wiwinidiyanti.files.wordpress.com · web viewuretra adalah saluran keluar urin dari kandung kemih....
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Urin atau air seni adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksresi
urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang
disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostatis cairan tubuh.
Pemeriksaan kesehatan melalui urin merupakan salah satu pemeriksaan
yang paling mudah dilakukan karena urin adalah zat sisa metabolisme yang
dikeluarkan setiap hari. Pemeriksaan urin dapat mengindikasikan beberapa
penyakit. Pemeriksaan urin tidak hanya dapat memberikan fakta-fakta tentang
ginjal dan saluran urin tetapi juga mengenai berbagai organ dalam beberapa
tubuh seperti saluran hati, saluran empedu, pankreas, dan korteks adrenal.
B. Tujuan
1. Mendeteksi gangguan endokrin dan kelainan metabolisme
2. Mendeteksi kelainan organ hati, saluran empedu, pankreas, hemolisis
intravascular, hemolisis ekstravascular.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ginjal adalah sepasang organ retroperitoneal yang integral dengan homeostatis
tubuh dalam mempertahankan keseimbangan, termasuk keseimbangan fisika dan
kimia. Ginjal menyekresi hormon dan enzim yang membantu pengaturan produksi
eritrosit, tekanan darah, serta metabolisme kalsium dan fosfor. Ginjal membuang
sisa metabolisme dan menyesuaikan eksresi air dan pelarut. Ginjal mengatur
volume cairan tubuh, asiditas, dan elektrolit sehingga mempertahankan komposisi
cairan yang normal.
Fungsi ginjal:
1. Mengatur volume dan osmolaritas cairan tubuh
2. Mengatur keseimbangan elektrolit
3. Mengatur keseimbangan asam basa
4. Mengekskresi sisa metabolik, toksin, dan zat asing
5. Memproduksi dan menyekresi hormone
Saluran kemih atas
Ginjal terletak di belakang peritoneum parietal (retro-peri-toneal), pada dinding
abdomen posterior. Ginjal juga terdapat pada kedua sisi aorta abdominal dan vena
kava inferior. Hepar menekan ginjal kanan ke bawah sehingga ginjal kanan lebih
rendah daripada ginjal kiri. Setiap ginjal dikelilingi dengan lemak perinefrik yang
dapat melindungi ginjal dari trauma. Di bagian atas setiap ginjal terdapat kelenjar
adrenal. Renal fasia dan organ sekitar membantu mempertahankan ginjal di
tempatnya.
Nefron merupakan unit fungsional ginjal. Setiap ginjal berisi sekitar satu juta
nefron. Terdapat dua macam nefron, yaitu kortikal dan juksta medular. Delapan
puluh lima persen dari semua nefron terdiri atas nefron kortikal, sedangkan 15%
terdiri atas nefron juksta medular. Kedua macam nefron ini diberi nama sesuai
2
letak glomerulinya dalam renal parenkim. Nefron kortikal berperan dalam
konsentrasi dan dilusi urine. Struktur nefron yang berkaitan dengan proses
pembentukan urine adalah corpus, tubulus renal, dan tubulus koligentes. Korpus
ginjal terdiri atas glomerulus dan kapsul bowman yang membentuk ultrafiltrat dari
darah. Tubulus renal terdiri atas tubulus kontortus proksimal, ansa henle, dan
tubulus kontortus distal. Ketiga tubulus renal ini berfungsi dalam reabsorbsi dan
sekresi dengan mengubah volume dan komposisi ultrafiltrat sehingga membentuk
produk akhir, yaitu urine.
Ginjal mendapat suplai darah arteri dari aorta abdominal. Arteri renalis bercabang
kemudian membentuk arteri lobaris yang member suplai darah pada setiap
pyramid. Arteri lobaris ini kembali bercabang agar darah dapat bergerak dengan
efisien melalui setiap nefron.
Kedua ureter merupakan kelanjutan dari pelvis ginjal dan membawa urine ke
dalam kandung kemih, khususnya ke area yang disebut trigon. Trigon adalah area
segitiga yang terdiri atas lapisan membrane mucus yang dapat berfungsi sebagai
katup untuk menghindari refluks urine ke dalam ureter ketika kandung kemih
berkontraksi.
Saluran Kemih Bawah
Kandung kemih yang terletak di belakang simfilis pubis mengumpulkan urine.
Membran mukus yang melapisi kandung kemih tersusun berlipat dan disebut
rugae. Dinding otot kandung kemih yang elastis bersama dengan rugae dapat
membuat kandung kemih berdistensi untuk menampung jumlah urin yang cukup
banyak. Otot skeletal berlapis satu mengelilingi dasar dan membentuk sfingter
urinarius eksternal. Saraf simpatis dan parasimpatis mempersarafi kandung kemih.
Uretra adalah saluran keluar urin dari kandung kemih. Panjang uterta laki-laki
kira-kira 20cm, sedangkan pada wanita adalah 4cm. Prostat adalah kelenjar
reproduksi pria. Prostat mengelilingi bagian atas uretra.
3
Pembentukan urin
Urine dibentuk dengan serangkaian proses yang rumit dan sangat efektif. Secara
umum, terdapat tiga peristiwa penting dalam pembentukan urine, yaitu
penyaringan (filtrasi), penyerapan (reabsorbsi), dan pengumpulan (augmentasi).
a. Penyaringan darah (filtrasi)
Proses filtrasi terjadi di antara glomerulus dan kapsula bowman. Ketika darah
dari arteriol aferen memasuki glomerulus, tekanan darah menjadi tinggi. Hal
tersebut menyebabkan air dan molekul-molekul yang tidak larut dalam darah
melewati dinding kapiler pada glomelurus. Kemudian, air dan molekul-
molekul memasuki lempeng filtrasi dari kapsula bowman. Hasil filtrasi ini
disebut filtrate glomelurus atau urine primer. Filtrat ini akan dipindahkan
melalui tubulus kontortus proksimal, lengkung henle, tubulus kontortus distal,
kemudian menuju tubulus pengumpul.
b. Penyerapan kembali (reabsorbsi)
Ketika filtrat dipindahkan, darah di arteriol eferen glomerulus menjadi sangat
pekat. Hal tersebut terjadi karena hilangnya begitu banyak air. Selain itu,
filtrasi mengandung substansi-substansi besar yang tidak dapat melewati
dinding kapiler glomerulus, seperti sel darah merah, protein-protein besar, dan
kepingan-kepingan lemak.
Sementara itu, urine primer yang dihasilkan dari kapsula bowman, memasuki
tubulus kontortus proksimal. Di titik pertautan antara kapiler-kapiler yang
melingkupi tubulus, diserap glukosa dan asam amino serta ion Na+ .
Urine primer yang memasuki lengkung Henle telah lebih isotonik dengan
darah di kapiler. Pada lengkung Henle terjadi penyerapan garam NaCl dan air.
Penyerapan berlanjut di tubulus kontortus distal. Di sini terjadi penyerapan
urea, kreatinin, bahan obat-obatan, H+ dan NH4-. Sementara itu, garam NaCl
dan air serta ion HCO3- kembali diserap.
4
Urine yang dihasilkan dari tubulus kontortus distal disebut urine sekunder.
Hasil reabsorbsi ini mengandung air, garam, urea, dan pigmen empedu yang
memberikan bau dan warna pada urine.
c. Pengumpulan (augmentasi)
Urine sekunder dari tubulus kontortus distal akan memasuki tubulus
pengumpul. Di tubulus ini, masih terjadi penyerapan kembali air, garam,
NaCl, dan urea sehingga terbentuk urine yang harus dibuang dari tubuh.
Dari tubulus pengumpul, urine memasuki pelvis renalis, lalu mengalir menuju
ureter menuju kandung kemih. Ketika dandung kemih penuh, orang akan
merasakan keinginan untuk buang air kecil.
Beberapa hal yang mempengaruhi volume urin, diantaranya zat-zat diuretik,
suhu, konsentrasi darah, dan emosi. Jika sering mengkonsumsi kopi dan teh,
zat diuretik (kafein) yang dikandungnya akan menghambat reabsorbsi air
sehingga volume urin meningkat.
Pada saat terjadi peningkatan suhu, kapiler di kulit melebar dan air berdifusi
keluar serta kelenjar keringat menjadi aktif. Saat volume air turun, penyerapan
air di ginjal berkurang sehingga volume urin menurun. Begitu pula halnya
ketika konsentrasi darah meningkat, atau ketika darah menjadi lebih cair
karena banyak mengkonsumsi cairan. Emosi tertentu merangsang peningkatan
atau pengurangan volume urin, contohnya orang menjadi lebih sering buang
air kecil pada saat gugup, tegang, atau takut.
Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan urine meliputi:
1. Pemeriksaan fisik urine: jumlah, pH, warna, bau dan kekeruhan
2. Pemeriksaan kimia urine : protein, glukosa, ketonbodies, bilirubin,
urobilin.
3. Pemeriksaan mikroskopis: pemeriksaan sedimen urin
5
4. Pemeriksaan bakteri: kultur, kepekaan antibiotik.
Pemeriksaan fisik urine:
1. Jumlah dan volume urine
Pada keadaan normal volume urin selama 24 jam adalah 600 ml – 1600 ml.
Dikatakan oligouri bila volume mencapai 100-600 ml / 24 jam. Dikatakan
anuri bila volume mencapai kurang atau sama dengan 100ml/24 jam.
Penyebab terjadinya oliguri adalah:
a. Factor renal
- Akut tubulair nekrosis
- Akut glomerula nekrosis
b. Factor non renal
- Penurunan intake cairan
- Peningkatan kehilangan cairan
Penyebab terjadinya poliuri (produksi urin >2500ml / 24 jam adalah: kronik
renal disease, diabetes insipidus, polydipsi, obat diuretika.
Dalam keadaan normal, volume urin pada siang hari lebih besar dari malam
hari. Volume urin pada malam hari dapat lebih besar dari siang hari pada
keadaan:
1. Glomerulo tubulair diases yang berat
2. Gangguan pada absorb usus
3. Adison diases
2. Derajat keasaman urin (pH)
Dalam keadaan normal, pH urin berkisar antara 4,6 – 8,0 dengan rata-rata 6,5.
Jadi urine berada dalam keadaan sedikit asam pada keadaan normal. Untuk
6
pemeriksaan derajat keasaman urine ini harus dipakai urin yang segar (baru),
karena urin yang telah lama derajat keasamannya akan berubah menjadi
alkalis. Pada urine yang telah dikeluarkan dari tubuh, maka ammonium yang
terkandung di dalamnya akan diubah oleh bakteri dalam urin menjadi amoniak
yang bersifat alkalis.
Beberapa keadaan yang dapat membuat urin menjadi asam adalah:
- Acidosis
- Kelaparan
- Diarrhea
- Diabetes mellitus
Beberapa keadaan yang dapat membuat urine menjadi alkalis adalah:
- Alkalosis
- Muntah-muntah yang hebat
- Infeksi saluran kencing
Pemeriksaan derajat keasaman urin dapat dilakukan dengan menggunakan
kertas lakmus dan pH meter.
3. Pemeriksaan berat jenis urin
Normal : 1,003 – 1,030 rata-rata 1,020
Berat jenis urin tertinggi terdapat pada urine pertama pagi hari, sedangkan berat
jenis terendah terdapat dalam urin yang dihasilkan 1 jam setelah intake cairan
yang cukup banyak. Berat jenis ini memberikan gambaran tentang fungsi dari
tubulus.
Isosthenuri adalah suatu keadaan dimana berat jenis urine seseorang selalu
tetap 1,010 sepanjang hari, yaitu sama dengan berat jenis protein free plasma.
Keadaan ini terjadi pada penderita penyakit ginjal yang kronis dan berat.
7
Teknik pemeriksaan fungsi urine:
a. Dengan memakai alat urometer atau urinometer
b. Dengan menggunakan metode carik celup
4. Warna urin
Urine normal berwarna kuning muda hingga tua. Perubahan warna pada urin
dapat terjadi karena:
a. Keadaan non patologis: biasanya disebabkan oleh makanan atau minuman
dan obat-obatan.
Merah : wortel, phenophtalin, selenium
Kuning: karoten, xantonin
Hijau: acriflavin
Biru: methylen blue
b. Keadaan patologis
Kuning coklat seperti teh: bilirubin
Merah coklat: urobilin, porphyrin
Putih seperti susu: pus, fat
Coklat kehitaman: melamin
Merah berkabut coklat: darah.
5. Bau urine
Pada urine yang segar atau baru biasanya tidak berbau keras atau menyengat,
tetapi pada urine yang telah lama dikeluarkan dari tubuh uranium yang
terkandung di dalamnya akan diubah menjadi amoniak oleh bakteri yang ada
8
dalam urine sehingga menimbulkan bau yang keras atau menyengat. Dalam
keadaan patologis urine dapat berbau:
- Manis : biasanya disebabkan oleh adanya acetone, misalnya pada
koma diabetic
- Busuk: biasanya disebabkan oleh adanya infeksi, misalnya pada
cystitis.
6. Kekeruhan urine
Dalam keadaan normal, urine yang baru berwarna jernih. Kekeruhan dapat
terjadi oleh karena:
- Phosphate : biasanya berwarna putih dan akan hilang bila ditetesi
asam.
- Urat amorph: biasanya berwarna kuning coklat dan didapatkan pada
urine yang asam, dan bila dipanaskan akan menghilang.
- Nanah/pus : biasanya berwarna putih keruh seperti susu tetapi bila
disaring akan kembali jernih. Bila kekeruhan disebabkan oleh
kuman, maka bila disaring urine akan tetap keruh.
Pemeriksaan kimia urin
Disamping cara konvensional, pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan dengan
cara yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, spesifik dan sensitif yaitu
memakai reagen pita. Reagen pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaan pH,
protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen, dan nitrit. Untuk
menghasilkan hasil pemeriksaan yang optimum, aktivitas reagens harus
dipertahankan, penggunaan haruslah mengikuti petunjuk dengan tepat, baik
mengenai cara penyimpanan, pemakaian reagens pita dan bahan pemeriksaan.
1. Glukosa
Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul dalam
urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi
9
karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun.
Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria dapat terjadi
tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah, oleh karena itu
glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes
mellitus. Untuk pengukuran glukosa urine, reagen strip diberi enzim glukosa
oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan zat warna.
2. Protein
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang
diserap oleh tubulus ginjal. Normal ekskresi protein urine biasanya tidak melebihi
150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu spesimen. Lebih dari 10 mg/ml
didefinisikan sebagai proteinuria.
Sejumlah kecil protein dapat dideteksi dari individu sehat karena perubahan
fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan daging
dapat menyebabkan protein dalam jumlah yang signifikan muncul dalam urin.
Pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan jumlah protein
tinggi.
Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi albumin
merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang disebabkan
karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan hipertensi. Sedangkan
peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul rendah merupakan petanda
yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel.
Dipsticks mendeteksi protein dengan indikator warna Bromphenol biru, yang
sensitif terhadap albumin tetapi kurang sensitif terhadap globulin, protein Bence-
Jones, dan mukoprotein.
3. Bilirubin
Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urine adalah bilirubin direk (terkonjugasi),
karena tidak terkait dengan albumin, sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus
dan diekskresikan ke dalam urine bila kadar dalam darah meningkat. Bilirubinuria
dijumpai pada ikterus parenkimatosa (hepatitis infeksiosa, toksik hepar), ikterus
obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF disertai ikterik.
10
4. Urobilinogen
Empedu yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi mencapai area
duodenum, tempat bakteri dalam usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen.
Sebagian besar urobilinogen berkurang di faeses; sejumlah besar kembali ke hati
melalui aliran darah, di sini urobilinogen diproses ulang menjadi empedu; dan
kira-kira sejumlah 1% diekskresikan ke dalam urine oleh ginjal.
Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi sel hepar
menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang
melebehi batas kemampuan hepar untuk melakukan rekskresi. Urobilinogen
meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin berlebihan (ikterik hemolitika
atau anemia hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan parenkim hepar (toksik
hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar, keganasan hepar), penyakit jantung
dengan bendungan kronik, obstruksi usus, mononukleosis infeksiosa, anemia sel
sabit. Urobilinogen urine menurun dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker
pankreas, penyakit hati yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan hanya
sedikit), penyakit inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare yang berat.
Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat
disebabkan oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan
sejumlah kecil urobilinogen.
11
BAB III
METODOLOGI
Praktikum pemeriksaan makroskopis urin
1. Warna
Alat dan bahan:
- Urin
- Tabung reaksi
Prosedur:
- Isilah tabung dengan urin sampai 2/3 penuh dan perhatikan warna
urin pada sikap miring
- Warna dinyatakan dengan: tidak berwarna, kuning muda, kuning
tua, kuning, kuning campur merah, hijau, coklat, dan seperti susu.
2. Kejernihan
Alat dan bahan:
- Urin
- Tabung reaksi
Prosedur:
- Isilah tabung reaksi dengan urin sampai 2/3 penuh dan perhatikan
kejernihan urin pada sikap miring ke arah cahaya.
- Kejernihan dinyatakan dengan: jernih, agak keruh, keruh dan sangat
keruh.
12
3. Bau urin
Bau urin bukan merupakan pemeriksaan penyaring, tapi bila ada bau abnormal
harap dilaporkan.
Harus dibedakan:
- Bau yang dari semula ada
- Bau yang timbul dari urin tanpa pengawet
Bau yang berlainan:
- Amoniak (karena infeksi kandung kemih sehingga terjadi
perombakan ureum oleh bakteri dalam kandung kemih)
- Bau busuk : pada keganasan
Praktikum pemeriksaan kimia urin
1. Praktikum reaksi dan pH urin
- Dipakai urin segar
- Reaksi dan pH urin tidak berarti dalam pemeriksaan penyaring tetapi
penetapan ini dapat member kesan adanya:
Gangguan keseimbangan asam basa
Petunjuk ke arah etiologi infeksi saluran kemih misalnya E. coli
menyebabkan urin asam dan proteus menyebabkan urin lindi
(merubah ureum menjadi amoniak)
- Prosedur:
Pakai kertas lakmus biru dan merah yang dibasahi dengan urin yang akan
diperiksa lalu tunggu 1 menit, lihat perubahan warna yang terjadi.
13
Lakmus biru menjadi merah : urin asam
Lakmus merah menjadi biru: urin lindi
pH urin normal: 4,6 – 8,5
pH urin 24 jam : 6,2
2. Praktikum pemeriksaan reduksi urin (glukosa)
a. Reduksi: Pereaksi benedict, fehling, nylander
Prinsip: gula dalam urin akan mereduksi ion cupri menjadi cupro oksida
(kuning-merah)
Hasil: +/positif untuk glukosa dan gula lain (galaktosa, pentose, fruktosa
dan lain-lain)
Alat dan bahan:
- Wadah/penampung urin yang bersih dan kering
- Tabung reaksi, penjepit tabung, rak tabung
- Reagen benedict, api bunsen, dan pipet tetes
Prosedur:
i) 5 ml reagen benedict dimasukkan ke dalam tabung reaksi
ii) Tambah 5-8 tetes urin (jangan lebih)
iii) Panaskan tabung dan isinya sampai mendidih sambil digoyang-
goyangkan
iv) Angkat, goyangkan dan baca hasilnya
b. Enzimatik
Carik celup atau reagen pita / carik celup yang mengandung enzim glukosa
oksidase.
14
Hasil: spesifik terhadap glukosa
Alat dan bahan:
- Wadah atau penampung urin yang bersih dan kering
- Tabung reaksi
- Carik celup
Prosedur tes carik celup:
- Urin dimasukkan dalam tabung reaksi sampai kira-kira 2/3 penuh
- Dimasukkan carik celup sampai terendam dalam urin
- Angkat carik celup
- Bandingkan warna pada pita carik celup dengan warna standar pada
botol
3. Pemeriksaan berat jenis urin
Penetapan BJ dapat dilakukan dengan:
- Urinometer
- Piknometer
- Carik celup
BJ urin berhubungan erat dengan dieresis dapat member kesan tentang
pekatnya urin
BJ urin tinggi berarti dieresis menurun dan sebaliknya
BJ urin 24 jam pada orang normal : 1,016 – 1,022
BJ urin sewaktu pada orang normal : 1,003 – 1,030
Bila BJ urin sewaktu 1,025 atau lebih sedangkan reduksi urin dan
protein negatif, hal ini menujukkan faal pemekatan ginjal baik.
15
Bila BJ urin lebih dari 1,030 kemungkinan glukosuria.
Bila jumlah urin sedikit, maka urin dapat diencerkan dengan aquadest
(1 : 1), selanjutnya angka terakhir pembacaan dikalikan 2
Bila urin sangat sedikit maka BJ urin dapat ditentukan dengan alat
refraktometer.
Prosedur pemeriksaan BJ urin:
- Tuang urin ke dalam gelas ukur 50 ml
- Masukkan urinometer yang sesuai, putar urinometer supaya tidak
menempel pada dinding gelas.
- Baca BJ urin dengan memperhatikan skala yang tertera pada
urinometer.
4. Pemeriksaan protein urin
Prosedur:
- 2 tabung reaksi masing-masing diisi 2 ml urin
- Tabung pertama diberi 8 tetes larutan sulfo salisilat 20 % lalu kocok
dan bandingkan kedua tabung tersebut
Pembacaan hasil:
- Kedua tabung jernih, tes terhadap protein negative
- Tabung pertama lebih keruh dari tabung kedua maka tabung
pertama dinyalakan di atas api sampai mendidih kemudian
didinginkan.
Bila hasilnya tetap keruh : tes protein positif
Bila kekeruhan hilang pada pemanasan dan keruh setelah dingin :
protein bence jones positif (biasanya pada penderita myeloma
multiple)
16
Untuk menguji kekeruhan:
Dipakai cahaya berpantul dengan latar belakang hitam. Tes dengan sulfo
salisilat sangat peka, tetapi tidak bersifat spesifik. Apabila hasil tes tersebut
negative, tidak perlu lagi memikirkan adanya protein atau zat-zat lain yang
ikut mengendap pada tes itu.
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil:
Uji makroskopik urin
no Nama Mahasiswa Uji Warna Kejernihan Bau Urin
1 Arsita Kuning Jernih Jernih Bau amoniak
2 Adji retno Kuning Jernih Bau amoniak
3 Purnama Bening Jernih Bau amoniak
4 Duhita Bening agak
kuning
Jernih Amoniak
lemah
5 M. Iqbal Kekuningan Jernih Bau amoniak
Uji kimia urin
no Nama MahasiswaTes carik celup BJ
Uji benedict Uji proteinph protein glukosa pikno urino
1 Arsita 6,5 - - - 1,004 - -
2 Adji 6,0 - - - 2,002 - -
3 Purnama 7,5 - - - 1,006 - -
4 Duhita 5,0 - - - 1,002 - -
5 M. Iqbal 6,0 - - - 1,004 - -
18
Pembahasan:
Pemeriksaan urin merupakan pemeriksaan yang dipakai untuk mengetahui adanya
kelainan di dalam saluran kemih yaitu dari ginjal dengan salurannya, kelainan
yang terjadi di luar ginjal, untuk mendeteksi adanya metabolit obat seperti zat
narkoba dan mendeteksi adanya kehamilan. Pemeriksaan urin meliputi
pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, dan kimia urin. Pada penyakit ginjal
dapat diketahui adanya kerusakan ginjal, saluran kemih seperti infeksi, radang,
adanya trauma dan keganasan. Kelainan yang terjadi di luar ginjal juga dapat
dideteksi dengan pemeriksaan urin, seperti adanya diabetes mellitus dapat
diketahui dengan pemeriksaan glukosa urin, hepatitis dengan memeriksa adanya
bilirubin dalam urin, pendarahan saluran kemih dapat pula diketahui terutama
yang belum terlihat warna merah dalam urin yang disebut mikrohematuria.
Dalam praktikum ini yang digunakan adalah urine sewaktu. Pada pemeriksaan
makroskopik meliputi uji warna, kejernihan, dan bau urin. Pemeriksaan uji warna
dari ke-5 mahasiswa didapat warna kuning yang dinyatakan sebagai warna urin
normal. Parameter selanjutnya adalah uji kejernihan urin, pemeriksaan dilakukan
dengan cara sampel (urin) dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian tabung
dilihat ke arah cahaya, didapatkan hasil jernih pada ke-5 mahasiswa yang berarti
normal. Uji makroskopis selanjutnya adalah bau urin, dilakukan dengan cara
mengibaskan tangan di atas tabung reaksi yang di dalamnya terdapat urin. Bau
yang didapatkan adalah bau amoniak, hal tersebut masih normal karena bau
tersebut disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada
urin yang dibiarkan tanpa pengawet.
Pemeriksaan kimia urin meliputi uji BJ menggunakan piknometer dan urinometer,
uji benedict, uji protein, uji tes carik celup untuk melihat adanya glukosa, protein
dan pH urin. Pada uji benedict dan uji protein, ke -5 mahasiswa mendapatkan
hasil negatif. yang berarti tidak terdapat glukosa dan protein dalam urin. Pada uji
BJ menggunakan piknometer tidak dilakukan karena pada saat praktik timbangan
di laboratorium tidak tersedia, maka dari itu kami melakukan uji BJ hanya
19
menggunakan urinometer. Hasil uji BJ terkecil adalah 1,002 dan terbesar adalah
2,002. Dalam literatur uji BJ normal pada urin sewaktu berkisar antara 1,003 –
1,030. BJ pada urin Duhita lebih kecil dari 0,003 mungkin disebabkan pada waktu
pengambilan urin, Duhita minum terlalu banyak. Sedangkan pada BJ urin Adji
lebih dari 1,030 yaitu 2,002. Hal ini dapat terjadi kemungkinan karena salah
pembacaan atau perhitungan pada saat praktikum karena pada uji glukosa hasilnya
negatif.
20
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan:
Pemeriksaan urin merupakan pemeriksaan yang dipakai untuk mengetahui
adanya kelainan di dalam saluran kemih yaitu dari ginjal dengan salurannya
maupun kelainan yang terjadi di luar ginjal. Pada uji makroskopik urin, tidak ada
kelainan pada semua mahasiswa. Pada uji kimia tidak terdapat adanya protein
maupun glukosa pada semua mahasiswa tetapi BJ pada salah satu mahasiswa
melebihi normal yaitu 2,002. Hal ini mungkin disebabkan karena salah
pembacaan atau perhitungan pada saat praktikum.
Saran:
Diharapkan seluruh mahasiswa lebih teliti dan disiplin pada saat praktikum,
sehingga kesalahan dapat dihindari.
21
DAFTAR PUSTAKA
Ferdinand P, Fictor dan Ariebowo, Moekti. 2007. Praktis Belajar Biologi.
Jakarta : Visindo
Baradero, Mary., Wilfrid Dayrit, Mary dan Siswandi, Yakobus. 2005. Klien
gangguan ginjal: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
http://stephanusriovandyc-patologi.blogspot.com/p/pemeriksaan-urine.html
http://kaahil.wordpress.com/2013/05/11/lengkap-hasil-pemeriksaan-urine-rutin-
urinalisis-makroskopik-glukosa-protein-bilirubin-urobilinogenkeasamanph-berat-
jenisbj-darah-keton-nitrit-lekosit-esterase-mikroskopik-eritro/
http://task-list.blogspot.com/2008/11/makroskopik-mikroskopik-urin.html
22