de792834443.files.wordpress.com€¦ · web viewmakalah . kebudayaan jawa barat. di susun oleh....
TRANSCRIPT
MAKALAH
KEBUDAYAAN JAWA BARAT
DI SUSUN OLEH
DEVIE SHIEMA DEWI
1202016036
UNIVERSITAS YARSI
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
2018
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan izin-Nya peneliti dapat meyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Kebudayaan Jawa Barat”. Kami menyusun makalah ini dalam rangka memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Aplikasi Komputer.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan
memiliki berbagi macam suku bangsa, Bahasa, adat istiadat atau sering kita sebut
kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia merupakan
suatu bukti bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Tidak
bisa kita pungkiri, bahwa kebudayaan daerah merupakan faktor utama berdirinya
kebudayaan yang lebih global, yang biasa kita sebut dengan kebudayaan nasional.
Maka atas dasar itulah segala bentuk kebudayaan daerah akan sangat berpengaruh
terhadap budaya nasional, begitu pula sebaliknya kebudayaan nasional yang
bersumber dari kebudayaan daerah, akan sangat berpengaruh pula terhadap
kebudayaan daerah/kebudayaan lokal.
Jakarta, 02 Januari 2018
Penyusun
Devie Shiema Dewi
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................... 4
1.2 Fenomena.............................................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 7
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 8
2.1 KEBUDAYAAN SUNDA ....................................................................... 8
A. Sejarah Suku Sunda........................................................................ 8
B. Unsur-Unsur Budaya Sunda........................................................... 9
C. Bahasa Sunda..................................................................................12
D. Kesenian Sunda..............................................................................17
E. Melestarikan Kebudayaan Daerah..................................................21
BAB III HASIL ...................................................................................................24
A Interview Dengan Subjek I...................................................................24
B Interview Dengan Subjek II..................................................................28
C Hasil Analisis........................................................................................32
BAB IV KESIMPULAN ....................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................35
ii
DAFTAR TABEL
TABEL 1 FONEM BAHASA SUNDA ............................................................14
TABEL 2 KONSONAN .....................................................................................15
DAFTAR GAMBAR
KEBUDAYAAN SUNDA ...................................................................................33
GAMBAR 1.2 ..........................................................................................33
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling
berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan
(bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada
lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan
diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus
mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat. Bahasa memiliki
beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus.
Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi,
dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa
secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari,
mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk
mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
Bahasa-bahasa daerah atau minoritas adalah bahasa-bahasa yang:
1) Secara tradisional digunakan dalam wilayah suatu negara, oleh warga
negara dari negara tersebut, yang secara numerik membentuk kelompok yang
lebih kecil dari populasi lainnya di negara tersebut; dan
2) Berbeda dari bahasa resmi (atau bahasa-bahasa resmi) dari negara tersebut.
Betapa pentingnya sebuah bahasa dalam kebudayaan hingga setiap daerah
memiliki gaya bahasa yang berbeda-beda. Salah satunya adalah penggunaan
bahasa Sunda (Jawa Barat) adalah salah satu dari sekian bahasa daerah yang ada
4
di Indonesia. Tetapi saat ini generasi muda sudah mulai terasa sedikit demi sedikit
menghilangkan kebiasaan berbahasa sunda, hilangnya kebiasaan berbahasa Sunda
di kalangan generasi muda tidak terlepas dari peran orang tua. Karena, banyak
para orang tua yang tidak lagi membiasakan berbahasa Sunda kepada anak-
anaknya. Selain itu, pengaruh budaya asing yang masuk melalui televisi dan
internet turut berperan mengikis kebiasaan berbahasa Sunda. Pengaruh budaya
asing pun telah membangun paradigma baru yang mengesankan bahasa daerah
sebagai bahasa tertinggal. Hal itu terjadi terutama di kota-kota besar dan ramai.
Bahasa merupakan salah satu unsur dari budaya, jika bahasanya sudah mulai
punah pasti kebudayaannya jauh lebih dahulu punah. Mengembangkan dan
melestarikan kebudayaan tradisional, salah satunya harus dimulai dari bahasa.
Sebab penggunaan bahasa Sunda di kalangan masyarakat Jawa Barat sudah mulai
ditinggalkan. Berdasarkan penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), budaya Sunda merupakan salah satu etnis yang laju penggerusannya
paling cepat kedua setelah etnis Betawi. Hal ini sangat mengkhawatirkan.
Selain unsur bahasa, salah satu unsur yang penting dalam sebuah budaya adalah
adalah unsur kesenian. Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang
berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan
mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia
menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga
perwujudan kesenian yang kompleks.
Masyarakat Sunda begitu gemar akan kesenian, sehingga banyak terdapat
berbagai jenis kesenian, diantaranya seperti :
1. Seni tari : tari topeng, tari merak, tari sisingaan dan tari jaipong.
5
2. Seni suara dan musik :
a. Degung (semacam orkestra) : menggunakan gendang, gong, saron, kecapi, dll.
b. Salah satu lagu daerah Sunda antara lain yaitu Bubuy bulan, Es lilin, Manuk
dadali, Tokecang dan Warung pojok.
3. Wayang golek
4. Senjata tradisional yaitu kujang, dll.
Kesenian saat ini juga sudah mulai terkikis, sudah banyak para generasi muda
yang lambat laun meninggalkan kesenian tradisional daerah. Sehingga perlu
pengetahuan dan pelestarian agar kesenian daerah tidak menghilangkan salah satu
dari unsur kebudayaan.
1.2 Fenomena
Fenomena yang terjadi pada masyarakat khususnya para generasi muda adalah
kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya berbahasa daerah (bahasa Sunda)
yang diikuti dengan kurangnya orang tua menanamkan nilai budaya berbahasa
daerah (bahasa Sunda) didalam kehidupan sehari-hari dan pengaruh budaya asing
yang masuk melalui televisi dan internet. Sehingga para generasi muda tidak lagi
mementingkan bahasa daerah. Penggunaan Bahasa Indonesia pun tidak lagi
menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Begitu pula dengan kesenian, adanya modernisasi membuat kesenian-kesenian
tradisional mulai tidak menarik bagi generasi muda. Para generasi muda lebih
senang bermain Band dengan alat-alat musik yang lebih modern dibandingkan
dengan bermain alat musik tradisional yang masih berbahan baku kayu ataupun
bambu. Kini kesenian tradisional hanya ada di beberapa acara-acara besar, tidak
lagi sesering dahulu selalu ada dalam kegiatan-kegiatan adat. Bahasa dan kesenian
6
pun semakin akan hilang ketika para generasi muda tidak lagi mengetahui dan
melestarikan bahasa dan kesenian sebagai kebudayaan daerah (Sunda) atau
kebudayaan bangsa.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran Pengaruh
Pengetahuan Bahasa dan Kesenian terhadap Upaya Melestarikan Bahasa dan
Kesenian Kebudayaan Sunda pada Generasi Muda dan untuk mengetahui dampak
Pengaruh Pengetahuan Bahasa dan Kesenian terhadap Upaya Melestarikan
Kebudayaan Sunda pada Generasi Muda.
7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kebudayaan Sunda
A. Sejarah Suku Sunda
Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa,
Indonesia, yang mencakup wilayah administrasi provinsi Jawa Barat. Suku Sunda
merupakan etnis kedua terbesar di Indonesia, setelah etnis Jawa. Sekurang-
kurangnya 15,41% penduduk Indonesia merupakan orang Sunda. Mayoritas orang
Sunda beragama Islam. Namun dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak
masyarakat yang mempercayai kekuatan-kekuatan supranatural, yang berasal dari
kebudayaan animisme dan Hindu.
Jati diri yang mempersatukan orang Sunda adalah bahasanya dan budayanya.
Orang Sunda dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan, dan riang, akan
tetapi mereka dapat bersifat pemalu dan terlalu perasa secara emosional. Karakter
orang Sunda seringkali ditampilkan melalui tokoh populer dalam kebudayaan
Sunda; Kabay danan Cepot. Mereka bersifat riang, suka bercanda, dan banyak
akal, tetapi seringkali nakal.
Secara Etimologi Sunda berasal dari kata Su yang berarti segala sesuatu yang
mengandung unsur kebaikan. Orang Sunda meyakini bahwa memiliki etos atau
karakter Kasundaan, sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Karakter Sunda yang
dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (mawas
diri), dan pinter (cerdas). Karakter ini telah dijalankan oleh masyarakat yang
bermukim di Jawa bagian barat sejak zaman Kerajaan Salakanagara.
8
Nama Sunda mulai digunakan oleh raja Purnawarman pada tahun 397 untuk
menyebut ibukota Kerajaan Tarumanegara yang didirikannya. Untuk
mengembalikan pamor Tarumanagara yang semakin menurun, pada tahun 670,
Tarusbawa, penguasa Tarumanagara yang ke-13, mengganti nama Tarumanagara
menjadi Kerajaan Sunda. Kemudian peristiwa ini dijadikan alasan oleh Kerajaan
Galuh untuk memisahkan negaranya dari kekuasaan Tarusbawa. Dalam posisi
lemah dan ingin menghindarkan perang saudara, Tarusbawa menerima tuntutan
raja Galuh. Akhirnya kawasan Tarumanagara dipecah menjadi dua kerajaan, yaitu
Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh dengan Sungai Citarum sebagai batasnya.
B. Unsur-unsur Budaya Sunda
1. BAHASA
Bahasa Sunda juga mengenal tingkatan dalam bahasa, yaitu unda-usuk bahasa
untuk membedakan golongan usia dan status sosial antara lain yaitu :
1) Bahasa Sunda lemes (halus) yaitu dipergunakan untuk berbicara dengan
orang tua, orang yang dituakan atau disegani.
2) Bahasa Sunda sedang yaitu digunakan antara orang yang setaraf, baik usia
maupun status sosialnya.
3) Bahasa Sunda kasar yaitu digunakan oleh atasan kepada bawahan, atau
kepada orang yang status sosialnya lebih rendah.
Namun demikian, di Serang, dan Cilegon, bahasa Banyumasan (bahasa Jawa
tingkatan kasar) digunakan oleh etnik pendatang dari Jawa.
2. RELIGI
Sebagain besar masyarakat suku Sunda menganut agama Islam, namun ada pula
yang beragama kristen, Hindu, Budha, dll. Mereka itu tergolong pemeluk agama
9
yang taat, karena bagi mereka kewajiban beribadah adalah prioritas utama.
Contohnya dalam menjalankan ibadah puasa, sholat lima waktu, serta berhaji bagi
yang mampu. Mereka juga masih mempercayai adanya kekuatan gaib. Terdapat
juga adanya upacara-upacara yang berhubungan dengan salah satu fase dalam
lingkaran hidup, mendirikan rumah, menanam padi, dan lain-lainnya.
3. TEKNOLOGI
Hasil-hasil teknologi terkini sangat mudah didapatkan seperti alat-alat yang
digunakan untuk pertanian yang dasa jaman dulu masih menggunakan alat-alat
tradisional, kini sekarang telah berubah menggunakan alat-alat modern, seperti
traktor dan mesin penggiling padi. Disamping itu juga sudah terdapat alat-alat
telekomunikasi dan barang elektronik modern.
4. MATA PENCAHARIAN
Mata pencaharian pokok masyarakat Sunda adalah
1) Bidang perkebunan, seperti tumbuhan teh, kelapa sawit, karet, dan kina.
2) Bidang pertanian, seperti padi, palawija, dan sayur-sayuran.
3) Bidang perikanan, seperti tambak udang, dan perikanan ikan payau.
Selain bertani, berkebun dan mengelola perikanan, ada juga yang bermata
pencaharian sebagai pedagang, pengrajin, dan peternak.
5. ORGANISASI SOSIAL
Sistem kekerabatan yang digunakan adalah sistem kekerabatan parental atau
bilateral, yaitu mengikuti garis keturunan kedua belh phak orang tua. Pada saat
menikah, orang Sunda tidak ada keharusan menikah dengan keturunan tertentu
asal tidak melanggar ketentuan agama. Setelah menikah, pengantin baru bisa
tinggal ditempat kediaman istri atau suami, tetapi pada umumnya mereka memilih
10
tinggal ditempat baru atau neolokal. Dilihat dari sudut ego, orang Sunda mengenal
istilh tujuh generasi keatas dan tujuh generasi ke bawah, antara lain yaitu :
Tujuh generasi keatas : Kolot, Embah, Buyut, Bao, Janggawareng, Udeg-udeg,
Gantung siwur. Tujuh generasi kebawah : Anak, Incu, Buyut, Bao, Janggawareng,
Udeg-udeg, Gantung siwur.
6. SISTEM PENGETAHUAN
Fasilitas yang cukup memadai dalam bidang pengetahuan maupun informasi
memudahkan masyarakat dalam memilih institusi pendidikan yang akan mereka
masuki dalam berbagai jenjang. Seperti pada permulaan masa kemerdekaa di Jawa
Barat terdapat 358.000 murid sekolah dasar, kemudian pada tahun 1965
bertambah menjadi 2.306.164 murid sekolah dasar. Jadi berarti mengalami
kenaikan sebanyak 544%. Pada saat ini pada era ke- 20 disetiap ibukota kabupaten
telah tersedia universitas-universitas, fakultas-fakultas, dan cabang-cabang
universitas.
7. KESENIAN
Masyarakat Sunda begitu gemar akan kesenian, sehingga banyak terdapat
berbagai jenis kesenian, diantaranya seperti :
1) Seni tari : tari topeng, tari merak, tari sisingaan dan tari jaipong.
2) Seni suara dan musik :
a. Degung (semacam orkestra) : menggunakan gendang, gong, saron, kecapi, dll.
b. Salah satu lagu daerah Sunda antara lain yaitu Bubuy bulan, Es lilin, Manuk
dadali.
3) Wayang golek.
4) Senjata tradisional yaitu kujang.
11
C. Bahasa Sunda
1. Variasi dalam bahasa Sunda
Bahasa Sunda adalah sebuah bahasa dari cabang Melayu-Polinesia dalam rumpun
bahasa Austronesia. Bahasa ini dituturkan oleh sekitar 27 juta orang dan
merupakan bahasa dengan penutur terbanyak kedua di Indonesia setelah Bahasa
Jawa. Bahasa Sunda dituturkan di sebagian besar provinsi Jawa Barat (kecuali
kawasan pantura yang merupakan daerah tujuan urbanisasi di mana penutur
bahasa ini semakin berkurang), melebar hingga batas Kali Pemali (Cipamali) di
wilayah Brebes dan Majenang, Cilacap Jawa Tengah, dan di kawasan selatan
provinsi Banten.
Dari segi linguistik, bersama bahasa Baduy, bahasa Sunda membentuk suatu
rumpun bahasa Sunda yang dimasukkan ke dalam rumpun bahasa Melayu-
Sumbawa.
Dalam percakapan sehari-hari, etnis Sunda banyak menggunakan bahasa Sunda.
Namun kini telah banyak masyarakat Sunda terutama yang tinggal di perkotaan
tidak lagi menggunakan bahasa tersebut dalam bertutur kata. Seperti yang terjadi
di pusat-pusat keramaian kota Bandung dan Bogor, dimana banyak masyarakat
yang tidak lagi menggunakan bahasa Sunda.
Ada beberapa dialek dalam bahasa Sunda, antara lain dialek Sunda-Banten, dialek
Sunda-Bogor, dialek Sunda-Priangan, dialek Sunda-Jawa, dan beberapa dialek
lainnya yang telah bercampur baur dengan bahasa Jawa dan bahasa Melayu.
Karena pengaruh budaya Jawa pada masa kekuasaan Kerajaan Mataram Islam,
bahasa Sunda – terutama dialek Sunda Priangan – mengenal beberapa tingkatan
12
berbahasa, mulai dari bahasa halus, bahasa loma/lancaran, hingga bahasa kasar.
Namun di wilayah-wilayah pedesaan dan mayoritas daerah Banten, bahasa Sunda
loma tetap dominan.
Dialek (basa wewengkon) bahasa Sunda beragam, mulai dari dialek Sunda-
Banten, hingga dialek Sunda-Jawa Tengahan yang mulai tercampur bahasa Jawa.
Para pakar bahasa biasanya membedakan enam dialek yang berbeda. Dialek-
dialek ini adalah Dialek Barat, Dialek Utara, Dialek Selatan, Dialek Tengah
Timur, Dialek Timur Laut, Dialek Tenggara.
Dialek Barat dipertuturkan di daerah Banten selatan. Dialek Utara mencakup
daerah Sunda utara termasuk kota Bogor dan beberapa bagian Pantura. Lalu
dialek Selatan adalah dialek Priangan yang mencakup kota Bandung dan
sekitarnya. Sementara itu dialek Tengah Timur adalah dialek di sekitar
Majalengka. Dialek Timur Laut adalah dialek di sekitar Kuningan, dialek ini juga
dipertuturkan di beberapa bagian Brebes, Jawa Tengah. Dan akhirnya dialek
Tenggara adalah dialek sekitar Ciamis.
Bahasa Sunda Kuna adalah bentuk bahasa Sunda yang ditemukan pada beberapa
catatan tertulis, baik di batu (prasasti) maupun lembaran daun kering (lontar).
Tidak diketahui apakah bahasa ini adalah dialek tersendiri atau merupakan bentuk
yang menjadi pendahulu bahasa Sunda modern. Sedikitnya literatur berbahasa
Sunda menyulitkan kajian linguistik varian bahasa ini.
2. Sejarah dan penyebaran
Bahasa Sunda terutama dipertuturkan di sebelah barat pulau Jawa, di daerah yang
dijuluki Tatar Sunda. Namun demikian, bahasa Sunda juga dipertuturkan di
bagian barat Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Brebes dan Cilacap. Banyak
13
nama-nama tempat di Cilacap yang masih merupakan nama Sunda dan bukan
nama Jawa seperti Kecamatan Dayeuhluhur, Cimanggu, dan sebagainya.
Ironisnya, nama Cilacap banyak yang menentang bahwa ini merupakan nama
Sunda. Mereka berpendapat bahwa nama ini merupakan nama Jawa yang
“disundakan”, sebab pada abad ke-19 nama ini seringkali ditulis sebagai
“Clacap”.
Selain itu menurut beberapa pakar bahasa Sunda sampai sekitar abad ke-6 wilayah
penuturannya sampai di sekitar Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah,
berdasarkan nama “Dieng” yang dianggap sebagai nama Sunda (asal kata dihyang
yang merupakan kata bahasa Sunda Kuna). Seiring mobilisasi warga suku Sunda,
penutur bahasa ini kian menyebar. Misalnya, di Lampung, di Jambi, Riau dan
Kalimantan Selatan banyak sekali, warga Sunda menetap di daerah baru tersebut.
3. Fonologi
Saat ini Bahasa Sunda ditulis dengan Abjad Latin dan sangat fonetis. Ada lima
suara vokal murni (a, é, i, o, u), dua vokal netral, (e (pepet) dan eu (ɤ), dan tidak
ada diftong. Fonem konsonannya ditulis dengan huruf p, b, t, d, k, g, c, j, h, ng,
ny, m, n, s, w, l, r, dan y. Konsonan lain yang aslinya muncul dari bahasa
Indonesia diubah menjadi konsonan utama: f -> p, v -> p, sy -> s, sh -> s, z -> j,
and kh -> h.
TABEL 1 FONEM BAHASA SUNDA
Vokal Depan Madya Belakang
Tertutup iː uː
Tengah e ə o
14
Hampir Terbuka (ɛ) ɤ (ɔ)
Terbuka a
TABEL 2 KONSONAN
Bibir Gigi
Langit2
keras Langit2 lunak Celah suara
Sengau m n ɲ ŋ
Letap p b t d c ɟ k g ʔ
Desis S h
Getar/Sisi l r
Hampiran W j
4. Perbedaan dengan Bahasa Sunda di Banten
Bahasa Sunda yang berada di Banten, serta yang berada di daerah Priangan
(Garut, Tasikmalaya, Bandung, dll.) memiliki beberapa perbedaan. Mulai dari
dialek pengucapannya, sampai beberapa perbedaan pada kata-katanya. Bahasa
Sunda di Banten juga umumnya tidak mengenal tingkatan, Bahasa Sunda tersebut
masih terlihat memiliki hubungan erat dengan bahasa Sunda Kuna. Namun oleh
mayoritas orang-orang yang berbahasa Sunda yang memiliki tingkatan (Priangan),
Bahasa Sunda Banten (Rangkasbitung, Pandeglang) digolongkan sebagai bahasa
Sunda kasar. Namun secara prakteknya, Bahasa Sunda Banten digolongkan
sebagai Bahasa Sunda dialek Barat. Pengucapan bahasa Sunda di Banten
15
umumnya berada di daerah Selatan Banten (Lebak, Pandeglang). Berikut beberapa
contoh perbedaannya:
Ketika sedang berpendapat:
Sunda Banten (Rangkasbitung): “Jeuuuh aing mah embung jasa jadi doang jelma
nu kedul!”
Sunda Priangan: “Ah abdi mah alim janten jalmi nu pangedulan teh!”
Bahasa Indonesia: “Wah saya sangat tidak mau menjadi orang yang malas!”
Ketika mengajak kerabat untuk makan (misalkan nama kerabat adalah Eka) :
Sunda Banten (Rangkasbitung): “Teh Eka, maneh arek hakan teu?”
Sunda Priangan: “Teh Eka, badé tuang heula?”
Bahasa Indonesia: “(Kak) Eka, mau makan tidak?”
Ketika sedang berbelanja:
Sunda Banten (Rangkasbitung): “Lamun ieu dangdeur na sabarahaan mang? Tong
mahal jasa.”
Sunda Priangan: “Dupi ieu sampeu sabarahaan mang? Teu kénging awis teuing
nya”
Bahasa Indonesia: “Kalau (ini) harga singkongnya berapa bang? Jangan
kemahalan.”
Ketika sedang menunjuk:
Sunda Banten (Rangkasbitung): “Eta diditu maranehna orok aing”
Sunda Priangan: ” Eta palih ditu réréncangan abdi. ”
Bahasa Indonesia: “Mereka semua (di sana) adalah teman saya”
Meski berbeda pengucapan dan kalimat, namun bukan berarti beda bahasa, hanya
berbeda dialek. Berbeda halnya dengan bahasa Sunda Priangan yang telah
16
terpengaruh dari kerajaan Mataram. Hal itu yang menyebabkan bahasa Sunda
Priangan, memiliki beberapa tingakatan. Sementara bahasa Sunda Banten, tidak
memiliki tingkatan. Penutur aktif bahasa Sunda Banten saat ini, contohnya adalah
orang-orang Sunda yang tinggal di daerah Banten bagian selatan (Pandeglang,
Lebak). Sementara masyarakat tradisional pengguna dialek ini adalah suku Baduy
di Kabupaten Lebak.
Sementara wilayah Utara Banten, seperti Serang, umumnya menggunakan bahasa
campuran (multi-bilingual) antara bahasa Sunda dan Jawa.
D. Kesenian Sunda
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi
hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga.
Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan
berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian
yang kompleks.
1. Seni Tari
a. TARI JAIPONGAN
Tanah Sunda (Priangan) dikenal memiliki aneka budaya yang unik dan menarik,
Jaipongan adalah salah satu seni budaya yang terkenal dari daerah ini. Jaipongan
atau Tari Jaipong sebetulnya merupakan tarian yang sudah moderen karena
merupakan modifikasi atau pengembangan dari tari tradisional khas Sunda yaitu
Ketuk Tilu. Tari Jaipong ini dibawakan dengan iringan musik yang khas pula,
yaitu Degung. Musik ini merupakan kumpulan beragam alat musik seperti
Kendang, Go’ong, Saron, Kacapi, dsb. Degung bisa diibaratkan ‘Orkestra’ dalam
musik Eropa/Amerika. Ciri khas dari Tari Jaipong ini adalah musiknya yang
17
menghentak, dimana alat musik kendang terdengar paling menonjol selama
mengiringi tarian. Tarian ini biasanya dibawakan oleh seorang, berpasangan atau
berkelompok. Sebagai tarian yang menarik, Jaipong sering dipentaskan pada
acara-acara hiburan, selamatan atau pesta pernikahan.
b. TARI MERAK
Merak yaitu binatang sebesar ayam, bulunya halus dan dikepalanya memiliki
seperti mahkota. Kehidupan merak yang selalu mengembangkan bulu ekornya
agar menarik burung merak wanita meninspirasikan R. Tjetje Somantri untuk
membuat tari Merak ini.
Dalam pertunjukannya, ciri bahwa itu adalah terlihat dari pakaian yang dipakai
penarinya memiliki motif seperti bulu merak. Kain dan bajunya menggambarkan
bentuk dan warna bulu-bulu merak; hijau biru dan/atau hitam. Ditambah lagi
sepasang sayapnya yang melukiskan sayap atau ekor merak yang sedang
dikembangkan. Gambaran merak bakal jelas dengan memakai mahkota yang
dipasang di kepala setiap penarinya.
Tarian ini biasanya ditarikan berbarengan, biasanya tiga penari atau bisa juga
lebih yang masing-masing memiliki fungsi sebagai wanita dan laki-lakinya.
Iringan lagu gendingnya yaitu lagu Macan Ucul biasanya. Dalam adegan gerakan
tertentu terkadang waditra bonang dipukul di bagian kayunya yang sangat keras
sampai terdengar kencang, itu merupakan bagian gerakan sepasang merak yang
sedang bermesraan.
Dari sekian banyaknya tarian yang diciptakan oleh Raden Tjetje Somantri,
mungkin tari Merak ini merupakan tari yang terkenal di Indonesia dan luar negeri.
Tidak heran kalau seniman Bali juga, diantaranya mahasiswa ASKI Denpasar
18
menciptakan tari Manuk Rawa yang konsep dan gerakannya hampir mirip dengan
tari Merak.
c. TARI TOPENG
Tari Topeng Priangan merupakan buah karya maestro tari Sunda Nugraha
Soradiredja. Dalam Tari Topeng terdapat 5 karakter utama atau lebih terkenal
dengan TOPENG 5 Watak yaitu :
1) Topeng Panji yang menceritakan awal kehidupan manusia, sehingga topeng
yang dipakai berwarna putih bersih dan gerakannya yang lebih halus dan lembut.
Bahkan hampir tidak ada gerakan berjalan.
2) Topeng Samba atau Pamindo lebih lincah dalam gerakan karena lebih
menampilkan kisah masa kanak-kanak.
3) Topeng Rumi yang merupakan tarian dengan pase manusia telah meningkat
ke akhir baligh sehingga gerakan yang lincah dan lembut berbaur menjadi satu.
4) Topeng Patih atau Tumenggung menampilkan sosok manusia dewasa dengan
gerakan yang lebih tegas.
5) Topeng Kelana atau Rahwana menggambarkan tentang amarah pada diri
manusia sehingga setiap gerakannya tegas dan memerlukan tenaga lebih besar
dari watak yang lainnya.
Tari topeng juga sering ditarikan dalam bentuk sendratari kecil selain tari topeng
5 watak ada juga topeng 3 watak yang menceritakan tentang Rahwana yang ingin
mempersunting Dewi Shinta.
19
Topeng 3 Watak hanya menampilkan 3 watak topeng yaitu Topeng Rumiyang
atau Kencana Wungu sebagai Dewi Shinta yang ditarikan oleh penari wanita
dalam balutan kostum ungu, lalu Topeng Patih dan Topeng Rahwana yang identik
dengan warna merah.
1. Seni Musik dan Suara
Selain seni tari, tanah Sunda juga terkenal dengan seni suaranya. Dalam
memainkan Degung biasanya ada seorang penyanyi yang membawakan lagu-lagu
Sunda dengan nada dan alunan yang khas. Penyanyi ini biasanya seorang wanita
yang dinamakan Sinden. Tidak sembarangan orang dapat menyanyikan lagu yang
dibawakan Sinden karena nada dan ritme-nya cukup sulit untuk ditiru dan
dipelajari. Dibawah ini salah salah satu musik/lagu daerah Sunda : Bubuy Bulan
Es Lilin Manuk Dadali Tokecang Warung Pojok.
1. Wayang Golek
Jepang boleh terkenal dengan ‘Boneka Jepangnya’, maka tanah Sunda terkenal
dengan kesenian Wayang Golek-nya. Wayang Golek adalah pementasan
sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh seorang sutradara
merangkap pengisi suara yang disebut Dalang. Seorang Dalang memiliki keahlian
dalam menirukan berbagai suara manusia. Seperti halnya Jaipong, pementasan
Wayang Golek diiringi musik Degung lengkap dengan Sindennya. Wayang Golek
biasanya dipentaskan pada acara hiburan, pesta pernikahan atau acara lainnya.
Waktu pementasannya pun unik, yaitu pada malam hari (biasanya semalam
suntuk) dimulai sekitar pukul 20.00 – 21.00 hingga pukul 04.00 pagi.
20
Cerita yang dibawakan berkisar pada pergulatan antara kebaikan dan kejahatan
(tokoh baik melawan tokoh jahat). Ceritanya banyak diilhami oleh budaya Hindu
dari India, seperti Ramayana atau Perang Baratayudha. Tokoh-tokoh dalam cerita
mengambil nama-nama dari tanah India. Dalam Wayang Golek, ada ‘tokoh’ yang
sangat dinantikan pementasannya yaitu kelompok yang dinamakan Purnakawan,
seperti Dawala dan Cepot. Tokoh-tokoh ini digemari karena mereka merupakan
tokoh yang selalu memerankan peran lucu (seperti pelawak) dan sering
memancing gelak tawa penonton. Seorang Dalang yang pintar akan memainkan
tokoh tersebut dengan variasi yang sangat menarik.
1. Alat Musik
2. CALUNG
Calung adalah alat musik Sunda yang merupakan prototipe dari angklung.
Berbeda dengan angklung yang dimainkan dengan cara digoyangkan, cara
menabuh calung adalah dengan mepukul batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas
(tabung bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga nada) pentatonik (da-mi-
na-ti-la). Jenis bambu untuk pembuatan calung kebanyakan dari awi wulung
(bambu hitam), namun ada pula yang dibuat dari awi temen (bambu yang
berwarna putih).
2. ANGKLUNG
Angklung adalah sebuah alat atau waditra kesenian yang terbuat dari bambu
khusus yang ditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna sekitar tahun 1938. Ketika
awal penggunaannya angklung masih sebatas kepentingan kesenian lokal atau
tradisional.
E. Melestarikan Kebudayaan Daerah
21
Indonesia dengan letak geografis sebagai negara kepulauan memiliki aneka ragam
adat dan budaya daerah yang tersebar merata di seluruh tanah air. Bentuk
geografis kepulauan ini di satu sisi juga perlu diwaspadai oleh para generasi muda
akan pelestarian aneka ragam budayanya.
Bukan hal baru lagi bahwa telah sangat banyak budaya-budaya yang kita miliki
perlahan-lahan diakui secara sepihak oleh negara tetangga. Dan kita sebagai
rakyat Indonesia yang terkenal dengan sikap ramah tamah dan sopan santun,
ternyata hanya bisa mengelus dada. Lagi-lagi kita tak dapat berkutik. Bahkan
ketika pulau kita akhirnya jatuh ke negara tetangga, kita pun tak dapat berbuat
banyak.
Ada beberapa hal konkrit yang dapat kita lakukan untuk mengantisipasi pencurian
kebudayaan daerah Indonesia oleh negara tetangga, diantaranya:
1. Mengenali dan bangga akan budaya daerah
Penyakit masyarakat kita terkadang tidak bangga dengan produk dan budaya
sendiri. Kita lebih bangga dengan budaya-budaya impor yang sebenarnya tidak
sesuai dengan budaya kita sebagai orang Timur. Anak-anak kita bahkan terkadang
tidak lagi mengenal aneka ragam budayanya.
Budaya daerah banyak yang hilang dikikis zaman oleh sebab kita sendiri yang
tidak mau mempelajari dan melestarikannya. Alhasil kita baru bersuara ketika
negara lainsukses dan terkenal dengan budaya yang mereka curi secara diam-diam
dari kita.
Sebagai contoh; Anak-anak kecil zaman sekarang saat ditanya soal mainan, tentu
mereka lebih memilih dunia playstation ketimbang mainan tradisional.
2. Kebijakan pemerintah
22
Bagaimanapun pemerintah memiliki peran yang cukup strategis dalam upaya
pelestarian kebudayaan daerah di tanah air. Pemerintah harus
mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang mengarah pada upaya
pelestarian kebudayaan nasional.
Salah satu kebijakan pemerintah yang pantas didukung adalah penampilan
kebudayaan-kebudayaan daerah di setiap even-even akbar nasional. Misalnya tari-
tarian, lagu daerah, dan sebagainya.
Semua itu harus dilakukan sebagai upaya pengenalan kepada generasi muda,
bahwa budaya yang ditampilkan itu adalah warisan dari leluhurnya. Bukan berasal
dari negara tetangga.
Demikian juga upaya-upaya melalui jalur formal pendidikan. Masyarakat harus
memahami dan mengetahui berbagai kebudayaan daerah yang kita miliki.
Pemerintah juga dapat lebih memusatkan perhatian pada pendidikan muatan lokal
kebudayaan daerah.
23
BAB III
HASIL
A Interview dengan Subjek 1
Identitas Subjek I
Nama : Devie Shiema Dewi
Jenis Kelamin: Perempuan
Usia : 21 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Interviewer : Apakah kedua orang tua anda berasal dari suku Sunda?
Interviewee : Ya
Interviewer : Dari daerah mana anda berasal?
Interviewee : Cigombong, Kabupaten Bogor
Interviewer : Di keluarga anda apakah dalam kehidupan sehari-hari
menggunakan bahasa Sunda?
24
Interviewee : Ya, tapi kadang menggunakan bahasa Indonesia juga, campur-
campurlah.
Interviewer : Lalu di lingkungan pertemanan, apakah anda sering
menggunakan bahasa Sunda?
Interviewee : Ya, sering
Interviewer : Sesering apa anda menggunakan bahasa Sunda dalam
kehidupan?
Interviewee : Untuk sekarang gak begitu sering, karena udah jarang pulang
dan susah rasanya kalau bicara bahasa Sunda kalau gak ada partner
Interviewer : Memang anda sekarang tinggal dimana?
Interviewee : Di Depok, kebetulan kuliah di sini.
Inrterviewer : Ooh, Memangnya di sini anda tidak memakai bahasa Sunda
dalam berbicara dengan teman anda?
Interviewee : Iya, karena teman-teman saya di sini rata-rata bukan orang
Sunda dan biasanya juga kami berbicara dengan menggunakan bahasa gaul,
hehehe
Interviewer : Apakah anda bangga menjadi orang Sunda?
Interviewee : Ya bangga dong
Interviewer : Sebutkan beberapa kesenian Sunda yang anda ketahui?
Inteviewee : Jaipong, angklung, debus, bodor, dan sisingaan
Interviewer : Apakah saat berbicara bahasa Indonesia anda menggunakan
logat Sunda?
Interviewee : Ya, kata orang sih begitu, tapi gak tau pasti juga ya
Interviewer : Apakah anda memiliki tokoh / budayawan Sunda favorit?
25
Interviewee : Ya
Interviewer : Siapa?
Interviewee : Doel Sumbang penyanyi pop Sunda dan Asep Sunarya si
“Dalang bodor”
Interviewer : Apakah anda pernah mempelajari kesenian Sunda, misalnya
tarian, music dan lainnya?
Interviewee : Pernah
Interviewer : Kapan dan dimana anda mempelajari kesenian Sunda?
Interviewee : Di SMA, pas ujian praktek
Interviewer : Bagaimana upaya anda dalam melestarikan budaya anda pada
saat ini?
Interviewee : Pelestarian budayanya mungkin baru sekedar berbicara pake
bahasa Sunda aja, selebihnya belum ada. Haaa, satu lagi, memperkenalkan lagu
daerah terutama pop Sunda Doel Sumbang ke teman-teman! Hehehehe
Interviewer : Menurut anda seberapa penting bahasa daerah anda?
Interviewee : Sangat penting
Interviewer : Apakah anda memahami
Interviewee : Ya, memahami tapi kurang fasih untuk bicara sama orang yang
lebih tua, karna memang harus menggunakan bahasa Sunda lemes atau halus sama
orang yang lebih tua
Interviewer : Berarti kurang fasih ya berbahasa Sunda lemes, kenapa?
Interviewee : Iya, karena bahasanya susah, jadi kurang berani dipraktekin
karena takut salah. Kebetulan juga karena di Bogor orang-orangnya terkenal
26
memakai bahasa Sunda agak kasar jadi ya terbiasa bicara pakai bahasa Sunda
agak kasar.
Interviewer : Bisa tolong sebutkan contoh penggunaan bahasa Sunda yang
anda ketahui?
Interviewee : Contohnya kata “makan” untuk orang tua / orang yang lebih tua
jadi “tuang”, kalau sebaya jadi “emam”, untuk hewan jadi “nyatu”
Interviewer : Bagaimana anda mendapatkan pengetahuan tentang bahasa
daerah anda?
Interviewee : Dari lingkungan rumah, sekolah, dan pergaulan sehari-hari
Interviewer : Kapan terakhir kali anda menggunakan bahasa Sunda dan
dalam rangka apa?
Interviewee : Sewaktu pulang ke rumah kemarin. Kan di rumah pakai bahasa
Sunda.
Interviewer : Apa kesenian Sunda yang paling berkesan bagi anda?
Mengapa?
Interviewee : Tari Jaipong. Asli susah banget gerakan tariannya. Bisa
menguasai gerakan seperenambelas lagu aja amazing banget bagi saya.
Interviewer : Menurut anda seberapa penting budaya daerah anda?
Interviewee : Pentinglah, bagi saya budaya Sunda itu ibarat lemak yang selalu
nemplok di tulang, hehehehe
Interviewer : Menurut anda bagaimana pengaruh perkembangan zaman saat
ini pada budaya anda (Sunda)?
Interviewee : Memprihatinkan! Masa sekarang semakin banyak remaja yang
gak bisa bahasa Sunda
27
Interviewer : Menurut anda apa yang membuat bahasa Sunda tidak
berkembang pada saat ini?
Interviewee : Mungkin pembelajaran dan pembiasaan untuk menggunakan
bahasanya aja yang kurang
Interviewer : Apakah anda dan keluarga anda memiliki keinginan untuk
mempertahankan kesenian Sunda?
Interviewee : Ada dong keinginan mempertahanin, caranya? Ya gunain
bahasa Sunda di kehidupan sehari-hari. Toh, kalau terbiasa seperti itu nantinya
kalau setiap bertemu orang Sunda lain di tempat atau daerah orang bisa bicara
bahasa Sunda
Interviewer : Terakhir nih, fenomena apa sih yang biasa terjadi pada suku
Sunda yang anda ketahui?
Interviewee : Kadang susah ngelepas anaknya ngerantau ke daerah yang jauh
dari rumah kecuali jika ada kerabat terdekat di daerah tujuan
B Interview Subjek II
Identitas Subjek II
Nama : Devie Shiema Dewi
Jenis Kelamin: Perempuan
Usia : 21 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Interviewer : Apakah kedua orang tua anda berasal dari suku Sunda ?
28
Interviewee : Iya
Interviewer : Dari daerah mana anda berasal ?
Interviewee : Kuningan, Jawa Barat
Interviewer : Di keluarga anda, apakah dalam kehidupan sehari-hari
menggunakan bahasa Sunda ?
Interviewee : Iya, tapi campur-campur kadang menggunakan bahasa
Indonesia
Interviewer : Lalu dilingkungan pertemanan, apakah anda sering
menggunakan bahasa Sunda ?
Interviewee : Iya, tapi campur-campur juga dengan bahasa Indonesia
Interviewer : Sesering apa anda menggunakan bahasa Sunda dalam
kehidupan ?
Interviewee : Setiap hari pasti selalu menggunakan bahasa Sunda walau
hanya beberapa kata saja
Interviewer : Apakah anda bangga menjadi orang Sunda ?
Interviewee : Bangga sekali , hehehehe
Interviewer : Sebutkan beberapa kesenian Sunda yang anda ketahui ?
Interviewee : Tari jaipong, gamelan, alat musik suling, alat musik angklung
Interviewer : Apakah saat berbicara bahasa Indonesia anda menggunakan
logat Sunda ?
Interviewee : iya, soalnya susah buat dihilangkan
Interviewer : Apakah anda memiliki tokoh/ budayawan Sunda favorit ?
Interviewee : Engga punya
29
Interviewer : Apakah anda pernah mempelajari kesenian suku Sunda
(tari,musik,dll) ?
Interviewee : Iya,waktu sekolah TK, SMP dan SMA saya mempelajari tari
jaipong, memainkan gamelan dan memainkan suling dan itu merupakan salah satu
mata pelajaran yang wajib diikuti dan dipelajari
Interviewer : Bagaimana upaya anda dalam melestarikan budaya anda saat
ini ?
Interviewee : Upaya saya adalah mengajak teman-teman untuk berbicara
bahasa Sunda walau hanya beberapa kata saja
Interviewer : Menurut anda seberapa penting bahasa daerah anda bagi anda ?
Interviewee : Penting, karena itu merupakan ciri suku saya yang mana harus
dilestarikan
Interviewer : Apakah anda memahami bahasa daerah Sunda ?
Interviewee : Iya, tapi ga semuanya karena di bahasa Sunda itu terdiri dari
beberapa tingkat bahasa, ada bahasa lemas, bahasa sedang dan bahasa kasar , nah
kebetulan di daerah saya rata-rata menggunakan bahasa lemas jadi hanya
beberapa kata saja yang saya pahami
Interviewer : Jika iya, sebutkan contoh penggunaan bahasa Sunda yang anda
ketahui ?
Interviewee : Lagi ngapain ? artinya, Nuju naon ?
Apakah kabar anda baik ? artinya Kumaha damang ?
Apakah udah tahu belum ? artinya Kumaha entos teu acan ?
Interviewer : Bagaimana anda mendapatkan pengetahuan tetntang bahasa
daerah anda ?
30
Interviewee : Sejak sekolah dari mulai TK sampai SMA , di sekolah saya itu
menjadikan pelajaran bahasa Sunda menjadi mata pelajaran yang wajib diikuti .
Selain itu, di keluarga saya juga kadang membahas tentang beberapa pengetahuan
Sunda, misalnya budayanya
Interviewer : Kapan terakhir kali anda menggunakan bahasa Sunda dan
dalam rangka apa ?
Interviewee : Engga ada terakhir kali, soalnya hampir setiap hari saya
menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari saya walau hanya
beberapa kata
Interviewer : Apakah kesenian Sunda yang paling berkesan bagi anda ?
mengapa ?
Interviewee : Tari jaipong , karena saya sangat menyukai tari dan itu
merupakan salah satu hobi saya
Interviewer : Menurut anda, seberapa penting budaya daerah anda bagi
anda ?
Interviewee : Sepenting saya mempelajari bahasa Indonesia
Interviewer : Menurut anda bagaimana pengaruh perkembangan zaman saat
ini pada budaya anda ( Sunda ) ?
Interviewee : Sangat mempengaruhi , apalagi saya merupakan anak
perantauan ke daerah lain sehingga pengaruh daerah yang saya tempati sekarang
sangat melekat apalagi bahasa yang menjadi wajar disini sudah hampir melekat di
kehidupan sehari-hari saya
Interviewer : Menurut anda , apakah yang membuat bahasa Sunda tidak
berkembang saat ini ?
31
Interviewee : Kurangnya sosialisasi ke masyarakat , apalagi adanya pengaruh
bahasa dari daerah lain yang sedang berkembang di zaman sekarang. Kurangnya
kesadaran di masing-masing orang sehingga masih berpikir kalau tidak
menggunakan bahasa gaul maka tidak akan maju-maju
Interviewer : Apakah anda dan keluarga anda memiliki keinginan untuk
mempertahankan kesenian sunda ?
Interviewee : Iya, dengan membudidayakan tarian jaipong dan nyanyian
Sunda
Interviewer : Terakhir, fenomena apa sih yang biasa terjadi pada suku Sunda
yang anda ketahui ?
Interviewee : Setiap tahun selalu ada acara seren tahun dan pada acara
pernikahan antara pihak mempelai wanita dan pihak mempelai pria saling
bertukar air dari rumahnya masing-masing untuk acara siraman
C Hasil Analisis
Dari hasil wawancara terhadap subjek didapatkan bahwa kedua subjek masih
menggunakan bahasa daerah (suku sunda), walaupun hanya dengan beberapa
orang dan beberapa kata saja, yang dicampur dengan bahasa Indonesia di dalam
kehidupan sehari-harinya.
Banyak faktor yang membuat subjek tidak menggunakan bahasa sunda, seperti
jarang pulang ke rumah karena keperluan pendidikan di luar kota, banyak teman
yang bukan dari suku yang sama, bahkan ada juga yang mengganggap bahasa
Sunda itu sulit karena ada satu bagian di tingkatan bahasa yang sulit untuk
dipahami dan dipelajari, sehingga membuat bahasa daerah (bahasa sunda) jarang
digunakan.
32
Hal-hal yang membuat bahasa Sunda tidak berkembang saat ini antara lain adalah
pembelajaran dan pembiasaan untuk menggunakan bahasa sunda yang masih
kurang, kurangnya sosialisasi ke masyarakat, apalagi adanya pengaruh bahasa dari
daerah lain yang sedang berkembang di zaman sekarang dan kurangnya kesadaran
pada masing-masing orang sehingga masih berpikir kalau tidak menggunakan
bahasa gaul maka tidak akan ada kemajuan. Selain itu subjek juga menyadari
bahwa saat ini bahasa Sunda sudah jarang digunakan dalam kehidupan sehari-
sehari walaupun usaha yang dilakukan untuk melestarikannya masih tergolong
minim. Namun, salah satu jawaban subjek yang menjelaskan bahwa bahasa sunda
menjadi mata pelajaran wajib di sekolahnya, membuktikan kepada kami bahwa
pemerintah pun tetap memperhatikan pelestarian budaya daerah (khususnya
sunda).
Selain mengenai bahasa, pengetahuan mengenai kesenian dari suku sunda sudah
cukup diketahui / dikenali oleh subjek, seperti tari jaipong, gamelan, alat musik
suling, serta alat musik angklung.
GAMBAR 1.2
33
BAB IV
KESIMPULAN
34
Usaha dan kesadaran masyarakat keturunan sunda untuk melestarikan
kebudayaannya masih sangat minim, bila terus di didiamkan akan membuat
kebudayaan dan juga bahasa daerah mereka hilang secara perlahan-lahan.
Kesadaran dari pemerintah untuk menetapkan bahwa mata pelajaran bahasa Sunda
menjadi mata pelajaran yang wajib ada pada masa sekolah TK sampai SMA,
harusnya juga dapat didukung oleh masyarakat keturunan Sunda, bila saat ini
pendidikan tentang kebudayaan hanya ada pada masa sekolah saja, sebaiknya
lebih dimaksimalkan juga pada seluruh golongan umur, menggalakkan pelestarian
budaya, membuat sanggar kebudayaan, dan juga perlombaan seperti pemilihan
duta daerah, meskipun bogor sudah menerapkannya, sebaiknya diterapkan pada
daerah lain yang juga masih masuk dalam daerah dan kebudayaan Jawa Barat.
Untuk itu dorongan pemerintah dan masyarakat keturunan sunda pun sangat
diperlukan untuk melestarikan kebudayaan sunda, agar generasi berikutnya tetap
dapat mengenal dan melestarikan kebudayaan secara turun temurun dan tidak
hlang karena bercampur dengan kebudayaan lain.
DAFTAR PUSTAKA
35
Aditya, Rizky.(2011).Sekilas Budaya Sunda. Diunduh
dari http://rizkyaditya23.blogspot.com. Pada tanggal 27 November 2011.
Dixon, Roger L.(2000).Sejarah Suku Sunda.Diunduh dari http://sabda.org. Pada
tanggal 27 November 2011.
Janti, Ervina Dyah Kumala.(2011) Calung.Diunduh
dari http://www.kidnesia.com. Pada tanggal 27 November 2011.
Kurnia, Iwan.(2007).Budaya Sunda. Diunduh dari http://id.wikipedia.org. Pada
tanggal 27 November 2011.
Lia.(2009).Teori Pengetahuan.Diunduh dari http://bidanlia.blogspot.com. Pada
tanggal 27 Nivember 2011.
Nadar, Karthik.(2011).Suku Sunda. Diunduh dari http://id.wikipedia.org. Pada
tanggal 27 November 2011.
Nadar, Karthik.(2011).Bahasa Sunda. Diunduh dari http://id.wikipedia.org. Pada
tanggal 27 November 2011.
Nadar, Karthik.(2011).Wayang. Diunduh dari http://su.wikipedia.org. Pada
tanggal 27 November 2011.
36
NN.(2008).Suku Sunda. Diunduh dari http://ragambudayanusantara.blogspot.com.
Pada tanggal 27 November 2011.
Santoso, Romanita.(1999).Tari Merak. Diunduh
dari http://www.bvgnet.nl/meraenst.html. Pada tanggal 27 November 2011.
Seuratnana.(2010).Tari Topeng.Diunduh dari http://seuratnana.wordpress.com.
Pada tanggal 27 November 2011.
Sobarna, Cece.(2002).Bahasa Sunda.Diunduh dari http://journal.ui.ac.id. Pada
tanggal 27 November 2011.
Willyanto, R.(2011).Kesenian.Diunduh dari http://members.tripod.com. Pada
tanggal 27 November 2011.
37