wido (10.1)
DESCRIPTION
nashdty csh yduwgd dshgh jshncuewfguy jsddnfdus jd fjhTRANSCRIPT
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Semen dalam Kedokteran Gigi
2.1.1 Definisi Semen
Semen merupakan suatu bahan non logam yang digunakan untuk restoratif.
Semen juga berfungsi sebagai perekat pada logam dan juga sebagai luting, basis,
liner dan Varnis (Cralk dalam Kadariani. 2001).
2.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi semen kedokteran gigi berdasar bahan dasar yang
digunakan menurut Craig et al (2006) :
1. Bahan dasar air (Water-Based Cements) :
a. Zinc Phosphate Cements
b. Zinc Polyacrylate/Polycarboxylate Cements
c. Glass Ionomer Cements
d. Resin-Modified Glass Ionomer Cements
2. Bahan dasar resin (Resin-Based Cements) :
a. Composites and Adhesive Resin
b. Compomers
3. Bahan dasar minyak (Oil-Based Cements) :
a. Zinc Oxide-Eugenol
b. Noneugenol-Zinc Oxide
2.1.3 Syarat Semen Kedokteran Gigi Secara Umum
Menurut Anusavice (2004) sarat semen kedokteran gigi secara umum,
diantaranya adalah sebagai berikut::
1. Semen yang digunakan di kedokteran gigi harus tidak beracun dan tidak
mengiritasi pulpa serta jaringan yang lain, agar kondisi kesehatan atau oral
hygiene tetap terjaga meskipun sedang melakukan perawatan.
2. S olubility rendah atau sifat kelarutannya rendah sehingga tidak mudah larut
dalam larutan saliva.
3
4
3. Aplikasinya harus mudah agar memudahkan operator untuk
mengaplikasikannya ke operator dan harus cepat mengeras.
4. Melindungi pulpa :
a. Rangsangan termis
b. Rangsangan kimia
c. Rangsangan galvanis
5. Dapat melekat baik pada enamel, dentin, porselen, akrilik, alloy, tetapi tidak
lengket pada alat Kedokteran Gig
6. Bakteriostatik
7. Tidak mengurangi sensitivitas dentin
8. Sifat rheological yaitu Kekentalan yang rendah (sesuai dengakebutuhan)
dan ketebalan selapis tipis (Film thickness).
2.1.4 Fungsi semen dan kegunaan semen
Semen Kegunaan Utama Kegunaan Sekunder
Seng fosfat
Seng oksida – eugenol
Polikarboksilat
Silikat
Silikofosfat
Bahan perekat untuk
restorasi dan peralatan
ortodontik
Restorasi sementara dan
menengah
Bahan perekat sementara
dan permanent untuk
restorasi, bahan penahan
panas, pelapik kavitas,
penutup pulpa.
Bahan perekat untuk
restorasi; basis penahan
panas.
Restorasi gigi anterior
Bahan perekat untuk
Restorasi jangka
menengah, basis penahan
panas.
Restorasi saluran akar
Penutup luka bedah
periodontal.
Bahan perekat untuk
perlatan ortodontik,
restorasi jangka menengh,
bahan perekat untuk
peralatan ortodontik.
5
GIC
Kalsium hidroksida
restorasi
Restorasi gigi anterior, bahan perekat untuk restorasi dan peralatan ortodontik, pelapik kavitas.
Bahan penutup pulpa (pulp capping) basis penahan panas
Penutup ceruk dan fisura,
basis penahan panas
Restorasi Sementara
2.1.5 Fungsi lain dari Semen:
a. Sebagai Perlekatan
Biokompatibilitas
Ditentukan oleh bahan restorasi tersebut pada pulpa dan jaringan
periodontal.respon pulpa dianggap penting karena keparahan iritasi di dalam
pulpa bersifat irreversibel dan kavitas bebas dari bakteri.
Sifat perlekatan
Perlekatan kimia pada dentin dan enamel untuk mendapatkan perlekatan
kimia yang baik diperlukan permukaan kavitas yang bersih karena akan
memperkecil perlekatan pada dentin dan enamel.
b. Semen sebagai Luting
pada awal abad ke 20,material kedokteran gigi yang digunakan sebagaia retensi
marginal seal pada protesa –protesa seperti inlays,onlays,crowns dan bridges
hanyalah semen oksida eugenol dan semen seng phosphate. Pada abad ke
20,material yang dapat digunakan dalam menempelkan protesa pada gigi hanya
semen,oleh karena itu seng oksida eugenols memperbaiki protesa dengan
menempelkan protesa pada gigi disebut sementasi. Namun menjelang akhir abad
ke 20,mulai bermunculan variasi-variasi material kedokteran gigi yang bersifat
adhesif. Dalam perkembangannya,semen kedokteran gigi tidak hanya digunakan
dalam menempelkan protesa dengan gigi,oleh karena itu proses menempelkan
protesa pada gigi disebut sebagai luting bukan lagi sementasi.
6
Syarat Semen sebagai Luting
1. Biocompatibility
Semen yang digunakan sebagai luting biasanya diperlukan dalam
pemasangan mahkota gigi dan inlays,semen yang digunakan akan menutupi
dentin pada gigi.bahan luting tersebut nantinya juga akan menjalankan peran
yang sama dengan dentin,yakni melindungi pulpa ,makadari itu bahan
semen sebagai luting haruslah material yang biocompatibel dan tidak toksik
terhadap pulpa.Bahan luting yang baik tidak hanya melapisi seluruh
perrmukaan dentin dan protesa dengan baik,namun juga perlu material yang
bersifat anti bakteri agar pulpa terlindungi dari bakteri merugikan.
2. Retensi
Peran utama semen sebgai luting adalah menghasilkan retensi pada
restorasi.pada semen dengan bahan dasar air seperti semen seng
phosphate,retensinya diatur oleh geometri dari gigi yang telah direparasi,
kontrol pada saat insersi,dan kemampuan dalam memberikan mechanical
keying pada permukaan yang tidak rata. Kurangnya retensi merupakan
kegagalan dalam luting. Pada proses adesif bisa ditambahkan untuk
meningkatkan retensi secara signifikan dan resin adhesive technologies
Sifat Semen sebagai Luting
1. Marginal seal
2. Ketebalan (Film thickness)
3. Mudah digunakan
4. Radiopacity
5. Estetik baik
c. Semen Sebagai Basis
Basis adalah lapisan semen yang ditempatkan di bawah restorasi
permanen untuk memacu perbaikan dari pulpa yang rusak dan
melindunginya dari kerusakan. Kerusakan itu bisa dari thermal shock bila gigi
direstorasi dengan bahan logam dan kerusakan karena iritasi kimia. Basis
berfungsi sebagai tekanan selama proses kondensasi serta dapat memberi bentuk
yang structural bagi kavitas.
7
Syarat Semen sebagai Basis
Penggunaan basis dengan tujuan sebagai insulator terhadap thermal schock
tidak dilakukan pada semua restorasi logam,hal ini tergantung pada kedalaman
kavitas yang dalam yaitu ketebalan yang tersisa kurang dari 1 mm merupakan
indikasi penggunaan basis,karena dentin yang tersisa tidak dapat bertindak
sebagai insulator panas. Kavitas yang sedang ketebalan dentin yang tersisa kurang
dari 2 mm tetapi lebih dari 1 mm memerlukan basis sebagai insulator terhadap
thermal shock. Kavitas yang dangkal yaitu ketebalan yang tersisa2 mm atau lebih
di antara lantai kavitas dan pulpa, tidak diperlukan bahan basis karena dentin yang
tersisa dapat memberikan insulator terhadap thermal schock.
Sifat Semen sebagai Basis
Tidak mengiritasi pulpa dan dapat merangsang pembentukan
dentin sekunder
Compresive strenght yang tinggi
Solubility yang rendah kaavitas atau ketebalan dentin yang tersisa.
d. Semen sebagai Liner dan Varnish
Liner adalah bahan yang ditempatkan sebagai lapisan yang tipis dan
berfungsi utamanya adalah untuk memberikan penghalang bagi iritasi
kimia. Liner tidak berfungsi sebagaii insulator terhadap thermal shock.
Varnish adalah rosin alami atau sintetik yang dilarutkan dalam
pelarut seperti etr atau chloroform yang dioleskan disekeliling kavitas.pelarut
menguap meninggalkan selapis tipis yang berfungsi untuk mengurangi
mikroleakage yang terjadi di sekeliling restorasi. Varnish yang ditempatkan di
bawah rstorasi logam tidak efektif sebagai insolator panas meskipun bahan
varnish merupakan penghantar panas yang rendah. (kadariani, 2001)
2.2 Macam-macam Semen
2.2.1 SEMEN SENG FOSFAT
Semen seng fosfat merupakan bahan semen tertuayang masih digunakan
sampai sekarang. Semen seng fosfat terdiri dari bubuk dan cairan. Semen ini
8
sering digunakan sebagai bahan lutting pada penggunaan material restoratif metal
maupun metal-keramik, selain itu juga sering digunakan sebagai basis amalgam
untuk melindungi pulpa dari konduksi thermal amalgam yang cukup besar (Baum,
1997).
2.2.1.1 Komposisi Semen Seng Fosfat:
Komposisi terdiri dari powder seng oksida 90% dan Magnesium 10 %
danasam phorporic, garam logam dan air sebagai liquid. Penggunaan sebagai
basis,konsistensi harus seperti dempul, campuran bubuk dan liquid dengan ratio
6:1 atau sesuai kebutuhan, membentuk adonan yang tidak cair tidak padat, aduk
dengan putaran melawan jarum jam, tempatkan adonan pada tumpatan yang telah
diberi semen eugenol sebagai subbasis. Waktu pengerasan sekitar 5-9 menit dan
kelebihan tumpatan dibuang (Phillips dalam Ricardo, R. 2004).
2.2.1.2 Sifat Semen Seng Fosfat
1. Semen seng fosfat menunjukkan daya larut yang relatif rendah didalam air
2. Pengerasan seng fosfat tidak melibatkan reaksi apapun dengan jaringan
keras disekitarnya atau bahan restorasi lainnya. Oleh karena itu, ikatan
utama adalah berupa kunci mekanis pada pertemuan keuda permukaan dan
bukan oleh interaksi kimia
3. Sifat biologi dari semen ini memiliki keasaman yang cukup tinggi pada saat
protesa ditempatkan pada gigi. Kemudian pH akan naik dengan cepat tetapi
masih sekitar 5,5 pada jam ke-24. Jika digunakan adukan yang encer pHh
akan lebih rendah dan akan tetap rendah pada jangka waktu yang lama
4. Sifat semen seng fosfat yang lain diantranya : meminimalkan kebocoran
mikro, memberikan perlindungan terhadap pulpa, memiliki daya anti
bakteri, rasio bubuk dan cairan mempengaruhi kecepatan pengerasan
(diputra, 2001)
2.2.1.3 Fungsi Semen Seng Fosfat:
1) Sebagai bahan tambalan sementara
Sebagai tambalan sementara, semen ini didasari oleh Seng okside yang
dicampur dengan cairan asam fosfat 50%. Bila menggunakan Seng
phosphatemaka kavitas tidak terlalu besar dan kekuatan pengunyahan yang
9
dipusatkan pada daerah gigi tersebut tidak boleh terlalu besar. Untuk menjamin
kestabilan dan kekuatan tambalan sementara serta mencegah fraktur dari sisa cups
di sekeliling kavitas yang besar, bahan ini di gunakan bersama dengan plat
tembaga lembut yang dipotong dan dibentuk yan gkemudian disemenkan di
sekliling mahkota dan tambalan sementara dengan menggunakan semen yang
sama (Smith BGN dalam Ricardo, R. 2004).
2) Sebagai Bahan Basis dan Pelapik
Sedangkan sebagai basis, digunakan dalam bentuk dempul dan bentuk
lapisan yang relative tebal untuk menggantikan dentin yang sudah rusak dan
untuk melindungi pulpa dari iritasi kimia dan fisik serta menghasilkan penyekat
terhadap panas dan menahan tekanan yang diberikan selama penempatan bahan
restorative (Kidd EA dalam Ricardo, R. 2004).
3) Sebagai Bahan Perekat Inlay, Jembatan dan Pasak Inti
Sebelum memulai penyemenan, terlebih dahulu dilakukan pembersihan
dan pengeringan daerah kerja, semen fosfat dnegn slow setting dibuat dengan
menmbah bubuk dalam jumlah secukupnya dalam cairan sekitar 1-1,5 menit pada
glass slab yang dingin, semen yang telah dicampur dioleskan pada bahan
resatoratif dan dimasukkan kedalam kavitas kemudian ditekan secara intermitten
sampai posisinya benar-benar baik. Semen yang telah benar-benar mengeras,
sangat penting untuk membersihkan sisa-sisa semen di bagian proksimal dan
servikal untuk menghindari iritasi gingiva (Craig dalam Ricardo, R. 2004).
2.2.1.4 Manipulasi Semen Seng Fosfat
1. Siapakan 3-6 tetes cairan dan bubuk ke glass plate dengan perbandingan
rasio bubuk banding cairan 3:1. Semakin tinggi rasio semakin baik sifat-
sifatnya.
2. Campur bubuk dengan cairan. Campur bubuk sedikit demi sedikit. Untuk
memperoleh konsistensi yang diinginkan, suatu aturan yang baik untuk
diikuti adlah mengaduk selama 15 detik setelah setiap kali menambahkan
bubuk. Penyelesaian pengadukan biasanya membutuhkan waktu selama 1,5
menit.
10
3. Konsistensi sebenarnya bervariasi sesuai dengan tujuan penggunaan semen.
Untuk penggunaan sebagai basis harus mencapai konsistensi seperti pasta.
2.2.1.5 Waktu pengerasan
Waktu pengerasan seng fosfat sesuai dengan spesifikasi ADA No.9
adalah antara 5-9 menit
2.2.1.6 Faktor yang mempengaruhi waktu kerja dan pengerasan Semen Seng
Fosfat.
1. Rasio bubuk dan cairan
Waktu kerja dan pengerasan dapat ditingkatkan dengan mengurangi
rasio bubuk:cairan. Tetapi prosedur ini bukan cara yang bisa diterima
untuk memperpanjang waktu pengerasan karena tindakan ini mengganggu
sifat fisik dan menghasilkan semen dengan pH awal yang rendah.
2. Kecepatan pencampuran bubuk
Sejumlah bubuk yang secara bertahap ditambahkan pada saat pencampuran
kedalam cairan akan menambah waktu kerja dan pengerasan dengan
mengurangi jumlah panas yang ditimbulkan dan memungkinkan lebih
banyak bubuk yang bisa digabungkan dalam adukan. Karena itu cara seperti
ini merupakan prosedur yang dianjurkan untuk semen seng fosfat.
3. Temperatur alas aduk
Pendinginan alas akan memperlambat reaksi kimia antara bubuk dan cairan
sehingga pembentukan matriks juga diperlambat. Ini memungkinkan
dimasukkannya bubuk dalam jumlah optimal kedalam cairan tanpa adonan
menjadi sangat kental.
2.2.2 Zinc Okside Eugenol
Semen ini biasanya dikemas dalam bentuk bubuk dan cairan atau kadang-
kadang sebagai dua jenis pasta. Tersedia berbagai jenis formula OSE untk
restorasi sementara dan jangka menengah, pelapik kavitas, basispenahan panas,
dan semen perekat sementara serta permanen. Juga berfungsi sebagai penutup
saluran akar dan dresing periodontal. pH-nya 7 pada saat dimasukkan ke dalam
11
gigi. Semen OSE adalah salah satu bahan yang paling tidak mengiritasi dari
semua bahan gigi dan merupakan penutup yang istimewa terhadap kebocoran
(Anusavice, 2003).
Berbagai formula dan kegunaan disebutkan dalam spesifikasi ADA No.30
untuk bahan restorasi OSE, yang menyebutkan empat jenis OSE. Semen OSE
Tipe I digunakan untuk semen sementara. Tipe II digunakan untuk semen
permanen dari restorasi atau alat-alat yang dibuat di luar mulut. Tipe III
digunakan untuk restorasi sementara dan basis penahan panas. Sedangkan Tipe IV
digunakan untuk pelapik kavitas. Kegunaan yang terakhir ini menganjurkan
penggunaan bahan sebagai lapisan pada dinding pulpa untuk melindunginya
terhadap iritasi kimia dari bahan restorasi. Namun ketebalannya tidak menandai
untuk memberikan perlindungan panas pada pulpa (Anusavice, 2003).
2.2.2.1 Komposisi Zinc Oksida Eugenol
Bahan-bahan Fungsi
Powder Zinc oxide 69,0%
White rosin 29,3%
Zinc stearate 1,0%
Zinc acetate 0,7%
Magnesium oxide
Bahan utama
Untuk mengurangi
kerapuhan pada semen
Akselelator
Bereaksi dengan eugenol
Liquid Eugenol 85,0 %
Olive oil 15,0 %
Bereaksi dengan zinc
okside
Plasticizer
2.2.2.2 Fungsi Zinc Oksida Eugenol
a. Sebagai Restorasi Sementara
Bahan-bahan yang digunakan untuk restorasi sementara diharapkan
bertahan selama jangka waktu yang pendek, misalnya beberapa hari atau
paling lama beberapa minggu. Restorasi ini dapat berfungsi sebagai
perawatan restoratif sementara sambil menunggu pulpa sembuh atau sampai
tambalan jangka panjangnya selesai dibuat dan siap untuk dipasang. Semen
12
OSE Tipe I hampir secara universal digunakan untuk perawatan sedatif,
penutupan sementara, dan semen yang permanen. Karena tambalan semen ini
akhirnya akan dilepas, kekuatan maksimal yang diperbolehkan menurut
Spesifikasi ADA No.30 adalah 35 Mpa (Anusavice, 2003).
c. Sebagai Restorasi Jangka Menengah
Kadang-kadang muncul kebutuhan akan restorasi jangka menengah,
terutama pada pedodontik. Misalnya, pada pasien karies rampan yang lebih
baik membuang semua jaringan yang telah mengalami demineralisasi dari
lesi karies dengan sesegera mungkin untuk mengurangi kosentrasi bakteri
kariogenik sehingga menghentikan proses karies. Begitu penghilangan awal
dari karies selesai dijalankan dan pasien telah dialihkan ke keadaan resiko rendah
karies, dokter gigi dapat melanjutkan perawatan dengan restorasi jangka panjang.
Jarak waktu antara pembuangan jaringan karies dan penyelesaian pekerjaan
restorasi dapat beberapa bulan atau lebih lama lagi. Selama periode menunggu ini,
gigi harus dilindungi dengan jenis restorasi yang telah lama (Anusavice, 2003).
2.2.2.3 Sifat Zinc Oksida Eugenol
Sifat fisik. Seperti pada semua semen lain, rasio bubuk:cairan dari
semen OSE akan mempengaruhi kecepatan pengerasan. Semakin tinggi rasio
bubuk:cairan, semakin cepat pengerasannya. Pendinginan alas aduk akan
memper lambat waktu pengerasan kecuali temperaturnya di bawah titik
pengembunan. Di bawah titik embun ini, kondesat akan bergabung dengan
adukan dan reaksi pengerasan akan dipercepat (Anusavice, 2003).
Ukuran partikel akan mempengaruhi kekuatan. Pada umumnya,
ukuran perikel yang lebih kecil akan meningkatkan kekuatan. Penggantian
sebagai eogenol dengan asam orto-etoksibensoat berakibat peningkatan
kekuatan, seperti juga panggabungan polimer (Anusavice, 2003).
Formula OSE yang dirancang untuk berbagai kegunaan memiliki
kekuatan yang berkisar antara 3 sampai 55Mpa. Kekuatan semen OSE
tergantung pada tujuan kegunaanya dan pada formula yang dirancang untuk
tujuan tersebut (Anusavice, 2003).
13
2.2.2.4 Manipulasi bahan Zinc Oksida Eugenol
* Bubuk dalam jumlah secukupnya dan beberapa tetes eugenol
diletakkan pada glass plate
* Bubuk dan larutan eugenol diaduk sampai mencapai tekstur seperti
asta kental
* Pasta yang tercampur akan dapt dipegang tanpa melekat pada jari
* Kemudian masukkan adonan kedalam kavitas
2.2.2.5 Faktor yang mempengaruhi setting Zinc Oksida Eugenol
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi setting dari semen
oksida eugenol diantaranya:
a. Ukuran partikel
b. Rasio bubuk : cairan
c. Pendinginan alas aduk
2.2.2.6 Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi Semen Seng Oksida Eugenol
1. Meredakan rasa sakit
2. Basis insulatif
3. Tambalan Sementara, misalnya pada pulp capping tidak langsung
4. Sementasi inlay,crown, dan bridge
5. Karies dentin
Kontra-Indikasi : Kasus pulpa gangren atau mati. (harty, 1993)
2.2.3 Semen Seng Polikarboksilat
Di dalam pencairan bahan semen adhesif yang dapat mengikat kuat dengan
struktur gigi, seng polikarboksilat adalah system semen pertama yang memiliki
ikatan adhesif dengan struktur gigi.
2.2.3.1 Komposisi dan Kimiawi Semen Seng Polikarboksilat
Semen polikarboksilat adalah sistem bubuk-cairan. Cairannya adalah
larutan air dari asam poliakrilat atau kopolimer dari asam akrilik dengan
14
asam karboksilat lain yang tidak jenuh, misalnya asam itakonik. Berat
molekul dari poliasam berkisar antara 30.000 sampai 50.000. Konsentrasi
asam dapat bervariasi di antara satu semen dengan semen lainnya tetapi
biasanya sekitar 40%
Komposisi dan prosedur pembuatan bubuknya mirip semen seng fosfat.
Bubuknya mengandung oksida seng dengan sejumlah oksida magnesium.
Oksida stanium dapat menggantikan oksida magnesium. Oksida-oksida lain,
misalnya bismuth dan aluminium, juga dapat ditambahkan. Bubuk ini juga
dapat mengandung sejumlah kecil stannous fluorida, yang mengubah waktu
pengerasan dan memperbaiki sifat manipulasi. Unsur ini merupakan bahan
penambah yang penting karena juga meningkatkan kekuatan. Namun,
fluorida yang dilepaskan semen silikofosfat dan ionomer kaca.
2.2.3.2 Reaksi pengerasan Semen seng Polikarboksilat
Semen ini melibatkan pelarutan permukaan partikel oleh asam yang
kemudian melepaskan ion-ion seng, magnesium, dan timah, yang menyatu ke
rantai polimer melalui gugus karboksil, seperti yang digambarkan pada Gambar
25-12A. Ion-ion ini bereaksi dengan gugus karboksil dari rantai poliasam yang
ada di dekatnya sehingga terbentuk garam ikatan silang ketika semen mengeras.
Semen yang mengeras terdiri atas matriks gel tanpa bentuk di dalam mana
tersebar partikel-partikel yang tidak bereaksi. Gambar struktur mikronya mirip
dengan semen seng fosfat.
Juga ada jenis semen ini yang pengerasannya oleh air, seperti telah
dijelaskan pada Bab 24 untuk semen ionomer kaca. Poliasam adalah bubuk yang
dikeringkan dengan cara dibekukan kemudian dicampur dengan bubuk semen.
Cairannya adalah air atau larutan lemah dari NaH2PO4. Meskipun demikian, reaksi
pengerasannya adalah sama terlepas dari apakah poliasam ini dikeringkan dengan
dibekukan dan kemudian dicampur dengan air atau digunakan larutan poliasam
lemah yang konvensional sebagai cairannya.
2.2.3.3 Ikatan dengan Struktur Gigi Semen Seng Polikarboksilat.
15
Seperti telah dinyatakan sebelumnya, sifat yang menonjol dari semen
polikarboksilat adalah bahwa semen ini terikat secara kimiawi dengan struktur
gigi. Mekanismenya belum dimengerti sepenuhnya, tetapi mungkin mirip dengan
reaksi pengerasan. Seperti ditunjukkan pada Gambar 25-12B, asam poliakrilat
bereaksi melalui gugus karboksil dengan kalsium hidroksiapatit. Seperti dibahas
dalam Bab 24 yang mengacu pada semen ionomer kaca, komponen anorganik dan
homogenitas email lebih besar daripada dentin. Jadi, kekuatan ikatan dengan
email akan lebih besar daripada dengan dentin. Ini digambarkan dalam Gambar
25-13, dimana kekuatan ikatan dari semen polikarboksilat dengan email dan
dentin dibandingkan.
Ketebalan Lapisan. Ketika semen karboksilat diaduk pada rasio bubuk:
cairan yang benar, adonannya lebih kental daripada adukan semen seng fosfat.
Namun, adukan polikarboksilat diklasifikasikan sebagai pseudoplastik, dan
mengalami pengenceran jika kecepatan pengolesannya ditingkatkan (lihat Bab 3).
Secara klinis, ini berarti bahwa tindakan pengadukan dan penempatan dengan
getaran akan mengurangi kekentalan semen, dan prosedur ini menghasilkan
lapisan dengan ketebalan 25 m atau kurang.
2.2.3.4 Waktu Kerja dan Pengerasan Seemn seng Polikarboksilat.
Waktu kerja untuk semen polikarboksilat jauh lebih pendek daripada semen
seng fosfat, yaitu sekitar 2,5 menit dibanding 5 menit untuk seng fosfat. Ini
digambarkan pada Gambar 25-14 dimana kekentalan semen seng fosfat,
polikarboksilat dan ionomer kaca dicatat sebagai fungsi dari waktu. Garis datar
pada kurva mewakili waktu kerja. Penurunan temperatur reaksi dapat
meningkatkan waktu kerja yang diperlukan untuk sementasi jembatan cekat.
Sayangnya, temperatur alas aduk yang dingin dapat menyebabkan asam
poliakrilat mengental. Bertambahnya kekentalan membuat prosedur pengadukan
menjadi lebih sulit. Dianjurkan bahwa hanya bubuk yang didinginkan di lemari
pendingin.
2.2.3.5 Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi :
1. Sementasi
16
2. Basis
3. Lapik pelekat
Kontra-Indikasi :
1. Perawatan pulpa
2. Kasus pulpa gangren atau mati (harty, 1993)
2.2.4 Semen Silikat
Semen Silikat dibuat dengan mencampur powder yang terbuatdari alumino
Fluoro-Silikat glass dengan liquid37% asam fosfat. Secara kimia asam
melarutkan dan menggabungkan sebagian kaca. Hal ini menciptakan suatu
matriks yang sangat keras dan rapuh. Campuran cairan semen ini sama dengan
semen Sengfosfat ,bagaimanapun ,penggunaan utama dalam kedokterangigi
adalah sebagai material yang sewarna dengan gigi. Karena matriks sangat keras,
rapuh dan kurangnya ketahanannya terhadap abrasi membatasi penggunaannya
sebagai bahan basis restorative (Martin S. 2011).
Sampai munculnya komposit resin, silikat adalah material gigi hanya
mengisi warna yang tersedia, dan satu-satunya alternatif untuk amalgam perak
sebagai (nonemas) sederhana bahan pengisi permanen. Penggunaannya terbatas
pada gigi depan ,atau daerah kerusakan tidak pada permukaan gigi belakang yang
mempunyai kekutan tekan besar (Martin S. 2011).
2.2.4.1 Keuntungan Semen Silikat
Selain warnanya ,adalah terdapat fluoride dari glass ,(komponen dari bahan
matriks karena reaksi kimia yang terlibat dalam pencampuran bubuk dengan
cairan), fluoride cenderung mencegah karies lebih lanjut disekitar margin,
(kenyataannya, merupakan karakteristik dari semua formula semen gunakanAl-Fl-
Si glass dan asam kombinasi). Masalah utama dengan semen silikat sebagai bahan
restoratif adalah tampilannya. Partikel- partikel kaca rentan terhadap tekanan,
mudah berubah warna dan kasar. Kesulitan lain adalah kerapuhan dari matriks
estetik karena menyebabkan permukaan krasing dan majinal chipping sebagai usia
restorasi dan menciptakan lebih banyak tempat potensial untuk noda untuk
memperparah (MartinS. 2011).
2.3.4.2 Fungsi Semen Silikat
17
Restorasi sementara gigi anterior (Rahmawati,D. 2011)
2.3.4.3 Komposisi Semen Silikat
Campuran dari powder Silika (SiO2), Alumina (Al2O3), senyawa fluorida,
beberapa garam kalsium dengan liquid phosphoric acid (Craig dalam Kadariani).
2001).
2.2.4.4 Sifat Semen Silikat
Warnanyasesuaidenganwarnagigidancocokdigunakanuntukrestorasi gigianterior
Tensil strenghtkurang baik
Daya larut semen di dalam air memang rendah, namun mudah larut
terhadapasamyang terdapatdalamplak yangmelekatdiatasnya
Terikat secara kimiawi dengan struktur gigi karena adanya fluoride
(kekuatanikatandenngan emailakan lebihbesar daripadadengandentin)
Perkembangan biomaterial di bidang kedokteran gigi modern dapat
menjadi bukti. Semen silikat merupakan bahan tambal gigi yang pertama kali
dikenal. Saat ini, bahan tersebut sudah mulaiditinggalkan karena mengandung
unsur asam yang dianggap berbahaya bagi pulpa gigi. Sebagai penggantinya
kemudian dikenal glass ionomer cement. Perkembangan bahan tambal terus
bergulirdengan adanya resin komposit polimerisasi sinar tampak dengan.
2.2.4.5 Manipulasi Semen Silikat
ada dua metode pemanipulasian semen ini yaitu dengan metode pemanipulasian
manual dan metode pemanipulasian mekanis (O’briendalam Hermanto, L.FM.
2007)
a. Pemanipulasian manual
• Rasio bubuk dan cairan adalah 2,2 gr : 1 ml
• Tempat pencampuran bubuk dengan cairan menggunakan glass slab yang tebal
dan dingin, juga menggunakan spatula dari bahan plastik atau cobalt chromium
• Pengadukan dilakukan dengan teknik memutar selama 1 menit.
18
• Bubuk di campurkan ke dalam cairan sedikit demi sedikit untuk
mendapatkan konsistensi yang di inginkan dan baik(O’briendalam Hermanto,
L.FM.2007).
b. Pemanipulasian mekanis
• Dengan menggunakan alat amalgamator.
• Bahan yang tersedia dalam bentuk kapsul, bubuk dan cairan dalam satu wadah
dan terpisah dengan sekat.
• Sekat ini dapat hancur dengan adanya tekanan dari amalgamator.
• Waktu pencampuran dapat di sesuaikan dengan keinginan dan juga pada
pencampurandapatterjadipanasyang mengakibatkan waktu kerja berkurang
(O’briendalam Hermanto, L.FM.2007).
2.2.5 Semen Silikofosfat
Semen silikofosfat merupakan salah satu semen yang sanggup melepas ion
(Ion Leachenable Glass), khususnya fluoride yang mampu mencegah
terbentuknya karies sekunder, hal ini yang membuat semen silikofosfat masih di
pergunakan di kedoteran gigi. Semen ini merupakan hybrid, kombinasi dari bubuk
semen zink fosfat dengan semen silikat dan sering disebut dengan semen
silikofosfat (Baum dalam Hermanto, L.FM. 2007).
2.2.5.1 Fungsi Semen Silikofosfat
Bahan perekat untuk restorasi, bahan tambalan sementara dan tambalan gigi
desidui, bahan perekat fixed restoration, bahan band orthodontics.
Bahan pembuatan die (Combe dalam Hermanto, L.FM. 2007).
2.2.5.2 Komposisi Semen Silikofosfat
Bubuk semen silikofosfat adalah kombinasi dari bubuk semen silikat dan
semen zink fosfat, yang dikemas dalam satu bentuk powder dan liquid yang akan
dimanipulasi untuk mendapatkan kekentalan yang tepat (Aldelina, N.L. 2011).
1) Komposisi Bubuk
a. Aluminosilicate glass
b. Seng okside
c. Magnesium okside
19
2) Komposisi Cairan
a. Asam fosfat (phosphoric acid)
b. Air
c. Seng dan aluminium salt (Aldelina, N.L. 2011)
Salah satu semen silikofosfat yang paling terkenal terdiri atas 90% bubuk
semen silikat dan 10% bubuk semen seng fosfat. Pada umumnya semen
silikofosfat berisi 12% - 25% flourida. Reaksi penyatuan bubuk dan cairan dapat
di gambarkan sebagai berikut:
Seng Oxide/aluminosilicate glass + phosphoric acid
Seng aluminosilicate phosphate gel
2.2.5.3 Manipulasi Semen Silikofosfat
PrSeng Oksida Eugenols pemanipulasian semen silikofosfat sama dengan
semen silika dan semen seng fosfat, dimana ada dua metode pemanipulasian
semen ini yaitu dengan metode pemanipulasian manual dan metode
pemanipulasian mekanis (O’brien dalam Hermanto, L.FM. 2007).
a. Pemanipulasian manual
Rasio bubuk dan cairan adalah 2,2 gr : 1 ml.
Tempat pencampuran bubuk dengan cairan menggunakan glass slab yang
tebal dan dingin, juaga menggunakan spatula dari bahan plastik atau cobalt
chromium.
Pengadukan dilakukan dengan teknik memutar (circular) selama 1 menit.
Bubuk di campurkan ke dalam cairan sedikit demi sedikit untuk
mendapatkan konsistensi yang di inginkan dan baik.
b. Pemanipulasian mekanis
1. Dengan menggunakan alat amalgamator.
2. Bahan yang tersedia dalam bentuk kapsul, bubuk dan cairan dalam satu
wadah dan terpisah dengan sekat.
3. Sekat ini dapat hancur denag adanya tekanan dari amalgamator.
20
4. Waktu pencampuran dapat di sesuaikan dengan keinginan dan juga pada
prSeng Oksida Eugenols pencampuran terjadi panas yang mengakibatkan
waktu kerja berkurang (O’brien dalam Hermanto, L.FM. 2007).
Keuntungan dari sistem ini adalah (Combe dalam Hermanto, L.FM.
2007).:
1. Bahan tidak di pegang sampai selesai pengadonan sehingga
kemungkinan terkontaminasi berkurang.
2. Diperoleh perbandingan yang tepat antara bubuk dengan cairan tanpa
perlu menimbangdan sekaligus menghemat waktu.
3. Hasil pencampuran dapat diperoleh dalam waktu yang lebih cepat,
misalnya 10 sampai 15 detik.
Gambar 10. Almagamator
Sumber: http://www.intopmedical.com/Amalgamator.html
Waktu setting tidak boleh terlalu panjang karena bila waktu yang panjang akan
mengakibatkan pekerjaan terhadap gigi akan lama. Waktu setting yang sesuai
pada suhu mulut bagi semen silikofosfat adalah 5-7 menit pada temperatur 37◦C.
2.2.5.4 Faktor – faktor berikut ini bersifat memperpanjang waktu setting
Suhu yang lebih rendah dengan menggunakan glass slab yang dingin.
1. Mengurangi perbandingan bubuk dan cairan dengan menambah jumlah
cairan.
2. Waktu pencampuran yang lebih lama dengan mengurangi kecepatan dalam
hal mencampur bubuk ke dalam cairan dan tiap-tiap penambahan. Juga
penghentian sesaat setelah pencampuran awal sejumlah bubuk ke dalam
cairan akan menambah waktu setting dari semen silikofosfat. Semakin lama
21
bubuk di tambahkan ke cairan maka akan memperpanjang setting time
(Messing Hermanto, L.FM. 2007)
2.2.5.5 Sifat-sifat Semen Silikofosfat
2.2.5.5.1 Sifat mekanis
Compressive strength tinggi antara 140 – 170 Mpa atau 20.000 – 25.000 psi
yang akan dicapai setelah 24 jam.
Tensile strength rendah antara 8 – 13 Mpa, menyebabkan semen ini punya
sifat rapuh.
Ketebalan lapisan sekitar 30-40µm menyebabkan sifat toughness yang baik
dan sifat tahan abrasif yang lebih tinggi daripada golongan fosfat.
Waktu pengerasan 3,5-4 menit.
Working time kira-kira 4 menit (O’brien dalam Hermanto, L.FM. 2007).
2.2.5.5.2 Sifat Fisis
Anti karies berhubungan kandungan flourida.
2.2.5.5.3 Sifat Kimia dan sifat adhesif
Kelarutan semen silikofosfat dalam aquades setelah 7 hari kira –kira 0,9 – 1
%. Kelarutan dalam asam dan dalam mulut lebih dari semen fosfat.
Sifat adhesif silikofosfat secara mekanis karena tidak mempunyai
perlekatkan atau ikatan dengan enamel dan dentin tapi merekatkan antara
kekasaran permukaan kavitas dengan bahan restorasi (Combe dalam
Hermanto, L.FM. 2007).
2.2.5.5.4 Sifat Biologis
Keasaman pada semen ini ditimbulkan karena adanya kandungan asam
fosfat, ph semen ini sangat rendah pada awal pengaplikasian pada kavitas
dan setelah 1 jam ph nya 4-5. Oleh karena itu, harus di beri perlindungan
pada pulpa agar tidak teriritasi dengan menggunakan calsium hidrokxida
(Phillips dalam Hermanto, L.FM. 2007).
22
2.2.5.5.5 Indikasi
1. Basis
2. Sementasi untuk mulut yang angka kariesnya tinggi
2.2.5.5.6 Kontra-Indikasi :
1. Kasus pulpa gangren atau mati (harty, 1993)
2.2.6 Semen Ionomer Kaca (SIK)
Gambar 13. Contoh produk Semen Ionomer Kaca
Semen Ionomer Kaca merupakan salah satu bahan restorasi plastis di
bidang kedokteran gigi yang perkembangannya paling menarik, bahan ini
ditemukan oleh Wilson dan kenk tahun 1972 sebagai bahan pertama yang paling
praktis, sewarna dengan gigi dan beradhesi secara kimiawi walaupun versi
awalnya tidak baik dan alaur dalam cairan mulut (Ford dalam Lubis, F.L. 2004).
2.2.6.1 Klasifikasi Semen Ionomer Kaca
Menurut kegunaannya, Semen Ionomer Kaca diklasifikasikan menjadi:
1. Tipe I : Luting Cement
Semen ini berguna untuk merekatkan gigi mahkota atau jembatan,
tumpatan tuang dan alat-alat ortodonti cekat. Semen perekat ini mencegah
kebocoran tepi restorasi dan lapisan semen harus dibuat setipis-tipisnyaagar
tidak terlarutkan oleh cairan mulut.
2. Tipe II : Restorative Cement
Guna semen ini sebagai tumpatan estetik sewarna dengan gigi
23
3. Tipe III : Liner and Basis Cement
4. Tipe IV : Fissure sealants
5. Tipe V : Orthodontic Cements
6. Tipe VI : Core build up
7. Tipe VII : Fluoride releasing
8. Tipe VIII : ART(atraumatic restorative technique)
9. Type IX : Deciduous teet. (Philips dalam Lubis, F.L. 2004)
2.2.6.2 Komposisi Semen Ionomer Kaca
Semen ini adalah sisitem bubuk cairan, yang berbentuk karena reaksi
antara kaca alumino-silikat dengan asam poliakrilat yang sering disebut alumino
silikat poyacrilic acid (ASPA). (Williams dalam Lubis, F.L. 2004).
1). Komposisi Bubuk
Bubuk Semen Ionomer Kaca adalah kaca alumina-silikat. Walaupun
memiliki karakteristik yang sama dengan silikat tetapi perbandinagn alumina-
silikat lebih tinggi pada semen silikat (Manappallil dalam Lubis, F.L. 2004).
Tabel 3. Komposisi bubuk Semen Ionomer Kaca
2). Komposisi Cairan
Cairan yang digunakan Semen Ionomer Kaca adalah larutan dari asam
poliakrilat dalam konsentrasi kira-kira 50%. Cairan ini cukup kental cnederung
membentuk gel setelah beberapa waktu. Pada sebagian besar semen, cairan asam
poliakrilat dalah dalam bentuk kopolimer dengan asam itikonik, maleic atau asam
trikarbalik. Asam-asam ini cenderung menambah reaktivitas dari cairan,
24
mengurangi kekentalan dan mengurangi kecenderungan membentuk gel (Wilson
dalam Lubis, F.L. 2004).
Asam tartaric juga terdapat dalam cairan yang memperbaiki
karakteristik manipulasi dan meningkatkan waktu kerja, tetapi
memperpendek pengerasan. Terlihat peningktan yang berkesinambungan secara
perlahan pada kekentalan semen yang tidak mengandung asam tartaric.
Kekentalan semen yang mengandung asam tartaric tidak menunjukkan kenaikan
kekentalan yang tajam (Baum dalam Lubis, F.L. 2004).
Tabel 4. Komposisi Cairan Semen Ionomer Kaca
2.2.6.4 Reaksi Pengerasan Semen Ionomer Kaca
Ketika bubuk dan cairan Semen Ionomer Kaca dicampurkan, cairan asam
akan memasuki permukaan partikel kaca kemudian bereaksi dengan membentuk
lapisan semen tipis yang akan mengikuti inti tumpatan (Ford dalam Lubis, F.L.
2004).
Selain cairan sam, kalsium, aluminium, sodium sebagai ion-ion fluoride
pada bubuk Semen Ionomer Kaca akan memasuki partikel kaca yang akan
membentuk ion kalsium (ca2+) kemudian ion aluminium (Al3+) dan garam fluor
yang dianggap dapat mencegah timbulnay karies sekunder. Selanjutnya partikel-
partikel kaca lapisan luar membentuk lapisan gel (Wilson dalam Lubis, F.L.
2004).
Retensi semen terhadap email dan dentin pada jaringan gigi berupa ikatan
fisiko-kimia tanpa menggunakan teknik etsa asam. Ikatan kimianya berupa ikatan
ion kalsium yang berasal dari jaringan gigi dengan gugus COOH (karboksil)
multipel dari Semen Ionomer Kaca (Galinggih. 2011).
25
Adhesi adalah daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis pada
dua permukaan yang berkontak. Semen Ionomer Kaca adalah polimer yang
mempunyai gugus karboksil (COOH) multipel sehingga membentuk ikatan
hidrogen yang kuat. Dalam hal ini memungkinkan pasta semen untuk membasahi,
adaptasi, dan melekat pada permukaan email. Ikatan antara Semen Ionomer Kaca
dengan email dua kali lebih besar daripada ikatannya dengan dentin karena email
berisi unsur anorganik lebih banyak dan lebih homogen dari segi morfologis
(Galinggih. 2011).
Secara fisik, ikatan bahan ini dengan jaringan gigi dapat ditambah dengan
membersihkan kavitas dari pelikel dan debris. Dengan keadaan kavitas yang
bersih dan halus dapat menambah ikatan Semen Ionomer Kaca. Air memegang
peranan penting selama proses pengerasan dan apabila terjadi penyerapan air
maka akan mengubah sifat fisik SIK. Saliva merupakan cairan di dalam rongga
mulut yang dapat mengkontaminasi SIK selama proses pengerasan dimana dalam
periode 24 jam ini SIK sensitif terhadap cairan saliva sehingga perlu dilakukan
perlindungan agar tidak terkontaminasi (Galinggih. 2011).
Kontaminasi dengan saliva akan menyebabkan SIK mengalami
pelarutan dan daya adhesinya terhadap gigi akan menurun. SIK juga rentan
terhadap kehilangan air beberapa waktu setelah penumpatan. Jika tidak
dilindungi dan terekspos oleh udara, maka permukaannya akan retak akibat
desikasi. Baik desikasi maupun kontaminasi air dapat merubah struktur SIK
selama beberapa minggu setelah penumpatan. Untuk mendapatkan hasil
yang maksimal maka selama Proses pengerasan SIK perlu dilakukan
perlindungan agar tidak terjadi kontaminasi dengan saliva dan udara, yaitu
dengan cara mengunakan bahan isolasi yang efektif dan kedap air. Bahan
pelindung yang biasa digunakan adalah varnis yang terbuat dari isopropil
asetat, aseton, kopolimer dari vinil klorida, dan vinil asetat yang akan larut
dengan mudah dalam beberapa jam atau pada proses pengunyahan
(Galinggih. 2011).
2.2.6.5 Sifat Semen Ionomer Kaca
26
Sifat Semen Ionomer Kaca adhesive yang mengikat enamel dan dentin.
Ikatan ini terjadi karean interaksi antara ion-ion golongan karboksil dan semen
dan ion-ion kalsium dari gigi, iakatan ke enamel lebih besar daripda iktannya ke
dentin. Pengikatan ini baik sebagai bahan penutupan kavitas (Wilson dalam Lubis,
F.L. 2004).
Hal ini diungkapkan oleh Mal Donado pada tahun 1978, Perbandingan
bubuk terhadap asamnya merupakan faktor penting untuk memperoleh campuran
semen dengan sifat-sifat fisik yang dinginkan. Beberapa sifat dari Semen Ionomer
Kaca yang akan diuraikan sebagai berikut (Wilson dalam Lubis, F.L. 2004):
2.2.6.5.1 Sifat Fisis Seemn Ionomer Kaca
Sifat-sifat fisis dari Semen Ionomer Kaca, antar lain:
a. Anti karies
Ion fluor yang dilepaskan terus menerus membuat gigi lebih tahan
terhadap karies.
b. Thermal ekspansi sesuai dengan dentin dan enamel
c. Tahan terhadap abrasi
ASPA tahan terhadap abrasi, ini penting khususnya pada penggunaan
dalam restorasi dari groove yang abrasi servikalnya oleh sikat gigi dan
kavitas yang erosi.
2.2.6.5.2 Sifat Mekanis Semen Ionomer Kaca
Semen Ionomer Kaca juga memiliki sifat mekanis yaitu:
a. Compressive strength : 150 MPa, lebih rendah dari silikat
b. Tensile strength : 6,6 MPa, lebih tinggi dari silikat
c. Hardness : 49 KHN, lebih lunak dari silikat
d. Frakture toughness : Beban yang kuat dapat terjadi fraktur
(Manappallil dalam Lubis, F.L. 2004).
2.2.6.5.3 Sifat Kimia Semen Ionomer Kaca
Semen Ionomer Kaca melekat dengan baik ke enamel dan dentin,
perlekatan ini berupa ikatan kimia antara ion kalsium dari jaringan gigi dan
27
ion COOH dari Semen Ionomer Kaca. Ikatan dengan enamel dua kali lebih
besar daripada ikatannya dengan dentin. Dengan sifat ini maka kebocoran
tepi tambalan dapat dikurangi. Semen Ionomer Kaca tahan terhadap
suasana asam, oleh karena adanya ikatan silang diantara rantai-rantai
semen ionomer kaca. Ikatan ini terjadi karena anya polyanion dengan berat
molekul yang tinggi (Phillips dalam Lubis, F.L. 2004).
2.2.6.5.4 Sifat Biologi Semen Ionomer Kaca
Semen Ionomer Kaca memiliki sifat biokompabilitas yang cukup baik
artinya tidak mengiritasi jaringan pulpa sejauh ketebalan sisa dentin ke arah
pulpa tidak kurang dari 0,5 mm. kontaminasi saliva selama penumpatan dan
sebelum semen mengeras sempurna akan merugikan tumpatan karena
semen akan mudah larut dan daya adhesi akan menurun. Kavitas harus
dijaga agar tetap kering dengan mngusahakan isolasi yang efektif serta
tumpatan ditutup dengan lapisan resin atau pernis yang kedap air selama
beberapa jam setelah penumpatan untuk mencegah desikasi karena
hilangnya cairan atau melarut karena menyerap air (Phillips dalam Lubis,
F.L. 2004).
2.2.6.6 Kelebihan dan Kekurangan Semen Ionomer Kaca
Kelebihan semen Ionomer Kaca, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Tahan terhadap penyerapan air dan kelarutan dalam air
b. Kemampuan berikatan dengan email dan dentin
c. Biokompabilitas
d. Estetika (penambahan radiopak untuk penyamaan warna dengan gigi
e. Mempunyai kekuatan kompresi yang tinggi
f. Bersifat adhesi
g. Tidak iritatif
h. Mengandung fluor sehingga mampu melepaskan bahan fluor
untuk mencegah karies lebih lanjut
i. Mempunyai sifat penyebaran panas yang sedikit
j. Daya larut yang rendah
28
k. Bersifat translusent atau tembus cahaya
l. Perlekatan bahan ini secara fisika dan kimiawi terhadap jaringan dentin dan
email.
Kekurangan Semen Ionomer Kaca, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Tidak dapat menahan tekanan kunyah yang besar
b. Tidak tahan terhadap keausan
c. Daya lekat pasta lebih kecil terhadap dentin
d. Setelah restorasi butuh proteksi
e. Kekerasan kurang baik
f. Rapuh dan sensitive terhadap air pada waktu pengerasan
g. Dapat larut dalam asam dan air
2.2.6.7 Indikasi Semen Ionomer Kaca
1. Digunakan pada gigi sulung
2. Kekuatan kunyah relatif tidak besar
3. Pada insidensi karies tinggi
4. Gigi yang belum tumbuh sempurna
5. Area yang kontaminasi sulit dihindarkan
6. Pasien kurang kooperatif
2.2.7 Kalsium Hidroksida
Kalsiumhidroksida merupakan basis semen saluran akar yang
diyakini memiliki beberapa keunggulan dalam hal dapat terjadi efek terapi
yang dapat merangsang terbentuknya jaringan keras gigi (Gutman,1996).
Kalsium hidroksida dapat merangsang penutupan biologis pada daerah
apikal sehingga menghasilkan penutupan apeks yang lebih dapat
meningkatkan keberhasilan perawatan. Kalsium hidroksida adalah senyawa
kimia denganrumus Ca(OH)2. Kalsium hidroksida dapat berupa kristal tidak
berwarna atau bubuk putih. Kalsium hidroksida dapat dihasilkan melalui reaksi
kalsium oksida (CaO) dengan air.
29
Cao + H2O (Ca(OH)2)
Kalsium hidroksida adalah suatu bahan yang bersifat basa kuat dengan pH 12-13.
2.2.7.1 Sifat bahan Kalsium Hidroksida
Biokompatibilitas = baik, karena menimbulkan reaksi respon saluran
akar yang baik dengan sedikit mengiritasi pulpa. Ini di dasari karena
gambaran histologis pulpa, yang menunjukkan penyembuhan awal dari
pembentukkan jembatan dentin konsisten yang lengkap.
Celah mikro= tujuan perawatan saluran akar, untuk menutup akar dgn
rapat agar terhindar dari masukny bakteri, tidak mengalami pengerutan,
kalsium hidroksida sama seperti ZOE, untuk sifat celah mikro.
Perubahan pH= memiliki sifat alkalis/ basa, kalsium hodroksida
brsifat basa sehingga dapat menghalangi dan menghambat
pertubuhan bakteri terutama disekitar pulpa dengan ion hidroksil
dan merangsang pertumbuhan dentin reparatif.
Merangsang perbaikan apikal= dapat menstimulasi perbaikan
jaringan keras gigi dalam banyak keadaan dan dapat berkontak
lansgsung dengan jaringan periapikal.
Perlekatan/ adesif= ada dua merek kalsium hidroksid, scalapeks
memiliki kekuatan perlekatan yang lemah, sedangkan calciobiotik
lebih baik (Wenberg,1990).
2.2.7.3 Aplikasi Kalsium Hidroksida
Dalam Manappallil (2003) kalsium hidroksida dapat diaplikasikan
sebagai kaping pulpa langsung dan tidak langsung ,sebagai basis
kekuatan rendah dibagian bawahnya restorasi silikat dan komposit
untuk perlindungan pulpa, dan untuk prosedur apeksifikasi pada gigi
permanen muda yang pembentukan akarnya tidak lengkap.
Kaping pulpa/pulp capping didefinisikan sebagai aplikasi dari satu
atau beberapa lapis bahan pelindung diatas pulpa vital yang terbuka.
Pulp capping ada 2 jenis:
30
1. Pulp capping tidak langsung
2. Pulp capping langsung
2.2.7.4 Manipulasi dan waktu setting Kalsium Hidroksida
Kalsium hidroksida dimanipulasi dengan cara mencampur pasta base dan
katalis diatas paperpad dengan menggunakan metal spatel atau ball-ended
instrument ukuran kecil. Base dan katalis dibagi dalam porsiyang sama dan
dicampur sekitar 10 detik dengan waktu setting dari 2-7menit. Waktu setting
bervariasai antara 2,5-5menit (Manappallil, 2003).
2.2.7.5 Faktor yang mempengaruhi reaksi setting Kalsium Hidroksida
Menambahkan rasio katalist ke dalam pasta base dapat mempercepat
waktu setting khusus akselerator pada katalist
Kelembapan dan panas dapat mempercepat setting
Setting time diperlambat dengan pengeringan dan perlindungan
(Hussain,2004).
2.2.7.6 Keuntungan Kalsium Hidroksida
Mempunyai efek bersifat bakterisidal dan desinfektan. Konsentrasi
ion hidroksil yang tinggi dapat membunuh mikroorganismedi dalam
saluran akaryang tidak terjangkau oleh instrumentasi dan irigasi.
Merangsang pembentukan jaringan keras
Mencegah resorpsi tulang
Tidak menyebabkan perubahan warna gigi,bukan konduktor panas
yangbaik , manipulasi mudah dan stabil.
Mengurangi kepekaan rasa nyeri dentin terhadap rangsangan dari
luar dan dari dalam
Daya iritasi ringan
Menghambat fagositas mikrofag sehingga dapat menurunkan reaksi
inflamasi pada periapikal.
2.2.7.7 Kerugian Kalsium Hidroksida
Tidak dapat menutup permukaan fraktur pada kasus injury
traumatik pada gigi vital.
31
Dapat menghambat perlekatan fungsi sel-sel ligamen periodontal
serta menghambat proses penyembuhan permukaan akar
(yusmardiana,2002).
2.2.7.8 Indikasi dan Kontra indikasi
Indika,,,si :
1. Pulpa yang tebuka dalam pulp capping dan pulpotomy
2. Leakage canal
3. Apexification, merangsang pembentukan apex
4. Membentuk jaringan keras gigi
5. Bahan tambalan sementara untuk infeksi saluran akar
Kontra-Indikasi :
1. Peradangan pulpa (pulpitis)
2. Kasus gangren pulpa, seperti: abses. (harty, 1993)
2.3 Tambahan semen baru di Kedokteran Gigi
2.3.1 RELYX
Relyx adalah semen yang menggabungkan keunggulan dari semen
konvensional (kemudahan penggunaan) dan semen resin (kinerja).
2.3.1.1 Semen Releyx memiliki keunggulan yaitu :
Kuat, fleksibel dan mudah digunakan, tidak memerlukan persiapan
permukaan gigi seperti etsa atau priming. Semen diisi 72% berat dan
mengandung fluoride. RelyX Unicem tersedia dalam dua ukuran kapsul
(Aplicap dan Maxicap) dalam nuansa A1, A2, A3-buram, buram putih, dan
transparan
2.3.1.2 Indikasi
Dapat digunakan untuk hampir setiap indikasi-logam, keramik, bahan
komposit, mahkota, jembatan, inlay / onlay.
2.3.1.3 Kontra indikasi RelyX
32
Tidak untuk digunakan dengan sementasi veneer
2.3.1.4 Setting Time RelayX
Waktu kerja adalah 2 menit untuk Aplicaps dan 2,5 menit untuk Maxicaps
besar. Para Aplicaps bisa dipakai untuk semen 1-2 restorasi, sedangkan
Maxicaps bisa dipakai untuk 3-5 restorasi.
2.3.1.5 Produk ini mendapat penilaian klinis 98%.
Beberapa Kekuatan Formula klinis Terbukti
1. Mudah dan higienis penanganan dengan Clicker Dispenser.
2. Rasio campuran Konsisten.
3. Formulasi Paste-paste untuk memudahkan pencampuran.
4. Adhesi yang kuat.
5. Mudah penghapusan materi berlebih.
6. Sensitivitas pasca operasi sangat rendah.
7. Peningkatan integritas marginal.
8. Berkelanjutan rilis fluoride.
33
2.3.2 Caviton
Caviton adalah salah satu bahan tumpatan yang sering digunakan
sebagai restorasi sementara.
Menurut Tamse (1982) menyatakan bahwa caviton adalah restorasi
sementara dengan bahan dasar kalsium sulfat yg sebelumnya sudah dicampur.
Contoh lainnya adalah cavit, cavidentin, cavit G
2.3.2.1 Deskripsi Caviton
- Dalam bentuk pasta.
- Lebih lunak dan mudah dilihat.
- Untuk kavitas standard dan setelah perawatan endodontik.
2.3.2.2 Sifat dan manfaat Caviton
- Pengerasan awal dengan air dan saliva.
- Kemampuan adaptasi sempurna.
34
- Mudah dilepaskan.
- Praktis dan mudah dalam pengaplikasiannya.
3M ESPE, 2013. Caviton GC. USA : 3M ESPE C
2.4 Bahan-Bahan Untuk Perlindungan Pulpa
Sebelum menempatkan restorasi, pulpa mungkin telah mengalami iritasi
atau kerusakab dari berbagai sumber, misalnya kariesn dan pengeboran gigi.
Lebih lanjut lagi, sifat fisik dan kimia dari bahan restorasi permanen adalah
sedemikian rupa sehingga restorasi itu sendiri dapat menyebabkan iritasi atau
memperparah kondisi yang sudah ada. Restorasi logam, yang merupakan
penghantar panas yang sangat baik, dapat menimbulkan kepekaan panas selama
makan-minum panas atau dingin. Bahan restorasi lain, semen yang mengandung
asam fosfor, semen yang mengandung asam, resin untuk penambalan langsung,
dan pada beberapa kasussemen ionomer kaca dapat menimbulkan iritasi kimia.
Selain itu, kebocoran antar-muka akibat kontraksi pengerasan dari amalgam dan
resin komposit juga dapat menimbulkan iritasi pulpa.
Vernis, pelapik, dan basis dirancang sebagai pelengkapo bahan
restorasi untuk melindungi pulpa dari trauma kimia dan panas. Selain
berfungsi sebagai barier perubahan panas, iritan di dalam bahan, serta kebocoran
antar-muka yang berkaitan dengan invasi bakteri, beberapa dari bahan ini juga
mempunyai efek yang bermanfaat pada pulpa. Secara teknis, vernis dan pelapik
dapat diklasifikasikan sebagai bahan pelapik kavitas karena keduanya digunakan
35
sebagai lapisan pelindung untuk struktur gigi yang baru dipotong dari kavitas
yang dipreparasi. Sebaliknya, basis juga berfungsi sebagai penahan panas untuk
restorasi logam. Vernis dan pelapik biasanya membentuk lapisan melalui
penguapan dari bahan pelarut, sedangkan basis dan beberapa pelapik jenis baru
mengeras melalui reaksi kimia, termasuk proses pengerasan dengan sinar.
2.4.1 Vernis kavitas
Vernis kavitas pada dasarnya adalah karet alam (misalnya copal),gala
(rosin), atau resin sintetik yang dilarutkan dalam pelarut organic (misalnya
aseton,klorofom dan eter).pada umumnya tidak digunakan dalam ketebalan yang
cukup untuk member ketahannan terhadap panas yang dibutuhkan.gambar 24-13
menunjukkan peningkatan temperature pada sisi amalgam percobaan yang dilapisi
berbagai jenis vernis,pelatik,dan basis,dengan sumber panas disisi lainya. tidak
terdapat perbedaan jumlah panas yang dipindahkan melalui control (kurva A) dan
contoh amalgam yang berlapis vernis (kurva B).
2.4.2 Efek pada kebocoran dan fenertrasi asam.
Literature pada umumnya menunjukan bahwa fernis menghasilkan
efek positif bagi pengurangan iritasi pulpa. ini menunjukkan bahwa efek
tersebut berkaitan dengan berkurangnya perembesan cairan yang dapat
mengiritasi melalui area tepi.
Efek perlindungan dari vernis telah ditunjukkan pada percobaan in vitro
melalui pelacakan asam fosfor radio aktif dibagian bagian dentin dibaawah
tambalan semen silikat yang dibuat dengan cairan radio aktif,baik pada gigi yang
sudah dicabut dan pada gigi gigi monyet. hasil pecobaan ini ditunjukkan pada
gambar 24-14.terlihat penurunan yang nyata dalam hitungan radio aktif dari
dentin yang terletak dibawah dinding kavitasn yang dilapisi dengan vernis,
dibandingkan hitungan radio aktif dari dentin yang tidak dilapisi. hasil yang
sebanding didapat pada penggunaan semen semen fosfat dan siliko fosfat.
Vernis juga dapat mencegahfenetrasi produk produk korosi dari
amalgam kedalam tubula dentin,dan dengan demikian mengurangi
36
pewarnaan gigi yang tidak diinginkan yang sering berkaitan dengan
restorasi amalgam.
pengolesan vernis untuk mendapatkan lapisan yang seragam dan rata pada semua
kavitas preparasi,dioleskan beberapa lapisan tipis.ketika lapisan pertama
mongering,biasanya terbentuk lubang lubang sekecil jarum.lapisan kedua atau
ketiga mengisi rongga rongga ini dan menghasilkan lapisan yang lebih rata. vernis
harus dioleskan dalam konsistensi yang encer dengan menggunakan kuas atau
bola kapas kecil. dianjurkan menggunakan apliatoe disposable untuk mencegah
masuknya mikro-organisme kedalam botol vernis.
Vernis konvensional tidak boleh digunakan dibawah restorasi
komposit,karena pelarut vernis dapat melunakkan resin dan lapisan akan
mencegah pembasahan kavitas dengan bahan bonding yang diperlukan.
namun, jika diberikan waktu yang cukup untuk penguapan bahan pelarut
organic,digradasi komposit seperti ini tidak akan terjadi.
Vernis tidak dianjurkan jika digunakan semen ionomer kaca.lapisan
vernis akan menghilangkan potensi adhesi dari semen ionomer kaca.riset
terhadap bahan bahan bonding dentil mutakhir menunjukan bahwa bahan
dapat digunakan pada daerah yang dulunya memerlikan vernis. karena
sifatnya,seperti yang sudah dibahas pada bab 13,bahan bonding dentil kelak
akan menggantikan bahan vernis.
2.4.3 Pelapik Kavitas
Tujuan Utama dari pelapik kavitas adalah menggunakan efek yang
menguntungkan dari kalsium hidroksida dalam mempercepat pembentukan
dentin reparative. Dulu, pelapik dibuat dengan mencampur kalsium hidroksida
dengan air atau larutan pembawa resin sehingga dapat diulaskan pada dinding-
dinding preparasi kavitas. Larutan pembawanya akan menguap dan meninggalkan
selapis tipis kalsium hidroksida pada dinding kavitas. Selain itu, lapisan kalsium
hidroksida dengan pH 11 dapat mentralkan atau bereaksi dengan asam yang
dilepaskan dari semen yang mengandung asam fosfor yang ada di dekatnya.
Karena kalsium hidroksida melarut di dalam cairan mulut terlepas dari apa pun
37
larutan pembawanya, jenis pelapik ini tidak boleh tertinggal di tepi kavitas gigi
(Anusavice, 2003).
Selain menggunakan formula suspensi, sekarang tersedia bahan-bahan lain
yang bisa mengeras. Termasuk diantaranya bahan-bahan kalsium hidroksida, OSE
dengan kekentalan rendah (Tipe IV) dan pelapik ionomer kaca. Bahan-bahan ini
ditempatkan scara tipis pada lantai pulpa. Meskipun pelapik OSE dan ionomer
kaca tidak mengandung kalsium hidroksida, bahan ini digunakan karena manfaat
yang telah dijelaskan sebelumnya (Anusavice, 2003).
2.4.3 4 Pelapik Ionomer Kaca.
Ada dua jenis pelapik ionomer kaca.Yang pertama adalah sistem
bubuk-cairan konvensional. Karakteristik manipulasi dari formulanya telah
disesuaikan sehingga lebih mudah digunakan sebagai pelapik. Misalnya,
bahan-bahan ini cenderung mengalami pengerasan awal yang sedikit lebih
cepat dibandingkan semen restorative dan lebih bisa mengalir (Anusavice,
2003).
Jenis kedua adalah semen ionomer kaca dngan pengerasan sinar.
Komposisi kimia dan mekanisme pengerasannya sama dengan semen
ionomer kaca modifikasi resin. Cairan dari sekurangnya satu produk juga
mengandung hidroksietil metakrilat dan akselerator yang diaktifkan oleh
sinar. Kedua komponen dicampur, ditempatkan kedalam gigi yang sudah
dipreparasi, dan kemudian disinari dengan sinar pengeras resin. Untuk
pelapik dari ionomer dengan pengerasan sinar, tidak diperlukan tindakan
kondisioning permukaan dentin, misalnya dengan asam poliakrilat. Namun,
ketebalan yang lebih dari 2 mm tidak akan mengeras secara memadai
(Anusavice, 2003).
Kekuatan kompresi dan tarik dari kedua jenis pelapik, seperti pada
tabel, adalah lebih rendah daripada semen-semen restorasi (Anusavice,
2003).
2.4.3.4.1 Prosedur Penggunaan pelapik ionomer kaca.
38
Tujuan utama dari pelapik ionomer adalah berfungsi sebagai pengikat
perantara antara gigi dengan restorasi komopsit. Sebenarnya ia berfungsi sebagai
bahan bopnding dentin. Akibat adhesi dengan dentin, bahan cenderung
mengurangi terbentuknya ruang pada tepi gingival yang berlokasi di dentin,
sementum, atau keduanya akibat penyusutan polimerisasi dari resin. Kelebihan
semen ionomer kaca dibandingkan resin bonding terletak pada ikatan adhesi yang
telah terbukti, kepekaan teknis yang lebih kecil, dan mekanisme anti karies karena
pelepasan flourida. Jika digunakan dalam konteks ini, prosedur tersebut sering
disebut sebagai teknik sandwich diamana lapisan resin terkait dengan pelapik
ionomer. Teknik ini memanfaatkan kualitas yang diinginkan dari sitem ionomer
namun dengan tetap meberikan estetika dan restorasi komposit. Teknik sandwich
dianjurkan khusunya untuk restorasi komposit kelas II (Anusavice, 2003).
Rincian prosedur dapat dilihat pada buku-buku ajar yang tercantum di
Bacaan Anjuran pada akhir bab ini atau buku-buku ajar kedokteran gigi operatif.
Singkatnya,jiak digunakan pelapik konvensional, dentin perlu diberi kondisioner
terlebih dahulu. Dentin dilapisi dengan semen yang meluas sampai ke tepi yang
berlokasi di dentin atau sementum. Ionomer harus berkontak dengan lingkungan
mulut agar terjadi pelepasan fluoride. Tetapi, jika tepi seperti ini tampak mata,
semen harus dibuang dari area ini karena akan timbul masalah estetika akibat
ketidak-cocokan warna antara semen yang radiopak dengan resin yang translusen.
Meskipun demikian, bahkan dalam situasi seperti ini, ionomer dapat ditipiskan
menjadi suatu garis tipis yang tidak mudah terlihat (Anusavice, 2003).
Tepi email yangdibevel dietsa dengan asam fosfor untuk meningkatkan
ikatan dengan komposit. Menurut tradisi, permukaan semen yang sudah mengeras
juga dietsa untuk menghasilkan permukaan yang lebih kasar, yang menjamin
adhesi dengan bahan bonding resin, yang kemudian dioleskan, dan dilanjutkan
dengan rstorasi komposit. Masih dipertentangkan apakah semen juga perlu dietsa,
karena permukaan semen yang sudah mengeras cukup kasar untuk menjamin
ikatan dengan resin dan kelebihan asam etsa dapat merusak semen. Penting untuk
disadari bahwa pelapik semen akan mengalami pengetsaan selama pengetsaan
mikromekanis. Bila semen secara sengaja dietsa, waktu maksimal adalah 15-20
detik untuk menghilangkan sisa-sisa yang disebabkan oleh etsa. Permukaan dari
39
semen ionomer dengan pengerasan sinar tidak dietsa. Setelah pengolesan bahan
bonding pada semen dan email yang sudah dietsa, komposit dimasukkan dengan
cara yang biasa (Anusavice, 2003).
2.4.4 Basis Semen
Fungsi basis yaitu lapisan semen pelindung yang lebih tebal yang
ditempatkan di bawah tambalan,guna mendukung pemulihan dari pulpa
yang cedera dan melindunginya terhadap berbagai trauma yang mungkin
mengenainya. Termasuk dalam trauma ini adalah syok panas dan iritasi
kimia tergantung dari bahan restorasi yang digunakan. Basis ini pada
dasarnya berfungsi sebagai pengganti dentin pelindung yang rusak karies,
pengeboran kavitas dan keduanya.
Ada berbagai jenis bahan yang telah digunakan sebagai basis. Semen
seng fosfat telah banyak digunakan untuk maksud ini selama bertahun-
tahun, begitu pula semen OSE. Selain itu semen polikarboksilat dan ionomer
mengeras dengan cepat juga ada untuk tujuan ini.
2.4.5 Sifat Panas
Nilai konduktivitas dari semen seng fosfat dan OSE serupa dengan nilai
dari bahan yang sudah dikenal sebagai penghambat panas misalnya, gabus dan
asbes. Kemampuan isolator dari semen-semen lain seperti karboksilat,ionomer
kaca, dan kalsium hidroksida tidak termasuk di dalam kisaran nilai ini.
Karakteristik penghambatan panas dari berbagai jenis basis, seperti yang
ditunjukan oleh nilai konduktivitas termal dari contoh amalgam yang ditempatkan
di atas basis yang setebal 1,5 dan 0,15 mm. sebuah sumber panas yang konnstan
diberikan pad apermukaan amalgam, dan perubahan temperature yang terjadi di
sisi bawah (lantai kavitas) basis dipantau.
Penurunan kecepatan perubahan temperature dari model amalgam dan
basis, dibandingkan dengan amalgam control. Menunjukan sifat penahanan panas
dari basisnya. Kecepatan penghantaran panas melalui model amalgam, jelas lebih
cepat dibandingkan penghantaran panas melalui model amalgam yang
40
dikombinasi dengan semen seng fosfat, amalgam dengan kalsium hidroksida,dan
amalgam dengan OSE.
Pengalaman klinis menunjukan bahwa perubahan temperature di dalam
mulut mempunyai efek yang lebih hebat terhadap pulpa jika restorasi amalgam
tidak diberi penghambat panas oleh basis semen. Pemindahan panas melalui
sebuah bahan tentu saja tidak hanya bergantung pada koevisien konduktivitas
termal dan penyebaran panas dari bahan tersebut tetapi juga pada ketebalannya.
Kemampuan penghambatan pada dari basis kalsium hidroksida dan semen OSE
akan banyak berkurang jika ketebalannya dikurangi samapai 0,15 mm.
Ketebalan minimal yang diperlukan untuk mendapati isolasi panas yang
memadai adalah 0,75 mm. misalnya pengukuran in vivo dari penyebaran panas
(termocouple) di lantai preparasi kelas V yang ditambal dengan amalgam
menunjukan bahwa, dalam waktu 2 detik setelah pemberian rangsangan panas,
temperature pada lantai kavitas hanya 20% lebih kecil dari temperatur berkurang
kira-kira setengahnya dan jika ketebalan basis adalah 1mm, maka temperature
menurun sampai sepertiganya.
2.4.6 Perlindungan Terhadap Trauma Kimia
Seperti yang bias di duga, basis kalsium hidroksida dan OSE merupakan
penghambat yang efektif terhadap penetrasi dan iritasi dan restorasi. Kalsium
hidroksida yang cepat mengeras dan OSE yang dirancang untuk maksud ini akan
mudah mengalir dan karenanya dapat diulaskan secara tipis pada lantai kavitas.
Basis semen karboksilat dengan ionomer juga dapat digunakan sebagai
penghambat kimia. Ada kekawatiran jika seng fosfat digunakan sebagai basis
untuk penghambat panas, PH-nya yang rendah mengharuskan digunakan sebagai
basis untuk penghambat panas, semen seng fosfat dapat dicampur menjadi massa
pasta yang kental,tidak lengket,risiko ini berkurang. Dalam penggunaan ionomer
kaca, setiap daerah yang dalam harus dilindungi oleh lapisan tipis pasta kalsium
hidroksida.
2.4.7 Kekuatan
41
Semen gigi yang digunakan sebagai basis harus menunjukan kekuatan
yang cukup untuk menahan tekanan kondensasi sehingga basis tidak retak selama
dimasukkannya bahan restorasi. Fraktur atau bergesernya basis yang
memungkinkan amalgam menembus semen, berkontak dengan dentin, dan
menghilangkan fungsi perlindungan panas dari basis tersebut. Begitu pula pada
kavitas yang dalam, amalgam bias tertekan masuk ke pulpa melalui bukaan
mikroskopik pada dentin. Karena itu amalgam hanya boleh ditempatkan setelah
sewmen basis mnegalami pengerasan awal.
2.4.8 Pertimbangan Klinis
Pemilihan basis ditentukan oleh sebagian design kavitas gigi, jenis bahan
restorasi langsung yang digunakan, dan kedekatan pulp dengan dinding kavitas,.
Dinding amalgam, pada salah satu bahan kalsium hidroksida yang keras atau
OSE akan berperan efektif sebagai basis tunggal. Pada situasi lain, misalnya pada
tambalan emas langsung, mungkin diperlukan bahan yang lebih kuat untuk
basis,misalnya semen seng fosfat,polikarboksilat,atau semen ionomer kaca. Jadi,
pada situasi dimana dibutuhkan penempatan kalsium hidroksida atau OSE di
lantai kavitas, pelapik ini harus ditimpa dengan semen yang lebih kuat.
Pasda tambalan resin, kalsium hidroksida adalah bahan yang dipilih
sebagai basis tipis ketimbang OSE yang dapat mengganggu polimerisasi,.
Beberapa semen ionomer kaca dengan pengerasan yang cepat dan lebih kuat.
Penggunaan basis untuk amalgam atau lempeng emas tidak akan
mencegah kebocoran mikro dan penetrasi asam. Jika dipilih vernis atau bahan
bonding dentin guna membantu penutup restorasi, jenis basis mempengaruhi
urutan penempatan dari bahan-bahannya. Jika digunakan basisnya mempunyai
kecocokan biologis, misalnya kalsium hidroksida, OSE, polikarboksilat,dan
semen ionomer kaca,semen harus ditempatkan terlebih dahulu, diikuti dengan
penempatan bahan basis mengeras.
Ringkasnya, vernis dan semen basis umumnya mempunyai fungsi yang
berbeda. Pada kavitas dalam, dimana dibutuhkan perlindungan maksimal terhadap
segala jenis trauma, mungkin diperlikan keduanya (vernis dan semen basis).