103216 hilda nurul mawaddah fitk
TRANSCRIPT
-
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI
DENGAN MEDIA TEKS WACANA DIALOG:
Penelitian Tindakan
Pada Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta
Tahun Pelajaran 2011-2012
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
(S.Pd.)
Oleh
Hilda Nurul Mawaddah
NIM: 107013000687
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432H./2011M.
-
i
ABSTRAK
HILDA NURUL MAWADDAH (107013000687). Peningkatan
Keterampilan Menulis Narasi dengan Media Teks Wacana Dialog: Penelitian
Tindakan pada Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta
Tahun Pelajaran 2011-2012. Skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta 2011.
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII-2 Madrasah Tsanawiyah Negeri
38 Jakarta. Materi yang disampaikan yaitu mengenai keterampilan menulis
karangan narasi dengan penggunaan media teks wacana dialog. Penelitian ini
dimulai dari tanggal 15 Juli 2011 sampai dengan 21 dan 22 Juli 2011. Instrumen
yang digunakan adalah tes berupa observasi guru, observasi siswa, jurnal siswa,
catatan lapangan, dan lembar tes kemampuan (wadah siswa untuk menulis
karangan narasi).
Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang memerlukan latihan
agar dapat dikuasai dengan baik. Banyak hal yang harus diperhatikan dalam
mempelajari keterampilan menulis, antara lain seperti pilihan kata, ejaan,
keterkaitan, gaya bahasa, dan sebagainya. Oleh sebab itu, pembelajaran menulis
harus mendapatkan perhatian lebih, agar keterampilan menulis yang dianggap
rumit ini dapat dikuasai dengan mudah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
tindakan kelas, yaitu suatu penelitian yang dilakukan sebagai upaya untuk
mengatasi permasalahan yang hadir di dalam kelas. Metode yang dilakukan
peneliti terdiri dari empat tahap, antara lain: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,
dan refleksi. Keempat tahap tersebut merupakan kesatuan siklus yang akan
berlangsung secara berulang dan dilakukan dengan langkah yang sama, yang
kemudian difokuskan pada pembelajaran menulis karangan narasi sebagai aplikasi
dari keterampilan menulis, tentunya dengan menggunakan media teks wacana
dialog.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis
karangan narasi mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Peningkatan
tersebut dapat dilihat dari nilai karangan siswa mulai dari siklus ke-1 sampai ke-2.
Adapun nilai rata-rata siklus ke-1 adalah 75,18, dan siklus ke-2 mengalami
peningkatan dari siklus sebelumnya 80,99.
Berdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada
umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi karangan,
pengembangan penokohan, dan pengembangan latar atau setting. Namun dengan
pembelajaran menggunakan media teks wacana dialog, kekurangan dan kesalahan
siswa tersebut dapat dikurangi, serta mampu membuat siswa menjadi lebih mudah
dalam mengembangkan karangan narasi.
Kata kunci: Keterampilan menulis, karangan, narasi, dan wacana dialog.
-
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji milik Allah Swt yang telah mengajarkan manusia dengan
qolam, yang mengajarkan manusia segala sesuatu yang belum diketahuinya.
Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Saw yang
dijadikan sebagai teladan terbaik bagi segenap manusia, juga kepada segenap
keluarga dan sahabatnya yang selalu menjaga kemurnian sunnah-nya.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian
sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini
belumlah sempurna, karena dalam proses penulisannya, peneliti tidak luput dari
berbagai hambatan dan rintangan. Tanpa bantuan dan peran serta berbagai pihak,
karya ini tidak mungkin terwujud. Apresiasi dan terima kasih yang setinggi-
tingginya peneliti sampaikan kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam
penulisan skripsi ini. Secara khusus, apresiasi dan terima kasih tersebut peneliti
sampaikan kepada:
1. Ibu Nurlena Rifai, MA,Ph.D., selaku Dekan FITK UIN Jakarta;
2. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., selaku Ketua Jurusan PBSI;
3. Bapak Drs. Ramlan Abdul Gani, M.A., selaku dosen pembimbing yang
sangat berpengaruh dalam penyelesaian skripsi ini, serta telah
mengenalkan kecintaan peneliti pada dunia kebahasaan. (Terima kasih
untuk arahan, bimbingan, dan semangatmu untukku bapak);
4. Seluruh dosen Jurusan PBSI yang tak hentinya memberikan asupan ilmu;
5. Ibunda tersayang Dra. Hj. Sohihah, yang kasih sayangnya tak terbatas
kepada peneliti, semoga Allah selalu menyayanginya sebagaimana ia
selalu menyayangi peneliti sejak dalam kandungan. Ayahanda terkasih
Drs. H. Basthomi Hasan, M.A., sebagai sumber kekuatan dalam
kelemahan yang selalu berusaha hadir tanpanya, semoga ia selalu dalam
lindungan Allah di surga-Nya;
6. Ammi Drs. H. Bisri Soleh M.A., sebagai paman dan orang tua kedua bagi
peneliti yang selalu mendukung segala kebaikan bagi kemenakannya;
-
iii
7. Adik tercinta, Himmah Rahmawati, tempat berkeluh kesah dan sumber
inspirasi, serta semangat, bagian kehidupan yang tak tergantikan;
8. Bapak Drs. Djahidin, selaku Kepala Sekolah MTs Negeri 38 Jakarta, dan
bapak Sopian Hariri, S.Ag., selaku guru mata pelajaran bahasa dan sastra
Indonesia yang telah memberi izin dan menjadi mitra peneliti terbaik
selama penelitian. Serta seluruh sivitas akademia MTs Negeri 38 Jakarta;
9. Kostan The Green Terrace (Mila, Dewi, Salmah, Kamel, Echi, Ochi, Kak
Fuah, Kak Silvi), tempat berbagi segala hal dalam kebaikan, terima kasih
untuk semangat yang selalu kalian hadirkan. Terkhusus Uyun KA yang
setia menemani sebagai saudara dan room mate peneliti selama tiga tahun
dan Fitri D sebagai teman berbagi segala hal yang baik dalam kehidupan;
10. Faisal Hadi, Amd., seseorang yang selalu ada di sisi peneliti dalam suka
dan duka, memberikan nasihat, serta kasih sayang dan doa yang tiada
henti;
11. Kawan-kawan mahasiswa Jurusan PBSI angkatan 2007, yang berjuang
bersama dan saling menguatkan selama 4 tahun dalam perkuliahan;
12. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam, yang telah memberikan
asupan semangat, terutama Distrik PBSI yang menjadi keluarga kecil bagi
peneliti (Didah Nurhamidah, Istika Putri, Johan A Lesmana, Lutfi SF);
13. Kawan-kawan Paduan Suara Mahasiswa FITK (PST) dan UKM-PSM
yang selalu memberikan inspirasi yang indah melalui nada-nada yang
dinyanyikan;
14. Untuk berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Semoga bantuan, dukungan, dan partisipasi yang diberikan kepada peneliti
senantiasa menjadi amal baik yang kelak dianugerahkan Allah dengan balasan
yang lebih baik.
Akhirnya peneliti pun berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi
kemajuan pendidikan dan pembelajaran bahasa, khususnya pembelajaran bahasa
dan sastra Indonesia.
Jakarta, 23 November 2011
Peneliti,
-
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ........... ii
DAFTAR ISI .... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN .. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......1
B. Identifikasi Masalah ....6
C. Pembatasan Masalah ....6
D. Perumusan Masalah .7
E. Tujuan Penulisan .............................................................7
F. Manfaat Penelitian ...8
G. Tinjauan Pustaka ..9
BAB II LANDASAN TEORETIS
A. Konsep Dasar Keterampilan Menulis ... 12
B. Karangan.... 18
C. Menulis Karangan Narasi ..................................................... ... 20
D. Konsep Dasar Media Pembelajaran ...... 27
E. Pembelajaran Menulis dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian ...... 35
B. Metode Penelitian ..... 35
C. Prosedur Penelitian ... 40
D. Instrumen Penelitian . 42
E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian................................... 47
F. Prosedur Pengelolaan Data .......................................................... 48
G. Kriteria Penilaian Menulis Karangan Narasi ... 50
-
v
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pendeskripsian Hasil Analisis Kebutuhan dan Hambatan Belajar
Secara Umum ... 55
B. Perumusan Tujuan Pembelajaran Menulis Karangan Narasi dengan
Menggunakan Media Teks Wacana Dialog pada Siswa Kelas VII
Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta ................................. 56
C. Tahap Kegiatan Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Siklus 1
................................................................................................... 57
D. Tahap Kegiatan Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Siklus . 72
E. Analisis Hasil Penelitian ... 84
F. Pembahasan Hasil Penelitian .... 87
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ....... 93
B. Saran ......... 94
DAFTAR PUSTAKA . 96
LAMPIRAN-LAMPIRAN
-
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Lembar Observasi Aktivitas Guru .....................................................43
Tabel 3.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ....................................................45
Tabel 3.3 Jurnal Siswa .......................................................................................46
Tabel 3.4 Penilaian PAP Skala Lima .................................................................49
Tabel 3.5 Penilaian Karangan Narasi .................................................................51
Tabel 4.1 Persentase Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus 1 ...................62
Tabel 4.2 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 24 ... 65
Tabel 4.3 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 19 ... 66
Tabel 4.4 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 3 . 67
Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai Karya Siswa Siklus 1 ...........................................68
Tabel 4.6 Persentase Komentar Siswa Siklus 1 .................................................70
Tabel 4.7 Perolehan Skor Siswa Siklus 1 ...........................................................71
Tabel 4.8 Perolehan Skor Siswa Berdasarkan Skala Lima pada Siklus 1 ..........71
Tabel 4.9 Persentase Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus 2 ...................76
Tabel 4.10 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 24 ..... 78
Tabel 4.11 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 19 . 79
Tabel 4.12 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 3 ... 80
Tabel 4.13 Rekapitulasi Nilai Karya Siswa Siklus 2 ......................................... 81
Tabel 4.14 Persentase Komentar Siswa Siklus 2 ...............................................82
Tabel 4.15 Perolehan Skor Siswa Siklus 2 .........................................................83
Tabel 4.16 Perolehan Skor Siswa Berdasarkan Skala Lima pada siklus 2 ........83
Tabel 4.17 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Narasi ........85
Tabel 4.18 Perolehan Nilai Siswa dalam Skala Lima ........................................86
Tabel 4.19 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Narasi Setiap
Siklus ..................................................................................................................86
-
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 3 Silabus
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Lampiran 5 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Lampiran 6 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus 1
Lampiran 7 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1
Lampiran 8 Jurnal Siswa Siklus 1
Lampiran 9 Lembar Tes Kemampuan Siswa Siklus 1
Lampiran 10 Dokumentasi Proses Pembelajaran Siklus 1
Lampiran 11 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus 2
Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus 2
Lampiran 13 Jurnal Siswa siklus 2
Lampiran 14 Lembar Tes Kemampuan Siswa Siklus 2
Lampiran 15 Dokumentasi Proses Pembelajaran Siklus 2
Lampiran 16 Profil Sekolah
Lampiran 17 Lembar Uji Referensi
Lampiran 18 Biodata Peneliti
-
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana
belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara.1
Proses pendidikan yang diselenggarakan secara formal di sekolah dimulai
dari pendidikan formal yang paling dasar sampai perguruan tinggi tidak lepas dari
kegiatan belajar yang merupakan salah satu kegiatan pokok, dengan guru sebagai
pemegang peranan utama. Pendidikan sebagai kegiatan pembelajaran telah
dilakukan seusia manusia itu sendiri sebagai pelaku pendidikan.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus ditunjang oleh
kemampuan pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan ilmu terapan maupun
ilmu pengetahuan dasar secara seimbang. Salah satu usaha untuk meningkatkan
penguasaan pengetahuan dasar adalah dengan meningkatkan keterampilan
berbahasa. Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia yaitu dari aspek
kemampuan berbahasa yang meliputi aspek mendengarkan/menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis.
1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, diakses
pada 2 Mei 2011 pukul 14:07 dari http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf
-
2
2
Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional atau bahasa negara. Standar
kompetensi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia berorientasi pada hakikat
pembelajaran bahasa, bahwa belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi dan
belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya.2
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik lisan
maupun tulis, serta menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia.
Secara umum tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: (1)
Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik
secara lisan maupun tulis, (2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, (3) Memahami bahasa
Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif, untuk berbagai tujuan,
(4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,
serta kematangan emosional dan sosial, (5) Menikmati dan memanfaatkan karya
sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, (6) Menghargai dan
membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual
manusia Indonesia.3
Melalui pembelajaran bahasa Indonesia siswa diharapkan memiliki
kemampuan untuk menangkap makna dari sebuah pesan atau informasi yang
disampaikan, serta memiliki kemampuan untuk menalar dan mengemukakan
2 Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia, diakses pada 16 Juni 2011 pukul 10.35 dari http://www.puskur.net/download/kbk/smp/BahasaSastraIndonesia.pdf
3 Badan Standar Nasional Pendidikan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs, diakses pada 16 Juni 2011 pukul 11:24 dari http://masdwijanto.files.wordpress.com/2011/03/buku-standar-isi-
smp.pdf
-
3
3
kembali pesan atau informasi yang diterimanya. Siswa juga diharapkan memiliki
kemampuan untuk mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan
perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik. Kompetensi tersebut dapat
dicapai melalui proses pemahiran yang dilatih dan dialami dalam kegiatan
pembelajaran.
Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan
pengungkapan pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan tersebut adalah
keterampilan menulis. Menulis sebagai keterampilan berbahasa yang bersifat
produktif-aktif merupakan salah satu kompetensi dasar berbahasa yang harus
dimiliki siswa agar terampil berkomunikasi secara tertulis. Siswa akan terampil
mengorganisasikan gagasan dengan runtut, menggunakan kosakata yang tepat dan
sesuai, memperhatikan ejaan dan tanda baca yang benar, serta menggunakan
ragam kalimat yang variatif dalam menulis jika memiliki kompetensi dalam
menulis karangan dengan baik.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam
kegiatan menulis, seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi,
struktur bahasa, dan kosakata.4 Keterampilan menulis digunakan untuk mencatat,
merekam, meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi
pembaca. Maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh
para pembelajar yang dapat menyusun dan merangkai jalan pikiran dan
mengemukakannya secara tertulis dengan jelas, lancar, dan komunikatif.
4 Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa,
2008), h. 3.
-
4
4
Kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian dan pemilihan kata,
serta struktur kalimat.
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan di kelas, ditemukan bahwa
menulis sering menjadi suatu hal yang kurang diminati dan kurang mendapat
respon yang baik dari siswa. Siswa tampak mengalami kesulitan ketika harus
menulis. Siswa tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika pembelajaran menulis
dimulai. Mereka terkadang sulit sekali menemukan kalimat pertama untuk
memulai atau mengawali paragraf. Siswa kerap menghadapi sindrom kertas
kosong (blank page syndrome) tidak tahu apa yang akan ditulisnya. Mereka takut
salah, takut berbeda dengan apa yang diinstruksikan gurunya.
Keterampilan menulis terkadang hanya diajarkan pada saat pembelajaran
menulis di kelas, pahadal pembelajaran keterampilan menulis dapat dipadukan
atau diintegrasikan dalam setiap proses pembelajaran keterampilan yang lainnya
di kelas. Pengintegrasian ini dapat bersifat internal maupun eksternal.
Pengintegrasian internal berarti pembelajaran menulis diintegrasikan dengan
pembelajaran keterampilan berbahasa yang lain. Menulis dapat pula
diintegrasikan secara eksternal dengan mata pelajaran lain di luar mata pelajaran
bahasa Indonesia.
Menulis merupakan suatu keterampilan, dan keterampilan itu hanya akan
berkembang jika dilatihkan secara terus-menerus atau lebih sering. Memberikan
kesempatan lebih banyak bagi siswa untuk berlatih menulis dalam berbagai tujuan
merupakan sebuah cara yang dapat diterapkan agar keterampilan menulis
meningkat dan berkembang secara cepat.
-
5
5
Pembelajaran menulis di sekolah-sekolah hendaknya diselenggarakan
dengan baik dan benar. Guru sebagai komunikator dan fasilitator yang akan
menyampaikan bahan ajar kepada siswa harus terampil dan mempunyai berbagai
cara ampuh untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa dengan memilih
bahan, teknik, metode, dan media yang sesuai dengan karakteristik dan tingkat
kebahasaan siswa. Salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan menulis
siswa adalah dengan menggunakan media yang tepat dan mampu merangsang
siswa untuk menulis. Dengan menggunakan media yang tepat, informasi atau
bahan ajar dapat diterima dan diserap oleh siswa dengan baik. Ini sesuai dengan
salah satu fungsi dari media pengajaran yaitu untuk meningkatkan kualitas proses
belajar mengajar. Proses belajar-mengajar meningkat dengan baik, hasil belajar-
mengajar pun akan meningkat.
Dalam penelitian ini, penulis memilih alternatif lain, yaitu penggunaan
media yang ada di lingkungan belajar siswa, berupa teks wacana dialog sebagai
bahan pertimbangan untuk dijadikan sebuah penelitian. Menurut penulis, dengan
menggunakan teks wacana dialog, siswa akan tergugah dan mudah memperoleh
gambaran cerita, serta mampu mengembangkannya ke dalam bentuk karangan
narasi. Adapun karangan narasi yang dipilih untuk dikembangkan oleh para siswa
adalah narasi ekspositoris sebagai narasi yang menyampaikan informasi mengenai
berlangsungnya suatu peristiwa atau kejadian.
Bertolak dari pertimbangan-pertimbangan di atas, maka penulis
merumuskan sebuah penelitian dalam skripsi yang berjudul Peningkatan
Keterampilan Menulis Narasi dengan Media Teks Wacana Dialog: Penelitian
-
6
6
Tindakan pada Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta Tahun
Pelajaran 2011-2012.
Melalui penelitian ini, peneliti mencoba memacu siswa untuk menuangkan
ide, gagasan, pikiran, dan pendapat berdasarkan teks dialog yang akan
dikembangkan siswa ke dalam bentuk karangan narasi.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Menulis merupakan keterampilan yang paling sulit dikuasai
dibandingkan keterampilan yang lainnya.
2. Pada umumnya, siswa kurang terampil dalam menulis.
3. Teknik, metode, dan media pembelajaran menulis di sekolah tidak
bervariasi.
4. Guru/pendidik kurang terampil dalam menyampaikan pembelajaran,
terutama pembelajaran menulis.
5. Pembelajaran menulis dengan menggunakan media yang tepat akan
meningkatkan minat siswa dalam belajar.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, untuk memfokuskan penelitian terhadap
objek yang akan diteliti, penulis mencoba membatasi permasalahan hanya pada
kemampuan menulis karangan narasi ekspositoris berdasarkan media teks dialog
berupa teks percakapan. Setelah proses kegiatan belajar mengajar menulis
-
7
7
karangan narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog, siswa
diharapkan mampu mengasah keterampilannya dalam menulis.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah, maka dapat dirumuskan
berbagai masalah dalam penelitian ini, antara lain:
1. Bagaimana bentuk perencanaan pembelajaran menulis karangan narasi
dengan menggunakan media teks wacana dialog?
2. Bagaimana bentuk pelaksanaan pembelajaran menulis karangan narasi
dengan menggunakan media teks wacana dialog?
3. Apa kendala dan hasil yang diperoleh dari pembelajaran menulis
karangan narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog?
E. Tujuan Penulisan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang cara-cara
meningkatkan kemampuan dalam kegiatan berbahasa, khususnya menulis
karangan narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog dalam
pembelajaran. Kemudian, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru,
sekolah, dan peneliti. Sebagai pihak yang diteliti, siswa dapat mengetahui
bagaimana cara memanfaatkan dan meningkatkan kemampuan dan keterampilan
menulis sebagai bentuk mengungkapkan ide dan gagasan yang keluar dari
pemikiran siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Secara khusus, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
-
8
8
1. Memperoleh deskripsi perencanaan pembelajaran menulis karangan
narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog.
2. Memperoleh deskripsi pelaksanaan pembelajaran menulis karangan
narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog.
3. Memperoleh deskripsi mengenai kendala dan hasil dari pembelajaran
menulis karangan narasi dengan menggunakan media teks wacana
dialog.
F. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Siswa dapat memperoleh pengalaman dan wawasan baru dalam
menulis karangan narasi dengan menggunakan teknik dan media yang
tepat.
2. Guru dapat memilih berbagai alternatif pembelajaran menulis
karangan narasi.
3. Peneliti dapat memperoleh gambaran hasil pembelajaran menulis
karangan narasi dengan menggunakan wacana dialog.
4. Lembaga dapat memperoleh bahan masukan pengajaran bahasa dan
sastra Indonesia, khususnya model pembelajaran menulis dengan
menggunakan media teks wacana dialog.
-
9
9
G. Tinjauan Pustaka
Menulis merupakan suatu keterampilan yang diurutkan paling akhir,
namun menulis mendapat perhatian paling utama di antara keterampilan-
keterampilan berbahasa yang lainnya.
Peneliti melihat skripsi Suharti, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2011 yang berjudul Upaya
Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi dengan Teknik Parafrase Wacana
Dialog pada Siswa Kelas IV SD Negeri III Mungung Kecamatan Karangdowo
Kabupaten Klaten (Penelitian Tindakan Kelas). Penelitian ini dapat dikatakan
mencapai ketuntasan karena peningkatan kemampuan menulis narasi siswa dapat
dilihat dari nilai karangan siswa yang selalu meningkat pada setiap siklusnya. Siklus I
dicapai ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 38%, kemudian pada siklus II 64%, dan
siklus III 89%. Hal ini membuktikan bahwa dengan diterapkannya teknik parafrase
wacana dialog, mampu meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran
dan sekaligus mampu meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa.
Berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, peneliti
berusaha meneliti dengan objek yang tingkatan siswanya lebih tinggi daripada skripsi
Suharti di atas, yaitu siswa pada sekolah menengah pertama. Kemudian, skripsi
Suharti menjelaskan bahwa parafrase wacana dialog merupakan sebuah teknik,
sedangkan penulis memberi pencerahan bahwa teks wacana dialog merupakan sebuah
media pembelajaran berupa teks percakapan, yang kemudian dapat dikembangkan
siswa dalam membuat sebuah karangan narasi.
-
10
10
Perbedaan teknik maupun media yang digunakan memungkinkan menambah
pengetahuan baru dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, dalam penelitian-
penelitian selanjutnya, diharapkan dapat dilakukan penelitian yang lebih luas lagi.
Kemudian, dalam skripsi Isroyati, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010 yang berjudul
Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Narasi dengan Penggunaan Metode
Field Triep Pada Siswa Kelas IX di SMP Dwiguna Depok. Penelitian ini dapat
meningkatkan pembelajaran menulis narasi, hal ini ditandai dengan nilai hasil tulisan
siswa yang mengalami peningkatan dari segi teknik penulisan, isi gagasan yang
diungkapkan, penggunaan bahasa, pemilihan kata, dan penggunaan ejaan. Dalam
pretest hanya 17 siswa yang mencapai ketuntasan hasil belajar (memperoleh nilai 70
ke atas). Pada potest ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 100% atau sekitar
40 siswa.
Skripsi Siti Zulaikhoh dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan Metode
Field Trip untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf Narasi pada Siswa
Kelas X-1 SMA Negeri I Ngemplak, hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
Metode field trip dapat meningkatkan pembelajaran menulis. Pada siklus 1 siswa
yang aktif sebesar 60%, sedangkan pada silkus 2 siswa yang aktif meningkat menjadi
70%.
Kedua skripsi di atas menunjukkan peningkatan dalam hasil penelitian
dengan menggunakan metode field trip. Walaupun ada kesamaan dalam menulis
narasi, namun terdapat perbedaan dengan skripsi ini. Peneliti menerapkan
alternatif yang ada acuannya di dalam silabus, yaitu dengan menggunakan media
-
11
11
teks wacana dialog. Sehingga siswa mampu menulis narasi dengan acuan yang
sama.
-
12
12
BAB II
LANDASAN TEORETIS
A. Konsep Dasar Keterampilan Menulis
1. Hakikat Keterampilan
Terdapat empat keterampilan dalam kegiatan berbahasa, yakni:
keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat
keterampilan tersebut saling berkaitan. Bila menulis sesuatu, pada dasarnya kita
ingin agar tulisan itu dibaca orang lain. Paling tidak, tulisan tersebut dapat dibaca
pada waktu lain.
Aktivitas tersebut tentu melibatkan keterampilan berbahasa, yakni
keterampilan menulis dan keterampilan membaca. Keterampilan hanya dapat
diperoleh dan dikuasai melalui praktik dan latihan, misalnya kita harus berlatih
dalam menulis. Melalui keterampilan, seseorang dapat mengaplikasikan segala
kegiatan yang bersifat motorik yang kemudian diikuti fungsi mental yang bersifat
kognitif. Hal ini sesuai dengan pendapat Muhibbin yang menyatakan bahwa
keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-
otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti
menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik,
keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran tinggi.1
Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Reber yang dikutip pula oleh
Muhibbin yang menyatakan bahwa keterampilan adalah kemampuan melakukan
1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 117
-
13
13
pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai
dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.2
Setiap keterampilan itu erat sekali hubungannya dengan tiga keterampilan
lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan
berbahasa, kita biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula
pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu
kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum
memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan
suatu kesatuan.3
2. Hakikat Menulis
Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau
informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara. Menulis biasa
dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat seperti pena atau pensil.
Pada awal sejarahnya, menulis dilakukan dengan menggunakan gambar,
contohnya tulisan hieroglif (hieroglyph) pada zaman Mesir Kuno. Kegiatan
menulis berkembang pesat sejak diciptakannya teknik percetakan, yang
menyebabkan seseorang semakin giat menulis karena karya mereka mudah untuk
diterbitkan.
Menulis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah 1) membuat
huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur, dan sebagainya), 2)
2 Ibid 3 Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa,
2008), h. 1
-
14
14
melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan
tulisan.4
Menulis adalah representasi bahasa di dalam sebuah teks media melalui
penggunaan satu set tanda-tanda atau simbol (dikenal sebagai sistem penulisan).5
Menulis atau mengarang pada hakikatnya adalah suatu proses yang menggunakan
lambang-lambang (huruf) untuk menyusun, mencatat, dan mengomunikasikan,
serta dapat menampung aspirasi atau makna yang ingin disalurkan kepada orang
lain. Pesan yang ingin disampaikan itu dapat berupa tulisan yang dapat
menghibur, memberi informasi, mempengaruhi, dan menambah pengetahuan.
Hasil kegiatan mengarang seperti ini disebut karangan yang dapat berwujud
sebagai sebuah wacana argumentasi, eksposisi, deskripsi, dan narasi.
Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan
(komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.6
Berdasarkan konsep tersebut, dapat dikatakan bahwa menulis merupakan
komunikasi tidak langsung yang berupa pemindahan pikiran atau perasaan dengan
memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata dengan menggunakan
simbol sehingga dapat dibaca seperti apa yang diwakili oleh simbol-simbol
tersebut.
Mengombinasikan dan menganalisis setiap unsur kebahasaan dalam
sebuah karangan merupakan suatu keharusan bagi penulis. Dari sinilah akan
terlihat sejauh mana pengetahuan yang dimiliki penulis dalam menciptakan
4 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007),
h. 1219 5 Wikipedia, Writing, diakses pada 22 Juni 2011 pukul 11.02 dari
http://en.wikipedia.org/wiki/Writing 6 Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis (Jakarta: Universitas Terbuka,
2009), h. 1.3
-
15
15
sebuah karangan yang efektif. Kosakata dan kalimat yang digunakan dalam
kegiatan menulis harus jelas agar mudah dipahami oleh pembaca. Di samping itu,
jalan pikiran dan perasaan penulis sangat menentukan arah penulisan sebuah
karya tulis atau karangan yang berkualitas. Dengan kata lain, hasil sebuah
karangan yang berkualitas umumnya ditunjang oleh keterampilan kebahasaan
yang dimiliki seorang penulis.
3. Pengertian Keterampilan Menulis
Keterampilan seseorang menggunakan bahasa tulis sebagai alat, baik
wadah maupun media untuk memaparkan isi jiwanya, penghayatan, dan
pengalamannya secara teratur disebut kemampuan menulis/mengarang.
Kemampuan menulis sangat penting dimiliki untuk menunjang tugas-tugas
kesehariannya yang terkait dengan kegiatan tulis-menulis.
Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan berkomunikasi dengan
orang lain. Dalam proses berkomunikasi dapat melalui bahasa tulis maupun
bahasa lisan. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang
dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka
dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan
ekpresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan
grafolegi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan
datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan
teratur.7
7 Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, h. 3
-
16
16
Oleh karena itu, keterampilan menulis merupakan suatu kegiatan
komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain. Aktivitas
menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan,
saluran atau media tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.
Sejalan dengan pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa menulis
merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, yakni
memiliki sebuah produk yang bernama tulisan. Dalam pembelajaran, menulis
merupakan sebuah pembelajaran yang kurang diminati. Menurut Tarigan,
keterampilan menulis walaupun sering berada pada posisi terakhir dalam urutan
keterampilan berbahasa, tetap mendapat posisi paling penting dalam kehidupan
ilmiah seseorang karena sifatnya yang produktif. Seseorang dapat dikatakan
akademisi yang baik jika ia telah teruji kemampuan menulisnya. Oleh karena itu,
dalam situasi pembelajaran, seorang guru hendaknya memiliki kepekaaan dalam
mewujudkan hasil pembelajaran yang efektif dan tepat sasaran. 8
Dalam kegiatan menulis, penulis selalu mencari jalan untuk menghidupkan
ekspresi dari ide-ide yang tertuang dari pikiran penulis itu sendiri. Mencoba
menuangkan kata-kata baru dan memanipulasi kalimat adalah dua hal yang sering
penulis lakukan dalam memberikan daya tarik dan kejelasan.9
4. Tujuan Menulis
Hugo Hartig dalam Tarigan berpendapat bahwa terdapat beberapa tujuan
penulisan antara lain adalah berikut:
8 Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa
(Bandung: Angkasa, 1987), h. 224 9 Lea Masiello, Writing in Action: A Collaborative Rhetoric for College Writers (New York: Mac
Millan, 1986), h. 2
-
17
17
a. Tujuan penugasan
Maksud dari tujuan penugasan ini merupakan penulisan sesuatu karena
ditugaskan, bukan atas kemauan penulis sendiri;
b. Tujuan altruistik
Tujuan altruistik ini dimaksudkan untuk menyenangkan pembaca,
menghindarkan kedudukan para pembaca, ingin menolong para pembaca
untuk memahami, serta menghargai perasaan dan penalarannya;
c. Tujuan persuasif
Tujuan persuasif dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca akan kebenaran
gagasan yang diutarakan;
d. Tujuan informasional
Maksud dari tujuan informasional yaitu sebagai pemberi informasi atau
penerangan kepada para pembaca;
e. Tujuan pernyataan diri
Tujuan pernyataan diri ini yaitu tulisan yang bertujuan memperkenalkan
atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca;
f. Tujuan kreatif
Maksud dari tujuan kreatif ini yaitu tulisan yang bertujuan untuk mencapai
nilai-nilai artistik maupun nilai-nilai kesenian;
g. Tujuan pemecahan masalah
Tujuan pemecahan masalah adalah maksud penulis yang bertujuan ingin
memecahkan/menyelesaikan masalah yang dihadapi.10
Karena menulis
10 Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, h. 25-26
-
18
18
mendorong proses integrasi informasi, maka menulis dapat membantu
menyelesaikan masalah-masalah yang rumit.11
B. Karangan
1. Pengertian Karangan
Menurut Mahsusi, karangan berarti rangkaian, susunan, atau komposisi.
Yang dirangkai adalah beberapa kesatuan pikiran yang diwujudkan dalam bentuk
kalimat-kalimat yang disusun sesuai dengan kaidah komposisi.12
Mengarang adalah bagian ekspresi secara tertulis. Segala kesan batin, baik
pikiran, perasaan, maupun kemauan dapat dinyatakan dengan bahasa tulis.
Dengan kata lain, apa yang dipikirkan, dirasakan atau diinginkan orang lain bisa
diwujudkan pada sehelai kertas.13
Dapat disimpulkan bahwa karangan merupakan
suatu bentuk pencurahan gagasan, ide, pendapat, pikiran, berita, khayalan,
kehendak, dan sebagainya yang didukung oleh penataan bahasa yang harmonis,
tersusun, dan teratur.
2. Jenis-jenis Karangan
Morris dalam Tarigan berpendapat bahwa karangan diklasifikasikan ke
dalam empat jenis, yakni narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi.14
Pendapat
tersebut sejalan dengan pendapat Parera yang membagi karangan ke dalam empat
jenis, kecuali persuasi. Adapun Brook dan Warren berpendapat bahwa karangan
terdiri dari empat jenis, yakni deskripsi, persuasi, argumentasi, dan eksposisi.15
11 Hernowo, QuantumWriting: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi
Menulis (Bandung: Mizan, 2003), h. 53 12 Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia (Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2004), h. 228 13 Sudarno dan Eman A. Rahman, Kemampuan Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi
(Jakarta: PT Hikmat Syahid Indah, 1986), h. 96 14 Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, h. 28 15 Ibid, h. 29
-
19
19
Berikut ini akan dijelaskan satu per satu mengenai jenis-jenis karangan,
antara lain:
a. Karangan narasi, yaitu suatu bentuk wacana atau tulisan yang
menceritakan suatu kejadian atau peristiwa.
b. Karangan deskripsi, yaitu suatu karangan atau tulisan yang bertujuan
untuk menggambarkan atau melukiskan berbagai pengalaman,
pendengaran, perabaan, penciuman, dan situasi perasaan atau masalah.
c. Karangan eksposisi, yaitu paparan. Dengan paparan, penulis
menyampaikan suatu penjelasan dan informasi.16
Dengan kata lain,
karangan eksposisi berusaha menerangkan ide atau gagasan yang
dianggap perlu untuk disampaikan kepada pembaca.
d. Karangan argumentasi. Menurut Keraf, karangan argumentasi tidak
lain daripada usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan
kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat
mengenai suatu hal.17
e. Karangan persuasi, merupakan bentuk karangan yang bertujuan
mengajak atau meyakinkan pembaca agar melakukan sesuatu yang
dikehendaki penulis atau pembicara.
16 Ramlan A Gani dan Mahmudah Fitriyah, Disiplin Berbahasa Indonesia (Jakarta: FITK Press,
2010), h. 93 17 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2010), h. 3
-
20
20
C. Menulis Karangan Narasi
1. Pengertian Karangan Narasi
Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu
kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau
mengalami sendiri peristiwa itu. Sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang
dijalin dan dirangkai menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan
waktu. Dengan cara lain, narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha
menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang
telah terjadi.18
Menurut Mahsusi, Narasi adalah paragraf/karangan yang menceritakan
suatu benda, keadaan, atau peristiwa. Tokoh dalam cerita bisa manusia, bisa juga
binatang, dan peristiwa disampaikan menurut urutan kejadian (kronologis).19
Narasi merupakan satu bentuk pengembangan karangan dan tulisan yang
bersifat menyejarahkan sesuatu berdasarkan perkembangannya dari waktu ke
waktu. Narasi mementingkan urutan kronologis suatu peristiwa, kejadian dan
masalah. Pengarang bertindak sebagai sejarawan atau tukang cerita. akan tetapi ia
mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Ia tetap ingin meyakinkan para pembaca
atau pendengar dengan jalan menceritakan apa yang ia lihat dan ia ketahui.20
Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Donald Hall, sederhananya
narasi adalah mengungkapkan cerita. lebih luasnya narasi adalah sebuah
pengembangan dalam kalimat dan paragraf sesuai urutan waktu. Narasi dapat
18 Ibid, h. 135-136 19 Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia, h. 253 20 Jos Daniel Parera, Menulis Tertib dan Sistematik: Edisi Kedua (Jakarta: Erlangga, 1987), h. 5
-
21
21
membantu kita dalam berargumen atau berpendapat, dan jelasnya kita
menggunakan narasi dalam autobiografi dan tulisan fiksi.21
Narasi (penceritaan atau pengisahan) adalah ragam wacana yang
menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. Sasarannya adalah memberikan
gambaran yang sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan,
atau rangkaian terjadinya sesuatu hal. 22
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karangan narasi
adalah suatu bentuk karangan yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa
secara runtut yang terjalin dalam suatu kesatuan waktu. Memaparkan fase dan
urutan kejadian peristiwa-peristiwa yang terjadi.
2. Jenis-jenis Karangan Narasi
Secara garis besar, narasi terbagi atas dua jenis, yaitu narasi nonfiksi dan
narasi fiksi.23
Narasi nonfiksi biasa disebut juga dengan narasi ekspositoris,
sedangkan narasi fiksi dikenal dengan sebutan narasi sugestif.
Menurut Keraf, narasi yang hanya bertujuan untuk memberi informasi
kepada para pembaca agar pengetahuannya bertambah luas, disebut dengan narasi
ekspositoris. Di samping itu, ada pula narasi yang disusun dan disajikan dengan
berbagai macam, sehingga dapat menimbulkan daya khayal para pembaca. Ia
berusaha menyampaikan sebuah makna kepada para pembaca melalui daya khayal
yang dimilikinya. Narasi semacam ini adalah narasi sugestif.24
21 Donald Hall, Writing Well: Second Edition (Boston: Little Brown, 1976), h. 245 22 Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, h. 1.11 23 Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia, h. 253 24 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III, h. 136
-
22
22
Narasi ekspositoris/nonfiksi bertujuan mengubah pikiran pembaca agar
memperoleh pengetahuan yang luas mengenai apa yang dibacanya. Narasi
ekspositoris terdiri dari dua sifat, yaitu umum dan khusus.
Narasi ekspositoris yang bersifat umum (generalisasi) adalah narasi yang
menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat dilakukan oleh siapa saja,
dan dapat pula dilakukan secara berulang-ulang.25
Contohnya wacana mengenai
cara membuat dan menyiapkan nasi goreng, dan lain-lain.
Narasi ekspositoris yang bersifat khusus adalah narasi yang berusaha
menceritakan suatu peristiwa yang khas, yang hanya terjadi satu kali. Peristiwa
yang khas adalah peristiwa yang tidak dapat diulang kembali, karena merupakan
pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu saja.26
Contohnya wacana
yang menceritakan peristiwa dari pengalaman seseorang yang baru pertama kali
naik haji, pengalaman jatuh cinta, dan lain-lain.
Adapun narasi sugestif merupakan narasi yang seluruh kejadiannya
berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. Tetapi tujuan dan sasaran utamanya
yaitu berusaha memberi makna atas peristiwa atau kejadian itu sebagai suatu
pengalaman.27
Oleh karena itu, narasi sugestif membutuhkan dan melibatkan
imajinasi. Contoh narasi sugestif adalah novel, roman, cerpen, dongeng, dan
hikayat.
3. Ciri-ciri Karangan Narasi
Ciri-ciri karangan narasi adalah sebagai berikut:
a. Karangan narasi adalah karangan yang pada umumnya bersifat fiksi;
25 Ibid, h. 137 26 Ibid 27 Ibid, h. 138
-
23
23
b. Isinya berupa cerita yang memaparkan suatu peristiwa, baik peristiwa rekaan
atau nyata;
c. Pengarang tidak mementingkan hubungan sebab akibat dari masalah yang ia
kemukakan.28
Oleh karena itu karangan narasi bersifat subjektif, artinya baik
isi maupun bahasa yang digunakan sangat dipengaruhi oleh jiwa
pengarangnya;
d. Timbulnya konflik atau terbina alur sering berhubungan erat dengan unsur
watak atau tema, bahkan juga latar.29
Maka dalam karangan narasi, adanya
penokohan, jalan cerita, dan konflik itu sangat penting;
e. Walaupun khayal atau berimajinasi, pengarang tidak boleh sesuka hati
menciptakan cerita.30
Dengan kata lain, karangan narasi yaitu karangan yang
bersifat fiksi (khayalan), namun harus bersifat wajar (logis);
f. Karangan narasi berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut
urutan terjadinya (kronologis), dengan maksud memberi arti kepada sebuah
kejadian atau serentetan kejadian, agar pembaca dapat memetik hikmah dari
cerita itu.31
Maka karangan narasi ini bersifat didaktis, karena pada umumnya
memiliki pesan yang tersembunyi untuk pembaca;
4. Unsur-unsur Karangan Narasi
Jika ingin menulis sebuah karangan narasi, perlu diperhatikan prinsip-
prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan narasi.
28 Jos Daniel Parera, Menulis Tertib dan Sistematik: Edisi Kedua, h. 5 29 Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, h. 4.40 30 Ibid, h. 4.32 31 E. Kusnadi dan Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia: Materi Pengayaan Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006), h. 36
-
24
24
Prinsip-prinsip tersebut antara lain: alur, penokohan, latar, titik pandang, dan
pemilihan detail peristiwa (tema).32
Menurut Keraf, struktur/unsur-unsur narasi dapat dilihat dari komponen-
komponen yang membentuknya: perbuatan, penokohan, latar, dan sudut
pandang.33
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur narasi
itu adalah setting, gaya penokohan, perwatakan, alur, titik pandang, tema, dan
pesan.
a. Tema
Tema adalah suatu gagasaan sentral yang menjadi dasar tulisan atau karya
fiksi.34
Dapat dikatakan, tema merupakan pokok pembicaraan atau ide yang
menjadi dasar sebuah cerita.
b. Latar
Sebuah cerita akan menarik dan kuat apabila didukung oleh latar yang
sesuai dan tidak gegabah dipilih oleh pengarang dalam ceritanya. Atar Semi
mengemukakan bahwa latar atau landas tumpu (setting) cerita adalah lingkungan
tempat peristiwa terjadi, baik tempat maupun waktu.35
Sejalan dengan pendapat
tersebut, latar merupakan tempat dan atau waktu terjadinya perbuatan tokoh atau
peristiwa yang dialami tokoh.36
Dari kedua pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa latar
dalam suatu cerita adalah tempat dan waktu terjadinya peristiwa. Tempat ini dapat
32 Suparno dan M. Yunus, Keterampilan Dasar Menulis. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h.
4.39 33 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III, h. 145 34 M. Atar Semi, Anatomi Sastra (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 42 35 Ibid., h. 46 36 Suparno dan M. Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, h. 4.42
-
25
25
diartikan sebagai ruang atau hal-hal yang ada di sekitarnya. Dan waktu dapat
berupa hari, tahun, musim, bahkan periode sejarah.
c. Penokohan
Di dalam sebuah cerita tentunya terdapat tokoh-tokoh yang mengalami
peristiwa, baik tokoh yang berperan sebagai tokoh utama atau tokoh yang hanya
berperan sebagai pelengkap saja. Perbedaan antara tokoh utama dan tokoh
pelengkap dapat dilihat dari sering tidaknya kedua tokoh tersebut diceritakan.
Tentunya tokoh utama lebih sering diceritakan daripada tokoh pelengkap. Tokoh-
tokoh tersebut dapat berwujud manusia atau makhluk yang sifatnya menyerupai
manusia.
Selain dibedakan dari tokoh utama dan tokoh pelengkap, tokoh juga dapat
dibedakan dari tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Protagonis adalah tokoh
yang berperan sebagai tokoh kunci, sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang
berperan sebagai penentang tokoh protagonis.
Sebagaimana menurut Jones yang dikutip oleh Nurgiyantoro, bahwa
penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang
ditampilkan dalam sebuah cerita.37
d. Alur
Jalan cerita dan alur nampaknya tidak dapat dipisahkan, namun ternyata
keduanya berbeda. Jalan cerita hanya memuat kejadian cerita, sedangkan yang
menggerakkan cerita tersebut adalah alur.
37 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2007),
h. 165
-
26
26
Atar Semi mengemukakan alur atau plot adalah struktur rangkaian
kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interrelasi fungsional yang
sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi. Alur mengatur
bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu dengan yang lainnya,
bagaimana peristiwa mempunyai hubungan dengan peristiwa yang lain,
bagaimana tokoh digambarkan dan berperan terikat dalam suatu kesatuan waktu.38
Alur agaknya lebih baik bila dibatasi sebagai sebuah interrelasi fungsional
antara unsur-unsur narasi yang timbul dari tindak-tanduk, karakter, suasana hati
(pikiran) dan sudut pandang, serta ditandai oleh klimaks-klimaks dalam rangkaian
tindak-tanduk itu, yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam
keseluruhan narasi.39
Dari kedua batasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa alur bukan
sekedar jalan cerita, namun dalam alur terdapat perkembangan cerita dengan
tahapan-tahapan peristiwa dan konflik.
e. Sudut Pandang
Sudut pandang sering disebut dengan istilah point of view. Sudut pandang
membicarakan dari mana sebuah cerita dilihat, apakah dari orang pertama dengan
aku sebagai pencerita atau orang lain yang berperan sebagai pencerita.
Menurut Booth dalam Nurgiantoro, sudut pandang merupakan teknik yang
dipergunakan pengarang untuk menemukan dan menyampaikan makna karya
artistiknya, untuk dapat sampai dan berhubungan dengan pembaca.40
38 M. Atar Semi, Anatomi Sastra, h. 43-44 39 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III, h. 147 40 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, h. 249
-
27
27
Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Keraf sudut pandang dalam
narasi menyatakan bagaimana fungsi seorang pengisah (narrator) dalam sebuah
narasi, apakah ia mengambil bagian langsung dalam seluruh rangkaian kejadian
(yaitu sebagai participant), atau sebagai pengamat (observer) terhadap objek dari
seluruh aksi atau tindak-tanduk dalam narasi.41
Jadi, sudut pandang adalah siapa yang dipilih oleh pengarang untuk
bercerita atau cara pengarang menyampaikan para pelaku dalam cerita yang
dipaparkan.
f. Amanat
Seorang penulis atau pengarang tentu mempunyai maksud yang hendak
disampaikan baik dari pikiran atau perasaannya, hal ini biasa disebut dengan
penyampaian amanat. Amanat tersebut dapat berupa amanat yang hendak
disampaikan baik secara tersurat maupun tersirat.
D. Konsep Dasar Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Susanto dalam Subana, media pembelajaran merupakan media
yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran dan
dimaksudkan untuk mempertinggi mutu pengajaran dan belajar.42
Media pembelajaran menurut Yudhi Munadi dapat dipahami sebagai
segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber
41 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III, h. 191 42 M. Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia: Berbagai Pendekatan,
Metode, Teknik, dan Media Pengajaran (Bandung: Pustaka Setia, 1986), h. 287
-
28
28
secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana
penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.43
Definisi di atas sejalan dengan definisi yang disampaikan oleh Asosiasi
Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and
Communication Technology/AECT) di Amerika yang dikutip oleh Sadiman, yakni
sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan
pesan/informasi.44
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa media pembelajaran
adalah wahana atau alat bantu yang digunakan guru sebagai sumber pesan kepada
siswa sebagai penerima pesan. Pesan tersebut berupa materi pembelajaran.
Tujuannya adalah agar terjadi proses belajar yang efektif.
2. Jenis Media Pembelajaran
Gagne dalam Munadi membuat tujuh jenis pengelompokan media
berdasarkan fungsi pembelajaran, yaitu benda untuk didemonstrasikan,
komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan
mesin belajar. Ketujuh kelompok media ini kemudian dikaitkan dengan
kemampuan memenuhi fungsi menurut tingkatan hierarki belajar yang
dikembangkannya, contoh perilaku belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun
cara berpikir, memasukkan alih ilmu, menilai prestasi, dan pemberi umpan
balik.45
43 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru (Jakarta: Gaung Persada Press,
2008), h. 7-8 44 Arief S. Sadiman dkk, Media Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), h. 6 45 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, h. 51
-
29
29
Berbeda dengan hal di atas, berikutnya Yudhi Munadi membagi media
berdasarkan indera yang terlibat. Menurut Aminudin Rasyad dalam Munadi,
Klasifikasi media berdasarkan indera ini lebih disebabkan pada pemahaman
bahwa pancaindra merupakan pintu gerbang ilmu pengetahuan (five golden gate
of knowledge).46
Bila dilihat dari intensitasnya, maka indera yang paling banyak membantu
manusia dalam perolehan pengetahuan dan pengalaman adalah indera
pendengaran dan indera penglihatan. Kedua inderawi ini adakalanya bekerja
sendiri-sendiri dan adakalanya bekerja bersama-sama. Media pembelajaran yang
melibatkan indera pendengaran (telinga) saja kita sebut sebagai media audio;
media yang melibatkan indera penglihatan (mata) saja kita sebut sebagai media
visual; dan media yang melibatkan keduanya dalam satu proses pembelajaran kita
sebut sebagai media audio-visual. Proses pembelajaran tersebut melibatkan
banyak indera dalam arti tidak telinga dan mata saja, yang demikian itu
dinamakan sebagai proses pembelajaran dengan multimedia.47
3. Ciri-ciri Media Pembelajaran
Oemar Hamalik mengemukakan ciri-ciri umum dari media
pendidikan/media pembelajaran sebagai berikut.
a. Media pendidikan identik dengan pengertian keperagaan yang berasal dari
kata raga, artinya suatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar, dan
dapat diamati melalui panca indera kita.
46 Ibid., h. 53-54 47 Ibid
-
30
30
b. Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang bias dilihat dan
didengar.
c. Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam
pengajaran, antara guru dan siswa.
d. Media pendidikan adalah semacam alat bantu belajar mengajar baik dalam
kelas maupun di luar kelas.
e. Pada dasarnya media pendidikan merupakan suatu perantara (medium,
media) dan digunakan dalam rangka pendidikan.
f. Media pendidikan mengandung aspek-aspek sebagai alat dan sebagai teknik,
yang sangat erat pertaliannya dengan metode mengajar.48
4. Fungsi Media Pembelajaran
Fungsi media pembelajaran menurut Derek Rowntree dalam Rohani
adalah sebagai berikut:
a. Membangkitkan motivasi belajar;
b. Mengulang apa yang telah dipelajari;
c. Menyediakan stimulus belajar;
d. Mengaktifkan respon peserta didik;
e. Memberikan balikan dengan segera;
f. Menggalakkan latihan yang serasi.49
5. Wacana Dialog sebagai Media Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, wacana berarti komunikasi verbal;
percakapan.50
Sedangkan menurut Alwi yang dikutip oleh Okke, wacana adalah
48 Oemar Hamalik, Media Pendidikan (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1994), h. 11 49 Ahmad Rohani, Media Intruksional Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), h. 7-8
-
31
31
rentetan kalimat yang bertautan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara
kalimat-kalimat itu.51
Sementara itu, Harimurti mengemukakan bahwa wacana
(discourse) adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal,
merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan
dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb.), paragraf,
kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap.52
Berdasarkan uraian di atas, maka wacana memiliki pengertian informasi
yang dituangkan dalam bentuk tulisan, gambar, dan ujaran yang biasanya berupa
buku, artikel, pidato, teks wawancara, dan teks percakapan (dialog).
Marrit dalam Syamsudin membagi wacana dari segi jenis pemakaiannya
ke dalam dua bentuk. Pertama, wacana monolog yaitu wacana yang tidak
melibatkan suatu bentuk tutur percakapan atau pembicaraan antara dua pihak yang
berkepentingan. Yang termasuk jenis wacana ini adalah semua bentuk teks, surat,
bacaan, cerita, dan lain-lain yang sejenis. Kedua, wacana dialog yaitu wacana
yang dibentuk oleh percakapan atau pembicaraan antara dua pihak seperti terdapat
dalam obrolan, pembicaraan, teks drama, film strip, dan sejenisnya.53
Sejalan dengan pendapat tersebut, Crystal dalam Wijana menyatakan
bahwa analisis wacana memfokuskan pada struktur yang secara alamiah terdapat
50 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1265. 51 Oke SZK dan Ayu Basuki H, Telaah Wacana. (Jakarta: The Intercultural Insitute, 2009), h. 11 52 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik: Edisi Keempat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2008), h. 259 53 Syamsudin AR, Studi Wacana. (Bandung: Mimbar Pendidikan Bahasa dan Seni FPBS IKIP
Bandung, 1992), h. 13
-
32
32
pada bahasa lisan, sebagaimana banyak terdapat dalam wacana seperti
percakapan, wawancara, komentar, dan ucapan-ucapan.54
Wacana merupakan rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa
komunikasi. Komunikasi sendiri dapat melalui dua cara, yaitu dengan bahasa lisan
dan bahasa tulis. Apa pun bentuknya, wacana selalu memuat penyapa (pembicara)
dan pesapa (pendengar). Dalam wacana lisan, penyapa adalah pembicara,
sedangkan pesapa adalah pendengar.55
Bisa dikatakan, wacana lisan ini dapat
berbentuk teks percakapan/teks wawancara yang biasa disebut dengan teks
wacana dialog.
Untuk keperluan penelitian ini, peneliti memilih media cetak atau media
tulis berupa teks wacana dialog. Peneliti menganggap media teks wacana dialog
berupa teks percakapan adalah media yang dapat membantu pengajaran menulis
di sekolah, terutama menulis karangan narasi. Hal ini disebabkan karena wacana
dialog merupakan media yang mudah diperoleh, murah, dan tidak perlu peralatan
khusus yang harus dibawa ke ruang kelas. Setiap orang akan mudah memperoleh
wacana tersebut. Melalui media ini para siswa dituntut untuk bisa menceritakan
kembali isi dialog ke dalam bentuk karangan narasi.
E. Pembelajaran Menulis dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Sebuah kebijakan baru yang dilakukan oleh pemerintah Republik
Indonesia dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan
diubahnya kurikulum yang lama dan digantikan dengan kurikulum yang baru
54 I Dewa PW dan M. Rohmadi, Analisis Wacana Pragmatik: Kajian Teori dan Analisis (Surakarta:
Yuma Pustaka, 2010), h. 68 55 Ibid, h. 70
-
33
33
yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan merupakan kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan pada masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur, dan muatan kurikulum tingkat
satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.56
Secara umum, pembelajaran menulis dalam pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia bertujuan untuk:
a. Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa menggunakan dan
sastra Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,
kematangan emosional, dan kematangan sosial;
b. Siswa memiliki disiplin dan ketertiban dalam berpikir dan berbahasa
(berbicara dan menulis);
c. Siswa mampu menyalurkan potensi intelektual, gagasan, dan imajinasi
secara kreatif dan konstruktif.57
Menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang
seharusnya dimiliki oleh setiap siswa. Pembelajaran menulis di sekolah
diharapkan dapat menghasilkan individu yang berkemampuan baik dalam
menulis.
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, standar kompetensi
yang diharapkan dimiliki oleh siswa kelas VII semester 2 setelah mengikuti
pembelajaran menulis adalah siswa mampu mengekspresikan berbagai pikiran,
56 Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Tahun
Pelajaran 2009-2010 (Jakarta: Tidak diterbitkan, 2009), h. 1 57 Didin Widyartono, Pembelajaran Bahasa Indonesia, diakses pada 16 Juni 2011 pukul 11:46
dari http://endonesa.wordpress.com/ajaran-pembelajaran/pembelajaran-bahasa-indonesia/
-
34
34
gagasan, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan, antara lain yaitu menulis
narasi melalui teks wawancara, menulis pesan singkat, menulis puisi yang
berkenaan dengan keindahan alam, dan menulis puisi yang berkenaan dengan
peristiwa yang dialami.
-
35
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Sasaran dan penilaian pada penelitian ini adalah siswa Madrasah
Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta pada kelas VII-2 tahun ajaran 2011-2012 di
semester genap. Jumlah siswa sebanyak 25 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-
laki dan 14 siswa perempuan. Subjek tersebut dipilih berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan dengan guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas
VII-2 Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta. Penelitian ini menitikberatkan
pada kemampuan menulis karangan narasi siswa yang dikembangkan melalui
media teks wacana dialog.
B. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan
Kelas. Penelitian Tindakan Kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action
Research. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
pendekatan kuantitatif, karena peneliti berupaya mengkaji lebih dalam mengenai
peningkatan dari hasil belajar keterampilan menulis narasi dengan menggunakan
media teks wacana dialog dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yang bertujuan
untuk membantu siswa menuangkan ide dan gagasan dengan baik.
Penelitian Tindakan Kelas menurut Ghony adalah salah satu strategi
pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses
pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Bisa
-
36
36
juga dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu bentuk
kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukannya itu,
serta untuk memperbaiki kondisi nyata di mana praktik pelaksanaan pembelajaran
tersebut dilakukan di dalam kelas.1
Pendapat lain dikemukakan oleh Suhardjono, yang mendefinisikan
penelitian tindakan (action reseach) sebagai suatu penelitian yang dilakukan
dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK
berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan
pada input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar).
PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.2
Sejalan dengan pendapat di atas, Hopkins dalam Wiriaatmadja
mengemukakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang
mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan
yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk
memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses
perbaikan dan perubahan.3
Kemudian menurut Kusumah, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1)
merencanakan, (2) melaksanakan, (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif
1 Djunaidi Ghoni, Penelitian Tindakan Kelas (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h. 10 2 Suharsimi A dkk, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 58 3 Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Meningkatkan Kinerja Guru
dan Dosen (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) , h. 11
-
37
37
dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga
hasil belajar siswa dapat meningkat.4
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
penelitian tindakan kelas merupakan proses pengkajian dan pemecahan masalah
yang bersifat reflektif dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan
kondisi, serta kinerja guru dan siswa dalam melakukan praktik-praktik atau suatu
kegiatan yang dilakukan.
Dalam konteks penelitian tindakan kelas ini peneliti bertindak sebagai
pelaku utama yaitu pelaksana penelitian, karena peneliti ikut dan terlibat langsung
dalam penggunaan media teks wacana dialog kepada siswa dan evaluasi
peningkatan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar matapelajaran
bahasa Indonesia.
Menurut Hopkins dalam Kusumah penelitian tindakan kelas memiliki
beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru di sekolah:5
1. Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar
2. Metode pengumpulan data tidak menuntut metode yang berlebihan
sehingga mengganggu proses pembelajaran
3. Metodologi yang digunakan harus cukup reliabel sehingga hipotesis
yang dirumuskan cukup meyakinkan
4. Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran di kelas yang
cukup merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari
solusinya
4 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas: Edisi Kedua
(Jakarta: PT Indeks, 2011), h. 9 5 Ibid, h. 17
-
38
38
5. Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan
tata krama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh
pimpinan sekolah atau guru sejawat sehingga hasilnya cepat
tersosialisasi
6. Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam
pespektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerja sama antara
guru dan dosen)
Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki
atau meningkatkan praktik pembelajaran secara berkesinambungan yang pada
dasarnya melekat pada penuaian misi profesional kependidikan yang diemban
oleh guru. Selain itu penelitian tindakan kelas dapat mengembangkan
keterampilan guru yang bertolak dari kebutuhan untuk menanggulangi berbagai
permasalahan pembelajaran aktual yang sedang dihadapi di kelasnya.
Lewin dalam Suharsimi mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan sesuatu proses yang menunjukkan sebuah siklus kegiatan
berkelanjutan berulang. Proses penelitian tindakan kelas ini menggunakan sistem
spiral refleksi diri yang terddiri atas 4 tahapan dimulai dengan perencanaan
(planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).6
a. Perencanaan
Pada tahap ini dilakukan analisis masalah dan membuat rancangan
yang strategis berdasarkan analisis masalah yang telah didapatkan. Peneliti
secara kolaboratif menetapkan dan menyusun rancangan program.
6 Suharsimi A dkk, h. 58
-
39
39
Rancangan dilakukan pada setiap awal siklus oleh peneliti utama dan guru.
Hal yang terulang dalam rancangan berkaitan dengan pembuatan rencana
pengajaran dan satuan pelajaran yang akan dilaksanakan, serta tindakan-
tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran dan pengamatannya.
b. Tindakan
Kegiatan tindakan adalah pelaksanaan dari rencana yang telah
ditetapkan. Kegiatan pelaksanaan tindakan merupakan tindakan pokok
dalam siklus PTK. Kegiatan ini dilaksanakan secara bersamaan dengan
kegiatan observasi. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah
melaksanakan proses belajar mengajar sebagaimana yang telah
direncanakan dalam satuan pelajaran. Kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan menggunakan metode dan teknik yang sesuai dan cocok dengan
situasi kelas.
c. Pengamatan
Pengamatan adalah upaya untuk merekam segala peristiwa dan
kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung, dengan
atau tanpa alat bantu. Pada penelitian ini, dilaksanakan pengamatan
terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi
yang telah disediakan mengenai keaktifan dan reaksi siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan format kegiatan belajar
mengajar secara keseluruhan dengan menampilkan kegiatan guru dan
kegiatan siswa. Pengamatan dalam penelitian ini dibantu oleh kolaborator.
Pengamatan yang dilaksanakan oleh peneliti utama berkaitan dengan
-
40
40
keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Sedangkan
pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator adalah mengamati kegiatan
guru dan siswa dalam format KBM yang telah disediakan dan mengamati
keaktifan siswa dalam PMB.
Hasil dari observasi ini kemudian didiskusikan dengan guru untuk
melihat tindakan apa yang telah dilaksanakan atau apa yang belum
dilaksanakan. Hasil diskusi dalam tim peneliti kemudian akan menjadi
bahan perenungan guru dan peneliti pada tahap refleksi.
d. Refleksi
Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk memahami,
memakai proses, dan hasil perubahan yang terjadi sebagai akibat adanya
tindakan. Hasil refleksi ini digunakan untuk menetapkan langkah-langkah
lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan. Pada penelitian ini, yang
dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah melakukan pengkajian terhadap
seluruh proses pembelajaran menulis dalam satu siklus. Pada tahap ini
peneliti dan guru berusaha menemukan apa yang seharusnya dilakukan
dan apa yang tidak perlu dilakukan dalam upaya perbaikan. Berdasarkan
masukan dari hasil refleksi, maka peneliti dan guru melakukan apa yang
harus diperbaiki pada siklus berikutnya. Hasil dari refleksi ini
memungkinkan munculnya tindakan baru pada siklus berikutnya.
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian pada penelitian tindakan kelas ini terdiri atas beberapa
siklus. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang telah dicapai.
-
41
41
Jumlah siklus dalam penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Dalam penelitian
ini prosedur yang ditempuh adalah sebagai berikut, antara lain:
1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui gambaran umum
pelaksanaan pembelajaran di sekolah yang menjadi objek penelitian dan
untuk mengetahui gambaran pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru
dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
2. Perencanaan Pelaksanaan Tindakan
Sebelum penelitian ini dilaksanakan, peneliti berkolaborasi dengan
guru untuk melakukan perencanaan pelaksanaan tindakan. Perencanaan-
perencanaan tersebut antara lain adalah:
a. Menentukan kelas penelitian dan waktu penelitian;
b. Menentukan jenis dan tema teks wacana dialog yang akan
digunakan sebagai media pembelajaran menulis karangan narasi;
c. Menyusun satuan pelajaran, menentukan metode dan langkah-
langkah dalam proses belajar mengajar;
d. Menyusun alat observasi yang digunakan untuk mengamati
aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung;
e. Menyusun jurnal siswa yang akan diberikan kepada siswa pada
setiap akhir pembelajaran, dan menentukan alat evaluasi untuk
melihat kemampuan menulis siswa; dan
f. Merencanakan dan melaksanakan diskusi antara peneliti
dengan para observer (guru matapelajaran) untuk melihat
-
42
42
perkembangan aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung.
3. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian merupakan rencana yang telah ditetapkan
peneliti dengan guru sebelumnya. Pada pelaksanaan penelitian, hal-hal
yang dilakukan adalah:
a. Melaksanakan perencanaan pada setiap awal siklus
b. Melaksanakan tindakan yang telah ditetapkan dalam
perencanaan
c. Melaksanakan pengamatan terhadap tindakan yang
dilaksanakan
d. Melaksanakan refleksi untuk kegiatan selanjutnya
Keempat kegiatan tersebut merupakan satu siklus. Bila dalam satu
siklus penelitian belum berhasil, maka dilaksanakan siklus selanjutnya
dengan melaksanakan kembali keempat kegiatan tersebut. Demikian
seterusnya sampai penelitian ini mencapai nilai atau hasil yang diharapkan.
D. Instrumen Penelitian
Untuk mengumpulkan data-data dalam penelitian ini, ada beberapa
instrumen yang digunakan oleh peneliti, instrumen tersebut yaitu lembar
observasi, jurnal siswa, catatan lapangan, dan lembar tes kemampuan.
1. Observasi
Observasi dilaksanakan untuk mengamati kegiatan belajar mengajar secara
keseluruhan dan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Pengamatan ini
-
43
43
dilakukan dengan bantuan dua mitra peneliti. Alat yang digunakan adalah lembar
observasi sebagai alat bantu dalam menganalisis dan merefleksi setiap siklus guna
perbaikan dalam siklus berikutnya.
Hal-hal yang diamati dari aktivitas guru selama proses pembelajaran,
yaitu:
a. Kemampuan membuka pelajaran;
b. Sikap guru dalam proses pembelajaran;
c. Proses pembelajaran;
d. Kemampuan menggunakan media;
e. Evaluasi; dan
f. Kemampuan menutup pelajaran.
Berikut adalah lembar observasi aktivitas guru:
Tabel 3.1
Lembar Observasi Aktivitas Guru
NO. HAL YANG DIAMATI YA TIDAK
1. Kemampuan membuka pelajaran
a. Menarik perhatian siswa
b. Menghadirkan motivasi
c. Memberi acuan bahan belajar yang akan disajikan
d. Mengadakan apersepsi
2. Sikap peneliti dalam proses pembelajaran
a. Kejelasan suara
b. Gerakan badan tidak mengganggu perhatian siswa
c. Antusiasme penampilan/mimik
d. Mobilitas posisi tempat yang tidak mengganggu
siswa
-
44
44
3. Penguasaan bahan pembelajaran
a. Penyajian bahan relevan dengan indikator
b. Bahan-bahan pembelajaran disajikan dengan
pengalaman belajar yang direncanakan
c. Menampakkan kedalaman pokok bahasan
d. Mencerminkan keluasan wawasan
4. Proses pembelajaran
a. Kesesuaian penggunaan strategi atau metode
dengan pokok bahasan
b. Kejelasan dalam menerangkan materi dan
memberikan contoh
c. Antusiasme dalam menanggapi dan menggunakan
respons
d. Kecermatan dalam pemanfaatan waktu
5. Kemampuan menggunakan media
a. Memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan media
b. Ketepatan saat penggunaan media
c. Keterampilan dalam mengoprasikan
d. Membantu meningkatkan proses pembelajaran
6. Evaluasi
a. Menggunakan penilaian lisan
b. Menggunakan penilaian tulisan
c. Relevansi jenis-jenis penilaian dengan indicator
d. Penilaian sesuai dengan apa yang direncanakan
7. Kemampuan menutup pelajaran
a. Meninjau kembali
b. Memberikan kesempatan bertanya
c. Menugaskan ko-kurikuler
d. Menginformasikan bahan berikutnya
Keterangan:
Observer mengisi lembar observasi dengan memberikan tanda ceklis ()
-
45
45
Komentar mengenai aktivitas guru
Adapun hal-hal yang diamati dari aktivitas siswa selama proses
pembelajaran, yaitu:
a. Aktivitas siswa;
b. Keseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran;
c. Perilaku siswa yang tidak sesuai;
d. Keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Berikut ini adalah lembar observasi aktivitas siswa:
Tabel 3.2
Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Berilah tanda () pada kolom yang sudah disediakan
NO. HAL YANG DIAMATI OPSI
KURANG CUKUP BAIK
1. Siswa menunjukkan sikap senang
2. Siswa aktif dalam pembelajaran
3. Siswa memperhatikan penjelasan
guru
4. Siswa mengajuka pertanyaan
5. Siswa menjawab pertanyaan guru
6. Siswa mengerjakan tugas yang
diberikan guru dengan serius
7. Siswa mengikuti pelajaran sampai
akhir
Komentar mengenai aktivitas siswa
-
46
46
Dalam melaksanakan observasi ini, peneliti dibantu atau bekerjasama
dengan beberapa orang guru pada sekolah yang menjadi tempat penelitian sebagai
kolaborator atau peneliti mitra.
2. Jurnal Siswa
Jurnal siswa diberikan kepada siswa setiap akhir dari proses pembelajaran.
Jurnal ini diberikan dengan tujuan untuk memperoleh data mengenai respon siswa
terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Data tersebut digunakan sebagai
masukan untuk pembelajaran berikutnya. Jurnal yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Jurnal Siswa
Siklus ke- :
PETUNJUK
1. Tulislah terlebih dahulu nama, kelas, nomor absen, serta hari dan tanggal pada lembar jawaban yang telah disediakan.
2. Bacalah dengan cermat setiap soal sebelum menjawab.
3. Soal di bawah ini tidak mempengaruhi penilaian, dan jawablah soal dengan
jujur.
IDENTITAS
Nama :
Kelas :
No. Absen :
Hari/Tanggal :
PERTANYAAN
1. Apa yang kamu pelajari hari ini?
2. Kesan apa yang kamu dapatkan dengan pembelajaran seperti ini?
-
47
47
3. Catatan Lapangan
Catatan lapangan ini merupakan catatan harian guru. Catatan ini dibuat
guru segera setelah proses pembelajaran berakhir. Dengan catatan lapangan ini,
guru dapat mencatat peristiwa-peristiwa yang terjadi di kelas selama pembelajaran
berlangsung.
4. Lembar Tes Kemampuan
Lember tes kemampuan ini diberikan kepada siswa pada setiap siklus. Hal
ini dilakukan sebagai upaya untuk mengukur kemampuan siswa dalam menulis
karangan narasi dengan mengguanakan media teks wacana dialog. Lembar tes ini
berupa kertas folio bergaris.
Setiap tes mulai dari siklus pertama sampai siklus terakhir dikumpulkan
dalam sebuah map sehingga dari kumpulan ini terlihat proses pembelajaran
menulis siswa, apakah ada peningkatan atau tidak. Selain itu, dengan kumpulan
ini guru bisa melihat letak kesalahan siswa dalam menulis karangan narasi, baik
dari segi ejaan, diksi, dan lain-lain.
E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti berperan sebagai pelaksana penelitian.
Sedangkan guru matapelajaran bahasa Indonesia berperan sebagai pengamat atau
observer. Peneliti yang merancang kegiatan pembelajaran, termasuk membuat
observasi aktivitas guru, observasi aktivitas siswa, jurnal siswa, catatan lapangan,
tes kemampuan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta melaporkan hasil
penelitian. Dalam hal ini, guru matapelajaran bahasa Indonesia ya