2010-1-00829-ka bab 2.pdf

Upload: deswigrayuziana

Post on 06-Jul-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    1/60

    BAB 2

    LANDASAN TEORI 

    2.1  Pengertian Evaluasi Sistem Informasi 

    2.1.1  Pengertian Evaluasi 

    Evaluasi adalah proses penilaian yang sistematis mencakup

     pemberian nilai, atribut, apresiasi dan pengenalan permasalahan serta

     pemberian solusi-solusi atas permasalahan yang ditemukan (Badan

    Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, 2002, p3).

    ( Anonymous, 2009, evaluasi), evaluasi adalah kegiatan yang

    terencana untuk mengetahui keadaan suatu obyek dengan menggunakan

    instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolok ukur tertentu untuk

    memperoleh kesimpulan.

    Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

    evaluasi adalah suatu kegiatan terencana untuk menilai suatu

     permasalahan yang terjadi dengan menggunakan instrumen dan hasilnya

    dapat dibandingkan dengan tolok ukur  guna memperoleh kesimpulan dan

    solusi atas permasalahan yang dinilai.

    2.1.2 

    Pengertian Sistem

    Menurut McLeod (2001, p12), “A System is a group of elements

    that are integrated with the common purpose of achieving an objective.” 

    Secara garis besar dapat diartikan bahwa sistem adalah sekelompok

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    2/60

    elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk

    mencapai suatu tujuan.

    Pendapat James Hall (2001, p5), yang diterjemahkan oleh Amir

    Abadi Jusuf, sistem adalah sekelompok atau lebih komponen-komponen

    yang saling berkaitan (inter-related ) atau subsistem-subsistem yang

     bersatu untuk mencapai tujuan yang sama (common purpose).

    Jadi, secara umum sistem dapat diartikan sebagai sekumpulan

    elemen yang saling berinteraksi dan bekerja sama untuk mencapai suatu

    tujuan bersama.

    2.1.3  Pengertian Informasi 

    Menurut McLeod (2001, p16), “ Information is processed data, or

    meaningful data.” Secara garis besar dapat diartikan bahwa informasi

    adalah data yang telah diproses atau data yang sudah memiliki arti

    tertentu bagi kebutuhan penggunanya.

    Menurut Romney dan Steinbart (2003, p9), “ Information is data

    that have been organized and processed to provide meaning.” Secara

    umum dapat diartikan bahwa informasi adalah data yang telah diatur dan

    diproses untuk memberikan arti bagi orang yang menerimanya.

    Jadi dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang telah

    diproses dimana informasi tersebut akan digunakan oleh para

     penggunanya.

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    3/60

    2.1.4  Pengertian Sistem Informasi 

    Menurut O’Brien yang diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari dan

    Deny Arnos Kwary (2005, p5), sistem infomasi dapat merupakan

    kombinasi teratur apa saja dari orang-orang, hardware, software, jaringan

    komunikasi dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah dan

    menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.

    Menurut Sanyoto Gondodiyoto (2003, p23), sistem informasi

    adalah suatu interaksi antar komponen-komponen di dalam suatu

    kesatuan terpadu untuk mengolah data menjadi informasi sesuai dengan

    kebutuhannya.

    Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem

    informasi adalah sekumpulan sumber daya dalam organisasi, baik berupa

    manusia, hardware, software, jaringan komunikasi yang saling

     berinteraksi untuk mengumpulkan dan mengolah data menjadi informasi

    yang berguna bagi para pemakai informasi dalam suatu organisasi.

    2.1.5  Pengertian Evaluasi Sistem Informasi

    Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa

    evaluasi sistem informasi adalah suatu kegiatan terencana yang bertujuan

    untuk memeriksa dan menilai sumber daya dalam organisasi untuk

    mendapatkan hasil yang dibandingkan dengan menggunakan tolok ukur

    tertentu untuk memperoleh hasil mengenai kinerja sumber daya

    organisasi tersebut.

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    4/60

    10 

    2.2  Sistem Pengendalian Intern

    2.2.1  Pengertian Sistem Pengendalian Intern

    Menurut Mulyadi (2001, p163), “sistem pengendalian intern

    meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang

    dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organsisasi dan mengecek

    ketelitian dan kehandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan

    mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen”.

    Menurut Sanyoto Gondodiyoto (2003, p78) “sistem pengendalian

    intern meliputi metode dan kebijakan yang terkoordinasi di dalam

     perusahaan untuk mengamankan kekayaan perusahaan, menguji

    ketepatan, ketelitian dan kehandalan catatan atau data akuntansi serta

    untuk mendorong ditaatinya kebijakan manajemen”.

    Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sistem

     pengendalian internal adalah sebuah sistem yang dirancang oleh pihak

    manajemen sebuah organisasi untuk mengendalikan dan mengawasi

    seluruh kegiatan organisasi tersebut untuk menjaga aset perusahaan dan

    mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

    2.2.2  Tujuan Sistem Pengendalian Intern

    Mulyadi (2001, p163) mengungkapkan 4 (empat) tujuan sistem

    Pengendalian Intern, yaitu untuk:

    a.  Menjaga kekayaan organisasi.

     b.  Mengecek ketelitian dan kehandalan data akuntansi.

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    5/60

    11 

    c.  Meningkatkan efisiensi usaha.

    d.  Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

    Sedangkan, menurut Sanyoto Gondodiyoto (2003, p75), Sistem

    Pengawasan Internal dijalankan bertujuan untuk:

    a.  Mengamankan aset organisasi.

     b.  Memperoleh informasi yang akurat dan dapat dipercaya.

    c.  Meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan.

    d.  Mendorong kepatuhan pelaksanaan terhadap kebijakan organisasi.

    Tujuan dari Pengendalian Intern adalah untuk mengurangi resiko

    atau mengurangi pengaruh yang sifatnya merugikan akibat suatu

    kejadian.

    2.2.3  Unsur-Unsur Sistem Pengendalian Intern

    Menurut Mulyadi (2001, p165) unsur-unsur sistem pengendalian

    intern adalah sebagai berikut:

    a.  Struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab fungsional

    secara tepat. Struktur organisasi merupakan kerangka ( framework )

     pembagian tanggungjawab fungsional kepada unit-unit organisasi

    yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok

     perusahaan. Dalam perusahaan manufaktur misalnya, kegiatan

     pokoknya adalah memproduksi dan menjual produk. Untuk

    melaksanakan kegiatan pokok tersebut dibentuk departemen produksi,

    departemen pemasaran, dan departemen keuangan dan umum.

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    6/60

    12 

    Departemen-departemen ini kemudian dibagi-bagi lebih lanjut

    menjadi unit-unit organisasi yang lebih kecil untuk melaksanakan

    kegiatan-kegiatan perusahaan.

     b.  Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan

     perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan

     biaya. Dalam organisasi setiap transaksi hanya terjadi atas dasar

    otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui

    terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu, dalam organisasi harus

    dibuat sistem yang dapat mengatur pembagian wewenang untuk

    otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi dan penggunaan formulir

    harus diawasi sedemikian rupa guna mengawasi pelaksanaan

    otorisasi.

    c.  Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit

    organisasi. Adapun cara-cara yang umum yang ditempuh untuk

    menciptakan praktik yang sehat dalam organisasi adalah penggunaan

    formulir bernomor   urut tercetak yang pemakaiannya harus

    dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang, dilakukan

     pemeriksaan mendadak tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada

     pihak yang diperiksa dengan jadwal yang tidak teratur. Setiap

    transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu

    orang tanpa ada campur tangan dari orang atau unit organisasi lain,

     perputaran jabatan yang diadakan secara rutin akan dapat menjaga

    independensi pejabat sehingga persekongkolan dapat dihindari.

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    7/60

    13 

    Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan

    catatannya.

    d. 

    Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggungjawabnya. Unsur

    mutu karyawan merupakan unsur yang paling penting yakni

    karyawan yang kompeten dan jujur. Unsur pengendalian dapat

    dikurangi sampai batas minimum dan perusahaan tetap mampu

    menghasilkan pertanggungjawaban keuangan yang dapat diandalkan.

    Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa unsur-

    unsur sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi yang

    memisahkan tanggungjawab fungsional secara tegas, sistem wewenang

    dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup

    terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya, praktik yang sehat

    dalam tugas dan fungsi, karyawan yang cukup sesuai dengan

    tanggungjawabnya. 

    2.3  Sistem Pengendalian Internal Pada Sistem Berbasis Komputer

    Menurut Sanyoto Gondodiyoto (2003, pp126-127) yang dikutip dari

    Weber (1999, p38), struktur pengendalian internal yang perlu dilakukan pada

    sistem berbasis komputer adalah sebagai berikut:

    1.  Pengendalian Umum

    2.  Pengendalian Aplikasi 

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    8/60

    14 

    2.3.1  Pengendalian Umum

    Pengendalian yang berlaku umum, artinya ketentuan-ketentuan

    yang berlaku dalam pengendalian tersebut, berlaku untuk seluruh

    kegiatan komputerisasi di dalam pengendalian tersebut. Apabila tidak

    dilakukan pengendalian ini atau pengendaliannya lemah maka berakibat

    negatif terhadap pengendalian aplikasi.

    Pengendalian umum terdiri dari:

    1.  Pengendalian Manajemen Puncak (Top Level Management Control)

    Mengendalikan peranan manajemen dalam perencanaan

    kepemimpinan dan pengawasan fungsi sistem.

    2.  Pengendalian Manajemen Sistem Informasi ( Information System

     Management Control) 

    Mengendalikan alternatif dari model pengembangan proses sistem

    informasi sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengumpulan dan

     pengevaluasian bukti.

    3.  Pengendalian Manajemen Pengembangan Sistem (System

     Development Management Control) 

    Mengendalikan tahapan utama dari daur hidup program dan

     pelaksanaan dari tiap tahap.

    4.  Pengendalian Manajemen Sumber Data ( Data Resource Management

    Control) 

    Mengendalikan peranan dan fungsi dari data administrator   atau

    database administrator  .

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    9/60

    15 

    5.  Pengendalian Manajemen Jaminan Kualitas (Quality Assurance

     Management Control) 

    Mengendalikan fungsi utama yang harus dilakukan oleh Quality

     Assurance Management   untuk meyakinkan bahwa pengembangan,

     pelaksanaan dan pengoperasian serta, pemeliharaan dari sistem

    informasi sesuai dengan standar kualitas.

    6.  Pengendalian Manajemen Keamanan (Security Management Control) 

    Pengendaliaan terhadap manajemen keamanan secara garis besar

     bertanggungjawab dalam menjamin aset sistem informasi tetap aman.

    Ancaman utama terhadap keamanan aset sistem informasi adalah:

    a.  Ancaman kebakaran

    Beberapa pelaksanaan pengamanan untuk ancaman kebakaran:

    1)  Memiliki alarm  kebakaran otomatis yang diletakkan pada

    tempat dimana aset-aset sistem informasi berada.

    2)  Memiliki tabung kebakaran yang diletakkan pada lokasi yang

    mudah diambil.

    3)  Memiliki tombol utama (termasuk AC ).

    4)  Gedung tempat penyimpanan aset informasi dibangun dari

     bahan tahan api.

    5)  Memiliki pintu/tangga darurat yang diberi tanda dengan jelas

    sehingga karyawan mudah menggunakannya.

    6)  Ketika alarm  berbunyi, signal langsung dikirim ke stasiun

     pengendalian yang selalu dijaga staf.

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    10/60

    16 

    7)  Prosedur pemeliharaan gudang yang baik menjamin tingkat

     polusi sesuatunya telah dirawat dengan baik.

     b. 

    Ancaman banjir

    Beberapa pelaksanaan untuk ancaman banjir:

    1)  Usahakan bahan untuk atap, dinding dan lantai yang tahan air.

    2)  Menyediakan alarm  pada titik strategis dimana material aset

    sistem informasi dilakukan.

    3)  Semua material aset sistem informasi diletakkan di tempat

    yang tinggi.

    4)  Menutup peralatan hardware  dengan bahan yang tahan air

    sewaktu tidak digunakan.

    c.  Perubahan tenaga sumber energi

    Pelaksanaan pengamanan untuk mengantisipasi perubahan

    tegangan sumber energi listrik, misalnya menggunakan stabilizer  

    atau Uninteruptable Power Supply (UPS)  yang memadai dan

    mampu meng-cover  tegangan listrik jika tiba-tiba turun.

    d.  Kerusakan struktural

    Pelaksanaan struktural terhadap aset sistem informasi dapat terjadi

    karena adanya gempa. Beberapa pelaksanaan pengamanan untuk

    mengantisipasi kerusakan struktural misalnya adalah memilih

    lokasi perusahaan yang jarang terjadi gempa.

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    11/60

    17 

    e.  Polusi

    Beberapa pelaksanaan pengamanan untuk mengantisipasi polusi,

    misalnya situasi kantor yang bebas debu dan tidak diperbolehkan

    membawa binatang peliharaan atau melarang karyawan membawa

    atau meletakkan minuman di dekat peralatan komputer.

    f.  Penyusup

    Pelaksanaan pengamanan untuk mengantisipasi penyusup, dapat

    dilakukan dengan penempatan penjaga dan penggunaan alarm.

    g.  Virus

    Pelaksanaan pengamanan untuk mengantisipasi virus meliputi

    tindakan:

    1)  Preventive, seperti meng-install  antivirus dan meng-update 

    secara rutin, melakukan scan  file yang digunakan.

    2) 

     Detective, seperti melakukan scan secara rutin.

    3)  Corrective, seperti memastikan back up  data bebas virus,

     pemakaian antivirus terhadap file yang terinfeksi.

    h.   Hacking 

    Beberapa pelaksanaan pengamanan untuk mengantisipasi

    hacking:

    1)  Penggunaan kontrol logical  seperti penggunaan  password  

    yang sulit untuk ditebak.

    2)  Petugas keamanan secara teratur memonitor   sistem yang

    digunakan.

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    12/60

    18 

    7.  Pengendalian Manajemen Operasi (Operations Management Control) 

    Secara garis besar pengendalian manajemen operasi (Operations

     Management Control)  bertanggungjawab terhadap hal-hal sebagai

     berikut:

    a.  Pengoperasian komputer (Computer Operations) 

    Tipe pengendalian yang harus dilakukan:

    1)  Menentukan fungsi-fungsi yang harus dilakukan operator  

    komputer maupun fasilitas operasi otomatis.

    2)  Menentukan penjadwalan kerja pada pemakaian hardware 

    atau software. 

    3)  Menentukan perawatan terhadap hardware agar dapat berjalan

     baik.

    4)  Pengendalian perangkat keras berupa hardware controls  dari

     produsen untuk deteksi hardware malfunction.

     b.  Pengoperasian Jaringan ( Network Operations)

    Pengendalian yang dilakukan ialah memonitor   dan memelihara

     jaringan dan pencegahan terhadap akses oleh pihak yang tidak

     berwenang. Pengendalian sistem komunikasi data antara lain jalur

    komunikasi, Hardware, Cryptology, dan Software.

    c.  Persiapan dan peng-entry-an data (Preparation and Entry Data) 

    Fasilitas-fasilitas yang ada harus dirancang untuk memiliki

    kecepatan dan keakuratan data serta telah dilakukan terhadap

     peng-entry-an data.

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    13/60

    19 

    d.  Pengendalian produksi (Production Control) 

    Fungsi yang harus dilakukan untuk pengendalian produksi adalah:

    1) 

    Penerimaan dan pengiriman input  dan output .

    2)  Penjadwalan kerja.

    3)  Manajemen pelayanan.

    4)  Peningkatan pemanfaatan komputer.

    e.  File Library 

    Fungsi yang harus dilakukan untuk file library adalah:

    1)  Penyimpanan media penyimpanan (storage of storage media).

    2)  Penggunaan media penyimpanan (use of storage media).

    3)  Pemeliharaan dan penempatan media penyimpanan

    (maintenance and disposal of storage media). 

    4)  Lokasi media penyimpanan (location of storage media).

    f. 

     Documentation and Program Library 

    Orang yang bertanggungjawab atas dokumentasi mempunyai

     beberapa fungsi yang harus dilakukan yaitu:

    1)  Memastikan bahwa semua dokumentasi disimpan secara

    aman.

    2)  Memastikan bahwa hanya orang yang mempunyai otorisasi

    saja yang bisa mengakses dokumentasi.

    3)  Memastikan bahwa dokumentasi tersebut selalu up to date.

    4)  Memastikan adanya back up  yang cukup untuk dokumentasi

    yang ada.

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    14/60

    20 

    g.   Help Desk or Technical Support  

    Ada dua fungsi utama help desk or technical support  yaitu:

    1)  Membantu end user   dalam menggunakan hardware  dan

    software  yang berhubungan dengan end user   seperti micro

    computer , spread sheet packages, database management

     packages dan local area networks.

    2)  Menyediakan technical support  untuk sistem produksi dengan

    dilengkapi suatu penyelesaian masalah yang berhubungan

    dengan hardware, software dan database.

    h.  Capacity Planning and Performance Monitoring 

    Tujuan utama dari fungsi sistem informasi ini adalah untuk

    mencapai tujuan dari penggunaan sistem informasi dengan biaya

    serendah mungkin.

    i.   Management of Outsourced Operations 

    Saat ini banyak organisasi yang melakukan outsource  terhadap

     beberapa fungsi dari sistem informasi mereka. Alasan utama

    dilakukannya outsource karena mereka ingin memfokuskan pada

    fungsi inti bisnis mereka.

    Pengendalian Umum yang akan digunakan penulis dalam

    melakukan evaluasi adalah Pengendalian Manajemen Keamanan dan

    Manajemen Operasi karena kedua pengendalian tersebut merupakan hal

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    15/60

    21 

    yang bersifat mendasar namun cukup penting dan jika tidak diperhatikan

    dan diawasi dengan ketat, maka akan berdampak terhadap pengendalian

    yang lain.

    2.3.2  Pengendalian Aplikasi

    2.3.2.1 Pengendalian Batasan (Boundary Control) 

    Pengendalian  Boundary  menentukan hubungan antara

     pemakai komputer dengan sistem komputer itu sendiri, ketika

     pemakai menggunakan komputer maka fungsi boundary berjalan.

    a.  Pengendalian Kriptografi (Cryptographic Control)

    Pengendalian Kriptografi dirancang untuk

    mengamankan data pribadi dan untuk menjaga modifikasi data

    oleh orang yang tidak berwenang, cara ini dilakukan dengan

    mengacak data sehingga tidak memiliki arti bagi orang yang

    tidak dapat menguraikan data tersebut.

     b.  Pengendalian Akses ( Access Control) 

    Pengendalian akses berfungsi untuk membatasi

     penggunaan sumber daya sistem komputer, membatasi dan

    memastikan user   untuk mendapatkan sumber daya yang

    mereka butuhkan. Mekanisme pengendalian akses terdiri dari:

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    16/60

    22 

    1.  Identifikasi dan Otentikasi ( Identification and

     Authentication)

    User   mengidentifikasi dirinya pada mekanisme

     pengendalian akses dengan memberi informasi seperti

    nama atau nomor   rekening. Informasi tersebut

    memungkinkan mekanisme untuk menentukan bahwa data

    yang masuk sesuai dengan informasi pada  file otentikasi.

    Terdapat tiga bagian yang dapat diisi oleh user   untuk

    informasi otentikasi yaitu:

    a.  Informasi yang mudah diingat, contohnya: nama, tanggal

    lahir, nomor   account , password dan PIN.

     b.  Obyek berwujud yang dimiliki, contohnya:  Badge, plastic

    card , kunci dan cincin.

    c. 

    Karakter pribadi, contohnya : sidik jari, ukuran tangan,

    suara, tanda tangan, pola retina mata.

    2.  Sumber Daya Obyek.

    Sumber Daya digunakan oleh user   berdasarkan sistem

    informasi berbasis komputer dapat dibagi menjadi empat jenis

    yaitu:

    a.   Hardware, contohnya : terminal, printer , processor , disk .

     b.  Software, contohnya : program sistem aplikasi, storage

    space.

    c.  Komoditi, contohnya : Processor time, storage space 

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    17/60

    23 

    d.  Data, contohnya :  files, groups, data item  (termasuk

    images dan sound ).

    3. 

    Hak Istimewa ( Action Privileges)

    Hak istimewa diberikan kepada user   berdasarkan pada

    tingkatan kewenangan user   dan jenis sumber daya yang

    diperlukan oleh user . Contoh hak istimewa ini adalah user  

    hanya dapat melakukan akses berupa membaca tetapi tidak

     bisa mengubah atau menambah (dikenal dengan istilah read

    only) atau user  hanya memiliki fasilitas menambah data tetapi

    tidak bisa mengubah atau menghapus data.

    2.3.2.2 Pengendalian Masukan (Input Control) 

    Menurut Sanyoto Gondodiyoto (2003, pp130-134) yang

    dikutip dari Weber (1999, pp420-450), komponen pada subsistem

    input , bertanggungjawab untuk memasukkan data dan intruksi

     pada sistem aplikasi, kedua jenis input tersebut harus divalidasi,

    setiap kesalahan data harus dapat diketahui dan dikontrol

    sehingga input  yang dimasukkan akurat, lengkap, unik dan tepat

    waktu.

    Komponen Pengendalian  Input   terdiri dari 8 (delapan)

    komponen yaitu:

    a.  Metode Data Input  

     b.  Perancangan Dokumen Sumber

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    18/60

    24 

    Menurut sudut pandang pengendalian, perancangan dokumen

    sumber yang baik memiliki beberapa tujuan:

    1. 

    Mengurangi kemungkinan perekaman data yang error . 

    2.  Meningkatkan kecepatan perekaman data.

    3.  Mengendalikan alur kerja.

    4.  Memfasilitasi pemasukan data ke sistem komputer.

    5.  Dapat meningkatkan kecepatan dan keakuratan pembacaan

    data.

    6.  Memfasilitasi pengecekan referensi berikutnya.

    c.  Perancangan Layar Data Entry 

    Jika data dimasukkan melalui monitor, maka diperlukan

    desain yang berkualitas pada layar tampilan data entry agar

    mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dan supaya

    tercapai efisiensi dan efektivitas entry data pada subsistem

    input .  Auditor harus dapat melakukan penilaian terhadap

    layout rancangan input   pada komputer agar dapat membuat

     penilaian terhadap efektivitas dan efisiensi subsistem input  ini.

    d.  Pengendalian Kode Data

    Tujuan kode data yang unik yaitu untuk mengidentifikasikan

    entitas sebagai anggota dalam suatu grup atau set dan lebih

    rapih dalam menyusun informasi yang dapat mempengaruhi

    tujuan integritas data, keefektifan dan keefesienan. Ada 5

    (lima) jenis kesalahan dalam pengkodean data yaitu:

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    19/60

    25 

    1.   Addition  (penambahan): sebuah karakter ekstra

    ditambahkan pada kode, contoh 68573 dikode menjadi

    685738.

    2.  Transaction  (pemotongan) : sebuah karakter dihilangkan

    dari kode, contoh 55871 dikode menjadi 5571.

    3.  Transcription (perekaman) : sebuah karakter yang salah

    direkam, contoh 17842 menjadi 14842.

    4.  Transposition (perubahan) : karakter yang berdekatan

     pada kode dibalik, contoh 87942 dikode menjadi 78942.

    5.   Double transposition  : karakter dipisahkan oleh satu atau

    lebih karakter yang dibalik, contoh 97942 dikode menjadi

    84972.

    e.  Cek Digit  

    Cek digit digunakan sebagai peralatan untuk mendeteksi

    kesalahan dalam banyak aplikasi, sebagai contoh : tiket

     pesawat, proses kartu kredit, proses rekening bank, proses

     pengumpulan item bank dan proses lisensi mengemudi.

    f.  Pengendalian Batch 

     Batching  merupakan proses pengelompokkan transaksi

     bersama-sama yang menghasilkan beberapa jenis hubungan

    antara yang satu dengan yang lainnya. Pengendalian yang

     bermacam-macam dapat digunakan pada batch  untuk

    mencegah atau mendeteksi error atau kesalahan.

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    20/60

    26 

    g.  Validasi Input  Data

    Jenis pengecekan validasi input  data:

    1. 

    Field Checks 

    Test   validasi dapat diaplikasikan pada  field yang tidak

     bergantung pada field  lainnya dalam laporan input . 

    2.   Record Checks 

    Test   validasi dapat diaplikasikan ke  field   berdasarkan

    hubungan timbal balik yang logis dari suatu  field dengan

     field  lainnya dalam laporan.

    3.   Batch Checks 

    Test   validasi memeriksa apakah karakteristik laporan

    batch yang dimasukkan sama dengan karakteristik batch. 

    4.  File Checks 

    Test  validasi menguji apakah karakteristik penggunaan file 

    selama pemasukan data sama dengan rumusan

    karakteristik file.

    h.  Intruksi Input  

    Dalam memasukkan instruksi ke dalam sistem aplikasi

    sering terjadi kesalahan karena adanya instruksi yang

     bermacam-macam dan komplek. Karena itu, perlu

    menampilkan pesan kesalahan. Pesan kesalahan yang

    ditampilkan harus dikomunikasikan kepada user   dengan

    lengkap dan jelas.

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    21/60

    27 

    2.3.2.3 Pengendalian Keluaran (Output Control) 

    Menurut Sanyoto Gondodiyoto (2003, pp134-136) yang

    dikutip dari Weber (1999, pp615-646), subsistem output  

    menyediakan fungsi-fungsi yang menentukan isi dari data yang

    akan disediakan bagi pengguna, sehingga data dapat diformat dan

    dipersembahkan bagi pengguna dan bagaimana caranya agar data

    dapat diperbaiki dan dikeluarkan untuk pengguna.

    Tipe pengendalian yang berhubungan dengan Pengendalian

    Output :

    a.   Inference Control 

    Pengendalian model akses memperbolehkan atau menolak

    akses terhadap item data berdasarkan nama dari data item, isi

    dari data  item  atau beberapa karakteristik dari serangkaian

    data yang terdapat pada data item.

     b.   Batch Output and Distribution Control 

     Batch output   adalah output   yang dihasilkan pada beberapa

    fasilitas operasional dan setelah itu dikirim atau disimpan oleh

     pemakai output   tersebut. Output   ini menggunakan banyak

    formulir, contohnya, keluaran laporan pengendalian

    manajemen berisi tabel, grafik atau image. Pengendalian

    terhadap batch output dilakukan dengan tujuan untuk

    memastikan bahwa laporan tersebut akurat, lengkap dan tepat

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    22/60

    28 

    waktu yang hanya dikirim atau diserahkan kepada pemakai

    yang berhak. 

    c. 

     Batch Report Design Controls 

    Elemen penting untuk melihat pengendalian efektivitas

     pelaksanaan terhadap produksi, distribusi, laporan keluaran

    batch  adalah dengan melihat kualitas dari desainnya. Desain

    laporan yang baik akan membuat pemakai mudah untuk

    membaca output  yang dihasilkan.

    d.  Online Output Production and Distribution Controls 

    Pengendalian terhadap produksi dan distribusi atas output  

    yang dilakukan melalui online  secara garis lurus, tujuan

    utamanya adalah untuk memastikan bahwa hanya bagian yang

    memiliki wewenang saja dapat melihat output online tersebut.

    e. 

     Audit Trail Controls 

    Pengendalian jejak audit pada subsistem output   dilakukan

    untuk menjaga kronologi kejadian yang terjadi dari saat output  

    diterima sampai pemakai melakukan penghapusan output  

    tersebut karena sudah tidak dipakai atau disimpan lagi.

    f.   Existence Controls 

    Output  dapat hilang atau rusak karena berbagai alasan, seperti

    invoice hilang, online output  terkirim pada alamat yang salah,

    output   terbakar karena kebakaran. Recovery  terhadap

    subsistem output secara akurat, lengkap dan tepat merupakan

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    23/60

    29 

    hal yang sangat membantu kelangsungan hidup banyak

    organisasi.

    2.4  Audit

    2.4.1 Pengertian Audit

    Menurut Sanyoto Gondodiyoto (2003, p53),  Auditing 

    didefinisikan sebagai suatu proses yang dilakukan seseorang yang

    kompeten dan independen yang menghimpun dan mengevaluasi bukti-

     bukti dari informasi terukur dari suatu kesatuan ekonomi dengan tujuan

    untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari

    keterangan terukur yang telah diperoleh pemeriksaannya tersebut dengan

    kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.

    Menurut Arens and   Loebbecke (2003, p1), yang diterjemahkan

    oleh Amir Abadi Jusuf  , Auditing  adalah proses pengumpulan dan

     pengevaluasian bukti-bukti tentang informasi ekonomi untuk menentukan

    tingkat kesesuaian informasi ekonomi tersebut dengan kriteria-kriteria

    yang telah ditetapkan dan melaporkan hasil pemeriksaan tersebut.

    Jadi dapat disimpulkan audit adalah suatu kegiatan yang

    dilakukan oleh seseorang yang memiliki kompetensi dan independen

    dalam menghimpun bukti dan melakukan evaluasi terhadap obyek yang

    diteliti berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan dan

    menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    24/60

    30 

    2.4.2 Jenis-jenis Audit

    Menurut Arens and   Loebbecke (2003, p11), Audit dapat

    digolongkan menjadi 3 (tiga) jenis:

    1)  Audit Laporan Keuangan (General Financial Statement Audit) 

    Merupakan audit yang dilakukan untuk menentukan apakah laporan

    keuangan secara keseluruhan merupakan informasi yang telah

    disajikan sesuai dengan kriteria tertentu.

    2)  Audit Operasional (Operational Audit) 

    Merupakan penelaah atas bagian manapun dari prosedur dan metode

    operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektivitasnya.

    Dalam pemeriksaan operasional tinjauan yang dilakukan tidak hanya

    dibatasi pada bagian akuntansi saja melainkan termasuk struktur

    organisasi, penggunaan komputer dan sesudah audit operasional

    dilakukan, auditor akan mengajukan saran kepada pihak perusahaan

    tentang pemeriksaan operasionalnya.

    3)  Audit Kepatuhan

    Adalah audit yang bertujuan untuk melihat apakah suatu badan usaha

    yang diaudit telah melakukan prosedur atau peraturan yang telah

    ditetapkan oleh pihak yang berwenang.

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    25/60

    31 

    2.5  Audit Sistem Informasi 

    2.5.1  Pengertian Audit Sistem Informasi

    Pengertian audit sistem informasi menurut Weber yang dikutip

    dari www.isaca.org  adalah “the process of collecting and evaluating

    evidence to determine whether a computer system (information system)

    safeguards assets, maintains data integrity, achieves organizational

    goals effectively and consumes resources efficiently. Secara garis besar

    dapat diterjemahkan bahwa audit sistem informasi merupakan proses

     pengumpulan dan evaluasi bukti-bukti untuk menentukan apakah sistem

    komputer yang digunakan telah dapat melindungi aset milik organisasi,

    mampu menjaga integritas data, dapat membantu pencapaian tujuan

    organisasi secara efektif, serta menggunakan sumber daya yang dimiliki

    secara efisien. 

    Menurut Sanyoto Gondodiyoto (2006, p419), audit sistem

    informasi adalah proses pengumpulan dan penilaian bukti untuk

    menentukan apakah sistem komputerisasi perusahaan telah menggunakan

    aset sistem informasi secara tepat dan mampu mendukung pengamanan

    aset tersebut, memelihara kebenaran dan integritas data dalam pencapaian

    tujuan perusahaan secara efektif dan efisien.

    Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa audit

    sistem informasi adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan

     bukti audit untuk mengetahui apakah sistem yang ada dapat melindungi

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    26/60

    32 

    aset perusahaan, memelihara integritas data dan, mendukung pencapaian

    tujuan perusahaan secara efektif dan efisien.

    2.5.2  Tujuan Audit Sistem Informasi

    Sanyoto Gondodiyoto dan Henny Hendarti (2006, p400) menyimpulkan

    tujuan audit sistem informasi adalah sebagai berikut :

    1.  Pengamanan Aset

    Aset informasi suatu perusahaan seperti hardware, software,

    sumber daya manusia, dan  file data harus dijaga oleh suatu  sistem

     pengendalian intern yang baik agar tidak terjadi penyalahgunaan aset

     perusahaan. Dengan demikian, sistem pengamanan aset merupakan

    suatu hal yang sangat penting yang harus dipenuhi oleh perusahaan.

    2.  Menjaga Integritas Data

    Integritas data merupakan salah satu konsep dasar sistem

    informasi. Data memiliki atribut-atribut tertentu seperti kelengkapan

    dan keakuratan. Jika tidak terpelihara, maka suatu perusahaan tidak

    akan lagi memiliki hasil atau laporan yang benar, bahkan perusahaan

    dapat menderita kerugian.

    3.  Efektifitas Sistem

    Sistem informasi dikatakan efektif jika sistem tersebut dapat

    mencapai tujuannya yaitu salah satunya untuk memenuhi kebutuhan

    user . Audit efektifitas sistem dilakukan setelah suatu sistem berjalan

     pada tahap perencanaan sistem (system design).

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    27/60

    33 

    4.  Efisiensi Sistem

    Suatu sistem sebagai fasilitas pemrosesan informasi dikatakan

    efisien jika ia menggunakan sumber daya seminimal mungkin untuk

    menghasilkan output  yang dibutuhkan. 

    2.5.3  Prosedur Audit Sistem Informasi

    Langkah dari Prosedur Audit Sistem Informasi digambarkan dalam

    tahapan flow dibawah ini:

    Gambar 2.1 Langkah Prosedur Audit

    Sumber: Information System Control and Audit (Weber, 1999, p48)

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    28/60

    34 

    Menurut Weber (1999, p47) beberapa tahapan di dalam audit

    sistem informasi adalah sebagai berikut:

    1. 

    Perencanaan Audit (Planning the Audit )

    Perencanaan merupakan fase pertama dari kegiatan audit, bagi

    auditor   eksternal hal ini artinya adalah melakukan investigasi

    terhadap klien untuk mengetahui apakah pekerjaan mengaudit dapat

    diterima, menempatkan staf audit, menghasilkan perjanjian audit,

    menghasilkan informasi latar belakang klien, mengerti tentang

    masalah hukum klien dan, melakukan analisa tentang prosedur yang

    ada untuk mengerti tentang bisnis klien serta, mengidentifikasikan

    resiko audit.

    2.  Pengujian Pengendalian (Tests of Controls)

     Auditor melakukan control  test  ketika mereka menilai bahwa

    kontrol resiko berada pada level kurang dari maksimum, mereka

    mengandalkan kontrol sebagai dasar untuk mengurangi biaya testing.

    Sampai pada fase ini, auditor   tidak mengetahui apakah identifikasi

    kontrol telah berjalan dengan efektif, oleh karena itu diperlukan

    evaluasi yang spesifik terhadap materi kontrol.

    3.  Pengujian Transaksi (Tests of Transactions)

     Auditor   menggunakan test   terhadap transaksi untuk

    mengevaluasi apakah kesalahan atau proses yang tidak biasa terjadi

     pada transaksi yang mengakibatkan kesalahan pencatatan yang

    material pada laporan keuangan. Test   transaksi ini termasuk

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    29/60

    35 

    menelusuri jurnal dari sumber dokumen, memeriksa  file  harga dan

    mengecek keakuratan perhitungan.

    4. 

    Pengujian Saldo atau Keseluruhan Hasil (Tests of Balances or Overall

     Result )

    Untuk mengetahui pendekatan yang digunakan pada fase ini,

    yang harus diperhatikan adalah pengamatan harta dan kesatuan data.

    Beberapa jenis substantive test  terhadap saldo yang digunakan adalah

    konfirmasi piutang, perhitungan fisik persediaan dan, perhitungan

    ulang aktiva tetap.

    5.  Penyelesaian Audit (Completion of the Audit )

    Pada fase akhir audit, eksternal audit akan menjalankan

     beberapa test  tambahan terhadap bukti yang ada agar dapat dijadikan

    laporan.

    2.5.4  Metode Audit Sistem Informasi

    Sanyoto Gondodiyoto dan Idris (2003, pp155-158) berpendapat

     bahwa ada 3 (tiga) metode audit sistem informasi antara lain:

    1. Audit Around the Computer  

    Untuk menerapkan metode ini, auditor  pertama kali harus

    menelusuri dan menguji pengendalian masukan, kemudian

    menghitung hasil yang diperkirakan dari proses transaksi dan auditor

    membandingkan hasil sesungguhnya dengan hasil yang dihitung

    secara manual.

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    30/60

    36 

    2. Audit Through the Computer

    Pada metode ini, auditor tidak hanya melakukan pengujian pada

    input   dan output   melainkan juga pemeriksaan secara langsung

    terhadap pemrosesan komputer melalui pemeriksaan logika dan

    akurasi program meliputi  coding  program, desain aplikasi, serta hal

    lain yang berkaitan dengan program aplikasinya.

    3. Audit With the Computer  

    Pada metode ini audit dilakukan dengan menggunakan

    komputer dan software untuk mengotomatisasi prosedur pelaksanaan

    audit. Metode ini sangat bermanfaat dalam pengujian substantif atas

     file  dan record   perusahaan. Salah satu software  audit yang dapat

    digunakan adalah GAS (Generalized Audit Software) dan SAS

    (Specialized Audit Software).

    2.5.5  Standar Audit Sistem Informasi

    Menurut Sanyoto Gondodiyoto dan Hendarti (2007, pp153-154)

    CobIT (Control Objectives for Information and Related Technology)

    adalah sekumpulan dokumentasi yang best practices untuk IT governance 

    yang dapat membantu auditor , pengguna (user ) dan manajemen untuk

    menjembatani pembatas antara resiko bisnis, kebutuhan control  dan

    masalah-masalah teknis TI. CobIT bermanfaat bagi auditor karena

    merupakan teknik yang dapat membantu dalam identifikasi  IT Control

     Issue. CobIT berguna bagi para information technology users  karena

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    31/60

    37 

    memperoleh keyakinan atas kehandalan sistem aplikasi yang digunakan.

    Sedangkan, para manajer memperoleh manfaat dalam keputusan investasi

    dibidang teknologi informasi, menentukan arsitektur informasi dan

    keputusan atas  procurement   (pengadaan atau pembelian) mesin.

    Disamping itu, dengan kehandalan sistem informasi yang ada pada

     perusahaannya, diharapkan berbagai keputusan bisnis dapat didasarkan

    atas informasi yang ada. CobIT mendukung manajemen dalam

    mengoptimalkan investasi teknologi informasi melalui ukuran-ukuran

    yang akan memberi sinyal bahaya bila terjadi suatu kesalahan atau resiko

    yang sedang terjadi. Manajemen perusahaan harus memastikan bahwa

    sistem pengendalian intern perusahaan bekerja dengan baik, artinya dapat

    mendukung proses bisnis perusahaan yang secara jelas menggambarkan

     bagaimana setiap aktivitas pengendalian individual memenuhi tuntutan

    dan kebutuhan informasi serta, efeknya terhadap sumber daya teknologi

    informasi perusahaan. Sumber daya teknologi informasi merupakan

    elemen yang sangat disorotkan CobIT, termasuk pemenuhan kebutuhan

     bisnis terhadap:

    1.  Efektivitas ( Effectiveness) 

    Untuk memperoleh informasi yang relevan dan berhubungan dengan

     proses bisnis seperti penyampaian informasi dengan benar, konsisten,

    dapat dipercaya dan tepat waktu.

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    32/60

    38 

    2.  Efisiensi ( Efficiency) 

    Memfokuskan pada ketentuan informasi melalui penggunaan sumber

    daya yang optimal. 

    3.  Kerahasiaan (Confidentialy) 

    Memfokuskan proteksi terhadap informasi yang penting dari orang

    yang tidak memiliki hak otorisasi.

    4.  Keterpaduan ( Integrity) 

    Yang sesuai dengan harapan dan berhubungan dengan keakuratan dan

    kelengkapan informasi sebagai kebenaran nilai bisnis. 

    5.  Ketersediaan ( Availability) 

    Berhubungan dengan informasi yang tersedia ketika diperlukan

    dengan proses bisnis sekarang dan yang akan datang. 

    6.  Kepatuhan pada kebijakan dan peraturan (Compliance) 

    Sesuai menurut hukum, peraturan dan rencana perjanjian untuk proses

     bisnis. 

    7.  Kehandalan informasi ( Reliability) 

    Berhubungan dengan ketentuan, kecocokkan informasi untuk

    manajemen mengoperasikan entitas, mengatur pelatihan keuangan

    dan kelengkapan laporan pertanggungjawaban.

    Komponen CobIT terdiri atas :

    1.   Executive Summary 

    Terdiri dari executive overview  yang menyediakan kesadaran

    sepenuhnya dan pemahaman konsep utama dan prinsip COBIT,

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    33/60

    39 

    termasuk pula ringkasan  framework   yang menyediakan penjelasan

    mengenai konsep dan prinsip ini.

    2. 

    Framework  

    Menjelaskan bagaimana proses TI mengirimkan informasi yang

    dibutuhkan oleh organisasi dalam mencapai tujuannya. Antara lain

    34 (tiga puluh empat) tujuan pengendalian tingkat tinggi yang berisi 4

    (empat) domain, 7 (tujuh) informasi aktual (effectiveness, efficiency,

    actualnality, integrity, availability, compliance  and   reliability), 318

    (tiga ratus delapan belas) control objectives  dan audit  guidelines,

    management guidelines and  implementation guide.

    3.  Control Objectives 

    Menyediakan pemahaman yang kritis yang dibutuhkan untuk

    menggambarkan kebijakan yang jelas dan praktek yang baik untuk

     pengendalian TI.

    4.  Control Practices 

    Menyediakan panduan bagaimana pengendalian dibutuhkan dan

     praktek terbaik yang sesuai dengan tujuan pengendalian yang spesifik

    serta, membantu memastikan solusi yang lengkap dan sukses jika

    diimplementasikan.

    5.   Audit Guidelines 

    Berisi sebanyak 318 (tiga ratus delapan belas) tujuan-tujuan

     pengendalian yang bersifat rinci (detail control objective) untuk

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    34/60

    40 

    membantu para auditor dalam memberi management assurance dan

    saran perbaikan.

    6.  Management Guidelines 

    Terdiri dari maturity models, untuk membantu menentukan tingkat

     pelaksanaan, pengharapan atas pengendalian dan membandingkannya

    dengan norma industri; Critical Success Factors, untuk

    mengidentifikasi tindakan yang paling penting dalam mencapai

     pengendalian dalam proses TI; Key Goal Indicators, untuk

    mendefinisikan tingkat target atau pelaksanaan; dan Key Performance

     Indicators, untuk mengukur apakah proses pengendalian aplikasi TI

    sudah sesuai dengan tujuannya.

    7.  CobIT Quickstart  TM

    Membantu pemakaian elemen CobIT dengan cepat dan mudah.

    Kerangka kerja CobIT terdiri atas beberapa arahan (Guidelines),

    yakni (2007, pp165-167) :

    Control Objectives 

    Terdiri dari 4 (empat) unsur utama, yaitu :

    1.  Perencanaan dan Pengorganisasian (Planning and Organizing)

    Yaitu mencakup pembahasan tentang identifikasi dan strategi

    investasi teknologi informasi yang dapat memberikan informasi

    yang terbaik untuk mendukung pencapaian tujuan bisnis.

    Selanjutnya, identifikasi dan visi strategis perlu direncanakan,

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    35/60

    41 

    dikomunikasikan dan diatur pelaksanaannya (dari berbagai

     perspektif).

    2. 

    Akuisisi dan Implementasi ( Acquisition and Implementation)

    Yaitu untuk merealisasi strategi teknologi informasi, perlu diatur

    kebutuhan teknologi informasi, diidentifikasi, dikembangkan atau

    diimplementasikan secara terpadu dalam proses bisnis

     perusahaan.

    3.  Penyerahan dan Pendukung ( Delivery and Support )

    Hal ini lebih dipusatkan pada ukuran tentang aspek dukungan

    teknologi informasi terhadap kegiatan operasional bisnis (tingkat

     jasa layanan teknologi informasi aktual atau service level) dan

    aspek urutan (prioritas implementasi dan untuk pelatihannya).

    4.  Memantau ( Monitoring)

    Yaitu semua proses teknologi informasi yang perlu dinilai secara

     berkala agar kualitas dan tujuan dukungan teknologi informasi

    tercapai dan kelengkapannya berdasarkan pada syarat

     pengendalian intern yang baik.

    CobIT Domain High Level Objectives

    1. Plan and Organize 1.  Definisikan arah dan rencana

    strategis teknologi informasi.2.  Definisikan arsitektur informasi.

    3.  Tentukan arah teknologi.

    4.  Definisikan proses-proses teknologi

    informasi, organisasi dan

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    36/60

    42 

    CobIT Domain High Level Objectives

    hubungannya.

    5.  Mengelola investasi teknologi

    informasi.

    6.  Mengkomunikasikan arah dan tujuan

    manajemen.

    7.  Mengelola sumber daya manusia

    teknologi informasi.

    8.  Mengelola kualitas.

    9.  Mengkaji dan mengelola resiko

    teknologi informasi.10. Mengelola proyek-proyek.

    2.  Acquire and Implement 1.  Identifikasi solusi-solusi otomatis.

    2.  Memperoleh dan memelihara

    aplikasi perangkat lunak.

    3.  Memperoleh dan memelihara

    infrastruktur teknologi.

    4.  Memperbolehkan operasi dan

     penggunaan.

    5.  Memperoleh sumber daya teknologi

    informasi.

    6.  Mengatur perubahan.

    7.  Memasang dan mengakui solusi dan

     perubahan.

    3.  Deliver and Support 1.  Definisikan dan mengatur tahapan

     pelayanan.

    2.  Mengatur jasa pihak ketiga.

    3.  Mengatur kinerja dan kapasitas.

    4.  Memastikan kelangsungan

     pelayanan.

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    37/60

    43 

    CobIT Domain High Level Objectives

    5.  Memastikan keamanan sistem.

    6.  Identifikasi dan menetapkan harga.

    7. 

    Mendidik dan melatih pengguna.

    8.  Mengatur bagian pelayanan dan

     peristiwa.

    9.  Mengatur susunan.

    10. Mengatur masalah.

    11. Mengatur data.

    12. Mengatur lingkungan fisik.

    13. Mengatur operasi.

    4.  Monitor and Evaluate 1.  Mengawasi dan mengevaluasi proses

    teknologi informasi.

    2.  Mengawasi dan mengevaluasi

     pengawasan interen.

    3.  Memastikan pemenuhan pengaturan.

    4.  Menyediakan Pemerintahan

    teknologi informasi

    ( Information Technology

    Governance).

    Tabel 2.1 Domain and High Level Controls CobIT  

    Sumber : CobIT 4.1 (2007)

    CobIT diharapkan dapat membantu menemukan berbagai macam

    kebutuhan manajemen berkaitan dengan teknologi informasi, membantu

    mengoptimalkan investasi teknologi informasi, dan menyediakan ukuran

    (kriteria) ketika terjadi penyelewengan atau penyimpangan serta, dapat

    diterapkan dan diterima sebagai standar keamanan teknologi informasi

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    38/60

    44 

    dan praktek kendali untuk mendukung kebutuhan manajemen dalam

    menentukan dan memantau tingkatan yang sesuai dengan keamanan dan

    kendali organisasi mereka.

    Standar audit sistem informasi disusun oleh  Information Systems

     Audit and Control Association  (ISACA). Selain itu, ISACA juga

    menerbitkan  IS Auditing Guidance  dan  IS Auditing Procedure. Standar

    adalah sesuatu yang harus dipenuhi oleh IS auditor . Berikut ini adalah

    standar untuk audit IT yang terdiri dari 16 (enam belas) standar yaitu :

    1.   Audit Charter (1 Januari 2005) 

    a)  Tujuan, tanggungjawab, wewenang dan akuntabilitas dari fungsi

    audit sistem informasi atau tugas audit sistem informasi audit

    harus didokumentasikan secara tepat dalam piagam audit atau

    surat perjanjian.

     b) 

    Audit charter  atau surat perjanjian harus disepakati dan disetujui

     pada tingkat yang sesuai dalam organisasi.

    2.   Independence (1 Januari 2005) 

    a)  Independensi Profesional

    Dalam semua hal yang berkaitan dengan audit,  IS auditor harus

    independen baik dalam sikap dan penampilan.

     b)  Independensi organisasi

    Fungsi audit SI harus independen dari area atau kegiatan yang

    diperiksa untuk tujuan memungkinkan penyelesaian tugas audit.

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    39/60

    45 

    3.  Professional Ethics and Standards (1 Januari 2005) 

    a) 

     Auditor SI harus mentaati ISACA Code of Professional Ethics.

     b)  Auditor  SI harus menjalankan tugasnya secara seksama, termasuk

    mengikuti standar audit profesional yang berlaku.

    4.  Professional Competence (1 Januari 2005) 

    a)   Auditor SI profesional harus kompeten, memiliki keterampilan

    dan pengetahuan untuk melakukan tugas audit.

     b)   Auditor SI harus menjaga kompetensi profesional melalui

     pendidikan profesional berkelanjutan dan pelatihan 

    5.  Planning (1 Januari 2005) 

    a)   Auditor SI harus merencanakan cakupan audit sistem informasi

    untuk tujuan audit dan, mematuhi hukum yang berlaku serta

    standar auditing yang profesional.

     b) 

     Auditor   SI harus mengembangkan dan mendokumentasikan

    sebuah pendekatan audit berbasis resiko. 

    c)   Auditor SI harus mengembangkan dan dokumen rencana audit

    merinci sifat dan tujuan, waktu dan luas dan sumber daya yang

    diperlukan. 

    d)   Auditor SI harus mengembangkan program audit dan prosedur.

    6.  Performance of Audit Work (1 Januari 2005) 

    a)  Supervision - staf audit SI harus diawasi untuk memberikan

     jaminan bahwa tujuan audit yang dicapai dan diterapkan standar

    audit profesional sudah terpenuhi.

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    40/60

    46 

     b)   Evidence  - Selama audit, auditor SI harus mendapatkan cukup,

    dapat diandalkan dan bukti yang relevan untuk mencapai tujuan

    audit. Temuan audit dan kesimpulan harus didukung oleh analisis

    dan interpretasi yang tepat dari bukti yang ada.

    c)   Documentation  - Proses audit harus didokumentasikan,

    menggambarkan pekerjaan audit serta, bukti audit yang

    mendukung temuan auditor SI dan kesimpulan.

    7.   Reporting (1 Januari 2005) 

    a)   Auditor SI harus memberikan laporan, dalam bentuk yang tepat,

    setelah selesainya audit. Laporan harus mengidentifikasi

    organisasi, yang dimaksudkan penerima dan semua larangan pada

    sirkulasi. 

     b)  Laporan audit harus menyatakan lingkup, tujuan, cakupan dan

     periode sifat, waktu dan luasnya pekerjaan audit yang dilakukan. 

    c)  Laporan harus menyatakan temuan, kesimpulan dan rekomendasi

    dan setiap pemesanan, kualifikasi atau batasan dalam ruang

    lingkup yang telah auditor SI periksa. 

    d)   Auditor SI harus mempunyai cukup bukti-bukti audit dan tepat

    untuk mendukung hasil yang dilaporkan.

    e)  Ketika dikeluarkan, laporan SI auditor harus ditandatangani,

    tanggal dan didistribusikan sesuai dengan ketentuan audit piagam

    atau surat perjanjian. 

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    41/60

    47 

    8.  Follow Up Activities (1 Januari 2005) 

    Setelah pelaporan temuan dan rekomendasi, auditor SI harus meminta

    dan mengevaluasi informasi yang relevan untuk menyimpulkan

    apakah tindakan yang tepat telah diambil oleh manajemen pada waktu

    yang tepat.

    9.   Irregularities and Illegal Acts (1 September 2005) 

    a)  Dalam merencanakan dan melaksanakan audit untuk mengurangi

    resiko audit ke tingkat yang lebih rendah, auditor SI harus

    mempertimbangkan resiko penyimpangan dan tindakan-tindakan

    ilegal. 

     b)   Auditor SI harus memelihara sikap skeptis profesional selama

    audit, mengakui kemungkinan bahwa misstatements materi akibat

    ketidakberesan dan tindakan melawan hukum bisa ada, terlepas

    dari evaluasi resiko dan tindakan-tindakan ilegal.

    c)   Auditor SI harus memperoleh pemahaman tentang organisasi dan

    lingkungannya, termasuk kontrol internal. 

    d)   Auditor SI harus mendapatkan cukup bukti-bukti audit yang

    sesuai untuk menentukan apakah manajemen atau orang lain

    dalam organisasi memiliki pengetahuan aktual apa saja, diduga

    atau dugaan penyimpangan dan tindakan-tindakan ilegal. 

    e)  Ketika melakukan prosedur audit untuk memperoleh pemahaman

    tentang organisasi dan lingkungannya, auditor   SI harus

    mempertimbangkan hubungan luar biasa atau tak terduga yang

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    42/60

    48 

    mungkin menunjukkan resiko misstatements  materi akibat

    ketidakberesan dan tindakan ilegal. 

    f) 

     Auditor   SI harus merancang dan melakukan prosedur untuk

    menguji kesesuaian pengendalian internal dan manajemen resiko. 

    g)  Ketika auditor SI mengidentifikasi sebuah kesalahan pernyataan,

    auditor   SI harus menilai apakah suatu kesalahan pernyataan

    seperti itu mungkin be indicative  dari ketidakteraturan atau

    tindakan ilegal. Jika ada indikasi seperti itu, auditor SI harus

    mempertimbangkan implikasi dalam kaitannya dengan aspek-

    aspek lain dari audit dan khususnya re- presentasi manajemen. 

    h)   Auditor   SI harus memperoleh re-presentasi tertulis dari

    manajemen setidaknya setiap tahun atau lebih sering tergantung

     pada keterlibatan audit harus: 

    1. 

    Mengakui tanggungjawabnya untuk desain dan pelaksanaan

     pengendalian internal untuk mencegah dan mendeteksi

     penyimpangan atau tindakan ilegal 

    2.  Menyebarkan hasil penilaian resiko salah saji material yang

    mungkin ada sebagai hasil dari ketidakteraturan atau tindakan

    ilegal 

    3.  Mengungkapkan kepada auditor   SI pengetahuan

     penyimpangan atau tindakan ilegal yang mempengaruhi

    organisasi dalam hubungannya dengan: 

    - Manajemen

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    43/60

    49 

    - Karyawan yang memiliki peran penting dalam

     pengendalian internal 

    4. 

    Sebarkan ke auditor SI pengetahuan dari setiap dugaan

     penyimpangan atau tindakan ilegal atau dugaan

     penyimpangan atau tindakan melawan hukum yang

    mempengaruhi organisasi seperti yang disampaikan oleh para

    karyawan, mantan karyawan dan regulator . 

    i)  Jika auditor SI telah mengidentifikasi bahan ketidakteraturan

    atau tindakan ilegal atau memperoleh informasi yang material

    ketidakteraturan atau tindakan ilegal mungkin ada, auditor   SI

    harus mengkomunikasikan hal ini pada tingkat yang sesuai pada

    manajemen dengan tepat waktu. 

     j)  Jika auditor  SI telah mengidentifikasi bahan ketidakteraturan atau

    tindakan ilegal yang melibatkan manajemen atau karyawan yang

    memiliki peran penting dalam pengendalian internal, auditor SI

    harus mengkomunikasikan hal ini pada waktu yang tepat untuk

    mereka yang dituduh oleh pemerintah 

    k)   Auditor SI harus memberikan saran yang sesuai tingkat

    manajemen dan mereka yang dituduh dengan kelemahan dalam

    desain dan pelaksanaan pengendalian internal untuk mencegah

    dan mendeteksi penyimpangan dan tindakan-tindakan ilegal yang

    mungkin datang ke auditor   SI selama pemeriksaan. 

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    44/60

    50 

    l)  Jika auditor SI menemukan keadaan yang tidak biasa dan yang

    mempengaruhi kemampuan auditor SI untuk terus melakukan

    audit sebagai akibat salah saji material atau tindakan ilegal,

    auditor   SI harus mempertimbangkan hukum dan tanggungjawab

     profesional yang berlaku, termasuk apakah ada persyaratan untuk

    auditor SI untuk melaporkan kepada orang- orang yang masuk ke

    dalam perjanjian atau dalam beberapa kasus mereka yang dituduh

    yang mendapatkan penugasan, penanggungjawab perusahaan atau

     pihak berwenang, bila perlu mengundurkan diri dari penugasan. 

    m) 

     Auditor SI harus mendokumentasikan semua komunikasi,

     perencanaan, hasil, evaluasi dan kesimpulan yang berkaitan

    dengan materi irregularities dan illegal acts yang telah dilaporkan

    kepada manajemen, pihak yang bertanggungjawab lain atau pihak

    yang berwenang. 

    10.  IT Governance (1 September 2005) 

    a)   Auditor SI harus meninjau dan menilai apakah fungsi organisasi

    SI sejalan dengan misi, visi, nilai-nilai, tujuan dan strategi. 

     b)   Auditor SI harus meninjau apakah fungsi SI atas pernyataan yang

     jelas tentang kinerja yang diharapkan oleh bisnis (efektivitas dan

    efisiensi) dan menilai pencapaiannya. 

    c)   Auditor SI harus meninjau dan menilai efektivitas SI sumber daya

    dan proses manajemen kinerja. 

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    45/60

    51 

    d)   Auditor SI harus meninjau dan menilai kepatuhan terhadap

    hukum, lingkungan dan kualitas informasi, fidusia serta

     persyaratan keamanan.  Sebuah pendekatan berbasis risiko harus

    digunakan oleh auditor SI untuk mengevaluasi fungsi SI. 

    e)   Auditor  SI harus meninjau dan menilai lingkungan pengendalian

    organisasi. 

     f) 

     Auditor  SI harus meninjau dan menilai resiko yang mungkin efek

    negatif lingkungan SI. 

    11. Use of Risks Assessment in Audit Planning (1 November 2005) 

     Auditor SI harus menggunakan penilaian resiko yang tepat atau

     pendekatan dalam mengembangkan SI, keseluruhan rencana audit dan

    dalam menentukan prioritas yang efektif. 

    Ketika me-review  perencanaan individu, auditor SI harus

    mengidentifikasi dan menilai risiko yang relevan dengan area di

     bawah review. 

    12.  Audit Materiality (1 Juli 2006) 

    a)   Auditor SI harus menggunakan penilaian resiko yang tepat teknik

    atau pendekatan dalam mengembangkan keseluruhan rencana

    audit SI dan dalam menentukan prioritas yang efektif. 

     b)  Apabila me-review  perencanaan individu, auditor SI harus

    mengidentifikasi dan menilai resiko yang relevan dengan luas

    area di bawah tinjauan. 

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    46/60

    52 

    13. Using the Work of Other Expert (1 Juli 2006) 

    a)   Auditor SI harus, dimana tepat, pertimbangkan untuk

    menggunakan karya para ahli lainnya untuk audit. 

     b)   Auditor SI harus menilai dan merasa puas dengan kualifikasi

     profesional, kompetensi, pengalaman yang relevan, sumber daya,

    kemandirian dan pengendalian mutu proses ahli lain, sebelum

     perjanjian. 

    c)   Auditor SI harus menilai, meninjau, mengevaluasi kerja ahli lain

    sebagai bagian dari audit dan menyimpulkan tingkat penggunaan

    dan ketergantungan pada pekerjaan ahli. 

    d)   Auditor SI harus menentukan dan menyimpulkan apakah karya

    ahli lain memadai dan lengkap untuk mengaktifkan auditor SI

    untuk menyimpulkan pada saat tujuan audit. Kesimpulan seperti

    itu harus secara jelas didokumentasikan. 

    e)   Auditor SI harus menerapkan prosedur test   tambahan untuk

    memperoleh audit yang cukup dan sesuai keadaan dimana karya

     para ahli lain tidak cukup memberi bukti audit dan tepat. 

     f) 

     Auditor SI harus memberikan opini audit yang sesuai dan

    mencakup lingkup dimana bukti yang diperlukan tidak diperoleh

    melalui prosedur tes tambahan. 

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    47/60

    53 

    14.  Audit Evidence (1 Juli 2006) 

    a)   Auditor SI harus mendapatkan cukup dan bukti-bukti audit yang

    tepat untuk menarik kesimpulan yang masuk akal yang

    mendasarkan hasil audit. 

     b)   Auditor SI harus mengevaluasi kecukupan bukti audit yang

    diperoleh selama audit.

    15.  IT Controls (1 February 2009) 

    a)   Auditor SI harus mengevaluasi dan memonitor kontrol TI yang

    merupakan bagian integral dari lingkungan pengendalian internal

    organisasi. 

     b)   Auditor SI harus membantu manajemen dengan memberikan

    saran mengenai rancangan, pelaksanaan, operasi dan peningkatan

    kontrol TI.

    16. 

     E-commerce (1 February 2009) 

     Auditor SI harus mengevaluasi dan menilai resiko ketika meninjau

    lingkungan e-commerce  untuk memastikan bahwa transaksi e-

    commerce telah benar dikontrol.

    2.5.6  Instrumen Audit Sistem Informasi

    Menurut Indriantoro (2002, pp152-160) terdapat 2 (dua) metode

     pengumpulan data primer yang diperoleh secara langsung dari sumber

    asli:

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    48/60

    54 

    1.  Metode Survei 

    Metode survei merupakan pengumpulan data primer yang

    menggunakan pertanyaan lisan dan tertulis. Metode ini memerlukan

    adanya kontak atau hubungan antara peneliti dengan subyek

    (responden) penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan. Data

     penelitian berupa data subyek yang menyatakan opini, sikap,

     pengalaman atau karakteristik subyek penelitian secara individual

    atau secara berkelompok. Ada 2 (dua) teknik pengumpulan data

    dalam metode survei :

    a.  Wawancara ( Interview) 

    Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dalam

    metode survei yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada

    subyek penelitian (orang atau pegawai perusahaan). Teknik

    wawancara dilakukan jika peneliti memerlukan komunikasi atau

    hubungan dengan responden.

    Teknik wawancara dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu :

    melalui tatap muka atau melalui telepon. 

     b.  Checklist  

    Checklist   digunakan untuk mengumpulkan data berisi

     pilihan jawaban untuk mempermudah dalam mengecek kebenaran

    dan kelengkapan data, serta memberikan rekomendasi terhadap

    masalah yang dihadapi perusahaan terutama di bidang sistem

    informasi persediaan.

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    49/60

    55 

    2.  Metode Observasi 

    Metode observasi merupakan proses pencatatan pola perilaku

    subyek (orang), obyek (benda) atau kejadian yang sistematik tanpa

    adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang

    diteliti.

    2.6  Teknik Penilaian Resiko

    Menurut buku Maiwald (2003, p144) penilaian resiko sistem informasi

    dibagi menjadi beberapa tingkatan kategori, yaitu :

    a)   Low 

    Resiko dinilai jarang terjadi dan tidak dapat mempengaruhi operasi

     perusahaan atau sistem internal kontrol dalam suatu organisasi.

    Contohnya : mati lampu, terganggunya jaringan server  di kantor   cabang, dan

    lain-lain.

     b)   Medium 

    Resiko yang dinilai jarang atau sering terjadi tetapi dapat memberikan

    dampak yang tidak terlalu mempengaruhi operasi perusahaan dan sistem

    internal kontrol dalam organisasi.

    Contohnya : keterlambatan karyawan, data yang tidak akurat dan tidak

    lengkap, ketidaktersediaan aset perusahaan dan pengamanan arsip data yang

    kurang memadai, dan lain-lain.

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    50/60

    56 

    c)   High 

    Resiko yang dinilai sering terjadi dan secara langsung dapat mempengaruhi

    kegiatan operasi perusahaan dan mengancam sistem internal kontrol

    organisasi.

    Contohnya : banjir, virus, kurang disiplinnya karyawan dalam memanfaatkan

     jam kerja, kebocoran informasi rahasia perusahaan, dan lain-lain.

    2.7  Pengertian Sistem Informasi Persediaan

    2.7.1  Pengertian Persediaan

    Menurut Mulyadi dan Puradiredja (2001, p112) , ”inventory atau

     persediaan terdiri dari barang dagangan yang dimaksud untuk

    diperjualbelikan serta, bahan baku dan bahan pembantu yang dipakai

    dalam proses produksi barang yang akan dijual”.

     Niswonger, Warren, Reeve dan Fess (2002, p350),

    mendefinisikan, “ Inventory is merchandise held for sell in the normal

    course of business and materials in the process of production or held for

     production.” Secara garis besar dapat diartikan bahwa persediaan

    digunakan untuk menjelaskan (1) Barang-barang yang disimpan untuk

     penjualan dalam proses bisnis. (2) Bahan baku dalam proses produksi

    yang disimpan serta digunakan untuk keperluan produksi.

    Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

     persediaan merupakan barang yang terdiri dari bahan baku dan bahan

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    51/60

    57 

     pembantu yang disimpan untuk proses produksi atau untuk penjualan

    dalam aktivitas bisnis perusahaan.

    2.7.2  Jenis-jenis Persediaan

    Menurut Zaki Baridwan (2000, p150) jenis persediaan yang ada

    dalam perusahaan manufaktur adalah:

    1. Persediaan bahan baku dan bahan penolong

    Bahan baku adalah barang-barang yang akan menjadi bagian dari

     produk jadi yang dengan mudah dapat diikuti biayanya, sedangkan

     bahan penolong adalah barang-barang yang juga menjadi bagian dari

     produk jadi tetapi jumlahnya kecil atau sulit diikuti biayanya.

    2. Supplies pabrik

    Supplies  pabrik adalah barang-barang yang mempunyai fungsi

    melancarkan proses produksi misalnya oli mesin, bahan pembersih

    mesin.

    3. Barang dalam proses

    Barang dalam proses adalah barang-barang yang sedang

    dikerjakan (diproses) tetapi pada tanggal neraca barang-barang tadi

     belum selesai dikerjakan. Untuk dapat dijual masih diperlukan

     pengerjaan lebih lanjut.

    4. Produk selesai

    Produk selesai adalah barang-barang yang sudah selesai

    dikerjakan dalam proses produksi dan menunggu saat penjualan.

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    52/60

    58 

    Sedangkan menurut Arens dan Loebbecke (2003, p553), dalam

     perusahaan, persediaan manufaktur terdiri dari : persediaan produk jadi,

     persediaan produk dalam proses, persediaan bahan baku, persediaan

     bahan penolong, persediaan bahan habis pakai pabrik, persediaan suku

    cadang. Dalam perusahaan dagang, persediaan hanya terdiri dari satu

    golongan yaitu persediaan barang dagang dan merupakan barang yang

    dibeli untuk dijual kembali.

    2.7.3  Prosedur Dalam Persediaan Bahan Baku

    Menurut Mulyadi (2001, p569), sistem dan prosedur yang

     berkaitan dengan persediaan bahan baku adalah:

    1.  Prosedur pencatatan persediaan yang dibeli

    Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang membentuk

    sistem pembelian dimana dalam prosedur ini, barang yang dibeli

    dicatat ke dalam catatan barang masuk.

    2.  Prosedur pencatatan persediaan yang di retur  ke pemasok

    Prosedur ini merupakan prosedur pengurangan kuantitas

     persediaan atau sebagai pengurangan utang ke pemasok. Prosedur ini

     juga membentuk sistem pembelian.

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    53/60

    59 

    3.  Prosedur pencatatan persediaan yang dijual

    Prosedur ini merupakan salah satu prosedur yang membentuk

    sistem penjualan, dimana dalam prosedur ini barang yang dijual

    dicatat kedalam catatan barang keluar.

    4.  Prosedur pencatatan persediaan yang dikembalikan oleh pelanggan

    Prosedur ini merupakan prosedur penambahan kuantitas

     persediaan dan sebagai pengurangan piutang pelanggan. Prosedur ini

     juga membentuk sistem penjualan.

    5.  Sistem penghitungan fisik persediaan

    Sistem ini biasanya digunakan oleh perusahaan untuk

    menghitung secara fisik persediaan yang disimpan di gudang, yang

    hasilnya digunakan untuk meminta pertanggungjawaban bagian

    gudang mengenai pelaksanaan fungsi penyimpanan dan

     pertanggungjawaban mengenai kehandalan pencatatan persediaan

    yang diselenggarakan serta untuk melakukan penyesuaian terhadap

    catatan dengan fisik persediaan.

    2.7.4  Fungsi Yang Terkait Dalam Sistem Persediaan

    Menurut Mulyadi (2001, p579), fungsi yang berkaitan dengan

     persediaan bahan baku adalah:

    1)  Panitia Penghitungan Fisik Persediaan

    Panitia ini berfungsi untuk melaksanakan penghitungan fisik

     persediaan dan menyerahkan hasil penghitungan tersebut kepada

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    54/60

    60 

     bagian kartu persediaan untuk digunakan sebagai dasar adjustment  

    terhadap catatan persediaan dalam kartu persediaan.

    2) 

    Fungsi Akuntansi

    Dalam sistem penghitungan fisik persediaan, fungsi ini

     bertanggungjawab untuk mencantumkan harga pokok satuan

     persediaan yang dihitung ke dalam daftar hasil penghitungan fisik,

    mengalihkan kuantitas dan harga pokok per satuan yang tercantum

    dalam daftar hasil penghitungan fisik, mencantumkan harga pokok

    total dalam daftar hasil penghitungan fisik, melakukan adjustment

    terhadap kartu persediaan berdasar data hasil penghitungan fisik

     persediaan, membuat bukti memorial untuk mencatat adjustment  data

     persediaan dalam jurnal umum berdasarkan hasil pengitungan fisik

     persediaan.

    3) 

    Fungsi Gudang

    Dalam sistem penghitungan fisik persediaan, fungsi gudang

     bertanggungjawab untuk melakukan adjustment data kuantitas

     persediaan yang dicatat dalam kartu gudang berdasarkan hasil

     penghitungan fisik persediaan.

    2.7.5 

    Dokumen Yang Digunakan Dalam Sistem Persediaan Bahan Baku

    Menurut Mulyadi (2001, p569), dokumen yang berkaitan dengan

     persediaan bahan baku adalah:

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    55/60

    61 

    1.  Dokumen dalam prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang

    dibeli 

    Dokumen sumber yang digunakan dalam prosedur pencatatan harga

     pokok persediaan yang dibeli adalah: laporan penerimaan barang  dan

    bukti kas keluar . Laporan penerimaan barang digunakan oleh Bagian

    Gudang sebagai dasar pencatatan tambahan kuantitas barang dari

     pembelian ke dalam kartu gudang. Bukti kas keluar yang dilampiri

    dengan laporan penerimaan barang, surat order  pembelian dan faktur

    dari pemasok dipakai sebagai dokumen sumber dalam pencatatan

    harga pokok persediaan yang dibeli dalam register   bukti kas keluar

    atau voucher register. Bukti kas keluar juga dipakai sebagai dasar

     pencatatan tambahan kuantitas dan harga pokok persediaan ke dalam

    kartu persediaan.

    2. 

    Dokumen dalam pencatatan harga pokok persediaan yang

    dikembalikan kepada pemasok  

    Dokumen yang digunakan dalam prosedur ini adalah laporan

     pengiriman barang dan memo debit . Laporan pengiriman barang

    digunakan oleh bagian gudang untuk mencatat kuantitas persediaan

    yang dikirimkan kembali kepada pemasok ke dalam kartu gudang.

    Memo debit yang diterima dari bagian pembelian digunakan oleh

     bagian kartu persediaan untuk mencatat kuantitas dan harga pokok

     persediaan yang dikembalikan kepada pemasok ke dalam kartu

     persediaan.

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    56/60

    62 

    3.  Dokumen dalam prosedur pengembalian barang gudang 

    Dokumen yang digunakan dalam prosedur ini adalah bukti

     pengembalian barang gudang. Dokumen ini digunakan oleh bagian

    gudang untuk mencatat tambahan kuantitas persediaan ke dalam kartu

    gudang. Dokumen ini juga dipakai oleh bagian kartu persediaan untuk

    mencatat tambahan kuantitas dan harga pokok persediaan ke dalam

    kartu persediaan, untuk mencatat berkurangnya biaya ke dalam kartu

     biaya dan untuk mencatat pengembalian barang gudang tersebut ke

    dalam jurnal umum.

    4.  Dokumen dalam prosedur penghitungan fisik persediaan

    Dokumen yang digunakan untuk merekam, meringkas dan

    membukukan hasil penghitungan fisik persediaan adalah:

    a)  Kartu Penghitungan Fisik (Inventory Tag) 

    Dokumen ini digunakan untuk merekam hasil penghitungan fisik

     persediaan.

     b)  Daftar Hasil Penghitungan Fisik (Inventory Summary Sheet) 

    Dokumen ini digunakan untuk meringkas data yang telah direkam

    dalam bagian ke dua kartu penghitungan fisik.

    c)  Bukti Memorial

    Dokumen ini merupakan dokumen sumber yang digunakan untuk

    membukukan adjustment rekening persediaan sebagai akibat dari

    hasil penghitungan fisik ke dalam jurnal umum.

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    57/60

    63 

    2.7.6  Informasi Yang Diperlukan Dalam Sistem Persediaan

    Menurut penulis, informasi utama yang diperlukan dalam sistem

     persediaan :

    1.  Laporan Penerimaan barang

    Laporan yang berisi jumlah barang yang diterima dari supplier   oleh

     bagian gudang yang dikarenakan adanya transaksi pembelian.

    2.  Laporan Saldo stock  

    Merupakan laporan yang menginformasikan nama, jenis dan jumlah

     persediaan perusahaan pada suatu periode tertentu, biasanya untuk

     periode 1 (satu) bulan.

    3.  Laporan pemeriksaan bulanan

    Merupakan laporan hasil penghitungan fisik persediaan ada dalam

    gudang. Hasilnya akan dibandingkan dengan stock   yang ada dalam

    sistem dan biasanya pemeriksaan bulanan dilakukan sebulan sekali

    dalam perusahaan.

    2.7.7  Metode Pencatatan Persediaan

    Menurut Skousen (2001, p428), sistem pencatatan persediaan ada 2 (dua)

    yaitu :

    a.  Sistem Persediaan Periodik

    Sistem persediaan dimana harga barang yang dijual tidak

    ditentukan, ketika setiap penjualan terjadi pembelian dicatat pada

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    58/60

    64 

    rekening pembelian dan persediaan akhir ditentukan dengan

     penghitungan fisik.

     b. 

    Sistem Persediaan Perpetual 

    Sistem persediaan dimana detail pencatatan setiap pembelian

    dan penjualan dibuat, sistem barcode merupakan contoh dari sistem

    ini. Dengan sistem perpetual, persediaan fisik periodik dihitung untuk

    mengetahui jumlah persediaan yang hilang atau rusak.

    2.7.8  Metode Penilaian Persediaan

    Menurut Skousen (2001, p524), ada 3 (tiga) metode dalam

    melakukan penilaian persediaan, yaitu :

    1.  Metode FIFO (First In First Out)

    Metode ini didasarkan asumsi bahwa harga yang sudah terjual, dinilai

    menurut harga pembelian barang yang terdahulu (pertama) masuk.

    Dengan demikian, persediaan akhir dinilai menurut harga pembelian

     barang yang terakhir masuk.

    2.  Metode LIFO (Last In First Out)

    Metode ini didasarkan atas asumsi bahwa harga yang telah terjual

    dinilai menurut harga pembelian barang yang terakhir masuk

    sehingga persediaan yang masih ada dinilai berdasarkan harga

     pembelian barang yang terdahulu.

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    59/60

    65 

    3.  Metode Rata-Rata (Weight Average Method)

    Metode ini didasarkan atas harga rata-rata, dimana harga tersebut

    dipengaruhi jumlah barang yang diperoleh pada masing-masing

    harganya. Dengan demikian persediaan dinilai berdasarkan harga

    rata-rata.

    2.7.9  Fungsi Persediaan 

    Menurut Mulyadi (2001, p242), ada 5 (lima) fungsi dari

     persediaan, yaitu :

    1)  Untuk melakukan pembatasan terhadap inflasi dan perubahan harga.

    2)  Untuk menghindari dari kekurangan stok yang dapat terjadi karena

    cuaca, kekurangan pasokan, masalah mutu atau pengiriman yang

    tidak tepat.

    3) 

    Untuk memberikan data tentang persediaan barang agar dapat

    memenuhi permintaan yang diantisipasi akan timbul dari produsen.

    4)  Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah, karena

     pembelian dalam jumlah besar dapat secara substantial  dapat

    menurunkan biaya.

    5)  Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. Misalnya jika

     permintaan produk tinggi hanya pada musim panas, suatu perusahaan

    dapat membentuk stok pada musim tinggi sehingga biaya kekurangan

    stok dan kehabisan stok dapat dihindari.

  • 8/16/2019 2010-1-00829-KA Bab 2.pdf

    60/60

    66 

    2.8   Activity Diagram

    2.8.1  Pengertian Activity Diagram

    Menurut Jones and  Rama (2006, p60) ” Activity diagram plays the

    role of a ”map” in understanding business processes by showing the

    sequence of activities in the process.” Secara garis besar dapat

    diterjemahkan  Activity diagram  adalah sebuah re-presentasi grafik yang

    digunakan untuk menunjukkan urutan aktivitas dalam suatu proses bisnis

    dengan tujuan untuk memahami proses bisnis tersebut.

    2.8.2  Jenis – Jenis Activity Diagram

    Menurut Jones and  Rama (2006, p61) activity diagram terdiri dari:

    a.  Overview activity diagram 

    Overview activity diagram  adalah diagram yang menampilkan

    gambaran level  tertinggi dari proses bisnis dengan mencatat event-

    event  kunci, urutan event-event  tersebut dan, aliran informasi di antara

    event-event itu.

     b.   Detailed activity diagram 

     Detailed activity diagram  adalah diagram yang menyediakan re-

     presentasi yang lebih detail dari aktivitas-aktivitas yang ditampilkan

     pada overview activity diagram.