wayang

30
SEMAR Semar berasal dari kata Samara (bergegas). Semar merupakan pusat dari punakawan sendiri dan asal usul dari keseluruhan punakawan itu sendiri. Semar disegani oleh kawan maupun lawan Semar menjadi rujukan para kesatria untuk meminta nasihat dan menjadi tokoh yang dihormati. Namun karakter tetap rendah hati, tidak sombong, jujur, dan tetap mengasihi sesame dapat menjadi contoh karakter yang baik. Penuh kelebihan tetapi tidak lupa diri karena kelebihan yang dimiliki. Filosofi : Semar ,dengan jari telunjuk seolah menuding,melambangkan KARSA/keinginan yang kuat untuk menciptakan sesuatu. mata yang menyipit juga melambangkan ketelitian dan keseriusan dalam menciptakan. GARENG

Upload: muhammad-setiaji

Post on 19-Jul-2015

247 views

Category:

Travel


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Wayang

SEMAR

Semar berasal dari kata Samara (bergegas). Semar merupakan pusat dari punakawan sendiri dan asal usul dari keseluruhan punakawan itu sendiri. Semar disegani oleh kawan maupun lawan Semar menjadi rujukan para kesatria untuk meminta nasihat dan menjadi tokoh yang dihormati. Namun karakter tetap rendah hati, tidak sombong, jujur, dan tetap mengasihi sesame dapat menjadi contoh karakter yang baik. Penuh kelebihan tetapi tidak lupa diri karena kelebihan yang dimiliki.

Filosofi : Semar ,dengan jari telunjuk seolah menuding,melambangkan KARSA/keinginan yang kuat untuk menciptakan sesuatu. mata yang menyipit juga melambangkan ketelitian dan keseriusan dalam menciptakan.

GARENG

Page 2: Wayang

Nala Gareng berasal dari kata nala khairan (memperoleh kebaikan). Gareng adalah anak Semar yang berarti pujaan atau didapatkan dengan memuja. Nalagareng adalah seorang yang tak pandai bicara, apa yang dikatakannya kadang- kadang serba salah. Tetapi ia sangat lucu dan menggelikan. Nala gareng merupakan tokoh punakawan yang memiliki ketidaklengkapan bagian tubuh. Nala gareng mengalami cacat kaki, cacat tangan, dan mata.Karakter yang disimbolkan adalah cacat kaki menggambarkan manusia harus berhati-hati dalam menjalani kehidupan. Tangan yang cacat menggambarkan manusia bisa berusaha tetapi Tuhan yang menentukan hasil akhirnya. Mata yang cacat menunjukkan manusia harus memahami realitas kehidupan

Filosofi : anak pertama Semar,dengan tangan yang cacat,kaki yang pincang,mata yg juling,melambangkan CIPTA.bahwa menciptakan sesuatu, dan tidak sempurna, kita tidak boleh menyerah.bagaimanapun kita sudah berusaha.apapun hasilnya,pasrahkan padaNya.

PETRUK

Petruk berasal dari kata fat ruk (tinggalkanlah). Petruk adalah anak kedua Semar. Tokoh petruk digambarkan dengan bentuk panjang yang menyimbolkan pemikiran harus panjang. Dalam menjalani hidup manusia harus berpikir panjang (tidak grusa-grusu) dan sabar. Bila tidak berpikir panjang, biasanya akan mengalami penyesalan di akhir. Petruk merupakan tokoh yang nakal dan cerdas, serta bermuka manis dengan senyuman yang menarik hati, panda berbicara, dan juga sangat lucu. Ia suka menyindir ketidakbenaran dengan lawakan-lawakannya.

Filosofi : anak kedua Semar. Dari kegagalan menciptakan Gareng, lahirlah Petruk. dengan tangan dan kaki yg panjang, tubuh tinggi langsing, hidung mancung,wujud dari CIPTA, yang kemudian diberi RASA, sehingga terlihat lebih indah dengan begitu banyak kelebihan.

Page 3: Wayang

BAGONG

Bagong berasal dari kata al ba gho ya (perkara buruk).Bagong adalah punakawan Jawa. Bagong adalah anak bungsu Semar atau punakawan ke 4. Dalam cerita pewayangan, Bagong adalah tokoh yang diciptakan dari bayangan Semar. Bagong bertumbuh tambun gemuk seperti halnya Semar. Namun seperti anak-anak semar yang lain, Bagong juga suka bercanda bahkan saat menghadapi persoalan yang teramat serius. serta memiliki sifat lancang dan suka berlagak bodoh. Ia juga sangat lucu. Karakter yang disimbolkan dari bentuk bagong adalah manusia harus sederhana, sabar, dan tidak terlalu kagum pada kehidupan di dunia

Filosofi : anak ketiga Semar. Wujud dari KARYA. dialah yg dianggap sebagai manusia yang sesungguhnya. walau petruk lengkap dengan keindahan dan kesempurnaan, tapi bagong lah yang dianggap sebagai manusia utuh. karena dia memiliki kekurangan. Jadi manusia yang sejati adalah manusia yang memiliki kelebihan dan kekurangan. jadi jangan takut atau malu karena kekurangan kita. karena kekurangan itulah yang menjadikan kita manusia seutuhnya.yang perlu kita pikirkan sekarang adalah, bagaimana meminimalkan kekurangan kita, dan memaksimalkan kelebihan kita. karena bagaimanapun kekurangan dan kelebihan itu tidak bisa kita buang atau kita hilangkan.

Page 4: Wayang

1. Yudhistira (Sang Ludira Seta)

Yudhistira termasuk putra sulung Pandawa, putra dari Dewi Kunthi. Ketika mudanya bernama Puntadewa, raja Amarta. Puntadewa juga terkenal dengan sebutan gelar Sang Ludira Seta yang artinya berdarah putih. Ini melambangkan pria yang tulus ikhlas dalam berbagai hal. Bahkan dalam satu cerita, Puntadewa rela memberikan isteri tercintanya ketika diminta oleh orang lain yang sangat mengagumi dan mencintainya. Yudhistira adalah lambang dari pria yang teguh hati, penyabar dan suka perdamaian. Sangat setia terhadap isteri, anak dan keluarganya. Yudhistira sangat benci terhadap permusuhan. Walaupun bermandi harta, Yudhistira menentang poligami,

Page 5: Wayang

sehingga isterinya hanyalah satu, Dyah Ayu Drupadi. Ketika muda, Yudhistira gemar berbusana yang indah-indah, tetapi setelah tua dia justru berpenampilan sederhana.

2. Arjuna (Lananging Jagad)

Nama Arjuna konon berasal dari kata Jun yang bermakna jambangan. Konon, nama Janaka juga berasal dari Bahasa Arab Jannah yang berarti sorga. Kedua kata tersebut mengandung makna hening atau keheningan. Arjuna memiliki sifat dan watak fitrah, murni. Tak sedikit wanita yang kasmaran kepadanya. Wujud ketampanan Sang Arjuna adalah lambang kehalusan serta keagungan budi seorang pria. Arjuna

Page 6: Wayang

juga dikenal menyukai sesuatu yang bersifat estetis, asri, sangat sensitif jiwanya, dan lembut hatinya. Sang Arjuna sulit mengucap kata ‘tidak’ dan kata ‘jangan’, khususnya terhadap kaum wanita. Di situlah kelemahan Sang Arjuna, maka tak sedikit wanita yang sangat merindukannya, walau mereka telah bersuami.

3. Kresna (Politikus)

Page 7: Wayang

Ketika muda, Kresna bernama Narayana. Ia kemudian menjadi raja di Dwarawati. Meskipun secara fisik pria ini berkulit hitam, berdarah hitam dan berdaging hitam, tetapi Kresna tidak ‘hitam’ ulahnya. Kresna adalah lambang pria yang ramah, mudah bergaul, supel, banyak kawan, dan suka bercanda (humor). Ketika memberi fatwa, ia menggunakan berbagai sindiran yang begitu lembut, sehingga yang dinasihati tidak merasa sakit hati. Kresna banyak didatangi sahabat tua-muda dan pria-wanita, untuk sharing atau konsultasi. Umumnya, sepulang dari konsultasi dari Dwarawati, para ‘relasi’ Kresna pulang dengan menggenggam semangat. Kresna memang terkenal sangat strategis dalam menghadapi keluhan para ‘klien’-nya. Kresna memiliki karier yang sulit ditandingi, terlebih di bidang politik. Di mata sesamanya, Kresna memiliki wibawa yang sangat tinggi dan pengaruh yang luar biasa. Dedikasi dan loyalitasnya sangat oke, karena itulah semua anak buah Kresna patuh kepadanya. Dalam rumah tangga, Kresna tidak mengecewakan. Walaupun beristeri tiga orang, Kresna sangat adil. Nasihat yang terkenal dari Kresna kepada para isterinya ialah, agar mereka mengedepankan rasa kemanusiaan dan mengesampingkan busana glamour.

Page 8: Wayang

4. Drestharastra (Gagal Membina Isteri)

Drestharastra adalah saudara tua dari keluarga Pandawa, bibit darah Pandawa. Ketika Pandhu mangkat, singgasana kerajaan diambil alih oleh Drestharastra, sehingga Pandawa Lima tersingkir. Sebenarnya, Drestharastra memiliki watak agung budi, sabar dan suka mengalah. Tetapi karena terbawa oleh watak isteri tercintanya yang bengis dan ambisius, yang bernama Gandari, maka watak yang sabar, dan suka mengalah tersebut justru dimanfaatkan oleh Sang Gandari, untuk menyetir sang suami, agar sang suami

Page 9: Wayang

mengikuti seluruh kehendaknya. Drestharastra bisa digambarkan sebagai lambang suami yang terkalahkan dan disetir sang isteri. Maka tidak mustahil jika watak Drestharastra, belakangan berubah. Tak mustahil pula kalau orang-orang yang bekerja pada Drestharastra, jarang yang betah lama, karena Gandari menganggap hina setiap orang yang menghamba kepada Drestharastra. Demikian juga kepada keluarga sang suami. Drestharastra sendiri tak bisa berbuat apa-apa. Gandari memang cantik, tetapi ia berwatak iri, dengki, semena-mena, dan mudah terhasut. Semua perwatakan itu sangat mempengaruhi watak Drestharastra. Bahkan anak-anak Drestharastra yang berjumlah 100 orang, tak ada satupun yang bisa dijadikan teladan.

5. Bima (Si Mahal Cinta)

Page 10: Wayang

Keperkasaan pria bernama Bima tentu sudah tidak diragukan lagi. Watak Bima memang sangat jauh dari watak angkuh dan sombong, walau dikaruniai kekuatan yang luar biasa. Bima sangat tinggi rasa sayangnya terhadap orang tua dan saudara. Bima juga terkenal jujur kalau berbicara, bahkan tidak pernah berbohong. Namun Bima kurang suka sesuatu yang bersifat formal. Sang Bima selalu bersikap teguh memegang prisip, tidak gampang terhasut atau dipengaruhi dengan apapun, walau si penghasut mempergunakan berbagai jurus dan cara. Bima juga memiliki tenggang rasa yang sangat dalam terhadap siapapun, sehingga ia akan serta-merta memberi pertolongan kepada siapapun yang sedang dilanda musibah dan kesusahan. Ia juga sangat kuat berpegang pada sariat agama dan paugeran kenegaraan. Bima adalah sosok patriotis yang selalu setia kepada lingkungannya dan negerinya sendiri. Dalam komunikasi sosial, Bima dikenal sangat menghormati kaum wanita. Bima juga bukan tipe pria ‘mata keranjang’. Ketika dia tertarik dan memperisteri Dewi Arimbi, semata-mata ia tertarik pada keluhuran

Page 11: Wayang

budi dan keagungan sang Dyah Ayu.6.durna(paranormal pengeruk keuntungan)

Ketika mudanya, Durna bernama Bambang Kumbayana. Waktu itu Resi Durna begitu tampan dan ganteng. Bambang Kumbayana selalu berbusana mewah, sehingga penampilannya sangat meyakinkan. Tetapi karena wataknya yang hadigang-hadigung, maka wajahnya berubah menjadi tidak karuwan setelah dihajar habis-habisan oleh musuhnya. Resi Durna memang selalu berkostum jubah paranormal (Jw: Pandhita), tetapi perilakunya sangat nista dan hina. Durna dikenal dengan watak ‘bermuka dua’. Pria yang tidak berpendirian kuat dan penuh prasangka buruk, walau ia mengklaim dirinya sebagai ‘paranormal’. Durna juga dikenal sangat suka mendatangi para muridnya, karena di sana akan dihormati oleh murid-murid dan keluarganya. Semua kebutuhannya disediakan, bahkan kadang ia minta dijemput oleh para Korawa. Di balik jubahnya itu, Durna justru tega memanfaatkan setiap orang yang minta pertolongan, untuk kepentingan Durna sendiri. Bahkan ia tega memanfaatkan kesusahan ‘klien’-nya untuk kesenangan pribadi Durna sendiri. Meskipun demikian Durna sering bercerita tentang keberhasilannya dalam menolong sesama, sehingga para tamunya terbius oleh bujukannya. Ia madeg sebagai paranormal, memang hanya untuk mengeruk keuntungan. Namun resminya, Durna adalah penasihat spiritual Astina dan Pandawa.

Page 12: Wayang

.8. Baladewa (Mudah Marah, Mudah Memaafkan)

Waktu mudanya, Baladewa bernama Raden Kakrasana, kakak Prabu Kresna. Baladewa berkulit putih kemerahan seperti turis (bule). Ia adalah lambang pria yang suka bersemedi, suka pati raga dan tirakat. Ia lebih banyak berkecimpung di dalam dunia ilmu ghaib. Waktu yang lain dimanfaatkan untuk berkiprah di bidang olah kaprajan, juga menempa strategi berperang. Baladewa memiliki watak sangat menyayangi keluarganya, terlebih kepada saudara perempuannya, Dyah Ayu Sembadra. Kemanapun pergi, Sembadra senantiasa dalam pengawalan Baladewa. Karakter yang menonjol dari Baladewa adalah mudah marah tapi juga mudah memberi maaf kembali. Hubungan kekeluargaan dengan Pandawa memang sedikit renggang, karena Baladewa banyak bermukim di Astina. Tetapi Baladewa juga serta-merta hijrah dari Astina, setelah mengetahui bahwa keluarga Astina telah melenceng dari kesepakatan

Page 13: Wayang

dan pesan para leluhur. Baladewa bisa dilambangkan sebagai gambaran sosok pria yang setiap bertindak selalu serampangan, tanpa dipikir panjang terlebih dahulu, akhirnya justru malu sendiri setelah ketahuan kekeliruannya. Kelebihan lain dari Baladewa adalah berani mengakui secara jantan atas kekeliruan dan kekhilafannya.

Batara Guru

20 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Batara Guru (Manikmaya, Dewa Siwa) merupakan Dewa yang merajai kahyangan. Dia yang mengatur wahyu kepada para wayang, hadiah, dan ilmu-ilmu. Batara Guru mempunyai sakti (istri) Dewi Uma, dan mempunyai beberapa anak.

Berikut adalah urutan anak-anak Batara Guru, dimulai dari yang paling sulung (menurut tradisi wayang Jawa):

1. Batara Sambu2. Batara Brahma

3. Batara Indra

4. Batara Bayu

5. Batara Wisnu

6. Batara Ganesha

7. Batara Kala

8. Hanoman

Page 14: Wayang

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Dewa-Dewi Wayang |

Batara Ganesha

20 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Ganesa adalah salah satu dewa terkenal dalam agama Hindu dan banyak dipuja oleh umat Hindu, yang memiliki gelar sebagai Dewa pengetahuan dan kecerdasan, Dewa pelindung, Dewa penolak bala/bencana dan Dewa kebijaksanaan. Lukisan dan patungnya banyak ditemukan di berbagai penjuru India; termasuk Nepal, Tibet dan Asia Tenggara. Dalam relief, patung dan lukisan, ia sering digambarkan berkepala gajah, berlengan empat dan berbadan gemuk. Ia dikenal pula dengan nama Ganapati, Winayaka dan Pilleyar. Dalam tradisi pewayangan, ia disebut Bhatara Gana, dan dianggap merupakan salah satu putera Bhatara Guru (Siwa).

Berbagai sekte dalam agama Hindu memujanya tanpa mempedulikan golongan. Pemujaan terhadap Ganesa amat luas hingga menjalar ke umat Jaina, Buddha, dan di luar India.[1]

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Dewa-Dewi Wayang |

Hanoman

20 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Hanoman (Sanskerta: Hanuman) atau Hanumat, juga disebut sebagai Anoman, adalah salah satu dewa dalam kepercayaan agama Hindu, sekaligus tokoh protagonis dalam wiracarita Ramayana yang paling terkenal. Ia adalah seekor kera putih dan merupakan putera Batara Bayu dan Anjani, saudara dari Subali dan Sugriwa. Menurut kitab Serat Pedhalangan, tokoh Hanoman sebenarnya memang asli dari wiracarita Ramayana, namun dalam pengembangannya tokoh ini juga kadangkala muncul dalam serial Mahabharata, sehingga menjadi tokoh antar zaman. Di India, hanoman dipuja sebagai dewa pelindung dan beberapa kuil

didedikasikan untuk memuja dirinya.

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Dewa-Dewi Wayang, Tokoh Mahabharata, Tokoh Ramayana |

Batara Kala

20 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Page 15: Wayang

Dalam ajaran agama Hindu, Kala adalah putera Dewa Siwa yang bergelar sebagai dewa penguasa waktu (kata kala berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya waktu). Dewa Kala sering disimbolkan sebagai rakshasa yang berwajah menyeramkan, hampir tidak menyerupai seorang Dewa. Dalam filsafat Hindu, Kala merupakan simbol bahwa siapa pun tidak dapat melawan hukum karma.

Apabila sudah waktunya seseorang meninggalkan dunia fana, maka pada saat itu pula Kala akan datang menjemputnya. Jika ada yang bersikeras ingin hidup lama dengan kemauan sendiri, maka ia akan dibinasakan oleh Kala. Maka dari itu, wajah Kala sangat menakutkan, bersifat memaksa semua orang agar tunduk pada batas usianya.

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Dewa-Dewi Wayang |

Batara Indra

20 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Dalam ajaran agama Hindu, Indra adalah dewa cuaca dan raja kahyangan. Oleh orang-orang bijaksana, ia diberi gelar dewa petir, dewa hujan, dewa perang, raja surga, pemimpin para dewa, dan banyak lagi sebutan untuknya sesuai dengan karakter yang dimilikinya. Menurut mitologi Hindu, Beliau adalah dewa yang memimpin delapan Wasu, yaitu delapan dewa yang menguasai aspek-aspek alam.

Dewa Indra terkenal di kalangan umat Hindu dan sering disebut dalam susastra Hindu, seperti kitab-kitab Purana (mitologi) dan Itihasa (wiracarita). Dalam kitab-kitab tersebut posisinya lebih menonjol sebagai raja kahyangan dan memimpin para dewa menghadapi kaum raksasa. Indra juga disebut dewa perang, karena Beliau dikenal sebagai dewa yang menaklukkan tiga benteng musuhnya (Tripuramtaka). Ia memiliki senjata yang disebut Bajra, yang diciptakan oleh Wiswakarma, dengan bahan tulang Resi Dadici. Kendaraan Beliau adalah seekor gajah putih yang bernama Airawata. Istri Beliau Dewi Saci.

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Dewa-Dewi Wayang |

Batara Wisnu

20 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Dalam ajaran agama Hindu, Wisnu (disebut juga Sri Wisnu atau Narayana) adalah Dewa yang bergelar sebagai shtiti (pemelihara) yang bertugas memelihara dan melindungi segala ciptaan Brahman (Tuhan Yang Maha Esa). Dalam filsafat Hindu Waisnawa, Ia dipandang sebagai roh suci sekaligus dewa yang tertinggi. Dalam filsafat Adwaita Wedanta dan tradisi Hindu umumnya, Dewa Wisnu

Page 16: Wayang

dipandang sebagai salah satu manifestasi Brahman dan enggan untuk dipuja sebagai Tuhan tersendiri yang menyaingi atau sederajat dengan Brahman.

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Dewa-Dewi Wayang |

Batara Brahma

20 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Menurut ajaran agama Hindu, Brahma (Dewanagari: Brahma) adalah Dewa pencipta. Dalam filsafat Adwaita, ia dipandang sebagai salah satu manifestasi dari Brahman (sebutan Tuhan dalam konsep Hinduisme) yang bergelar sebagai Dewa pencipta. Dewa Brahma sering disebut-sebut dalam kitab Upanishad dan Bhagawadgita.

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Dewa-Dewi Wayang |

Older Posts »

Semar

20 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Kyai Lurah Semar Badranaya adalah nama tokoh panakawan paling utama dalam pewayangan Jawa dan Sunda. Tokoh ini dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para kesatria dalam pementasan kisah-kisah Mahabharata dan Ramayana. Tentu saja nama Semar tidak ditemukan dalam naskah asli kedua wiracarita tersebut yang berbahasa Sansekerta, karena tokoh ini merupakan asli ciptaan pujangga Jawa.

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Dewa-Dewi Wayang, Punakawan | Komentar Dimatikan

Silsilah Mahabarata

13 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Definisi Silsilah

Page 17: Wayang

Menurut Kamus Basa Sunda oleh M.A. Satjadibrata, arti silsilah itu ialah rangkaian keturunan seseorang yang ada kaitannya dengan orang lain yang menjadi istrinya dan sanak keluarganya. Silsilah tersebut adalah merupakan suatu susunan keluarga dari atas ke bawah dan ke samping, dengan menyebutkan nama keluarganya.

Arti silsilah itu bersifat universal, yang artinya orang-orang di seluruh dunia mempunyai silsilah keturunannya dan pula, di seluruh benua akan dimaklumi, bahwa semua orang pasti akan mengagungkan leluhurnya. Kita sering membaca silsilah keturunan para raja yang termasuk sejarah atau silsilah para penguasa yang memerintah suatau daerah, baik yang ditulis pada prasasti maupun benda lain yang artinya bukan hanya untuk dikenal saja, tetapi untuk digaungkan oleh segenap masyarakatnya, dan dikenang akan jasa-jasanya.

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Artikel, Tokoh Mahabharata | Komentar Dimatikan

Sang Hyang Tunggal

13 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Sang Hyang Tunggal adalah suami dari Dewi Wiranti putri dari Sang Hyang Rekatatama. Serta ayah dari Batara Ismaya (Semar), Batara Antaga (Togog) dan Batara Manikmaya (Guru).

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Dewa-Dewi Wayang | Komentar Dimatikan

Batara Bayu

13 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Bayu (Sanskerta: Vayu, baca: Bayu, disebut juga Waata atau Pawana atau Prana) dalam agama Hindu adalah Dewa utama, bergelar sebagai Dewa angin. Udara (Vayu) atau angin (Pavana) merupakan salah satu unsur dalam Panca Maha Bhuta, lima elemen dasar dalam ajaran agama Hindu.

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Dewa-Dewi Wayang | Komentar Dimatikan

Batara Candra

13 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Page 18: Wayang

Dalam agama Hindu, Candra adalah dewa bulan, sekaligus seorang Graha. Candra juga disamakan dengan Soma, dewa bulan dalam Weda-Weda. Kata Soma merujuk kepada minuman manis dari tanaman, sehingga Candra menjadi penguasa tanaman dan tumbuhan.

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Dewa-Dewi Wayang | Komentar Dimatikan

Gandhari – Catatan Pinggir

8 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Ia bisa diselamatkan dari para penujum, tapi bisakah ia dibela dari nasib? Sejak Raja Subala mendengar ramalan buruk itu, ia perintahkan agar siapa saja yang hendak membaca masa depan tak diperkenankan masuk ke istana. Baginda tak akan lupa ucapan brahmana yang datang di musim semi itu—penujum terakhir yang diantar dengan bergegas ke luar balairung: ”Kelak, putri Paduka akan hidup dalam gelap, mungkin karena getir.”

Tentu saja Gandhari tak mendengar kata-kata itu.

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Dinasti Kuru, Goenawan Muhammad, Korawa, Pembacaan Modern, Tokoh Mahabharata | Komentar Dimatikan

Gandari

8 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Gandari (Sansekerta: Gandhari) adalah nama seorang tokoh dalam wiracarita Hindu, Mahabharata. Dalam kisah, ia merupakan puteri Subala, Raja Gandhara (di masa sekarang disebut Kandhahar), yaitu wilayah yang meliputi Pakistan barat daya dan Afganistan timur, dan namanya diambil dari sana. Gandari menikahi Dretarastra, pangeran tertua di Kerajaan Kuru. Semenjak bersuami, Gandari sengaja menutup matanya sendiri agar tidak bisa menikmati keindahan dunia

karena ingin mengikuti jejak suaminya.

Gandari melahirkan seratus putera, (secara keseluruhan dikenal sebagai Korawa), dan seorang puteri bernama Dursala yang menikahi Jayadrata. Pada saat kehamilannya, ia merasa iri dengan Kunti yang sudah memiliki anak, sedangkan ia sendiri belum dikaruniai anak.

Lanjut Baca »

Page 19: Wayang

Ditulis dalam Dinasti Kuru, Korawa, Tokoh Mahabharata | Komentar Dimatikan

Batara Guru

20 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Batara Guru (Manikmaya, Dewa Siwa) merupakan Dewa yang merajai kahyangan. Dia yang mengatur wahyu kepada para wayang, hadiah, dan ilmu-ilmu. Batara Guru mempunyai sakti (istri) Dewi Uma, dan mempunyai beberapa anak.

Berikut adalah urutan anak-anak Batara Guru, dimulai dari yang paling sulung (menurut tradisi wayang Jawa):

1. Batara Sambu2. Batara Brahma

3. Batara Indra

4. Batara Bayu

5. Batara Wisnu

6. Batara Ganesha

7. Batara Kala

8. Hanoman

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Dewa-Dewi Wayang |

Batara Ganesha

20 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Ganesa adalah salah satu dewa terkenal dalam agama Hindu dan banyak dipuja oleh umat Hindu, yang memiliki gelar sebagai Dewa pengetahuan dan kecerdasan, Dewa pelindung,

Page 20: Wayang

Dewa penolak bala/bencana dan Dewa kebijaksanaan. Lukisan dan patungnya banyak ditemukan di berbagai penjuru India; termasuk Nepal, Tibet dan Asia Tenggara. Dalam relief, patung dan lukisan, ia sering digambarkan berkepala gajah, berlengan empat dan berbadan gemuk. Ia dikenal pula dengan nama Ganapati, Winayaka dan Pilleyar. Dalam tradisi pewayangan, ia disebut Bhatara Gana, dan dianggap merupakan salah satu putera Bhatara Guru (Siwa). Berbagai sekte dalam agama Hindu memujanya tanpa mempedulikan golongan. Pemujaan terhadap Ganesa amat luas hingga menjalar ke umat Jaina, Buddha, dan di luar India.[1]

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Dewa-Dewi Wayang |

Hanoman

20 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Hanoman (Sanskerta: Hanuman) atau Hanumat, juga disebut sebagai Anoman, adalah salah satu dewa dalam kepercayaan agama Hindu, sekaligus tokoh protagonis dalam wiracarita Ramayana yang paling terkenal. Ia adalah seekor kera putih dan merupakan putera Batara Bayu dan Anjani, saudara dari Subali dan Sugriwa. Menurut kitab Serat Pedhalangan, tokoh Hanoman sebenarnya memang asli dari wiracarita Ramayana, namun dalam pengembangannya tokoh ini juga kadangkala muncul dalam serial Mahabharata, sehingga menjadi tokoh antar zaman. Di India, hanoman dipuja sebagai dewa pelindung dan beberapa kuil

didedikasikan untuk memuja dirinya.

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Dewa-Dewi Wayang, Tokoh Mahabharata, Tokoh Ramayana |

Batara Kala

20 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Dalam ajaran agama Hindu, Kala adalah putera Dewa Siwa yang bergelar sebagai dewa penguasa waktu (kata kala berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya waktu). Dewa Kala sering disimbolkan sebagai rakshasa yang berwajah menyeramkan, hampir tidak menyerupai seorang Dewa. Dalam filsafat Hindu, Kala merupakan simbol bahwa siapa pun tidak dapat melawan hukum karma. Apabila sudah waktunya seseorang meninggalkan dunia fana, maka pada saat itu pula Kala akan datang menjemputnya.

Page 21: Wayang

Jika ada yang bersikeras ingin hidup lama dengan kemauan sendiri, maka ia akan dibinasakan oleh Kala. Maka dari itu, wajah Kala sangat menakutkan, bersifat memaksa semua orang agar tunduk pada batas usianya.

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Dewa-Dewi Wayang |

Batara Indra

20 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Dalam ajaran agama Hindu, Indra adalah dewa cuaca dan raja kahyangan. Oleh orang-orang bijaksana, ia diberi gelar dewa petir, dewa hujan, dewa perang, raja surga, pemimpin para dewa, dan banyak lagi sebutan untuknya sesuai dengan karakter yang dimilikinya. Menurut mitologi Hindu, Beliau adalah dewa yang memimpin delapan Wasu, yaitu delapan dewa yang menguasai aspek-aspek alam.

Dewa Indra terkenal di kalangan umat Hindu dan sering disebut dalam susastra Hindu, seperti kitab-kitab Purana (mitologi) dan Itihasa (wiracarita). Dalam kitab-kitab tersebut posisinya lebih menonjol sebagai raja kahyangan dan memimpin para dewa menghadapi kaum raksasa. Indra juga disebut dewa perang, karena Beliau dikenal sebagai dewa yang menaklukkan tiga benteng musuhnya (Tripuramtaka). Ia memiliki senjata yang disebut Bajra, yang diciptakan oleh Wiswakarma, dengan bahan tulang Resi Dadici. Kendaraan Beliau adalah seekor gajah putih yang bernama Airawata. Istri Beliau Dewi Saci.

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Dewa-Dewi Wayang |

Batara Wisnu

20 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Dalam ajaran agama Hindu, Wisnu (disebut juga Sri Wisnu atau Narayana) adalah Dewa yang bergelar sebagai shtiti (pemelihara) yang bertugas memelihara dan melindungi segala ciptaan Brahman (Tuhan Yang Maha Esa). Dalam filsafat Hindu Waisnawa, Ia dipandang sebagai roh suci sekaligus dewa yang tertinggi. Dalam filsafat Adwaita Wedanta dan tradisi Hindu umumnya, Dewa Wisnu dipandang sebagai salah satu manifestasi Brahman dan enggan untuk dipuja sebagai Tuhan tersendiri yang menyaingi atau sederajat dengan Brahman.

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Dewa-Dewi Wayang |

Page 22: Wayang

Batara Brahma

20 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Menurut ajaran agama Hindu, Brahma (Dewanagari: Brahma) adalah Dewa pencipta. Dalam filsafat Adwaita, ia dipandang sebagai salah satu manifestasi dari Brahman (sebutan Tuhan dalam konsep Hinduisme) yang bergelar sebagai Dewa pencipta. Dewa Brahma sering disebut-sebut dalam kitab Upanishad dan Bhagawadgita.

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Dewa-Dewi Wayang |

Older Posts »

Semar

20 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Kyai Lurah Semar Badranaya adalah nama tokoh panakawan paling utama dalam pewayangan Jawa dan Sunda. Tokoh ini dikisahkan sebagai pengasuh sekaligus penasihat para kesatria dalam pementasan kisah-kisah Mahabharata dan Ramayana. Tentu saja nama Semar tidak ditemukan dalam naskah asli kedua wiracarita tersebut yang berbahasa Sansekerta, karena tokoh ini merupakan asli ciptaan pujangga Jawa.

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Dewa-Dewi Wayang, Punakawan | Komentar Dimatikan

Silsilah Mahabarata

13 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Definisi Silsilah

Menurut Kamus Basa Sunda oleh M.A. Satjadibrata, arti silsilah itu ialah rangkaian keturunan seseorang yang ada kaitannya dengan orang lain yang menjadi istrinya dan sanak keluarganya. Silsilah tersebut adalah merupakan suatu susunan keluarga dari atas ke bawah dan ke samping, dengan menyebutkan nama keluarganya.

Arti silsilah itu bersifat universal, yang artinya orang-orang di seluruh dunia mempunyai silsilah keturunannya dan pula, di seluruh benua akan dimaklumi, bahwa semua orang pasti akan mengagungkan leluhurnya. Kita sering membaca silsilah keturunan para raja yang termasuk

Page 23: Wayang

sejarah atau silsilah para penguasa yang memerintah suatau daerah, baik yang ditulis pada prasasti maupun benda lain yang artinya bukan hanya untuk dikenal saja, tetapi untuk digaungkan oleh segenap masyarakatnya, dan dikenang akan jasa-jasanya.

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Artikel, Tokoh Mahabharata | Komentar Dimatikan

Sang Hyang Tunggal

13 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Sang Hyang Tunggal adalah suami dari Dewi Wiranti putri dari Sang Hyang Rekatatama. Serta ayah dari Batara Ismaya (Semar), Batara Antaga (Togog) dan Batara Manikmaya (Guru).

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Dewa-Dewi Wayang | Komentar Dimatikan

Batara Bayu

13 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Bayu (Sanskerta: Vayu, baca: Bayu, disebut juga Waata atau Pawana atau Prana) dalam agama Hindu adalah Dewa utama, bergelar sebagai Dewa angin. Udara (Vayu) atau angin (Pavana) merupakan salah satu unsur dalam Panca Maha Bhuta, lima elemen dasar dalam ajaran agama Hindu.

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Dewa-Dewi Wayang | Komentar Dimatikan

Batara Candra

13 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Dalam agama Hindu, Candra adalah dewa bulan, sekaligus seorang Graha. Candra juga disamakan dengan Soma, dewa bulan dalam Weda-Weda. Kata Soma merujuk kepada minuman manis dari tanaman, sehingga Candra menjadi penguasa tanaman dan tumbuhan.

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Dewa-Dewi Wayang | Komentar Dimatikan

Page 24: Wayang

Gandhari – Catatan Pinggir

8 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Ia bisa diselamatkan dari para penujum, tapi bisakah ia dibela dari nasib? Sejak Raja Subala mendengar ramalan buruk itu, ia perintahkan agar siapa saja yang hendak membaca masa depan tak diperkenankan masuk ke istana. Baginda tak akan lupa ucapan brahmana yang datang di musim semi itu—penujum terakhir yang diantar dengan bergegas ke luar balairung: ”Kelak, putri Paduka akan hidup dalam gelap, mungkin karena getir.”

Tentu saja Gandhari tak mendengar kata-kata itu.

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Dinasti Kuru, Goenawan Muhammad, Korawa, Pembacaan Modern, Tokoh Mahabharata | Komentar Dimatikan

Gandari

8 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Gandari (Sansekerta: Gandhari) adalah nama seorang tokoh dalam wiracarita Hindu, Mahabharata. Dalam kisah, ia merupakan puteri Subala, Raja Gandhara (di masa sekarang disebut Kandhahar), yaitu wilayah yang meliputi Pakistan barat daya dan Afganistan timur, dan namanya diambil dari sana. Gandari menikahi Dretarastra, pangeran tertua di Kerajaan Kuru. Semenjak bersuami, Gandari sengaja menutup matanya sendiri agar tidak bisa menikmati keindahan dunia

karena ingin mengikuti jejak suaminya.

Gandari melahirkan seratus putera, (secara keseluruhan dikenal sebagai Korawa), dan seorang puteri bernama Dursala yang menikahi Jayadrata. Pada saat kehamilannya, ia merasa iri dengan Kunti yang sudah memiliki anak, sedangkan ia sendiri belum dikaruniai anak.

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Dinasti Kuru, Korawa, Tokoh Mahabharata | Komentar Dimatikan

Gatotkaca 2

8 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Gatotkaca, terkenal sebagai ksatria perkasa berotot kawat bertulang besi. Ia adalah anak Bima, ibunya bernama Dewi Arimbi. Dalam pewayangan, Gatotkaca adalah seorang raja muda di Pringgadani, yang rakyatnya hampir seluruhnya terdiri atas

Page 25: Wayang

bangsa raksasa. Negeri ini diwarisinya dari ibunya. Sebelum itu, kakak ibunya yang bernama Arimba, menjadi raja di negeri itu. Sebagai raja muda di Pringgadani, Gatotkaca banyak dibantu oleh patihnya, Brajamusti, adik Arimbi.

Begitu lahir di dunia, Gatotkaca telah membuat huru-hara. Tali pusarnya tidak dapat diputus. Berbagai macam pisau dan senjata tak mampu memotong tali pusar itu. Akhirnya keluarga Pandawa sepakat menugasi Arjuna mencari senjata ampuh untuk keperluan itu. Sementara itu para dewa pun tahu peristiwa itu. Untuk menolongnya Batara Guru mengutus Batara Narada turun ke bumi membawa senjata pemotong tali pusar Gatotkaca. Namun Batara Narada membuat kekeliruan.

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Dinasti Kuru, Pandawa, Tokoh Mahabharata | Komentar Dimatikan

Gatotkaca

8 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Gatotkaca (bahasa Sanskerta: Ghattotkacha) adalah seorang tokoh dalam wiracarita Mahabharata yang dikenal sebagai putra Bimasena atau Wrekodara dari keluarga Pandawa. Ibunya yang bernama Hidimbi (Harimbi) berasal dari bangsa rakshasa, sehingga ia pun dikisahkan memiliki kekuatan luar biasa. Dalam perang besar di Kurukshetra ia banyak menewaskan sekutu Korawa sebelum akhirnya gugur di tangan Karna.

Di Indonesia, Gatotkaca menjadi tokoh pewayangan yang sangat populer. Misalnya dalam pewayangan Jawa ia dikenal dengan ejaan Gatutkaca (bahasa Jawa: Gathutkaca). Kesaktiannya dikisahkan luar biasa, antara lain mampu terbang di angkasa tanpa menggunakan sayap, serta terkenal dengan julukan “otot kawat tulang besi”.

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Dinasti Kuru, Pandawa, Tokoh Mahabharata, Versi Jawa | Komentar Dimatikan

Bima

8 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Bima (Sanskerta: Bhima) atau Bimasena (Sanskerta: Bhimaséna) adalah seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia dianggap sebagai seorang tokoh heroik. Ia adalah putra Dewi Kunti dan dikenal sebagai tokoh Pandawa yang kuat, bersifat selalu kasar dan menakutkan bagi musuh, walaupun sebenarnya hatinya lembut. Ia merupakan keluarga Pandawa di urutan yang kedua, dari lima bersaudara. Saudara se’ayah’-nya ialah wanara yang terkenal

Page 26: Wayang

dalam epos Ramayana dan sering dipanggil dengan nama Hanoman. Akhir dari riwayat Bima diceritakan bahwa dia mati sempurna (moksa) bersama ke empat saudaranya setelah akhir perang Bharatayuddha. Cerita ini dikisahkan dalam episode atau lakon Prasthanikaparwa. Bima setia pada satu sikap, yaitu tidak suka berbasa basi dan tak pernah bersikap mendua serta tidak pernah menjilat ludahnya sendiri.

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Dinasti Kuru, Pandawa, Tokoh Mahabharata, Versi Jawa | Komentar Dimatikan

Yudistira

8 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Yudistira alias Dharmawangsa, adalah salah satu tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia merupakan seorang raja yang memerintah kerajaan Kuru, dengan pusat pemerintahan di Hastinapura. Ia merupakan yang tertua di antara lima Pandawa, atau para putera Pandu.

Dalam tradisi pewayangan, Yudistira diberi gelar “Prabu” dan memiliki julukan Puntadewa, sedangkan kerajaannya disebut dengan nama Kerajaan Amarta.

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Dinasti Kuru, Pandawa, Tokoh Mahabharata, Versi Jawa | Komentar Dimatikan

Kusalya

4 November 2009 oleh Putra Lokajaya

DEWI KUSALYA/KESALYA dikenal pula dengan nama Dewi Ragu (Pedalangan Jawa) atau Dewi Sukasalya (Pustaka Raja). Ia putra Prabu Banaputra, raja negara Ayodya dengan permaisuri Dewi Barawati, putri Prabu Banawa. Dewi Kusalya berwajah sangat cantik, anggun penampilannya dan diyakini sebagai titisan Bathari Sri Widowati.

Saat berusia remaja, Dewi Kusalya menderita penyakit lumpuh yang tak tersembuhkan oleh para tabib. Prabu Banaraja akhirnya mengeluarkan sayembara, barang siapa yang dapat menyembuhkan penyakit Dewi Kusalya dialah yang akan menjadi jodohnya. Penyakit Dewi Kusalya akhirnya dapat disembuhkan oleh Resi Rawatmaja, brahmana tua dari pertapaan Puncakmolah yang memiliki Cupu Astagina beriisi air mujarab Mayamahadi pemberian Sanghyang Narada.

Lanjut Baca »

Page 27: Wayang

Ditulis dalam Tokoh Ramayana | Komentar Dimatikan

Drupadi

3 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Siapakah yang mendengar suara Drupadi ketika ia diseret pada rambutnya yang panjang ke balairung perjudian itu? Semua. Semua mendengar. Tapi tak ada yang menolongnya.

Yudhistira, suaminya, yang telah kalah dalam pertaruhan, membisu. Juga Arjuna. Juga Nakula dan Sadewa. Hanya Bima yang menggeratakkan gerahamnya dalam rasa marah yang tertahan, hanya Bima yang berbisik, bahwa Yudhistira telah

berbuat berlebihan, karena bahkan pelacur pun tak dipertaruhkan dalam pertandingan dadu. ”Ketika kau jadikan kami, adik-adikmu, barang taruhan, aku diam, karena kau, kakak sulung, adalah tetua kami. Kami bahkan rela jadi budak ketika kau kalah. Ketika kau jadikan dirimu sendiri barang pembayaran, kami juga diam, karena kau sendirilah yang menanggungnya. Tapi apa hakmu mengorbankan Drupadi di tempat ini? Apa hakmu, Kakakku?”

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Goenawan Muhammad, Pembacaan Modern | Komentar Dimatikan

Drupadi dan Srikandi

3 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Pandawa dan Punakawan segera ikut membantu mempersiapkan upacara pembakaran jenasah yang akan dilakukan untuk Raden Gandamana. Tampak Dewi Drupadi dan Dewi Srikandi serta Raden Drustajumena menangisi kepergian paman mereka.

Dewi Drupadi tidak berani menatap ke Bratasena yang ternyata tinggi dan besar sekali itu. Demikian juga Srikandi selalu berpura-pura sibuk mempersiapkan segala sesuatunya. Dan tanpa disadari tiba-tiba begitu banyak

gadis dari keputren membantu mempersiapkan upacara itu, kelihatannya semua gadis di kerajaan ini ingin melihat lebih dekat Satria muda berwajah sangat tampan itu.

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Versi Jawa | Komentar Dimatikan

Bambang Ekalaya

3 November 2009 oleh Putra Lokajaya

Page 28: Wayang

Ketika masih remaja, Pandawa dan Korawa didik oleh seorang Brahmana yang sakti dan terkenal dengan ajian Danurwedanya yaitu Resi Drona. Seorang Brahmana mulia dan guru utama bagi putra raja Hastinapura. Resi Drona mengajarkan berbagai ilmu kepada para siswa sesuai dengan bakat dan

kemampuannya.

Suatu ketika para siswa di ajar untuk memanah. Maka digantunglah sebuah apel dengan seutas tali di dahan pohon mangga. Satu per satu para siswa diminta untuk memanah apel tersebut. Duryudana tampil terlebih dahulu dengan gendewa di tangan dan langsung menarik busur dan membidik anak panah ke arah apel tersebut.

Lanjut Baca »

Ditulis dalam Versi Jawa | Komentar Dimatikan

Apa Kabar Dunia

31 Oktober 2009 oleh Putra Lokajaya

Mohon doa restunya poro sedulur…

Blog Tokoh Wayang didedikasikan untuk mengenali berbagai karakter Tokoh Wayang/Figur Wayang. Mudah-mudahan hal ini bisa membantu mengenali jati diri penjenengan sami.

Suwun,Putra Lokajaya.

Ditulis dalam Artikel, Pembacaan Modern, Tokoh Mahabharata, Tokoh Ramayana, Versi Jawa | Komentar Dimatikan

Page 29: Wayang

DAFTAR PESERTA REMEDIAL TES

MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

KELAS 7A

1. NANI ISNAINI2. AGUS SUGENG P

3. AHMAD LUTFI GHIFARI

4. AN’IM FALAHUDIN

5. DIMAS MUFTA A

6. HASTOMO FS

7. RENDY YULIANTO

8. RIDHO F I S

9. SENDIKA N A

10. SULTON

KELAS 7 B

1. ANGGUN R2. DYAH FEBRIANA

3. NABILA Z I

4. NGALIMATUL CH

5. RULI HAINI

6. AJI PAMUNGKAS

7. BUDI PRIYAMBODO

8. CANDRA LEO

9. DWI PRAYITNO

10. RUDI WISNU A

11. TOMY AJI S

12. WAHYU ARDIANSYAH

Page 30: Wayang