09e01727_2
DESCRIPTION
bTRANSCRIPT
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
PENGARUH SANITASI LINGKUNGAN, PERSONAL HYGIENE DAN KARAKTERISTIK ANAK TERHADAP INFEKSI KECACINGAN PADA
MURID SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BLANG MANGAT KOTA LHOKSEUMAWE
T E S I S
JALALUDDIN 057023007/AKK
SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
PENGARUH SANITASI LINGKUNGAN, PERSONAL HYGIENE DAN KARAKTERISTIK ANAK TERHADAP INFEKSI KECACINGAN PADA
MURID SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BLANG MANGAT KOTA LHOKSEUMAWE
T E S I S
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
JALALUDDIN 057023007/AKK
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
Judul Tesis : PENGARUH SANITASI LINGKUNGAN, PERSONAL HYGIENE DAN KARAKTERISTIK ANAK TERHADAP INFEKSI KECACINGAN PADA MURID SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BLANG MANGAT KOTA LHOKSEUMAWE
Nama Mahasiswa : Jalaluddin Nomor Pokok : 057023007 Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi : Administrasi Kesehatan Komunitas/ Epidemiologi
Menyetujui
Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Erman Munir, MSc) (Ir. Evi Naria, MKes)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Dr. Drs. Surya Utama, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc) Tanggal lulus : 23 Juni 2009
-
41
Telah diuji pada Tanggal : 23 Juni 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Erman Munir, MSc
Anggota : 1. Ir. Evi Naria, M.Kes
2. dr. Surya Dharma, MPH 3. dr. Taufik Ashar, MKM
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
PERNYATAAN
PENGARUH SANITASI LINGKUNGAN, PERSONAL HYGIENE DAN KARAKTERISTIK ANAK TERHADAP INFEKSI KECACINGAN PADA
MURID SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BLANG MANGAT KOTA LHOKSEUMAWE
T E S I S
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Juni 2009
Jalaluddin 057023007/AKK
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
ABSTRAK
Penyakit kecacingan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Keadaan sanitasi lingkungan yang belum memadai, keadaan sosial ekonomi yang masih rendah didukung oleh iklim yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan cacing merupakan beberapa faktor penyebab tingginya prevalensi infeksi cacing. Penyakit kecacingan di Propinsi NAD khususnya Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di mana tahun 2006 dijumpai pada 65 murid SD yang diperiksa 35 murid (53.8 %) di antaranya positif menderita penyakit kecacingan.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh sanitasi lingkungan, personal hygiene dan karakteristik anak terhadap kejadian infeksi kecacingan pada murid SD di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe Propinsi NAD. Jenis penelitian ini adalah desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah murid kelas V dan VI dari 3 (tiga) Sekolah Dasar Negeri sebanyak 240 orang, sampel berjumlah 150 orang, diambil secara proportional sampling. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner, dianalisis menggunakan regresi logistik berganda pada =0.05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sanitasi lingkungan meliputi sanitasi rumah dan sekolah 50.7% tidak memenuhi syarat. Personal hygiene meliputi; kebersihan kuku (46.7%), penggunaan alas kaki (52.7%) dan kebiasaan cuci tangan (53.3%) kategori tidak baik. Karakteristik individu Anak meliputi; pengetahuan (36.0%), sikap (41.3%) buruk. Jenis kelamin (52,0%) perempuan dan penghasilan orangtua (60.0%) kategori rendah. Infeksi kecacingan positif (52.7%). Variabel yang memengaruhi terjadinya infeksi kecacingan adalah kebersihan kuku, pemakaian alas kaki, kebiasaan cuci tangan, jenis kelamin dan penghasilan orangtua.
Disarankan kepada Pemerintah Kota Lhokseumawe dapat bekerjasama dengan Instansi swasta untuk memperbaiki sanitasi lingkungan di Kecamatan Blang Mangat. Kepada dinas kesehatan dan Puskesmas untuk meningkatkan promosi kesehatan khususnya pada kebersihan diri murid Sekolah Dasar. Petugas Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) agar terus melakukan pembinaan kepada semua Sekolah Dasar terutama untuk ketiga sekolah lokasi penelitian.
Kata kunci : Sanitasi lingkungan, Personal hygiene, Infeksi kecacingan
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
ABSTRACT
Helminthes is still one of the health problems, especially in rural areas in Indonesia. Inadequate environmental condition, low socio-economic condition, and appropriate climate for the growth and development of worm are several of the factors that cause the high prevalence of helminthes. Helminthes still becomes a health problem especially in Blang Mangat Sub-district, Lhokseumawe, the Province of Nanggroe Aceh Darrussalam. In 2006, 35 (53%) out of the 65 elementary school students examined were positively suffering from helminthes.
The purpose of this cross-sectional study is to analyze the influence of environmental sanitation (home and school environment), personal hygiene (the cleanliness of fingger nails, wearing footwear, and the habit of washing hands), and Chlid characteristics (knowledge, attitude, sex, and parent's income) on the incident of in the helminthes in the elementary school students in Blang Mangat Sub-district, Lhokseumawe, the Province of Nanggroe Aceh Darrussalam. The population for this study were 240 elementary school students of grade V and grade VI from 3 Public Elementary school, and 150 of them were selected to be the samples for this study through proportional sampling technique. The data for this study were obtained through questionnaire-based interviews. The data obtained were analyzed through through multiple logistic regression test at = 0.05.
The result of this study shows that environmental sanitation including home and school sanitation (50.7%) does not meet the requirement, personal hygene including the cleanliness of finger nails (46.7%), weaming footwears (52.7%), and the habit of washing hands (53%) belongs to poor category, and chlid characteristics including knowledge (36.0%), and attitude (41.3%) belongs to poor category, and Parents' income (60.0%) belong to low category. The helminthes rate (52.7%) is positive. The variables that influenced the incident of helminthes were home environmental sanitation, the cleanliness of fingger nails, wearing footwear, the habit of washing hands, sex, and the income of the parents of the elementary school students.
It is suggested that the Government of Lhokseumawe could cooperate with the private agencies or institutions to improve basic sanitation in Blang Mangat sub-distrik. Lhokseumawe Distrik Health Office and Blang Mangat Health Center need to improve the health promotion especially the personal health of the elementary school students. The working staff of School Health Initiative (UKS) is suggested to keep developing of all of the elementary school especially the three elementary schools which are located in research location.
Key words: Environmental Sanitation, Personal Hygiene, Helminthes
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah serta Karunianya kepada penulis untuk dapat
menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul " Pengaruh Sanitasi Lingkungan,
Personal Hygiene dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan pada Murid
Sekolah Dasar di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe".
Penulisan ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk
menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan Konsentrasi Administrasi Kesehatan komunitas/Epedemiologi Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Dengan segala ketulusan hati dan keikhlasan, penulis mengucapkan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp. A(K), sebagai Rektor
Universitas Sumatera Utara.
Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, sebagai Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, sebagai Ketua dan Ibu Prof. Dr.Dra. Ida
Yustina, MSi sebagai Sekretaris Program Studi Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
Prof. Dr. Erman Munir, MSc selaku Ketua Komisi Pembimbing yang dengan
penuh perhatian dan kesabaran membimbing, mengarahkan dan meluangkan waktu
untuk membimbing penulis mulai dari proposal hingga penulisan tesis selesai.
Ibu Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan dan pengarahan sejak dari persiapan peenelitian
sampai selesainya tesis ini..
Bapak Dr. Surya Dharma,MPH dan bapak dr. Taufik Ashar, MKM sebagai
Dosen Penguji Tesis yang telah memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan
penelitian ini.
Bapak Bupati Aceh Utara, Ilyas A.Hamid yang telah berkenan memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan dan sekaligus memberikan
izin belajar pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Bapak Saifuddin Saleh, SH selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota
Lhokseumawe yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melanjutkan pendidikan dan sekaligus memberikan izin untuk melakukan penelitian
ini.
Para dosen dan staf di lingkungan Sekolah Pascasarjana Program Studi
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan khususnya Komunitas/Epidemiologi.
Keluarga besar jajaran di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara, yang telah
memberikan motivasi, dukungan moril kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
Ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada keluarga tercinta Istri Cut
Nurmalawati, SKM yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan waktu dan
tenaga serta doa dan ananda tercinta Aulia Amira, Aulia Assyfa, Aulia Raja Aufhar,
Aulia Putroe Harifa. harapan tesis ini menjadi pendorong bagi ananda untuk menjadi
anak yang lebih baik, lebih bijak dan lebih sukses di masa depan.
Seluruh rekan-rekan mahasiswa di lingkungan Program Studi Administrasi
dan Kebijakan Kesehatan khususnya Konsentrasi Administrasi Kesehatan
Komunitas/Epidemiologi, khususnya, dr.Irawati, Yusnidaryani,SKM, Salbiah.M.Kes,
dr. Susan C.Hutagalung, Hamdani, SKM, Linda K.Bangun,SKM, Safrizal, SKM,
Rizkie, SKM.
Akhirnya penulis menyadari atas segala keterbatasan, untuk itu saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan
harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan di bidang kesehatan,
dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi penelitian selanjutnya.
Medan, Mei 2009
Penulis
Jalaluddin
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
RIWAYAT HIDUP
Jalaluddin lahir di Bambi 19 Juli 1969, anak keempat dari enam bersaudara.
Pendidikan formal penulis dimulai dari Sekolah Dasar Negeri Guci Rumpong lulus
pada tahun 1983, melanjutkan ke SMP N. 1 Caleu dan lulus pada tahun 1986, Masuk
SMA Negeri 1 Beureunuen lulus pada tahun 1989, kemudian mengikuti pendidikan
pada SPAG Depkes RI Banda Aceh lulus pada tahun 1990, pada tahun 1995 tugas
belajar pada AKZI Depkes RI Jakarta lulus tahun 1999 kemudian mengikuti tugas
belajar pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2000
dan selesai pada tahun 2002.
Pengalaman bekerja penulis dimulai dari pengagkatan jadi CPNS pada
tanggal 1 Maret 1993 ditempatkan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara.
Tugas belajar pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara pada
Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi
Kesehatan Komunitas/Epidemiologi mulai tahun 2005 sampai 2009.
Menikah Pada tahun 1999 dengan Cut Nurmalawati, SKM dan dikaruniai
anak 4 orang, anak pertama Aulia Amira dan anak kedua Aulia Assifa , Anak ketiga
Aulia Raja Aufhar dan anak keempat Aulia Putroe Hariva.
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................... i ABSTRACT.......................................................................................................... ii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii RIWAYAT HIDUP............................................................................................... vi DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii DAFTAR TABEL................................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2. Permasalahan...................................................................................... 5 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5 1.4. Hipotesis ............................................................................................ 6 1.5. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7
2.1. Faktor yang Berhubungan dengan Infeksi Kecacingan .................... 7 2.1.1. Faktor Sanitasi Lingkungan .................................................... 7 2.1.2. Faktor Manusia ....................................................................... 12
2.2. Infeksi Cacing yang ditularkan melalui tanah (Soil-Transmited Helminths)......................................................................................... 16 2.2.1. Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides) ................................... 16 2.2.2. Cacing Cambuk (Trichuris trichiura ) ................................... 17 2.2.3. Cacing Tambang Ancylostoma Duodenale dan Necator
Americanus) ............................................................................ 18 2.3. Dampak Infeksi Kecacingan Pada Anak............................................ 20 2.4. Transmisi Telur Cacing ke Tubuh Manusia....................................... 21 2.5. Pencegahan dan Pemberantasan Infeksi Kecacingan......................... 22 2.6. Landasan Teori ................................................................................... 24 2.7. Kerangka Konsep .............................................................................. 28
BAB 3 METODE PENELITIAN ..................................................................... 29
3.1. Jenis Penelitian................................................................................. 29 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 29 3.3. Populasi dan Sampel ........................................................................ 29
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
3.3.1. Populasi ................................................................................. 29 3.3.2. Sampel................................................................................... 30
3.4. Metode Pengumpulan Data.............................................................. 30 3.4.1. Pengumpulan Data ................................................................ 31 3.4.2. Metode Pemeriksaan Faeses ................................................. 33
3.5. Variabel dan Definisi Operasional................................................... 34 3.5.1. Variabel ................................................................................. 34 3.5.2. Definisi Operasional.............................................................. 34 3.5.3. Aspek Pengukuran ................................................................ 35
3.6. Metode Pengukuran Variabel .......................................................... 36 3.6.1.Variabel Lingkungan.............................................................. 36 3.6.2.Variabel Personal Hygiene..................................................... 37 3.6.3.Variabel Kararteristik Individu .............................................. 38
3.7 Metode Analisis Data ....................................................................... 39
BAB 4 HASIL PENELITIAN .......................................................................... 41
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian................................................................ 41 4.1.1. Kondisi Geografi....................................................................... 41 4.1.2. Demografi ................................................................................. 41
4.2. Sanitasi Lingkungan........................................................................... 43 4.2.1. Sanitasi Lingkungan Rumah ..................................................... 43 4.2.2. Sanitasi Lingkungan Sekolah.................................................... 44
4.3. Personal Higiene ................................................................................ 44 4.3.1. Kebersihan Kuku....................................................................... 44 4.3.2. Penggunaan Alas Kaki .............................................................. 45 4.3.3. Kebiasaan Cuci Tangan ............................................................ 45
4.4. Karakteristik anak .............................................................................. 46 4.4.1. Pengetahuan .............................................................................. 46 4.4.2. Sikap ........................................................................................ 46 4.4.3. Jenis Kelamin ......................................................................... 47
4.5. Infeksi Kecacingan............................................................................. 48 4.6. Analisis Bivariat ................................................................................. 49
4.6.1. Analisis Hubungan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Kecacingan.................................................................. 50
4.6.2. Analisis Hubungan Pemakaian Alas Kaki dengan Infeksi Kecacingan.............................................................................. 51
4.6.3. Analisis Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan dengan Infeksi Kecacingan.............................................................................. 51
4.6.4. Analisis Hubungan Pengetahuan dengan Infeksi Kecacingan. 52 4.6.5. Analisis Hubungan Sikap dengan Infeksi Kecacingan. .......... 53 4.6.6. Analisis Hubungan Jenis Kelamin dengan Infeksi
Kecacingan.............................................................................. 54
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
4.6.7. Analisis Hubungan Penghasilan Orangtua dengan Infeksi Kecacingan.............................................................................. 54
4.7. Analisis Multivariat (Regresi Logistik).............................................. 55
BAB 5 PEMBAHASAN ..................................................................................... 59
5.1. Infeksi Kecacingan anak SD Negeri di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe........................................................................... 59
5.2. Sanitasi Lingkungan........................................................................... 61 5.2.1. Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Infeksi Kecacingan....... 61 5.2.2. Hubungan Sanitasi Lingkungan Sekolah dengan Infeksi
Kecacingan.............................................................................. 64 5.3. Personal Higiene ............................................................................... 65
5.3.1. Kebersihan Kuku dengan Infeksi Kecacingan ........................ 65 5.3.2. Pemakaian Alas Kaki dengan Infeksi Kecacingan.................. 66 5.3.3. Kebiasaan Cuci Tangan dengan Infeksi Kecacingan.............. 67
5.4. Karakteristik anak ............................................................................. 68 5.4.1. Pengetahuan dengan Infeksi Kecacingan................................ 68 5.4.2. Sikap dengan Infeksi Kecacingan ........................................... 68 5.4.3. Hubungan Jenis Kelamin dengan Infeksi Kecacingan............ 69 5.4.4. Penghasilan Orangtua dengan Infeksi Kecacingan ................. 69
5.5. Keterbatasan Penelitian...................................................................... 70
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 72
6.1. Kesimpulan ....................................................................................... 72 6.2. Saran.................................................................................................. 73
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 74
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1. Distribusi Sampel pada Setiap Sekolah Menurut Proporsi ........................ 31
3.2. Aspek Pengukuran Variabel Independen dan Variabel Dependen ............ 36
4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Blang Mangat tahun 2009.................................................... 41
4.2 Distribusi Sarana Kesehatan di Kecamatan Blang Mangat Tahun 2009 ... 42
4.3 Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Blang Mangat Tahun 2009 ................................................................................................. 43
4.4. Distribusi Sanitasi Lingkungan Rumah Siswa SD di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe Tahun 2009 ................................................... 43
4.5. Distribusi Kebersihan Kuku Siswa SDN di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe Tahun 2009 ................................................................ 44
4.6. Distribusi Penggunaan Alas Kaki Siswa SD di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe Tahun 2009 ............................................................... 45
4.7. Distribusi Kebiasaan Cuci Tangan Siswa SD di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe Tahun 2009......................................... 45
4.8. Distribusi Pengetahuan Siswa SD di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe Tahun 2009 ......................................................................... 46
4.9. Distribusi Sikap Siswa SD di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe Tahun 2009 ......................................................................... 47
4.10. Distribusi Jenis Kelamin Siswa SD di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe Tahun 2009 ......................................................................... 47
4.11. Distribusi Penghasilan Orang Tua Siswa SD di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe Tahun 2009 ................................................................ 48
4.12. Distribusi Infeksi Kecacingan Siswa SDN di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe Tahun 2009 ................................................................ 48
4.13. Distribusi Infeksi Kecacingan berdasarkan Jenis Cacing Siswa SD di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe Tahun 2009.................... 49
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
4.14. Hasil Uji Chi-square antara Sanitasi Lingkungan Rumah Siswa SD di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe dengan Infeksi Kecacingan Tahun 2009.............................................................................. 50
4.15. Hasil Uji Chi-square antara Kebersihan Kuku di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe dengan Infeksi Kecacingan Tahun 2009 50
4.16. Hasil Uji Chi-square antara Pemakaian Alas Kaki Siswa SD di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe dengan Infeksi Kecacingan Tahun 2009.............................................................................. 51
4.17. Hasil Uji Chi-square antara Kebiasaan Cuci Tangan Siswa SD di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe dengan Infeksi Kecacingan Tahun 2009.............................................................................. 52
4.18. Hasil Uji Chi-square antara Pengetahuan Siswa SD di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe dengan Infeksi Kecacingan Tahun 2009 ................................................................................................. 51
4.19. Hasil Uji Chi-square antara Sikap Siswa SD di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe dengan Infeksi Kecacingan Tahun 2009 53
4.20. Hasil Uji Chi-square antara Jenis Kelamin Siswa SD di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe dengan Infeksi Kecacingan Tahun 2009 ................................................................................................. 54
4.21. Hasil Uji Chi-square antara Penghasilan Orangtua Siswa SD di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe dengan Infeksi Kecacingan Tahun 2009.............................................................................. 55
4.22. Hasil Uji Multivariat Regresi Logistik Metode Backward Stepwise.......... 57
4.23. Hasil Uji Regresi Multivariat Logistik Metode Backward Stepwise.......... 57
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Halaman
2.1. Siklus hidup Ascaris lumbricoides................................................................ 16 2.2. Siklus hidup Trichuris trichiura ..................................................................... 17 2.3. Siklus hidup Hookworm Ancylostoma duodenale dan Necator americanus .. 19 2.4. Memperlihatkan keseimbangan antara agen dan pejamu ditentukan oleh
posisi lingkungan terhadap keduanya ............................................................ 25 2.5. Kerangka Konsep Penelitian........................................................................... 28
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman 1. Kuesioner Penelitian ...................................................................................... 79 2. Uji validitas dan reliabilitas ........................................................................... 84 3. Hasil Tabulasi Silang ..................................................................................... 91 4. Hasil Uji Regresi ........................................................................................... 100 5. Dokumentasi Penelitian ................................................................................ 102 6. Peta Lokasi Penelitian
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Lingkungan hidup menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan dan mahluk hidup, termasuk di dalamnya manusia beserta perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lainnya. Bila ditinjau lebih jauh mengenai Undang-Undang tersebut,
maka manusia dengan lingkungan sebenarnya tidak dapat dipisahkan.
Keadaan sanitasi lingkungan yang belum memadai, keadaan sosial ekonomi
yang masih rendah didukung oleh iklim yang sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangan cacing merupakan beberapa faktor penyebab tingginya prevalensi
infeksi cacing usus yang ditularkan di Indonesia (Zit, 2000).
Salah satu penyakit cacingan adalah penyakit cacingan usus yang ditularkan
melalui tanah atau sering disebut Soil Transmitted Helminths yang sering dijumpai
pada anak usia Sekolah Dasar di mana pada usia ini anak masih sering kontak dengan
tanah. Ada 3 jenis cacing yang terpenting adalah cacing gelang (Ascaris
lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator americanus)
dan cacing cambuk (Trichuris trichiura), (Depkes RI, 2004)
Dari hasil survey tahun 2002 di 10 Propinsi di Indonesia dengan sasaran anak
Sekolah Dasar, Prevalensi kecacingan di Indonesia antara 4,8 % sampai dengan
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
83,0 %, Prevalensi tertinggi di propinsi Nusa Tenggara Barat diikuti Propinsi
Sumatera Barat dan yang terendah di Propinsi Jawa Timur. Hasil survey prevalensi
kecacingan tahun 2003 dengan sasaran dan lokasi yang sama pada tahun 2002
menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda. Prevalensi kecacingan keseluruhan 33,1
%, cacing gelang 22, 26 %, cacing cambuk 20,30 % dan cacing tambang 0,75 %
(Dirjen P2M & PL, 2004).
Penyakit cacingan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia. Dari hasil penelitian ternyata prevalensi penyakit cacingan masih tinggi,
yaitu 60-70%. Tingginya prevalensi ini disebabkan oleh iklim tropis dan kelembaban
udara tinggi di Indonesia, yang merupakan lingkungan yang baik untuk
perkembangan cacing, serta kondisi sanitasi dan higyene yang buruk. (Depkes, 2004)
Penyakit cacing ditularkan melalui tangan yang kotor, kuku panjang dan kotor
menyebabkan telur cacing terselip. Penyebaran penyakit cacing salah satu
penyebabnya adalah kebersihan perorangan yang masih buruk. Penyakit cacing dapat
menular di antara murid sekolah yang sering berpegang tangan sewaktu bermain
dengan murid lain yang kukunya tercemar telur cacing (Hendrawan, 1997).
Infeksi cacing menyebabkan kehilangan darah murid sekolah dasar di
Indonesia sebanyak 16.863.000 liter darah per tahun. Infeksi cacing tambang
misalnya dapat mengakibatkan terjadinya anemia. Infeksi ini dapat menyebabkan
kehilangan darah sebanyak 0,0005 cc 0,34 cc/hari. Pada infeksi berat, kadar
hemoglobin dapat mencapai angka 4 gr % dari kadar hemoglobin normal (11 gr % )
(FKUI, 2002)
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
Sampai saat ini penyakit kecacingan masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat Indonesia, terutama di daerah pendesaan, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi diantaranya adalah sanitasi lingkungan yang belum memadai,
kebersihan pribadi (Personal Hygiene), tingkat pendidikan dan sosial ekonomi
rendah dan perilaku hidup sehat yang belum memadai (Rampengan, 1997).
Pencegahan infeksi berulang sangat penting dengan membiasakan perilaku
hidup bersih dan sehat seperti menghindari kontak dengan tanah yang kemungkinan
terkontaminasi feses manusia, cuci tangan dengan sabun dan air sebelum memegang
makanan, lindungi makanan dari tanah dan cuci atau panaskan makanan yang jatuh
ke lantai (Lilisari, 2007)
Wisnungsih (2004) penelitian pada siswa SDN Keburuhan Kecamatan
Ngombol Kabupaten Purwerejo menemukan bahwa ada hubungan antara kebiasaan
mencuci tangan dengan kejadian infeksi cacing. Selanjutnya Widyaningsih (2004)
menemukan bahwa perbedaan kejadian infeksi cacing usus pada anak sekolah dasar
di Desa Tertinggal dan non Tertinggal Kecamatan Tasikmadu Kabupaten
Karanganyar dengan hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara mencuci
tangan sebelum makan, kebiasan memakai sandal, keadaan kuku dan frekuensi
potong kuku terhadap kejadian infeksi cacing. Sejalan dengan Sutanto (1992) di SD
jarakan dan SD Ngoto Kecamatan sewon Bantul Yogyakarta tentang infeksi cacing
yang ditularkan melalui tanah menunjukan bahwa intensitas infeksi Ascaris dan
trichuris berpengaruh status gizi anak. Wachidanijah (2002) melanjutkan bahwa
pengetahuan ada hubungan dengan kejadian infeksi cacing pada murid sekolah dasar.
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
Masih tingginya angka kesakitan penyakit menular di Indonesia seperti cacingan,
antara lain dipengaruhi oleh tidak tersedianya air bersih, tidak adanya sarana
pembuangan air limbah dan kurangnya kebersihan lingkungan perumahan
(Meriyati, 1994)
Anak usia sekolah merupakan golongan masyarakat yang diharapkan dapat
tumbuh menjadi sumber daya manusia yang potensial di masa yang akan datang
sehingga perlu diperhatikan dan disiapkan untuk dapat tumbuh sempurna baik fisik
maupun intelektualnya, dalam hubungan dengan infeksi kecacingan, beberapa
peneliti ternyata menunjukan bahwa usia sekolah merupakan golongan yang sering
terkena infeksi kecacingan karena sering berhubungan dengan tanah (Depkes RI,
2004)
Hasil kegiatan survei yang dilakukan dari beberapa kabupaten di Provinsi
NAD tahun 2006 didapatkan persentase kecacingan yang tertinggi di Kabupaten
Aceh Barat (56,60 %), Aceh Besar (50.75 %), Pidie (45,65 %) Bireun ( 43.53 % ) dan
Kota Lhokseumawe (41.75 % )(World Food Programe, 2006)
Pada tahun 2006 survei yang dilakukan oleh Wold Food Programe (WFP)
bekerjasama dengan Universitas Indonesia menunjukkan bahwa kejadian infeksi
kecacingan di Kecamatan Blang Mangat pada 65 murid SD yang diperiksa 35 murid
(53.8 %) positif cacing. Jika dibandingkan dengan angka Nasional adalah 30,35 %
(Dirjen P2M & PL, 2004) angka ini masih sangat tinggi hal ini menunjukkan bahwa
penyakit infeksi kecacingan masih sangat tinggi di kota Lhokseumawe.
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
Kota Lhokseumawe mempunyai 4 Kecamatan salah satu diantaranya adalah
Kecamatan Blang Mangat terdapat 11 sekolah dasar dan 1 Madrasah Ibtidaiyah
Swasta, dimana masih banyak dijumpai murid-murid sekolah dasar yang tidak
memakai alas kaki pergi ke sekolah. Daerah tersebut masih banyak dijumpai
pemukiman penduduk sanitasi lingkungannya belum memadai (BPS, Kota
Lhokseumawe, 2008).
Berdasarkan Uraian diatas maka penulis ingin menganalisa pengaruh sanitasi
lingkungan, Personal Hygiene dan karakteristik anak dengan infeksi kecacingan anak
SD di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan
dalam penelitian ini adalah tingginya angka prevalensi kecacingan anak SD dan
belum diketahui apakah sanitasi lingkungan, personal hygiene dan karakteristik anak
berpengaruh terhadap Infeksi kecacingan pada murid Sekolah Dasar di Kecamatan
Blang Mangat.
1.3. Tujuan Penelitian.
Untuk menganalisis pengaruh sanitasi lingkungan (lingkungan rumah,
lingkungan sekolah), personal hygiene (kebersihan kuku, pemakaian alas kaki dan
kebiasaan cuci tangan) serta karakteristik anak (pengetahuan, sikap, jenis kelamin dan
penghasilan orang tua) terhadap kejadian infeksi kecacingan pada murid Sekolah
Dasar di Kecamatan Blang Mangat.
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
1.4. Hipotesis
1. Ada pengaruh sanitasi lingkungan terhadap infeksi kecacingan pada murid SD
negeri di Kecamatan Blang Mangat.
2. Ada pengaruh personal hygiene terhadap infeksi kecacingan pada murid SD
negeri di Kecamatan Blang Mangat.
3. Ada pengaruh karakteristik anak terhadap infeksi kecacingan pada murid SD
negeri di Kecamatan Blang Mangat.
1.5. Manfaat Penelitian.
1. Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota
Lhokseumawe dan Puskesmas Blang Mangat.
2. Dari hasil penelitian ini sebagai acuan dalam melakukan kegiatan promosi
kesehatan bagi siswa SD Negeri di Kecamatan Blang Mangat.
3. Sebagai pengembangan konsep-konsep dalam bidang Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan.
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kecacingan.
Secara epidemiologik, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian
kecacingan, yaitu faktor sanitasi lingkungan dan faktor manusia (Soedarto, 1991)
dijelaskan sebagai berikut :
2.1.1. Faktor Sanitasi Lingkungan
Mawardi dalam Riyadi (1994) menyatakan bahwa lingkungan adalah sesuatu
yang berada disekitar manusia secara lebih teperinci dapat dikatagorikan dalam
beberapa kelompok :
a. Lingkungan Fisik, yang ternasuk dalam kelompok ini adalah tanah dan udara
serta interaksi satu sama lainnya diantara faktor-faktor tersebut.
b. Lingkungan biologis, yang termasuk dalam hal ini adalah semua organisme
hidup baik binatang, tumbuhan maupun mikroorganisme kecuali manusia
sendiri.
c. Lingkungan sosial yaitu termasuk semua interaksi antara manusia dari makhluk
sesamanya yang meliputi faktor sosial, ekonomi, kebudayaan dan psikososial.
Berdasarkan kategori diatas diartikan pula bahwa lingkungan adalah kumpulan
dari semua kondisi atau kekuatan dari luar yang mempengaruhi kehidupan dan
perkembangan dari suatu organisme hidup (manusia)
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
Kesehatan lingkungan merupakan salah satu displin ilmu kesehatan
masyarakat dan merupakan perluasan dari prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi.
Kesehatan lingkungan adalah hubungan timbal balik antara manusia dan
lingkungannya yang berakibat atau mempengaruhi derajat kesehatannya, WHO
mendefinisikan bahwa kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi
yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat
dari manusia, keadaan sehat mencakup manusia seutuhnya dan tidak hanya sehat fisik
saja tetapi juga sehat mental dan hubungan sosial yang optimal di dalam
lingkungannya (Mawardi, 1992)
Dalam penanggulangan cacingan, pengawasan sanitasi air dan makanan sangat
penting, karena penularan cacing terjadi melalui air dan makanan yang
terkontaminasi oleh telur dan larva cacing (Riyadi, 1994).
Paragdima Blum tentang kesehatan dari lima faktor dimana lingkungan
mempunyai pengaruh dominan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi status
kesehatan seseorang itu dapat berasal dari lingkungan pemukiman, lingkungan sosial,
linkungan rekreasi, lingkungan kerja.
2.1.1.1. Lingkungan Rumah.
Sanitasi lingkungan merupakan salah satu usaha untuk mencapai lingkungan
sehat melalui pengendalian faktor lingkungan fisik khususnya hal-hal yang
mempunyai dampak merusak perkembangan fisik kesehatan dan kelangsungan hidup
manusia. Usaha sanitasi lingkungan menurut Kusnoputranto (1986) adalah usaha
kesehatan yang menitikberatkan pada usaha pengendalian faktor lingkungan fisik
yang mungkin menimbulkan dan menyebabkan kerugian dalam perkembangan fisik,
kesehatan dan daya tahan hidup manusia.
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
Rumah yang sehat dan layak huni tidak harus berwujud rumah mewah dan
besar namun rumah yang sederhana dapat juga menjadi rumah yang sehat dan layak
dihuni Rumah sehat adalah kondisi fisik, kimia, biologi didalam rumah dan
perumahan sehingga memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat
kesehatan yang optimal. Disamping lingkungan rumah tempat tinggal, anak Sekolah
Dasar juga membutuhkan lingkungan sekolah tempat belajar yang sehat baik untuk
perkembangan fisik, mental dan spiritualnya. Sebagian besar waktu anak sekolah
dasar dihabiskan dengan bermain baik di rumah maupun di sekolah sehingga anak
sekolah dasar mempunyai potensi untuk terjangkit penyakit infeksi kecacingan
(Poespoprodjo dan Sadjimin, 2002).
Sanitasi lingkungan merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Oleh
karena itu untuk mencapai kemampuan hidup sehat di masyarakat, maka hal-hal yang
perlu diperhatikan adalah :
a. Penyediaan Air Bersih
Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan
(Slamet, 1996). Untuk itu penyediaan air bersih harus memenuhi persyaratan dari
seperti :
Syarat kualitas air secara fisik adalah tidak berwarna, tidak berasa, tidak
berbau dan jernih. Secara kimia air yang baik tidak tercemar secara berlebihan oleh
zat-zat kimia ataupun mineral terutama zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Dan
syarat bakteriologis semua air minum hendaknya dapat terhindar dari kemungkinan
terkontaminasi bakteri terutama bakteri pathogen. Mengingat bahwa tidak mungkin
air yang dikonsumsi seratus persen sesuai dengan persyaratan kesehatan, namun air
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
yang ada diusahakan sedemikian rupa mendekati syarat-syarat yang tercantum dalam
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990.
b. Toilet dan Kamar Mandi
Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan
mengumpulkan kotoran/najis yang lazim disebut WC, sehingga kotoran atau najis
tersebut berada dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab atau
penyebar penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman (Dirjen P2M & PLP,
1998).
Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan berbagai macam
penyakit seperti : Diare, Cholera, Dysentri, Poliomyelitis, Ascariasis dan sebagainya.
Kotoran manusia merupakan buangan padat. Selain menimbulkan bau, mengotori
lingkungan juga merupakan media penularan penyakit pada masyarakat.
Perjalanan agent penyebab penyakit melalui cara transmisi seperti dari tangan,
maupun melalui peralatan yang terkontaminasi ataupun melalui mata rantai lainnya.
Dimana memungkinkan tinja atau kotoran yang mengandung agent penyebab infeksi
masuk melalui saluran pencernaan.
Untuk itu persyaratan toilet dan kamar mandi harus memenuhi persyaratan :
i. Toilet selalu dalam keadaan bersih
ii. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang dan
mudah dibersihkan
iii. Ada pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi, dilengkapi dengan
penahan bau
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
iv. Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan tempat
pengelolaan makanan (dapur, ruang makan)
v. Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar
vi. Harus dilengkapi dengan slogan untuk memelihara kebersihan
vii. Tidak terdapat penampungan atau genangan air yang dapat menjadi tempat
perindukan binatang pengerat dan serangga.
c. Pengelolaan Air Limbah
Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga,
industri dan pada umumnya mengandung bahan atau zat yang membahayakan. Sesuai
dengan zat yang terkandung di dalam air limbah, maka limbah yang tidak diolah
terlebih dahulu akan menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan
hidup antara lain limbah sebagai media penyebaran berbagai penyakit. (Notoatmodjo,
2003).
Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh
tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh seperti tinja, air seni dan CO2. Masalah
pembuangan kotoran manusia merupakan masalah pokok karena kotoran manusia
adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks (Notoatmodjo, 2003).
Darmayanti, dalam Hidayat (2002) menunjukkan adanya hubungan yang erat
antara faktor lingkungan tempat tinggal dengan prevalensi cacing pada anak sekolah
dasar. Tinggi angka prevalensi A.lumbricoides pada anak sekolah dasar di desa
dibandingkan dengan di kota menunjukan adanya perbedaan higiene dan sanitasi
lingkungan. Penelitian tersebut juga menggambrakan bahwa adanya infeksi ganda
A.lumbricoides di desa lebih tinggi dibandingkan di kota. Hal ini menunjukan bahwa
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
lingkungan pedesaan merupakan faktor predisposisi untuk anak-anak sekolah dasar di
desa.
2.1.1.2. Lingkungan Sekolah
Di samping lingkungan rumah tempat tinggal, lingkungan sekolah secara
tidak langsung mempunyai sumbangan terhadap terjadinya penularan penyakit infeksi
cacingan. Sebagian besar waktu anak sekolah dasar dihabiskan dengan bermain baik
dirumah maupun di sekolah sehingga anak sekolah dasar mempunyai potensial untuk
terjangkit penyakit infeksi kecacingan (Poespoprodjo dan Sadjimin, 2002)
2.1.2. Faktor Manusia
2.1.2.1. Hygiene Perorangan
Higiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi
lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena
pengaruh lingkungan kesehatan tersebut, serta membuat kondisi lingkungan
sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan (Azwar, 1993).
Entjang (2001) usaha kesehatan pribadi (Hygiene perorangan) adalah upaya
dari seseorang untuk memelihara dan mempertinggi derajat kesehatannya sendiri
meliputi
a. Memelihara kebersihan
b. Makanan yang sehat
c. Cara hidup yang teratur
d. Meningkatkan daya tahan tubuh dan kesehatan jasmani
e. Menghindari terjadinya penyakit
f. Meningkatkan taraf kecerdasan dan rohaniah
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
g. Melengkapi rumah dengan fasilitas-fasilitas yang menjamin hidup sehat
h. Pemeriksaan kesehatan
Pencegahan dan pemberantasan penyakit kecacingan pada umumnya adalah
dengan pemutusan rantai penularan, yang antara lain dilakukan dengan pengobatan
massal, perbaikan sanitasi lingkungan dan hygiene perorangan serta penddikan
kesehatan (Soedarto, 1991)
Azwar (1993) pada prakteknya upaya higiene antara lain meminum air yang
sudah direbus sampai mendidih dengan suhu 100C selama 5 menit, mandi dua kali
sehari agar badan selalu bersih dan segar, mencuci tangan dengan sabun sebelum
memegang makanan, mengambil makanan dengan memakai alat seperti sendok atau
penjepit dan menjaga kebersihan kuku serta memotongnya apabila panjang.
Onggowaluyo (2002) kuku yang terawat dan bersih juga merupakan cerminan
kepribadian seseorang, kuku yang panjang dan tidak terawat akan menjadi tempat
melekatnya berbagai kotoran yang mengandung berbagai bahan dan mikro organisme
diantaranya bakteri dan telur cacing. Penularan kecacingan diantaranya melalui
tangan yang kotor, kuku yang kotor yang kemungkinan terselip telur cacing akan
tertelan ketika makan, hal ini diperparah lagi apabila tidak terbiasa mencuci tangan
memakai sabun sebelum makan.
Hygiene perorangan sangat berhubungan dengan sanitasi lingkungan, artinya
apabila melakukan hygiene perorangan harus diikuti atau didukung oleh sanitasi
lingkungan yang baik, kaitan keduanya dapat dilihat misalnya pada saat mencuci
tangan sebelum makan dibutuhkan air bersih, yang harus memenuhi syarat kesehatan.
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
2.1.2.2. Perilaku
Notoatmodjo (1993) menyatakan perilaku manusia dapat dilihat dari 3 (tiga)
aspek, yaitu aspek fisik, psikis dan sosial yang secara rinci merupakan refleksi dari
gejolak kejiwaan seperti : pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagian yang
ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisk dan
sosial budaya masyarakat.
Perilaku dapat diukur dengan cara mengukur unsur-unsur perilaku dimana
salah satu adalah pengetahuan, dengan cara memperoleh data atau informasi tentang
indikatorindikator pengetahuan tersebut. Untuk dapat menentukan tingkat
pengetahuan terhadap sanitasi lingkungan dilakukan melalui wawancara
(Notoatmodjo, 2003).
Perilaku sehat pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta
lingkungan (Notoatmodjo, 2003). Sebagai contoh perilaku yang berkaitan dengan
lingkungan misalnya perilaku seseorang berhubugan dengan pembuangan air kotor
yang menyangkut segi-segi hygiene, pemeliharaan teknik dan penggunaannya.
Menurut Azwar (1993) perilaku sehat dipengaruhi oleh berbagai hal seperti :
- Latar belakang seseorang yang meliputi norma-norma yang ada, kebiasaan, nilai
budaya dan keadaan sosial ekonomi yang berlaku dimasyarakat.
- Kepercayaan meliputi manfaat yang didapat, hambatan yang ada, kerugian dan
kepercayaan bahwa seseorang dapat terserang penyakit.
- Sarana merupakan tersedia atau tidaknya fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat.
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
Depkes RI (1998), salah satu aspek yang penting dalam penanggulangan infeksi
kecacingan adalah dengan cara meningkatkan pengetahuan dan perilaku keluarga
tentang hygiene perorangan serta sanitasi lingkungan dan makanan meliputi :
- Mandi pakai sabun 2 kali sehari
- Memotong dan membersihkan kuku.
- Cuci tangan sebelum makan dan sehabis buang air besar.
- Memasak makanan dan minuman
- Buang air besar di jamban yang memenuhi syarat.
- Menjaga kebersihan lingkungan rumah
- Menggunakan air bersih
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya penularan infeksi kecacingan
adalah kurangnya pengetahuan tentang infeksi kecacingan. Wachidanijah (2002)
menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan makin tinggi pengetahuan seseorang
semakin baik perilaku dalam hubungan dengan penyakit kecacingan. Perilaku
masyarakat untuk buang air besar di sembarang tempat dan kebiasaan tidak memakai
alas kaki mempunyai intensitas infeksi cacing tambang pada penduduk di Desa
Jagapati Bali, dengan pola transmisi infeksi cacing tersebut pada umumnya terjadi
disekitar rumah (Bakta, 1995). Kebiasaan buang air besar di sungai secara menetap
ternyata menyebabkan tinggi infeksi oleh Soil-Transmited Helminths pada
masyarakat.
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
2.2. Infeksi Cacing yang ditularkan melalui tanah (Soil-Transmited Helminths)
2.2.1. Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)
Manusia merupakan satu-satunya hospes cacing ini. Cacing jantan berukuran
10-30 cm, sedangkan cacing betina 22-35 cm, pada stadium dewasa hidup di rongga
usus halus, cacing betina dapat bertelur sampai 100.000-200.000 butir sehari, terdiri
dari telur yang dibuahi dan telur yang tidak dibuahi. Dalam lingkungan yang sesuai,
telur yang dibuahi tumbuh menjadi bentuk infektif dalam waktu kurang lebih 3
minggu. Bentuk infektif ini bila tertelan manusia, akan menetas menjadi larva di usus
halus. Gambaran umum siklus hidup cacing Ascaris lumbricoides dapat dilihat pada
gambar berikut ini :
Gambar 2.1. Siklus hidup Ascaris lumbricoides Keterangan :
1. Cacing dewasa hidup di saluran usus halus, seekor cacing betina mampu menghasilkan telur sampai 240.000 perhari yang akan keluar bersama feses.
2. Telur yang sudah dibuahi mengandung embrio dan menjadi infective setelah 18 hari sampai beberpa minggu di tanah.
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
3. Tergantung pada kondisi lingkungan (kondisi optimum, lembab, hangat, tempat teduh)
4. Telur infective tertelan 5. Masuk ke usus halus dan menetas mengeluarkan larva yang kemudian menembus
mucosa usus, masuk kelemjar getah bening dan aliran darah dan terbawa sampai ke paru-paru
6. Larva mengalami pendewasaan di dalam paru-paru (10 14), menembus dinding alveoli, naik ke saluran pernafasan dan akhirnya terlelan kembali. Ketika mencapai usus halus, larva tumbuh menjadi cacing dewasa. Waktu yang diperlukan mulai tertelan telur infeksi sampai menjadi cacing dewasa sekitar 2 sampai 3 bulan. Cacing dewasa dapat hidup 1 sampai 2 tahun dalam tubuh (Bruckner , 2006)
2.2.2. Trichuris trichiura ( Cacing Cambuk )
Manusia adalah hospes utama cacing Trichuris trichiura. Cara infeksi adalah
langsung, tidak diperlukan hospes perantara. Bila telur yang telah berisi embrio
tertelan manusia, larva yang menjadi aktif akan keluar di usus halus masuk ke usus
besar dan menjadi dewasa dan menetap. Cacing ini dapat hidup beberapa tahun di
usus besar hospes. Telur yang infektif bila tertelan manusia menetes menjadi larva di
usus halus. Larva menembus dinding usuu halus menuju pembuluh darah atau saluran
limpa kemudian terbawa oleh darah sampai ke jantung menuju paru-paru
(Onggowaluyo, 2002). Siklus hidup cacing Trichuris trichiura digambarkan sebagai
berikut (Albert, 2006):
Gambar 2.2. Siklus hidup Trichuris trichiura
Gambar 2.2. Siklus hidup Trichuris trichiura
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
Kelainan patologis yang disebabkan oleh cacing dewasa terutama terjadi karena
kerusakan mekanik di bagian mukosa usus dan respons alergi. Keadaan ini erat
hubungannya dengan jumlah cacing, lama infeksi, umur dan status kesehatan umum
dari hospes (penderita). Gejala yang ditimbulkan oleh cacing cambuk biasanya tanpa
gejala pada infeksi ringan. Pada infeksi menahun dapat menimbulkan anemia, diare,
sakit perut, mual dan berat badan turun (Onggowaluyo, 2002).
Penyebaran geografis T.trichuira sama A. lumbricoides sehingga seringkali
kedua cacing ini ditemukan bersama-sama dalam satu hospes. Frekuensinya di
Indonesia tinggi, terutama di daerah pedesaan, frekuensinya antara 30% - 90 %.
Angka infeksi tertinggi ditemukan pada anakanak. Faktor terpenting dalam
penyebaran trikuriasis adalah kontaminasi tanah dengan tinja yang mengandung telur.
Telur berkembang baik pada tanah liat, lembab dan teduh (Onggowaluyo, 2002).
Di Daerah hiperentemik, laju infeksi dapat dicegah dengan pengobatan,
pembuatan MCK (mandi, cuci dan kakus) yang sehat dan teratur, penyuluhan,
pendidikan tentang hygienis dan sanitasi pada masyarakat (Onggowaluyo, 2002).
2.2.3.Ancylostoma Duodenale dan Necator Americanus (Cacing Tambang)
Cacing dewasa hidup di dalam usus halus manusia, Cacing melekat pada
mukosa usus dengan bagian mulutnya yang berkembang dengan baik. Infeksi pada
manusia dapat terjadi melalui penetrasi kulit oleh larva filariorm yang ada di tanah.
Cacing betina menghasilkan 9.000-10.000 butir telur sehari. Cacing betina
mempunyai panjang sekitar 1 cm, cacing jantan kira-kira 0,8 cm, cacing dewasa
berbentuk seperti hurup S atau C dan di dalam mulutnya ada sepasang gigi. Daur
hidup cacing tambang dimulai dari keluarnya telur cacing bersama feses, setelah
1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas menjadi larva rhabditiform. Dalam
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi larva filariform yang dapat menembus
kulit dan dapat bertahan hidup 7-8 minggu di tanah. Setelah menembus kulit, larva
ikut aliran darah ke jantung terus ke paru-paru. Di paru-paru menembus pembuluh
darah masuk ke bronchus lalu ke trachea dan larynk. Dari larynk, larva ikut tertelan
dan masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi terjadi bila larva
filariform menembus kulit atau ikut tertelan bersama makanan (Gandahusada dkk,
2004). Gambaran umum siklus hidup cacing Ancylostoma duodenale dan Necator
americanus dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 2.3. Siklus hidup Hookworm Ancylostoma duodenale dan Necator
americanus Keterangan :
Larva cacing tambang pada suhu hangat dan lembab mengalami pertumbuhan dalam 3 tahap. Pada tahap ahir, larva-larva ini akan naik ke permukaan tanah. Dengan bentuk tubuh yang runcing di bagian atas, larva ini akan masuk menembus kulit dan ikut ke dalam aliran darah sampai ke organ hati. Melalui pembuluh darah larva ini akan terbawa ke paru-paru. Larva cacing tambang kemudian bermigrasi ke bagian kerongkongan dan kemudian tertelan. Larva kemudian menuju usus halus dan menjadi dewasa dengan menghisap darah penderita. Cacing tambang bertelur di usus halus yang kemudian dikeluarkan bersama dengan feses ke alam dan akan menyebar kemana-mana (Albert, 2006).
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
Gambaran klinis walaupun tidak khas, tidak cukup mendukung untuk
memastikan untuk dapat membedakan dengan anemia karena defisiensi makanan atau
karena infeksi cacing lainnya. Diagnosa terakhir ditegakkan dengan menemukan telur
cacing pada feses penderita. Secara praktis telur cacing Ancylostoma duodenale tidak
dapat dibedakan dengan telur Necator americanus. Untuk membedakan kedua spesies
ini biasanya dilakukan tekhnik pembiakan larva (Onggowaluyo, 2002).
2.3. Dampak Infeksi Kecacingan pada Anak
Kecacingan jarang sekali menyebabkan kematian secara langsung, namun
sangat mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Infeksi cacing gelang yang berat
akan menyebabkan malnutrisi dan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada
anak-anak. Infeksi cacing tambang (Ancylostoma duodenale dan Necator
americanus) mengakibatkan anemia defesiensi besi, sedangkan Trichuris trichiura
menimbulkan morbiditas yang tinggi (Soedarto, 1999).
Berbagai penelitian membuktikan bahwa sebagian kalori yang dikonsumsi
manusia tidak dimanfaatkan badan karena adanya parasit dalam tubuh. Pada infeksi
ringan akan menyebabkan gangguan penyerapan nutrien lebih kurang 3% dari kalori
yang dicerna, pada infeksi berat 25% dari kalori yang dicerna tidak dapat
dimanfaatkan oleh badan. Infeksi Ascaris lumbricoides yang berkepanjangan dapat
menyebabkan kekurangan kalori protein dan diduga dapat mengakibatkan defisiensi
vitamin A (Hidayat, 2002).
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
Pada infeksi Trichuris trichiura berat sering dijumpai diare darah, turunnya
berat badan dan anemia. Diare pada umumnya berat sedangkan eritrosit di bawah 2,5
juta dan hemoglobin 30% di bawah normal. Anemia berat ini dapat terjadi karena
infeksi Trichuris trichiura mampu menghisap darah sekitar 0,005 ml/hari/cacing
(Gandahusada dkk, 2004).
Infeksi cacing tambang umumnya berlangsung secara menahun, cacing tambang
ini sudah dikenal sebagai penghisap darah. Seekor cacing tambang mampu
menghisap darah 0,2 ml per hari. Apabila terjadi infeksi berat, maka penderita akan
kehilangan darah secara perlahan dan dapat menyebabkan anemia berat
(Gandahusada dkk, 2004).
Gejala kecacingan jika penderita yang ditumpangi cacing sudah kekurangan
gizi terjadi karena sebagian makanan dimakan oleh cacing, tanda-tandanya : berat
badan turun, wajah pucat, kulit dan rambut jering, keadaan tubuh lemah, lesu dan
mudah sakit. Selera makan berkurang , kulit telapak tangan tidak merah, kurang darah
dan mungkin jantung berdebar-debar, sesak nafas dan sering pening (Hendrawan,
2007)
2.4. Transmisi Telur Cacing ke Tubuh Manusia
Pencemaran tanah dengan tinja manusia merupakan penyebab transmisi telur
A.lumbricoides dan T.trichiura dari tanah kepada manusia melalui tangan dan kuku
yang tercemar telur cacing, lalu masuk kemulut melalui makanan (Mahfuddin, 1994).
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
Agustina (2000) mendapatkan bahwa ada hubungan yang erat antara tanah dan
kuku yang tercemar telur A.lumbricoides dan kejadian askariasis pada anak balita di
Kecamatan Paseh Jawa Barat.
Selain melalui tangan, transmisi telur cacing ini dapat juga melalui makanan
dan minuman, terutama makanan jajanan yang tidak dikemas dan tidak tertutup rapat.
Telur cacing yang ada di tanah/debu akan sampai pada makanan tersebut, jika
diterbangkan oleh angin, atau dapat juga melalui lalat yang sebelumnya hinggap di
tanah/selokan/air limbah sehingga kaki-kakinya membawa telur cacing tersebut
(Helmy, 2000).
Transmisi melalui sayuran yang dimakan mentah (tidak dimasak) dan proses
membersihkannya tidak sempurna juga dapat terjadi, terlebih jika sayuran tersebut
diberi pupuk dengan tinja segar. Di beberapa negara penggunaan tinja sebagai pupuk
harus diolah dahulu dengan bahan kimia tertentu berupa desinfestasi (Brown, 1979).
2.5. Pencegahan dan Pemberantasan Infeksi Kecacingan
Secara Nasional di Indonesia upaya pencegahan dan pemberantasan Infeksi
Kecacingan sudah dilakukan sejak tahun 1975 dengan kebijakan pemberantasan
terbatas pada daerah tertentu karena biaya yang tersedia terbatas. Pada Pelita V dan
VI Program pemberantasan penyakit kecacingan meningkat kembali karena pada
periode ini lebih memperhatikan pada peningkatan perkembangan dan kualitas hidup
anak (Dirjen P2M & PL, 1998).
Pencegahan dan pemberantasan penyakit kecacingan pada umumnya adalah
dengan pemutusan rantai penularan, yang antara lain dilakukan dengan pengobatan
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
massal, perbaikan sanitasi lingkungan dan hygiene perorangan serta pendidikan
kesehatan (Soedarto, 1991).
Hal-hal yang perlu dibiasakan agar tercegah dari penyakit kecacingan adalah
sebagai berikut (Nadesul, 1997).
- Biasakan mencuci tangan sebelum makan atau memegang makanan, gunakan
sabun dan bersihkan bagian kuku yang kotor.
- Biasakan menggunting kuku secara teratur seminggu sekali.
- Tidak membiasakan diri menggigit kuku jemari tangan atau menghisap jempol.
- Tidak membiasakan bayi dan anak-anak bermain-main di tanah.
- Tidak membuang kotoran di kebun, parit, sungai atau danau dan biasakan buang
kotoran di jamban.
- Biasakan membasuh tangan dengan sabun sehabis dari jamban
- Biasakan tidak jajan penganan yang tidak tertutup atau terpegang-pegang tangan.
- Di wilayah yang banyak terjangkit penyakit kecacingan, periksakan diri ke
puskesmas terlebih ada tanda gejala kecacingan.
- Segera mengobati penyakit cacing sampai tuntas
- Penyakit cacing berasal dari telur cacing yang tertelan dan kurangnya kebersihan
diri dan lingkungan yang tidak baik.
- Biasakan makan daging yang sudah benar-benar matang dan bukan yang mentah
atau setengah matang.
- Biasakan berjalan kaki kemana-mana dengan memakai alas kaki.
- Obat cacing hanya diberikan kepada orang yang benar-benar mengidap penyakit
kecacingan
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
- Biasakan makan lalap mentah yang sudah dicuci dengan air bersih yang mengalir.
Penanggulangan infeksi cacing usus tidak mudah karena keterkaitan dengan
masalah lingkungan. Pemberian obat-obatan hanya bersifat mengobati tetapi tidak
memutuskan mata rantai penularan. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut dapat
dilakukan melalui kegiatan terpadu yang mencakup pengobatan massal, penyuluhan
kesehatan, peningkatan status gizi, perbaikan sanitasi lingkungan dan hygiene
perorangan serta partisipasi masyarakat (Hadidjaja, 1994).
Menurut Sasongko (2007) kunci pemberantasan cacingan adalah memperbaiki
higiene dan sanitasi lingkungan. Misalnya, tidak menyiram jalanan dengan air got.
Sebaiknya, bilas sayur mentah dengan air mengalir atau mencelupkannya beberapa
detik ke dalam air mendidih. Juga tidak jajan di sembarang tempat, apalagi jajanan
yang terbuka. Biasakan pula mencuci tangan sebelum makan, bukan hanya sesudah
makan. Dengan begitu, rantai penularan cacingan bisa diputus.Pada saat bersamaan,
anak-anak yang menderita cacingan harus segera diobati. Namun, meski semua anak
sudah minum obat cacing, tak berarti masalah cacingan akan selesai saat itu juga.
Pemberantasan kecacingan adalah kerja gotong royong yang butuh waktu bertahun-
tahun. Negara maju sepenti Jepang pun pernah dibuat sibuk oleh ulah para cacing
perut ini. Setelah kalah oleh Sekutu saat Perang Dunia II, Jepang jatuh menjadi
negara miskin. Karena miskin, mereka menggunakan kotoran manusia sebagai pupuk
pertanian. Akibatnya, penularan cacing menjadi tak terkendali, sampai menyerang
80% penduduk. Butuh waktu 10 tahun untuk menurunkan angka kecacingan hingga
di bawah 10%. Pada kasus cacingan ringan sampai sedang, gejalanya sulit dikenali.
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
Untuk memastikan, anak-anak harus diperiksa tinjanya dengan mikroskop. Jika
terbukti mengandung telur cacing, ia harus segera diobati.
2.6. Landasan teori
Kejadian kecacingan pada anak usia Sekolah Dasar selain disebabkan oleh
perilaku si anak itu sendiri, juga bisa disebabkan oleh perilaku orangtuanya yang
tidak sehat serta kondisi lingkungan yang tidak sehat. Dengan demikian kejadian
kecacingan pada anak di duga berkaitan pula dengan pendidikan dan pengetahuan
orangtuanya, terutama pendidikan dan pengetahuan ibu dan lingkungan.
Proses terjadinya penyakit menurut John Gordon atau lebih dikenal dengan
Model Gordon menggambarkan terjadinya penyakit sebagai adanya sebatang
pengungkit, yang mempunyai titik tumpu ditengah-tengahnya. Pada kedua ujung
batang tadi terdapat pemberat, yakni A (Agent), H (Host), dan tumpuannya adalah L
(Lingkungan). A,H dan L dianggap sebagai tiga elemen utama yang berperan dalam
interaksi ini, sehingga terjadi keadaan sehat ataupun sakit (Soemirat, 2005).
A = Agent/penyebab penyakit
H = Host/pejamu/populasi beresiko tinggi
L = Lingkungan
Seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
Gambar 2.4. Memperlihatkan keseimbangan antara agen dan pejamu
ditentukan oleh posisi lingkungan terhadap keduanya
Gambar diatas menunjukkan bahwa apabila pengungkit tadi berada dalam
keseimbangan, maka dikatakan bahwa masyarakat berada dalam keadaan sehat.
Apabila interaksi ketiga unsur tadi menghasilkan keadaan tidak seimbang, maka
didapat keadaan yang tidak sehat atau keadaan sakit.
Keadaan ke-1 Keadaan ke-2
Interaksi antar faktor-faktor penyebab penyakit, serta serangkaian prosesnya
merupakan lingkaran keseimbangan dari ke tiga unsur / faktor. Faktor lingkungan
L
H
A
L
A
H
Fisika Kimia
Biologi Sosial
Lingkungan
Host Agen
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
sangat berperan dalam keseimbangan tersebut. Pengeseran faktor lingkngan ke arah
yang menguntungkan agen pada keadaan tertentu akan menyebabkan pejamu agen
berkembang biak (bahan penyubur) pada genangan air yang tidak dibersihkan, maka
pejamu rentan dalam lingkungan tersebut akan terserang agen. Sebaiknya bila
keadaan lingkungan bergeser ke arah yang menurunkan kerentanan pejamu, misalnya
tidak mengalami penurunan berat badan dan sebagainya, maka pengeseran
lingkungan tersebut meningkatkan daya tahan pejamu terhadap serangan agen
(model2). Keseimbangan antara agen-pejamu-lingkungan akan dapat dicapai apabila
lingkungan sedemikian rupa, sehingga tidak memberikan peluang bagi agen untuk
menjadi ganas, dan sebaliknya pejamu memilki daya tahan terhadap serangan agen,
apabila terjadi keseimbangan yang menguntungkan sifat khusus agen, maka pejamu
yang rentan akan lebih mudah dipengaruhi agen, dan akhirnya penjamu menjadi
sakit/terganggu kesehatannya.
Faktor lingkungan, baik lingkungan fisik (temperatur, cahaya, pertukaran
udara, perumahan, pakaian, air, tanah dan sebagainya), lingkungan biologis (setiap
flora dan fauna), Lingkungan sosial (penduduk, kebudayaan, adat istiadat, agama,
pendidikan, kepercayaan, pendapatan dan sebagainya)
Dari segi lingkungan, misalnya lingkungan mungkin berperan sebagai bahan
penyubur agen atau pada keadaan tertentu, membuat pejamu menjadi rentan terhadap
serangan serta keganasan agen yang bersangkutan. Seseorang yang berada dalam
lingkungan dengan suhu dan kelembaban tertentu, yang memungkinkan
perkembangbiakan atau pertumbuhan dengan cepat agen di dalam penjamu.
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
Usaha-usaha kesehatan ditujukan untuk mengendalikan ketiga faktor yang
mempengaruhi kesehatan tersebut sehingga manusia dapat tetap hidup sehat, yaitu :
a. Terhadap faktor penyebab penyakit.
1. Memberantas sumber penularan penyakit.
2. Mencegah terjadinya kecelakaan
3. Menigkatkan taraf hidup rakyat
b. Terhadap faktor manusia
Mempertinggi daya tahan tubuh manusia dan meningkatkan pengetahuan
masyarakat dalam prinsip- prinsip kesehatan perorangan.
c. Terhadap faktor lingkungan
Mengubah atau mempengaruhi lingkungan hidup, sehingga faktor-faktor yang
tidak baik dapat diawasi sedemikian rupa sehingga tidak membahayakan kesehatan
manusia.
Infeksi kecacingan pada anak SD sering terjadi karena perilaku sehari-hari yang
kurang sehat. Perilaku bermain, tidak memakai alas kaki, menggunakan tangan ketika
bermain dan tidak mencuci tangan setelah bermain, tidak mencuci tangan waktu akan
makan dan setelah buang air besar dan perilaku buang air besar sembarang tempat
adalah contoh perilaku yang kurang sehat.
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
2.7. Kerangka Konsep Berdasarkan pada landasan teori di atas, maka pada penelitian ini dirumuskan
kerangka konsep penelitian sebagai berikut :
VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN
Gambar 2.5. Kerangka Konsep Penelitian
Kejadian Infeksi Kecacingan
Sanitasi Lingkungan - Lingkungan Rumah - Lingkungan Sekolah
Personal Hygiene - Kebersihan Kuku - Pemakaian Alas Kaki - Kebiasaan Cuci Tangan
Karakteristik Anak - Pengetahuan - Sikap - Jenis Kelamin - Penghasilan Orangtua
Pemeriksaan Laboratorium
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan rancangan
cross secsional yaitu penelitian yang dilakukan dengan sekali pengamatan pada suatu
saat tertentu terhadap objek yang berubah, berkembang atau tumbuh menurut waktu
(Budiarto, 2003). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory
research (penjelasan) yaitu mencari seberapa besar pengaruh faktor sanitasi
lingkungan, personal hygiene dan karakteristik anak terhadap infeksi kecacingan
pada murid Sekolah Dasar di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokeumawe.
Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan pendekatan deskriftip yaitu
melakukan observasi terhadap lingkungan sekolah.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Blang Mangat
Kota Lhokeumawem, bulan Pebruari sampai dengan Maret 2009.
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah murid kelas V dan VI dari 3 (tiga) Sekolah
Dasar Negeri terpilih dengan pertimbangan sebagai berikut :
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
a. Sekolah Dasar tersebut berada di wilayah pesisir pantai yang merupakan
daerah pasang surut sehingga sering digenangi air.
b. Sekolah Dasar tersebut bekas bencana gempa bumi dan gelombang
tsunami.
c. Dari survei awal ditemukan banyak murid memiliki sanitasi lingkungan dan
hygiene personal yang buruk.
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Notoatmodjo
(1997) sebagai berikut :
( )21 dNNn
+=
Keterangan: N = Besar Populasi.
n = Besar Sampel.
d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0.05)
{ }( )205,0(2401
240+
=n
{ }6.01
240+
=n
6.1
240=n
150=n
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dari 250 murid (total populasi) , maka
diperoleh 150 murid untuk dijadikan sampel.
Pengambilan sampel menggunakan cara proportional sampling (Arikunto,S,
2002)
Tabel 3.1. Distribusi Sampel pada Setiap Sekolah Menurut Proporsi
No. Sekolah Jumlah Murid (%) Jumlah Sampel 1. SDN. 3 75 30,9 46 2. SDN 7 80 34,2 51 3. SDN 9 85 34.9 53 Jumlah 240 100,0 150
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan cara :
a. Pengisian Kuesioner.
b. Observasi terhadap sanitasi lingkungan sekolah.
c. Pemeriksaan Faeces
d. Data Sekunder yang meliputi :
Data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe dan
Puskesmas Blang Mangat yang berhubungan dengan penelitian.
Data primer yang dikumpulkan dilakukan ujicoba kuesioner diketahui bahwa
item-item pertanyaan pada variabel lingkungan rumah, kebiasaan cuci tangan,
penggunaan alas kaki, kebersihan kuku, pengetahuan dan sikap valid dan reliabel
untuk digunakan dalam penelitian ini dengan hasil sebagai berikut:
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
a. Variabel lingkungan rumah dengan 4 item pertanyaan, diperoleh nilai koefisien
korelasi >0,3 dan nilai alpha cronbach 0,8223 > 0,6 (memenuhi syarat yang telah
ditetapkan). (lampiran. 2)
b. Variabel Kebiasaan Cuci Tangan dengan 6 item pertanyaan, diperoleh nilai
koefisien korelasi >0,3 dan nilai alpha cronbach 0,8188 > 0,6 (memenuhi syarat
yang telah ditetapkan) (lampiran. 2)
c. Variabel Penggunaan alas kaki dengan 3 item pertanyaan, diperoleh nilai koefisien
korelasi >0,3 dan nilai alpha cronbach 0,6724 > 0,6 (memenuhi syarat yang telah
ditetapkan) (lampiran. 2).
d. Variabel kebersihan kuku dengan 3 item pertanyaan, diperoleh nilai koefisien
korelasi >0,3 dan nilai alpha cronbach 0,7854 > 0,6 (memenuhi syarat yang telah
ditetapkan) (lampiran. 2).
e. Variabel pengetahuan dengan 10 item pertanyaan, diperoleh nilai koefisien korelasi
>0,3 dan nilai alpha cronbach 0,8620 > 0,6 (memenuhi syarat yang telah
ditetapkan) (lampiran. 2).
f. Variabel sikap dengan 10 item pertanyaan, diperoleh nilai koefisien korelasi >0,3
dan nilai alpha cronbach 0,8532 > 0,6 (memenuhi syarat yang telah ditetapkan)
(lampiran. 2).
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
3.4.2. Metode Pemeriksaan Faeses
Sebelum pemeriksaan faeces dilakukan terlebih dahulu pot faeces dibagikan
kepada responden sehari sebelum dilakukan pemeriksaan kemudian pagi harinya
dikumpulkan kembali lalu faeses di bawa ke laboratorium. Metode yang digunakan
memeriksa faeces untuk menentukan seseorang terinfeksi kecacingan atau tidak
digunakan metode Tebal Kato Katz, prosedurnya adalah sebagai berikut :
1. Gelas Objek yang biasa
2. Kertas cellophane yang hydropilik,ukuran 22 x 40 mm direndam dalam
larutan kato untuk waktu paling sedikit 24 jam lamanya sebelum dapat
dipakai.
3. Larutan kato (50 ml glycerin, 50 ml phenol 6%, 0.6 ml larutan malchite green
dalam air 3%).
2. Cara Kerja :
- Letakkan tinja sebesar biji kacang kedelai (100 mg) di atas objek yang bersih.
- Tutup tinja dengan sepotong kertas Cellophone yang telah disiapkan.
- Ratakan dengan cara menekan tinja dengan benda yang tumpul sampai
tersebar rata dibawah kertas Cellophone tersebut, jagalah jangan sampai ada
tinja yang keluar dari tepi kertas Cellophone tersebut.
- Biarkan preparat tersebut selama 15 menit dalam suhu kamar (28 32 C)
kemudian diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 kali atau
400 kali.
-
Jalaluddin : Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Hygiene Dan Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar Di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe, 2009 USU Repository 2008
3. Hasil.
a. Faeces : Positif (+) ditemukan telur cacing
b. Faeces : Negatif (-) tidak ditemukan telur cacing.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1. Variabel
Variabel independen dalam penelitian ini adalah sanitasi lingkungan (rumah,
dan sekolah), personal hygiene (kebersihan kuku, kebiasaan cuci tangan, penggunaan
alas kaki) karakteristik anak (pengetahuan, sikap, umur, jenis kelamin dan
penghasilan orang tua) dan Variabel dependen adalah Infeksi Kecacingan.
3.5.2. Definisi Operasional
a. Sanitasi lingkungan rumah adalah kondisi ke