darmadi18.files.wordpress.com · web viewgambar 4. 3 grafik hasil uji tarik baja dari hasil...
TRANSCRIPT
TUGAS AKHIRANALISIS KEKUATAN BALOK
PADA GEDUNG ...................
DISUSUN OLEH :
JURUSAN SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
2
DAFTAR ISI
TUGAS AKHIR
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................vi
DAFTAR ISI..........................................................................................................x
DAFTAR TABEL...............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................I-1
1.1.Latar Belakang Masalah.....................................................................I-1
1.2.Rumusan Masalah..............................................................................I-3
1.3.Tujuan Penelitian................................................................................I-4
1.4.Manfaat Penelitian.............................................................................I-4
1.5.Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian...............................................I-4
1.6.Sistematika Penulisan.........................................................................I-5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................II-1
2.1.Beton Bertulang................................................................................II-1
2.1.1. Beton.............................................................................II-1
2.1.2. Sifat Beton Terhadap Temperatur Tinggi.........................II-2
2.1.3. Estimasi Kekuatan Sisa Beton Pasca Bakar.....................II-8
2.2.Baja Tulangan.................................................................................II-10
2.3.Perhitungan Struktur.......................................................................II-11
2.3.1. Peraturan Pehitungan Kekuatan Struktur........................II-11
2.3.2. Pembebanan...................................................................II-12
2.4.Sistem Struktur Gedung..................................................................II-12
2.4.1. Balok...........................................................................II-13
2.4.2. Faktor Reduksi Kekuatan untuk Balok...........................II-15
2.4.3. Flow Chart Analisis Balok.............................................II-16
2.5.Jenis dan Klasifikasi Kerusakan Beton Pasca Bakar.......................II-19
2.6.Analisis Struktur Beton Bertulang menggunakan SAP 2000 v14 . . .II-20BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................III-1
x
3.1.Pengamatan Visual.........................................................................III-1
3.2.Pengujian Karbonasi.......................................................................III-2
3.3.Pengujian Alat Palu Beton Tipe N...................................................III-3
3.4.Pengujian Kuat Tarik Baja Tulangan...............................................III-3
3.5.Analisis Kekuatan Struktur Beton Pasca Kebakaran.......................III-3
3.5.1. Analisis Struktur............................................................III-3
3.5.2. Pemodelan Struktur........................................................III-4
3.5.3. Pembebanan Struktur......................................................III-6
3.5.4. Metodologi Pengambilan Data Lapangan.......................III-7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN...................................IV-1
4.1.Hasil Penelitian...............................................................................IV-1
4.1.1. Gambaran Visual Kerusakan Struktur...........................IV-1
4.1.2. Evaluasi Bahan-Bahan yang terbakar.............................IV-4
4.1.3. Kuat Tekan Sisa Beton (Schmidt Hammer Test)...........IV-5
4.1.4. Kuat Tarik Sisa Baja Tulangan......................................IV-6
4.2.Pembahasan Penelitian....................................................................IV-7
4.2.1. Pemodelan Analisa Numerik pada Balok Gedung Makassar
Mall Pasca Kebakaran dengan berbagai variasi kuat tekan
beton dan pembebanan.................................................IV-10
4.2.2. Perhitungan secara Manual..........................................IV-15
4.2.3. Hasil penelitian adalah sebagai berikut:........................IV-25
BAB V PENUTUP............................................................................................V-1
5.1.Kesimpulan......................................................................................V-1
5.2.Saran................................................................................................V-1
DAFTAR PUSTAKA
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Perubahan secara kimia dan kekuatan beton akibat pemanasan
Tabel 2. 2 Perkiraan suhu bakar berdasarkan kondisi fisik/permukaan beton
Xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Lokasi Kebakaran Makassar Mall
Gambar 1. 2 Gambar Tampak Depan (Bagian barat) Gedung Makassar Mall Pasca
Kebakaran
Gambar 2. 1 Diagram Tegangan-Regangan Beton
Gambar 2. 2 Penurunan Kuat Tekan Beton pada berbagai temperatur (Suhendro,
2000)
Gambar 2. 3 Kerusakan balok pada gedung Makassar Mall pasca kebakaran
Gambar 2. 4 Kerusakan akibat kebakaran pada suatu elemen balok yang
menunjukkan perubahan warna pada aggregat di lokasi MakassarMall
Gambar 2. 5 Kerusakan pada beton akibat kebakaran yang terlihat dengan
mikroskop ((Sumber: J. Ingham)
Gambar 2. 6 Hubungan temperature dengan indikator warna dengan Phenolftalein
Gambar 2. 7 Gambar Variasi Letak Garis Netral
Gambar 2. 8 Distribusi tegangan beton tekan pada penampang bentuknya setara
dengan kurva tegangan-regangan beton tekan
Gambar 2. 9 Gambar Analisis Balok Bertulangan Rangkap (Sumber: Istimawan
Dipohusodo, Struktur Beton Bertulang)
Gambar 2. 10 Flow Chart Analisis Balok
Gambar 3. 1 Gambar Struktur 3D Gedung Makassar Mall
Gambar 4. 1 Hasil evaluasi struktur tiap lantai secara visual
Gambar 4. 2 Kondisi visual Struktur Balok di Lokasi Gedung Makassar Mall
pasca bakar
Gambar 4. 3 Grafik Hasil Uji Tarik Baja
Gambar 4. 4 Balok yang akan DianalisaGambar 4. 5 Grafik Kekuatan Balok Makassar Mall
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Akhir-akhir ini, kebakaran gedung mulai mendapat perhatian serius dari
semua pihak setelah di Indonesia didera sejumlah kasus kebakaran gedung yang
cenderung meningkat tajam dengan skala yang cukup besar. Kebakaran dapat
diakibatkan oleh berbagai hal, mulai dari hubungan pendek arus listrik, kompor
meledak, huru-hara, maupun tindak kriminalitas. Pihak-pihak yang terpaksa
berurusan pasca gedung terbakar tidak hanya pemilik gedung, pihak kepolisian,
para pengacara hukum, maupun perusahaan asuransi, namun lebih luas lagi juga
mengimbas ke para ahli struktur (teknik sipil). Peran ahli struktur dalam
menangani gedung pasca bakar adalah bagaimana: (a) menaksir temperatur
tertinggi yang pernah dialami elemen-elemen struktur pada saat kebakaran terjadi,
(b) menaksir kekuatan sisa struktur bangunan pasca kebakaran, dan (c)
mengusulkan teknik perkuatan elemen-elemen struktur (pelat, balok dan kolom)
sesuai keperluan sedemikian rupa sehingga bangunan dapat berfungsi seperti
sebelum kebakaran.
Pada tanggal 27 Juni 2011 telah terjadi kebakaran pada Makassar Mall.
Makassar Mall yang berlokasi di jalan Cokroaminoto Makassar adalah bangunan
yang direncanakan sebagai pasar pusat grosir dan strukturnya didesain dengan
sistem konstruksi beton bertulang biasa. Struktur terdiri atas 4 lantai yang
direncanakan untuk menahan beban mati (DL), beban hidup (LL). Secara garis
II-1
besar, Makassar Mall terdiri atas 4 lantai, memiliki ukuran panjang sekitar 126.5
meter, lebar 90.5 meter dan tinggi total bangunan 18.65 meter.
Gambar 1. 1 Lokasi Kebakaran Makassar Mall
Gambar 1. 2 Gambar Tampak Depan (Bagian barat) Gedung Makassar Mall Pasca Kebakaran
Temperatur yang tinggi saat terjadi kebakaran memiliki pengaruh yang besar
terhadap kedua jenis material baik beton maupun baja. Sebenarnya beton
II-2
merupakan bahan bangunan yang memiliki daya tahan terhadap api yang relatif
lebih baik dibandingkan dengan material lain seperti baja, terlebih lagi Kayu. Hal
ini disebabkan karena beton merupakan material dengan daya hantar panas yang
rendah, sehingga dapat menghalangi rembetan panas ke bagian dalam struktur
beton tersebut. Dalam penelitian terdahulu memperlihatkan bahwa adanya
penurunan kekuatan pada struktur pasca kebakaran dan tentunya akan diikuti
penurunan kapasitas dari struktur tersebut. Komponen struktur seperti balok,
pelat, dan kolom akan mengalami penurunan kekuatan pada saat terjadi
kebakaran. Tingkat kerusakan yang terjadi sangat tergantung pada intensitas api
dan durasi kebakaran.
Dalam menangani masalah tersebut secara ilmiah dan tepat, digunakan
berbagai metode penaksiran, baik secara non-destruktif maupun destruktif, serta
analisis secara komputasi. Penelitian ini diharapkan mampu memprediksi
kekuatan balok beton bertulang pada Makassar Mall pasca kebakaran, serta
mengupayakan suatu rehabilitasi dengan perbaikan jika memungkinkan atau
melakukan rekonstruksi/ membongkar secara keseluruhan jika kekuatan balok
sudah tidak memungkinkan untuk diperbaiki.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Terdapat kerusakan balok bangunan Makassar Mall pasca kebakaran.
2. Bagaimana tingkat karbonasi balok Makassar Mall pasca kebakaran.
3. Bagaimana pola retak balok Makassar Mall pasca kebakaran.
II-3
4. Berapa kuat tekan beton (secara komputasional) dan kuat tarik baja sisa
pasca kebakaran.
5. Bagaimana kemampuan/kekuatan elemen struktur balok Makassar Mall
pasca kebakaran dengan analisis komputasi (software SAP 2000)
6. Bagaimana metode perbaikan struktur balok Makassar Mall pasca
kebakaran.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis tingkat kerusakan dan kekuatan sisa balok pada struktur
Makassar Mall pasca kebakaran.
2. Mengetahui perbandingan (comparison) analisa struktur balok Makassar
Mall secara komputasi dan manual.
1.4. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan :
1. Memberikan informasi mengenai tingkat kerusakan dan kerusakan struktur
beton bertulang (balok) pasca kebakaran.
2. Menjadi referensi dalam melakukan perbaikan struktur beton bertulang
(balok) pasca kebakaran.
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Ruang lingkup penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Melakukan pemeriksaan terhadap balok Makassar Mall pasca kebakaran
antara lain pemeriksaan visual, pola retak, tingkat karbonasi, pengujian alat
palu beton (Schmidt Hammer Test),dan kuat tarik baja tulangan
II-4
2. Melakukan pemodelan dengan software Analisa Struktur dan menganalisis
kekuatan struktur (balok) pasca kebakaran secara komputasional
3. Membuat rekomendasi metode perbaikan yang akan diterapkan pada
struktur.
Batasan masalah antara lain :
1. Tidak menghitung pondasi, pelat dan elemen kolom.
2. Pemeriksaan tingkat kerusakan elemen balok yang meliputi pemeriksaan
visual, pola retak, tingkat karbonasi, pengujian alat palu beton (Schmidt
Hammer Test), dan kuat tarik baja tulangan.
3. Aturan-aturan yang digunakan adalah:
a. Peraturan Pembebanan Indonesia 1989.
b. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI
03-2847-2002.
c. Building Code Requirements for Structural Concrete (ACI 318-2005)
and Commentary (ACI 318R-2005).
4. Analisa struktur dengan software Analisa Struktur (SAP 2000).
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan skripsi ini terdiri atas lima bab, yang meliputi :
BAB I : Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan
batasan masalah, sistematika penelitian.
BAB II : Tinjauan Pustaka, berisi tentang kekuatan beton (balok), pengaruh
temperatur terhadap kekuatan beton bertulang, karbonasi, pola
II-5
retak, kuat tekan beton, kuat tarik baja tulangan, dan analisis
komputasi.
BAB III : Metodologi Penelitian, berisi tentang bagan alir, pengumpulan data,
lokasi dan waktu penelitian, alat dan bahan, dan prosedur
penelitian.
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, menjelaskan tentang
pemeriksaan struktur, analisa struktur dengan software Analisa
Struktur (SAP 2000), dan metode perbaikan struktur.
BAB V : Kesimpulan dan Saran, berisi tentang kesimpulan dari studi ini,
serta saran-saran.
II-6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Beton Bertulang
Beton dengan kuat tekan tinggi dan tulangan baja dengan kuat tarik tinggi.
Nilai kuat tekan beton relatif tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya. Nilai kuat
tariknya hanya berkisar 9% - 15% saja dari kuat tekannya. Pada penggunaanya
sebagai komponen struktural bangunan, umumnya beton diperkuat dengan batang
tulangan baja sebagai bahan yang dapat bekerja sama dan mampu membantu
kelemahannya, terutama pada bagian yang menahan gaya tarik, artinya bahwa
tulangan baja bertugas memperkuat dan menahan gaya tarik, sedangkan beton
bertugas untuk menahan gaya tekan.
2.1.1. Beton
Beton merupakan bahan bangunan yang memiliki daya tahan terhadap api
yang relatif lebih baik dibandingkan dengan material lain seperti baja, terlebih lagi
kayu. Hal ini disebabkan karena beton merupakan material dengan daya hantar
panas yang rendah, sehingga dapat menghalangi rembetan panas ke bagian dalam
struktur beton tersebut. Oleh karena itu selimut beton biasanya dirancang dengan
ketebalan yang cukup yang dimaksudkan untuk melindungi tulangan dari suhu
yang tinggi di luar jika terjadi kebakaran, karena seperti diketahui bahwa tulangan
baja akan mengalami penurunan kekuatan/tegangan leleh yang cukup drastis pada
suhu yang tinggi Pada struktur beton yang mengalami kebakaran, kekuatan beton
akan dipengaruhi oleh perubahan temperatur, tingkat dan lama pemanasan. Yang
menjadi perhatian pada beton terbakar apakah kekuatan beton tersebut masih
II-1
mampu menahan berbagai beban diantaranya ialah gaya aksial, lenturan dan gaya
geser dimana dapat digambar pada hubungan regangan-tegangan yang terjadi
didalam beton.
Gambar 2. 1 Diagram Tegangan-Regangan Beton
2.1.2. Sifat Beton Terhadap Temperatur Tinggi
Hasil hidrasi dari komponen semen akan membentuk gel kalsium silikat
dan kalsium hidroksida yang biasanya menentukan sifat kebasaan beton.
2CaOSiO2 + 6H2O 3CaO2SiO2.3H2O + 3Ca (OH)2
Meningkatnya temperatur akan menyebabkan terjadinya proses dehidrasi. Sampai
pada suhu 100oC, proses dehidrasi akan menghilangkan air bebas dalam beton dan
mampu memperbaiki sifat lekatan antar partikel gel C-S-H (3CaOSiO2.3H2O)
sehingga dapat meningkatkan kuat tekan sekitar 10-15%. Proses dehidrasi akan
selesai pada suhu 540oC. Pada suhu 450oC hingga 500oC elemen CaOH akan
berubah menjadi CaO dan akan mulai mengembang serta menyebabkan retak.
II-2
Pengurangan C-S-H yang jumlahnya cukup banyak akan sangat mengurangi
kekuatan beton. Temperatur yang terus meningakat akan meyebabkan proses
karbonisasi yaitu terbentuknya Kalsium Karbonat (CaCO3) yang berwarna
keputih-putihan sehingga mengubah warna permukaan beton menjadi lebih terang
(pink keputih-putihan).
Kekuatan beton setelah dingin bervariasi tergantung pada temperatur yang
dicapai, lamanya pemanasan, proporsi campuran, aggregat yang digunakan dan
beban yang bekerja selama pemanasan. Untuk temperatur sampai pada 300oC,
penurunan kekuatan dari struktur beton tidak signifikan, sementara untuk
temperatur diatas 500oC kekuatannya menurun hanya dengan persentase yang
kecil dari kekuatan awalnya. Temperatur 300oC biasanya diambil sebagai
temperatur kritis dimana beton memperlihatkan kerusakan yang mulai signifikan.
Gambar 2. 2 Penurunan Kuat Tekan Beton pada berbagai temperatur (Suhendro, 2000)
Spalling (pengelupasan) pada lapisan permukaan adalah efek yang umum
terjadi pada saat terjadi kebakaran dan dapat dibagi menjadi 2 atau lebih kategori.
II-3
Pengelupasan yang disertai dengan ledakan yang menyebar dan umumnya muncul
pada 30 menit pertama pada kebakaran. Pengelupasan secara perlahan-lahan,
berupa terkelupasnya beton menjadi retak secara paralel pada permukaan yang
terkena api yang akan menyebabkan terjadinya pemisahan sebagian lapisan beton
dan terlepasnya bagian beton sepanjang daerah yang lemah seperti pada lapisan
tulangan. Juga, sifat agregat dan pasta semen terhadap panas menyebabkan
munculnya tegangan antar partikel yang akan berujung pada retak, terutama
berupa retak pada permukaan. Pendinginan secara tiba-tiba oleh pemadam
kebakaran juga dapat menyebabkan retak.
Gambar 2. 3 Kerusakan balok pada gedung Makassar Mall pasca kebakaran
Warna beton juga dapat berubah sebagai akibat dari pemanasan, yang mana
akan terlihat dengan jelas pada saat inspeksi visual. Pada banyak kejadian
perubahan warna pink/merah terjadi pada suhu diatas 300oC, yang mana menjadi
penting karena bertepatan dengan mulai terjadinya penurunan kekuatan yang
signifikan akibat kebakaran. Perubahan warna pink/merah pada beton merupakan
ciri utama dan menJadi indikasi terjadinya perlemahan. Perubahan warna
merupakan akibat daripada oksidasi kandungan besi pada agregat, perlu dicatat
II-4
bahwa karena perbedaan kandungan besi pada aggregat sehingga tidak semua
terjadi perubahan warna. Pada umumnya, perubahan warna terjadi pada aggregat
yang bersilika dan hanya sedikit pada batu kapur (limestone) dan granit.
Gambar 2. 4 Kerusakan akibat kebakaran pada suatu elemen balok yang menunjukkan perubahan warna pada aggregat di lokasi Makassar Mall
Gambar 2. 5 Kerusakan pada beton akibat kebakaran yang terlihat dengan mikroskop ((Sumber: J. Ingham)
II-5
Tampak sebuah retak yang paralel pada permukaan luar beton dan perubahan
warna merah pada partikel aggregat mengindikasikan bahwa telah terjadi
pemanasan sekitar 300o - 500oC.
Tabel 2. 1 Perubahan secara kimia dan kekuatan beton akibat pemanasanTemperatur
yang dicapai oC
Perubahan akibat pemanasan
Perubahan Kimia Perubahan Kekuatan
70-80 Pemisahan awal Penurunan kekuatan
yang minor (<10%)105 Kehilangan air pada aggregat dan
matrikx semen, dan meningkatnya
porositas
120-163 Dekomposisi gypsum
250-350 Oksidasi dari kandungan besi
menyebabkan terjadinya perubahan
warna menjadi pink/merah pada
aggregat. Kehilangan kadar air pada
matriks semen dan meningkatnya
degradasi.
Penurunan kekuatan
yang signifikan mulai
pada suhu 300oC
450-500 Dehidrasi dari bahan pengikat dan
perubahan warna menjadi putih dan
keabu-abuan
573 5% kenaikan volume dari kuarsa
menyebabkan retak radial di
sekeliling butiran kuarsa pada
Beton secara struktural
sudah tidak lagi baik
digunakan pada suhu
II-6
aggregat melebihi 500-600oC
600-800 Terlepasnya karbondioksida dari
karbonat yang akan menyebabkan
kerusakan pada konstruksi beton
(dengan beberapa retak mikro pada
matriks semen)
800-1200 Pemisahan dan tegangan akibat suhu
ya n g ek s t r im me ny eb ab ka n
terjadinya disintegrasi penuh pada
elemen yang terbakar, menyebabkan
beton berwarna putih keabua-abuan
dan beberapa retak mikro
1200 Beton mulai meleleh/rontok
1300-1400 Beton telak meleleh/rontok total
(Sumber: J. Ingham, 2009)
Kuat tekan beton benda uji silinder maupun kuat lentur benda uji yang
dipanaskan dalam tungku pada temperatur 200oC meningkat sekitar 10-15 %
dibandingkan dengan beton normal yang tanpa dipanaskan. Warna beton yang
dipanaskan pada temperatur ini umumnya berwarna hitam gelap.
Kerusakan beton dapat pula disebabkan oleh perbedaan angka muai antara
agregat dan pasta semen. Perbedaan ini menyebabkan kerusakan pada interfacial
zone sehingga lekatan antar batuan menjadi berkurang banyak. Pada temperatur
kamar. Angka muai batuan pada umumnya lebih rendah dari pada pasta-semen.
II-7
Sampai pada temperatur 200oC pasta-semen menyusut sedang batuan
mengembang. Perbedaan ini dapat menimbulkan retak-retak pada beton. Namun
yang paling nyata kerusakan beton mengelupas disebabkan oleh tekanan uap air
(5 – 7,5 volume) atau gas yang terperangkap di dalam beton.
Semakin rapat beton, maka semakin mudah terjadi pengelupasan oleh panas,
karena uap air tidak mudah mengalir melalui pori ke dalam daerah yang lebih
dingin. Jika terjadi peningkatan suhu yang cepat diikuti oleh hambatan aliran uap
air ke sebelah dalam dan jika tersumbat akibat rapatnya beton, maka berpotensi
menimbulkan ledakan, terlebih lagi pada beton mutu tinggi.
2.1.3. Estimasi Kekuatan Sisa Beton Pasca Bakar
Gedung-gedung yang mengalami kebakaran akan mengalami kerusakan
akibat dari tingkat yang paling ringan, sedang, sampai berat tergantung dari tinggi
temperature dan durasi kebakaran. Untuk melihat seberapa kerusakan yang
diakibatkan oleh kebakaran, dilakukan beberapa penelitian:
1. Visual Inspection
Bendasarkan pada perubahan secara fisik yang terjadi pada permukaan
beton yaitu:
a. Perubahan warna permukaan beton, untuk mendeteksi temperatur tertinggi
yang pernah dialami.
b. Ada atau tidak adanya retak permukaan (surface cracks) pada permukaan
beton, untuk mendeteksi temperatur tertinggi yang pernah dialami.
II-8
c. Ada atau tidak adanya deformasi plastis elemen struktur, untuk mendeteksi
kekuatan dan kekakuan struktur, maupun temperatur tertinggi yang pernah
dialami.
d. Ada atau tidak adanya pengelupasan/spalling dari selimut beton dari elemen
struktur, untuk mendeteksi temperatur tertinggi yang pernah dialami. 2.
Non-destructive test/uji tidak merusak
Alat yang digunakan untuk pengujian ini adalah Rebound Hammmer Test.
Cara ini paling sederhana, ringan dan mudah dilakukan. Jarak pantulan suatu
massa terkalibrasi (yang digerakkan oleh pegas) yang mengenai permukaan beton-
uji digunakan sebagai kriteria kekerasan beton. Kemudian kekerasan beton ini
dihubungkan dengan kuat-tekan beton normal, sehingga apabila kekerasan beton
tidak relevan dengan kekuatan tekan beton normal, maka hasil pengujian dengan
alat ini perlu dilakukan kalibrasi tersendiri. Alat ini menganggap bahwa beton
cukup homogen, sehingga perubahan mutu beton di bagian dalam tidak dapat
ditunjukkan oleh alat ini. Semakin banyak titik pengamatan, semakin baik hasil
yang diperoleh. Selain penggunaan alat di atas, uji tidak merusak juga dapat
dilakukan dengan melakukan pengujian kimia (Chemical Test). Uji ini bertujuan
untuk melihat hubungan antara unsurunsur kimia yang terkandung dalam beton,
khususnya kapur bebas (CaO), dan temperature yang pernah dialami beton.
Dengan mengetahui temperatur beton, dapat diprediksi kuat tekan beton.
Hasil-hasil pengamatan secara kimia selanjutnya digunakan sebagai pembanding
dari hasil uji fisik. Uji ini dapat menggunakan Phenolphtalein test (PP-Test)
dimana Phenolphatelein merupakan salah satu indikator kimia yang lazim
II-9
digunakan untuk mengetahui sifat asam atau basa suatu material, melalui respon
warna material yang diuji akibat diolesi/ditetesi phenolphthalein tersebut. Apabila
terjadi perubahan warna pada saat diolesi, berarti material yang diuji bersifat basa,
dan sebaliknya apabila tidak terjadi perubahan warna bererti material yang diuji
bersifat asam. Rentang PK Phenolphthalein adalah antara 8,4 – 10, yang
ditunjukkan oleh respon warna: merah sangat tua (violet 3) –merah sangat muda
(magenta1). Untuk membuat indikator, setiap 1 gram Phenolphthalein dilarutkan
ke dalam 50 ml (atau dapat juga 100 ml ) alkohol murni.
II-10
II-11
Gambar 2. 6 Hubungan temperatur dengan indikator warna dengan Phenolftalein
2.2. Baja Tulangan
Baik beton maupun baja tulangan akan m.l,LMengalami perubahan pada
kekuatan, keadaan fisis dan kekakuan sebagai akibat dari pemanasan dan beberapa
perubahan-perubahan tersebut tidak sepenuhnya pulih setelah temperatur kembali
normal. Pada baja tulangan yang terlindungi oleh selimut beton, proses
peningkatan temperatur terjadi melalui transfer panas. Oleh karena itu, perlu
disadari bahwa temperatur tulangan baja tidak selamanya sama dengan temperatur
II-12
luar yang terbakar. Baja yang terselimuti akan menerima panas yang lebih sedikit
dibandingkan dengan baja yang terekspos ke sumber panas.
Peningkatan temperatur pada beton bertulang akan menyebabkan terjadinya
penurunan pada sifat mekanis baja tulangan seperti tegangan leleh, modulus
young’s, dan kuat tekan maksimum pada beton. Jika durasi dan intensitas
kebakaran cukup besar maka ketahanan beban pada suatu struktur dapat turun
pada tingkat beban yang dapat menyebabkan keruntuhan pada struktur.
2.3. Perhitungan Struktur
2.3.1. Peraturan Pehitungan Kekuatan Struktur
a. PeraturanPembebanan Indonesia 1989
b. StandarPerencanaanKetahananGempauntukStrukturBangunanGedung
SNI-1726-2002
c. Tata Cara PerncanaanStrukturBetonuntukBangunanGedung SNI 03-
2846-2002
d. Building Code Requirements for Structural Concrete (ACI 318-99)
and Commentary (ACI 318R-99)
e. Peraturan, ketentuan, dan literature lain yang relevan, seperti :
> Mario Paz, Structural Dinamic
> Chu Kia Wang, Charles G. Salmon, BinsarHariandja,
DisainBetonBertulangedisikeempatjilid 1 dan 2, 1994
> Edward G. Nawy, BetonBertulangSuatuPendekatanDasar, 1998
f. Adapun program/ software yang digunakanadalah :
> SAP 2000 v.14.1.0, Computer and structure Inc.
II-13
2.3.2. Pembebanan
Beban yang ditinjau terdiri dari beban mati dan beban hidup.
a. Beban mati : Beban mati yang diperhitungkan terdiri dari berat sendiri
struktur, beban akibat finishing arsitektur (finishing lantai, dinding / partisi,
plafon dan akibat peralatan mekanikal dan elektrikal).
b. Beban hidup : Beban hidup ditinjau dalam perencanaan bangunan adalah
sebagai berikut : Toko/toserba : 250 kg/m2
c. Kombinasi beban : Kombinasi beban berdasarkan peraturan yang berlaku di
Indonesia. Kombinasi beban tetap yaitu :
- 1.4 DL
- 1.2 DL + 1.6 LL
- 1.2 DL + LL ± E
- 0.9 DL ± E
Dimana :
- DL = Dead Load (beban mati)
- LL = Live Load (beban mati)
- E = Beban Gempa
2.4. Sistem Struktur Gedung
Sistem struktur menggunakan open frame dimana adanya pertemuan balok
dan kolom.
II-14
2.4.1. Balok
Balok adalah salah satu diantara elemen-elemen struktur yang paling banyak
dijumpai pada setiap struktur. Balok dikenal sebagai elemen lentur, yaitu elemen
struktur yang dominan memikul gaya dalam berupa momen lentur dan juga geser.
Balok direncanakan untuk menahan tegangan tekan dan tegangan tarik yang
diakibatkan oleh beban terhadap balok tersebut. Nilai kuat tekan dan tarik balok
berbanding terbalik, di mana kuat tekan balok tinggi sedangkan nilai kuat tarik
beton rendah sehingga beton diperkuat dengan memasang tulangan baja pada
daerah terjadinya tegangan tarik. Ada tiga kondisi penulangan pada beton
bertulang:
1. Penampang beton bertulang seimbang (Balanced reinforced), keadaan
penampang di mana letak garis netral sedemikian sehingga tegangan ijin
tekan beton maupun tegangan ijin tarik baja tercapai pada saat bersamaan.
2. Penampang bertulang kurang (Underreinforced), penampang yang
mnegandung jumlah luas batang tulangan tarik kurang daripada paenmapang
bertulang ideal sehingga letak garis netral naik ke atas lebih dekat ke serat
tepi tekan dan beban maksimum mengakibatkan tercapainya tegangan ijin
tarik baja terlebih dahulu daripada tegangan ijin tekan beton.
3. Penampang bertulang lebih (Overreinforced), penampang yang mengandung
jumlah luas batang tulangan tarik lebih daripada penampang bertulang ideal
sehingga letak garis netral turun ke bawah lebih dekat ke serat tepi tarik dan
II-15
beban maksimum mengakibatkan tercapainya tegangan ijin tekan beton
terlebih dahulu daripada tegangan ijin tarik baja.
Gambar 2. 7 Gambar Variasi Letak Garis Netral
Distribusi tegangan beton tekan pada penampang bentuknya setara dengan
kurva tegangan-regangan beton tekan. Seperti tampak pada gambar dibawah ini :
Gambar 2. 8 Distribusi tegangan beton tekan pada penampang bentuknya setara dengan kurva tegangan-regangan beton tekan
II-16
g. n. penulangan kurang
g. n. penulangan lebih
0,003
Ԑc = 0,003
Ԑc
g. n. penulangan seimbang
Ԑ s < Ԑ y Ԑ y
Bentuk distribusi tegangan tersebut berupa garis lengkung dengan nilai nol
pada garis netral, dan untuk mutu beton yang berbeda akan lain pula bentuk kurva
dan lengkungannya. Tampak bahwa tegangan tekan fc’, yang merupakan tegangan
maksimum, posisinya bukan pada serat tepi tekan terluar tetapi agak masuk
kedalam.
Pada suatu komposisi tertentu balok menahan beban sedemikian hingga
regangan tekan lentur beton maksimum (ε’b maks) mencapai 0,003 sedangkan
tegangan tarik baja tulangan mencapai tegangan luluh fy. Apabila hal demikian
terjadi, penampang dinamakan mencapai keseimbangan regangan, atau disebut
penampang bertulangan seimbang. Dengan demikian berarti bahwa untuk suatu
komposisi beton dengan jumlah baja tertentu akan memberikan keadaan hancur
tertentu pula.
2.4.2. Faktor Reduksi Kekuatan untuk Balok
Ketidakpastian kekuatan bahan terhadap pembebanan pada komponen
struktur dianggap sebagai faktor reduksi kekuatan, yang nilainya ditentukan
menurut pasal 11.3 SNI 03-2847-2002 sebagai berikut :
1. Struktur lentur tanpa beban aksial (balok), faktor reduksi = 0,8
2. Beban aksial dan beban aksial lentur
· aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur : 0,8
· aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur
1. komponen struktur dengan tulangan spiral atau sengkang ikat : 0,7
2. Komponen struktur dengan tulangan sengkang biasa : 0,65
1. Geser dan torsi : 0,75
II-17
4. Tumpuan pada beton, : 0,65
2.4.3. Flow Chart Analisis Balok
Pada balok, analisis kapasitas momen balok secara manual dengan
memperhitungkan tulangan baja tarik 0,75 pb. Atau dengan kata lain, pendekatan
dilakukan dengan mengabaikan kekuatan baja diluar jumlah 75% dari jumlah
tulangan tarik yang diperlukan untuk mencapai keadaan seimbang.
Penulangan rangkap juga dapat memperbesar momen tahanan pada balok. Hal ini
dapat dilakukan dengan penambahan tulangan tarik hingga melebihi batas nilai ρ
maksimum bersamaan dengan penambahan bahan baja didaerah tekan penampang balok.
Hasilnya adalah balok dengan penulangan rangkap dimana tulangan baja tarik dipasang
didaerah tarik dan tulangan tekan didaerah tekan. Pada keadaan demikian berarti tulangan
baja tekan bermanfaat untuk memperbesar kekuatan balok.
Akan tetapi dari berbagai penggunaan tulangan tekan dengan tujuan peningkatan
kuat lentur suatu penampang terbukti merupakan cara yang kurang efisien terutama dari
segi ekonomi baja tulangan dan pelaksanaannya dibandingkan dengan manfaat yang
dicapai. Dengan usaha mempertahankan dimensi balok tetap kecil pada umumnya akan
mengundang masalah lendutan dan perlunya menambah jumlah tulangan geser pada
daerah tumpuan, sehingga akan memperumit pelaksanaan pemasangannya. Penambahan
penulangan tekan dengan tujuan utama untuk memperbesar kuat lentur penampang
umumnya jarang dilakukan kecuali apabila sangat terpaksa.
Dalam analisis balok bertulangan rangkap akan dijumpai dua jenis kondisi yang
umum. Yang pertama yaitu bahwa tulangan tekan luluh bersamaan dengan luluhnya
tulangan tarik saat beton mencapai regangan maksimum 0,003. Sedangkan kondisi kedua
yaitu dimana tulangan tekan masih belum luluh saat tulangan tarik telah luluh bersama
dengan tercapainya regangan 0,003 oleh beton.
II-18
Jika regangan tekan baja tekan (ε’s) sama atau lebih besar dari regangan
luluhnya (fy), maka sebagai batas maksimum tegangan tekan baja tekan diambil
sama dengan tegangan luluhnya (fy). Sedangkan apabila regangan tekan baja yang
terjadi kurang dari regangan luluhnya, maka tegangan tekan baja adalah f’s =
f’s.Es, dimana Es adalah modulus elastisitas baja. Tercapainya masing-masing
keadaan (kondisi) tersebut tergantung dari posisi garis netral penampang .
Gambar 2. 9 Gambar Analisis Balok Bertulangan Rangkap (Sumber: Istimawan Dipohusodo, Struktur Beton Bertulang)
Langkah – langkah menganalisis balok bertulang rangkap ditunjukkan pada flow
chart berikut ini :
II-19
Gambar 2. 10 Flow Chart Analisis Balok
II-20
2.5. Jenis dan Klasifikasi Kerusakan Beton Pasca Bakar
Dari pengamatan yang dilakukan terhadap berbagai kasus kerusakan gedung
pasca bakar, dapat dikelompokkan menjadi :
1 . Rusak Ringan
Kerusakan ini berupa pengelupasan pada plesteran luar beton dan terjadinya
perubahan warna permukaan menjadi hitam akibat asap yang mungkin disertai
dengan retak-retak pada plesteran.
2 . Rusa k Sedan g
Kerusakan ini berupa munculnya retak-retak ringan (kedalaman kurang dari 1
mm) pada bagian luar beton yang berupa garis-garis yang sempit dan tidak terlalu
panjang dengan pola menyebar. Akibat kenaikan suhu, agregat akan memuai,
setelah suhu kembali seperti semula ukuran agregat akan kembali seperti semula.
Sedangkan mortar memuai hanya sampai sekitar suhu 200 ºC, setelah itu
menyusut yang berlanjut sampai dengan suhu normal. Adanya perbedaan sifat
pemuaian ini dapat menimbulkan tegangan lokal pada bidang batas antara kedua
bahan ini yang jika melebihi tegangan lekat akan terjadi retak/pecah bahkan
pengelupasan. Retak ini diakibatkan oleh proses penyusutan beton pada saat
terjadi kebakaran.
3 . Ru sa k B e ra t
Retak yang terjadi sudah memiliki ukuran lebih dalam dan lebar, terjadi secara
tunggal atau kelompok. Jika terjadi pada balok kadang-kadang disertai dengan
lendutan yang dapat dilihat dengan mata.
II-21
4. Rusak Total
Kerusakan yang terjadi sudah sedemikian rupa sehingga beton pecah/terkelupas
sehingga tampak tulangan bajanya, atau bahkan sampai tulangan putus/tertekuk,
beton inti hancur.
2.6. Analisis Struktur Beton Bertulang menggunakan SAP 2000 v14
Langkah-langkah analisis struktur beton bertulang menggunakan SAP 2000
v14 adalah:
a. Mendefinisikan mutu beton dan tulangan. Karena satuan MPa setara dengan
Nmm, maka terlebih dahulu satuannya diganti menjadi Nmm, kemudian
menginput data ke Define – Material – CONC - Modify/Show Material.
Beton
II-22
TulanganBalokb. Mendefinisikan penampang : Define – Section Properties – Frame
Sections.
II-23
c. Memodelkan penampang : Define - Frame Sections - Add Rectangular.
d. Memasang beban pada model : Assign - Frame Loads - Distributed
Beban yang dimasukkan dalam bentuk beban terfaktor. Sedangkan berat
sendiri penampang diperhitungkan.
· Perhitungan berat sendiri akan secara otomatis (default) dilakukan
oleh SAP 2000 dengan memastikan parameter Self Weight
Multiplier = 1
· Beban dinding diambil 780 kg/m3 (Menggunakan bata ringan pada
seluruh balok induk dan balok anak. Dengan tebal 15 cm diperoleh
beban = 0.468 t/m’.)
· Beban mati plat atap diambil 100 kg/m dan plat lantai 100 kg/m
· Beban hidup untuk lantai gedung toko, toserba menurut PBI 1981
sebesar 250 kg/ m
· Beban gempa diambil zona II (SNI - 1726 - 2002)
II-24
Load
f. Mengatur kombinasi pembebanan : Define – Load Combinations.
g. Beban-beban tersebut dimasukkan ke dalam frame atau titik yang telah
ditentukan dengan terlebih dahulu menyeleksi area, frame atau yang akan
diberi beban : Assign – Frame Loads
h. Melakukan analisis model (running) : Analize – Run Analysis – Run Now.
Pastikan tidak ada pesan warning yang tampil.
II-25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pengamatan Visual
Pemeriksaan visual merupakan langkah awal dari seluruh rangkaian
kegiatan penyelidikan yang dilakukan di lapangan yang bertujuan untuk
memperkirakan dan mengelompokkan jenis dan tingkat kerusakan berdasarkan
kondisi visual.
Pengaruh api pada komponen struktur bangunan dilakukan dengan
mengamati perubahan warna pada setiap permukaan komponen yang diuji dan
melakukan uji penetrasi api dengan menggunakan bahan Phenolphtalin. Pengaruh
penetrasi kedalam penampang beton digunakan sebagai identifikasi pengaruh api
terhadap mutu beton yang selanjutnya digunakan untuk perkiraan kondisi
kekuatan beton setelah terbakar.
Pengamatan visual terdiri dari pengamatan :
· Pengelupasan (spalling) dan retakan pada balok
· Terjadi lendutan atau defleksi pada balok
· Perubahan warna pada permukaan beton.
· Pengamatan temperatur pada selimut beton dan pelapukan yang terjadi
pada elemen balok.
Perubahan warna pada permukaan beton mengindikasikan tingginya
temperatur yang terjadi pada saat terbakar sedangkan kerusakan fisik retakan dan
pengelupasan sangat mempengaruhi penurunan kekuatan pada komponen struktur
tersebut.
III-1
3.2. Pengujian Karbonasi
Tingkat karbonasi pada beton dapat memberikan indikasi seberapa dalam
beton tersebut telah mengalami karbonasi. Adapun langkah-langkah dalam
pengujian karbonasi adalah sebagai berikut.
Peralatan dan Bahan
Bahan :
· Phenol Phnaftalein ( PP cair )
· Sampel beton
Alat :
· Alat penyemprot
· Palu
· Betel
Langkah kerja
· Pecah / kupas permukaan sampel beton yang akan diuji karbonasi .
· Tuangkan cairan Phenol Phnaftalein ke dalam alat penyemprot.
· Semprot cairan Phenol Phnaftalein ke permukaan beton yang
telah dipecah/dikupas.
· Lihat perubahan warna yang terjadi pada permukaan beton yang
telah dikupas tadi.
· Apabila terjadi perubahan warna permukaan beton berubah
menjadi warna ungu maka kondisi beton masih baik dan tidak
mengalami karbonasi.
· Dan apabila tidak terjadi perubahan warna pada permukaan beton maka
III-2
berarti beton tersebut telah mengalami karbonasi.
3.3. Pengujian Alat Palu Beton Tipe N
Acuan yang digunakan adalah SNI 03-4430-1997. Metode pengujian Kuat
Tekan Elemen Struktur Beton dengan menggunakan alat uji palu beton Type N
dan NR. Pengujian ini dimaksudkan sebagai acuan dalam melaksanakan uji
kekerasan permukaan beton di lapangan. Adapun tujuan dari pengujian ini adalah
untuk “memperkirakan” nilai kuat tekan beton pada suatu elemen struktur untuk
keperluan pengendalian mutu beton di lapangan bagi perencana dan atau
pengawas pelaksana pekerjaan.
3.4. Pengujian Kuat Tarik Baja Tulangan
Acuan yang digunakan adalah SNI 07-2529-1991, Metode Pengujian Kuat
Tarik Baja Beton. Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dan acuan untuk
melakukan pengujian kuat tarik baja beton. Adapun tujuan dari metode ini adalah
untuk mendapatkan nilai kuat tarik baja beton dan parameter lainnya. Pengujian
ini selanjutnya dapat digunakan dalam pengendalian mutu baja.
3.5. Analisis Kekuatan Struktur Beton Pasca Kebakaran
3.5.1. Analisis Struktur
Makassar Mall yang berlokasi di jalan Cokroaminoto Makassar adalah
bangunan yang direncanakan sebagai pasar pusat grosir dan strukturnya didesain
dengan sistem konstruksi beton bertulang biasa.
Struktur terdiri atas 4 lantai yang direncanakan untuk menahan beban mati
(DL), beban hidup (LL), dan beban gempa(E). Analisa struktur dihitung dengan
menggunakan software analisa struktur yang umum dipakai yaitu SAP 2000 versi
III-3
14.1.0. Secara garis besar, Pasar Butung terdiri atas 4 lantai, memiliki ukuran
panjang sekitar 126.5 meter, lebar 90.5 meter dan tinggi total bangunan 18.65
meter.
Struktur terdiri dari balok dan kolom yang membentuk rangka portal (Portal
Frame) sedang pelat secara umum didesain sebagai two way slab.
Hubungan balok dan kolom didesain sebagai “balok lemah kolom kuat”
dimana . < 1.
Tahap awal analisa adalah mempelajari sistem struktur yang dipakai dengan
mengikuti persyaratan-persyaratan yang ditentukan/ditetapkan oleh Arsitek dan
menentukan pembebanan tergantung dari fungsi ruangan-ruangannya.
Untuk perhitungan pembesian balok dan kolom dilakukan dengan software
SAP 2000 versi 14.1.0 dimana untuk faktor reduksi kekuatan (Re = 3.5) diambil
sesuai dengan ACI-318-2005 dan SNI 03-2846-2002. Perencanaan bangunan ini
dianalisa dengan 3 dimensi dan didesain sebagai Struktur Rangka Pemikul
Momen Biasa (Ordinary Resisting Moment Frame).
3.5.2. Pemodelan Struktur
Struktur Makassar Mall dimodelkan berdasarkan gambar As Built Drawing
yang digunakan pada saat pembangunan. Gambar tersebut diperoleh dari
pengelola Makassar Mall. Gambar 3D bangunan dapat dilihat pada gambar
berikut ini:
III-4
Gambar 3. 1 Gambar Struktur 3D Gedung Makassar Mall
III-5
U
U
3.5.3. Pembebanan Struktur
Pembebanan struktur Makassar Mall dihitung berdasarkan ketentuan pada
SNI-1727-1989 untuk perhitungan beban gravitasi. Untuk lebih jelasnya uraian
untuk tiap jenis beban diuraikan sebagai berikut :
1. Pembebanan akibat gravitasi
Beban gravitasi terdiri atas 2 jenis yaitu beban mati (D) dan beban hidup (L).
Beban mati adalah beban dari semua bagian struktur yang bersifat permanen,
sedangkan beban hidup adalah beban akibat penghuni/penggunaan bangunan
dan barang-barang yang tidak permanen.
a. Beban hidup
- Lantai : 250 kg/m2
- Atap : 100 kg/m2
b. Beban mati
- Finishing keramik : 24 kg/m2
- M & E : 25 kg/m2
- Plafond : 18 kg/m2
- Plester : 53 kg/m2
III-6
3.5.4. Metodologi Pengambilan Data Lapangan
Mulai
Kunjungan lapangan dan pengamatan visualdi Makassar Mall
Analisa data lapangan
Pengumpulan Data Sekunder Makassar Mall :· Kronologis dan durasi kebakaran· Pengukuran dimensi elemen struktur
Makassar Mall· Mutu bahan saat pelaksanaan pembangunan
Makassar Mall· Denah balok Makassar Mall
Kegiatan Survei Investigasi Makassar Mall :1. Pengujian Lapangan :
· Non Destructive Test (Schmidt Hammer Test).· Destructive Test (Tes Karbonasi dengan menggunakan
Phenol Phnaftalein, sampel tulangan baja Makassar Mall)
2. Pengujian Laboratorium :· Uji tarik baja pada sampel tulangan baja Makassar Mall
A
III-7
Rekomendasi teknik perbaikan dan materialyang digunakan untuk perbaikan Makassar
Mall pasca kebakaranY
Selesai
III-8
A
Simulasi pembebanan dan deformasi padastruktur gedung Makassar Mall dengan
menggunakan SAP 2000
Kapasitas balokOK? Tidak
Rancanganperkuatan balok
Diagram Alir Penelitian
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Visual Kerusakan Struktur
Hasil evaluasi struktur tiap lantai secara visual telah diplot dalam bentuk
gambar seperti pada gambar berikut ini.
IV-1
IV-2
Gambar 4. 1 Hasil evaluasi struktur tiap lantai secara visual
Gambar 4. 2 Kondisi visual Struktur Balok di Lokasi Gedung Makassar Mall pasca bakar
IV-3
Hasil evaluasi visual memperlihatkan bahwa seluruh elemen struktur balok
pada setiap lantai telah terdapat retak rambut. Beberapa balok mengalami retak
yang cukup lebar. Plesteran yang menutupi balok telah pecah-pecah dan terlepas.
Hasil evaluasi visual lebih diutamakan untuk keperluan studi kelayakan
kerusakan untuk menjadi bahan dalam perbaikan struktur (retrofit) ataupun
rekomendasi pembongkaran (sebagian atau total)
4.1.2. Evaluasi Bahan-Bahan yang terbakar
Berdasarkan keterangan saksi mata dan evaluasi visual terhadap benda-
benda yang meleleh akibat panas kebakaran maka dapat diperhitungkan panas
tertinggi yang terjadi. Tabel berikut merupakan tabel tempat ditemukan bahan-
bahan seperti botol, keramik dan kaca meleleh.
Gambar 4.2. Kaca Meleleh (793ºC) Gambar 4.3. Tembaga Meleleh (660.4ºCNo. Lokasi meleleh Suhu
Bahan ( Panel ) ( 0C )
1 Kaca ( soda-lime glass) setiap lantai 793
2 Tembaga setiap lantai 660
Dengan melihat dan menganalisa bahan-bahan yang terbakar dapat
diketahui seberapa besar temperatur yang terjadi sesuai dengan hasil pengamatan
dilapangan yang diperlihatkan pada Lampiran Maka diperhitungkan suhu tertinggi
IV-4
akibat kebakaran adalah sekitar 1400°C. Panas dan durasi kebakaran
mempengaruhi material beton dan baja sehingga akan menyebabkan degradasi
kekuatan baja dan beton yang akan menyebabkan menurunnya kekuatan struktur
gedung secara keseluruhan.
Kondisi Permukaan Beton Perkiraan Temperatur1. Abu-abu (normal) < 300°C2. Pink (merah muda) 300°C s/d 600°C3. White Grey (putih keabu-abuan) 600°C s/d 900°C4. Buff (putih keriput) 900°C s/d 1000C°
Sumber: Hasil penelitian di Laboratorium Pusat Litbang Permukiman – Bandung
Tabel 2. 2 Perkiraan suhu bakar berdasarkan kondisi fisik/permukaan beton
4.1.3. Kuat Tekan Sisa Beton (Schmidt Hammer Test)
Hasil evaluasi schmidt hammer dapat dilihat pada lampiran 1. Dari hasil
evaluasi Schmidt Hammer test diperoleh kuat tekan beton ( f’c) rata-rata :
- Lantai 1
Kuat tekan beton ( f’c) jalur terbaik = 39 N/mm2
Kuat tekan beton ( f’c) jalur terburuk = 25 N/mm2
- Lantai 2
Kuat tekan beton ( f’c) jalur terbaik = 40 N/mm2
Kuat tekan beton ( f’c) jalur terburuk = 20 N/mm2
- Lantai 3
Kuat tekan beton ( f’c) jalur terbaik = 36 N/mm2
Kuat tekan beton ( f’c) jalur terburuk = 12 N/mm2
Evaluasi Schmidt Hammer test memperlihatkan bahwa telah terjadi
degradasi kekuatan beton dan suhu panas kebakaran yang tidak merata pada
semua tempat menyebabkan ketidakseragaman kekuatan sisa beton pasca
kebakaran.
IV-5
4.1.4. Kuat Tarik Sisa Baja Tulangan
Sampel baja tulangan diambil dari tulangan balok-kolom yang
diperhitungkan dapat memperlihatkan dan mewakili kondisi baja tulangan pasca
kebakaran. Batang tulangan untuk benda uji diambil dari balok-kolom J0 dimana
balok ini mengalami kerusakan berat. Hasil pengujian diperlihatkan pada grafik
berikut ini
Tegangan Tarik (?) (N/mm2)
Gambar 4. 3 Grafik Hasil Uji Tarik Baja
Dari hasil pengujian baja tulangan dapat disimpulkan bahwa baja tulangan
yang ada didalam balok-kolom secara acak diperhitungkan ada yang telah belum
meleleh dan ada yang telah meleleh. Tulangan yang telah meleleh akan putus2399.6299 .
21 383.9
600
500
400
300
200
33 610.06
32 5
3 05 29539.5
28525.9
2 7502 64
25462.8
2441.23 4
14 252
19 351 8 3
17 315.55
16 2
15 2
13 2
1 210.11 18
10 168.2
9147.8126.
10071
65 84.180.94463.1
3 221.0
5 10 15 20 25Regangan (?) (%)
3 56334 6
3 15
2 . 22 378.6 . 63 0
IV-6
dengan beban desain yang ada sekarang sehingga menyebabkan kegagalan
struktur menjadi lebih buruk atau menyebabkan keruntuhan.
Kekuatan dan stabilitas tulangan baja dipengaruhi oleh temperatur tinggi.
Meskipun pada kondisi pendinginan kembali tegangan lelehnya (yield stress)
hampir pulih kembali , tetapi pada temperatur 550° C tegangan leleh baja telah
menurun sampai 50 % . Kondisi ini tentunya sangat berpengaruh pada struktur
bangunan saat terjadi kebakaran . Selain itu, akibat pemanasan yang tinggi
tulangan baja juga akan mengalami tekuk (buckling) akibat tegangan tekan
(compressive stress) pada temperatur tinggi.
4.2. Pembahasan Penelitian
Setelah mengetahui semua hasil penelitian maka perhitungan momen sisa
dari struktur dapat dihitung. Momen sisa dihitung dengan menggunakan hasil
rata-rata uji kuat tarik tulangan baja (fy) sebesar = 360 N/mm2. Sedangkan nilai
kuat tekan beton (f’c) yang digunakan adalah bervariasi yaitu 22,065 mpa, 17,652
mpa, 15,445 mpa, 13,239 mpa, 8,826 mpa dan 4,413 mpa. Untuk mendapatkan
grafik keruntuhan pasca kebakaran, maka dimasukkan pulai nilai pembebanan
yang bervariasi pula. Nilai- nilai tersebut kemudian digunakan untuk
mendapatkan nilai momen sisa pasca kebakaran.
Perhitungan Momen Sisa Pasca Kebakaran dengan menggunakan SAP 2000
v14. Data:
fy = 360 Mpa (hasil Uji Kuat Tarik baja Tulangan)
b = 400 mm
h = 650 mm
IV-7
d’ = 40 mm
As = 1985 mm2 (7 D 19)
As’ = 851 mm2 ( 3 D 19 )
Gempa = Zona II, kondisi tanah lunak
a. Perhitungan Momen Sisa dengan SAP 2000 v14
Tahap awal analisa adalah mempelajari sistem struktur yang dapat dipakai
dengan mengikuti persyaratan-persyaratan yang ditentukan/ditetapkan dan
penentuan pembebanan berdasarkan fungsi ruangan – ruangannya.
Analisa pembesian balok dilakukan dengan software SAP 2000 v14 di mana
faktor reduksi kekuatan (Re = 3.5) diambil sesuai dengan ACI-318-99 dan
diadopsi oleh SNI 03-2846-2002. Struktur bangunan dianalisa secara 3 dimensi
dengan menggunakan metode komputasi (Software SAP 2000) dan didesain
sebagai Struktur Rangka Pemikul Momen Biasa (Ordinary Resisting Moment
Frame), sehingga kita dapat menaksir sejauh mana kemampuan struktur elemen
balok pasca kebakaran dalam memikul beban.
Untuk analisa elemen balok sesuai dengan SNI-1726-2002 pasal 4.4,
maupun Standar Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung,
SNI 03-2846-2002 pasal 11.2 mengenai kuat perlu dan 11.3 mengenai kuat
rencana, maka direncanakan dengan memperhitungkan pengaruh gempa rencana
dua arah dan didapatkan kombinasi pembebanan sebagai berikut :
· 1.4 DL
· 1.2 DL + 1.6 LL
· 1.2 DL + 1.0 LL ± 1.0 E
IV-8
Dimana: DL = Beban mati
LL = Beban hidup
E = Beban Gempa
Setelah melakukan pemeriksaan lapangan maka data – data yang diperolehtersebut kemudian akan dijadikan sebagai dasar dalam analisa struktur.
Penampang Balok Penampang Balok(Tumpuan) (Lapangan)
IV-9
650
mm
7 D 19
P.s = 1985 mm2
650
mm
D 10 - 250 mm
3 D 19
P.s' = 851 mm2
40 mm400 mm
Gambar 4. 4 Balok yang akan Dianalisa
3 D 19
P.s' = 851 mm2
D 10 - 250 mm
3 D 19
P.s = 851 mm2
40 mm400 mm
4.2.1. Pemodelan Analisa Numerik pada Balok Gedung Makassar Mall
Pasca Kebakaran dengan berbagai variasi kuat tekan beton dan
pembebanan.
1.1 Sketsa balok (XY Plane) Gedung Makassar Mall Pasca kebakaran dengan
kuat tekan beton, f’c = 19.7 dan pembebanan maks sebesar 1.9 ton/m
IV-10
LT.3
LT.2 LT.1
1.2 Sketsa balok (XY Plane) Gedung Makassar Mall Pasca kebakaran dengan
kuat tekan beton, f’c = 15 dan pembebanan maks sebesar 1.7 ton/m
IV-11
LT.3
LT.2 LT.1
1.3 Sketsa balok (XY Plane) Gedung Makassar Mall Pasca kebakaran dengan
IV-12
kuat tekan beton, f’c = 12.6 dan pembebanan maks sebesar 1.53 ton/m
LT.3
LT.2 LT.1
1.4 Sketsa balok (XY Plane) Gedung Makassar Mall Pasca kebakaran dengan
kuat tekan beton, f’c = 10.1 dan pembebanan maks sebesar 1.32 ton/m
IV-13
LT.3
LT.2 LT.1
1.5 Sketsa balok (XY Plane) Gedung Makassar Mall Pasca kebakaran dengan
kuat tekan beton, f’c = 8.1 dan pembebanan maks sebesar 0.93 ton/m
IV-14
LT.3
LT.2 LT.1
4.2.2. Perhitungan secara Manual
1) Data :b = 400 mmh = 650 mmd = 593 mmAs' = 851 mm2As = 1985 mm2
f'c = 19.7 mpafy = 360 mpad' = 40 mm
IV-15
IV-16
B = 0.65bj beton =tulangan =beban hidup toserba beban hidup parkiran beban mati pelat berat bata ringan
2.410
t/m3 φ
19 mm= 0.3 t/m2= 0.4 t/m2= 0.1 t/m2= 0.8 t/m3
As
=
=
1985 =
0.0083755
0.0035907
0.0038889
b.d
As'
237000
851 =
b.d
1.4
237000
1.4 =
fy
pmin
360
0.003888889 ........ OK!!!
0.85.B1.fc.d' 600fy.d 600 - fy
Perhitungan :
p =
p' =
p min =
p >
0.0083755 >
(P - P') >
0.0047848 < 0 . 0 0 5 1 0 2 7 8 9 C a r i E s
Tulangan Tekan Meleleh fs' = fy
0.85 fc pb = B1.
f
= 0.65 . 0.0465139 . 0.625
= 0.018896267
p'.fs'p < 75%.pb +
0.0083755 < 0.014172201+ 0.0035907
0 . 0 0 8 3 7 5 5 < 0 . 0 1 7 7 6 2 9 1 8 OK!!!
IV-17
600y 600+fy
fy
a = As.fy - As'.fs'0.85.fc.b
1985 360 - 851 360=6698
= 714600 - 3063606698
= 60.94953718
IV-18
02) Data :
IV-19
Mn = As.fy-As'.fs' . (d-a/2) + As'.fs' (d - d')
= 408240 562 + 306360 553
= 229441180.5 + 169263900
= 398705080.5 Nmm
= 39.87050805 ton.m
Mn = Mu/0.8Mu = 318964064.4 = 31.9
7 m
Mmaks = qL2
12
q = 12 MmaksL2
= 44113648.42 N/mm2
= 4.411364842 ton/m
Beban Luar yang bekerja = 1.7713648 ton/m
IV-20
b = 400 mmh = 650 mmd = 593 mmAs' = 851 mm2As = 1985 mm2f'c = 15.76 mpafy = 360 mpad' = 40 mmB = 0.65bj beton = 2.4 t/m3tulangan = 10 φ 19 mmbeban hidup toserba beban hidup parkiran beban mati pelat berat bata ringan
IV-21
= 0.3 t/m2= 0.4 t/m2= 0.1 t/m2= 0.8 t/m3
As
=
=
1985 =
0.0083755
0.0035907
0.0038889
b.d
As'
237000
851 =
b.d
1.4
237000
1.4 =
fy
pmin
360
0.003888889 ........ OK!!!
0.85.B1.fc.d' 600fy.d
.600 - fy
Perhitungan :
p =
p' =
p min =
p >
0.0083755 >
(P - P') >
0.0047848 >0 . 0 0 4 0 8 2 2 3 2 O K ! ! !
Tulangan Tekan Meleleh fs' = f y
0.85 fc 600pb = B1.
= 0.65 . 0.0372111 . 0.625
= 0.015117014
p'.fs'p < 75%.pb + _______
fy
0.0083755 < 0.01133776 + 0.0035907
0 . 0 0 8 3 7 5 5 < 0 . 0 1 4 9 2 8 4 7 8 OK!!!
02) Data :
.fy 600+fy
a = As.fy - As'.fs'0.85.fc.b
=1985 360 - 851 360
=
5358.4
714600 - 306360
5358.4
= 76.18692147
Mn = As.fy-As'.fs' . (d-a/2) + As'.fs' (d - d')
= 408240 554.4 + 306360 553
= 226330925.6 + 169263900
= 395594825.6 Nmm
= 39.55948256 ton.m
Mn = Mu/0.8Mu = 316475860.5 = 31.6
7 m
Mmaks = qL2
12
q = 12 Mmaks
L2
Beban Luar yang bekerja
= 42504292.36 N/mm2
= 4.250429236 ton/m
= 1.6104292 ton/m
IV-24
b = 400 mmh = 650 mmd = 593 mmAs' = 851 mm2As = 1985 mm2f'c = 12.608 mpafy = 360 mpad' = 40 mmB = 0.65bj beton = 2.4 t/m3tulangan = 10 φ 19 mmbeban hidup toserba beban hidup parkiran beban mati pelat berat bata ringan
IV-25
= 0.25 t/m2= 0.4 t/m2= 0.1 t/m2= 0.78 t/m3
As =
=
=
1985 =
0.0083755
0.0035907
0.0038889
b.d
As'
237000
851 =
b.d
1.4
237000
1.4 =
fy
pmin
360
0.003888889 ......... OK!!!
0.85.B1.fc.d' 600fy.d
.600 - fy
Perhitungan :
p =
p' =
p min =
p >
0.0083755 >
(P - P') >
0.0047848 > 0 . 0 0 3 2 6 5 7 8 5 O K ! ! !
Tulangan Tekan Meleleh fs' = fy
0.85 fc 600pb = B1. __________.
fy 600+fy
= 0.65 . 0.0297689 . 0.625
= 0.012093611
p'.fs'p < 75%.pb +
0.0083755 < 0.009070208 + 0.0035907
0 . 0 0 8 3 7 5 5 < 0 . 0 1 2 6 6 0 9 2 6 OK!!!
3) Data :
fy
a = As.fy - As'.fs'0.85.fc.b
1985 360 - 851 3604286.72
714600 - 306360
4286.72
= 95.23365184
Mn = As.fy-As'.fs' . (d-a/2) + As'.fs' (d - d')
= 408240 544.9 + 306360 553
= 222443107 + 169263900
= 391707007 Nmm
= 39.1707007 ton.m
Mn = Mu/0.8Mu = 313365605.6 = 31.3
7 m
Mmaks = qL2
12
q = 12 MmaksL2
= 40242597.29 N/mm2
= 4.024259729 ton/m
Beban Luar yang bekerja = 1.384259729 ton/m
IV-28
=
=
04) Data :b = 400 mmh = 650 mmd = 593 mmAs' = 851 mm2
As = 1985 mm2f'c = 10.0864 mpafy = 360 mpad' = 40 mmB = 0.65bj beton = 2.4 t/m3tulangan = 10 φ 19 mmbeban hidup toserba beban hidup parkiran beban mati pelat berat bata ringan
IV-29
= 0.3 t/m2= 0.4 t/m2= 0.1 t/m2= 0.8 t/m3
IV-30
As
=
=
1985 =
0.0083755
0.0035907
0.0038889
b.d
As'
237000
851 =
b.d
1.4
237000
1.4 =fy
pmin
360
0.003888889 ........ OK!!!
0.85.B1.fc.d' 600fy.d
.600 - fy
Perhitungan :
p =
p' =
p min =
p >
0.0083755 >
(P - P') >
0.0047848 > 0 . 0 0 2 6 1 2 6 2 8 O K ! ! !
Tulangan Tekan Meleleh fs' = fy0.85 fc
pb = B1.________f
= 0.65 . 0.0238151 . 0.625
= 0.009674889
p'.fs'p < 75%.pb + _________
fy
0.0083755 < 0.007256167 + 0.0035907
0 . 0 0 8 3 7 5 5 < 0 . 0 1 0 8 4 6 8 8 4 OK!!!
IV-31
600
y 600+fy
a = As.fy - As'.fs'0.85.fc.b
=1985 360 - 851 360
=
3429.376
714600 - 306360
3429.376
= 119.0420648
Mn = As.fy-As'.fs' . (d-a/2) + As'.fs' (d - d')
= 408240 533 + 306360 553
= 217583333.7 + 169263900
= 386847233.7 Nmm
= 38.68472337 ton.m
Mn = Mu/0.8Mu = 309477787 = 30.9
7 m
Mmaks = qL2
12
q = 12 MmaksL2
= 37790478.45 N/mm2
= 3.779047845 ton/m
Beban Luar yang bekerja = 1.13904784 ton/m
IV-32
b = 400 mmh = 650 mmd = 593 mmAs' = 851 mm2As = 1985 mm2
f'c = 8.06912 mpa
fy = 360 mpa
IV-33
d' = 40 mmB = 0.65bj beton =tulangan =beban hidup toserba beban hidup parkiran
beban mati pelat berat bata ringan
Perhitungan :
p =
p' =
p min =
p >
0.0083755 >
2.4 t/m310
= = = =
φ0.3 0.4 0.1 0.8
=
19 mmt/m2t/m2t/m2t/m3
1985 =
0.0083755
0.0035907
0.0038889
b.d
As'=
237000
851 =
b.d
1.4=
237000
1.4 =
fy
pmin
360
0.003888889 OK!!!
0.85.B1.fc.d' 600fy.d 600 - fy
(P - P') >
5) Data :
0.0047848 > 0 . 0 0 2 0 9 0 1 0 3 O K ! ! !
Tulangan Tekan Meleleh fs' = fy
0.85 fcpb = B1.__________
f
= 0.65 . 0.0190521 . 0.625
= 0.007739911
p'.fs'p < 75%.pb +
0.0083755 <0.005804933 + 0.0035907
0 . 0 0 8 3 7 5 5 < 0 . 0 0 9 3 9 5 6 5 1 OK!!!
600y 600+fy
fy
a = As.fy - As'.fs'0.85.fc.b
1985 360 - 851 360
2743.5008
714600 - 306360
2743.5008
= 148.802581
Mn = As.fy-As'.fs' . (d-a/2) + As'.fs' (d - d')
= 408240 518.1 + 306360 553
= 211508617.2 + 169263900
= 380772517.2 Nmm
= 38.07725172 ton.m
Mn = Mu/0.8Mu = 304618013.7 = 30.5
7 m
Mmaks = qL2
12
q = 12 MmaksL2
= 34600329.89 N/mm2
= 3.460032989 ton/m
Beban Luar yang bekerja 0.82 ton/m
V-37
4.2.3. Hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1. Evaluasi visual struktur menunjukkan dapat diketahui tingkat panas yang
terjadi pada gedung Makassar Mall berdasarkan titik leleh bahan-bahan
yang ditemukan di lokasi kebakaran sebesar + 14000 C.
2. Evaluasi visual juga menunjukkan bahwa kebakaran tersebut menyebabkan
keretakan pada seluruh elemen-elemen struktur. Bukaan retak antara 0,5
mm – 10 mm, bahkan hancur.
3. Schmidt hammer tes memperlihatakan nilai f’c ( rata-rata ) = 37,38 N/mm2 .
4. Hasil uji kuat tarik baja adalah fy (rata-rata) = 360 N/mm2..
1. Dari analisa elemen balok dengan menggunakan software SAP.2000, maka
diperoleh hasil sebagai berikut:
- Beban maksimum yang dapat dipikul balok beton bertulang pasca bakar
dengan mutu beton sebesar 19.7 mpa adalah 1.9 ton/m
- Beban maksimum yang dapat dipikul balok beton bertulang pasca bakar
dengan mutu beton sebesar 15 mpa adalah 1.7 ton/m
- Beban maksimum yang dapat dipikul balok beton bertulang pasca bakar
dengan mutu beton sebesar 12.6 mpa adalah 1.53 ton/m
- Beban maksimum yang dapat dipikul balok beton bertulang pasca bakar
dengan mutu beton sebesar 10.1 mpa adalah 1.32 ton/m
- Beban maksimum yang dapat dipikul balok beton bertulang pasca bakar
dengan mutu beton sebesar 8.1 mpa adalah 0.93 ton/m
V-38
6. Dari hasil penelitian (analisis komputasi dan manual), diperoleh grafik
kekuatan balok Makassar Mall
Gambar 4. 5 Grafik Kekuatan Balok Makassar Mall
Dari grafik di atas, dapat diketahui bahwa balok – balok di Makassar Mall
berdasarkan SAP. 2000 yang memiliki kekuatan sebesar 19.7 mpa hanya mampu
memikul beban maksimum sebesar 1.90 ton/m’. Sedangkan berdasarkan
perhitungan manual, balok yang memiliki kekuatan 19.7 mpa hanya mampu
memikul 1.77 ton/m’.
Kuat Tekan (mpa) Sap manual Selisih Persentase19.7 1.90 1.77 0.13 6.77%
15.76 1.70 1.61 0.09 5.27%12.608 1.53 1.38 0.15 9.53%
10.0864 1.32 1.14 0.18 13.71%8.06912 0.93 0.82 0.11 11.83%
Persentase rata - rata 9.42%
Persentase rata – rata perbedaan antara analisis SAP.2000 dan manual
adalah sebesar 9.42 %.
V-39
Perbedaan hasil analisis yang diperoleh dikarenakan peneliti menjalankan
analisis SAP.2000 pada keseluruhan struktur gedung, sedangkan pada analisis
manual, peneliti melakukan perhitungan untuk salah satu bentang balok menerus
sepanjang 7 m.
V-40
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :
1. Elemen struktur balok yang belum runtuh mengalami kerusakan kategori
moderat-berat, khusus pada bagian kerusakan struktur.
2. Persentase rata – rata perbedaan antara analisis SAP.2000 dan manual
adalah sebesar 9.42 %. Perbedaan hasil analisis yang diperoleh dikarenakan
peneliti menjalankan analisis SAP.2000 pada keseluruhan struktur gedung,
sedangkan pada analisis manual, peneliti melakukan perhitungan untuk
salah satu bentang balok menerus sepanjang 7 m.
5.2. Saran
Saran-saran yang dapat diambil dari pengujian, pembahasan dan kesimpulan
yakni :
1. Perlunya diteliti lebih lanjut tinjauan struktur sebagai kesatuan monolit,
apabila pada salah satu elemen dari sebuah panel tulangannya meleleh maka
akan mengakibatkan elemen panel lainnya yang saling mengakukan akan
terpengaruh secara kontinu ke panel selanjutnya.
2. Perlu pula diperhatikan perilaku struktur yang telah mengalami kebakaran
(struktur sakit), dalam hal ketahanannya memikul struktur tanpa segera
adanya perbaikan.
V-1
Untuk rekomendasi perbaikan (retrofit) terhadap struktur, maka hasil
pengujian melalui evaluasi visual secara struktur akan sangat membantu guna
perbaikan struktur.
V-2
DAFTAR PUSTAKA
Aswani A. I., 2000, “Tinjauan Kelayakan Balok Beton Bertulang Pascabakar
Secara Analisis dan Eksperimen“ Tesis Program Pasca Sarjana Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta
Castillo C., and Durrani A. J., 1990, “Effect of Transient High Temperature on
High Strength Concrete”, ACI Material Journal, January-February, pp 47-53
Departemen Pekerjaan Umum, 1991, ”Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
Bertulang Untuk Bangunan Gedung SK-SNI-T-1991-03”, Yayasan LPMB,
Bandung
Lie T. T., and Kodur V. K. R., 1996 “Fire Resistance of Steel Columns Filed with
Bar-Reinforced Concrete”, Journal of Structural Engineering, January, pp.
30-36
Neville A. M., 1975, “Properties of Concrete”, The English Language Book
Society & Pitman Publishing, London
Poh C. K. W. and Bennets I. D., 1995 , “Analysis of Structural Members Under
Elevated Temperatures Condition“, Journal of Structural Engineering, April
1995, pp. 664-675
Priyosulityo H., 1999, “Pengambilan Data Lapangan Dan Evaluasi Mutu Bahan
Bangunan Pasca Kebakaran“, Studium General Analisis Struktur Gedung
Pasca Kebakaran, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta
Sanjayan G. & Stocks L. J., 1993, “Spalling of High-Strength Silica Fume
Concrete in Fire”, ACI Material Journal, March-April, pp. 170-173
Suhendro B., 1999, “ Dasar-Dasar Metode Penaksiran Kekuatan Sisa Struktur
Beton Bertulang Pasca Kebakaran”, Studium General Analisis Struktur
Gedung Pasca Kebakaran, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Teguh M., 1997, “Efek Panas Api Terhadap Kekuatan Balok Beton Bertulang
Tertumpu Sederhana “, Seminar Regional Kiprah Teknik Sipil dan Teknik
Arsitektur Dalam Menyongsong Era Penjagatan, Yogyakarta
Triyono A., 1998,” Analisis Degradasi Dan Perbaikan Struktur Beton Pasca
Kebakaran”, Studium General Analisis Struktur Gedung Pasca Kebakaran,
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
HASIL PENGUJIAN HAMMER TEST
Proyek : Perbaikan Struktur Makassar Mall Pasca Kebakaran
Pekerjaan : Penyelidikan kekuatan Struktur BetonSudut ô : 00
Posisi :Balok Lantai 1 (Q6R7)No
Nilai Pantul R rata-rata
Pembacaan Grafik(f'ck)
Rata-rataPembacaan Faktor Koreksi Alat
Faktor Konversi f'ckke f'c f'c (Silinder)
1 41,33333333 45,67
2 41,33333333 45,67 48,67 0,85 0,83 34,336685
3 46,66666667 54,67
MaKassar, 2011 Dibuat Oleh
(Abdul Rahman)
HASIL PENGUJIAN HAMMER TEST
Proyek : Perbaikan Struktur Makassar Mall Pasca Kebakaran
Pekerjaan : Penyelidikan kekuatan Struktur BetonSudut ô : 00
Posisi :Balok Lantai 1 (Q7R7)No
Nilai Pantul R rata-rata
Pembacaan Grafik(f'ck)
Rata-rataPembacaan Faktor Koreksi Alat
Faktor Konversi f'ckke f'c f'c (Silinder)
1 47,33333333 56
2 46,66666667 54,67 52,33333333 0,85 0,83 36,92116667
3 41,66666667 46,33
Lampiran
MaKassar, 2011 Dibuat Oleh
(Abdul Rahman)
HASIL PENGUJIAN HAMMER TEST
Proyek : Perbaikan Struktur Makassar Mall Pasca KebakaranPekerjaan : Penyelidikan kekuatan Struktur BetonSudut ô : 0°Posisi :Balok Lantai 2 (K9L9)
No Nilai Pantul R rata-rata
Pembacaan Grafik(f'ck)
Rata-rataPembacaan
Faktor Koreksi AlatFaktor Konversi f'ck
ke f'c f'c (Silinder)
1 41,66666667 46,33
2 31,33333333 27 38,11 0,85 0,83 26,886605
3 39 41
MaKassar, 2011 Dibuat Oleh
(Abdul Rahman)
HASIL PENGUJIAN HAMMER TEST
Proyek : Perbaikan Struktur Makassar Mall Pasca KebakaranPekerjaan : Penyelidikan kekuatan Struktur BetonSudut ô : 0°Posisi :Balok Lantai 2 (L8L9)
No Nilai Pantul R rata-rata
Pembacaan Grafik(f'ck)
Rata-rataPembacaan
Faktor Koreksi AlatFaktor Konversi f'ck
ke f'c f'c (Silinder)
1 38,33333333 39,33
2 35,66666667 34,33 35,99666667 0,85 0,83 25,39564833
3 35,66666667 34,33
Lampiran
MaKassar, 2011 Dibuat Oleh
(Abdul Rahman)
HASIL PENGUJIAN HAMMER TEST
Proyek : Perbaikan Struktur Makassar Mall Pasca Kebakaran
Pekerjaan : Penyelidikan kekuatan Struktur BetonSudut ∂ : 00
Posisi : Balok Lantai 3 (K7K8)
NoNilai Pantul R rata‐
rataPembacaan Grafik
(f ck)Rata rata‐
PembacaanFaktor Koreksi Alat
Faktor Konversi f ckke f c
f c (Silinder)
1 43 49
35 0,85 0,83 24,69252 32,66666667 29
3 31,33333333 27
MaKassar, 2011 Dibuat Oleh
(Abdul Rahman)
HASIL PENGUJIAN HAMMER TEST
Proyek : Perbaikan Struktur Makassar Mall Pasca Kebakaran
Pekerjaan : Penyelidikan kekuatan Struktur BetonSudut ∂ : 00
Posisi : Balok Lantai 3 (K7L7)
NoNilai Pantul R rata‐
rataPembacaan Grafik
(f ck)Rata rata‐
Pembacaan Faktor Koreksi AlatFaktor Konversi f ck
ke f c f c (Silinder)
1 36 34,67
34,66666667 0,85 0,83 24,457333332 32,66666667 29
3 38,33333333 40,33
Lampiran
MaKassar, 2011 Dibuat Oleh
(Abdul Rahman)
OBSERVASI POLA RETAK DAN PENGUJIAN
KARBONASI GEDUNG MAKASSAR MALLPASCA KEBAKARAN
Lampiran
PENGUJIAN ALAT PALU BETONGEDUNG MAKASSAR MALL
PASCA KEBAKARAN