repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45240... · web viewdan...

287
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN LEVERAGE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Sektor Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2013-2017) Oleh: ATIKA INDAH FITRIYANI NIM: 1114081000087 JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 i

Upload: others

Post on 25-Dec-2019

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN LEVERAGE

TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PROFITABILITAS

SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

(Studi Empiris pada perusahaan Sektor Consumer Goods yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia selama periode 2013-2017)

Oleh:

ATIKA INDAH FITRIYANI

NIM: 1114081000087

JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H / 2019

i

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN LEVERAGE

TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PROFITABILITAS

SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

(Studi Empiris pada perusahaan Sektor Consumer Goods yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia selama periode 2013-2017)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

ATIKA INDAH FITRIYANI

NIM: 11140810000087

Dibawah Bimbingan,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Taridi Kasbi Ridho, MBA Deni Pandu Nugraha, S.E., M.Sc

NIDN. 2004107002 NIDN. 2012108503

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

ii

JAKARTA

1440 H / 2019

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Pada hari Kamis, 12 April 2018 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas

mahasiswa:

Nama : Atika Indah Fitriyani

NIM : 11140810000087

Jurusan : Manajemen

Judul Skripsi : Pengaruh Good Corporate Governance, Leverage Terhadap

Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel

Pemoderasi (Studi Empiris pada perusahaan Sektor

Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

selama periode 2013-2017)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang

bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa

mahasiswa di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan

ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 12 April 2018

1. Amalia, M.S.M ( )NIP. 19740821 200901 2 005 Penguji I

2. Faizul Mubarok, MM ( )NIDN. 2014058801 Penguji II

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Rabu 23 Januari 2019 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

1. Nama : Atika Indah Fitriyani

2. NIM : 11140810000087

3. Jurusan : Manajemen Keuangan

4. Judul Skripsi: Pengaruh Good Corporate Governance, Leverage Terhadap

Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Pemoderasi

(Studi Empiris pada perusahaan Sektor Consumer Goods yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia selama periode 2013-2017)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di

atas dinyatakan Lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 23 Januari 2019

1. Dr. Titi Dewi Warninda, S.E., M.Si ( )

NIP. 19731221 2005012 002 Ketua

2. Dr. Taridi Kasbi Ridho, MBA ( )

NIDN. 2004107002 Sekretaris

3. Dr. Taridi Kasbi Ridho, MBA ( )

NIDN. 2004107002 Pembimbing I

4. Deni Pandu Nugraha, S.E., M.Sc ( )

NIDN. 2012108503 Pembimbing II

5. Dr. Indoyama Nasarudin, S.E., MAB ( )

NIP. 19741127 200112 1 002 Penguji Ahli

iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Atika Indah Fitriyani

NIM : 11140810000087

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Manajemen

Konsentrasi : Keuangan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan

dan mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber

asli atau tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu mempertanggung jawab

atas karya ini.

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah

melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang

ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pertnyataan ini, maka saya siap

dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakutas Ekonomi dan Bisnis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, Januari 2019

Yang Menyatakan

(Materai Rp6.000,-)

(Atika Indah Fitriyani)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Atika Indah Fitriyani

Tempat/ Tgl Lahir : Jakarta, 6 Maret 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : WNI

Alamat : Jl. Kabel Atas no. 25 RT 004/05 Pd Karya Pd Aren

No. HP : 0813-1092-6541

E-mail : [email protected]

II. PENDIDIKAN

2001-2002 : TK Wijaya Mekar

2002-2008 : SDN Bintaro 04 Pagi

2008-2010 : SMPN 31 Jakarta Selatan

2010-2014 : SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan

2014-2019 : S1 Ekonomi - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : M. Santoso

2. Ibu : Maimunah

3. Alamat : Jl. Kabel Atas no. 25 RT 004/05 Pd. Karya Pd. Aren

IV. PENGALAMAN ORGANISASI

- OSIS - Wakil Kord. Bidang Pembinaan Teknologi dan Informasi dan

Kominikasi 2011/2012

- OSIS - Koord. Sekbid VIII Persepsi, Apresiasi dan Karya Seni 2012/2013

vi

- Pengurus Galeri Investasi Syariah BEI Fakultas Ekonomi dan Bisnis

periode 2016-2017 sebagai anggota divisi Pengembangan Sumber Daya

Manusia.

- Pengurus Galeri Investasi Syariah BEI Fakultas Ekonomi dan Bisnis

periode 2017-2018 sebagai Sekretaris

- Pengurus Galeri Investasi Syariah BEI Fakultas Ekonomi dan Bisnis

periode 2018-2019 sebagai Pengawas II

- Pengurus KSPM GI BEI Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode

2016-2018

V. PELATIHAN DAN SEMINAR YANG DIIKUTI

1. 28 s/d 30 Agustus 2014 : Orientasi Pengenalan Akademik

(OPAK)

2. 15 September 2014 : Company Visit PT. Yakult Indonesia

Persada yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan

Manajemen (HMJ)

3. 24 November 2015 : Seminar Studentpreneur “Mencetak

Generasi Berwawasan Kebangsaan Melalui Studentpreneur”

4. 23 Februari 2016 : Mata Kuliah Praktek Qira’at

5. 25 Juli s/d 25 Agustus 2017 : Kuliah Kerja Nyata (KKN)

6. 26 September 2017 : Seminar “Yuk Mengenal Saham

Syariah”

7. 18-19 Mei 2018 : Capital Market Internship Fair (CMIF),

Bursa Efek Indonesia

8. 10 Jan s/d 04 Nov 2018 : Pelatihan Pencak Silat, Padepokan Bina

Insan Mulia

vii

THE INFLUENCE OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE AND LEVERAGE TO FIRM VALUE WITH PROFITABILITY AS MODERATING

EFFECT

(Study on Consumer Goods companies listed in the Indonesian Stock Exchange During Years 2013-2017)

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect of good corporate governance and leverage on firm value with profitability as moderating variable. The sample in this study is the company of the Consumer Goods sector that is listed on the Indonesia Stock Exchange. The company samples that were successfully obtained and fulfilled the criteria were as many as 28 companies, where the research was carried out for 5 years since 2013-2017. The analysis technique used Moderated Regression Analysis (MRA). The results showed that, (1) Good corporate governance represented by audit committees and independent comissioner, had a positive effect on firm value, (2) Leverage represented by DAR, negatively not affected firm value, (3) Profitability represented by ROA, had a positive effect on firm value, (4) Good corporate governance represented by audit committees and moderated by profitability proves that profitability is able to moderate GCG and has a positive effect on company value, (5) leverage represented by DAR and moderated by profitability proves that profitability is not able to moderate leverage and negative effect on company value.

Keywords: Good Corporate Governance, Leverage, Profitability and Firm Value.

viii

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN LEVERAGE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PROFITABILITAS

SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

(Studi Empiris pada perusahaan Sektor Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2013-2017)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh good corporate governance dan leverage terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel pemoderasi. Sampel pada penelitian ini adalah perusahaaan sektor Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel perusahaan yang berhasil diperoleh dan memenuhi kriteria adalah sebanyak 28 perusahaan, dimana penelitian dilakukan selama 5 tahun yaitu tahun 2013 sampai dengan tahun 2017. Teknik analisis menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, (1) Good corporate governance yang direpresentasikan dengan komite audit dan komisaris independen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, (2) Leverage yang direpresentasikan dengan DAR tidak berpengaruh dan negatif terhadap nilai perusahaan, (3) Profitabilitas yang direpresentasikan dengan ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, (4) Good corporate governance yang direpresentasikan dengan komite audit yang dimoderasi dengan profitabilitas membuktikan bahwa profitabilitas mampu memoderasi GCG dan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, (5) leverage yang direpresentasikan dengan DAR dan dimoderasi dengan profitabilitas membuktikan bahwa profitabilitas tidak mampu memoderasi leverage dan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

Kata Kunci: Good Corporate Governance, Leverage, Profitabilitas dan Nilai Perusahaan.

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat, nikmat, hidayah dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Good Corporate Governance Dan

Leverage Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel

Pemoderasi (Studi Empiris pada Perusahaan perusahaan Sektor Consumer Goods

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2013-2017)”. Shalawat dan

salam selalu tercurah kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW

beserta keluarga dan para sahabatnya. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk

memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan dorongan dari

berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa sejak awal penyusunan hingga

terselesaikannya skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi

dukungan baik moril maupun materil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini,

secara khusus penulis ingin menyampaikan hormat dan terima kasih kepada:

1. Allah SWT atas rahmat dan ridho-Nya kepada penulis

2. Kedua orang tua, Ayahanda M. Santosa dan Ibunda Maimunah.

Terimakasih Alhamdulillahi jaza kumullahu khoiro atas segala curahan

cinta, doa, nasihat, kasih sayang, bantuan moril maupun materil dan sudah

mendidik penulis dari kecil sampai sekarang ini. Semoga Allah SWT

selalu memberikan kesehatan, umur yang barokah, rezeki yang lancar.

Aamiin.

3. Untuk kakakku M. Zainal Rifai. Terimakasih Alhamdulillahi jaza kallahu

khoiro atas semua support yang telah diberikan kepada penulis.

4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

x

5. Ibu Dr. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si, selaku Ketua Jurusan Manajemen

dan Ibu Ella Patriana, MM, selaku Wakil Ketua Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah

mengesahkan secara resmi judul penelitian sebagai bahan skripsi dan telah

membantu memberikan izin kepada penulis sehingga penulisan skripsi

dapat berjalan dengan lancar.

6. Bapak Dr. Taridi Kasbi Ridho, MBA selaku dosen pembimbing I yang

telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan

mengarahkan penulisan skripsi ini serta motivasinya yang begitu besar

bagi penulis. Semoga beliau diberikan kesehatan, dilancarkan segala

urusannya dan setiap ilmu yang Bapak berikan kepada penulis bisa

bermanfaat untuk seterusnya. Aamiin.

7. Bapak Deni Pandu Nugraha, S.E., M.Sc selaku dosen pembimbing II yang

telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan

mengarahkan penulisan skripsi ini serta motivasinya yang begitu besar

bagi penulis. Semoga beliau diberikan kesehatan, dilancarkan segala

urusannya dan setiap ilmu yang Bapak berikan kepada penulis bisa

bermanfaat untuk seterusnya. Aamiin.

8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan

ilmunya yang bermanfaat buat penulis. Serta para staff dan karyawan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan pelayanan yang

terbaik bagi mahasiswa.

9. Ranger Sarjana Ekonomi Ratna Fitria, Winarni, Zahara Husna, Devi

Dayanti, Puji, Ernawati yang tidak berhenti untuk menyemangati penulis

dalam pembuatan skripsi.

10. Wanita Sholihah Qisti Amalia, Ayudhita, Isti Farah, dan Suci Fatikah

Hapsari atas segala pembelajaran tentang kehidupan dan rasa bersyukur.

11. Teman seperjuanganku Zulfa Adilla Mafadatin yang telah memberi

pencerahan terhadap penulis, juga pada Gialin, Mela semoga kita bisa

memberikan yang terbaik untuk bangsa ini dengan hati, pikiran dan tenaga

yang kita miliki.

xi

12. Sahabat-sahabat Idaman Kaum Adam Lia, Putri, Mba Miftah, Meril,

Delia, Ningrum, Dewi sahabat sejak kecil hingga sekarang yang masih

memberi support moril.

13. Teman-teman JUINC Alvi, Mas Anas, Irma Fajar Hadi Suryaningrum,

Egi, Ido, Chilman, Salmah, Tyas, Rendi, Bella, Arin dan yang lainnya

yang selalu berbagi canda dan tawa, teman-teman seperjuangan yang

berjuang mencari ilmu agama dan ilmu dunia.

14. Rekan-rekan Galeri Investasi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai keluarga kedua dikampus, sebagai

salah satu wadah mendapatkan ilmu selain dalam perkuliahan.

15. Teman-teman PPM Bina Insan Mulia, sebagai sumber motivasi dan

inspirasi, teman-teman santri yang saling berjuang dan menyemangati.

16. Teman-teman KKN 003 ASTEROID 2017 yang telah bersama-sama

mengabdikan diri kepada masyarakat di Desa Telagasari, Tangerang.

17. Seluruh teman-teman Manajemen Keuangan 2016 yang tidak dapat

disebutkan satu per satu, suatu kebahagiaan bisa bersama kalian.

18. Seluruh teman-teman dari Manajemen angkatan 2014 yang menjadi salah

satu motivasi penulis. Terimakasih untuk kebersamaannya selama ini sejak

memulai menimba ilmu di UIN.

“Tiada gading yang tak retak”, penulis menyadari bahwa dalam penulisan

skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini dikarenakan terbatasnya kemampuan

dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan

segala bentuk saran, masukan dan kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Akhir kata, penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak serta menambah wawasan bagi kita semua.

Jakarta, Januari 2019

Penulis

Atika Indah Fitriyani

NIM. 11140810000087

xii

DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................i

PENGESAHAN JUDUL SKRIPSI.........................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF........................................iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI........................................................iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH.................................v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP...............................................................................vi

ABSTRACT...........................................................................................................viii

ABSTRAK..............................................................................................................ix

KATA PENGANTAR.............................................................................................x

DAFTAR ISI.........................................................................................................xiv

DAFTAR TABEL..................................................................................................xv

DAFTAR GAMBAR............................................................................................xvi

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xvii

BAB I.......................................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................9

C. Tujuan...........................................................................................................9

D. Manfaat.......................................................................................................10

BAB II....................................................................................................................11

A. Landasan Teori............................................................................................11

1. Teori Keagenan (Agency Theory)............................................................11

2. Nilai Perusahaan......................................................................................13

3. Good Corporate Governance..................................................................17

4. Leverage..................................................................................................26

5. Profitabilitas............................................................................................28

B. Penelitian Terdahulu...................................................................................29

C. Kerangka Pemikiran....................................................................................37

D. Keterkaitan antar Variabel dan Perumusan Hipotesis.................................38

E. Hipotesis......................................................................................................42

xiv

BAB III..................................................................................................................43

A. Ruang Lingkup Penelitian...........................................................................43

B. Populasi Dan Sampel..................................................................................43

C. Metode Pengumpulan.................................................................................45

D. Metode Analisis Data..................................................................................46

1. Uji Statistik Deskriptif.............................................................................46

2. Uji Asumsi Klasik...................................................................................47

3. Teknik Analisis........................................................................................49

F. Pengujian Hipotesis.....................................................................................51

1. Koefisien Determinasi.............................................................................52

2. Uji F.........................................................................................................52

3. Uji t..........................................................................................................53

G. Operasional Variabel Penelitian..................................................................53

BAB IV..................................................................................................................62

A. Gambaran Umum Objek Penelitian :..........................................................62

B. Statistik Deskriptif......................................................................................78

C. Hasil Uji Asumsi Klasik...........................................................................116

1. Normalitas.............................................................................................116

2. Multikolonieritas...................................................................................118

3. Autokorelasi..........................................................................................120

4. Heteroskedastisitas................................................................................121

D. Hasil Pengujian Hipotesis.........................................................................123

1. Hasil Koefisien Determinasi.................................................................123

2. Hasil Uji F.............................................................................................124

3. Hasil Uji t..............................................................................................126

E. Pembahasan...............................................................................................132

BAB V..................................................................................................................140

A. Kesimpulan...............................................................................................140

B. Saran..........................................................................................................142

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................143

LAMPIRAN.........................................................................................................147

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu.............................................................................30Tabel 3. 1 Nama-nama Perusahaan........................................................................44Tabel 3. 2 Durbin Watson......................................................................................48Tabel 3. 3 Operasional Variabel............................................................................60Tabel 4. 1 Kepemilikan Institusional.....................................................................78Tabel 4. 2 Deskriptif Statistik Kepemilikan Publik...............................................83Tabel 4. 3 Deskriptif Statistik Komite Audit.........................................................87Tabel 4. 4 Deskriptif Statistik Direksi...................................................................92Tabel 4. 5 Deskriptif Statistik Komisaris Independen...........................................96Tabel 4. 6 Deskriptif Statistik Leverage..............................................................102Tabel 4. 7 Deskriptif Statistik Profitabilitas.........................................................107Tabel 4. 8 Deskriptif Statistik Nilai Perusahaan..................................................111Tabel 4. 9 Output One-Sample K-S......................................................................117Tabel 4. 10 Output Multikolinearitas...................................................................119Tabel 4. 11 Output Durbin-Watson......................................................................120Tabel 4. 12 Output Uji Glejser.............................................................................121Tabel 4. 13 Koefisien Determinasi Regresi Model I...........................................123Tabel 4. 14 Koefisien Determinasi Regresi Model II..........................................124Tabel 4. 15 Uji F Regresi Model I.......................................................................125Tabel 4. 16 Uji F Regresi Model II......................................................................125Tabel 4. 17 Hasil Uji t Sebelum Moderasi...........................................................126Tabel 4. 18 Hasil Uji t Setelah Moderasi............................................................127Tabel 4. 19 Uji t Variabel GCG terhadap Nilai Perusahaan................................128Tabel 4. 20 Uji t Variabel Leverage terhadap Nilai Perusahaan..........................129Tabel 4. 21Uji t Variabel Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan.....................129Tabel 4. 22 Uji t Moderasi GCG dengan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan..............................................................................................................................130Tabel 4. 23 UJI t Moderasi Leverage, Nilai Perusahaan, X6_Z..........................131Tabel 4. 24 Perhitungan Regresi..........................................................................131

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Grafik Pengeluaran...............................................................................1Gambar 1. 2 Indeks Industri Barang Konsumsi.......................................................2

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran 37

Gambar 4. 1 P-Plot...............................................................................................118Gambar 4. 2 Output Scatterplot...........................................................................122

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Statistik Deskriptif............................................................................147Lampiran 2 Uji Normalitas..................................................................................147Lampiran 3 Uji Multikolinieritas.........................................................................148Lampiran 4 Uji Autokorelasi...............................................................................148Lampiran 5 Uji Heteroskedastisitas.....................................................................149Lampiran 6 Model Regresi I................................................................................150Lampiran 7 Model Regresi II (Moderated Regression Analysis (MRA))...........151Lampiran 8 Data Kepemilikan Institusional........................................................153Lampiran 9 Data Kepemilikan Publik.................................................................154Lampiran 10 Data Komite Audit.........................................................................155Lampiran 11 Data Dewan Direksi.......................................................................156Lampiran 12 Data Komisaris Independen...........................................................157Lampiran 13 Data Leverage.................................................................................158Lampiran 14 Data PBV........................................................................................159Lampiran 15 Profitabilitas...................................................................................160

xvii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik

(BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung stabil di kisaran angka 5

persen dalam 3 tahun terakhir, dan memiliki tren meningkat. Membaiknya

kondisi perekonomian Indonesia kemudian memicu meningkatnya

kesejahteraan dan daya beli masyarakat. Berdasarkan gambar 1.1 diketahui

bahwa jumlah yang dikeluarkan masyarakat untuk keperluan konsumsi terus

meningkat seiring dengan pergerakan harga dan waktu. Menurut Monoarfa

(2011) kondisi ini membuka peluang untuk peningkatan produksi barang

konsumsi yang pada akhirnya memajukan pertumbuhan industri barang

konsumsi. Pertumbuhan berkelanjutan dalam industri barang konsumsi akan

membantu meningkatkan nilai investasi di bidang ini.

Gambar 1.1

Grafik Pengeluaran

Sumber: www.id.tradingeconomics.com

Selain pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia yang terus

meningkat, berdasarkan gambar 1.2 bentuk grafik indeks industri barang

1

konsumsi di bawah ini menunjukkan keadaan pasar dalam kondisi yang stabil

atau dalam kondisi sideways dimana kondisi pasar sedang datar atau

pergerakan harga hanya terjadi selisih kecil. Kondisi pasar sideways

disebabkan karena antara bullish (pembeli) dan bearish (penjual) sama kuat.

Gambar 1. 2

Indeks Industri Barang Konsumsi

Sumber: www.indonesia-investments.com

Objek penelitian diambil dari perusahaan Industri barang konsumsi

karena industri ini memiliki pangsa pasar yang sangat luas mencakup seluruh

kalangan di dalam mayarakat. Industri barang konsumsi memiliki prospek

yang baik karena produknya mencakup berbagai kebutuhan hidup antara lain

terdiri dari sandang, pangan, teknologi dan lain sebagainya.

Dimisyqiyani (2013) menjelaskan bahwa perusahaan Consumer Goods

Industry merupakan perusahaan yang menghasilkan barang, sehingga

perusahaan harus memiliki dana yang cukup untuk beroperasi dengan lancar.

Salah satu sumber dana yang biasa digunakan oleh perusahaan berasal dari

sumber pendanaan eksternal. Artinya, dana yang didapatkan bukan berasal

dari perusahaan itu sendiri akan tetapi didapatkan dari pihak lain di luar

perusahaan yaitu dari para investor dan pemegang saham atau biasa disebut

shareholder. Sehingga perusahaan-perusahaan ini juga harus

2

memperhitungkan nilai perusahaannya di kacamata para investor dan

shareholder.

Nilai perusahaan merupakan nilai yang harus dijaga dan dipertahankan

oleh suatu perusahaan. Harmono (2014: 50) menjelaskan, nilai perusahaan

dapat diukur melalui nilai harga saham di pasar, berdasarkan terbentuknya

harga saham perusahaan dipasar, yang merupakan refleksi penilaian oleh

publik terhadap kinerja perusahaan secara riil. Dikatakan secara riil karena

terbentuknya harga di pasar merupakan bertemunya titik-titik kestabilan

kekuatan permintaan dan titik-titik kestabilan kekuatan penawaran harga yang

secara riil terjadi transaksi jual beli surat berharga di pasar modal antara para

penjual (emiten) dan para investor, atau yang disebut ekuilibrium pasar.

Nilai perusahaan tersebut tidak terlepas dari keinginan para investor dan

pemegang saham yang sangat memperhatikan prospek dari profit dan

keuntungan suatu perusahaan. Apabila prospek keuntungan suatu perusahaan

itu baik maka para investor akan berbondong-bondong dalam

menginvestasikan uang mereka ke perusahaan tersebut. Weston dan Brigham

(1990: 15) mengungkapkan, tujuan utama perusahaan adalah

memaksimumkan kekayaan pemegang saham, dengan mempertimbangkan

risiko dan waktu dalam kaitannya dengan laba per saham yang diharapkan

guna memaksimumkan harga saham perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa salah satu fokus nilai perusahaan yaitu mencari keuntungan atau dalam

penelitian ini dikaitkan dengan profitabilitas, suatu ukuran yang menjadi

indikator evaluasi kinerja perusahaan.

3

Hasil penelitian Denziana (2016) menunjukkan bahwa profitabilitas

berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas

diproksikan dengan Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA) dan

Return on Equity (ROE) ini merupakan pengukuran penting bagi calon

investor karena dapat mengetahui seberapa efisien sebuah perusahaan akan

menggunakan uang yang mereka investasikan tersebut untuk menghasilkan

laba bersih.

Jensen dan Meckling (2010: 1) menjelaskan, seiring dalam proses

memaksimalkan nilai perusahaan (profit) akan muncul konflik kepentingan

antara manajer dan pemegang saham (pemilik perusahaan) yang biasa disebut

agency problem. Tidak jarang pihak manajemen yaitu manajer perusahaan

mempunyai tujuan dan kepentingan lain yang bertentangan dengan tujuan

utama perusahaan dan sering mengabaikan kepentingan pemegang saham.

Perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham ini

mengakibatkan timbulnya konflik yang biasa disebut agency conflict, hal

tersebut terjadi karena manajer mengutamakan kepentingan pribadi,

sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi dari

manajer karena apa yang dilakukan manajer tersebut akan menambah biaya

bagi perusahaan sehingga menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan

dan berpengaruh terhadap harga saham sehingga menurunkan nilai

perusahaan. Dalam penelitian Kaihatu (2006) menjelaskan, bahwa

perkembangan terbaru membuktikan bahwa manajemen tidak cukup hanya

memastikan bahwa proses pengelolaan perusahaan berjalan dengan efisien.

4

Diperlukan instrumen baru yakni, Good Corporate Governance (GCG) untuk

memastikan bahwa manajemen berjalan dengan baik, ada dua hal yang

ditekankan dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham

untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya dan

kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure)

secara akurat, tepat waktu dan transparan terhadap semua informasi kinerja

perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder. Dari berbagai hasil pengkajian

yang dilakukan oleh berbagai lembaga riset independen nasional dan

internasional, menunjukkan rendahnya pemahaman terhadap arti penting dan

strategisnya penerapan prinsip-prinsip GCG oleh pelaku bisnis di Indonesia.

Selain itu, budaya organisasi turut mempengaruhi penerapan GCG di

Indonesia.

Untuk mengurangi konflik maka perusahan juga perlu untuk menerapkan

nilai-nilai prusahaan ke dalam perusahaan itu sendiri. Dalam Buku Pedoman

Umum GCG oleh Komite Nasional Kebijakan Governance atau KNKG

(2006: 8) menyebutkan untuk mencapai keberhasilan dalam jangka panjang,

pelaksanaan GCG perlu dilandasi oleh integritas yang tinggi. Oleh karena itu,

diperlukan pedoman perilaku yang dapat menjadi acuan bagi organ

perusahaan dan semua karyawan dalam menerapkan nilai-nilai (values) dan

etika bisnis sehingga menjadi bagian dari budaya perusahaan. Prinsip-prinsip

dasar yang harus dimiliki oleh perusahaan adalah: (1) Setiap perusahaan

harus memiliki nilai-nilai perusahaan yang menggambarkan sikap moral

perusahaan dalam pelaksanaan usahanya, (2) Untuk dapat merealisasikan

5

sikap moral dalam pelaksanaan usahanya, perusahaan harus memiliki

rumusan etika bisnis yang disepakati oleh organ perusahaan dan semua

karyawan, (3) Nilai-nilai dan rumusan etika bisnis perusahaan perlu

dituangkan dan dijabarkan lebih lanjut dalam pedoman perilaku agar dapat

dipahami dan diterapkan.

Corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori

keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberi keyakinan

kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang mereka

investasikan. Herawaty (2008) menjelaskan, Corporate governance berkaitan

dengan bagaimana investor yakin bahwa manajer akan memberikan

keuntungan bagi investor, yakin bahwa manajer tidak akan

mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke dalam proyek-proyek yang

tidak menguntungkan berkaitan dengan dana atau kapital yang telah

ditanamkan oleh investor dan berkaitan dengan bagaimana pada investor

mengendalikan para manajer. Arifin (2005: 13) memaparkan, tujuan GCG

pada intinya adalah menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang

berkepentingan. Pihak-pihak tersebut adalah pihak internal yang meliputi

dewan komisaris, direksi, karyawan, dan pihak eksternal yang meliputi

investor, kreditur, pemerintah, masyarakat dan pihak–pihak lain yang

berkepentingan. Hasil penelitian Permatasari (2016) bahwa profitabilitas

mampu memoderasi pengaruh GCG pada nilai perusahaan. Sehingga peneliti

akan menguji pengaruh GCG terhadap nilai perusahaan dan apakah dengan

6

adanya profitabilitas dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara

leverage dan nilai perusahaan.

Investor dalam kaitannya dengan investasi, investor juga memperhatikan

leverege dari sebuah perusahaan. Leverage adalah penggunaan aset dan

sumber dana (source of funds) oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap

(beban tetap) dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial

pemegang saham. Dalam Sartono (2008: 257), leverage adalah suatu tingkat

kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva dan atau dana yang

mempunyai beban tetap (hutang dan atau saham istimewa) dalam rangka

mewujudkan tujuan perusahaan untuk memaksimisasi kekayaan pemilik

perusahaan.

Pada saat sebuah perusahaan meminjam uang, perusahaan berjanji

melakukan sederet pembayaran bunga dan kemudian mengembalikan jumlah

uang yang dipinjam. Jika laba naik, pemegang utang terus menerima

pembayaran bunga tetap saja, jadi semua keuntungan menjadi milik

pemegang saham. Sebaliknya, jika laba turun dalam hal ini pemegang saham

lah yang menanggung kerugian. Jika masa cukup sulit, perusahaan yang

meminjam dalam jumlah besar mungkin tidak dapat membayar utangnya,

perusahaan itu lalu bangkrut, dan pemegang saham kehilangan seluruh

investasi mereka. Menurut Braely (2010), karena utang meningkatkan

pengembalian bagi pemegang saham dalam masa-masa baik dan

menguranginya pada masa-masa buruk, utang tersebut dikatakan menciptakan

leverage keuangan.

7

Menurut Fahmi (2013: 72), rasio leverage mengukur seberapa besar

perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan

membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori

extreme leverage (utang ekstrim) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat

utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut. Karena

itu sebaiknya perusahaan harus menyeimbangkan berapa utang yang layak

diambil dan dari mana sumber-sumber yang dapat dipakai untuk membayar

utang. Hal ini didukung oleh penelitian Rahmadani dan Rahayu (2017) yang

mana variabel leverage berpengaruh negatif terhadap variabel nilai

perusahaan, hubungan yang negatif dikarenakan banyak perusahaan sampel

yang modalnya menggunakan utang lebih besar dari pada modal sendiri.

Namun dalam penelitian Farooq (2016) yaitu leverage berpengaruh positif

dan signifikan mempengaruhi nilai perusahaan. Sehingga peneliti juga akan

menguji pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan dan apakah dengan

adanya profitabilitas dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara

leverage dan nilai perusahaan.

Berdasarkan penjelasan yang diuraikan diatas, penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui bagaimana profitabilitas dapat memoderasi pengaruh

antara Good Corporate Goverance dan Leverage terhadap nilai perusahaan

pada perusahaan sektor Consumer Goods di Indonesia. Maka penelitian ini

mengambil judul “Pengaruh Good Corporate Governance Dan Leverage

Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel

8

Pemoderasi (Studi Empiris pada perusahaan Sektor Consumer Goods yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2013-2017)”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka berikut dapat disimpulkan

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh good corporate governance terhadap nilai

perusahaan?

2. Bagaimana pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan?

3. Bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan?

4. Bagaimana pengaruh profitabilitas dalam memoderasi hubungan good

corporate governance terhadap nilai perusahaan?

5. Bagaimana pengaruh profitabilitas dalam memoderasi hubungan

leverage terhadap Nilai Perusahaan?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka, tujuan yang ingin dicapai

dari penelitian ini, sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh good corporate governance terhadap nilai

perusahaan.

2. Mengetahui pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan.

9

3. Mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan.

4. Mengetahui pengaruh profitabilitas dalam memoderasi good

corporate governance terhadap nilai perusahaan.

5. Mengetahui pengaruh profitabilitas dalam memoderasi leverage

terhadap nilai perusahaan.

D. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna sebagai referensi

bagi beberapa pihak, yaitu:

1. Bagi kalangan investor dan masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi

para investor untuk mempertimbangkan beberapa hal seperti good

corporate governance, leverage dan bagaimana variabel moderasi yaitu

profitabilitas mampu mempengaruhi nilai perusahaan terhadap keputusan

berinvestasi.

2. Bagi Perusahaan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

kepada perusahaan, khususnya mengenai pengaruh good corporate

governance, leverage terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas

sebagai variabel pemoderasi dan menjadi bahan tambahan informasi bagi

perusahaan dalam pengambilan keputusan.

3. Bagi kalangan akademis

10

Hasil penelitian ini dapat menjadi sarana pengembangan keilmuan

khususnya mengenai nilai perusahaan serta menjadi referensi bagi

penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi

nilai perusahaan.

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Para manajer diberi kekuasaaan oleh pemilik perusahaan, yaitu

pemegang saham, untuk membuat keputusan, dimana hal ini

menciptakan potensi konflik kepentingan yang dikenal sebagai teori

keagenan (agency theory). Brigham dan Houston (2006: 26)

menjelaskan, hubungan keagenan (agency relationship) dalam konteks

perusahaan terjadi ketika satu atau lebih individu, yang disebut sebagai

principal yaitu pemilik perusahaan menyewa individu atau organisasi

lain, yang disebut sebagai agen atau manajemen, untuk melakukan

sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk membuat

keputusan kepada agen tersebut.

Arifin (2005: 8) menjelaskan, bahwa hubungan keagenan merupakan

kontrak, baik bersifat eksplisit maupun implisit, dimana satu atau lebih

orang (prinsipal) meminta orang lain (agen) untuk mengambil tindakan

atas nama prinsipal. Dalam kontrak tersebut terdapat pendelegasian

beberapa kewenangan pengambilan keputusan kepada agen. Pihak

manajemen diberi wewenang untuk mengambil keputusan yang terkait

dengan operasi dan strategi perusahaan dengan harapan keputusan-

keputusan yang diambil akan memaksimumkan nilai perusahaan. Namun

dalam praktiknya masih banyak keputusan-keputusan yang diambil oleh

11

pihak manajemen yang lebih menguntungkan pihak manajemen daripada

pihak pemilik perusahaan.

Menurut Kodrat dan Herdinata (2009: 13) masalah keagenan antara

pemegang saham (pemilik perusahaan) dengan manajer potensial terjadi

bila manajemen tidak memiliki saham mayoritas perusahaan. Pemegang

saham tentu menginginkan manajer berkerja dengan tujuan

memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Sebaliknya, manajer

perusahaan bisa saja bertindak tidak untuk memaksimumkan

kemakmuran pemegang saham, tetapi memaksimumkan kemakmuran

mereka sendiri. Sehingga terjadilah conflict of interest, untuk

meyakinkan bahwa manajer berkerja sungguh-sungguh untuk

kepentingan pemegang saham, pemegang saham harus mengeluarkan

biaya yang disebut agency cost yang meliputi antara lain: pengeluaran

untuk memonitor kegiatan manajer, pengeluaran untuk membuat suatu

struktur orginasasi yang meminimalkan tindakan-tindakan manajer yang

tidak diinginkan serta opportunity cost yang timbul akibat kondisi

dimana manajer tidak dapat segera mengambil keputusan tanpa

persetujuan pemegang saham.

Dalam Weston dan Brigham (1990: 21) untuk menjamin agar para

manajer melakukan hal yang terbaik bagi pemegang saham secara

maksimal, perusahaan harus menanggung biaya keagenan (Agency Cost),

yang bisa berupa: (1) pengeluaran untuk memantau tindakan manajemen,

(2) pengeluaran untuk menata struktur organisasi sehingga kemungkinan

12

timbulnya perilaku manajer yang tidak dikehendaki semakin kecil, dan

(3) biaya kesempatan karena hilangnya kesempatan memperoleh laba

sebagai akibat dibatasinya kewenangan manajemen sehingga tidak bisa

mengambil keputusan secara tepat waktu, padahal seharusnya hal itu bisa

dilakukan jika manajer tersebut juga menjadi pemilik perusahaan.

2. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan menggambarkan pengelolaan perusahaan yang

dilakukan oleh manajemen. Baik atau buruknya pengelolaan yang

dilakukan oleh manajeman akan berdampak pada nilai perusahaan.

Peningkatan nilai perusahaan biasanya ditandai dengan naiknya harga

saham di pasar. Naiknya harga saham dikarenakan adanya peluang

investasi. Peluang investasi terjadi karena investor percaya manajemen

mengelola aset, modal dan hutang dengan baik sehingga keuntungan

yang diharapkan akan terjadi. Keuntungan inilah yang menjadi daya tarik

investor dalam menginvestasikan dananya kepada perusahaan. Rachman,

dkk (2015) menjelaskan, adanya peluang investasi dapat memberikan

sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang,

sehingga akan meningkatkan harga saham, dengan meningkatnya harga

saham maka nilai perusahaan pun akan meningkat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan, yaitu: keputusan

pendanaan, kebijakan deviden, keputusan investasi, struktur modal,

pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan. Beberapa faktor tersebut

memiliki hubungan dan pengaruh terhadap nilai perusahaan yang tidak

13

konsisten. Dalam beberapa literatur juga menjelaskan bahwa nilai

perusahaan dapat dihitung dari harga pasar dan nilai bukunya. Dalam

Rodoni (2005: 75), hubungan antara harga pasar dan nilai buku per

lembar saham bisa juga dipakai sebagai pendekatan alternative untuk

menentukan nilai suatu saham, karena secara teoritis nilai pasar suatu

saham haruslah mencerminkan nilai bukunya. Adapun beberapa rasio

yang dapat digunakan untuk mengukur nilai perusahaan adalah sebagai

berikut:

a. Price Earning Ratio (PER)

Brigham dan Houston (2006: 110) menjelaskan, price earning

ratio (PER) menunjukkan berapa banyak jumlah uang yang rela

dikeluarkan oleh para investor untuk membayar setiap dolar laba

yang dilaporkan. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa

besar perbandingan antara harga saham perusahaan dengan

keuntungan yang diperoleh oleh para pemegang saham.

Kegunaan price earning ratio adalah untuk melihat bagaimana

pasar menghargai kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh earning

per share nya. Price earning ratio (PER) berfungsi untuk mengukur

perubahan kemampuan laba yang diharapkan di masa yang akan

datang. Semakin besar PER, maka semakin besar pula kemungkinan

perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat meningkatkan nilai

perusahaan. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur Price

earning ratio (PER) adalah sebagai berikut:

14

b. Price to Book Value (PBV)

Fakhruddin dan Hadianto (2001) menjelaskan, price to book

value (PBV) adalah rasio yang menunjukkan apakah harga saham

yang diperdagangkan overvalued (di atas) atau undervalued (di

bawah) nilai buku saham tersebut.

Price to book value (PBV) menggambarkan seberapa besar

pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi

rasio ini, berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut.

PBV juga menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan mampu

menciptakan nilai perusahaan yang relatif terhadap jumlah modal

yang diinvestasikan untuk perusahaan-perusahaan yang berjalan

dengan baik, umumnya rasio ini mencapai diatas satu, yang

menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai

bukunya. Semakin besar rasio PBV semakin tinggi perusahaan

dinilai oleh para pemodal relatif dibandingkan dengan dana yang

telah ditanamkan di perusahaan. Adapun rumus yang digunakan

untuk mengukur Price to Book Value (PBV) adalah sebagai berikut:

15

c. Tobin’s Q

Alternatif lain yang digunakan dalam mengukur nilai

perusahaan adalah dengan menggunakan metode Tobin’s Q yang

dikembangkan oleh James Tobin. Dalam Weston dan Copeland

(2001), Tobin’s Q dihitung dengan membandingkan rasio nilai pasar

saham perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan.

Rasio Tobin’s Q lebih unggul daripada rasio nilai pasar terhadap

nilai buku karena rasio ini fokus pada berapa nilai perusahaan saat

ini secara relatif terhadap berapa biaya yang dibutuhkan untuk

menggantinya saat ini. Adapaun rumus Tobin’s Q adalah sebagai

berikut:

Keterangan:

Q = nilai perusahaan

EMV= nilai pasar ekuitas

EBV = nilai buku dari total aktiva

D = nilai buku dari total hutang

EMV diperoleh dari hasil perkalian harga saham penutupan

pada akhir tahun (PBV) dengan jumlah saham yang beredar pada

16

akhir tahun sedangkan EBV diperoleh dari selisih total asset

perusahaan dengan total kewajibannya.

3. Good Corporate Governance

Good corporate governance sangat dibutuhkan eksistensinya

diberbagai perusahaan. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik akan

meningkatkan kinerja keuangan. Tingginya kinerja keuangan

memberikan efek kepada nilai perusahaan. Good corporate governance

diartikan sebagai suatu sistem untuk mengendalikan dan mengatur

perusahaan dengan tujuan mendapatkan nilai tambah. GCG dapat

mendorong pola kerja manajemen yang transparan, bersih dan

professional. Pengertian good corporate governance menurut Price

Waterhouse Coopers yaitu tata kelola perusahaan terkait dengan

pengambilan keputusan yang efektif, yang bertujuan untuk mencapai

bisnis yang efisien dalam mengelola risiko yang bertanggung jawab pada

kepentingan stakeholders. Tujuan GCG pada intinya adalah

menciptakaan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan.

Pihak-pihak tersebut adalah pihak internal yang meliputi dewan

komisaris, direksi, karyawan, dan pihak eksternal yang meliputi investor,

kreditur, pemerintah, masyarakat dan pihak–pihak lain yang

berkepentingan (stakeholders). Iba dan Bariah (2013) menjelaskan,

praktik GCG berbeda di setiap negara dan perusahaan karena berkaitan

dengan sistem ekonomi, hukum, struktur kepemilikan, sosial dan budaya.

17

Perbedaan praktik ini menimbulkan beberapa versi yang menyangkut

prinsip-prinsip GCG, namun pada dasarnya mempunyai banyak

kesamaan.

Melihat dari sisi kepengelolaan perusahaan, naik turunnya nilai

perusahaan juga dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya, struktur

kepemilikan saham peusahaan yaitu kepemilikan saham oleh manajemen,

institusional atau umum (masyarakat). Dalam penelitian Ningtyas (2014)

menunjukkan bahwa kepemilikan institusi berpengaruh terhadap nilai

perusahaan. Kepemilikian merupakan variabel GCG untuk mengontrol

keuangan perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Selanjutnya

dapat dipengaruhi komite audit, dewan komisaris dan sebagainya. Hasil

penelitian Ferial (2016) Hasil penelitian menunjukan bahwa indikator

komite audit dan indikator dewan komisaris independen berpengaruh

signifikan dikarenakan hampir semua perusahaan yang menjadi sampel

penelitian telah menerapkan jumlah komite audit dan dewan komisaris

yang telah sesuai dengan peraturan perusahaan. Karena banyak dijumpai

dalam laporan keuangan perusahaan yang menerapkan GCG dalam

perusahaannya.

Dalam pedoman buku KNKG (2006: 5) dijelaskan beberapa Asas

good corporate governance bahwa setiap perusahaan harus memastikan

bahwa asas GCG diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua

jajaran perusahaan. Asas GCG yaitu transparansi, akuntabilitas,

responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan diperlukan

18

untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan

dengan memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders).

a. Transparansi (Transparency)

Prinsip Dasar: Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan

bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan

relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh

pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk

mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh

peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk

pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan

pemangku kepentingan lainnya. Pedoman Pokok Pelaksanaan:

1) Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu,

memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta

mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan

haknya.

2) Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak

terbatas pada, visi, misi, sasaran usaha dan strategi

perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi

pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan saham

oleh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris beserta

anggota keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan

lainnya, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan

19

pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta

tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat

mempengaruhi kondisi perusahaan.

3) Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak

mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan

kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.

4) Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional

dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.

b. Akuntabilitas (Accountability)

Prinsip Dasar: Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan

kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus

dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan

perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang

saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan

prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang

berkesinambungan. Pedoman Pokok Pelaksanaan:

1) Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung

jawab masing-masing organ perusahaan dan semua

karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi, nilai-

nilai perusahaan (corporate values), dan strategi

perusahaan.

20

2) Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan

dan semua karyawan mempunyai kemampuan sesuai

dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam

pelaksanaan GCG.

3) Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian

internal yang efektif dalam pengelolaan perusahaan.

4) Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua

jajaran perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha

perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi

(reward and punishment system).

5) Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap

organ perusahaan dan semua karyawan harus berpegang

pada etika bisnis dan pedoman perilaku (code of conduct)

yang telah disepakati.

c. Responsibilitas (Responsibility)

Prinsip Dasar: Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-

undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat

dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha

dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good

corporate citizen. Pedoman Pokok Pelaksanaan:

1) Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian

dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-

21

undangan, anggaran dasar dan peraturan perusahaan (by-

laws).

2) Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial

dengan antara lain peduli terhadap masyarakat dan

kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan dengan

membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.

d. Independensi (Independency)

Prinsip Dasar: Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG,

perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-

masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat

diintervensi oleh pihak lain. Pedoman Pokok Pelaksanaan:

1) Masing-masing organ perusahaan harus menghindari

terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh

oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan

(conflict of interest) dan dari segala pengaruh atau tekanan,

sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara

obyektif.

2) Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi

dan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan

perundang-undangan, tidak saling mendominasi dan atau

melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lain.

e. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)

22

Prinsip Dasar: Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus

senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan

pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan

kesetaraan. Pedoman Pokok Pelaksanaan:

1) Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku

kepentingan untuk memberikan masukan dan

menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan serta

membuka akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip

transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing.

2) Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan

wajar kepada pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat

dan kontribusi yang diberikan kepada perusahaan.

3) Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam

penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya

secara profesional tanpa membedakan suku, agama, ras,

golongan, gender, dan kondisi fisik.

Setiap perusahaan pasti memiliki struktur organ perusahaan, yang

terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris dan

Direksi yang mempunyai peran penting dalam pelaksanaan GCG secara

efektif. Organ perusahaan harus menjalankan fungsinya sesuai dengan

ketentuan yang berlaku atas dasar prinsip bahwa masing-masing organ

mempunyai independensi dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung

23

jawabnya semata-mata untuk kepentingan perusahaan. Dalam KNKG

(2006) menjelaskan, adapun peran organ perusahaan tersebut, antara lain:

a) Rapat Umum Pemegang Saham

Dalam KNKG (2006: 11), RUPS sebagai organ perusahaan

merupakan wadah para pemegang saham untuk mengambil

keputusan penting yang berkaitan dengan modal yang ditanam dalam

perusahaan, dengan memperhatikan ketentuan anggaran dasar dan

peraturan perundang-undangan. Keputusan yang diambil dalam

RUPS harus didasarkan pada kepentingan usaha perusahaan dalam

jangka panjang. RUPS dan atau pemegang saham tidak dapat

melakukan intervensi terhadap tugas, fungsi dan wewenang Dewan

Komisaris dan Direksi dengan tidak mengurangi wewenang RUPS

untuk menjalankan haknya sesuai dengan anggaran dasar dan

peraturan perundang- undangan, termasuk untuk melakukan

penggantian atau pemberhentian anggota Dewan Komisaris dan atau

Direksi.

b) Dewan Komisaris dan Direksi

Dalam KNKG (2006: 12), kepengurusan perseroan terbatas di

Indonesia menganut sistem dua badan (two-board system) yaitu

Dewan Komisaris dan Direksi yang mempunyai wewenang dan

tanggung jawab yang jelas sesuai dengan fungsinya masing-masing

sebagaimana diamanahkan dalam anggaran dasar dan peraturan

perundang-undangan. Namun demikian, keduanya mempunyai

24

tanggung jawab untuk memelihara kesinambungan usaha perusahaan

dalam jangka panjang. Oleh karena itu, Dewan Komisaris dan

Direksi harus memiliki kesamaan persepsi terhadap visi, misi, dan

nilai-nilai perusahaan.

c) Dewan Komisaris

Dalam KNKG (2006: 13), Dewan Komisaris sebagai organ

perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolektif untuk

melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi

serta memastikan bahwa Perusahaan melaksanakan GCG. Namun

demikian, Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam

mengambil keputusan operasional. Kedudukan masing-masing

anggota Dewan Komisaris termasuk Komisaris Utama adalah setara.

Tugas Komisaris Utama sebagai primus inter pares adalah

mengkoordinasikan kegiatan Dewan Komisaris. Agar pelaksanaan

tugas Dewan Komisaris dapat berjalan secara efektif.

d) Direksi

Dalam KNKG (2006: 17), Direksi sebagai organ perusahaan

bertugas dan bertanggungjawab secara kolegial dalam mengelola

perusahaan. Masing-masing anggota Direksi dapat melaksanakan

tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan

wewenangnya. Namun, pelaksanaan tugas oleh masing-masing

anggota Direksi tetap merupakan tanggung jawab bersama.

25

Kedudukan masing-masing anggota Direksi termasuk Direktur

Utama adalah setara. Tugas Direktur Utama sebagai primus inter

pares adalah mengkoordinasikan kegiatan Direksi.

Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini GCG

direpresentasikan dengan kepemilikan institusional, kepemilikan publik,

komite audit, direksi dan komisaris independen.

4. Leverage

Tampubolon (2013: 41) menjelaskan, bahwa leverage digunakan

utuk menjelaskan penggunaan hutang unuk membiayai sebagian dari

pada aktiva korporasi. Pembiayaan hutang mempunya pengaruh bagi

korporasi karena hutang mempunyai beban yang bersifat tetap.

Kegagalan korporasi dalam membayar bunga atas hutang dapat

menyebabkan kesulitan keuangan yang dapat berakhir dengan

kebangkrutan korporasi. Tetapi penggunaan hutang juga memberikan

subsidi pajak atas bunga yang dapat menguntungkan pemegang saham,

oleh karena itu penggunaan hutang harus menyeimbangkan antara

keuntungan dan kerugiannya.

Menurut Fahmi (2013: 72), rasio leverage mengukur seberapa besar

perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi

akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam

kategori extreme leverage (utang ekstrim) yaitu perusahaan terjebak

dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang

tersebut. Karena itu sebaiknya perusahaan harus menyeimbangkan

26

berapa utang yang layak diambil dan dari mana sumber-sumber yang

dapat dipakai untuk membayar utang.

Dalam Walsh (2004: 125), keputusan tentang hutang atau leverage

merupakan salah satu tanggug jawab yang besar dari manajemen. Selalu

ada trade off antara risiko dan pengembalian. Keinginan unutuk

mencapai tingkat pengembalian yang tinggi bagi pemegang saham harus

dikendalikan oleh profil risiko perusahaan. Bahkan perusahaan yang

dikelola baik dapat mengalami kemerosotan posisi keuangan yang tidak

diharapkan baik akibat kegagalan atau default kepada sebagian debitor

utama maupun memburuknya kondisi bisnis secara umum. Kemerosotan

seperti itu sangat sulit diperbaiki. Manajemen harus berhati-hati dalam

mempertahankan sebagian likuiditas cadangannya untuk berjaga-jaga

menghadapi situasi semacam itu.

Menurut Weston dan Brigham (1990: 301), leverage keuangan

menaikkan tingkat pengembalian yang diharapkan bagi para pemegang

saham karena dua sebab:

a. Karena bunga dapat dikurangkan dlam menghitung laba kena

pajak, penggunaan utang sebagai sumber pembiayaan akan

memperkecil pajak dan memperbesar laba operasi yang diterima

oleh investor.

b. Jika tingkat pengembalian atas aktiva (EBIT / Total Aktiva)

melebihi tingkat bunga atas utang, sebagaimana lazimnya, maka

perusahaan bersangkutan dapat menggunakan utang untuk

27

membiayai aktivanya, membayar bunga atas utang dengan

menyisakan bonus bagi pemegang sahamya.

Setelah diuraikan diatas maka proksi dari variabel leverage yang

digunakan dalam penelitian ini adalah debt to total assets atau debt ratio

(DAR). Dalam Fahmi (2013: 72), rasio ini disebut juga sebagai rasio

yang melihat perbandingan utang perusahaan, yaitu diperoleh dari

perbandingan total utang dibagi dengan total asset.

5. Profitabilitas

Puspitaningtyas (2017) menjelaskan, bahwa tingkat profitabilitas

menjadi penting bagi upaya pencapaian tujuan perusahaan. Suatu

perusahaan harus berada dalam kondisi yang menguntungkan

(profitable), sebab tanpa keuntungan (profit), maka akan sulit bagi

perusahaan menarik minat investor untuk menginvestasikan dananya

dalam saham perusahaan. Oleh karenanya, upaya peningkatan

profitabilitas penting artinya bagi kelangsungan dan masa depan

perusahaan. Terdapat beberapa indicator pengukuran profitabilitas,

diantaranya: net profit margin, return on assets, dan return on equity.

Menurut Denziana (2016), perusahaan yang memiliki profitabilitas

(profitability) besar setiap tahunnya, cenderung diminati oleh banyak

investor. Para investor beranggapan bahwa perusahaan yang mempunyai

profit besar akan menghasilkan return yang besar pula.

Dalam Sabrin (2016) menjelaskan, bahwa profitabilitas dapat diukur

dari dua pendekatan yaitu pendekatan penjualan dan pendekatan

28

investasi. Ukuran yang banyak digunakan adalah return on asset (ROA)

dan return on equity (ROE), rasio profitabilitas diukur dengan ROA dan

ROE mencerminkan daya tarik bisnis (business attractive). Return on

assets (ROA) adalah ukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan

dalam menghasilkan laba dengan jumlah keseluruhan aset yang tersedia

di dalam perusahaan. ROA digunakan untuk melihat tingkat efisiensi

operasional perusahaan secara keseluruhan. Salah satu ukuran rasio

profitabilitas yang sering digunakan adalah return on equity (ROE), yang

merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

dengan modal sendiri yang digunakan. Rasio ini menunjukkan efisiensi

investasi dilihat dalam efektivitas manajemen modal mereka sendiri.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan salah satu sumber yang dijadikan acuan

dalam penelitian. Penelitian terdahulu dalam penelitian ini terdiri dari 4 jurnal

Internasional dan 6 jurnal asal Indonesia. Berisikan nama peneliti, tahun

penelitian, judul penelitian, metodologi penelitian beserta persamaan dan

perbedaan penelitian antara peneliti terdahulu dengan penelitian ini, dan

kesimpulan penelitian terdahulu. Ringkasan penelitian terdahulu diringkas

dalam tabel 2.1 dibawah ini:

29

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu

No Peneliti (Tahun)

Judul Penelitian

Metodologi PenelitianHasil Penelitian

Persamaan Perbedaan

30

1 Muhammad Azhar Farooq (2016)

Impact of Financial Leverage on Value of Firms: Evidence from Cement Sector of Pakistan

Variabel: Financial Leverage,

Metode Analisis :Regresi

Variabel: Ukuran Perusahaan, Asset Tangibility, Liquidity, Tobin’s Q

Objek Penelitian:Cement Sector Of Pakistan

Hasil empiris menggambarkan bahwa leverage keuangan memiliki hubungan positif dan signifikan secara statistik dengan nilai perusahaan yang diwakili oleh Tobin's Q. Di antara variabel kontrol, ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terkait dengan Tobin’s Q. Likuiditas ditemukan memiliki hubungan positif dan signifikan dengan nilai perusahaan semen yang menunjukkan bahwa manajemen modal kerja yang efisien menyebabkan peningkatan nilai perusahaan.

No Peneliti (Tahun)

Judul Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil PenelitianPersamaan Perbedaan2 Sabrin, et,

al (2016)The Effect of Profitability on Firm

Variabel:Profitabilitas direpresentas

Variabel:Profitabilitas(ROE),

Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki

31

Value in Manufacturing Company at Indonesia Stock Exchange

ikan dengan ROA, Nilai Peusahaan direpresentasikan dengan PBV,

Tobin’s Q, dan Market Book Ratio

Metode Analisis :Partial Least SquareObjek Penelitian: Perusahaan Manufaktur

hubungan terhadap nilai perusahaan karenanilainya positif pada pencapaian laba untuk membenarkan pembayaran dividen, sehingga harga saham akan meningkat karena perusahaan menunjukkan sinyal positif untuk membayar dividen.

3 Nosakhare Peter Osazuwa Ayoib Che-Ahmad (2015)

The moderating effect of profitability andleverage on the relationship betweeneco-efficiency and firm value in publiclytraded Malaysian firms

Variabel:Profitabilitas direpresentasikan ROA

Metode Analisis :Multiple regression analysis

Variabel:DER, EPS, Book Value, eco-efficiency

Objek Penelitian:Bursa Malaysia

Studi ini menunjukkan hubungan positif antara efisiensi lingkungan dan nilai perusahaan dan memberikan dukungan untuk hubungan moderat yang positif untuk profitabilitas dalam hubungan antara efi siensi lingkungan dan nilai perusahaan,Sedangkan tidak ada pengaruh yang signifikan untuk leverage.

No Peneliti (Tahun)

Judul Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil PenelitianPersamaan Perbedaan4 Ming-

Chang Cheng and

The Effect Of Leverage On Firm Value

Variabel:Leverage direpresenta

Variabel:Nilai Perusahaan

Hasil empiris menunjukkan sebagai berikut:

32

Zuwei-Ching Tzeng(2011)

And How The Firm Financial Quality Influence On This Effect

sikan dengan DER, Nilai Perusahaan

direpresentasikan EPS, bankruptcy probability, Altman‘s Z-Score, freecash flow of per share

Metode Analisis :Generalizedmethod of moment(GMM)Objek Penelitian:Taiwan Securities Exchange(TSE)

Pertama, nilai-nilai perusahaan yang leverage lebih besar daripada perusahaan yang tidak leverage jika kita tidak mempertimbangkan probabilitas kebangkrutan. Kedua, Jika kita mempertimbangkan manfaat dan biaya utang secara bersamaan, leverage secara signifikan berhubungan positif dengan nilai perusahaan sebelum mencapai struktur modal optimal perusahaan. Ketiga, pengaruh positif dari leverage terhadap nilai perusahaan cenderung lebih kuat ketika kualitas keuangan perusahaan lebih baik (i e., Z-score yang lebih besar).

5 Tri Kartika Pertiwi dan Ferry Madi Ika Pratama(2012)

Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate GovernanceTerhadap Nilai Perusahaan Food And Beverage

Variabel:Kinerja Keungan direpresentasikan dengan ROA

Metode Analisis :Regresi Linear

Variabel:Nilai Perusahaan direpresentasikan dengan Tobin’s Q, GCG direpresentasikan dengan kepemilikan manajerial

Objek Penelitian:Food And Beverage

Hasil penelitian menunjukkan kinerja keuangan berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan Good Corporate Governance bukanlah variabel yang memoderasi hubungan kinerja keuangan dengan nilai perusahaan.

No Peneliti (Tahun)

Judul Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil PenelitianPersamaan Perbedaan6 I Gusti

Bagus Pengaruh Ukuran

Variabel:Profitabilita

Variabel:Leverage

Hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh bahwa

33

Angga Pratama danI Gusti Bagus Wiksuana(2016)

Perusahaan Dan Leverage Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Mediasi

s direpresentasikan dengan ROA, Nilai Perusahaan direpresentasikan dengan PBV

direpresentasikan dengan DER dan Ukuran Perusahaan.

Metode Analisis :Path Analysis Objek Penelitian:Perusahaan Telekomunikasi

Ukuran Perusahaan, Leverage dan Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Ukuran Perusahaan dan Leverage berpengaruh positif signifikan terhadap Profitabilitas. Namun profitabilitas tidak mampu memediasi pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan serta Profitabilitas tidak mampu memediasi pengaruh Leverage terhadap Nilai Perusahaan.

No Peneliti (Tahun)

Judul Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil PenelitianPersamaan Perbedaan7 Kilat

Liliani Pengaruh Good

Variabel:GCG

Variabel:Nilai

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa

34

Ningtyas, dkk (2014)

Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index Tahun 2010-2013)

direpresentasikan dengan kepemilikan institusional ukuran direksi, proporsi komisaris independen, dan komite audit. Nilai Perusahaan direpresentasikan dengan closing price

Metode Analisis :Regresi Linear Berganda

Perusahaan direpresentasikan dengan Tobin’s Q

Objek Penelitian:Jakarta Islamic Index (JII)

kepemilikaninstitusional, ukuran direksi, dan proporsi komisaris independen berpengaruh secara signifikanterhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan closing price; komite audit tidak berpengaruh signifikanterhadap nilai perusahaan yang dengan indikator closing price; kepemilikan institusional dan ukuran direksi tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan yang dengan indikator Tobin’s Q. proporsikomisaris independen dan komite audit berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan yang diproksikandengan Tobin’s Q.

8 Luh Wulan Permatasari dan Gayatri (2016)

Profitabilitas Sebagai Pemoderasi Pengaruh GoodCorporate Governance Pada Nilai Perusahaan

Variabel:Profitabilitas direpresentasikan dengan ROA, Metode Analisis :Moderated Regression Analysis.

Variabel:Nilai Perusahaan direpresentasikan dengan Tobin’s QObjek Penelitian:Perusahaan yang masuk dalam pemeringkatan CGPI tahun 2009-2013

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa profitabilitas mampu memoderasi pengaruh GCG pada nilai perusahaan. Keberadaan profitabilitas akan memperkuat pengaruh positif antara GCG dan nilai perusahaan.

No Peneliti (Tahun)

Judul Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil PenelitianPersamaan Perbedaan9 Arief Nour

Rachman, Pengaruh Good

Variabel:GCG

Variabel:DER,

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Good

35

dkk (2015)

Corporate Governance Dan Financial LeverageTerhadap Kinerja Keuangan Dan Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Indeks Sri Kehati Selama Periode 2011-2014)

direpresentasikan dengan kepemilikan institusi, Kepemilikan Publik, direksi, Proporsi Komisaris Independen, Komite Audit. Leverage direpresentasikan dengan DAR, Nilai Perusahaan direpresentasikan Dengan PBV, Kinerja Keuangan

Kinerja Keuangan direpresentasikan dengan current ratio dan ROE, Nilai Perusahaan direpresentasikan Dengan Tobin’s QMetode Analisis :Partial Least SquareObjek Penelitian:Indeks Sri Kehati

Corporate Governance (GCG) berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan, Good Corporate Governance (GCG) berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, financial leverage berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan, financial leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, dan kinerja keuangan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

No Peneliti (Tahun)

Judul Penelitian

Metodologi Penelitian Hasil PenelitianPersamaan Perbedaan

36

10 Fitra Dwi Rahmadani dan Sri Mangesti Rahayu (2017)

Pengaruh Good Corporate Governance (GCG), Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahan Perbankan Yang Terdaftar Pada Bei Periode 2013-2015)

Variabel:GCG direpresentasikan: Kepemilikan Institusional, Kepemilikan manajerial, Komisaris independen. Profitabilitas direpresentasikan ROA, leverage direpresentasikan dengan DARMetode Analisis :Regresi Linear Berganda

Variabel:Profitabilitas direpresentasikan ROE, Leverage direpresentasikan dengan DER

Objek Penelitian:Sektor Perbankan

Hasil uji secara simultan atau uji F yaitu F hitung > F tabel ketiga variabel bebas (GCG, Profitabilitas dan Leverage) secara bersama-sama mempengaruhi nilai perusahaan. Hasil Uji tmenyatakan variabel Good Corporate Governance (GCG) tidak mempengaruhi variabel nilai perusahaan. Variabel Profitabilitas mempengaruhi variabel nilai perusahaan secara positif signifikan. Variabel leverage berpengaruh negatif terhadap variabel nilai perusahaan secara signifikan.

Sumber: Jurnal Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pengaruh suatu variabel terhadap nilai perusahan

sudah banyak dilakukan sehingga dari penjabaran hasil penelitian terdahulu

pada tabel 2.1 diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perbedaan dengan

penelitian terdahulu yang dilakukan pada penelitian ini terletak pada objek

penelitian yaitu pada sektor barang konsumsi pada tahun 2013-2017. Serta

penggunaan pada variabel yang dijadikan penelitian yakni, good corporate

governance direpresentasikan dengan kepemilikan publik, kepemilikan

institusional, komite audit, direksi, komisaris independen, leverage

direpresentasikan dengan DAR dan ditambah variabel pemoderasi yaitu

profitabilitas direpresentasikan dengan ROA.

C. Kerangka Pemikiran

37

Gambar 2. 1Kerangka Pemikiran

D. Keterkaitan antar Variabel dan Perumusan Hipotesis

38

1. Pengaruh GCG Terhadap Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan merupakan gambaran dari kepercayaan masyarakat

terhadap perusahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selama

beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan tersebut didirikan sampai dengan

saat ini. Meningkatnya nilai perusahaan adalah sebuah prestasi, karena

dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka kesejahteraan para pemilik

juga akan meningkat. Dalam penelitian Rahmadani dan Rahayu (2017),

GCG dapat berpengaruh meningkatkan nilai perusahaan karena semakin

baik tata kelola perusahaan maka akan menjadikan perusahaan tersebut

lebih efisien sehingga akan meningkatkan profit dan juga nilai

perusahaan akan meningkat. Maka dari itu penelitian ini memprediksikan

bahwa Good Corporate Governance berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan.

H1: Good Corporate Governance berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan.

2. Pengaruh Leverage Terhadap Nilai Perusahaan

Leverage atau yang biasa disebut juga sebagai pengungkit ini sering

kali dianggap sebagai satu-satunya jalan bagi sebuah perusahaan untuk

mendapatkan dan dapat terus mengoperasionalkan aktivitas

perusahaannya. Menurut Fahmi (2013: 175), bahwa hutang yang terus

tumbuh tanpa pengendalian hanya akan menurunkan nilai perusahaan.

Artinya publik akan ragu ketika perusahaan memiliki kondisi utang yang

extreme leverage, apakah utang itu bisa dilunaskan atau tidak. Disaat

39

keyakinan publik menurun maka reaksi negatif dari para pemegang

saham akan terlihat yaitu dalam bentuk “pelepasan saham”. Maka dari itu

penelitian ini memprediksikan bahwa leverage berpengaruh positif

terhadap nilai perusahaan.

H2: Leverage berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

3. Pengaruh Profitabilitas Terhadap nilai perusahaan

Puspaningtyas (2017) menjelaskan, kemampuan suatu perusahaan

untuk menghasilkan laba atau keuntungan dalam suatu periode

mencerminkan kemampuan perusahaan meningkatkan nilai perusahaan

yang tercermin pada harga saham. Perhitungan laba tersebut dihitung

melalui rasio profitabilitas yang tergantung dari informasi akuntansi yang

diambil dari laporan keuangan. Oleh karena itu profitabilitas dalam

konteks analisis rasio, untuk mengukur pendapatan menurut laporan laba

rugi dengan nilai buku investasi.

Berdasarkan penelitian Monoarfa (2018), ditemukan bahwa

profitabilitas memiliki pengaruh positif yang signifikan nilai perusahaan.

Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi profitabilitas, semakin tinggi

nilai perusahaan. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba, akan menaikkan nilai perusahaan sebagaimana

diindikasikan oleh kenaikan harga saham perusahaan. Perusahaan yang

memiliki profitabilitas besar setiap tahun, cenderung diminati oleh

banyak investor. Para investor berpikir bahwa perusahaan itu memiliki

keuntungan besar akan menghasilkan laba yang besar pula. Ini ditangkap

40

oleh investor sebagai sinyal positif dari perusahaan, yang akan

meningkatkan kepercayaan investor dan akan memfasilitasi manajemen

perusahaan untuk menarik modal dalam saham. Sehingga, dapat

dijelaskan bahwa nilai perusahaan dapat tercermin dari kemampuannya

untuk menghasilkan laba. Semakin tinggi tingkat profitabilitas, semakin

tinggi nilai perusahaan dan semakin rendah tingkat profitabilitas,

semakin rendah juga nilai perusahaan. Penelitian ini memprediksikan

bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

H3: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

4. Pengaruh GCG Terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai

Variabel Pemoderasi

Perspektif teori agensi, agen yang risk adverse dan cenderung

mementingkan dirinya sendiri akan mengalokasikan sumber-sumber dari

investasi yang tidak meningkatkan nilai perusahaan ke alternatif investasi

yang lebih menguntungkan. Permasalahan agensi akan mengindikasikan

bahwa nilai perusahaan akan naik apabila pemilik perusahaan bisa

mengendalikan perilaku manajemen agar tidak menghamburkan sumber

perusahaan, baik dalam bentuk investasi yang tidak layak maupun dalam

bentuk shirking. Corporate governance merupakan suatu sistem yang

mengatur dan mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat

memberikan dan meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang

saham. Dengan demikian, penerapan good corporate governance

dipercaya dapat meningkatkan nilai perusahaan dan juga laba yang akan

41

di dapatkan para pemegang saham. Penelitian ini memprediksikan bahwa

Profitabilitas memperkuat hubungan antara Good Corporate Governance

terhadap Nilai Perusahaan.

H4: Profitabilitas memperkuat hubungan antara Good Corporate

Governance terhadap Nilai Perusahaan.

5. Pengaruh Leverage terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai

Variabel Pemoderasi

Leverage digunakan utuk menjelaskan penggunaan hutang unuk

membiayai sebagian dari pada aktiva korporasi. Pembiayaan hutang

mempunya pengaruh bagi korporasi karena hutang mempunyai beban

yang bersifat tetap. Dalam hal ini profitabilitas diharapkan dapat

memperkuat atau memperlemah hubungan antara kebijakan hutang

dengan nilai perusahaan. Profitabilitas memiliki peran penting dalam

kebijakan hutang, dimana kebijakan ini pada akhirnya dapat

memaksimalkan nilai perusahaan. Perusahaan yang profitnya tinggi akan

lebih menggunakan dana internal, karena sumber dana internalnya

melimpah. Keputusan perusahaan dalam mendanai perusahaan akan

dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Penelitian ini memprediksikan

bahwa Profitabilitas memperkuat hubungan antara leverage terhadap

nilai perusahaan.

H5: Profitabilitas memperkuat hubungan antara leverage pada nilai

perusahaan.

42

E. Hipotesis

1. Pengaruh GCG Terhadap Nilai Perusahaan

Ho1: β = 0, Good Corporate Governance tidak berpengaruh positif

terhadap nilai perusahaan.

Ha1: β ≠ 0, Good Corporate Governance berpengaruh positif terhadap

nilai perusahaan.

2. Leverage berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

Ho2: β = 0, Leverage berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Ha2: β ≠ 0, Leverage berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

3. Profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

Ho3: β = 0Profitabilitas tidak berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan.

Ha3: β ≠ 0, Profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

4. Pengaruh GCG Terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai

Variabel Pemoderasi

Ho4: β = 0, Profitabilitas memperlemah hubungan antara Good Corporate

Governance terhadap Nilai Perusahaan.

Ha4: β ≠ 0, Profitabilitas memperkuat hubungan antara Good Corporate

Governance terhadap Nilai Perusahaan.

5. Pengaruh Leverage terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas

sebagai Variabel Pemoderasi

Ho5: β = 0, Profitabilitas memperlemah hubungan antara leverage pada

nilai perusahaan.

43

H5: β ≠ 0, Profitabilitas memperkuat hubungan antara leverage pada nilai

perusahaan.

44

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif yaitu, data berbentuk angka dan analisis

data bersifat kuantitatif atau statistik. Penelitian ini akan menguji dan

memberikan bukti empiris mengenai pengaruh variabel independen yaitu

Good Corporate Governance dan Leverage terhadap variabel dependen, yaitu

Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai variabel pemoderasi. Sampel

yang digunakan diperoleh dari web Bursa Efek Indonesia

(www.web.idx.com) yaitu perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar

di BEI selama periode 2013-2017

B. Populasi Dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan obyek penelitian baik terdiri dari benda

yang nyata, abstrak, peristiwa ataupun gejala yang merupakan sumber data

dan memiliki karakter tertentu dan sama. Adapun populasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar

di BEI selama periode 2013-2017.

Dalam Sukandarrumidi (2012: 50), sampel adalah bagian dari populasi

yang memiliki sifat-sifat yang sama dari obyek yang merupakan sumber data.

Sehingga penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel dengan

Purposive (Judgement) Sampling. Menurut Supranto (2013: 43), Purposive

(Judgement) Sampling adalah teknik penentuan sampel yang digunakan atas

43

pertimbangan peneliti bahwa elemen sampel yang dipilih memang orang yang

menguasai bidangnya. Adapun kriteria dalam pengambilan sampel sebagai

berikut:

1. Perusahaan sektor konsumsi yang terdaftar dalam BEI periode 2013-

2017

2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangannya yang

berakhir per 31 Desember pada periode tahun 2013-2017

3. Mempunyai data yang dibutuhkan dalam penelitian selama periode

2013-2017.

Berdasarkan jumlah perusahaan yang dijadikan sampel dan memenuhi

kriteria dalam pengambilan sampel yaitu sebanyak 28 perusahaan dengan

kriteria yang telah ditentukan dalam Bursa Efek Indonesia. Berikut beberapa

nama perusahaan yang diteliti:

Tabel 3. 1 Nama-nama Perusahaan

No Kode Nama1 ADES Akasha Wira International Tbk.2 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.3 BTEK Bumi Teknokultura Unggul Tbk4 BUDI Budi Starch & Sweetener Tbk.5 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.6 DLTA Delta Djakarta Tbk.7 HMSP H.M. Sampoerna Tbk.8 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk9 IIKP Inti Agri Resources Tbk10 INAF Indofarma Tbk.11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk.12 KAEF Kimia Farma Tbk.13 KICI Kedaung Indah Can Tbk14 KLBF Kalbe Farma Tbk.

No Kode Nama

44

15 LMPI Langgeng Makmur Industri Tbk.16 MBTO Martina Berto Tbk.17 MERK Merck Tbk.18 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk.19 MYOR Mayora Indah Tbk.20 PYFA Pyridam Farma Tbk21 RMBA Bentoel Internasional Investam22 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk.23 SKBM Sekar Bumi Tbk.24 TCID Mandom Indonesia Tbk.25 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk.26 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry & Tra27 UNVR Unilever Indonesia Tbk.28 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk.

Sumber: Hasil Penyisihan Berdasarkan Kriteria

C. Metode Pengumpulan

Metode pengumpulan data dilakukan dengan melalui penelitian

kepustakaan (library research) dan data-data sekunder (internet research).

Sebagai berikut:

1. Penelitian Kepustakaan

Melalui studi kepustakaan yaitu dengan cara mengumpulkan

berbagai literatur seperti buku-buku, jurnal-jurnal dalam negeri,

jurnal asing dan website resmi yang berkaitan dengan pembahasan

yang diteliti.

2. Data sekunder

Dalam Tim Lembaga Penelitian UIN Jakarta (2009: 76) data

sekunder merupakan data primer yang diperoleh melalui hasil dari

pihak lain atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan

disajikan oleh pengumpul data primer oleh pihak lain-umumnya

45

disajikan dalam bentuk tabel atau grafik. Data yang diperoleh dalam

penelitian ini didapatkan melalui website Bursa Efek Indonesia

(www.web.idx.co.id), dengan mengambil data financial report

perusahaan sektor consumer goods yang terdaftar dalam Bursa Efek

Indonesia.

D. Metode Analisis Data

Penelitian ini menguji bagaimana pengaruh good corporate governance,

leverage, profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Serta untuk menguji

bagaimana pengaruh interaksi antara good corporate governance dan

leverage terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel

pemoderasi. Variabel pemoderasi adalah variabel independen yang akan

memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen lainnya

terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini dilakukan dua tahap

pengujian dengan menggunakan tools IBM SPSS Statistics 22.0.

1. Uji Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif memberikan deskripsi atau gambaran

tentang ringkasan data atas variabel-variabel penelitian secara statistik.

Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini dimulai dari

jumlah data (N), nilai rata-rata (mean), nilai maksimum, nilai minimum,

dan Standar penyimpangan data (standar deviasi).

46

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Nugroho (2005: 23) menjelaskan, uji normalitas dilakukan untuk

menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen dan

dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.

Model yang paling baik adalah distribusi data normal atau mendekati

normal. Normalitas data dapat dideteksi dengan melihat bentuk kurva

histogram dengan kemiringan seimbang ke kiri dan ke kanan dan

berbentuk seperti lonceng atau dengan melihat titik-titik data yang

menyebar di sekitar garis diagonal dan searah mengikuti garis

diagonal dari gambar Normal P-Plot.

b. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah dalam

sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel

independen. Jika terjadi korelasi, maka dikatakan terdapat masalah

multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi antar variabel independen.

Pengujian Multikoliniearitas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan

Variance Inflation Factor (VIF), kedua ukuran ini menunjukkan

setiap variabel independen yang dijelaskan oleh variabel independen

lainnya. Tolerance digunakan untuk mengukur variabilitas variabel

independen lainnya. Pengukuran dapat dilihat jika nilai tolerance yang

rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF= 1/Tolerance).

47

Nilai pengukuran yang umum digunakan untuk menunjukkan

adanya multikolinieritas adalah jika Nilai Tolerance < 0.10 atau sama

dengan nilai VIF > 10.

c. Uji Autokorelasi

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang

waktu yang saling berkaitan. Dalam penelitian ini uji autokorelasi

digunakan untuk menguji adakah korelasi antara kesalahan

pengganggu dalam pengujian model regresi linear, jika terjadi korelasi

maka dalam pengujian ditemukan problem autokorelasi. Suatu model

regresi dikatakan baik ketika suatu regresi terbebas dari autokorelasi

atau korelasi antara kesalahan pengganggu. Dalam penelitian ini, uji

autokorelasi dilakukan dengan cara Uji Durbin-Watson (DW).

Tabel 3. 2 Durbin Watson

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tdk ada autokorelasi positifTdk ada autokorelasi positif

Tdk ada korelasi negatifTdk ada korelasi negatif

Tdk ada autokorelasi, positif atau negatif

TolakNo decision

TolakNo decisionTdk ditolak

0 < d < dldl < d < du

4 – dl < d < 44 – du < d < 4 – dl

du < d < 4 – du

Sumber: buku referensi, Ghozali (2006)

d. Uji Heterokedastisitas

Heteroskedastisitas adalah variabel pengganggu dimana memiliki

varian yang berbeda dari satu observasi ke observasi lainnya atau

varian antar variabel independen tidak sama, hal ini melanggar asumsi

homokedastisitas yaitu setiap variabel penjelas memiliki varian yang

48

sama (konstan). Dalam Ghozali (2006: 125-129), Uji

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan Uji Park, yaitu dengan

melihat nilai signifikansi di atas tingkat α= 5%, sehingga dapat

disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung adanya

Heteroskedastisitas.

3. Teknik Analisis

Sugiyono (2007) menjelaskan, analisis regresi digunakan untuk

meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen

apabila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor

dimanipulasi. Berdasarkan kegunaannya regresi berganda dilakukan untuk

mengetahui arah dan besarnya pengaruh dari variabel bebas yang jumlahya

lebih dari satu terhadap variabel terikatnya. Dalam Nurhasanah (2016:

104) analisis regresi berganda didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai

berikut:

a. Ada hubungan yang bersifat linier antara variabel terikat dengan

variabel bebasnya.

b. Variabel terikat bersifat kontinu atau berskala rasio atau nisbah.

c. Keragaman atau residu untuk semua nilai y bersifat konstan dan

menyebar secara normal.

d. Pengamatan yang bersifat berurutan terhadap variabel bebas tidak

berkolerasi.

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh interaksi variabel

dependen terhadap independen pada hipotesis 1, 2 dan 3, dan pengaruh

49

interaksi variabel moderasi pada hipotesis 4 dan hipotesis 5 dengan

menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA). Moderated

Regression Analysis merupakan alat analisis yang menggunakan

pendekatan analitik yang mempertahankan integritas sampel dan

memberikan dasar untuk mengontrol pengaruh variabel moderator.

Dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi

(perkalian dua atau lebih variabel independen). Model atas pengujian

analisi regresi adalah sebagai berikut:

Model Regresi I

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + ε

Model Regresi II

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + β8Z +

β9X1*Z + β10X2*Z + β11X3*Z + β12X4*Z + β13X5*Z + β14X6*Z + ε

Keterangan:

Y : Nilai Perusahaan

α : konstanta

β1-β14 : koefisien regresi

XI : kepemilikan institusi

X2 : kepemilikan publik

X3 : komite audit

X4 : direksi

X5 : komisaris independen

X6 : DAR

X7 : SIZE

Z : Profitabilitas (ROA)

X1*Z : Interaksi perkalian kepemilikan institusi dengan

profitabilitas

50

X2*Z : Interaksi perkalian kepemilikan publik dengan

profitabilitas

X3*Z : Interaksi perkalian komite audit dengan profitabilitas

X4*Z : Interaksi perkalian direksi dengan profitabilitas

X5*Z : Interaksi perkalian komisaris independen dengan

profitabilitas

X6*Z : Interaksi perkalian DAR dengan profitabilitas

X7*Z : Interaksi perkalian SIZE dengan profitabilitas

ε : error term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam

penelitian

Persamaan pertama menunjukkan hubungan GCG terhadap nilai

perusahaan. Persamaan kedua menunjukkan keterkaitan hubungan antara

GCG terhadap Profitabilitas sebagai variabel moderasi terhadap nilai

perusahaan.

F. Pengujian Hipotesis

Hipotesis apabila ditinjau secara etimologi adalah perpaduan dua kata,

hypo dan thesis. Hypo berarti kurang dari; thesis adalah pendapat atau tesis.

Secara harfiah hipotesis dapat diartikan sebagai sesuatu pertanyaan yang

belum merupakan suatu tesis; suatu kesimpulan sementara; suatu pendapat

yang belum final, karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Yusuf (2014:

130) menjelaskan, bahwa apa yang dikemukakan dalam hipotesis adalah

dugaan sementara yang dianggap besar kemungkinannya untuk menjadi

jawaban yang benar. Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis ditentukan

dengan melihat sebagai berikut:

51

1. Koefisien Determinasi

Untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independent atau

bebas dalam menerangkan secara keseluruhan terhadap variabel

dependen atau terikat serta pengaruhnya secara potensial dapat diketahui

dari besarnya nilai koefisien determinasi (R Square) yang dirumuskan

dengan:

Nilai R Square digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan

variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat. Jika R Square

semakin besar (mendekati satu), maka sumbangan variabel bebas

terhadap variabel terikat semakin besar. Sebaliknya apabila R Square

semakin kecil (mendekati nol), maka besarnya sumbangan variabel bebas

terhadap variabel terikat semakin kecil. Jadi besarnya R Square berada

diantara 0 – 1 atau 0 < R Square < 1.

2. Uji F

Menguji keberartian regresi ganda dengan uji F. Uji F-statistik

digunakan untuk menguji besarnya pengaruh dari seluruh variabel

independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen.

Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai signifikansi F pada output

hasil regresi menggunakan SPSS dengan signifikansi level 0,05 (α= 5%).

52

Jika nilai siginifikansi lebih besar dari α maka koefisien ditolak dan jika

lebih kecil dari α maka hipotesis diterima.

3. Uji t

Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh

suatu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen. Uji t juga dapat dilakukan dengan melihat nilai

signifikansi t masing-masing variabel pada output hasil regresi

menggunakan SPSS dengan siginifikansi 0,05 (α= 5%). Jika nilai

signifikansi lebih besar dari α maka hipotesis ditolak, dan jika lebih kecil

dari α maka hipotesis diterima.

G. Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen

Sugiyono (2003: 33) menjelaskan, variabel dependen atau variabel

terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,

karena adanya variabel bebas. Dalam Penelitian ini variabel terikatnya

adalah sebagai berikut:

a. Nilai Perusahaan

Investor menilai perusahaan dengan melihat nilai pasar

perusahaan. Harga saham merupakan persepsi investor terhadap nilai

perusahaan. Indikator nilai perusahaan dalam penelitian ini adalah

PBV.

1) Price Book Value (PBV)

53

Fakhruddin dan Hadianto (2001) menjelaskan, price to book

value (PBV) adalah rasio yang menunjukkan apakah harga saham

yang diperdagangkan overvalued (di atas) atau undervalued (di

bawah) nilai buku saham tersebut. Price to book value (PBV)

menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku

saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini, berarti pasar

percaya akan prospek perusahaan tersebut. Adapun rumus yang

digunakan untuk mengukur Price to Book Value (PBV) adalah

sebagai berikut:

2. Variabel Independen

Menurut Sugiono (2009: 59), variabel independen atau variabel

bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variabel independen.

a. Good Corporate Governance

Variabel good corporate governance direpresentasikan dengan

sebagai berikut:

1) Kepemilikan institusional

Ningtiyas (2014) menjelaskan, bahwa kepemilikan

institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan

yang dimiliki oleh institusi dan pemerintah. Institusi

54

ataupun pemerintah yang memiliki saham dalam suatu

perusahaan dapat menjadi salah satu upaya dalam

mengawasi perusahaan. Semakin banyak jumlah saham

yang dimiliki pemerintah dalam suatu perusahaan maka

memungkikan pengawasan terhadap perusahaanpun

semakin baik. Oleh karena itu institusi menjadi sebuah

lembaga yang memiliki kepentingan besar terhadap

investasi yang dilakukan termasuk investasi saham.

Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang

besar (lebih dari 5%) mengindikasikan kemampuannya

untuk memonitor manajemen. Adapun proporsi

kepemilikan institusional dihitung dari jumlah kepemilikan

institusional dibagi dengan jumlah total kepemilikan saham

dikali 100%.

2) Kepemilikan Publik

Merupakan kepemilikan saham perusahaan yang

dimiliki oleh masyarakat. Adapun proporsi kepemilikan

publik dalam Lastanti dalam Rachman, dkk (2015), dihitung

dari jumlah kepemilikan publik dibagi dengan jumlah total

kepemilikan saham dikali 100%.

55

Kepemilikan Institusional= Saham Institusi x 100% Saham Beredar

Kepemilikan Publik= Saham Publik x 100% Saham Beredar

3) Direksi

Direksi adalah organ Emiten atau Perusahaan Publik

yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas

pengurusan emiten atau perusahaan publik untuk

kepentingan emiten atau perusahaan publik, sesuai dengan

maksud dan tujuan emiten atau perusahaan publik serta

mewakili emiten atau perusahaan publik, baik di dalam

maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan

anggaran dasar, sebagaimana disebutkan dalam Peraturan

otoritas jasa Keuangan Nomor 33/PojK.04/2014. Adapun

proporsi direksi diukur dengan jumlah direksi selama

periode n.

4) Komite Audit

Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan

bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam

membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan

Komisaris, hal-hal yang terkait dengan informasi

keuangan, pengendalian internal, pengelolaan risiko serta

kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang berlaku

sebagaimana disebutkan dalam Peraturan otoritas jasa

Keuangan NOMOR 55 /POJK.04/2015 Pasal 1 ayat 1.

56

Jumlah Direksi= Jumlah direksi selama periode n

Adapun proporsi komite audit dalam Ningtiyas (2014: 4),

diukur dengan jumlah anggota komite audit yang ada

didalam perusahaan.

5) Komisaris Independen

Komisaris independen adalah anggota dewan

komisaris yang berasal dari luar emiten atau Perusahaan

Publik dan memenuhi persyaratan sebagai Komisaris,

sebagaimana disebutkan dalam Peraturan otoritas jasa

Keuangan Nomor 33/PojK.04/2014. Tugas utama

Komisaris independen adalah melakukan pengawasan

serta menjaga terpenuhinya hak serta kewajiban pemegang

saham minoritas. Adapun proporsi komisaris independen

dalam Ningtiyas (2014: 4), diukur dengan jumlah

komisaris yang berasal dari luar perusahaan dibagi jumlah

komisaris dikalikan 100%.

b. Leverage

Leverage merupakan penggunaan asset dan sumber dana oleh

perusahaan yang memiliki biaya tetap dengan maksud agar

57

Komisaris Independen= Jumlah Komisaris Independen x 100% Jumlah Seluruh Komisaris

meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Dengan

tujuan mendapatkan keuntungan yang diperoleh lebih besar

daripada biaya aset dan sumber dananya, dengan demikian akan

meningkatkan keuntungan pemegang saham. Variabel Leverage

yang direpresentasikan dengan Debt to Total Assets atau Debt

Ratio (DAR).

1) Debt to Total Assets atau Debt Ratio (DAR)

Dalam Fahmi (2013: 72) rasio ini disebut juga sebagai

rasio yang melihat perbandingan utang perusahaan, yaitu

diperoleh dari perbandingan total utang dibagi dengan

total asset. Adapun rumus debt to total assets atau debt

ratio adalah sebagai berikut:

3. Variabel Moderasi

Dalam Supranto (2013: 47), variabel moderasi adalah variabel yang

mempengaruhi kuatnya hubungan antara variabel dependen dengan

variabel independen atau besarnya pengaruh dari variabel dependen

terhadap variabel independen. Adapun variabel moderasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Profitabilitas

58

DAR= Total Liabilities x 100% Total Asset

Menurut Harahap (2010: 304), Rasio Profitabilitas

menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba

melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan

penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan

sebagainya. Dalam Fahmi (2013: 80), rasio ini mengukur

efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh

besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam

hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik

rasio maka semakin baik rasio maka semakin baik

menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan

perusahaan. Variabel profitabilitas yang digunakan dalam

penelitian ini direpresentasikan dengan:

1) Return On Asset (ROA)

Return On Asset (ROA) merupakan rasio keuangan

perusahaan yang berhubungan dengan profitabilitas

mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan

keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, asset dan

modal saham tertentu. Dalam Harahap (2010: 304), rasio

ini menunjukkan berapa laba bersih yang diperoleh

perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. Adapun rumus

Return On Asset adalah sebagai berikut:

59

ROA= Profit for the period x 100% Total Assets

Tabel 3. 3 Operasional Variabel

No Variabel Definisi Skala Pengukuran1 Price Book

Value (PBV)Seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan

Rasio PBV= Market Price per Share Book Value per Share

2 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi dan pemerintah

Rasio Kepemilikan Institusional=Saham Institusi x 100%Saham Beredar

3 Kepemilikan Publik

Kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh masyarakat.

Rasio Kepemilikan Publik=Saham Publik x 100%Saham Beredar

4 Komite Audit Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris

Nominal Komite Audit= Jumlah anggota komite audit selama periode n

5 Direksi Direksi adalah organ Emiten atau Perusahaan Publik yang

Nominal Direksi= LN jumlah direksi selama periode n

60

berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Emiten atau Perusahaan Publik untuk kepentingan Emiten atau Perusahaan Publik

No Variabel Definisi Skala Pengukuran

6 Komisaris Independen

Komisaris independen adalah anggota dewan Komisaris yang berasal dari luar emiten atau Perusahaan Publik

Rasio Komisaris Independen=Jml Komisaris Independen x 100% Jml Seluruh Komisaris

7 Debt To Total Assets atau Debt Ratio (DAR)

Rasio yang melihat perbandingan utang perusahaan

Rasio  DAR= Total Liabilities x 100% Total Asset

8 Return On Asset (ROA)

Mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, asset dan modal saham tertentu

Rasio ROA= Profit for the period x 100% Total Assets

61

62

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian :

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaaan sektor Consumer

Goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia atau perusahaan yang telah go

public selama periode 2013-2017. Sampel perusahaan yang berhasil diperoleh

dan memenuhi kriteria adalah sebanyak 28 perusahaan, dimana penelitian

dilakukan selama 5 tahun yaitu tahun 2013 sampai dengan tahun 2017,

sehingga terkumpul sebanyak 140 sampel. Data penelitian ini diperoleh dari

laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan yang terdapat di situs

resmi Bursa Efek Indonesia www.web.idx.com dan web perusahaan terkait.

Fokus penelitian ini untuk mengetahui pengaruh nilai perusahaan yang

direpresentasikan dengan PBV, Good Corporate Governance (GCG) yang

direpresentasikan dengan kepemilikan institusi, kepemilikan publik, komite

audit, direksi, komisaris independen dan Leverage yang direpresentasikan

dengan debt to assets ratio (DAR) yang di moderasi dengan Profitabilitas

yang direpresentasikan dengan Return on assets (ROA). Sektor Consumer

Goods atau Barang Konsumsi mencakup perusahaan makanan dan minuman,

tembakau, farmasi, kosmetik dan produk rumah tangga, dan peralatan rumah

tangga.

62

Berikut ini adalah profil 28 perusahaan yang menjadi sampel penelitian yang

berhasil diperoleh:

1. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.

PT Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk. (TPSF) dengan kode perusahaan

AISA, merupakan perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2003 yang pada awalnya hanya bergerak di bisnis

makanan (TPS Food). Sejalan dengan proses transformasi bisnis yang

dimulai pada 2009, TPSF telah menjadi salah satu perusahaan yang

termasuk dalam Indeks Kompas 100. Pada 2011, TPSF menjadi salah

satu perusahaan yang termasuk dalam daftar “A List of the Top 40 Best

Performing Listed Company” dari Majalah Forbes Indonesia dan pada

2012, TPSF mendapatkan penghargaan Indonesia Best Corporate

Transformation dari Majalah SWA. Selain itu, TPSF juga dianugerahi

penghargaan Asia’s Best Companies 2014 kategori Best Small Cap dari

Finance Asia dan termasuk dalam daftar 20 Rising Global Stars dari

Forbes Indonesia pada 2014.

2. Bumi Teknokultura Unggul Tbk.

Bumi Teknokultura Unggul Tbk. dengan kode perusahaan BTEK,

merupakan perusahaan yang awalnya bergerak dalam bidang bio

teknologi pertanian, namun dewasa ini fokus kegiatan utama Perseroan

adalah pembibitan baik untuk tanaman kehutanan, tanaman pangan,

tanaman obat-obatan, tanaman hias tropis, pembalakan kayu (HPH), serta

perdagangan kayu bulat (log). Ruang lingkup kegiatan Perusahaan

63

berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan adalah mencakup

bioteknologi pertanian, Hak Perusahaan Hutan (HPH), Hutan Tanaman

Industri (HTI) dan Perdagangan. Kantor pusat Perusahaan beralamat di

Rukan Komplek Permata Senayan, Blok E No. 38 Jl. Tentara Pelajar

Jakarta Selatan 12210, sedangkan lokasi kegiatan usaha berada di Jl.

Raya Otonom, Pasar Kemis, Cikupa, Tangerang. Perusahaan mulai

melakukan kegiatan komersialnya pada bulan Juni 2001.

3. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk.

PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. dengan kode perusahaan CEKA,

merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi minyak

nabati dan khusus yang digunakan dalam industri makanan dan

perdagangan umum, termasuk ekspor dan impor. Perusahaan memulai

operasinya pada tahun 1971. PT. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. adalah

perusahaan di bawah Wilmar International Limited ("WIL") Group yang

merupakan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Singapura.

4. Delta Djakarta Tbk.

PT. Delta Djakarta Tbk. dengan kode perusahaan DLTA, merupakan

perusahaan bir terbesar di Indonesia. PT Delta Djakarta Tbk. adalah

produsen dan distributor beberapa merek bir terbaik di dunia di bawah

merek dagang Anker, Carlsberg, San Miguel, dan Kuda Putih.

Perusahaan ini juga merupakan figur kunci dalam pasar minuman non-

alkohol di Indonesia dengan mereknya Sodaku dan Soda Ice.

64

5. Darya-Varia Laboratoria Tbk.

PT Darya-Varia Laboratoria Tbk. ("Darya-Varia atau Perseroan")

dengan kode perusahaan DVLA, merupakan perusahaan farmasi yang

telah lama berdiri di Indonesia, beroperasi sejak tahun 1976. Setelah

menjadi perusahaan terbuka pada tahun 1994, Perseroan mengakuisisi PT

Pradja Pharin (Prafa) di tahun 1995, dan terus mengembangkan berbagai

produk Obat Resep dan Consumer Health. Pada Juli 2014, Darya-Varia

bergabung (merger) dengan Prafa.

6. Gudang Garam Tbk.

Gudang Garam Tbk. dengan kode perusahaan GGRM, merupakan

salah satu industri rokok terkemuka di tanah air yang telah berdiri sejak

tahun 1958 di kota Kediri, Jawa Timur. Hingga kini, Gudang Garam

sudah terkenal luas baik di dalam negeri maupun mancanegara sebagai

penghasil rokok kretek berkualitas tinggi. Produk Gudang Garam bisa

ditemukan dalam berbagai variasi, mulai sigaret kretek klobot (SKL),

sigaret kretek linting-tangan (SKT), hingga sigaret kretek linting-mesin

(SKM).

7. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. dengan kode perusahaan

ICBP, merupakan salah satu produsen produk konsumen bermerek yang

mapan dan terkemuka, dengan kegiatan usaha yang terdiversifikasi antara

lain mi instan, dairy, makanan ringan, penyedap makanan, nutrisi dan

65

makanan khusus serta minuman. Selain itu, ICBP juga menjalankan

kegiatan usaha kemasan yang memproduksi baik kemasan fleksibel

maupun karton untuk mendukung kegiatan usaha intinya.

8. Indofarma Tbk.

PT Indofarma (Persero) Tbk. dengan kode perusahaan INAF,

merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang

usaha industri farmasi. Sesuai ketentuan dalam Anggaran Dasar, maksud

dan tujuan didirikannya adalah menyediakan barang dan/atau jasa yang

bermutu tinggi dan berdaya saing kuat di bidang farmasi, diagnostik, alat

kesehatan serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki

Perseroan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi,

berdaya saing kuat, dan mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai

Perseroan dengan menerapkan prinsip-prinsip perseroan terbatas.

Berawal dari tahun 1918 di sebuah pabrik skala kecil di lingkungan

Rumah Sakit Pusat Pemerintah Kolonial Belanda yang pada saat itu

hanya memproduksi beberapa jenis salep dan kasa pembalut. Seiring

dengan berjalannya waktu, usaha Perseroan berkembang menambah

tablet dan injeksi dalam rangkaian lini produksinya. Sempat dikuasai

oleh Pemerintah Jepang pada tahun 1942 di bawah manajemen Takeda

Pharmaceutical, Perseroan kembali diambil alih oleh Pemerintah

Indonesia pada tahun 1950 melalui Departemen Kesehatan.

66

9. Indofood Sukses Makmur Tbk.

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. dengan kode perusahaan INDF,

merupakan produsen berbagai jenis makanan dan minuman yang

bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 14

Agustus 1990 oleh Sudono Salim dengan nama PT. Panganjaya

Intikusuma yang pada tanggal 5 Februari 1994 menjadi Indofood Sukses

Makmur. Perusahaan ini mengekspor bahan makanannya hingga

Australia, Asia, dan Eropa.

10. Kimia Farma Tbk.

Kimia Farma Tbk. dengan kode perusahaan KAEF, merupakan

perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia yang didirikan oleh

Pemerintah Hindia Belanda tahun 1817. Nama perusahaan ini pada

awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp & Co. Berdasarkan

kebijaksanaan nasionalisasi atas eks perusahaan Belanda di masa awal

kemerdekaan, pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia

melakukan peleburan sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF

(Perusahaan Negara Farmasi) Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada

tanggal 16 Agustus 1971, bentuk badan hukum PNF diubah menjadi

Perseroan Terbatas, sehingga nama perusahaan berubah menjadi PT

Kimia Farma (Persero).

67

11. Kedaung Indah Can Tbk.

PT. Kedaung Indah Can Tbk. Dengan kode perusahaan KICI,

merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi alat rumah

tangga yang bermarkas di Surabaya, Indonesia. Perusahaan ini didirikan

pada tahun 1992, dan menghasilkan berbagai macam alat rumah tangga.

12. Kalbe Farma Tbk.

Kalbe Farma Tbk. dengan kode perusahaan KLBF, merupakan

perusahaan internasional yang memproduksi farmasi, suplemen, nutrisi

dan layanan kesehatan yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Kalbe

Farma didirikan pada 10 September 1966, oleh 6 bersaudara, yaitu

Khouw Lip Tjoen, Khouw Lip Hiang, Khouw Lip Swan, Boenjamin

Setiawan, Maria Karmila, F. Bing Aryanto. Kalbe Farma telah jauh

berkembang dari awal mulanya sebagai usaha farmasi yang dikelola di

garasi rumah pendirinya di wilayah Jakarta Utara. Kalbe Farma memiliki

motto Innovation for a Better Life.

13. Martina Berto Tbk.

Martina Berto Tbk. dengan kode perusahaan MBTO,

merupakan perusahaan yang memproduksi berbagai macam-macam

bahan kosmetik dan telah diekspor ke berbagai negara seperti Malaysia,

Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Jepang, Hong Kong dan Taiwan

di Asia, Yunani, dan Timur Tengah. Bermarkas di Jakarta, Indonesia

perusahaan ini didirikan pada tahun 1977.

68

14. Merck Tbk.

PT. Merck Indonesia Tbk. dengan kode perusahaan MERK,

merupakan perusahaan yang beroperasi pada bisnis farmasi dan kimia di

Indonesia. Di bidang farmasi, perusahaan memproduksi produk sebagai

berikut: Neurobion®, Sangobion® and Glucophage®. Sedangkan di

bidang kimia, MERK memasarkan berbagai jenis bahan kimia, zat

warna, serta berbagai spesialisasi kimia lainnya. MERK tercatat pada

Bursa Efek Indonesia di tahun 1981 pada Papan Pengembangan.

Perusahaan didirikan pada tahun 1970 dan berpusat di Jakarta, Indonesia.

MERK beroperasi sebagai anak usaha dari Merck KgaA, Perusahaan

farmasi yang berpusat di Darmstadt, Jerman.

15. Multi Bintang Indonesia Tbk.

PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. dengan kode perusahaan MLBI,

merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri

minuman bir di Indonesia. Perusahaan ini pertama kali didirikan dengan

nama NV Nederlandsch-Indische Bierbrouwerijen pada tanggal 3 Juni

1929 di Medan, Sumatera Utara. Produsen bir ini awalnya memulai

operasionalnya di sebuah pabrik yang terletak di Surabaya, Jawa Timur.

Pada tahun 1936, saham mayoritas perusahaan ini dipegang oleh

salah satu perusahaan pembuat bir terkemuka bernama Heineken NV.

Pada tahun yang sama perusahaan juga memindahkan kantor pusat di

Surabaya. Perusahaan mulai berganti nama menjadi Heineken's

69

Nederlandsch-Indische Bierbrouwerijen Maatschappij NV sejak tahun

1951. Nama PT. Multi Bintang Indonesia Tbk mulai dipakai secara resmi

oleh perusahaan sejak tahun 1982. Pada tahun yang sama perusahaan

juga mulai merubah status perusahaan menjadi perusahaan terbuka

dengan berhasil mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia.

16. Mustika Ratu Tbk.

PT. Mustika Ratu Tbk. dengan kode perusahaan MRAT, merupakan

perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, perdagangan dan

distribusi kosmetik herbal dan tradisional, minuman kesehatan. Seperti

Minyak Zaitun Mustika Ratu, Minyak Cendana Mustika Ratu, Lulur

Kocok Ratu Mas, Slimming Gel, Slimming Tea, Lokol Tea, Tox Tea, dan

sebagainya. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun

1978 dan bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada

tahun 1975. Perusahaan ini mengirim barang ke lebih dari satu negara di

dunia.

17. Mayora Indah Tbk.

PT. Mayora Indah Tbk. dengan kode perusahaan MYOR, merupakan

kelompok bisnis yang memproduksi makanan terkemuka di Indonesia.

Mayora Indah telah berkembang menjadi salah satu perusahaan Fast

Moving Consumer Goods Industry yang telah diakui keberadaan-nya

secara global. Perusahaan ini pertama kali didirikan sejak 17 Februari

1977 sebagai sebuah industri biskuit rumah sederhana yang hingga

sekarang mampu berkembang dengan pesat menjadi salah satu kelompok

70

usaha yang ter-integrasi di Indonesia. Perkembangan perusahaan juga

ditorehkan dengan merubah status perusahaan menjadi perusahaan

terbuka seiring dengan pencatatan saham perusahaan untuk pertama kali

di Bursa Efek Jakarta sejak 4 Juli 1990.

18. Prasidha Aneka Niaga Tbk.

PT Prasidha Aneka Niaga Tbk. dengan kode perusahaan PSDN,

merupakan perusahaan yang bisnis utamanya adalah pengolahan dan

ekspor komoditas pertanian yang ditangani terutama oleh perusahaan

anggota operasinya PT. Prasidha Aneka Niaga & anak perusahaannya.

Perusahaan ini juga memiliki diversifikasi dalam makanan, manufaktur,

dan perkebunan didirikan pada tahun 1984 oleh Bapak Oesman

Soedargo, Bapak Mansjur Tandiono, almarhum Bapak Haji Mahmud

Uding dan almarhum Bapak I Gede Subratha.

19. Pyridam Farma Tbk.

Pyridam Farma Tbk. dengan kode perusahaan PYFA, merupakan

perusahaan multinasional yang memproduksi farmasi yang bermarkas di

Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1972. Perusahaan

ini menghasilkan berbagai macam-macam bahan farmasi dan juga

memiliki lebih dari 100 produk dalam bentuk tablet, kaplet, kapsul, sirup

krim, dan salep. Selain itu, Pyridam juga memproduksi produk resep

seperti penisilin dan non-penisilin antibiotik, anti-TBC, dan obat

penghilang rasa sakit, serta produk non-resep produk vitamin, pencegah

flu dan batuk, dan antipiretik.

71

Didirikan pada tahun 1976 oleh Bapak Sarkri Kosasih. Pyridam

dianugerahi gelar “Mitra dengan Baik Kinerja” pada tahun 1994 oleh

Departemen Pertanian. Pada tahun 1985, Pyridam mendirikan Divisi

Farmasi, yang berkembang cepat. Peningkatan yang dipercepat

memungkinkan Pyridam membangun sebuah pabrik produksi baru di atas

lahan seluas 35.000m2 di Cianjur, Jawa Barat, dengan desain canggih,

mesin dan manajemen lingkungan. Pabrik mulai beroperasi di Indonesia

April 2001.

20. PT. Bentoel Internasional Investama, Tbk.

PT. Bentoel Internasional Investama, Tbk. dengan kode perusahaan

RMBA, merupakan anggota dari British American Tobacco Group,

kelompok perusahaan tembakau kedua terbesar di dunia menurut pangsa

pasar global dengan brand yang diperjualbelikan di lebih dari 200

negara. Bentoel adalah produsen rokok terbesar keempat di Indonesia

dengan pangsa pasar sebesar 7%. Bentoel memproduksi dan memasarkan

berbagai jenis produk tembakau seperti rokok kretek mesin, rokok kretek

tangan dan rokok putih. Bentoel mempekerjakan lebih dari 6.000 orang

karyawan, dari mulai membangun kemitraan dengan petani-petani

tembakau, pembelian dan pemrosesan daun tembakau dan cengkeh,

hingga produksi, pemasaran dan distribusi rokok.

72

21. Nippon Indosari Corpindo Tbk.

PT Nippon Indosari Corpindo Tbk. dengan kode perusahaan ROTI,

merupakan perusahaan roti terbesar di Indonesia dengan merek dagang

Sari Roti. Nippon Indosari Corpindo Tbk merupakan salah satu

perusahaan roti dengan merek dagang “Sari Roti” terbesar di Indonesia.

Perusahaan ini berdiri pada tahun 1995 sebagai sebuah perusahaan

penanaman modal asing dengan nama PT Nippon Indosari Corporation.

Perkembangan perusahaan ini semakin meningkat dengan semakin

meningkatnya permintaan konsumen. Sehingga perseroan mulai

meningkatkan kapasitas produk dengan menambahkan dua lini produksi,

yakni roti tawar dan roti manis sejak tahun 2001.

22. Sekar Bumi Tbk.

Sekar Bumi Tbk. dengan kode perusahan SKBM, merupakan

perusahaan bidang usaha pengolahan hasil perikanan laut dan darat, hasil

bumi dan peternakan. Sekar Bumi memiliki 2 divisi usaha, yaitu hasil

laut beku nilai tambah (udang, ikan, cumi-cumi, dan banyak lainnya) dan

makanan olahan beku (dim sum, udang berlapis tepung roti, bakso

seafood, sosis, dan banyak lainnya). Selain itu, melalui anak usahanya,

Sekar Bumi memproduksi pakan ikan, pakan udang, mete dan produk

kacang lainnya. Produk-produk Sekar Bumi dipasarkan dengan berbagai

merek, diantaranya SKB, Bumifood dan Mitraku. Tanggal 18 September

1995, SKBM memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk

melakukan Penawaran Umum Perdana Saham SKBM (IPO) kepada

73

masyarakat. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia

(BEI) pada tanggal 05 Januari 1993.

23. Sekar Laut Tbk.

PT. Sekar Laut, Tbk. dengan kode perusahaan SKLT, merupakan

perusahaan produsen makanan terkemuka di Indonesia produk yang

dihasilkan antara lain krupuk, bumbu masakan instant, kacang mente,

melinjo, beras dan biji-bijian lain, saus, sarden, kacang gulung, dan

sambal. Berawal dari sebuah usaha dibidang perdagangan produk

kelautan di kota Sidoarjo, Jawa Timur pada tahun 1966. Kemudian

berkembang menjadi usaha krupuk udang tradisional. Dengan kegigihan

usaha yang dirintis berkembang pesat dari industry rumah tangga

menjadi perusahaan penghasil kerupuk. PT. Sekar Laut, Tbk. didirikan

pada 19 juli 1976 dalam bentuk perseroan terbatas dan kemudian

terdaftar resmi sebagai badan perusahaan di departemen kehakiman pada

1 maret 1978.

24. Mandom Indonesia Tbk.

PT Mandom Indonesia Tbk. dengan kode perusahaan TCID,

merupakan perusahaan yang bemula sebagai perusahaan joint venture

antara Mandom Corporation, Jepang dan PT The City Factory. Perseroan

berdiri dengan nama PT Tancho Indonesia dan pada tahun 2001 berganti

menjadi PT Mandom Indonesia Tbk. Pada tahun 1993, Perseroan

menjadi perusahaan ke-167 dan perusahaan joint venture Jepang ke-11

yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Saat ini jumlah

74

saham Perseroan adalah 201.066.667 lembar saham dengan nilai nominal

Rp 500/saham. Kegiatan produksi komersial Perseroan dimulai pada

tahun 1971 dimana pada awalnya Perseroan menghasilkan produk

perawatan rambut, kemudian berkembang dengan memproduksi produk

wangi-wangian dan kosmetik. Perseroan mempunyai dua lokasi pabrik

yaitu pabrik Sunter yang khusus memproduksi seluruh produk kosmetik

Perseroan sementara pabrik Cibitung berfungsi untuk memproduksi

kemasan plastik dan juga sebagai pusat logistik. Kemasan plastik dikirim

dari Cibitung ke Sunter untuk diisi kemudian barang jadi dikirim kembali

ke Cibitung dan didistribusikan melalui pusat logistic.

25. Tempo Scan Pacific Tbk.

PT Tempo Scan Pacific Tbk. dengan kode perusahaan TSPC,

merupakan bagian dari Tempo Grup yang memulai kegiatan usahanya

melalui pendirian PT PD Tempo pada tanggal 3 Nopember 1953 yang

bergerak di bidang perdagangan produk farmasi. Perseroan dibentuk

melalui proses restrukturisasi pada tahun 1991 dan semula Perseroan

bernama PT Scanchemie yang pada tahun 1970 memulai kegiatan

produksi komersial produk farmasi dalam skala besar. Seiring dengan

perjalanan waktu, Perseroan melalui entitas anaknya juga telah

memproduksi produk kosmetik dan produk konsumen sejak tahun 1977.

Pada tahun 1994 Perseroan menjadi perusahaan publik dan mencatatkan

saham-sahamnya sejumlah 75.000.000 lembar saham di Bursa Efek

Indonesia/BEI.

75

26. Ultra Jaya Milk Industry Tbk.

Ultra Jaya Milk Industry Tbk. dengan kode perusahaan ULTJ,

merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri makanan

dan minuman, dan bidang perdagangan. Bermula dari usaha keluarga

yang dirintis sejak tahun 1960an oleh Bapak Achmad Prawirawidjaja

(alm), PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. dari tahun

ke tahun terus berkembang, dan saat ini telah menjadi salah satu

perusahaan yang terkemuka di bidang industri makanan & minuman di

Indonesia. Di bidang minuman Ultrajaya memproduksi berbagai

minuman seperti susu cair, sari buah, teh, minuman tradisional dan

minuman kesehatan, yang diolah dengan teknologi UHT (Ultra High

Temperature) dan dikemas dalam kemasan karton aseptik. Di bidang

makanan Ultrajaya memproduksi susu kental manis, susu bubuk, dan

konsentrat buah-buahan tropis.

27. Unilever Indonesia Tbk.

Unilever Indonesia Tbk. dengan kode perusahaan UNVR,

merupakan salah satu perseroan terdepan untuk kategori Fast Moving

Consumer Goods di Indonesia. Unilever Indonesia didirikan pada 5

Desember 1933 sebagai Lever Zeepfabrieken N.V. Pada 22 Juli 1980,

nama perusahaan diubah menjadi PT Lever Brothers Indonesia dan pada

30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia

Tbk. Unilever Indonesia melepas 15% sahamnya di Bursa Efek Jakarta

76

dan Bursa Efek Surabaya pada tahun 1981. Unilever Indonesia

mempunyai lebih dari 1.000 distributor di seluruh Indonesia. Rangkaian

produk Unilever Indonesia mencakup brand-brand ternama dunia seperti

Pepsodent, Lux, Lifebuoy, Dove, Sunsilk, Clear, Rexona, Vaseline,

Rinso, Molto, Sunlight, Wall’s, Royco, Bango dan lainnya.

28. Wismilak Inti Makmur Tbk.

Wismilak Inti Makmur Tbk. dengan kode perusahaan WIIM,

merupakan perusahaan rokok Indonesia yang didirikan pada tahun 1962

di Surabaya. Pada tahun 2012, Wismilak sukses melakukan penawaran

umum perdana saham Perseroan kepada masyarakat dan menjadi

Perusahaan Publik, PT Wismilak Inti Makmur Tbk. PT Wismilak Inti

Makmur Tbk merupakan perusahaan induk dari PT Gelora Djaja

(produsen) dan PT Gawih Jaya (distributor) yang pada akhir tahun 2017

memiliki 5 Fasilitas Produksi, 4 Sentra Logistik Regional, 19 Area

Distribusi, 2 Stock Point dan 30 Agen yang tersebar di seluruh pulau

besar di Indonesia.

77

B. Statistik Deskriptif

1. Kepemilikam Institusional

Ningtiyas (2014) menjelaskan, bahwa kepemilikan institusional

merupakan kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi

dan pemerintah. Institusi ataupun pemerintah yang memiliki saham

dalam suatu perusahaan dapat menjadi salah satu upaya dalam

mengawasi perusahaan. Semakin banyak jumlah saham yang dimiliki

pemerintah dalam suatu perusahaan maka memungkikan pengawasan

terhadap perusahaan semakin baik.

Tabel 4. 1

Kepemilikan Institusional

NO Nama Perusahaan Kepemilikan institusional    2013 2014 2015 2016 20171 ADES 0,92 0,92 0,92 0,92 0,922 AISA 0,56 0,62 0,62 0,63 0,623 BTEK 0,50 0,37 0,24 0,73 0,734 BUDI 0,53 0,53 0,50 0,53 0,535 CEKA 0,46 0,92 0,92 0,92 0,096 DLTA 0,82 0,85 0,82 0,82 0,827 HMSP 0,98 0,98 0,92 0,92 0,928 ICBP 0,81 0,81 0,81 0,81 0,819 IIKP 0,57 0,55 0,52 0,13 0,1310 INAF 0,81 0,81 0,81 0,87 0,8711 INDF 0,50 0,50 0,50 0,50 0,5012 KAEF 0,90 0,90 0,08 0,90 0,9013 KICI 0,83 0,83 0,83 0,83 0,8314 KLBF 0,57 0,57 0,57 0,57 0,5715 LMPI 0,83 0,83 0,83 0,83 0,2416 MBTO 0,68 0,68 0,68 0,68 0,6817 MERK 0,94 0,87 0,87 0,87 0,8718 MLBI 0,75 0,84 0,82 0,82 0,82

78

19 MYOR 0,33 0,33 0,33 0,33 0,8420 PYFA 0,54 0,54 0,54 0,54 0,5421 RMBA 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99NO

 Nama Perusahaan

 Kepemilikan institusional

2013 2014 2015 2016 201722 ROTI 0,71 0,71 0,07 0,07 0,0723 SKBM 0,81 0,81 0,81 0,80 0,8024 TCID 0,72 0,72 0,72 0,72 0,7225 TSPC 0,77 0,78 0,78 0,78 0,7926 ULTJ 0,47 0,47 0,45 0,37 0,3727 UNVR 0,85 0,85 0,85 0,85 0,8528 WIIM 0,22 0,28 0,22 0,28 0,05

MINIMUM 0,22 0,28 0,07 0,07 0,05MAKSIMUM 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99RATA-RATA 0,69 0,71 0,64 0,68 0,64

Sumber: Data Penelitian 2019

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat besarnya Kepemilikan

Institusional perusahaan sub sektor Goods Cosumer yng dijadikan

sampel penelitian periode 2013-2017.

Pada tahun 2013, diketahui rata-rata tingkat kepemilikan

institusional sebesar 0,69 dengan nilai kepemilikan institusional tertinggi

sebesar 0,99 dimiliki oleh RMBA dan terendah sebesar 0,22 oleh WIIM .

Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan

institusional diatas rata-rata diantaranya ADES, DLTA, HMSP, ICBP,

INAF, KAEF, KICI, LMPI, MERK, ROTI, SKBM, TCID, TSPC dan

UNVR. Sedangkan nilai kepemilikan institusional dibawah rata-rata

dimiliki oleh AISA, BTEK, BUDI, CEKA, IIKP, INDF, KLBF, MBTO,

MYOR, PYFA, ULTJ dan WIIM. Dapat disimpulkan pada tahun 2013

terdapat 15 perusahaan yang menggunakan hutang diatas rata-rata yang

mengindikasikan kemampuan untuk memonitor manajemen adalah baik

79

karena makin tinggi kepemilikan institusional maka pengawasan pada

perusahaan tersebut makin baik. Sedangkan 14 perusahaan lainnya

memiliki kepemilikan institusional dibawah rata-rata yang

mengindikasikan kurangnya dari segi pengawasan oleh pihak luar untuk

perusahaan tersebut.

Pada tahun 2014, diketahui rata-rata tingkat kepemilikan

institusional meningkat menjadi 0,71 dengan nilai kepemilikan

institusional tertinggi sebesar 0,99 dimiliki oleh RMBA dan terendah

sebesar 0,22 oleh WIIM. Disamping itu, beberapa perusahaan juga

memiliki nilai kepemilikan institusional diatas rata-rata diantaranya

ADES, CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, INAF, KAEF, KICI, LMPI,

MERK, MLBI, ROTI, SKBM, TCID, TSPC dan UNVR. Sedangkan nilai

kepemilikan institusional dibawah rata-rata dimiliki oleh AISA, BTEK,

BUDI, IIKP, INDF, KLBF, MBTO, MYOR, PYFA, ULTJ dan WIIM.

Dapat disimpulkan pada tahun 2014 terdapat 17 perusahaan yang

menggunakan hutang diatas rata-rata yang mengindikasikan kemampuan

untuk memonitor manajemen adalah baik karena makin tinggi

kepemilikan institusional maka pengawasan pada perusahaan tersebut

makin baik. Sedangkan 14 perusahaan lainnya memiliki kepemilikan

institusional dibawah rata-rata mengindikasikan kurangnya dari segi

pengawasan oleh pihak luar untuk perusahaan tersebut.

Pada tahun 2015, diketahui rata-rata tingkat kepemilikan

institusional menurun menjadi sebesar 0,64 dengan nilai kepemilikan

80

institusional tertinggi sebesar 0,99 dimiliki oleh RMBA dan terendah

sebesar 0,07 oleh ROTI. Disamping itu, beberapa perusahaan juga

memiliki nilai kepemilikan institusional diatas rata-rata diantaranya

ADES, CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, INAF, KICI, LMPI,MBTO,

MERK, MLBI, RMBA, SKBM, TCID, TSPC dan UNVR. Sedangkan

nilai kepemilikan institusional dibawah rata-rata dimiliki oleh AISA,

BTEK, BUDI, IIKP, INDF, KAEF, KLBF, MBTO, MYOR, PYFA,

ROTI dan ULTJ. Dapat disimpulkan pada tahun 2015 terdapat 16

perusahaan yang menggunakan hutang diatas rata-rata yang

mengindikasikan kemampuan untuk memonitor manajemen adalah baik

karena makin tinggi kepemilikan institusional maka pengawasan pada

perusahaan tersebut makin baik. Sedangkan 12 perusahaan lainnya

memiliki kepemilikan institusional dibawah rata-rata yang

mengindikasikan kurangnya dari segi pengawasan oleh pihak luar untuk

perusahaan tersebut.

Pada tahun 2016, diketahui rata-rata tingkat kepemilikan

institusional kembali meningkat sebesar 0,68 dengan nilai kepemilikan

institusional tertinggi sebesar 0,99 dimiliki oleh RMBA dan terendah

sebesar 0,07 oleh ROTI. Disamping itu, beberapa perusahaan juga

memiliki nilai kepemilikan institusional diatas rata-rata diantaranya

ADES, BTEK, CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, INAF, KAEF, KICI,

LMPI, MBTO, MERK, MLBI, SKBM, TCID, TSPC dan UNVR.

Sedangkan nilai kepemilikan institusional dibawah rata-rata dimiliki oleh

81

AISA, BUDI, IIKP, INDF, KLBF, MYOR, PYFA, ULTJ dan WIIM.

Dapat disimpulkan pada tahun 2016 terdapat 18 perusahaan yang

menggunakan hutang diatas rata-rata mengindikasikan kemampuan untuk

memonitor manajemen adalah baik karena makin tinggi kepemilikan

institusional maka pengawasan pada perusahaan tersebut makin baik.

Sedangkan 10 perusahaan lainnya memiliki kepemilikan institusional

dibawah rata-rata mengindikasikan kurangnya dari segi pengawasan oleh

pihak luar untuk perusahaan tersebut.

Pada tahun 2017, diketahui rata-rata tingkat kepemilikan

institusional menurun sebesar 0,64 dengan nilai kepemilikan institusional

tertinggi sebesar 0,99 dimiliki oleh RMBA dan terendah sebesar 0,05

oleh WIIM. Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai

kepemilikan institusional diatas rata-rata diantaranya ADES, BTEK,

DLTA, HMSP, ICBP, INAF, KAEF, KICI, MBTO, MERK, MLBI,

MYOR, SKBM, TCID, TSPC dan UNVR. Sedangkan nilai kepemilikan

institusional dibawah rata-rata dimiliki oleh AISA, BUDI, CEKA, IIKP,

INDF, KLBF, LMPI, PYFA, ROTI dan ULTJ. Dapat disimpulkan pada

tahun 2017 terdapat 17 perusahaan yang menggunakan hutang diatas

rata-rata yang mengindikasikan kemampuan untuk memonitor

manajemen adalah baik karena makin tinggi kepemilikan institusional

maka pengawasan pada perusahaan tersebut makin baik. Sedangkan 11

perusahaan lainnya memiliki kepemilikan institusional dibawah rata-rata

82

mengindikasikan kurangnya dari segi pengawasan oleh pihak luar untuk

perusahaan tersebut.

2. Kepemilikan Publik

Merupakan kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh

masyarakat. Adapun proporsi kepemilikan publik dalam Lastanti dalam

Rachman, dkk (2015).

Tabel 4. 2

Deskriptif Statistik Kepemilikan Publik

NO Nama Perusahaan Kepemilikan Publik    2013 2014 2015 2016 20171 ADES 0,08 0,08 0,08 0,08 0,082 AISA 0,44 0,38 0,38 0,38 0,383 BTEK 0,46 0,58 0,76 0,27 0,274 BUDI 0,47 0,44 0,47 0,47 0,475 CEKA 0,04 0,07 0,08 0,07 0,076 DLTA 0,18 0,15 0,18 0,18 0,187 HMSP 0,02 0,02 0,08 0,08 0,088 ICBP 0,19 0,19 0,19 0,19 0,199 IIKP 0,43 0,42 0,48 0,87 0,87

10 INAF 0,19 0,19 0,19 0,13 0,1311 INDF 0,50 0,50 0,50 0,50 0,5012 KAEF 0,10 0,10 0,02 0,10 0,1013 KICI 0,17 0,17 0,17 0,17 0,1614 KLBF 0,43 0,43 0,43 0,43 0,4315 LMPI 0,17 0,17 0,17 0,17 0,0816 MBTO 0,32 0,32 0,32 0,32 0,3217 MERK 0,06 0,13 0,13 0,13 0,1318 MLBI 0,17 0,16 0,18 0,18 0,1819 MYOR 0,67 0,67 0,67 0,67 0,1620 PYFA 0,23 0,23 0,23 0,23 0,2321 RMBA 0,01 0,01 0,01 0,01 0,0122 ROTI 0,29 0,29 0,03 0,03 0,03

83

23 SKBM 0,17 0,15 0,15 0,16 0,1624 TCID 0,23 0,23 0,28 0,28 0,2825 TSPC 0,23 0,22 0,22 0,22 0,2126 ULTJ 0,36 0,36 0,38 0,51 0,5127 UNVR 0,15 0,15 0,15 0,15 0,1528 WIIM 0,34 0,29 0,29 0,28 0,33

MINIMUM 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01MAKSIMUM 0,67 0,67 0,76 0,87 0,87RATA-RATA 0,25 0,25 0,26 0,26 0,24

Sumber: Data Penelitian 2019

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat besarnya Kepemilikan Publik

perusahaan sub sektor Goods Cosumer yng dijadikan sampel penelitian

periode 2013-2017.

Pada tahun 2013, diketahui rata-rata tingkat kepemilikan publik

sebesar 0,25 dengan nilai kepemilikan publik tertinggi sebesar 0,67

dimiliki oleh MYOR dan terendah sebesar 0,01 oleh RMBA. Disamping

itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan publik diatas

rata-rata diantaranya AISA, BTEK, BUDI, IIKP, INDF, KLBF, MBTO,

ROTI, ULTJ dan WIIM. Sedangkan nilai kepemilikan publik tere

dibawah rata-rata ndah dimiliki oleh ADES, CEKA, DLTA, HMSP,

ICBP, INAF, KAEF, KICI, LMPI, MERK, MLBI, PYFA, SKBM, TCID,

TSPC dan UNVR. Dapat disimpulkan pada tahun 2013 terdapat 11

perusahaan yang menggunakan hutang diatas rata-rata yang

mengindikasikan semakin banyak atau besar informasi yang diketahui

oleh public tentang perusahaan tersebut. Sedangkan 17 perusahaan

lainnya memiliki kepemilikan institusional dibawah rata-rata

mengindikasikan semakin kecil kemungkinan perusahaan melakukan

manajemen laba.

84

Pada tahun 2014, diketahui rata-rata tingkat kepemilikan publik

sebesar 0,25 dengan nilai kepemilikan publik tertinggi sebesar 0,67

dimiliki oleh MYOR dan terendah sebesar 0,01 oleh RMBA. Disamping

itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan publik diatas

rata-rata diantaranya AISA, BTEK, BUDI, IIKP, INDF, KLBF, MBTO,

ROTI, ULTJ dan WIIM. Sedangkan nilai kepemilikan publik dibawah

rata-rata dimiliki oleh ADES, CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, INAF,

KAEF, KICI, LMPI, MERK, MLBI, PYFA, SKBM, TCID, TSPC dan

UNVR. Dapat disimpulkan pada tahun 2014 terdapat 11 perusahaan yang

menggunakan hutang diatas rata-rata yang mengindikasikan semakin

banyak atau besar informasi yang diketahui oleh publik tentang

perusahaan tersebut. Sedangkan 17 perusahaan lainnya memiliki

kepemilikan institusional dibawah rata-rata mengindikasikan semakin

kecil kemungkinan perusahaan melakukan manajemen laba.

Pada tahun 2015, diketahui rata-rata tingkat kepemilikan publik

sebesar 0,26 dengan nilai kepemilikan publik tertinggi sebesar 0,76

dimiliki oleh MYOR dan terendah sebesar 0,01 oleh RMBA. Disamping

itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan publik diatas

rata-rata diantaranya AISA, BTEK, BUDI, IIKP, INDF, KLBF, MBTO,

TCID, ULTJ dan WIIM. Sedangkan nilai kepemilikan publik dibawah

rata-rata dimiliki oleh ADES, CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, INAF,

KAEF, KICI, LMPI, MERK, MLBI, PYFA, RMBA, ROTI, SKBM,

TSPC dan UNVR. Dapat disimpulkan pada tahun 2013 terdapat 11

85

perusahaan yang menggunakan hutang diatas rata-rata yang

mengindikasikan semakin banyak atau besar informasi yang diketahui

oleh public tentang perusahaan tersebut. Sedangkan 17 perusahaan

lainnya memiliki kepemilikan institusional dibawah rata-rata

mengindikasikan semakin kecil kemungkinan perusahaan melakukan

manajemen laba.

Pada tahun 2016, diketahui rata-rata tingkat kepemilikan publik

sebesar 0,24 dengan nilai kepemilikan publik tertinggi sebesar 0,87

dimiliki oleh BTEK dan terendah sebesar 0,01 oleh RMBA. Disamping

itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan publik diatas

rata-rata diantaranya AISA, BUDI, IIKP, INDF, KLBF, MBTO, MYOR,

TCID, ULTJ dan WIIM. Sedangkan nilai kepemilikan publik dibawah

rata-rata dimiliki oleh ADES, CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, INAF,

KAEF, KICI, LMPI, MERK, MLBI, PYFA, ROTI, SKBM, TSPC dan

UNVR. Dapat disimpulkan pada tahun 2016 terdapat 11 perusahaan yang

menggunakan hutang diatas rata-rata yang mengindikasikan semakin

banyak atau besar informasi yang diketahui oleh public tentang

perusahaan tersebut. Sedangkan 17 perusahaan lainnya memiliki

kepemilikan institusional dibawah rata-rata mengindikasikan semakin

kecil kemungkinan perusahaan melakukan manajemen laba.

Pada tahun 2017, diketahui rata-rata tingkat kepemilikan publik

sebesar 0,24 dengan nilai kepemilikan publik tertinggi sebesar 0,87

dimiliki oleh BTEK dan terendah sebesar 0,01 oleh RMBA. Disamping

86

itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan publik diatas

rata-rata diantaranya AISA, BUDI, IIKP, INDF, KLBF, MBTO, MYOR,

TCID, ULTJ dan WIIM. Sedangkan nilai kepemilikan publik dibawah

rata-rata dimiliki oleh ADES, CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, INAF,

KAEF, KICI, LMPI, MERK, MLBI, PYFA, ROTI, SKBM, TSPC dan

UNVR. Dapat disimpulkan pada tahun 2017 terdapat 11 perusahaan yang

menggunakan hutang diatas rata-rata yang mengindikasikan semakin

banyak atau besar informasi yang diketahui oleh public tentang

perusahaan tersebut. Sedangkan 17 perusahaan lainnya memiliki

kepemilikan institusional dibawah rata-rata mengindikasikan semakin

kecil kemungkinan perusahaan melakukan manajemen laba.

3. Komite Audit

Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung

jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas

dan fungsi Dewan Komisaris, sebagaimana disebutkan dalam Peraturan

otoritas jasa Keuangan NOMOR 55 /POJK.04/2015 Pasal 1 ayat 1.

Komite audit dibentuk dengan tujuan membantu dewan Komisaris dalam

pelaksanaan fungsi pengawasan atas hal-hal yang terkait dengan

informasi keuangan, pengendalian internal, pengelolaan risiko serta

kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang berlaku.

Tabel 4. 3 Deskriptif Statistik Komite Audit

NO Nama Perusahaan Komite Audit

    2013 2014 2015 2016 20171 ADES 3 3 3 3 3

87

2 AISA 3 4 4 4 43 BTEK 3 3 3 3 34 BUDI 3 3 3 3 35 CEKA 3 3 3 3 36 DLTA 3 3 3 3 37 HMSP 3 3 3 3 38 ICBP 3 3 3 3 39 IIKP 3 3 3 3 310 INAF 3 3 3 3 311 INDF 3 3 3 3 312 KAEF 3 3 4 4 413 KICI 3 3 3 3 3NO Nama Perusahaan Komite Audit

2013 2014 2015 2016 2017

15 LMPI 3 3 3 3 316 MBTO 2 2 2 2 217 MERK 3 3 3 3 318 MLBI 3 3 3 3 319 MYOR 3 3 3 3 320 PYFA 3 3 3 3 321 RMBA 3 3 3 3 322 ROTI 3 3 3 3 323 SKBM 3 3 3 3 324 TCID 4 4 4 4 325 TSPC 3 3 3 3 326 ULTJ 3 3 3 3 327 UNVR 3 3 3 3 328 WIIM 3 3 3 3 3

MINIMUM 2 2 2 2 2MAKSIMUM 4 4 4 4 4RATA-RATA 3 3 3 3 3

Sumber: Data Penelitian 2019

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat besarnya Komite Audit

perusahaan sub sektor Goods Cosumer yng dijadikan sampel penelitian

periode 2013-2017.

Pada tahun 2013, diketahui rata-rata tingkat komite audit sebesar 3

dengan nilai komite audit tertinggi sebesar 4 dimiliki oleh TCID dan

88

terendah sebesar 2 oleh selain MBTO. Disamping itu, beberapa

perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan institusional diatas rata-rata

diantaranya ADES, AISA, BTEK, BUDI, CEKA, DLTA, HMSP, ICBP,

IIKP, INAF, INDF, KAEF, KICI KLBF, LMPI, MBTO, MERK

MLBI,MYOR, PYFA, RMBA, ROTI, SKBM, TSPC, ULTJ UNVR dan

WIIM. Sedangkan nilai komite audit dibawah rata-rata dimiliki oleh

MBTO. Dapat disimpulkan pada tahun 2013 terdapat 27 perusahaan yang

memaksimalkan fungsi pengawasan yang dilakukan komite audit atas

hal-hal yang terkait dengan informasi keuangan, pengendalian internal

pengelolaan risiko serta kepatuhan terhadap perundangan yang berlaku..

Sedangkan 1 perusahaan lainnya memiliki komite audit dibawah rata-rata

mengindikasikan kurang maksimanya segi pengawasan oleh komite audit

untuk perusahaan tersebut.

Pada tahun 2014, diketahui rata-rata tingkat komite audit sebesar 3

dengan nilai komite audit tertinggi sebesar 4 dimiliki oleh AISA dan

TCID dan terendah sebesar 2 oleh selain MBTO. Disamping itu,

beberapa perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan institusional diatas

rata-rata diantaranya ADES, BTEK, BUDI, CEKA, DLTA, HMSP,

ICBP, IIKP, INAF, INDF, KAEF, KICI KLBF, LMPI, MBTO, MERK

MLBI,MYOR, PYFA, RMBA, ROTI, SKBM, TSPC, ULTJ, UNVR dan

WIIM. Sedangkan nilai komite audit dibawah rata-rata dimiliki oleh

MBTO. Dapat disimpulkan pada tahun 2014 terdapat 27 perusahaan yang

memaksimalkan fungsi pengawasan yang dilakukan komite audit atas

89

hal-hal yang terkait dengan informasi keuangan, pengendalian internal

pengelolaan risiko serta kepatuhan terhadap perundangan yang berlaku..

Sedangkan 1 perusahaan lainnya memiliki komite audit dibawah rata-rata

mengindikasikan kurang maksimanya segi pengawasan oleh komite audit

untuk perusahaan tersebut.

Pada tahun 2015, diketahui rata-rata tingkat komite audit sebesar 3

dengan nilai komite audit tertinggi sebesar 4 dimiliki oleh AISA, KAEF

dan TCID dan terendah sebesar 2 oleh selain MBTO. Disamping itu,

beberapa perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan institusional diatas

rata-rata diantaranya ADES, BTEK, BUDI, CEKA, DLTA, HMSP,

ICBP, IIKP, INAF, INDF, KICI, KLBF, LMPI, MBTO, MERK MLBI,

MYOR, PYFA, RMBA, ROTI, SKBM, TSPC, ULTJ, UNVR dan WIIM.

Sedangkan nilai komite audit teren dibawah rata-rata dah dimiliki oleh

MBTO. Dapat disimpulkan pada tahun 2015 terdapat 27 perusahaan yang

memaksimalkan fungsi pengawasan yang dilakukan komite audit atas

hal-hal yang terkait dengan informasi keuangan, pengendalian internal

pengelolaan risiko serta kepatuhan terhadap perundangan yang berlaku.

Sedangkan 1 perusahaan lainnya memiliki komite audit dibawah rata-rata

mengindikasikan kurang maksimanya segi pengawasan oleh komite audit

untuk perusahaan tersebut.

Pada tahun 2016, diketahui rata-rata tingkat komite audit sebesar 3

dengan nilai komite audit tertinggi sebesar 4 dimiliki oleh AISA, KAEF

dan TCID dan terendah sebesar 2 oleh selain MBTO. Disamping itu,

90

beberapa perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan institusional diatas

rata-rata diantaranya ADES, BTEK, BUDI, CEKA, DLTA, HMSP,

ICBP, IIKP, INAF, INDF, KICI, KLBF, LMPI, MBTO, MERK, MLBI,

MYOR, PYFA, RMBA, ROTI, SKBM, TSPC, ULTJ, UNVR dan WIIM.

Sedangkan nilai komite audit dibawah rata-rata dimiliki oleh MBTO.

Dapat disimpulkan pada tahun 2016 terdapat 27 perusahaan yang

memaksimalkan fungsi pengawasan yang dilakukan komite audit atas

hal-hal yang terkait dengan informasi keuangan, pengendalian internal

pengelolaan risiko serta kepatuhan terhadap perundangan yang berlaku..

Sedangkan 1 perusahaan lainnya memiliki komite audit dibawah rata-rata

mengindikasikan kurang maksimanya segi pengawasan oleh komite audit

untuk perusahaan tersebut.

Pada tahun 2017, diketahui rata-rata tingkat komite audit sebesar 3

dengan nilai komite audit tertinggi sebesar 4 dimiliki oleh AISA dan

KAEF dan terendah sebesar 2 oleh selain MBTO. Disamping itu,

beberapa perusahaan juga memiliki nilai kepemilikan institusional diatas

rata-rata diantaranya ADES, AISA, BTEK, BUDI, CEKA, DLTA,

HMSP, ICBP, IIKP, INAF, INDF, KAEF, KICI KLBF, LMPI, MBTO,

MERK MLBI,MYOR, PYFA, RMBA, ROTI, SKBM, TSPC, ULTJ,

UNVR dan WIIM. Sedangkan nilai komite audit dibawah rata-rata

dimiliki oleh MBTO. Dapat disimpulkan pada tahun 2017 terdapat 27

perusahaan yang memaksimalkan fungsi pengawasan yang dilakukan

komite audit atas hal-hal yang terkait dengan informasi keuangan,

91

pengendalian internal pengelolaan risiko serta kepatuhan terhadap

perundangan yang berlaku.. Sedangkan 1 perusahaan lainnya memiliki

komite audit dibawah rata-rata yang mengindikasikan kurang

maksimanya segi pengawasan oleh komite audit untuk perusahaan

tersebut.

4. Direksi

Direksi bertugas dan bertanggungjawab secara kolegial dalam

mengelola perusahaan. Masing-masing anggota Direksi melaksanakan

tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan

wewenangnya. Namun, pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota

Direksi merupakan tanggung jawab bersama. Kedudukan masing-masing

anggota Direksi termasuk Direktur Utama adalah setara.

Tabel 4. 4 Deskriptif Statistik Direksi

NO Nama Perusahaan Dewan Direksi    2013 2014 2015 2016 20171 ADES 4 4 4 3 32 AISA 4 3 3 3 43 BTEK 4 4 4 4 44 BUDI 7 7 7 7 75 CEKA 4 4 4 4 46 DLTA 5 5 5 5 57 HMSP 7 7 7 8 88 ICBP 7 9 9 9 99 IIKP 2 2 2 2 210 INAF 4 3 3 3 311 INDF 9 9 10 10 1012 KAEF 5 5 5 5 513 KICI 3 3 3 3 314 KLBF 5 5 5 5 615 LMPI 5 5 5 5 416 MBTO 4 4 4 4 417 MERK 7 5 5 5 5

92

18 MLBI 4 4 4 4 419 MYOR 5 5 5 5 520 PYFA 3 3 3 3 221 RMBA 4 4 4 4 422 ROTI 6 6 6 5 523 SKBM 6 6 6 6 824 TCID 13 15 16 16 1625 TSPC 12 11 11 10 1026 ULTJ 3 3 3 3 327 UNVR 10 8 9 10 1028 WIIM 6 6 6 6 6

MINIMUM 2 2 2 2 2MAKSIMUM  13 15 16 16 16RATA-RATA 6 6 6 6 6

Sumber: Data Penelitian 2019

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat besarnya Direksi perusahaan

sub sektor Goods Cosumer yng dijadikan sampel penelitian periode

2013-2017.

Pada tahun 2013, diketahui rata-rata tingkat direksi sebesar 6

dengan nilai direksi tertinggi sebesar 13 dimiliki oleh TCID dan

terendah sebesar 2 oleh selain IIKP. Disamping itu, beberapa

perusahaan juga memiliki nilai direksi diatas rata-rata diantaranya

BUDI, HMSP, ICBP, INDF, MERK, ROTI, SKBM, TSPC, UNVR

dan WIIM. Sedangkan nilai direksi dibawah rata-rata dimiliki oleh

ADES, AISA, BTEK, CEKA, DLTA, INAF, KAEF, KICI, KLBF,

LMPI, MBTO, MLBI, MYOR, PYFA, RMBA dan ULTJ. Dapat

disimpulkan pada tahun 2013 terdapat 11 perusahaan yang memiliki

direksi diatas rata-rata yang mengindikasikan memungkinkan

ketersediaan keahlian diberbagai bidang dan memiliki pengendalian

manajemn yang lebih efektif sesuai dengan kemampuan mereka

93

dalam melaksanakan tugas. Sedangkan 17 perusahaan lainnya

memiliki direksi dibawah rata-rata yang mengindikasikan kurang

efektif dalam pengendalian manajemen.

Pada tahun 2014, diketahui rata-rata tingkat direksi sebesar 6

dengan nilai direksi tertinggi sebesar 15 dimiliki oleh TCID dan

terendah sebesar 2 oleh selain IIKP. Disamping itu, beberapa

perusahaan juga memiliki nilai direksi diatas rata-rata diantaranya

BUDI, HMSP, ICBP, INDF, ROTI, SKBM, TSPC, UNVR dan

WIIM. Sedangkan nilai direksi dibawah rata-rata dimiliki oleh

ADES,AISA, BTEK, CEKA,DLTA, IIKP, INAF, KAEF, KICI,

KLBF, LMPI, MBTO, MERK, MLBI, MYOR, PYFA, RMBA dan

ULTJ. Dapat disimpulkan pada tahun 2014 terdapat 9 perusahaan

yang memiliki direksi diatas rata-rata yang mengindikasikan

memungkinkan ketersediaan keahlian diberbagai bidang dan

memiliki pengendalian manajemn yang lebih efektif sesuai dengan

kemampuan mereka dalam melaksanakan tugas. Sedangkan 19

perusahaan lainnya memiliki direksi dibawah rata-rata yang

mengindikasikan kurang efektif dalam pengendalian manajemen.

Pada tahun 2015, diketahui rata-rata tingkat direksi sebesar 6

dengan nilai direksi tertinggi sebesar 16 dimiliki oleh TCID dan

terendah sebesar 2 oleh selain IIKP. Disamping itu, beberapa

perusahaan juga memiliki nilai direksi diatas rata-rata diantaranya

BUDI, HMSP, ICBP, INDF, MERK, ROTI, SKBM, TSPC, UNVR

94

dan WIIM. Sedangkan nilai direksi dibawah rata-rata dimiliki oleh

ADES, AISA, BTEK, CEKA, DLTA, INAF, KAEF, KICI, KLBF,

LMPI, MBTO, MLBI, MYOR, PYFA, RMBA dan ULTJ. Dapat

disimpulkan pada tahun 2015 terdapat 11 perusahaan yang memiliki

direksi diatas rata-rata yang mengindikasikan memungkinkan

ketersediaan keahlian diberbagai bidang dan memiliki pengendalian

manajemn yang lebih efektif sesuai dengan kemampuan mereka

dalam melaksanakan tugas. Sedangkan 17 perusahaan lainnya

memiliki direksi dibawah rata-rata yang mengindikasikan kurang

efektif dalam pengendalian manajemen.

Pada tahun 2016, diketahui rata-rata tingkat direksi sebesar 6

dengan nilai direksi tertinggi sebesar 16 dimiliki oleh TCID dan

terendah sebesar 2 oleh selain IIKP. Disamping itu, beberapa

perusahaan juga memiliki nilai direksi diatas rata-rata diantaranya

BUDI, HMSP, ICBP, INDF, SKBM, TSPC, UNVR dan WIIM.

Sedangkan nilai direksi dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES,

AISA, BTEK, CEKA, DLTA, INAF, KAEF, KICI, KLBF, LMPI,

MBTO, MERK, MLBI, MYOR, PYFA, RMBA, ROTI dan ULTJ.

Dapat disimpulkan pada tahun 2016 terdapat 9 perusahaan yang

memiliki direksi diatas rata-rata yang mengindikasikan

memungkinkan ketersediaan keahlian diberbagai bidang dan

memiliki pengendalian manajemn yang lebih efektif sesuai dengan

kemampuan mereka dalam melaksanakan tugas. Sedangkan 19

95

perusahaan lainnya memiliki direksi dibawah rata-rata yang

mengindikasikan kurang efektif dalam pengendalian manajemen.

Pada tahun 2017, diketahui rata-rata tingkat direksi sebesar 6

dengan nilai direksi tertinggi sebesar 16 dimiliki oleh TCID dan

terendah sebesar 2 oleh selain IIKP. Disamping itu, beberapa

perusahaan juga memiliki nilai direksi diatas rata-rata diantaranya

BUDI, HMSP, ICBP, KLBF, SKBM, TSPC, UNVR dan WIIM.

Sedangkan nilai direksi dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES,

AISA, BTEK, CEKA, DLTA, IIKP, INAF, KAEF, KICI, LMPI,

MBTO, MERK, MLBI, MYOR, PYFA, RMBA, ROTI dan ULTJ.

Dapat disimpulkan pada tahun 2017 terdapat 9 perusahaan yang

memiliki direksi diatas rata-rata yang mengindikasikan

memungkinkan ketersediaan keahlian diberbagai bidang dan

memiliki pengendalian manajemn yang lebih efektif sesuai dengan

kemampuan mereka dalam melaksanakan tugas. Sedangkan 19

perusahaan lainnya memiliki direksi dibawah rata-rata yang

mengindikasikan kurang efektif dalam pengendalian manajemen.

96

5. Komisaris Independen

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang

berasal dari luar emiten atau Perusahaan Publik dan memenuhi

persyaratan sebagai Komisaris, sebagaimana disebutkan dalam

Peraturan otoritas jasa Keuangan Nomor 33/PojK.04/2014. Tugas

utama Komisaris independen adalah melakukan pengawasan serta

menjaga terpenuhinya hak serta kewajiban pemegang saham minoritas.

Tabel 4. 5 Deskriptif Statistik Komisaris Independen

NO Nama Perusahaan Komisaris Independen

2013 2014 2015 2016 20171 ADES 0,33 0,33 0,33 0,33 0,332 AISA 0,33 0,40 0,40 0,40 0,403 BTEK 0,33 0,33 0,33 0,33 0,334 BUDI 0,33 0,33 0,33 0,33 0,335 CEKA 0,50 0,50 0,50 0,50 0,506 DLTA 0,40 0,40 0,40 0,40 0,407 HMSP 0,50 0,50 0,50 0,40 0,408 ICBP 0,43 0,43 0,33 0,50 0,509 IIKP 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33

NO Nama Perusahaan Komisaris Independen

2013 2014 2015 2016 201710 INAF 0,50 0,33 0,33 0,33 0,3311 INDF 0,38 0,38 0,38 0,38 0,3812 KAEF 0,40 0,40 0,33 0,20 0,2013 KICI 0,33 0,33 0,33 0,33 0,3314 KLBF 0,33 0,33 0,43 0,43 0,4315 LMPI 0,50 0,50 0,50 0,50 0,5016 MBTO 0,33 0,33 0,33 0,33 0,3317 MERK 0,33 0,33 0,33 0,33 0,3318 MLBI 0,43 0,50 0,50 0,57 0,5019 MYOR 0,40 0,40 0,40 0,40 0,4020 PYFA 0,33 0,25 0,20 0,50 0,5021 RMBA 0,40 0,33 0,60 0,50 0,5022 ROTI 0,33 0,33 0,33 0,33 0,3323 SKBM 0,33 0,33 0,33 0,33 0,3324 TCID 0,40 0,40 0,40 0,40 0,50

97

25 TSPC 0,50 0,75 0,50 0,50 0,6026 ULTJ 0,33 0,33 0,33 0,33 0,3327 UNVR 0,80 0,80 0,80 0,80 0,8028 WIIM 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33

MINIMUM  0,33 0,25 0,20 0,20 0,20MAKSIMUM 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80RATA-RATA 0,40 0,40 0,40 0,41 0,41

Sumber: Data Penelitian 2019

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat besarnya Komisaris

Independen perusahaan sub sektor Goods Cosumer yng dijadikan

sampel penelitian periode 2013-2017.

Pada tahun 2013, diketahui rata-rata tingkat komisaris independen

sebesar 0,40 dengan nilai komisaris independen tertinggi sebesar 0,80

dimiliki oleh UNVR dan terendah sebesar 0,33 oleh ADES, AISA,

BTEK, BUDI, IIKP, KICI, KLBF, MBTO, MERK, PYFA, ROTI,

SKBM, ULTJ dan WIIM. Disamping itu, beberapa perusahaan juga

memiliki nilai komisaris independen diatas rata-rata diantaranya

CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, INAF, KAEF, LMPI, MLBI, MYOR,

RMBA, TCID dan TSPC. Sedangkan nilai komisaris independen

dibawah rata-rata dimiliki oleh INDF. Dapat disimpulkan pada tahun

2013 terdapat 13 perusahaan yang memiliki komisaris independen

diatas rata-rata yang mengindikasikan kemampuan meningkatkan

kinerja keuangan perusahaan tersebut makin baik, karena komisaris

independen merupakan sentral mekanisme kontrol internal perusahaan

dalam melakukan pengawasan terhadap manajer. Sedangkan 15

perusahaan lainnya memiliki komisaris independen dibawah rata-rata

98

yang mengindikasikan kurangnya pengawasan pada para manajer

pada perusahaan tersebut.

Pada tahun 2014, diketahui rata-rata tingkat komisaris independen

sebesar 0,40 dengan nilai komisaris independen tertinggi sebesar 0,80

dimiliki oleh UNVR dan terendah sebesar 0,25 oleh PYFA.

Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai komisaris

independen diatas rata-rata diantaranya CEKA, DLTA, HMSP, ICBP,

KAEF, LMPI, MLBI, MYOR, RMBA, TCID dan TSPC. Sedangkan

nilai komisaris independen dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES,

BTEK, BUDI, IIKP, INAF, INDF, KICI, KLBF, MBTO, MERK,

ROTI, SKBM, ULTJ dan WIIM. Dapat disimpulkan pada tahun 2014

terdapat 13 perusahaan yang memiliki komisaris independen diatas

rata-rata yang mengindikasikan kemampuan meningkatkan kinerja

keuangan perusahaan tersebut makin baik, karena komisaris

independen merupakan sentral mekanisme kontrol internal perusahaan

dalam melakukan pengawasan terhadap manajer. Sedangkan 15

perusahaan lainnya memiliki komisaris independen dibawah rata-rata

yang mengindikasikan kurangnya pengawasan pada para manajer

pada perusahaan tersebut.

Pada tahun 2015, diketahui rata-rata tingkat komisaris independen

sebesar 0,40 dengan nilai kepemilikan institusional tertinggi sebesar

0,80 dimiliki oleh UNVR dan terendah sebesar 0,20 oleh PYFA.

Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai komisaris

99

independen diatas rata-rata diantaranya CEKA, DLTA, HMSP, ICBP,

INAF, KAEF, LMPI, MLBI, MYOR, RMBA, TCID, TSPC dan

UNVR. Sedangkan nilai komisaris independen dibawah rata-rata

dimiliki oleh INDF, ADES, AISA, BTEK, BUDI, IIKP, KICI, KLBF,

MBTO, MERK, PYFA, ROTI, SKBM, ULTJ dan WIIM. Dapat

disimpulkan pada tahun 2015 terdapat 13 perusahaan yang memiliki

komisaris independen diatas rata-rata yang mengindikasikan

kemampuan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan tersebut

makin baik, karena komisaris independen merupakan sentral

mekanisme kontrol internal perusahaan dalam melakukan pengawasan

terhadap manajer. Sedangkan 15 perusahaan lainnya memiliki

komisaris independen dibawah rata-rata yang mengindikasikan

kurangnya pengawasan pada para manajer pada perusahaan tersebut.

Pada tahun 2016, diketahui rata-rata tingkat komisaris independen

sebesar 0,41 dengan nilai komisaris independen tertinggi sebesar 0,80

dimiliki oleh UNVR dan terendah sebesar 0,20 oleh KAEF.

Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai komisaris

independen diatas rata-rata diantaranya CEKA, ICBP, KLBF, LMPI,

MLBI, PYFA, TSPC dan UNVR. Sedangkan nilai komisaris

independen dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES, AISA, BTEK,

BUDI, DLTA, HMSP, IIKP, INAF, INDF, KICI, MBTO, MERK,

MYOR, ROTI, SKBM, TCID, ULTJ dan WIIM. Dapat disimpulkan

pada tahun 2016 terdapat 9 perusahaan yang memiliki komisaris

100

independen diatas rata-rata yang mengindikasikan kemampuan

meningkatkan kinerja keuangan perusahaan tersebut makin baik,

karena komisaris independen merupakan sentral mekanisme kontrol

internal perusahaan dalam melakukan pengawasan terhadap manajer.

Sedangkan 19 perusahaan lainnya memiliki komisaris independen

dibawah rata-rata yang mengindikasikan kurangnya pengawasan pada

para manajer pada perusahaan tersebut.

Pada tahun 2017, diketahui rata-rata tingkat komisaris independen

sebesar 0,41 dengan nilai kepemilikan institusional tertinggi sebesar

0,80 dimiliki oleh UNVR dan terendah sebesar 0,20 oleh KAEF.

Disamping itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai komisaris

independen diatas rata-rata diantaranya CEKA, ICBP, KLBF, LMPI,

MLBI, PYFA, RMBA dan TSPC. Sedangkan nilai komisaris

independen dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES, AISA, BTEK,

BUDI, DLTA, HMSP, IIKP, INAF, INDF, KICI, MBTO, MERK,

MYOR, ROTI, SKBM, TCID, ULTJ, WIIM. Dapat disimpulkan pada

tahun 2017 terdapat 9 perusahaan yang memiliki komisaris

independen diatas rata-rata yang mengindikasikan kemampuan

meningkatkan kinerja keuangan perusahaan tersebut makin baik,

karena komisaris independen merupakan sentral mekanisme kontrol

internal perusahaan dalam melakukan pengawasan terhadap manajer.

Sedangkan 19 perusahaan lainnya memiliki komisaris independen

101

dibawah rata-rata mengindikasikan kurangnya pengawasan pada para

manajer pada perusahaan tersebut.

6. Leverage

Leverage merupakan penggunaan asset dan sumber dana oleh

perusahaan yang memiliki biaya tetap dengan maksud agar

meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham. Dengan tujuan

mendapatkan keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya

aset dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan

keuntungan pemegang saham.

102

Tabel 4. 6

Deskriptif Statistik Leverage

NO Nama Perusahaan DAR

2013 2014 2015 2016 20171 ADES 0,40 0,41 0,50 0,50 0,502 AISA 0,53 0,51 0,56 0,54 0,613 BTEK 0,78 0,82 0,84 0,71 0,634 BUDI 0,63 0,63 0,66 0,60 0,585 CEKA 0,51 0,58 0,57 0,38 0,336 DLTA 0,22 0,23 0,18 0,15 0,167 HMSP 0,48 0,52 0,16 0,20 0,218 ICBP 0,59 0,54 0,46 0,36 0,369 IIKP 0,05 0,04 0,04 0,17 0,17

10 INAF 0,54 0,53 0,61 0,58 0,6611 INDF 0,53 0,53 0,53 0,47 0,4712 KAEF 0,41 0,43 0,42 0,51 0,5813 KICI 0,31 0,32 0,30 0,36 0,3914 KLBF 0,25 0,22 0,20 0,18 0,1615 LMPI 0,52 0,51 0,49 0,50 0,5516 MBTO 0,19 0,18 0,23 0,38 0,4717 MERK 0,28 0,23 0,26 0,22 0,2718 MLBI 0,45 0,75 0,64 0,64 0,5819 MYOR 0,59 0,60 0,58 0,54 0,5120 PYFA 0,46 0,44 0,37 0,37 0,3221 RMBA 0,90 0,88 0,75 0,30 0,3722 ROTI 0,57 0,55 0,56 0,51 0,2823 SKBM 0,61 0,53 0,55 0,63 0,3724 TCID 0,21 0,33 0,18 0,18 0,2125 TSPC 0,29 0,27 0,31 0,30 0,3126 ULTJ 0,28 0,22 0,21 0,18 0,1927 UNVR 0,73 0,72 0,69 0,72 0,7328 WIIM 0,36 0,36 0,30 0,27 0,21

MINIMUM 0,05 0,04 0,04 0,15 0,16MAKSIMUM 0,90 0,88 0,84 0,72 0,73RATA-RATA 0,45 0,46 0,43 0,41 0,40

Sumber: Data Penelitian 2019

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat besarnya Leverage perusahaan

sub sektor Goods Cosumer yng dijadikan sampel penelitian periode

2013-2017.

103

Pada tahun 2013, diketahui rata-rata tingkat Leverage sebesar

0,45 dengan nilai leverage tertinggi sebesar 0,90 dimiliki oleh RMBA

dan nilai terendah sebesar 0,05 oleh IIKP. Disamping itu, beberapa

perusahaan juga memiliki nilai leverage diatas rata-rata diantaranya

AISA, BTEK, BUDI, CEKA, HMSP, ICBP, INAF, INDF, LMPI,

MLBI, MYOR, PYFA, ROTI, SKBM dan UNVR. Sedangkan nilai

leverage dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES, DLTA, KAEF, KICI,

KLBF, MBTO, MERK, TCID, TSPC, ULTJ dan WIIM. Dapat

disimpulkan pada tahun 2013 terdapat 16 perusahaan yang

menggunakan leverage diatas rata-rata mengindikasikan perusahaan

memiliki utang yang besar. Sedangkan 12 perusahaan lainnya yang

memiliki leverage dibawah rata-rata mengindikasikan keadaan

perusahaan tersebut sehat, hal ini dikarenakan debt aset ratio yang

kecil menunjukkan bahwa perusahaan memiliki utang yang kecil

sehingga dapat menghindari perusahaan dari resiko kebangkrutan.

Pada tahun 2014, diketahui rata-rata tingkat Leverage sebesar

0,46 dengan nilai leverage tertinggi sebesar 0,88 dimiliki oleh RMBA

dan nilai terendah sebesar 0,04 oleh IIKP. Disamping itu, beberapa

perusahaan juga memiliki nilai leverage diatas rata-rata diantaranya

AISA, BTEK, BUDI, CEKA, HMSP, ICBP, INAF, INDF, LMPI,

MLBI, MYOR, ROTI, SKBM dan UNVR. Sedangkan nilai leverage

dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES, DLTA, KAEF, KICI, KLBF,

MBTO, MERK, PYFA, TCID, TSPC, ULTJ dan WIIM. Dapat

104

disimpulkan pada tahun 2014 terdapat 15 perusahaan yang

menggunakan leverage diatas rata-rata mengindikasikan perusahaan

memiliki utang yang besar. Sedangkan 13 perusahaan lainnya yang

memiliki leverage dibawah rata-rata mengindikasikan keadaan

perusahaan tersebut sehat, hal ini dikarenakan debt aset ratio yang

kecil menunjukkan bahwa perusahaan memiliki utang yang kecil

sehingga dapat menghindari perusahaan dari resiko kebangkrutan.

Pada tahun 2015, diketahui rata-rata tingkat Leverage sebesar

0,43 dengan nilai leverage tertinggi sebesar 0,84 dimiliki oleh RMBA

dan nilai terendah sebesar 0,04 oleh IIKP. Disamping itu, beberapa

perusahaan juga memiliki nilai leverage diatas rata-rata diantaranya

ADES, AISA, BTEK, BUDI, CEKA, ICBP, INAF, INDF, LMPI,

MLBI, MYOR, ROTI, SKBM dan UNVR. Sedangkan nilai leverage

dibawah rata-rata dimiliki oleh DLTA, HMSP, KAEF, KICI, KLBF,

MBTO, MERK, PYFA, TCID, TSPC, ULTJ dan WIIM. Dapat

disimpulkan pada tahun 2015 terdapat 15 perusahaan yang

menggunakan leverage diatas rata-rata mengindikasikan perusahaan

memiliki utang yang besar. Sedangkan 13 perusahaan lainnya yang

memiliki leverage dibawah rata-rata mengindikasikan keadaan

perusahaan tersebut sehat, hal ini dikarenakan debt aset ratio yang

kecil menunjukkan bahwa perusahaan memiliki utang yang kecil

sehingga dapat menghindari perusahaan dari resiko kebangkrutan.

105

Pada tahun 2016, diketahui rata-rata tingkat Leverage sebesar

0,41 dengan nilai leverage tertinggi sebesar 0,72 dimiliki oleh RMBA

dan nilai terendah sebesar 0,15 oleh IIKP. Disamping itu, beberapa

perusahaan juga memiliki nilai leverage diatas rata-rata diantaranya

ADES, AISA, BTEK, BUDI, INAF, INDF, KAEF, LMPI, MLBI,

MYOR, ROTI, SKBM dan UNVR. Sedangkan nilai leverage dibawah

rata-rata dimiliki oleh CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, KICI, KLBF,

MBTO, MERK, PYFA, TCID, TSPC, ULTJ dan WIIM. Dapat

disimpulkan pada tahun 2016 terdapat 14 perusahaan yang

menggunakan leverage diatas rata-rata mengindikasikan perusahaan

memiliki utang yang besar. Sedangkan 14 perusahaan lainnya yang

memiliki leverage dibawah rata-rata mengindikasikan keadaan

perusahaan tersebut sehat, hal ini dikarenakan debt aset ratio yang

kecil menunjukkan bahwa perusahaan memiliki utang yang kecil

sehingga dapat menghindari perusahaan dari resiko kebangkrutan.

Pada tahun 2017, diketahui rata-rata tingkat Leverage sebesar

0,40 dengan nilai leverage tertinggi sebesar 0,73 dimiliki oleh RMBA

dan nilai terendah sebesar 0,16 oleh IIKP. Disamping itu, beberapa

perusahaan juga memiliki nilai leverage diatas rata-rata diantaranya

ADES, AISA, BTEK, BUDI, INAF, INDF, KAEF, LMPI, MBTO,

MLBI, MYOR dan UNVR. Sedangkan nilai leverage dibawah rata-

rata dimiliki oleh CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, KICI, KLBF, MERK,

PYFA, ROTI, SKBM, TCID, TSPC, ULTJ dan WIIM. Dapat

106

disimpulkan pada tahun 2017 terdapat 13 perusahaan yang

menggunakan leverage diatas rata-rata mengindikasikan perusahaan

memiliki utang yang besar. Sedangkan 15 perusahaan lainnya yang

memiliki leverage dibawah rata-rata mengindikasikan keadaan

perusahaan tersebut sehat, hal ini dikarenakan debt aset ratio yang

kecil menunjukkan bahwa perusahaan memiliki utang yang kecil

sehingga dapat menghindari perusahaan dari risiko kebangkrutan.

7. Profitabilitas

Menurut Harahap (2010: 304), Rasio Profitabilitas

menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui

semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan,

kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Dalam

Fahmi (2013: 80), rasio ini mengukur efektivitas manajemen secara

keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan

yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun

investasi. Semakin baik rasio maka semakin baik rasio maka semakin

baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan

perusahaan

107

Tabel 4. 7

Deskriptif Statistik Profitabilitas

NO Nama Perusahaan ROA

2013 2014 2015 2016 20171 ADES 0,07 0,04 0,05 0,11 0,092 AISA 0,07 0,05 0,04 0,08 0,103 BTEK 0,01 -0,01 0,01 0,01 -0,014 BUDI 0,02 0,01 0,01 0,01 0,025 CEKA 0,06 0,03 0,07 0,18 0,086 DLTA 0,31 0,29 0,18 0,21 0,217 HMSP 0,39 0,35 0,27 0,30 0,298 ICBP 0,10 0,10 0,11 0,13 0,119 IIKP -0,05 -0,03 -0,05 -0,04 -0,0410 INAF -0,04 0,01 0,01 0,01 -0,0311 INDF 0,04 0,06 0,04 0,06 0,0612 KAEF 0,09 0,08 0,08 0,06 0,0513 KICI 0,08 0,01 -0,10 0,01 0,0514 KLBF 0,17 0,17 0,15 0,15 0,1515 LMPI -0,01 0,01 0,01 0,01 -0,0416 MBTO 0,03 0,01 -0,02 0,01 -0,0317 MERK 0,25 0,26 0,22 0,21 0,1718 MLBI 0,49 0,36 0,24 0,43 0,5319 MYOR 0,11 0,04 0,11 0,11 0,0720 PYFA 0,04 0,02 0,02 0,03 0,0421 RMBA -0,10 -0,21 -0,13 -0,15 -0,0422 ROTI 0,09 0,09 0,10 0,10 0,0323 SKBM 0,12 0,14 0,05 0,02 0,0224 TCID 0,10 0,09 0,26 0,07 0,0825 TSPC 0,12 0,10 0,08 0,08 0,0726 ULTJ 0,12 0,10 0,15 0,17 0,1427 UNVR 0,42 0,42 0,37 0,38 0,3728 WIIM 0,11 0,08 0,10 0,08 0,03

MINIMUM -0,10 -0,21 -0,13 -0,15 -0,04MAKSIMUM 0,49 0,42 0,37 0,43 0,53RATA-RATA 0,11 0,10 0,09 0,10 0,09

Sumber: Data Penelitian 2019

Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat besarnya Profitabilitas

perusahaan sub sektor Goods Cosumer yng dijadikan sampel

penelitian periode 2013-2017.

108

Pada tahun 2013, diketahui rata-rata tingkat profitabilitas sebesar

0,11 dengan nilai profitabilitas tertinggi sebesar 0,49 dimiliki oleh

MLBI dan nilai terendah sebesar -0,10 oleh RMBA. Disamping itu,

beberapa perusahaan juga memiliki nilai profitabilitas diatas rata-rata

diantaranya DLTA, HMSP, KLBF, MERK, MYOR, SKBM, TSPC,

ULTJ, UNVR dan WIIM. Sedangkan nilai kepemilikan institusional

dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES, AISA, BTEK, BUDI, CEKA,

ICBP, IIKP, INAF, INDF, KAEF, KICI, LMPI, MBTO, PYFA, ROTI

dan TCID. Dapat disimpulkan pada tahun 2013 terdapat 11

perusahaan yang menghasilkan untung diatas rata-rata yang

mengindikasikan perusahaan mampu memperoleh keuntungan dalam

penjualan maupun investasi. Sedangkan 17 perusahaan lainnya

memiliki keuntungan dibawah rata-rata yang mengindikasikan

kurangnya perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau laba

pada tingkat pendapatan, asset dan modal tertentu.

Pada tahun 2014, diketahui rata-rata tingkat profitabilitas sebesar

0,10 dengan nilai profitabilitas tertinggi sebesar 0,42 dimiliki oleh

UNVR dan nilai terendah sebesar -0,21 oleh RMBA. Disamping itu,

beberapa perusahaan juga memiliki nilai profitabilitas diatas rata-rata

diantaranya DLTA, HMSP, ICBP, KLBF, MERK, SKBM, TSPC,

ULTJ dan MLBI. Sedangkan nilai kepemilikan institusional dibawah

rata-rata dimiliki oleh ADES, AISA, BTEK, BUDI, CEKA, IIKP,

INAF, INDF, KAEF, KICI, LMPI, MBTO, MYOR, PYFA, ROTI,

109

TCID dan WIIM. Dapat disimpulkan pada tahun 2014 terdapat 10

perusahaan yang menghasilkan untung diatas rata-rata yang

mengindikasikan perusahaan mampu memperoleh keuntungan dalam

penjualan maupun investasi. Sedangkan 18 perusahaan lainnya

memiliki keuntungan dibawah rata-rata yang mengindikasikan

kurangnya perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau laba

pada tingkat pendapatan, asset dan modal tertentu.

Pada tahun 2015, diketahui rata-rata tingkat profitabilitas sebesar

0,09 dengan nilai profitabilitas tertinggi sebesar 0,37 dimiliki oleh

UNVR dan nilai terendah sebesar -0,13 oleh RMBA. Disamping itu,

beberapa perusahaan juga memiliki nilai profitabilitas diatas rata-rata

diantaranya DLTA, HMSP, ICBP, KLBF, MERK, MLBI, MYOR,

ROTI, TCID, ULTJ, UNVR dan WIIM. Sedangkan nilai kepemilikan

institusional dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES, AISA, BTEK,

BUDI, CEKA, IIKP, INAF, INDF, KAEF, KICI, LMPI, MBTO,

PYFA, RMBA, SKBM dan TSPC. Dapat disimpulkan pada tahun

2015 terdapat 12 perusahaan yang menghasilkan untung diatas rata-

rata yang mengindikasikan perusahaan mampu memperoleh

keuntungan dalam penjualan maupun investasi. Sedangkan 16

perusahaan lainnya memiliki keuntungan dibawah rata-rata yang

mengindikasikan kurangnya perusahaan dalam menghasilkan

keuntungan atau laba pada tingkat pendapatan, asset dan modal

tertentu.

110

Pada tahun 2016, diketahui rata-rata tingkat profitabilitas sebesar

0,10 dengan nilai profitabilitas tertinggi sebesar 0,43 dimiliki oleh

MLBI dan nilai terendah sebesar -0,15 oleh RMBA. Disamping itu,

beberapa perusahaan juga memiliki nilai profitabilitas diatas rata-rata

diantaranya ADES, CEKA, DLTA, HMSP, ICBP, KLBF, MERK,

MLBI, MYOR, ROTI dan ULTJ. Sedangkan nilai kepemilikan

institusional dibawah rata-rata dimiliki oleh AISA, BTEK, BUDI,

IIKP, INAF, INDF, KAEF, KICI, LMPI, MBTO, PYFA,

SKBM ,TCID, TSPC dan WIIM. Dapat disimpulkan pada tahun 2016

terdapat 12 perusahaan yang menghasilkan untung diatas rata-rata

yang mengindikasikan perusahaan mampu memperoleh keuntungan

dalam penjualan maupun investasi. Sedangkan 16 perusahaan lainnya

memiliki keuntungan dibawah rata-rata yang mengindikasikan

kurangnya perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau laba

pada tingkat pendapatan, asset dan modal tertentu.

Pada tahun 2017, diketahui rata-rata tingkat profitabilitas sebesar

0,09 dengan nilai profitabilitas tertinggi sebesar 0,53 dimiliki oleh

MLBI dan nilai terendah sebesar -0,04 oleh RMBA. Disamping itu,

beberapa perusahaan juga memiliki nilai profitabilitas diatas rata-rata

diantaranya ADES, AISA, DLTA, HMSP, ICBP, KLBF, MERK,

MLBI, ULTJ dan UNVR. Sedangkan nilai kepemilikan institusional

dibawah rata-rata dimiliki oleh TEK, BUDI, CEKA, IIKP, INAF,

INDF, KAEF, KICI, LMPI, MBTO, MYOR, PYFA, RMBA, ROTI,

111

SKBM, TCID, TSPC dan WIIM. Dapat disimpulkan pada tahun 2017

terdapat 10 perusahaan yang menghasilkan untung diatas rata-rata

yang mengindikasikan perusahaan mampu memperoleh keuntungan

dalam penjualan maupun investasi. Sedangkan 18 perusahaan lainnya

memiliki keuntungan dibawah rata-rata yang mengindikasikan

kurangnya perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau laba

pada tingkat pendapatan, asset dan modal tertentu.

8. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan menggambarkan pengelolaan perusahaan yang

dilakukan oleh manajemen. Baik atau buruknya pengelolaan yang

dilakukan oleh manajeman akan berdampak pada nilai perusahaan.

Peningkatan nilai perusahaan biasanya ditandai dengan naiknya harga

saham di pasar. Dalam penelitian ini nilai perusahaan di intreperaikan

dengan Price to book value (PBV) yang menggambarkan seberapa

besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan.

Tabel 4. 8

Deskriptif Statistik Nilai Perusahaan

No Nama PerusahaanPBV

2013 2014 2015 2016 20171 ADES 4,46 2,74 1,82 1,53 1,282 AISA 1,95 2,05 0,98 1,58 0,353 BTEK 20,16 16,36 24,85 1,49 3,174 BUDI 0,50 0,48 0,26 0,34 0,365 CEKA 1,31 0,87 0,63 0,90 0,856 DLTA 0,21 9,33 4,90 4,37 3,487 HMSP 15,12 27,35 13,66 14,51 16,138 ICBP 2,21 5,26 4,79 5,61 5,11

112

No Nama PerusahaanPBV

2013 2014 2015 2016 20179 IIKP 21,29 33,35 38,69 29,30 42,80

10 INAF 0,80 1,98 0,88 25,80 35,7411 INDF 0,15 1,45 1,05 1,55 1,4312 KAEF 2,04 4,75 2,59 6,84 5,8313 KICI 0,72 0,46 0,37 0,36 0,5214 KLBF 5,97 9,30 5,66 6,01 5,9715 LMPI 0,55 0,44 0,20 0,34 0,4116 MBTO 0,72 0,47 0,34 0,45 0,3517 MERK 0,04 6,97 6,41 7,44 6,2418 MLBI 0,26 48,67 22,54 47,54 27,0619 MYOR 0,24 4,74 5,25 6,38 6,7120 PYFA 0,08 0,77 0,59 1,03 0,90

21 RMBA 4,68 -17,41 -1,17 1,79 1,60

22 ROTI 6,56 7,76 5,39 5,97 5,3923 SKBM 0,17 3,08 2,57 1,65 1,2324 TCID 2,02 2,80 1,93 1,44 1,9425 TSPC 3,79 3,15 1,82 1,94 1,6626 ULTJ 6,45 4,91 4,07 3,95 3,5927 UNVR 46,63 45,03 54,48 46,67 82,4428 WIIM 1,80 1,60 0,96 0,62 0,53

MINIMUM 0,04-

17,41 -1,17 0,34 0,35MAKSIMUM 46,63 48,67 54,48 47,54 82,44RATA-RATA 5,39 8,17 7,38 8,12 9,40

Sumber: Data Penelitian 2019

Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat besarnya nilai perusahaan sub

sektor Goods Cosumer yng dijadikan sampel penelitian periode 2013-

2017.

Pada tahun 2013, diketahui rata-rata tingkat nilai perusahaan

sebesar 5,39 dengan nilai perusahaan tertinggi sebesar 46,63 dimiliki

oleh UNVR dan nilai terendah sebesar 0,04 oleh MERK. Disamping

itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai perusahaan diatas rata-

113

rata diantaranya BTEK, HMSP, IIKP, KLBF, ROTI dan ULTJ.

Sedangkan nilai perusahaan dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES,

AISA, BUDI, CEKA, DLTA,ICBP, INAF, INDF, KAEF, KICI,

LMPI, MBTO, MLBI, MYOR, PYFA, RMBA, SKBM, TCID, TSPC

dan WIIM. Dapat disimpulkan pada tahun 2013 terdapat 7 perusahaan

yang nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar

rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif

dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan

mengindikasikan perusahaan berhasil menciptakan nilai untuk

pemegang saham. Sedangkan 21 perusahaan lainnya memiliki nilai

perusahaan dibawah rata-rata yang mengindikasikan saham

dikategorikan undervalued, artinya harga saham berada dibawah nilai

buku atau nilai sebenarnya yang disebabkan turunnya harga saham.

Pada tahun 2014, diketahui rata-rata tingkat nilai perusahaan

sebesar 8,17 dengan nilai perusahaan tertinggi sebesar 48,67 dimiliki

oleh MLBI dan nilai terendah sebesar -17,41 oleh RMBA. Disamping

itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai perusahaan diatas rata-

rata diantaranya BTEK, DLTA, HMSP, IIKP, KLBF dan UNVR.

Sedangkan nilai perusahaan dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES,

AISA, BUDI, CEKA, ICBP, INAF, INDF, KAEF, KICI, LMPI,

MBTO, MERK, MYOR, PYFA, ROTI, SKBM, TCID, TSPC, ULTJ

dan WIIM. Dapat disimpulkan pada tahun 2014 terdapat 7 perusahaan

yang nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar

114

rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif

dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan

mengindikasikan perusahaan berhasil menciptakan nilai untuk

pemegang saham. Sedangkan 21 perusahaan lainnya memiliki nilai

perusahaan dibawah rata-rata yang mengindikasikan saham

dikategorikan undervalued, artinya harga saham berada dibawah nilai

buku atau nilai sebenarnya yang disebabkan turunnya harga saham.

Pada tahun 2015, diketahui rata-rata tingkat nilai perusahaan

sebesar 7,38 dengan nilai perusahaan tertinggi sebesar 54,48 dimiliki

oleh UNVR dan nilai terendah sebesar -1,17 oleh RMBA. Disamping

itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai perusahaan diatas rata-

rata diantaranya BTEK, IIKP dan MLBI. Sedangkan nilai perusahaan

dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES, AISA, BUDI, CEKA, DLTA,

ICBP, INAF, INDF, KAEF, KICI, KLBF, LMPI, MBTO, MERK,

MYOR, PYFA, RMBA, ROTI, SKBM, TCID, TSPC, ULTJ dan

WIIM. Dapat disimpulkan pada tahun 2015 terdapat 4 perusahaan

yang nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar

rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif

dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan

mengindikasikan perusahaan berhasil menciptakan nilai untuk

pemegang saham. Sedangkan 24 perusahaan lainnya memiliki nilai

perusahaan dibawah rata-rata yang mengindikasikan saham

115

dikategorikan undervalued, artinya harga saham berada dibawah nilai

buku atau nilai sebenarnya yang disebabkan turunnya harga saham.

Pada tahun 2016, diketahui rata-rata tingkat nilai perusahaan

sebesar 8,12 dengan nilai perusahaan tertinggi sebesar 47,54 dimiliki

oleh MLBI dan nilai terendah sebesar 0,34 oleh BUDI. Disamping itu,

beberapa perusahaan juga memiliki nilai perusahaan diatas rata-rata

diantaranya HMSP, IIKP, INAF dan UNVR. Sedangkan nilai

perusahaan dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES, AISA, BTEK,

CEKA,DLTA, ICBP, INDF, KAEF, KICI, KLBF, LMPI, MBTO,

MERK, MYOR, PYFA, RMBA, ROTI, SKBM, TCID, TSPC, ULTJ

dan WIIM. Dapat disimpulkan pada tahun 2016 terdapat 5 perusahaan

yang nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar

rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif

dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan

mengindikasikan perusahaan berhasil menciptakan nilai untuk

pemegang saham. Sedangkan 23 perusahaan lainnya memiliki nilai

perusahaan dibawah rata-rata yang mengindikasikan saham

dikategorikan undervalued, artinya harga saham berada dibawah nilai

buku atau nilai sebenarnya yang disebabkan turunnya harga saham.

Pada tahun 2017, diketahui rata-rata tingkat nilai perusahaan

sebesar 9,40 dengan nilai perusahaan tertinggi sebesar 82,44 dimiliki

oleh UNVR dan nilai terendah sebesar 0,35 oleh MBTO. Disamping

itu, beberapa perusahaan juga memiliki nilai perusahaan diatas rata-

116

rata diantaranya HMSP, IIKP, INAF dan MLBI. Sedangkan nilai

perusahaan dibawah rata-rata dimiliki oleh ADES, AISA, BTEK,

BUDI, CEKA, DLTA, ICBP, INDF, KAEF, KICI, KLBF, LMPI,

MERK, MYOR, PYFA, RMBA, ROTI, SKBM, TCID, TSPC, ULTJ

dan WIIM. Dapat disimpulkan pada tahun 2017 terdapat 5 perusahaan

yang nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar

rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif

dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan

mengindikasikan perusahaan berhasil menciptakan nilai untuk

pemegang saham. Sedangkan 23 perusahaan lainnya memiliki nilai

perusahaan dibawah rata-rata yang mengindikasikan saham

dikategorikan undervalued, artinya harga saham berada dibawah nilai

buku atau nilai sebenarnya yang disebabkan turunnya harga saham.

C. Hasil Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik pada penelitian ini dilakukan untuk memberikan

kepastian bahwa persamaan regresi yang didapatkan memiliki ketepatan

dalam estimasi, tidak bias dan konsisten.

1. Normalitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel independen, variabel dependen, atau keduanya mempunyai

distribusi normal atau tidak. Suatu model regresi yang baik adalah yang

memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

117

Pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa residual data yang diperoleh dari

variabel tabel berdistribusi normal. Engan demikian, residual data

berdistribusi normal dna model regresi memenuhi asumsi normalitas

Tabel 4. 9 Output One-Sample K-S

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 114

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std.

Deviation,38329298

Most Extreme

Differences

Absolute ,082

Positive ,082

Negative -,059

Test Statistic ,082

Asymp. Sig. (2-tailed) ,057c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

Sumber: Data Olah SPSS 22.0

Hasil output dari analisis statistik uji normalitas dengan One-Sample

Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data pada model regresi

terdistribusi normal. Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan nilai signifikansi

variabel independen nilai perusahaan sebesar 0,057 yang berarti nilai ini

lebih besar dari 0,05 (sig. > 0,05). Dengan demikian model regresi layak

untuk digunakan karena memenuhi asumsi normalitas.

118

Gambar 4. 1 P-Plot

Sumber: Data Olah SPSS 22.0

Untuk melihat pola distribusi uji normalitas dapat dilihat pada gambar

4.1 Normal P-Plot of Regression Standardized Residual disimpulkan

bahwa pada grafik normal plot, terlihat titik-titik menyebar disekitar garis

diagonal. Grafik ini menunjukkan bahwa model regresi tidak menyalahi

asumsi normalitas. Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi pada

penelitian ini memenuhi syarat untuk menjadi model regresi yang baik

karena merupakan model regresi yang memiliki distribusi data normal atau

mendekati normal.

2. Multikolonieritas

119

Tujuan digunakannya uji ini adalah untuk menguji apakah pada model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terdapat

atau terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat masalah multikolinieritas

(multikol). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kerelasi di

antara variabel independen.

Tabel 4. 10

Output MultikolinearitasCoefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

LN_DAR ,670 1,491

Kepemilikan Institusional ,919 1,088

Kepemilikan Publik ,796 1,256

Komite Audit ,845 1,184

Direksi ,717 1,395

Komisaris Independen ,853 1,173

ROA ,690 1,449

SIZE ,745 1,343

a. Dependent Variable: LN_YSumber: Data Olah SPSS 22.0

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai tolerance untuk

variabel kepemilikan institusi sebesar 0,919, kepemilikan publik sebesar

0,769, komite audit sebesar 0,919, direksi sebesar 0,717, komisaris

independen sebesar 0,853, LN_DAR (leverage) sebesar 0,570, size sebesar

0,745 dan ROA (profitabilitas) sebesar 0,690. Nilai tolerance dari masing-

masing variabel ini lebih besar dari 0,1. Kemudian nilai VIF untuk

variabel kepemilikan institusi sebesar 1,088, kepemilikan publik sebesar

1,256, komite audit sebesar 1,184, direksi sebesar 1,395, komisaris

120

independen sebesar 1,174, LN_DAR (leverage) sebesar 1,491 dan ROA

(profitabilitas) sebesar 1,452. Nilai VIF dari masing-masing variabel ini

kurang dari 10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi pada penelitian

ini memenuhi syarat untuk menjadi model regresi yang baik karena tidak

terjadi korelasi antar variabel independen.

3. Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya.

Tabel 4. 11 Output Durbin-Watson

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,704a ,496 ,457 ,39763 2,207

a. Predictors: (Constant), SIZE, Komite Audit, Kepemilikan Institusional, LN_DAR,

Komisaris Independen, Kepemilikan Publik, Direksi, ROA

b. Dependent Variable: LN_Y Sumber: Data Olah SPSS 22.0

Berdasarkan tabel 4.11 Nilai Durbin-Watson sebesar 2,207, nilai ini

dibandingkan dengan nilai tabel dengan signifikansi 5%, jumlah sampel

126 dan jumlah variabel independen 8, sehingga didapat nilai tabel

Durbin-Watson sebesar dl=1.59383 dan du=1.82768. Oleh karena nilai

Durbin-Watson 2, 207lebih besar dari batas atas (du) 1.59383 dan kurang

dari 8-1.59383 ( 8 - du ) sehingga Ho dalam tabel keputusan diterima.

121

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa antara variabel tidk terjadi

autokorelasi positif atau negatif atau tidak terdapat autokorelasi.

4. Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

atau terdapat ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke

pengamatan yang lain.

Tabel 4. 12

Output Uji Glejser

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) ,237 ,227 1,044 ,299

LN_DAR ,105 ,061 ,195 1,713 ,090

Kepemilikan Institusional -,034 ,029 -,113 -1,163 ,247

Kepemilikan Publik -,014 ,151 -,010 -,093 ,926

Komite Audit ,073 ,064 ,117 1,151 ,253

Direksi -,011 ,009 -,138 -1,254 ,213

Komisaris Independen ,071 ,230 ,031 ,311 ,757

ROA -,019 ,308 -,007 -,060 ,952

SIZE 1,007E-9 ,000 ,079 ,730 ,467

a. Dependent Variable: ABS_YSumber: Data Olah SPSS 22.0

Penilaian pada Uji Glejser dapat dilihat berdasarkan nilai P value yaitu

pada kolom Sig., apabila nilai Sig. > 0,05 maka tidak ada gejala

Heteroskedastistias. Berdasarkan tabel 4.12 diatas nilai sig. yang didapat

adalah sebagai berikut, kepemilikan institusi memiliki nilai 0, 247,

kepemilikan publik memiliki nilai 0, 926, komite audit memiliki nilai 0,

122

253, direksi memiliki nilai 0, 213, komisaris independen memiliki nilai 0,

757, leverage memiliki nilai 0, 090, profitabilitas memiliki nilai 0, 952.

Nilai sig. yang didapat pad setiap variabel lebih dari 0,05 atau Sig. 0,299,

0,090, 0,247, 0,926, 0,253, 0,213, 0,757, 0,952, 0,467> 0,05. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa data pada model regresi adalah

homokedastisitas atau tidak mengalami heteroskedastisitas.

Gambar 4. 2

Output Scatterplot

Sumber: Data Olah SPSS 22.0

Dari grafik Scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak

serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Jadi

dapat disimpulkan bahwa model pada penelitian ini memenuhi syarat

untuk menjadi model yang baik karena merupakan model yang

homoskedastisitas atau varians dari nilai residual pengamatan satu ke

123

pengamatan yang lain tetap. Sehingga model regresi ini layak untuk

digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan dengan variabel yang

mempengaruhinya yaitu kepemilikan institusi, kepemilikan publik, komite

audit, direksi, komisaris independen, leverage dan profitabilitas.

D. Hasil Pengujian Hipotesis

1. Hasil Koefisien Determinasi

Nilai koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya

sumbangan variabel dependen yang diteliti terhadap variabel independen.

Jika R Square semakin besar (mendekati satu), maka sumbangan variabel

dependen terhadap variabel independen semakin besar. Sebaliknya

apabila R Square semakin kecil (mendekati nol), maka besarnya

sumbangan variabel dependen terhadap variabel independen semakin

kecil. Jadi besarnya R Square berada diantara 0 - 1 atau 0 < R Square < 1.

Tabel 4. 13

Koefisien Determinasi Regresi Model I

Model R R Square1 ,704a ,496

Sumber: Data Olah SPSS 22.0

Berdasarkan pada Tabel 4.13, nilai koefisien determinasi (R

Square) model regresi I adalah sebesar 0, 496 atau 50%. Hal ini berarti

variasi variabel GCG (komisaris independen, komite audit, kepemilikan

institusi, kepemilikan publik dan direksi), leverage dan profitabilitas

mampu menjelaskan sebesar 50% variasi variabel nilai perusahaan dan

124

50% (100% - 50%= 50%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar

model regresi.

Tabel 4. 14

Koefisien Determinasi Regresi Model II

Model R R Square1 ,755a ,570

Sumber: Data Olah SPSS 22.0

Berdasarkan pada tabel 4.14, nilai koefisien determinasi (Adjusted

R2) model regresi II adalah sebesar 0, 570 atau 57%. Hal ini berarti

variasi variabel GCG (komisaris independen, komi te audit, kepemilikan

institusi, kepemilikan publik dan direksi), leverage, profitabilitas dan

perkalian antara variabel komisaris independen dengan profitabilitas,

komite audit dengan profitabilitas, kepemilikan institusi dengan

profitabilitas, kepemilikan publik dengan profitabilitas, direksi dengan

profitabilitas dan leverage dengan profitabilitas mampu menjelaskan

sebesar 57% variasi variabel nilai perusahaan dan 43% (100% - 57%=

43%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model regresi.

2. Hasil Uji F

Uji F digunakan untuk menguji besarnya pengaruh dari seluruh

variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel

dependen. Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai signifikansi F

125

pada output hasil regresi menggunakan SPSS dengan signifikansi level

0,05 (α=5%). Jika nilai siginifikansi lebih besar dari α maka koefisien

ditolak dan jika lebih kecil dari α maka hipotesis diterima. Jika F hitung

> F tabel, maka H0 ditolak, artinya variabel independen secara simultan

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

Tabel 4. 15 Uji F Regresi Model I

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 16,328 8 2,041 12,909 ,000b

Residual 16,601 105 ,158

Total 32,929 113 Sumber: Data Olah SPSS 22.0

Pada tabel 4.15 dapat dilihat hasil uji ANOVA atau uji F pada

regresi I menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama-sama

(simultan) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini

dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 12,909 lebih besar dari F tabel

sebesar 2,02 (F hitung 12,909> F tabel 2,43) dengan signifikansi sebesar

0,000 lebih kecil dari signifikansi 0,05 (0,000 < 0,05). Oleh karena itu

variabel GCG (komisaris independen, komite audit, kepemilikan

institusi, kepemilikan publik, direksi), leverage (DAR) dan profitabilitas

(ROA) dapat digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan.

Tabel 4. 16 Uji F Regresi Model II

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 18,766 14 1,340 9,369 ,000b

Residual 14,163 99 ,143

Total 32,929 113

126

Sumber: Data Olah SPSS 22.0

Pada tabel 4.16 dapat dilihat hasil uji ANOVA atau uji F pada

regresi I menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini dibuktikan

dari nilai F hitung sebesar 9,369 lebih besar dari F tabel sebesar 2,02 (F

hitung 9,369 > F tabel 2,43) dengan signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil

dari signifikansi 0,05 (0,000 < 0,05). Oleh karena itu variabel GCG

(komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusi, kepemilikan

publik, direksi), leverage (DAR), profitabilitas (ROA) dan perkalian

antara GCG dengan profitabilitas (Interaksi_1, Interaksi_2, Interaksi_3,

Interaksi_4, Interaksi_5) dan perkalian leverage dengan profitabilitas

(Interaksi_6) dapat digunakan untuk memprediksi nilai perusahaan.

3. Hasil Uji t

Berdasarkan output olah data uji t sebelum moderasi ditunjukkan

pada tabel 4.17 sebagai berikut:

Tabel 4. 17 Hasil Uji t Sebelum Moderasi

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.B

Std.

Error Beta

1 (Constant) 1,252 ,391 3,200 ,002

Kepemilikan Institusional -,058 ,050 -,084 -1,159 ,249

Kepemilikan Publik -,522 ,260 -,156 -2,008 ,047

Komite Audit ,057 ,109 ,039 ,523 ,602

Direksi -,014 ,015 -,077 -,947 ,346

Komisaris Independen -,322 ,396 -,061 -,814 ,417

LN_DAR -,050 ,105 -,040 -,476 ,635

127

ROA 4,214 ,531 ,663 7,943 ,000

SIZE ,000000003505 ,000 ,119 1,478 ,142

a. Dependent Variable: LN_YSumber: Data Olah SPSS 22.0

Dari tabel 4.17 diatas dapat dirumuskan persamaan model regresi I

sebagai berikut:

Y= 1,252 + -0,058 X1 + -0,522 X2 + 0,057 X3 + -0,014X4 +-0,561X5 +

-0,322X6 + 4,214X7+ 0,000000003505X8 + ε

Selanjutnya Berdasarkan output olah data uji t sesudah moderasi

ditunjukkan pada tabel 4.18 sebagai berikut:

Tabel 4. 18 Hasil Uji t Setelah Moderasi

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.B

Std.

Error Beta

1 (Constant) ,677 ,637 1,062 ,291

Kepemilikan Institusional ,107 ,296 ,155 ,361 ,719

Kepemilikan Publik -1,034 ,531 -,309 -1,947 ,054

Komite Audit ,346 ,166 ,239 2,084 ,040

Direksi -,022 ,026 -,121 -,864 ,390

Komisaris Independen -,909 ,431 -,172 -2,108 ,038

LN_DAR -,003 ,137 -,002 -,019 ,985

ROA 21,947 8,214 3,451 2,672 ,009

SIZE ,000000002323 ,000 ,079 ,996 ,322

Interaksi_1 -2,000 3,725 -,353 -,537 ,593

Interaksi_2 7,588 5,548 ,304 1,368 ,175

Interaksi_3 -6,974 2,430 -3,375 -2,870 ,005

Interaksi_4 ,361 ,268 ,422 1,345 ,182

Interaksi_5 3,921 5,397 ,269 ,726 ,469

Interaksi_6 -,115 ,972 -,026 -,118 ,906

128

a. Dependent Variable: LN_Y Sumber: Data Olah SPSS 22.0

Dari tabel 4.18 dapat dirumuskan persamaan model regresi II

sebagai berikut:

Y= 0,677 + 0,107X1 + -1,034X2 + 0,346X3 + -0,022X4 + -0,909X5 + -

0,003X6 + 21,947X7 + 0,00000002323X8 + -2,000X9 + 7,588X10 + -

6,974X11 + 0,361X12 + 3,921X13+ -0,115 X14 + ε

Tabel 4. 19 Uji t Variabel GCG terhadap Nilai Perusahaan

Model

Unstandardized

Coefficients

t Sig.B Std. Error

Komite Audit ,346 ,166 2,084 ,040

Komisaris Independen -,909 ,431 -2,108 ,038Sumber: Data Olah SPSS 22.0

Berdasarkan tabel 4.19 hasil uji t variabel good corporate

governance terhadap nilai perusahaan menunjukkan terdapat dua variabel

good corporate governance yang direpresentasikan dengan komite audit

dan komisaris independen berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Variabel pertama yaitu, variabel komite audit berpengaruh terhadap

nilai perusahaan secara parsial, di mana unstandardized coefficients B

sebesar 0,346 yang berarti memiliki arah positif. Nilai t hitung sebesar -

2,084 > t tabel 1,98 dengan nilai signifikansi sebesar 0, 040 < 0,05 yang

129

berarti variabel komite audit berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan. Sehingga Ho1 ditolak dan Ha1 diterima.

Variabel kedua adalah variabel komisaris independen berpengaruh

terhadap nilai perusahaan secara parsial, di mana unstandardized

coefficients B sebesar -0,909 yang berarti memiliki arah negatif. Nilai t

hitung sebesar -2,108 > t tabel 1,98 dengan nilai signifikansi sebesar

0,038 < 0,05 yang berarti variabel komisaris independen berpengaruh

signifikan terhadap nilai perusahaan. Sehingga Ho1 ditolak dan Ha1

diterima. Artinya, good corporate governance berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.

Tabel 4. 20 Uji t Variabel Leverage terhadap Nilai Perusahaan

Model

Unstandardized Coefficients

t Sig.B Std. Error

LN_DAR -,003 ,137 -,019 ,985Sumber: Data Olah SPSS 22.0

Berdasarkan tabel 4.20 hasil uji t variabel leverage terhadap nilai

perusahaan menunjukkan bahwa variabel independen leverage yang

direpresentasikan dengan DAR berpengaruh terhadap nilai perusahaan

secara parsial, di mana unstandardized coefficients B sebesar -0,003 yang

berarti memiliki arah negatif. Nilai t hitung sebesar -0,019 > t tabel 1,98

dengan nilai signifikansi sebesar 0,985 > 0,05 yang berarti leverage tidak

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sehingga Ho2 ditolak

dan Ha2 diterima. Artinya, leverage tidak berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.

130

Tabel 4. 21Uji t Variabel Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan

Model

Unstandardized Coefficients

t Sig.B Std. Error

ROA 21,947 8,214 2,672 ,009

Sumber: Data Olah SPSS 22.0

Berdasarkan tabel 4.21 hasil uji t variabel profitabilitas terhadap nilai

perusahaan menunjukkan bahwa variabel independen profitabilitas yang

direpresentasikan dengan ROA berpengaruh terhadap nilai perusahaan

secara parsial, di mana unstandardized coefficients B sebesar 21,947

yang berarti memiliki arah positif. Nilai t hitung sebesar 2,672 > t tabel

1,98 dengan nilai signifikansi sebesar 0,009 < 0,05 yang berarti

profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sehingga

Ho3 ditolak dan Ha3 diterima. Artinya, profitabilitas berpengaruh

terhadap nilai perusahaan.

Tabel 4. 22 Uji t Moderasi GCG dengan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan

Model

Unstandardized Coefficients

t Sig.B Std. Error

Interaksi_3 -6,974 2,430 -2,870 ,005

Sumber: Data Olah SPSS 22.0

Berdasarkan tabel 4.22 hasil uji t diatas, terdapat satu variabel

moderasi yang berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan,

yaitu Interaksi_3 yang merupakan perkalian antara komite audit dengan

profitabilitas. Komite audit yang dimoderasi dengan profitabilitas

berpengaruh terhadap nilai perusahaan secara parsial, di mana

unstandardized coefficients B sebesar -6,974 yang berarti memiliki arah

131

negatif. Nilai t hitung sebesar -2,870 > t tabel 1,98 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,005 < 0,05 yang berarti variabel Interaksi_3

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sehingga Ho4 ditolak

dan Ha4 diterima. Artinya, profitabilitas memperkuat hubungan good

corporate governance terhadap nilai perusahaan.

Tabel 4. 23 UJI t Moderasi Leverage, Nilai Perusahaan, X6_Z

Model

Unstandardized Coefficients

t Sig.B Std. Error

Interaksi_6 -,115 ,972 -,118 ,906Sumber: Data Olah SPSS 22.0

Berdasarkan tabel 4.23 hasil uji t diatas, variabel Interaksi_6 yaitu

perkalian antara leverage dengan profitabilitas, berpengaruh terhadap

nilai perusahaan secara parsial, di mana unstandardized coefficients B

sebesar -0,115 yang berarti memiliki arah negatif. Nilai t hitung sebesar

-0,118 > t tabel 1,98 dengan nilai signifikansi sebesar 0,906 > 0,05 yang

berarti variabel Interaksi_6 tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan. Sehingga Ho5 diterima dan Ha5 ditolak. Artinya,

profitabilitas memperlemah hubungan leverage terhadap nilai

perusahaan.

Tabel 4. 24 Perhitungan Regresi

Hipotesis

R Squar

e

F Hitung Sig. t

Hitung Sig. Keputusan

HaI0,50 12,909 0,00

0 2,084 0,040Diterima

0,50 12,909 0,000 -2,108 0,038

Ha2 0,50 12,909 0,00 -0,019 0,98 Ditolak

132

0 5

Ha3 0,50 12,909 0,000 2,672

0,009

Diterima

Ha4 0,57 9,369 0,000 -2,870 0,005 Diterima

Ha5 0,57 9,369 0,000 -,118

0,906

Ditolak

Sumber: Ringkasan Hasil Output SPSS 22.00

E. Pembahasan

1. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan

Hasil pengujian menunjukkan bahwa dari lima variabel yang

digunakan untuk mempresentasikan variabel good corporate governance

yaitu komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusi,

kepemilikan publik, direksi yang dimasukkan dalam model regresi, ada

dua variabel moderasi yang berpengaruh secara signifikan terhadap nilai

perusahaan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel independen

good corporate governance yang direpresentasikan dengan komite audit

dan komisaris independen berpengaruh secara signifikan terhadap nilai

perusahaan baik secara simultan, Hal ini dibuktikan dari nilai F hitung

sebesar 15,370 lebih besar dari F tabel sebesar 12,909 dengan

signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari signifikansi 0,05.

Variabel pertama yaitu, variabel komite audit berpengaruh terhadap

nilai perusahaan secara parsial, di mana unstandardized coefficients B

sebesar 0,346 yang berarti memiliki arah positif. Nilai t hitung sebesar -

133

2,084 > t tabel 1,98 dengan nilai signifikansi sebesar 0, 040 < 0,05 yang

berarti variabel komite audit berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan. Sehingga Ho1 ditolak dan Ha1 diterima.

Variabel kedua adalah variabel komisaris independen berpengaruh

terhadap nilai perusahaan secara parsial, di mana unstandardized

coefficients B sebesar -0,909 yang berarti memiliki arah negatif. Nilai t

hitung sebesar -2,108 > t tabel 1,98 dengan nilai signifikansi sebesar

0,038 < 0,05 yang berarti variabel komisaris independen berpengaruh

signifikan terhadap nilai perusahaan. Sehingga Ho1 ditolak dan Ha1

diterima. Artinya, good corporate governance berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.Ningtiyas (2014: 4) menjelaskan, bahwa komite audit

dibentuk oleh perusahaan dengan tujuan untuk membantu dewan

komisaris dalam pelaksanaan fungsi pengawasan atas hal-hal yang terkait

dengan informasi keuangan, pengendalian internal, pengelolaan risiko

serta kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang berlaku.

Hasil ini didukung oleh penelitian Ferial (2016) Hasil penelitian

menunjukan bahwa indikator komite audit dan indikator dewan komisaris

independen berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Arah yang

positif menunjukkan bahwa perusahaan telah mengoptimalkan peran

komite audit sebagai pengawas kinerja manajemen dalam mengelola

perusahaan bersama dewan komisaris. Berbeda dengan penelitian

Ningtyas (2014) bahwa komite audit tidak berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan dengan indikator PBV.

134

2. Pengaruh Leverage Terhadap Nilai Perusahaan

Hasil pengujian variabel independen leverage yang

direpresentasikan dengan DAR berpengaruh secara signifikan terhadap

nilai perusahaan baik secara simultan, hal ini dibuktikan dari nilai F

hitung sebesar 12,909 lebih besar dari F tabel sebesar 2,02 dengan

signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari signifikansi 0,05.

Nilai t hitung sebesar -0,019 > t tabel 1,98 dengan nilai signifikansi

sebesar 0,985 > 0,05 yang berarti leverage tidak berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan. Sehingga Ho2 ditolak dan Ha2 diterima.

Artinya, leverage tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Sartono (2008: 257) menjelaskan, leverage merupakan suatu tingkat

kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva dan atau dana yang

mempunyai beban tetap (hutang dan atau saham istimewa) dalam rangka

mewujudkan tujuan perusahaan untuk memaksimisasi kekayaan pemilik

perusahaan dalam. Walaupun hasil penelitian menunjukkan arah yang

negatif namun hubungan leverage terhadap nilai perusahaan signifikan.

Artinya banyaknya hutang yang dimiliki oleh perusahaan akan

mempengaruhi nilai perusahaan. Sehingga hasil yang signifikan

menandakan bahwa kebijakan hutang yang telah ditetapkan perusahaan

memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dipaparkan diatas, maka

dapat disimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan yang terdapat di sektor

goods consumer mampu mengelola hutang dengan baik. Hubungannya

135

dengan memaksimalkan kekayaan pemilik perusahaan. Hasil ini

didukung oleh penelitian Tah dan Susilo (2017) bahwa leverage tidak

berpengaruh signifikan terhadp nilai perusahaandan memiliki arah yang

negative. Dan bertentangan dengan penelitian Rahmadani dan Rahayu

(2017) yaitu variabel leverage berpengaruh negatif terhadap variabel

nilai perusahaan secara signifikan. Dalam penelitiannya Rahmadani dan

Rahayu menjelaskan, hasil pengujian yang bernilai negatif menandakan

terjadi hubungan yang terbalik antara leverage dan nilai perusahaan.

Semakin rendah leverage suatu perusahaan maka nilai perusahaan akan

semakin tinggi. Hubungan yang negatif juga dapat dikarenakan banyak

perusahaan sampel yang modalnya menggunakan utang lebih besar dari

pada modal sendiri.

3. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan

Hasil pengujian variabel independen profitabilitas berpengaruh

secara signifikan terhadap nilai perusahaan baik secara simultan dan

secara parsial. Hal ini dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 12,909 lebih

besar dari F tabel sebesar 2,02 dengan signifikansi sebesar 0,000 lebih

kecil dari signifikansi 0,05.

Nilai t berdasarkan unstandardized coefficients B sebesar 6,359

mempunyai arti bahwa setiap profitabilitas naik sebesar 1% akan

menyebabkan nilai perusahaan naik sebesar 6,36%. Nilai t hitung sebesar

2,672 > t tabel 1,98 dengan nilai signifikansi sebesar 0,009 < 0,05 yang

berarti profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

136

Sehingga Ho3 ditolak dan Ha3 diterima. Artinya, profitabilitas

berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Hasil penelitian menunjukkan arah yang positif dan signifikan

sehingga menandakan satu arah. Artinya ketika profitabilitas mengalami

kenaikan maka otomatis nilai perusahaan juga mengalami kenaikan dan

sebaliknya, jika profitabilitas menurun maka nilai perusahaan juga ikut

menurun. Sehingga suatu perusahaan harus berada dalam kondisi yang

menguntungkan (profitable), sebab tanpa keuntungan (profit), maka akan

sulit bagi perusahaan menarik minat investor untuk menginvestasikan

dananya dalam saham perusahaan. Oleh karenanya, upaya peningkatan

profitabilitas penting artinya bagi kelangsungan dan masa depan

perusahaan.

Hasil penelitian didukung oleh penelitian Denziana (2016)

menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan

terhadap nilai perusahaan. Dan penelitian Sabrin, et, al (2016) yang

menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki hubungan terhadap nilai

perusahaan karena nilainya positif pada pencapaian laba untuk

membenarkan pembayaran dividen, sehingga harga saham akan

meningkat karena perusahaan menunjukkan sinyal positif untuk

membayar dividen.

4. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai perusahaan

dengan Profitabilitas sebagai Variabel Pemoderasi

137

Hasil pengujian variabel independen dari lima variabel GCG yang

dimasukkan dalam model regresi, hanya satu variabel moderasi yang

berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. hasil uji t diatas,

terdapat satu variabel moderasi yang berpengaruh secara signifikan

terhadap nilai perusahaan, yaitu Interaksi_3 yang merupakan perkalian

antara komite audit dengan profitabilitas. Komite audit yang dimoderasi

dengan profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap nilai

perusahaan secara simultan. Hal ini dibuktikan dari nilai F hitung sebesar

9,369 lebih besar dari F tabel sebesar 2,02 (F hitung 9,369 > F tabel

2,43) dengan signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari signifikansi 0,05

(0,000 < 0,05).

Nilai unstandardized coefficients B sebesar -6,974 yang berarti

memiliki arah negatif, mempunyai arti bahwa setiap pertambahan sebesar

1 porsi komite audit yang dimoderasi oleh profitabilitas pada perusahaan

akan menyebabkan nilai perusahaan turun sebesar 16%, sebaliknya

pengurangan sebesar 1 porsi komite audit pada perusahaan akan

menyebabkan nilai perusahaan naik sebesar 16%. Dan nilai t hitung

sebesar -2,870 > t tabel 1,98 dengan nilai signifikansi sebesar 0,005 <

0,05 yang berarti variabel Interaksi_3 berpengaruh signifikan terhadap

nilai perusahaan secara parsial, di mana Sehingga variabel Interaksi_3

berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sehingga Ho4 ditolak

dan Ha4 diterima. Artinya, profitabilitas memperkuat hubungan good

corporate governance terhadap nilai perusahaan.

138

Permasalahan agensi akan mengindikasikan bahwa nilai perusahaan

akan naik apabila pemilik perusahaan bisa mengendalikan perilaku

manajemen agar tidak menghamburkan sumber dana perusahaan, baik

dalam bentuk investasi yang tidak layak maupun dalam bentuk shirking.

Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan

meningkatkan nilai perusahaan kepada para pemegang saham. Dengan

demikian, penerapan good corporate governance dipercaya dapat

meningkatkan nilai perusahaan dan juga laba yang akan di dapatkan para

pemegang saham.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komite audit dan direksi

memiliki hubungan terhadap nilai perusahaan karena nilainya positif.

Artinya semakin banyak jumlah komite audit dan jumlah direksi yang

berada disuatu perusahaan maka pengawasan manajemen pada

perusahaan tersebut tinggi dan dapat mempengaruhi atau meningkatkan

nilai perusahaan dengan adanya profitabilitas. Sesuai dengan hasil

penelitian Permatasari (2016) bahwa profitabilitas mampu memoderasi

pengaruh GCG pada nilai perusahaan. Keberadaan profitabilitas akan

memperkuat pengaruh positif antara GCG dan nilai perusahaan.

5. Pengaruh Leverage terhadap nilai perusahaan dengan Profitabilitas

sebagai variabel pemoderasi

Hasil pengujian variabel independen perkalian antara leverage dan

profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai

139

perusahaan secara parsial namun berpengaruh secara simultan. Hal ini

dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 9,369 lebih besar dari F tabel

sebesar 2,02 (F hitung 9,369 > F tabel 2,43) dengan signifikansi sebesar

0,000 lebih kecil dari signifikansi 0,05 (0,000 < 0,05).

Nilai unstandardized coefficients B sebesar -0,115 mempunyai arti

bahwa setiap leverage naik sebesar 1% akan menyebabkan nilai

perusahaan turun sebesar 13%. Dan nilai t hitung sebesar -0,118 > t

tabel 1,98 dengan nilai signifikansi sebesar 0,906 > 0,05 yang berarti

variabel Interaksi_6 tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan. Sehingga Ho1 diterima dan Ha5 ditolak. Artinya,

profitabilitas memperlemah hubungan leverage terhadap nilai

perusahaan.

Leverage digunakan utuk menjelaskan penggunaan hutang unuk

membiayai sebagian dari pada aktiva korporasi. Pembiayaan hutang

mempunyai pengaruh bagi korporasi karena hutang mempunyai beban

yang bersifat tetap. Perusahaan yang profitnya tinggi akan lebih

menggunakan dana internal, karena sumber dana internalnya melimpah.

Sehingga ketika leverage atau penggunaan hutang tinggi profitabilitas

tidak mampu memperkuat hubungan terhadap nilai perusahaan akibat

penggunaan hutang yang tinggi sehingga hhubungan yang terjadi dengan

nilai perusahaan yaitu melemah. Maka hal ini membuktikan bahwa

adanya tambahan variabel profitabilitas atau kemampuan perusahaan

memperoleh laba tidak mempengaruhi leverage dalam meningkatkan

140

Nilai Perusahaan. Penelitian ini sesuai dengan penelitian I Gusti Bagus

Angga Pratama dan I Gusti Bagus Wiksuana (2016) bahwa Profitabilitas

tidak mampu memediasi pengaruh Leverage terhadap Nilai Perusahaan.

141

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil intrepetasi dan pembahasan pada bab sebelumnya

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Good corporate governance yang direpresentasikan dengan komite audit

dan komisaris independen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Arah yang positif menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang

terdapat dalam sektor consumer goods selama 5 tahun telah

mengoptimalkan peran komite audit dan komisaris independen sebagai

pengawas kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan.

2. Leverage yang direpresentasikan dengan DAR tidak berpengaruh dan

memiliki arah negatif terhadap nilai perusahaan. Hasil pengujian yang

bernilai negatif menandakan terjadi hubungan yang terbalik antara

leverage dan nilai perusahaan. Semakin rendah leverage suatu

perusahaan maka nilai perusahaan akan semakin tinggi. Hubungan yang

negatif juga dapat dikarenakan banyak perusahaan sampel yang

modalnya menggunakan utang lebih besar dari pada modal sendiri.

3. Profitabilitas yang direpresentasikan dengan ROA berpengaruh positif

terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan arah yang

positif dan signifikan sehingga menandakan satu arah. Artinya, ketika

profitabilitas mengalami kenaikan maka otomatis nilai perusahaan juga

140

mengalami kenaikan dan sebaliknya, jika profitabilitas menurun maka

nilai perusahaan juga ikut menurun.

4. Good corporate governance yang direpresentasikan dengan komite audit

dan dimoderasi dengan profitabilitas membuktikan bahwa profitabilitas

mampu memoderasi GCG dan berpengaruh positif terhadap nilai

perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komite audit memiliki

hubungan terhadap nilai perusahaan karena nilainya positif. Artinya

semakin banyak jumlah komite audit dan jumlah direksi yang berada

disuatu perusahaan maka pengawasan manajemen pada perusahaan

tersebut tinggi dan dapat mempengaruhi atau meningkatkan nilai

perusahaan dengan adanya profitabilitas.

5. Leverage yang direpresentasikan dengan DAR dan dimoderasi dengan

profitabilitas membuktikan bahwa profitabilitas tidak mampu

memoderasi leverage dan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

Hasil pengujian yang bernilai negatif menandakan terjadi hubungan yang

terbalik antara leverage dan nilai perusahaan yang dimoderasi oleh

profitabilitas. Sehingga ketika leverage atau penggunaan hutang tinggi

profitabilitas tidak mampu memperkuat hubungan terhadap nilai

perusahaan akibat penggunaan hutang yang tinggi sehingga hhubungan

yang terjadi dengan nilai perusahaan yaitu melemah. Maka hal ini

membuktikan bahwa adanya tambahan variabel profitabilitas atau

kemampuan perusahaan memperoleh laba tidak mempengaruhi leverage

dalam meningkatkan Nilai Perusahaan.

141

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian diatas, saran

unutk penelitian selanjutnya yaitu:

1. Bagi investor, sebaiknya memperhatikan porsi komite audit dan porsi

direksi pada suatu perusahaan yang hendak diberikan investasi sebagai

salah satu bentuk pengawasan tidak langsung pada perusahaan yang

dituju.

2. Bagi penelitian selanjutnya:

a. Disarankan untuk memperluas sampel penelitian dan menggunakan jenis

perusahaan yang berbeda sebagai pembanding.

b. Penggunaan variabel lain yang memungkinkan bisa menjadi faktor yang

berpengaruh terhadap nilai perusahaan seperti kebijakan dividen dan

variabel lain yang dapat mempresentasikan Good Corporate

Governance.

c. Menambah variabel independen atau variabel moderasi guna mengetahui

variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi dan memperkuat atau

memperlemah variabel dependen.

142

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. “Peran akuntan dalam menegakkan prinsip good corporate governance pada perusahaan di indonesia (tinjauan perspektif teori keagenan)”, disampaikan pada sidang senat guru besar Universitas Diponegoro dalam rangka pengusulan jabatan guru besar, FE Undip, Semarang, 2005.

Brealey, Myres Dan Marcus. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan”, Alih Bahasa Oleh Bob Sabran MM, Jakarta: PT Gelora, 2008.

Brigham, E.F. dan Houston Joel. “Manajemen Keuangan”, Jakarta: Erlangga, 2001.

Brigham, Eugene F dan Houston, Joel F. “Dasar-dasar Manajemen Keuangan“, Edisi 10 buku 1, Jakarta: Salemba Empat penerjemah Ali Akbar Yulianto, 2009.

Brigham, Eugene F dan Weston J. Fred. “Dasar-dasar Manajemen Keuangan“, jilid 1, Jakarta: Erlangga alih Bahasa alfonsus Sirait, S.E., M.Bus, 1990.

Dimisyqiyani, Erindah, Suhadak dan Kertahadi. “The Effect Of Financial Leverage On Firm Value And Market Risk (Research On Consumer Goods Industries Listed In Indonesian Stock Exchange In The Year Of 2010-2012)”, Profit (Jurnal Administrasi Bisnis) Vol 9, No 1, 2015.

Denziana, Angrita dan Winda Monica. “Analisis Ukuran Perusahaan Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Tergolong LQ45 di BEI Periode 20112014)”, Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 7, No. 2, September 2016.

Fahmi, Irham. “Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Jawab”, Bandung: Alfabeta, 2013.

Fakhruddin dan Sopian Hadianto. “Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar Modal”, Buku satu, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2001.

Farooq, Muhammad Azhar and Ahsan Masood. “Impact of Financial Leverage on Value of Firms: Evidence from Cement Sector of Pakistan”, Research Journal of Finance and Accounting, Vol.7, No.9, 2016

Ferial, Fery, Suhadak dan Handayani, Siti Ragil. “Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Dan Efeknya Terhadap Nilai Perusahaan”, Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 33, No. 1 April 2016

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011.

143

Harmono. “Manajemen Keuangan: Berbasis Balanced Scorecard Pendekatan Teori, Kasus, dan Riset Bisnis”, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009

Harahap, Sofyan Syafri. “Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan”, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010.

Herawaty, Vinola. “Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan”, Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Vol. 10, No. 2, November 2008.

Iba, Zainuddin dan Bariah, Chairul. “Mengenal Prinsip Dan Penerapan Corporate Governance Dalam Mendukung Pengungkapan Informasi”, Vol. 2, No. 3, Jurnal Kebangsaan, 2013.

Jensen, M. and Meckling, W. “Theory of the firm: managerial behavior, agency costs and ownership structure”, Journal of Financial Economics, Vol. 3, P. 305-60, 1976.

Kaihatu, Thomas S. “Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia”, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol.8, No. 1, Maret 2006.

KNKG (Komite Nasional Kebijakan Governance). “Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia”, 2006.

Kodrat, David Sukardi dan Herdinata, Christian. “Manajemen Keuangan Based On Empirical Research”, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.

Ningtiyas, Kilat. “Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan (Studi kasus pada perusahaan yang terdaftar di Islamic Jakarta Indexs)”, Jurnal Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya, Vol 17, 2014.

Monoarfa, Rio. "The Role of Profitability in Mediating the Effect of Dividend Policy and Company Size on Company Value", Vol. 4, No. 2, Redfame Publishing, Gorontalo, 2018.

Martalena dan Maya Malinda. “Pengantar Pasar Modal”, Jogjakarta: ANDI, 2011.

Puspitaningtyas, Zarah. “Efek Moderasi Kebijakan Dividen Dalam Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur”, Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis Vol. 5, No. 2, December 2017.

Permatasari, Luh Wulan dan Gayatri. “Profitabilitas Sebagai Pemoderasi Pengaruh Good Corporate Governance Pada Nilai Perusahaan”, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 2016.

Pratama, I Gusti Bagus Angga dan Wiksuana, I Gusti Bagus. “Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Lhanaeverage Terhadap Nilai Perusahaan Dengan

144

Profitabilitas Sebagai Variabel Mediasi”, E-Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5, No. 2, 2016.

Rachman, Arif Noer, Rahayu, Sri Mangesti dan Topowijono. “Pengaruh Good Corporate Governance Dan Financial Leverage Terhadap Kinerja Keuangan Dan Nilai Perusahaan”, Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 27, No. 1, Oktober 2015.

Rahmadani, Fitra Dwi dan Rahayu, Sri Mangesti. “Pengaruh Good Corporate Governance (GCG), Profitabilitas Dan Leverage Terhadap Nilai Perusahaan”, Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 52, No. 1, November 2017.

Sabrin, Sarita, Buyung, S. Takdir, Dedy dan Sujono.“The Effect of Profitability on Firm Value in Manufacturing Company at Indonesia Stock Exchange”, The International Journal Of Engineering And Science (IJES), Vol. 5, 2016

Sartono, Agus. “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi”, Edisi Empat, Yogyakarta: BPFE, 2008.

Sugiyono. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”, Bandung: Alfabeta, 2012.

Sudana, I Made. “Manajemen Keuangan Perusahaan: Teori dan praktik”, Jakarta: Erlangga, 2011.

Sukandarrumidi. “Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula”, Cetakan Keempat, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2012.

Supranto dan Nandan Limakrisna. “Petunjuk Praktis Penelitian Ilmiah Untuk Menyusun Skripsi, Tesis dan Disertasi”, Jilid 1, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013.

Tahu, Gregorius Paulus dan Susilo, Dominicius Djoko Budi, "Effect of Liquidity, Leverage and profitability to The Firm Value (Dividend Policy as Moderating Variable) in Manufacturing Company of Indonesia Stock Exchange", Research Journal of Finance and Accounting, Mahasaraswati University, Denpasar, Vol.8, No.18, 2017.

Tim Lembaga Penelitian UIN Jakarta. “Pedoman Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.

Tampubolon, Manahan P. “Manajemen Keuangan (Finance Management)”, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013.

145

Walsh, Ciaran. “Key Management Ratios: rasio-rasio Manajemen Penting Penggerak dan Pengendali Bisnis”, Jakarta: Erlangga, 2003.

Weston, J. F dan T. E. Copeland. “Manajemen Keuangan”, edisi 9, Alih Bahasa Oleh Robinson Tarigan, Jakarta: Erlangga, 2001.

www.id.tradingeconomics.com

www.indonesia-investments.com

146

LAMPIRAN

Lampiran 1 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kepemilikan Institusional 114 ,05 8,65 ,7408 ,78264

Kepemilikan Publik 114 ,01 ,67 ,2460 ,16127

Komite Audit 114 2 4 3,05 ,373

Direksi 114 2 16 5,77 2,939

Komisaris Independen 114 ,20 1,00 ,3925 ,10239

ROA 114 -,15 ,39 ,0780 ,08488

LN_DAR 114 -1,90 -,11 -,9730 ,43393

LN_Y 114 -,19 2,84 1,4560 ,53982

SIZE 114 96746 91831526 9096437,62 18275562,182

Valid N (listwise) 114

Lampiran 2 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 114

Normal Parametersa,b Mean ,0000000

Std. Deviation ,38329298

Most Extreme Differences Absolute ,082

Positive ,082

Negative -,059

Test Statistic ,082

Asymp. Sig. (2-tailed) ,057c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

147

Lampiran 3 Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B

Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1,252 ,391 3,200 ,002

LN_DAR -,050 ,105 -,040 -,476 ,635 ,670 1,491

Kepemilikan

Institusional-,058 ,050 -,084

-

1,159,249 ,919 1,088

Kepemilikan

Publik-,522 ,260 -,156

-

2,008,047 ,796 1,256

Komite Audit ,057 ,109 ,039 ,523 ,602 ,845 1,184

Direksi -,014 ,015 -,077 -,947 ,346 ,717 1,395

Komisaris

Independen-,322 ,396 -,061 -,814 ,417 ,853 1,173

ROA 4,214 ,531 ,663 7,943 ,000 ,690 1,449

SIZE 3,505E-9 ,000 ,119 1,478 ,142 ,745 1,343

a. Dependent Variable: LN_Y

Lampiran 4 Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 ,704a ,496 ,457 ,39763 2,207

a. Predictors: (Constant), PROFITABILITAS, KOMISARIS INDEPENDEN, KOMITE

AUDIT, SIZE, KEPEMILIKAN institusi, LEVERAGE, DIREKSI, KEPEMILIKAN PUBLIK

b. Dependent Variable: LN_Y

148

Lampiran 5 Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) 3,073 2,214 1,388 ,168

KEPEMILIKAN institusi -,744 1,052 -,081 -,707 ,481

KEPEMILIKAN PUBLIK -1,645 1,391 -,137 -1,183 ,239

KOMITE AUDIT -,829 ,606 -,129 -1,367 ,174

DIREKSI -,053 ,090 -,064 -,590 ,556

KOMISARIS INDEPENDEN -,329 2,155 -,015 -,153 ,879

LEVERAGE -,529 1,232 -,044 -,430 ,668

SIZE -1,450E-8 ,000 -,116 -1,127 ,262

PROFITABILITAS -1,854 2,649 -,075 -,700 ,485

a. Dependent Variable: UI_NILAIPERUSAHAAN

149

Lampiran 6 Model Regresi I

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,704a ,496 ,457 ,39763

a. Predictors: (Constant), SIZE, Komite Audit, Kepemilikan Institusional,

LN_DAR, Komisaris Independen, Kepemilikan Publik, Direksi, ROA

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 16,328 8 2,041 12,909 ,000b

Residual 16,601 105 ,158

Total 32,929 113

a. Dependent Variable: LN_Y

b. Predictors: (Constant), SIZE, Komite Audit, Kepemilikan Institusional, LN_DAR, Komisaris

Independen, Kepemilikan Publik, Direksi, ROA

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) 1,252 ,391 3,200 ,002

Kepemilikan Institusional -,058 ,050 -,084 -1,159 ,249

Kepemilikan Publik -,522 ,260 -,156 -2,008 ,047

Komite Audit ,057 ,109 ,039 ,523 ,602

Direksi -,014 ,015 -,077 -,947 ,346

Komisaris Independen -,322 ,396 -,061 -,814 ,417

LN_DAR -,050 ,105 -,040 -,476 ,635

ROA 4,214 ,531 ,663 7,943 ,000

SIZE 3,505E-9 ,000 ,119 1,478 ,142

a. Dependent Variable: LN_Y

150

Lampiran 7 Model Regresi II (Moderated Regression Analysis (MRA))

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 ,755a ,570 ,509 ,37824

a. Predictors: (Constant), Interaksi_6, Kepemilikan Publik, Komite Audit,

Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, SIZE, Direksi,

LN_DAR, Interaksi_2, Interaksi_5, Interaksi_4, Interaksi_1, Interaksi_3,

ROA

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 18,766 14 1,340 9,369 ,000b

Residual 14,163 99 ,143

Total 32,929 113

a. Dependent Variable: LN_Y

b. Predictors: (Constant), Interaksi_6, Kepemilikan Publik, Komite Audit, Komisaris Independen,

Kepemilikan Institusional, SIZE, Direksi, LN_DAR, Interaksi_2, Interaksi_5, Interaksi_4,

Interaksi_1, Interaksi_3, ROA

151

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) ,677 ,637 1,062 ,291

Kepemilikan

Institusional,107 ,296 ,155 ,361 ,719

Kepemilikan Publik -1,034 ,531 -,309 -1,947 ,054

Komite Audit ,346 ,166 ,239 2,084 ,040

Direksi -,022 ,026 -,121 -,864 ,390

Komisaris Independen -,909 ,431 -,172 -2,108 ,038

LN_DAR -,003 ,137 -,002 -,019 ,985

ROA 21,947 8,214 3,451 2,672 ,009

SIZE 2,323E-9 ,000 ,079 ,996 ,322

Interaksi_1 -2,000 3,725 -,353 -,537 ,593

Interaksi_2 7,588 5,548 ,304 1,368 ,175

Interaksi_3 -6,974 2,430 -3,375 -2,870 ,005

Interaksi_4 ,361 ,268 ,422 1,345 ,182

Interaksi_5 3,921 5,397 ,269 ,726 ,469

Interaksi_6 -,115 ,972 -,026 -,118 ,906

a. Dependent Variable: LN_Y

152

Lampiran 8 Data Kepemilikan Institusional

NO Nama Perusahaan

Kepemilikan institusional2013 2014 2015 2016 2017

1 ADES 0,92 0,92 0,92 0,92 0,922 AISA 0,56 0,62 0,62 0,63 0,623 BTEK 0,50 0,37 0,24 0,73 0,734 BUDI 0,53 0,53 0,50 0,53 0,535 CEKA 0,46 0,92 0,92 0,92 0,096 DLTA 0,82 0,85 0,82 0,82 0,827 HMSP 0,98 0,98 0,92 0,92 0,928 ICBP 0,81 0,81 0,81 0,81 0,819 IIKP 0,57 0,55 0,52 0,13 0,1310 INAF 0,81 0,81 0,81 0,87 0,8711 INDF 0,50 0,50 0,50 0,50 0,5012 KAEF 0,90 0,90 0,08 0,90 0,9013 KICI 0,83 0,83 0,83 0,83 0,8314 KLBF 0,57 0,57 0,57 0,57 0,5715 LMPI 0,83 0,83 0,83 0,83 0,2416 MBTO 0,68 0,68 0,68 0,68 0,6817 MERK 0,94 0,87 0,87 0,87 0,8718 MLBI 0,75 0,84 0,82 0,82 0,8219 MYOR 0,33 0,33 0,33 0,33 0,8420 PYFA 0,54 0,54 0,54 0,54 0,5421 RMBA 0,99 0,99 0,99 0,99 0,9922 ROTI 0,71 0,71 0,07 0,07 0,0723 SKBM 0,81 0,81 0,81 0,80 0,8024 TCID 0,72 0,72 0,72 0,72 0,7225 TSPC 0,77 0,78 0,78 0,78 0,7926 ULTJ 0,47 0,47 0,45 0,37 0,3727 UNVR 0,85 0,85 0,85 0,85 0,8528 WIIM 0,22 0,28 0,22 0,28 0,05

Lampiran 9 Data Kepemilikan Publik

153

NO

Nama Perusahaan Kepemilikan Publik2013 2014 2015 2016 2017

154

1 ADES 0,08 0,08 0,08 0,08 0,082 AISA 0,44 0,38 0,38 0,38 0,383 BTEK 0,46 0,58 0,76 0,27 0,274 BUDI 0,47 0,44 0,47 0,47 0,475 CEKA 0,04 0,07 0,08 0,07 0,076 DLTA 0,18 0,15 0,18 0,18 0,187 HMSP 0,02 0,02 0,08 0,08 0,088 ICBP 0,19 0,19 0,19 0,19 0,199 IIKP 0,43 0,42 0,48 0,87 0,8710 INAF 0,19 0,19 0,19 0,13 0,1311 INDF 0,50 0,50 0,50 0,50 0,5012 KAEF 0,10 0,10 0,02 0,10 0,1013 KICI 0,17 0,17 0,17 0,17 0,1614 KLBF 0,43 0,43 0,43 0,43 0,4315 LMPI 0,17 0,17 0,17 0,17 0,0816 MBTO 0,32 0,32 0,32 0,32 0,3217 MERK 0,06 0,13 0,13 0,13 0,1318 MLBI 0,17 0,16 0,18 0,18 0,1819 MYOR 0,67 0,67 0,67 0,67 0,1620 PYFA 0,23 0,23 0,23 0,23 0,2321 RMBA 0,01 0,01 0,01 0,01 0,0122 ROTI 0,29 0,29 0,03 0,03 0,0323 SKBM 0,17 0,15 0,15 0,16 0,1624 TCID 0,23 0,23 0,28 0,28 0,2825 TSPC 0,23 0,22 0,22 0,22 0,2126 ULTJ 0,36 0,36 0,38 0,51 0,5127 UNVR 0,15 0,15 0,15 0,15 0,1528 WIIM 0,34 0,29 0,29 0,28 0,33

Lampiran 10 Data Komite Audit

NO

Nama Perusahaan Komite Audit2013 2014 2015 2016 2017

1 ADES 3 3 3 3 3

155

2 AISA 3 4 4 4 43 BTEK 3 3 3 3 34 BUDI 3 3 3 3 35 CEKA 3 3 3 3 36 DLTA 3 3 3 3 37 HMSP 3 3 3 3 38 ICBP 3 3 3 3 39 IIKP 3 3 3 3 310 INAF 3 3 3 3 311 INDF 3 3 3 3 312 KAEF 3 3 4 4 413 KICI 3 3 3 3 314 KLBF 3 3 3 3 315 LMPI 3 3 3 3 316 MBTO 2 2 2 2 217 MERK 3 3 3 3 318 MLBI 3 3 3 3 319 MYOR 3 3 3 3 320 PYFA 3 3 3 3 321 RMBA 3 3 3 3 322 ROTI 3 3 3 3 323 SKBM 3 3 3 3 324 TCID 4 4 4 4 325 TSPC 3 3 3 3 326 ULTJ 3 3 3 3 327 UNVR 3 3 3 3 328 WIIM 3 3 3 3 3

Lampiran 11 Data Dewan Direksi

NO Nama Perusahaan Dewan Direksi

2013 2014 2015 2016 20171 ADES 4 4 4 3 32 AISA 4 3 3 3 4

156

3 BTEK 4 4 4 4 44 BUDI 7 7 7 7 75 CEKA 4 4 4 4 46 DLTA 5 5 5 5 57 HMSP 7 7 7 8 88 ICBP 7 9 9 9 99 IIKP 2 2 2 2 210 INAF 4 3 3 3 311 INDF 9 9 10 10 1012 KAEF 5 5 5 5 513 KICI 3 3 3 3 314 KLBF 5 5 5 5 615 LMPI 5 5 5 5 416 MBTO 4 4 4 4 417 MERK 7 5 5 5 518 MLBI 4 4 4 4 419 MYOR 5 5 5 5 520 PYFA 3 3 3 3 221 RMBA 4 4 4 4 422 ROTI 6 6 6 5 523 SKBM 6 6 6 6 824 TCID 13 15 16 16 1625 TSPC 12 11 11 10 1026 ULTJ 3 3 3 3 327 UNVR 10 8 9 10 1028 WIIM 6 6 6 6 6

Lampiran 12 Data Komisaris Independen

NO

Nama Perusahaan Komisaris Independen2013 2014 2015 2016 2017

1 ADES 0,33 0,33 0,33 0,33 0,332 AISA 0,33 0,40 0,40 0,40 0,403 BTEK 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33

157

4 BUDI 0,33 0,33 0,33 0,33 0,335 CEKA 0,50 0,50 0,50 0,50 0,506 DLTA 0,40 0,40 0,40 0,40 0,407 HMSP 0,50 0,50 0,50 0,40 0,408 ICBP 0,43 0,43 0,33 0,50 0,509 IIKP 0,33 0,33 0,33 0,33 0,3310 INAF 0,50 0,33 0,33 0,33 0,3311 INDF 0,38 0,38 0,38 0,38 0,3812 KAEF 0,40 0,40 0,33 0,20 0,2013 KICI 0,33 0,33 0,33 0,33 0,3314 KLBF 0,33 0,33 0,43 0,43 0,4315 LMPI 0,50 0,50 0,50 0,50 0,5016 MBTO 0,33 0,33 0,33 0,33 0,3317 MERK 0,33 0,33 0,33 0,33 0,3318 MLBI 0,43 0,50 0,50 0,57 0,5019 MYOR 0,40 0,40 0,40 0,40 0,4020 PYFA 0,33 0,25 0,20 0,50 0,5021 RMBA 0,40 0,33 0,60 0,50 1,0022 ROTI 0,33 0,33 0,33 0,33 0,3323 SKBM 0,33 0,33 0,33 0,33 0,3324 TCID 0,40 0,40 0,40 0,40 0,5025 TSPC 0,50 0,75 0,50 0,50 0,6026 ULTJ 0,33 0,33 0,33 0,33 0,3327 UNVR 0,80 0,80 0,80 0,80 0,8028 WIIM 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33

Lampiran 13 Data Leverage

NO Nama Perusahaan

DAR2013 2014 2015 2016 2017

1 ADES 0,40 0,41 0,50 0,50 0,502 AISA 0,53 0,51 0,56 0,54 0,613 BTEK 0,78 0,82 0,84 0,71 0,634 BUDI 0,63 0,63 0,66 0,60 0,58

158

5 CEKA 0,51 0,58 0,57 0,38 0,336 DLTA 0,22 0,23 0,18 0,15 0,167 HMSP 0,48 0,52 0,16 0,20 0,218 ICBP 0,59 0,54 0,46 0,36 0,369 IIKP 0,05 0,04 0,04 0,17 0,1710 INAF 0,54 0,53 0,61 0,58 0,6611 INDF 0,53 0,53 0,53 0,47 0,4712 KAEF 0,41 0,43 0,42 0,51 0,5813 KICI 0,31 0,32 0,30 0,36 0,3914 KLBF 0,25 0,22 0,20 0,18 0,1615 LMPI 0,52 0,51 0,49 0,50 0,5516 MBTO 0,19 0,18 0,23 0,38 0,4717 MERK 0,28 0,23 0,26 0,22 0,2718 MLBI 0,45 0,75 0,64 0,64 0,5819 MYOR 0,59 0,60 0,58 0,54 0,5120 PYFA 0,46 0,44 0,37 0,37 0,3221 RMBA 0,90 0,88 0,75 0,30 0,3722 ROTI 0,57 0,55 0,56 0,51 0,2823 SKBM 0,61 0,53 0,55 0,63 0,3724 TCID 0,21 0,33 0,18 0,18 0,2125 TSPC 0,29 0,27 0,31 0,30 0,3126 ULTJ 0,28 0,22 0,21 0,18 0,1927 UNVR 0,73 0,72 0,69 0,72 0,7328 WIIM 0,36 0,36 0,30 0,27 0,21

Lampiran 14 Data PBV

NO Nama Perusahaan PBV2013 2014 2015 2016 2017

1 ADES 4,46 2,74 1,82 1,53 1,282 AISA 1,95 2,05 0,98 1,58 0,353 BTEK 20,16 16,36 24,85 1,49 3,174 BUDI 0,50 0,48 0,26 0,34 0,365 CEKA 1,31 0,87 0,63 0,90 0,85

159

6 DLTA 0,21 9,33 4,90 4,37 3,487 HMSP 15,12 27,35 13,66 14,51 16,138 ICBP 2,21 5,26 4,79 5,61 5,119 IIKP 21,29 33,35 38,69 29,30 42,8010 INAF 0,80 1,98 0,88 25,80 35,7411 INDF 0,15 1,45 1,05 1,55 1,4312 KAEF 2,04 4,75 2,59 6,84 5,8313 KICI 0,72 0,46 0,37 0,36 0,5214 KLBF 5,97 9,30 5,66 6,01 5,9715 LMPI 0,55 0,44 0,20 0,34 0,4116 MBTO 0,72 0,47 0,34 0,45 0,3517 MERK 0,04 6,97 6,41 7,44 6,2418 MLBI 0,26 48,67 22,54 47,54 27,0619 MYOR 0,24 4,74 5,25 6,38 6,7120 PYFA 0,08 0,77 0,59 1,03 0,9021 RMBA 4,68 -17,41 -1,17 1,79 1,6022 ROTI 6,56 7,76 5,39 5,97 5,3923 SKBM 0,17 3,08 2,57 1,65 1,2324 TCID 2,02 2,80 1,93 1,44 1,9425 TSPC 3,79 3,15 1,82 1,94 1,6626 ULTJ 6,45 4,91 4,07 3,95 3,5927 UNVR 46,63 45,03 54,48 46,67 82,4428 WIIM 1,80 1,60 0,96 0,62 0,53

Lampiran 15 Profitabilitas

NO Nama Perusahaan

ROA2013 2014 2015 2016 2017

1 ADES 0,07 0,04 0,05 0,11 0,092 AISA 0,07 0,05 0,04 0,08 0,103 BTEK 0,01 -0,01 0,01 0,01 -0,014 BUDI 0,02 0,01 0,01 0,01 0,025 CEKA 0,06 0,03 0,07 0,18 0,086 DLTA 0,31 0,29 0,18 0,21 0,21

160

7 HMSP 0,39 0,35 0,27 0,30 0,298 ICBP 0,10 0,10 0,11 0,13 0,119 IIKP -0,05 -0,03 -0,05 -0,04 -0,04

10 INAF -0,04 0,010 0,01 0,01 -0,03

11 INDF 0,04 0,06 0,04 0,06 0,0612 KAEF 0,09 0,08 0,08 0,06 0,05

13 KICI 0,08 0,01 -0,10 0,010 0,05

14 KLBF 0,17 0,17 0,15 0,15 0,1515 LMPI -0,01 0,01 0,01 0,01 -0,0416 MBTO 0,03 0,01 -0,02 0,01 -0,0317 MERK 0,25 0,26 0,22 0,21 0,1718 MLBI 0,49 0,36 0,24 0,43 0,5319 MYOR 0,11 0,04 0,11 0,11 0,0720 PYFA 0,04 0,02 0,02 0,03 0,0421 RMBA -0,10 -0,21 -0,13 -0,15 -0,0422 ROTI 0,09 0,09 0,10 0,10 0,0323 SKBM 0,12 0,14 0,05 0,02 0,0224 TCID 0,10 0,09 0,26 0,07 0,0825 TSPC 0,12 0,10 0,08 0,08 0,0726 ULTJ 0,12 0,10 0,15 0,17 0,1427 UNVR 0,42 0,42 0,37 0,38 0,3728 WIIM 0,11 0,08 0,10 0,08 0,03

161