woc vertigo
DESCRIPTION
WOC vertigoTRANSCRIPT
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN NEUROLOGIRSU DR SLAMET GARUT
JUNI, 2013
STATUS PASIEN BAGIAN NEUROLOGI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. emi
Umur : 39 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Cikarukruk, rt/rw 02/05 Banyuresmi
Tanggal masuk : 10 juni 2013
No CM : 01606359
II. SUBYEKTIF
Anamnesis tanggal 12 juni 2013
Keluhan utama
Pusing berputar
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke RSU DR SLAMET GARUT pada tanggal 10 juni
2013 dengan keluhan pusing disertai pandangan berputar.
± Sejak 2 hari SMRS pasien mengalami pusing disertai pandangan
berputar selama ± 30 detik yang bertambah sering dan semakin berat.
Pasien merasa dirinya melayang mengitari ruangan, terutama jika pasien
membuka mata dan mengubah posisi kepala, dari posisi tidur ke posisi
duduk atau tegak/berdiri.
Nyeri kepala (-), mual/muntah (+), kejang (-), pandangan gelap (-),
kehilangan kesadaran (-), telinga berdengung (-), kelemahan lengan dan
tungkai (-), mulut mengot (-), bicara pelo (-).
.
1
Riwayat hipertensi disangkal, riwayat kencing manis disangkal,
riwayat trauma kepala disangkal , riwayat sakit telinga disertai keluar
cairan tidak ada, riwayat makan obat antituberkulosis. Penyakit ini
diderita untuk pertama kalinya.
Riwayat penyakit dahulu
(-)
Riwayat penyakit keluarga
Di dalam keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit dengan
gejala yang sama seperti pasien.
Riwayat sosial ekonomi dan pribadi
Pasien berasal dari keluarga yang tidak mampu.
III. OBJEKTIF
Status Present
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4M6V5 (15)
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 84x/ menit
Respirasi : 24x/ menit
Suhu : 36,3 oC
Kepala : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Status Interna
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS IV linea midclavicula kiri
Perkusi : Batas jantung kanan : ICS VI parasternal kanan
Batas jantung atas : ICS II parasternal kiri
Batas jantung kiri : ICS V linea midklavikula kiri
Auskultasi : BJ I – II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulsus defisit (-)
Paru
2
Inspeksi : Simetris hemitoraks kanan-kiri saat statis dan dinamis
Palpasi : Simetris hemitorak kanan-kiri pada fremitus fokal dan
taktil
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : Permukaan datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani pada keempat quadran abdomen
Palpasi : NT/NK/NL : -/-/-. Hepar, lien, ginjal tidak teraba
pembesaran
Status Psikis
Cara berfikir : wajar
Perasaan hati : biasa
Tingkah laku : biasa
Ingatan : wajar
Kecerdasan : wajar
Status Neurologis
Kepala
Bentuk : normocephalus
Nyeri tekan : (-)
Simetris : (+)
Pulsasi : (-)
Leher
Sikap : dalam batas normal
Pergerakan : normal
Kaku kuduk : (-)
Nervus kranialis
3
N. I (olfaktorius)
Subyektif : tidak dilakukan
Dengan bahan : tidak dilakukan
N. II (optikus)
Tajam penglihatan : baik
Lapang peglihatan : baik
Melihat warna & fundus okuli : tidak dilakukan
N. III (oculomotor)
Sela mata : -/-
Pergerakan bulbus : baik ke segala arah
Strabismus : (-)
Nistagmus : (-)
Eksopftalmus : (-)
Pupil
Besarnya : 3 mm
Bentuknya : simetris bulat isokor
Refleks cahaya : (+/+)
Refleks konsensual : (+/+)
Refleks konvergensi : tidak dilakukan
Melihat kembar : (-)
N. IV (trochlearis)
Pergerakan mata (bawah-dalam) : (+)
Sikap bulbus : simetris
Melihat kembar : (-)
N. V (trigeminus)
Membuka mulut : simetris kanan-kiri
Mengunyah : simetris kanan-kiri
Mengigit : tidak dilakukan
Refleks kornea : baik
Sensibilitas muka : baik
4
N.VI (abducens)
Pergerakan mata (ke lateral) : (+)
Sikap bulbus : simetris
Melihat kembar : (-)
N.VII (fascialis)
Mengerutkan dahi : simetris kanan-kiri
Menutup mata : simetris kanan-kiri
Memperlihatkan gigi : simetris kanan-kiri
Bersiul : simetris kanan-kiri
Perasaan lidah
2/3 bagian depan lidah : tidak dilakukan
N.VIII ( vestibulo cochlear)
Detik arloji : tidak dilakukan
Suara berbisik : tidak dilakukan
Tes Weber : tidak dilakukan
Tes Rinne : tidak dilakukan
Tes Swabach : tidak dilakukan
N.IX (glosofaringeus)
Perasaan lidah
(1/3 bagian belakang) : tidak dilakukan
Sensibilitas faring : tidak dilakukan
N.X (vagus)
Arkus faring : tidak ada kelainan
Berbicara : (+)
Menelan : (+)
N.XI (asesorius)
Menengok : terbatas
Mengangkat bahu : (+)
5
N.XII (hipoglossus)
Pergerakan lidah : (+)
Lidah : simetris kanan-kiri
Atrofi : (-)
Badan dan anggota gerak
1. Badan
Respirasi : torakoabdominal
Bentuk kolumna vetebralis : dalam batas normal
Pergerakan kolumna vetebralis : dalam batas normal
Refleks kulit perut atas : tidak dilakukan
Refleks kulit perut tengah : tidak dilakukan
Refleks kulit perut bawah : tidak dilakukan
2. Anggota gerak atas
Motorik : baik
Pergerakan : + / +
Kekuatan nilai motorik : 5 5
Tonus : baik
Atropi : (-)
Bisep : (+/+)
Trisep : (+/+)
Sensibilitas
Taktil : baik
Nyeri : baik
Suhu : tidak dilakukan
Diskriminasi : tidak dilakukan
Lokalis : tidak dilakukan
Getar : tidak dilakukan
3. Anggota gerak bawah
Motorik : baik
6
Pergerakan : + / +
Kekuatan : 5 5
Tonus : baik
Atropi : (-)
Sensibilitas
Taktil : baik
Nyeri : baik
Suhu : tidak dilakukan
Diskriminasi dua titik : tidak dilakukan
Lokalis : tidak dilakukan
Getar : tidak dilakukan
Refleks fisiologis
Patella : (+/+)
Achilles : (+/+)
Refleks patologis
Babinsky : (-/-)
Chaddock : (-/-)
Openhaeim : (-/-)
Gordon : (-/-)
Schaefer : (-/-)
Mendel Bechtrew : tidak dilakukan
Rosolimo : tidak dilakukan
Klonus paha : (-)
Klonus kaki : (-)
Tes Laseque : (-)
Tes Kernig : tidak dilakukan
Patrick : tidak dilakukan
Kontra patrick : tidak dilakukan
Bruzinsky (I) : (-)
Bruzinsky (II) : (-)
Bruzinsky (III) : (-)
7
Koordinasi, gait dan keseimbangan
Cara berjalan : tidak mampu berjalan lurus
Test Romberg : +
Disdiadokokinesis : -
Rebound phenomen : tidak dilakukan
Gerakan – gerakan abnormal
Tremor : (-)
Athetosis : (-)
Mioklonik : (-)
Khorea : (-)
Fungsi Luhur : baik
Fungsi vegetatif
Miksi : baik
Defekasi : baik
IV. Ringkasan
Subyektif
Pasien datang ke RSU DR SLAMET GARUT pada tanggal Pasien
datang ke RSU DR SLAMET GARUT pada tanggal 10 juni 2013 dengan
keluhan pusing disertai pandangan berputar.
± Sejak 2 hari SMRS pasien mengalami pusing disertai pandangan
berputar selama ± 30 detik yang bertambah sering dan semakin berat.
Pasien merasa dirinya melayang mengitari ruangan, terutama jika pasien
membuka mata dan mengubah posisi kepala, dari posisi tidur ke posisi
duduk atau tegak/berdiri.
Nyeri kepala (-), mual/muntah (+), kejang (-), pandangan gelap (-),
kehilangan kesadaran (-), telinga berdengung (-), kelemahan lengan dan
tungkai (-), mulut mengot (-), bicara pelo (-). .
Riwayat hipertensi disangkal, riwayat kencing manis disangkal,
riwayat trauma kepala disangkal , riwayat sakit telinga disertai keluar
8
cairan tidak ada, riwayat makan obat antituberkulosis. Penyakit ini
diderita untuk pertama kalinya.
Obyektif
Status Present
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4M6V5 (15)
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 84x/ menit
Respirasi : 24x/ menit
Suhu : 36,3 oC
Kepala : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal
Status Neurologis
Rangsang Meningeal : Kaku kuduk (-)
Saraf Otak : Pupil bulat isokor, RC +/+, GBM baik ke
segala arah
Motorik : 5 5
5 5
Sensorik : baik
Fungsi Luhur : baik
Fungsi vegetatif : baik
Refleks fisiologis : (+/+)
Refleks patologis : (-/-)
V. Diagnosis
Obs vertigo dan vomitus
VI. Rencana awal
Rencana diagnosis
Pemeriksaan LAB darah rutin
Thorax foto PA
EKG
Neuroimaging : CT-scan
9
MRI
Rencana terapi
Terapi Umum
Bed Rest
Keseimbangan nutrisi
Terapi khusus
Infus asering 20gtt/menit
Inj Ranitidin 2x1 amp IV
Inj betahistin mesilat 3x8mg
VII.Rencana edukasi
Memperbaiki pola hidup
Minum obat teratur
Istirahat cukup
VIII. Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
10
VERTIGO
A. Definisi
Vertigo adalah sensasi rotasi tanpa adanya perputaran yang sebenarnya atau
rasa berputar yang khayal dengan disorientasi ruang yang biasanya menimbulkan
gangguan keseimbangan (1,2,3). Penderita merasa dirinya berputar atau lingkungannya
yang bergerak mengelilinginya. Penderita yang lain merasa dirinya seperti ditarik atau
dalam keadaan ketidakseimbangan (4).
B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Vestibularis
Membran labirin berisi endolimf dan dikelilingi perilimf, terletak di dalam
rongga labirin tulang di dalam tulang temporal dasar tengkorak. Sistem vestibularis
terdiri dari labirin statik yang memberikan informasi mengenai posisi kepala di dalam
ruang (makula dan utrikulus), dan labirin kinetik yang mengirimkan informasi
mengenai pergerakan kepala dari area khusus di dalam ampula (1,2).
Syaraf vestibularis menghantarkan 2 jenis informasi yaitu posisi kepala dalam
ruang dan rotasi angular kepala. Seluruh peralatan vestibuler memberikan informasi
yang membantu dalam mempertahankan keseimbangan dan bersama-sama dengan
sistem penglihatan dan proprioseptif, memberikan rasa posisi yang kompleks di dalam
batang otak dan serebelum.
C. Patofisiologi dan Etiologi
Vertigo timbul bila terdapat gangguan pada alat-alat vestibuler atau pada
serabut-serabut yang menghubungkan alat/nukleus vestibularis dengan pusatnya di
serebelum atau di korteks cerebri (1).
Gangguan ini dapat ditimbulkan oleh berbagai hal yang dapat dikelompokkan
menjadi (1,10,11) :
1. Kelompok penyakit yang menimbulkan gangguan di bagian perifer dari
susunan vestibularis, diantaranya :
- Penyakit-penyakit telinga
- Neuronitis vestibularis
- Vertigo posisional benigna
- Penyakit meniere
11
- Pengaruh obat-obatan yang bersifat toksik terhadap vestibuler, seperti
streptomisin, anti konvulsan, gentamisin dll.
- Trauma kepala dan leher
- Infeksi
- Oklusi arteri labirin
- Tumor di fosa posterior seperti neuroma akustik, dll
2. Kelompok penyakit yang menimbulkan gangguan di bagian sentral dari
susunan vestibularis, antara lain :
- Neoplasma
- Migren basiler
- Gangguan di serebelum
- Epilepsi
- Stroke batang otak atau TIA di daerah arteri vertebro basilaris
- Spondilitis servikalis, dll
3. Kelompok penyakit sistemik yang menimbulkan gangguan di bagian perifer
atau sentral, seperti Diabetes Mellitus, hipoglikemi, anemia, hipotensi
postural, dll.
D. Gejala Klinis
Keluhan dari pasien dapat berupa rasa berputar, atau tempat di sekitarnya
bergerak atau perasaan bahwa mereka mengelilingi sekitarnya dan tidak dapat
menentukan tempatnya. Beberapa orang menggambarkan perasaan tertarik ke arah
lantai atau ke arah satu sisi ruangan, sukar untuk memfokuskan penglihatan dan
merasa tidak enak untuk membuka mata selama serangan. Disertai pula dengan mual
muntah, keringatan dan dada berdebar-debar (4).
Dari gejala yang didapatkan dapat dibedakan apakah kelainannya di perifer atau
sentral, seperti terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan vertigo tipe perifer dengan sentral
Gejala Perifer Sentral
Onset Tiba-tiba PerlahanBeratnya keluhan Gejala hebat, episodik Gejala ringan, kontiniuDurasi dan Gejala Beberapa menit sampai jam KronikSifat vertigo Rasa berputar Rasa melayang, hilang
keseimbangan, light headed
12
Nistagmus (+) satu arah (dengan fase cepat atau lambat)
Kadang-kadang dua arah
Fiksasi visual Dihambat oleh nistagmus dan vertigo
Tidak ada hambatan
Arah post pointing Ke arah fase lambat Berubah-ubahArah jatuh pada Romberg test
Ke arah fase lambat Berubah-ubah
Gangguan lain Tuli, tinitus, mual, muntah Jarang
E. Pemeriksaan Penderita dengan Vertigo
1. Anamnesis
Anamnesis merupakan bagian pemeriksaan yang paling penting untuk
penderita vertigo, oleh sebab itu diperlukan anamnesis yang cermat dan banyak
memerlukan waktu (6,7).
Penderita diminta melukiskan dengan kata-kata sendiri apa yang dimaksudnya
dengan pusing
Anamnesis khusus dengan vertigonya
o Adakah kekhususan sifat vertigo yang timbul, keparahan vertigonya
o Intensitas timbulnya vertigo berkaitan dengan perjalanan waktu
o Bagaimana timbul dan bagaimana berakhirnya
o Pengaruh lingkungan atau situasi
o Keluhan lain seperti telinga berdenging, mual, muntah dll
Anamnesis untuk keluhan-keluhan lain (drop attack, gangguan penglihatan,
disatria, disfonia, gangguan pergerakan atau sensibilitas) bilamana keluhan ini
ada dan bersamaan dengan penurunan kesadaran maka perlu dicurigai
kelainan serebrovaskuler.
Anamnesis intoksikasi/pemakaian obat-obatan, sepeti streptomisin, anti
konvulsan, gentamisin, anti hipertensi, kanamisin, penenang, neomisin,
alkohol, fenilbutazol, kinin, asam eta-akrinik, tembakau.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan mata dilakukan pada kondisi mata bergerak dan dalam posisi netral. (6,7,8)
1. Mencari adanya strabismus dan atau diplopia
2. Mencari adanya nistagmus
13
Pada saat mata melirik ke kiri, kanan, atas, dan bawah. Bila ada
nistagmus disebut nistagmus tatapan.
Nistagmus yang disebabkan oleh kelainan sistem syaraf pusat
mempunyai ciri-ciri :
a. Nistagmus pendular : nistagmus yang tidak memiliki fase cepat dan
lambat.
b. Nistagmus vertikal yang murni : nistagmus yang geraknya ke atas
dan ke bawah
c. Nistagmus rotarorri yang murni : nistagmus yang geraknya berputar
d. Gerakan nistagmoid : gerakan bola mata yang bukan nistagmus
sebenarnya
e. Nistagmus tatapan yang murni : nistagmus yang berubah arahnya
bila arah lirik mata berubah.
3. Pemeriksaan dengan rangsangan perubahan posisi kepala dan tubuh
Cari kemungkinan posisi yang membangkitkan nistagmus atau vertigo.
Test baring terlentang, baring miring ke kiri, kanan dan tes baring
terlentang dengan kepala menggantung. Tiap-tiap test dilakukan selama 1
menit dengan kecepatan perubahan posisi 90 derajat dalam 5 detik
sehingga pengaruh gaya gravitasi ditiadakan (9)
4. Manuver Hallpike
Langkah-langkah :
- Tolehkan kepala pasien 450 ke arah kiri
- Kemudian pasien direbahkan sampai kepala bergantung di pinggir
tempat tidur
- Pasien tetap membuka mata agar pemeriksa dapat melihat gejala
nistagmus.
- Tolehkan kepala pasien ke arah kanan, perhatikan munculnya
nistagmus ke arah yang berlawanan.
Pemeriksaan Keseimbangan
Berdiri tegak, berjalan, berjalan di atas jari kaki, berjalan di atas tumit dan
berjalan secara tandem.
Duduk di kursi dan angkat kedua lengan serta kedua kaki dengan mata tertutup.
14
Pemeriksaan Pendengaran
Garpu tala
Audiometri
F. Pengobatan
1. Medikamentosa
Umumnya merupakan pengobatan simptomatis. Beberapa obat yang dapat
diberikan antara lain sebagai berikut (6,7) :
1. antikolinergik/parasimpatolitik
2. antihistamin
3. penenang minor dan mayor
4. simpatomimetik
5. vasodilator
2. Fisioterapi
Bertujuan untuk mempercepat tumbuhnya mekanisme kompensasi/ adaptasi
atau habituasi sistem vestibuler yang mengalami gangguan tersebut(6,7).
Pengobatan vertigo :
Terapi kausal : merupakan pengobatan terbaik yaitu sesuai dengan etiologi
– Pengobatan terhadap kelainan susunan saraf pusat seperti iskemia,
hipotensi, infeksi, trauma kepala, tumor, migren
– Pengobatan kelainan sistem vaskuler perifer seperti kelainan telinga
tengah/dalam
Terapi simptomatik (medika mentosa) ditujukan kepada 2 gejala
a. rasa vertigo, mutar melayang
b. gejala otonom (mual, muntah)
Pemilihan obat: sesuai efek obat, berat dan fase vertigo
Golongan obat :
a. Menekan irritabilitas vestibular
- Anti histamin: dimenhidrinat (dramamin)
- Prometazine (phenergan)
- Sinarizin (vertizin, stugoron)
- Benzodiazepin
- Beta blocker : carvedilol
- Ca entry blocker (flunarizine)
15
b. Memperbaiki aliran darah ke labirin dan batang otak (meningkatkan
oksigenasi)
- Histaminik : betahistin (merislon)
- Ca entry blocker (flunarizine)
c. Mengatasi mual, muntah
- Fenotiazine (proklorperazin, stemetil)
Terapi rehabilitatif
Cara latihan antara lain :
Metode Eplay
16
Daftar Pustaka
Ngoerah I. G. N. Dalam : Dasar-dasar Ilmu Penyakit Syaraf. Penerbit dan Percetakan
Universitas Airlangga. Denpasar, 1990.
Debroot J. Dalam : Neuroanatomi Korelatif. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta, 1997.
Marjono M, Sdharta P. Dalam : Neurologi Klinik Dasar. Dian Rakyat. Jakarta, 1997
Neurologi Channel, Vertigo. Diakses dari :
http://www.neurologychannel.com/vertigo. Pada Juni 2013.
A.D.A.M. Vertigo-assosiated disorder. Diakses dari :
http://www.health.yahoo.com/health. Pada Juni 2013.
Harsono. Kapita Selekta Neurologi. Gadjah Mada Press. Yogyakarta, 2000.
Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani W.I, Setiowulan W. Dalam : Kapita Selekta
Kedokteran, edisi tiga, jilid kedua. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta, 2000.
Lumbantobing S.M. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan Mental. Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2003.
Sidharta P. Dalam : Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Dian Rakyat. Jakarta,
1999.
17