backgroundsugeng.lecture.ub.ac.id/files/2011/03/rapi…  · web view · 2011-10-25penjelasan dan...

94
Proses Penilaian Cepat (RAP) dan Acuan (Benchmarking) Penjelasan dan Pirantinya Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), Perserikatan Bangsa-Bangsa Kantor Regional untuk Asia dan Pasifik 39 Phra Atit Road Bangkok 10200, THAILAND Thierry G. Facon – Water Mgmt. Officer [email protected] oleh Dr. Charles Burt Irrigation Training and Research Center (ITRC) California Polytechnic State University (Cal Poly) San Luis Obispo, California, USA 93407 [email protected] September 2001 telah direvisi ulang Desember 2001

Upload: buianh

Post on 12-May-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Proses Penilaian Cepat (RAP) dan Acuan (Benchmarking)Penjelasan dan Pirantinya

Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), Perserikatan Bangsa-BangsaKantor Regional untuk Asia dan Pasifik

39 Phra Atit RoadBangkok 10200, THAILAND

Thierry G. Facon – Water Mgmt. [email protected]

oleh

Dr. Charles BurtIrrigation Training and Research Center (ITRC)California Polytechnic State University (Cal Poly)

San Luis Obispo, California, USA [email protected]

September 2001telah direvisi ulang Desember 2001

DAFTAR ISIProses Penilaian Cepat (RAP) dan Acuan (Benchmarking)

Penjelasan dan Pirantinya

Hal.TENTANG DOKUMEN INI PERSIAPAN UNTUK KERJA LAPANGAN LATAR BELAKANGPROSES PENILAIAN CEPAT (RAP)INIKATOR EKSTERNAL (LUAR) UNTUK SUMBER-SUMBER AIR DAN

PEMANFAATANNYAPROSES INTERNAL INDIKATOR INTERNALLEMBAR KERJA (SPREADSHEET) EXCEL UNTUK RAP

23348

1114

PANDUAN UMUM PENGGUNAAN LEMBAR KERJA EXCELPewarnaan Sel dan Ketentuan Input

1515

PENJELASAN LEMBAR KERJA (WORKSHEET) 16LEMBAR KERJA "1. INPUT - TAHUN 1" 16

Tabel 1 - Koefisien Lahan dan Ambang Batas Ece TanamanTabel 2 - Nilai ETo BulananTabel 3 - Air Permukaan yang memasuki Areal Pelayanan (Command Area

(MCM)Tabel 4 - Sumber Air Permukaan Internal (MCM)Tabel 5 - Luasan Hektar Tiap-tiap Tanaman di Areal Pelayanan per BulanTabel 6 - Data Air Tanah (Ground Water)Tabel 7 - Curah Hujan, Curah Hujan Efektif dan Perkolasi Curah Hujan Tabel 8 - Keperluan Khusus Terkait Sifat Agronomis (mm)Tabel 9 - Hasil Panen dan Nilai Uang

192525262626282829

LEMBAR KERJA "2. INPUT - TAHUN 2", DAN "3. INPUT - TAHUN 3", 30LEMBAR KERJA "4. EXTERNAL INDICATORS 30

INTERNAL INDIKATOR 41LEMBAR KERJA "5. KUISIONER (DAFTAR PERTANYAAN) UNTUK

KANTOR PROYEKLEMBAR KERJA "6. PEKERJA PROYEKLEMBAR KERJA "7. P3ALEMBAR KERJA "8. SALURAN UTAMALEMBAR KERJA "9. SALURAN SEKUNDER (Second Level Canals)LEMBAR KERJA "10. SALURAN TERSIER (Third Level Canal)LEMBAR KERJA "11. PENYALURAN AKHIR (Final Deliveries)LEMBAR KERJA "12. INDIKATOR INTERNAL (Internal Indicators)LEMBAR KERJA "13. INDIKATOR IPTRID

42

4343444545454949

CARA MENGARTIKAN HASIL RAPKESIMPULAN

5862

1Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Proses Penilaian Cepat (RAP) and Acuan (Benchmarking)Penjelasan dan Pirantinya

Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO), Perserikatan Bangsa-BangsaKantor Regional untuk Asia dan Pasifik

39 Phra Atit RoadBangkok 10200, THAILAND

Thierry G. Facon – Water Mgmt. [email protected]

oleh

Dr. Charles BurtIrrigation Training and Research Center (ITRC)California Polytechnic State University (Cal Poly)

San Luis Obispo, California, USA [email protected]

September 2001Direvisi ulang Desember 2001

Tentang Dokumen Ini

Dokumen versi WORD [Proses Penilaian Cepat (RAP) dan Acuannya] ini menyajikan penjelasan metode Proses Penilaian Cepat), dan juga penjelasan singkat tentang sistem Acuan (benchmarking) dan data yang harus dihimpun untuk pelaksanaan kedua hal tersebut. Dokumen ini juga berisikan penjelasan tentang dokumen EXCELyang akan digunakan untuk pelaksanaan penilaian cepat (RAP). Spreadsheet EXCEL (dengan 13 lembar ) disajikan dua versi:

1. Rapid Appraisal and Benchmarking kosong : BLANK.xls2. Rapid Appraisal and Benchmarking contoh : EXAMPLE.xls

Sebagaimana nama file tersebut, di dalam EXAMPLE terdapat data sehingga pengguna dapat mempelajari sebuah contoh sebelum memasukkan data dalam lembar kerja (spreadsheet) yang masih kosong.

Dokumen ini bersama 2 dokumen spreadsheet tersebut dapat dibuka dari situs Cal Poly ITRC:

http://www.itrc.org/papers/papersindex.htmldan juga dari situs FAO:

Pesiapan untuk Kerja Lapangan

2Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Sebelum mengunjungi suatu proyek irigasi, seseorang harus mengirimkan lembar kerja (worksheet) EXCEL berikut ini ke proyek:

1. Lembar Input –Tahun12. Lembar Input – Tahun23. Lembar Input – Tahun35. Lembar Pertanyaan-pertanyaan untuk Proyek

6. Lembar Pertanyaan untuk P3A (sampai dan termasuk baris 94; dan baris 217-225. Baris intermediate berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh penilai selama kunjungan).

Semua pertanyaan harus dipahami dengan jelas oleh penilai sebelum kunjungan proyek, karena banyak pertanyaan tidak akan terjawab selama proses wawancara resmi. Namun, sebagian besar pertanyaan itu akan terjawab berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama kunjungan ke saluran primer/utama, saluran sekunder dan tersier, para pengguna air, kantor proyek, dan lahan usahatani.

Latar Belakang

Proses Penilaian Cepat (RAP) memungkinkan seseorang yang berkompetent dapat menentukan secara sistematis dan cepat indicator-indikator kunci (utama) dari suatu proyek-proyek irigasi. RAP umumnya dapat diselesaikan dalam 2 minggu atau kurang yang meliputi kegiatan di lapangan dan di kantor – dengan asumsi bahwa beberapa data proyek telah siap tersedia (disiapkan oleh proyek) sebelum pelaksanaan RAP tersebut.

Indikator-indikator kinerja utama dari RAP dapat membantu penyusunan persepsi dan fakta, sehingga memudahkan pengambilan keputusan tentang

- Potensi untuk konservasi air di dalam sebuah proyek- Kelemahan khusus dalam operasional proyek, manajemen, sumber daya, dan

perangkat kerasnya.- Tindakan-tindakan modernisasi spesifik yang perlu diambil dapat untuk

memperbaiki kinerja proyek. Suatu kegiatan yang paralel dengan RAP disebut Acuan (Benchmarking). Sebagaimana didefinisikan dalam dokumen IPTRID ((International Program for Technology and Research in Irrigation and Drainage), Acuan (benchmarking) adalah suatu proses sistematis untuk melakukan perbaikan terus-menerus melalui pembandingan dengannorma dan standar internal atau eksternal yang relevan dan bisa dijangkau. Maksud umum benchmarking ialah meningkatkan kinerja organisasi diukur berdasarkan misi dan tujuan-tujuannya. Acuan (benchmarking) meliputi perbandingan – secara internal terhadap kinerja sebelumnya dan target ke depan (mendatang) yang diinginkan, atau secara eksternal terhadap proyek-proyek (lembaga-lembaga) serupa, atau proyek (lembaga) yang menyelenggarakan fungsi yang sama. Benchmarking banyak dipakai baik dalam sektor pemerintah maupun swasta.

3Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Acuan (benchmarking) menggabungkan berbagai indikator, banyak diantaranya dikembangkan dari RAP. Teknik Acuan (benchmarking) baik yang dikembangkan RAP maupun IPTRID masih terus berkembang, sehingga indikator-indikator yang digunakan dalam dokumen RAP ini tidak akan selalu identik dengan indikator dalam dokumen IPTRID.

Proses Penilaian Cepat (RAP) proyek irigasi telah diperkenalkan dalam buku bersama FAO/IPTRID/Bank Dunia dengan judul Water Reports 19 (FAO) – Modern Water Control and Management Practices in Irrigation – Impact on Performance (Burt and Styles, 1999). Buku tersebut memberikan penjelasan tentang RAP dan juga memberikan hasil-hasil RAP dari 16 proyek irigasi internasional. Pembaca sangat dianjurkan untuk memperoleh buku Water Report 19 langsung dari FAO (http://www.fao.org/icatalog/inter-e.htm) untuk penjelasan lebih jauh tentang RAP.

Tulisan yang membahas filosofi operasi dan desain proyek-proyek irigasi adalah World Bank Technical Paper No. 246 – Modern Water Control in Irrigation (Plusquellec, Burt, and Wolter, 1994) Tersedia di:

Distribution Unit

Office of the Publisher

The World Bank

1818 H Street, N.W.

Washington, D.C. 20433 USA

4Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Proses Penilaian Cepat (RAP)

RAP dapat dijelaskan sebagai berikutProses Penilaian Cepat (RAP) untuk proyek irigasi adalah suatu proses pengumpulan dan analisis data selama 1-2 minggu baik di kantor maupun di lapangan. Proses tersebut memeriksa input eksternal, seperti suplai (ketersediaan) air, dan output seperti pemanfaatan air (ET, aliran air permukaan, dan lain-lain). Proses tersebut merupakan pemeriksaan sistematis menyangkut perangkat keras dan aturan yang digunakan untuk mengalirkan dan mendistribusikan air l ke semua tingkat di dalam lingkup internal proyek tersebut (mulai dari sumber air hingga lahan usahatani). Indikator eksternal (luar) dan indikator internal (dalam) dikembangkan untuk menyediakan (i) data dasar dan informasi awal yang akan digunakan sebagai pembanding dengan kinerja di masa depan setelah dilakukan modernisasi (ii) Acuan (benchmarking) untuk perbandingan dengan proyek-proyek irigasi lain, dan (iii) dasar untuk memberikan rekomendasi spesifik dalam rangka modernisasi dan perbaikan pelayanan penyaluran air.

Proses Penilaian Cepat (RAP) terhitung baru-baru ini saja digunakan ini untuk mendiagnosa proyek-proyek irigasi internasional, meskipun berbagai variasi RAP yang disajikan di sini telah digunakan sejak 1989 oleh Pusat Riset dan Pelatihan Irigasi (Irrigation Training and Research Center – ITRC) di Politeknik Negeri California (California Polytechnic State University) pada puluhan proyek modernisasi irigasi di seluruh Amerika Serikat bagian barat.

Prosedur tradisional dalam diagnosa dan riset cenderung memeriksa secara parsial (bagian-bagian) sebuah proyek, misalanya dalam hal pembentukan organisasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A–WUAs) atau fluktuasi debit aliran air pada satu cabang saluran. Proyek-proyek riset itu umumnya memerlukan pengumpulan banyak data lapangan dalam kurun waktu yang lama.

Kebutuhan waktu dan anggaran seperti prosedur riset standar adalah sangat besar - Kloezen dan Garcés-Restrepo (1998) berkata bahwa "tiga insinyur bekerja penuh selama lebih dari satu tahun untuk mengumpulkan data primer dan melakukan pengukuran-pengukuran untuk menentukan indicator-indikator proses pada tingkat saluran dan lahan usahatani tertentu”, hanya untuk satu proyek saja. Lebih jauh, mereka berkata bahwa “Selain itu, pekerjaan di Salvatierra dibantu oleh seorang mahasiswa M.Sc . . . Selain itu juga, banyak waktu dihabiskan untuk mengunjungi petak lahan usahatani tertentu dan melakukan pengukuran aliran air per petak lahan usahatani, per petak lahan irigasi . . . Lima bulan lebih dihabiskan untuk memasukkan, mengoreksi, dan memproses data.” Jelasnya, walaupun riset yang menghabiskan banyak waktu dapat memberikan informasi yang berharga tentang irigasi, keputusan untuk memperbaiki modernisasi harus diambil lebih cepat dan harus komprehensif.

5Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Unsur penting dari keberhasilan penerapan RAP ini adalah pelatihan para penilai yang cukup memadai. Pengalaman memperlihatkan bahwa keberhasilan program RAP memerlukan (i) para penilai yang sebelumnya terlatih mengenai irigasi, (ii) latihan khusus tentang teknik-teknik RAP, dan (iii) dukungan tindak lanjutdan kritik (saran) ketika para penilai mulai melaksanakannya di lapangan. RAP akan gagal jikalau file-file EXCEL tersebut hanya dikirimkan kepada proyek-proyek irigasi untuk dilengkapi. Penilai harus memahami logika dibalik semua pertanyaan-pertanyaan tersebut, dan harus belajar bagaimana berpikir memahami dengan jelas ketika memperoleh data. Idealnya, jikalau dua orang yang berkualitas menyelesaikan suatu RAP tentang sebuah proyek irigasi, indicator-indikator yang dihitung kedua orang itu akan sangat mirip.

Data dasar awal untuk indicator-indikator eksternal/luar (seperti keseimbangan air dan efisiensi irigasi) bisa tersedia dengan cepat atau tidak. Setiap proyek irigasi mempunyai perbedaan dalam hal kemudahan mengakses data dasar awal tertentu tentang daerah pengaliran, cuaca, ketersediaan air, dan lain-lain. Dalam beberapa proyek, data tersebut dapat dikumpulkan dalam sehari; sedangkan didalam proyek-proyek lain, mungkin memakan waktu berminggu-minggu. Biasanya, keterlambatan di dalam penyusunan data disebabkan waktu untuk mengeluarkan data tersebut dari file dan menyusunnya. Jikalau data itu belum tersedia, tambahan waktu tiga bulan lagi di lapangan tidak akan cukup untuk mendapatkan data tersebut.

Pemeriksaan cepat dan terfokus terhadap proyek-proyek irigasi dapat memberikan penjelasan yang cukup akurat dan pragmatis tentang status suatu proyek tersebut dan proses (aturan operasional) serta perangkat keras yang mempengaruhi status itu. Hal ini memungkinkan identifikasi tindakan-tindakan utama yang dapat dilakukan dengan cepat untuk memperbaiki pelayanan penyediaan air – khususnya jika RAP dilakukan lewat kerja sama dengan otoritas irigasi setempat.

Pertanyaan tentang apa arti istilah “cukup akurat” dalam pengumpulan dan penghitungan data selalu dapat diperdebatkan. Selang kepercayaan harus ditetapkan pada sebagian besar data keseimbangan air – yang mencerminkan realitas bahwa kita selalu memiliki ketidakpastian dalam data dan teknik-teknik penghitungan kita. Di dalam masalah keirigasian, seseorang biasanya cenderung terhadap keakuratan 5-10%, bukan 0,5-1% (Clemmens dan Burt, 1997). Masalah-masalah yang dihadapi orang dalam proyek-proyek irigasi biasanya begitu besar dan jelas (di mata orang yang dilatih dengan baik) sehingga tidak perlu mencoba memperjuangkan keakuratan yang ekstrem apabila orang ingin mendiagnosa suatu proyek irigasi. Lebih jauh, (i) proyek-proyek biasanya mempunyai karakteristik yang begitu unik sehingga hasil yang diperoleh dari studi yang sangat detil tetapi hanya dalam beberapa aspek dari suatu proyek mungkin hanya sebagian yang dapat diterapkan pada proyek-proyek lain, dan (ii) bahkan dengan riset yang sangat canggih dan rinci pun, sulit mencapai keakuratan yang lebih tinggi dari sekitar 5-10% dalam beberapa variabel kunci seperti evapotranspirasi tanaman air irigasi.

6Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Untuk pelaksanaan RAP, langkah pertama dimulai dengan meminta informasi yang dapat dihimpun oleh otoritas proyek irigasi tersebut –seperti areal tanam, debit aliran ke proyek, data cuaca, anggaran, dan personalia proyek. Setelah tiba di proyek tersebut, data tadi disusun dan manajer-manajer proyek diwawancarai tentang informasi yang kurang dan persepsi mereka tentang bagaimana proyek tersebut berjalan. Selanjutnya dilakukan peninjauan ke seluruh jaringan saluran irigasi tersebut, bicara dengan para operator dan petani, dan mengamati serta mencatat metode dan perangkat keras yang digunakan untuk mengendalikan air. Melalui diagnosa proyek yang sistematis ini, banyak aspek teknis dan operasinya akhirnya akan menjadi sangat jelas.

Data ekonomi merupakan komponen utama untuk beberapa indikator yang telah diusulkan oleh beberapa orang . Pengalaman penulis telah memperlihatkan bahwa RAP tidak cocok untuk pengumpulan beberapa data ekonomi. Data seperti semua biaya suatu proyek dalam mata uang dollar A.S. dewasa ini, pendapatan per capita, dan ukuran umum satuan manajemen lahan usahatani tidak tersedia dengan cepat dalam banyak proyek yang dijelaskan dalam FAO Water Report 19.

Ringkasnya, jika dilaksanakan dengan tepat oleh orang yang berkualitas, RAP ini dapat dengan cepat memberikan pengertian yang bernilai tentang beberapa aspek desain dan operasi proyek irigasi. Selain itu, strukturnya memberikan suatu tinjauan proyek secara sistematis yang memungkinkan seorang penilai memberikan rekomendasi pragmatis untuk perbaikan.

Beberapa data yang dikumpulkan selama suatu RAP juga bermanfaat dalam kuantifikasi berbagai indikator Acuan (Benchmark) yang telah dikembangkan oleh IPTRID. Kebanyakan indikator acuan (benchmark) IPTRID masuk ke dalam kategori “indikator eksternal,” sementara indikator-indikator RAP meliputi baik indikator “eksternal” maupun “internal.” Sebagaimana dibahas di dalam bagian selanjutnya, indikator-indikator “internal” perlu untuk memahami proses-proses (aturan manajemen) yang digunakan dalam proyek irigasi, tingkat pelayanan penyaluran air untuk seluruh suatu proyek, dan juga membantu penilai merumuskan rencana kegiatan yang akhirnya akan menghasilkan perbaikan indikator-indikator eksternal. Indikator-indikator eksternal dan indikator acuan (benchmarking) tradisional menyediakan sedikit atau tidak sama sekali pedoman tentang apa yang harus dilakukan untuk melakukan perbaikan. Umumnya Sebaliknya, indikator tersebut hanya menunjukkan hal-hal yang harus diperbaiki saja.

7Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Indikator Eksternal (luar) untuk Sumber-Sumber Air dan Pemanfaatannya

Indikator Luar ( External Indicators). Indikator-indikator eksternal untuk proyek irigasi adalah rasio atau persentase yang umumnya mempunyai rumus seperti:

Air Yang Diperlukan--------------------------- =Total Ketersediaan Air

atau Hasil Tanaman--------------------------------------------------------- =Jumlah air Yang Disalurkan ke lahan usahatani

Indikator Acuan (benchmarking) dari IPTRID tergolong ke dalam kategori “indikator luar (eksternal)”, dan RAP (Rapid Appraisal Process) juga membangun dari suatu daftar yang lebih panjang mengenai indikator-indikator luar (eksternal).

Ciri indikator eksternal yang lazim dipakai adalah dengan membandingkan masukan (input) dan keluaran (output) sebuah proyek. Indikator eksternal adalah pernyataan dari beberapa macam bentuk efisiensi, apakah efisiensi itu terkait dengan anggaran, air, atau hasil panen. , indikator ini hanya memerlukan pengetahuan tentang masukan (input) dan keluaran (output) dari suatu proyek. Dengan kondisi seperti itu, indikator-indikator eksternal tidak memberikan banyak pemahaman (informasi) mengenai apa yang mesti dilakukan untuk memperbaiki kinerja atau efisiensi. Penentuan suatu tindakan apa yang harus diambil untuk memperbaiki indikator-indikator eksternal ini harus ditentukan datang dari sebuah kajian indikator-indikator dari dalam (internal), yaitu proses dan perangkat keras yang dipakai didalam proyek.

Namun, indikator luar (eksternal) menghasilkan suatu nilai-nilai kunci (key values) – misalnya apakah ada kemungkinan untuk mengkonservasi air atau tidak (tanpa menjelaskan bagaimana hal ini dapat dilakukan). Indikator-indikator eksternal yang bernilai kecil (rendah) sering memberikan pembenaran untuk memodernisasi suatu proyek – dengan harapan bahwa modernisasi atau intervensi akan memperbaiki nilai indikator-indikator luar (eksternal) tersebut.

Fokus indikator luar (eksternal) pada RAP lebih pada hal-hal yang terkait dengan keseimbangan air (water balance). Dengan demikian, nilai-nilai seperti evapotranspirasi tanaman, hujan efektif, dan ketersediaan air yang harus diperoleh. Tujuan utama tiga lembar kerja pertama dalam spreadsheet EXCEL adalah untuk memperkirakan indikator-indikator eksternal yang terkait dengan air.

Interval kepercayaan (confidential intervals). Beberapa kesalahan atau ketidakpastian di dalam suatu pengamatan ini sudah menjadi sifat proses pengukuran atau perkiraan. Oleh karena itu, kita tidak bisa mengetahui secara pasti kebenaran atau nilai yang

8Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

benar atau tepat dari volume air yang dibutuhkan untuk menghitung ha-hal seperti “Efisiensi Irigasi (irrigation efficiency)”. Perkiraan harus dibuat berdasarkan pengukuran atau perhitungan.

Di dalam laporan-laporan yang menyajikan beberapa hal perkiraan seperti produktivitas hasil tanaman dan keseimbangan air seperti “Efisiensi Irigasi (irrigation efficiency)” dan “Suplai Air Relatif (relative water supply)”, ketidakpastian ini harus dapat diperhatikan dan diukur. Kalau tidak, perencana mungkin tidak tahu apakah nilai efisiensi yang dinyatakan 70% sebenarnya terdapat antara 65% dan 75%, atau antara 50% dan 90%.

Salah satu metode untuk menuliskankan faktor ketidakpastian dalam perkiraan suatu nilai ialah menentukan selang kepercayaan (confidence interval – CI) untuk perkiraan tersebut. Kalau diyakini suatu evaluasi data menunjukkan bahwa nilai yang benar terletak antara 5 unit dari 70, maka seharusnya dituliskan sebagai 70±5. Lebih spesifik lagi, esensi dari interval kepercayaan (confidence interval) harus diilustrasikan seperti ketika membahas perkiraan kuantitas (jumlah), sebagai berikut ini:

“Para pemeriksa (investigator) yakin pada tingkat kepercayaan 95% bahwa perkiraan mereka tentang luas daerah yang terairi dalam proyek itu adalah ±7% dari 500.000 ha (antara 465.000 ha dan 535.000 ha).”

Secara statistik, CI terkait dengan koefisien variasi (coefficient of variation – cv), di mana

Cv=

(catatan: “cv” tidak mempunyai satuan)

danCI = ±2 cv,

di mana CI dituliskan dalam bentuk pecahan ( ) dari nilai dugaan.

Penulisan dengan cara lain; apabila CI dinyatakan sebesar 0,10, ini berarti bahwa dua kali nilai standar deviasi akan meliputi (berkisar) ± 10% dari nilai yang dinyatakan.

Dengan asumsi data berdistribusi normal, sekitar 68% nilai yang sebenarnya terdapat dalam kisaran nilai dugaan plus atau minus standar deviasi. Selanjutnya sekitar 95% nya (dari sinilah muncul kalimat “kami yakin 95%”)diperoleh dalam kisaran nilai dugaan plus atau minus 2 kali nilai standar deviasi.

Seseorang dapat bertanya secara logis, “Seberapa yakin Saudara tentang selang kepercayaan yang telah dipilih tersebut?” Jawaban untuk sebuah RAP adalah bahwa “selang kepercayaan-nya tidak pasti, tetapi hal ini memberi pengertian yang baik

9Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

bagi penilai tentang keakuratan berbagai nilai.” Tentu saja, akan lebih baik memberikan sebuah indikasi relatif tentang ketidakpastian suatu nilai daripada mengabaikan ketidakpastian tersebut dan membiarkan orang memperkirakannya dengan nilai absolut.

Dalam RAP, penilai diminta memberikan perkiraan Selang kepercayaan untuk berbagai jumlah data. Perkiraan selang kepercayaan tersebut dimasukkan secara manual ke dalam sel-sel kosong lembar kerja keempat (4. Indikator Eksternal). Spreadsheet tersebut kemudian secara otomatis menghitung perkiraan selang kepercayaan untuk indikator-indikator yang menggunakan data tersebut.

Ketentuan paling umum untuk menghitung selang kepercayaan dari nilai perhitungan (hasil) adalah sebagai berikut:

1. Jika dua set bilangan dugaan ditambahkan, selang kepercayaan tersebut dihitung dengan rumus

di mana

CIr = Nilai hasil CI yang diinginkanCI1 = Jumlah nilai CI pertama yang ditambahkan untuk

memperoleh hasil yang diinginkanCI2 = Jumlah nilai CI kedua yang ditambahkan untuk

memperoleh hasil yang diinginkan

m1 = nilai perkiraan dari jumlah pertama

m2 = nilai perkiraan dari jumlah kedua

2. Jika dua set bilangan dugaan dikalikan, CI-nya dihitung dengan rumus

dapat dikatakan bahwa perkiraan tepatnya nilai CI akan memerlukan penetapan nilai-nilai CI pada masing-masing data asli dalam tiga lembar kerja “INPUT” pertama spreadsheet EXCEL tersebut. Namun, untuk RAP biasanya, tidak ada gunanya mencoba memperoleh hasil yang lebih tepat dibanding yang dapat diperoleh dengan cara memasukkan nilai perkiraan CI dalam lembar kerja “Ringkasan Indikator (indicator summary)” tersebut. Untuk mempermudah kerja penilai, lembar kerja “Ringkasan Indikator” tersebut secara otomatis menghitung CIr untuk beberapa nilai

10Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

yang bersangkutan, dengan menggunakan bermacam nilai CI yang disediakan oleh penilai tersebut.

11Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Proses Internaldan Indikator Internal

Tujuan umum modernisasi ialah untuk memperbaiki pencapaian efisiensi irigasi (suatu indikator eksternal), hasil panen yang lebih baik (juga indikator eksternal lain yang tidak digunakan di sini), berkurangnya kerusakan saluran akibat tinggi muka air yang tidak terkendalikan, tenaga kerja yang lebih efisien, perbaikan kerukunan (hubungan sosial) di masyarakat, dan perbaikan lingkungan sebagai dampak berkurangnya pengaliran sumber air atau pengaliran balik air buangan dengan kualitas yang lebih baik. Umumnya, semua tujuan ini hanya dapat dicapai jika kita memperhatikan pada masalah internal hingga yang paling detil. Masalah-masalah khusus yang dibahas oleh RAP adalah memperbaiki pengendalian air di lingkup proyek tersebut, dan memperbaiki pelayanan penyaluran air kepada para pengguna air.

Oleh karena itu, lembar kerja EXCEL 5 – 11 mempunyai tujuan-tujuan berikut:1. Mengidentifikasi faktor-faktor utama yang terkait dengan pengendalian air dalam

lingkup sebuah proyek.2. Menetapkan tingkat pelayanan penyaluran air yang disediakan bagi para

pengguna air.3. Mengkaji perangkat keras khusus, teknik-teknik manajemen, dan proses yang

digunakan dalam pengendalian dan pendistribusian air.

Banyak di antara bagian ini dijelaskan dalam bentuk “indikator-indikator internal,” dengan nilai yang ditentukan sebesar 0-4 (0 menunjukkan yang paling tidak diinginkan, dan 4 adalah yang paling diinginkan).

Ringkasan indikator-indikator internal terdapat dalam lembar kerja 12. Sebagian besar indikator internal tersebut mempunyai sub-komponen, yang disebut “sub indikator.” Pada bagian akhir dari spreadsheet tersebut, masing-masing sub indikator ditetapkan pada suatu “faktor pembobot.”

Sebagai contoh penggunaan indikator internal, Indikator Primer I-1 digunakan untuk mencirikan pelayanan penyaluran air yang sesungguhnya kepada satuan-satuan pemilikan. Indikator Primer I-1 mempunyai 4 sub indikator:

I-1A.Pengukuran volume air ke petak lahan usahatani I-1B.Fleksibilitas (kemudahan) pengaliran ke petak lahan usahataniI-1C.Kepastian (reliabilitas) ke petak lahan usahataniI-1D.Keadilan (equity)/persamaan.

Masing-masing Sub-Indikator tersebut (misalnya, No. I-1A) mempunyai nilai maksimum sebesar 4.0 (terbaik), dan nilai minimum yang mungkin sebesar 0.0 (terburuk).

12Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Nilai untuk masing-masing Indikator Primer/utama (misalnya, No. I-1) secara otomatis dihitung dalam lembar kerja “Indikator Internal” tersebut dengan:

1. Penerapan faktor pembobot relatif untuk masing-masing nilai sub-indikator. Faktor-faktor pembobot ini bersifat relatif satu sama lain dalam kelompok indikator tersebut; satu kelompok dapat saja mempunyai nilai maksimum 4, sedangkan kelompok lain dapat mempunyai nilai maksimum 2. Yang utama, faktor pembobot sub-indikator tersebut bersifat relatif dalam suatu kelompok.

2. Menjumlahkan nilai-nilai sub-indikator terbobot tersebut.3. Penyesuaian nilai akhirnya berdasarkan suatu skala yang memungkinkan antara 0-

4 (4 menunjukkan kondisi yang paling positif).

13Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Informasi Indikator Primer I-1. No. Indikator

PrimerSub-

IndikatorKriteria pemeringkatan Wt

I-1 Pelayanan penyaluran

air yang nyata ke unit satuan

lahan (misalnya, petak lahan atau sawah)

I-1A Pengukuran volume ke unit satuan pemilikan individu (0-4)

4 – Pengukuran yang sangat baik, alat ukur dioperasikan dengan tepat dan tercatat.

3 – Pengukuran cukup baik dan alat ukur dioperasikan normal.2 – Menggunakan pengukuran tetapi pengukuran volume dan debit

aliran air dilakukan buruk.1 – Pengukuran debit aliran air cukup baik, tetapi tidak dengan

volumenya.0 – Tidak dilakukan pengukuran baik debit aliran air maupun

volumenya.

1

I-1B Kemudahan (Fleksibilitas) ke unit satuan lahan (0-4)

4 – Tidak terbatas baik frekuensi, debit dan lamanya aliran, tetapi hal ini diatur oleh pengguna air dalam beberapa hari.

3 – Frekuensi, debit aliran, dan lamanya tertentu, tetapi diatur.2 – Ditetapkan dengan rotasi (pergiliran), tetapi kira-kira mendekati

kebutuhan tanaman.1 – Penyaluran secara rotasi, tetapi jadwal tidak teratur 0 – Tidak ada peraturan yang dibuat.

2

I-1C Kepastian aliran (reliability) untuk setiap satuan lahan (0-4)

4 – Air selalu tiba dengan frekuensi, debit aliran, dan lamanya dapat dipastikan. Volumenya diketahui.

3 – Debit aliran dan lamanya sangat dapat diandalkan, tetapi kadang-kadang mengalami keterlambatan beberapa hari. Volumenya diketahui.

2 – Air tiba apabila diperlukan dan dalam jumlah yang tepat. Volume tidak diketahui.

1 – Volume tidak diketahui, dan penyalurannya cukup bisa diandalkan dengan baik, tetapi peluangnya kurang dari 50%.

0 – Lebih dari 50% frekuensi, debit aliran, dan lamanya penyaluran tidak dapat diandalkan serta volume yang didistribusikan tidak diketahui.

4

I-1D Keadilan penyaluran ke setiap (equity) ke unit lahan (0-4)

4 – Semua petak lahan di proyek ini dan di satuan petak tersier menerima pelayanan penyaluran air yang sama.

3 – Seluruh Areal di dalam proyek menerima jumlah air yang sama, tetapi di dalam beberapa areal pelayanannya agak sedikit kurang adil.

2 – wilayah-wilayah didalam proyek menerima jumlah air yang berbeda (tanpa disengaja), tetapi di dalam satu areal pelayahan air air secara adil.

1 – Ada sedikit ketidak adilan di lingkup wilayah-wilah dalam proyek dan didalam masing-masing lahan areal (wilayah pelayanan/petak tersier) tersebut.

0 – Ada perbedaan lebih dari 50% yang tersebar luas di lingkup proyek .

4

14Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Lembar Kerja (Spreadsheet) EXCEL untuk RAP

Sebelum Saudara mulai!!! – Buatlah salinan/kopi (ganti nama) file “Rapid Appraisal and Benchmarksing.xls” dan simpan file aslinya di

tempat yang aman. Setiap kali Saudara memulai proyek baru, buatlah salinan baru file aslinya dan gunakanlah salinan baru

tersebut untuk proyek baru itu.

Lembar kerja untuk RAP dijelaskan dalam Tabel di bawahLembar Kerja Dalam File EXCEL

Penjelasan Lembar Kerja

1. Input – Tahun 1 Untuk rata-rata tahun normal, memerlukan input (sebagian besar bulanan) dari:- Nama tanaman- Kadar Garam Air Irigasi (irrigation water salinity)- Nilai ambang batas ECe tanaman - Koefisien tanaman, bulanan- Luas areal tanaman- Suplai air- Curah hujan (precipitation)- Resirkulasi dan pemompaan air tanah- Keperluan khusus terkait sifat agronomis tanaman

2. Input – Tahun 2 Sama seperti di atas, tetapi untuk tahun kering.3. Input – Tahun 3 Sama seperti di atas, tetapi untuk tahun basah.4. Indikator Luar (Eksternal)

Perhitungan secara otomatis nilai bulanan dan tahunan berbagai indikator suplai air

5. Pertanyaan-pertanyaan di Kantor Proyek

Sebagian besar data untuk lembar ini dapat diperoleh dari kantor proyek. Data tersebut meliputi:- Kondisi umum proyek- Lokasi suplai air- Kepemilikan tanah dan air- Mata uang- Anggaran- Operasi proyek, sebagaimana dijelaskan oleh pegawai kantor- Tingkat Pelayanan penyaluran air pada berbagai tingkat dalam

sistem.6. Pegawai proyek Meminta informasi tentang pelatihan pegawai, motivasi,

pemecatan, dan uraian kerja.7. P3A (WUAs) Data untuk P3A (Water User Associations – WUA) yang tidak

diperoleh dalam “Pertanyaan di Kantor Proyek” diperoleh di sini. Ini memerlukan pengajuan pertanyaan di Kantor Proyek serta dari wawancara dengan P3A (WUA). Pertanyaan-pertanyaannya berkaitan dengan:- Ukuran/besarnya P3A- Kekuatan/status organisasi- Fungsi-fungsinya- Anggaran- Biaya air (water charge)

8. Saluran Utama (Primer)

Data untuk Saluran Utama, meliputi- Pengendalian aliran air- Karakteristik umum saluran- Bangunan Pengatur (cross regulator)- Kondisi umum

15Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

- Aturan-aturan operasi- Penyadapan (turnout)- Komunikasi- Pengaturan Waduk- Tingkat layanan yang diberikan kepada tingkat yang lebih

rendah9. Saluran Sekunder Sama seperti Saluran Utama10. Saluran Tersier Sama seperti Saluran Sekunder11. Penyaluran Akhir Informasi tentang tingkat pelayanan penyaluran airsampai tingkat

lahan, dan pada bagian akhir sistem yang dioperasikan oleh pegawai yang digaji.

12. Indikator-indikator Dalam (Internal)

Lembar kerja ini meringkas indikator-indikator internal yang dihitung dalam lembar-lembar kerja sebelumnya, serta input tambahan tentang beberapa indikator tambahan. Indikator-indikator terbobot sesuai kategori dihitung untuk kelompok-kelompok sub-indikator.

13. Indikator-indikator Acuan (Benchmark)

Ini meliputi bagian-bagian data tertentu dan nilai acuan (benchmark) yang telah dikembangkan oleh IPTRID tahun 2000.

Panduan Umum Penggunaan Lembar Kerja EXCEL Nama dan Tipe.1. Nama-nama lembar kerja (worksheet) dalam setiap file EXCEL dapat

dilihat pada bagian bawah monitor. Nama ini tidak boleh dirubah.2. File EXCEL mempunyai dua tipe umum lembar kerja:

a. Lembar kerja input (masukan). Lembar kerja ini memerlukan data. i. Dalam tiga lembar kerja pertama, data dimanipulasi dan/atau

digunakan dalam penghitungan pada sebelah kanan lembar data tersebut, tidak terlihat dari halaman input. Jika seseorang tertarik, beberapa penghitungan dapat dilihat dengan membuka halaman-halamannya ke sebelah kanannya.

ii. Dalam lembar kerja bernomor 5 - 11, beberapa perhitungan internal muncul secara vertikal segaris dengan data input.

b. Lembar kerja RINGKASAN. Ini adalah lembar kerja 4, 12, dan 13. Lembar kerja ini membutuhkan nilai input dalam jumlah terbatas, tetapi fungsi utamanya adalah meringkaskan beberapa data, hasil perhitungan nilai, dan indikator-indikator.

Pewarnaan Sel dan Ketentuan Input 1. Ketentuan warna untuk 3 lembar kerja pertama Input –

Tahun”x” adalah sebagai berikut:a. Sel kosong – menunjukkan tempat untuk input datab. Sel gelap – mengandung nilai default (nilai asal) atau yang telah dihitung atau

suatu penjelasan, atau menunjukkan bahwa tidak diperlukan masukan data. Umumnya, setiap nilai dalam sel-sel gelap tidak boleh dirubah kecuali orang mengerti semua pemrograman tersebut.

c. Huruf-huruf merah – menunjukkan nilai yang telah dihitung

16Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

d. Nilai-nilai biru – menunjukkan nilai yang diambil dari tempat lain dalam file tersebut. Nilai ini mungkin dihitung atau dimasukkan di tempat lain.

2. Ketentuan warna untuk lembar kerja 4. – Indikator Eksternal adalah sebagai berikut:a. Sel kosong – hanya dalam kolom “Est. CI” – memerlukan pemasukan (input)

nilai secara manual.b. Sel gelap – menunjukkan nilai yang terkait dengan lembar kerja sebelumnya

atau dihitung di dalam lembar kerja ini.c. Huruf-huruf merah – menunjukkan nilai yang dihitung dalam lembar kerja ini.d. Nilai-nilai biru – menunjukkan nilai yang diambil dari tempat lain dalam file

tersebut. 3. Ketentuan untuk semua lembar kerja 5-13 adalah:

a. Sel-sel kosong dengan garis pembatas tipis memerlukan input.b. Sel-sel kosong dengan garis pembatas tebal menunjukkan bahwa nilai ini

diperlukan, tetapi sel itu membutuhkan informasi yang mungkin hanya dapat diperoleh kemudian hari.

c. Setiap sel yang berisikan suatu pola atau yang dihitami tidak boleh mendapat input.

d. Sel-sel gelap berisikan rumus dan akan memperlihatkan hasil perhitungan secara otomatis.

e. Sel-sel yang mempunyai pola hanyalah pembagi antara bagian-bagian, atau menunjukkan bahwa tidak diperlukan data.

Ketiga lembar kerja INPUT pertama memerlukan data untuk tiga tahun berbeda:a. Tahun 1 – tahun normal b. Tahun 2 – tahun keringc. Tahun 3 – tahun basah

Hal ini penting menyediakan data untuk beberapa tahun, karena suatu pengkajian hanya setahun saja dapat saja menyesatkan bagi banyak proyek yang fluktuasi iklim dan suplai airnya besar.

Penjelasan Lembar Kerja (worksheet)

Lembar kerja “1. Input – Tahun 1”

Inilah yang pertama dari 3 lembar kerja yang serupa. Masing-masing lembar kerja berisikan 10 tabel yang memerlukan data, dan juga beberapa sel masing-masing untuk informasi khusus. Informasi yang diperlukan dijelaskan di bawah.

Sebelum ke Tabel 11. Total areal proyek: Ini adalah areal proyek secara keseluruhan (ha), meliputi

lahan usaha tani (sawah) yang didukung oleh infrastruktur penyaluran air proyek

17Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

(“command area”) dan lahan usaha tani (sawah) yang tidak didukung oleh infrastruktur tersebut.

2. Total areal lahan usaha tani dalam areal layanan (command area ): Ini adalah jumlah hektar yang didukung oleh infrastruktur penyaluran air proyek. Daerah ini termasuk beberapa zona areal layanan yang tidak pernah menerima air karena kerusakan infrastruktur, akibat kekurangan air, dan lain-lain.

3. Perkiraan efisiensi penyaluran (conveyance eficiency):

Volume air irigasi yang disalurkanConveyance Efficiency = x 100 Volume air irigasi di pintu pengambilan

Yang dimaksud “titik penyaluran” ialah lahan usaha tani (sawahpetani). Kadang-kadang, penyadapan (turnout/offtake) mempresentasikan titik akhir penyaluran oleh otoritas irigasi, namun penyadapan (turnout) tersebut mensuplai 100 petak sawah/lahan usahatani. Dalam kasus seperti itu, kehilangan air penyaluran harus mencakup bukan hanya kehilangan pada saluran/pipa yang dijalankan oleh otoritas irigasi tersebut. Kehilangan itu juga itu harus mencakup kehilangan air di saluran kuarter (field channel) sebelum ke masing-masing sawah (lahan usaha tani) tersebut.

Kehilangan air penyaluran mencakup rembesan di saluran (seepage), limpasan (spillage), air yang hilang dalam pengisian dan pengosongan saluran, penguapan (evaporation) saluran, evapotranspirasi dari rerumputan di sepanjang saluran tersebut, dan lain-lain.

Efisiensi penyaluran ini mencakup kehilangan air yang terjadi di antara titik awal pengambilan dan pintu pemasukan (entrance) ke areal layanan (command), yang dalam beberapa hal mungkin sepanjang beberapa kilo meter.

4. Perkiraan laju rembesan air (seepage) untuk tanaman padi. Hanya dijawabdi sini apabila padi ditanam dalam proyek. Ini adalah persentase air yang disalurkan ke sawah yang mengalir ke bawah daerah perakaran (root zone). Laju seepage sering dinyatakan dalam mm/hari, yang dalam hal ini harus dirubah ke persentase air irigasi yang diaplikasikan ke petak sawah (lahan usaha tani) tersebut.

Banyak studi menggabungkan “seepage” dengan “evapotranspirasi” untuk tanaman padi, menghasilkan “penggunaan konsumtif (consumtive use)” gabungan. Ketentuan ini tidak digunakan dalam RAP, karena gabungan seperti itu akan sangat menyulitkan membedakan ET (yang tidak dapat di-resirkulasi atau dikurangi) dari air

18Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

rembesan/seepage (yang dapat diresirkulasi melalui sumur-sumur atau pembuangan/drainase). Selain itu, ketentuan seperti itu mengabaikan kenyataan bahwa perkolasi tidak terhindarkan untuk semua tanaman, bukan hanya untuk tanaman padi. Oleh karena itu, ketentuan tersebut akan berlaku untuk semua tanaman, bukan hanya untuk tanaman padi.

5. Perkiraan kehilangan air permukaan dari tanaman padi ke pembuangan (drain).Hanya ada jawaban di sini jika padi ditanam dalam proyek. Ini adalah persentase air irigasi yang dialirkan ke petak lahan usaha tani/sawah atau kelompok petak sawah, yang mengalir memasuki drainase permukaan. Ini tidak mencakup air yang mengalir dari satu sawah ke sawah lainnya . . . kecuali akhirnya air tersebut mengalir ke drainase permukaan.

6. Perkiraan efisiensi irigasi lahan untuk tanaman-tanaman lainnya.Ini adalah perkiraan untuk tanaman-tanaman bukan padi. Unsur-unsur ketidak-efisiennya untuk padi (perkolasi dalam dan kehilangan air aliran permukaan) telah dibicarakan.

Istilah “efisiensi irigasi (irrigation efficiency)” mempunyai definisi yang tepat (Burt dkk., 1997). Tetapi, hakikat RAP ialah bahwa nilai yang diperlukan untuk menerapkan secara ketat sesuai definisi tersebut tidak akan tersedia. Oleh karena itu, untuk tujuan RAP ini,

Air irigasi yang digunakan untuk ET dan aplikasi khususEfisiensi Irigasi di Lahan = x 100 Air irigasi yang diaplikasikan ke lahan

di mana- satu-satunya air yang dipertimbangkan dalam

pembilang dan penyebut tersebut adalah air “irigasi.” Air dari hujan tidak dimasukkan, karena indikator ini adalah mengukur seberapa efisienkah air irigasi digunakan.

- “Aplikasi khusus” mencakup air untuk mencuci garam, persiapan lahan, dan pengendalian iklim. Akan tetapi, untuk masing-masing kategori ini, terdapat batas atas terhadap jumlah yang diterima sebagai manfaat yang menguntungkan (dan itu dapat dimasukkan ke dalam pembilang tersebut). Perhitungan RAP mencakup perkiraan kebutuhan pencucian yang sesungguhnya. Air yang dialirkan untuk persiapan lahan padi tidak mencakup kelebihan perkolasi (yang disebabkan oleh penahanan air terlalu lama di lahan) atau air yang mengalir keluar dari suatu lahan.

19Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

- Untuk tanaman seperti padi, yang sering ditanam sebagai satu kesatuan yang meliputi beberapa lahan yang mengalirkan air dari satu lahan ke lahan lain, efisiensi “lahan” dapat didasarkan pada unit pengelolaan yang lebih luas dari beberapa bidang lahan yang lebih kecil.

Umumnya, nilai ini adalah perkiraan kasar. Lembar kerja (Spreadsheet) tersebut menghitung nilai tepat dari “efisiensi irigasi lahan” dalam lembar kerja “4. Indikator Eksternal” (Indikator No. 31), yang harus dibandingkan dengan nilai yang asumsi ini.

Nilai ini hanya digunakan satu tujuan dalam spreadsheet tersebut: untuk memperkirakan pengisian kembali ke air tanah (ground water) tersebut dari perkolasi lahan usahatani. Sjika selama pelaksanaan RAP tersebut diselesaikan, perkiraan ini berbeda dari perkiraan yang telah dihitung, pengguna RAP tersebut harus menyesuaikan nilai yang diasumsikan ini (dan/atau perkolasi padi dan nilai aliran air permukaan tersebut) sampai Indikator 2 kira-kira sama dengan Indikator 31.

7. Kapasitas debit aliran (flow rate capacity) di saluran-saluran utama pada titik-titik penyaluran /pengambilan.Nilai ini harus mencerminkan jumlah kapasitas debit aliran maksimum yang sesungguhnya (dibandingkan dengan “desain”) dari setiap titik penyaluran/pengambilan. Kadang-kadang, kapasitas yang sesungguhnya lebih tinggi daripada kapasitas desain aslinya, dan dalam kasus-kasus lain kapasitas tersebut telah berkurang akibat pengendapan lumpur atau faktor-faktor lain.

8. Debit aliran puncak yang sesungguhnya ke saluran-saluran utama pada titik-titik penyaluran/pengambilan.Tujuan dari pertanyaan ini ialah untuk menentukan debit aliran air irigasi maksimum yang masuk ke proyek tersebut. Hal ini tidak mencakup pemompaan atau resirkulasi air dalam kawasan proyek.

9. Rata-rata ECe dari Air Irigasi.Jika memungkinkan, “rata-rata” ini harus berupa rata-rata pembobotan tahunan, yang didasarkan pada kandungan garam (ppm x debit aliran x waktu). Angka ini harus dihitung sebagai gabungan antara air sumur dan air permukaan.

Tabel 1 – Koefisien lahan dan Ambang Batas ECe Tanaman.1. Air tahunan dalam bulanan. Tabel ini menyediakan 12 sel di atas bagian

Koefisien Lahan, sebagai tempat untuk memasukkan nama kedua belas bulan. Walaupun tabel tersebut mungkin telah berisikan bulan asli (asalnya/default) untuk “Januari” dalam sel pertama, banyak proyek mempunyai “air tahunan” yang berawal dari bulan-bulan lainya – seperti April di Asia Selatan atau Oktober

20Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

atau Nopember di Meksiko. Masukkanlah bulan yang tepat ke dalam sel kosong yang bertanda untuk memulai menghitung air tahunan tersebut.

2. Nama Tanaman Yang Diairi.Kolom ini memungkinkan pemakai memasukkan nama-nama tanaman yang diairi di area pelayanan (command area). Sebanyak 17 nama tanaman diperbolehkan, walaupun tiga tanaman pertama telah ditetapkan untuk “tanaman Padi”, sehingga tinggal 14 nama kosong lainnya untuk diisikan oleh pemakai. Walaupun suatu areal pelayanan (command area) mungkin mempunyai lebih dari 17 tanaman, umumnya banyak dari tanaman ini mempunyai lahan penanaman yang sempit dan untuk tujuan praktisnya dapat dikumpulkan bersama – sama sebagai satu kategori tanaman.

Jika suatu tanaman ditanam dua kali, maka nama tanaman itu harus diisikan dua kali. Tabel tersebut sudah mempunyai nama-nama default (aslinya) untuk 3 kali tanam padi, karena begitu banyak proyek mempunyai 3 atau lebih tanam padi per tahun. Anda tidak dapat menghilangkan tanaman padi tersebut; Anda tidak dapat menggantikan ketiga nama ini dengan nama-nama lain karena perhitungan tertentu mengasumsikan padi dalam sel-sel ini.

Nama tanaman hanya perlu dimasukkan sekali – ke dalam Tabel 1. Nama tersebut secara otomatis dipakai ke semua tabel lain yang memerlukan nama tanaman tersebut. Hal ini akan menjamin konsistensi di antara tabel-tabel tersebut.

3. Salinitas (Kadar Garam).a. Rata-rata Salinitas Air Irigasi (ECw), dS/m. Rata-rata salinitas air

irigasi yang masuk ke proyek tersebut. Satuan dS/m ekuivalen dengan mmho/cm.

b. Ambang batas ECe, dS/m. Ini adalah salinitas dari ekstrak tanah jenuh yang mulai mempengaruhi penurunan hasil panen. Contoh nilainya terdapat dalam Tabel A.

Tabel A. Toleransi garam berbagai tanaman terhadap salinitas tanah, setelah perkecambahan. (Berdasarkan Maas dan Hoffman, 1977).

Tanaman

Ambang Batas ECe

(ECe pada saat penurunan hasil terjadi ) dS/m Tanaman

Ambang Batas ECe (ECe pada saat penurunan hasil terjadi ) dS/m

Alfalfa (rumput-rumputan)

2,0 Bawang (Onion) 1,2

Buah badam (Almond) 1,5 Jeruk (Orange) 1,7Aprikot (Apricot) 1,6 Orchard grass 1,5Alpukat (Avocado) 1,3 Persik (Peach) 1,7Sejenis gandum (Barley) 8,0 Kacang tanah (Peanut) 3,2

21Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Buncis (Bean) 1,0 Lada (Pepper) 1,5Beet, garden 4,0 Prem (Plum) 1,5Rumput Bermuda 6,9 Kentang (Potato) 1,7Broad bean 1,6 Padi (Paddy) 3,0Brokoli (Broccoli) 2,8 Ryegrass, perennial 5,6Kol (Cabbage) 1,8 Sesbania 2,3Wortel (Carrot) 1,0 Kedelai (Soybean) 5,0

Semanggi (Clover) 1,5 Bayam (Spinach) 2,0Jagung (Corn)- (untuk ternak dan batang)

1,8 Strawberry (Strawberry)

1,0

Jagung manis (Sweet Corn)

1,7 Rumput Sudan (Sudan Grass)

2,8

Cowpea 1,3 Bit gula (Sugar beet) 7,0Ketimun (Cucumbar) 2,5 Tebu (Sugarcane) 1,7Kurma (Date) 4,0 Ubi rambat (Sweet

potato)1,5

Fescue, tall 3,9 Tomat (Tomato) 2,5Rami (Flax) 1,7 Gandum (Wheat) 6,0Anggur (Grape) 1,5 Wheat grass, crested 3,5Grapefruit 1,8 Wheat grass, tall 7,5Selada (Lettuce) 1,3

4. Koefisien Lahan (Field Coefisient). Sebagian besar ahli irigasi mengenalnya dengan “koefisien tanaman (crop coefficient)”. Koefisien tanaman telah luas dipakai dalam memperkirakan evapotranspirasi (ET) tanaman sejak pertengahan tahun 1970-an. Rumus umum yang digunakan adalah:

ETcrop = Kc ETo

di mana

Kc = koefisien tanaman ETo = evapotranspirasi acuan tanaman rumput (grass reference)

Pedoman untuk memperkirakan ET dan ETo terdapat dalam FAO Irrigation and Drainage Paper 56 – “Crop Evapotranspirasi – Guidelines for computing crop water requirements” (Allen et al, 1998).

Nilai-nilai ” acuan (reference)” selain dari ETo kadang-kadang digunakan, tetapi angka itu dengan cepat digantikan dengan pusat pemantau cuaca yang menyediakan data setiap jam yang diperlukan untuk menghitung ETo. Lembar kerja (spreadsheet) ini menggunakan ETo sebagaimana ditetapkan dalam FAO 56 karena a. ETo merupakan “referensi (acuan)” standar dewasa inib. Mayoritas riset ET terbaik tentang bermacam tanaman menggunakan ETo

sebagai tanaman acuan (referensi).

22Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

c. Perkiraan ETo cenderung lebih akurat daripada metode-metode referensi lain, seperti evaporasi panci.

Jika hanya ada data lokal dari evaporasi panci, dianjurkan agar pengguna membaca FAO 56 untuk menentukan konversi yang tepat dari nilai Epan bulanan ke ETo bulanan. Tabel di bawah berasal dari FAO 56 halaman 81, di mana

ETo = Kp Epan

Tabel B. Koefisien panci (pan coefficients – Kp) untuk panci Kelas A untuk tempat dan lingkungan panci yang berbeda dan rata-rata tingkat kelembaban relatif (relative humidity - RH) dan kecepatan angin (FAO 56)

Penjelasan panci kelas

A

Kasus A: Panci ditempatkan di daerah tanaman yang hijau (subur)

Kasus B: panci ditempatkan di daeah kosong

Rata-rata RH (%)

rendah (<40)

menengah (40 – 70)

tinggi (>70)

rendah (<40)

menengah (40 – 70)

tinggi (>70)

Kecepatan angin(m s-1)

Jarak dari

tanaman (m)

Sesuai arah angin

Jarak dari

tanaman (m)

Sesuai arah angin

Rendah (<2)

1 0,55 0,65 0,75 1 0,7 ,8 ,85

10 0,65 0,75 0,85 10 0,6 0,7 0,8100 0,7 0,8 0,85 100 0,55 0,65 0,751000 0,75 0,85 0,85 1000 0,5 0,6 0,7

Sedang (2-5)

1 0,5 0,6 0,65 1 0,65 0,75 0,8

10 0,6 0,7 0,75 10 0,55 0,65 0,7100 0,65 0,75 0,8 100 0,5 0,6 0,651000 0,7 0,8 0,8 1000 0,45 0,55 0,6

Kencang (5-8)

1 0,45 0,5 0,6 1 0,6 0,65 0,7

10 0,55 0,6 0,65 10 0,5 0,55 0,65100 0,6 0,65 0,7 100 0,45 0,5 0,61000 0,65 0,7 0,75 1000 0,4 0,45 0,55

Sangat Kencang

(>8)

1 0,4 0,45 0,5 1 0,5 0,6 0,65

10 0,45 0,55 0,6 10 0,45 0,5 0,55100 0,5 0,6 0,65 100 0,4 0,45 0,51000 0,55 0,6 0,65 1000 0,34 0,4 0,45

23Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Spreadsheet ini menggunakan istilah “koefisien lahan” karena sangat sering suatu “koefisien tanaman” hanya digunakan selama musim tanam, dan sangat sering penggunaan umum “koefisien tanaman” mengabaikan dampak-dampak kandungan kelembaban tanah.

Dalam kenyataannya, “koefisien lahan, Kc” sama dengan “koefisien tanaman, Kc” kalau koefisien tanaman tersebut disesuaikan dengan tepat (dengan menggunakan pedoman FAO 56) dengan memasukkan faktor-faktor seperti

* Kekurangan air/stress (pengurangan transpirasi) karena daerah perakaran yang kering

* evaporasi permukaan tanah karena curah hujan atau irigasi.

Ketepatan pemilihan Koefisien lahan bergantung pada pemahaman yang baik tentang Tabel 8 dalam spreadsheet INPUT (curah hujan, hujan efektif dan perkolasi dari air hujan). Prosedur perhitungan yang digunakan spreadsheet tersebut meliputi sebagai berikut:a. Curah hujan efektif dan air irigasi diasumsikan adalah satu-satunya sumber

eksternal air untuk ET lahan.b. ET lahan tersebut dihitung setiap bulan berdasarkan pada:

ET = Kc ETo

Curah hujan efektif (effective precipitation) mencakup semua curah hujan yang hilang baik melalui evaporasi (dari tanah atau tanaman) maupun transpirasi, sebagaimana dihitung berdasarkan rumus di atas. Oleh karena itu, jika seseorang ingin menghitung evaporasi tanah untuk beberapa bulan selama tanaman tersebut tidak ada, seseorang harus melakukan dua hal secara bersamaan:a. Curah hujan efektif tersebut harus diperhitungkan untuk menghitung

evaporasi tersebut, danb. Koefisien lahan (Kc) yang lebih besar daripada 0,0 harus diterapkan pada

bulan-bulan tersebut.

Prosedur berikut yang dianjurkan untuk RAP:a. Untuk tanaman-tanaman yang tidak menggunakan air irigasi untuk pra-tanam .

Jika selama satu bulan tanaman tersebut belum ditanam, atau suatu belum ada tanaman di lahan tersebut, asumsikan bahwa untuk bulan itu,

- koefisien tanaman (- curah hujan efektif (effective rainfall) yang dilaporkan selama bulan

itu hanya akan mencakup air yang disimpan dalam daerah akar (root zone) untuk ET sesudah benih ditanam.

b. Untuk tanaman yang menggunakan air irigasi untuk pra-tanam (misalnya, persiapan lahan padi, pra-irigasi kapas). Ikutilah prosedur (a) di atas hingga air irigasi tersebut pertama-tama disalurkan. Kemudian, lakukanlah langkah berikut setiap bulan hingga tanaman tersebut ditanam:

- koefisien tanaman > 0 untuk mempertimbangkan evaporasi tanah baik air irigasi maupun curah hujan efektif.

24Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

- curah hujan efektif yang dilaporkan selama bulan itu akan mencakup air yang disimpan untuk ET setelah penanaman, ditambah kontribusi curah hujan pada evaporasi tanah tersebut sebelum penanaman.

Sebagai contoh, asumsikan suatu kasus dimana : - Air irigasi pra-tanam disalurkan ke lahan pada hari pertama bulan tersebut. - Tanaman tersebut tidak akan ditanam untuk bulan berikutnya. - Tanah tersebut tetap kosong dan bebas dari rerumputan untuk bulan ini.- Tanah tersebut tetap “gelap (dark)” selama tiga hari setelah air yang sisa

surut dari permukaan tanah tersebut.

Tabel C menunjukkan bagaimana menghitung rata-rata Kc bulanan dengan tepat memperhitungkan evaporasi tanah tersebut. Aturan-aturan yang harus diikuti mencakup:

- Nilai minimum Kc biasanya adalah 0,15- Jika suatu permukaan tanah terlihat gelap akibat kelembabannya, meskipun

tidak ada tanaman yang tumbuh, suatu koefisien tanaman sebesar 1,05 adalah tepat.

- Kebanyakan tanaman ladang tidak kekurangan air /stress (kapas, padi, jagung) mempunyai koefisien tanaman mendekati 1,1 begitu tanaman itu telah mencapai 100% daun tumbuh .

Tabel C. Contoh penghitungan nilai rata-rata Kc bulanan selama sebulan setelah irigasi pra-tanam, tetapi sebelum masa penanaman.

Hari Kc Keterangan1 1,05 Irigasi – permukaan tanah basah2 1,05 Hari ke-2 irigasi – permukaan tanah basah

3 1,05Hari pertama setelah irigasi. Tidak ada air sisa. Permukaan tanah masih gelap.

4 1,05 Hari ke-2 setelah irigasi. Permukaan tanah masih gelap.5 1,05 Hari ke-3 setelah irigasi. Permukaan tanah masih gelap.6 0,7 Hari ke-4 setelah irigasi. 7 0,5 Hari ke-5 setelah irigasi. 8 0,3 Hari ke-6 setelah irigasi.9 0,15 Hari ke-7 setelah irigasi10 0,15 Hari ke-8 setelah irigasi11 1,05 Hujan - permukaan tanah basah12 1,05 Hari ke-2 setelah hujan - permukaan tanah basah13 1,05 Hari pertama setelah hujan. Permukaan tanah masih gelap.14 1,05 Hari ke-2 setelah hujan. Permukaan tanah masih gelap.15 1,05 Hari ke-3 setelah hujan. Permukaan tanah masih gelap.16 0,7 Hari ke-4 setelah hujan. 17 0,5 Hari ke-5 setelah hujan. 18 0,3 Hari ke-6 setelah hujan.19 0,15 Hari ke-7 setelah hujan20 0,15 Hari ke-8 setelah hujan21 1,05 Hujan – permukaan tanah basah22 1,05 Hari ke-2 hujan - permukaan tanah basah

25Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

23 1,05 Hari pertama setelah hujan. Permukaan tanah masih gelap.24 1,05 Hari ke-2 setelah hujan. Permukaan tanah masih gelap.25 1,05 Hari ke-3 setelah hujan. Permukaan tanah masih gelap.26 0,7 Hari ke-4 setelah hujan. 27 0,5 Hari ke-5 setelah hujan. 28 0,3 Hari ke-6 setelah hujan.29 0,15 Hari ke-7 setelah hujan.30 0,15 Hari ke-8 setelah hujan.

Rata-rata Kc 0,71 Untuk bulan berjumlah 30 hari

Tabel 2 – Nilai ETo bulanan

Nilai ETo (mm) per bulan harus dimasukkan. Lihatlah pembahasan sebelumnya tentang koefisien tanaman. Idealnya, ETo harus dihitung setiap jam dengan menggunakan metode Penman-Monteith, yang mengikuti prosedur Allen dan kawan-kawan (1998).

Tabel 3 – Air Permukaan yang Memasuki Areal Pelayanan ( command area ) (MCM).

Semua nilai untuk tabel ini harus dalam satuan meter kubik juta (MCM), dan hanya boleh mencakup air yang dapat digunakan untuk irigasi. Dengan kata lain, aliran dari sungai yang mengalir melalui areal pelayanan tersebut yang tidak mempunyai bangunan pengarah/pengambilan atau pompa tidak akan dimasukkan. Tabel tersebut mengijinkan untuk tiga kategori umum aliran permukaan:1. Air Irigasi yang masuk dari luar areal pelayanan (command area) tersebut. MCM

harus merupakan total MCM pada titik-titik pengambilan. Karena itu, secara teknis, yang diukur bukanlah MCM yang masuk ke areal pelayanan tersebut. Kategori “air irigasi” ini adalah suplai air irigasi yang “ disalurkan secara resmi.” (officially diverted).

2. Aliran masuk yang lainnya dari sumber eksternal #2. Sumber ini dapat ditentukan oleh pengguna RAP, dan dapat merupakan gabungan beberapa sumber fisik – tetapi semua dimasukkan ke dalam satu kategori. Akan tetapi, semua aliran yang masuk ini harus dapat diakses oleh pengguna di areal pelayanan tersebut sebagai suplai irigasi – baik melalui pengarah aliran maupun melalui pemompaan dari sungai.

3. Aliran-aliran yang masuk lainnya dari sumber eksternal #3. Ini mempunyai persyaratan yang sama dengan #2.

Konsep-konsep utama untuk Tabel 3 adalah:1. Tabel 3 hanya mencakup volume air permukaan yang masuk dari luar batas-batas

areal pelayanan (command area) tersebut.2. Volume air permukaan tersebut hanya dihitung jika air tersebut digunakan untuk

irigasi. Untuk tujuan RAP, Sumber Eksternal #2 dan #3 menganggap air irigasi terdiri dari air yang dialirkan atau dipompa oleh seorang petani atau kelompok

26Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

petani. Banyak proyek mempunyai suplai air tambahan lain yang tidak masuk ke areal pelayanan melalui saluran yang telah direncanakan dan dipelihara, namun semua suplai air ini merupakan bagian penting dari keseluruhan suplai air irigasi dalam lingkungan areal pelayanan tersebut.

Nilai yang penting di sini ialah volume air yang masuk ke areal pelayanan tersebut, BUKAN volume air yang dipompa dari air buangan (drain) hingga mungkin saja juga mencakup resirkulasi (pemakaian kembali) air limpahan dan aliran permukaan lahan.

Tabel 4 – Sumber Air Permukaan Internal (MCM)

Nilai-nilai di Tabel 4 tidak menggambarkan suplai air sesuai asalnya, karena sumber permukaan tersebut telah dihitung dalam Tabel 3. Melainkan, ini adalah volume air yang diresirkulasi (dipakai kembali) atau dipompa dari sumber permukaan di dalam proyek tersebut. Ini mungkin adalah air yang berasal dari saluran irigasi tersebut dan yang melimpah, meresap dalam tanah, atau mengalir keluar dari lahan. Asal-usul air tersebut bukan sesuatu yang penting dalam Tabel 4. Melainkan, bagian penting untuk Tabel 4 adalah bagian mana yang mengalirkan atau memompakan air bukan dari saluran ini.

Tabel 5 – Luasan hektar Tiap-tiap Tanaman di Areal Pelayanan, per Bulan

Tabel 5 memberikan informasi tentang seberapa luas lahan yang digunakan untuk masing-masing tanaman untuk tiap-tiap bulan.

Nilai Kc untuk masing-masing tanaman dapat ditemukan di baris di atas baris yang harus Saudara isikan dengan luas lahan tanaman tersebut . Jika nilai Kc yang ada lebih besar dari 0,0 selama satu bulan untuk tanaman tersebut, Saudara harus memasukkan luasan yang terkait dengan tanaman tersebut, untuk bulan itu.

Tabel 6 – Data Air Tanah ( Ground Water )

Pertanyaan-pertanyaan ini hanya perlu dijawab jika air tanah digunakan oleh petani atau oleh otoritas proyek tersebut.

Perhitungan air tanah dalam proyek-proyek irigasi sering mengabaikan sumber-sumber air tanah dari luar areal, dan kenyataannya bahwa banyak air tanah mungkin hanyalah air permukaan yang diresirkulasi (dipakai kembali). RAP ini menghilangkan dua kali perhitungan air yang diresirkulasi (recirculation), yang terjadi jika air tanah diperlakukan sebagai suplai yang berdiri sendiri.

Tabel 6 menganggap bahwa suatu akifer (aquifer) mungkin mengambil dari sumur aliran terkekang (confined) diluar areal pelayanannya.

27Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Pertanyaan-pertanyaan tersebut dibagi menjadi 2 kategori – pemompaan dari aquifer didalam areal pelayanan, dan pemompaan dari aquifer tetapi di luar areal pelayanan tersebut. Kedua areal itu harus diperhitungkan kalau aquifer tersebut ingin dikaji dengan tepat. Indikator Eksternal dan indikator acuan IPTRID tersebut tidak menggunakan informasi pemompaan eksternal. Akan tetapi, sering pemompaan dari luar areal pelayanan tersebut seluruhnya bergantung dari rembesan dan perkolasi dari dalam areal pelayanan. Dalam kasus seperti itu, suatu program “konservasi air” di dalam areal pelayanan untuk meminimalkan seepage mungkin sebenarnya menghilangkan sumber air untuk pemompaan air tanah di luar areal pelayanan tsb. Tentu saja, ada kemungkinan ada pertimbangan-pertimbangan seperti pencemaran air tanah ketika melewati bekas endapan air laut – yang meningkatkan salinitas air tanah jika dibandingkan dengan air permukaan.

Pemompaan air tanah “bersih (net)” di dalam areal pelayanan itu hanya dapat lebih besar daripada atau sama dengan nol, demikian spreadsheet didesain. Perhitungannya adalah seperti ini:

- Dibuat perkiraan perkolasi dari lahan.

- Dibuat perkiraan seepage dari saluran -saluran.Keduanya, kalau digabungkan, merepresentasikan pengisian kembali aquifer (ruang pori dalam tanah) dari air irigasi eksternal.

Kemudian ditentukan perkiraan pemompaan air tanah yang terjadi di dalam areal pelayanan itu – baik oleh otoritas proyek maupun petani secara individu. Volume pemompaan air tanah ini kemudian dikurangi untuk memperkirakan air yang hilang. Hasilnya adalah perkiraan air tanah secara nyata menyumbang kepada evapotranspirasi.

Volume air tanah yang digunakan untuk ET dibandingkan dengan pengisian kembali (recharge) dari suplai air permukaan. Jikalau pengisian kembali tersebut lebih besar daripada ET air tanah, maka pemompaan air tanah “bersih (net)” = 0,0. Jika ET air tanah tersebut lebih besar dari pada pengisian kembali (recharge) tersebut, perbedaan itu adalah pemompaan air tanah “bersih (net)” Di dalam sebagian besar proyek, pemompaan air tanah “bersih (net)” akan sama dengan nol sebab biasanya aquifer diisi kembali dengan air irigasi permukaan impor.

Walaupun pemompaan air tanah merupakan aspek penting dari resirkulasi (recirculation) air irigasi, hal ini bukan lagi suplai air yang “baru (new)”, melainkan merupakan resirkulasi (pemakaian kembali) air permukaan. Tetapi, setiap jenis resirkulasi akan meningkatkan efisiensi irigasi suatu proyek – tetapi hal itu tidak akan berpengaruh pada efisiensi irigasi dipetak-petak lahan usahatani tersebut, kecuali resirkulasi itu terjadi di atas lahan - lahan itu sendiri.

28Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Tabel 7 – Curah Hujan, Curah Hujan Efektif, dan Perkolasi Curah Hujan.

Curah hujan bulanan bruto (mm) diperlukan untuk tabel ini. Nilai ini umumnya mudah diperoleh.

Nilai-nilai lainnya kemungkinan agak sulit dipahami bagi sebagian besar pemakai, walaupun konsep curah hujan efektif dan perkolasi adalah konsep umum. Kesulitan yang dihadapi pemakai ialah menentukan nilai-nilai yang tepat. Sayangnya, asumsi-asumsi sederhana tentang perkolasi dan persentase curah hujan yang efektif tidak berlaku untuk spreadsheet seperti ini, yang didesain untuk diaplikasikan pada berbagai bentuk geografi, yang masing-masing mempunyai perbedaan yang sangat besar dalam iklim dan jenis tanaman.

Curah hujan efektif didefinisikan sebagai curah hujan yang diperuntukkan bagi ET (evaporasi atau transpirasi) baik untuk bulan ini ataupun untuk waktu yang akan datang. Curah hujan efektif dan perkolasi dapat dimasukkan ke dalam tabel ini untuk beberapa atau seluruh bulan, tanpa mempertimbangkan apakah tanaman ada di lahan pada bulan itu. Perkolasi dari curah hujan digunakan hanya untuk satu tujuan perhitungan: sebagai faktor pengurang dari jumlah air yang diperlukan untuk pencucian irigasi untuk membersihkan garam – garam dari daerah akar (root zone).

Umumnya, nilai untuk “curah hujan efektif” dan “perkolasi” tidak tersedia sebagai nilai bulanan, dan nilai ini hampir tidak pernah tersedia untuk masing-masing tanaman. Namun demikian, penting dibuat perkiraan semua nilai ini.

Sebagai bantuan bagi pemakai spreadsheet tersebut, perhitungan ETlahan (mm) tersebut dipindahkan dari tabel-tabel sebelumnya (tabel ini terdapat pada sisi kanan ujung halaman lembar kerja ini, dan mencakup perhitungan menggunakan nilai-nilai ETo dan Kc). Sewaktu pemakai spreadsheet memasukkan perkiraan persentase curah hujan efektif , kedalaman curah hujan efektif terkait t muncul dalam baris berikutnya.

Umumnya, jika ada curah hujan sedikit selama satu bulan namun ETlahan tinggi, akan ada perkolasi curah hujan yang sangat sedikit. Sebaliknya, jika ada curah hujan yang sangat tinggi dan sangat kecil ETlahan , maka dapat dipastikan perkolasi lebih besar. Perkolasi akan bergantung pada jenis tanah, juga – tanah berpasir mempunyai perkolasi yang lebih besar dari pada tanah liat. Perkolasi tersebut tidak dapat melebihi jumlah: (Curah hujan – Curah hujan Efektif )Tabel 8 – Keperluan Khusus terkait sifat Agronomis (mm)

Hanya beberapa tanaman akan mempunyai nilai dalam tabel ini. Tanaman yang paling menyolok ialah padi.

Sebagai contoh untuk tanaman padi, asumsikan sebagai berikut ini:

CONTOH

29Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Tanaman padi sawah perlu penggenangan air sebelum ditanami.

Penggenangan air

- 1 Maret

Penanaman

- 15 Maret

Lahan tersebut tetap tergenang air sepanjang waktu, atau setidaknya tanah tersebut harus sangat basah sepanjang waktu. Oleh karena itu, “koefisien lahan, Kc” tersebut sama dengan 1,05

Anggaplah ETo bulanan sebesar 120 mm selama bulan Maret

Selanjutnya, anggaplah bahwa koefisien lahan tersebut, Kc dihitung sesuai dengan contoh pada bagian awal tulisan ini. Perbedaan antara contoh ini dan contoh sebelumnya ialah bahwa contoh ini sangat sederhana – tanahnya selalu basah, sehingga Kc-nya selalu sama dengan 1,05

Jika koefisien tanaman tersebut untuk bulan Maret dimasukkan sebesar 1,05, kemudian ET untuk seluruh bulan Maret tersebut akan dihitung secara terpisah.Sehingga, Tabel 9 tidak akan memasukkan setiap jumlah ET yang terjadi antara 1 Maret dan 15 Maret.

Akan tetapi, kalau koefisien tanaman itu untuk bulan Maret dimasukkan sebagai 1,05/2 = 0,53, ini akan menunjukkan bahwa pemakai spreadsheet itu hanya ingin menghitung ET mulai dari 15 Maret sebagai “ET tanaman”, dan ET antara 1 Maret dan 15 Maret akan dimasukkan ke dalam Tabel 8. Dianjurkan agar digunakan pendekatan pertama (gunakanlah Kc sebesar 1,05 untuk bulan itu).

Dengan asumsi bahwa pendekatan pertama yang digunakan (Kc = 1,05 untuk bulan Maret), maka nilai dalam Tabel 8 hanya boleh mencakup dua hal:

- Jumlah perkolasi air irigasi- Jumlah air irigasi yang memasuki petak lahan, atau kelompok petak lahan, ke drainase (pembuang) permukaan.

Jika terdapat curah hujan selama bulan Maret, sebagian aliran permukaan (run off) dan perkolasi tersebut pasti adalah air hujan. Tabel 8 hanya mencakup jumlah air irigasi, sehingga setiap jumlah curah hujan harus dikurangi dari total seepage dan aliran permukaan (run off).

Tabel 9 – Hasil Panen dan Nilai UangTiga jenis input diperlukan:1. Kurs mata uang lokal ($US/rupiah)

30Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

2. Rata-rata hasil panen untuk masing-masing tanaman, dalam ton per hektar.3. Harga jual di ladang masing-masing tanaman, dalam mata uang lokal/ton.

Lembar Kerja “2. Input – Tahun2”, dan “3. Input – Tahun3”

Lembar kerja ini sama dengan yang sebelumnya, jadi tinggal mengikuti tata cara seperti tersebut di atas.

Lembar Kerja “4. Indikator Eksternal”

Indikator luar ( external ) suplai air memberikan nilai-nilai sebagai efisiensi irigasi, dan mengindikasikan adanya masalah-masalah terkait dengan kapasitas debit aliran (flow rate capacities) dan suplai air relatif (relative water supply) untuk suatu proyek. Indikator ini harus menggabungkan data air tanah jika pompa sumur digunakan dalam areal pelayanan tersebut.

Kolom sebelah kiri berlabel “BI” mengacu pada indikator-indikator atau data yang telah diidentifikasi untuk penelitian benchmarking sebelumnya (2001) oleh IPTRID.

Kolom kedua dalam Lembar Kerja tersebut berisi “Angka Indikator untuk Dokumen RAP.” Angka-angka ini akan digunakan dalam berbagai topik dalam dokumentasi ini, dan dalam Lembar Kerja 14. Dokumentasi untuk masing-masing indikator ditemukan dalam paragraf berikut ini.

Indikator 1 – Efisiensi Penyaluran.Penjelasan:

Indikator ini dihitung dari nilai-nilai (seepage dan limpasan/spill) yang sebelumnya dimasukkan ke dalam Lembar Kerja oleh pemakai RAP. Indikator ini tidak dikalkulasikan dalam spreadsheet. Indikator ini merepresentasikan kehilangann penyaluran (conveyance losses) yang terjadi dalam jaringan distribusi yang dioperasikan oleh otoritas proyek.

Indikator 2 – Bobot Efisiensi Irigasi Lahan.Penjelasan: Pemakai RAP memasukkan nilai-nilai efisiensi irigasi lahan untuk tanaman padi (yang aktual, laju rembesan /seepage rate dan kehilangan dipermukaan tanah/surface losses) dan untuk “tanaman lainnya. Harga Nilai “efisiensi irigasi lahan terbobot (weighted field irrigation efficiency)” untuk luas sawah (ha) versus tanaman lainnya, dan penghitungan “rata-rata terbobot.”

Indikator 31 melakukan penghitungan yang tepat untuk efisiensi irigasi lahan, yang harus dicek dengan Indikator 2 sebagai sebuah proses belajar bagi pemakai RAP.

31Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Indikator 3 – Area secara fisik ditanamai di areal pelayanan Ini merupakan daerah secara fisik (sebagaimana diukur didalam peta) ditanami tanaman yang didukung oleh suatu infrastruktur penyaluran air dari proyek. Nilai ini diisikan oleh pemakai RAP.

Indikator 4 – Area tanaman beririgasi didalam areal pelayanan Dalam lembar kerja “input,” pemakai RAP memasukkan luas tanaman beririgasi untuk setiap jenis tanaman, berdasarkan bulan. Indikator ini merupakan jumlah luas seluruh areal yang telah diisikan, berdasarkan bulan.

Indikator 5 – Intensitas pertanaman di area pelayanan, termasuk pertanaman dua kali Nilai ini dapat lebih besar dari 1,0 jika sebagian lahan ditanami dua kali

Luas Area tanaman beririgasi, termasuk pertanaman dua kaliIntensitas pertanaman

=

Luas Area secara fisik di areal pelayanan

Indikator 6 – Aliran masuk ( inflow dari luar areal pelayanan utama (bruto) Nilai bulanan ini merupakan total 3 sumber air permukaan yang dimasukkan secara langsung oleh pemakai RAP dalam lembar kerja Tabel 3 “Input – Tahun X.” Nilai tahunan adalah total seluruh nilai bulanan. Ini meliputi seluruh air irigasi yang secara sengaja disalurkan ke proyek serta air irigasi permukaan yang datang dengan cara lain kemudian tersalur melalui saluran utama.

Indikator 7 – Curah hujan bruto di areal pelayanan.Angka ini merupakan total volume curah hujan di areal pelayanan. Indikator ini mencakup hujan di lahan-lahan yang diirigasi, plus lahan-lahan yang tidak diirigasi.

Indikator 8 – Curah hujan efektif pada lahan-lahan beririgasi.Persentase efektivitas yang dimasukkan oleh pemakai RAP, untuk setiap bulan dan setiap tanaman, dalam Tabel 7 “Input – Tahun X”. Indikator ini mengalikan mm curah hujan efektif (dilakukan di Tabel 7) dengan luas dalam

32Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

hektar suatu tanaman, dan jumlah total nilai ini untuk seluruh tanaman untuk setiap bulan. Kenyataannya, curah hujan lebih efektif dari pada nilai ini, sebab sebagian atau seluruh perkolasi dihitung terhadap air yang seharusnya diperlukan dari suplai irigasi, untuk mencuci (membersihkan) garam-garam yang terakumulasi dari daerah akar (root zone).

Indikator 9 – Pengambilan akifer bersih ( net aquifer ) oleh karena irigasi di areal pelayanan.

Indikator ini mungkin memiliki ketidakpastian tertinggi dari semua nilai indikator, sebab secara umum kesulitan data mengenai pengisian kembali akifer.Namun, untuk proyek-proyek yang menggunakan air tanah (ground water) adalah penting dibuat perkiraan mengenai berapa jumlah air bersih (net) yang diambil dari akifer.

Indikator 10 – Total suplai air eksternalTotal suplai air eksternal (TEWS), untuk keperluan RAP ini, meliputi :

TEWS = Pengambilan akifer bersih + curah hujan bruto

+ sumber-sumber air eksternal irigasi permukaan

Indikator 11 – Pemompaan/resirkulasi ( recirculation ) air permukaan internal oleh petani

Ketika seseorang mempertimbangkan efisiensi irigasi suatu proyek, resirkulasi (pemakaian kembali) air permukaan internal tidak dipertimbangkan sebagai sumber air yang masuk ke proyek. Oleh karena itu, air ini tidak dihitung sebagai suatu sumber (hal ini tidak muncul dalam penyebut/denominator) persamaan efisiensi irigasi untuk areal pelayanan.

Ketika seseorang mempertimbangkan efisiensi irigasi lahan, total air irigasi yang disalurkan ke lahan tersebut harus dimasukkan dalam penyebut persamaan efisiensi irigasi. Oleh karena itu, nilai pemompaan/resirkulasi (recirculation) air permukaan internal ini dimasukkan sebagai sumber air ke lahan.

Nilai resirkulasi (recirculation) air internal yang besar mungkin menunjukkan bahwa saluran dan lahan tersebut memiliki kehilangan air yang besar – yang nampaknya tidak diinginkan. Tetapi nilai resirkulasi air internal yang besar juga bisa menunjukkan bahwa secara keseluruhan, proyek tersebut cukup efisien karena kebanyakan dari kehilangan internal kembali diperoleh dan diresirkulasi/dipakai kembali. Hal ini penting agar proyek jangan menghabiskan banyak uang untuk “mengkonservasi” air yang sudah diresirkulasi didalam proyek.

33Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Indikator 12 – Air tanah bruto ( gross ground water ) yang dipompa oleh petani didalam areal pelayanan. Sebagaimana dengan Indikator 11, indikator ini dipertimbangkan sebagai sumber air untuk lahan, namun tidak dipertimbangkan sebagai sumber air untuk proyek.

Indikator 13 – Air tanah bruto ( gross ground water ) yang dipompa oleh Otoritas Proyek didalam areal pelayanan.Indikator ini diperlakukan sama seperti Indikator 11 dan 12.

Indikator 14 – Perkiraan total air sumber internal.

Indikator ini merupakan jumlah dari indikator 11, 12, dan 13.

Indikator 15 – Efisiensi penyaluran ( conveyance efficiency ) sumber air internal Indikator ini merupakan suatu nilai yang dihitung, yang mengasumsikan bahwa kehilangan penyaluran sumber air internal hanya sebesar sepertiga kehilangan di penyaluran yang telah diisi oleh pemakai RAP untuk suplai air permukaan eksternal. Justifikasinya adalah bahwa pemakaian kembali (recirculation) internal biasanya dilakukan sangat dekat dengan sumber. Resirkulasi (pemakaian kembali) oleh petani, sebagai contoh, biasanya hampir tidak ada kehilangan penyaluran dalam pemberian air ke lahan, sebab pompa tersebut biasanya terletak di lahan.

Jika ada justifikasi untuk meningkatkan atau menurunkan nilai ini, pemakai RAP dapat mengetik nilai yang berbeda ke sel ini dan mengganti nilai default ( nilai bawaan perangkat lunak).

Indikator 16 – Penyaluran air irigasi permukaan eksternal ke pengguna.Indikator ini adalah total volume air irigasi permukaan yang berasal dari yang diberikan oleh otoritas proyek ke pengguna. Titik transfer dari otoritas proyek telah didefinisikan oleh asumsi sebelumnya mengenai efisiensi. Sebagai contoh, jika “pengguna” adalah lahantunggal, maka angka efisiensi penyaluran yang disediakan oleh pemakai RAP harus meliputi seluruh kehilangan penyaluran menuju lahan individual tersebut.

Jika “pengguna” didefinisikan sebagai kelompok pengguna, angka efisiensi penyaluran hanya akan terhitung kehilangan penyaluran sampa ketitik di mana kelompok tersebut menerima air.

Pada semua kasus, “efisiensi irigasi lahan” menghitung seluruh kehilangan ke arah bagian hilir (downstream) dari titik di mana pengguna menerima air irigasi tersebut dari otoritas proyek.

34Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Indikator 16 = (Indikator 6) (Indikator 1)/100

Indikator 17 – Pemberian air sumber internal ke pengguna

Indikator 17 = (Indikator 14) (Indikator 15)/100

Indikator 18 – Total pemberian air irigasi ke pengguna.

Indikator 18 = (Indikator 16) + (Indikator 17)

Nilai ini digunakan selanjutnya akan digunakan untuk menghitung efisiensi irigasi lahan (field irrigation efficiency).

Indikator 19 – ET tanaman yang diirigasi di areal pelayananIndikator ini merupakan volume hasil perhitungan. Nilai ini adalah ET tanaman beririgasi, dan meliputi ET air hujan dan irigasi. Sebagaimana dibahas sebelumnya dalam dokumentasi ini, seluruh ET curah hujan mungkin tidak dicakup jika pemakai RAP memilih untuk menggunakan koefisien tanaman sebesar 0,0 selama beberapa bulan di mana permukaan tanah basah atau gulma sedang tumbuh. Perhitungan ini dilakukan bulan per bulan untuk tiap-tiap tanaman. Untuk satu bulan dan satu jenis tanaman.

MCM ET = Kc ETo(mm) Hektar/100.000

Indikator 20 – ET air irigasi.Ini adalah nilai utama dalam penghitungan “efisiensi irigasi.” Perhitungan efisiensi irigasi hanya meliputi ET air irigasi. ET curah hujan bukan bagian dari penggunaan air irigasi.

Indikator 20 = Indikator 19 – Indikator 8

Indikator 21 – Air irigasi yang dibutuhkan untuk pengendalian salinitas (net)

Untuk proyek-proyek dengan air irigasi berkadar garam tinggi, ini merupakan nilai penting. Nilai ini dihitung sebagai kebutuhan bersih untuk membersihkan akumulasi garam dari daerah akar (root zone) tanaman pada lahan. Isu yang sama pentingnya (tetapi tidak dibahas di sini) adalah jika garam tersebut dibuang dari proyek itu sendiri, dan kemana garam itu pergi.

35Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Kebutuhan pencucian (leaching requirement) (LR) untuk tiap tanaman dihitung sebagai berikut:

di mana

ECiw = EC air irigasi, dS/mECe = Ambang batas ekstrak pasta jenuh dari

tanaman, dS/m

Sebagai contoh, jika

ECiw = 1,0 dS/m

Tanaman = biji jagung

Dari Tabel A, ECe = 1,8 dS/m

LR =

Air ekstra yang diperlukan untuk tiap tanaman, untuk membuang salinitas yang datang bersama air irigasi, kemudian dihitung sebagai:

Air ekstra untuk kontrol salinitas =

Sebagai contoh, jika untuk tanamantertentu,

ET air irigasi = 100.000 MCM

LR = 0,125

Volume air yang dibutuhkan untuk kontrol salinitas = 14.286 MCM

36Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Namun, perkolasi air hujan akan menjalankan proses yang sama (air hujan membersihkan akumulasi garam keluar dari daerah akar). Oleh karena itu, RAP ini memperkirakan kebutuhan air irigasi sebagai:

Volume air irigasi yang dibutuhkan untuk kontrol salinitas =

Volume air yang dibutuhkan untuk kontrol salinitas

- Perkolasi curah hujan

Indikator 22 – Air irigasi yang diperlukan untuk kebutuhan khusus.

Ini adalah nilai yang disediakan oleh pemakai RAP dalam 8, yang dirubah ke MCM.

Indikator 23 – Total kebutuhan air irigasi NETIni adalah nilai yang digunakan dalam penghitungan untuk perhitungan efisiensi irigasi. Indikator ini kadang-kadang disebut “pemakaian air irigasi yang termanfaatkan (beneficial use of irrigation water).” Secara teknis, kebutuhan ini mungkin tidak sepenuhnya terpenuhi (oleh karena kurangnya ketersediaan irigasi), tetapi untuk RAP ini, asumsi sederhana dibuat untuk menggunakan nilai ini.

Indikator 23 = (Indikator 20) + (Indikator 21) + (Indikator 22)

Indikator 24 – Kapasitas debit aliran ( flow rate capacity ) saluran utama di titik pengambilan

Ini adalah nilai yang dimasukkan oleh pemakai RAP.

Indikator 25 – Debit aliran puncak aktual ( actual peak flow rate ) saluran utama

Ini adalah nilai yang dimasukkan oleh pemakai RAP.

Indikator 26 – Total kebutuhan puncak irigasi NET ( peak NET irrigation requirement ) untuk lahan

Ini adalah nilai bulanan maksimal Indikator 23, yang dirubah dari MCM/bulan ke meter kubik/detik.

37Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Indikator 26 =

= 0,386 (kebutuhan irigasi NET bulanan puncak, MCM)

Indikator 27 – Kebutuhan puncak irigasi BRUTO ( peak gross irrigation requirement )

INDIKATOR EKSTERNAL . Indikator-indikator berikut ini sering digunakan untuk membandingkan satu proyek dengan proyek lainnya.

Indikator 28 – Debit puncak (liter/detik/ha) irigasi permukaan yang masuk ke saluran pada tahun iniIni adalah indikator umum mengenai ketersediaan air irigasi (water availability) di areal pelayanan selama masa-masa paling kritis dalam setahun.

LPS Puncak =

Indikator 29 – Suplai air relatif (relative water supply - RWS)Ini adalah indikator kunci bagi sebuah proyek. RWS adalah suatu nilai tahunan, dan membandingkan total suplai air (air irigasi dan non-air irigasi) yang memasuki areal pelayanan dengan kebutuhan air irigasi NET.

Indikator 30 – Efisiensi Irigasi Tingkat Areal Pelayanan TahunanIndikator ini menggabungkan banyak dari indikator sebelumnya ke dalam satu nilai indikator.

IE areal pelayanan =

ET Tanaman – Curah Hujan efektif + Kebutuhan air irigasi pencucian X 100

Air irigasi permukaan yang masuk ke dalam proyek + Pemompaan air tanah Net

38Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Rumus efisiensi irigasi ini tidak mengikuti persyaratan sebenarnya yang didefinisikan dalam dokumen ASCE (Burt et al., 1997), namun cukup mendekati untuk menyediakan perkiraan IE tingkat areal pelayanan.

Efisiensi irigasi areal pelayanan sebesar 100% tidak mungkin tercapai. Secara umum, efisiensi lebih dari 60% mengharuskan resirkulasi internal air yang hilang baik sebagai resirkulasi (recirculation) air permukaan atau dari pemompaan air tanah, atau keduanya.

Secara singkat, perbaikan efisiensi irigasi areal pelayanan dapat dilakukan dengan satu atau dua cara:1. Pengurangan kehilangan di tingkat awal. Kehilangan ini terjadi di dua

area:a. Kehilangan di penyaluran, yang meliputi :

- limpasan (spillage) dari saluran dan perpipaan- rembesan (seepage) dari saluran - konsumsi tanama air

b. Kehilangan di lahan yang mencakup- kehilangan penyaluran (conveyance losses) di saluran kuarter - kelebihan aliran permukaan dari lahan- perkolasi di lahan, yang disebabkan oleh

* penggenangan yang ada di sawah

* ketidakseragaman pemberian air irigasi

* pemberian air irigasi terlalu lamaAda hal yang sangat menguntungkan untuk mengurangi kehilangan di tingkatawal, karena hal ini dapat secara langsung mempengaruhi kapasitas saluran yang dibutuhkan, kehilangan pupuk (fertilizer loss), kehilangan pestisida (pesticide losses), penambahan genangan air (water logging), dan lain-lain. Di kebanyakan proyek, rembesan dari saluran merupakan target penanganan, meski komponen-komponen lainnya dari kehilangan tingkat awal lebih penting dan menyebabkan kerusakan lebih besar pada lingkungan.

2. Resirkulasi (recirculation) kehilangan tingkat awal. Pilihan-pilihan resirkulasi meliputi : a. Resirkulasi permukaan. Drainase, anak sungai dan sungai mengambil

kembali kehilangan air tingkat awal yang berasal dari - seepage (rembesan) atau perkolasi yang kembali ke anak sungai –

anak sungai ini dari muka air tanah yang tinggi - kelebihan aliran permukaan dari lahan - limpasan (spillage) dari saluran

b. Pemompaan dari air tanah. Cara ini akan mensirkulasikan kemabali kehilangan air yang berasal dari.

39Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

- rembesan (seepage)- perkolasi lahan.

Dalam beberapa kasus, resirkulasi merupakan pilihan yang paling cepat dan paling murah untuk memperbaiki efisiensi irigasi proyek.

Suatu kesalahan yang paling umum dalam modernisasi adalah menghilangkan kehilangan tingkat awal ini dengan keyakinan bahwa ini akan memperbaiki efisiensi irigasi proyek…..walaupun kehilangan tersebut mungkin telah diresirkulasi (recirculation) didalam proyek. Jika ini terjadi, mungkin tidak ada konservasi air yang benar.

Namun, ada manfaat-manfaat lain yang dapat diperoleh dari menghilangkan penyebab kehilangan air tingkat awal ini, seperti:- operasi sistem distribusi yang lebih mudah dari saluran berlining- hasil tanaman yang lebih baik melalui manajemen air sejak dini yang

lebih baik- berkurangnya kontaminasi air oleh karena pupuk dan pestisida.

Indikator 31 – Efisiensi Irigasi Lahan (perhitungan)Di permulaan lembar kerja Input RAP, pemakai RAP diminta memberikan perkiraan efisiensi irigasi untuk padi dan tanaman lainnya. Perkiraan ini harus memperhitungkan seluruh kehilangan penyaluran, perkolasi lahan, dan limpasan aliran permukaan ke arah hilir dari titik penyaluran dari otoritas proyek. Nilai-nilai yang dimasukkan pemakai tersebut dibobot sesuai dengan volume air irigasi yang digunakan untuk padi dan tanaman lainnya, dan suatu nilai efisiensi irigasi terbobot, yang cukup didasarkan pada perkiraan pemakai, dihitung dan ditunjukkan sebagai Indikator 2.

Indikator 31 menyediakan perkiraan yang baik mengenai efisiensi irigai lahan yang aktual. Indikator ini merupakan indikator penting mengenai penggunaan air irigasi tingkat awaloleh pengguna.

Bagaimana menggunakan Indikator 30 dan 31:

1. Jika efisiensi Irigasi Lahan rendah, seseorang tidak musti perlu menyimpulkan bahwa para petani perlu pendidikan lebih baik mengenai bagaimana mengairi dengan tepat. Di banyak proyek, pelatihan semacam itu tak berguna sebab otoritas proyek mendiktekan jadwal dan jumlah penyaluran air, dan para petani hampir tidak memiliki pilihan dalam soal ini.

Efisiensi irigasi lahan yang rendah biasanya merupakan sebuah indikasi

40Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

mengenai sebuah sistem penyaluran air yang tidak dapat diandalkan, tidak adil, dan/atau tidak fleksibel. Umumnya, sistem penyaluran air harus diperbaiki sebelum dilakukan perbaikan efisiensi lahan secara signifikan.

Itu artinya, ada satu cara yang dapat diterapkan segera tanpa mengubah sistem penyaluran air, itu adalah pengaturan kemiringan muka tanah (land grading). Kebanyakan proyek irigasi di dunia menggunakan irigasi permukaan, dan pengaturan kemiringan muka tanah yang baik merupakan faktor penting untuk keseragaman pendistribusian air yang baik di lahan.

2. Jika

IE Proyek > IE Lahan,

Maka terdapat resirkulasi cukup besar dalam proyek.

3. Efisiensi Irigasi proyek merupakan indikator kunci mengenai apakah ada peluang untuk mengkonservasi air. Efisiensi Irigasi Lahan tidak mengindikasikan hal ini, karena banyak dari kehilangan di lahan seringkali disirkulasikan kembali.

4. “Konservasi Air” dalam sebuah daerah hidrologis (berbeda dengan proyek irigasi tertentu) hanya dapat dicapai jika ada salah satu dari hal berikut terjadi :- Aliran air ke sumber air asin (laut, air tanah bergaram) dihilangkan- ET yang berlebihan dikurangi (rumput dan tanaman air serta ET di saluran pembuang dikurangi)

5. Manajemen air yang baik, bahkan jika tidak mampu mengkonservasi air dalam kawasan hidrologis , manajemen air memiliki beberapa keuntungan, meliputi :- Perbaikan kualitas air dibagian hilir (down stream).- Perbaikan JADWAL penggunaan air.- Pengurangan permintaan jumlah aliran air ke proyek.- Pengurangan pemompaan (kadang-kadang)- Perbaikan hasil panen tanaman melalui waktu pemberian air yang lebih tepat dan pencucian/kehilangan pupuk yang lebih sedikit.- Perbaikan kualitas dan kuantitas aliran di sungai ke arah hilir dari titik bangunan pengarah irigasi.

Indikator 32 – RGCC – Kapasitas Saluran Bruto relatif ( relative gross canal capacities ) -

41Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

RGCC =

Puncak Kebutuhan Irigasi Net Bulanan

Kapasitas Saluran Utama

Indikator ini berhubungan dengan bulan kritis, berlawanan dengan nilai efisiensi irigasi yang mempertimbangkan satu tahun penuh.

Sering, terdapat Efisiensi Irigasi tahunan yang rendah – yang mengindikasikan bahwa terdapat peluang untuk mengkonservasi air yang tersimpan di balik bendung. Tetapi, mungkin terjadi kekurangan yang serius selama bulan tertentu, yang informasinya yang disediakan oleh Indikator 32.

Dalam beberapa kasus, pemasangan alat pengontrol muka air yang lebih baik di saluran dapat meningkatkan kapasitas saluran.

Seringkali tujuan program modernisasi/manajemen air yang baik adalah:1. Memperbaiki efisiensi irigasi selama bulan-bulan kritis agar kebutuhan

bruto yang dibutuhkan mendekati net yang diperlukan.2. Suplai air bruto yang dibutuhkan (tetapi dengan efisiensi yang baik)

selama bulan-bulan kritis. Hal ini memastikan produksi tanaman yang baik.

3. Memperbaiki efisiensi irigasi tahunan proyek sehingga pengambilan dari waduk penampungan (a storage reservoir) dapat dikurangi per tahunnya.

Indikator 33 – RACF – Aliran di saluran Aktual Relatif ( relative actual canal flow )

RACF =

Puncak Kebutuhan irigasi Net Bulanan Jumlah Aliran Puncak di Saluran Utama

Ini serupa dengan Indikator 32, namun menggunakan jumlah aliran di saluran yang aktual bukannya kapasitas saluran. Perhatikan bahwa jumlah/debit aliran adalah sebuah “nilai bruto” dan pembilang tersebut adalah sebuah nilai “net.”.

42Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Indikator 34 – Kapasitas tahunan bruto produksi pertanian berdasar jenis tanaman.Ini sebenarnya sebuah tabel tentang keseluruhan informasi dan dapat ditemukan di Tabel 9 pada tiap lembar kerja INPUT.

Indikator 35 – Total nilai tahunan produksi pertanian.Ini adalah jumlah nilai hasil usahatani tahunan di kebun (farm gate price) untuk setiap tanaman di areal yang diairi.

Internal Indikator

Lembar Kerja 5 – 12 membutuhkan kunjungan lapangan ke proyek oleh para evaluator. Lembar kerja ini memfokuskan pada bagaimana kerja proyek yang sebenarnya – apa saja instruksi-intruksinya, bagaimana air dialirkan melalui sistem saluran/pipa, bagaimana perbandingan persepsi dengan kenyataannya dan hal-hal lainnya seperti kepegawaian, penganggaran, dan komunikasi. Penilaian Cepat dari hal-hal tersebut akan segera mengidentifikasikan kelemahan dan kekuatan di proyek. serangkaian pilihan tindakan nampaknya selalu tersedia setelah secara sistematik RAP dilakukan.

Secara sepintas, sejumlah besar halaman didalam lembar kerja 5-12 terlihat sulit diisi. Namun, apabila diperiksa lebih dekat lagi, dari halaman-halaman tersebut hanya 25% dari baris ini memerlukan jawaban (baris lainnya merupakan penjelasan atau kosong), dan perhitungan hanya diperlukan untuk beberapa item seperti pertanyaan-pertanyaan penganggaran. Selanjutnya, pertanyaan-pertanyaan untuk Saluran Utama (primer) sama dengan pertanyaan-pertanyaan dari Saluran Sekunder dan Saluran Tersier. Apabila seseorang evaluator (pemeriksa) memahami pertanyaan-pertanyaan Saluran Utama, pertanyaan-pertanyaan lainnya dalam halaman tersebut dapat dijawab dengan mudah setelah kunjungan lapangan.

Lembar Kerja 5. Kuisioner (Daftar pertanyaan) untuk Kantor Proyek

Sebagian besar pertanyaan dalam lembar kerja ini harus diisi oleh petugas Proyek Irigasi sebelum kunjungan, karena lembar kerja ini mencakup banyak nilai data sederhana seperti upah/gaji, jumlah pekerja, dan kebijakan proyek secara tertulis.

Namun evaluator harus menjawab beberapa pertanyaan tersebut selama kunjungan.

Lembar kerja ini mencakup pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kemungkinan kekacauan yang ada dalam proyek tersebut. “Kekacauan (chaos) ” terjadi ketika realitas proyek tidak sesuai dengan apa yang diyakini terjadi oleh otoritas proyek. Oleh karena itu, evaluator harus menanyakan pada otoritas proyek mengenai tingkat layanan penyaluran air dari saluran utama, apa yang dilakukan oleh para operator, dan bagaimana air tersebut tiba di tiap individu petani. Catatan-catatan

43Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

mengenai seluruh kondisi ini kemudian dibandingkan dengan apa yang dilihat evaluator di lapangan.

Secara umum, adalah mudah untuk memodernisasi proyek irigasi yang memiliki kekacauan minimum. Jika otoritas proyek tidak menyadari kondisi sebenarnya di lapangan, atau jika mereka menolak mengakui masalah-masalah tertentu, hal ini sangat sulit membuat perubahan.

Lembar kerja ini juga memperkenalkan konsep penilaian 0-4 untuk karakteristik proyek, dengan 0 sebagai nilai terburuk dan 4 sebagai nilai terbaik. Dalam mayoritas kasus-kasus, evaluator membaca serangkaian deskripsi, dan memberi nilai pada masing-masing “indikator internal” yang kemudian diringkas dalam lembar kerja “12. Indikator Internal”.

Sebagian nilai indikator (seperti kecukupan “O&P) dihitung secara otomatis berdasarkan jawaban sebelumnya. Skala penilaian untuk nilai-nilai tersebut dapat ditemukan jika nilai yang dihitung ditandai dan formula dalam sel terbaca.

Di lembar kerja bagian akhir ini terdapat pertanyaan-pertanyaan tentang Informasi Drainase dan Salinitas. Pertanyaan-pertanyaan tersebut digunakan dalam bermacam indikator pembatasan IPTRID.

Jika ada sebuah Gabungan P3A (Water User Association) sebagai induk (umbrella)” yang dipilih oleh P3A yang lebih kecil, mengelola proyek tersebut, maka Gabungan P3A “induk” tersebut dianggap sebagai bagian dari “kantor proyek (project office)”.

Lembar Kerja 6. Pekerja Proyek

Sebagian besar pertanyaan-pertanyaan ini memerlukan penilaian kualitatif tentang kondisi dalam proyek, dengan pemberian nilai antara 0-4 untuk tiap pertanyaan. Topik yang ditanyakan meliputi:

- Kecukupan pelatihan untuk pekerja

- Ketersediaan aturan kinerja secara tertulis

- Kemungkinan pekerja untuk mengambil keputusan secara mandiri

- Kemampuan proyek untuk memecat pekerja dengan alasan.

- Penghargaan kepada para pekerja atas kerja yang baik

Lembar Kerja 7. P3A

Dalam lembar kerja ini, P3A merupakan singkatan dari “Perkumpulan Petani Pemakai Air”. Beberapa proyek irigasi memiliki P3A besar yang mengoperasikan

44Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

seluruh sistem saluran proyek, namun pendistribusian air akhir dilakukan oleh beberapa P3A yang lebih kecil. Dalam situasi semacam ini, pertanyaan-pertanyaan P3A hanya tentang P3A yang kecil tersebut.

Banyak dari pertanyaan-pertanyaan di lembar ini mirip dengan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan dalam lembar kerja 5. Pertanyaan-pertanyaan Kantor Proyek.

Jawaban-jawaban tersebut harus merefleksikan kondisi rata-rata dari keseluruhan proyek irigasi, bukan hanya satu P3A. Oleh karena itu, beberapa P3A harus dikunjungi untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan tepat.

Lembar Kerja 8. Saluran Utama

Lembar kerja ini dimulai dengan 6 pertanyaan mengenai kondisi-kondisi umum proyek. Jawaban-jawaban tersebut memiliki interval kepercayaan yang besar (telah didefinisikan sebelumnya, dalam bagian yang mencakup indikator-indikator eksternal), tetapi oleh karena terdapat perbedaan besar antara berbagai proyek, jawaban-jawaban tersebut adalah sangat berarti.

Pertanyaan-pertanyaan lainnya sama dengan pertanyaan-pertanyaan untuk Saluran Sekunder dan Saluran Tersier. Sebagian besar dari pertanyaan tersebut sudah jelas, namun beberapa poin perlu mendapat penjelasan khusus

1. Waktu tempuh gelombang aliran. Ini adalah perbedaan waktu antar merubah debit aliran di satu pintu saluran sampai stabilnya perubahan tersebut pada titik lain bagian hilirnya (downstreams).

2. Keberfungsian berbagai bangunan dan instruksinya. Seorang evaluator harus selalu mempertimbangkan operasi-operasi dari titik tinjau operator, dan menanyakan pada dirinya sendiri “Jika saya berjalan sampai ke bangunan ini, bagaimana saya bias tahu apa yang harus dilakukan dan apakah itu akan mudah dilakukan?” Sebagai contoh, jika tujuannya adalah untuk mempertahankan ketinggian muka air konstan dengan suatu bangunan, apa artinya “konstan” itu – variasi dalam 1 centimeter, atau dalam 5 centimeters. Dan berapa kali dalam sehari bangunan tersebut harus digerakkan, dan bahkan apakah dengan gerakan tersebut, hasil yang diinginkan memungkinkan tercapai? Dan apakah bangunan tersebut berbahaya atau sulit dioperasikan?

Jika seorang operator ditugasi menyalurkan suatu debit aliran ke sebuah saluran, namun tidak ada peralatan pengukur debit aliran (atau peralatan tersebut tidak akurat, tidak tepat merawatnya, atau tidak tepat letaknya, atau membutuhkan waktu secara signifikan untuk stabil), hal ini hampir tidak mungkin mencapai hasil yang diinginkan secara akurat.

45Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Oleh karena itu, evaluator jangan hanya mendengarkan penjelasan. Evaluator harus menempatkan dirinya sebagai seorang operator. Tidaklah cukup mengetahui bahwa operator menggerakkan sesuatu dan kemudian melihat sesuatu saja; evaluator harus memahami apakah “sesuatu” tersebut benar-benar memberi jawaban yang tepat, dan lain sebagainya..

Format lembar kerja 8. Saluran Utama adalah sebagai berikut:1. Pengamatan-pengamatan umum harus tercatat.2. peringkat penilaian diberikan pada berbagai aspek operasi, pemeliharaan, dan

proses. Sebagian dari cabang ini tergantung pada pengamatan umum yang dicatat dalam lembar kerja yang sama. penilaian lainnya berdiri sendiri.

Mungkin sebagian pengamatan umum terlihat tidak diperlukan karena observasi tersebut dinyatakan dalam bentuk peringkat. Namun, pengamatan umum tersebut digabungkan agar evaluator melakukan pemeriksaan yang lebih sistematik terhadap berbagai bentuk – yang diringkas dalam peringkat berikutnya.

Pertanyaan-pertanyaan mengenai LAYANAN aktual merupakan suatu kunci. Evaluator RAP harus menyadari bahwa RAP telah didesain dengan asumsi bahwa seluruh petugas di suatu proyek irigasi bekerja dengan satu alasan – untuk menyediakan layanan bagi para pelanggan.

Ketika seseorang menganalisa sebuah proyek berdasar “tingkatan” (kantor, saluran utama, saluran sekunder, saluran tersier, distribusi, lahan), sebuah proyek besar dapat dipahami dalam bentuk-bentuk yang sederhana. Para operator saluran utama hanya memiliki satu tujuan – segala sesuatu yang mereka lakukan harus dilakukan untuk menyediakan layanan penyaluran air yang baik kepada pelanggan mereka, saluran sekunder (dan mungkin beberapa titik penyadapan langsung dari saluran utama). “Konsep layanan” ini harus dipahami dan diterima oleh setiap orang, mulai dari kepala teknisi hingga operator terendah. Begitu konsep ini diterima, sistem manajemen menjadi sangat sederhana. Personil di tiap-tiap tingkat cukup hanya bertanggung jawab atas kinerja ditingkat tersebut.

Operator saluran utama tidak perlu memahami secara detil mengenai kebutuhan debit aliran harian di semua lahan individu. Tentu saja, untuk menjalankan konsep layanan ini, para operator umumnya perlu mengetahui bahwa pelanggan akhir mereka adalah petani. Namun rincian mengenai debit aliran harian tidak perlu diketahui oleh semua tingkat.

Melainkan, para operator saluran utama hanya memiliki satu tugas yang harus diselesaikan – menyalurkan debit aliran air di titik penyadapan spesifik (off takes) dengan tingkat layanan yang tinggi. Layanan digambarkan dalam RAP dengan 3 indeks:

46Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

a. Kemudahan (Flexibility), terdiri dari

- Frekuensi

- Debit aliran

- Durasi

b. Ketepatan jumlah & waktu /keterandalan (Reliability)

c. Keadilan (Equity)

Untuk teknik irigasi lahan yang sangat sederhana, ketepatan jumlah & waktu (reliability) serta keadilan (equity) merupakan hal krusial. Tanpa reliability dan equity yang baik, biasanya muncul masalah-masalah sosial seperti pencurian/pengrusakan dan penolakan pembayaran biaya tagihan air. Oleh karena itu, reliability dan equity merupakan batu pondasi bagi proyek-proyek yang memiliki tingkat sosial yang baik.

Untuk mempraktekkan irigasi lahan yang efisien, diperlukan tingkat fleksibilitas yang tertentu. Bahkan dengan motede-metode irigasi yang paling sederhana seperti tanaman padi, debit aliran sangat berbeda di awal musim (untuk persiapan lahan) dibandingkan dengan saat padi ditanam. Dan tidak semua orang menanam tanaman yang sama, yang artinya bahwa, proyek irigasi harus mempunyai fleksibilitas (kemudahan) terhadap keperluan tersebut.

Untuk memperoleh efisiensi proyek yang tinggi, sistem saluran harus memiliki fleksibilitas untuk dapat mengubah aliran sebagai respon terhadap perubahan permintaan dan cuaca yang terus menerus terjadi. Tak diragukan lagi bahwa kebanyakan proyek irigasi sangat tidak fleksibel. Juga tidak diragukan lagi bahwa kebanyakan proyek irigasi mempunyai efisiensi proyek yang rendah.

Akhirnya, evaluator harus memperhatikan bahwa salah satu tujuan utama RAP adalah untuk mengidentifikasi apa yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kinerja proyek. Metode-metode irigasi lahan modern, seperti sprinkler dan drip, memerlukan tingkat flexibilitas dan reliabilitas jauh lebih tinggi daripada metode irigasi permukaan tradisional. Evaluator harus selalu bertanya pada dirinya sendiri selama RAP:

“Saya tak hanya ingin merekomendasikan bagaimana merehabilitasi proyek – Saya ingin merekomendasikan langkah-langkah yang dapat meningkatkan efisiensi dan manajemen air yang lebih baik karena semua itu pasti akan diperlukan di masa depan. Apakah bangunan dan instruksi yang dijalankan serta

47Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

personil ini dapat memenuhi keperluan-keperluan baru tersebut, dan jika tidak, penyesuaian apa yang harus dilakukan?”

Oleh karena itu, pemeriksaan saluran utama harus dilakukan secara menyeluruh. Evaluator harus memulai dari sumber, dan terus berlanjut ke semua ujung hilir saluran (downstream end), ini bukan berarti bahwa setiap bangunan harus dianalisa. Namun seorang evaluator harus memeriksa bangunan-bangunan kunci/penting sepanjang saluran.

Tantangan-tantangan umumnya yang harus diatasi oleh evaluator meliputi :1. Otoritas proyek banyak menyita waktunya untuk waduk, membahas pemeliharaan

waduk, daerah aliran sungai, dan politik. Sebenarnya, yang perlu diperhatikan tentang waduk adalah (a) daya tampungan (storage), dan (b) bagaimana debit aliran air dihitung ditentukan dan diukur.

2. Evaluator akan diberitahu, “semua saluran adalah sama saja.” Kesimpulan eksplisit atau implisit dari ungkapan itu adalah bahwa evaluator hanya perlu memeriksa bagian saluran dekat bangunan utama (headworks). Meskipun itu berarti daerah sepanjang saluran mungkin identik, secara umum ada perbedaan secara signifikan dalam hal pemeliharaan, kemiringan, bangunan, dan lain-lain sepanjang saluran Hanya dengan melakukan penelusuran sepanjang saluran evaluator akan mengetahui tentang perbedaan-perbedaan tersebut .

3. Operasi ini akan dijelaskan oleh otoritas proyek yang disertai dengan evaluator. Ini jelas sebuah tantangan yang sulit. Kunjungan kantor (lembar kerja 5) didesain untuk memperoleh perspektif mengenai petugas/staf, atasan kantor tersebut. Tujuan dari kunjungan lapangan adalah untuk berbicara dengan operator bangunan dan meninjau catatan mereka – tanpa mengalami gangguan dari atasan mereka dan tanpa adanya jawaban “resmi” dari atasan mereka. Dalam banyak kasus, atasan dan operator perlu dipisahkan, agar operator tidak hati-hati dengan jawaban yang mereka berikan. Oleh karena itu, “aturan main” harus dipahami sebelum kunjungan lapangan dilakukan.

Sebuah tantangan lainnya muncul dari pemilihan saluran yang harus dikunjungi. Terkadang, sebuah proyek mempunyai 2 saluran utama atau lebih, dan lusinan saluran “sekunder (second level)” Berita baiknya secara umum, instruksi operator, perangkat keras, dan tingkat pemeliharaan pada setiap saluran serupa. Mengunjungi lebih banyak saluran memang membantu, namun tak perlu mengunjungi semua saluran dalam proyek.

Tak diragukan lagi bahwa tiap saluran utama memiliki beberapa tantangan teknis hidraulika yang spesifik. Sebuah saluran mungkin memiliki (kendala penyempitan di persimpangan sungai, dan sebuah saluran lainnya mungkin memiliki suatu masalah kontrol yang pelik – meski yang lainnya terlihat sama. Jika evaluator RAP dapat memberikan rekomendasi yang bagus untuk masalah-masalah hidraulika spesifik tersebut (yang tidak tercakup khususnya dalam formulir RAP), kredibilitas evaluator tersebut akan meningkat, dan rekomendasi-rekomendasi RAP akan mempunyai

48Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

peluang lebih bagus untuk diterima. Oleh karena itu, evaluator harus banyak-banyak mengambil gambar dan catatan selama kunjungan.

Saran utama untuk para evaluator saat mereka mengunjungi saluran utama (primer), saluran sekunder, saluran tersier dan lain-lain adalah sebagai berikut:

Pahamilah segalanya. Pahami bagaimana operator BERPIKIR mengenai sesuatu yang harus dilakukan. Tanyakan segala hal. Jika Saudara tidak memahami penjelasan, terus minta penjelasan hingga anda memahami perspektif operator tersebut. Tetapi lakukan lebih dari itu. Tiap bangunan memiliki fungsi. Jangan puas dengan hanya berusaha dengan memvisualisasikan bagaimana fungsinya dapat dilaksanakan dengan mudah atau lebih baik; tanyakan alasan mendasar mengapa bangunan tersebut memiliki fungsi itu. Mungkin dalam rencana modernisasi, sebuah bangunan yang saat ini dioperasikan dengan cara kontrol debit aliran seharusnya dioperasikan dengan cara di bawah kontrol ketinggian muka air bagian hulu (upstream). Dengan kata lain, tanyakan dasar strategi operasi – bukan hanya individu bangunan. RAP bukanlah pemeriksaan individu bangunan – RAP merupakan sebuah pemeriksaan komprehensif seluruh proses…di mana bangunan-bangunan memiliki fungsi. Seseorang harus memahami bagian-bagian (operator, aturan, bangunan) untuk memahami proses tersebut, tetapi RAP juga menanyakan asumsi-asumsi di balik proses tertentu, mereka sendiri. RAP memerlukan evaluator yang dapat melihat jauh dari sekedar bagian-bagian individu; RAP memerlukan evaluator yang dapat memvisualisasikan bagaimana bagian-bagian tersebut dapat dimanipulasi dan diatur kembali sebagai bagian dari sebuah proses lengkap yang memberikan layanan yang baik dan efisiensi yang tinggi.

Lembar Kerja 9. Saluran Sekunder ( Second Level Canals )

Lihat diskusi mengenai Lembar Kerja 8. Saluran Sekunder adalah saluran-saluran yang menerima air dari Saluran Utama. Secara umum, Saluran Sekunder dioperasikan secara berbeda dengan Saluran Utama (primer).

Lembar Kerja 10. Saluran Tersier ( Third Level Canals )

Lihat diskusi mengenai Lembar Kerja 8. Dalam banyak proyek berukuran menengah, “Saluran Tersier” tidak ada, jadi lembar kerja ini tak perlu diisi jika kasusnya demikian.

49Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Lembar Kerja 11. Penyaluran Akhir ( Final Deliveries )

Ada dua kemungkinan nilai yang dipertimbangkan dalam workshop ini. Nilai pertama adalah Satuan Petak Individu – unit terkecil yang dimiliki oleh seorang individu (jika kepemilikan pribadi diakui) atau yang dikelola oleh seorang petani. Satuan Petak Kepemilikan Individual tersebut mungkin lebih besar dari satu petak lahan jika seorang petani menerima air dan kemudian mendistribusikan air tersebut ke beberapa lahan dari satu pintu penyadapan/turnout (sangat lazim di AS). Ciri terpenting Satuan Petak Kepemilikan adalah bahwa pada titik ini, tidak diperlukan kerja sama diantara para petani.

Yang kedua adalah Nilai tentang Perubahan Manajemen. Dalam proyek-proyek yang memiliki kerapatan titik penyadapan (turnout) yang tinggi, Nilai tentang Perubahan Manajemen mungkin sama dengan nilai Satuan Petak Individu. Dengan kata lain, petugas otoritas proyek irigasi tersebut (atau P3A) menyalurkan air ke semua arah hingga ke tingkat usahatani/lahan. Nilai Perubahan Manajemen adalah nilai “lepas tangan” antara pekerja yang dibayar dan sukarelawan atau petani.

Dalam beberapa proyek, otoritas irigasi memberi penekanan besar pada jumlah petani dalam suatu proyek. Seseorang harus melangkah jauh melebihi statistik dalam memeriksa operasi sekarang ini, sebab otoritas proyek mungkin menyerahkan kontrol kepada kelompok-kelompok pemakai air yang terdiri dari 200 petani – yang diharapkan entah bagaimana memberikan penyaluran air yang merata (equitable) dan dapat diandalkan/dipastikan (reliable) untuk mereka sendiri. Oleh karena itu, ada 2 indikator penting untuk diskusi ini:

- Jumlah lahan usahatani (Satuan Petak Kepemilikan Individu) di bagian hilir tentang Perubahan Manajemen. Semakin besar angka tersebut, semakin buruk ketepatan (reliability), keadilan (equity), serta kemudahan (flexibility) pelayanan penyaluran air. Lebih lanjut, angka yang lebih besar dari 1 atau 2 mengindikasikan bahwa irigasi drip dan sprinkler hampir tidak mungkin didukung.

- Jumlah titik penyadapan (turnout) yang dioperasikan per petugas. Ini jauh lebih bermanfaat dari pada“jumlah petani per petugas,” karena petugas mungkin tidak pernah menyediakan air secara langsung ke petani.

Lembar Kerja 12. Indikator Internal ( Internal Indicators )

Lembar kerja ini berisi 3 tipe nilai:

1. Ringkasan beberapa sub-indikator internal yang dinilai dalam workshop sebelumnya yang kemudian dihitung bobot nilai untuk masing-masing Indikator Primer. Kolom berbayang (shaded) di sebelah kanan memberikan informasi mengenai nilai, faktor pembobotan, dan lokasi lembar kerja untuk rincian kriteria

50Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

pemberian angka Sub-Indikator. Seluruh nilai ini diberi angka 0-4, dengan 4 sebagai tertinggi dan yang paling diinginkan.

2. Sub-Indikator dan Indikator Primer, nilai-nilai yang dimasukkan secara langsung ke lembar kerja ini (bukannya ditransfer dari lembar kerja sebelumnya). Nilai-nilai ini adalah Indikator I-32, I-33, dan I-34. Seluruh nilai ini memiliki angka 0-4.

3. Beberapa Indikator (I-35+) yang tidak sesuai dengan skala nilai 0-4. Umumnya indikator ini adalah perbandingan langsung nilai-nilai atau nilai-nilai individual yang memiliki makna signifikan dan khusus.

Lembar Kerja 13. Indikator IPTRID

Lembar kerja ini sudah jelas. Lembar kerja ini didesain untuk menyediakan informasi yang diperlukan untuk upaya dalam acuan (Benchmarking) IPTRID secara global. Upaya tersebut terfokus pada indikator-indikator eksternal – perbandingan pemasukan (input) dan pengeluaran (output).

Lembar kerja ini pertama-tama menyediakan “Item Data” yang telah diminta oleh IPTRID dalam “Guidelines for Benchmarking Performance in the Irrigation and Drainage Sector” Desember 2000. Sebagian nilai berisi perhitungan nilai-nilai Indikator, dengan menggunakan “Item Data” tersebut.

Definisi yang relevan disediakan di bawah ini.

1. Penyaluran air irigasi permukaan Tahunan per unit area pelayanan

=

= Total volume pemasukan air irigasi tahunan Total area pelayanan sistem

=

51Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Di mana “total annual volume of irrigation water” (total volume air irigasi tahunan) meliputi air permukaan dan pemompaan dari equifer, namun tidak termasuk penyaluran dari drainase (internal).

2. Penyaluran air irigasi tahunan per unit area yang diirigasi

Hal ini sama dengan nilai sebelumnya, tetapi didasarkan pada area yang diairi (termasuk lahan yang ditanam dua kali), bukannya berdasar area pelayanan.

=

= Tolol volume pemasukan air irigasi tahunan Total area tanam yang teririgasi tahunan

=

3. Efisiensi penyaluran air, %

Ini dikenal juga sebagai “efisiensi penyaluran,” dan merupakan sebuah nilai yang disediakan oleh otoritas proyek. Secara umum, terdapat interval kepercayaan yang besar di sekitar angka-angka tersebut (lihat lembar kerja 4. Indikator Eksternal).

4. Suplai Air Relatif Tahunan (RWS)

RWS Tahunan =

= Total volume tahunan dari suplai air Total volume kebutuhan air tanaman

sebagaimana didefinisikan oleh IPTRID,

Pembilang dihitung sama dengan pengalihan/penyaluran permukaan ditambah abstraksi air tanah bersih, ditambah total curah hujan, tidak termasuk semua air drainase internal yang beresirkulasi dalam sistem (scheme).

52Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Persamaan ini sama dengan ET seluruh kebutuhan tanaman, ditambah perkolasi yang hilang untuk padi.

Sebagaimana yang diberikan dalam spreadsheet ini, kehilangan perkolasi padi tidak dimasukkan. Ini karena kehilangan perkolasi bukanlah penggunaan konsumtif dan seringkali bersirkulasi kembali dalam proyek. Tambahan lagi, kehilangan perkolasi merupakan akibat pemberian air yang tidak seragam serta waktu pemberian yang tidak tepat merupakan sesuatau yang tidak dapat dihindari untuk semua tanaman sebagaimana cara pemberian irigasi pada padi (sawah). Oleh karena itu, pertimbangan yang khusus bagi padi saja tidak dianggap layak oleh penulis dan oleh karenanya tidak disertakan.

Oleh karena itu,

RWS tahunan =

5. Suplai Air Irigasi Relatif Tahunan ( Relative Irrigation Water Supply- RIS )

RIS Tahunan =

Volume Pemasukan Air Irigasi Tahunan = Total volume kebutuhan irigasi tanaman tahunan

di mana

Volume air irigasi pemasukan per tahun mencakup seluruh air yang dialihkan/ disalurkan atau dipompa, namun tidak termasuk penyaluran drainase internal.

Sekali lagi, “kebutuhan irigasi tanaman” sebagaimana yang dihitung di sini tidak termasuk perkolasi padi. Oleh karena itu,

RIS Tahunan =

6. Kapasitas Penyaluran Air ( Water Delivery Capacity )

53Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Kapasitas Penyaluran Air =

= Kapasitas saluran untuk menyalurkan air di sistim utama

Puncak Kebutuhan konsumtif air irigasi puncak

=

di mana nilai-nilai tersebut adalah debit aliran.

7. Keamanan hak atas suplai ( Security of Entitlement Supply ), % yang diterima

Ini sama dengan DI 10a . Nilai diberikan di kantor untuk digunakan.

8. Rasio Pengembalian Biaya ( Cost Recovery Ratio -CRR )

CRR =

= Pendapatan kotor dari penarikan biaya dari para pengguna (DI 12)

Total biaya manajemen, operasi dan pemeliharaan (DI 13)

9. Rasio biaya pemeliharaan dibanding pendapatan ( Maintenance Cost to Revenue Ratio-MCRR )

MCRR =

= Total pengeluaran untuk pemeliharaan sistim (DI 14)

54Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Total pendapatan dari penarikan biaya para pengguna (DI 12)

10. Total biaya MOM per unit area (US$/ha)

MOM/Area =

= Total biaya manajemen, operasi dan pemeliharaan (DI 13)

Area pelayanan (DI 13)11. Total biaya per petugas dalam penyaluran air (US$/orang)

Total biaya/orang =

= Total biaya petugas Total jumlah petugas

12. Kinerja pengumpulan pendapatan (Revenue Collection Performance-RCP)

RCP =

= Pendapatan kotor terkumpul Pendapatan kotor yang ditagihkan

13. Jumlah staf per unit area (orang/ha)

Jumlah staff/ha =

55Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

= Total jumlah petugas yang bekerja di pelayanan I & D (DI 16)

Total area pelayanan (DI 3)

14. Pendapatan rata-rata per meter kubik suplai air irigasi (US$/m3)

US$/m3 =

= Pendapatan kotor yang ditarik

Total volume penyaluran air irigasi tahunan

=

15. Total nilai tahunan produksi pertanian (US$)

Nilai ini merupakan rata-rata nilai yang dihitung dalam tiap Lembar Kerja 1, 2, dan 3. Nilai ini ditemukan sebagai DI 19.

16. Output per unit area yang dilayani (US$/ha)

56Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Ini dihitung sebagai US$/ha =

17. Output per unit area yang diirigasi (US$/ha)

Ini dihitung sebagai US$/ha =

18. Output per unit suplai irigasi (US$/m 3 )

US$/m3 =

19. Output per unit air yang dikonsumsi (US$/m 3 )

US$/m3 =

Indikator IPTRID lainnya ditemukan sebagai DI 21 – DI 38

57Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Cara Mengartikan Hasil RAP

RAP, jika berdiri sendiri, hanyalah sebuah alat diagnosa. RAP memungkinkan orang yang mengevaluasi untuk memeriksa proyek irigasi secara sistematis untuk menentukan :

1. Indikator Eksternal, dan2. Indikator Internal

Indikator Eksternal akan memberi indikasi apakah mungkin untuk mengkonservasi air dan meningkatkan lingkungan dengan memperbaiki pengelolaan air. Indikator Internal memberi perspektif yang detail tentang bagaimana sistem ini dioperasikan secara aktual dan bagaimana pelayanan penyaluran air yang disediakan pada semua tingkat.

Interpetasi hasil membutuhkan satu atau lebih spesialis irigasi yang secara jelas memahami pilihan-pilihan modernisasi. Tanpa pengetahuan mendalam mengenai pilihan-pilihan itu, rekomendasi-rekomendasi yang dibuat dapat tidak efektif.

Beberapa aturan dasar:1. Pada hampir semua proyek, modernisasi membutuhkan baik perangkat keras

maupun perubahan manajemen.

2. Umumnya, masih dimungkinkan menyediakan pelayanan penyaluran air yang baik ke pintu penyadapan (turnout) tanpa kontrol air yang baik, jika sistem sangat tidak efisien dan ada air sangat berlimpah. Bagaimanapun, jika sistem juga harus efisien, satu-satunya cara untuk memberikan pelayanan penyaluran air yang baik adalah dengan memiliki kontrol air yang sangat baik.

3. Pada hampir semua proyek, pelayanan penyaluran air perlu diperbaiki dalam rangka mencapai tujuan dasar yaitu biaya pekerja/petugas yang lebih rendah, lebih sedikit limpasan, meningkatkan hasil tanaman, dan mengurangi kerusakan lingkungan. Proses RAP memungkinkan evaluator untuk menargetkan tingkat yang tepat dalam rangka memulai modernisasi.

4. Umumnya, ada banyak perubahan sederhana yang bisa dilakukan dalam prosedur operasional dan sejumlah prosedur lain dengan hanya menanamkan modal berjumlah sedang untuk merubah perangkat keras.

5. Semua perubahan harus dibarengi dengan kontrol mutu dan pelatihan yang baik.

Umumnya, proses pembacaannya adalah sebagai berikut:

1. Efisiensi irigasi lahan diperiksa. Efisiensi lahan yang baik tergantung pada penerimaan pelayanan penyaluran air yang baik pada lahan (lahan usahatani).

58Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

2. Efisiensi irigasi proyek diperiksa. Ini sudah menjadi kebiasaan bahwa petugas proyek irigasi menghendaki debit aliran yang lebih tinggi meskipun inefisiensi mungkin cukup tinggi. Alternatif penting untuk meningkatkan suplai air adalah dengan memperbaiki efisiensi.

3. Efisiensi penyaluran dicatat, dan dibandingkan dengan efisiensi irigasi lahan. Keduanya dihitung dengan mempertimbangkan kemungkinan resirkulasi (air tanah atau permukaan) yang mungkin terjadi. Perbandingan ini membantu untuk menentukan upaya-upaya yang mungkin dilakukan.

4. Karakter pelayanan penyaluran air diperiksa pada tiap-tiap tingkat.

5. Kelayakan perangkat keras dan instruksi operator ditinjau kembali.

6. Keberadaan sistem resirkulasi dicatat. Dalam banyak proyek, meng-install sistem resirkulasi air permukaan dalam area strategis adalah cara sangat sederhana untuk memperbaiki kinerja dan pelayanan penyaluran air.

7. Tempat di mana para petugas menghabiskan waktunya untuk bekerja adalah indikasi penting di mana perubahan bisa dilakukan. Misalnya, dalam beberapa proyek ada sejumlah staf hidrografer yang banyak secara kontinyu membaca alat pengukur kecepatan di banyak lokasi disaluran utama. Biasanya pembacaan yang tidak akurat ini (karena sifat alami aliran yang tidak stabil dan pengukuran yang dilakukan saat itu juga-point-in-time) bisa benar-benar dikesampingkan jika strategi baru penyaluran air diterapkan.

Dengan modernisasi, beberapa kegiatan bisa dilakukan bersamaan, tetapi beberapa kegiatan memerlukan sebuah landasan. Misalnya, otomatisasi dengan PLC elektronik (Programmable Logic Controllers = Pengontrol Logika yang Bisa Diprogram) memerlukan akses ke lokasi yang sangat mudah, komunikasi yang sangat baik, dan infrastruktur yang kuat untuk perbaikan dan troubleshooting elektronik. PLC juga memerlukan adanya pemeliharaan dari proyek yang sangat baik. Dengan kata lain, otomatisasi PLC memerlukan landasan kokoh yang kadang tidak terdapat dalam proyek irigasi….dan penerapan PLC tanpa landasan tersebut bisa dipastikan akan gagal.

Biasanya, langkah utama untuk modernisasi adalah:1. Penghapusan ketidaksesuaian antara layanan “yang aktual” dengan “yang

dilaporkan”. Jika manajer proyek menolak untuk menerima kenyataan di lapangan, lebih baik uang dan waktu dialihkan untuk proyek lain.

2. Semua petugas pada semua tingkat harus paham dan menerapkan “mental melayani”. Tentu saja ini tak dapat dicapai dalam semalam karena konsep modernisasi harus berakar dalam mental/sikap. Tanpa itu, upaya untuk memodernisasi proyek biasanya hanya akan membuahkan hasil minimal.

59Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

3. Periksa instruksi yang diberikan pada operator dan lakukan modifikasi jika perlu. Sebagai contoh klasik adalah banyak proyek Asia di mana tujuan dari bangunan pengatur (cross regulator) adalah untuk menjaga ketinggian muka air dibagian hulu (upstream), tapi operator pintu air harus mengoperasikan bangunan pengatur (cross regulator) persis sesuai instruksi (pengoperasian pintu yang spesifik) dari kantor –berdasarkan program komputer atau kertas kerja. Pemeriksaan sederhana di lapangan akan menunjukkan bahwa ketinggian muka air tidak dijaga dengan baik. Instruksi untuk operator harus dirubah dan perubahannya sangat sederhana: “Jaga agar ketinggian muka air dihulu (upstream) tetap dalam toleransi spesifik dari target yang ditetapkan.” Penulis belum pernah menemukan operator yang tidak mampu menentukan perubahan pengoperasian bangunan pengatur (cross regulator) mencapai tujuan ini.

4. Tiga hal pertama adalah yang termudah, tetapi juga bisa yang tersulit dengan adanya staf senior. Jika ketiga hal pertama tidak tercapai, lebih baik pergi meninggalkan proyek, atau memecat staf senior. Tentu saja, perubahan dalam ketiga hal pertama akan memerlukan pelatihan, studi lapangan dan pembicaraan mendalam.

5. Langkah berikutnya, kurang lebih secara berurutan, adalah memperbaiki hal-hal berikut ini:a. Memahami apa yang sebenarnya terjadi dalam sistem. Seorang ahli mungkin

dengan cepat dapat mengevaluasi proyek dan karena latar belakangnya hampir memahami hubungan sebab akibat dan tingkat taksiran pelayanan. Operator dan peninjau (supervisor) terkadang tidak sama dalam melihat sesuatu. Pemasangan datalogger (alat memasukkan data) dan sensor ketinggian muka air pada lokasi-lokasi penting untuk mencatat limpasan (spills), fluktuasi debit aliran, dan fluktuasi ketinggian muka air akan sangat membantu. Hal ini hampir selalu membuat operator yang hanya bisa mengunjungi lokasi sekali sehari menjadi lebih waspada.

b. Komunikasi di semua tingkat. Dimulai dengan komunikasi antar petugas – seringkali dilakukan dengan radio.

c. Mobilitas staf. Pada umumnya, staf yang beranggota sedikit tapi dinamis justru lebih efisien daripada staf yang banyak tapi tidak dinamis. Ini karena staf yang sedikit tapi dinamis tidak hanya bertanggung jawab untuk satu atau dua bangunan saja, tapi juga harus memahami bagaimana bangunan-bangunan dan tindakannya akan berdampak pada bidang lain. Mobilitas bisa diperbaiki dengan infrastruktur jalan yang lebih baik, sepeda motor, truk, dan lain-lain

d. Kontrol dan pengukuran debit aliran pada titik pencabangan dua (bifurcation). Perhatikan bahwa “pengukuran” dan “kontrol” adalah tidak sama. Keduanya diperlukan. Ada banyak kombinasi bangunan dan teknik yang memungkinkan

60Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

kontrol dan pengukuran debit aliran yang cepat dan akurat. Hal ini biasanya menjadi kelemahan di banyak proyek irigasi.

e. Adanya titik resirkulasi atau waduk penyangga (buffer reservoir) dalam sistem saluran utama. Kontrol air yang “longgar” mungkin sudah mencukupi untuk sistem utama – asalkan ada ruang untuk mengatur ulang sekitar 70% sepanjang saluran.

f. Perbaikan kontrol muka air sepanjang proyek. Kontrol dan pengukuran debit aliran dan (poin “d”) hanya relevan untuk bangunan di saluran dan pipa. Pada bagian hulu bangunan, hal penting dengan mudahnya menjaga ketinggian muka air agar cukup konstan sehingga debit aliran air penyadapan (turnout) tidak berubah-ubah, dan juga agar tanggul saluran tidak rusak. Dengan jenis bangunan yang tepat, hal ini mudah dilakukan tanpa banyak memakai tenaga manusia.

 g. Pengaturan kembali prosedur untuk penyaluran dan penyebaran air. Dalam

sebagian besar proyek modern, satu kelompok bertanggung jawab mengoperasikan saluran utama, kelompok lain bertanggung jawab mengoperasikan saluran sekunder, dan demikian seterusnya. Maka tiap kelompok memiliki tujuan pelayanan yang sangat spesifik. Jika saluran utama terbagi ke dalam berbagai ‘zona’ dengan kantor yang mengatur masing-masing “zona”, maka akan selalu ada konflik antar zona. Pengaturan kembali operator biasanya diperlukan. Demikian juga, prosedur lengkap untuk menerima informasi yang tepat waktu (real-time) dari lapangan dan merespon permintaan dengan cepat biasanya harus diperbarui bagi kebanyakan proyek.

h. Pemantauan jarak jauh untuk lokasi strategis. Lokasi yang seperti itu biasanya adalah waduk penyangga (buffer reservoir), drainase dan ujung bagian hilir saluran (tail end).

i. Kontrol manual jarak jauh debit aliran di lokasi strategis. Ini adalah bangunan saluran utama dan bangunan pengambilan utama (off takes/turnout) dari saluran utama.

j. Penempatan pelimpah (spill) dan pengembalian limpasan, dari hilir saluran dari semua saluran-saluran kecil.

Yang mungkin mengejutkan bagi para pembaca adalah tidak adanya pembahasan yang cukup tentang lining (pelapisan) saluran dan alat pemeliharaan. Tak diragukan lagi bahwa alat pemeliharaan harus mencukupi. Lining saluran dapat mengurangi pemeliharaan (maintemance) dan rembesan (seepage). Tetapi hal ini telah dibahas selama beberapa dekade, dan miliaran dolar telah dihabiskan yang secara umum tidak membawa ke modernisasi. Hal ini karena modernisasi tidak hanya satu tindakan/action saja. Poin a-j menunjukkan peralihan dari pemikiran tradisional yang terfokus pada “Ahli Sipil Beban” ke pemikiran yang lebih terfokus pada hal-hal operasi.

61Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Hal lain yang terlewatkan adalah pembahasan tentang kontrol bagian hilir (downstream) dan algoritma kontrol saluran yang rumit. Hal ini karena proyek irigasi harus diawali dengan baik sebelum benar-benar dijalankan, dan teknologi di atas bisa dianggap “berisiko tinggi (high risk)”. Meskipun penulis menghabiskan cukup banyak waktu untuk menerapkan kedua hal tersebut secara profesional, kontrol yang rumit dipilih hanya setelah alternatif lain dikesampingkan….dan sebelumnya memang tak pernah ada dukungan infrastruktur yang cukup. Tak ada obat ajaib untuk memodernisasi dan memperbaiki kinerja irigasi, dan pilihan sering memberikan hasil yang sangat memuaskan.

Adalah hal yang baik untuk mendengarkan para operator dan berusaha menemukan beberapa hal yang bisa meringankan beban mereka. Persoalan tersebut terkadang bisa dipecahkan dengan cepat. Dengan memecahkan masalah operator tersebut, mereka akan menjadi penganjur upaya modernisasi lebih lanjut.

Kesimpulan

RAP apabila dilaksanakan dan dianalisa oleh insinyur irigasi yang bermutu, menghasilkan indikator yang menjelaskan hasil dan proses suatu proyek irigasi. Banyak indikator ini yang dapat digunakan untuk tujuan acuan standarisasi (benchmarking), memungkinkan adanya perbandingan antar proyek dan kinerja pra/paska modernisasi. Dalam waktu hanya beberapa minggu, RAP mampu menghasilkan informasi yang cukup untuk menentukan tindakan penting yang harus diambil untuk modernisasi. Oleh karena itu ini bisa menjadi alat berharga bagi negara-negara untuk memprioritaskan investasi pada proyek yang berbeda-beda, dan untuk memprioritaskan tindakan spesifik dalam proyek irigasi.

62Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt

Referensi

Allen, R.G., L.S. Pereira, D. Raes, and M. Smith. 1998. Crop Evapotranspiration – Guidelines for computing crop water requirements. FAO Irrigation and Drainage Paper 56. Food and Agriculture Organization of the United Nations. ISBN 92-5-104219-5. 300 p.

Burt, C.M., A. J. Clemmens, T.S. Strelkoff, K.H. Solomon, R.D. Bliesner, L.A. Hardy, T.A. Howell, and D.E. Eisenhauer. 1997.

Irrigation Performance Measures - Efficiency and Uniformity. Journal of Irrigation and Drainage Engineering. ASCE 123(6):423-442.

Burt, C. M. and S. W. Styles. 1999. Modern Water Control and Management Practices in Irrigation. Impact on Performance. Water Reports #19. Food and Agriculture Organization of the United Nations. ISSN 1020-1203. ISBN 92-5-104282-9. 224 p.

Maas, E.V. and G. J. Hoffman. 1977. Crop Salt Tolerance – Current Assessment. American Society of Civil Engineers, Proceedings of the Irrig. and Drainage Journal 103(IR2):115-134.

Kloezen, W. H. and C. Garces-Restreop. 1998. Assessing Irrigation Performance with Comparative Indicators: The Case of Alto Rio Lerma Irrigation District, Mexico. IWMI Research Report 22.

Plusquellec, H., C. M. Burt and H. W. Wolter. 1994. Modern Water Control in Irrigation - Concepts, Issues, and Applications. World Bank Technical Paper Number 246. Irrigation and Drainage Series. The World Bank. Washington, D.C. 104 p.

63Rapid Appraisal Process (RAP) and Benchmarking FAO/Thailand September 2001C. Burt