· web viewdi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang...

63
I.PENDAHULUAN Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya maka sangat dibutuhkan peran pendidik yang profesional. Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 ditegaskan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Guru merupakan kunci dan sekaligus ujung tombak pencapaian misi pembaharuan pendidikan, mereka berada di titik sentral untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana 1

Upload: ngoque

Post on 27-Mar-2018

229 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

I.PENDAHULUAN

Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional yakni mencerdaskan

kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya maka sangat

dibutuhkan peran pendidik yang profesional. Di dalam Undang-Undang

Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 ditegaskan bahwa

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Guru merupakan kunci dan sekaligus ujung tombak pencapaian misi

pembaharuan pendidikan, mereka berada di titik sentral untuk mengatur,

mengarahkan dan menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang untuk

mencapai tujuan dan misi pendidikan nasional yang dimaksud. Oleh karena itu,

secara tidak langsung guru dituntut untuk lebih profesional, inovatif, perspektif,

dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

Oleh karena itu, melalui berbagai pendekatan pembelajaran seperti

konstruktivisme, kontekstual, problem solving dan PMRI diharapkan target

penguasaan materi akan lebih berhasil dan siswa dapat semaksimal mungkin

untuk mengembangkan kompetensinya.

1

Page 2: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

II.PEMBAHASAN

A. PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

1. Pengertian Pendekatan Konstruktivisme

Pendekatan konstruktivisme merupakan proses pembelajaran

yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam pemikiran

pelajar. Pengetahuan dikembangkan secara aktif oleh pelajar itu

sendiri dan tidak diterima secara pasif dari orang disekitarnya. Hal ini

bermakna bahwa pembelajaran merupakan hasil dari usaha pelajar itu

sendiri dan bukan hanya ditransfer dari guru kepada pelajar. Hal

tersebut berarti siswa tidak lagi berpegang pada konsep pengajaran

dan pembelajaran yang lama, dimana guru hanya menuangkan atau

mentransfer ilmu kepada siswa tanpa adanya usaha terlebih dahulu

dari siswa itu sendiri.

Di dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh

pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi

strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan lainnya, berpikir

secara kritis tentang cara terbaik menyelesaikan setiap masalah.

Dalam kelas konstruktivis seorang guru tidak mengajarkan kepada

anaknya bagaimana menyelesaikan persoalan, namun

mempresentasikan masalah dan mendorong (encourage) siswa untuk

menemukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan permasalahan.

Pada saat siswa memberikan jawaban, guru mencoba untuk tidak

mengatakan bahwa jawabannya benar atau tidak benar. Namun guru

2

Page 3: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

mendorong siswa untuk setuju atau tidak setuju kepada ide seseorang

dan saling tukar menukar ide sampai persetujuan dicapai tentang apa

yang dapat masuk akal siswa (dalam Suherman, 2003)

Merrill mengemukakan asumsi-asumsi konstruktivisme adalah

sebagai berikut:

1. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman;

2. Pembelajaran adalah sebuah interpretasi personal terhadap dunia;

3. Pembelajaran adalah sebuah proses aktif yang di dalamnya makna

dikembangkan atas dasar pengalaman;

4. Pertumbuhan konseptual datang dari negosiasi makna, pembagian

perspektif ganda, dan perubahan bagi representasi internal kita

melalui pembelajaran kolaboratif; 

5. Pembelajaran harus disituasikan dalam seting yang realistis;

pengujian harus diintegrasikan dengan tugas dan bukan sebuah

aktivitas yang terpisah.

Steffe dan Kieren (1995) mengungkapkan beberapa prinsip

pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme diantaranya bahwa

observasi dan mendengar aktivitas serta pembicaraan matematika

siswa adalah sumber yang kuat dan petunjuk untuk mengajar, untuk

kurikulum, dan untuk cara-cara dimana pertumbuhan pengetahuan

siswa dapat dievaluasi.

3

Page 4: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

2. Ciri – Ciri dan Karakteristik Pendekatan Konstruktivisme

Dalam konstruktivisme proses pembelajaran senantiasa

“problem centered approach” dimana guru dan siswa terikat dalam

pembicaraan yang mempunyai makna matematika. Ciri-ciri

tersebutlah yang akan mendasari pembelajaran dengan pendekatan

konstruktivisme. (dalam Suherman, 2003).

Menurut Hudojo (dalam Hermayani, 2008), ada tiga ciri yang

harus dimunculkan dalam proses pembelajaran matematika menurut

pandangan konstruktivisme yaitu sebagai berikut:

1. Pembelajar harus terlibat secara aktif dalam belajarnya.

2. Pembelajar belajar materi matematika secara bermakna dengan

bekerja dan berpikir;

3. Informasi baru harus diikutsertakan dengan informasi lama

sehingga menyatu dengan struktur kognitif yang dimiliki oleh

pembelajar;

4. Orientasi pembelajarannya berdasarkan pemecahan masalah.

3. Prinsip Pendekatan Konstruktivisme

Prinsip konstruktivisme telah banyak digunakan dalam

pembelajaran. Menurut Mohammad (2004:4) prinsip utama dalam

pembelajaran konstrutivisme adalah: 

1) Penekanan pada hakikat sosial dari pembelajaran, yaitu peserta

didik belajar melalui interaksi dengan guru atau teman,

4

Page 5: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

2) Zona perkembangan terdekat, yaitu belajar konsep yang baik

adalah jika konsep itu berada dekat dengan peserta didik,

3) Pemagangan kognitif, yaitu peserta didik memperoleh ilmu secara

bertahap dalam berinteraksi dengan pakar, dan

4) Mediated learning, yaitu diberikan tugas komplek, sulit, dan

realita kemudian baru diberi bantuan.

Pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa pendekatan

konstruktivisme lebih menekankan keaktifan dan peran serta peserta didik

dalam pembelajaran, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator

sebagaimana yang dituntut oleh kurikulum.

4.Pembelajaran Matematika Dalam Paradigma Konstruktivisme

Menurut Hudojo (1998:6) pembelajaran matematika dalam

pandangan konstruktivisme adalah membantu siswa membangun konsep-

konsep dan prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri

melalui proses internalisasi dan transformasi dari konsep-konsep dan

prinsip-prinsip itu sehingga terbangun kembali menjadi konsep/prinsip

baru. Oleh karena itu, pembelajaran matematika merupakan suatu proses

aktif dalam upaya membantu siswa membangun pemahaman.

Alexander & Murphy (dalam Kauchack, 1998:9) mengajukan 5

pertanyaan umum tentang belajar dan mengajar yang sejalan dengan

pendapat Good & Grophy, yaitu:

5

Page 6: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

- Pengetahuan awal siswa mempengaruhi belajarnya

- Siswa perlu memikirkan strategi belajarnya

- Motivasi berpengaruh kuat pada belajar

- Perkembangan dan perbedaan individual mempengaruhi belajar

- Kontek sosial di dalam kelas mempengaruhi belajar

Berdasarkan karakteristik konstruktivisme dan pernyataan umum

tentang belajar mengajar yang disebutkan itu, terdapat kesesuaian yang

khas dalam belajar matematika untuk mengorganisasikan dan

menstrukturkan pengetahuan. Pertama, adalah karakteristik yang

mengatakan bahwa belajar yang baru bergantung pada pemahaman

sebelumnya. Hal ini berkenan dengan pengetahuan prasyarat untuk belajar

yang terlepas dari sifat struktur matematika itu sendiri.

Di dalam belajar matematika, seseorang yang mempelajari konsep

B sebelum memahami konsep A atau suatu konsep yang lebih tinggi

tingkatannya (higher-order concept) hanya dapat dipahami melalui konsep

yang lebih rendah tingkatannya (lower-order concept) (Hudojo, 1990:4).

Kedua, adalah pernyataan tentang perkembangan dan perbedaan

individual. Siswa pada tahap berpikir konkrit akan kesulitan apabila

matematika disajikan dalam bentuk abstrak. Karena itu, memerlukan

penyesuaian pembelajaran yang menyajikan sebagai bentuk representasi

konsep matematika untuk membantu siswa agar dapat memudahkan

belajarnya. Sebagai contoh, konsep tentang perkalian bilangan cacah akan

6

Page 7: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

sulit atau mungkin tidak dapat dipahami oleh siswa yang belum

memahami penjumlahan, fakta dasar bilangan, fakta dasar penjumlahan,

fakta dasar perkalian dan yang lainnya. Sebaliknya, konsep perkalian dapat

direprestasikan dari bentuk abstrak-simbolik ke bentuk konkret sebagai

penjumlahan berulang untuk memudahkan siswa memahaminya.

Kauchack & Eggen (1998:192-193) mengemukakan bahwa

pembelajaran untuk memfasilitasi konstruksi pengetahuan memuat 4 aspek

penting sebagai berikut.

- Pembelajaran berfokus pada penjelasan dan jawaban siswa atas masalah

atau pertanyaan.

- Penjelasan dan jawaban datang dari siswa

- Penjelasan dan jawaban bersumber dari representasi konsep

- Guru membantu siswa mengkonstruk pengetahuan dengan mengarahkan

interaksi sosial dan menyediakan representasi konsep.

Karakteristik lingkungan belajar yang sesuai dengan pandangan

konstruktivisme,dikemukakan oleh Indrawati (1999), sebagai berikut:

- Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki

tujuan serta dapat merespon situasi pembelajaran dengan membawa

konsepsi awal sebelumnya.

- Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin melibatkan proses aktif

siswa dalarn

7

Page 8: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

mengkonstruksi pengetahuan yang sering kali melibatkan negosiasi

interpersonal.

- Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi

pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi

secara personal dan sosial.

- Seperti siswa, guru juga membawa konsepsi awal ke dalam situasi

pembelajaran, baik mengenai materi pelajaran, dan pandangan mereka

tentang pembelajaran.

- Pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan melainkan melibatkan

pengaturan situasi kelas serta tatanan pembelajaran yang memungkinkan

siswa dapat berpikir secara ilmiah.

-Kurikulum bukanlah sesuatu yang sekedar dipelajari melainkan

seperangkat program

pembelajaran, materi, sumber, serta pembahasan yang merupakan titik

tolak siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan.

5. Keuntungan Dan Kelemahan Pembelajaran Dengan Pendekatan

Konstruktivisme

Pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme ini akan

memberikan keuntungan kepada siswa, yaitu dapat membiasakan siswa

belajar mandiri dalam memecahkan masalah, menciptakan kreativitas

untuk belajar sehingga tercipta suasana kelas yang lebih nyaman dan

kreatif, terjalinnya kerja sama sesama siswa, dan siswa terlibat langsung

8

Page 9: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

dalam melakukan kegiatan, dan dapat menciptakan pembelajaran menjadi

lebih bermakna karena timbulnya kebanggaan siswa menemukan sendiri

konsep yang sedang dipelajari dan siswa akan bangga dengan hasil

temuannya, serta melatih siswa berpikir kritis dan kreatif. Sedangkan

kelemahannya adalah siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya, tidak

jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi

para ahli matematika, hal ini dapat mengakibatkan salah pengertian

(miskonsepsi).

B. PENDEKATAN KONTEKSTUAL

1. Pengertian Pendekatan Kontekstual

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

adalah konsep belajar di mana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam

kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari,

sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari

konteks yang terbatas sedikit demi sedikit, dan dari proses

mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah

dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat (Nurhadi, 2003:13).

Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning

/CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara

materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

9

Page 10: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih

bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah

dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan

mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran

lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam kelas kontektual, tugas guru

adalah membantu siswa mencapai tujuannya.

Guru bukanlah sebagai yang paling tahu, melainkan guru harus

mendengarkan siswa-siswanya dalam berpendapat mengungkapkan ide

atau gagasan yang dimiliki oleh siswa. Guru bukan lagi sebagai

penentu kemajuan siswa-siswanya, tetapi guru sebagai seorang

pendamping siswa dalam pencapaian kompetensi dasar. Menurut

Zahorik (dalam Mulyasa 2006:219) ada lima elemen yang harus

diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual yaitu:

1. Pembelajaran harus memperhatikan, pengetahuan yang sudah

dimiliki oleh peserta didik;

2. Pembelajaran harus memperhatikan, pengetahuan yang sudah

dimiliki oleh peserta didik;

3. Pembelajaran harus memperhatikan, pengetahuan yang sudah

dimiliki oleh peserta didik;

4. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan menuju bagian-bagiannya

secara khusus;

10

Page 11: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

5. Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara:

menyusun konsep sementara, melakukan sharing untuk memperoleh

masukan dan tanggapan dari orang lain, merevisi dan

mengembangkan konsep;

6. Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekkan secara

langsung apa-apa yang dipelajari;

7. Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan

pengetahuan yang dipelajari.

Pembelajaran kontekstual ini memungkinkan proses belajar

yang tenang dan menyenangkan, karena pembelajaran dilakukan secara

alamiah, sehingga peserta didik dapat mempraktekkan secara langsung

apa yang telah mereka pelajari. Pembelajaran kontekstual mendorong

siswa untuk memahami hakikat, makna, dan manfaat belajar, sehingga

memungkinkan mereka rajin, dan termotivasi untuk senantiasa belajar,

bahkan kecanduan untuk belajar. Kondisi ini akan terwujud, ketika

siswa menyadari tentang apa yang mereka perlukan untuk hidup, dan

bagaimana cara untuk menggapainya.

2. Komponen Pendekatan Kontekstual

Depdiknas (2002:5) menyatakan pembelajaran kontekstual

(Contextual Teaching and Learning) sebagai konsep belajar yang

membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi

11

Page 12: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen, yakni:

a. Kontruktivisme (Constuctivism)

Kontruktivisme (contructivism) merupakan landasan berpikir

(filosofi) pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan

dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit). Pengetahuan

bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap

untuk diambil dan diingat. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan

masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan

bergelut dengan ide-ide.

b. Bertanya (Questioning)

Bertanya (questioning) adalah suatu strategi yang digunakan

secara aktif oleh siswa untuk menganalisis dan mengeksplorasi

gagasan-gagasan. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran

yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang

sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan

menilai keterampilan berpikir siswa.

c. Menemukan (Inquiri)

Menemukan (inquiry) merupakan bagian inti dari kegiatan

pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan

yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengikat sepesrangkat

12

Page 13: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Dalam inkuiri

terdiri atas siklus yang mempunyai langkah-langkah antara lain:

a. Merumuskan masalah,

b. Mengumpulkan data melalui observasi,

c. Menganalisis dan menyajikan hasil tulisan, gambar, laporan,

bagan, tabel, dan karya lainnya,

d. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada

pembaca, teman sekelas, atau audiens yang lain.

d. Masyarakat belajar (Learning Community)

Masyarakat belajar (learning community), hasil pembelajaran

diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar

diperoleh dari sharing antarteman, antarkelompok, dan

antarmereka yang tahu ke mereka yang sebelum tahu. Dalam

masyarakat belajar, anggota kelompok yang terlibat dalam

kegiatan masyarakat memberi informasi yang diperlukan oleh teman

bicaranya dan juga meminta informasi yang diperlukan dari teman

bicaranya.

e. Permodelan (Modeling)

Pemodelan (modeling) yaitu dalam sebuah pembelajaran

keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa

ditiru. Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang

dipikirkan, mendemonstrasikan bagaiman guru menginginkan para

siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan

13

Page 14: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

agar siswa-siswanya melakukan. Pemodelan dapat berbentuk

demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi (reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru

dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah

kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan gambaran

terhadap kegiatan atau pengetahuan yang baru saja diterima.

Kunci dari itu semua adalah, bagaimana pengetahuan mengendap

dibenak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan

bagaimana merasakan ide-ide baru.

g. Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)

Penilaian yang sebenarnya (authentic assessement), merupakan

prosedur penilaian pada pembelajaran kontekstual yang

memberikan gambaran perkembangan belajar siswanya.

Assessement adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran

perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa

memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan

benar.

3. Elemen-elemen dalam pengajaran kontekstual

Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima

bentuk belajar yang penting, yaitu mengaitkan (relating), mengalami

14

Page 15: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

(experiencing), menerapkan (applying), bekerjasama (cooperating) dan

mentransfer (transferring).

1. Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti

konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan

konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan

demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan

informasi baru.

2. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan

berarti menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun

pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa

dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-

bentuk penelitian yang aktif.

3. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan

kegiatan pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan

memberikam latihan yang realistic dan relevan.

4. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu

kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara

kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan

sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti siswa

mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.

5. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman

belajar dengan focus pada pemahaman bukan hapalan.

15

Page 16: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

4. Penyusunan Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih

merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi

skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama

siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam

program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan

tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan

authentic assessmennya. Dalam konteks itu, program yang dirancang guru

benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama

siswanya.

Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara

program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran

kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada

penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan

pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional),

sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan

pada skenario pembelajarannya. Atas dasar itu, saran pokok dalam

penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual

adalah sebagai berikut.

Pertama, nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu

sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara

Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Pencapaian

Hasil Belajar. Kedua, nyatakan tujuan umum pembelajarannya. Ketiga,

16

Page 17: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

rincilah media untuk mendukung kegiatan itu. Keempat, buatlah

skenario tahap demi tahap kegiatan siswa. Kelima, nyatakan authentic

assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati

partisipasinya dalam pembelajaran.

5. Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas

Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum

apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun

keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam kelas cukup

mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.

Pertama, kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih

bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri

pengetahuan dan keterampilan barunya. Kedua, laksanakan sejauh

mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic. Ketiga, kembangkan

sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. Keempat, ciptakan

masyarakat belajar. Kelima, hadirkan model sebagai contoh

pembelajaran. Kelima, lakukan refleksi di akhir pertemuan. Keenam,

lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

C. PROBLEM SOLVING

1. Pengertian Problem Solving

Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual

dalam menemukan masalah dan memecahkan berdasarkan data

dan informasi  yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang

17

Page 18: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

tepat dan cermat (Hamalik, 1994:151).Menurut Hunsaker Pemecahan

masalah ( problem solving ) didefinisikan sebagai suatu proses

penghilangan perbedaan atau ketidak sesuaian yang terjadi antara hasil

yang diperoleh dan hasil hasil yang diinginkan. Sementara menurut

Mu’Qodin mengatakan bahwa problem solving merupakan suatu

keterampilan yang meliputi kemampuan untuk mencari informasi,

menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk

menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan

alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang dicapai dan pada

akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang

tepat..                                                                                        

     Berdasarkan dari beberapa definisi problem solving yang

dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa problem

solving merupakan suatu keterampilan yang meliputi kemampuan untuk

mencari informasi, menganalisa situasi dan mengidentifikasi masalah

dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif sehingga dapat mengambil

suatu tindakan keputusan untuk mencapai sasaran. Terkait dengan

pengertian problem solving tadi bila dikaitkan dengan pembelajaran

maka mempunyai pengertian sebagai proses pendekatan pembelajaran

yang menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, dimana  problem

yang harus diselesaikan tersebut bisa dibuat-buat sendiri oleh pendidik

dan ada kalanya fakta nyata yang ada dilingkungan kemudian

18

Page 19: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

dipecahkan dalam pembelajaran dikelas dengan berbagai cara dan

teknik.

Istilah Problem Solving sering digunakan dalam berbagai

bidang ilmu dan memiliki pengertian yang berbeda-beda pula.

Tetapi Problem Solving dalam matematika memiliki kekhasan

tersendiri. Secara garis besar terdapat tiga macam interpretasi. Istilah

Problem Solvingdalam pembelajaran matematika, yaitu:

(1) Problem Solving sebagai tujuan (as a goal),

(2) Problem Solving sebagai proses (as a process), dan

(3) Problem Solving sebagai keterampilan dasar (as a basic skill).

a. Problem Solving sebagai tujuan

Para pendidik, matematikawan, dan pihak yang menaruh

perhatian pada pendidikan matematika seringkali

menetapkan Problem Solving sebagai salah satu tujuan

pembelajaran matematika. Bila Problem Solving ditetapkan atau

dianggap sebagai tujuan pengajaran maka ia tidak tergantung pada

soal atau masalah yang khusus, prosedur, atau metode, dan juga isi

matematika. Anggapan yang penting dalam hal ini adalah bahwa

pembelajaran tentang bagaimana menyelesaikan masalah

(solve Problems) merupakan “alasan utama” (primary reason)

belajar matematika.

19

Page 20: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

b. Problem Solving sebagai proses

Pengertian lain tentang Problem Solving adalah sebagai

sebuah proses yang dinamis. Dalam aspek

ini, Problem Solving dapat diartikan sebagai proses

mengaplikasikan segala pengetahuan yang dimiliki pada situasi

yang baru dan tidak biasa. Dalam interpretasi ini, yang perlu

diperhatikan adalah metode, prosedur, strategi dan heuristik yang

digunakan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah. Masalah

proses ini sangat penting dalam belajar matematika dan yang

demikian ini sering menjadi fokus dalam kurikulum matematika.

Sebenarnya, bagaimana seseorang melakukan

proses Problem Solving dan bagaimana seseorang mengajarkannya

tidak sepenuhnya dapat dimengerti. Tetapi usaha untuk membuat

dan menguji beberapa teori tentang pemrosesan informasi atau

proses Problem Solving telah banyak dilakukan. Dan semua ini

memberikan beberapa prinsip dasar atau petunjuk dalam

belajar Problem Solving dan aplikasi dalam pengajaran.

c. Problem Solving sebagai keterampilan dasar

Problem Solving sebagai keterampilan dasar (basic skill).

Pengertian Problem Solving sebagai keterampilan dasar lebih dari

sekedar menjawab tentang pertanyaan: apa itu Problem Solving?

Ada banyak anggapan tentang apa keterampilan dasar dalam

20

Page 21: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

matematika. Beberapa yang dikemukakan antara lain keterampilan

berhitung, keterampilan aritmetika, keterampilan logika,

keterampilan “matematika”, dan lainnya. Satu lagi yang baik

secara implisit maupun eksplisit sering diungkapkan adalah

keterampilan Problem Solving. Beberapa prinsip penting

dalam Problem Solving berkenaan dengan keterampilan ini

haruslah dipelajari oleh semua siswa, seperti yang dikemukakan

oleh George Polya tahun 1945.

2. Karakteristik Problem Solving

Karakteristik khusus pendekatan pemecahan masalah menurut

Taplin adalah sebagai berikut:

1. Adanya interaksi antar siswa dan interaksi antara guru dan siswa.

2. Adanya dialog matematis dan konsensus antar siswa.

3. Guru menyediakan informasi yang cukup mengenai masalah, dan

siswa mengklarifikasi, menginterpretasi, dan mencoba

mengkonstruksi penyelesaiannya.

4. Guru menerima jawaban “ya” atau “tidak” dan bukan untuk

mengevaluasi.

5. Guru membimbing, melatih dan menanyakan dengan pertanyaan-

pertanyaan berwawasan dan berbagi dalam proses pemecahan

masalah.

21

Page 22: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

6. Sebaiknya guru mengetahui kapan campur tangan dan kapan mundur

membiarkan siswa menggunakan caranya sendiri.

7. Karakteristik lanjutan adalah bahwa pendekatan problem

solving dapat menggiatkan siswa untuk melakukan generalisasi

aturan dan konsep, sebuah proses sentral dalam matematika.

3. Perangkat Pembelajaran Problem Solving

Untuk menerapkan pembelajaran problem solving diperlukan

beberapa perangkat terutama

a. Software (Metode)

Setiap pembelajaan seorang guru tidak dilepaskan dari

peranan metode, akan tetapi tak semua metode yang guru pakai

dapat menghasilkan output yang baik, Dan guru mengajar dengan

metode dapat menemukan dan  membimbing anak ke arah

pemecahan masalah  tapi tak semua metode bisa digunakan sebagi

proses problem solving paling tidak metode tersebut  mempunyai

nilai-nilai sebagai berikut:

Keaktifan terhadap peserta didik

Karena keaktifan siswa dalam pembelajaran memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengexplorasi pengetahuannya

untuk memecahkan masalah serta membangun konsep-konsep

yang akan dipelajarinya. Keseluruhan pengalaman belajar ini

akan memberikan ketrampilan kepada siswa bagaimana

22

Page 23: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

sesungguhnya belajar yang dapat menjadi bekal untuk menjadi

pembelajar seumur hidup dan memecahkan masalah dalam

proses pembelajaran.

Kreativitas

Dengan kekreatisan seorang siswa baik individual maupun

kelompok, dituntut untuk menghasilkan penemuan-penemuan

sebagai manifestasi dari pemecahan masalah, penting bagi

siswa untuk semenjak dini menghasilkan kreasi-kreasi atau

belajar mengkreasi sesuatu.

Berkreativitasnya  siswa dapat menghantarkan daya pikir kritis

dalam memecahkan masalah dan tentunya setiap metode harus

didukung oleh fasilitas tertentu yang dapat mengarah kepada

tercapainya tujuan.

Diantara  yang paling bermasalah ialah Metode ceramah

meruapakan metode klasik yang hanya menggunakan lisan

dalam menyampaikan materi, yang dampaknya murid menjadi

pasif, tidak gairah dan daya pikir siswa statis. Maka dari itu

metode ceramah sangat tidak relevan untuk digunanakan dalam

pembelajaran problem solving, memang setiap metode

pembelajaran tidak bisa dilepaskan dari metode ceramah akan

tetapi metode  ceramah hanya sebagai fasilitas daya dukung aja

dari pada metode yang diterapkan guru dalam pembelajaran.

23

Page 24: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

b. Hardware

Untuk perangkat yang kedua ialah hardware yang terkait 

dengan teknik pembelajaran, teknik pembelajaran ialah jalan, alat,

atau media yang diguanakan oleh guru dalam rangka mendidik

muridnya guna mencapai tujuan pembelajaran ( Garlach dan Ely,

1980 ). Aplikasi atau penerapan teknologi pendidikan dalam upaya

pemecahan masalah pendidikan dan pembelajaran

mempersyaratkan minimal tersedianya hal-hal berikut:

a) dukungan teknologi atau infrastruktur,

b) penguasaan pengetahuan dan keterampilan dalam

mengembangkan content,

c) kesiapan Siswa pengguna atau user.

Sementara itu pemecahan masalah belajar secara empirik

dapat dilakukan dengan berbagai cara, strategi, dan prosedur

(Purwanto, 2005:1718). Aplikasi atau penerapan teknologi

pendidikan dalam upaya pemecahan masalah pendidikan dan

pembelajaran dengan cara:

1) Memadukan berbagai macam pendekatan dari bidang ekonomi,

manajemen, psikologi, rekayasa, dan lain-lain secara bersistem;

2) Memecahkan masalah belajar pada manusia secara menyeluruh dan

serempak, dengan memperhatikan dan mengkaji semua kondisi dan

saling kaitan di antaranya;

24

Page 25: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

3) Menggunakan teknologi sebagai proses dan produk untuk

membantu memecahkan masalah belajar;

4) Timbulnya daya lipat atau efek sinergi, di mana penggabungan

pendekatan dan atau unsur-unsur mempunyai nilai lebih dari

sekedar penjumlahan.

Demikian pula pemecahan secara menyeluruh dan serempak

akan mempunyai nilai lebih daripada memecahkan masalah secara

terpisah (Miarso, 2007:78).

4. Bentuk Problem Solving

Ada beberapa bentuk dalam problem solving menurut Chang,

D’Zurilla dan Sanna (2004), yaitu                                                         

a) Rational Problem Solving

Sebuah bentuk pembelajaran problem solving yang konstruktif

yang didefinisikan seperti rasional, berunding dan aplikasi yang

sistematik dalam kemampuan menyelesaikan masalah. Model ini

terdiri dari 4 tahapan, yaitu :                                                

1) Identifikasi Masalah

Problem solver mencoba mengelompokkan dan mengerti

masalah yang dihadapi  dengan mengumpulkan banyak

spesifikasi dan fakta konkrit tentang kemungkinan masalah,

mengidentifikasi permintaan, rintangan dan tujuan yang

realistik dalam menyelesaikan masalah.

25

Page 26: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

2) Mencari Solusi Alternatif

Fokus pada tujuan untuk menyelesaikan masalah tersebut dan

mencoba untuk mengidentifikasi banyak solusi yang

memungkinkan termasuk yang konvensional.               

3) Mengambil keputusan                                                           

Problem solving  mengantisipasi terhadap keputusannya dalam

solusi yang berbeda, mempertimbangkan, membandingkan dan

kemudian memilih yang terbaik atau solusi yang efektif yang

paling

berpotensial.                                                                               

4) Mengimplementasi Solusi dan Pengertian

Seseorang harus berhati-hati dalam menerima dan

mengevaluasi solusi yang menjadi pilihan setelah mencoba

untuk melaksanakan solusi tersebut kedalam situasi masalah

dalam kehidupan nyata

5. Kelebihan dan Kekurangan Problem Solving

Salah satu tujuan pembelajaran ialah untuk menciptakan

prodak siswa yang tidak hanya memiliki keahlian koknitif  dan

afektif saja melainkan seorang siswa juga dituntut untuk cakap

dalam mengembangkan psikomotorik, tujuan tersebut tidak dari

proses untuk memecahkan masalah, dan didalam memecahkan

masalah tersebut haruslah menghadirkan metode. Dan metode yang

tepat ialah metode problem solving, salah satu metode metode yang

26

Page 27: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

menekankan untuk berpikir krisis dan kreatif guna mencapai

tujuan, tapi metode tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan.

a. Kelebihan Pembelajaran Problem Solving

1. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.

2. Berpikir dan bertindak kreatif.

3. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis

4. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.

5. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.

6. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.

7. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan

kehidupan, khususnya dunia kerja.

b. Kelemahan pembelajaran  problem solving

1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan

Pembelajaran  ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium

menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta

akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.

2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan

dengan metode pembelajaran yang lain

3. Pengembangan program membutuhkan biaya tinggi dan waktu

yang lama.

4. Pengadaan dan pemeliharaan alat mahal .

27

Page 28: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

D. PENDEKATAN PMRI

1. Sejarah PMRI

Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan

adaptasi dari Realistic Mathematics Education (RME), teori

pembelajaran yang dikembangkan di Belanda sejak tahun 1970-an oleh

Hans Freudenthal. Sejarahnya PMRI dimulai dari usaha mereformasi

pendidikan matematika yang dilakukan oleh Tim PMRI (dimotori oleh

Prof. RK Sembiring dkk) sudah dilaksanakan secara resmi mulai tahun

1998, pada saat tim memutuskan untuk mengirim sejumlah dosen

pendidikan matematika dari beberapa LPTK di Indonesia untuk

mengambil program S3 dalam bidang pendidikan matematika di

Belanda.Selanjutnya ujicoba awal PMRI sudah dimulai sejak akhir

2001 di delapan sekolah dasar dan empat madrasah ibtidaiyah. 

Kemudian, PMRI mulai diterapkan secara serentak mulai kelas satu di

Surabaya, Bandung dan Yogyakarta. Setelah berjalan delapan tahun,

pada tahun 2009 terdapat 18 LPTK yang terlibat, yaitu 4 LPTK pertama

ditambah UNJ (Jakarta), FKIP Unlam Banjarmasin, FKIP Unsri

Palembang, FKIP Unsyiah (Banda Aceh), UNP (Padang), Unimed

(Medan), UM (Malang), dan UNNES (Semarang), UM (Universitas

Negeri Malang), dan Undiksa Singaraja, Bali, UNM Makassar, UIN

Jakarta,Patimura Ambon, Unri Pekan Baru, dan Unima Manado. Â

Selain itu juga ada Unismuh, Uiversitas Muhamadiyah Purwokerto dan

28

Page 29: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

STKIP PGRI Jombang. Jumlah sekolah yang terlibat, dalam hal ini

disebut sekolah mitra LPTK tidak kurang dari 1000 sekolah.

Sejarah PMRI  bisa dibaca pada buku 10 tahun PMRI di

Indonesia ( A decade of PMRI in Indonesia, diterbitkan di Belanda)

yang sudah beredar diseluruh dunia.

2. Standar Guru PMRI (Standards for a PMRI teacher)

a. Guru memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai tentang

matematika dan PMRI serta dapat menerapkannya dalam

pembelajaran matematika untuk menciptakan lingkungan belajar

yang kondusif. (A teacher has a repertoire of mathematics and

PMRI didactics to develop a rich learning environment).

b. Guru memfasilitasi siswa dalam berpikir, berdiskusi,

danbernegosiasi untuk mendorong inisiatif dan kreativitas siswa.(A

teacher coaches students to think, discuss, and negotiate to stimulate

initiative and creativity).

c. Guru mendampingi dan mendorong siswa agar berani

mengungkapkan gagasan dan menemukan strategi pemecahan

masalah menurut mereka sendiri. (A teacher guides and encourages

students to express their ideas and find own Strategies).

d. Guru mengelola kelas sedemikian sehingga mendorong siswa

bekerja sama dan berdiskusi dalam rangka pengkonstruksian

pengetahuan siswa. (A teacher manages class activities in such a

29

Page 30: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

way to support students’ cooperation and discussion for the purpose

of knowledge construction).

e. Guru bersama siswa menyarikan (summarize) fakta, konsep, dan

prinsip matematika melalui proses refleksi dan konfirmasi. (Teacher

together with students summarize mathematics facts, concepts,

principlesthrough a process of reflection and confirmation).

3. Standar Pembelajaran Menurut PMRI (Standards for a PMRI

Lesson)

a. Pembelajaran dapat memenuhi tuntutan ketercapaian standar

kompetensi dalam kurikulum. (PMRI lesson fulfill the

accomplishment of competences as mentioned in the curriculum).

b. Pembelajaran diawali dengan masalah realistik sehingga siswa

termotivasi dan terbantu belajar matematika. (PMRI lesson starts

with realistic problem to motivate and help students learn

mathematics).

c. Pembelajaran memberi kesempatan pada siswa mengeksplorasi

masalah yang diberikan guru dan berdiskusi sehingga siswa dapat

saling belajar dalam rangka pengkonstruksian pengetahuan.

(PMRI lesson giv students opportunities to explore and discuss

given problems so that they can learn from each other and to

promote mathematics concept construction).

30

Page 31: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

d. Pembelajaran mengaitkan berbagai konsep matematika untuk

membuat pembelajaran lebih bermakna dan membentuk

pengetahuan yang utuh. (PMRI lesson interconnects mathematics

concepts to make a meaningful lesson and intertwining of

knowledge).

e. Pembelajaran diakhiri dengan refleksi dan konfirmasi untuk

menyarikan fakta, konsep, dan prinsip matematika yang telah

dipelajari dan dilanjutkan dengan latihan untuk memperkuat

pemahaman. (PMRI lesson ends with a confirmation and

reflection to summarize learned mathematical facts, concepts,

and principles and is followed by exercises to strengthen

students’ understanding).

Standar Bahan Ajar PMRI ( Standards for PMRI

Teaching Materials)

a. Bahan ajar yang disusun sesuai dengan kurikulum yang

berlaku. (Teaching materials are in line with curriculum).

b. Bahan ajar menggunakan permasalahan realistik untuk

memotivasi siswa dan membantu siswa belajar

matematika. (Teaching materials use realistic problems to

motivate students and to help students learn mathematics).

c. Bahan ajar memuat berbagai konsep matematika yang

saling terkait sehingga siswa memperoleh pengetahuan

matematika yang bermakna dan utuh. (Teaching material

31

Page 32: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

intertwine mathematics concepts from different domains to

give opportunities for students to learn a meaningful and

integrated mathematics).

d. Bahan ajar memuat materi pengayaan yang

mengakomodasi perbedaan cara dan kemampuan berpikir

siswa.(Teaching materials contain enrichment materials to

accommodate different way and levels of students’

thinking).

e. Bahan ajar dirumuskan/ disajikan sedemikian sehingga

mendorong/ memotivasi siswa berpikir kritis, kreatif dan

inovatif serta berinteraksi dalam belajar. (Teaching

materials are presented in such a way to encourage

students to think critically, creative, innovative and

stimulate students’ interaction and cooperation).

Standar Lokakarya PMRI (Standards for a PMRI

Workshop)

a. Kegiatan lokakarya berorientasi pada proses yang

memudahkan peserta memahami konsep PMRI, dan pada

produk yang dapat digunakan dalam pembelajaran.

(Activities in a workshop are process-oriented that can

support the participants to understand PMRI ideas and

product-oriented that can be used in school).

32

Page 33: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

b. Lokakarya memfasilitasi peserta berpartisipasi aktif dalam

membangun pengetahuan dan keterampilan mereka,

terkait dengan prinsip PMRI. (A workshop facilitates

participants to experience the PMRI characteristic

themselves to build their knowledge and skills).

c. Materi lokakarya disesuaikan dengan tuntutan kurikulum,

kondisi internal dan eksternal sekolah, dengan tetap

memperhatikan prinsip PMRI, untuk meningkatkan

adaptabilitas PMRI di sekolah. (Contents of a workshop

are in line with curriculum demand, internal and external

condition of school, and envision an ideal situation in

order to enhance

adaptability of PMRI in schoo)l.

d. Selama lokakarya peserta melakukan refleksi tentang

kaitan antara aktivitas yang dilakukan, konsep

matematikanya dan landasan teoritik PMRI. (During a

workshop participants reflect on the relation between the

activities,mathematical concepts and PMRI theories).

e. Lokakarya memberdayakan dan menumbuhkan

kepercayaan diri peserta tentang PMRI sehingga dapat

menerapkannya secara konsisten di sekolah. (A workshop

empowers and builds confidence of the participants to

sustain implementation of PMRI in schools).

33

Page 34: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

Model pembelajaran PMRI

Untuk mendesain suatu model pembelajaran berdasarkan

teori PMRI, model tersebut harus mempresentasikan

karakteristik PMRI baik pada tujuan, materi, metode, dan

evaluasi (Zulkardi dalam Shahnaz, 2002; 2004).

1. Tujuan

 Dalam mendesain, tujuan haruslah melingkupi tiga level

tujuan dalam RME : lover level, middle level, and high

level. Jika pada level awal lebih difokuskan pada ranah

kognitif maka dua tujuan terakhir menekankan pada ranah

afektif dan psikomotorik seperti kemampuan

berargumentasi, berkomunikasi, justifikasi, dan

pembentukan sikap kristis siswa.

2. Materi

Desain guru open material atau materi terbuka yang

didiskusikan dalam realitas, berangkat dari konteks yang

berarti; yang membutuhkan; keterkaitan garis pelajaran

terhadap unit atau topik lain yang real secara original

seperti pecahan dan persentase; dan alat dalam bentuk

model atau gambar, diagram dan situasi atau simbol yang

dihasilkan pada saat proses pembelajaran. Setiap konteks

biasanya terdiri dari rangkaian soal-soal yang menggiring

siswa ke penemuan konsep matematika suatu topik.

34

Page 35: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

3. Aktivitas

Atur aktivitas siswa sehingga mereka dapat berinteraksi

sesamanya, diskusi, negosiasi, dan kolaborasi. Pada situasi

ini mereka mempunyai kesempatan untuk bekerja, berfikir

dan berkomunikasi tentang matematika. Peranan guru

hanya sebatas fasilitator atau pembimbing, moderator dan

evaluator.

4. Evaluasi

Materi evaluasi biasanya dibuat dalam bentuk open-ended

question yang memancing siswa untuk menjawab secara

bebas dan menggunakan beragam strategi atau beragam

jawaban atau free productions. Evaluasi harus mencakup

formatif atau saat pembelajaran berlangsung dan sumatif,

akhir unit atau topik.

Pembelajaran matematika menggunakan PMRI di Indonesia

mulai diujicobakan pada tahun 2001 di 12 SD termasuk 4

Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) atas permintaan Departemen

Agama, bekerjasama dengan 4 LPTK: Universitas Pendidikan

Indonesia I(UPI) Bandung, Universitas Sanata Darma (USD)

Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan

Universitas Negeri Surabaya (UNESA).

35

Page 36: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

Beberapa penelitian tentang PMRI telah dilaksanakan di

Indonesia, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan Fauzan

(2002) tentang implementasi materi pembelajaran realistik untuk

topik luas dan keliling di kelas 4 sekolah dasar (SD) di Surabaya

menunjukkan bahwa para guru dan siswa menyukai materi

pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI, proses belajar

mengajar menjadi lebih baik, dimana siswa lebih aktif dan kreatif,

guru tidak lagi menggunakan metode ‘chalk and talk’, dan peran

guru berubah dari pusat proses belajar mengajar menjadi

pembimbing dan narasumber.

Disamping itu, Penelitian Armanto (2002) tentang

pengembangan alur pembelajaran lokal topik perkalian dan

pembagian dengan pendekatan realistik di SD di dua kota yaitu

Yogyakarta dan Medan menunjukkan bahwa siswa dapat

membangun pemahaman tentang perkalian dan pembagian dengan

menggunakan strategi penjumlahan dan pembagian berulang, siswa

belajar perkalian dan pembagian secara aktif, dan mendapatkan

hasil (menyelesaikan soal) baik secara individu maupun kelompok.

Temuan yang sama juga dilaporkan dalam penelitian di

Bandung, yaitu siswa-siswa SLTP di sekolah percobaan

menunjukkan perubahan sikap yang positif terhadap matematika,

hal itu dipandang sebagai permulaan yang baik dalam

36

Page 37: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

pengembangan pendidikan matematika di Indonesia (Zulkardi

dalam Shahnaz, 2002).

Dari beberapa hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

PMRI merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang sangat

membantu untuk pengembangan pemahaman konsep matematika

siswa, siswa mampu menemukan sendiri konsep matematika, siswa

menjadi lebih aktif dan mampu berinteraksi dengan teman-

temannya maupun dengan gurunya, dan guru tidak lagi menjadi

pusat belajar mengajar melainkan guru sebagai fasilitator,

motivator, moderator dan evaluator. Pembelajaran PMRI

diharapkan bisa dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia

mengingat dengan pendekatan ini proses pembelajaran semakin

bermakna, konteks pembelajarannya tergantung dari sumber daya

daerah masing-masing dan siswa tidak lagi terbebani dalam belajar

matematika.

Karakteristik PMRI

PMRI mempunyai lima karakteristik yaitu :

1. Menggunakan masalah kontekstual

Masalah kontekstual sebagai aplikasi dan sebagai titik tolak dari

mana matematika yang diinginkan dapat muncul.

2. Menggunakan model atau jembatan dengan instrumen vertikal

37

Page 38: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

Perhatian diarahkan pada pengembangan model, skema dan

simbolisasi dari pada hanya mentransfer rumus atau matematika

formal secara langsung.

3. Menggunakan kontribusi siswa

Kontribusi yang besar pada proses belajar mengajar diharapkan

dari konstruksi siswa sendiri yang mengarahkan mereka dari

metode unformal mereka ke arah yang lebih formal atau standar.

4. Interaktivitas

Negosiasi secara eksplisit, intervensi, kooperasi dan evaluasi

sesama siswa dan guru adalah faktor penting dalam proses

belajar secara konstruktif dimana strategi informal siswa

digunakan sebagai jantung untuk mencapai yang formal.

5. Terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya

Pendekatan holistik, menunjukkan bahwa unit-unit belajar tidak

akan dapat dicapai secara terpisah tetapi keterkaitan dan

keterintegrasian harus dieksploitasi dalam pemecahan masalah.

Prinsip PMRI

Prinsip-prinsip PMRI adalah sebagai berikut :

1. Guided reinvention and didactical phenomenology

Karena matematika dalam belajar RME adalah sebagai aktivitas

manusia maka guided reinvention dapat diartikan bahwa siswa

hendaknya dalam belajar matematika harus diberikan

kesempatan untuk mengalami sendiri proses yang sama saat

38

Page 39: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

matematika ditemukan. Prinsip ini dapat diinspirasikan dengan

menggunakan prosedur secara informal. Upaya ini akan tercapai

jika pengajaran yang dilakukan menggunakan situasi yang

berupa fenomena-fenomena yang mengandung konsep

matematika dan nyata terhadap kehidupan siswa.

2. Progressive mathematization

Situasi yang beriisikan fenomena yang dijadikan bahan dan area

aplikasi dalam pengajaran matematika haruslah berangkat dari

keadaan yang nyata terhadap siswa sebelum mencapai tingkat

matematika secara formal. Dalam hal ini dua macam

matematisasi haruslah dijadikan dasar untuk berangkat dari

tingkat belajar matematika secara real ke tingkat belajar

matematika secara formal.

39

Page 40: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

III.KESIMPULAN

Pembelajaran dengan berbagai pendekatan-pendekatan merupakan

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan .

Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa perlu dikembangkan

pendekatan pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa,

mengkondisikan siswa sehingga dapat mengkonstruksi sendiri

pengetahuannya dan menggunakan model-model yang dikembangkan

sendiri oleh siswa.

40

Page 41: · Web viewDi dalam kelas konstruktivisme, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan

DAFTAR PUSTAKA

Hudoyo, Herman. 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP

Malang.

Indrawati. 1999. Model-model Pembelajaran IPA. Bandung: Pusat Pengembangan

Penataran Guru IPA.

Kauchack, D.P., & Eggen, P.D. 1998. Learning and Teaching: Research-Based

Methods. (3rd edition). Boston:Allyn and Bacon

Marpaung,Y. 2012. http://p4mriusd.blogspot.com/2011/12/pendidikan-

matematika-realistik.html.

Mohammad Nur. 2004. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan

Konstruktivisme dalam Pengajaran. Jakarta: Universitas Negeri

Surabaya

Nurhadi. 2003. Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Kencana Media Group.

Shahnaz.2012. http://blog.unsri.ac.id/shahnaz/pmri/sr/6483/.

41