mejikubirubiru.files.wordpress.com · web viewatau dapat dikatakan team work adalah harga mati...
TRANSCRIPT
MODUL 1 DASAR-DASAR PRODUKSI & PROGRAMMING
Pokok Bahasan:PENGERTIAN DASAR-DASAR PRODUKSI DAN PROGRAMMING Oleh: Drs. Andi Fachrudin M,MSi
DESKRIPSI:
Memberikan pemahaman mengenai fungsi dan tugas struktur organisasi produksi program media
penyiaran. Mencakup pengertian programming, programmer dan bagaimana menyiapkan program untuk
disiarkan agar memenuhi jam siaran stasiun radio dan televisi.
TUJUAN INSTRUKSIONAL:
Setelah mengikuti pertemuan ini, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan membedakan program yang
baik dan berkualitas serta mempromosikannya agar disaksikan audien sebanyak-banyaknya.
1. Pendahuluan
Media Televisi sebagai salah satu media massa elektronik yang digemari masyarakat memilki daya
tarik karena program audio visualnya mampu memberikan informasi, hiburan dan pendidikan yang sangat
mudah dicerna, dinikmati dan ditiru. Sehingga pemirsa televisi sangat cepat dapat dipengaruhi oleh media
yang satu ini, baik itu positif ataupun negatifnya.
Pengertian “Program” dalam media penyiaran sangat identik dengan jasa siaran yang menjadi
ujung tombak utama. Kata program adalah asal kata programme atau program yang berarti acara atau
rencana. Dalam Undang-undang penyiaran Indonesia tidak mengunakan kata program dalam untuk acara
tetapi mengunakan istilah “siaran” yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan
dalam berbagai bentuk. Namun kata program lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran di Indonesia
dari pada kata siaran. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi
kebutuhan penontonnya.
Istilah program dalam kamus WJS Purwodarminto adalah acara, sedangkan kamus Webster
International volume 2 lebih merinci yakni program adalah jadwal (schedule) atau perencanaan untuk
ditindaklanjuti dengan penyusunan butir siaran yang berlangsung sepanjang siaran itu berada di udara.
Secara teknis penyiaran televisi, program televisi (television programming) diartikan sebagai penjadwalan
atau perencanaan siaran televisi dari hari ke hari (horizontal programming) dari jam ke jam (vertical
programming) setiap harinya.
Dalam media radio terdapat perbedaan arti kata yang jelas antara program dan programa.
Programa di dunia radio berarti acara, sementara yang dimaksudkan dengan program adalah susunan
kesatuan acara dalam sehari. Media televisi hanya mengistilahkan programming atau pemograman.
Program yang disajikan stasiun penyiaran radio dan televisi adalah faktor yang membuat penonton
tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkannya. Program dapat disamakan dengan produk atau
barang atau pelayanan yang dijual kepada pihak lain (penonton, agency, atau siapa saja). Oleh sebab itu
program adalah produk yang dibutuhkan orang sehingga mereka bersedia mengikutinya. Dalam hal ini
terdapat suatu rumusan dalam dunia penyiaran yaitu program yang baik akan mendapatkan pendengar
atau penonton yang lebih besar, sedangkan acara yang buruk tidak akan mendapatkan pendengar atau
penonton.
Departemen program adalah posisi yang bertanggung jawab penuh dalam mengelola program atau
acara pada suatu stasiun penyiaran radio atau televisi. Mereka bertugas melayani penonton atau target
suatu stasiun penyiaran melalui berbagai programnya. Jika suatu program bisa menarik banyak penonton
atau memiliki karakter yang sesuai dengan kebutuhan pemasang iklan untuk mempromosikan produknya,
maka media penyiaran yang bersangkutan akan mendapatkan client (pemasang iklan) dengan kata lain
keuntungan (pemasukan). Dengan demikian pendapatan dan prospek suatu media penyiaran sangat
ditentukan oleh bagian program.
Suatu media penyiaran radio ataupun televisi yang mengandalkan lebih dari 50 % programnya
pada pasokan pihak lain (agency/production house). Maka stasiun penyiaran tersebut harus memiliki
departemen program yang terpisah dari departemen lainnya. Dalam operasional melaksanakan tugasnya
sehari-hari itulah ada orang yang mengelola bagian program disebut dengan programmer. Sedangkan
dalam kegiatan departemen program secara professional, pada profesi dunia penyiaran sering disebut
dengan programming. Departemen program terdiri dari beberapa orang staf (administrasi), programmer
(profesi penyiaran), manajer (manajemen penyiaran) dan pimpinan tertinggi bisa general manager atau Direktur Program (tergantung kebutuhan stasiun penyiaran dalam operasionalnya). Departemen program bertanggung jawab untuk merencanakan program atau acara apa saja yang akan
disajikan kepada penonton selama satu periode tertentu atau khusus (regular ataupun momentum).
Pada saat menjalankan tugas sebagai bagian dari depertemen program terdapat banyak variasi
sesuai dengan selera dan kebutuhan manajemen yang memimpin. Apabila mengingikan in house
production (produksi sendiri) maka bagian produksi ada dalam departemen program. Demikian pula
dengan bagian pemasaran apabila client tidak banyak atau masih kecil dapat digabungkan dengan dalam
departemen program. Sedangkan bila departemen program berhasil menarik banyak perhatian penonton
dan permintaan iklan padat maka departemen pemasaran dapat berdiri sendiri dengan jumlah personil
yang lebih besar.
Departemen program yang baik harus terdiri dari orang-orang yang mengetahui apa yang disukai
dan tidak disukai penonton. Mendapatkan staf program yang tepat tidaklah mudah. Proses nya harus
melalui seleksi yang tepat berdasarkan kriteria yaitu orang yang memahami budaya lokal dan selera cita rasa yang menjadi trend pemirsa setempat. Khususnya pimpinan tertinggi departemen program
seorang general manager ataupun direktur selain memahami budaya lokal, menguasai strategi
menjadwalkan program dan memiliki jaringan/mempunyai teman yang banyak agar mudah menciptakan
program yang disukai penonton dan mendapatkan keuntungan yang besar bagi stasiun penyiaran.
Biasanya jajaran staf dan pimpinan departemen program dipilih orang-orang yang memiliki jiwa seni.
Karena karyanya harus memiliki nilai jual yang tinggi, berdasarkan selera penontonnya. Seperti
berpengalaman dibidang theater, musik, tari dan seni lainnya.
Oleh sebab itu direktur program dan staf suatu stasiun penyiaran harus memiliki pengetahuan
mengenai selera yang menjadi trend dan kesukaan penonton pada umunya. Mereka harus tahu siapa
pemirsanya dan apa kebutuhannya. Pimpinan dan staf departemen program pada stasiun penyiaran harus
memiliki kemampuan antara lain;
1. Menjadi Negosiator yang handal. Hal ini diperlukan karena biasanya anggaran yang tersedia
terbatas jumlahnya untuk membeli berbagai program acara yang ditawarkan. Departemen program
harus kreatif mengajukan alternatif kerjasama kepada pemasok atau distributor agar berhasil
mendapatkan program acara yang berkualitas dan disukai penonton.
2. Disiplin mengontrol pengeluaran biaya pengadaan bahan siaran. Hal ini sangat dibutuhkan agar
biaya pengeluaran sesuai dengan hasil yang didapat. Apalagi bila stasiun penyiaran memutuskan
memproduksi sendiri programnya (in house). Sehingga bagian program harus mampu
merencanakan biaya produksi suatu acara agar tidak over dan hasilnya tidak baik.
3. Memiliki kematangan dalam mengatur orang-orang dan berkribadian kreatif. Karena sifat media
penyiaran yang unik dan fleksibel dimana terdapat banyak seniman yang harus saling bekerjasama.
Maka diperlukan pendekatan yang berbeda pada setiap insan dalam pekerjaan disetiap profesi.
Departemen program yang profesional dalam bertugas harus mempelajari bagaimana mengukur
selera dan cita rasa publiknya, melalui penelitian untuk mengetahui secara representative kebiasaan orang
menonton televisi atau mendengarkan radio. Seorang programmer/perencana yang profesional selalu
mempertimbangkan bagaimana setiap program yang disiarkannya digemari. Penelitian untuk mengetahui
selera audien dapat dilakukan oleh stasiun penyiaran radio dan televisi itu sendiri atau menyewa lembaga
independent profesional untuk menyaring informasi (feedback). Sehingga departemen program harus
mempertimbangkan empat hal ketika merencanakan program siaran yang terkait dengan ;
1. Product, materi program yang dipilih haruslah yang berkualitas dan diharapkan disukai
audien.
2. Price, biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli atau memproduksi program.
Menekan biaya se-efisien mungkin dengan memaksimalkan keuntungan yang optimal.
3. Place, jadwal penayangan program yang tepat bagi setiap program dengan target
penonton, berdasarkan life style masyarakat yang bersangkutan. Perhitungan menjadwalkan
program yang tepat akan sangat membantu keberhasilan program tersebut.
4. Promotion, proses memperkenalkan setiap program secara semaksimal mungkin
dengan memanfaatkan potensi sendiri dan media lainnya, untuk mendapatkan audien sebanyak-
banyaknya.
Istilah-istilah dalam pembahasan program siaran televisi sering mengunakan beberapa istilah
dengan pengertian sebagai berikut;
1. Siaran. Mata acara atau rangkaian mata acara berupa pesan-pesan dalam bentuk suara, gambar,
atau suara dan gambar yang dapat didengar dan/atau dilihat oleh khalayak dengan pesawat
penerima siaran televisi dengan atau tanpa alat bantu.
2. Penyiaran. Seluruh kegiatan yang memungkinkan terselenggaranya siaran radio dan/atau siaran
televisi yang meliputi segi idiil, perangkat lunak dan perangkat keras melalui sarana pemancar atau
sarana transmisi di darat atau di antariksa dengan mengunakan gelombang elektromagnetik atau
transmisi kabel, serat optik, atau media lainnya, dipancarluaskan untuk dapat diterima khalayak
dengan pesawat penerima siaran radio dan/atau pesawat penerima siaran televisi dengan alat
bantu.
3. Pola Acara. Susunan mata acara yang memuat penggolongan jenis, hari, waktu, dan lamanya serta
frekuensi siaran setiap mata acara dalam suatu periode tertentu sebagai panduan dalam
penyelenggaraan siaran.
4. Acara Siaran. Program siaran, jadwal, rencana siaran dari hari ke hari dan dari jam ke jam.
5. Format Acara. Presentasi suatu program siaran; misalnya format talkshow, features, varietyshow,
sinetron drama, dan seterusnya.
6. Jenis Acara Siaran. Pemberitaan (liputan 6, Seputar Indonesia, Dunia Dalam Berita), pendidikan
(Pembinaan Bahasa Indonesia, Inggris, Matematika), hiburan (Dangdut Pro, Mama Mia)
Menjadwalkan program siaran bukan pekerjaan yang mudah, mengingat program yang akan
ditampilkan harus disesuaikan dengan karakter penonton, waktu penayangan dan kemampuan stasiun
penyiaran berdasarkan visi dan misinya. Oleh sebab itu menyusun program siaran diperlukan sistem
pemograman siaran. Dengan sistem itu diharapkan acara-acara yang hadir di hadapan pemirsa membuat
nyaman, dapat disenangi bahkan bisa menjadi favorit.
Di Indonesia program siaran radio yang beroperasi pada kota-kota besar memiliki jam siaran rata-
rata 24 jam. Sedangkan andalan programnya yang menjadi prime time berbeda-beda, yaitu diantara pukul
07.00 sampai pukul 18.00. Pada media televisi, program siaran akan mengisi siarannya sepanjang rata-
rata 18 sampai 24 jam setiap harinya. Program siaran yang menjadi prime time atau unggulan di televisi
hampir sama diseluruh televisi yaitu pada pukul 18.00 sampai pukul 21.00.
Program siaran terdiri dari berbagai macam produksi siaran pendukung program. Produksi itu bisa
dibuat sendiri oleh stasiun televisi bersangkutan atau dibeli/disewa dari luar seperti distributor asing. Oleh
karena itu salah satu tugas bagian program/ programmer harus terlebih dahulu merencanakan pola siaran.
Dari pola tersebut barulah dapat diketahui dan ditentukan jenis-jenis programnya, durasinya dan karakter
pemirsa yang cocok dengan program apa.
Maju mundurnya atau suksesnya perusahaan jasa penyiaran televisi ada pada bagian program.
Secara bisnis program itu dapat dijual, khususnya perusahaan televisi swasta, hasil penjualan program
dapat menghasilkan pemasukan keuntungan. Sedangkan bagi televisi publik atau komunitas
(nonkomersial) seperti televisi publik, televisi pendidikan, televisi sekolah mendapatkan keuntungan berupa
investasi peradaban masyarakat, tambahan wawasan dan yang lebih utama lagi dapat mempercepat
kepandaian seseorang karena program-programnya sama sekali tidak mengutamakan promosi pihak lain.
Program televisi nonkomersial tersebut, isi programnya banyak mengetengahkan pendidikan
informal, wawasan sosial budaya yang sangat diperlukan masyarakat, kesehatan, ilmu pengetahuan dan
semua yang berhubungan dengan peningkatan harkat hidup masyarakat. Hal itu juga harus diikuti dengan
program yang bermutu, menarik dan enak ditonton.
Sistem pemograman akan menyentuh juga penggunaan perangkat operasional siaran,
kecanggihan perangkat teknik, serta jangkuan siaran. Seperti perangkat peralatan yang sederhana dengan
jangkauan siaran terbatas/lokal, akan berbeda dibandingkan dengan penggunaan perangkat peralatan
lebih canggih dan berjangkauan siaran yang ditujuan untuk siaran nasional.
Berdasarkan dari sarana/prasarana penyiaran tersebut akan dapat diartikan kejelasan sasaran
yang akan dicapai atas program yang ditayangkan, yaitu masyarakat terbatas (lokal) atau masyarakat luas
(nasional/internasional).
Dalam undang-undang penyiaran No. 32 tahun 2002, dikatakan televisi publik yang memiliki
jangkauan siaran luas (nasional/internasional). Televisi publik mempunyai jaringan yang luas dan dapat
memenuhi pendekatan penonton baik nasional, regional maupun lokal. Televisi publik memiliki stasiun
nasional yang isi programnya bermuatan nasional dan dapat diterima masyarakat secara nasional,
sedangkan stasiun jaringannya didaerah-daerah, lebih menekankan program-program lokal.
Sebagai contoh salah satu stasiun penyiaran didaerah (publik) membuat program yang cocok dan
sukses diterima masyarakat di daerah lokal tersebut. Program tersebut disiarkan dengan bahasa daerah
bercampur bahasa Indonesia. Karena keberhasilan direspon masyarakat lokal, televisi publik selanjutnya
memutuskan menyiarkannya secara nasional dalam bahasa Indonesia penuh. Dengan demikian dapat
diartikan bahwa siaran lokal/daerah dapat diangkat menjadi siaran nasional dengan mengubah formatnya
untuk kepentingan nasional.
Kebijakan umum siaran televisi akan dilatar belakangi oleh keadaan negara masing-masing. Secara
universal penyelenggaraan siaran televisi memiliki ciri-ciri sebagai berikut;
1. Mampu memberikan informasi (informatif)
2. Mampu mendidik penonton (edukatif)
3. Mampu mempengaruhi penonton (persuasif)
4. Mampu menghibur penonton (entertainment)
5. Mampu menakuti penonton.
Adapun acara yang mampu memberikan informasi adalah yang dapat memberikan petunjuk,
pemecahan masalah atau menambah wawasan. Paling tidak dapat memberi penjelasan secara mudah
dan cepat dimengerti masyarakat umum. Dengan demikian secara tidak langsung dapat mendidik
penonton untuk berbuat yang benar, tidak terkecoh oleh kata-kata atau adegan yang memutarbalikkan
fakta.
Isi siaran sejauh mungkin juga dapat mengajak penonton untuk mengambil contoh-contoh dari
acara yang baik, atau paling tidak penonton dapat mempertimbangkan apa yang harus dilakukan, tentunya
hal-hal yang positif, seperti yang baru saja di lihat dalam acara televisi.
Jika ada program yang mengandung hal-hal negatif, karena memang kejadiannya seperti itu, maka
bagian program harus menyampaikan pandangan-pandangan yang bisa memberikan kesejukan hati
secara tidak langsung, yaitu ada persuasi.
Disebabkan program televisi dapat ditonton siapa saja, tua dan muda, lelaki dan perempuan,
dewasa dan anak-anak, para terpelajar maupun yang bukan. Karena itu sejauh mungkin isi siaran juga
bisa dijadikan sebagai acara yang menghibur. Karena itu sebaiknya penonton jangan dibuat takut, apalagi
sampai menjadi trauma.
Setelah mengetahui jenis siaran yang dibutuhkan oleh pemirsa televisi, stasiun televisi dalam hal ini
bagian program harus menyiapkan pola siaran yang mengatur prosentase masing-masing jenis program
tersebut. Prosentase dapat dikatagorikan dalam program siaran seperti;
- Program hiburan (entertainment) seperti: musik, kuis, variety, drama, film
- Program pendidikan (education) seperti: pendidikan sekolah, universitas.
- Program informasi (information)seperti: berita, olah raga, feature
Atau berdasarkan kelompok usia;
- Anak-anak
- Remaja
- Dewasa
- Keluarga
- Umum
Pola siaran tersebut selalu dijadikan awal atau dasar dalam menyusun program siaran. Pola
penyusunan mata acara yang memuat penggolongan, kelompok hari, waktu dan frekuensi siaran setiap
mata acara dalam suatu periode tertentu, dan ini dijadikan panduan dalam penyelenggaraan siaran.
Dilihat dari penggolongan penyelenggaraan siaran televisi, penyelenggaraan siaran itu terdiri dari
lima katagori, yaitu;
1. Televisi yang berazaskan siaran umum (general television)
2. Televisi yang berazaskan siaran pendidikan (instructional tv/educational tv)
3. Televisi bukan siaran (close circuit)
4. Televisi kabel/televisi berlangganan
5. Televisi pemberitaan
Dari penggolongan penyelenggaraan program televisi dapat dijelaskan bahwa azas siaran umum
berlaku di TVRI, RCTI, SCTV, ANTV, Indosiar, TPI, TRANS TV, TRANS 7, Tvone, dan Televisi lokal.
Pengertian isi program siaran bersifat umum adalah penyiarannya tidak mengutamakan acara khusus.
Siaran televisi pendidikan sesuai dengan namanya, seluruh isi siarannya berorientasi pada pola
pendidikan sekolah. Sehingga stasiun televisi yang bersangkutan biasanya bekerjasama dengan
Departemen Pendidikan, yang menyusun kurikulum dan membayar biaya produksi dan penyiarannya.
Walaupun program yang diajarkan instruksional, harus diupayakan berbagai pelajaran yang disiarkan
dapat mudah dipahami dan menarik.
Adapula penyiaran televisi yang didasarkan pada suatu kegiatan tertentu di kampus, seminar-
seminar, keagamaan, atau terbatas di tempat tertutup yang tidak dipancarteruskan ke daerah terbuka.
Televisi kabel merupakan televisi yang dijangkau melalui kabel, namun sesuai perkembangan
teknologi dapat menjangkau wilayah yang lebih luas lagi dengan satelit komunikasi. Hanya satelitnya
berbeda dengan satelit Palapa yang terletak digeostatenery orbit, tetapi satelit yang letaknya lebih rendah,
yaitu Satelit Cakrawarta. Sedangkan televisi berita adalah televisi yang memiliki format siaran berita secara
keseluruhan, mengapa berita menjadi sasaran karena program berita, olah raga dan musik memiliki
potensi penonton yang besar.
MODUL 2FUNGSI BAGIAN PROGRAM
Stasiun radio dan televisi setiap harinya untuk mengisi slot waktu yang ada, menyajikan berbagai
jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya program
apapun bisa menjadi pengisi slot waktu untuk disiarkan, selama program itu menarik dan berpotensi
disukai audien. Program itu juga tidak boleh bertentangan dengan kesusilaan, hukum, dan peraturan yang
berlaku dimana media penyiaran itu beroperasi. Pengelola stasiun penyiaran khususnya departemen
program dituntut memiliki daya kreasi yang seluas-luasnya untuk menghasilkan berbagai program yang
menarik dan berkualitas.
Departemen program bertugas merencanakan, memilih dan menyusun acara. Membuat rencana
siaran berarti membuat konsep acara yang akan disuguhkan kepada penonton. Adapun fungsi utama
departemen program menurut Pringue-Starr-McCavitt ádalah sebagai berikut;
1. Memproduksi dan membeli atau akuisisi program yang dapat menarik penonton tertentu.
2. Menyusun jadwal penayangan program atau skeduling program untuk menarik penonton yang
diinginkan.
3. Memproduksi layanan Publik dan promosi serta produksi iklan lokal.
4. Produksi dan akuisisi program-program lainnya untuk memuaskan ketertarikan Publik.
5. Menciptakan keuntungan bagi pemilik media penyiaran.
Sedangkan menurut pengalaman penulis selama bertugas dibagian program adapun fungsi utama
yang dilakukan oleh departemen program adalah;
1. Membeli atau akuisisi program baik dari dalam maupun luar negeri.
2. Menyusun pola acara reguler ataupun khusus (jadwal penayangan)
3. Merencanakan dan menyusun promosi program untuk diproduksi (production house ataupun
bagian produksi).
4. Mengoperasionalkan siaran pada stasiun penyiaran selama on air.
Adapun berbagai jenis program dapat dikelompokan berdasarkan jenisnya yaitu;
1. Program Informasi (news)
Hard news
Soft news
Investigasi report
2. Program Hiburan (entertainment)
Musik
Permainan
Pertunjukan (show)
3. Program Pendidikan (education)
Pembelajaran akademik (kurikulum)
Penelitian (reseacrh)
Penemuan ilmu pengetahuan (science)
Kuis pendidikan (Quis science)
Sedangkan perkembangannya saat ini dengan munculnya kreativitas yang beragam dari pekerja
televisi, maka berdasarkan format acara televisi dapat berkolaborasi satu dengan lainnya, yaitu sebagai
berikut;
1. Berita/sport (Aktual & Faktual)
Berita
Sport
Feature
Infotainment (news & show)
2. Non Fiksi (Imajinatif & Faktual)
Musik
Kuis
Game show
Variety show
Talkshow
Dokumenter
Reality show (show & drama)
Operet (musik & drama)
3. Fiksi (Imajinatif & Khayalan)
Drama
Film
Sinetron (horor, komedi, action, romantisme)
Menentukan jenis program berarti menentukan atau memilih daya tarik (appeal) dari suatu program.
Adapun yang dimaksud dengan daya tarik adalah bagaimana suatu program mampu menarik audiennya.
Program Berita/News/Sport.
Program news adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan
pengetahuan (informasi), dan informasi itulah yang dijual kepada khalayak. Dengan demikian, program
berita juga termasuk berita keras/aktualitas (hardnews), berita ringan (softnews/ feature/magazine tv), dan
kegiatan olah raga yang menjadi sorotan masyarakat.
Berita keras yaitu segala informasi penting dan menarik yang harus segera disiarkan oleh media
penyiaran karena sifatnya yang segera untuk diketahui oleh khalayak. Peran televisi sebagai sumber
utama hardnews bagi masyarakat cenderung untuk terus meningkat. Media penyiaran memiliki ciri khas
cepat (menguasai ruang) adalah paling cepat dalam menyiarkan berita kepada masyarakat serta
ransangannya juga dikenal paling dashyat.
Stasiun televisi menyiarkan berita keras secara reguler yang ditayangkan dalam suatu program
berita. Stasiun televisi yang besar biasanya menyajikan berita pada pagi, siang, sore (menjelang malam)
dan tengah malam. Sedangkan stasiun televisi yang memiliki ciri khas berbeda dapat menyajikan berita
setiap jam ataupun setiap 30 menit dengan durasi yang lebih pendek yaitu dibawah 5 menit.
Dalam berita-berita konflik, televisi sangat bermanfaat dan dapat dipercaya sebagai sumber
informasi karena memiliki bukti-bukti berupa gambar-gambar yang nyata. Oleh sebab itu investasi yang
besar untuk program berita dengan durasi yang banyak akan dilakukan stasiun televisi karena memiliki
kepentingan publik dan dapat mendatangkan keuntungan, bila dikaitkan dengan unsur bisnis. Nilai bisnis
akan muncul ketika permintaan tinggi dari publik, artinya kepercayaan terhadap media tersebut telah
melekat.
Sedangkan Infotainment artinya informasi dan entertainment yang sebenarnya merupakan
magazine show. Kalau dilihat dari ciri berita keras, maka beberapa item infotainment dapat dimasukkan
pada program berita keras reguler. Dengan durasi per item tentunya singkat. Akan tetapi apabila akan
dibahas lengkap dan detail maka dengan magazine show (infotainment) lebih tepat karena tidak terbatas
waktu. Dimana stasiun televisi di Indonesia sebagaian besar menayangkan infotainment menonjolkan
hiburan yang bersifat feature atau investigasi report. Sehingga sumbernya yang berasal dari berita keras
reguler, biasanya telah muncul terlebih dahulu.
Berita lunak adalah segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara
mendalam, namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Setiap audien ingin tahu apa yang terjadi
dimasyarakat, sehingga programer dapat mengeksplorasikan rasa ingin tahu audien dengan menampilkan
bentuk berita lunak ini, dengan perbincangan ataupun laporan khusus tentang tren atau gaya hidup ( life
style).
Adapun proses mencari berita dapat dikelompokkan dalam empat kelompok yaitu;
1. Berdasarkan Momentum.
Berita-berita yang berdasarkan momentum ini biasanya akan menjadi berita aktual dan faktual (keras).
Artinya adalah setiap peristiwa ataupun kejadian yang luar biasa terjadi setiap saat di dunia ini.
Contohnya; peristiwa kebakaran, kecelakaan, wabah penyakit, kebakaran, kriminalitas, banjir besar,
dan lain sebagainya.
2. Berdasarkan Agenda Events.
Peristiwa yang telah diagendakan (kalender), terjadwal ataupun direncanakan. Berita-berita pada
peristiwa ini juga masih menjadi langganan berita keras. Contohnya; Peristiwa penting dalam kalender,
Kongres, Rapat Kerja DPR dengan Pemerintah yang telah diumumkan sebelumnya. Konfrensi Pers,
dan lain sebagainya.
3. Berdasarkan Fenomena.
Berita-berita ini berdasarkan fenomena menarik yang terjadi diseputar kehidupan manusia. Kejadian
seperti ini biasanya akan menjadi item berita lunak. Contohnya; Peristiwa menarik tentang makanan
kuliner, gaya hidup masyarakat kota, dan lain-lain sebagainya.
4. Berdasarkan Follow Up. (Berita Lanjutan)
Peristiwa atau kejadian yang terjadi sebagai kelanjutan dari peristiwa yang sebelumnya. Baik yang luar
biasa ataupun biasa, sehingga peristiwa ini dapat masuk dalam item berita keras maupun berita lunak,
yang terpenting memiliki nilai berita. Hal ini untuk menambah khasanah liputan berita. Karena berita
berdasarkan momentum, agenda, dan fenomena tidak akan cukup mengisi slot tayang setiap program
berita. Sehingga selain peristiwa maka manusianya akan menjadi bahan liputan untuk menelaah lebih
jauh tentang segala sesuatu yang layak untuk ditulis menjadi berita.
Program Nonfiksi
Program nonfiksi atau non drama adalah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui
proses pengolahan imajinasi kreatif dari realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus menginterpretasikan
ulang dan tanpa harus menjadi dunia khayalan. Nondrama bukanlah sebuah runtutan cerita fiksi dari setiap
pelakunya. Untuk itu, format-format program acara Nondrama, merupakan sebuah runtutan pertunjukan
kreatif yang mengutamakan unsur hiburan yang dipenuhi dengan aksi, gaya, dan musik. Contoh;
Talkshow, Konser Musik, Variety Show.
Sedangkan beberapa stasiun televisi juga dapat membagi format program selanjutnya dengan
Format Hiburan (Entertainment). Program hiburan ini adalah segala bentuk siaran yang bertujuan
menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan. Program yang termasuk dalam
kategori hiburan adalah drama, musik dan permainan.
Permainan atau gameshow merupakan suatu bentuk program yang melibatkan sejumlah orang baik
indvidu ataupun kelompok (tim) yang saling bersaing untuk mendapatkan sesuatu. Menjawab pertanyaan
ataupun memenangkan suatu bentuk permainan. Program inipun dapat dirancang dengan melibatkan
audien. Permainan merupakan salah satu produksi acara televisi yang mudah dibuat. Karena biaya yang
lebih murah namun kemungkinan disukai audien sangat besar.
Dalam pembagian bentuk seperti ini maka bentuk program permainan dapat dibagi menjadi
ketangkasan, quiz show, dan reality show. Ketangkasan adalah peserta dalam permainan ini harus
menunjukkan kemampuan fisik atau ketangkasannya untuk melewati suatu halangan atau rintangan dalam
melakukan suatu permainan yang membutuhkan perhitungan dan strategi. Quiz show adalah bentuk
program permainan yang paling sederhana dimana sejumlah peserta saling bersaing untuk menjawab
sejumlah pertanyaan.
Program Fiksi adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan dicipta melalui proses
imajinasi kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang. Format yang
digunakan merupakan interpretasi kisah kehidupan yang diwujudkan dalam suatu runtutan cerita dalam
sejumlah adegan. Adegan-adegan tersebut akan menggabungkan antara realitas kenyataan hidup dengan
fiksi atau imajinasi khayalan para kreatornya. Adapun contoh dari program fiksi adalah; sinetron dan film
dengan jenis percintaan, aksi, tragedi, horor, dan lain sebagainya.
Drama berasal dari bahasa Yunani dran yang berarti bertindak atau berbuat (action). Program
drama adalah pertunjukan (show) yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang
atau beberapa orang (tokoh) yang diperankan oleh pemain (artis) yang melibatkan konflik dan emosi.
Dengan demikian program drama biasanya menampilkan sejumlah pemain yang memerankan tokoh
tertentu. Suatu drama akan mengikuti kehidupan atau petualangan para tokohnya. Program televisi yang
termasuk dalam program drama adalah sinema elektronik (sinetron) dan film.
Sinetron dibeberapa negara dikenal dengan opera sabun (soap opera atau daytime serial) namun
di Indonesia lebih populer dengan sebutan sinetron. Telenovela merupakan istilah yang digunakan televisi
Indonesia untuk sinetron yang berasal dari Amerika Latin. Sinetron merupakan drama yang menyajikan
cerita dari beberapa tokoh secara bersamaan. Masing-masing tokoh memiliki alur cerita mereka sendiri-
sendiri tanpa harus dirangkum menjadi suatu kesimpulan. Akhir cerita sinetron cenderung selalu terbuka
dan sering tanpa penyelesaian. Cerita cenderung dibuat berpanjang-panjang dengan menciptakan
beberapa macam konflik antar karakter yang kadang kala tidak berhubungan, disusun dalam satu alur
cerita. Hal ini bertujuan membuat episodenya semakin panjang, yang tentunya memantau konflik kearah
mana yang disukai oleh audien. Apabila audien tidak merespon lagi maka sinetron tersebut harus ditutup
atau sebaliknya bila telah selesai ceritanya tapi masih memiliki potensi menjadi favorit , maka episode
selanjutnya akan dibuat kembali.
Diluar negeri opera sabun merupakan salah satu program tertua yang pernah disiarkan media
penyiaran. Pada tahun 1920-an pertama kali disiarkan oleh stasiun radio di Amerika Serikat, sedangkan
tahun 1940-an pertama kali disiarkan oleh stasiun televisi. Dikenal dengan opera sabun karena siaran
opera sabun biasa pada siang hari yang disukai oleh kaum wanita. Iklan yang banyak ditayangkan pada
program ini adalah produk barang sabun atau deterjen, sehingga program ini selanjutnya dikenal dengan
opera sabun.
Kreativitas dalam membuat program fiksi ini sangat dibutuhkan agar program menjadi menarik dan
menjadi gunjingan masyarakat. Adapun untuk mengembangkan kreatifitas program diperlukan beberapa
trik untuk pengarah acara atau sutradara agar berhasil, yakni;
1. Target Penonton.
Kajilah secara teliti target penonton yang ingin dituju. Apakah sudah sesuai, karena harus berpatokan
pada usia, jenis kelamin dan status sosialnya. Apabila telah mengetahui karakter penonton, maka
dengan mudah menciptakan program yang akan disukai sesuai targetnya.
2. Bahasa Naskah harus menjadi perhatian khusus pada saat akan mengeksekusi program. Harus
ada komunikasi/diskusi yang matang dengan penulis naskah. Bahasa naskah harus sesuai dengan
target penonton, setelah dibaca dan dikaji. Apabila menurut bagian program atau pengarah acara tidak
tepat maka harus ada perubahan yang didiskusikan dengan penulis naskah.
3. Format Acara harus detail apakah berita, fiksi atau nonfiksi. Agar tidak ada kesalahpahaman
dengan kru pada saat diproduksi. Ide-ide kreatif yang dibubuhi pada setiap format program bisa saja
digunakan, namun tetap harus detail formatnya apa?
4. Punching Line adalah kejutan-kejutan dalam dialog naskah, yang segaja dimainkan oleh pemain
agar penonton yang mulai jenuh, terbangun dan mulai bergairah kembali. Hal itu tentunya disesuaikan
dengan flow dan ritme dari segmen ke segmen. Bentuknya bisa komedi, celetukan, pertanyaan,
ungkapan pribahasa dan lain sebagainya.
5. Gimmick dan funfare adalah untuk menarik selera penonton agar tidak pindah ke lain channel
dengan mengunakan gimmick-gimmick dalam segmen-segmen tertentu. Bentuknya bisa berupa
soundeffect, musik ilustrasi, mimik, ekspresi dan akting pemain, teknik editing, pergerakan kamera, dan
lain sebagainya.
6. Clip hanger adalah sebuah scene atau shot yang ambangkan menjelang commersial break.
Tujuannya agar penonton tidak berpindah channel, karena adegan selanjutnya yang menegangkan
atau menentukan terpotong sehingga membuat penasaran.
7. Tune, bumper in dan bumper out adalah identitas dari program yang kita buat. Tune akan
memberikan kesan pertama kali penonton menyukai atau tidak program yang kita buat. Bumper yang
hanya sekilas juga harus dibuat semenarik mungkin agar penonton tidak jenuh dan selalu teringat
karena memiliki ciri khas tersendiri.
8. Penataan Artisitik harus menjadi perhatian utama dalam program selain berita/jurnalistik. Setiap
personil bagian program harus giat melakukan up date informasi tentang gaya, tren, warna baru dan
teknik-teknik penataan artistik dari berbagai belahan dunia.
9. Musik dan fashion dari berbagai bentuk program stasiun televisi terkemuka patut diperhatikan.
Karena kalangan remaja sebagai ukuran barometer untuk mengikuti potongan rambut favorit, cara
berpakaian, ilustrasi musik dan efek-efek.
10. Logo dan Musik Track untuk menciptakan kemudahan daya ingat bagi penonton pada suatu
program. Jangan terlalu sulit membuat sebuah logo sehingga penonton tidak mengerti. Selanjutnya
musik sebagai identitas program agar enak dinikmati, yang sebaiknya jangan terlalu banyak lirik.
Kecuali lagu atau album musik yang sudah populer.
11. Rehearsel (latihan) adalah syarat mutlak untuk mendapatkan program yang berkualitas mendekati
yang ditargetkan. Karena seluruh kru dan pemain yang mendukung program tersebut akan bertemu
untuk bersama-sama melakukan latihan produksi sesuai skenario/perencanaan yang ditetapkan
sebelum produksi yang sebenarnya dilaksanakan.
Dalam pelaksaan tugasnya sehari-hari bagian program harus melakukan hubungan dengan
beberapa bagian lain yang mendukung kelancaran proses penyiaran yang merupakan team work, antara
lain;
- Hubungan dengan bagian teknik
Menjaga hubungan baik dengan bagian teknik sangat dibutuhkan/vital. Hal ini terkait dengan kesiapan
penyediaan perangkat peralatan untuk menyiarkan program-program siaran. Perangkat tersebut antara
lain adalah peralatan studio untuk membuat program di studio, perangkat peralatan di pusat pengendali
siaran (master kontrol) untuk menyaring kualitas gambar dan suara dari studio dan perangkat peralatan
pemancar untuk mengudarakan program-program siaran ke pemirsa dirumah.
Jumlah jam siaran yang telah dipolakan oleh programmer menjadi panduan utama manajer teknik.
Manajer teknik berkewajiban melakukan tugas penyiaran tanpa kesalahan, tanpa kendala, dan tanpa
gangguan. Karena gangguan apapun akan berakibat kerugian pada perusahaan. Seperti siaran iklan
yang gagal disiarkan akan berdampak pihak pemasang iklan tidak akan membayar biaya siarannya.
Peranan bagian lalu lintas siaran teknik dalam menyelenggarakan siaran menjadi sangat penting.
Traffic akan mengatur urutan-urutan acara termasuk urutan iklan yang harus dimasukkan ditengah-
tengah siaran. Urutan acara ini diprogramkan, lalu digerakkan secara otomatis sesuai dengan urutan-
urutan tadi.
Kemacetan dibagian traffic bisa saja terjadi, oleh sebab itu stasiun televisi biasanya akan mem-back up
dengan melakukannya secara manual sambil membetulkan alat otomatis tersebut. Penanggung jawab
permasalahan ini biasanya seorang technical director (TD) yang sedang bertugas dimaster kontrol.
Selanjutnya bagian tehnik harus memberikan laporan selengkapnya atas kejadian tersebut pada
programming untuk mengetahui kekurangan siaran iklan yang berdampak pada pemasukan uang ke
stasiun televisi. Termasuk pula siaran program kerjasama yang tidak sempurna penyiaraannya. Semua
hal tersebut bila menyentuh dengan pihak luar harus segera ditindak lanjuti dengan mengirim surat
pemberitahuan dan solusi jalan keluarnya agar tidak komplain oleh mereka.
- Hubungan dengan Instansi Luar
Bagian programming memiliki hubungan dengan instansi luar yang sangat vital, karena mengutamakan
pada usaha mendapatkan bahan program siaran. Strategi menjalin hubungan tersebut dapat dilakukan
dengan membuat pertemuan secara berkala. Ada stasiun televisi yang membatasi hubungan kerjanya
dengan pihak luar, sehingga para pengelola rumah produksi akan diundang jikalau ada keperluan saja.
Semestinya bagian program menyampaikan kepada rumah produksi, para pengiklan, para pemasok
program, dan klien lainnya mengenai program-program yang dibutuhkan stasiun bersangkutan, bahkan
termasuk untuk mengisi pesan pelayanan publik. Dalam pertemuan-pertemuan yang diadakan,
departemen program bisa menyampaikan pandangan mereka atas kebutuhan siaran.
Jika pihak luar tanggap terhadap pola siaran yang disampaikan departemen program, dialog pun akan
mengarah pada penawaran pembuatan program yang mereka punyai, atau kesanggupan mereka untuk
membuat produksi-produksi dengan cara mengajukan proposal. Dalam hal ini proses sosialisasi bagian
program kepada pihak lain/klien biasanya disampaikan pada marketing gathering yang rutin dilakukan
stasiun televisi. Adapun point penting yang perlu disampaikan bagian program adalah;
a. Presentase siaran.
Presentase siaran perlu disampaikan pada instansi luar agar instansi ini memahami batasan-
batasan program pada masing-masing jenis, format, dan pemilihan tema acara. Misalnya jenis
hiburan terpola 60% berarti sekiranya jumlah jam siarannya 18 jam dalam sehari, maka ditemukan
program hiburan sebanyak 11 jam. Dari 11 jam inilah para produser rumah produksi dapat
mengisinya.
b. Kebijakan pengadaan program.
Instansi luar, rumah produksi, dan pengiklan dapat menerima informasi kebijakan siaran terhadap
presentase siaran, program-program siaran dari dalam negeri atau dibuat di Indonesia, serta
program-program impor. Kesemuanya disampaikan secara umum, secara garis besar, sehingga
tidak perlu disampaikan hal-hal yang sangat internal seperti jumlah anggaran yang disediakan.
Acara-acara yang dapat disponsori instansi luar dapat juga disampaikan dengan penjelasan perihal
kewajiban-kewajiban serta isi pesan yang ada dalam acara tertentu, sehingga kewajiban-kewajiban
tersebut bermuara pada negosiasi bisnis.
MODUL 3DEMOGRAFI AUDIEN TELEVISI
Populasi suatu penduduk yang berada pada suatu wilayah menjadi acuan bahkan perebutan setiap
media penyiaran, untuk menjadi ukuran dalam mengembangkan strategi program dan masa depan
perusahaan. Semakin maju dan berkembangnya populasi suatu daerah maka potensi bisnis akan
berkembang, hal ini akan berdampak positif pula pada stasiun penyiaran yang bersangkutan.
Televisi sering dikritik sebagai media yang tidak selektif (nonselective medium) dalam menjangkau
audiennya sehingga sering dianggap sebagai media lebih cocok untuk produk konsumsi massal. Televisi
dianggap sebagai media yang sulit untuk menjangkau segmen audien yang khusus atau tertentu. Namun
sebenarnya televisi dapat menjangkau audien tertentu tersebut karena adanya variasi komposisi audien
sebagai hasil dari isi program, waktu siaran dan cakupan demorafi. Misalnya, program TV pada Sabtu pagi
ditujukan untuk anak-anak; Sabtu atau Minggu sore ditujukan untuk pria yang gemar olah raga; program
TV pada hari biasa lebih ditujukan kepada ibu rumah tangga.
Stasiun televisi juga dapat menayangkan program siaran yang mampu menarik perhatian kelompok
audien tertentu yang menjadi target promosi suatu produk tertentu. Menurut penelitian di AS, penggemar
olah raga, mengkonsumi minuman bir lebih banyak daripada audien lain pada umumnya. Menempatkan
siaran iklan pada suatu program pertandingan olah raga di televisi merupakan langkah yang logis bagi
pabrik pembuat bir. Televisi yang menayangkan program pertandingan golf akan menjadi sasaran bagi
produsen peralatan golf untuk memasang iklan karena program tersebut disaksikan oleh orang-orang yang
suka main golf.
Selain audien yang besar, televisi juga menawarkan fleksibilitasnya dalam hal audien yang dituju.
Jika suatu perusahaan manufaktur ingin mempromosikan barangnya pada suatu wilayah tertentu maka
perusahaan itu dapat memasang iklan pada stasiun televisi yang terdapat di wilayah bersangkutan.
Dengan demikian, siaran iklan di televisi menurut Willis-Aldridge memiliki flexibility that permits adaptation
to special needs and interest (fleksibilitas yang memungkinkan penyesuian terhadap kebutuhan dan
kepentingan yang khusus). Dalam hal ini, pemasang iklan dapat membuat variasi isi pesan iklan yang
disesuaikan dengan kebutuhan atau karakteristik wilayah setempat. Sebaliknya, pemasang iklan yang ingin
memasarkan produknya secara nasional dapat melakukan uji coba di pasar lokal terlebih dahulu sebelum
dilempar ke pasar nasional.
Demografi audien didasarkan pada peta kependudukan misalnya usia, jenis kelamin, besarnya
anggota keluarga, pendidikan tertinggi yang dicapai, jenis pekerjaan audien, tingkat penghasilan, agama,
suku, dan sebagainya. Kesemuanya itu disebut variabel-variabel demografi.
Jumlah audien yang besar merupakan faktor penting bagi pemasang iklan, namun jumlah audien
bukanlah satu-satunya tujuan. Pemasang iklan biasanya lebih tertarik untuk mengetahui apakah audien
yang menonton suatu program siaran itu pembeli yang potensial (prospek) bagi barang atau jasa yang
mereka jual. Terkadang jumlah audien yang besar, tidak selalu menghasilkan penjualan yang bagus.
Contoh untuk ini adalah program komedi I Love Lucy yang pernah sangat terkenal di AS dan mampu
menarik jumlah penonton terbesar di Amerika. Perusahaan rokok Phillip Moris memasang iklan pada
program tersebut, namun tidak menghasilkan tingkat penjualan rokok yang diharapkan bahkan tingkat
penjualan rokok Philip Morris menurun selama penayangan siaran iklannya.
Dalam bisnis iklan, istilah yang digunakan untuk mengacu kepada karaketristik audien ini disebut
dengan demografi audien. Ada beberapa aspek yang menjadi perhatian pemasang iklan terhadap
demografi audien ini yaitu:
1) Umur audien (anak-anak, remaja, dewasa, umum)
2) Jenis kelamin yaitu jumlah penonton/pendengar pria atau wanita
3) Agama (Islam, Kristen, Budha, Hindu, dan lain sebagainya)
4) Suku/kebangsaan
5) Tingkat pendidikan dan
6) Status ekonomi audien.
Hal yang paling penting pada demografi audien ini adalah tingkat umur. Hasil survei menunjukkan bahwa
sebagaian besar pengeluaran untuk belanja dilakukan oleh masyarakat yang berusia antara 18-49 tahun.
Pemasang iklan yang berupaya untuk mencapai hasil penjualan maksimal atas barang atau jasanya
berupaya untuk memasang iklan pada program yang menarik perhatian kelompok umur ini. Bagi industri
penyiaran angka 18-49 ini telah menjadi ‘angka ajaib’ untuk menjaring para pemasang iklan, sebagaimana
dikemukan Willis-Aldridge: “For the broadcasting industry, the 18-49 demographic has become a figure of
almost mystical importance,” (bagi industri penyiaran, demografi umur 18-49 tahun telah menjadi angka
ajaib yang sangat penting). Program yang tidak berhasil menarik pembeli potensial terbesar akan gagal
sebagai instrumen untuk beriklan.
Data demografi dibutuhkan antara lain untuk mengantisipasi perubahan-perubahan pasar dan
audien menyangkut bagaimana produsen produk atau pemasang iklan menilai potensi pasar dalam setiap
area geografi yang dapat dijangkau suatu media penyiaran. Dengan demikian produsen dapat
mengalokasikan wilayah-wilayah penjualannya pada setiap pasar yang potensial tersebut.
Data demografi sangat bermanfaat untuk mengetahui segmentasi demografi suatu area wilayah
sehingga memudahkan pimpinan dalam mengambil keputusan manajerial. Misalnya suatu stasiun televisi
mengunakan data demografi untuk membuka pemancar (transmisi) baru atau bagi produsen mengunakan
data demografi untuk membuka kantor cabang dan mengatur jumlah personel pemasaran.
Kebutuhan lainnya pada data demografi dalam menerapkan strategi periklanan yaitu menyangkut
bagaimana suatu produk dikomunikasikan kepada khalayak-khalayak sasaran. Dalam hal ini, pemasang
iklan perlu pasarnya, berapa anggaran yang dibutuhkan untuk menjangkau masing-masing segmen itu,
kapan sebaiknya disiarkan dan siapa bintang iklan yang cocok untuk menjangkau setiap segmen.
Pengelola media penyiaranpun perlu memahami data demografi yang terkait dengan strategi iklan ini agar
dapat menyakinkan pemasang iklan bahwa media penyiarannya sesuai dengan kebutuhan pemasang
iklan.
UsiaBiasanya audien dibedakan menurut usia anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Tetapi
pembagian ini masih dianggap terlalu luas. Misalnya, kelompok usia dewasa memiliki rentang usia yang
cukup luas sehingga perlu dibagi lagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil. Lembaga independen
Nielsen Media Research dan Biro Pusat Statistik milik pemerintah membagi audien atau pasar
berdasarkan usia yang kelompokan sebagai berikut;
Nielsen Media Research
No. Target Audien1 5 – 9 tahun2 10 – 19 tahun3 20 - 29 tahun4 30 - 39 tahun5 40 +
Biro Pusat Statistik
No. Target Audien1 0 – 14 tahun2 15 – 20 tahun3 20 – 29 tahun4 30 – 39 tahun5 40 +
Jenis Kelamin (gender)
Program televisi yang disajikan tidak seluruhnya dapat dibedakan dengan segmen ini. Program
drama komedi, jarang dibedakan dengan segmen ini. Tetapi program-program tertentu seperti program
olah raga (disukai pria), infotainment (wanita), sinetron (wanita), program memasak (wanita), program
berita (pria). Biasanya wanita lebih banyak menonton televisi dibandingkan pria.
Pekerjaan Audien yang memiliki jenis pekerjaan tertentu umumnya mengkonsumsi barang-barang tertentu
yang berbeda dengan jenis pekerjaan lainnya. Selera merekapun umumnya berbeda dalam mengkonsumsi
program. Kalangan eksekutif lebih menyukai program yang dapat mendorong daya pikir mereka atau
membantu mereka dalam mengambil keputusan. Misalnya program berita atau film-film tertentu.
Sementara kalangan pekerja kasar lebih menyukai musik dangdut.
Pendidikan Audien dapat pula dikelompokkan menurut tingkat pendidikan yang dicapai. Tingkat pendidikan
yang berhasil diselesaikan audien akan menentukan pendapatan dan kelas sosial mereka. Selain itu
pendidikan juga menentukan tingkat intelektualitas seseorang. Pada gilirannya, tingkat intelektualitas ini
akan menentukan pilihan barang-barang, jenis hiburan dan program radio atau televisi yang disukainya.
Tingkat pendidikan biasanya terkait pula dengan tingkat pekerjaannya walaupun tidak pasti. Seseorang
yang berpendidikan tinggi cenderung membaca secara rutin surat kabar dan majalah-majalah tertentu yang
memerlukan pemikiran-pemikiran dan analisa, menyukai konsep-konsep baru dan tertantang untuk
menggali hal-hal baru. Sebaliknya, mereka yang hanya berhasil mencapai sekolah dasar umumnya akan
mencari bacaan-bacaan yang ringan, mudah dipahami, banyak gambar atau foto berwarna, berjudul besar-
besar dengan permasalahan sehari-hari yang dekat dengan kehidupannya.
PendapatanProduk yang dibeli seseorang biasanya erat hubungannya dengan penghasilan yang diperoleh
rumah tangga orang tersebut. Selera atau konsumsi sangat dipengaruhi oleh kelas yang ditinggali oleh
konsumen tersebut. Pendapatan seseorang akan menentukan di kelas sosial mana dia berada dan
kedudukan seseorang dalam kelas sosial akan mempengaruhi kemampuannya berakses pada sumber-
sumber daya.
Menurut Llyod Warner (1941) kelas sosial dapat dibagi menjadi enam bagian, yaitu;
1. Kelas atas-atas (A+)
2. Kelas atas bagian bawah (A)
3. Kelas menengah atas (B+)
4. Kelas menengah bawah (B)
5. Kelas bawah bagian atas (C+)
6. Kelas bawah bagian bawah (C)
Masing-masing kelas tersebut memiliki karakter berbeda-beda, yang mempengaruhi cara pandang
dan cara mereka membelanjakan uangnya. Mereka yang mendiami kelas-kelas tersebutpun berbeda
karakternya menurut lama barunya mereka berada di kelas masing-masing. Mereka yang baru saja
memasuki kelas menengah (berasal dari kelas bawah) akan memiliki kebiasaan membelanjakan uang
berbeda dengan mereka yang sudah mapan secara turun temurun dalam kelas itu.
Pemasang iklan di radio dan televisi harus menentukan apakah ingin memasarkan produk untuk
kalangan berpenghasilan tinggi, menengah atau bawah. Media penyiaran harus menegaskan kalangan
mana yang menjadi targetnya sehingga pemasang iklan dapat mempromosikan produknya secara tepat.
Agama
Saat ini agama telah digunakan untuk memasarkan berbagai macam produk. Segmentasi audien
berdasarkan agama telah digunakan untuk membuat program-program tertentu misalnya sinetron relegius,
ceramah agama dan sebagainya. Program yang berbau agama ini dapat digunakan untuk memasarkan
produk-produk yang erat dengan agama. Namun demikian, segmentasi cara ini umumnya sangat sensitif
dan memerlukan keseriusan dalam menjalin hubungan dengan konsumennya. Segmentasi berdasarkan
agama hanya dapat diterapkan pada komoditi tertentu yang pasarnya amat sensitif terhadap simbol-simbol
agama.
Suku dan KebangsaanPengelola media penyiaran dapat pula melakukan segmentasi audien berdasarkan suku dan
kebangsaan sepanjang suku-suku itu memiliki perbedaan yang mencolok dalam hal kebiasaan-kebiasaan
dan kebutuhan-kebutuhannya bila dibandingkan dengan suku-suku lainnya. Selain itu, tentu saja
segmennya harus cukup besar, potensial dan memiliki daya beli yang tinggi. Suku-suku tertentu biasanya
memiliki ciri khas dalam soal makanan, pakaian dan cara berkomunikasi.
Demografi : membagi pasar menjadi kelompok berdasarkan pada variabel umur, jenis kelamin,
ukuran keluarga, daur kehidupan , pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, dan kebangsaan.
Dengan melihat hasil pembangunan, perkembangan populasi penduduk dan sistem penyiaran di
Indonesia, maka demografi di Indonesia hingga saat ini dapat dirinci dengan pengertian sebagai berikut;
- Akan terkonsentrasi di perkotaan
Kota besar atau setiap kota yang berkembang (jumlah penduduk, pusat bisnis dan gaya hidupnya)
akan menjadi incaran bagi sebagian besar masyarakat untuk menjadikan tempat beraktivitas.
- Semakin Tua
Jumlah orang tua akan lebih besar dibandingkan dengan balita karena kecendrungan berkarya dan
mengurangi keturunan. Hal ini terjadi disebabkan kompetisi yang semakin ketat.
- Melemahnya pertumbuhan penduduk
Semakin berkembangnya ekonomi suatu perkotaan menunjukkan aktivitas masyarakat yang semakin
padat. Sehingga pertumbuhan penduduk akan tersendat seiring dengan rutinitas pekerjaan sehari-hari.
- Jumlah anggota keluarga berkurang
Ciri Khas masyarakat modern yang memiliki mobilitas tinggi serta pemikiran yang praktis. Kualitas
anggota keluarga menjadi prioritas bukan kuantitasnya.
- Semakin banyak wanita bekerja
- Penghasilan keluarga meningkat
- Jawa tetap terpadat
Social Economic Status 2006 (Nielsen Media Research)
SES SES 2005 SES 2006
A1 Lebih dari Rp 2.250.000 Lebih dari Rp 3.000.000,-
A2 Rp 1.750.001 – Rp 2.250.000 Rp 2.000.001 – Rp 3.000.000
B Rp 1.250.001 – Rp 1.750.000 Rp 1.500.001 – Rp 2.000.000
C1 Rp 800.001 – Rp 1.250.000 Rp 1.000.001 – Rp Rp1.500.000
C2 Rp 600.001 – Rp 800.000 Rp 700.001 – Rp 1.000.000
D Rp 400.001 – Rp 600.000,- Rp 500.001 – Rp 700.000,-
E < Rp 400.000,- < Rp 500.000,-
Audien Radio
Media penyiaran di Indonesia yang cukup tersegmentasi adalah stasiun radio. Stasiun radio di kota
besar berdasarkan penelitian tidak lagi menjadi media yang bersifat umum yang membidik seluruh lapisan
masyarakat. Stasiun radio tersebut harus membidik secara terbatas; apakah kalangan remaja, pebisnis,
atau pecinta musik.
Namun di kota kecil atau daerah pedalaman yang belum banyak penduduknya, tidak diperlukan
segmentasi audien. Karena tingkat persaingan masih sangat rendah sehingga media penyiaran cenderung
bersifat umum. Apabila stasiun radio memiliki segmentasi audien yang jelas, sangat dibutuhkan oleh para
pemasang iklan untuk memasarkan produknya.
Kelebihan radio dapat dinikmati pendengar sambil melakukan aktivitas-aktivitas lainnya. Radio
dapat menjangkau daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh media cetak. Pendengar radio dapat dijangkau
dalam seketika, dan pesan-pesan yang disampaikan lewat radio menimbulkan efek imajinasi yang besar.
Namun demikian radio memiliki sifat lokal yaitu memiliki daya jangkau yang terbatas. Oleh sebab itu dalam
radius jangkauannya radio harus memiliki segmentasi yang jelas dan tajam siapa yang ingin dijangkaunya.
Untuk stasiun radio yang baru amat penting menentukan segmentasi sebelum memulai aktivitas
siaran. Segmentasi yang jelas akan menentukan format siaran yang meliputi pemilihan program dan gaya
siaran sesuai dengan target audien yang dituju. Tujuan menentukan format siaran untuk memenuhi
sasaran khalayak secara spesifik dan untuk kesiapan berkompetisi dengan radio lainnya disuatu
area/region.
Proses penentuan format dimulai dari penentuan visi dan misi yang ingin dicapai, pemahaman
tentang audien yang dituju melalui riset ilmiah untuk mengetahui apa kebutuhan dan bagaimana prilaku
sosiologis-psikologis mereka. Dari sini ditentukan format siaran yang relevan beserta implementasinya
pada wilayah program dan pemasaran.
Terdapat puluhan format siaran radio yang berkembang hingga saat ini. Namun format siaran yang
paling populer adalah yang dibagi berdasarkan kelompok umur, yaitu;
- Format remaja
- Format dewasa
- Format Laki-laki atau Perempuan
- Format Profesi Politik
- Format Profesi Hukum dan lain sebagainya.
Audien Televisi
Pada awal berdirinya televisi di Indonesia masih belum melakukan audien yang tersegmentasi.
Melainkan setiap stasiun televisi swasta di Indonesia melakukan siaran yang tertuju pada sasaran yang
luas sekali. Sehingga beberapa stasiun televisi yang melakukan siaran, memiliki program yang seluruhnya
hampir sama. Akibatnya pemasang iklan akan mengalami kesulitan dalam menentukan sasaran. Tetapi
jumlah stasiun televisi yang masih sedikit menyebabkan persaingan belum terlalu tajam seperti saat ini.
Penyebab stasiun televisi ketika itu belum menerapkan strateginya secara matang, karena salah
satunya belum memiliki pengalaman dalam melakukan siaran. Dimana tenaga ahli/kreator yang mampu
membuat film atau program televisi, termasuk para programing televisi belum banyak. Sehingga program
yang diandalkan adalah canned product (paket jadi) yang dibeli dari distributor asing. Akibatnya beberapa
stasiun televisi memiliki program yang sama, sehingga menyulitkan dalam melakukan segmentasi audien.
Dekade tahun 2000 muncullah beberapa stasiun televisi baru yang mencoba untuk memiliki
segmen yang spesial. Namun hingga saat ini televisi umumnya menyajikan program acara yang bersifat
beragam. Oleh sebab itu stasiun televisi membagi segmentasi audien berdasarkan waktu siaran dalam
sehari. Hal ini tentunya dapat didasari pada gaya hidup seseorang. Adapun pembagian waktu dalam sehari
tersebut adalah;
- 02.00 Wib – 04.59 Wib Early Morning
(penonton klas A-B, laki-laki usia 40 tahun keatas/jumlah audien sedikit)
- 05.00 Wib – 08.59 Wib Morning Time
(penonton Klas A-B, semua umur/jumlah audien banyak)
- 09.00 Wib – 11.59 Wib Day Time
(penonton klas A,B,C,D,E, anak-anak, perempuan, semua umur/jumlah audien sedikit)
- 12.00 Wib – 15.59 Wib Noon Time
(penonton klas C,D,E, anak-anak, perempuan, semua umur.jumlah audien sedikit)
- 16.00 Wib – 17.59 Wib Evening Time
(penonton klas A,B,C,D,E, anak-anak, perempuan, semua umur/audien mulai besar)
- 18.00 Wib – 18.59 Wib Early Prime Time
(penonton klas A,B,C,D,E, semua audien/jumlahnya besar)
- 19.00 Wib – 20.59 Wib Central Prime Time
(penonton kas A,B,C,D,E, semua audien/jumlahnya besar sekali)
- 21.00 Wib – 22.29 Wib Late Prime Time
(penonton klas A,B,C,D,E, semua audien/jumlah audien besar
- 22.30 Wib – 23.59 Wib Night Time
(penonton klas A,B, laki-laki/jumlah audien mulai menurun)
- 24.00 Wib – 01.59 Wib Mid Night
(penonton klas A,B, laki-laki/jumlah audien sedikit)
Pada tahun 2005 beberapa stasiun televisi swasta telah fokus untuk mengarah pada audien
tertentu. Stasiun televisi berupaya mengarahkan programnya pada target audien tertentu. Salah satunya
TRANS TV yang berupaya mengarahkan programnya pada segmen perempuan. Televisi Pendidikan
Indonesia sejak berdirinya dikenal sebagai televisi dangdut, karena rajin menayangkan program musik
dangdut. Oleh sebab itu masyarakat menilai TPI adalah televisi untuk kelas bawah.
Sebelum TPI berhasil menciptakan beberapa program yang mengejutkan. Maka RCTI, SCTV dan
Indosiar selalu menjadi langganan televisi yang menguasai peringkat satu sampai tiga. Namun saat ini TPI
telah berhasil menampilkan program-program yang memiliki rating tinggi menyangi ketiga televisi tersebut.
Segmentasi program untuk masyarakat kelas bawah ini akan menjadi keuntungan yang sangat besar.
Karena audien televisi terbesar di Indonesia adalah masyarakat kelas bawah. Kondisi mungkin akan lama
berubah kecuali terjadi perubahan besar dimana kalangan menegah mampu mengeser jumlah penonton
televisi di Indonesia.
MODUL 4
Tehnik Pengambilan Gambar Kamera TVTehnik Pengambilan Gambar Kamera TV
Ukuran pengambilan gambar selalu dikaitkan dengan ukuran tubuh manusia. Namun penerapan
ukuran ini juga berlaku pada benda lain. Tinggal menyesuaikan ukurannya saja, berikut 9 shot sizes (ukuran
gambar) tersebut;
1. Extreme Long Shot (ELS)
"Ukuran gambar ELS merupakan kekuatan yang ingin menetapkan suatu
(peristiwa, pemandangan) yang sangat-sangat jauh, panjang dan luas berdimensi
lebar". ELS biasa digunakan untuk komposisi gambar indah pada sebuah
panorama.
2. Very Long Shot (VLS)
Gambar-gambar opening scene atau bridging scene dimana pemirsa divisualkan
adegan kolosal, kota metropolitan dan sebagainya. Posisi kamera diletakkan
beragam seperti top angle dari helikopter, menggunakan crane atau jimmy jib.
Hindarilah syuting VLS menggunakan hand held atau kamera dipanggul bahu,
karena akan kehilangan arah dan gambar akan goyang atau tidak fokus.
3. Long Shot (LS)
"Sizes/Frame Compositions yang ditembak". Keseluruhan gambaran dari pokok
materi dilihat dari dari kepala ke kaki atau gambar manusia seutuhnya. LS dikenal
sebagai landscape format yang mengantarkan mata penonton kepada keluasan
suatu suasana dan objek.
4. Medium Long Shot (MLS)
"Ini yang ditembak memotong pokok materi dari lutut sampai puncak kepala
pokok materi". Setelah gambar LS ditarik garis imajiner lalu di-zoom in sehingga
lebih padat, maka masuk ke medium long shot. Angle MLS sering dipakai untuk memperkaya keindahan
gambar.
5. Medium Shot (MS)
"Gambar diambil dari pinggul pokok materi sampai pada kepala pokok materi".
Ukutan MS, biasa digunakan sebagai komposisi gambar terbaik untuk wawancara.
Dimana pemirsa dapat melihat dengan jeals ekspresi dan emosi dari wawancara
yang sedang berlangsung.
6. Middle Close Up (MCU)
"Dari dada pokok materi sampai puncak kepala". MS dapat dikategorikan sebagai
komposisi "potret setengah badan" dengan keleluasaan background yang masih
bisa dinikmati. MS memperdalam gambar dengan menunjukkan profil dari objek
yang direkam.
7. Close Up (CU)
"Meliput wajah yang keseluruhan dari pokok materi". Objek menjadi titik
perhatian utama dalam pengambilan gambar dan latar belakang hanya terlihat
sedikit. CU fokus kepada wajah, digunakan sebagai komposisi gambar yang
paling baik untuk menggambarkan emosi atau reaksi seseorang. CU selalu
execellence pada wajah marah, kesal, senang, sedih, kagum dan lain sebagainya.
Terhadap benda lain pun demikian karena mampu mengeksplorasi daya tarik
yang tersembunyi.
8. Big Close Up (BCU)
Lebih tajam dari CU, yang mampu mengungkapkan kedalaman pandangan mata,
kebencian raut muka, dan emosional wajah. Tanpa intonasi/narasi BCU sudah
bisa mewujudkan arti reaksi spontanitas atau reflex seseorang. BCU juga dapat
digunakan untuk objek berupa benda wayang, asap rokok ataupun makanan.
9. Extreme Close UP (ECU)
"Kekuatan ECU pada kedekatan dan ketajaman yang hanya fokus pada satu objek".
Paling sering digunakan untuk memperhebat emosi dari suatu pertunjukan musik
atau situasi yang dramatis. Kelemahan ECU, akan sulit untuk menciptakan depth of
field, karena jarak objek dan jangkauan lensa kamera terlalu dekat. Misalnya;
ketika anda fokus pada mata maka gambar disekitarnya menjadi soft atau tidak fokus.
Setelah memahami pengertian dasar pengambilan gambar sebuah shot, selanjutnya camera angle dan
komposisi gambar juga sangat penting untuk diketahui seorang jurnalis televisi. Ketika melakukan syuting
hendaknya memahami, bahwa setiap gambar peristiwa harus memberikan pesan yang jelas dan tidak
menyebabkan pemirsa sulit mengerti makna informasi yang disiarkan tentang suatu persoalan. Salah satu
prinsip pengambilan gambar yang baik adalah seimbang tanpa adanya ruang-ruang kosong pada layar
televisi.
Camera Angle
Meletakkan lensa kamera pada sudut pandang pengambilan gambar yang tepat dan mempunyai
motivasi tertentu untuk membentuk kedalaman gambar/dimensi dan menentukan titik pandang penonton
dalam menyaksikan suatu adegan dan membangun kesan psikologis gambar, seperti;
1. High Angle (HA)Pengambilan gambar dengan meletakkan tinggi kamera
diatas objek/garis mata orang. Kesan psikologis yang ingin
disampaikan objek tampak seperti tertekan.
Gbr. 1 High Angle
2. Eye Level/normalTinggi kamera sejajar dengan garis mata objek
yang dituju. Kesan psikologis yang disajikan adalah
kewajaran, kesetaraan atau sederajat.
Gbr. 2 High Angle
3. Low Angle (LA)Pengambilan gambar dengan meletakkan tinggi
kamera dibawah objek/garis mata orang. Adapun kesan
psikologis yang ingin disajikan adalah objek tampak
berwibawa.
Gbr. 3 Low Angle
Komposisi
Komposisi gambar adalah pengaturan/penataan dan penempatan unsur-unsur gambar ke dalam
frame/bingkai gambar. Komposisi sangat erat kaitannya dengan rasa seni, perasaan dan ekspresi seseorang.
Komposisi gambar harus memperhatikan faktor keseimbangan, keindahan, ruang dan warna dari unsur-
unsur gambar serta daya tarik tersendiri. Unsur-unsur gambar (visual element) dalam komposisi merupakan
apa saja yang dilihat oleh mata/lensa kamera kita, pada suatu kejadian/pemandangan, yaitu dapat berupa;
Tokoh/manusia (objek), termasuk perlengkapan kostum dan make up.
Lokasi gedung, dekorasi dan property.
Warna, cahaya/lighting dan lain-lain.
Sedangkan framing merupakan penempatan unsur-unsur gambar ke dalam frame yang bertujuan
menempatkan objek pada komposisi yang baik, serta terpenuhinya unsur keseimbangan frame kiri dan
kanan, atas dan bawah dalam pengelompokkan.
1. Trianggulasi
Pusat perhatian ditempatkan pada puncak suatu segitiga. Bagian-bagian lainnya ditempatkan pada
pangkal dasar suatu komposisi. Keseimbangan sisi kiri dan kanan objek serta atas dengan backround yang
mengesankan
objek menjadi elegan dan enak dipandang.
Gbr. 4 Trianggulasi
2. The Rule of Thirds (The Golden Mean)
Pedoman dalam penempatan unsur-unsur gambar dalam frame yang dibagi atas tiga bagian secara
vertikal dan tiga bagian secara horizontal. Perpotongan garis vertikal dan horizontal merupakan titik
perhatian pemirsa dalam menyaksikan suatu adegan (gambar/cerita). Interest point of object (pusat
perhatian) sebaiknya ditempatkan pada titik-titik perpotongan tersebut.
Ketika sedang syuting, komposisi gambar yang akan diambil agar tercapai golden mean tentu
beragam. Pada objek orang, mata berada pada posisi 1/3 frame bagian atas. Kondisi panorama/pemandangan
batas cakrawala berada 2/3 frame bagian bawah. Sedangkan posisi dua orang yang melakukan percakapan
atau aktivitas tertentu, posisi golden mean berada ditengah-tengah antara dua orang tersebut.
Gbr. 5 Golden Mean
3. Walking Room/Lead Room
Ruang yang menunjukkan arah jalan objek sampai tepi frame, ruang depan lebih luas 2 kali
dibanding ruang belakang. (30-50%). Teknik pengambilan gambar dengan memberikan sisa jarak ketika
seseorang bergerak ke arah tertentu. Tanpa memperhatikan walking room, objek gambar orang akan tampak
terhalangi atau terhenti dilayar televisi.
Gbr. 6 walking room (benar) Gbr. 7 walking room (salah)
4. Looking Room/Nose Room
Jarak pandang objek ke depan dengan perbandingan 2 bagian depan 1 bagian belakang (30-50%).
Ketika objek gambar melihat atau menunjuk ke suatu arah, harus tersedia ruang kosong pada arah yang
dituju. Pengambilan gambar tanpa looking room akan terlihat janggal dan tidak seimbang.
Gbr. 8 looking room
5. Head Room
Teknik pengambilan gambar ini, ruang dari atas kepala sampai tepi atas frame, ruang bagian ini
seperempat dari kepala objek. Ruang kosong yang berada diatas kepala harus seimbang dengan tepi layar
televisi. Bila ruang kosong terlalu banyak, yakni jarak antara ujung kepala dengan tepi atas layar televisi
terlalu luas, maka gambar tampak tidak seimbang. Sehingga objek akan tampak tenggelam dilayar televisi
dan gambar tidak nyaman dilihat.
Gbr. 9 Head room
6. Aerial Shot
Pengambilan gambar daratan dari udara dengan meletakkan posisi kamera pada pesawat udara.
Fungsi pengambilan gambar ini untuk melihat suasana dibawah daratan secara menyeluruh dan leluasa.
Biasanya digunakan sebagai kebutuhan gambar program berita, pertandingan olah raga yang melibatkan
banyak orang atau mengambarkan suasana bencana alam.
Gbr. 10 Aerial Shot
7. Over the Shoulder Shot (OSS)
Pengambilan gambar di mana kamera berada di belakang bahu salah satu pelaku/dibelakang objek
yang membelakangi, dan tampak di dalam frame. Sementara obyek utama lebih difokuskan tampak
menghadap kamera dengan latar depan bahu lawan main.
Gbr. 11a OSS Gbr. 11b OSS
8. Establishing Shot (ES)
Penggambilan shot yang menampilkan keseluruhan objek ditambah dengan ruang di sekitarnya
sebagai pemandangan atau suatu tempat untuk memberi orientasi di mana peristiwa atau bagaimana kondisi
adegan itu terjadi.
Gbr. 12 Establish Shot9. Point of View (POV)
Tehnik pengambilan gambar yang menghasilkan
arah pandang pelaku atau objek utama dalam frame.
Gbr. 13 Point of View
10. Canted Shot
Pengambilan gambar dengan cara meletakkan kamera dalam posisi miring ke kiri maupun ke kanan
dengan statis. Sehingga mengambarkan frame menjadi diagonal dengan kesan atraktif objek yang dituju.
Biasanya dipakai pada program musik MTV, ketika presenter mengantarkan opening program, pembahasan
materi dan lain sebagainya yang enerjik karena target audiennya adalah generasi muda.
11. Crazy Shot
Pengambilan gambar dengan cara menggerakkan kamera ke kiri ke kanan secara dinamis. Framing
ini disebut crazy, karena memang tidak lazim digunakan pada program yang formil dan normal. Crazy shot
digunakan sebagai cara mengairahkan gambar yang disesuaikan dengan ritmenya. Biasanya dilakukan dalam
pembuatan video klip, semakin tinggi tempo biramanya maka semakin variatif crazy shot yang diperagakan.
12. Subjektif Shot dan Objektif Shot
Subjektif shot merupakan tehnik pengambilan gambar yang secara psikologis melibatkan penonton
sebagai pelaku dalam scene tersebut. Sedangkan objektif shot adalah tehnik pengambilan gambar yang
secara psikologis mempunyai kesan, bahwa pemirsa televisi hanya sebagai pengamat saja.
13. Type of Shot
Pada saat memproduksi program televisi, tipe pengambilan gambar akan disesuaikan dengan format
program yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini akan mempermudah proses penyampaian pesan,
menghibur dan memberikan makna yang afektif pada pemirsa televisi. Sehingga tipe pengambilan gambar
yang menjadi dasar pembuatan berbagai program acara televisi adalah sebagai berikut;
à Simple Shot
Proses pengambilan gambar menggunakan statis shot atau tanpa ada pergerakan kamera dengan cara cut
to cut. Contoh; pengambilan gambar di studio pada penyiar berita televisi.
à Complex Shot
Proses pengambilan gambar yang bervariasi dengan kombinasi antara statis dengan pergerakan lensa,
sehingga menghasilkan komposisi gambar yang indah dan enak ditonton. Contoh; program fashion show,
kuis dan lain sebagainya.
à Developing Shot
Proses pengambilan gambar dengan menggunakan seluruh pergerakan kamera dengan berbagai angle,
sehingga terbentuk pengambilan gambar yang dramatik. Contohnya pada program olah raga, reality
show, konser musik, sinetron dan lain sebagainya.
14. Object in Frame
Pengambilan gambar orang/pemain oleh kamera dalam satu frame dengan mengabaikan shot size
orang tersebut, adapun beberapa istilah pengambilan gambarnya yaitu; one shot, two shot, three shot dan
group shot.
MODUL 5PRODUKSI TELEVISI
Departemen Program (programming) memiliki kemampuan untuk memproduksi program sendiri
sebagai salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan slot waktu penyiarannya. Perencanaan awal dalam
memproduksi dimulai dengan ide atau gagasan dari seorang kreator. Ide dan gagasan inilah yang
kemudian diwujudkan melalui produksi. Ide dan gagasan ini dapat berasal dari mana saja dan dari siapa
saja. Terkadang gagasan berasal dari media massa yang disimak olah sang kreator.
Penulis cerita film atau drama, terkadang mendapat ide ketika tengah mengendarai mobil sambil
mendengar obrolan di radio, ketika sedang duduk minum kopi di restoran, di cafe-cafe ketika berbicara
dengan para pengunjung yang diminta untuk menceritakan problem yang dihadapi kepadanya. Banyak lagi
ide itu dapat timbul yang berasal dari mana saja. Adapun beberapa bentuk awal dimulainya ide suatu
program, adalah sebagai berikut;
1. Diri sendiri atau sekeliling kita
Sebenarnya ide cerita ada disekeliling kita dan menunggu untuk dipetik, kitalah yang harus jeli dalam
mencari kesempatan. Apa yang paling kita ketahui? Tentu diri kita sendiri, oleh sebab itu gali ingatan,
tentang kejadian unik, aneh, ajaib, dan lain sebagainya. Masa sekolah, tentang kegiatan di pekerjaan,
teman-teman di kantor. Lalu kemudian diingat-ingat tentang sekeliling kehidupan kita. Tetangga, yang
baik, iseng, keterlaluan. Keluarga kita, paman, seluruhnya pasti ada kejadian aneh dan unik yang dapat
dijadikan ide cerita. Mulailah menulis kisah hidup kita sendiri. Ini bermanfaat untuk membiasakan kita
dengan menulis, tidak mungkin kita tidak dapat menulis tentang kehidupan kita sendiri.
2. Cerita rakyat
Cerita rakyat atau cerita lama juga dapat menjadi sumber inspirasi. Banyak cerita rakyat yang bisa
diadaptasi untuk layar lebar maupun layar kaca. Apabila cerita tersebut mengandung unsur-unsur
universal yang relevan untuk masa sekarang, dapat pula diubah settingnya disesuaikan dengan zaman
modern.
3. Inspirasi
Inspirasi bukan menjiplak. Seorang penulis skenario profesional sering mendapat inspirasi dari cerita-
cerita yang sudah ada untuk dibuat menjadi sesuatu yang berbeda. Ada beberapa macam pendekatan
untuk membuat sebuah inspirasi menjadi sebuah cerita yang menarik dan membawa pesan-pesan
baru. Sebagai contoh, dengan menambahkan beberapa macam konflik, mengubah penokohan atau
menambah unsur dramatiknya. Semakin banyak inspirasi yang timbul, dari segenap data yang masuk
ke dalam ingatan, maka akan semakin banyak modifikasi cerita, tanpa harus menjiplaknya. Di dunia ini
hampir tidak ada yang murni dari sebuah karya, sebagian besar adalah merupakan inspirasi tersebut.
4. Koran
Apabila mencari ide dari diri sendiri merasa bosan, tidak menarik dengan cerita rakyat karena
melegenda. Maka koran (surat kabar) adalah alternatif yang relatif murah dan meriah. Koran
merupakan sebuah ladang cerita yang tak ada habisnya. Setiap hari muncul terus menerus cerita
hangat dan baru yang aktual dan bervariasi. Untuk membuat ide tidak dibutuhkan aktualnya melainkan
variasi ceritanya yang akan diambil. Setiap halaman koran rata-rata memuat 4-7 artikel, satu edisi
koran terdiri dari 12 halaman bahkan lebih, maka setiap hari akan ada minimum 50 ide cerita.
Pada stasiun televisi, program yang biasanya diproduksi sendiri adalah program yang terkait
dengan berita atau informasi, seperti ; berita aktual, laporan khusus, berita olah raga, kriminalitas, current
affair, feature, magazine, dokumenter dan lain sebagainya. Sedangkan untuk program hiburan seperti ;
realityshow, film, sinetron, dan lain sebagainya biasa diproduksi pihak lain yaitu perusahaan film atau
rumah produksi (Production House).
Apabila dilihat dari latar belakangnya program televisi, ditinjau dari siapa yang memproduksi
program, maka kita dapat membagi program sebagai berikut;
1. Program yang dibuat sendiri (in-house production), biasanya adalah program berita (news
programme) dan program yang terkait dengan informasi misalnya; laporan khusus, infotainment
(magazine show), talkshow, feature, film documenter. Program yang mengunakan studio, contohnya;
musik, kuis, varietyshow terkadang juga diproduksi sendiri oleh stasiun televisi sesuai kebutuhannya.
2. Program siap siar (canned product), biasanya materi program seperti ini melalui beberapa proses
hingga menjadi hak siar suatu stasiun televisi. Sedangkan cara mendapatkannya bisa melalui
distributor dalam negeri maupun luar negeri. Beberapa stasiun televisi juga mengirimkan
programmernya untuk menghadiri festival-festival film international untuk mendapatkan program
berkualitas langsung dari pemegang hak siarnya.
Namun demikian, pembagian tersebut sebenarnya tidak bersifat mutlak, hanya merupakan
kebiasaan saja. Di Indonesia acara realityshow banyak dibuat oleh pihak luar (PH). Oleh sebab itu setiap
program bisa saja dibuat stasiun televisi bersangkutan ataupun oleh pihak luar. Hal ini tergantung pada
kebijaksanaan dari televisi tersebut. Namun pada dasarnya stasiun televisi memiliki tugas untuk penyiaran
dan produksinya dimanfaatkan pihak luar. Hal ini untuk mengutamakan segi objektivitas dari setiap
programnya, kecuali pada program berita/informasi.
Program Informasi
Stasiun televisi pada umumnya memiliki studio dan peralatan sendiri yang dapat digunakan untuk
memproduksi program. Fasilitas biasanya sudah tersedia pada stasiun penyiaran televisi dan dapat
digunakan untuk memproduksi suatu program, yaitu ; studio, kamera, editing equipment beserta para kru
operasionalnya.
Departemen berita stasiun televisi merupakan bagian yang paling sering menggunakan studio dan
segala peralatannya. Kru berita yang paling dominan setiap hari bertugas adalah reporter dan juru kamera
yang memproduksi berita setiap harinya. Pada stasiun televisi yang relatif baru dan kecil departemen berita
adalah bagian dari departemen program. Sedangkan televisi yang besar akan memiliki departemen berita
yang berdiri sendiri.
Pada fungsi tugasnya membuat berita, departemen berita tidak selalu memproduksi berita dari
materi yang didapatnya sendiri. Materi dari luar negeri harus dapat diakses stasiun televisi melalui
kerjasama organisasi internasional ataupun membeli hak royaltynya. Organisasi penyiaran internasional
yang dimaksud adalah untuk mendapatkan materi yang telah dihimpun oleh beberapa negara sebagai
anggotanya. Apabila tidak terdaftar sebagai anggota maka hak ekseklusifnya tidak didapat. Contohnya
Asia-Pacific Broadcasting Union (ABU), Eropean Broadcasting Union, dan lain sebagainya. Sedangkan
untuk mendapatkan hak royalty dengan pihak asing biasanya melalui kantor berita asing ataupun dengan
stasiun televisi asing. Contohnya ; Reuters, AFP, Bernama serta CNN, Aljazera dan lain sebagainya.
Sebagai langkah untuk mendapatkan berita actual dari segala penjuru, maka stasiun televisi juga
akan memanfaatkan dan menerima gambar-gambar dari video amatir apabila memang memiliki hasil
gambar yang mempunyai nilai berita dan actual tersebut. Biasanya beberapa kalangan yang berhasil
merekam suatu kejadian peristiwa yang luar biasa, mengirimkan langsung atau menawarkan pada stasiun
televisi tersebut untuk melihat atau menerima suatu video. Ketika diputuskan oleh tim redaksi menarik
maka setiap stasiun televisi akan menyiarkannya sebagai bahan berita.
Redaksi Berita
Stasiun televisi selalu bersaing untuk merebut perhatian audien dalam setiap program siarannya,
termasuk juga program berita. Hampir setiap stasiun televisi di Indonesia memiliki program berita. Dengan
demikian akan membutuhkan redaksi berita dan tim liputan sebagai bagian dari struktur organisasi stasiun
televisi. Namun struktur organisasi departemen berita memiliki ciri khas dibandingkan dengan departemen
lainnya. Perbedaan terletak pada pola kerja bagian pemberitaan yang tidak sama dengan bagian lainnya.
Struktur organisasi bagian pemberitaan stasiun televisi, biasanya terdiri dari sejumlah jabatan struktural
dan fungsional, yang biasanya adalah sebagai berikut;
1. Direktur Berita
Direktur berita adalah seseorang yang independen bahkan ia harus independen dari pemiliki stasiun
televisi itu sendiri. Karena depertemen berita bertugas menyiarkan berita secara adil dan akurat.
Seluruh staf dan direktur dalam departemen berita harus bebas dari tekanan politik dan ekonomi.
Reporter harus melaporkan apa saja yang mereka dapatkan tanpa ada rasa takut sedikitpun. Artinya
walaupun suatu informasi yang melibatkan tokoh penting sekalipun pihak departemen berita tidak harus
menyembunyikan informasi tersebut ke hadapan publik asalkan memiliki bukti-bukti yang tepat dari
sumber yang dipercaya. Kebebasan aliran informasi adalah hal yang menentukan kredibilitas suatu
stasiun televisi. Direktur berita membutuhkan akses langsung dengan pimpinan stasiun televisi karena
suatu berita besar dan sangat penting dapat terjadi setiap saat dan dibutuhkan keputusan cepat untuk
menayangkannya.
2. Produser Eksekutif
Produser eksekutif bertanggung jawab terhadap penampilan jangka panjang program berita secara
keseluruhan. Dia bertugas memikirkan setting, dekor, latar belakang atau tampilan suatu program
berita yang akan menjadi cri khas. Semua itu dilakukan setelah berkonsultasi terlebih dahulu dengan
direktur berita dan pimpinan stasiun televisi tersebut. Produser eksekutif melakukan pengawasan
terhadap kerja reporter dan produser dan memastikan staf redaksi mematuhi style yang telah
ditetapkan dan konsisten dengan ketetapan itu. Jika produser acara bertanggung jawab atas suatu
program berita maka produser eksekutif bertanggung jawab terhadap beberapa program berita. Ia juga
memegang keputusan akhir mengenai berita apa yang harus turun atau yang tidak perlu disiarkan. Ia
harus memikirkan cara untuk memperbaiki mutu program dan menjaga peringkat acara (rating) agar
tetap baik/stabil, jika peringkat acara suatu program berita turun ia harus dapat memberikan penjelasan
mengapa hal itu terjadi dan dapat memberikan argumentasi bagaimana cara memperbaikinya.
3. Produser
Produser pada stasiun televisi bertanggung jawab terhadap suatu program berita. Stasiun televisi
biasanya menyiarkan lebih dari satu program berita dalam sehari. Stasiun televisi berskala nasional
biasanya memiliki tiga sampai empat program berita reguler yaitu program berita pagi, siang, sore dan
malam. Masing-masing program berita itu dipimpin oleh satu produser atau beberapa produser (apabila
multievent/besar). Produser akan memutuskan berita-berita apa saja yang akan disiarkan dalam
program beritanya, durasi, format berita (VO), paket, dll, termasuk siapa sutradara televisi (PD).
Produser berita harus menyusun bagaimana urutan serta strategi yang ingin diterapkan agar audien
jelas dan tertarik menyaksikannya. Produser pada profesinya juga mengenal lagi beberapa profesi
berdasarkan fungsinya seperti produser show/acara, produser rekanan, dan produser lapangan/
pelaksana.
a. Produser Acara
Dalam tugasnya produser acara bertanggung jawab untuk mempersiapkan penayangan suatu
program berita. Ia bekerja memilih berita-berita yang akan disiarkan pada suatu program berita.
Produser acara harus memutuskan berita apa yang akan disiarkan pada suatu program berita.
Perencanaan dan pendukung palaksanaan siaran berita harus disiapkan seluruhnya oleh produser
acara. Susunan berita (rundown) yang berisi format berita, apakah itu paket, VO, reader, grafik dan
lain-lain. Mengatur urutan berita apa saja yang akan ditayangkan pada segmen pertama, kedua dan
selanjutnya. Jika produser acara mengalami kesulitan dengan program yang akan dijalankannya
atau ia ragu-ragu untuk memutuskan berita-berita yang harus menjadi berita utama (peak) dalam
rundownnya, maka ia dapat berkonsultasi dengan produser eksekutif atau direktur berita. Produser
acara dalam menjalankan tugasnya mendapat dukungan dari koordinator liputan (korlip) dan
reporter. Ketiga pihak ini selalu bertemu dalam rapat rutin dan produser memberitahukan perkiraan
rundown bagi program berita yang akan ditayangkan nanti. Dalam rapat juga dibicarakan apa yang
harus diliput oleh reporter, angle berita apa yang harus diangkat, durasi dari setiap berita dan
format berita yang akan dibuat oleh reporter. Dalam mempersiapkan rundown, produser acara
setiap saat harus tanggap terhadap berbagai perkembangan berita. Dalam hal ini, struktur rundown
dapat berubah sewaktu-waktu berdasarkan perkembangan keadaan. Perkembangan yang dinilai
menarik, produser acara dapat mengusulkan kepada korlip untuk menugaskan reporter meliput
peristiwa tersebut.
b. Produser rekanan
Produser rekanan adalah produser yang mengelola sebuah program bersama dengan seorang
produser acara. Tugas produser rekanan adalah menjembatani pihak stasiun televisi dengan pihak
luar (siapapun juga) dengan tujuan mengembangkan dari segi kualitas dan kuantitasnya. Seorang
produser rekanan biasanya ditugaskan oleh stasiun televisi untuk mengikuti perkembangan sebuah
program yang isi/contentnya dikerjakan oleh suatu lembaga ataupun institusi. Sedangkan stasiun
televisi berfungsi mengambilnya sebagai bagian dalam suatu produksi televisi. Pada umumnya
stasiun televisi menyertakan salah satu produser rekanan tersebut yang tentunya memiliki keahlian
sesuai dengan bidang kerja yang akan dilaksanakan. Biasanya berbentuk suatu panitia besar yang
mengelolanya. Setelah seluruhnya siap untuk dilaksanakan barulah produser acara datang
mengerjakan produksi tersebut dengan disupport oleh produser rekanan tersebut. Proses
kerjasama ini bisa berbagai macam bentuknya sesuai kebutuhan dari kedua belah pihak.
c. Produser lapangan
Stasiun televisi dengan siaran nasional biasanya memiliki posisi produser lapangan dalam struktur
organisasi keredaksiannya. Produser lapangan bertugas melakukan koordinasi pada saat peliputan
dilapangan. Fungsi produser lapangan menjadi penting, ketika stasiun televisi melakukan peliputan
langsung (live). Dia akan mengarahkan juru kamera dan reporter dilapangan, termasuk
mempersiapkan wawancara, memberikan masukan pada reporter mengenai materi wawancara
atau siapa narasumber yang akan diwawancarai. Produser lapangan membantu reporter
melakukan riset guna mendapatkan informasi bagi tim liputan, agar mempermudah proses mencari
sumber informasi yang tepat secara efisien dan efektif. Dalam pelaksanaannya juga akan
mempersiapkan rencana perjalanan jika tim liputan harus berangkat ke daerah-daerah, khususnya
daerah yang sulit ditembus.
4. Asisten Produser
Stasiun televisi yang berskala nasional biasanya seorang produser acara akan dibantu oleh satu atau
beberapa asisten produser. Asisten produser bertugas antara lain membantu reporter mempersiapkan
paket berita jika reporter dalam keadaan kerepotan karena banyak pekerjaan dengan waktu yang
sempit. Atau reporter sudah harus dikirim lagi kelapangan karena mendadak muncul lagi suatu
peristiwa yang luar biasa. Karena reporter tidak sempat lagi menyelesaikan proses paket berita
tersebut maka asisten produser harus turun tangan. Asisten produser akan diperintah oleh produser
untuk mengambil alih dengan menyiapkan paket berita tersebut sesuai dengan petunjuk dari produser
atau eksekutif produser. Tugas lainnya asisten produser mengumpulkan gambar yang dikirim oleh
reporter dari lapangan melalui satelit atau microwave. Mereka harus memberitahu produser acara jika
gambar gagal diterima atau gambar yang diterima jelek. Asisten produser akan mengambil gambar
sebagian kecil gambar feeding yang akan digunakan untuk voiceover. Kedudukan asisten produser
berada diantara produser acara dan penulis berita (writer). Biasanya apa yang dikerjakan asisten
produser belum memiliki cukup kemampuan untuk melaksanakan show program berita. Karena itu
kebanyakan stasiun televisi, tidak lagi mengunakan asisten produer. Karena pekerjaan produser dapat
ditanggani langsung, sedangkan reporter tidak perlu lagi dibantu karena seorang reporter harus
bertanggung jawab menyelesaikannya sampai tuntas.
5. Presenter
Pembaca berita atau presenter, sering juga, disebut dengan anchor, menjadi citra dari suatu stasiun
televisi. Banyak orang yang lebih suka memilih program berita pada stasiun televisi tertentu karena
alasan penyiarnya. Hasil survey menunjukkan alasan audien menonton atau memilih suatu program
berita karena presenternya memiliki penampilan menarik. Salah satu alasan utama mengapa orang
lebih suka mengikuti program berita yang satu dibanding dengan yang lain ialah karena penyiarnya.
Kredibilitas presenter dapat menjadi hal yang menunjang atau penting sekali bagi stasiun televisi. Di
negara maju, memilih penyiar berita adalah sama pentingnya dengan memilih acara yang akan
diproduksi. Wajah yang rupawan dan suara yang bagus, belumlah cukup untuk menjadi presenter yang
baik. Ada dua pandangan mengenai syarat seseorang dapat menjadi presenter berita, yakni;
a. Kalangan yang menganggap pembawa berita adalah harus juga reporter atau jurnalis.
Menurut Herford keuntungan untuk merekrut seorang reporter menjadi presenter adalah ketika
terjadi suatu peristiwa besar yang harus terus menerus ditayangkan secara langsung. Dalam situasi
seperti ini, tidak ada naskah tertulis yang dapat dibaca oleh presenter berita. Presenter
membutuhkan improvisasi berdasarkan dari perkembangan dilapangan. Sehingga stasiun televisi
membutuhkan reporter yang harus terus menerus menayangkan atau memandu siaran langsung
berkelanjutan atas peristiwa tersebut. Hal ini tentunya peran seorang reporter yang telah
berpengalaman dilapangan tidak akan menyulitkan kondisi tersebut. Sehingga di Indonesia
sebagian besar televisi swasta melakukan pergeseran bagi setiap reporter yang telah matang di
lapangan dalam berjibaku dengan keadaan, harus masuk ke studio membawakan berita. Sehingga
hal ini akan memudahkan presenter berita bertugas menghayati nilai berita yang terkandung.
b. Presenter berita adalah orang yang memang berfungsi hanya untuk membawakan berita bukan
reporter.
Sedangkan presenter berita yang memang spesial untuk membawakan berita memiliki porsi hanya
sebagai how to present the news. Sehingga untuk program berita yang normal-normal di studio
lebih mantap mengunakan presenter ini. Sebagian televisi pemerintah mengunakan presenter
seperti ini dengan tujuan menyaingi presenter televisi swasta yang energik.
6. Pengarah program
Pengarah program adalah orang yang bertanggung jawab secara teknis atas kelancaran suatu acara
televisi. Kedudukan pengarah program terkait langsung dengan penampilan (show) suatu program
berita pada saat ditayangkan (on air). Jika produser bekerja untuk mempersiapkan rundown maka
pengarah acara yang bekerja di control room studio adalah orang-orang yang akan melaksanakan
rundown itu. Hubungan antara produser dan pengarah acara adalah seperti hubungan antara dokter
dengan seorang apoteker di apotik. Dokter menulis resep sedangkan apoteker mempersiapkan atau
membuat obat berdasarkan permintaan dokter. Suatu program televisi dapat mengudara karena
didukung oleh banyak orang yang bekerja dibalik layar. Adapun persyaratan untuk dapat menjadi
seorang pengarah acara, sebagai berikut;
a. Memiliki pengetahuan dasar tentang kamera video
b. Memiliki pengetahuan dasar penggunaan switcher
c. Memiliki pengetahuan tentang screen direction
d. Memiliki pengetahuan dasar tentang audio broadcast
e. Memiliki pengetahuan dasar tentang lighting video
f. Memiliki pengetahuan dasar editing
g. Memiliki pengetahuan tentang equipment broadcast
h. Mampu menggabungkan aspek teknis dan seni.
7. Pemandu Gambar
Pemandu gambar atau swictherman adalah orang yang bertugas menampilkan perpaduan gambar dari
beberapa sumber gambar ke dalam satu tampilan visual program televisi, sehingga program tersebut
mempunyai nilai estetika. Pemandu gambar bertugas di ruang kontrol dalam setiap produksi acara,
baik program berita maupun non berita. Pemandu gambar selalu mendampingi pengarah acara atau
produser dalam menentukan keputusan tentang pengambilan gambar pada setiap produksi acara dan
memberikan pertimbangan teknis jika dibutuhkan.
MODUL 6TARGET AUDIEN
Target audien setiap stasiun penyiaran harus menjadi fokus pemograman secara menyeluruh.
Sehingga bagian program merupakan the showcase pada radio dan televisi. Departemen program
memerlukan tenaga yang benar-benar menguasai bidangnya, bahkan melebihi bidang-bidang lain seperti
yang ada didepartemen produksi yang memproduksi acara.
Manajer program harus kreatif, dia merupakan sosok terdepan di stasiun televisi. Bahkan manajer
program menjadi barometer keunggulan sebuah stasiun televisi. Sebagai arsitek pemograman, dia
menempati posisi kunci keberhasilan siaran televisi. Sehubungan dengan itu, programming memerlukan
sistematika kerja yang bisa dijadikan pedoman kerja. Oleh sebab itu dia harus memahami visi dan misi
perusahaan yang tertuang pada pola siaran yang telah disetujui manajemen.
Pola siaran sendiri berisi pedoman jenis-jenis prosentase siaran dan waktu siaran berdasarkan
target audien, yang harus dipatuhi untuk berbagai acara siaran sepanjang hari, seminggu, sebulan dan
sepanjang tahun, terus menerus yang berkesinambungan.
Hal berikutnya yang menjadi keniscayaan adalah kerja programming meneliti minat audien dengan
mencari data hasil riset serta hasil-hasil penelitian lain, termasuk jejak pendapat. Hal ini perlu dilakukan
mengingat berdasarkan keberadaan (minat) penontonlah program siaran disusun setiap harinya.
Program untuk kaum Ibu ditempatkan pada waktu yang sesuai dengan waktu selama Ibu-ibu dan
sebagian keluarga berada dirumah. Biasanya program dengan target Ibu-ibu akan menempati jam siaran
antara pukul 08.00 sampai pukul 11.00 pagi. Pada sore hari sewaktu anak-anak berada dirumah disiarkan
acara yang sesuai dengan dunia anak-anak.
Waktu yang paling menentukan dan menguntungkan adalah prime time yang dalam dunia televisi
berada antara pukul 18.00 sampai dengan 23.00. Pada waktu-waktu itu biasanya keluarga lengkap berada
di rumah dan bersama-sama bisa menonton siaran televisi. Para pemasok iklan banyak yang mengincar
program-program yang disiarkan pada golden hour pada waktu ini.
Sebenarnya prime time televisi ketika belum banyak televisi swasta berada pada kisaran 19.00
sampai 21.00 saja. Ketika berjamurnya stasiun televisi dan semakin ketatnya persaingan, perubahan gaya
menonton masyarakat di Indonesia, secara tanggap dapat di pantau oleh pengelola stasiun televisi dengan
merubah sasaran audien terbesarnya dimulai pada pukul 18.00. Karena audien yang telah menyaksikan
siaran televisi pada pukul 18.00 akan sulit beranjak ke saluran lain, apabila merasakan menikmati siaran
yang disajikan. Ketika kebiasaan setiap harinya telah nyaman menikmati siaran tersebut, akan
menyebabkan berkelanjutan seterusnya menjadikan siaran favoritnya.
Media penyiaran memiliki produk program, sedangkan yang menjadi sasarannya untuk membeli
program itu secara tidak langsung adalah audien. Menentukan target audien adalah tahap selanjutnya dari
strategi pemasaran setiap media penyiaran. Target audien adalah memilih satu atau beberapa segmen
audien yang akan menjadi fokus kegiatan-kegiatan pemasaran program dan iklan. Kadang-kadang
targeting disebut juga selecting karena audien harus diseleksi. Pengelola media penyiaran harus memiliki
keberanian untuk memfokuskan kegiatannya pada beberapa bagian saja (segmen) dan meninggalkan
bagian lainnya.
Target audien berhubungan erat dengan adanya media yang dapat digunakan untuk menjangkau
kelompok-kelompok atau segmen-segmen tertentu dalam masyarakat. Targeting mempunyai dua fungsi
sekaligus yaitu menyeleksi audien sasaran sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu dan menjangkau audien
sasaran tersebut.
Sedangkan yang menjadi target audien atau audien sasaran itu adalah orang-orang yang
menginginkan diri mereka terekspos oleh informasi atau hiburan yang ditawarkan media penyiaran kepada
mereka. Dalam hal ini perlu diketahui bahwa audien melakukan suatu proses yang disebut dengan
selective exposure artinya audien secara aktif memilih mau atau tidak mengekspos dirinya terhadap
informasi. Jadi sekalipun media penyiaran membidik dengan jor-joran kepada audien (dalam ukuran luas)
namun audien akan menyeleksinya benar-benar apakah memilih atau tidak program yang disiarkan
tersebut.
Bentuk program yang bervariasi memilih audien banyak sekali pilihan, dengan menonton saluran
yang lain, atau pergi ketempat lain untuk melakukan suatu kegiatan. Bahkan dapat mengajak rekannya
menonton berbicara panjang lebar. Apabila ini terjadi maka isi informasi tersebut tidak akan diproses oleh
konsumen tersebut atau akan menguap. Maka hanya orang-orang yang ingin dirinya terekspos oleh
program atau iklan televisi itulah yang disebut audien sasaran yang dipilih dari berbagai segmen audien
yang ada. Mengapa audien membiarkan dirinya terekspos oleh suatu informasi? Ada banyak penjelasan
untuk menjawab pertanyaan ini. Mungkin ia memang sedang mencari informasi atau ingin menikmati
hiburan, mungkin ia tertarik dengan tema cerita yang disajikan, mungkin ia memperhatikan karena program
itu lucu atau pembawa acaranya berparas cantik dan lain sebagainya.
Perkembangan teknologi telah menimbulkan globalisasi, pembangunan ekonomi dan perbaikan
kesejahteraan sehingga melahirkan kelompok-kelompok baru dalam masyarakat. Kelompok-kelompok
baru itu menjadi sangat sulit dijangkau oleh media-media konvensional yaitu media umum yang sasaran
audiennya adalah audien secara umum atau audien rata-rata.
Pada awal tahun 1990, Indonesia hanya memiliki beberapa stasiun televisi yang jumlahnya sedikit.
Karena keterbatasan stasiun televisi dan pengetahuan tentang cara-cara melakukan targeting maka pada
masa-masa itu pemasang iklan sudah merasa cukup puas mengiklankan produk-produknya dimedia-media
yang ada tersebut. Namun tahun 2007 dimana jumlah stasiun televisi dengan berbagai kelompok/grup
media penyiaran yang semakin banyak menyebabkan persaingan sudah sangat ketat. Hal ini
menyebabkan setiap stasiun penyiaran akan tekun memilih audien sasarannya dengan jelas.
Bagian program media penyiaran harus mengetahui siapa audien mereka sebenarnya. Pengelola
programming televisi dan radio harus mempelajari selera pemirsa dan memahami prinsip-prinsip
membangun audien. Ketika seorang programmer memilih satu program untuk disiarkan maka ia harus
bertanya kepada dirinya sendiri; Siapa audien program ini? Kelompok audien mana yang akan menikmati
program ini.
Apabila stasiun penyiaran ingin membidik audien dari kelompok remaja maka stasiun tersebut
akan memilih lebih banyak informasi yang berhubungan dengan kebutuhan kelompok umur tersebut.
Seperti halnya menayangkan lagu-lagu musik yang sedang trend. Kalau sasarannya laki-laki dewasa maka
program yang akan dipilih adalah olah raga dan berita. Bila sasaran audiennya kaum etnis tertentu maka
penyusunan programnya harus sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan bagi kesejahteraan mereka.
Kondisi persaingan industri penyiaran juga semakin mendorong terjadinya segmentasi media
penyiaran, hal ini berarti suatu media penyiaran yang baru berdiri harus tepat memilih target audien secara
tegas jika ingin bisa memenangkan kompetisi terhadap stasiun televisi yang lain. Segmen audien yang
dipilih akan menentukan program, gaya siaran hingga target pemasang iklan.
Pada awal perkembangan industri penyiaran di Indonesia pengelola media penyiaran pada
umumnya membidik audiennya secara intuitif yaitu secara perkiraan saja. Ketika itu mereka mengira dapat
mengetahui persis siapa audien dan apa yang menjadi kebutuhan audien. Pandangan mereka tentang
audien cenderung ditentukan oleh kaca matanya sendiri, yaitu membayangkan dirinya sendiri sebagai
salah seorang target dari program yang dibuatnya. Pada ukuran jangka pendek mungkin cara tersebut
dapat berhasil, tetapi untuk jangka panjang sulit dan kemungkinan akan dikalahkan oleh stasiun televisi
yang mengunakan segmentasi melalui penelitian terlebih dahulu.
Suatu ketika akan terjadi pertumbuhan penduduk, stasiun televisi kompetitor, produk baru
bermunculan, gaya hidup berubah, dan persaingan tidak terhindari. Sehingga audien dapat berubah. Oleh
sebab itu media penyiaran harus menentukan segmentasi audien yang akan ditujunya. Dalam pelajaran
pemasaran nantinya segmentasi merupakan satu kesatuan dengan targeting dan positioning.
Menetapkan target audien merupakan tahap lanjutan dari analisis segmentasi. Produk dari targeting
adalah target audien yang akan menjadi fokus kegiatan-kegiatan iklan. Ada empat kriteria yang harus
dipenuhi pengelola media penyiaran untuk mendapatkan audien sasaran yang optimal yaitu sebagai
berikut;
1. Responsif.
Audien sasaran harus responsif terhadap program yang ditayangkan. Kalau audien tidak merespon
maka pengelola media penyiaran harus mencari tahu mengapa hal itu terjadi. Tentu saja langkah ini
harus dimulai dengan studi segmentasi audien yang jelas.
2. Potensi penjualan.
Setiap program yang akan disiarkan harus memiliki potensi penjualan yang cukup luas. Semakin besar
kemungkinan program untuk mendapatkan audien sasaran maka semakin besar nilainya. Besarnya
selain ditentukan oleh populasi juga oleh daya beli audien terhadap iklan yang ditayangkan pada
program itu. Daya beli adalah persoalan ekonomi makro dan petensi daerah bersangkutan. Sedangkan
keinginan membeli harus dapat diciptakan oleh bagian pemasaran.
3. Pertumbuhan memadai.
Audien tidak dapat dengan segera bereaksi. Audien bertambah secara perlahan-lahan sampai akhirnya
meningkat dengan pesat. Kalau pertumbahan audien lambat, tentu dipikirkan langkah-langkah agar
program bisa lebih diterima audien. Mungkin program yang dibuat tidak sesuai dengan audien sasaran.
Mungkin ceritanya terlalu rumit atau seleranya terlalu tinggi. Mungkin audien sudah dikuasai pihak
pesaing dan audien loyal kepada pesaing itu. Atau program tersebut belum banyak diketahui oleh
masyarakat, sehingga harus dipacu promosi yang lebih gencar.
4. Jangkauan iklan.
Pemasang iklan biasanya sangat memikirkan media penyiaran yang paling tepat untuk memasarkan
produknya. Audien sasaran dapat dicapai dengan optimal kalau pemasang iklan dapat dengan tepat
memilih media untuk mempromosikan dan memperkenalkan produknya. Ada kalanya pemilihan media
penyiaran untuk memasarkan produknya diserahkan pada biro iklan.
Positioning Media.
Positioning adalah strategi komunikasi yang berhubungan dengan bagaimana khalayak
menempatkan media penyiaran didalam otaknya, didalam alam khayalnya, sehingga khalayak memiliki
penilaian tertentu terhadap media penyiaran. Dengan demikian positioning harus dilakukan dengan
perencanaan yang matang dan langkah yang tepat.
Pengelola media penyiaran harus mengetahui bagaimana khalayak memproses informasi,
menciptakan persepsi dan bagaimana persepsi mempengaruhi pengambilan keputusannya. Sebab, sekali
informasi ditempatkan pada posisi yang salah, ia akan sulit diubah.
Positioning menjadi penting bagi media penyiaran karena tingkat kompetisi yang cukup tinggi saat
ini. Pada tahun 2005 sudah terdapat selusin stasiun televisi berskala nasional dan puluhan televisi lokal
belum termasuk televisi berlangganan, dan komunitas.
Persepsi terhadap media penyiaran memegang peranan penting dalam konsep positioning karena
khalayak menafsirkan media bersangkutan melalui persepsi yaitu hubungan-hubungan asosiatif yang
disimpan melalui proses sensasi. Persepsi membantu manusia memahami dunia disekelilingnya untuk
disimpan dalam memorinya.Positioning dapat diartikan juga ”Membangun persepsi produk di dalam pasar
sasaran relatif terhadap persaingan”.
Pernyataan positioning berupa kata-kata yang diolah dalam bentuk rangkaian kalimat yang menarik
yang disampaikan dengan manis. Kata-kata itu adalah atribut yang menunjukkan segi-segi keunggulan
suatu media penyiaran terhadap para pesaingnya. Kata-kata tersebut harus dirancang berdasarkan
informasi pasar. Pernyataan yang dihasilkan harus cukup singkat, mudah diulang-ulang dalam iklan atau
dalam bentuk-bentuk promosi lainnya, dan harus memiliki dampak yang kuat terhadap audien sasaran.
Pernyataan positioning yang baik dan efektif harus mengandung 2 unsur yaitu klaim yang unik dan bukti-
bukti yang mendukung.
Pernyataan itu harus dapat diungkapkan secara jelas dan tegas yang dapat disusun berdasarkan
pengalaman yang panjang dalam bidang tertentu, hasil-hasil studi, informasi, dari mulut ke mulut atau
publisitas yang ada. Pernyataan itu selain memuat atribut-atribut yang penting bagi audien juga harus
dinyatakan dengan mudah, enak didengar dan harus dapat dipercaya. Pernyataan itu harus
disebarluaskan dengan teknik-teknik audio visual yang baik dengan frekuensi yang cukup sering. Dalam
menyusun suatu pernyataan positioning, pengelola media penyiaran harus mengetahui bagaimana audien
membedakan media bersangkutan terhadap media saingannya. Myers membedakan struktur persaingan
ke dalam tiga tingkatan yaitu;
1. Superioritas
Suatu struktur persaingan yang dialami media penyiaran yang unggul diberbagai bidang terhadap para
pesaingnya. Superioritas adalah keadaan yang sangat ideal, namun biasanya sangat sulit dicapai.
Misalnya program yang kuat, hebat dan lebih segala-galanya membutuhkan biaya yang sangat besar.
Stasiun televisi berita international Fox News menyusun pernyataan positioning ”We Report. You
Decide” sebagai upaya mengalahkan superioritas televisi CNN sebagai televisi berita.
2. Diferensiasi
Keadaan yang sedikit berbeda dengan superioritas. Di sini media penyiaran bertindak lebih rasional
yaitu tidak ingin unggul di segala program, tetapi membatasinya pada satu atau beberapa program saja
yang superior terhadap pesaing-pesaingnya. Misalnya suatu media penyiaran unggul dalam program
berita, musik, film dan sebagainya.
3. Program Paritas
Disini media penyiaran atau program-programnya sama sekali tidak dapat dibedakan satu dengan yang
lainnya. Audien tidak dapat membedakan mana yang lebih baik antara program yang ditayangkan oleh
dua stasiun televisi. Positioning menjadi lebih sulit dalam kasus ketiga ini. Oleh karena itu biasanya
diciptakan pembeda khayalan dengan menanamkan citra merek, mengasosiakan dengan tokoh-tokoh,
humor, kartun dan sebagainya. Suatu media atau suatu program menjadi kelihatan berbeda karena
konsumen menganggapnya berbeda, bukan karena barang itu sendiri berbeda.
Bagian programming harus memahami bahwa program acara yang disiarkan sangatlah penting
karena harus laku dijual dan diminati penonton. Dari sinilah bagian program harus melakukan
pekerjaannya secara analitis sebelum menentukan keputusan akhir. Kerja analitis itu di antaranya adalah;
a. Bagaimana caranya menjual acara-acara siaran kepada penonton yang tepat sasaran dan waktu
menonton yang tepat pula. Untuk mendukung hal ini dapat diikuti tindakan selanjutnya,
b. Mengetahui siapa saja penontonnya. Kalangan atas? (klas A) Kalangan menengah? (klas B, C)
atau Kalangan bawah? (klas D,E) Begitu pula bagian programming perlu mengetahui keinginan
penonton. Saat kapan keluarga berada dirumah? Pada jam-jam berapa keluarga mempunyai waktu-
waktu sibuk? Kapan Ibu-ibu berada diluar rumah, atau anak-anak masuk sekolah?
Untuk mendapatkan data ini ada perusahaan jasa yang mendata jumlah penonton yang menonton di
berbagai stasiun penyiaran televisi. Perusahaan jasa itu di Indonesia dikenal dengan Nielsen Media
Research. Sebuah perusahaan asing yang cukup memiliki pengalaman dalam bidangnya. Selain itu
ada pula beberapa perusahaan asing lainnya yang juga menjual jasa layanan penelitian dengan cara
yang berbeda. Seperti memonitoring siaran iklan, atau menghitung efektifitas siaran iklan disetiap
stasiun televisi. Sedangkan perusahaan dalam negeri yang berusaha bersaing dengan perusahaan
asing, seperti Polling Center, Lembaga Penelitian Universitas dan lain sebagainya. Namun sampai saat
ini yang mendapatkan pelanggan terbesar masih didominasi oleh Nielsen Media Research. Hal ini
disebabkan Nielsen memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan stasiun televisi yang
membutuhkan kecepatan dan rutinitas, laporan pergerakan penonton televisi di 10 kota besar di
Indonesia. Adapun kota-kota besar yang menjadi sasaran penelitian tersebut secara bertahap diambil
sebagai sample setiap tahunnya satu kota. Urutan pengambilannya adalah sebagai berikut;
1. Jabotabek (Jakarta dan sekitarnya)
2. Bandung
3. Semarang
4. Yogyakarta
5. Surabaya (Gerbang Kertasila)
6. Medan
7. Makassar
8. Palembang
9. Denpasar
10. Banjarmasin
c. Mengetahui Produknya. Bagian program harus mengetahui produk atau bahan siaran yang akan
disampaikan pada penonton – acara hiburan, acara untuk para Ibu, acara untuk anak-anak, musik,
sandiwara televisi, berita, dan lain-lain. Penonton perlu diberitahu produk-produk itu akan dipasang
kapan, jam berapa, hari apa. Karena itu program atau acara harus dikuasai oleh programmer. Jenis-
jenis produk yang bermacam-macam atau bervariasi, sangat menguntungkan untuk mempermudah
penyusunan acara.
d. Programmer harus tahu batasan harga, acara yang dibeli, juga batasan maksimal anggaran yang
ditentukan dalam anggaran. Tentunya, batasan ini relatif, karena sekiranya ada acara yang harus dibeli
dengan harga mahal dan dijamin akan mendapatkan pemasukan yang lebih. Tentunya programmer
harus mampu memberikan argumentasi kuat. Maka bukan tak mungkin pimpinan tidak akan segan-
segan menyetujuinya.
e. Programmer harus mengenal stafnya. Dengan jumlah staf yang memadai kerja menjadi efektif.
Kerabat kerja yang tahu tugas masing-masing, didasari saling percaya, saling mendukung, dan bekerja
keras akan menghasilkan karya yang hebat.
f. Programmer harus mengetahui lingkungan tempatnya bekerja di dalam dan di luar stasiun tempat
seseorang berkerja. Dia bisa menjamu klien untuk mempererat hubungan kerjasama dan menyimak
kebijakan stasiun televisi lainnya.
g. Programmer harus mengetahui pengelolaan tatanan kerja tempat kerjanya dan atau sistem kerja
masing-masing profesi sebagai langkah untuk mempermudah proses pelaksanaan tugasnya.
Kebijakan-kebijakan pimpinan perusahaan dapat dijadikan pedoman untuk pengembangan keputusan.
h. Mengetahui diri sendiri. Tahu tentang segala sesuatu patut dilakukan oleh seorang programmer.
Namun tahu tentang yang harus dilakukan diri sendiri (sebagai programmer) yang mencerminkan
kepribadian. Ciri kepribadian seseorang akan menyejukkan hati orang lain, atau sebaliknya.
MODUL 7 PROMOSI PROGRAM
Dalam era persaingan saat ini yang semakin ketat, setiap media penyiaran harus memiliki strategi
yang jelas dalam merebut audien. Sistem penyiaran berjaringan yang mulai diterapkan di Indonesia akan
menghasilkan wilayah siaran yang semakin kecil dan terkotak-kotak. Tidak ada lagi media penyiaran yang
dapat melakukan siaran secara nasional. Wilayah siaran terbagi atas puluhan atau ratusan media
penyiaran lokal (daerah). Strategi program dan iklan juga akan berubah berdasarkan kebutuhan audien
yang ada di wilayah tertentu yang bisa berbeda dengan wilayah lain. Media penyiaran memerlukan strategi
merebut audien yang benar-benar terarah.
Salah satu strategi bagian programming agar setiap programnya dapat tepat sasaran dan ditonton
oleh audien adalah mengadakan promosi program secara berkala/berkesinambungan dari berbagai
macam arah. Bagian promosi merupakan bagian dari programming, biasanya terdiri dari dua bagian besar,
yaitu;
1. Promo on air.
Maksud dari promosi on air adalah segala sesuatu yang dijadikan promosi oleh stasiun penyiaran
khususnya bagian programming dengan mengunakan fasilitas layar televisi. Banyak jenis promo yang
sering digunakan pengelola media penyiaran untuk mempromosikan berbagai macam programnya,
contohnya sebagai berikut;
Trailer; cuplikan-cuplikan program yang disusun secara ringkas sesuai alur program yang sebenarnya.
Digabungkan dengan narasi yang memiliki daya tarik pada identitas program. Contohnya; trailer film action,
sinetron, program berita, dan lain sebagainya.
Trailer biasanya dijadwalkan siaran paling lama 1 bulan sebelumnya, sedangkan paling dekat
adalah beberapa jam sebelum ditayangkan. Namun biasanya paling gencar ditayangkan 1 hari
sebelumnya. Demikianlah seterusnya bagian promo akan mendapatkan jadwal lengkap program-
program yang akan ditayangkan. Selanjutnya bagian promolah yang menentukan jadwal
penayangan trailer beserta frekuensinya dalam sehari.
Treaser; cuplikan-cuplikan film yang paling menarik. Treaser tidak perlu didubbing ataupun diproduksi
seperti halnya trailer. Treaser biasanya hanya ada pada film-film cerita ataupun sinetron, yang segaja
dibuat oleh produsernya. Sehingga dalam materi (kaset) yang telah dibeli hak royalty-nya, akan terdapat
potongan-potongan treaser tersebut. Stasiun penyiaran tinggal menyiarkannya saja. Treaser disiarkan
biasanya hanya pada saat program film itu sedang berlangsung. Yaitu menjelang commersial break,
bumper in, bumper out. Agar penonton tetap terjaga/tergoda untuk tidak mengubah saluran televisinya.
Promo still photo; promosi tentang segala sesuatu yang berbentuk still photo, bukan gambar bergerak.
Biasanya ini hanya berupa pengumuman penting, pelayanan umum atau apapun yang memang belum ada
gambarnya.
Promo program; promosi tentang segala sesuatu yang disampaikan oleh seorang penyiar baik live ataupun
recording, tentang program yang akan disajikan. Program yang akan disiarkan bisa selama 1 harian (pagi
hingga sore), separo hari (pagi hingga sore/sore hingga malam) hal ini biasanya untuk mengingatkan
agenda siaran televisi saat itu. Ada pula penyiar yang menyampaikan promosi sinopsis sebuah program
menjelang program tersebut ditayangkan, agar menarik perhatian audien.
Running text; promosi program tercetak/tertulis yang ditampilkan dibagian paling bawah layar televisi yang
berputar secara bergantian dengan informasi lainnya. Hal ini biasanya merupakan kebijakan stasiun
penyiaran untuk memberikan pesan singkat tersebut.
Supper impose; promosi program yang biasanya ditampilkan dalam layar televisi secara mendadak,
beberapa detik dengan frekuensi tidak sering. Bisa ditampilkan sebelum program dimulai untuk
mengingatkan ataupun ketika program sedang berlangsung untuk menginformasikan audien yang baru
bergabung.
2. Promo off air.
Promo ini adalah promosi program televisi yang tidak mengunakan layar televisi sebagai media
promosinya. Hal ini perlu dilakukan untuk meramaikan persaingan dengan kompetitor. Karena di
Indonesia saat ini memiliki stasiun televisi yang memiliki wilayah siaran dengan bentuk program yang
tidak jauh berbeda, akan menyulitkan audien mengingatnya apabila pengelola penyiaran tidak gencar
mempromosikannya. Oleh sebab itu memanfaatkan media selain televisi adalah jalan keluar yang tepat
untuk memenangkan persaingan tersebut. Karena program yang berkualitas seperti apapun tidak akan
sukses tanpa promosi yang sukses juga. Ada beberapa bentuk promo off air, sebagai berikut;
Media cetak; promo program televisi dalam bentuk gambar dan tulisan yang ditampilkan pada lembar
koran, tabloid ataupun majalah. Jumlah media cetak yang banyak akan memudahkan pengelola media
televisi untuk mempromosikan programnya. Hanya saja stasiun televisi harus menyesuaikan audien
sasarannya dengan karakter media cetak yang ingin dijadikan lokasi promosinya. Apabila sasaran
audiennya kelas menengah ke atas maka media cetak yang tepat haruslah Kompas, Seputar Indonesia,
Media Indonesia, Bisnis Indonesia, Cek & Ricek dan lain-lain sebagainya.
Internet; promo program televisi dalam bentuk animasi, web (ruang maya), ataupun
pengumuman/statement, yang berada didalam format dunia maya/internet. Biasanya setiap stasiun
penyiaran memanfaatkan website instansi masing-masing sebagai sarana untuk mempromosikan seluruh
komponen yang milikinya. Dari company profile, penerimaan SDM hingga promosi program secara
maksimal. Hal ini sesuai dengan kemajuan teknologi dimana internet mempunyai peranan penting sebagai
sarana komunikasi sehari-hari yang diandalkan karena sangat efisien dan efektif.
Pamflet/brosur; promo selebaran yang mempublikasikan program televisi yang menjadi unggulan ataupun
spektakuler, dengan cara membagi-bagikan pada masyarakat. Biasanya pamflet/brosur diandalkan untuk
mengundang audien datang seketika (program yang mengandalkan audien aktif) yaitu pada saat itu
sedang berlangsung suatu produksi program televisi yang umumya live.
Spanduk; promosi program televisi yang dipajang dilokasi-lokasi strategis (dilihat audien sasaran) untuk
mempublikasikan program televisi yang biasanya menjadi unggulan. Spanduk juga dimanfaatkan oleh
pengelola program untuk mempromosikan program yang pada umumnya live.
Dalam proses menjalankan tugasnya bagian promo sangat bergantung akan kerjasama yang solid
diantara unsur-unsur programming yang lain khususnya, serta departemen lain umumnnya. Atau dapat
dikatakan team work adalah harga mati untuk mencapai kesuksesan setiap media penyiaran. Karena dari
hulu sampai ke hilir proses pekerjaan seorang pekerja di televisi dan radio saling kait terkait satu dengan
lainnya.Dengan adanya bagian promosi program, maka lengkaplah fungsi kerja programming untuk
mencapai tujuan agar menjaring audien sesuai sasaran untuk memenangkan persaingan memperebutkan
kue iklan.
Metode promosi dalam mempromosikan program dan media penyiaran dapat digunakan untuk
mempromosikan program dan media penyiaran. Metode promosi yang digunakan media penyiaran untuk
mencapai tujuan promosinya, pada dasarnya hanya dibatasi oleh daya imajinasi orang-orang yang terlibat
dalam kegiatan promosi itu. Dengan demikian, bentuk atau metode promosi yang digunakan sangat luas
selama tersedia dana untuk melakukan itu semua.
Akan tetapi terdapat empat metode utama yang banyak digunakan media penyiaran untuk
melakukan promosi yaitu;
1. Memasang iklan
Salah satu kegiatan promosi media penyiaran yang penting adalah memasang iklan. Departemen
promosi media penyiaran biasanya memiliki anggaran khusus untuk memasang iklan di media massa.
Promosi dapat dilakukan di surat kabar, papan reklame, kartu telepon atau apapun. Papan reklame
dapat menjadi media terbaik untuk mempromosikan citra stasiun televisi atau wajah-wajah tim
pemberitaan stasiun televisi bersangkutan. Melakukan promosi melalui iklan, berarti membeli waktu
atau tempat pada media lain. Dalam beberapa kasus, stasiun penyiaran melakukan barter daripada
melakukan pembayaran. Ini artinya dua media massa saling bergantian memasang iklan di medianya
masing-masing tanpa harus saling membayar. Contoh seperti ini banyak dilakukan dengan
mempromosikan sebuah program di televisi melalui radio, yang selanjutnya radio mempromosikan
eksistensinya di televisi. Beberapa media massa yang sering mengunakan metode penyiaran untuk
melakukan promosi adalah media cetak/majalah, billboard, transit, dan media penyiaran.
a. Media cetak
Media ini sangat sering digunakan untuk promosi media penyairan, yaitu dengan mengisi iklan
panduan program/sinopsis di surat kabar. Sebagian pembaca surat kabar adalah orang yang tidak
rutin menonton televisi atau mendengarkan radio. Sehingga informasi mengenai program televisi
menjadi sangat penting untuk mengetahui program televisi melalui surat kabar.
Audien televisi pada dasarnya ingin mengetahui waktu yang tepat untuk menonton program yang
disukainya. Berbeda dengan audien yang segaja mencari program yang disukainya dengan
menjelajahi seluruh chanel televisi untuk mendapatkan program yang disukainya. Beberapa media
cetak juga menyediakan khusus tentang jadwal siaran seluruh stasiun televisi selama seharian.
Termasuk juga beberapa program unggulan, yang dilengkapi dengan gambar-gambar menarik
serta sinopsis tentang cerita yang akan disiarkan.
Audien juga sudah mengerti dalam mencari program favoritnya harus disesuaikan dengan media
cetak yang dibaca. Sehingga stasiun televisi menempatkan beberapa promosi program disesuaikan
dengan jenis materi surat kabar yang dituju. Seperti promosi program olah raga harus ditempatkan
dirubrik olah raga, sedangkan program ekonomi dan bisnis ditempatkan pada media yang memiliki
nuasa bisnis dan pemasaran.
Cara lain untuk mempromosikan di media cetak adalah penerbitan khusus. Media penyiaran dapat
memasang iklan pada majalah atau buletin khusus, seperti buletin perdagangan, majalah investasi,
majalah bisnis dan lain sebagainya. Target pemasang iklan di media ini adalah para pengambil
keputusan yakni para pimpinan perusahaan yang tertarik untuk mempromosikan produknya di
media penyiaran.
b. Billboard
Bagi media penyiaran papan reklame luar ruang atau billboard memiliki beberapa keunggulan jika
digunakan sebagai medium untuk beriklan. Keuntungan billboard sebagai medium iklan antara lain
dalam hal ukurannya yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan serta dapat ditambah dengan
efek-efek khusus seperti efek cahaya, gelombang, gerakan berputar dan sebagainya. Billboard
sangat bermanfaat sebagai medium untuk iklan media penyiaran, jika ditempatkan di lokasi di
pinggir jalan dengan lalu lintas ramai yang sering macet. Media penyiaran dapat memanfaatkan
billboard untuk menampilkan logo, slogan dan wajah penyiar. Hal ini disebabkan pesan yang
disampaikan akan segera menggerakkan pengguna kendaraan untuk mencari saluran radio yang
dimaksud. Billboard juga berfungsi untuk mengingatkan orang di jalan raya untuk tidak lupa
menonton program yang dipromosikan itu, setelah mereka sampai di manapun untuk segera
menyaksikannya.
c. Transit
Media penyiaran dapat menggunakan terminal atau stasiun untuk beriklan. Stasiun televisi dan
radio dapat memasang display atau poster di bandara udara, stasiun kereta api atau terminal bis.
Kendaraan taksi atau badan bis kota juga sering digunakan untuk promosi bagi media penyiaran.
Promosi program terkadang juga dimuat dalam kendaraan umum, baik bis, kereta api, sehingga
penumpang yang jumlahnya lebih kecil, akan menjadikan pusat perhatian yang lebih efektif
dibandingkan ditempat lain yang lebih besar jumlah orangnya.
d. Media penyiaran
Radio dapat memanfaatkan televisi untuk mempromosikan demikian juga televisi dapat
mengunakan radio sebagai sarana beriklan dan promosi. Radio adalah media yang efektif untuk
mempromosikan program televisi. Cuplikan audio dari program televisi bisa menarik perhatian calon
audien baru. Stasiun televisi yang ingin mempromosikan programmnya dengan target audien
tertentu dapat menyesuaikannya dengan target audien di radio. Pendengar radio adalah audien
dengan tingkat mobilitas tinggi, misalnya di kendaraan dan mereka ada dimana-mana. Selama ini
stasiun radio enggan mempromosikan programnya di televisi karena mahal. Namun dengan
munculnya televisi lokal yang memiliki rate lebih rendah karena jangkauannya yang lebih dekat
(tidak nasional) maka stasiun radio mulai bergeliat untuk mempromosikan atau beriklan di televisi
lokal.
2. Public Relations
Kegiatan public relation atau hubungan masyarakat adalah upaya mengelola media penyiaran untuk
membentuk persepsi masyarakat atas media penyiaran. Dengan demikian kegiatan PR ditujukan
kepada segala aktivitas yang ditujukan untuk membentuk persepsi yang dikehendaki.
Public relations adalah kegiatan mempromosikan media penyiaran secara langsung kepada
masyarakat atau sering juga disebut dengan off-air-promotion. Dalam hal ini pengelola media penyiaran
bertemu langsung dengan masyarakat atau kelompok-kelompok yang dianggap mewakili masyarakat
misalnya pers. Berbagai kegiatan yang melibatkan pengelola media penyiaran dengan masyarakat
dapat digelar yang tujuannnya adalah untuk membangun persepsi atau citra masyarakat terhadap
media bersangkutan.
Media penyiaran adalah lembaga yang berada di tengah masyarakat dan tentu saja media penyiaran
akan selalu berhubungan dengan masyarakat. Masyarakat yang menjadi fokus perhatian media
penyiaran adalah audiennya sendiri dan juga audien lainnya yang memiliki potensi untuk dapat ditarik
ke stasiun sendiri. Dengan demikian, audien adalah publik utama media penyiaran. Melalui PR
hubungan baik dengan audien harus terus menerus dijaga.
Dalam upaya menjaga hubungan baik dengan masyarakat, media penyairan harus melakukan berbagai
hal agar masyarakat menganggap-nya sebagai media yang bertanggung jawab, dapat dipercaya dan
lembaga yang berharga bagi masyarakat.
Selain audien, publik media penyiaran lainnya yang perlu mendapatkan perhatian adalah pers. Melalui
pers, media penyiaran dapat berpromosi di media massa lain tanpa harus membayar. Namun pada
umumnya media massa khususnya media penyiaran, tidak terlalu tertarik untuk memberitakan media
saingannya di dalam programnya kecuali ada suatu peristiwa khusus yang memang memiliki nilai
berita.
Kegiatan PR yang efektif juga sangat tergantung pada relasi yang baik antara para eksekutif dan juga
bagian pemasaran media penyiaran. Personel media penyiaran dapat berupaya untuk menjadi anggota
perkumpulan atau organisasi profesional tertentu dan turut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan
komunitas. Pemimpin media penyiaran dapat menjadi pembicara di berbagai pertemuan organisasi
profesional misalnya organisasi bisnis tertentu dan membahas tema. Melalui kegiatan ini pimpinan atau
para eksekutif media penyiaran dapat melakukan kontak langsung dengan pelaku bisnis dan sekaligus
menarik mereka untuk memasang iklan. Dalam upaya meningkatkan promosi terhadap media
penyiaran melalui kegiatan PR ini maka media penyiaran dapat melakukan sejumlah kegiatan, seperti;
a. Jumpa Pers.
Bila memiliki informasi dan kegiatan penting yang perlu diketahui oleh masyarakat, maka media
penyiaran bersangkutan dapat melakukan jumpa pers, dengan mengundang fotografer dan reporter
dari seluruh media massa.
b. Kehadiran Orang Terkenal
Daerah tempat beroperasinya media penyiaran, harus dipantau setiap saat oleh PR untuk
memonitor kejadian-kejadian yang menarik. Termasuk kedatangan seorang yang terkenal, artis,
tokoh penting dan lain sebagainya. Apabila diketahui akan kedatangan orang terkenal kedaerah
yang bersangkutan maka media penyiaran dapat berkesempatan mewawancarai, mengambil
gambarnya serta mengumumkan promosi tentang slogan, atau moto dari stasiun penyiaran
tersebut.
c. Menonton Program
Stasiun televisi dapat mengundang reporter surat kabar dan pengamat media menonton program
baru yang akan ditayangkan distasiun yang bersangkutan. Reporter biasanya akan menuliskan
laporan atau artikel tentang program tersebut. Laporan tersebut diharapkan dapat memberikan
dampak positif sehingga akan menarik audien.
d. Pelayanan Masyarakat
Berbagai kegiatan dapat dilakukan dalam kegiatan pelayanan masyarakat, misalnya turut serta
dalam kegiatan amal atau kegiatan penggalangan dana. Stasiun penyiaran dapat mengirim
reporter/presenter, staf, kameramen untuk turut serta berpartisipasi.
3. Media sendiri
Promosi yang terbaik untuk mempromosikan program adalah di media stasiun sendiri (promo on air).
Promosi distasiun sendiri merupakan cara yang paling cepat dan paling murah dilakukan karena audien
sedikit banyak sudah tersedia (audien setia/favorit). Promosi program merupakan seni untuk membuat
audien tidak pindah ke stasiun penyiaran lain. Promosi di media penyiaran sendiri bertujuan
memberitahu dan mengingatkan audien untuk terus mengikuti program lain yang akan atau segera
ditayangkan. Cara media berpromosi akan menentukan apakah suatu program akan berhasil atau
gagal, karena itu media penyiaran tidak boleh meremehkan pentingnya tugas promosi ini. Media
penyiaran dapat mempromosikan berbagai programnya setiap hari. Beberapa faktor yang harus
diperhatikan agar promosi di media penyiaran sendiri dapat mencapai hasil maksimal, yaitu;
1. Media penyiaran harus menunjukkan identitas diri mereka pada setiap kesempatan. Audien yang
menekan remote control untuk mencari program akan langsung mengetahui bahwa program yang
tengah disaksikannya adalah milik stasiun penyiaran tertentu dari logo yang terpampang pada
sudut layar kaca televisi. Sedangkan radio dengan menyiarkan musik jinggle sebagai identitas
ataupun dengan mengucapkan kata-kata promosi dari radio tersebut.
2. Stasiun televisi harus menayangkan bumper promo logo dalam waktu-waktu tertentu. Bumper logo
merupakan citra audio visual yang mengindetifikasikan suatu media penyiaran. Promosi logo
biasanya dilakukan setelah berakhirnya suatu program untuk menuju ke program selanjutnya. Logo
merupakan simbol stasiun televisi, sedangkan jinggle menjadi ciri stasiun radio. Logo dan jinggle
harus dibuat secara cermat hingga selalu menarik sampai kapan pun. Bagian promosi stasiun
televisi harus memastikan bahwa logo selalu terpasang disudut layar televisi.
3. Logo juga dapat dipasang di berbagai benda yang akan dilihat publik ; seperti payung, cangkir,
gelas, buku agenda, fax, kamera, mobil operasional, dan lain sebagainya.
4. Selain logo, stasiun radio dan televisi juga dapat menciptakan slogan berupa kata-kata yang
memiliki pengertian yang mengambarkan karakter stasiun televisi dan radio bersangkutan. Slogan
pada radio mencerminkan format stasiun bersangkutan. Penggunaan slogan dapat menjadi cara
yang efektif untuk mempromosikan citra/image stasiun penyiaran.
5. Setiap jeda iklan sebaiknya memasukkan sekurang-kurangnya satu sampai tiga promosi yang
mengumumkan suatu program yang akan ditayangkan dengan cara menampilkan cuplikannya.
Frekuensi promosi program harus cukup sering dilakukan agar audien yang sedang menyaksikan
suatu program mengetahui informasi yang disampaikan.
6. Bagian promosi membutuhkan staf dan peralatan untuk memproduksi berbagai promosi program.
Stasiun televisi besar, biasanya mengalokasikan satu atau dua ruang editing khusus untuk
membuat promosi. Ruang editing khusus dapat digunakan dengan maksimal akan memudahkan
kegiatan proses pembuatan promosi secara baik.
7. Promosi media penyiaran pada umumnya memiliki ciri khas tersendiri dalam mengumandangkan
setiap promosinya. Yaitu dengan mengunakan suara penyiar yang khas, apakah itu pria ataupun
wanita. Suara yang digunakan biasanya berwibawa dan berat ataupun menarik untuk didengarkan.
Dengan selalu mengunakan suara yang menjadi tredmark stasiun televisi maka setiap audien yang
menyaksikan ataupun hanya mendengarnya sudah mengerti adalah berasal dari media penyiaran
yang bersangkutan.
Promosi Berita
Promosi program berita adalah upaya mengingatkan orang bahwa media penyiran memiliki
departemen pemberitaan yang siap menyiarkan berita-berita terbaru kepada audiennya. Promosi program
berita merupakan pemberitahuan yang diproduksi dengan mengunakan grafik serta video. Promosi
program berita dapat dilakukan secara berulang-ulang dengan menampilkan cuplikan gambar dari berita
yang sebenarnya. Gambar yang ditampilkan pada promo berita tentunya tidak akan dilakukan dalam
jangka waktu yang cukup panjang. Namun akan diganti secara berkala sesuai kebutuhan, khususnya pada
peristiwa/ kejadian penting lainnya yang menjadi aktualitas.
Presenter ataupun pembawa berita yang menjadi icon promosi berita adalah merupakan bagian
dari program berita itu sendiri. Yaitu penyiar yang biasanya muncul dalam beberapa kali berita utama dan
tentunya memiliki suara menarik dan penampilan yang mengesankan. Hal ini tentunya untuk memberikan
kesan yang langsung mendekatkan audien dengan program yang menjadi target promosi tersebut.
Seperti televisi publik dan beberapa televisi komersial di Indonesia tampak menampilkan penyiar-
penyiar berita andalannya sebagai icon promosi program berita yang memiliki rating tinggi. Contoh Rosiana
Silalahi, Concieta dengan Liputan 6 SCTV, Arief Suditomo dengan Seputar Indonesia RCTI, Fifi
Alyediayahya dengan Metro TV, dan Leni Hermawan dengan Berita Nasional TVRI.
Penyiar yang membawakan promosi berita tentunya tidak akan disamakan dengan program lainnya
ataupun program iklan. Hal ini akan berbeda target audien dan berdasarkan jumlah frekuensi berita yang
lebih cepat perputarannya, sehingga sebaiknya masing-masing menampilkan wajah yang berbeda.
MODUL 8 PEDOMAN PERILAKU & STANDAR SIARAN
Secara umum media massa konvensional memiliki fungsi hiburan, pendidikan dan informatif.
Menurut Dennis McQuail, media massa sebagian besar memiliki sifat-sifat negatif image. Oleh karena itu,
pers dan media massa postmodern selain memiliki fungsi-fungsi umum, juga memiliki peran-peran diatas,
secara umum, pers dan media massa memiliki kemampuan konstruktif dan destruktif (merusak) yang
dahsyat, selain ia sebagai mesin uang kapitalis yang terus mengeksploitasi kelemahan manusia. Bahkan
Neil Postment mengatakan media massa (televisi) adalah mesin pembodohan terhadap umat manusia
yang dilakukan setiap saat.
Sebagaimana juga institusi lainnya dalam kehidupan postmodern yang senantiasa kontroversi,
media massa postmodern kadang menjelma bagaikan pil pahit yang harus ditelan masyarakatnya (apabila
tidak akan mati). Keadaan ini menunjukkan, masyarakat telah teralienasi dalam kekuatan media massa
yang telah memasung substansi kedaulatan masyarakat sampai kesemua level kehidupan. Kekuatan
destruktif media massa telah menciptakan ketakutan endemik yang telah mengkonstruksi citra media
massa dan orang pers sebagai institusi dan insan masyarakat yang perannya menjadi menyeramkan.
Ketakutan ini menjadi sangat beralasan, ketika konstruksi sosial media massa telah terbukti dapat
digunakan untuk saling menyerang siapa saja yang ingin diserang oleh media massa dalam konteks media
massa sebagai alat penyerangan, maupun media massa dalam konteks penyerang. Contoh program
Infotainment (megazine show) yang secara jelas tidak mendidik bagi audien. Namun karena memiliki nilai
jual yang tinggi merupakan salah satu program yang dominan di stasiun televisi komersial di Indonesia.
Penyerangan antar kelompok yang segaja disuguhkan dalam media massa, apakah itu antar keluarga,
bahkan antar anak dengan orang tuanya.
Dinegara-negara maju konstruksi sosial media massa sering digunakan sebagai alat penyerangan
terhadap musuh-musuh politik dan musuh-musuh sebuah negara. Seperti munculnya sosok Osama Bin
Laden yang bagaikan tanpa jejak namun terus dinyatakan sebagai sosok yang mengkhawatirkan. Bukan
tidak mungkin hal tersebut merupakan rekayasa besar dari super power untuk menghalalkan segala cara.
Demikian kuatnya konstruksi sosial media massa sehingga saat ini tak ada satupun aktivitas
kehidupan manusia yang tak terlepas dari peran media massa. Walaupun media massa tidak menjadi
penentu sukses setiap aktivitas itu namun media massa menjadi kunci keberhasilan tujuan-tujuan semua
aktivitas masyarakat modern dan postmodern. Hal itu terlihat dari orbit aktivitas masyarakat yang terus
mendekati media massa sebagai institusi aktivitas masyarakat yang paling diwaspadai.
Peran kontruksi sosial media massa tidak disangkal lagi sebagaimana dijelaskan diatas, namun
sebagaimana juga substansi media massa sebagai medium dan kekuatan konstruksi sosial media massa
sebagai power medium, maka seringkali media massa memainkan perannya secara berpihak.
Keberpihakan media massa ini terdiri dari beberapa bentuk, yaitu;
1. Keberpihakan media massa kepada kapitalisme.
Sebagaimana diketahui, bahwa saat ini hampir tidak ada lagi media massa yang tidak dimiliki oleh
kapitalis (ANTV dan LATV oleh Bakrie group/STARTV, RCTI, TPI, Global TV oleh MNC group, Indosiar
oleh Indofood group, TRANSTV dan TRANS 7 oleh TRANS group, METRO TV oleh Media group, dan
lain sebagainya. Dalam arti media massa digunakan oleh kekuatan-kekuatan kapital untuk menjadikan
media massa sebagai mesin pencipta uang dan pelipatgandaan modal. Dengan demikian media massa
tidak ada bedanya dengan supermaket, pabrik plastik, pabrik makanan kaleng dan lain sebagainya.
Semua elemen media massa, termasuk orang-orang media massa berpikir untuk melayani kapitalisnya,
ideologi mereka adalah membuat media massa yang laku di masyarakat.
2. Keberpihakan semu kepada masyarakat
Adapun bentuk keberpihakan ini adalah dalam bentuk empati, simpati, dan berbagai partisipasi kepada
masyarakat, namun ujung-ujungnya adalah juga untuk menjual berita dan menaikkan rating/share
untuk kepentingan kapitalis. Adapun agar lebih jelasnya hal tersebut diatas dengan melihat berbagai
bentuk program yang menonjolkan keberpihakan yang semu terhadap masyarakat. Seperti program
realityshow Bedah Rumah, Uang Sekolah Gratis, Kawin Gratis, Rezeki Nomplok, program ini membius
audien seolah memberikan kemurahan pada masyarakat. Akan tetapi hal yang sebenarnya adalah
mengeksploitasi kemiskinan khalayak untuk melipat gandakan modal kapitalis melalui iklan yang
segudang akan diraup sebagai sponsor. Termasuk program tidak mendidik, karena masyarakat seperti
gambling/ mendapatkan uang tanpa bekerja. Program berita tentang bencana alam/disaster
ditayangkan terus berulang-ulang, kejadian penderitaan pada masyarakat korban bencana hal ini untuk
menyerap emosi penonton dengan meninggalkan hak-hak sumber berita. Pada program live concert
music seperti KDI, AFI, Indonesia Idol, Mama Mia, yang mengeksploitasi air mata, berpelukan tanpa
mengenal batas dipertontonkan selayaknya menyita emosi audien. Sedangkan program Derap Hukum,
Kriminal (Rekontruksi ulang) dan program-program kekerasan bertujuan mengumbar empati, simpati
dan kontroversi yang mengakibatkan juga pembelajaran bagi khalayak untuk melakukan tindakan
kekerasan serupa.
Dengan mengunakan analisis critical political economy dengan varian konstruktivis dapat
disimpulkan terdapat interaksi kekuasaan yang intens seputar penyusunan UU No. 32 tahun 2002 tentang
penyiaran. Antara struktur dan agensi, juga dapat disimpulkan ada tiga pihak yaitu
1. Negara (variansi eksekutif dan legislatif)
2. Pasar
3. Publik (elemen civil society)
Ketiga poros kepentingan tersebut saling mempengaruhi satu sama lain, bahkan pada banyak titik saling
menegasikan. Keseluruhan tarik-menarik kepentingan ketiga poros tersebut pada akhirnya memang
menemui sebuah titik temu, yaitu kompromi.
Dalam konteks negara yang didalamnya terdapat dinamika relasi kekuasaan eksekutif versus
legislatif, merupakan pihak yang paling memenangkan keseluruhan upaya tarik menarik kepentingan
tersebut. Kemenangan negara atas publik yang paling dominan adalah ditempatkannya KPI dalam
pengawasan DPR dan pada saat yang sama KPI juga harus berbagi kekuasaan dengan pemerintah. Pada
sisi lain publik juga berhasil menggolkan agenda-agenda seperti;
1. KPI sebagai regulator yang independen.(walaupun tidak 100%).
2. Diakuinya penyiaran publik hanya dimonopoli oleh badan hukum Negara (TVRI & RRI)
3. Pemusatan pemilikan dan pemilikan silang tidak dilarang atau diatur dengan jelas.
Style berkesenian membuat program televisi pada era tahun 2000an adalah dengan fasilitas digital.
Hal ini telah mengubah nasib seniman-seniman digital. Hal ini karena kita semua dimudahkan atau
dimanjakan dengan fasilitas After Effects, Corel Draw, Adobe Premiere, Microsoft, Internet, VOIP,
Handphone, Wireless Camera, Cyberlink Power DVD, dan ratusan software dan hardware yang beredar
dipasaran bebas, menjadikan para creator mendapatkan banyak imajinasi untuk berkarya. Dari segi hak
kekayaan intelektualitas memang barang bajakan tersebut sangat mengoda karena mudah didapat dengan
harga yang super murah. Hal ini sebenarnya merusak moral bangsa Indonesia, yang tidak peduli dengan
hak cipta karya para ilmuan komputer yang telah menciptakan dengan teknologi modern dan tanpa peduli
pada nurani sebagai manusia yang menjadi bagian dari kehidupan sosial.
Dengan semakin ketatnya persaingan stasiun televisi dalam memperbutkan kue iklan maka
program yang ditawarkan semakin kompetitif. Para creator muda yang enerjik telah banyak bermunculan
dengan didukung oleh kemampuan modal serta networking yang menjanjikan membuat nuansa program
televisi di Indonesia sangat Jakarta Centris (berkenaan dengan creatornya berdomisili, dominan populasi
dan pusat penyiarannya ada di Jakarta). Hal ini sangat cepat bergerak dan harus cepat diantisipasi oleh
Pemerintah/DPR dan KPI sebagai lembaga yang memiliki super power. Mereka lahir karena kreativitas dan
komunitas bukan karena pendidikan yang di arahkan untuk menjadi seorang seniman. Agar hasil karyanya
dominan posistif-nya, kondisi seperti sekarang harus segera diluruskan agar tidak mengakibatkan
pengkikisan budaya bangsa.
Para creator muda tersebut memang menjadi symbol perkembangan budaya zaman sekarang yang
menjadi trend. Harus kita hormati selama berjalan sesuai norma yang berlaku. Kita harus berinteraksi
dengan budaya ini, kehadiran para creator muda telah mendobrak kekakuan dan kebekuan industri film
dan televisi di Indonesia melalui karya-karya mereka. Hal ini tidak dapat dihindari dan telah berkembang
dalam dunia pertelevisian dan perfilman di tanah air. Hanya saja mereka harus berbenah diri karena
persaingan seni akan terus mengalir sesuai perkembangan zaman. Untuk itu, kepada mereka yang ingin
menekuni produksi program televisi dan film di Indonesia harus bersiap menghadapi perkembangan
industri televisi yang sampai sekarang semakin ramai persaingannya.
Semua karya seseorang dilindungi hak-haknya sebagai karya cipta. Karena itu hak-hak creator
dapat didaftarkan sebagai hak paten ke Departemen Kehakiman. Apabila tidak didaftarkan maka hak
ciptanya tidak terdaftar, sehingga kalau ada orang lain yang mengakuinya dapat dibuktikan oleh yang
bersangkutan. Ketika mendaftarkan hak cipta tersebut sangat jelas/detail seluruhnya, seperti halnya Reog
Ponorogo (kesenian leluhur Indonesia yang sering dipertunjukkan di Malaysia) yang telah didaftarkan
sampai panjang bulunya pun tertera dengan lengkap.
Pada zaman kerajaan dahulu kala, pencipta dibentuk oleh kehendak raja. Karena itu, seorang
pencipta dipengaruhi oleh wawasan raja bersangkutan. Tidak jarang hasil karya itu kemudian tidak
disebutkan namanya.
Hak cipta seseorang untuk penyiaran televisi termasuk radio, film dan media cetak. Hanya
diperuntukkan untuk penyiaran saja. Dengan demikian yang diperhitungkan hanya hak siarnya. Hak siar
bisa dilakukan selamanya untuk disiarkan kapan saja tidak diperhitungkan harus beberapa kali
ditayangkan. Bisa pula diperhitungkan untuk jangka waktu tertentu; misalnya untuk dua atau lima tahun.
Setelah habis jangka waktunya, hak cipta itu dapat diperpanjang atau ditarik kembali oleh yang punya
karya tersebut, selanjutnya dapat ditawarkan pada stasiun lain.
Karya cipta seseorang perlu dilindungi, jika tidak akan terjadi tiruan-tiruan secara liar. Hak cipta
dilindungi oleh peraturan perundangan, yaitu undang-undang hak cipta. Di Indonesia Undang-undang
Nomor 7 tahun 1987 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta.
Pengertian hak cipta adalah hak tunggal pencipta atas ciptaannya dan hak memberi izin kepada
pihak lain untuk melaksanakan dan memanfaatkan ciptaan itu. Penilaian hak cipta dapat dipindahkan ke
pihak lain, sementara hak moralnya tetap tak terpisahkan dari penciptanya.
Ruang lingkup hak cipta meliputi;
1. Buku dan semua bentuk karya tulis
2. Ceramah, kuliah, pidato
3. Karya pertunjukkan atau pentas musik, drama, tari, karya siaran radio, televisi
4. Ciptaan musik dan tari atau koreografer dengan atau tanpa teks
5. Segala bentuk senirupa
6. Karya arsitektur
7. Karya seni terapan (batik, kerajinan, desain industri)
8. Peta
9. Karya Sinematografi
10. Karya fotografi
11. Terjemahan, saduran, penyusunan bungarampai
12. Karya saduran berdasar folklor
Adapun beberapa istilah berkait hak cipta yang kerap dipakai adalah pencipta, ciptaan,
pengumuman, perbanyakan, dan potret. Pengertian dari istilah tersebut adalah sebagai berikut;
1. Pencipta adalah seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya
melalui suatu ciptaan berdasarkan kemampuan berpikir, imajinasi, kecelakaan, keterampilan, keahlian
yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.
2. Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta dalam bentuk khas apapun juga dalam lapangan ilmu,
seni, dan sastra.
3. Pengumuman adalah pembacaan, penyuaraan, penyiaran, atau penyebaran suatu ciptaan dengan
menggunakan alat ataupun dan dengan cara sedemikian rupa sehingga suatu ciptaan dapat dibaca,
didengar, atau dilihat orang lain.
4. Perbanyakan adalah menambah jumlah ciptaan dengan pembuatan yang sama, hampir sama, atau
menyerupai ciptaan tersebut dengan mempergunakan bahan-bahan yang sama maupun tidak sama,
termasuk menjalin mewujudkan suatu ciptaan.
5. Potret adalah gambaran dengan cara dan alat apapun dari wajah orang yang digambarkan baik
bersama bagian tubuh lainnya maupun tidak.
Selanjutnya bagi para kreator harus juga memperhatikan beberapa hal sehubungan dengan hak
cipta, yaitu;
1. Pencipta berhak mendaftarkan ciptaannya.
2. Jika naskah ceramah tidak tertulis (tanpa pemberitahuan siapa yang menulis), maka yang
berceramah itulah dianggap sebagai penciptanya.
3. Jika penciptanya terdiri dari beberapa orang, maka yang dianggap sebagai pencipta orang yang
memimpin ciptaan itu.
4. Ciptaan yang diwujudkan berdasar rancangan orang lain dan dibawah pengawasan perancangnya,
maka yang merancang itu yang disebut penciptanya.
Pencipta program televisi harus benar-benar memperhatikan hak cipta. Para kreator harus terlebih
dahulu menyelesaikan hak ciptaan-nya, semuanya dituangkan dalam kesepakatan kontrak. Berkaitan
dengan pedoman dan prilaku penyiaran program televisi di Indonesia dengan memperhatikan hak cipta
dari karya orang lain, diharapkan dapat menghasilkan program-program yang mendidik, memberdayakan
dan mencerahkan untuk mencapai tujuan pada meningkatnya kecintaan pada nasionalisme Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Materi dari Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran adalah terdiri dari Bab-bab
dan Pasal-pasal sebagai berikut;
1. Bab I (Ketentuan Umum terdiri dari Pasal 1 dengan 8 ayat)
2. Bab II (Dasar, Tujuan, Arah dan Azas Pedoman Perilaku Penyiaran dan Strandar Program Siaran
terdiri dari Pasal 2 sampai dengan Pasal 7)
3. Bab III ( Program Faktual terdiri Pasal 8 – 2 ayat, Pasal 9 – 2 ayat, Pasal 10 – 9 ayat, Pasal 11 – 6
ayat, Pasal 12 – 3 ayat, Pasal 13 – 3 ayat, Pasal 14, Pasal 15 – 2 ayat, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18,
Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27 – 4 ayat,
Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30)
4. Bab IV (Kesopanan, Kepantasan, dan Kesusilaan terdiri dari Pasal 31, Pasal 32 – 4 ayat, Pasal 33,
Pasal 34 – ayat 5, Pasal 35, Pasal 36, Pasal 37, Pasal 38 – 2 ayat, Pasal 39 – 2 ayat, Pasal 40, Pasal
41 – 2 ayat, Pasal 42 – 5 ayat, Pasal 43 – 2 ayat, Pasal 44 – 4 ayat, Pasal 45, Pasal 46 – 4 ayat, Pasal
47 – 2 ayat, Pasal 48, Pasal 49, Pasal 50 – 4 ayat, Pasal 51 – 3 ayat, Pasal 52 – 2 ayat, Pasal 53,
Pasal 54, Pasal 55 – 2 ayat, Pasal 56, Pasal 57 – 4 ayat, Pasal 58 – 2 ayat, Pasal 59, Pasal 60, Pasal
61, Pasal 62)
5. Bab V (Siaran Pemilihan Umum dan Pemilihan Kepala Daerah terdiri Pasal 63 – 5 ayat)
6. Bab VI (Sensor dan Penggolongan Program Televisi terdiri dari Pasal 64 – ayat 3 ayat, Pasal 65,
Pasal 66, Pasal 67, Pasal 68, Pasal 69)
7. Bab VII (Penegakan dan Pengaduan terdiri dari Pasal 70 – 3 ayat, Pasal 71, Pasal 72, Pasal 73,
Pasal 74 – 2 ayat, Pasal 75 – 2 ayat, Pasal 76)
8. Bab VIII (Sanksi dan Penanggungjawab terdiri dari Pasal 77, Pasal 78, Pasal 79 – 2 ayat, Pasal 80
– 2 ayat)
9. Bab IX (Ketentuan Penutup terdiri dari Pasal 81, Pasal 82)
Pengelola program harus mempelajari Pedoman Prilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran
yang dikeluarkan Komisi Penyiaran Indonesia. Pelanggaran terhadap ketentuan ini dapat menyebabkan
stasiun penyiaran dikenai sanksi. Tayangan yang lebih cocok untuk orang dewasa sebaiknya tidak
diletakkan pada saat banyak anak-anak berkumpul di depan televisi.
Pedoman prilaku penyiaran merupakan panduan tentang batasan-batasan mengenai apa yang
diperbolehkan dan atau tidak diperbolehkan berlangsung dalam proses pembuatan program siaran,
sedangkan Standar Program Siaran merupakan panduan tentang batasan apa yang diperbolehkan dan
atau yang tidak diperbolehkan ditayangkan dalam program siaran.
Pengelola program televisi dalam menata program harus mengelompokkan atau mengklasifikasikan
setiap acara yang akan ditayangkan. Klasifikasi acara tersebut sangat menentukan bagaimana dan kapan
suatu acara dapat ditayangkan. Sebagaimana ketentuan dalam Pedoman Prilaku Penyiaran dan Standar
Program Siaran maka setiap acara di bagi atas empat kelompok, yaitu;
1. Klasifikasi A; tayangan untuk anak, dibawah 12 tahun.
2. Klasifikasi R; tayangan untuk remaja berusia 12-18 tahun.
3. Klasifikasi D; tayangan untuk dewasa, dan
4. Klasifikasi SU; tayangan untuk semua umur.
Program berklasifikasi D hanya boleh disiarkan pukul 22.00-03.00 sesuai waktu stasiun penyiaran
yang menayangkan. Sedangkan program yang masuk dalam klasifikasi SU adalah program siaran yang
tidak secara khusus ditujukan untuk anak dan remaja, namun dianggap layak untuk ditonton oleh mereka.
Program yang mengandung muatan kekerasan secara dominan, atau mengandung adegan
kekerasan eksplisit dan vulgar dapat disiarkan pada pukul 22.00-03.00 dimana anak-anak diperkirakan
tidak akan menonton program tersebut.
Pengelola program harus menyadari bahwa anak-anakl adalah kelompok audien yang sangat
dilindungi terhadap kemungkinan dampak buruk suatu acara yang ditayangkan. Ada beberapa jenis acara
yang tidak boleh ditempatkan pada sembarang waktu, terlebih-lebih pada saat banyak anak-anak
berkumpul didepan televisi. Ada beberapa program yang harus diperhatikan penyiarannya, yaitu pukul
22.00 hingga 03.00 adalah; Program olah raga yang mengandung kekerasan, Talkshow mengenai seks,
dan Mistik (supranatural). Sedangkan jenis iklannya adalah; iklan rokok, minuman keras (bir dan lain-
lainnya), dan mengenai seks.
Daftar PustakaJim Atkins Jr. & Leo Willette, Filming TV News and Documentaries, New York, Amphoto, 1965Paul Rotha, Sinclair Road and Richard Graffith, Documentary Film, New York, Communications Arts Books, 1949W.Hugh Baddeley, The Technique of Documentary Film Production, Thrid Rivised Edition, Focal Press, London & New York, 1960Sosuke Yasuma, Television Production and Era Digitalization, Tokyo, University Tokyo of Technology, 2000Nielsen Media Research, Audience Viewer, Jakarta, AC-Nielsen, 2004Morissan, Media Penyiaran, Ramdina Prakarsa, Jakarta, 2005RM Soenarto, Programa Televisi, FFTV-IKJ Press, 2007