· web viewkursus program perencanaan nasional (ppn) bagi para perencana dari berbagai instansi...
TRANSCRIPT
APARATUR PEMERINTAH
BAB XXII APARATUR PEMERINTAH A. PENDAHULUAN
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1988 mengamanatkan bahwa pembangunan aparatur pemerintah dalam Repelita V diarahkan pada penyempurnaan seluruh sistem aparatur pemerintahan di pusat dan daerah serta dalam hubungan pusat dengan daerah, termasuk badan-badan usaha milik negara dan daerah, serta pada peningkatan kualitas dan kesejahteraan unsur sumber daya manusianya. Pembangunan aparatur pemerintah diupayakan untuk makin mewujudkan administrasi pemerintahan yang berdisiplin, mampu, produktif, berdaya guna dan berhasil guna, bersih dan berwibawa dalam penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan. Di samping itu, juga dimaksudkan agar aparatur pemerintah dapat menumbuhkembangkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat dalam memanfaatkan potensi dan peluang yang terbuka dalam perekonomian nasional dan internasional dengan mengindahkan prinsip-prinsip demokrasi ekonomi dan pembangunan berkelanjutan.
Sesuai dengan amanat GBHN 1988 tersebut, dalam Repe lita V, disusun dan telah dilaksanakan kebijaksanaan pendayagunaan aparatur pemerintah yang meliputi: (1) peningkatan pengabdian dan kesetiaan aparatur pemerintah sebagai abdi negara dan abdi masyarakat kepada cita-cita perjuangan bangsa dan negara berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; (2) peningkatan kemampuan aparatur pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan dalam merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan pembangunan; (3) pembinaan dan penyempurnaan aparatur pemerintah di pusat dan di daerah termasuk perusahaanperusahaan milik negara dan milik daerah, sehingga dapat meningkatkan kemampuan, pengabdian, disiplin dan keteladanannya, serta makin mampu melayani, mengayomi dan menumbuhkan prakarsa dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan serta tanggap terhadap pandangan-pandangan dan aspirasi yang hidup dalam masyarakat; (4) penanggulangan korupsi, penyalahgunaan wewenang, kebocoran dan pemborosan kekayaan dan keuangan negara, pungutan liar dan berbagai bentuk penyelewengan lainnya; (5) pemantapan hubungan fungsional antara lembaga-lembaga pemerintahan dengan lembaga-lembaga perwakilan rakyat baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah; (6) pemantapan hubungan kerja yang serasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah atas dasar keutuhan negara kesatuan yang diarahkan pada pelaksanaan otonomi daerah yang nyata, dinamis dan bertanggung jawab; (7) peningkatan koordinasi, kerja sama dan kemampuan aparatur pemerintah yang ada di daerah, baik aparatur pusat maupun aparatur daerah untuk lebih memperlancar tugas pemerintah dan menyerasikan pembangunan di daerah; dan (8) peningkatan kemampuan aparatur pemerintahan desa dalam melayani dan mengayomi masyarakat, dan menggerakkan prakarsa dan partisipasi rakyat dalam pembangunan, serta menyelenggarakan fungsi pemerintahan desa secara efisien dan efektif.
Keseluruhan kebijaksanaan dan upaya tersebut merupakan kelanjutan dan peningkatan dari upaya yang pada dasarnya telah dilakukan dari repelita ke repelita selama PJP I, dan ditempatkan sebagai bagian integral dari keseluruhan strategi, kebijaksanaan dan rencana pembangunan nasional yang didasarkan dan merupakan pengamalan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai hasilnya, kondisi aparatur pemerintah pada akhir Repelita V sudah semakin baik dan mantap dibandingkan dengan yang telah dicapai pada akhir Repelita IV. Hal tersebut ditandai dengan antara lain: (a) makin rasionalnya struktur kelembagaan aparatur pemerintah pusat, daerah, dan desa, serta makin baiknya sistem hubungan pemerintah pusat dan daerah, dan berkembangnya otonomi daerah yang secara keseluruhan dilaksanakan berdasarkan asas pendelegasian tugas pelaksanaan (dekonsentrasi), penyerahan urusan (desentralisasi) dan tugas pembantuan (medebewind);
(b) makin tertib dan mantapnya ketatalaksanaan pada instansi pemerintah di pusat dan daerah, yang antara lain ditandai dengan makin meningkatnya partisipasi masyarakat dan dunia usaha;
(c) makin mantapnya sistem perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pengawasan pembangunan yang didukung dengan makin meningkatnya kemampuan instansi-instansi yang bertugas di bidang tersebut dalam melaksanakan tugasnya baik di pusat maupun di daerah ; (d) makin meningkatnya kualitas, tingkat kesejahteraan dan disiplin pegawai negeri sipil (PNS); dan (e) makin tertatanya status hukum dan manajemen BUMN dalam peranannya untuk ikut meningkatkan penerimaan negara.
B. PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PENDAYAGUNAAN APARATUR PEMERINTAH
Sebagai kelanjutan upaya yang telah dilakukan sejak Repelita I, berpedoman pada GBHN 1988 yang kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam buku Repelita V, pelaksanaan pembangunan aparatur pemerintah dalam Repelita V tetap diarahkan pada 9 program pokok yaitu baik dalam bidang kelembagaan;
kepegawaian; ketatalaksanaan; sistem administrasi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengendalian; aparatur perekonomian negara dan daerah; dan sistem pengawasan; maupun dalam mendorong peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan; peningkatan disiplin aparatur dan tertib hukum; serta kegiatan penelitian aparatur pemerintah, yang secara keseluruhan telah menghasilkan sistem administrasi negara yang makin mantap
1. Pendayagunaan Kelembagaan
Sejak Repelita I telah dilakukan secara berkelanjutan upaya pengembangan dan pendayagunaan kelembagaan. Hasilnya antara lain tertatanya kedudukan, tugas, fungsi, dan susunan organisasi instansi pemerintah baik di pusat maupun daerah dan desa, sesuai dengan UUD 1945. Selain itu, telah pula dimantapkan penataan penyelenggaraan pemerintahan di daerah dan saling hubungan antara aparatur pusat dan daerah menurut asas pendelegasian tugas pelaksanaan (dekonsentrasi), penyerahan urusan (desentralisasi) dan tugas pembantuan (medebewind). Guna menunjang dan untuk lebih mendayagunakan pelaksanaan tugas pemerintahan umum dan pembangunan dilaksanakan pula pembangunan prasarana fisik pemerintah, baik pada aparatur pemerintah pusat maupun daerah.
Selama Repelita V upaya tersebut dilanjutkan dengan pemantapan organisasi pemerintah pusat, pemerintah daerah dan desa, serta perwakilan Republik Indonesia di luar negeri melalui rasionalisasi birokrasi, yang didukung oleh penerapan analisis jabatan dan analisis organisasi. Selain itu, dilakukan pula penajaman pendayagunaan hubungan pemerintah pusat dan daerah dalam rangka pengembangan otonomi daerah yang nyata, dinamis dan bertanggung jawab serta penyediaan prasarana penunjangnya.
Hubungan pemerintah pusat dan daerah semakin dimantapkan melalui upaya penyelenggaraan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah tingkat II berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 1974.
a. Aparatur Pemerintah Pusat
Pada awal PJP I, pendayagunaan kelembagaan instansi pemerintah di pusat didasarkan pada Keputusan Presidium Kabinet Nomor 15/U/Kep/8/1966 dan Nomor 75/U/Kep/1966, Keppres Nomor 170 Tahun 1966, Keppres Nomor 39 Tahun 1969, Inpres Nomor 6 Tahun 1970, dan Keppres Nomor 54 Tahun 1970. Kondisi kelembagaan instansi pemerintah pusat ditandai dengan belum tertatanya organisasi, dan peraturan perundang-undangan di bidang kelembagaan yang kurang sesuai dengan tantangan pembangunan. Langkah-langkah pendayagunaan pada awal PJP I dilakukan sebagai kelanjutan program rehabilitasi dan stabilisasi pada tahun 1967-1968, dan selanjutnya dari repelita ke repelita telah ditingkatkan secara berkesinambungan sehingga pada akhir Repelita IV aparatur pemerintah telah tertata dan berfungsi dengan baik. Upaya pendayagunaan tersebut didasarkan pada Keppres Nomor 44 Tahun 1974 dan Keppres Nomor 45 Tahun 1974; yang kemudian disempurnakan dengan Keppres Nomor 15 Tahun 1984 yang merupakan pedoman bagi pendayagunaan kelembagaan instansi pemerintah pusat khususnya departemen.
Dalam Repelita V unsur kelembagaan aparatur pemerintah pusat makin dimantapkan sehingga lebih tertata rapi, tertib, dan lebih mampu mendukung pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan. Sejak tahun pertama hingga tahun keempat Repelita V telah ditata 60 satuan organisasi departemen/LPND termasuk instansi vertikal dan perwakilan RI di luar negeri, masing-masing 10 satuan organisasi pada> tahun 1989/90, 20 satuan organisasi pada tahun 1990/91, 14 satuan organisasi pada tahun 1991/92, dan 16 satuan organisasi pada tahun 1992/93. Sedangkan pada tahun kelima Repelita V telah ditata sebanyak 33
satuan organisasi terdiri dari 2 departemen, 10 perwakilan RI di luar negeri, 19 LPND dan 2 instansi ekstra struktural.
Perkembangan pendayagunaan kelembagaan departemen dan lembaga pemerintah nondepartemen (LPND), instansi vertikal di daerah, perwakilan RI di luar negeri, instansi nonstruktural selama PJP I dimuat dalam Tabel XXII-1, disertai keterangan tentang dasar hukum penataan kelembagaan tersebut.
b. Aparatur Pemerintah Daerah dan Desa
Salah satu hasil penting dalam pendayagunaan aparatur pemerintah daerah selama PJP I adalah diterbitkannya UU Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, dan UU Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa yang menggantikan UU Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah, dan UU Nomor 19 Tahun 1965 tentang Desapraja yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan kebutuhan pembangunan. Dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan tersebut, telah dikembangkan dan dimantapkan kelembagaan daerah, antara lain Bappeda Tingkat I dan II termasuk penyempurnaan eselonisasi, jabatan di lingkungannya, susunan organisasi Seketariat Wilayah Daerah Tingkat I dan II termasuk eselonisasi jabatan di lingkungannya, Sekretariat DPRD Tingkat I dan II, Badan Penanaman Modal Daerah, Dinas-dinas Daerah Tingkat I dan II, organisasi pemerintahan kecamatan dan Sekretariat Wilayah Kecamatan, Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP), serta organisasi pemerintahan desa termasuk Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) dan Lembaga Musyawarah Desa (LMD) sebagai pengganti Lembaga Sosial Desa (LSD). Sejalan dengan itu, sejak tahun 1982 telah dilakukan pula peningkatan mutu perencanaan pembangunan daerah antara lain berpedoman pada Permendagri Nomor 9 Tahun 1982 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan di Daerah. Dengan berbagai upaya tersebut, perencanaan pembangunan daerah telah dapat dilakukan
TABEL XXII – 1
PENATAAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA
APARATUR PEMERINTAH
1968, 1988/90 – 1993/94
No.Departemen/LPND
Penataan
Undang-undang/PP/
Keppres
Pembentukan Baru
Penghapusan
Penyempurnaan
1. Badan Koordinasi
Survei dan Pemetaan
Nasional
(BAKOSURTANAL)
Pembentukan Badan
Koordinasi Survey
Dan Pemetaan
Nasional
-
-
Keppres No. 83/1969
2. Dewan Pertahanan
Keamanan Nasional
Pembentukan Dewan
Pertahanan Keamanan
Nasional
-
-
Keppres No. 51/1970
Tgl. 1 Agustus 1970
3. BAPPENAS
-
-
Penataan Kembali Unit
Organisasi Badan
Perencanaan Pemba-
Ngunan Nasional
Keppres No. 7/1988
Tgl. 6 Aapril 1988
4. BAKN
-
-
Penyempurnaan
Organisasi Badan
Administrasi
Kepegawaian
Negara (BAKN
Keppres No. 15/1988
Tgl. 10 Mei 1988
5. Badan Pertanahan Nasional (BPN
Pembentukan Baru
Badan Pertanahan
Nasiona
-
-
Keppres No. 26/1988
Tgl. 19 JUli 1988
6. Departemen Keuangan
-
-
Perubahan Susunan
Organisasi Departemen
Keuangan
Keppres No. 27/1988
Tgl. 28 Juli 1988
7. Departemen Perhubungan
-
-
Perubahan Susunan
Organisasi Departemen
Perhubungan
Keppres No. 27/1988
Tgl. 28 Juli 1988
8. Badan Koordinasi Bantuan Pemantap Stabilitas Nasional (BAKORSTANAS)
-
Mencabut Keppres
No.9 Tahun 1974 tentang
Pokok-pokok
Organisasi dan Prosedur
Korpkamtib, terakhir diu-
Bah dengan Keppres
No. 47/1978
Keppres No. 29/1988
Tgl. 5 September
1988
9. Departemen Kehakiman
-
-
Penyempurnaan
Organisasi Depar-
Temen Kehakiman
Keppres No. 32/1988
Tgl. 19 September
1988
10. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
-
Mencabut Kep-
Press No. 18/1974
Dan menetapkan
Kedudukan, tugas
Tugas Pokok dan
Fungsi LAPAN
-
Keppres No. 33/1988
Tgl. 27 September 1988
11. Departemen Kehutanan
-
-
Penyempurnaan
Organisasi
Dep. Kehutanan
Keppres No. 47/1988
Tgl. 19 September
1988
No.Departemen/LPND
Penataan
Undang-undang/PP/
Keppres
Pembentukan Baru
Penghapusan
Penyempurnaan
12.Departemen
Keuangan
13.Tim Koordinaai
Penanganan Masa—
lah Pertanahan
14.Dewan Standarisasi
Nosional
15.Badan Kebijaksanaan
Perumahan Nasional
(BKPN)
16.Dewan Gula Indonesia
17.Perpustakaan Nasional
18.Menteri Muda. dan
Staf Menteri Muda
19.Departemen Luar
Negeri
20. Departemen
Perhubungan
-
-
-
-
-
Menetapkan Lembaga
yang menangani
parpustakaan secara
nasional
—
Pembukaan Kedutaan
Besar RI, di Bogota,
Colombia
—
—
Pembubaran Tim Koordi—
nasi Penanganan Masalah
Pertanahan yang dibentuk
dengan Keppres.Nomor
51/1979, terakhir diubah
dengan Keppres No. 4/1985.
-
-
-
-
Mencabut Keppes No.23
Tahun 1983 tentang
Kedudukan, Togas Pokok,
Fungsi dan Tata Kerja
Mentri Muda serta Susunan
Organisnsi Staf Menteri
Muda
-
-
Penyempurnaan
Organisasi
Dep. Keuangan
—
Penyempurnaan
Dewan Standari—
sasi Nasional
yang dibentuk
dg Keppres No.
20 Tahun 1984
Perubahan atas
Keppres No.8
Tahun 1985 me—
ngenai Keanggo‑
taan BKPN.
Perubahan atas
Keppres No. 28/
1982 tentang De—
wan Gula Indone
sia sebagaimana
telah beberapa
kali diubah, terakhir
dengan Keppres
No.19/1988
-
-
-
Penyempurnaan
Organisni Dep.
Perhubungan
Keppres No.55/1988
TgI. 10 Desember
1988.
Keppres No. 2/1989
TO. 10 Januari
1989.
Keppres No.7/1989
Tgl. 30 Januari
1989.
Keppres No. 8/989
Tgl. l Pebruari
1989.
Keppres No. 10/1989
Tanggal 6 Pebruari
1989
Kepprm No. 1111989
TgI: 6 Maret 1989
Kepprm No.14/1989
TgI.23 Maret 1989.
Keppres No. 15/1989
Tanggal 23 Maret
1989
Keppres No.16/1989
TgI.5 April1989.
Lanjutan Tabel XXII - 1
No.Departemen/LPND
Penataan
Undang-undang/PP/
Keppres
Pembentukan Baru
Penghapusan
Penyempurnaan
21. Lembaga Administrasi Negara
-
Menghapus Keppres
No. 5/71 dan menetapkan
Kedudukan, tugas pokok
Dan fungsi organisasi, tata
Kerja dan anggaran
Belanja LAN
-
Keppres No. 33/1988
Tgl. 27 September 1988
22. Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (Non Struktural)
Pembentukan Or-
Ganisasi dan Tata Kerja
Badan Pertimbangan
Pendidikan Nasional
-
-
Keppres No. 33/1988
Tgl. 27 September 1988
23. Badan Pengelola Industri Strategis
Pembentukan Or-
Ganisasi dan Tata Kerja
Badan Pengelola Indus-
Tri Strategis
-
-
Keppres No. 33/1988
Tgl. 27 September 1988
24. Badan Pertimbangan Telekomunikasi (Non Struktural)
Pembentukan Or-
Ganisasi dan Tata Kerja
Badan Pertimbangan
Telekomunikasi
-
-
Keppres No. 33/1988
Tgl. 27 September 1988
25. Dewan Pembina Industri Strategis
Pembentukan Or-
Ganisasi dan Tata Kerja
Dewan Pembina Industri Strategis
-
-
Keppres No. 33/1988
Tgl. 27 September 1988
26. BAPPENAS
Pembentukan Or-
Ganisasi dan Tata Kerja
Tom Koordinasi Penge- lolaan Tata Ruang
Nasional
-
-
Keppres No. 33/1988
Tgl. 27 September 1988
27. BAKIN
-
-
Penyempurnaan
Organisasi Dep.
BAKIN
Keppres No. 64/1989
Tgl. 26 Desember
1989
28. Departemen Perdagangan
-
-
Penyempurnaan
Organisasi Dep.
Perdagangan
Keppres No. 4/1990
Tgl. 24 Januari
1990
29. Departemen Pertanian
-
-
Penyempurnaan
Organisasi Dep.
Pertanian
Keppres No. 4/1990
Tgl. 24 Januari
1990
30. Badan Pengendali Bimas (Non Struktural)
-
Menghapus Keppres
No. 62/1983 Tentang
Badan Pengendali Bimas
Dan menetapkan tugas
Pokok, organisasi Badan
Pengendali yang baru
-
Keppres No. 5/1990
Tgl. 24 Januari
1990
XXII/11
No.Departemen/LPND
P e n a t a a n
Undang—undang/PP/
Keppres
Pembentukan Baru
Penghapusan
Penyempurnaan
31.Pertamina
—
Menghapus Kep—
—
Keppres No. 11/1990
pros No. 44/75
Tgl. 15 Maret 1990
tentang pokok organisasi
Pertamina dan menempkan
pokok— pokok organisasi
yang barn
32.Departemen Luar
Pembukaan Kedutaan
—
—
Keppres No.17/1990
Negeri
Besar RI, di Windoek,
Tanggal 1 Mei 1990
33.Departemen Luar
Namibia.
Pembukaan Kedu taan
—
Keppres No.18/1990
Negeri
Besar RI, di Santiago,
Tanggal l Mei 1990
34.Badan Pengendaean
Chili.
Pembentukan Or—
—
—
Keppres No.23/1990
Dampak Lingkungan
ganisasi & Tata Kerja
Tgl. 5 Juni 1990
35.Dewan Telekomunikasi
Badan Pe ngendalian
Dampak Lingkungan.
—
Pembubaran Dewan
—
Keppres No.24/1990'
Telekomunikasi
TgI. 12 Juni 1990.
36.Departemen Kehutanan
—
—
Penyempurnaan
Keppres No, 25/1990
37.Departemen Parpostel
—
—
Organisasi Dep.
Kehutanan
Penyempprnann
TgI. 13 Juni 1990.
Keppres No.25/1990
38.Badan Koordinasi
-
—
Organisasi Dep.
Parpostel
Pengaturan kembali
TgI. 13 Juni 1990.
Keppres No.43/1990
Nasional Penang—
penanggulangan ben—
TgI. 19 September
gulangan Bencana
cana alam
1990.
39.Departemen Kehakiman
Pembentukan Pe—
—
—
Keppres No.52/1990
ngadilan Tata
Tanggal 30 Oktoher
Usaha Negara Di
1990
40.Panitin Pemilihan
Jakarta, Medan,
Palembang, Su‑
rabaya, dan
Ujung Pandang
—
—
Penetapan kembali
Keppres No.56/1990
Indonesia
Susunan Organisasi
Tgl. 17 Desembpr
dan Tata Kerja Panitia
1990.
Pemilihan Indonesia,
sebagai pelaksanaan
PP 35/1985
Lanjutan Tabel XXII — 1
No.Departemen/LPND
Penataan
Undang-undang/PP/
Keppres
Pembentukan Baru
Penghapusan
Penyempurnaan
41. Departemen Luar Negeri
-
Penutupan Per-
Wakilan RI di
Berlin Timur
Dan Berlin Barat
Kerja dan anggaran
Belanja LAN
-
Keppres No. 2/1991
Tgl. 17 Januari
1991
42. Sekretaris Negara
-
-
Perubahan Kep-
Pres No.53 Ta-
Hun 1985 ten-
Tang Badan Pe-
Ngelola Komplek
Kemayoran
Keppres No. 3/1991
Tanggal. 18 Januari
1991
43. Departemen Perhubungan
-
Penyempurnaan
Organisasi Dep.
Perhubungan
Keppres No. 8/1991
Tgl. 20 Pebruari
1991
44. Institut Agama Islam Negeri
Pencabutan PP No. 13/1991
Tentang Pokok-pokok
Organisasi IAIN
-
PP. No. 13/1991
Tgl. 20 Pebruari
1991
45. Sekretaris Negara
-
Perubahan Kep-
Pres No.8 Ta-
Hun 1978 ten-
Tang Organisasi
Sekretariat Ne-
Gara sebagaima-
Na telah diubah
3 kali terakhir
Dengan Keppres
No.16 Tahun
1983
Keppres No. 16/1991
Tanggal. 19 Maret
1991
46. Departemen P & K
Pencabutan Keppres
Tentang Susunan Organisasi
Universitas/Institut Negeri
-
Keppres No. 19/1991
Tanggal. 29 April 1991
47. Badan Urusan Piutang dan
Lelang Negara
Pembentukan Badan
Urusan Piutang dan
Lelang Negara
-
-
Keppres No. 21/1991
Tanggal. 29 April
1991
48. Departemen Keuangan
Pembukaan Unit
Swadana dan Tata Cara
Pengelolaan Keuangan-
nya
-
-
Keppres No. 38/1991
Tanggal. 26 Agustus
1991
49. Departemen Koperasi
-
-
Penyempurnaan
Organisasi
Dep. Koperasi
Keppres No. 42/1991
Tanggal 19 Septem-
Ber 1991
50. Kejaksaan
-
-
Penyempurnaan Su-
Sunan Organisasi dan
Tata Kerja Kejaksaan
Keppres No. 55/1991
Tgl. 20 Nopember 1991
XXII/13
No.Departemen/LPND
P e n a t a a n
Undang—undang/PP/
Keppres
Pembentuknn Baru
Penghapusan
Penyempurnaan
51.Biro Punt Statistik
52.Departemen Luar Negeri
53: Departemen Agama
54.Departemen Kehakiman
55.Departemen Dalam Negeri
56.Departemen Kehakiman
57.Departemen Dalam Negeri
58.Departemen Luar Negeri
59.Departemen Luar Negeri
60.Departemen Pertambangan
dan Energi
61.Departemen Kehakiman
62. Departemen Kehakiman
63.Kejaksaan Negeri
—
Pembukaan Kedu taan
Bream Republik indone-
aia di Sana'o
Pembentukan
Pengadilan Agama
di Slabat dan di
Batam
Pembenlukan
Pengadilan TUN di
Bandung, Semarang
dan Padang
—
Pembentukan
Pengadilan TUN di
Pontianak, Bunjar—
masin dan Manado
Pendirian Sekolah
Tinggi Pemerintah
Dalam Negeri
Pembukaan Konsulat
RI di Perth, Australia
Pembukaan Konsulat
RI di Ho Chi Minh,
Vietnam
Pembentukan
Pengadilan Negeri
di Maliana
Pembentukan
Pengadilan TUN di
Kupang, Ambon dan
Jayapura.
Pembentukan
Kejaksaan Negeri
di Cibinong
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Penyempurnaan
Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Or—
ganisasi dan Tata kerja
Biro Puna Statistik
-
-
-
Penyempurnaan
Organisasi
Departemen
Dalam Negeri
-
-
-
-
Penyempurnaan
Organisasi
Departemen
Pertambangan
dan Energi
-
-
-
Keppres No. 6/1992
Tanggal 9 Januari
1992
Keppres No. 12/1992
Tanggal 12 Pebruari .
1992
Keppres No. 15/1992
Tanggal 19 Pebruari
1992
Keppres No.16/1992
Tanggal 19 Maret
1992
Keppres No. 27/1992
Tanggal 19 Juni 1992
Keppres No.41/1992
Tanggal 3 Agustus
1992 .
Keppres No. 42/1992
Tanggal 18 Agustus
1992
Keppres No.44/1992
Tanggal 20 Agustus
1992
Keppres No.45/1992
Tanggal 20 Agustus
1992
Keppres No. 67/1992
Tanggal 21 December
1992
Keppres No.15/1993
Tanggal 16 Pebruari .
1993
Keppres No. 16/1993
Tanggal 16 Pebruari
1993
Keppres No.34/1993
Tanggal 5 Mei 1993
No.Departemen/LPND
Penataa n
Undang—undang/PP/
Keppres
Pombentukan Baru
Penghapusan
Penyempurnaan
64,Menko Ekku dan
Wasbang
65.Menko Industri
den Perdagangan
66.Mentcri Neganc
MENPPN; MENRISTEK,
MENPANOAN; MEN—
PENDUDUK;MENINVES;
MENAORARIA; MENPERA;
MENLN; MENUPW;
MENPORA; MENPAN
67.Departemen Luar
Negeri
68.Departemen Keuang—
an Perindustrian,
Koperasi dan Pembi—
naan Pengusaha
Kecil Kehutanan,
dan Transmigrasi
69.Departemen Luar
Negeri
X70.Departemen Luar
Negeri
71.Badan Kebijaksanaan
Perumahan Nasional
-
-
-
..
-
-
-
Pembukann Kedutaan
Besar RI di Athena,
Yunani
—
-
-
-
-
-
-
-
Penyempurnaan
Kedudukan,Tugas
Pokok, Fungsi,
Susunan organisasi
dan Tata Kerja
Menko Ekku dan
Wasbang
Penyempurnaan
Kedudukan, Tugas
Pokok, Fungsi,
Susunan organisasi
dan Tata Kerja
Menko Industri dan
Perdagangan
Penyempurnaan
Kedudukan, Togas
Pokok, Fungsi,
Susunan organisasi
dan Tara Kerja
Menteri Negara
Peningkatan Konsul—
at—Konsulat RI di
Toronto, Canada;
Karachi, Pakistan;
dan Noumea, New
Caledonia menjadi
Konsulat Jenderal
Penyempurnaan
Susunan Organi—
sasi Departemen
Keuangan,Per
industrian, Kope‑
rasi dan Pembi‑
naan Pengusaha
Kecil, Kehutanan,
dan Transmigrasi
Peningkatan Konsul—
at RI di Vancouver,
Canada menjadi
Konsulat Jenderal RI
—
Perubahan atas
Keppres No.8
Tahun 1985 tentang
Badan Kebijaksanaan
Perumahan sebagai‑
mana. telah diubah
dengan Keppres No.
8 tahun 1989
Keppres No. 42/1993
Tanggal 19 Mei 1993
Keppres No.43/1993
Tanggal 19 Mei 1993
Keppres No. 44/1993
Tanggal 19 Mei 1993
Keppres No.45/1993
Tanggal 19 Maret 1993
Keppres No.58/1993
Tanggal 1 Juli 1993
Keppres No.6.,1993
Tanggal 7 Juli1993
Keppres No.65/1993
Tanggal 20 Juli 1993
Keppres No.68/1993
Tanggal 31 Juli 1993
XXII/15
No.Departemen/LPND
Penataan
Undang—undang/PP/
Keppres
Pembentukan Baru
Penghapusan
Penyempurnann
72.Baden Perencanaan
Pembangunan
Nasional
—
—
Perubahan atas
Keppres No.35
Tahun 1973 tentang
Badan Perencanaan
Pembangunan
Nasional sebagai‑
Mana telah dua kali
diubah terakhir
dengan Keppres
No.7 tahun 1988
Keppres No.73/1953
Tanggal 11 Agustus 1993
73.Departemen Luar
Pembukaan
—
—
Keppres No.88/1993
Negeri
Kedutaan Besar RI
Tanggal 20 September
di Kiev, Ukraine, dan
1993
74.Arsip Nasional
di Tashken, Republik
Usbekistan
—
—
Penyempurnann
Keppres No. 92/1993
75.Departemen Luar
—
—
Kedudukan, Tugas
Pokok, Fungsi,
Susunan Organisasi
dan Tata Kerja
Arsip Nasional
Pengaktifan kembali
Tanggal 11 Oktober 1993
Keppres No.93/1993
Negeri
Kedutaan Besar RI
Tanggal 20 Oktober 1993
76. Dewan Penerbangan
—
—
di Phom Penh
Kamboja
Penyempurnann
Keppres No.99/1993
Anlariksa Nasional RI
0rganisasi Dewan
Tanggal 26 Oktober 1993
77.Baden Urusan
—
—
Penerbangan dan
Antariksa National RI
Penyempurnann
Keppres N0. 103/1993
'Logistik
organuasi
Tanggal 4 Nopember
Bulog
1993
78.Baden Koordinasi
—
—
Penyempurnaan
Keppres Na. 109/1993
Keluarga Berencana
organisasi
Tanggal 9 Nopember
Nasional
BKKBN
1993
79.Departemen Luar
Pembukaan Konsulal
—
—
Keppres No. 2/1994
Negeri
Jenderal RI di
Tanggal 17 Januari 1994
80.Departemen Luar
Johanesburg, Afrika
Selalan
—
—
Peningkatan Kan—
Keppres No.2/1994
Negeri
Sulat RI di Penang
Tanggal 17 Januari 1994
81.Sekretariat Jenderal
—
—
Malaysia menjadi
Konsulat Jenderal RI
Penyempurnann
Keppres No. 13/1994
DPR—RI
Organisasi Sekre—
Tanggal 28 Pebruari 1994
82.Departemen
—
—
lariat Jenderal
DPR—RI
Penyempurnaan
Keppres No, 14/1994
Perindustrian
Organisasi Depar—
Tanggal 2 Maret 1994
83.Departemen
—
—
temen Perindus‑
trian
Penyempurnann
Keppres No.18/1994
Pekerjaan Umum
Organisasi Depar—
Tanggal 26 Maret 1994
temen Pekerjaan
Umum
secara lebih mantap dan terarah dengan mengkombinasikan secara realistis dan proporsional proses perencanaan dari alas dan dari bawah. Selain itu, telah berhasil pula ditingkatkan jumlah desa swadaya dan desa swakarya menjadi desa swasembada.
Berbagai hasil yang telah dicapai dalam pembangunan daerah dan desa sampai dengan tahun kelima Repelita V dapat dilihat secara lebih rinci dalam Bab XIV tentang Pembangunan Daerah, Desa dan Kota dalam Lampiran Pidato ini.
c. Hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah
Pendayagunaan hubungan pemerintah pusat dan daerah dimaksudkan untuk mewujudkan keserasian hubungan kerja dan pembagian kewenangan antara instansi pemerintah pusat dengan instansi pemerintah daerah sehingga dapat lebih memperlancar upaya peningkatan dan pemerataan pembangunan di seluruh pelosok tanah air.
Menjelang PJP I mekanisme hubungan kerja antara pemerintah daerah dan instansi vertikal di daerah didasarkan pada Inpres Nomor 7 Tahun 1967 yang masih berpedoman pada UU Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah. Pendayagunaan tersebut kemudian lebih ditingkatkan dengan pengaturan hubungan kerja dan tanggung jawab aparatur pemerintah tingkat pusat dan daerah dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan melalui Inpres Nomor 4 Tahun 1969.
Sampai dengan akhir Repelita I, pengaturan lembaga pemerintah pusat dan daerah masih didasarkan pada UU Nomor 18 Tahun 1965, sementara menunggu selesainya undang-undang penggantinya yang sudah dirancang dalam Repelita I. Dalam Repelita II ditetapkan UU Nomor 5 Tahun 1974 yang merupakan pengganti UU Nomor 18 Tahun 1965 tersebut yang selanjutnya dijadikan dasar pendayagunaan hubungan pemerintah pusat dan daerah.
Sebagai hasil upaya tersebut hingga tahun terakhir Repe lita IV, telah dimantapkan kesesuaian hubungan antara aparatur pusat dan daerah dan antara aparatur pusat di daerah, antara lain melalui penyerahan beberapa urusan pemerintahan kepada pemerintah daerah, dan pembagian hasil penerimaan pajak bumi dan bangunan antara pemerintah pusat dan daerah berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1985 yang telah meningkatkan kemampuan pembiayaan daerah. Di samping itu, ditetapkan pula pengaturan koordinasi kegiatan instansi vertikal di daerah berdasarkan PP Nomor 6 Tahun 1988, agar tidak terjadi tumpang tindih dalam tugas dan fungsi instansi vertikal lainnya dan unit kerja pemerintah daerah.
Selama Repelita V, upaya pendayagunaan hubungan pusat dan daerah makin ditingkatkan, sehingga hubungan antara pusat dan daerah termasuk hubungan konsultatif fungsional antara Bappenas dengan Bappeda melalui beberapa pertemuan langsung, baik dalam Konsultasi Nasional (Konas) maupun dalam pertemuan-pertemuan lainnya makin mantap dan lebih berkualitas. Dalam pertemuan tersebut dilakukan pembahasan mengenai masalah, prioritas serta sasaran-sasaran pembangunan di tiap daerah. Selain itu sampai dengan tahun kelima Repelita V telah dihasilkan berbagai aturan perundangan yang penting artinya bagi kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, serta bagi peningkatan penerimaan daerah antara lain: (1) penyerahan sebagian urusan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan kepada Daerah Tingkat I dan II berdasarkan PP Nomor 22 Tahun 1990 ; (2) penetapan pedoman pemungutan pajak kendaraan bermotor berdasarkan Permendagri Nomor 3 Tahun 1991; (3) penetapan pedoman pemungutan bea balik nama kendaraan bermotor berdasarkan Permendagri Nomor 4 Tahun 1991 ; (4) penetapan sumbangan sebagian hasil penerimaan pajak kendaraan bermotor kepada Dati II berdasarkan Kepmendagri Nomor 30 Tahun 1991; (5) penetapan tarip pajak kendaraan bermotor berdasarkan Kepmendagri Nomor 97 Tahun 1991; (6) penetapan pedoman usaha pertambangan bahan galian golongan C berdasarkan
Kepmendagri Nomor 32 Tahun 1991; (7) pengaturan mengenai pembagian hasil iuran kepada daerah berupa Iuran Hasil Hutan/Iuran Hak Pengusahaan Hutan (IHH/IHPH) berdasarkan Kepmendagri Nomor 90 Tahun 1991; (8) pengaturan mengenai iuran pertambangan berdasarkan Kepmendagri Nomor 73-161 dan Inmendagri Nomor 2 Tahun 1992; (9) pengaturan mengenai retribusi sumber air yang dikeluarkan berdasarkan Keputusan Bersama Dirjen PUOD, Dirjen Minyak dan Gas Bumi, dan Dirjen Pengairan Nomor KEP-4802/M/1991; 974-718.107.K/101/DDJM/91; 137/KPTS/A/1991; (10) pengaturan mengenai retribusi terminal angkutan penumpang berdasarkan Kepmendagri Nomor 82 Tahun 1992; dan (11) Penyelenggaraan Otonomi Daerah Dengan Titik Berat Pala Daerah Tingkat II berdasarkan PP Nomor 45 Tahun 1992.
2. Pendayagunaan Kepegawaian
Pendayagunaan kepegawaian yang dilakukan selama PJP I meliputi antara lain : (a) penyempurnaan formasi dan pengadaan pegawai; (b) pembinaan karier; (c) perbaikan penghasilan, kesejahteraan dan pensiun; serta (d) pengembangan sistem informasi kepegawaian.
Upaya tersebut ditujukan untuk mewujudkan sistem kepegawaian yang efisien, clan pegawai negeri sipil yang memiliki tingkat kemampuan profesional dan kesejahteraan yang memadai, semangat pengabdian dan disiplin yang tinggi dalam mengemban tugas, serta didukung administrasi dan informasi kepegawaian yang mantap. Pendayagunaan kepegawaian selama PJP I didasarkan pada UU Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagai pengganti UU Nomor 18 Tahun 1961, dan peraturanperaturan lainnya sebagai pelaksanaan UU Nomor 8 Tahun 1974 sebagaimana tercantum dalam Tabel XXII-2.
TABEL XXII — 2PERATURAN PERUNDANG—UNDANGAN YANG TELAH DITETAPKANSEBAGAI PERATURAN PELAKSANAAN DARIUNDANG—UNDANG NOMOR 18 TAHUN 1961 DANUNDANG—UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1974,1968, 1988/89, 1989/90 — 1993/94
No.Bentuk
Peraturan
Nomor
Urut
Nomor
Tahun
Tentang
Peraturan Pemerintah
1
1
1968
Perubahan dan Penambahan alas PP
Na. 12Tahun 1967 tentang Peraturan
Gaji PNS RI Tahun 1968 (PGPS—1968)
2
4
1968
Perubahan dan Penambahan alas PP
No. 12 Tahun 1967 tentang Peraturan
Gaji PNS RI Tahun 1968 (PGPS—1968)
sebagaimana telah diubah dan ditambah
dengan PP No. 1 Tahun 1968.
3
8
1968
Perubahan dan Penambahan alas PP
tentang Kedudukan Keuangan Kelua,
Wakil Ketua dan Anggota MPRSsebagai‑
mans diatur dengan PP No. 208 Tabun
1961 dan yang lelah diubah dan ditam‑
bah fora khir dengan PP No. .16 Tahun 1967.
4
9
1968
Perubahan dan Penambahan alas PP
No. 17Tahun 1967 tentang Kedudukan
Keuangan Menteri Negara RI
5
8
1989
Pemberhentian dan Pemberian Pension
Pegawai Negeri Sipil serla Pemberian
Pensiun landa/Dudanya.
6
16
1989
Pemberian Tunjangan Perbaikan Pengha‑
silan Bagi Pegawai Negeri dan Pejabat
Negara.
7
17
1989
Pemberian Tunjangan Perbaikan Pengha‑
silan Pensiun Bagi Penerima Pensiun/ -
Tunjangan yang Bersifat Pensiun,
8
18
1989
Pemberian Tunjangan Porbaiken'Pengha‑
silanBagi Pedintis Pergerakan Kebang‑
saan/Kemerdekaan, Bekas Anggota Komite
Nasional Indonesia Pusat dan Penerima
Tunjangan Veteran.
9
45
1990
Perubahan Peraturan Pemerintah No.10
Tahun 1983 tentang Iain Perkawinan dan
Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil.
10
50
1990
Perubahan Peraturan Pemerintah No. 16 .
Tahun 1989 tentang Pemberian Tunjangan
Perbaikan Bagi PNS dan Pejabat Negara.
11
51
1990
Perubahan Arias Dasar Peraturan Perna—.
rialah Nomor 17 Tahun 1989 tentang
Pemberian Tunjangan Perbaikan Pengha‑
silan Pensiun Bagi Penerima Pensiun/
Tunjangan yang Bersifat Pensiun.
12
52
1990
Perubahan Alas Peraturan Pemerintah
Nomor 18 Tahun 1989 tentang Pemberian
Tunjangan Perbaikan Penghasilan Bagi
Periods Pergerakan Kebangaaan/Kemer‑
dekaan Bekas Anggota Komite Nasional
Indonesia Pusat, dan Penerima Tunjang‑
an Veteran.
lanjutan Tabel XXII—2
No.Bentuk
Peraturan
Nomor
Urut
Nomor
Tahun
Tentang
13
19
1991
Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor
20Tahun 1975 tentang Wewenang Pengang‑
katan, Pemindahan dan Pemberhentian
Pegawai Negeri Sipil.
14
20
1991
Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil
Secara Langsung.
15
37
1991
Pengangkatan Dokter Sebagai Pegawai
Tidak Tetap Selama Masa Bakti.
16
69
1991
Pemeliharaan Kesehatan Pegawai Negeri
Sipil, Penerima Pensiun, Veteran, Pe‑
rintis Kemerdekaan beserta Keluarganya.
17
51
1992
Perubahan Peraturan Pemerintah No. 7
Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pe‑
gawai Negeri Sipil sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Peraturan Peme‑
rintah No. 15 Tahun 1985.
18
52
1992
Perubahan Peraturan Pemerintah No. 9
Tahun 1980 tentang Hak Keuangan/Admi‑
nistratiUKepala Daerah/Wakil Kepala
Daerah serta Janda/Dudanya sebagaimana
telah dua kali diubah terakhir dengan
Peraturan Pemerintah No.12 Tahoe 1985.
19
53
1992
Perubahan Peraturan Pemerintah N0.10
Tahun 1980 tentang Pemberian Tunjangan
Kehormatan kepada Betas Anggota Komite
Nasional Indonesia Pusat dan Janda/
Dudanya sebagaimana telah diubah de‑
ngan Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun
1985.
20
54
1992
Perubahan Peraturan Pemerintah No.50
Tahun 1980 Hak Keuangan/Administratif
Menteri Negara serta Janda/Dudanya se‑
bagaimana telah diubah dengan Peratur‑
an Pemerintah No. 9 Tahun 1985.
21
55
1992
Perubahan Peraturan Pemerintah No.10
tentang Gap Pokok Pimpinan Lembaga
Tertinggi/ringgi Negara dan Anggota
Lembaga Tinggi Negara serta Uang Ke‑
hormatan Anggota Lembaga Tertinggi Ne‑
gars.
22
56
1992
Perubahan Peraturan Pemerintah No. 11
Tahun 1985 tentang Hak Keuangan Admi‑
nistratif Jaksa Agung, Panglima Ang‑
katan Bersenjata dan Gubernur Bank In‑
donesia.
23
57
1992
Perubahan Peraturan Pemerintah No. 14
tentang Pemberian Tunjangan Perintis
Pergerakan Kebangsaan/Kemerdekaan.
24
58
1992
Perubahan Peraturan Pemerintah No. 17
1985 tentang Penetapan Pensiun Pokok
Betas Pejabat Negara dan Janda/Dudanya.
25
38
1992
Tenaga Kependidikan
26
45
1992
Penyelenggaraan Otonomi Daerah Dengan
Titik Berat Pada Daerah Tingkat II
XXII/21
No.Bentuk
Peraturan
Nomor
Urut
Nomor
Tabun
Tentang
27
51
1992
Perubahan PP 7 Tahun 1977 tenting Per —
aluran Gaji PNS Sebagaimana Telah Di‑
ubah, terakhir dengan PP No. 15 Tahun
1985
28
52
1992
Perubahan PP No. 9Tahun 1980 tenting
Hak Keuangan/Administratif Kepala Dae‑
rah/Wakil Kepala Daerah din Bekaa Ke‑
pala DaerahBekas Wakil Kepala Dacrah
Berta Janda/Dudanya sebagaimana telah
dui kali diubah terakhir dengan PP No.
12 Tahun 1985.
29
53
1992
Perubahan PP No, 10 Tahun 1980 tenting
Pemberian Tunjangan Kehormatan Kepada
Bekaa Anggota Komite National Indone‑
sia Pusat din Janda/Dudanya sebagaima‑
na telah diubah dengan PP No. 13 Ta‑
hun 1985
30
54
1992
Perubahan PP No. 50 Tahun 1980 tenting
Hak Keuangan/Hak Administratif Menteri
Negara dan Bekas Menteri Negara Serra
Janda/Dudanya Sebagaimana telah diubah
dengan PP No. 9 Tahun 1985
31
55
1992
Perubahan PP No.10Tabun 1985 tentang
Gaji Pokok Pimpinan Lembaga Tertinggi/
Tinggi Negara dan Anggota Lembaga
Tinggi Negara sera Uang Kehormatan
Anggota Lumbago Tertinggi Negara
32
56
1992
Perubahan PP No. 11 Tahun 1985 tentang
Hak Keuangan/AdministratifJaksa Agung,
Panglima Angkatan Bersenjata dan Gu‑
bernur Bank Indonesia
33
57
1992
Perubahan PP No. 14Tahun 1985 tentang
Pemberian Tunjangan Perintis Pergerak‑
an Kebangsaan/Kdmerdekaan
34
58
1992,
Perubahan PP No. 17 Tahoe 1985 tentang
Penetapan Pensiun Pokok Bekas Pejabat
Negara dan Janda/Dudanya
35
80
1992
Perubahan PP No.18 Tahun 1977 tentang
Peraturan Gaji Anggota ABRI sebagaima‑
na telah tiga kali diubah, terakhir de‑
ngan PP No. 51 Tahoe 1992
36
15
1993
Perubahan PP No. 7 Tahoe 1977 tentang
Perubahan Peraturan Gaji PNS Sebagai‑
mana telah tiga kali diubah, terakhir
dengan PP No. 51 Tahun 1992
37
16
1993
Perubahan PP No. 9 Tahun 1980 tentang
Hak Keuangan/Adm inistratit Kepala Da‑
erah/Wakil Kepala. Daerah dan Bekas
Kepala DaerahBekas Waldl Kepala Da‑
erah serta Janda/Dudanya, Sebagaimana
telah tiga kali diubah, terakhir de‑
ngan PP No. 52 Tahun 1992
38
17
1993
Perubahan PP No. 10 Tahun 1980 tentang
Pemberian Tunjangan Kehormatan Kepada
Bekas Anggota KNIP dan Janda/Dudanya
Sebagaimana telah dui kali diubah, ter‑
akhir dengan PP No. 53 Tahun 1992
No.Bentuk
Peraturan
Nomor
Urut
Nomor
Tahun
Tentang
39
18
1993
Perubahan PP No. 50 Tahun 1980 tentang
Flak Keuangan/Hak Administratif Menteri
Negara dan Bekas Menteri Negara Berta
Janda/Dudanya sebagaimana telah diubah
dengan PP No. 51 Tahun 199'2
40
19
1993
Perubahan PP No. lO Tahun 1985 tentang
Gap Pokok Pimpinan Lembaga Tertinggi/
Tinggi Negara dan Anggota Lembaga
Tinggi Negara erta Uang Kehormatan
Anggota Lembaga Tertinggi Negara se‑
bagaimana telah diubah dengan PP No.
55 Talton 1992
4I
20
1993
Perubahan PP No. 11 Tahun 1985 tentang
flak Keuangan/Administratif Jaksa Agung, .
Panglima Angkatan ABRI dan Gubernur
Bank Indonesia sebagaimana telah diubah
dengan PP No. 65 Tahun 1992
42
21
1993
Perubahan PP No. 14 Tahun 1985 tentang
Tunjangan Perintis Pergerakan Kebang‑
saan/Kemerdakaan sebagaimana telah di‑
ubah dengan PP No. 57Tahun 1992
43
22
1993
Perubahan PP No. 17Tahun 1985 tentang
Penetapan Pendiun Pokok Bekas Pejabat
Negara dan Janda/Dudanya sebagaimana
telah diubah dengan PP No. 58 Tahun
1992
11.Keputusan
Presiders
1
15
1988
Badan Administrasi Kepegawaian Negara.
2
17
1989
Perubahan Keppres Nomor 9 Tahun 1985
tentang Jenjang Pangkat dan Tunjangan
Jabatan Struktural Sebagaimana Telah
Bebempa Kali Diubah, Terakhir Deegan
Keppres Nomor 11 Tahun 1986.
3
28
1989
Tunjangan Jabatan Penyuluh Pertaian.
4
29
1989
Tunjangan Jabatan Penyuluh Keluarga
Berencana.
5
49
1989
Tunjangan Jabatan Widyaiswara.
6
10
1990
Tunjangan Kompensasi Kerja bagi Pega‑
wai Negeri Sipil yang Ditugaskan di
Bidang Persandian.
7
16
1990
Penelitian Khusus bagi Pegawai Negeri
Republik Indonesia.
8
35
1991
Tunjangan Jabatan Bagi Pegawai Hakim
dan Panitera pada Peradilan Tata Usaha
Negara.
9
36
1991
Tunjangan Jabatan bagi Hakim dan Pani‑
sera pada Peradilan Agama.
10
37
1991
Pengangkatan Dokter Sebagai Pegawai
Tidak Tetap Selama Masa Bakti.
11
8
1991
Penyelenggaraan Kampanye Pemilihan Umum
No.Bentuk
Peraturan
Nomor
Urut
Nomor
Tahun
-Tentang
12
10
1992
Tunjangan Bahaya Nuklir Bagi Pegawai
Negeri Sipil di Lingkungan Badan Tana‑
ga Atom Nasional.
13
13
1992
Tunjangan PengabdianBagi Pegawai Ne‑
geri Sipil yang Belinda dan Bertempat
Tinggal di Wilayah Terpencil.
14
26
1992
Perubahan Keppres No.9 Tahun 1985
tentang Jenjang Papgkat dan Tunjangan
Struktural aebagaimana telah bebempa
kali diubah terakhir dengan Keppres
No. 46Tahun 1991.-
15
46
1992
Perpanjangan Batas Pensiun Bagi Pega‑
wai Negeri Sipil yang menduduki Jabat‑
an Pranata Nuklir dan Pengawas Radiasi.
16
47
1992
Perubahan also Keppres No.10 Tahun
1974 tentang Beberapa Pembatasan Kegi‑
atan Pegawai Negeri dalam rangka Pen‑
dayagunaan Aparatur Negara dan Kese‑
derhanaan Hidup.
17
51
1992
Perubahan alas Keppres No.9 Tahun
1985 tentang Jenjang Pangkat dan Tun‑
jangan Jabatan Struktural sebagaimana
telah kali diubah terakhir dengan Kep‑
pres No.26Tahun 1992.
18
55
1992
Penyesuaian Gaji Pokok Pegawai Negeri
Sipil menurut PP No.15 Tahun 1985 ke
dalam PP No.51 Tahun 1992.
19
64
1992
Perpanjangan Batas Usia Pensiun Bagi
Pegawai Negeri Sipil yang menduduki
Jabatan Pustakawan.
20
65
1992
Tunjangan Jabatan Pustakawan, Teknisi
Penerbangan, Penguji Mum Barang dan
Pranata Komputer.
21
31
1993
Tunjangan Penilai Pajak Bumi dan Ba‑
ngunan; Pemeriksa Bea dan Cukai;
Pengawas Ketenagakerjaan; Pengamat
Meteorologi dan Geofisika; Penyuluh
Kehutanan; Juru Penerang; Pekerja Sosial;
den Pengawas Keuangan dan Pem‑
bangunan.
22
60
1993
Perubahan Keppres No. 34/1991 tentang
Tunjangan jabatan Struktural di Departemen
Pertahanan Keamanan dan Angkatan
Bersenjata RI.
23
62
1993
Perubahan Keppres No. 9/1985 tentang
Jenjang Pangkat dan Tunjangan Jabatan
Struktural aebagaimana telah rajah kali
diubah, terkahir dengan Keppres NO.51
tahun 1992.
24
63
1993
Penghargaan Kepada mantan Anggota
Badan Keamanan Rakyat.
25
69
1993
Perubahan Keppres No. 19(1985 tentang
Jenjang Pangkat dan Tunjangan Jabatan
Struktural aebagaimana tulah delapan
kali diubah, terakhir dengan Keppres
No. 62 tahun 1992.
a. Penetapan Formasi dan Pengadaan Pegawai Negeri Sipil
Tujuan penetapan formasi adalah agar satuan-satuan organisasi pemerintah mempunyai susunan, jumlah dan mutu pegawai yang cukup serta sesuai dengan beban kerjanya. Sejak awal PJP I, dengan Instruksi Presidium Kabinet Ampera Nomor 11 /U/IN/2/ 1967 tanggal 16 Pebruari 1967 telah dilakukan inventarisasi kepegawaian Pusat dan Daerah. Di camping itu telah dibentuk pula Tim Kerja Kepegawaian (TKK) yang bertugas menyusun formasi kepegawaian yang rasional bagi masing-masing departemen dan lembaga pemerintah nondepartemen (LPND). Selanjutnya, diterbitkan PP Nomor 5 Tahun 1976 yang mengatur penetapan formasi pegawai negeri sipil sebagai pelaksanaan UU Nomor 8 Tahun 1974. Dalam hubungan ini, formasi diputuskan oleh Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara setelah mendengar pertimbangan Badan Administrasi Kepegawaian Negara (BAKN).
Sampai dengan Repelita IV, penyusunan formasi lebih didasarkan pada analisis kebutuhan (lowongan pekerjaan) dan kurang memperhatikan analisis jabatan (lowongan jabatan), sehingga menimbulkan masalah kurangnya keterkaitan antara penambahan jumlah pegawai dengan jabatan yang tersedia. Sejak tahun pertama Repelita V penyusunan formasi di departemen, lembaga pemerintah nondepartemen, dan pemerintah daerah tidak lagi hanya didasarkan pada analisis kebutuhan (lowongan pekerjaan), tetapi juga berdasarkan analisis jabatan (lowongan jabatan).
Formasi yang tersedia selama PJP I berjumlah 2.728.919 orang yang terdiri dari Repelita I sebanyak 167.688 orang, Repelita II 522.035 orang, Repelita III 783.888 orang, Repelita IV 762.537 orang, dan Repelita V 492.771 orang. Atas dasar formasi yang tersedia tersebut dilakukan pengadaan pegawai negeri untuk mengisi formasi yang lowong pada masing-masing satuan organisasi Pemerintah. Namun pelaksanaan pengadaan pegawai ini tidak selalu sesuai dengan jumlah formasi yang telah ditetapkan.
Selama PJP I, jumlah pengadaan atau tambahan pegawai negeri mencapai 2.699.100 pegawai yaitu dalam Repelita I sejumlah 167.688 pegawai, Repelita II sebanyak 302.580 pegawai, Repelita III sejumlah 956.249 pegawai, Repelita IV sejumlah 841.969 pegawai dan Repelita V sejumlah 430.614 pegawai. Dengan pengadaan pegawai tersebut, maka jumlah pegawai negeri sipil telah meningkat sekitar 9 persen dari 3.627.615 orang pada akhir Repelita IV menjadi 3.965.778 pada akhir Repelita V, atau meningkat kurang lebih 160 persen apabila dibandingkan dengan jumlah pegawai pada akhir Repelita I yaitu sebesar 1.526.809 pegawai.
Dengan langkah-langkah yang lebih rasional dalam penyusun an formasi dan pengadaan pegawai tersebut, komposisi pegawai negeri menurut golongan menunjukkan perbaikan yang berarti. Perbandingan persentase jumlah PNS menurut golongan pada akhir Repelita I dengan jumlah PNS pada akhir Repelita V adalah sebagai berikut: (a) PNS golongan I, pada akhir Repelita I sebanyak 47,2 persen, pada akhir Repelita V menjadi hanya 13 persen; (b) PNS golongan II, pada akhir Repelita I sebanyak 42,5 persen, pada akhir Repelita V menjadi 65 persen; (c) PNS golongan III, pada akhir Repelita I sebanyak 4,2 persen, pada akhir Repelita V naik menjadi 21 persen; (d) PNS golongan IV, pada akhir Repelita I sebanyak 0,4 persen, pada akhir Repelita V menjadi 1 persen; dan (e) PNS Non PGPS, yang. pada akhir Repelita I masih sebanyak 5,7 persen, pada akhir Repelita V sudah tidak ada lagi.
Di samping itu, komposisi pegawai menurut tingkat pendidik an juga menunjukkan kemajuan. Perbandingan persentase jumlah PNS menurut pendidikan pada akhir Repelita I dengan jumlah PNS pada akhir Repelita V adalah sebagai berikut: (a) pada akhir Repelita I PNS berpendidikan dasar berjumlah 37,0 persen, pada akhir Repelita V tinggal 11,3 persen; (b) PNS berpendidikan menengah (SLIP dan SLTA) pada akhir Repelita I berjumlah 55,5 persen, pada akhir Repelita V menjadi 70 persen; dan (c) PNS
berpendidikan tinggi (Sarjana Muda, S1, S2, dan S3) pada akhir Repelita I baru berjumlah 7,5 persen, pada tahun akhir Repelita V telah menjadi 18,7 persen.
Pada tahun terakhir Repelita V jumlah pegawai negeri sipil adalah 3.965.778 orang; jumlah tersebut berkurang dengan 43.569 orang dibandingkan dengan jumlah pegawai negeri sipil pada tahun keempat Repelita V yaitu sejumlah 4.009.347 orang. Hal ini disebabkan oleh perubahan status kepegawaian pada Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka). Keadaan tersebut dan perkembangan komposisi lainnya menurut jenis kelamin, kepangkatan, masa kerja, umur, dan daerah dapat dilihat lebih jauh pada Tabel XXII-3.
b. Pembinaan Karier
Pembinaan karier bertujuan menempatkan pegawai negeri pada tempat/jabatan yang tepat atas dasar prestasi, pengabdian, dan kesetiaan pada Pancasila, UUD 1945, kejujuran, kedisiplinan, dan tingkat kemampuannya dalam penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan. Selama PJP I pembinaan karier dilakukan melalui: (1) kenaikan pangkat; (2) pengembangan jabatan fungsional; (3) pendidikan dan pelatihan; serta (4) penerapan disiplin pegawai. Upaya tersebut terus ditingkatkan dari repelita ke repelita, dan lebih dimantapkan lagi dalam Repelita V.
(1) Kenaikan Pangkat
Pembinaan karier pegawai dicerminkan antara lain oleh adanya jenjang kepangkatan atau kedudukan yang menunjukkan tingkat seorang pegawai negeri sipil dalam susunan kepegawaian, yang juga digunakan sebagai dasar penggajian. Kenaikan pangkat tersebut dimaksudkan sebagai: (1) penghargaan yang diberikan atas pengabdian pegawai negeri sipil yang bersangkutan terhadap Negara; dan (2) dorongan kepada pegawai negeri sipil untuk lebih meningkatkan pengabdiannya.
TABEL XXII - 3KOMPOSISI PEGAWAI NEGERI PUSAT DAN DAERAH,1968, 1988/89, 1989/90 - 1993/94
Akhir
Repelita V
No.
Uraian
1968
Repelita IV
(1968/89)
1989/90
1990/91
1991/92
1992/93
1993/94
1.
Jumlah Keseluruhan Pegawai
3.627.615
3.752.006
3.824.115
3.887.566
4.009.347.
3.965.778
2.
Menurut Jenis Kelamin :
a. Pria
2.489.159
2.544.700
2.571.506
2.609.844
2.673.994
2.597.960
b. Wanita
1.138.456
1.207.306
1.252.609
1.277.722
1.335.353
1.367.818
3.
Menurut Kepangkatan :
a. Golongan I
653.443
634.687
610.454
612.565
616.502
520.550
b. Golongan II
2.413.832
2.531.725
2.589.373
2.615.789
2.704.470
2.578.322
c. Golongan III
524.878
553.708
590.790
624.350
652.959
826.686
d. Golongan IV
30.032
31.886
33.498
34.862
85.416
40.220
e. Non PGPS
5.430
-
-
-
-
-
4.
Menurut Pendidikan :
a. s/d SD
599.213
557.738
560.617
547.708
548.623
447.776
b. SLTP
403.246
399.105
407.410
401.685
406.746
341.564
c. SLTA
2.121.011
2.246.981
2.290.808
2.327.334
2.355.576
2.435.669
d. Sarjana Muda/DII – D.III
288.129
308.201
321.260.
333.963
396.343
397.334
e. Sarjana (S1, S2, S3)
216.016
239.981
244.020
276.876
302.059
343.435
f. Tidak Jelas
-
-
-
-
-
-
5.
Menurut Masa Kerja :
a. 0 – 10 tahun
2.137.000
2.238.778
2.281.810
2.030.169
1.683.400
1.513.549
b. 11- 20 tahun
616.067
638.076
650.342
977.208
1.382.306
1.560.804
c. 21 tahun lebih
874.548
875.152
891.963
880.189
943.641
891.425
d. Lain-lain
-
-
-
-
-
-
6.
Menurut Umur :
a. 18 – 25 tahun
392.343
527.398
598.128
229.969
143.681
124.549
b. 26 – 35 tahun
1.509.226
1.583.257
1.581.286
1.615.384
1.527.939
1.466.461
c. 36 – 45 tahun
973.969
977.137
978.682
1.155.988
1.287.807
1.341.935
d. 46 – 56 tahun
650.601
645.526
640.125
789.876
859.143
892.848
e. 57 tahun lebih
101.476
18.688
25.894
96.349
190.777
139.975
f. Tidak Jelas
-
-
-
-
-
-
7.
Menurut Kedudukan
a. Jabatan Pimpinan/Struktural
210.111
224.162
228.469
203.643
203.596
157.133
b. Jabatan Bidang Pendidikan
1.574.365
1.624.328
1.677.464
1.708.601
1.644.214
1.828.821
c. Jabatan Bidang Penelitian
2.031
2.652
2.702
2.228
20.643
2.198
d. Lain-lain
1.841.108
1.900.864
1.915.480
1.973.094
2.140.894
1.982.626.
8.
Menurut Status Kepegawaian :
a. Pegawai Negeri Sipil
2.580.478
2.654.561
2.705.258
2.541.023
2.540.619
3.377.541
b. Calon Pegawai Negeri Sipil
1.047.137
1.097.445
1.118.857
1.346.543
1.468.728
588.237
c. Tidak Jelas
9.
Menurut Lokasi :
a. Sumatera
749.078
774.763
789.655
817.770
845.603
843.932
b. Jawa
1.988.206
2.056.381
2.095.948
2.085.722
2.142.193
2.082.540
c. Kalimantan
219.698
227.228
231.565
244.682
256.594
261.320
d. Sulewesi
338.585
350.194
356.921
371.037.
383.796
389.216
e. Bali, Nusa Tenggara, Maluku
Irian Jaya, Timor Timur
331.684
343.057
349.628
367.838
379.999
388.378
f. Luar Negeri
364
383
398
517
1.162
392
10
Menurut Jenis Kepegawaian :a. PNS Pusat
3.151.661
3.277.807
3.341.930
3.401.409
3.505.973
3.471.595
b. PNS Daerah
475.954
474.199
482.185
486.157
503.374
494.183
Kenaikan pangkat dapat berupa kenaikan pangkat reguler, pilihan, istimewa, pengabdian dan kenaikan pangkat sebagai penyesuaian ijazah. Sejak awal PJP I sampai dengan tahun kelima Repelita V, pegawai negeri sipil yang mengalami kenaikan pangkat adalah sebanyak 2.276.436 pegawai. Jumlah ini terdiri dari kenaikan pangkat pada akhir Repelita I sebanyak 54.061 pegawai, pada akhir Repelita II 143.094 pegawai, pada akhir Repelita III 253.164 pegawai, dan pada akhir Repelita IV 433.189 pegawai. Sedangkan pada tahun pertama, kedua, ketiga, keempat, dan tahun kelima Repelita V kenaikan pangkat mencapai masing-masing 239.129 pegawai, 254.688 pegawai, 278.632 pegawai, 362.429 pegawai, dan 258.050 pegawai.
Sejak tahun pertama Repelita IV telah mulai diterapkan Kenaikan Pangkat Otomatis (KPO) untuk pegawai negeri sipil dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai melalui jalur non gaji serta mengurangi hambatan waktu dan administrasi kenaikan pangkat pegawai yang bersangkutan yang telah memenuhi persyaratan untuk naik pangkat. Selama Repelita V telah ditetapkan KPO sejumlah 2.312.477 surat keputusan (SK), meliputi 483.572 SK (1989/90), 403.470 SK (1990/91), 292.398 SK (1991/92), 494.725 SK.(1992/93), dan 638.312 SK (1993/94). Keseluruhan jumlah tersebut terdiri dari 2.001.534 SK di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 157.061 SK di lingkungan Departemen Kesehatan, 146.891 SK di lingkungan Departemen Agama, dan 6.991 SK di lingkungan Departemen Pertahanan dan Keamanan.
(2) Pembinaan Jabatan
Pembinaan karier berhubungan erat dengan jenis jabatan pegawai negeri yang terdiri dari jabatan struktural dan jabatan fungsional. Masalah yang dihadapi adalah masih adanya kekurangseimbangan antara kedua jenis jabatan tersebut. Oleh karena itu sejak tahun pertama Repelita III, berdasarkan PP Nomor 3 Tahun 1980, jabatan fungsional mulai dikembangkan
agar PNS yang mengemban tugas dalam kegiatan-kegiatan pekerjaan tertentu dapat memperoleh kepastian dalam kariernya, tidak terhambat karena terbatasnya jabatan struktural, sehingga diharapkan mereka akan terdorong untuk senantiasa meningkatkan prestasi dan kemampuan profesionalnya. Pengangkatan dan kenaikan pangkat dalam jabatan fungsional antara lain didasarkan pada terpenuhinya persyaratan angka kredit yang telah ditetapkan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dengan memperhatikan usulan Pimpinan instansi yang bersangkutan setelah mendengar pertimbangan Kepala BAKN.
Pada akhir Repelita IV telah dikembangkan 20 jabatan fungsional. Kemudian mulai tahun pertama hingga tahun keempat Repelita V telah ditetapkan sebanyak 32 jabatan fungsional masingmasing sebanyak 18 (1989/90), 10 (1990/91), 2 (1991/92), dan 2 (1992/93). Dalam rangka mengatasi hambatan-hambatan yang timbul dalam pelaksanaan jabatan fungsional yang telah ditetapkan, pada tahun kelima Repelita V telah dilakukan penyempurnaan terhadap 2 (dua) buah jabatan fungsional yaitu jabatan fungsional guru, dan jabatan fungsional pemeriksa pajak. Jabatan fungsional guru yang ditetapkan berdasarkan 6 (enam) Surat Keputusan MENPAN disempurnakan menjadi 1 (satu) yaitu Keputusan MENPAN Nomor 84 Tahun 1993. Sedangkan jabatan fungsional pemeriksa pajak yang ditetapkan berdasarkan Keputusan MENPAN Nomor 122 Tahun 1990 disempurnakan oleh Keputusan MENPAN Nomor 69 Tahun 1993.
Dengan demikian, sampai dengan akhir Repelita V telah dikembangkan sejumlah 52 jabatan fungsional, antara lain sebagai berikut: Penilai Pajak Bumi dan Bangunan, Pranata Komputer, Guru (di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Kesehatan, Departemen Agama, Departemen Perindustrian, Departemen Pertanian, dan Departemen Kehutanan), Dokter Gigi, Teknisi Siaran, Adikara Siaran, Jagawana, Instruktur Latihan Kerja, Dosen di lingkungan Departemen Kesehatan, Pranata Nuklir, Pengawas Radiasi, Teknisi
Penelitian dan Perekayasaan, Jabatan Arsiparis, Statistik, Jabatan Penera, Pemeriksa Pajak, Teknisi Kehutanan, Operator Transmisi Sandi, Jabatan Sandiman, penyuluh perindustrian, Pemeriksa Paten, dan Pemeriksa Merek. Selain itu, untuk lebih memantapkan pembinaan jabatan dan pengembangan karier pegawai, dalam tahun terakhir Repelita V telah disiapkan rancangan peraturan pemerintah mengenai pengangkatan pegawai negeri sipil dalam jabatan struktural dan jabatan fungsional.
(3) Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan (diktat) merupakan kegiatan yang dilaksanakan terus menerus untuk meningkatkan kualitas, disiplin, keteladanan, pengetahuan dan keterampilan pegawai negeri. Selama PJP I diktat pegawai yang telah dilaksanakan mencakup bidang administrasi dan teknis fungsional, diperuntukkan bagi pegawai negeri balk pada tingkat pimpinan maupun tingkat pelaksana. Di samping itu, diberikan pula kesempatan untuk mengikuti pendidikan tinggi, gelar atau nongelar, di dalam dan di luar negeri; pendidikan penjenjangan sebagai prasyarat untuk menduduki jabatan tertentu; diktat teknis jangka pendek untuk meningkatkan keterampilan dalam jenis pekerjaan tertentu; dan. penataran untuk meningkatkan disiplin dan pemahaman mengenai kebijaksanaan pemerintah. Upaya tersebut semakin ditingkatkan dan dimantapkan dalam Repelita V. Berbagai jenis diktat pegawai 2negeri sipil yang dikembangkan meliputi: (a) diktat prajabatan; dan (b) diktat dalam jabatan.
(a) Diktat Prajabatan
Dengan tujuan memberikan orientasi kepada calon pegawai negeri sipil berkenaan dengan kedudukannya sebagai pegawai negeri sipil agar mengerti dan menghayati kewajiban dan hakhaknya, sesuai dengan Keppres Nomor 30 Tabun 1981 tentang Latihan Prajabatan, setiap calon pegawai negeri sipil diwajibkan
mengikuti diklat Prajabatan. Diklat ini terdiri dari 3 (tiga) tingkat yaitu Tingkat I, II dan III yang disesuaikan dengan golongan pegawai yaitu Golongan I, II dan III.
Dari tahun pertama Repelita V hingga tahun keempat Repe lita V, diklat Prajabatan telah diikuti oleh 82.028 orang, terdiri dari Prajabatan Tingkat I sebanyak 15.019 orang, Tingkat II 41.563 orang, dan Tingkat III sebanyak 25.446 orang. Sedangkan pada tahun kelima Repelita V diklat Prajabatan telah diikuti oleh 18.816 orang, terdiri dari Prajabatan Tingkat I sebanyak 1.994 orang, Tingkat II 13.509 orang, dan Tingkat III sebanyak 3.313 orang. Dengan demikian selama Repelita V diklat Prajabatan telah diikuti oleh 100.844 peserta terdiri dari Prajabatan Tingkat I sebanyak 17.013 peserta, Tingkat II sebanyak 55.072 peserta dan Tingkat III sebanyak 28.759 peserta.
(b) Diklat Dalam Jabatan
Diklat dalam jabatan terdiri dari diklat penjenjangan dan diklat nonpenjenjangan, dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pegawai negeri sipil dalam melaksanakan tugastugas yang menjadi atau akan menjadi tanggung jawabnya.
Diklat penjenjangan terdiri dari Sekolah Pimpinan Administrasi Tingkat Dasar (SEPADA), Sekolah Pimpinan Administrasi Tingkat Lanjutan (SEPALA), Sekolah Pimpinan Administrasi Tingkat Madya (SEPADYA), dan Sekolah Staf dan Pimpinan Administrasi/Nasional (SESPA/SESPANAS). Penyelenggaraan SESPA baik oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN) maupun instansi lain yang sejak tahun pertama Repelita IV ditingkatkan menjadi SESPANAS dan dikoordinasikan LAN, diikuti peserta dari departemen, LPND, BUMN/D, dan pemerintah daerah. Sejak awal PJP I sampai dengan akhir Repelita IV, SESPA/SESPANAS telah diselenggarakan sebanyak 298 angkatan diikuti oleh 6.565 orang, dengan rincian selama Repelita I sebanyak 14 angkatan diikuti oleh 387 orang, selama Repelita II sebanyak 74 angkatan
diikuti oleh 2.133 orang, selama Repelita III sebanyak 52 angkatan diikuti oleh 1.734 orang, dan selama Repelita IV sebanyak 86 angkatan diikuti oleh 2.311 orang. Selama Repelita V penyelenggaraan SESPA/SESPANAS meliputi 72 angkatan yang diikuti oleh 2.961 orang. Perincian jumlah peserta SESPA/SESPANAS pada awal PJP I, akhir Repelita IV, dan selama Repelita V dapat diikuti pada Tabel XXII-4.
Diktat SEPADYA, SEPALA dan SEPADA selain dilaksanakan oleh LAN juga dilakukan oleh departemen atau instansi tempat pegawai bersangkutan bertugas. Selama Repelita IV diktat SEPADYA, SEPALA dan SEPADA telah diselenggarakan masingmasing sejumlah 150 angkatan diikuti 4.504 orang, 349 angkatan diikuti 10.449 orang, dan 260 angkatan diikuti 7.789 orang. Selama Repelita V, ketiga diktat tersebut masing-masing diselenggarakan sebanyak 336 angkatan diikuti 10.978 peserta, 1.077 angkatan diikuti 33.255 peserta, dan 206 angkatan diikuti 6.436 peserta. Jumlah selama Repelita V tersebut termasuk penyelenggaraan diktat SEPADYA, SEPALA dan SEPADA pada tahun kelima Repelita V masing-masing sebanyak 63 angkatan diikuti 2.175 orang, 566 angkatan diikuti 17.507 orang, dan 29 angkatan diikuti 1.006 orang. Dengan demikian, penyelenggaraan ketiga diktat tersebut selama Repelita V diiikuti sebanyak 50.669 orang.
Diktat nonpenjenjangan diselenggarakan oleh berbagai instansi pemerintah termasuk perguruan tinggi meliputi antara lain kursuskursus organisasi dan metode, Program Perencanaan Pembangunan (PPN), manajemen proyek, Teknik Manajemen Perencanaan Pembangunan (TMPP), manajemen perusahaan negara, pengawasan, analisis jabatan dan diktat khusus lain. Pada tahun kelima Repelita V penyelenggaraan diktat tersebut diikuti oleh 58.838 orang. Sedangkan sejak tahun pertama hingga tahun keempat Repelita V diikuti oleh 114.133 orang. Dengan demikian selama Repelita V pegawai negeri yang telah mengikuti diktat non penjenjangan mencapai 172.971 orang.
AkhirRepelita V
No.
Departemen/Lembaga
1968 2)
Repelita IV
(1988/89)
1989/90
1990/91
1991/92 ,
1992/93
1993/94
1.
Departemen Dalam Negeri
28
149
225
113
89
364
2.
Departemen Penerangan
35
35
34
—
—
3
3.
Departemen Hankam
27
30
—
—
9
4.
Departemen Perhubungan
31
108
—
—
9
5.
Departemen Perindustrian
24
24
—
—
—
6.
Departemen Sosial
40
4
7.
Departemen. Agama
1
5
3
30
10
8.
Departemen Pertanian
28
30
78
—
23
9.
Departemen Keuangan
28
—
11
10.
Departemen Pertamb. & Energi
—
—
—
2
11.
Departemen Parpostel
33
30
58
—
—
2
12.
Departemen Koperasi
-
—
—
4
13.
Departemen Kesehatan
30
30
31
—
23
14.
Departemen Dikbud
30
30
30
24
25
12
1S.
Departemen Transmigrasi
30
30
—
—
7
16.
Departemen Kehakiman
—
29
42
—
39
17.
Departemen Tenaga Kerja
31
—
5
18.
Departemen Kehutanan
30
60
60,
^
—
8
19.
Departemen Perdagangan
—
—
—
5
20.
Departemen Pekerjaan Umum
67
—
30
32
—
11
21.
Departemen Luar Negeri
1
22.
Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND)
88
110
175
206
210
76
Jumlah
67
369
560
897
529
354
628
1) Termasuk SESPANAS yang mulai dilaksanakan sejak akhir Repelita IV dan diselenggarakan oleh LAN
2) Anekadiperbaiki
Kursus Program Perencanaan Nasional (PPN) bagi para perencana dari berbagai instansi baik Pusat maupun Daerah, yang diselenggarakan sejak awal PJP I, meliputi kursus perencanaan jangka panjang, perencanaan proyek-proyek pembangunan, perencanaan proyek-proyek pertanian dan agro industri, dan perencanaan proyek-proyek transportasi. Jumlah peserta PPN pada akhir Repelita IV sebanyak 132 orang, sedangkan pada tahun pertama hingga tahun kelima Repelita V masing-masing sebanyak 132 orang, 131 orang, 612 orang, 477 orang, dan 516 orang, sebagaimana Tabel XXII-5.
Kursus Teknik Manajemen Perencanaan Pembangunan (TMPP) mulai dikembangkan tahun 1991 dan diselenggarakan bagi Mat' perencana Bappeda Tingkat II dari seluruh Indonesia. , Penyelenggaraannya dilakukan atas kerja sama OTO-Bappenas dengan Departemen Dalam Negeri dan 4 Universitas di Indonesia (Unsyiah, UI, UGM dan UNHAS). Sejak tahun anggaran 1991/92 sampai dengan tahun anggaran 1993/94 program TMPP telah dilaksanakan sebanyak 10 angkatan dengan jumlah peserta sebanyak 1.228 orang.
Selain itu, dalam PJP I telah diterbitkan beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur sistem pendidikan dan pelatihan antara lain: Keppres Nomor 5 Tahun 1971 yang mengatur tugas koordinasi dan tanggung jawab pendidikan dan pelatihan bagi pegawai negeri; dan Keppres Nomor 34 Tahun 1972 yang mengatur pembagian tugas dan tanggung jawab pembinaan pendidikan dan pelatihan antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Tenaga Kerja, dan Lembaga Administrasi Negara. Kemudian, dengan Inpres Nomor 15 Tahun 1974, yang disempurnakan dengan Keppres Nomor 20 Tahun 1989, Lembaga Administrasi Negara diberi tugas dan tanggung jawab pembinaan pendidikan dan' pelatihan'khusus untuk pegawai negeri sipil. Menjelangiberakhirnya taliun kelima Repelita V, pemerintah telah mempersiapkan rancangan peraturan pemerintah mengenai diklat jabatan pegawai negeri sipil sebagai salah sate upaya penyempurnaan sistem diklat pegawai negeri,sipil.
TABEL XXII — 5JUMLAH PESERTA KURSUS—KURSUS PROGRAM PERENCANAAN NASIONAL,1968, 1988/89, 1989/90 — 1993/94
Akhir
Repelita V
No.
Jenis Kursus1968
Repelita IV
(1988/89)
1989/90
1990/91
1991/92
1992/93
1993/94
Perencanaan Jangka Panjang
39
39
39
39
35
34
2.
Perencanaan Proyek—proyek
31
31
32
30
30
30
3.
Pembangunan
Perencanaan Proyek—proyek
31
31
30
30
30
31
4.
Pertanian & Agro Industri
Perencanaan Proyek—proyek
31
31
30
30
30
28
5.
Transportasi
Teknik Manajemen
483
352
393
Perencanaan Pembangunan
Jumlah
132
132
131
612
477
516
XXII/36
c. Penghasilan, Kesejahteraan, dan Pensiun
Unsur gaji dan penghasilan dalam peningkatan kesejahteraan dan produktivitas pegawai negeri amatlah penting. Oleh karena itu sejak awal PJP I terus dilakukan upaya perbaikan penghasilan pegawai negeri baik dalam bentuk gaji, jenis dan besarnya tunjangan, maupun cara penyalurannya. Pada awal PJP I, ditetapkan kebijaksanaan dalam perbaikan penghasilan yang dituangkan dalam PP Nomor 12 Tahun 1967 tentang Gaji Pegawai Negeri Sipil Republik Indonesia. Menurut PP Nomor 12 Tahun 1967 gaji pokok terendah adalah Rp400,- dan gaji pokok tertinggi Rp 10.000, atau 1 banding 25.
Selama PJP I peningkatan penghasilan pegawai negeri sipil dilakukan berkali-kali sejalan dengan meningkatnya kemampuan keuangan negara. Pada akhir Repelita IV telah dilakukan peningkatan gaji pegawai negeri sipil sebesar 10 persen terhitung sejak bulan Januari 1989 dengan menggunakan perhitungan berdasarkan struktur gaji pokok menurut PP Nomor 15 Tahun 1985. Menurut PP 15 Tahun 1985 gaji pokok terendah sebesar Rp33.000,- dari gaji pokok tertinggi sebesar Rp265.000,- atau 1 banding 8.
Selama Repelita V telah dilakukan 4 kali perbaikan gaji pegawai negeri sipil. Pada tahun pertama Repelita V sejak bulan April 1989 gaji dinaikkan 15 persen dari penghasilan yang diterima pada bulan Desember 1988. Selanjutnya pada bulan Januari 1990 dilakukan peningkatan gaji sebesar 10 persen dari penghasilan yang diterima pada bulan Desember 1989. Pada tahun keempat Repe lita V, sejak 1 April 1992 gaji pegawai negeri sipil dinaikan lagi. Dalam rangka ini gaji pokok terendah berubah dari Rp33.000,-menjadi Rp51.000,- atau naik 54,5 persen, dan gaji pokok tertinggi berubah dari Rp265.600,- menjadi Rp399.200,- atau naik 50,3 persen. Perbandingan antara gaji pokok terendah dengan gaji pokok tertinggi tetap sama yaitu 1 banding 8. Secara progresif juga telah dilakukan perbaikan struktur gaji pokok. Gaji pokok terendah berubah dari Rp51.000,- menjadi Rp78.000,- atau naik 53
persen, dan gaji pokok tertinggi berubah dari Rp399.200,- menjadi Rp537.800,- atau naik 35 persen. Dengan perubahan skala dan daftar gaji pokok tersebut maka perbandingan antara gaji pokok terendah dengan gaji pokok tertinggi berubah dari 1 banding 8 menjadi 1 banding 7.
Selain perbaikan gaji tersebut, selama.Repelita V juga telah diperbaiki tunjangan jabatan struktural, tunjangan jabatan fungsional, dan tunjangan istri/suami. Perbaikan tunjangan jabatan fungsional meliputi antara lain tunjangan untuk dosen perguruan tinggi, peneliti, Widyaiswara, tenaga kesehatan, tenaga persandian, penyuluh keluarga berencana, Hakim dan Panitera pada Peradilan Tata Usaha Negara serta Peradilan Agama. Selain itu, telah ditetapkan pula tunjangan bahaya nuklir bagi PNS di lingkungan BATAN, dan tunjangan pengabdian PNS yang bekerja dan bertempat tinggal di wilayah terpencil. Kemudian, telah. pula dilakukan perbaikan tunjangan istri/suami dari 5 persen menjadi 10 persen dan perbaikan Tabungan Hari Tua (THT) dari PT TASPEN sebesar 17 persen yang dibayarkan terhitung mulai tanggal 1 Juli 1991.
Dalam tahun kelima Repelita V, diadakan perbaikan tunjangan struktural, antara lain tunjangan struktural Eselon terendah (Vb) meningkat dari Rp14.000,- menjadi Rp50.000,- atau naik 257,1 persen dan Eselon tertinggi (Ia) dari Rp166.000,- menjadi Rp500.000,- atau naik 201,2 persen. Selain itu, telah ditetapkan pula tunjangan fungsional untuk jabatan fungsional penilai pajak bumi dan bangunan, pemeriksa bea dan cukai, pengawas ketenagakerjaan, pengamat meteorologi dan geofisika, penyuluh kehutanan, juru penerang, pekerja sosial, serta pengawas keuangan dan pembangunan.
Sejalan dengan langkah-langkah perbaikan penghasilan pegawai negeri tersebut, juga diusahakan perbaikan penghasilan bagi para pensiun dan tunjangan yang bersifat pensiun untuk meningkatkan kesejahteraan para pensiunan. Sejak tahun pertama
XXII/38
Repelita V telah ditetapkan kebijaksanaan penetapan pensiun secara otomatis. Kebijaksanaan ini diberlakukan bagi PNS yang berpangkat Pembina golongan ruang IV/a ke bawah yang telah mencapai batas usia pensiun. Sejak bulan Maret 1992, kebijaksanaan penetapan pensiun otomatis lebih diperluas dengan memberlakukannya pada PNS golongan ruang IV/b ke atas yang akan memasuki masa pensiun. Dengan dilaksanakannya upaya penetapan pensiun otomatis tersebut, maka administrasi bagi penetapan PNS yang akan memasuki pensiun, yang pada akhir Repelita IV dan tahun-tahun sebelumnya masih belum mantap dan membutuhkan proses yang cukup lama, pada akhir Repelita V sudah semakin mantap dan tertib sehingga pengurusan pensiun PNS menjadi lebih cepat dan tepat.
Pada tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat Repelita V telah diselesaikan surat keputusan pensiun otomatis untuk sebanyak 11.582 pegawai (1989/90), 32.222 pegawai (1990/91), 80.614 pegawai (1991/92), dan 32.746 pegawai (1992/93). Kemudian pada tahun kelima Repelita V telah berhasil diselesaikan surat keputusan pensiun otomatis untuk sebanyak 28.706 pegawai (1993/94). Dengan demikian selama Repelita V telah berhasil diselesaikan surat keputusan pensiun otomatis sebanyak 185.870 pegawai.
d. Sistem Informasi Kepegawaian
Sistem informasi kepegawaian sangat penting dalam pendayagunaan kepegawaian. Data dan informasi kepegawaian yang lengkap, tepat dan dapat dipercaya, teratur dan terpelihara diperlukan untuk menyusun kebijaksanaan dan rencana serta untuk melaksanakan pembinaan pegawai negeri sipil. Dalam hubungan ini perbaikan sistem informasi kepegawaian telah dilakukan secara sistematis sejak awal PJP I antara lain dengan pembentukan Badan Koordinasi Otomatisasi Administrasi Negara '(BAKOTAN), dan peningkatan tugas dan fungsi Kantor Urusan Pegawai yang diubah namanya menjadi Badan Administrasi Kepegawaian Negara (BAKN). Untuk mendukung proses pengolahan data dan informasi
kepegawaian tersebut di atas, pada akhir Repelita III BAKN telah dilengkapi dengan seperangkat komputer dan terminal. Pada awal Repelita IV, terminal tersebut telah diganti dengan seperangkat komputer induk; dan untuk menunjang pelaksanaannya telah dilakukan pendidikan dan pelatihan tenaga pelaksana komputer. Untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penggunaan komputer induk, dalam tahun .1987 telah dibentuk Unit Pelaksana Teknis Pengolahan Data (Puslahta) di BAKN.
Pada akhir Repelita IV, untuk mendukung kebijaksanaan pembangunan di bidang kepegawaian telah dilakukan penyempurnaan sistem informasi kepegawaian secara terus menerus, dan menghasilkan antara lain: (1) Nomor Induk PNS yang tertata baik; (2) Kartu PNS (3) rekaman data PNS berikut perkembangannya dalam pita magnetik; (4) susunan berkas PNS kedalam almari khusus; (5) daftar nama PNS menurut abjad; (6) kartu istri/suami (KARIS/KARSU) PNS; (7) daftar jumlah PNS menurut kepangkatan dan golongan ruang, kedudukan, wilayah kerja sebagai bahan informasi untuk perencanaan anggaran belanja pegawai.
Dalam Repelita V, dikembangkan Sistem Informasi Kepegawaian Republik Indonesia (SIMKRI) dengan memanfaatkan teknologi komputer yang dapat menghubungkan BAKN Pusat di Jakarta dengan Kanwil BAKN di daerah, serta dengan berbagai instansi terkait antara lain Kantor Menpan, LAN, Departemen Keuangan, PT. Taspen, Sekretariat Kabinet, Bappenas, dan Perum Husada Bhakti. Dengan sistem ini, diharapkan akan terwujud hubungan langsung antara BAKN dengan instansi terkait, dan peremajaan informasi kepegawaian pada masing-masing instansi yang terselenggara secara otomatis dan terus menerus.
Mengingat jumlah pegawai negeri sipil yang cukup besar dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia sehingga memerlukan pembinaan dan administrasi kepegawaian yang lebih baik, maka pada tahun ketiga Repelita V telah dibangun Kantor Perwakilan BAKN di Ujung Pandang. Dengan demikian, sampai dengan tahun
kelima Repelita V, BAKN Pusat telah memiliki 4 Kantor Perwakilan yaitu di Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan Ujung Pandang. Sementara itu, pembangunan Kanwil BAKN di Medan dalam tahap persiapan. Dengan pembangunan kanwil-kanwil tersebut, pengelolaan administrasi dan pembinaan pegawai negeri sipil dapat lebih didesentralisasikan sehingga dapat meningkatkan efisiensi pelayanan kepegawaian antara lain untuk mempercepat proses kenaikan pangkat, pensiun dan mutasi pegawai.
3. Pendayagunaan Ketatalaksanaan
Pendayagunaan ketatalaksanaan selama PJP I, meliputi administrasi umum dan administrasi kebijaksanaan pembangunan. Pendayagunaan administrasi umum ditujukan untuk meningkat kan efisiensi dan efektivitas kegiatan pekerjaan di dalam dan antarlembaga pemerintah, serta pelayanan umum. Sedangkan pendayagunaan administrasi kebijaksanaan pembangunan dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan aparatur pemerintah bagi masyarakat dan dunia usaha agar tercipta ikliin yang lebih mendorong dan meningkatkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat dan dunia usaha dalam kegiatan pembangunan.
a. Administrasi Umum
Sebelum PJP I, keadaan administrasi umum di berbagai instansi pemerintah di pusat dan daerah belum tertata dengan baik sehingga kurang dapat mendukung pelaksanaan tugas pemerintahan umum dan pembangunan termasuk pelayanan kepada masyarakat. Untuk itu, selama PJP I telah dilaksanakan berbagai langkah pendayagunaan ketatalaksanaan administrasi umum termasuk pelayanan kepada masyarakat secara berkesinambungan. Sampai dengan tahun terakhir Repelita IV upaya tersebut telah menghasilkan antara lain makin mantapnya pengelolaan administrasi keuangan, dan penyempurnaan pelayanan kepada masyarakat seperti pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin Mengemudi
(SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK), dan pelayanan perizinan sate atap untuk beberapa jenis pelayanan tertentu yang menjadi kewenangan daerah. Upaya tersebut didukung dengan penggunaan sarana komputer yang semakin ditingkatkan.
Selama Repelita V langkah-langkah pendayagunaan ketatalaksanaan makin ditingkatkan, antara lain melalui (1) perluasan penggunaan komputer bagi pelayanan umum sampai ke daerahdaerah; (2) peningkatan kelancaran dan efisiensi pelaksanaan pekerjaan di dalam dan antarinstansi pemerintah; (3) penyempurnaan peraturan, ketentuan dan prosedur seperti surat menyurat; pengelolaan keuangan; pengadaan, pemeliharaan dan inventarisasi barang/kekayaan milik pemerintah; dan sistem pembukuan dan akuntansi pemerintah; dan (4) peningkatan mutu dan efisiensi administrasi keuangan dengan lebih memberikan otonomi untuk mengelola keuangannya sendiri kepada unit-unit pelayanan masyarakat, seperti rumah sakit, perguruan tinggi, Puskesmas dan lembaga-lembaga penelitian.
Hingga tahun kelima Repelita V, telah diterbitkan berbagai peraturan perundangan-undangan, yang penting artinya bagi peningkatan efisiensi pelayanan, penyelenggaraan administrasi pemerintahan, dan penerimaan, seperti antara lain: (1) Keppres Nomor 38 Tahun 1991 tentang Pemantapan Unit Swadana dan Tata Cara Pengelolaannya yang memberikan otonomi kepada unit pelayanan teknis (UPT) maupun non-UPT dalam mengelola manajemen keuangan dan administrasinya sendiri, yang kemudian dijabarkan dalam Surat Keputusan Menkeu Nomor 47/KMK/03/1992 tentang Penatausahaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Unit Swadana; (2) Keputusan Menpan Nomor 81 Tahun 1993 tentang Pedoman Tata Laksana Pelayanan Umum yang merupakan acuan dasar dalam mengatur tata laksana pelayanan umum di lingkungan instansi pemerintah baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah termasuk BUMN/BUMD agar dapat tercapai keseragaman pola dasar tata laksana pelayanan umum yang diberikan oleh instansi pemerintah kepada masyarakat di berbagai
bidang; (3) Keputusan Menpan Nomor 71 Tahun 1993 tentang Pedoman Umum Tata Persuratan Dinas sebagai acuan bagi seluruh instansi pemerintah di pusat dan daerah termasuk BUMN/D dalam melaksanakan tata persuratan dinas di lingkungannya; dan (4) Keputusan Menpan Nomor 06 Tahun 1994 tentang Konsepsi Manajemen Modern sebagai acuan pendayagunaan ketatalaksanaan aparatur pemerintah.
Keseluruhan upaya tersebut telah dapat meningkatkan ketepatan, kecepatan, dan kelancaran pelaksanaan pekerjaan serta pelayanan kepada masyarakat termasuk dunia usaha sehingga lebih meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan pembangunan. Selain itu juga keswadanaan beberapa unit pelayanan meningkat.
b. Administrasi Kebijaksanaan Pembangunan
Tujuan pendayagunaan administrasi kebijaksanaan pembangunan antara lain adalah untuk menyederhanakan prosedur pelayanan antarinstansi dan dengan masyarakat guna mendukung kelancaran pelaksanaan pembangunan dan mendorong kegiatan ekonomi, khususnya penanaman modal dan perdagangan. Untuk itu menjelang awal PJP I telah diterbitkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang lebih memberikan peluang baik kepada investor asing maupun dalam negeri untuk melakukan kegiatan usaha. Untuk lebih mendukung pelaksanaan undangundang tersebut selama PJP I telah dilakukan berbagai langkah pendayagunaan kebijaksanaan pembangunan yang tertuang dalam paket-paket deregulasi dan debirokratisasi yang mencakup berbagai bidang antara lain: perbankan, investasi, industri dan perdagangan.
Dalam rangka itu dalam Repelita V, telah ditetapkan Keppres Nomor 53 Tahun 1989 tentang pembangunan kawasan industri yang
berwawasan lingkungan; Keppres Nomor 23 Tahun 1991 sebagai pengganti Keppres Nomor 21 Tahun 1989 tentang Daftar Bidangbidang Usaha yang Tertutup Bagi Penanaman Modal; dan Paket 6 Juli 1992 tentang kebijaksanaan di bidang investasi, perdagangan keuangan, tenaga kerja, pertanahan dan IMB. Selain itu, telah diterbitkan pula Keppres Nomor 34 Tahun 1992 menyangkut penyempurnaan pemanfaatan tanah Hak Guna Usaha dan Hak Guna Bangunan untuk usaha patungan PMA; PP Nomor 17 Tahun 1992 tentang Persyaratan Pemilikan Saham Dalam Perusahaan PMA yang kemudian telah disempurnakan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1993; Keppres Nomor 52 Tahun 1993 mengenai pemeriksaan atas barang impor yang dimasukkan ke kawasan berikat; dan Keppres Nomor 53 Tahun 1993 yang mengatur pemberian fasilitas dan kemudahan pabean, perpajakan dan tata niaga impor bagi entrepot produksi untuk tujuan ekspor.
Penyempurnaan dan penyederhanaan prosedur pelayanan dan perizinan tersebut telah meningkatkan efisiensi produksi dan daya saing komoditi ekspor nonmigas, dan mengembangkan iklim investasi yang bergairah.
4. Sistem Perencanaan, Pelaksanaan, Pemantauan dan Pengendalian Proyek Pembangunan
Pengembangan dan pendayagunaan sistem perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian proyek pembangunan dilakukan secara berkesinambungan selama PJP I, mencakup administrasi perencanaan dan penganggaran, administrasi pembiayaan dan pelaksanaan, serta administrasi pemantauan dan pengendalian pelaksanaan. Dalam hubungan ini telah dikembangkan dan didayagunakan sistem perencanaan dan pelaksanaan rencana operasional tahunan, termasuk sistem pemantauan dan pelaporan proyek pembangunan yang diperlukan untuk memantapkan pengendalian. Secara keseluruhan sistem tersebut dituangkan dalam Keputusan Presiden tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Sistem tersebut terus mengalami penyempurnaan sehingga pelaksanaan sistem perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengendalian proyek pembangunan telah dapat berfungsi secara lebih berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan perkembangan pembangunan.
Sejak awal PJP I hingga tahun kelima Repelita V, telah diterbitkan sebanyak 14 Keppres tentang Pelaksanaan APBN, meliputi 5 Keppres selama Repelita I yaitu Keppres Nomor 33/1969, Keppres Nomor 24/1970, Keppres Nomor 14/1971, Keppres Nomor 28/1972, dan Keppres Nomor 11/1973; 4 Keppres selama Repelita II yaitu Keppres Nomor 17/1974, Keppres Nomor 7/1975, Keppres Nomor 14/1976, dan Keppres Nomor 12/1977; 3 Keppres selama Repelita III meliputi Keppres Nomor 14/1979, Keppres Nomor 14A/1980, Keppres Nomor 18/1981; 1 Keppres pada Repelita IV dan Repelita V yaitu Keppres Nom