110577718-tugas-kel-6
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA BAYI atau ANAK dengan GANGGUAN GIZI
DISUSUN OLEH :
ALFI HANDAYANI NIM : 10.1.001
ANJAR WULANDARI NIM : 10.1.003
ENDRO AGUS NIM : 10.1.009
ERLAMBANG REZA NIM : 10.1.010
NUR QUR’AINI NIM : 10.1.033
SITA NI’MATUZ NIM : 10.1.047
POLITEKNIK KESEHATAN RS dr.SOEPRAOEN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Konsep Status Gizi
Penentuan status gizi
Secara klinis : anamnese makanan dan gejala-gejala yang ada, oedema, gangguan
pertumbuhan, gejala kekurangan vitamin, kelainan kulit, rambut, dll.
Antropometri : BB untuk dapat mengevaluasi dibutuhkan data lain yaitu umur, jenis
kelamin dan acuan standart
BB terhadap umur dibandingkan acuan standart dinyatakan dalam presentase:
> 120 % : gizi lebih
80-120 % : gizi baik
60-80 % : oedem (-) : gizi kurang
oedem (+) : gizi buruk
< 60 % : gizi buruk
oedem (-) (marasmus)
oedem (+) (marasmus-kwashiorkor)
BB terhadap TB
Rasio BB terhadap TB digunakan pada anak perempuan sampai TB : 138 cm, lelaki
s/d 145 cm
Cara perhitungan
BB/TB (%) : BB diukur saat itu dibagi BB standart untuk TB terukur dikali 100 %
Penilaian status gizi berdasr presentasi TB/BB
TB/BB
> 120 % : obesitas
> 110-120 % : overweight
> 90-110 % : normal
> 70-90 % : gizi kurang
< 70 % : gizi buruk
LILA (lingkar lengan atas)
Pada anak umur 1-5 tahun LILA sudah dpat menilai status gizi
Interpretasi
< 12,5 cm : gizi buruk (merah)
12,5-13,5 cm : gizi kurang (kuning)
>13,5 cm : gizi baik (hijau)
1.2 Konsep Gizi Buruk
1.2.1 Pengertian Gizi Buruk
Gizi buruk adalah suatu kondisi kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi
energi dan protein (KEP) dalam makanan sehari-hari.
DPE/MEP adalah gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan protein dan atau
kalori.(Ratna Indrawati, 1994)
Kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit malutrisi energi –protein (MEP)
yaitu penyakit yang diakibatkan kekurangan energi dan protein.
Balita gizi buruk adalah anak yang berusia 0-5 tahun yang BBnya rendah terhadap
umur dan mempunyai tanda-tanda klinis (marasmus, kwashiorkor, marasmus-
kwashiorkor).
1.2.1 Etiologi
Terjadinya kwuasiorkor dapat diawali oleh faktor makanan yang kadar proteinnya
kurang dari kebutuhan tubuh sehingga akan kekurangan asam amino esensial dalam
serum yang diperlukan dalam pertumbuhan dan perbaikan sel. Kemudian produksi
albumin dalam hati berkurang, sehingga berbagai kemungkinan terjadi
Hipoproteinemia yang dapat meneyebakan edema dan akhirnya menyebabkan
asites, gangguan mata, kulit,dll.
Sedangkan terjadinya marasmus dapat disebabkan faktor makanan dengan kadar
kalori dan protein yanh kurang dari kebutuhan tubuh, sehingga dapat terjadi atropi
jaringan khususnya pada lapisan subkutan dan akhirnya kelihatan kurus seperti
orang tua.
1.2.2 Patofisiologi
MEP
Marasmus Kwaksiorkor
Defisiensi Kalori Energi yang
dibutuhkan tubuh
berkurang
Defisiensi Protein
dalam diet
Gangguan
pertumbuhan
disertai atropi otot
Gangguan pembentukan
lipoprotein
Perlemakan hati
Tergangguanya
transportasi lemak dari
hati ke depot hati
Akumulasi lemak dalam
hepar
Asam amino esensial
berkurang untuk
sintesis
Pembentukan
albumin oleh
hepar berkurang
Edema
1.2.3 Gejala klinik
Gejala klinik gizi buruk (MEP) bergantung jenis dan beratnya kekurangan protein
dan kalori
Pembagian Gizi buruk
(MEP) BB : BB ideal Sembab
Kwarshiorkor
Marasmus
Marasmus- kwarshiorkor
> 60 %
< 60 %
< 60 %
+
-
+
(Ratna Indrawati, 1994)
1.2.4 Diagnosis Gizi Buruk
Dibuat berdasarkan :
Anamnesis :
- Susunan diit sejak lahir
- Factor-faktor penyebab medik dan non medik
Pemeriksaan fisik :
- Gejala klinik (tanda-tanda) MEP dan defisiensi vitamin A
- Penyakit penyebab/penyerta
Pemeriksaan laboratorium
- Darah, air kemih, tinja, kadar protein serum total, rasio albumin-globulin
- Kadang-kadang diperlukan pemeriksaan :
- Uji faal hati, kadar glukosa darah, elektrolit serum/biakan darah/urine, EKG,
konsultasi kardiologi
- X-foto paru, uji tuberculin
- Konsultasi THT : adanya otitis media
(Ratna Indrawati, 1994)
1.2.5 Komplikasi MEP
- Dehidrasi sedang-berat
- Infeksi manifest/diduga
- Defisiensi Vit A
- Anemia berat
- Hipoglikemia
- Diare kronik / berulang
- Luka/lesi kulit dan selaput lendir
- Anoreksia
- Hipotermia
- Jika tidak tertangani dengan baik berdampak buruk terhadap pertumbuah yaitu
postur tubuh kecil dan pendek, dalam jangka pendek anak menjadi apatis,
mengalami gangguan bicara, dan gangguan perkembangan yang lain
- Dalam jangka panjang terjadi penurunan skor test IQ, penurunan perkembangan
kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan
penurunan rasa PD dan merosotnya prestasi akademi.
(Ratna Indrawati, 1994)
1.2.6 Macam macam gizi buruk
1.2.6.1 Marasmus
Marasmus adalah suatu bentuk kurang kalori protein yang berat yang
merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit
infeksi.
Penyebab marasmus
- Masukan makanan yang kurang
Misal : pemakaian susu formula yag terlalu encer.
- Infeksi
Infeksi yang berat dan lama terutama infeksi enternal yaitu gastroenteritis,
bronchopneumonia, dll
- Kelainan struktur bawaan
Misal CHD, penyakit cystitis fibrosis pancreas, palatoschizis. stenosis pylorus.
- Penyakit perematuritas dan penyakit masa neonatus, pemberian ASI kurang
karena reflek menghisap kurang kuat.
- Pemberian ASI
Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang
cukup.
- Gangguan metabolisme
Misalnya : renal asidosis, galactosemia, lactose intolerance.
- Penyapihan yang terlalu dini
Tanda-tanda marasmus
- Tubuh sangat kurus, BB turun < 60 % BB menurut usinya
- Muka seperti orang tua dan lonjong
- Atrofi otot : pantat rata, terdapat lipatan kulit pada daerah sekitar pantat.
- Lemak subkutan menipis : kulit kering, keriput, suhu tubuh bisa rendah
karenalapisan penahan panas hilang.
- Perut buncit, iga tampak jelas.
- Disertai pucat karena anemia.
Pengobatan
Penderita marasmus tanpa komplikasi dapat berobat jalan, asal diberi
penyuluhan mengenai pemberian makanan yang baik.
Penderita yang mengalami komplikasi serta dehidrasi, syok, asidosis dan lain-
lain perlu mendapat perawatan di RS.
Penatalaksanaan marasmus
Kedaruratan
Tahap awal yaitu 24-48 jam pertama merupakan masa kritis yaitu tindakan
untuk meyelamatkan jiwa antara lain mengoreksi keadaan dehidrasi atau
asidosis dengan dengan pemberiaan cairan intravena, Darrow-glukosa atau
Ringer Laktat Dextrose 5 %. Cairan diberikan 200 ml/kg BB/hari pada 4-8
jam pertama, kemudian 140 ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam
berikutnya.
Tahap kedua yaitu penyesuaian. Sebagian besar penderita tidak memerlukan
cairan elektrolit sehingga dapat langsung dimulai dengan penyesuaian
pemberian makanan pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan
sebanyak 30-60 kalori/Kg BB/hari. Jumlah ini dianiakkan secara berangsur-
angsur tiap 1-2 hari sehingga awalnya diberikan 50 kalori/Kg BB/hari dengan
protein 1-1,5 gram/Kg BB/hari. Menjadi naik mencapai 150-175 kalori/Kg
BB/hari dengan protein 3-5 g/Kg BB/hari.
1.2.6.2 Kwarshiorkor
Kwarshiorkor adalah kekurangan protein kronis pada anak-anak, umumnya
menyerang bayi dan balita pad usia 6 bulan-3 tahun
Usia paling rawan yaitu usia 2 tahun yang merupakan masa peralihan dari ASI
ke pengganti ASI yang karbohidrat tinggi tetapi mutu dan kandungan
proteinnya rendah.
Tanda-tanda
Terutama gejala kekurangan protein, moonface (wajah membulat dan
sembab), edema pada seluruh tubuh, terutama pada punggug kaki, pandangan
mata sayu, perubahan status mental menjadi cengeng, rewel kadang apatis,
rambut pirang(seperti rambut jagung) kusam dan mudah dicabut, otot-otot
mengecil, gangguan kulit berupa bercak merah coklat yang meluas dan
berubah menjadi hitam terkelupas
Anak sering menolak segala jenis makanan (anoreksia), sering disertai infeksi,
anemia, dan diare.
1.2.6.3 Marasmus-Kwashiorkor
Memiliki gejala mirip dengan marasmus, tetapi disertai adanya edema,
menurunnya kadar protein (albumin) dalam darah, gejala otot lemah,kulit
mengering dan kusam
1.2.7 Penatalaksanaan Gizi Buruk (MEP)
1. Bila ada dehidrasi atasi dahulu
2. Perbaiki, diit :
- Formula harus mudah dicerna, murah, pekat kalori/protein : modisco I,II,III
memenuhi syarat-syarat tersebut.
- Minayk kelapa yang digunakan dalam modisco tinggi kadar asam lemak C-
12 dan C-14 (intermediate Chain Triglycerzides) yang mudah dicerna, juga
oleh bayi premature (senterre) maka modisco sudah boleh dimulai pada
umur 2 bulan, juga minyak jagung minyak jagung yang tinggi asam lemak
tidak jenuh, ganda, mudah dicerna.
- Bila ada intoleransi, mulailah dengan susu skim yang diencerkan (2,3-5-7,5)
+ glukosa 5 % disusul dengan modisco ½, I, II, III
3. Vitamin A 100.000-200.000 KI IM 1 kali
Vitamin B complex, C, AD tetes peroral
4. Bila perlu beri transfusi sel darah merah padat (PRC) atau plasma
5. Pengobatan penyakit penyerta/penyebab
Bila lemah, ada hipotermi, hipotensi dan gangguan pembekuan darah, ada
kemungkinana infeksi kuman gram negative serta endotoksemia resiko
meningkat bila MEP disertai defisiensi Vit A.
6. Terapi : gentamicin 5-7,5 mg/Kg BB perhari dibagi 2 kali atau amikasin 15
mg/Kg BB/hari dibagi 3 kali.
7. Penyuluahn ibu disertai demonstrasi cara membuat modisco.
8. Control dipoliklinik gizi anak.
(Ratna Indrawati, 1994)
DIAGNOSIS/ MASALAH KEPERAWATAN
Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada bayi dengan malnutrisi energi protein
(kwasioskor dan marasmus) antara lain:
1. Kurang Nutrisi ( kurang dari kebutuhan
2. Kurang volume cairan
3. Gangguan integritas kulit
4. Risiko infeksi
5. Kurang pengetahuan
Rencana Tindakan Keperawatan
Kurang Nutrisi (Kurang dari Kebutuhan)
Masalah Kurang Nutrisi (Kurang dari Kebutuhan) pada anak dengan malnutrisi energi
dan protein (Kwasiorkor dan marasmus) ini disebabkan nafsu makan menurun yang
juga dikarenakan gangguan pada saluran pencernaan, kurangnya enzim yang
diperlukan dalam pencernaan makanan atau juga adanya atrofi villi usus sehingga
dapat menganggu proses penyerapan. Tujuan rencana Keperawatan yang dapat
dilakukan adalah mengatasi masalah kurang nutrisi (Kurang dari Kebutuhan) agar
proses metabolisme dalam tubuh kebali normal.
Tindakan:
1. Lakukan pengaturan makanan dengan berbagai tahap salah satunya adalah
tahap penyesuaian yang dimulai dari pemeberian kalori sebanyak 50
kal/kg/bb/hari dalam cairan 200 ml/kg bb/hari pada kwasiorkor dan 250 ml/kg
bb/hari pada marasmus.
2. Berikan makanan tinggi kalori (3-4 g/kg bb/hari) dan tinggi protein (160-175
g/kg bb/hari) pada kekurangan energi dan protein berat, serta berikan mineral
dan vitamin.
3. Pada bayi berat badan kurang dari 7 kg berikan susu rendah laktosa (low
lactose milk-LLM) dengan cara 1/3 LLM ditambah glukosa 10% tiap 100 ml
susu ditambah 5 g glukolin untuk mencegah hipoglikemia selama 1-3 hari
kemudian, pada hari berikutnya 2/3.
4. Apabila berat badan lebih dari 7 kg maka emberian makanan dimulai dengan
makanan bentuk cair selama 1-2 hari, lanjutkan bentuk lunak, tim dan
seterusnya, dan lakukan pemberian kalori mulai dari 50 kal/kg bb/hari.
5. Lakukan evaluasi pola makan, berat badan, tanda perubahan kebutuhan
nutrisis seperti turgor, nafsu makan, kemampuan absorpsi, bising usus, dan
tanda vital.
Kurang Volume Cairan
Kekurangan volume cairan pada malnutrisi energi protein dapat disebabkan karena
kemampuan proses penyerapan yang kuran dari berkembang biaknya flora usus yang
selanjutnya menimbulkan diare. Untuk itu, karena rencana tindakan yang dapat
dilakukan adalah mengatasi kekurangan volume cairan melalui peningkatan hidrasi.
Tanda keberhasilan upaya hidrasi yang ditunjukkan dengan tidak cekungnya daerah
ubun-ubun, turgor kulit normal, membrane mukosa lembap, dan jymlah serta berat
jenis urine kembali normal.
Tindakan:
1. Berikan cairan tubuh yang cukup melalui rehidrasi jika terjadi dehidrasi
2. Monitor keseimbangan cairan tubuh dengan mengukur asupan dan keluaran,
dengan, cara mengukur berat jenis urine.
3. Pantau terjadinya kelebihan cairan serta perubahan status dehidrasi.
4. Berikan penjelasan terhadap makana yang dianjurkan untuk membantu proses
penyerapan, seperti tinggi kalori, tinggi protein, mengandung vitamin, dan
mineral.
5. Lihat pengelolaan diare.
Gangguan Integritas Kulit
Terjadinya gangguan integritas kulit disebabkan karena tubuh mengalami kekurangan
zat gizi seperti kalori dan protein sehingga memudahkan terjadi kerusakan pada kulit,
sangat mudah lecet. Untuk mengatasi maslah tersebut, integritas kulit perlu
ditingkatkan. Peningkatannya data ditunjukkan oleh kulit yang tidak bersisik, tidak
kering, dan elastisitasnya normal.
Tindakan:
1. Pertahankan agar kulit tetap bersih dan kering dengan cara memandikan dua
kali sehari dengan air hangat dan apabila kotor atau basah segera ganti
pakaian. Keringkan daerah bsaha denga memberikan bedak (krim kulit).
2. Lakukan pergantian posisi setiap 2-3 jam dengan dan dilakukan pemebrsihan
pada daerah yang tertekan dengan air hangat, jika perlu gunakan alat matrai
yang lembut.
3. Berikan suplemen vitamin.
4. Berikan penjelasan untuk menghindari penggunaan sabun yang dapat
mengiritasi kulit.
5. Monitor keutuhan kulit setiap 6-8 jam.
Risiko Infeksi
Risiko infeksi ini kemungkinan dapat ditemukan pada kurang kalori protein karena
penurunan daya tahan. Tubuh khususnya system kekebalan seluler, mengingat
kekurangan zat gizi. Risiko infeksi yang dapat ditimbulkan seperti bronchopneumonia
dan tuberculosis. Untuk mengatasi risiko infeksi dapat dilakukan tindakan sebagai
berikut.
Tindakan
1. Gunakana standar kehati-hatian (universal precaution)seperti dalam mencuci
tangan, menjaga kebersihan, cara kontak dengan pasien, dan menghindarkan
anak dari penyakit infeksi.
2. Berikan imunisasi pada anak yang belum diimunisasi sesuai dengan jadwal
imunisasi.
3. Pantau adanya tanda lanjut dari infeksi seperti mengkaji sushu, nadi, leukosit,
atau tanda infeksi lainnya.
Kurang Pengetahuan
Masalah kurang pengetahuan pada anaka dengan malnutrisi energy protein ini
banayak dijumpai pada anak dengan keluarga berpendidikan rendah dengan social
ekonomi lemah. Hal tersebut dapat juga disebabkan karena minimnya informasi
tentang penyediaan cara pemberian makan pada anak dengan gizi yang seimbang.
Untuk itu rencana keprawatan yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan
pengetahuan keluarga.
Tindakan
1. Ajarakan pada keluarga tentang cara pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan gizi
yang seimbang dengan mendemontrasikan atau memberikan ontoh bahan
makanan, cara memilih dan memasak, serta tunjukkan makanan pengganti
protein hewani apabila dirasakan mahal seperti tempe,tahu, atau makanan
yang dibuat dari kacang-kacangan.
2. Anjurkan untuk aktif dalam kegiatan posyandu agar pemantauan status gizi
dan pemberian makanan tambahan dapat diatasi.
BAB II
TINJAUAN KASUS
Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun dirawat di ruang perawatan anak.
Perut tampak buncit dan anak mengalami kelemahan. Rambut tipis dan berwarna
kemerahan. Kedua punggung kaki edema dan terdapat lesi padakedua kaki. Dari
pemeriksaan labih lanjut anak dinyatakan kwashiorkor.
2.1 PENGKAJIAN DATA
Tanggal /Jam MRS : 18 November 2011/10.45
Tanggal Pengkajian : 4 November 2011/ 22.00
Ruangan : RU 8 MAWAR
A. Data Subyektif
1. Identitas Penderita
Nama
Umur
Jenis kelamin
Suku bangsa
Pekerjaan
Agama
Pendidikan
Status
Alamat
No. Reg
Diagnosa medis
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
An. “E”
7 tahun
Laki-laki
Jawa
-
Islam
-
Anak Ke-5
Jln. Pahlawan
400908
Kwakshiorkor
2. Riwayat Keperawatan
- keluhan utama
Ibu mengatakan bahwa kondisi anak sangat lemah, perutnya membuncit
dan tidak mau makan.
- alasan utama MRS
Ibu mengatakan bahwa sudah sejak lama perut anaknya membuncit lalu
kondisi anak lemah sejak 1 minggu yang lalu, anak juga batuk.
3. Riwayat Kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
ibu mengatakan bahwa An. “E” perutnya buncit dan masih batuk.
- Riwayat kesehatan yang lalu
ibu mengatakan bahwa An. “E” pernah MRS selama 1 bulan, waktu
umur 3 bulan karena menderita radang otak, 1 minggu setelah keluar RS
masuk lagi, karena murus.
- riwayat kesehatan keluarga
ibu mengatakan dalam keluarga, neneknya menderita Diabetes, ada
keluarga yang menderita asma.
4. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Pola Nutrisi
Sebelum MRS : makan 3x sehari dengan komposisi nasi dan lauk,
dimakan hanya ½ porsi.
(ASI berhenti diberikan, sejak umur 3 bulan)
Selama MRS : makan bubur dengan porsi kecil, minum
Susu habis 3 botol (@180 cc)
Pola Eliminasi
Sebelum MRS : BAK : 5-6 x/hari
BAB : 1-2 x/hari
Selama MRS : BAK : 7-8 x/hari
BAB : 1-2 x/hari
Pola Aktivitas
Sebelum MRS : Ibu mengatakan kx dalam beraktivitas sangat lemah dan
mudah kelelahan.
Selama MRS : Ibu mengatakan selama dirawat di rumah sakit kx
beraktivitas sangat lemah dan lebih sering diam.
Pola Istirahat
Sebelum MRS : tidur selama 10-12 jam sehari (malam jam 9 sudah tidur)
Selama MRS :jam tidur seperti biasanya 10-12 jam , kadang-kadang
semalaman tidak tidur, bermain atau sedang menangis.
Personal Hygiene
Sebelum MRS : mandi 3 kali sehari ganti pakaian setiap kali pakaian
kotor dan setiap kali selesai mandi
Selama MRS : diseka 3 x/hari, ganti pakaian setiap kali pakaian
kotor/setelah pakaian terlihat basah.
5. Data Psikososial
Kx dirawat oleh ibunya dengan sabar, kadang kx sering menangis dan
terlihat gelisah.
6. Data Spiritual
Ibu mengatakan bahwa apa yang terjadi pada anaknya, semua adalah ujian
dari tuhan dan ibu berusaha menerima dengan ikhlas.
B. Data Obyektif
Keadaan umum
Kesadaran : composmentis
Keadaan umum : cukup
TTV
Suhu : 38,4 oC
Nadi : 22 x/menit
RR : 88 x/menit
BB : 5,6 Kg
TB : 72 cm
LILA : 11 cm
LK : 46 cm
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Kepala
Muka
Mata
Hidung
:
:
:
:
Simetris, rambut tipis/merah., tidak tampak benjolan
abnormal
Bersih, agak pucat
Bersih, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterus,
pandangan agak kosong, mata cowong.
Tidak ada secret, bersih, tidak ada pernafasan cuping
hidung, tidak ada pembesaran polip.
Mulut
Telinga
Leher
Ketiak
Dada
Abdomen
Genetalia
Ekstremitas
:
:
:
:
:
:
:
:
Bibir bersih, lembab, tidak pucat, tidak ada
labioshcizis/labiopalatoshcizis, tidak ada stomatitis,
lidah agak kotor
Simetris, bersih, tidak ada gangguan pendengaran, tidak
tampak benjolan di sekitar/dibawah telinga
Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak tampak
benjolan
Bersih, tidak ada benjolan
Simetris, payudara normal, tidak tampak retraksi
dinding dada, tulang iga tampak jelas
Tampak buncit, tidak ada luka.
Bersih tidak ada kelainan apapun
Simetris, tonus otot lemah, edem
Palpasi
Kepala
Telinga
Leher
Dada
Ekstremitas
:
:
:
:
:
Tidak teraba benjolan abnormal
Tidak teraba benjolan dibawah telinga
Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak terdapat
bendungan vena jugularis.
Tidak ada retraksi dinding dada
Turgor kulit menurun
Perkusi
Perut : Hipertimpani
Auskultasi
Dada : Terdapat ronchi (+)
Pemeriksaan penunjang
1. 19/11/2007
- gula darah acak (sewaktu) = 63 (normal =140 mg/dl)
- Hb = 10,5 (Normal L: 5-10, P: 10-20)
- Diff count =21-/5/47/4>/1
- PCV (hematokrit) = 28
- Trombosit = 310.000
- CRP (-)
2. 20/11/2007
LED (BBS) =10-20
3. GDA = 139
4. Hasil X-foto : Dx : KP dekstra
ANALISA DATA
Nama pasien : An. “E”
Umur : 7 tahun
No Reg : 400908
Data Penunjang Masalah Kemungkinan penyebab
1. S : ibu
mengatakan
bahwa kondisi
anak sangat lemah
Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
Asupan yang tidak adekuat,
anoreksia
perutnya
membuncit dan
tidak mau makan
O :
suhu : 34,4oC
K/U : Lemah
Kes : CM
RR : 54 x/mnt
N : 124 x/mnt
Kx tampak lemah
Kx tampak pucat
Mata Kx tampak
cowong
Perut Kx tampak
buncit
2. S : ibu
mengatakan bahwa
kondisi anak sangat
lemah perutnya
membuncit dan tidak
mau makan
menelannya.
O : K/U : Lemah
Kes : CM
BB : 5,6 Kg
PB : 72 cm
LILA: 11 cm
LK : 46 cm
Px tampak pucat
Px tampak lemah
Rambut tipis dan
merah
Gangguan
pertumbuhan
dan
perkembangan
Asupan protein yang tidak
adekuat
Perut tampak
buncit
Diagnosa Keperawatan
Nama pasien : An. “E”
Umur : 7 tahun
No Reg : 400908
NO DIAGNOSA KEPERWATAN TTD
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan asupan yang tidak adekuat, anoreksia ditandai dengan :
S : ibu mengatakan bahwa kondisi anak sangat lemah perutnya
membuncit dan tidak mau makan
O :
suhu : 34,4oC
K/U : Lemah
Kes : CM
RR : 54 x/mnt
N : 124 x/mnt
Kx tampak lemah
Kx tampak pucat
Mata Kx tampak cowong
Perut Kx tampak buncit
2. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan Asupan protein yang tidak adekuat, ditandai dengan :
S : ibu mengatakan bahwa kondisi anak sangat lemah perutnya
membuncit dan tidak mau makan
menelannya.
O : K/U : Lemah
Kes : CM
BB : 5,6 Kg
PB : 72 cm
LILA: 11 cm
LK : 46 cm
Px tampak pucat
Px tampak lemah
Rambut tipis dan merah
Perut tampak buncit
INTERVENSI
Nama pasien : An. “E”
Umur : 5 tahun
No Reg : 400908
NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam, pasien akan
menunjukkan peningkatan status gizi
dengan kriteria hasil:
Keluarga klien dapat menjelaskan
penyebab gangguan nutrisi yang
dialami klien, kebutuhan
nutrisi pemulihan, susunan menu
1. BHSP
2. Jelaskan kepada
keluarga tentang
penyebab malnutrisi,
kebutuhan nutrisi
pemulihan, susunan menu
dan pengolahan makanan
sehat seimbang,Tunjukkan
1. Kx dan keluarga
bersikap kooperatif
2.M en i n gk a tk an
p em ah am an keluarga
tentang penyebab dan
kebutuhan nutrisi untuk
pemulihanklien
sehingga dapat
meneruskanupaya terapi
dan pengolahan makanan
sehat seimbang.
contoh jenis sumber
makanan ekonomis sesuai
status sosial
ekonomi pasien
3. Timbang berat
badan, ukur lingkar
lengan atas dan tebal
lipatan kulit setiap pagi.
4. Beri makanan dalam
sajian yang menarik
5. berikan makanan porsi
sedikit tapi sering
6. Kolaborasi dengan
dokter pemberian roborans
dietetik yang telah
diberikan selama
hospitalisasi.
3.Menilai
perkembangan
masalah kx.
4. menambah nafsu
makan
5. Asupan nutrisi
adekuat
6. Penambah nafsu
makan
2 Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x seminggu,
pasien akan mencapai pertumbuhan
dan perkembangan sesuai
standar usia, dengan kriteria hasil:
a.Pertumbuhan fisik
(ukuranantropometrik) sesuai
standar usia.
b.Perkembangan
motorik, bahasa/kognitif
dan personal/sosial sesuai standar
usia
1. BHSP
2. Timbang BB
3. Ajarkan kepada
orang tuatentang standar
pertumbuhanfisik dan
tugas perkembangansesuai
usia anak.
4. Berikan makanan dalam
sajian yang menarik
5. Berikan makanan
sedikit tapi sering
6. Kolaborasi dalam
pemberian terapi.
1. kx kooperatif dengan
tindakan perawat
2. Menilai
perkembangan masalah
kx
3. Meningkatkan
pengetahuan keluarga
tentang
keterlambatan pertumbu
han dan perkembangan
anak.
4. meningkatkan nafsu
makan
5. Asupan nutrisi
adekuat
6. Meningkatkan nafsu
makan
IMPLEMENTASI
Nama pasien : An. “E”
Umur : 5 tahun
No Reg : 400908
No. dx Tgl/jam Tindakan Kepetawatan TTD
1. 25-Nov-12/13.00 1. membina hubungan
saling percaya
2. menjelaskan
kepada keluarga
tentang penyebab
malnutrisi, kebutuhan
nutrisi pemulihan,
susunan menu dan
pengolahan makanan
sehat seimbang,
menunjukkan contoh
jenis sumber makanan
ekonomis sesuai status
sosial ekonomi pasien
3. menimbang berat
badan,
mengukur lingkar
lengan atas dan tebal
lipatan kulit setiap pagi.
BB : 6kg
4. Memberikan
makanan dalam sajian
yang menarik
5. Memberikan
makanan porsi sedikit
tapi sering
6. Berkolaborasi
dengan dokter
pemberian roborans
1x1
2.
25-Nov-12/13.00
1. Membina
hubungan saling
percaya
2. menimbang BB
BB 6 kg
3. Memberikan
makanan dalam
sajian yang
menarik
4. memberikan
makanan sedikit
tapi sering
5.berkolaborasi dalam
pemberian terapi.
1..
2.
26-Nov-12/16.00
26-Nov-12/16.00
1. menimbang berat
badan,
mengukur lingkar
lengan atas dan tebal
lipatan kulit setiap pagi.
BB : 6kg
2. Memberikan
makanan dalam sajian
yang menarik
3. Memberikan
makanan porsi sedikit
tapi sering
4. Berkolaborasi
dengan dokter
pemberian roborans
1x1
1. menimbang BB
2.memberikan makanan
sediit tapi sering
3 memberikan sajian
makanan menarik
4. berkolaborsi dg
tim medis dalam
pemberian terapi
roborans 1x1
1
27- Nov-12/16.00
1. menimbang BB
2. Memberikan
makanan dalam
sajian yang
menarik
3. memberikan
makanan sedikit
tapi sering
5.berkolaborasi dalam
pemberian terapi
roborans 1x1
EVALUASI
Nama pasien : An. “E”
Umur : 5 tahun
No Reg : 400908
No No.Dx Tanggal Catatan TTD
1. 1
2
25-Nov-12
25-Nov-12
S : ibu mengatakan bahwa kondisi anak sangat lemah
perutnya membuncit dan tidak mau makan
O : K/U : lemah
Kes : CM
RR : 22 x/mnt
N : 88 x/mnt
Px tampak lemah
Px tampak pucat
Mata px tampak cowong
Perut kx tampak buncit
A : Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan intervensi 3,4,5,6
S : ibu mengatakan bahwa kondisi anak sangat lemah
perutnya membuncit dan tidak mau makan
O : K/U : Lemah
Kes : CM
BB : 5,6 Kg
PB : 72 cm
LILA: 11 cm
LK : 46 cm
Px tampak pucat
Px tampak lemah
Mata px tampak cowong
Perut kx tampak buncit
A : Masalah Belum Teratasi
P : Lanjutkan intervensi 3,4,5,6
2
1
2
26-Nov-12
26-Nov-12
S : ibu mengatakan bahwa An. “E” badannya agak
panas
O : suhu : 34,4oC
K/U : CM
RR : 22 x/mnt
N : 83 x/mnt
Px tampak segar
Px tampak tidak pucat
Mata px tampak cowong
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,
S : Ibu mengatakan kx sudah mau makan sedikit demi
sedikit
O : K/U : lemah
Kes: CM
BB :6 Kg
PB : 72 cm
LILA: 11 cm
LK : 46 cm
Px tampak segar
Px tampak tidak lemah
Mata px tampak cowong
Bibir px tidak pecah-pecah
Perut kx masih buncit
3
1
27-Nov-12
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Lanjutkan intervensi 3,4,5,6
S : Ibu mengatakan bahwa anaknya sudah tidak lemah
dan mau makan
O : K/U : Normal
Kesadaran: CM
RR : 22 x/mnt
N : 84 x/mnt
Px tampak segar
Px tampak tidak pucat
Mata px tampak cowong
Perut kx masih buncit
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Lanjutkan intervensi 3,4,5, 6
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kasus dengan diagnose medis Kwakshiorkor terdapat tanda-tanda yang sama
dengan tanda-tanda yang ada di Laporan pendahuluan yaitu rambut tipis dan merah,
perut tampak buncit dan terjadi edem di area ekstremitas.
Pada Penatalaksanaan asuhan keperawatan pada laporan pendahuluan juga sesuai
dengan intervensi di kasus asuhan keperawatan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gangguan kekurangan gizi sangat sering terjadi pada anak-anak, salah satunya
kwakshiorkor, hal itu didasari oleh berbagia faktor, salah satu faktor yang paling
berperan adalah faktor ekonomi orang tua yang rendah, hal itu dapat mempengaruhi
kesehatan tidak jarang pula dapat mengancam nyawa penderita.
4.2 Saran
Seharusnya orangtua lebih memperhatikan status gizi anak, terutama yang masih
berada dalam tahap tumbuh kembang, untuk mengatasi masalah ekonomi orangtua
bisa mengganti kandungan protein pada daging denagn tempe yan harganya lebih
terjangkau dan masih banyak cara orangtua untuk mengakalinya. Hal itu bisa
meminimalisir terjadinya timbulnya gangguan kekurangan gizi, khususnya pada abak-
anak.