wrap up biomedik2 sk1 b11 final

24
Wrap Up Problem Based Learning Skenario 1 (Kekurangan Oksigen pada Pecinta Alam) Koordinator Penyusun Blok : Harliansyah, Ph.D KELOMPOK B11 : A. KETUA : Santi Dwi Rahmawati (1102013262) B. SEKRETARIS: Rufaida Mudrika (1102013259) C. ANGGOTA: Rizki Marfira (1102013255) Rizky Caranggono (1102013257) Rizky Aulia (1102013256) Robyana Oktavia (1102013258) Salsabila Rahma (1102013260) Sania Dysa Hardi (1102013261) Sarah (1102013263) Sarah Tri Wahyuni (1102013264) Universitas Yarsi 2013/2014

Upload: santi-dwi-rahmawati

Post on 29-May-2017

236 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Wrap Up Biomedik2 Sk1 b11 Final

Wrap Up Problem Based Learning Skenario 1 (Kekurangan Oksigen pada Pecinta

Alam)

Koordinator Penyusun Blok : Harliansyah, Ph.D

KELOMPOK B11 :

A. KETUA :

Santi Dwi Rahmawati (1102013262)

B. SEKRETARIS:

Rufaida Mudrika (1102013259)

C. ANGGOTA:

Rizki Marfira (1102013255)

Rizky Caranggono (1102013257)

Rizky Aulia (1102013256)

Robyana Oktavia (1102013258)

Salsabila Rahma (1102013260)

Sania Dysa Hardi (1102013261)

Sarah (1102013263)

Sarah Tri Wahyuni (1102013264)

Universitas Yarsi 2013/2014

Jalan Let. Jend. Suprapto, Cempaka Putih Jakarta Pusat.

Daftar Isi :

Skenario

Identifikasi kata

Page 2: Wrap Up Biomedik2 Sk1 b11 Final

Hipotesis

Sasaran belajar

a. LI.1. Memahami dan menjelaskan oksigen dan Hemoglobin dalam tubuh

o LO.1.1. Definisi oksigen dan Hemoglobin

o LO.1.2. Struktur Oksigen dan Hemoglobin

o LO.1.3. Fungsi oksigen dan Hemoglobin

b. LI.2. Memahami dan menjelaskan Hipoksia

o LO.2.1. Definisi Hipoksia

o LO.2.2. Jenis-jenis Hipoksia

o LO.2.3. Penyebab Hipoksia

o LO.2.4. Mekanisme, gejala, dampak Hipoksia

o LO.2.5. Cara mencegah dan mengatasi Hipoksia

Kesimpulan

Daftar Pustaka

Skenario :

Kekurangan Oksigen pada Pecinta Alam

Desi, 19 tahun adalah anggota muda pecinta alam sebuah Universitas di Jakarta.

Pekan lalu Desi mengikuti teknik mendaki gunung. Saat itu dijelaskan oleh instrukstur, bahwa

untuk mengikuti pelatihan ini tiap peserta harus berada dalam kondisi kesehatan yang prima.

Page 3: Wrap Up Biomedik2 Sk1 b11 Final

Disamping itu untuk mendaki gunung diperlukan latihan dan adaptasi dengan perubahan

tekanan oksigen yang semakin berkurang seiring dengan ketinggian tempat di atas permukaan

laut (dpl). Pada ketinggian tertentu dapat terjadi kelelahan otot dan sesak nafas karena

kekurangan oksigen. Oleh karena itu diwajibkan menggunakan sungkup oksigen agar

terhindar dari keadaan hipoksia seluler yang apabila terus berlanjut dapat mengakibatkan

kematian sel.

Identifikasi Kata:

1. Hipoksia = penurunan pasokan oksigen di dalam tubuh

2. Sungkup oksigen = alat untuk memberikan oksigen (terapi oksigen)

3. Kematian sel = keadaan sel dimana sel tidak lagi melakukan aktivitas

4. Kelelahan otot = ketidakmampuan otot untuk melakukan aktivitas

5. Kesehatan prima = kesehatan yang dimiliki oleh tubuh yang bugar

6. Sesak napas = rasa nyeri saat bernapas, meningkatnya frekuensi pernapasan

7. Perubahan tekanan oksigen = tekanan oksigen yang berubah

Page 4: Wrap Up Biomedik2 Sk1 b11 Final

8. Adaptasi = kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

Sasaran Belajar :

1. Memahami dan menjelaskan peranan oksigen dan Hemoglobin dalam Tubuh.

LO.1.1. Definisi Oksigen dan Hemoglobin

LO.1.2. Struktur Oksigen dan Hemoglobin

LO.1.3. Fungsi Oksigen dan Hemoglobin

2. Memahami dan Menjelaskan Hipoksia.

LO.2.1. Definisi Hipoksia

LO.2.2. Jenis – jenis Hipoksia

LO.2.3. Penyebab Hipoksia

LO.2.4. Mekanisme, gejala, dan dampak Hipoksia

LO.2.5. Cara Mencegah dan Mengatasi Hipoksia

Page 5: Wrap Up Biomedik2 Sk1 b11 Final

Hipotesis :

“Hipoksia adalah suatu keadaan di saat tubuh sangat kekurangan oksigen

sehingga sel gagal melakukan metabolisme secara efektif. Berdasarkan penyebabnya

hipoksia dibagi menjadi 4 kelompok, yakni : hipoksia hipoksik, hipoksia anemik,

hipoksia stagnan dan hipoksia histotokik. Gejala hipoksia diawali dengan hilangnya

konsentrasi dan tubuh yang lemas, hipoksia dapat di atasi dengan pasokan oksigen

yang seimbang di dalam tubuh agar tubuh menjadi sehat prima, dimana islam pun

menganjurkan untuk menjaga kesehatan agar tetap prima dalam beraktivitas.”

-B11-

Page 6: Wrap Up Biomedik2 Sk1 b11 Final

1. Memahami dan menjelaskan peranan oksigen dan hemoglobin dalam tubuh.

LO.1.1. Definisi Oksigen dan Hemoglobin.

Oksigen

Oksigen adalah unsur gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan diperlukan

untuk kehidupan serta menunjang pembakaran. Oksigen membentuk 20-21% dari

udara atmosfer. Oksigen diangkut ke jaringan oleh oksihemoglobin (hemoglobin

jenuh disertai oksigen). Masing-masing dari ke-empat gugus heme di sebuah molekul

hemoglobin memiliki afinitas yang berbeda terhadap oksigen, menyebabkan kurva di

sosiasi oksigen berbentuk sigmoid. Hal ini menunjukan betapa mudahnya gugus

heme menyerahkan oksigen ke jaringan yang juga bergantung pada suhu, pH dan

tekanan karbon dioksida.

Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara

fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh, secara fungsional,

mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu,

kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi

tubuh. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem respirasi.

Page 7: Wrap Up Biomedik2 Sk1 b11 Final

Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen

akan mengalami gangguan.

Oksigen secara langsung berhubungan dengan aktifitas kimiawi di dalam

tubuh, yaitu dalam reaksi katabolisme yang melibatkan reaksi fosforilasi oksidatif.

Reaksi katabolisme misalnya respirasi aerob, merupakan reaksi yang membutuhkan

oksigen sebagai akseptor elektron. Respirasi aerob merupakan serangkaian reaksi

enzimatis yang mengubah glukosa secara sempurna menjadi CO2, H2O, dan

menghasilkan energi sebesar 38 ATP. Pada pernapasan ini, pembebasan energi

menggunakan oksigen bebas dari udara.

Hemoglobin

Hemoglobin merupakan zat protein yang ditemukan pada sel darah merah yang

memberi merah pada darah. Hemoglobin membentuk ikatan reversibel yang tidak

stabil dengan oksigen. Dalam keadaan kaya oksigen hemoglobin disebut

oksihemoglobin dan berwarna merah terang. Dalam keadaan kurang oksigen disebut

deoksihemoglobin dan berwarna ungu kebiruan. Hemoglobin terdiri dari zat besi

yang merupakan pembawa oksigen. Batasan normal hemoglobin pada pria dewasa

adalah 13,5-17 gr/dl, sedangkan pada wanita dewasa 12-15 gr/dl. Hemoglobin

berperan dalam memelihara fungsi transpor oksigen dari paru-paru ke jaringan.

Hemoglobin mengambil oksigen di paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan

tubuh sebagai bahan bakar, mengatur pertukaran oksigen dan karbondioksida di

dalam jaringan-jaringan tubuh.

LO.1.2. Struktur Oksigen dan Hemoglobin

Struktur oksigen.

Struktur elektronik oksigen (O2, dioksigen) merupakan penyebab paradox ini

karena struktur tersebut mendorong terjadinya reduksi oksigen dalam langkah

electron tunggal. Reduksi yang bertahap ini memperlambat penggabungan

langsung oksigen dengan senyawa organik (pembakaran spontan) dan

memungkin sel mengoksidasi bahan bakar melalui kerha dehidrogenase, yang

akhirnya menggabungkan daya reduksi oksigen dengan pementukan ATP dalam

rantai transport electron. Di pihak lain, struktur oksigen juga menyebabkan

terbentuknya radikal oksigen dan spesies oksigen reaktif lain yang mampu

menyebabkan cidera eel. Pran oksigen dalam cedera sel tercermin dalam

peristiwa yag terjadi selama iskemia (keadaan yang disebabkan oleh penurunan

Page 8: Wrap Up Biomedik2 Sk1 b11 Final

pasokan oksigen sehingga pembentukan ATP brkurang), dan dalam kondisi lain

yag meningkatkan perubahan oksigen menjadi spesies oksigen reaktif.

Struktur Hemoglobin

Hemoglobin mengandung empat subunit: dua rantai-α dan rantai-β. Walaupun

urutan asam amino berbeda, struktur tiga dimensi rantai-α dan rantai-β

hemoglobin serupa satu sama lain dan serupa dengan lantai polipeptida tunggal

dari mioglobin. Rantai-α hemoglobin memiliki 141 residu asam amino,

sedangkan rantai-β memiliki 146 residu asam amino.

Gambar 1. Hemoglobin

(sumber: http://www.nordichair.se/wp-content/uploads/hemoglobin.jpg)

LO.1.3. Fungsi Oksigen dan Hemoglobin.

Fungsi oksigen :

Respirasi Seluler

Respirasi adalah pemanfaatan energi bebas dalam makanan menjadi energi

bebas yang ditimbun dalam bentuk ATP. Dalam sel, ATP digunakan sebagai sumber

energi bagi seluruh aktivitas hidup yang memerlukan energi. Menurut Campbell et al.

(2002), aktivitas hidup yang memerlukan energi antara lain:

o Kerja mekanis (kontraktil dan motilitas)

o Transpor aktif (mengangkut molekul zat atau ion yang melawan gradien

konsentrasi zat)

o Produksi panas (bagi tubuh burung dan hewan menyusui).

Namun, selain ketiga tujuan tersebut, energi dibutuhkan oleh tubuh untuk transfer

materi genetik dan metabolisme sendiri.

Respirasi merupakan fungsi kumulatif dari tiga tahapan metabolik yaitu :

o Glikolisis

Page 9: Wrap Up Biomedik2 Sk1 b11 Final

o Dekarboksilasi Oksidatif

o Siklus krebs

o Rantai transport electron dan fosforilasi oksidatif.

Berikut dijelaskkan keempat proses tersebut:

o Glikolisis

Glikolisis adalah rangkaian reaksi pengubahan molekul glukosa menjadi asam piruvat

dengan menghasilkan NADH dan ATP.

Sifat – sifat glikolisis :

o Dapat berlangsung secara aerob maupun anaerob.

o Dalam glikolisis terdapat kegiatan enzimatis dan Adenosine Trifosfat (ATP) serta

Adenosine Difosfat (ADP).

o ADP dan ATP berperan dalam pemindahan fosfat dari molekul satu ke molekul

lainnya.

oReaksi Antara (Dekarboksilasi Oksidatif).

Setelah glikolisis terjadi reaksi antara. Dilanjutkan dengan proses

dekarboksilasi oksidatif, yaitu pengubahan asam piruvat menjadi 2 asetil KoA sambil

menghasilkan CO2 dan 2NADH2 yang reaksinya adalah :

 Perubahan asam piruvat menjadi asetil KoA merupakan persimpangan jalan untuk

menuju berbagai biosintesis yang lain. Asetil KoA yang terbentuk kemudian

memasuki siklus krebs.

o Siklus Krebs ( Siklus Asam Sitrat).

Pada siklus krebs ini (terjadi dimatriks mitokondria) asetil KoA diubah

menjadi KoA. Asetil KoA bergabung dengan asam oksaloasetat membentuk asam

sitrat. KoA dilepaskan sehingga memungkinkan untuk mengambil fragmen 2C lain

dari asam piruvat. Pembentukan asam sitrat terjadi diawal siklus krebs , sementara itu

sisa dua karbon dari glukosa dilepaskan sebagai CO2. Selama terjadi pembentukan –

pembentukan , energi yang dibutuhkan dilepaskan untuk menggabungkan fosfat

denga ADP membentuk molekul ATP.

Pada siklus krebs , pemecahan rantai karbon pada glukosa selesai. Jadi,

sebagai hasil dari glikoslisis , reaksi antara dan siklus krebs adalah pemecahan satu

molekul glukosa 6 karbon menjadi 6 molekul 1 karbon, selain itu juga dihasilkan 2

Page 10: Wrap Up Biomedik2 Sk1 b11 Final

molekul ATP dari glikolisis dan 2 ATP lagi dari siklus krebs.

Perlu diingat bahwa tiap – tiap proses melepaskan atom hidrogen yang ditranspor ke

sistem transpor elektron oleh molekul pembawa .

o Sistem transport electron 

Pada sistem transpor elektron berlangsung pengepakan energi dari glukosa

menjadi ATP.

Reaksi ini terjadi didalam membaran dalam mitokondria, hydrogen dari siklus krebs

yang tergabung dalam FADH2dan NADH diubah menjadi elektron dan proton.

Pada sistem transport elektron ini, oksigen adalah akseptor elektron yang terakhir ,

setelah menerima electron , O2 akan bereaksi dengan H+ membentuk H2O. pada

sistem ini dihasilkan 34 ATP.

Fungsi hemoglobin

fungsi hemoglobin yaitu membawa dan mengikat oksigen ke seluruh jaringan dan peredaran darah.

2. Memahami dan Menjelaskan Hipoksia.

LO.2.1. Definisi Hipoksia

Hipoksia adalah adalah penurunan pemasukan oksigen ke jaringan sampai di

bawah tingkat fisiologik meskipun perfusi jaringan oleh darah memadai. Hipoksia

juga bisa diartikan sebagai keadaan dimana tubuh kekurangan oksigen untuk

menjamin keperluan hidupnya. Dengan menipisnya udara pada ketinggian, maka

tekanan parsial oksigen dalam udara menurun atau mengecil. Mengecilnya tekanan

parsial oksigen dalam udara pernapasan akan berakibat terjadinya hipoksia.

TINGKAT HIPOKSIA

Hipoksia Fulminan. Dimana terjadi pernapasan yang sangat cepat. Paru -

paru menghirup udara tanpa adanya udara bersih ( oksigen ). Sering dalam waktu

satu menit akan jatuh pingsan.

Hipoksia Akut. Terjadi pada udara yang tertutup akibat keracunan karbon

monoksida. Misalnya, seorang pendaki gunung tiba - tiba panik takkala udara

belerang datang menyergap. Udara bersih tergantikan gas racun, akhirnya paru -

paru tak kuasa menyedot udara bersih. Mendadak ia pingsan.

LO.2.2. Jenis – jenis Hipoksia

Page 11: Wrap Up Biomedik2 Sk1 b11 Final

Hipoksia di bagi dalam 4 tipe :

1) Hipoksia hipoksik (anoksia anoksik), dimana PO2 darah arteri berkurang.

2) Hipoksia anemik, dimana PO2 darah arteri normal tetapi jumlah hemoglobin

yang tersedia untuk mengangkut oksigen berkurang.

3) Hipoksia stagnant atau iskemik, dimana aliran darah ke jaringan sangat

lambat sehingga oksigen yang adekuat tidak di kirim ke jaringan walaupun

PO2 konsentrasi hemoglobin normal.

4) Hipoksia histotoksik dimana jumlah oksigen yang dikirim ke suatu jaringan

adalah adekuat tetapi oleh karene kerja zat yang toksik sel-sel jaringan tidak

dapat memakai oksigen yang disediakan.

LO.2.3. Penyebab Hipoksia

1. Hypoventilasi ( ventilasi alveolar yang rendah)

2. Sedikinya jumlah O2 yang diinspirasi

3. Ketidakseimbangan Ventilasi- Perfusi

4. Pirau Vena-ke-Arteri (darah vena yang tidak teroksigenasi memintas kapiler

paru dan bercampur dengan darah yang teroksigenasi dalam pembuluh

arteri).

5. Terdapat penyakit yang membuat sistem respirasi berjalan tidak semestinya

contoh: kolaps paru, pneumotoraks, asma,emfisema dan fibrosis kistik.

LO.2.4. Mekanisme, gejala, dan dampak Hipoksia

o Mekanisme Hipoksia

Ketika kita bepergian ke daerah yang tinggi, tubuh kita mulai membentuk

respon fisiologis yang inefisien. Terdapat kenaikan frekuensi pernapasan dan

denyut Jantung hingga dua kali lipat walaupun saat istirahat. Denyut nadi dan

tekanan darah meningkat karena jantung memompa lebih kuat untuk

mendapatkan lebih banyak oksigen. Kemudian, tubuh mulai membentuk respon

pengerjaannya efisien secara normal, yaitu aklimatisasi. Sel darah merah dan

kapiler lebih banyak diproduksi untuk membawa oksigen lebih banyak. Paru-paru

akan bertambah ukurannya untuk memfasilitasi osmosis oksigen dan

karbondioksida. Terjadi pula peningkatan vaskularisasi otot yang memperkuat

tranfer gas.

Ketika kembali pada permukaan laut setelah terjadi aklimatisasi yang sukses

terhadap ketinggian, tubuh mempunyai lebih banyak akan sel darah merah dan

kapasitas paru yang lebih besar. Akan tetapi, perubahan fisiologik ini hanya

Page 12: Wrap Up Biomedik2 Sk1 b11 Final

berlangsung singkat. Pada beberapa minggu, tubuh akan kembali pada kondisi

normal. Apabila kondisi tersebut tidak diatasi maka dapat menimbulkan hipoksia

akut yang menyebabkan kematian jaringan, penekanan aktivitas mental yang

kadang-kadang memberat sampai koma dan menurunkan kapasitas kerja otot.

Resiko klinis hipoksia Akut pada ketinggian di Atas 10.000 kaki diantaranya

(pada yang ringan): penurunan kemampuan adaptasi terhadap gelap, peningkatan

frekuensi pernapasan (hiperventilasi), peningkatan denyut Jantung, tekanan

sistolik, dan curah Jantung (cardiac output). Sedangkan jika terjadi berlanjut akan

terjadi gangguan yang lebih berat seperti berkurangnya pandangan sentral dan

perifer, termasuk ketajaman penglihatan (visus), indera peraba berkurang

fungsinya, dan pendengaran berkurang.

Demikian juga terjadi perubahan proses-proses mental seperti gangguan

intelektual dan munculnya tingkah laku aneh seperti euforia (rasa senang

berlebihan). Selain itu kemampuan koordinasi psikomotor akan berkurang. Pada

tahapan yang kritis, setelah terjadinya sianosis dan sindroma hiperventilasi berat,

maka tingkat kesadaran akan berangsur hilang (kehilangan kesadaran), dan pada

tahap akhir dapat terjadi kejang dilanjutkan dengan henti napas / apnoe.

o Gejala hipoksia

Gejala yang timbul pada hipoksia sangat individual, sedang berat ringannya

gejala tergantung pada lamanya berada di daerah itu, cepatnya mencapai

ketinggian tersebut, kondisi badan orang yang menderitanya dan lain sebagainya.

Gejala-gejala hipoksia, yaitu:

Gejala-gejala Obyektif, meliputi :

o Air hunger, yaitu rasa ingin menarik napas panjang terus-menerus.

o Frekuensi nadi dan pernapasan naik.

o Gangguan pada cara berpikir dan berkonsentrasi.

o Gangguan dalam melakukan gerakan koordinatif misalnya memasukkan paku

ke dalam lubang yang sempit.

o Cyanosis, yaitu warna kulit, kuku dan bibir menjadi biru.

o Lemas.

o Kejang-kejang.

o Pingsan dan sebagainya.

o Malas.

o Euphoria yaitu rasa gembira tanpa sebab. Rasa ini yang harus mendapat

perhatian yang besar pada awak pesawat, karena euphoria ini banyak

Page 13: Wrap Up Biomedik2 Sk1 b11 Final

membawa korban akibat tidak adanya keseimbangan lagi antara kemampuan

yang mulai mundur dan kemauan yang meningkat.

Gejala lain mencakup anoreksia,mual, muntah,takikardia dan pada

hipoksia berat dijumpai hipertensi. Hipoksia yang terjadi pada ketinggian

tertentu dapat pula menyebabkan kelelahan otot dan kematian sel

(apopstosis).

Kadang pengaruh hipoksia pada rangsangan pernapasan membuat

terjadinya Dispnea, proses pernapasan yang sulit atau berat pada subjek yang

secara sadar merasakan sesak napas. Hipoksia juga bisa menyebabkan

Sianosis, yaitu kondisi dimana hemoglobin tereduksi dan mempunyai warna

gelap. Bila konsentrasi hemoglobin tereduksi di dalam darah kapiler lebih

besar dari 5g/dL,jaringan akan terlihat biru-kehitaman.

Namun, perlu diingat bahwa sianosis tidak tampak pada hipoksia

anemik dan pada keracunan karbon monoksida dan pada hipoksia histotoksik.

o Dampak hipoksia

Dampak dari hipoksia adalah :

- kesulitan dalam koordinasi, berbicara, dan konsentrasi.

- kesulitan bernapas, mengantuk, kelelahan dan sianosis.

- penurunan penglihatan, pendengaran dan fungsi sensorik lainnya.

- keringat dingin.

- bila berlanjut dapat mengakibatkan ketidaksadaran dan akhirnya

meninggal. hal ini tergantung pada ketinggian dan kondisi pendaki.

Proses hipoksia timbul secara perlahan. Biasanya pendaki gunung yang

terlalu lama dalam perjalanan pendakian, sesampainya di rumah tubuhnya tidak

bisa menerima perubahan suhu. Hipoksia yang terjadi berjalan agak lama.

Tentu saja hal ini akan mengganggu proses pernapasan yang dilakukan paru -

paru.

Untuk mencegah dampak buruk dari hipoksia, para pendaki gunung yang

sebelumnya mengidap penyakit jantung, pernapasan clan sirkulasi darah

dianjurkan untuk tidak mencapai ketinggian yang melebihi daya tahan tubuh,

Dengan demikian, sebelum mendaki gunung periksa keadaan diri.

- Penyebab Kelelahan Otot

Page 14: Wrap Up Biomedik2 Sk1 b11 Final

Karena kegagalan salah satu atau keseluruhan dari mekanisme

neuromuscular yang terlabit dalam kontraksi otot, sebagai contoh, kegagalan

otot untuk berkontraksi secara sadar, dapat terjadi karena:

a) Syaraf otot yang mensyarafi serabut-serabut otot didalam kesatuan

motor untuk mengirimkan rangsangan-rangsangan persyarafan.

b) neuromuscular memancarkan rangsangan-rangsangan persyarafan dari

syaraf motor keserabut-serabut otot.

c) Mekanisme kontraktil itu sendiri untuk menghasilkan tenaga.

d) System syaraf pusat, seperti otak dan spinal cord memulai dan

memancarkan rangsangan-rangsangan persyarafan ke otot.

Penyebab lainya juga karena otot lokal tercurah pada neuromuscular junction,

mekanisme kontraktil, dan sistem syaraf pusat.

- Penumpukan Asam Laktat

Asam laktat menyertai didalam proses kelelahan selanjutnya diperkuat

oleh fakta dimana dua mekanisme secara fisiologis yang karena asam laktat

menghalangi fungsi otot. Mekanisme tersebut tergantung kepada efek asam

laktat pada pH intraseluler atau konsentrasi ion hidrogen (H+) (Strauss, R.H.

1979).

Dengan meningkatnya asam laktat, konsentrasi H+ meningkat, dan pH

menurun. Sedangkan peningkatan konsentrasi ion H+ menghalangi proses

rangkaian eksitasi menurunnya sejumlah Ca²+ yang dikeluarkan dari retikulum

sarkoplasma dan gangguan kapasitas mengikat Ca²+ — troponin. Dan

peningkatan konsentrasi ion H+ juga menghambat kegiatan fosfofruktokinase,

enzim kunci yang terlibat di dalam anaerobik glikolisis. Sehingga demikian

lambatnya hambatan glikolisis, mengurangi penyediaan ATP untuk energi.

- Kematian Sel

Kematian sel adalah keadaan dimana sel tidak melakukan aktivitas.

Kematian ini bisa dibai menjadi 2, Apoptosis dan Nekrosis. Apoptosis adalah

kematian sel yang terprogram. Apoptosis digunakan oleh organisme multisel

untuk membuang sel yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh. Apoptosis yang

dialami oleh sel-sel yang terletak di antara jari menyebabkan masing-masing

jari menjadi terpisah satu sama lain Bila sel kehilangan kemampuan melakukan

apoptosis maka sel tersebut dapat membelah secara tak terbatas dan akhirnya

Page 15: Wrap Up Biomedik2 Sk1 b11 Final

menjadi kanker. Sedangkan Nekrosis adalah kematian sel dari faktor luar. Hal

ini akan menyebabkan pembengkakan sel, inflamasi, dan lisis.

LO.2.5. Cara Mencegah dan Mengatasi Hipoksia

Pencegahan hipoksia dapat dilakukan dengan beberapa cara mulai dari

penggunaan oksigen yang sesuai dengan ketinggian tempat kita berada,

pernapasan dengan tekanan dan penggunaan pressure suit, pengawasan yang

baik terhadap persediaan oksigen pada penerbangan, pengukuran pressurized

cabin, mengikuti ketentuan-ketentuan dalam penerbangan dan sebagainya. Cara

lain untuk pencegahan yaitu latihan mengenal datangnya bahaya hipoksia agar

dapat selalu siap menghadapi bahaya tersebut. Pada kasus pendakian gunung,

pencegahan dapat dilakukan dengan menyediakan pos-pos penghentian agar

para pendaki dapat secara perlahan beradaptasi dengan lingkungan sekitar.

Untuk mengatasi efek dari penyakit ketinggian tinggi, tubuh harus

kembali arteri O2 arah normal. Aklimatisasi, cara-cara yang tubuh

menyesuaikan dengan ketinggian yang lebih tinggi, hanya sebagian

memulihkan O2 ke tingkat standar. Hiperventilasi, respon tubuh yang paling

umum untuk kondisi ketinggian tinggi, meningkatkan alveolar O2 dengan

meningkatkan kedalaman dan tingkat pernapasan. Selain itu, ada komplikasi

terlibat dengan aklimatisasi. Polisitemia, di mana tubuh akan meningkatkan

jumlah sel darah merah dalam sirkulasi, mengental darah, meningkatkan

bahaya bahwa jantung tidak dapat memompa itu.

Dalam kondisi ketinggian tinggi, hanya pengayaan oksigen dapat

melawan efek hipoksia. Dengan meningkatkan konsentrasi oksigen di udara,

efek dari tekanan udara lebih rendah dilawan dan tingkat arteri O2 adalah

dikembalikan ke kapasitas normal. Sejumlah kecil oksigen tambahan

mengurangi ketinggian setara di kamar iklim dikendalikan. Pada 4000 m,

meningkatkan tingkat oksigen konsentrasi dengan 5 persen melalui

konsentrator oksigen dan sistem ventilasi yang ada menyediakan setara

ketinggian 3000 m, yang jauh lebih lumayan untuk meningkatnya jumlah

rendah pendarat yang bekerja di ketinggian tinggi. Hal ini mengakibatkan

produktivitas pekerja meningkat, kurang kelelahan, dan tidur ditingkatkan.

Terapi penyembuhan dapat dilakukan dengan pemberian terapi oksigen,

yaitu pemberian campuran gas yang kaya akan oksigen. Namun, kadar oksigen

dalam jumlah diatas normal juga dapat menimbulkan efek toksik.

Page 16: Wrap Up Biomedik2 Sk1 b11 Final

Kesimpulan :

Dari pembahasan yang telah di bahas, dapat disimpulkan bahwa, oksigen memegang peranan

penting dalam semua proses tubuh secara fungsional, apabila kekurangan oksigen didalam

tubuh akan menyebabkan hipoksia, dimana hipoksia ialah keadaan kekurangan oksigen

didalam tubuh yang menyebabkan kegagalan sel dalam metabolisme secara efektif. Oleh

karena itu, kita sebagai manusia harus mampu menjaga kesehatan tubuh agar tetap prima.

Daftar Pustaka :

1. Murray, Robert K., Granner D K., Rodwell Victor W,.2006. Biokimia Harper. Jakarta : Pernerbit Buku Kedokteran EGC.

Page 17: Wrap Up Biomedik2 Sk1 b11 Final

2. Siregar, Amelia(2010). Chemistry Org. “http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/biologi-pertanian/metabolisme-sel/katabolisme-respirasi/”.

3. Swanson, A T., Kim, S I., Glucksman M J,. 2012. Essential Biokimia Disertai Biologi Molekuler dan Genetik.. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara

4. “Pengobatan Hipoksia” http://www.news-medical.net/health/Hypoxia-Treatment-%28Indonesian%29.aspx (as copied in December 14th 7.30 PM)

5. Muchtaridi, 2007, Kimia Dasar, hal 150-151.Yudistira: Jakarta.

6. Marks et al, 1996, Biokimia Kedokteran Dasar :Sebuah Pendekatan Klinik, hal. 86. EGC. Jakarta.

7. http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/08/29/m9hsly-kewajiban- menjaga-kesehatan. (di unduh pada hari rabu, 11 Desember 2013)

8. http://artikelbahasaindonesia.org/artikel-kesehatan/5-tips-untuk-mendapatkan- kesehatan-tubuh-yang-prima/. (di unduh pada hari rabu, 11 Desember 2013).

9. http://books.google.co.id/books? id=gxhap2ZN9HQC&pg=PA322&lpg=PA322&dq=struktur+oksigen&source=bl&ots=mjpXdyktFX&sig=UVSNNBsiis0a5Rye0uYSpirpUWA&hl=en&sa=X&ei=-dapUs74H8vhrAeLiYGICw&redir_esc=y#v=onepage&q=struktur%20oksigen&f=false. (di unduh pada hari kamis, 12 Desember 2013, 10:34 wib).