1b glikosida flavonoid.docx
TRANSCRIPT
PRAKTIKUM VII
Laporan Hasil Praktikum Farmakognosi dan Fitokimia
“ IDENTIFIKASI GLIKOSIDA FLAVONOID ”
Kelompok I-B:
Annisa Nurul Azzahra 1111102000029
Karimah Yulianti A. 1111102000033
Ati Maryanti 1111102000037
M. Saiful Amin 1111102000043
Laila Novilia Makmun 1111102000050
Arini Eka Pratiwi 1111102000051
Syaima 1111102000056
Evi Nurul Hidayati 1111102000113
PROGRAM STUDI FARMASI III B
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Glikosida merupakan salah satu kandungan aktif tanaman yang termasuk dalam
kelompok metabolit sekunder. Glikosida adalah bagian yang penting dalam ilmu
farmakognosi, terutama dalam pengembangannya menjadi sediaan simplisia. Glikosida
terdiri atas gabungan dua bagian senyawa, yaitu gula (glikon), dan bukan gula (aglikon),
dan penggolongan glikosida didasarkan kepada aglikon atau genin yang terikat padanya.
Berdasarkan sudut pandang biologi glikosida sangat berperan penting dalam kehidupan
tanaman yang berfungsi dalam regulasi, proteksi dan fungsi sanitasi. Beberapa macam
diantaranya merupakan agen yang aktif secara teraupetik.
Salah satu diantaranya banyak glikosida yang terdapat dalam alam salah satunya
adalah glikosida flavonol. Glikosida flavonol dan aglikon biasanya dinamakan flavonoid.
Glikosida ini merupakan senyawa yang sangat luas penyebarannya di dalam tanaman. Di
alam dikenal adanya sejumlah besar flavonoid yang berbeda-beda dan merupakan
pigmen kuning yang tersebar luas diseluruh tanaman tingkat tinggi. Rutin, kuersitrin,
ataupun sitrus bioflavonoid (termasuk hesperidin, hesperetin, diosmin dan naringenin)
merupakan kandungan flavonoid yang paling dikenal. Glikosida flavonol telah diketahui
memiliki banyak kegunaan dalam ilmu kefarmasian. Simplisia hasil ekstraksi tanaman
yang mengandung glikosida flavonol juga telah banyak digunakan dalam masyarakat.
Glikosida flavonol merupakan salah satu bagian penting dari tanaman dan berperan
penting dalam pembuatan simplisia. Oleh karena itu seorang farmasis perlu memiliki
pemahaman yang memadai mengenai senyawa ini. Hal inilah yang melatarbelakangi
perlunya diadakan praktikum identifikasi glikosida flavonoid tersebut.
1.2 TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum identifikasi glikosida flavonoid ini adalah:
Mahasiswa dapat melakukan identifikasi glikosida flavonoid dalam suatu sediaan
simplisia.
1.3 MANFAAT
Adapun manfaat dari praktikum kali ini adalah:
2
1. Mahasiswa dapat memiliki tambahan wawasan mengenai glikosida flavonoid.
2. Mahasiswa dapat melakukan identifikasi glikosida flavonoid
3. Mahasiswa dapat mengetahui pemanfaatan glikosida flavonoid dalam bidang farmasi.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
II.1. LANDASAN TEORI
Senyawa flavonoid termasuk kedalam senyawa fenol yang merupakan benzene
tersubtitusi dengan gugus ±OH, senyawa flavonoid ini banyak diperoleh dari tumbuhan, zat
ini biasanya berwarna merah, ungu, dan biru tetapi juga ada yangberwarna kuning. Jika
dilihat dari struktur dasarnya flavonoid terdiri dari dua cincinbenzen yang terikat dengan 3
atom carbon (propana). Dari kerangka ini flavonoid dapat di bagi menjadi 3 struktur dasar
yaitu Flavonoid, isoflavonoid, dan neoflafonoid
. Senyawa flavonoid ini terdiri dari lebih dari 15 atom karbon yang sebagian besar
bisa ditemukan dalam kandungan tumbuhan. Flavonoid juga dikenal sebagai vitamin P dan
citrin, dan merupakan pigmen yang diproduksi oleh sejumlah tanaman sebagai warna pada
bunga yang dihasilkan. Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik
yang banyak merupakan sebagai pigmen tumbuhan.
Flavonoid terdapat pada grup-grup dari unsur-unsur polifenolyang terdapat pada
kebanyakan tumbuhan, biji, kulit buah atau kulit, kulit kayu, dan bunga. Sejumlah besar
tumbuhan obat mengandung flavonoid. Flavonoid digolongkan berdasarkan struktur kimianya, menjadi
falvonol, flavon, flavanon, isoflavon,anthocyanidin, dan khalkon.
Flavonoid merupakan hasil metabolit sekunder dari tumbuhan yang mempunyai struktur
Phenylbenzopyrone. Flavonoid terdapat pada tanaman hijau kecuali alga. Pada umumnya
flavonoid terdapat pada tumbuhan tingkat tinggi (angiospermae) dan terdapat pada semua
bagian tanaman. Contoh senyawa flavonoid yang biasa dikenal dari aktivitas antioksidannya.Secara
umum lebih dikenal sebagai bioflavonoid, dengan struktur molekul sebagai berikut:
Flavonoid mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan manusia. Fungsi kebanyakan flavonoid
dalam tubuh manusia adalah sebagai antioksidan sehingga sangat baik untuk pencegahan kanker. Manfaat
flavonoid antaralain adalah untuk melindungi struktur sel, memiliki hubungan sinergis dengan
vitamin C(meningkatkan efektivitas vitamin C), antiinflamasi, mencegah keropos tulang,
4
dansebagai antibiotik. Flavonoids dikenal sebagai salah satu substansi antioksidan
yangberkekuatan sangat kuat hingga dapat menghilangkan efek merusak yang terjadi padaoksigen dalam
tubuh manusia. Sekarang ini para peneliti sangat tertarik mengenai potensimanfaat substansi kimiawi
tersebut yang juga banyak terkandung dalam bawangbombay, apel, dan anggur merah.
Dalam banyak kasus, flavonoid dapat berperan secara langsung sebagai antibiotik dengan
mengganggu fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri atau virus. Fungsiflavonoid sebagai antivirus
telah banyak dipublikasikan, termasuk untuk virus HIV(AIDS) dan virus herpes.
Selain itu, flavonoid juga dilaporkan berperan dalam pencegahan dan pengobatan beberapa
penyakit lain seperti asma, katarak, diabetes,encok/rematik, migren, wasir, dan periodontitis (radang jaringan
ikat penyangga akargigi). Penelitian-penelitian mutakhir telah mengungkap fungsi-fungsi lain
dari flavonoid,tidak saja untuk pencegahan, tetapi juga untuk pengobatan kanker.
Flavonoid yang terkandung dalam tumbuhan dapat diekstraksi dengan berbagai
macam pelarut. Pada proses ekstraksi sebaiknya memilih pelarut sesuai jenis flavonoid yang
dibutuhkan sehingga mesti mempertimbangkan polaritas pelarut. Jenis flavonoid non polar
(misalnya, isoflavon, flavanon, flavon alkohol dan flavonol) diekstraksimenggunakan
pelarut kloroform, diklorometana, dietil eter, atau etil asetat, sementara glikosida flavonoid
dan aglikon akan lebih tepatdiekstraksi dengan alkohol atau campuran alkohol-air.
Untuk glikosidakelarutannya meningkat jika dalam air atau campuran alkohol-air.
Umumnya sebagian besar proses ekstraksi bahan yang mengandung flavonoid
masih dilakukan secara sederhana dengan penambahan langsung pelarut ekstraksi. Flavonoid
adalah senyawa yang mudah menguap jika berada dalam kondisi murni.
Istilah flavonoida diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kata
flavon, yaitu nama salah satu jenis flavonoida yang terdapat dalam jumlah besar dalam
tumbuhan.
Secara umum golongan senyawa ini biasanya dapat ditentukan dengan uji warna,
penentuan kelarutan, dan ciri spectrum ultraviolet.
Jika tidak tercampur dengan pigmen lain, flavonoid dapat dideteksi dengan uap
ammonia dan akan memberikan warna spesifik untuk masin-masing golongan. Falavon dan
flavonol akan memberikan warna kuning sampai kuning kemerahan. Antosianin berwarna
merah biru sedang flavononol menimbulkan warna orange atau coklat. Warna merah dan
lembayung yang terjadi mendadak dalam suasana asam disebabkan adanya khalkon atau
auron.
Flavonoid menjadi kuning terang atau jingga dalam larutan basa dan dapat dideteksi
jika bagian tumbuhan tanwarna diuapi amonia.
5
Adanya gugus fenol pada flavonoid memberikan reaksi positif dengan pereaksi untuk
fenol, misalnya dengan besi (III) klorida dan pereaksi asam sulfat akan memberi warna
spesifik. Karena reaksi tidak spesifik, maka tidak dapat digunakan membedakan masing-
masing golongan dan harus diikuti oleh uji warna lainnya.
Flavonoid yang memliki gugus hidroksil berkedudukan orto akan memberikan warna kuning
intensif jika bereaksi dengan asam borat dan larutan natrium asetat,
Selain pada kedudukan orto, gugus hidroksi dengan kedudukan lain diduga juga dapat
membentuk ikatan dengan campuran asam sitrat dan asam borat, pada pemanasan dan dikenal
dengan pereaksi sitroborat, Sampai saat ini mekanisme reaksi yang terjadi antara flavonoid
dengan pereaksi sitroborat belum dapat diketahui secara pasti. Warna fluoresensi yang
terbentuk adalah fluoresensi kuning,kuning kehijauan dengan sinar UV 366 nm.
Pereaksi aluminium klorida dapat membentuk kompleks dengan flavonoid
menimbulkan warna kuning. Kompleks dari flavonoiv dengan gugus hidroksil berkedudukan
orto tidak stabil dengan asam dan akan terurai kembali. Akan tetapi flavonoid dengan gugus
hidroksil yang berkedudukan dekat gugus karbonil akan stabil dengan penambahan asam.
Pembentukan kompleks antara flavonoid dengan aluminium klorida lewat dua macam
gugus yang berbeda yaitu gugus hidroksil yang berkedudukan orto
dan gugus hidroksil yang berkedudukan dekat dengan gugus karbonil, dapat digunakan
sebagai dasar penetapan adanya gugus hidroksil pada kedudukan tertentu dalam molekul
flavonoid.
Lazimnya identifikasi flavonoid diawali dengan reaksi warna menggunakan pereaksi-
pereaksi, seperti natrium hidroksida, asam sulfat, besi (III) klorida, logam magnesium dan
asam klorida. Kelarutan dari flavonoid menjadi dasar dalam ekstraksi dan pemisahan secara
kromatografi, sifat-sifatnya dengan pereaksi-pereaksi tertentu menjadi dasar analisis
spektrofotometri UV-tampak.
6
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
III.1 WAKTU DAN TEMPAT
Waktu : 17 Oktober 2012
Pukul : 09.30 s.d 13.30 WIB
Tempat : Laboratorium PNA Lantai 3, Kampus 3 Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III.2 ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. tabung reaksi
2. Corong
3. beker glass
4. pipet tetes
5. Kertas saring
Bahan :
1. methanol
2. Etanol 95%
3. logam Zn
4. HCl 2N
5. HCl pekat
7
III. 3 CARA KERJA
1. Pembuatan Larutan Percobaan
a. 0,5 gram serbuk disari dengan 10 ml methanol selama 10 menit di atas penangas
air, dicegah agar pelarut tidak banyak menguap, saring selagi pelarut masih panas
dengan menggunakan kertas saring kecil berlipat.
b. Encerkan filtrate dengan 10 ml air dan dipindah ke corong pisah, tambahkan 5 ml N-
heksan, kocok hati-hati. Setelah didiamkan beberapa saat, pisahkan fase air (lapisan
bawah).
8
Andrographis folium + metanol
Orthosiphonis folium + metanol
Pemanasan di Penangas air
Pengenceran Andrographis folium
Pemisahan Fase Air
Orthosiphonis folium Pemisahan Fase Air Andrographis folium
c. Uapkan fase air hingga kering, dan residu yang tersisa dilarutkan dalam 5 ml etil asetat.
Ambil bagian yang jernih untuk larutan percobaan.
2. Penguapan fase air
Khusus untuk ekstrak tempuyung yang berbentuk setengah padat, proses
pengerjaanya dengan cara langsung diencerkan dengan air. Ekstrak tempuyung diambil
sedikit saja dengan menggunakan spatula, lalu dimasukkan ke tabung reaksi yang sudah
diisi 10 ml air lalu diaduk-aduk hingga ekstrak tempuyung tercampur dengan air
seluruhnya.
Kemudian campuran tersebut dipindah ke corong pisah, tambahkan 5 ml N-
heksan, kocok hati-hati. Setelah didiamkan beberapa saat, pisahkan fase air (bagian
bawah). Fase air ini kemudian dimasukkan ke dalam labu destilasi (dicampurkan dengan
fase air dari ekstrak tempuyung kelompok lain) lalu dikeringkan dengan bantuan alat
destilasi dan residu yang tersisa dilarutkan dalam 5 ml etil. Ambil bagian yang jernih
untuk larutan percobaan. Hasilnya dibagi empat untuk diujikan oleh keempat kelompok.
9
3. Ekstrak tempuyung + air Pencampuran ekstrak tempuyung dan Pengeringan
Keterangan : dalam praktikum ini kami melakukan pembuatan larutan percobaan untuk
ekstrak tempuyung hanya sampai proses pengeringan fase airnya dikarenakan waktu
praktikum telah habis. Jadi untuk proses uji selanjutnya tidak dilakukan (khusus untuk
ekstrak tempuyung).
4. Uji Glikosida 3-Flavonol
Ambil larutan percobaan sebanyak kira-kira 1 ml, uapkan hingga kering, sisa dilarutkan
salam 2 ml etanol 95 %, dan tambahkan logam Zn, 2 ml HCl 2N, diamkan selama 1 menit.
Kemudian tambahkan HCl pekat, jika dalam waktu 2 sampai 5 menit terjadi perubahan
warna, menunjukkan adanya glikosida 3-flavonol.
5. Uji Shinoda
Ambil larutan percobaan sebanyak kira-kira 1 ml, uapkan hingga kering dan sisa
dilarutkan kembali dalam 1 ml etanol 95 %. Selanjutnya ditambahkan logam magnesium
dan 10 ml HCl pekat. Jika terjadi perubahan warna merah sampai merah ungu,
menunjukkan adanya flavonoid, sedangkan jika terjadi warna kuning jingga, menunjukkan
adanya flavon, kalkon, dan auron.
BAB V
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
V. 1 HASIL
Bahan Uji
Hasil
KeteranganUji Glikosida 3-
FlavonolUji Shinoda
Serbuk
Orthosiphonis
Folium
(-) (-)
(-) : Tidak terjadi
perubahan warna
larutan uji
Serbuk
Andrographis
Folium
(+) (-)
(-) : Tidak terjadi
perubahan warna
larutan uji
(+) : Terjadi perubahan
warna larutan uji.
Ket. : Perubahan warna larutan uji Androgrophis yaitu menjadi kuning jingga.
V.1 PEMBAHASAN
Glikosida flavonoid merupakan jenis glikosida yang gugus aglikonnya (bukan
gula) adalah senyawa flavonoid. Flavonoida merupakan senyawa polifenol yang
mempunyai struktur dasar C6-C3-C6. Golongan terbesar flavonoida mempunyai cincin
piral yang menghubungkan rantai karbonnya. Flavonoid terdapat pada semua bagian
tumbuhan hijau, seperti pada akar, daun, kulit, kayu, benang sari, bunga, buah dan biji
buah.
Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air. Mereka dapat diekstraksi
dengan alkohol 70% dan tetap ada pada lapisan air setelah ekstrak dikocok dengan
petroleum eter atau N-Heksan. Kepolaran senyawa flavonoid adalah dari non polar
sampai dengan polar sehingga disari dalam penyari yang non polar sampai dengan polar.
11
Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi suatu simplisia, apakah
mengandung suatu glikosida flavonoid atau tidak. Bahan atau simpilisia yang digunakan
dalam praktikum kali ini adalah daun kumis kucing (Orthosiphonis folium), daun
sambiloto (Andrographis folium) dan ekstrak tempuyung. Dalam praktikum ini
digunakan dua metode pengujian yaitu uji Glikosida 3-flavonol dan uji Shinoda.
Pada uji Glikosida 3-flavonol jika larutan uji menghasilkan perubahan warna
setelah dilakukan proses pengujian, itu menunjukan adanya glikosida 3-flavonol dalam
simplisia yang diuji. UJi Glikosida 3-flavonol yang kami lakukan pada larutan uji
Orthosiphon folium tidak terjadi perubahan warna apapun. Ini menunjukan bahwa
simplisia tersebut tidak mengandung Glikosida 3-flavonol. Lain halnya dengan larutan
uji Andrographis folium. Setelah dilakukan uji Glikosida 3-flavonol, terjadi perubahan
warna yaitu dari warna kuning bening kehijauan menjadi warna kuning-jingga, hal ini
menunjukan bahwa dalam simplisia tersebut mengandung Glikosida 3-flavonol.
Pada uji Shinoda, jika setelah diuji larutan uji menghasilkan perubahan warna
merah sampai merah ungu menunjukan adanya kandungan flavonoid, sedangkan jika
terjadi warna kuning jingga menunjukan adanya kandungan flavon, kalkon, dan auron.
Pada praktikum yang kami lakukan, baik simplisia Orthosiphon folium maupun simplisia
Andrographis folium, setelah dilakukan uji Shinoda tidak mengalami perubahan warna
apapun. Hal ini menunjukan bahwa dalam simplisia yang kami uji tidak mengandung
flavonoid, flavon, kalkon, dan auron.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
12
V.1. KESIMPULAN
1. Uji untuk identifikasi glikosida flavonoid ada 2, yaitu uji glikosida 3- flavonoid dan uji
shinoda.
2. Indikasi adanya flavonoid pada uji tersebut adalah dengan ditandai adanya perubahan
warna.
3. Pada uji Glikosida 3-flavonol jika larutan uji menghasilkan perubahan warna setelah
dilakukan proses pengujian, ini menunjukan adanya glikosida 3-flavonol dalam
simplisia yang diuji. Sedangkan pada uji Shinoda, jika larutan uji menghasilkan
perubahan warna merah sampai merah ungu, menunjukan adanya kandungan
flavonoid, jika terjadi warna kuning jingga menunjukan adanya kandungan flavon,
kalkon, dan auron.
4. Uji glikosida 3 flavonol pada Orthosiphon folium tidak terjadi perubahan warna. Hal
ini mennjukkan sampel uji tersebut tidak mengandung Glikosida 3-flavonol.
Sedangkan pada Andrographis folium terjadi perubahan warna, hal ini menunjukkan
sampel mengandung Glikosida 3-flavonol.
5. Pada Uji shinoda Orthosiphon folium maupun simplisia Andrographis folium, sampel
tidak mengalami perubahan warna apapun. Hal ini menunjukan bahwa dalam sampel
tersebut tidak mengandung flavonoid, flavon, kalkon, dan auron.
V.2. SARAN
1. Dalam menggunakan corong pisah harus hati-hati, karena kran pada corong pisah
mudah macet.
2. Pada proses penguapan sampel harus hati-hati, jangan sampai air pada water bath
bercampur dengan sampel.
DAFTAR PUSTAKA
13
Gunawan, Didik. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid 1. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Tim Dosen. Farmakognosi I. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNHAS.
Makassar.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung : ITB Press
14