04-pedoman penyusunan karya tulis ilmiah

19
MENTERI PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 34/Permentan/OT.140/6/2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH BAGI PEJABAT FUNGSIONAL RUMPUN ILMU HAYAT LINGKUP PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengembangan karir pejabat fungsional Rumpun Ilmu Hayat Lingkup Pertanian perlu menyusun karya tulis ilmiah sebagai pengembangan profesi sesuai bidang jabatannya; b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut, dan untuk memberikan panduan bagi pejabat fungsional Rumpun Ilmu Hayat Lingkup Pertanian serta tim penilai perlu ditetapkan Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah bagi Pejabat Fungsional Rumpun Ilmu Hayat Lingkup Pertanian. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041) juncto Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor.3547); 3. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil; 4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

Upload: faiz-al-malik

Post on 06-Aug-2015

814 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 04-Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

MENTERI PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN

NOMOR 34/Permentan/OT.140/6/2011

TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH

BAGI PEJABAT FUNGSIONAL RUMPUN ILMU HAYAT LINGKUP PERTANIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERTANIAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengembangan karir pejabat fungsional

Rumpun Ilmu Hayat Lingkup Pertanian perlu menyusun karya tulis

ilmiah sebagai pengembangan profesi sesuai bidang jabatannya;

b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut, dan untuk memberikan

panduan bagi pejabat fungsional Rumpun Ilmu Hayat Lingkup

Pertanian serta tim penilai perlu ditetapkan Pedoman Penyusunan

Karya Tulis Ilmiah bagi Pejabat Fungsional Rumpun Ilmu Hayat

Lingkup Pertanian.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok

Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041) juncto Undang-Undang

Nomor 43 tahun 1999 (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan

Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor.3547);

3. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun

Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil;

4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan

dan Organisasi Kementerian Negara;

Page 2: 04-Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang

Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II;

6. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,

Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta susunan organisasi,

tugas dan fungsi Eselon I Kementerian Negara;

7. Keputusan Menko Wasbangpan Nomor

59/KEP/MK.WASPAN/9/1999 tentang Jabatan Fungsional Medik

Veteriner dan Angka Kreditnya;

8. Keputusan Menko Wasbangpan Nomor

60/KEP/MK.WASPAN/9/1999 tentang Jabatan Fungsional

Paramedik Veteriner dan Angka Kreditnya;

9. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor KEP/31/MENPAN/3/2004 tentang Jabatan Fungsional

Pengawas Mutu Pakan;

10. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

PER/17/M.PAN/4/2006 tentang Pengawas Mutu Hasil Pertanian;

11. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

PER/02/MENPAN/2/2008 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh

Pertanian dan Angka Kreditnya;

12. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

PER/10/M.PAN/5/2008 tentang Jabatan Fungsional Pengendali

Organisme Pengganggu Tumbuhan;

13. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 09 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional

Pengawas Benih Tanaman;

14. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 02 Tahun 2011 tentang Jabatan Fungsional

Pengawas Bibit Ternak dan Angka Kreditnya;

15. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010

tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara;

Page 3: 04-Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN

PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH BAGI PEJABAT

FUNGSIONAL RUMPUN ILMU HAYAT PERTANIAN.

Pasal 1

Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah bagi Pejabat Fungsional

Rumpun Ilmu Hayat lingkup Pertanian seperti tercantum pada Lampiran

merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

Pasal 2

Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bagi Pejabat Fungsional

Rumpun Ilmu Hayat Lingkup Pertanian sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 1 sebagai acuan bagu Pejabat Fungsional Rumpun Ilmu Hayat

Lingkup Pertanian dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah.

Pasal 3

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri Pertanian ini

diundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik

Indonesia.

Page 4: 04-Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

Lampiran Peraturan Menteri Pertanian

Nomor : 34/Permentan/OT.140/6/2011

Tanggal : 20 Juni 2011

PEDOMAN PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH

BAGI PEJABAT FUNGSIONAL

RUMPUN ILMU HAYAT LINGKUP PERTANIAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam Pedoman jabatan fungsional yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri

Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Karya Tulis

Ilmiah (KTI) merupakan salah satu unsur pengembangan profesi yang memperoleh

apresiasi cukup tinggi. Apresiasi tersebut ditunjukkan dengan adanya klausul

bahwa kenaikan pangkat pejabat fungsional jenjang Madya dan Utama wajib

mengumpulkan minimal 12 Angka Kredit yang berasal dari Karya Tulis Ilmiah

sebagai syarat untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi (Anonim, 2010).

Tujuan dari ketentuan tersebut adalah untuk mengembangkan pola pikir pejabat

fungsional agar tidak terjebak dalam rutinitas tugas pokok, dan senantiasa

berinovasi serta terus berupaya untuk mengembangkan keilmuannya sesuai bidang

tugas masing-masing.

Kondisi yang terjadi saat ini, sub unsur pengembangan profesi khususnya penulisan

karya tulis ilmiah merupakan bidang yang belum banyak diminati. Sebagian besar

pejabat fungsional rumpun ilmu hayat lingkup pertanian belum mampu

memanfaatkan sebagai sarana pengumpulan angka kredit. Hal ini disebabkan

belum adanya pedoman penulisan karya tulis ilmiah bagi pejabat fungsional rumpun

ilmu hayat lingkup pertanian yang ditetapkan oleh Kementerian Pertanian, sebagai

acuan dalam penulisan.

Mencermati pentingnya karya tulis ilmiah dalam pembinaan karir pejabat fungsional,

maka perlu disusun pedoman penulisan karya tulis ilmiah bagi pejabat fungsional

rumpun ilmu hayat lingkup pertanian. Melalui pedoman tersebut, diharapkan pejabat

Page 5: 04-Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

2

fungsional akan termotivasi untuk menghasilkan karya tulis ilmiah yang berkualitas

dan sebagai panduan bagi pejabat fungsional serta tim penilai dalam mengapresiasi

ilmunya di bidang tugas pokok masing-masing sesuai standar yang telah

ditetapkan.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Maksud

Pedoman penyusunan karya tulis ilmiah dimaksudkan sebagai panduan

bagi pejabat fungsional rumpun ilmu hayat lingkup pertanian dalam

penyusunan karya tulis ilmiah sesuai standar, dan sebagai pedoman bagi

tim penilai, dalam memberikan penilaian yang obyektif.

2. Tujuan

Tujuan Pedoman penyusunan karya tulis ilmiah agar para pejabat

fungsional rumpun ilmu hayat lingkup pertanian termotivasi untuk

menyusun karya tulis ilmiah, sesuai standar yang ditetapkan.

C. PENGERTIAN

1. Jabatan Fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung

jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam satuan

organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian

dan/atau ketrampilan tertentu serta bersifat mandiri.

2. Rumpun Ilmu Hayat adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil

yang tugasnya adalah melakukan kegiatan yang berkaitan dengan

penelitian, pengembangan teori dan metode operasional, penerapan ilmu

pengetahuan di bidang biologi, mikrobiologi, botani, ilmu hewan, ekologi,

anatomi, bakteorologi, biokimia, fisiologi, citologi, genetika, agronomi,

fatologi, atau farmakologi, serta melaksanakan kegiatan teknis yang

berhubungan dengan pelaksanaan penelitian, penerapan konsep prinsip

dan metode operasional di bidang biologi, ilmu hewan, agronomi, dan

kehutanan.

3. Jabatan Fungsional Rumpun Ilmu Hayat Lingkup Pertanian yang

selanjutnya disingkat RIHP adalah jabatan fungsional dalam rumpun ilmu

hayat, dimana Kementerian Pertanian ditetapkan sebagai instansi pembina.

4. Karya Tulis Ilmiah yang selanjutnya disingkat KTI adalah tulisan hasil pokok

pikiran, pengembangan dan hasil kajian/penelitian yang disusun oleh

perorangan atau kelompok, yang membahas suatu pokok bahasan ilmiah

Page 6: 04-Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

3

dengan menuangkan gagasan tertentu melalui identifikasi, tinjauan pustaka,

diskripsi, analisis permasalahan, kesimpulan dan saran-saran

pemecahannya.

5. Penelitian atau pengkajian adalah proses kegiatan yang dilakukan secara

sistematis mengikuti kaidah, prosedur dan metode ilmiah untuk memperoleh

data dan atau informasi (keterangan) tertentu yang diperlukan dalam

penguraian, pembahasan dan pembuktian asumsi atau pengujian hipotesis,

serta menarik kesimpulan bagi kepentingan pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi di bidang tertentu atau penerapannya. (Sumber

: Pedoman Penyusunan KTI Widyaiswara, 2008)

6. Proceeding adalah kumpulan dari beberapa makalah yang dipresentasikan

dalam pertemuan ilmiah dan dibukukan. (Sumber : gagasan tim)

7. Makalah adalah sebuah karya akademis yang umumnya diterbitkan dalam

suatu jurnal ilmiah atau disampaikan dalam forum ilmiah, dapat berisi hasil

penelitian orisinil atau berupa telaah dari hasil-hasil yang telah ada

sebelumnya.

8. Naskah adalah karangan seseorang yang belum diterbitkan.

9. Survei adalah pemeriksaan atau penelitian secara komprehensif. Dalam

penelitian kuantitatif, survei lebih merupakan pertanyaan tertutup,

sementara dalam penelitian kualitatif berupa wawancara mendalam dengan

pertanyaan terbuka.(Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Survei)

10. Evaluasi adalah proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu(tujuan,

kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, obyek, dll) berdasarkan

kriteria tertentu melalui penilaian.

11. Abstrak adalah deskripsi singkat atau kondensasi suatu karangan yang

memuat tema, maksud dan kesimpulan artikel asli. (Sumber :

Brotowidjoyo, Penulisan Karangan Ilmiah, 2010)

12. Pertemuan Ilmiah adalah forum/wadah kegiatan berupa diskusi panel,

seminar, lokakarya, konferensi, atau pertemuan sejenisnya yang

menyangkut persoalan ilmiah yang diselenggarakan oleh institusi

pemerintah atau non pemerintah. (Sumber : Pedoman Penyusunan KTI

Widyaiswara, 2008)

13. Metodologi adalah ilmu-ilmu yang digunakan untuk memperoleh

kebenaran menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu dalam

Page 7: 04-Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

4

menemukan kebenaran, tergantung dari realitas yang sedang

dikaji.(Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Metodologi)

14. Tinjauan merupakan pandangan/pendapat/apresiasi/pantauan (sesudah

menyelidiki, mempelajari, membaca, dsb) terhadap suatu masalah.

Page 8: 04-Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

5

BAB II

JENIS DAN BENTUK KARYA TULIS ILMIAH

A. Jenis Karya Tulis Ilmiah

Terdapat beberapa jenis karya tulis ilmiah, namun mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang jabatan fungsional RIHP dan angka kreditnya, pedoman ini mengkategorikan menjadi dua jenis, yaitu :

1. Hasil penelitian/pengkajian/survei/evaluasi;

2. Makalah hasil tinjauan/telaahan/ulasan.

B. Bentuk Karya Tulis Ilmiah

Karya tulis ilmiah dapat berbentuk buku dan non buku. Jumlah minimal halaman dalam pedoman ini dimaksudkan hanya untuk batang tubuh karya tulis ilmiah (tidak termasuk halaman judul, kata pengantar, daftar isi/tabel/gambar), dengan persyaratan sebagai berikut:

1. Karya tulis ilmiah dalam bentuk buku

Karya tulis ilmiah dalam bentuk buku terdiri atas karya tulis ilmiah yang dipublikasikan dan karya tulis ilmiah yang tidak dipublikasikan.

a. Karya tulis ilmiah dalam bentuk buku dipublikasikan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Diterbitkan oleh suatu lembaga/organisasi profesi atau penerbit yang berbadan hukum dan diedarkan secara internasional/nasional;

2) Memiliki International Standard of Book Numbers (ISBN).

b. Karya tulis ilmiah dalam bentuk buku tidak dipublikasikan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1) Didokumentasikan pada perpustakaan instansi/lembaga, yang dibuktikan dengan nomor katalog buku perpustakaan dan surat keterangan dari perpustakaan instansi.

2) Jumlah minimal 20 halaman atau minimal 5000 kata dengan spasi 1.5, karakter huruf arial, dan ukuran huruf 12.

2. Karya tulis ilmiah dalam bentuk non buku

Karya tulis ilmiah dalam bentuk non buku terdiri atas karya tulis ilmiah yang dipublikasikan dan karya tulis ilmiah yang tidak dipublikasikan.

a. Karya tulis ilmiah dalam bentuk non buku yang dipublikasikan, terdiri atas:

Karya tulis ilmiah dalam bentuk non buku yang dipublikasikan dapat berbentuk jurnal/majalah, proceeding dan internet.

Page 9: 04-Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

6

1) Jurnal dan majalah, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a) diterbitkan oleh suatu lembaga/organisasi ilmiah/profesi atau penerbit berbadan hukum, baik nasional maupun internasional;

b) memiliki International Standard of Serial Numbers (ISSN).

2) Proceeding yang diterbitkan oleh panitia/penyelenggara forum ilmiah tertentu baik di dalam maupun luar negeri.

3) Internet yang diterbitkan melalui website lembaga/organisasi ilmiah.

b. Karya tulis ilmiah dalam bentuk non buku yang tidak dipublikasikan

Karya tulis ilmiah dalam bentuk non buku yang tidak dipublikasikan, dapat berbentuk naskah ataupun makalah.

1) Naskah sebagai bahan/referensi di perpustakaan instansi/lembaga, dengan kriteria:

a) Didokumentasi pada perpustakaan instansi/ lembaga, yang dibuktikan dengan nomor katalog buku perpustakaan dan surat keterangan dari perpustakaan instansi.

b) Jumlah minimal 5 halaman atau minimal 1500 kata, ukuran kertas A4 dengan spasi 1.5, karakter huruf arial, dengan ukuran huruf 12.

2) Makalah dalam pertemuan ilmiah, dengan kriteria:

a) Makalah yang dijilid dalam bentuk “buku”

(1) Didokumentasi pada perpustakaan instansi/lembaga, yang dibuktikan dengan nomor katalog buku perpustakaan dan surat keterangan dari perpustakaan instansi.

(2) Melampirkan sertifikat/surat keterangan dari instansi/lembaga penyelenggara sebagai penyaji dalam pertemuan ilmiah.

(3) Jumlah minimal 10 halaman atau minimal 2500 kata, spasi 1.5, karakter huruf arial, dengan ukuran huruf 12.

b) Majalah

(1) Didokumentasi pada perpustakaan instansi/ lembaga, yang dibuktikan dengan nomor katalog buku perpustakaan dan surat keterangan dari perpustakaan instansi.

(2) Melampirkan sertifikat/surat keterangan dari instansi/lembaga penyelenggara sebagai penyaji dalam pertemuan ilmiah.

(3) Jumlah minimal 5 halaman atau minimal 1500 kata, spasi 1.5, karakter huruf arial, dengan ukuran huruf 12.

Page 10: 04-Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

7

BAB III

KAIDAH, TATA CARA, SISTEMATIKA PENULISAN, DAN

FORMAT PENYAJIAN KARYA TULIS ILMIAH

Pada umumnya hal-hal yang berkenaan dengan prosedur, metoda (tata cara) dan

sistematika penyusunan karya tulis ilmiah ditetapkan oleh lembaga penyelenggara

atau pengelola kegiatan tersebut. Namun pada dasarnya terdapat dua

aturan/ketentuan yang wajib dipatuhi dalam penyusunan karya tulis ilmiah, yaitu

ketentuan umum dan khusus. Ketentuan umum adalah kaidah-kaidah yang berlaku

dan digunakan secara umum di kalangan komunitas ilmiah dalam penyusunan

karya tulis ilmiah. Ketentuan khusus adalah kaidah-kaidah yang dibuat atau

ditetapkan oleh dan hanya berlaku pada suatu instansi atau lembaga tertentu.

Dalam kaitan dengan karya tulis ilmiah yang disusun oleh pejabat fungsional RIHP,

kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi dalam menyusun karya tulis ilmiah ditetapkan

oleh Kementerian Pertanian selaku instansi pembina jabatan fungsional RIHP

sebagaimana termuat dalam Pedoman ini.

A. Kaidah Penulisan

Dalam penyusunan KTI harus memperhatikan kaidah sebagai berikut:

1. Asli, yaitu karya tulis ilmiah merupakan hasil pemikiran penulis sendiri bukan

plagiasi, jiplakan atau disusun dengan tidak jujur.

2. Manfaat, yaitu karya tulis ilmiah memiliki urgensi karena diperlukan, dan

mempunyai nilai manfaat pada masing-masing bidang sesuai jenis jabatan

fungsionalnya.

3. Substansi, yaitu materi karya tulis ilmiah yang disajikan harus merupakan bagian

dari tugas utama masing-masing pejabat fungsional RIHP.

4. llmiah, yaitu karya tulis ilmiah didasari oleh kaidah keilmuan yang memiliki

struktur logika dan terbuka terhadap pengujian kebenaran.

5. Konsisten, yaitu karya tulis ilmiah relevan dengan lingkup tugas utama masing-

masing pejabat fungsional RIHP.

6. Objektif, yaitu penulis tidak boleh:

a. mengganti fakta dengan dugaan;

b. menyembunyikan kebenaran dengan menggunakan makna ganda

(ambiguitas);

Page 11: 04-Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

8

c. berbohong dengan mengacu data statistik;

d. memasukkan dugaan pribadi dalam karya tulisnya.

B. Tata Cara Penulisan

Penulisan karya tulis ilmiah bagi pejabat fungsional RIHP pada dasarnya memuat

ketentuan atau tata cara penulisan yang berlaku umum dalam penyusunan karya

ilmiah. Agar lebih mudah dipahami, maka penulisan karya tulis ilmiah harus

memperhatikan tata cara penulisan, sebagai berikut:

a. Dalam bahasa Indonesia:

Menggunakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

1) Untuk kata serapan bahasa asing, dipergunakan cara penulisan kata serapan

yang telah dibakukan.

2) Penggunaan peristilahan di bidang komputer mengikuti penggunaan istilah

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Dalam bahasa Asing:

Menggunakan kaidah tata bahasa (gramatikal) dalam bahasa asing yang

bersangkutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku umum.

C. Sistematika Penulisan

Karya tulis ilmiah dibangun oleh kesatuan gagasan yang dapat diidentifikasi

berdasarkan pemaknaan tautan antar gagasan yang tertuang dalam setiap bagian

karangan. Sistematika atau kerangka karya tulis ilmiah umumnya terdiri atas 3 (tiga)

bagian utama yaitu bagian awal atau pembuka, bagian batang tubuh/isi tulisan, dan

bagian akhir.

1. Bagian awal atau pembuka menyajikan latar belakang masalah penulisan atau

kajian, diikuti bagian permasalahan atau rumusan masalah, dan menyajikan

maksud dan tujuan penulisan atau kajian.

2. Bagian batang tubuh tulisan merupakan bagian pembahasan tentang pokok

tulisan dan permasalahannya dengan sistematika yang didasarkan pada

kompleksitas suatu masalah yang disajikan.

3. Bagian akhir merupakan bagian simpulan yang harus mencakup gagasan utama

yang dituangkan dalam isi tulisan. Bagian akhir atau simpulan merupakan

jawaban atas masalah yang disertai saran atau rekomendasi dari hasil

Page 12: 04-Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

9

pembahasan. Ketiga bagian tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dalam penulisan karya tulis ilmiah.

Sistematika atau kerangka karya tulis ilmiah terdiri atas judul, nama dan alamat

penulis, abstrak, pendahuluan, landasan teori/tinjauan pustaka, metodologi, hasil

dan pembahasan, kesimpulan, saran, ucapan terima kasih dan daftar pustaka.

1. Judul

Judul karya tulis ilmiah harus singkat, tepat, tidak multi tafsir, dan sesuai dengan

masalah yang ditulis. Judul sebaiknya tidak lebih dari 12 (dua belas) kata, diketik

dengan huruf kapital dicetak tebal (tidak termasuk kata sambung dan kata

depan) yang mengandung beberapa kata kunci untuk memudahkan pemayaran

(penelusuran) pustaka.

2. Nama dan Alamat Penulis

Nama penulis diketik lengkap di bawah judul beserta nama dan alamat instansi.

Bila nama dan alamat instansi lebih dari satu diberi tanda asteriks*) dan diikuti

alamat penulis sekarang. Jika penulis lebih dari 1 (satu) orang kata penghubung

digunakan kata ”dan”.

3. Abstrak

Bagian abstrak menggungkapkan hasil penelitian atau kajian secara singkat dan

pernyataan apa yang telah disimpulkan sehingga pembaca akan dapat

memahami inti sari dari tulisan hanya dengan membaca bagian ini.

Abstrak merupakan ulasan singkat/pernyataan apa yang telah dilakukan,

dihasilkan, dan disimpulkan, yang harus ditulis dalam bahasa indonesia atau

bahasa inggris, selain bahasa Indonesia ditulis huruf miring. Abstrak disusun

dalam 1 (satu) paragraf, panjangnya tidak lebih dari 1 (satu) halaman, dan

maksimal 150 kata, dengan huruf arial ukuran 12 serta diketik dengan 1 (satu)

spasi. Kata ”Abstrak” ditulis dalam huruf kapital dan diletakkan ditengah. Abstrak

dilengkapi dengan kata kunci yang terdiri atas 2 (dua) sampai dengan 5 (lima)

kata, ditulis miring.

Dalam menyusun abstrak, tempatkan diri Anda sebagai pembaca. Mereka ingin

mengetahui dengan cepat garis besar pekerjaan Anda. Jika sesudah membaca

bagian ini pembaca ingin mengetahui perincian lain, mereka akan membaca

karya Anda selengkapnya. Penyajian abstrak selalu informatif dan faktual. Untuk

meningkatkan informasi yang diberikan, tonjolkan temuan dan keterangan lain

yang baru bagi ilmu pengetahuan dan suguhkan angka-angka. Abstrak hanya

memuat teks, tidak ada pengacuan pada pustaka, gambar, dan tabel.

Page 13: 04-Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

10

4. Pendahuluan

Bagian pendahuluan merupakan penjelasan secara umum, ringkas, dan padat

meliputi latar belakang, tujuan dan manfaat, dan hipotesis (jika ada). Bagian ini

mengungkapkan informasi dan deskripsi tentang permasalahan penelitian atau

kajian yang biasanya terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan dan manfaat, asumsi atau hipotesis dan kerangka pikir.

Latar belakang masalah dapat bersumberkan hasil penelitian terdahulu,

penemuan, fakta sehari-hari, teori atau hipotesis, status ilmiah terkini (state of the

art). Dengan menguraikan rumusan masalah dan tujuan penelitian, penulis

hendaknya dapat mengemukakan hipotesisnya dalam pendahuluan ini.

Latar belakang merupakan argumentasi yang menunjukan permasalahan serta

situasi yang melatarbelakangi penulisan. Penyajian bagian latar belakang

dilakukan dengan cara mengkonfrontasi antara teori atau konsep dengan hasil

yang diperoleh. Bagian rumusan masalah merupakan bagian yang menjelaskan

permasalahan yang akan dikaji atau diteliti. Rumusan ini biasanya disajikan

dalam bentuk kalimat pertanyaan. Pertanyaan dalam rumusan masalah harus

dapat terukur oleh aktivitas kajian atau penelitian yang dilakukan.

Tujuan dan manfaat harus terkait dengan masalah yang akan ditulis, dan

merujuk pada hasil yang akan dicapai, serta mengungkapkan secara spesifik

manfaat yang akan diperoleh. Tujuan diarahkan pada pemecahan masalah-

masalah yang menjadi permasalahan. Manfaat dibagi menjadi manfaat teoritis

dan manfaat praktis. Manfaat teoritis diarahkan dalam pengembangan ilmu

pengetahuan, sedangkan manfaat praktis dimaksudkan untuk memecahkan

masalah yang dihadapi.

Bagian hipotesis dalam penulisan karya tulis ilmiah bergantung pada pendekatan

yang digunakan. Hipotesis diungkapkan secara lugas, singkat, dan padat

dengan pernyataan mendorong pembuktian dalam pengolahan data. Pembuktian

hipotesis menjadi dasar bagi pembahasan yang menghubungkan antara variabel

penelitian atau kajian dengan indikator dari setiap variabel tersebut.

5. Landasan Teori / Tinjauan Pustaka

Landasan teori merupakan deskripsi lengkap teori-teori yang digunakan dan

dirangkai sebagai argumen keilmuan yang dilandasi dengan serangkaian teori.

Landasan teori yang digunakan adalah untuk menjawab dan membahas

permasalahan.

Page 14: 04-Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

11

Tinjauan Pustaka merupakan dasar pijak penelitian atau kajian secara teoritis.

Pijakan ini berdasarkan referensi atau temuan penelitian atau kajian lain sejenis

yang akan digunakan untuk membahas permasalahan yang akan diteliti atau

dikaji. Kerangka pikir merupakan dasar teoritis yang menjadi dasar berfikir dari

penulis dalam melakukan penelitian atau kajian serta disajikan dalam bentuk

deskripsi setiap teori yang digunakan.

6. Metodologi

Metodologi adalah kerangka pendekatan studi, yang digunakan sebagai analisis

suatu teori, metode percobaan, atau kombinasi keduanya. Metodologi yang

digunakan diuraikan secara terperinci (perubahan, model yang digunakan,

rancangan karya tulis ilmiah, teknik pengumpulan dan analisis data, serta cara

penafsiran). Aspek-aspek ini tidak seluruhnya ada pada bagian metode, tetapi

bergantung pada jenis dan pendekatan penelitian atau kajian yang dilakukan.

7. Hasil dan pembahasan

Hasil dan pembahasan memaparkan dan menganalisis data yang mencakup

uraian dengan mengungkapkan, menjelaskan, membahas, dan menganalisis

hasil tulisan yang mengacu pada tujuan penulisan. Hasil yang diperoleh harus

memperhatikan dan menyesuaikan dengan masalah, serta disajikan secara

sistematis, dengan menampilkan tabel, gambar, grafik, atau data dukung lainnya.

Tabel dan gambar harus dilengkapi nomor urut menggunakan angka, dan bila

diperlukan disertai keterangan tambahan, seperti acuan dan arti singkatan.

Pembahasan mengemukakan gagasan dan argumentasi secara bebas, singkat

dan logis. Pembahasan diberikan berdasarkan hasil, teori, dan hipotesis,

disampaikan secara jelas, padat, dan rasional.

Hasil penelitian, survei atau simulasi/pemodelan/rancang bangun beserta analisis

dan pembahasannya disajikan secara sistematis, bersama-sama atau secara

terpisah berupa uraian, tabel, atau gambar. Data yang dilaporkan sudah harus

berupa data yang telah diolah, bukan data mentah. Untuk karya tulis hasil kajian

dan hasil bahasan teoritis, informasi pustaka yang akan dipermasalahkan dan

pembahasannya dapat diuraikan secara bersama-sama atau secara terpisah

yang disajikan secara sistematis, rasional, dan lugas.

8. Simpulan

Simpulan merupakan hasil generalisasi atau keterkaitan dengan masalah, yang

memuat ringkasan hasil dan jawaban atas tujuan, serta konsisten dengan

Page 15: 04-Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

12

masalah dan tujuan. Pada bagian simpulan diungkapkan makna yang

merupakan deskripsi jawaban dari rumusan masalah.

Simpulan tidak hanya mengemukakan fakta, tetapi juga harus menjawab

hipotesis yang disebutkan pada bab pendahuluan serta menjelaskan pencapaian

tujuan penelitian yang telah dilakukan. Simpulan ditulis secara ringkas dan padat.

9. Saran

Saran merupakan rekomendasi dari hasil penelitian atau kajian dan harus

berdasarkan simpulan, sehingga bukan merupakan pikiran atau pendapat

penulis. Saran merupakan tindak lanjut dari penyelesaian suatu permasalahan

yang disajikan berdasarkan hasil penelitian atau kajian.

Uraian saran dapat mengemukakan kelemahan atau kekekurangan pelaksanaan

penelitian/pengkajian/survei/evaluasi/telaahan, serta hal-hal yang perlu

disempurnakan pada tahap berikutnya.

10. Ucapan terima kasih (bila diperlukan)

Ucapan terima kasih ditujukan kepada para pihak yang telah membantu

pelaksanaan penelitian/pengkajian/survei/evaluasi/telaahan.

11. Daftar Pustaka

Daftar pustaka berupa daftar dari semua artikel jurnal dan pustaka lain yang

diacu secara langsung di dalam karya tulis ilmiah.Teknik penulisan dan

pengacuan dijelaskan secara terperinci pada daftar pustaka.

Pencantuman pustaka selain merupakan suatu bentuk penghargaan dan

pengakuan atas karya atau pendapat orang lain juga sebagai sopan santun

professional. Pencantuman pendapat orang lain tanpa merujuk ke sumbernya

akan mengesankan plagiarisme. Komunikasi pribadi tidak termasuk dalam

pustaka yang mudah diperoleh. Bila diperlukan, nyatakan hal ini dalam teks

atau catatan kaki.

D. Format Penyajian Karya Tulis Ilmiah

Dilihat dari sudut sistematika penulisan, setiap bentuk karya tulis ilmiah pejabat

fungsional RIHP mempunyai bagian dan tata urutan penyusunan dalam format

penyajian sebagai berikut:

1. Bentuk Buku dan Non Buku yang dipublikasikan

Format penyajian buku dan non buku yang dipublikasikan tidak terikat pada

sistematika penulisan hasil laporan penelitian/pengkajian. Hal ini ditentukan oleh

Page 16: 04-Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

13

kebutuhan, antara lain media atau forum dimana karya tulis tersebut akan

dimuat, namun proses penyusunannya harus tetap melalui proses identifikasi,

deskripsi, analisis, dan memberikan konklusi ataupun rekomendasi.

2. Bentuk Buku dan Non Buku yang tidak dipublikasikan

Untuk dapat dinilai sebagai karya tulis ilmiah buku dan non buku yang tidak

dipublikasikan harus memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Bagian awal memuat:

1) Halaman judul;

2) Abstrak;

3) Kata Pengantar;

4) Daftar isi;

5) Daftar tabel (jika ada);

6) Daftar gambar/grafik (jika ada).

7) Daftar Lampiran (jika ada).

b. Bagian batang tubuh memuat:

1) Bagian Pendahuluan

Bagian pendahuluan terdisi atas latar belakang, tujuan, manfaat, dan

hipotesis (bila ada). Proporsi bagian pendahuluan ini ± 15% dari isi karya

tulis ilmiah

2) Bagian Isi

Bagian isi terdiri atas landasan teori / tinjauan pustaka, metodologi, serta

hasil dan pembahasan. Proporsi bagian ini ± 70% dari isi karya tulis ilmiah.

3) Bagian Penutup

Bagian ini terdiri atas simpulan, saran dan daftar pustaka. Proporsi bagian

ini ± 15% dari isi karya tulis ilmiah.

Page 17: 04-Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

14

BAB IV

PENILAIAN KARYA TULIS ILMIAH

Dalam penulisan karya tulis ilmiah, hal pokok yang perlu diingat adalah adanya konsistensi dan pertautan yang erat antara permasalahan yang disampaikan, tujuan dan simpulan.

Penilaian karya tulis ilmiah meliputi 2 aspek, yaitu: sistematika penulisan, dan isi

tulisan. Teknis penilaian menggunakan skala 100 dan masing-masing item yang

dinilai memiliki bobot, yaitu sistematika penulisan bobot 30, dan isi tulisan bobot 70.

Secara lengkap penilaian pada karya tulis ilmiah sebagai berikut:

1. Sistematika penulisan (bobot 30) meliputi:

a. Kesinambungan antar alinea, antar bab dalam naskah, ada tidaknya pengulangan yang tidak perlu, bobot 15

b. Susunan kalimat/penggunaan bahasa, bobot 10

c. Cara penulisan kepustakaan/rujukan, bobot 5

2. Isi tulisan (bobot 70) meliputi:

a. Kejelasan rumusan, bobot 10

b. Ketajaman analisis/pembahasan, bobot 25

c. Kesesuaian pemecahan masalah, bobot 25

d. Saran bersifat operasional sesuai dengan isi tulisan, bobot 10.

Page 18: 04-Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

15

BAB V

PENUTUP

1. Pedoman Penyusunan KTI merupakan penjabaran dari sub unsur

pengembangan profesi yang terdapat dalam Peraturan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Jabatan

Fungsional RIHP dan Angka Kreditnya.

2. Pedoman Penyusunan KTI merupakan acuan bagi Pejabat Fungsional RIHP

dan Tim Penilai Jabatan Fungsional RIHP dalam melaksanakan tugas yang

berkaitan dengan KTI.

3. Hal-hal lain yang bersifat spesifik dalam penyusunan KTI untuk setiap

jabatan fungsional RIHP akan diatur lebih lanjut dalam Petunjuk Teknis.

4. Pedoman Penyusunan KTI bersifat dinamis dan akan ditinjau kembali sesuai

dengan perkembangan pengetahuan, teknologi dan perubahan peraturan

perundang-undangan yang mengatur Jabatan Fungsional RIHP.

MENTERI PERTANIAN,

SUSWONO

Page 19: 04-Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

16

Lampiran Peraturan Menteri Pertanian

Nomor : 34/Permentan/OT.140/6/2011

Tanggal : 20 Juni 2011

PERNYATAAN PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH PEJABAT FUNGSIONAL

RUMPUN ILMU HAYAT LINGKUP PERTANIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama :

NIP :

Jabatan :

Instansi :

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah berjudul “…” benar-benar di susun oleh

Pejabat Fungsional di bawah ini :

Nama :

NIP :

Pangkat\Gol.Ruang\TMT :

Jabatan :

Unit Kerja :

Demikian pernyataan ini kami buat untuk digunakan sebagaimana mestinya

dengan penuh tanggung jawab

Tempat, (tgl, bulan, tahun)

Atasan Langsung