wisata susur sungai

27
WISATA SUSUR SUNGAI Oleh Hasan Zainuddin Berada di sebuah kapal yang berlayar menyusuri sungai yang jernih, membelah suasana hutan bergambut, sesekali melintas di kawasan perkampungan masyarakat Dayak, sebuah bentuk wisata baru di Kalimantan Tengah (Kalteng). Wisata susur sungai belakangan ini semakin diminati oleh warga setempat, karena unik dan khas. Dalam perjalanan menyusuri sungai itu, wisatawan antara lain dapat menjumpai tanaman khas daerah ini, seperti rasau (jenis pandan) yang menghijau, dan berbagai satwa pulau terbesar di tanah air itu. Satwa yang sering dijumpai melalui perjalanan di atas air ini seperti orangutan (Pongo pygmaeus), bekantan (Nasalis larvatus), uwa-uawa (Hylobates sp), lutong, kera abu-abu, dan biawak. Dari beberapa lokasi wisata susur sungai paling diandalkan bagi kepariwisataan Kalteng adalah susur Sungai Rungan-Kahayan Kota Palangkaraya, kata Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Provinsi Kalteng, Sadar Ardi, di Palangkaraya, Jumat. Hampir tiap hari, ada saja rombongan pengunjung yang datang untuk menikmati wisata susur sungai. Mereka dibawa menyusuri Sungai Rungan dan Kahayan menggunakan kapal wisata yang telah disediakan. Kapal yang dioperasikan berbahan kayu Ulin (kayu besi) bertingkat dua memiliki kamar tidur dengan pendingin ruangan, bar, disertai ‘live’ musik serta tempat bersantai di lantai atas. Paket wisata tersebut menawarkan objek-objek wisata alam, bukan saja melihat hutan rawa gambut, tumbuhan kayu ulin, kayu balngeran, juga ke lokasi pemancingan, atraksi burung elang, habitat orangutan di Pulau Kaja, dan situs sejarah Dayak yaitu sandung Temanggung Lawak Surapati. Paket wisata yang ditawarkan cukup terjangkau yaitu mulai Rp750 ribu untuk 10 orang, sudah termasuk suguhan makanan ringan. Biaya tergantung rute yang dipilih serta jumlah anggota rombongan, kata Sadar Ardi.

Upload: dniezz-kristy-cahya

Post on 04-Jul-2015

448 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: WISATA SUSUR SUNGAI

WISATA SUSUR SUNGAI

Oleh Hasan ZainuddinBerada di sebuah kapal yang berlayar menyusuri sungai yang jernih, membelah suasana hutan bergambut, sesekali melintas di kawasan perkampungan masyarakat Dayak, sebuah bentuk wisata baru di Kalimantan Tengah (Kalteng).Wisata susur sungai belakangan ini semakin diminati oleh warga setempat, karena unik dan khas.Dalam perjalanan menyusuri sungai itu, wisatawan antara lain dapat menjumpai tanaman khas daerah ini, seperti rasau (jenis pandan) yang menghijau, dan berbagai satwa pulau terbesar di tanah air itu.Satwa yang sering dijumpai melalui perjalanan di atas air ini seperti orangutan (Pongo pygmaeus), bekantan (Nasalis larvatus), uwa-uawa (Hylobates sp), lutong, kera abu-abu, dan biawak.Dari beberapa lokasi wisata susur sungai paling diandalkan bagi kepariwisataan Kalteng adalah susur Sungai Rungan-Kahayan Kota Palangkaraya, kata Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Provinsi Kalteng, Sadar Ardi, di Palangkaraya, Jumat.Hampir tiap hari, ada saja rombongan pengunjung yang datang untuk menikmati wisata susur sungai.Mereka dibawa menyusuri Sungai Rungan dan Kahayan menggunakan kapal wisata yang telah disediakan.Kapal yang dioperasikan berbahan kayu Ulin (kayu besi) bertingkat dua memiliki kamar tidur dengan pendingin ruangan, bar, disertai ‘live’ musik serta tempat bersantai di lantai atas.Paket wisata tersebut menawarkan objek-objek wisata alam, bukan saja melihat hutan rawa gambut, tumbuhan kayu ulin, kayu balngeran, juga ke lokasi pemancingan, atraksi burung elang, habitat orangutan di Pulau Kaja, dan situs sejarah Dayak yaitu sandung Temanggung Lawak Surapati.Paket wisata yang ditawarkan cukup terjangkau yaitu mulai Rp750 ribu untuk 10 orang, sudah termasuk suguhan makanan ringan. Biaya tergantung rute yang dipilih serta jumlah anggota rombongan, kata Sadar Ardi.Wisata yang mulai digagas sejak 2008 itu makin diminati masyarakat. Banyak instansi yang menyuguhkan wisata ini bagi tamu mereka dari luar Kalteng.Pengunjung lokal Kalteng juga makin banyak yang menggunakan kapal wisata susur sungai, kata Sadar Ardi.Berdasarkan sebuah catatan, Kalteng memiliki sedikitnya sebelas sungai besar dengan panjang rata-rata ratusan kilometer, ditambah geografis dan karateristik yang kaya akan hutan tropis dan budaya.Dengan mencermati pangsa pasar wisatawan dan mancanegara dan wisatawan nusantara yang kini mulai kecendrungan menyukai wisata petualangan maka tampaknya jenis susur sungai merupakan pilihan tepat bagi wilayah ini.Kepala Bidang Parwisata, Disbudpar Kota Palangkaraya, Anna Menur menyatakan objek wisata susur sungai jadi ikon wisata setempat, makanya terus dipromosikan.Promosi wisata susur sungai bukan saja melalui media massa, cetak maupun elektronik, tetapi juga melalui biro perjalanan, bahkan ke agen-agen penerbangan.Pihak Pemko Palangkaraya melalui Disbudpar kini mencetak ratusan bahkan ribuan

Page 2: WISATA SUSUR SUNGAI

eksemplar buku saku kepawisataan Palangaraya yang di antaranya mempromosikan wisata susur sungai tersebut.Selain itu, Pemko juga menerbitkan brosur, pamflet mengenai wisata susur sungai.Susur sungai dirancang bagi wisatawan yang mencintai alam linkungai serta kehidupan sungai di wilayah Kalteng, khususnya di Palangkaraya.“Bila anda ke kota kami, kota cantik Palangkaraya tidak akan terasa lengkap tanpa adanya sensasi petualangan susur sungai, di mana anda dapat menyaksikan alam pulau Kalimantan yang sungguh eksotis,” kata Anna Menur.Aida Meyarti,SH dari Dinas Pariwisata Kalteng mengatakan, selain susur sungai Rungan-Kahayan juga kini dipromosikan susur sungai Sekonyer di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar).Sungai Sekonyer jalur sungai ke areal Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP), yang di dalamnya terdapat lokasi rehabilitasi satwa langka orangutan.Kelebihan Sungai Sekonyer lantaran miliki pemandangan alam lingkungan yang indah juga di sana terdapat spesies binatang yang unik dan menarik.Seperti di Sungai Kumai bagian dari jalur Sungai Sekonyer terdapat jenis pesut, selain itu juga terdapat satwa yang disebut masyarakat setempat sebagai satwa dugong-dugong.Dugong-dugong juga dikenal sebagai sapi laut, karena habitatnya adalah diareal rumput laut di muara sungai.Selain itu perjalanan jalur Sungai sekonyer dengan kelotok (perahu motor tempel) wisata, perjalanan akan melalui kawasan mangrove didominasi pohon bakau (Rhizophora spp), pohon pidada (Sonneratia spp) yang menumbuhkan akar napas (pneumatophore).Pohon lain dijalur wisata itu kendeka (Bruguiera spp), serta pohon nirih (Xylocarpus spp).Mengutip sebuah catatan, Sungai Buaya adalah nama asli Sungai Sekonyer, nama Sikonyer diambil dari nama sebuah kapal yaitu kapal Sikuner. Nama asli kapal tersebut diubah berdasarkan bahasa Melayu menjadi Sekonyer.Ceritanya, pada masa kolonial Belanda di muara Sungai Buaya berlabuhlah sebuah kapal perompak atau bajak laut.Kapal itu tenggelam tepat di muara Sungai Buaya ditembak oleh seorang bernama Bujang dengan sebuah meriam kecil bernama “palembang” milik seorang tokoh agama Islam, “Kyai Gede.”Meriam hanya dapat ditembakkan oleh keturunan Kyai Gede atau salah seorang suku keturunan Dayak Gambu, oleh penduduk sekitar kemudian nama Sekonyer ini sering dipakai untuk menyebut nama asli dari Sungai Buaya itu.Perjalanan jalur sungai ini kemudian menemui kawasan tanaman nipah (Nypa fruticans Wurmb) lalu kawasan pohon rasau, kemudian terus ke Tanjung Harapan Desa Sekonyer, Pesalat tempat pendidikan konservasi, wisata Pondok Tanggui, Pondok Ambung, Muara Ali, Danau Panjang hingga camp Leakey lokasi rehabilitasi orangutan.Guna menanamkan lagi kecintaan masyarakat Kalteng dan Kalimantan Selatan (Kalsel) terhadap angkutan air itu, maka sebuah harian yang terbit di Banjarmasin, yakni Banjarmasin Post menggelar kegiatan susur sungai Barito-Kahayan.Kegiatan ini menurut tulisan di harian tersebut untuk melestarikan budaya sungai yang mulai ditinggalkan masyarakat Kalsel dan Kalteng karena perkembangan transportasi darat dan udara.Selain itu, Banjarmasin Post ingin mengajak warga di dua provinsi bertetangga ini mengingat kembali sejarah transportasi di dua sungai utama tersebut.Barito dan Kahayan merupakan urat nadi masyarakat Kalsel dan Kalteng sejak masa penjajahan. Apalagi, sejak kedua sungai dihubungkan oleh sejumlah anjir (kanal) seperti Anjir Serapat.Kedua sungai ini memang memiliki sejarah sebagai jalur perdagangan kedua provinsi, kata

Page 3: WISATA SUSUR SUNGAI

Aida..Pada era era 50-an, banyak saudagar Banjarmasin membawa barang ke daerah hulu Sungai Barito dan Kahayan. Selanjutnya dari hulu sungai, mereka membawa bahan-bahan alam seperti rotan ke Banjarmasin. Rute ini ini mereka lalui selama berhari-hari.Ini tidak hanya dilakukan pedagang dari Banjarmasin, tetapi juga dari hulu Sungai Kahayan dan Barito. Biasanya mereka berlabuh di tepian Sungai Martapura Banjarmasin.Selain tinggal di kapal, mereka biasanya menginap di Hotel Sinar Amandit dan Mess Candi Agung yang ada di tepi Sungai Martapura.Sekarang banyak generasi muda yang tidak mengetahui sejarah tersebut. Mereka tahunya dari Banjarmasin (Kalsel) ke Palangkaraya (Kalteng) menggunakan jalur darat hanya beberapa jam saja.Agar mereka tidak melupakan sejarah, maka harian itu bekerjasama pihak pemerintah kabupaten Kapuas, Pulang Pisau, dan Kota Palangkaraya Kalteng menggelar Susur Sungai Barito-Kahayan diikuti 54 peserta dari akademisi, sejarawan, pencinta lingkungan, dan sejumlah wartawan, beberapa hari lalu.Dan kini, wisata susur sungai bukan hanya sekedar menyajikan keunikan kepariwisataan Kalteng saja, melainkan juga untuk mengenang kebiasaan warga setempat tempo dulu, yang selalu bepergian menggunakan angkutan air.

Klotok, salah satu angkutan wisata susur sungai

Lokasi wisata susur sungai

Page 4: WISATA SUSUR SUNGAI

WISATA KALTENG

PALANGKA RAYA AMBIL LANGKAH TEROBOSAN MAJUKAN PARIWISATAPalangka Raya,9/6 (ANTARA)- Pihak Pemerintah Kota Palangka Raya melalui Dinas Pariwisata dan budaya setempat mengambil langkah-langkah terobosan dalam upaya meningkatkan sektor dunia kepariwisataan setempat.Seperti dilaporkan Kepala Bidang Pariwisata, Dins Kebudayaan dan Pariwisata Palangka Raya, Anna Menor kepada pers Selasa menyebutkan salah satu langkah itu adalah membentuk kelompok sadar wisata (Pokdarwis).Pokdarwis yang dibentuk ini nantinya berperan sebagai mediator antara penduduk setempat dengan Pemerintah Daerah (Pemda) dalam kaitan penetapan langkah pengembangan potensi wisata.Instansinya juga, kata Anna Menur melakukan kegiatan sosialisasi sadar wisata yang melibatkan kalangan pelajar dan penduduk setempat, agar mereka kian mengerti kehadiran dunia wisata bagi pengembangan wilayah, citra daerah, serta peningkatkan kesejahteraan masyarakat.Meinventarisir lokasi-lokasi di Kota Palangka raya juga telah pula dilakukan, sehingga diketahu lokasi mana saja yang berpotensi wisata yang kemudian terus dikembangkan dan dipromosikan ke masyarakat luas.Kemudian dilakukan pula pendokumentasian potensi wisata tersebut dan ditunjukkan kepada tim peneliti dari dalam maupun luar negeri.Dalam upaya memajukan sektor pariwisata Palangka Raya itu telah pula dilakukan pertemuan dengan beberapa dinas dan badan pemerintahan terkait dengan sektor kepariwisataan.Pertemuan tersebut antara lain dengan Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Kalteng, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalteng, Dinas Pertambangan dan Energi Kota Palangka Raya, Dinas Pertanian Kota Palangka Raya dan Dinas Pekerjaan umum Kota Palangka Raya.Pertemuan juga diadakan dengan WWF sebah organisasi perlindungan sumberdaya alam  guna mencari solusi yang tepat dalam mengatasi penambangan batu ilegal  yang masih terus beroperasi sert telah diputuskan untuk menentukan tapal batas wilayah guna diversifikasi penggunaan lahan.Kota Palangka Raya memang sudah memiliki beberapa lokasi objek wisata yang terus dikunjungi wisatawan baik wisatawan nusantara mapun wisatawan mancanegara.Objek wsata Palangka raya antara lain, taman wisata Bukit Tangkiling, Danau Hantu, Arboretum Nyaru Menteng dan Pusat Reintroduksi Orang Utan, Danau Tahai, Taman Gaul, Taman Wisata Bukit Kum-kum, Rumah makan kampung Lauk. serta sentra kuliner Jalan Yos Sudarso.***5***WISATA SUSUR SUNGAI PALANGKRAYA TERUS DIPROMOSIKANPalangaraya,12/7 (ANTARA)- Pihak Pemerintah Kota (Pemko) Palangkaraya, ibukota Provinsi Kalimantan tengah (Kalteng) melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) setempat kini terus mempromosikan wisata susur sungai di kawasan itu.Kepala Bidang Parwisata, Disbudpar Kota Palangkaraya, Anna Menur ketika dihubungi di Palangaraya, Minggu membenarkan wisata susur sungai merupakan kegiatan kapariwisataan yang terus  dipropmsikan.

Page 5: WISATA SUSUR SUNGAI

Promosi mengenai objek wisata susur sungai itu bukan saja melalui media massa, baik media cetak maupun elektronik tetapi juga melalui biro-biro perjalanan, bahan ke agen-agen penerbangan.Pihak Pemko Palangkaraya melalui Disbudpar kini mencetak ratusan bahkan  ribuan eksemplar buku saku kepawisataan Palangaraya yang diantaranya mempromosikan wisata susur sungai tersebut.Selain itu, Pemko juga menerbitkan brosur, famlet mengenai wisata susur sungai tersebut, dan setelah giat dipromosikan ternyata susur sungai mulai dikenal luas di masyarakat, khususnya di kalangan wisatawan nusantara.Susur sungai dirancang bagi wisatawan yang mencintai alam linkungai serta kehidupan sungai di wilayah Kalteng, khususnya di Palangkaraya, seperti menyusuri sungai Kahayan atau Sungai Rungan.Wisata susur sungai itu dikelola oleh Kalimantan Tours Destination, sebuah yayasan yang bergerak di bidang promo dan penyediaan paket-paket wsata lainnya.“Bila anda ke kota kami, kota cantik  Palangkaraya tidak akan terasa lengkap tanpa adanya sensasi petualangan susur sungai, dimana anda dapat menyaksikan alam Pulau Besar Kalimantan yang sungguh eksotis,” kata Anna Menur.Susur sungai menggunakan kapal tradisional yang konstruksinya dari kayu ulin dan banyuas itu belakangan terus diminati wisatawan hingga pesanan menaiki kapal tersebut  terus saja meningkat, tambahnya.Wisata susur sungai menawarkan keindahan geliat kehidupan di sepanjang sungai Kahayan yang dilalui.Selain menikmati pemandangan sepanjang sungai, para wisatawan bisa mengenal budaya masyarakat  Suku Dayak Kalteng yang unik di sejumlah lewu atau perkampungan yang disinggahi.Melaui susur sungai bukan hanya menikmati pemandangan alam dengan sungai-sungai di kawasan lahan bergambut juga dapat menyaksikan beberapa jenis satwa unik dan langka seperti orangutan, bekantan, lutong, kera abu-abu, serta biawak.KALTENG TAWARKAN WISATA SUNGAI SEKONYERPalangkaraya,16/7 (ANTARA)- Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) memiliki kekayaan alam yang melimpah, termasuk potensi wisatanya diantaranya keberadaan Sungai Sekonyer, di kawasan Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar).Sungai Sekonyer, sebuah potensi wisata yang potensial, kerana itu potensi itu akan digali dan dikembangkan, kata Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kalteng, Aida Meyarti,SH di Palangkaraya, Kamis.Menurut Aida Meyarti yang mantan Kepala Bidang Promosi Disbudpar Kalteng ini keberadaan sungai Sekonyer memang sudah sering dikunjungi wisatawan khususnya dari mancanegara.Pasalnya Sungai Sekonyer jalur sungai ke areal TNTP yang didalam TNTP tersebut terdapat lokasi rehabilitasi satwa langka orangutan.Kelebihan Sungai Sekonyer dibandingkan sungai lain, lantaran selain pemandangan alam lingkungan yang indah juga di sana terdapat spicies binatang yang unik dan menarik.Seperti di Sungai Kumai bagian dari jalur Sungai Sekonyer terdapat jenis pesut, selain itu juga terdapat satwa yang disebut masyarakat setempat sebagai satwa dugong-dugong.Dugong-dugong juga dikenal sebagai sapi laut, karena habitatnya adalah diareal rumput laut di muara sungai.Selain itu perjalanan jalur Sungai sekonyer dengan kelotok (perahu motor tempel) wisata, perjalanan akan melalui kawasan mangrove didominasi pohon bakau (Rhizophora spp), pohon pidada (Sonneratia spp) yang menumbuhkan akar napas (pneumatophore).Pohon lain dijalur wisata itu kendeka (Bruguiera spp), serta pohon nirih (Xylocarpus spp).

Page 6: WISATA SUSUR SUNGAI

Mengutip sebuah catatan, Aida Meyarti menjelaskan, Sungai Buaya adalah nama asli Sungai Sekonyer, nama Sikonyer diambil dari nama sebuah kapal yaitu kapal Sikuner.Nama asli kapal tersebut dirubah berdasarkan bahasa Melayu menjadi Sekonyer.Ceritanya pada masa kolonial Belanda dimuara Sungai Buaya berlabuhlah sebuah kapal perompak atau bajak laut.Kapal itu tenggelam tepat dimuara Sungai Buaya ditembak oleh seorang bernama Bujang dengan sebuah meriam kecil bernama “palembang” milik seorang tokoh agama Islam “Kyai Gede.”Meriam hanya dapat ditembakan oleh keturunan Kyai Gede atau salah seorang suku keturunan Dayak Gambu, oleh penduduk sekitar kemudian nama Sekonyer ini sering dipakai untuk menyebut nama asli dari Sungai Buaya itu.Perjalanan jalur sungai ini memudian menemui kawasan tanaman nipah (Nypa fruticans Wurmb) lalu kawasan pohon rasau, kemudian terus ke Tanjung Harapan Desa Sekonyer, Pesalat tempat pendidikan konservasi, wisata Pondok Tanggui, Pondok Ambung, Muara Ali, Danau Panjang hingga camp Leakey lokasi rehabilitasi orangutan. ***5***250 ORANG UTAN HIDUP DI TAMAN NASIONAL SEBANGAUPalangkaraya,6/7 (ANTARA)- Sekitar 250 ekor satwa mamalia, orang utan kini masih hidup berkeliaran di hutan taman nasional Sebangau, Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng).Kehidupan orang utan tersebut memiliki potensi sangat besar untuk dijual dan dipromosikan bagi dunia kepariwisataan Kalteng, kata Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalteng, Aida Meyarti.SH, Senin.Ketika ditemui di kantornya, pejabat Disbudpar Kalteng ini menuturkan di taman nasional Sebangau wisatawan bisa menyaksikan kehidupan orang utan disamping 35 jenis mamalia lainnya.Apalagi menuju taman nasional sebangau yang seluas 650 ribu hektare itu mudah saja dijangkau dari Kota Palangkraya, Ibukota Kalteng.Taman Nasional Sebangau termasuk wilayah Kota Palangkaraya sendiri, juga berada di Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten Katingan.Bukan hanya urang utan yang menarik bagi wisatawan ke taman nasional ini, tetapi juga aneka jenis flora dan faunanya menawarkan keunikan kawasan itu.Mengutip hasil penelitian atau studi hutan raya gambut, Universitas Palangkaraya (Unpar) terdapat sedikitnya 106 jenis tumbuh-tumbuhan yang ada di wilayah itu, diantaranya adalah tumbuhan khas Kalimantan.Selain itu terdapat 116 spicies burung diantaranya adalah burung khas Kalimantan, burung Enggang.Sementara 35 jenis mamalia, yang ada di kawasan itu selain orang utan juga ada Bekantan (nasalis larvatus) merupakan satwa kera hidung besar yang hanya ada di Pulau terbesar nusantara ini.Masih ada pula kera lain yaitu lutung, kera abu-abu dan beberapa jenis lainnya, katanya.Potensi wisata lain di taman nasional ini, keberadaan alamnya, terdapat jeram, lembah, serta danau-danau.Melihat keunikan itulah, maka taman nasional Sebangau sering dikunjungi pihak turis asing termasuk delegasi asing seperti baru-baru ini kedatangan delegasi Perlemen Australia.Taman nasional Sebangau juga memperoleh perhatian khusus dari Wordl Wide Fund For Nature (WWF) sebuah organisasi konservasi mandiri dan terbesar di dunia.

Baru-baru ini pula WWF Jepang Yumiko meninjau taman nasional Sebangau untuk melihat kegiatan konservasi yang dilakukan WWF kalteng.***5***WISMAN ASIA TERBANYAK KE PALANGKA RAYAPalangka Raya,11/6 (ANTARA)- Pihak kantor Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Palangka

Page 7: WISATA SUSUR SUNGAI

Raya bertekad menjadikan “kota cantik” Palangka Raya, ibukota Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) sebagai daerah tujuan wisata baik wisatawan nusantara (Wisnu) maupun wisatawan mancanegara (Wisman).Bahkan belakangan kunjungan Wisman kian meningkat saja, dan terbanyak datang dari banua Asia sendiri,” kata Kepala Bidang Pariwata Dinas Pariwisata dan Budaya setempat, Anna Menur, kepada ANTARA, di Palangka Raya, Kamis.Berdasarkan catatan setempat, jumlah wisatawan Asia tersebut seperti datang dari negeri China selama tiga tahun terakhir ini datang sebanyak 81 orang, disusul dan dari Malaysia 47 orang.Wisman negara lain di Asia yang datang ke Palangka Raya dari Thailand 33 orang, India 10 orang, Singapura 14 orang, Jepang delapan orang, Filipina enam orang, Korea Selatan sembilan orang.Sementara dari Eropa tercatat dari Inggris 22 orang, Jerman 18 orang, Swiss 15 orang, Belanda 10 orang, Belgia enam orang, Portugal enam orang, Italia dua orang, Irlandia dan Spanyol masing-masing seorang wisman.Wisman lainnya dari Amerika sebanyak 24 orang, Australia 37 orang, Kanada 13 orang, katanya.Melihat data tersebut berarti kepariwisataan Palangka Raya lebih banyak diminati dua benua tersebut, Asia  dan Eropa, sehingga promosi yang mungkin lebih digencarkan ke wilayah tersebut.Pihak Wisman ke Kalteng itu lebih banyak meminati wisatawan alam lingkungan serta kebudayaan setempat yang dinilai lebih unik dan menarik dibandingkan dengan negara asal mereka.Dalam upaya lebih meningkatkan kunjungan Wisman ke Palangka Raya tersebut, maka instansinya akan melakukan berbagai  upaya.Upaya tersebut antara lain meningkatkan kualitas pelayanan dan kesiapan daerah tujuan wisata dan aset-aset warisan budaya Dayak dan wisata alam sebagai daya tarik yang dinilai lebih kompetitif.Upaya lain meningkatkan fasilitas insfrastruktur pendudkung kepariwisataan, meningkatkan dan mengembangkan kreatifitas seni budaya serta apresasi seni, meningkatkan kehandalan Kota Palangka Raya yang bertumpu pada nilai budaya lokal, etika, moral, dan agama, serta yang berwawasan lingkungan.Disamping itu pelestarian benda cagar budaya dalam bentuk konservasi budaya salah satu upaya dalam kaitan meningkatkan kepariwisataan Palangka Raya tersebut.***5***

BUKIT TANGKILING OBJEK PARIWISATA ANDALAN PALANGKA RAYAPalangka Raya,12/5 (ANTARA)-Taman wisata alam Bukit Tangkiling Kelurahan Banturung, Kecamatan Bukit Batu, objek wisata andalan Kota Palangka Raya yang terus dipromosikan  upaya memancing kunjungan wisatawan ke daerah ini.Kepala Bidang Kepariwisataan Dinas Pariwisata dan Budaya Kota palangka raya, Anna Menur di Palangka Raya, Selasa menuturkan objek wisata ini dinilai memiliki dayak tarik tersendiri karena menyimpan banyak spicies flora dan fauna.Di lokasi ini memiliki susana alam yang segar dan asri dengan varian vegetasi yang beragam, juga terdapat bebatuan berbentuk unik ditambah terdapat sebuah lagenda berkaitan sebuah batu yang ada di lokasi itu.Apalagi letak objek tersebut tidak terlalu jauh dari pusat Kota Palangka Raya, ibukota Propinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), hanya kerjarak 34 Km ke arah Barat Laut.“Apabila kita melintasi kawasan bukit batu di sebelah kiri Jalan Raya Palangka Raya – Kasongan tersebut, pemandangan sebuah bukit batu terlihat sangat eksotik dibalik pemukiman penduduk dan rerimbunan pohon.”katanya.

Page 8: WISATA SUSUR SUNGAI

Batu-batu besar berwarna hitam menyerupai bentuk aneka binatang itu bertumpuk menjulang ke langit. Uniknya, di antara gerombolan batu tersebut terselip pohon-pohon dan rerumputan, menjadi mozaik hijau yang artistik.Bukit inilah yang terkenal di kalangan masyarakat Palangka Raya dan sekitarnya, bernama Bukit Tangkiling yang selanjutnya ditetapkan sebagai kawasan konservasi cagar alam (CA) dan taman wisata alam (TWA) Bukit Tangkiling.Di dua lokasi itu terdapat sembilan bukit batu serupa yang tersebar mengelompok di dalam areal yang kompak. Sebanyak 5 bukit batu di Kawasan TWA yaitu Bukit Tangkiling, Bukit Batu/Tunggal, Bukit Liau, Bukit Buhis dan Bukit Baranahu.Sementara empat bukit lainnya, adalah Bukit Tisin, Bukit Tabala, Bukit Klawit dan Bukit Bulan.Mengenai objek wisata lain di Kota Palangka Raya yang terus dibenahi adalah, Danau hantu, Arboretum Nyaru Menteng, dan Pusat Reintroduksi orang utan.Kemudian juga terdapat objek wisata Danau Tahai, Taman Gaul, Taman Wisata Kum Kum, rumah makan Kampung Lauk Taman Wisata Sabaru, dan kuliner di Jalan Yos Sudarso.***5***

LAMANDAU KEMBANGKAN WISATA AIR TERJUN PALEI KODANPalangaraya,13/7 (ANTARA)- Kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) yang merupakan kabupaten hasil pemekaran, kini terus berbenah diri dalam sektor kepariwsataan, dengan mengembangkan air terjun Palei Kodan.“Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kalteng mnyambut gembira pengembangan objek wisata air terjun di Kabupaten Lamandau itu, yang akan menambah jumlah objek wisata yang akan dipromosikan Kalteng ke dunia luar,” kata Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Disbudpar Kalteng, Aida Meyart,SH kepada ANTARA di kantornya, Palangkaraya, Senin.Menurut pejabat yang mantan Kabid Promosi Disbudpar Kalten itu, air terjun di tengah rimba Kalteng itu menawarkan berbagai kenyamanan, ditengah hujan dengan air yang mengalir deras di antara bebatuan gunung.Para wisatawan yang datang ke lokasi tersebut, tidak saja bisa menikmati sejuknya hutan dengan ratusan spicies tanaman, juga bisa menyaksikan aneka satwa yang ada di wilayah tersebut.Wisatawan bisa menikmati segarnya alam pegunungan, dengan  mandi di lokasi air terjun yang berjeram.Mengutif keterangan dari pihak Kabupaten Lamandau, Aida Meyarti menjelaskan objek wisata ini berada di kawasan perbukitan Kecamatan Bulik yang jarak tempuh dari ibukota kabupaten Naga Bulik sektar 55 kilometer.Menuju objek wisata tersebut relatif cukup mudah karena sudah bisa melalui jalan darat yang keadaan jalannya cukup baik.Air terjun Palei Kondan sendiri letaknya di tengah hutan belantara, tetapi jaraknya dari jalan darat di sekitar itu tidak jauh hanya 150 meter dan hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki.Ar terjun Palei Kodan sering sekali dikunjungi masyarakat setempat sebagai tempat rekreasi sembari menikmati panorama alam yang masih aseri itu, katanya lagi.Keberadaan objek wisata diantara beberapa objek wisata di Kabupaten Lamandau yang akan terus dikembangkan dalam upaya menarik lebih besar lagi kunjungan wisatawan ke kabupaten baru Kalteng itu.Di Kabupaten Lamandau memang menawarkan aneka jenis objek wisata, seperti wisata agro dimana terdapat perkebunan kelapa sawt yang begitu luas.Selain itu Lamandau juga menawarkan objek wisata petualangan ke hutan beantara, menyusuri sungai, mandaki gunung, melalui jeram, masuk lembah, serta kepemukim suku

Page 9: WISATA SUSUR SUNGAI

Dayak pedalaman.Objek wisata lain di kabupaten ini, terdapat Riam Tapin Bini, Batu Batungkat, Betang Ojung Batu, aIr Terjun Siukam, wisata budaya ke rumah betang, serta menikmati berbagai kesenian masyarakat setempat. ***5***

PALANGKARAYA TAWARKAN WISATA KULINER YOS SUDARSOPalangkaraya,15/7 (ANTARA)- Kota Palangkaraya, Ibukota Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) terus berbenah diri dalam meningkatkan sektor kepariwisataanya, termasuk menyediakan sentra kuliner setempat.“Selain menawarkan berbagai objek wisata alam, budaya, dan seni, Palangkaraya juga menawarkan wisata kuliner, yaitu di lokasi khusus kuliner Jalan Yos Sudarso,” kata Kepala Bidang Kepariwisataan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Palangkaraya, Anna Menur, Rabu.Ketika dihubungi di kantornya Jalan Tjilik Riwut Palangkaraya tersebut, Anna Menur yang didampingi stafnya itu menyebutkan sentra kuliner Yos Sudarso masuk dalam jumlah objek wisata andalan Palangkaraya yang terus dipromosikan.Senadinya pengunjung ke kota cantik Palangkaraya, maka akan menemui sentra kuliner yang berada di sepanjang Jalan Yos Sudarso yang tidak jauh dari bundaran besar kota yang pernah digagas oleh Presiden pertama RI, Soekarno tersebut.Di sepanjang jalan tersebut para pengunjung akan muda menemukan sederetan tenda-tenda, warung, kafe, yang menawarkan berbagai aneka makanan dan minuman.Lokasi-lokasi jajanan tersebut setiap malam dipadati pengunjung khususnya kawula muda bukan saja dari kota Palangkaraya tetapi dari berbagai daerah lain termasuk kalangan wisatawan.Selain terletak di jantung kota sentra kuliner itu pula mudah dijangkau dengan berbagai arah, dan lokasinya bersebelahan dengan pusat perbelanjaan terbesar Kalteng, Palangkaraya Mall.Kawasan ini berada di sisi kanan dan kiri jalan arah menuju Universitas Palangkaraya (Unpar), kata Anna Menur.Anna Menur mengakui dari sekian menu kuliner tersebut sebagian besar menawarkan makanan ikan, baik bakar, goreng, atau masak lainnya.Ia mengakui  Palangkaraya surga bagi penikmat ikan, khususnya ikan sungai, karena di wilayah ini terdapat perairan yang luas serta lokasi pembudidayaan ikan.Palangaraya terkenal dengan wilayah sentra perdagangan ikan sungai atau rawa, seperti ikan baung, jelawat, adungan, puyau, tapah, patin, lele, lais, saluang, riu, kelabau, dan ikan sungai lainnya.Selain itu Palangkaraya juga gudangnya produksi ikan rawa seperti gabus, tauman, mihau, kihung, kerandang, sepat siam, patung, biawan, pepuyu, sepat, sisili, kapar, serta beberapa ikan yang kurang populer di masyarakat.Ikan itu setelah di warung selain, di goreng, di panggang, di pepes (pais) di sayur asam (gangan asam), dimasak habang, dimasak kecap, digangan balamak, dan diolah menu lainnya.Palangkaraya juga memiliki ikan non alam, yakni ikan hasil budidaya, seperti ikan nila, ikan mas, ikan patin, ikan lele, yang juga mudah diperoleh dan murah.Kuliner makanan Palangkaraya didominasi oleh masakan Khas Banjar, masakan khas Jawa serta masakan khas daerah setempat.Menu warung yang menyajikan makanan khas Dayak juga menyebar dan tak kalah enaknya dengan menawarkan berbagai masakan terbuat dari ikan alam sungai dan rawa beserta menu khasnya, umbut rotan, serta daun singkong bersantan. ***5***

Page 10: WISATA SUSUR SUNGAI

KALTENG TAWARKAN WISATA RUMAH BETANG RATUSAN TAHUNPalangkaraya,4/7 (ANTARA)- Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kalimantan Tengah (Kalteng) kini menawarkan objek wisata petualangan ke lokasi terdapatnya rumah adat Dayak, betang berusia ratusan tahun.Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata, Disbudpar Kalteng, Aida Meyarti,SH ketika ditemui di Palangkaraya, Sabtu mengakui rumah adat Dayak betang telah dipromosikan secara luas sebagai objek wisata andalan setempat.Khususnya rumah betang yang berusia tua dengan nilai sejarah yang menarik yang melatar belakangani pendirian rumah tersebut.Ia mencontohkan sebuah rumah betang yang berada di Tumbang Malahoi, Kabupaten Gunung Mas yang berjarak sekitar 190 Km Kota Palangkaraya yang disebut oleh warga setempat sebagai rumah betang Toyoi bin Panji.Disebut rumah betang Toyoi bin Panji lantaran sejarahnya rumah sepanjang 36 meter dengan lebar 9,95 meter itu dibangun oleh tokoh adat setempat Toyoi bin Panji.Rumah terbuat dari kayu bangkirai, kayu sungkai, kayu ulin (kayu besi) dan jenis kayu khas Kalimantan lainnya itu  memiliki beberapa tiang raksasa dengan tinggi 5,58 meter dengan garis tengah 177 cm.Rumah yang dihuni beberapa kepala keluarga itu menggunakan sistem panggung dengan tongkat kayu besar dan kokoh dengan tinggi 2,29 meter.Terdapat 10 kamar di dalam rumah tersebut, serta dua kamar lagi yang disediakan oleh pemilik rumah bagi wisatawan yang ingin bermalam dirumah adat itu.Banyak cerita, yang berbau mistis dalam sejarah pendirian bangunan kuno tersebut, sebab banyak yang menjadi tanda tanya dalam pembangunan rumah itu, contohnya saja pendirian tiang rumah yang begitu besar.Konon mendirikan tiang rumah terbuat dari kayu besar itu hanya dilakukan oleh lima orang saja, tetapi karena terdapatnya mahluk gaib yang berbaik hati ikut membantunya, maka tiang itupun akhirnya berdiri dan kokoh hingga sekarang.“Coba lihat betapa besar rumah betang yang ada di Tumbang Malahoi ini, dan ini sungguh menarik bagi wisatawan khususnya wisatawan mancanegara yang ingin berpetualang kepmukiman suku Dayak ini,” kata Aida Meyarti seraya memperlihatkan gambar video mengenai rumah betang tersebut.Ia sendiri mengaku bersama rombongan Disbudpar setempat sudah mengunjungi rumah betang ini, dan bangunannya masih kokoh dan kemungkinan usianya masih bisa bertahan lama.Rumah ini selain sebagai tempat tinggal seringkali pula dijadikan lokasi upacara sakral, bahkan untuk kegiatan musayawarah desa.“Rumah betang Dayak Kalteng bermulti fungsi, makanya selalu dibuat besar-besar dan kokoh,” tuturnya.Menuju rumah betang ini wisatawan biasanya sudah disuginya petualagan alam yang menarik, umpamanya terdapatnya sungai dengan airnya mengalir deras, jeram, lembah berbukit, serta pemandangan hutan topis yang indah, demikian Aida Meyarti.***5***

TNTP MILIKI DELAPAN TIPE HUTAN BERPOTENSI WISATAPalangkara,10/7 (ANTARA)- Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP), di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) Kalimantan Tengah (Kalteng) memiliki delapan tipe hutan yang berpotensi jadi objek wisata petualangan dan penelitian.Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalteng, Aida Meyarti,SH kepada ANTARA di Palangkaraya, Jumat menyebutkan tipe hutan TNTP berpotensi wisata karena memiliki kandungan flora dan fauna serta jenis hutan itu sendiri.

Page 11: WISATA SUSUR SUNGAI

Jenis hutan tersebut antaranya hutan dipterocarpus tanah kering (dry land dipterocarp Forest) mencakup 40,50 persen luas TNTP, jenis pohon yang mendominasi di hutan demikian adalah shorea, myristica, castanopsis, lithocarpus, xylopia, dan scorodocarpus.Kemudian hutan rawa campuran perifer (Peripheral mixed swamp forest) sekitar 20 persen TNTP, hutan rawa gambut ramin (Ramin peat swamp), yang terdapat hampir di seluruh pinggir kawasan TNTP dan sebagian besar sudah rusak karena pohon raminnya banyak ditebang.Hutan rawa transisional (Transitiona swamp forest) salah satu tipe hutan rawa yang penting yang dicirikan oleh tumbuhnya castanopsis, casuarina sumatrana, schiima, tetramerista, durio acutifolis, eugenia dan sejenis meranti yang disebut damar batu.Hutan lainnya, adalah hutan shorea balangeran (shorea balangeran forest) yang didominasi oleh pohon shorea balangeran (blangeran) yang banyak dijumpai di pinggiran rawa gambut dan disepajang batas banjir TNTP, tambahnya.Hutan kerangas, yaitu tipe hutan yang tumbuh diatas tanah berpasir putih, jenis pohon yang banyak dijumpai di hutan seperti ini, dacrydium, eugenia, castanopsis, hopea, shima dan lain-lain.Hutan pesisir pantai dan bakau (mangrove and coastal forest) serta hutan skunder yang menghiasi kawasan TNTP seluas 270.040 hektare ini.Kawasan TNTP merupakan objek wisata alam yang  paling banyak dimnati wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara (Wisman) yang suka berpetualang dan yang suka menyaksikan kehidupan satwa.Mengingat di kawasan terdapat camp Leakey, lokasi rehabilitasi kehidupan ratusan ekor satwa orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus).Selain orangutan di TNTP juga ada monyet lainnya, seperti Bekantan (Nasalis larvatus) yang kehidupannya juga memiliki nilai jual yang tinggi bagi Wisman.***5***TNTP MILIKI DELAPAN TIPE HUTAN BERPOTENSI WISATAPalangkara,10/7 (ANTARA)- Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP), di Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) Kalimantan Tengah (Kalteng) memiliki delapan tipe hutan yang berpotensi jadi objek wisata petualangan dan penelitian.Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalteng, Aida Meyarti,SH kepada ANTARA di Palangkaraya, Jumat menyebutkan tipe hutan TNTP berpotensi wisata karena memiliki kandungan flora dan fauna serta jenis hutan itu sendiri.Jenis hutan tersebut antaranya hutan dipterocarpus tanah kering (dry land dipterocarp Forest) mencakup 40,50 persen luas TNTP, jenis pohon yang mendominasi di hutan demikian adalah shorea, myristica, castanopsis, lithocarpus, xylopia, dan scorodocarpus.Kemudian hutan rawa campuran perifer (Peripheral mixed swamp forest) sekitar 20 persen TNTP, hutan rawa gambut ramin (Ramin peat swamp), yang terdapat hampir di seluruh pinggir kawasan TNTP dan sebagian besar sudah rusak karena pohon raminnya banyak ditebang.Hutan rawa transisional (Transitiona swamp forest) salah satu tipe hutan rawa yang penting yang dicirikan oleh tumbuhnya castanopsis, casuarina sumatrana, schiima, tetramerista, durio acutifolis, eugenia dan sejenis meranti yang disebut damar batu.Hutan lainnya, adalah hutan shorea balangeran (shorea balangeran forest) yang didominasi oleh pohon shorea balangeran (blangeran) yang banyak dijumpai di pinggiran rawa gambut dan disepajang batas banjir TNTP, tambahnya.Hutan kerangas, yaitu tipe hutan yang tumbuh diatas tanah berpasir putih, jenis pohon yang banyak dijumpai di hutan seperti ini, dacrydium, eugenia, castanopsis, hopea, shima dan lain-lain.Hutan pesisir pantai dan bakau (mangrove and coastal forest) serta hutan skunder yang

Page 12: WISATA SUSUR SUNGAI

menghiasi kawasan TNTP seluas 270.040 hektare ini.Kawasan TNTP merupakan objek wisata alam yang  paling banyak dimnati wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara (Wisman) yang suka berpetualang dan yang suka menyaksikan kehidupan satwa.Mengingat di kawasan terdapat camp Leakey, lokasi rehabilitasi kehidupan ratusan ekor satwa orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus).Selain orangutan di TNTP juga ada monyet lainnya, seperti Bekantan (Nasalis larvatus) yang kehidupannya juga memiliki nilai jual yang tinggi bagi Wisman.***5***

KALTENG SELAMATKAN KEHIDUPAN SATWA UWA-UWAPalangkaraya,1/7 (ANTARA)- Pihak Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah (Kalteng) akan melakukan tindakan dalam upaya penyelamatan populasi satwa uwa-uwa (Hylobates sp) yang ada di wilayah ini.Dalam upaya pelestarian kehidupan binatang jenis monyet ini pihak BKSDA Kalteng akan bekerjasama dengan sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), kata Kepala BKSDA Kalteng, Mega Haryanto di Palangkaraya, ibukota Kalteng, Rabu.Menurut Mega Haryanto, LSM yang bermitra dalam upaya penyelmatan kehidupan uwa-uwa di hutan Kalteng itu adalah LSM “Kalawit.”Pihaknya bersama LSM Kalawit kini sedang melakukan pengkajian terhadap habitat uwa-uwa yang ideal, agar uwa-uwa merasa nyaman dan aman hidup di habitat tersebut.Masalahnya, satwa yang bertangan panjang hidup begelantungan di pepohonan ini tidak mudah beradaptasi dengan habitat yang tidak sesuai dengan kehidupan mereka.“Uwa-uwa kan selalu di atas pohon yang tinggi, tidak bisa hidup kawasan yang rendah apalagi di tanah, karena uwa-uwa sangat rentan tertular penyakit,” kata Mega Haryanto.Penyakit yang mudah menyerang uwa-uwa adalah penyakit yang biasa pula menyerang manusia, seperti penyakit tipes, penyakit tobercolosis (TBC) atau penyakit karena virus lainnya.Oleh karena itu penyelamatan uwa-uwa harus memikirkan kondisi ideal bagi kehidupannya terutama dimana kawasan yang masih banyak pohon kayu besarnya.Wilayah yang dinilai cukup ideal kehidupan uwa-uwa ini berada di kawasan Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) Kotawaringin Barat (Kobar) taman nasional Sebangau, hutan lindung Lamandau atau hutan lindung SapatHauk dan hutan-hutan lainnya.Mengenai populasi uwa-uwa disebutkanya memang belum terdata secara rinci tetapi masih puluhan ribu ekor, tetapi kehidupan satwa ini belakangan kian terjepit setelah berkembangnya pembangunan dimana banyak hutan tergusur.Ketika ditanya populasi burung enggang yang termasuk burung maskotnya wilayah Kalteng ia menyebutkan pula kurang mengetahui persis lantaran kehidupan satwa ini berada di atas udara.Walau demikian pihak BKSDA tetap akan melakukan pengkajian kehidupan burung enggang ini, agar nantinya harus pula dilakukan pelestariannya.Menurut Mega Haryanto, upaya pelestarian binatang di Kalteng harus skala prioritas yang utama dulu adalah pelestarian kehidupan orang utan, kemudian baru pelestarian uwa-uwa hingga kemudian binatang lainnya.Program penyelamatan orang utan Kalteng rencananya seribu ekor orang utan di lokasi rehabilitasi Nyaru Menteng dan TNTP akan dilepas ke alam bebas paling lambat 2015-2017 mendatang.***5***

WWF TAWARKAN KONSEP PENGEMBANGAN EKOWISATA TN SEBANGAUPalangkaraya,14/7 (ANTARA)-Sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) World Wide Fund For Nature (WWF) Indonesia menawarkan konsep pengembangan ekowisata di

Page 13: WISATA SUSUR SUNGAI

kawasan Taman Nasional (TN) Sebangau.Konsep Ekowisata yang ditawarkan WWF Indonesia tersebut berbasis masyarakat (Community Based Ecotourism Development), kata Pimpinan Projek Konservasi Sebangau WWF-Indonesia, Rosenda Ch.Kasih kepad ANTARA di Palangkaraya, Selasa.Konsep tersebut penggabungan antara konsep community based tourism dan ecotourism guna menganggkat pengembangan ekonomi tanpa melupakan konsep pembangunan berkelanjutan, dengan berakar pada potensi lokal, tambahnya.TN Sebangau memiliki luas sekitar 568.700 hektare terletak diantara Sungai Sebangau dan Sungai Katingan. Secara administrasi merupakan bagian dari Kabupaten Katingan, Kabupaten Pulang Pisau, dan Kota Palangkaraya.Kawasan ini merupakan hutan rawa gambut yang masih tersisa di Kalteng setelah gagalnya Proyek  Lahan Gambut (PLG) sejuta hektare pada tahun 1995.Ekowisata atau ecotourism agaknya menjadi satu istilah yang cukup asing, ekowisata merupakan bentuk pengembangan parwisata berkelanjutan yang bertujuan mendukung upaya pelestarian lingkungan termasuk didalammnya adalah alam dan budaya.Ekowisata juga meningkatkan partisipasi masyarakat dan pemerintah dalam pengelolaan lingkungan TN Sebangau.Dalam pengelolaannya harus dilaksanakan secara bertanggungjawab ditempat-tempat alami, secara ekonomi harus berkelanjutan dan memberikan manfaat langsung kepada masyarakat setiap generasi.Dalam pemahaman tersebut, ketika ekowisata akan dikembangkan maka potensi sumberdaya alam (SDA) maupun budaya yang selama ni harus dipandang sebagai aset dan minimal harua ada empat pilar yang harus diusung.Empat pilar tersebut, kata Rosenda Ch Kasih, konservasi, ekonomi, pendidikan, dan partisipasi masyarakat itu sendiri.WWF Indonesia melihat kawasan Sebangau merupakan kawasan konservasi sebagai pelestarian alam, di kawasan ini tumbuh beribu jenis flora menjadi habitat hidup berbagai satwa dengan spicie kunci orangutan.Disekeliling TN Sebangau diinteraksi oleh keragaman budaya khas masyarakat Suku Dayak Kalteng dengan kehidupan tradisionalnya dalam memanfaatkan SDA tersebut.Dalam upaya melakukan kegiatan ekowisata di Sebangau, WWF Indonesia mengembangkannya dengan berbasis masyarakat, karena masyarakatlah yang harus menjadi salah satu pelaku kegiatan ini.“Mereka harus memiliki nilai dan porsi tawar yang setara dengan pihak lain, ketika ekowisata ini dibangun dan dikembangkan, masyarakat tak boleh hanya menjadi objek dari pengembangan, tetapi harus menjadi pemilik dari kegiatan ekowisata,” demikian Rosenda Ch Kasih.WWF TAWARKAN MANAJEMEN KOLABORATIF TN SEBANGAUPalangkaraya,15/7 (ANTARA)- Sebuah yayasan World Wide Fund For Nature (WWF) Indonesia yang merupakan bagian dari WWF Global Network menawarkan konsep kolaboratif dalam manajemen Taman Nasional (TN) Sebangau, di Provinsi Kaliman Tengah (Kalteng).Dengan konsep manajeen kolaboratif dharapkan mampu menyelamatkan kawasan TN Sebangau dari kerusakan alam lingkungannya, kata Pimpinan Proyek WWF Indonesia Kalteng, Rosenda CH.Kasih di Palangkaraya, Rabu.Menurut WWF Taman Nasional (TN) Sebangau yang seluas 568.700 hektare saat ini menghadapi ancaman ekologi akibat dari eksploitasi hutan di masa lalu.TN Sebangau terletak diantara Sungai Sebangau dan Sungai Katingan. Secara administrasi merupakan bagian dari Kabupaten Katingan, Kabupaten Pulang Pisau, dan Kota Palangkaraya.

Page 14: WISATA SUSUR SUNGAI

Kawasan ini merupakan hutan rawa gambut yang masih tersisa di Kalteng setelah gagalnya Proyek  Lahan Gambut (PLG) sejuta hektare pada tahun 1995.Sesuai kapasitasnya sebagai lembaga yang punya kepedulian terhadap konservasi, WWF berperan sebagai inisiator dan fasilitator demi kelestarian Sebangau dan bukan sebagai pemilik kawasan.Pada kawasan TN Sebangau akan dikembangkan konsep pengelolaan kolaboratif (Collaborative Management) antara Balai TN Sebangau dengan pihak sepert pemerintah setempat, dinas, instansi terkait, lembaga non pemerintah, masyarakat lokal, forum masyarakat, serta lembaga peneliti dan swasta.Balai TN Sebangau dan WWF Indonesia mengembangkan strategi perlindungan pelestarian kawasa melalui restorasi atau rehabilitasi ekosistem dan penabatan kanal atau parit, pengelolaan kawasan lindung, rehabilitasi hutan dan pengembangan insfrastruktur.Sedangkan program pengembangan sosio ekonomi yaitu mempromosikan ekonomi alternatif yang berkelanjutan dan pemberdayaan masyarakat, katanya.Mengenai kegiatan penabatan parit atau kanal, disebutkannya dimulai sejak tahun 2005 dengan tujuan untuk memperbaiki fungsi hidrologis hutan rawa gambut tersebut.Penabatan diawali dengan penyusunan pedoman tata kelola air, sebagai pilot percontohan dipilih saluran atau kanal milik eks HPH Sanitra Sebangau Indah (SSI).Saluran ini mempunyai pajang 24 kilometer lebar 9 meter, dan kedalaman 4-5 meter.Kanal ini dibangun pada tahun 1998 digunakan sebagai jalan bagi perusahaan untuk mengeluarkan kayu hasil tebangan untuk tujuan diperdagangkan.Tabat yang dibuat itu, tidak hanya untuk mengontrol arus air keluar, tetapi juga memberi manfaat bagi nelayan untuk mencari ikan. ” Sekarang lebih dari 70 tabat (canal blocking) sudah dibangun di lebih dari 60 kanal atau saluran di kawasan sebangau,” katanya.***3***WWF AKUI TERJADI DEGRADASI LAHAN GAMBUT SEBANGAUPalangaraya,13/7 (ANTARA)- Sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) World Wide Fund For Nature (WWF) Indonesia- Kalimantan Tengah menyatakan terjadi degradasi lahan gambut Taman Nasional (TN) Sebangau, Provinsi kalimantan Tengah (Kalteng).Pimpinan Proyek WWF Indonesia Kalteng, Rosenda CH.Kasih ketika dikofirmasikan Antara di kantornya Jalan Krakatau, Palangkara, Senin mengakui terjadi kerusakan lingkungan gambaut di TN Sebangau, oleh karena itu pihaknya berusaha melakukan rehabilitasi terhadap kerusakan tersebut.Menurut WWF Taman Nasional (TN) Sebangau yang seluas 568.700 hektare saat ini menghadapi ancaman ekologi akibat dari eksploitasi hutan di masa lalu.Keberadaan parit atau kanal yang terhubung dengan muara sungai terdekat untuk sarana transportasi kayu telah merusak fungsi hedrologis lahan gambut Sebangau.Pembuatan parit atau saluran di masa lalu telah mengubah sifat-sifat tanah gambut sehingga gambut kehilangan kemampuannya untuk menampung air pada musim hujan.“Inilah yang membuat tanah gambut mengering dan membuatnya peka terhadap api pada musim kemarau,” katanya.Dampaknya bila terjadi kebakaran di lahan sepert itu, maka  api pada lahan gambut  sulit untuk dipadamkan, karena api menyebar dibawah permukaan tanah.Gas-gas beracun keluar dari dalam api, hal inilah yang menambah pencemaran karbon di atmosfir, sehingga menyebabkan pemanasan global, tambahnya.Pada tahun 2002, tahun 2005, dan tahun 2006 kebakaran hutan dan lahan terjadi dalam skala yan besar di Kalteng, sebagai akibat dari konversi hutan dan eksploitasi lahan gambut.Pola sebaran titik api di kawasan Sebangau pada tahun-tahun tersebut selalu berada di sekitar kanal, sungai, dan jalan menuju kawasan.Upaya yang dilakukan, dalam upaya restorasi dan rehabilitasi adalah penabatan saluran air tersebut, kegiatan ini dimulai sejak tahun 2005 dengan tujuan untuk memperbaiki fungsi

Page 15: WISATA SUSUR SUNGAI

hidrologis hutan rawa gambut tersebut.Penabatan diawali dengan penyusunan pedoman tata kelola air, sebagai pilot percontohan dipilih saluran atau kanal milik eks HPH Sanitra Sebangau Indah (SSI).Saluran ini mempunyai pajang 24 kilometer lebar 9 meter, dan kedalaman 4-5 meter.Kanal ini dibangun pada tahun 1998 digunakan sebagai jalan bagi perusahaan untuk mengeluarkan kayu hasil tebangan untuk tujuan diperdagangkan.Tabat yang dibuat itu, tidak hanya untuk mengontrol arus air keluar, tetapi juga memberi manfaat bagi nelayan untuk mencari ikan. ” Sekarang lebih dari 70 tabat (canal blocking) sudah dibangun di lebih dari 60 kanal atau saluran di kawasan sebangau,” katanya.***3***

BUKIT TANGKILING OBJEK PARIWISATA ANDALAN PALANGKA RAYAPalangka Raya,12/5 (ANTARA)-Taman wisata alam Bukit Tangkiling Kelurahan Banturung, Kecamatan Bukit Batu, objek wisata andalan Kota Palangka Raya yang terus dipromosikan  upaya memancing kunjungan wisatawan ke daerah ini.Kepala Bidang Kepariwisataan Dinas Pariwisata dan Budaya Kota palangka raya, Anna Menur di Palangka Raya, Selasa menuturkan objek wisata ini dinilai memiliki dayak tarik tersendiri karena menyimpan banyak spicies flora dan fauna.Di lokasi ini memiliki susana alam yang segar dan asri dengan varian vegetasi yang beragam, juga terdapat bebatuan berbentuk unik ditambah terdapat sebuah lagenda berkaitan sebuah batu yang ada di lokasi itu.Apalagi letak objek tersebut tidak terlalu jauh dari pusat Kota Palangka Raya, ibukota Propinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), hanya kerjarak 34 Km ke arah Barat Laut.“Apabila kita melintasi kawasan bukit batu di sebelah kiri Jalan Raya Palangka Raya – Kasongan tersebut, pemandangan sebuah bukit batu terlihat sangat eksotik dibalik pemukiman penduduk dan rerimbunan pohon.”katanya.Batu-batu besar berwarna hitam menyerupai bentuk aneka binatang itu bertumpuk menjulang ke langit. Uniknya, di antara gerombolan batu tersebut terselip pohon-pohon dan rerumputan, menjadi mozaik hijau yang artistik.Bukit inilah yang terkenal di kalangan masyarakat Palangka Raya dan sekitarnya, bernama Bukit Tangkiling yang selanjutnya ditetapkan sebagai kawasan konservasi cagar alam (CA) dan taman wisata alam (TWA) Bukit Tangkiling.Di dua lokasi itu terdapat sembilan bukit batu serupa yang tersebar mengelompok di dalam areal yang kompak. Sebanyak 5 bukit batu di Kawasan TWA yaitu Bukit Tangkiling, Bukit Batu/Tunggal, Bukit Liau, Bukit Buhis dan Bukit Baranahu.Sementara empat bukit lainnya, adalah Bukit Tisin, Bukit Tabala, Bukit Klawit dan Bukit Bulan.Mengenai objek wisata lain di Kota Palangka Raya yang terus dibenahi adalah, Danau hantu, Arboretum Nyaru Menteng, dan Pusat Reintroduksi orang utan.Kemudian juga terdapat objek wisata Danau Tahai, Taman Gaul, Taman Wisata Kum Kum, rumah makan Kampung Lauk Taman Wisata Sabaru, dan kuliner di Jalan Yos Sudarso.

KAYU KHAS “ULIN” OBJEK WISATA KOTA PALANGKA RAYAPalangka Raya,11/5 (ANTARA)- Keberadaan jenis kayu khas Kalimantan yang disebut kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri) yang masih tumbuh di hutan wilayah Kota Palangka Raya, ibukota Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) ternyata dijadikan objek wisata pemerintah kota setempat.Seperti penuturan Kepala bidang Pariwisata, Dinas Pariwisata dan Budaya Kota cantik Palangka Raya, Anna Menur kepada ANTARA di kantornya, Palangka Raya, Senin keberadaan kayu khas tersebut justru memberikan warna kepariwisataan kota setempat.Ternyata kehidupan pohon kayu ulin di hutan memperoleh perhatian wisatawan, bukan saja

Page 16: WISATA SUSUR SUNGAI

wisatawan nusantara juga wisatawan mancanegara.Jenis kayu tersebut, menarik untuk dikunjungi lantaran memang sudah langka, hanya ada di hutan-hutan tertentu saja di Kalimantan, dan ternyata masih terdapat di hutan wilayah Palangka Raya.Banyak pengunjung yang hanya tahu kayu ulin tersebut, setelah menjadi papan, balok, atau bahan bangunan lainnya, sementara kayu yang masih hidup tidak pernah melihatnya, makanya keberadaan kayu ulin yang masih hidup justru menarik untuk bagi mereka yang belum pernah melihat tersebut.Pohon kayu ulin yang masih hidup itu bisa dilihat di hutan Kota Palangka Raya di wilayah objek wisata susur sungai Kahayan.Bagi mereka yang mengikuti wisata susur sungai akan melewati kawasan hutan yang di sana terdapat pohon-pohon ulin, susur sungai itu sebuah paket wisata yang dikelola Kalimantan Tpur Destination sebuah yayasan yang bergerak di bidang promo dan penyediaan paket wisata lainnya.Selain di kawasan wisata susur sungai, kayu ulin juga bisa dijumpai di kawasan objek wisata Bukit Tangkiling, sebuah taman wisata alam bernuansa alam perbukitan, Kecamatan Bukit Batu berjarak 34 KM dari pusat Kota Palangka Raya.Di kawasan ini, pengunjung bukan saja bisa melihat kayu ulin juga jenis kayu khas kalimantan lainnya, seperti meranti, keruing, ramin serta ratusan spicies flora dan fauna lainnya yang susah ditemui di daerah lainn, tambahnya.Melihat kondisi alam Palangka Raya yang demikian, maka wisata alam menjadi andalan wilayah ini disamping wisata budaya.Sulit diperolehKayu ulin merupakan jenis kayu yang tak mudah lapuk baik didalam air maupun didaratan sehingga kayu ini diburu untuk bahan bangunan, khususnya pembuatan tongkat rumah panggung yang umumnya rumah penduduk kawasan rawa Pulau kalimantan.Akibat terus diperjualbelikan, akhirnya keberadaan kayu ulin kian sulit diperoleh dan harganya pun sudah dua hingga tiga kali lipat dibandingkan satu dasawarsa lalu.Beberapa pemerintah daerah di wilayahnya terdapat kayu ulin sudah melarang jenis kayu ini diantar pulaukan, dalam upaya pelestarian mengingat usia kayu ini ratusan tahun baru bisa dipanen.Akibat sulitnya berkembang biak maka jenis kayu inipun tidak ada yang bersedia membudidayakan, kedati harganya relatif mahal, akibatnya kayu ini kian habis dan populasinya terus diburu oleh mereka yang ingin mencari keuntungan pribadi.Berdasarkan catatan, kayu ulin merupakan salah satu jenis kayu hutan tropika basah yang tumbuh secara alami di wilayah Sumatera Bagian Selatan dan Kalimantan.Jenis ini dikenal dengan nama daerah ulin, bulian, bulian rambai, onglen, belian, tabulin dan telian.Pohon ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat mencapai 50 m dengan diameter samapi 120 cm, tumbuh pada dataran rendah sampai ketinggian 400 m.Kayu ulin banyak digunakan sebagai konstruksi bangunan berupa tiang bangunan, sirap (atap kayu), papan lantai,kosen, bahan untuk banguan jembatan, bantalan kereta api dan kegunaan laiinya.

ARBORETUM NYARU, OBJEK WISATA HUTAN KOTA PALANGKA RAYA

Palangka Raya,16/5 (ANTARA)- Pemerintah Kota Palangka Raya, melalui kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat terus membenahi Arboretum Nyaru, sebuah kawasan hutan yang didalamnya terdapat banyak spicies flora dan fauna menjadi sebuah objek kepariwisataan yang menarik di kota tersebut.

Page 17: WISATA SUSUR SUNGAI

Seperti diutarakan Kepala Bidang Kepariwisataan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata setempat, Anna Mennur, Sabtu keberadaan hutan tersebut kini gencar dipromosikan sebagai objek wisata alam kota ini.

“Kita berharap melalui hutan dengan berbagai jenis tanaman dan satwa spesifik tersebut menjadi daya pikat wisatawan datang  ke kota ini,” katanya.

Ia menjelaskan, Arboretum Nyaru sebuah objek wisata alam yang juga sebagai wilayah konservasi dan penelitian tanaman langka, yang berlokasi di Jalan Tjilik Riwut kilometer 29 Kelurahan Tumbang Tahay Kecamatan Bukit Batu.

Di lokasi ini banyak menyimpan koleksi kehutanan dengan berbagai jenis seperti tanaman geronggang, meranti, cemara, tampan dan lainnya.

“Dilokasi ini yang menjadi daya tarik pula karena terdapatnya proyek reintroduksi orang utan dibawah pengawasan ketata kalangan peneliti satwa tersebut,” kata Anna Menur didampingi beberapa orang starfnya.

Menurut catatan Arboretum Nyaru telah merawat lebih dari 200 orangutan. Arboterum ini dibangun pada tahun 1988 dan merupakan areal bekas kawasan HPH (Hak Pengolahan Hutan) yang telah dieksploitasi sejak tahun 1974.

Nama Nyaru Menteng sendiri berasal dari bahasa Dayak yang berarti gagah berani.

Arboretum memiliki wilayahnya sekitar mencapai 65,2 hektar, yang juga sering digunakan sebagai tempat pembinaan bagi para pelajar, pramuka, mahasiswa, dan organisasi-organisasi kepemudaan yang memiliki kecintaan terhadap aktivitas pelestarian alam.

Sejak ditetapkan sebagai kawasan wisata yang dibuka untuk umum, Arboretum Nyaru Menteng selalu ramai dikunjungi pada hari Minggu dan hari-hari libur lainnya.

Pada umumnya, pengunjung ingin menikmati keindahan alam Arboretum sambil melihat-lihat binatang yang ada di kawasan ini.

Objek wisata Arboretum Nyaru Menteng Palangkaraya memiliki keistimewaan yaitu dengan menawarkan keindahan alam dengan aneka jenis tumbuh-tumbuhan dan hewan langka yang hidup di dalamnya.

vegetasi yang tumbuh di Arboretum Nyaru Menteng ini dapat digolongkan ke dalam 43 famili dengan jumlah spesies 139, antara lain ramin, meranti rawa, mahang, geronggang, makakang, kapur naga, kempas, rengas, palawan, belangiran, dan punak.

Di kawasan ini juga terdapat pohon-pohon langka yang tidak dapat dijumpai di tempat-tempat lain, terutama di luar wilayah Pulau Kalimantan.

Pohon-pohon tersebut antara lain terentang, mentibu, bitangur, jelutung, agathis, bangkirai, galam tikus, jambu-jambu, tumih, dan lain-lain.

Page 18: WISATA SUSUR SUNGAI

kemudian Kekayaan flora Arboretum Nyaru Menteng menjadi semakin lengkap dengan tumbuhnya empat jenis kantong semar di kawasan ini, yaitu nepenthes raffesiana, nepenthes maxima, nepenthes ampullaria, dan nepenthes gracilis.

selain kekayaan flora adapula terdapat kekayaan fauna adapun macamya terdapat berbagai jenis binatang liar dan langka, seperti burung beo, burung cucak rowo, biawak, ular sanca, katak rawa, monyet, orangutan liar, owa-owa, tupai, dan lain-lain. Namun, yang membedakan Arboretum Nyaru Menteng dengan arboretum-arboretum lainnya adalah di dalamnya terdapat kawasan khusus untuk penangkaran orangutan yang dikelola oleh Yayasan BOS (Borneo Orangutan Survival Foundation).

“Kita akan menjadikan Arboretum Nyaru Menteng sebagai objek wisata andalan Kota Palangka Raya bersama objek andalan lainnya, seperti susur sungai, Bukit Tangkiling, Museum Balanga, rumah Betang, ritul Adat Tiwah, Danau Tahai, serta budaya Iseng Mulang dan pemilihan putri pariwisata,” demikian Anna Menur