06110099-eltafiyanal-haqqo

99
i PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) BANYUWANGI SKRIPSI Diajukan kepada Dekan Fakultas Tarbiyah untuk memenuhi salah satu syarat dalam Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.P.d.I) Oleh: ELTAFIYANAL HAQQO NIM. 06110099 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG MEI 2010

Upload: dzaky-ahmada

Post on 04-Aug-2015

52 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 06110099-eltafiyanal-haqqo

i

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) BANYUWANGI

SKRIPSI

Diajukan kepada

Dekan Fakultas Tarbiyah

untuk memenuhi salah satu syarat dalam

Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.P.d.I)

Oleh:

ELTAFIYANAL HAQQO NIM. 06110099

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MAL ANG MEI

2010

Page 2: 06110099-eltafiyanal-haqqo

ii

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) BANYUWANGI

SKRIPSI

Diajukan kepada

Dekan Fakultas Tarbiyah

untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh:

ELTAFIYANAL HAQQO NIM. 06110099

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MAL ANG MEI

2010

Page 3: 06110099-eltafiyanal-haqqo

iii

HALAMAN PENGESAHAN

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) BANYUWANGI

Dipertahankan di Depan Dosen Penguji Skripsi

dan Dinyatakan lulus sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S. Pd.I)

Tanggal: 19 April 2010

SUSUNAN PENGUJI TANDA TANGAN

1. Prof.Dr.H.Muhaimin, MA (KETUA PENGUJI) ……………………. NIP. 195612111983031005

2. Triyo Supriyatno, M,Ag (SEKERTARIS) …………………….

NIP. 197004272000031001

3. Prof.Dr.H.Muhaimin, MA (PEMBIMBING) …………………….

NIP. 195612111983031005

4. Prof.Dr.H.Baharrudin, M.Pd.I (PENGUJI UTAMA) …………………….

NIP. 195612311983031032

Mengesahkan

Dekan Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri (UIN) Malang

Dr. H. M. Zainuddin, MA NIP. 19620907 199503 1 001

Page 4: 06110099-eltafiyanal-haqqo

iv

HALAMAN PERSETUJUAN

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) BANYUWANGI

SKRIPSI

OLEH:

ELTAFIYANAL HAQQO NIM. 06110099

Telah diperiksa dan disetujui oleh:

Dosen Pembimbing

Prof.Dr.H.Muhaimin, MA NIP.195612111983031005

Tanggal 08 April 2010

Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Drs. Moh. Padil, M. Pd.I NIP. 19651205199401003

Page 5: 06110099-eltafiyanal-haqqo

v

MOTTO

Anda wajib mensyukuri apapun yang menimpa anda. Ini bukan masalah keberuntungan. Bersyukur menuntut anda untuk senantiasa menyingkirkan sisi negative dari hidup. Orang lain mungkin mengatakan bahwa anda tidak realistis, yaitu membebaskan diri anda dari kecemasan atau kesalahan.

Bersyukur mendorong anda untuk bergerak maju dengan penuh antusias. Tak ada yang meringankan hidup anda selain sikap bersyukur, semakin banyak anda bersyukur semakin banyak anda menerima. Semakin banyak anda mengingkari, semakin berat beban

yang anda jejalkan pada diri anda. Lebih banyak orang terpaku kedalam kegagalan lalu mengingkarinya.

Sedikit sekali orang yang melihat pada keberhasilan lalu

mensyukurinya. Karena anda takkan berhasil karena berusaha, sedangkan usaha yang anda lakukan karena anda melihat sisi positif. Hanya dengan bersyukur sisi positif tampak di pandangan anda.

(Ir.Andi Muzaki, SH,MT. [email protected])

Page 6: 06110099-eltafiyanal-haqqo

vi

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gerak kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang

pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah di tulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yayn secara tertulis di acu dalam naskah ini dan di

sebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, Eltafiyanal Haqqo

Page 7: 06110099-eltafiyanal-haqqo

vii

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk

Orang-orang yang telah memberikan arti bagi hidupku

Dengan pengorbanan, kasih sayang dan ketulusannya.

Kepada kedua orang tuaku yang paling berjasa dalam hidupku dan selalu menjadi motivator

dan penyemangat dalam setiap langkahku untuk terus berproses menjadi insane kamil, Umi

tersayang dan Abi tersayang

Kepada kedua kakakku yang telah menjadikan hidupku lebih bermakna dan penuh warna

Kepada keluarga besar di banyuwangi dan mataram yang selalu memberi semangat

Kepada guru-guruku, dosen-dosenku yang telah memberikan ilmunya kepadaku

Teman-teman dan rekan-rekan di Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim yang tak dapat

disebutkan satu-satu yang telah memberikan warna dan canda tawa selama penulis ada

dirantau ini

Dan seseoarang yang jauh disana yang akan selalu menjadi imam sholatku

Terima kasih atas ketulusan dan keihlasannya dalam memberikan kasih sayang selama ini

sehingga menjadikan hidupku begitu indah dan lebih berarti, Kupersembahkan buah karya

sederhana ini kepada kalian semua hanya do’a dan harapan yang terucap:

Semoga Allah SWT memberikan kekuatan dan kemampuan kepadaku

untuk bisa mewujudkan apa yang kalian titipkan selama ini.

Dan semoga ku bisa menjadi yang terbaik bagi kalian

“Amien Ya Robbal Alamin”

Page 8: 06110099-eltafiyanal-haqqo

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillah, tiada kata yang pantas dan patut penulis ungkapkan selain rasa syukur

ke hadirat Allah SWT “Sang Maha Cahaya” yang telah melimpahkan kasih-sayang-Nya yang

tiada batas, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis dalam bentuk skripsi ini dengan

mengambil judul “Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dDi SLB

PGRI Singojuruh Bnyuwangi”.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tetap terlimpahcurahkan kepada teladan suci

kita bersama Rasulullah Muhammad SAW, pemimpin dan pembimbing abadi umat. Karena,

melalui Beliaulah kita menemukan jalan yang terang benderang dalam mendaki puncak

tertinggi iman, dari gunung tertinggi Islam.

Penulis menyadari bahwa baik dalam perjalanan studi maupun dalam penyelesaian

skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya,

permohonan maaf, dan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang dengan ikhlas memberikan dorongan baik moril,

materiil, dan spirituil.

2. Bapak Prof. DR. H. Imam Suprayogo, selaku rektor Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang.

3. Bapak Dr. H. M. Zainuddin, MA, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah, dan Bapak Drs.

Padil, M. Pdi., selaku Kepala Jurusan Fakultas Tarbiyah beserta segenap dosen

Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang dengan ikhlas telah

membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.

4. Bapak Prof. Dr. H. Muhaimin, MA. yang dengan ikhlas membagikan waktu, tenaga,

dan fikiran Beliau dalam upaya memberikan bimbingan, petunjuk, serta pengarahan

kepada penulis dalam proses mengerjakan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

5. Segenap staf perpustakaan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

yang dengan ikhlas membantu menyediakan buku-buku literatur yang penulis

butuhkan.

6. Kepala Sekolah, guru, dan segenap siswa SLB PGRI Singojuruh yang dengan ikhlas

membantu penulis dalam penelitian skripsi ini.

Page 9: 06110099-eltafiyanal-haqqo

ix

7. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu yang telah

memberikan bantuan yang sangat bermanfaat bagi penulis demi terselesainya

penyusunan skripsi ini.

Tiada ucapan yang dapat penulis haturkan kecuali “Jazaakumullah Ahsanal Jazaa”

semoga semua amal baiknya diterima oleh Allah SWT.

Dan akhirnya, penulis mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang

konstruktif dari pembaca demi memperbaiki karya tulis yang sederhana ini, semoga

skripsi ini dapat membawa manfaat bagi para pengkaji/pembaca dan bagi penulis

sendiri. Amin Ya Robbal ‘Alamin.

Malang, April 2010

Penulis

Page 10: 06110099-eltafiyanal-haqqo

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... iv

HALAMAN MOTTO .................................................................................... v

HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………………... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

ABSTRAK ...................................................................................................... xvi

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7

D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7

E. Penegasan Istilah …………………………………………………..... 8

F. Ruang Lingkup Pembahasan ............................................................... 10

G. Sistematikan Pembahasan ................................................................... 10

BAB II: KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ........................................... 12

Page 11: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xi

2. Dasar-dasar Pelaksanan Pendidikan Agama Islam ...................... 16

3. Tujuan Dan Fungsi Pendidikan Agama Islam ............................. 22

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam ............................................................. 26

5. Materi Pokok Dalam Pendidikan Agama Islam …………………. 30

B. Tinjauan Sekolah Luar Biasa (SLB)

1. Ruang Lingkup SLB

a. Pengertian Dan Ruang Lingkup SLB ............................................ 25

b. Tujuan Pendidikan Luar Biasa ...................................................... 28

c. Jenis Kelainan Peserta didik .......................................................... 29

d. Bentuk Satuan Pendidikan ............................................................ 31

e. Kurikulum ..................................................................................... 34

f. Peserta Didik Sekolah Luar Biasa ................................................. 35

g. Tenaga Kependidikan .................................................................... 37

2. Karakter dan Masalah Perkembangan Anak Tunarungu Wicara (Anak Dengan

Hendaya Pendengaran)

a. Pengertian dan klasifikasi gangguan pendengaran ........................ 42

b. PerkembanganKognitif Anak Tunarungu ...................................... 46

c. Perkembangan Emosional Anak Tunarungu ................................. 47

d. Perkembangan Sosial Anak Tunarungu …………………………. 48

e. Masalah-masalah dan Dampak Ketunarunguan Bagi Individu, Keluarga,

Masyarakat, dan Penyelenggara Pendidikan ……………………. 48

f. Faktor-faktor penghambat pembelajaran pada siswa tunarungu…...49

g. Upaya-upaya mengatasi faktor-faktor penghambat pembelajaran pada siswa

tunarungu ………………………………………………….... 52

Page 12: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xii

h. Metode Pengajaran Bahasa Bagi Anak Tunarungu Wicara ………....... 55

BAB III: METODE PENELITIAN

A Pendekatan Dan Jenis Penelitian ......................................................... 59

B Kehadiran Penelitian ........................................................................... 61

C Lokasi Penelitian .................................................................................. 61

D Data Dan Sumber Data ....................................................................... 61

E Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 62

F Analisis Data …………………………………………………………. 64

G Pengecekan Keabsahan Temuan ……………………………………... 67

H Tahap-tahap Penelitian ……………………………………………….. 68

BAB IV: PAPARAN HASIL PENELITIAN

A. Latar Belakang Objek Penelitian

1. Sejarah singkat Sekolah Luar Biasa PGRI .................................... 70

2. Visi dan Misi Sekolah Luar Biasa PGRI ....................................... 72

3. Identitas Sekolah Luar Biasa PGRI ............................................... 72

4. Kondisi Sekolah Luar Biasa PGRI ................................................ 73

5. Struktur Organisasi SLB PGRI Singojuruh .................................. 75

6. Pengelolaan Kurikulum …………………………...……………. 76

B. Paparan Data ……………………………....……………................... 81

BAB V: PEMBAHASAN

1. Tujuan Akhir Pembelajaran PAI di SLB ..................................... 88

2. Materi PAI yang di ajarkan di SLB ............................................... 89

3. Penggunaan metode pembelajaran di SLB .................................. 90

4. Penilaian yang di lakukan di SLB ……………………………….9

Page 13: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xiii

BAB VI: PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................... 93

B. Saran ................................................................................................ 94

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 14: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komponen pembelajaran PAI

Tabel 2.2 Klasifikasi dan hubungan antar komponen pembelajaran PAI

Tabel 2.3 Model pembelajaran anak berkebutuhan khusus / SLB

Tabel 4.1 Data Siswa SMPLB PGRI

Tabel 4.2 Data Guru SLB PGRI Singojuruh

Tabel 4.3 Keadaan Sarana dan Prasarana

Tabel 4.4 Struktur Organisasi SLB PGRI

Tabel 4.5 Struktur Kurikulum SMPLB PGRI Singojuruh untuk Tunanetra

Tabel 4.6 Struktur Kurikulum SMPLB PGRI Singojuruh untuk Tuna rungu

Tabel 4.7 Struktur Kurikulum SMPLB PGRI Singojuruh untuk Tuna grahita

Tabel 4.8 Struktur Kurikulum SMPLB PGRI Singojuruh untuk Tuna daksa

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Transkip Hasil Wawancara

Lampiran 2 Denah SLB PGRI Singojuruh

Page 15: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xv

Lampiran 3 Instrumen Observasi

Lampiran 4 Instrumen Dokumentasi

Lampiran 5 Rencana Pekan Efektif Tahun Pembelajaran

Lampiran 6 Program Tahunan

Lampiran 7 Program Semester

Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Lampiran 9 Abjad Jari

Lampiran 10 Foto Keadaan Slb Pgri Singojuruh

Page 16: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xvi

ABSTRAK

Eltafiyanal, Haqqo. 2010. pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB PGRI Singojuruh Banyuwangi. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, UIN Malang. Dosen Pembimbing: Prof.Dr.H.Muhaimin, MA

Keyword : Pendidikan Agama Islam, Sekolah luar biasa (SLB) Anak berkebutuhan khusus (ABK) atau anak luar biasa adalah anak dengan

karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK atau kebutuhan khusus antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing.

Karena itu yang menjadi latar belakang penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama islam di sekolah luar biasa, mengenai bagaimana pelaksanaan pendidikan agama islam dan apa hal yang dicapai dari pelaksanaan PAI tersebut, berangkat dari permasalahan di atas, maka secara umum permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu, bagaimana pencapaian tujuan akhir pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB Banyuwangi?, materi apa yang diajarkan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB Banyuwangi?, bagaimana metode pengajaran di SLB Banyuwangi?, bagaimana evaluasi atau penilaian yang di gunakan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB banyuwangi?

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengambil latar belakang di SLB PGRI Singojuruh Banyuwangi. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi atau pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan dan dari makna itulah ditarik kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama islam yaitu tentang pencapaian tujuan pembelajaran pendidikan agama islam di SLB PGRI adalah agar siswa-siswanya menjadi pribadi yang berbudi pekerti luhur, beriman dan bertakwa kepada Allah. serta dapat menerapkan ajaran agama yang telah dipelajarinya dalam kehidupan di masa sekarang dan masa yang akan datang, dalam penggunaan materi di SLB PGRI sama masih menggunakan materi yang ada di sekolah normal lainnya, sedangkan penggunaan metode dilihat dari kebutuhan siswanya yang mengalami ketunaan karena itu guru selain menggunakan metode hkusus bagi mereka juga menggunakan metode-metode umum lainnya yang digunakan di sekolah normal lainnya, dan evaluasi nya menggunakan tes dan non tes. Jadi dapat di simpilkan bahwa sebenarnya pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB PGRI Singojuruh dan di sekolah normal lainnya tidak berbeda jauh akan tetapi yang membedakan adalah kelainan fisik mereka.

Page 17: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xvii

Dari hasil penelitian ini, peneliti memberikan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan, antara lain: Bagi para terapis atau pengajar diharapkan untuk mampu meningkatkan keuletan dan ketelatenan dalam mendidik anak didiknya serta pandai pula menggunakan metode dan memanfaatkan fasilitas yang sesuai dengan tujuan pembelajaran agar anak didik tidak mengalami kejenuhan dalam aktivitas belajar mengajar, bagi para pengurus lembaga hendaknya lebih giat lagi untuk melakukan sosialisasi/promosi kepada masyarakat luas, agar supaya masyarakat lebih mengenal akan keberadaan SLB PGRI Singojuruh, sehingga dengan sendirinya nanti mampu mendatangkan donator-donatur yang bisa memfasilitasi akan kebutuhan sarana dan prasarana yang dirasa masih kurang, hendaknya tiap ruangan/kelas yang digunakan selama proses kegiatan belajar berlangsung dilengkapi dengan akseroris/hiasan-hiasan yang membuat suasana menjadi menarik dan indah, semisal: gambar, mainan, tape recorder dll. Sehingga dengan sendirinya anak bisa melatih kemampuan motoriknya dan komunikasi, kiranya media pembelajaran yang telah ada selama ini perlu adanya penambahan lagi, agar supaya anak lebih kreatif dan tidak merasa bosan dalam menggunakan alat/media belajar yang ada.

Page 18: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xviii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah hak seluruh warga negara tanpa membedakan asal-usul, status

sosial ekonomi, maupun keadaan fisik seseorang, termasuk anak-anak yang mempunyai

kelainan/ berkebutuhan khusus sebagaimana di amanatkan dalam UUD Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, hak anak untuk memperoleh pendidikan

dijamin penuh tanpa adanya diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan

atau anak yang berkebutuhan khusus.

Anak berkebutuhan khusus dianggap berbeda dengan anak normal. Mereka

dianggap sosok yang tidak berdaya, sehingga perlu dibantu dan dikasihani. Pandangan ini

tidak sepenuhnya benar sangat merugikan anak-anak berkebutuhan khusus secara

realistis, dengan melihat apa yang dapat dikerjakan oleh masing-masing anak. Setiap anak

mempunyai kekurangan namun sekaligus mempunyai kelebihan. Oleh karena itu, dalam

memandang anak berkebutuhan khusus, haruslah melihat dari segi kemampuan sekaligus

ketidakmampuannya.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut telah disediakan berbagai bentuk layanan

pendidikan (sekolah) bagi mereka yaitu Pendidikan Luar Biasa yang merupakan

pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses

pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental social dan/atau memiliki potensi

kecerdasan dan bakat istimewa. Tujuannya agar anak-anak tersebut mampu

mengembangkan pengetahuan sikap dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota

masyarakat sehingga mampu hidup mandiri dan mengadakan interaksi dengan lingkungan

social di sekitarnya. Banyak yang mengira proses pendidikan bagi anak berkebutuhan

khusus, hanya sekadarnya saja, tanpa menyentuh sisi praktik lantaran dengan kekurangan

Page 19: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xix

yang dimiliki. namun siapa sangka, dari kekurangan dan kelemahan yang melekat pada

siswa berkebutuhan khusus ini, menjadikan pola pendidikan lebih terfokus pada sistem

kemandirian.

Begitu juga dengan perkembangan agama pada seseorang sangat ditentukan oleh

pendidikan dan pengamalan hidup sejak kecil, baik dalam keluarga, sekolah, maupun

dalam lingkungan masyarakat, terutama anak-anak berkebutuhan khusus. Oleh sebab itu

pendidikan agama Islam harus ditanamkan dalam pribadi anak sejak lahir bahkan sejak

dalam kandungan dan kemudian hendaklah dilanjutkan pembinaan pendidikan tersebut

disekolah, mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.

Seperti yang dijelaskan oleh Abu Ahmadi bahwa penanaman nilai-nilai agama

Islam sejak dini sangatlah diperlukan guna mendukung dan mewujudkan tujuan dari

pendidikan agama Islam. Terutama pada masa seperti saat ini, di mana multi krisis telah

sangat akrab dengan kehidupan kita, khususnya masalah krisis moral. Selain itu, agama

Islam memuat ajaran tentang tata hidup yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.

Atau, dengan kata lain bahwa ajaran Islam berisi pedoman–pedoman pokok yang harus

digunakan untuk menyiapkan kehidupan yang sejahtera di dunia sekarang dan di akhirat

nanti. 1

Dengan demikian, peran guru agama Islam di sekolah sangat berpengaruh dalam

pembinaan karakter/ kepribadian siswa yang dididiknya. Sebab materi pendidikan agama

yang diajarkan lebih sering menyentuh masalah moral dan perilaku manusia baik sebagai

makhluk individu maupun makhluk sosial. Dalam hal ini, guru agama diharapkaan dapat

mengembangkan potensi positif yang dimiliki oleh setiap siswanya. Karena pada

dasarnya setiap insan itu membawa potensi kebaikan sebagaimana telah disabdakan

Rasulullah saw

1 Ahmadi, A. dan Uhbiyatti, N. 2001. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Rineka Cipta. h. 110

Page 20: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xx

� أ�� أ����� ا���ه�ى � ���� أ����� ��ان ������� ! �� �� )�ل :)�ل �& ا% ر#� ه���ة أ�� أن� ا������

آ�� ��>8;��& أو ��:8�ا�& أو 8�9�دا�& 67��ا5 ا34��ة ( ���� إ�1 .���د .� .� و! �, +& ا% * (� ا% ر!�ل

>?�@ �� ا��9+��+9� �ء .� F@ �9+7;��ن هD E��Cء �D. )�. G+F* ري�I�آ?�ب ا� �K��<إذا ,1270 :ر), ,ا�

) ا�:�� أ! ,

Artinya: Rasulullah saw bersabda: "Tiada seorang anak pun yang dilahirkan kecuali dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi sebagaimana binatang ternak yang dicocok hidungnya dan apakah kamu menganggap hal itu sebagai suatu paksaan"(H.R. Bukhori, Kitab Jenazah, no 1270, Bab ketika seorang anak masuk Islam).2

Karena itu dalam rangka membekali anak luar biasa pendidikan agama islam itu

sangatlah penting guna membina rohani mereka, walaupun jasmani mereka cacat akan

tetapi jiwa mereka masih sehat dan butuh akan adanya pendidikan agama islam untuk

memenuhi kebutuhan spiritual mereka agar mereka tidak terlalu minder dan psimis

karena ketidaksempurnaan dalam tubuh mereka. Dengan adanya pendidikan agama islam

mereka akan diajarkan tentang syukur kepada tuhan yang maha kuasa atas segala apa

yang telah diberikan kepada kita semua.

Dari berbagai masalah itulah, penulis merasa tertarik untuk meneliti pelaksanaan

pembelajaran PAI sekolah luar biasa yang dikembangkan di SLB PGRI Singojuruh.

Bagaimana SLB PGRI Singojuruh menjalankan proses pembelajaran dan pendidikan bagi

siswa-siswinya yang berkelainan, bagaimana para guru melakukan pembelajaran di kelas

dalam menghadapi siswanya yang berkelainan, bagaimanan metode yang di gunakan

dalam pembelajaran agar anak berkebutuhan khusus merasa senang dalam proses

pembelajaran di kelas dan tidak merasakan kejenuhan dalam belajar, materi yang di

ajarkan apa saja dalam pengembangan pribadinya menjadi seorang muslim, dan

bagaimana evaluasi pembelajaran dilakukan kepada anak berkebutuhan khusus yang daya

2Bukhori.1992. Shohih Bukhori. Beirut-Libanon: Darul Kutub Al-Ilmiyah

Page 21: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xxi

serap ingatannya tidak begitu tajam atau bertahan lama. Semua itu menarik untuk

dibicarakan dan diteliti lebih lanjut guna lebih meningkatkan taraf pendidikan anak

bangsa, membuka wawasan tentang sekolah luar biasa atau inklusi, dan bertujuan untuk

memberikan pandangan baru terhadap masyarakat bahwa anak yang mempunyai

ketunaan tidak harus bersekolah di SLB. Ada sekolah yang bisa mengajar dan mendidik

mereka dengan sistem inklusi, sehingga mereka dapat bergaul dengan semua kalangan

yang akan meningkatkan kedewasaan dan kemandirian mereka. Maka dari itu penulis

mencoba mengangkat sebuah judul ”Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam Di SLB Banyuwangi”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pencapaian tujuan akhir pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB

Banyuwangi?

2. Materi apa yang diajarkan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB

Banyuwangi?

3. Bagaimana metode pengajaran di SLB Banyuwangi ?

4. Bagaimana evaluasi atau penilaian yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan

agama Islam di SLB banyuwangi?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB

Banyuwangi

2. Untuk mengetahui Materi yang diajarkan dalam pembelajaran pendidikan agama

Islam di SLB Banyuwangi

3. Untuk mengetahui strategi / metode yang digunakan dalam pelaksanaan

pembelajaran pendidikan agama Islam di SLB Banyuwangi

Page 22: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xxii

4. Untuk mengetahui evaluasi atau penilaian dalam pembelajaran pendidikan agama

Islam di SLB banyuwangi

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat didalam bidang akademis dan non

akademis:

1. Bidang akademis

• Bagi penulis adalah memperluas dan memberikan kontribusi pemikiran kepada

masyarakat sebagai bagian dari cakrawala ilmu pengetahuan yang diciptakan oleh

Tuhan Yang Maha Esa terutama berkaitan dengan perkembangan dan pengembangan

pemikiran Pendidikan Agama Islam.

• Bagi lembaga pendidikan sebagai informasi dan masukan dalam meningkatkan

kualitas output lembaga pendidikan.

• Sebagai kontribusi peneliti selanjutnya dalam mengadakan penelitian.

2. Bidang non akademis

• Memberikan pemahaman dan informasi yang relatif mudah bagi pendidik Pendidikan

pada umumnya dan pendidikan Agama Islam pada khususnya serta menambah

perbehandaraan konsep keilmuan tentang dunia pendidikan terutama Pendidikan

Agama Islam.

• Bagi perkembangan dalam pendidikan Islam selanjutnya sebagai kontribusi nuansa

dan wacana baru bagi perkembangan dan pengembangan ilmu dan konsep

pendidikan.

E. Penegasan Istilah Judul Dan Batasan Masalah

Adapun defenisi dan batasan istilah yang terkait dengan judul skripsi ini

sebagaimana berikut:

1. Pendidikan Agama Islam.

Page 23: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xxiii

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan

peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama

Islam yang dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam

hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan

persatuan bangsa.

Sedangkan dalam perspektif Islam, pendidikan dikenal dengan beberapa istilah,

yaitu: Tarbiyah, Ta’lim, dan Ta’dib. Menurut Zuhairini bahwa pengertian pendidikan

agama adalah usaha berupa bimbingan ke arah pertumbuhan kepribadian peserta didik

secara sistematis dan pragmatis supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam,

sehingga terjalin kebahagiaan di dunia dan di akherat.

Sementara itu, Hasan Langgulung merumuskan pendidikan Islam sebagai suatu

proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, pemindahan pengetahuan dan

nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal didunia dan

memetik hasilnya di akherat".

Secara garis besar pendidikan Islam merupakan suatu proses pembentukan

individu berdsarkan ajaran–ajaran Islam yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi

Muhammmad SAW Melalui proses dimana individu dibentuk agar dapat mencapai

derajat yang tinggi sehingga ia mampu menunaikan tugasnya sebagai kholifah dimuka

bumi, yang dalam rangka lebih lanjut mewujudkan kebahagiaan dunia dan akherat.3

Tegasnya, senada dengan apa yang dikemukakan Ahmad D. Mariban, "Pendidikan Islam

adalah bimbingan jasmani dan rohani menuju kepada terbentuknya kepribadian utama

menurut ukuran-ukuran Islam".4

2. Sekolah Luar Biasa

3 Hasan Langgulung. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam (Bandung: Al-Ma'arif, 1980) Hal 94.

4 Ahmad D. Marimba. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Al-Ma'arif, 1980) hal. 23.

Page 24: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xxiv

Pendidikan Luar Biasa disebut juga Pendidikan Khusus yang dalam bahasa inggris

disebut Special Education. Pendidikan Luar Biasa disebut juga Ortopedagogik yang

berasal dari bahasa belanda, Orthopaedagogiek. Ortopedagogik berasal dari bahasa

yunani, ortos artinya lurus atau baik atau sembuh atau normal, paedos artinya anak, dan

agogos artinya pendidikan atau pimpinan dan bimbingan. Dengan demikian pendidikan

luar biasa atau pendidikan khusus atau pendidikan ortopedagogik dapat diartikan sebagai

pendidikan yang bersifat meluruskan, memperbaiki, menyembuhkan, atau menormalkan.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini yakni tentang Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam di SLB tunarungu PGRI Singojuruh Banyuwangi, sebenarnya dalam SLB

ini menampung untuk semua anak yang memiliki kelainan fisik atau anak berkebutuhan

khusus akan tetapi dalam SLB ini kebanyakan dihuni oleh anak-anak yang mengalami

hendaya pendengaran atau tunarungu. Namun karena adanya keterbatasan waktu, tenaga,

dana, dan kemampuan yang dimiliki penulis, maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi

pada masalah sebagai berikut ini:

1. Karakteristik lokasi penelitian, yakni mengenai gambaran umum tentang lokasi

tersebut yang meliputi sejarah berdirinya SLB PGRI, struktur organisasi, dan data-

data lain yang diperlukan dalam penelitian.

2. Bidang studi yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah pendidikan agama

islam.

3. Tunarungu yang menjadi sasaran adalah anak tunarungu yang beragama islam.

Page 25: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xxv

G. Sistematika Penulisan Laporan Dan Pembahasan

Untuk mempermudah penulisan dan pemahaman secara menyeluruh tentang

penelitian ini, maka sistematika penulisan laporan dan pembahasannya disusun sebagai

berikut:

BAB I : Pendahuluan, terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan

Penelitian, Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah Judul, Ruang Lingkup Penelitian Dan

Sistematika Penulisan

BAB II : Kajian Pustaka, difokuskan pada pendidikan agama islam yang di dalam nya

mencakup, pengertian pendidikan agama islam, tujuan dan fungsi pendidikan agama

islam, faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran pendidikan agama islam, dasar-

dasar pelaksanaan pendidikan agama islam, pendidikan agama islam di sekolah, tinjaun

tentang sekolah luar biasa dan karakteristik dan masalah pada anak tunarungu

BAB III : Metode Penelitian, terdiri dari: Pendekatan dan Jenis penelitian, Kehadiran

Peneliti, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan

Keabsahan Temuan, dan Tahap-tahap Penelitian.

BAB IV :Laporan Hasil Penelitian, terdiri dari: A. Latar Belakang Objek Penelitian. B.

Hasil Penelitian

BAB V : Pembahasan

BAB VI : Penutup, terdiri dari : Kesimpulan dan Saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 26: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xxvi

BAB I I

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum peneliti membicarakan lebih jauh tentang pengertian pendidikan agama

Islam, alangkah baiknya kalau lebih dahulu peneliti menjabarkan apa sebenarnya arti

pendidikan. Menurut pakar-pakar baik secara etimologis atau termenologi.

a) Dari segi etimologis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani “paedagogike” ini

adalah majmuk yang terdiri dari kata “paes ” yang berarti “anak” dan kata “ago”

yang berarti “aku memberikan bimbingan”. Jadi paedagogike berarti aku

membimbing anak. Orang yang pekerjaannya membimbing anak dengan maksud

membawanya ketempat belajar, dalam bahsa Yunani di sebut “paedagogos”. Jika

kata ini diartikan secara simbolis, maka perbuatan membimbing seperti dikatakan

di atas itu, merupakan inti perbuatan mendidik yang tugasnya hanya membimbing

saja, dan kemudia pada saat itu harus melepaskan anak itu kembali (ke dalam

masyarakat).5

b) Dari segi esensialis, mendidik dapat dirumuskan, sebagai berikut:

1) Prof. Dr. M. Y. Langeveld: mendidik ialah mempengaruhi anak dalam

usahanya membimbing anak, agar supaya menjadi dewasa.

5Abu, Ahmadi, Ilmu Pendidikan (Jakarta: Renika Cipta, 1991), 70.

Page 27: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xxvii

2) Prof. Y. H. E. Y. Hoogeveld: mendidik adalah membantu anak, supaya

anak itu kelak cakap menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggungan

sendiri.

3) Dr. Sis Heyster: mendidik adalah membantu manusia dalam pertumbuhan,

agar kelak ia mendapat kebahagiaan batin yang sedalam-dalamnya yang

tercapai olehnya.

4) Prof. S. Brojonagoro: mendidik berarti memberi tuntunan kepada manusia

yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangannya, samapi

tercapainya kedewasaan dalam arti rohani dan jasmani.

Berdasarkan keempat rumusan tentang mendidik di atas, dapatlah disimpulkan

bahwa pendidikan adalah: pengaruh, bantuan atau tuntunan yang diberikan oleh orang

yang bertanggung jawab kepada siswa. Selanjutnya setiap rumusan di atas, nampak

adanya dua pengertian : tugas/fungsi mendidik dan intensi/tujuan mendidik. Dalam

intensi itulah kita dapatkan tugas membentuk terhadap pribadi siswa. Di samping tugas

membentuk pribadi, pendidikan masih mempunyai tugas lain ialah menyerahkan

kebudayaan kepada generasi berikutnya (muda). Di dalam penyerahan ini nampak adanya

sikap dari generasi muda itu: reseptif, selektif dan continous. Dengan adanya sikap-sikap

inilah maka di dalam setiap pergantian generasi selalu ada inovasi, selalu terdapat

perubahan dan perkembangan.6

Definisi-definisi yang telah disebutkan di atas adalah sebagai barometer untuk

mendefinisikan pendidikan agama Islam. Mengapa demikian? karena dalam

perkembangannya di Indonesia bahwa pendidikan agama Islam secara kurikulum berada

pada sub bagian dari bagian pendidikan umum. Oleh karena itu, peneliti mendefinisikan

6Ibid., 71.

Page 28: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xxviii

terlebih dahulu pengertian pendidikan secara umum, setelah itu membicarakan definisi

pendidikan agama Islam.

Pengertian pendidikan agama Islam yang terdapat dalam kurikulum pendidikan

agama Islam yang telah dikutip oleh Abdul Majid, et., adalah upaya sadar dan terencana

dalam menyiapkan siswa untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani,

ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain

dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga wujud kesatuan dan

persatuan bangsa.

Menurut Zakiyah Darajat yang terdapat dalam pendidikan agama Islam Berbasis

kompetensi, pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh

siswa agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati

tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai

pandangan hidup.7

Pendidikan agama Islam di dalam GBPP SLTP dan SMA mata pelajaran

pendidikan agama Islam Kurikulum tahun 1994 yang telah dikutip oleh Muhaimin 1996,

“dinyatakan bahwa yang dimaksud pendidikan agama Islam: usaha sadar untuk

menyiapkan siswa dalam menyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama

Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan pelatihan dengan memperhatikan

tuntutan untuk menghormati orang lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama

dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.” 8

7Abdul, Majid, et. Al, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2004), 130. 8Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar (Surabaya: Citra Media, 1996), 1.

Page 29: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xxix

Azizy mengemukakan sebagaimana dikutip Abdul Majid, et.al., bahwa esensi

pendidikan yaitu proses adanya transfer nilai, pengetahuan, dan keterampilan dari

generasi tua kepada generasi muda agar mampu hidup.9

Dari pengertian tersebut dapat dikemukakan beberapa hal yang perlu diperhatikan

dalam pembelajaran pendidikan agama Islam menurut Muhaimin dalam buku paradigma

pendidikan Islam yaitu :

a) Pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan,

pembelajaran/latihan yang dilakukan secara sadar dan terencana atas dasar

tujuan yang hendak dicapai.

b) Siswa yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan.

c) Pendidik atau guru pendidikan agama Islam (GPAI) yang melakukan kegiatan

bimbingan, pembelajaran/latihan seacara sadar terhadap siswa untuk mencapai

tujuan pendidikan agama Islam.

d) Kegiatan (pembelajaran) pendidikan agama Islam diarahkan untuk

meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran

pendidikan agama Islam dari siswa, yang di samping untuk membentuk

kesalahan pribadi atau kualitas pribadi, juga sekaligus untuk membentuk

kesalahan sosial. 10

2. Dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam

Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian muslim,

maka pendidikan agama Islam memerlukan asas atau dasar yang dijadikan landasan kerja.

9Abdul, Majid, et. Al, Op-Cit., 131. 10Muhaimin, et. Al, Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2004), 76.

Page 30: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xxx

Dengan dasar ini akan memberikan arah bagi pelaksanaan pendidikan agama Islam yang

telah diprogramkan.11

Adapun pelaksanaan pendidikan agama Islam mempunyai dasar yang kuat. Dapat

ditinjau dari berbagai segi, yaitu :

a. Dasar yuridis/hukum

Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal dari peraturan perundangan-

undangan. Yang secara langsung dan tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam

melaksanakan pendidikan agama di sekolah-sekolah ataupun di lembaga-lembaga

pendidikan formal di Indonesia.

Adapun dasar dari segi yuridis formal tersebut ada 3 macam, yaitu ;

1) Dasar Ideal

Yaitu dasar falsafah negara Pancasila, sila pertama: ketuhanan Yang Maha

Esa. Ini mengandung pengertian bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percaya

kepada Tuhan yang Maha Esa, atau tegasnya beragama.

2) Dasar Struktural/konstitusional

Yakni dasar UUD 1945 dalam Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi :

1) negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) negara menjamin

kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan

beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.

3) Dasar Oprasional

Yang dimaksud dengan dasar operasional adalah dasar yang secara langsung

mengatur pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah di Indonesia seperti yang

disebutkan pada Tap MPR No.IV/MPR/1973 yang dikokohkan kembali pada Tap

11Samsul, Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 34.

Page 31: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xxxi

MPR No. IV/MPR/1978 Jo Ketetapan MPR No. II/MPR?1983, ketetapan MPR No.

IV/MPR/1988, ketetapan MPR No. II/MPR/1993 tentang GBHN yang pada pokoknya

menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimaksudkan

dalam kurikulum sekolah-sekolah formal, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan

tinggi.

b. Dasar Religius

Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar-dasar yang bersumber dalam

agama Islam yang tertera dalam Al-Quran maupun Hadits Nabi. Menurut ajaran Islam,

bahwa melaksanakan pendidikan agama adalah merupakan perintah dari Tuhan dan

merupakan ibadah kepadanya.12

Menetapkan Al-Quran dan Hadits sebagai dasar pendidikan agama Islam bukan

hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata. Namun

justru karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh

nalar manusia dan dapat dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan.

Dalam pendidikan agama Islam, sunnah rasul mempunyai dua fungsi, yaitu: 1)

menjelaskan sistem pendidikan agama Islam yang terdapat dalam Al-Quran dan

menjelaskan hal-hal yang terdapat di dalamnya. 2) menyimpulkan metode pendidikan

dari kehidupan rasul bersama sahabat, perlakuannya terhadap anak-anak, dan pendidikan

keimanan yang pernah dilakukannya.13

Menurut ajaran Islam pendidikan adalah perintah Tuhan dan merupakan

perwujudan ibadah kepada-Nya. Dalam Al-Quran banyak ayat-ayat yang menunjukkan

adanya perintah tersebut, antara lain :

(1) Dalam surat Al-Alaq 4 -5 , yang berbunyi :

12Zuhairini, et. Al, Metodologi Pendidikan Agama (Surabaya: Ramadhani, 1993), 18-20. 13 Samsul, Nizar, Op-Cit., 34-35.

Page 32: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xxxii

“ Ï% ©!$# zΟ ‾= tæ ÉΟn= s) ø9 $$Î/ ∩⊆∪ zΟ ‾= tæ z≈ |¡Σ M} $# $tΒ óΟs9 ÷Λ s>÷ètƒ ∩∈∪

Artinya:Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.14 (2) Dalam surat An-Nahl 125 yang berbunyi :

äí÷Š $# 4’ n< Î) È≅‹ Î6y™ y7 În/u‘ Ïπyϑ õ3Ït ø: $$Î/ Ïπsà Ïã öθyϑ ø9 $#uρ ÏπuΖ |¡pt ø: $# ( Οßγø9 ω≈ y_uρ ÉL©9 $$Î/ }‘Ïδ ß|¡ômr& 4 ¨βÎ) y7 −/ u‘ uθèδ ÞΟ n= ôã r& yϑ Î/

¨≅ |Ê tã Ï&Î#‹ Î6y™ ( uθèδ uρ ÞΟ n= ôã r& tω tG ôγßϑ ø9 $$Î/ ∩⊇⊄∈∪

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.15 [845] Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.

(3) Dalam surat At-Tahrim ayat 6, yang berbunyi :

$pκ š‰r' ‾≈ tƒ tÏ% ©!$# (#θãΖ tΒ#u (#þθè% ö/ ä3|¡à�Ρr& ö/ ä3‹Î= ÷δ r&uρ # Y‘$tΡ $yδ ߊθè% uρ â¨$Ζ9 $# äοu‘$yfÏt ø: $# uρ $pκ ö� n= tæ îπs3Í× ‾≈ n= tΒ ÔâŸξÏî ׊# y‰Ï© āω

tβθÝÁ÷ètƒ ©! $# !$tΒ öΝèδ t� tΒ r& tβθè= yèø� tƒuρ $tΒ tβρâ÷ s∆÷σ ム∩∉∪

Artinya: hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.16

Selain ayat-ayat tersebut, juga disebutkan dalam Hadits antara lain:

(a)

وعن عاهللاب د نب عرمال نوباصع ا رضمنهاهللا ع اهللا: ى لىأن النبى ص لعيه لوسالق م:

14 DEPAG RI, Al-Quran Dan TerjemahaNya (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1995), 1025. 15 DEPAG RI, Al-Quran Dan TerjemahaNya (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1995), 421.

16 DEPAG RI, Al-Quran Dan TerjemahaNya (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1995), 951.

Page 33: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xxxiii

ه دعقم وأبتيلا فدمعتى ملع بدكحرج، ومن الو لئيا رس ى إبن نوا عثدوح، ةي آ لوونى وا عبلغ

مه البخارىارو. ارالن ن.

Artinya: Abdullah bin Amru bin Al-Ash r.a. berkata: bersabda nabi SAW. Sampaikanlah ajaranku walaupun hanya satu ayat, dan ceritakanlah Bani Isroil dengan tiada batas. Dan siapa yang berdusta atas namaku dengan segaja hendaknya menentukan tempatnya dalam api neraka. (HR. Bukhori)17

(b)

مامن مولود االيولد على الفطرة فابواه : عن ابى هريرة قال رسول اللة صلى اللة عليه وسلم

لناس عليها ال تبدل لخلق اهللا يهودانه اوينصرانه هو يمجسانه ثم يقول اقرؤا، فطرة اهللا التي فطرا

.دلك الدين القيم

Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. katanya Rosullah bersabda : “tidak ada seorang pun jua anak yang baru lahir melainkan dia dalam keadaan suci bersih. Kedua orang tuanyalah yang menyebabkan Yahudi, Nasrani, atau Majusi”kemudian beliau bersabda, “bacalah ayat……………. Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu; tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus”.18

Ayat-ayat tersebut di atas memberikan pengertian kepada kita bahwa dalam ajaran

Islam memang ada perintah untuk mendidik agama. Baik pada keluarganya maupun

kepada orang lain sesuai dengan kemampuannya (walaupun hanya sedikit).

c. Dasar psikologi

Psikologi yaitu suatu yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan

bermasyarakat ini didasarkan bahwa dalam kehidupannya, manusia tidak sebagai individu

maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya

tidak tenang dan tidak tentram sehingga memerlukan pegangan hidup. Hal ini disebabkan

manusia memiliki fitrah keagamaan, yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitrah

17Salim, Bahreisj, Riadhus Shalim, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1987), 316. 18Ma’mur, Daud, Terjemahan Hadis Shahih Muslim, (Jakarta: Widjaya, 1993), 243.

Page 34: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xxxiv

manusia. Fitrah keagamaan yang ada dalam diri manusia akan membuat mereka inilah

yang melatarbelakangi perlunya manusia pada agama, maka seruan tersebut memang

sejalan dengan fitrah-nya.19

Manusia merasakan bahwa dalam jiwa-nya ada suatu perasaan yang mengakui

adanya Dzat Yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka meminta

pertolongan.

Hal semacam ini terjadi pada masyarakat yang masih primitif maupun masyarakat

modern. Mereka merasa tenang dan tentram hati-nya kalau mereka dapat mendekat dan

mengabdi kepada Dzat Yang Maha Kuasa.20 Hal semacam ini memang sesuai dengan

firman Allah dalam surat Ar-Ra’ad ayat 28, yang berbunyi:

tÏ% ©!$# (#θãΖ tΒ#u ’ È⌡uΚ ôÜ s?uρ Οßγç/θè= è% Ì� ø.É‹ Î/ «! $# 3 Ÿωr& Ì� ò2É‹ Î/ «! $# ’ È⌡yϑ ôÜ s? Ü>θè= à) ø9 $# ∩⊄∇∪

Artinya. (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.21

3. Tujuan dan Fungsi pendidikan Agama Islam

Tujuan adalah suatu usaha yang diharapkan tercapai setelah usaha selesai

dilakukan. Karena pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan kegiatan yang berproses

melalui tahapan-tahapan serta tingkatan-tingkatan untuk mencapai tujuan. Tujuan

pendidikan bukanlah suatu yang berbentuk benda yang bersifat statis, tetapi merupakan

keseluruhan dari kepribadian seseorang yang berkenaan dengan seluruh aspek kehidupan.

Menurut Al-Syaibani menjabarkan tujuan pendidikan agama Islam mempunyai

tiga bagian yang saling berkaitan antar bagian.

19Abu, Dinata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2001), 16. 20Zuhairini, et. Al., Op-Cit., 21-22. 21 DEPAG RI, Al-Quran Dan TerjemahaNya (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1995), 408.

Page 35: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xxxv

a. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang

merupakan pengetahuan, tingkah laku, jasmani dan rohani, dan kemampuan-

kemampuan yang harus dimiliki di dunia dan di akhirat.

b. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku

masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan

masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat.

c. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pembelajaran

sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.

Tujuan akhir pendidikan agama Islam menurut beliau adalah pembinaan akhlak,

menyiapkan siswa untuk hidup di dunia dan di akhirat, penguasaan ilmu, dan

keterampilan bekerja dalam masyarakat.22

Sedangkan tujuan pendidikan agama Islam menurut beberapa pakar pendidikan

agama Islam, sebagai berikut :23

1) Menurut M. Fadhil al-Jamaly, tujuan pendidikan agama Islam menurut Al-Quran

meliputi ; (a) menjelaskan posisi siswa sebagai manusia diantara mahluk Allah yang

lainnya dan tanggung jawab dalam hidup ini. (b) menjelaskan hubungan sebagai

mahluk sosial dan tanggung jawabnya dalam tatanan kehidupan masyarakat. (c)

menjelaskan hubungan manusia dengan alam dan tugasnya untuk mengetahui hikmah

penciptaan dengan cara memakmurkan alam semesta. (d) menjelaskan hubungan

dengan khaliq sebagai pencipta alam semesta.

2) Menurut Munir Mursi menjabarkan tujuan pendidikan Islam menjadi sebagai berikut

ini. (a) Bahagia di dunia dan akhirat (b) menghambakan diri kepada Allah (c)

22Ahmad, Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (PT. R emaja RosdaKarya: Bandung, 2005), 49. 23Samsul, Nizar, Op-Cit.,36.

Page 36: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xxxvi

memperkuat ikatan keIslaman dan melayani kepentingan masyarakat Islam (d) akhlak

mulia.24

Berdasarkan penjabaran di atas merupakan tujuan pendidikan menurut Islam, atau

pendidikan yang didasarkan Islam, atau sistem pendidikan yang Islami, yakni pendidikan

dari ajaran-ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya,

yakni Al-Quran dan Al-Sunnah. Dari pengertian pertama ini, pendidikan Islam dapat

berwujud pemikiran dan teori pendidikan yang berdasarkan diri atau dibangun dan

dikembangkan dari sumber-sumber tersebut.25

Tujuan pendidikan agama Islam itu sendiri untuk menumbuhkan dan

meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan,

pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia Muslim yang terus

berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat

melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.26

Hal ini sesuai dengan definisi pendidikan Agama Islam, yakni upaya mendidik

agama Islam atau ajaran agama Islam dan nilai-nilai-nya, agar menjadi way of life

seseorang. Dalam pengertian yang ini dapat berwujud. Segenap kegiatan yang dilakukan

seseorang untuk membantu seorang atau kelompok siswa dalam menanamkan dan atau

menumbuhkembangkan ajaran agama Islam dan nilai-nilai-nya untuk dijadikan sebagai

pegangan hidupnya, yang diwujudkan dalam sikap hidup dan dikembangkan dalam

keterampilan hidupnya sehari-hari.27

Tujuan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan agama Islam

adalah agar siswa memahami, menghayati, dan menyakini, dan mengamalkan ajaran

24Ibid.,37. 25Muhaimin, et. al., Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), 7. 26Abdul, Majid, et. Al., Op-Cit., 135. 27Muhaimin, “Pengembang”, Loc-Cit..,

Page 37: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xxxvii

agama Islam, sehingga menjadi Muslim yang beriman, bertaqwa kepada Allah Swt dan

berakhlak mulia. Dengan kata lain bahwa pendidikan agama Islam bertujuan untuk

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Untuk itu fungsi pendidikan agama Islam menurut kurikulum pendidikan agama

Islam untuk sekolah/madrasah berfungsi sebagai berikut:

a) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa kepada Allah

Swt yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

b) Penanaman nilai, sebagai pedoman untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan

di akhirat.

c) Penguasaan mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik

lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya

sesuai dengan ajaran agama Islam.

d) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-

kekurangan dan kelemahan siswa dalam kenyakinan, pemahaman dan

pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari .

e) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau

budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangan

menuju manusia Indonesia seutuhnya.

f) Pembelajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum, sistem dan

fungsionalnya.

g) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khususnya

agama Islam agar berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk

dirinya sendiri dan orang lain.28

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

28Abdul, Majid, et. Al., “Pendidikan” Loc-Cit.,

Page 38: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xxxviii

Pembelajaran terkait dengan bagaimana (how to) membelajarkan siswa atau

bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya

sendiri untuk mempelajari apa (what to) yang berkualitas dalam kurikulum sebagai

kebutuhan (needs) siswa. Karena itu, pembelajaran berupaya menjabarkan nilai-nilai yang

terkandung di dalam kurikulum dengan menganalisis tujuan pembelajaran dan

karakteristik isi bidang studi pendidikan agama yang terkandung di dalam kurikulum,

yang menurut Sujanadi disebut dengan kurikulum ideal/potensil.

Pembelajaran terdapat komponen utama yang saling berpengaruh dalam proses

pembelajaran pendidikan agama. Adapun komponen tersebut ada tiga komponen yaitu :

(1) kondisi pembelajaran pendidikan agama ; (2) metode pembelajaran pendidikan

agama; dan (3) hasil pembelajaran pendidikan agama. Ketiga komponen tersebut

memiliki interaksi tergambar berikut ini:

Gambar 2.1 Komponen pembelajaran PAI

a. Kondisi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan metode dalam

meningkatkan hasil pembelajaran pendidikan agama Islam. Faktor kondisi ini berinteraksi

Kondisi Pembelajaran

2

1 Hasil Pembelajaran

Metode Pembelajaran

Page 39: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xxxix

dengan pemilihan, penerapan, dan pengembangan metode pembelajaran pendidikan

agama Islam karena pada dasarnya, komponen ini sudah ada dan tidak dapat

dimanipulasi. Dan kondisi pembelajaran pendidikan agama Islam ini, dapat

diklasifikasikan menjadi tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam, karakteristik

bidang studi pendidikan agama Islam, karakteristik siswa, dan kendala pembelajaran

pendidikan agama Islam.

b. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Adalah cara-cara tertentu yang paling cocok untuk dapat digunakan dala mencapai

hasil-hasil pembelajaran pendidikan agama Islam yang berada dalam kondisi

pembelajaran tertentu. Karena itu, metode pembelajaran pendidikan agama Islam dapat

berbeda-beda menyesuaikan dengan hasil pembelajaran dan kondisi pembelajaran yang

berbeda-beda pula. Untuk itu metode pembelajaran yang dikembangkan dapat ditekankan

pada penataan sumber belajar yang lebih banyak memberikan kesempatan tersebut dapat

dipilih, ditetapkan, dan dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik bidang studi

pendidikan agama Islam, sumber belajar pendidikan agama Islam yang tersedia, dan

tingkat pertumbuhan dan perkembangan siswa.

c. Hasil pembelajaran

Adalah mencakup semua akibat dapat dijadikan tentang nilai dari penggunaan

metode pembelajaran pendidikan agama Islam di bawah kondisi pembelajaran yang

berbeda. Hasil pembelajaran pendidikan agama Islam dapat berupa hasil nyata (actual

out-comes) dan hasil yang diinginkan (desired out-comes). Actual out-comes adalah hasil

belajar pendidikan agama Islam yang dicapai siswa secara nyata karena digunakannya

suatu metode pembelajaran pendidikan agama Islam tertentu yang dikembangkan sesuai

dengan kondisi yang ada. Sedangkan desired out-comes merupakan tujuan yang ingin

dicapai yang biasanya sering mempengaruhi keputusan perancang pembelajaran

Page 40: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xl

pendidikan agama Islam dalam melakukan pemilihan suatu metode pembelajaran yang

paling baik untuk digunakan sesuai dengan kondisi pembelajaran yang ada.

Adapun klasifikasi dan hubungan antar komponen yang mempengaruhi

pembelajaran pendidikan agama Islam tersebut dapat digambarkan dalam bagan berikut :

Gambar 2.2 Klasifikasi dan hubungan antar komponen pembelajaran PAI

Pembagian komponen pembelajaran pendidikan agama Islam

(adaptasi dari Reigeluth dan Stein, 1983 dalam Degeng, 1989)

Dari diagram tersebut, dapat diuraikan lebih rinci megenai ketiga komponen

utama faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran pendidikan agama Islam tersebut.

Uraian ini akan diawali dari komponen kondisi pembelajaran pendidikan agama Islam,

kemudian pembelajaran sebagai faktor penentu kualitas pembelajaran pendidikan agama

Islam, selanjutnya komponen hasil pembelajaran pendidikan agama Islam.

Kondisi

Metode

Hasil

Tujuan dan karak Kendala sumber karakteristik Teristik bidang belajar dan karak Siswa Studi PAI bidang studi

Strategi Peng Strategi Strategi Organisasian penyampaian Pengegolaa Pend. Agama Pend. Agama Pend. Agama

Kefektifan, efisiensi, dan daya tarik Pembelajaran pendidikan agama Islam

Page 41: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xli

Uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tiga komponen tersebut sangat

memberi pengaruh terhadap pencapaian keberhasilan pembelajaran pendidikan agama

Islam, dan ketiga komponen tersebut saling berkaitan anata yang satu dengan yang

lainnya. Karena dari tiga hal tersebut dapat dihasilkan sesuatu hal pembelajaran

pendidikan agama Islam yang efektif, efisien dan menarik apabila adanya suatu aktivitas

yang profesional dari tiga komponen tersebut.29

5. Materi Pokok Dalam Pendidikan Agama Islam

Sebagaimana diketahui, bahwa inti ajaran pokok islam meliputi, masalah

keimanan (aqidah), masalah keislaman (syari’ah), dan masalah ikhsan (akhlak) yang di

uraikan sebagai berikut:

a. Aqidah adalah bersifat I’tiqad batin, mengajarkan keesaan Allah, Esa sebagai

Tuhan yang mencipta, mengatur dan meniadakan alam ini.

b. Syri’ah adalah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka menta’ati semua

peraturan dan hukum tuhan, guna mengatur hubungan antara manusia dengan

tuhan, dan mengatur pergaulan hidup dan kehidupan manusia.

c. Akhlak adalh suatu amalan yang bersifat pelengkap penyempurna bagi kedua

amal diatas dan yang mengajarkan tentang cara pergaulan hidup manusia.

Tiga inti ajaran islam itu kemudian dijabarkan dalam bentuk rukun iman, rukun

islam dan akhlak, serta beberapa keilmuan tauhid, ilmu fiqih dan ilmu akhlak. Ketiga

kelompok ilmu agama itu kemudian dilengkapai dengan pembahasan dasar hukum islam

yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits, sertaditambah lagi dengna sejarah islam (tarikh), sehingga

secara berurutan: (a) ilmu tauhid/keimanan, (b) ilmu fiqih, (c) Al-Qur’an, (d) Al-Hadits,

(e) Akhlak, dan Tarikh islam.

29 Muhaimin, Op-Cit., 145-149.

Page 42: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xlii

B. Tinjauan Tentang Sekolah Luar Biasa

1. Ruang Lingkup Sekolah Luar Biasa (SLB)

a. Pengertian Sekolah Luar Biasa (SLB)

Pendidikan Luar Biasa disebut juga Pendidikan Khusus yang dalam bahasa inggris

disebut Special Education. Pendidikan Luar Biasa disebut juga Ortopedagogik yang

berasal dari bahasa belanda, Orthopaedagogiek. Ortopedagogik berasal dari bahasa

yunani, ortos artinya lurus atau baik atau sembuh atau normal, paedos artinya anak, dan

agogos artinya pendidikan atau pimpinan dan bimbingan. Dengan demikian pendidikan

luar biasa atau pendidikan khusus atau pendidikan ortopedagogik dapat diartikan sebagai

pendidikan yang bersifat meluruskan, memperbaiki, menyembuhkan, atau

menormalkan.30

Dalam buku Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI NO.2 Th.

1989) dan Peraturan Pelaksanaannya, serta di Peraturan Pemerintah Republik nIndonesia

NO.72 Tahun 1991 Tanggal 31 Desember 1991 tentang pendidikan luar biasa, yang

dimaksud dengan:

1) Pendidikan luar biasa adalah pendidikan yang khusus di selengggarakan bagi

peserta didik yang menyandang kelainan fisik dan atau mental.

2) Satuan pendidikan luar biasa adalah sekolah yang menyelenggarakan pendidikan

luar biasa.

3) Rehabilitas adalah upaya bantuan medik, social, pendidikan dan keterampilan

yang terkoordinasi untuk melatih peserat didik yang menyandang kelainan agar

dapat mencapai kemampuan funsionalnya setinggi mungkin.

4) Anak didik adalah peserta didik pada taman kanak-kanak luar biasa.

30 Wahyu Sri Ambar Arum, Perspektif Pendidikan Luar Biasa Dan Implikasinya Bagi Penyiapan ketenagaan pendidikan (Jakarta: Depdiknas, 2005), hlm.46.

Page 43: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xliii

5) Siswa adalah peserta didik pada Sekolah Dasar Luar Boiasa, Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama Luar Biasa, dan Sekolah Menengah Atas Luar Biasa.

6) Orang tua adalah ayah dan/ atau ibu atau wali peserta didik yang bersangkutan.

7) Menteri adalah menteri Pendidikan dan Kaebudayaan.

8) Menteri lain adalaah Menteri yang bertanggung jawab atas penyelenggaaraan

satuan pendidikan luar biasa di luar lingkungan Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

b. Tujuan Pendidikan Luar Biasa

Tujuan pendidikan luar biasa dalam acuan kurikulum tingkat satuan pendidikan,

tingkat satuan pendidikan dasar, menengah, dan kejuruan adalah, pendidikan dasar, yang

melipiti SD/MI/SDLB/Paket A dan SMP/MTs./SMPLB/Paket B bertujuan: Meletakkan

dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk

hidup mandiri dan mengikutipendidikan lebih lanjut. Pendidikan menengah yang terdiri

atas SMA/MA/SMALB/Paket C bertujuan: meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan

mengikutipendidikan lebih lanjut.31

Yang dimaksud dengan pendidikan luar biasa yaitu bertujuan membantu peserta

didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental agar mampu mengembangkan

sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dalam

mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan social, budaya dan alam sekitar

serta dapat mengembangkan dalam dunia kerja atau mengikuti pendidikan lanjutan.

c. Jenis Kelainan Peserta didik

Jenis kelainan peserta didik terdiri atas kelainan fisik dan/ atau mental dan/ atau

kelainan prilaku.

31 Mulyasa, KTSP (bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm.178

Page 44: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xliv

1) Kelainan fisik meliputi:

a) Tuna netra

b) Tuna fisik

c) Tuna daksa

2) Kelainan mental meliputi

a) Tuna grahita ringan

b) Tuna grahita sedang

c) Kelainan prilaku meliputi tuna laras

d) Kelainan peserta didik dapat juga berwujud sebagai kelainan

d. Bentuk Satuan Pendidikan

1) Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB).

2) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTPLB)

3) Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB )

4) Bentuk lain yang di tetapkan oleh Menteri.32

e. Kurikulum

1) Isi kurikulum Sekolah Dasar Luar Biasa, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar

Biasa dan Sekolah Menengah Luar Biasa merupakan bahan kajian dan pelajaran

untuk mencapai tujuan pendidikan luar biasa.

2) Isi kurikulum Sekolah Dasar Luar Biasa sedapat mungkin disesuaikan dengan

kurikulum Sekolah Dasar dengan memperhaikan keterbatasan kemampuan belajar

para sisiwa yang bersangkutan

3) Isi kurikulum Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa sedapat mungkin

disesuaikan dengan kurikulum Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dengan

memperhatikan keterbatasan kemampuan belajar para sisiwa yang bersangkutan.

32 Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional Dan Peratuaran Pelaksanaan nya, (Jakarta: Sinar Grafika, 1992), hlm. 204-206.

Page 45: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xlv

4) Isi kurikulum Sekolah Menengah Luar Biasa sedapat mungkin disesuaikan

dengan kurikulum Sekolah Menengah dengan memperhatikan keterbatasan

kemampuan belajar para sisiwa yang bersangkutan.

5) Kurikulum Sekolah Menegah Luar Biasa di tetapkan untuk menyiapkan siswanya

agar memiliki keterampilan yang dapat menjadi bekal sumber mata pencaharian

sehingga dapat mendiri di masyarakat.

6) Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam urutan huruf (b, c, dan d) diatur lebih

menteri dan yang berkenaan dengan bahan kajian dan pelajaran pendidikan agama

diatur oleh Menteri setelah mendenganr pertimbangan Menteri Agama.

f. Peserta Didik Sekolah Luar Biasa

Peserta didik Sekolah Luar Biasa mempunyai hak:

1) Memperoleh perlakuan sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan kelainannya.

2) Memperoleh pendidikan agama sesuai dengan agama yang di anutnya.

3) Mengikuti program pendidikan yang bersangkutan atas dasar pendidikan

berkelanjutan, baik untuk mengembangkan kemampuan diri maupun untuk

memperoleh pengakuan tingkat pendidikan tertentu yang telah dilakukan.

4) Memperoleh bantuan fasilitas belajar, beasiswa, atau bantuan lain sesuai dengan

kelainannya yang di sandang dan persyaratan yang berlaku.

5) Pindah sekolah yang sejajar atau melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi sesuai

dengan keinginan yang di sandang persyratan penerimaan sisiwa pada sekolah

yang hendak masuk.

6) Memperoleh penilaian hasil belajar.

7) Menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang telah ditentukan,

dan

Page 46: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xlvi

8) Memperoleh pelayanan khususus sesuai dengan jenis kelainan.33

Adapunn peserta didiknya diklasifikasikan ke dalam beberapa bagian,

diantaranya:

a) SLB/A adalah untuk anak tuna netra (buta)

b) SLB/B adalah untuk anak tunarungu-wicara (tuli-bisu)

c) SLB/C adalah untuk anak tunagrahita (cacat mental)

d) SLB/D adalah untuk anak tunadaksa (cacat tubuh)

e) SLB/E adalah untuk anak tuna laras.34

g. Tenaga Kependidikan

1) Tenaga pendidik pada satuan pendidikan luar biasa terdiri atas tenaga pendidik,

pengelola satuan pendidikan, pengawas, peneliti dan pengembang di bidang

pendidikan, pustakawan, laboran dan teknisi sumber belajar.

2) Tenaga pada satuan pendidik luar biasa merupakan tenaga kependidikan yang

memilki kualifikasi khusus sebagai guru pada satuan pendidikan luar biasa.35

h. Penilaian

Penilaian pendidikan luar biasa di selenggarakan untuk mmemperoleh keterangan

tentang proses belajar mengajar, kegiatan rehabilitasi, dan upaya pencapaian tujuan

pendidikan luar biasa dalam rangka pembinaan dan pengembangannya, serta untuk

penentuan akreditasi satuan pendidikan yang bersangkutan.

Penilaian kurikulum dan program rehabilitasi dilakukan untuk mengetahui

kesesuaian kurikulm pendidikan luar biasa dengan dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan

nasioanal, kemampuan siswa dan kesesuaiannya dengan tuntutan perkembangan yang

terjadi dalam masyarakat dan dilakuakan secara berkala.

33 Ibid., hlm:231 34 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2005), hlm. 146. 35 Ibid, hlm.200

Page 47: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xlvii

Penilaian terhadap guru, tenaga kependidikan lainnya dan tenaga ahli di lakukan

untuk mengetahui kemampuan dan kewenangan professional hasil penilaian sebagaimana

dimaksud di atas adalah untuk: (a) Pembinaan dan pengembangan guru, tenaga

kependidikan lainnya dan tenaga ahli. (b) Penyempurnaan kurikulum dan pengelolaan

program pendidikan guru, tenaga kependidikan lainnya dan tenaga ahli.

Penilaian satuan pendidikan luar biasa sebagai satu keseluruhan dilakukan untuk

mengetahui kemampuan pengelolaan satuan dan /atau kegiatan pendidikan dan

rehabilitas. Penilaian satuan pendidikan luar biasa sebagaimana dimaksud dalam hal

tersebut meliputi segi-segi :

1) Kelembagaan

2) Program belajar dan kurikulum

3) Program rehabilitasi

4) Anak didik dan siswa

5) Guru, tenaga kependidikan lainnya dan tenaga ahli

6) Sarana dan prasarana

7) Administrasi; dan

8) Keadaan umum pada satuan pendidikan luar biasa yang bersangkutan.36

9. Model Pembelajaran Bagi Anak yang berkebutuhan khusus

Pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus membutuhkan suatu pola

tersendiri sesuai dengan kebutuhannya masing-masing yang berbeda antar yang satu

dengan yang lain nya. Dalam penyusunan program pembelajaran untuk untuk setiap

bidang study, hendaknya guru di kelas sudah memiliki data pribadi setiap peserta

didiknya, data pribadi yakni yang berkaitan dengan karakteristik spesifik, kemampuan

dan kelemahannya, kompetensi yang dimiliki dan tingkat pengembangannya.

36 Ibid, hlm. 214-216

Page 48: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xlviii

Kompetensi yang harus dikuasai peserta didik perlu dinyatakan sedemikian rupa

agar dapat dinilai, sebagai wujud akhir hasil belajar peserta didik yang mengacu pada

pengalaman langsug dirinya. Peserta didik perlu mengetahui tujuan belajar dan tingkat-

tingkat penguasaan yang akan digunakan sebagai criteria pencapaian secara eksplisit dan

memiliki kontribusi terhadap kompetensi-kompetensi yang sedang dipelajari.37

Beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi menurut

Gibson, sebagai berikut:

1) Pengetahuan, merupakan kesadaran dalam bidang kognitif. Misalnya, seorang

guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajaar dan bagaimana

melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya.

2) Pemahaman, merupakan kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki individu.

Misalnya, seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki

pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didiknya agar

dalam proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien.

3) Kemampuan, merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk

melakukan tugas dan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

4) Nilai, merupakan suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis

telah menyatu dalam diri seseorang.

5) Sikap, merupakan perasaan (senang, tidak senang atau suka, tidak suka) atau

reaksi suatu rangsangan yang dating dari luar.

6) Minat, merupakan kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan.

Misalnya, minat untuk mempelajari atau melakukan sesuatu.

Pembelajaran individual meliputi enam elemen, yaitu: elicitors,behaviors,

reinforces, entering behavior, terminal objective, dan enroute. Keenam elemen

37 Bandie dolphie, pembelajaran anak berkebutuhan khusus,(bandung:PT.Refika Aditama, 2006),149.

Page 49: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xlix

konseptual model pembelajaran tersebut sangat berperan dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran tersebut diartikan sebagai berikut:38

a) Elicitors, yakni peristiwa atau kejadian yang dapat menimbulkan peristiwa

atau menyebabkan prilaku.

b) Behaviors atau perilaku, merupakan kegiatan peserta didik terhadap

sesuatau yang dapat ia lakukan, antara lain berjalan, berbicara, menulis,

membaca, atau duduk di kursinya.

c) A Reinforce atau penguatan adalah suatu kejadian atau peristiwa yang

yang muncul sebagai akibat dari perilaku dan dan dapat menguatkan

perilaku tertentu ynag di anggap baik.

d) Terminal objective, beberapa program pembelajaran.

e) Enroute objective, merupakan langkah dari entering behavior menuju ke

terminal objective yang terbagi dalam beberapa langkah kegiatan

pembelajaran, yang disebut dengan enroute objective.

Gambar 2.3 Model pembelajaran anak berkebutuhan khusus / SLB39

38 Ibid, hlm. 150 39 Bandie dolphie, pembelajaran anak berkebutuhan khusus,(bandung:PT.Refika Aditama, 2006), 158

Page 50: 06110099-eltafiyanal-haqqo

l

2. Karakter dan Masalah Perkembangan Anak Tunarungu Wicara (Anak Dengan

Hendaya Pendengaran)

a. Pengertian dan klasifikasi gangguan pendengaran

Tunarungu adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang

mempunyai kecacatan pada indra pendengaran. Dipandang dari kecerdasan yang dimilki

anak tunarungu sebenarnya tidak berbeda dengan anak normal.

Hal ini disebabkan anak tunarungu ada yang memiliki tingkat kecerdasan diatas rata –

rata (superior), rata - rata (average), maupun dibawah rata – rata

MASUKAN MENTAH Enam elemen konseptual model yang menghasilkan kebutuhan dan karakteristik spesifik siswa

MASUKAN INSTRUMENTASI

Program Guru kelas

Sarana Tanggapan

MASUKAN LINGKUNGAN

Tujuan Norma

Lingkungan

Tuntutan

Monitoring & Evaluasi

Balikan

KELUARAN

KOMPETENSI PESERTA DIDIK

PROSES

Program Pembelaj

aran individua

Pelaksanaan

intervensi

Kurikulum

Refleksi hasil kegiatan pembelajaran

Page 51: 06110099-eltafiyanal-haqqo

li

(subnormal). Namun, untuk menggambarkan secara rill keragaman anak tunarungu

seringkali mengalami kesulitan.

Seperti bentuk mimic peserta didik dengan hendaya pendengaran dan bicara

(tunarungu-wicara) berbeda dengan anak-anak berkebutuhan khusus yang lain. Hal ini

karena mereka tidak pernah mendengar atau mempergunakan panca indera telinga dan

mulut. Oleh karena itu mereka tidak terlalu paham dengan apa yang dimaksudkan dan

dikatakan orang lain. Pengertian hendaya pendengaran adalah seseorang yang mengalami

kekurangan atau atau kehilangan kemampuan mendengar sebagaian atau seluruhnya,

diakibatkan tidak berfungsinya sebagai atau seluruh indera pendengaran.40

Tunarungu dapat diartikan sebagai sesuatu keadaan kehilangan pendengaran yang

mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui

indera pendengarannya. Batasan pengertian anak tuna rungu telah banyak di kemukakan

oleh para ahli yang semuamya itu pada dasarnya mengandung pengertian yang sama. Di

bawah ini di kemukakan definisi anak tuna rungu.

Andreas Dwidjosumarto mengemukakan bahwa seseorang yang tidak atau kurang

mampu mendengar suara dikatakan tuna rungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua

kategori yaitu tuli (deaf) dan kurang dengar (low of hearing). Tuli adalah mereka yang

indera pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengaran

tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indera

pendengarannya mengalami kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar,

baik dengan maupun menggunakan alat bantu dengar (hearing aids).

Selain itu, Mufti Salim menyimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang

mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh

kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia

40 Bandi Delphie, Pembelajaran Anak berkebutuhan Khusus (Bandung: PT Refika Adiatama 2006), hlm 102

Page 52: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lii

mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. Ia memerlukan bimbingan dan

pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak.41

Dan berdasarkan tujuan pendidikan, secara terinci tunarungu dapat

dikelompokkan menjadi sebagai berikut:42

1) Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 20 – 30 dB (slight losses).

Untuk kepentingan pendidikan pada anak tunarungu kelompok ini cukup hanya

memerlukan latihan membaca bibir untuk pemahaman.

2) Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 30 – 40 dB (mild losses).

Kebutuhan layanan pendidikan untuk anak tunarungu kelompok ini yaitu

membaca bibir, latihan pendengaran, latihan bicara artikulasi, serta latihan

kosakata.

3) Anak tunarungu yang kehilangan pendegarannya antara 40 – 60 dB (moderet

losses). Kebutuhan layanan pendidikan untuk kelompok anak tunarungu ini

meliputi artikulasi, latihan membaca bibir, latihan kosakata, serta perlu

menggunakan alat bantu dengar untuk membantu ketajaman pendengaran.

4) Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran antara 60 – 75 dB (severelosses).

Kebutuhan pendidikan kelompok anak tunarungu ini perlu latihan pendengaran

intensif, membaca bibir, dan latihan pembentukan kosakata.

5) Anak tunarungu yang kehilangan pendengaran 75 dB keatas (profoundlylosses).

Kebutuhan layanan pendidikan anak tunarungu kelompok ini meliputi membaca

bibir, latihan mendengar untuk kesadaran, latihan membentuk dan membaca

ujaran dengan menggunakan pengajaran khusus, seperti tactile kinesthetic,

visualisasi yang dibantu dengan segenap kemampuan indranya yang tersisa.

41 .Efendi, pengantar psikopedagogik anak berkelainan, (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2006), 50. 42 Ibid, hlm. 56-57

Page 53: 06110099-eltafiyanal-haqqo

liii

Memperhatikan batasan-batasan di atas, dapatlah ditarik kesimpulan bahwa

tunarungu adalah mereka yang kehilangan pendengaran baik sebagian (hard of hearing)

maupun seluruhnya (deaf) yang menyebabkan pendengarannya tidak memiliki nilai

fungsional didalam kehidupan sehari-hari.

Ditinjau dari lokasi terjadinya ketunarunguan, klasifikasi anak tunarungu dapat di

kelompokkan menjadi sebagai berikut:43

a) Tunarungu konduktif

Ketunarunguan tipe konduktif ini terjadi karena beberapa organ yang

berfungsi sebagai penghantar suara di teinga bagian luar, seperti liang telinga

selaput gendang, serta keiga tulang pendengaran (malleus, incus, dan stapes)

yang terdapat di telinga bagian dalam dan dinding-dinding labirin mengalami

gangguan.

b) Tunarungu perspektif

Ketunarunguan tipe ini disebabkan terganggu nya organ-organ

pendengaran yang terdapat dibelahan telinga bagian dalam. Sebagaiman

diketahui organ telinga di bagian dalam memiliki fungsi sebagai alat persepsi

dari getaran suara yang di hantarkan oleh organ pendengaran di belahan

telinga bagian luar dan tengah.

c) Tunarungu campuran

Ketunarunguan tipe ini sebenarnya unuk menjelaskan bahwa pada telinga yang

sama rangkaian organ-ogan telinga yang berfungsi sebagai penghanta dan penerima

rangsangan suara mengalami gangguan, sehinggga yang tampak pada telinga tersebut

telah terjadi campuran antara ketunarunguan konduktif dan perspektif.

b. Perkembangan Kognitif Anak Tunarungu

43 Ibid, hlm.63-64

Page 54: 06110099-eltafiyanal-haqqo

liv

Pada umumnya inteligensi anak tunarungu secara potensial sama dengan anak

normal, tetapi secara fungsional perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat kemampuan

berbahasanya, keterbatasan informasi, dan kiranya daya abstraksi anak. Akibat

ketunarunguannya menghambat proses pencapaian pengetahuan yang luas. Dengan

demikian perkembangan inteligensi secara fungsional terhambat. Perkembangan kognitif

anak tunarungu sangat dipengaruhi oleh perkembangan bahasa, sehingga hambatan pada

bahasa akan menghambat perkembangan inteligensi anak tunarungu.

Kerendahan tingkat inteligensi anak tunarungu bukan berasal dari hambatan

intelektualnya yang rendah melainkan secara umum karena inteligensinya tidak mendapat

kesempatan untuk berkembang. Pemberian bimbingan yang teratur terutama dalam

kecakapan berbahsa akan dapat membantu perkembangan inteligensi anak tunarungu.

Tidak semua aspek inteligensi anak tunarungu terhambat. Aspek inteligensi yang

terhambat perkembangannya ialah yang bersifat verbal, misalnya merumuskan pengertian

menghubungkan, menarik kesimpulan, dan meramalkan kejadian.44

Sebagaimana Cruickshank mengemukakan bahwa anak tunarungu seringkali

memperlihatkan keterlambatan dalam belajar dan kadang-kadang tampak terbelakang.

Kondisi ini tidak hanya disebabkan oleh derajat gangguan pendengaran yang dialami oleh

anak, melainkan juga tergantung kepada potensi kecerdasan yang dimilikiya.

Rangsangan mental serta dorongan dari lingkungan sekitar dapat memberikan

kesempatan bagi anak tunarungu untuk mengembangkan kecerdasannya. Pintner,

seorang psikolog yang bekerja pada lembaga pendidikan anak tunarungu hanya dapat

menunjukkan kemampuan dalam bidang motorik dan mekanik, serta inteligensi konkret,

tetapi memilki keterbatasan dalam inteligensi verbal dan kemampuan akademik.

44 Ibid, hlm. 67

Page 55: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lv

Menyiasati masalah prestasi akademik yang dicapai oleh rata-rat anak tunarungu,

pusat studi demografi universitas gallaudet (univertsitas yang mahasiswanya sebagian

besar penderita tunarungu) yang berkedudukan di amerika serikat melakukan sebuah

riset. Berdasarkan hasil kajiannya yang setiap tahun menyelenggarakan tes prestasi

Stanford bagi anak tunarung, dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu berusia 1 tahun

memiliki kemampuan setingkat dengan anak kelas II dalam membaca dan berhitung.

Sedangkan anak tunarungu usia 17 tahun memilki kemampuan setingkat dengan anak

kelas IV dalam hal berhitung.45

c. Perkembangan Emosional Anak Tunarungu

Kekurangan akan pemahaman bahasa lisan atau tulisan seringkali menyebabkan

anak tunarungu menafsirkan sesuatu secara negative atau salah dan ini sering menjadi

tekanan bagi emosinya. Tekanan pada emosinya itu dapat menghambat perkembangan

pribadinya dengan menampilkan sikap menutup diri, bertindak agresif, atau sebalioknya

menampakkan kebimbangan dan keragu-raguan.

Emosi anak tunarungu selalu bergolak di satu pihak karena kemiskinan bahasanya

dan dan di pihak lain karena pengaruh dari luar yang diterimanya. Anak tunarungu bila

ditegur oleh orang yang tidak dikenalnya akan tampak resah dan gelisah.46

d. Perkembangan Sosial Anak Tunarungu

Faktor social dan budaya meliputi pengertian yang sangat luas, yaitu lingkungan

hidup dimana anak berinteraksi yaitu interaksi antara individu dengan individu, dengan

kelompokk, keluarga dan masyarakat. Untuk kepentingan anak tunarungu, seluruh

anggota keluarga, guru, dan masyarakat disekitarnya hendak berusaha mempelajari dan

45 Bandie Dolphie, psikologi anak luar biasa, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), 97. 46 Ibid., hlm. 98

Page 56: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lvi

memahami keadaan mereka karena hal tersebut dapat menghambat perkembangan

kepribadian yang negative pada diri anak tunarungu.47

e. Masalah-masalah dan Dampak Ketunarunguan Bagi Individu, Keluarga,

Masyarakat, dan Penyelenggara Pendidikan.

1) Bagi Anak Tunarungu Sendiri, sehubungan dengan karakterteristik tunarungu

yaitu miskin dalam kosakata sulit memahami kata-kata abstrak, sulit

mengartikan kata-kata yang mengandung kiasan, adanya gangguan bicara,

maka hal-hal ini merupakan sumber masalah pokok bagi anak tersebut.

2) Bagi Keluarga, lingkungan keluarga merupakan faktor yang mempunyai

pengaruh penting dan kuat terhadap perkembangan anak terutama anak luar

biasa. Anak ini mengalami hambatan sehingga mereka akan sulit menerima

norma lingkunganya

3) Bagi masyarakat, pada umumnya orang masih berpendapat bahwa anak

tumarungu tidak dapat berbauat apapun. Pandangan yang semacam in sangat

merugikan anak tunarungu. Karena adanya pandangan ini biasanyadapat kita

lihat sulitnya anak tunarungu untuk memperoleh lapangan pekerjaan.

4) Bagi Penyelenggara Pendidikan, perhatian akan kebutuhan pendidikan bagi

anak tunarungu tidaklah dapat dikatakan kurang karena terbukti bahwa anak

tunarungu telah banyak mengikuti pendidikan sepanjang lembaga pendidikan

itu dapat dijangkaunya. Persoalan baru yang perlu mendapat perhatian jika

anaktunarungu tetap saja harus sekolah pada sekolah khusus (SLB) adalah jika

anak-anak tunarungu itu tempat tinggalnya jauh dari SLB, maka tentu saja

mereka tidak akan dapat bersekolah.48

f. Faktor-faktor penghambat pembelajaran pada siswa tunarungu

47 Ibid, hlm. 99 48 Ibid, hlm 100

Page 57: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lvii

Secara garis besar hambatan yang dihadapai oleh anak-anak dengan hendaya

pendengaran dalam pembelajaran meliputi hal-hal sebagai berikut:49

1) Hasil penelitian para ahli di amerika serikat menyatakan satu di antara tujuh

anak yang mempunyai hendaya pendengaran mempunyai permasalahan

berkaitan dengan kesehatan mental. Kesehatan mental ini mengarah pada

schizophrenia atau kelainan psikis, paranoid atau kelainan psikis karena selalu

dihantui rasa takut, affectitivepsychosis atau kelainan emosi secara psikis, dan

depression atau kemuraman.

2) Anak-anak dengan hendaya pendengaran mempunyai kesulitan psikologis

yang diperoleh dari sejumlah factor eksternal seperti: kurangnya bimbingan

bantuan orang tua dan keluarga, kesadaran orang-orang disekitarnya terhadap

permasalahan anak dengan hendaya pendengaran, lingkungan hidup, budaya

dan model peran dari anak-anak dengan hendaya pendengaran.

3) Dalam keterampilan kognitif berkaitan dengan prestasi akademik pada

umumnya kemampuan mengingat dari anak-anak dengan hendaya

pendengaran sangat singkat, hanya hitungan beberapa detik tidak samapai

menit. Keadaan seperti ini memerlukan kegiatan-kegiatan khusus dalam

layanan pendidikan agar mereka mampu membaca , memahami isi bacaan dan

mengingat angka-angka. Banyak terjadi anak hendaya pendengaran

berkesulitan membaca. Karena itu mereka memerlukan suatu metode

pembelajaran yang lebih menekan pada pengucapan bahasa.

4) Pada kelompok tertentu dari anak-anak hendaya pendengaran mendapatkan

ketidakmampuan dalam belajar misalnya disebabkan oleh adanya hendaya

49 Bandie Dolphi, pembelajaran anak berkebutuhan khusus, (Bandung: PT.Refika Aditam: 2006),103

Page 58: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lviii

visual, ketidakmampuan belajar yang spesifik atau dyslexia, cerebral palsy,

dan masalah-masalah berkaitan dengan prilaku atau emosi.

5) Perkembangan bahasa dan komunikasi anak-anak dengan hendaya

pendengaran secara umum kurang sempurna, khususnya saat menggunakan

bahasa seperti pada kemampuan pemahaman bahasa, berbahasa dan berbicara.

6) Prestasi akademik anak-anak dengan hendaya pendengaran khususnya dalam

kemampuan membaca sangat kurang.

7) Dikarenakan anak-anak dengan hendaya pendengaran tumbuh dan hidup

dalam lingkungan yang terisolir, maka mereka membutuhkan interaksi social

dan perasaan diterima oleh orang-orang sekelilingnya. Ini berarti anak-anak

dengan hendaya pendengaran mempunyai hambatan dalam berkomunikasi.

Dalam hal ini diperlukan pendekatan khusus dalam kegiatan belajar mengajar

yang berkaitan dengan aspek komunikasi, seperti pemberian latihan auditori

(auditory training), dikondisikan pada berbicara bibir (lips reading),

penggunaan bahasa isyarat dan ejaan huruf dengan jari-jari (sign language and

finger spelling).

Latihan auditori melibatkan tiga sasaran pokok, yaitu:50

a) Perkembangan kesadaran bunyi

b) Perkembangan kemampuan membuat perbedaan secara nyata tentang

bunyi-bunyi yang ada di lingkungannya, dan

c) Perkembangan kemampuan membedakan bunyi-bunyi dalam kegiatan

berbicara.

Ada tiga bentuk yang berbeda dari rangsang bunyi yang dibutuhkan dalam suatu

program latihan terhadap anak dengan hendaya pendengaran, yaitu:

50 Ibid, hlm 105

Page 59: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lix

(1) Rangsang yang diperoleh dari lingkungan tempat komunikasi itu terjadi.

(2) Rangsang secara langsung diikuti dengan pesan tetapi bukan bagian dari hasil

kemampuan bicara.

(3) Rangsangan langsung berkaitan dengan produksi bunyi pembicaraan.

Data penelitian para ahli menyatakan bahwa anak-anak dengan hendaya

pendengaran umumnya mempunyai kesulitan dalam melakukan gerak keseimbangan dan

koordinasi dinamika gerak, koordinasi gerak visual, dan gerak berpindah. Kesulitan

gerak keseimbangan dan koordinasi gerak tubuh pada anak dengan hendaya pendengaran

merupakan salah satu alas an utama diperlukannya pendekatan pembelajaran dengan

menggunakan permainan terapeutik dan pola gerak irama.51

g. Upaya-upaya mengatasi faktor-faktor penghambat pembelajaran pada siswa

tunarungu

Upaya kerjasama antara guru dan orang tua dalam pelaksanaan pembelajaran PAI

harus terjalin dengan baik. Dalam kesempatan tertentu guru PAI dapat memberikan

informasi, petunjuk yang berkaitan dengan teknik latihan PAI. Pengajaran klasikal dapat

diberikan guru dalam bentuk latihan praktis untuk mengoptimalisasikan sisa pendengaran.

Latihan atau binaan dengan mengikuti program khusus di sekolah dilaksanakan oleh guru,

sedangkan latihan dan binaan di rumah dilaksanakan oleh orangtua. Usaha yang

dilakukan antara guru dan orangtua dalam meningkatkan kemampuan peserta didik sangat

penting, artinya harus disadari bahwa anak tunarungu memerlukan bantuan baik di

sekolah maupun di rumah agar, kemampuan komunikasi anak meningkat dibandingkan

sebelumnya.

Kontribusi orangtua dalam pendidikan anak tunarungu untuk mengembangkan

kemampuan berkomunikasi meliputi: (a) Didiklah anak tunarungu seperti mendidik anak-

51 Ibid, hlm. 106

Page 60: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lx

anak yang mendengar; (b) Libatkan anak tunarungu dalam kegiatan keluarga; (c) Jangan

memanjakan anak tunarungu secara berlebihan; (d) Berilah kesempatan bermain seluas

mungkin pada anak tunarungu; (e) Anak tunarungu harus diberi contoh perilaku yang

baik; (f) Sediakan waktu khusus untuk bersama-sama dengan anak tunarungu; (g)

Berikanlah kewajiban yang sama pada anak tunarungu dalam melaksanakan tugas-tugas

kerumahtanggaan; (h) Pupuklah rasa cinta akan keindahan alam sekitar; dan (i) Gunakan

setiap kesempatan untuk merangsang perkembangan bahasa dan bicara anak tunarungu.52

Sedangkan bentuk upaya kerjasama yang dapat dilakukan guru dan orangtua

dalam melatih anak tunarungu adalah:

1) Guru secara aktif memberikan/menyampaikan informasi kepada setiap

orangtua tentang pentingnya peningkatan kemampuan komunikasi pada anak

tunarungu.

2) Orangtua secara aktif merespon program layanan yang berupa penyuluhan

tentang pentingnya peningkatan kemampuan komunikasi untuk anak

tunarungu yang disampaikan oleh guru, bisa jadi ini dikarenakan program

sekolah yang jelas dan kesinambungan yang didukung dengan adanya

kemauan dan kemampuan guru dan orangtua yang sama-sama memandang

pentingnya kerjasama tersebut dilakukan. Adanya suatu layanan konsultasi

bagi orangtua yang saling berhubungan, untuk membicarakan perkembangan

kemampuan komunikasi anak tunarungu.

3) Guru dan orangtua saling mengunjungi dalam upaya menyamakan persepsi

dan melihat dari dekat aktivitas anak dalam berkomunikasi menggunakan

bicara di sekolah dan di rumah.

52 M. Amin, pelayanan anak berbakat Indonesia, (surakarta: hispelbi pusat, 1996), 55.

Page 61: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lxi

4) Guru dan orangtua bersama-sama membuat program peningkatan kemampuan

komunikasi anak tunarungu.

5) Komunikasi guru dan orangtua harus sering dilakukan, secara terbuka dan

lancar.

6) Guru dan orangtua perlu memecahkan kesulitan yang dihadapi anak tunarungu

dalam meningkatkan kemampuan komunikasi.

7) Guru dan orangtua melakukan penilaian atas kemampuan anak tunarungu

dalam berkomunikasi.

Sebelum dilakukan upaya kerjasama diperlukan kesamaan pandangan, sikap, dan

perlakuan antara guru di sekolah dan orangtua di rumah, untuk itu diperlukan

pengetahuan dan keterampilan tentang hal tersebut. Untuk mencapai ke arah tersebut,

guru memiliki kewajiban untuk memberikan informasi kepada orangtua tentang

kemampuan anak dan pendidikannya. dengan demikian sebuah pola hubungan yang

harmonis antar orangtua dan sekolah harus diciptakan dan dibina. 53

h. Metode Pengajaran Bahasa Bagi Anak Tunarungu

Terdapat tiga metode utama individu tunarungu belajar bahasa, yaitu dengan

membaca ujaran, melalui pendengaran, dan dengan komunikasi manual, atau dengan

kombinasi ketiga cara tersebut.54

1. Belajar Bahasa Melalui Membaca Ujaran (Speechreading)

Orang dapat memahami pembicaraan orang lain dengan "membaca" ujarannya

melalui gerakan bibirnya. Akan tetapi, hanya sekitar 50% bunyi ujaran yang dapat

terlihat pada bibir. Di antara 50% lainnya, sebagian dibuat di belakang bibir yang

tertutup atau jauh di bagian belakang mulut sehingga tidak kelihatan, atau ada

juga bunyi ujaran yang pada bibir tampak sama sehingga pembaca bibir tidak 53 Ibid, hlm. 59 54 M. Salim, pembinaan bahasa anak tunarungu, (Jakarta: Dekdikbud), 109

Page 62: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lxii

dapat memastikan bunyi apa yang dilihatnya. Hal ini sangat menyulitkan bagi

mereka yang ketunarunguannya terjadi pada masa prabahasa. Seseorang dapat

menjadi pembaca ujaran yang baik bila ditopang oleh pengetahuan yang baik

tentang struktur bahasa sehingga dapat membuat dugaan yang tepat mengenai

bunyi-bunyi yang "tersembunyi" itu. Jadi, orang tunarungu yang bahasanya

normal biasanya merupakan pembaca ujaran yang lebih baik daripada tunarungu

prabahasa, dan bahkan terdapat bukti bahwa orang non-tunarungu tanpa latihan

dapat membaca bibir lebih baik daripada orang tunarungu yang terpaksa harus

bergantung pada cara ini. Kelemahan sistem baca ujaran ini dapat diatasi bila

digabung dengan sistem cued speech (isyarat ujaran). Cued Speech adalah isyarat

gerakan tangan untuk melengkapi membaca ujaran (speechreading). Delapan

bentuk tangan yang menggambarkan kelompok-kelompok konsonan diletakkan

pada empat posisi di sekitar wajah yang menunjukkan kelompok-kelompok bunyi

vokal. Digabungkan dengan gerakan alami bibir pada saat berbicara, isyarat-

isyarat ini membuat bahasa lisan menjadi lebih tampak. Cued Speech

dikembangkan oleh R. Orin Cornett, Ph.D. di Gallaudet University pada tahun

1965 66. Isyarat ini dikembangkan sebagai respon terhadap laporan penelitian

pemerintah federal AS yang tidak puas dengan tingkat melek huruf di kalangan

tunarungu lulusan sekolah menengah. Tujuan dari pengembangan komunikasi

isyarat ini adalah untuk meningkatkan perkembangan bahasa anak tunarungu dan

memberi mereka fondasi untuk keterampilan membaca dan menulis dengan

bahasa yang baik dan benar. Cued Speech telah diadaptasikan ke sekitar 60 bahasa

dan dialek. Keuntungan dari sistem isyarat ini adalah mudah dipelajari (hanya

dalam waktu 18 jam), dapat dipergunakan untuk mengisyaratkan segala macam

kata (termasuk kata-kata prokem) maupun bunyi-bunyi non-bahasa. Anak

Page 63: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lxiii

tunarungu yang tumbuh dengan menggunakan cued speech ini mampu membaca

dan menulis setara dengan teman-teman sekelasnya yang non-tunarungu. 55

2. Belajar Bahasa Melalui Pendengaran

Ashman & Elkins (1994) mengemukakan bahwa individu tunarungu dari semua

tingkat ketunarunguan dapat memperoleh manfaat dari alat bantu dengar tertentu.

Alat bantu dengar yang telah terbukti efektif bagi jenis ketunarunguan

sensorineural dengan tingkat yang berat sekali adalah cochlear implant. Cochlear

implant adalah prostesis alat pendengaran yang terdiri dari dua komponen, yaitu

komponen eksternal (mikropon dan speech processor) yang dipakai oleh

pengguna, dan komponen internal (rangkaian elektroda yang melalui pembedahan

dimasukkan ke dalam cochlea (ujung organ pendengaran) di telinga bagian dalam.

Komponen eksternal dan internal tersebut dihubungkan secara elektrik. Prostesis

cochlear implant dirancang untuk menciptakan rangsangan pendengaran dengan

langsung memberikan stimulasi elektrik pada syaraf pendengaran. Akan tetapi,

meskipun dalam lingkungan auditer terbaik, jumlah bunyi ujaran yang dapat

dikenali secara cukup baik oleh orang dengan klasifikasi ketunarunguan berat

untuk memungkinkannya memperoleh gambaran yang lengkap tentang struktur

sintaksis dan fonologi bahasa itu terbatas. Tetapi ini tidak berarti bahwa

penyandang ketunarunguan yang berat sekali tidak dapat memperoleh manfaat

dari bunyi yang diamplifikasi dengan alat bantu dengar. Yang menjadi masalah

besar dalam hal ini adalah bahwa individu tunarungu jarang dapat mendengarkan

bunyi ujaran dalam kondisi optimal. Faktor-faktor tersebut mengakibatkan

individu tunarungu tidak dapat memperoleh manfaat yang maksimal dari alat

bantu dengar yang dipergunakannya. Di samping itu, banyak penelitian

55 Ibid, hlm. 110

Page 64: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lxiv

menunjukkan bahwa sebagian besar alat bantu dengar yang dipergunakan individu

tunarungu itu tidak berfungsi dengan baik akibat kehabisan batrai dan earmould

yang tidak cocok.56

3. Belajar Bahasa secara Manual

Secara alami, individu tunarungu cenderung mengembangkan cara komunikasi

manual atau bahasa isyarat. Untuk tujuan universalitas, berbagai negara telah

mengembangkan bahasa isyarat yang dibakukan secara nasional. Ashman &

Elkins (1994) mengemukakan bahwa komunikasi manual dengan bahasa isyarat

yang baku memberikan gambaran lengkap tentang bahasa kepada tunarungu,

sehingga mereka perlu mempelajarinya dengan baik. Kerugian penggunaan

bahasa isyarat ini adalah bahwa para penggunanya cenderung membentuk

masyarakat yang eksklusif. Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa bagi Anak

Tunarungu Pengajaran bahasa secara terprogram bagi anak tunarungu harus

dimulai sedini mungkin bila kita mengharapkan tingkat keberhasilan yang

optimal. Terdapat dua pendekatan dalam pengajaran bahasa kepada anak

tunarungu secara dini, yaitu pendekatan auditori-verbal dan auditori-oral.57

56 Ibid, hlm. 111 57 Ibid, hlm. 112

Page 65: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lxv

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Sesuai dengan judul yang dikemukakan yakni “Pelaksanaan Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam Di SLB Singojuruh Banyuwangi”. Maka pendekatan dalam

penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang berusaha melaksanakan pengkajian data

deskriptif yang akan dituangkan dalam bentuk laporan atau uraian.

Penelitian kualitatif menurut Boy and Tailor adalah prosedur penelitian yang

menghasilakan data deskriptif kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku

yang diamati. Penelitian kualitatif ini di gunakan karena beberapa pertimbangan

antaralain: pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan

dengan kenyataan jamak, kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat

hubungan antara peneliti dengan responden, ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat

menyesuaikan diri dengan banyak penajaman, pengeruh bersama dan terhadap pola-pola

yang dihadapi.

Page 66: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lxvi

Karena itu untuk memahami fenomena secara menyeluruh tentunya harus

memahami segenap konteks dan melakukan analisa yang holistik, penjabarannya dengan

dideskriptifkan. Alasan lainnya menggunakan mentode ini adalah:

1) Metode kualitatif menyajikan secara langsung hakekat penelitian dan

obyek.

2) Metode ini sangat mudah diterapkan bila manusia dipakai sebagai

instrumennya.

3) Dalam metode kualitatif masih mungkin digunakan data kuantitatif, tetapi

hanya sebagai pelengkap saja.

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatip deskriptif. Disebut penelitian deskriptif karena peneliti mengadakan penelitian

dan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan apa

adanya tentang suatu variable, geljala dan keadaan.

Pendekatan diskriptif kualitatif menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-

kata tertulis atau lisan. Adapun ciri-ciri pendekatan kualitatif ada lima, yaitu:

a) Menggunakan latar ilmiah.

b) Bersifat diskriptif.

c) Lebih mementingkan proses dari pada hasil.

d) Induktif.

e) Makna yang merupakan hal yang esensial.

Dalam hal ini pelaksanaan penelitian dan pengkajiannya didasarkan pada proses

pencarian data secara lengkap untuk selanjutnya data tersebut disajikan secara deskriptif

dalam bentuk kata-kata tertulis ataupun lisan.

Page 67: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lxvii

B. Kehadiran Penelitian

Bahwa dalam penelitian ini sebagai instrument nya adalah peneliti sendiri, karena

dalam penelitian jenis kualitatif kehadiran peneliti sebagai instrument adalah mutlak di

perlukan. Peran peneliti disini adalah sebagai partisipan penuh atau bisa juga sebagai

pengamat, partisipan dan kehadiran peneliti adalah diketahui sebagai peneliti oleh

subyeknya.

Karena peneliti merupakan perencana, pelaksana dan pengumpul data,

menganalisa data dan pada akhirnya peneliti sebagai pelapor hasil penelitian.

C. Lokasi Penelitian

Dalam kegiatan penelitian ini, dalam menentukan lokasi digunakan dengan

mempertimbangkan berbagai hal, yaitu dari segi ekonomi maupun dari segi kulitas lokasi

yang diteliti, yang dijadikan obyek dalam penelitian ini adalah Sekolah Luar Biasa (SLB)

PGRI Singojuruh yang terletak di jalan Gendoh Singojuruh Banyuwangi.

D. Data Dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Menurut Sugiono

data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, kalimat, skema, dan gambar dan

tidak berupa angka-angka, yang menyangkut sejarah perusahaan atau lembaga, struktur

organisasi atau hasil wawancara terhadap obyek penelitian berupa jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan yang dilakukan. Adapun sumber data adalah:58

1) Data Primer

Data primer adalah data yang diambil dari sumber data primer atau

sumber penelitian. Dalam hal ini data yang dimaksudkan adalah data yang

diperoleh peneliti dari hasil wawancara dengan pihak pembimbing atau guru

58 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif.(Bandung:2006) Hlm. 210

Page 68: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lxviii

maupun kepala sekolah mengenai bagaimana pelaksanaan pembelajaran

pendidikan agama islam pada penyandang tunarungu.

2) Data Skunder

Data skunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber

skunder. Adapun data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berupa

dokumen-dokumen sekolah, literatur maupun informansi lain tentang visi, misi,

dan tujuan serta struktur organisasi serta catatan lain mengenai strategi

pembelajaran pada penyandang tunarungu wicara terutama yang meliputi

kompetensi, metode, materi, media dan lingkungan pembelajaran.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data, penulis menggunakan metode sebagai berikut:

1) Metode observasi

Metode observasi adalah melakukan pengamatan dan pencatatan dengan

sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Berdasarkan pengertian diatas, bahwa

metode observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan jalan mengamati, kemudian

melakukan pencatatan terhadap obyek yang diselidiki yang berhubungan dengan

pokok permasalahan. Dalam hal ini peneliti datang langsung kelokasi dan melakukan

pengamatan di tempat penelitian. Dan Teknik ini digunakan untuk mengoptimalkan

kemampuan peneliti dari segi motif, perhatian, perilaku tak sadar, kebahasaan

terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di SLB PGRI Singojuruh Banyuwangi.

2) Metode interview

Metode interview adalah metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab

sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan

penyelidikan.

Page 69: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lxix

Menurut Nasir, wawancara/interview adalah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si

penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan

alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara). Dalam hal ini peneliti

akan melakukan wawancara langsung dengan pihak terapis atau pembimbing dan

kepala sekolah serta pihak-pihak yang terkait dengan informasi yang dibutuhkan

peneliti.

Dalam teknik wawancara ini instrumen yang digunakan sebagai pengumpulan

data berupa pedoman wawancara yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan yang sistematis

dan terarah dengan bantuan tape recorder dan Hp. Pedoman yang dimaksud adalah

bentuk-bentuk pertanyaan yang digunakan baik yang telah dirumuskan sebelumnya

maupun yang belum. Metode ini digunakan peneliti dalam mencari data secara

langsung dengan obyek penelitian guna mencari informasi yang dibutuhkan terutama

hal-hal yang berkenaan dengan strategi pembelajaran pada penyandang tunarungu

terutama yang meliputi kompetensi, metode, materi, dan lingkungan pembelajaran.

Adapun sumber informasinya adalah kepala sekolah dan guru PAI.

3) Metode dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkip buku, surat kabar, majalah, notelen rapat, lengger, agenda dan

lain-lain. Dalam hal ini peneliti akan meminta pada bagian sekertaris sekolah

mengenai sejarah sekolah, tujuan, visi, misi, serta dokumen lain yang diperlukan.

F. Analisis Data

Suatu langkah yang penting setelah data terkumpul adalah analisis data, sebab

dengan menganalisis data tersebut akan mendapatkan gambaran yang jelas tentang

Page 70: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lxx

keadaan obyek dan hasil dari penelitian. Untuk menganalisis data yang telah terkumpul,

peneliti ini menggunakan tehnik analisis diskriptif kualitatif.

Dalam hal ini berpendapat bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menggambarkan dengan kata-kata atau kalimat dipisah-pisahkan menurut katagori untuk

memperoleh kesimpulan.

Untuk menganalisa data yang telah diperoleh melalui observasi, interview dan

dokumentasi maka penulis menggunakan analisa deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif

adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai

dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik59.

Mendeskripsikan data kualitatif adalah dengan cara menyusun dan

mengelompokkan data yang ada sehingga memberikan gambaran nyata terhadap

responden. Metode penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika

matematis atau metode statistik60.

Seperti telah disebutkan diatas penelitian kualitatif tidak terlepas dari penemuan

data kuantitatif. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif, data yang diperoleh dengan

langkah-langkah berikut ini:

1) Menganalisis data dilapangan, yaitu analisis yang dikerjakan selama

pengumpulan data berlangsung dan dikerjakan terus-menerus hingga

penyusunan laporan penelitian selesai. Sebagai langkah awal, data yang

merupakan hasil wawancara terpimpin dengan guru mata pelajaran pendidikan

agama islam dan kepala sekolah, dipilah-pilah dan difokuskan sesuai dengan

fokus penelitian dan masalah yang terkandung didalamnya bersamaan dengan

pemilihan data tersebut, peneliti memburu data baru.

59 Anselm Strauss dkk.,Op.cit, hlm. 11

60 Deddy mulyana, Op, Cit. hlm, 150

Page 71: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lxxi

2) Menganalisis data yang telah terkumpul atau data yang baru diperoleh, data ini

dianalisis dengan cara membandingkan dengan data-data yang terdahulu.

Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

a) Mengembangkan pertanyaan-pertanyaan analisis.

b) Merencanakan tahapan pengumpulan data dengan hasil pengamatan

sebelumnya.

c) Menggali sumber-sumber perpustakaan yang relevan selama penelitian

berlangsung.

3) Setelah proses pengumpulan data selesai, maka peneliti membuat laporan

penelitian dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu jenis penelitian yang

bertujuan membuat gambaran (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau

kejadian-kejadian.

Adapun tujuan dari metode deskriptif ini adalah sebagai berikut:

a) Mengumpulkan informasi aktual secara terperinci yang melukiskan gejala-

gejala yang ada.

b) Mengidentifikasi masalah dengan memeriksa data-data yang

memperlihatkan kondisi.

c) Melakukan evaluasi atau (jika mungkin) membuat komparasi selain itu

proses analisis data yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

d) Reduksi Data yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data ”kasar” yang

muncul dari catatan-catatan tertulis lapangan. Reduksi data merupakan

analisis yang menajamkan, menggolongkan data dengan cara sedemikian

rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik.

Page 72: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lxxii

e) Penyajian data, yaitu mengumpulkan data atau informasi secara tersusun

yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan.

f) Menarik kesimpulan.

G. Pengecekan Keabsahan Temuan

Menurut Moleong yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa setiap

keadaan harus memenuhi:61

1) Mendemonstrasikan nilai yang benar

2) Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan

3) Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari

prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya.

Dalam penelitian ini, untuk menguji keabsahan data menggunakan teknik

sebagaimana yang dikemukakan oleh Moleong yaitu: a) Ketekunan pengamatan, b)

Triangulasi, c) Kecukupan referensial.62

Pertama, penyajian keabsahan data dengan ketekunan pengematan dilakukan

dengan cara mengamati dan membeca secara cermat sumber data penelitian sehingga data

yang diperlukan dapat diidentifikasikan. Selanjtnya dapat diperoleh deskripsi-deskripsi

hasil yang akurat dalam proses perincian maupun penyimpulan.

Kedua, triangulasi digunakan untuk pemerikasaan keabsahan data dengan

memanfaatkan sumber yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau

pembanding data.63 Dalam kaitan ini ada dua metode triangulasi yang digunakan untuk

pemerikasaan data, yaitu: 1) triagulasi metode dan teknik pengumpulan data. Dalam hal

ini, metode dan teknik pengambilan data tidak hanya digunakan untuk sekedar

mendapatkan data atau menilai keberadaan data, tetapi juga untuk menentukan keabsahan 61 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif.(Bandung:2006) Hlm. 320 62 Ibid, Hlm. 175 63 Ibid, hlm. 178

Page 73: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lxxiii

data, 2) triangulasi data dengan pengecekan yang dibantu oleh teman sejawat, serta pihak-

pihak lain yang telah memahami penelitian ini.

Ketiga, penyajian data dengan kecukupan referensi dilakukan dengan membaca dan

menelaah sumber-sumber data dan sumber pustaka yang relevan dengan masalah

penelitian secara berulang-ulang agar diperoleh pemahaman yang memadai.

H. Tahap-tahap Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi:

1) Tahap Pendahuluan

Pada tahapan ini kegiatan yang dilakukan adalah:

a) Pengajuan judul proposal. kepada jurusan, dalam hal ini Jurusan Pendidikan

Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

b) Konsultasi proposal kepada dosen pembimbing.

c) Melakukan kegiatan pustaka yang sesuai dengan judul penelitian.

d) Menyusun metodologi penelitian.

e) Mengurus surat izin penelitian kepada dekan Fakultas Tarbiyah UIN

Maulana Malik Ibrahim Malang kemudian kepada kepala sekolah SLB

PGRI Singojuruh Banyuwangi.

2) Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini, kegiatan yang dilakukan adalah

pengumpulan data dan pengelolaan data. Pengumpulan data dilakukan

dengan cara:

a) Melakukan wawancara kepada subyek penelitian dalam hal ini kepala

sekolah dan guru pendidikan agama islam.

b) Menggali data untuk menunjang penelitian melalui dokumen yang

diperlukan.

Page 74: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lxxiv

c) Mengelola data dengan cara yang telah diperoleh dari hasil penelitian

dengan analisis data yang telah ditetapkan.

3) Tahap Penyelesaian

Kegiatan yang dilakukan dalam penyelesaian meliputi:

a) Menyusun kerangka laporan hasil penelitian.

b) Menyusun laporan hasil penelitian dengan konsultasi kepada dosen

pembimbing.

c) Ujian pertanggung jawaban di depan dosen penguji.

d) Pengadaan dan penyampaian hasil laporan penelitian kepada pihak

yang berwenang dan berkepentingan.

BAB IV

PAPARAN HASIL PENELITIAN

A. Latar Belakang Obyek Penelitian

Latar belakang obyek penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk di

kemukakan dalam penelitian ini. Hal ini karena obyek penelitian merupakan tempat pusat

informasi data yang diambil peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini. Adapun latar

belakang obyek penelitian ini akan membicarakan secara umum tentang keberadaan SLB

PGRI Singojuruh Banyuwangi. Latar belakang ini memaparkan secara garis besar

mengenai:

1. Sejarah singkat Sekolah Luar Biasa PGRI

SLB PGRI Singojuruh, begitulah nama dari sebuah sekolah anak tunarunguwicara

dan anak dengan kebutuhan khusus di alasmalang singojuruh yang berdiri di atas tanah

seluas ± 450 m2 di kawasan alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Kota Banyuwangi.

Page 75: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lxxv

Awal berdirinya sekolah ini berangkat dari kepedulian sepasang suami istri yang

begitu prihatin akan keberadaan anak berkebutuhan khusus, khususnya di kota

Banyuwangi yang mana kebanyakan dari para penyandang tunarunguwicara tersebut

adalah mereka yang berada pada golongan kurang mampu atau golongan ekonomi

menengah ke bawah. Permasalahannya, banyak sekali lembaga-lembaga atau tempat-

tempat terapi yang khusus menangani ABK (Anak Berkebutuhan Khusus), menawarkan

biaya yang sangat tinggi dan mahal. Tentunya hal ini merupakan kendala tersendiri bagi

para orang tua yang mempunyai anak penyandang ABK dari golongan kurang mampu.

Berangkat dari permasalahan tersebut itulah pasangan suami istri yang terdiri dari bapak

bambang mulyono,dan istrinya Ibu titis berkeinginan untuk mendirikan SLB (Sekolah

Luar Biasa) dengan biaya yang murah dan bisa dijangkau oleh semua kalangan, terutama

oleh kalangan ekonomi menengah ke bawah.

Untuk mewujudkan gagasan tersebut, Sekolah SD Singojuruh RT 01/I dusun sragi

kecamatan songgon, memberikan jalan dengan menyediakan tempat kepada bapak

bambang dan ibu titis untuk membuka sekolah bagi para ABK, maka tepat pada tanggal

03 bulan September Tahun 1990 berdirilah Sekolah Luar Biasa yang bernama “SLB

ABCD PGRI SINGOJURUH” dengan berlokasi di SD Singojuruh RT 01/I.

Akan tetapi, seiring dengan bertambah banyaknya siswa/penyandang ABK (Anak

Berkebutuhan Khusus) yang daftar. Maka Pak bambang dan bu titis berinisiatif untuk

mendirikan sekolah sendiri yang “independent” dan terpisah dari SD Singojuruh.

Akhirnya pada tanggal 05 Desember 1990 berdirilah sebuah sekolah untuk ABK (Anak

Berkebutuhan Khusus) dibawah naungan yayasan PPLP DASMEN PGRI

BANYUWANGI, Kecamatan Singojuruh, Kota Banyuwangi. Dan saat ini, SLB PGRI

Page 76: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lxxvi

telah menampung siswa berkebutuhan khusus sebanyak 40 anak, dengan tenaga pengajar

10 orang.64

2. Visi dan Misi Sekolah Luar Biasa PGRI

a) Visi Sekolah

“Budi Pekerti Luhur Terampil dan Mandiri berdasarkan Iman dan Taqwa”

b) Misi Sekolah

1) Melaksanakan pembelajaran secara efektif

2) Menanamkan penghayatan terhadap ajaran agama

3) Memberdayakan peran serta masyarakat.

4) Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan65

3. Identitas Sekolah Luar Biasa PGRI

Nama Sekolah : SLB PGRI SINGOJURUH

Nomor Identitas Sekolah (NIS) : 282 300

Nomor Statistik Sekolah (NSS) : 282052514032

Alamat Sekolah : JL. Gendoh Ds. Alasmalang Kecamatan Singojuruh

Kabupaten Banyuwangi

Status Sekolah : b. Swasta

Tahun Berdiri Sekolah : TAHUN 1990

Nama Yayasan : PPLP DASMEN PGRI BANYUWANGI

No. Akte Pendirian Yayasan : 20

Luas Tanah Sekolah (m²) : 450 m2

Luas Bangunan Sekolah (m²) : 93 m2

Status Kepemilikan Tanah : Milik Yayasan/Wakaf

Status Akreditasi : Terakreditasi : B Tahun 2008

64 Dokumen SLB PGRI Singojuuruh, hlm.5 65 Dokumen SLB PGRI Singojuuruh, hlm.10

Page 77: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lxxvii

No. Surat Ket. Akreditasi : Lb.000297

4. Kondisi Sekolah Luar Biasa PGRI

a. Keadaan Murid dan Guru

1) Data Siswa

Tabel 4.1 Data Siswa SMPLB PGRI 66

No. Nama siswa No. induk Kelas Jenis Kelainan

1. Moh.Mussolin 041 VIII B

2. Tomy Syarifudin Azis 031 VIII B

3 Moh Niam 038 VIII B

4 Bimas M. Sapsa EK 043 VIII B

5 Imam Wahyudi 037 VIII B

6 Neng Nuraini 039 VIII B

7 Evi Oktaviani 048 VIII B

8 Ahmad Subuki 033 VIII B

9 Andi Sugiyarto 026 VIII B

10 Mayangsari 025 VIII B

11 Prihani D K 024/ VIII C

12 Ibnu Firdaus 029 VIII B

13 Riki 018 VIII C

14 Esa Akbar Nagarawan 030 VII B

15 Liyus Jaya Saputra 022 VIII B

16 Moh. Ab Rosyid 049 IX C

17 Irawati 017 VII B

18 Singgih Erizal 050 IX C

19 Heru Darmanto 051 VIII B

20 Noermageti Tirta Arum 045/ VIII B

21 Muhammad Arsad 047 XI B

22 Emil Mauliyah 053 VIII B

66 Dokumen SLB PGRI Singojuuruh, hlm. 19

Page 78: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lxxviii

2) Data Guru SLB PGRI Singojuruh

Tabel 4.2 Data Guru SLB PGRI Singojuruh67

NO

NUPTK Nama Guru Gol Tmpt Tggl Lhr

Unit Kerja Tmpt Tgs di PLB

1 2133745647200013

Bambang Mulyono, S.Pd NIP. 196701081994031008

III/c Banyuwangi, 08-01-1967

SLB PGRI Singojuruh

01-07-1990

2 137749651300023

Tities Suwiji Utami S.Pd NIP. 197105102005012012

II/b Banyuwangi, 10-05-1971

SLB PGRI Singojuruh

01-07-1992

3 1133746645200004

Susilo Wibisono, S.Pd - Banyuwangi, 18-01-1968

SLB PGRI Singojuruh

01-07-2002

4 1038742643300043

Untung Sri Widayati, SP.d

- Banyuwangi, 06-07-1964

SLB PGRI Singojuruh

01-07-2005

5 2436744648300002

Sulistiowati - Banyuwangi, 01-04-1966

SLB PGRI Singojuruh

01-07-2002

6 4844751654200022

Joko Slamet Hartono, S.Pd

- Banyuwangi, 12-01-1973

SLB PGRI Singojuruh

01-07-2006

7 Wahyu Kritanto - SLB PGRI Singojuruh

8 Rusmah Hadi S.Pd - Jember, 11-03-1975

SLB PGRI Singojuruh

9 Khoirul Hidayat S.Pd - 7 Agustus 1978

SLB PGRI Singojuruh

10 Ali Musyafak S.Pd - 24 November 1971

SLB PGRI Singojuruh

b. Keadaan Sarana dan Prasarana

Adapun sarana dan prasarana yang menunjang proses belajar mengajar di SLB PGRI

Banyuwangi adalah: Ruang Kepala Sekolah, Ruang Guru, Ruang Tamu, Ruang Aula/Gedung

serbaguna, Ruang Gudang, Halaman Sekolah, dan Ruang Pembelajaran Khusus /

Rehabilitasi. Seperti yang terdapat dalam tabel 4.3 yang terdapat di lampiran.

5. Struktur Organisasi SLB PGRI Singojuruh

Gambar 4.1 Struktur Organisasi SLB PGRI Singojuruh68

67 Dokumen SLB PGRI Singojuuruh, hlm.21

Page 79: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lxxix

WAKASEK

Urusan Sarana

Urusan Kurikulum

Urusan Pembinaan Kesiswaan

Urusan Hubungan Kerjasama Masyarakat

6. Pengelolaan Kurikulum

a. Struktur Kurikulum

Struktur kurikulum mencakup tentang sejumlah mata pelajaran yang harus

disampaikan kepada peserta didik dalam proses belajar mengajar. Kemudian didalam

muatan kurikulum pada setiap satuan pendidikan dituangkan kompetensi yang harus

dimiliki peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur

68 Dokumen SLB PGRI Singojuuruh, hlm.25

Koordinator Program Khusus Tuna netra

Tuna rungu

Tuna grahita (ringan sedang)

Tuna daksa

Tuna laras Tuna ganda

TATA USAHA

BP3

KEPALA SEKOLAH

TAHLI

Wali Kelas

Guru Mata

Pelajaran

SISWA

Page 80: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lxxx

kurikulum. Kemampuam peserta didik untuk menyerap kompetensi yang terdiri dari

standar kompetensi dan kompetensi dasar antara peserta didik yang satu dengan yang

lain akan sangat bervariasi. Hal ini disebabkan adanya keragaman dan keterbatasan

kemampuan antar peserta didik dalam kecacatannya.

SMPLB PGRI Singojuruh merupakan jenjang sekolah menengah yang

ditempuh selama 3 tahun dan terdiri dari 3 kelas (kelas VII, VIII dan IX) dan 4 jenis

kelainan ( tuna netra, tuna rungu, tuna grahita dan tuna daksa). Kurikulum SMPLB

PGRI Singojuruh terdiri dari 10 mata pelajara, muatan lokal, program khusus dan

pengembangan diri.69

b. Muatan Kurikulum

Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) meliputi sejumlah

mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi

peserta didik pada satuan pendidikan. Disamping itu materi muatan lokal dan kegiatan

pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum.70

Berikut akan diuraikan komponen dalam muatan kurikulum yaitu mata

pelajaran, muatan lokal, program khusus dan pengembangan diri.71

1) Mata Pelajaran

Mata Pelajaran merupakan materi bahan ajar berdasarkan landasan

keilmuan yang akan diajarkan kepada peserta didik sebagai beban belajar melalui

metode dan pendekatan tertentu. Beban belajar pada mata pelajaran ditentukan

oleh keleluasaan dan kedalaman pada masing – masing tingkat satuan pendidikan.

Metode dan pendekatan pada mata pelajaran bergantung pada ciri khas dan

karakteristik masing – masing mata pelajaran dengan menyesuaikan pada kondisi

69 Dokumen SLB PGRI Singojuuruh, hlm.39 70 Dokumen SLB PGRI Singojuuruh, hlm.41 71 Ibid, hlm. 48-55

Page 81: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lxxxi

yang tersedia di sekolah. Berikut ini diuraikan mengenai penjelasan mengenai

mata pelajaran yang diajarkan di SMPLB PGRI Singojuruh.

a) Mata Pelajaran bagi peserta didik untuk anak tunanetra, tunarungu,

tunadaksa sama dalam pelajaran inti, tetapi berbeda dalam program

khusus dan pengembangan diri.

b) Bagi peserta didik tunagrahita, pembelajarannya menggunakan

pendekatan tematik.

c) Alokasi waktu pada satu jam mata pelajaran adalah 40 menit.

d) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34

minggu

e) Waktu belajar di mulai pada pukul 07.00 WIB dan diakhiri pada 14.45

WIB, untuk hari Jum’at di mulai pada pukul 07.00 WIB dan diakhiri

pada pukul 11.00 WIB.

Mata pelajaran di SMPLB PGRI Singojuruh terdiri dari 10 mata pelajaran,

yaitu :

(1) Pendidikan Agama

Meliputi pendidikan Agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agamanya dan

mengenalkan keberagaman Agama yang terjadi di masyarakat serta

mengajarkan toleransi terhadap lain Agama.

(2) Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuannya adalah memberikan pemahaman kepada peserta didik

tentang kesadaran hidup berbangsa dan bernegara serta menanamkan

rasa persatuan dan kesatuan.

Page 82: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lxxxii

(3) Bahasa Indonesia

Memebina keterampilan berbahasa secara lisan, tulis dan isyarat

Indonesia serta dapat menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat

komunikasi dan sebagai sarana pemahaman terhadap IPTEK

(4) Bahasa Inggris

Membina keterampilan berbahasa secara lisan, tulis dan isyarat untuk

menghadapi perkembangan IPTEK dan era persaingan bebas.

(5) Matematika

Memberikan pemahaman dan kemampuan logika dan kemampuan

dasar matematika untuk menyongsong perkembangan IPTEK.

(6) Ilmu Pengetahuan Alam

Meliputi Fisika dan Biologi. Tujuannya adalah memberikan

pemahaman kepada peserta didik tentang ilmu sains untuk memahami

IPTEK

(7) Ilmu Pengetahuan Sosial

Meliputi Sejarah, Geografi, Ekonomi dan Sosiologi. Tujuannya adalah

memberikan pengetahuan kepada peserta didik tentang sosio cultur

masyarakat majemuk.

(8) Seni Budaya

Meliputi seni suara, seni rupa, seni teater dan seni tari. Tujuannya

untuk mengembangkan apresiasi seni, daya kreasi dan kecintaan

terhadap karya seni.

(9) Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

Page 83: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lxxxiii

Menanamkan kebiasaan hidup sehat, meningkatkan kebugaran jasmani

dan keterampilan olahraga, memupuk rasa sportifitas, tanggung jawab,

disiplin dan kepercayaan diri peserta didik.

(10) Keterampilan Vokasional/ Teknologi Informasi & Komunikasi

Meliputi keterampilan anyaman bambu, potong rambut/ salon,

menjahit dan komputer. Tujuannya untuk memupuk dan meningkatkan

keterampilan peserrta didik sebagai bekal hidup selanjutnya.

2) Muatan Lokal

Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan

kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah termasuk

keunggulan daerah yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata

pelajaran.

Muatan lokal yang ada di SMPLB PGRI Singojuruh yaitu Bahasa Jawa

Mata Pelajaran muatan lokal. Bahasa Jawa ini dipilih berdasarkan pertimbangan

bahwa Bahasa Jawa masih merupakan bahasa komunikasi yang tetap digunakan

dalam komunikasi sehari – hari masyarakat dan tentunya Bahasa Jawa adalah

masih menjadi ciri khas dari masyarakat Jawa khususnya Banyuwangi.

Mata Pelajaran muatan lokal Bahasa Jawa ini mempunyai alokasi waktu

40 menit. Untuk satu jam pelajaran dan 34 tatap muka dalam satu tahun ajaran (2

semester).

Tujuannya adalah untuk memupuk rasa kepemilikan terhadap bahasa

daerahnya dan melestarika kebudayaan jawa yang mulai ditinggalkan serta untuk

meningkatkan cara berkomunikasi dengan bahasa Jawa dengan baik dan benar.72

3) Program Khusus

72 Ibid, hlm. 60

Page 84: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lxxxiv

Program Khusus diperuntukkan bagi peserta didik yang memiliki jenis

kelainan yang spesifik dan berfungsi untuk membantu peserta didik dalam

aktifitas sehari – hari SMPLB PGRI Singojuruh merancang 4 program khusus

yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik yaitu :73

1) Orientasi dan Mobilitas untuk peserta didik Tunanetra

2) Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama untuk Peserta didik

Tunarungu

3) Bina Diri untuk peserta didik Tunagrahita

Tujuannya untuk membantu dan memberikan kemampuan peserta didik

untuk melayani kebutuhan dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari.

4) Bina Diri dan Bina Gerak untuk peserta didik Tunadaksa.

Tujuannya adalah untuk memberikan kemampuan peserta didik dalan

mengoptimalkan anggota tubuh yang tersisa untuk melaksanakan kegiatan

sehari-hari dengan baik.

5) Pengembangan Diri

Pengembangan diri merupakan kegiatan yang secara umum bertujuan

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat

mengaktualisasikan kemampuannya sesuai dengan kebutuhan, bakat dan

minatnya sesuai dengan kondisi sekolah dengan kebutuhan, bakat dan

minatnya sesuai dengan kondisi sekolah. Evaluasi dan penilaian dari

kegiatan ini secara kwalitatif.

Kegiatan pengembangan diri yang dilaksanakan di SMPLB PGRI

Singojuruh antara lain :

a) Seni Lukis

73 Ibid, hlm. 69

Page 85: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lxxxv

Tujuannya adalah untuk memupuk dan meningkatkan kemampuan

mengekspreso, kreatifitas seni lukis peserta didik sesuai dengan bakat dan

minatnya serta mengupayakan hasil lukisan yang memiliki harga jual yang

tinggi.

b) Olahraga

Cabang olahraga yang ada antara lain bulu tangkis, tenis meja.

Tujuannya adalah untuk memupuk bakat dan minat peserta didik serta

meningkatkan kemampuan siswa agar dapat berprestasi lebih baik.

c) Elektro

Tujuannya adalah untuk membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam

keahlian elektro sehingga mampu mengikuti perkembangan.

d) Keterampilan membuat kripik singkong

Tujuannya adalah untuk membekali peserta didik dalam keterampilan

membuat kripik singkong yang sesuai dengan potensi lokal Banyuwangi

khususnya daerah Lemahabang Singojuruh.74

B. Paparan Data

Dari hasil penelitian wawancara yang dilakukan langsung oleh peneliti dengan

responden maka diketahui bahwa, pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama islam

(PAI) di SLB PGRI dilaksanakan 2 jam perminggu dengan memperkecil materi PAI nya

yang telah di tetapkan oleh pemerintah, karena anak luar biasa dalam hal kognitifnya

dalam hitungan detik mereka sudah melupakan apa yang telah mereka pelajari karena itu

mateinya lebih dipersempit dari pada materi yang ada di sekolah normal lainnya.

Karena itu guru harus dapat mencapai tujuan akhir pembelajaran pendidikan

agama islam sehingga anak luar biasa dapat menerapkannya dan menghayatinnya sesuai

74 Ibid, hlm. 80

Page 86: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lxxxvi

dengan yang telah dipelajari sehingga menjadikannya pribadi yang berbudi pekerti.

Seperti petikan wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran pendidikan agama islam

(PAI) yang sekaligus menjabat sebagai kepala sekolah, berikut ini yang dilakukan pada

tanggal 22 Februari 2010 di ruang guru:

“....Tujuan akhir dari pembelajaran PAI disini adalah seperti yang tertera dalam visi dan misi SLB PGRI, yaitu menanamkan penghayatan terhadap ajaran agama yang di anut oleh siswanya, guna menerapkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari di sekolah ataupun lingkungan masyarakat dirumahanya sebagai pedoman hidupnya kelak nanti”.75

Dari hasil wawancara tersebut dapat penulis ketahui pencapaian tujuan

pembelajaran pendidikan agama islam di SLB PGRI adalah agar siswa-siswanya menjadi

pribadi yang berbudi pekerti luhur, beriman dan bertakwa kepada Allah. serta dapat

menerapkan ajaran agama yang telah dipelajarinya dalam kehidupan di masa sekarang

dan masa yang akan datang serta menjadikan Al-qur’an sebagai pedoman hidupnya.

Serta perlunya kerjasama yang baik dan berkelanjutan antara orang tua siswa dan

guru-guru serta pihak-pihak yang mempunyai kaitan dengan pendidikan di sekolah

diharapkan perlu di bina karena menjadi motivasi yang kuat bagi orang tua untuk

berpartisipasi aktif dalam usaha-usaha sekolah. Sehingga akan terencapai tujuan alhir

pembelajran pendidikan agama Islam yang sesungguhnya karena adanya kerjasama guru

dan oarangtua.

Sedangkan materi Pendidikan Agama Islam yang di ajarkan di SLB PGRI sama

halnya yang di ajarkan di sekolah normal lainnya akan tetapi karena sekolah luar biasa

jadi materinya lebih di persempit karena siswa SLB biasanya dalam pemberian materi

terlebih dahulu mereka harus mempunyai keinginan untuk mengetahui pengetahuan yang

baru karena itu guru biasanya memancing siswanya dengan mengajak keluar kelas guna

mengembalikan semangat mereka dalam menerima materi yang akan di ajarkan karena

75 Dokumen wawancara, hlm. 2

Page 87: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lxxxvii

biasanya siswa SLB PGRI lebih suka pada materi pelajaran sebelumnya sehingga tidak

mau untuk belajar materi selanjutnya karena itu harus berusaha agar muridnya mau

belajar pada materi selanjutnya seperti ungkapan ibu titis pada tanggal 22 Februari 2010

di ruang guru:

“....Materi disini kita menggunakan atau mengikuti yang di dalam KTSP dan yang ada di sekolah normal lainnya seperi fiqih, sejarah islam, aqidah, dan qurdist yang sama dengan sekolah normal tapi karena SLB jadi materinya lebih dipersempit, tidak semuanya di muat dalam pembelajaran”.76 Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, menunjukkan

bahwa untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah di ajarkan apabila

ada siswa yang mengalami kesulitan adalah selalu menjelaskan kembali. Hal ini

membuktikan bahwa dalam menyampaikan materi khususnya pelajaran pendidikan

agama islam, guru tidak mengejar target kurikulum. Namun guru tetap berupaya agar apa

yang disampaikan benar-benar dikuasai siswa dan karena itu guru harus membuat siswa-

siswa SLB nya tetap fokus padanya karena jika tidak maka apa yang telah di ajarkan

tidak akan diserap siswa SLB. Sehingga guru bekerja dua kalilipat lebih keras dalam

menerangkan kembali materinya serta harus menggunakan beberapa metode yang lain

guna menyemangatkan kembali siswa dalam proses pembelajaran.

Dalam penggunaan metode pembelajaran guru juga menggunakan metode

pembelajaran yang di gunakan di sekolah normal lainnya karena melihat pada kebutuhan

anak berkelainan fisik yang lebih suka dengan metode demonstrasi, bermain dan belajar

sehingga mengharuskan guru menggunakan metode bervariasi dalam pelaksanaan

pembelajarannya dan mencari media yang mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran

yang membutuhkan praktek sebelumnya karena tanpa melihat medianya terlebih dahulu

maka siswa akan kesulitan dalam melakukan suatu praktek karena anak berkebutuhan

cenderung menirukan hal-hal yang mereka anggap baru dan unik, akan tetapi selain itu

76 Ibid, hlm.2

Page 88: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lxxxviii

karena yang di ajar adalah siswa luar biasa jadi metode nya juga ada yang dikhususkan

seperti metode pada anak tunarungu wicara di SLB PGRI dalam pembelajarannya guru

menggunakan metode khusus seperti, belajar bahasa melalui membaca Ujaran meskipun

metode tersebut sangat sulit bagi mereka penyandang tunarungu akan tetapi harus guru

terapkan guna mendukung dalam penggunaan bahasa isyarat, belajar bahasa secara

Manual (bahasa isyarat) guna meningkatkan perkembangan bahasa anak tunarungu dan

memberi merekafondasi untuk keterampilan membaca dan menulius dengan bahasa yang

baik dan benar, karena itu penggunaan metode yang tepat akan turut menuntut efektifitas

dan efisiensi pembelajaran, dan selain metode-metode khusus guru juga perlu metode

yang di gunakan di sekolah-sekolah normal lainya seperti ceramah, demonstrasi,

pemberian tugas dan metode-metode yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan

pada interaksi peserta didik. Sesui dengan ungkapan ibu titis yang di ungkapkan pada

tanggal 23 Februari 2010 di ruang guru:

“...Metode yang diterapkan di SLB ini sebenarnya sama menggunakan metode yang juga digunakan di sekolah normal lainnya seperti ceramah, demonstrasi, pemberian tugas dan tidak lupa juga menggunakan metode Belajar Bahasa Melalui Membaca Ujaran (Speechreading), Metode Maternal Reflektif (isyarat) yaitu suatu metode pembelajaran berbahasa bagi anak tunarungu karena dengan menggunakan isyarat sangat mendukung si anak dalam pembelajaran ataupun diluar pembelajaran dengan orang di sekitarnya”.77 Selain itu juga tak lupa guru juga memberikan metode motivasi bagi siswanya

dalam memperkuat semangat jiwanya dalam belajar. Karena itu juga membawa pengaruh

yang baik sekali dalam jiwanya, yang dapat menyebabkan siswa tersebut menyukai guru,

sekolahnya dan senang belajar sehingga otaknya menjadi mudah menerima pelajaran.

Adapun untuk mengetahui pemahaman dan kompetensi siswa dalam pelajaran

pendidikan agama islam adalah seringnya guru memberikan tugas kokurikuler (PR)

kepada siswa. Tugas kokurikuler tersebut berfungsi untuk meningkatkan pemahaman

77 Ibid, hlm. 2

Page 89: 06110099-eltafiyanal-haqqo

lxxxix

siswa terhadap materi yang diajarkan, karena dengan semakin sering diberikan tugas oleh

gurunya pemahaman siswa terhadap setiap materi pendidikan agama islam semakin

meningkat. Hal ini tentunya dengan memperhatikan kemampuan dan kesempatan siswa

untuk menyelesaikan tugas rumah tersebut.

Selain itu juga guru memberikan penilaian atau ulangan harian yang

dilaksanakan oleh guru pada setiap akhir pokok bahasan atau bab. Hal ini ini bertujuan

untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan guru dalam mengajar serta keberhasilan

siswa dalam belajar sedini mungkin yakni setiap akhir pokok pembahasan. Sehingga bila

terjadi kesulitan yang dialami siswa atau ketidakberhasilan guru dalam mengajar dapat

segera dicari sebab-sebabnya dan dibenahi sehingga berhasil nantinya.

Dengan demikian semakin banyak guru mengadakan ulangan harian, tugas atau

latihan maka kesulitan anak khususnya dalam pembelajaran pendidikan agama islam

dapat dengan cepat diketahui dan diperbaiki.

Biasanya jika ada murid/siswa yang tidak melaksanakan tugas yang diberikan

maka sikap guru adalah memberi peringatan biasanya bentuk peringatan yang diberikan

kepada murid berupa hukuman tambahan tugas kepada murid yang bersangkutan sebagai

hukuman terhadap kesalahannya. Sehingga murid tersebut menjadi jera dan tidak

mengulangi kembali. Seperti ungkapan ibu titis pada tanggal 23 Februari 2010 di ruang

guru di bawah ini:

“…Evaluasi yang digunakan sama juga seperti sekolah normal lainnya yakni menggunakan pritest, tes tulis, tes lisan, PR dan praktek karena di situ guru dapat mengetahui seberapa dalam siswa itu mencerna dan menyerap materi yang telah di ajarkan oleh guru sehingga guru mengetahui kecerdasan atau kemampuan siswanya dalam memahami materi serta guru juga dapat mengevaluasi model pembelajaran nya”78. Berdasarkan dari pemaparan hasil wawancara di atas dapat penulis ketahui

upaya yang dilakukan guru PAI dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama

78 Dokumen wawancara, hlm. 3

Page 90: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xc

islam di SLB PGRI Singojuruh adalah, menerapkan materi pendidikan agama islam

kepada sisiwa-siswanya sehingga menjadikan mereka muslimah yang berakhlaqul

karimah, bertaqwa dan beriman kepada Allah. Dan dalam penerapan materi tersebut guru

menggunakan metode khusus dan metode umum yang di pakai dalam sekolah-sekolah

normal lainnya karena pemilihan metode pembelajaran secara tepat, dapat menjadikan

siswa semangat dalm pembelajaran sehingga siswa tidak bosan dan jenuh pada mata

pelajaran PAI.

BAB V

PEMBAHASAN

Dari penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti dengan judul “Pelaksanaan

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Di Sekolah Luar Biasa (SLB)

Banyuwangi”. Maka dari itu dalam pembahasan ini, penulis menyajikan sebuah data

beserta analisanya sebagai hasil penelitian yang penulis lakukan di SLB PGRI Singojuruh

Banyuwangi, data ini merupakan hasil penelitian berdasarkan: observasi, dokumentasi

dan hasil wawancara penulis dengan kepala sekolah tentang sesuatu yang ada dalam

lingkup pembahasan skripsi ini. Adapun ruang lingkup pembahasan ini adalah :

1. Bagaimana pencapaian tujuan akhir dari pembelajaran pendidikan agama islam di

SLB PGRI Singojuruh Banyuwangi..

2. Materi apa saja yang di ajarkan dalam pelaksanaanan pembelajaran PIA di LB PGRI

Singojuruh Banyuwangi.

Page 91: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xci

3. Bagaiman metode pembelajaran yang di gunakan dalam proses pembelajaran di kelas

bagi siswa SLB di PGRI Singojuruh Banyuwangi.

4. evaluasi atau penilaian bagaimana yang di terapkan guru dalam mengetahui

kemampuna siswanya dalam memahami materei yang telah di jarkan.

Dari keterangan dalam teknik analisa data dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan data yang diperoleh baik melalui

observasi, interview, dokumentasi, dari pihak-pihak yang mengetahui tentang data yang

peneliti butuhkan. Adapun data yang akan diapaparkan dan dianalisa oleh peneliti sesuai

dengan rumusan penelitian di atas. Untuk lebih jelasnya peneliti akan membahasnya.

1. Tujuan Akhir pembelajaran PAI di SLB

Dari hasil wawancara tersebut dapat penulis ketahui pencapaian tujuan

pembelajaran pendidikan agama islam di SLB PGRI adalah agar siswa-siswanya menjadi

pribadi yang berbudi pekerti luhur, beriman dan bertakwa kepada Allah. serta dapat

menerapkan ajaran agama yang telah dipelajarinya dalam kehidupan di masa sekarang

dan masa yang akan datang serta menjadikan Al-qur’an sebagai pedoman hidupnya.

Sehingga menjadikan hidupnya bahagia di dunia dan di akhirat nanti

Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam visi dan misi sekolah luar biasa PGRI

agar peserta didik memiliki akhlakul karimah yang telah di ajarkan nabi kepada umatnya

dan selalu meningkatkan keimanannya kepada Tuhan Yang Maha ESA, serta dapat

menanamkan penghayatan terhadap ajaran agamanya dalam kehidupanya dan lingkungan

sekitar.

Tujuan tersebut adalah merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh setiap orang

yang melaksanakan pendidikan agama. Karena dalam mendidik agama yang perlu

ditanamkan terlebih dahulu adalah keimanan yang teguh, sebab dengan adanya keimanan

yang teguh maka akan menghasilkan ketaatan menjalankan kewajiban agama.

Page 92: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xcii

Selain itu pencapaian akhir pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama islam juga

bertujuan melakuakn perubahan yang merupakan pengetahuan, tingkah laku, jasmani dan

rohani, dan kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki di dunia dan di akhirat oleh

siswa-siswanya, serta perubahan tingkah lakunya di lingkungan masyarakat.

Dan hal ini sama dengan tujuan akhir pendidikan agama Islam itu sendiri yaitu

pembinaan akhlak dalam menyiapkan siswa untuk hidup didunia dan di akhirat, serta

menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan

pengetahuan, penghayatan, pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga menjadi

manusia Muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan, berbangsa dan

bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.

2. Materi Pendidikan Agama Islam di SLB

Sebagaimana diketahui, bahwa inti ajaran pokok islam meliputi, masalah

keimanan (aqidah), masalah keislaman (syari’ah), dan masalah ikhsan (akhlak) yang di

uraikan sebagai berikut: a) Aqidah adalah bersifat I’tiqad batin, mengajarkan keesaan

Allah, Esa sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur dan meniadakan alam ini. b)Syri’ah

adalah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka menta’ati semua peraturan dan

hukum tuhan, guna mengatur hubungan antara manusia dengan tuhan, dan mengatur

pergaulan hidup dan kehidupan manusia. c)Akhlak adalah suatu amalan yang bersifat

pelengkap penyempurna bagi kedua amal diatas dan yang mengajarkan tentang cara

pergaulan hidup manusia.

Tiga inti ajaran islam itu kemudian dijabarkan dalam bentuk rukun iman, rukun

islam dan akhlak, serta beberapa keilmuan tauhid, ilmu fiqih dan ilmu akhlak.

Hal ini senada dengan materi pendidikan agama islam yang di ajarkan di SLB

PGRI yang mencakup mata pelajaran Fiqih, Al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak dan

Sejarah Islam, materi pendidikan agama islam yang di sajikan juga sama seperti sekolah

Page 93: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xciii

normal lainnya akan tetapi materi khusus di SLB lebih di persempit mengikuti

kemampuan anak berkebutuhan khusus, yang biasa nya mereka sangat aktif dalam

pembelajaran akan tetapi di lain kesempatan mereka bisa menjadi anak yang pasif dan

tidak memperhatikan pembelajaran salah satu nya anak tunarungu wicara.

Dan dalam penyajian materi adapun sistematika pengajarannya dan tehnis

penyajiannya di SLB PGRI mengikuti pada kebijaksanaan yang pemerintah berlakukan,

dengan memperhatikan bahan atau materi dan waktu yang tersedia sesuai dengan jadwal

yang telah ditetapkan.

3. Penggunaan Metode Pembelajaran Di SLB PGRI

Dalam suatu proses belajar mengajar guru dapat menggunakan berbagai macam

metode yang sesuai dengan anak didiknya, tujuan, situasi, dan fasilitas. Sehingga kegiatan

belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, karena itu pemilihan metode secara tepat

dapat membantu guru dalam menguasai kelas dan menjelaskan materi sehingga siswa

tidak bosan dan jenuh pada mata pelajaran PAI yang telah di jelaskan. Serta dalam

penggunaan media yang bervariasi baik itu bersumber dari media cetak, elektronik dan

lain sebagainya guna menunjang pembelajaran sangat mendukung dalam keberhasilan

penggunaan metode jika memang harus memerlukan media pembelajaran, akan tetapi

karena sekolah ini luar biasa jadi metode nya juga ada yang dikhususkan seperti metode

pada anak tunarungu wicara di SLB PGRI dalam pembelajarannya guru menggunakan

metode khusus yaitu, Belajar Bahasa Melalui Membaca Ujaran , Belajar Bahasa secara

Manual (bahasa isyarat), karena penggunaan metode yang tepat akan turut menuntut

efektifitas dan efisiensi pembelajaran, dan selain metode-metode khusus anak tunarungu

wicara guru juga perlu metode yang di gunakan di sekolah-sekolah normal lainya seperti

ceramah, demonstrasi, pemberian tugas dan metode-metode yang berpusat pada guru,

serta lebih menekankan pada interaksi peserta didik.

Page 94: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xciv

Selain itu juga guru tak lupa memberikan metode motivasi bagi siswanya dalam

memperkuat semangat jiwanya di akhir pembelajarannya. Karena motivasi itu juga

membawa pengaruh yang baik sekali dalam jiwanya, yang dapat menyebabkan siswa

tersebut menyukai guru dan sekolahnya serta otaknya menjadi mudah menerima

pelajaran.

4. Penilaian di SLB PGRI

. Guna mengetahui pemahaman dan kompetensi siswa dalam pelajaran

pendidikan agama islam yakni dengan cara penilaian atau evaluasi dengan cara seringnya

guru memberikan tugas ataupun pekerjaan rumah (PR) kepada siswanya. Tugas

kokurikuler tersebut berfungsi untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi

yang diajarkan, karena dengan semakin sering diberikan tugas oleh gurunya, pemahaman

siswa terhadap setiap materi pendidikan agama Islam semakin meningkat. Hal ini

tentunya dengan memperhatikan kemampuan dan kesempatan siswa untuk menyelesaikan

tugas rumah tersebut.

Selain itu juga guru memberikan penilaian atau ulangan harian yang

dilaksanakan oleh guru pada setiap akhir pokok bahasan atau bab. Hal ini ini bertujuan

untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan guru dalam mengajar serta keberhasilan

siswa dalam belajar sedini mungkin yakni setiap akhir pokok pembahasan. Sehingga bila

terjadi kesulitan yang dialami siswa atau ketidakberhasilan guru dalam mengajar dapat

segera dicari sebab-sebabnya dan dibenahi sehingga berhasil nantinya.

Dengan demikian semakin banyak guru mengadakan ulangan harian, tugas atau

latihan maka kesulitan anak khususnya dalam pembelajaran pendidikan agama islam

dapat dengan cepat diketahui dan diperbaiki.

Biasanya jika ada murid/siswa yang tidak melaksanakan tugas yang diberikan

maka sikap guru adalah memberi peringatan biasanya bentuk peringatan yang diberikan

Page 95: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xcv

kepada murid berupa hukuman tambahan tugas kepada murid yang bersangkutan sebagai

hukuman terhadap kesalahannya. Sehingga murid tersebut menjadi jera dan tidak

mengulangi kembali. Selain menevaluasi siswanya guru juga dapat mengevaluasi

pembelajaran nya sehingga guru dapt mengetahui kekeurangan nya di dalam

menggunakan metode ataupun menjelaskan materi di dalam kelas.

Oleh karena itu guru harus memilki pengetahuan yang memadai tentang penilaian

hasil belajar sebagaimana memahami penilaian program. Karena itu sebagai suatu

proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsip-prisip dan dengan teknik yang sesuai,

dengan menggunakan tes atau non tes.

Page 96: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xcvi

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama islam di SLB ini bertujuan agar sisiwa

menjadi manusia berbudi pekerti luhur dan beriman serta bertaqwa kepada Allah SWT.

Seperti yang tertera dalam visi dan misinya, guru harus menanamkan penghayatan

terhadap ajaran agama yang di anut oleh siswanya. Maka dengan di berikannya

pendidikan agama islam kepada mereka akan lebih memberikan motivasi kepada

mereka untuk lebih optimis dalam menghadapi dunia ini sehingga tercapailah tujuan

dari akhir dari pembelajaran pendidikan agama islam.

2. Materi yang di gunakan di SLB ini mengikuti yang tertera di dalam KTSP dan yang

ada di sekolah normal lainnya seperi fiqih, sejarah islam, aqidah, dan Al-Qur’an

Hadits akan tetapi karena SLB jadi materinya lebih dipersempit melihat dari

kemampuan anak di SLB.

3. Dan metode yang diterapkan di SLB ini menggunakan metode yang digunakan di

sekolah normal lainnya seperti inquiry, demonstrasi, pemberian tugas dan tidak lupa

juga menggunakan Belajar Bahasa Melalui Membaca Ujaran, Belajar Bahasa secara

Manual (bahasa isyarat) yaitu suatu metode pembelajaran berbahasa bagi anak

tunarungu karena dengan menggunakan isyarat sangat mendukung anak trunarungu-

wicara dalam pembelajaran dengan orang di sekitarnya.

4. Dalam melaksanakan evaluasi, di SLB PGRI menganut atau mengikuti penilaian di

sekolah normal lainnya yakni menggunakan pretest, tes tulis, tes lisan dan praktek,

karena di situ guru dapat mengetahui seberapa dalam siswa itu mencerna atau

menyerap materi yang telah di ajarkan oleh guru sehingga di situ guru mengetahui

Page 97: 06110099-eltafiyanal-haqqo

xcvii

kecerdasan atau kemampuan siswanya selain itu guru juga dapat mengevaluasi dan

memperbaiki pengajarannya dalam proses pembelajaran di kelas.

B. Saran

1. Bagi para terapis atau pengajar diharapkan untuk mampu meningkatkan keuletan dan

ketelatenan dalam mendidik anak didiknya serta pandai pula menggunakan metode

dan memanfaatkan fasilitas yang sesuai dengan tujuan pembelajaran agar anak didik

tidak mengalami kejenuhan dalam aktivitas belajar mengajar.

2. Bagi para pengurus lembaga hendaknya lebih giat lagi untuk melakukan

sosialisasi/promosi kepada masyarakat luas, agar supaya masyarakat lebih mengenal

akan keberadaan SLB PGRI Singojuruh, sehingga dengan sendirinya nanti mampu

mendatangkan donator-donatur yang bisa memfasilitasi akan kebutuhan sarana dan

prasarana yang dirasa masih kurang.

3. Hendaknya tiap ruangan/kelas yang digunakan selama proses kegiatan belajar

berlangsung dilengkapi dengan akseroris/hiasan-hiasan yang membuat suasana

menjadi menarik dan indah, semisal: gambar, mainan, tape recorder dll. Sehingga

dengan sendirinya anak bisa melatih kemampuan motoriknya dan komunikasi.

4. Kiranya media pembelajaran yang telah ada selama ini perlu adanya penambahan lagi,

agar supaya anak lebih kreatif dan tidak merasa bosan dalam menggunakan alat/media

belajar yang ada.

Page 98: 06110099-eltafiyanal-haqqo

DAFTAR RUJUKAN

Anam, C.1981. Psikologi Anak Luar Biasa. Yogyakarta: SGPLB Yogyakarta. Arifin, Muhammad. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta. Amin, M. Dan Dwijosumarto, A.1979. Ahmadi, Abu. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Renika Cipta. Buchori, Muchtar.1992. Posisi Dan Fungsi Pendidikan agama Islam Dalam

Kurikulum Perguruan Tinggi. Malang: Makalah IKIP Malang. Djamarah, Syaiful, B. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakaerta: Renika

Cipta Daradjat, Zakiah. 1996. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Departemen Agama RI.1989. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Surabaya: Jaya

Sakti. Drever, James.1986. Kamus Psikologi. Jakarta: Bina Aksara. Hadis, Abdul. 1996. Ilmu Pendidikan. Jakarta. Remaja Rosdakarya. Hadi, Sutrisno. 1987. Metodologi Reseach. Yogyakarta: Universitas Gajah

Mada. Jalaluddin. 1994. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada. M.Kes. M.Pd., Efendi Muhammad, Dr. 2006. Pengantar Psikopedagogik

Anak Berkelainan. Jakarta: Sinar Grafik Offset. Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya. Muhaimin, dkk. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Trigenda Karya. Nata, Abudin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada Somantri, T. Sutijihati. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung:

PT.Refika Aditama. S.E., M.A, Delphie Bandi. Dr. Prof. 2006.Psikologi Anak Luar Biasa.

Bandung: Refika Aditama. Sukandarrumidi. 2004. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press. Saputro, Suprihadi. 1993. Dasar-Dasar Metodologi Pengajaran Umum:

Pengembangan Proses Belajar Mengajar. IKIP Malang. Syamsudin Makmun, Abin.2003. Psikologi Kependidikan, Perangkat Sistem

Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosdakarya. __________. 1996 Strategi belajar Mengajar. Surabaya: CV Citra Media __________ , 2001. Paradigma Pendidikan Islam Upaya mengefektifkan

Pendidikan Agama Islam Di Sekolah. Surabaya: PT. Remaja Rosda Karya.

Page 99: 06110099-eltafiyanal-haqqo