wajah bertato sebagai inspirasi dalam seni lukisdigilib.isi.ac.id/4099/6/journal nandi yoga.pdf ·...
TRANSCRIPT
i
i
WAJAH BERTATO
SEBAGAI INSPIRASI DALAM SENI LUKIS
JURNAL
Oleh:
NANDI YOGA NARUBA
NIM 1112203021
MINAT UTAMA SENI LUKIS
PROGRAM STUDI SENI RUPA MURNI
JURUSAN SENI MURNI FAKULTAS SENI RUPA
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
2018
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
ii
ii
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
iii
iii
A. WAJAH BERTATO SEBAGAI INSPIRASI DALAM SENI LUKIS
B. Abstrak
Oleh :
NANDI YOGA NARUBA
112203021
ABSTRAK
Karya dalam Tugas Akhir ini hasil dari pengamatan melalui acara tato
yang digelar di berbagai kota di Indonesia, terutama mereka yang mengenakan
tato di bagian-bagian tubuh yang dianggap ekstrim, khususnya tato yang
ditempatkan di wajah. Wajah bertato menjadi pusat perhatian masyarakat, hal ini
menjadi fenomena tersendiri karena keberanian individu dalam membuat identitas
baru yang sangat terlihat sehingga muncul daya tarik untuk diwujudkan dalam
karya seni lukis.
Berawal dari melihat, mengamati dan tertarik terhadap wajah bertato,
tugas akhir ini adalah upaya untuk memproyeksikan nilai-nilai positif melalui
aktivitas keseharian wajah bertato. Karya yang dihadirkan dapat menginspirasi
dan memperluas sudut pandang terhadap wajah bertato sehingga muncul
pemahaman antara tato dan perilaku. Kemudian diwujudkan ke dalam bentuk
karya seni lukis dengan menggunakan elemen-elemen seni, garis, bidang, bentuk,
warna dan tekstur. Pengembangan ide dalam karya seni lukis melewati wawancara
para wajah bertato dan informasi media sosial.
Kata Kunci: tato, wajah bertato, seni lukis.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
iv
iv
ABSTRACT
The work in this Final Project results from observations through tattoo
events held in various cities in Indonesia, especially those who wear tattoos on
body parts that are considered extreme, especially tattoos placed in the face.
Tattooed face became the center of public attention, this becomes a distinct
phenomenon because of the individual's courage in making a new identity very
visible so it appears the attraction to be realized in the work of painting.
Starting from seeing, observing and interested in tattooed face, this final
task is an attempt to project positive values through the daily activities of tattooed
face. The work presented can inspire and broaden the point of view of tattooed
faces so that there is an understanding between tattoos and behavior. Then
manifested into the form of painting by using elements of art, lines, fields, shapes,
colors and textures. The development of ideas in painting works through
interviews of tattooed faces and social media information.
Keywords: tattoos, tattooed face, art painting
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
1
C. PENDAHULUAN
C.1. Latar Belakang Penciptaan
Masyarakat Polynesian di Pasifik Selatan, tradisi tato mereka merupakan
salah satu tato tertua dan terindah di dunia. Tato dengan desain geometris yang
selalu ditambah sepanjang hidupnya, bukan mustahil hingga seluruh tubuh. Pada
masyarakat Polinesian, tato dianggap sebagai parameter kecantikan (Hatib Abdul
Kadir Olong, 2006 : 101). Pada Suku Maori yang telah lama menetap di New
Zealand (Selandia Baru), secara tradisi, pria diberi Moko yang berarti tato yang
terletak pada wajah, pantat, dan paha mereka. Wanita biasanya menggunakan
Moko pada bibir dan dagu mereka. Moko terkadang digunakan pada bagian tubuh
yang lain, termasuk dahi, leher, punggung, perut dan betis. Di Indonesia suku
Mentawai "Kalau tato di wajah itu adalah simbol teggle (parang), garisnya dari
pipi bawah melengkung ke arah telinga. Namun perempuan tidak ada," tutur
Aman Telepon.
Ketertarikan penulis terhadap tato dimulai semenjak duduk di bangku
Sekolah Menengah Kejuruan Seni Rupa di Yogyakarta pada tahun 2008. Hal ini
bermula dari perkenalan dengan teman sebangku, Anton (18 tahun), yang
mempunyai tato di badan, menjadikan penulis tertarik untuk melihat proses
menato. Minat mendalami tato semakin kuat oleh karena praktik tato merupakan
bagian dari kerja seni rupa dengan menggunakan media yang unik, seperti mesin
tato, jarum, tinta khusus dan kulit manusia sebagai media gambar. Berbeda dari
kecendungan berkarya penulis sebelumnya, yaitu menggunakan media kanvas dan
kertas.
Untuk kali pertama, pada tahun 2008 penulis mencoba membuat tato.
Pengalaman awal membuat tato dimulai dari merakit mesin tato dengan bahan-
bahan yang mudah dicari. Teknis pembuatannya pun sederhana, dengan
menggunakan bahan sendok, dinamo, ballpoint, adaptor, dan beberapa kabel,
klem dan mur-baut. Cara membuatnya, sendok dipotong ambil tangkainya dan
dibengkokkan, kemudian dikaitkan dengan dinamo dari cd player, untuk ujungnya
mengambil drawing pen yang sudah dipotong untuk tempat jarum, kemudian
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
2
memakai jarum jahit ukuran sebelas yang dikaitkan dengan sedotan untuk
menghubungkan ujung jarum dengan dinamo cd player.
Seni tato kian digemari masyarakat luas di segala lapisan. Hal tersebut
menyebabkan semakin meningkatnya peminat tato yang berimbas memunculkan
banyak penato. Kemunculan para pembuat tato hadir hampir di berbagai daerah,
menyasar ke daerah-daerah di luar kota besar. Event tato juga semakin banyak
bermunculan di kota-kota non urban, seperti Salatiga, Wonosobo, Magelang,
Blitar, Cilacap, dan lain-lain. Citra bahwa menato tubuh identik dengan dunia
kekerasan kian luntur. Ramainya dunia pertatoan dipengaruhi oleh keberadaan
komunitas. Komunitas memiliki peran yang cukup sentral atas perkembangan
tato. Lewat komunitas, tato dapat menjadi medium berbagai kegiatan, seperti aksi
sosial, solidaritas, ekonomi kreatif, bahkan aktivisme dan sikap politik.
Pada setiap event tato berlangsung, penulis seringkali tertarik dan
mengamati para pengguna tato. Terutama mereka yang mengenakan tato di
bagian-bagian tubuh yang dianggap ekstrim, khususnya tato yang ditempatkan di
wajah. Pemandangan tato yang melekat pada wajah seseorang, sering dijumpai
dalam acara tato juga acara musik underground.
Salah satu yang menjadi pengamatan khusus penulis yaitu acara tato
tahunan yang digelar di kota Blitar, berjudul Scum-Art Membangsat, dalam
kesempatan pergelaran yang ketiga mengangkat tema khusus yaitu Tattoo War on
Da Face. Acara ini menjadi menarik karena berbeda dari event tato sebelumnya,
yaitu mengadakan lomba menato dengan khusus di areal kepala, terutama wajah.
Pada event biasanya masing-masing individu saling unjuk gigi untuk menarik
perhatian publik dengan gambar yang dipilih unik atau dengan peletakan gambar
di bagian tubuh yang ekstrim, salah satunya di wajah. Oleh sebab itu, diduga
panitia acara Tato on Da Face memilih wajah untuk menarik perhatian khalayak,
mereka ingin lebih dari yang biasanya.
Gambar tato yang dipilih pun beragam, dari peta Indonesia, nama-nama,
payung di bawah mata, tulisan yang berperan sebagai pengganti alis.
Keberagaman dan latar belakang yang berbeda-beda tato di wajah membuat
penulis lebih tertarik untuk menuangkan ke dalam bentuk seni lukis.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
3
Sebelumnya penulis melihat wajah bertato merasakan sesuatu yang aneh
dan timbul banyak pertanyaan. Adanya Tugas Akhir ini pertanyaan-pertanyaan
yang timbul mulai terjawab dengan pendekatan penulis melalui wawancara dan
lebih mengerti tentang ketertarikan personal menato wajahnya. Sebagian besar
wajah bertato adalah suatu bentuk pemberontakan diri atau pelarian suatu
masalah, tentunya para personal tato wajah mengalami transformasi dalam
kehidupannya yang menjadikan sifat dan perilakunya mulai terkontrol juga
aktivitas yang positif dalam interaksi kehidupan sosial, membantu untuk merubah
pandangan orang yang melihat secara sebelah mata, tetapi tidak menutup
kemungkinan salah satu dari wajah bertato masih melakukan tingkah dan perilaku
kurang baik sehingga masyarakat awam masih melihat dari sudut pandang yang
negatif.
Terinspirasi dari fenomena wajah bertato, kemudian muncul sebuah
gagasan untuk menggali nilai-nilai wajah bertato ke dalam wujud baru dalam seni
lukis. Lewat karya lukis dengan mengambil para subjek yang mengenakan tato di
wajah bermaksud mengeksplor karakter personal sekaligus menghadirkan
beragam konteks yang menyertainya, dari religi, tradisi, psikologi, ekonomi,
sosial, politik dan lain sebagainya. Proses kreatif tersebut dijelajahi meliputi
gagasan-gagasan mengenai realita sosial yang tertuang sebagai bahan ekspresi
penciptaan karya seni lukis. Di samping itu, banyaknya referensi yang semakin
memengaruhi tentang pemahaman akan bentuk-bentuk yang akan diwujudkan,
dengan mencari objek- objek atau elemen pendukung dalam menciptakan karya
seni lukis. Tato wajah akan menjadi objek utama permasalahan atau centre of
interest, dan juga berupaya mengumpulkan aneka referensi dari berbagai sumber
seperti mewawancarai pelaku tato wajah, majalah, internet, buku, dan lain
sebagainya yang berhubungan dengan proses terciptanya karya seni lukis.
C.2. Rumusan / Tujuan
1. Nilai apa yang menarik untuk dihadirkan melalui wajah bertato dalam
penciptaan karya seni lukis.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
4
2. Bagaimana visualisasi wajah bertato diwujudkan dalam karya seni
lukis.
3. Material dan teknik apa saja yang sesuai untuk memvisualisasikan
wajah bertato ke dalam karya seni lukis.
Adapun tujuan dan manfaat penciptaan karya Tugas Akhir ini adalah:
1. Memproyeksikan nilai-nilai positif melalui aktivitas keseharian
pemilik tato wajah yang diemplementasikan dalam karya seni lukis.
2. Menggali potensi estetik wajah bertato maupun karakter personalnya
ke dalam penciptaan karya seni lukis.
3. Menemukan pola dan metode yang tepat serta menarik untuk
menghadirkan estetika wajah bertato melalui karya seni lukis.
4. Wajah bertato yang dihadirkan ke dalam karya seni lukis dapat
menginspirasi dan menawarkan berbagai sudut pandang masyarakat
terhadap wajah bertato.
5. Masyarakat berpikir lebih matang sebelum menato di wajah. Sebab
tato dimungkinkan memuat banyak dimensi tafsir.
C.3. Teori dan Metode
a. Teori
Ide dapat muncul setiap saat, akibat interaksi dengan sesama manusia
maupun dengan alam sekitarnya. Ide juga bisa berasal dari pengamatan kemudian
direnungkan maupun dari perasaan pribadi saat berhadapan dengan lingkungan
dan persoalan kehidupan. Ide merupakan faktor pendorong terbentuknya karya
seni, sebab dengan ide tersebut seniman akan terpacu kreativitasnya untuk
menghasilkan karya seni. Pada dasarnya esensi dari seni yang dapat dikenali hari
ini adalah sebuah kreativitas.
Kreativitas adalah perkara menghubungkan sesuatu yang tadinya tidak
terhubung. Orang kreatif boleh jadi terusik bilamana ditanya bagaimana
mereka mencipta sesuatu, sebab sesungguhnya mereka tidak membuat
apa-apa, melainkan menghubungkan-mengaitkan pengalaman-pengalaman
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
5
yang mereka miliki, lalu merangkainya menjadi hal baru (M Dwi
Marianto, 2014 : 2).
Pada dasarnya lukisan selalu mengandung gagasan atau wacana, wajah
bertato menjadi suatu benang merah dalam karya seni lukis. Konsep penciptaan
lukisan ini, penulis terinspirasi pada tato yang berada pada wajah seseorang, yang
akhir-akhir ini menjadi fenomena di dunia pertatoan khususnya di Indonesia.
Minat seseorang untuk memiliki tato di wajah bukanlah fenomena baru.
Wajah bertato perlu dilukiskan karena ini menjadi fenomena dalam dunia
pertatoan di Indonesia. Sebagai seorang perupa, berbagai fenomena yang hadir
lewat tato wajah seringkali merangsang perasaan penulis. Adapun penulis selalu
terdorong rasa penasaran kepada setiap pemilik tato di wajah, untuk mengetahui
sisi lain kehidupannya, latar belakang dalam memilih desain yang ditempatkan di
wajah.
Mengacu pada pemahaman seni alternatif, penulis bermaksud mengolah
bentuk visual dari warisan tradisi tato itu sendiri, sekaligus sebagai dokumentasi
visual atas berbagai gambar tato yang diminati oleh para pemakai tato dalam
konteks kekinian. Gambar-gambar tato juga mampu merepresentasikan budaya
yang sedang berkembang.
Lewat karya lukis dengan topik tato di wajah, penulis ingin memberi
pemahaman terhadap masyarakat bahwa pengguna tato wajah berasal dari
berbagai latar belakang yang berbeda-beda, yang masing-masing memberikan
keunikan. Keunikan inilah yang menurut menawarkan pluralitas sebagai nilai
karya, atau perayaan atas karya seni rupa kontemporer itu sendiri. Adapun hendak
menyajikan berbagai nilai positif yang bisa diambil dari setiap subjek yang
memiliki tato di wajah, misal lewat karyanya, kemandiriannya, penolakannya
bahkan sikap politik, serta perilakunya dalam lingkungan bermasyarakat.
Pengembangan ide dan penjelasan berbagai teori dalam konsep penciptaan
tugas akhir ini merupakan upaya untuk memperjelas dan mempermudah dalam
mengapresiasi karya-karya yang diciptakan. Maka konsep penciptaan tugas akhir
ini dapat disimpulkan sebagai ide visualisasi wajah bertato dengan berbagai
fenomena personal latar belakang sosial budaya, dan pemaknaan tato di setiap
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
6
individu, yang diwujudkan melalui lukisan sehingga mampu memberikan suatu
pemahaman tentang persepsi wajah bertato di masyarakat.
b. Metode
Karya Tugas Akhir ini adalah upaya untuk memvisualkan ide-ide yang
lahir melalui proses pengamatan, perenungan dan pemahaman, stimulus
inspirasinya melalui pendekatan personal. Tahapan pertama, melihat dan
mengamati setiap orang bertato di wajah pada waktu acara tato maupun melalui
media sosial. Tahapan kedua untuk mengerti dan mengenal lebih jauh perlu
pendekatan melalui sumber-sumber berita, wawancara langsung maupun lewat
media sosial, sehingga didapatkan intisari dari setiap individu dan juga dilakukan
proses pemilihan dan penyaringan secara tepat.
Gb. 10. Pemotretan model wajah bertato.
Konsep bentuk dalam karya-karya tugas akhir ini terdapat beberapa proses
pertimbangan berkaitan dengan objek utama dan objek pendukung. Objek utama,
yakni figur manusia bertato (wajah) dan pendukungnya berupa aktivitas
individunya. Objek tersebut diamati, diinteprestasi, kemudian dihadirkan kembali
menurut imajinasi, intuisi dan pertimbangan nilai-nilai artistik. Objek pendukung
yang kemudian dipilih untuk memberikan penegasan dan pemahaman terhadap
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
7
figur wajah bertato yang kemudian bertransformasi menjadi simbol untuk
merefleksikan dirinya.
Karya-karya perupa yang menginspirasi dan menjadi acuan penulis untuk
berkarya diantaranya sebagai berikut:
Gb. 5. Shawn Barber, The Tattooed Portraits Series, cat minyak pada kanvas,
2012. (Sumber: illusion.scene360.com)
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
8
Gb. 6. Haris Purnomo, Papua I, cat minyak dan akrilik pada kanvas,
200 x 180cm, 2012.
(sumber: www.idoartnow.com)
Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa konsep bentuk penciptaan
Wajah Bertato Sebagai Inspirasi Dalam Seni Lukis adalah menghadirkan suatu
fenomena dalam dunia tato di Indonesia dan melalui wajah bertato yang mewakili
setiap generasi maupun dari berbagai ranah sosial ke dalam wujud lukisan secara
realistik simbolik, dengan mengorganisasikan elemen-elemen seni rupa dua
dimensi.
Proses pembentukan sebuah karya seni melewati beberapa tahap
penciptaan yang setiap seniman mempunyai cara yang berbeda menentukan
proses yang dilakukan. Tahap perwujudan ini diawali dari melihat sumber wajah
bertato yang menarik kemudian melakukan pendekatan melalui wawancara atau
mencari informasi sumber melalui majalah dan sosial media. Penulis
merenungkan dan mendapatkan ide kemudian dilakukan sesi pemotretan atau
mencari referensi gambar sumber dari media sosial yang dirasa pas dengan ide
penulis.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
9
D. Pembahasan Karya
Karya 1. Nandi Yoga, Inggi The Singer, 100 x 60cm, cat akrilik pada kanvas,
2018.
Ras Inggi adalah seorang musisi berasal dari Kebumen, membuktikan
kecintaannya terhadap tato dengan menato di wajah. Tato di wajah Inggi
menyuarakan kebebasan yang positif melalui musik, Inggi membuktikan bahwa
wajah bertato tidak hanya diam tanpa harapan dan semangat hidup. Dia selalu
produktif lewat karya-karya yang dihasilkan dan sangat diterima oleh masyarakat
luas.
Karya ini menampilkan Inggi sedang bernyayi, peletakkan simbol plus
dalam karya ini diletakkan pada bagian microphone, sedangkan background
menampilkan burung yang berterbangan ini menjadi simbol kebebasan. Jika di
gabungkan simbol tersebut mengartikan kebebasan yang positif.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
10
Karya 2. Nandi Yoga, Danang Spike, 70 x 90cm, cat akrilik pada kanvas, 2018.
Yulius Danang Yoga Kusuma yang lebih dikenal Danang Spike adalah
seorang wiraswasta yang mengelola toko aksesoris punk, street, rock, dan metal di
Semarang. Kehidupan jalanan yang membuat Danang terjun ke dalam dunia tato,
masa lampau adalah masa yang penuh sejarah entah itu baik atau buruk.
Hal buruk pasti pernah dilakukan oleh setiap manusia. Sekeras-kerasnya
batu jika dipukul akan lebur begitu juga dengan manusia seburuk-buruknya
manusia jika ada niat untuk berubah pasti akan menuai keberhasilan. Tato wajah
Danang menandai hal yang buruk, tetapi manusia mengalami transformasi dalam
kehidupannya pastinya akan berubah untuk lebih baik, yang pasti menjaga sikap
dan tingkah laku.
Karya ini didominasi oleh warna panas memvisualkan kehidupan danang
masa lampau. Objek batu yang dihadirkan sebagai simbol kekerasan sedangkan
simbol plus diletakkan pada tangannya sebagai wujud pengontrolan diri.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
11
Karya 5. Nandi Yoga, Triw Straight Edge, 120 x 100cm, cat akrilik pada kanvas,
2018.
Triwijayanto sering disapa Triw adalah seorang straight edge sebuah gaya
hidup, filosofi dan pergerakan yang menganut anti penggunaan narkoba,
penggunaan minuman beralkohol, merokok dan hubungan seks bebas (casual
sex). Triw juga seorang vegan yang diterapkan dalam pola makan kehidupannya
sehari-hari. Triw membuktikan tekad yang kuat untuk mengalahkan hawa nafsu
dan ego, tato pada dagunya bertuliskan vegan, ini menjadi penyampaian pesan
terhadap orang yang menawari atau mengajak makan ketika yang disediakan
adalah daging.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
12
Selama ini tato dinilai kurang baik dimata masyarakat terlebih tato pada
wajah. Tetapi Triw menumpas habis pandangan masyarakat terhadap tato yang
dianggap negatif, lewat perilaku dan gaya hidup Triw juga membuktikan bahwa
tato tidak memengaruhinya dalam tindakan yang postif.
Perwujudan karya yang menampilkan portrait Triw sedang membawa
sayuran dengan ekspresi wajah senang. ini memvisualkan kecintaannya terhadap
sayuran. Teknik yang digunakan pada background adalah teknik campuran,
opaque, transparan. Sengaja background menampilkan brushtroke dan cipratan
dengan warna-warna dingin. Background dalam setiap karya dibuat ekspresif
untuk merepresentasikan kebebasan.
E. Kesimpulan
Penciptaan karya seni adalah salah satu cara untuk mengungkapkan,
mengekspresikan pengalaman manusia dan juga untuk menandai zamannya.
Proses mewujudkan karya seni memerlukan pemikiran, kreativitas, inspirasi dan
bakat untuk mewujudkannya, sehingga karya seni mengandung pesan atau
konsep. Kandungan karya seni tentu memuat latar belakang yang memengaruhi
perwujudannya.
Latar belakang munculnya ide dalam penciptaan karyaTugas Akhir seni
lukis yang berjudul Wajah Bertato Sebagai Inspirasi Dalam Karya Seni Lukis ini
adalah ketika penulis hadir pada setiap event tato berlangsung, penulis seringkali
tertarik dan mengamati para pengguna tato. Terutama mereka yang mengenakan
tato di bagian-bagian tubuh yang dianggap ekstrim, khususnya tato yang
ditempatkan di wajah. Wajah bertato menjadi pusat perhatian masyarakat. Hal ini
menjadi fenomena tersendiri karena keberanian individu dalam membuat identitas
baru yang sangat terlihat. Tato menjadi bagian dari budaya, dan dipandang seni
tetapi sebagian masyarakat melihat tato dari sisi negativnya karena masyarakat
melihat tato dari perilaku penggunanya. Karya seni diciptakan melalui
pendalaman observasi objek langsung, Sehingga nilai-nilai personal wajah bertato
dapat terlihat. Penulis mendapatkan sudut pandang berkaitan nilai-nilai positif dari
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
13
perilaku wajah bertato karena keproduktifan dan perilaku positif di lingkungan
sosial.
Pada dasarnya lukisan selalu mengandung gagasan atau wacana, wajah
bertato menjadi suatu benang merah dalam karya seni lukis. Konsep penciptaan
lukisan ini, penulis terinspirasi pada tato yang berada pada wajah seseorang dari
beragaman dan latar belakang yang berbeda-beda, yang akhir-akhir ini menjadi
fenomena di dunia pertatoan khususnya di Indonesia. Atas dasar latar belakang
dan ketertarikan penulis terhadap wajah bertato yang sudah dijelaskan, kemudian
penulis mewujudkan individu wajah bertato dengan simbol burung sebagai
kebebasan dan juga simbol plus sebagai nilai positif, sehingga tugas akhir ini
adalah upaya untuk memproyeksikan nilai-nilai positif melalui aktivitas
keseharian wajah bertato dan juga untuk dapat menginspirasi dan memperluas
sudut pandang terhadap wajah bertato.
Bentuk-bentuk yang dihadirkan pada seluruh karya objek utama dan objek
pendukung. Objek utama, yakni figur manusia bertato (wajah) dan pendukungnya
berupa aktivitas individunya. Bentuk yang diwujudkan adalah bentuk figuratif
realistik untuk menyampaikan setiap figur wajah manusia bertato sehingga bisa
dikenali karakter setiap wajahnya. Penulis memperhatikan pertimbangan artistik
dari segi visual, di antaranya persoalan garis, warna, komposisi, proporsi dan lain-
lain. Semua itu disusun berdasarkan pertimbangan konsep yang akan diwujudkan
dalam lukisan. Selain itu, penulis juga terpengaruh dengan kebentukan seniman
lain yang menjadi acuan, antara lain karya pelukis Shawn Barber dan Haris
Purnomo.
Tugas akhir ini tentu saja memiliki banyak kekurangan, hal tersebut terjadi
karena keterbatasan pengetahuan dan kurangnya pengalaman diri penulis.
Kesalahan dan kekeliruan yang muncul dalam proses pembuatan laporan Tugas
Akhir karya seni lukis ini, maupun penyajian karya selama pameran sekiranya
bisa dimaklumi dan dikoreksi. Terlepas dari itu, diharapkan seluruh karya Tugas
Akhir ini mampu menjadi pelajaran bagi diri sendiri dalam berkesenian di
kemudian hari dan juga harapan kedepan fenomena wajah bertato dapat dikaji
lebih luas untuk perkembangan seni rupa dan tato.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
14
Demikian seluruh karya dan laporan ini dibuat sebagai syarat untuk
memenuhi Tugas Akhir Penciptaan Karya Seni di Institut Seni Indonesia
Yogyakarta. Semoga dapat berguna bagi masyarakat luas, menjadi pijakan
berekspresi dan dapat memberi pelajaran bagi penulis.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
15
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Marianto, M. Dwi, Art & Life Force, in a Quantum Perspective, Yogyakarta;
Scritto Books Publisher, 2014.
Olong, Hatib Abdul Kadir, Tato, Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara, 2006.
UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta