wrap up biomedik2 sk1 b11 final
TRANSCRIPT
Wrap Up Problem Based Learning Skenario 1 (Kekurangan Oksigen pada Pecinta
Alam)
Koordinator Penyusun Blok : Harliansyah, Ph.D
KELOMPOK B11 :
A. KETUA :
Santi Dwi Rahmawati (1102013262)
B. SEKRETARIS:
Rufaida Mudrika (1102013259)
C. ANGGOTA:
Rizki Marfira (1102013255)
Rizky Caranggono (1102013257)
Rizky Aulia (1102013256)
Robyana Oktavia (1102013258)
Salsabila Rahma (1102013260)
Sania Dysa Hardi (1102013261)
Sarah (1102013263)
Sarah Tri Wahyuni (1102013264)
Universitas Yarsi 2013/2014
Jalan Let. Jend. Suprapto, Cempaka Putih Jakarta Pusat.
Daftar Isi :
Skenario
Identifikasi kata
Hipotesis
Sasaran belajar
a. LI.1. Memahami dan menjelaskan oksigen dan Hemoglobin dalam tubuh
o LO.1.1. Definisi oksigen dan Hemoglobin
o LO.1.2. Struktur Oksigen dan Hemoglobin
o LO.1.3. Fungsi oksigen dan Hemoglobin
b. LI.2. Memahami dan menjelaskan Hipoksia
o LO.2.1. Definisi Hipoksia
o LO.2.2. Jenis-jenis Hipoksia
o LO.2.3. Penyebab Hipoksia
o LO.2.4. Mekanisme, gejala, dampak Hipoksia
o LO.2.5. Cara mencegah dan mengatasi Hipoksia
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Skenario :
Kekurangan Oksigen pada Pecinta Alam
Desi, 19 tahun adalah anggota muda pecinta alam sebuah Universitas di Jakarta.
Pekan lalu Desi mengikuti teknik mendaki gunung. Saat itu dijelaskan oleh instrukstur, bahwa
untuk mengikuti pelatihan ini tiap peserta harus berada dalam kondisi kesehatan yang prima.
Disamping itu untuk mendaki gunung diperlukan latihan dan adaptasi dengan perubahan
tekanan oksigen yang semakin berkurang seiring dengan ketinggian tempat di atas permukaan
laut (dpl). Pada ketinggian tertentu dapat terjadi kelelahan otot dan sesak nafas karena
kekurangan oksigen. Oleh karena itu diwajibkan menggunakan sungkup oksigen agar
terhindar dari keadaan hipoksia seluler yang apabila terus berlanjut dapat mengakibatkan
kematian sel.
Identifikasi Kata:
1. Hipoksia = penurunan pasokan oksigen di dalam tubuh
2. Sungkup oksigen = alat untuk memberikan oksigen (terapi oksigen)
3. Kematian sel = keadaan sel dimana sel tidak lagi melakukan aktivitas
4. Kelelahan otot = ketidakmampuan otot untuk melakukan aktivitas
5. Kesehatan prima = kesehatan yang dimiliki oleh tubuh yang bugar
6. Sesak napas = rasa nyeri saat bernapas, meningkatnya frekuensi pernapasan
7. Perubahan tekanan oksigen = tekanan oksigen yang berubah
8. Adaptasi = kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
Sasaran Belajar :
1. Memahami dan menjelaskan peranan oksigen dan Hemoglobin dalam Tubuh.
LO.1.1. Definisi Oksigen dan Hemoglobin
LO.1.2. Struktur Oksigen dan Hemoglobin
LO.1.3. Fungsi Oksigen dan Hemoglobin
2. Memahami dan Menjelaskan Hipoksia.
LO.2.1. Definisi Hipoksia
LO.2.2. Jenis – jenis Hipoksia
LO.2.3. Penyebab Hipoksia
LO.2.4. Mekanisme, gejala, dan dampak Hipoksia
LO.2.5. Cara Mencegah dan Mengatasi Hipoksia
Hipotesis :
“Hipoksia adalah suatu keadaan di saat tubuh sangat kekurangan oksigen
sehingga sel gagal melakukan metabolisme secara efektif. Berdasarkan penyebabnya
hipoksia dibagi menjadi 4 kelompok, yakni : hipoksia hipoksik, hipoksia anemik,
hipoksia stagnan dan hipoksia histotokik. Gejala hipoksia diawali dengan hilangnya
konsentrasi dan tubuh yang lemas, hipoksia dapat di atasi dengan pasokan oksigen
yang seimbang di dalam tubuh agar tubuh menjadi sehat prima, dimana islam pun
menganjurkan untuk menjaga kesehatan agar tetap prima dalam beraktivitas.”
-B11-
1. Memahami dan menjelaskan peranan oksigen dan hemoglobin dalam tubuh.
LO.1.1. Definisi Oksigen dan Hemoglobin.
Oksigen
Oksigen adalah unsur gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan diperlukan
untuk kehidupan serta menunjang pembakaran. Oksigen membentuk 20-21% dari
udara atmosfer. Oksigen diangkut ke jaringan oleh oksihemoglobin (hemoglobin
jenuh disertai oksigen). Masing-masing dari ke-empat gugus heme di sebuah molekul
hemoglobin memiliki afinitas yang berbeda terhadap oksigen, menyebabkan kurva di
sosiasi oksigen berbentuk sigmoid. Hal ini menunjukan betapa mudahnya gugus
heme menyerahkan oksigen ke jaringan yang juga bergantung pada suhu, pH dan
tekanan karbon dioksida.
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara
fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh, secara fungsional,
mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu,
kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi
tubuh. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem respirasi.
Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen
akan mengalami gangguan.
Oksigen secara langsung berhubungan dengan aktifitas kimiawi di dalam
tubuh, yaitu dalam reaksi katabolisme yang melibatkan reaksi fosforilasi oksidatif.
Reaksi katabolisme misalnya respirasi aerob, merupakan reaksi yang membutuhkan
oksigen sebagai akseptor elektron. Respirasi aerob merupakan serangkaian reaksi
enzimatis yang mengubah glukosa secara sempurna menjadi CO2, H2O, dan
menghasilkan energi sebesar 38 ATP. Pada pernapasan ini, pembebasan energi
menggunakan oksigen bebas dari udara.
Hemoglobin
Hemoglobin merupakan zat protein yang ditemukan pada sel darah merah yang
memberi merah pada darah. Hemoglobin membentuk ikatan reversibel yang tidak
stabil dengan oksigen. Dalam keadaan kaya oksigen hemoglobin disebut
oksihemoglobin dan berwarna merah terang. Dalam keadaan kurang oksigen disebut
deoksihemoglobin dan berwarna ungu kebiruan. Hemoglobin terdiri dari zat besi
yang merupakan pembawa oksigen. Batasan normal hemoglobin pada pria dewasa
adalah 13,5-17 gr/dl, sedangkan pada wanita dewasa 12-15 gr/dl. Hemoglobin
berperan dalam memelihara fungsi transpor oksigen dari paru-paru ke jaringan.
Hemoglobin mengambil oksigen di paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan
tubuh sebagai bahan bakar, mengatur pertukaran oksigen dan karbondioksida di
dalam jaringan-jaringan tubuh.
LO.1.2. Struktur Oksigen dan Hemoglobin
Struktur oksigen.
Struktur elektronik oksigen (O2, dioksigen) merupakan penyebab paradox ini
karena struktur tersebut mendorong terjadinya reduksi oksigen dalam langkah
electron tunggal. Reduksi yang bertahap ini memperlambat penggabungan
langsung oksigen dengan senyawa organik (pembakaran spontan) dan
memungkin sel mengoksidasi bahan bakar melalui kerha dehidrogenase, yang
akhirnya menggabungkan daya reduksi oksigen dengan pementukan ATP dalam
rantai transport electron. Di pihak lain, struktur oksigen juga menyebabkan
terbentuknya radikal oksigen dan spesies oksigen reaktif lain yang mampu
menyebabkan cidera eel. Pran oksigen dalam cedera sel tercermin dalam
peristiwa yag terjadi selama iskemia (keadaan yang disebabkan oleh penurunan
pasokan oksigen sehingga pembentukan ATP brkurang), dan dalam kondisi lain
yag meningkatkan perubahan oksigen menjadi spesies oksigen reaktif.
Struktur Hemoglobin
Hemoglobin mengandung empat subunit: dua rantai-α dan rantai-β. Walaupun
urutan asam amino berbeda, struktur tiga dimensi rantai-α dan rantai-β
hemoglobin serupa satu sama lain dan serupa dengan lantai polipeptida tunggal
dari mioglobin. Rantai-α hemoglobin memiliki 141 residu asam amino,
sedangkan rantai-β memiliki 146 residu asam amino.
Gambar 1. Hemoglobin
(sumber: http://www.nordichair.se/wp-content/uploads/hemoglobin.jpg)
LO.1.3. Fungsi Oksigen dan Hemoglobin.
Fungsi oksigen :
Respirasi Seluler
Respirasi adalah pemanfaatan energi bebas dalam makanan menjadi energi
bebas yang ditimbun dalam bentuk ATP. Dalam sel, ATP digunakan sebagai sumber
energi bagi seluruh aktivitas hidup yang memerlukan energi. Menurut Campbell et al.
(2002), aktivitas hidup yang memerlukan energi antara lain:
o Kerja mekanis (kontraktil dan motilitas)
o Transpor aktif (mengangkut molekul zat atau ion yang melawan gradien
konsentrasi zat)
o Produksi panas (bagi tubuh burung dan hewan menyusui).
Namun, selain ketiga tujuan tersebut, energi dibutuhkan oleh tubuh untuk transfer
materi genetik dan metabolisme sendiri.
Respirasi merupakan fungsi kumulatif dari tiga tahapan metabolik yaitu :
o Glikolisis
o Dekarboksilasi Oksidatif
o Siklus krebs
o Rantai transport electron dan fosforilasi oksidatif.
Berikut dijelaskkan keempat proses tersebut:
o Glikolisis
Glikolisis adalah rangkaian reaksi pengubahan molekul glukosa menjadi asam piruvat
dengan menghasilkan NADH dan ATP.
Sifat – sifat glikolisis :
o Dapat berlangsung secara aerob maupun anaerob.
o Dalam glikolisis terdapat kegiatan enzimatis dan Adenosine Trifosfat (ATP) serta
Adenosine Difosfat (ADP).
o ADP dan ATP berperan dalam pemindahan fosfat dari molekul satu ke molekul
lainnya.
oReaksi Antara (Dekarboksilasi Oksidatif).
Setelah glikolisis terjadi reaksi antara. Dilanjutkan dengan proses
dekarboksilasi oksidatif, yaitu pengubahan asam piruvat menjadi 2 asetil KoA sambil
menghasilkan CO2 dan 2NADH2 yang reaksinya adalah :
Perubahan asam piruvat menjadi asetil KoA merupakan persimpangan jalan untuk
menuju berbagai biosintesis yang lain. Asetil KoA yang terbentuk kemudian
memasuki siklus krebs.
o Siklus Krebs ( Siklus Asam Sitrat).
Pada siklus krebs ini (terjadi dimatriks mitokondria) asetil KoA diubah
menjadi KoA. Asetil KoA bergabung dengan asam oksaloasetat membentuk asam
sitrat. KoA dilepaskan sehingga memungkinkan untuk mengambil fragmen 2C lain
dari asam piruvat. Pembentukan asam sitrat terjadi diawal siklus krebs , sementara itu
sisa dua karbon dari glukosa dilepaskan sebagai CO2. Selama terjadi pembentukan –
pembentukan , energi yang dibutuhkan dilepaskan untuk menggabungkan fosfat
denga ADP membentuk molekul ATP.
Pada siklus krebs , pemecahan rantai karbon pada glukosa selesai. Jadi,
sebagai hasil dari glikoslisis , reaksi antara dan siklus krebs adalah pemecahan satu
molekul glukosa 6 karbon menjadi 6 molekul 1 karbon, selain itu juga dihasilkan 2
molekul ATP dari glikolisis dan 2 ATP lagi dari siklus krebs.
Perlu diingat bahwa tiap – tiap proses melepaskan atom hidrogen yang ditranspor ke
sistem transpor elektron oleh molekul pembawa .
o Sistem transport electron
Pada sistem transpor elektron berlangsung pengepakan energi dari glukosa
menjadi ATP.
Reaksi ini terjadi didalam membaran dalam mitokondria, hydrogen dari siklus krebs
yang tergabung dalam FADH2dan NADH diubah menjadi elektron dan proton.
Pada sistem transport elektron ini, oksigen adalah akseptor elektron yang terakhir ,
setelah menerima electron , O2 akan bereaksi dengan H+ membentuk H2O. pada
sistem ini dihasilkan 34 ATP.
Fungsi hemoglobin
fungsi hemoglobin yaitu membawa dan mengikat oksigen ke seluruh jaringan dan peredaran darah.
2. Memahami dan Menjelaskan Hipoksia.
LO.2.1. Definisi Hipoksia
Hipoksia adalah adalah penurunan pemasukan oksigen ke jaringan sampai di
bawah tingkat fisiologik meskipun perfusi jaringan oleh darah memadai. Hipoksia
juga bisa diartikan sebagai keadaan dimana tubuh kekurangan oksigen untuk
menjamin keperluan hidupnya. Dengan menipisnya udara pada ketinggian, maka
tekanan parsial oksigen dalam udara menurun atau mengecil. Mengecilnya tekanan
parsial oksigen dalam udara pernapasan akan berakibat terjadinya hipoksia.
TINGKAT HIPOKSIA
Hipoksia Fulminan. Dimana terjadi pernapasan yang sangat cepat. Paru -
paru menghirup udara tanpa adanya udara bersih ( oksigen ). Sering dalam waktu
satu menit akan jatuh pingsan.
Hipoksia Akut. Terjadi pada udara yang tertutup akibat keracunan karbon
monoksida. Misalnya, seorang pendaki gunung tiba - tiba panik takkala udara
belerang datang menyergap. Udara bersih tergantikan gas racun, akhirnya paru -
paru tak kuasa menyedot udara bersih. Mendadak ia pingsan.
LO.2.2. Jenis – jenis Hipoksia
Hipoksia di bagi dalam 4 tipe :
1) Hipoksia hipoksik (anoksia anoksik), dimana PO2 darah arteri berkurang.
2) Hipoksia anemik, dimana PO2 darah arteri normal tetapi jumlah hemoglobin
yang tersedia untuk mengangkut oksigen berkurang.
3) Hipoksia stagnant atau iskemik, dimana aliran darah ke jaringan sangat
lambat sehingga oksigen yang adekuat tidak di kirim ke jaringan walaupun
PO2 konsentrasi hemoglobin normal.
4) Hipoksia histotoksik dimana jumlah oksigen yang dikirim ke suatu jaringan
adalah adekuat tetapi oleh karene kerja zat yang toksik sel-sel jaringan tidak
dapat memakai oksigen yang disediakan.
LO.2.3. Penyebab Hipoksia
1. Hypoventilasi ( ventilasi alveolar yang rendah)
2. Sedikinya jumlah O2 yang diinspirasi
3. Ketidakseimbangan Ventilasi- Perfusi
4. Pirau Vena-ke-Arteri (darah vena yang tidak teroksigenasi memintas kapiler
paru dan bercampur dengan darah yang teroksigenasi dalam pembuluh
arteri).
5. Terdapat penyakit yang membuat sistem respirasi berjalan tidak semestinya
contoh: kolaps paru, pneumotoraks, asma,emfisema dan fibrosis kistik.
LO.2.4. Mekanisme, gejala, dan dampak Hipoksia
o Mekanisme Hipoksia
Ketika kita bepergian ke daerah yang tinggi, tubuh kita mulai membentuk
respon fisiologis yang inefisien. Terdapat kenaikan frekuensi pernapasan dan
denyut Jantung hingga dua kali lipat walaupun saat istirahat. Denyut nadi dan
tekanan darah meningkat karena jantung memompa lebih kuat untuk
mendapatkan lebih banyak oksigen. Kemudian, tubuh mulai membentuk respon
pengerjaannya efisien secara normal, yaitu aklimatisasi. Sel darah merah dan
kapiler lebih banyak diproduksi untuk membawa oksigen lebih banyak. Paru-paru
akan bertambah ukurannya untuk memfasilitasi osmosis oksigen dan
karbondioksida. Terjadi pula peningkatan vaskularisasi otot yang memperkuat
tranfer gas.
Ketika kembali pada permukaan laut setelah terjadi aklimatisasi yang sukses
terhadap ketinggian, tubuh mempunyai lebih banyak akan sel darah merah dan
kapasitas paru yang lebih besar. Akan tetapi, perubahan fisiologik ini hanya
berlangsung singkat. Pada beberapa minggu, tubuh akan kembali pada kondisi
normal. Apabila kondisi tersebut tidak diatasi maka dapat menimbulkan hipoksia
akut yang menyebabkan kematian jaringan, penekanan aktivitas mental yang
kadang-kadang memberat sampai koma dan menurunkan kapasitas kerja otot.
Resiko klinis hipoksia Akut pada ketinggian di Atas 10.000 kaki diantaranya
(pada yang ringan): penurunan kemampuan adaptasi terhadap gelap, peningkatan
frekuensi pernapasan (hiperventilasi), peningkatan denyut Jantung, tekanan
sistolik, dan curah Jantung (cardiac output). Sedangkan jika terjadi berlanjut akan
terjadi gangguan yang lebih berat seperti berkurangnya pandangan sentral dan
perifer, termasuk ketajaman penglihatan (visus), indera peraba berkurang
fungsinya, dan pendengaran berkurang.
Demikian juga terjadi perubahan proses-proses mental seperti gangguan
intelektual dan munculnya tingkah laku aneh seperti euforia (rasa senang
berlebihan). Selain itu kemampuan koordinasi psikomotor akan berkurang. Pada
tahapan yang kritis, setelah terjadinya sianosis dan sindroma hiperventilasi berat,
maka tingkat kesadaran akan berangsur hilang (kehilangan kesadaran), dan pada
tahap akhir dapat terjadi kejang dilanjutkan dengan henti napas / apnoe.
o Gejala hipoksia
Gejala yang timbul pada hipoksia sangat individual, sedang berat ringannya
gejala tergantung pada lamanya berada di daerah itu, cepatnya mencapai
ketinggian tersebut, kondisi badan orang yang menderitanya dan lain sebagainya.
Gejala-gejala hipoksia, yaitu:
Gejala-gejala Obyektif, meliputi :
o Air hunger, yaitu rasa ingin menarik napas panjang terus-menerus.
o Frekuensi nadi dan pernapasan naik.
o Gangguan pada cara berpikir dan berkonsentrasi.
o Gangguan dalam melakukan gerakan koordinatif misalnya memasukkan paku
ke dalam lubang yang sempit.
o Cyanosis, yaitu warna kulit, kuku dan bibir menjadi biru.
o Lemas.
o Kejang-kejang.
o Pingsan dan sebagainya.
o Malas.
o Euphoria yaitu rasa gembira tanpa sebab. Rasa ini yang harus mendapat
perhatian yang besar pada awak pesawat, karena euphoria ini banyak
membawa korban akibat tidak adanya keseimbangan lagi antara kemampuan
yang mulai mundur dan kemauan yang meningkat.
Gejala lain mencakup anoreksia,mual, muntah,takikardia dan pada
hipoksia berat dijumpai hipertensi. Hipoksia yang terjadi pada ketinggian
tertentu dapat pula menyebabkan kelelahan otot dan kematian sel
(apopstosis).
Kadang pengaruh hipoksia pada rangsangan pernapasan membuat
terjadinya Dispnea, proses pernapasan yang sulit atau berat pada subjek yang
secara sadar merasakan sesak napas. Hipoksia juga bisa menyebabkan
Sianosis, yaitu kondisi dimana hemoglobin tereduksi dan mempunyai warna
gelap. Bila konsentrasi hemoglobin tereduksi di dalam darah kapiler lebih
besar dari 5g/dL,jaringan akan terlihat biru-kehitaman.
Namun, perlu diingat bahwa sianosis tidak tampak pada hipoksia
anemik dan pada keracunan karbon monoksida dan pada hipoksia histotoksik.
o Dampak hipoksia
Dampak dari hipoksia adalah :
- kesulitan dalam koordinasi, berbicara, dan konsentrasi.
- kesulitan bernapas, mengantuk, kelelahan dan sianosis.
- penurunan penglihatan, pendengaran dan fungsi sensorik lainnya.
- keringat dingin.
- bila berlanjut dapat mengakibatkan ketidaksadaran dan akhirnya
meninggal. hal ini tergantung pada ketinggian dan kondisi pendaki.
Proses hipoksia timbul secara perlahan. Biasanya pendaki gunung yang
terlalu lama dalam perjalanan pendakian, sesampainya di rumah tubuhnya tidak
bisa menerima perubahan suhu. Hipoksia yang terjadi berjalan agak lama.
Tentu saja hal ini akan mengganggu proses pernapasan yang dilakukan paru -
paru.
Untuk mencegah dampak buruk dari hipoksia, para pendaki gunung yang
sebelumnya mengidap penyakit jantung, pernapasan clan sirkulasi darah
dianjurkan untuk tidak mencapai ketinggian yang melebihi daya tahan tubuh,
Dengan demikian, sebelum mendaki gunung periksa keadaan diri.
- Penyebab Kelelahan Otot
Karena kegagalan salah satu atau keseluruhan dari mekanisme
neuromuscular yang terlabit dalam kontraksi otot, sebagai contoh, kegagalan
otot untuk berkontraksi secara sadar, dapat terjadi karena:
a) Syaraf otot yang mensyarafi serabut-serabut otot didalam kesatuan
motor untuk mengirimkan rangsangan-rangsangan persyarafan.
b) neuromuscular memancarkan rangsangan-rangsangan persyarafan dari
syaraf motor keserabut-serabut otot.
c) Mekanisme kontraktil itu sendiri untuk menghasilkan tenaga.
d) System syaraf pusat, seperti otak dan spinal cord memulai dan
memancarkan rangsangan-rangsangan persyarafan ke otot.
Penyebab lainya juga karena otot lokal tercurah pada neuromuscular junction,
mekanisme kontraktil, dan sistem syaraf pusat.
- Penumpukan Asam Laktat
Asam laktat menyertai didalam proses kelelahan selanjutnya diperkuat
oleh fakta dimana dua mekanisme secara fisiologis yang karena asam laktat
menghalangi fungsi otot. Mekanisme tersebut tergantung kepada efek asam
laktat pada pH intraseluler atau konsentrasi ion hidrogen (H+) (Strauss, R.H.
1979).
Dengan meningkatnya asam laktat, konsentrasi H+ meningkat, dan pH
menurun. Sedangkan peningkatan konsentrasi ion H+ menghalangi proses
rangkaian eksitasi menurunnya sejumlah Ca²+ yang dikeluarkan dari retikulum
sarkoplasma dan gangguan kapasitas mengikat Ca²+ — troponin. Dan
peningkatan konsentrasi ion H+ juga menghambat kegiatan fosfofruktokinase,
enzim kunci yang terlibat di dalam anaerobik glikolisis. Sehingga demikian
lambatnya hambatan glikolisis, mengurangi penyediaan ATP untuk energi.
- Kematian Sel
Kematian sel adalah keadaan dimana sel tidak melakukan aktivitas.
Kematian ini bisa dibai menjadi 2, Apoptosis dan Nekrosis. Apoptosis adalah
kematian sel yang terprogram. Apoptosis digunakan oleh organisme multisel
untuk membuang sel yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh. Apoptosis yang
dialami oleh sel-sel yang terletak di antara jari menyebabkan masing-masing
jari menjadi terpisah satu sama lain Bila sel kehilangan kemampuan melakukan
apoptosis maka sel tersebut dapat membelah secara tak terbatas dan akhirnya
menjadi kanker. Sedangkan Nekrosis adalah kematian sel dari faktor luar. Hal
ini akan menyebabkan pembengkakan sel, inflamasi, dan lisis.
LO.2.5. Cara Mencegah dan Mengatasi Hipoksia
Pencegahan hipoksia dapat dilakukan dengan beberapa cara mulai dari
penggunaan oksigen yang sesuai dengan ketinggian tempat kita berada,
pernapasan dengan tekanan dan penggunaan pressure suit, pengawasan yang
baik terhadap persediaan oksigen pada penerbangan, pengukuran pressurized
cabin, mengikuti ketentuan-ketentuan dalam penerbangan dan sebagainya. Cara
lain untuk pencegahan yaitu latihan mengenal datangnya bahaya hipoksia agar
dapat selalu siap menghadapi bahaya tersebut. Pada kasus pendakian gunung,
pencegahan dapat dilakukan dengan menyediakan pos-pos penghentian agar
para pendaki dapat secara perlahan beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
Untuk mengatasi efek dari penyakit ketinggian tinggi, tubuh harus
kembali arteri O2 arah normal. Aklimatisasi, cara-cara yang tubuh
menyesuaikan dengan ketinggian yang lebih tinggi, hanya sebagian
memulihkan O2 ke tingkat standar. Hiperventilasi, respon tubuh yang paling
umum untuk kondisi ketinggian tinggi, meningkatkan alveolar O2 dengan
meningkatkan kedalaman dan tingkat pernapasan. Selain itu, ada komplikasi
terlibat dengan aklimatisasi. Polisitemia, di mana tubuh akan meningkatkan
jumlah sel darah merah dalam sirkulasi, mengental darah, meningkatkan
bahaya bahwa jantung tidak dapat memompa itu.
Dalam kondisi ketinggian tinggi, hanya pengayaan oksigen dapat
melawan efek hipoksia. Dengan meningkatkan konsentrasi oksigen di udara,
efek dari tekanan udara lebih rendah dilawan dan tingkat arteri O2 adalah
dikembalikan ke kapasitas normal. Sejumlah kecil oksigen tambahan
mengurangi ketinggian setara di kamar iklim dikendalikan. Pada 4000 m,
meningkatkan tingkat oksigen konsentrasi dengan 5 persen melalui
konsentrator oksigen dan sistem ventilasi yang ada menyediakan setara
ketinggian 3000 m, yang jauh lebih lumayan untuk meningkatnya jumlah
rendah pendarat yang bekerja di ketinggian tinggi. Hal ini mengakibatkan
produktivitas pekerja meningkat, kurang kelelahan, dan tidur ditingkatkan.
Terapi penyembuhan dapat dilakukan dengan pemberian terapi oksigen,
yaitu pemberian campuran gas yang kaya akan oksigen. Namun, kadar oksigen
dalam jumlah diatas normal juga dapat menimbulkan efek toksik.
Kesimpulan :
Dari pembahasan yang telah di bahas, dapat disimpulkan bahwa, oksigen memegang peranan
penting dalam semua proses tubuh secara fungsional, apabila kekurangan oksigen didalam
tubuh akan menyebabkan hipoksia, dimana hipoksia ialah keadaan kekurangan oksigen
didalam tubuh yang menyebabkan kegagalan sel dalam metabolisme secara efektif. Oleh
karena itu, kita sebagai manusia harus mampu menjaga kesehatan tubuh agar tetap prima.
Daftar Pustaka :
1. Murray, Robert K., Granner D K., Rodwell Victor W,.2006. Biokimia Harper. Jakarta : Pernerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Siregar, Amelia(2010). Chemistry Org. “http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/biologi-pertanian/metabolisme-sel/katabolisme-respirasi/”.
3. Swanson, A T., Kim, S I., Glucksman M J,. 2012. Essential Biokimia Disertai Biologi Molekuler dan Genetik.. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara
4. “Pengobatan Hipoksia” http://www.news-medical.net/health/Hypoxia-Treatment-%28Indonesian%29.aspx (as copied in December 14th 7.30 PM)
5. Muchtaridi, 2007, Kimia Dasar, hal 150-151.Yudistira: Jakarta.
6. Marks et al, 1996, Biokimia Kedokteran Dasar :Sebuah Pendekatan Klinik, hal. 86. EGC. Jakarta.
7. http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/08/29/m9hsly-kewajiban- menjaga-kesehatan. (di unduh pada hari rabu, 11 Desember 2013)
8. http://artikelbahasaindonesia.org/artikel-kesehatan/5-tips-untuk-mendapatkan- kesehatan-tubuh-yang-prima/. (di unduh pada hari rabu, 11 Desember 2013).
9. http://books.google.co.id/books? id=gxhap2ZN9HQC&pg=PA322&lpg=PA322&dq=struktur+oksigen&source=bl&ots=mjpXdyktFX&sig=UVSNNBsiis0a5Rye0uYSpirpUWA&hl=en&sa=X&ei=-dapUs74H8vhrAeLiYGICw&redir_esc=y#v=onepage&q=struktur%20oksigen&f=false. (di unduh pada hari kamis, 12 Desember 2013, 10:34 wib).