06110099-eltafiyanal-haqqo
TRANSCRIPT
i
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) BANYUWANGI
SKRIPSI
Diajukan kepada
Dekan Fakultas Tarbiyah
untuk memenuhi salah satu syarat dalam
Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.P.d.I)
Oleh:
ELTAFIYANAL HAQQO NIM. 06110099
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MAL ANG MEI
2010
ii
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) BANYUWANGI
SKRIPSI
Diajukan kepada
Dekan Fakultas Tarbiyah
untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh:
ELTAFIYANAL HAQQO NIM. 06110099
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MAL ANG MEI
2010
iii
HALAMAN PENGESAHAN
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) BANYUWANGI
Dipertahankan di Depan Dosen Penguji Skripsi
dan Dinyatakan lulus sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S. Pd.I)
Tanggal: 19 April 2010
SUSUNAN PENGUJI TANDA TANGAN
1. Prof.Dr.H.Muhaimin, MA (KETUA PENGUJI) ……………………. NIP. 195612111983031005
2. Triyo Supriyatno, M,Ag (SEKERTARIS) …………………….
NIP. 197004272000031001
3. Prof.Dr.H.Muhaimin, MA (PEMBIMBING) …………………….
NIP. 195612111983031005
4. Prof.Dr.H.Baharrudin, M.Pd.I (PENGUJI UTAMA) …………………….
NIP. 195612311983031032
Mengesahkan
Dekan Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang
Dr. H. M. Zainuddin, MA NIP. 19620907 199503 1 001
iv
HALAMAN PERSETUJUAN
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) BANYUWANGI
SKRIPSI
OLEH:
ELTAFIYANAL HAQQO NIM. 06110099
Telah diperiksa dan disetujui oleh:
Dosen Pembimbing
Prof.Dr.H.Muhaimin, MA NIP.195612111983031005
Tanggal 08 April 2010
Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Drs. Moh. Padil, M. Pd.I NIP. 19651205199401003
v
MOTTO
Anda wajib mensyukuri apapun yang menimpa anda. Ini bukan masalah keberuntungan. Bersyukur menuntut anda untuk senantiasa menyingkirkan sisi negative dari hidup. Orang lain mungkin mengatakan bahwa anda tidak realistis, yaitu membebaskan diri anda dari kecemasan atau kesalahan.
Bersyukur mendorong anda untuk bergerak maju dengan penuh antusias. Tak ada yang meringankan hidup anda selain sikap bersyukur, semakin banyak anda bersyukur semakin banyak anda menerima. Semakin banyak anda mengingkari, semakin berat beban
yang anda jejalkan pada diri anda. Lebih banyak orang terpaku kedalam kegagalan lalu mengingkarinya.
Sedikit sekali orang yang melihat pada keberhasilan lalu
mensyukurinya. Karena anda takkan berhasil karena berusaha, sedangkan usaha yang anda lakukan karena anda melihat sisi positif. Hanya dengan bersyukur sisi positif tampak di pandangan anda.
(Ir.Andi Muzaki, SH,MT. [email protected])
vi
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gerak kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah di tulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yayn secara tertulis di acu dalam naskah ini dan di
sebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, Eltafiyanal Haqqo
vii
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk
Orang-orang yang telah memberikan arti bagi hidupku
Dengan pengorbanan, kasih sayang dan ketulusannya.
Kepada kedua orang tuaku yang paling berjasa dalam hidupku dan selalu menjadi motivator
dan penyemangat dalam setiap langkahku untuk terus berproses menjadi insane kamil, Umi
tersayang dan Abi tersayang
Kepada kedua kakakku yang telah menjadikan hidupku lebih bermakna dan penuh warna
Kepada keluarga besar di banyuwangi dan mataram yang selalu memberi semangat
Kepada guru-guruku, dosen-dosenku yang telah memberikan ilmunya kepadaku
Teman-teman dan rekan-rekan di Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim yang tak dapat
disebutkan satu-satu yang telah memberikan warna dan canda tawa selama penulis ada
dirantau ini
Dan seseoarang yang jauh disana yang akan selalu menjadi imam sholatku
Terima kasih atas ketulusan dan keihlasannya dalam memberikan kasih sayang selama ini
sehingga menjadikan hidupku begitu indah dan lebih berarti, Kupersembahkan buah karya
sederhana ini kepada kalian semua hanya do’a dan harapan yang terucap:
Semoga Allah SWT memberikan kekuatan dan kemampuan kepadaku
untuk bisa mewujudkan apa yang kalian titipkan selama ini.
Dan semoga ku bisa menjadi yang terbaik bagi kalian
“Amien Ya Robbal Alamin”
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillah, tiada kata yang pantas dan patut penulis ungkapkan selain rasa syukur
ke hadirat Allah SWT “Sang Maha Cahaya” yang telah melimpahkan kasih-sayang-Nya yang
tiada batas, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis dalam bentuk skripsi ini dengan
mengambil judul “Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dDi SLB
PGRI Singojuruh Bnyuwangi”.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tetap terlimpahcurahkan kepada teladan suci
kita bersama Rasulullah Muhammad SAW, pemimpin dan pembimbing abadi umat. Karena,
melalui Beliaulah kita menemukan jalan yang terang benderang dalam mendaki puncak
tertinggi iman, dari gunung tertinggi Islam.
Penulis menyadari bahwa baik dalam perjalanan studi maupun dalam penyelesaian
skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya,
permohonan maaf, dan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang dengan ikhlas memberikan dorongan baik moril,
materiil, dan spirituil.
2. Bapak Prof. DR. H. Imam Suprayogo, selaku rektor Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang.
3. Bapak Dr. H. M. Zainuddin, MA, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah, dan Bapak Drs.
Padil, M. Pdi., selaku Kepala Jurusan Fakultas Tarbiyah beserta segenap dosen
Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang dengan ikhlas telah
membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.
4. Bapak Prof. Dr. H. Muhaimin, MA. yang dengan ikhlas membagikan waktu, tenaga,
dan fikiran Beliau dalam upaya memberikan bimbingan, petunjuk, serta pengarahan
kepada penulis dalam proses mengerjakan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
5. Segenap staf perpustakaan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
yang dengan ikhlas membantu menyediakan buku-buku literatur yang penulis
butuhkan.
6. Kepala Sekolah, guru, dan segenap siswa SLB PGRI Singojuruh yang dengan ikhlas
membantu penulis dalam penelitian skripsi ini.
ix
7. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu yang telah
memberikan bantuan yang sangat bermanfaat bagi penulis demi terselesainya
penyusunan skripsi ini.
Tiada ucapan yang dapat penulis haturkan kecuali “Jazaakumullah Ahsanal Jazaa”
semoga semua amal baiknya diterima oleh Allah SWT.
Dan akhirnya, penulis mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang
konstruktif dari pembaca demi memperbaiki karya tulis yang sederhana ini, semoga
skripsi ini dapat membawa manfaat bagi para pengkaji/pembaca dan bagi penulis
sendiri. Amin Ya Robbal ‘Alamin.
Malang, April 2010
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………………... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
ABSTRAK ...................................................................................................... xvi
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7
E. Penegasan Istilah …………………………………………………..... 8
F. Ruang Lingkup Pembahasan ............................................................... 10
G. Sistematikan Pembahasan ................................................................... 10
BAB II: KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ........................................... 12
xi
2. Dasar-dasar Pelaksanan Pendidikan Agama Islam ...................... 16
3. Tujuan Dan Fungsi Pendidikan Agama Islam ............................. 22
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam ............................................................. 26
5. Materi Pokok Dalam Pendidikan Agama Islam …………………. 30
B. Tinjauan Sekolah Luar Biasa (SLB)
1. Ruang Lingkup SLB
a. Pengertian Dan Ruang Lingkup SLB ............................................ 25
b. Tujuan Pendidikan Luar Biasa ...................................................... 28
c. Jenis Kelainan Peserta didik .......................................................... 29
d. Bentuk Satuan Pendidikan ............................................................ 31
e. Kurikulum ..................................................................................... 34
f. Peserta Didik Sekolah Luar Biasa ................................................. 35
g. Tenaga Kependidikan .................................................................... 37
2. Karakter dan Masalah Perkembangan Anak Tunarungu Wicara (Anak Dengan
Hendaya Pendengaran)
a. Pengertian dan klasifikasi gangguan pendengaran ........................ 42
b. PerkembanganKognitif Anak Tunarungu ...................................... 46
c. Perkembangan Emosional Anak Tunarungu ................................. 47
d. Perkembangan Sosial Anak Tunarungu …………………………. 48
e. Masalah-masalah dan Dampak Ketunarunguan Bagi Individu, Keluarga,
Masyarakat, dan Penyelenggara Pendidikan ……………………. 48
f. Faktor-faktor penghambat pembelajaran pada siswa tunarungu…...49
g. Upaya-upaya mengatasi faktor-faktor penghambat pembelajaran pada siswa
tunarungu ………………………………………………….... 52
xii
h. Metode Pengajaran Bahasa Bagi Anak Tunarungu Wicara ………....... 55
BAB III: METODE PENELITIAN
A Pendekatan Dan Jenis Penelitian ......................................................... 59
B Kehadiran Penelitian ........................................................................... 61
C Lokasi Penelitian .................................................................................. 61
D Data Dan Sumber Data ....................................................................... 61
E Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 62
F Analisis Data …………………………………………………………. 64
G Pengecekan Keabsahan Temuan ……………………………………... 67
H Tahap-tahap Penelitian ……………………………………………….. 68
BAB IV: PAPARAN HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang Objek Penelitian
1. Sejarah singkat Sekolah Luar Biasa PGRI .................................... 70
2. Visi dan Misi Sekolah Luar Biasa PGRI ....................................... 72
3. Identitas Sekolah Luar Biasa PGRI ............................................... 72
4. Kondisi Sekolah Luar Biasa PGRI ................................................ 73
5. Struktur Organisasi SLB PGRI Singojuruh .................................. 75
6. Pengelolaan Kurikulum …………………………...……………. 76
B. Paparan Data ……………………………....……………................... 81
BAB V: PEMBAHASAN
1. Tujuan Akhir Pembelajaran PAI di SLB ..................................... 88
2. Materi PAI yang di ajarkan di SLB ............................................... 89
3. Penggunaan metode pembelajaran di SLB .................................. 90
4. Penilaian yang di lakukan di SLB ……………………………….9
xiii
BAB VI: PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 93
B. Saran ................................................................................................ 94
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Komponen pembelajaran PAI
Tabel 2.2 Klasifikasi dan hubungan antar komponen pembelajaran PAI
Tabel 2.3 Model pembelajaran anak berkebutuhan khusus / SLB
Tabel 4.1 Data Siswa SMPLB PGRI
Tabel 4.2 Data Guru SLB PGRI Singojuruh
Tabel 4.3 Keadaan Sarana dan Prasarana
Tabel 4.4 Struktur Organisasi SLB PGRI
Tabel 4.5 Struktur Kurikulum SMPLB PGRI Singojuruh untuk Tunanetra
Tabel 4.6 Struktur Kurikulum SMPLB PGRI Singojuruh untuk Tuna rungu
Tabel 4.7 Struktur Kurikulum SMPLB PGRI Singojuruh untuk Tuna grahita
Tabel 4.8 Struktur Kurikulum SMPLB PGRI Singojuruh untuk Tuna daksa
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Transkip Hasil Wawancara
Lampiran 2 Denah SLB PGRI Singojuruh
xv
Lampiran 3 Instrumen Observasi
Lampiran 4 Instrumen Dokumentasi
Lampiran 5 Rencana Pekan Efektif Tahun Pembelajaran
Lampiran 6 Program Tahunan
Lampiran 7 Program Semester
Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 9 Abjad Jari
Lampiran 10 Foto Keadaan Slb Pgri Singojuruh
xvi
ABSTRAK
Eltafiyanal, Haqqo. 2010. pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB PGRI Singojuruh Banyuwangi. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, UIN Malang. Dosen Pembimbing: Prof.Dr.H.Muhaimin, MA
Keyword : Pendidikan Agama Islam, Sekolah luar biasa (SLB) Anak berkebutuhan khusus (ABK) atau anak luar biasa adalah anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK atau kebutuhan khusus antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing.
Karena itu yang menjadi latar belakang penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah luar biasa, mengenai bagaimana pelaksanaan pendidikan agama islam dan apa hal yang dicapai dari pelaksanaan PAI tersebut, berangkat dari permasalahan di atas, maka secara umum permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu, bagaimana pencapaian tujuan akhir pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB Banyuwangi?, materi apa yang diajarkan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB Banyuwangi?, bagaimana metode pengajaran di SLB Banyuwangi?, bagaimana evaluasi atau penilaian yang di gunakan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB banyuwangi?
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengambil latar belakang di SLB PGRI Singojuruh Banyuwangi. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi atau pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan dan dari makna itulah ditarik kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama islam yaitu tentang pencapaian tujuan pembelajaran pendidikan agama islam di SLB PGRI adalah agar siswa-siswanya menjadi pribadi yang berbudi pekerti luhur, beriman dan bertakwa kepada Allah. serta dapat menerapkan ajaran agama yang telah dipelajarinya dalam kehidupan di masa sekarang dan masa yang akan datang, dalam penggunaan materi di SLB PGRI sama masih menggunakan materi yang ada di sekolah normal lainnya, sedangkan penggunaan metode dilihat dari kebutuhan siswanya yang mengalami ketunaan karena itu guru selain menggunakan metode hkusus bagi mereka juga menggunakan metode-metode umum lainnya yang digunakan di sekolah normal lainnya, dan evaluasi nya menggunakan tes dan non tes. Jadi dapat di simpilkan bahwa sebenarnya pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB PGRI Singojuruh dan di sekolah normal lainnya tidak berbeda jauh akan tetapi yang membedakan adalah kelainan fisik mereka.
xvii
Dari hasil penelitian ini, peneliti memberikan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan, antara lain: Bagi para terapis atau pengajar diharapkan untuk mampu meningkatkan keuletan dan ketelatenan dalam mendidik anak didiknya serta pandai pula menggunakan metode dan memanfaatkan fasilitas yang sesuai dengan tujuan pembelajaran agar anak didik tidak mengalami kejenuhan dalam aktivitas belajar mengajar, bagi para pengurus lembaga hendaknya lebih giat lagi untuk melakukan sosialisasi/promosi kepada masyarakat luas, agar supaya masyarakat lebih mengenal akan keberadaan SLB PGRI Singojuruh, sehingga dengan sendirinya nanti mampu mendatangkan donator-donatur yang bisa memfasilitasi akan kebutuhan sarana dan prasarana yang dirasa masih kurang, hendaknya tiap ruangan/kelas yang digunakan selama proses kegiatan belajar berlangsung dilengkapi dengan akseroris/hiasan-hiasan yang membuat suasana menjadi menarik dan indah, semisal: gambar, mainan, tape recorder dll. Sehingga dengan sendirinya anak bisa melatih kemampuan motoriknya dan komunikasi, kiranya media pembelajaran yang telah ada selama ini perlu adanya penambahan lagi, agar supaya anak lebih kreatif dan tidak merasa bosan dalam menggunakan alat/media belajar yang ada.
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah hak seluruh warga negara tanpa membedakan asal-usul, status
sosial ekonomi, maupun keadaan fisik seseorang, termasuk anak-anak yang mempunyai
kelainan/ berkebutuhan khusus sebagaimana di amanatkan dalam UUD Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, hak anak untuk memperoleh pendidikan
dijamin penuh tanpa adanya diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan
atau anak yang berkebutuhan khusus.
Anak berkebutuhan khusus dianggap berbeda dengan anak normal. Mereka
dianggap sosok yang tidak berdaya, sehingga perlu dibantu dan dikasihani. Pandangan ini
tidak sepenuhnya benar sangat merugikan anak-anak berkebutuhan khusus secara
realistis, dengan melihat apa yang dapat dikerjakan oleh masing-masing anak. Setiap anak
mempunyai kekurangan namun sekaligus mempunyai kelebihan. Oleh karena itu, dalam
memandang anak berkebutuhan khusus, haruslah melihat dari segi kemampuan sekaligus
ketidakmampuannya.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut telah disediakan berbagai bentuk layanan
pendidikan (sekolah) bagi mereka yaitu Pendidikan Luar Biasa yang merupakan
pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental social dan/atau memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa. Tujuannya agar anak-anak tersebut mampu
mengembangkan pengetahuan sikap dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota
masyarakat sehingga mampu hidup mandiri dan mengadakan interaksi dengan lingkungan
social di sekitarnya. Banyak yang mengira proses pendidikan bagi anak berkebutuhan
khusus, hanya sekadarnya saja, tanpa menyentuh sisi praktik lantaran dengan kekurangan
xix
yang dimiliki. namun siapa sangka, dari kekurangan dan kelemahan yang melekat pada
siswa berkebutuhan khusus ini, menjadikan pola pendidikan lebih terfokus pada sistem
kemandirian.
Begitu juga dengan perkembangan agama pada seseorang sangat ditentukan oleh
pendidikan dan pengamalan hidup sejak kecil, baik dalam keluarga, sekolah, maupun
dalam lingkungan masyarakat, terutama anak-anak berkebutuhan khusus. Oleh sebab itu
pendidikan agama Islam harus ditanamkan dalam pribadi anak sejak lahir bahkan sejak
dalam kandungan dan kemudian hendaklah dilanjutkan pembinaan pendidikan tersebut
disekolah, mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
Seperti yang dijelaskan oleh Abu Ahmadi bahwa penanaman nilai-nilai agama
Islam sejak dini sangatlah diperlukan guna mendukung dan mewujudkan tujuan dari
pendidikan agama Islam. Terutama pada masa seperti saat ini, di mana multi krisis telah
sangat akrab dengan kehidupan kita, khususnya masalah krisis moral. Selain itu, agama
Islam memuat ajaran tentang tata hidup yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.
Atau, dengan kata lain bahwa ajaran Islam berisi pedoman–pedoman pokok yang harus
digunakan untuk menyiapkan kehidupan yang sejahtera di dunia sekarang dan di akhirat
nanti. 1
Dengan demikian, peran guru agama Islam di sekolah sangat berpengaruh dalam
pembinaan karakter/ kepribadian siswa yang dididiknya. Sebab materi pendidikan agama
yang diajarkan lebih sering menyentuh masalah moral dan perilaku manusia baik sebagai
makhluk individu maupun makhluk sosial. Dalam hal ini, guru agama diharapkaan dapat
mengembangkan potensi positif yang dimiliki oleh setiap siswanya. Karena pada
dasarnya setiap insan itu membawa potensi kebaikan sebagaimana telah disabdakan
Rasulullah saw
1 Ahmadi, A. dan Uhbiyatti, N. 2001. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Rineka Cipta. h. 110
xx
� أ�� أ����� ا���ه�ى � ���� أ����� ��ان ������� ! �� �� )�ل :)�ل �& ا% ر#� ه���ة أ�� أن� ا������
آ�� ��>8;��& أو ��:8�ا�& أو 8�9�دا�& 67��ا5 ا34��ة ( ���� إ�1 .���د .� .� و! �, +& ا% * (� ا% ر!�ل
>?�@ �� ا��9+��+9� �ء .� F@ �9+7;��ن هD E��Cء �D. )�. G+F* ري�I�آ?�ب ا� �K��<إذا ,1270 :ر), ,ا�
) ا�:�� أ! ,
Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Tiada seorang anak pun yang dilahirkan kecuali dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi sebagaimana binatang ternak yang dicocok hidungnya dan apakah kamu menganggap hal itu sebagai suatu paksaan"(H.R. Bukhori, Kitab Jenazah, no 1270, Bab ketika seorang anak masuk Islam).2
Karena itu dalam rangka membekali anak luar biasa pendidikan agama islam itu
sangatlah penting guna membina rohani mereka, walaupun jasmani mereka cacat akan
tetapi jiwa mereka masih sehat dan butuh akan adanya pendidikan agama islam untuk
memenuhi kebutuhan spiritual mereka agar mereka tidak terlalu minder dan psimis
karena ketidaksempurnaan dalam tubuh mereka. Dengan adanya pendidikan agama islam
mereka akan diajarkan tentang syukur kepada tuhan yang maha kuasa atas segala apa
yang telah diberikan kepada kita semua.
Dari berbagai masalah itulah, penulis merasa tertarik untuk meneliti pelaksanaan
pembelajaran PAI sekolah luar biasa yang dikembangkan di SLB PGRI Singojuruh.
Bagaimana SLB PGRI Singojuruh menjalankan proses pembelajaran dan pendidikan bagi
siswa-siswinya yang berkelainan, bagaimana para guru melakukan pembelajaran di kelas
dalam menghadapi siswanya yang berkelainan, bagaimanan metode yang di gunakan
dalam pembelajaran agar anak berkebutuhan khusus merasa senang dalam proses
pembelajaran di kelas dan tidak merasakan kejenuhan dalam belajar, materi yang di
ajarkan apa saja dalam pengembangan pribadinya menjadi seorang muslim, dan
bagaimana evaluasi pembelajaran dilakukan kepada anak berkebutuhan khusus yang daya
2Bukhori.1992. Shohih Bukhori. Beirut-Libanon: Darul Kutub Al-Ilmiyah
xxi
serap ingatannya tidak begitu tajam atau bertahan lama. Semua itu menarik untuk
dibicarakan dan diteliti lebih lanjut guna lebih meningkatkan taraf pendidikan anak
bangsa, membuka wawasan tentang sekolah luar biasa atau inklusi, dan bertujuan untuk
memberikan pandangan baru terhadap masyarakat bahwa anak yang mempunyai
ketunaan tidak harus bersekolah di SLB. Ada sekolah yang bisa mengajar dan mendidik
mereka dengan sistem inklusi, sehingga mereka dapat bergaul dengan semua kalangan
yang akan meningkatkan kedewasaan dan kemandirian mereka. Maka dari itu penulis
mencoba mengangkat sebuah judul ”Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Di SLB Banyuwangi”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pencapaian tujuan akhir pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB
Banyuwangi?
2. Materi apa yang diajarkan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB
Banyuwangi?
3. Bagaimana metode pengajaran di SLB Banyuwangi ?
4. Bagaimana evaluasi atau penilaian yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan
agama Islam di SLB banyuwangi?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB
Banyuwangi
2. Untuk mengetahui Materi yang diajarkan dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam di SLB Banyuwangi
3. Untuk mengetahui strategi / metode yang digunakan dalam pelaksanaan
pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB Banyuwangi
xxii
4. Untuk mengetahui evaluasi atau penilaian dalam pembelajaran pendidikan agama
Islam di SLB banyuwangi
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat didalam bidang akademis dan non
akademis:
1. Bidang akademis
• Bagi penulis adalah memperluas dan memberikan kontribusi pemikiran kepada
masyarakat sebagai bagian dari cakrawala ilmu pengetahuan yang diciptakan oleh
Tuhan Yang Maha Esa terutama berkaitan dengan perkembangan dan pengembangan
pemikiran Pendidikan Agama Islam.
• Bagi lembaga pendidikan sebagai informasi dan masukan dalam meningkatkan
kualitas output lembaga pendidikan.
• Sebagai kontribusi peneliti selanjutnya dalam mengadakan penelitian.
2. Bidang non akademis
• Memberikan pemahaman dan informasi yang relatif mudah bagi pendidik Pendidikan
pada umumnya dan pendidikan Agama Islam pada khususnya serta menambah
perbehandaraan konsep keilmuan tentang dunia pendidikan terutama Pendidikan
Agama Islam.
• Bagi perkembangan dalam pendidikan Islam selanjutnya sebagai kontribusi nuansa
dan wacana baru bagi perkembangan dan pengembangan ilmu dan konsep
pendidikan.
E. Penegasan Istilah Judul Dan Batasan Masalah
Adapun defenisi dan batasan istilah yang terkait dengan judul skripsi ini
sebagaimana berikut:
1. Pendidikan Agama Islam.
xxiii
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama
Islam yang dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam
hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan
persatuan bangsa.
Sedangkan dalam perspektif Islam, pendidikan dikenal dengan beberapa istilah,
yaitu: Tarbiyah, Ta’lim, dan Ta’dib. Menurut Zuhairini bahwa pengertian pendidikan
agama adalah usaha berupa bimbingan ke arah pertumbuhan kepribadian peserta didik
secara sistematis dan pragmatis supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam,
sehingga terjalin kebahagiaan di dunia dan di akherat.
Sementara itu, Hasan Langgulung merumuskan pendidikan Islam sebagai suatu
proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, pemindahan pengetahuan dan
nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal didunia dan
memetik hasilnya di akherat".
Secara garis besar pendidikan Islam merupakan suatu proses pembentukan
individu berdsarkan ajaran–ajaran Islam yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi
Muhammmad SAW Melalui proses dimana individu dibentuk agar dapat mencapai
derajat yang tinggi sehingga ia mampu menunaikan tugasnya sebagai kholifah dimuka
bumi, yang dalam rangka lebih lanjut mewujudkan kebahagiaan dunia dan akherat.3
Tegasnya, senada dengan apa yang dikemukakan Ahmad D. Mariban, "Pendidikan Islam
adalah bimbingan jasmani dan rohani menuju kepada terbentuknya kepribadian utama
menurut ukuran-ukuran Islam".4
2. Sekolah Luar Biasa
3 Hasan Langgulung. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam (Bandung: Al-Ma'arif, 1980) Hal 94.
4 Ahmad D. Marimba. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Al-Ma'arif, 1980) hal. 23.
xxiv
Pendidikan Luar Biasa disebut juga Pendidikan Khusus yang dalam bahasa inggris
disebut Special Education. Pendidikan Luar Biasa disebut juga Ortopedagogik yang
berasal dari bahasa belanda, Orthopaedagogiek. Ortopedagogik berasal dari bahasa
yunani, ortos artinya lurus atau baik atau sembuh atau normal, paedos artinya anak, dan
agogos artinya pendidikan atau pimpinan dan bimbingan. Dengan demikian pendidikan
luar biasa atau pendidikan khusus atau pendidikan ortopedagogik dapat diartikan sebagai
pendidikan yang bersifat meluruskan, memperbaiki, menyembuhkan, atau menormalkan.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini yakni tentang Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SLB tunarungu PGRI Singojuruh Banyuwangi, sebenarnya dalam SLB
ini menampung untuk semua anak yang memiliki kelainan fisik atau anak berkebutuhan
khusus akan tetapi dalam SLB ini kebanyakan dihuni oleh anak-anak yang mengalami
hendaya pendengaran atau tunarungu. Namun karena adanya keterbatasan waktu, tenaga,
dana, dan kemampuan yang dimiliki penulis, maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi
pada masalah sebagai berikut ini:
1. Karakteristik lokasi penelitian, yakni mengenai gambaran umum tentang lokasi
tersebut yang meliputi sejarah berdirinya SLB PGRI, struktur organisasi, dan data-
data lain yang diperlukan dalam penelitian.
2. Bidang studi yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah pendidikan agama
islam.
3. Tunarungu yang menjadi sasaran adalah anak tunarungu yang beragama islam.
xxv
G. Sistematika Penulisan Laporan Dan Pembahasan
Untuk mempermudah penulisan dan pemahaman secara menyeluruh tentang
penelitian ini, maka sistematika penulisan laporan dan pembahasannya disusun sebagai
berikut:
BAB I : Pendahuluan, terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah Judul, Ruang Lingkup Penelitian Dan
Sistematika Penulisan
BAB II : Kajian Pustaka, difokuskan pada pendidikan agama islam yang di dalam nya
mencakup, pengertian pendidikan agama islam, tujuan dan fungsi pendidikan agama
islam, faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran pendidikan agama islam, dasar-
dasar pelaksanaan pendidikan agama islam, pendidikan agama islam di sekolah, tinjaun
tentang sekolah luar biasa dan karakteristik dan masalah pada anak tunarungu
BAB III : Metode Penelitian, terdiri dari: Pendekatan dan Jenis penelitian, Kehadiran
Peneliti, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan
Keabsahan Temuan, dan Tahap-tahap Penelitian.
BAB IV :Laporan Hasil Penelitian, terdiri dari: A. Latar Belakang Objek Penelitian. B.
Hasil Penelitian
BAB V : Pembahasan
BAB VI : Penutup, terdiri dari : Kesimpulan dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xxvi
BAB I I
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebelum peneliti membicarakan lebih jauh tentang pengertian pendidikan agama
Islam, alangkah baiknya kalau lebih dahulu peneliti menjabarkan apa sebenarnya arti
pendidikan. Menurut pakar-pakar baik secara etimologis atau termenologi.
a) Dari segi etimologis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani “paedagogike” ini
adalah majmuk yang terdiri dari kata “paes ” yang berarti “anak” dan kata “ago”
yang berarti “aku memberikan bimbingan”. Jadi paedagogike berarti aku
membimbing anak. Orang yang pekerjaannya membimbing anak dengan maksud
membawanya ketempat belajar, dalam bahsa Yunani di sebut “paedagogos”. Jika
kata ini diartikan secara simbolis, maka perbuatan membimbing seperti dikatakan
di atas itu, merupakan inti perbuatan mendidik yang tugasnya hanya membimbing
saja, dan kemudia pada saat itu harus melepaskan anak itu kembali (ke dalam
masyarakat).5
b) Dari segi esensialis, mendidik dapat dirumuskan, sebagai berikut:
1) Prof. Dr. M. Y. Langeveld: mendidik ialah mempengaruhi anak dalam
usahanya membimbing anak, agar supaya menjadi dewasa.
5Abu, Ahmadi, Ilmu Pendidikan (Jakarta: Renika Cipta, 1991), 70.
xxvii
2) Prof. Y. H. E. Y. Hoogeveld: mendidik adalah membantu anak, supaya
anak itu kelak cakap menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggungan
sendiri.
3) Dr. Sis Heyster: mendidik adalah membantu manusia dalam pertumbuhan,
agar kelak ia mendapat kebahagiaan batin yang sedalam-dalamnya yang
tercapai olehnya.
4) Prof. S. Brojonagoro: mendidik berarti memberi tuntunan kepada manusia
yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangannya, samapi
tercapainya kedewasaan dalam arti rohani dan jasmani.
Berdasarkan keempat rumusan tentang mendidik di atas, dapatlah disimpulkan
bahwa pendidikan adalah: pengaruh, bantuan atau tuntunan yang diberikan oleh orang
yang bertanggung jawab kepada siswa. Selanjutnya setiap rumusan di atas, nampak
adanya dua pengertian : tugas/fungsi mendidik dan intensi/tujuan mendidik. Dalam
intensi itulah kita dapatkan tugas membentuk terhadap pribadi siswa. Di samping tugas
membentuk pribadi, pendidikan masih mempunyai tugas lain ialah menyerahkan
kebudayaan kepada generasi berikutnya (muda). Di dalam penyerahan ini nampak adanya
sikap dari generasi muda itu: reseptif, selektif dan continous. Dengan adanya sikap-sikap
inilah maka di dalam setiap pergantian generasi selalu ada inovasi, selalu terdapat
perubahan dan perkembangan.6
Definisi-definisi yang telah disebutkan di atas adalah sebagai barometer untuk
mendefinisikan pendidikan agama Islam. Mengapa demikian? karena dalam
perkembangannya di Indonesia bahwa pendidikan agama Islam secara kurikulum berada
pada sub bagian dari bagian pendidikan umum. Oleh karena itu, peneliti mendefinisikan
6Ibid., 71.
xxviii
terlebih dahulu pengertian pendidikan secara umum, setelah itu membicarakan definisi
pendidikan agama Islam.
Pengertian pendidikan agama Islam yang terdapat dalam kurikulum pendidikan
agama Islam yang telah dikutip oleh Abdul Majid, et., adalah upaya sadar dan terencana
dalam menyiapkan siswa untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani,
ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain
dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga wujud kesatuan dan
persatuan bangsa.
Menurut Zakiyah Darajat yang terdapat dalam pendidikan agama Islam Berbasis
kompetensi, pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh
siswa agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati
tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai
pandangan hidup.7
Pendidikan agama Islam di dalam GBPP SLTP dan SMA mata pelajaran
pendidikan agama Islam Kurikulum tahun 1994 yang telah dikutip oleh Muhaimin 1996,
“dinyatakan bahwa yang dimaksud pendidikan agama Islam: usaha sadar untuk
menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama
Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan pelatihan dengan memperhatikan
tuntutan untuk menghormati orang lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama
dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.” 8
7Abdul, Majid, et. Al, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2004), 130. 8Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar (Surabaya: Citra Media, 1996), 1.
xxix
Azizy mengemukakan sebagaimana dikutip Abdul Majid, et.al., bahwa esensi
pendidikan yaitu proses adanya transfer nilai, pengetahuan, dan keterampilan dari
generasi tua kepada generasi muda agar mampu hidup.9
Dari pengertian tersebut dapat dikemukakan beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pembelajaran pendidikan agama Islam menurut Muhaimin dalam buku paradigma
pendidikan Islam yaitu :
a) Pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan,
pembelajaran/latihan yang dilakukan secara sadar dan terencana atas dasar
tujuan yang hendak dicapai.
b) Siswa yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan.
c) Pendidik atau guru pendidikan agama Islam (GPAI) yang melakukan kegiatan
bimbingan, pembelajaran/latihan seacara sadar terhadap siswa untuk mencapai
tujuan pendidikan agama Islam.
d) Kegiatan (pembelajaran) pendidikan agama Islam diarahkan untuk
meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran
pendidikan agama Islam dari siswa, yang di samping untuk membentuk
kesalahan pribadi atau kualitas pribadi, juga sekaligus untuk membentuk
kesalahan sosial. 10
2. Dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam
Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian muslim,
maka pendidikan agama Islam memerlukan asas atau dasar yang dijadikan landasan kerja.
9Abdul, Majid, et. Al, Op-Cit., 131. 10Muhaimin, et. Al, Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2004), 76.
xxx
Dengan dasar ini akan memberikan arah bagi pelaksanaan pendidikan agama Islam yang
telah diprogramkan.11
Adapun pelaksanaan pendidikan agama Islam mempunyai dasar yang kuat. Dapat
ditinjau dari berbagai segi, yaitu :
a. Dasar yuridis/hukum
Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal dari peraturan perundangan-
undangan. Yang secara langsung dan tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam
melaksanakan pendidikan agama di sekolah-sekolah ataupun di lembaga-lembaga
pendidikan formal di Indonesia.
Adapun dasar dari segi yuridis formal tersebut ada 3 macam, yaitu ;
1) Dasar Ideal
Yaitu dasar falsafah negara Pancasila, sila pertama: ketuhanan Yang Maha
Esa. Ini mengandung pengertian bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percaya
kepada Tuhan yang Maha Esa, atau tegasnya beragama.
2) Dasar Struktural/konstitusional
Yakni dasar UUD 1945 dalam Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi :
1) negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan
beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.
3) Dasar Oprasional
Yang dimaksud dengan dasar operasional adalah dasar yang secara langsung
mengatur pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah di Indonesia seperti yang
disebutkan pada Tap MPR No.IV/MPR/1973 yang dikokohkan kembali pada Tap
11Samsul, Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 34.
xxxi
MPR No. IV/MPR/1978 Jo Ketetapan MPR No. II/MPR?1983, ketetapan MPR No.
IV/MPR/1988, ketetapan MPR No. II/MPR/1993 tentang GBHN yang pada pokoknya
menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimaksudkan
dalam kurikulum sekolah-sekolah formal, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan
tinggi.
b. Dasar Religius
Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar-dasar yang bersumber dalam
agama Islam yang tertera dalam Al-Quran maupun Hadits Nabi. Menurut ajaran Islam,
bahwa melaksanakan pendidikan agama adalah merupakan perintah dari Tuhan dan
merupakan ibadah kepadanya.12
Menetapkan Al-Quran dan Hadits sebagai dasar pendidikan agama Islam bukan
hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata. Namun
justru karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh
nalar manusia dan dapat dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan.
Dalam pendidikan agama Islam, sunnah rasul mempunyai dua fungsi, yaitu: 1)
menjelaskan sistem pendidikan agama Islam yang terdapat dalam Al-Quran dan
menjelaskan hal-hal yang terdapat di dalamnya. 2) menyimpulkan metode pendidikan
dari kehidupan rasul bersama sahabat, perlakuannya terhadap anak-anak, dan pendidikan
keimanan yang pernah dilakukannya.13
Menurut ajaran Islam pendidikan adalah perintah Tuhan dan merupakan
perwujudan ibadah kepada-Nya. Dalam Al-Quran banyak ayat-ayat yang menunjukkan
adanya perintah tersebut, antara lain :
(1) Dalam surat Al-Alaq 4 -5 , yang berbunyi :
12Zuhairini, et. Al, Metodologi Pendidikan Agama (Surabaya: Ramadhani, 1993), 18-20. 13 Samsul, Nizar, Op-Cit., 34-35.
xxxii
“ Ï% ©!$# zΟ ‾= tæ ÉΟn= s) ø9 $$Î/ ∩⊆∪ zΟ ‾= tæ z≈ |¡Σ M} $# $tΒ óΟs9 ÷Λ s>÷ètƒ ∩∈∪
Artinya:Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.14 (2) Dalam surat An-Nahl 125 yang berbunyi :
äí÷Š $# 4’ n< Î) È≅‹ Î6y™ y7 În/u‘ Ïπyϑ õ3Ït ø: $$Î/ Ïπsà Ïã öθyϑ ø9 $#uρ ÏπuΖ |¡pt ø: $# ( Οßγø9 ω≈ y_uρ ÉL©9 $$Î/ }‘Ïδ ß|¡ômr& 4 ¨βÎ) y7 −/ u‘ uθèδ ÞΟ n= ôã r& yϑ Î/
¨≅ |Ê tã Ï&Î#‹ Î6y™ ( uθèδ uρ ÞΟ n= ôã r& tω tG ôγßϑ ø9 $$Î/ ∩⊇⊄∈∪
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.15 [845] Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
(3) Dalam surat At-Tahrim ayat 6, yang berbunyi :
$pκ š‰r' ‾≈ tƒ tÏ% ©!$# (#θãΖ tΒ#u (#þθè% ö/ ä3|¡à�Ρr& ö/ ä3‹Î= ÷δ r&uρ # Y‘$tΡ $yδ ߊθè% uρ â¨$Ζ9 $# äοu‘$yfÏt ø: $# uρ $pκ ö� n= tæ îπs3Í× ‾≈ n= tΒ ÔâŸξÏî ׊# y‰Ï© āω
tβθÝÁ÷ètƒ ©! $# !$tΒ öΝèδ t� tΒ r& tβθè= yèø� tƒuρ $tΒ tβρâ÷ s∆÷σ ム∩∉∪
Artinya: hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.16
Selain ayat-ayat tersebut, juga disebutkan dalam Hadits antara lain:
(a)
وعن عاهللاب د نب عرمال نوباصع ا رضمنهاهللا ع اهللا: ى لىأن النبى ص لعيه لوسالق م:
14 DEPAG RI, Al-Quran Dan TerjemahaNya (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1995), 1025. 15 DEPAG RI, Al-Quran Dan TerjemahaNya (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1995), 421.
16 DEPAG RI, Al-Quran Dan TerjemahaNya (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1995), 951.
xxxiii
ه دعقم وأبتيلا فدمعتى ملع بدكحرج، ومن الو لئيا رس ى إبن نوا عثدوح، ةي آ لوونى وا عبلغ
مه البخارىارو. ارالن ن.
Artinya: Abdullah bin Amru bin Al-Ash r.a. berkata: bersabda nabi SAW. Sampaikanlah ajaranku walaupun hanya satu ayat, dan ceritakanlah Bani Isroil dengan tiada batas. Dan siapa yang berdusta atas namaku dengan segaja hendaknya menentukan tempatnya dalam api neraka. (HR. Bukhori)17
(b)
مامن مولود االيولد على الفطرة فابواه : عن ابى هريرة قال رسول اللة صلى اللة عليه وسلم
لناس عليها ال تبدل لخلق اهللا يهودانه اوينصرانه هو يمجسانه ثم يقول اقرؤا، فطرة اهللا التي فطرا
.دلك الدين القيم
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. katanya Rosullah bersabda : “tidak ada seorang pun jua anak yang baru lahir melainkan dia dalam keadaan suci bersih. Kedua orang tuanyalah yang menyebabkan Yahudi, Nasrani, atau Majusi”kemudian beliau bersabda, “bacalah ayat……………. Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu; tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus”.18
Ayat-ayat tersebut di atas memberikan pengertian kepada kita bahwa dalam ajaran
Islam memang ada perintah untuk mendidik agama. Baik pada keluarganya maupun
kepada orang lain sesuai dengan kemampuannya (walaupun hanya sedikit).
c. Dasar psikologi
Psikologi yaitu suatu yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan
bermasyarakat ini didasarkan bahwa dalam kehidupannya, manusia tidak sebagai individu
maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya
tidak tenang dan tidak tentram sehingga memerlukan pegangan hidup. Hal ini disebabkan
manusia memiliki fitrah keagamaan, yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitrah
17Salim, Bahreisj, Riadhus Shalim, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1987), 316. 18Ma’mur, Daud, Terjemahan Hadis Shahih Muslim, (Jakarta: Widjaya, 1993), 243.
xxxiv
manusia. Fitrah keagamaan yang ada dalam diri manusia akan membuat mereka inilah
yang melatarbelakangi perlunya manusia pada agama, maka seruan tersebut memang
sejalan dengan fitrah-nya.19
Manusia merasakan bahwa dalam jiwa-nya ada suatu perasaan yang mengakui
adanya Dzat Yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka meminta
pertolongan.
Hal semacam ini terjadi pada masyarakat yang masih primitif maupun masyarakat
modern. Mereka merasa tenang dan tentram hati-nya kalau mereka dapat mendekat dan
mengabdi kepada Dzat Yang Maha Kuasa.20 Hal semacam ini memang sesuai dengan
firman Allah dalam surat Ar-Ra’ad ayat 28, yang berbunyi:
tÏ% ©!$# (#θãΖ tΒ#u ’ È⌡uΚ ôÜ s?uρ Οßγç/θè= è% Ì� ø.É‹ Î/ «! $# 3 Ÿωr& Ì� ò2É‹ Î/ «! $# ’ È⌡yϑ ôÜ s? Ü>θè= à) ø9 $# ∩⊄∇∪
Artinya. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.21
3. Tujuan dan Fungsi pendidikan Agama Islam
Tujuan adalah suatu usaha yang diharapkan tercapai setelah usaha selesai
dilakukan. Karena pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan kegiatan yang berproses
melalui tahapan-tahapan serta tingkatan-tingkatan untuk mencapai tujuan. Tujuan
pendidikan bukanlah suatu yang berbentuk benda yang bersifat statis, tetapi merupakan
keseluruhan dari kepribadian seseorang yang berkenaan dengan seluruh aspek kehidupan.
Menurut Al-Syaibani menjabarkan tujuan pendidikan agama Islam mempunyai
tiga bagian yang saling berkaitan antar bagian.
19Abu, Dinata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2001), 16. 20Zuhairini, et. Al., Op-Cit., 21-22. 21 DEPAG RI, Al-Quran Dan TerjemahaNya (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1995), 408.
xxxv
a. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang
merupakan pengetahuan, tingkah laku, jasmani dan rohani, dan kemampuan-
kemampuan yang harus dimiliki di dunia dan di akhirat.
b. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku
masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan
masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.
c. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pembelajaran
sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.
Tujuan akhir pendidikan agama Islam menurut beliau adalah pembinaan akhlak,
menyiapkan siswa untuk hidup di dunia dan di akhirat, penguasaan ilmu, dan
keterampilan bekerja dalam masyarakat.22
Sedangkan tujuan pendidikan agama Islam menurut beberapa pakar pendidikan
agama Islam, sebagai berikut :23
1) Menurut M. Fadhil al-Jamaly, tujuan pendidikan agama Islam menurut Al-Quran
meliputi ; (a) menjelaskan posisi siswa sebagai manusia diantara mahluk Allah yang
lainnya dan tanggung jawab dalam hidup ini. (b) menjelaskan hubungan sebagai
mahluk sosial dan tanggung jawabnya dalam tatanan kehidupan masyarakat. (c)
menjelaskan hubungan manusia dengan alam dan tugasnya untuk mengetahui hikmah
penciptaan dengan cara memakmurkan alam semesta. (d) menjelaskan hubungan
dengan khaliq sebagai pencipta alam semesta.
2) Menurut Munir Mursi menjabarkan tujuan pendidikan Islam menjadi sebagai berikut
ini. (a) Bahagia di dunia dan akhirat (b) menghambakan diri kepada Allah (c)
22Ahmad, Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (PT. R emaja RosdaKarya: Bandung, 2005), 49. 23Samsul, Nizar, Op-Cit.,36.
xxxvi
memperkuat ikatan keIslaman dan melayani kepentingan masyarakat Islam (d) akhlak
mulia.24
Berdasarkan penjabaran di atas merupakan tujuan pendidikan menurut Islam, atau
pendidikan yang didasarkan Islam, atau sistem pendidikan yang Islami, yakni pendidikan
dari ajaran-ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya,
yakni Al-Quran dan Al-Sunnah. Dari pengertian pertama ini, pendidikan Islam dapat
berwujud pemikiran dan teori pendidikan yang berdasarkan diri atau dibangun dan
dikembangkan dari sumber-sumber tersebut.25
Tujuan pendidikan agama Islam itu sendiri untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan,
pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia Muslim yang terus
berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat
melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.26
Hal ini sesuai dengan definisi pendidikan Agama Islam, yakni upaya mendidik
agama Islam atau ajaran agama Islam dan nilai-nilai-nya, agar menjadi way of life
seseorang. Dalam pengertian yang ini dapat berwujud. Segenap kegiatan yang dilakukan
seseorang untuk membantu seorang atau kelompok siswa dalam menanamkan dan atau
menumbuhkembangkan ajaran agama Islam dan nilai-nilai-nya untuk dijadikan sebagai
pegangan hidupnya, yang diwujudkan dalam sikap hidup dan dikembangkan dalam
keterampilan hidupnya sehari-hari.27
Tujuan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan agama Islam
adalah agar siswa memahami, menghayati, dan menyakini, dan mengamalkan ajaran
24Ibid.,37. 25Muhaimin, et. al., Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), 7. 26Abdul, Majid, et. Al., Op-Cit., 135. 27Muhaimin, “Pengembang”, Loc-Cit..,
xxxvii
agama Islam, sehingga menjadi Muslim yang beriman, bertaqwa kepada Allah Swt dan
berakhlak mulia. Dengan kata lain bahwa pendidikan agama Islam bertujuan untuk
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Untuk itu fungsi pendidikan agama Islam menurut kurikulum pendidikan agama
Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut:
a) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa kepada Allah
Swt yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
b) Penanaman nilai, sebagai pedoman untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan
di akhirat.
c) Penguasaan mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya
sesuai dengan ajaran agama Islam.
d) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-
kekurangan dan kelemahan siswa dalam kenyakinan, pemahaman dan
pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari .
e) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau
budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangan
menuju manusia Indonesia seutuhnya.
f) Pembelajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum, sistem dan
fungsionalnya.
g) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khususnya
agama Islam agar berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk
dirinya sendiri dan orang lain.28
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
28Abdul, Majid, et. Al., “Pendidikan” Loc-Cit.,
xxxviii
Pembelajaran terkait dengan bagaimana (how to) membelajarkan siswa atau
bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya
sendiri untuk mempelajari apa (what to) yang berkualitas dalam kurikulum sebagai
kebutuhan (needs) siswa. Karena itu, pembelajaran berupaya menjabarkan nilai-nilai yang
terkandung di dalam kurikulum dengan menganalisis tujuan pembelajaran dan
karakteristik isi bidang studi pendidikan agama yang terkandung di dalam kurikulum,
yang menurut Sujanadi disebut dengan kurikulum ideal/potensil.
Pembelajaran terdapat komponen utama yang saling berpengaruh dalam proses
pembelajaran pendidikan agama. Adapun komponen tersebut ada tiga komponen yaitu :
(1) kondisi pembelajaran pendidikan agama ; (2) metode pembelajaran pendidikan
agama; dan (3) hasil pembelajaran pendidikan agama. Ketiga komponen tersebut
memiliki interaksi tergambar berikut ini:
Gambar 2.1 Komponen pembelajaran PAI
a. Kondisi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan metode dalam
meningkatkan hasil pembelajaran pendidikan agama Islam. Faktor kondisi ini berinteraksi
Kondisi Pembelajaran
2
1 Hasil Pembelajaran
Metode Pembelajaran
xxxix
dengan pemilihan, penerapan, dan pengembangan metode pembelajaran pendidikan
agama Islam karena pada dasarnya, komponen ini sudah ada dan tidak dapat
dimanipulasi. Dan kondisi pembelajaran pendidikan agama Islam ini, dapat
diklasifikasikan menjadi tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam, karakteristik
bidang studi pendidikan agama Islam, karakteristik siswa, dan kendala pembelajaran
pendidikan agama Islam.
b. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Adalah cara-cara tertentu yang paling cocok untuk dapat digunakan dala mencapai
hasil-hasil pembelajaran pendidikan agama Islam yang berada dalam kondisi
pembelajaran tertentu. Karena itu, metode pembelajaran pendidikan agama Islam dapat
berbeda-beda menyesuaikan dengan hasil pembelajaran dan kondisi pembelajaran yang
berbeda-beda pula. Untuk itu metode pembelajaran yang dikembangkan dapat ditekankan
pada penataan sumber belajar yang lebih banyak memberikan kesempatan tersebut dapat
dipilih, ditetapkan, dan dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik bidang studi
pendidikan agama Islam, sumber belajar pendidikan agama Islam yang tersedia, dan
tingkat pertumbuhan dan perkembangan siswa.
c. Hasil pembelajaran
Adalah mencakup semua akibat dapat dijadikan tentang nilai dari penggunaan
metode pembelajaran pendidikan agama Islam di bawah kondisi pembelajaran yang
berbeda. Hasil pembelajaran pendidikan agama Islam dapat berupa hasil nyata (actual
out-comes) dan hasil yang diinginkan (desired out-comes). Actual out-comes adalah hasil
belajar pendidikan agama Islam yang dicapai siswa secara nyata karena digunakannya
suatu metode pembelajaran pendidikan agama Islam tertentu yang dikembangkan sesuai
dengan kondisi yang ada. Sedangkan desired out-comes merupakan tujuan yang ingin
dicapai yang biasanya sering mempengaruhi keputusan perancang pembelajaran
xl
pendidikan agama Islam dalam melakukan pemilihan suatu metode pembelajaran yang
paling baik untuk digunakan sesuai dengan kondisi pembelajaran yang ada.
Adapun klasifikasi dan hubungan antar komponen yang mempengaruhi
pembelajaran pendidikan agama Islam tersebut dapat digambarkan dalam bagan berikut :
Gambar 2.2 Klasifikasi dan hubungan antar komponen pembelajaran PAI
Pembagian komponen pembelajaran pendidikan agama Islam
(adaptasi dari Reigeluth dan Stein, 1983 dalam Degeng, 1989)
Dari diagram tersebut, dapat diuraikan lebih rinci megenai ketiga komponen
utama faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran pendidikan agama Islam tersebut.
Uraian ini akan diawali dari komponen kondisi pembelajaran pendidikan agama Islam,
kemudian pembelajaran sebagai faktor penentu kualitas pembelajaran pendidikan agama
Islam, selanjutnya komponen hasil pembelajaran pendidikan agama Islam.
Kondisi
Metode
Hasil
Tujuan dan karak Kendala sumber karakteristik Teristik bidang belajar dan karak Siswa Studi PAI bidang studi
Strategi Peng Strategi Strategi Organisasian penyampaian Pengegolaa Pend. Agama Pend. Agama Pend. Agama
Kefektifan, efisiensi, dan daya tarik Pembelajaran pendidikan agama Islam
xli
Uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tiga komponen tersebut sangat
memberi pengaruh terhadap pencapaian keberhasilan pembelajaran pendidikan agama
Islam, dan ketiga komponen tersebut saling berkaitan anata yang satu dengan yang
lainnya. Karena dari tiga hal tersebut dapat dihasilkan sesuatu hal pembelajaran
pendidikan agama Islam yang efektif, efisien dan menarik apabila adanya suatu aktivitas
yang profesional dari tiga komponen tersebut.29
5. Materi Pokok Dalam Pendidikan Agama Islam
Sebagaimana diketahui, bahwa inti ajaran pokok islam meliputi, masalah
keimanan (aqidah), masalah keislaman (syari’ah), dan masalah ikhsan (akhlak) yang di
uraikan sebagai berikut:
a. Aqidah adalah bersifat I’tiqad batin, mengajarkan keesaan Allah, Esa sebagai
Tuhan yang mencipta, mengatur dan meniadakan alam ini.
b. Syri’ah adalah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka menta’ati semua
peraturan dan hukum tuhan, guna mengatur hubungan antara manusia dengan
tuhan, dan mengatur pergaulan hidup dan kehidupan manusia.
c. Akhlak adalh suatu amalan yang bersifat pelengkap penyempurna bagi kedua
amal diatas dan yang mengajarkan tentang cara pergaulan hidup manusia.
Tiga inti ajaran islam itu kemudian dijabarkan dalam bentuk rukun iman, rukun
islam dan akhlak, serta beberapa keilmuan tauhid, ilmu fiqih dan ilmu akhlak. Ketiga
kelompok ilmu agama itu kemudian dilengkapai dengan pembahasan dasar hukum islam
yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits, sertaditambah lagi dengna sejarah islam (tarikh), sehingga
secara berurutan: (a) ilmu tauhid/keimanan, (b) ilmu fiqih, (c) Al-Qur’an, (d) Al-Hadits,
(e) Akhlak, dan Tarikh islam.
29 Muhaimin, Op-Cit., 145-149.
xlii
B. Tinjauan Tentang Sekolah Luar Biasa
1. Ruang Lingkup Sekolah Luar Biasa (SLB)
a. Pengertian Sekolah Luar Biasa (SLB)
Pendidikan Luar Biasa disebut juga Pendidikan Khusus yang dalam bahasa inggris
disebut Special Education. Pendidikan Luar Biasa disebut juga Ortopedagogik yang
berasal dari bahasa belanda, Orthopaedagogiek. Ortopedagogik berasal dari bahasa
yunani, ortos artinya lurus atau baik atau sembuh atau normal, paedos artinya anak, dan
agogos artinya pendidikan atau pimpinan dan bimbingan. Dengan demikian pendidikan
luar biasa atau pendidikan khusus atau pendidikan ortopedagogik dapat diartikan sebagai
pendidikan yang bersifat meluruskan, memperbaiki, menyembuhkan, atau
menormalkan.30
Dalam buku Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI NO.2 Th.
1989) dan Peraturan Pelaksanaannya, serta di Peraturan Pemerintah Republik nIndonesia
NO.72 Tahun 1991 Tanggal 31 Desember 1991 tentang pendidikan luar biasa, yang
dimaksud dengan:
1) Pendidikan luar biasa adalah pendidikan yang khusus di selengggarakan bagi
peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan atau mental.
2) Satuan pendidikan luar biasa adalah sekolah yang menyelenggarakan pendidikan
luar biasa.
3) Rehabilitas adalah upaya bantuan medik, social, pendidikan dan keterampilan
yang terkoordinasi untuk melatih peserat didik yang menyandang kelainan agar
dapat mencapai kemampuan funsionalnya setinggi mungkin.
4) Anak didik adalah peserta didik pada taman kanak-kanak luar biasa.
30 Wahyu Sri Ambar Arum, Perspektif Pendidikan Luar Biasa Dan Implikasinya Bagi Penyiapan ketenagaan pendidikan (Jakarta: Depdiknas, 2005), hlm.46.
xliii
5) Siswa adalah peserta didik pada Sekolah Dasar Luar Boiasa, Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama Luar Biasa, dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa.
6) Orang tua adalah ayah dan/ atau ibu atau wali peserta didik yang bersangkutan.
7) Menteri adalah menteri Pendidikan dan Kaebudayaan.
8) Menteri lain adalaah Menteri yang bertanggung jawab atas penyelenggaaraan
satuan pendidikan luar biasa di luar lingkungan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
b. Tujuan Pendidikan Luar Biasa
Tujuan pendidikan luar biasa dalam acuan kurikulum tingkat satuan pendidikan,
tingkat satuan pendidikan dasar, menengah, dan kejuruan adalah, pendidikan dasar, yang
melipiti SD/MI/SDLB/Paket A dan SMP/MTs./SMPLB/Paket B bertujuan: Meletakkan
dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikutipendidikan lebih lanjut. Pendidikan menengah yang terdiri
atas SMA/MA/SMALB/Paket C bertujuan: meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikutipendidikan lebih lanjut.31
Yang dimaksud dengan pendidikan luar biasa yaitu bertujuan membantu peserta
didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental agar mampu mengembangkan
sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan social, budaya dan alam sekitar
serta dapat mengembangkan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan.
c. Jenis Kelainan Peserta didik
Jenis kelainan peserta didik terdiri atas kelainan fisik dan/ atau mental dan/ atau
kelainan prilaku.
31 Mulyasa, KTSP (bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm.178
xliv
1) Kelainan fisik meliputi:
a) Tuna netra
b) Tuna fisik
c) Tuna daksa
2) Kelainan mental meliputi
a) Tuna grahita ringan
b) Tuna grahita sedang
c) Kelainan prilaku meliputi tuna laras
d) Kelainan peserta didik dapat juga berwujud sebagai kelainan
d. Bentuk Satuan Pendidikan
1) Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB).
2) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTPLB)
3) Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB )
4) Bentuk lain yang di tetapkan oleh Menteri.32
e. Kurikulum
1) Isi kurikulum Sekolah Dasar Luar Biasa, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar
Biasa dan Sekolah Menengah Luar Biasa merupakan bahan kajian dan pelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan luar biasa.
2) Isi kurikulum Sekolah Dasar Luar Biasa sedapat mungkin disesuaikan dengan
kurikulum Sekolah Dasar dengan memperhaikan keterbatasan kemampuan belajar
para sisiwa yang bersangkutan
3) Isi kurikulum Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa sedapat mungkin
disesuaikan dengan kurikulum Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dengan
memperhatikan keterbatasan kemampuan belajar para sisiwa yang bersangkutan.
32 Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional Dan Peratuaran Pelaksanaan nya, (Jakarta: Sinar Grafika, 1992), hlm. 204-206.
xlv
4) Isi kurikulum Sekolah Menengah Luar Biasa sedapat mungkin disesuaikan
dengan kurikulum Sekolah Menengah dengan memperhatikan keterbatasan
kemampuan belajar para sisiwa yang bersangkutan.
5) Kurikulum Sekolah Menegah Luar Biasa di tetapkan untuk menyiapkan siswanya
agar memiliki keterampilan yang dapat menjadi bekal sumber mata pencaharian
sehingga dapat mendiri di masyarakat.
6) Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam urutan huruf (b, c, dan d) diatur lebih
menteri dan yang berkenaan dengan bahan kajian dan pelajaran pendidikan agama
diatur oleh Menteri setelah mendenganr pertimbangan Menteri Agama.
f. Peserta Didik Sekolah Luar Biasa
Peserta didik Sekolah Luar Biasa mempunyai hak:
1) Memperoleh perlakuan sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan kelainannya.
2) Memperoleh pendidikan agama sesuai dengan agama yang di anutnya.
3) Mengikuti program pendidikan yang bersangkutan atas dasar pendidikan
berkelanjutan, baik untuk mengembangkan kemampuan diri maupun untuk
memperoleh pengakuan tingkat pendidikan tertentu yang telah dilakukan.
4) Memperoleh bantuan fasilitas belajar, beasiswa, atau bantuan lain sesuai dengan
kelainannya yang di sandang dan persyaratan yang berlaku.
5) Pindah sekolah yang sejajar atau melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi sesuai
dengan keinginan yang di sandang persyratan penerimaan sisiwa pada sekolah
yang hendak masuk.
6) Memperoleh penilaian hasil belajar.
7) Menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang telah ditentukan,
dan
xlvi
8) Memperoleh pelayanan khususus sesuai dengan jenis kelainan.33
Adapunn peserta didiknya diklasifikasikan ke dalam beberapa bagian,
diantaranya:
a) SLB/A adalah untuk anak tuna netra (buta)
b) SLB/B adalah untuk anak tunarungu-wicara (tuli-bisu)
c) SLB/C adalah untuk anak tunagrahita (cacat mental)
d) SLB/D adalah untuk anak tunadaksa (cacat tubuh)
e) SLB/E adalah untuk anak tuna laras.34
g. Tenaga Kependidikan
1) Tenaga pendidik pada satuan pendidikan luar biasa terdiri atas tenaga pendidik,
pengelola satuan pendidikan, pengawas, peneliti dan pengembang di bidang
pendidikan, pustakawan, laboran dan teknisi sumber belajar.
2) Tenaga pada satuan pendidik luar biasa merupakan tenaga kependidikan yang
memilki kualifikasi khusus sebagai guru pada satuan pendidikan luar biasa.35
h. Penilaian
Penilaian pendidikan luar biasa di selenggarakan untuk mmemperoleh keterangan
tentang proses belajar mengajar, kegiatan rehabilitasi, dan upaya pencapaian tujuan
pendidikan luar biasa dalam rangka pembinaan dan pengembangannya, serta untuk
penentuan akreditasi satuan pendidikan yang bersangkutan.
Penilaian kurikulum dan program rehabilitasi dilakukan untuk mengetahui
kesesuaian kurikulm pendidikan luar biasa dengan dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan
nasioanal, kemampuan siswa dan kesesuaiannya dengan tuntutan perkembangan yang
terjadi dalam masyarakat dan dilakuakan secara berkala.
33 Ibid., hlm:231 34 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2005), hlm. 146. 35 Ibid, hlm.200
xlvii
Penilaian terhadap guru, tenaga kependidikan lainnya dan tenaga ahli di lakukan
untuk mengetahui kemampuan dan kewenangan professional hasil penilaian sebagaimana
dimaksud di atas adalah untuk: (a) Pembinaan dan pengembangan guru, tenaga
kependidikan lainnya dan tenaga ahli. (b) Penyempurnaan kurikulum dan pengelolaan
program pendidikan guru, tenaga kependidikan lainnya dan tenaga ahli.
Penilaian satuan pendidikan luar biasa sebagai satu keseluruhan dilakukan untuk
mengetahui kemampuan pengelolaan satuan dan /atau kegiatan pendidikan dan
rehabilitas. Penilaian satuan pendidikan luar biasa sebagaimana dimaksud dalam hal
tersebut meliputi segi-segi :
1) Kelembagaan
2) Program belajar dan kurikulum
3) Program rehabilitasi
4) Anak didik dan siswa
5) Guru, tenaga kependidikan lainnya dan tenaga ahli
6) Sarana dan prasarana
7) Administrasi; dan
8) Keadaan umum pada satuan pendidikan luar biasa yang bersangkutan.36
9. Model Pembelajaran Bagi Anak yang berkebutuhan khusus
Pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus membutuhkan suatu pola
tersendiri sesuai dengan kebutuhannya masing-masing yang berbeda antar yang satu
dengan yang lain nya. Dalam penyusunan program pembelajaran untuk untuk setiap
bidang study, hendaknya guru di kelas sudah memiliki data pribadi setiap peserta
didiknya, data pribadi yakni yang berkaitan dengan karakteristik spesifik, kemampuan
dan kelemahannya, kompetensi yang dimiliki dan tingkat pengembangannya.
36 Ibid, hlm. 214-216
xlviii
Kompetensi yang harus dikuasai peserta didik perlu dinyatakan sedemikian rupa
agar dapat dinilai, sebagai wujud akhir hasil belajar peserta didik yang mengacu pada
pengalaman langsug dirinya. Peserta didik perlu mengetahui tujuan belajar dan tingkat-
tingkat penguasaan yang akan digunakan sebagai criteria pencapaian secara eksplisit dan
memiliki kontribusi terhadap kompetensi-kompetensi yang sedang dipelajari.37
Beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi menurut
Gibson, sebagai berikut:
1) Pengetahuan, merupakan kesadaran dalam bidang kognitif. Misalnya, seorang
guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajaar dan bagaimana
melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya.
2) Pemahaman, merupakan kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki individu.
Misalnya, seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki
pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didiknya agar
dalam proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien.
3) Kemampuan, merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk
melakukan tugas dan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
4) Nilai, merupakan suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis
telah menyatu dalam diri seseorang.
5) Sikap, merupakan perasaan (senang, tidak senang atau suka, tidak suka) atau
reaksi suatu rangsangan yang dating dari luar.
6) Minat, merupakan kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan.
Misalnya, minat untuk mempelajari atau melakukan sesuatu.
Pembelajaran individual meliputi enam elemen, yaitu: elicitors,behaviors,
reinforces, entering behavior, terminal objective, dan enroute. Keenam elemen
37 Bandie dolphie, pembelajaran anak berkebutuhan khusus,(bandung:PT.Refika Aditama, 2006),149.
xlix
konseptual model pembelajaran tersebut sangat berperan dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran tersebut diartikan sebagai berikut:38
a) Elicitors, yakni peristiwa atau kejadian yang dapat menimbulkan peristiwa
atau menyebabkan prilaku.
b) Behaviors atau perilaku, merupakan kegiatan peserta didik terhadap
sesuatau yang dapat ia lakukan, antara lain berjalan, berbicara, menulis,
membaca, atau duduk di kursinya.
c) A Reinforce atau penguatan adalah suatu kejadian atau peristiwa yang
yang muncul sebagai akibat dari perilaku dan dan dapat menguatkan
perilaku tertentu ynag di anggap baik.
d) Terminal objective, beberapa program pembelajaran.
e) Enroute objective, merupakan langkah dari entering behavior menuju ke
terminal objective yang terbagi dalam beberapa langkah kegiatan
pembelajaran, yang disebut dengan enroute objective.
Gambar 2.3 Model pembelajaran anak berkebutuhan khusus / SLB39
38 Ibid, hlm. 150 39 Bandie dolphie, pembelajaran anak berkebutuhan khusus,(bandung:PT.Refika Aditama, 2006), 158
l
2. Karakter dan Masalah Perkembangan Anak Tunarungu Wicara (Anak Dengan
Hendaya Pendengaran)
a. Pengertian dan klasifikasi gangguan pendengaran
Tunarungu adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang
mempunyai kecacatan pada indra pendengaran. Dipandang dari kecerdasan yang dimilki
anak tunarungu sebenarnya tidak berbeda dengan anak normal.
Hal ini disebabkan anak tunarungu ada yang memiliki tingkat kecerdasan diatas rata –
rata (superior), rata - rata (average), maupun dibawah rata – rata
MASUKAN MENTAH Enam elemen konseptual model yang menghasilkan kebutuhan dan karakteristik spesifik siswa
MASUKAN INSTRUMENTASI
Program Guru kelas
Sarana Tanggapan
MASUKAN LINGKUNGAN
Tujuan Norma
Lingkungan
Tuntutan
Monitoring & Evaluasi
Balikan
KELUARAN
KOMPETENSI PESERTA DIDIK
PROSES
Program Pembelaj
aran individua
Pelaksanaan
intervensi
Kurikulum
Refleksi hasil kegiatan pembelajaran
li
(subnormal). Namun, untuk menggambarkan secara rill keragaman anak tunarungu
seringkali mengalami kesulitan.
Seperti bentuk mimic peserta didik dengan hendaya pendengaran dan bicara
(tunarungu-wicara) berbeda dengan anak-anak berkebutuhan khusus yang lain. Hal ini
karena mereka tidak pernah mendengar atau mempergunakan panca indera telinga dan
mulut. Oleh karena itu mereka tidak terlalu paham dengan apa yang dimaksudkan dan
dikatakan orang lain. Pengertian hendaya pendengaran adalah seseorang yang mengalami
kekurangan atau atau kehilangan kemampuan mendengar sebagaian atau seluruhnya,
diakibatkan tidak berfungsinya sebagai atau seluruh indera pendengaran.40
Tunarungu dapat diartikan sebagai sesuatu keadaan kehilangan pendengaran yang
mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui
indera pendengarannya. Batasan pengertian anak tuna rungu telah banyak di kemukakan
oleh para ahli yang semuamya itu pada dasarnya mengandung pengertian yang sama. Di
bawah ini di kemukakan definisi anak tuna rungu.
Andreas Dwidjosumarto mengemukakan bahwa seseorang yang tidak atau kurang
mampu mendengar suara dikatakan tuna rungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua
kategori yaitu tuli (deaf) dan kurang dengar (low of hearing). Tuli adalah mereka yang
indera pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengaran
tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indera
pendengarannya mengalami kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar,
baik dengan maupun menggunakan alat bantu dengar (hearing aids).
Selain itu, Mufti Salim menyimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang
mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh
kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia
40 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak berkebutuhan Khusus (Bandung: PT Refika Adiatama 2006), hlm 102
lii
mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. Ia memerlukan bimbingan dan
pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak.41
Dan berdasarkan tujuan pendidikan, secara terinci tunarungu dapat
dikelompokkan menjadi sebagai berikut:42
1) Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 20 – 30 dB (slight losses).
Untuk kepentingan pendidikan pada anak tunarungu kelompok ini cukup hanya
memerlukan latihan membaca bibir untuk pemahaman.
2) Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 30 – 40 dB (mild losses).
Kebutuhan layanan pendidikan untuk anak tunarungu kelompok ini yaitu
membaca bibir, latihan pendengaran, latihan bicara artikulasi, serta latihan
kosakata.
3) Anak tunarungu yang kehilangan pendegarannya antara 40 – 60 dB (moderet
losses). Kebutuhan layanan pendidikan untuk kelompok anak tunarungu ini
meliputi artikulasi, latihan membaca bibir, latihan kosakata, serta perlu
menggunakan alat bantu dengar untuk membantu ketajaman pendengaran.
4) Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 60 – 75 dB (severelosses).
Kebutuhan pendidikan kelompok anak tunarungu ini perlu latihan pendengaran
intensif, membaca bibir, dan latihan pembentukan kosakata.
5) Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran 75 dB keatas (profoundlylosses).
Kebutuhan layanan pendidikan anak tunarungu kelompok ini meliputi membaca
bibir, latihan mendengar untuk kesadaran, latihan membentuk dan membaca
ujaran dengan menggunakan pengajaran khusus, seperti tactile kinesthetic,
visualisasi yang dibantu dengan segenap kemampuan indranya yang tersisa.
41 .Efendi, pengantar psikopedagogik anak berkelainan, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2006), 50. 42 Ibid, hlm. 56-57
liii
Memperhatikan batasan-batasan di atas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa
tunarungu adalah mereka yang kehilangan pendengaran baik sebagian (hard of hearing)
maupun seluruhnya (deaf) yang menyebabkan pendengarannya tidak memiliki nilai
fungsional didalam kehidupan sehari-hari.
Ditinjau dari lokasi terjadinya ketunarunguan, klasifikasi anak tunarungu dapat di
kelompokkan menjadi sebagai berikut:43
a) Tunarungu konduktif
Ketunarunguan tipe konduktif ini terjadi karena beberapa organ yang
berfungsi sebagai penghantar suara di teinga bagian luar, seperti liang telinga
selaput gendang, serta keiga tulang pendengaran (malleus, incus, dan stapes)
yang terdapat di telinga bagian dalam dan dinding-dinding labirin mengalami
gangguan.
b) Tunarungu perspektif
Ketunarunguan tipe ini disebabkan terganggu nya organ-organ
pendengaran yang terdapat dibelahan telinga bagian dalam. Sebagaiman
diketahui organ telinga di bagian dalam memiliki fungsi sebagai alat persepsi
dari getaran suara yang di hantarkan oleh organ pendengaran di belahan
telinga bagian luar dan tengah.
c) Tunarungu campuran
Ketunarunguan tipe ini sebenarnya unuk menjelaskan bahwa pada telinga yang
sama rangkaian organ-ogan telinga yang berfungsi sebagai penghanta dan penerima
rangsangan suara mengalami gangguan, sehinggga yang tampak pada telinga tersebut
telah terjadi campuran antara ketunarunguan konduktif dan perspektif.
b. Perkembangan Kognitif Anak Tunarungu
43 Ibid, hlm.63-64
liv
Pada umumnya inteligensi anak tunarungu secara potensial sama dengan anak
normal, tetapi secara fungsional perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat kemampuan
berbahasanya, keterbatasan informasi, dan kiranya daya abstraksi anak. Akibat
ketunarunguannya menghambat proses pencapaian pengetahuan yang luas. Dengan
demikian perkembangan inteligensi secara fungsional terhambat. Perkembangan kognitif
anak tunarungu sangat dipengaruhi oleh perkembangan bahasa, sehingga hambatan pada
bahasa akan menghambat perkembangan inteligensi anak tunarungu.
Kerendahan tingkat inteligensi anak tunarungu bukan berasal dari hambatan
intelektualnya yang rendah melainkan secara umum karena inteligensinya tidak mendapat
kesempatan untuk berkembang. Pemberian bimbingan yang teratur terutama dalam
kecakapan berbahsa akan dapat membantu perkembangan inteligensi anak tunarungu.
Tidak semua aspek inteligensi anak tunarungu terhambat. Aspek inteligensi yang
terhambat perkembangannya ialah yang bersifat verbal, misalnya merumuskan pengertian
menghubungkan, menarik kesimpulan, dan meramalkan kejadian.44
Sebagaimana Cruickshank mengemukakan bahwa anak tunarungu seringkali
memperlihatkan keterlambatan dalam belajar dan kadang-kadang tampak terbelakang.
Kondisi ini tidak hanya disebabkan oleh derajat gangguan pendengaran yang dialami oleh
anak, melainkan juga tergantung kepada potensi kecerdasan yang dimilikiya.
Rangsangan mental serta dorongan dari lingkungan sekitar dapat memberikan
kesempatan bagi anak tunarungu untuk mengembangkan kecerdasannya. Pintner,
seorang psikolog yang bekerja pada lembaga pendidikan anak tunarungu hanya dapat
menunjukkan kemampuan dalam bidang motorik dan mekanik, serta inteligensi konkret,
tetapi memilki keterbatasan dalam inteligensi verbal dan kemampuan akademik.
44 Ibid, hlm. 67
lv
Menyiasati masalah prestasi akademik yang dicapai oleh rata-rat anak tunarungu,
pusat studi demografi universitas gallaudet (univertsitas yang mahasiswanya sebagian
besar penderita tunarungu) yang berkedudukan di amerika serikat melakukan sebuah
riset. Berdasarkan hasil kajiannya yang setiap tahun menyelenggarakan tes prestasi
Stanford bagi anak tunarung, dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu berusia 1 tahun
memiliki kemampuan setingkat dengan anak kelas II dalam membaca dan berhitung.
Sedangkan anak tunarungu usia 17 tahun memilki kemampuan setingkat dengan anak
kelas IV dalam hal berhitung.45
c. Perkembangan Emosional Anak Tunarungu
Kekurangan akan pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan
anak tunarungu menafsirkan sesuatu secara negative atau salah dan ini sering menjadi
tekanan bagi emosinya. Tekanan pada emosinya itu dapat menghambat perkembangan
pribadinya dengan menampilkan sikap menutup diri, bertindak agresif, atau sebalioknya
menampakkan kebimbangan dan keragu-raguan.
Emosi anak tunarungu selalu bergolak di satu pihak karena kemiskinan bahasanya
dan dan di pihak lain karena pengaruh dari luar yang diterimanya. Anak tunarungu bila
ditegur oleh orang yang tidak dikenalnya akan tampak resah dan gelisah.46
d. Perkembangan Sosial Anak Tunarungu
Faktor social dan budaya meliputi pengertian yang sangat luas, yaitu lingkungan
hidup dimana anak berinteraksi yaitu interaksi antara individu dengan individu, dengan
kelompokk, keluarga dan masyarakat. Untuk kepentingan anak tunarungu, seluruh
anggota keluarga, guru, dan masyarakat disekitarnya hendak berusaha mempelajari dan
45 Bandie Dolphie, psikologi anak luar biasa, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), 97. 46 Ibid., hlm. 98
lvi
memahami keadaan mereka karena hal tersebut dapat menghambat perkembangan
kepribadian yang negative pada diri anak tunarungu.47
e. Masalah-masalah dan Dampak Ketunarunguan Bagi Individu, Keluarga,
Masyarakat, dan Penyelenggara Pendidikan.
1) Bagi Anak Tunarungu Sendiri, sehubungan dengan karakterteristik tunarungu
yaitu miskin dalam kosakata sulit memahami kata-kata abstrak, sulit
mengartikan kata-kata yang mengandung kiasan, adanya gangguan bicara,
maka hal-hal ini merupakan sumber masalah pokok bagi anak tersebut.
2) Bagi Keluarga, lingkungan keluarga merupakan faktor yang mempunyai
pengaruh penting dan kuat terhadap perkembangan anak terutama anak luar
biasa. Anak ini mengalami hambatan sehingga mereka akan sulit menerima
norma lingkunganya
3) Bagi masyarakat, pada umumnya orang masih berpendapat bahwa anak
tumarungu tidak dapat berbauat apapun. Pandangan yang semacam in sangat
merugikan anak tunarungu. Karena adanya pandangan ini biasanyadapat kita
lihat sulitnya anak tunarungu untuk memperoleh lapangan pekerjaan.
4) Bagi Penyelenggara Pendidikan, perhatian akan kebutuhan pendidikan bagi
anak tunarungu tidaklah dapat dikatakan kurang karena terbukti bahwa anak
tunarungu telah banyak mengikuti pendidikan sepanjang lembaga pendidikan
itu dapat dijangkaunya. Persoalan baru yang perlu mendapat perhatian jika
anaktunarungu tetap saja harus sekolah pada sekolah khusus (SLB) adalah jika
anak-anak tunarungu itu tempat tinggalnya jauh dari SLB, maka tentu saja
mereka tidak akan dapat bersekolah.48
f. Faktor-faktor penghambat pembelajaran pada siswa tunarungu
47 Ibid, hlm. 99 48 Ibid, hlm 100
lvii
Secara garis besar hambatan yang dihadapai oleh anak-anak dengan hendaya
pendengaran dalam pembelajaran meliputi hal-hal sebagai berikut:49
1) Hasil penelitian para ahli di amerika serikat menyatakan satu di antara tujuh
anak yang mempunyai hendaya pendengaran mempunyai permasalahan
berkaitan dengan kesehatan mental. Kesehatan mental ini mengarah pada
schizophrenia atau kelainan psikis, paranoid atau kelainan psikis karena selalu
dihantui rasa takut, affectitivepsychosis atau kelainan emosi secara psikis, dan
depression atau kemuraman.
2) Anak-anak dengan hendaya pendengaran mempunyai kesulitan psikologis
yang diperoleh dari sejumlah factor eksternal seperti: kurangnya bimbingan
bantuan orang tua dan keluarga, kesadaran orang-orang disekitarnya terhadap
permasalahan anak dengan hendaya pendengaran, lingkungan hidup, budaya
dan model peran dari anak-anak dengan hendaya pendengaran.
3) Dalam keterampilan kognitif berkaitan dengan prestasi akademik pada
umumnya kemampuan mengingat dari anak-anak dengan hendaya
pendengaran sangat singkat, hanya hitungan beberapa detik tidak samapai
menit. Keadaan seperti ini memerlukan kegiatan-kegiatan khusus dalam
layanan pendidikan agar mereka mampu membaca , memahami isi bacaan dan
mengingat angka-angka. Banyak terjadi anak hendaya pendengaran
berkesulitan membaca. Karena itu mereka memerlukan suatu metode
pembelajaran yang lebih menekan pada pengucapan bahasa.
4) Pada kelompok tertentu dari anak-anak hendaya pendengaran mendapatkan
ketidakmampuan dalam belajar misalnya disebabkan oleh adanya hendaya
49 Bandie Dolphi, pembelajaran anak berkebutuhan khusus, (Bandung: PT.Refika Aditam: 2006),103
lviii
visual, ketidakmampuan belajar yang spesifik atau dyslexia, cerebral palsy,
dan masalah-masalah berkaitan dengan prilaku atau emosi.
5) Perkembangan bahasa dan komunikasi anak-anak dengan hendaya
pendengaran secara umum kurang sempurna, khususnya saat menggunakan
bahasa seperti pada kemampuan pemahaman bahasa, berbahasa dan berbicara.
6) Prestasi akademik anak-anak dengan hendaya pendengaran khususnya dalam
kemampuan membaca sangat kurang.
7) Dikarenakan anak-anak dengan hendaya pendengaran tumbuh dan hidup
dalam lingkungan yang terisolir, maka mereka membutuhkan interaksi social
dan perasaan diterima oleh orang-orang sekelilingnya. Ini berarti anak-anak
dengan hendaya pendengaran mempunyai hambatan dalam berkomunikasi.
Dalam hal ini diperlukan pendekatan khusus dalam kegiatan belajar mengajar
yang berkaitan dengan aspek komunikasi, seperti pemberian latihan auditori
(auditory training), dikondisikan pada berbicara bibir (lips reading),
penggunaan bahasa isyarat dan ejaan huruf dengan jari-jari (sign language and
finger spelling).
Latihan auditori melibatkan tiga sasaran pokok, yaitu:50
a) Perkembangan kesadaran bunyi
b) Perkembangan kemampuan membuat perbedaan secara nyata tentang
bunyi-bunyi yang ada di lingkungannya, dan
c) Perkembangan kemampuan membedakan bunyi-bunyi dalam kegiatan
berbicara.
Ada tiga bentuk yang berbeda dari rangsang bunyi yang dibutuhkan dalam suatu
program latihan terhadap anak dengan hendaya pendengaran, yaitu:
50 Ibid, hlm 105
lix
(1) Rangsang yang diperoleh dari lingkungan tempat komunikasi itu terjadi.
(2) Rangsang secara langsung diikuti dengan pesan tetapi bukan bagian dari hasil
kemampuan bicara.
(3) Rangsangan langsung berkaitan dengan produksi bunyi pembicaraan.
Data penelitian para ahli menyatakan bahwa anak-anak dengan hendaya
pendengaran umumnya mempunyai kesulitan dalam melakukan gerak keseimbangan dan
koordinasi dinamika gerak, koordinasi gerak visual, dan gerak berpindah. Kesulitan
gerak keseimbangan dan koordinasi gerak tubuh pada anak dengan hendaya pendengaran
merupakan salah satu alas an utama diperlukannya pendekatan pembelajaran dengan
menggunakan permainan terapeutik dan pola gerak irama.51
g. Upaya-upaya mengatasi faktor-faktor penghambat pembelajaran pada siswa
tunarungu
Upaya kerjasama antara guru dan orang tua dalam pelaksanaan pembelajaran PAI
harus terjalin dengan baik. Dalam kesempatan tertentu guru PAI dapat memberikan
informasi, petunjuk yang berkaitan dengan teknik latihan PAI. Pengajaran klasikal dapat
diberikan guru dalam bentuk latihan praktis untuk mengoptimalisasikan sisa pendengaran.
Latihan atau binaan dengan mengikuti program khusus di sekolah dilaksanakan oleh guru,
sedangkan latihan dan binaan di rumah dilaksanakan oleh orangtua. Usaha yang
dilakukan antara guru dan orangtua dalam meningkatkan kemampuan peserta didik sangat
penting, artinya harus disadari bahwa anak tunarungu memerlukan bantuan baik di
sekolah maupun di rumah agar, kemampuan komunikasi anak meningkat dibandingkan
sebelumnya.
Kontribusi orangtua dalam pendidikan anak tunarungu untuk mengembangkan
kemampuan berkomunikasi meliputi: (a) Didiklah anak tunarungu seperti mendidik anak-
51 Ibid, hlm. 106
lx
anak yang mendengar; (b) Libatkan anak tunarungu dalam kegiatan keluarga; (c) Jangan
memanjakan anak tunarungu secara berlebihan; (d) Berilah kesempatan bermain seluas
mungkin pada anak tunarungu; (e) Anak tunarungu harus diberi contoh perilaku yang
baik; (f) Sediakan waktu khusus untuk bersama-sama dengan anak tunarungu; (g)
Berikanlah kewajiban yang sama pada anak tunarungu dalam melaksanakan tugas-tugas
kerumahtanggaan; (h) Pupuklah rasa cinta akan keindahan alam sekitar; dan (i) Gunakan
setiap kesempatan untuk merangsang perkembangan bahasa dan bicara anak tunarungu.52
Sedangkan bentuk upaya kerjasama yang dapat dilakukan guru dan orangtua
dalam melatih anak tunarungu adalah:
1) Guru secara aktif memberikan/menyampaikan informasi kepada setiap
orangtua tentang pentingnya peningkatan kemampuan komunikasi pada anak
tunarungu.
2) Orangtua secara aktif merespon program layanan yang berupa penyuluhan
tentang pentingnya peningkatan kemampuan komunikasi untuk anak
tunarungu yang disampaikan oleh guru, bisa jadi ini dikarenakan program
sekolah yang jelas dan kesinambungan yang didukung dengan adanya
kemauan dan kemampuan guru dan orangtua yang sama-sama memandang
pentingnya kerjasama tersebut dilakukan. Adanya suatu layanan konsultasi
bagi orangtua yang saling berhubungan, untuk membicarakan perkembangan
kemampuan komunikasi anak tunarungu.
3) Guru dan orangtua saling mengunjungi dalam upaya menyamakan persepsi
dan melihat dari dekat aktivitas anak dalam berkomunikasi menggunakan
bicara di sekolah dan di rumah.
52 M. Amin, pelayanan anak berbakat Indonesia, (surakarta: hispelbi pusat, 1996), 55.
lxi
4) Guru dan orangtua bersama-sama membuat program peningkatan kemampuan
komunikasi anak tunarungu.
5) Komunikasi guru dan orangtua harus sering dilakukan, secara terbuka dan
lancar.
6) Guru dan orangtua perlu memecahkan kesulitan yang dihadapi anak tunarungu
dalam meningkatkan kemampuan komunikasi.
7) Guru dan orangtua melakukan penilaian atas kemampuan anak tunarungu
dalam berkomunikasi.
Sebelum dilakukan upaya kerjasama diperlukan kesamaan pandangan, sikap, dan
perlakuan antara guru di sekolah dan orangtua di rumah, untuk itu diperlukan
pengetahuan dan keterampilan tentang hal tersebut. Untuk mencapai ke arah tersebut,
guru memiliki kewajiban untuk memberikan informasi kepada orangtua tentang
kemampuan anak dan pendidikannya. dengan demikian sebuah pola hubungan yang
harmonis antar orangtua dan sekolah harus diciptakan dan dibina. 53
h. Metode Pengajaran Bahasa Bagi Anak Tunarungu
Terdapat tiga metode utama individu tunarungu belajar bahasa, yaitu dengan
membaca ujaran, melalui pendengaran, dan dengan komunikasi manual, atau dengan
kombinasi ketiga cara tersebut.54
1. Belajar Bahasa Melalui Membaca Ujaran (Speechreading)
Orang dapat memahami pembicaraan orang lain dengan "membaca" ujarannya
melalui gerakan bibirnya. Akan tetapi, hanya sekitar 50% bunyi ujaran yang dapat
terlihat pada bibir. Di antara 50% lainnya, sebagian dibuat di belakang bibir yang
tertutup atau jauh di bagian belakang mulut sehingga tidak kelihatan, atau ada
juga bunyi ujaran yang pada bibir tampak sama sehingga pembaca bibir tidak 53 Ibid, hlm. 59 54 M. Salim, pembinaan bahasa anak tunarungu, (Jakarta: Dekdikbud), 109
lxii
dapat memastikan bunyi apa yang dilihatnya. Hal ini sangat menyulitkan bagi
mereka yang ketunarunguannya terjadi pada masa prabahasa. Seseorang dapat
menjadi pembaca ujaran yang baik bila ditopang oleh pengetahuan yang baik
tentang struktur bahasa sehingga dapat membuat dugaan yang tepat mengenai
bunyi-bunyi yang "tersembunyi" itu. Jadi, orang tunarungu yang bahasanya
normal biasanya merupakan pembaca ujaran yang lebih baik daripada tunarungu
prabahasa, dan bahkan terdapat bukti bahwa orang non-tunarungu tanpa latihan
dapat membaca bibir lebih baik daripada orang tunarungu yang terpaksa harus
bergantung pada cara ini. Kelemahan sistem baca ujaran ini dapat diatasi bila
digabung dengan sistem cued speech (isyarat ujaran). Cued Speech adalah isyarat
gerakan tangan untuk melengkapi membaca ujaran (speechreading). Delapan
bentuk tangan yang menggambarkan kelompok-kelompok konsonan diletakkan
pada empat posisi di sekitar wajah yang menunjukkan kelompok-kelompok bunyi
vokal. Digabungkan dengan gerakan alami bibir pada saat berbicara, isyarat-
isyarat ini membuat bahasa lisan menjadi lebih tampak. Cued Speech
dikembangkan oleh R. Orin Cornett, Ph.D. di Gallaudet University pada tahun
1965 66. Isyarat ini dikembangkan sebagai respon terhadap laporan penelitian
pemerintah federal AS yang tidak puas dengan tingkat melek huruf di kalangan
tunarungu lulusan sekolah menengah. Tujuan dari pengembangan komunikasi
isyarat ini adalah untuk meningkatkan perkembangan bahasa anak tunarungu dan
memberi mereka fondasi untuk keterampilan membaca dan menulis dengan
bahasa yang baik dan benar. Cued Speech telah diadaptasikan ke sekitar 60 bahasa
dan dialek. Keuntungan dari sistem isyarat ini adalah mudah dipelajari (hanya
dalam waktu 18 jam), dapat dipergunakan untuk mengisyaratkan segala macam
kata (termasuk kata-kata prokem) maupun bunyi-bunyi non-bahasa. Anak
lxiii
tunarungu yang tumbuh dengan menggunakan cued speech ini mampu membaca
dan menulis setara dengan teman-teman sekelasnya yang non-tunarungu. 55
2. Belajar Bahasa Melalui Pendengaran
Ashman & Elkins (1994) mengemukakan bahwa individu tunarungu dari semua
tingkat ketunarunguan dapat memperoleh manfaat dari alat bantu dengar tertentu.
Alat bantu dengar yang telah terbukti efektif bagi jenis ketunarunguan
sensorineural dengan tingkat yang berat sekali adalah cochlear implant. Cochlear
implant adalah prostesis alat pendengaran yang terdiri dari dua komponen, yaitu
komponen eksternal (mikropon dan speech processor) yang dipakai oleh
pengguna, dan komponen internal (rangkaian elektroda yang melalui pembedahan
dimasukkan ke dalam cochlea (ujung organ pendengaran) di telinga bagian dalam.
Komponen eksternal dan internal tersebut dihubungkan secara elektrik. Prostesis
cochlear implant dirancang untuk menciptakan rangsangan pendengaran dengan
langsung memberikan stimulasi elektrik pada syaraf pendengaran. Akan tetapi,
meskipun dalam lingkungan auditer terbaik, jumlah bunyi ujaran yang dapat
dikenali secara cukup baik oleh orang dengan klasifikasi ketunarunguan berat
untuk memungkinkannya memperoleh gambaran yang lengkap tentang struktur
sintaksis dan fonologi bahasa itu terbatas. Tetapi ini tidak berarti bahwa
penyandang ketunarunguan yang berat sekali tidak dapat memperoleh manfaat
dari bunyi yang diamplifikasi dengan alat bantu dengar. Yang menjadi masalah
besar dalam hal ini adalah bahwa individu tunarungu jarang dapat mendengarkan
bunyi ujaran dalam kondisi optimal. Faktor-faktor tersebut mengakibatkan
individu tunarungu tidak dapat memperoleh manfaat yang maksimal dari alat
bantu dengar yang dipergunakannya. Di samping itu, banyak penelitian
55 Ibid, hlm. 110
lxiv
menunjukkan bahwa sebagian besar alat bantu dengar yang dipergunakan individu
tunarungu itu tidak berfungsi dengan baik akibat kehabisan batrai dan earmould
yang tidak cocok.56
3. Belajar Bahasa secara Manual
Secara alami, individu tunarungu cenderung mengembangkan cara komunikasi
manual atau bahasa isyarat. Untuk tujuan universalitas, berbagai negara telah
mengembangkan bahasa isyarat yang dibakukan secara nasional. Ashman &
Elkins (1994) mengemukakan bahwa komunikasi manual dengan bahasa isyarat
yang baku memberikan gambaran lengkap tentang bahasa kepada tunarungu,
sehingga mereka perlu mempelajarinya dengan baik. Kerugian penggunaan
bahasa isyarat ini adalah bahwa para penggunanya cenderung membentuk
masyarakat yang eksklusif. Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa bagi Anak
Tunarungu Pengajaran bahasa secara terprogram bagi anak tunarungu harus
dimulai sedini mungkin bila kita mengharapkan tingkat keberhasilan yang
optimal. Terdapat dua pendekatan dalam pengajaran bahasa kepada anak
tunarungu secara dini, yaitu pendekatan auditori-verbal dan auditori-oral.57
56 Ibid, hlm. 111 57 Ibid, hlm. 112
lxv
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Sesuai dengan judul yang dikemukakan yakni “Pelaksanaan Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Di SLB Singojuruh Banyuwangi”. Maka pendekatan dalam
penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang berusaha melaksanakan pengkajian data
deskriptif yang akan dituangkan dalam bentuk laporan atau uraian.
Penelitian kualitatif menurut Boy and Tailor adalah prosedur penelitian yang
menghasilakan data deskriptif kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku
yang diamati. Penelitian kualitatif ini di gunakan karena beberapa pertimbangan
antaralain: pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan
dengan kenyataan jamak, kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat
hubungan antara peneliti dengan responden, ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat
menyesuaikan diri dengan banyak penajaman, pengeruh bersama dan terhadap pola-pola
yang dihadapi.
lxvi
Karena itu untuk memahami fenomena secara menyeluruh tentunya harus
memahami segenap konteks dan melakukan analisa yang holistik, penjabarannya dengan
dideskriptifkan. Alasan lainnya menggunakan mentode ini adalah:
1) Metode kualitatif menyajikan secara langsung hakekat penelitian dan
obyek.
2) Metode ini sangat mudah diterapkan bila manusia dipakai sebagai
instrumennya.
3) Dalam metode kualitatif masih mungkin digunakan data kuantitatif, tetapi
hanya sebagai pelengkap saja.
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatip deskriptif. Disebut penelitian deskriptif karena peneliti mengadakan penelitian
dan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan apa
adanya tentang suatu variable, geljala dan keadaan.
Pendekatan diskriptif kualitatif menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-
kata tertulis atau lisan. Adapun ciri-ciri pendekatan kualitatif ada lima, yaitu:
a) Menggunakan latar ilmiah.
b) Bersifat diskriptif.
c) Lebih mementingkan proses dari pada hasil.
d) Induktif.
e) Makna yang merupakan hal yang esensial.
Dalam hal ini pelaksanaan penelitian dan pengkajiannya didasarkan pada proses
pencarian data secara lengkap untuk selanjutnya data tersebut disajikan secara deskriptif
dalam bentuk kata-kata tertulis ataupun lisan.
lxvii
B. Kehadiran Penelitian
Bahwa dalam penelitian ini sebagai instrument nya adalah peneliti sendiri, karena
dalam penelitian jenis kualitatif kehadiran peneliti sebagai instrument adalah mutlak di
perlukan. Peran peneliti disini adalah sebagai partisipan penuh atau bisa juga sebagai
pengamat, partisipan dan kehadiran peneliti adalah diketahui sebagai peneliti oleh
subyeknya.
Karena peneliti merupakan perencana, pelaksana dan pengumpul data,
menganalisa data dan pada akhirnya peneliti sebagai pelapor hasil penelitian.
C. Lokasi Penelitian
Dalam kegiatan penelitian ini, dalam menentukan lokasi digunakan dengan
mempertimbangkan berbagai hal, yaitu dari segi ekonomi maupun dari segi kulitas lokasi
yang diteliti, yang dijadikan obyek dalam penelitian ini adalah Sekolah Luar Biasa (SLB)
PGRI Singojuruh yang terletak di jalan Gendoh Singojuruh Banyuwangi.
D. Data Dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Menurut Sugiono
data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, kalimat, skema, dan gambar dan
tidak berupa angka-angka, yang menyangkut sejarah perusahaan atau lembaga, struktur
organisasi atau hasil wawancara terhadap obyek penelitian berupa jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang dilakukan. Adapun sumber data adalah:58
1) Data Primer
Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau
sumber penelitian. Dalam hal ini data yang dimaksudkan adalah data yang
diperoleh peneliti dari hasil wawancara dengan pihak pembimbing atau guru
58 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif.(Bandung:2006) Hlm. 210
lxviii
maupun kepala sekolah mengenai bagaimana pelaksanaan pembelajaran
pendidikan agama islam pada penyandang tunarungu.
2) Data Skunder
Data skunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber
skunder. Adapun data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berupa
dokumen-dokumen sekolah, literatur maupun informansi lain tentang visi, misi,
dan tujuan serta struktur organisasi serta catatan lain mengenai strategi
pembelajaran pada penyandang tunarungu wicara terutama yang meliputi
kompetensi, metode, materi, media dan lingkungan pembelajaran.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan data, penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1) Metode observasi
Metode observasi adalah melakukan pengamatan dan pencatatan dengan
sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Berdasarkan pengertian diatas, bahwa
metode observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan jalan mengamati, kemudian
melakukan pencatatan terhadap obyek yang diselidiki yang berhubungan dengan
pokok permasalahan. Dalam hal ini peneliti datang langsung kelokasi dan melakukan
pengamatan di tempat penelitian. Dan Teknik ini digunakan untuk mengoptimalkan
kemampuan peneliti dari segi motif, perhatian, perilaku tak sadar, kebahasaan
terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di SLB PGRI Singojuruh Banyuwangi.
2) Metode interview
Metode interview adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab
sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan
penyelidikan.
lxix
Menurut Nasir, wawancara/interview adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si
penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan
alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Dalam hal ini peneliti
akan melakukan wawancara langsung dengan pihak terapis atau pembimbing dan
kepala sekolah serta pihak-pihak yang terkait dengan informasi yang dibutuhkan
peneliti.
Dalam teknik wawancara ini instrumen yang digunakan sebagai pengumpulan
data berupa pedoman wawancara yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan yang sistematis
dan terarah dengan bantuan tape recorder dan Hp. Pedoman yang dimaksud adalah
bentuk-bentuk pertanyaan yang digunakan baik yang telah dirumuskan sebelumnya
maupun yang belum. Metode ini digunakan peneliti dalam mencari data secara
langsung dengan obyek penelitian guna mencari informasi yang dibutuhkan terutama
hal-hal yang berkenaan dengan strategi pembelajaran pada penyandang tunarungu
terutama yang meliputi kompetensi, metode, materi, dan lingkungan pembelajaran.
Adapun sumber informasinya adalah kepala sekolah dan guru PAI.
3) Metode dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip buku, surat kabar, majalah, notelen rapat, lengger, agenda dan
lain-lain. Dalam hal ini peneliti akan meminta pada bagian sekertaris sekolah
mengenai sejarah sekolah, tujuan, visi, misi, serta dokumen lain yang diperlukan.
F. Analisis Data
Suatu langkah yang penting setelah data terkumpul adalah analisis data, sebab
dengan menganalisis data tersebut akan mendapatkan gambaran yang jelas tentang
lxx
keadaan obyek dan hasil dari penelitian. Untuk menganalisis data yang telah terkumpul,
peneliti ini menggunakan tehnik analisis diskriptif kualitatif.
Dalam hal ini berpendapat bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menggambarkan dengan kata-kata atau kalimat dipisah-pisahkan menurut katagori untuk
memperoleh kesimpulan.
Untuk menganalisa data yang telah diperoleh melalui observasi, interview dan
dokumentasi maka penulis menggunakan analisa deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai
dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik59.
Mendeskripsikan data kualitatif adalah dengan cara menyusun dan
mengelompokkan data yang ada sehingga memberikan gambaran nyata terhadap
responden. Metode penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika
matematis atau metode statistik60.
Seperti telah disebutkan diatas penelitian kualitatif tidak terlepas dari penemuan
data kuantitatif. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif, data yang diperoleh dengan
langkah-langkah berikut ini:
1) Menganalisis data dilapangan, yaitu analisis yang dikerjakan selama
pengumpulan data berlangsung dan dikerjakan terus-menerus hingga
penyusunan laporan penelitian selesai. Sebagai langkah awal, data yang
merupakan hasil wawancara terpimpin dengan guru mata pelajaran pendidikan
agama islam dan kepala sekolah, dipilah-pilah dan difokuskan sesuai dengan
fokus penelitian dan masalah yang terkandung didalamnya bersamaan dengan
pemilihan data tersebut, peneliti memburu data baru.
59 Anselm Strauss dkk.,Op.cit, hlm. 11
60 Deddy mulyana, Op, Cit. hlm, 150
lxxi
2) Menganalisis data yang telah terkumpul atau data yang baru diperoleh, data ini
dianalisis dengan cara membandingkan dengan data-data yang terdahulu.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
a) Mengembangkan pertanyaan-pertanyaan analisis.
b) Merencanakan tahapan pengumpulan data dengan hasil pengamatan
sebelumnya.
c) Menggali sumber-sumber perpustakaan yang relevan selama penelitian
berlangsung.
3) Setelah proses pengumpulan data selesai, maka peneliti membuat laporan
penelitian dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu jenis penelitian yang
bertujuan membuat gambaran (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau
kejadian-kejadian.
Adapun tujuan dari metode deskriptif ini adalah sebagai berikut:
a) Mengumpulkan informasi aktual secara terperinci yang melukiskan gejala-
gejala yang ada.
b) Mengidentifikasi masalah dengan memeriksa data-data yang
memperlihatkan kondisi.
c) Melakukan evaluasi atau (jika mungkin) membuat komparasi selain itu
proses analisis data yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
d) Reduksi Data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data ”kasar” yang
muncul dari catatan-catatan tertulis lapangan. Reduksi data merupakan
analisis yang menajamkan, menggolongkan data dengan cara sedemikian
rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik.
lxxii
e) Penyajian data, yaitu mengumpulkan data atau informasi secara tersusun
yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.
f) Menarik kesimpulan.
G. Pengecekan Keabsahan Temuan
Menurut Moleong yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa setiap
keadaan harus memenuhi:61
1) Mendemonstrasikan nilai yang benar
2) Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan
3) Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari
prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya.
Dalam penelitian ini, untuk menguji keabsahan data menggunakan teknik
sebagaimana yang dikemukakan oleh Moleong yaitu: a) Ketekunan pengamatan, b)
Triangulasi, c) Kecukupan referensial.62
Pertama, penyajian keabsahan data dengan ketekunan pengematan dilakukan
dengan cara mengamati dan membeca secara cermat sumber data penelitian sehingga data
yang diperlukan dapat diidentifikasikan. Selanjtnya dapat diperoleh deskripsi-deskripsi
hasil yang akurat dalam proses perincian maupun penyimpulan.
Kedua, triangulasi digunakan untuk pemerikasaan keabsahan data dengan
memanfaatkan sumber yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
pembanding data.63 Dalam kaitan ini ada dua metode triangulasi yang digunakan untuk
pemerikasaan data, yaitu: 1) triagulasi metode dan teknik pengumpulan data. Dalam hal
ini, metode dan teknik pengambilan data tidak hanya digunakan untuk sekedar
mendapatkan data atau menilai keberadaan data, tetapi juga untuk menentukan keabsahan 61 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif.(Bandung:2006) Hlm. 320 62 Ibid, Hlm. 175 63 Ibid, hlm. 178
lxxiii
data, 2) triangulasi data dengan pengecekan yang dibantu oleh teman sejawat, serta pihak-
pihak lain yang telah memahami penelitian ini.
Ketiga, penyajian data dengan kecukupan referensi dilakukan dengan membaca dan
menelaah sumber-sumber data dan sumber pustaka yang relevan dengan masalah
penelitian secara berulang-ulang agar diperoleh pemahaman yang memadai.
H. Tahap-tahap Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi:
1) Tahap Pendahuluan
Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan adalah:
a) Pengajuan judul proposal. kepada jurusan, dalam hal ini Jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
b) Konsultasi proposal kepada dosen pembimbing.
c) Melakukan kegiatan pustaka yang sesuai dengan judul penelitian.
d) Menyusun metodologi penelitian.
e) Mengurus surat izin penelitian kepada dekan Fakultas Tarbiyah UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang kemudian kepada kepala sekolah SLB
PGRI Singojuruh Banyuwangi.
2) Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ini, kegiatan yang dilakukan adalah
pengumpulan data dan pengelolaan data. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara:
a) Melakukan wawancara kepada subyek penelitian dalam hal ini kepala
sekolah dan guru pendidikan agama islam.
b) Menggali data untuk menunjang penelitian melalui dokumen yang
diperlukan.
lxxiv
c) Mengelola data dengan cara yang telah diperoleh dari hasil penelitian
dengan analisis data yang telah ditetapkan.
3) Tahap Penyelesaian
Kegiatan yang dilakukan dalam penyelesaian meliputi:
a) Menyusun kerangka laporan hasil penelitian.
b) Menyusun laporan hasil penelitian dengan konsultasi kepada dosen
pembimbing.
c) Ujian pertanggung jawaban di depan dosen penguji.
d) Pengadaan dan penyampaian hasil laporan penelitian kepada pihak
yang berwenang dan berkepentingan.
BAB IV
PAPARAN HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang Obyek Penelitian
Latar belakang obyek penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk di
kemukakan dalam penelitian ini. Hal ini karena obyek penelitian merupakan tempat pusat
informasi data yang diambil peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini. Adapun latar
belakang obyek penelitian ini akan membicarakan secara umum tentang keberadaan SLB
PGRI Singojuruh Banyuwangi. Latar belakang ini memaparkan secara garis besar
mengenai:
1. Sejarah singkat Sekolah Luar Biasa PGRI
SLB PGRI Singojuruh, begitulah nama dari sebuah sekolah anak tunarunguwicara
dan anak dengan kebutuhan khusus di alasmalang singojuruh yang berdiri di atas tanah
seluas ± 450 m2 di kawasan alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Kota Banyuwangi.
lxxv
Awal berdirinya sekolah ini berangkat dari kepedulian sepasang suami istri yang
begitu prihatin akan keberadaan anak berkebutuhan khusus, khususnya di kota
Banyuwangi yang mana kebanyakan dari para penyandang tunarunguwicara tersebut
adalah mereka yang berada pada golongan kurang mampu atau golongan ekonomi
menengah ke bawah. Permasalahannya, banyak sekali lembaga-lembaga atau tempat-
tempat terapi yang khusus menangani ABK (Anak Berkebutuhan Khusus), menawarkan
biaya yang sangat tinggi dan mahal. Tentunya hal ini merupakan kendala tersendiri bagi
para orang tua yang mempunyai anak penyandang ABK dari golongan kurang mampu.
Berangkat dari permasalahan tersebut itulah pasangan suami istri yang terdiri dari bapak
bambang mulyono,dan istrinya Ibu titis berkeinginan untuk mendirikan SLB (Sekolah
Luar Biasa) dengan biaya yang murah dan bisa dijangkau oleh semua kalangan, terutama
oleh kalangan ekonomi menengah ke bawah.
Untuk mewujudkan gagasan tersebut, Sekolah SD Singojuruh RT 01/I dusun sragi
kecamatan songgon, memberikan jalan dengan menyediakan tempat kepada bapak
bambang dan ibu titis untuk membuka sekolah bagi para ABK, maka tepat pada tanggal
03 bulan September Tahun 1990 berdirilah Sekolah Luar Biasa yang bernama “SLB
ABCD PGRI SINGOJURUH” dengan berlokasi di SD Singojuruh RT 01/I.
Akan tetapi, seiring dengan bertambah banyaknya siswa/penyandang ABK (Anak
Berkebutuhan Khusus) yang daftar. Maka Pak bambang dan bu titis berinisiatif untuk
mendirikan sekolah sendiri yang “independent” dan terpisah dari SD Singojuruh.
Akhirnya pada tanggal 05 Desember 1990 berdirilah sebuah sekolah untuk ABK (Anak
Berkebutuhan Khusus) dibawah naungan yayasan PPLP DASMEN PGRI
BANYUWANGI, Kecamatan Singojuruh, Kota Banyuwangi. Dan saat ini, SLB PGRI
lxxvi
telah menampung siswa berkebutuhan khusus sebanyak 40 anak, dengan tenaga pengajar
10 orang.64
2. Visi dan Misi Sekolah Luar Biasa PGRI
a) Visi Sekolah
“Budi Pekerti Luhur Terampil dan Mandiri berdasarkan Iman dan Taqwa”
b) Misi Sekolah
1) Melaksanakan pembelajaran secara efektif
2) Menanamkan penghayatan terhadap ajaran agama
3) Memberdayakan peran serta masyarakat.
4) Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan65
3. Identitas Sekolah Luar Biasa PGRI
Nama Sekolah : SLB PGRI SINGOJURUH
Nomor Identitas Sekolah (NIS) : 282 300
Nomor Statistik Sekolah (NSS) : 282052514032
Alamat Sekolah : JL. Gendoh Ds. Alasmalang Kecamatan Singojuruh
Kabupaten Banyuwangi
Status Sekolah : b. Swasta
Tahun Berdiri Sekolah : TAHUN 1990
Nama Yayasan : PPLP DASMEN PGRI BANYUWANGI
No. Akte Pendirian Yayasan : 20
Luas Tanah Sekolah (m²) : 450 m2
Luas Bangunan Sekolah (m²) : 93 m2
Status Kepemilikan Tanah : Milik Yayasan/Wakaf
Status Akreditasi : Terakreditasi : B Tahun 2008
64 Dokumen SLB PGRI Singojuuruh, hlm.5 65 Dokumen SLB PGRI Singojuuruh, hlm.10
lxxvii
No. Surat Ket. Akreditasi : Lb.000297
4. Kondisi Sekolah Luar Biasa PGRI
a. Keadaan Murid dan Guru
1) Data Siswa
Tabel 4.1 Data Siswa SMPLB PGRI 66
No. Nama siswa No. induk Kelas Jenis Kelainan
1. Moh.Mussolin 041 VIII B
2. Tomy Syarifudin Azis 031 VIII B
3 Moh Niam 038 VIII B
4 Bimas M. Sapsa EK 043 VIII B
5 Imam Wahyudi 037 VIII B
6 Neng Nuraini 039 VIII B
7 Evi Oktaviani 048 VIII B
8 Ahmad Subuki 033 VIII B
9 Andi Sugiyarto 026 VIII B
10 Mayangsari 025 VIII B
11 Prihani D K 024/ VIII C
12 Ibnu Firdaus 029 VIII B
13 Riki 018 VIII C
14 Esa Akbar Nagarawan 030 VII B
15 Liyus Jaya Saputra 022 VIII B
16 Moh. Ab Rosyid 049 IX C
17 Irawati 017 VII B
18 Singgih Erizal 050 IX C
19 Heru Darmanto 051 VIII B
20 Noermageti Tirta Arum 045/ VIII B
21 Muhammad Arsad 047 XI B
22 Emil Mauliyah 053 VIII B
66 Dokumen SLB PGRI Singojuuruh, hlm. 19
lxxviii
2) Data Guru SLB PGRI Singojuruh
Tabel 4.2 Data Guru SLB PGRI Singojuruh67
NO
NUPTK Nama Guru Gol Tmpt Tggl Lhr
Unit Kerja Tmpt Tgs di PLB
1 2133745647200013
Bambang Mulyono, S.Pd NIP. 196701081994031008
III/c Banyuwangi, 08-01-1967
SLB PGRI Singojuruh
01-07-1990
2 137749651300023
Tities Suwiji Utami S.Pd NIP. 197105102005012012
II/b Banyuwangi, 10-05-1971
SLB PGRI Singojuruh
01-07-1992
3 1133746645200004
Susilo Wibisono, S.Pd - Banyuwangi, 18-01-1968
SLB PGRI Singojuruh
01-07-2002
4 1038742643300043
Untung Sri Widayati, SP.d
- Banyuwangi, 06-07-1964
SLB PGRI Singojuruh
01-07-2005
5 2436744648300002
Sulistiowati - Banyuwangi, 01-04-1966
SLB PGRI Singojuruh
01-07-2002
6 4844751654200022
Joko Slamet Hartono, S.Pd
- Banyuwangi, 12-01-1973
SLB PGRI Singojuruh
01-07-2006
7 Wahyu Kritanto - SLB PGRI Singojuruh
8 Rusmah Hadi S.Pd - Jember, 11-03-1975
SLB PGRI Singojuruh
9 Khoirul Hidayat S.Pd - 7 Agustus 1978
SLB PGRI Singojuruh
10 Ali Musyafak S.Pd - 24 November 1971
SLB PGRI Singojuruh
b. Keadaan Sarana dan Prasarana
Adapun sarana dan prasarana yang menunjang proses belajar mengajar di SLB PGRI
Banyuwangi adalah: Ruang Kepala Sekolah, Ruang Guru, Ruang Tamu, Ruang Aula/Gedung
serbaguna, Ruang Gudang, Halaman Sekolah, dan Ruang Pembelajaran Khusus /
Rehabilitasi. Seperti yang terdapat dalam tabel 4.3 yang terdapat di lampiran.
5. Struktur Organisasi SLB PGRI Singojuruh
Gambar 4.1 Struktur Organisasi SLB PGRI Singojuruh68
67 Dokumen SLB PGRI Singojuuruh, hlm.21
lxxix
WAKASEK
Urusan Sarana
Urusan Kurikulum
Urusan Pembinaan Kesiswaan
Urusan Hubungan Kerjasama Masyarakat
6. Pengelolaan Kurikulum
a. Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum mencakup tentang sejumlah mata pelajaran yang harus
disampaikan kepada peserta didik dalam proses belajar mengajar. Kemudian didalam
muatan kurikulum pada setiap satuan pendidikan dituangkan kompetensi yang harus
dimiliki peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur
68 Dokumen SLB PGRI Singojuuruh, hlm.25
Koordinator Program Khusus Tuna netra
Tuna rungu
Tuna grahita (ringan sedang)
Tuna daksa
Tuna laras Tuna ganda
TATA USAHA
BP3
KEPALA SEKOLAH
TAHLI
Wali Kelas
Guru Mata
Pelajaran
SISWA
lxxx
kurikulum. Kemampuam peserta didik untuk menyerap kompetensi yang terdiri dari
standar kompetensi dan kompetensi dasar antara peserta didik yang satu dengan yang
lain akan sangat bervariasi. Hal ini disebabkan adanya keragaman dan keterbatasan
kemampuan antar peserta didik dalam kecacatannya.
SMPLB PGRI Singojuruh merupakan jenjang sekolah menengah yang
ditempuh selama 3 tahun dan terdiri dari 3 kelas (kelas VII, VIII dan IX) dan 4 jenis
kelainan ( tuna netra, tuna rungu, tuna grahita dan tuna daksa). Kurikulum SMPLB
PGRI Singojuruh terdiri dari 10 mata pelajara, muatan lokal, program khusus dan
pengembangan diri.69
b. Muatan Kurikulum
Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) meliputi sejumlah
mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi
peserta didik pada satuan pendidikan. Disamping itu materi muatan lokal dan kegiatan
pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum.70
Berikut akan diuraikan komponen dalam muatan kurikulum yaitu mata
pelajaran, muatan lokal, program khusus dan pengembangan diri.71
1) Mata Pelajaran
Mata Pelajaran merupakan materi bahan ajar berdasarkan landasan
keilmuan yang akan diajarkan kepada peserta didik sebagai beban belajar melalui
metode dan pendekatan tertentu. Beban belajar pada mata pelajaran ditentukan
oleh keleluasaan dan kedalaman pada masing – masing tingkat satuan pendidikan.
Metode dan pendekatan pada mata pelajaran bergantung pada ciri khas dan
karakteristik masing – masing mata pelajaran dengan menyesuaikan pada kondisi
69 Dokumen SLB PGRI Singojuuruh, hlm.39 70 Dokumen SLB PGRI Singojuuruh, hlm.41 71 Ibid, hlm. 48-55
lxxxi
yang tersedia di sekolah. Berikut ini diuraikan mengenai penjelasan mengenai
mata pelajaran yang diajarkan di SMPLB PGRI Singojuruh.
a) Mata Pelajaran bagi peserta didik untuk anak tunanetra, tunarungu,
tunadaksa sama dalam pelajaran inti, tetapi berbeda dalam program
khusus dan pengembangan diri.
b) Bagi peserta didik tunagrahita, pembelajarannya menggunakan
pendekatan tematik.
c) Alokasi waktu pada satu jam mata pelajaran adalah 40 menit.
d) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34
minggu
e) Waktu belajar di mulai pada pukul 07.00 WIB dan diakhiri pada 14.45
WIB, untuk hari Jum’at di mulai pada pukul 07.00 WIB dan diakhiri
pada pukul 11.00 WIB.
Mata pelajaran di SMPLB PGRI Singojuruh terdiri dari 10 mata pelajaran,
yaitu :
(1) Pendidikan Agama
Meliputi pendidikan Agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agamanya dan
mengenalkan keberagaman Agama yang terjadi di masyarakat serta
mengajarkan toleransi terhadap lain Agama.
(2) Pendidikan Kewarganegaraan
Tujuannya adalah memberikan pemahaman kepada peserta didik
tentang kesadaran hidup berbangsa dan bernegara serta menanamkan
rasa persatuan dan kesatuan.
lxxxii
(3) Bahasa Indonesia
Memebina keterampilan berbahasa secara lisan, tulis dan isyarat
Indonesia serta dapat menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat
komunikasi dan sebagai sarana pemahaman terhadap IPTEK
(4) Bahasa Inggris
Membina keterampilan berbahasa secara lisan, tulis dan isyarat untuk
menghadapi perkembangan IPTEK dan era persaingan bebas.
(5) Matematika
Memberikan pemahaman dan kemampuan logika dan kemampuan
dasar matematika untuk menyongsong perkembangan IPTEK.
(6) Ilmu Pengetahuan Alam
Meliputi Fisika dan Biologi. Tujuannya adalah memberikan
pemahaman kepada peserta didik tentang ilmu sains untuk memahami
IPTEK
(7) Ilmu Pengetahuan Sosial
Meliputi Sejarah, Geografi, Ekonomi dan Sosiologi. Tujuannya adalah
memberikan pengetahuan kepada peserta didik tentang sosio cultur
masyarakat majemuk.
(8) Seni Budaya
Meliputi seni suara, seni rupa, seni teater dan seni tari. Tujuannya
untuk mengembangkan apresiasi seni, daya kreasi dan kecintaan
terhadap karya seni.
(9) Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
lxxxiii
Menanamkan kebiasaan hidup sehat, meningkatkan kebugaran jasmani
dan keterampilan olahraga, memupuk rasa sportifitas, tanggung jawab,
disiplin dan kepercayaan diri peserta didik.
(10) Keterampilan Vokasional/ Teknologi Informasi & Komunikasi
Meliputi keterampilan anyaman bambu, potong rambut/ salon,
menjahit dan komputer. Tujuannya untuk memupuk dan meningkatkan
keterampilan peserrta didik sebagai bekal hidup selanjutnya.
2) Muatan Lokal
Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah termasuk
keunggulan daerah yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata
pelajaran.
Muatan lokal yang ada di SMPLB PGRI Singojuruh yaitu Bahasa Jawa
Mata Pelajaran muatan lokal. Bahasa Jawa ini dipilih berdasarkan pertimbangan
bahwa Bahasa Jawa masih merupakan bahasa komunikasi yang tetap digunakan
dalam komunikasi sehari – hari masyarakat dan tentunya Bahasa Jawa adalah
masih menjadi ciri khas dari masyarakat Jawa khususnya Banyuwangi.
Mata Pelajaran muatan lokal Bahasa Jawa ini mempunyai alokasi waktu
40 menit. Untuk satu jam pelajaran dan 34 tatap muka dalam satu tahun ajaran (2
semester).
Tujuannya adalah untuk memupuk rasa kepemilikan terhadap bahasa
daerahnya dan melestarika kebudayaan jawa yang mulai ditinggalkan serta untuk
meningkatkan cara berkomunikasi dengan bahasa Jawa dengan baik dan benar.72
3) Program Khusus
72 Ibid, hlm. 60
lxxxiv
Program Khusus diperuntukkan bagi peserta didik yang memiliki jenis
kelainan yang spesifik dan berfungsi untuk membantu peserta didik dalam
aktifitas sehari – hari SMPLB PGRI Singojuruh merancang 4 program khusus
yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik yaitu :73
1) Orientasi dan Mobilitas untuk peserta didik Tunanetra
2) Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama untuk Peserta didik
Tunarungu
3) Bina Diri untuk peserta didik Tunagrahita
Tujuannya untuk membantu dan memberikan kemampuan peserta didik
untuk melayani kebutuhan dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari.
4) Bina Diri dan Bina Gerak untuk peserta didik Tunadaksa.
Tujuannya adalah untuk memberikan kemampuan peserta didik dalan
mengoptimalkan anggota tubuh yang tersisa untuk melaksanakan kegiatan
sehari-hari dengan baik.
5) Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan kegiatan yang secara umum bertujuan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat
mengaktualisasikan kemampuannya sesuai dengan kebutuhan, bakat dan
minatnya sesuai dengan kondisi sekolah dengan kebutuhan, bakat dan
minatnya sesuai dengan kondisi sekolah. Evaluasi dan penilaian dari
kegiatan ini secara kwalitatif.
Kegiatan pengembangan diri yang dilaksanakan di SMPLB PGRI
Singojuruh antara lain :
a) Seni Lukis
73 Ibid, hlm. 69
lxxxv
Tujuannya adalah untuk memupuk dan meningkatkan kemampuan
mengekspreso, kreatifitas seni lukis peserta didik sesuai dengan bakat dan
minatnya serta mengupayakan hasil lukisan yang memiliki harga jual yang
tinggi.
b) Olahraga
Cabang olahraga yang ada antara lain bulu tangkis, tenis meja.
Tujuannya adalah untuk memupuk bakat dan minat peserta didik serta
meningkatkan kemampuan siswa agar dapat berprestasi lebih baik.
c) Elektro
Tujuannya adalah untuk membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam
keahlian elektro sehingga mampu mengikuti perkembangan.
d) Keterampilan membuat kripik singkong
Tujuannya adalah untuk membekali peserta didik dalam keterampilan
membuat kripik singkong yang sesuai dengan potensi lokal Banyuwangi
khususnya daerah Lemahabang Singojuruh.74
B. Paparan Data
Dari hasil penelitian wawancara yang dilakukan langsung oleh peneliti dengan
responden maka diketahui bahwa, pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama islam
(PAI) di SLB PGRI dilaksanakan 2 jam perminggu dengan memperkecil materi PAI nya
yang telah di tetapkan oleh pemerintah, karena anak luar biasa dalam hal kognitifnya
dalam hitungan detik mereka sudah melupakan apa yang telah mereka pelajari karena itu
mateinya lebih dipersempit dari pada materi yang ada di sekolah normal lainnya.
Karena itu guru harus dapat mencapai tujuan akhir pembelajaran pendidikan
agama islam sehingga anak luar biasa dapat menerapkannya dan menghayatinnya sesuai
74 Ibid, hlm. 80
lxxxvi
dengan yang telah dipelajari sehingga menjadikannya pribadi yang berbudi pekerti.
Seperti petikan wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran pendidikan agama islam
(PAI) yang sekaligus menjabat sebagai kepala sekolah, berikut ini yang dilakukan pada
tanggal 22 Februari 2010 di ruang guru:
“....Tujuan akhir dari pembelajaran PAI disini adalah seperti yang tertera dalam visi dan misi SLB PGRI, yaitu menanamkan penghayatan terhadap ajaran agama yang di anut oleh siswanya, guna menerapkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari di sekolah ataupun lingkungan masyarakat dirumahanya sebagai pedoman hidupnya kelak nanti”.75
Dari hasil wawancara tersebut dapat penulis ketahui pencapaian tujuan
pembelajaran pendidikan agama islam di SLB PGRI adalah agar siswa-siswanya menjadi
pribadi yang berbudi pekerti luhur, beriman dan bertakwa kepada Allah. serta dapat
menerapkan ajaran agama yang telah dipelajarinya dalam kehidupan di masa sekarang
dan masa yang akan datang serta menjadikan Al-qur’an sebagai pedoman hidupnya.
Serta perlunya kerjasama yang baik dan berkelanjutan antara orang tua siswa dan
guru-guru serta pihak-pihak yang mempunyai kaitan dengan pendidikan di sekolah
diharapkan perlu di bina karena menjadi motivasi yang kuat bagi orang tua untuk
berpartisipasi aktif dalam usaha-usaha sekolah. Sehingga akan terencapai tujuan alhir
pembelajran pendidikan agama Islam yang sesungguhnya karena adanya kerjasama guru
dan oarangtua.
Sedangkan materi Pendidikan Agama Islam yang di ajarkan di SLB PGRI sama
halnya yang di ajarkan di sekolah normal lainnya akan tetapi karena sekolah luar biasa
jadi materinya lebih di persempit karena siswa SLB biasanya dalam pemberian materi
terlebih dahulu mereka harus mempunyai keinginan untuk mengetahui pengetahuan yang
baru karena itu guru biasanya memancing siswanya dengan mengajak keluar kelas guna
mengembalikan semangat mereka dalam menerima materi yang akan di ajarkan karena
75 Dokumen wawancara, hlm. 2
lxxxvii
biasanya siswa SLB PGRI lebih suka pada materi pelajaran sebelumnya sehingga tidak
mau untuk belajar materi selanjutnya karena itu harus berusaha agar muridnya mau
belajar pada materi selanjutnya seperti ungkapan ibu titis pada tanggal 22 Februari 2010
di ruang guru:
“....Materi disini kita menggunakan atau mengikuti yang di dalam KTSP dan yang ada di sekolah normal lainnya seperi fiqih, sejarah islam, aqidah, dan qurdist yang sama dengan sekolah normal tapi karena SLB jadi materinya lebih dipersempit, tidak semuanya di muat dalam pembelajaran”.76 Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, menunjukkan
bahwa untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah di ajarkan apabila
ada siswa yang mengalami kesulitan adalah selalu menjelaskan kembali. Hal ini
membuktikan bahwa dalam menyampaikan materi khususnya pelajaran pendidikan
agama islam, guru tidak mengejar target kurikulum. Namun guru tetap berupaya agar apa
yang disampaikan benar-benar dikuasai siswa dan karena itu guru harus membuat siswa-
siswa SLB nya tetap fokus padanya karena jika tidak maka apa yang telah di ajarkan
tidak akan diserap siswa SLB. Sehingga guru bekerja dua kalilipat lebih keras dalam
menerangkan kembali materinya serta harus menggunakan beberapa metode yang lain
guna menyemangatkan kembali siswa dalam proses pembelajaran.
Dalam penggunaan metode pembelajaran guru juga menggunakan metode
pembelajaran yang di gunakan di sekolah normal lainnya karena melihat pada kebutuhan
anak berkelainan fisik yang lebih suka dengan metode demonstrasi, bermain dan belajar
sehingga mengharuskan guru menggunakan metode bervariasi dalam pelaksanaan
pembelajarannya dan mencari media yang mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran
yang membutuhkan praktek sebelumnya karena tanpa melihat medianya terlebih dahulu
maka siswa akan kesulitan dalam melakukan suatu praktek karena anak berkebutuhan
cenderung menirukan hal-hal yang mereka anggap baru dan unik, akan tetapi selain itu
76 Ibid, hlm.2
lxxxviii
karena yang di ajar adalah siswa luar biasa jadi metode nya juga ada yang dikhususkan
seperti metode pada anak tunarungu wicara di SLB PGRI dalam pembelajarannya guru
menggunakan metode khusus seperti, belajar bahasa melalui membaca Ujaran meskipun
metode tersebut sangat sulit bagi mereka penyandang tunarungu akan tetapi harus guru
terapkan guna mendukung dalam penggunaan bahasa isyarat, belajar bahasa secara
Manual (bahasa isyarat) guna meningkatkan perkembangan bahasa anak tunarungu dan
memberi merekafondasi untuk keterampilan membaca dan menulius dengan bahasa yang
baik dan benar, karena itu penggunaan metode yang tepat akan turut menuntut efektifitas
dan efisiensi pembelajaran, dan selain metode-metode khusus guru juga perlu metode
yang di gunakan di sekolah-sekolah normal lainya seperti ceramah, demonstrasi,
pemberian tugas dan metode-metode yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan
pada interaksi peserta didik. Sesui dengan ungkapan ibu titis yang di ungkapkan pada
tanggal 23 Februari 2010 di ruang guru:
“...Metode yang diterapkan di SLB ini sebenarnya sama menggunakan metode yang juga digunakan di sekolah normal lainnya seperti ceramah, demonstrasi, pemberian tugas dan tidak lupa juga menggunakan metode Belajar Bahasa Melalui Membaca Ujaran (Speechreading), Metode Maternal Reflektif (isyarat) yaitu suatu metode pembelajaran berbahasa bagi anak tunarungu karena dengan menggunakan isyarat sangat mendukung si anak dalam pembelajaran ataupun diluar pembelajaran dengan orang di sekitarnya”.77 Selain itu juga tak lupa guru juga memberikan metode motivasi bagi siswanya
dalam memperkuat semangat jiwanya dalam belajar. Karena itu juga membawa pengaruh
yang baik sekali dalam jiwanya, yang dapat menyebabkan siswa tersebut menyukai guru,
sekolahnya dan senang belajar sehingga otaknya menjadi mudah menerima pelajaran.
Adapun untuk mengetahui pemahaman dan kompetensi siswa dalam pelajaran
pendidikan agama islam adalah seringnya guru memberikan tugas kokurikuler (PR)
kepada siswa. Tugas kokurikuler tersebut berfungsi untuk meningkatkan pemahaman
77 Ibid, hlm. 2
lxxxix
siswa terhadap materi yang diajarkan, karena dengan semakin sering diberikan tugas oleh
gurunya pemahaman siswa terhadap setiap materi pendidikan agama islam semakin
meningkat. Hal ini tentunya dengan memperhatikan kemampuan dan kesempatan siswa
untuk menyelesaikan tugas rumah tersebut.
Selain itu juga guru memberikan penilaian atau ulangan harian yang
dilaksanakan oleh guru pada setiap akhir pokok bahasan atau bab. Hal ini ini bertujuan
untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan guru dalam mengajar serta keberhasilan
siswa dalam belajar sedini mungkin yakni setiap akhir pokok pembahasan. Sehingga bila
terjadi kesulitan yang dialami siswa atau ketidakberhasilan guru dalam mengajar dapat
segera dicari sebab-sebabnya dan dibenahi sehingga berhasil nantinya.
Dengan demikian semakin banyak guru mengadakan ulangan harian, tugas atau
latihan maka kesulitan anak khususnya dalam pembelajaran pendidikan agama islam
dapat dengan cepat diketahui dan diperbaiki.
Biasanya jika ada murid/siswa yang tidak melaksanakan tugas yang diberikan
maka sikap guru adalah memberi peringatan biasanya bentuk peringatan yang diberikan
kepada murid berupa hukuman tambahan tugas kepada murid yang bersangkutan sebagai
hukuman terhadap kesalahannya. Sehingga murid tersebut menjadi jera dan tidak
mengulangi kembali. Seperti ungkapan ibu titis pada tanggal 23 Februari 2010 di ruang
guru di bawah ini:
“…Evaluasi yang digunakan sama juga seperti sekolah normal lainnya yakni menggunakan pritest, tes tulis, tes lisan, PR dan praktek karena di situ guru dapat mengetahui seberapa dalam siswa itu mencerna dan menyerap materi yang telah di ajarkan oleh guru sehingga guru mengetahui kecerdasan atau kemampuan siswanya dalam memahami materi serta guru juga dapat mengevaluasi model pembelajaran nya”78. Berdasarkan dari pemaparan hasil wawancara di atas dapat penulis ketahui
upaya yang dilakukan guru PAI dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama
78 Dokumen wawancara, hlm. 3
xc
islam di SLB PGRI Singojuruh adalah, menerapkan materi pendidikan agama islam
kepada sisiwa-siswanya sehingga menjadikan mereka muslimah yang berakhlaqul
karimah, bertaqwa dan beriman kepada Allah. Dan dalam penerapan materi tersebut guru
menggunakan metode khusus dan metode umum yang di pakai dalam sekolah-sekolah
normal lainnya karena pemilihan metode pembelajaran secara tepat, dapat menjadikan
siswa semangat dalm pembelajaran sehingga siswa tidak bosan dan jenuh pada mata
pelajaran PAI.
BAB V
PEMBAHASAN
Dari penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti dengan judul “Pelaksanaan
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Di Sekolah Luar Biasa (SLB)
Banyuwangi”. Maka dari itu dalam pembahasan ini, penulis menyajikan sebuah data
beserta analisanya sebagai hasil penelitian yang penulis lakukan di SLB PGRI Singojuruh
Banyuwangi, data ini merupakan hasil penelitian berdasarkan: observasi, dokumentasi
dan hasil wawancara penulis dengan kepala sekolah tentang sesuatu yang ada dalam
lingkup pembahasan skripsi ini. Adapun ruang lingkup pembahasan ini adalah :
1. Bagaimana pencapaian tujuan akhir dari pembelajaran pendidikan agama islam di
SLB PGRI Singojuruh Banyuwangi..
2. Materi apa saja yang di ajarkan dalam pelaksanaanan pembelajaran PIA di LB PGRI
Singojuruh Banyuwangi.
xci
3. Bagaiman metode pembelajaran yang di gunakan dalam proses pembelajaran di kelas
bagi siswa SLB di PGRI Singojuruh Banyuwangi.
4. evaluasi atau penilaian bagaimana yang di terapkan guru dalam mengetahui
kemampuna siswanya dalam memahami materei yang telah di jarkan.
Dari keterangan dalam teknik analisa data dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan data yang diperoleh baik melalui
observasi, interview, dokumentasi, dari pihak-pihak yang mengetahui tentang data yang
peneliti butuhkan. Adapun data yang akan diapaparkan dan dianalisa oleh peneliti sesuai
dengan rumusan penelitian di atas. Untuk lebih jelasnya peneliti akan membahasnya.
1. Tujuan Akhir pembelajaran PAI di SLB
Dari hasil wawancara tersebut dapat penulis ketahui pencapaian tujuan
pembelajaran pendidikan agama islam di SLB PGRI adalah agar siswa-siswanya menjadi
pribadi yang berbudi pekerti luhur, beriman dan bertakwa kepada Allah. serta dapat
menerapkan ajaran agama yang telah dipelajarinya dalam kehidupan di masa sekarang
dan masa yang akan datang serta menjadikan Al-qur’an sebagai pedoman hidupnya.
Sehingga menjadikan hidupnya bahagia di dunia dan di akhirat nanti
Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam visi dan misi sekolah luar biasa PGRI
agar peserta didik memiliki akhlakul karimah yang telah di ajarkan nabi kepada umatnya
dan selalu meningkatkan keimanannya kepada Tuhan Yang Maha ESA, serta dapat
menanamkan penghayatan terhadap ajaran agamanya dalam kehidupanya dan lingkungan
sekitar.
Tujuan tersebut adalah merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh setiap orang
yang melaksanakan pendidikan agama. Karena dalam mendidik agama yang perlu
ditanamkan terlebih dahulu adalah keimanan yang teguh, sebab dengan adanya keimanan
yang teguh maka akan menghasilkan ketaatan menjalankan kewajiban agama.
xcii
Selain itu pencapaian akhir pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama islam juga
bertujuan melakuakn perubahan yang merupakan pengetahuan, tingkah laku, jasmani dan
rohani, dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki di dunia dan di akhirat oleh
siswa-siswanya, serta perubahan tingkah lakunya di lingkungan masyarakat.
Dan hal ini sama dengan tujuan akhir pendidikan agama Islam itu sendiri yaitu
pembinaan akhlak dalam menyiapkan siswa untuk hidup didunia dan di akhirat, serta
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan
pengetahuan, penghayatan, pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga menjadi
manusia Muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan, berbangsa dan
bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.
2. Materi Pendidikan Agama Islam di SLB
Sebagaimana diketahui, bahwa inti ajaran pokok islam meliputi, masalah
keimanan (aqidah), masalah keislaman (syari’ah), dan masalah ikhsan (akhlak) yang di
uraikan sebagai berikut: a) Aqidah adalah bersifat I’tiqad batin, mengajarkan keesaan
Allah, Esa sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur dan meniadakan alam ini. b)Syri’ah
adalah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka menta’ati semua peraturan dan
hukum tuhan, guna mengatur hubungan antara manusia dengan tuhan, dan mengatur
pergaulan hidup dan kehidupan manusia. c)Akhlak adalah suatu amalan yang bersifat
pelengkap penyempurna bagi kedua amal diatas dan yang mengajarkan tentang cara
pergaulan hidup manusia.
Tiga inti ajaran islam itu kemudian dijabarkan dalam bentuk rukun iman, rukun
islam dan akhlak, serta beberapa keilmuan tauhid, ilmu fiqih dan ilmu akhlak.
Hal ini senada dengan materi pendidikan agama islam yang di ajarkan di SLB
PGRI yang mencakup mata pelajaran Fiqih, Al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak dan
Sejarah Islam, materi pendidikan agama islam yang di sajikan juga sama seperti sekolah
xciii
normal lainnya akan tetapi materi khusus di SLB lebih di persempit mengikuti
kemampuan anak berkebutuhan khusus, yang biasa nya mereka sangat aktif dalam
pembelajaran akan tetapi di lain kesempatan mereka bisa menjadi anak yang pasif dan
tidak memperhatikan pembelajaran salah satu nya anak tunarungu wicara.
Dan dalam penyajian materi adapun sistematika pengajarannya dan tehnis
penyajiannya di SLB PGRI mengikuti pada kebijaksanaan yang pemerintah berlakukan,
dengan memperhatikan bahan atau materi dan waktu yang tersedia sesuai dengan jadwal
yang telah ditetapkan.
3. Penggunaan Metode Pembelajaran Di SLB PGRI
Dalam suatu proses belajar mengajar guru dapat menggunakan berbagai macam
metode yang sesuai dengan anak didiknya, tujuan, situasi, dan fasilitas. Sehingga kegiatan
belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, karena itu pemilihan metode secara tepat
dapat membantu guru dalam menguasai kelas dan menjelaskan materi sehingga siswa
tidak bosan dan jenuh pada mata pelajaran PAI yang telah di jelaskan. Serta dalam
penggunaan media yang bervariasi baik itu bersumber dari media cetak, elektronik dan
lain sebagainya guna menunjang pembelajaran sangat mendukung dalam keberhasilan
penggunaan metode jika memang harus memerlukan media pembelajaran, akan tetapi
karena sekolah ini luar biasa jadi metode nya juga ada yang dikhususkan seperti metode
pada anak tunarungu wicara di SLB PGRI dalam pembelajarannya guru menggunakan
metode khusus yaitu, Belajar Bahasa Melalui Membaca Ujaran , Belajar Bahasa secara
Manual (bahasa isyarat), karena penggunaan metode yang tepat akan turut menuntut
efektifitas dan efisiensi pembelajaran, dan selain metode-metode khusus anak tunarungu
wicara guru juga perlu metode yang di gunakan di sekolah-sekolah normal lainya seperti
ceramah, demonstrasi, pemberian tugas dan metode-metode yang berpusat pada guru,
serta lebih menekankan pada interaksi peserta didik.
xciv
Selain itu juga guru tak lupa memberikan metode motivasi bagi siswanya dalam
memperkuat semangat jiwanya di akhir pembelajarannya. Karena motivasi itu juga
membawa pengaruh yang baik sekali dalam jiwanya, yang dapat menyebabkan siswa
tersebut menyukai guru dan sekolahnya serta otaknya menjadi mudah menerima
pelajaran.
4. Penilaian di SLB PGRI
. Guna mengetahui pemahaman dan kompetensi siswa dalam pelajaran
pendidikan agama islam yakni dengan cara penilaian atau evaluasi dengan cara seringnya
guru memberikan tugas ataupun pekerjaan rumah (PR) kepada siswanya. Tugas
kokurikuler tersebut berfungsi untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi
yang diajarkan, karena dengan semakin sering diberikan tugas oleh gurunya, pemahaman
siswa terhadap setiap materi pendidikan agama Islam semakin meningkat. Hal ini
tentunya dengan memperhatikan kemampuan dan kesempatan siswa untuk menyelesaikan
tugas rumah tersebut.
Selain itu juga guru memberikan penilaian atau ulangan harian yang
dilaksanakan oleh guru pada setiap akhir pokok bahasan atau bab. Hal ini ini bertujuan
untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan guru dalam mengajar serta keberhasilan
siswa dalam belajar sedini mungkin yakni setiap akhir pokok pembahasan. Sehingga bila
terjadi kesulitan yang dialami siswa atau ketidakberhasilan guru dalam mengajar dapat
segera dicari sebab-sebabnya dan dibenahi sehingga berhasil nantinya.
Dengan demikian semakin banyak guru mengadakan ulangan harian, tugas atau
latihan maka kesulitan anak khususnya dalam pembelajaran pendidikan agama islam
dapat dengan cepat diketahui dan diperbaiki.
Biasanya jika ada murid/siswa yang tidak melaksanakan tugas yang diberikan
maka sikap guru adalah memberi peringatan biasanya bentuk peringatan yang diberikan
xcv
kepada murid berupa hukuman tambahan tugas kepada murid yang bersangkutan sebagai
hukuman terhadap kesalahannya. Sehingga murid tersebut menjadi jera dan tidak
mengulangi kembali. Selain menevaluasi siswanya guru juga dapat mengevaluasi
pembelajaran nya sehingga guru dapt mengetahui kekeurangan nya di dalam
menggunakan metode ataupun menjelaskan materi di dalam kelas.
Oleh karena itu guru harus memilki pengetahuan yang memadai tentang penilaian
hasil belajar sebagaimana memahami penilaian program. Karena itu sebagai suatu
proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip-prisip dan dengan teknik yang sesuai,
dengan menggunakan tes atau non tes.
xcvi
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama islam di SLB ini bertujuan agar sisiwa
menjadi manusia berbudi pekerti luhur dan beriman serta bertaqwa kepada Allah SWT.
Seperti yang tertera dalam visi dan misinya, guru harus menanamkan penghayatan
terhadap ajaran agama yang di anut oleh siswanya. Maka dengan di berikannya
pendidikan agama islam kepada mereka akan lebih memberikan motivasi kepada
mereka untuk lebih optimis dalam menghadapi dunia ini sehingga tercapailah tujuan
dari akhir dari pembelajaran pendidikan agama islam.
2. Materi yang di gunakan di SLB ini mengikuti yang tertera di dalam KTSP dan yang
ada di sekolah normal lainnya seperi fiqih, sejarah islam, aqidah, dan Al-Qur’an
Hadits akan tetapi karena SLB jadi materinya lebih dipersempit melihat dari
kemampuan anak di SLB.
3. Dan metode yang diterapkan di SLB ini menggunakan metode yang digunakan di
sekolah normal lainnya seperti inquiry, demonstrasi, pemberian tugas dan tidak lupa
juga menggunakan Belajar Bahasa Melalui Membaca Ujaran, Belajar Bahasa secara
Manual (bahasa isyarat) yaitu suatu metode pembelajaran berbahasa bagi anak
tunarungu karena dengan menggunakan isyarat sangat mendukung anak trunarungu-
wicara dalam pembelajaran dengan orang di sekitarnya.
4. Dalam melaksanakan evaluasi, di SLB PGRI menganut atau mengikuti penilaian di
sekolah normal lainnya yakni menggunakan pretest, tes tulis, tes lisan dan praktek,
karena di situ guru dapat mengetahui seberapa dalam siswa itu mencerna atau
menyerap materi yang telah di ajarkan oleh guru sehingga di situ guru mengetahui
xcvii
kecerdasan atau kemampuan siswanya selain itu guru juga dapat mengevaluasi dan
memperbaiki pengajarannya dalam proses pembelajaran di kelas.
B. Saran
1. Bagi para terapis atau pengajar diharapkan untuk mampu meningkatkan keuletan dan
ketelatenan dalam mendidik anak didiknya serta pandai pula menggunakan metode
dan memanfaatkan fasilitas yang sesuai dengan tujuan pembelajaran agar anak didik
tidak mengalami kejenuhan dalam aktivitas belajar mengajar.
2. Bagi para pengurus lembaga hendaknya lebih giat lagi untuk melakukan
sosialisasi/promosi kepada masyarakat luas, agar supaya masyarakat lebih mengenal
akan keberadaan SLB PGRI Singojuruh, sehingga dengan sendirinya nanti mampu
mendatangkan donator-donatur yang bisa memfasilitasi akan kebutuhan sarana dan
prasarana yang dirasa masih kurang.
3. Hendaknya tiap ruangan/kelas yang digunakan selama proses kegiatan belajar
berlangsung dilengkapi dengan akseroris/hiasan-hiasan yang membuat suasana
menjadi menarik dan indah, semisal: gambar, mainan, tape recorder dll. Sehingga
dengan sendirinya anak bisa melatih kemampuan motoriknya dan komunikasi.
4. Kiranya media pembelajaran yang telah ada selama ini perlu adanya penambahan lagi,
agar supaya anak lebih kreatif dan tidak merasa bosan dalam menggunakan alat/media
belajar yang ada.
DAFTAR RUJUKAN
Anam, C.1981. Psikologi Anak Luar Biasa. Yogyakarta: SGPLB Yogyakarta. Arifin, Muhammad. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta. Amin, M. Dan Dwijosumarto, A.1979. Ahmadi, Abu. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Renika Cipta. Buchori, Muchtar.1992. Posisi Dan Fungsi Pendidikan agama Islam Dalam
Kurikulum Perguruan Tinggi. Malang: Makalah IKIP Malang. Djamarah, Syaiful, B. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakaerta: Renika
Cipta Daradjat, Zakiah. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Departemen Agama RI.1989. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Surabaya: Jaya
Sakti. Drever, James.1986. Kamus Psikologi. Jakarta: Bina Aksara. Hadis, Abdul. 1996. Ilmu Pendidikan. Jakarta. Remaja Rosdakarya. Hadi, Sutrisno. 1987. Metodologi Reseach. Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada. Jalaluddin. 1994. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. M.Kes. M.Pd., Efendi Muhammad, Dr. 2006. Pengantar Psikopedagogik
Anak Berkelainan. Jakarta: Sinar Grafik Offset. Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Muhaimin, dkk. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Trigenda Karya. Nata, Abudin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada Somantri, T. Sutijihati. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung:
PT.Refika Aditama. S.E., M.A, Delphie Bandi. Dr. Prof. 2006.Psikologi Anak Luar Biasa.
Bandung: Refika Aditama. Sukandarrumidi. 2004. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press. Saputro, Suprihadi. 1993. Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran Umum:
Pengembangan Proses Belajar Mengajar. IKIP Malang. Syamsudin Makmun, Abin.2003. Psikologi Kependidikan, Perangkat Sistem
Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosdakarya. __________. 1996 Strategi belajar Mengajar. Surabaya: CV Citra Media __________ , 2001. Paradigma Pendidikan Islam Upaya mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam Di Sekolah. Surabaya: PT. Remaja Rosda Karya.