yang berdaya saing - departemen agribisnis...

27

Upload: hoangnguyet

Post on 13-Aug-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: yang Berdaya Saing - Departemen Agribisnis IPBagribisnis.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/06-Triana-Rita-Amzul.pdf · Buku yang merupakan kristalisasi pemikiran para dosen di
Page 2: yang Berdaya Saing - Departemen Agribisnis IPBagribisnis.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/06-Triana-Rita-Amzul.pdf · Buku yang merupakan kristalisasi pemikiran para dosen di

Agribusiness Series 2017

Menuju AGRIBISNIS INDONESIA

yang Berdaya Saing

Page 3: yang Berdaya Saing - Departemen Agribisnis IPBagribisnis.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/06-Triana-Rita-Amzul.pdf · Buku yang merupakan kristalisasi pemikiran para dosen di

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit Isi di luar tanggung jawab percetakan. Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-undang No. 19 tahun 2002 Tentang Hak Cipta 1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000.00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual

kepada umum suara ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hal terkait sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) satu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Page 4: yang Berdaya Saing - Departemen Agribisnis IPBagribisnis.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/06-Triana-Rita-Amzul.pdf · Buku yang merupakan kristalisasi pemikiran para dosen di

Agribusiness Series 2017

Editor

BAYU KRISNAMURTHI HARIANTO

Menuju AGRIBISNIS INDONESIA

yang Berdaya Saing

Page 5: yang Berdaya Saing - Departemen Agribisnis IPBagribisnis.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/06-Triana-Rita-Amzul.pdf · Buku yang merupakan kristalisasi pemikiran para dosen di

Agribusiness Series 2017

Menuju Agribisnis Indonesia

yang Berdaya Saing

Tim Penulis :

Editor : Kata Pengantar : Dwi Rachmina (Ketua Departemen Agribisnis FEM IPB) Editor Bahasa : Desain sampul dan tata letak isi : Hamid Jamaludin Muhrim Diterbitkan oleh : DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Jl. Kamper Wing 4 Level 5 Kampus IPB Dramaga – Bogor 16680 Dicetak oleh : Raffi Offset, Jakarta Isi di luar tanggung jawab Percetakan Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit Copyright © 2017 Departemen Agribisnis, FEM-IPB ISBN : 978-602-14623-5-5

• Ach Firman Wahyudi • Ahmad Syariful Jamil • Ahmad Zainuddin • Amzul Rifin • Anisa Dwi Utami • Anna Fariyanti • Bayu Krisnamurthi • Chairani Putri Pratiwi • Dwi Rachmina • Feryanto • Harianto

• Leo Rio Ependi Malau • Lukman M. Baga • Netti Tinaprilla • Ratna Winandi Asmarantaka • Rita Nurmalina • Suharno • Tintin Sarianti • Triana Gita Dewi • Tursina Andita Putri • Yanti Nuraeni Muflikh

• Bayu Krisnamurthi • Harianto

• Netti Tinaprilla • Ach. Firman Wahyudi

Page 6: yang Berdaya Saing - Departemen Agribisnis IPBagribisnis.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/06-Triana-Rita-Amzul.pdf · Buku yang merupakan kristalisasi pemikiran para dosen di

Agribusiness Series 2017 : Menuju Agribisnis Indonesia yang Berdaya Saing v

KATA PENGANTAR DEPARTEMEN AGRIBISNIS FEM IPB

Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya atas terbitnya buku “Agribisnis Series 2017: Menuju Agribisnis Indonesia yang Berdaya Saing” ini. Buku yang merupakan kristalisasi pemikiran para dosen di Departemen Agribisnis ini merupakan salah satu bentuk pertanggung-jawaban akademik yang berlandaskan pada Mandat yang diberikan oleh Institut Pertanian Bogor, yakni dalam ”Pengembangan ilmu dan wawasan bisnis bidang pertanian, perikanan, peternakan dan kehutanan melalui pendekatan sistem dan kewirausahaan”.

Terbitnya buku ini dimaksudkan untuk memperkaya keilmuan dan teknologi serta wawasan agribisnis tropika yang dikembangkan oleh Departemen Agribisnis sekaligus menjadi kado bagi Institut Pertanian Bogor yang sedang merayakan Dies Natalis-nya yang ke-54. Departemen Agribisnis berkomitmen penuh untuk menerbitkan buku ”Agribisnis Series” secara periodik, sejalan dengan Visi Departemen Agribisnis, yaitu ”Menjadi lembaga pendidikan tinggi unggulan dalam pengembangan IPTEKS dan wawasan agribisnis tropika melalui pendekatan sistem dan kewirausahaan untuk mendukung keberlanjutan pembangunan ekonomi nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat”.

Salah satu Misi Departemen Agribisnis adalah mengembangkan kualitas sumberdaya manusia melalui peningkatan kemampuan bisnis dan kewirausahaan serta memasyarakatkan konsep dan teknologi agribisnis dengan sasarannya antara lain adalah meningkatkan jumlah publikasi dosen dan membangun budaya akademis yang bertanggung-jawab. Oleh

Page 7: yang Berdaya Saing - Departemen Agribisnis IPBagribisnis.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/06-Triana-Rita-Amzul.pdf · Buku yang merupakan kristalisasi pemikiran para dosen di

● Kata Pengantar

vi Agribusiness Series 2017 : Menuju Agribisnis Indonesia yang Berdaya Saing

karena itu, buku “Agribisnis Series” ini merupakan salah satu bentuk pengejawantahan dari mandat, visi, dan misi Departemen Agribisnis.

Buku “Agribisnis Series” ini bisa terbit atas dukungan dari para pemangku kepentingan Departemen Agribisnis, baik ditingkat Departemen, Fakultas, maupun Institut, maka dari itu Departemen Agribisnis sangat meng-apresiasi. Apresiasi positif dan penghargaan, Departemen haturkan kepada tim kecil yang dikomandoi oleh Dr. Harianto dan secara khusus kepada Dr. Bayu Krisnamurthi atas lontaran ide membuat buku ini dan yang selalu memberikan “tantangan menuliskan” pikiran-pikiran para dosen di Departemen Agribisnis.

Kepada seluruh penulis buku “Agribisnis Series 2017” ini, Departemen Agribisnis menyampaikan penghargaan dan teruslah berkarya, “jadikan buku ini sebagai awal dari perjalanan pemikiran akademis”. Semoga buku ini memberikan manfaat yang seluas-luasnya bagi masyarakat agribisnis dan buku “Agribisnis Series” berikutnya layak untuk ditunggu, selamat membaca.

Bogor, September 2017 Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Dr. Dwi Rachmina

Page 8: yang Berdaya Saing - Departemen Agribisnis IPBagribisnis.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/06-Triana-Rita-Amzul.pdf · Buku yang merupakan kristalisasi pemikiran para dosen di

Agribusiness Series 2017 : Menuju Agribisnis Indonesia yang Berdaya Saing vii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................... v

Menuju Agribisnis di Indonesia yang Berdaya Saing (Suatu Pengantar) Harianto, dan Bayu Krisnamurthi ........................................................................ 1

Berpikir Sistem (System Thinking) dalam Pendekatan Sistem (System Aproach) Rita Nurmalina .............................................................................................. 15

Tinjauan Teoritis Risiko Produksi dan Harga dalam Model Ekonomi Rumahtangga Pertanian Anna Fariyanti ............................................................................................... 25

Efisiensi Teknis Usahatani Kedelai Dwi Rachmina, dan Tursina Andita Putri ...................................................... 39

Peran Koperasi Susu dalam Peningkatan Efisiensi Teknis Usahaternak Sapi Perah Leo Rio Ependi Malau, Ratna Winandi Asmarantaka, dan Suharno ............ 53

Analisis Perbandingan Peranan Input terhadap Produksi pada Perkebunan Rakyat Karet dan Kelapa Sawit Triana Gita Dewi, Rita Nurmalina, dan Amzul Rifin .................................. 71

Potensi Agribisnis Florikultura di Indonesia Netti Tinaprilla, dan Chairani Putri Pratiwi .................................................. 89

Analisis Produksi dan Konsumsi Komoditas Pangan Strategis di Indonesia Netti Tinaprilla ............................................................................................... 107

Page 9: yang Berdaya Saing - Departemen Agribisnis IPBagribisnis.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/06-Triana-Rita-Amzul.pdf · Buku yang merupakan kristalisasi pemikiran para dosen di

● Daftar Isi

viii Agribusiness Series 2017 : Menuju Agribisnis Indonesia yang Berdaya Saing

Analisis Ekonomi Rumahtangga Petani Kopi Ratna Winandi Asmarantaka, Ahmad Syariful Jamil, dan Ahmad Zainuddin.................................................................................... 133

Willingness To Pay dan Ability To Pay Petani dalam Asuransi Pertanian Anna Fariyanti, Tintin Sarianti, dan Yanti Nuraeni Muflikh ....................... 153

Evolusi Elastisitas Permintaan Beras dan Implikasinya Bagi Kebijakan Publik Perberasan: Suatu Pemikiran Awal Harianto ......................................................................................................... 163

Apakah Penerapan Bea Keluar Efektif? (Kasus Minyak Sawit dan Biji Kakao) Amzul Rifin ................................................................................................... 181

Efektifkah Subsidi Pupuk Meningkatkan Pendapatan Rumah Tangga Petani Tanaman Pangan di Indonesia? Feryanto .......................................................................................................... 189

Kajian Pemasaran Kopi di Provinsi Lampung Ratna Winandi Asmarantaka, Netti Tinaprilla, dan Amzul Rifin................ 205

Daya Saing Lada Indonesia di Pasar Dunia Ach Firman Wahyudi, Anisa Dwi Utami, dan Lukman M. Baga ................ 219

Pertanian Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Feryanto .......................................................................................................... 241

Indikator Operasional Pembangunan Pertanian Berkelanjutan di Negara Berkembang Rita Nurmalina .............................................................................................. 251

Page 10: yang Berdaya Saing - Departemen Agribisnis IPBagribisnis.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/06-Triana-Rita-Amzul.pdf · Buku yang merupakan kristalisasi pemikiran para dosen di

Agribusiness Series 2017 : Menuju Agribisnis Indonesia yang Berdaya Saing 71

ANALISIS PERBANDINGAN PERANAN INPUT TERHADAP PRODUKSI PADA PERKEBUNAN RAKYAT KARET DAN KELAPA SAWIT Triana Gita Dewi, Rita Nurmalina, dan Amzul Rifin PENDAHULUAN

Perkebunan rakyat merupakan bagian penting dari sektor pertanian di Indonesia, teruitama dari sisi penyerapan tenaga kerja dan sumbangannya pada PDB pertanian. Pada tahun 2011, 42,29 persen dari total luas perkebunan rakyat digunakan untuk perkebunan karet dan kelapa sawit, masing-masing 18,55 persen dan 23,74 persen (BPS RI, 2013a). Lahan yang digunakan untuk kelapa sawit terus meningkat dari tahun 2000 sampai 2012. Rata-rata peningkatan lahan kelapa sawit adalah 10,39 persen per tahun. Sebaliknya, luas lahan petani karet cenderung menurun dari tahun 2000 sampai 2012. Rata-rata penurunan lahan karet adalah 0,21 persen per tahun.

Karet dan kelapa sawit masih menjadi dua komoditas yang terus dikembangkan di Indonesia. Produksi komoditas tersebut meningkat dari tahun 2000 sampai 2011 (BPS RI, 2013b), walaupun peningkatan produksi karet lebih rendah dari peningkatan produksi kelapa sawit. Produksi karet dan kelapa sawit yang tinggi didorong oleh tingginya permintaan ekspor. Indonesia adalah penghasil karet utama di dunia, bersama dengan Thailand dan Malaysia. Pada tahun 2007, Indonesia menghasilkan 2,55 juta ton karet alam di bawah Thailand yang menghasilkan 2,97 juta ton (Julianto V, 2009). Pada tahun 2007, Indonesia juga menjadi produsen utama kelapa sawit di dunia, bersama dengan Malaysia (Rifin A, 2010).

Page 11: yang Berdaya Saing - Departemen Agribisnis IPBagribisnis.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/06-Triana-Rita-Amzul.pdf · Buku yang merupakan kristalisasi pemikiran para dosen di

● Triana Gita Dewi , Rita Nurmalina, dan Amzul Rifin

72 Agribusiness Series 2017 : Menuju Agribisnis Indonesia yang Berdaya Saing

Peluang ekspor yang tinggi akan mendorong banyak orang, baik petani perkebunan rakyat maupun perusahaan besar untuk meningkatkan produksi karet dan kelapa sawit. Semakin banyak permintaan untuk komoditas tersebut, semakin banyak lahan yang dibutuhkan. Salah satu provinsi yang mengalami fenomena ini di Indonesia adalah Provinsi Jambi. Provinsi Jambi diklasifikasikan sebagai salah satu sentra produksi karet dan kelapa sawit di Indonesia (PUSDATIN, 2013a, dan PUSDATIN, 2013b). Berdasarkan produksi, Kabupaten Batanghari menjadi salah satu sentra produksi karet dan kelapa sawit (BPS Provinsi Jambi, 2012). Kabupaten Batanghari menempati urutan keempat sebagai produsen karet di Jambi disusul oleh Tanjung Jabung Barat, Muaro Jambi dan Sarolangun.

Kelangkaan lahan di Jambi menyebabkan petani kelapa sawit dan karet berusaha menggunakan lahan yang tidak produktif atau bersaing satu sama lain untuk mendapatkan lahan yang lebih luas untuk mengingkatkan produksinya. Berdasarkan Keputusan No. 421 / Kpts-II/1999, Jambi tidak memiliki hutan produksi yang kompatibel (Kementerian Kehutanan, 2011). Oleh karena itu, untuk meningkatkan produksi karet dan kelapa sawit, petani perkebunan rakyat hanya bergantung pada lahan yang tidak produktif atau mengubah lahan dari satu jenis komoditas ke komoditas lainnya.

Kelangkaan lahan dan tingginya permintaan hasil olahan karet dan kelapa sawit mendorong petani untuk mengembangkan usahatani mereka. Dengan meningkatkan kualitas usahatani, petani dapat meningkatkan produksi dan keuntungan perkebunan mereka tanpa meningkatkan luas lahan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis peranan input yang mempengaruhi produksi karet dan kelapa sawit di Batanghari, Jambi.

TINJAUAN PUSTAKA Input yang berperan terhadap produksi karet dan kelapa sawit sangat

penting untuk dianalisis. Ada beberapa penelitian terdahulu yang telah menganalisis input apa saja yang mempengaruhi kuantitas produksi. Luas lahan merupakan faktor penting yang mempengaruhi produksi. Giroh et al (2014) dan Mesike et al (2009) menyatakan bahwa luas lahan secara signifikan mempengaruhi produksi karet di Nigeria. Peneliti tersebut menggunakan model Cobb-Douglas sebagai fungsi produksi dan menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara luas lahan dan produksi karet. Semakin luas lahan, semakin banyak produksi karet. Hasiholan

Page 12: yang Berdaya Saing - Departemen Agribisnis IPBagribisnis.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/06-Triana-Rita-Amzul.pdf · Buku yang merupakan kristalisasi pemikiran para dosen di

Analisis Perbandingan Peranan Input terhadap Produksi … ●

Agribusiness Series 2017 : Menuju Agribisnis Indonesia yang Berdaya Saing 73

(2005) dan Septianita (2009) memperoleh hasil yang sama untuk perkebunan kelapa sawit. Hasil penelitian mereka menyatakan bahwa luas lahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi kelapa sawit. Hasil berlawanan ditunjukkan oleh Fitriani et al (2013) dan Efendi (2012) yang menyatakan bahwa luas lahan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produksi karet dan kelapa sawit. Pada perkebunan karet, produksi dipengaruhi oleh luas panen yang bisa berbeda sepanjang tahun. Luas panen berubah sesuai situasi dan rencana perusahaan. Dengan demikian, peningkatan luas lahan tidak selalu diikuti dengan peningkatan produksi lateks. Dibandingkan dengan luas lahan, kelapa sawit lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi lahan. Kelapa sawit membutuhkan lahan subur, datar dan memiliki drainase yang baik.

Produksi karet dan kelapa sawit juga ditentukan oleh penggunaan input. Fitriani et al (2013) menjelaskan bahwa pupuk urea berpengaruh nyata terhadap produksi karet dengan hubungan positif. Meski begitu, pengaruhnya tidak terlalu tinggi. Jika penggunaan pupuk urea meningkat 1 persen, produksi karet hanya meningkat 0,026 persen. Berbeda dengan pupuk urea, pupuk TSP tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi, karena pupuk ini bertujuan untuk menyuburkan tanah. Oleh karena itu, tidak secara langsung mempengaruhi getah yang dihasilkan oleh pohon karet. Efendi et al (2012) menyatakan dalam penelitiannya bahwa frekuensi pemberian pupuk berpengaruh signifikan terhadap produksi kelapa sawit dengan hubungan positif. Pemupukan kelapa sawit harus dilakukan dalam 2-3 kali. Hal ini tergantung pada kondisi lahan, jumlah pupuk, umur, dan kondisi tanaman. Herbisida dan pestisida sebenarnya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produksi kelapa sawit (Septianita 2009). Keduanya memberi efek negatif terhadap produksi kelapa sawit. Kenaikan penggunaan herbisida menurunkan produksi kelapa sawit.

Dengan demikian, penggunaan tenaga kerja harus memperhatikan kualitas dan kuantitas produksinya (Adiwilaga 1982 dalam Husinsyah 2006). Giroh et al (2014), Hargianto et al (2013) dan Husinsyah (2006) menyatakan bahwa tenaga kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produksi karet dengan hubungan positif. Artinya, jika lebih banyak tenaga kerja yang digunakan maka produksi karet akan lebih tinggi pula. Keduanya menggunakan model yang berbeda yaitu Model Cobb-Douglas dan Model Linier. Hasil yang sama juga dilaporkan oleh Hasiholan (2005) dan Efendi et al (2012). Hasil penelitian tersebut

Page 13: yang Berdaya Saing - Departemen Agribisnis IPBagribisnis.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/06-Triana-Rita-Amzul.pdf · Buku yang merupakan kristalisasi pemikiran para dosen di

● Triana Gita Dewi , Rita Nurmalina, dan Amzul Rifin

74 Agribusiness Series 2017 : Menuju Agribisnis Indonesia yang Berdaya Saing

menyatakan bahwa tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap produksi kelapa sawit dengan hubungan positif. Waktu kerja berpengaruh secara signifikan terhadap produksi panen. Nilai koefisien regresi positif menunjukkan semakin banyak orang bekerja, semakin banyak pengalaman dan keahliannya. Hal ini bisa mendorong jumlah produksi (Trismiaty 2008). Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh Septianita (2009) dalam penelitiannya. Dia menyatakan bahwa tenaga kerja berpengaruh negatif terhadap produksi kelapa sawit. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak tenaga kerja yang digunakan, semakin sedikit produksi yang dihasilkan. Meskipun demikian, dalam penelitian tersebut pengaruh tenaga kerja tidak signifikan.

METODOLOGI Data yang digunakan dalam penelitian merupakan data sekunder baik

yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan. Data sekunder yang tidak dipublikasi diperoleh dari hasil pengumpulan data oleh tim peneliti dari Collaborative Research Center (CRC), Georg-August University of Göttingen pada Oktober-December 2012. Data tersebut antara lain data petani karet dan kelapa sawit di Kabupaten Batanghari, Jambi. Data sekunder yang dipublikasikan diperoleh dari berbagai institusi seperti BPS RI, Kementrian Pertanian, dan juga data dari buku Batanghari Dalam Angka.

Faktor yang mempengaruhi produksi karet dan kelapa sawit dapat dianalisis dengan menggunakan fungsi double log. Model ini mengasumsikan hubungan antara variabel dependen dan variabel independen. Colame et al (1996) menunjukkan bentuk fungsi produksi double log. Apabila dianggap produksi menggunakan dua jenis input variabel, maka modelnya adalah sebagai berikut:

𝑌𝑌 = 𝑓𝑓(𝑥𝑥1, 𝑥𝑥2) = 𝑏𝑏0𝑥𝑥1𝑏𝑏1𝑥𝑥2𝑏𝑏2𝑒𝑒𝑢𝑢

Keterangan: 𝑏𝑏0, 𝑏𝑏1, 𝑏𝑏2 : parameter yang diestimasi dari data empirik. Y : output 𝑥𝑥1, 𝑥𝑥2 : input u : disturbance e : angka natural (2,718)

Page 14: yang Berdaya Saing - Departemen Agribisnis IPBagribisnis.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/06-Triana-Rita-Amzul.pdf · Buku yang merupakan kristalisasi pemikiran para dosen di

Analisis Perbandingan Peranan Input terhadap Produksi … ●

Agribusiness Series 2017 : Menuju Agribisnis Indonesia yang Berdaya Saing 75

Untuk memperkirakan nilai konstanta dari fungsi double log, model pertama harus ditransformasikan ke fungsi regresi linier berganda dengan mengubah data menjadi bentuk alami logaritma. Nilai konstan fungsi kedua menunjukkan elastisitas perubahan variabel dependen terhadap perubahan variabel independen yang dihitung dalam bentuk proporsi. Fungsi double log yang diubah adalah:

𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑦𝑦� = �̂�𝛽0 + 𝐿𝐿𝐿𝐿 �̂�𝛽1𝑥𝑥1 + �̂�𝛽2𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑥𝑥2 + 𝑢𝑢

Selanjutnya, koefisien tersebut dihitung dengan metode kuadrat

terkecil biasa yang serupa dengan fungsi regresi berganda biasa. Metode ini berusaha memperkecil jumlah error kuadrat (Lind et al, 2008; Thomas, 1996).

𝑢𝑢2 = �(𝑦𝑦𝑖𝑖 − �̂�𝛽0 − �̂�𝛽1𝑥𝑥𝑖𝑖1 − ⋯− �̂�𝛽𝑘𝑘𝑥𝑥𝑖𝑖𝑘𝑘)2𝑛𝑛

𝑖𝑖=1

Dalam penelitian ini, ada lima faktor yang diduga dapat

mempengaruhi produksi karet dan kelapa sawit. Lima faktor tersebut juga dikenal sebagai faktor independen seperti luas lahan, penggunaan pupuk, herbisida dan tenaga kerja. Produksi karet dan kelapa sawit diklasifikasikan sebagai variabel dependen. Model Fungsi Produksi yang digambarkan sebagai faktor yang mempengaruhi produksi karet dan kelapa sawit adalah sebagai berikut:

𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑦𝑦� = �̂�𝛽0 + 𝐿𝐿𝐿𝐿 �̂�𝛽1𝑥𝑥1 + �̂�𝛽2𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑥𝑥2 + �̂�𝛽3𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑥𝑥3 + �̂�𝛽4𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑥𝑥4 + �̂�𝛽5𝐿𝐿𝐿𝐿 𝑥𝑥5

Keterangan: 𝑦𝑦� : dependen variabel 𝑥𝑥1 − 𝑥𝑥5 : independen variabel �̂�𝛽0 : intersep �̂�𝛽1 − �̂�𝛽6 : koefisien variabel independen

Page 15: yang Berdaya Saing - Departemen Agribisnis IPBagribisnis.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/06-Triana-Rita-Amzul.pdf · Buku yang merupakan kristalisasi pemikiran para dosen di

● Triana Gita Dewi , Rita Nurmalina, dan Amzul Rifin

76 Agribusiness Series 2017 : Menuju Agribisnis Indonesia yang Berdaya Saing

Tabel 1. Deskripsi Variabel dalam Fungsi Produksi Variabel Nama Skala Unit

𝑦𝑦� Produksi [Karet = Bahan Olah Karet (Bokar), Kelapa Sawit = Tandan Buah Segar (TBS)]

Rasio Kg

𝑥𝑥1 Luas lahan Rasio Ha 𝑥𝑥2 Jumlah NPK per Ha per tahun Rasio Kg 𝑥𝑥3 Jumlah urea per Ha per tahun Rasio Kg 𝑥𝑥4 Jumlah herbisida per Ha per tahun Rasio Liter 𝑥𝑥5 Jumlah tenaga kerja per Ha per

tahun Rasio Hari orang

kerja (7 jam per hari)

Analisis regresi berganda dihitung dengan menggunakan OLS

(Ordinary Least Square). OLS adalah metode untuk membangun model regresi berganda yang menghasilkan error kuadrat terkecil. Data ini dianalisis secara kuantitatif dengan software SPSS 20.

Model regresi yang dibangun dengan metode OLS harus melengkapi beberapa asumsi untuk menghasilkan estimator yang baik atau BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Beberapa asumsi ini antara lain (Juanda 2009): 1. Tidak terdapat multikolinieritas

Multikolinieritas adalah hubungan sempurna diantara variabel bebas dalam model. Ada beberapa konsekuensi jika model melanggar asumsi ini seperti koefisien menjadi sangat sulit untuk ditafsirkan, maka hasil uji signifikansi model dan koefisien tidak valid. VIF (Variance Inflation Factor) adalah metode yang digunakan untuk menguji apakah model memiliki multikolinearitas atau tidak. VIF dihitung dengan menggunakan rumus:

𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉𝑉 =1

(1 − 𝑅𝑅𝑗𝑗2)

Rj adalah koefisien determinasi (Rsq) fungsi antara variabel bebas dengan variabel independen lainnya. Semakin rendah Rj, semakin rendah VIF. Oleh karena itu, jika nilai VIF kurang dari 10, dapat dinyatakan bahwa model tersebut tidak mengandung multikolinearitas (Gujarati 2006).

Page 16: yang Berdaya Saing - Departemen Agribisnis IPBagribisnis.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/06-Triana-Rita-Amzul.pdf · Buku yang merupakan kristalisasi pemikiran para dosen di

Analisis Perbandingan Peranan Input terhadap Produksi … ●

Agribusiness Series 2017 : Menuju Agribisnis Indonesia yang Berdaya Saing 77

2. Error varians harus konstan (homoskedastisitas). Jika varian error tidak homogen, model akan mengalami heteroskedastisitas. Standar error di bawah perkiraan dan estimator OLS menjadi tidak efisien adalah beberapa konsekuensi heteroskedastisitas. Uji Glejser adalah salah satu metode yang digunakan untuk menguji keberadaan heteroskedastisitas. Pengujian ini dilakukan dengan membuat fungsi antara kesalahan absolut dan variabel independen lainnya. Hipotesis dibuat sebagai berikut: H0: tidak ada heteroskedastisitas H1: ada heteroskedastisitas

Uji statistik yang digunakan adalah uji-t pada tabel ANOVA. Jika nilai t lebih besar dari t tabel atau Sig lebih kecil dari α (0,05), maka tolak H0 atau ada heteroskedastisitas dalam model.

3. Error harus didistribusikan secara normal

Error pada model harus didistribusikan secara normal dengan rata-rata nol dan 𝜎𝜎2varians konstan (Gujarati 2006). Uji normalitas error dapat dilakukan dengan melihat scatterplot error dan uji Kolgomorov-Smirnov. Kolgomorov-Smirnov juga memiliki hipotesis tersendiri. H0: error didistribusikan secara normal H1: kesalahan tidak didistribusikan secara normal

Analisis melalui OLS merupakan formula yang telah banyak dikenal

dalam statistik atau ekonometrik. Dengan rumus ini, kita bisa mengetahui �̂�𝛽1, �̂�𝛽2, �̂�𝛽3, … … , �̂�𝛽𝑘𝑘dan membangun model regresi. Beberapa interpretasi dan uji signifikansi yang digunakan untuk mengetahui kualitas model antara lain: 1. Goodness of Fit (𝑹𝑹𝟐𝟐) atau Koefisien Determinasi

R2 adalah proporsi variasi total Y yang dapat dikaitkan dengan variasi semua variabel penjelas yang bekerja secara bersama-sama (Thomas 1996).

𝑅𝑅2 = 1 −∑𝑒𝑒𝑖𝑖2

∑ 𝑦𝑦𝑖𝑖2

Page 17: yang Berdaya Saing - Departemen Agribisnis IPBagribisnis.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/06-Triana-Rita-Amzul.pdf · Buku yang merupakan kristalisasi pemikiran para dosen di

● Triana Gita Dewi , Rita Nurmalina, dan Amzul Rifin

78 Agribusiness Series 2017 : Menuju Agribisnis Indonesia yang Berdaya Saing

2. F-test F-test adalah uji beberapa hipotesis mengenai parameter 𝛽𝛽0,𝛽𝛽1, … ,𝛽𝛽𝑘𝑘 . Dengan tes ini dapat diketahui apakah sekelompok variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen (Wooldridge 2006). Sebagai contoh, jika ingin menguji 𝛽𝛽1,𝛽𝛽2, 𝑑𝑑𝑑𝑑𝐿𝐿 𝛽𝛽3, maka hipotesis-hipotesis yang harus dibangun adalah:

H0 : 𝛽𝛽1 = 0,𝛽𝛽2 = 0,𝛽𝛽3 = 0 H1 : H0 tidak benar

H1 menyatakan bahwa sekelompok variabel independen 𝑥𝑥1, 𝑥𝑥2 𝑑𝑑𝑑𝑑𝐿𝐿 𝑥𝑥3 signifikan mempengaruhi variabel dependen. Jika P-value lebih rendah dari α, maka tolak H0.

3. t-test Tes ini digunakan untuk mengidentifikasi variabel independen mana yang secara signifikan mempengaruhi variabel dependen. Parameter 𝜷𝜷𝒋𝒋tidak diketahui, sehingga digunakan pengujian hipotesis untuk menebak efeknya pada model (Wooldridge, 2006). Umumnya, ada dua jenis hipotesis alternatif dan mereka memiliki peraturan keputusan yang berbeda. Jika P-value lebih rendah dari α, maka tolak H0.

Tabel 2. Alternatif Hipotesis untuk t test

Satu arah Dua arah H0 : 𝛽𝛽𝑗𝑗 = 0 H0 : 𝛽𝛽𝑗𝑗 = 0 H1 : 𝛽𝛽𝑗𝑗 > 0

or H1 : 𝛽𝛽𝑗𝑗 < 0

H1 : 𝛽𝛽𝑗𝑗 ≠ 0

Sumber: Wooldridge (2006)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil perhitungan menunjukan bahwa rata-rata produksi karet yang

dihasilkan oleh petani di Batanghari hanya mencapai 726 kilogram per hektar per tahun, sedangkan rata-rata produksi kelapa sawit di Batanghari mencapai 14,4 ton per hektar per tahun. Berdasarkan kondisi geografis dan iklim, Batanghari merupakan tempat yang tepat untuk pengembangan perkebunan karet di Indonesia.

Page 18: yang Berdaya Saing - Departemen Agribisnis IPBagribisnis.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/06-Triana-Rita-Amzul.pdf · Buku yang merupakan kristalisasi pemikiran para dosen di

Analisis Perbandingan Peranan Input terhadap Produksi … ●

Agribusiness Series 2017 : Menuju Agribisnis Indonesia yang Berdaya Saing 79

Karakteristik Perkebunan Karet dan Kelapa Sawit

Di Kabupaten Batanghari, karet dan kelapa sawit ditanam dalam lahan dengan luas yang bervariasi. Secara umum, luas lahan karet berkisar antara 0,5 sampai 11 Ha, sementara luas lahan kelapa sawit berkisar antara 0,25 sampai 25 Ha. Menurut rata-rata luas lahan, tanaman karet diusahakan di lahan yang lebih luas dibandingkan lahan kelapa sawit masing-masing seluas 2,14 dan 2,66 Ha, namun perbedaannya tidak signifikan. Hal ini bisa dilihat dari gambar 1 dimana mayoritas petani, baik karet maupun kelapa sawit, memiliki luas lahan antara 1 sampai 5 Ha, masing-masing 89 persen dan 84 persen.

Karet Kelapa Sawit < 1 ha 1-5 ha 6-10 ha > 10 ha

Gambar 1. Persentase Petani (Responden)

Berdasarkan Luas Lahan yang Dimiliki

Pada tanaman tahunan, umur tanaman menentukan produksi karet dan kelapa sawit. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa rata-rata tanaman karet lebih tua dari pada tanaman kelapa sawit, masing-masing 11,85 dan 10,86 tahun namun perbedaan ini tidak signifikan. Hal itu terjadi karena mayoritas tanaman karet dan kelapa sawit berumur diantara 0-10 tahun, masing-masing 44 dan 52 persen. Meskipun tanaman karet diperkenalkan lebih awal dari pada tanaman kelapa sawit, banyak perkebunan karet dan kelapa sawit di Kabupaten Batanghari yang telah ditanam kembali.

6%

89%

5% 0% 10%

84%

3% 3%

Page 19: yang Berdaya Saing - Departemen Agribisnis IPBagribisnis.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/06-Triana-Rita-Amzul.pdf · Buku yang merupakan kristalisasi pemikiran para dosen di

● Triana Gita Dewi , Rita Nurmalina, dan Amzul Rifin

80 Agribusiness Series 2017 : Menuju Agribisnis Indonesia yang Berdaya Saing

30%

22%18%

16%14% 23%

21%23%

20%

13%

Karet Kelapa Sawit 0-5 tahun 6-10 tahun 11-15 tahun 16-20 tahun 20-25 tahun

Gambar 2. Persentase Petani (Responden)

Berdasarkan Umur Tanaman yang Dimiliki

Karakteristik Petani Perkebunan Karet dan Kelapa Sawit

Pada bagian ini, karakteristik petani yang akan dibandingkan antara lain pendidikan, jumlah anggota keluarga yang terlibat dalam pertanian, asal petani, dan jumlah petani yang memiliki sertifikat lahan. Pendidikan petani dihitung berdasarkan lama waktu yang digunakan untuk menempuh pendidikan formal. Pendidikan diharapkan dapat menentukan pola pikir petani untuk mengadopsi teknologi baru yang akan meningkatkan produktivitas usahatani. Rata-rata pendidikan petani kelapa sawit ternyata lebih tinggi dibandingkan rata-rata pendidikan petani karet. Tingkat pendidikan petani akan mempengaruhi tingkat adopsi teknologi. Pendidikan tinggi akan mempengaruhi cara berpikir dan penerimaan inovasi dan teknologi baru (Soekartawi 2002 dalam Soeyatno 2013). Petani yang memiliki pendidikan tinggi juga lebih berani mengambil risiko, sehingga petani didorong untuk mencoba berbagai upaya untuk meningkatkan produksi usahatani.

Pertanian karet dan kelapa sawit menggunakan jumlah tenaga kerja yang berbeda, dimana perkebunan karet menggunakan lebih banyak tenaga kerja dibandingkan dengan perkebunan kelapa sawit. Hal tersebut

Page 20: yang Berdaya Saing - Departemen Agribisnis IPBagribisnis.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/06-Triana-Rita-Amzul.pdf · Buku yang merupakan kristalisasi pemikiran para dosen di

Analisis Perbandingan Peranan Input terhadap Produksi … ●

Agribusiness Series 2017 : Menuju Agribisnis Indonesia yang Berdaya Saing 81

Imigran34%non-

imigran66% Imigran

90%

Non-imigran10%

berefek pada tingginya anggota keluarga petani karet yang terlibat dalam usahatani. Sebagian besar tenaga kerja digunakan dalam kegiatan penyadapan atau pemanenan. Secara teknis, pohon karet perlu dipanen (disadap) lebih sering, dibandingkan dengan pohon kelapa sawit. Meski menyadap karet hanya dibutuhkan setengah hari, perkebunan ini masih butuh tenaga lebih banyak daripada pemanenan kelapa sawit (Feintrenie dan Levang, 2009). Tabel 3. Karakteristik Petani Karet dan Kelapa Sawit

Karakteristik Petani Rata-rata Karet Kelapa Sawit

Pendidikan petani (tahun) 7.19** 7.93** Anggota keluarga yang terlibat dalam usahatani (orang)

2.00* 1.00*

* Significant with α = 5% ** Significant with α = 10%

Provinsi Jambi merupakan salah satu daerah tujuan program transmigrasi yang dilakukan secara bertahap antara tahun 1905 dan 1994. Jumlah transmigran terbesar terjadi pada periode 1979-1984 dan 1984-1989, yang juga merupakan periode pengenalan perkebunan kelapa sawit (Fearnside, 1997). Hal ini mempengaruhi jenis etnis petani yang melakukan usahatani karet dan kelapa sawit. Dari responden yang diwawancarai, 66 persen petani karet adalah penduduk asli atau non-imigran, sementara 90 persen kelapa sawit adalah petani imigran dari daerah lain.

Karet Kelapa Sawit

Gambar 3. Persentase Petani Berdasarkan Status Kependudukan

Page 21: yang Berdaya Saing - Departemen Agribisnis IPBagribisnis.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/06-Triana-Rita-Amzul.pdf · Buku yang merupakan kristalisasi pemikiran para dosen di

● Triana Gita Dewi , Rita Nurmalina, dan Amzul Rifin

82 Agribusiness Series 2017 : Menuju Agribisnis Indonesia yang Berdaya Saing

Ya46%

Tidak54% Ya

67%

Tidak33%

Berkaitan dengan isu transmigrasi, beberapa program memberikan bantuan pertanian untuk mendukung transmigran. Salah satu program yang paling terkenal disebut Nucleus Estate Settlement (NES) yang dibuat untuk mendukung transmigran dengan menyediakan fasilitas pertanian seperti lahan beserta sertifikat kepemilikannya (Fearnside, 1997) khususnya pada perkebunan kelapa sawit. Hal itu menyebabkan kepemilikan sertifikat lahan pada petani kelapa sawit lebih tinggi daripada pada petani karet, masing-masing dengan 46 dan 46 persen (Gambar 4).

Karet Kelapa Sawit

Gambar 4. Persentase Petani Berdasarkan Kepemilikan Sertifikasi Lahan

Peranan Input terhadap Produksi Karet dan Kelapa Sawit

Hasil analisis regresi mengenai input yang berperan dalam produksi karet dan kelapa sawit, dapat dilihat pada Tabel 4. Estimasi model yang ditunjukan pada Tabel 4 telah memenuhi asumsi klasik seperti error yang terdistribusi normal, tidak adanya multikolinieritas pada variabel independen dan error yang bersifat homoskedastisitas.

Page 22: yang Berdaya Saing - Departemen Agribisnis IPBagribisnis.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/06-Triana-Rita-Amzul.pdf · Buku yang merupakan kristalisasi pemikiran para dosen di

Analisis Perbandingan Peranan Input terhadap Produksi … ●

Agribusiness Series 2017 : Menuju Agribisnis Indonesia yang Berdaya Saing 83

Tabel 5. Estimasi Model Produksi Karet dan Kelapa Sawit Karet Sawit

Koefisien R-Sq Koefisien R-Sq Intersep 5,193

0,588

9,487

0,738

Luas lahan (Ha) [Ln X1] 0,582* 1,019* Urea (Kg) [Ln X2] 0,028 0,084* NPK (Kg) [Ln X3] 0,019 0,107* Herbisida (Liter) [Ln X4] -0,032 -0,207 Total Tenaga Kerja (HOK) [Ln X5]

0,377* 0,040

Keterangan: * siginifikan dengan taraf nyata 5%

Berdasarkan Tabel 5, luas lahan merupakan variabel yang berperan signifikan mempengaruhi produksi karet dan kelapa sawit. Hal ini menandakan bahwa perubahan luas lahan akan sangat berpengaruh pada jumlah produksi yang dihasilkan. Elastisitas yang positif menandakan bahwa semakin tinggi luas lahan yang diusahakan oleh petani karet dan kelapa sawit, variabel yang lain tetap, maka semakin tinggi pula jumlah produksi karet dan kelapa sawit. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Giroh et al (2014) dan Mesike et al (2009) yang menyatakan bahwa luas lahan signifikan mempengaruhi produksi karet. Pada fungsi produksi karet, elastisitas luas lahan sebesar 0,582 artinya jika luas lahan meningkat sebesar 1 persen, maka produksi karet akan meningkat sebesar 0.582 persen, ceteris paribus. Nilai yang lebih kecil dari 1 ini menandakan bahwa penggunaan lahan sudah mendekati batas maksimum sehingga persentase penambahan produksi karet lebih rendah dibandingkan dengan persentase penambahan luas lahan. Berbeda dengan variabel luas lahan pada fungsi produksi karet, pada fungsi produksi kelapa sawit, elastisitas lahan sebesar 1.019. Nilai yang lebih tinggi dari 1 ini menandakan bahwa persentase penambahan produksi kelapa sawit lebih tinggi dibandingkan dengan persentase penambahan luas lahan.

Fungsi produksi karet dan kelapa sawit memiliki respon yang berbeda terhadap input tenaga kerja dan input kimia (terutama pupuk). Produksi karet sangat dipengaruhi oleh tenaga kerja. Hal ini disebabkan signifikannya variabel total tenaga kerja pada fungsi produksi karet. Elastisitas total tenaga kerja sebesar 0,377 artinya jika total tenaga kerja meningkat sebesar 1 persen, maka produksi karet akan meningkat sebesar 0,377 persen, ceteris paribus. Nilai ini menunjukan bahwa semakin tinggi

Page 23: yang Berdaya Saing - Departemen Agribisnis IPBagribisnis.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/06-Triana-Rita-Amzul.pdf · Buku yang merupakan kristalisasi pemikiran para dosen di

● Triana Gita Dewi , Rita Nurmalina, dan Amzul Rifin

84 Agribusiness Series 2017 : Menuju Agribisnis Indonesia yang Berdaya Saing

tenaga kerja yang digunakan, maka akan semakin tinggi jumlah produksi yang dihasilkan. Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa tenaga kerja signifikan berperan mempengaruhi produksi karet dengan hubungan yang positif (Giroh et al, 2014; Hargianto et al, 2013; dan Husinsyah, 2006). Namun elastisitas yang lebih rendah dari 1 memperlihatkan bahwa penggunaan tenaga kerja telah mendekati batas maksimum sehingga persentase penambahan jumlah produksi lebih rendah dibandingkan dengan persentase penambahan tenaga kerja.

Produksi kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh pupuk Urea dan NPK. Hal ini diperlihatkan dengan signifikannya kedua variabel tersebut pada fungsi produksi kelapa sawit dengan masing-masing elastisitas sebesar 0,084 (Urea) dan 0,107 (NPK). Angka tersebut memperlihatkan bahwa semakin tinggi penggunaan Urea dan NPK, maka akan semakin tinggi jumlah produksi kelapa sawit. Namun elastisitas yang lebih rendah dari 1 memperlihatkan bahwa penggunaan pupuk Urea dan NPK telah mendekati batas maksimum sehingga persentase penambahan jumlah produksi lebih rendah dibandingkan dengan persentase penambahan masing-masing pupuk.

Perbedaan respon produksi karet dan kelapa sawit terhadap pupuk dan tenaga kerja menunjukan bahwa perkebunan karet cenderung bersifat labor intensive sedangkan perkebunan kelapa sawit bersifat chemical input intensive. Hal ini juga diperlihatkan pada penelitian (Dewi et al, 2014) dimana jumlah biaya variabel tenaga kerja lebih tinggi pada perkebunan karet dibandingkan dengan perkebunan kelapa sawit, sedangkan biaya variabel pupuk dan herbisida lebih tinggi pada perkebunan kelapa sawit dibandingkan dengan perkebunan karet.

Page 24: yang Berdaya Saing - Departemen Agribisnis IPBagribisnis.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/06-Triana-Rita-Amzul.pdf · Buku yang merupakan kristalisasi pemikiran para dosen di

Analisis Perbandingan Peranan Input terhadap Produksi … ●

Agribusiness Series 2017 : Menuju Agribisnis Indonesia yang Berdaya Saing 85

Karet Kelapa Sawit

Gambar 5. Perbandingan Total Biaya Variabel pada Masing-Masing Input

Sumber: Dewi et al (2014)

KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan fungsi produksi karet, faktor yang signifikan

mempengaruhi produksi karet antara lain luas lahan dan tenaga kerja, sedangkan pada fungsi produksi kelapa sawit, faktor yang signifikan mempengaruhi produksi kelapa sawit adalah luas lahan, pupuk urea dan NPK. Hal ini memperlihatkan bahwa perkebunan karet bersifat intensif dalam penggunaan tenaga kerja (labor intensive) sedangkan perkebunan kelapa sawit bersifat chemical input intensive.

Petani karet diharapkan mempertimbangkan penggunakan tenaga kerja dengan baik sedangkan petani kelapa sawit seharusnya memperhitungkan penggunaan pupuk NPK dan Urea dengan optimal. Perkebunan karet masih dapat dijadikan andalan dalam penyerapan tenaga kerja atau mengurangi pengangguran di pedesaan.

Herbisida: Rp

5.206.890

Pupuk: Rp

5.629.755

Tenaga kerja: Rp 110.095.243

Herbisida: Rp

7.883.281

Pupuk: Rp 36.910.396

Tenaga kerja: Rp

51.398.008Bia

ya

Input

Page 25: yang Berdaya Saing - Departemen Agribisnis IPBagribisnis.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/06-Triana-Rita-Amzul.pdf · Buku yang merupakan kristalisasi pemikiran para dosen di

● Triana Gita Dewi , Rita Nurmalina, dan Amzul Rifin

86 Agribusiness Series 2017 : Menuju Agribisnis Indonesia yang Berdaya Saing

DAFTAR PUSTAKA

[BPS Jambi] Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. 2012. Jambi in Figures 2012. Jambi (ID): BPS Jambi Province

[BPS RI] Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2013a. Produksi Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman (ribu ton), 2000-2012. Jakarta (ID): BPS

[BPS RI] Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2013b. Luas Areal Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman (000 Ha), 2000-2012. Jakarta (ID): BPS

Colman D and Young T. 1990. Principles of Agricultural Economics (Market and price in less developed country). Melbourne (AUS): Press Syndicate of University of Cambridge.

Dewi T G, Nurmalina R dan Rifin A. 2014. Financial Comparison of Rubber and Oil Palm Smallholders in Batanghari, Jambi, Indonesia. Prosiding Seminar MIICEMA 2014, Malaysia.

Efendi Z, Amelia W and Alfayanti. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit Rakyat di Kabupaten Seluma. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu [Internet]. [downloaded 2014 April 12]. Available on: http://bengkulu.litbang.deptan.go.id/ind/images/dokumen/sosek/bptpbkl-zuleffendi.pdf

Fearnside, P. M. (1997). Transmigration in Indonesia: Lessons from Its Environmental and Social Impacts. Evironmental Management [Internet]. [Downloaded 2013 August 15]; 21 (4): 553-570. Available on: http://link.springer.com/article/10.1007%2Fs002679900049?LI=true

Feintrenie L, and Levang P. 2009. How to influence oil palm development in order to make it benefit local people and prevent uncontrolled deforestation? The example of Bungo district, Indonesia. Proceeding of the XIII World Forestry Congress

Fitriana E, Abidin Z, and Ibnu M. 2013. Analysis of The Production of Latex in PTPN VII Way Berulu. JIIA. [Internet]. [downloaded 2014 22 Maret]. 1 (2); 105-110. Available on: http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/236

Page 26: yang Berdaya Saing - Departemen Agribisnis IPBagribisnis.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/06-Triana-Rita-Amzul.pdf · Buku yang merupakan kristalisasi pemikiran para dosen di

Analisis Perbandingan Peranan Input terhadap Produksi … ●

Agribusiness Series 2017 : Menuju Agribisnis Indonesia yang Berdaya Saing 87

Giroh DY, Ebayo EF and Jongur AAU. 2014. Efficiency of Latex Production in Rubber Plantation in Edo and Delta States, Nigeria. American Journal of Research Communication. [Internet]. [downloaded 2014 22 Maret]. Available on: http://www.usa-journals.com/wp-content/uploads/2012/11/Giroh.pdf

Gujarati. 2006. Dasar-dasar ekonometrika. 3ed. Jakarta (ID): Erlangga

Hargianto A, Rahayu ES, and Darsono. 2013. Analisis Peramalan Produksi Karet di PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Batujamus Kabupaten Karanganyar. Agribusiness Review [Internet]. [downloaded 2014 20 Maret]; 1 (1): 45-64. Available on: http://eprints.uns.ac.id/13519/

Hasiholan B. 2005. Analis Fungsi Produksi Kelapa Sawit Rakyat di Kabupaten Serdang Bedagai [master thesis]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara

Husinsyah. 2006. The Income Contribution of Rubber Farmer to Income in Mencimai Village. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Pembangunan[Internet]. [downloaded 2013 10 June]; 3(1): 9–20. Available on: https://agribisnisfpumjurnal.files.wordpress.com/2012/03/jurnal-vol-3-no-1-husinsyah.pdf

Juanda B. 2009. Ekonometrika (Pemodelan dan Pendugaan). Bogor (ID): IPB Press

Julivanto V. 2009. Dinamika Ekspor Karet Alam Indonesia [undergraduate thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Kementerian Kehutanan. 2011. Forestry Statistic of Indonesia. Jakarta (ID): Ministry of Forestry.

Lind D A, W. G. Marchal, and S. A. Wathen. 2008. Statistical Techniques in Business and Economics with Global Data Sets. Boston (US): McGraw-Hill Inc.

Mesike CS, Owie OED, Okoh RN. 2009. Resource-Use Efficiency and Return to Scale in Smallholders Rubber Farming System in Edo State, Nigeria. J Hum Ecol [Internet]. [downloaded 2014 20 Maret]; 28 (3): 183-186. Available on: http://www.krepublishers.com/02-Journals/JHE/JHE-28-0-000-09-Web/JHE-28-3-000-09-Abst-PDF/JHE-28-03-183-09-1959-Mesike-C-S/JHE-28-03-183-09-1959-Mesike-C-S-Tt.pdf

Page 27: yang Berdaya Saing - Departemen Agribisnis IPBagribisnis.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/06-Triana-Rita-Amzul.pdf · Buku yang merupakan kristalisasi pemikiran para dosen di

● Triana Gita Dewi , Rita Nurmalina, dan Amzul Rifin

88 Agribusiness Series 2017 : Menuju Agribisnis Indonesia yang Berdaya Saing

[PUSDATIN] Pusat dan Sistem Informasi Pertanian. 2013a. Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian, Volume 4 No. 1 tahun 2013. Jakarta (ID): Kementan

[PUSDATIN] Pusat dan Sistem Informasi Pertanian. 2013b. Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian, Volume 4 No. 2 tahun 2013. Jakarta (ID): Kementan

Rifin A. 2010. An Analysis of Indonesia’s Palm Oil Position in the World Market: A Two-Stage Demand Approach. OilPalm Industry Economis Journal [Internet]. [downloaded 2014 Mar 10]; 10 (1): 35-42. Available on: http://www.researchgate.net/publication/235980343_An_AnAlysis_of_indonesiA's_PAlm_oil_Position_in_the_World_mArket_A_tWo-stAge_demAnd_APProAch_An_Analysis_of_Indonesia's_Palm_Oil_Position_in_the_World_Market_A_Two-stage_Demand_Approach/file/60b7d515251a18b1d9.pdf

Septianita. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit (Eleis quinensis Jack) dan Kontribusinya terhadap Pendapatan di Desa Makartitama Kec. Paninjauan Kab. OKU. Agronobis [Internet]. [downloaded 2014 April 12]; 1 (2): 78-85. Available on: http://agronobisunbara.files.wordpress.com/2012/11/13-hal-78-85-septianita-oke.pdf

Soeyatno RF. 2013. Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu di Desa Pandesari Kecamatan Pujon Kabupaten Malang Jawa Timur [master thesis]. Bogor (ID): IPB.

Thomas, R. L. 1997. Modern Econometrics an Introduction. London (UK): Addison Wesley Longman.

Trismiaty, Listiyani and Mubaraq T Z. 2008. Factors Affecting Indonesian Palm Oil Export. Buletin Ilmiah Instiper; 15 (1).

Wooldridge. 2006. Introductory Econometrics, A Modern Approach 3rdEdition. Toronto (CA): Thomson South-Western.