sya

Upload: win-zul-kim

Post on 14-Oct-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSeiring berkembangnya zaman, kehidupan manusia semakin maju dengan membuat perubahan di segala bidang, tidak terkecuali pada bidang perhubungan. Manusia telah menciptakan tata transportasi yang dapat membantu kelancaran dalam berpindah tempat, namun hal yang tidak disadari adalah kecelakaan yang terjadi. Kecelakaan akan merusak kesehatan manusia dalam bentuk patah tulang atau fraktur. ( FKUI, 2000 ) Fraktur adalah patah tulang yang di sebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. ( M. Clevo Rendy, 2012 ). Pada pasien yang mengalami fraktur dan memiliki penyakit penyerta seperti diabetes melitus akan mengalami penurunan tingkat kecepatan penyembuhan luka sehingga meningkatnya kejadian infeksi. ( A. Aziz Alimul, 2008 )Berbagai penyakit tertentu juga harus menjadi dalam memberikan keputusan nutrisi pada pasien fraktur. Fraktur adalah patah tulang atau terputusnya komunitas jaringan tulang dan kulit serta ditentukan sesuai jenis dan luasnya ( Syratun dkk. 2008 ). Untuk fraktur sendiri kebutuhan nutrisi dapat dipenuhi dengan makanan Tinggi Kalori Tinggi Protein untuk proses penyembuhan sedangkan untuk pasien yang mengidap Diabetes Melitus diharuskan mengatur jumlah glukosa yang diterimanya setiap hari. ( Daldiyono dkk ).Fraktur dengan memiliki penyakit bawaan Diabetes Melitus yang merupakan faktor penghambat dalam proses penyembuhan. ( Daldiyono dkk. 2006 ).Badan kesehatan dunia ( WHO ) mencatat tahun 2009 terdapat lebih 1,5 juta kasus dengan rincian 33% kasus patah tulang daerah belakang, 14% kasus patah tulang daerah pergelangan, 20% kasus patah tulang panggul serta lebih dari 30% patah tulang bagian tubuh lainnya. Dari sekian kasus yang terjadi disebabkan oleh insiden kecelakaan. ( Lukman, 2009 )Berdasarkan data dinas kesehatan provinsi Jawa Timur tahun 2009 didapatkan sekitar 2700 orang mengalami insiden fraktur, 56% penderita mengalami kecacatan fisik, 24% mengalami kematian, 15% mengalami kesembuhan dan 5% mengalami gangguan psikologis atau depresi terhadap adanya kejadian fraktur (Dinkes Pemprov Jatim, 2009).Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan di ruang kenanga RSD Dr. HARYOTO Lumajang, di dapatkan angka fraktur secara umum yakni 117 pada tahun 2012 (Rekam Medis, 2012)Pada dasarnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress atau tenaga yang lebih besar dari pada yang diabsorbsinya. Fraktur dapat diakibatkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan pintir mendadak dan kontraksi otot yang ekstrem (Suratun dkk, 2008 : 148). Tulang yang mengalami salah satu atau lebih dari keempat hal diatas dapat mengalami fraktur baik fraktur terbuka maupun fraktur tertutup dimana fraktur terbuka merupakan fraktur yang menyebabkan adanya hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan dikulit sedangkan fraktur tertutup merupakan fraktur yang tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. (Arif mansjoer, 2000: 396). Pada area tersebut akan terjadi perdarahan (akibat terputusnya pembuluh darah) bengkak dan nekrosis yang menyebabkan gangguan hantaran aliran darah kebagian ujung tubuh diarea fraktur tersebut hal inilah yang menyebabkan timbulnya gejala gejala fraktur. Gejala dan tanda fraktur diantaranya nyeri terus menerus hilangnya fungsi deformitas (kelainan bentuk), pemendekan ekstremitas, krepitus pembengkakan lokal, perubahan warna (Suratun, 2008:150). Akibat fisik yang dialami oleh pasien fraktur yang bisa menyebabkan dampak pada psikis pasien. Misalnya karena nyeri yang sangat hebat hingga pasien tidak bisa beraktifitas. Pada kasus tertentu, tidak menutup kemungkinan pasien fraktur mempunyai penyakit penyerta seperti Diabetes Melitus, dengan kasus demikian tingkat kesembuhan pasien akan terganggu atau lambat karena terakumulasinya gula dalam darah yang menghambat proses penyembuhan. (A. Aziz Alimul, 2008).Untuk penalaksanaan secara umum dapat dilakukan dua cara yakni secara medis dan keperawatan, untuk penatalaksanaan medisnya dapat dilakukan penyambungan dengan alat dan membantu mempercepat dengan obat, sedangkan untuk penatalaksanaan secara keperawatan dapat dilakukan dengan pengaturan diet pasien.Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung kepada klien yang mengalami fraktur, sebagai pendidik memberikan pendidikan kesehatan yang bertujuan untuk mencegah komplikasi. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai Gambaran pemenuhan diet pada pasien fraktur dengan komplikasi diabetes melitus di RSD DR. HARYOTO Lumajang.1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan uraian diatas dalam latar belakang peneliti merumuskan masalah Bagaimana Gambaran Pemenuhan Diet pada Pasien Fraktur dengan Komplikasi Diabetes Melitus di Rumah Sakit Daerah Dr. Haryoto Lumajang ?

1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan UmumMengetahui Gambaran Pemenuhan Pemenuhan Diet pada Pasien Fraktur dengan Komplikasi Diabetes Melitus di Rumah Sakit Daerah Dr. Haryoto Lumajang .1.3.2 Tujuan Khusus1.3.2.1 Mengidentifikasi Jenis diet pada pasien fraktur dengan diabetes melitus di ruang kenanga RSD Dr. Haryoto1.3.2.2 Mengidentifikasi Jumlah asupan diet pada pasien fraktur dengan diabetes melitus di ruang kenanga RSD Dr. Haryoto1.3.2.3 Mengidentifikasi Jadwal Pemberian diet pada pasien fraktur dengan diabetes melitus di ruang kenanga RSD Dr. Haryoto

1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Bagi RespondenAgar responden dapat menentukan diet yang sesuai dengan terapi yang di tetapkan secara tepat.

1.4.2 Bagi PenelitiDapat memperluas pengetahuan dan menambah pengalaman dari penelitian tentang gambaran pemenuhan diet pada pasien fraktur dengan komplikasi diabetes melitus.

1.4.3 Bagi Instansi TerkaitSebagai bahan masukan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Fraktur dengan Komplikasi Diabetes Melitus secara tepat.

1.4.4 Bagi Peneliti Lebih LanjutSebagai data dan bahan pemikiran untuk penelitian lebih lanjutbmengenai asuhan Keperawatan pada pasien Fraktur dengan Komplikasi Diabetes Melitus.