warta minggu 27 juli 2014

Upload: meiris-l-e-pitay

Post on 12-Oct-2015

33 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Upah dari Ketaatan Dalam Penderitaan

TRANSCRIPT

BAHAN KHOTBAHGMII SOLAGRATIA JAKARTA

MINGGU 27 JULI 2014

TEMA

UPAH DARI KETAATAN DALAM PENDERITAAN

DANIEL 3 : 12 30

Tujuan dari renungan ini adalah:

Menunjukkan kesabaran dan ketaatan orang percaya dalam menghadapi tantangan hidup akan mempeolrh kemuliaan Allah, sehigga jemaat tidak takkut untuk menyatakan kebenaran Allah.

Ada beberapa pertanyaan yang akan membantu kita untuk memahami lebih jauh Firman Tuhan ini dengan tema upah dari ketaatan dalam penderitaan.

1. Mengapa raja Nebukadnezar memanggil Sadrakh, Mesakh dan Abednego?

2. Apa tujuan penggilan itu?

3. Apa inti permasalahan ini?

4. Bagaimana Sadrakh, Mesakh, dan Abednego menyatakan imannya?

5. Bagaimana kita menyatakan iman kita?

Dalam kehidupan kita di dunia, ada saat dimana iman kita harus pula mengalami ujian. Itu bisa lewat tekanan, intimidasi atau bahkan ancaman dari orang-orang sekitar kita baik di lingkungan tempat tinggal, kota atau pekerjaan. Menghadapi berbagai tekanan dan masalah sebagian orang memilih untuk menyembunyikan identitas dirinya dalam hal keimanan..

Firman Tuhan hari ini mengajak kita untuk melihat kisah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego yang tetap mempertahankan iman mereka walaupun harus di buang dalam perapian yg menyala-nyala. Walaupun nama mereka diganti dan mereka diwajibkan untuk menjalani proses pencucian identitas sebagai bangsa Yehuda, ternyata hati mereka tidak berubah sedikit pun. Padahal ujian yang mereka alami tidaklah mudah. Mereka menghadapi ancaman kematian dengan cara mengerikan jika masih terus mempertahankan iman mereka dan menolak menyembah berhala-berhala Babel dan rajanya. Sebelum membahas lebih jauh tentang tema Firman Tuhan ini, kita akan membahas terlebih dahulu arti dari nama tokoh-tokoh di atas.

Hananya, Misael dan Azarya adalahnama-nama Yahudiketiga teman Daniel. Sedangkan nama-nama Sadrakh, Mesakh dan Abednegodiberikan oleh pemerintah Babelpada saat mereka diberi kesempatan bekerja di istana oleh pemerintah Babel. Hananya Ibr.khananyah; berartiYahweh begitu ramah. Nama Hananya diganti menjadi Sadrakh, yang berartiSi Jurutulis besar. Misael Ibr.miysyael; berartisiapakah yang serupa dengan Allah. Nama Misael diganti menjadi Mesakh, yang berartitamu raja. Azarya Ibr.azaryahu; berartiTuhan telah menolong. Nama Azarya diganti menjadi Abednego Abed Nego, yang berartipelayan dewa Nebo. Kata Nebo sendiri memiliki artiDia yang bersinar.Penamaan terhadap Hananya, Misael dan Azarya dengan nama-nama yang berangkat dari kultur dan religiositas Babilonia mungkin merupakan cara pemerintah Babel untuk mem-Babel-kan para pemuda buangan dari Yehuda itu.Pada masa kepemimpinana raja Nebukadnezar, ia membuat sebuah patung emas yang tingginya 60 hasta dan lebarnya 6 hasta yang didirikannya di dataran Dura di wilayah Babel, lalu menyuruh orang mengumpulkan para wakil raja, para penguasa, para bupati, para penasihat negara, para bendahara, para hakim, para ahli hukum dan semua kepala daerah, untuk menghadiri pentahbisan patung yang telah didirikannya itu. Setelah mereka semua berkumpul, berserulah seorang bentara dengan suara nyaring: "Beginilah dititahkan kepadamu, hai orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa: demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, maka haruslah kamu sujud menyembah patung yang telah didirikan raja Nebukadnezar itu; siapa yang tidak sujud menyembah, akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala!" Sebab itu demi segala bangsa mendengar bunyi-bunyian itu, maka sujudlah mereka menyembah patung emas yang telah didirikan raja Nebukadnezar itu.

Pada waktu itu juga tampillah beberapa orang Kasdim menuduh orang Yahudi. Berkatalah mereka kepada raja Nebukadnezar: "Ya raja, kekallah hidup tuanku! Tuanku raja telah mengeluarkan titah, bahwa setiap orang yang mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, harus sujud menyembah patung emas itu, dan bahwa siapa yang tidak sujud menyembah, akan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Ada beberapa orang Yahudi, yang kepada mereka telah tuanku berikan pemerintahan atas wilayah Babel, yakni Sadrakh, Mesakh dan Abednego, orang-orang ini tidak mengindahkan titah tuanku, ya raja: mereka tidak memuja dewa tuanku dan tidak menyembah patung emas yang telah tuanku dirikan.

Sesudah itu Nebukadnezar memerintahkan dalam marahnya dan geramnya untuk membawa Sadrakh, Mesakh dan Abednego menghadap. Setelah orang-orang itu dibawa menghadap raja, berkatalah Nebukadnezar kepada mereka: "Apakah benar, hai Sadrakh, Mesakh dan Abednego, bahwa kamu tidak memuja dewaku dan tidak menyembah patung emas yang kudirikan itu? Sekarang, jika kamu bersedia, demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, sujudlah menyembah patung yang kubuat itu! Tetapi jika kamu tidak menyembah, kamu akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tangankuLalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu. Maka meluaplah kegeraman Nebukadnezar, air mukanya berubah terhadap Sadrakh, Mesakh dan Abednego; lalu diperintahkannya supaya perapian itu dibuat 7 kali lebih panas dari yang biasa. Kepada beberapa orang yang sangat kuat dari tentaranya dititahkannya untuk mengikat Sadrakh, Mesakh dan Abednego dan mencampakkan mereka ke dalam perapian yang menyala-nyala itu. Lalu diikatlah ketiga orang itu, dengan jubah, celana, topi dan pakaian-pakaian mereka yang lain, dan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Karena titah raja itu keras, dipanaskanlah perapian itu dengan luar biasa, sehingga nyala api itu membakar mati orang-orang yang mengangkat Sadrakh, Mesakh dan Abednego itu ke atas. Tetapi ketiga orang itu, yakni Sadrakh, Mesakh dan Abednego, jatuh ke dalam perapian yang menyala-nyala itu dengan terikat.

Kemudian terkejutlah raja Nebukadnezar lalu bangun dengan segera; berkatalah ia kepada para menterinya: "Bukankah 3 orang yang telah kita campakkan dengan terikat ke dalam api itu?" Jawab mereka kepada raja: "Benar, ya raja!" Katanya: "Tetapiada empat orang kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu; mereka tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya seperti anak dewa!" Lalu Nebukadnezar mendekati pintu perapian yang bernyala-nyala itu; berkatalah ia: "Sadrakh, Mesakh dan Abednego, hamba-hamba Allah yang maha tinggi, keluarlah dan datanglah ke mari!" Lalu keluarlah Sadrakh, Mesakh dan Abednego dari api itu. Dan para wakil raja, para penguasa, para bupati dan para menteri raja datang berkumpul; mereka melihat, bahwa tubuh orang-orang ini tidak mempan oleh api itu, bahwa rambut di kepala mereka tidak hangus, jubah mereka tidak berubah apa-apa, bahkan bau kebakaranpun tidak ada pada mereka.

Berkatalah Nebukadnezar: "Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego! Ia telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya, yang telah menaruh percaya kepada-Nya, dan melanggar titah raja, dan yang menyerahkan tubuh mereka, karena mereka tidak mau memuja dan menyembah allah manapun kecuali Allah mereka. Sebab itu aku mengeluarkan perintah, bahwa setiap orang dari bangsa, suku bangsa atau bahasa manapun ia, yang mengucapkan penghinaan terhadap Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego, akan dipenggal-penggal dan rumahnya akan dirobohkan menjadi timbunan puing, karena tidak ada allah lain yang dapat melepaskan secara demikian itu." Lalu raja memberikan kedudukan tinggi kepada Sadrakh, Mesakh dan Abednego di wilayah Babel.

Melihat apa yang dilakukan Sadrakh dan teman-temannya, kita perlu belajar bahwa ketaatan kita kepada Tuhan membawa pada sebuah kemenangan, dan kemenangan itu terjadi bukan karena kehebatan kita tetapi kuasa Allah yang luar biasa menolong. Upah Sadrakh dan taman-temannya dari ketaatan dan ketekunan mereka kepada Tuhan dalam menghadapi penderitaan dan tantangan hidup adalah:

Mereka di beri kecerdasan lebih jika dibandingkan dengan orang lain saat mengambil keputusan untu tidak menajiskan diri dengan makanan dan minuman raja yang sudah di persembahkan kepada berhala (Pasal 1) Mereka tetap diberi kesempatan hidup walaupun sudah di buang ke dalam perapian yang dipanaskan 7 x lipat dari biasanya. Dalam hal ini Sadrakh dan teman-temannya diselamatkan Tuhan. (ayat 24-25) Hal lain yang diperoleh Sadrakh dan teman-temannya adalah , mereka menjadi saksi dalam penderitaan tersebut. (ayat 28 29). Raja memerintahkan agar tidak boleh ada seorangpun yang menghina Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Ini menunjukan bahwa raja pun mengakui kemahakuasaan Allah. Upah terakhir yang mereka peroleh adalah: memperoleh kedudukan yang tinggi di wilayah Babel.Dalam kehidupan kita di dunia, ada saat dimana iman kita harus pula mengalami ujian. Itu bisa lewat tekanan, intimidasi atau bahkan ancaman dari orang-orang sekitar kita baik di lingkungan tempat tinggal, kota atau pekerjaan. Takut dikucilkan, takut ditolak, takut tidak naik jabatan, diperlakukan tidak adil dan sejenisnya seringkali membuat sebagian orang memilih untuk menyembunyikan identitas dirinya dalam hal keimanan. Jatuh cinta kepada seseorang pun bisa menjadi penyebab lunturnya keimanan. Ada banyak orang yang akhirnya meninggalkan iman mereka akan Kristus demi mendapatkan pujaan hatinya. Ironis, tapi faktanya memang demikian. Tidaklah mudah hidup sebagai minoritas di tengah mayoritas. Namun sesungguhnya pada saat-saat seperti itulah iman dan ketaatan kita akan Kristus tengah diuji. Lulus atau tidak, itu semua tergantung keputusan kita sendiri, bagaimana kita menyikapinya. Apakah kita mau berkompromi mengorbankan Tuhan yang telah begitu mengasihi kita dan menebus dosa-dosa kita, menghadiahi kita yang sebenarnya tidak layak ini dengan keselamatan kekal, atau memilih untuk terus setia apapun resikonya.