2013_p4_kps.pdf
TRANSCRIPT
KONSEP LAPORAN AKHIR (DRAFT FINAL REPORT)
Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah Dan Swasta (KPS)
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga
Laporan Akhir (Final Report) berhasil diselesaikan.
Laporan Akhir ini merupakan laporan keempat dalam kegiatan Kajian Model
Pembiayaan Infrastruktur PU Dan Permukiman Dalam Rangka Optimalisasi Kerjasama
Pemerintah dan Swasta (KPS) dengan Kontrak Nomor KU.01.03/POKJA-
PUSTRA.1/38/IV/2013 tanggal 12 April 2013.
Pada Laporan Akhir ini disampaikan hasil data dan analisis dari pekerjaan Kajian Model
Pembiayaan Infrastruktur PU Dan Permukiman Dalam Rangka Optimalisasi Kerjasama
Pemerintah dan Swasta (KPS). Materi pokok yang akan disampaikan pada laporan akhir
ini adalah hasil kajian berupa gambaran penyelenggaraan KPS di Indonesia, analisis
penanganan proyek serta konsep strategis pengembangan model KPS sesuai dengan
ketentuan yang diatur pada kerangka acuan kerja.
Kepada semua pihak yang turut membantu menyusun Konsep Laporan Akhir ini
disampaikan terima kasih.
Jakarta, Nopember 2013
PT. DEKAMA SEKATA
R.Kartono
Direktur
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan data Bappenas, kebutuhan pembiayaan infrastruktur dengan
minimum 5% PDB selama tahun 2010-2014 mencapai Rp. 1.923,7 triliun,
dimana potensi pendanaan investasi BUMN/Swasta dan Pemerintah
Daerah (APBD) seluruhnya diperkirakan sebesar Rp. 1.041 triliun.
Pemerintah Pusat (APBN) baru mampu mengalokasikan Rp. 559,5 triliun
sehingga diharapkan gap yang ada (sebesar Rp. 323,7 triliun). Pemerintah
masih dapat meningkatkan perannya untuk menutupinya.
Saat ini beberapa beberapa pola pembiayaan infrastruktur yang telah
dikembangkan di Indonesia yaitu melalui Pemerintah (Pusat/APBN dan
Daerah/APBD), BUMN/BUMD/Swasta (termasuk yang memanfaatkan
pinjaman perbankan/lembaga keuangan, pasar modal) serta pola
Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS).
KPS atau PPP (Public Private Partnership) dalam pembangunan
infrastruktur saat ini dikoordinasikan oleh Bappenas dan dibawah
pembinaan Kementerian Teknis terkait. Untuk mempercepat pelaksanaan
KPS ini Bappenas secara rutin meluncurkan PPP Book (Tahun 2010, 2011
dan 2012) yang memuat informasi proyek-proyek KPS infrastruktur. Ada 3
kategori status proyek yaitu Proyek Siap Ditawarkan, Proyek Prioritas dan
Proyek Potensial. Proyek infrastruktur PU yang diusulkan adalah untuk
sektor jalan tol, air minum, dan pengelolaan sampah dan sanitasi.
Dalam PPP Book 2010 terdapat 100 proyek bernilai total 47.298,93 juta
US$ untuk 11 sektor infrastruktur. Sedangkan pada tahun 2011,
Pemerintah juga telah mengeluarkan buku PPP Book 2011 - 2014 yang
memuat informasi 79 proyek infrastruktur bernilai total 53.408,1 juta
US$. Pada tahun 2012 diterbitkan PPP Book yang merupakan review dari
PPP Book 2011 dimana terdapat 58 proyek infrastruktur dengan nilai total
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 2
51,205.97 juta US$. Sampai dengan diterbitkan terdapat 12 proyek yang
telah ditender dan 9 proyek yang tidak ada dalam PPP Book 2011.
Khusus proyek-proyek infrastruktur bidang PU, perjalanan dalam 3 tahun
dapat digambarkan sebagai berikut:
Jalan
Tol
Air
Minum
Persampahan
dan Sanitasi
Proyek Siap Lelang
2010 0 0 0
2011 2 6 2
2012 1 0 1
Proyek Prioritas
2010 18 6 3
2011 17 0 2
2012 13 5 3
Proyek Potensial
2010 17 18 3
2011 3 18 4
2012 0 13 2
Sampai dengan penerbitan PPP Book tahun 2012, telah ada beberapa
proyek infrastruktur PU dalam tahapan pelaksanaan tender yaitu Proyek
KPS Air Minum Umbulan (Jawa Timur), Air Minum Bandar Lampung,
dan Air Minum Maros (Sulawesi Selatan), 6 ruas Jalan Tol DKI, serta
Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa. Walaupun proyek-proyek tersebut
menunjukkan peningkatan status dari tahun 2010 ke tahun 2012, namun
diidentifikasi beberapa proyek tidak mengalami perubahan status dan
beberapa proyek baru muncul di tahun 2012.
Seberapa besar proyek-proyek KPS di PPP Book dapat berjalan
optimal?
Bagaimana pengusahaan jalan tol yang layak secara ekonomi
tetapi tidak layak secara finansial bila dikelola oleh BUMN?
Selama ini, penyelenggaraan KPS infrastruktur PU dan Permukiman
dinilai belum mencapai hasil yang diharapkan. Beberapa tantangan yang
dihadapi dalam penerapan pola pembiayaan KPS pada penyelenggaraan
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 3
infrastruktur antara lain: (1) pembiayaan; (2) pembebasan lahan; (3)
manajemen resiko dan dukungan pemerintah; dan (4) persiapan proyek.
Untuk itu perlunya kajian yang lebih dalam terutama dengan melihat hasil
evaluasi terhadap proyek-proyek yang pernah diusulkan dalam PPP Book
sehingga dapat diperoleh kajian model pembiayaan yang optimal.
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dari kegiatan ini adalah untuk menghasilkan strategi yang
diperlukan dalam upaya mengoptimalkan penyelenggaraan KPS
infrastruktur PU dan permukiman.
1.2.2 Tujuan
Sedangkan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menghasilkan masukan
dan rekomendasi bagi pimpinan mengenai alternatif model pembiayaan
KPS untuk penyelenggaraan infrastruktur PU dan Permukiman.
1.3 Sasaran dan Keluaran
1.3.1 Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah :
1. Teridentifikasinya proyek-proyek KPS infrastruktur PU dan
Permukiman yang belum berjalan seperti yang diharapkan
terutama yang telah diusulkan dalam PPP Book beserta
permasalahan detail yang dihadapi.
2. Tersusunnya konsep strategi penanganan yang sesuai terhadap
permasalahan penyelenggaraan proyek KPS infrastruktur PU dan
Permukiman dalam upaya mengoptimalkan hasil penyelenggaraan
KPS.
3. Tersusunnya konsep pedoman model/pola pembiayaan KPS untuk
penyelenggaraan infrastruktur PU dan Permukiman.
1.3.2 Keluaran
Keluaran yang akan dihasilkan dari kegiatan ini adalah:
a. Database pelaksanaan proyek KPS yang sudah berjalan.
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 4
b. Konsep pedoman model pembiayaan KPS infrastruktur PU dan
Permukiman.
1.4 Ruang Lingkup Kegiatan
1.4.1 Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan
Permukiman Dalam Rangka Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan
Swasta (KPS) ini terdiri dari beberapa sub kegiatan yang saling menunjang
satu sama lain yang antara lain sebagai berikut:
A. Pengumpulan data melalui kajian literatur atau korespondensi dengan
pihak terkait mengenai pembiayaan KPS:
1) Menelaah definisi pola dan model;
2) Menelaah dasar hukum, model-model pembiayaan KPS,
kelembagaan yang ada saat ini;
3) Melakukan hasil kajian yang ada sebelumnya termasuk mengenai
best practice KPS di luar dan dalam negeri;
4) Mengidentifikasi dari PPP book proyek-proyek yang tidak
meningkat statusnya, yang menunjukkan peningkatan status, yang
sudah memasuki tahapan tender atau konstruksi serta yang tidak
diusulkan lagi maupun yang baru diusulkan;
5) Menelaah perkembangan kinerja pelaksanaan proyek KPS yang
sudah berjalan/yang terimplementasi.
B. Pengumpulan data melalui literatur, survei dan wawancara dengan
pihak terkait di beberapa wilayah di Indonesia mengenai
penyelenggaraan KPS infrastruktur PU dan Permukiman.
C. Melakukan analisis mendalam terhadap proyek-proyek KPS yang telah
dikategorikan dalam lingkupnya, diantaranya dengan melakukan:
Review terhadap analisis kelayakan proyek yang dimiliki (ekonomi
dan finansial);
Analisis permasalahan yang dihadapi selama pengusulan proyek
sampai dengan kondisi terakhir (dilihat dari aspek teknis,
pengadaan lahan, peran pemangku kepentingan dan kelembagaan,
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 5
peraturan perundangan, dukungan Pemerintah Pusat dan Daerah,
alokasi dan manajemen resiko);
Analisis bentuk kerjasama/pola/model KPS yang dimungkinkan,
bentuk dukungan Pemerintah serta alokasi dan manajemen resiko
yang tepat.
D. Menyusun berbagai strategi intervensi yang sesuai terhadap
permasalahan yang ada dalam upaya mengoptimalkan
penyelenggaraan KPS infrastruktur PU dan Permukiman terutama
pada proyek-proyek yang telah diidentifikasi.
E. Menyusun kriteria/persyaratan setiap model/pola pembiayaan KPS
infrastruktur PU dan permukiman yang akan dimasukkan dalam
konsep pedoman, didasarkan pada proyek-proyek yang telah dianalisis
pada tahap sebelumnya.
F. Melakukan FGD (Focuss Group Discussion) untuk menggali masukan
dari stakeholder terhadap konsep pedoman model/pola pembiayaan
infrastruktur PU dan permukiman.
G. Menyempurnakan konsep pedoman yang telah dibahas pada saat
FGD.
1.4.2 Lokasi Kegiatan
Kegiatan “Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman
Dalam Rangka Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta” akan
dilaksanakan di lingkungan kantor pusat Kementerian PU dengan survei
lapangan ke Medan, Pekanbaru, Lampung, Banten, Jawa Barat, Surabaya
dan Bali.
1.5 Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan
Melihat keterbatasan pemerintah dalam memenuhi pembiayaan yang
dibutuhkan dalam pengadaan infrastruktur maka diperlukan sebuah
model-model dan inisiatif baru dalam pengadaan infrastruktur. Salah satu
model pembiayaan yang dapat dijadikan sebagai alternatif pembiayaan
adalah Konsep BOT (Builid Operate Transfer) yang mencakup studi
kelayakan, pengadaan barang, pembiayaan, hingga pada tahapan
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 6
pengoperasian. BOT merupakan suatu konsep dimana sebuah proyek
dibangun dengan pembiayaan yang sepenuhnya ditanggung oleh pihak
swasta, atau kombinasi antara pemerintah dan swasta. Namun setelah itu
pihak pembiaya proyek memiliki hak untuk pengoperasian dan mengambil
manfaat ekonomi dari proyek yang telah dibiayainya.
Selama proses tersebut dapat berjalan sesuai dengan perjanjian maka
keuntungan yang akan diperoleh adalah dimana publik akan mendapatkan
sarana dan prasarana yang dibutuhkan tentunya pemerintah tidak akan
terbebankan dengan pembiayaan yang telah ditanggung oleh pihak swasta.
Dalam pembiayaan proyek dengan konsep inipun dapat dilakukan dengan
2 cara yaitu pinjaman (debt finance) dan pembiayaan penyertaan (equity
investment). Perbedaan konsep ini dengan konsep pembiayaan lainnya
adalah terletak pada konsensi didalamnya dimana pihak pemilik akan
menyerahkan pembiayaan hingga pengoperasiannya kepada pihak
pelaksana proyek namun pada kurun waktu tertentu hasil proyek ini akan
dikembalikan pada pihak pemilik dengan atau tanpa syarat sesuai dengan
perjanjian yang tertera pada awal penandatanganan kerjasama.
Gambar 1.1 Model Kerja Sama Pemerintah – Swasta
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 7
1.5.1 Pengumpulan Data
Ruang lingkup riset yang cukup luas, yang meliputi simpul-simpul
transportasi nasional yang tersebar, membutuhkan bukan hanya
kemampuan mengumpulkan data yang baik, tetapi juga desain data
dengan elemen datanya harus dibuat dengan sistimatika yang terstruktur
dengan baik serta rinci.
Membangun koneksi dengan sumber data internal PU, institusi eksternal
di luar PU, dan juga website resmi baik yang disediakan oleh institusi
pemerintah dan institusi non pemerintah lainnya, menjadi alternatif
dalam mengumpulkan data. Berdasarkan sumber data tersebut informasi
penting, kesemua data tersebut akan dianalisis dengan metoda kajian
literatur (on desk research). Selain dari pada itu, pertemuan tatap muka
(face-to-face), wawancara melalui telepon dan email juga akan dilakukan
sebagai masukan pada saat melakukan analisis dan pembuatan
rekomendasi.
Karena sebagian besar data akan diperoleh dari hasil kombinasi dari
interview dan desk research, maka riset akan berdasarkan pada
kombinasi dari dua macam kategori data, yaitu data primer dan data
sekunder.
1.5.2 Pendekatan Pengumpulan Data Primer
Data primer dikumpulkan untuk memecahkan masalah khusus. Beberapa
data baru yang belum dimiliki sebelumnya, dapat dikumpulkan melalui
observasi, interview atau survey. Data primer yang diperoleh melalui
interview utamanya akan digunakan untuk mendukung fakta-fakta yang
didapat yang nantinya akan digunakan untuk membuat rekomendasi dan
juga digunakan pada bagian analisis ketika data sekunder tidak tersedia.
Interview
Interview membantu periset untuk memperoleh informasi tertentu yang
dapat digunakan untuk keperluan analisa ketika data sekunder belum
dapat memenuhi kebutuhan riset. Ada berbagai cara dalam interview, dan
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 8
yang paling sering dilakukan adalah face-to-face interview. Orang yang
akan diinterview akan dikontak lebih dahulu menggunakan telepon atau
email dan ditanyakan kesediaan mereka untuk interview per-telepon
ataupun face-to-face. Orang yang diinterview tersebut dipilih berdasarkan
pengetahuannya yang mapan.
1.5.3 Pendekatan Pengumpulan Data Sekunder
Metoda pengumpulan data sekunder dapat digambarkan sebagai
penggunaan data yang telah diperoleh sebelumnya, seperti statistik yang
dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Nasional, laporan-laporan dari
institusi pemerintah dan swasta, pusat data bisnis dan ekonomi. Sebelum
digunakan, data tersebut akan diteliti ataupun dicek kepada penerbitnya
lebih dahulu sebelum digunakan dalam studi ini.
Diskusi tentang status dan rencana pembangunan/program dibeberapa
wilayah studi akan berasal dari data sekunder ini, seperti statistik
nasional, ekonomi, bina marga, sumber daya air dan permukiman
khususnya. Cara memperoleh data tersebut dapat melalui internet, jurnal
ataupun laporan. Sumber data tersebut dipilih berdasarkan atas
kehandalannya, validitasnya dan kredibilitasnya.
1.5.4 Analisis
Pada dasarnya, penyusunan strategi yang diperlukan dalam upaya
mengoptimalkan penyelenggaraan KPS infrastruktur PU dan permukiman
perlu disusun dengan mengetahui identifikasi proyek-proyek KPS
infrastruktur PU dan Permukiman yang belum berjalan seperti yang
diharapkan terutama yang telah diusulkan dalam PPP Book beserta
permasalahan detail yang dihadapi, serta strategi penanganannya.
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 9
Gambar 1.2 Gap Analisis
Pertimbangan utama yang digunakan untuk strategi yang diperlukan
dalam upaya mengoptimalkan penyelenggaraan KPS infrastruktur PU dan
permukiman meliputi:
1. Tinjauan literatur dan kajian terkait
2. Kebijakan dan peraturan perundangan terkait
3. Pengalaman best-practice, terutama kaitannya dengan proses,
pemahaman, isu, dan kendala investasi pembiayaan infrastruktur.
Eksisiting Parameter To be
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 10
Gambar 1.3 Kerangka Berpikir
1.6 Gambaran Penyelenggaraan KPS Di Indonesia
1.6.1 Gambaran Umum Investasi Infrastruktur Pekerjaan
Umum
Infrastruktur memegang peranan penting bagi kehidupan masyarakat dan
sebagai sarana bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan
infrastruktur menimbulkan aspek pull dan push ekonomi. Ketersediaan
infrastruktur yang handal akan meningkatkan efisiensi produksi dan
distribusi (produktifitas), serta kualitas hidup masyarakat sehingga
meningkatkan daya saing nasional menuju ekonomi yang berkelanjutan.
Pengalaman global menyebutkan bahwa infrastruktur mempunyai ’fungsi
produksi’ bagi peningkatan kualitas hidup diantaranya pada aspek
kesehatan, kesamaan gender, pendidikan, dan lingkungan yang berujung
pada peningkatan kemakmuran dan standar hidup. Secara lebih luas,
ketersediaan infrastruktur memberikan multiplier efffect bagi
Tinjauan Literatur,
Kebijakan dan Peraturan
Perundangan terkait
Identifikasi Proyek-Proyek yang Diusulkan PPP Book
terkait dari Perkembangan Statusnya
Review Analisis Kelayakan Proyek
yang Dimiliki
Analisis Permasalahan yang Dihadapi Selama
Pengusulan Proyek Sampai dengan Kondisi
terakhir
Analisis - Bentuk
kerjasama/pola/model KPS yang dimungkinkan
- Bentuk dukungan pemerintah
- Alokasi dan manajemen resiko yang tepat
Alternatif Model Pembiayaan Infrastruktur yang Optimal
Hasil Kajian KPS Sebelumnya
termasuk best practice KPS di Luar dan Dalam
Negeri
Masukan dan Rekomendasi
Alternatif Model Pembiayaan KPS
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 11
pertumbuhan ekonomi suatu negara sebagaimana terlihat pada Gambar
1.1 dan Gambar 1.2.
Gambar 1.4 Infrastruktur Kunci Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan
Sumber: Elkana Catur H, Pembiayaan kota
Gambar 1.5 Peran Infrastruktur PU dan Permukiman dalam Pembangunan
Nasional
Sumber : Rencana Strategis Kementrian Pekerjaan Umum 2010-2014
Namun pasca krisis kondisi infrastruktur di tanah air cenderung
mengalami kemunduran. Dari 139 negara di dunia, daya saing
infrastruktur Indonesia tahun 2010 tercatat berada pada peringkat ke-82.
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 12
Indonesia hanya sedikit lebih baik dari Vietnam (83) dan Filipina (103),
jauh dibandingkan Malaysia (27) dan Thailand (41). Berdasarkan
Gambar 1.3, terlihat bahwa sebelum krisis, pertumbuhan ekonomi
Indonesia selaras dengan besaran investasi infrastruktur. Sedangkan pada
saat krisis terjadi penurunan pembiayaan infrastruktur yang berimplikasi
pada penurunan pertumbuhan ekonomi dan kembali meningkat setelah
tahun 2000.
Gambar 1.6 Hubungan Investasi Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi
Sumber : Sumber: Elkana Catur H, Pembiayaan kota
Kondisi infrastruktur yang kurang memadai menyebabkan biaya sosial
dan ekonomi tinggi. Contoh kemacetan di Jabotabek yang mengakibatkan
waktu tempuh bertambah berimplikasi pada kerugian ekonomi yang
diperkirakan mencapai Rp. 5,5 trilyun (US$ 617 juta) dan pada tahun
2020 kerugian akan mencapai Rp. 65,0 trilyun (US$ 7,3 milyar) jika tidak
dilakukan pengembangan terhadap sistem infrastruktur transportasi jalan
dan/atau angkutan umum. Di sektor air bersih dari sekitar 306 PDAM
yang ada di Indonesia hanya mampu melayani 33 juta (39%) penduduk
perkotaan dan 9 juta (8%) penduduk pedesaan dengan kualitas air yang
belum memenuhi standar kualitas air minum, konsumsi air yang rendah
(14 m3/bulan/rumah tangga), dan rata-rata kebocoran 40%. Dari sekian
banyak PDAM tersebut hanya 9% dari total PDAM yang ada berada dalam
kondisi sehat, sedangkan sisanya dalam keadaan kurang sehat (31%), tidak
sehat (32%), kritis (28%). Hutang PDAM saat ini mencapai Rp 4,032
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 13
triliun dan dalam kerangka pencapaian MDG’s diperlukan peningkatan
kapasitas produksi 155.000 liter/detik, dengan cakupan layanan 80%
penduduk perkotaan dan 40% penduduk pedesaan, dan untuk
mencapainya dibutuhkan investasi sebesar Rp. 25 triliun sedangkan
kemampuan pemerintah hanya Rp. 600 miliar/tahun, dan diperkirakan
ada gap pembiayaan investasi sebesar 19 triliun.
Pemerintah memperkirakan bahwa untuk jangka waktu lima tahun yaitu
dimulai 2010 sampai 2014, dibutuhkan investasi senilai Rp. 1.430 triliun
(sekitar USD 150 milyar) untuk sektor infrastruktur. Dimana pemerintah
hanya mampu membiayai sebesar 32% dari keseluruhan investasi dan
sisanya sebesar 68% diharapkan dari pihak swasta.
Tabel 1.1
Perkiraan Kebutuhan Investasi RPJM 2010-2014
Sumber : Rencana Strategis Kementrian Pekerjaan Umum 2010-2014
Gambar 1.7
Perkiraan Kebutuhan dan Sumber Pendanaan Infrastruktur 2010-2014
Sumber : Rencana Strategis Kementrian Pekerjaan Umum 2010-2014
2010 2011 2012 2013 2014 TOTAL
Perkiraan PDRB 5.794,997 6.443,746 7.157,939 7.965,934 8.864,492 36.227,103
Kebutuhan Investasi Infrastruktur
289,750 322,187 357,897 398,197 443,225 1.811,256
Kebutuhan Investasi Infrastruktur (RPJM 2010-2014)
228,642 254,238 282,417 314,296 349,749 1.429,342
Perkiraan Dana Pemerintah 69,810 79,003 87,978 99,998 113,903 450,699
Rp. Trilyun
Perkiraan Kebutuhan Investasi RPJM 2010-2014, BAPPENAS 2009
32%
68%
Kebutuhan Investasi InfrastrukturRPJM 2010-2014
Pemerintah
Swasta
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 14
Gambar 1.8 Perkiraan Kebutuhan dan Sumber Pendanaan Infrastruktur PU
2010-2014
Sumber : Rencana Strategis Kementrian Pekerjaan Umum 2010-2014
Untuk dapat mengatasi defisit/backlog penyediaan infrastruktur,
Pemerintah dituntut untuk melakukan financial engineering dan merubah
paradigma Pemerintah dalam hal pembiayaan penyediaan infrastruktur
yang tidak hanya mengandalkan pembiayaan dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) yang bersumber dari pajak, pendapatan
migas, non-migas dan pinjaman luar negeri. Peran serta sektor swasta
dalam pembiayaan, desain, konstruksi, operasi dan pemeliharaan
infrastruktur publik sebagai suatu model yang digunakan oleh banyak
pemerintahan untuk mengurangi gap penyediaan infrastruktur menjadi
sangat diharapkan. Sebagai suatu cara, Kerjasama Pemerintah Swasta
(KPS) atau Public Private Partnership (PPP) mampu memberikan solusi
bagi penyediaan jalan, jembatan, terowongan, air minum, pelabuhan,
bandara udara dengan biaya yang efisien namun tetap mempunyai
spesifikasi dan tingkat pelayanan yang memadai. PPP merupakan
hubungan kontraktual jangka panjang antara Pemerintah dan sektor
swasta secara bersama-sama untuk menyediakan infrastruktur atau
pelayanan atas infrastruktur publik tertentu.
Pada tahun 2010, Pemerintah mengeluarkan buku Public – Private –
Partnership (PPP) Infrastructure Project in Indonesia (PPP Book) 2010 -
40%
60%
Kebutuhan Investasi Infrastruktur Sektor PU 2010 - 2014
(Rp. Trilyun)
Pemerintah ~275,6 Swasta~ 413,4
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 15
2014 yang memuat informasi 100 proyek infrastruktur bernilai total
47.298,93 juta US$ untuk 11 sektor infrastruktur, yaitu :
Transportasi udara
Transportasi darat
Transportasi laut
Jalan kereta api
Jalan tol
Sumber air
Air minum
Persampahan dan sanitasi
Kelistrikan
Telekomunikasi
Minyak dan gas
Proyek-proyek tersebut dibagi menjadi 3 kategori yaitu Proyek Siap
Lelang, Proyek Prioritas dan Proyek Potensial. Untuk pekerjaan umum
terkait lingkup kegiatan studi meliputi sektor jalan tol (35 proyek), air
minum (24 proyek) dan persampahan dan sanitasi (6 proyek).
Sedangkan pada tahun 2011, Pemerintah telah mengeluarkan buku Public
– Private – Partnership (PPP) Infrastructure Project in Indonesia (PPP
Book) 2011 - 2014 yang memuat informasi 79 proyek infrastruktur bernilai
total 53.408,1 juta US$ untuk 11 sektor infrastruktur yang sama.
Pada tahun 2012, Pemerintah juga telah mengeluarkan buku Public –
Private – Partnership (PPP) Infrastructure Project in Indonesia (PPP
Book) 2012 yang memuat informasi 58 proyek infrastruktur bernilai total
51.205,97 juta US$ untuk 11 sektor infrastruktur yang sama.
Berikut adalah rekapitulasi proyek infrastruktur pekerjaan umum.
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 16
Tabel 1.2 Rekapitulasi Perbandingan Nilai Proyek Infrastruktur Pekerjaan Umum
Sektor Satuan
Proyek Siap Lelang Proyek Prioritas Proyek Potensial Total
PPP Book PPP Book PPP Book PPP Book
2010 2011 2012 2010 2011 2012 2010 2011 2012 2010 2011 2012
Jalan Tol
Buah 0 2 1 18 17 13 17 3 35 22 14
Juta
US$
0 25.670,4 628,0 7.591,6 8.221,2 32.519,53 19.261,4 1.810,5 26.852,9 35.702,1 33.147,53
Air Minum
Buah 0 6 6 5 18 18 13 24 24 18
Juta
US$
0 311,5 521,9 590,67 1.327,50 1.363,83 1.388,15 1.849,4 1.675,3 1.978,82
Persampahan
& Sanitasi
Buah 0 2 1 3 2 3 3 4 2 6 8 6
Juta
US$
0 130,0 100,0 220,0 120,0 150,0 52,27 50,27 203,0 277,3 300,3 453,0
Sumber: PPP Book 2010, PPP Book 2011 dan PPP Book 2012
Adapun proyek-proyek infrastruktur pekerjaan umum yang masuk dalam
PPP Book 2010, PPP Book 2011 dan PPP Book 2012 adalah sebagai
berikut:
Tabel 1.3 Proyek Infrastruktur Pekerjaan Umum Pada PPP Book 2010, PPP Book 2011
dan PPP Book 2012
PPP Book 2010 PPP Book 2011 PPP Book 2012
No Nama Proyek Nilai
Investasi (jt US$)
No Nama Proyek Nilai
Investasi (jt US$)
No Nama Proyek Nilai
Investasi (jt US$)
Proyek Potensial Proyek Potensial Proyek Potensial 1 Jalan Tol 1 Jalan Tol 1 Jalan Tol
Pekanbaru-Kandis-Dumai (Riau) 844,62
Pekanbaru-Kandis-Dumai (Riau) 844,60
Kisaran-Tebing Tinggi (Sumatera Utara) 528,00
Balikpapan-Samarinda Toll Road, East Kalimantan 705,00
Batu Ampar-Muka Kuning-Bandara Hang Nadim (Riau) 220,00
Manado-Bitung Toll Road, Nort Sulawesi 260,90
Terbanggi Besar-Menggala-Pematang Panggang (Lampung) 578,00
Bakauheni-Terbanggi Besar (Lampung) 820,00
Jembatan Selat Sunda 11.000,00
Cilegon-Bojonegara (Banten) 92,00
Kamal-Teluk Naga-Batu Ceper (Banten) 359,00
Gedebage-Majalaya (Jawa Barat) 90
Bandara Juanda-Tanjung Perak (Surabaya) 503,00
Bukit Tinggi- 1023,00
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 17
PPP Book 2010 PPP Book 2011 PPP Book 2012
No Nama Proyek Nilai
Investasi (jt US$)
No Nama Proyek Nilai
Investasi (jt US$)
No Nama Proyek Nilai
Investasi (jt US$)
Padang Panjang-Lubuk Alung-Padang Toll Road, West Sumatra
Sunda Strait Birdge Toll Road, Lampung 11.000,00
Semarang-Demak Toll Road, DI Yogyakarta-Central Java 296,00
Yogyakarta-Solo Toll Road, DI Yogyakarta - Central Java 608,50
Probolinggo-Banyuwangi Toll Road, East Java 800,00
Balikpapan-Samarinda-Panajam Toll Road, East Java 750,00
Manado-Bitung Toll Road, Nort Sulawesi 561,21
2 Air Minum 2 Air Minum 2 Air Minum
Karian Water Supply (Banten) 690,00
South Pekanbaru Water Supply (Riau) 33,53
South Pekanbaru Water Supply (Riau) 33,53
Jatigede Water Supply (Jawa Barat) 375,66
Karian Water Supply (Banten) 690,00
Karian Water Supply (Banten) 690,00
Water Treatment Plant and Distribution of Sindang Heula Dam, Serang (Banten) 4,50
North Bekasi Regency Water Supply (Jawa Barat)
4,00
North Bekasi Regency Water Supply (Jawa Barat)
13,00
Water Treatment Plant and Distribution of Cimahi Municipal Water Supply (Jawa Barat) 3,79
Jatigede Water Supply (Jawa Barat)
375,66
Jatigede Water Supply (Jawa Barat)
376,00
Serang City Water Supply (Banten)
Water Treatment Plant and Distribution of Sindang Heula Dam, Serang (Banten) 4,50
East Agam and Bukittinggi Water Supply, West Sumatera
3.780,00
Pondok Gede Water Supply, Bekasi Municipal (Jawa Barat) 22,40
Sukabumi Water Supply (Jawa Barat)
15,06
Expansion of Padang Water Supply, West Sumatera 133,00
Water Supply Distribution of Cimahi City (Jawa Barat)
14,33
Water Treatment Plant and Distribution of Cimahi Municipal Water Supply (Jawa Barat) 15,93
Ungaran Water Supply, Semarang Regency, Central Java
28,00
Surakarta Water Supply, Central Java 116
Expansion of Padang Water Supply, West 20,00
Central Lombok Water Supply, West Nusa 690,00
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 18
PPP Book 2010 PPP Book 2011 PPP Book 2012
No Nama Proyek Nilai
Investasi (jt US$)
No Nama Proyek Nilai
Investasi (jt US$)
No Nama Proyek Nilai
Investasi (jt US$)
Sumatra Tenggara
West Semarang City Water Supply, Central Java 84,40
Sukabumi Regency Water Supply, West Java 15,06
Greater Pontianak Water Supply, West Kalimantan 13,00
Blora Regency Water Supply, Central Java
42,42
West Semarang Municipal Water Supply, Central Java 82,40
East Pontianak Municipal Water Supply, West Kalimantan 376,00
Lamongan Regency Water Supply, East Jawa
12,00
Ungaran Water Supply, Semarang Regency, Central Java 10,22
Sampit Water Supply, Central Kalimantan
10,22
Krabayakan Sping Water Supply, Malang Regency, East Java 20,50
Lamongan Regency Water Supply, East Java 12,00
Palangkaraya Water Supply, Central Kalimantan
7,00
Metaum Water Supply, Tabanan, Bali
3,62
Krabyakan Spring Water Supply, Malang Regency, East Java 21,00
Improvement Water Supply Palu Municipal, Central Sulawesi
143,00
Central Lombok Water Supply, Nort Kayong Regency, West Kalimantan 18,00
Metaum Water Supply, Tabanan Regency, Bali 3,62
Pontianak Municipal Water Supply, West Kalimantan 25,00
Central Lombok Water Supply, West Nusa Tenggara 18,00
Improvemeny Water Supply Palu Municipal, Central Sulawesi
13,05
Sukadana Water Supply, Nort Kayong Regency, West Kalimantan 4,32
Maros Regency Water Supply, South Sulawesi
11,50
Pontianak Municipal Water Supply, West Kalimantan 25,00
East Pontianak Municipal Water Supply, West Kalimantan 15,06
Improvement Water Supply Palu Municipal, Central Sulawesi 13,55
3 Sampah 3 Sampah 3 Sampah
Cimahi Waste Water Management (Jawa Barat) 20,00
Padang Solid Waste Management, West Sumatera 17,40
Solid Waste Final Disposal and Treatment Facility-Putri Cempo Mojosongo, Surakarta Municipal, Centra Java 30,00
Padang Solid Waste Management, West Sumatra 3,00
DKI Jakarta Sewage Treatment Plant
14,00
Solid Waste Management Improvement Project for Urban 12,08
Solid Waste Management Improvement Project for 12,08
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 19
PPP Book 2010 PPP Book 2011 PPP Book 2012
No Nama Proyek Nilai
Investasi (jt US$)
No Nama Proyek Nilai
Investasi (jt US$)
No Nama Proyek Nilai
Investasi (jt US$)
Climate Change Urban Climate Change
Solid Waste Management Improvement Project for CDM Program 15,19
Solid Waste Management Improvement Project for CDM Program 15,19
Proyek Prioritas Proyek Prioritas Proyek Prioritas 1 Jalan Tol 1 Jalan Tol 1 Jalan Tol
Medan-Binjai (Sumater Utara) 129,30
Medan-Binjai (Sumater Utara) 120,40
Pekanbaru-Kandis-Dumai (Riau) 1.690,00
Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi (Sumatera Utara) 475,52
Palembang-Indralaya (Palembang)
124,90
Medan-Binjai (Sumatera Utara)
129,30
Palembang-Indralaya (Palembang) 105,29
Tegineneng-Babatan (Lampung) 318,20
Palembang-Indralaya (Palembang) 111,00
Tegineneng-Babatan (Lampung) 272,68
Kemayoran-Kampung Melayu, DKI Jakarta 695,40
Tegineneng-Babatan (Lampung) 318,20
Sukabumi-Ciranjang (Jawa Barat) 185,58
Sunter-Rawa Buaya-Batu Ceper, DKI Jakarta 976,10
Pasir Koja-Soreang (Jawa Barat)
210,00
Ciranjang-Padalarang (Jawa Barat) 324,75
Ulujami-Tanah Abang, DKI Jakarta 425,50
Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Jawa Barat) 1.015,80
Pasir Koja-Soreang (Jawa Barat)
102,15
Pasar Minggu-Casablangca, DKI Jakarta 572,00
Terusan Pasteur-Ujung Berung-Cileunyi-Gedebage (Jawa Barat) 688,00
Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Jawa Barat) 510,20
Sunter-Pulo Gebang-Tambelang, DKI Jakarta 737,80
Pandaan-Malang (Surabaya)
420,00
Terusan Pasteur-Ujung Berung-Cileunyi-Gedebage (Jawa Barat) 691,70
Duri Pulo-Kampung Melayu, DKI Jakarta 596,00
Serpong-Balaraja (Banten)
687,00
Pandaan-Malang (Surabaya) 252,76
Tanjung Priuk, DKI Jakarta 612,50
Tanjung Priok, DKI Jakarta 612,50
Kemayoran-Kampung Melayu, DKI Jakarta 695,36
Sukabumi-Ciranjang (Jawa Barat) 217,90
Balikpapan-Samarinda-Toll Road, East Kalimantan 1200,00
Sunter-Rawa Buaya-Batu Ceper, DKI Jakarta 976,07
Ciranjang-Padalarang (Jawa Barat) 375,90
Manado-Bitung Toll Road, North Sulawesi 353,00
Ulujami-Tanah Abang, DKI Jakarta 425,53
Pasir Koja-Soreang (Jawa Barat) 143,50
Pasar Minggu-Casablangca, DKI Jakarta 571,99
Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Jawa Barat) 1.015,80
Sunter-Pulo Gebang-Tambelang, DKI Jakarta 737,80
Terusan Pasteur-Ujung Berung-Cileunyi-Gedebage (Jawa Barat) 800,00
Duri Pulo- 596,01 Pandaan-Malang 293,20
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 20
PPP Book 2010 PPP Book 2011 PPP Book 2012
No Nama Proyek Nilai
Investasi (jt US$)
No Nama Proyek Nilai
Investasi (jt US$)
No Nama Proyek Nilai
Investasi (jt US$)
Kampung Melayu, DKI Jakarta
(Surabaya)
Tanjung Priuk, DKI Jakarta 390,00
Nusa Dua-Bandara Ngurah Rai-Benoa, Bali 196,10
Sarangan-Tanjung Benoa, Bali 148,88
2 Air Minum 2 Air Minum 2 Air Minum
Bandar Lampung Municipal Water Supply (Lampung) 38,00
Pondok Gede Water Supply, Bekasi Municipal (Jawa Barat) 20,00
DKI Jakarta-Bekasi-Karawang Water Supply (Jawa Barat) 189,30
DKI Jakarta-Bekasi-Karawang Water Supply (Jawa Barat) 189,00
West Cikarang & Cibitung Bekasi Regency Water Supply (Jawa Barat) 29,70
West Semarang Municipal Water Supply, Central Java 78,00
Bandung Regency Water Supply (Jawa Barat) 17,17
Lamongan Regency Water Supply, East Java 16,67
Umbulan Water Supply, East Java 102,10
Southern Bali Water Supply, Bali 287,00
Klungkung Regency (Tukad Unda) Water Supply, Bali 43,50
3 Sampah 3 Sampah 3 Sampah
Solid Waste Final Disposal and Treatment Facility-Greater Bandung Area (Jawa Barat) 80,00
Solid Waste Final Disposal and Treatment Facility-Greater Bandung Area (Jawa Barat) 80,00
Solid Waste Final Disposal and Treatment Facility-Greater Bandung Area (Jawa Barat) 80,00
Solid Waste Final Disposal and Treatment Facility-Bogor and Depok Area (Jawa Barat) 40,00
Solid Waste Final Disposal and Treatment Facility-Bogor and Depok Area (Jawa Barat) 40,00
Solid Waste Final Disposal and Treatment Facility-Bogor and Depok Area (Jawa Barat) 40,00
Solid Waste Management Improvement Bandung Municipal (Jawa Barat)
100,00
Solid Waste Treatment & Final Disposal-Putri Cempo Mojosongo, Surakarta, Central Java 30,00
Proyek Siap Lelang
Proyek Siap Lelang
Proyek Siap Lelang
1 Jalan Tol 1 Jalan Tol 1 Jalan Tol
Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi (Sumatera Utara) 670,40
Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi (Sumatera Utara) 628,00
2 Air Minum 2 Air Minum 2 Air Minum
Pondok Gede Water Supply, Bekasi Municipal 22,43
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 21
PPP Book 2010 PPP Book 2011 PPP Book 2012
No Nama Proyek Nilai
Investasi (jt US$)
No Nama Proyek Nilai
Investasi (jt US$)
No Nama Proyek Nilai
Investasi (jt US$)
(Jawa Barat)
Bandar Lampung Municipal Water Supply (Lampung) 38,00
DKI Jakarta-Bekasi-Karawang Water Supply (Jawa Barat) 189,30
3 Sampah 3 Sampah 3 Sampah
Solid Waste Management Improvement Bandung Municipal (Jawa Barat) 100,00
Solid Waste Management Improvement Bandung Municipal (Jawa Barat) 100,00
Sumber: PPP Book 2010, PPP Book 2011 dan PPP Book 2012
1.6.2 Menggali Peran Swasta dan Mengembangkan Pembiayaan
Alternatif
Melihat masih lemahnya pembiayaan infrastruktur dalam struktur
pembiayaan APBN maupun APBD, sudah sewajarnya kemudian
pemerintah mengharapkan keterlibatan pihak swasta dalam desain,
pembangunan, serta operasi dan pemeliharaan infrastruktur.
Pada dasarnya pengadaan infrastruktur publik merupakan kewajiban
pemerintah (public service obligation) terutama untuk infrastruktur yang
bersifat barang publik (public goods) murni, namun terdapat peluang
untuk melibatkan pihak swasta melalui pembiayaan alternatif non
konvensial dalam kategori infrastruktur yang bersifat semi/quasi barang
publik sepanjang pemerintah dapat mengatur dan mengontrol pelaku
swasta untuk tetap mengedepankan kepentingan publik dan tidak
memberikan peluang hilangnya kemanfaatan infrastruktur bagi
masyarakat banyak. Untuk itu pemerintah harus jeli untuk membuat
aturan main agar potensi swasta dapat dimaksimalkan ditengah kondisi
keterbatasan anggaran pemerintah untuk mencapai target pengadaan
infrastruktur yang begitu mendesak untuk menumbuhkan ekonomi dan
pelayanan masyarakat dengan dukungan komitmen kebijakan, regulasi
dan kelembagaan.
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 22
Peluang pelibatan swasta menjadi besar sejalan dengan adanya potensi
keuntungan yang diperoleh apabila mereka dilibatkan dalam pengadaan
desain, pembangunan, operasi, pengelolaan atau pemeliharaan
infrastruktur. Kendala dalam pelibatan swasta adalah dikarenakan
infrastruktur memiliki karakteristik khusus, yaitu antara lain: (1) besarnya
dana yang diperlukan untuk pembangunan infrastruktur dalam ukuran
pihak swasta sebagai suatu entitas bisnis, dan (2) lamanya return
(pengembalian nilai investasi) yang diperoleh dari pembangunan
infrastruktur pada umumnya.
1.6.3 Permasalahan Pembangunan dan Pembiayaan
Infrastruktur PU
Di dalam RENSTRA Kementerian PU 2010-2014, berpatokan pada
skenario moderat sesuai dengan Rencana Tindak Pembangunan Jangka
Menengah 2010 – 2014 Per Kementerian/Lembaga RPJMN 2010 – 2014
(Perpres Nomor 5 Tahun 2010), kebutuhan investasi infrastruktur PU dan
Permukiman selama 2010-2014 sebesar Rp. 689 triliun atau hanya setara
dengan 1,8-2,2% PDB. Dimana dari jumlah tersebut, pemerintah pusat
hanya mampu menyediakan anggaran sebesar Rp. 268,825 triliun atau
senilai 9% dari total kebutuhan pembiayaan dan sisanya sebesar Rp.
246,825 triliun disediakan oleh APBD (DAK ± Rp. 75 triliun dan PAD ±
Rp. 172 triliun) serta kerjasama pemerintah dan dunia usaha baik melalui
pola-pola KPS, kerjasama Pemerintah dengan BUMN dan/atau BUMD,
Pemerintah dan Masyarakat, maupun kombinasi di antara sumber-sumber
pembiayaan tersebut sebesar Rp. 173,371 triliun (Air Bersih Rp. 6,283
triliun dan Jalan Tol Rp. 167,088 triliun).
Dari keseluruhan proyek yang direncanakan tersebut, masih terdapat
beberapa permasalahan krusial yang menyebabkan pelaksanaan
pembangunan infrastruktur PU dan Permukiman berjalan lambat akibat
permasalahan yang berlarut-larut, yaitu:
Pengadaan lahan, permasalahan ini belum juga dapat diselesaikan
secara tuntas. Namun dengan diterbitkannya UU Pengadaan Lahan
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 23
untuk Kepentingan Umum dan Perpres terkait, diharapkan
permasalahan ini dapat teratasi
Pelaksanaan KPS yang berjalan lambat, Hal tersebut tercermin
pada data Renstra Kementerian PU sampai dengan tahun 2011
panjang jalan tol hanya 770 km, sementara itu air baku dan air
minum juga hanya 25 proyek KPS yang telah beroperasi.
Subsidi Pinjaman PDAM yang berjalan lambat, hingga tahun 2012
baru 3 (tiga) pengajuan subsidi jaminan perpres 29 Tahun 2009
yang disetujui Kementerian Keuangan.
1.6.4 Penyelenggaraan KPS di Indonesia
1.6.4.1 Umum
Pelaksanaan KPS di Indonesia sendiri telah dimulai sejak pemerintahan
Orde Baru namun sampai saat ini perkembangannya belum begitu
menggembirakan. Stagnasi proyek-proyek KPS ini berdasarkan analisis
awal yang dilakukan terhadap proyek-proyek seperti TPST SARBAGITA
dan Proyek Jalan Tol Lingkar Surabaya, selain terkait paradoks
pembiayaan KPS infrastruktur di Indonesia yang masih belum memiliki
sistem yang mapan untuk proyek-proyek dengan kebutuhan khusus juga
terkait kurang aware-nya pemerintah daerah terhadap pelaksanaan
proyek KPS yang berjalan. Disatu sisi pemerintah mengharapkan peran
swasta secara maksimal namun di sisi lain sistem KPS yang ada kadang
kurang sesuai dengan realitas kondisi di lapangan. Dua proyek diatas
merupakan proyek-proyek yang belum layak secara finansial. Artinya,
proyek-proyek tersebut sangat layak secara ekonomi namun kurang layak
secara finansial dan sebenarnya apabila diberikan dukungan oleh
pemerintah, proyek-proyek tersebut dapat menjadi layak secara finansial
dan dapat berjalan.
Pada proyek TPST SARBAGAITA sebenarnya swasta telah menanamkan
invesatsi yang cukup besar, namun akibat dari kurang akuratnya analisis
proyeksi keuntungan maka terdapat permasalahan di tengah jalan ketika
terdapat kendala teknologi pengolahan sampahnya. Pemerintah daerah
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 24
yang telah menandatangani kontrak kerjasama dengan pihak swasta
kemudian terkesan lepas tangan pada permasalahan operasional pihak
swasta tersebut karena menganggap itu merupakan tanggung jawab penuh
swasta, yang akhirnya menjadikan proyek ini sempat terkatung-katung.
Permasalahan serupa juga terjadi pada Proyek Jalan Tol Lingkar
Surabaya. Jalan tol ini sangat layak secara ekonomi, namun swasta belum
mampu menyediakan 30% modal untuk mengajukan kredit infrastruktur
ke bank. LHR tol juga belum mencukupi untuk menutup biaya investasi.
Hal di atas yang kemudian menghambat eksekusi proyek.
1.6.4.2 Bentuk KPS
Kerjasama yang akan dilakukan mempunyai bentuk yang cukup
bervariasi. Bentuk kerjasama ditentukan dari lingkup kegiatan kerjasama:
A. Kerjasama Konsesi (Consession Contract)
Yaitu pemberian hak secara utuh yang dalam hal ini pemegang hak
konsesi diberi hak dalam mengembangkan investasinya, melakukan
pembangunan, pengelolaan dan pengoperasian, melakukan penjualan atas
jasa/produk yang dihasilkan, memperoleh keuntungan yang wajar serta
menanggung segala resiko atas kegiatan investasi dan produksi yang
dilakukan.
Pada umumnya, pemerintah/Badan Usaha Milik Pemerintah (BUMP)
memberikan hak atas aset yang dimilikinya (berupa lahan, hak
pengelolaan, sarana dan prasarana) untuk dikembangkan oleh swasta
sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak kerjasama.
Berjangka waktu panjang dan setelah masa kontrak berakhir maka semua
aset yang dibangun dan dikelola swasta akan dikembalikan kepada
pemerintah/BUMP kecuali ditentukan lain sesuai kontrak kerjasama.
B. Kerjasama Kontrak Bangun (Build/Rehabilitation Contract)
Kerjasama kontrak bangun merupakan kerjasama dengan lingkup pihak
swasta melakukan suatu pembangunan yang dioperasikan oleh pihak
swasta atau oleh pihak pemerintah/BUMN/D dan pada akhir kerjasama,
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 25
fasilitas yang dibangun diserahkan kepada pemerintah/BUMN/D. Bentuk
kerjasama ini mempunyai beberapa variasi seperti berikut ini.
Bangun, Kelola, Alih Milik (Build, Operate, Transfer)
Yaitu bentuk kerjasama dimana pihak swasta diberi tanggungjawab
dan hak untuk membangun proyek/kegiatan usaha, termasuk
membiayai, mengelola/memelihara untuk jangka waktu tertentu.
Dapat digunakan untuk kerjasama di bidang penyediaan prasarana
kawasan dengan investasi yang besar dan jangka waktu kerjasama
yang lama, misalnya penyediaan jalan/jembatan, pelabuhan,
bandara, air bersih, listrik, telepon, dll.
PEMERINTAH SWASTA
Sewa/bukan sewa
Kontrak Kerjasama
Bank
Pembayaran PinjamanPinjaman (hutang)
USERS
Tarif
Pelayanan
Pembebasan Lahan
Pengawasan
Bangun dan Alih Milik (Build and Transfer) atau Turn-Key
Project
Yaitu bentuk kerjasama dimana pihak swasta bertanggungjawab
membangun suatu proyek/kegiatan usaha termasuk membiayai
pembangunannya kemudian menyerahkan kepemilikannya kepada
pemerintah/BUMP yang bersangkutan.
Dikenal pula sebagai Turn-Key Project yang memiliki kesamaan
umum dengan kegiatan pemborongan biasa namun pembayarannya
dilakukan dalam jangka waktu yang lebih panjang dari pemborongan
biasa.
Umumnya digunakan untuk proyek dengan nilai investasi yang besar
dan teknologi tertentu untuk meningkatkan efisiensi kegiatan jasa
pelayanan atau produk yang dihasilkan.
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 26
PEMERINTAH SWASTAPembayaran Instalasi
Kontrak Kerjasama yang
meliputi Konstruksi
Bank
Pembayaran PinjamanPinjaman (hutang)
Bangun, Milik dan Kelola (Build, Own, Operate)
Yaitu bentuk kerjasama dimana pihak swasta diberi tanggungjawab
dan hak untuk membangun, membiayai dan selanjutnya
mengoperasikan dan memelihara, memperoleh keuntungan serta
menanggung resiko proyek/kegiatan usaha yang dilakukan.
Banyak dilakukan di sektor privat seperti industri, pertanian,
perikanan, perkebunan, perdagangan dan jasa lainnya sehingga
keterlibatan pemerintah kurang terlihat kecuali dalam hal perijinan
dan pemberian kemudahan.
Setelah kerjasama dan pengoperasian berakhir, seluruh aset yang
dimiliki oleh pihak swasta tetap menjadi milik pihak swasta dan
apabila diperlukan pengoperasiannya dapat diperpanjang sesuai
kesepakatan kontrak.
Bangun, Alih Milik dan Kelola (Build, Transfer and
Operate)
Yaitu bentuk kerjasama dimana pihak swasta bertanggungjawab
membangun, termasuk membiayai proyek kemudian menyerahkan
kepemilikannya kepada pemerintah/BUMP. Selanjutnya, pihak
swasta diberi hak untuk mengoperasikan dan memelihara proyek
dalam jangka waktu tertentu untuk pengembalian modal
investasinya serta memperoleh keuntungan yang wajar.
Umumnya digunakan untuk proyek yang membutuhkan biaya yang
besar dan pengembalian investasi yang panjang, seperti jalan tol,
pembangkit tenaga listrik skala besar, dan prasarana lainnya.
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 27
Karena kepemilikan telah diserahkan kepada pemerintah/BUMP,
resiko pengembalian investasi/proyek akan menjadi tanggungjawab
pemerintah. Dalam hal ini pemerintah berkewajiban untuk
membeli/membayar idle capacity yang tidak terjual kepada pihak
pengelola swasta, yang dikenal dengan sistem pembayaran Take or
Pay Contract.
Bangun, Sewa, Alih Milik (Build, Lease, Transfer)
Merupakan bentuk lain dari BTO, namun dalam hal ini pihak swasta
bertanggungjawab untuk membangun proyek termasuk
pembiayaannya dan setelah selesai pembangunannya disewakan
untuk dikelola dan dioperasikan pemerintah dengan jangka waktu
tertentu.
Setelah perjanjian kontrak berakhir, aset proyek yang bersangkutan
menjadi milik pemerintah.
Tambahan, Kelola dan Alih Milik ( Add, Operate
Transfer)
Yaitu bentuk kerjasama dimana pihak swasta memperoleh hak untuk
melakukan perluasan/penambahan suatu fasilitas prasarana atau
sarana yang sudah ada yang dimliki oleh pemerintah, termasuk
melakukan rehabilitasi yang dilakukan.
Pemberian hak pengelolaan kepada swasta dapat dilakukan sebatas
prasarana dan sarana yang diperluas/ditambah atau keseluruhan
sistem prasarana dan sarana, baik yang sudah ada maupun yang
belum.
C. Kerjasama Operasi (Operating Contract)
Yaitu kerjasama dimana pemerintah memberikan hak pengelolaan atas
aset yang dimilikinya untuk dikelola dan dioperasikan dalam jangka waktu
tertentu kepada swasta.
Perbedaan Konsesi dengan KSO terletak pada lingkup proyek dan sistem
pembagian hasil keuntungan untuk kegiatan yang dikerjasamakan. KSO
dilakukan untuk kerjasama pengoperasian/pengelolaan kegiatan yang
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 28
memerlukan teknologi dan keahlian tertentu dan banyak dijumpai dalam
kegiatan pertambangan, kehutanan, pengelolaan sarana dan prasarana
lainnya.
Pihak swasta bertanggungjawab menyediakan modal kerja, keahlian dan
teknologi tertentu, melakukan pengoperasian dan pemeliharaan, menjual
produk atau jasa pelayanan serta memenuhi kewajiban memberi
kompensasi kepada pemerintah dalam bentuk imbal jasa yang diperoleh
dari kegiatan yang dikerjasamakan.
D. Kerjasama Pengelolaan (Managemen Contract)
Yaitu bentuk kerjasama dimana pihak swasta diberi tanggungjawab atas
pengelolaan suatu proyek atau aset yang dimiliki oleh pemerintah yang
berkaitan dengan penyediaan jasa untuk mengelola baik sebagian atau
seluruh aset tersebut, termasuk penyediaan modal kerja, pengoperasian,
pemeliharaan serta pemberian layanan kepada masyarakat pengguna jasa
layanan tersebut.
Umumnya digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas
pelayanan suatu instalasi prasarana dan sarana kepada masyarakat
pengguna.
E. Kerjasama Patungan (Joint Venture Contract)
Yaitu kerjasama dimana pemerintah bersama-sama pihak swasta
membentuk suatu badan usaha patungan dalam bentuk perseroan.
Perusahaan patungan ini diberi tanggungjawab atas pembangunan/
pengelolaan suatu aset yang dimiliki oleh perusahaan patungan tersebut,
termasuk segala kegiatan yang menjadi lingkup usaha perusahaan
patungan.
Pembagian resiko dan keuntungan sebagai hasil dari usaha patungan
diperhitungkan berdasarkan proporsi besarnya nilai penyertaan aset dan
modal dari masing-masing pihak, setelah dikurangi dengan penyusutan,
biaya modal kerja, biaya operasi dan pemeliharaan, pembayaran hutang,
dan lain-lain.
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 29
Setelah masa berakhirnya kontrak, aset atau modal yang dikuasakan
kepada perusahaan patungan akan dikembalikan kepada masing-masing
pihak sesuai kondisi sebagaimana yang ditetapkan dalam kontrak.
1.6.4.3 Alokasi Resiko
A. Umum
Resiko adalah akibat yang harus ditanggung dari kemungkinan terjadinya
kegagalan atau kerugian suatu proyek karena proses/peristiwa yang tidak
sesuai dengan yang direncanakan. Dengan demikian, resiko merupakan
beban akibat pelaksanaan sebuah proyek tidak sesuai dengan harapan
sebagaimana yang telah disepakati dalam perjanjian kerjasama. Persepsi
mengenai pentingnya setiap resiko akan berbeda untuk masing-masing
pihak. Pandangan Pemerintah dan Badan Usaha mengenai pentingnya
resiko berbeda karena masing-masing pihak mempunyai tujuan yang
berbeda dalam proyek KPS. Perbedaan dasar adalah karena kewajiban
sosial Pemerintah dalam penyediaan prasarana umum di satu pihak, dan
sasaran komersial Swasta di lain pihak. Perbedaan persepsi ini
membutuhkan kesepakatan mengenai alokasi resiko yang pasti agar
penyelenggaraan KPS dapat berhasil dan berkelanjutan.
B. Pengelolaan Resiko
Pengelolaan resiko merupakan proses sistematis dimulai dengan
identifikasi dan kuantifikasi resiko yang diikuti dengan penerapan strategi
yang tepat untuk meniadakan atau mengurangi resiko, dan jika mungkin
memperkecil akibat resiko yang terjadi.
Yang paling mendasar bagi proses pengelolaan resiko adalah identifikasi
yang jelas terhadap setiap peristiwa yang mungkin dapat
mengakibatkan suatu proyek gagal memenuhi tingkat harapan semula.
Identifikasi dimaksudkan untuk mengetahui resiko-resiko yang mungkin
timbul terhadap masing-masing peristiwa tersebut dan harus
dikuantifikasi secara matematik dengan menentukan kemungkinan
terjadinya dampak keuangan. Dengan informasi ini, maka strategi
pengurangan resiko dan pengelolaan yang tepat dapat dikembangkan.
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 30
Pengelolaan resiko bukan peniadaan resiko, dan pengurangan resiko
bukan meniadakan seluruh akibat dari suatu peristiwa resiko. Resiko akan
senantiasa tetap merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses
pengembangan proyek.
Pengelolaan resiko bertujuan agar resiko dapat dikendalikan dan
diperkecil sampai ke tingkat yang dapat diterima oleh para pelaku
pembangunan proyek.
C. Identifikasi
Alokasi Resiko adalah suatu proses dari membagi tanggung jawab
pengelolaan suatu resiko tertentu dalam proyek kepada pihak lain yang
akan bertanggung-tawab mengelola resiko tersebut selama masa
perjanjian KPS. Secara umum, resiko harus dialokasikan pada pihak yang
paling mampu mengelola, mengendalikan atau mengurangi resiko
tersebut. Sebaliknya, resiko jangan pernah dialokasikan kepada pihak
yang tidak mampu menanggung konsekuensi dari resiko tersebut.
Resiko hanya dapat dibebankan kepada pemerintah apabila ada kondisi
luar biasa yang berkaitan dengan kepentingan banyak orang, dan tidak ada
pihak lain yang dapat menanggung. Namun pada hampir semua proyek
dengan pihak swasta, kontrak kerjasama mengalokasikan tanggung jawab
pemerintah untuk menyediakan berbagai kebutuhan di tingkat lokal bagi
mitra swasta yang menjalankan proyek atas nama pemerintah. Akhirnya
pemerintahlah yang bertanggung jawab atas penyediaan pelayanan dan
sukses tidaknya suatu proyek.
Harus ditekankan bahwa proses awal pembagian resiko akan ditanggung
oleh mitra swasta selaku Pemegang Kerjasama. Pemegang Kerjasama
hanya menanggung resiko yang diakibatkan oleh pekerjaannya, sehingga
proses alokasi resiko adalah proses pengidentifikasian pihak yang akan
mengatur dan mengontrol resiko.
Dalam penjelasan mengenai alokasi resiko proyek ini, resiko akan
diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kategori resiko proyek menurut
Chemical Bank dan Chase Manhattan Bank yaitu :
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 31
Resiko Kinerja Proyek (Resiko Operasional & Penyelesaian Proyek);
Resiko Keuangan Proyek;
Resiko Kekuasaan/Negara;
Resiko Keadaan Kahar.
Gambar 1.9 Kategori Resiko Proyek
Sumber:Anaisis Resiko, Chemical Bank dan Chase Manhattan Bank, 2000
Sumber: Elkana Catur H, Pembiayaan Kota
Uraian singkat mengenai resiko utama yang terkait dengan proyek
infrastruktur serta alokasi dari resiko-resiko tersebut diuraikan pada
sebagai berikut:
1) Resiko Kinerja Proyek (Performance Risk)
Adalah suatu resiko yang dihadapi proyek infrastruktur terhadap
kejadian – kejadian yang berdampak buruk kepada kinerja proyek
dan berakibat adanya kenaikan biaya. Resiko kinerja didominasi
oleh pihak swasta, namun agar penanganan resiko ini berhasil,
maka pemerintah juga harus membantu dengan berperan sebagai
pembeli jasa bukan seperti dimasa lalu dimana pemerintah
bertindak sebagai penyedia jasa.
Ada 3 kategori resiko kinerja proyek. Ketiga kategori tersebut
disesuaikan dengan siklus proyek, dari fase konstruksi menuju fase
Resiko Kinerja Proyek
Resiko Proyek
Resiko Keadaan
Kahar
Resiko Kekuasaan/
Negara
Resiko Keuangan
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 32
operasi jangka panjang. Karakteristik dan konsekuensi dari suatu
resiko pada masing-masing fase berbeda-beda dalam setiap siklus
proyek. Resiko akan tinggi pada fase pembangunan dan konstruksi
dan menurun secara gradual pada fase operasi suatu proyek. Tiga
kategori dari resiko kinerja proyek adalah:
a. Resiko Pembangunan (Development)
b. Resiko Penyelesaian (Completion)
c. Resiko Operasional ( Operating)
2) Resiko Kredit (Keuangan) Proyek
Resiko kredit dapat mempunyai dua pengertian: pertama, resiko
proyek tidak mampu menghasilkan arus kas yang baik dan tepat
waktu. Kedua lebih kepada resiko dalam menghadapi kewajiban
keuangan dari para pembeli produk (off takers) yang dihasilkan
proyek.
Resiko kredit proyek yang pertama dapat terjadi apabila proyek
tidak fisibel secara komersial atau pihak-pihak yang terkait proyek
tidak layak diberi fasilitas kredit. Resiko ini terkait dengan
pembiayaan proyek pada fase pembangunan dan fase operasional.
Institusi pemerintah, dalam hal ini PU akan menghadapi resiko ini,
karena pemilik proyek tidak dapat memenuhi kewajiban
keuangannya.
Resiko kredit yang kedua muncul apabila kondisi yang sudah ada
dalam kontrak pembelian mengenai harga dan kuantitas dalam
kenyataannya menjadi tidak pasti, misalnya permintaan yang tidak
sesuai target. Resiko ini biasanya muncul paling besar apabila
pembeli menetapkan kuantitas dari output, dan bukannya pihak
penyedia produk/pemegang konsesi yang menentukan harga
output.
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 33
Gambar 1.10 Resiko Kredit (Keuangan) Proyek
Resiko Kredit/Keuangan
Proyek
Resiko Pasar/
Pendapatan
Resiko Kegagalan Mitra Bisnis
Resiko Nilai Tukar
Valuta Asing
Resiko Tingkat Suku Bunga
Resiko Pembiayaan Kembali
Resiko Harga
Resiko Pihak Pembeli
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 34
Sumber: Analisis Resiko, Chemical Bank dan Chase Manhattan Bank, 2000
3) Resiko Kekuasaan (Sovereign Risk)
Resiko kekuasaan muncul apabila pemerintah mengekseskusi hak-
haknya meliputi, membuat undang-undang, mengatur, dan
mengontrol ekonomi melalui lembaga-lembaga yang dimilikinya,
sehingga akan menyebabkan instabilitas politik sehingga
berdampak negatif terhadap proyek.
Campur tangan yang terlalu besar oleh pemerintah, walaupun pihak
swasta menilainya sebagai hal yang wajar, akan mengganggu minat
investor asing dalam menanamkan modalnya.
Gambar 1.11 Resiko Kekuasaan
Sumber: Analisis Resiko, Chemical Bank dan Chase Manhattan Bank, 2000
Resiko Perubahan Hukum dan Peraturan
Resiko Konversi Valuta Asing dan Resiko Repatriasi
Resiko Politik
Resiko Perubahan Peraturan
Resiko Perubahan Perundang-undangan
Resiko Kekuasaan (sovereign risk)
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
I - 35
4) Resiko Keadaan Kahar
Resiko ini terjadi apabila ada perubahan yang fundamental
dilingkungan dimana proyek beroperasi atau dibangun. Resiko ini
meliputi perubahan fundamental pada lingkungan fisik dan juga
lingkungan ekonomi atapun keuangan yang ada. Resiko sebab
kahar diluar kontrol semua pihak terkait dengan proyek dan akan
ditanggung oleh semua pihak.
Gambar 1.12 Resiko Keadaan Kahar
Sumber: Analisis Resiko, Chemical Bank dan Chase Manhattan Bank, 2000
Resiko Keadaan Kahar
Resiko Keadaan Kahar
Karena Alam
Resiko Keadaan Kahar
Karena Politik
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
V- 1
BAB V ANALISIS PENANGANAN MASALAH
5.1 Permasalahan Pembiayaan Infrastruktur di Indonesia
Berdasarkan permasalahan yang telah diidentifikasi di awal mengenai
kegiatan Kerjasama Pemerintah Swasta yang ada di Indonesia diketahui
bahwa terdapat beberapa masalah yang sudah dikelompokkan dalam.
Penanganan masalah dilakukan dengan menggunakan best practice yang
telah dilakukan di dalam maupun di luar negeri.
Adapun permasalahan pembiayaan infrastruktur khususnya jalan tol di
Indonesia adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1 Permasalahan Pembiayaan Infrastruktur Jalan Tol
No. Aspek Permasalahan
1. Keuangan 1. Adanya Loan Agreement dalam bentuk US
Dollar;
2. Penghitungan kompensasi;
3. Pembayara tanah yang sering tertunda.
2. Teknis Operasional 1. Pengadaan lahan yang terhenti;
2. Proses pembebasan lahan yang terhambat;
3. Adanya sengketa kepemilikan lahan;
4. Penolakan yang dilakukan pemilik tanah;
5. Tidak sesuainya kesepakatan harga
penggantian lahan;
6. Data kepemilikan lahan yang belum sinkron;
7. Peninjauan ulang trace jalan tol atau trace
belum selesai;
8. Belum adanya lahan untuk relokasi;
9. Inventasrisasi dan identifikasi terkendala.
3. Legal 1. Habis masa kontrak;
2. Menunggu penjadwalan pendataan ulang;
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
V- 2
No. Aspek Permasalahan
3. Akta perjanjian kepemilikan saham
bermasalah;
4. Revisi bidang peta belum terbit;
5. Perpanjangan SP2LP belum keluar atau
sudah habis;
6. Kontrak PPJT baru ditandatangani
4. Sosial 1. Permasalahan hukum di desa/adat;
2. Perijinan tanah wakaf.
Sumber: Analisis, 2013
5.2 Penanganan Permasalahan Pembiayaan Infrastruktur di
Luar Negeri
5.2.1 Penanganan Permasalahan Pembiayaan Infrastruktur di
Malaysia
Ada beberapa analisis yang digunakan oleh MARC terkait dengan
permasalahan pembiayaan infrastrukturnya.
A. Sponsor Proyek/Manajemen
Dokumen yang berkaitan dengan struktur kepemilikan (yaitu anggaran
dasar dan perjanjian pemegang saham), data keuangan dan informasi
perusahaan lain pada sponsor proyek akan membentuk dasar dari evaluasi
faktor-faktor risiko berikut:
Penaksiran Fokus Analisa
Latar belakang sponsor proyek dan catatan rekor
Keterlibatan sponsor proyeksebelumnya dengan proyek-proyek jalan tol yang telah dibangun dan dioperasikan berhasil adalah faktor nilai positif. Penilaian terhadap karyawan, termasuk kualifikasi, keterampilan dan pengalaman, juga harus dilakukan.
Kekuatan keuangan Kekuatan keuangan dari sponsor proyek dinilai dari segi kedalaman kapasitas dan kemampuan. Akun-akun diaudit dari sponsor untuk tiga sampai lima tahun terakhir akan membentuk dasar dari penilaian ini. Kualitas kredit dari sponsor penting untuk memastikan bahwa hal itu akan mampu memenuhi kewajiban di masa depan, persyaratan ekuitas khususnya kontingen.
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
V- 3
Penaksiran Fokus Analisa
Komitmen Bukti komitmen sponsor untuk proyek akan melihat dari segi sumber daya yang dialokasikan, investasi dan dukungan. Sumber daya yang signifikan dan waktu yang diinvestasikan dalam proyek dan tingkat yang lebih tinggi dari investasi ekuitas pada bagian dari sponsor yang dianggap sebagai faktor positif ketika evaluasi proyek. Kepentingan strategis dari proyek untuk sponsor juga dipertimbangkan.
B. Perjanjian Proyek Utama
Semua konsesi jalan tol saat ini dinilai oleh MARC diberikan oleh
Pemerintah Malaysia (GOM). Konsesi ini diatur oleh perjanjian konsesi
(CA) mengadakan antara pemegang ijin dan pemerintah. Dengan
demikian, perjanjian konsensi (CA) merupakan dokumen pertama yang
harus ketat terakhir. Perjanjian Konsesi (CA), antara lain, mantra keluar
lingkup pekerjaan, hak dan kewajiban kedua belah pihak masuk ke dalam
perjanjian. Perjanjian konsesi (CA) juga berfungsi sebagai dasar untuk
evaluasi risiko regulasi, khususnya dalam hubungannya dengan
kemampuan untuk meningkatkan tingkat tol oleh kuantum dan kerangka
waktu yang disepakati, serta kompensasi kepada pemegang konsesi jika
ada amandemen negatif terhadap perjanjian konsensi (CA). Ekstraksi poin
penting dalam kesepakatan yang akan memiliki bantalan pada peringkat
akan diteliti. Ini termasuk, antara lain:
1. Jenis Konsesi
Biasanya, konsesi jalan tol di Malaysia didasarkan pada bangunan,
pengelolaan dan penyerahan (BOT). Model, dimana pemegang ijin
bertanggung jawab untuk membangun dan mengoperasikan jalan tol
sendiri atau mengontrakkan koleksi pendapatan tol, dan atau
melaksanakan pemeliharaan jalan tol selama masa konsesi. Pada akhir
masa konsesi, jalan tol, termasuk hak untuk mengumpulkan tol, akan
ditransfer kembali ke pemerintah. Hak-hak, peran dan tanggung
jawab dari kedua belah pihak di bawah konsesi tersebut akan
diperiksa.
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
V- 4
2. Periode Konsesi
Lamanya perjanjian konsesi biasanya jangka panjang (20 sampai 30
tahun) karena ada periode yang relatif lama sebelum pemegang saham
akan menyadari pengembalian atas investasi. Masa konsesi biasanya
dapat diperpanjang oleh beberapa keadaan, seperti dalam hal
pemegang ijin harus melaksanakan pekerjaan tambahan yang
diperlukan pada infrastruktur jalan tol.
3. Ketersediaan dan Formulir Dukungan Pemerintah
Klausul menunjukkan dukungan pemerintah yang kuat, seperti
perpanjangan pinjaman dukungan pemerintah kembali berakhir,
adalah faktor nilai positif. Pentingnya strategis jalan tol khusus untuk
pengembangan keseluruhan infrastruktur di Malaysia untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi juga dipertimbangkan. Bukti kuat
keterlibatan pemerintah dapat mengurangi ketidakselesaian atau
risiko keterlambatan proyek tertentu. Ketepatan waktu dukungan
tersebut juga akan menjadi pertimbangan penting.
Mekanisme Kompensasi
Bentuk lain dari dukungan termasuk pertumbuhan trafik minimum
yang dijamin oleh pemerintah, disebut sebagai Dukungan Volume
Lalu Lintas (STV). Bentuk dukungan dipandang positif dalam menilai
risiko pasar. Jika volume lalu lintas yang sebenarnya jatuh di bawah
STV, pemegang ijin akan dikompensasi oleh pemerintah. Sebagai
imbalan untuk jaminan lalu lintas, pemegang ijin akan berbagi
persentase yang disepakati kelebihan dengan pemerintah jika volume
lalu lintas yang sebenarnya melebihi tingkat pertumbuhan yang
disepakati (pendapatan tol pertama ambang batas).
Penyediaan Pemutusan
Seperti dalam setiap perjanjian serupa lainnya, penyediaan terminasi
ketentuan normal dalam perjanjian konsesi. Analis akan melihat
peristiwa kegagalan, force majeure (peristiwa yang berada di luar
kendali perusahaan), syarat dan kondisi yang berkaitan dengan
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
V- 5
pemutusan serta kompensasi berikutnya. Pertanyaan yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana CA melindungi pemegang obligasi
sebagai akibat dari terminasi.
Dalam kasus sebagian besar jalan tol dinilai oleh MARC, jika
pemerintah mengakhiri konsesi, pemerintah harus membayar
pemodaldalam waktu enam bulan pemutusan agregatj umlah yang
terhutang kepada pemodal pada tanggal pembayaran. Namun,
kewajiban pemerintah untuk pemberi pinjaman biasanya tunduk pada
batas tertentu.
Kondisi Perpanjangan
Ada kasus di mana masa konsesi diperpanjang sebagai bagian dari
paket kompensasi yang diberikan oleh pemerintah karena kehilangan
pendapatan yang diharapkan untuk sisa periode yang dihasilkan dari
tarif tol direvisi lebih rendah dibandingkan dengan tarif tol yang
disepakati sesuai dengan CA. Analis akan menilai dampak dari masa
konsesi diperpanjang dan tarif tol lebih rendah pada proyeksi arus kas
proyek dan kemampuan konsekuen untuk melayani kewajiban utangs
elama masa jabatan obligasi.
Tingkat Pengaturan Mekanismedan Keberlakuan Tol
Ketentuan mengenai mekanisme pengaturan tarif tol akan perlu
dipelajari. Pertimbangan penting adalah bahwa peningkatan tarif tol
mungkin memiliki dampak negatif pada volume lalu lintas untuk
jangka waktu setelah peningkatan. Efek pada pendapatan sehingga
perlu diperhitungkan sebagai bagian dari analisis sensitivitas MARC
itu. Mengingat sensitivitas publik setiap revisitarif tol, dapat
diharapkan bahwa proses persetujuanakan agak memakan waktu, dan
dengan demikian juga faktor dalam analisis sensitivitas MARC itu.
C. Analisis Risiko Konstruksi
Risiko konstruksi adalah risiko bahwa proyek jalan tol tidak selesai tepat
waktu, sesuai anggaran dan dijadwalkan sampai dengan standar kinerja
yang diperlukan. Dalam meninjau risiko ini, MARC mempertimbangkan
berbagai faktor, termasuk kontraktor yang ditunjuk, kompleksitas
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
V- 6
konstruksi, proyeksi biaya, risiko keterlambatan dan ketentuan lainnya
dari kontrak konstruksi. Pendapat insinyur independen akan menjadi
rujukan utama.
Perjanjian Kontrak
Kontrak perjanjian mengatur hubungan kontraktual antara pemegang
ijin dan kontraktor, dan menguraikan lingkup pekerjaan, hak dan
tanggung jawab, masa konstruksi selama kontraktor bertanggung
jawab untuk merancang, membangun, lengkap dan komisi jalan raya
serta ia harga kontrak turnkey. Sebuah jumlah kontrak harga tetap
akan dipandang menguntungkan, terutama bila ada perlindungan
yang memadai terhadap perubahan harga bahan, kelebihan biaya dan
risiko keterlambatan.
Desain membangun atau Kontrak Lain
Kontrak konsesi biasanya pada 'desain, membangun, mengoperasikan
dan memelihara' dasar. Biasanya, seorang konsultan independen yang
ditunjuk untuk melakukan desain rinci. MARC akan menilai catatan
rekor dan pengalaman konsultan dalam proyek-proyek terkait dan
apakah kontraktor telah memberikan jaminan kinerja untuk desain,
dan periode yang dicakup oleh garansi.
Variasi Order dan Proses Kerja Tambahan
Analis harus memeriksa keadaan yang menjamin kontraktor untuk
diberikan kompensasi jika ada pekerjaan tambahan yang diminta oleh
pemerintah atau diharuskan oleh default kontraktor atau variasi yang
timbul dari perubahan pada desain disetujui.
Obligasi Kinerja, Jaminan, Asuransi dan Kebijakan
Kerusakan Dilikuidasi
Dalam hal kegagalan untuk menyelesaikan proyek dengan tanggal
yang ditentukan, kontraktor harus membayar ganti rugi dipastikan
dilikuidasi (LAD) dihitung setiap hari, jumlah maksimum yang
diizinkan di bawah kontrak biasanya 5% dari harga kontrak turnkey.
Selain LAD, MARC akan memeriksa persyaratan untuk kontraktor
untuk deposit performance bond sebesar 5% dari jumlah kontrak.
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
V- 7
Kinerja obligasi biasanya dialihkan kepada pemerintah atas kewajiban
karena kontraktor untuk melakukan di bawah CA selama masa
konstruksi maupun selama periode kewajiban cacat yang ditentukan
dalam kontrak. Mirip dengan proyek-proyek lain dalam ini, pekerjaan
konstruksi telah diasuransikan terhadap kerugian atau kerusakan
selama masa konstruksi sampai dengan akhir periode kewajiban cacat.
The turnkey kontraktor bertanggung jawab untuk pengadaan dan
pemeliharaan, antara lain, kontraktor semua risiko polis asuransi,
kompensasi pekerja dan asuransi kewajiban pihak ketiga. Pada
dasarnya, kontrak turnkey harus memastikan bahwa HPH dilindungi
terhadap setiap over run biaya dan risiko keterlambatan, karena risiko
ini telah diberikan kepada kontraktor turnkey melalui pengaturan
LAD back-to-back dalam kontrak turnkey. Analis harus memastikan
bahwa ada cadangan kas dan garis kredit yang tersedia untuk
menutupi kasus pembengkakan biaya atau penundaan.
Perpanjangan Waktu dan Penyelesaian Awal
Analis juga harus melihat ketentuan untuk perpanjangan waktu dan
ketika LAD harus efektif dalam hal terjadi penundaan. Ada kasus di
mana kontrak turnkey juga menyediakan untuk penyelesaian insentif
awal kepada kontraktor turnkey jika ada bagian dari pekerjaan selesai
sebelum tanggal penyelesaian untuk pekerjaan. Misalnya, insentif
bonus sebesar 50% dari Tol Pendapatan Bersih
disebabkan bagian kerja untuk periode antara dijadwalkan tanggal
penyelesaian dan tanggal penyelesaian awal yang sebenarnya.
Situs atau Risiko Medan dan Akuisisi persyaratan Lahan
Pertanyaan yang akan dibahas di sini adalah pihak mana akan atau
bertanggung jawab untuk membuat ketersediaan untuk pemengan ijin
lahan yang diperlukan dalam kaitannya dengan kawasan konsesi dan
biaya yang terlibat dalam pembebasan lahan. Pertanyaan lain adalah
pihak mana yang akan menanggung biaya untuk pemindahan dan
pemukiman kembali penduduk liar atau penjajah dan kompensasi
bagi setiap keluarga liar. Idealnya, status lahan harus bebas dari
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
V- 8
sitaan. MARC juga akan melihat kompensasi yang harus dibayar oleh
pemerintah kepada pemegang ijin jika gagal untuk membuat lahan
yang tersedia, mengakibatkan penundaan.
Kontraktor Utama
MARC harus mengevaluasi pengalaman dan catatan rekor kontraktor
utama dalam proyek jalan tol terkait dan profil keuangan mereka,
termasuk profitabilitas, dana pemegang saham dan daftar proyek yang
diselesaikan. Kualifikasi dan pengalaman dari manajemen perusahaan
konstruksi juga akan diperiksa.
Laporan Insinyur independen, Laporan Kemajuan, Jadwal
jangka waktu dan Biaya Proyek
Selama masa konstruksi, MARC akan memantau perkembangan
pembangunan jalan tol dengan memeriksa laporan kemajuan
konstruksi disusun oleh konsultan teknik, yang bertanggung jawab
untuk mengawasi dan memantau kemajuan pembangunan jalan tol
atas nama pemegang ijin dan pemodalnya. Para konsultan teknik akan
bertindak sebagai insinyur pengawasan memastikan bahwa pekerjaan
konstruksi dilakukan sesuai ketat dengan kontrak turnkey. Kehadiran
insinyur pengawas memberikan pengawasan independen terhadap
kemajuan konstruksi. Analis MARC yang harus diperhatikan
pembangunan dijadwalkan jangka waktu, yang mencakup periode
ketika konstruksi harus dimulai dan diakhiri, awal periode kewajiban
cacat dan berakhirnya periode ini.
Pertimbangan Lain
Pertimbangan lainnya termasuk rencana kontraktor untuk
memperoleh peralatan yang memadai, tenaga kerja dan bahan yang
diperlukan untuk menyelesaikan proyek, situasi tenaga kerja lokal
sehubungan dengan pemogokan dan hukum perburuhan dan
peraturan yang dapat mempengaruhi proyek dan setiap penyelesaian
sengketa atau proses penyelesaian dengan kontraktor dan sub
kontraktor. MARC juga akan melihat persyaratan untuk pencairan
dana pembangunan terkendali.
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
V- 9
D. Analisis Resiko Operasi
Kegiatan operasional meliputi pengoperasian sistem pengumpulan tol,
manajemen lalu lintas darurat dan pemulihan fungsi. Pemeliharaan luas
diklasifikasikan menjadi perawatan rutin dan perbaikan besar.
Pemeliharaan rutin terdiri dari karya-karya yang umumnya berulang di
alam, seperti rumput-pemotongan, jalan kliring, desilting dan
pembersihan sistem drainase, sementara perbaikan besar terutama terdiri
dari perbaikan jalan, penggantian peralatan dan pemeliharaan berat.
MARC akan menilai pengalaman operator jalan tol, tanggung jawab yang
jelas dari operator selama masa konsesi, dan persyaratan untuk
menghasilkan laporan keuangan berkala.
Biaya operasi dan pemeliharaan harus dipastikan selama masa jabatan
obligasi, serta tingkat eskalasi wajar untuk biaya ini akan digunakan dalam
proyeksi arus kas.
Penafsiran Fokus Analitis
Operasidan pemeliharaan (O & M) kontrak
Ini adalah untuk mencapai pemahaman yang jelas tentang hubungan operator dengan pemilik proyek, lingkup pekerjaan, dan hak-hak pihak-pihak terkait dan tanggung jawab. MARC akan mencari langkah-langkah untuk menutupi kasus di mana kinerja operator di bawah standar kinerja yang diperlukan, mungkin dalam bentuk jaminan kinerja dan kemampuan untuk diganti, jika perlu. Misalnya, ikatan pemeliharaan dengan nilai maksimum 1, 000,000 RM sebagai keamanan terhadap kinerja perusahaan dalam menjaga kewajiban overlay struktural yang akan diberikan sesuai dengan CA. Setelah menyelesaikan penuh jalan raya, ikatan pemeliharaan dengan topi dari RM3, 000,000 akan mengganti obligasi sebelumnya, dipertahankan selama periode konsesi ditambah satu tahun sesudahnya.
Kemampuan untuk mengontrakkan Jika kegiatan O & M yang menjadi kontrak-out, MARC mengambil catatan dari pengaturan untuk mengelola sub-kontraktor. Jika kontraktor berada
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
V- 10
dalam kegagalan kewajiban merekaditetapkan dalam CA, kompensasi dalam hal jumlah dan waktu harus dinilai oleh MARC. Sebagai contoh, sejumlah 5% dari semua biaya dan piutang dalam 12 bulan terakhir sebelum tanggal pemutusan kontrak pengoperasian tol harus diberi ganti rugi, jika karena ke default oleh kontraktor.
Pengalaman Operator MARC akan menilai pengalaman dan catatan rekor operator dalam mengoperasikan proyek jalan tol yang sama serta posisi keuangan terbaru dari operator.
Pendapatan tol dan kapasitas hukumnya
Partai benar-benar menangani pendapatan tol dan kapasitas hukum dalam hal koleksi tol harus didefinisikan secara jelas.
Faktor lain MARC akan melihat kemampuan dan pengalaman operator dalam menangani teknologi baru terkait dengan koleksi tol, melaksanakan pengawasan lalu lintas dan sistem kontrol, dan jaringan komunikasi untuk mengelola jalan tol secara efektif dan efisien.
E. Aspek Struktural
Analisis structural memainkan peran penting dalam penilaian risiko
default. Sementara stabilitas aliran pendapatan sangat tergantung pada
kinerja toll collection, struktur memberikan kerangka yang akan
menentukan kondisi ditempatkan pada arus kas yang tersedia untuk
layanan utang. Sebagai contoh, beberapa rekening cadangan dapat
dimasukkan untuk mengurangi keterlambatan dalam mencapai operasi
penuh atau selama periode ramp-up, tergantung pada tingkat dan sifat
risiko terhadap yang masing-masing rekening cadangan dirancang untuk
menopang. Struktur masalah merinci persyaratan pokok, kondisi dan
perjanjian fasilitas utang, seperti pembayaran, keamanan, dan rekening
yang ditunjuk. Syarat, ketentuan, dan akad bawah struktur masalah
diarahkan memastikan solvabilitas proyek dan kebutuhan pemegang
konsesi proyek untuk mengelola arus kas dan layanan kewajiban
utangnya.
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
V- 11
F. Isu Analisis Risiko Struktur
Penafsiran Fokus Analitis
Risiko Pembiayaan Hal ini mengacu pada risiko kemampuan emiten untuk membiayai masalah hutang yang ada. Risiko refinancing biasanya diatasi dengan struktur pembayaran obligasi, dengan terhuyung-huyung pembayaran atau penebusan tersebar dimasa obligasi. Pembayaran serial pertama biasanya akan berlaku setelah jalan raya telah ditugaskan dan tingkatdasar lalu lintas telah dicapai
Risiko Likuiditas Risiko ini agak dikurangi melalui persyaratan untuk mempertahankan jumlah minimum setara dengan enam bulan sampai satu tahun dari laba atau kepentingan dalam rekening cadangan utang sepanjang masa dari fasilitas pembiayaan.
Risiko investasi Risiko kehilangan modal sehubungan dengan investasi dana di rekening yang ditunjuk diminimalisir dengan persyaratan untuk membatasi investasi pada aset likuid, dikeluarkan pemerintah instrumen atau instrumen pasar modal dengan rating minimal AAA atau AA dengan tanggal jatuh tempo yang sesuai dengan tanggal kewajiban utang.
G. Analisis Risiko Keuangan
Untuk proyek jalan tol pra-operasional, analisis risiko keuanganakan
tertarik di sekitar kemampuan kas proyek dan ketahanan dari kas yang
dihasilkan berdasarkan skenario buruk untuk memenuhi kewajiban utang.
Untuk jalan tol yang sudah beroperasi, selain arus kas cakupan analisis,
analis MARC juga akan menilai profitabilitas perusahaan jalan tol,
khususnya margin operasi mereka Proyek jalan tol biasanya tidak
memerlukan belanja modal berat konstan pemeliharaan berat karya-karya
seperti pekerjaan jalan resurfacing hanya diperlukan setelah lima sampai
tujuh tahun. Faktor-faktor kritis utama yang berdampak negatif pada
kinerja biasanya muncul dari top-line item seperti volume lalu lintas yang
lebih rendah dari perkiraan dan tingkat tol yang menghasilkan
pendapatan dan keuntungan operasi yang lebih rendah dari perkiraan.
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
V- 12
Investment grade jalan tol operasional umumnya mempertahankan
margin laba usaha di atas 50%.
Penafsiran Fokus Analitis
Profitabilitas/Laba Profitabilitas utama langkah-langkah analisis meliputi pendapatan, laba sebelum pajak, laba setelah pajak, operating profit margin, bunga yang dibayarkan, bunga laba operasional (biaya keuangan) cakupan. Langkah-langkah profitabilitas yang mengacu dengan proyek jalan tol MARC-rated lain untuk memastikan penilaian risiko yang tepat.
Cakupan arus kas MARC harus menilai pendapatan dan proyeksi arus kas dari proyek jalan tol selama masa jabatan fasilitas pembiayaan, berdasarkan perkiraan keuangan proyek, termasuk asumsi yang mendasari perkiraan (contoh : inflasi, suku bunga, tarif pajak dan belanja modal yang direncanakan). Perkiraan keuangan harus peka dalam beberapa skenario, termasuk kasus terburuk dan skenario kasus terbaik. Proyeksi arus kas peka kemudian dicocokkan dengan jadwal pembayaran utang dari proyek untuk memastikan utang atau jasa keuangan coverage ratio. Tujuannya adalah untuk menentukan berapa banyak pendapatan yang dibutuhkan untuk menutupi utang dan biaya operasional. Utang cakupan layanan di bawah setiap skenario dan tahun di mana cakupan minimal atau minimal terjadi akan dicatat dan penjelasan yang diperoleh untuk tren diamati. Dalam melakukan analisis sensitivitas, sejumlah variabel akan peka. Pertama, MARC akan mempertimbangkan periode ramp - up yang merupakan periode awal menarik pengguna jalan untuk proses pengembangan penerimaan pengguna jalan dan baru dibangun. Periode ramp-up bisa lambat dan sulit. Dalam pandangan ini, lebih baik untuk menyediakan volume lalu lintas konservatif dan pertumbuhan pada periode ramp - up untuk menghindari krisis uang tunai di tahun-tahun awal operasi proyek.
Risiko ramp-up mungkin kurang perhatian jika pengguna ditargetkan dari fasilitas baru sudah menggunakan jalan tol lainnya, dan ada kemacetan lalu lintas di daerah tersebut atau jika ada beberapa alternatif bersaing bebas untuk jalan tol baru. Hal ini juga mencatat bahwa pemasaran dan mengembangkan kesadaran masyarakat dapat berdampak positif panjang dan sifat ramp-up.
Variabel terkait lain yang harus dipertimbangkan dalam analisis sensitivitas adalah frekuensitarif tol meningkat. MARC akan menentukan pengaruh dari setiap keterlambatan atau penundaan tarif tol meningkat serta keterlambatan dalam pembayaran
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
V- 13
kompensasi karena setelahnya pada arus kas.
Pertumbuhanlalu lintas selama periode fasilitas harus didiskontokan bawah skenario terburuk (misalnya, diskon mulai dari 10% sampai 20%) dengan mengingat asumsi yang dibuat dalam menentukan pertumbuhan lalu lintas mengingat masa kandungan panjang jalan raya.
Seperti disebutkan sebelumnya, untuk pembiayaan jalan tol yang ada, MARC juga akan menganalisis keuangan masa lalu dan melakukan analisis varians terhadap hasil keuangan diperkirakan. Sebuah analisis time series dilakukan untuk mengungkapkan tren yang signifikan. Analisakan menentukan rasio utang sejarah cakupan layanan (DSCR), interest coverage CFO dan cakupan utang CFO perusahaan. Secara khusus, MARC akan meminta konfirmasi perhitungan DSCR dari akuntan pemantauan fasilitas yang telah diverifikasi oleh klien, dan analis MARC itu akan memastikan apakah DSCR adalah sesuai dengan persyaratan minimum DSCR dalam perjanjian keuangan.
Kapitalisasi/Fleksibilitas Keuangan
Untuk jalan tol pra-operasional, struktur permodalan merupakan pertimbangan penting. Dalam pengalaman MARC itu, greenfield jalan tol pembiayaan proyek biasanya terstruktur pada rasio utang - toequity antara 2,0 kali menjadi 2,5 kali. Persyaratan ekuitas adalah untuk memastikan komitmen pada bagian dari sponsor proyek. Proyek dengan penyertaan modal tinggi akan memiliki fleksibilitas keuangan yang lebih besar, karena pembayaran dividen dapat ditangguhkan selama masa stres dibandingkan dengan jadwal pembayaran tetap untuk layanan utang. Penerbitan obligasi subordinasi untuk meningkatkan peringkat utang senior perusahaan proyek tidak jarang di proyek jalan tol. Dalam kasus ini, MARC akan menilai fitur dari pinjaman subordinasi dan sejauh mana peningkatan kredit, jika ada, sehubungan dengan utang senior proyek. Utang subordinasi, termasuk uang muka pemegang saham dan ekuitas hybrid seperti saham preferensi diuangkan, biasanya diklasifikasikan sebagai ekuitas di bawah definisi proyek gearing. Struktur modal yang menguntungkan akan terdiri tingkat yang relatif lebih rendah dari utang senior yang secara signifikan harus mengurangi kemungkinan risiko default, khususnya di tahun.Layanan rasio utang terhadap ekuitas operasi awal indikator penting dari struktur permodalan yang akan dimonitor oleh MARC melawan maksimum utang – toequityrasio yang ditetapkan dalam pembatasan keuangan.
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
V- 14
5.2.2 Penanganan Permasalahan Pembiayaan Infrastruktur di
India
Studi kasus penanganan permasalahan pembaiayaan infrastruktur di India
diambil dari proyek Jalan Tol oleh Noida Toll Bridge Company Limited
(NTBCL).
A. Latar Belakang
Sungai Yamuna yang terbentang dari utara-selatan membentuk
penghalang alami yang menahan ekspansi Delhi ke timur. The New Okhla
Industrial Development Authority (NOIDA) di negara tetangga Uttar
Pradesh mendirikan sebuah kota industri baru yang terintegrasi di dekat
Delhi. Noida terletak di sebelah timur Yamuna adalah kota yang berada di
bawah pembangunan sejak 1976. Hari ini telah menjadi salah satu kota
satelit Delhi. Lalu lintas yang dihasilkan oleh kota satelit ini adalah
substansial dan interaksi dengan Delhi juga substansial. Lalu lintas antara
timur sungai Yamuna termasuk Noida dan Delhi adalah dari urutan
3,70,000 PCUs harian pada tahun 2002 dan dilayani oleh tiga jembatan
tol gratis yang ada.
B. Pembangunan Proyek
Penyewaan infrastruktur dan jasa keuangan (IL & FS), NOIDA &
Administrasi Delhi (DA) mencapai kesepakatan secara prinsip untuk
pelaksanaan jembatan keempat di Yamuna, Delhi Noida Jembatan Tol,
pada membangun, memiliki, mengoperasikan & transfer (BOOT) dasar.
Sebuah memorandum tripartit of understanding (MoU) ditandatangan
antara IL & FS, NOIDA, & DA pada tanggal 7 April 1992 mendirikan
jembatan baru dan mendefinisikan ruang lingkup dan kewajiban bersama
dari berbagai mitra.
Pembentukan Proyek Perusahaan
Sebuah komite pengarah yang terdiri dari perwakilan
Pemerintah Uttar Pradesh (GoUP),
Pemerintah Delhi (DG),
Kementerian Urusan Perkotaan dan Ketenagakerjaan,
Pemerintah India,
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
V- 15
Otoritas Pembangunan Delhi (DDA),
NOIDA dan
IL&FS
Noida Toll Bridge Company Limited (NTBCL) didirikan pada 8
April 1996. NTBCL, adalah sebuah perusahaan khusus
dipromosikan oleh Infrastruktur Leasing & Financial Services Ltd
(IL & FS) untuk tujuan pembangunan, konstruksi, operasi dan
pemeliharaan jembatan melintasi sungai Yamuna menghubungkan
Delhi dan Noida pada build-own-operate-transfer (BOOT) dasar.
C. Stakeholder
Pemerintah India
Pemerintah Uttar Pradesh (UP) dan NCT Delhi (menandatangani
perjanjian dukungan untuk perjanjian konsesi)
NOIDA – pemberi konsesi
IL&FS - mensponsori
Bank Dunia - jalur kredit ke IL & FS
Kampsax International, Denmark - konsultan proyek
Mitsui Marubeni Corporation, Japan - kontraktor EPC
Intertoll, Afrika Selatan - O&M operator
Pengguna jembatan
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
V- 16
Gambar 5.1 Perjanjian Dukungan
“perjanjian Dukungan” ditandatangani antara Pemerintah Uttar Pradesh
(Goup) dan Pemerintah NCT Delhi (DG) pada 14 Januari 1998. The salient
features of the Support Agreement are:
Leasing dari lahan yang berkaitan dengan lokasi proyek dan daerah
sekitarnya.
Mendapatkan semua izin yang diperlukan dari Municipal Corporation
Delhi.
Tidak mengizinkan pembangunan setiap bagian lain di seluruh
Yamuna yang bebas pulsa atau biaya tol lebih rendah dari Jembatan
Noida dalam radius 5 km dari Noida situs Bridge Delhi untuk jangka
waktu 10 tahun atau sampai Jembatan Noida mencapai nilai kapasitas
penuh, mana yang lebih, tanpa persetujuan tertulis dari NTBCL.
Dalam hal terjadi pelanggaran dukungan perjanjian Goup dan / atau DG
akan memberikan kompensasi NTBCL dan / atau NOIDA untuk setiap
biaya yang dikeluarkan oleh mereka dan pemberi pinjaman yang berkaitan
dengan proyek.
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
V- 17
D. Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol
Pemulihan biaya melalui biaya / tol :
Hak NTBCL untuk mengembalikan biaya proyek dan biaya operasi
dan pemeliharaan melalui retribusi biaya selama masa konsesi.
Mekanisme peninjauan Biaya :
Salah satu perwakilan masing-masing NOIDA, HPH dan petugas
yang memenuhi syarat ditunjuk oleh perwakilan NOIDA dan HPH
yang akan menjadi Ketua Komite.
Biaya akan ditentukan oleh FRC berdasarkan CPI untuk karyawan
non-manual perkotaan.
Biaya akan direvisi pada tanggal 1 Februari setiap tahun.
Pengembalian Tertanggung
Perjanjian konsesi memungkinkan NTBCL untuk mendapatkan
pengembalian terjamin 20% setelah dikurangi pajak, dihitung
berdasarkan jumlah modal yang digunakan dalam hal rupee.
Modal yang digunakan, dihitung oleh insinyur proyek independen dan
auditor independen, termasuk
biaya proyek
Biaya perbaikan besar
kekurangan pemulihan kembali meyakinkan pada tahun
sebelumnya.
Konsesi ini juga bisa diperpanjang dua tahun pada waktu di luar waktu
yang ditentukan 30 tahun, dalam hal pengembalian meyakinkan tidak
tercapai.
NOIDA memiliki kebijaksanaan pemberian hak pengembangan lahan
untuk mendukung setiap kekurangan pendapatan yang dibutuhkan untuk
mendapatkan imbal hasil yang meyakinkan dari 20%.
Setelah kembali ditargetkan telah dicapai, fasilitas proyek akan kembali ke
NOIDA untuk nilai nominal Re.1.
Perjanjian O&M
Kontrak O & M diberikan kepada M / s Intertoll, Afrika Selatan atas dasar
penawaran yang kompetitif. Fitur kontrak utama :
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
V- 18
2,3 juta dolar AS penyertaan modal
2.200.000 dolar AS jaminan kinerja
Saham Intertoll risiko lalu lintas dengan NTBCL - O & M untuk biaya
pertama 10 tahun secara langsung berkaitan dengan generasi
pendapatan
Kebocoran pendapatan maksimal 0,1% dengan hukuman yang kuat
Setelah 10 tahun biaya O & M akan terdiri dari :
Biaya Variabel @ Rs 0,725 (US $ 0,015) per kendaraan
Biaya Tetap @ Rs 31,9 juta (US $ 750.000) per tahun
E. Alokasi Risiko
Risiko komersial dan pendapatan -
NTBCL
Risiko berdaulat dan politik -
Pemerintah UP and Delhi
Waktu berjalan -
kontraktor EPC
Operasi & pemeliharaan -
kontraktor O&M
Natural force majeure -
Asuransi
Kerangka Risiko Mitigasi
Risiko Mitigasi
Keterlambatan dalam penyelesaian
• Penjadwalan proyek yang kuat • Ganti rugi / Insentif kontraktor
Kenaikan biaya • Rekayasa rinci sebelum memulai pekerjaan • Nilai teknik selama fase konstruksi
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
V- 19
Risiko Mitigasi
Risiko pendapatan
• Alternatif sumber pendapatan - hak pembangunan
• Perpanjangan masa konsesi jika tingkat pengembalian terjamin tidak tercapai
risiko teknologi • Pemilihan teknologi berdentang state-of-art yang dirancang untuk memenuhi setidaknya 8-10 tahun
• Peningkatan periodik
suku bunga • Semua utang dikontrak didasarkan pada tingkat bunga tetap
Kebocoran pendapatan
• Manajemen perusahaan tol Internasional terkenal
• Diri sistem manajemen tol auditable dengan klasifikasi kendaraan otomatis (AVC)
• Pendapatan operator terkait dengan pengumpulan tol
• Operator untuk membuat baik hilangnya pendapatan
Risiko peraturan
(penundaan
dalam revisi tol)
• Rumus yang telah ditentukan untuk revisi dalam tol
• Independen Biaya ulasan panitia • Revisi tidak memerlukan persetujuan
NOIDA / Gov 't.
Kekuatan alam majuere risiko
• Polis asuransi
Risiko politik • Perjanjian konsesi memberikan perhitungan kompensasi untuk berbagai jenis risiko politik langsung dan tidak langsung
• NOIDA untuk membayar iuran serta kumulatif pengembalian ekuitas pemberi pinjaman dalam kasus pemutusan karena risiko politik
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
V- 20
Risiko Mitigasi
Bersaing rute • Pemerintah Delhi telah dilakukan bukan untuk membangun fasilitas bebas pulsa sampai proyek mencapai kapasitas penuh untuk jangka waktu terus menerus 6 bulan
Inflasi • Tarif tol terkait dengan indeks harga konsumen
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
V- 1
Country mode of
Development
Model
Document
Financing of
roads
BOT-Toll Premium Model RFQ
(Request for
Qualification)
General Budgetary
BOT-Toll Grant Model RFP
(Request for
Proposal)
Lend form
International
institution :
(Word Bank,
ABD,
OECF,JBIC)
BOT- Annuity
(Hybird)
Model
Concession
Agreement
(MCA)
Central Road Fund
(CFR)
OMT Manual for
Specifications and
Standards
INDIA
contractual framework addresses the issues that are likely to arise in
financing of highway projects on DBFOT basis. The regulatory and
policy framework contained in the MCA is a pre-requisite for attracting
private investment with improved efficiencies and reduced costs,
necessary for acceleratin.
India using BOT-annuity hybrid, which can be said it was one of
differentiator from other countries. But,the weighted average cost of
capital under hybrid annuity project is always less than the cost of
capital in case of normal annuity project. This results in marginal
benefit for the government. Therefore, hybrid annuity is being
considered by many other state governments.
conclusions
BAB VI KONSEP STRATEGI
PENGEMBANGAN MODEL
Model-Model Pembiayaan
Model Pembiayaan di China
Model Pembiayaan di India
Country Mode of development Design & Construction O&M Revenue
National non-profitable fund
National debt
Regional budget
User change (10%) Toll tariff
Loans from foreign banks
Foreign investment
Self-financing
CHINA
Rate of return regulation was originally applied in China’s expressways, but because of the lack of incentives to reduce operating costs, many
provinces are now turning to the price cap regulation.
Financing of roads
BOT Local government PrivatePrivate (during
concession period)
GovPrivateGovTOT
Others (5%)
State budget (15%)
Loans from domestic banks (70%)
Country mode of
Development
Model
Document
Financing of
roads
BOT-Toll Premium Model RFQ
(Request for
Qualification)
General Budgetary
BOT-Toll Grant Model RFP
(Request for
Proposal)
Lend form
International
institution :
(Word Bank,
ABD,
OECF,JBIC)
BOT- Annuity
(Hybird)
Model
Concession
Agreement
(MCA)
Central Road Fund
(CFR)
OMT Manual for
Specifications and
Standards
INDIA
contractual framework addresses the issues that are likely to arise in
financing of highway projects on DBFOT basis. The regulatory and
policy framework contained in the MCA is a pre-requisite for attracting
private investment with improved efficiencies and reduced costs,
necessary for acceleratin.
India using BOT-annuity hybrid, which can be said it was one of
differentiator from other countries. But,the weighted average cost of
capital under hybrid annuity project is always less than the cost of
capital in case of normal annuity project. This results in marginal
benefit for the government. Therefore, hybrid annuity is being
considered by many other state governments.
conclusions
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
V- 2
Country mode of
Development
Financing of
roads
BOT Governments
bonds
BTL Bank Debenture
Corporate Bonds
Foreign investor
KOREA
Financial Support
Private Infrastructure
Investment Management
Center (PIMAC)
Risk Sharing
Korea Infrastructure Credit
Guarantee Fund (KICGF)
Increasing coverage for Compensation on termination
Development of New Risk-Sharing Structure
korea project source of fund have an increasing number of foreign investor
A separate tax rate of 14% is applied to income generated
from the interest on infrastructure bonds with maturity of
15 years or longer
The Government lend support
Concessionaires are granted land acquisition rights as well as
the right to use national and state / public land free of
charge.
Concessionaires may entrust the competent authority with
the execution of land purchase, compensation of loss,
resettlement of local residents, and other related
administrative tasks.
to maintain an appropriate user fee level, the government
may provide land acquisition costs and construction
subsidies to the concessionaire
Land Acquisition by
concession
A separate tax rate is applied to dividends from
infrastructure fund investment : 5% and 14%
Tax and financial benefits
conclusions
IRR is determined through negotiation (8% to15%)
Encouraging supplementary projects
procurement process such as carrying out feasibility
studies and VFM tests, formulating RFPs, evaluating
proposals, and supporting negotiations
The share of investment risks: the sum of private
sector’s invested capital and the interest rate of
government bonds, calculated on an annual basis.
KICGF was established by the PPP Act to provide credit
guarantees for concessionaires who obtain bank loans from
0% tax rate is applied to value added tax for construction
services of revertible infrastructure facilities.
Acquisition and registration taxes for BTO projects are
exempt
Model Pembiayaan di Korea
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
V- 3
Model Pembiayaan di Indonesia
Skema pembiayaan investasi jalan tol saat ini di Indonesia sebagai berikut
Gambar 6.1
Investasi Jalan Tol
Country Mode of development Design & Construction O&M Revenue Financing of roads
Built Operate Transfer Fully Private Private Private Private
Supported BOT Private with gov support Private Private Mixture
O&M Concession Public Private Private Public
O&M Outsourcing Public Private Gov Public
Minimum Project IRR 16%
Minimum Equity IRR 20%
Gov subsidy <40%
INDONESIA
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
V- 4
Konsep Strategi Model
Untuk konsep strategi modelnya sendiri dapat dilihat dari model-model
berikut:
Model 1
Biaya tanah dan konstruksi didanai oleh pemerintah.
Operation dan maintenance oleh operator.
Penunjukan operator dengan tender.
Operation dan maintenance bisa bersifat tetap atau persentase dari
pendapatan.
Model 2
Biaya akuisisi lahan oleh pemerintah.
Sebagian biaya konstruksi dilakukan oleh pemerintah melalui
subsidi dalam bentuk viability gap fund sebesar maksimum 20 %
dari biaya investasi dialokasikan dalam biaya konstruksi.
Besaran subsidi dilakukan dengan proses tender yang dilanjutkan
dengan proses negoisasi.
Model 3
Berlaku untuk semua ruas jalan tol yang layak secara ekonomi dan
finansial.
Semua biaya akuisisi lahan, konstruksi, operation dan maintenance
ditanggung oleh investor.
Kriteria pemenang tender dilihat dari pengajuan tarif tol yang
terendah.
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
V- 5
Gambar 6.2
Support Pemerintah Indonesia
Dalam PPP
Kriteria untuk mendapatkan VGF
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT) Kajian Model Pembiayaan Infrastruktur PU dan Permukiman Dalam Rangka
Optimalisasi Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS)
V- 6
VGF Scheme – Disbursement of Grant
Grant to be disbursed after the private sector company has
subscribed and expended its equity contribution.
Grant will be released in proportion to the disbursement of the
remaining debt.
Grant released through the Lead Financial Institution.
Kesimpulan dan Saran
Biaya akuisisi lahan sebaiknya ditanggung pemerintah melalui land
fund
Untuk biaya konstruksi pemerintah bisa mengambil porsi yang
lebih banyak apabila jalan tol mempunyai kelayakan ekonomi yang
tinggi namun kelayakan finansial yang rendah
Swasta bisa menanggung keseluruhan biaya investasi apabila
kelayakan ekonomi dan kelayakan finansial sama-sama tinggi
Ada viability gap fund dalam biaya konstruksi dengan maksimal 20
persen dari total biaya proyek dan minimum guaranteed tariff
level, pemerintah memberikan kompensasi jika realisasi
pendapatan dibawah target pendapatan yang disepakati sehingga
memberikan kepastian investasi
Model skema loan g to g dalam skema investasi swasta yang di back
up encahed credit arrangement dan credit gurantee fund dan
export credit agency termasuk asuransi dan hedging valas bisa
membuat biaya bunga pembiayaan jalan tol menjadi murah
dibandingkan pendanaan melalui bank komersial biasa sehingga
memberikan nilai tambah dalam kelayakan finansial
Hutang swasta agar disetujui oleh creditor perlu di back up oleh
infrastructure credit guarantee fund melibatkan Sarana Multi
Infrastruktur Indonesia - SMI dan Pusat Investasi Pemerintah - PIP