zakat emas dan perak, perniagaan
TRANSCRIPT
Zakat Emas dan PerakSeorang muslim yang mempunyai emas dan perak wajib mengeluarkan zakat bila telah tercapai nisab
dan haul
1. Zakat Emas
Adapun nisab emas sebesar 20 Dinar emas (85 gram), dengan haul selama satu tahun dan kadar
2,5%. Artinya bila seorang muslim memiliki emas sebesar setidaknya 20 Dinar emas (85 gram)
selama satu tahun ia wajib membayar zakat sebesar 2,5% dari jumlah emasnya tersebut minimal 1/2
Dinar
Emas yang tidak terpakai
Yang termasuk dalam kategori ini adalah emas yang tidak digunakan sehari-hari baik sebagai
perhiasan atau keperluan lain (disimpan).
Contoh perhitungan zakatnya sebagai berikut: Fulan memiliki 100 gram emas tak terpakai, setelah
genap satu tahun maka ia wajib membayar zakat setara dengan 100 X 2,5 % = 2,5 gram emas. Jika
harga emas saat itu adalah Rp 100.000 maka ia dapat membayar dengan uang sebanyak 2,5 X
100.000 = Rp 250.000.
Sebagian Emas Terpakai
Emas yang dipakai adalah dimaksudkan dalam kondisi wajar dan
jumlah tidak berlebihan. Atas bagian yang terpakai tersebut, tidak
diwajibkan membayar zakat.
Contoh perhitungan zakatnya sebagai berikut: Seorang wanita
mempunyai emas 120 gr, dipakai dalam aktivitas sehari-hari sebanyak
15 gr. Maka zakat emas yang wajib dikeluarkan oleh wanita tersebut
adalah 120 gr - 15 gr = 105 gr. Bila harga emas Rp 70.000,- maka zakat
yang harus dikeluarkan sebesar : 105 x 70.000 x 2,5 % = 183.750
2. Zakat Perak
Nisab perak adalah 200 Dirham (595 gram), haul selama satu tahun dan kadar 2,5% atau
sekurang kurangnya 5 Dirham. Adapun tatacara perhitungannya sama dengan zakat emas.
Hukum Zakat Dzahabu wal Fidhdhah (Emas dan Perak) Beserta Dalilnya
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan
Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang
pedih,” (At Taubah: 34)
“Siapa yang mempunyai emas dan perak, tetapi dia tidak membayar zakatnya, maka di hari
kiamat akan dibuatkan untuknya seterika api yang dinyalakan di dalam neraka, lalu
diseterikakan ke perut, dahi dan punggungnya. Setiap seterika itu dingin, maka akan
dipanaskan kembali lalu diseterikakan pula padanya setiap hari -sehari setara lima puluh
ribu tahun (di dunia)- hingga perkaranya diputuskan di antara hamba. “ (Riwayat Muslim No.
987 dari hadits Abu Hurairah Radhialahu’anhu)
Zakat Saham, Obligasi, Sukuk
1. Zakat Saham
Harta wajib zakat pada dasarnya dibagi menjadi dua, harta wajib zakat karena zatnya dan
harta wajib zakat karena sifatnya. Harta hasil pertanian, emas, perak, binatang ternak merupakan
harta wajib zakat karena zatnya. Sedangkan harta perniagaan termasuk harta wajib zakat karena
sifatnya.
Menurut ulama kontemporer landasan hukum kewajiban zakat saham sama dengan zakat
perusahaan, sebab saham itu terkait dengan kegiatan perusahaan. Di antara dalil adanya kewajiban
zakat Saham "Sayidina Ali telah meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda: Apabila kamu mempunyai
(uang simpanan) 200 dirham dan telah cukup haul (genap setahun), maka diwajbkan zakatnya 5
dirham. Dan tidak diwajibkan mengeluarkan zakat (emas) kecuali kamu mempunyai 20 dinar. Dan
apabila kamu memiliki 20 dinar dan telah cukup setahun, maka diwajibkan zakatnya setengah dinar.
Demikian juga kadarnya jika nilainya bertambah, dan tidak diwajibkan zakat suatu harta kecuali
genap setahun". (HR Abu Daud)
Menurut Abu Zahrah saham wajib dizakatkan karena saham adalah harta yang beredar dan dapat
diperjual-belikan, dan pemiliknya mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan tersebut. Caranya adalah:
setiap akhir tahun, yang bersangkutan melakukan penghitungan harga saham pada harga pasar, lalu
menggabungkannya dengan dividen (keuntungan) yang diperoleh. Jika besarnya harga saham dan
keuntungannya tersebut mencapai nishab maka wajib dizakatkan. Yusuf Al-Qardhawi juga menjelaskan
saham dianalogikan dengan urud tijarah (komoditi perdagangan), seperti nishab mata uang dan kadar
zakat sebesar 2,5%. Nishab = 85 gram emas zakat (diasumsikan @pergram emas Rp. 300.000 x 85 = Rp.
25.500.000,-).
Zakat saham perusahaan dikenakan pada saham dan keuntungannya sekaligus karena dianalogikan
dengan perdagangan besarnya 2,5 persen, jika harta tersebut cukup nishab dan haul saat itulah zakat
diwajibkan. Waallahu A'lam.
2. Zakat Obligasi
Obligasi atau surat utang merupakan salah satu bentuk investasi yang sangat populer. Lalu,
apakah harta yang diinvestasikan dalam bentuk obligasi termasuk harta wajib zakat?...
Untuk menggali hal ini, tentu kita harus tahu jenis transaksi atau akad antara pihak investor dan
pihak yang menerbitkan surat utang atau obligasi tersebut. Akad yang berlaku dalam obligasi adalah
akad pinjaman dalam jangka waktu tertentu dan bunga tertentu. Jadi, kata kunci dalam obligasi
adalah pinjaman dan bunga. Oleh karena itu, cara penghitungan zakatnya adalah nilai uang obligasi
yang dimiliki x 2,5%. Adapun penambahan yang bersumber dari bunga tidak termasuk harta wajib
zakat.
3. Zakat Sukuk (Obligasi Syariah)
Sukuk berasal dari bahasa Arab yaitu sak (tunggal) dan sukuk (jamak) yang memiliki arti mirip
dengan sertifikat atau note. Dalam pemahaman praktisnya, sukuk merupakan bukti (claim)
kepemilikan. Sementara itu, menurut fatwa Majelis Ulama Indonesia No 32/DSN-MUI/IX/2002
sukuk adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan
emiten kepada pemegang obligasi syariah. Sukuk mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan
kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil margin/fee, serta membayar kembali dana
obligasi pada saat jatuh tempo.
Sedangkan menurut Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions
(AAOIFI) berpendapat lain mengenai arti sukuk. Menurut organisasi tersebut, sukuk adalah sebagai
sertifikat dari suatu nilai yang direpresentasikan setelah penutupan pendaftaran, bukti terima nilai
sertifikat, dan menggunakannya sesuai rencana. Sama halnya dengan bagian dan kepemilikan atas
aset yang jelas, barang, atau jasa, atau modal dari suatu proyek tertentu atau modal dari suatu
aktivitas inventasi tertentu
Saat ini, ada konsep obligasi yang berbasis syariah. Di Indonesia, dikenal dengan istilah sukuk.
Sistem zakat harta yang berupa sukuk atau obligasi syariah tergantung dari jenis akad yang digunakan
Jika akadnya mudarabah (bagi hasil), penghitungan zakatnya adalah nilai sukuk + penambahan
keuntungan x 2,5%.
Jika akadnya musyarakah (partnership), penghitungan zakatnya adalah nilai sukuk +
keuntungan x 2,5%. Hal ini berlaku bila seseorang mengeluarkan zakatnya secara pribadi. Jika
perusahaan yang mengeluarkan zakat, maka perusahaan menguranginya dengan nilai aset tidak wajib
zakat.Jika akadnya ijarah (sewa), penghitungan zakatnya adalah nilai keuntungan x prosentase wajib
zakat. Syekh Yusuf al-Qaradawi berpendapat bahwa prosentase zakat jasa penyewaan adalah 10% dari
penerimaan nett (bersih) atau 5% dari penerimaan bruto (kotor). Ulama yang lain berpendapat
zakatnya adalah 2,5% seperti zakat harta yang lainnya.
Jika akadnya ijarah (sewa), penghitungan zakatnya adalah nilai keuntungan x prosentase wajib zakat.
Syekh Yusuf al-Qaradawi berpendapat bahwa prosentase zakat jasa penyewaan adalah 10% dari
penerimaan nett (bersih) atau 5% dari penerimaan bruto (kotor). Ulama yang lain berpendapat
zakatnya adalah 2,5% seperti zakat harta yang lainnya.
Dasar Hukum Sukuk (Obligasi Syariah)
1) Al-Qur’an
Adapun dalil yang berkenaan dengan kebolehan Sukuk (obligasi syariah) penyusun
sarikan dari Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Berikut dalil-dalilnya:
Firman Allah SWT, QS. Al-Ma’idah [5]:1:
لذين ءامنوا اوفوا بالعقود ياايهاا
“Hai orang – orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu”
Firman Allah SWT, QS. Al-Isra’ [17]: 34:
مسئولا واوفوا بالعهد ان العهد كان
“…dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.”
Firman Q.S. al-Baqarah [2]: 275 :
“orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian
itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.”
2) Hadits
Hadis Nabi SAW yang digunakan sebagai dalil dasar sukuk ini ialah hadits yang diriwayatkan
oleh ‘Amar bin ‘Auf,
لىعوالمسلمونحراماأحل أوحاللحرمصلحاالالمسلمينبينجائزالصلح:مصهللارسولقالالمزانيعوفبنعمروعن
(الترمذىامامرواه)حراماأحل أوحاللحرمشرطاإلشروطهم
“Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perjanjian yang mengharamkan yang
halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka
kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.” berlaku
berdasarkan syara (selama tidak bertentangan dengan syariah).”
Zakat Perdagangan atau Zakat Perniagaan
Zakat Perdagangan atau Zakat Perniagaan (dalam hukum islam dinamakan dengan zakat tijarah)
adalah zakat yang dikeluarkan atas kepemilikan harta yang diperuntukkan untuk jual-beli. Zakat ini
dikenakan kepada perniagaan yang diusahakan baik secara perorangan maupun perserikatan (CV, PT,
Koperasi dan sebagainya). Hadits yang mendasari kewajiban menunaikan zakat ini adalah : "Rasulullah
SAW memerintahkan kami agar mengeluarkan zakat dari semua yang kami persiapkan untuk berdagang."
( HR. Abu Dawud )
Landasan Hukum
Muhammad bin Dawud bin Sufyan berkata kepada kami: Yahya bin Hassan berkata kepada kami:
Sulaiman bin Musa -Abu Dawud- berkata kepada kami: Ja’far bin Sa’d bin Samurah bin Jundub
berkata kepada kami: Khubaib bin Sulaiman berkata kepadaku, dari bapaknya –Sulaiman–, dari
Samurah bin Jundub1 z, beliau berkata: “Amma ba’du, sesungguhnya Rasulullah memerintahkan
kami untuk mengeluarkan sedekah (zakat) dari apa yang kita siapkan untuk diperdagangkan.”
• Takhrij Hadits
قيق من نخرج أنيأمرناوكان … للبيع يعد ذيال الر
“… dan Rasulullah n memerintahkan kita mengeluarkan zakat dari budak yang
dipersiapkan untuk diperdagangkan.”
Ketentuan Zakat Perdagangan
Berikut adalah ketentuan terkait tipe zakat ini :
1) Berjalan 1 tahun ( haul ), Pendapat Abu Hanifah lebih kuat dan realistis yaitu dengan
menggabungkan semua harta perdagangan pada awal dan akhir dalam satu tahun kemudian
dikeluarkan zakatnya.
2) Nisab zakat perdagangan sama dengan nisab emas yaitu 20 Dinar atau senilai 85 gr emas
3) Kadarnya zakat sebesar 2,5 %
4) Dapat dibayar dengan uang atau barang
5) Dikenakan pada perdagangan maupun perseroan.
6) Pada badan usaha yang berbentuk serikat (kerjasama), maka jika semua anggota serikat tersebut
beragama Islam, zakat dikeluarkan lebih dulu sebelum dibagikan kepada pihak-pihak yang
berserikat. Tetapi jika anggota serikat terdapat orang yang non muslim, maka zakat hanya
dikeluarkan dari anggota serikat muslim saja (apabila jumlahnya lebih dari nisab).
Perhitungan Zakat
Perhitungan besaran zakat perniagaan dalam rumus sederhana adalah sebagai berikut:
Besar Zakat = [(Modal diputar + Keuntungan + piutang yang dapat dicairkan) - (hutang +
kerugian)] x 2,5 %
Harta perniagaan, baik yang bergerak di bidang perdagangan, industri, agroindustri, ataupun
jasa, dikelola secara individu maupun badan usaha (seperti PT, CV, Yayasan, Koperasi, Dll)
nisabnya adalah 20 dinar emas (setara dengan 85 gram emas murni). Artinya jika suatu badan usaha
pada akhir tahun (tutup buku) memiliki kekayaan (modal kerja dan untung) lebih besar atau setara
dengan 85 gram emas (asumsi jika per-gram Rp 75.000,- = Rp 6.375.000,-), maka ia wajib
mengeluarkan zakat sebesar 2,5 %
Contoh :Sebuah perusahaan meubel pada tutup buku per Januari tahun 1995 dengan
keadaan sbb :
1. Sofa atau Mebel belum terjual 5 set Rp 10.000.000
2. Uang tunai Rp 15.000.000
3. Piutang Rp 2.000.000
4. Jumlah Rp 27.000.000
5. Utang & Pajak Rp 7.000.000
6. Saldo Rp 20.000.000
7. Besar zakat = 2,5 % x Rp 20.000.000,- = Rp 500.000,-
8. Pada harta perniagaan, modal investasi yang berupa tanah dan bangunan atau
lemari, etalase pada toko, dll, tidak termasuk harta yang wajib dizakati sebab
termasuk kedalam kategori barang tetap (tidak berkembang).
Zakat Pertanian dan Perkebunan
Landasan Hukum
”Wahai orang-orang yang beriman, keluarkanlah sebagian dari harta halal yang kamu peroleh dari
usahamu dan dari harta yang kami keluarkan untukmu dari perut bumi” (Q.S Al-Baqarah : 267)
Dari Samurah Bin Jundub mengatakan : Rasulullah saw memerintahkan kami agar
mengeluarkan zakat dari semua yang kami persiapkan untuk diperdagangkan
“Dari Abi Hurairah berkata, bersabda Rasulullah SAW : tanaman yang diairi dengan hujan zakatnya
10%, dan yang diairi dengan selain air hujan zakatnya 5%”
Berdasarkan dua hadis di atas, maka terlihatlah bahwa wajibnya mengeluarkan zakat pertanian,
bahkan telah dirumuskan zakat tanaman yang diairi dengan 10 % dan tanaman yang diairi selain air
hujan 5 %.
Nishab Zakat Hasil Pertanian adalah 5 wasq atau setara dengan 653 kg gabah, jika hasil pertanian
tersebut termasuk makanan pokok seperti beras, gandum, jagung, kurma dll. Sedagkan jika hasil pertanian
itu selain makanan pokok, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, daun, bunga dll maka nishabnya
disetarakan dengan harga nishab dari makanan pokok yang paling umum di daerah (negeri) tersebut.
Kadar zakat untuk hasil pertanian, berbeda tergantung dengan jenis pengairannya. Apabila diairi
dengan air hujan, atau sungai/mata air, maka zakatnya 10%, sedangkan apabila diairi dengan disirami
atau dengan irigasi yang memerlukan biaya tambahan maka zakatnya 5%.
Pada sistem pertanian saat ini, biaya pengelolaan tidak sekedar air tetapi juga pupuk, insektisida dan
lain-lain. Oleh karena itu, untuk menentukan zakatnya, biaya pupuk, insektisida dan sebagainya tersebut
diperhitungkan sebagai pengurang hasil panen, baru kemudian apabila lebih nishab hasil panen tsb
dikeluarkan zakatnya 10% atau 5% (tergantung sistem pengairan).
Zakat pertanian dikeluarkan saat menerima hasil panen.
Contoh :
Sawah irigasi ditanami padi dengan hasil panen 3 ton. Dalam pengelolaan dibutuhkan pupuk,
insektisida dll seharga Rp 600.000. Harga gabah Rp 3.000/kg
Hasil panen (bruto) 3 ton gabah = 3.000 kg
Saprotan = Rp 600.000 atau = 200 kg
Hasil panen bersih = 2.800 kg
(melebihi nishab 653 kg, sehingga panen tersebut wajib zakat)
Maka zakatnya 5% x 2.800 kg = 70 kg
Adapun nisab emas sebesar 20 Dinar emas (85 gram), dengan haul selama satu tahun dan kadar
2,5%. Artinya bila seorang muslim memiliki emas sebesar setidaknya 20 Dinar emas (85 gram)
selama satu tahun ia wajib membayar zakat sebesar 2,5% dari jumlah emasnya tersebut minimal 1/2
Dinar
Zakat Peternakan Dalil Wajibnya Zakat Ternak
كلما قرونها، من رجل تكون له إبل أوبقرأوغنم ال يؤدى حقها إال أوتي بها يوم القيامة أعظم ما تكون وأسمنه تطؤه بأخفافها تنطحه بما
الناسآخرها، ردت عليه أولها حتى يقض بين جازت
“Tiada seorang pun yang mempunyai unta, sapi, ataupun kambing dan ia sudah berkewajiban
mengeluarkan zakat, namun ia tidak mengeluarkan zakatnya, melainkan nanti pada hari kiamat akan
didatangkan apa yang dimiliki itu dalam keadaan yang lebih besar dan gemuk dari yang ada sewaktu
di dunia. Lalu, binatang yang tidak dikeluarkan zakatnya itu menginjak-nginjak orang tersebut
dengan kuku-kuku kakinya dan menanduk dengan tanduknya. Setiap kali yang terakhir telah
melaluinya, maka dikembalikan kepadanya yang pertama kalinya. Keadaan demikian ini terus
berlangsung sehingga diberi keputusan di antara semua manusia.” (HR. Bukhari)
Syarat wajib zakatnya (hewan ternak) ada 6 perkara :
1. Islam
2. Merdeka
Hamba sahaya tidak wajib mengeluarkan zakat kecuali zakat fithrah, sedangkan tuannya wajib
mengeluarkannya
3. Milik Sepenuhnya
Harta yang akan dizakati hendaknya milik sepenuhnya seorang yang beragama Islam bukan curian
maupun pinjaman dan harus merdeka
4. Cukup Haul
Cukup haul maksudnya harta tersebut dimiliki genap setahun, selama 354 hari menurut tanggalan
hijriyah atau 365 hari menurut tanggalan masehi.
5. Cukup Nishab
Nishab adalah nilai minimal sesuatu harta yang wajib dikeluarkan zakatnya
6. Bebas Berumput
Binatang-binatang yang dikenakan zakat itu hendaklah dipelihara secara lepas bebas di padang rumput.
Nishab dan kadar wajib zakat ternak Unta, Sapi, Kambing
Nishab
(jumlah unta)Kadar wajib zakat
5-9 ekor 1 kambing (syaat)
10- 14 ekor 2 kambing
15-19 ekor 3 kambing
20-24 ekor 4 kambing
25-35 ekor1 bintu makhod (unta betina berumur
1 tahun)
36-45 ekor1 bintu labun (unta betina berumur 2
tahun)
46-60 ekor1 hiqqoh (unta betina berumur 3
tahun)
61-75 ekor1 jadza’ah )unta betina berumur 4
tahun)
76-90 ekor2 bintu labun (unta betina berumur 2
tahun)
91-120 ekor2 hiqqoh (unta betina berumur 3
tahun)
121 ekor ke
atas
3 bintu labun (unta betina berumur 2
tahun) dan setiap kelipatan 40: 1
bintu labun, setiap kelipatan 50: 1
hiqqoh
Nishab
(jumlah
sapi)
Kadar wajib zakat
30-39 ekor1 tabi’ )sapi jantan berumur 1 tahun) atau
tabi’ah (sapi betina berumur 1 tahun)
40-59 ekor 1 musinnah (sapi betina berumur 2 tahun)
60-69 ekor 2 tabi’ )sapi jantan berumur 1 tahun(
70-79 ekor 1 musinnah dan 1 tabi’
80-89 ekor 2 musinnah
90-99 ekor 3 tabi’
100-109
ekor2 tabi’ dan 1musinnah
110-119
ekor2 musinnah dan 1 tabi’
120 ke atassetiap 30 ekor: 1 tabi’ atau tabi’ah, setiap
40 ekor: 1 musinnah
Nishob
(jumlah
kambing)
Kadar wajib zakat
40-120
ekor
1 kambing dari jenis
domba yang berumur 1
tahun atau 1 kambing
dari jenis ma’iz yang
berumur 2 tahun
121-200
ekor2 kambing
201-400
ekor3 kambing
401 ke
atas
setiap kelipatan
seratus bertambah 1
kambing sebagai wajib
zakat
Zakat Barang Temuan (Rikaz)
Zakat Barang Temuan (Rikaz) wajib dikeluarkan untuk barang yang ditemukan terpendam di dalam
tanah, atau yang biasa disebut dengan harta karun. Zakat barang temuan tidak mensyaratkan baik haul
(lama penyimpanan) maupun nisab (jumlah minimal untuk terkena kewajiban zakat), sementara kadar
zakatnya adalah sebesar seperlima atau 20% dari jumlah harta yang ditemukan. Jadi setiap mendapatkan
harta temuan berapapun besarnya, wajib dikeluarkan zakatnya sebesar seperlima dari besar total harta
tersebut. Hadits yang mendasari kewajiban mengeluarkan zakat ini adalah
Dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda: " .. dan pada rikaz (diwajibkan
zakatnya) satu perlima. "(2)(Hadith Sahih - Riwayat Bukhari)
Daftar pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Zakat_Emas_dan_Perak
http://sunniy.wordpress.com/2013/06/07/hukum-dan-besarnya-zakat-emas-dan-perak-uang-simpanan-
yang-wajb-dikeluarkan/
http://www.dompetdhuafa.org/media/download_media/118
http://tugaskuliah-syaifurrahman.blogspot.com/2012/12/sukuk-obligasi-syariah.html
https://haripurwolaksono7.wordpress.com/2013/02/15/zakat-pertanianperkebunan/
http://darussalam-online.com/kajian/sabtu-malam/zakat-hewan-ternak/
http://id.wikipedia.org/wiki/Zakat_Barang_Temuan