
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
197
5.3.2. Pengaruh Arsitektur Hindu Pada Bangunan Masjid
Karakteristik arsitektur Hindu yang mempengaruhi pada bangunan
masjid Langgar Dalem, masjid Baitul Aziz, masjid Al-Aqsa, masjid Al-
Gambar 5.91 Soko Guru Masjid Baitul Aziz dan Masjid Al-Aqsa
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
Gambar 5.92 Atap Tajug dan Limasan Masjid Al-Aqsa
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
Gambar 5.93 Atap Tajug dan Limasan Masjid Al-Makmur
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
Gambar 5.94 Soko Guru Majid Al-Makmur
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
198
Makmur dan masjid At-Taqwa, yaitu dapat terlihat dari denah yang berbentuk
bujur sangkar merupakan bentuk awal dari bangunan kuno masjid-masjid ini.
Bentuk denah ini memiliki kemiripan dengan bentuk denah candi yang
mengacu pada figur Vastu Purusha Mandala (Brahman) dan menjadi bentuk
umum pada candi yang merupakan tempat suci bagi agama Hindu. Dalam
konsep Vastusastra yang terdapat pada kitab Manasara Silpasatra titik
tengah bangunan rumah tersebut dibiarkan terbuka dengan tujuan agar
cahaya dewata langsung masuk ke dalam rumah, tetapi hal lain diterapkan
pada bangunan kuil-kuil Hindu yang pada titik tengah bangunan ditutup,
dimana di atas titik tengah terdapat bentuk meru. Dari puncak berbentuk
meru cahaya dewata dapat masuk ke dalam bangunan. Dilihat dari hal
tersebut bangunan masjid ini yang menggunakan atap tajug (mirip meru)
yang berada di atas soko guru (titik tengah) dan memiliki bukaan pada
atapnya maka cahaya dapat langsung masuk ke dalam ruang sholat. Konsep
bukaan pada atap masjid tersebut memiliki kemiripan dengan konsep
Vastusastra yang diterapkan pada bangunan kuil-kuil Hindu.
Pondasi bangunan masjid yang berbentuk persegi serta pejal dan
agak tinggi juga biasa digunakan pada berbagai jenis candi di Jawa. Atapnya
yang bertingkat-tingkat pada masjid-masjid (tajug) tersebut berhubungan
dengan tradisi meru yang awalnya diterapkan pada peratapan candi. Tembok
yang mengelilingi sebuah masjid merupakan salah satu bentuk peninggalan
budaya hindu yang terdapat pada bangunan candi desa atau pura desa.
Pada bagian depan bangunan biasanya terdapat gapura yang berfungsi
199
sebagai pintu masuk, gerbang yang tidak berbumbung disebut gapura bentar
dan gapura yang berbumbung disebut gapura paduraksan. Dari kelima
masjid pada penelitian ini gapura bentar hanya terdapat pada masjid Al-Aqsa
dan bentuk gapura paduraksan terdapat pada kelima masjid tersebut dengan
dimensi yang berbeda.
Arsitektur pada bentuk menara yang terdapat pada masjid Al-Aqsa
ini memiliki kemiripan bentuk candi corak Jawa Timur, hal tersebut
didasarkan pada sejarah arsitektur pada masa-masa permulaan periode
perkembangan agama Islam di Jawa Timur (periode Hindu yang diakhiri
pada masa pemerintahan Majapahit) berpengaruh baik untuk arsitektu
maupun pola hiasannya. Corak candi Jawa Timur yang terdapat pada
arsitektur menara masjid Al-Aqsa adalah puncaknya yang berbentuk kubus,
tidak ada makara, reliefnya timbul sedikit, menghadap ke barat dan terbuat
dari batu bata merah. Bentuk arsitektur pada menara juga memiliki kemiripan
dengan bangunan bale kul-kul yang terdapat di Bali yang berfungsi sebagai
tempat kul-kul atau kentongan. Kul-kul adalah sarana untuk menyampaikan
informasi dari jarak jauh dengan kode suara yang sudah disepakati
dikalangan umat Hindu. Secara fungsi dari kedua bangunan ini memiliki
fungsi yang sama, sedangkan pada menara pada masjid Al-Aqsa berfungsi
sebagai tempat untuk mengumandangkan azan setiap kali masuknya waktu
sholat.
Adanya gapura-gapura Hindu yang dibangun pada zaman pra Islam
hanya penempatannya yang memiliki perbedaan pada masing-masing masjid
200
tersebut. Karakteristik arsitektur Hindu pada masjid Langgar Dalam dapat
dilihat dari gapura yang dibangun sekitar tahun 1480 Masehi, gapura tersebut
saat ini berfungsi sebagai pembatas antara ruang sholat utama dengan
serambi dalam. Pada masjid Baitul Aziz sangat terlihat dari adanya gapura
yang dibangun sekitar tahun 1458 Masehi, gapura tersebut terletak pada
pintu masuk ruang sholat utama dan bentuk mihrab pada masjid. Pengaruh
arsitektur Hindu yang terdapat pada masjid Al-Aqsa sangat terlihat dengan
adanya menara masjid yang menyerupai bentuk candi Hindu yang dibangun
sekitar tahun 1600 Masehi dan terlihat dengan adanya gapura yang terdapat
pada serambi dalam dan serambi luar, gapura bentar yang terdapat di depan
masjid, menara masjid dan tempat wudhu kuno, sedangkan pengaruh
arsitektur Hindu yang terdapat pada masjid Al-Makmur dan At-Taqwa dapat
terlihat dari adanya gapura yang terdapat di depan masjid. Pada masjid Al-
Makmur gapura tersebut dibangun sekitar tahun 1552 Masehi dan tahun
1597 Masehi pembangunan gapura pada masjid At-Taqwa.
Bentuk gapura-gapura tersebut merupakan perpaduan antara gapura
paduraksa dengan gapura bentar yang terbuat dari batu bata merah
mengandung tradisi seni bangunan masa-masa sebelum zaman pra Islam.
Panel hias yang terdapat pada gapura tersebut memiliki ragam bentuk
perpaduan antara tumbuhan-tumbuhan yaitu tanaman sulur-sulur dan bunga
dan motif geometri, hal ini sesuai dengan pandangan bahwa ornamentasi
pada bangunan peribadatan (masjid) adanya larangan untuk pembuatan
gambar hewan dan menyerupai bentuk manusia. Perbedaan ini terlihat jelas
201
jika dibandingkan dengan ragam hias yang terdapat pada bangunan agama
Hindu memiliki ragam hias yang berbentuk tumbuhan, hewan dan manusia.
Panel hias yang terdapat pada gapura-gapura masjid merupakan motif hias
pada bangunan arsitek bali yang termasuk dalam arsitektur Hindu, motif hias
yang banyak digunakan yaitu motif hias pepatran yang merupakan stilirisasi
dari bentuk tumbuh-tumbuhan. Ornamentasi pada bagian puncak atap masjid
yang disebut mustaka masjid atau memolo merupakan diadaptasikan dari
tradisi Hindu. Mustaka masjid terbuat dari tanah liat dan berbentuk tumbuhan.
Gambar 5.95 Gapura dan Panel Hias Masjid Langgar Dalem
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
Gambar 5.96 Gapura Masuk Masjid Baitul Aziz
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
202
Gambar 5.97 Mihrab dan Panel Hias Masjid Baitul Aziz
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
Gambar 5.98 Gapura-Gapura Pada Masjid Al-Aqsa
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
203
Gambar 5.99 Menara Pada Masjid Al-Aqsa
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
Gambar 5.100 Tempat Wudhu Kuno Masjid Al-Aqsa
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
Gambar 5.101 Gapura Paduraksa Masjid Al-Makmur
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
Gambar 5.102 Gapura Paduraksa Masjid At-Taqwa
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
204
5.4. Analisa Tipologi Arsitektur Bangunan Masjid Bercorak Jawa-Hindu
5.4.1. Tipologi Tata Ruang Bangunan Masjid
1. Elemen Ruang Masjid
Tipologi tata ruang pada lima masjid yang bercorak Jawa-Hindu di
kota Kudus terdiri dari elemen-elemen utama dari masjid yaitu tempat
sholat, mihrab, mimbar, serambi dan tempat wudhu sedangkan menara
merupakan elemen pendukung atau pelengkap. Ruang utama untuk
shalat terletak di bagian paling barat dengan mihrab berupa ceruk
pada dinding bagian barat untuk tempat imam dan mimbar, sedangkan
ruang sholat untuk wanita (pawastren) terletak di sisi kanan (utara) ruang
sholat utama. Serambi pada masjid terdapat di samping kanan, kiri dan
depan masjid (timur) dan tempat wudhu terdapat di sebelah kanan (utara)
untuk perempuan dan atau kiri(selatan) untuk pria, tempat wudhu ini
menggantikan kolam kuno sebagai sarana berwudhu.
Elemen Ruang Masjid Langgar Dalem
Mihrab
R.Sholat Utama Pawastren T. Wudhu Wanita
Serambi Dalam Serambi Luar
Mihrab T. Wudhu Pria
205
Elemen Ruang Masjid Baitul Aziz
Elemen Ruang Masjid Al-Aqsa
Mihrab R.Sholat Utama Pawastren
R.Sholat tambahan
Serambi
T. Wudhu Wanita
T. Wudhu Pria
R.Sholat Utama Pawastren
Serambi dalam
Serambi luar
Mihrab Mimbar
T. Wudhu Wanita
T. Wudhu Pria
206
Elemen Ruang Masjid Al-Makmur
Elemen Ruang Masjid At-Taqwa Lantai 1
R.Sholat Utama Pawastren R.Sholat tambahan
Serambi
Mihrab Mimbar
T. Wudhu Wanita
T. Wudhu Pria
Pawastren R.Sholat Utama Serambi
Mihrab
T. Wudhu Pria
T. Wudhu Wanita
207
2. Pengaruh Arsitektur Jawa Pada Ruang Masjid
Tipologi tata ruang pada empat masjid dalam penelitian ini, dipengaruhi
oleh konsep tata ruang pada rumah tradisional Jawa (arsitektur Jawa).
Hubungan fungsi dan tata ruang dalam arsitektur rumah tradisional Jawa
dengan arsitektur masjid yaitu bentuk ruang yang ada pada ruang utama
sholat masjid memiliki persamaan dengan ruang dalam rumah tradisional
Jawa, sedangkan serambi dari masjid serupa dengan pendoponya.
Pada rumah tradisioanal Jawa untuk fungsi rumah selain digunakan
sebagai tempat tinggal biasanya juga digunakan sebagai tempat beribadah.
Ruang dalem yang berfungsi sebagai ruang tamu, juga biasa difungsikan
sebagai tempat untuk sholat berjamaah, contohnya digunakan pada sholat
tarawih berjamaah mengingat ruang dalem memiliki ruang yang luas. Ruang
Elemen Ruang Masjid At-Taqwa Lantai 2
Gambar 5.103 Perbandingan Elemen Ruang Pada Masjid
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
R.Sholat tambahan/ pawastren
208
sentong tengah selain untuk tempat penyimpanan harta juga berfungsi
sebagai mihrab. Perbedaan mihrab (sentong tengah) pada rumah tradisional
Jawa dan mihrab pada masjid adalah mihrab pada rumah tradisioanal Jawa
terletak di dalam, sedangkan pada masjid menjorok keluar. Fungsi dan tata
ruang pada bangunan rumah tradisional Jawa memiliki hubungan yang erat
dengan tata ruang pada masjid, khususnya pada arsitektur masjid-masjid
Jawa kuno.
Gambar 5.104 Perbandingan Denah Tata Ruang Rumah tradisional Jawa dengan Denah Masjid
Langgar Dalem
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
Gambar 5.105 Perbandingan Denah Tata Ruang Rumah tradisional Jawa dengan Denah Masjid
Baitul Aziz
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
Sentong
Tengah
Dalem
Pendopo
Mihrab
R.Sholat Utama
Serambi
Sentong
Tengah
Dalem
Pendopo
Mihrab
R.Sholat Utama
Serambi
209
5.4.2. Tipologi Konstruksi Pada Bangunan Masjid
1. Pengaruh Arsitektur Jawa Pada Konstruksi Bangunan Masjid
Tipologi konstruksi bangunan pada empat masjid dalam objek
penelitian ini, dipengaruhi oleh sistem konstruksi pada arsitektur Jawa.
Gambar 5.106 Perbandingan Denah Tata Ruang Rumah tradisional Jawa dengan Denah Masjid
Al-Aqsa (Menara)
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
Gambar 5.107 Perbandingan Denah Tata Ruang Rumah tradisional Jawa dengan Denah Masjid
Al-Makmur
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
Sentong
Tengah
Dalem
Pendopo
Mihrab
R.Sholat Utama
Serambi
Sentong
Tengah
Dalem
Pendopo
Mihrab
R.Sholat Utama
Serambi
210
Pengaruh arsitektur Jawa terlihat dari perpaduan antara bentuk atap tajug
susun tiga pada ruang sholat utama dan atap limasan pada pawastren dan
serambi masjid. Atap ruang sholat utama terbuat dari konstruksi kayu
berbentuk tajug yang terdiri atas tiga tingkat ( atap tumpang ). Bentuk ini
disangga oleh tiang utama atau soko guru. Menurut Ismunandar (2001),
bangunan gunungan (tajug /meru) lebih mengacu pada masyarakat Jawa,
gunungan atau kayon dianggap lambang jagad raya dengan puncak
gunungnya yang meupakan lambang keagungan dan Tuhan.
Hal lain yang menunjukan Konstruksi dari arsitektur jawa yaitu dengan
adanya soko guru yang terdapat pada ruang sholat utama dengan denah
berbentuk bujur sangkar, dan untuk menopang bagian rangka atap
digunakan tiang soko guru, untuk tiang soko guru menggunakan kayu jati
sedangkan sebagai penyangganya (umpak) menggunakan batu andesit yang
dilapisi oleh keramik. Pengaruh konstruksi arsitektur Jawa dari kelima masjid-
masjid tersebut tidak didapati pada masjid At-Taqwa setelah dilakukan
renovasi keseluruhan pada tahun 2011. Hal ini dikarenakan wujud asli dari
masjid ini telah dihancurkan dan digantikan dengan wujud masjid yang
bergaya arsitektur modern. Atap masjid menggunakan atap beton, walaupun
ruang sholat utama masih berbentuk bujur sangkar tetapi tanpa adanya soko
guru.
211
Konstruksi Bangunan Masjid Langgar Dalem
Atap Tajug pada
r.sholat utama
Atap limasan pada
pawastren
Atap limasan pada r.sholat
tambahan dan serambi
Soko guru pada
r.sholat utama
Dinding bata merah 12 buah tiang
penyangga pada
serambi
Konstruksi Bangunan Masjid Baitul Aziz
Atap Tajug pada
r.sholat utama
Atap Limasan serambi
dalam dan luar
Atap Limasan pada
pawastren
Soko Guru pada
r.sholat utama
Dinding bata merah
212
Konstruksi Bangunan Masjid Al-Aqsa
Konstruksi Bangunan Masjid Al-Makmur
Gambar 5.108 Perbandingan Pengaruh Konstruksi Arsitektur Jawa Pada Bangunan Masjid
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
Atap Tajug pada
r.sholat utama
Atap Limasan pada
pawastren Atap Limasan pada
ruang tambahan
Atap Limasan pada
serambi
Dinding batu bata
merah Soko Guru pada
r.sholat utama
18 kolom beton pada
serambi
Atap tajug pada
r.holat utama
Atap limasan susun 2
pada pawastren Atap limasan pada
serambi
Dinding bata merah 4 soko guru dan 4
soko rawa pada
r.sholat utama 18 kolom beton pada
serambi
8 kolom kayu pada
serambi
213
2. Pengaruh Arsitektur Hindu Pada Konstruksi Bangunan Masjid
Tipologi konstruksi bangunan pada lima masjid dalam objek penelitian
ini, dipengaaruhi oleh sistem konstruksi pada arsitektur Hindu. Pengaruh
arsitektur Hindu terlihat dari ruangan inti pada bangunan suci agama Hindu
dimana di atas titik pusat terdapat bentuk meru. Dari puncak berbentuk meru
cahaya dewata dapat masuk ke dalam bangunan. Dilihat dari hal tersebut
bangunan masjid ini yang menggunakan atap tajug (mirip meru) yang berada
di atas soko guru dan memiliki bukaan pada atapnya maka cahaya dapat
langsung masuk ke dalam ruang sholat. Konsep bukaan pada atap masjid
tersebut memiliki kemiripan dengan konsep Vastusastra yang diterapkan
pada bangunan kuil-kuil Hindu. Pondasi bangunan masjid yang berbentuk
persegi serta pejal dan agak tinggi juga biasa digunakan pada berbagai jenis
candi di Jawa. Atapnya yang bertingkat-tingkat pada masjid-masjid (tajug)
tersebut berhubungan dengan tradisi meru yang awalnya diterapkan pada
peratapan candi.
214
Atap Tajug (Meru)
Bukaan Pada Atap
Konstruksi Bangunan Masjid Langgar Dalem
Atap Tajug (Meru)
Bukaan Pada Atap
Pondasi dengan
ketinggian 1m
Konstruksi Bangunan Masjid Baitul Aziz
215
Atap Tajug (Meru)
Bukaan Pada Atap
Pondasi dengan
ketinggian 1m
Konstruksi Bangunan Masjid Al-Aqsa
Atap Tajug (Meru)
Bukaan Pada Atap
Konstruksi Bangunan Masjid Al-Makmur
Gambar 5.109 Perbandingan Pengaruh Konstruksi Arsitektur Hindu Pada Bangunan Masjid
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
Pondasi dengan
ketinggian 1m
216
5.4.3. Tipologi Denah Bangunan Masjid
1. Pengaruh Arsitektur Jawa Pada Bentuk Denah Masjid
Tipologi denah bangunan pada masjid-masjid dalam penelitian
ini, dipengaruhi oleh bentuk denah pada rumah tradisional Jawa
(arsitektur Jawa). Bentuk dasar bangunan pada rumah tradisional jawa
secara menerus menerapkan bentuk segi empat dan persegi panjang
pada bentuk dasar bangunananya. Bentuk denah dari kesemua masjid
tersebut memilki kemiripan satu sama lainnya hanya dengan dimensi
yang berbeda. Bangunan inti masjid terdiri dari dua bangunan utama
yaitu bangunan ruang sholat utama dan bangunan ruang sholat wanita
(pawastren). Bangunan inti berbentuk bujur sangkar dan pada serambi
berbentuk empat persegi panjang.
Gambar 5.110 Perbandingan Bentuk Denah Rumah tradisional Jawa dengan Denah Masjid
Langgar Dalem
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
217
Gambar 5.111 Perbandingan Bentuk Denah Rumah tradisional Jawa dengan Denah Masjid Baitul
Aziz
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
Gambar 5.112 Perbandingan Bentuk Denah Rumah tradisional Jawa dengan Denah Masjid Al-
Aqsa
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
Gambar 5.113 Perbandingan Bentuk Denah Rumah tradisional Jawa dengan Denah Masjid Al-
Makmur
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
218
2. Pengaruh Arsitektur Hindu Pada Bentuk Denah Masjid
Tipologi denah bangunan pada masjid-masjid dalam penelitian
ini, dipengaruhi oleh bentuk denah pada bangunan candi (arsitektur
Hindu). Dalam kitab Manasara Silpasastra bentuk rumah yang terbaik
untuk dewa adalah bujur sangkar, yaitu bentuk dasar dalam arsitektur
India. Bentuk ini mengacu pada figur Vastu Purusha Mandala dan
menjadi bentuk umum untuk bangunan candi. Bentuk denah awal pada
bangunan kuno masjid-masjid ini merupakan hanya dengan satu ruang
inti (ruang sholat utama) yang berbentuk bujursangkar.
Gambar 5.114 Perbandingan Bentuk Denah Candi dengan Denah Masjid Langgar Dalem
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
Gambar 5.115 Perbandingan Bentuk Denah Candi dengan Denah Masjid Baitul Aziz
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
219
5.4.4. Tipologi Ragam Hias Pada Bangunan Masjid
1. Pengaruh Arsitektur Hindu pada Ragam Hias Bangunan Masjid
Ragam hias pada masjid Langgar Dalem memiliki dua panel hias yang
terdapat pada gapura yang memisahkan antara ruang sholat utama dengan
serambi dalam dan panel relief pada tangga trap undhak-undhakan pintu
masuk serambi luar. Pada masjid Baitul Aziz yaitu terdapat pada pintu
masuk dan mihrab masjid. Ragam hias pada masjid Al-Aqsa dapat terlihat
Gambar 5.116 Perbandingan Bentuk Denah Candi dengan Denah Masjid Al-Aqsa
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
Gambar 5.117 Perbandingan Bentuk Denah Candi dengan Denah Masjid Al-Makmur
Sumber : Sketsa Pribadi, 2015
220
pada gapura yang terdapat pada serambi dalam dan serambi luar, gapura
yang mengelilingi area masjid, tempat wudhu dan pada menara masjidnya,
sedangkan pada masjid Al-Makmur dan At-taqwa ragam hias dapat terlihat
dari gapura masjid yang terletak di depan bangunan.
Ragam Hias yang terdapat pada Masjid Langgar Dalam
Ragam Hias yang terdapat pada Masjid Baitul Aziz
222
Ragam Hias yang terdapat pada Masjid Al-Aqsa
Ragam Hias yang terdapat pada Masjid Al-Makmur
Ragam Hias yang terdapat pada Masjid At-Taqwa
Gambar 5.118 Perbandingan Ragam Hias Arsitektur Hindu Pada Masjid
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
223
Ragam hias ataupun panel hias yang terdapat pada keseluruhan
bangunan masjid-masjid pada pada penelitian ini terlihat jelas pengaruh akan
kebudayaan hindu yang berkembang sebelum masjid-masjid ini dibangun.
terdapat beberapa kesamaan antara kelima masjid tersebut. Persamaan
terlihat adanya gapura yang merupakan hasil dari zaman pra Islam yang
terbuat dari batu bata merah mengandung tradisi seni bangunan masa-masa
sebelum zaman pra Islam. Gapura paduraksa terdapat pada masjid Al-
Makmur, masjid At-Taqwa dan masjid Al-Aqsa yang terdapat pada serambi
dalam dan luar. Bentuk gapura hindu juga terdapat pada masjid Baitul aziz
dan masjid Langgar Dalem. Panel hias yang terdapat pada gapura-gapura
tersebut memiliki persamaan yaitu berbentuk tumbuh-tumbuhan. Pengaruh
arsitektur Hindu sangat terlihat dari beberapa ragam hias yang terdapat pada
kesemua masjid tersebut. Panel hias yang terdapat pada gapura tersebut
memiliki ragam bentuk perpaduan antara tumbuhan-tumbuhan yaitu tanaman
sulur-sulur dan bunga dan motif geometri, hal ini sesuai dengan pandangan
bahwa ornamentasi pada bangunan peribadatan (masjid) adanya larangan
untuk pembuatan gambar hewan dan menyerupai bentuk manusia.
Perbedaan ini terlihat jelas jika dibandingkan dengan ragam hias yang
terdapat pada bangunan agama Hindu memiliki ragam hias yang berbentuk
tumbuhan, hewan dan manusia. Panel hias yang terdapat pada gapura-
gapura masjid merupakan motif hias pada bangunan arsitek bali yang
termasuk dalam arsitektur Hindu, motif hias yang banyak digunakan yaitu
motif hias pepatran yang merupakan stilirisasi dari bentuk tumbuh-tumbuhan.
224
2. Pengaruh Arsitektur Jawa pada Ragam Hias Bangunan Masjid
Pengaruh arsitektur Jawa pada ragam hias bangunan masjid-masjid ini
terlihat dari mustaka atau memolo (mahkota) pada bangunan masjid yang
terletak pada puncak atap tajug yang berbentuk tumbuhan yang termasuk
dalam ragam hias arsitektur Jawa, hal lainnya ditemukan pada mimbar masjid
Baitul Aziz dan Al-Makmur terdapat mimbar kuno yang masih terjaga keaslian
dan memiliki panel hias berupa naga di sisi atas mimbar dan motif naga juga
termasuk dalam ragam hias arasitektur Jawa.
Ragam Hias yang terdapat pada Masjid Baitul Aziz dan Langgar Dalam
Ragam Hias yang terdapat pada Masjid Al-Aqsa dan Al-Makmur