01.60.0055.pdf

Upload: riccat-shiotang

Post on 08-Jan-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Skripsi

    ANALISIS PENGARUH INTERAKSI ANTARA TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) DENGAN SISTEM PENGUKURAN

    KINERJA, SISTEM PENGHARGAAN DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA MANAJERIAL

    (Studi empiris pada perusahaan manufaktur berskala besar di Semarang)

    Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi

    Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

    Lussy Margareta L

    01.60.0055

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

    S E M A R A N G

    2 0 0 5

  • xvii

    ABSTRAK

    Total Quality Management (TQM) merupakan suatu teknik yang sering digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya. Meskipun ada beberapa perusahaan yang telah menerapkan teknik ini ada yang berhasil meningkatkan kinerjanya dan ada juga yang tidak mampu meningkatkan kinerjanya. Namun demikian, masih sedikit sekali penelitian yang menguji alasan/faktor-faktor penyebab keefektifan penerapan teknik Total Quality Management (TQM). Baberapa peneliti bidang akuntansi menyatakan bahwa kinerja perusahaan yang rendah disebabkan oleh ketergantungannya terhadap Sistem Akuntansi Manajemen perusahaan tersebut gagal dalam penentuan sasaran-sasaran yang tepat. Penelitian ini memfokuskan pada Total Quality Management (TQM) dan komponen sistem akuntansi, yang meliputi sistem pengukuran kinerja, sistem penghargaan, kepuasan kerja dan kinerja manajerial. Responden yang digunakan adalah manajer-manajer dari seluruh level/tingkatan manajemen.

    Penelitian ini menggunakan data 18 perusahaan manufaktur berskala besar di Semarang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode kuesioner yang disebar secara tidak acak kepada 25 perusahaan manufaktur berskala besar di Semarang yang telah menerapkan teknik pemanufakturan Total Quality Management (TQM). Dari 25 perusahaan tersebut hanya 18 perusahaan yang mengembalikan kuesioner. Kuesioner yang dikirim ke perusahaan yang diteliti sebanyak 170 kuesioner, tetapi yang kembali hanya 105 kuesioner (respon rate sebesar 61.76%),. Dari 105 kuesioner tersebut hanya 101 kuesioner yang dapat diolah, karena 4 kuesioner yang kembali datanya tidak lengkap. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana untuk menguji pengaruhnya Total Quality Management (TQM) terhadap kinerja manajerial dan regresi linier berganda untuk menguji interaksi antara Total Quality Management (TQM) dengan sistem pengukuran kinerja, sistem penghargaan dan kepuasan kerja mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial.

    Hasilnya ditemukan bahwa Total Quality Management (TQM) serta interaksinya dengan sistem pengukuran kinerja dan sistem penghargaan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial, yang disebabkan karena nilai signifikansi t kurang dari 0.05. Sedangkan interaksi antara Total Quality Management (TQM) dengan kepuasan kerja tidak mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial, disebabkan karena nilai signifikansi t yang lebih dari 0.05.

    Kata kunci : Total Quality Management (TQM), sistem pengukuran kinerja, sistem penghargaan, kepuasan kerja dan kinerja manajerial.

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL..... i

    HALAMAN PERSETUJUAN... ii

    HALAMAN PENGESAHAN... iii

    SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO... v

    KATA PENGANTAR... vii

    DAFTAR ISI x

    DAFTAR TABEL... xiv

    DAFTAR GAMBAR... xv

    DAFTAR LAMPIRAN... xvi

    ABSTRAK.. xvii

    BAB I PENDAHULUAN

    I.1. Latar Belakang Penelitian ....... 1

    I.2. Perumusan Masalah . 5

    I.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 6

    I.4. Sistematika Penulisan .. 7

    BAB II LANDASAN TEORI

    2.1. Total Quality Management (TQM) 9

    2.1.1. Pengertian Total Quality Management (TQM) 10

    2.1.2. Peran Karyawan Dalam Penerapan TQM Pada

    Organisasi.... 11

  • 2.1.3. Unsur-unsur TQM 13

    2.1.4. Praktek Pemanufakturan TQM dan Sistem Produksi

    TQM 16

    2.1.5. Prinsip-prinsip dan Filosofi TQM ... 18

    2.2. Kinerja Manajerial 20

    2.2.1. Pengertian Kinerja Manajerial . 20

    2.2.2. Karakteristik Konseptual Kinerja Manajerial .. 20

    2.2.3. Konsep Penilaian Kinerja 21

    2.2.4. Aktivitas Manajerial 23

    2.2.5. Manfaat Penilaian Kinerja .. 25

    2.3. Sistem Pengukuran Kinerja . 26

    2.3.1. Pengertian Pengukuran Kinerja 26

    2.3.2. Pendapat dari Para Peneliti .. 26

    2.3.3. Ukuran Kinerja 27

    2.4. Sistem Penghargaan (Kompensasi) . 28

    2.4.1. Pengertian Kompensasi dan Sistem Penghargaan

    Berbasis Kinerja . 28

    2.4.2. Tujuan dan Manfaat Kompensasi 29

    2.4.3. Bentuk Penghargaan dan Hukuman 30

    2.5. Kepuasan Kerja 31

    2.5.1. Pengertian Kepuasan Kerja . 31

    2.5.2. Faktor-faktor Kepuasan Kerja . 32

    2.5.3. Kepuasan Kerja dan Kinerja .... 34

  • 2.6. Pengembangan Hipotesis . . 35

    2.7. Kerangka Pikir ... 37

    2.8. Definisi dan Pengukuran Variabel . 38

    2.8.1. Total Quality Management 38

    2.8.2. Sistem Pengukuran Kinerja 39

    2.8.3. Sistem Penghargaan ... 39

    2.8.4. Kepuasan Kerja .. 40

    2.8.5. Kinerja Manajerial .. 41

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Objek dan Lokasi Penelitian . 42

    3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 42

    3.2.1. Populasi Penelitian 42

    3.2.2. Sampel Penelitian .. 43

    3.2.3. Jenis Data yang Digunakan ... 46

    3.3. Metode Pengumpulan Data 46

    3.4. Pengujian Validitas dan Reliabilitas 47

    3.4.1. Uji Validitas . 47

    3.4.2. Uji Reliabilitas . 50

    3.5. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis .. 51

    3.5.1. Analisis Kuantitatif .. 51

    3.5.2. Uji Hipotesis 53

    3.5.3 Koefisien Determinasi (Adjusted R 2 ) .. 55

  • BAB IV HASIL DAN ANALISIS

    4.1. Gambaran Umum Responden . 56

    4.2. Analisis Statistik Deskriptif 57

    4.3. Hasil Pengujian Hipotesis ... 60

    4.3.1. Analisis Regresi Linier Sederhana .. 60

    4.3.2. Analisis Regresi Linier Berganda 61

    4.4. Penentuan Besarnya Pengaruh . 66

    BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI

    5.1. Kesimpulan .. 68

    5.2. Keterbatasan . 69

    5.3. Implikasi ... 6 9

    DAFTAR PUSTAKA

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Penelitian

    Dalam era global, persaingan menjadi semakin tajam. Perusahaan yang

    pada masa lalu hanya bersaing pada tingkat regional dan nasional, pada masa

    sekarang hanya menghadapi persaingan yang bersifat global. Keadaan ini

    mengakibatkan perusahaan dituntut untuk melakukan peningkatam kualitas secara

    total untuk dapat mengantisipasi persaingan dalam pasar dunia yang banyak

    diperebutkan oleh Negara lainnya. Total Quality Management (TQM) adalah

    model pengelolaan perusahaan yang dapat mendorong perusahaan untuk tetap

    survive dan sekaligus mampu menjadi salah satu pemenang dalam persaingan

    global (Flynn et al., 1995).

    Penelitian mengenai praktik pemanufakturan dengan menggunakan teknik

    Total Quality Management (TQM) dan sistem akuntansi manajemen secara

    interaktif mempengaruhi kinerja perusahaan menjadi salah satu topik yang

    menarik, karena TQM merupakan suatu teknik yang sering digunakan oleh

    perusahaan manufaktur dalam rangka meningkatkan kinerjanya. Selain itu teknik

    Total Quality Management (TQM) juga telah diakui dapat membantu

    meningkatkan kepuasan konsumen, kepuasan kerja karyawan, dan produktivitas

    (Wollner, 1992). Bagi organisasi, sukses atau tidaknya pengimplementasian

    sistem penilaian kinerja merupakan sebuah tantangan. Oleh karena itu, penilaian

  • 2

    kinerja tidak saja harus dapat memberikan perbaikan dan peningkatan kinerja bagi

    individu tetapi sekaligus bagi organisasi secara keseluruhan.

    Hal utama yang harus ada dalam penerapan Total Quality Management

    (TQM) ini adalah komitmen yang utuh dari manajemen puncak untuk memimpin

    perusahaan kearah Total Quality Management (TQM) dan untuk mencapai

    kesempurnaan disegala aspek barang dan jasa yang penting bagi konsumen

    (Heizer dan Rander, 1990). Dengan keterlibatannya secara langsung, manajemen

    puncak dapat mengambil keputusan yang rasional berkaitan dengan berbagai

    perubahan budaya perusahaan yang dilakukan. Perubahan ini juga harus didukung

    oleh adanya pemberdayaan karyawan, dimana karyawan dilibatkan dalam

    pengambilan keputusan dan pemecahan masalah perusahaan. Keadaan ini akan

    meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab karyawan terhadap keputusan

    yang telah dibuat serta mamperkaya wawasan dan pandangan karyawan dalam

    berprestasi.

    Tujuan utama dari Total Quality Management (TQM) adalah untuk dapat

    bersaing dan unggul dalam persaingan global dengan mengoptimalkan

    kemampuan dari sumber-sumber yang dimiliki perusahaan secara

    berkesinambungan, sehingga dapat memperbaiki kualitas barang dan jasa. Secara

    umum Total Quality Management (TQM) merupakan suatu sistem manajemen,

    dengan tujuan untuk dapat meningkatkan produktivitas barang/dengan kata lain

    Total Quality Management (TQM) dimaksudkan untuk dapat memproduksi

    barang/jasa yang berkualitas tinggi dengan metode yang memadukan

    keterampilan manajerial dan operasional secara efisien dan efektif, sehingga dapat

  • 3

    menimbulkan kepuasan bagi semua pihak, yaitu tenaga kerja, perusahaan dan

    pelanggan.

    Beberapa peneliti bidang akuntansi menyatakan bahwa kinerja perusahaan

    yang rendah, disebabkan oleh ketergantungannya terhadap sistem akuntansi

    manajemen perusahaan tersebut yang gagal dalam penentuan sasaran-sasaran

    yang tepat, pengukuran-pengukuran kinerja dan sistem penghargaan atau reward

    system (Kaplan 1983,1990: Johnson dan Kaplan 1987: Banker et al., 1993).

    Peneliti lain yang melakukan pengujian untuk melihat faktor-faktor

    penyebabanya, misalnya, Wruck dan Jensen (1994), menyatakan bahwa

    efektivitas penerapan Total Quality Management (TQM) memerlukan perubahan

    mendasar pada infrastruktur organisasional, meliputi: sistem alokasi wewenang

    pembuatan keputusan dan sistem pengukuran kinerja, sistem penghargaan serta

    hukuman atau punishment. Menurut Ittner dan Larcker (1995), semakin besar

    penggunaan sistem akuntasi manajemen termasuk pengukuran kinerja non-

    keuangan dan pemberian insentif berdasarkan kinerja kemungkinan mempunyai

    hubungan (asosiasi) dengan kinerja yang semakin tinggi pada perusahaan-

    perusahaan dengan praktek Total Quality Management (TQM) yang kurang

    ekstensif. Dalam penelitian mereka tidak menemukan bukti bahwa organisasi

    yang mempraktekan Total Quality Management (TQM) dan sistem akuntansi

    manajemen dapat mencapai kinerja yang paling tinggi. Sementara, Sim dan

    Killough (1998), menyatakan bahwa adanya pengaruh interaktif pemanufakturan

    (Total Quality Management (TQM)) terhadap kinerja dengan desain sistem

    akuntansi manajemen.

  • 4

    Teknik pemanufakturan Total Quality Management (TQM) dengan sistem

    pengukuran kinerja lebih sering digunakan untuk meningkatkan kinerja. Sistem

    pengukuran kinerja disini adalah frekuensi pelaporan pengukuran kinerja

    pemanufakturan karyawan didalam mengembangkan efektivitas pekerjaan

    strategis. Semakin sering frekuensi pelaporan pengukuran kinerja suatu

    perusahaan berarti menjalankan bahwa sistem pengukuran kinerja perusahaan

    tersebut baik, sehingga dapat membantu karyawan didalam melaksanakan

    pekerjaan bagi strategi dengan lebih cepat dan dapat digunakan untuk

    meningbkatkan kinerja mereka.

    Sistem penghargaan (kompensasi) juga sangat penting untuk mendapat

    perhatian yang sungguh-sungguh, karena kompensasi yang berupa insetif

    individual maupun kelompok dapat meningkatkan prestasi kerja dan memotivasi

    karyawan. Pada praktek pemanufakturan yang lebih berorientasi pada

    pemberdayaan karyawan, desain sistem kompensasi merupakan salah satu metode

    yang paling penting untuk mencapai keberhasilan penerapan praktek

    pemanufakturan Total Quality Management (TQM.)

    Sedangkan kinerja disini adalah kinerja manajerial, yaitu kinerja para

    manajer dalam organisasi untuk melakukan kegiatan-kegiatan manajerial, sepeti

    perencanaan, investigasi, pengawasan, pemilihan staf, negosiasi dan

    representatif/perwakilan.

    Penelitian ini merupakan replikasi dan ekstensi temuan Ittner dan Larcker

    (1995) dan Sim dan Killough (1998) yang menguji apakah praktek-praktek

    pemanufakturan dan sistem akuntansi manajemen secara interaktif mempengaruhi

  • 5

    kinerja manajerial. Yang membedakan penelitian ini dengan peneliti sebelumnya

    adalah pada sampel yang digunakan. Sampel yang digunakan pada penelitian ini

    adalah manajer dari seluruh level/tingkatan manajemen, yaitu manajer tingkat

    atas, manajer tingkat menengah dan manajer tingkat bawah yang bekerja pada

    perusahaan manufaktur berskala besar di Semarang yang menerapkan Total

    Quality Management (TQM), sedangkan penelitian sebelumnya sampel yang

    digunakan adalah manajer tingkat menengah saja pada perusahaan manufaktur di

    Indonesia.

    Berawal dari penelitian tersebut, permasalahan pokok yang akan diteliti

    dalam peneliti ini adalah menguji kembali apakah teknik pemanufakturan Total

    Quality Management (TQM) dengan sistem pengukuran kinerja, sistem

    penghargaan dan kepuasan kerja karyawan yang biasanya digunakan sebagai

    variabel moderating serta interaksinya berpengaruh terhadap kinerja manajerial.

    dari uraian diatas, maka judul penelitian ini adalah ANALISIS

    PENGARUH INTERAKSI ANTARA SISTEM PENGUKURAN KINERJA,

    SISTEM PENGHARGAAN DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP

    TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) .

    1.2. Perumusan Masalah

    Dari uraian diatas, maka permasalahan penelitian ini adalag sebagai berikut :

    1. Apakah Total Quality Management (TQM) berpengaruh terhadap kinerja

    manajerial?

  • 6

    2. Apakah interaksi antara Total Quality Management (TQM) dan sistem

    pengukuran kinerja berpengaruh terhadap kinerja manajerial ?

    3. Apakah interaksi antara Total Quality Management (TQM) dan sistem

    penghargaan berpengaruh terhadap kinerja manajerial ?

    4. Apakah interaksi antara Total Quality Management (TQM) dan kepuasan

    kerja berpengaruh terhadap kinerja manajerial ?

    1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan

    diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

    1. Mengetahui Total Quality Management (TQM) dapat mempengaruhi

    kinerja manajerial.

    2. Mengetahui interaksi antara Total Quality Management (TQM) dan

    sistem pengukuran kinerja mempengaruhi kinerja manajerial.

    3. Mengetahui interaksi antara Total Quality Management (TQM) dan

    sistem penghargaan mempengaruhi kinerja manajerial.

    4. Mengetahui interaksi antara Total Quality Management (TQM) dan

    kepuasan kerja karyawan mempengaruhi kinerja manjerial.

    Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

    1. Bagi perusahaan. Penelitian ini sebagai masukan agar perusahaan yang

    menerapkan Total Quality Management (TQM) dapat lebih mengetahui

    pengaruhnya sistem pengukuran kinerja, sistem penghargaan dan kepuasan

    kerja terhadap peningkatan kinerja manajerial.

  • 7

    2. Bagi peneliti sendiri. Penelitian ini untuk menambah wawasan dan

    pengetahuan sebagai bekal untuk menerapkan suatu keadaan secara teoritis

    maupun praktis khususnya yang berkenaan dengan penerapan Total

    Quality Management (TQM) pada perusahaan manufaktur.

    3. Bagi penelitian berikutnya. Penelitian ini dapat digunakan sebagai

    sumbangan pemikiran untuk penelitian yang sejenis dan dikembangkan

    lebih lanjut sesuai dengan perkembangan zaman, khususnya pada

    perusahaan-perusahaan manufaktur.

    1.4. Sistematika Penulisan

    Untuk dapat memberikan gambaran mengenai pembahasan yang lebih jelas

    dalam penulisan skripsi ini, maka peneliti menyusun sistematika pembahasan

    sebagai berikut :

    BAB I : PENDAHULUAN

    Bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah,

    tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika pembahasan dalam

    penelitian ini.

    BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

    Bab ini berisi tentang tinjauan pustaka, dan pengembangan hipotesis,

    yang akan menguraikan berbagai teori, konsep, dan penelitian

    sebelumnya yang relevan sampai dengan hipotesis yang dikembangkan

    dalam penelitian ini, kerangka pikir serta definisi dan pengukuran

    variabel.

  • 8

    BAB III : METODE PENELITIAN

    Bab ini berisi tentang obyek dan lokasi penelitian, populasi dan

    sampel, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data/uji

    hipotesis.

    BAB IV : HASIL ANALISIS

    Bab ini berisi tentang gambaran umum responden, distribusi jawaban

    responden dan analisis-analisis hasil penelitian untuk menjawab

    permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini.

    BAB V : KESIMPULAN, KETERBATASAN, IMPLIKASI DAN SARAN

    Bab ini berisi tentang hasil evaluasi yang telah dirangkum menjadi

    suatu kesimpulan dari pembahasan pada bab sebelumnya, serta

    keterbatasan dan implikasi dan saran yang ada.

  • 9

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1. TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)

    Total Quality Management (TQM) menggambarkan penekanan mutu yang

    memacu seluruh organisasi mulai dari pemasok sampai konsumen. Total Quality

    Management (TQM) menekankan pada komitmen manajemen untuk memiliki

    keinginan yang berkesinambungan bagi organisasi untuk mencapai kesempurnaan

    disegala aspek barang dan jasa yang penting bagi konsumen, seperti diungkapkan

    Heizer dan Rander (1995:1) beranggapan bahwa mengembangkan Total Quality

    Management (TQM) pada suatu organisasi adalah filosofi dari manajemen dan

    sebagai jalan untuk mempertahankan perusahaan. Total Quality Management

    (TQM) juga sebagai dasar dari pengembangan ide-ide organisasi.

    Total Quality Management (TQM) digambarkan sebagai suatu sistem

    pendekatan yang berinteraksi pada setiap elemen disuatu organisasi. Tujuannya

    adalah memungkinkan organisasi mengeliminasi pemborosan, menyederhanakan

    proses, dan berfokus pada penggunaan praktek mutu yang terpadu, yang pada

    akhirnya mempengaruhi setiap aktivitas yang organisasi laksanakan, selain itu

    agar dapat bersaing dan unggul dalam persaingan global dengan mengoptimalkan

    kemampuan dari sumber-sumber yang dimiliki organisasi secara

    berkesinambungan, sehingga dapat memperbaiki kualitas barang dan jasa.

  • 10

    2.1.1. Pengertian Total Quality Management (TQM)

    Total Quality Management (TQM) didefinisikan sebagai konsep perbaikan

    yang dilakukan secara terus menerus (continous improvement), yang melibatkan

    semua karyawan disetiap level organisasi, untuk mencapai kualitas yang

    excellence dalam semua aspek organisasi melalui proses manajemen (Dipietro,

    1993; Greg et al., 1994). Pengertian Total Quality Management (TQM) secara

    rinci (Handoko, 1998) :

    1. Pengertian Total

    Menunjukan bahwa Total Quality Management (TQM) merupakan strategi

    operasional menyeluruh yang melibatkan semua jenjang dan jajaran

    manajemen dan karyawan. Setiap orang terlibat dalam proses Total Quality

    Management (TQM). Lebih lanjut kata total berarti bahwa Total Quality

    Management (TQM) mencakup tidak hanya pengguna akhir dan pembeli

    eksternal saja, tetapi juga pelanggan internal, pemasok bahkan personalia

    yang mendukung.

    2. Pengertian Kualitas

    Bukan berarti sekedar produk bebas cacat, tetapi Total Quality Management

    (TQM) lebih menekankan pada pelayanan kualitas. Kualitas didefinisikan

    oleh pelanggan, bukan organisasi atau manajer departemen pengendalian

    kualitas. Kenyataan bahwa ekspektasi pelanggan bersifat individual

    tergantung pada latar belakang sosial ekonomis dan karakteristik

    demografis. Kualitas bagi setiap pelanggan tidak sama dengan pelanggan

  • 11

    lain. Jadi, tantangan Total Quality Management (TQM) adalah menyajikan

    kualitas bagi pelanggan.

    3. Pengertian Manajemen

    Mengandung arti bahwa Total Quality Management (TQM) merupakan

    pendekatan manajemen, bukan pendekatan teknis pengendalian kualitas

    yang sempit. Pendekatan Total Quality Management (TQM) sangat

    berorientasi pada manajemen organisasi.

    Pengertian Total Quality Management (TQM), yang dikutip dari Hartati

    (2001), adalah suatu paradigma baru yang apabila diterapkan dalam suatu

    organisasi akan dapat menempatkan pada posisi unggul dalam hal mutu untuk

    menghadapi persaingan global. Hal ini dapat terjadi karena didalam Total Quality

    Management (TQM), kualitas tidak hanya berkaitan dengan kualitas produk,

    namun didefinisikan lebih luas yang mencakup semua aspek organisasi, tidak

    hanya mutu produk tetapi juga mutu proses, mutu pelayanan maupun mutu hasil

    kegiatan yang lain yang ada dalam organisasi.

    2.1.2. Peran Karyawan dalam Penerapan Total Quality Management (TQM)

    pada organisasi.

    Manajemen sedang mengalami transformasi yang radikal, dimana terjadi

    perubahan dari model tradisional yang menekankan pada command and control

    model, bergeser pada organisasi Total Quality Management (TQM) yang

    menghadapi tantangan-tantangan persaingan global yang menuntut keunggulan

    organisasi, seperti kecepatan, kemampuan dengan tanggap, kelincahan,

  • 12

    kemampuan pembelanjaan dan kompetensi karyawan, serta menekankan pada

    partisipasi individu dalam organisasi Total Quality Management (TQM) yang

    berorientasi pada kualitas (Ulrich, 1998).

    Total Quality Management (TQM) menciptakan adanya tuntutan yang

    lebih tinggi dari sumberdaya manusia, yang bukan saja menyangkut

    pengetahuan dan keterampilan guna menunaikan tugas-tugas mereka, tetapi juga

    terbentuknya nilai-nilai khas, seperti perbaikan secara kontinyu, tim kerja,

    pelayanan konsumen, dan pemecahan masalah (Anderson et al., 1994). Para ahli

    Total Quality Management (TQM) secara khusus berpendapat bahwa organisasi

    yang berorientasi pada kualitas harus meningkatkan suatu iklim pemecahan

    masalah yang terbuka dan sportif agar menjadi efektif. Alasannya adalah bahwa

    iklim seperti ini dianggap dapat meningkatkan tanggung jawab dan perilaku

    karyawan yang sangat penting bagi keberhasilan Total Quality Management

    (TQM). Keberhasilan ini sangat tergantung pada sejauh mana karyawan :

    1). Dilibatkan dalam pencapaian tujuan yang berorientasi kualitas.

    2). Keinginan menggunakan pengetahuan dan gagasan-gagasan mereka untuk

    memperbaiki proses organisasi.

    3). Menyertakan perilaku yang inovatif yang mungkin akan membuat organisasi

    untuk terus menerus belajar.

    Salah satu keberhasilan pelaksanaan Total Quality Management (TQM)

    sangat tergantung pada kompetensi para karyawan di organisasi tersebut, yaitu

    bagaimana bisa mengoptimalkan kekuatan-kekuatan yang dimiliki para

  • 13

    karyawannya agar termotivasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi dan

    bagaimana mereka mau berpatisipasi secara aktif dalam mencapai tujuan.

    2.1.3. Unsur-unsur Total Quality Management (TQM)

    Untuk memudahkan pemahamannya, pengertian Total Quality Management

    (TQM) dapat dibedakan dalam 2 aspek. Aspek pertama menguraikan apa Total

    Quality Management (TQM) itu dan aspek kedua membahas bagaimana

    mencapainya. Pada aspek kedua inilah yang membedakan Total Quality

    Management (TQM) dengan pendekatan-pendekatan lain dalam menjalankan

    usaha yaitu mengenai komponen bagaimana tersebut. Komponen ini memiliki 10

    unsur utama (Goetsch dan Davis, 1994 : 14-18) yang masing-masing akan

    dijelaskan sebagai berikut :

    1. Fokus pada Pelanggan

    Dalam pelanggan Total Quality Management (TQM), baik pelanggan internal

    maupun pelanggan eksternal merupakan driver. Pelanggan eksternal

    menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka,

    sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas

    manusia, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.

    2. Obsesi terhadap Kualitas

    Dalam organisasi yang menerapkan Total Quality Management (TQM),

    penentu akhir kualitas pelanggan internal dan eksternal. Dengan kualitas yang

    ditetapkan tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi

    apa yang ditentukan tersebut.

  • 14

    3. Pendekatan Ilmiah

    Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan Total Quality

    Management (TQM), terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses

    pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan

    pekerjaan yang didesain tersebut.

    4. Komitmen Jangka Panjang

    Total Quality Management (TQM) merupakan suatu paradigma baru dalam

    melaksanakan bisnis. Untuk itu dibutuhkan budaya perusahaan yang baru

    pula. Oleh karena itu komitmen jangka panjang sangat penting guna

    mengadakan perubahan budaya agar penerapan Total Quality Management

    (TQM) dapat berjalan dengan sukses.

    5. Kerjasama Tim (Teamwork)

    Dalam organisasi yang menerapkan Total Quality Management (TQM),

    kerjasama tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina, baik antar

    karyawan perusahaan maupun dengan pemasok, lembaga-lembaga

    pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.

    6. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan

    Setiap produk dan/ atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses

    tertentu didalam suatu sistem/lingkungan.oleh karena itu sistem yang ada

    perlu diperbaiki secara terus-menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat

    meningkat.

  • 15

    7. Pendidikan dan Pelatihan

    Dalam organisasi yang menerapkan Total Quality Management (TQM),

    pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang

    diharapkan dan didorong untuk terus belajar, karena dengan belajar setiap

    orang dalam perusahaan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian

    profesionalnya.

    8. Kebebasan yang Terkendali

    Dalam Total Quality Management (TQM) keterlibatan dan pemberdayaan

    karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan

    unsur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat

    meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab karyawan terhadap

    keputusan yang telah dibuat. Selain itu unsur ini juga dapat memperkaya

    wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan yang diambil, karena pihak

    yang terlibat lebih banyak.

    9. Kesatuan Tujuan

    Supaya Total Quality Management (TQM) dapat diterapkan dengan baik maka

    perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian usaha dapat

    diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi kesatuan tujuan itu tidak berarti

    bahwa harus selalu ada persetujuan/kesepakatan antara pihak manajemen dan

    karyawan mengenai upah dan kondisi kerja.

    10. Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan

    Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam

    penerepan Total Quality Management (TQM), karena keterlibatan karyawan

  • 16

    akan meningkatkan kemungkinan dihasilkannya keputusan yang baik, rencana

    yang lebih baik, atau perbaikan yang lebih efektif karena juga mencakup

    pandangan dan pemikiran dari pihak-pihak yang langsung berhubungan

    dengan situasi kerja, serta akan meningkatkan rasa memiliki dan tanggung

    jawab atas keputusan dengan melibatkan orang-orang yang harus

    melaksanakannya.

    2.1.4. Praktek Pemanufakturan Total Quality Management (TQM) dan Sistem

    Produksi Total Quality Manadement (TQM)

    Penelitian Banker dan Schroeder (1993) mengenai adopsi terhadap praktek

    pemanufakturan baru (TQM, JIT, Teamwork) merupakan gambaran bahwa

    praktek pemanufakturan Total Quality Management (TQM) lebih menekankan

    karyawan dalam memecahkan masalah, bekerja secara teamwork, dan

    membangkitkan pendekatan inovatif untuk memeperbaiki produksi. Menurut

    mereka karyawan diminta mengidentifikasi cara-cara untuk meningkatkan proses

    pemanufakturan, mengurangi kerusakan dan memastikan bahwa operasi

    perusahaan berjalan dengan efisien, lebih menekankan pada produk dan

    pelanggan (customer) bukan produksi massa (Kurnianingsih, 2001).

    Menurut paradigma Total Quality Management (TQM), kualitas tidak hanya

    berkaitan dengan produk, namun didefinisikan lebih luas mencakup semua aspek

    organisasi. Kualitas produk harus dikelola melalui proses dan sistem dan bukan

    hanya diinspeksi dari produk (Mulyadi, 2000).

  • 17

    Suatu proses dalam sistem produksi didefinisikan sebagai integrasi

    sekuensial dari tenaga kerja, material, informasi, metode kerja dan

    mesin/peralatan dalam suatu lingkungan guna menghasilkan nilai tambah bagi

    produk agar dapat dijual dengan harga kompetitif dipasar, proses mengkonversi

    input terukur melalui sejumlah langkah sekuensial yang terorganisasi. Definisi

    lain dari suatu proses adalah suatu kumpulan tugas yang dikaitkan melalui suatu

    aliran material dan informasi yang mentransformasikan berbagai input ke dalam

    output yang bermanfaat/bernilai tambah tinggi, suatu proses memiliki

    kapabilitas/kemampuan untuk menyimpan material (yang diubah menjadi barang

    setengah jadi) dan informasi selama transformasi berlangsung (Gaspersz, 2002).

    Menurut Gaspersz (2002), terdapat elemen-elemen utama dalam sistem

    produksi yaitu, input, proses dan output, serta adanya suatu makanisme umpan

    balik untuk pegendalian sistem produksi itu agar mampu meningkatkan perbaikan

    terus-menerus. Elemen-elemen tersebut dijelaskan dalam Gambar 2.1.1, berikut :

    Lingkungan

    Input Proses Output Tenaga kerja Modal Material Energi Tanah Informasi Manajerial

    Sumber : Gaspersz, 2002 GAMBAR 2.1.1.

    Skema Sistem Produksi

    Umpan balik untuk pengendalian input, proses dan teknologi

    PROSES TRANSFORMASI NILAI TAMBAH

    PRODUK (barang dan/ atau jasa)

  • 18

    2.1.5. Prinsip-prinsip dan Filosofi Total Quality Management (TQM)

    Filosofi Total Quality Management (TQM) membuat masing-masing

    karyawan bertanggung jawab untuk mengontrol kualitas dan menghentikan

    produksinya ketika terjadi masalah dalam pabrik (Monden,1989), karyawan juga

    didorong untuk mengidentifikasi berbagai cara untuk memperbaiki kualitas

    produk dan proses (Cole, 1983; Siegel et al., 1997). Maka penting bagi para

    manajer untuk memberikan wewenang kepada karyawannya untuk ikut aktif

    dalam mengambil inisiatif dengan harapan keterlibatan karyawan dapat

    meningkatkan proses produksi (Ichniowski et al., 1997; Sarkar, 1997). Dengan

    kata lain pemanufakturan Total Quality Management (TQM) lebih menekankan

    pada keterlibatan karyawan (Zipkin, 1991).

    Ada 5 unsur didalam filosofi dasar Total Quality Management (TQM), yaitu

    (Chase/Aquilano, 1993) :

    1. Customer-driven Quality Standard : penentuan standar kualitas berdasarkan

    persepsi konsumen mengenai kualitas yang diinginkan.

    2. Supplier-customer links : bahwa pelanggan harus selalu berpikir untuk selalu

    memenuhi kebutuhan konsumen akhirnya.

    3. Prevention orientation : orientasi pada pencegahan, termasuk juga DIRTFT

    (Do It Right The First Time) karena sebenarnya tidak dapat melakukan

    inspeksi dalam kualitas.

    4. Quality at the source : setiap karyawan adalah inspektor kualitas atas hasil

    kerjanya sendiri.

  • 19

    5. Continous Improvement : usaha peningkatan kualitas harus dilakukan secara

    terus menerus dan merupakan suatu proses yang tanpa akhir.

    Menurut Hensler dan Brunell (dalam Scheuing dan Christopher, 1993 : 165-

    166), ada 4 prinsip utama dalam Total Quality Management (TQM), yaitu :

    1. Kepuasan Pelanggan

    Dalam Total Quality Management (TQM) kebutuhan pelanggan baik

    pelanggan internal maupun pelanggan eksternal diusahakan untuk dipuaskan

    dalam segala aspek, termasuk didalamnya harga, keamanan, dan ketepatan

    waktu. Oleh karena itu segala aktivitas perusahaan harus dikoordinasikan

    untuk memuaskan para pelanggan.

    2. Respek terhadap setiap orang

    Dalam perusahaan yang kualitasnya kelas dunia, setiap karyawan dipandang

    sebagai individu yang memiliki talenta dan kreativitas tersendiri yang unik.

    Dengan demikian, karyawan merupakan sumber daya organisasi yang paling

    bernilai.

    3. Manajemen berdasarkan fakta

    Perusahaan kelas dunia berorientasi pada fakta. Maksudnya bahwa setiap

    keputusan selalu didasarkan pada data, bukan sekedar pada perasaan (feeling).

    4. Perbaikan Berkesinambungan

    Agar dapat sukses, setiap perusahaan perlu melakukan proses secara sistematis

    dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku

    disini adalah siklus PDCA (plan-do-check-act), yang terdiri dari langkah-

  • 20

    langkah perencanaan, pelaksanaan perencanaan, pemeriksaan hasil

    pelaksanaan rencana, dan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.

    2.2. KINERJA MANAJERIAL

    Seseorang yang memegang posisi manajerial diharapkan mampu

    menghasilkan suatu kinerja manajerial. Berbeda dengan kinerja karyawan yang

    pada umumnya bersifat konkrit, kinerja manajerial adalah bersifat abstrak dan

    kompleks. Manajer menghasilkan kinerja dengan mengarahkan bakat dan

    kemampuan, serta usaha beberapa orang lain yang berada didalam daerah

    wewenangnya. Oleh karena itu, manajer memerlukan rerangka konseptual sebagai

    working model yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi untuk

    menghasilkan kinerja manajerial.

    2.2.1. Pengertian Kinerja Manajerial

    Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan

    keefektifan organisasional. Menurut Mahoney et al. (1963) yang dimaksud

    dengan kinerja manajerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam

    kegiatan-kegiatan manajerial, antara lain : perencanaan, investigasi, pengaturan

    staf (staffing), negosiasi, dan representasi.

    2.2.2. Rerangka Konseptual Kinerja Manajerial

    Rerangka konseptual kinerja manajerial adalah suatu struktur komponen-

    komponen yang membentuk kinerja orang yang memegang kinerja orang yang

  • 21

    memegang posisi manajerial. Rerangka konseptual ini dipakai sebagai model

    untuk membangun kinerja manajerial yang bersifat abstrak. Rerangka konseptual

    kinerja manajerial dibutuhkan untuk :

    1. Memungkinkan tim manajemen yang bertanggung jawab untuk mewujudkan

    kinerja manjerial yang dapat bekerja in concert berdasarkan rerangka

    konseptual kinerja manajerial.

    2. Memungkinkan setiap anggota tim melakukan alignment atas kinerja yang

    dihasilkan dengan kinerja anggota tim yang lain, agar kinerja bersama bagi

    organisasi secara keseluruhan dapat diwujudkan.

    3. Memungkinkan dilakukannya evaluasi terhadap konsistensi antar komponen

    rerangka konseptual kinerja manajerial.

    4. Memungkinkan dilakukannya evaluasi kekuatan dan kelemahan setiap

    komponen rerangka tersebut jika lingkungan bisnis menuntut perubahan

    terhadap komponen tersebut.

    2.2.3. Konsep Penilaian Kinerja

    Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional

    suatu organisasi, bagian organisasi, dan personelnya, berdasarkan sasaran,

    standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena organisasi

    pada dasarnya dioperasikan oleh sumberdaya manusia, maka penilaian kinerja

    sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia dalam melaksanakan

    peran yang mereka mainkan di dalam organisasi (Mulyadi dan Setyawan, 1999).

  • 22

    Tujuan utama penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personel dalam

    mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah

    ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan

    oleh organisasi. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau

    rencana formal yang dituangkan dalam anggaran organisasi. Sedangkan

    kegunaan penilaian kinerja adalah untuk menekan perilaku yang tidak

    semestinya dan untuk merangsang serta menegakan perilaku yang semestinya

    diinginkan, melalui umpan balik hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan

    baik yang bersifat intrinsik maupun ekstrinsik (Mulyadi dan Setyawan, 1999).

    Campbell dalam Waldman (1994) mendefinisikan kinerja sebagai suatu

    perilaku yang berhubungan dengan pencapaian ekspektasi atau sebagai

    persyaratan formal dari anggota-anggota organisasi. Bagi kebanyakan organisasi

    penilaian kinerja masih merupakan satu dari sekian paradok yang menyangkut

    efektif tidaknya manajemen sumberdaya manusia. Hal ini karena sistem

    penilaian kinerja merupakan sumber informasi yang sangat bernilai bagi

    organisasi untuk menjalankan aktivitas-aktivitas penting seperti pengalokasian,

    rewards, pembayaran gaji, promosi, pelatihan dan pengembangan serta sistem

    evaluasi (Claveland, Murphy dan Williams, 1989 dalam Lam dan

    Schaunbroeck, 1999). Oleh sebab itu penilaian kinerja dianggap mampu

    memberikan kontribusi dalam meningkatkan keefektifan pembuatan keputusan

    yang menyangkut sumberdaya manusia.

  • 23

    2.2.4. Aktivitas Manajerial

    Manajer merupakan pelaksana kegiatan dalam suatu perusahaan. Tingkatan

    manjemen dalam suatu perusahaan bila dihubungkan dengan aktivitas manajerial

    terdiri dari 3 tingkat, yaitu (Mc Leod, 2001) :

    1. Manajer tingkat atas

    Manajer pada level ini berada pada tingkat perencanaan strategis, keputusan

    yang diambil adalah keputusan strategis untuk masa depan perusahaan.

    2. Manajer tingkat menengah

    Manajer pada level ini berada pada tingkat pengendalian manajemen.

    Tanggung jawab mereka adalah mengubah rencana menjadi tindakan dan

    memastikan agar tujuan tercapai.

    3. Manajer tingkat bawah

    Manajer pada level ini merupakan tingkat pengendalian operasional.

    Tanggung jawab mereka adalah menyelesaikan rencana-rencana yang telah

    ditetapkan oleh para manajer di tingkat lebih tinggi.

    Menurut Mc Leod (2001), saat merancang sistem informasi, penting untuk

    mempertimbangkan tingkatan manajer, karena hal ini dapat mempengaruhi sistem

    informasi dan cara penyajiannya. Manajer pada tingkat perencanaan strategis

    menekankan informasi lingkungan daripada manajer di tingkat yang lebih bawah

    dan juga membutuhkan informasi dalam bentuk ringkas, sedangkan para manajer

    tingkat pengendalian operasional menganggap informasi internal sebagai yang

    lebih penting dan mereka lebih memilih informasi bentuk yang lebih rinci.

  • 24

    Manajer disetiap perusahaan melakukan 3 aktivitas utama dalam

    menjalankan proses bisnisnya, yaitu (Gorrison & Norren, 2000) :

    1. Perencanaan

    Perencanaan meliputi pemilihan serangkaian aktivitas dan spesifikasi

    bagaimana aktivitas tersebut akan dilaksanakan. Langkah pertama dalam

    perencanaan adalah mengidentifikasi dan memilih dari berbagai alternatif

    yang tersedia yang terbaik untuk organisasi.

    2. Pengarahan dan motivasi

    Pengarahan dan motivasi meliputi penggerakan orang-orang untuk melakukan

    aktivitas yang sudah direncanakan dan menjalankan kegiatan rutin. Sebagai

    aktivitas lanjutan dari perencanaan dimasa mendatang, manajer harus

    memantau kegiatan hari ke hari dan menjaga agar fungsi organisasi dapat

    berjalan lancar. Untuk melaksanakan aktivitas itu dibutuhkan kemampuan

    untuk memotivasi dan mengarahkan para karyawan. Manajer memberikan

    arahan tugas kepada para karyawan, menengahi perselisihan yang muncul

    dalam aktivitas organisasi dan membuat keputusan yang berpengaruh terhadap

    para karyawan dan konsumen.

    3. Pengendalian

    Pengendalian meliputi aktivitas untuk mendapatkan keyakinan bahwa

    perencanaan telah dilaksanakan dan telah disesuaikan dengan landasan yang

    selalu berubah. Untuk melaksanakan pengendalian, manajer berusaha untuk

    mendapatkan keyakinan bahwa perencanaan telah di tindaklanjuti. Dalam

    aktivitas ini manajer membutuhkan feedback yang merupakan sinyal apakah

  • 25

    organisasi berada dalam rel yang telah direncanakan. Feedback merupakan

    alat yang sangat efektif untuk melakukan pengendalian. Dalam organisasi

    yang canggih, feedback ini disajikan secara detail dalam berbagai versi

    laporan.

    Kinerja manajemen dapat digambarkan dalam gambar 2.2.1 berikut :

    Sumber : Garrison dan Norren, 2000

    GAMBAR 2.2.1. Kinerja Manajamen

    2.2.5. Manfaat Penilaian Kinerja

    Penilain kinerja dimanfaatkan oleh organisasi untuk :

    1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian

    personel secara maksimum.

    2. Membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penghargaan

    personel, seperti: promosi, transfer dan pemberhentian.

    3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan personel dan untuk

    menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan personel.

    4. Menyediakan suatu dasar untuk mendistribusikan penghargaan.

    Menyusun rencana jangka panjang dan jangka pendek (perencanaan)

    Pembuatan keputusan

    Mangukur kinerja (pengendalian)

    Membandingkan kinerja yang direncanakan dan aktual (pengendalian)

    Penerapan rencana (pengarahan dan motivasi)

  • 26

    2.3. SISTEM PENGUKURAN KINERJA

    2.3.1. Pengertian Pengukuran Kinerja

    Pengukuran kinerja adalah penerapan teknik yang direncanakan untuk

    menetapkan waktu bagi pekerja yang memenuhi syarat untuk menyelesaikan

    pekerjaan tertentu pada tingkat prestasi yang ditetapkan. Pengukuran kinerja

    memberi cara kepada manajemen untuk mengukur waktu yang diperlukan untuk

    menjalankan suatu operasi/rangkaian operasi, sehingga waktu tak efektif dapat

    diketemukan dan dapat dipisahkan dari waktu efektif. Selain itu pengukuran

    kinerja juga dapat digunakan untuk menetapkan standar waktu pelaksanaan kerja.

    2.3.2. Pendapat dari para Peneliti

    Penelitian Banker et.al., (1993), menyatakan bahwa informasi kinerja

    pemanufakturan perlu dilaporkan ke personalia lini karena pelaporan informasi

    produktivitas dan kualitas kepada personalia lini akan memberikan umpan balik

    yang diperlukan untuk perbaikan dan pembelajaran produksi, dan frekuensi

    pelaporan ukuran kinerja pemanufakturan untuk para karyawan secara positif

    berhubungan dengan penerapan praktek Total Quality Management (TQM),

    Teamwork, dan JIT. Chenhall (1997) memberikan bukti yang menyatakan bahwa

    pengukuran kinerja memberikan umpan balik dalam bentuk pengendalian

    strategis, yang mendorong para manajer untuk mengevaluasi dan menguji kembali

    bagaimana komplemen-komplemen dalam program Total Quality Management

    (TQM) meningkatkan profitabilitas yang memadai. Dari sudut pandang

    pembelanjaran, frekuensi pelaporan pengukuran kinerja pemanufakturan

  • 27

    membantu para karyawannya mengembangkan efektivitas pekerjaan strategis

    dengan lebih cepat dan dapat meningkatkan kinerjanya (Locke dan Latham,

    1990:267).

    2.3.3. Ukuran Kinerja

    Terdapat tiga macam ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja

    secara kuantitatif, yaitu (Mulyadi, 1993:435) :

    1. Ukuran Kriteria Tunggal (single criterium)

    Ukuran kriteria tunggal adalah ukuran kinerja yang hanya menggunakan satu

    ukuran untuk menilai kinerja manajer. Jika kriteria tunggal digunakan untuk

    mengukur kinerja, orang akan cenderung memusatkan usahanya kepada

    kriteria tersebut dengan akibat diabaikannya kriteria yang lain, yang

    kemungkinan sama pentingnya dalam menentukan sukses atau tidaknya

    perusahaan atau bagiannya.

    2. Ukuran Kriteria Beragam (multiple criteria)

    Ukuran kriteria beragam adalah ukuran kinerja yang menggunakan berbagai

    macam ukuran untuk menilai kinerja manajer. Kriteria beragam merupakan

    cara untuk mengatasi kelemahan kriteria tunggal dalam pengukuran kinerja.

    Tujuan kriteria beragam adalah agar manajer yang diukur kinerjanya

    mengarahkan usahanya kepada berbagai kinerja.

  • 28

    3. Ukuran Kriteria Gabungan (composite criteria)

    Ukuran kriteria beragam adalah ukuran kinerja yang menggunakan berbagai

    macam ukuran, memperhitungkan bobot masing-masing ukuran, dan

    menghitung rata-ratanya sebagai ukuran menyeluruh kinerja manajer.

    2.4. SISTEM PENGHARGAAN (KOMPENSASI)

    2.4.1. Pengertian Kompensasi dan Sistem Penghargaan Berbasis Kinerja

    Penghargaan yang diterima oleh seseorang karena kinerjanya yang baik,

    dapat berupa kenaikan upah, penghargaan dari organisasi (secara psikologi),

    kenaikan jabatan, dll.

    Kompensasi adalah semua bentuk return baik finansial maupun non

    finansial yang diterima karyawan karena jasa yang disumbangkan ke perusahaan.

    Kompensasi dapat berupa finansial yaitu berbentuk gaji, bonus, komisi, asuransi

    karyawan, bantuan sosial karyawan, tunjangan, libur atau cuti tetapi tetap dibayar

    dsb, maupun bentuk non finansial seperti tugas yang menarik, tantangan tugas,

    tanggung jawab tugas, peluang, pengakuan, pencapaian tujuan, serta lingkungan

    pekerjaan yang menarik (Schuler dan Huber, 1993:368).

    Kompensasi merupakan salah satu strategi manajemen sumberdaya manusia

    untuk menciptakan keselarasan kerja antar staf dengan pimpinan perusahaan

    dalam mencapai tujuan dan sasaran yang sudah ditetapkan (Walker, 1992:323).

    Sistem penghargaan berbasis kinerja maerupakan salah satu alat

    pengendalian penting yang digunakan oleh perusahaan untuk memotivasi personel

    agar mencapai tujuan perusahaan (bukan tujuan personel secara individual)

  • 29

    dengan perilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan (bukan perilaku

    yang disukai oleh personel secara pribadi). Sistem penghargaan berbasis kinerja

    maerupakan alat penting yang digunakan oleh organisasi untuk membangkitkan

    motivasi dalam diri personel dalam bertindak demi kepentingan terbaik organisasi

    (Mulyadi dan Johny Setyawan, 2000:227).

    2.4.2. Tujuan dan Manfaat

    Tujuan pemberian kompensasi apakah dapat memberikan pengaruh perilaku

    setelah pemberian terhadap perusahaan? Pengkajian sejauh ini menunjukan bahwa

    pemberian kompensasi dapat mempengaruhi keefektifan organisasional (Lawler,

    1987), antara lain :

    1. Menarik dan mempertahankan (attraction and retention)

    Jenis dan tingkatan kompensasi yang ditawarkan organisasi mempengaruhi

    mereka yang tertarik untuk bekerja pada organisasi dan mereka yang ingin

    terus bekerja, organisasi memberikan paling banyak reward yang menarik.

    2. Motivasi (motivation)

    Reward yang penting bagi individu bisa mempengaruhi motivasi untuk

    mempunyai kinerja yang baik dengan cara-cara tertentu, seperti berperilaku

    yang lebih baik agar dapat mendapatkan reward itu.

    3. Budaya (culture)

    Sistem reward merupakan salah satu segi dari organisasi yang memberikan

    andil variasi yang luas dengan bergantung pada cara pengembangan,

    pemberian, dan perolehan reward itu.

  • 30

    4. Mendorong dan mengusahakan

    Sistem reward bisa mambantu menjelaskan status hirarkhi, tingkatan dimana

    orang dalam posisi teknis bisa mempengaruhi jenis struktur keputusan yang

    ada.

    5. Biaya (cost)

    Sistem reward dalam organisasi harus dilihat dari perspektif cost benefit.

    Ada 2 manfaat penghargaan berbasis kinerja, yaitu (Mulyadi dan Setyawan,

    2000:229) :

    1. Memberikan informasi

    Penghargaan dapat menarik perhatian personel dan memberi informasi atau

    mengingatkan mereka tentang pentingnya sesuatu yang diberi penghargaan

    dibandingkan dengan hal yang lain.

    2. Memberikan motivasi

    Penghargaan juga meningkatkan motivasi personel terhadap ukuran kinerja,

    sehingga membantu personel dalam memutuskan bagaimana mereka

    mengalokasikan waktu dan usaha mereka.

    2.4.3. Bentuk Penghargaan dan Hukuman

    Apa saja yang disukai atau tidak disukai oleh personel dapat dikaitkan

    dengan ukuran kinerja. Kombinasi berbagai ukuran kinerja dapat digunakan untuk

    membedakan antara personel yang baik dan yang buruk kinerjanya. Pada Tabel

    2.4.1 dicantumkan daftar penghargaan positif dan negatif yang dapat digunakan

    oleh perusahaan.

  • 31

    TABEL 2.4.1. Jenis-jenis Penghargaan Positif dan Negatif

    Penghargaan positif Penghargaan negatif

    Otonomi Kekuasaan

    Kesempatan untuk berpatisipasi dalam proses pengambilan keputusan Kenaikan gaji/upah Bonus

    Sanjungan Pengakuan

    Kenaikan pangkat

    Pemberian tugas penting Jaminan pekerjaan Penghargaan berupa barang Perjalanan wisata

    Campur tangan dari atasan Kehilangan pekerjaan Kenaikan gaji nol Penugasan pekerjaan tidak penting Tidak dinaikan pangkatnya Dipermalukan secara umum Hukuman (umum/pribadi)

    Sumber : Kenneth A. Merchant, Modern Management Control System, 1998:427

    2.5. KEPUASAN KERJA KARYAWAN

    2.5.1. Definisi Kepuasan Kerja Karyawan

    Menurut Locke yang dikutip oleh Luthans (1995), kepuasan kerja karyawan

    adalah sesuatu yang menyenangkan/suatu pernyataan emosi yang positif sebagai

    hasil penilaian dan pekerjaannya/pengalaman kerjanya. Kepuasan kerja

    merupakan suatu hasil dari persepsi karyawan dari sebaik apakah pekerjaan

    mereka menyediakan hal-hal yang mereka pandang penting.

    Robbins (1996) mengungkapkan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu

    sikap umum individu karyawan dalam menghadapi pekerjaannya. Sedangkan

    Lawler (1973), menyatakan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu ukuran

    kualitas kehidupan dalam organisasi, yang merupakan pemahaman berharga.

  • 32

    Cormick dan Ilgen (1980), menyatakan kepuasan kerja merupakan sikap

    seseorang terhadap pekerjaannya. Dengan kata lain, kepuasan kerja merupakan

    respon efektif seseorang terhadap pekerjaannya. Pandangan lain tentang kepuasan

    kerja adalah bahwa individu menghargai sejauh mana pekerjaan itu menghasilkan

    hasil bernilai. Cue dan Gianakis (1997), menyatakan bahwa kepuasan karyawan

    adalah hal penting dalam teori dan praktek karena mempengaruhi kepuasan kerja

    agar menghasilkan kinerja yang efektif dan dapat memenuhi pekerjaan yang

    sukses.

    2.5.2. Faktor-faktor Kepuasan Kerja

    Suatu tinjauan ulang dari literatur yang ada menyatakan bahwa faktor-faktor

    yang lebih penting yang mendorong kepuasan kerja adalah, antara lain :

    1. Kerja yang secara mental menantang

    Karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan yang memberi mereka

    keputusan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan

    menawarkan beragam tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai

    keberhasilan mereka dalam mengerjakannya. Karakteristik ini membuat

    karyawan secara mental menantang. Pekerjaan yang kurang memberikan

    tantangan akan menciptakan kebosanan, tetapi apabila terlalu menantang akan

    menciptakan perasaan frustasi dan gagal (Katzel et al., 1992 dalam Rabbins,

    1996).

  • 33

    2. Ganjaran yang pantas

    Para karyawan menginginkan sistem upah yang adil dan sejalan dengan

    pengharapan mereka. Bila upah dilihat sebagai adil berdasarkan pada tuntutan

    pekerjaan, tingkat keterampilan individu, standar pengupahan komunitas,

    kemungkinan besar akan menghasilkan kepuasan.

    3. Kondisi yang kurang menantang

    Karyawan peduli akan lingkungan kerja yang baik untuk kenyamanan pribadi

    maupun untuk memudahkan proses pengerjaan tugas. Berbagai studi

    menunjukan bahwa karyawan lebih menyukai keadaan sekitar fisik yang tidak

    berbahaya/merepotkan. Disamping karyawan lebih menyukai kerja dekat

    dengan tempat tinggal mereka, dalam fasilitas yang bersih dan relatif modern

    dan dengan alat-alat yang memadai.

    4. Rekan sekerja yang mendukung

    Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar uang/prestasi yang

    berwujud dari pekerjaan itu sendiri. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga

    mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu, tidaklah

    mengejutkan bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan akan

    meningkatkan kepuasan kerja. Perilaku seorang atasan juga merupakan faktor

    utama dari kepuasan.

    5. Kesesuain kepribadian

    Dalam teori kesesuain kepribadian pekerjaan Holland (Robbins, 1996)

    menyatakan bahwa pada hakikatnya orang-orang yang tipe kepribadiannya

    sama dengan pekerjaan yang mereka pilih, seharusnya mendapatkan bahwa

  • 34

    mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat untuk memenuhi

    tuntutan dari pekerjaan mereka, dengan demikian lebih besar kemungkinannya

    untuk berhasil pada pekerjaan-pekerjaan tersebut. Keberhasilan ini

    memungkinkan untuk mencapai kepuasan yang tinggi dari pekerjaan mereka.

    2.5.3. Kepuasan Kerja dan Kinerja

    Kepuasan kerja telah didefinisikan sebagai variabel yang paling banyak

    dipelajari dalam penelitian-penelitian tentang organisasi (Rainey, 1991). Konsep

    tersebut telah menjadi sasaran sebagian besar pengamatan karena hipotesis

    hubungan antara kepuasan kerja dan kinerja secara inisiatif saling berkaitan dan

    merupakan hal yang dapat dimanipulasi untuk keuntungan organisasi maupun

    perseorangan (Mc Cue and Gianakis, 1997). Meskipun hasil analisis penelitian

    pada awalnya meragukan adanya hubungan yang nyata antara kepuasan kerja dan

    kinerja (Brayfield and Crockett, 1955), namun berdasarkan penelitian selanjutnya

    hubungan dimaksud ditemukan, meskipun secara langsung kurang kuat (Iaffadono

    and Muchinsky, 1985) bahwa hubungan tersebut adalah hubungan yang

    mempengaruhi (Petty et al., 1984).

    Robbins (1996) menyebutkan bahwa dampak kepuasan kerja terhadap

    kinerja dapat dinilai antara lain, dari produktivitas dan tingkat kemangkiran (tidak

    hadirnya karyawan pada tempat kerjanya pada jam-jam efektif yang

    direncanakan-Cascio 1991) yang pada gilirannya berpengaruh pada prestasi

    karyawan. Hal serupa dinyatakan oleh Roustang (1977) yang mengatakan bahwa

    kepuasan kerja mempunyai peran untuk mencapai produktivitas dan kulitas

  • 35

    standar yang lebih baik, menghindari terjadinya kemangkiran, membangun

    kekuatan kerja yang lebih stabil, serta penggunaan sumberdaya manusia yang

    lebih efisien.

    2.6. Pengembangan Hipotesis

    Penelitian mengenai praktik pemanufakturan dengan menggunakan teknik

    Total Quality Management (TQM) dan sistem akuntansi manajemen secara

    interaktif mempengaruhi kinerja perusahaan menjadi salah topik yang menarik,

    karena Total Quality Management (TQM) merupakan suatu teknik yang sering

    digunakan oleh perusahaan manufaktur dalam rangka meningkatkan kinerja

    manjerialnya, seperti perencanaan, investigasi, koordinasi, staffing, negosiasi, dan

    representative/perwakilan.

    Berdasarkan pembahasan diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini

    dirumuskan sebagai berikut :

    H1 : Total Quality Management (TQM) berpengaruh positif dan signifikan

    terhadap kinerja manajerial.

    Chenhall (1997), memberikan bukti yang menyatakan bahwa pengukuran

    kinerja memberikan umpan balik dalam bentuk pengendalian strategis, yang

    mendorong para manajer untuk mengevaluasi dan menguji kembali bagaimana

    komplemen-komplemen dalam program Total Quality Management (TQM)

    meningkatkan profitabilitas yang memadai.

    Berdasarkan penbahasan diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini

    dirumuskan sebagai berikut :

  • 36

    H2 : Interaksi antara teknik Total Quality Management (TQM) dan sistem

    pengukurankinerja akan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

    kinerja manajerial.

    Dari hasil temuan Sim dan Killough (1998) menyatakan bahwa kinerja yang

    tinggi dapat dicapai bila praktek Total Quality Management (TQM) digunakan

    bersama dengan program kinerja yang digunakan sebagai dasar pemberian insetif

    atau performance-contingent insetive plans. Yong et al. (1988) memperkirakan

    pengaruh independen dari insentif antara Total Quality Management (TQM)

    dengan menggunakan insetif terhadap kinerja, dengan demikian pemberian insetif

    merupakan permotivasi yang lebih kuat bagi karyawan untuk meningkatkan

    kualitas kinerjanya. Dan, menurutnya lagi, kinerja dengan pemberian insetif

    cenderung akan lebih tinggi dibandingkan dengan program pembayaran. Temuan

    ini membrikan dukungan pada aspek pemotivasi dari pembayaran insetif.

    Berdasarkan pembahasan diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini

    dirumuskan sebagai berikut :

    H3 : Interaksi antara teknik Total Quality Management (TQM) dengan sistem

    penghargaan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja

    manajerial.

    Penerapan Total Quality Management (TQM) harus didukung adanya

    pemberdayaan karyawan, dimana karyawan dilibatkan dalam pengambilan

    keputusan dan pemecahan masalah perusahaan. Dengan melalui program

    pembelanjaran karyawan diberi keputusan untuk meningkatkan pendidikan dan

    keterampilan, sehingga mereka dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.

  • 37

    Prestasi karyawan yang semakin meningkat tersebut secara tidak langsung akan

    berdampak pada meningkatnya kinerja dan produktivitas perusahaan secara

    berkesinambungan. Hal ini didukung oleh konsep Total Quality Management

    (TQM) tentang penggunaan berbagai metode dan praktek perilaku yang lebih

    menekankan pada proses daripada hasil. Meningkatnya pengetahuan dan

    keterampilan karyawan ini tidak hanya berdampak pada perbaikan kualitas saja,

    tetapi juga meningkatkan kepuasan kerja karyawan itu sendiri.

    Berdasarkan pembahasan diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini

    dirumuskan sebagai berikut :

    H3 : Interaksi antara teknik Total Quality Management (TQM) dan kepuasan

    kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja

    manajerial.

    2.7. Kerangka Pikir

    Total Quality Management (TQM) disini adalah sebagai variabel

    independen, dimana variabel ini yang mempengaruhi variabel dependen, baik

    secara positif maupun negatif. Sebagai variabel dependennya adalah kinerja

    manajerial, yang dijadikan sebagai variabel utama dalam penelitian ini. Apabila

    Total Quality Management (TQM) dapat diterapkan secara efektif dalam suatu

    perusahaan, maka kinerja manajerial secara otomatis akan meningkat. Sedangkan

    sistem pengukuran kerja, sistem penghargaan dan kepuasan kerja karyawan

    sebagai variabel moderatingnya, yaitu variabel yang mempunyai efek kesatuan

    pada hubungan pada variabel independen dan variabel dependen. Pengukuran

  • 38

    kinerja memberikan umpan balik dalam bentuk pengendalian strategis, yang

    mendorong para manajer untuk mengevaluasi dan menguji kembali bagaimana

    komplemen-komplemen dalam program Total Quality Management (TQM)

    meningkatkan profitabilitas yang memadai.

    Untuk lebih mempermudah pemahaman dalam penjelasan diatas maka

    diperlukan suatu kerangka pemikiran yang jelas. Gambar 2.7.1 berikut akan

    menunjukkan bagan atau kerangka pemikiran dalam penelitian yang dilakukan :

    Total Quality Management Kinerja (TQM) Manajerial

    Sistem Pengukuran Kinerja Sistem Penghargaan Kepuasan Kerja

    GAMBAR 2.7.1 Kerangka Pikir Penelitian

    2.8. Definisi dan Pengukuran Variabel Penelitian

    2.8.1. Total Quality Management (TQM)

    Variabel Total Quality Management (TQM) merupakan variabel

    independent. Variabel ini diukur dengan menggunakan peningkatan kualitas

    proses, peningkatan kualitas masukan (input) dan peningkatan kualitas keluaran

    (output). Variabel Total Quality Management (TQM) diukur dengan instrumen

    yang dikembangkan oleh Snell dan Dean (1992), seperti yang dikutip oleh

    Kurnianingsih dan Indriantoro dengan skala numerik 5 poin. Responden diminta

  • 39

    menilai penerapan Total Quality Management (TQM) dari relative sedikit (poin 1)

    berarti praktik pemanufakturan Total Quality Management (TQM) rendah sampai

    dengan relative banyak (poin 5) berarti teknik pemanufakturan Total Quality

    Management (TQM) tinggi.

    2.8.2. Sistem Pengukuran Kinerja

    Yang dimaksud sistem pengukuran kinerja dalam penelitian ini adalah

    frekuensi pengukuran kinerja para manajer yang diukur dengan instrument yang

    dikembangkan oleh Daniel dan Reitsperger (1992) dengan menggunakan skala

    numerik angka 1 (tidak pernah) yang menunjukan sistem pengukuran kinerja yang

    rendah sampai dengan angka 5 (setiap minggu) yang menunjukan sistem

    pengukuran kinerja yang tinggi.

    Variabel ini diukur dengan menggunakan indikator pengukuran kinerja staf

    didalam organisasi secara keseluruhan dan pengukuran kinerja staf pada unit-unit

    organisasi yang diteliti.

    2.8.3. Sistem Penghargaan

    Variabel ini berkaitan dengan sistem kompensasi yang ada dalam

    perusahaan. Sistem kompensasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

    pemberian kompensasi kepada manajer, yang terdiri atas (1) pembayaran tetap

    saja dan (2) pembayaran tetap ditambah variabel yang jumlahnya ditentukan

    berdasarkan kinerja manajer (performance contingent rewards). Responden

    diminta untuk menyatakan sistem kompensasi yang berlaku.

  • 40

    Variabel ini diukur dengan instrumen yang dikembangkan oleh Ittner dan

    Larcker (1995) dan digunakan juga dalam penelitian Sim dan Killough (1998).

    Selain itu responden juga diminta untuk memilih salah satu alternative sistem

    penghargaan dari (1) hanya gaji tetap saja, (2) gaji tetap ditambah penghargaan

    non keuangan atau keuangan, (3) gaji tetap ditambah penghargaan non keuangan

    dan keuangan, (4) gaji tetap ditambah insetif individual, dan (5) gaji tetap

    ditambah insetif kelompok. Variabel ini diukur dengan skala interval 5 poin, yaitu

    dari poin 1 (sangat tidak puas) yang menunjukan sistem penghargaan yang rendah

    sampai dengan poin 5 (sangat puas) yang menunjukan sistem penghargaan yang

    tinggi.

    2.8.4. Kepuasan Kerja

    Kepuasan kerja disini diukur dari keseluruhan perasaan individu mengenai

    pekerjaannya yang terdiri dari 10 item pertanyaan yang mendapat kepuasan atas 5

    aspek pekerjaan yang dikembangkan oleh Judge (1993), Luthans (1998),

    McNesse-Smith (1996), dan Kirkman dan Shapiro (2001), yang meliputi :

    1) Rekan kerja

    2) Gaji/upah

    3) Kemempuan atasan

    4) Pekerjaan itu sendiri

    5) Kesempatan untuk maju/berkembang

    Kepuasan kerja dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala

    likert. Skala likert merupakan metode yang mengukur sikap dengan menyatakan

  • 41

    setuju atau ke-tidaksetujuannya terhadap subjek, objek atau kejadian tertentu.

    Dengan angka 1 menunjukan sangat tidak setuju sampai dengan angka 7

    menunjukan sangat setuju.

    2.8.5. Kinerja Manajerial

    Kinerja manajerial yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kinerja

    para individu dalam kegiatan-kegiatan manajerial diukur dengan menggunakan

    instrumen self rating (pengukuran kinerja sendiri) yang dikembangkan oleh

    Mahoney et al. (1963). Penggunaan self rating dipilih dengan alasan untuk

    menghindari kemungkinan pengukuran kinerja yang tidak representatif. Dalam

    instrumen ini setiap responden diminta untuk mengukur sendiri kinerjanya dengan

    memilih skala satu sampai dengan tujuh. Kinerja manajerial yang diukur meliputi

    delapan dimensi, yaitu perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi,

    pengawasan, pengaturan staf, negosiasi, dan representatif serta satu dimensi

    pengukuran kinerja manajer secara keseluruhan. Skala kinerja terdiri dari satu (1)

    untuk kinerja dibawah rata-rata, sampai dengan tujuh (7) untuk kinerja diatas rata-

    rata.

  • 42

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah perusahaan-

    perusahaan manufaktur berskala besar di Semarang yang menerapkan praktik

    pemanufakturan Total Quality Management (TQM) yang tercatat dalam data BPS

    (Biro Pusat Statistik) tahun 2002. Perusahaan-perusahaan manufaktur yang mau

    berpatisipasi dalam penelitian ini dapat dilihat dalam lampiran 1.

    3.2. Populasi dan Sampel Penelitian

    3.2.1. Populasi Penelitian

    Populasi (population) adalah sekelompok orang, kejadian, atau segala

    sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

    dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Indriantoro dan Supomo,

    1999:115).

    Adapun populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah para manajer dari

    seluruh level/tingkatan manajemen, yang terdiri dari manajer tingkat atas, manajer

    tingkat menengah dan manajer tingkat bawah yang bekerja pada perusahaan

    manufaktur berskala besar di Semarang yang menerapkan praktek

    pemanufakturan Total Quality Management (TQM). Populasi ini dipilih dengan

    pertimbangan bahwa hanya perusahaan manufaktur saja yang melaksanakan

    proses produksi dan di Indonesia khususnya di Semarang hanya perusahaan

  • 43

    manufaktur berskala besar yang menerapkan Total Quality Management (TQM).

    Menurut BPS (Biro Pusat Statistik) tahun 2002, perusahaan berskala besar adalah

    perusahaan dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Jumlah perusahaan

    manufaktur berskala besar di Semarang sebanyak 135 buah. Dari perusahaan

    tersebut yang menerapkan Total Quality Management (TQM) hanya 59

    perusahaan.

    3.2.2. Teknik Sampling

    Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

    judgment sampling. Judgment sampling merupakan tipe pemilihan secara tidak

    acak yang informasinya dapat diperoleh dengan menggunakan pertimbangan

    tertentu (umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian)

    (Indriantoro dan Supomo, 1999:131).

    Dari 59 perusahaan yang menerapkan Total Quality Management (TQM)

    tersebut yang mau berpatisipasi dalam pengisian kuesioner hanya 25 perusahaan

    sebagai unit pemilihan sampel. Dalam penelitian ini, peneliti menyebarkan

    kuesioner kepada 25 perusahaan secara tidak acak kepada manajer-manajer dari

    seluruh level/tingkatan manajemen, yang terdiri dari manajer tingkat atas, manjer

    tingkat menengah dan manajer tingkat bawah yang bekerja pada perusahaan

    manufaktur berskala besar di Semarang. Pemberian kuesioner pada 25 perusahaan

    tersebut berbeda-beda disesuaikan dengan permintaan responden dan juga

    memperhitungkan jumlah manajer tingkat atas, manajer tingkat menengah dan

    manajer tingkat bawah yang bekerja pada perusahaan yang diteliti.

  • 44

    Tahap-tahap yang dilakukan oleh peneliti didalam pemilihan perusahaan

    yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2.1 berikut :

    TABEL 3.2.1 Tahap-tahap Pemilihan Perusahaan Yang Akan Diteliti

    Tahap-tahap Jumlah Perusahaan manufaktur berskala besar di Semarang dan terdaftar di Direktori Industri BPS 2002

    135

    Perusahaan yang tidak bisa dihubungi karena alamat dan nomor telepon yang tidak diketahui

    13

    Perusahaan yang diketahui nomor telepon dan alamatnya 122

    Perusahaan yang sudah dihubungi tetapi tidak menerapkan teknik Total Quality Management (TQM)

    63

    Perusahaan yang sudah dihubungi dan menerapkan teknik Total Quality Management (TQM)

    59

    Perusahaan yang menerapkan teknik Total Quality Management (TQM) tetapi tidak mau berpatisipasi dalam pengisian kuesioner

    34

    Perusahaan yang menerapkan teknik Total Quality Management (TQM) dan mau berpatisipasi dalam pengisian kuesioner

    25

    Dalam penelitian ini, peneliti menyebarkan kuesioner sebanyak 170

    kuesioner secara tidak acak kepada perusahaan-perusahaan manufaktur berskala

    besar di Semarang yang menerapkan Total Quality Management (TQM). Dari 170

    kuesioner ini kemudian disebar kepada manajer-manajer dari seluruh

    level/tingkatan manajemen, yang terdiri dari manajer tingkat atas, manajer tingkat

    menengah, dan manajer tingkat bawah sebagai responden yang bekerja di 25

    perusahaan yang dipilih secara tidak acak. Pemberian kuesioner pada 25

    perusahaan tersebut berbeda-beda, karena disesuaikan dengan permintaan

    responden dan juga memperhatikan jumlah manajer tingkat atas, manajer tingkat

    menengah dan manajer tingkat bawah yang bekerja pada perusahaan yang diteliti.

  • 45

    Dari 25 perusahaan tersebut yang mengembalikan kuesioner hanya 18

    perusahaan dan kuesioner yang terkumpul 105 kuesioner dengan respon rate

    61.76%. Daftar pengiriman dan pengembalian kuesioner pada masing-masing

    perusahaan dapat dilihat pada tabel 3.2.2. Dari 105 kuesioner yang terkumpul

    hanya 101 kuesioner yang dapat dianalisis lebih lanjut, sedangkan 4 kuesioner

    yang lain tidak dapat dianalisis lebih lanjut, dikarenakan pengisian data yang

    kurang lengkap.

    TABEL 3.2.2 Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner

    No. Nama Perusahaan Dikirim Kembali

    1. PT. Phapros 10 0

    2. PT. Semarang Makmur 5 0

    3. PT. Kimia Farma 6 1

    4. PT. Itrasal 6 4

    5. PT. Sinar Panja Djaja 8 4 6. PT. Sakatinta 5 3

    7. PT. Jamu Jago 10 10

    8. PT. Sentral Abadi Murni Mineral 5 5

    9. PT. Degepharm 8 7

    10. PT. Jamu Borubudur 6 0

    11. PT. Budi Adyanugra Farma 5 3

    12. PT. Nyonya Meneer 10 10

    13. PT. Sakafarma 6 5

    14. PT. Rukun 6 6

    15. PT. Proskhar Pertiwi 6 5

    16. PT. Holi Karya Sakti 8 0

    17. PT. Sido Muncul 10 10

    18. PT. Bugangan Baru Industri Metal 5 5

    19. PT. Sai Apparel Industri 8 0

    20. PT. Central Protein Prima 6 6

    21. PT. Simoplast 5 0

    22. PT. Nufarindo 6 0

  • 46

    23. PT. Charoen Pokhpand Jaya Farm 8 5

    24. PT. Leo Agung Jaya 6 6

    25. PT. Jamu Indonesia Simona 6 6

    TOTAL 170 101 Sumber : Data primer yang diolah, 2005.

    3.2.3. Jenis Data Yang Digunakan

    Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer

    merupakan data penelitian yang dipilih secara langsung dari sunber asli tidak

    melalui media perantara, secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk

    menjawab pertanyaan penelitian (Indriantoro dan Supomo, 1999:146).

    Data primer ini diperoleh dari jawaban-jawaban kuesioner yang dibagikan

    kepada para responden. Responden yang dimaksud adalah manajer-manajer dari

    seluruh level/tingkatan manajemen dan para karyawan pada perusahaan

    manufaktur berskala besar di Semarang yang telah menerapkan Total Quality

    Management (TQM).

    3.3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah metode

    kuesioner. Kuesioner adalah satu set pertanyaan yang tersusun secara sistematis,

    sehingga pertanyaan yang sama dapat diajukan terhadap setiap responden

    (Supranto, 2000). Teknik ini memberikan tanggung jawab kepada responden

    untuk membaca dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan (Indriantoro

    dan Supomo, 1999:154). Peneliti menyebarkan kuesioner secara langsung ke

    perusahaan-perusahaan manufaktur berskala besar di Semarang yang telah

    menerapkan Total Quality Management (TQM).

  • 47

    3.4. Pengujian Validitas dan Reliabilitas

    3.4.1. Uji Validitas

    Validitas data penelitian ditentukan oleh proses pengukuran yang akurat

    (Indriantoro dan Supomo, 1999:181). Uji validitas digunakan untuk menunjukan

    sejauh mana suatu alat pengukuran itu dapat mengukur apa yang ingin diukur.

    Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila instrument

    tersebut menjalankan fungsi ukurnya/memberikan hasil ukur yang sesuai dengan

    maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 1992:55). Dalam uji validitas

    ini menggunakan Product Moment dari Karl Person.

    Rumus yang digunakan, yaitu :

    ( )[ ] ( )[ ]2222)()(

    YYnXXn

    YXXYnr

    =

    Keterangan :

    r = koefisien korelasi

    X = tingkat skor indikator yang diuji

    Y = total skor indicator

    n = jumlah sampel

    Kriteria pengujian validitas penelitian :

    1. Jika hitung > tabel , maka pengujian tersebut valid.

    2. Jika hitung < tabel , maka pengujian tersebut tidak valid.

    Pertanyaan kuesioner dikatakan valid apabila r hitung lebih besar dari r tabel

    (0.195), yang diperlihatkan dari tabel nilai Product Moment dengan jumlah

    populasi (N) = 101 dan taraf signifikansi ( )= 0.05 = 5%. Koefisien validitas

  • 48

    dicari dengan mengkorelasikan skor yang diperoleh pada setiap item dengan skor

    total dari masing-masing atribut dengan menggunakan bantuan program SPSS

    (Statistical Package For Social Science).

    Hasil pengujian validitas terhadap kelima variabel penelitian tersebut dapat

    dilihat dalam tabel 3.4.1.

    TABEL 3.4.1 Hasil Pengujian Validitas Total Quality Management (TQM), Sistem Pengukuran Kinerja, Sistem Penghargaan, Kepuasan Kerja dan Kinerja Manajerial

    Indikator r hitung r tabel Keterangan

    Total Quality Management (TQM) ( 1 )

    Usaha peningkatan kualitas proses 0.573 0.195 Valid

    Usaha peningkatan kualitas input 0.702 0.195 Valid

    Usaha peningkatan kualitas output 0.587 0.195 Valid

    Sistem Pengukuran Kinerja ( 2 )

    Pengukuran kinerja diseluruh organisasi 0.597 0.195 Valid Pengukuran kinerja diunit-unit organisasi 0.597 0.195 Valid Sistem Penghargaan ( 3 )

    Imbalan dibandingkan dengan beban kerja 0.699 0.195 Valid Imbalan berdasarkan prestasi kerja 0.697 0.195 Valid Imbalan berdasarkan prestasi kelompok 0.606 0.195 Valid

    Penghargaan/pujian dari atasan 0.400 0.195 Valid Kesempatan untuk belajar, tumbuh dan berkembang 0.562 0.195 Valid Kesempatan untuk dipromosikan 0.608 0.195 Valid

    Kesempatan untuk rotasi kerja 0.499 0.195 Valid Cara atasan menangani bawahan 0.384 0.195 Valid

    Kemampuan atasan membuat keputusan 0.548 0.195 Valid

    Bimbingan dari atasan 0.418 0.195 Valid

    Kepribadian atasan secara umum 0.373 0.195 Valid

    Kesempatan untuk memberikan masukan kepada atasan 0.426 0.195 Valid

    Kecekatan rekan kerja dalam menyelesaikan tugas 0.431 0.195 Valid Hubungan antara sesama rekan 0.509 0.195 Valid

    Kreativitas dan inisiatif rekan kerja dalam menyelesaikan tugas 0.385 0.195 Valid

  • 49

    Loyalitas rekan kerja 0.337 0.195 Valid Sistem penghargaan yang diterima 0.256 0.195 Valid

    Kepuasan Kerja ( 4 )

    Rekan kerja yang menyenangkan dan saling membantu 0.635 0.195 Valid Rekan kerja bisa diandalkan 0.577 0.195 Valid Gaji sesuai dengan hasil kerja 0.618 0.195 Valid Gaji diorganisasi ini lebih tinggi dibandingkan dengan organisasi lain

    0.650 0.195 Valid

    Atasan secara berkala meminta pendapat 0.456 0.195 Valid

    Mendapat tugas yang sesuai satu sama lain 0.421 0.195 Valid

    Pekerjaannya dapat untuk mengembangkan diri 0.587 0.195 Valid Puas dengan pekerjaannya 0.671 0.195 Valid Organisasi ini memberi kesempatan kepada pegawai untuk maju

    0.726 0.195 Valid

    Organisasi ini selalu melakukan program pelatihan dan pengembangan

    0.585 0.195 Valid

    Kinerja Manajerial (Y) Kinerja perencanaan 0.598 0.195 Valid Kinerja investigasi 0.729 0.195 Valid Kinerja pengkoordinasian 0.666 0.195 Valid Kinerja evaluasi 0.538 0.195 Valid Kinerja pengawasan 0.501 0.195 Valid Kinerja pemilihan staf 0.505 0.195 Valid Kinerja negosiasi 0.470 0.195 Valid Kinerja perwakilan 0.453 0.195 Valid Kinerja secara menyeluruh 0.739 0.195 Valid Sumber : Data primer yang diolah, 2005.

    Dari hasil pengujian validitas yang ditunjukan pada tabel 3.4.1 menunjukan

    nilai r hitung untuk semua variabel penelitian, yaitu Total Quality Management

    (TQM), sistem pengukuran kinerja, sistem penghargaan, kepuasan kerja dan

    kinerja manajerial semuanya lebih besar dari r tabel. Hasil tersebut menunjukan

    bahwa item kuesioner dalam penelitian ini valid.

  • 50

    3.4.2. Uji Reliabilitas

    Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat

    pengukur dapat dipercaya/diandalkan. Cara menghitung tingkat reliabilitas suatu

    data yaitu menggunakan rumus Crobachs alpha.

    Rumus :

    ( )rKrK

    11.

    +=

    Keterangan : = koefisien reliabilitas

    K = jumlah item valid

    r = rata-rata korelasi antar item

    Kriteria pengujian reliabilitas penelitian :

    1) Apabila nilai < 0.60, maka kuesioner tersebut tidak reliabel.

    2) Apabila nilai > 0.60, maka kuesioner tersebut sangat reliabel.

    Pengujian reliabilitas menunjukan pada derajat konsistensi suatu alat ukur,

    yang pada prinsipnya menunjukan sejauh mana penelitian itu dapat memberikan

    hasil yang relative tidak berbeda diterapkan berulang kali pada kesempatan yang

    berlainan. Hasil pengujian reliabilitas terhadap kelima variabel penelitian

    terangkum dalam tabel 3.4.2.

    TABEL 3.4.2 Hasil Pengujian Reliabilitas

    Variabel Alpha Keterangan Total Quality Management (TQM) ( 1 ) 0.780 Reliabel Sistem pengukuran kinerja ( 2 ) 0.742 Reliabel Sistem penghargaan ( 3 ) 0.855 Reliabel Kepuasan kerja ( 4 ) 0.870 Reliabel Kinerja manajerial (Y) 0.851 Reliabel Sumber : Data primer yang diolah, 2005.

  • 51

    Tabel 3.4.2 menunjukan nilai alpha ( ) untuk semua variabel penelitian

    yaitu Total Quality Management (TQM), sistem pengukuran kinerja, sistem

    penghragaan, kepuasan kerja dan kinerja manajerial, semuanya lebih dari 0.60.

    Hasil tersebut membuktikan bahwa kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini

    reliabel.

    3.5. Teknik Analisis Data

    3.5.1. Analisis Regresi Linier Sederhana

    Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui apakah

    penerapan teknik pemanufakturan Total Quality Management (TQM) pada

    perusahaan manufaktur berskala besar di Semarang memiliki pengaruh positif,

    yang dapat dilihat dari nilai yang lebih besar dari 0 dan pengaruh yang

    signifikan, yang dapat dilihat dari nilai signifikansi t yang lebih kecil dari 0.05.

    Model regresi linier sederhana yang digunakan untuk menguji hipotesis

    yang diajukan adalah :

    1 = + 11

    3.5.2. Analisis Regresi Linier Berganda

    Dalam penelitian ini, hipotesis diuji dengan menggunakan pendekatan

    regresi linier berganda, identik dengan model yang digunakan dalam penelitian

    Sim dan Killough (1998). Pendekatan regresi linier berganda digunakan dengan

    alasan bahwa metode ini dapat digunakan sebagai model prediksi terhadap satu

    variabel dependen dan beberapa variabel independen.

  • 52

    Model regresi linier berganda yang digunakan untuk menguji hipotesis yang

    diajukan adalah :

    e

    e

    e

    ++++=++++=++++=

    41744114

    31633113

    21522112

    Keterangan :

    Y = kinerja manjerial

    = konstanta

    1 = Total Quality Management (TQM)

    2 = sistem pengukuran kinerja

    3 = sistem penghargaan

    4 = kepuasan kerja

    21 = interaksi antara Total Quality Management (TQM) dan sistem pengukuran

    kinerja.

    31 = interaksi antara Total Quality Management (TQM) dan sistem

    penghargaan.

    41 = interaksi antara Total Quality Management (TQM) dan kepuasan kerja

    1 = koefisien regresi 1 (TQM)

    2 = koefisien regresi 2 (sistem pengukuran kinerja)

    3 = koefisien regresi 3 (sistem penghargaan)

    4 = koefisien regresi 4 (kepuasan kerja)

    5 = koefisien regresi interaksi antara 1 dan 2

  • 53

    6 = koefisien regresi interaksi antara 1 dan 3

    7 = koefisien regresi interaksi antara 1 dan 4

    e = error regresi

    3.5.3. Uji Hipotesis ( 321 ,, dan 4 )

    Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel

    independen secara simultan dapat berpengaruh terhadap variabel dependen.

    Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut (Mulyono, 1991:225) :

    1. Perumusan Hipotesis

    0:1 = o ; tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dalam

    penerapan Total Quality Management (TQM) terhadap kinerja

    manajerial.

    0:1 a ; terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dalam penerapan

    Total Quality Management (TQM) terhadap kinerja manajerial.

    0:2 = o ; tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dalam

    interaksi antara Total Quality Management (TQM) dan sistem

    pengukuran kinerja terhadap kinerja manajerial.

    0:2 a ; terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dalam interaksi

    antara Total Quality Management (TQM) dan sistem pengukuran

    kinerja terhadap kinerja manajerial.

  • 54

    0:3 = o ; tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dalam

    interaksi antara Total Quality Management (TQM) dan sistem

    penghargaan terhadap kinerja manajerial.

    0:3 a ; terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dalam interaksi

    antara Total Quality Management (TQM) dan sistem

    penghargaan terhadap kinerja manajerial.

    0:4 = o ; tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dalam

    interaksi antara Total Quality Management (TQM) dan kepuasan

    kerja terhadap kinerja manajerial.

    0:4 a ; terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dalam interaksi

    antara Total Quality Management (TQM) dan kepuasan kerja

    terhadap kinerja manajerial.

    2. Penentuan taraf signifikansi ( ), yaitu sebesar 5%

    3. Kriteria pengujian :

    Signifikansi t < 0.05, maka o ditolak dan a diterima.

    Signifikansi t > 0.05, maka o diterima dan a ditolak.

    4. Kesimpulan : dengan memperhatikan kriteria yang telah diterapkan, maka akan

    diputuskan apakah a ditolak/diterima atau sebaliknya.

  • 55

    3.5.4. Koefisien Determinasi (Adjusted R 2 )

    Koefisien determinasi adalah suatu alat utama untuk mengetahui seberapa

    besar tingkat hubungan antara variabel X dan variabel Y. Besarnya pengaruh

    variabel independen terhadap variabel dependen untuk model regresi diatas

    digunakan adjusted R 2 . Digunakannya adjusted R 2 karena adanya kelemahan

    mendasar pada koefisien determinasi. Kelemahan tersebut adalah bias terhadap

    jumlah variabel independent yang masuk dalam model. Setiap tambahan satu

    varibel independent maka pasti koefisien determinasi (R 2 ) meningkat tidak peduli

    apakah variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau

    tidak (Ghozali, 2001:45). Nilai koefisien determinasi menunjukan persentase

    variasi yang dapat dijelaskan oleh persamaan regresi yang dihasilkan. Adjusted

    R 2 ditunjukan dengan hasil regresi linier berganda untuk melihat besarnya

    pengaruh yang berpengaruh pada hipotesis.

  • 56

    BAB IV

    HASIL DAN ANALISIS

    4.1. Gambaran Umum Responden

    Responden dalam penelitian ini berjumlah 105 responden, dari jumlah

    tersebut 4 diantaranya tidak menjawab dan tidak menyertakan data secara

    lengkap. Hal ini berarti bahwa terdapat 61.76% respon rate dari responden.

    Berdasarkan data yang diperoleh 44.55% responden adalah wanita dan 55.45%

    responden adalah pria. Hal ini berarti posisi manajer pada perusahaan manufaktur

    berskala besar di Semarang yang diteliti masih didomosili oleh pria. Kisaran usia

    responden dalam penelitian ini antara 26 57 tahun. Pengelompokan responden

    secara rinci dapat dilihat dalam tabel 4.1.1 :

    TABEL 4.1.1 Deskripsi Responden

    Jenis Kelamin Pria Wanita

    TOTAL

    %

    %

    % Umur

    26-29 6 10.7% 14 31.1% 20 19.8% 30-33 7 12.5% 6 13.3% 13 13.0% 34-37 8 14.3% 14 31.1% 22 21.8% 38-41 11 19.6% 7 15.6% 18 17.8% 42-45 7 12.5% 3 6.7% 10 10.0% 46-49 12 21.4% 1 2.2% 13 13.0% 50-53 3 5.4% 0 0% 3 3.0% 54-57 2 3.6% 0 0% 2 2.0%

    Total 56 100.0% 45 100.0% 101 100.0% Penglaman Menjadi Manajer

    5 th 49 87.5% 27 60.0% 76 75.2%

    Total 56 100.0% 45 100.0% 101 100.0% Kedudukan/jabatan Manajer Tk. Atas 18 32.1% 5 11.1% 23 22.8% Manajer Tk. Menengah 34 60.7% 34 75.6% 68 67.4% Manajer Tk. Bawah 4 71.7% 6 13.3% 10 10.0% Total 56 100.0% 45 100.0% 101 100.0%

  • 57

    Sumber : Data primer yang diolah, 2005. Dari tabel 4.1.1 dapat dilihat pengelompokan responden berdasarkan usia,

    diperoleh dari hasil bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini berusia

    34-37 tahun, yaitu sebanyak 21.8%. Untuk pengelompokan responden dilihat dari

    pengalaman kerjanya dapat diperoleh bahwa seb