repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi ibu lily...akhlak mulia...

37
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia lahir menjadi bangsa yang merdeka tanggal 17 Agustus 1945.Tonggak sejarah bangsa adalah aspek pendidikan. Pendidikan ibarat rahim di dalamnya ada gen dengan komposisi yang rapi dan mempunyai kemampuan. Pendidikan merupakan iklim yang memenuhi persyaratan untuk mempertahankan dan mengembangkan semua potensi, yang dibutuhkan oleh setiap individu dan masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya motivasi dalam upaya menggali potensi, menentukan arah dan membuat perencanaan yang baik dalam pengembangan pendidikan. Muhaimin menyatakan; Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk membentuk generasi yang siap mengganti tongkat estafet generasi tua dalam rangka membangun masa depan. Karena itu pendidikan berperan mensosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar mampu mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamis (Muhaimin, 1991: 9). Berdasarkan kutipan di atas, pendidikan adalah kebutuhan manusia atau kebutuhan pribadi seseorang, dan tidak dapat digantikan oleh yang lain, karena pendidikan adalah kebutuhan setiap individu untuk mengembangkan kualitas, potensi dan bakat yang terkandung dalam diri manusia. Maka pendidikan membentuk manusia dari tidak tahu menjadi tahu, intinya pendidikan membentuk tubuh untuk lebih sempurna secara spiritual. Oleh karena itu diperlukan pendidikan akhlak dan pendidikan karakter. Dalam mensosialisasikan akhlak dan pendidikan karakter, hendaklah diaplikasikan pada setiap jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah sampai pendidikan tinggi. Semua tingkat pendidikan merumuskan visi dan misi masing-masing, tentang pendidikan akhlak dan pendidikan karakter. Agar akhlak setiap muslim menjadi baik, maka harusmencontoh teladan Rasulullah. Karena pada diri Rasulullah terdapat seluruh keluhuran akhlak. Allah berfirman:

Upload: others

Post on 15-Nov-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia lahir menjadi bangsa yang merdeka tanggal 17

Agustus 1945.Tonggak sejarah bangsa adalah aspek pendidikan.

Pendidikan ibarat rahim di dalamnya ada gen dengan komposisi yang

rapi dan mempunyai kemampuan. Pendidikan merupakan iklim yang

memenuhi persyaratan untuk mempertahankan dan mengembangkan

semua potensi, yang dibutuhkan oleh setiap individu dan masyarakat.

Oleh karena itu perlu adanya motivasi dalam upaya menggali potensi,

menentukan arah dan membuat perencanaan yang baik dalam

pengembangan pendidikan. Muhaimin menyatakan; Pendidikan

merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk membentuk

generasi yang siap mengganti tongkat estafet generasi tua dalam rangka

membangun masa depan. Karena itu pendidikan berperan

mensosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar mampu

mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamis (Muhaimin, 1991: 9).

Berdasarkan kutipan di atas, pendidikan adalah kebutuhan

manusia atau kebutuhan pribadi seseorang, dan tidak dapat digantikan

oleh yang lain, karena pendidikan adalah kebutuhan setiap individu

untuk mengembangkan kualitas, potensi dan bakat yang terkandung

dalam diri manusia. Maka pendidikan membentuk manusia dari tidak

tahu menjadi tahu, intinya pendidikan membentuk tubuh untuk lebih

sempurna secara spiritual. Oleh karena itu diperlukan pendidikan

akhlak dan pendidikan karakter. Dalam mensosialisasikan akhlak dan

pendidikan karakter, hendaklah diaplikasikan pada setiap jenjang

pendidikan mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah sampai

pendidikan tinggi. Semua tingkat pendidikan merumuskan visi dan misi

masing-masing, tentang pendidikan akhlak dan pendidikan karakter.

Agar akhlak setiap muslim menjadi baik, maka harusmencontoh teladan

Rasulullah. Karena pada diri Rasulullah terdapat seluruh keluhuran

akhlak. Allah berfirman:

Page 2: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

2

Artinya: Sungguh, Rasulullah Utusan Allah sudah menjadi contoh yang

baik untuk Anda, yaitu, bagi mereka yang berharap untuk

rahmat Allah, dan pada kedatangan Hari Pengadilan, ia

memanggil banyak nama Allah (Q.S. Al-Ahzab/33:21).

Imam Al-Ghazali menyatakan, Akhlak adalah sifat yang tertanam

dalam jiwa (manusia), yang dapat melahirkan suatu tindakan yang

mudah dilakukan; tanpa melalui niat untuk berpikir (lebih lama). Jadi

jika karakteristik ini melahirkan tindakan terpuji sesuai dengan

ketentuan rasio dan norma agama, itu disebut akhlak yang baik. Tetapi

ketika dia melahirkan tindakan buruk, itu disebut akhlak yang tidak

baik (Al-Ghazali: Ihya ‘Ulumiddin, Juz III).

Dalam Al-Quran Allah memuji Rasullah, surat Al-Qolam ayat 4:

Artinya: “Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang

agung” (Al-Qolam ayat 4)

Dari penjelasan di atas, bahwa sifat yang terdapat dalam jiwa

manusia untuk menentukan akhlak baik atau buruk suatu perbuatan

manusia, sifat yang memancarkan perbuatan manusia bersumber dari

dalam diri manusia, sudah dibentuk dari dalam kandungan. Berarti jika

perbuatan orang tuanya baik, maka mudah-mudahan anaknya akan baik,

sebaliknya kalau perbuatan orang tuanya tidak baik, maka anaknya pun

tidak baik. Prilaku orang tua dan pemberian teladan, berupa contoh

perbuatan baik yang dibiasakan sejak dari dalam rahim ibu dan

pembiasaan yang dibiasakan setiap hari, maka akan sangat berimbas

kepada anaknya. Teladan dan pembiasaan yang baik mempermudah

dalam mengatur dan menentukan akhlak mulia untuk setiap anak.

Dengan usaha yang dilaksanakan oleh orang tua tersebut, berarti sangat

memberi kontribusi yang besar dan berperan dalam menciptakan

sumber daya manusia yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain,

baik untuk keluarga maupun untuk lingkungan dimanapun seseorang itu

berada(Imam Al-Ghazali: Ihya ‘Ulumiddin, Juz III).

Page 3: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

3

Seperti yang dinyatakan Imam Al-Ghazali perkembangan usia

anak penting untukdiperhatikan dan dibantu untuk mencapai

perkembangan yang sempurna. Pada usia anak-anak hingga 14 tahun,

anak-anak membutuhkan lebih banyak waktu untuk bermain. Jadi jika

anak merasa lelah dengan pelajaran teori, guru harus mengakhiri materi,

dan meluangkan waktu untuk bermain. Bermain bagi anak-anak adalah

kegiatan paling penting untuk memacu kecerdasan anak, karena melalui

bermain kreativitas anak dapat tumbuh dan berkembang. Jika dorongan

(gharizah) dihentikan, maka kreativitas anak sulit untuk dikembangkan,

dan memiliki potensi untuk tumbuh menjadi orang yang merusak

(destruktif) (AlGhazali,1994: 58).

Maksud dari kutipan di atas, untuk memperoleh perkembangan

anak yang baik hendaknya dalam pembelajaran diperhatikan usia anak.

Anak-anak butuh banyak bermain, dalam belajar anak-anak harus

dilatih menggunakan waktu belajar secara efektif dan efisien. Pada

dasarnya anak tidak perlu belajar terus menerus, melainkan perlu diberi

petunjuk untuk menggunakan waktu belajar yang diimbangi dengan

waktu untuk bermain, dengan petunjuk penggunaan waktu belajar yang

efektif dan kontinyu. Misalnya pulang sekolah bermain, selanjutnya

istirahat siang, dan memenuhi kebutuhan pribadi, setelah itu siswa baru

mengulangi pelajaran. Sehingga di sekolah siswa dapat belajar dengan

sungguh hati. Kalau siswa bermainnya cukup dan merasa puas, maka di

sekolah dia tidak akan bermain pada waktu belajar (Imam Al-

Ghazali,1994: 58).

Seperti yang dinyatakan Imam Al-Ghazali, guru harus memiliki

belas kasihan kepada siswa, dan memperlakukan siswa dengan lembut

seperti mereka memperlakukan anak-anak mereka sendiri. Guru juga

harus jujur kepada siswa, seperti realisasi sikap mental orang yang

berpengetahuan (‘alim). Dengan sikap yang baik dari guru berarti guru

sudah memberikan teladan dan pembiasaan akhlak mulia dan

menanamkan karakter bagi siswa (Imam Al-Ghazali,1994:50).

Dalam mengajar guru tidak boleh membedakan para siswa, berarti

tidak ada pengecualian. Untuk siswa yang cepat memahami pelajaran

diberikan latihan pengayaan, dan untuk yang cendrung lambat

memahami pelajaran diberikan remidial. Proses pembelajaran antara

guru dan siswa harus diciptakan suasana yang kondusif, maksudnya

kedua pihak merasa saling membutuhkan sehingga tujuan yang telah

Page 4: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

4

dirumuskan dapat tercapai. Siswa merasa terpenuhi kebutuhannya untuk

mencapai cita-cita yang diinginkan masing-masing. Antara guru dan

siswa, harus dapat menjalin komunikasi yang dapat menunjang

keberhasilan peroses pendidikan yang maksimal.

Berdasarkan sifat yang jujur dan keikhlasan keduanya dapat

memperoleh hasil yang maksimal.Guru dan siswa merupakan dua unsur

yang sangat menunjang keberahasilan peroses pendidikan, dan sangat

dibutuhkan untuk pembangunan suatu negara. Menurut pendapat Imam

Al-Ghazali bahwa: Seorang yang alim harus berkomitmen pada

ilmunya, bertindak sesuai dengan ilmunya. Orang yang saleh juga harus

dapat menimbulkan motivasi tinggi untuk orang lain, sehingga mereka

memiliki antusiasme yang tinggi untuk belajar. Tidak ada prestise untuk

mengatakan tidak tahu, jika dia tidak tahu. Tidak mengatakan

kebenaran kepada orang-orang yang diyakini tidak memiliki

kemampuan untuk memahami dan mempraktikkan kebenaran, seperti

kebenaran konseptual dalam kasus ilmu alam. Orang yang saleh juga

harus menjadi pendengar yang baik, sehingga ia bisa menghargai

pendapat orang lain dan bersedia menerima argumen yang benar,

bahkan jika hal itu berasal dari lawan yang berdebat (Imam Al-Ghazali,

1994: 152).

Dari uraian yang dikemukakan Imam Al-Ghazali, bahwa seorang

yang berilmu lebih mengutamakan kejujuran dalam melaksanakan

tugas. Dengan kejujuran pekerjaan yang dikerjakanakan dapat

dilaksanakan dengan baik dan benar. Dalam melaksanakan tugasnya

orang yang berilmu, sangat membutuhkan informasi dari orang lain

yang sangat berguna untuk meningkatkan kualitas pekerjaan. Orang

yang berilmu hendaknya melakukan pekerjaan sesuai dengan ilmu yang

dimilikinya. Untuk mendapatkan hasil kerja yang maksimal, dalam

melaksanakan tugas orang yang berilmu itu harus bersedia menerima

kritikan dan perbaikan dari orang lain. Orang yang berilmu

pengetahuan, dalam melaksanakan tugas mempunyai cara yang

mudah. Berdasarkan ilmu yang telah dipahami pekerjaan dapat

dilaksankan secara efektif dan efisien. Sehingga hasil yang diperoleh

lebih berkualitas dan berkuantitas. Dengan demikian orang yang

berilmu mempunyai derajat yang lebih tinggi, yang dapat

menghantarkan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat. Allah Swt

Page 5: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

5

telah menjanjikan derajat orang yang berilmu dalam surat Mujadilah Q.

S 58 ayat 11;

Artinya: “Niscaya Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang

beriman diantaramu dan orang-orang berilmu pengetahuan

beberapa derajat”.

Dalam kitab Fatihatul Ulum, sebagaimana dikutip oleh

Nakosteen, Imam Al-Ghazali berpesan; agar guru tidak membiarkan

murid-muridnya bertingkah laku buruk. Dalam menegur murid, jangan

sampai mempermalukannya di hadapan orang banyak. Guru tidak

sepantasnya mencaci maki muridnya, karena akan meruntuhkan

mentalnya, dan justru dapat memprovokasi murid tersebut berlaku lebih

buruk. Guru juga hendaknya tidak membicarakan keburukan guru lain

kepada muridnya. Juga hendaknya menghindari mengajarkan seuatu

yang berada di luar kemampuan muridnya. Guru hendaknya

memberikan teladan yang baik kepada muridnya. Guru juga hendaknya

dapat membimbing muridnya agar memilih lingkungan pergaulan yang

baik, dan menghindari mereka dari teman-teman yang buruk, karena

lingkungan pergaulan yang buruk akan berdampak buruk pula bagi

murid. Sebaliknya lingkungan yang baik dapat membentuk akhlak dan

karkter yang baik bagi murid. Guru sangat berperanan penting dalam

membentuk akhlak dan karakter murid-muridnya (Mehdi

Nakosteen,1996: 127)

Page 6: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

6

Kutipan tersebut maksudnya, dalam mengajar hendaknya guru

dapat menimbulkan aspirasi dan motivasi siswa, supaya siswa

mencontoh tindakan terpuji dari gurunya, guru jangan pernah merasa

bosan mengajak siswa untuk berakhlak mulia. Pesan Imam Al-Ghazali

dalam kitab Fatihatul Ulum menyatakan guru harus mengajari para

siswa untuk bertingkah laku baik dan meninggalkan semua prilaku

buruk. Guru berkewajiban mengajak guru lain untuk berbuat baik

supaya menjadi teladan bagi siswa, dan dalam memberi pelajaran harus

disesuaikan dengan batas kemampuan siswa. Dalam mengajar, selain

akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa,

guru harus menguasai materi pelajaran, dapat mengatur pengelolaan

ruang kelas, dan dapat memacu semangat belajar bagi siswa.

Proses belajar mengajar dapat berhasil sesuai tujuan yang telah

dirumuskan, sehingga tujuan Pendidikan secara nasional dapat tercapai.

Di sekolah guru mendapat kepercayaan dari orang tua siswa, supaya

dapat memberikan ilmu pengetahuan kepada para siswa dan mendidik

tingkah laku mereka, dengan keikhlasan dan tanggung jawab. Oleh

karena itu guru harus mempunyai akhlak mulia dan karakter yang baik

(Mehdi Nakosteen,1996: 127). Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa

orang tua bertanggung jawab untuk mendidik anak-anak mereka dengan

baik. Di tangan mereka ada anak-anak yang tidak bersalah dan hati

nurani yang bersih, mereka tanggung jawab orang tua. Hatinya seperti

kaca yang siap memantulkan bayangan apa pun yang diletakkan di

depannya, dan meniru apa pun yang dilihatnya. Dia bisa menjadi warga

negara yang baik ketika dididik dengan benar, dan dia bisa

membahayakan orang lain jika dia berpendidikan rendah. Karena anak

adalah tanggung jawab orang tua atau wali untuk memperhatikan anak-

anaknya, maka orang tua akan berbagi dalam kebahagiaan atau

penderitaan sebagai buah dari perbuatan anakanak mereka. Anak-anak

yang didik dengan baik dan benar akan memberikan kepuasan bagi

orang tua dan dapat membawa kebahagiaan di dunia dan di akahirat

(Imam Al-Ghazali, 1994: 55).

Seperti yang dinyatakan Imam Al-Ghazali anak-anak untuk

mencapai akhlak mulia, orang tua sangat berperan aktif, karena anak-

anak memperoleh pendidikan yang pertama dan utama dari dalam

rumah tangga. Dalam Proses tumbuh kembang anak peran orang tua

sangat dibutuhkan, karena sejak dari dalam kandungan anak-anak telah

Page 7: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

7

mendapatkan imbasan perlakuan ibunya. Kalau ibunya biasa berprilaku

baik maka anaknya akan terbentuk untuk baik pula.

Kebaikan dan keburukan prilaku anak-anak merupakan tanggung

jawab orang tua, dari dunia sampai akhirat. Berdasarkan teladan dan

pembiasan orang tua, anakanak dapat mencontoh. Contoh yang baik

dan benar dari orang tua, membuat anak dapat melaksanakan semua

aktivitasnya dengan tenang dan berhasil dengan baik. Anak-anak

mudah untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan keluarga,

lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Dengan demikian

orang tua dapat berhasil mempertanggung jawabkan akhlak anak-

anaknya. Kerjasama orang tua dengan guru dapat meningkatkan

kualitas akhlak dan karkter yang baik bagi anak didik (Imam Al-

Ghazali, 1994: 55).

Imam Al-Ghazali menyatakan bahwa sistem pendidikan yang

menganut pola asrama, dikembangkan oleh pondok pesantren, dan

berkembang lebih lanjut menjadi boarding school. Sistem pendidikan

terpadu, dengan menyediakan semua jenjang pendidikan mulai dari

tingkat dasar hingga perguruan tinggi, adalah sistem yang

dikembangkan Imam AlGhazali di madrasah Nizhamiyyah Pondok

Pesantren yang telah mengembangkan Ma’had Aly, yang setara dengan

perguruan tinggi, yang meliputi jenjang S.1(Marhalah Ula),

S.2(Marhalah Wustha), dan S.3(Marhalah Ulya) (Tim PD Pontren,

2004: 51).

Sistem pendidikan di Indonesia ada yang menganut pola

pendidikan asrama. Sistem ini sudah dilaksanakan di pondok pesantren,

pendidikan berasrama memberikan kesempatan kepada siswa untuk

fokus dalam belajar. Di asrama dibuat jadwal dari mulai pagi sampai

malam sebelum tidur, bagi siswa yang mempunyai kemampuan untuk

tujuan belajar yang tinggi, dalam menyiapkan pencapaian cita-cita.

Belajar disekolah yang ada asramanya sangat tepat. Sistem pendidikan

terpadu diterapkan mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi,

terutama sekolah yang menerapkan pola asrama. Pendidikan akhlak

dapat dilaksanakan dengan pengawasan yang kontinyu, sesuai jadwal

yang diatur guru dan petugas yang di asrama. Guru mengatur dan

mengawasi siswa sesuai bidangnya masing-masing. Dengan demikian

sistem pendidikan berasrama mempunyai kontribusi yang besar dalam

Page 8: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

8

memberikan teladan, latihan dan pembiasaan untuk mempunyai akhlak

mulia dan karkter yang baik(Tim PD Pontren, 2004: 51).

Nakosteen menyatakan, Imam Al-Ghazali melalui Madrasah

Nizhamiyyah telah mengenalkan stratifikasi tenaga pendidik pada level

tertinggi, diduduki oleh chief professor (Syaikh al-Islam) yang

membawahi profesor (masyayikh), dibawahnya terdapat asisten

professor. Stratifikasi tersebut dikembangkan di Universitas yang besar

di seluruh dunia (Mehdi Nakosteen, 1996: 79).

Kontribusi pendidikan Islam dalam dunia pendidikan mempunyai

perananyang aktif, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.

Sampai sekarang pemikiran Imam Al-Ghazali masih relevan di

Indonesia, yang menekankan penguasaan materi pelajaran dengan

menghafal di tingkat dasar, dan pemahaman di tingkat berikutnya, yang

dapat memenuhi aspek kognitif. Selanjutnya, menekankan praktik

materi pelajaran, terutama yang berkaitan dengan ibadah, melalui

sistem riyadha/olahraga yang dapat memenuhi aspek psikomotorik.

Terakhir, menekankan apresiasi pelajaran dalam kehidupan seharihari,

melalui pemahaman akhlak, yang dapat memenuhi aspek afektif

pendidikan (Mehdi Nakosteen, 1996: 79).

Sebagaimana pendapat Imam Al-Ghazali yang senada dengan

pendapat Ibnu Miskawaih, teori Ibnu Miskawaih, Akhlak adalah

kondisi jiwa yang selalu mendorong (manusia) berbuat sesuatu, tanpa

ia memikirkan (terlalu lama) (Muhammad Yusuf Musa, 1963: 8).

Dalam teori Ibnu Miskawaih dinyatakan bahwa perubahan akhlak

tidak bersifat selamanya, namun harus dipelihara supaya tetap pada

akhlak mulia. Agar tidak mudah berubah menjadi akhlak yang tidak

baik. Setiap manusia harus berusaha dengan mematuhi perintah Allah

dan mempertahankan akhlaks serta dapat menjauhi larangannya. Untuk

dapat mengaplikasikan hal tersebut tentunya dengan ilmu. Ilmu untuk

dunia dan akhirat harus dipelajari secara terus menerus. Dengan ilmu

pengetahuan semua tindakan dapat dikendalikan, sehingga akhlak mulia

dapat dipelihara. Ada empat hal pokok dalam upaya pemeliharaan

kesehatan jiwa (akhlak mulia):

Page 9: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

9

a. Bergaul dengan orang-orang serupa, yang sama-sama pecinta

kebaikan, pengetahuan esensial dan ma'rifat yang sah, jauh dari

pecinta kesenangan buruk.

b. Ketika Anda telah mencapai tingkat ilmu tertentu, jangan

membanggakan (ujub) dengan pengetahuan Anda, tetapi harus terus

belajar karena pengetahuan tidak terbatas dan di atas semua yang

berpengetahuan ada pengetahuan yang lain, dan jangan malas untuk

mempraktikkan pengetahuan yang ada dan ajarkan itu kepada orang

lain.

c. Selalu sadar bahwa kesehatan mental adalah berkah yang berharga

dari Tuhan yang tidak pantas ditukar dengan orang lain.

d. Terus-menerus berusaha untuk menghinakan diri sendiri dengan

introspeksi serius, seperti melalui teman koreksi atau musuh, musuh

bahkan lebih efektif dalam membongkar aib diri sendiri (Helmi

Hidayat, 1994: 74-76).

Untuk menjaga akhlak mulia dibutuhkan kemauan yang keras

mengoreksi aib diri sendiri. Upaya mewujudkan akhlak mulia semua

sumber daya manusia harus dapat membentuk karkter yang baik, di

Indonesia telah dilaksanakan pendidikan karakter untuk semua jenjang

pendidikan, mulai dari pendidikan tingkat dasar sampai perguruan

tinggi. Tahun 2017 pemerintah menetapkan dalam Perpres. No. 87

tahun 2017 tentang penguatan pendidkan karakter. Pendidikan karakter

berasal dari dua kata pendidikan dan karakter, menurut beberapa ahli,

menunjukkan bahwa kata pendidikan memiliki definisi yang berbeda

tergantung pada perspektif paradigma yang menggunakan, berdasarkan

metodologi dan disiplin ilmu yang digunakan.

D. Marimba menyatakan, pendidikan adalah Bimbingan atau

pembinaan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan Jasmani

dan Rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utuh

(Al-Ma‟arif, 1989: 19).

Maksudnya dengan bimbingan guru siswa dapat membentuk

perkembangan Jasmani dan Rohani, sehingga siswa dapat menjadi

manusia berakhlak mulia dan mempunyai karakter yang baik. Sehingga

terbentuk kepribadian yang utuh. Berarti manusia tersebut sehat

Jasmani dan Rohani, yang sangat berfungsi untuk dapat memanfaatkan

Page 10: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

10

akal pikirannya. Dengan demikian dapat mencapai cita-cita untuk hidup

berbahagia baik di dunia maupun akhirat.

Sama halnya dengan pendapaKi Hadjar Dewantara juga

menyatakan bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan

budi pekerti, pikiran, dan jasmani anak agar selaras dengan alam dan

masyarakatnya (Ki Hadjar Dewantara, 2011: 14). Maksudnya dengan

akhlak/budi pekerti, pikiran dan jasmani yang sehat seseorang akan

mudah melakukan hubungan sosial. Untuk tujuan memenuhi kebutuhan

jasmani (kebutuhan berupa barang dan jasa) dan rohani (kebutuhan

jiwa). Semua aktivitas ini dapat dilakukan berdasarkan Pendidikan yang

telah dimiliki oleh setiap orang.

Dari pernyataan di atas, dinyatakan bahwa pendidikan

karakter/akhlak harus menjadi jiwa pendidikan Islam. Karena untuk

mencapai akhlak mulia dan karakter yang sempurna adalah tujuan

pendidikan. Akhlak/karakter adalah aspek fundamental dalam

kehidupan seseorang, masyarakat dan negara. Ini menyatakan bahwa

tujuan utama ajaran Islam adalah untuk membina manusia yang

memiliki akhlak mulia, selain memiliki pengetahuan. Pendidikan

akhlak dan pendidikan karakter merupakan inti dari pendidikan agama

yang keduanya harus dilakukan dalam praktik kehidupan sehari-hari.

Lebih jelas lagi yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Pasal 1 ayat

(1) disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar anak

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang RI Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen serta Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

tentang Sisdiknas).

Berdasarkan Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tantang

Sisdiknas tersebut, sistem pendidikan menyeimbangkan pola

pembangunan sumber daya manusia, dengan menanamkan pendidikan

karakter di Indonesia. Maksud dari isi UU RI No. 20 th 2003, bahwa

proses pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang dilaksanakan

dalam suasana belajar mengajar, sesuai aturan dan sistem pendidikan

Page 11: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

11

yang sudah diatur dengan tambahan pendidikan karakter yang

ditetapkan tahun 2017.

Sebagaimana pendapat Khan, pendidikan karakter adalah proses

kegiatan yang dilakukan dengan segala daya dan upaya secara sadar dan

terencana untuk mengarahkan anak didik. Pendidikan karakter juga

merupakan proses kegiatan yang mengarah pada peningkatan kualitas

pendidikan dan pengembangan budi pekerti. Yang mengajarkan,

membimbing, dan membina setiap menusia untuk memiliki kompetensi

intelektual, karakter, dan keterampilan menarik (Yahya Khan, 2010:

34). Intinya Pendidikan karakter juga merupakan proses kegiatan yang

mengarah pada peningkatan kualitas pendidikan dan pengembangan

budi pekerti. Yang mengajarkan, membimbing, dan membina setiap

menusia untuk memiliki kompetensi intelektual, karakter/sikap, dan

keterampilan menarik.

Jadi Pendidikan Akhlak dan Pendidikan Karakter mempunyai

tujuan yang sama, untuk membentuk manusia mencapai kepribadian

yang utuh. Yang membedakan sumber dari dasar hukum dalam

mengkaji dan membahas permasalahannya. Pendidikan Akhlak dasar

hukumnya; Al-Quran, Al-Sunnah Rasullah dan Akal. Sedangkan

Pendidikan Karakter dasar hukumnya; pendapat para ahli berdasarkan

penalaaran akal, yang berasal dari ilmuan Islam dan ilmuan nonIslam.

Kekuatan akhlak dalam diri manusia adalah kekuatan dasar yang

dianugrahkan Allah untuk manusia, baik yang beriman maupun yang

kafir. Allah SWT menciptakan manusia dan memberinya dua mata, satu

lidah dan dua bibir, juga menjelaskan kepadanya jalan yang baik dan

buruk, dan menyiapkan kekuatan pilihan untuk berjalan di salah satu

dari dua jalan tersebut. Di era globalisasi ini, telah terjadi kerusakan

nilai-nilai akhlak manusia, bentuk-bentuk kerusakan nilai tersebut

adalah free sex, tersebarnya narkoba, berkembangnya kriminalitas,

tersebarnya kasus-kasus penculikan, dan pembuatan aturan-aturan

hukum yang menguntungkan pihak-pihak tertentu. Sehingga usaha

untuk membentuk manusia menjadi manusia yang berakhlak mulia dan

mempunyai karakter, sulit untuk dilakukan dan sulit untuk memperoleh

hasil pendidikan yang maksimal (Mahmud, 2004: 37-39).

Terutama di Indonesia, saat ini mengalami degradasi akhlak

bangsa, hampir di semua segmen kehidupan dan lapisan masyarakat.

Banyak fakta menunjukkan degradasi itu. Di tingkat elit (pemimpin),

Page 12: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

12

penghancuran karakter bangsawan ditandai dengan maraknya praktik

korupsi, kolusi, dan nepotisme, baik di elite eksekutif, legislatif, dan

yudikatif. Berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi (CPI), korupsi di

Indonesia berdasarkan data statistik selama 2018 adalah masalah global.

Indonesia bahkan tergabung dalam 60 negara paling korup di dunia

versi Transparency International. Yang dilaporkan oleh halaman

Transparency International, Indonesia berada di peringkat 118 dari 174

negara dalam daftar peringkat indeks persepsi korupsi. Tetapi jika

merujuk pada poin masing-masing negara, Indonesia berada di posisi 56

negara paling korup. Indeks persepsi persepsi di Indonesia mencapai 32

poin. Indonesia adalah 24 poin dari Somalia yang merupakan negara

paling korup. Indonesia terpaut 58 poin dari Denmark yang dianggap

sebagai negara korupsi pada tahun 2018 (Zohar dan Marshal, 2005:

116-117).

Hubungan antara akhlak dan kecerdasan seseorang, Sukidi

mengungkapkan bahwa akhlak terkait dengan kecerdasan mental, yaitu

kecerdasan spiritual (SQ). Lebih lanjut Agustian menyatakan untuk

membuat kebutuhan manusia yang sempurna untuk menyeimbangkan

kutub duniawi dan kutub akhirat. Keseimbangannya adalah melalui

konsep ESQ, yaitu kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual

(SQ). Saat ini, keberhasilan siswa dalam belajar cenderung

memprioritaskan IQ. Paradigma harus dirubah. Perubahan paradigma

berpikir untuk setiap unsur penyelenggara pendidikan, teruma guru,

kepala sekolah dan pengawas yang selama beberapa dekade

dininabobokan paradigma tentang kecerdasan intelektual semata untuk

mengukur keberhasilan siswa. Paradigma ini menyatakan bahwa siswa

yang cerdas adalah siswa yang kecerdasan intelektualnya (IQ

=intellectual Quotient) tinggi, sebaliknya siswa yang IQ-nya rendah

dicap sebagai siswa yang bodoh. Masa kejayaan paradigma kecerdasan

intelektual merupakan dekade cara berpikir bahwa cerdas tidaknya

seseorang sudah terlahir secara fitrah dan tidak banyak hal yang dapat

dilakukan untuk mengubahnya (Sukidi, 2004:27).

Berdasarkan pendapat di atas, faktor yang sangat menentukan

keberhasilan seseorang selain kecerdasan intektual (IQ), dibutuhkan

kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Pentingnya

EQ dan SQ dalam menunjang keberhasilan seseorang, telah banyak

diungkapkan oleh para ahli. Goleman mengemukakan bahwa dengan

Page 13: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

13

mengoptimalkan kecerdasan emosional, akan menghasilkan kompetensi

yang efektif dan efisien. Goleman menegaskan bahwa kemampuan

akademik yang tinggi tidak menjadi jaminan sukses dalam karier.

Kecerdasan EQ, SQ sangat penting dalam membimbing seseorang

menjadi the genuine self, yaitu original dan autentik menuju kebenaran

hakiki melalui pendekatan vertikal kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Kecerdasan EQ sebagai pendekatan horizontal, mendidik hati ke dalam

budi pekerti yang baik, bijaksana, dan jujur. Kedua kecerdasan ini

bermuara pada akhlak seseorang. Seseorang yang mampu mendasarkan

kehidupannya pada hal-hal spiritual, selanjunya disebut orang yang

memiliki kecerdasan spiritual (Spiritual Quontient = SQ). Seseorang

yang mampu mendasarkan kehidupannya pada kesadaran emosional

disebut orang yang memiliki kecerdasan emosional (Emotional

Quontient= EQ). (Goleman, 2003 : 23)

Pendapat Sukidi dan Goleman, bahwa yang menentukan

keberhasilan seseorang dibutuhkan kecerdasan intektual (IQ),

dibutuhkan kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ).

Ketiga kecerdasan ini sesuai dengan pendapat Agustian berfungsi

menyeimbangkan kutub keduniaan dan kutub keakhiratan, yang dapat

dikendalikan dengan kekuatan akhlak mulia dan karakter seseorang.

Berdasarkan uraian di atas penulis mempunyai keinginan

mengkaji tentang “Pendidikan Akhlak Menurut Pemikiran Imam Al

Ghazali dan Kajian Relevansinyadengan Pendidikan Karakter di

Indonesia”. Kajian ini perlu dilakukan untuk memberi kontribusi akhlak

di era globalisasi dunia sekarang, terutama pembentukan akhlak siswa,

guru, dan tenaga kependidikan. Pendidikan akhlak dan pendidikan

karakter merupakan kunci kebahagiaan hakiki. Agar manusia memiliki

akhlak mulia yang baik (akhlakul karimah) dan tidak menimbulkan

kehancuran, maka Allah SWT mengutus Nabi Muhammad untuk

menyempurnakan akhlak manusia (HR Al-Bazzaar).

B. RumusanMasalah

Memperhatikan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kajian pendidikan akhlak menurut Imam Al-Ghazali?

2. Bagaimana kajian pendidikan karakter di Indonesia?

Page 14: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

14

3. Bagaimana relavansi pendidikan akhlak Imam Al-Ghazali dengan

pendidikan karakter di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis:

1. Pendidikan akhlak menurut Imam Al-Ghazali;

2. Pendidikan karakter di Indonesia;

3. Relavansi pemikiran pendidikan akhlak Imam Al-Ghazali dengan

pendidikan karakter di Indonesia.

Kegunaan Penelitian:

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat, sebagai hasanah pemikiran

tentang relavansi pendidikan akhlak menurut Imam Al-Ghazali

dengan pendidikan karakter di Indonesia.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dan dipedomani dalam

bidang pendidikan di Indonesia, baik oleh siswa, guru, tenaga

kependidikan maupun pemerintah.

D. Kajian Pustaka

Telaah Penelitian Terdahulu, Karya ilmiah yang membicarakan

tentang pemikiran Imam Al-Ghazali;

1. Dalam penelitian Sitti Riadil Janna dengan judul “Konsep

Pendidikan AnakDalam Perspektif Imam Al-Ghazali (Implikasinya

Dalam Pendidikan Agama Islam),” Jurnal Al-Ta‟dib, Vol. 6 no.2

edisi Juli-Desember, tahun 2013. Dalam tulisannya, menyatakan

pendidikan anak merupakan sesuatu yang urgen untuk diperhatikan.

Karena anak lahir dengan memiliki potensi yang perlu untuk

ditumbuh kembangkan. Selain itu anak merupakan bagian terpenting

dari seluruh proses pertumbuhan manusia. Berkualitas atau tidaknya

ia dimasa dewasa sangat dipengaruhi oleh proses pengasuhan dan

pendidikan yang diterima di masa kanak-kanaknya. Oleh karena itu

pendidikan anak berarti perencanaan peradaban dan kemajuan

bangsa. Sehingga tanpa pendidikan anak sesungguhnya tidak akan

pernah ada peradaban dan kemajuan bangsa. Imam Al-Ghazali

Page 15: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

15

memiliki konsep pendidikan anak yang holistik yaitumencakup

aspek spiritual, akhlak, sosial, kognitif dan fisik. Tujuan

pendidikannya pun tidak terbatas pada taqorrub ila Allah, tetapi juga

pengembangan potensi jasmani dan rohani. Karena Imam Al-Ghazali

memandang anak sebagai pribadi yang dilahirkan dengan potensi -

potensinya dan mempunyai kecenderungan fitrah ke arah baik dan

buruk, sehingga sangat memerlukan pendidikan.

Adapun materi pendidikan anak yang ditetapkan Imam Al-Ghazali

adalah berdasarkan aspek-aspek pendidikan yang dirumuskan, sesuai

tingkat usia anak. Mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi.

Sedangkan metode pendidikan yang ditetapkan bervariasi dan

tentunya hal itu disesuaikan dengan periodisasi anak. Adapun

implikasinya terhadap Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan

hendaknya selalu disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan

peserta didik seperti perkembangan afektif, kognitif, psikomotorik

dan akhlaknya. Pendidikan merupakan proses sinergis antara

pendidik, peserta didik, metode dan materi dalam mencapai tujuan

pendidikan.

2. Dalam penelitian Agung Setiyawan yang berjudul “Konsep

Pendidikan Menurut Imam Al-Ghazali dan Al-Farabi (Studi

Komparasi Pemikiran),” Jurnal Tarbawiyah, Vol. 13, No.1, Edisi

Januari - Juni 201. Konsep pendidikan selalu menarik untuk

didiskusikan. Banyak tokoh telah mengupasnya baik dari kalangan

Muslim maupun non-Muslim. Imam Al-Ghazali dan Al-Farabi

merupakan kedua tokoh Muslim yang memiliki perhatian besar

terhadap pendidikan.

Pemikiran keduanya menarik sekali untuk diperbandingkan, karena

memiliki latar belakang yang hampir sama dalam bidang filsafat

sehingga pendekatan dalam penelitian ini digunakan studi komparasi

dengan objek pembahasan tertuju pada pemikiran kedua tokoh

tentang konsep pendidikan. Hasil penelitian diperoleh bahwa

pendidikan dalam pemikiran Imam al-Ghazali harus mengarah

kepada realisasi tujuan keagamaan dan akhlak, dengan titik

penekanannya pada perolehan keutamaan dan taqarrub kepada Allah

dan bukan untuk mencari kedudukan yang tinggi atau mendapatkan

kemegahan dunia, sedangkan menurut Al-Farabi, pendidikan

Page 16: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

16

merupakan media untuk mendapatkan serangkaian nilai,

pengetahuan, dan keterampilan praktis bagi individu dalam periode

dan budaya tertentu. Tujuan akhirnya, membimbing individu untuk

menuju kesempurnaan.

3. Pemikiran Abi Iman Tohidi dengan judul penelitian”Konsep

Pendidikan Karakter Menurut Imam Al-Ghazali dalam Kitab

Ayyuha Al-Walad,” Jurnal Ilmiah Kajian Islam, Vol 2. No 1, edisi

Agustus 2017. Penelitian ini dilatar belakangi oleh keingintahuan

penulis tentang pendidikan karakter yang belum sepenuhnya

dipahami oleh siswa dan belum sepenuhnya menjadi pedoman utama

dan belum sepenuhnya diterapkan dalam dunia pendidikan di

Indonesia, terutama pendidikan karakter yang terkandung dalam

buku ayyuhal- walad oleh Imam Al-Ghazali.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan (1) bagaimana

konsep pendidikan karakter menurut Islam, (2) bagaimana konsep

pendidikan karakter menurut Imam Al-Ghazali dalam Ayyuha-walad

dan (3) Apa metode pendidikan karakter menurut Imam Al-Ghazali

dalam Ayyuha-walad. Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan

(library research), dengan objek penelitian buku Ayyuhal-Walad

dan didukung oleh beberapa buku lainnya. Pendekatan penelitian

yang digunakan adalah pendekatan filosofis. Sedangkan analisis data

menggunakan analisis isi. Dengan fokus penelitian yang dibahas

dalam penelitian ini adalah konsep pendidikan karakter menurut

Imam Al Ghazali dalam buku ayyuhal-walad.

4. Dalam penelitian Dailami Julis dengan judul penelitian "Pemikiran

Pendidikan Imam Al-Ghazali dan Implikasinya bagi Pendidikan

Islam," Jurnal Imam Al-Ghazali, Vol. 1, No. 1, Juni 2017 edisi

pendidikan Islam memiliki posisi yang sangat strategis dalam

pengembangan sifat manusia. Oleh karena itu, studi pendidikan

banyak menjadi perhatian para ahli. Abu Hamid AlGhazali, atau

dikenal sebagai Imam Al-Ghazali, adalah salah satu tokoh terpenting

yang memikirkan masalah pendidikan. Para sarjana ini dari Iran

sangat berkontribusi dalam memberikan konsep pendidikan, melalui

pemikiran Imam AlGhazali yang diabadikan dalam berbagai

buku/risalah dan menjadi referensi untuk generasi setelahnya.

Page 17: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

17

5. Dalam penelitian AryAntony Putra dengan judul penelitian”Konsep

Pendidikan Agama Islam Perspektif Imam Al-Ghazali,”Jurnal Al-

Thariqah, Vol.1, No.1, edisi Juni 2016. Secara umum, penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui konsep pendidikan agama Islam

menurut Imam Al-Ghazali.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

pemikiran AlGhazali tentang sains, dan untuk mengetahui pemikiran

Imam Al-Ghazali tentang konsep Pendidikan Islam. Untuk

menjawab tujuan penelitian dalam penelitian kepustakaan ini,

digunakan teknik analisis data kualitatif, yaitu analisis data berpikir

reflektif, yaitu teknik analisis data dengan proses berpikir bolak-

balik. Selain itu, untuk menganalisis data yang ada, penulis juga

menggunakan metode komparatif, yang meneliti faktor-faktor

dengan situasi atau fenomena yang sedang diselidiki dan

membandingkannya dari satu faktor ke faktor lainnya. Temuan

penelitian ini menunjukkan bahwa sains adalah sumber kebahagiaan

di dunia dan akhirat. Dengan sains akan membuat manusia menjadi

makhluk yang mulia dan terhormat dibandingkan dengan makhluk

yang lain.

6. Dalam penelitian Sholeh yang berjudul riset, "Pendidikan Moral di

Lingkungan Keluarga menurut Imam Al-Ghazali," Jurnal itu, Vol. 1,

No. 1edisi Juni 2016. Penilaian baik dan buruk seseorang ditentukan

oleh moral mereka. Akhir-akhir ini, kehancuran moralitas generasi

muda tanpa terkecuali, siswa dan siswa dari segala jenis dan bentuk

adalah ancaman berbahaya. Bukan hanya terhadap para pelaku,

tetapi juga merupakan ancaman serius bagi stabilitas sosial, ekonomi

dan keamanan serta persatuan nasional.

Untuk membentuk karakter yang luhur, penanaman akhlak kepada

anakanak harus didorong sejak dini, karena pembentukannya akan

lebih mudah daripada setelah anak mencapai usia dewasa. Imam Al-

Ghazali adalah seorang tokoh dan ulama besar yang memiliki gaya

berpikir unik seperti yang terlihat dari perkembangan pemikirannya.

Imam Al-Ghazali juga banyak membahas tentang lingkungan

keluarga. Menurut Imam Al-Ghazali lingkungan keluarga sangat

dominan dalam membina pendidikan akhlak, karena anak-anak

muda dan kecil lebih banyak berada di lingkungan keluarga daripada

Page 18: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

18

di luar. Oleh karena itu, artikel ini menguraikan urgensi pendidikan

akhlak di lingkungan keluarga dalam perspektif Imam Al-Ghazali.

7. Dalam penelitian Alwizar dengan judul penelitian,”Pemikiran

Pendidikan Imam Al-Ghazali,” Jurnal Pofensia, Vol. 14 edisi 1

Januari-Juni 2015. Imam Al-Ghazali merupakan pemikir pendidikan,

walaupun karya-karyanya banyak dalam bidang kajian yang lain,

namun ia meluangkan waktunya untuk membahas pendidikan.

Setelah dianalisis ternyata pemikiran dan pandangannya tentang

Pendidikan sangat brillian dan memberikan konstribusi bagi dunia

pendidikan Islam dan masih eksis dan relevan untuk diterapkan pada

dunia pendidikan di zaman modren sekarang.

Dari berbagai pandangan dan pemikiran pendidikan yang

dikemukakan oleh tokoh besar tersebut diterapkan dalam dunia

pendidikan, maka akan menghasilkan konsep yang terintegrasi

dalam menata pendidikan Islam. Implementasi dari pandangan dan

pemikiran Imam Al-Ghazali di dunia pendidikan pada masa

sekarang tentu perlu penambahan dan penyempurnaan serta

modifikasi agar sesuai dengan perkembangan teknologi pendidikan

dan system Pendidikan sekarang.

8. Dalam penelitian Rahmadi dengan judul penelitian,”Konsep Guru

dan Murid Menurut Ulama Abad Pertengahan (Komparasi Antara

AlMawardi dan Imam Al-Ghazali),” Jurnal Studi Islam dan

Humaniora, Vol. 14. No. 2 edisi Desember 2016. Artikel ini

memberikan analisis komparatif mengenai perspektifal-Mâwardî dan

Al-Ghazâlî tentang tiga masalah yang berkaitan dengan guru dan

murid yaitu: (1) hakikat guru dan hakikat murid, (2) profesionalisme

guru dan strategi belajar murid, dan (3) relasi-etis guru-murid. Hasil

komparasi ini menemukan bahwa keduanya memiliki gagasan

tentang keseimbangan guru dan murid dalam berbagai segi. Bagi

keduanya, baik guru maupun murid harus diberdayakan secara

bersama-sama agar terjadi kombinasi guru-murid yang serasi baik

dari segi kualitas maupun kuantitas tentang penerapan akhlak dalam

proses belajar dan mengajar.

Page 19: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

19

E. Kerangka Teori dan Kerangka Penelitian

Islam diturunkan menjadi pedoman hidup yang mencakup semua

bidang kehidupan. Ajaran dasar disampaikan dalam Al-Quran,

sedangkan model implementasi dicontohkan melalui sunnah Nabi

Muhammad SAW. Setelah kematian Nabi Muhammad, tokoh ulama

muncul sebagai pewaris Nabi untuk memahami Islam dalam berbagai

aspek. Karena itu, peran pemimpin dan ulama dalam sejarah

perkembangan Islam sangat penting, untuk perkembangan Islam dan

aspek pengajarannya. Salah satu tokoh terpenting dalam pemikiran

pendidikan adalah Imam Al-Ghazali. Pengaruh Imam Al-Ghazali bagi

Indonesia, melalui pemikirannya diabadikan dalam berbagai buku dan

risalah (Muhammad Yusuf Musa, 1963: 8). Pemikiran Imam Al-

Ghazali tentang konsep pendidikanIslam adalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor pendidikan Islam, yaitu:

a. Tujuan utama dalam menuntut ilmu adalah untuk memperoleh

kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, maka sebagai

landasan utama di bidang pendidikan adalah Al-Quran dan

Hadits;

b. Seorang pendidik harus memiliki niat awal dalam mendidik

dirinya sendiri untuk mendekat kepada Tuhan, memberikan

contoh bagi murid-muridnya dan memiliki kompetensi dalam

mengajar;

c. Siswa dalam pembelajaran harus memiliki niat untuk lebih dekat

dengan Tuhan, menjauh dari amoralitas karena sains itu suci dan

tidak akan diberikan kepada orang yang tidak suci, menghormati

guru dan belajar keras dengan mempelajari pelajaran yang telah

diberikan oleh gurunya;

d. Kurikulum sebagai alat pendidikan harus disesuaikan dengan

perkembangan siswa;

e. Siswa harus dijauhkan dari pergaulan yang buruk, karena

lingkungan yang buruk akan mempengaruhi perkembangan

siswa, terutama di keluarga, sekolah atau masyarakat.

2. Manifestasi penerapan nilai-nilai pendidikan dalam perspektif Imam

Al-Ghazali di masa sekarang ditandai dengan munculnya model-

model lembaga pendidikan yang memasukkan nilai-nilai pendidikan

Islam dalam kurikulum, seperti shalat duha, tadarus Al-Quran, dan

Page 20: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

20

sholat berjamaah. Dalam penelitan ini penulis menuturkan pemikiran

Imam Al-Ghazali di bidang pendidikan yaitu Pendidikan Akhlak,

yang terdapat dalam buku Ihya ‘Ulumuddin (Zuhri, M, 2009: 524).

1. KerangkaTeori

Double movement theory.

Seorang sarjana kontemporer yang menyumbangkan

pembaharuan terhadap metodologi pembacaan Al-Quran ialah Fazlur

Rahman, Menurutnya untuk melakukan kontekstualisasi terhadap

pesan-pesan internal universal AlQuran yang hendak diaplikasikan

di era kontemporer (Abdul Mustaqim, 2012: 11). Nilai universal

yang dimaksud adalah nilai kebebasan, kemanusian, keadilan, dan

kesetaraan, dengan memahami pesan Alquran sebagai satu kesatuan.

Mempelajarinya dengan sebuah latar belakang sosio-historis ketika

ayat turun, latar belakangnya langsung berkaitan dengan aktifitas

Nabi dan perjuangan dakwah selama 23 tahun di bawah bimbingan

Al-Quran.

Double movement theory pada dasarnya mengandung dua

gerakan. Gerakan pertama yakni memahami suatu permasalahan,

sesuai konsep penelitian berkaitan dengan Pendidikan Akhlak dan

Pendidikan Karakter. Diuraikan menggunakan double movement

theory yang dipelopori oleh Fazlur Rahman seorang pemikir Islam

yang lahir di Hazara Punjab tanggal 21 September 1919. (Fazlur

Rahaman, 1985: 2-3).

GerakanPertama

Menurut Imam Al-Ghazali masalah pendidikan lebih empiris,

artinya pemikiran Imam Al-Ghazali berdasarkan pengalamannya sendiri

dan konsepnya dari Al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad SWT. Imam

Al-Ghazali meletakan dasar hukum dan tujuan pendidikan berdasarkan

Al-Quran, Hadis, dan argumen 'Akli terlihat dalam pernyataan

"Pemikiran pendidikan Imam Al-Ghazali sejalan dengan filsafat, yang

religius dan sufistik. Ia dengan jelas merumuskan dasar dan tujuan

pendidikan sesuai dengan filosofinya (Fathiyah Hasan Sulaiman, 1990:

6). Untuk mencapai tujuan dari setiap sistem pendidikan, ada dua

faktor yang mutlak harus ada yaitu: kurikulum dan metode yang

Page 21: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

21

digunakan untuk menyampaikan ilmu atau bahan yang sesuai dengan

kurikulum yang berlaku.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 A

tahun 2013 tentang Penerapan Kurikulum Lampiran IV berupa

Pedoman Umum Pembelajaran, menyatakan bahwa strategi

pembelajaran sangat diperlukan dalam mendukung realisasi semua

kompetensi yang terkandung dalam Kurikulum 2013.

Pendidikan karakter memiliki intisari dan makna yang sama

dengan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah untuk membentuk setiap

individu sehingga menjadi manusia yang baik, warga masyarakat yang

baik dan warga negara yang baik. Kriteria manusia yang baik, warga

masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu bangsa,

secara umum banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya masyarakat

dan budaya bangsa. Oleh karena itu, hakikat pendidikan karakter dalam

konteks pendidikan Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan

nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia (Heri

Gunawan, 2012: 23-24).

Gerakan Kedua

Double movement theory, gerakan kedua menjelaskan bahwa

akhlak yang diperoleh dari pembahasan masalah diambil untuk

memecahkan problematika masa kini. Jadi yang diambil dari gerakan

kedua ini adalah, Pendidikan Akhlak Menurut Imam Al-Ghazali dan

Kajian Relavansinya dengan Pendidikan Karakter Di Indonesia, karena

konteks masalah zaman Rasulullah dan zaman sekarang sudah berbeda.

Hal itu terpaut dengan kondisi sosial masyarakat, tempat

bersosialisasinya suatu masyarakat dan waktu tertentu (Heri Gunawan,

2012: 24). Maka pendidikan akhlak ada relevansinya dengan

pendidikan karakter, sesuai dengan kerangka penelitian sebagai berikut:

Page 22: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

22

Relevansi Pendidikan Karakter

Di Indonesia

Pend idikan Akhlaq

Imam Al - Ghazali

Karaktristik Akhlaq

Islami/Mulia

2. Kerangka Penelitian:

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Merujuk pada rumusan masalah yang diajukan, pendekatan

penelitian ini dapat diklasifikasikan penelitian kualitatif deskriptif

analisis kritis. Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Moleong,

mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2002 : 3)

Pengertian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan

karakteristik individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. Jadi

penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis

tertentu, tetapi hanya menggambarkan "sebagaimana adanya" suatu

variabel, fenomena, atau keadaan.Setelah gejala, kondisi, variabel,

ide dijelaskan maka peneliti menganalisis secara kritis dengan upaya

untuk dipelajari. Pendekatan ini digunakan peneliti, karena

pengumpulan data dalam disertasi ini bersifat kualitatif dan dalam

penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis. Hanya

menganalisis secara kritis suatu masalah, yaitu pendidikan akhlak

dalam pemikiran Imam Al-Ghazali dan relevansinya dengan

pendidikan karakter di Indonesia.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan.

Dengan demikian, pembahasan dalam disertasi ini didasarkan pada

tinjauan literatur dan beberapa tulisan yang memiliki relevansi

dengan objek penelitian.

Page 23: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

23

2. InstrumenPenelitian

Salah satu dari banyak karakteristik penelitian kualitatif adalah

manusia sebagai instrumen. Moleong menyatakan bahwa posisi

peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, peneliti pada saat

yang sama berfungsi sebagai perencana, pelaksana, pengumpulan

data, analisis, penerjemah data dan pada akhirnya ia menjadi reporter

tentang hasil penelitiannya. Imron Arifin mengatakan bahwa

manusia sabagai instrumen berarti peneliti merupakan instrumen

kunci (key instrument) guna menangkap makna. Interaksi nilai dan

nilai lokal yang berbeda. Hal ini tidak mungkin diungkapkan dengan

kuesioner (Sutrisno, 1987: 42).

Berdasarkan pendapat Moleong dan Sutrisno, dalam penelitian

ini peneliti bertindak sebagai perencana, pelaksana pengumpul data,

analisis penafsir data yang terdapat dalam kitab atau buku. Akhirnya

peneliti menjadi pelapor hasil penelitiannya. Deskripsi yang

diberikan para ahli ; Janis (1949), Berelson (1952), Lindzey dan

Aronson (1968) tentang Content Analysis, menampilkan tiga syarat,

yaitu: objektivitas, pendekatan sistematis, dan generalisasi. Secara

teknik Content analysis mencakup upaya-upaya: klasfikasi lambang-

lambang yang dipakai dalam komunikasi, menggunakan kriteria

dalam klasifikasi, dan menggunakan teknik analisis tertentu dalam

membuat prediksi. Content Analysis digunakan dalam analisis-

analisis verifikasi (Moleong, 2002: 5).

Teknik Content Analysis dipandang sebagai teknik analisis

data yang paling umum. Artinya, teknik ini adalah yang paling tepat

untuk menganalisis data-data kualitatif. Content Analysis berasal dari

ilmu-ilmu sosial yang menyatakan bahwa studi tentang proses dan isi

komunikasi adalah dasar dari studi-studi ilmu sosial.

3. Bahan Data

Sesuai dengan metode yang digunakan dalam disertasi ini,

peneliti mengambil dan menyusun data yang berasal dari beberapa

pendapat pemikir pendidikan, baik dalam bentuk buku, jurnal, dan

artikel yang berkaitan dengan pendidikan Islam, dan khususnya

karya-karya yang berisi tentang pendidikan akhlak dalam pemikiran

Imam Al-Ghazali dan relevansinya dengan pendidikan karakter di

Indonesia. Semua kajian yang dapat menambah pemahaman dalam

Page 24: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

24

membahas rumusan masalah, disusun secara sestimatis. Sehingga

hasil penelitian ini mudah dimengerti oleh yang membutuhkan,

terutama untuk peneliti lain yang mempunyai persamaan dengan

kajian penelitian ini. Berikut ini bahan data primer dan skunder yang

dijadikan rujukan:

a. Bahan Data Primer

Bahan data primer penelitian ialah buku karya Imam Al-

Ghazali yang berkaitan dengan Pendidikan Akhlak, judul buku yang

dikarangnya adalah sebagai berikut: Ihya Ulumuddin dan Ayyuhal

Walad. Buku PenguatanPendidikan Karaker dari Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan.

b. Bahan Data Sekunder

Bahan data sekunder penelitian adalah tulisan-tulisan yang

membahas tentang pendidikan akhlak dalam pemikiran Imam Al-

Ghazali dan relevansinya dengan pendidikan karakter di Indonesia.

Baik berupa artikel, buku, dan makalah, maupun berupa hasil-hasil

penelitian, termasuk tesis dan disertasi serta buku-buku yang relevan

dengan judul kajian disertasi.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penulisan penelitian ini, bersifat

kepustakaan (Library Reaseach). Karena bersifat Library Reasearch

maka dalam pengumpulan data peneliti menggunakan teknik sebagai

berikut:

a. Menelusuri karya-karya Imam Al-Ghazali

b. Membaca Buku Penguatan Pendidikan Karaker dari Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan.

5. Teknik Analisis Data

Pendapat Moleong, analisis data merupakan tahap terpenting

dari sebuah penelitian. Sebab pada tahap ini dapat dikerjakan dan

dimanfaatkan sedemikian rupa, sehingga menghasilkan sebuah

penyampaian yang benar-benar dapat digunakan untuk menjawab

persoalan-persoalan yang telah dirumuskan. Secara definitif, analisis

data merupakan proses pengorganisasian dan pengurutan data ke

dalam pola kategori dan suatu uraian dasar, sehingga dapat

Page 25: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

25

ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja (Moleong,

2002: 14).

Teknik analisis, pada tahap ini adalah pengembangan metode

analisis kritis. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis isi atau

content analysis, yaitu pengolahan data dengan pemilahan terpisah

terkait dengan pembahasan beberapa ide atau pemikiran pemimpin

pendidikan yang kemudian dideskripsikan dan dibahas. Selanjutnya

dikategorikan (dikelompokan) dengan data yang sama, dan dianalisis

secara kritis isinya untuk mendapatkan formulasi yang konkret dan

memadai, sehingga pada akhirnya digunakan sebagai langkah dalam

menarik kesimpulan dalam menanggapi rumusan masalah yang ada

(Moleong, 2002: 14).

Berdasarkan pendapat Moleong tersebut, peneliti

mengumpulkan data yang relevan dengan fokus rumusan masalah,

yakni data untuk menjawab rumusan masalah. Data yang ditulis

tentang pendidikan akhlak Imam Al- Ghazali, pendidikan karakter

dan relevansi kedua obyek tersebut. Dalam menyelesaikan

penelitian, peneliti menggunakan teknik analisis data. Teknik

Analisis yang digunakan adalah Analisis Isi (Content Analysis).

Sesuai pendapat yang dikemukakan Eriyanto konsep ditulis ada 3

macam (Eriyanto,2011: 32-42). Konsep dalam analisis isi yakni:

1. Analisis bersifat sistematis. Hal ini berarti isi yang akan dianalisis

dipilih menurut aturan-aturan yang ditetapkan secara implisit.

2. Analisis isi bersifat obyektif.

3. Analisis isi bersifat kualititatif

Tujuan analisis isi Ada lima, yaitu:

a. Menggambarkan karakteristik dari pesan

b. Menggambarkan secara detail isi (content)

c. Melihat pesan pada khalayak yang berbeda

d. Melihat pesan dari komunikator yang berbeda

e. Menarik kesimpulan penyebab dari suatu pesan

Temuan-temuan dalam analisis isi dibatasi oleh kerangka

kategori, dan definisi yang digunakan dalam analisis isi adalah

pesan-pesan yang relevan dengan kajian penelitian tersebut. Dalam

penelitian kualitatif, penggunaan analisis isi lebih banyak ditekankan

Page 26: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

26

pada bagaimana simbol-simbol yang ada pada komunikasi itu

terbaca dalam interkasi sosial, dan bagaimana simbol-simbol itu

dibaca dan dianalisis oleh peneliti. Tahapan awal dalam menyusun

kajian penelitian ialah menentukan dengan jelas tujuan analisis isi.

Hanya dengan tujuan yang jelas, maka kajian penelitian dapat

dirumuskan dengan jelas pula. Karena kajian penelitian pada

dasarnya dibuat untuk menjawab pertanyaan dalam tujuan penelitian

(Eriyanto, 2011: 32-42).

G. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan dalam pemahaman masalah yang akan

dibahas, penulis menyajikan penelitian ini dengan sistematika sebagai

berikut:

Bab pertama, berisi Pendahuluan, dalam bab ini peneliti

mendeskripsikan secara umum dan menyeluruh tentang penelitian, yang

dimulai dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, kerangka teori dan perangka penelitian, metode

penelitian, sistematikapembahasan.

Bab kedua, berisi tentang Landasan Teori: Pemikiran Pendidikan

Akhlak Imam Al-Ghazali dan Pendidikan Karakter di Indonesia,

tinjauan filsafat ruang lingkupnya meliputi hakekat ontologi,

efistemologi dan aksilogi.

Bab ketiga, berisi tentang: Kajian Pendidikan Akhlak Imam Al-

Ghazali

Bab keempat, berisi tentang: Kajian Pendidikan Karakter di

Indonesia

Bab kelima, berisi tentang: Relevansi Pendidikan Akhlak

menurutPemikiran Imam Al-Ghazali dengan Pendidikan Karakter di

Indonesia

Bab keenam, berisi tentang kesimpulan, implikasi dan saran

Page 27: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

27

BAB VI

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah peneliti menganalisis Pemikiran Imam Al-Ghazali tentang

Relevansi Pendidikan Akhlak dengan Pendidikan Karakter di Indonesia,

dapat menarik kesimpulan berikut:

1. Pendidikan akhlak menurut Imam Al-Ghazali adalah untuk

mendapatkan berkah dari Allah Subhana Wa Ta'ala. Metode

pendidikan akhlak yang ditawarkan oleh Imam Al-Ghazali terdiri

dari pendidikan akhlak terhadap Allah subhanahu Wa Ta'ala,

pendidikan akhlak untuk diri sendiri, dan pendidikan akhlak untuk

orang lain. Ciri khas pemikiran Imam al-Ghazali menekankan pada

ajaran contoh/teladan yang dilaksanakan melalui latihan dam

pembiasaan sikap yang baik, dengan tujuan untuk mendapat Ridho

Allah SWT demi meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.

2. Pendidikan karakter dalam kegiatan belajar mengajar di kelas

dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang terintegrasi di

semua mata pelajaran. Khusus materi Pendidikan Agama dan

Pendidikan Kewarganegaraan yang memuat nilainilai karakter,

karena misinya adalah mengembangkan nilai dan sikap,

pengembangan karakter harus menjadi fokus utama yang dapat

menggunakan berbagai strategi/metode pendidikan karakter. Untuk

kedua mata pelajaran ini, karakter dikembangkan sebagai hasil

pembelajaran sebagai dampak pendampingan yang khusus.

Pendidikan karakter juga dapat dilakukan secara

integratif/menyeluruh dan paralel dengan kurikulum yang sedang

dikembangkan. Kurikulum 2013 yang digunakan sekarang relevan

dengan pendidikan karakter, yang harus dimiliki oleh siswa.

3. Pendidikan Akhlak menurut pemikiran Imam Al-Ghazali

mempunyai relevansi dengan Pendidikan Karakter yang

dilaksanakan Di Indonesia. Karena Pendidikan Akhlak dan

Pendidikan Karakter focus utamanya atau benang merahnya pada

nilai kejiwaan atau sikap setiap manusia. Pada hakekatnya

pendidikan akhlak dan pendidikan karakter direalisasikan dalam

Page 28: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

28

kurikulum pendidikan 2013, yang sekarang berlaku di Indonesia

mulai dari tingkat Paud samapai Perguruan Tinggi.

B. Implikasi

Untuk meningkatkan nilai-nilai kepribadian seseorang,

dibutuhkan dan perlu diberikan pendidikan akhlak dan pendidikan

karakter. Akhlak dan karakter merupakan hal yang sangat penting dan

mendasar, yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain sperti

hewan dan tumbuhan. Manusia yang berakhlak dan berkarakter

memiliki kepribadian yang baik dan benar, secara individu dan social

kemasyarakatannya mudah untuk diterima dalam hubungan dengan

lingkungan dimanapun berada. Orang tersebut mempunyai sikap yang

luwes.

C. Saran

Dari hasil kesimpulan tersebut, maka bagi penulis perlu

memberikan saran yang membangun untuk dunia pendidikan, baik bagi

pendidik maupun lembaga yang mengelola pendidikan. Sebagai seorang

guru atau pendidik, harus dapat menjadi teladan bagi siswa atau

mahasiswa, melatih dan membiasakan untuk berperilaku yang baik dan

benar, sehingga seorang guru atau dosen harus "digugu dan ditiru" oleh

siswa atau mahasiswa. Perlu disosialisasikan kepada pendidik dan

masyarakat luas tentang pendidikan akhlak dan pendidikan karakter.

Page 29: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

29

DAFTAR PUSTAKA

Abidin Ibnu Rusn, Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan, Pustaka

Pelajar, Yogyakarta: 1998.

Ahmad Syafi‟i Ma‟arif, Masalah Pembaruan Pendidikan Islam, dalam

Ahmad Busyairi dan Sahil,Azharuddin, Tantangan

Pendidikan Islam, Yogyakarta: LPM UII, 1997.

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung:

Remaja Rosda Karya, 2004.

--------, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2011.

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung:

Mizan 1964.

---------, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma‟arif,

1989.

Ali Al-Jumbulati Abdul Futuh At-Tuwanisi, Perbandingan Pendidikan

Islam, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Ali‟Abdul Hamid Mahmud, Akhlak Mulia, terj Abdul Hayyie Alkattani,

Jakarta: Gema Insani, 2004.

Al-Ta‟dib, Vol. 6 no.2 edisi Juli-Desember, tahun 2013.

Al-Ghazali, Iman, Ihya Ulumuddin, III, Beirut: Dar al-kitab Al-

Alamiyah, 1994.

-----------, Ilmu Jiwa Agama, Cet. HV. Jakarta: Bulan Bintang, 1996.

----------, Mutiara Ihya` Ulumuddin. Terj Iwan Kurniawan, 2001

----------, Tahafut al-Falasifah, Yogyakarta: Islamika, 2003

Page 30: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

30

-----------, Ihya Ulumuddin,(Penerjemah: Moh. Zuhri, dkk). Semarang:

Asy Syifa 2009.

-----------, Ihya Ulumuddin, III, Beirut: Dar al-kitab Al-Alamiyah, 2012.

-----------, Ihya Ulumuddin (Juz 3 Menghidupakn ILmu Agama),

Bandung, Marza, 2016.

----------, Ihya Ulumuddin, (Penerjemah: Moh. Zuhri, dkk). Semarang:

Asy Syifa

Al-Ghazali, Vol. 1, No. 1, Juni 2017. Al-Thariqah, Vol.1, No.1, edisi

Juni 2016.

Amin Abdullah, Antara al- Ghazali dan Kant: Filsatat Etika Islam,

Penerj. Hamzah, Bandung: Mizan, 2002.

Amin, Ahmad, etika (Ilmu Akhlak), Jakarta: Bulan Bintang, 1975.

A.n Nahlawi, Abdurrahman, Prinsi-prinsip dan Metode Pendidikan

Islam, Diponegoro: Bandung, 1996.

Anwar, Rosihan, Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, 2010.

---------, Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, 2011.

Asmani, Jamal Ma‟mur, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

Karakter di Sekolah, Yogyakarta: Diva Press, 2012.

Atiyah al-Abrasyi, Muhammad,Dasar-DasarPokok Pendidikan Islam,

terjemahan. H. Bustami dan Johar Bahry, Jakarta: Bulan

Bintang, 1987.

--------, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, terjemahan. H. Bustami

dan Johar Bahry, Jakarta: Bulan Bintang, 2004

Page 31: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

31

Daradjad, Zakiyah, Dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumu Aksara,

1996.

----------, Dkk, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofik dan

Kerangka Dasar Operasionalnya, Bandung: Tri Genda, 1993.

Depertemen Agama, Alqu‟ran dan Terjemahanya, Ahidayah, Jakarta:

1986

Depertemen Agama, Alqu‟ran dan Terjemahanya, Ahidayah, Jakarta:

1986.

Doni Koesoema A, “Pendidikan Karakter (Strategi Mendidik Anak Di

Zaman Global)”, Jakarta: Grasindo, 2007.

ESQ: The ESQ Way 165 (Berdasarkan 1 Ih dan 6 Rukun Iman dan 5

Rukun Islam), Jakarta: Arga, 2005.

Fazlur Rahaman, Islam dan Modernitas Tentang Transformasi

Intelektual, terj.Ahsin Muhammad ‚Islam and Modernity:

Transformation of An Intellectual Tradition‛ (Bandung: Pustaka,

1985)).

Goleman, Daniel, Emotional Intellegence: Kecerdasan Emosional, terj.

T. Hermaya, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002.

Gunawan, Heri, Pendidikan Karakater Konsep dan Implementasi,

Bandung: Alfabeta, 2012.

Hasan Sulaiman, Fatiyah, Aliran-aliran Dalam Pendidikan, Tej. Ahmad

Hakim dan Imam Aziz, Jakarta: P3M, 1990.

---------, Konsep Pendidikan Akhlak Al-Ghazali, (terj. Ahmad Hakim

dan Imam Aziz), Jakarta: P3M,1990.

---------, Alam Pikiran Al-Ghazali Mengenal Pendidikan Dan Ilmu, Di

Penegoro, Bandung: Mizan, 2002.

Page 32: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

32

Hariyanto, Samani, Muchlas, Konsep dan Model Pendidikan Karakter,

Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2011.

Hidayat Helmi, Menuju Kesempurnaan Akhlak, terj. Kitab Tahdzib al-

Akhlak. Bandung: Mizan, 1994.

----------, Menuju Kesempurnaan Akhlak, Terj. Tahdzib al-Akhlak Ibnu

Miskawaih, Bandung: Mizan, 1994.

Ilmiah Kajian Islam, Vol 2. No 1, edisi Agustus 2017.

Iqbal, AM. (2013). Konsep Pemikiran AlGhazali Tentang Pendidikan,

Madiun: Jaya Star Nine

Jalaluddin, Fisafat Pendidikan Islam Tentang Telaah Sejarah dan

Pemikirannnya, Jakarta: Kalam Mulia, 2012

J. Moleong, Lexy Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2002.

Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi, terj. Alex Tri

Kantjono, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002.

Kecerdasan Emosional, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002.

Khan, Shafique Ali Filsafat Pendidikan Al-Ghazali, Bandung: CV

Pustaka Setia 2005.

Khan, Yahya, Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri:

Mendongkrak Kualitas Pendidikan. Yogyakarta: Pelangi

Publishing, 2010.

Lickona, Thomas, Educating ForCharacter: How Our School Can

Teach Respect and Responsibility, New York: Bantam Books,

1992.

Mahjuddin, “Akhlak Tasawuf”, Jakarta, Kalam Mulia, 2010.

Page 33: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

33

Majid, Abdul, Dian andayani, Pendidikan karakater dalam persepektif

Islam, Bandung: Insan Cita Utama, 2011.

Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2004.

Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2011.

Marimba, D, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al-

Ma‟arif, 1989.

Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis

Multidimen sional, Jakarta, Bumi Aksara, 2013.

--------, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis

Multidimensional, Jakarta; Bumi Aksara, 2011.

Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2002.

Mowry, Sharon, “Integrating Character Across TheCurriculum: dalam

Merle J. Schwartz (ed), Effective Character Education: A

Guidebook for FutureEducators, (New York: McGraw-Hill

Companies), 2007.

Muhaimin, Konsep Pendidikan Islam, Solo: Ramadhan, 1991.

-------, Nuansa Baru Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut Dunia

Pandidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada 2006.

Musa, M. Yusuf, Falsafat al-akhlak fi al-Islam, terjemahan, Jakarta:

Gaya Media Pratama, 1963.

Nakosteen, Mehdi, Kontribusi Islam atas Dunia Intelektual Barat,

Surabaya: Risalah Gusti, 2004.

Nata Abuddin, 2003. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam Seri

Kajian Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Page 34: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

34

----------, Akhlak Tasawuf, Jakarta” Rajawali Press, 2003

----------, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada,2006.

---------, Kapita Selekta Pendidikan Islam: Isu-isu Kontemporer tentang

Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2012.

Pofensia, Vol. 14 Edisi 1 Januari-Juni 2015.

Sardiman A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta:

Rajawali Press, 1990.

Sirajuddin, Filsafat Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada 2007.

Studi Islam dan Humaniora, Vol. 14. No.2 edisi Desember 2016.

Sukidi, Rahasia Sukses, Hidup Bahagia: Kecerdasan Spiritual,

(Jakarta: Gramedia Pustaka Umata, 2002.

Supriyadin, Dedi, Pengantar Filsafat Islam, Bandung: Pustaka Setia,

2009.

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta: Yayasan

Penerbit Fak.Psikologi UGM, 1987.

---------, Metodologi Research, Yogyakarta: Yayasan Penerbit

Fak.Psikologi UGM, 2007.

Suwarno, Wiji, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jogjakarta: Ar-ruzz

Media, 2006, cet. I

Suwito, Filsafat Pendidikan Akhlak Ibnu Miskawaih, Yogyakarta:

Belukar, 2004.

Syamsu Yusuf, psikologi: Perkembangan Anak Dan Remaja, Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2009.

Page 35: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

35

Ta‟dib, Vol. XVI, No. 01, Edisi Juni 2013.

Tarbawiyah, Vol. 13, No.1, Edisi Januari - Juni 201.

Tim PD Pontren, Petunjuk Teknis Pondok Pesantren, Jakarta: Depag

RI, 2004.

Umarie, Barmawie (1995) Materia Akhlak. Solo: Ramadhani 1995.

Undang-undang RI, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Cet. VII,

Semarang Aneka Ilmu, 2003.

UU RI Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen serta UU RI No. 20

Tahun 2003 tentang Sisdinas, Bandung: Citra Umbara, 2006.

Vol. 1, No. 1, edisi Juni tahun 2016.

Zainuddin. Seluk-Beluk Pendidikan dari al-Ghazali. Jakart: Bumi

Aksara, 1991.

Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari al-Ghazali, Jakarta: Bumi

Aksara, 2005.

Zohar, Danah dan Ian Marshall, SQ (Kecerdasan Spiritual), Terj.

Rahmani

Astuti dan Ahmad Zuhairin, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. III.

Jakarta: Bumi Aksara, 2004.

Page 36: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

36

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : Lily Arliya

Tempat tgl Lahir : Palembang / 06 Juni 1966

NIP : 196606061990032016

Pangkat / Gol. : Pembina Tk. I/ IV.b

Alamat Rumah : Jl. Irigasi Lrg. Sehat Rw 15 Rt 54 No.

3259 KelurahanPakjoKecamatan Ilir

Barat I Alang-alang Lebar Palembang

Nama Ayah : Anwar

Nama Ibu : Asmak

Nama Suami : Birhijrotin, SH

Nama Anak : 1. Redho Rizki Pratama, S.Tr. K

: 2. Redhi Rizki Pratama, S. S. T

: 3. Reni Oktavianti, S.T

: 4. Rena Fazza Shauma (semester 7

UNSRI)

B. Riwayat Pendidikan

a. SD / MI, tahun lulus: SD Negeri 38 Palembang Tahun 1980

b. SMP / MTs, tahun lulus: SMP Negeri 20 Palembang Tahun 1983

c. SMA / MA, tahun lulus: SPG Negeri I Palembang Tahun 1986

d. D3, tahun lulus: D3 UNSRI Tahun 1989

e. S1, tahun lulus: FKIP UNSRI Tahun 2002

f. S2, tahun lulus: FAK. EKONOMI UNSRI Tahun 2011

g. S 3, tahun lulus: Prog. Studi PAI UIN RAFA Plg. Tahun 2020

C. Riwayat Pekerjaan:

1. Capek 1990

2. PNS 1991

3. Guru SMA 1990 s.d 2016:

a. SMA Negeri 1 Pangkala Balai Banyuasin III, tahun 1990 s.d 1994

b. SMA Negeri 3 Palembang, tahun 1994 s.d 2007

c. SMA Negeri 17 Palembang, tahun 2007 s.d 2016

4. Kepala Sekolah SMP N 2 Palembang 2016 s.d 2019

5. ASN Struktural Fakultas Syari‟ah dan Hukum 2019 s.d sekarang

Page 37: repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/7358/1/2. disertasi Ibu Lily...akhlak mulia dan karkter yang baik yang menjadi teladan bagi siswa, guru harus menguasai materi

37

D. Prestasi/ Penghargaan

1. Stiya Lencana 10 Tahun

2. Stiya Lencana 20 Tahun

3. Stiya Lencana 30 Tahun

Palembang, 10 Agustus 2020

Dr. Hj. Lily Arliya, S.Pd., M. Si

NIP 196606061990032016