2013-2-00693-ar bab1001
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 2013-2-00693-AR Bab1001
1/10
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Transportasi adalah salah satu hal yang paling mendasari aktivitas
manusia, menghubungkan hampir semua rutinitas sehari-hari mulai dari
bekerja, sekolah, berbelanja, hingga rekreasi (Schiller, 2010 : xxi). Sistem
transportasi merupakan kunci untuk pergerakan barang, manusia, informasi,
dan ide-ide. Pelaksanaan sistem transportasi dapat dilakukan dengan cara
menata akses yang memfasilitasi kegiatan ekonomi, tempat bekerja, interaksi
sosial, dan rekreasi. Penataan akses ini dilakukan untuk mengurangi dampaknegatif transportasi pada lingkungan. Sistem transportasi diprioritaskan untuk
mengurangi perjalanan yang tidak perlu dengan menata land-useberdasarkan
hubungan antar aktivitas.
Sebagian besar dari moda transportasi merupakan kendaraan bermotor
yang menggunakan energi dan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui.
Moda transportasi ini sangat bergantung pada bahan bakar fosil,
menghasilkan peningkatan emisi gas yang menyebabkan pemanasan global
dan pencemaran lingkungan hidup. Menurut Iwan dalam Kompas 2009,
sektor transportasi merupakan penyumbang emisi gas buang terbesar di
Jakarta, terutama karbon monoksida, yaitu sebesar 92%. Ditambah lagi,
kemajuan teknologi yang semakin pesat dan pasar bebas AFTA 2003
menyebabkan banyak produsen menawarkan produk kendaraan bermotor
dengan harga kompetitif dan terjangkau oleh semua kalangan masyarakat.
Hal ini menyebabkan moda transportasi ini menjadi pilihan utama sebagian
besar masyarakat Jakarta.
Muara Angke merupakan salah satu kawasan pelabuhan perikanan yang
dimiliki kota Jakarta. Dibangun sejak 1978, Muara Angke secara keseluruhan
dipersiapkan untuk menampung kegiatan perikanan yang tersebar di beberapa
lokasi dalam kawasan Muara Angke (UPT.PKKP&PPI Muara Angke,
2011:5). Sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi dan industri
perikanan Jakarta Utara, tingkat efisiensi dan efektivitas kawasan ini harus
selalu ditingkatkan. Langkah yang dapat diambil adalah dengan menata
-
7/23/2019 2013-2-00693-AR Bab1001
2/10
2
kawasan sehingga menjadi lebih terpadu dan aksesibilitas dalam kawasan
dapat memperlancar kegiatan perikanan.
Kawasan Muara Angke yang selama ini dikenal sebagai pusat
pemukiman nelayan tradisional, pelabuhan perikanan, dan tempat pengolahan
hasil perikanan tradisional terbesar di Jakarta memiliki prospek yang cukup
baik untuk dikembangkan sebagai tempat promosi dan pemasaran hasil
perikanan di Jakarta. Namun, menurut Paramitha (2013), kondisi Muara
Angke saat ini lebih menekankan pada komersialitas perdagangan perikanan
yang membuat kawasan menjadi kurang menarik, sehingga perlu konsentrasi
pengembangan pariwisata lebih lanjut.
Schiller (2010 : xxi) mengatakan bahwa, Transportasi berkaitan erat
dengan perencanaan land-usedan urban design. Oleh karena itu, diperlukan
penataan fungsi lahan pada kawasan Muara Angke sehingga dapat
menciptakan kawasan terpadu baik untuk usaha perikanan maupun sebagai
tempat wisata bahari. Diharapkan dengan menata fungsi lahan dan
aksesibilitas dalam kawasan, sistem transportasi dalam kawasan juga menjadi
lebih teratur. Pengangkutan ikan, baik pengangkutan gerobak maupun dengan
truk memiliki jalur masing-masing sehingga kehigienisan bahan makanan
lebih terjaga.
Pemisahan jalur transportasi pengunjung wisata bahari dan
pengangkutan ikan dibutuhkan untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung
serta tidak mengganggu kegiatan perikanan. Walau demikian, diperlukan
penataan sehingga kegiatan perikanan tetap dapat dinikmati oleh pengunjung.
Hal ini dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas dan kenyamanan kawasan
sebagai barometer perikanan serta ikon wisata Jakarta.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
Bagaimana memadukan dua kegiatan utama yang berbeda, yaitu
kegiatan industri perikanan dan kegiatan wisata bahari sehingga dapat
saling menunjang di kawasan Muara Angke, Jakarta?
-
7/23/2019 2013-2-00693-AR Bab1001
3/10
3
Bagaimana penataan land use dan sistem transportasi baik di dalam
tapak maupun di dalam bangunan wisata restoran berdasarkan kegiatan-
kegiatan yang ada di kawasan Muara Angke, Jakarta?
1.3 Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Materi
Sesuai dengan maksud dan tujuan yang akan dicapai oleh penelitian ini,
maka dalam studi akan menelaah hal-hal sebagai berikut :
Konsep mixed land-usesebagai pendekatan untuk menciptakan sistem
transportasi berkelanjutan, yaitu penataan fungsi-fungsi dalam kawasan
beserta fasilitasnya berdasarkan peraturan pemerintah dan aktivitas-
aktivitas yang berlangsung dalam kawasan.
Konsep sirkulasi untuk menciptakan hubungan ruang yang efektif dan
efisien.
Ruang Lingkup Wilayah Studi
Wilayah studi berada di kawasan Muara Angke, Kelurahan Kapuk
Mutiara, Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara. Areal studi
dibagi menjadi:
Makro, yaitu tapak terletak pada lokasi di pelabuhan perikanan dan
pangkalan pendaratan ikan Muara Angke dengan pengembangan ke
arah Teluk Jakarta, serta penataan kegiatan-kegiatan yang ada
sebelumnya, dengan luas 12ha.
Mikro, yaitu ruang lingkup perancangan difokuskan pada bagian dari
tapak makro yang berdasarkan analisa merupakan area terbaik untuk
fungsi wisata restoran.
-
7/23/2019 2013-2-00693-AR Bab1001
4/10
4
Gambar 1.1. Peta rencana kota pelabuhan perikanan dan pangkalan pendaratan
ikandi Muara AngkeSumber: www.tatakota-jakartaku.net, diakses 11 Maret 2014
Gambar 1.2. Peta satelit pelabuhan perikanan dan pangkalan pendaratan ikandiMuara Angke
Sumber: www.google.com/maps, diakses 11 Maret 2014
1.4 Tujuan dan manfaat
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Memadukan dua kegiatan utama yang berbeda, yaitu kegiatan industri
perikanan dan kegiatan wisata bahari sehingga dapat saling menunjang
di kawasan Muara Angke, Jakarta.
Menata land use dan sistem transportasi di dalam tapak maupun di
dalam bangunan wisata restoran berdasarkan kegiatan-kegiatan yang
ada di kawasan Muara Angke, Jakarta.
-
7/23/2019 2013-2-00693-AR Bab1001
5/10
5
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan mampu
menjadi alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan di lokasi tersebut
sehingga dapat turut mengembangkan kota Jakarta ke arah yang lebih baik.
1.5 Metodologi
Metodologi penelitian menggunakan metodologi penelitian kualitatif dan
kuantitatif. Menurut Moleong (1993) dalam Rahardjo (2010) penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik untuk
mencari dan menemukan pemahaman dari suatu latar yang berkonteks
khusus. Pendekatan kualitatif yang digunakan adalah pendekatan deskriptif
dengan tujuan membuat suatu hasil deskriptif secara sistematis dan seakurat
mungkin mengenai keadaan nyata pada objek dan lokasi penelitian. Hasil
deskriptif ini kemudian dianalisa dengan pendekatan kuantitatif untuk
mendapat solusi permasalahan yang terbaik berdasarkan pembobotan nilai.
Metode penulisan menggunakan metode deduktif, yaitu dari hal-hal yang
bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus. Baik analisa maupun
perancangan akan dilakukan terhadap areal studi makro terlebih dahulu, baru
kemudian areal studi mikro.
-
7/23/2019 2013-2-00693-AR Bab1001
6/10
6
Tinjauan Pustaka
Tabel 1.1. Perbandingan Jurnal
-
7/23/2019 2013-2-00693-AR Bab1001
7/10
7
-
7/23/2019 2013-2-00693-AR Bab1001
8/10
8
-
7/23/2019 2013-2-00693-AR Bab1001
9/10
-
7/23/2019 2013-2-00693-AR Bab1001
10/10
10
1.7 Skematik Pembahasan
Gambar 1.3. Skematik pembahasan