103216 hilda nurul mawaddah fitk

Upload: muhammad-yusuf

Post on 19-Oct-2015

40 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI

    DENGAN MEDIA TEKS WACANA DIALOG:

    Penelitian Tindakan

    Pada Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta

    Tahun Pelajaran 2011-2012

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

    Sarjana Pendidikan

    (S.Pd.)

    Oleh

    Hilda Nurul Mawaddah

    NIM: 107013000687

    JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1432H./2011M.

  • i

    ABSTRAK

    HILDA NURUL MAWADDAH (107013000687). Peningkatan

    Keterampilan Menulis Narasi dengan Media Teks Wacana Dialog: Penelitian

    Tindakan pada Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta

    Tahun Pelajaran 2011-2012. Skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

    Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta 2011.

    Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII-2 Madrasah Tsanawiyah Negeri

    38 Jakarta. Materi yang disampaikan yaitu mengenai keterampilan menulis

    karangan narasi dengan penggunaan media teks wacana dialog. Penelitian ini

    dimulai dari tanggal 15 Juli 2011 sampai dengan 21 dan 22 Juli 2011. Instrumen

    yang digunakan adalah tes berupa observasi guru, observasi siswa, jurnal siswa,

    catatan lapangan, dan lembar tes kemampuan (wadah siswa untuk menulis

    karangan narasi).

    Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang memerlukan latihan

    agar dapat dikuasai dengan baik. Banyak hal yang harus diperhatikan dalam

    mempelajari keterampilan menulis, antara lain seperti pilihan kata, ejaan,

    keterkaitan, gaya bahasa, dan sebagainya. Oleh sebab itu, pembelajaran menulis

    harus mendapatkan perhatian lebih, agar keterampilan menulis yang dianggap

    rumit ini dapat dikuasai dengan mudah.

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

    tindakan kelas, yaitu suatu penelitian yang dilakukan sebagai upaya untuk

    mengatasi permasalahan yang hadir di dalam kelas. Metode yang dilakukan

    peneliti terdiri dari empat tahap, antara lain: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,

    dan refleksi. Keempat tahap tersebut merupakan kesatuan siklus yang akan

    berlangsung secara berulang dan dilakukan dengan langkah yang sama, yang

    kemudian difokuskan pada pembelajaran menulis karangan narasi sebagai aplikasi

    dari keterampilan menulis, tentunya dengan menggunakan media teks wacana

    dialog.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis

    karangan narasi mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Peningkatan

    tersebut dapat dilihat dari nilai karangan siswa mulai dari siklus ke-1 sampai ke-2.

    Adapun nilai rata-rata siklus ke-1 adalah 75,18, dan siklus ke-2 mengalami

    peningkatan dari siklus sebelumnya 80,99.

    Berdasarkan hasil penelitian, kekurangan dan kelemahan siswa pada

    umumnya sama. Kesalahan ejaan, penggunaan diksi, pengembangan isi karangan,

    pengembangan penokohan, dan pengembangan latar atau setting. Namun dengan

    pembelajaran menggunakan media teks wacana dialog, kekurangan dan kesalahan

    siswa tersebut dapat dikurangi, serta mampu membuat siswa menjadi lebih mudah

    dalam mengembangkan karangan narasi.

    Kata kunci: Keterampilan menulis, karangan, narasi, dan wacana dialog.

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji milik Allah Swt yang telah mengajarkan manusia dengan

    qolam, yang mengajarkan manusia segala sesuatu yang belum diketahuinya.

    Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Saw yang

    dijadikan sebagai teladan terbaik bagi segenap manusia, juga kepada segenap

    keluarga dan sahabatnya yang selalu menjaga kemurnian sunnah-nya.

    Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian

    sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas

    Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini

    belumlah sempurna, karena dalam proses penulisannya, peneliti tidak luput dari

    berbagai hambatan dan rintangan. Tanpa bantuan dan peran serta berbagai pihak,

    karya ini tidak mungkin terwujud. Apresiasi dan terima kasih yang setinggi-

    tingginya peneliti sampaikan kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam

    penulisan skripsi ini. Secara khusus, apresiasi dan terima kasih tersebut peneliti

    sampaikan kepada:

    1. Ibu Nurlena Rifai, MA,Ph.D., selaku Dekan FITK UIN Jakarta;

    2. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., selaku Ketua Jurusan PBSI;

    3. Bapak Drs. Ramlan Abdul Gani, M.A., selaku dosen pembimbing yang

    sangat berpengaruh dalam penyelesaian skripsi ini, serta telah

    mengenalkan kecintaan peneliti pada dunia kebahasaan. (Terima kasih

    untuk arahan, bimbingan, dan semangatmu untukku bapak);

    4. Seluruh dosen Jurusan PBSI yang tak hentinya memberikan asupan ilmu;

    5. Ibunda tersayang Dra. Hj. Sohihah, yang kasih sayangnya tak terbatas

    kepada peneliti, semoga Allah selalu menyayanginya sebagaimana ia

    selalu menyayangi peneliti sejak dalam kandungan. Ayahanda terkasih

    Drs. H. Basthomi Hasan, M.A., sebagai sumber kekuatan dalam

    kelemahan yang selalu berusaha hadir tanpanya, semoga ia selalu dalam

    lindungan Allah di surga-Nya;

    6. Ammi Drs. H. Bisri Soleh M.A., sebagai paman dan orang tua kedua bagi

    peneliti yang selalu mendukung segala kebaikan bagi kemenakannya;

  • iii

    7. Adik tercinta, Himmah Rahmawati, tempat berkeluh kesah dan sumber

    inspirasi, serta semangat, bagian kehidupan yang tak tergantikan;

    8. Bapak Drs. Djahidin, selaku Kepala Sekolah MTs Negeri 38 Jakarta, dan

    bapak Sopian Hariri, S.Ag., selaku guru mata pelajaran bahasa dan sastra

    Indonesia yang telah memberi izin dan menjadi mitra peneliti terbaik

    selama penelitian. Serta seluruh sivitas akademia MTs Negeri 38 Jakarta;

    9. Kostan The Green Terrace (Mila, Dewi, Salmah, Kamel, Echi, Ochi, Kak

    Fuah, Kak Silvi), tempat berbagi segala hal dalam kebaikan, terima kasih

    untuk semangat yang selalu kalian hadirkan. Terkhusus Uyun KA yang

    setia menemani sebagai saudara dan room mate peneliti selama tiga tahun

    dan Fitri D sebagai teman berbagi segala hal yang baik dalam kehidupan;

    10. Faisal Hadi, Amd., seseorang yang selalu ada di sisi peneliti dalam suka

    dan duka, memberikan nasihat, serta kasih sayang dan doa yang tiada

    henti;

    11. Kawan-kawan mahasiswa Jurusan PBSI angkatan 2007, yang berjuang

    bersama dan saling menguatkan selama 4 tahun dalam perkuliahan;

    12. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam, yang telah memberikan

    asupan semangat, terutama Distrik PBSI yang menjadi keluarga kecil bagi

    peneliti (Didah Nurhamidah, Istika Putri, Johan A Lesmana, Lutfi SF);

    13. Kawan-kawan Paduan Suara Mahasiswa FITK (PST) dan UKM-PSM

    yang selalu memberikan inspirasi yang indah melalui nada-nada yang

    dinyanyikan;

    14. Untuk berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

    Semoga bantuan, dukungan, dan partisipasi yang diberikan kepada peneliti

    senantiasa menjadi amal baik yang kelak dianugerahkan Allah dengan balasan

    yang lebih baik.

    Akhirnya peneliti pun berharap, semoga skripsi ini bermanfaat bagi

    kemajuan pendidikan dan pembelajaran bahasa, khususnya pembelajaran bahasa

    dan sastra Indonesia.

    Jakarta, 23 November 2011

    Peneliti,

  • iv

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK i

    KATA PENGANTAR ............................................................................... ........... ii

    DAFTAR ISI .... iv

    DAFTAR TABEL ... vi

    DAFTAR LAMPIRAN .. vii

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ......1

    B. Identifikasi Masalah ....6

    C. Pembatasan Masalah ....6

    D. Perumusan Masalah .7

    E. Tujuan Penulisan .............................................................7

    F. Manfaat Penelitian ...8

    G. Tinjauan Pustaka ..9

    BAB II LANDASAN TEORETIS

    A. Konsep Dasar Keterampilan Menulis ... 12

    B. Karangan.... 18

    C. Menulis Karangan Narasi ..................................................... ... 20

    D. Konsep Dasar Media Pembelajaran ...... 27

    E. Pembelajaran Menulis dalam Kurikulum Tingkat Satuan

    Pendidikan 32

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Subjek Penelitian ...... 35

    B. Metode Penelitian ..... 35

    C. Prosedur Penelitian ... 40

    D. Instrumen Penelitian . 42

    E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian................................... 47

    F. Prosedur Pengelolaan Data .......................................................... 48

    G. Kriteria Penilaian Menulis Karangan Narasi ... 50

  • v

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Pendeskripsian Hasil Analisis Kebutuhan dan Hambatan Belajar

    Secara Umum ... 55

    B. Perumusan Tujuan Pembelajaran Menulis Karangan Narasi dengan

    Menggunakan Media Teks Wacana Dialog pada Siswa Kelas VII

    Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta ................................. 56

    C. Tahap Kegiatan Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Siklus 1

    ................................................................................................... 57

    D. Tahap Kegiatan Pembelajaran Menulis Karangan Narasi Siklus . 72

    E. Analisis Hasil Penelitian ... 84

    F. Pembahasan Hasil Penelitian .... 87

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN

    A. Simpulan ....... 93

    B. Saran ......... 94

    DAFTAR PUSTAKA . 96

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • vi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Lembar Observasi Aktivitas Guru .....................................................43

    Tabel 3.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ....................................................45

    Tabel 3.3 Jurnal Siswa .......................................................................................46

    Tabel 3.4 Penilaian PAP Skala Lima .................................................................49

    Tabel 3.5 Penilaian Karangan Narasi .................................................................51

    Tabel 4.1 Persentase Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus 1 ...................62

    Tabel 4.2 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 24 ... 65

    Tabel 4.3 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 19 ... 66

    Tabel 4.4 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 3 . 67

    Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai Karya Siswa Siklus 1 ...........................................68

    Tabel 4.6 Persentase Komentar Siswa Siklus 1 .................................................70

    Tabel 4.7 Perolehan Skor Siswa Siklus 1 ...........................................................71

    Tabel 4.8 Perolehan Skor Siswa Berdasarkan Skala Lima pada Siklus 1 ..........71

    Tabel 4.9 Persentase Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Siklus 2 ...................76

    Tabel 4.10 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 24 ..... 78

    Tabel 4.11 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 19 . 79

    Tabel 4.12 Penilaian Karangan Narasi Nomor Subjek 3 ... 80

    Tabel 4.13 Rekapitulasi Nilai Karya Siswa Siklus 2 ......................................... 81

    Tabel 4.14 Persentase Komentar Siswa Siklus 2 ...............................................82

    Tabel 4.15 Perolehan Skor Siswa Siklus 2 .........................................................83

    Tabel 4.16 Perolehan Skor Siswa Berdasarkan Skala Lima pada siklus 2 ........83

    Tabel 4.17 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Narasi ........85

    Tabel 4.18 Perolehan Nilai Siswa dalam Skala Lima ........................................86

    Tabel 4.19 Tingkat Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Narasi Setiap

    Siklus ..................................................................................................................86

  • vii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian

    Lampiran 2 Surat Keterangan Penelitian

    Lampiran 3 Silabus

    Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    Lampiran 5 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

    Lampiran 6 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus 1

    Lampiran 7 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1

    Lampiran 8 Jurnal Siswa Siklus 1

    Lampiran 9 Lembar Tes Kemampuan Siswa Siklus 1

    Lampiran 10 Dokumentasi Proses Pembelajaran Siklus 1

    Lampiran 11 Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus 2

    Lampiran 12 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus 2

    Lampiran 13 Jurnal Siswa siklus 2

    Lampiran 14 Lembar Tes Kemampuan Siswa Siklus 2

    Lampiran 15 Dokumentasi Proses Pembelajaran Siklus 2

    Lampiran 16 Profil Sekolah

    Lampiran 17 Lembar Uji Referensi

    Lampiran 18 Biodata Peneliti

  • 1

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menciptakan suasana

    belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

    memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

    kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

    bangsa, dan negara.1

    Proses pendidikan yang diselenggarakan secara formal di sekolah dimulai

    dari pendidikan formal yang paling dasar sampai perguruan tinggi tidak lepas dari

    kegiatan belajar yang merupakan salah satu kegiatan pokok, dengan guru sebagai

    pemegang peranan utama. Pendidikan sebagai kegiatan pembelajaran telah

    dilakukan seusia manusia itu sendiri sebagai pelaku pendidikan.

    Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus ditunjang oleh

    kemampuan pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan ilmu terapan maupun

    ilmu pengetahuan dasar secara seimbang. Salah satu usaha untuk meningkatkan

    penguasaan pengetahuan dasar adalah dengan meningkatkan keterampilan

    berbahasa. Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia yaitu dari aspek

    kemampuan berbahasa yang meliputi aspek mendengarkan/menyimak, berbicara,

    membaca, dan menulis.

    1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, diakses

    pada 2 Mei 2011 pukul 14:07 dari http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf

  • 2

    2

    Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional atau bahasa negara. Standar

    kompetensi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia berorientasi pada hakikat

    pembelajaran bahasa, bahwa belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi dan

    belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya.2

    Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

    kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, baik lisan

    maupun tulis, serta menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia.

    Secara umum tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: (1)

    Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik

    secara lisan maupun tulis, (2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa

    Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, (3) Memahami bahasa

    Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif, untuk berbagai tujuan,

    (4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,

    serta kematangan emosional dan sosial, (5) Menikmati dan memanfaatkan karya

    sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta

    meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, (6) Menghargai dan

    membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual

    manusia Indonesia.3

    Melalui pembelajaran bahasa Indonesia siswa diharapkan memiliki

    kemampuan untuk menangkap makna dari sebuah pesan atau informasi yang

    disampaikan, serta memiliki kemampuan untuk menalar dan mengemukakan

    2 Departemen Pendidikan Nasional, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra

    Indonesia, diakses pada 16 Juni 2011 pukul 10.35 dari http://www.puskur.net/download/kbk/smp/BahasaSastraIndonesia.pdf

    3 Badan Standar Nasional Pendidikan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs, diakses pada 16 Juni 2011 pukul 11:24 dari http://masdwijanto.files.wordpress.com/2011/03/buku-standar-isi-

    smp.pdf

  • 3

    3

    kembali pesan atau informasi yang diterimanya. Siswa juga diharapkan memiliki

    kemampuan untuk mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan

    perasaan dengan menggunakan bahasa yang baik. Kompetensi tersebut dapat

    dicapai melalui proses pemahiran yang dilatih dan dialami dalam kegiatan

    pembelajaran.

    Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan

    pengungkapan pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan tersebut adalah

    keterampilan menulis. Menulis sebagai keterampilan berbahasa yang bersifat

    produktif-aktif merupakan salah satu kompetensi dasar berbahasa yang harus

    dimiliki siswa agar terampil berkomunikasi secara tertulis. Siswa akan terampil

    mengorganisasikan gagasan dengan runtut, menggunakan kosakata yang tepat dan

    sesuai, memperhatikan ejaan dan tanda baca yang benar, serta menggunakan

    ragam kalimat yang variatif dalam menulis jika memiliki kompetensi dalam

    menulis karangan dengan baik.

    Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam

    kegiatan menulis, seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi,

    struktur bahasa, dan kosakata.4 Keterampilan menulis digunakan untuk mencatat,

    merekam, meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi

    pembaca. Maksud dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh

    para pembelajar yang dapat menyusun dan merangkai jalan pikiran dan

    mengemukakannya secara tertulis dengan jelas, lancar, dan komunikatif.

    4 Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa,

    2008), h. 3.

  • 4

    4

    Kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian dan pemilihan kata,

    serta struktur kalimat.

    Berdasarkan pengalaman dan pengamatan di kelas, ditemukan bahwa

    menulis sering menjadi suatu hal yang kurang diminati dan kurang mendapat

    respon yang baik dari siswa. Siswa tampak mengalami kesulitan ketika harus

    menulis. Siswa tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika pembelajaran menulis

    dimulai. Mereka terkadang sulit sekali menemukan kalimat pertama untuk

    memulai atau mengawali paragraf. Siswa kerap menghadapi sindrom kertas

    kosong (blank page syndrome) tidak tahu apa yang akan ditulisnya. Mereka takut

    salah, takut berbeda dengan apa yang diinstruksikan gurunya.

    Keterampilan menulis terkadang hanya diajarkan pada saat pembelajaran

    menulis di kelas, pahadal pembelajaran keterampilan menulis dapat dipadukan

    atau diintegrasikan dalam setiap proses pembelajaran keterampilan yang lainnya

    di kelas. Pengintegrasian ini dapat bersifat internal maupun eksternal.

    Pengintegrasian internal berarti pembelajaran menulis diintegrasikan dengan

    pembelajaran keterampilan berbahasa yang lain. Menulis dapat pula

    diintegrasikan secara eksternal dengan mata pelajaran lain di luar mata pelajaran

    bahasa Indonesia.

    Menulis merupakan suatu keterampilan, dan keterampilan itu hanya akan

    berkembang jika dilatihkan secara terus-menerus atau lebih sering. Memberikan

    kesempatan lebih banyak bagi siswa untuk berlatih menulis dalam berbagai tujuan

    merupakan sebuah cara yang dapat diterapkan agar keterampilan menulis

    meningkat dan berkembang secara cepat.

  • 5

    5

    Pembelajaran menulis di sekolah-sekolah hendaknya diselenggarakan

    dengan baik dan benar. Guru sebagai komunikator dan fasilitator yang akan

    menyampaikan bahan ajar kepada siswa harus terampil dan mempunyai berbagai

    cara ampuh untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa dengan memilih

    bahan, teknik, metode, dan media yang sesuai dengan karakteristik dan tingkat

    kebahasaan siswa. Salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan menulis

    siswa adalah dengan menggunakan media yang tepat dan mampu merangsang

    siswa untuk menulis. Dengan menggunakan media yang tepat, informasi atau

    bahan ajar dapat diterima dan diserap oleh siswa dengan baik. Ini sesuai dengan

    salah satu fungsi dari media pengajaran yaitu untuk meningkatkan kualitas proses

    belajar mengajar. Proses belajar-mengajar meningkat dengan baik, hasil belajar-

    mengajar pun akan meningkat.

    Dalam penelitian ini, penulis memilih alternatif lain, yaitu penggunaan

    media yang ada di lingkungan belajar siswa, berupa teks wacana dialog sebagai

    bahan pertimbangan untuk dijadikan sebuah penelitian. Menurut penulis, dengan

    menggunakan teks wacana dialog, siswa akan tergugah dan mudah memperoleh

    gambaran cerita, serta mampu mengembangkannya ke dalam bentuk karangan

    narasi. Adapun karangan narasi yang dipilih untuk dikembangkan oleh para siswa

    adalah narasi ekspositoris sebagai narasi yang menyampaikan informasi mengenai

    berlangsungnya suatu peristiwa atau kejadian.

    Bertolak dari pertimbangan-pertimbangan di atas, maka penulis

    merumuskan sebuah penelitian dalam skripsi yang berjudul Peningkatan

    Keterampilan Menulis Narasi dengan Media Teks Wacana Dialog: Penelitian

  • 6

    6

    Tindakan pada Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta Tahun

    Pelajaran 2011-2012.

    Melalui penelitian ini, peneliti mencoba memacu siswa untuk menuangkan

    ide, gagasan, pikiran, dan pendapat berdasarkan teks dialog yang akan

    dikembangkan siswa ke dalam bentuk karangan narasi.

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, dapat

    diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

    1. Menulis merupakan keterampilan yang paling sulit dikuasai

    dibandingkan keterampilan yang lainnya.

    2. Pada umumnya, siswa kurang terampil dalam menulis.

    3. Teknik, metode, dan media pembelajaran menulis di sekolah tidak

    bervariasi.

    4. Guru/pendidik kurang terampil dalam menyampaikan pembelajaran,

    terutama pembelajaran menulis.

    5. Pembelajaran menulis dengan menggunakan media yang tepat akan

    meningkatkan minat siswa dalam belajar.

    C. Pembatasan Masalah

    Berdasarkan identifikasi masalah, untuk memfokuskan penelitian terhadap

    objek yang akan diteliti, penulis mencoba membatasi permasalahan hanya pada

    kemampuan menulis karangan narasi ekspositoris berdasarkan media teks dialog

    berupa teks percakapan. Setelah proses kegiatan belajar mengajar menulis

  • 7

    7

    karangan narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog, siswa

    diharapkan mampu mengasah keterampilannya dalam menulis.

    D. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah, maka dapat dirumuskan

    berbagai masalah dalam penelitian ini, antara lain:

    1. Bagaimana bentuk perencanaan pembelajaran menulis karangan narasi

    dengan menggunakan media teks wacana dialog?

    2. Bagaimana bentuk pelaksanaan pembelajaran menulis karangan narasi

    dengan menggunakan media teks wacana dialog?

    3. Apa kendala dan hasil yang diperoleh dari pembelajaran menulis

    karangan narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog?

    E. Tujuan Penulisan

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang cara-cara

    meningkatkan kemampuan dalam kegiatan berbahasa, khususnya menulis

    karangan narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog dalam

    pembelajaran. Kemudian, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru,

    sekolah, dan peneliti. Sebagai pihak yang diteliti, siswa dapat mengetahui

    bagaimana cara memanfaatkan dan meningkatkan kemampuan dan keterampilan

    menulis sebagai bentuk mengungkapkan ide dan gagasan yang keluar dari

    pemikiran siswa dalam kegiatan pembelajaran.

    Secara khusus, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah

    sebagai berikut:

  • 8

    8

    1. Memperoleh deskripsi perencanaan pembelajaran menulis karangan

    narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog.

    2. Memperoleh deskripsi pelaksanaan pembelajaran menulis karangan

    narasi dengan menggunakan media teks wacana dialog.

    3. Memperoleh deskripsi mengenai kendala dan hasil dari pembelajaran

    menulis karangan narasi dengan menggunakan media teks wacana

    dialog.

    F. Manfaat Penelitian

    Beberapa manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai

    berikut.

    1. Siswa dapat memperoleh pengalaman dan wawasan baru dalam

    menulis karangan narasi dengan menggunakan teknik dan media yang

    tepat.

    2. Guru dapat memilih berbagai alternatif pembelajaran menulis

    karangan narasi.

    3. Peneliti dapat memperoleh gambaran hasil pembelajaran menulis

    karangan narasi dengan menggunakan wacana dialog.

    4. Lembaga dapat memperoleh bahan masukan pengajaran bahasa dan

    sastra Indonesia, khususnya model pembelajaran menulis dengan

    menggunakan media teks wacana dialog.

  • 9

    9

    G. Tinjauan Pustaka

    Menulis merupakan suatu keterampilan yang diurutkan paling akhir,

    namun menulis mendapat perhatian paling utama di antara keterampilan-

    keterampilan berbahasa yang lainnya.

    Peneliti melihat skripsi Suharti, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2011 yang berjudul Upaya

    Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi dengan Teknik Parafrase Wacana

    Dialog pada Siswa Kelas IV SD Negeri III Mungung Kecamatan Karangdowo

    Kabupaten Klaten (Penelitian Tindakan Kelas). Penelitian ini dapat dikatakan

    mencapai ketuntasan karena peningkatan kemampuan menulis narasi siswa dapat

    dilihat dari nilai karangan siswa yang selalu meningkat pada setiap siklusnya. Siklus I

    dicapai ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 38%, kemudian pada siklus II 64%, dan

    siklus III 89%. Hal ini membuktikan bahwa dengan diterapkannya teknik parafrase

    wacana dialog, mampu meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran

    dan sekaligus mampu meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa.

    Berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, peneliti

    berusaha meneliti dengan objek yang tingkatan siswanya lebih tinggi daripada skripsi

    Suharti di atas, yaitu siswa pada sekolah menengah pertama. Kemudian, skripsi

    Suharti menjelaskan bahwa parafrase wacana dialog merupakan sebuah teknik,

    sedangkan penulis memberi pencerahan bahwa teks wacana dialog merupakan sebuah

    media pembelajaran berupa teks percakapan, yang kemudian dapat dikembangkan

    siswa dalam membuat sebuah karangan narasi.

  • 10

    10

    Perbedaan teknik maupun media yang digunakan memungkinkan menambah

    pengetahuan baru dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, dalam penelitian-

    penelitian selanjutnya, diharapkan dapat dilakukan penelitian yang lebih luas lagi.

    Kemudian, dalam skripsi Isroyati, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010 yang berjudul

    Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Narasi dengan Penggunaan Metode

    Field Triep Pada Siswa Kelas IX di SMP Dwiguna Depok. Penelitian ini dapat

    meningkatkan pembelajaran menulis narasi, hal ini ditandai dengan nilai hasil tulisan

    siswa yang mengalami peningkatan dari segi teknik penulisan, isi gagasan yang

    diungkapkan, penggunaan bahasa, pemilihan kata, dan penggunaan ejaan. Dalam

    pretest hanya 17 siswa yang mencapai ketuntasan hasil belajar (memperoleh nilai 70

    ke atas). Pada potest ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 100% atau sekitar

    40 siswa.

    Skripsi Siti Zulaikhoh dalam skripsinya yang berjudul Peningkatan Metode

    Field Trip untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Paragraf Narasi pada Siswa

    Kelas X-1 SMA Negeri I Ngemplak, hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

    Metode field trip dapat meningkatkan pembelajaran menulis. Pada siklus 1 siswa

    yang aktif sebesar 60%, sedangkan pada silkus 2 siswa yang aktif meningkat menjadi

    70%.

    Kedua skripsi di atas menunjukkan peningkatan dalam hasil penelitian

    dengan menggunakan metode field trip. Walaupun ada kesamaan dalam menulis

    narasi, namun terdapat perbedaan dengan skripsi ini. Peneliti menerapkan

    alternatif yang ada acuannya di dalam silabus, yaitu dengan menggunakan media

  • 11

    11

    teks wacana dialog. Sehingga siswa mampu menulis narasi dengan acuan yang

    sama.

  • 12

    12

    BAB II

    LANDASAN TEORETIS

    A. Konsep Dasar Keterampilan Menulis

    1. Hakikat Keterampilan

    Terdapat empat keterampilan dalam kegiatan berbahasa, yakni:

    keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat

    keterampilan tersebut saling berkaitan. Bila menulis sesuatu, pada dasarnya kita

    ingin agar tulisan itu dibaca orang lain. Paling tidak, tulisan tersebut dapat dibaca

    pada waktu lain.

    Aktivitas tersebut tentu melibatkan keterampilan berbahasa, yakni

    keterampilan menulis dan keterampilan membaca. Keterampilan hanya dapat

    diperoleh dan dikuasai melalui praktik dan latihan, misalnya kita harus berlatih

    dalam menulis. Melalui keterampilan, seseorang dapat mengaplikasikan segala

    kegiatan yang bersifat motorik yang kemudian diikuti fungsi mental yang bersifat

    kognitif. Hal ini sesuai dengan pendapat Muhibbin yang menyatakan bahwa

    keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-

    otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti

    menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik,

    keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran tinggi.1

    Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Reber yang dikutip pula oleh

    Muhibbin yang menyatakan bahwa keterampilan adalah kemampuan melakukan

    1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya, 2010), h. 117

  • 13

    13

    pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai

    dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.2

    Setiap keterampilan itu erat sekali hubungannya dengan tiga keterampilan

    lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan

    berbahasa, kita biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula

    pada masa kecil kita belajar menyimak bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu

    kita belajar membaca dan menulis. Menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum

    memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan

    suatu kesatuan.3

    2. Hakikat Menulis

    Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau

    informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara. Menulis biasa

    dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat seperti pena atau pensil.

    Pada awal sejarahnya, menulis dilakukan dengan menggunakan gambar,

    contohnya tulisan hieroglif (hieroglyph) pada zaman Mesir Kuno. Kegiatan

    menulis berkembang pesat sejak diciptakannya teknik percetakan, yang

    menyebabkan seseorang semakin giat menulis karena karya mereka mudah untuk

    diterbitkan.

    Menulis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah 1) membuat

    huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur, dan sebagainya), 2)

    2 Ibid 3 Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa,

    2008), h. 1

  • 14

    14

    melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan

    tulisan.4

    Menulis adalah representasi bahasa di dalam sebuah teks media melalui

    penggunaan satu set tanda-tanda atau simbol (dikenal sebagai sistem penulisan).5

    Menulis atau mengarang pada hakikatnya adalah suatu proses yang menggunakan

    lambang-lambang (huruf) untuk menyusun, mencatat, dan mengomunikasikan,

    serta dapat menampung aspirasi atau makna yang ingin disalurkan kepada orang

    lain. Pesan yang ingin disampaikan itu dapat berupa tulisan yang dapat

    menghibur, memberi informasi, mempengaruhi, dan menambah pengetahuan.

    Hasil kegiatan mengarang seperti ini disebut karangan yang dapat berwujud

    sebagai sebuah wacana argumentasi, eksposisi, deskripsi, dan narasi.

    Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan

    (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.6

    Berdasarkan konsep tersebut, dapat dikatakan bahwa menulis merupakan

    komunikasi tidak langsung yang berupa pemindahan pikiran atau perasaan dengan

    memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata dengan menggunakan

    simbol sehingga dapat dibaca seperti apa yang diwakili oleh simbol-simbol

    tersebut.

    Mengombinasikan dan menganalisis setiap unsur kebahasaan dalam

    sebuah karangan merupakan suatu keharusan bagi penulis. Dari sinilah akan

    terlihat sejauh mana pengetahuan yang dimiliki penulis dalam menciptakan

    4 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007),

    h. 1219 5 Wikipedia, Writing, diakses pada 22 Juni 2011 pukul 11.02 dari

    http://en.wikipedia.org/wiki/Writing 6 Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis (Jakarta: Universitas Terbuka,

    2009), h. 1.3

  • 15

    15

    sebuah karangan yang efektif. Kosakata dan kalimat yang digunakan dalam

    kegiatan menulis harus jelas agar mudah dipahami oleh pembaca. Di samping itu,

    jalan pikiran dan perasaan penulis sangat menentukan arah penulisan sebuah

    karya tulis atau karangan yang berkualitas. Dengan kata lain, hasil sebuah

    karangan yang berkualitas umumnya ditunjang oleh keterampilan kebahasaan

    yang dimiliki seorang penulis.

    3. Pengertian Keterampilan Menulis

    Keterampilan seseorang menggunakan bahasa tulis sebagai alat, baik

    wadah maupun media untuk memaparkan isi jiwanya, penghayatan, dan

    pengalamannya secara teratur disebut kemampuan menulis/mengarang.

    Kemampuan menulis sangat penting dimiliki untuk menunjang tugas-tugas

    kesehariannya yang terkait dengan kegiatan tulis-menulis.

    Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan berkomunikasi dengan

    orang lain. Dalam proses berkomunikasi dapat melalui bahasa tulis maupun

    bahasa lisan. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang

    dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka

    dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan

    ekpresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan

    grafolegi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan

    datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan

    teratur.7

    7 Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, h. 3

  • 16

    16

    Oleh karena itu, keterampilan menulis merupakan suatu kegiatan

    komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain. Aktivitas

    menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan,

    saluran atau media tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.

    Sejalan dengan pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa menulis

    merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, yakni

    memiliki sebuah produk yang bernama tulisan. Dalam pembelajaran, menulis

    merupakan sebuah pembelajaran yang kurang diminati. Menurut Tarigan,

    keterampilan menulis walaupun sering berada pada posisi terakhir dalam urutan

    keterampilan berbahasa, tetap mendapat posisi paling penting dalam kehidupan

    ilmiah seseorang karena sifatnya yang produktif. Seseorang dapat dikatakan

    akademisi yang baik jika ia telah teruji kemampuan menulisnya. Oleh karena itu,

    dalam situasi pembelajaran, seorang guru hendaknya memiliki kepekaaan dalam

    mewujudkan hasil pembelajaran yang efektif dan tepat sasaran. 8

    Dalam kegiatan menulis, penulis selalu mencari jalan untuk menghidupkan

    ekspresi dari ide-ide yang tertuang dari pikiran penulis itu sendiri. Mencoba

    menuangkan kata-kata baru dan memanipulasi kalimat adalah dua hal yang sering

    penulis lakukan dalam memberikan daya tarik dan kejelasan.9

    4. Tujuan Menulis

    Hugo Hartig dalam Tarigan berpendapat bahwa terdapat beberapa tujuan

    penulisan antara lain adalah berikut:

    8 Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa

    (Bandung: Angkasa, 1987), h. 224 9 Lea Masiello, Writing in Action: A Collaborative Rhetoric for College Writers (New York: Mac

    Millan, 1986), h. 2

  • 17

    17

    a. Tujuan penugasan

    Maksud dari tujuan penugasan ini merupakan penulisan sesuatu karena

    ditugaskan, bukan atas kemauan penulis sendiri;

    b. Tujuan altruistik

    Tujuan altruistik ini dimaksudkan untuk menyenangkan pembaca,

    menghindarkan kedudukan para pembaca, ingin menolong para pembaca

    untuk memahami, serta menghargai perasaan dan penalarannya;

    c. Tujuan persuasif

    Tujuan persuasif dimaksudkan untuk meyakinkan pembaca akan kebenaran

    gagasan yang diutarakan;

    d. Tujuan informasional

    Maksud dari tujuan informasional yaitu sebagai pemberi informasi atau

    penerangan kepada para pembaca;

    e. Tujuan pernyataan diri

    Tujuan pernyataan diri ini yaitu tulisan yang bertujuan memperkenalkan

    atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca;

    f. Tujuan kreatif

    Maksud dari tujuan kreatif ini yaitu tulisan yang bertujuan untuk mencapai

    nilai-nilai artistik maupun nilai-nilai kesenian;

    g. Tujuan pemecahan masalah

    Tujuan pemecahan masalah adalah maksud penulis yang bertujuan ingin

    memecahkan/menyelesaikan masalah yang dihadapi.10

    Karena menulis

    10 Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, h. 25-26

  • 18

    18

    mendorong proses integrasi informasi, maka menulis dapat membantu

    menyelesaikan masalah-masalah yang rumit.11

    B. Karangan

    1. Pengertian Karangan

    Menurut Mahsusi, karangan berarti rangkaian, susunan, atau komposisi.

    Yang dirangkai adalah beberapa kesatuan pikiran yang diwujudkan dalam bentuk

    kalimat-kalimat yang disusun sesuai dengan kaidah komposisi.12

    Mengarang adalah bagian ekspresi secara tertulis. Segala kesan batin, baik

    pikiran, perasaan, maupun kemauan dapat dinyatakan dengan bahasa tulis.

    Dengan kata lain, apa yang dipikirkan, dirasakan atau diinginkan orang lain bisa

    diwujudkan pada sehelai kertas.13

    Dapat disimpulkan bahwa karangan merupakan

    suatu bentuk pencurahan gagasan, ide, pendapat, pikiran, berita, khayalan,

    kehendak, dan sebagainya yang didukung oleh penataan bahasa yang harmonis,

    tersusun, dan teratur.

    2. Jenis-jenis Karangan

    Morris dalam Tarigan berpendapat bahwa karangan diklasifikasikan ke

    dalam empat jenis, yakni narasi, deskripsi, eksposisi, dan argumentasi.14

    Pendapat

    tersebut sejalan dengan pendapat Parera yang membagi karangan ke dalam empat

    jenis, kecuali persuasi. Adapun Brook dan Warren berpendapat bahwa karangan

    terdiri dari empat jenis, yakni deskripsi, persuasi, argumentasi, dan eksposisi.15

    11 Hernowo, QuantumWriting: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi

    Menulis (Bandung: Mizan, 2003), h. 53 12 Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia (Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2004), h. 228 13 Sudarno dan Eman A. Rahman, Kemampuan Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi

    (Jakarta: PT Hikmat Syahid Indah, 1986), h. 96 14 Henry Guntur Tarigan, Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, h. 28 15 Ibid, h. 29

  • 19

    19

    Berikut ini akan dijelaskan satu per satu mengenai jenis-jenis karangan,

    antara lain:

    a. Karangan narasi, yaitu suatu bentuk wacana atau tulisan yang

    menceritakan suatu kejadian atau peristiwa.

    b. Karangan deskripsi, yaitu suatu karangan atau tulisan yang bertujuan

    untuk menggambarkan atau melukiskan berbagai pengalaman,

    pendengaran, perabaan, penciuman, dan situasi perasaan atau masalah.

    c. Karangan eksposisi, yaitu paparan. Dengan paparan, penulis

    menyampaikan suatu penjelasan dan informasi.16

    Dengan kata lain,

    karangan eksposisi berusaha menerangkan ide atau gagasan yang

    dianggap perlu untuk disampaikan kepada pembaca.

    d. Karangan argumentasi. Menurut Keraf, karangan argumentasi tidak

    lain daripada usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan

    kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat

    mengenai suatu hal.17

    e. Karangan persuasi, merupakan bentuk karangan yang bertujuan

    mengajak atau meyakinkan pembaca agar melakukan sesuatu yang

    dikehendaki penulis atau pembicara.

    16 Ramlan A Gani dan Mahmudah Fitriyah, Disiplin Berbahasa Indonesia (Jakarta: FITK Press,

    2010), h. 93 17 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III (Jakarta: Gramedia Pustaka

    Utama, 2010), h. 3

  • 20

    20

    C. Menulis Karangan Narasi

    1. Pengertian Karangan Narasi

    Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu

    kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau

    mengalami sendiri peristiwa itu. Sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang

    dijalin dan dirangkai menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan

    waktu. Dengan cara lain, narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha

    menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang

    telah terjadi.18

    Menurut Mahsusi, Narasi adalah paragraf/karangan yang menceritakan

    suatu benda, keadaan, atau peristiwa. Tokoh dalam cerita bisa manusia, bisa juga

    binatang, dan peristiwa disampaikan menurut urutan kejadian (kronologis).19

    Narasi merupakan satu bentuk pengembangan karangan dan tulisan yang

    bersifat menyejarahkan sesuatu berdasarkan perkembangannya dari waktu ke

    waktu. Narasi mementingkan urutan kronologis suatu peristiwa, kejadian dan

    masalah. Pengarang bertindak sebagai sejarawan atau tukang cerita. akan tetapi ia

    mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Ia tetap ingin meyakinkan para pembaca

    atau pendengar dengan jalan menceritakan apa yang ia lihat dan ia ketahui.20

    Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Donald Hall, sederhananya

    narasi adalah mengungkapkan cerita. lebih luasnya narasi adalah sebuah

    pengembangan dalam kalimat dan paragraf sesuai urutan waktu. Narasi dapat

    18 Ibid, h. 135-136 19 Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia, h. 253 20 Jos Daniel Parera, Menulis Tertib dan Sistematik: Edisi Kedua (Jakarta: Erlangga, 1987), h. 5

  • 21

    21

    membantu kita dalam berargumen atau berpendapat, dan jelasnya kita

    menggunakan narasi dalam autobiografi dan tulisan fiksi.21

    Narasi (penceritaan atau pengisahan) adalah ragam wacana yang

    menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. Sasarannya adalah memberikan

    gambaran yang sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan,

    atau rangkaian terjadinya sesuatu hal. 22

    Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karangan narasi

    adalah suatu bentuk karangan yang menceritakan suatu kejadian atau peristiwa

    secara runtut yang terjalin dalam suatu kesatuan waktu. Memaparkan fase dan

    urutan kejadian peristiwa-peristiwa yang terjadi.

    2. Jenis-jenis Karangan Narasi

    Secara garis besar, narasi terbagi atas dua jenis, yaitu narasi nonfiksi dan

    narasi fiksi.23

    Narasi nonfiksi biasa disebut juga dengan narasi ekspositoris,

    sedangkan narasi fiksi dikenal dengan sebutan narasi sugestif.

    Menurut Keraf, narasi yang hanya bertujuan untuk memberi informasi

    kepada para pembaca agar pengetahuannya bertambah luas, disebut dengan narasi

    ekspositoris. Di samping itu, ada pula narasi yang disusun dan disajikan dengan

    berbagai macam, sehingga dapat menimbulkan daya khayal para pembaca. Ia

    berusaha menyampaikan sebuah makna kepada para pembaca melalui daya khayal

    yang dimilikinya. Narasi semacam ini adalah narasi sugestif.24

    21 Donald Hall, Writing Well: Second Edition (Boston: Little Brown, 1976), h. 245 22 Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, h. 1.11 23 Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia, h. 253 24 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III, h. 136

  • 22

    22

    Narasi ekspositoris/nonfiksi bertujuan mengubah pikiran pembaca agar

    memperoleh pengetahuan yang luas mengenai apa yang dibacanya. Narasi

    ekspositoris terdiri dari dua sifat, yaitu umum dan khusus.

    Narasi ekspositoris yang bersifat umum (generalisasi) adalah narasi yang

    menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat dilakukan oleh siapa saja,

    dan dapat pula dilakukan secara berulang-ulang.25

    Contohnya wacana mengenai

    cara membuat dan menyiapkan nasi goreng, dan lain-lain.

    Narasi ekspositoris yang bersifat khusus adalah narasi yang berusaha

    menceritakan suatu peristiwa yang khas, yang hanya terjadi satu kali. Peristiwa

    yang khas adalah peristiwa yang tidak dapat diulang kembali, karena merupakan

    pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu saja.26

    Contohnya wacana

    yang menceritakan peristiwa dari pengalaman seseorang yang baru pertama kali

    naik haji, pengalaman jatuh cinta, dan lain-lain.

    Adapun narasi sugestif merupakan narasi yang seluruh kejadiannya

    berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. Tetapi tujuan dan sasaran utamanya

    yaitu berusaha memberi makna atas peristiwa atau kejadian itu sebagai suatu

    pengalaman.27

    Oleh karena itu, narasi sugestif membutuhkan dan melibatkan

    imajinasi. Contoh narasi sugestif adalah novel, roman, cerpen, dongeng, dan

    hikayat.

    3. Ciri-ciri Karangan Narasi

    Ciri-ciri karangan narasi adalah sebagai berikut:

    a. Karangan narasi adalah karangan yang pada umumnya bersifat fiksi;

    25 Ibid, h. 137 26 Ibid 27 Ibid, h. 138

  • 23

    23

    b. Isinya berupa cerita yang memaparkan suatu peristiwa, baik peristiwa rekaan

    atau nyata;

    c. Pengarang tidak mementingkan hubungan sebab akibat dari masalah yang ia

    kemukakan.28

    Oleh karena itu karangan narasi bersifat subjektif, artinya baik

    isi maupun bahasa yang digunakan sangat dipengaruhi oleh jiwa

    pengarangnya;

    d. Timbulnya konflik atau terbina alur sering berhubungan erat dengan unsur

    watak atau tema, bahkan juga latar.29

    Maka dalam karangan narasi, adanya

    penokohan, jalan cerita, dan konflik itu sangat penting;

    e. Walaupun khayal atau berimajinasi, pengarang tidak boleh sesuka hati

    menciptakan cerita.30

    Dengan kata lain, karangan narasi yaitu karangan yang

    bersifat fiksi (khayalan), namun harus bersifat wajar (logis);

    f. Karangan narasi berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut

    urutan terjadinya (kronologis), dengan maksud memberi arti kepada sebuah

    kejadian atau serentetan kejadian, agar pembaca dapat memetik hikmah dari

    cerita itu.31

    Maka karangan narasi ini bersifat didaktis, karena pada umumnya

    memiliki pesan yang tersembunyi untuk pembaca;

    4. Unsur-unsur Karangan Narasi

    Jika ingin menulis sebuah karangan narasi, perlu diperhatikan prinsip-

    prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan narasi.

    28 Jos Daniel Parera, Menulis Tertib dan Sistematik: Edisi Kedua, h. 5 29 Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, h. 4.40 30 Ibid, h. 4.32 31 E. Kusnadi dan Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia: Materi Pengayaan Bahasa Indonesia,

    (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006), h. 36

  • 24

    24

    Prinsip-prinsip tersebut antara lain: alur, penokohan, latar, titik pandang, dan

    pemilihan detail peristiwa (tema).32

    Menurut Keraf, struktur/unsur-unsur narasi dapat dilihat dari komponen-

    komponen yang membentuknya: perbuatan, penokohan, latar, dan sudut

    pandang.33

    Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur narasi

    itu adalah setting, gaya penokohan, perwatakan, alur, titik pandang, tema, dan

    pesan.

    a. Tema

    Tema adalah suatu gagasaan sentral yang menjadi dasar tulisan atau karya

    fiksi.34

    Dapat dikatakan, tema merupakan pokok pembicaraan atau ide yang

    menjadi dasar sebuah cerita.

    b. Latar

    Sebuah cerita akan menarik dan kuat apabila didukung oleh latar yang

    sesuai dan tidak gegabah dipilih oleh pengarang dalam ceritanya. Atar Semi

    mengemukakan bahwa latar atau landas tumpu (setting) cerita adalah lingkungan

    tempat peristiwa terjadi, baik tempat maupun waktu.35

    Sejalan dengan pendapat

    tersebut, latar merupakan tempat dan atau waktu terjadinya perbuatan tokoh atau

    peristiwa yang dialami tokoh.36

    Dari kedua pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa latar

    dalam suatu cerita adalah tempat dan waktu terjadinya peristiwa. Tempat ini dapat

    32 Suparno dan M. Yunus, Keterampilan Dasar Menulis. (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009), h.

    4.39 33 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III, h. 145 34 M. Atar Semi, Anatomi Sastra (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 42 35 Ibid., h. 46 36 Suparno dan M. Yunus, Keterampilan Dasar Menulis, h. 4.42

  • 25

    25

    diartikan sebagai ruang atau hal-hal yang ada di sekitarnya. Dan waktu dapat

    berupa hari, tahun, musim, bahkan periode sejarah.

    c. Penokohan

    Di dalam sebuah cerita tentunya terdapat tokoh-tokoh yang mengalami

    peristiwa, baik tokoh yang berperan sebagai tokoh utama atau tokoh yang hanya

    berperan sebagai pelengkap saja. Perbedaan antara tokoh utama dan tokoh

    pelengkap dapat dilihat dari sering tidaknya kedua tokoh tersebut diceritakan.

    Tentunya tokoh utama lebih sering diceritakan daripada tokoh pelengkap. Tokoh-

    tokoh tersebut dapat berwujud manusia atau makhluk yang sifatnya menyerupai

    manusia.

    Selain dibedakan dari tokoh utama dan tokoh pelengkap, tokoh juga dapat

    dibedakan dari tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Protagonis adalah tokoh

    yang berperan sebagai tokoh kunci, sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang

    berperan sebagai penentang tokoh protagonis.

    Sebagaimana menurut Jones yang dikutip oleh Nurgiyantoro, bahwa

    penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang

    ditampilkan dalam sebuah cerita.37

    d. Alur

    Jalan cerita dan alur nampaknya tidak dapat dipisahkan, namun ternyata

    keduanya berbeda. Jalan cerita hanya memuat kejadian cerita, sedangkan yang

    menggerakkan cerita tersebut adalah alur.

    37 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2007),

    h. 165

  • 26

    26

    Atar Semi mengemukakan alur atau plot adalah struktur rangkaian

    kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interrelasi fungsional yang

    sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi. Alur mengatur

    bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu dengan yang lainnya,

    bagaimana peristiwa mempunyai hubungan dengan peristiwa yang lain,

    bagaimana tokoh digambarkan dan berperan terikat dalam suatu kesatuan waktu.38

    Alur agaknya lebih baik bila dibatasi sebagai sebuah interrelasi fungsional

    antara unsur-unsur narasi yang timbul dari tindak-tanduk, karakter, suasana hati

    (pikiran) dan sudut pandang, serta ditandai oleh klimaks-klimaks dalam rangkaian

    tindak-tanduk itu, yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam

    keseluruhan narasi.39

    Dari kedua batasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa alur bukan

    sekedar jalan cerita, namun dalam alur terdapat perkembangan cerita dengan

    tahapan-tahapan peristiwa dan konflik.

    e. Sudut Pandang

    Sudut pandang sering disebut dengan istilah point of view. Sudut pandang

    membicarakan dari mana sebuah cerita dilihat, apakah dari orang pertama dengan

    aku sebagai pencerita atau orang lain yang berperan sebagai pencerita.

    Menurut Booth dalam Nurgiantoro, sudut pandang merupakan teknik yang

    dipergunakan pengarang untuk menemukan dan menyampaikan makna karya

    artistiknya, untuk dapat sampai dan berhubungan dengan pembaca.40

    38 M. Atar Semi, Anatomi Sastra, h. 43-44 39 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III, h. 147 40 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, h. 249

  • 27

    27

    Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Keraf sudut pandang dalam

    narasi menyatakan bagaimana fungsi seorang pengisah (narrator) dalam sebuah

    narasi, apakah ia mengambil bagian langsung dalam seluruh rangkaian kejadian

    (yaitu sebagai participant), atau sebagai pengamat (observer) terhadap objek dari

    seluruh aksi atau tindak-tanduk dalam narasi.41

    Jadi, sudut pandang adalah siapa yang dipilih oleh pengarang untuk

    bercerita atau cara pengarang menyampaikan para pelaku dalam cerita yang

    dipaparkan.

    f. Amanat

    Seorang penulis atau pengarang tentu mempunyai maksud yang hendak

    disampaikan baik dari pikiran atau perasaannya, hal ini biasa disebut dengan

    penyampaian amanat. Amanat tersebut dapat berupa amanat yang hendak

    disampaikan baik secara tersurat maupun tersirat.

    D. Konsep Dasar Media Pembelajaran

    1. Pengertian Media Pembelajaran

    Menurut Susanto dalam Subana, media pembelajaran merupakan media

    yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran dan

    dimaksudkan untuk mempertinggi mutu pengajaran dan belajar.42

    Media pembelajaran menurut Yudhi Munadi dapat dipahami sebagai

    segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber

    41 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III, h. 191 42 M. Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia: Berbagai Pendekatan,

    Metode, Teknik, dan Media Pengajaran (Bandung: Pustaka Setia, 1986), h. 287

  • 28

    28

    secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana

    penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.43

    Definisi di atas sejalan dengan definisi yang disampaikan oleh Asosiasi

    Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and

    Communication Technology/AECT) di Amerika yang dikutip oleh Sadiman, yakni

    sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan

    pesan/informasi.44

    Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa media pembelajaran

    adalah wahana atau alat bantu yang digunakan guru sebagai sumber pesan kepada

    siswa sebagai penerima pesan. Pesan tersebut berupa materi pembelajaran.

    Tujuannya adalah agar terjadi proses belajar yang efektif.

    2. Jenis Media Pembelajaran

    Gagne dalam Munadi membuat tujuh jenis pengelompokan media

    berdasarkan fungsi pembelajaran, yaitu benda untuk didemonstrasikan,

    komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan

    mesin belajar. Ketujuh kelompok media ini kemudian dikaitkan dengan

    kemampuan memenuhi fungsi menurut tingkatan hierarki belajar yang

    dikembangkannya, contoh perilaku belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun

    cara berpikir, memasukkan alih ilmu, menilai prestasi, dan pemberi umpan

    balik.45

    43 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru (Jakarta: Gaung Persada Press,

    2008), h. 7-8 44 Arief S. Sadiman dkk, Media Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), h. 6 45 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, h. 51

  • 29

    29

    Berbeda dengan hal di atas, berikutnya Yudhi Munadi membagi media

    berdasarkan indera yang terlibat. Menurut Aminudin Rasyad dalam Munadi,

    Klasifikasi media berdasarkan indera ini lebih disebabkan pada pemahaman

    bahwa pancaindra merupakan pintu gerbang ilmu pengetahuan (five golden gate

    of knowledge).46

    Bila dilihat dari intensitasnya, maka indera yang paling banyak membantu

    manusia dalam perolehan pengetahuan dan pengalaman adalah indera

    pendengaran dan indera penglihatan. Kedua inderawi ini adakalanya bekerja

    sendiri-sendiri dan adakalanya bekerja bersama-sama. Media pembelajaran yang

    melibatkan indera pendengaran (telinga) saja kita sebut sebagai media audio;

    media yang melibatkan indera penglihatan (mata) saja kita sebut sebagai media

    visual; dan media yang melibatkan keduanya dalam satu proses pembelajaran kita

    sebut sebagai media audio-visual. Proses pembelajaran tersebut melibatkan

    banyak indera dalam arti tidak telinga dan mata saja, yang demikian itu

    dinamakan sebagai proses pembelajaran dengan multimedia.47

    3. Ciri-ciri Media Pembelajaran

    Oemar Hamalik mengemukakan ciri-ciri umum dari media

    pendidikan/media pembelajaran sebagai berikut.

    a. Media pendidikan identik dengan pengertian keperagaan yang berasal dari

    kata raga, artinya suatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar, dan

    dapat diamati melalui panca indera kita.

    46 Ibid., h. 53-54 47 Ibid

  • 30

    30

    b. Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang bias dilihat dan

    didengar.

    c. Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam

    pengajaran, antara guru dan siswa.

    d. Media pendidikan adalah semacam alat bantu belajar mengajar baik dalam

    kelas maupun di luar kelas.

    e. Pada dasarnya media pendidikan merupakan suatu perantara (medium,

    media) dan digunakan dalam rangka pendidikan.

    f. Media pendidikan mengandung aspek-aspek sebagai alat dan sebagai teknik,

    yang sangat erat pertaliannya dengan metode mengajar.48

    4. Fungsi Media Pembelajaran

    Fungsi media pembelajaran menurut Derek Rowntree dalam Rohani

    adalah sebagai berikut:

    a. Membangkitkan motivasi belajar;

    b. Mengulang apa yang telah dipelajari;

    c. Menyediakan stimulus belajar;

    d. Mengaktifkan respon peserta didik;

    e. Memberikan balikan dengan segera;

    f. Menggalakkan latihan yang serasi.49

    5. Wacana Dialog sebagai Media Pembelajaran

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, wacana berarti komunikasi verbal;

    percakapan.50

    Sedangkan menurut Alwi yang dikutip oleh Okke, wacana adalah

    48 Oemar Hamalik, Media Pendidikan (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1994), h. 11 49 Ahmad Rohani, Media Intruksional Edukatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), h. 7-8

  • 31

    31

    rentetan kalimat yang bertautan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara

    kalimat-kalimat itu.51

    Sementara itu, Harimurti mengemukakan bahwa wacana

    (discourse) adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal,

    merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan

    dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seri ensiklopedia, dsb.), paragraf,

    kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap.52

    Berdasarkan uraian di atas, maka wacana memiliki pengertian informasi

    yang dituangkan dalam bentuk tulisan, gambar, dan ujaran yang biasanya berupa

    buku, artikel, pidato, teks wawancara, dan teks percakapan (dialog).

    Marrit dalam Syamsudin membagi wacana dari segi jenis pemakaiannya

    ke dalam dua bentuk. Pertama, wacana monolog yaitu wacana yang tidak

    melibatkan suatu bentuk tutur percakapan atau pembicaraan antara dua pihak yang

    berkepentingan. Yang termasuk jenis wacana ini adalah semua bentuk teks, surat,

    bacaan, cerita, dan lain-lain yang sejenis. Kedua, wacana dialog yaitu wacana

    yang dibentuk oleh percakapan atau pembicaraan antara dua pihak seperti terdapat

    dalam obrolan, pembicaraan, teks drama, film strip, dan sejenisnya.53

    Sejalan dengan pendapat tersebut, Crystal dalam Wijana menyatakan

    bahwa analisis wacana memfokuskan pada struktur yang secara alamiah terdapat

    50 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1265. 51 Oke SZK dan Ayu Basuki H, Telaah Wacana. (Jakarta: The Intercultural Insitute, 2009), h. 11 52 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik: Edisi Keempat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

    Utama, 2008), h. 259 53 Syamsudin AR, Studi Wacana. (Bandung: Mimbar Pendidikan Bahasa dan Seni FPBS IKIP

    Bandung, 1992), h. 13

  • 32

    32

    pada bahasa lisan, sebagaimana banyak terdapat dalam wacana seperti

    percakapan, wawancara, komentar, dan ucapan-ucapan.54

    Wacana merupakan rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa

    komunikasi. Komunikasi sendiri dapat melalui dua cara, yaitu dengan bahasa lisan

    dan bahasa tulis. Apa pun bentuknya, wacana selalu memuat penyapa (pembicara)

    dan pesapa (pendengar). Dalam wacana lisan, penyapa adalah pembicara,

    sedangkan pesapa adalah pendengar.55

    Bisa dikatakan, wacana lisan ini dapat

    berbentuk teks percakapan/teks wawancara yang biasa disebut dengan teks

    wacana dialog.

    Untuk keperluan penelitian ini, peneliti memilih media cetak atau media

    tulis berupa teks wacana dialog. Peneliti menganggap media teks wacana dialog

    berupa teks percakapan adalah media yang dapat membantu pengajaran menulis

    di sekolah, terutama menulis karangan narasi. Hal ini disebabkan karena wacana

    dialog merupakan media yang mudah diperoleh, murah, dan tidak perlu peralatan

    khusus yang harus dibawa ke ruang kelas. Setiap orang akan mudah memperoleh

    wacana tersebut. Melalui media ini para siswa dituntut untuk bisa menceritakan

    kembali isi dialog ke dalam bentuk karangan narasi.

    E. Pembelajaran Menulis dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

    Sebuah kebijakan baru yang dilakukan oleh pemerintah Republik

    Indonesia dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan

    diubahnya kurikulum yang lama dan digantikan dengan kurikulum yang baru

    54 I Dewa PW dan M. Rohmadi, Analisis Wacana Pragmatik: Kajian Teori dan Analisis (Surakarta:

    Yuma Pustaka, 2010), h. 68 55 Ibid, h. 70

  • 33

    33

    yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan

    Pendidikan merupakan kurikulum operasional yang disusun oleh dan

    dilaksanakan pada masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan

    pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur, dan muatan kurikulum tingkat

    satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.56

    Secara umum, pembelajaran menulis dalam pembelajaran bahasa dan

    sastra Indonesia bertujuan untuk:

    a. Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa menggunakan dan

    sastra Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,

    kematangan emosional, dan kematangan sosial;

    b. Siswa memiliki disiplin dan ketertiban dalam berpikir dan berbahasa

    (berbicara dan menulis);

    c. Siswa mampu menyalurkan potensi intelektual, gagasan, dan imajinasi

    secara kreatif dan konstruktif.57

    Menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang

    seharusnya dimiliki oleh setiap siswa. Pembelajaran menulis di sekolah

    diharapkan dapat menghasilkan individu yang berkemampuan baik dalam

    menulis.

    Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, standar kompetensi

    yang diharapkan dimiliki oleh siswa kelas VII semester 2 setelah mengikuti

    pembelajaran menulis adalah siswa mampu mengekspresikan berbagai pikiran,

    56 Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Tahun

    Pelajaran 2009-2010 (Jakarta: Tidak diterbitkan, 2009), h. 1 57 Didin Widyartono, Pembelajaran Bahasa Indonesia, diakses pada 16 Juni 2011 pukul 11:46

    dari http://endonesa.wordpress.com/ajaran-pembelajaran/pembelajaran-bahasa-indonesia/

  • 34

    34

    gagasan, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan, antara lain yaitu menulis

    narasi melalui teks wawancara, menulis pesan singkat, menulis puisi yang

    berkenaan dengan keindahan alam, dan menulis puisi yang berkenaan dengan

    peristiwa yang dialami.

  • 35

    35

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Subjek Penelitian

    Sasaran dan penilaian pada penelitian ini adalah siswa Madrasah

    Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta pada kelas VII-2 tahun ajaran 2011-2012 di

    semester genap. Jumlah siswa sebanyak 25 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-

    laki dan 14 siswa perempuan. Subjek tersebut dipilih berdasarkan hasil

    wawancara yang dilakukan dengan guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas

    VII-2 Madrasah Tsanawiyah Negeri 38 Jakarta. Penelitian ini menitikberatkan

    pada kemampuan menulis karangan narasi siswa yang dikembangkan melalui

    media teks wacana dialog.

    B. Metode Penelitian

    Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan

    Kelas. Penelitian Tindakan Kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action

    Research. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah

    pendekatan kuantitatif, karena peneliti berupaya mengkaji lebih dalam mengenai

    peningkatan dari hasil belajar keterampilan menulis narasi dengan menggunakan

    media teks wacana dialog dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yang bertujuan

    untuk membantu siswa menuangkan ide dan gagasan dengan baik.

    Penelitian Tindakan Kelas menurut Ghony adalah salah satu strategi

    pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses

    pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Bisa

  • 36

    36

    juga dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu bentuk

    kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk

    meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukannya itu,

    serta untuk memperbaiki kondisi nyata di mana praktik pelaksanaan pembelajaran

    tersebut dilakukan di dalam kelas.1

    Pendapat lain dikemukakan oleh Suhardjono, yang mendefinisikan

    penelitian tindakan (action reseach) sebagai suatu penelitian yang dilakukan

    dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK

    berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan

    pada input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar).

    PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.2

    Sejalan dengan pendapat di atas, Hopkins dalam Wiriaatmadja

    mengemukakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang

    mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan

    yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk

    memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses

    perbaikan dan perubahan.3

    Kemudian menurut Kusumah, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah

    penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1)

    merencanakan, (2) melaksanakan, (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif

    1 Djunaidi Ghoni, Penelitian Tindakan Kelas (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h. 10 2 Suharsimi A dkk, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 58 3 Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Meningkatkan Kinerja Guru

    dan Dosen (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) , h. 11

  • 37

    37

    dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga

    hasil belajar siswa dapat meningkat.4

    Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa

    penelitian tindakan kelas merupakan proses pengkajian dan pemecahan masalah

    yang bersifat reflektif dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan

    kondisi, serta kinerja guru dan siswa dalam melakukan praktik-praktik atau suatu

    kegiatan yang dilakukan.

    Dalam konteks penelitian tindakan kelas ini peneliti bertindak sebagai

    pelaku utama yaitu pelaksana penelitian, karena peneliti ikut dan terlibat langsung

    dalam penggunaan media teks wacana dialog kepada siswa dan evaluasi

    peningkatan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar matapelajaran

    bahasa Indonesia.

    Menurut Hopkins dalam Kusumah penelitian tindakan kelas memiliki

    beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru di sekolah:5

    1. Tidak mengganggu pekerjaan utama guru yaitu mengajar

    2. Metode pengumpulan data tidak menuntut metode yang berlebihan

    sehingga mengganggu proses pembelajaran

    3. Metodologi yang digunakan harus cukup reliabel sehingga hipotesis

    yang dirumuskan cukup meyakinkan

    4. Masalah yang diteliti adalah masalah pembelajaran di kelas yang

    cukup merisaukan guru dan guru memiliki komitmen untuk mencari

    solusinya

    4 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas: Edisi Kedua

    (Jakarta: PT Indeks, 2011), h. 9 5 Ibid, h. 17

  • 38

    38

    5. Guru harus konsisten terhadap etika pekerjaannya dan mengindahkan

    tata krama organisasi. Masalah yang diteliti sebaiknya diketahui oleh

    pimpinan sekolah atau guru sejawat sehingga hasilnya cepat

    tersosialisasi

    6. Masalah tidak hanya berfokus pada konteks kelas, melainkan dalam

    pespektif misi sekolah secara keseluruhan (perlu kerja sama antara

    guru dan dosen)

    Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki

    atau meningkatkan praktik pembelajaran secara berkesinambungan yang pada

    dasarnya melekat pada penuaian misi profesional kependidikan yang diemban

    oleh guru. Selain itu penelitian tindakan kelas dapat mengembangkan

    keterampilan guru yang bertolak dari kebutuhan untuk menanggulangi berbagai

    permasalahan pembelajaran aktual yang sedang dihadapi di kelasnya.

    Lewin dalam Suharsimi mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas

    merupakan sesuatu proses yang menunjukkan sebuah siklus kegiatan

    berkelanjutan berulang. Proses penelitian tindakan kelas ini menggunakan sistem

    spiral refleksi diri yang terddiri atas 4 tahapan dimulai dengan perencanaan

    (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).6

    a. Perencanaan

    Pada tahap ini dilakukan analisis masalah dan membuat rancangan

    yang strategis berdasarkan analisis masalah yang telah didapatkan. Peneliti

    secara kolaboratif menetapkan dan menyusun rancangan program.

    6 Suharsimi A dkk, h. 58

  • 39

    39

    Rancangan dilakukan pada setiap awal siklus oleh peneliti utama dan guru.

    Hal yang terulang dalam rancangan berkaitan dengan pembuatan rencana

    pengajaran dan satuan pelajaran yang akan dilaksanakan, serta tindakan-

    tindakan yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran dan pengamatannya.

    b. Tindakan

    Kegiatan tindakan adalah pelaksanaan dari rencana yang telah

    ditetapkan. Kegiatan pelaksanaan tindakan merupakan tindakan pokok

    dalam siklus PTK. Kegiatan ini dilaksanakan secara bersamaan dengan

    kegiatan observasi. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah

    melaksanakan proses belajar mengajar sebagaimana yang telah

    direncanakan dalam satuan pelajaran. Kegiatan belajar mengajar yang

    dilakukan menggunakan metode dan teknik yang sesuai dan cocok dengan

    situasi kelas.

    c. Pengamatan

    Pengamatan adalah upaya untuk merekam segala peristiwa dan

    kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung, dengan

    atau tanpa alat bantu. Pada penelitian ini, dilaksanakan pengamatan

    terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi

    yang telah disediakan mengenai keaktifan dan reaksi siswa dalam

    mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan format kegiatan belajar

    mengajar secara keseluruhan dengan menampilkan kegiatan guru dan

    kegiatan siswa. Pengamatan dalam penelitian ini dibantu oleh kolaborator.

    Pengamatan yang dilaksanakan oleh peneliti utama berkaitan dengan

  • 40

    40

    keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Sedangkan

    pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator adalah mengamati kegiatan

    guru dan siswa dalam format KBM yang telah disediakan dan mengamati

    keaktifan siswa dalam PMB.

    Hasil dari observasi ini kemudian didiskusikan dengan guru untuk

    melihat tindakan apa yang telah dilaksanakan atau apa yang belum

    dilaksanakan. Hasil diskusi dalam tim peneliti kemudian akan menjadi

    bahan perenungan guru dan peneliti pada tahap refleksi.

    d. Refleksi

    Refleksi merupakan bagian yang sangat penting untuk memahami,

    memakai proses, dan hasil perubahan yang terjadi sebagai akibat adanya

    tindakan. Hasil refleksi ini digunakan untuk menetapkan langkah-langkah

    lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan. Pada penelitian ini, yang

    dilakukan dalam kegiatan refleksi adalah melakukan pengkajian terhadap

    seluruh proses pembelajaran menulis dalam satu siklus. Pada tahap ini

    peneliti dan guru berusaha menemukan apa yang seharusnya dilakukan

    dan apa yang tidak perlu dilakukan dalam upaya perbaikan. Berdasarkan

    masukan dari hasil refleksi, maka peneliti dan guru melakukan apa yang

    harus diperbaiki pada siklus berikutnya. Hasil dari refleksi ini

    memungkinkan munculnya tindakan baru pada siklus berikutnya.

    C. Prosedur Penelitian

    Prosedur penelitian pada penelitian tindakan kelas ini terdiri atas beberapa

    siklus. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang telah dicapai.

  • 41

    41

    Jumlah siklus dalam penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Dalam penelitian

    ini prosedur yang ditempuh adalah sebagai berikut, antara lain:

    1. Studi Pendahuluan

    Studi pendahuluan dilakukan untuk mengetahui gambaran umum

    pelaksanaan pembelajaran di sekolah yang menjadi objek penelitian dan

    untuk mengetahui gambaran pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru

    dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

    2. Perencanaan Pelaksanaan Tindakan

    Sebelum penelitian ini dilaksanakan, peneliti berkolaborasi dengan

    guru untuk melakukan perencanaan pelaksanaan tindakan. Perencanaan-

    perencanaan tersebut antara lain adalah:

    a. Menentukan kelas penelitian dan waktu penelitian;

    b. Menentukan jenis dan tema teks wacana dialog yang akan

    digunakan sebagai media pembelajaran menulis karangan narasi;

    c. Menyusun satuan pelajaran, menentukan metode dan langkah-

    langkah dalam proses belajar mengajar;

    d. Menyusun alat observasi yang digunakan untuk mengamati

    aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung;

    e. Menyusun jurnal siswa yang akan diberikan kepada siswa pada

    setiap akhir pembelajaran, dan menentukan alat evaluasi untuk

    melihat kemampuan menulis siswa; dan

    f. Merencanakan dan melaksanakan diskusi antara peneliti

    dengan para observer (guru matapelajaran) untuk melihat

  • 42

    42

    perkembangan aktivitas siswa dan guru selama kegiatan belajar

    mengajar berlangsung.

    3. Pelaksanaan Penelitian

    Pelaksanaan penelitian merupakan rencana yang telah ditetapkan

    peneliti dengan guru sebelumnya. Pada pelaksanaan penelitian, hal-hal

    yang dilakukan adalah:

    a. Melaksanakan perencanaan pada setiap awal siklus

    b. Melaksanakan tindakan yang telah ditetapkan dalam

    perencanaan

    c. Melaksanakan pengamatan terhadap tindakan yang

    dilaksanakan

    d. Melaksanakan refleksi untuk kegiatan selanjutnya

    Keempat kegiatan tersebut merupakan satu siklus. Bila dalam satu

    siklus penelitian belum berhasil, maka dilaksanakan siklus selanjutnya

    dengan melaksanakan kembali keempat kegiatan tersebut. Demikian

    seterusnya sampai penelitian ini mencapai nilai atau hasil yang diharapkan.

    D. Instrumen Penelitian

    Untuk mengumpulkan data-data dalam penelitian ini, ada beberapa

    instrumen yang digunakan oleh peneliti, instrumen tersebut yaitu lembar

    observasi, jurnal siswa, catatan lapangan, dan lembar tes kemampuan.

    1. Observasi

    Observasi dilaksanakan untuk mengamati kegiatan belajar mengajar secara

    keseluruhan dan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Pengamatan ini

  • 43

    43

    dilakukan dengan bantuan dua mitra peneliti. Alat yang digunakan adalah lembar

    observasi sebagai alat bantu dalam menganalisis dan merefleksi setiap siklus guna

    perbaikan dalam siklus berikutnya.

    Hal-hal yang diamati dari aktivitas guru selama proses pembelajaran,

    yaitu:

    a. Kemampuan membuka pelajaran;

    b. Sikap guru dalam proses pembelajaran;

    c. Proses pembelajaran;

    d. Kemampuan menggunakan media;

    e. Evaluasi; dan

    f. Kemampuan menutup pelajaran.

    Berikut adalah lembar observasi aktivitas guru:

    Tabel 3.1

    Lembar Observasi Aktivitas Guru

    NO. HAL YANG DIAMATI YA TIDAK

    1. Kemampuan membuka pelajaran

    a. Menarik perhatian siswa

    b. Menghadirkan motivasi

    c. Memberi acuan bahan belajar yang akan disajikan

    d. Mengadakan apersepsi

    2. Sikap peneliti dalam proses pembelajaran

    a. Kejelasan suara

    b. Gerakan badan tidak mengganggu perhatian siswa

    c. Antusiasme penampilan/mimik

    d. Mobilitas posisi tempat yang tidak mengganggu

    siswa

  • 44

    44

    3. Penguasaan bahan pembelajaran

    a. Penyajian bahan relevan dengan indikator

    b. Bahan-bahan pembelajaran disajikan dengan

    pengalaman belajar yang direncanakan

    c. Menampakkan kedalaman pokok bahasan

    d. Mencerminkan keluasan wawasan

    4. Proses pembelajaran

    a. Kesesuaian penggunaan strategi atau metode

    dengan pokok bahasan

    b. Kejelasan dalam menerangkan materi dan

    memberikan contoh

    c. Antusiasme dalam menanggapi dan menggunakan

    respons

    d. Kecermatan dalam pemanfaatan waktu

    5. Kemampuan menggunakan media

    a. Memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan media

    b. Ketepatan saat penggunaan media

    c. Keterampilan dalam mengoprasikan

    d. Membantu meningkatkan proses pembelajaran

    6. Evaluasi

    a. Menggunakan penilaian lisan

    b. Menggunakan penilaian tulisan

    c. Relevansi jenis-jenis penilaian dengan indicator

    d. Penilaian sesuai dengan apa yang direncanakan

    7. Kemampuan menutup pelajaran

    a. Meninjau kembali

    b. Memberikan kesempatan bertanya

    c. Menugaskan ko-kurikuler

    d. Menginformasikan bahan berikutnya

    Keterangan:

    Observer mengisi lembar observasi dengan memberikan tanda ceklis ()

  • 45

    45

    Komentar mengenai aktivitas guru

    Adapun hal-hal yang diamati dari aktivitas siswa selama proses

    pembelajaran, yaitu:

    a. Aktivitas siswa;

    b. Keseriusan siswa dalam mengikuti pelajaran;

    c. Perilaku siswa yang tidak sesuai;

    d. Keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.

    Berikut ini adalah lembar observasi aktivitas siswa:

    Tabel 3.2

    Lembar Observasi Aktivitas Siswa

    Berilah tanda () pada kolom yang sudah disediakan

    NO. HAL YANG DIAMATI OPSI

    KURANG CUKUP BAIK

    1. Siswa menunjukkan sikap senang

    2. Siswa aktif dalam pembelajaran

    3. Siswa memperhatikan penjelasan

    guru

    4. Siswa mengajuka pertanyaan

    5. Siswa menjawab pertanyaan guru

    6. Siswa mengerjakan tugas yang

    diberikan guru dengan serius

    7. Siswa mengikuti pelajaran sampai

    akhir

    Komentar mengenai aktivitas siswa

  • 46

    46

    Dalam melaksanakan observasi ini, peneliti dibantu atau bekerjasama

    dengan beberapa orang guru pada sekolah yang menjadi tempat penelitian sebagai

    kolaborator atau peneliti mitra.

    2. Jurnal Siswa

    Jurnal siswa diberikan kepada siswa setiap akhir dari proses pembelajaran.

    Jurnal ini diberikan dengan tujuan untuk memperoleh data mengenai respon siswa

    terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Data tersebut digunakan sebagai

    masukan untuk pembelajaran berikutnya. Jurnal yang digunakan dalam penelitian

    ini adalah sebagai berikut:

    Tabel 3.3

    Jurnal Siswa

    Siklus ke- :

    PETUNJUK

    1. Tulislah terlebih dahulu nama, kelas, nomor absen, serta hari dan tanggal pada lembar jawaban yang telah disediakan.

    2. Bacalah dengan cermat setiap soal sebelum menjawab.

    3. Soal di bawah ini tidak mempengaruhi penilaian, dan jawablah soal dengan

    jujur.

    IDENTITAS

    Nama :

    Kelas :

    No. Absen :

    Hari/Tanggal :

    PERTANYAAN

    1. Apa yang kamu pelajari hari ini?

    2. Kesan apa yang kamu dapatkan dengan pembelajaran seperti ini?

  • 47

    47

    3. Catatan Lapangan

    Catatan lapangan ini merupakan catatan harian guru. Catatan ini dibuat

    guru segera setelah proses pembelajaran berakhir. Dengan catatan lapangan ini,

    guru dapat mencatat peristiwa-peristiwa yang terjadi di kelas selama pembelajaran

    berlangsung.

    4. Lembar Tes Kemampuan

    Lember tes kemampuan ini diberikan kepada siswa pada setiap siklus. Hal

    ini dilakukan sebagai upaya untuk mengukur kemampuan siswa dalam menulis

    karangan narasi dengan mengguanakan media teks wacana dialog. Lembar tes ini

    berupa kertas folio bergaris.

    Setiap tes mulai dari siklus pertama sampai siklus terakhir dikumpulkan

    dalam sebuah map sehingga dari kumpulan ini terlihat proses pembelajaran

    menulis siswa, apakah ada peningkatan atau tidak. Selain itu, dengan kumpulan

    ini guru bisa melihat letak kesalahan siswa dalam menulis karangan narasi, baik

    dari segi ejaan, diksi, dan lain-lain.

    E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

    Pada penelitian ini, peneliti berperan sebagai pelaksana penelitian.

    Sedangkan guru matapelajaran bahasa Indonesia berperan sebagai pengamat atau

    observer. Peneliti yang merancang kegiatan pembelajaran, termasuk membuat

    observasi aktivitas guru, observasi aktivitas siswa, jurnal siswa, catatan lapangan,

    tes kemampuan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta melaporkan hasil

    penelitian. Dalam hal ini, guru matapelajaran bahasa Indonesia ya